IDENTIFIKASI TINGKAT PELAYANAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI KAWASAN KOMPLEK GOR H. AGUS SALIM KOTA PADANG Syahri Ferdiansyah1), Tomi Eriawan2), Lasti Yossi Hastini3) Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Bung Hatta, Padang Jalan. Sumatera Ulak Karang, Padang. 25133 Telp : (0751) 7051678 Email :
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pelayanan fasilitas jalur pejalan kaki dan melihat ketersediaan serta pemanfaatan jalur pejalan kaki pada setiap koridor- koridor. Kawasan GOR H. Agus Salim guna menilai aktivitas olahraga selain itu dalam penelitian ini merekomendasikan kebutuhan pejalan kaki, sarana pejalan kaki, serta menata kembali tata letak ruang bebas pejalan kaki dan meningkatkan atau memperbaiki kualitas/mutu trotoar seperti trotoar yang rusak bergelombang, pecah oleh instansi dan stakeholder terkait. Pada tahapan pengumpulan data metode yang digunakan adalah survey sekunder berupa pengumpulan data instansi pemerintah dan survey primer berupa pengambilan data dilapangan/kawasan studi. Data-data yang dibutuhkan seperti kebijakan permen dan RTRW (sekunder) data dilapangan seperti jumlah pejalan kaki, kecepatan pejalan kaki, jalur pejalan kaki, sarana pejalan kaki, kepadatan pejalan kaki, ruang pejalan kaki, aktivitas kawasan serta jaringan jalan. Pada tahapan analisa, metode digunakan adalah metode LOS (tingkat pelayanan) metode deskriptif berupa perbandingan kebutuhan jalur pejalan kaki, dengan standar sarana serta ruang bebas pejalan kaki dan melihat tingkat kepuasan. Kawasan studi kurang sesuai dengan penilaian dalam kebijakan RTRW Kota Padang, Dari segi fasilitas sarana pejalan kaki kurang memadai dan belum diatur sepenuhnya untuk jalur pejalan kaki , LOS (tingkat pelayanan, prasarana memuaskan dan tingkat LOS B setiap koridor dalam kawasan studi pada umumnya sudah baik, dilihat dari tingkat kepuasan kenyamanan, keselamatan kemanan tingkat pelayanan sedang. Ketersediaan prasarana menyebabkan hambatan samping karena penempatan tidak sesuai, Kesimpulannya identifikasi tingkat pelayanan fasilitas jalur pejalan kaki kawasan GOR. H. Agus Salim tidak sesuai dengan standar pelayanan, berdasarkan kebijakan, sarana, (LOS) tingkat pelayanan dan tingkat kepuasan Kata kunci : Jalur Pejalan Kaki, (LOS) Tingkat Pelayanan, GOR H. Agus Salim Abstract This study aims to identify the level of service facilities walking trails and see the availability and utilization of pedestrian paths on each corridors. H. Agus Salim GOR region in order to assess the sporting activity other than that in this study recommends the needs of pedestrians, pedestrian facilities, as well as reorganize the layout of free space walkers and enhance or improve the quality / grade pavement as sidewalks are broken bumpy, broken by agencies and related stakeholders. At the stage of data collection method used was survey data collection secondary form of government institutions and primary survey form field data collection / studyarea. These data are needed, such as candy and spatial planning policies (secondary) field data such as the number of pedestrians, the speed of pedestrians, pedestrian paths, pedestrian facilities, the density of pedestrians, pedestrian area, activity area and the road network. At the stage of the analysis, the method used is a method of LOS (level of service) in the form of comparative descriptive method needs pedestrian paths, with the standard of facilities as well as free space walkers and see the level of satisfaction The study area is less accordance with the assessment in the policy RTRW Kota Padang, terms of facilities pedestrian facility is inadequate and has not fully controlled for pedestrian pathways, LOS (level of service, infrastructure satisfactory and the level of LOS B each corridor within the study area generally been good, seen from the satisfaction levels of comfort, safety security service levels being. the availability of infrastructure cause side constraints because of the placement is not appropriate, the identification of the level of service facilities conclusion pedestrian paths GOR region. H. Agus Salim is not in accordance with the standard of service, based on policy, means, (LOS ) level of service and satisfaction levels Keywords: Pedestrian, (LOS) Level of Services, GOR H. Agus Salim
1
1. PENDAHULUAN Latar Belakang Kota merupakan ruang terkonsentrasinya manusia dengan aktivitasnya yang plural. Tempat tinggal dan tempat kegiatan penduduk kota menyebar pada lokasi-lokasi yang berbeda sehingga timbul jaringan interaksi di dalamnya. Interaksi yang intens menyebabkan mobilitas mereka menjadi tinggi. Dalam konteks ini, eksistensi sarana dan prasarana transportasi menjadi sangat penting. Transportasi tidak lagi sebatas pada memindahkan barang dan manusia dari satu tempat ke tempat lainnya. Lebih jauh lagi, transportasi merupakan unsur utama pembentuk kota yang berkaitan erat dengan banyak hal, termasuk dengan kegiatan perekonomian, kesehatan manusia, bahkan lingkungan hidup. Disadari atau tidak, pengaruh kualitas lingkungan terhadap terjadinya outdoor activities secara umum mendasari penciptaan area pejalan kaki di perkotaan Di Kota Padang sendiri dengan data diatas masyarakatnya mempunyai akivitas dan kegiatan beranekaragam yang menunjukkan kota tersebut adalah kota besar. Tingkat aktivitas di Kota Padang ditandai dengan adanya titik kemacetan dimana-mana. Kota Padang sebagai kota besar,berdasarkan tipologi kota, mempunyai aktivitas-aktivitas seperti : (bekerja, berbelanja, sekolah, kuliner, hiburan dan olahraga,) Maka akibat tingkat aktivitas yang tinggi, mengakibatkan timbulnya kebutuhan akan tersedianya infrastruktur yang baik sebagai penunjang aktivitas-aktivitas dikota tersebut. Kebutuhan akan infrastruktur fisik sangat esensial untuk menunjang kemudahan aksesibilitas kegiatan dan perkembangan di perkotaan, terutama untuk Jalur Pejalan Kaki yang merupakan salah satu prasarana infrastruktur fisik berupa jalan yang diperuntukan bagi aktifitas pejalan kaki. Jadi sebagai fasilitas jalan khusus untuk pejalan kaki maka diperlukan sesuatu yang dapat mengukur tingkat pelayanan guna
melihat sejauh mana fasilitas tersebut sesuai dengan kriteria bagi jalur pejalan kaki. Dalam pengukuran tingkat pelayanan fasilitas pejalan kaki terdapat dua aspek yaitu : kualitas dan kuantitas. Kawasan studi yang berada GOR H. Agus Salim yang dikaji ada enam ruas jalan yaitu di ruas Jln Sungai Musi, Jln Rokan, Jln Raden Saleh, Jln Rimbo Kaluang, Jln Batang Hari, Jln Batang Antokan, sebagai pusat aktivitas olahraga menggatungkan sepenuhnya kebutuhan fasiltas penjalan kaki pada trotoar dan tepi jalan. Meskipun trotoar merupakan pelengkap prasarana jalan namun pelengkap ini mutlak digunakan hanya untuk memenuhi kebutuhan pejalan kaki, apalagi untuk karakteristik kawasan olahraga sirkulasi pejalan kaki merupakan suatu yang sangat penting. Kenyataan dilapangan fasilitas pejalan kaki ini tidak hanya digunakan oleh pejalan kaki, tetapi juga oleh sektor informal seperti : pedagang kaki lima (PKL), penjual baju parkir liar, mobilitas kendaraan, selain itu kondisi trotoar yang ada dikawasan komplek GOR H. Agus Salim, dalam faktor kenyamanan, keselamatan dan kenikmatan berjalan ditemui masalah seperti : permukaan trotoar yang bergelombang dan pecah.Dengan ditambahnya kondisi yang ada dikawasan sekitar pejalan kaki yang menimbulkan ketidak nyamanan untuk dilalui seperti sarana dan prasarana pendukung yang tidak memadai seperti Lampu penerangan yang sudah ada tidak berfungsi dengan baik, tidak adanya rambu pejalan kaki pada kawasan GOR H. Agus Salim, Tidak adanya marka jalan pada kawasan GOR H. Agus Salim, dengan kondisi keadaan sarana dan prasarana seperti sekarang maka timbullah ketidak nyaman orang untuk berjalan ditempat semestinya yang telah disediakan, sehingga orang menggunakan badan jalan untuk berjalan kaki maka dapat membahayakan nyawa pejalan kaki. Akibat dari timbulnya kondisi trotoar yang ada dengan kondisi yang rusak maka keefektivitasan trotoar sebagai fasilitas pejalan 2
kaki hanya beberapa sentimeter, pejalan kaki harus berjalan dengan lambat dan mengalah untuk berjalan badan jalan. Pergerakan tersebut sangat berbahaya, karena pejalan kaki dapat menimbulkan konflik dengan kendaraan-kendaraan yang melaju pada jalan yang sama. Sebagai salah satu tempat untuk beraktifitas, maka pengguna trotoar harus mendapatkan kenyamanan. Namun melihat kondisi di lapangan sekarang jalur pejalan kaki yang masih tidak sesuai dengan fungsi utamanyaBeranjak dari uraian latar belakang di atas, hal ini menarik untuk dilaklukan penelitian dan penulisan secara ilmiah dalam bentuk sebuah jurnal dengan judul; “Identifikasi Tingkat Pelayanan Fasilitas Pejalan Kaki Di Kawasan Komplek GOR H. Agus Salim Kota Padang”yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang terjadi dan tercipta aktivitas pejalan kaki yang terkendali sesuai dengan kapasitas ruang yang tersedia sehingga berjalan dengan baik Rumusan Masalah Hal ini dapat terlihat dari pejalan kaki masih memilih menggunakan kendaraan untuk berpindah tempat ke tempat lainnya, dari pada menggunakan jalur pejalan kaki. Sehingga rumusan masalah yang dapat dirangkum untuk kajian studi penelitian ini adalah : Dengan melihat dari latar belakang yang telah dikemukakan maka didapat di perumusan di kawasan GOR H. Agus Salim 1. Bagaimana tingkat pelayanan jalur pejalan kaki jika dilhat dari segi kualitas dan kuantitas ? 2. Apa usaha penanganan yang dilakukan dalam peningkatan pelayanan fasiltas jalur pejalan kaki ? Tujuan dan Sasaran Tujuan Adapun tujuan studi dari penelitian ini adalah mengidentifikasi tingkat pelayanan fasilitas pejalan kaki dikawasan komplek GOR H. Agus Salim terhadap fungsi utamanya sebagai
jalur pejalan kaki, serta upaya penanganan dalam peningkatan Sasaran Adapun sasaran yang hendak dicapai dalam penulisan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi kondisi ketersedian fasilitas jalur pejalan kaki komplek GOR H. Agus Salim. Berdasarkan teori dan kebijakan 2. Mengidentifikasi kondisi pemanfataan fasilitas jalur pejalan kaki komplek GOR H. Agus Salim. Berdasarkan persepsi pengguna pejalan kaki 3. Penilaian tingkat pelayanan fasilitas jalur pejalan kaki komplek GOR H. Agus Salim 4. Usulan penanganan untuk meningtkatkan pelayanan fasilitas jalur pejalan kaki Ruang Lingkup Wilayah Adapun kawasan studi yang menjadi batasan kajian adalah disekitar kawasan komplek GOR H. Agus Salim yang terletak di Kelurahan Rimbo Kaluang, Kecamatan Padang Barat. Adapun koridor yang dipilih jika: akses ke jalan utama, akses ke angkutan umum, akses ke pusat fasilitas olahraga, akses ke perumahan, memiliki jalur pedestrian Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi dalam penelitian ini sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai yakni dilihat dari kualitas yaitu : (kenyamanan, keselamatan, keamanan) vabiabel kualitas tersebut dibagi berdasarkan tipologinya, mulai dari pelayanan yang tinggi hingga rendah. Jika diliahat dari kuantitas dilihat dari : (ruang pejalan kaki, kecepatan penjalan kaki, arus pejalan kaki, kepadatan pejalan kaki) MetodePenelitian Pengumpulan data dilakukan dengan survey primer dan survey sekunder. 1. Survey primer Pengumpulan data primer merupakan teknik pengumpulan data yang secara 3
langsung diperoleh dari fakta yang ada di lapangan. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara Observasi (pengamatan), kuesioner dan wawancara. Observasi (pengamatan) Observasi (pengamatan) adalah pengamatan dan pengumpulan data secara langsung di lapangan. Observasi dilakukan dengan penggambilan foto kondisi eksisting dari hal yang ingin diteliti dan juga pengamatan terhadap karakteristik objek yang akan diteliti. Pengamatan yang dilakukan berupa terhadap kondisi fisik dan non fisik. Kuesioner Kuesioner adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan menyebarkan angket yang berisikan pertanyaan dan jawaban yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi yang ada kepada para responden dengan tujuan mendapatkan informasi mengenai prilaku pejalan kaki dan juga preferensi terhadap renovasi jalur pejalan kaki. Kuesioner ini ditujukan kepada masyarakat pelaku pejalan kaki yang melakukan aktivitas di jalur pejalan kaki tersebut. Adapun perangkat yang digunakan dalam survei ini adalah form kuesioner dan alat tulis. Peralatan Penelitian Ketepatan hasil pelaksanaan pengumpulan dilapangan sangat dipengaruhi oleh peralatan yang digunakan oleh pengumpul data (surveyor) yang dipakai dalam proses pengambilan data. Peralatan yang digunakan dalam pengumpulan data di lapangan haruslah peralatan yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan secara teknis. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pita atau lakban, digunakan untuk menentukan batas penggal trotoar pengamatan. 2. Stop watch, digunakan untuk menghitung waktu tempuh pejalan kaki. 3. Pita ukur atau meteran, untuk mengukur panjang dan lebar efektif pengga
pengamatan, untuk mengukur panjang dan lebar efektif penggal pengamatan. Lembar kerja, yaitu kolom isian untuk datadata yang diperlukan dalam penelitian 2. Survey sekunder Pengumpulan data dengan metode survey sekunder dilakukan untuk memperoleh data dari instansi terkait atau dapat berupa studi literatur dan standar-standar. Instansi Merupakan pengumpulan data dan informasi yang terkait dengan penelitian yang di lakukan yaitu pengumpulan data dan informasi dari instasi BAPPEDA, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas TRTB, Dinas Pemuda dan Olahraga, Camat Padang Barat, Lurah Rimbo Kaluang dandinas-dinasterkaitlainnya yang berkaitan dengan penelitian. Kajian literatur Merupakan teknik pengumpulan data dari literatur – literatur yang sudah ada. Tujuan dari kajian literatur ini adalah untuk sebagai pedoman, teori dan pengarah dalam melakukan penelitian. Kajian literatur ini berupa artikel, jurnal, makalah, buku, dan undang undang yang berkaitan dengan penelitian A. MetodeAnalisis Metode analisis yang digunakan dalam mengidentifikasi tingkat kenyamanan pejalan kaki di kawasan kompleks GOR H. Agus Salim. Dengan menggunakan Metode analisis yang digunakan dalam mencapai tujuan studi adalah sebagai berikut 1. Mengidentifikasi kondisi ketersedian fasilitas jalur pejalan kaki komplek GOR H. Agus Salim, berdasarkan teori dan kebijakan.Identifikasi ini dilakukan dengan cara melihat dan mengobservasi ketersedian fasilitas jalur pejalan kaki yang ada dilapangan dan meninjau teori - teori yang menyangkut jalur pejalan kaki terutama dalam hal tingkat pelayanannya sebagai upaya dalam merumuskan variabel 4
pengukur tingkat pelayanandan menimbang kebijakan serta peraturan yang berkaitan dengan tingkat pelayanan jalur pejalan kaki berguna dalam hal penentuan variabel dan indikator untuk mengukur tingkat pelayanan 2. Mengidentifikasi kondisi pemanfataan fasilitas jalur pejalan kaki komplek GOR H. Agus Salim, berdasarkan persepsi pengguna pejalan kakiIdentifikasi ini dilakukan dengan melihat dan mengobservasi sejauh mana fasilitas jalur pejalan kaki di manfaatkan sesuai dengan fungsinya, dan menyebarkan kuesioner kepada pengguna pejalan kaki, agar bisa mengetahui seberapa penting peran tempat jalur pejalan kaki 3. Penilaian tingkat pelayanan fasilitas jalur pejalan kaki komplek GOR H. Agus Salim. Penilaian ini dilakukan dengan cara membandingkan variabel penentu tingkat pelayanan fasilias jalur pejalan kaki dengan kondisi ketersedian dan pemanfaatannya dilapangan 4. Usulan penanganan untuk meningtkatkan pelayanan fasilitas jalur pejalan kaki Usulan penanganan merujuk dari hasil penilaian untuk meningkatkan tingkat pelayanan fasilitas jalur pejalan kaki B. Metoda Tingkat Pelayanan a. Kualitatif Analisis kondisi Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Way) yang terdiri atas bentuk, ukuran, penempatan, aktivitas tambahan, dan sarana pendukung lainnya dianalisis secara dengan menjelaskan secara faktual kondisikondisi yang ada di kawasan studi (lapangan). Kondisi faktual yang ditemukan di lapangan akan dibandingkan kesesuaiannya dengan standar-standar dalam referensi yang digunakan dalam penelitian. b. Tingkat Pelayanan Jalur Pejalan Kaki Metode Level Of Service (LOS) atau konsep tingkat pelayanan adalah suatu konsep untuk menghitung tingkat pelayanan jalur pejalan
kaki, dapat juga digunakan untuk tingkat pelayanan jaringan jalan. Metode ini pertama kali dikembangkan untuk bidang rekayasa lalu lintas sebagai pengakuan atas fakta bahwa desain jalur pejalan kaki sesuai dengan kapasitas penggunaannya. Konsep Level Of Service (LOS) menyediakan standar yang berguna untuk mengatur desain ruang pejalan kaki C. Metoda Analisis Persepsi Pejalan Kaki Terhadap Aspek Non Fisik Dengan menggunakan penilaian analisis likert, kenyamanan, keselamatan, keamanan Analisis Likert Yaitu suatu skala psikomenrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survey, penggunaan penelitian yang sering menggunakan skala ini adalah bila penelitian menggunakan jenis penelitian survey deskriptif (gambaran). Kerangka Pemikiran Studi Identifikasi Tingkat Pelayanan Faslitas Pejalan Kaki Dikawasan Komplek GOR H. Agus Salim Menguji Tingkat Pelayanan Fasilitas Jalur Pejalan Kaki
Analisis Perbandingan Kebijakan/Teori Dengan Eksisting
Analisis Perhitungan Tingkat Pelayanan (LOS)
Analisis Tingkat Kepuasan
Kesimpulan Dan Rekomendasi
2. TINJAUAN PUSTAKA Pejalan kaki adalah istilah dalam transportasi yang digunakan untuk menjelaskan orang yang berjalan di lintasan pejalan kaki, baik di pinggir jalan, trotoar, lintasan khusus bagi pejalan kaki ataupun menyeberang jalan 5
Karakteristik pejalan kaki Arus Q = N/T Q = Arus pejalan kaki (orang/meter/menit) N = Jumlah pejalan kaki (orang/meter) T = Waktu pengamatan (menit)
Tipologi Persepsi Pejalan Kaki Menjadi 3 Kelas : Rendah = < 33,33 % Sedang = 33,34 % - 66,66 % Tinggi = 66,67 % - 100 %
Dibagi
3. GAMBARAN KONDISI EKSISTING Kecepatan V = L/t V = Kecepatan pejalan kaki (meter/menit) L = Panjang penggal pengamatan (meter) t = Waktu tempuh pejalan kaki lewat segmen pengamatan (menit) Kepadatan D = Q/V D Q V
= Kepadatan pejalan kaki (orang/m2) = Arus pejalan kaki (orang/meter/menit) = Kecepatan pejalan kaki (meter/menit) Ruang S = V/Q atau 1/D
S V Q D
= = = =
Ruang pejalan kaki (m2/orang) Kecepatan pejalan kaki (meter/menit) Arus pejalan kaki (orang/meter/menit) Kepadatan pejalan kaki (orang/m2)
Metoda Likert Skala likert. Untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial, dalam penelitian, fenomena sosial ini diterapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.Untuk mendapatkan hasil interpretasi, harus diketahui frekuensi (F) dan angka (Y) untuk Bobot penilaian dengan rumus : F : Frekuensi responden (yang menjawab Nyaman, tidak terancam, aman, terlindungi, tidak tergganggu, tidak silau) Y : Junlah Pertanyaan/Soal s X : Skor Nilai = 1 – 3 Rata-rata skor = Total Skor (F.X)
Y Rumus Indek % = Rata-rata skor x 100 Bobot Tertinggi x Jumlah Responden
Stadion Gelora Haji Agus Salim adalah stadion Sepak Bola di Kota Padang Sumatera Barat, yang merupakan markas klub Sepak Bola Semen Padang dan PSP stadion ini dibangun sebagai persiapan Musabaqah Tilawatul Quran (MTQ-13) Tahun 1983. Pada saat MTQ, Yang dibangun tribut tertutup/barat tribut selatan. Setelah pelaksaan MTQ, Pemerintah Daerah Kota Padang. Stadion ini dinamakan untuk menghormati Haji Agus Salim, seorang pahlawan Nasional Indonesia dan mantan Metri Luas Negeri Indonesia, berasal dari Koto Gadang, Kabupaten Agam. Sejarah stadion GOR H Agus Salim dibangun pada Tahun 1983, sebagai persiapan pelaksanaan MTQ 13 Tahun 1983 oleh Pemerintah daerah Tk. 1 Sumatera Barat waktu itu. Awalnya di Kota Padang 2 stadion Yang 1 adalah stadion Imam Bonjol yang dikelola oleh Kodim 0302 Padang dan GOR H Agus Salim. Pada Tahun 1992, Stadion Imam Bonjol di bongkar dan dijadikan Taman Kota oleh Pemerintah Kota Padang. Sejak itu stadion GOR H Agus Salim padang menjadi satu-satunya stadion yang representatif di Kota Padang. Stadion GOR H Agus Salim ini awalnya dirancang untuk 15.000-20.000 penonton, namun sampai saat ini, stadion GOR H Agus Salim hanya memiliki 10.000 tempat duduk. Adapun Kawasan GOR H. Agus Salim merupakan pusat olahraga, dengan berbagai macam kegiatan aktivitas yang berada di Gor H. Agus Salim yaitu : Kegiatan ini ialah aktivitas sepak bola dengan luas sarana olahraganya 52.847 m2, adapun juga penyediaan tempat pameran dengan luas ± 5.464 m2, untuk luas area tempat parkir yang berada di GOR H. Agus Salim dengan luas ± 10.378 m2, serta luas untuk Kantor Dispora dengan luas ± 10.378 dan jalan ± 25.785 m2, 6
jadi jumlah keseluruhan yaitu ± 94.824 m2. Dalam pembahasan ini peneliti membahas tentang mengidentifikasi tingkat pelayanan fasilitas pejalan kaki pada koridor Stadion GOR H Agus Salim mengambil 6 koridor yang akan dikaji dan rekomendasi jalur pejalan kai serta penyedian fasilitasnya. Adapun koridor-koridor yang termasuk dalam kawasan studi yaitu: Koridor Sungai Musi, Koridor Rokan, Koridor Rimbo Kaluang, Koridor Batang Hari, Koridor Raden Saleh, Koridor Batang Atokan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN AnalisisKebijakan Penilaian Kebijakan Dengan Eksisting Kebijakan RTRW Kota Padang Tahun 2010-2030 Sarana pejalan kaki dikembangkan sesuai dengan rencana pengembangan jaringan jalan. Penyediaan sarana pejalan kaki dibedakan berdasarkan jalur pedestrian yang bersifat terbuka dan jalur pedestrian yang berada di bawah bangunan dalam bentuk teritisan dan arkade yang berfungsi sebagai ruang publik. Sumber : Hasil Analisa,2016
Eksisting adapun eksisisting yang ada setiap koridor memiliki jalur pedestrian ways yang terbuka, tetapi jalur pedestrian yang ada dibawah bangunan tidak tersedia
Penilaian dari analisis kebijakan dibandingkan dengan eksisiting diperoleh hasil kurang sesuai karena eksisting tidak memiliki jalur pedestrian ways dibawah bangunan
Berdasarkan tabel diatas analisis kebijakan dapat disimpulkan bahwa kawasan Gor. H. Agus. Salim kurang sesuai karena tidak memiliki jalur pedestrian ways dibawah bangunan Jumlah Pejalan Kaki No.
1
2
Koridor
Panjang Trotoar (m)
Sungai Musi
Kiri Kanan
Total Rokan
Jumlah Pejalan Kaki(orang) Selama 15 menit
285 295
99 93
Kiri Kanan
580 235 245 480 445 420
192 32 104 136 106 95 201 107 98 205 98 -
Kiri Kanan
3
Total Rimbo Kaluang
4
Total Batang Hari
Kiri Kanan
865 640 655
5
Total Raden Saleh
Kiri Kanan
1295 240 -
No.
Koridor
6
Total Batang Atokan
Panjang Trotoar (m)
Kiri Kanan
Total Sumber : Hasil Analisis,2016
Jumlah Pejalan Kaki(orang) Selama 15 menit
240 210 220
98 98 90
430
188
diatas diperoleh jumlah pejalan kaki yang ada disetiap koridor kawasan GOR. H. Agus. Salim, jumlah pejalan kaki yang sangat padat terjadi pada koridor Batang Hari dengan jumlah total pejalan kaki adalah 205, di jalur sebelah kiri sebanyak 107 orang dan jalur sebelah kanan sebanyak 98 orang. Pejalan kaki yang jumlah paling sedikit terdapat dikoridor Rokan dijalur sebelah kiri 32 orang, sedangkan disebelah kanan jumlah pejalan kakinya lebih banyak dengan jumlah pejalan kaki adalah 104 orang. Analisis Sarana Jalur Pejalan Kaki Berdasarkan dari hasil penilaian tabel perbandingan standar dengan eksisting diatas dapat disimpulkan bahwa dilihat kondisi eksisting kawasan GOR. H. Agus. Salim saat ini hanya beberapa jenis fasilitas yang telah memenuhi standar penyediaan sarana jalur pejalan kaki, yaitu : sistem penanda (signage), pagar pengaman, dan rambu lalu lintas, Dari keseluruhan belum memadai untuk jenis fasilitas sarana jalur pejalan kaki berdasarkan standar PERMEN PU NO : 03/PRT/M/2014 Pedoman Perencanaan, Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan, maka dari itu untuk menyesuaikan dengan standar perlu adanya penambahan atau perbaikan antara jarak atau tata letak seperti (tempat sampah tempat duduk, lampu penerangan) serta halte/ bus dan telepon umum, agar ketersedian dan pemanfaatan untuk pejalan kaki terpenuhi. Hambatan Samping Jalur Pejalan Kaki diketahui bahwa trotoar yang ada di kawasan GOR. H. Agus. Salim sangat dipengaruhi oleh hambatan samping. dengan adanya hambatan samping tersebut maka pejalan kaki yang ada di setiap ruas menggunakan badan jalan dari 7
pada trotoar, membuat atau memaksa pejalan kaki menggunakan badan jalan sebagai media untuk berjalan kaki. Hal tersebut terlihat dari lebar efektif jalur pejalan kaki berdasarkan arus pejalan kaki (orang/meter/menit). Maka perlu adanya upaya mengembalikan kembali fungsi trotoar yang selama ini difungsikan sebagai tempat pedagang kaki lima (PKL), parkir roda 2 dan 4, tumpukan material, gerobak, dan menata kembali tata letak perabot jalan seperti tiang telepon, tiang perambuan, papan reklame, tiang lampu penerangan, agar ditempatkan pada jalur hijau, serta meningkatkan atau memperbaiki kualitas/mutu trotoar seperti trotoar yang rusak, bergelombang, pecah. Analisis Arus Pejalan Kaki Arus pejalan kaki dalam satuan orang/m/menit didapat dari jumlah pejalan kaki yang melewati titik pengamtan selama interval 15 menit . No.
1 2 3 4 5 6
Koridor
Panjang Trotoar (m)
Sungai Musi Rokan
Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan
Rimbo Kaluang Batang Hari Raden Saleh Batang Atokan
285 295 235 245 445 420 640 655 240 210 220
Arus Pejalan Kaki (org/meter/menit) 4,40 4,13 1,42 4,62 4,71 4,22 4,76 4,36 4,36 4,36 4,00
waktu. Dalam pengamatan ini diambil panjang penggal pengamatan sebesar 10 meter. No.
Koridor
1
Sungai Musi
2
Rokan
3 4
Rimbo Kaluang Batang Hari
5
Raden Saleh
6
Batang Atokan
Panjang Trotoar (m) Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan
Sumber : Hasil Analisis,2016
Dari perhitungan yang dilakukan terlihat bahwa pada ke 6 koridor tersebut kecepatan pejalan kaki berbeda-beda. Kecepatan pejalan kaki dengan waktu tempuh paling cepat terdapat pada jalur kiri Rimbo Kaluang, jalur kiri Batang Hari, dan jalur kiri Batang Atokan dengan kecepatan 43 meter/menit. Sementara kecepatan pejalan kaki dengan waktu tempuh paling lama terdapat pada jalur kanan Sungai Musi dan jalur kiri Raden Saleh dengan waktu tempuh 48 meter/menit.
Analisis Kepadatan Pejalan Kaki Kepadatan pejalan kaki merupakan jumlah pejalan kaki yang melewati suatu titik dalam satuan waktu dan dalam satuan panjang. No .
Koridor
Panjang Trotoar (m)
Arus Pejalan Kaki (Q) (orang/m eter/men it)
Sumber : Hasil Analisis,2016
terlihat bahwa arus pejalan kaki yang paling padat terjadi pada Koridor Batang Hari jalur kiri yaitu 4,76 orang/meter/menit dan arus pejalan kaki yang paling rendah yaitu terdapat pada koridor Rokan pada jalur kiri dengan arus pejalan kaki sebesar 1,42 orang/meter/menit Analisis Kecepatan Pejalan Kaki Kecepatan pejalan kaki merupakan jarak yang ditempuh oleh pejalan kaki dalam satu satuan
285 295 235 245 445 420 640 655 240 210 220
Kecepatan Pejalan Kaki (meter/menit) 47 48 44 47 43 47 43 46 48 43 44
1
Sungai Musi Rokan
Kiri Kanan 2 Kiri Kanan 3 Rimbo Kiri Kaluang Kanan 4 Batang Kiri Hari Kanan 5 Raden Kiri Saleh Kanan 6 Batang Kiri Atokan Kanan Sumber : Hasil Analisis,2016
285 295 235 245 445 420 640 655 240 210 220
4,40 4,13 1,42 4,62 4,71 4,22 4,76 4,36 4,36 4,36 4,00
Kecep atan Pejala n Kaki (V) (meter /menit)
47 48 44 47 43 47 43 46 48 43 44
Kep adat an Pejal an Kaki (D) (ora ng/m 2 ) 0,09 0,09 0,03 0,10 0,11 0,09 0,11 0,09 0,09 0,10 0,09
Pada perhitungan diatas dapat dilihat bahwa kepadatan pejalan kaki terbesar terdapat pada 8
jalur kiri Rimbo Kalung dan jalur kiri Batang Hari dengan jumlah kepadatan 0,11 orang/m2, kepadatan pejalan kaki pada kawasan ini dipengaruhi oleh aktivitas kawasan yaitu kawasan pasar dengan tujuan pejalan kaki untuk berbelanja. Sementara itu kepadatan terkecil terdapat pada jalur kiri Rokan dengan jumlah kepadatan pejalan kaki sebesar 0,03 orang/m2. Analisis Ruang Pejalan Kaki Ruang pejalan kaki merupakan luas ruang rata–rata yang tersedia untuk setiap pejalan kaki. Untuk menghitung ruang pejalan kaki tersebut peneliti menggunakan perhitungan membagi kecepatan pejalan kaki(V) dengan arus pejalan kaki (Q) No .
1
Koridor
Sungai Musi Rokan
Panjang Trotoar (m)
Kiri Kanan 2 Kiri Kanan 3 Rimbo Kiri Kaluang Kanan 4 Batang Kiri Hari Kanan 5 Raden Kiri Saleh Kanan 6 Batang Kiri Atokan Kanan Sumber : Hasil Analisis,2016
285 295 235 245 445 420 640 655 240 210 220
Kecep atan Pejala n Kaki (V) (meter /menit) 47 48 44 47 43 47 43 46 48 43 44
Arus Pejalan Kaki (Q) (org/met er/menit) 4,40 4,13 1,42 4,62 4,71 4,22 4,76 4,36 4,36 4,36 4,00
Tingkat Pelayanan Jalur Pejalan Kaki Berdasarkan Semua Indikator Penilaian yang Digunakan Indikator penilaian yang digunakan dalam menghitung tingkat pelayanan jalur pejalan kaki pada kawasan studi yaitu arus pejalan kaki (orang/meter/menit), kecepatan pejalan kaki (meter/menit), kepadatan pejalan kaki (orang/m2)serta ruang pejalan kaki (m2/orang). Dalam perhitungan atau perbandingan standar pelayanan jalur pejalan kaki untuk mendapatkan standar LOS akan menggunakan keempat indikator tersebut dan membandingkan dengan standar LOS yang ada.
Ruang Pejalan Kaki (S) (m2/org) 10,68 11,62 30,98 10,17 9,12 11,13 9,03 10,55 11,00 9,86 11,00
Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa ruang pejalan kaki paling besar terdapat pada jalur kiri Rokan dengan jumlah ruang pejalan kaki yang tersedia sebesar 30,98 m2/orang, sedangkan ruang pejalan kaki dengan ketersediaan paling kecil terdapat pada jalur kiri Batang hari dengan jumlah ruang pejalan kaki yang tersedia sebesar 9,03 m2/orang. Ruang pejalan kaki sangat dipengaruhi oleh keberadaan hambatan samping. Semakin berkurang hambatan samping maka kecepatan pejalan kaki semakin meningkat, dan semakin tinggi kecepatan pejalan kaki dapat menunjukkan ketersediaan ruang pejalan kaki semakin besar. 9
No.
1
Koridor
Sungai Musi Rokan
Panjang Trotoar (m)
Arus Pejalan Kaki (Q) (orang/meter/menit)
Kiri 285 Kanan 295 2 Kiri 235 Kanan 245 3 Rimbo Kiri 445 Kaluang Kanan 420 4 Batang Kiri 640 Hari Kanan 655 5 Raden Kiri 240 Saleh Kanan 6 Batang Kiri 210 Atokan Kanan 220 Tingkat Pelayanan Jalur Pejalan dengan Standar LOS No Koridor 1. Sungai Kiri A Musi Kanan A 2. Rokan Kiri A Kanan A 3. Rimbo Kiri A Kalung Kanan A 4 Batang Kiri A Hari Kanan A 5 Raden Kiri A Saleh Kanan 6 Batang Kiri A Atokan Kanan A Sumber : Hasil Analisis,2016
4,4 4,13 1,42 4,62 4,71 4,22 4,76 4,36 4,36 4,36 4
Kecepatan Pejalan Kaki (V) (meter/menit)
Kepadatan Pejalan Kaki (D) (orang/m2)
47 48 44 47 43 47 43 46 48 43 44
Level Of Service (LOS) E E F E F E F E E F F
0,09 0,09 0,03 0,1 0,11 0,09 0,11 0,09 0,09 0,1 0,09
B B A B B B B B B B B
Ruang Pejalan Kaki (S) (m2/orang) 10,68 11,62 30,98 10,17 9,12 11,13 9,03 10,55 11 9,86 11
B B A B B B B B B B B
Berdasarkan perhitungan dan perbandingan tiap indikator penilaian yang digunakan pada setiap koridor dalam kawasan studi maka diperoleh hasil dengan standar tingkat pelayanan yang berbeda pada setiap indikator penilaian. Hasil-hasil standar tersebut tidak cocok pada setiap indikator penilaian sehingga standar tingkat pelayanan pada setiap koridor tidak dapat ditentukan karena hasil standar LOS yang berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut maka akan menggunakan 2 indikator penilaian saja yaitu kepadatan pejalan kaki (orang/m2) dan ruang pejalan kaki (m2/orang). Kedua indikator penilaian tersebut lebih tepat untuk dijadikan patokan dan rujukan untuk mendapatkan standar LOS karena rumus atau persamaan pada setiap indikator penilaian tersebut sudah mengandung seluruh indikator penilaian yang digunakan. Dari perhitungan keseluruhan diatas dan perbandingan tiap indikator LOS dari segi arus, kepadatan, dan ruang pejalan kaki tingkat LOS tinggi tetapi dari segi kecepatan yang tingkat LOS rendah atau pergerakan akan relatif lambat diakibatkan tingginya hambatan samping
10
AnalisisRuangBebasJalurPejalan Kaki Berdasarkan dari hasil perbandingan secara keseluruhan menunjukkan gambaran perbandingan ruang bebas eksisting terhadap standar PERMEN PU NO : 03/PRT/M/2014 Pedoman Perencanaan, Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan. Dari perbandingan diatas diperoleh bahwa koridor eksisting pada kawasan GOR. H. Agus. Salim sudah sesuai dengan standar. Namun demikian perlu adanya peningkatan atau penambahan jalur perabot jalan seperti hidran air, bangku taman, penanda, kios, telepon umum, sehingga kebutuhan terpenuhi sesuai dengan standar. No
Analisis
Hasil Analisis
Kesimpulan
1
Kebijakan
Kawasan Gor. H. Agus. Salim kurang sesuai dengan penilaian dalam kebijakan RTRW Kota Padang Dari segi fasilitas sarana pejalan kaki kurang memadai dan belum diatur sepenuhnya untuk jalur pejalan kaki LOS (tingkat pelayanan) Ketersediaan prasarana sangat memuaskan dan tingkat LOS B (tinggi) setiap koridor dalam kawasan studi pada umumnya sudah baik Hambatan Samping Ketersediaan prasarana menyebabkan adanya hambatan samping karena penempatan tidak sesuai Sarana Ketersedian sarana pejalan kaki kurang memuaskan Prasarana Ketersediaan trotoar saat ini tidak memuaskan Kenyamanan Tingkat kenyamanan pejalan kaki sedang Keselamatan Tingkat keselamatan pejaln kaki sedang Keamanan Tingkat keamanan pejalan kaki sedang Secara keselurahan tingkat keseluruhan tingkat kepuasannya sedang
Berdasarkan Hasil analisis Yang Telah Dilakukan kawasan GOR. H. Agus Salim Dapat Disimpulkan Dari penilaian kebijakan dan eksisting kurai sesuai karena tidak tersedia pedestrian dibawah bangunan - Jalur pejalan kaki di kawasan GOR. H. Agus Salim kurang memenuhi standar PU NO : 03/PRT/M/2014 - Dilihat dari segi ketersedian sarana/prasarana jalur pejalan kaki dikawasan GOR. H. Agus Salim kurang memadai dalam memenuhi standar PU NO : 03/PRT/M/2014 - Dilihat dari segi tingkat pelayanan dan persepsi terhadap jalur pejalan kaki dikawasan GOR. H. Agus Salim baik dari segi kenyamanan, keselamatan dan kemanan tingkat pelayanannya sedang
2
Sarana
3
Tingkat Pelayanan
4
Tingkat kepuasan terhadap sarana dan prasarana
Sumber :HasilAnalisis, 2016
5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis tingkat pelayanan fasilitas pejalan kaki di kawasan Kompek GOR. H. Agus. Salim Kota Padang serta tingkat kepuasan persepsi pejalan kaki diperoleh kesimpulan antara lain 1. Berdasarkan analisis kebijakan dapat disimpulkan bahwa kawasan GOR. H. Agus. Salim kurang sesuai karena tidak memiliki jalur pedestrian ways dibawah bangunan. 2. Ketersediaan sarana jalur pejalan kaki belum memadai sesuai dengan standar PERMEN PU NO : 03/PRT/M/2014 Pedoman Perencanaan, Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan 3. Pada umumnya koridor pada kawasan studi memiliki tingkat pelayanan jalur pejalan kaki dengan standar LOS B.Dari keseluruhan LOS Tingkat Pelayanan Jalur Pejalan Kaki pada setiap koridor dalam kawasan studi pada umumnya sudah baik, untuk kecepatan tidak sesuai karenakan akibat dari hambatan samping, 4. Jalur pejalan kaki di kawasan GOR. H. Agus. Salim sangat dipengaruhi oleh hambatan samping. dengan adanya hambatan samping tersebut maka pejalan kaki yang ada di setiap ruas menggunakan badan jalan dari pada trotoar 5. Keberadaan PKL, gerobak,tumpukan material, parkir kendaraan dan sebagainya membuat pejalan kaki merasa tidak nyaman, terancam, dan tidak aman berjalan ditrotoar, ditambah lagi kondisi fisik trotoar saat ini membuat pejalan kaki tidak nyaman berjalan ditrotoar 6. Ruang bebas jalur pejalan kaki pada kawasan studi cukup baik, sehingga memudahkan dalam pengaturan penambahan jalur pejalan kaki dan jalur perabot jalan 7. Jalur pejalan kaki yang memiliki lebar cukup baik, khususnya jalur khusus 11
pejalan kaki dapat dimanfaatkan sebagai aktivitas pendukung yang diperbolehkan dan sesuai dengan kondisi lingkungan Kesimpulannya bahwa berdasarkan identifikasi tingkat pelayanan fasilitas jalur pejalan kaki di kawasan GOR. H. Agus Salim tidak sesuai dengan standar pelayanan, berdasarkan kebijakan, sarana, (LOS) tingkat pelayanan dan tingkat kepuasan Saran dan Rekomendasi Sesuai dengan permasalahan yang ditemukan dilapangan serta persepsi pejalan kaki terhadap ketersediaan sarana dan prasarana pejalan kaki di kawasan GOR. H. Agus. Salim, maka perlu adanya penanganan terhadap masalah yang muncul. Dalam hal ini penulis memberikan saran dan rekomendasi yang merupakan solusi dari permasalahan tersebut diatas, antara lain : 1. Perlu dilakukan perbaikan terhadap saran dan prasarana baik dari segi kualitas dan kuantitas berdasarkan standar Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki. 2. Perlu adanya upaya mengembalikan kembali fungsi trotoar yang selama ini difungsikan sebagai tempat pedagang kaki lima (PKL), parkir roda 2 dan 4, tumpukan material, dan gerobak. Untuk itu pedagang kaki lima (PKL) dan pedagang gerobak agar menempati lokasi yang telah disediakan oleh pemerintah. Sementara untuk kendaraan roda 2 maupun roda 4 agar memakirkan kendaraannya dilokasi parkir yang telah disediakan. 3. Menata kembali tata letak perabot jalan seperti tiang telepon, tiang perambuan, papan reklame, tiang lampu penerangan, agar ditempatkan pada jalur hijau. 4. Meningkatkan atau memperbaiki kualitas/mutu trotoar seperti trotoar yang rusak, bergelombang, pecah oleh instansi dan stakeholder terkait.
Studi Lanjutan Berdasarkan hasil studi mengenai identifikasi tingkat pelayanan fasilitas pejalan kaki di kawasan Kompek GOR. H. Agus. Salim maka perlu dilakukan studi lanjutan pada kawasan studi mengenai : 1. Bagi mahasiswa disarankan dapat menindak lanjuti hasil studi ini kearah penyempurnaan yang lebih detail seperti konsep/usulan penataan terhadap jalur pejalan kaki di kawasan Kompek GOR. H. Agus. Salim 2. Jarak ideal pejalan kaki dengan angkutan umum Di Kawasan Kompek GOR. H. Agus. Salim
DAFTAR PUSTAKA , Ahmad. 2004. Manajemen Lalu Lintas Perkotaan. Beta Offset. Yogyakarta. Pontoh, Nia K. 2009. Pengantar Perencanaan Referensi BUKU MunawarPerkotaan. ITB. Bandung. PERATURAN Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga. 1999, Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki Pada Jalan Umum, PT. Mediatama Saptakarya. Jakarta. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. 2014, Pedoman Perencanaan, Penyediaan, Dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Teknik.Jalan No : 011/T/Bt/1995 Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki Dikawasan Perkotaan. M o h a m a d A n a s A l y Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota. No. 007/T/BNKT/1990 Petunjuk Perencanaan Trotoar. Djoko Asmoro Fruin, Jhon J, PedestrianPlanning and Design Uterman, Richarc, 1984 , The Pendestrian and The Bysiclist Gehl, Jan 12
Life Between Buildings. New York: Van Nostrand Reinhold Company Inc. 1987 Jacobs, Allan B. Making Great Sreets, Massachussetts.: MIT Press, 1995 Ramdani, Trini, “Studi Peningkatan Pelayanan Failitas Pejalan Kaki di Kotamadya Bandung” Tugar Akhir, Jurusan Teknik Planologi, ITB, 1992 : 33 TERBITAN TERBATAS Lumbantoruan, Franz D. 2008, Pedestrianisasi Kawasan Pusat Kota Medan. Tesis, Universitas Sumatera Utara. Hendrayana, dkk. 2013, Analisis Pelayanan Fasilitas Pejalan Kaki. Jurnal Ilmiah, Universitas Udayana. Vandia Mantik, Perencanaan Kebutuhan Pedestrian Pada Ruas Jalan Suprapto Kota Manado. Jurnal ilmiah, Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado Intan muning harjanti.2015. Reny Yesiana, Indentifikasi Tingkat Pelayanan Ruas Jalan Koridor Ngesrep Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Universitas Diponegoro, Semarang. Sugiono 2003 Skala Likert PUBLIKASI Badan Pusat Statistik, 2016. Kota Padang Dalam Angka,Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Barat. Padang.
Lurah Rimbo Kaluang. 2016 Kecamatan Padang Barat Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Barat. Padang. www.visbinkes.litbang.depkes.go.id
Lampiran
13