STUDI PERILAKU PEJALAN KAKI PADA TROTOAR (PEDESTRIAN WAYS) DI SURAKARTA DITINJAU DARI KENYAMANAN IKLIM Moch Fathoni Setiawan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES) Kampus Unnes Gd E4, Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229, email:
[email protected]
Abstract: Pedestrian way certainly should be able to accommodate the needs of pedestrians and function optimally in order to support the activity or activities in a city. It is intended to support the development and effectiveness of all activities (economic, governance and services) in the city. Pedestrian behavior in this study are shown in the form of public perception in the use of sidewalks in everyday life, viewed from the comfort of Climate. Object of study in this research is Slamet Riyadi Street Chop Surakarta, including lane pavement in the area around gladak, namely the Novotel hotel, Mall, Office, Museum, and shops. The method used in this study is a survey of direct observations in the field. In this study there are two functional variables which include age, educational level, occupation, residence, and the purpose of using the sidewalk path. Structural variables which public opinion about the comfort of pedestrians to use sidewalks on main streets Surakarta (case study Slamet Riyadi road Surakarta) which in its application is limited only in terms of climate comfort. In this study the volume of pedestrian population is 1036 people, and the sample can be taken as a parameter estimate of 10% of the total population obtained from the calculation of researchers. Then the sample size in this study amounted to 100 people assigned pedestrians. Overall opinion of pedestrians against climatic factors indicates that GOOD ENOUGH opinion. Keywords: pedestrians, sidewalks, public perception, climate comfort. Abstrak: Trotoar tentunya harus dapat mewadahi kebutuhan pejalan kaki dan berfungsi secara maksimal guna mendukung aktivitas atau kegiatan di suatu kota. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang perkembangan dan efektivitas segala kegiatan (ekonomi, pemerintahan dan jasa) di kota. Perilaku pejalan kaki dalam studi ini ditunjukkan dalam bentuk persepsi masyarakat dalam memanfaatkan trotoar dalam kehidupan sehari-hari, ditinjau dari kenyamanan Iklim. Obyek Studi dalam penelitian ini adalah Penggal Jalan Slamet Riyadi Surakarta, meliputi jalur trotoar di kawasan sekitar gladak, yaitu hotel Novotel, Mall, Perkantoran, Musium, dan pertokoan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei yaitu pengamatan secara langsung di lapangan. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel fungsional
yaitu antara lain umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, dan tujuan menggunakan jalur trotoar. Variabel struktural yaitu pendapat masyarakat tentang kenyamanan pejalan kaki terhadap pemanfaatan trotoar di jalan protokol Kota Surakarta (studi kasus jalan slamet riyadi Surakarta) yang dalam aplikasinya dibatasi hanya ditinjau dari kenyamanan iklim. Dalam penelitian ini jumlah volume populasi pejalan kaki adalah 1036 orang, dan dapat diambil sampel sebagai parameter perkiraan sebesar 10% dari jumlah populasi yang diperoleh dari hasil perhitungan peneliti. Maka besar sampel dalam penelitian ini ditetapkan berjumlah 100 orang pejalan kaki. Secara keseluruhan pendapat pejalan kaki terhadap faktor iklim menunjukkan pendapat yang CUKUP BAIK. Kata kunci: pejalan kaki, trotoar, persepsi masyarakat, kenyamanan iklim.
PENDAHULUAN
lingkungan
dan
iklim
global
akibat
dari
Berjalan kaki sebagai salah satu sistem
pembakaran BBM pada kendaraan bermotor
transportasi memiliki peranan penting pada
dan tingginya kemacetan di daerah perkotaan.
suatu ruang kota terutama sebagai penghubung
Berjalan kaki merupakan alat untuk pergerakan
antara fungsi kawasan satu dengan yang lain
internal kota, satu-satunya alat untuk memenuhi
dan penghubung antara moda-moda angkutan.
kebutuhan interaksi tatap muka yang ada di
Peran
dalam
penting
tersebut
meningkat
sejalan
dengan tuntutan kebutuhan ruang dalam kota
aktivitas
komersial
dan
kultural
di
lingkungan kehidupan kota (John Fruin ,1979).
untuk lebih manusiawi, penurunan kualitas
Perilaku Pejalan Kaki Pada Trotoar (Pedestrian Ways) Di Surakarta Ditinjau Dari Kenyamanan Iklim – Moch Fathoni Setiawan
181
Trotoar (pedestrian ways) merupakan
Persepsi masyarakat merupakan hal
prasarana yang digunakan oleh manusia yang
yang penting, karena persepsi masyarakat
menggunakan
sebagai
moda
berjalan
kaki.
pengguna
jalan
akan
sangat
Kedudukannya sebagai prasarana kota idealnya
berpengaruh terhadap
harus
elemen
desain trotoar dalam melaksanakan fungsinya
transportasi lainnya antara lain: jalan kendaraan
dengan baik, sehingga tidak ada lagi kerusakan
bermotor, parkir, halte dan sebagainya. Trotoar
fasilitas jalan trootoar, meningkatnya biaya
berfungsi
pusat
pemeliharaan, atau bahkan mubazirnya fasilitas
aktivitas di daerah perkotaan atau sebagai
trotoar karena tidak digunakan seperti yang
activity support. Di samping itu trotoar juga
diprediksikan dalam perancangannya.
berkesinambungan
menghubung-
dengan
kan
antar
keberhasilan sebuah
dapat membentuk karakter atau citra kota
Obyek Studi dalam penelitian ini adalah
karena merupakan elemen terpenting pada citra
Penggal Jalan Slamet Riyadi Surakarta, meliputi
kota (Path atau jalur).
jalur trotoar di kawasan sekitar gladak, yaitu
Trotoar tentunya harus dapat mewadahi kebutuhan pejalan kaki dan berfungsi secara maksimal
guna
mendukung
aktivitas
hotel Novotel, Mall, Perkantoran, Musium, dan pertokoan.(Gambar 1)
atau
Dari hasil studi pada lokasi obyek studi
kegiatan di suatu kota. Hal ini dimaksudkan
tersebut dapat dikemukaan suatu kesimpulan
untuk menunjang perkembangan dan efektivitas
mengenai
segala kegiatan (ekonomi, pemerintahan dan
trotoar (ditinjau dari kenyamanan iklim) yang
jasa) di kota.
dapat dijadikan evaluasi terhadap pemanfaatan
Dalam Studi ini, perilaku pejalan kaki ditunjukkan dalam bentuk persepsi masyarakat
trotoar
dan
persepsi
desain
masyarakat
trotoar
terhadap kebutuhan masyarakat.
dalam memanfaatkan trotoar dalam kehidupan sehari-hari, ditinjau dari kenyamanan Iklim.
Gambar 1. Lokasi Obyek Studi Penggal Jalan Slamet Riyadi Surakarta
182 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 13 – Juli 2011, hal: 181 – 190
yang
pengguna
tanggap
METODE PENELITIAN
Dari
hasil
survei
yang
telah
dalam
dilaksanakan pada jam-jam puncak kesibukan
penelitian ini adalah survei yaitu pengamatan
masyarakat pengguna jalan trotoar dari tanggal
secara langsung di lapangan tentang pendapat
22 sampai dengan 28 maret 2010 ini, diperoleh
masyarakat
kenyamanan
jumlah pejalan kaki yang melintas di Jalan
pejalan kaki pada pemanfaatan trotoar di obyek
Slamet Riyadi, rata-rata 1036/12 jam pejalan
studi
ini
kaki. Sehingga diperoleh hasil populasi dalam
yang
penelitian ini sejumlah 1036 orang pejalan kaki
Metode
yang
terhadap
sebagai
merupakan
ruang
tingkat
publik.
deskriptif
dikuantitatifkan. deskriptif
digunakan
kualitatif
Secara
kualitatif
bermaksud
untuk
mengenai
situasi
Penelitian
harfiah
adalah
penelitian
pencadraan atau
penelitian yang
(deskriptif)
kejadian-kejadian
Tabel 1. Perhitungan jumlah Rata-rata Pejalan kaki No. 1.
(Suryabrata, 19 : 18). Penelitian deskriptif dalam hal ini untuk memperoleh
gambaran
kenyamanan
pejalan
pemanfaatan
(lihat tabel 1. dibawah ini).
trotoar
tentang kaki
di
tingkat
2. 3.
terhadap
perkotaan
yang
Pukul 06.00-10.00 WIB. (Pagi). Pukul 10.00-14.00 WIB. (Siang). Pukul 14.00-18.00 WIB. (Sore). Jumlah dalam 12 jam (Waktu Efektif)
Dalam
dimanfaatkan warga kota sebagai penghubung
Jumlah Ratarata Volume Pejalan Kaki
Rentang Waktu
tabel
156 456 424 1036
diatas
jumlah
volume
antara pusat aktifitas yang satu dengan yang
populasi pejalan kaki adalah 1036 orang, dan
lain dengan jarak dekat. Sedangkan pengertian
dapat
penelitian
yang
perkiraan sebesar 10% dari jumlah populasi
mengambil sampel dari suatu populasi dan
yang diperoleh dari hasil perhitungan peneliti.
menggunakan
Maka
survei
adalah
penelitian
kuesioner
sebagai
alat
pegumpulan data yang pokok. Pengertian dari kuesioner
atau
angket
adalah
diambil
besar
sampel
sampel
sebagai
dalam
parameter
penelitian
ini
ditetapkan berjumlah 100 orang pejalan kaki.
sejumlah
pertanyaan tertulis yang dipergunakan untuk
KAJIAN PUSTAKA
memperoleh informasi dari responden (Arikunto,
Persepsi Masyarakat Persepsi masyarakat yang terbentuk
2006 : 151). dua
tidak lepas dari unsur yang terjadi akibat
variabel fungsional yaitu antara lain umur,
interaksi antar masyarakat. Hal-hal yang dapat
tingkat pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal,
mempengaruhi
dan tujuan menggunakan jalur trotoar. Variabel
membentuk persepsi masyarakat dalam studi ini
struktural yaitu pendapat masyarakat
tentang
ditentukan
terhadap
kedalaman
Dalam
kenyamanan
penelitian
pejalan
ini
terdapat
kaki
oleh
persepsi
obyek
pengamatan
individu
yang
dalam
diamati
yang
dan
dilakukan
pemanfaatan trotoar di jalan protokol Kota
terhadap jalan trotoar sebagai ruang gerak.
Surakarta (studi kasus jalan slamet riyadi
Persepsi masyarakat juga dipengaruhi oleh
Surakarta) yang dalam aplikasinya dibatasi
faktor pribadi individu, faktor pribadi individu
hanya ditinjau dari kenyamanan iklim.
tersebut biasanya tercermin dari status sosial ekonomi masyarakat seperti yang dikatakan
Perilaku Pejalan Kaki Pada Trotoar (Pedestrian Ways) Di Surakarta Ditinjau Dari Kenyamanan Iklim – Moch Fathoni Setiawan
183
Boedojo (1986), bahwa persepsi antar individu
adalah kenyamanan dan keselamatan, serta
dengan individu lainnya dalam masyarakat juga
harus diingat bahwa para pejalan kaki bukan
akan mempuyai perbedaan sesuai dengan
warga masyarakat kelas dua. Ofyar Tamin dalam sukoco (2002 : 16)
status sosial ekonominya. Salah satu syarat fungsional dari suatu sistem sosial adalah
berpendapat,
proses
sistem
merupakan masalah utama dalam lalu lintas.
kondisi
Kemacetan
adaptasi
terhadap
yaitu
tuntutan
penyesuaian (kenyataan)
masalah
dan
pejalan
kaki
kecelakaan
bisa
juga
terjadi
lingkungan dengan memfungsikan sejumlah
disebabkan oleh pejalan kaki, karena sering
faktor fisik dan non fisik.
terjadi alih fungsi salah satu fasilitas pejalan kaki
Berikut
adalah
faktor
yang
menjadi tempat kegiatan lain, atau fasilitas
mempengaruhi
persepsi
individu
dalam
pejalan kaki yang kurang bermanfaat, seperti trotoar untuk areal perdagangan dan sejenisnya.
menciptakan suatu persepsi masyarakat :
Pejalan kaki sering dijumpai, baik hanya
a. Obyek yang menjadi pengamatan berbeda pada setiap orang, berdasarkan penerimaan
untuk
rangsangan indera terhadap obyek tersebut.
kebutuhan
b. Kedalaman pengamatan terhadap obyek yang
c.
diamati
tersebut
berdasarkan
jalan-jalan
maupun
dengan
menghemat
biaya
untuk
suatu
pertimbangan
untuk
transportasi
pertimbangan jarak yang dekat. Pejalan kaki
pengidentifikasian melalui wujud obyeknya.
mempunyai
hak
Faktor
kenyamanan
menggunakan
pribadi
pengalaman,
yang
ditentukan
tingkat
oleh
kecerdasan,
ataupun
untuk
mendapatkan jalan,
sesuai
dengan PP No. 44 Tahun 1993 Bab 1 Pasal 2 Ayat 11, yang menyatakan bahwa hak utama
kemampuan mengingat dan sebagainya.
adalah Pejalan Kaki
untuk
didahulukan
sewaktu
menggunakan jalan. Oleh karena itu pemerintah
Dirjen perhubungan darat (1999 : 205) menyatakan bahwa pejalan kaki adalah suatu
membuat prasarana jalan untuk kendaraan bermotor maupun pejalan kaki.
didaerah
Jumlah kecelakaan lalu lintas yang
perkotaan. Pejalan kaki merupakan kegiatan
disebabkan oleh pejalan kaki di Perkotaan
yang cukup esensial dari sistem angkutan dan
masih cukup besar. Misalnya kecelakaan yang
harus mendapatkan tempat yang selayaknya.
terjadi akibat konflik jalur antara pejalan kaki
Pejalan kaki pada dasarnya lemah, mereka
dengan
terdiri
dan
kecelakaan tidak mudah untuk dihindari, selain
masyarakat yang berpenghasilan rata-rata kecil
menyebabkan kemacetan yang menyebabkan
atau menengah.
kejenuhan pengguna jalan di daerah perkotaan.
bentuk
transportasi
dari
yang
anak-anak,
Perjalanan
dengan
penting
orang
tua,
angkutan
umum
kendaraan
Menurut
bermotor.
Dirjen
Akibatnya
Perhubungan
Darat
selalu diawali dan diakhiri dengan berjalan kaki.
(1999:
Apabila fasilitas pejalan kaki tidak disediakan
transportasi yang penting diperkotaan. Pejalan
dengan baik, maka masyarakat akan kurang
kaki terdiri dari:
berminat menggunakan angkutan umum. Hal
a. Mereka yang keluar dari tempat parkir mobil
yang perlu diperhatikan dalam masalah fasilitas
1)
pejalan
kaki
menuju tempat tujuan.
184 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 13 – Juli 2011, hal: 181 – 190
adalah
bentuk
dari
Pengertian ini sesuai dengan Ogden (1996)
angkutan umum sebagaian besar masih
yang menyatakan, footpath atau side walk
memerlukan kegiatan berjalan kaki.
berarti jalur pejalan kaki yang mengambil bagian
b. Mereka
yang
menuju
atau
turun
c. Mereka yang melakukan perjalanan kurang dari
1
kilometer
(km),
sebagian
besar
dari jalan kendaraan atau jalur yang terpisah khusus untuk pejalan kaki saja, tetapi ada jalur pejalan kaki yang digunakan bersama-sama
dilakukan denagn berjalan kaki. Melihat pentingnya sarana untuk pejalan
dengan
jalur
sepeda.
Shirvani
kaki, maka perlu disediakan fasilitas untuk
menyatakan
trotoar
keselamatan pejalan. Karena adanya hubungan
perancangan
kota
yang erat ataupun konflik antara pejalan kaki
membentuk hubungan antar aktivitas pada
dengan kendaraan bermotor, maka fasilitas
suatu lokasi. Trotoar merupakan subsistem
yang diberikan kepada pejalan kaki terletak
linkage dari jalur jalan suatu kota. Trotoar akan
dipinggir jalur jalan raya.
semakin
penting
merupakan
(1985)
yang
bila
elemen
penting,
pejalan
yaitu
kaki adalah
sebagai pengguna utama jalur tersebut bukan Trotoar (Pedestrian ways)
kendaraan bermotor atau yang lainnya.
Trotoar merupakan suatu area yang
Di Perkotaan, sering terlihat bagaimana
digunakan untuk berbagai aktivitas masyarakat.
koridor jalan tersebut fungsinya hanya untuk
Berjalan kaki merupakan salah satu aktivitas
alur lalu lintas kendaraan bermotor semata
yang memerlukan ruang, dan bagian dari sistem
sehingga mengesampingkan jalur pejalan kaki.
transportasi dalam suatu kota. Sehingga terjalin
Hal ini sering berdampak pada miskinnya trotoar
adanya
lemen
(trotoir bahasa Perancis) dikoridor jalan dan
transportasi lainnya seperti parkir, halte, dan
kalau pun ada hanya merupakan sisa dari
sirkulasi kendaraan.
badan jalan. Kota-kota di Indonesia kebanyakan
kesinambungan
Menurut
Grigg
dengan
(1988),
infrastructur
berorientasi
pada
mobil,
keberadaan
hak
sebuah kota terdiri dari 6 unsur yaitu: Roads
pejalan kaki atas ruang kota yang sehat dan
group,
Water
layak secara fisik, sering kali tersisihkan. Jalur
group, Waste Management Group, Building and
pejalan kaki semakin sempit, terputus-putus,
outdoor sports group, energy production an
gersang, panas, berdebu, dan tidak manusiawi
distribution.
satu
adalah sederetan alasan mengapa jarang ada
pelengkap dari “road -street” ternyata berkaitan
warga kota yang mau berjalan kaki. Kondisi ini
dengan
erat
diperburuk dengan kemacetan pada jam jam
hubungannya dengan jalur transportasi (halte,
sibuk, dimana trotoar yang sudah sempit pun
parkir), saluran air (terbuka atau tertutup),
dipakai oleh pedagang kaki lima (PKL) untuk
tempat sampah, jaringan telpon / listrik yang
menggelar dagangannya dan menjadi jalur
penempatannya diatas atau dibawah trotoar.
alternatif
Transportation
ke
Trotoar
6
Menurut
unsur
servicegroup,
sebagai
tersebut,
Danisworo
salah
yang
(1991),
trotoar
motor-motor
nakal
saat
macet
menghadang.
merupakan jalur pejalan kaki yang dibuat
Dr M Aslam dalam Sukoco 2002: 18
terpisah dari jalur kendaraan umum, biasanya
menyatakan, bahwa trotoar adalah jalur yang
terletak
terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas
bersebelahan
atau
berdekatan.
Perilaku Pejalan Kaki Pada Trotoar (Pedestrian Ways) Di Surakarta Ditinjau Dari Kenyamanan Iklim – Moch Fathoni Setiawan
185
kendaraan, yang khusus dipergunakan oleh
trotoar disediakan sangat
tergantung bagi
pejalan kaki (pedestrian). Untuk keamanan
volume pejalan kaki dan volume lalu lintas
pejalan kaki maka trotoar ini harus dibuat
pemakai jalan tersebut, lebar trotoar yang
terpisah dari jalur lalu lintas kendaraan, oleh
digunakan pada umumnya berkisar antara 1,5 –
struktur fisik berupa kereb. Perlu atau tidaknya
3,0 Meter. (lihat Gambar 2)
Gambar 2. Sketsa Potongan Penampang Trotoar
Trotoar adalah bagian dari rekayasa jalan yang
disediakan
bagi
pejalan
kaki
Tabel 2. Lebar Trotoar
yang
No.
biasanya sejajar dengan jalan dan dipisahkan
01. 02. 03.
dari jalur lalu lintas oleh kereb. Lebar trotoar menurut Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga
No.76/KPTS/Db/1999
tanggal,
20
Desember 1999, seperti terlihat dalam tabel sebagai berikut:
04.
Lokasi Pengadaan Trotoar Jalan di daerah perkotaan Di wilayah perkantoran utama Di wilayah industri a.pada jalan primer b.pada jalan akses Di wilayah pemukiman a. pada jalan primer b.pada jalan akses
Lebar Trotoar Minimal (m) 4,00 3,00 3,00 2,00 2,75 2,00
Sumber :Direktorat Jenderal Bina Marga No.76/KPTS/Db/1999 tanggal, 20 Desember 1999
186 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 13 – Juli 2011, hal: 181 – 190
Kenyamanan
lainnya. Kenyamanan dapat pula dikatakan
Kenyamanan mempunyai arti keadaan nyaman; kesegaran; kesejukan (Kamus Bahasa
sebagai kenikmatan atau kepuasan manusia dalam melaksanakan kegiatan.
indonesia). Sedangkan kenyamanan menurut
Suatu
hubungan
yang
harmonis
Oxford Advance learner’s Dictionary terdapat
merupakan
dua kata yang mengacu pada artian nyaman,
melalui pemenuhan keinginan dan kebutuhan
yaitu:
yang harusnya tersedia, sehingga kenyamanan
integralitas
dalam
keragaman
cocok,
merupakan suatu kepuasan manusia dalam
kebebasan dari masalah atau kesusahan,
melakukan aktifitasnya. Selain itu, kenyamanan
pengaturan barang supaya cocok, seuatu
pada dasarnya juga sangat terkait dengan faktor
yang sesuai tempatnya.
yang mendukung keamanan dan keselamatan
kualitas
• Connivience:
merasa
• Comfort: suatu kondisi dimana kita bebas
diri manusia pada suatu ruang. Dalam hal penataan sistem sirkulasi
dari penderitaan atau kesakitan, kondisi dimana secara fisik dan mental sehat,
antar
sesuatu yang memberikan kebebasan
penggunaan
Menurut Jamer C. Snyder, 1991:138 dalam
studinya
kenyamanan
langsung
terutama fungsi
penempatan
yang
tepat,
serta sangat
mempengaruhi kenyamanan pola pergerakan
bahwa
antar ruang itu sendiri. Hubungan sirkulasi antar
berhubungan
ruang yang tidak komprehesif serta tanpa
mengungkapkan
termal
ruang,
dengan keindahan tubuh manusia untuk dapat
koordinasi
yang
menyeluruh
bernapas yang berlebihan. Dalam keadaan
mengakibatkan
normal perpindahan napas ini berlangsung
kurang nyaman bagi penggunanya terutama
antara tubuh dan udara sekitarnya. Sedangkan
pada
menurut Neufert, (1995:16) dalam bukunya
terencana dengan baik.
sirkulasi
pencapaian
atau
antar
akses
ruang
yang
dapat yang
tidak
Pola penataan yang sepotong-potong
mengungkapkan bahwa guna mendapatkan perlu
dan tumpang tindih suatu fungsi fasilitas sosial,
dikelompokan atas tingkatan aktifitas dalam
menyebabkan sirkulasi antar ruang menjadi
ruangan tersebut, antara lain tidur, duduk,
kurang nyaman sehingga dapat mengakibatkan
berdiri, dan aktif.
pencapaian dari satu lokasi ke lokasi lain
ruang
dengan
suhu
yang
nyaman
Kenyamanan merupakan salah satu
terganggu bahkan dapat menciptakan suatu
nilai vital yang selayaknya harus dinikmati oleh
pola penataan yang tidak lagi memperhatikan
manusia ketika melakukan aktifitas-aktifitas di
manfaat sosial atau kepentingan masyarakat
dalam suatu ruang. Menurut Rustam Hakim dan
secara umum. Pada perencanaan sebuah jalan Ian
Hardi Utomo (2003 :185) kenyaman adalah segala
sesuatu
yang
memperlihatkan
Bentley (1988 :70) menyatakan bahwa hampir
penggunaan ruang secara sesuai dan harmonis,
semua
baik dengan ruang itu sendiri maupun dengan
gabungan dari kendaraan dan pejalan kaki.
berbagai
simbol,
Sebaik jalan dirancang terperinci sehingga
kesan,
kendaraan bermotor tidak akan
maupun
bentuk, tanda,
tekstur, suara
dan
warna, bunyi
intensitas dan warna cahaya atau pun bau, atau
jalan
dirancang
untuk
penggunaan
mengalahkan
pejalan kaki. Fungsi dan peranan jalan cukup
Perilaku Pejalan Kaki Pada Trotoar (Pedestrian Ways) Di Surakarta Ditinjau Dari Kenyamanan Iklim – Moch Fathoni Setiawan
187
berpengaruh
proses
aktifitas
didominasi oleh perkerasan bahan aspal dan
dan
beton) perlu dilindungi dari sengatan radiasi
jalan harus benar-benar memadai
matahari langsung yakni dengan penanaman
pergerakan prasarana
terhadap manusia,
maka
sarana
dan tersistem demi mendukung kelancaran
pohon-pohon
aktifitas masyarakat pada umumnya.
memungkinkan.
Dalam kaitannya terhadap kenyamanan
sepanjang
tepi
jalan
yang
Pendapat pejalan kaki mengenai iklim
menurut Hakim dan Utomo (2003: 186) dan
atau kekuatan alam meliputi:
Rustam Hakim (2002: 186-192) mengemukakan
1. Pendapat pengguna jalan terhadap jumlah
bahwa Iklim merupakan salah satu faktor yang
tempat berteduh yang ada di jalan 2. Pendapat
mempengaruhi kenyamanan ruang
pengguna
jalan
terhadap
penempatan pohon untuk mengurangi radiasi Iklim
sinar matahari yang ada di jalan Iklim atau kekuatan alam menjadi salah
satu faktor penyebab ketidaknyamanan iklim
3. Pendapat pengguna jalan terhadap kondisi tempat berteduh yang ada di jalan
atau kekuatan alam disini yang berkaiatan dengan,
sinar
matahari,angin
dan
hujan,
misalnya radiasi sinar matahari yang dapat
HASIL PEMBAHASAN Persepsi Masyarakat Terhadap Tingkat
mengurangi rasa kenyamanan terutama pada
Kenyamanan
Pejalan
Kaki
Terhadap
daerah tropik, khususnya disiang hari. Maka
Pemanfaatan Trotoar Di Surakarta (Studi Kasus
perlu diadakanya peneduh berupa pepohonan
Pengaal Jalan Slamet Riyadi) yang dipengaruhi
atau peneduh buatan semacam shelter. Arah
oleh faktor iklim yaitu :
angin pada suatu daerah perlu diperhatikan dalam pengelolahan tata ruang luar hal ini
Jumlah Tempat Berteduh
dimaksudkan agar tercipta pergerakan angin
Pendapat pejalan kaki terhadap jumlah
mikro yang sejuk dan menyenangkan bagi
tempat berteduh dapat ditunjukkan dari hasil
kegiatan manusia. Curah hujan, hal ini sering
analisis distribusi frekuensi (lihat gambar 3):
menimbulkan
gangguan
terhadap
aktifitas
manusia diruang terbuka. Oleh karenanya perlu disediakannya tempat berteduh apabila terjadi hujan (shelter, gazebo). Tempertur untuk daerah tropik temperatur disiang hari relatif cukup panas. Apalagi pada ruang terbuka yang sedikit pepohonan untuk mendapatkan iklim mikro yang sejuk maka perlu ditempatkan pohon peneduh dengan tajuk lebar, Untuk pelindungan terhadap
Gambar 3. Pendapat mengenai Tempat Berteduh
radiasi sinar matahari. Radiasi ini mampu
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari
mengurangi rasa nyaman terutama pada daerah
jumlah responden sebanyak 100 pejalan kaki,
tropis. Karyono dalam Pamungkas (2003 :18)
sebesar
menyatakan
mengenai tempat berteduh.
bahwa
ruas-ruas
jalan
(yang
27%
responden
188 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 13 – Juli 2011, hal: 181 – 190
menyatakan
baik
KESIMPULAN
Kondisi Tempat Berteduh Pendapat pejalan kaki terhadap kondisi tempat berteduh dapat ditunjukkan dari hasil analisis distribusi frekuensi (lihat gambar 4) yang
menunjukkan
bahwa
dari
jumlah
Secara keseluruhan pendapat pejalan kaki terhadap faktor iklim
dan kekuatan alam
menunjukkan pendapat yang cukup baik.
responden sebanyak 100 pejalan kaki, sebesar
Berdasarkan pengamatan kondisi fisik
40% responden menyatakan baik mengenai
jalan trotaar Slamet Riyadi terhadap kondisi
kondisi tempat berteduh.
iklim dan kekuatan alam sudah cukup baik ini dapat
dilihat
dari
disediakanya
tanaman
peneduh yang rindang di sepanjang jalan sehingga para pejalan kaki dapat terhindar dari radiasi sinar matahari. Tempat yang ada di jalan trotoar untuk berteduh dari hujan adalah beberapa halte jalan yang berada di trotoar sehingga jika terjadi Gambar 4. Pendapat Mengenai Kondisi Tempat Berteduh
pejalan
kaki
terhadap
penempatan tanaman terhadap kenyamanan dari radiasi sinar matahari dapat ditunjukkan dari hasil analisis distribusi frekuensi (lihat gambar 5)
yang menunjukkan bahwa dari
jumlah responden sebanyak 100 pejalan kaki, sebesar 35% responden menyatakan kurang baik
mengenai
penempatan
karena letak halte yang sedikit, sedangkan jumlah pohon seperti pohon trembesi, beringin,
Penempatan Tanaman Pendapat
hujan maka para pejalan kaki akan kehujanan
pohon
untuk
mengurangi radiasi sinar matahari.
mahoni yang ada di trotoar terlihat cukup banyak dan rindang sehingga pengunjung dapat berteduh dari sengatan matahari.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi V. Jakarta: Rineka Cipta Bentley, I dkk. 1992. Lingkungan yang Tanggap, Sebuah Pedoman bagi Perancang. Bandung: Intermatra Boedojo, Poedio. 1986. Arsitektur, Manusia, dan Pengamatannya. Jakarta: Djambatan Budiharjo dan Sujarto. 1999. Berkelanjutan. Bandung: Alumni
Kota
Carr, Stephen et all. 1992. Publik Space. Cambridge. Cambridge University Press Gambar 5. Pendapat mengenai Penempatan Tanaman
Hakim, Rustam dan Utomo, Hardi. 2002. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap: Prinsip-Unsur dan Aplikasi Disain. Jakarta: bumi aksara. Laurie, Michael. 1986. Arsitektur Pertamanan. Bandung: Intermatra.
Perilaku Pejalan Kaki Pada Trotoar (Pedestrian Ways) Di Surakarta Ditinjau Dari Kenyamanan Iklim – Moch Fathoni Setiawan
189
Rubenstein, Harvey M.1992. Pedestrian Mall, Streetcapes, and Urban Space. Canada: John Wiley and Sons Inc Suharto. 1994. Dasar-Dasar Semarang: Media Wiyata
Pertamanan.
Soefaat. 1997. Kamus Tata Ruang. Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum.
190 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 13 – Juli 2011, hal: 181 – 190