STUDI TOPONIM TERKAIT NAMA TANAMAN DALAM RANGKA PENINGKATAN IDENTITAS LANSKAP DAN BIODIVERSITAS DI DKI JAKARTA
QUINTA NORMALITA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Toponim Terkait Nama Tanaman Dalam Rangka Peningkatan Identitas Lanskap dan Biodiversitas di DKI Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Quinta Normalita NIM A44080075
ABSTRAK QUINTA NORMALITA. Studi Toponim Terkait Nama Tanaman Dalam Rangka Peningkatan Identitas Lanskap dan Biodiversitas di DKI Jakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI HADI SUSILO ARIFIN. Jakarta memiliki catatan sejarah panjang yang perkembangannya membentuk berbagai karakter kawasan dengan nama-nama yang melekat pada kawasan tersebut. Toponim merupakan istilah umum untuk nama tempat atau kesatuan geografis yang didasarkan pada peristiwa yang terjadi atau sesuatu yang mayoritas dan berlimpah di suatu tempat. Salah satu bentuk toponim yang cukup umum dan menjadi identitas suatu kawasan adalah toponim yang terkait dengan nama tanaman. Namun, dengan perkembangan kota, terjadi perubahan penggunaan lahan dan berdampak pada ruang bervegetasi atau Ruang Terbuka Hijau, bahkan menghilangkan berbagai jenis tanaman yang menjadi sumber penamaan tempat. Menurut data BPS tahun 2012, persen luas lahan terbangun di Jakarta sebesar 64,91%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengidentifikasi toponim yang terkait dengan tanaman di Jakarta, (2) menelusuri keberadaan tanaman di tempat terkait, (3) menganalisis lanskap yang potensial sebagai tempat untuk menghadirkan kembali elemen atau kondisi yang terkait dengan toponim, (4) menyusun rekomendasi yang sesuai untuk revitalisasi identitas terkait dengan toponim dan meningkatkan biodiversitas tanaman. Metode yang digunakan dalam penelitian ini melalui empat tahap, yaitu (1) tahap persiapan, (2) tahap pengumpulan data yang meliputi data wilayah di DKI Jakarta, data sejarah terbentuknya toponim terkait dengan nama tanaman, data karakteristik tanaman, keberadaan tanaman yang terkait dengan toponim, potensi Ruang Terbuka Hijau, serta pengetahuan dan pendapat masyarakat mengenai toponim, (3) tahap analisis, dilakukan analisis keberadaan tanaman di wilayah-wilayah yang toponimnya terkait dengan nama tanaman, kesesuaian tanaman untuk penataan dalam lanskap atau Ruang Terbuka Hijau, dan potensi Ruang Terbuka Hijau, dan (4) tahap sintesis adalah memberikan rekomendasi untuk revitalisasi identitas kawasan dengan memunculkan kembali tanaman yang terkait dengan toponimnya dan untuk peningkatan keanekaragaman hayati tanaman. Hasil penelusuran nama-nama wilayah di Jakarta didapatkan 23 wilayah kecamatan atau kelurahan terkait dengan nama tanaman antara lain Gambir, Kebon Melati, Kebon Kacang, Menteng, Kebon Sirih, Johar Baru, Cempaka Putih, Kelapa Gading, Kebon Bawang, Warakas, Pisangan Baru, Bambu Apus, Kampung Rambutan, Kebon Manggis, Kayu Manis, Kebon Pala, Bintaro, Srengseng Sawah, Pondok Labu, Gandaria, Duri Kosambi, Kedoya, dan Kebon Jeruk. Terdapat 24 jenis tanaman yang terdiri dari 16 tanaman pohon, 3 tanaman perdu, 3 tanaman herba, dan 2 tanaman merambat. Mayoritas dari tanaman tersebut dahulu merupakan tanaman produksi dan tanaman penciri ekosistem. Saat ini 12 jenis tanaman sudah tidak dapat ditemukan atau di tanam di tempat-tempat tersebut, antara lain gambir, kacang tanah, bawang merah dan putih, kosambi, manggis, srengseng, jeruk, bambu apus, kayu manis, pala, cempaka putih dan
gandaria. Hasil analisis persepsi masyarakat didapatkan bahwa kurangnya masyarakat mengetahui tentang sejarah toponim. Seluruh responden setuju bahwa identitas suatu tempat sangatlah penting keberadaannya sebagai pembeda dan pengenal sehingga memudahkan orang untuk mengenali tempat tersebut. Jenis Ruang Terbuka Hijau yang banyak terdapat pada lokasi studi adalah hutan kota, jalur hijau dan taman (publik dan privat). Konsep yang diusulkan adalah revitalisasi lanskap toponim untuk menguatkan identitas area atau tempat dan peningkatan biodiversitas wilayah. Upaya untuk mewujudkan konsep tersebut adalah dengan pengenalan terhadap sejarah toponim dan jenis tanaman terkait, menghadirkan tanaman tersebut dengan melakukan penanaman kembali pada ruang-ruang terbuka yang potensial dan sesuai dengan sifat dan habitus tanaman serta menghadirkan bentuk tanaman ke dalam ornamen-ornamen lanskap. Selain itu untuk memberikan informasi sejarah maka dilakukan pula pemasangan papan nama yang berisikan sejarah dan nama tanaman terkait. Kata kunci: Biodiversitas, Identitas, Jakarta, toponim
ABSTRACT QUINTA NORMALITA. Study of Toponyms Related with Names of Plants to Improve Landscape Identity and Biodiversity in Jakarta. Supervised by NURHAYATI HADI SUSILO ARIFIN. Jakarta has long history of its development was never separated from the community culture. Toponyms is the general term for any place names or geographical entity that based on an event or something that majority and abundant in some places. One of the toponym’s type that common and can be an identity of a place is associated with the name of the plant. However, with the development of the city, directly changes the land use and impact on green space, and even eliminated many species of plants that became an origin of the place names. According to BPS data in 2012, percentation of builded site in Jakarta is 64,91%. The purpose of this study are (1) to identification about the toponyms that related with the plant’s name in Jakarta, (2) observe the existence of plants in the related place, (3) analyze the potential landscape as a place to bring the element or setting that related with toponyms, (4) and also compile the suitable recomendation for revitalisation of identity that related with toponyms and to increase the biodiversity of plants. The methods used in this research through four stages, (1) the preparation phase, (2) data collection include the data landscape of Jakarta, the history data about the origin of toponyms that associated with the name of the plant, the characteristic of plants, the existence of a plant that related to the toponym, the potential of open green space, and the public knowledge and opinions about the toponym, (3) at the analysis phase, tracing the existence of a plant in that area, analyze the characteristics of plant, and analyze the potential of open green space, (4) and the synthesis phase is to provide recommendations for
revitalizing the place identity to bring the plants back that associated with the toponyms and also for the improvement of plant biodiversity. The results of tracing place names in Jakarta obtained 23 districts or villages that associated with the names of plants that were found alot in the area, there are Gambir, Kebon Melati, Kebon Kacang, Menteng, Kebon Sirih, Bungur, Johar Baru, Cempaka Putih, Kelapa Gading, Kebon Bawang, Warakas, Pisangan Baru, Bambu Apus, Kampung Rambutan, Kebon Manggis, Kayu Manis, Kebon Pala, Bintaro, Srengseng Sawah, Pondok Labu, Gandaria, Duri Kosambi, Kedoya, Kemanggisan, and Kebon Jeruk. There are 24 kinds of plants consisting of 16 trees, 3 of shrubs, 3 of herbaceous plants, and 2 of the vines. The majority of the plant is the production plants and identifier ecosystem plants. Currently 11 species of plants have been unable to be found or planted in those areas like gambir, peanut, onion and garlic plants, kosambi, manggis, srengseng, citrus plant, apus bamboo, cinnamon, pala, and gandaria. The results of public perception analysis is only few people knew about the history of toponyms. All respondents agreed that the identity of the place's is extremely important as a differentiator and identifier that makes it easy to recognize the place. The type of open green space that much found on that place are urban forest, the green line and the public and private park. The proposed concept are landscape revitalization of toponyms to strengthen identity area or place and improve the biodiversity of the area. The efforts to realize that concept was introduction against history of toponyms and the plants, bring the plants back by doing replanting on the open spaces that potential and appropriate with the character and habitus of plants and presenting the form of a plant into the ornament of landscapes. Beside that, in addition to give historical information, then do installation of signage that contains the history and the plants. Key words: Biodiversity, identity, Jakarta, Toponym,
STUDI TOPONIM TERKAIT NAMA TANAMAN DALAM RANGKA PENINGKATAN IDENTITAS LANSKAP DAN BIODIVERSITAS DI DKI JAKARTA
QUINTA NORMALITA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
Judul Skripsi : Studi Toponim Terkait Nama Tanaman Dalam Rangka Peningkatan Identitas Lanskap dan Biodiversitas di DKI Jakarta Nama : Quinta Normalita NIM : A44080075
Disetujui oleh
Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr Ketua Departemen
Tanggal Lulus: 14 Maret 2014
PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun guna mendapatkan gelar Sarjana Pertanian mayor Arsitektur Lanskap di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB. Penelitian ini berjudul “Studi Toponim Terkait Nama Tanaman Dalam Rangka Peningkatan Identitas Lanskap dan Biodiversitas di DKI Jakarta”. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc, selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, masukan, perhatian serta kesabaran dari awal penelitian hingga akhir skripsi ini terselesaikan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga dan teman-teman semua atas bantuannya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pembaca.
Bogor, Maret 2014 Quinta Normalita
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
Kerangka Pikir
2
TINJAUAN PUSTAKA
4
Toponimi
4
Ruang Terbuka Hijau
5
Identitas Lanskap
7
Konservasi Biodiversitas
8
METODE
10
Lokasi dan Waktu Penelitian
10
Alat dan Bahan
11
Metode
11
Tahapan Studi
12
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Wilayah Administratif di DKI Jakarta
15 15
Tata Guna Lahan
17
Vegetasi yang ada di DKI Jakarta
20
Demografi
20
Toponim Terkait dengan Nama Tanaman
21
Sejarah Penamaan Tempat yang Terkait dengan Nama Tanaman
21
Tanaman yang Terkait dengan Toponim
33
Karakter Tanaman
36
Pengetahuan Masyarakat
47
Peraturan dan Kebijakan Pemerintah
48
Analisis Potensi Ruang Terbuka Hijau di DKI Jakarta
49
Analisis Keberadaan Tanaman Terkait Toponim
60
Analisis Aplikasi Tanaman Pada Ruang Terbuka Hijau
61
Usulan Pengembangan
64
Konsep Pengembangan
64
Strategi Tahapan
64
Rekomendasi Penataan
64
Peningkatan Identitas Melalui Urban Design
69
SIMPULAN DAN SARAN
69
Simpulan
69
Saran
69
DAFTAR PUSTAKA
70
LAMPIRAN
72
RIWAYAT HIDUP
77
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Data yang Dikumpulkan Luas Wilayah Kotamadya Jakarta Pusat Menurut Kecamatan Luas Wilayah Kotamadya Jakarta Utara Menurut Kecamatan Luas Wilayah Kotamadya Jakarta Barat Menurut Kecamatan Luas Wilayah Kotamadya Jakarta Timur Menurut Kecamatan Luas Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan Menurut Kecamatan Jumlah Penduduk, laju pertumbuhan dan kepadatan di DKI Jakarta Tempat di DKI Jakarta yang toponimnya terkait dengan nama tanaman Data tanaman yang terkait dengan toponim Data Ruang Terbuka Hijau berdasarkan kelurahan di DKI Jakarta Potensi Ruang Terbuka Hijau Keberadaan tanaman penanda di lokasi studi dan luar lokasi studi Kriteria pemilihan tanaman pada persimpangan jalan Identifikasi tanaman pada lokasi studi yang terkait dengan toponim
12 15 16 16 17 17 21 21 33 50 53 60 63 65
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Kerangka Pikir Klasifikasi dan Jenis RTH Kota Peta Wilayah DKI Jakarta Tahapan Studi Kondisi beberapa wilayah di DKI Jakarta Peta Penggunaan Lahan Provinsi DKI Jakarta Wilayah di Kotamadya Jakarta Pusat yang memiliki nama terkait dengan Nama Tanaman Wilayah di Kotamadya Jakarta Utara yang memiliki nama terkait dengan Nama Tanaman Wilayah di Kotamadya Jakarta Barat yang memiliki nama terkait dengan Nama Tanaman Wilayah di Kotamadya Jakarta Timur yang memiliki nama terkait dengan Nama Tanaman Wilayah di Kotamadya Jakarta Selatan yang memiliki nama terkait dengan Nama Tanaman Suasana jalan di Welteverden tahun 1930 Kondisi wilayah Gambir pada tahun 1930 Kawasan Rawa Badak atau R. Oetanbadak tahun 1938 Rumah peristirahatan, penggilingan padi, dan Kali pesanggrahan 1900 Tanaman Bambu Apus Tanaman Bintaro Tanaman Cempaka Putih Tanaman Kosambi Tanaman Gambir Tanaman Gandaria Tanaman Johar Tanaman Rambutan
3 6 10 11 17 19 22 23 24 25 26 27 28 29 33 34 35 35 36 37 37 38 38
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
Tanaman Kayu Manis Cina Tanaman Bawang Tanaman Jeruk Tanaman Kacang Tanah Tanaman Manggis Tanaman Melati Tanaman Pala Tanaman Pisang Tanaman Sirih Tanaman Kedoya Tanaman Kelapa Gading Tanaman Menteng Tanaman Labu Manis Tanaman Srengseng Tanaman Wara Diagram Karakteristik Responden RTH di lokasi studi yang memiliki nama terkait dengan nama tanaman pada Kotamadya Jakarta Barat RTH di lokasi studi yang memiliki nama terkait dengan nama tanaman pada Kotamadya Jakarta Pusat RTH di lokasi studi yang memiliki nama terkait dengan nama tanaman pada Kotamadya Jakarta Selatan RTH di lokasi studi yang memiliki nama terkait dengan nama tanaman pada Kotamadya Jakarta Timur RTH di lokasi studi yang memiliki nama terkait dengan nama tanaman pada Kotamadya Jakarta Utara Daerah bebas pandang Penanaman pohon di RTH Taman Lingkungan Contoh peletakan signage Contoh desain layout signage Penanaman pohon manggis di RTH Jalur Hijau Jalan Kelurahan Kebon Manggis Peletakan planter box yang berisikan tanaman perdu atau tanaman merambat pada dinding luar rumah Contoh pengaplikasian bentuk tanaman ke dalam site furniture
39 40 40 41 41 42 42 43 44 44 45 45 46 46 47 48 55 56 57 58 59 62 66 67 67 68 69 69
DAFTAR LAMPIRAN 1 Lembar kuisioner 2 Tabel jenis pohon yang ada di sisi Jalan DKI Jakarta tahun 2010
72 74
PENDAHULUAN Latar Belakang Jakarta, Ibukota Republik Indonesia, memiliki catatan sejarah yang sangat panjang. Selama ratusan tahun, perkembangan Jakarta tidak pernah lepas dari kebudayaan masyarakatnya sendiri. Berbagai bangunan dan bentuk lingkungan yang muncul merupakan hasil dari budaya tersebut. Selain itu, penamaan suatu tempat, atau biasa disebut toponim juga merupakan hasil dari kebudayaan manusia. Toponim merupakan nama tempat yang penamaannya berdasarkan peristiwa yang terjadi atau sesuatu yang mayoritas dan banyak terdapat pada suatu tempat (Rais, 2008). Manusia yang bermukim pertama kali di suatu wilayah tentunya memberi nama pada unsur-unsur geografik di lingkungannya. Nama-nama unsur geografi bukan hanya sekedar nama, tetapi di belakang nama tersebut adalah sejarah yang panjang dari pemukiman manusia (a long history of human settlement) (Rais, 2006). Tujuan memberi nama pada unsur geografi adalah untuk identifikasi atau acuan dan sebagai sarana komunikasi antar sesama manusia. Dengan demikian nama-nama unsur geografi sangat terkait dengan sejarah pemukiman manusia. Salah satu bentuk toponim yang cukup menarik dan keberadaannya dapat menjadi identitas suatu tempat adalah toponim berdasarkan vegetasi atau jenis tanaman dominan. Bentuk seperti ini cukup banyak ditemukan di beberapa wilayah di Jakarta, seperti Kebon Jeruk, Pondok Labu, dan Gambir. Dahulu, dengan hanya melihat dominansi tanamannya, nama dari lokasi pun dapat dengan mudah dikenali. Namun, karena perkembangan kota DKI Jakarta disertai dengan pertambahan penduduk yang semakin meningkat mengakibatkan perubahan pada lanskap kota. Lanskap Kota Jakarta yang dahulu berupa hutan, perkebunan, dan rawa berubah menjadi lahan terbangun. Jumlah ruang terbuka semakin berkurang dan tanaman-tanaman yang menjadi penanda asal-usul suatu tempat juga berkurang bahkan hilang. Bentuk toponim seperti ini sangat bernilai dan menarik. Keberadaan penanda sangat penting sebagai pengingat dan penghubung suatu masyarakat atau area dengan sejarah masa lalu yang membentuknya. Namun sekarang, sulit sekali menemukan penanda tersebut. Selain itu beberapa tempat juga telah mengalami perubahan nama. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi mengenai hal tersebut serta memunculkan kembali jenis tanaman yang terkait dengan toponim untuk menjadi bagian dari identitas suatu tempat. Selain itu, pemunculan kembali jenisjenis tanaman yang pernah ada dan terkenal di kota Jakarta pada ruang-ruang terbuka potensial merupakan upaya meningkatkan biodiversitas tanaman.
Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya kegiatan penelitian adalah (1) menelusuri perkembangan lanskap sejarah Kota Jakarta yang terkait dengan nama tempat, (2) mengidentifikasi toponim beberapa wilayah di Jakarta yang terkait dengan nama tanaman, (3) menelusuri keberadaan tanaman, (4) melakukan analisis potensi lanskap untuk memunculkan kembali elemen atau keadaan yang terkait dengan
2 toponim, dan (5) memberikan rekomendasi untuk revitalisasi identitas wilayah terkait toponimnya serta upaya meningkatkan biodiversitas tanaman kota.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi tentang toponim wilayah dan sejarahnya, terutama yang terkait dengan bidang arsitektur lanskap, memberikan masukan kepada Pemerintah DKI Jakarta dan dinas terkait dalam rangka pembangunan Ruang Terbuka Hijau atau lanskap yang dapat dijadikan sebagai identitas wilayah, serta meningkatkan atau melestarikan biodiversitas dengan memunculkan atau menanam kembali tanaman yang pernah ada di DKI Jakarta.
Kerangka Pikir Perkembangan Kota DKI Jakarta mengakibatkan terbentuknya toponim yang salah satunya berdasarkan nama atau jenis tanaman. Namun, perkembangan kota yang disertai dengan pembangunan yang terus-menerus ini telah berdampak pada semakin berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) atau area untuk tanaman, serta semakin hilangnya jenis tanaman yang semula dominan dan menjadi toponim suatu area. Akibatnya masyarakat semakin tidak mengetahui bahwa nama area atau tempat tersebut berasal dari nama tanaman. Dengan kata lain, area tersebut kehilangan akar identitasnya. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya dengan memunculkan kembali tanaman yang menjadi toponim pada areaarea atau RTH yang potensial. Penelitian ini mencakup penelusuran mengenai toponim, identifikasi potensi Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang terdapat pada area studi, dan menggali pendapat masyarakat di lokasi studi mengenai toponim. Pada penelusuran mengenai toponim dapat diketahui sejarah dari area yang toponimnya terkait dengan nama tanaman, serta jenis dan karakteristik tanaman. Selanjutnya dilakukan penelusuran keberadaan tanaman tersebut. Pada identifikasi dan analisis Ruang Terbuka Hijau (RTH), dapat diketahui potensi RTH untuk upaya pemunculan kembali tanaman yang menjadi identitas suatu area. Kemudian dalam hal pendapat masyarakat mengenai toponim, dilakukan wawancara terhadap masyarakat yang tinggal di area tersebut untuk melihat sejauh mana masyarakat mengetahui tentang toponim dan keinginan masyarakat tentang upaya pemunculan kembali tanaman yang terkait dengan toponimnya. Kemudian dilakukan analisis sehingga dihasilkan rekomendasi revitalisasi identitas kawasan dengan memunculkan kembali jenis tanaman yang terkait dengan toponimnya berupa penanaman kembali tanaman tersebut atau peletakan elemen hardscape. Diharapkan kota atau area tersebut dapat memiliki identitas tempatnya kembali sesuai dengan toponominya. Bagan kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 1.
3
Gambar 1 Kerangka Pikir
4
TINJAUAN PUSTAKA Toponim Setiap unsur di bumi ini pasti memiliki nama yang diberikan oleh manusia guna mempermudah manusia dalam mengidentifikasi serta sebagai acuan ketika akan memposisikan lokasi keberadaannya, dan memudahkan dalam proses berkomunikasi dengan sesama manusia. Sama halnya dengan pemberian nama pada kampung, pemukiman, atau tempat yang diberi nama dengan tujuan yang sama, mempermudah identifikasi tempat. Menurut Rais (2008), dalam pemberian nama untuk suatu tempat dikenal dengan istilah toponim atau toponym yang terdiri dari dua suku kata, yaitu topos berarti tempat atau permukaan dan nym berati nama geografis atau nama tempat. Dalam bahasa Inggris sering disebut geographical names atau place names dan dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah nama unsur geografi atau nama geografis. Istilah-istilah tersebut diatur dalam UU No. 32 tahun 2004 pasal 7 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No. 112 tahun 2006 tentang Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi. Sedangkan toponimi atau toponymy memiliki 2 pengertian, yaitu (1) ilmu yang memiliki obyek studi tentang toponim pada umumnya dan nama geografis khususnya, (2) dan totalitas dari toponim dalam suatu region. Penamaan unsur-unsur geografis sangat terkait dengan sejarah pemukiman manusia. Surjomihardjo (1977), dalam bukunya mengatakan bahwa dalam pemberian nama suatu tempat memiliki karakteristik, yaitu: 1. nama tempat tersebut berdasarkan suatu peristiwa sejarah yang benar-benar terjadi. Suatu peristiwa yang dianggap masyarakat setempat sangat penting dan selalu menjadi patokan atau dikaitkan dengan nama tempat peristiwa itu terjadi. 2. nama tempat tersebut dikaitkan dengan vegetasi atau tumbuh-tumbuhan yang banyak ditemukan disuatu tempat. Nama tumbuh-tumbuhan yang banyak di suatu tempat, lama kelamaan menjadi nama tempat tersebut. 3. nama tempat tersebut dikaitkan dengan nama seorang tokoh yang pernah bermukim atau yang memiliki tempat tersebut. Karena terkenalnya seseorang disuatu tempat, maka menyebabkan masyarakat lebih mengenal tokoh tersebut, lama kelamaan nama tokoh itu menjadi menjadi nama tempat dan sekaligus sebagai penanda tempat atau kampung. 4. nama tempat tersebut dikaitkan dengan bentukan alam atau letak suatu ditempat tertentu. Masyarakat mengaitkan nama suatu tempat dengan bentukan alam yang khas di suatu tempat. 5. nama suatu tempat atau kampung dikaitkan dengan konsentrasi sekelompok orang (pendatang) yang bermukim di suatu tempat tertentu. Masyarakat setempat mengaitkan nama suatu tempat dengan nama suku atau nama etnis ataupun nama tempat asal pendatang yang mendiami tempat tersebut. 6. nama suatu tempat atau kampung dikaitkan dengan nama hewan atau nama binatang yang banyak ditemukan ditempat tersebut. Berdasarkan karakteristik toponim tersebut, berikut merupakan beberapa contoh bentuk toponim yang ada di DKI Jakarta menurut Ruchiat (2011), antara lain:
5 1. Glodok Asal-usul nama tempat ini berasal dari kata grojok, merupakan tiruan bunyi suara kucuran air pancuran yang berasal dari waduk penampungan air yang terdapat ditempat tersebut. Namun keterangan lain menyebutkan bahwa kata glodok diambil dari sebutan jembatan yang melintasi kali besar di wilayah itu, yaitu Jembatan Glodok. 2. Cililitan Nama Cililitan diambil dari nama salah satu anak sungai Ci Pinang. Namun anak sungai tersebut sudah tidak ada lagi. Kata ci berasal dari bahasa Sunda, berarti air (cai). Lilitan atau lilitan-kutu merupakan nama semacam perdu yang nama latinnya Pipturus veluntinus Wedd. Tanaman ini terdapat di sepanjang sungai. 3. Pajongkoran Pajongkoran disebut sebagai nama sebuah wilayah karena dari 1676 sampai 1682 wilayahnya dikuasai oleh Kapten Jonker, seorang kepala pasukan orang Maluku yang mengabdi kepada VOC. 4. Luar Batang Wilayah ini disebut Luar Batang karena terletak di luar batang pengempangan atau penghalang, yang diletakkan melintang di muara Ciliwung. 5. Kampung Bugis Kawasan ini disebut Kampung Bugis karena awalnya dijadikan perkampungan atau pemukiman sekelompok orang Bugis. 6. Lebak Bulus Nama kawasan ini diambil dari bentuk kontur tanah dan fauna. Lebak berarti lembah dan bulus adalah kura-kura yang hidup di darat dan air tawar. Dahulu kawasan ini terdapat banyak kura-kura atau bulus tepatnya di sekitar aliran Kali Grogol dan Kali Pesanggrahan.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Menurut Joga (2011) Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) yang memanjang/jalur dan/atau mengelompok dalam suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh vegetasi guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Menurut UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang atau jalur dan atau mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka sebagai tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah ataupun sengaja ditanam. Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta mengklasifikasikan Ruang Terbuka Hijau (RTH) berdasarkan pada kepentingan pengelolaannya adalah sebagai berikut: 1. Kawasan Hijau Pertamanan Kota, berupa sebidang tanah yang sekelilingnya ditata secara teratur dan artistik, ditanami pohon pelindung, semak/perdu, tanaman penutup tanah serta memiliki fungsi relaksasi.
6 2. Kawasan Hijau Hutan Kota, yaitu Ruang Terbuka Hijau dengan fungsi utama sebagai hutan raya. 3. Kawasan Hijau Rekreasi Kota, sebagai sarana rekreasi dalam kota yang memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau. 4. Kawasan Hijau kegiatan Olahraga, tergolong Ruang Terbuka Hijau area lapangan, yaitu lapangan, lahan datar atau pelataran yang cukup luas. Bentuk dari ruang terbuka ini yaitu lapangan olahraga, stadion, lintasan lari atau lapangan golf. 5. Kawasan Hijau Pemakaman. 6. Kawasan Hijau Pertanian, tergolong Ruang Terbuka Hijau areal produktif, yaitu lahan sawah dan tegalan yang masih ada di kota yang menghasilkan padi, sayuran, palawija, tanaman hias dan buah-buahan. 7. Kawasan Jalur Hijau, yang terdiri dari jalur hijau sepanjang jalan, taman di persimpangan jalan, taman pulau jalan dan sejenisnya. 8. Kawasan Hijau Pekarangan, yaitu halaman rumah di kawasan perumahan, perkantoran, perdagangan dan kawasan industri. Joga dan Ismaun (2011), membedakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam berbagai jenis dan bentuk. Klasifikasi dan jenis RTH Kota dapat dilihat pada Gambar 2. Fungsi RTH dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain aspek fungsi ekologis, sosial budaya, arsitektural, dan ekonomi. Pada aspek fungsi budaya, fungsi RTH dapat menjadi identitas suatu wilayah.
Gambar 2 Klasifikasi dan Jenis RTH (Sumber : Joga dan Ismaun, 2011)
7 Identitas Lanskap Konsep place identity yang mengacu pada hubungan antara place dengan identity yang menekankan pada makna dan signifikansi ”tempat” bagi para penghuni dan pengguna tempat tersebut merupakan konsep penting dalam berbagai lingkup bidang ilmu seperti geografi, perencanaan kota, desain urban, lanskap arsitektur, dan sebagainya. Secara mendasar konsep place identity mengulas bagaimana lingkungan lokal kita (termasuk lokasi geografis, tradisi budaya, warisan budaya, dan sebagainya yang merupakan kearifan lokal) mempengaruhi hidup kita (Fisher, 2006 dalam Ernawati, 2011). Menurut Lynch (1959), mengatakan bahwa setiap warga kota memiliki hubungan dengan beberapa bagian dari kota, dan kemudian citranya menjadi kenangan dan bermakna. Citra kota adalah gambaran mental dari sebuah kota sesuai dengan rata-rata pandangan masyarakatnya. Citra dapat mempermudah untuk mengetahui posisi seseorang atau seseorang tersebut dapat mengetahui keberadaannya. Oleh karena itu, citra erat kaitannya dengan identitas. Identitas artinya image orang akan menuntut suatu pengenalan atas suatu obyek dimana didalamnya harus tersirat perbedaan obyek tersebut dengan obyek lainnya sehingga orang dengan mudah bisa mengenalinya. Menurut Ralph (1976) dalam Seamon (1996), identitas sebuah kawasan dapat dibentuk oleh : 1. Existential Insideness Jika kawasan tersebut merupakan daerah yang hidup dan dinamis, sehingga menciptakan suatu identitas yang dapat langsung dirasakan. 2. Empathetic Insideness Jika kawasan tersebut menyimpan dan mengekspresikan nilai budaya dan perkembangan masyarakat dan pembangunannya. 3. Behavioral Insideness Jika kawasan tersebut dapat merefleksikan suasana tertentu baik karena bentukan lanskap maupun tata kotanya dan telah menjadi citra khusus yang melekat di benak khalayak umum. 4. Incidental Outsideness Jika fungsi kawasan tersebut yang lebih dikenal oleh masyarakat daripada latar belakang pembangunannya. 5. Objective Outsider Jika suatu kawasan lebih dikenal atas apa yang terdapat di dalamnya baik berupa objek maupun area. 6. Mass Identity of Place Posisi identitas ditempati oleh elemen massal yang terlepas dari perkembangan utama kota. Struktur massal ini biasanya tidak dominan secara individu, namun bila dilihat secara massal, keberadaannya mengalahkan identitas lain yang telah ada. 7. Existential Outsideness Jika kawasan memiliki keterkaitan dengan keberhasilan pada masa lalu maupun pada saat ini. Jika melihat Jakarta secara umum, identitas tempatnya dibentuk oleh Objective Outsider. Pada masa lalu, beberapa tempat di Jakarta khususnya yang
8 terkait dengan nama tanaman, dikenal oleh masyarakat karena objek atau tanaman yang banyak terdapat di tempat tersebut. Namun saat ini, tempat-tempat tersebut sudah tidak dikenal karena tanaman yang dahulu terdapat disana, melainkan karena objek lain yang terkenal di tempat tersebut, misalnya wilayah Kampung Rambutan yang dahulu dikenal karena pohon rambutan yang banyak tumbuh di sana, sekarang dikenal karena terdapat terminal kampung rambutan. Oleh karena itu, untuk mengembalikan identitas kawasan atau tempat agar sesuai dengan sejarahnya maka dilakukan upaya untuk merevitalisasi identitas kawasan di Jakarta. Dalam Eckbo (1988), Fumihiko Takano membuat Nita Green Mall, menghadirkan kembali apa yang pernah terdapat disana. Tujuannya adalah agar penduduk lokal merasa bangga dan tetap dapat mengingat sejarah tempat tersebut. Hal ini dilakukan dengan cara memunculkan kembali elemen atau setting yang terkait dengan sejarah tempat tersebut. Elemen-elemen hardscape dapat dimunculkan dalam bentuk pergola, bolard, pavement patern, yang merefleksikan karakter dari suatu hal yang pernah terdapat di tempat tersebut. Konservasi Biodiversitas Biodiversitas atau Diversitas Biologi atau keanekaragaman hayati merupakan istilah yang diberikan untuk keanekaragaman hayati yang ada di bumi mencakup semua spesies dari tanaman, hewan dan mikroorganisme, serta ekosistem tempat semua makhluk hidup tinggal dan berinteraksi. Terdapat tiga tingkatan dalam Biodiversitas, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman ekosistem. Keanekaragaman hayati memiliki peran penting dalam kehidupan. Semua mahluk hidup yang menempati suatu ekosistem merupakan bagian dari jaringan kehidupan yang saling bergantung satu sama lain. Kebutuhan akan makanan, tempat tinggal, oksigen, dan kesuburan tanah didapatkan dari interaksi seluruh makhluk hidup. Selain itu keanekaragaman hayati mahluk hidup juga memberikan banyak manfaat untuk kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, keanekaragaman hayati harus dipertahankan kelestariannya agar tercipta suatu kehidupan yang berkelanjutan. Meskipun keanekaragaman hayati sangat penting perannya dalam kehidupan manusia, namun ternyata kondisinya sangat menghawatirkan. Menurut Organisasi Dunia WWF (World Wild Fund), laju kehilangan atau kepunahan spesies adalah 1.00010.000 kali lebih tinggi daripada kehilangan yang terjadi secara alami. Jadi, sebanyak 0,01 sampai 0,1% dari jumlah keseluruhan spesies akan hilang setiap tahunnya. Adanya krisis biodiversitas ini hampir secara keseluruhan disebabkan oleh manusia. Perubahan tata guna lahan yang terjadi secara terus menerus dan sangat cepat menjadi faktor utama yang berpengaruh terhadap kondisi biodiversitas yang mayoritas berada di ekosistem daratan (RPI 2010). Hal inilah yang terjadi di wilayah Ibukota Indonesia, pembangunan yang terus menerus menyebabkan biodiversitas flora di DKI Jakarta semakin menurun. Oleh sebab itu perlu dilakukan konservasi terhadap biodiversitas agar kerugian yang ditimbulkan tidak berkelanjutan. Menurut POKJA Kebijakan Konservasi, konservasi tidak hanya didasarkan pada prinsip konservasi yang hanya dilakukan perlindungan saja, konservasi harus memberikan manfaat secara bijaksana dan berkelanjutan. Terdapat dua metode
9 dalam melakukan konservasi biodiversitas, yaitu konservasi in situ dan konservasi ex situ (Buletin KBR4 2013). 1. Konservasi in situ Konservasi in situ adalah metode konservasi suatu spesies yang dilakukan pada tapak atau ekosistem alami atau aslinya. Metode ini dilakukan pada spesies komodo yang di konservasi dalam habitat alaminya yaitu Pulau Komodo. 2. Konservasi ex situ Konservasi ex situ adalah metode konservasi suatu spesies yang dilakukan di luar habitat atau sebaran alami dari populasi tetuanya. Proses ini dilakukan dengan mengambil spesies yang langka dari tempat asalnya dan memindahkannya ke tempat yang aman dan berada di bawah perlindungan manusia. Fasilitas yang digunakan untuk konservasi ex situ biasanya berupa kebun binatang, kebun raya, kebun koleksi, dan aquarium . Terhadap tanaman-tanaman lokal yang pernah ada atau dominan pada suatu wilayah juga dapat dimunculkan kembali dan dilestarikan pada taman atau Ruang Terbuka Hijau potensial, sehingga dapat menjadi suatu upaya konservasi atau peningkatan biodiversitas wilayah tersebut.
10
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan pada 5 Kotamadya di wilayah DKI Jakarta. Fokus lokasi studi adalah pada wilayah tingkat kecamatan dan kelurahan yang memiliki toponim terkait dengan nama tanaman. Kegiatan penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, dimulai dari awal Desember sampai dengan akhir Mei 2013.
Gambar 3 Peta wilayah DKI Jakarta (Sumber: www.google.com. [17 April 2013]
11 Alat dan Bahan Alat yang diperlukan dalam melakukan inventarisasi data dan pengolahan data, yaitu alat tulis, kamera digital, alat perekam suara, dan untuk pengolahan data menggunakan software seperti Microsoft Excel, Microsoft Word, Autocad, dan Adobe Photoshop CS3. Bahan yang dibutuhkan adalah peta tematik, catatan, kuisioner, data aspek ekologis, sosial, dan sejarah.
Metode Penelitian dilakukan melalui empat tahapan, yaitu persiapan, pengumpulan data termasuk melakukan penelusuran sejarah pada area penelitian yang terkait dengan toponim nama tanaman, kemudian tahap analisis dan sintesis serta rekomendasi untuk memunculkan identitas kawasan dan meningkatkan biodiversitas tanaman. Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Tahapan Studi
12 Tahapan Studi Persiapan Tahapan persiapan meliputi pembuatan proposal penelitian, pelaksanaan kolokium yaitu mempresentasikan proposal penelitian guna mendapatkan masukan yang dapat membantu dalam proses penelitian. Pada tahap ini juga dilakukan kegiatan mengurus perizinan departemen dan dinas terkait serta mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan penelitian. Pengumpulan Data (primer dan data sekunder) Pada tahap ini dilakukan identifikasi dan penentuan lokasi yang toponimnya terkait dengan nama tanaman. Lokasi studi difokuskan pada wilayah tingkat kecamatan dan kelurahan. Data yang dibutuhkan pada studi ini adalah data lanskap DKI Jakarta dan data lanskap wilayah toponim. Data lanskap DKI Jakarta mencakup data kondisi umum DKI Jakarta, sedangkan data lanskap wilayah toponim mencakup data Ruang Terbuka Hijau, tanaman yang terkait toponim, aspek kesejarahan, pendapat/pandangan masyarakat mengenai toponim, dan aspek pengelolaan. Data yang dibutuhkan pada penelitian akan dijabarkan pada Tabel 1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Observasi Observasi merupakan kegiatan pengamatan untuk mengetahui kondisi tapak. Observasi dilakukan untuk memperoleh data primer melalui observasi lapang secara langsung pada wilayah penelitian mengenai kondisi umum tapak, Ruang Terbuka Hijau, dan vegetasi terkait toponim. Pada tahap ini juga dilakukan dokumentasi terhadap tapak. b. Wawancara Wawancara merupakan cara untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi sosial budaya yang tidak dapat dilihat secara langsung serta untuk mengetahui pendapat dan pandangan masyarakat mengenai toponim. Wawancara dilakukan terhadap 25 orang responden sebagai sampel setiap kotamadya DKI Jakarta, sehingga akan didapatkan total responden sekitar 130 orang. Responden yang dipilih antara lain berasal dari instansi pemerintahan seperti Suku Dinas, Kelurahan, Kecamatan, RT, RW, tokoh masyarakat, dan masyarakat yang tinggal di wilayah studi. Daftar pertanyaan untuk wawancara terdapat pada lembar Lampiran 1. Hasil wawancara ini diharapkan dapat mewakili pendapat atau pandangan masyarakat DKI Jakarta. c. Studi pustaka Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data dengan mempelajari dan membaca literatur, buku, catatan atau sumber lainnya yang terkait dengan studi. Dalam hal ini studi pustaka dilakukan guna mendapatkan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen lembaga terkait antara lain Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, Kasubdit Toponimi dan Pemetaan Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum, Dinas Tata Kota Provinsi DKI Jakarta, Badan Pusat Statistik (BPS), dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional DKI Jakarta. Data yang dikumpulkan meliputi data aspek fisik dan biofisik, kondisi kesejarahan terkait toponim, aspek sosial, aspek pengelolaan mengenai peraturan dan kebijakan yang berlaku di DKI Jakarta, dan dokumen peta terkait dengan lokasi studi.
13 Tabel 1 Data yang Dikumpulkan Jenis Data Indikator Pengamatan Aspek fisik/biofisik Kondisi umum Luas area DKI Jakarta Rencana Tata Ruang Wilayah Tata Guna Lahan Vegetasi
Lanskap wilayah Toponim
Unit m2
Studi pustaka
-
Studi pustaka Observasi, studi pustaka Observasi, studi pustaka Studi pustaka Observasi, studi pustaka
spesies
Demografi jiwa RTH -Luas m2 -Bentuk Jenis tanaman yang terkait dengan toponim Keberadaan tanaman Karakteristik tanaman
Aspek kesejarahan Toponim Sejarah penamaan Aspek sosial Pengetahuan Pengetahuan mengenai masyarakat toponim Aspek pengelolaan Peraturan dan Pengembangan dan kebijakan pengelolaan RTH
Sumber
-
Observasi, studi pustaka Observasi, wawancara Observasi, studi pustaka
-
Studi pustaka, wawancara
-
Wawancara
-
Studi pustaka
Analisis Tahapan analisis dilakukan dengan metode analisis deskriptif dan secara spasial. Analisis dilakukan pada tiga aspek, yaitu analisis sejarah toponim, analisis pada tanaman, analisis fungsi tanaman pada area eksisting, dan analisis pada Ruang Terbuka Hijau (RTH). a. Analisis Sejarah Toponim yang Terkait dengan Nama Tanaman Analisis Sejarah Toponim dilakukan secara deskriptif. Analisis Sejarah Toponim dilakukan guna mengetahui sejarah toponim tempat serta untuk mengetahui kondisi lanskap wilayah studi pada masa lampau. Sejarah mengenai asal-usul nama tempat atau toponim diperoleh melalui studi pustaka dan hasil wawancara dengan masyarakat. Analisis juga dilakukan dengan mengacu pada peta DKI Jakarta pada masa lampau . b. Analisis Keberadaan, Jenis, dan Karakteristik Tanaman Analisis fungsi tanaman pada area eksisting dilakukan secara deskriptif. Analisis dilakukan dengan melakukan pendataan terhadap tanaman yang terkait dengan toponim suatu tempat. Data tanaman diperoleh dari hasil studi pustaka, kemudian dilakukan wawancara terhadap masyarakat guna memastikan bahwa
14 tanaman tersebut terkait dengan toponim suatu tempat. Data tanaman yang dihimpun yaitu jenis tanaman, nama lokal dan latin tanaman, status keberadaan tanaman, lokasi tanaman pada Ruang Terbuka Hijau, dan fungsi tanaman bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. c. Analisis Potensi Ruang Terbuka Hijau (RTH) Analisis Potensi RTH dilakukan dengan deskriptif dan spasial. Analisis deskriptif pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) dilakukan guna mengetahui bentuk RTH di wilayah yang toponimnya terkait nama tanaman yang potensial untuk memunculkan kembali penanda yang menjadi identitas tempat dalam bentuk softscape maupun hardscape. Pendataan potensi Ruang Terbuka Hijau dilakukan dengan mencari data RTH dan identifikasi jenis RTH. Kemudian analisis spasial juga dilakukan dengan membuat peta lokasi Ruang Terbuka Hijau di setiap lokasi studi yang ditampilkan per kotamadya. Sintesis Tahap ini akan menjawab hasil analisis pada setiap tempat sehingga didapatkan suatu rekomendasi terbaik guna merevitalisasi identitas kawasan terkait dengan toponimnya dan konservasi biodiversitas tanaman kota. Hasil akhir dari studi ini adalah rekomendasi upaya menghadirkan atau memunculkan tanaman asli dengan mempertimbangkan keinginan masyarakat dan peraturanperaturan yang berlaku serta rencana pengembangan oleh pemerintah Jakarta. Upaya seperti ini dapat sekaligus membantu dalam konservasi biodiversitas tanaman kota. Revitalisasi juga dapat dilakukan dalam bentuk hardscape seperti ornamen-ornamen street furniture yang menggambarkan tanaman asli tersebut. Rekomendasi tersebut digambarkan dalam bentuk tertulis, spasial (untuk alternatif tempat penanaman), dan ilustrasi implementasi pada lanskap.
15
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Wilayah Administratif DKI Jakarta DKI Jakarta merupakan Ibukota Republik Indonesia dengan luas keseluruhan wilayah sebesar 662,33 km2 untuk daratan dan 6.977,5 km2 untuk lautan (BPS, 2012). Provinsi DKI Jakarta wilayahnya terbagi menjadi lima wilayah kotamadya dan satu kabupaten administrasi, yaitu Kotamadya Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. 1. Wilayah Administratif Kotamadya Jakarta Pusat Jakarta Pusat merupakan kotamadya yang secara administratif berbatasan dengan Jakarta Utara dan Barat di sebelah utara, Jakarta Timur di sebelah timur, Jakarta Selatan dan Timur di sebelah selatan dan Jakarta Barat dan Selatan di sebelah Barat. Letaknya yang strategis menjadikan kotamadya ini sebagai pusat dari segala aktifitas pemerintahan, perdagangan, jasa, dan bisnis. Secara astronomis letak Jakarta Pusat berada di 106o22’42” Bujur Timur sampai 106o58’18” Bujur Barat dan 5o19’12” Lintang Selatan sampai 6o23’54” Lintang Utara. Luas wilayah Jakarta Pusat sekitar 48,13 km2 dan terdiri dari 8 kecamatan dengan masing-masing luas yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Luas wilayah Kota Administratif Jakarta Pusat menurut kecamatan. (BPS, 2010) Kecamatan Tanah Abang Menteng Senen Johar Baru Cempaka Putih Kemayoran Sawah Besar Gambir Total
Luas (km2) 9,31 6,53 4,22 2,38 4,69 7,25 6,16 7,59 48,13
Persentase (%) 17,59 15,35 12,85 9,02 11,83 9,14 5,47 6,10 100
2. Wilayah Administratif Kotamadya Jakarta Utara Wilayah Jakarta Utara cukup dekat dengan permukaan laut. Ketinggiannya antara 0-2 meter diatas permukaan laut, bahkan ada beberapa tempat yang ketinggiannya berada dibawah permukaan laut. Secara geografis, batas utara wilayah ini merupakan Laut Jawa dan merupakan tempat bermuaranya 13 sungai, sehingga seringkali banjir akibat air pasang atau kiriman dari hulu sungai. Sebelah barat dari Jakarta Utara berbatasan dengan Kabupaten Dati II Tangerang dan Jakarta Pusat, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Dati II Tangerang, Jakarta Pusat dan Jakarta Timur, dan sebelah timur berbatasan dengan Jakarta Timur dan Kabupaten Dati II Bekasi. Kotamadya Jakarta Utara memiliki luas wilayah sebesar 146,66 km2 yang terdiri dari 6 Kecamatan dengan masing-masing luas dapat dilihat pada Tabel 3.
16 Tabel 3 Luas wilayah Kota Administratif Jakarta Utara menurut kecamatan (BPS, 2010) Kecamatan Penjaringan Pademangan Tanjung Priok Koja Kelapa Gading Cilincing Total
Luas (km2) 45,40 11,92 22,52 12,25 14,87 39,70 146,66
Persentase (%) 30,96 8,13 15,35 8,36 10,14 27,07 100
3. Wilayah Administratif Kotamadya Jakarta Barat Jakarta Barat merupakan daerah yang strategis, selain itu secara fungsi juga strategis bagi pengembangan di sektor ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan kota. Luas wilayah Jakarta Barat adalah 129,54 Km2 yang terdiri dari 8 kecamatan dengan masing-masing luas yang dapat dilihat pada Tabel 4. Kotamadya Jakarta Barat secara astronomis terletak pada 106o22’42” sampai 106o58’18” Bujur Timur dan 50o19’12” sampai 60o23’54” Lintang Selatan dengan batas wilayah. Tabel 4 Luas wilayah Kota Administratif Jakarta Barat menurut kecamatan (BPS, 2010) Kecamatan Kembangan Kebon Jeruk Palmerah Grogol Petamburan Tambora Taman Sari Cengkareng Kalideres Total
Luas (km2) 24,16 17,98 7,51 9,99 5,40 7,73 26,54 30,23 129,54
Persentase (%) 18,65 13,88 5,80 7,71 4,17 5,97 20,49 23,33 100
4. Wilayah Administratif Kotamadya Jakarta Timur Kotamadya Jakarta Timur terletak pada ketinggian 16m diatas permukaan laut. Total luas wilayahnya sebesar 188,86 Km2 yang terdiri atas 10 kecamatan dengan masing-masing luas dapat dilihat pada Tabel 5. Secara astronomis, posisinya terletak antara 106o49’35” Bujur Timur dan 6o10’37”. Sedangkan secara geografis, berbatasan dengan Kota Administrasi Jakata Utara dan Jakarta Pusat di sebelah utara, Kotamadya Bekasi (Provinsi Jawa Barat) disebelah timur, Kabupaten Bogor (Provinsi Jawa Barat) disebelah selatan, dan Kota Administrasi Jakarta Selatan dan Sungai Ciliwung disebelah barat. Selain itu, wilayah Jakarta Timur juga dialiri oleh 5 sungai, yaitu Sungai Ciliwung (melewati Kecamatan Matraman, Jatinegara, Kramat Jati, dan Pasar Rebo), Sungai Sunter (Kecamatan Duren Sawit dan Pulo Gadung), Kali Malang (melewati Kecamatan Makasar, Duren Sawit, dan Jatinegara), Kali Cipinang (melewati Kecamatan Jatinegara, Makasar, dan Ciracas), dan Cakung Drain (melewati Kecamatan Cakung).
17 Tabel 5 Luas wilayah Kota Administratif Jakarta Timur menurut kecamatan (BPS, 2010) Kecamatan Pasar Rebo Ciracas Cipayung Makasar Kramat Jati Jatinegara Duren Sawit Cakung Pulo Gadung Matraman Total
Luas (km2) 12,98 15,39 28,46 21,97 12,97 11,34 22,65 42,52 15,62 4,96 188,86
Persentase (%) 6,87 8,15 15,07 11,63 6,87 6,01 11,99 22,52 8,27 2,63 100
5. Wilayah Administratif Kotamadya Jakarta Selatan Jakarta Selatan merupakan kotamadya yang secara administratif berbatasan dengan Banjir Kanal Jl. Jenderal Sudirman Kecamatan Tanah Abang, Jl. Kebayoran Lama dan Kebun Jeruk disebelah utara, Kota Asministrasi Depok disebelah selatan, Kecamatan Ciledug, Kota Administrasi Tangerang disebelah barat, dan Kali Ciliwung disebelah timur. Secara astronomis terletak antara 6o15’40,8” Lintang Selatan dan 106o45’0,00” Bujur Timur. Menurut data dari Badan Pusat Statistik tahun 2011, menyebutkan bahwa Kotamadya Jakarta Selatan memiliki total luas wilayah sebesar 145,73 km2 dan terbagi menjadi 10 Kecamatan. Data Kecamatan beserta luas masing-masing wilayah dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Luas wilayah Kota Administratif Jakarta Selatan menurut kecamatan (BPS, 2010) Kecamatan Jagakarsa Pasar Minggu Cilandak Pesanggrahan Kebayoran Lama Kebayoran Baru Mampang Prapatan Pancoran Tebet Setiabudi Total
Luas (km2) 24.87 21.69 18.16 12.76 16.72 12.93 7.73 8.63 9.03 8.85 141.37
Persentase (%) 17.59 15.35 12.85 9.02 11.83 9.14 5.47 6.10 6.39 6.26 100
Tata Guna Lahan (Landuse) DKI Jakarta didominasi oleh lahan-lahan terbangun yang semakin meningkat jumlahnya setiap tahun. Beberapa penyebabnya antara lain dikarenakan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,41% per tahun membuat
18 kebutuhan akan tempat tinggal meningkat sehingga pembangunan pemukiman baru banyak dilakukan guna memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu, kecenderungan pemerintah DKI Jakarta untuk mengeksploitasi sumber daya alam seperti air dan lahan terbuka hijau. Konversi lahan terbuka menjadi lahan terbangun, lahan pertanian menjadi bukan pertanian, bahkan konversi pemukiman menjadi perkantoran, apartemen dan pusat perbelanjaan merupakan bentuk eksploitasi pemerintah guna mendapatkan keuntungan pribadi. Total luas wilayah DKI Jakarta sebesar 7.639,02 km2 (daratan dan lautan) dengan persen luas lahan terbangun sebesar 64,91% atau 429,41 km2 yang terdiri dari perumahan, gedung pemerintahan, gedung perkantoran, fasilitas umum, dan industri atau pergudangan. Sedangkan Ruang Terbuka Hijau sebesar 9,8% dari total wilayah DKI Jakarta.
Gambar 5 Kondisi beberapa wilayah di DKI Jakarta yang didominasi oleh bangunan perkantoran dan ruko Jika dilihat pada peta penggunaan lahan DKI Jakarta (Gambar 5.), jenis lahan terbangun yang terluas adalah bagian yang berwarna kuning, yaitu pemukiman atau perumahan beserta fasilitasnya yang memadati hampir seluruh wilayah DKI Jakarta. Selain perumahan, nampak pula bangunan umum dan pusat industri atau pergudangan yang berada di wilayah Kotamadya Jakarta Utara dan Jakarta Timur. Mengenai Ruang Terbuka Hijau, pada wilayah Kotamadya Jakarta Utara, jenis Ruang Terbuka Hijau yang ada adalah Ruang Terbuka Hijau Binaan dan Ruang Terbuka Hijau Lindung. Kemudian jenis Ruang Terbuka Hijau yang berada di Kotamadya Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur adalah taman dan Ruang Terbuka Hijau Binaan. Ruang Terbuka Hijau Binaan (RTH Binaan) adalah ruang atau kawasan yang lebih luas, baik dalam bentuk areal memanjang atau jalur atau mengelompok, dimana penggunanya lebih bersifat terbuka atau umum dengan permukaan tanah yang didominasi oleh perkerasan buatan dan sebagian kecil tanaman. Sedangkan Ruang Terbuka Hijau Lindung (RTHL) adalah ruang atau kawasan yang lebih luas, baik dalam bentuk areal memanjang atau jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya lebih bersifat terbuka atau umum, dan di dominasi oleh tanaman yang tumbuh secara alami atau tanaman budidaya.
19
Gambar 6 Peta Penggunaan Lahan DKI Jakarta 2010
20 Vegetasi Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah menyatakan bahwa keanekaragaman flora di DKI Jakarta cukup banyak. Mulai dari jenis tumbuhan pantai hingga tumbuhan pegunungan dan palawija. Namun jenis tumbuhan yang terdapat di DKI Jakarta sampai dengan tahun 2012 lalu belum dapat diketahui jumlah keseluruhannya, hanya jenis tumbuhan pantai yang ada di Kepulauan Seribu yang sudah diketahui jumlahnya sekitar 86 jenis. Beberapa jenis tumbuhan pantai menurut data BPLHD (2012) antara lain pohon kelapa, cemara laut, ketapang, rutun, mengkudu, dan pandan laut. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 tahun 2030 mengenai RTRW 2030, dalam pasal 6 ayat 5b menyatakan bahwa untuk mewujudkan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian ruang maka diberlakukan aturan pengembangan RTH sebesar 30% dari luas daratan Provinsi DKI Jakarta. Ruang Terbuka Hijau tersebut terdiri dari RTH Publik seluas 20% dan RTH Privat seluas 10%. Guna mewujudkan tersedianya Ruang Terbuka Hijau khususnya yang bersifat publik, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan pembangunan taman, pengembangan jalur hijau jalan, dan juga melakukan penanaman pohon dan tanaman hias pada sisi jalan. Menurut data dari Dinas Pertamanan DKI Jakarta tahun 2010, sekitar 131 jenis vegetasi yang ditanam di sisi jalan di DKI Jakarta (Lampiran 2).
Demografi Berdasarkan hasil Sensus Penduduk yang dilakukan oleh BPS tahun 2012, jumlah penduduk Jakarta sebanyak 9.991.788 jiwa dengan proporsi penduduk laki-laki 5.042.874 jiwa dan perempuan 4.948.914 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Jakarta sebesar 1,00% per tahun. Penduduk terbanyak terdapat di Kotamadya Jakarta Timur sebanyak 2.801.784 jiwa. Sedangkan jika dilihat dari kepadatan penduduknya atau jumlah penduduk per luas wilayah, maka Kotamadya Jakarta Pusat dengan luas wilayah 48,13 km2 dan jumlah penduduk 908.829 jiwa memiliki kepadatan penduduk tertinggi di DKI Jakarta sebesar 18.882,8 jiwa/km2. Tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduk per wilayah kotamadya dapat dilihat pada Tabel 7. Berdasarkan kelompok umur, sebesar 23,97% berusia 0-14 tahun, 28,99% berusia 15-29 tahun,26,81% berusia 30-44 tahun, 14,59% 45-59 tahun, dan 5,64% berusia 60 tahun atau lebih. Tingkat pendidikan masyarakat relatif cukup baik. Rata-rata pendidikan yang dicapai adalah 14,46% akademi atau Universitas, 37,99% Sekolah Lanjutan Atas, 19,86% Sekolah Lanjutan Pertama, 17,75% Sekolah Dasar, dan 9,85% tidak sekolah atau belum tamat SD. Berdasarkan jenis kegiatan penduduk berusia 15 tahun ke atas, sebanyak 48,42% bekerja, 5,30% pengangguran atau mencari pekerjaan, dan 21,35% bukan angkatan kerja yang mencakup kegiatan sekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya. DKI Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia menjadi tujuan utama masyarakat sebagai tempat bekerja. Hal tersebut menjadikan masyarakat Jakarta multibudaya atau memiliki latar belakang dan budaya yang beragam baik dari berbagai daerah di Indonesia maupun mancanegara. Menurut Data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil DKI Jakarta tahun 2012, jumlah Warga Negara Asing 4.463 jiwa dengan proporsi laki-laki 2.362 jiwa dan perempuan 2.101 jiwa.
21 Tabel 7 Data Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan per kotamadya di DKI Jakarta (BPS, 2012) Kotamadya Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara Kepulauan Seribu
Jumlah Penduduk (jiwa) 2.148.261 2.801.784 908.829 2.395.130 1.715.564 22.220
Pertumbuhan Penduduk pertahun (%) 2010-2011 2011-2012 1,08 1,00 1,00 0,93 0,23 0,23 1,45 1,36 1,12 1,04 1,65 1,56
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 15.196,0 14.835,2 18.882,8 18.489,5 11.697,5 2.538,3
Toponim Terkait dengan Nama Tanaman Sejarah Penamaan Tempat yang Terkait dengan Nama Tanaman Penamaan tempat sangat penting karena dapat membantu manusia dalam menelusuri sejarah pemukiman masa lalu. Pemberian nama didasari atas tanaman yang dominan atau banyak terdapat di suatu tempat pada masa lalu. Salah satu yang umum ditemukan di Jakarta adalah nama tempat yang terkait dengan nama tanaman. Lokasi wilayah tersebut tersebar di lima kotamadya (Tabel 8). Tabel 8 Tempat di DKI Jakarta yang toponimnya terkait dengan nama tanaman Tempat yang Terkait dengan Nama Tanaman Kotamadya Kecamatan Kelurahan 1. Jakarta Pusat Gambir*) Gambir Tanah Abang Kebon Melati Kebon Kacang Menteng*) Menteng Kebon Sirih Johar Baru*) Johar Baru Cempaka Putih*) Cempaka Putih 2. Jakarta Utara Kelapa Gading*) Kelapa Gading Barat Kelapa Gading Timur Tanjung Priok Kebon Bawang Warakas 3. Jakarta Barat Cengkareng Duri Kosambi Kebon Jeruk*) Kedoya Utara Kedoya Selatan Palmerah Kemanggisan 4. Jakarta Timur Matraman Pisangan Baru Kebon Manggis Kayu Manis Makasar Kebon Pala Ciracas Kampung Rambutan Cipayung Bambu Apus 5. Jakarta Selatan Pesanggrahan Bintaro Jagakarsa Srengseng Sawah Cilandak Pondok Labu Gandaria *) kecamatan dengan toponim terkait dengan nama tanaman No.
22
Gambar 7 Wilayah di Kotamadya Jakarta Pusat yang memiliki nama terkait dengan nama tanaman (DTR 2011)
23
23
Gambar 8 Wilayah di Kotamadya Jakarta Utara yang memiliki nama terkait dengan nama tanaman (DTR 2011)
24 24
Gambar 9 Wilayah di Kotamadya Jakarta Barat yang memiliki nama terkait dengan nama tanaman (DTR 2011)
25
Gambar 10 Wilayah di Kotamadya Jakarta Timur yang memiliki nama terkait dengan nama tanaman (DTR 2011)
26
Gambar 11 Wilayah di Kotamadya Jakarta Selatan yang memiliki nama terkait dengan nama tanaman (DTR 2011)
27 Nama-nama tempat di DKI Jakarta yang terkait nama tanaman memiliki sejarah penamaan seperti yang diungkapkan oleh Ruchiat (2011) dan Zaenuddin (2012). 1. Johar Baru Johar Baru merupakan nama sebuah kecamatan sekaligus kelurahan di Kotamadya Jakarta Pusat. Menurut peta Batavia tahun 1940, Johar masuk kedalam wilayah Weltevreden yang merupakan daerah pedesaan berupa lahanlahan luas milik swasta maupun pribadi dan juga terdapat perkampungan (Gambar 12). Pada tahun ini, wilayah Cempaka putih sudah masuk kedalam peta, namun masih bernama Tjempakapoetih. Pada 28 Agustus 1978 wilayah Cempaka Putih ditetapkan sebagai salah satu kecamatan di Kotamadya Jakarta Pusat. Ketetapan ini tercantum dalam PP no. 25 tahun 1978. Kemudian pada tahun 1990, Johar Baru yang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Cempaka Putih menjadi sebuah Kecamatan baru sebagai bentuk perluasan dari Kecamatan Cempaka Putih. Mengenai asal-usul penamaan kawasan ini, Zaenuddin HM menuliskan dalam bukunya bahwa nama Johar berasal dari nama tumbuhan Johar (Cassia siamea Lamk.) yang merupakan pohon yang sering digunakan sebagai peneduh. Pada masa lampau ditempat ini banyak pohon Johar yang baru ditanam, sehingga kawasan ini diberi nama Johar Baru.
Gambar 12 Suasana jalan di Welteverden tahun 1930 (kiri); Perkampungan bernama Kramat di Weltevreden tahun 1921 (kanan). (Sumber: media-kitlv.nl.) 2. Gambir Gambir merupakan kawasan yang dibuka oleh Gubernur Jenderal Daendels pada tahun 1810 sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda. Nama Gambir ini sudah dikenal lama dan merupakan sebutan masyarakat lokal yang melihat banyaknya tanaman Gambir yang tumbuh di wilayah tersebut. Gambir (Uncaria gambir) merupakan tanaman merambat dan masuk kedalam suku kopi-kopian. Seperti yang kita ketahui, orangtua jaman dahulu memiliki kebiasaan menyirih dan tanaman ini digunakan sebagai salah satu bahan campuran untuk memakan sirih. Sebelumnya pada tahun 1658, wilayah ini merupakan rawa dan padang ilalang yang ditanami sayuran, padi, dan tebu oleh orang-orang cina dengan menyewa tanah ke pemilik tanah, yaitu Anthony Paviljoen. Pada saat Daendels berkuasa, wilayah gambir ini dianggap sebagai Weltervreden yaitu tempat ideal dan nyaman untuk pemukiman. Maka dilakukan pemindahan pusat pemerintahan ke wilayah ini disertai dengan pembangunan sarana dan prasarana baru salah satunya Lapangan Koningsplein (Lapangan IKADA). Gambar 13 menunjukkan suasana wilayah Gambir pada tahun 1930. Kemudian pada tahun 1962 mulai muncul bangunan-bangunan baru seperti MONAS, Lapangan Gambir, perumahan
28 dinas Departemen Pekerjaan Umum dan Djawatan Kereta Api. Hasil dari pembangunan ini adalah hilangnya pasar-pasar tradisional dan berkurangnya tanaman gambir di wilayah tersebut. Yang tersisa saat ini hanyalah nama Gambir saja yang ada pada stasiun dan kelurahan.
Gambar 13 Kondisi wilayah Gambir pada tahun 1930, Lapangan IKADA (kiri); Pasar Gambir (kanan) . (Sumber: media-kitlv.nl.) 3. Menteng Menteng merupakan salah satu kawasan yang terkenal di Jakarta karena terdapat perumahan elit milik pejabat pemerintahan dan orang-orang kaya. Namun, dahulu ternyata kawasan ini kurang dikenal karena masih berupa hutan. Hutan ini banyak ditumbuhi oleh tanaman buah-buahan, salah satunya adalah Pohon Menteng (Baccaurea racemosa). Oleh karena jumlah pohon Menteng banyak, maka masyarakat menyebut kawasan ini dengan nama Menteng. Kawasan ini baru dibuka untuk pengembangan oleh Gubernur Jendral Daendels pada tahun 1810. Kemudian pada tahun 1912 pemerintah Hindia Belanda membeli tanah di sekitar menteng sebagai kawasan perumahan bagi pegawai pemerintah Hindia Belanda. 4. Kebon Sirih Kebon Sirih merupakan sebuah kelurahan yang cukup penting karena di wilayah ini terdapat kantor pemerintahan seperti gedung DPRD dan Balaikota Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. Mengenai asal-usul penamaan Kebon Sirih tidak diketahui waktu pasti pergantian nama, namun wilayah ini dibangun pada tahun 1830 atas perintah dari Gubernur Jenderal Van Den Bosh. Dahulu wilayah ini diberi nama de nieuwe weg achter het Koningsplein atau Jalan baru di belakang Koningsplein kemudian berganti menjadi KF Holle atau Gang Holle, berkembang menjadi Sterreweg dan berubah menjadi Kebon Sirih. Alasan dinamakan Kebun Sirih karena di tempat ini terdapat perkebunan-perkebunan milik Belanda yang ditanami Tanaman Sirih. Pada masa itu, sirih sudah banyak dimanfaatkan sebagai obat dan bahan untuk menyirih oleh para wanita khususnya wanita tua. 5. Cempaka Putih Cempaka Putih merupakan nama kecamatan di Kotamadya Jakarta Pusat. Menurut sejarah, tempat ini merupakan perkebunan bunga, yaitu bunga cempaka putih (Michelia alba). Pohon ini memiliki manfaat pada bunga dan akarnya yang dimanfaatkan sebagai obat. Hal ini bisa terjadi karena Batavia memang dahulu banyak terdapat perkebunan yang umumnya dimiliki oleh tuan tanah dan tentara
29 Belanda. Pada peta Batavia tahun 1930, cempaka putih merupakan sebuah perkampungan yang bernama Tjempakapoetih yang terletak di Weltevreden. 6. Kebon Kacang Menurut sejarah, kawasan ini dahulu merupakan kawasan yang menjadi sumber pasokan penting produk-produk pertanian jenis kacang tanah bagi batavia yang dimiliki oleh warga dan tuan tanah Belanda. Produk minyak kacang merupakan bahan komoditi yang laris pada saat itu. Hasil dari pertanian ini dikirim ke Batavia Utara melalui kanal buatan yang bernama Kanaal Molenvliet. Kanal ini dibuat Kapten Cina bernama Phoa Bing Gam yang memang bertujuan untuk menghanyutkan kayu bakar dan komoditi pertanian lainnya dari daerah "dekat hutan" di sekitar bekas gedung Harmoni hingga ke kota dan berakhir di daerah Bantenburg yang sekarang terletak di depan Glodok Building (Ensiklopedia Jakarta). Oleh karena adanya pertanian kacang di kawasan ini, maka akhirnya dikenal dengan Kebon Kacang. 7. Kebon Melati Kebon Melati merupakan nama sebuah kelurahan di Kecamatan Tanah Abang Kotamadya Jakarta Pusat. Pada abad ke 18, memang banyak terdapat perkebunan di Batavia termasuk kawasan Kebon Melati. Perkebunan yang ada di kawasan ini adalah perkebunan tanaman melati. Karena adanya perkebunan melati dikawasan ini, maka disebut kawasan Kebon Melati. 8. Kebon Bawang Kebon Bawang merupakan nama sebuah kelurahan yang terletak di Kecamatan Tanjung Priok. Menurut sejarahnya, daerah ini sudah ada dalam peta Kota Jakarta sejak jaman kolonial. Hal ini dikarenakan Kebon Bawang merupakan tempat lalulintas pengiriman bermacam-macam komoditi. Menurut peta Plattegrond van Batavia, kebon bawang merupakan kawasan rawa-rawa yang bernama Rawa Oetanbadak atau dikenal dengan Rawa Badak (Gambar 14). Pada saat itu sudah terdapat desa-desa tetapi jumlahnya masih sedikit. Menurut cerita masyarakat di sekitar kelurahan Kebon Bawang, daerah ini juga merupakan daerah penghasil bawang terutama jenis bawang merah dan putih. Kebun bawang tersebut ditanam oleh warga setempat sekitar abad ke-17. Oleh karena itu, daerah ini dikenal dengan nama Kebon Bawang. Namun, karena bertambahnya jumlah penduduk maka dilakukan penutupan rawa guna membangun tempat tinggal baru. Saat ini, wilayah Kebon Bawang sudah berubah menjadi wilayah pemukiman padat penduduk yang dihuni oleh mayoritas masyarakat suku Sunda.
Gambar 14 Kawasan Rawa Badak atau R. Oetanbadak tahun 1938 (Sumber : http://media-kitlv.nl.)
30 9. Warakas Warakas merupakan sebuah kelurahan di Kecamatan Tanjung Priok yang ini merupakan sebuah wilayah pemukiman padat. Nama Warakas merupakan nama tanaman yang banyak tumbuh di daerah rawa. Memang benar wilayah warakas ini dahulu merupakan rawa-rawa yang sekarang jumlahnya sudah berkurang bahkan hampir tidak ada. Jika dilihat dari segi bahasa, warakas merupakan bahasa jawa dari tanaman paku laut. Namun menurut data yang didapatkan di Kelurahan Warakas, sejarah pemberian nama warakas tidak dikarenakan banyak dijumpai tanaman warakas, melainkan tanaman waru yang tumbuh di daerah pantai. 10. Kelapa Gading Wilayah di Jakarta Utara memang mayoritas merupakan daerah rawa. Oleh karena itu, banyak ditemukan tanaman kelapa. Umumnya, keberadaan tanaman tersebut sangat berpengaruh dalam pemberian nama suatu tempat, seperti Kelapa Gading. Sesuai dengan namanya, memang dahulu daerah tersebut banyak tumbuh pohon kelapa terutama varietas Cocos nucifera var eburnea dengan pohon yang tidak terlalu tinggi dan memiliki buah yang berukuran kecil dan berwarna kuning gading. Jika dilihat kondisi Kelapa Gading sekarang, masih dapat ditemukan pohon kelapa namun jumlahnya tidak sebanyak dulu. 11. Duri Kosambi Duri Kosambi merupakan suatu kelurahan yang berada di Kecamatan Cengkareng. Menurut sejarah, dahulu di wilayah ini banyak terdapat perkebunan buah, sayuran, dan berbagai jenis pohon lainnya. Namun tanaman yang mendominasi di perkebunan ini adalah pohon buah-buahan salah satunya yaitu pohon kesambi atau kosambi (Schleichera oleosa). Pohon ini memiliki duri di batang dan dahannya. Oleh karena itulah wilayah ini disebut Duri Kosambi hingga saat ini, meskipun kini pohon kosambi sudah tidak dapat ditemukan di wilayah Kosambi. 12. Kedoya Kedoya merupakan kelurahan yang berada di Kecamatan Kebon Jeruk. Nama Kedoya sendiri diambil dari nama tanaman yang dahulu banyak tumbuh di wilayah ini. Kedoya (Dysoxylum gaudhichaudianum) merupakan jenis pohon duku yang berasal dari Australia. Tanaman ini memang dibudidayakan di kebun penduduk pada masa itu. Karena begitu banyaknya pohon kedoya, menjadikan wilayah ini seperti hutan pohon kedoya. Namun, karena adanya pembangunan berbagai sarana prasarana untuk masyarakat di wilayah ini, mengakibatkan banyak pohon kedoya yang ditebang. Akibatnya, pohon kedoya sudah nyaris tidak ada lagi di wilayah ini. 13. Kebon Jeruk Kebon Jeruk adalah sebuah kecamatan yang didalamnya terdapat perkampungan, perumahan sedang hingga mewah, gedung-gedung perkantoran dan pusat perdagangan. Dahulu, wilayah ini merupakan perkebunan buah milik masyarakat Betawi. Tanaman yang dominan di perkebunan tersebut adalah pohon jeruk (Citrus sp.). Jika berbuah, hasil panennya ada yang dijual dan ada pula yang
31 dikonsumsi sendiri. Karena banyaknya pohon jeruk di perkebunan ini, maka wilayah ini disebut Kebon Jeruk. 14. Kampung Rambutan Rambutan atau lebih dikenal dengan Kampung Rambutan merupakan salah satu wilayah yang cukup terkenal di Jakarta Timur. Sesuai dengan namanya, di wilayah ini dahulu banyak terdapat pohon rambutan (Nephelium lappaceum) yang tumbuh di halaman atau di kebun-kebun milik penduduk setempat. Jika masa panen tiba, maka pohon rambutan tersebut menghasilkan buah yang sangat banyak dan oleh penduduk setempat buah rambutan tersebut dijual ke berbagai tempat. Daerah ini memang dikenal sebagai darah penghasil rambutan. Oleh karena itulah daerah ini disebut sebagai Kampung Rambutan. 15. Bambu apus Bambu apus merupakan salah satu jenis bambu yang tidak berduri, memiliki batang yang lurus, dan ukuran daunnya lebih besar daripada daun bambu pada umumnya. Namun, lain halnya dengan Bambu Apus yang berada di Jakarta Timur. Bambu Apus disini merupakan nama sebuah daerah (kini merupakan kecamatan) yang dahulu banyak terdapat pohon bambu apus. Itulah sebabnya daerah tersebut diberi nama Bambu Apus. Namun, sekarang pohon bambu apus sudah tidak dapat ditemukan lagi keberadaannya di wilayah Bambu Apus. 16. Kayu manis Menurut sejarah, wilayah Jakarta ini memang dulunya terdiri dari hutan, perkebunan, dan rawa. Kondisi fisik seperti ini sangat berbeda dengan kondisi Jakarta sekarang yang didominasi oleh gedung-gedung bertingkat maupun perumahan. Oleh karena itu, dahulu dalam memberikan nama untuk suatu tempat banyak dipengaruhi oleh tanaman yang ada, kayu manis salah satunya. Menurut sejarah, di wilayah ini banyak tumbuh pohon kayu manis Cina (Cinnamonum aromaticum nees.). Namun sekarang sudah jarang ditemukan pohon ini di wilayah tersebut. 17. Pisangan baru Pisangan Baru merupakan kelurahan di Kecamatan Matraman yang merupakan pecahan dari Pisangan Timur atau Pisangan Lama. Sesuai dengan namanya, memang dahulu disini banyak terdapat pohon pisang yang ditanam untuk kemudian hasilnya dijual. Hingga sekarang, di wilayah ini masih banyak dijumpai penjual-penjual pisang di sepanjang jalan masuk wilayah Kelurahan Pisangan Baru. Namun menurut penduduk disana, jumlah pohon pisang yang ada di wilayah tersebut tidak sebanyak dulu. 18. Kebon Manggis Asal usul kawasan Kebon Manggis ini sama halnya dengan Kampung Rambutan. Pemberian namanya dikarenakan di tempat tersebut banyak terdapat perkebunan yang ditanami pohon manggis (Garcinia mangostana I). Jika masa panen tiba, pohon manggis tersebut akan menghasilkan buah yang banyak. Kemudian, oleh penduduk setempat hasil panen dijual ke pasar-pasar di Batavia.
32 Karena keunggulannya tersebut, maka masyarakat menyebut daerah ini Kebon Manggis. 19. Kebon pala Asal-usul pemberian nama kebon pala diawali pada masa kolonial Belanda. Saat itu, pemerintah Belanda menanam banyak tanaman di perkebunan milik tuan tanah. Salah satu tanaman yang ditanam adalah tanaman rempah-rempah yang berasal dari Indonesia bagian timur, yaitu pohon pala (Myristica fragrans). Karena banyaknya pohon pala di wilayah ini, maka masyarakat menyebutnya Kebon Pala. 20. Bintaro Asal-usul penamaan Bintaro adalah karena di kawasan ini banyak tumbuh pohon bintaro (Cerbera manghas L.). Pohon Bintaro ini merupakan salah satu tanaman yang umumnya tumbuh di rawa. Menurut sejarah, memang Bintaro dahulu merupakan sebuah kawasan yang terdiri dari rawa-rawa. Namun wilayah ini belum masuk ke dalam peta Belanda hingga menjelang Perang Dunia II, hanya kampung-kampung di sekitarnya saja yang sudah masuk ke dalam peta seperti Pondokpinang dan Pasarjumat. Sekarang kawasan ini sudah berubah menjadi kawasan perumahan. Namun, kelestarian dari Pohon Bintaro ini masih tetap dijaga, terbukti dengan penanaman dibeberapa tempat. 21. Srengseng Sawah Srengseng sawah merupakan kelurahan yang berada di Kecamatan Jagakarsa. Asal-usul penamaan tempat ini yaitu pada zaman kolonial Belanda. Pada tahun 1930an, kawasan ini merupakan bagian dari wilayah distrik (Kawedanan) Kebayoran, Kabupaten Meestercornelis. Para VOC Belanda menyebut tempat ini Sringsing yang kemudian menjadi Srengseng. Disebut demikian karena di tempat ini banyak tumbuh tanaman Srengseng (Pandanus caricosus Rmph.), yaitu sejenis pandan berduri dan memiliki daun yang lebar. Pohon srengseng adalah tanaman sejenis pandan yang banyak tumbuh di daerah rawa. Lalu karena masyarakat banyak yang membuka lahan persawahan, maka tempat ini disebut Srengseng Sawah. Dahulu, daun pandan ini digunakan sebagai bahan untuk membuat tikar dan topi pandan. Bagian daunnya dianyam menjadi tiker dan topi anyam kemudian dipasarkan sampai ke luar Pulau Jawa. Usaha sampingan ini masih dilakukan oleh masyarakat Srengseng Sawah hingga tahun 1970-an. 22. Pondok Labu Pondok Labu merupakan sebuah kelurahan di Kecamatan Cilandak yang namanya di ambil dari gabungan dua kata, yaitu pondok dan labu. Pondok disini merupakan tempat peristirahatan atau penginapan sementara. Sedangkan labu merupakan tanaman yang merambat di pondok tersebut. Jenis labu yang tumbuh di sini adalah labu dari Famili Cucurbitaceae dengan nama latin Lagenaria hispida Ser, merupakan labu besar yang biasa dikonsumsi. Dahulu kawasan ini terdapat tempat penggilingan padi dan rumah peristirahatan yang oleh orangorang Belanda disebut Simplicitas (Gambar 15). Letak Simplicitas ini menurut
33 peta tahun 1900 yang dibuat oleh Topographisc Bureau Batavia berada di sebelah utara Rempoa, tidak jauh dari Kali Pesanggrahan.
Gambar 15 Rumah peristirahatan (kiri); penggilingan padi (tengah); dan Kali Pesanggrahan di wilayah Pondok Labu tahun 1900 (kanan). (Sumber: http://media-kitlv.nl.) 23. Gandaria Gandaria merupakan nama sebuah kelurahan di Kecamatan Cilandak. Asalusul penamaan tempat ini adalah berasal dari nama tanaman yaitu pohon Gandaria (Bouea macrophylla griff.) yang memang banyak tumbuh di tempat ini. Namun, sekarang wilayah tersebut sudah berubah menjadi pemukiman dan perkantoran sehingga jumlah tanaman ini semakin berkurang. Tanaman yang Terkait dengan Toponim Jenis tanaman yang ada di DKI Jakarta jumlahnya sangat banyak. Terdapat beberapa jenis tanaman yang namanya dipakai sebagai nama tempat di DKI Jakarta yang disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Tanaman yang terkait dengan toponim di Jakarta No.
Nama Tempat
1. 2. 3 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Bambu Apus Bintaro Cempaka Putih Duri Kosambi Gambir Gandaria Johar Kp. Rambutan Kayu Manis Kebon Bawang
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Kebon Jeruk Kebon Kacang Kebon Manggis Kebon Melati Kebon Pala Kebon Pisang Kebon Sirih
Nama Lokal Bampu Apus Bintaro Cempaka Putih Kosambi Gambir Gandaria Johar Rambutan Kayu Manis Bawang Merah Bawang Putih Jeruk Kacang Tanah Manggis Melati Pala Pisang Sirih
Tanaman Nama Latin Gigantochloa apus Kurz Cerbera manghas Michelia alba L. Schleichera oleosa Uncaria gambir Roxb. Bouea macrophylla Griffith Cassia siamea Nephelium lappaceum Cinnamomum cassia Presl. Allium cepa var. A. Allium satium L. Citrus sp. Arachis hypogaea L. Garcinia mangostana Jasminum sambac Myristica fragrans Houtt, Musa paradisiaca L. Pipier betle L.
Habitus Tanaman Pohon Pohon Pohon Pohon Perdu Pohon Pohon Pohon Pohon Herba Herba Perdu Herba Pohon Perdu Pohon Pohon Tanaman Merambat
34 18.
Kedoya
Kedoya
19. 20. 21.
Kelapa Gading Menteng Pondok Labu
Kelapa Menteng Labu Manis
22. 23.
Srengseng Sawah Warakas
Srengseng Wara
Dysoxylum gaudhichaudianum Cocos nucifera Baccaurea motleyana Lagenaria hispida Ser.
Pohon
Pohon Pohon Tanaman Merambat Pandanus caricosus Ramph. Perdu Hibiscus tiliaceus Pohon
Berikut merupakan penjelasan atau deskripsi mengenai tanaman yang terkait dengan toponim menurut Prohati (2013); 1. Bambu Apus (Gigantochloa apus Kurz) Pohon bambu apus atau bambu tali termasuk ke dalam family Poaceae (suku rumput-rumputan) dan tumbuh berumpun dengan tinggi 10-15m. Memiliki batang berkayu, bulat dan beruas-ruas, berwarna putih kehitaman hingga hijau, juga memiliki tunas atau rebung yang berbulu. Daunnya tunggal dengan bentuk daun yang panjang dengan dimensi 20-30cm x 4-6cm, ujung daun runcing, pangkal yang membulat, dan berwarna hijau. Pohon ini juga menghasilkan bunga berwarna ungu kehitaman. Jenis bambu ini berasal dari Pulau Jawa dan tidak ditemukan di alam liar. Manfaat tanaman ini banyak, diantaranya karena kayunya yang terkenal kuat maka bambu ini banyak digunakan untuk bahan pembuat bangunan, jembatan, furniture, dan rebung dan daunnya yang bisa dijadikan obat. Fungsi pohon ini dalam lanskap adalah sebagai screen, tanaman display, dan konservasi tanah. Sistem perakarannya serabut dan kuat sehingga memungkinkan untuk mengikat tanah dan air.
Gambar 16 Pohon Bambu Apus beserta kulit batangnya dan daunnya 2. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro merupakan pohon di kawasan pantai, namun banyak ditanam di tepi-tepi jalan atau di perumahan. Pohon ini dapat tumbuh mencapai ketinggian 12m. Daunnya berwarna hijau tua dengan permukaan daun yang mengkilap. Bunganya berdiameter 3-5cm dan berwarna putih dengan warna merah muda hingga merah pada bagian leher bunga. Selain itu pohon ini juga menghasilkan buah yang berbentuk bulat telur, memiliki panjang 5-10cm, dan ketika sudah matang buahnya berubah warna dari ungu menjadi merah. Meskipun warna buahnya sangat cantik, buah bintaro ini memiliki racun glycoside yang sangat berbahaya. Namun, buah bintaro ini dapat dimanfaatkan sebagai biopestisida.
35 Pohon Bintaro merupakan tanaman penciri ekosistem rawa. Fungsi tanaman ini pada lanskap adalah sebagai peneduh.
Gambar 17 Pohon Bintaro beserta bunga, daun dan buahnya 3. Cempaka Putih (Michelia alba L.) Cempaka putih merupakan tanaman yang berasal dari Cina dan termasuk kedalam famili Magnoliaceae. Tanaman ini merupakan tanam peneduh yang memiliki tinggi sekitar 15-25 m dan tumbuh di tempat yang berada pada ketinggian 1200mdpl. Pohon ini memiliki daun tunggal dengan panjang 10 sampai 20 cm dan lebar 4,5 sampai 11 cm, berbentuk runcing pada bagian ujung dan pangkal daun, daun muda berwarna hijau muda dan daun tua berwarna hijau tua. Bunganya berwarna putih dan berbau harum. Buah yang dihasilkan berbentuk bulat memanjang dan sedikit bengkok dan berwarna merah tua jika sudah masak. Fungsi Pohon Cempaka Putih dalam lanskap adalah sebagai peneduh, focal point, dan penetralisir bau.
Gambar 18 Pohon Cempaka Putih beserta bunga daun dan tekstur batangnya 4. Kesambi/kosambi (Schleichera oleosa) Kosambi atau kesambi (Schleichera oleosa) merupakan tanaman yang berasal dari lembah gunung Himalaya, bagian barat Deccan sampai Srilanka, dan Indo-Cina.. Di Indonesia, pohon Kesambi ini tumbuh di pulau Jawa, Bali, NTT, Sulawesi, Pulau Seram dan Kai. Umumnya di pulau Jawa tanaman ini berada di wilayah hutan jati yang tumbuh secara liar. Pohon Kosambi dapat tumbuh hingga
36 40m dengan diameter batang dapat mencapai 2 m, tetapi pada umumnya diameter batang kurang dari 2m. Kulit kayunya berwarna abu-abu dan halus. Pada cabang batangnya terdapat rambut yang tumbuh namun jarang. Daunnya berbentuk lonjong memanjang dengan lebar 2,5-9cm x panjang 4,5-18,5cm dan daun mudanya berwarna merah muda. Pohon Kosambi memiliki bunga sehingga dapat menghasilkan buah yang berbentuk bulat licin dan sedikit berduri dan berwarna kuning. Salah satu kegunaan dari Pohon Kosambi pada jaman dahulu adalah kayunya sering digunakan sebagai bahan pembuat jangkar perahu karena kayunya yang padat, berat, dan sangat keras. Selain itu pohon ini merupakan inang dari kutu lak, pada masa Belanda, kutu lak dikembangbiakkan sehingga menghasilkan lak yang digunakan sebagai bahan pewarna, pengilat makanan, dan pernis. Tanaman ini memiliki fungsi dalam lanskap sebagai tanaman peneduh.
Gambar 19 Pohon Kosambi beserta buah dan daun yang masih muda 5. Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Gambir (Uncaria gambir Roxb.) merupakan tanaman yang ditemukan di Malaysia, Singapura, Indonesia, dan pulau-pulau sekitarnya. Namun kemungkinan berasal dari Pulau Sumatra dan Kalimantan. Tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian 200-600 mdpl. Tanaman ini dapat tumbuh dengan tinggi sekitar 2,4 meter. Gambir termasuk perdu yang memiliki percabangan memanjang, daun berbentuk oval memanjang berukuran 8 sampai 14 cm dengan ujung daun meruncing dan permukaan daunnya licin. Memiliki bunga berwarna merah muda atau putih dan mahkota bunganya berbentuk seperti corong. Tanaman ini menghasilkan buah yang berbentuk seperti kapsula. Di Indonesia, getah gambir yang berasal dari daun dan ranting yang dikeringkan umumnya digunakan oleh wanita-wanita tua sebagai bahan untuk menyirih. Selain itu, gambir juga dimanfaatkan sebagai bahan penyamak kulit, pewarna, dan kandungan katekinnya bersifat sebagai antioksidan. Fungsi tanaman ini dalam lanskap adalah sebagai pengarah dan point of interest karena memiliki bunga berwarna kuning.
37
Gambar 20 Pohon Gambir beserta buah dan daunnya 6. Gandaria (Bouea macrophylla Griffith) Gandaria merupakan pohon buah yang berasal dari Sumatra Utara, Semenanjung Malaysia, dan Jawa Barat. Pohon ini dapat tumbuh di daerah topis basah yang memiliki tanah subur dengan ketinggian 300mdpl untuk yang tumbuh secara alami, dan 850mdpl untu tanaman yang telah dibudidaya. Pohon gandaria memiliki tinggi yang dapat mencapai 27m. Kulit batangnya berwarna coklat muda, memiliki daun yang berbentuk bulat memanjang dengan panjang 11-45cm dan lebar 4-13cm, dan permukaan daun mengkilap. Bunganya berukuran 4-12cm dan berwarna kekuningan dan akan berubah menjadi kecoklatan. Buah yang dihasilkan berbentuk agak bulat dengan diameter 2,5-5cm, berwarna kuning hingga orange, dan rasanya asam sampai manis untuk daging buah yang berwarna merah gelap. Tanaman ini merupakan tanaman produksi dan memiliki fungsi pada lanskap sebagai peneduh.
Gambar 21 Pohon Gandaria beserta daun, bunga, dan buahnya 7. Johar (Cassia siamea Lamk./ Cassia florida Vahl.) Pohon johar merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan termasuk kedalam famili Caesalpiniaceae. Pohon ini tumbuh ditempat yang terkena sinar matahari langsung dan memiliki ketinggian 1-1000mdpl. Tanaman ini biasanya ditanam dipinggir-pinggir jalan atau di pekarangan rumah sebagai tanaman peneduh. Pohon Johar termasuk jenis pohon tinggi karena ketinggiannya
38 dapat mencapai 20 m. Ciri-ciri pohon ini yaitu memiliki daun berwarna hijau dengan permukaan daun bagian atas mengkilap dan gundul, sedangkan permukaan daun bagian bawah berambut halus. Daun berbentuk oval memanjang dengan dimensi 3-7,5 cm x 1-2,5 cm dan umumnya jumlah anak sekitar 7-10 pasang. Bunganya berwarna kuning dengan jumlah kelopak 5 helai dan memiliki panjang 2 cm. Buah yang dihasilkan tanaman ini termasuk jenis polongan berkatup tebal, sambungan buah yang menebal, dan setiap polong berbiji banyak banyak, kira-kira 20-30. Pohon Johar memiliki fungsi dalam lanskap sebagai tanaman peneduh, dan tanaman pengarah.
Gambar 22 Pohon Johar beserta penampakan daun, buah, dan bunganya 8. Rambutan (Nephelium ramboutan-ake) Nephelium ramboutan-ake memiliki nama Indonesia kapulasan, merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara, yaitu Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Pohon ini dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki ketinggian 200-350mdpl. Kapulasan memang hampir sama dengan rambutan kerena memiliki marga yang sama. Pohon ini dapat tumbuh mencapai ketinggian 36m. Perbedaan rambutan dengan kapulasan terletak pada ukuran daun kapulasan yang lebih kecil dari rambutan. Buah yang dihasilkan berbentuk seperti rambutan, tebal, bulunya keras, kulit buah tebal berwarna kuning hingga merah tua, dan daging buahnya memiliki rasa manis bercampur asam. Pohon ini merupakan tanaman produksi yang memiliki fungsi pada lanskap adalah sebagai peneduh dan point of interest jika tanaman sedang berbuah.
Gambar 23 Pohon Rambutan beserta bunga dan buahnya
39 9. Kayu Manis Cina (Cinnamomum cassia Presl.) Cinnamomum cassia Presl. merupakan sinonim dari Cinnamomum aromaticum Nees. Tanaman ini termasuk dalam suku Lauraceae yang merupakan tanaman rempah atau obat berasal dari Cina. Kayu manis cina adalah jenis tanaman pohon dengan tinggi sekitar 8-17m. Batangnya memiliki kulit yang wangi dan berwarna coklat ke abu-abuan. Memiliki daun tunggal berbentuk elips memanjang bertekstur keras dengan ujung daun runcing, terdapat 3 buah tulang daun yang melengkung dengan warna daun hijau tua pada permukaan atas dan hijau keabuan pada permukaan bawah. Bunganya berwarna hijau kekuningan dan terletak di ketiak daun atau ujung percabangan, sedangkan buahnya seperti cengkeh berbentuk bulat panjang. Pohon Kayu Manis memiliki fungsi dalam lanskap sebagai tanaman peneduh dan pengarah.
Gambar 24 Pohon Kayu Manis beserta daun dan kulit batang 10. Bawang Jenis bawang yang tumbuh di daerah Kebon Bawang merupakan jenis bawang merah (Allium cepa) dan bawang putih (Allium sativum L.). Bawang merah tumbuh di dataran rendah yang memiliki ketinggian 10-250 mdpl. Jika ditanam di dataran tinggi, usia bawang merah cenderung lebih lama, ukuran umbinya lebih kecil, dan warna kulitnya kurang cerah. Bawang merah memiliki tinggi 100 cm dengan umbi dewasa berwarna merah berdiameter 15 cm, daunnya berwarna hijau dengan lebar 3-8cm. Tanaman ini merupakan tanaman budidaya dan tidak dapat tumbuh liar. Sedangkan untuk penanaman bawang putih di daerah tropik dapat dilakukan di dataran tinggi pada ketinggian 700-1000mdpl dan dataran rendah sampai menegah untuk jenis bawang putih ‘Lumbu putih’. Bawang putih memiliki batang berwarna hijau, buahnya berbentuk umbu berwarna putih, dan memiliki daun pipih memanjang dengan panjang 60cm dan lebar 1,5cm. Tanaman ini memiliki fungsi dalam lanskap sebagai tanaman penutup tanah.
40
Gambar 22 Tanaman Bawang merah beserta daun dan umbinya (kiri), Tanaman Bawang putih beserta daun dan umbinya (kanan) 11. Jeruk (Citrus sp.) Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Italia. Jeruk manis termasuk dalam famili Rutaceae. Daun jeruk manis berwarna hijau tua, berbentuk elips dengan panjang 5-15 cm, ujungnya runcing sedikit tumpul dan sedikit berlekuk. Jeruk manis bentuk bulat dengan warna kulit luar hijau sampai orange, warna daging buah kuning pucat sampai dengan kuning segar. Tanaman ini termasuk perdu karena dapat tumbuh hingga 5 m. Fungsi pohon ini dalam lanskap adalah sebagai tanaman display dan penyegar suasana karena aromanya yang segar.
Gambar 26 Pohon Jeruk, buahnya berwarna oranye, dan bunga berwarna putih 12. Kacang (Arachis hypogaea L.) Kacang Tanah dapat tumbuh di tempat yang memiliki iklim subtropis dan tropis dimana cuaca pada tempat tersebut lembab, hangat, dan memiliki musim panas yang cukup. Tanaman ini juga banyak ditemukan pada tempat yang kering, karena Kacang Tanah toleran terhadap kekeringan. Tanaman Kacang Tanah tumbuh hingga mencapai tinggi 15-70 cm. Daunnya berwarna hijau dan berbentuk seperti telur berukuran panjang 3-7 cm dan lebar 2-3 cm. Tangkai daunnya memiliki ukuran panjang 3-7 cm dan terdapat bagian yang menggembung pada dasar tangkai daun. Sistem akar merupakan akar tunggang, tidak memiliki rambut
41 akar, dan memiliki bintil akar pemiksasi nitrogen. Memiliki bunga berwarna kuning muda hingga jingga yang tumbuh pada ketiak daun dan beberapa tumbuh pada buku teratas pada batang. Tanaman ini juga menghasilkan buah yang dapat dikonsumsi. Buah polong berbentuk silindris dan berisi 1-6 biji yang dilapisi oleh selaput tipis berwarna putih, merah muda, ungu, dan coklat. Umumnya tanaman kacang merupakan tanaman produksi, namun dalam lanskap tanaman ini dapat berfungsi sebagai tanaman penutup tanah atau display.
Gambar 27 Tanaman Kacang beserta buah dan daging buahnya 13. Manggis (Garcinia Magostana) Manggis merupakan tanaman yang hidup di daerah tropis dan dapat ditanam hingga ketinggian 1000mdpl. Distribusi tanaman ini yaitu di Indonesia, New Guinea, Mindanao (Filipina), Semenanjung Malaysia, Thailand, Burma, Vietnam, Kamboja, Sri Lanka, India Selatan, Amerika Tengah, Brazil, dan Queensland. Tanaman ini merupakan tanaman perintis atau reklamasi dan berfungsi untuk pelestarian air tanah. Tanaman ini dapat tumbuh hingga ketinggiannya mencapai 7-25 meter. Manggis memiliki daun yang tebal, berbentuk memanjang, ujung daun meruncing, dan permukaan daun mengkilap. Bunganya terdapat di ujung percabangan dan berwarna hijau kekuningan. Buah yang dihasilkan berbentu bulat dengan diameter 4-7cm berwarna merah tua keunguan dan daging buah berwarna putih. Selain buahnya dikonsumsi, kegunaan lainnya adalah digunakan sebagai bumbu masakan dan banyak di jual di daerah pecinan. Fungsi tanaman ini pada lanskap adalah sebagai tanaman peneduh dan pengarah.
Gambar 28 Pohon Manggis
42 14. Melati (Jasminum sambac [L.] Ait.) Melati termasuk jenis perdu memanjat yang masuk ke dalam suku Oleaceae. Tanaman ini berasal dari benua Asia dan dapat tumbuh sampai ketinggian 600mdpl. Melati merupakan tanaman berkayu yang memiliki tinggi sekitar 0.33m. Daunnya tunggal berwarna hijau sampai kelabu dengan tulang daun yang menyirip serta permukaan daun yang mengkilap. Panjang daun sekitar 5-10 cm dan lebar 4-6cm. Bunganya keluar dari ujung tangkai atau ketiak daun, berwarna putih, dan mengeluarkan bau yang khas. Fungsi tanaman ini pada lanskap adalah sebagai tanaman pengarah atau pagar, point of interest, dan penghilang bau tidak sedap.
Gambar 29 Tanaman Melati beserta daun dan bunganya 15. Pala (Myristica fragrans Houtt.) Pala merupakan pohon yang berasal dari pulau kecil di Maluku dan di Pulau Banda sebagai pusatnya. Tumbuh di daerah tropis basah dengan ketinggian sekitar 800mdpl. Pala termasuk ke dalam family Myristicaceae. Pohon ini dapat tumbuh hingga ketinggian 20m dan memiliki tajuk pohon yang berbentuk seperti kerucut. Daunnya berbentuk lonjong dan mengeluarkan bau harum jika diremas. Buah yang dihasilkan berbentuk bulat lonjong dan memiliki daging berwarna kuning muda kehijauan. Bijinya dapat dimanfaatkan sebagai bumbu masak, berbentuk bulat telur, dan bewarna coklat tua. Tanaman ini merupakan tanaman produksi yang memiliki fungsi dalam lanskap sebagai tanaman peneduh.
Gambar 30 Pohon Pala beserta daun, buah, dan bijinya yang sudah kering
43 16. Pisang (Musa paradisiaca L.) Pisang termasuk ke dalam suku Musaceae. Tanaman ini banyak tumbuh di daerah tropis dengan ketinggian 2000mdpl. Oleh karena itu, pohon pisang banyak dijumpai di wilayah Indonesia. Tinggi tanaman ini sekitar 2-9m dengan ketebalan batang 20-50cm. Daunnya berwarna hijau dengan tulang daun yang sejajar dan menyirip serta terdapat permukaan lilin pada permukaan daun bagian bawah. Buah yang dihasilkan berasal dari bunga betina, sedangkan bunga jantan tetap tertutup seludang dan tidak akan mengalami perkembangan. Buah yang dihasilkan bulat memanjang berwarna hijau, kuning, atau coklat dan biasanya berjumlah 515 sisir. Fungsi tanaman ini pada lanskap adalah sebagai tanaman pengarah.
Gambar 31 Pohon Pisang beserta buah dan bunganya 17. Sirih (Piper betle L.) Sirih merupakan tanaman obat yang berasal dari suku Piperaceae. Keberadaannya tersebar hampir diseluruh pulau di Indonesia, yaitu di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Bali, Kalimantan, Maluku, dan Irian. Untuk di daerahJawa, tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian 60-300 mdpl. Tanaman ini memiliki ketinggian 5-15m dan tumbuh merambat pada pohon lain. Sirih memiliki ciri pada daun yaitu berbentuk seperti jantung dan ujung yang runcing dengan lebar 2.510cm dan panjang 5-18cm, tebal, memiliki tulang daun melengkung, bertangkai, letaknya berseling dan memiliki bau aromatik. Sedangkan ciri pada batang yaitu permukaan batang yang kasar dan berkerut, berwarna hijau kecoklatan dan beruas. Tanaman ini menghasilkan buah berbentuk bulat-bulat panjang dan berwarna kuning kehijauan, juga memiliki bunga yang terletak di ketiak daun atau di ujung cabang. Fungsi tanaman sirih adalah sebagai tanaman produksi, sedangkan fungsi dalam lanksap adalah sebagai tanaman pagar dan screen yang cukup efektif jika ditanam secara massal.
44
Gambar 32 Pohon Sirih beserta daun dan bunganya 18. Kedoya/Ivory Mahogany (Dysoxylum gaudhichaudianum) Kedoya atau ivory mahagony merupakan tanaman yang berasal dari Australia. Namun, tanaman ini juga tumbuh di pulau Jawa, sekitar Krakatau, hingga Papua New Guinea. Pohon ini masuk kedalam suku Meliaceae atau dukudukuan, tak heran bentuk buahnya pun mirip dengan buah duku. Dahulu menurut sejarah, pohon ini banyak tumbuh di Jakarta Barat, namun sekarang pohon ini menjadi langka dan sangat sulit ditemukan. Pohon Kedoya dapat tumbuh hingga tingginya mencapai 25-45m dengan diameter batang sekitar 80cm. Bentuk daunnya menyirip dengan panjang 10-15cm dan lebar 4-5cm dan berwarna hijau. Buah yang dihasilkan berbentuk bulat seperti duku, berwarna kuning kecoklatan. Karena sifatnya kayunya yang tidak terlalu keras dan kurang awet, maka digunakan sebagai bahan pembuat batang dan kotak korek api, tusuk gigi, atau papan perahu. Fungsi tanaman ini dalam lasnkap adalah sebagai tanaman peneduh.
Gambar 33 Pohon Kedoya beserta buah dan bunganya 19. Kelapa Gading (Cocos nucifera) Kelapa gading termasuk kedalam keluarga Arecaceae yang merupakan jenis kelapa genjah (dwarft variety). Tempat tumbuhnya berada di daerah yang memiliki iklim tropis dan subtropis, di dekat laut, dan memiliki tanah yang berpasir. Kelapa ini dapat menghasilkan buah pada usia 3 tahun saat tingginya mencapai 1m-1,5m. Ukuran buahnya lebih kecil dari kelapa pada umumnya dan
45 berwarna kuning gading hingga kuning. Selain itu, daunnya pun sebagian juga berwarna kuning. Tanaman ini merupakan tanaman produksi yang memiliki fungsi tanaman ini pada lanskap adalah sebagai tanaman pengarah
Gambar 34 Pohon Kelapa Gading dan buahnya yang berwarna kuning 20. Menteng (Baccaurea racemosa) Menteng (Baccaurea racemosa) atau kepundung merupakan tanaman asli Indonesia (Pulau Jawa) yang sudah cukup langka dan sulit ditemukan khususnya di daerah menteng. Dahulu menurut sejarah tanaman ini biasanya ditanam di pekarangan rumah. Tanaman menteng menghasilkan buah yang bentuknya seperti buah duku. Pohon ini dapat tumbuh hingga tingginya mencapai 15-25 m dengan diameter batang 25-70 cm. Memiliki daun berbentuk telur lonjong, bunganya berwarna kuning dengan ukuran bunga jantan lebih kecil daripada betina, dan menghasilkan buah berwarna hijau kekuningan hingga merah dan dagingnya berwarna putih hingga kemerahan. Pohon menteng tumbuh di dataran rendah tropika basah dengan ketinggian <500 mdpl dan pada ketinggian 1000mdpl untuk pohon menteng yang tumbuh liar di hutan-hutan. Fungsi tanaman ini dalam lanskap adalah sebagai tanaman peneduh dan pengarah.
Gambar 35 Pohon Menteng beserta daun, bunga, dan buahnya
46 21. Labu Manis (Lagenaria hispida Ser) Lagenaria hispida merupakan tanaman yang masuk ke dalam keluarga Cucurbitae. Merupakan tanaman tahunan yang berasal dari Afrika Utara. Tanaman ini merupakan tanaman rambat, batangnya dapat tumbuh hingga mencapai panjang 20 m. Daunnya berwarna hijau dan unik karena bentuknya seperti hati. Bunga yang tumbuh berwarna putih dan mulai berkembang sekitar bulan Juli sampai Agustus. Namun, bunga ini hanya mekar pada sore hari dan menghilang menjelang pagi. Buahnya berbentuk seperti buah timun namun berukuran lebih besar dengan panjang 60-90 cm. Buahnya dapat dikonsumsi mentah ataupun sebagai campuran masakan. Fungsi tanaman ini dalam lanskap adalah sebagai peneduh , pagar, dan screen jika ditanam secara massal.
Gambar 36 Tanaman Labu Manis beserta buah dan bunganya 22. Srengseng (Pandanus caricous ramph) Srengseng yang memiliki nama latin Pandanus caricous ramph yang merupakan jenis pandan berdaun lebar dan tepi daunnya berduri. Tanaman ini merupakan tanaman produksi yang digunakan sebagai bahan untuk membuat tikar atau topi pandan dengan menggunakan bagian daunnya yang sudah dihilangkan durinya dan dikeringkan. Tanaman ini tumbuh dan hidup di daerah pantai dan rawa. Fungsi pada lanskap adalah sebagai point of interest dan ornamental plant.
Gambar 37 Pohon Srengseng dan daunnya yang berduri di tepi daun 23. Wara (Hibiscus tiliaceus L) Wara merupakan pohon kecil atau semak yang ditemui di seluruh daerah tropis terutama dekat pantai. Tanaman ini dapat tumbuh hingga tinggi 3 sampai 10 m. Batangnya pendek dan bengkok dengan kulit kayu berwarna abu-abu hingga coklat terang. Memiliki daun berwarna hijau, berbentuk seperti hati dengan ukuran panjang 8 sampai 15 cm, dan permukaan daunnya mengkilap. Bunganya mengkilap berwarna kuning-ungu dan berubah menjadi pink sebelum akhirnya
47 gugur. Buahnya berbentuk seperti kapsul berukuran 2 cm, memiliki rambutrambut halus di permukaannya, dan berwarna coklat muda. Bijinya berwarna hitam kecoklatan dan berjumlah 5-7 per sel, ukurannya kecil (bintil-bintil) berbentuk ginjal. Tanaman ini memiliki fungsi dalam lanskap sebagai tanaman peneduh.
Gambar 38 Pohon Waru beserta daun, bunga, buah, dan buah yang sudah mengering Pengetahuan Masyarakat Mengenai Toponim Pengetahuan masyarakat mengenai toponim di tempat mereka tinggal sangatlah penting karena dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam pemberian rekomendasi aplikasi penataan identitas pada tapak. Guna mengetahui sejauh mana masyarakat mengetahui sejarah pemberian nama di tempat mereka tinggal, maka dilakukan penyebaran kuisioner yang ditujukan kepada masyarakat umum dan instasi pemerintahan terkait. Kuisioner disebar rata ke lima kotamadya di DKI Jakarta dengan total keseluruhan responden sebanyak 130 responden, 95 diantaranya merupakan responden laki-laki dan sisanya 35 responden merupakan perempuan (Gambar 39a). Jumlah responden terbanyak sebesar 33% merupakan responden yang berusia lebih dari 50 tahun (Gambar 39b). Secara pendidikan, keseluruhan responden pernah mengenyam pendidikan paling banyak hingga tingkat Sekolah Menengah Atas/Kejuruan sebanyak 46% responden (Gambar 39c). Dalam hal pekerjaan, sebanyak 44% merupakan pegawai lepas, pensiunan pegawai negeri, dan anggota Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) (Gambar 39d). Menurut survei yang dilakukan, terdapat 77% responden tinggal di DKI Jakarta selama kurang dari 50 tahun dan 23% responden tinggal di DKI Jakarta lebih dari 50 tahun (Gambar 39e). Dalam hal pengetahuan mengenai toponim, ternyata banyak masyarakat yang tinggal di DKI Jakarta bahkan yang lahir di DKI Jakarta tidak mengetahui mengenai asal-usul penamaan tempat tinggal mereka. Jika dilihat dari hasil survei, terdapat 51% responden mengetahui asal-usul penamaan tempat tinggal mereka. Hasil kuisioner mengenai keberadaan Ruang Terbuka Hijau, didapatkan sebanyak 27% responden menyatakan tidak ada RTH di lingkungannya dan 73% responden menyatakan di lingkungannya terdapat RTH. Mengenai keberadaan tanaman yang terkait dengan toponim di DKI Jakarta, sebanyak 43% responden menyatakan bahwa tanaman tersebut sudah tidak ada di lingkungannya, dan 57% responden masih menemukan tanaman tersebut di lingkungan sekitar. Tanaman
48 yang masih ditemukan responden di area yang memiliki toponim yang sama dengan nama tanaman tersebut, yaitu johar, menteng, sirih, cempaka putih, melati, wara, kelapa gading, kedoya, rambutan, pisang, bintaro, dan labu manis.
Gambar 39 Karakteristik Responden Dari hasil kuisioner juga diketahui bahwa seluruh responden setuju bahwa identitas suatu tempat sangatlah penting keberadaannya. Identitas berfungsi sebagai pengenal layaknya manusia yang memiliki kartu identitas penduduk sebagai tanda pengenalnya. Dengan adanya identitas maka memudahkan orang untuk mengenali tempat tersebut, selain itu identitas juga dapat berfungsi sebagai pembeda suatu tempat dengan tempat lain.
Peraturan dan Kebijakan Pemerintah Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 15 tahun 2010 tentang penyelenggaraan penataan ruang, rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang yang berfungsi sebagai pedoman dalam melakukan penataan ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam tata ruang wilayah, Ruang Terbuka Hijau terdiri dari Ruang Terbuka Hijau privat dan publik dengan proporsi masing-masing telah diatur dalam UU pasal 29. Sebesar minimal 30% dari luas wilayah kota untuk Ruang Terbuka Hijau publik dan minimal 20% dari luas wilayah kota untuk Ruang Terbuka Hijau privat. Selain itu, menurut UU 26 tahun 2007 pasal 18 ayat 5 menyebutkan bahwa guna menjaga kelestarian lingkungan, maka ditetapkan luas kawasan hutan paling sedikit 30% dari luas daerah aliran sungai. Kebijakan mengenai Konservasi diatur dalam UU nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Sumber daya alam hayati Indonesia dan ekosistemnya memiliki kedudukan serta peranan penting bagi kehidupan. Pada pasal 1(satu) menyatakan bahwa konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediannya. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan
49 mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Konservasi biodiversitas dapat dilakukan dengan melakukan pengawetan biodiversitas flora dan fauna serta ekosistemnya. Pada undang-undang yang sama, pasal 13 ayat 3 menyatakan bahwa pengawetan jenis tumbuhan dan satwa dapat dilakukan di luar kawasan suaka alam yang dilakukan dengan menjaga dan mengembangbiakkan jenis tumbuhan dan satwa untuk menghindari terjadinya kepunahan. Mengenai kebijakan penataan ruang dalam Perda Rencana Tata Ruang Wilayah 2030, pasal 5 ayat 5a tertulis bahwa adanya kebijakan untuk melaksanakan konservasi kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan lindung, sumber daya air, dan pengembangan RTH untuk keseimbangan ekologi kota Jakarta. Pada pasal yang sama ayat 5b juga tertulis bahwa meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH sebagai upaya peningkatan kualitas kehidupan kota Jakarta. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka dilakukan upayaupaya yang terdapat pada pasal 10, antara lain meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH serta mempertahankan ketersediaan RTH yang ada, memfungsikan kembali ruang dan kawasan yang berpotensi dan/atau peruntukan sebagai RTH, mengkonversi sebagian lahan parkir halaman gedung pada koridor yang telah dikembangkan sistem angkutan umum massal menjadi RTH, mengembangkan dan mengoptimalkan penyediaan RTH melalui penambahan penyediaan lahan di bagian selatan dan kawasan perlindungan setempat. Pengaplikasian tanaman pada RTH dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penanaman Pohon Pada Sistem Jaringan.
Analisis Potensi Ruang Terbuka Hijau di DKI Jakarta Ruang Terbuka Hijau merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu kota guna menjadikan lingkungan kota nyaman untuk ditempati. Namun, Ruang Terbuka di DKI Jakarta jumlahnya masih kurang dari yang diharapkan sebesar 30 persen. Pada awal tahun 2012, presentase penggunaan lahan sebagai pemukiman sebesar 84,80%, Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 13,21% dan sisanya 1,63% merupakan sungai, waduk, rawa, dan danau. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Pemakaman DKI Jakarta tahun 2012, luas RTH di DKI Jakarta sebesar 9.662.003,09 m2. Luas tersebut merupakan total luas dari empat jenis RTH, yaitu taman kota, taman lingkungan, jalur hijau jalan, dan tepian air. Guna mengetahui jumlah RTH dan jenis RTH mayoritas yang ada lokasi terkait dengan studi, maka dilakukan pendataan dan pengelompokkan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan kelurahan. Data mengenai Ruang Terbuka Hijau yang ada di sekitar lokasi studi dapat dilihat pada Tabel 10.
50 Tabel 10. Data Ruang Terbuka Hijau berdasarkan kelurahan di DKI Jakarta yang terkait dengan nama tanaman (Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2012). Kecamatan
Kelurahan
Kotamadya Jakarta Pusat Tanah Kebon Melati Abang
Menteng
Gambir
Nama RTH Taman Talang Betutu Ujung
Taman Awaludin Kebon Kacang Menteng Taman Panarukan Taman Menteng Taman Karawang Taman Pekalongan Taman Sunda Kelapa sgt II Taman IZZI Taman Latuhary sgt Taman Suropati Taman Probolinggo sgt II Taman Sunda Kelapa Taman Salatiga Taman sgt Cikini Jalur Hijau Jalan Cikditiro Jalur Hijau Jalan Latuharhary Jalur Hijau Jalan Malang Jalur Hijau Pedestrian MH. Thamrin (Bundaran HI) Taman Lawang Kebon Sirih Jalur Taman Patung Tani Taman Kali Ciliwung Jalur Hijau Jalan Jaksa Jalur Hijau Jalan Menteng Raya Jalur Hijau Jalan Penyempurnaan Bawah Layang Rel KA. St. Gondangdia-Cut Mutia Taman Kebon Sirih Dalam Gambir Taman Medan Merdeka (Monas) Jalur Hijau Pulau Jalan Depan Kostrad Jalur Hijau Pulau Jalan Depan MBAD Jalur Hijau Jalan Veteran 1 Jalur Hijau Pedestrian Jalan Veteran Jalur Hijau Jalan Museum Jalur Hijau Pedestrian Jalan Medan Merdeka Selatan (depan balkot) Jalur Hijau Jalan Medan Merdeka Timur
Luas RTH Jenis (m2) RTH 2016
TL
3000 24546 603 1680 148 2581 2398 16328 2041 2665 376 1627 4250 3000 1250 1201
TL TL TK TL TL JHJ TL TL TK TL TL TL TL JHJ JHJ JHJ JHJ
893 8814 883 750 1225 1700
TL TL JHJ JHJ JHJ
456 80 ha 409
TL TK JHJ
2859
JHJ
6569 1131
JHJ JHJ
400 2707
JHJ JHJ
4763
JHJ
51
Cempaka Putih
Johar Baru
Tanah Abang
Jalur Hijau Jalan Medan Merdeka Utara Jalur Hijau Jalan Medan Merdeka Barat Jalur Hijau Jalan Medan Merdeka Selatan Taman Ex SPBU Tanah Abang Timur Jalur Hijau Jalan Majapahit Cempaka Putih Taman Cempaka Putih Tengah 33A Taman Cempaka Putih IV Taman Cempaka Putih Tengah X Taman Cempaka Putih Tengah XXVII Taman Rawasari Barat Johar Jalur Hijau Jalan Percetakan Negara 1 Pinggir Rel Jalur Hijau Jalan Percetakan Negara 2 Taman Putra Pandawa Taman RW 06 Johar Baru Taman Perhubungan Taman Krajaba 5 Kebon Melati Taman Talang Betutu Ujung
Taman Awaludin Kebon Kacang Menteng Menteng Taman Panarukan Taman Menteng Taman Karawang Taman Pekalongan Taman Sunda Kelapa sgt II Taman IZZI Taman Latuhary sgt Taman Suropati Taman Probolinggo sgt II Taman Sunda Kelapa Kotamadya Jakarta Utara Tanjung Warakas Priok Kebon Bawang Taman Rawa Badak Jalur Hijau Kelurahan Kelapa Kelapa Gading Taman Janur Elok Gading Taman Boulevard (bunderan) Taman Kelapa Gading RW 13 Taman Gading Putih Taman Kelapa Cangkir Barat IV Taman Jogging Kelapa Gading Taman Taska Taman Kopyor
3548
JHJ
17929
JHJ
9338
JHJ
813
TL
4832 1215
JHJ TL
238 339 755
TL TL TL
1003 2700
TL JHJ
800
JHJ
110 416 1190 570 2016
TL TL TL TL TL
3000 24546 603 1680 148 2581 2398 16328 2041 2665
TL TL TK TL TL JHJ TL TL TK TL TL
2131 4564 1199 1939 3619 1476 1736 23033 1282 1802
TL JHJ TL JHJ TL TL TL TL TL TL
52 Taman Musik Raya Taman Bongo IV Taman B Cipta Sarana Kotamadya Jakarta Barat Kebon Kebon Jeruk Jeruk
Taman Komplek Kebon Jeruk
Taman Melur Taman Kantor Kecamatan Kebon Jeruk Jalur Hijau Jl. Panjang dan Segitiga Pos Pengumben Taman Aneka Elok Blok AD3 Taman Aneka Elok Blok AB4 Taman Aneka Elok Blok AC2 Taman Aneka Elok Blok AA6 Taman Aneka Elok Blok A11 Taman Aneka Elok Bok A10 Taman Aneka Elok Blok AE8 Kedoya Kembangan Srengseng Hutan Kota Srengseng Cengkareng Duri Kosambi Kotamadya Jakarta Timur Pisangan Pisangan Baru Baru Kayu Manis Kebon Taman Bunderan Slamet Riyadi Manggis Makassar Kebon Pala Cipayung Bambu Apus Ciracas Rambutan Taman Segitiga Merdeka Kotamadya Jakarta Selatan PesanggraBintaro Taman Pulo Bintaro Jaya (Bintaro han Utara) Taman Pulo Bintaro Jaya (taman segitiga) Taman Pulo Bintaro Permai Rawa Panjang Jalur Hijau Bintaro Jaya Jalur Hijau Veteran Jalur Hijau Bintaro Utara Cilandak Gandaria Taman Radio Dalam Taman Radio 1 Taman Radio 2 Taman Yado Pondok Labu Taman Pangkalan Jati Taman Wijaya Kusuma 1 Taman Wijaya Kusuma 3 Taman Wijaya Kusuma Raya Taman Agraria Taman Timah
3136 755 2971 2311
TL TL TL TL
1253 3061
TL TL
13288
JHJ
1184 269 1222 261 600 6650 1093
TL TL TL TL TL TL TL HK -
15,3 ha
-
200
JHJ
600
TL
109
JHJ
12
JHJ
165
TL
1365 4326 1585 1360 660 755 250 443 764 933 3760 2542 2078
JHJ JHJ JHJ TL TL TL TL TL TL TL TL TL TL
53 Jagakarsa
Srengseng Sawah
Taman depan Universitas Pancasila Taman Lenteng Agung Timur Taman Jihandak
3869
JHJ
357 882
TL TL
Keterangan: Jenis Ruang Terbuka Hijau (RTH) [TL (Taman Lingkungan), TK (Taman Kota), JHJ (Jalur Hijau Jalan)
Kotamadya Jakarta Barat memiliki 12 Ruang Terbuka Hijau yang terdiri dari 9 taman yang terletak di dalam lingkungan perumahan, dua Jalur Hijau Jalan dan satu Hutan Kota. Sedangkan untuk Kelurahan Kedoya dan Duri Kosambi tidak memiliki Ruang Terbuka Hijau. Lokasi Ruang Terbuka Hijau pada Kotamadya Jakarta Barat dapat dilihat pada Gambar 40. Pada Kotamadya Jakarta Pusat, dapat dikatakan wilayah ini memiliki banyak Ruang Terbuka Hijau terutama pada Kelurahan Menteng. Hal tersebut dikarenakan pada masa pemerintahan Belanda, wilayah Menteng sebagai perumahan villa dirancang mirip dengan model kota taman dari seorang arsitek Inggris bernama Ebenezer Howard. Hal tersebut terbukti dengan adanya 55 Ruang Terbuka Hijau yang terdiri dari 1 taman privat, 24 taman lingkungan, 3 Taman Kota, dan 27 Jalur Hijau Jalan. Lokasi Ruang Terbuka Hijau pada Kotamadya Jakarta Pusat dapat dilihat pada Gambar 41. Pada Kotamadya Jakarta Selatan, terdapat 18 Ruang Terbuka Hijau yang terdiri dari 16 Taman Lingkungan dan 3 Jalur Hijau Jalan. Lokasi Ruang Terbuka Hijau pada Kotamadya Jakarta Selatan dapat dilihat pada Gambar 42. Pada Kotamadya Jakarta Timur terdapat 5 Ruang Terbuka Hijau berupa 5 Taman Lingkungan. Lokasi Ruang Terbuka Hijau pada Kotamadya Jakarta Timur dapat dilihat pada Gambar 43. Pada Kotamadya Jakarta Utara terdapat 13 Ruang Terbuka Hijau berupa Taman Lingkungan. Pada Kelurahan Warakas tidak terdapat Ruang Terbuka Hijau. Lokasi Ruang Terbuka Hijau pada Kotamadya Jakarta Utara dapat dilihat pada Gambar 44. Dari hasil pengklasifikasian Ruang Terbuka Hijau pada beberapa wilayah di DKI Jakarta, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk RTH yang banyak terdapat pada lokasi studi adalah hutan kota, jalur hijau dan RTH Taman (publik dan privat). Berikut merupakan potensi Ruang Terbuka Hijau dengan luasannya dalam Tabel 11 Tabel 11 Potensi Ruang Terbuka Hijau di Wilayah yang Toponimnya Terkait dengan Nama Tanaman Wilayah Jakarta Barat Kebon Jeruk Srengseng Kedoya Duri Kosambi Jakarta Pusat Kebon Melati
Taman Lingkungan (m2)
Jenis RTH Jalur Hijau Jalan (m2)
17908 -
13288 -
15,3 ha -
3466
-
-
Hutan Kota (m2)
54 Kebon Kacang Menteng Kebon Sirih Gambir Cempaka Putih Johar Jakarta Selatan Bintaro Gandaria Pondok Labu Srengseng Sawah Jakarta Timur Pisangan Baru Kebon Pala Bambu Apus Rambutan Kebon Manggis Kayu Manis Jakarta Utara Warakas Kebon Bawang Kelapa Gading
59705 6192 54,94 ha 2260 2286
9849 3675 54487 3500
-
7397 3025 10520 1239
165 3869
-
1041 -
376 -
-
2131 41009
4564 1939
-
55
55
Gambar 40 RTH di lokasi studi yang memiliki nama terkait dengan nama tanaman pada Kotamadya Jakarta Barat (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta 2012)
56 56
Gambar 41 RTH di lokasi studi yang memiliki nama terkait dengan nama tanaman pada Kotamadya Jakarta Pusat (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta 2012)
57
57
Gambar 42 RTH di lokasi studi yang memiliki nama terkait dengan nama tanaman pada Kotamadya Jakarta Selatan (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta 2012)
58 58
Gambar 43 RTH di lokasi studi yang memiliki nama terkait dengan nama tanaman pada Kotamadya Jakarta Timur (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta 2012)
59
59
Gambar48 44 RTH RTH di di lokasi lokasistudi studi yang yangmemiliki memiliki nama nama terkait terkait dengan dengan nama nama tanaman tanaman pada padaKotamadya Kotamadya Jakarta JakartaTimur Utara Gambar (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta 2012)
60 Analisis Keberadaan Tanaman Penanda Analisis keberadaan tanaman penanda dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat dan data dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman/ Penelitian yang dilakukan pada beberapa kecamatan dan kelurahan di DKI Jakarta mengenai tanaman yang terkait dengan asal-usul toponim, diperoleh hasil bahwa keberadaan beberapa tanaman penanda masih belum diketahui. Banyak tanaman penanda yang sudah tidak ditemukan lagi di lokasi terkait studi namun masih ditemukan di luar wilayah studi (Tabel 12). Tabel 12. Keberadaan tanaman penanda di lokasi studi dan luar lokasi studi (Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2010) Kecamatan/ Kelurahan Kecamatan Johar
Nama Tanaman Johar (Cassia siamea Lamk.)
Keber -adaan v
Letak Tanaman
Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Kecamatan Menteng Menteng (Baccaurea racemosa) Kelurahan Kebon Sirih (Piper betle L.) Sirih
x
Di beberapa sisi jalan wilayah Johar dan di wilayah Kelurahan Bintaro -
v
Di Taman Menteng
v
Kecamatan Cempaka Putih Kelurahan Kebon Kacang Kelurahan Kebon Melati Kelurahan Kebon Bawang Kelurahan Warakas
Cempaka Putih (Michelia alba L.) Kacang (Arachis hypogaea L.) Melati (Jasminum sambac [L.] Ait.) Bawang (Allium sp.)
x
Di pekarangan rumah warga Kelurahan Kebon Sirih -
x
-
v
Di pekarangan rumah warga -
Wara (Hibiscus tiliaceus L) Kelapa Gading (Cocos nucifera)
v
Kesambi/kosambi (Schleichera oleosa) Kedoya (Dysoxylum gaudhichaudianum) Manggis (Garcinia Magostana) Srengseng (Pandanus caricous ramph) Jeruk (Citrus sp.)
x
Kecamatan Gambir
Kecamatan Kelapa Gading Kelurahan Duri Kosambi Kelurahan Kedoya Kelurahan Kebon Manggis Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Kebon Jeruk
x
v
v
Di halaman kantor Kelurahan Warakas Di beberapa sisi jalan wilayah Kecamatan Kelapa Gading -
x
Di kuburan Gadog Kedoya -
x
-
x
Jl. Lodan Raya Jakut, Jl. Pintu Besar Utara Jakpus, Jl. Hang Tuah V Jaksel, Jl. Mindi Jakut,
61
Kelurahan Rambutan
Rambutan (Nephelium ramboutan-ake)
v
Kelurahan Bambu Apus
x
Kelurahan Kayu Manis
Bambu Apus (Gigantochloa apus Kurz) Kayu Manis (Cinnamomum burmanii
Kelurahan Pisangan Baru
Pisang (Musa paradisiaca L.)
v
Kelurahan Kebon Pala Kelurahan Bintaro
Pala (Myristica fragrans Houtt.) Bintaro (Cerbera manghas) Gandaria (Bouea macrophylla Griffith) Labu Manis (Lagenaria hispida Ser)
x
Kelurahan Gandaria Kelurahan Pondok Labu
x
v x v
Jl. Tubagus Angke Jakbar Di lahan milik warga, Jl. Margasatwa Jaksel, Jl. Ragunan Jaksel, Jl. Ahmad Dahlan, Jl. Tebet Raya, Jl. Wijaya, Jl. Dewi Sartika, Jl. Hang Tuah Jaksel -
Jl. Mendut,Menteng Jl. Matraman Raya, Jakarta Timur Di tanah kosong dan rumah warga sekitar wilayah kelurahan Jl. Pulombangkeng, Keb.Baru Di sepanjang jalan veteran dan tol Bintaro Di pekarangan rumah warga
Keterangan : Status Keberadaan [ X (sudah tidak ditemukan di lokasi studi namun ada kemungkinan ditemukan diluar lokasi studi), V (masih ditemukan di lokasi studi)]
Berdasarkan data Dinas Pertamanan DKI Jakarta, diperoleh hasil dari 23 jenis tanaman penanda terdapat sebanyak 11 tanaman sudah tidak ditemukan lagi di area studi namun ada kemungkinan dapat ditemukan di luar lokasi studi. Kemudian terdapat 12 tanaman yang masih berada atau dapat ditemukan di area lokasi studi. Keberadaan tanaman pada masa lalu umumnya merupakan tanaman produksi ataupun tanaman perkebunan, saat ini keberadaannya sebagai tanaman peneduh dan pengarah. Beberapa tanaman pekarangan seperti tanaman buah dan obat saat ini masih terdapat di pekarangan warga. Tanaman herba yang pada masa lalu ditanam sebagai tanaman produksi seperti tanaman bawang dan kacang tanah saat ini sudah tidak ditemukan karna wilayah tanaman tersebut ditanam sudah berubah fungsi menjadi pemukiman dan perkantoran. Analisis Aplikasi Tanaman Pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) Berdasarkan hasil analisis keberadaan RTH, diketahui bahwa jenis RTH yang terdapat pada lokasi studi antara lain RTH Jalur Hijau Jalan, RTH di bawah
62 jalan layang, RTH Pekarangan, RTH Taman Kota dan Lingkungan, dan RTH Hutan Kota. Pada studi ini, dilakukan pengidentifikasian tanaman secara fisik guna mengetahui lokasi penempatan yang ideal. Menurut Pedoman Penyediaan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, kriteria tanaman yang ideal untuk RTH Jalur Hijau Jalan umumnya adalah tanaman tidak berduri dan beracun, memiliki sistem perakaran yang padat dan masuk ke dalam tanah sehingga tidak merusak struktur bangunan, juga memiliki batang yang kuat dan tegak, memiliki tajuk yang simetris, rindang namun tidak gelap, dan ukurannya seimbang dengan tinggi pohon, tahan terhadap hama penyakit dan pencemaran lingkungan, memiliki kemampuan menyerap polusi udara, memiliki nilai ekonomi, dan berumur panjang. Masing-masing tipe RTH Jalur Hijau Jalan memiliki beberapa kriteria khusus untuk tanaman. Pada RTH Jalur Hijau Jalan pada tepi, tanaman yang dapat ditanam berupa pohon, perdu atau semak, memiliki kerapatan daun yang padat, berasal dari perbanyakan biji, memiliki tinggi pohon >5 m, percabangan batang 2 m diatas tanah dan bentuk percabangannya tidak merunduk. Untuk mengetahui fungsi dari tanaman, maka perlu diperhatikan bentuk daun dan tajuk pohon. Misalnya, jika tanaman memiliki tajuk yang memayung atau menyebar bebas maka tanaman tersebut dapat berfungsi sebagai peneduh. Untuk RTH Jalur Hijau Jalan pada median, maka tanaman yang ideal adalah perdu atau semak yang memiliki tinggi 1,50 m dan kerapatan daun padat. Sedangkan pada RTH Jalur Hijau persimpangan jalan (termasuk pulau jalan), terdapat daerah bebas pandang (Gambar 45) sehingga kriteria umum untuk tanaman yang ideal adalah tanaman perdu dengan ketinggian <0,50 m sehingga tidak menghalangi pandangan pengemudi kendaraan dan tidak mengganggu pengguna jalan lainnya. Kemudian pada daerah di luar daerah bebas pandang dapat menggunakan tanaman tinggi sebagai pengarah berbatang tunggal dengan percabangan > 2m.
Gambar 45 Daerah Bebas Pandang Bentuk pengaplikasian pada RTH ini dikelompokkan berdasarkan dua bentuk persimpangan, yaitu persimpangan berbentuk kaki empat tegak lurus tanpa kanal dan bentuk kaki empat tidak tegak lurus (Tabel 13). Pada RTH yang terletak di bawah jalan layang, maka tanaman yang dapat ditanam disesuaikan dengan kondisi tempat yang terbatas. Jenis tanaman yang ideal merupakan tanaman yang ukurannya tidak terlalu besar, biasanya merupakan perdu atau tanaman penutup tanah yang tahan terhadap naungan secara permanen, mampu bertahan dalam kondisi kekurangan air, pertumbuhan dan sistem perakarannya tidak mengganggu
63 struktur bangunan, dan mampu tumbuh baik jika ditanam di dalam media pot atau bak tanaman, dan memiliki kemampuan menyerap polusi udara. Penggunaan tanaman pada RTH di bawah jalan layang selain untuk menghindari kesan kumuh dan munculnya pemukiman liar, dengan adanya tanaman maka dapat memperlembut struktur bangunan jalan layang dan mampu menutupi bagian yang tidak menarik. Tabel 13. Kriteria Pemilihan Tanaman pada Persimpangan Jalan (Pedoman Penanaman Pohon Pada Sistem Jaringan Jalan, 2012) Bentuk Persimpangan Persimpangan kaki empat tegak lurus tanpa kanal Persimpangan kaki empat tidak tegak lurus
Jarak dan Jenis Tanaman Kecepatan 40 Kecepatan 60 km/jam km/jam 20 m 40 m Tanaman rendah Tanaman rendah 80 m 100 m Tanaman tinggi Tanaman tinggi 30 m 50 m Tanaman rendah Tanaman rendah 80 m 80 m Tanaman tinggi Tanaman tinggi
Letak Tanaman Pada ujung persimpangan Mendekati persimpangan Pada ujung persimpangan
Penyediaan Ruang Terbuka Hijau juga terdapat pada area pemukiman. Jenis RTH yang terdapat disini merupakan RTH Pekarangan yang bersifat privat dan RTH Taman Lingkungan. Untuk kriteria tanaman pada RTH Pekarangan berbeda dengan RTH Jalan. Tanaman yang ideal untuk RTH Pekarangan umumnya menarik secara visual dan memiliki nilai estetika yang menonjol, aman bagi penghuni rumah (tidak berduri dan beracun), dahannya tidak mudah patah, mampu menciptakan suasana dan udara yang nyaman, untuk ketinggian tanaman bervariasi, dan yang terpenting adalah sistem perakarannya tidak merusak bangunan. Lalu untuk RTH Taman Lingkungan dan Taman Kota, tanaman yang ideal adalah tidak membahayakan pengguna taman (tidak berduri dan beracun), memiliki bentuk tajuk yang indah, kompak, dan rindang, dahan kuat sehingga tidak mudah patah, untuk ketinggian taman bervariasi, memiliki sistem perakaran yang tidak merusak bangunan yang ada di sekitarnya, jenis tanaman merupakan tanaman lokal dan budidaya yang bersifat tahunan atau musiman serta mampu mengundang burung, mampu tahan terhadap hama penyakit tanaman, dan memiliki fungsi menyerap polusi udara. Lalu untuk RTH Hutan Kota, tanaman yang ideal untuk RTH ini adalah tanaman yang memiliki tajuk rindang, sistem percabangannya kuat, batang tidak mudah patah, memiliki sitem perakaran yang dalam dan kuat sehingga mampu menjaga tanah agar tidak longsor, toleran terhadap keterbatasan sinar matahari dan air, tahan terhadap hama penyakit, berfungsi menyerap polusi udara dan dapat mendatangkan burung, merupakan tanaman yang berumur panjang dan termasuk golongan tanaman evergreen (tanaman yang selalu memiliki daun hijau di segala musim dan tidak menggugurkan semua daun dalam waktu yang sama) seperti pinus dan kayu putih
64 Usulan Pengembangan Konsep Pengembangan Hasil penelusuran menunjukkan bahwa keberadaan bukti sejarah dalam bentuk tanaman sudah jarang ditemukan lagi di beberapa tempat. Selain itu, adanya fakta bahwa tidak semua masyarakat yang tinggal di Jakarta mengetahui akan sejarah tempat tinggal mereka. Guna menanggulangi permasalahan tersebut dibutuhkan konsep pengembangan dan upaya yang tepat. Konsep yang diusulkan adalah revitalisasi lanskap toponim untuk menguatkan identitas area atau tempat dan konservasi biodiversitas wilayah. Konsep ini harus disosialisasikan kepada masyarakat dan hal ini diharapkan dapat menjadi kebijakan Pemda DKI Jakarta. Strategi atau Tahapan Upaya untuk mewujudkan konsep tersebut adalah dengan pengenalan terhadap sejarah toponim dan jenis tanaman terkait, menghadirkan tanaman tersebut dengan melakukan penanaman kembali pada ruang-ruang terbuka yang potensial dan sesuai dengan sifat dan habitus tanaman. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan menghadirkan bentuk tanaman ke dalam ornamen-ornamen lanskap. Kemudian, untuk memberikan informasi sejarah maka dilakukan pula pemasangan papan nama yang berisikan sejarah dan nama tanaman terkait. Dengan melakukan upaya tersebut khususnya penanaman kembali, maka biodiversitas tanaman di DKI Jakarta akan semakin meningkat. Rekomendasi Penataan 1. Kriteria Tanaman Berdasarkan lokasi studi yang memiliki nama terkait dengan nama tanaman, didapatkan 23 nama tanaman. Guna mempermudah dalam peletakan tanaman pada Ruang Terbuka Hijau, maka dilakukan identifikasi tanaman mengenai tipe tanaman, bentuk tajuk, dan fungsi tanaman dalam lanskap yang dapat disajikan pada Tabel 14. Berdasarkan bentuk massa, tajuk, dan struktur tanaman, tanaman dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu; a. Tanaman Pohon Tanaman pohon adalah tanaman berkayu yang biasanya memiliki batang tunggal dan membentuk batang sekunder yang banyak serta pertumbuhannya sangat tinggi. Ketinggian tanaman yang masuk ke dalam kelompok ini mencapai lebih dari 5 m. b. Tanaman Perdu Tanaman perdu merupakan tanaman berkayu pendek, memiliki batang yang kaku dan kuat, serta percabangannya dimulai pada bagian yang agak jauh dengan permukaan tanah. Ketinggian tanaman yang masuk ke dalam kelompok ini lebih pendek dari tanaman pohon yaitu sampai dengan 3m (perdu kecil) dan 5 m (perdu besar). c. Tanaman Semak Tanaman ini memiliki ketinggian yang relatif rendah mencapai 3 meter. Batangnya berkayu dan berukuran sama, tidak memiliki cabang utama serta percabangannya dimulai pada bagian yang dekat dengan permukaan tanah.
65 d. Tanaman Merambat Tanaman merambat memiliki batang yang tidak berkayu dan kurang kuat untuk menopang bagian tanaman lain sehingga tanaman ini membutuhkan media seperti tali atau besi sebagai tempat untuk merambat. e. Tanaman Herba Tanaman herba merupakan jenis tanaman yang tidak memiliki batang berkayu tetapi dapat berdiri tegak. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, maka tanaman-tanaman yang terdapat pada lokasi studi yang terkait dengan nama tempat atau toponim disajikan dalam Tabel 14. Tabel 14. Identifikasi tanaman pada lokasi studi yang terkait dengan toponim tempat Nama Lokal Bampu Apus Bawang Merah Bawang Putih Bintaro Cempaka Putih Gambir Gandaria Jeruk Johar Kacang Tanah Kayu Manis Kedoya Kelapa Kosambi Labu Manis Manggis Melati Menteng Pala Pisang Rambutan Sirih Srengseng Wara
Tipe Tanaman Gigantochloa apus Kurz P Allium cepa var. A. H Allium satium L. H Cerbera manghas P Michelia alba L. P Uncaria gambir Roxb. Pe Bouea macrophylla Griffith P Citrus sp. Pe Cassia siamea P Arachis hypogaea L. H Cinnamomum cassia Presl. P Dysoxylum P gaudhichaudianum Cocos nucifera P Schleichera oleosa P Lagenaria hispida Ser. TM Garcinia mangostana P Jasminum sambac Pe Baccaurea motleyana P Myristica fragrans Houtt, P Musa paradisiaca L. P Nephelium ramboutanake P Pipier betle L. TM Pandanus caricosus Pe Ramph. Hibiscus tiliaceus P Nama Latin
Bentuk Tajuk K B B O D B S P K
Fungsi Tanaman S PA PA P P S P S P PA PA PE
M O D B B M S M
PA P S P S P P PA P S PA
D
P
Keterangan: Jenis Tanaman berdasarkan karakter [P (Pohon), Pe (Perdu), S (Semak), TM (Tanaman Merambat/Memanjat),H (Herba)], Bentuk Tajuk [B (Bulat), K (kolumnar), D (Dome), P (Piramidal), O (Oval), V (Bentuk v), M (Menjurai), S (Spread)], Bentuk Tajuk Semak [F (Flat), B (Bulat), MO (Mound), MR (Mound to Round), Fungsi Tanaman [P (Penaung), PE (Pengarah), PA (Pemberi Aksen), S (Screen)
66 2. Pedoman Penataan a. Hutan Kota Hutan kota merupakan penyangga lingkungan yang juga berguna untuk mendukung pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati. Pada Hutan Kota dilakukan penataan tanaman secara bergerombol atau terkonsentrasi pada satu area dengan jarak tanam rapat dan tidak beraturan serta dapat juga dilakukan penanaman secara menyebar. b. Taman Kota/ Taman Lingkungan Pada Ruang Terbuka Hijau Taman, dapat dilakukan penanaman tanaman khas atau penggunaan ornamen hardscape yang bercirikan tanaman tersebut seperti pemasangan paving block yang menyerupai bentuk atau motif buah, bunga, atau daun yang dihasilkan tanaman tersebut. Lalu dilakukan penempatan site furniture seperti lampu jalan, pergola, tempat duduk, atau tempat sampat yang memiliki ornamen bercirikan tanaman khas (Gambar 46).
(a) Sebelum penataan
(b) Setelah penataan
Gambar 46 Penanaman pohon di RTH Taman Lingkungan Selain itu, dilakukan pula peletakan signage pada setiap pohon atau tanaman terutama yang terkait dengan toponim untuk memberikan informasi kepada masyarakat (Gambar 47). Pembuatan signage berisi informasi umum mengenai tanaman yang terkait dengan nama tempat, sejarah penamaan tempat serta peraturan pemerintah. Diharapkan dengan adanya signage atau papan informasi ini masyarakat lebih mengetahui mengenai tanaman tersebut tersebut serta masyarakat juga mengetahui sejarah tempat tinggal mereka sehingga muncul rasa tanggung jawab untuk menjaga tanaman maupun site furniture tersebut (Gambar 48). Selain itu, dengan adanya penempatan softscape dan hardscape ini dapat menjadikan suatu tempat berkarakter dan memiliki identitas yang sesuai dengan toponimnya. Pada Taman Kota atau Lingkungan juga dapat dilakukan pengenalan tanaman kepada anak-anak dengan kegiatan berkebun atau menanam tanaman.
67
Gambar 47 Peletakan signage berisi informasi mengenai pohon/sejarah tempat
Gambar 48 Contoh desain layout signage beserta informasi mengenai tanaman dan sejarah penamaan tempat
c.
Jalur Hijau Jalan Pada RTH Jalur Hijau Jalan dilakukan penataan vegetasi di sisi jalan dengan melakukan penggantian dan penanaman vegetasi khas. Namun jika vegetasi khas sudah ada di tempat tersebut, maka dilakukan perbanyakan tanaman. Dengan jumlah vegetasi yang banyak diharapkan dapat menjadi penanda atau identitas tempat. Vegetasi yang ditanam harus tidak mengganggu pengguna jalan, baik pejalan kaki maupun pengendara kendaraan bermotor. Fungsi tanaman yang sesuai untuk Jalur Hijau Jalan adalah fungsi peneduh, pengarah, dan screen seperti pohon bintaro, cempaka putih, gandaria, rambutan, johar, kelapa, kosambi, menteng, dan pala. Sedangkan pada JHJ yang berada di median jalan, tanaman yang sesuai merupakan tanaman perdu atau semak yaitu tanaman melati. Pada pemukiman berupa komplek perumahan yang memiliki fasilitas jalan yang
68 besar dan terdapat jalur hijau jalan, maka dapat dilakukan penanaman tanaman khas di sepanjang Jalur Hijau Jalan (Gambar 48).
(a) Sebelum penataan
(b) Setelah penataan
Gambar 48 Penanaman pohon manggis di RTH jalur hijau jalan Kelurahan Kebon Manggis Pada pemukiman padat yang memiliki fasilitas jalan yang sempit seperti yang terdapat pada beberapa pemukiman di wilayah Kelurahan Kebon Melati dan memiliki jenis tanaman khas berupa tanaman perdu atau merambat maka dapat dilakukan peletakan planter box berisi tanaman yang digantung pada dinding luar rumah. Tanaman yang sesuai antara lain bawang merah, bawang putih, kacang tanah, sirih, labu manis, dan melati. Selain dapat menjadi penanda wilayah, dengan adanya planter box ini di pemukiman tersebut terlihat lebih hijau dan mengurangi kesan kumuh (Gambar 49).
(a) Sebelum penataan
(b) Setelah penataan
Gambar 49 Peletakan planter box yang berisikan tanaman perdu atau tanaman merambat pada dinding luar rumah
d. Pekarangan Pada RTH Pekarangan, tanaman yang sesuai adalah tanaman produksi yang menghasilkan buah-buahan, sayur, obat, dan bunga. Penanaman dapat dilakukan pada pot atau pekarangan rumah. Untuk rumah yang luas
69 pekarangannya tidak besar, maka tanaman dapat diletakkan di pot atau planter box.
Gambar 50 Contoh penanaman pada RTH pekarangan (Sumber: google.com)
Peningkatan Identitas Melalui Urban Design Peningkatan identitas tidak hanya dilakukan dengan cara memunculkan kembali tanaman yang menjadi identitas tempat dengan menanam atau memperbanyak tanaman tersebut. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan menghadirkan tanaman tersebut dalam ornamen-ornamen lanskap seperti lampu taman, site furniture dengan motif yang menggambarkan tanaman tersebut, pergola, pot atau planter box, sclupture, dan lain-lain. Selain itu dapat pula dimunculkan dalam bentuk simbol atau logo yang dapat diaplikasikan pada perkerasan, lantai, paving block, dinding atau tiang penyangga jalan.
Gambar 51 Contoh pengaplikasian bentuk tanaman ke dalam site furniture (Sumber: google.com)
70
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Terdapat 18 wilayah kecamatan yang mencakup 24 wilayah kelurahan yang terdapat di Jakarta dengan nama atau toponim terkait dengan nama tanaman. Tanaman yang menjadi nama tempat tersebut memiliki keterkaitan dengan sejarah tempat karena keberadaan yang dominan atau fungsi penting dari tanaman terkait di kawasan tersebut pada masa lalu. Dari total 24 wilayah, terdapat 14 tempat yang sudah tidak ditemukan lagi tanaman penanda dan 10 tempat masih ditemukan penanda. Sebanyak 66 masyarakat responden (warga setempat) mengetahui sejarah toponim tempat mereka tinggal yang terkait dengan nama tanaman, dan 64 responden tidak atau belum mengetahui. Namun seluruh responden setuju bahwa identitas suatu tempat sangatlah penting keberadaannya sebagai pembeda dan pengenal sehingga memudahkan orang untuk mengenali tempat tersebut. Potensi Ruang Terbuka Hijau yang ada di lokasi terkait terdapat 4(empat) ruang potensial yaitu taman lingkungan, pekarangan, Jalur Hijau Jalan, dan hutan kota. Konsep yang diusulkan adalah revitalisasi lanskap toponim untuk menguatkan identitas area atau tempat dan meningkatkan biodiversitas wilayah. Upaya untuk mewujudkan konsep tersebut adalah dengan pengenalan terhadap sejarah toponim dan jenis tanaman terkait, menghadirkan tanaman tersebut dengan melakukan penanaman kembali pada ruang-ruang terbuka yang potensial dan sesuai dengan sifat dan habitus tanaman serta menghadirkan bentuk tanaman ke dalam ornamen-ornamen lanskap. Diharapkan dengan dilakukanya upayaupaya tersebut maka kota Jakarta akan kembali menjadi kota yang berkarakter dan memiliki identitas di setiap wilayahnya, serta keanekaragaman hayati ikut meningkat. Saran Berikut terdapat beberapa saran yang dapat menjadi masukan kepada pemerintah kota maupun masyarakat dalam mewujudkan kota yang memiliki identitas serta terlaksananya konservasi terhadap biodiversitas tanaman : 1. Pemerintah Kota DKI Jakarta segera membuat peraturan mengenai perlindungan terhadap tanaman-tanaman yang menjadi asal-usul penamaan tempat di DKI Jakarta. 2. Sosialisasi kebijakan dan pengenalan kembali tanaman yang terkait dengan toponim di DKI Jakarta. 3. Pemerintah DKI Jakarta beserta masyarakat ikut serta menjaga tanamantanaman tersebut agar tidak terjadi penebangan atau pencabutan tanaman yang tidak disertai dengan penanaman kembali tanaman tersebut pada RTH lain yang terdapat di tempat terkait. 4. Menjadikan tanaman-tanaman tersebut sebagai identitas tempat agar timbul rasa memiliki dan bertanggung jawab dalam menjaga keberadaan tanaman tersebut. 5. Dilakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai tanaman yang dahulu banyak ditemukan di Jakarta namun sekarang jumlahnya berkurang dan sulit ditemukan.
71
DAFTAR PUSTAKA Anderson, S. 2006. Land-use and Landscape Histories: the Role of History in Current Environmental Decisions. Di dalam: Agnoletti, M, editor. The Conservation of Cultural Landscapes. United Kingdom: Biddles Ltd, King’s Lynn. Hlm 174-182. [Anonim]. 2011. Peta Orientasi DKI Jakarta [internet]. [diacu 2011 April 26]. Tersedia dari: http://google.com/. [Bappeda DKI Jakarta] Badan Perencana Pembangunan Daerah DKI Jakarta. 2012. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030 [internet]. [diacu 2013 April 18]. Tersedia dari: bappedajakarta.go.id/. [BPS DKI Jakarta] Badan Pusat Statistik DKI Jakarta. 2013. Jakarta dalam Angka (Jakarta in Figures) 2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta. [BPLHD DKI Jakarta] Badan Pengelola Lingkungan Hidup DKI Jakarta. 2012. Status Lingkungan Hidup Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2012 [internet]. [diacu 2013 April 23]. Tersedia dari: http://bplhd.jakarta.go.id. Carmona M, Health T, Oc T, Tiesdell S. 2003. Public Places – Urban Spaces. United Kingdom : Architectural Press, Elsevier. [Dispendukcapil DKI Jakarta] Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta. 2011. Rekap Penduduk WNI dan WNA Provinsi DKI Jakarta Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin per November 2011 [internet]. [diacu 2013 April 10]. Tersedia dari: http://dki.kependudukancapil.go.id/. [Dispendukcapil DKI Jakarta] Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta. 2011. Data Penduduk WNI Provinsi DKI Jakarta Berdasarkan Pendidikan per November 2011 [internet]. [diacu 2013 April 10]. Tersedia dari: http://dki.kependudukancapil.go.id/. Eckbo, G. 1988. Elements & Total Concept of Urban Landscape Design. Japan : Y Graphic-sha Publising Co, Ltd. Ernawati J. 2011. Faktor-faktor pembentuk identitas suatu tempat. Local Wisdom. [internet]. [diacu 2012 Jan 1]; 3(2):1-9. Tersedia pada: http://localwisdom.ucoz.com/. Goodchild, P. H. 1990. Some Principles for Conservation of Historic Landscape. New York : IoAAS, King’s Manor. Harris, C. W. dan Dines, N. T. 1988. Time Saver Standards for Landscape Architecture. New York : Mc Graw Hill, inc. Joga, N dan Ismaun, I. 2011. RTH 30%! Resolusi (Kota) Hijau. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Lynch, K. 1959. Image of The City. United State of America : The MIT Press. [PROHATI] PROSEA KEHATI. 2013. Tumbuhan Buah-buahan [internet]. [diacu 2013 Maret 26]. Tersedia pada: http://proseanet.org/ . [PROHATI] PROSEA KEHATI. 2013. Tumbuhan Kacang-kacangan [internet]. [diacu 2013 Maret 25]. Tersedia pada: http://proseanet.org/. Rais, J. 2006. Arti Penting Penamaan Unsur Geografi Definisi, Kriteria, dan Peranan PBB dalam Toponimi. [internet]. [diacu 2011 Oktober 12]. Tersedia pada: http://geodesy.gd.itb.ac.id/wedyanto/wbcontent/uploads/ 2006/12/artipenting-penamaanunsur-geografi.pdf.
72 Rais, J. et al. 2008. Toponimi Indonesia: Sejarah Budaya yang Panjang Dari Permukiman Manusia dan Tertib Administrasi. Jakarta: Pradnya Paramita. Ruchiat, R. 2011. Asal-Usul Nama Tempat di Jakarta. Depok: Masup Jakarta. Seamon, D. (1996). A Singular Impact: Edward Relph’s Place and Placelessness. [internet]. Tersedia pada: http://www.arch.ksu.edu/seamon/Relph.htm. Simonds, J.O. 1983. Landscape Architecture.Mc.Graw-Hill Company. New York Sujomihardjo, A. 2000. Sejarah Perkembangan Kota Jakarta. Jakarta: Dinas Museum dan Pemugaran DKI Jakarta. Suryowinoto,S.M. 2001. Flora Eksotika Tanaman Peneduh. Yogyakarta: Kanisius. Universitas Negeri Papua. 2013. Metode Konservasi Genetik. Buletin Konservasi Biodiversitas Raja 4. [internet]. [diacu 2013 Desember]; 2(9):1. Tersedia pada: http://ibcraja4.org/assets/file/Buletin04September2013.pdf Verheij, EWM. Dan RE, Coronel (eds). 1997. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara: Buah-buahan yang Dapat Dimakan. Jakarta: Gramedia Prosea. Zaenuddin. 2012. 212 Asal-usul Djakarta Tempo Doeloe. Jakarta: Ufuk Press.
73
Lampiran 1. Lembar Kuisioner Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
KUISIONER STUDI TOPONIM TEMPAT DALAM RANGKA PENGEMBANGAN BIODIVERSITAS DAN FUNGSI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KAWASAN DKI JAKARTA Oleh : Quinta Normalita Responden Yth. Terima kasih atas waktu yang telah Anda sediakan untuk mengisi kuisioner ini. Data yang ada pada kuisioner ini akan digunakan dalam kegiatan penyelesaian skripsi dan akan dijamin kerahasiaannya. No.Responden: .…………………... Laki-laki / Perempuan < 20 / 20-29 / 30-39 / 40-49 / >50 Kecamatan............... dan Kelurahan............. ...
- Nama - Jenis Kelamin - Usia - Tempat tinggal
: : : :
- Pendidikan terakhir
: a) Tidak sekolah b) SD
- Pekerjaan
: a) Wiraswasta c) Pelajar/mhs e) Lainnya.................. b) Peg. Negeri/swasta d) IRT
c) SMP d) SMA
e) Perguruan Tinggi
Pengetahuan Mengenai Toponimi Toponim merupakan asal-usul nama tempat yang penamaannya berdasarkan peristiwa yang terjadi atau sesuatu yang mayoritas dan banyak terdapat pada suatu tempat. (misalnya: sejarah, nama tokoh, bentukan alam, tanaman, suku, dan nama hewan) 1.Sudah berapa lama anda tinggal di wilayah tersebut? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 2. Apakah anda mengetahui/tidak toponim ditempat anda tinggal? (jika tidak, stop dan lanjut ke pertanyaan no.6) .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ....................................................................................................................................
74 3.Dari mana Anda mengetahui mengenai toponim ditempat anda tinggal? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 4.Jika toponim tempat anda tinggal terkait dengan nama tanaman, apakah anda mengetahui tanaman tersebut? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 5.Apakah dikawasan anda tinggal masih terdapat tanaman tersebut? Jika ada, dimanakah lokasi tanaman tersebut? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 6.Menurut anda,apakah penting suatu wilayah memiliki identitas tempat? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... Ruang Terbuka Hijau (RTH) 7.Apakah di wilayah anda tinggal terdapat Ruang Terbuka Hijau?Jika ada, sebutkan! .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 8.Dimanakah letak Ruang Terbuka Hijau tersebut? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ....................................................................................................................................
75
Lampiran 2. Tabel jenis pohon yang ada di sisi Jalan DKI Jakarta tahun 2010 (Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) No.
Nama Lokal
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43.
Akasia Alpukat Angsana Asam Asam Kranji Asam Londo Bambu Batavia Belimbing Berenut Beringin Beringin karet Bintaro Bintaro Biola cantik Bisbul Bixa Bougenville Bunga kupu-kupu Bunga merak Bungur Buni Bunut Bunut Cemara Cemara Cemara angin Cemara kipas Cempaka Ceremai Dadap Dadap kuning Dadap merah Damar Damar laut Duku Endaru Felisium Flamboyan Gliricidia Glodogan Bulat Glodogan tiang Hujan mas
Nama Latin
Acasia auriculliformis Persea americana Mill. Pterocarpus indicus Tamarindus indica Dialium indum Pithecellobium dulce Bambusa sp Jatropha sp Averhoa carambola Crescentia cujete Ficus benjamina Ficus retusa Cerbera manghas Cerbera odollam Ficus lyrata Diospyros blancoi Bixa orellana Bougenvilia spectabilis Bauhinia purpurea Caesalpinia pulcherrima Langerstroma laudanii Antidesma bunius Calophyllum soulatri Ficus sp Araucaria sp Thuja sp Casuarina equisetifolia Casuarina equisetifolia Michellia campaca Phyllanthus acidus Erythrina Erythrina variegate Erythrina crista-galli Agathis alba Agathis dammara Lansium domesticum Felicium devisien Delonix regia Gliricidia sp Polyathia fragrans Polyalthia longifolia Thryalis glauca
76
Lampiran 2. lanjutan.. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88.
Jamblang Jambu air Jambu batu Jambu bol Jarak Jati Jati mas Jati putih Kakao Kamboja Kanyere Kapuk Karet Kasia Kayu afrika Kayu putih Kecapi Kecrutan Kedondong Kelapa Kelapa sawit Kelengkeng Kelewih Kelor Kelor laut Kembang merak Kenanga Kenari Kersen Ketapang Khaya Ki hujan Ki putri Kiara Kosambi Krey payung Kurma Lamtoro Mahoni Mangga Matoa Melinjo Mengkudu Mimba Mindi
Eugenia cumini Syzygium aqueum Psidium guajava Anacardium occidentale Ricinus communis Tectona grandis Cordia sebestana Gmelina arborea Theobroma cacao Plumeria rubra Bridelia monoica Ceiba pentandra Ficus elastica Kasia fistula Maesopsis eminii Eucalyptus camaldulensis Sandoricum koetjape Spathodea campanulata Spondias sp. Cocos nucifera Elais guinensis Euphoria longana Artocarpus communis Moringa oleifera Artocarpus communis Caesalpinia pulcherrima Cananga odorata Canarium commune Muntingia calabura Terminalia cattapa Khaya senegalensis Samanea saman Podocarpus neripolius Ficus annulata Schleichlera olcosa Fillicium decipiens Phoenix dactylifera Laucaena glauca Swietenia mahagoni Mangifera indica Pometia pinata Gnetum gnemon Morinda citrifolia Azadirachta indica Melia azedarach
77
Lampiran 2. lanjutan.. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. 126. 127. 128. 129. 130. 131.
Nangka Nyamplung Pacira Pala Palem Palem alexander Palem botol Palem ekor tupai Palem hijau Palem putri Palem raja Palem sadeng Pandan bali Petai Petai cina Pinang Pinus Puspa Rambutan Randu Saga Salam Sapu tangan Sawo Sawo duren Sawo kecik Sawo manila Sengon Sengon laut Seri/Kersen Sikat botol Sirsak Sri gading Srikaya Sukun Tabebuia Tangkil/Melinjo Tanjung Trembesi Walisongo Waru Waru laut Wuni
Arthocarpus communis Callophyllum inophyllum Pacira sp Myristica fragrans Palmae Archontophoenix alexandrae Hyophorbe lagenicaulis Wodyetia bifurcata Ptychotperma macarthurii Veitchia merillii Roystonea regia Livistona rondundifolia Pandanus tectona Parkia speciosa Leucaena glauca Areca catechu Pinus merkusii Schima wallichii Nephelium lapaceum Ceiba petandra Adenanthera pavonina Syzygium polyanthum Maniltoa grandiflora Manilkara zapota Crateva religiosa Manilkara kauki Achras zapota var depressa Paraserianthes falcataria Paraserianthes sp Muntingia calabura L. Callistemon citrinus Annona muricata Nyctanthes arbor-tristis Annona squamosa Artocarpus communis Tabebuia sp. Gnetum gnemon Mimosops elengi Samanea saman Schefflera sp Hibiscus tiliaceus Thespesia populnea Antidesma bunius
78
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tangerang tanggal 4 Maret 1991, sebagai anak kedua dari dua bersaudara kembar, putri Bapak Alfian Mujani dan Ibu Erlin Susilowati. Pendidikan yang dikenyam penulis diawali pada tahun 1995 dan menyelesaikan Play Group pada tahun 1996 di Play Group Indah. Penulis menyelesaikan pedidikan Taman Kanak-kanan (TK) di TK Kartika X pada tahun 1998. Pada tahun 2003, penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Pesanggrahan Percontohan 010 Jakarta Selatan dan penulis lulus dari SLTP Negeri 19 Jakarta Selatan tahun 2005 dengan mengikuti kelas akselerasi (2 tahun). Kemudian tahun 2008 penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 47 Jakarta Selatan dan pada tahun yang sama penulis di terima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis menjalankan Tingkat Persiapan Bersama (TPB) selama 1 tahun dan pada tahun 2009 penulis menjalani pendidikan di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama mengenyam pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis juga mengikuti kegiatan di luar akademik, seperti sempat mengikuti ekstrakurikuler Music Agriculture Xpression (MAX), menjadi Badan Pengawas Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) periode 2009/2010. Penulis juga pernah terlibat dalam kepanitiaan di beberapa kegiatan yang diadakan oleh HIMASKAP. Selain itu penulis juga aktif mengikuti berbagai pelatihan dan seminar yang mendukung kegiatan akademis dan passion penulis.