STUDI TINGKAT PELAYANAN SELASAR PEJALAN KAKI PADA PASAR UJUNG MURUNG DI BANJARMASIN
Ir. H. Hudan Rahmani, MT DPK (dipekerjakan) di Fak. Teknik Universitas Muhammadiyah Palangkaraya ABSTRAK
Pejalan kaki mempunyai posisi yang lemah apabila bercampur dengan lalu lintas kendaraan. Untuk itu diperlukan fasilitas bagi pejalan kaki yaitu berupa selasar khusus pejalan kaki. Pada kenyataannya terjadi penyalahgunaan dari bentuk awal perencanaan, yaitu penggunaan selasar tersebut untuk perdagangan sehingga mengakibatkan berkurangnya ruangan untuk pejalan kaki yang nantinya akan mengurangi tingkat kenyamanan. Hasil studi ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan acuan dalam kaitannya dengan fasilitas-fasilitas transportasi di Indonesia, mengingat belum adanya pembahasan mengenai hal ini pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) sedangkan hal ini ada dibahas di Highway Capreity Manual (HCM-1994) dari Amerika. Penelitian ini dilakukan pada areal pasar Ujung Murung di Banjarmasin untuk mendapatkan arus pejalan kaki pada waktu puncak dan waktu normal. Sehingga akan didapatkan tingkat pelayanan selasar pejalan kaki, yang pada akhirnya untuk pengembangan pelayanan fasilitas pejalan kaki di pusat perkotaan dan Central Business District (CBD). Untuk mengetahui tingkat pelayanan menggunakan konsep Level of Service (LOS) dari HCM (1994). Dari hasil perhitungan didapatkan tingkat pelayanan pada waktu puncak yaitu menjelang lebara Idul Fitri adalah D = 17,42 ft2/ped, tingkat pelayanan dan untuk waktu normal setelah lebaran Idul Fitri didapatkan tingkat pelayanannya adalah C = 26,55 ft2/ped dan tingkat pelayanan pada waktu gabungan adalah D = 21,99 ft2/ped.
Kata kunci : selasar, arus, ruangan, tingkat pelayanan
70
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Salah satu elemen transportasi perkotaan yang perlu mendapat perhatian khusus dalam studi lalu lintas adalah pejalan kaki (pedestrian) karena pejalan kaki posisinya sangat lemah apabila bercampur dengan lalu lintas kendaraan, sehingga diperlukan fasilitas khusus berupa selasar, penyeberangan (zebra crossing), jembatan/terowongan dan pagar pengaman yang mampu melayani sesuai dengan kebutuhan para pejalan kaki. Pada Central Business District (CBD) selasar pejalan kaki umumnya direncanakan sesuai dengan standar yang berlaku namun pada kenyataannya terjadi penyalahgunaan fungsi dari selasar tersebut yaitu untuk tempat berdagang sehingga pelayanan dari selasar tersebut terjadi penurunan. Pergerakan para pejalan kaki dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan lalu lintas dan pada umumnya terjadi pada lokasi antara lain : a. Memotong atau menyeberang jalan, apabila terjadi pada jalan kecil merupakan suatu masalah yang kecil, akan tetapi apabila menyeberang pada jalan alteri primer dengan kecepatan tinggi sebaiknya dihindari. Oleh sebab itu perlu disediakan fasilitas untuk pejalan kaki pemasangan lampu penerangan. b. Sistem pengendalian persimpangan, pejalan kaki merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan. Karena interaksi dari sistem prioritas, volume, volume yang membelok, kecepatan, penglihatan, serta tingkah laku pengemudi merupakan konflik yang sifatnya sederhana tetapi dapat menjadi sangat kompleks. c. Pergerakan menyusuri jalan, sebagian besar dilakukan di jalan-jalan perkotaan atau Central Business District (CBD) yang
mempunyai volume pejalan kaki yang cukup besar. Oleh sebab itu di Central Business District (CBD) sangat diperlukan jalan-jalan khusus bagi pejalan kaki antara lain berupa trotoar, selasar dan jembatan penyeberangan. Pemerintah Indonesia dalam melindungi para pejalan kaki (pedestrian) dapat dilihat dalam UU Nomor 14 tahun 1992 serta PP Nomor 43 tahun 1993 pasal 39 yang mencantumkan beberapa butir tentang fasilitas pejalan kaki berupa trotoar, tempat penyeberangan dengan marka jalan, ramburambu, jembatan penyeberangan dan terowongan penyeberangan. Karakteristik dan pergerakan pejalan kaki haruslah dipelajari guna penyediaan fasilitas khusus bagi pejalan kaki, khususnya pada CBD yang mempunyai volume pejalan kaki yang cukup besar sehingga dapat melindungi dan meminimalisasikan konflik antara pejalan kaki dengan lalu lintas kendaraan yang salah satunya penyediaan jalan khusus bagi pejalan kaki antara lain trotoar atau selasar. Di Amerika Serikat (USA) untuk mengatur atau perancangan, perencanaan ataupun operasional khusus para pejalan kaki, telah dimasukkan dalam Highway Capacity Manual (HCM) yang paling akhir dikeluarkan pada tahun 1994. Dalam HCM (1994) tersebut terdapat pada bab khusus yang membahas masalah kapasitas fasilitas pejalan kaki. Di Indonesia telah ada Indonesian Highway Capacity Manual (IHCM) atau sering disebut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). MKJI hanya membahas khusus masalah untuk lalu lintas kendaraan; lalu lintas pejalan kaki belum tersentuh sama sekali. Sehingga untuk melakukan perencanaan, perancangan dan analisa operasional fasilitas khusus pejalan kaki di Indonesia salah satunya dapat menggunakan acuan atau manual dari negara lain khususnya Amerika maupun Eropa.
71
Pasar Ujung Murung merupakan pasar yang cukup besar dan mempunyai ciri khas yaitu moda transportasi untuk menuju tempat ini bisa melewati jalan raya dan bisa juga melewati sungai yaitu sungai Martapura. Di pasar Ujung Murung ada 2 sub terminal, 1 sub terminal angkutan kota (angkot) yaitu sub terminal Minseng dan 1 sub dermaga kapal kecil yang disebut kelotok yaitu dermaga pasar Ujung Murung. Komplek Pasar Ujung Murung dilintasi jalan Ujung Murung dan dijadikan sebagai pedagang kaki lima.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Umum
Gerakan arus pejalan kaki terpusat terjadi pada tempat- tempat umum, pusat pertokoan, perkantoran terminal, stadiun olah raga maupun di tempat- tempat fasilitas umum lainnya. Oleh sebab itu kenyamanan, keamanan dan kecepatan merupakan sebagai bahan pertimbangan penting dalam lalu lintas multimodal dan penelitianpenelitian transportasi.
1. Untuk mengetahui Tingkat Pelayanan atau Level of Service (LOS) yang didasarkan pada pengkajian kembali kapasitas fasilitas pejalan kaki yang kinerjakan didasarkan pada konsep Level of Service, sesuai dengan HCM (1994) dari Amerika.
Konsep tingkat pelayanan / Level Of Service (LOS), pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat pelayanan dan kemudahan arus lalu lintas di jalan raya juga diterapkan untuk pejalan kaki. Dengan konsep tersebut faktor- faktor kemudahan seperti kemampuan untuk memilih kecepatan berjalan, untuk menghindari dari konflik dengan orang lain yang berkenaan dengan kepadatan dan volume.
2. Untuk meningkatkan kinerja selasar
2.2
1.2.
Tujuan Penelitian
pejalan kaki yang sudah ada, yang berupa perbaikan-perbaikan fasilitas yang harus dilaksanakan. 1.3.
Batasan Penelitian
Oleh karena permasalahan dalam penelitian ini dirasa sangat kompleks serta adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti maka dalam penelitian ini perlu dibatasi : 1. Lokasi penelitian hanya pada selasar pasar Ujung Murung yaitu pada tempat-tempat pejalan kaki yang berupa selasar lurus jalan. 2. Penelitian diambil pada saat pasar sibuk normal dan pada saat pasar sibuk menjelang lebaran Idul Fitri.
Terminologi Kapasitas Pejalan Kaki
Istilah- istilah dan definisi yang sering digunakan menurut Highway Capacity Manual (1994;13-3) dari Amerika antara lain: a. Kecepatan pejalan kaki adalah rata-rata kecepatan pejalan kaki yang dinyatakan dalam satuan meter per menit (m/mnt). b. Arus pejalan kaki adalah jumlah pejalan kaki yang melewati suatu titik per satuan waktu yang dinyatakan dalam pejalan kaki per menit. c. Kerapatan pejalan kaki adalah rata-rata jumlah pejalan kaki dalam suatu satuan luas di dalam lajur pejalan kaki atau pada antrian yang dinyatakan dalam pejalan kaki per meter persegi (ped/m2).
72
2.3
Prinsip Dasar Ruang Dan Waktu
2.3.1
Penentuan Total Waktu-Ruang
Total waktu ruang yang tersedia yang diperlukan untuk pejalan kaki untuk berjalan di lajur lurus merupakan luas lajur (selasar). Dasar perhitungan menurut HCM (1994:13-22) dari Amerika adalah :
Diperoleh dengan membagi panjang segmen dengan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk seseorang pejalan kaki melintasi segmen pengamatan. Spee = L / tw ………………………… (2-4) Dimana:
Speed = Kecepatan rata-rata pejalan kaki (m/mnt).
Ts = A * i/60 ……………………………(2-2)
L
= Panjang segmen pengamatan.
Dimana :
tw
= Waktu rata-rata yang dibutuhkan seorang pejalan kaki di segmen lajur pengamatan (dtk).
A = W – L – ( Ctot ) ……………………(2-1)
A
= Luas efektif segmen/selasar (m2)
W
= Lebar segmen (m)
Ctot = Luas halangan tetap/tidak tetap (m2)
L
2.3.2
= Panjang segmen (m) Waktu Berjalan Rata-rata
Waktu yang dibutuhkan seorang pejalan kaki menempati segmen lajur khusus pejalan kaki,didapat dengan mengalikan jumlah peejalan kaki dengan waktu berikutnya dibagi dengan jumlah total pejalan kaki.
2.3.4
Menentukan Waktu Total Menempati Lokasi Pengamatan
Merupakan hasil dari waktu rata- rata berjalan dan jumlah pejalan kaki yang menggunakan segmen lajur pengamatan selama dalam satuan waktu tertentu sesuai dengan rumus dari HCM (1994:13-24): Tw = V * tw / 60 ……………………… (2-5) Dimana:
Tw
= Waktu total rata- rata menempati lajur lurus khusus (ped / mnt).
Tw = (N1*t1+N2 * t2 +….+Nn * tn) / (N1 + N2 +….+ Nn) ………………………...…….. (2-3)
V
= Volume pejalan kaki dalam segmen pengamatan.
Dimana:
tw
= Waktu rata-rata yang dibutuhkan seorang pejalan kaki di segmen lajur pengamatan (dtk).
Sebagai perhitungannya sebagai berikut :
Tw
= Waktu pejalan kaki yang sedang berjalan.
N
= Jumlah pejalan kaki yang sedang berjalan di segmen pengamatan.
T
= Waktu yang digunakan pejalan kaki di segmen pengamatan.
2.3.3
Menentukan Kecepatan Rata-rata
2.3.5 Menentukan Ruang Sirkulasi Rata-rata per Pejalan Kaki dan Tingkat Pelayanan Rata-rata. Menurut HCM (1994: 13-24) ditentukan dengan membagi ruang dan waktu yang tersedia untuk melintasi segmen pengamatan dengan waktu total menempati. Hal ini merupakan hasil rata-rata area yang disediakan untuk setiap 73
pejalan kaki yang dihubungkan dengan Tingkat Pelayanan (LOS) sesuai dengan kriteria pada tabel 2– 1, selanjutnya:
Tingkat Pelayanan (LOS) pejalan kaki antara lain sebagai berikut :
Oeding (1963),memberikan definisi Tingkat Pelayanan (LOS) dibagi menjadi 5 (lima) kategori, mulai dari aliran bebas sampai aliran terhambat.
Pushkarev dan Zupan, juga memberikan definisi Tingkat Pelayanan yang serupa. Mereka mendefinisikan 6 (enam) Tingkat Pelayanan yang dimulai dari aliran bebas dan tidak terhalangi sanpai pada aliran terhambat hingga macet.
M = Ts / Tw ……………………………… (26) Dimana :
M = Ruang rata-rata pejalan kaki (m2/ped).
Ts = Waktu ruang total yang tersedia selama satu satuan waktu(m2/mnt)
Tw = Waktu total menempati segmen lajur pengamatan (ped–mn).
2.3.6.
Menentukan Pejalan Kaki
Kerapatan
Rata-rata
Fungsi kebalikan dari ruang sirkulasi rata-rata per pejalan kaki : K = 1/M …………………………………… (2-7) Dimana :
K = Kerapatan rata-rata pejalan kaki di selasar/segmen lajur khusus pejalan kaki (ped/m2) M
=
Ruang rata-rata per pejalan kaki (m2/ped)
Dalam HCM (1994:13-8,9),memberikan gambaran tentang Tingkat Pelayanan Pejalan Kaki antara lain dapat dilihat pada Tabel 21,yang menunjukkan Kriteria Tingkat Pelayanan Pejalan Kaki.
Tabel 2.1 Kriteria Tingkat Pelayanan Pejalan Kaki Tingkat pelayanan
Ruangan (sqft/p.kaki)
Aliran dan diharapkan
kecepatan
yang
Rata-rata kecepatan (ft/min)
Aliran,y (p.kaki/mi n/ft)
VC ratio v/c
A
>130
>260
<2
<0.08
B
>40
>250
<7
<0.28
Tingkat Pelayanan Pejalan Kaki
C
>24
>240
<10
<0.40
Kriteria untuk berbagai Tingkat Pelayanan (LOS) untuk pejalan kaki didasarkan pada ukuran atau standart obyektif yang kemungkinan masih kurang tepat. Namum untuk mendefinisikan batas ruangan per pejalan kaki, besarnya arus atau aliran dan kecepatan yang bisa digunakan untuk mengembangkan kualitas dari kriteria aliran.
D
>15
>225
<15
<0.60
E
>6
>150
<25
<1.00
F
<6
<150
Variabel
2.4
Pushkarev dan Zupan (1975:78-87), membandingkan beberapa penelitian mengenai
Sumber : HCM (1994). 2.5 Dimensi Luas Horizontal Pejalan Kaki Bentuk dari luasan (A) individu pejalan kaki adalah “ elips” dimana masing-masing sumbunya merupakan lebar () dan tebal (t). 74
Sehingga luasan individu apabila diproyeksikan secara horizontal bagi pejalan kaki menurut Predtechenski & Milinskii ( 1978: 233) dapat dihitung dengan rumus: Fp = ( / 4) l * t Dimana: Fp = luas proyeksi horizontal dari individu padestrian
3.
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kamera video, yaitu dengan merekam arus lalu lintas pejalan kaki, sedangkan untuk mendapatkan data ukuran lokasi pengamatan yaitu dengan mengadakan pengukuran langsung dilapangan. 3.3. Pengamatan
= lebar dari individu pedestrian
Variabel yang diukur dilapangan adalah sebagai berikut :
t
= tebal dari individu pedestrian
-
Waktu rata-rata yang diperlukan pejalan kaki untuk melewati Segmen Selasar
-
Jumlah rata-rata pejalan kaki yang terdapat pada areal selasar persatuan waktu
-
Jumlah pejalan kaki yang melewati selasar selama selang waktu
-
Mengelompokkan pejalan kaki menjadi 6 (enam) kelompok yaitu : kelompok orang dewasa, anak, usia remaja, menggandeng anak, membawa ransel dan membawa barang.
METODE PENELITIAN
3.1. Pemilihan Waktu dan Tempat 3.1.1. Pemilihan Waktu Data waktu puncak diambil pada saat menjelang lebaran Idul Fitri, hari minggu tanggal 25 Nopember 2003, data waktu normal pada saat setelah bulan Ramadhan diambil hari Selasa 9 Desember 2003. 3.1.2. Pemilihan Tempat Penelitian Pemilihan tempat berdasarkan kriteria sebagai berikut :
3.4. Program Kerja Penelitian MULAI
a. Selasar lurus pejalan kaki yang mempunyai lebar cukup
PENGUMPULAN DATA CEK
b. Terdapat fluktuasi arus pejalan kaki pada arus normal dan puncak
PENGOLAHAN DATA ANALISA PERHITUNGAN
c. Selasar yang tidak mempunyai kemiringan medan dan tidak berbelok-belok Berdasarkan kriteria tersebut diatas, maka lokasi yang tepat adalah selasar lurus yang berada disisi jalan Ujung Murung. 3.2. Pengumpulan Data Waktu pengamatan pada pukul 08.00 – 16.00 WITA. Pengamatan ini untuk mendapatkan data karakteristik arus pejalan kaki yang berupa arus, kecepatan, volume dan kerapatan.
KECU KUPA N DATA
KESIMPULAN DAN SARAN SELESAI
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Kompilasi Data Kecepatan dan Kerapatan
Kompilasi data yang dilakukan di laboratorium atau di studio, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4-1 untuk hasil survey atau pengamatan di 75
Selasar Lurus pejalan kaki kondisi puncak dan tabel 4-2 untuk kondisi normal. 4.2
Hasil Kompilasi Data Karakteristik Pejalan Kaki
Dari hasil kompilasi data selain pada Tabel 4-1 s.d. Tabel 4-2, maupun dari arah sebaliknya, sebelumnya harus memperoleh data karakteristik dari pejalan kaki sesuai dengan definisi dari pengelompokkannya. Untuk dapat lebih jelas tentang hasil klasifikasi / karakteristik ini dapat dilihat pada Lampiran Tabel 4-1a dan 4-1b, (untuk kondisi waktu puncak) serta lampiran Tabel 4-2a dan 4-2b (untuk kondisi waktu normal), dari arah (A) menuju ke arah (B) atau arah sebaliknya. 4.3
4.4.
Pembahasan
Untuk menentukan tingkat pelayanan atau Level of Service (LOS) berdasarkan konsep yang direkomendasikan oleh Higway Capacity Manual (HCM 1994) dari Amerika, dan sebagai prosedur yang digunakan dalam perhitungan sebagai berikut : 4.4.1.
Perhitungan Total Waktu-Ruang
Terlebih dahulu harus menghitung Luas Efektif (A) dengan menggunakan rumus (2-1) selanjutnya digunakan untuk menghitung total waktu ruang (TS) dengan menggunakan rumus (2-2). 4.4.2.
Perhitungan Waktu Berjalan RataRata
Perhitungan Satuan Pejalan Kaki Hasil perhitungannya seperti pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Daftar Dimensi Dan Luas RataRata Proyeksi Horizontal PejalanKaki Dimensi tubuh (ratarata)
Waktu yang dibutuhkan rata-rata seorang pejalan kaki menempati lokasi/segmen lajur satu arah dihitung dengan rumus (2-3). 4.4.3.
Perhitungan Kecepatan Rata-Rata
Kecepatan rata-rata seorang pejalan kaki di lokasi pengamatan dihitung dengan rumus (2-4).
Teba l (cm)
Leba r (cm)
Luas (cm2 )
Koefisie n Satuan Orang Dewasa (SOD)
2
3
4
5
6
1
Kelompok Dewasa
0.32
0.49
0.12
1
2
Kelompok Remaja
0.26
0.43
0.09
0.78
3
Kelompok Anak
0.16
0.28
0.04
0.33
Ruang sirkulasi rata-rata yang disediakan untuk setiap pejalan kaki dihitung dengan rumus (2-6).
4
Menggandeng Anak
0.39
0.8
0.25
2.08
4.4.6.
5
Membawa Ransel
0.59
0.43
0.21
1.75
Membawa Barang
0.96
No .
KLASIFIKAS I PEJALAN KAKI
1
4.4.4.
Waktu total pejalan kaki menempati di lokasi pengamatan, dihitung dengan menggunakan rumus (2-5) 4.4.5.
6
1.59
0.44 5
3.71
Perhitungan Waktu Total Menempati Selasar
Perhitungan Ruang Sirkulasi RataRata Pejalan Kaki
Perhitungan Kerapatan Rata-Rata Pejalan Kaki
Kerapatan rata-rata yang disediakan untuk pejalan kaki dihitung dengan menggunakan rumus (2-7) . 76
5.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
akan diketahui karakteristik para pejalan kaki di tempat tersebut. DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan dari uraian dan hasil yang didapatkan maka berikut ini dapat dibuat suatu kesimpulan antara lain sebagai berikut: 1. Tingkat pelayanan atau Livel Of Service (LOS) pada waktu puncak dan waktu normal yang didasarkan pada konsep dari HCM (1994) dan dengan konversi satuan ft2/ Satuan Orang Dewasa (SOD). Kondisi Waktu Puncak = 17.42 ft2/ ped = 17.42 ft2/ 1.18 SOD = D Kondisi Waktu Normal = 26.55 ft2/ ped = 26.55 ft2/ 1.53 SOD = C Kondisi waktu gabungan = 21.99 ft2/ ped = 21.99 ft2/ 1.34 SOD = D 2. Perlu pelebaran selasar lurus untuk meningkatkan kinerja fasilitas yang sudah ada. Serta penambahan sarana pendukung yang dapat meningkatkan keamanan, kelayakan dan kenyamanan bagi pejalan kaki seperti pencahayaan, kesejukkan (kipas angin, Air Conditoner), kebersihan dan lainlain. Sehingga menambah daya tarik pejalan kaki untuk berjalan di selasar.
5.2
Pelatihan Diseminasin, (1996), Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Sweroad in Association With PT. Bina Karya (Persero), Jakarta. Pushkarev, B, & Zupan, JM (1975), Urban Space for Pedestrian, The MIT Press, Cambridge, Mass. Rahmani, Hudan, (2002), Studi Karakteristik Pejalan Kaki Pada Pasar Sudimampir Banjarmasin, Program Pasca Sarjana Manajemen dan Rekayasa Transportasi ITS, Surabaya. Transportation Research Board (1985), Highway Capacity Manual, Special Report 209, Washingtong DC. Undang-Undang No. 14 (1992), Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Arkola, Surabaya.
Saran
Untuk dapat lebih memperdalam pengetahuan tentang pejalan kaki (pedestrian) dalam kaitannya dengan sistem transportasi khususnya di Indonesia maka perlu adanya penelitian lebih lanjut terutama dari segi sosial seperti rasa aman, rasa nyaman dan tingkat keselamatan dari pejalan kaki itu sendiri. Juga penelitian – penelitian serupa dititik komplek dan di tempattempat lainnya seperti pada selasar perkantoran berlantai banyak, rumah sakit, theater, stasiun, pelabuhan dan tempat lainnya yang nantinya 77