STUDI TENTANG KERAJINAN KUNINGAN di CENTRAL OF BRONZES MILIK H. ISTONO
SKRIPSI OLEH BASUKI RAHMAT NIM. 105251481014
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA JULI 2011
STUDI TENTANG KERAJINAN KUNINGAN di CENTRAL OF BRONZES MILIK H. ISTONO
SKRIPSI Diajukan kepada Universitas Negeri Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Seni Rupa
Oleh : Basuki Rahmat NIM. 105251481014
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA Juli 2011
ABSTRAK
Rahmat, Basuki. 2011. Studi Tentang Kerajinan Kuningan di Central of Bronzes Milik H. Istono. Skripsi, Program Studi Pendidikan Seni Rupa Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dra. Hj. Ida Siti Herawati, M.Pd (II) Ike Ratnawati, S. Pd, M.Pd Kata Kunci : Studi kasus, Kerajinan Kuningan, Central of Bronzes Kerajinan kuningan merupakan salah satu warisan peninggalan nenek moyang yang sudah turun temurun. Sejak jaman kerajaan Majapahit dulu, kuningan banyak dipakai untuk bahan membuat alat-alat perlengkapan makan dalam kerajaan atau kaum bangsawan. Kerajinan kuningan di Central of Bronzes terbuat dari limbah kuningan yang diolah kembali menjadi barang baru yang lebih berguna dan bernilai seni tinggi. Dalam penciptaannya memperhatikan nilai fungsi serta kegunaan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang sifatnya kebutuhan individu dan kebutuhan social. Sampai saat ini, kerajinan cor logam masih dipertahankan bahkan dikembangkan hingga menjadi wira usaha dan mata pencaharian penduduk setempat. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui beberapa hal, tentang desain, perkembangan desain dan pembuatan kerajinan kuningan di Central of Bronzes. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. pengumpulan data di lakukan dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi. Untuk menjaga keabsahan data, dilakukan kegiatan trianggulasi data. Tahap analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan/ verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh tiga kesimpulan hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, desain yang digunakan memiliki fungsi sebagai pelengkap estetik interior maupun benda pakai yang memiliki unsur hias di dalamnya. Bentuk desainnya mengambil dari bentuk-bentuk tiruan alam seperti hewan, tumbuhan dan replika benda peninggalan zaman kerajaan maupun zaman purba. Kedua, perkembangan desain kerajinan kuningan di Central of Bronzes, dipengaruhi oleh minat dan permintaan dari konsumen serta perkembangan zaman. Pada awalnya yang hanya sebatas membuat pakaian kuda, alat-alat dapur dan klintingan kini menjadi benda hias interior yang juga lebih fungsional dan estetik. Selain itu pengrajin sekarang menerima pesanan desain yang dibuat konsumen sendiri. Ketiga, proses pembuatan masih menggunakan teknik manual yang mengandalkan tenaga manusia. Mulai dari tahap pembuatan cetakan hingga finishing semuanya dikerjakan secara manual. Disarankan dari hasil penelitian ini agar pengrajin terus menggali ide-ide baru untuk menciptakan desain baru. penelitian ini perlu diadakan tindak lanjut lagi dalam penelitian yang serupa, tetapi pada sasaran yang berbeda.
ABSTRACT Rahmat, Basuki. 2011. The Study of Brass Handicrafts in Central of Bronzes Belonging H. Istono. Thesis, Fine Arts and Designs Department, Faculty of Letter, State University of Malang. Advisors: (I) Dra. Hj. Ida Siti Herawati, M.Pd (II) Ike Ratnawati, S. Pd, M.Pd Key words : Chase Studies, Brass Handicrafts, Central of Bronzes Brass craft is one of the ancestral heritage that has been handed down. Since the first days of the Majapahit kingdom, the brass is widely used material for making tools or utensils in the kingdom of the nobility. Brass craft at the Central of Bronzes made of brass waste reprocessed into new, more useful goods and high artistic merit. In regard to the value creation functions and usability to meet the needs of daily life that are individual needs and social needs. Until now, the craft of metal casting is still maintained even developed to become entrepreneurial and livelihood of local residents. The research was conducted with the aim to find out some things about design, design development and manufacture of brass handicrafts at the Central of Bronzes. This study used a qualitative approach with descriptive methods. Data collection is done by using interview and observation techniques. To maintain the validity of data, activities of data triangulation. Phase analysis of the data used in this study include data reduction, presentation of data and draw conclusions / verification. Based on this research, three conclusions obtained the following results. First, the design used has a function as a complement to aesthetic interior and disposable items that have a decorative element in it. Design takes shape from other forms of imitation of nature such as animals, plants and replicas of relics and ancient royal era. Second, brass craft design development at the Central of Bronzes, influenced by the interest and demand from consumers as well as the times. At first the horse was limited to making clothes, kitchen utensils and decorative objects klintingan now the interior is also more functional and aesthetic. In addition artisans now accept orders made consumers own design. Third, the process still using manual techniques that rely on human labor. Starting from the mold until finishing all done manually. Advised of the results of this study in order craftsmen continue to explore new ideas to create new designs. this research to be conducted follow-up again in a similar study, but on different targets.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul ‘Studi Tentang Kerajinan Kuningan di Central of Bronzes Milik H. Istono’’ tepat pada waktunya. Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. Dawud, M. Pd selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian. 2. Drs. Iriaji, M. Pd, selaku Ketua Jurusan Seni dan Desain Universitas Negeri Malang yang telah memberikan kemudahan dalam pelayanan akademis. 3. Dra. Hj. Ida Siti Herawati, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Ike Ratnawati, S.Pd, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Drs. H. Mistaram, M.Pd, selaku penguji utama.
6. Dra. Purwatiningsih, M. Pd, selaku Dosen Penasehat Akademik yang selalu membantu dan mengarahkan hal-hal yang berhubungan dengan akademis. 7. Seluruh Dosen dan Staf di UM yang telah memberikan bekal pengetahuan sampai terselesaikannya pendidikan di bangku kuliah ini. 8. Orang tuaku tercinta, Bpk. Tamhar dan Ibundaku Suliani atas segala do‟a, nasehat, serta dukungan moril maupun materil dengan ikhlas dan sabar dalam penyusunan skripsi hingga terselesaikannya skripsi saya ini. 9. H. Istono, selaku pemilik sentra kerajinan kuningan Central of Bronzes yang telah memberikan ijin kepada penulis hingga penelitian ini dapat terselesaikan. 10. Ardit Klentho, selaku narasumber lain yang banyak memberikan informasi tambahan tentang kerajinan kuningan Central of Bronzes. 11. Kakak-kakakku tercinta, Budi Rohani, S.Kep, Titik Sundari, S.Pd atas segala saran dan dukungannya selama penelitian hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini. 12. Bintang Hidupku, Rina Wahyudi yang senantiasa sabar menemani dan memotivasiku dalam penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini. 13. Teman-teman seni rupa angkatan 2005 yang telah banyak membantu saya dengan bantuan moril secara ikhlas. 14. Anak kost pisang kipas 54, Acin, Damai, Joseph, Fakri, Abdur Rohman, Thomas, Prima, Supra, Ade, Kris bakso, Mas Agus yang banyak memberikan semangat dan motivasi, kalian semua adalah saudaraku.
15. Toni, Beni, Presty, Londho, Ndayak yang banyak membantu dan memberikan dukungannya. 16. Teman-teman kecilku Sotel, Rembes, Unyil, Kikuk, Ceplos yang menemaniku dan banyak menghiburku. 17. Rika PSRU ‟07 terimakasih banyak atas bantuannya dalam print, begitu besar jasamu. 18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan moril serta tenaga selama penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan pahala dari Allah SWT. Akhirnya, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin.
Malang, 22 Juli 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Abstrak….…………………………………………………………………….....i KATA PENGANTAR ………………………………………………………....iii DAFTAR ISI…………………………………………………………………….vi DAFTAR TABEL ……………………………………………………………...viii DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….ix DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...………………………………………………… 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5 C. Landasan Teori .............................................................................. 6 D. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 18 E. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 19 BAB II METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian..................................................... 20 B. Kehadiran Peneliti .......................................................................... 22 C. Lokasi Penelitian ........................................................................... 22 D. Jenis-jenis Sumber Data ................................................................. 23 E. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................... 24 F. Analisis Data .................................................................................. 26 G. Pemeriksaan Keabsahan Data ........................................................ 27 H. Tahap-tahap Penelitian ................................................................... 28 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Profil Industri Kerajinan................................................................. 30 B. Ragam Desain Produk Kerajinan ................................................... 32 C. Perkembangan Desain ................................................................... 41 D. Proses Pembuatan Kerajinan Kuningan di Central of Bronzes ...... 45 BAB IV PEMBAHASAN A. Ragam Desain Produk .................................................................... 53 B. Perkembangan Desain Kerajinan Kuningan di Central of Bronzes........................................................................................... 65 C. Proses Pengolahan dan Pembuatan Kerajinan Kuningan di Central of Bronzes.......................................................................... 66
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 71 B. Saran ............................................................................................... 73 DAFTAR RUJUKAN…………………………………………………………. 75 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... 77 LAMPIRAN ........................................................................................................ 78
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Ruang Lingkup................................................................................ 24
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
3.1 Patung Ganesya Duduk.....................................................
.......... 34
3.2 Patung Gembala Kerbau................................................................ 35 3.3 Patung Abstrak Laki-laki dan Perempuan........................................ 36 3.4 Patung Fungsional Hewan........................................................
... 37
3.5 Patung Duduk Bersila...................................................................... 38 3.6 Patung Interior Siput................................................................. ... 39 3.7 Pengrajin Membuat Patung Kuningan....................................... ... 40 3.8 Desain Awal Kerajinan Central of Bronzes..................................
42
3.9 Desain yang Mengalami Perkembangan......................................
43
3.10 Desain Terbaru Bentuk Kontemporer......................................... ... 45 3.11 Hasil cetakan dari lilin yang sudah jadi dan dihaluskan………….. 46 3.12 Cetakan lilin yang dibungkus tanah liat dan proses pengeringan.. 47 3.13 Proses Pembakaran Cetakan Untuk Menghilangkan Lilin Didalamnya……………………………………………………… 47 3.14 Proses pembakaran kuningan hingga mencair………………….. 48 3.15 Proses pengecoran kuningan kedalam cetakan…………………. 48 3.16 Hasil cetakan yang sudah jadi dan yang gagal…………………
49
3.17 Menghaluskan dengan kikir dan gerinda……………………….
50
3.18 Proses menambal dan memperbaiki bagian yang rusak……….. 50 3.19 Pengrajin sedang menambal lubang dengan las………………..
51
3.20 Proses pembakaran dalam pewarnaan…………………………. 52
3.22 Proses akhir membersihkan dan menyemir patung……………… 53 4.1 Patung dewa ganesya…………………………………………….. 61 4.2 Patung realis………………………………………………………. 62 4.3 Patung semi abstrak………………………………………………. 63 4.4 Patung multi fungsional…………………………………………… 64
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Wawancara I ................................................................................. 78 2. Lembar Wawancara II ................................................................................ 82 3. Lembar Observasi ...................................................................................... 84 4. Kartu Bimbingan Skripsi ........................................................................... 86 5. Surat Izin Penelitian di Central of Bronzes ................................................ 87 6. Foto-foto Penelitian .................................................................................... 88 7. Foto-foto Hasil Kerajinan Kuningan………………………………………94 8. Riwayat Hidup…………………………………………………………….102
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Seni adalah hasil karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak lepas dari seni. Karena seni adalah salah satu kebudayaan yang mengandung nilai indah (estetis), sedangkan setiap manusia menyukai keindahan. Seni bukan saja dilihat dari penglihatan semata tetapi dilihat dari keindahan karya tersebut. Seni sangat bermacam-macam bentuk karyanya, namun dalam seni juga membutuhkan pemahaman makna yang terdapat dalam karya seni tersebut. Agar seni dapat dikatakan indah, maka perlu melihat pendalaman pada karya. Di jaman sekarang yang serba modern ini bentuk seni telah memiliki banyak perkembangan dan berbagai macam bentuk aliran ,pandangan dan pengertian. Dalam perkembangannya seni terbagi dalam dua jenis yaitu seni murni dan seni pakai. Seni murni merupakan hasil karya seni yang dapat di nikmati secara langsung, dalam bentuk patung, lukisan, musik, tari dan masih banyak seni-seni lain yang dapat di nikmati secara langsung tanpa menggunakan perantara, sedangkan seni pakai adalah sebuah hasil karya cipta yang sengaja di buat memiliki manfaat bagi kehidupan para pemakai. Hasil seni ini di buat untuk mendukung kepentingan/kebutuhan hidup sehari-hari mulai dari kerajinan seni ukir, seni kriya, seni pahat, dan banyak lagi jenisnya.
Menurut Rosjoyo (1993:8) kerajinan adalah seni yang bertujuan untuk menyajikan kebutuhan hidup sehari-hari. Seorang pengrajin akan membuat beberapa atau banyak benda untuk setiap ciptaan yang pertama tersebut. Selebihnya adalah benda kerajinan yang dalam penggarapannya tidak lagi originalitas. Kerajinan merupakan salah satu dari seni pakai yang paling diandalkan untuk keperluan ekspor. Kebanyakan kerajinan dipengaruhi oleh herritage yang merupakan warisan budaya dari suatu masyarakat setempat. Kerajinan adalah hal yang berkaitan dengan buatan tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan (kerajinan tangan). Kerajinan yang dibuat biasanya terbuat dari berbagai bahan. Dari kerajinan ini menghasilkan hiasan atau benda seni maupun barang pakai. Dengan menggunakan bahan-bahan yang sangat beraneka ragam dari yang berasal dari bahan alami sampai dengan bahan non alami. Bahan-bahan non alam yang digunakan seperti plastik, kaca, besi, logam, kuningan, dan lain-lainnya, sedangkan bahan-bahan alam yang dimanfaatkan seperti, mendong, kayu, rotan, janur, lontar, tanah liat, bambu, batu. Salah satu kerajinan non alami yang sudah menjadi warisan turun-menurun adalah kerajinan cor logam kuningan. Membuat barang kerajinan dari logam bukanlah hal baru bagi masyarakat Indonensia. Sebab, sejak dahulu ketika masih berdiri banyak kerajaan pun industri kerajinan logam sudah banyak berkembang di berbagai pelosok tanah air. Beberapa barang kerajinan logam yang sudah ada sejak jaman kerajaan antara lain berbagai peralatan perang (mulai dari keris, pedang, golok, tombak, tameng dan lain-lain), perhiasan dan asesoris kerajaan,
alat kesenian (gamelan seperti saron, bonang, gong) dan lain-lain. Di masa kejayaan Kerajaan Majapahit selain patung yang terbuat dari batu, patung cor kuningan, perak dan emas sangat diminati oleh tamu kerajaan. Namun, patung yang terbuat dari emas, perak dan kuningan mempunyai nilai yang cukup mahal. Hanya saja proses pembutannya benar-benar melalui hasil kerja para seniman kerajaan. Untuk proses peleburan mereka selalu menggunakan tungku grafik (panci dari tanah) lalu dikembangkan dengan tungku kawi besi. Maka dari itu hasil yang didapat cukup menarik dan berharga. Produk kerajinan cor logam kuningan merupakan salah satu karya seni terapan, yang dalam penciptaannya memperhatikan nilai fungsi serta kegunaan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang sifatnya kebutuhan individu dan kebutuhan sosial. Kerajinan cor kuningan bertujuan untuk mengangkat rasa berbudaya dan sebagai mata pencaharian serta kebutuhan fungsional sehari-hari. Kerajinan cor kuningan merupakan hasil karya manusia lewat tangan terampil dengan sentuhan nilai estetik. Munculnya kerajianan cor logam kuningan ini berkaitan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan akan benda hias serta kebutuhan fungsional sehari-hari yang dipengaruhi oleh beberapa aspek. Kini di era modern dewasa ini seni kerajinan tradisional dari logam itu coba dihidupkan kembali sebagai bagian dari upaya melestarikan seni budaya peninggalan nenek moyang khususnya seni budaya dalam mendesain dan membuat barang dari logam. Selain untuk melestarikan seni budaya tradisional warisan nenek moyang, industri kerajinan logam dengan mengambil bentuk dan motif antik jaman kerajaan ternyata banyak diminati kalangan pembeli, pecinta seni dan kolektor
barang-barang antik dari dalam dan luar negeri. Tentu saja hal itu menjadi potensi bisnis tersendiri yang sangat menjanjikan bagi mereka-mereka yang mampu menghadirkan kembali nilai-nilai seni budaya tradisional akan tetap membeli barang-barang antik bernilai seni tinggi walaupun kehidupan masyarakat sudah berkembang lebih maju. Sampai saat ini, kerajinan cor logam masih dipertahankan bahkan dikembangkan hingga menjadi wira usaha dan mata pencaharian penduduk setempat. Misalnya saja kerajinan kuningan yang berasal dari wilayah Jombang, lebih khususnya Mojotrisno adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur. Mojotrisno dilewati oleh jalan utama lintas selatan yang menghubungkan Surabaya dengan Solo dan Yogyakarta. Desa Mojotrisno berbatasan langsung dengan desa Kademangan di sebelah barat, Desa Dukuhmojo disebelah selatan dan desa Miyagan di sebelah timur. Disebelah utara berbatasan dengan desa Mancilan. Desa Mojotrisno, di dukuh Sanan Kidul merupakan pusat kerajinan pengecoran logam kuningan. Sejak tahun 1970-an, Dusun Sanan Kidul, Desa Mojotrisno, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang sudah dikenal sebagai sentra produk kerajinan cor berbahan kuningan (brass handcraft). Hasil dari kerajinan ini di jual keberbagai pusat wisata khususnya ke Bali. Bahkan, produk dusun berlokasi sekitar 17 kilometer arah timur Kota Jombang itu, sejak tahun 1980-an, sudah menembus mancanegara. Central of Bronzes, adalah tempat usaha kerajinan cor kuningan yang bisa dibilang paling besar di sentra industri kerajinan cor kuningan di Dusun Sanan Kidul, Desa Mojotrisno, Mojoagung. Tempat usaha Central of
Bronzes ini didirikan oleh H. Istono sejak awal tahun 1976. Pada umumnya produk hasil ini, dibeli oleh hotel untuk mempercantik interior mereka, dan ada pula yang dibeli oleh perorangan maupun diekspor ke luar negeri. Harga hasil kerajinan handicraft ini relatif murah dan terjangkau karena berkisar antara 250 ribu sampai 1 juta, tergantung dari ukuran dan tingkat kesulitan dalam pembuatannya. Penelitian ini dimaksudkan ingin mengetahui lebih jauh tentang desain produk, perkembangan produk, serta cara pembuatan kerajinan kuningan di Central of Bronzes. Bentuk-bentuk kerajinannya disamping unik dan mempunyai ungkapkan arti tersendiri. Keunikan tersebut menginspirasikan kami untuk meneliti lebih dalam tentang kerajinan kuningan tersebut. Selain itu, penelitian ini bermanfaat untuk pendidikan khususnya di bidang pendidikan seni rupa. Karena menambah pengetahuan tentang kerajinan kuningan dan mempelajari desain serta cara-cara pembuatannya, yang nantinya bisa digunakan sebagai acuan mengajar. Ada berbagai harapan agar kerajinan kuningan ini tetap ada walau zaman sudah maju. Maka dari itu perubahan desain dan bentuknya bukan lagi memakai yang sudah ada, melainkan sudah lebih maju dan menerima desain dari konsumen agar kerajinan kuningan yang sudah menjadi ciri khas dusun Sanan dapat tahan lama dan awet.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas rumusan masalah yang dipermasalahkan dalam Studi di kerajinan kuningan Central of Bronzes milik H. Istono adalah : 1. Bagaimana desain produk kerajinan kuningan di Central of Bronzes milik H. Istono? 2. Bagaimana perkembangan desain kerajinan kuningan periode 1976 sampai 2011 di Central of Bronzes milik H. Istono? 3. Bagaimana cara pembuatan kerajinan kuningan di Central of Bronzes milik H. Istono?
C. Landasan Teori 1. Pengertian Desain Keindahan merupakan salah satu santapan rohani yang diciptakan manusia melalui berbagai macam bentuk dan corak. Tanpa adanya keindahan, kebutuhan rohani terasa hampa. Seni harus memberikan kebahagiaan, kenikmatan, ruang, warna dan rangsangan peningkatan hidup yang lebih tinggi dan tersusun baik (Affendi, 1976:1). Desain adalah suatu konsep pemikiran untuk menciptakan sesuatu melalui perencanaan yang terdiri dari beberapa unsur. Secara umum desain dapat diartikan merancang, menciptakan bentuk, susunan, garis, bentuk dan bidang, warna dan tekstur termasuk pula didalamnya. Memilih dari unsure-unsur tersebut yang kemudian menggarap, mengolah, membentuknya menjadi suatu ciptaan kaidah rasa nilai estetik dari wujud tersebut (Bastomi, 1986:95).
Desain adalah kegiatan kreatif yang membawa keharuan, pengertian konsep sebagai berikut : “suatu konsep-konsep pemikiran untuk menciptakan sesuatu melalui perencanaan sampai terwujudnya barang. Jadi desain adalah suatu rencana yang terdiri dari beberapa unsure untuk mewujudkan suatu karir yang nyata” (Bastomi, 1986:95). Desain berarti pula rancangan, pola dua atau tiga dimensi, memilih dan menyusun, memecahkan masalah yang bertujuan menciptakan susunan atau organisasi (Affendi, 1976:1). Desain mengandung beberapa pengertian, adalah sebagai berikut : a) dalam buku “pattern and design” karangan N. J Cannon : design is the order of plain on which any work of art is constructed (Winoto, 1977:1)......Desain adalah urutan dari suatu rencana dimana kegiatan seni itu disusun. b) “Art, search and discovery” karangan James A. Shcimeler: design is a process of building by selecting the element of the visual art, line, value, color, and texture, arranging them in unifiel two at three dimensional structures it is basic to all creative activities, because it realities to organizational method areas of the arts (Winoto, 1977:1). Desain adalah tata susunan unsur-unsur seni dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip seni hingga tersusun satu kesatuan yang estetik dan sesuai dengan teknik garapan dan media. Dari beberapa pendapat ahli tentang desain diatas, pada dasarnya desain adalah merupakan unsure-unsur rupa sehingga menghasilkan suatu jenis barang
yang nyata, yang telah siap produksi dalam jumlah yang besar karena itu melalui benda hasil industri alam mudah dilihat desainnya sehingga dapat dikatakan bahwa produksi kerajinan disuatu tempat dapat dinilai lebih baik dan tidaknya.
2. Desain Interior Adalah sebuah rancangan karya desain yang membidangi masalah tata ruang dalam. Sebaliknya desain eksterior membidangi tata ruang bagian luar (Susanto, 2002:31)
3. Arsitektual Adalah sebuah wujud/bentuk karya seni (biasanya patung atau bentukbentuk karya tiga dimensi) yang sifatnya sebagai penunjang arsitektur maupun memiliki nilai yang sama dengan bangunan (arsitektur) itu sendiri (Susanto, 2002:16).
4. Ornamen Adalah hiasan yang dibuat (dengan digambar, dipahat, dicetak) untuk mendukung meningkatkannya kualitas dan nilai pada suatu benda/karya. Ornamen sering dihubungkan dengan ragam hias yang ada (Susanto, 2002:82).
5. Teknologi Adalah ilmu yang berkenaan dengan teknik. Teknik adalah pengetahuan dan kepandaian dalam membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil industri. (bangunan, mesin dsb) (Marhijanto, 1995:539).
6. Unsur-unsur Desain Unsur-unsur desain merupakan bagian dari seni rupa yang digunakan untuk menciptakan sesuatu melalui perencanaan yang terdiri beberapa unsur.
a) Garis Garis adalah serangkaian titik-titik yang berjajar dan berkesinambungan atau bekas yang ditinggalkan oleh suatu alat runcing. Garis merupakan suatu unsure penting karena dalam garis kita dapat membentuk bentuk-bentuk, membuat bidang dan dapat menampilkan kesan gerak, juga disebabkan adanya perbedaan-perbedaan garis maka karya desain semakin bervariasi. Garis biasa, dinamis dan statis, berkelanjutan atau patah-patah, lengkungan atau lurus, lebar atau sempit, terang atau gelap (Murtihadi, 1982:27). Garis dapat memiliki aspek, antara lain :
Ukuran : tebal, tipis, panjang, pendek.
Gerak : lurus, melengkung, bergelombang, patah-patah.
Arah : horizontal, vertical, diagonal
Watak : tegas, kuat, kaku, luwes, lembut, ragu-ragu, garang dan sebagainya. Berdasarkan wujudnya terdapat sifat garis, yaitu :
1) Garis nyata atau disebut garis linier, adalah salah satu sifat garis yang kehadirannya dapat ditangkap dengan mudah dan visual 2) Garis khayal atau garis semu, adalah garis pada hakekatnya tidak ada, tidak jelas, dan tidak ditangkap secara visual. Garis ini dapat hadir dengan
sendirinya sebagai pembatas bidang, bentuk, warna, dan sebagainya (Murtihadi, 1982:27).
b) Bentuk dan Ruang Kedua unsur ini berkaitan satu sama lain. Bentuk hadir karena adanya ruang, sedangkan ruang hadir karena keberadaan bentuk. Bentuk pada komposisi dua dimensi bersifat datar. Ruang pada komposisi adalah bidang dimana bentuk ditempatkan. Bentuk pada karya-karya desain tiga dimensi ruang merupakan ukuran yang nyata karena karya-karya dibuat pada umumnya memiliki volume sebagai wujud sebenarnya. Bentuk adalah susunan bagian-bagian atau elemenelemen dari aspek visual, sedangkan wujud dari suatu karya seni adalah bentuknya. Kalau ada bentuk terdapatlah wujudnya. Demikian pula apabila terdapat dua atau lebih bagian yang tergabung menjadi satu bentuk susunan terjadilah wujud. Jadi bentuk dalam seni adalah susunan dari bagian-bagian seperti bidang datar, cekung, dan cembung yang harmonis (Soedarso SP, 1972). c) Warna Warna merupakan unsur seni yang menarik perhatian pengamat dibandingkan dengan unsur-unsur seni rupa yang lain. Misalnya sebelum kehadiran unsur bentuk kita sadari, maka kehadiran warna dari bentuk tersebut telah lebih dahulu dapat kita tangka (Indrawati, 1992:52).
d)
Tekstur Tekstur adalah nilai rasa sebuah permukaan baik itu nyata maupun semu.
Suatu permukaan mungkin halus, kasar, lunak, keras, kasap, licin. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pantulan cahaya dan juga pengaruh rasa sentuhan terhadap permukaan tersebut.
7. Prinsip-prinsip Desain Untuk menghasilkan karya desain yang baik dan bermutu maka perlu mengenal dan memahami prinsip-prinsip desain. Prinsip tersebut tercermin dalam komposisi yang mencakup kesatuan (unity), keseimbangan (balance), keselarasan (harmony), dan proporsi (Murtihadi, 1982:59).
a. Kesatuan (Unity) Kesatuan adalah hubungan antara bagian-bagian sehingga tidak tampak adanya bagian-bagian itu. Dalam karya desain yang baik unsur-unsur yang membentuknya tidak tampil secara sendiri-sendiri melainkan tampil dalam suatu kesatuan dimana setiap unsur akan mendukung penampilan unsur yang lain dan saling melengkapi.
b. Keseimbangan (Balance) Keseimbangan dalam suatu karya desain adalah pertentangan antara unsurunsur desain yang memiliki nilai kesamaan. Usaha untuk mencapai keseimbangan penilaian disini menggunakan kepekaan estetis. Usaha untuk mencapai
keseimbangan dalam komposisi dapat ditempuh dengan menambahkan jumlah unsur-unsur yang dinilai rendah.
c. Irama (Rhytm) Irama adalah perubahan bunyi, warna, bentuk atau gerak tertentu secara teratur yang membawakan perasaan hanyut di dalam perubahan-perubahan yang terjadi. Adanya perubahan-perubahan tersebut meniadakan perasaan bosan dan menuntun perasaan kearah kenikmatan. Irama pada benda-benda terapan diusahakan dengan perubahan bentuk atau warna.
d. Pusat Perhatian (Center of Interest) Pusat perhatian adalah unsur yang sangat menonjol atau berbeda dengan unsur-unsur yang ada di sekitarnya. Untuk menciptakan pusat perhatian dalam karya seni, kita dapat menempatkan unsur yang paling dominan, misalnya bentuk dan warna (Sugianto, 2000:78).
e. Keselarasan (Harmony) Selaras berarti sesuai, serasi, cocok. Untuk menghasilkan komposisi yang baik keserasian merupakan suatu syarat yang sangat penting karena dapat memberi kesan keseluruhan komposisi.
f. Proporsi Menurut Edmund Burke Fieldman dalam Suwardji Bastomi (1986:99), diungkapkan bahwa proporsi adalah ukuran yang berhubungan dengan bagian-
bagian dalam keseluruhan. Berdasarkan keterangan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa proporsi adalah suatu perbandingan antara bagian-bagiannya sehingga secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang harmonis.
8.
Pengertian Kuningan Kuningan adalah logam yang merupakan campuran dari tembaga dan
seng. Tembaga merupakan komponen utama dari kuningan, dan kuningan biasanya diklasifikasikan sebagai paduan tembaga. Warna kuningan bervariasi dari coklat kemerahan gelap hingga ke cahaya kuning keperakan tergantung pada jumlah kadar seng. Seng lebih banyak mempengaruhi warna kuningan tersebut. Kuningan lebih kuat dan lebih keras daripada tembaga, tetapi tidak sekuat atau sekeras seperti baja. Kuningan sangat mudah untuk di bentuk ke dalam berbagai bentuk, sebuah konduktor panas yang baik, dan umumnya tahan terhadap korosi dari air garam. Karena sifat-sifat tersebut, kuningan kebanyakan digunakan untuk membuat pipa, tabung, sekrup, radiator, alat musik, aplikasi kapal laut, dan casing cartridge untuk senjata api.
9.
Pengertian Kerajinan Kerajinan memiliki arti kegiatan dari seni terapan yang menitik beratkan
pada ketrampilan tangan untuk mengolah bahan baku yang ditemukan di lingkungan sekitar menjadi benda-benda yang bernilai fungsi, tetapi juga bernilai estetis.
Kerajinan merupakan salah satu cabang seni rupa yang memiliki nilai guna atau fungsi untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup manusia. Aspek fungsi dalam kerajinan menempati porsi utama dibanding nilai estetis. Sebagai contoh misalnya kerajinan kuningan yang mempunyai desain bentuk dan fungsi yang berbeda-beda. Dari kerajinan ini menghasilkan hiasan atau benda seni maupun barang pakai.
10. Fungsi Kerajinan Pada abad modern ini, aspek-aspek seni dalam suatu penciptaan bendabenda kerajinan tidak dapat diabaikan begitu saja, karena manusia dalam penciptaannyamengacu pada pemuasan fisik dan psikis, misalnya dalam seni bangun, furniture, seni desain, seni musik. Begitu pula dengan kerajinan yang terbuat dari bahan kuningan pada saat ini sangat diminati masyarakat dengan tujuan yang berbeda-beda, karena itu seniman telah membuat bermacam-macam jenis bentuk dan fungsi. Secara garis besar fungsi kerajinan dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu : a.
Sebagai benda fungsional / terapan
b.
Sebagai benda dekorasi / pajangan
c.
Sebagai mainan Sebagai benda fungsional, produk kerajinan kuningan pasti tetap
mengutamakan segi fungsi. Adapun unsur hiasan hanya merupakan pendukung saja dari produk tersebut. Sehingga bagaimanapun indahnya benda kerajinan, fungsi adalah yang utama tidak boleh diabaikan atau dihilangkan.
Banyak pula produk kerajinan yang berfungsi sebagai benda pajangan atau dekorasi. Produk jenis ini akan lebih menonjolkan segi rupa daripada fungsinya. Karena itu bentuknya mengalami modifikasi bahkan tidak jarang jenis ini tidak dapat memenuhi fungsinya yang sebagaimana mestinya.
11. Hubungan Pengrajin dan Kerajinan Pengrajin pada dasarnya merupakan pelaku yang menuangkan ide dan gagasan sehingga dapat menghasilkan sebuah kerajinan. pengrajin menghasilkan karya diantaranya dapat berupa karya seni atau berupa desain-desain yang akhirnya dikembangkan menjadi produk kerajinan. Menurut Bastomi (1986 : 22) keterikatan dalam kerajinan terdiri dari tiga unsur, yaitu : a.
Fungsi benda kerajinan Pengrajin selama berkarya selalu memperhitungkan dan
mempertimbangkan desain agar hasilnya dapat digunakan menurut kebutuhan, sehingga layak disebut sebagai benda seni fungsional, artinya benda seni yang dihasilkan enak digunakan dan efisien. Misalnya, kursi di desain dan dibuat yang berfungsi sebagai tempat duduk. Berapapun mahal dan indah bentuknya, jika kursi tersebut tidak dapat dikatakan sebagai benda fungsional dan tidak memenuhi kebutuhan. Karena kursi tersebut tidak mengandung kelayakan untuk digunakan sebagai benda seni fungsional, maka kursi tersebut berubah fungsi bukan lagi untuk tempat duduk, tetapi hanya sebagai kursi patung.
b. Bahan Pengrajin belum tentu bisa menggunakan segala jenis bahan. Pengrajin tidak bebas sama sekali dalam mengungkapkan segala jenis bahan. Pengrajin terlebih dahulu harus mengolah bahan tersebut menurut sifat yang dimiliki oleh masing-masing bahan tersebut. Pengolahan bahan kerajinan bukan seperti bahan kimia. Melainkan berdasarkan sifat bahan yang ada sehingga member spesifik hasilnya. Bahan untuk kerajinan bukan ramuan, melainkan bahan dasar atau bahan jadi, tetapi dengan bahan jadi atau bahan alam yang tersedia apa adanya itu dapat memberikan sifat-sifat khusus atau seni pada benda kerajinan.
c.
Kerapian atau kehalusan garapan Untuk menghasilkan benda-benda kerajinan yang halus dan rapi dalam
penggarapannya, diperlukan penghayatan, ketekunan, kerapian dan juga kehalusan rasa seniman atau pembuat seni. Sebuah benda disebut sebagai hasil kerajinan apabila dikerjakan dengan rapid an halus, sebab kehalusan dan kerapian menjadi ciri keindahan dalam kerajinan, disamping keindahan yang dicapai dalam bentuk batin.
12. Perkembangan Desain Pengembangan desain baru atau menciptakan produk baru merupakan tugas yang sering terlupakan. Pada saat salah satu ataupun beberapa produk yang sedang dipasarkan itu berada pada tahap “kedewasaan”, maka pengusaha haruslah
mulai memanfaatkan keuntungan yang diperolehnya dari produk yang berada pada tahap tersebut untuk mengembangkan ide penciptaan produk baru. Proses penciptaan produk baru tersebut tentunya melalui proses desain dan redesain yang dilakukan secara sistematik dan ilmiah. Produk baru inilah yang diharapkan nantinya dapat menggantikan produk lama yang sedang jaya tersebut. Hal ini disebabkan karena pangsa pasar sangat dipengaruhi oleh inisiatif perusahaan sebagai penghasil produk dalam memformulasikan bentuk strategi pengembangan dan pencapaian produknya melalui strategi inovasi dan pengembangan pasar (Sihombing, 2007). Dalam setiap desain produk baru tentu melalui proses, yang dimulai dengan suatu masalah. Masalah tersebut bisa saja dimulai dari tidak lakunya produk (karena sudah usang atau out of date), atau karena desain kurang menarik, dan bisa juga karena pengaruh luar berupa arus kecendrungan baru. Dalam menjawab masalah tersebutlah diperlukan suatu ide untuk melahirkan bentukan desain produk yang baru, sehingga nantinya mampu dijadikan suatu produk baru yang bernilai tambah. Produk yang dihasilkan hendaknya mempunyai nilai tambah dan meningkatkan kondisi kehidupan manusia. Namun demikian ada beberapa aspek di luar diri seorang desainer yang harus diperhatikan. Hal itu dapat berupa segala sesuatu dalam diri masyarakat pemakai, sebagai misal pola kehidupan, sehingga sifat kharakteristik manusia dan aspek praktis pemanfaatan suatu produk harus menjadi tujuan dalam suatu desain tersebut. Proses mendesain dimulai dari adanya masalah. Masalah yang dihadapi wajib dicarikan pemecahan melalui metode ilmiah. Dalam mendesain sesuatu produk, maka jawaban tersebut berupa
suatu angan-angan yang nantinya akan diwujudkan. Untuk itu diperlukan suatu data, dan data dipergunakan untuk mewujudkan angan-angan tadi menjadi suatu produk nyata yang akan dinikmati oleh pemakai, sehingga meningkatkan kondisi kehidupannya. Dewasa ini desain produk lebih berorientasi pada kegunaan, penampilan, dan estitika, kemudahan pemakaian, kemudahan pemeliharaan, dan biaya-biaya yang rendah yang semuanya untuk menarik konsumen. Menurut Henry Dreyfuss (1967) dalam Susanti (2008) membuat daftar lima tujuan penting pengembangan produk-produk baru seperti berikut: kegunaan produk, penampilan produk, kemudahan untuk maintenance dan perbaikan, biaya yang rendah, serta kesesuaian kualitas dan desain produk dengan filosofi desain dan mission statemen perusahaan. Kegunaan produk, merupakan kegunaan hasil produksi manusia yang harus selalu aman, mudah digunakan dan secara fungsi harus dibentuk sedemikian rupa sehingga si pemakai mengetahui fungsinya. Penampilan produk, merupakan bentuk, garis, proporsi dan warna digunakan untuk menyatukan produk menjadi produk-produk yang menyenangkan. Kemudahan pemeliharaan, merupakan suatu keharusan bahwa produk harus didesain untuk memberitahukan bagaimana produk dapat dirawat dan diperbaiki. Biaya-biaya rendah, memegang peranan penting dalam perawatan dan produksi. Komunikasi, menyatakan bahwa desain produk harus dapat mewakili filosofi desain perusahaan dan misi perusahan melalui visualisasi kualitas produk.
13. Teknik Proses pembuatan kerajinan kuningan merupakan suatu perjalanan berantai yang melewati beberapa fase atau tahapan demi tahapan sesuai dengan teknik yang telah diwarisi. Tahapan-tahapan tersebut antara lain, penentuan bahan baku, sistem pengolahan termasuk di dalamnya pembentukan, pengecoran, dan penyelesaian (finising). Oleh sebab itu, teknik sangat berpengaruh besar terhadap hasil. Seperti yang telah dipaparkan oleh Handrawati (1991: 9) menyebutkan Teknik merupakan kesesuaian antara pemilihan bahan dan alat, serta pengolahan dalam penggarapan. Maka desain sangat tergantung dari teknik pembuatan. Jika teknik dan bahan yang dipakai sesuai, maka hasil yang diperoleh juga memuaskan.
D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna ke berbagai pihak mengenai studi tentang kerajinan kuningan di Central of Bronzes milik H. Istono. Dengan demikian penelitian ini berguna untuk : 1.
Bagi peneliti Sebagai sarana belajar melakukan penelitian serta menambah pengetahuan
tentang seni kriya kerajinan kuningan. 2.
Bagi Jurusan Seni dan Desain Mendidik calon-calon guru seni, menambah wawasan bagi mahasiswa seni
rupa dalam penelitian di bidang seni rupa. Serta menambah referensi untuk melakukan penelitian yang lebih baik.
3.
Bagi pemerintah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
pemerintah untuk memberikan solusi dan bantuan bagi pengrajin dan tenagatenaga ahli di bidang tersebut. Sehingga tidak ada lagi pengrajin yang mengalami kesulitan dalam pemasaran dan memperoleh bahan baku untuk membuat kerajinan kuningan agar kerajinan kuningan tidak punah. 4. Bagi pengrajin Memberikan masukan-masukan agar kerajinan kuningan tetap bertahan dan terus mengembangkan ide, desain dan fungsinya.
E. Keterbatasan Penelitian Agar pembaca dapat menelaah secara jelas dan terhindar dari beberapa interprestasi serta meluasnya pemahaman terhadap isi hasil penelitian ini, maka perlu kiranya membatasi permasalah yang akan dibahas. Penelitian ini tidak membahas seluruh kerajinan kuningan, tetapi disini hanya membahas tentang desain produk kerajinan kuningan di Central of Bronzes dan untuk mengetahui perkembangan serta cara pembuatan kerajinan kuningan di Central of Bronzes milik H. Istono dikarenakan keterbatasan biaya dan waktu.
BAB II METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari desain produk yang digunakan, mengetahui secara jelas perkembangan desain kerajinan kuningan, serta cara pembuatan kerajinan cor kuningan di Central of Bronzes milik H. Istono. Dalam hal ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, yaitu metode penelitian dengan menggunakan data yang selengkap-lengkapnya dengan cara melihat secara langsung dari mulai proses pengumpulan bahkan hingga finishing menjadi benda kerajinan kuningan. Selain itu data juga diperoleh dari wawancara dengan pemilik usaha dan para pengrajin/pekerja sehingga memberikan data yang cukup jelas dan akurat, kemudian mengadakan suatu analisa intepretasi secara obyektif dan seksama terhadap data hasil penelitian. Spesifikasi data tersebut, pendekatan yang diterapkan dan dianggap tepat adalah pendekatan kualitatif. Arikunto (1998:62) menyatakan bahwa secara harfiah, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian dalam arti, penelitian deskriptif semata-mata tidak perlu mencari tahu menerangkan saling hubungan,
menguji hipotesis, membuat ramalan atau mendapatkan makna implikasi. Ciri-ciri metode deskriptif sebagai berikut : 1.
Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang yaitu pada masa actual.
2.
Data yang dikumpulkan mulai disusun, dijelaskan dan kemudian diolah. Berkaitan dengan ciri metode deskriptif data dikumpulkan berupa kata-kata, gambar bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode deskriptif juga menyelidiki kedudukan (status) fenomena atau factor dan melihat hubungan antara satu factor dengan factor yang lain. Oleh karena itu, metode deskriptif juga disebut studi kasus (Natzir, 1988:63) Menurut Sutopo (2002:31-45) pendekatan kualitatif berdasarkan pada
pertimbangan bahasa penelitian ini dilakukan sesuai dengan ciri-ciri penelitian kualitatif antara lain (1) Natural Setting (Kondisi apa adanya). Topik penelitian kualitatif diarahkan pada kondisi asli subyek penelitian berada, (2) Permasalahan masa kini, artinya mengarahkan kegiatannya secara dekat pada masalah kekinian, (3) Memusatkan pada deskripsi data yang dikumpulkan terutama berupa katakata, kalimat/ gambar, (4) Bersifat holistic, memandang berbagai masalah selalu
didalam kesatuannya, tidak terlepas dari kondisi yang lain yang menyatu dalam suatu kontrak, (5) Bentuk laporan dengan model studi kasus.
B.
Kehadiran Peneliti Pada penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengumpulan data yang
dilakukan dalam situasi sesungguhnya. Oleh karena itu, kehadiran peneliti dilapangan mutlak dilakukan peneliti melakukan komunikasi dan interaksi secara langsung dengan subyek di lingkungan penelitian. Dalam hal ini kehadiran peneliti diketahui secara terbuka sebagai peneliti. Hal ini berhubungan langsung dengan masalah instrument penelitian. Insrumen selain manusia dapat pula digunakan, tetapi fungsinya hanya sebatas pada pendukung tugas peneliti sebagai insrumen utama. Adapun instrument pendukung dalam penelitian ini berupa lembar observasi yang digunakan sebagai panduan selama proses penelitian berlangsung dan berisi daftar data yang akan diteliti, serta pedoman wawancara yang digunakan sebagai penguat dalam melakukan wawancara dengan subyek yang diteliti.
C. Lokasi Penelitian Adapun lokasi dalam penelitian yang akan dilakukan terletak di Central of Bronzes, sekaligus tempat produksi di Sanan Kidul I no 22, Desa Mojotrisno, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Indonesia.
Alasan pengambilan lokasi tersebut dikarenakan kondisi usaha yang semakin kecil dan terancam punah serta belum adanya peneliti yang pernah meneliti ke tempat kerajinan kuningan di Central of Bronzes dusun Sanan.
D. Jenis-jenis Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah darimana data dapat diperoleh. Data-data tersebut berupa data primer dan data sekunder. Data-data yang terkumpul dari lapangan diseleksi dan diklasifikasikan menurut kelompoknya disusun,kemudian di analisis secara deskriptif perkelompok. 1. Data Primer Data ini dikumpulkan peneliti dari tempat usaha kerajinan Kuningan Central of Bronzes. Untuk data yang bersifat perkembangan serta hasil desain produk diperlukan responden tambahan pada narasumber yaitu Pengusaha kuningan Central of Bronzes, H. Istono dan pengrajin. Data itu meliputi : Desain produk kerajinan kuningan, perkembangan kerajinan kuningan, serta cara pembuatan kerajinan kuningan di Central of Bronzes milik H Istono. Data ini dapat dilihat dari data wawancara dan observasi.
2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang berasal dari pihak lain. Data ini berdasarkan pada keterangan-keterangan dari sumber yaitu dokumentasi, bukubuku yang relevan dan internet atau data ini dapat diperoleh dengan cara publikasi
misalnya foto-foto hasil karya. Sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa data dokumenter material yang berupa bentuk desain produk kuningan. Table 2.1. Ruang Lingkup
permasalahan Model desain produk kerajinan kuningan di
Sub variabel
Indikator
Alat Pengumpulan Data Wawancara observasi
Sumber Data
Desain produk kerajinan
- wujud - bentuk - ukuran - warna - fungsi - bahan
Perkembangan desain periode 1976-2011 di Central of Bronzes
Perkembangan bentuk dan desain
- fungsi - bentuk - tema - warna
Wawancara
- perajin
Proses pembuatan kerajinan kuningan di Central of Bronzes
Pengolahan bahan
- bahan - persiapan - proses - finishing - pewarnaan
observasi
-Karya -Proses Pembuatan
Central of Bronzes
Cara pembuatan
-Perajin -Produk kerajinan
E. Prosedur Pengumpulan Data Metode yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data dalam penelitian yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode tersebut digunakan untuk mendapatkan data-data yang relevan dan akurat sesuai tujuan peneliti serta reliabel artinya dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya.
1. Observasi Teknik ini adalah suatu cara pengumpulan data yang langsung mengamati persoalan-persoalan atau peristiwa yang dihadapi dari objek penelitian. Menurut
Spradley dalam (Sutopo, 2002), observasi dalam penelitian kualitatif sering disebut observasi lapangan pasif. Peneliti langsung melakukan observasi proses di lapangan. Fokus observasi adalah untuk mendapatkan data lebih rinci dengan cara pengambilan gambar. Hasil observasi berupa data gambar dan rekaman yang dikumpulkan oleh penelitian di lokasi. Alasan mengapa teknik observasi digunakan sebagai alat dalam mengumpulkan data yaitu : 1.
Pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung, pengalaman merupakan alat yang berguna untuk menguji kebenaran.
2.
Dengan observasi memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat kejadian yang sebenarnya.
3.
Melalui pengamatan, peneliti dilatih dalam seni mengamati dan masuk lapangan. Dalam metode observasi, peneliti akan mengadakan pengamatan pada
desain dari kerajinan kuningan di Central of Bronzes dilihat dari segi fungsi, bentuk, ukuran.
2. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2005:186). Wawancara ini digunakan untuk menemukan pembahasan dalam penelitian dari berbagai pihak yang diwawancarai. Merujuk pada pendapat diatas
maka peneliti menggunakan jenis wawancara untuk mewawancarai beberapa responden penting untuk mengetahui lebih dalam hal-hal atau aspek-aspek yangberkaitan dengan desain produk kerajinan kuningan di Central of Bronzes, mengetahui perkembangan desain kerajinan kuningan, dan cara pembuatan kerajinan kuningan di Central of Bronzes milik H. Istono. Untuk memperoleh hasil data yang berkaitan dengan perkembangan desain, dan proses pembuatannya, peneliti melakukan wawancara dengan pemilik usaha Central of Bronzes H. Istono dan yang kedua adalah pengrajin kuningan di tempat itu.
3. Dokumentasi Metode dokumentasi dalam penelitian digunakan sebagai pelengkap. Pengertian dokumentasi dijelaskan oleh Moleong (1998:161) sebagai berikut: Dokumentasi sebagai laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri atas penjelasan dari peristiwa itu dan ditulis dengan sengaja untuk menyimpan atau meneruskan ketergantungan mengenai peristiwa tersebut. Peneliti menggunakan metode dokumentasi ini pada dokumen yang berhubungan dengan pokok bahasan dari penelitian ini. Data-data yang terkumpul melalui metode ini dapat dijadikan sebagai obyek penelitian.
F. Analisis Data Analisis data diusahakan dalam rangka menganalisa data-data yang telah diperoleh dengan tujuan untuk meringkas dan menyederhanakan data kemudian
disusun dalam bentuk yang runtut, teratur, rapi. Hal ini berkaitan dengan kepentingan untuk analisis lebih lanjut secara mendalam. Prosedur analisis data ini dilakukan sejak pengumpulan data dan dikerjakan secara intensif. Tahap analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi (1) reduksi data, (2) penyajian data dan (3) menarik kesimpulan/ verifikasi berikut ini dijelaskan mengenai tahap-tahap analisis data tersebut :
1. Reduksi data Data yang diperoleh di lokasi penelitian (data lapangan) dituangkan dalam uraian/laporan lengkap dan terperinci laporan lapangan oleh peneliti perlu diketahui,dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal hal yang pokok, kemudian dicari tema/ polanya. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama proses penelitian berlangsung.
2. Penyajian data Penyajian data dimaksudkan agar memudahkan bagi peneliti untuk melihat gambaran secara keseluruhan/ bagian-bagian tertentu dari penelitian (Hasan dkk, 2003:171). Data yang sudah disederhanakan kemudian disederhanakan secara deskriptif, Setelah ini ditarik kesimpulan untuk mendapatkan sebuah temuan.
3. Menarik kesimpulan/ verifikasi Langkah ini merupakan langkah terakhir dari proses analisis pada penelitian ini. Data yang direduksi dan diorganisasi dalam bentuk kajian diatas kemudian disimpulkan sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian. Dalam
menganalisa penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan dari teori-teori/ pendapat dari para ahli. Untuk mengangkat kesimpulan penelitian, peneliti melakukan analisa dari hasil penyajian dan data yang sudah diambil kesimpulan dari beberapa sumber.
G. Pemeriksaan Keabsahan Data Kebenaran dan keabsahan temuan pada penelitian ini perlu ditetapkan secara jelas, maka untuk memeriksa keabsahan data penelitian, peneliti dapat memanfaatkan yang lain di luar data untuk pengecekan data atau sebagai pembanding data yang didapat. Cara ini disebut Trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan/ sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya (Moleong, 2000:178). Model trianggulasi yang dipergunakan adalah trianggulasi dengan sumber yakni dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berada (Patton dan Moleong, 2005:330). Trianggulasi dengan sumber dimanfaatkan untuk mengecek kebenaran data yang berkaitan dengan : 1.
Desain produk kerajinan kuningan di Central of Bronzes milik H. Istono.
2.
Perkembangan desain kerajinan kuningan di Central of Bronzes milik H. Istono.
3.
Cara pembuatan kerajinan kuningan di Central of Bronzes milik H. Istono.
H. Tahap-tahap Penelitian Ada beberapa langkah atau tahapan dalam penelitian ini yaitu : 1. Tahap Persiapan Pada tahap awal (Penelitian) persiapan ini hal yang dilakukan adalah pengumpulan topik permasalahan, pembuatan judul, pengumpulan referensi yang relevan serta observasi kecil di lapangan. Selanjutnya menentukan metode penelitian, teknik pengumpulan data sekaligus analisisnya secara konseptual.
2. Tahap Pelaksanaan Pada tahan tengah (Pelaksanaan) penelitian ini merupakan pelaksanaan penelitian secara langsung ke lokasi penelitian dan pengambilan semua data yang diperlukan dalam penelitian.
3. Tahap Laporan Pada tahap akhir kegiatan penelitian ini adalah tahap analisis data serta pelaporan hasil penelitian yang berupa laporan akhir berupa tulisan.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Dalam bab ini akan dipaparkan hasil-hasil pengumpulan data dan deskripsi terhadap temuan data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara terhadap informan sesuai dengan tujuan, yaitu : 1.
Desain produk kerajinan kuningan di Central of Bronzes milik H. Istono.
2.
Perkembangan desain kerajinan kuningan periode 1976 sampai 2011 di Central of Bronzes milik H. Istono.
3.
Cara pembuatan kerajinan kuningan di Central of Bronzes milik H. Istono.
A. Profil Industri Kerajinan Sebagai identitas atau jati diri budaya masyarakat Desa Sanan Kidul adalah hidup dalam kebersamaan dan berdampingan saling tolong menolong. Sikap kebersamaan sebagai jati diri dari nilai-nilai sosial kemasyarakatan, adat dan agama menyatu dalam kesatuan yang dilukiskan sebagai alat atau ‘wadah’ dalam bentuk kerajinan kuningan ini. Hal ini diyakini dapat dijadikan pedoman dalam melangkah selanjutnya menuju masyarakat yang rukun dan damai. Bentuk dan hiasannya juga merupakan jati diri yang sering diwacanakan sebagai local genius. Konsep „local genius’ yang telah digariskan tetua mereka mampu bertahan
terhadap pengaruh budaya luar, minimal dalam penyerapan pengaruh dapat mengintegerasikan unsur-unsur budaya luar kedalam budaya daerah sendiri.
Central of Bronzes adalah salah satu badan usaha perseorangan yang memproduksi kerajinan patung kuningan. H. Istono, adalah pengusaha kerajinan cor kuningan yang bisa dibilang paling besar di sentra industri kerajinan cor kuningan di Dusun Sanan Kidul, Desa Mojotrisno, Mojoagung. Di Dusun Sanan, hampir seluruh warganya bekerja membuat kerajinan kuningan baik menjadi pengrajin maupun pemilik usaha. Karena sudah turun-temurun desa ini terkenal sebagai pembuat kerajinan kuningan di Mojoagung, maka dari itu kerajinan ini terus dikembangkan dan dilestarikan oleh penduduk setempat. Dengan seiring berjalannya waktu, usaha ini makin berkembang. Hingga membuat orang untuk beralih menjadi pengrajin kuningan. Lama-kelamaan desa Sanan semakin banyak bermunculan pengrajin dan hampir seluruh tempat di Sanan dapat dijumpai pengrajin kuningan ini. Usaha yang didirikan oleh H. Istono ini ditekuni sejak awal tahun 1976, mewarisi keterampilan dari Mbah Nur (kakek) dan Marsimin (ayah). Dulu awalnya usaha ini hanya memiliki 10 pegawai. Karena dulu di desa Sanan hanya sedikit orang yang dapat menguasai teknik dan cara membuat kerajinan patung ini. Usaha ini terus di pertahankan dan dikembangkan oleh H. Istono, mulai dari desain, fungsi, bentuk, hingga warna. Tanpa disangka banyak orang yang suka dengan kerajinan ini. Meski dibuat melalui proses daur ulang, kerajinan cor kuningan di Desa Sanan Kidul, Mojoagung, Jombang, Jawa Timur, justru lebih
dikenal konsumen luar negeri. Tak heran, jika omzet kerajinan secara turun temurun ini mencapai puluhan juta rupiah. Demikian diungkapkan H. Istono di Desa Sanan, Mojoagung. Tujuan pemasaran tidak hanya lokal seperti, Bali, Semarang, Jogjakarta, Jepara dan lain-lain. Namun telah go internasional, dengan Negara tujuan ekspor di berbagai Negara seperti, Belanda, Prancis, Australia, Amerika, Italia dan lain-lain. Untuk memperkenalkan di pasar lokal, sejumlah perajin kerap mengikuti pameran kerajinan yang digelar di sejumlah kota di Tanah Air. Bahkan, untuk memperluas pasaran saat ini para perajin memasarkannya melalui jasa internet. Menurut H. Istono, tingginya minat pembeli asing kepada industri cor kuningan ini di antaranya karena barang-barang tersebut selain bernilai seni, yang terpenting karena desainnya unik dan banyak disukai. Namun dibalik kesuksesan usaha ini, kini tinggal sekitar empat yang masih bertahan dari sekitar 48 perajin cor kuningan di Jombang,. Ini semua gara-gara krisis ekonomi dan keamanan dalam negeri, serta susahnya mendapatkan bahan baku kuningan bekas. Jika tak ada solusi yang tepat menyelamatkannya, kerajinan yang menjadi salah satu ikon Jombang itu bisa punah.
B. Ragam Desain Produk Kerajinan Untuk memenuhi kebutuhan pasar dan konsumen, para pengrajin di Central of Bronzes menggunakan desain produk beraneka macam. Mulai dari patung Budha, bentuk binatang, vas bunga, hingga desain dari konsumen sendiri. Para konsumen tertarik dengan kerajinan dari sanan karena bentuk-bentuknya
yang unik, detail, rumit dan ada yang bernilai seni tinggi. Bentuk dan ukuran produk yang serasi serta sesuai dengan selera konsumen akan lebih cepat dan mudah terjual dari pada bentuk dan ukuran produk yang tidak disukai konsumen. Maka dari itu diperlukan peran yang cukup dari pengembangan produk yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan. Penyusunan desain bentuk dan ukuran produk, di samping faktor teknis juga memerlukan unsur seni. Unsur estetis dapat mempengaruhi selera konsumen karena produk yang mempunyai nilai estetis dapat mengundang minat konsumen untuk membeli produk yang bersangkutan. Namun jika hanya unsur estetika saja yang dipertimbangkan, tanpa memperhatikan unsur teknis, maka kemungkinan besar unsur teknis dari produk akan berkurang. Jadi kedua aspek tersebut haruslah selalu beriringan. Kualitas produk termasuk dalam penyusunan desain bentuk dan ukuran produk. Kualitas produk merupakan suatu jumlah dari atribut yang dimiliki oleh produk yang bersangkutan. Antara satu produk dengan produk yang lain akan mempunyai titik berat yang berbeda tergantung pada fungsi dari produk yang bersangkutan. Jadi, diperlukan masukan dari desain fungsi untuk produk perusahaan tersebut. Standarisasi dalam penyusunan desain bentuk dan ukuran produk merupakan suatu acuan bagi perusahaan untuk memproduksi suatu produk. Produk yang tidak sesuai dengan standar pasar bebas, biasanya akan kurang diminati oleh konsumen. Penerapan standarisasi ini tidak harus selalu mengikuti pasar, namun dapat bervariasi. Standar yang berbeda harus didukung dengan
ketersedian bahan atau hal-hal yang menunjang dari produk tersebut, sehingga tidak menyulitkan konsumen. Penyusunan desain bentuk dan ukuran produk erat kaitannya dengan pemilihan warna dari produk yang diproduksi. Variasi warna dapat dipergunakan sebagai unsur penunjang estetika dari produk. Dengan paket warna yang menarik maka akan meningkatkan selera konsumen untuk menggunakan suatu produk tersebut. Dibawah ini adalah contoh-contoh dari hasil desain produk di Central of Bronzes : a.
Patung Ganesya Duduk
Gambar 3.1 Patung Ganesya duduk (sumber: dokumentasi pribadi, 19 mei 2011)
Fungsi
: Elemen estetik interior / elemen hias
Teknik pembuatan
: Cetak Cor kuningan
Ukuran
:100 cm x 65cm
Penempatan
: Ruang tamu, pelengkap interior
Patung ganesya duduk ini memiliki tinggi 100 cm dan lebarnya 65 cm. Dari segi bentuk, patung ini berwujud setengah manusia dan setengah binatang dengan berkepala gajah dan berbadan manusia. Patung ini duduk di atas bunga teratai yang berarti kesucian dan dianggap symbol dewa ganesya dalam cerita mahabarata. Warna, pengulangan bentuk dan ukuran pada patung ini memberi kesan irama yang selaras dan harmoni. Ditambah lagi pengulangan bentuk dan ornamen bunga teratai dibawahnya semakin memperindah wujud patung ini. Patung ini memiliki fungsi sebagai elemen estetik interior yang penempatannya di sudut ruang atau di ruang yang tidak terlalu sempit karena ukurannya cukup besar. Teknik pembuatannya dikerjakan secara manual dengan cetakan awal menggunakan bahan lilin yang kemudian di cor dengan cairan kuningan.
b. Patung Gembala Kerbau
Gambar 3.2 Patung gembala kerbau (sumber: dokumentasi pribadi, 19 mei 2011)
Fungsi
: Elemen estetik interior / elemen hias
Teknik pembuatan
: Cetak Cor kuningan
Ukuran
: Tinggi 23 cm x lebar 28 cm
Penempatan
: Ruang tamu, pelengkap interior
Patung ini berukuran sedang, berwujud seorang penggembala yang sedang bermain seruling sambil menunggangi kerbau. Berfungsi sebagai elemen estetik interior yang biasanya diletakkan pada meja kecil di ruang tamu. Proporsi bentuknya bersifat realis dipadu dengan kehalusan garapan dan pewarnaan yang menambah unsur kesatuan dan keseimbangan karya. Teknik pembuatannya sendiri menggunakan teknik cetak cor kuningan, dan diakhiri dengan menghaluskan dan pewarnaan agar patung terlihat lebih menarik dan bernilai seni tinggi.
c.
Patung Abstrak Laki-laki dan Perempuan
Gambar 3.3 Patung abstrak laki-laki dan perempuan (sumber: dokumentasi pribadi, 19 mei 2011)
Fungsi
: Elemen estetik interior / elemen hias
Teknik pembuatan
: Cetak Cor kuningan
Ukuran
: Tinggi 23 cm x lebar 28 cm
Penempatan
: Ruang tamu, pelengkap interior
Patung semi abstrak tiga dimensi ini berukuran sedang dengan bentuk manusia yang sedang merenung dan satunya lagi berbentuk wanita yang memperlihatkan lekukan tubuh sebagai symbol kecantikan. Keunikan proporsi bentuk dan keseimbangan menambah nilai estetis pada karya ini. Tekstur bentuk dan warnanya bisa jadi adalah pusat perhatian bagi pengamat. Bentuk-bentuk semi abstrak/abstrak seperti ini salah satu cara alternative untuk berekspresi dan berkarya seni sekaligus untuk hiasan interior, agar pengrajin tidak terpaku pada desain bentuk yang realis atau meniru yang sudah ada.
d. Patung Tiruan Hewan Fungsi
: Tempat lilin
Teknik pembuatan
: Cetak Cor kuningan
Ukuran
: Tinggi 32 cm x lebar 16 cm
Penempatan
: Ruang tamu, pelengkap interior
Gambar 3.4 Patung fungsional hewan (sumber: dokumentasi pribadi, 19 mei 2011)
Desain yang dipakai tak hanya berfungsi untuk elemen hias, ada juga yang multi fungsi sebagai benda hias sekaligus tempat untuk lilin. Contohnya patung kuningan berbentuk kodok ini. Patung ini berukuran sedang dan bisa ditempatkan dimana saja. Selain untuk benda hias, patung ini memang dibuat untuk tempat lilin. Unsur-unsur desain yang terlihat dalam patung ini menonjolkan keseimbangan, kesatuan pada proporsi bentuk dan warna serta pusat perhatian yang tertuju ke Gelas yang dipegang oleh patung itu yang fungsinya untuk tempat meletakkan lilin.
e.
Patung Budha Duduk Bersila
Gambar 3.5 Patung budha duduk bersila (sumber: dokumentasi pribadi, 19 mei 2011)
Fungsi
: Elemen estetik interior / elemen hias
Teknik pembuatan
: Cetak Cor kuningan
Ukuran
: Tinggi 43 cm x lebar 23 cm
Penempatan
: Pelengkap interior
Ukuran patung ini tidak terlalu besar. Memiliki tinggi 43 cm dan lebarnya 23 cm. Tapi yang perlu diperhatikan yaitu unsur-unsur desainnya. Mulai dari atas, jubah, dan bunga teratai yang diduduki semua terlihat berirama dan serasi atau harmoni. Tekstur yang dipadu dengan warna dan pengulangan bentuk serta ornamennya menjadi daya tarik/pusat perhatian yang dominan. Kesemua unsur tersebut saling mendukung dan menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dari teknik pembuatannya, patung ini dikerjakan dengan sangat teliti. Karena bentuknya yang detail dan kecil, membuat pengrajin harus hati-hati saat
proses menghaluskan dan pewarnaannya. Selain untuk benda hias, patung ini kadang dipesan dari luar daerah untuk diletakkan di tempat wihara.
f.
Patung Interior Siput
Gambar 3.6 Patung interior siput (sumber: dokumentasi pribadi, 19 mei 2011)
Fungsi
: Elemen estetik interior / elemen hias
Teknik pembuatan
: Cetak Cor kuningan
Ukuran
: Tinggi 22 cm, panjang 40 cm, lebar 20 cm
Penempatan
: Pelengkap interior
Sesuai dengan namanya, patung ini memiliki ukuran sedang. Patung tersebut berfungsi untuk elemen hias di ruang. Wujud patung ini tiga dimensi dengan memadukan bentuk cekung, cembung, dan lekukan-lekukan yang harmonis dan menampilkan unsur kesatuan yang erat. Dipadu dengan warna keemasan keseluruh bagian menambah keseimbangan dalam komposisi bentuknya.
Gambar 3.7 pengrajin membuat patung kuningan (sumber: dokumentasi pribadi, 19 mei 2011)
Dari beberapa hasil kerajinan kuningan yang sudah di bahas di atas, dapat disimpulkan bahwa ragam desain yang digunakan mengadopsi dari bentuk-bentuk alam seperti binatang, tumbuhan, dan bentuk-bentuk abstrak maupun desain kontemporer. Hal ini dikarenakan produk-produk dengan elemen yang meniru alam adalah bentuk yang paling banyak digemari dan dipesan oleh konsumen. Selain itu, konsumen juga berperan penting dalam penciptaan desain baru. Mereka kadang minta untuk dibuatkan patung kuningan dari desain yang mereka buat sendiri. Berkat usulan dan permintaan untuk membuat patung sesuai selera mereka secara tidak langsung membantu pengrajin untuk menemukan bentukbentuk baru yang lainnya. Tak lupa juga desainnya yang mempertimbangkan unsur-unsur desain dan nilai estetik. Karena dalam penciptaan sebuah karya tanpa disertai unsur-unsur seni, maka karya itu dianggap gagal. Selain menonjolkan
nilai keindahan, desain yang dibuatnya juga mempunyai fungsi. Tidak hanya sebagai pelengkap interior, namun bisa juga sebagai fungsi lain seperti tempat lilin, tempat abu, tempat air, dsb. Pengrajin membuat desain bukan semata-mata indah dilihat, tapi mampu berdaya jual tinggi. Produk yang memiliki unsur-unsur desain seperti kesatuan, harmoni, tekstur dan warna yang serasi akan lebih cepat menarik selera konsumen dibanding produk yang asal-asalan. Untuk itulah dalam penciptaan karya/desain sangat erat hubungannya antara unsur estetik dengan unsur teknis.
C. Perkembangan Desain 1. Perkembangan Desain Periode 1976 – 1983 Central of Bronzes adalah suatu badan usaha perseorangan yang bisa dibilang paling besar di desa Sanan. Usaha ini ditekuni sejak awal tahun 1976. Tetapi saat itu, usaha ini hanya membuat bentuk-bentuk yang sudah ada. Dan juga meniru bentuk yang sedang banyak diminati saat itu. Sebetulnya kegiatan industri barang kerajinan logam itu bukanlah hal yang baru bagi H. Istono. Sebab, selama puluhan tahun Istono telah berkecimpung dalam industri kerajinan barang dari logam mengingat H. Istono sendiri lahir dari sebuah keluarga yang memiliki latar belakang industri kerajinan logam. Kakek Istono sejak jaman penjajahan Belanda sudah menggarap industri logam cor kuningan. Semula, kakek dan ayahnya hanya mengerjakan pakaian kuda serta berbagai alat memasak, dari bahan kuningan. seperti alat setrikaan arang, cetakan kue, teko air, tempat lilin,
kelintingan (alat bunyi dari logam yang digantung di leher kuda atau kerbau) dan lain-lain.
Gambar 3.8 Desain awal kerajinan Central of Bronzes (sumber: dokumen Central of Bronzes)
2. Perkembangan Desain Periode 1983 - 1995 Setelah bertahun-tahun menekuni industri kerajinan kuningan, tahun 1983 usaha ini di ambil alih dan dikelola sendiri oleh H. Istono. Central of Bronzes mulai berani untuk menciptakan bentuk desain yang lebih inovatif dan kreatif, bahkan ada juga yang terkesan rumit dan detail. Istono coba menghadirkan produk-produk kerajinan yang berbeda dengan produk kerajinan yang dikembangkan orang tuanya. Mulai dari bentuk kecil yang detail sampai membuat bentuk yang sulit ditiru oleh orang lain. Tentunya ini tidak mudah dan langsung jadi. Pengrajin perlu banyak kesabaran dan ketelitian dalam proses mencetak dan finishing. Tak jarang pula banyak hasil cetakan yang gagal dan harus diulang berkali-kali. Itupun banyak memakan waktu dan tenaga. Tetapi justru itu yang membuat bentuk desain kerajinan kuningan disini menjadi lebih bernilai dan memiliki harga jual yang tinggi. Dengan seiring berjalannya waktu, Istono pun mulai mengembangkan pembuatan berbagai barang seni dari logam khususnya
replika barang-barang peninggalan jaman kerajaan seperti patung Ganesha, patung Budha dan berbagai bentuk patung lainnya. H. Istono tidak hanya berhenti sampai disitu, beliau terus mengembangkan desain barang-barang seni tersebut dengan mengacu pada gambar atau barang peninggalan purbakala. Di luar dugaan, banyak orang asing, pecinta seni dan kolektor barang antik/kuno yang tertarik pada hasi karya Istono itu. Mereka banyak yang memesan pembuatan berbagai replika patung dan barang-barang peninggalan jaman kerajaan kepada Istono. Tak jarang pula banyak pemesanan dari kuil atau wihara untuk membuatkan patung budha.
Gambar 3.9 Desain yang mengalami perkembangan (sumber: dokumen Central of Bronzes, 19 mei 2011)
3. Perkembangan Desain Periode 1995 - 2011 Memasuki tahun 1995, usaha kuningan H. Istono semakin berkembang. Dengan menggunakan bahan baku berupa limbah kuningan, H. Istono mampu menciptakan karya-karya seni dari logam dengan bentuk dan motif yang sangat beraneka ragam hingga menciptakan karya-karya kontemporer berwujud abstrak. Desain itu terus mengalami perubahan-perubahan sedikit demi sedikit
menyesuaikan dengan keadaan dan permintaan. Untuk itu pengrajin selalu menerima kritik dan saran dari konsumen tentang hasil produknya demi meningkatkan kualitas dan menciptakan karya-karya yang bermutu. Namun keadaan sempat berubah mulai awal tahun 2006, setelah harga bahan baku kuningan naik drastis. Order berkurang, dan keuntungan kian tipis, bahkan tak jarang merugi. Banyak pemilik usaha yang gulung tikar disebabkan krisis ekonomi dan keamanan dalam negeri, serta susahnya mendapatkan bahan baku kuningan bekas Dari sekitar 48 perajin cor kuningan di Dusun Sanan, tinggal sekitar empat yang masih bertahan termasuk H. Istono. Di tengah krisis, H. Istono mampu bertahan karena masih memiliki order langganan di sejumlah tempat baik dalam maupun luar negeri. Meski semua harga bahan baku naik, tapi dengan perbaikan mutu dan penciptaan desain-desain baru, cukup menyeimbangkan dari segi penjualan. Kini telah ada kurang lebih 1000 item produk yang telah dibuat oleh Central of Bronzes. Usaha ini telah mempunyai izin usaha SIUP no. 107/KP/B20/PDK/XII/1993 dan NPWP n0. 6.664.479.0-602 dan TDP 13205603173. Central of Bronzes mempunyai showroom sekaligus tempat produksi dan kantor di Sanan Kidul I no 22, Desa Mojotrisno, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Indonesia. Meski dibuat melalui proses daur ulang, kerajinan cor kuningan di Desa Sanan Kidul, Mojoagung, Jombang, Jawa Timur, banyak dikenal konsumen luar negeri karena memiliki nilai seni yang tinggi.
Gambar 3.10 Desain terbaru bentuk kontemporer (sumber: dokumentasi pribadi, 19 mei 2011)
D. Proses Pembuatan Kerajinan Kuningan di Central of Bronzes Dalam proses pembuatan kerajinan kuningan ini menggunakan teknik cor. Yaitu menuangkan kuningan cair ke dalam cetakan yang sudah disiapkan. Berikut ini akan dijelaskan tahap-tahap pembuatan, sampai ke tahap finishing kerajinan kuningan. 1.
Pembuatan cetakan dari lilin Untuk tahap awal pembuatan cetakan yaitu mencairkan lilin/malam hingga
mencair seluruhnya. Setelah Lilin/malam cair sudah mendidih lalu dituangkan kedalam cetakan yang terbuat dari semen. Setelah itu tunggu beberapa menit hingga lilin menjadi padat/mengeras. Pelan-pelan buka cetakan dan ambil dengan hati-hati hasil cetakan dari lilin jangan sampai merusak bagian cetakan. Lalu bagian-bagian cetakan lilin yang masih kasar dihaluskan lagi menggunakan pisau/silet yang dipanaskan.
Gambar 3.11 hasil cetakan dari lilin yang sudah jadi dan dihaluskan (sumber: dokumentasi pribadi, 19 mei 2011)
2.
Proses pembakaran Setelah cetakan lilin dihaluskan dan dibersihkan, setelah itu di bungkus
pakai tanah liat dan abu sekam lalu dijemur, setelah kering, kemudian dibakar. Selama waktu pembakaran, lilin akan meleleh dan hanya tinggal bungkusan tanah yang akan menjadi rongga. Sementara dalam proses pembakaran untuk membuat cetakan dari tanah liat, juga membakar kuningan hingga mencair. Setelah kuningan cair, dituangkan pelan-pelan kedalam bungkusan tanah yang berongga dari hasil cetakan lilin yang meleleh. Biarkan hingga dingin dan hancurkan cetakan yang membungkus. Dan didalamnya sudah menjadi bentuk dari bahan kuningan.
Gambar 3.12. cetakan lilin yang dibungkus tanah liat dan proses pengeringan (sumber: dokumentasi pribadi, 20 mei 2011)
Gambar 3.13. proses pembakaran cetakan untuk menghilangkan lilin didalamnya (sumber: dokumentasi pribadi, 20 mei 2011)
Gambar 3.14. proses pembakaran kuningan hingga mencair (sumber: dokumentasi pribadi, 20 mei 2011)
Gambar 3.15. proses pengecoran kuningan kedalam cetakan (sumber: dokumentasi pribadi, 20 mei 2011)
Gambar 3.16. hasil cetakan yang sudah jadi dan yang gagal (sumber: dokumen Central of Bronzes, 28 mei 2007)
3.
Proses Finishing Setelah melalui tahap pengecoran, proses selanjutnya barang dihaluskan
dengan gerenda serta kikir sampai benar-benar halus dan rapi, dan untuk menutup lubang atau sambungan menggunakan las. Setelah halus dan sudah bagus lalu mulai ke tahap pewarnaan.
Gambar 3.17. menghaluskan dengan kikir dan gerinda (sumber: dokumentasi pribadi, 19 mei 2011)
Gambar 3.18. proses menambal dan memperbaiki bagian yang rusak (sumber: dokumentasi pribadi, 19 mei 2011)
Gambar 3.19. pengrajin sedang menambal lubang dengan las (sumber: dokumentasi pribadi, 19 mei 2011)
4.
Proses pewarnaan Barang dibakar kembali dan dioleskan nitrid acid sampai merata sesuai
permintaan warna, jenis warna hijau, coklat, hitam dan bronz look lalu di gambir dan disemir sampai, kemudian dilap kain dan di sikat sampai bersih, dan jadilah barang yang siap dijual.
Gambar 3.20. proses pembakaran dalam pewarnaan (sumber: dokumentasi pribadi, 19 mei 2011)
Gambar 3.21 proses pengangkatan setelah dibakar (sumber: dokumentasi pribadi, 19 mei 2011)
Gambar 3.22 proses akhir membersihkan dan menyemir patung (sumber: dokumentasi pribadi, 19 mei 2011)
Dari tahap-tahap proses pembuatan kerajinan kuningan tadi dapat disimpulkan bahwa prosesnya masih menggunakan teknik manual atau masih menggunakan tenaga manusia dan hanya sedikit dibantu mesin. Setelah melalui beberapa proses pengolahan, limbah kuningan mampu di hadirkan kembali menjadi barang baru yang lebih berguna. Meskipun menggunakan cara lama, tapi hasil karya yang diciptakan tidak kalah bersaing dengan barang baru yang dibuat menggunakan mesin. Semua itu tergantung dari cara pengolahan dan teknik yang benar akan mampu menghasilkan produk yang bermutu pula.
BAB IV PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada Bab III, maka dalam Bab IV ini akan dibahas hasil penelitian tersebut sesuai dengan variabelvariabel yang diteliti. Variabel-variabel tersebut meliputi: 1.
Desain produk kerajinan kuningan di Central of Bronzes milik H. Istono.
2.
Perkembangan desain kerajinan kuningan dari tahun 1976 sampai 2011 di Central of Bronzes milik H. Istono.
3.
Cara pembuatan kerajinan kuningan di Central of Bronzes milik H. Istono.
A. Ragam Desain Produk Sebelum menciptakan desain baru, pengrajin tidak bisa asal-asalan membuat bentuk baru. Pengrajin perlu memikirkan adanya perencanaan teknis yaitu, kegiatan merencanakan atau mendesain produk, yakni tentang bentuk dan ukuran, fungsi, dan cara pembuatan. Jadi ada berbagai macam permasalahan yang perlu untuk diselesaikan di dalam penyusunan perencanaan teknis dalam suatu perusahaan, beberapa hal yang penting diantaranya adalah ragam desain bentuk dan ukuran produk, desain fungsi produk, dan desain pembuatan produk Dalam penciptaan ide-ide baru tak jarang seniman kerajinan meniru bentuk alam. Karena sebenarnya alam adalah sumber inspirasi. Dalam seni
kerajinan tradisional, desain banyak mengambil dari bentuk-bentuk tiruan alam yang meliputi: bentuk tumbuhan, binatang, serta bentuk lain yang dapat digunakan sebagai adopsi desain dalam membuat suatu bentuk benda seni kerajinan. Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi desain produk kerajinan di Central of Bronzes ada dua jenis yaitu: benda yang berfungsi sebagai benda hias saja dan benda yang berfungsi sebagai benda pakai tetapi di dalamnya terkandung unsur hias. Benda yang hanya berfungsi sebagai benda hias saja dapat dilihat pada produk seperti patung ganesya, patung binatang, patung abstrak dan lain sebagainya. Semua benda kerajinan tersebut masing-masing memiliki fungsi sebagai benda hias saja tanpa ada unsur fungsi pakai di dalamnya. Benda yang berfungsi sebagai benda pakai dapat dilihat pada produk seperti patung kodok membawa ember, gajah duduk membawa gelas untuk tempat lilin, monyet yang bergelantung sambil membawa gelas juga untuk tempat lilin, gantungan lampu, tempat abu dan lain sebagainya. Benda-benda kerajinan tersebut mempunyai fungsi utama sebagai benda pakai, tetapi juga berfungsi sebagai benda hias yang mempunyai nilai estetik. Menurut Rasjoyo, (1991:100) Dalam seni kerajinan seorang seniman harus mampu menghubungkan bentuk dengan fungsi, sehingga karya yang dihasilkan dapat memenuhi fungsi, sementara bentuknya tetap indah. Dalam menggarap benda seni kerajinan ini pencipta harus benar-benar memperhatikan aspek kenyamanan. Di dalam seni kerajinan terdapat 2 macam fungsi, di antaranya: 1. Benda yang berfungsi sebagai benda hias
2. Benda yang berfungsi sebagai benda pakai tetapi mengandung unsur hias di dalamnya. Sedangkan bentuk adalah susunan bagian-bagian atau elemen-elemen dari aspek visual, sedangkan wujud dari suatu hasil karya seni adalah bentuknya. Kalau ada bentuk terdapatlah wujud. Demikian pula apabila terdapat dua atau lebih bagian yang tergabung menjadi satu bentuk susunan terjadilah wujud (Soedarso SP, 1975), jadi bentuk dalam seni adalah susunan dari bagian-bagian seperti bidang datar, cekung, dan cembung yang harmonis. Bentuk dalam seni kerajinan juga berarti wujud fisik (Rasjoyo, 1991:99). Bentuk ini selalu bergantung pada sentuhan keindahan, karena itu pula dalam proses penciptaannya seorang seniman seni kerajinan harus menguasai unsurunsur seni rupa seperti garis, tekstur, warna, ruang, dan bidang. Selain itu ia juga harus menguasai prinsip-prinsip seni rupa seperti: irama, keseimbangan, kesatuan, keselarasan, dan proporsi. Dalam desain produk, kita juga akan menjumpai yang disebut dengan komposisi. Di dalam seni kerajinan, komposisi berarti gabungan unsur-unsur seni rupa menjadi satu kesatuan yang harmonis. Dengan definisi tersebut, maka di dalam suatu komposisi, kita tidak akan dapat memisahkan unsur-unsurnya. Karena semua unsur telah menjadi satu kesatuan dalam komposisi itu tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi bagian-bagian yang berdiri sendiri. Di dalam menyusun sebuah komposisi harus selalu memperhatikan prinsip-prinsip desain yang meliputi: kesatuan, keseimbangan, irama, keselarasan, dan proporsi.
Prinsip-prinsip desain menurut Murtihadi (1982:59) meliputi:
a.
Kesatuan Kesatuan adalah adanya saling berhubungan antara bagian-bagian
sehingga tidak tampak adanya bagian-bagian itu. Dalam karya desain yang baik, unsur-unsur yang membentuk tampil dalam suatu kesatuan dimana unsur akan mendukung penampilan unsur yang lain dan saling melengkapi. Di dalam komposisi, kesatuan tidak sekedar menjumlah nilai-nilai unsurnya. Lebih dari itu kesatuan dalam komposisi adalah kerjasama antar unsur. Kerjasama itu bisa terjadi dalam hal warna, garis, bentuk, shape, atau yang lainnya (Rasjoyo, 1993:16). Pada produk kerajinan kuningan di Central of Bronzes, kesatuan terwujud dari susunan warna dan bentuk yang terlihat saling berhubungan dalam satu bentuk struktural yang membangun keseluruhan bentuk yang unik.
b.
Keseimbangan Pada umumnya keseimbangan selalu dihubungkan dengan bobot massa
suatu benda dan neraca ukur sebagai penimbangnya. Keseimbangan di dalam seni rupa tidak selalu demikian. Keseimbangan menurut Rasjoyo (1993:16) ada dua macam, yaitu: 1) Keseimbangan Nyata
Yaitu keseimbangan karena bobot massa suatu benda. Keseimbangan ini mutlak digunakan dalam seni rupa tiga matra. Tanpa menggunakan hukum keseimbangan ini karya seni rupa tiga dimensi tidak akan mampu bertumpu dengan kokoh.
2) Keseimbangan Semu Yaitu keseimbangan berdasarkan kesadaran perasaan estetis. Keseimbangan ini bersifat psikologis. Keseimbangan semu dapat diperoleh dengan cara:
Objek yang mempunyai bentuk dan ukuran yang lebih besar diberi bobot lebih berat.
Warna yang lebih tua diberi bobot yang lebih berat.
Objek yang mempunyai tekstur kasar diberi bobot lebih berat.
Objek yang diletakkan menjauhi titik pusat diberi bobot lebih berat. Pada produk kerajinan kuningan di Central of Bronzes sebagian besar
menggunakan keseimbangan nyata. Keseimbangan pada produk terwujud dari banyak unsur di antaranya peletakan objek, warna, dan bobot dari suatu benda di dalam suatu komposisi.
c.
Irama Adalah perubahan bunyi, warna, bentuk, atau gerak tertentu secara teratur
yang membawakan perasaan hanyut di dalam perubahan-perubahan yang terjadi. Adanya perubahan-perubahan tersebut meniadakan perasaan bosan dan menuntun perasaan ke arah kenikmatan. Irama pada benda-benda seni kerajinan
diusahakan dengan perubahan bentuk dan warna. Dalam karya desain, irama dapat dibentuk melalui pengulangan dan gerakan dari unsur-unsur yang bersifat visual. Berdasarkan hal tersebut maka didapatkan kemungkinan-kemungkinan pembentuk irama.
d.
Keselarasan Selaras berarti sesuai, serasi, dan cocok. Keselarasan selalu berada di
antara keserupaan yang absolut dengan kontras yang tajam. Jadi keselarasan ada di tengah antara dua kutub tersebut. Keserupaan yang terlalu besar menimbulkan kebosanan. Sebaliknya, kontras yang mencolok juga akan menimbulkan pemberontakan sehingga tidak tercapai keselarasan. Pada produk kerajinan kuningan di Central of Bronzes keselarasan terwujud dari susunan warna yang dipadu dengan bentuk serta arah yang sesuai peletakannya. Keselarasan tersebut mendukung serta membangun suatu keadaan dimana adanya suatu komposisi yang terlihat membentuk suatu komposisi yang selaras, serasi, dan seimbang.
e.
Proporsi Menurut Edmund Burke Feldman (dalam Bastomi 1986:99) diungkapkan
bahwa proporsi adalah suatu perbandingan antara bagian-bagiannya sehingga secara keseluruhannya merupakan suatu kesatuan yang harmonis. Pada produk kerajinan kuningan di Central of Bronzes, proporsi terwujud dari ukuran dan bentuk-bentuknya yang unik. Prinsip proporsi yang ada pada
karya-karya seni kerajinan kuningan ini sangat diperlukan agar karya tersebut tampak lebih indah. Meskipun benda-benda dalam satu komposisi memiliki ukuran yang berbeda dan bahkan berwujud abstrak, kita harus mampu menatanya menjadi satu komposisi yang menarik.
f.
Emphasis/kontras Menurut Rasjoyo (1991:95) mengatakan emphasis adalah merupakan
pusat perhatian dari seluruh gambar dalam komposisi. Dengan kata lain dapat disebut centra od interst. Untuk mewujudkan ini, dapat dilakukan dengan jalan memberi warna yang mencolok atau kontras atau juga membagi garis arah berlawanan serta dapat juga dengan arsiran yang intensitasnya tinggi. Kontras diperlukan untuk memunculkan kekuatan visual pada suatu benda kerajinan atau benda terapan lainnya, kontras muncul karena adanya perbedaan yang tajam antara elemen yang lain. kontras adalah perbandingan antara satu dengan yang lainnya yang sangat berbeda sekali (Sumarna, 2002:121). Perbedaan ini dapat diciptakan dengan penggunaan warna komplementer, vertikal horizontal, perbedaan tekstur, perbedaan besar kecilnya elemen atau bahan baku yang digunakan, dan sebagainya. Pada produk kerajinan kuningan di Central of Bronzes ini dapat dilihat adanya kontras pada setiap produk kerajinan yang dihasilkan. Misalnya, pada produk patung budha duduk bersila dapat dilihat adanya elemen-elemen baik geometris ataupun non geometris, tekstur, warna, serta ornamen-ornamen kecil yang menghiasi patung tersebut.
Secara garis besar, konsep-konsep desain yang digunakan di Central of Bronzes sangat beraneka ragam dan bermacam-macam bentuk. Mulai dari fungsinya sebagai benda hias maupun benda multi fungsi. Meski berbahan dasar limbah kuningan, dan pembuatannya masih menggunakan cara lama, tapi kerajinan kuningan ini masih sanggup bertahan hingga saat ini dan tak kalah bersaing dengan produk-produk yang lebih modern. mengambil bentuk dan motif antik jaman kerajaan ternyata banyak diminati kalangan pembeli, pecinta seni dan kolektor barang-barang antik dari dalam dan luar negeri. Tentu saja hal itu menjadi potensi bisnis tersendiri yang sangat menjanjikan bagi mereka-mereka yang mampu menghadirkan kembali nilai-nilai seni budaya tradisional akan tetap membeli barang-barang antik bernilai seni tinggi walaupun kehidupan masyarakat sudah berkembang lebih maju. Disini juga menerima pesanan desain bentuk dari hasil ide ciptaan sendiri dan juga ada beberapa benda kerajinan yang jumlah produksinya terbatas membuat benda kerajinan ini semakin banyak diminati. Berikut ini akan dijelaskan tentang macam-macam bentuk produk kerajinan kuningan di Central of Bronzes mulai dari yang berfungsi untuk pelengkap interior, hingga yang mempunyai multi fungsi : a.
Patung dewa ganesya
Gambar 4.1 Patung dewa ganesya (sumber: dokumentasi pribadi, 28 mei 2011)
Jika dilihat dari segi proporsi, warna, ukuran, dan bentuk, patung ini memang dirancang untuk pelengkap interior yang fungsinya adalah menambah nilai estetik ruangan. Patung ganesya ini dibuat dengan 2 macam posisi, ada yang sedang duduk di atas bunga teratai dan ada yang berdiri. Terlihat jelas pengrajin juga mempertimbangkan unsur keseimbangan. Karena jika tidak menerapkan unsur itu, maka patung tidak akan bisa berdiri kokoh dengan ditopang satu kaki. Warna yang ditampilkan adalah coklat dan biru gelap. Permainan warna coklat ke warna kuning keemasan menampilkan keselarasan yang menarik dan berirama sehingga terkesan seperti patung peninggalan jaman dahulu. Patung tersebut dibuat dengan teknik cetak cor yang terlebih dahulu memakai cetakan lilin. Sedangkan finishing dengan dihaluskan menggunakan gerinda, dan kikir. Patung ini kebanyakan dikirim ke luar negeri, terutama Australia. Karena selain desain yang antik, banyak dipakai untuk menghiasi interior di dalam hotel.
b.
Patung realis
Gambar 4.2 Patung realis (sumber: dokumentasi pribadi, 28 mei 2011)
Patung ini adalah salah satu produk yang dihasilkan dengan jumlah banyak. Selain banyak diminati, patung realis juga banyak jenis dan bentuknya. Seperti contohnya patung kerbau dan penggembala, patung gajah, patung kucing, sapi, siput, burung dan banyak yang lainnya. Pengrajin sendiri sengaja meniru bentuk hewan dibandingkan patung manusia karena patung berbentuk hewan banyak diminati. Selain itu cocok untuk dibuat pelengkap interior dalam rumah. Dengan proporsi dan ukuran yang sedang, patung ini bisa diletakkan di sudut ruangan maupun di meja. Warnanya memakai warna coklat kehitaman dan warna bronzes look karena dianggap lebih berkesan mewah dan lebih kontras daripada
warna lain. Kekuatan visual sengaja ditonjolkan dan diimbangi dengan proporsi yang seimbang semakin menambah daya tarik tersendiri. Cara perawatannya juga mudah, kita bisa menggunakan kain lap yang lembut dan autosol dengan menggosokkannya ke patung hingga mengkilap.
c.
Patung semi abstrak
Gambar 4.3 Patung semi abstrak (sumber: dokumentasi pribadi, 28 mei 2011)
Sesuai dengan namanya, patung ini di memang berwujud semi abstrak. Berbeda dengan patung realis, patung ini lebih menonjolkan nilai estetis dari wujud, proporsi, tekstur, keseimbangan dan warna. Hampir seluruh unsur-unsur desain sudah diterapkan ke dalamnya. Diperkuat dengan unsur keseimbangan dan proporsi yang saling berhubungan menjadi kesatuan yang benar-benar unik. Desain ini sering dipesan konsumen untuk koleksi pribadinya sendiri karena nilai estetis pada tiap-tiap karya berbeda-beda. Kadang ada juga konsumen yang memesan untuk dibuatkan sesuai dengan desainnya sendiri. Patung semi abstrak ini bisa untuk elemen estetik interior maupun karya seni patung 3 dimensi. Patung
semi abstrak bisa jadi hasil ide unik dan kreatif dari penciptanya. Sehingga tidak terkesan selalu meniru bentuk yang sudah ada. Dalam proses mendesainnya, perlu di perhitungkan dan dipelajari seluruh unsur-unsur desain dalam penciptaan karya. Dengan begitu, hasilnya bisa memuaskan.
d.
Patung multi fungsional
Gambar 4.4 Patung multi fungsional (sumber: dokumentasi pribadi, 28 mei 2011)
Seiring perkembangan zaman yang semakin modern, selalu ada bentukbentuk baru yang diciptakan. Agar tetap mampu bersaing dalam pemasaran, untuk itu diciptakan patung yang bisa dipakai sebagai elemen estetik interior sekaligus bisa berfungsi untuk kegunaan lain seperti tempat lilin, asbak, atau pegangan lampu hias. Salah satu karyanya adalah patung gajah duduk sedang mengangkat gelas di atas belalainya. Sesuai dengan konsep desain awalnya,
fungsi utama patung ini adalah sebagai benda pakai/fungsional yang memiliki elemen hias didalamnya. Meskipun sebagai benda pakai, tapi patung ini mampu menampilkan fungsi sebagai benda hias dengan wujud yang unik. Adanya unsur keseimbangan dan kesatuan dalam wujudnya yang tidak tampil sendiri-sendiri melainkan saling mendukung antar elemen dari wujud tersebut. Sehingga memunculkan keselarasan bentuk yang serasi dari produk tersebut. Konsumen juga diberikan pilihan macam-macam bentuk seperti patung monyet, gajah, kodok yang membawa tempat air. Patung monyet juga berfungsi sebagai tempat lilin tapi penempatannya dengan di tempelkan di tembok sedangkan patung kodok membawa ember air untuk tempat cuci tangan. Keragaman bentuk dan fungsi yang meniru dari alam maupun desain kontemporer membuat daya tarik tersendiri dari konsumen. Karena seni terapan memang mengutamakan segi fungsi dan harus memiliki nilai komersil. Selain itu, desain tetap tidak lepas dari unsur-unsur seni dalam setiap desain agar tiap-tiap karya yang dihasilkan memiliki nilai estetis disamping nilai guna.
B. Perkembangan Desain Kerajinan Kuningan di Central of Bronzes Milik H. Istono
Kerajinan kuningan yang dikenal sejak dahulu, bahkan diseluruh dunia menganggap hanya sebagai tempat atau wadah untuk menyimpan makanan atau alat memasak apabila bentuknya tidak dapat mencenninkan nilai estetis. Nilai estetis dimaksud adalah nilai yang dipengaruhi oleh unsur kesenirupaan yang
berlaku dalam lingkungan budaya setempat. Kerajinan kuningan di Central of Bronzes pada awalnya berfungsi sebagai hiasan pakaian kuda, lonceng (klintingan), disamping sebagai sarana kegiatan rumah tangga khususnya peralatan dapur. Mengamati kerajinan kuningan bukan berarti melihat wujud atau bentuknya secara realitas, namun berusaha mengamati secara saksama terhadap hakikat nilai seni yang terkandung dalam kerajinan itu sendiri. Bastomi (1992) menyatakan bahwa pengamatan terhadap seni tidak terbatas pada penglihatan indrawi saja, namun juga penglihatan intuitif. Oleh karena itu wawasan dalam menilai sebuah karya seni di dalamnya termasuk kegiatan mengamati, mengetahui, cara pandang serta merasakan karya tersebut lewat panca indera. Demikian halnya dalam menilai karya kerajinan kuningan di Central of Bronzes yang dibuat secara bersamaan, proses penciptaan dan perkembangan bentuknya hampir merata pada setiap kelompok pengrajin. Penerapan unsur-unsur desain tidak sedikit yang saling tiru meniru sehingga melahirkan karya kuningan yang bernapaskan kebersamaan. Peranan konsumen menjadikan fungsi kuningan itu bergeser sedikit demi sedikit sesuai dengan permintaan dan perkembangan pasar. Fungsi estetik kerajinan kuningan dapat dijadikan sarana oleh pengrajin untuk menuangkan idenya, secara perlahan mulai melepaskan keterikatan pada bentuk kuningan dengan nilai guna. Pengrajin juga menerima pesanan desain dari konsumen, baik itu bentuk patung fungsional maupun untuk karya seni murni. Cara ini memang sangat efektif untuk mempertahankan kerajinan kuningan ini tetap ada. Karena selera konsumen mudah berubah-ubah, maka pengrajin juga harus berupaya
menciptakan ide-ide baru lagi dan saran dari konsumen harus tetap diperhatian untuk menjaga kualitas barang. Berkaitan dengan fungsi dan kegunaan berkembanglah bentuk-bentuk baru dengan membubuhi beberapa hiasan sebagai aksen keindahan untuk menunjang struktur kerajinan kuningan itu sendiri. Perubahan dimaksud akhirnya melahirkan fungsi yang beraneka macam seperti kerajinan kuningan sebagai elemen estetika taman, bentuk-bentuk patung, hiasan dinding lampu taman maupun tempat buah. Perubahan fungsi kerajinan kuningan dengan membubuhi sedikit dekorasi atau dengan mengembangkan bentuk awalnya akan mengarah pada kreativitas dan memotivasi daya hayal para pengrajin dalam berkarya dan mencipta. Penempatan pada ruang dalam (interior) difungsikan sebagai wadah, sedangkan pada ruang luar (eksterior) dimunculkan pada momen tertentu sebagai elemen estetika taman. Sistem pewarisan keterampilan dan keahlian yang dimiliki masyarakat Dukuh Sanan Kidul akhirnya membentuk komunitas masyarakat industri yang menekuni bidang keahlian membuat kerajinan kuningan secara profesional, dilandasi oleh keinginan kuat untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik dan bermakna. Selain perubahan desain dan fungsi, bahan baku dari limbah kuningan juga mengalami kelangkaan. Penyebabnya yaitu karena barang bekas itu diburu sejumlah perusahaan besar untuk diekspor. Sehingga kalaupun ada, limbah kuningan yang dijual dari pengepul akan mengalami kenaikan harga yang mahal. Guna melindungi industri kerajinan kuningan, seharusnya pemerintah membatasi ekspor kuningan ini, lebih-lebih jika dalam bentuk asalan. Karena itu bisa
merugikan para pengrajin yang lainnya. Selain itu, pemerintah juga harus berusaha membantu mencarikan solusi untuk mengatasi kelangkaan dan mahalnya bahan baku kuningan ini. Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan desain dipengaruhi oleh konsumen, perkembangan zaman, dan fungsi dari produk itu sendiri. Karena desain akan selalu mengikuti selera konsumen seiring perkembangan zaman yang semakin maju. Selain itu, pengrajin juga melayani pembuatan benda kerajinan dari desain yang dibuat oleh konsumen dan menciptakan produk-produk yang kontemporer.
C. Proses Pengolahan dan Pembuatan Kerajinan Kuningan di Central of Bronzes Teknik merupakan kesesuaian antara pemilihan bahan dan alat, serta pengolahan dalam penggarapan (Handrawati, 1991:9). Teknik pembuatan elemen pelengkap interior dan eksterior berbahan kuningan di industri kerajinan kuningan Central of Bronzes yaitu: teknik manual dengan cara teknik tuang/cor. Berikut ini akan dipaparkan tentang proses pengolahan limbah dan proses pembuatan kerajinan kuningan di Central of Bronzes.
1.
Pembuatan cetakan dari lilin Tahap awalnya adalah mencairkan lilin/malam hingga mencair
keseluruhan lalu lilin/malam cair yang sudah mendidih di tuangkan ke cetakan yang terbuat dari semen. Setelah itu tunggu beberapa menit hingga lilin menjadi
padat/mengeras. Lalu buka cetakan dan ambil pelan-pelan hasil cetakan dari lilin, lalu cetakan dari lilin dihaluskan dan mengecek kembali bentuk cetakan yang memiliki banyak bentuk ukir ukiran/ornamen dengan hati-hati. Jika masih ada yang terlalu tebal atau kurang jelas maka bisa di rapikan menggunakan pisau silet yang dipanasi. Cetakan lilin tidak boleh terlalu tebal dan tidak boleh terlalu tipis. Setelah cetakan lilin dihaluskan, lalu dibungkus dengan tanah liat. Membungkus cetakan harus benar-benar tertutup semua untuk menghindari kebocoran saat pengecoran. Setelah selesai membungkus, keringkan di bawah sinar matahari hingga tanah liat menjadi keras. Baru setelah itu, cetakan akan dibakar hingga berwarna kemerahan batu bata, pertanda cetakan sudah matang dan siap untuk ke tahap proses pengecoran kuningan.
2.
Pemilihan jenis limbah kuningan yang akan dilebur kembali Pemilihan jenis kuningan masih manual dengan tenaga manusia. Dengan
menggunakan magnet, limbah kuningan dipilah-pilah untuk memisahkan antara kuningan dengan sisa-sisa tembaga atau serpihan besi yang ikut tercampur kedalam kuningan untuk menjaga kualitas produk. Setelah kuningan dipilih, maka akan di masukkan ke tungku untuk dilebur kembali. Pembakaran masih menggunakan kayu bakar, dikarenakan harga kayu bakar yang terjangkau, dan selain itu untuk menekan pengeluaran. Masukkan kayu bakar sedikit demi sedikit untuk menjaga panas suhu api. Karena Suhu panas harus tetap terjaga 1000 derajat celcius agar semua kuningan menjadi cair sempurna dan tidak ada yang masih padat.
3.
Pengecoran Setelah kuningan benar-benar cair seluruhnya, maka siap untuk
dituangkan kedalam cetakan. Siapkan cetakan dari tanah liat yang sudah dibakar terlebih dahulu untuk menghilangkan cetakan lilin yang di dalamnya. Agar pengecoran merata, dibawah cetakan diberi lubang untuk mengeluarkan sisa kuningan agar tidak mengeras di dalam, lalu dibiarkan hingga dingin. Setelah kuningan dingin, maka boleh dikeluarkan dari cetakan dengan cara merusak/memecah cetakan dari tanah liat menggunakan palu. Pukul pelan-pelan cetakan tanah liat hingga pecah dan jadilah patung kuningan yang masih kasar.
4.
Proses finishing Setelah melalui tahap pengecoran, patung akan di haluskan lagi dengan
menggunakan kikir dan gerinda untuk membuang sisa hasil pembakaran. Lalu menutup lubang di bagian patung dengan las dan menghaluskannya. Pengerjaan ini harus dilakukan dengan hati-hati agar bagian patung tidak rusak.
5.
Proses pewarnaan Dalam tahap ini, patung akan dibakar kembali untuk proses pewarnaan.
Setelah dibakar, patung diolesi cairan nitrid acid sesuai selera dan permintaan warna yaitu, hijau, hitam, coklat, dan bronze look. Setelah diolesi nitrid acid, patung kemudian digambir dan disemir hingga warna benar-benar merata untuk menjaga kualitas barang. Setelah itu, di lap dengan kain dan di sikat hingga mengkilap.
Dilihat dari cara pembuatannya, kerajinan kuningan di Central of Bronzes masih mempertahankan teknik lama yang dipakai oleh kakek dan ayahnya terdahulu. Meskipun masih menggunakan cara manual, tetapi produk kerajinan yang dihasilkan mampu memikat selera konsumen dan bermutu tinggi. Yang terpenting adalah produk itu mampu diterima di masyarakat dan mampu bersaing di pasaran.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab IV, maka dalam bab V ini akan dibuat suatu kesimpulan dari hasil penelitian secara keseluruhan berdasarkan variable-variabel yang diteliti. Adapun kesimpulankesimpulan tersebut meliputi :
1.
Desain Bentuk Dari penelitian tentang desain bentuk kerajinan kuningan di Central of
Bronzes dapat disimpulkan bahwa desain yang diciptakan sangat beraneka ragam bentuk. Selain itu, pengrajin juga menerima order pesanan dari konsumen dengan menerima model desain yang dibuat atau sesuai keinginan konsumen sendiri. Tentunya ada kesulitan-kesulitan tersendiri yang harus dihadapi pengrajin. Karena desain yang dikerjakan kadang sangat rumit dan detail. Selain untuk pelengkap estetik interior, kerajinan ini juga memiliki nilai seni yang tinggi. Hal itu tak lepas dari kreatifitas pengrajin yang mampu menciptakan ide-ide untuk membuat desain dan membuat bentuk-bentuk baru yang jarang ataupun belum pernah kita lihat serta didukung dengan kebutuhan dan permintaan konsumen yang terus bertambah membuat pengrajin terus mengembangkan bentuk-bentuk baru baik itu
dari contoh desain konsumen maupun dari hasil redesain yang lama. Keunikan dari bentuk-bentuk desain baru inilah yang nantinya harus terus dikembangkan agar semakin kedepan semakin banyak desain-desain baru yang diciptakan. Meski zaman sudah modern, tapi kerajinan kuningan ini masih mampu untuk bersaing dan sudah menjadi cirri khas dari desa Sanan Kidul Mojotrisno, Mojoagung Jombang.
2.
Perkembangan Desain Kerajinan kuningan di desa Sanan Selatan ini sudah dikenal sejak tahun
1976-an. Tetapi saat itu, kerajinan kuningan ini hanya membuat pakaian kuda, setrika arang, perlengkapan memasak dari bahan kuningan. namun siring banyaknya permintaan konsumen dan perubahan zaman, membuat pengrajin harus membuat desain baru agar kerajinan ini tetap banyak peminatnya. Dalam menciptakan desain baru, harus memperhatikan unsur estetika agar suatu desain enak untuk dilihat (bagus,cantik,indah) karena unsur seninya sudah terpenuhi. Karena estetika berperan penting dalam penciptaan karya. Berkaitan dengan permintaan konsumen dan perkembangan zaman, maka pengrajin mulai mengembangkan fungsi dari produk yang telah dihasilkan. Dengan demikian, disamping melakukan perubahan dan pembaharuan dari desain bentuk dan ukuran, produk juga akan mengalami perubahan atau penambahan desain fungsi dari produk yang dihasilkan.
3.
Pembuatan Kerajinan Kuningan Dalam proses pembuatannya dibagi menjadi beberapa tahap yaitu: a) Pemilihan dan pengolahan bahan limbah kuningan yaitu, memisahkan bahan kuningan yang mengandung besi dan tembaga. b) Pembuatan cetakan awal dari lilin yaitu, mencairkan lilin/malam dan menuangkannya kedalam cetakan semen. Tahap ini sangat berpengaruh dengan hasil akhir produk kerajinan kuningan. c) Membungkus cetakan dengan tanah liat yaitu, membungkus cetakan yang terbuat dari lilin secara keseluruhan dengan tanah liat. Dalam pengerjaannya harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti. Pembungkusan dengan tanah liat tidak boleh terlalu tebal ataupun terlalu tipis. Karena terlalu tipis bisa mengakibatkan kebocoran saat proses pengecoran kuningan cair. d) Pembakaran cetakan berfungsi untuk menghilangkan cetakan lilin hingga yang tersisa tinggal cetakan dari tanah liat yang berwarna merah batu bata. e) Pengecoran yaitu, proses menuangkan kuningan cair kedalam cetakan. Pengecoran harus benar-benar merata keseluruh cetakan. Setelah itu dibiarkan hingga kuningan menjadi padat lalu cetakan dipecah untuk mengambil hasilnya. f) Proses finishing adalah tahap akhir dari pembuatan kerajinan kuningan ini yaitu, menambal bagian-bagian yang bolong dengan menggunakan las, menghaluskan produk dengan memakai alat kikir atau gerinda.
Setelah semua selesai, produk akan dibakar kembali lalu diolesi cairan nitrid acid yaitu bahan kimia yang bisa digunakan untuk mewarnai kuningan. setelah itu digambir dan disemir hingga warna benar-benar merata untuk menjaga kualitas dan terakhir, di lap dengan kain dan di sikat hingga mengkilap.
B. Saran Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan dalam skripsi ini sebagai berikut :
1.
Kepada pengrajin kuningan perlu terus adanya pengembangan dalam segi desain bentuk agar kerajinan kuningan tetap mampu bertahan. Dengan adanya penerus bangsa Indonesia terutama penerus-penerus muda lainnya untuk mengembangkan desain dan fungsi dari kerajinan kuningan. Karena dengan penerus muda, kerajinan kuningan dapat mempunyai ide-ide baru lainnya yang belum ada saat ini.
2.
Kepada pemerintah untuk mempertahankan dan mencarikan solusi untuk kelangkaan bahan baku serta memperkenalkan kerajinan kuningan ke masyarakat luas agar kerajinan kuningan yang sudah menjadi ciri khas kota jombang ini tidak punah.
3.
Kepada lembaga Perguruan Tinggi Universitas Negeri Malang khususnya jurusan Seni dan Desain diharapkan dapat memberikan masukan-masukan pada kerajinan kuningan di Central of Bronzes.
4.
Kepada peneliti lain untuk tetap mengembangkan lagi hasil penelitian ini yang belum diteliti. Seperti halnya pemasaran kerajinan kuningan yang masih kurang dan memperkenalkan kerajinan kuningan pada masyarakat lainnya. Sebab masih banyak masyarakat lainnya yang belum mengenal kerajinan kuningan khas kota Jombang ini.
DAFTAR RUJUKAN
Affendi, Yusuf, 1976. Dasar-dasar Desain. Bandung: FTSB ITB Anonim, 2007. Pengembangan Produk. (Cited 2010 March 3). Available at: http:// progdeny.wordpress.com/2007/10/31/pengembangan-produk/. Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta Bastomi, Suwaji, 1986, Seni Kriya Apresiasi dan Perkembangannya: Semarang IKIP Semarang Press Handoyo, 1987. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan. Yogyakarta Indrawati, Lilik, 1992. Sruktur Seni. Malang: OPF Universitas Negeri Malang Moleong, J, Lexy, Dr, M, A. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Murtihadi. 1992. Dasar-Dasar Desain Untuk SMIK. Jakarta: Tema Baru Natzir, Moch, 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Raehmawaty, Niecke. 2011. Desain bentuk dan ukuran produk, desain pembuatan produk, perencanaan teknis dalam perusahaan, teknologi dan luas perusahaan. Rasjoyo. 1994. Pendidikan Seni Rupa. Erlangga. Sihombing, 2007. Apa Produk-produk yang Konsumen Ingin Beli. (Cited 2010 February 15). Soedarso, SP. 1975. Prospek Pengembangan Desain Produk Dalam Industri Ditinjau Dari Segi Estetis. Yogyakarta: Paper, STSRI Sumarna, Karmas. 2002. Kiat Mengkomersilkan Honi Menggambar. Semarang: PT. Effhar
Susanti, M.A., 2008. Pembuatan Desain Produk dan Pengembangannya. (Cited 2010 February 21). Available from: http://www.midas-solusi.com/ knowledge-space,id,detail,56,pembuatan-desain-produk-danpengembangannya Susanto, Mikke. 2002. Diksi Rupa (Kumpulan Istilah Seni Rupa). Yogyakarta: Kanisius anggota IKKAPI Sutopo, HB. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar teori dan terapannya dalam penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Nakalah, Laporan Penelitian Edisi Ke Lima. Malang Winoto, S. Dedy 1991. Desain Terapan. Malang, Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas. (http://google.id. Wikipedia.org/wiki/kerajinan industri) (http://www.google.co.id/reference/fungsidesain.html), diakses 16 juni 2011).
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Basuki Rahmat
NIM
: 105251481014
Jurusan/ Program Studi
: Seni dan Desain/ Pendidikan Seni Rupa
Fakultas/ Jenjang Pendidikan : Sastra/ S-1 Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihkan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan saya sendiri. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang, Juli 2011 Yang membuat pernyataan,
Basuki Rahmat
LAMPIRAN Lembar Wawancara I Pertanyaan 1. Bagaimana bentuk dan desain produk pada kerajinan kuningan ini ? -
Pada bentuk desainnya, saya banyak meniru benda-benda dari peninggalan jaman kerajaan dulu, karena banyak permintaan dari pemesan. Lalu saya kembangkan sendiri dari bentuk-bentuk itu hingga menjadi karya baru yang lebih modern. selain itu, saya juga membuat patung-patung hewan, burung, dan patung abstrak. Fungsinya untuk pajangan di ruangan. Kalau tidak begitu, usaha ini sulit untuk berkembang.
2. Apa saja kendala dan kesulitan dalam membuat bentuk pada kerajinan kuningan ? -
Kesulitannya banyak, mulai dari mencari bahan baku yang langka sampai proses pembuatan karya yang rumit. Contohnya saja, kalau ada pemesan yang ingin desain rumit dan bentuk ukir-ukiran yang kecil, itu harus dikerjakan dengan hati-hati dan butuh kesabaran. Kadang harus diulang berkali-kali untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Cacat sedikit saja bisa mempengaruhi mutu produk kami.
3. perajin H. Istono menekuni usaha ini sejak tahun berapa ? -
Industri ini berdiri pada tahun 1976. dimana perusahaan patung kuningan dulunya merupakan Industri kecil yang sudah turun temurun
sejak kakek saya mbah Nur dan diwariskan ke Marsimin ayah saya. Dan sesudah industri ini saya ambil alih, produk dikembangkan sesuai dengan permintaan lokal dan internasional. Pada mulanya Industri ini hanya memproduksi pakaian kuda atau perlengkapan dokar, setrika, cetakan kue dan alat dapur lainnya. Yang kemudian dikembangkan dengan memproduksi berbagai macam patung purbakala, aneka macam binatang, patung model Eropa, aneka macam tempat lilin, dan aksesoris rumah tangga lainnya. 4. Desain bentuk apa yang paling diminati konsumen ? -
Banyak sekali desain yang diminati. Tapi yang paling sering dipesan itu patung budha, ganesya, patung abstrak juga banyak dipesan dari kolektor seni dan biasanya mereka membawa desain sendiri, dari sini tinggal kita buatkan.
5. Mengapa kebanyakan desain bentuk meniru patung budha dan binatang ? -
Karena bentuk-bentuk peninggalan jaman dulu seperti patung budha, sangat banyak peminatnya. Sedangkan patung binatang memang saya fungsikan untuk hiasan dan patung fungsional.
6. Apakah fungsi dari hasil karya produk kerajinan ini ? -
Selain untuk hiasan, ada juga patung-patung yang fungsinya sebagai tempat lilin, alas untuk meja kaca, tempat abu, dan untuk lampu gantung.
7. Bagaimana awal mula desain yang dipakai, hingga desain yang sekarang ?
-
Awalnya dulu kakek saya hanya membuat desain bentuk pakaian kuda, alat-alat masak, dan kebutuhan sehari-hari. Tapi untuk memenuhi kebutuhan pasar dan keinginan konsumen, desain saya kembangkan dari ide sendiri kadang juga masukan-masukan dari konsumen kami tampung dan dijadikan bahan desain. Kalau kita tidak mengikuti perkembangan, sangat susah mencari peminatnya. Akhirnya dari desain yang saya kembangkan ini, banyak diminati hingga wisatawan asing.
8. Adakah perubahan fungsi desain produk kerajinan kuningan ini ? -
Awal mulanya memang untuk hiasan atau alat masak, tapi kini desain yang saya kembangkan lebih dari sekedar hiasan saja. Disini bisa dilihat sendiri contoh-contoh patung tempat lilin, tempat abu, tempat lampu hias.
9. Apa perbedaan dan persamaan desain terdahulu dengan desain yang sekarang ? -
Kalau persamaannya, saya tetap memakai bahan baku kuningan. tapi desain yang sekarang lebih banyak fungsinya. Karena zaman sudah berkembang, jadi saya tidak bisa terus mempertahankan desain yang dipakai kakek saya dulu. Jadi saya mulai membuat desain yang sekiranya banyak disukai konsumen.
10. Bagaimana cara mempertahankan desain bentuk agar tetap laku/bersaing di pasaran ?
-
Biar tetap laku di pasaran, ya kami harus melihat keinginan pemesan. Jika menurut kami itu sudah kuno, tidak kami produksi lagi. Semuanya tergantung dari peminat dan fungsi produk itu sendiri.
Lembar Wawancara II
Pertanyaan 1. Bagaimana teknik pembuatan kerajinan kuningan di Central of Bronzes ini ? -
Teknik yang kami gunakan memakai teknik cor kuningan yang dituangkan kedalam cetakan.
2. Apa saja bahan yang digunakan dalam proses pembuatan kerajinan kuningan ? -
Bahannya terutama limbah kuningan, lilin, tanah liat, dan kayu bakar.
3. Bagaimana proses pembuatan kerajinan kuningan ? -
Awalnya kami memisahkan kuningan dari campuran tembaga, setelah dibersihkan kuningan dilebur kedalam tungku sampai mencair, dan tuangkan kedalam cetakan yang sudah disiapkan. Dibiarkan sampai kuningan dingin dan memnjadi padat. Setelah itu buang cetakan dengan cara dihancurkan untuk mengambil hasil jadinya. Selanjutnya hasilnya akan di rapikan kembali sebelum dijual.
4. Apa saja kesulitan yang dialami saat proses pembuatan ? -
Banyak mas, kadang hasilnya ada yang tidak rata, cetakan bocor, kadang juga ikut pecah saat membuka cetakan. Makanya harus dikerjakan oleh pengrajin yang sudah pengalaman.
5. Bagaimana cara untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi pada saat proses pembuatan ?
-
Sebelum kuningan cair di tuangkan ke cetakan, perlu di cek kembali cetakan itu biar tidak ada yang bocor dan pecah. Biasanya cetakan yang bocor itu karena pembakarannya yang terlalu lama dan pembungkusan tanah liat yang tidak rata.
6. Adakah perbedaan cara pembuatan kerajinan kuningan dulu dan sekarang ? -
Kalau caranya masih tetapmenggunakan cara lama mas, karena ilmunya sudah diwariskan turun temurun. Bahan bakarnya juga masih menggunakan kayu. Mau gimana lagi, dimana-mana harga bahan bakar semakin mahal. Kami hanya ingin bagaimana caranya barang tetap di produksi tapi harga tidak banyak mengalami kenaikan.
Lembar Observasi Tujuan observasi: Untuk memperoleh data tentang desain produk dan proses pembuatan kerajinan kuningan di Central of Bronzes. No 1
Wujud Fungsi
Unsur-unsur Desain : Elemen estetik
interior / elemen hias Teknik pembuatan
: Cetak Cor kuningan
Ukuran
:100 cm x 65 cm
Penempatan
: Ruang tamu,
pelengkap interior Warna
: coklat, bronze,
hitam, hijau tua 2
Fungsi
: Elemen estetik
interior / elemen hias Teknik pembuatan
: Cetak Cor kuningan
Ukuran
: 23 cm x lebar 28 cm
Penempatan
: Ruang tamu,
pelengkap interior Warna
: hitam, coklat
3
Fungsi
: Elemen estetik
interior / elemen hias Teknik pembuatan
: Cetak Cor kuningan
Ukuran
: 115 cm x lebar 33
cm Penempatan
: Ruang tamu,
pelengkap interior Warna
: hitam, bronze, coklat
Fungsi
: Pot/vas bunga
Teknik pembuatan
: Cetak Cor kuningan
Ukuran
: 85 cm x lebar 75 cm
Penempatan
: Ruang tamu, taman,
pelengkap interior Warna
: bronze, coklat
LEMBAR DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN
Gambar 1. pengrajin menyiapkan limbah kuningan untuk dilebur kembali (Sumber: dokumentasi 28 mei 2011)
Gambar 2. pengrajin menghaluskan benda kerajinan menggunakan gerinda (Sumber: dokumentasi 20 mei 2011)
Gambar 3. pengrajin menghaluskan cetakan dari lilin/malam (Sumber: dokumentasi 20 mei 2011)
Gambar 4. pengrajin membungkus cetakan dengan tanah liat (Sumber: dokumentasi 20 mei 2011)
Gambar 5. proses pembakaran cetakan untuk menghilangkan lilin (Sumber: dokumentasi 28 mei 2011)
Gambar 6. pengrajin sedang mengaduk kuningan yang sudah mencair (Sumber: dokumentasi 28 mei 2011)
Gambar 7. proses pengecoran kuningan kedalam cetakan (Sumber: dokumentasi 28 mei 2011)
Gambar 8. proses pewarnaan patung kuningan (Sumber: dokumentasi 28 mei 2011)
Gambar 9. patung yang sudah selesai diwarnai Gambar 10. pengrajin membersihkan sisa pewarnaan (Sumber: dokumentasi 28 mei 2011)
Gambar 11. produk yang siap dikirim ke pemesan (Sumber: dokumentasi 20 mei 2011)
FOTO HASIL PRODUK KERAJINAN KUNINGAN
Gambar 12. produk kontemporer semi abstrak (Sumber: Dokumentasi 31 mei 2011)
Gambar 13. produk meja kuningan (Sumber: dokumentasi 31 mei 2011)
Gambar 14. patung buaya kuningan (Sumber: dokumentasi 31 mei 2011)
Gambar 15. patung buaya kuningan (Sumber: dokumentasi 31 mei 2011)
Gambar 16. patung interior replika gajah (Sumber: dokumentasi 28 mei 2011)
Gambar 17. patung interior (Sumber: Dokumentasi Central of Bronzes)
Gambar 18. patung interior belalang (Sumber: dokumentasi Central of Bronzes)
Gambar 19. patung interior beruang (Sumber: dokumentasi 4 juni 2011)
Gambar 20. patung Budha duduk bersila (Sumber: dokumentasi 4 juni 2011)
Gambar 21. patung kepala Budha (Sumber: dokumentasi 10 juni 2011)
Gambar 22. patung replika peninggalan kuno (Sumber: dokumentasi Central of Bronzes)
Gambar 23. Patung pelengkap interior Fungsional (Sumber: dokumentasi 10 juni 2011)
Gambar 23. desain pot bunga
Gambar 24. tempat abu dari kuningan
Gambar 25. desain interior dan fungsional (Sumber: dokumentasi 10 juni 2011)
Gambar 26. desain fungsional (Sumber: dokumentasi 10 juni 2011)
RIWAYAT HIDUP Basuki Rahmat dilahirkan di Jombang, 19 Juni 1986, anak ketiga dari tiga bersaudara, pasangan Tamhar dan Suliani. Pendidikan dasar ditempuh di kampung halamannya di Mojoagung. Tamat SD tahun 1998 dan pendidikan menengah pertama telah ditempuh di SMP 1 Mojoagung. Tamat SMP tahun 2001 serta pendidikan menengah atas ditempuh di SMA Muhammadiyah 2 Jombang. Tamat SMA tahun 2004. Setelah tamat dari SMA, pendidikan berikutnya ditempuh di Perguruan Tinggi UM (Universitas Negeri Malang) diterima dengan seleksi/ jalur SPMB di Fakultas Sastra Jurusan Seni dan Desain Program Studi Pendidikan Seni Rupa (S-1). Selama menempuh perguruan tinggi di Universitas Negeri Malang banyak pengalaman belajar serta berkarya untuk mengembangkan bakat seni yang ada di diri penulis. Bakat yang ditekuni sejak kecil hingga saat ini. Pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh yaitu pengalaman berpameran bersama-sama sesama seni rupa. Pengalaman berpameran diantaranya adalah : 2005 : Pameran lukisan “ Artmospher Anditorium Um “ Pameran bersama di lorong E8 Universitas Negeri Malang 2007 : Pameran bersama di Perpustakaan Universitas Negeri Malang “Seirama” 2008 : Pameran bersama di lorong E8 Universitas Negeri Malang 2009 : Pameran Seni Rupa di Anjungan Ken Arok Perpustakaan Kota Malang “Responsibility Of Art” Pameran Presus Mahasiswa Seni Rupa di Perpustakaan Kota Malang Demikianlah kurang lebihnya riwayat hidup selama menempuh di perguruan tinggi di Universitas Negeri Malang Jurusan Seni dan Desain yang dapat memperoleh ilmu yang begitu banyak tentang seni dan sebagainya. Terimakasih Universitas Negeri Malang Terimakasih Jurusan Seni dan Desain