STUDI TATANAN DAN UPAYA PELESTARIAN LANSKAP DESA BUDAYA LEKAQ KIDAU, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR
ENDAH WULANDARI A44052640
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN ENDAH WULANDARI. Studi Tatanan dan Upaya Pelestarian Lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. (Dibimbing oleh NURHAYATI HADI SUSILO ARIFIN). Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi tatanan lanskap, elemen pembentuk lanskap dan faktor-faktor yang mempengaruhi tatanan lanskap Desa Budaya
Lekaq
Kidau,
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keberlanjutan lanskap serta menyusun usulan pelestarian sesuai dengan potensi pemberdayaannya. Kegiatan penelitian dilaksanakan selama lima bulan dimulai pada bulan Maret dan berakhir pada bulan Juli 2009. Lokasi penelitian yaitu di Desa Budaya Lekaq Kidau Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga tahapan, yaitu tahap inventarisasi data, analisis, dan sintesis. Jenis data yang digunakan dalam studi ini berupa data primer dan sekunder, yang meliputi kondisi lanskap baik yang alami maupun non alami, aspek kesejarahan, kondisi sosial-ekonomi-budaya masyarakat, pengaruh luar, serta aspek pengelolaan dan kebijakan pemerintah. Data-data tersebut diperoleh dari hasil survei, observasi, wawancara di lapangan, dan data dari telaah pustaka yang berkaitan dengan studi. Analisis tatanan lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau dan faktor-faktor yang mempengaruhi dilakukan secara deskriptif dan spasial. Sedangkan analisis keberlanjutan lanskap dilakukan dengan pendekatan Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats Analysis). Tahap sintesis dilakukan dengan menyajikan tatanan lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau dan menyusun sebuah usulan untuk pelestarian lanskap. Dari hasil studi diketahui bahwa Desa Budaya Lekaq Kidau merupakan salah satu bentuk permukiman masyarakat Dayak Kenyah dengan tipe permukiman yang terletak di tepi Sungai Mahakam. Budaya mereka yang selalu berorientasi pada sungai sebagai urat nadi kehidupan, mempengaruhi bentuk permukiman dan elemen lanskap yang ada di desa mereka. Tata Guna Lahan di Desa Budaya Lekaq Kidau dibagi menjadi empak (hutan alami), tana’ ulen (hutan
simpanan), uma (ladang), kelimeng (kebun kecil), kuburan (makam), leppo’ (permukiman), dan sungai. Pola permukiman Desa Budaya Lekaq Kidau cukup teratur. Susunan rumah biasanya menghadap ke arah jalan, baik sejajar maupun tegak lurus jalan. Letak rumah yang satu dengan yang lainnya cukup jauh, namun ada juga beberapa yang berdekatan. Rumah-rumah yang berada di tepi sungai dibangun menghadap ke arah sungai, tidak membelakangi. Tatanan lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau dapat dideskripsikan menurut konsep ruang yang diterapkan baik berdasarkan hirarki ukuran/ skala aktivitas maupun orientasi ruang atau elemen yaitu meliputi ruang makro, meso, dan mikro. Ruang makro adalah ruang atau lanskap yang mendukung hampir seluruh kehidupan masyarakat, yang meliputi ruang hutan, ruang permukiman, ruang pertanian dan sungai. Ruang meso adalah bagian ruang makro yang merupakan lingkungan permukiman/ perumahan masyarakat desa, terdiri dari elemen-elemen pembentuk permukiman yaitu umak, lamin adat, sada leppo’, belawing, gereja, gerbang desa, darmaga, pilar burung enggang, lapangan, kandang ternak, kantor desa, dan sekolah. Sedangkan ruang mikro adalah bagian ruang permukiman meliputi rumah dan pekarangan, merupakan tempat tinggal satu keluarga atau kelompok keluarga besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi tatanan lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau didasarkan pada kondisi alam, filosofi dan budaya masyarakat. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan dan keberlanjutan lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau dapat dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa tatanan lanskap yang masih sesuai dengan kebutuhan kehidupan masyarakat serta sikap budaya masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau yang masih kuat untuk mempertahankan budayanya. Sedangkan faktor eksternal menyangkut kebijakan dan dukungan pemerintah serta pengaruh budaya dan pembangunan di luar tapak. Selanjutnya dari faktor internal dan eksternal tersebut dilakukan analisis SWOT (Stregth – Weakness – Opportunity – Threat) untuk menghasilkan strategi pelestarian Desa Budaya Lekaq Kidau baik terkait peran pemerintah maupun masyarakat. Konsep dasar pelestarian yang diusulkan adalah melindungi keberadaan masyarakat adat Desa Budaya Lekaq Kidau beserta budaya dan karakter lanskap
permukimannya, serta mengembangkan Desa Budaya Lekaq Kidau sebagai kawasan tujuan wisata budaya sesuai dengan keberadaannya dan tidak mengancam keberlanjutan desa tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan penentuan batas zona perlindungan yang jelas untuk pelestariannya. Zona perlindungan ini merupakan zona yang harus dilindungi kesatuan (unity) lanskapnya, yaitu meliputi lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau secara keseluruhan yang terdiri dari ruang permukiman, pertanian, hutan dan sungai yang merepresentasikan secara kuat dan utuh karakter kehidupan masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau.
Judul
: STUDI
TATANAN
LANSKAP
DESA
DAN
UPAYA
BUDAYA
PELESTARIAN
LEKAQ
KIDAU,
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR Nama
: ENDAH WULANDARI
NRP
: A44052640
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Nurhayati Hadi Susilo Arifin, MSc. NIP. 19620121 198601 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS. NIP. 19591106 198501 1 001
Tanggal Lulus :
STUDI TATANAN DAN UPAYA PELESTARIAN LANSKAP DESA BUDAYA LEKAQ KIDAU, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
ENDAH WULANDARI A44052640
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur pada tanggal 11 Agustus 1987, putri dari pasangan Bapak Djoko Hartojo, BA dan Ibu Dra. Mastifah. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Penulis menempuh pendidikan di TK Anggrek Tenggarong pada tahun 1991-1993. Tahun 1999 penulis lulus dari SDN 065 Rapak Mahang Tenggarong, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri 1 Tenggarong. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 1 Tenggarong pada tahun 2005. Penulis diterima di IPB sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) melalui jalur BUD (Beasiswa Utusan Daerah) dari Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2005. Kemudian pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Penulis mengambil Mayor Arsitektur Lanskap dan Minor Pengelolaan Wisata Alam dan Jasa Lingkungan, Departemen Konservasi Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan. Selama menjadi mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, penulis tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (Himaskap) sebagai anggota. Selain itu, penulis juga pernah beberapa kali terlibat dalam kepanitiaan acara-acara yang digelar oleh mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga tergabung dalam Forum Mahasiswa Beasiswa Utusan Daerah (FM BUD) Kutai Kartanegara.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Studi Tatanan dan Upaya Pelestarian Lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan pada Mayor Arsitektur Lanskap, Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Ir. Nurhayati Hadi Susilo Arifin, MSc selaku dosen pembimbing skripsi. 2. Dr. Ir. Setia Hadi, MS dan Vera Dian Damayanti, SP, MLA selaku dosen penguji. 3. Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku dosen pembimbing akademik. 4. Seluruh staf pengajar Departemen Arsitektur Lanskap. 5. Kedua orang tua, Papa Djoko Hartojo, BA dan Mama Dra. Mastifah, kakak (Widyatusti dan Johan Wahyudi), Adik-adikku (Jati Pramono dan Urip Hananto Senno), serta keponakan-keponakanku (Putra Wijaya Pratama dan Ragil Gema Dwiamarta) yang telah memberikan kasih sayang, doa, dan dukungan. 6. Bapak Pebayaq Ding (Kepala Adat), Bapak Martinus Ajan (Kepala Desa), Bapak Andang (Sekretaris Desa) dan segenap masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau. 7. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kutai Kartanegara. 8. Bappeda Kabupaten Kutai Kartanegara 9. Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Kutai Kartanegara. 10. Teman-teman seperjuangan ARL’42, khususnya Mega Wuriyaningsih, Danand Prabasasena, M. Zaini Dahlan (satu bimbingan) serta Jania Rizka. 11. Keluarga Forum Mahasiswa Beasiswa Utusan Daerah Kutai Kartanegara.
12. Teman-teman Malea’ers : Imbaz, Vera, Widya, Umul, Yesica, Ade, Tami, Mbak Rina, Yeyen, Via, Ita, Bunbun, Dina, Kiky, Iin, Mbak Martha. 13. Teza Adhiawarman atas perhatian, bantuan, dan dukungan. 14. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, September 2009
Penulis
DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN .................................................................................. Latar belakang ................................................................................ Tujuan ............................................................................................ Manfaat ..........................................................................................
1 1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... Lanskap Budaya ............................................................................. Pemukiman Tradisional .................................................................. Pelestarian Lanskap Budaya............................................................
4 4 4 6
METODOLOGI..................................................................................... Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... Metode Penelitian ...........................................................................
10 10 10
KONDISI UMUM LOKASI STUDI ..................................................... Sejarah Desa Budaya Lekaq Kidau ................................................. Batas Lokasi Studi .......................................................................... Aksesibilitas dan Sirkulasi .............................................................. Iklim .............................................................................................. Tanah, dan Topografi...................................................................... Hidrologi ........................................................................................ View .............................................................................................. Aspek Sosial Ekonomi ....................................................................
16 16 17 18 21 21 22 23 23
DATA DAN ANALISIS Tata Guna Lahan dan Sistem Kepemilikan Lahan ........................... Lanskap Desa ................................................................................. Pola Desa............................................................................... Elemen Pembentuk Desa Budaya Lekaq Kidau...................... Analisis Konsep Tata Ruang ........................................................... Tata Ruang Makro ................................................................. Tata Ruang Meso................................................................... Tata Ruang Mikro.................................................................. Budaya Masyarakat......................................................................... Pengelolaan Lanskap ...................................................................... Pengelolaan Lanskap oleh Masyarakat................................... Kebijakan Pemerintah............................................................ Campur Tangan Pemerintah dan Pihak Luar .......................... Aspek Wisata.................................................................................. Daya Tarik Wisata ................................................................. Kebijakan Pemerintah............................................................ Pengunjung............................................................................ Fasilitas Penunjang ................................................................
27 30 30 32 41 41 43 45 47 51 51 53 53 54 54 55 55 55
Persepsi Masyarakat dan Pengunjung.............................................. Persepsi Masyarakat .............................................................. Persepsi Pengunjung.............................................................. Analisis Keberlanjutan Lanskap...................................................... Nilai Penting Lanskap............................................................ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan Lanskap ... Analisis SWOT......................................................................
56 56 57 59 59 59 64
USULAN PELESTARIAN LANSKAP................................................. Konsep Umum Pelestarian .............................................................. Zonasi Pelestarian........................................................................... Strategi Terkait Peran Para Pihak dalam Pelestarian Lanskap..........
68 68 68 70
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... Simpulan ........................................................................................ Saran ..............................................................................................
72 72 73
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
74
LAMPIRAN ...........................................................................................
75
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Jenis, Bentuk dan Sumber Data .......................................................
11
2. Matriks SWOT................................................................................
14
3. Alternatif Kendaraan dan Waktu Tempuh Menuju Desa Budaya Lekaq Kidau ...................................................................................
20
4. Agama yang Dianut Masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau ...........
25
5. Jenis Mata Pencaharian Kepala Keluarga ........................................
25
6. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau ............
26
7. Jenis Fasilitas Umum Desa Budaya Lekaq Kidau ............................
26
8. Tata Guna Lahan Desa Budaya Lekaq Kidau...................................
29
9. Aktivitas Ritual Masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau..................
48
10. Strategi Pelestarian Lanskap Berdasarkan Analisis SWOT ..............
67
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Peta Lokasi Desa Budaya Lekaq Kidau ...........................................
10
2. Tahapan Penelitian ..........................................................................
15
3. Batas Lokasi Studi ..........................................................................
17
4. Peta Akses Menuju Tapak ...............................................................
19
5. Kondisi Jalur 1 Menuju Desa Budaya Lekaq Kidau.........................
20
6. Kondisi Jalur Penyeberangan Desa Budaya Lekaq Kidau ................
20
7. Kondisi Jalur 2 Menuju Desa Budaya Lekaq Kidau.........................
21
8. Kondisi Jalur 3 Menuju Desa Budaya Lekaq Kidau.........................
21
9. Kondisi Sungai Mahakam ...............................................................
22
10. Peta View Desa Budaya Lekaq Kidau .............................................
24
11. Uma dan Kelimeng..........................................................................
31
12. Kondisi Jalan Desa dan Dinding Penahan Tepian Sungai.................
32
13. Umak (rumah tinggal) .....................................................................
33
14. Lamin Adat .....................................................................................
34
15. Sada Leppo ....................................................................................
35
16. Belawing .........................................................................................
36
17. Gereja .............................................................................................
36
18. Darmaga dan Gerbang Desa ............................................................
37
19. Pilar Burung Enggang .....................................................................
37
20. Kuburan ..........................................................................................
38
21. Lapangan Voli dan Lapangan Sepak Bola .......................................
39
22. Kandang Ternak Babi dan Kandang Ternak Bebek..........................
39
23. Vegetasi yang Memiliki Fungsi Pangan...........................................
41
24. Tata Ruang Makro Desa Budaya Lekaq Kidau ................................
42
25. Tata Ruang Makro Secara Vertikal..................................................
43
26. Tata Ruang Meso Desa Budaya Lekaq Kidau..................................
44
27. Contoh Pemanfaatan Kolong Rumah...............................................
46
28.Tata Ruang Rumah Tinggal Secara Vertikal .....................................
46
29.Tata Ruang Mikro Secara Horizontal ...............................................
47
30. Upacara Pekiban .............................................................................
50
31. Tari Enggang...................................................................................
51
32.Salah Satu Sesepuh Desa yang Masih Bertelinga Panjang ................
63
33.Zonasi Pelestarian ............................................................................
69
34.Contoh-contoh Aktivitas Budaya......................................................
71
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Kuesioner Persepsi Pengunjung Desa Budaya Lekaq Kidau ............
75
2. Kuesioner Persepsi Masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau.............
79
3. Vegetasi yang Ada di Desa Budaya Lekaq Kidau ............................
83
4. Identitas Responden Masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau... ........
86
5. Hasil Kuesioner Masyarakat Desa ...................................................
87
6. Identitas Responden Pengunjung Desa Budaya Lekaq Kidau...........
90
7. Hasil Kuesioner Pengunjung ...........................................................
91
8. Kunjungan Wisatawan Kabupaten Kutai Kartanegara......................
94
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman warisan budaya dari berbagai suku bangsa yang berbeda. Warisan budaya ini dapat berupa kesenian, arsitektur bangunan/ lanskap dan adat istiadat. Namun dalam era pembangunan saat ini, seringkali warisan budaya tergeser nilainya karena dianggap kurang praktis. Jika hal ini terus berlanjut, maka warisan budaya yang beraneka ragam akan semakin terkikis dan lama-kelamaan hilang, tanpa dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya. Budaya merupakan ciri atau identitas dari suatu bangsa atau masyarakat. Jika budaya tersebut mengalami penurunan atau degradasi, maka keunikan dari suatu bangsa atau masyarakat akan turut hilang. Suatu keunikan yang bernilai positif selayaknya dilestarikan agar dapat dipelajari, dikembangkan nilai positifnya dan melengkapi keanekaragaman budaya suatu bangsa. Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan kabupaten yang memiliki kekayaan sejarah dan warisan budaya yang unik. Terutama budaya etnik masyarakat Dayak di pedalaman Kutai Kartanegara. Salah satu warisan budaya tersebut adalah Desa Budaya Lekaq Kidau Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Desa Budaya Lekaq Kidau merupakan permukiman sekelompok masyarakat Dayak Kenyah yang masih memelihara dengan baik warisan budaya nenek moyang mereka. Warisan budaya di Desa Budaya Lekaq Kidau ini secara fisik dapat dilihat dari pola perladangan, permukiman, bangunan dan elemenelemen lain pada permukiman, serta bentuk pekarangan sekitar rumah. Karakter lanskap tersebut terbentuk karena faktor-faktor budaya, kepercayaan, sosial, ekonomi, biofisik, dan kebijakan Pemerintah Daerah. Lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau yang tertata dengan baik sebagai permukiman tradisional dan budaya, perlu dilestarikan agar tidak punah terbawa oleh arus budaya di luar Desa Budaya Lekaq Kidau. Oleh karena itu perlu adanya suatu upaya pelestarian terhadap kawasan. Selain itu sebagai kawasan permukiman masyarakat Dayak Kenyah, desa ini juga memiliki potensi bagi
2 pengembangan bidang pariwisata, terutama untuk wisata budaya di Kabupaten Kutai Kartanegara. Berkenaan dengan adanya program Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara yaitu program Gerakan Pengembangan Pemberdayaan Kutai (Gerbang Dayaku) II tahun 2005 - 2010 yang menempatkan sektor kebudayaan dan pariwisata sebagai salah satu sektor andalan, Pemerintah Kabupaten menetapkan Desa Budaya Lekaq Kidau sebagai desa budaya dan salah satu lokasi tujuan wisata. Namun kurangnya informasi mengenai tatanan permukiman Desa Budaya Lekaq Kidau menyebabkan kegiatan wisata yang ada saat ini masih terbatas pada daya tarik kehidupan sosial, budaya, upacara adat, dan kerajinan tangan masyarakat Dayak. Padahal tatanan permukiman merupakan faktor penting pembentuk suatu lanskap desa budaya yang dapat menjadi objek utama dalam kegiatan wisata dan pengelolaannya. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu studi untuk mengidentifikasi tatanan lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau sebagai suatu kesatuan bentukan lanskap yang utuh. Hasil studi tatanan lanskap ini nantinya akan sangat berguna dalam kegiatan pengelolaan pelestarian, interpretasi pengunjung serta pengembangan fungsi dan potensi desa budaya tersebut.
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tatanan lanskap, elemen pembentuk lanskap dan faktor-faktor yang mempengaruhi tatanan lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan lanskap serta menyusun usulan pelestarian sesuai dengan potensi pemberdayaannya.
Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi tentang tatanan lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau sebagai suatu kesatuan lanskap budaya yang harus dilestarikan. 2. Mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau.
3 3. Memberikan masukan bagi tindakan pelestarian Desa Budaya Lekaq Kidau selanjutnya. 4. Memberikan
masukan
bagi
Pemerintah
Daerah
setempat
dalam
mengembangkan kawasan Desa Budaya Lekaq Kidau dan sekitarnya sebagai kawasan wisata budaya yang berkelanjutan.
4
TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Budaya Lanskap budaya (cultural landscape) adalah segala sesuatu yang berada di ruang luar yang dekat dan dapat dilihat. Menurut definisi ini, lingkungan lanskap budaya adalah semua yang sudah mendapat campur tangan atau diubah oleh manusia (Lewis dalam Melnick, 1983). Pendapat lain dikemukakan oleh Nurisjah dan Pramukanto (2001) yang secara spesifik mendefinisikan lanskap budaya (cultural landscape) sebagai satu model atau bentuk dari lanskap binaan, yang dibentuk oleh suatu nilai budaya yang dimiliki suatu kelompok masyarakat yang dikaitkan dengan sumber daya alam dan lingkungan yang ada pada tempat tersebut. Lanskap tipe ini merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam lingkungannya yang merefleksikan adaptasi manusia dan juga perasaan serta ekspresinya dalam menggunakan dan mengelola sumber daya alam dan lingkungan yang terkait erat dengan kehidupannya. Hal ini diekspresikan oleh kelompok-kelompok masyarakat tersebut dalam bentuk pola permukiman dan perkampungan, pola penggunaan lahan, sistem sirkulasi, arsitektur bangunan, dan struktur lainnya. Lanskap budaya adalah istilah yang menunjukkan suatu kawasan lanskap yang tersusun oleh budaya manusia. Budaya adalah hasil cipta, karya, dan karsa manusia dan mempengaruhi kehidupannya. Dengan demikian, lanskap budaya adalah segala bagian dari muka bumi yang sudah mengalami campur tangan atau diubah oleh manusia. Lanskap budaya menurut Sauers dalam Tishler (1982) adalah suatu kawasan geografis dimana ditampilkan ekspresi lanskap alami oleh suatu kebudayaan tertentu, dimana budaya adalah agennya, kawasan alami sebagai medium dan lanskap budaya sebagai hasilnya.
Permukiman Tradisional Wayong (1981) menyatakan bahwa permukiman adalah kelompok unit kediaman orang-orang atau kelompok manusia pada suatu wilayah termasuk kegiatan-kegiatan serta fasilitas-fasilitas akibat dari proses terbentuknya
5 permukiman ini. Dibedakan tiga bentuk pola perkampungan berdasarkan pemusatan masyarakatnya, yaitu pola perkampungan yang penduduknya hidup dan tinggal secara menggerombol membentuk suatu kelompok, pola yang penduduknya tinggal mengelompok di sepanjang jalur lalu lintas yang membentuk sederetan perumahan, dan pola yang penduduknya tinggal menyebar di suatu daerah pertanian. Daerah perbukitan menyebabkan penduduk harus mencari tempat yang rata untuk mendirikan rumah, bila tidak ada maka sedikit lahan diratakan, sedangkan lahan pekarangan dibiarkan tetap berbukit. Undang-undang Republik Indonesia No. 4 tahun 1992 mendefinisikan permukiman sebagai bagian dari lingkungan hidup, di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sedangkan menurut Marbun (1994) desa-desa asli yang berfungsi lengkap sebagai satu unit permukiman juga telah ditata dengan sarana fungsional dalam skala yang sederhana. Ada barisan perumahan, rumah upacara, lumbung, pemondokan pemuda, tapian (tempat mengambil air minum dan mandi), tempat beternak, perladangan, tempat berburu, kuburan dan jalan setapak. Penduduk desa hidup harmonis dengan alam. Hidup mereka diikat oleh adat dan upacara keagamaan, gotong-royong, tepa selira, dan solidaritas mewarnai sistem kekerabatan dan pergaulan mereka sehari-hari. Selanjutnya dikatakan oleh Parker dan King (1988) tradisional adalah doktrin, pengetahuan, kebiasaan, adat-istiadat dari masa lalu, yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya. Permukiman tradisional merupakan permukiman yang bentukannya dipengaruhi oleh doktrin, pengetahuan, kebiasaan, adat-istiadat dari masa lalu yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya yang terdiri dari elemen budaya tradisional. Elemen budaya tradisional dapat berupa bangunan tradisional, kelompok bangunan, struktur, kelompok struktur, distrik bersejarah maupun obyek yang berdiri sendiri. Budaya yang dimiliki oleh suatu masyarakat tertentu yang mencakup tradisi, keyakinan, kebiasaan cara hidup, seni, kerajinan tangan dan lembaga sosial termasuk dalam elemen budaya tradisional. Budaya yang bersifat tradisional berarti kegiatan budaya tersebut sudah berlangsung turun-temurun.
6 Pelestarian Lanskap Budaya Keberadaan lanskap budaya sangat penting, karena hal tersebut mengandung maksud jika kita kehilangan lanskap yang mengandung budaya dan tradisi masyarakat, maka kita akan kehilangan apa yang menjadi bagian penting dari diri kita dan akar kita pada masa lampau. Sebagai arsitek lanskap, merupakan tanggung jawab profesional untuk menentukan lingkungan khusus ini, setelah diidentifikasi, apakah akan dilindungi atau digunakan sebijaksana mungkin untuk dapat mempertahankan kelangsungan suatu lambang atau simbol warisan sejarah manusia dan dunia (Tishler, 1982). Menurut Sidharta dan Budiharjo (1989), kegiatan pelestarian adalah kegiatan konservasi. Konservasi diartikan sebagai segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik. Konservasi dapat meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Nurisjah dan Pramukanto (2001) mengemukakan beberapa pilihan bentuk tindakan teknis yang umumnya dilakukan dalam upaya pengelolaan lanskap budaya atau sejarah, yaitu sebagai berikut : 1.
Adaptive use (penggunaan adaptif) Mempertahankan dan memperkuat lanskap dengan mengakomodasikan berbagai penggunaan, kebutuhan, dan kondisi masa kini. Kegiatan model ini memerlukan pengkajian yang cermat dan teliti terhadap sejarah, penggunaan, pengelolaan dan faktor lain yang turut berperan dalam pembentukan lanskap tersebut. Pendekatan ini akan memperkuat arti sejarah dan mempertahankan warisan sejarah yang terdapat pada lanskap itu dan mengintergrasikannya dengan kepentingan, penggunaan dan kondisi sekarang yang relevan.
2.
Rekonstruksi Pembangunan ulang suatu bentuk lanskap, baik secara keseluruhan atau sebagian dari tapak asli, yang dilakukan pada kondisi : - Tapak tidak dapat bertahan lama pada kondisi yang asli atau mulai hancur karena faktor alam - Suatu babakan sejarah tertentu yang perlu untuk ditampilkan
7 - Lanskap yang hancur sama sekali sehingga tidak terlihat seperti kondisi awalnya - Alasan kesejarahan yang harus ditampilkan Pendekatan ini dapat diterapkan bila memenuhi syarat : - Tidak terdapat lagi peninggalan bersejarah, baik yang disebabkan karena hilang, hancur, rusak atau berubah. - Data sejarah, arkeologi, etnografis, dan lanskap memungkinkan pelestarian dapat dilakukan secara akurat dengan persyaratan minimal - Rekonstruksi dilakukan pada lokasi tapak asli (original site) - Tindakan yang dilakukan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap sumber daya lain - Alternatif kebijakan dan studi kelayakan sudah dipertimbangkan dan pilihan alternatif dilakukan sejauh hanya untuk kepentingan tertentu, yaitu agar dapat memperlihatkan kepada masyarakat akan suatu makna sejarah dan untuk meningkatkan apresiasi terhadap nilai tersebut 3.
Rehabilitasi Merupakan tindakan untuk memperbaiki utilitas, fungsi atau penampilan suatu
lanskap
bersejarah.
Pada
kasus
ini,
keutuhan
lanskap
dan
struktur/susunannya secara fisik dan visual serta nilai yang terkandung harus dipertahankan. Tindakan ini dilakukan dengan pertimbangan terhadap kenyamanan, lingkungan, sumber daya alam, dan segi administratif. 4.
Restorasi Merupakan model pelestarian yang paling konservatif, yaitu pengembalian penampilan lanskap pada kondisi aslinya dengan upaya mengembalikan penampilan sejarah dari lanskap ini sehingga apresiasi terhadap karya lanskap ini tetap ada. Tindakan ini dilakukan melalui penggantian atau pengadaan elemen yang hilang atau yang tidak ada, atau menghilangkan elemen tambahan yang mengganggu. Tindakan ini dapat dilakukan secara keseluruhan (murni) atau hanya sebagian.
5.
Stabilisasi Merupakan tindakan dalam melestarikan lanskap atau objek yang ada dengan memperkecil pengaruh negatif terhadap tapak.
8 6.
Konservasi Merupakan tindakan yang pasif dalam upaya pelestarian untuk melindungi suatu lanskap bersejarah dari kehilangan atau pelanggaran atau pengaruh yang tidak tepat. Tindakan ini bertujuan untuk melestarikan apa yang ada saat ini, mengendalikan tapak sedemikian rupa untuk mencegah penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan dan daya dukung serta mengarahkan perkembangan di masa depan, tindakan ini juga bertujuan untuk memperkuat karakter spesifik yang menjiwai lingkungan/tapak dan menjaga keselarasan antara lingkungan lama dan pembangunan baru mendekati perkembangan aspirasi masyarakat. Dasar tindakan yang dilakukan, umumnya adalah hanya untuk tindakan pemeliharaan.
7.
Interpretasi Merupakan usaha pelestarian mendasar untuk mempertahankan lanskap asli/alami secara terpadu dengan usaha yang dapat menampung kebutuhan dan kepentingan baru serta berbagai kondisi yang akan dihadapi masa ini dan yang akan datang. Pendekatan pelestarian dengan tindakan interpretasi ini mencakup pengkajian terhadap tujuan desain dan juga penggunaan lanskap sebelumnya. Desain yang baru haruslah mampu untuk memperkuat integritas nilai
historis
lanskap
mengintegrasikannya
ini
dengan
dan
pada
program
saat
yang
kegiatan
bersamaan
tapak
yang
juga baru
diintroduksikan. 8.
Period setting, replikasi dan imitasi Merupakan tindakan penciptaan suatu tipe lanskap pada tapak tertentu yang non orginial site. Tindakan ini memerlukan adanya data dan dokumentasi yang dikumpulkan dari tapak serta berbagai pengkajian akan sejarah tapaknya sehingga pembangunan lanskap tersebut akan sesuai dengan suatu periode yang telah ditentukan sebelumnya (rencana baru). Penerapannya, umumnya tidak secara luas tetapi hanya untuk situasi atau kasus tertentu.
9.
Release Merupakan tindakan pengelolaan yang memperbolehkan adanya suksesi alam yang asli. Misalnya adalah diperbolehkannya vegetasi menghasilkan suatu produk tertentu secara alami pada suatu lanskap sejauh tidak merusak
9 keutuhan atau merusak nilai historiknya. Tetapi tindakan ini memiliki kekurangan karena dapat memberikan andil terhadap kemungkinan hilang atau terhapusnya arti dan nilai sejarah dari lanskap dalam sistem budaya tersebut. 10. Replacement Merupakan tindakan substitusi atas suatu komuniti biotik dengan lainnya. Misalnya adalah penggunaan jenis tanaman penutup tanah (ground cover) yang dapat menampilkan bentukan lahan, contoh yang lain adalah substitusi spesies dengan spesies lain yang berkarakter sama pada taman-taman barat. Hal yang sama tidak dapat dilakukan pada taman timur karena taman timur memiliki nilai spiritual sehingga tidak dapat disubstitusikan atau digantikan dengan spesies lain.
10
METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di pemukiman Desa Budaya Lekaq Kidau Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur (Gambar 1). Penelitian dilaksanakan selama lima bulan dimulai pada bulan Maret dan berakhir pada bulan Juli 2009. Waktu persiapan dan pengumpulan data di lapang selama dua bulan, yaitu pada bulan Maret sampai April 2009 dan pengolahan data selama tiga bulan berikutnya.
Peta Pulau Kalimantan
Peta Kab. Kutai Kartanegara
Kalimantan Timur
KEC. SEBULU Lokasi Desa Budaya Lekaq Kidau
Gambar 1. Peta Lokasi Desa Budaya Lekaq Kidau
Metode penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yang meliputi : inventarisasi data, analisis, dan sintesis untuk memformulasikan hasil analisis (Gambar 2). 1. Inventarisasi data Jenis data yang digunakan dalam studi ini berupa data primer dan sekunder, yang meliputi kondisi lanskap baik yang alami maupun non alami, aspek kesejarahan, kondisi sosial-ekonomi-budaya masyarakat,
11 pengaruh luar, serta aspek pengelolaan dan kebijakan pemerintah (Tabel 1). Data ini berbentuk dokumentasi foto, informasi tertulis/lisan yang diperoleh dari hasil survei, observasi, wawancara di lapangan, dan data dari telaah pustaka yang berkaitan dengan studi. Inventarisasi data dilakukan dengan cara : a. Observasi lapang, untuk mengetahui langsung kondisi tapak, yaitu kondisi fisik lanskap budaya, karakter lanskap dan lingkungan sekitarnya, dan aktivitas pengguna lanskap. b. Wawancara terstruktur kepada narasumber, untuk memperoleh data dan informasi dari tokoh masyarakat, para ahli dan dinas terkait mengenai kondisi lanskap, sejarah kawasan, kondisi sosial-ekonomibudaya masyarakat, kondisi pengunjung, pengelolaan, pengembangan dan kebijakan. c. Wawancara dengan menggunakan format kuesioner (Lampiran 1 dan Lampiran 2), untuk memperoleh data dan informasi dari masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau, masyarakat sekitar kawasan, dan pengunjung untuk mengetahui kegiatan, persepsi serta keinginan masyarakat dan pengunjung. d. Studi Pustaka, untuk mendapatkan data dan informasi sekunder sebagai penunjang
melalui
kepustakaan/dokumen,
yang
dapat
diperoleh dari perpustakaan setempat, pemda setempat, dan naskah kuno mengenai keadaan umum tapak dan sejarah kawasan.
Tabel 1. Jenis, Bentuk dan Sumber Data No
Jenis Data
1.
Kondisi
Bentuk Data
Sumber Data
Lanskap Umum Fisik alami - Iklim
- Curah hujan, suhu udara rata-rata dan - BMG kelembaban relatif udara
- Landform
- Peta kawasan dan topografi
- Bappeda, BPN
- Land Use
- Peta pola penggunaan lahan
- Bappeda, observasi lapang
12 - Hidrologi
- Sumber air, pola aliran
- Observasi lapang
- Kualias visual
- Good view dan bad view
- Observasi lapang
Fisik non alami - Jaringan transportasi dan
- Aksebilitas,
jarak,
jenis
sarana - BPN, Bappeda,
transportasi dan konsep sirkulasi
observasi lapang
sirkulasi Desa Budaya Fisik alami - Vegetasi
- Jenis, fungsi dan pola penyebaran
- Observasi lapang, pustaka
Fisik non alami - Tata ruang
- Penataan kawasan, hirarki
- Observasi lapang, wawancara
- Bangunan
- Jenis, tata letak bangunan, fungsi, - Observasi orientasi,
filosofi,
arsitektur
dan
ukuran
Disparbud
- Kualitas visual - Arsitektur desa budaya 2.
Kesejarahan
yang
menampilkan - Observasi
kekhasan budaya setempat - Sejarah Dayak
lapang,
lapang, pustaka
perkembangan kebudayaan - Studi di
Kabupaten
Kutai
Kartanegara - Sejarah terbentuknya kawasan Desa
pustaka,
observasi lapang, wawancara terstruktur
Budaya Lekaq Kidau - Konsep pemukiman Dayak lain - Elemen-elemen yang mengandung nilai budaya 3.
Kondisi Masyarakat - Sosial
- Kependudukan, struktur sosial
- Wawancara, profil desa
- Budaya
- Filosofi budaya
- Disparbud,
- Filosofi lingkungan
observasi lapang,
- Aktivitas keseharian masyarakat
wawancara
- Aktivitas budaya / perayaan khusus
13 - Ekonomi
- Mata pencaharian penduduk, tingkat - Profil desa ekonomi
4.
Pengaruh luar - Pembangunan
- Perkembangan desa
- Dinas terkait,
fisik - Wisata
observasi lapang, - Jumlah, karakteristik, bentuk aktivitas, - Observasi dan tujuan pengunjung
lapang, wawancara
5.
Kebijakan pengelolaan/ aspek legal - Tata Ruang
- Undang-undang, Perda, norma adat, - Pemda,
- Pembangunan
Peraturan
masyarakat
Keputusan
- Pelestarian
Pemerintah,
Surat
Disparbud, wawancara, observasi lapang, studi pustaka
2. Analisis Tahap analisis dilakukan untuk menganalisis keterkaitan data untuk memperoleh informasi tatanan lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau, faktorfaktor yang mempengaruhi, dan keberlanjutan lanskapnya. Analisis tatanan lanskap dan faktor-faktor yang mempengaruhi dilakukan secara deskriptif dan spasial. Sedangkan analisis keberlanjutan lanskap budaya dilakukan dengan pendekatan Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats Analysis), yaitu menganalisis potensi/ kekuatan dan kelemahan dari faktor internal, dan menganalisis peluang dan ancaman/ kendala dari faktor eksternal. Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 2. 3. Sintesis Tahap sintesis dilakukan dengan menyajikan tatanan lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau dan menyusun sebuah usulan untuk pelestarian lanskap serta menyusun strategi pelestarian lanskap berdasarkan hasil analisis SWOT.
14 Tabel 2. Matriks SWOT Strengths (S) Opportunities (O)
Threats (T)
Weaknesses (W)
Menggunakan kekuatan
Mendapatkan keuntungan
yang dimiliki untuk
dari kesempatan yang ada
mengambil kesempatan
untuk mengatasi
yang ada
kelemahan-kelemahan
Menggunakan kekuatan
Meminimumkan kelemahan
yang dimiliki untuk
dan menghindari ancaman
mengatasi ancaman yang
yang ada
dihadapi
Sumber : Kinnear dan Taylor, 1999
15 Desa Budaya Lekaq Kidau
I n v e n t a r i s a s i
Kondisi
Kesejarahan :
Kondisi
Pengaruh luar :
Kebijakan
Lanskap :
• Sejarah
Masyarakat :
• Pembangun-
Pengelolaan /
• Kondisi Fisik alami • Kondisi
S i n t e s i s
• Sosial
Dayak dan
• Budaya
Desa
• Ekonomi
an fisik
aspek legal :
• Wisata
• Tata ruang • Pembangun-
Fisik Non-
Budaya
an
alami
Lekaq Kidau
masyarakat
• Identifikasi kondisi dan elemen yang
D a t a
A n a l i s i s
kebudayaan
mengandung nilai budaya
Tatanan Lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau
Keberlanjutan lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau berdasarkan Analisis SWOT
Usulan Pelestarian Lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau : • Konsep dasar • Zonasi pelestarian lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau • Strategi pelestarian lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau
Gambar 2. Tahapan Penelitian
• Pelestarian
KONDISI UMUM LOKASI STUDI Sejarah Desa Budaya Lekaq Kidau Desa Budaya Lekaq Kidau yang terletak di kawasan hulu sungai Mahakam merupakan kawasan permukiman Suku Dayak Kenyah. Suku ini merupakan suku Dayak yang paling banyak jumlah populasinya di Pulau Kalimantan. Masyarakat Dayak Kenyah hidup berpindah-pindah atau nomaden karena sifat suku ini yang suka berpetualang. Masyarakat Dayak Kenyah yang tinggal di Desa Budaya Lekaq Kidau berasal dari dataran tinggi Apau Kayan, sebuah daerah di pedalaman Kalimantan dekat perbatasan Indonesia dan Malaysia (Serawak). Pada tahun 1940-an, suku Dayak Apau Kayan bermigrasi ke beberapa wilayah, salah satunya ke wilayah Long Lees, Kabupaten Kutai Timur. Kemudian pada tahun 1998, mereka pindah ke wilayah Lekaq Kidau kecamatan Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara. Pada saat itu perjalanan dari wilayah Long Lees ke Desa Budaya Lekaq Kidau ditempuh selama dua hari dua malam. Wilayah ini dipilih sebagai tempat tinggal dan menetap atas kesepakatan bersama, dengan alasan selain karena tempat itu masih kosong, juga karena letaknya yang berada di tepi sungai Mahakam yang memudahkan mereka untuk melakukan berbagai aktivitas seperti di tempat asal mereka. Selain itu juga agar dapat mempermudah akses mendapatkan pendidikan bagi anak-anak dan dekat dengan daerah perkotaan agar mereka dapat memperbaiki taraf kehidupan mereka. Hal ini karena di tempat asal mereka, akses untuk mendapatkan pendidikan dan berbagai sarana transportasi serta komunikasi yang sulit menyebabkan mereka seperti terpisah dengan masyarakat lainnya. Oleh pemerintah Kecamatan Sebulu, mereka diperbolehkan untuk tinggal di kawasan yang hingga sekarang mereka tempati. Pada awalnya Desa Budaya Lekaq Kidau merupakan salah satu dusun yang termasuk dalam bagian desa Selerong. Pada tahun 2003, Dusun Lekaq Kidau berkembang dan statusnya menjadi desa persiapan. Kemudian pada tahun 2004, diresmikan sebagai desa definitif. Desa Budaya Lekaq Kidau dipimpin oleh seorang Kepala Desa, tetapi secara adat desa Lekaq Kidau dipimpin oleh seorang Kepala Adat.
17 Sejak tahun 2005, berkenaan dengan adanya program Gerakan Pengembangan Pemberdayaan Kutai (Gerbang Dayaku) II, Desa Budaya Lekaq Kidau ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebagai desa budaya dan salah satu lokasi tujuan wisata budaya di Kabupaten Kutai Kartanegara. Nama Lekaq Kidau memiliki arti tersendiri yang berasal dari bahasa Dayak Kenyah. Lekaq berarti datar dan Kidau berarti pohon bayur/ bungur. Sehingga nama Lekaq Kidau memiliki arti desa yang dibuka di wilayah yang datar dan dahulunya pada tepi sungai terdapat pohon bayur/ bungur.
Batas Lokasi Studi Secara administratif, Budaya Lekaq Kidau terletak di kecamatan Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur. Batas-batas fisik Desa Budaya Lekaq Kidau adalah sebagai berikut (Gambar 3) : 1. Utara : Desa Teratak 2. Selatan : Desa Sanggulan 3. Timur : Desa Senoni 4. Barat : Desa Selerong
U
Batas Lokasi Studi
Gambar 3. Batas Lokasi Studi
18 Aksesibilitas dan Sirkulasi Desa Budaya Lekaq Kidau berjarak sekitar 33 Km dari Sebulu (ibu kota Kecamatan) dan 64 Km dari Kota Tenggarong, ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara. Akses menuju desa ini dapat dicapai dengan menggunakan jalur darat dan jalur sungai (Gambar 4). Akses menuju desa ini dari kecamatan Tenggarong dapat ditempuh melalu tiga jalur pilihan antara lain : 1. Jalur darat melalui hutan dan permukiman. Dari jalan utama Tenggarong – Loa Tebu, mengambil jalan ke desa Mangkurawang, kemudian melewati desa Rapak Lambur, Ngadang, Senoni, sampai Selerong. Jalan dari Tenggarong sampai Selerong dapat dilewati dengan menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua (sepeda motor).
Dari
Selerong
menyeberang
sungai
Mahakam
dengan
menggunakan feri penyeberangan. 2. Jalur darat melalui desa Sebulu, kemudian dilanjutkan dengan jalur sungai sampai ke Desa Budaya Lekaq Kidau. Jalur sungai melalui desa Sebulu, masuknya mengambil jalan dari desa Loa Tebu melalui jalur darat. Kemudian dari desa Sebulu dilanjutkan dengan menggunakan speed boat atau kapal motor sampai ke desa Lekaq Kidau. 3. Jalur sungai dari pelabuhan Tenggarong. Jalur ini merupakan jalur yang sudah dilewati kendaraan umum sungai. Dari pelabuhan Tenggarong naik kapal motor atau speed boat melewati desa-desa di sepanjang sungai Mahakam, sampai di Desa Budaya Lekaq Kidau.
19
Gambar 4. Peta Akses Menuju Tapak
Jalur pertama sering digunakan oleh masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau sendiri maupun masyarakat luar yang sekedar berkunjung ke desa tersebut. Hal ini dikarenakan kenyamanan dari kondisi jalan yang sudah cukup baik. Jalan yang dilewati merupakan jalan yang dibangun oleh pemerintah untuk jalur transportasi menuju desa-desa di hulu sungai Mahakam. Jalur ini melewati hutan, kebun sawit milik perusahaan swasta, tambang batu bara dan kebun percobaan buah naga milik Universitas Mulawarman Samarinda. Setelah sampai di desa Selerong, dilanjutkan dengan menyeberang Sungai Mahakam sekitar 10 menit ke desa Lekaq Kidau. Alternatif kendaraan dan waktu tempuh ketiga jalur menuju Desa Budaya Lekaq Kidau dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan hasil pengamatan, intensitas kendaraan di jalur pertama tidak padat, begitu juga dengan jalur kedua dan ketiga. Hal ini dikarenakan letak lokasi studi yang cukup jauh dari pusat kota. Kondisi jalur pertama dan darmaga penyeberangan dari Desa Selerong menuju Desa Budaya Lekaq Kidau dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6.
20 Tabel 3. Alternatif Kendaraan dan Waktu Tempuh Menuju Desa Budaya Lekaq Kidau Dari
Ke
Jarak
Alternatif kendaraan
Waktu
Tenggarong
Selerong
40 Km
Mobil sewaan, ojeg
± 60 menit
Selerong
Lekaq Kidau
550 m
Feri penyeberangan
± 10 menit
Tenggarong
Sebulu
20 Km
Mobil sewaan, ojeg
± 30 menit
Sebulu
Lekaq Kidau
33 Km
Speed boat
± 25 menit
Kapal motor
± 2 jam
Speed boat
± 45 menit
Kapal motor
±4 jam
Tenggarong
Lekaq Kidau
64 Km
Sumber : Pengamatan di Lapang (2009)
Gambar 5. Kondisi Jalur 1 Menuju Desa Budaya Lekaq Kidau
Gambar 6. Kondisi Jalur Penyeberangan Desa Budaya Lekaq Kidau
Jalur kedua (Gambar 7) dan ketiga (Gambar 8) merupakan jalur yang sering digunakan untuk wisatawan yang datang dari luar. Karena melalui jalur ini, wisatawan dapat menikmati pemandangan dan pengalaman perjalanan sungai.
21 Namun jika menggunakan kapal motor, perjalanan melalui kedua jalur ini membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan jalur 1.
Gambar 7. Kondisi Jalur 2 Menuju Desa Budaya Lekaq Kidau
Gambar 8. Kondisi Jalur 3 Menuju Desa Budaya Lekaq Kidau
Iklim Karakteristik iklim Desa Budaya Lekaq Kidau termasuk ke dalam iklim hutan tropika humida dengan perbedaan yang tidak begitu tegas antara musim kemarau dan musim hujan. Curah hujan berkisar antara 2000-4000 mm per tahun dengan temperatur rata-rata 26oC. Perbedaaan temperatur siang dan malam antara 5-7 oC. (Pemkab Kukar, 2008)
Tanah dan Topografi Desa Budaya Lekaq Kidau terletak pada ketinggian 17 meter di atas permukaan laut. Topografi Desa Budaya Lekaq Kidau relatif datar dan berbukit rendah. Pada lahan teratas terdapat hutan dan kuburan sedangkan pada lahan paling bawah terdapat sungai. Permukiman dan ladang terletak pada wilayah
22 dengan topografi yang relatif datar. Menurut Peta Jenis Tanah Kabupaten Kutai Kartanegara dengan skala 1 : 1.400.000, jenis tanah di Desa Budaya Lekaq Kidau didominasi oleh tanah organosol glei humus.
Hidrologi Desa Budaya Lekaq Kidau terletak di tepi Sungai Mahakam. Oleh karena itu, Sungai Mahakam merupakan jalur transportasi utama menuju Desa Budaya Lekaq Kidau. Selain itu, dahulunya sungai ini juga dimanfaatkan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat yaitu untuk mandi, memasak dan kebutuhan lainnya. Namun sejak 29 Juli 2008, sebagian masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau tidak lagi memanfaatkan secara langsung air dari sungai Mahakam. Masyarakat melalui program Sarana Air Bersih dari PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat), membuat saluran-saluran dari pipa PVC untuk mengakomodasikan aliran air dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Sumber air diperoleh dari anak sungai Mahakam yang terletak 2 Km di sebelah timur desa. Hal ini dikarenakan anak sungai tersebut diyakini masih bersih dan belum tercemar. Kondisi Sungai Mahakam dapat dilihat pada Gambar 9. Pola drainase Desa Budaya Lekaq Kidau berupa selokan-selokan mengikuti pola jalan desa. Pada umumnya aliran air tersebut bermuara ke sungai Mahakam. Namun karena topografi wilayah permukiman yang relatif datar, selokan-selokan tersebut selalu tergenangi air jika musim hujan dan air sungai pasang.
Gambar 9. Kondisi Sungai Mahakam
23 View Desa Budaya Lekaq Kidau memiliki pemandangan yang alami. Selain itu juga memiliki pemandangan lanskap dengan gaya arsitektur khas Suku Dayak Kenyah. Pemandangan ini terdiri dari pemandangan di luar permukiman dan di dalam permukiman. Jika memandang ke sebelah barat ke arah luar permukiman akan terlihat pemandangan sungai Mahakam yang sangat lebar (±500 m) dibatasi oleh hutan di seberang sungai. Sisi sebelah timur berupa bukit rendah, sedangkan sisi sebelah selatan berupa kebun masyarakat dan utara berupa permukiman Desa Teratak. Sedangkan dari luar permukiman, jika sudah mendekati permukiman terdapat pemandangan menarik berupa darmaga dan gerbang desa dengan gaya arsitektur khas Dayak Kenyah dan pemandangan rumah-rumah panggung masyarakat desa. View Desa Budaya Lekaq Kidau dapat dilihat pada Gambar 10.
Aspek Sosial Ekonomi Desa Budaya Lekaq Kidau dihuni oleh 155 KK dengan jumlah 655 jiwa. Komposisi jumlah penduduk laki-laki 359 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 296 jiwa. Penduduk asli Desa Budaya Lekaq Kidau adalah suku Dayak Kenyah yang bermigrasi dari wilayah Long Lees termasuk juga keturunannya. Namun di Desa Budaya Lekaq Kidau juga terdapat suku lain yaitu Kutai, Jawa, dan Timor dalam jumlah yang sangat kecil (1,06 %). Mereka adalah masyarakat pendatang yang menikah dengan orang Lekaq Kidau dan menetap di sana. Mayoritas penduduk Desa Budaya Lekaq Kidau beragama Kristen Protestan. Sebelum mengenal agama resmi pemerintah, masyarakat Dayak Kenyah di Desa Lekaq Kidau menganut kepercayaan animisme yang percaya dan meyakini peran roh-roh leluhur dalam mengendalikan kehidupan. Menurut Conley yang dikutip oleh Maunati (2004), suku Dayak Kenyah percaya pada tiga jenis roh (bali), yaitu roh baik, roh jahat dan roh yang tidak dapat diduga. Bungan Malan Peselong Luan adalah contoh roh baik yang biasanya dipuja oleh masyarakat Dayak Kenyah dalam upacara-upacara keagamaan mereka. Sementara peristiwa kematian, sakit, dan perasaan yang tidak menyenangkan seperti kecemburuan dan keraguan, dikelompokkan ke dalam sesuatu yang disebabkan oleh roh jahat. Roh yang tidak diduga dapat dilihat melalui beberapa bali, misalnya bali pelaki adalah
24 roh yang bersarang di dalam tubuh burung elang, jika burung elang terbang dari kiri ke kanan berarti pertanda baik dan begitu pula sebaliknya. Pada saat sekarang, kepercayaan atau agama yang dianut oleh masyarakat setempat berbeda-beda, yaitu agama Kristen Protestan, Katolik dan Islam (Tabel 4).
Tabel 4. Agama yang dianut masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau No.
Agama
Jumlah (%)
1. Kristen Protestan 94,96 2. Katolik 4,12 3. Islam 0,91 Sumber : Monografi Desa Lekaq Kidau tahun 2008
Mata pencaharian utama masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau adalah bercocok tanam. Selain berladang di sekitar tempat tinggal mereka, ada juga sebagian masyarakat yang berladang di Kilometer 28 Benua Baru Kecamatan Kota Bangun. Hasil pertaniannya antara lain padi, sayur-mayur, jagung, dan ubi. Selain itu ada juga yang bekerja sebagai buruh di perkebunan kelapa sawit dan di perusahaan tambang batu bara. Jenis mata pencaharian kepala keluarga di Desa Budaya Lekaq Kidau dapat dilihat pada Tabel 5. Penghasilan tambahan diperoleh dari kerajinan manik seperti gelang, kalung seraung, dan tameng yang dibuat oleh ibu-ibu dan anak-anak yang dijual kepada pengunjung wisata baik lokal maupun manca negara. Sebelum tumbuh seperti sekarang, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka banyak dibantu oleh masyarakat atau suku-suku lain yang yang berada di sekitar Desa Budaya Lekaq Kidau.
Tabel 5. Jenis Mata Pencaharian Kepala Keluarga No.
Mata Pencaharian
Jumlah (Orang)
1. Petani 2. Buruh industri 3. Buruh bangunan 4. Pertambangan 5. Perkebunan 6. Pedagang 7. Pegawai Negeri Sipil (PNS) Sumber : Monografi Desa Lekaq Kidau tahun 2008
90 10 8 6 21 10 10
25
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau terbanyak yaitu tingkat Sekolah Dasar. Namun banyak juga yang melanjutkan hingga SLTP dan SLTA di sekolah-sekolah yang terdapat di desa-desa di sekitar desa mereka. Selain itu juga terdapat beberapa orang yang dapat melanjutkan hingga ke perguruan tinggi, misalnya anak Kepala Desa. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau No.
Pendidikan
Jumlah (Orang)
Belum sekolah 1. Tidak tamat SD 2. SD / sederajat 3. SLTP / sederajat 4. SLTA / sederajat 5. Akademi 6. Perguruan tinggi 7. Sumber : Monografi Desa Lekaq Kidau tahun 2008
42 98 176 84 98 9 5
Fasilitas umum yang terdapat di Desa Budaya Lekaq Kidau antara lain fasilitas bidang pemerintahan, bidang pendidikan, bidang keagamaan, bidang olahraga, dan bidang transportasi (Tabel 7).
Tabel 7. Jenis Fasilitas Umum Desa Budaya Lekaq Kidau No.
Jenis Fasilitas
Bidang Pemerintahan - Kantor Desa - Sekretariat PKK 2. Bidang Pendidikan - Gedung Sekolah Dasar - Gedung TK 3. Bidang Keagamaan - Gereja 4. Bidang Olahraga - Lapangan sepak bola - Lapangan voli 5. Bidang Transportasi - Darmaga Sumber : Pengamatan di Lapang (2009)
Jumlah (Buah)
1.
1 1 1 1 1 1 1 1
DATA DAN ANALISIS Tata Guna Lahan dan Sistem Kepemilikan Lahan Masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau seperti umumnya etnik tradisional Dayak di Kalimantan Timur, berinteraksi dan mengenal lingkungan dengan baik. Hubungan antara budaya dan lingkungannya dikonsepsikan dalam bentuk pengetahuan tradisional tentang klasifikasi satuan tata guna lahan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di lapang, tata guna lahan di Desa Budaya Lekaq Kidau dibagi menjadi empak (hutan alami), tana’ ulen (hutan simpanan), uma (ladang), kelimeng (kebun kecil), kuburan (makam), leppo’ (permukiman), dan sungai. Pada masyarakat Dayak Kenyah di Desa Budaya Lekaq Kidau dan juga masyarakat Dayak umumnya memiliki kelembagaan tertentu mengenai lahan hutan. Bagi masyarakat Dayak Kenyah, hutan diartikan secara menyeluruh (holistic) meliputi makna ekonomis, sosial-budaya. Menurut orang Dayak Kenyah sebagaimana telah berlaku ketika jaman nenek moyang, hutan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan orang Dayak Kenyah. Antara orang Dayak Kenyah dan hutan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dan keduanya saling memberikan pengaruh timbal balik (Billa dalam Pasaribu, 2007). Empak adalah kawasan hutan alami yang belum pernah diubah menjadi ladang. Masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau menyebutkan bahwa satuan lingkungan empak atau hutan rimba adalah suatu kawasan yang ditumbuhi pohonpohon besar, dihuni binatang-binatang liar, dan belum pernah dibuka sebagai ladang. Tana’ ulen adalah kawasan hutan yang dilindungi dan dijaga namun masih bisa dimanfaatkan pohon dan hasil hutan non kayunya selama tetap lestari dan tidak mengubah kondisinya. Tana’ ulen merupakan hutan yang tumbuh melalui proses alami. Selain itu dapat juga berupa kawasan sungai yang dilindungi dan dilestarikan. Jika dilihat berdasarkan sejarahnya, konsep tana’ ulen awalnya merupakan kepemilikan lahan yang ada pada kelompok paren (bangsawan), namun sesuai dengan perkembangan dan pergeseran tata nilai budaya, sosial, ekonomi dan adanya perubahan masyarakat tradisional menjadi masyarakat desa, konsep tana’
30 ulen juga telah berubah, tidak lagi terbatas pada kawasan tertentu yang dikuasai golongan paren tetapi didasarkan pada kepentingan bersama seluruh masyarakat adat. Oleh karena itu, kawasan hutan simpanan tersebut harus dilindungi dan dijaga oleh seluruh masyarakat. Uma berarti ladang yang merupakan satuan lingkungan untuk diusahakan sebagai sumber pangan utama. Di lahan inilah padi sebagai makanan pokok dibudidayakan. Padi yang ditanam oleh masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau adalah padi ladang. Sedangkan kelimeng berarti kebun berukuran kecil yang terletak di sekitar kawasan permukiman. Pada kelimeng ini ditanam berbagai sayuran, buah-buahan dan tanaman pangan. Kebun campuran dari sayuran, buahbuahan dan bahan pangan lainnya ini dimaksudkan sebagai sumber cadangan bahan pangan yang dapat cepat tersedia bila diperlukan dalam kehidupan seharihari. Leppo’ yaitu permukiman masyarakat Dayak. Pada umumnya dibangun di kawasan tepian sungai, begitu pula dengan Desa Budaya Lekaq Kidau. Lokasi ini sangat strategis karena sungai adalah urat kehidupan masyarakat, baik untuk media transportasi maupun sumber air untuk keperluan hidup sehari-hari. Bangunan tempat tinggal umumnya sejajar dengan pinggiran sungai sehingga memudahkan untuk menambatkan perahu sebagai alat transportasi utama mereka. Kuburan atau makam terletak pada lahan atas dan cukup jauh dari permukiman. Hal ini merupakan salah satu bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap para leluhur mereka yang telah meninggal. Selain itu dahulunya masyarakat Dayak Kenyah mempercayai bahwa roh manusia yang sudah meninggal dapat mengganggu manusia yang masih hidup. Karena itulah makam diletakkan di tempat yang agak jauh dari permukiman. Berdasarkan monografi desa, Tata Guna Lahan di Desa Budaya Lekaq Kidau dapat dilihat pada Tabel 8. Masyarakat Dayak sering dianggap tidak mempunyai aturan tentang kepemilikan lahan karena mereka seolah-olah dapat membuka dan membabat hutan sesuai dengan keinginan mereka. Namun sebenarnya mereka mempunyai aturan kepemilikan lahan yang jelas. Kepemilikan lahan yang dimiliki oleh masyarakat Dayak Kenyah terbagi menjadi lahan milik individu dan lahan milik
31 kolektif. Lahan milik individu terdiri dari uma, kelimeng dan sada leppo’. Sedangkan lahan milik kolektif terdiri dari hutan, kuburan, lapangan, dan fasilitas umum desa lainnya.
Tabel 8. Tata Guna Lahan di Desa Budaya Lekaq Kidau No.
Jenis Tata Guna Lahan
Luas
1.
Tanah Pertanian - Uma dan Kelimeng Lahan Terbangun 2. - Bangunan/ pekarangan Tanah keperluan fasilitas umum 3. - Lap Olahraga - Kuburan Tanah keperluan fasilitas sosial 4. - Gereja Sumber : Monografi Desa Budaya Lekaq Kidau 2008
80 Ha 16 Ha 1,5 Ha 1 Ha 100 m2
Masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau mempunyai budaya gotong-royong yang tinggi dan juga menghargai hak milik individu. Pembuatan ladang dapat dilakukan secara bersama-sama dalam satu lokasi, namun masing-masing petak ladang tetap dimiliki secara individu oleh setiap keluarga inti. Pada saat ini, masyarakat desa Budaya Lekaq Kidau tidak hanya berladang di lahan pertanian yang ada di desa mereka, namun sebagian masyarakat memiliki ladang lain di luar desa yaitu di Kilometer 28 Benua Baru Kecamatan Kota Bangun. Pemegang hak atas tanah ladang adalah keluarga yang pertama kali membuka empak (hutan alami). Ijin untuk membuka empak ini diperoleh dari Pemerintah Desa setempat di lokasi lahan yang dibuka untuk berladang. Pembukaan lahan empak dengan menebang pohon-pohon besar ini dilakukan secara kelompok untuk dijadikan ladang umum. Sebagai penanda hak milik tanah biasanya ditanam pohon buah di sekitar lepau (pondok di ladang). Ladang keluarga ini dapat dikerjakan oleh keluarga lain jika pemegang hak mengijinkan atau sudah tidak bersedia memegang haknya lagi. Hak atas tanah ini juga dapat diwariskan kepada keturunannya. Dalam pembagian warisan ini mereka tidak membedakan antara anak laki-laki dan perempuan, sehingga setiap anak akan mendapatkan bagian yang sama.
32 Dalam adat masyarakat Dayak Kenyah seperti juga pada masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau, pendatang baru yang akan menetap di desa mereka dapat meminta tanah kepada masyarakat yang sudah ada di desa tersebut. Sebagai tanda serah terima hak atas tanah ini, pendatang baru menyerahkan sejumlah barang yang dianggap berharga bagi masyarakat Dayak Kenyah seperti mandau, gong, atau guci sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak.
Lanskap Desa Pola Desa Menurut pengetahuan masyarakat adat, bentuk Desa Budaya Lekaq Kidau adalah long. Dikatakan demikian karena desa ini terletak di tepi sungai Mahakam. Bentuk desa yang demikian memberi pengaruh pada karakteristik masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau. Budaya mereka yang selalu berorientasi pada sungai sebagai urat nadi kehidupan, mempengaruhi bentuk permukiman dan elemen lanskap yang ada di desa mereka. Lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau merupakan satu kesatuan unit lanskap yang meliputi area permukiman (leppo’), area hutan (empak dan tana’ ulen), uma (ladang), kelimeng (kebun kecil), kuburan (makam), serta sungai. Area- area tersebut menempati posisi tertentu sesuai fungsi dan maknanya. Empak dan tana’ ulen sebagai kawasan hutan alami terletak ke arah darat dengan jarak sekitar 160 m menjauhi permukiman. Selain itu juga terdapat di hulu dan hilir desa. Sedangkan uma dan kelimeng terletak di sekitar permukiman karena merupakan lahan produksi bagi masyarakat (Gambar 11). Sungai Mahakam terletak di bagian barat desa dan merupakan bagian yang paling rendah. Sedangkan anak sungai yang oleh masyarakat dijadikan sumber air bersih terdapat di tana’ ulen dan merupakan kawasan yang harus dilindungi dan dilestarikan. Area permukiman terletak pada wilayah dengan topografi yang relatif datar dan berbatasan langsung dengan sungai Mahakam. Pada sepanjang tepian Sungai Mahakam yang berbatasan dengan desa dibangun dinding penahan yang berguna untuk menahan gelombang sehingga dapat mencegah terkikisnya daratan.
33
Gambar 11. Uma (kiri) dan Kelimeng (kanan)
Pola permukiman Desa Budaya Lekaq Kidau cukup teratur. Susunan rumah biasanya menghadap ke arah jalan, baik sejajar maupun tegak lurus jalan. Letak rumah yang satu dengan yang lainnya cukup jauh, namun ada juga beberapa yang berdekatan. Rumah-rumah yang berada di tepi sungai dibangun menghadap ke arah sungai, tidak membelakangi. Suku Dayak, termasuk juga suku Dayak Kenyah pada dasarnya menganggap alam semesta terdiri dari alam atas dan alam bawah. Alam atas dikuasai oleh Ranjing Hatala Langit dan dihayati sebagai tasik banteran bulau, laut babandan intan (danau berkilau emas, laut berjembatan intan). Sedangkan alam bawah dikuasai oleh Jata (ular air) dan dihayati sebagai basuhun bulau saramai rabia (sungai emas pengaliran kekayaan). Kehidupan alam atas dan bawah dalam konsepsi masyarakat Dayak merupakan perpaduan yang harmonis dan tata kosmos yang suci (Usop dalam Wijanarka, 2008). Sehingga air atau sungai sangat berperan penting dalam kehidupan spiritual bagi masyarakat suku Dayak dan menjadikan air atau sungai sebagai ruang dominan dalam pembentukan satuan-satuan permukimannya. Keeratan masyarakat suku Dayak dengan air (sungai) diwujudkan dalam kepercayaan suku Dayak yang menganggap air adalah sumber kehidupan. Konsep tata letak permukiman suku Dayak selalu dikaitkan dengan kepercayaan yang menganggap bahwa aliran sungai yaitu hulu berarti baik dan hilir berarti buruk. Sehingga permukiman Dayak Kenyah biasanya berada di wilayah hulu sungai, seperti juga Desa Budaya Lekaq Kidau yang berada di wilayah hulu sungai Mahakam dan terletak di tepi sungai. Rumah yang terletak langsung di tepi sungai dibangun menghadap ke arah sungai, tidak membelakangi.
34 Bangunan lamin adat dan gereja terletak di tengah desa dan satu jalan dengan Kantor Desa. Darmaga dan gerbang desa terletak di tepi sungai Mahakam dan langsung terhubung dengan jalan utama desa. Sedangkan bangunan-bangunan sekolah berada di sebelah timur permukiman. Pola sirkulasi dalam desa berbentuk blok-blok jalur jalan yang sejajar dengan sungai. Jalur jalan tersebut pada awalnya berupa jalan setapak yang dibangun oleh masyarakat desa. Kemudian sejak tahun 2008 melalui proyek Pemerintah Daerah, jalur jalan di desa Lekaq Kidau diperlebar dan disemen. Walaupun pada sebagian jalur jalan masih dalam tahap pekerjaan. Kondisi jalan desa dan dinding penahan tepi sungai dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12.Kondisi Jalan Desa (kiri) dan Dinding Penahan Tepian Sungai (kanan)
Elemen Pembentuk Lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau Elemen lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau merupakan bangunan atau ruang yang terbangun dan menjadi satu kesatuan desa. Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, elemen lanskap Desa Lekaq Kidau terdiri atas 12 elemen, antara lain : 1. Umak Secara tradisional tempat tinggal bagi masyarakat Dayak Kenyah adalah umak yang dikenal juga sebagai lamin. Umak yang sebenarnya berarsitektur rumah panggung berbahan kayu yang dapat mencapai panjang puluhan sampai ratusan meter tergantung dari jumlah amin, yaitu bilik anggota keluarga. Dalam sejarahnya, keluarga-keluarga yang tinggal bersama dalam satu umak ini akan menjadi kekuatan menghadapi serangan musuh dari suku-suku lain. Namun keberadaan umak di Desa Budaya Lekaq Kidau tidak lagi seperti umak aslinya.
35 Dengan adanya perkembangan jaman, konsep amin pada saat sekarang berubah menjadi rumah individual, sehingga tidak lagi dihuni secara bersama-sama oleh beberapa keluarga. Panjang umak di Desa Budaya Lekaq Kidau tidak ada lagi yang panjangnya sampai ratusan meter. Perubahan konsep amin menjadi rumah individual ini awalnya didorong oleh beberapa alasan antara lain sulit menjaga kebersihan di rumah komunal, menghindari kebakaran, dapat memperoleh suasana lebih tenang dan lebih bebas hidup terpisah dengan keluarga yang lain. Walaupun demikian, nilai kebersamaan masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau masih dapat tetap terjaga walaupun dengan kadar yang berbeda. Umak masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau sebagian besar berupa umak sederhana dengan warna dinding dan atap asli dari warna alami kayu (Gambar 13). Namun ada juga beberapa umak yang sudah mulai menggunakan cat dinding. Dinding umak terbuat dari kayu ulin dan atapnya terbuat dari sirap. Bentuk umak yang ada di desa ini berbeda-beda. Ada umak yang memanjang tegak lurus jalan dan ada pula yang sejajar dengan jalan. Jumlah umak yang ada di Desa Budaya Lekaq Kidau adalah 51 umak.
Gambar 13. Umak (rumah tinggal)
2. Lamin Adat Lamin adat yaitu lamin yang digunakan oleh masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau untuk menyelenggarakan acara-acara atau aktivitas-aktivitas adat. Selain itu juga berfungsi sebagai tempat menjamu tamu atau pengunjung yang
36 datang ke Desa Budaya Lekaq Kidau. Lamin adat di Desa Budaya Lekaq Kidau terletak di tengah desa yaitu ± 125 meter dari sungai Mahakam arah timur dan bersebelahan dengan rumah Kepala Adat. Lamin adat di Desa Budaya Lekaq Kidau diberi nama Lamin Adat Pemung Tawai. Lamin adat berbentuk panggung dengan tiang panggung berupa kayu ulin yang di ukir menyerupai wajah manusia, berdinding kayu ulin dan beratapkan sirap. Sedangkan tiang dan dinding yang terdapat di dalam lamin dihiasi dengan ukiran dan warna khas suku Dayak Kenyah. Lamin adat yang ada di Desa Budaya Lekaq Kidau jika dilihat dari luar sangatlah sederhana (Gambar 14). Dinding lamin adat tidak dicat dan dibiarkan dengan warna alami kayu. Di bagian atap lamin adat terdapat ukiran khas suku Dayak Kenyah.
Gambar 14. Lamin Adat
3. Sada Leppo’ Secara harfiah, sada leppo’ berarti di samping permukiman. Masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau mengkonsepsikan sada leppo’ sebagai sebidang lahan di sekitar bangunan rumah baik yang berada di samping, di depan atau belakang rumah tinggal. Sada leppo’ biasa disetarakan dengan pengertian pekarangan karena memiliki batas yang jelas antara sada leppo’ satu dengan yang lainnya. Sada leppo’ ini ditanami berbagai jenis tanaman yang berguna bagi keperluan hidup sehari-hari seperti untuk sayuran, tanaman pangan, bahan obat-obatan, buah-buahan dan tanaman hias (Gambar 15). Jenis tanaman yang biasa ditanam di area sada leppo’ antara lain jagung (Zea mays), cabai (Capsicum anum), bawang tiwai (Eleutherine Americana), papaya (Carica papaya), kacapiring (Gardenia
37 jasminoides), dan lain-lain. Namun ada juga masyarakat yang belum memanfaatkan area ini sehingga ditumbuhi rumput dan tanaman liar lainnya.
Gambar 15. Sada Leppo’
4. Belawing Belawing atau pasak desa adalah salah satu elemen adat suku Dayak Kenyah yang terbuat dari kayu ulin yang diukir (Gambar 16). Belawing yang merupakan simbol persatuan dan kesatuan masyarakat Dayak Kenyah dipasang di depan lamin atau rumah adat dan harus ada di setiap permukiman Dayak sebagai penanda desa. Belawing juga biasa digunakan dalam acara-acara adat, seperti pernikahan adat, mendamaikan warga yang berselisih dan musyawarah adat. Selain itu, dahulunya belawing juga dipergunakan pada upacara adat Mamat Bali Akang, yaitu bagian dari upacara erau kepala atau upacara menyambut para pahlawan yang kembali dari peperangan. Oleh karena itu di Desa Budaya Lekaq Kidau belawing juga terdapat pada gerbang desa (gapura) yang dimaksudkan untuk menyambut tamu atau pengunjung yang datang.
38
Gambar 16. Belawing
5. Gereja Masyarakat Desa Lekaq Kidau mayoritas beragama Kristen Protestan dan sebagian kecil beragama Katolik. Sehingga tempat ibadah yang ada di desa ini berupa gereja (Gambar 17). Penggunaannya intensif yaitu untuk beribadah dan mengadakan upacara perkawinan. Bangunan gereja ini merupakan satu-satunya bangunan di Desa Budaya Lekaq Kidau yang tidak berbentuk panggung. Gereja berbentuk persegi panjang dengan luas bangunan gereja keseluruhan adalah 100 m2. Gereja tersebut dibangun dengan dinding dari kayu ulin dan atap sirap.
Gambar 17. Gereja
6. Gerbang desa dan Darmaga Akses utama untuk memasuki Desa Budaya Lekaq Kidau ditandai dengan sebuah darmaga untuk tempat pemberhentian kendaraan sungai dan sebuah gerbang desa. Pada darmaga dan gerbang desa ini terdapat ukiran kayu khas suku
39 Dayak kenyah yang sangat menarik (Gambar 18). Selain itu terdapat pula empat buah belawing yang dimaksudkan untuk menyambut tamu atau pengunjung.
Gambar 18. Darmaga (kiri) dan Gerbang Desa (kanan)
7. Pilar burung enggang Pilar dihiasi ukiran patung burung Enggang terletak di depan lamin adat dan memiliki tinggi ±10 meter. Burung Enggang (Richoneros sp.) yang merupakan burung endemik Kalimantan Timur oleh suku Dayak Kenyah dipercaya sebagai binatang magis yang dekat dengan roh leluhur. Pilar burung enggang ini biasanya ada di setiap lamin adat suku Dayak Kenyah, seperti yang terdapat di Desa Budaya Lekaq Kidau. Pilar ini merupakan lambang persatuan masyarakat dalam suatu permukiman masyarakat Dayak Kenyah (Gambar 19).
Gambar 19. Pilar Burung Enggang
40 8. Kuburan dan Salung Kuburan yang ada di Desa Budaya Lekaq Kidau adalah kuburan untuk penganut agama Kristen Protestan dan Katolik. Kuburan terletak di lahan atas yaitu di sebelah timur permukiman (Gambar 20). Hal ini merupakan salah satu bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap para leluhur yang telah meninggal. Salung adalah elemen lanskap tradisional Dayak Kenyah yang berfungsi menaungi mayat yang sudah dimasukkan ke dalam tanah. Salung berbentuk menyerupai rumah yaitu memiliki atap, tiang, dan dinding rendah menyerupai pagar. Hal ini dipercaya oleh masyarakat Dayak Kenyah untuk melindungi leluhur yang sudah meninggal. Patung kayu ulin pada salung dibuat dengan ukiran kayu khas Dayak Kenyah yang sangat indah. Pada patung kayu ulin tersebut juga terdapat pahatan nama orang yang dikubur. Pada bagian atap terdapat ukiran kayu khas Dayak Kenyah. Berdasarkan kepercayaan masyarakat Dayak Kenyah, posisi salung harus mengahadap sungai dan sejajar dengan arah air mengalir. Karena air sungai Mahakam mengalir dari utara ke selatan, maka kepala jenazah yang dikubur berada di sebelah utara dan kakinya berada di sebelah selatan.
Gambar 20. Kuburan
9. Lapangan Di Desa Budaya Lekaq Kidau terdapat dua lapangan terbuka yaitu lapangan sepak bola dan lapangan voli (Gambar 21). Kedua lapangan tersebut biasa digunakan untuk kepentingan umum, misalnya untuk mengadakan kegiatankegiatan massal dan aktivitas-aktivitas olahraga masyarakat Desa Budaya Lekaq
41 Kidau. Namun karena letaknya yang rendah, lapangan sepak bola sering tergenangi air jika musim hujan.
Gambar 21. Lapangan Voli (kiri) dan Lapangan Sepak Bola (kanan)
10. Kandang Ternak Kandang ternak berada tersebar di sekeliling desa dan ada juga yang berkelompok di suatu tempat. Kandang ternak yang berkelompok yaitu kandang babi berada di dekat bukit, di samping lahan kuburan. Letak kandang ternak babi yang demikian dimaksudkan agar tidak dekat dengan permukiman. Hal ini diduga karena masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau dalam menentukan letak kandang ini sudah memperhatikan alasan kebersihan dan kesehatan. Namun begitu masih ada pula kandang babi yang terletak di depan rumah. Sedangkan kandang ternak ayam dan bebek berada di sekitar rumah masyarakat. Kandang ayam dan bebek ini biasanya berada di bawah/ kolong rumah tinggal penduduk. Kandang ternak babi dan kandang ternak unggas dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22. Kandang Ternak Babi (kiri) dan Kandang Ternak Unggas (kanan)
42 11. Vegetasi Tanaman yang teridentifikasi di Desa Budaya Lekaq Kidau tersaji pada Lampiran 3. Tanaman yang ada di Desa Budaya Lekaq Kidau memiliki fungsi yang beragam, di antaranya sebagai pangan (Gambar 23), estetik, fisik, material kayu, ekonomi, dan adat. Fungsi sebagai pangan artinya tanaman digunakan untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Fungsi estetik yaitu tanaman sebagai penambah nilai kualitas visual. Fungsi material kayu yaitu berhubungan dengan peran tanaman dalam pembangunan rumah atau elemen fisik lain. Fungsi fisik yaitu berhubungan dengan peran tanaman sebagai pembentuk lanskap seperti fungsi penaung, pengarah, pagar, penahan angin dan lain-lain. Sedangkan fungsi adat yaitu tanaman digunakan untuk keperluan berbagai macam aktivitas masyarakat yang berhubungan dengan adat. Tanaman-tanaman tersebut umumnya berada di sekitar rumah, namun ada juga yang berada di sekitar uma, kelimeng, hutan dan sungai. Padi ladang merupakan tanaman yang dominan di Desa Budaya Lekaq Kidau dan merupakan pangan utama bagi masyarakat. Selain berfungsi sebagai tanaman pangan, padi juga memiliki fungsi adat yaitu berhubungan dengan upacara-upacara adat mereka seperti pada upacara ngaman bai, masa undat, dan uman undat. Tanaman yang memiliki fungsi adat lainnya adalah kunyit (Curcuma domestica), bawang tiwai (Eleutherine Americana), dan pandan (Pandanus amaryllifolius). Tanaman pohon buah-buahan seperti papaya (Carica papaya), kelapa (Cocos nucifera), sukun (Artocarpus communis), dan lain-lain banyak terdapat di Desa Budaya Lekaq Kidau dan berfungsi sebagai tanaman yang hasilnya bisa dikonsumsi oleh masyarakat desa.
43
Gambar 23. Vegetasi yang memiliki fungsi pangan
Analisis Konsep Tata Ruang Berdasarkan skala ruang, kepemilikan ruang, dan intensitas aktivitas masyarakat dalam mengelola alam atau ruang kehidupan maka Desa Budaya Lekaq Kidau memiliki konsep tata ruang yang dapat dibagi menjadi tata ruang makro, tata ruang meso, dan tata ruang mikro.
Tata Ruang Makro Ruang makro adalah ruang/ lanskap yang mendukung hampir seluruh kehidupan masyarakat, yang meliputi ruang hutan, ruang permukiman, ruang pertanian dan sungai. Ruang hutan berada pada lahan dengan topografi berbukit rendah dan terletak ke arah darat. Selain itu ruang hutan juga terdapat di hulu dan hilir permukiman. Ruang hutan tersebut terdiri dari empak dan tana’ ulen. Sedangkan yang termasuk ke dalam ruang pertanian adalah uma dan kelimeng. Ruang pertanian ini terletak di sekitar permukiman. Ruang permukiman mencakup leppo’ (permukiman) sebagai tempat tinggal masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau. Tata ruang makro Desa Budaya Lekaq Kidau dapat dilihat pada Gambar 24. Secara vertikal, konsep ruang makro dapat digambarkan seperti pada Gambar 25. Ruang hutan berada pada lahan yang agak tinggi. Ruang pertanian dan permukiman berada pada lahan dengan topografi yang relatif datar. Sedangkan ruang sungai berada pada lahan paling bawah.
44
Sungai
Permukiman (Ruang Meso) dan Kebun / Kelimeng
Lahan pertanian (Ladang / Uma)
Kuburan
Hutan (Empak dan Tana’ Ulen)
Sumber : Wawancara dan Pengamatan di Lapang
Gambar 25. Tata Ruang Makro secara Horizontal
Tata Ruang Meso Ruang meso adalah bagian ruang makro yang merupakan lingkungan permukiman/ perumahan masyarakat desa. Ruang permukiman Desa Budaya Lekaq Kidau berorientasi dan berada di tepi sungai. Ruang ini terdiri dari elemenelemen pembentuk permukiman yaitu umak, lamin adat, sada leppo’, belawing, gereja, gerbang desa, darmaga, pilar burung enggang, lapangan, kandang ternak, kantor desa, sekolah, dan vegetasi. Tata letak elemen-elemen lanskap pada ruang meso dapat dilihat pada Gambar 26. Penyebaran rumah masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau pada umumnya cukup teratur mengikuti pola jalan yang terbentuk. Jarak antara rumah yang satu dengan lainnya cukup jauh yaitu sekitar 10 – 15 meter. Namun pada beberapa tempat terdapat rumah-rumah penduduk yang jaraknya relatif dekat (compact settlement) yaitu sekitar 5 - 10 meter. Pada setiap rumah terdapat area pekarangan (sada leppo’). Dalam masyarakat Dayak Kenyah biasanya beberapa keluarga mendiami lamin atau umak secara bersama-sama. Lamin menyediakan sederet bilik atau ruangan bersekat sesuai jumlah kepala keluarga. Namun di Desa Budaya Lekaq Kidau saat ini tidak ada lagi yang tinggal dalam satu lamin secara bersama-sama. Biasanya mereka telah tinggal terpisah-pisah dalam satu rumah tunggal yang umumnya berbentuk keluarga inti dan sebagian lagi berbentuk keluarga luas.
45 Tata Ruang Mikro Ruang mikro adalah bagian ruang permukiman meliputi rumah dan pekarangan, merupakan tempat tinggal satu keluarga atau kelompok keluarga besar. Tata ruang rumah di Desa Budaya Lekaq Kidau saat ini tidak lagi sepenuhnya sesuai dengan aturan leluhur mereka. Perubahan konsep rumah komunal menjadi rumah individual mempengaruhi tata ruang tersebut. Tata ruang dasar rumah di Desa Budaya Lekaq Kidau yang ada saat ini terdiri dari : 1. Teras yang berfungsi sebagai tempat bersantai dan melakukan kegiatankegiatan seperti membuat kerajinan, mengasuh anak dan lain-lain. 2. Ruang tengah (los) yang berfungsi sebagai ruang berkumpul dan menerima tamu. Selain itu juga berfungsi sebagai tempat persemayaman jika ada anggota keluarga yang meninggal. 3. Ruang kamar yang berfungsi sebagai tempat beristirahat bagi pemilik rumah. Jumlah kamar pada rumah masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau beragam sesuai dengan besar rumah dan keperluannya. 4. Dapur yaitu ruang yang digunakan untuk memasak. Masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau sebagian besar masih memasak menggunakan kayu bakar. Pada ruang ini juga terdapat kamar mandi. Rumah tinggal (umak) masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau adalah rumah panggung dengan ketinggian panggung 1 – 2 meter, panjang rumah 8 – 15 meter, dan lebar rumah 6 – 8 meter. Panjang rumah atau lebar rumah pada Desa Budaya Lekaq Kidau sejajar dengan sungai. Jika dilihat secara vertikal pada sebagian rumah masyarakat, bagian bawah rumah berfungsi sebagai kandang ternak seperti ayam dan bebek. Namun ada juga beberapa rumah yang menggunakan bagian bawah/ kolong rumahnya untuk menyimpan kayu bakar keperluan memasak sehari-hari atau untuk dijual. Bagian atas dari rumah terdiri dari ruang-ruang yang digunakan oleh manusia sebagai tempat hidupnya. Contoh pemanfaatan kolong rumah di desa Budaya Lekaq Kidau dapat dilihat pada Gambar 27.
46
Gambar 27. Contoh Pemanfaatan Kolong Rumah
Ruang terbuka di sekitar rumah masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau disebut sada leppo’, yaitu halaman yang berada di sekitar bangunan rumah, dapat berada di samping, di depan atau di belakang rumah tinggal. Sada leppo’ biasanya ditanami berbagai jenis tanaman seperti tanaman pangan, sayuran, dan tanaman hias. Selain itu sada leppo’ juga digunakan untuk keperluan lain seperti menjemur bahan makanan dan menjemur pakaian. Di beberapa rumah juga terdapat kandang babi di area sada leppo’. Tata ruang mikro rumah tinggal secara vertikal dapat dilihat pada Gambar 28, sedangkan tata ruang mikro secara horizontal dapat dilihat pada Gambar 29.
Gambar 28. Tata Ruang Rumah Tinggal Secara Vertikal
47
6 4
5
3
2
1
1 2
5 6
3 4
Gambar 29. Tata Ruang Mikro Secara Horizontal
Budaya Masyarakat Organisasi pemerintahan yang terdapat di Desa Budaya Lekaq Kidau berupa organisasi formal dan non-formal. Organisasi formal yaitu organisasi pemerintahan desa yang dipimpin oleh Kepala Desa. Sedangkan organisasi nonformal berupa Lembaga Adat yang dipimpin oleh seorang Kepala Adat. Pemilihan seorang Kepala Adat di Desa Budaya Lekaq Kidau berdasarkan garis keturunan. Tugas utama dari Lembaga Adat ini adalah menyelesaikan segala permasalahan yang ada dalam masyarakat baik masalah individu maupun antar kelompok dan permasalahan yang terjadi dengan pihak luar berdasarkan pada aturan adat. Kepala Adat bertugas menangani hal-hal yang terkait dengan adat-istiadat, sedangkan Kepala Desa bertugas menangani hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan pemerintahan. Meskipun terdapat dua pemimpin dalam kehidupan masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau ini, kedua pemimpin tersebut secara bersama-sama dan bergotong-royong dalam menjaga dan membangun Desa Budaya Lekaq Kidau. Dalam filosofi masyarakat Dayak Kenyah, air atau sungai merupakan sumber kehidupan. Sehingga sungai mempunyai peranan penting dalam
48 kehidupan masyarakat suku Dayak Kenyah dan dijadikan sebagai orientasi dalam pembentukan satuan-satuan permukimannya. Sedangkan hutan bagi masyarakat Dayak Kenyah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Antara orang Dayak Kenyah dan hutan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dan keduanya saling
memberikan pengaruh timbal balik. Hutan dapat
memberikan keuntungan jika manusia memperlakukan hutan dengan baik, sebaliknya hutan dapat memberikan kerugian jika diperlakukan dengan buruk. Masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau dalam kesehariannya tidak terlepas dari
aktivitas
pertanian.
Sehingga
aktivitas
pertanian
tersebut
banyak
mempengaruhi aktivitas adat dan budaya yang mereka anut. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di lapang, aktivitas ritual yang dilakukan masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau dibagi menjadi aktivitas ritual yang berhubungan dengan siklus pertanian, aktivitas yang berhubungan dengan siklus hidup, aktivitas yang berhubungan dengan keagamaan, dan aktivitas yang berhubungan dengan sosial budaya (Tabel 9).
Tabel 9. Aktivitas Ritual yang Dilakukan Masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau Jenis Upacara
Nama Upacara
Keterangan
• Saat membuka ladang • Saat menumbuk padi • Puncak perayaan dari siklus pertanian yang • Uman undat merupakan upacara adat terbesar • Saat pernikahan • Upacara yang • Pekiban adat berhubungan • Saat bayi baru lahir • Upacara kelahiran dengan siklus • Saat ada penduduk • Upacara kematian hidup yang meninggal • Sembahyang minggu • Setiap hari minggu • Upacara yang berhubungan • Saat Natal • Hari Raya Natal dengan • Saat kenaikan Isya • Hari Raya Paskah keagamaan Almasih • Aktivitas sosial • Tari-tarian • Saat upacara adat, budaya insidental • Olahraga • Saat ada perayaan tertentu, insidental Sumber : Wawancara dan Pengamatan di Lapang (2009) • Upacara yang berhubungan dengan siklus pertanian
• Ngaman bai • Masa undat
49 1. Aktivitas ritual yang berhubungan dengan siklus pertanian Aktivitas ritual pertanian merupakan aktivitas yang rutin dilakukan setiap tahunnya, yaitu berhubungan dengan aktivitas pertanian mereka. Dalam budaya masyarakat Dayak Kenyah, aktivitas ritual pertanian ini bermacam-macam. Namun dari hasil pengamatan dan wawancara di lapang, aktivitas ritual pertanian di Desa Budaya Lekaq Kidau yang masih diselenggarakan hingga saat ini terdiri dari upacara ngaman bai, masa undat, dan uman undat. Upacara ngaman bai dilakukan pada saat membuka ladang. Maksud upacara ini yaitu untuk memanggil dewa-dewa agar ladang yang akan ditanami mendapat berkah. Upacara masa undat dilakukan pada saat padi telah dipanen dan dalam masa penumbukan. Sedangkan upacara uman undat yaitu upacara puncak dari siklus pertanian. Upacara ini diadakan sebagai tanda ucapan rasa syukur dan untuk memupuk tali persaudaraan. Rasa syukur tersebut antara lain pertama, bersyukur kepada para pendahulu yang telah memberi jalan untuk pencapaian sekarang ini. Kedua, bersyukur terhadap hasil bumi yang diperoleh, agar bisa menghasilkan energi yang baik untuk beraktivitas. Ketiga, bersyukur pada lingkungan atau alam sekitar yang subur dan memakmurkan hasil bumi. Keempat, bersyukur kepada Sang Maha Pencipta atas nikmat dan karunia-Nya. 2. Aktivitas ritual yang berhubungan dengan siklus hidup Yang termasuk dalam aktivitas ritual yang berhubungan dengan siklus hidup masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau antara lain pekiban (upacara perkawinan), upacara kelahiran, upacara kematian. Upacara perkawinan adat pada masyarakat Dayak Kenyah disebut upacara pekiban (Gambar 30). Sebelum melakukan upacara adat pekiban, mempelai pria dan wanita terlebih dulu menikah secara agama di gereja. Dalam upacara ini dapat disaksikan prosesi adat perkawinan yang telah menjadi warisan budaya suku Dayak Kenyah sejak jaman dahulu. Upacara kematian pada masyarakat Dayak Kenyah tidak berbeda dengan upacara kematian agama Kristen pada umumnya. Sebelum dikubur, mayat diletakkan di dalam peti dan disemayamkan di ruang tengah umak. Kemudian masyarakat secara bersama-sama mengangkat dan mengantar mayat untuk dikuburankan, sebagai penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal
50 tersebut. Pada hari itu semua orang tidak boleh bekerja di ladang atau melakukan pekerjaan lain. Mereka harus berkumpul di desa untuk menghormati orang yang meninggal.
Gambar 30. Upacara Pekiban
3. Aktivitas ritual yang berhubungan dengan keagamaan Aktivitas ritual keagamaan ada yang dilakukan setiap seminggu sekali dan setiap setahun sekali. Aktivitas ini berhubungan dengan agama yang mereka anut yaitu Kristen protestan dan katolik. Aktivitas keagamaan yang dilakukan setiap seminggu sekali yaitu sembahyang ke gereja. Setiap hari minggu, tidak ada warga Desa Budaya Lekaq Kidau yang bekerja di ladang atau mengerjakan pekerjaan lain. Mereka pergi ke gereja untuk sembahyang bersama. Sedangkan aktivitas keagamaan yang dilakukan setiap setahun sekali yaitu hari-hari besar agama Kristen antara lain hari raya natal dan paskah. Pada saat malam natal, semua masyarakat yang beragama Kristen Protestan dan Katolik mengadakan doa bersama di gereja. 4. Aktivitas sosial budaya Aktivitas sosial budaya yang dilakukan masyarakat Desa Lekaq Kidau dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Aktivitas-aktivitas tersebut antara lain aktivitas tari-tarian dan olahraga. 1. Tari-tarian. Aktivitas ini biasanya dilakukan jika sedang digelar suatu upacara atau untuk menyambut tamu yang datang ke desa mereka. Jenis tarian yang biasa dimainkan oleh masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau antara lain Tari Kancet Papatai (tari perang), Tari Kancet Ledo (tari gong),
51 Tari Kancet Lasan, Tari Enggang (Gambar 31), Tari Nyelama Sakai, Tari Pelekaq Sakai, Tari Hudoq Aban atau Kiba Kitaq.
Gambar 31. Tari Enggang
2. Olahraga. Jenis olahraga yang biasa dimainkan oleh anak-anak dan pemuda-pemudi di Desa Budaya Lekaq Kidau adalah sepak bola dan voli. Aktivitas ini biasanya dilakukan pada sore hari di lapangan sepak bola dan voli. Selain itu ada juga kegiatan perlombaan olahraga yang digelar pada waktu tertentu, misalnya pada saat memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Jenis olahraga yang biasa dilombakan yaitu lomba dayung perahu, lomba gasing, lomba sumpit (senjata tradisional suku Dayak), lomba meloncat, dan lain-lain.
Pengelolaan Lanskap Pengelolaan Lanskap oleh Masyarakat Untuk pengelolaan lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau, pola penggunaan lahan dan pengembangannya ditentukan oleh budaya masyarakat dan hukum adat yang berlaku di masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari cara mereka mengelola hutan, makam, pertanian, sungai, dan permukimannya yang diatur oleh adanya peraturan-peraturan tidak tertulis yang berasal dari leluhur mereka. Peraturan yang berupa
larangan-larangan
tersebut
merupakan
upaya
masyarakat
adat
mempertahankan budaya dan menjaga lingkungannya. Menurut masyarakat Dayak Kenyah, hutan diciptakan bukan hanya untuk melengkapi kehidupan di bumi yang hanya dapat dimanfaatkan oleh manusia,
52 lebih lanjut mereka berpendapat bahwa hutan juga diciptakan untuk makhluk hidup lainnya seperti binatang dan tumbuhan. Oleh karena itu, masyarakat Dayak Kenyah harus mampu mengelola hutan dengan baik demi keberlangsungan dan kelestarian makhluk hidup lainnya yang juga berada di hutan. Dalam pengelolaan hutan, masyarakat memiliki aturan tentang hutan yang boleh ditebang dan hutan yang tidak boleh ditebang pohonnya. Selain itu, pemeliharaan anak sungai yang berada di dalam hutan dan menjadi sumber air bersih bagi masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau dilakukan dengan cara tidak membuka lahan, menebang pohon, atau melakukan aktivitas yang sifatnya mencemari sumber air tersebut. Tana’ ulen merupakan kawasan hutan cadangan bagi keperluan bersama masyarakat Lekaq Kidau. Penentuan kawasan tana’ ulen merupakan salah satu strategi dalam mengelola sumber daya alam di lingkungan tempat tinggal mereka. Strategi penentuan kawasan tana’ ulen ini mempunyai beberapa tujuan baik sosial, ekonomi, maupun ekologi. Dari aspek sosial, walaupun kawasan tana’ ulen tersebut dilindungi, namun masih dapat diambil hasilnya dan pemanfaatannya bersifat common use atau untuk kepentingan umum. Misalnya pada masa kekurangan pangan, maka kawasan tana’ ulen adalah merupakan cadangan bahan pangan. Pada masa pelaksanaan pesta adat, maka sebagian bahan pangan diperoleh dari tana’ ulen. Pada masa mendapat musibah kebakaran rumah, maka kebutuhan kayu bahan bangunan dapat diambil dari tana’ ulen tersebut. Manfaat ekonomi yang dapat diambil dari adanya tana’ ulen adalah masyarakat dapat memanen hasil hutan non kayunya. Selain manfaat secara langsung dengan memanen hasil dari tana’ ulen, kawasan lindung tradisional ini juga memberikan manfaat sebagai pengatur hidrologi. Keberadaan ekosistem hutan yang terpelihara dapat menghasilkan sumber air bersih bagi permukiman di hilirnya. Konsep tana’ ulen dapat dikatakan setara dengan konsep konservasi hutan pada saat ini. Konservasi keanekaragaman hayati bukan sekedar pelestarian jenis satwa dan tumbuhan, tetapi juga pemanfaatan ekosistemnya.
yang
berkelanjutan
(sustainable)
tanpa
merusak
fungsi
53 Untuk pengelolaan permukiman, meliputi umak (rumah tinggal) dan sada leppo’ (pekarangan), lamin adat, jalan, darmaga, gereja, sekolah maupun fasilitas umum lainnya hanya terbatas pada pemeliharaan fisik dan tidak menggunakan jadwal yang tetap. Umak dan sada leppo’ dipelihara oleh pemiliknya masingmasing. Untuk fasilitas umum seperti jalan dan darmaga, pengelolaannya dilakukan secara gotong-royong oleh masyarakat. Sedangkan pengelolaan untuk fasilitas umum lainnya seperti lamin adat, gereja, sekolah dilakukan oleh petugaspetugas yang sudah diberi wewenang untuk mengelolanya. Jual beli terhadap lahan sangat jarang dilakukan oleh masyarakat Dayak Kenyah. Lahan pada umumnya diwariskan kepada keturunannya. Namun ada pula lahan yang diberikan kepada pendatang baru yang ingin menetap di desa mereka. Sebagai gantinya masyarakat pendatang baru tersebut harus menyerahkan bendabenda yang dianggap berharga oleh masyarakat Dayak Kenyah, seperti mandau, gong, dan guci.
Kebijakan Pemerintah Desa Budaya Lekaq Kidau merupakan desa tradisional yang masih memegang nilai-nilai adat dan budaya leluhurnya. Berkenaan dengan disusunnya program Gerakan Pengembangan Pemberdayaan Kutai (Gerbang Dayaku) II tahun 2005, yang menempatkan sektor kebudayaan dan pariwisata sebagai salah satu sektor andalan, Desa Budaya Lekaq Kidau oleh pemerintah ditetapkan sebagai desa budaya dan tempat tujuan wisata di Kabupaten Kutai Kartanegara (Disbudpar, 2006). Oleh karena itu, pengelolaan desa termasuk pembangunan dan rencana pembangunan yang ada di Desa Budaya Lekaq Kidau juga ikut dikelola oleh Pemerintah Daerah.
Campur Tangan Pemerintah dan Pihak luar Sebagai desa yang telah ditetapkan sebagai desa budaya oleh Pemerintah Kabupaten, Desa Budaya Lekaq Kidau dalam pengelolaannya banyak mendapat bantuan dari Pemerintah Kabupaten. Sebagai contoh, kegiatan proyek pengerasan badan jalan Desa Budaya Lekaq Kidau merupakan proyek dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kutai Kartanegara. Pengerasan badan jalan ini dimaksudkan
54 agar memudahkan sirkulasi di dalam desa, baik bagi masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau sendiri maupun bagi tamu atau pengunjung yang datang. Balai desa yang saat ini dalam masa pembangunan, juga merupakan proyek dari Pemerintah Kabupaten. Selain itu, Pemerintah Kabupaten juga memberikan bantuan berupa dana jika akan diselenggarakan perayaan adat budaya, contohnya bantuan dana pada saat Desa Budaya Lekaq Kidau mengadakan acara adat untuk merayakan ulang tahun desa mereka serta ikut memeriahkan acara tersebut. Selain memperoleh bantuan dari Pemerintah Kabupaten, Desa Budaya Lekaq Kidau juga memperoleh bantuan dari pihak lain. Salah satunya adalah bantuan dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) berupa sarana air bersih untuk memudahkan masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau memperoleh air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Sedangkan untuk peran swasta terhadap Desa Budaya Lekaq Kidau sampai saat ini masih belum ada.
Aspek Wisata Terdapat
beberapa
hal penting
yang
harus
diperhatikan
dalam
pengembangan suatu kawasan sebagai kawasan wisata diantaranya daya tarik wisata, pengunjung, fasilitas penunjuang, dan aksesibilitas. Masing-masing hal tersebut akan dijelaskan dengan lebih rinci sebagai berikut.
Daya Tarik Wisata Lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau secara keseluruhan meliputi kesatuan lanskap desa sebagai lanskap yang mendukung hampir keseluruhan kehidupan masyarakat serta aktivitas dan budaya masyarakat di dalamnya menjadi daya tarik tersendiri untuk kegiatan wisata. Elemen-elemen pembentuk lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau yang menunjukkan kekhasan lanskap permukiman Dayak Kenyah dapat menjadi obyek-obyek dalam kegiatan wisata. Dengan adanya daya tarik wisata dari kawasan Desa Budaya Lekaq Kidau ini akan membuatnya dikunjungi oleh wisatawan.
55 Pengunjung Tidak terdapat data mengenai jumlah pasti kunjungan wisatawan pada Desa Budaya Lekaq Kidau. Hal ini dikarenakan belum pernah dilakukannya pendataan jumlah pengunjung Desa Budaya Lekaq Kidau. Namun berdasarkan pengamatan di lapang, wawancara dengan pihak terkait, serta kuesioner didapatkan keterangan bahwa Desa Budaya Lekaq Kidau ini dikunjungi oleh pengunjung dengan berbagai karakter yaitu masyarakat umum, pelajar, mahasiswa, dan turis mancanegara. Dari hasil kuesioner didapatkan bahwa pengunjung Desa Budaya Lekaq Kidau sebagian besar datang dengan tujuan rekreasi atau wisata. Selain itu ada juga pengunjung yang datang dengan tujuan untuk mengenal adat-istiadat dan berbelanja hasil kerajinan. Umumnya kunjungan merupakan kunjungan yang pertama kali. Aktivitas yang dilakukan pengunjung di Desa Budaya Lekaq Kidau antara lain berkeliling desa, menyaksikan upacara adat, mempelajari budaya, berbelanja, dan menikmati pemandangan.
Fasilitas Penunjang Dalam kegiatan pengembangan kawasan wisata tidak cukup hanya memperhatikan obyek wisatanya saja, fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan wisata juga perlu mendapatkan perhatian agar tercipta kegiatan wisata yang berkelanjutan,
efektif,
efisien,
serta
nyaman.
Fasilitas-fasilitas
tersebut
diantaranya sarana dan prasarana transportasi, serta fasilitas pelayanan. Aksesibilitas menuju Desa Budaya Lekaq Kidau ini tergolong mudah karena kondisi jalur sirkulasi yang sudah cukup memadai. Kondisi jalan pada jalur darat sudah cukup baik dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat maupun roda dua. Namun fasilitas angkutan umum yang melalui jalur ini masih sedikit jumlahnya dan tidak setiap waktu tersedia. Sehingga pengunjung Desa Budaya Lekaq Kidau yang menggunakan jalur ini biasanya menggunakan kendaraan pribadi, yaitu motor dan mobil. Kemudian untuk menyeberang ke Desa Budaya Leka Kidau, pengunjung menggunakan feri penyeberangan. Sedangkan pada jalur sungai, sudah terdapat kendaraan umum sungai berupa kapal motor dan speed boat. Namun apabila melalui jalur ini dengan menggunakan kapal motor memerlukan waktu yang lama untuk sampai ke Desa Budaya Lekaq Kidau.
56 Pengunjung biasanya menggunakan speed boat sewaan sehingga dapat sampai ke Desa Budaya Lekaq Kidau dalam waktu yang singkat. Hanya saja biaya untuk menyewa speed boat ini cukup besar. Saat ini fasilitas pelayanan di Desa Budaya Lekaq Kidau masih kurang. Fasilitas yang ada hanya berupa warung-warung yang menjual makanan dan minuman. Sedangkan fasilitas penginapan, homestay, rumah makan dan lain-lain masih belum ada.
Persepsi Masyarakat dan Pengunjung Persepsi Masyarakat Untuk mengetahui persepsi masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau, maka telah dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan terhadap 30 responden masyarakat yang tinggal di Desa Budaya Lekaq Kidau. Dilihat dari usia responden, 13,33 % berusia antara 18 - 22 tahun, 20 % berusia antara 23 - 30 tahun, 26,67 % berusia antara 31 - 40 tahun, 20 % berusia antara 41 - 50 tahun, 14,33 % berusia antara 51 – 60 tahun, dan 6,67 % berusia lebih dari 60 tahun. Adapun pekerjaan responden adalah 6,67 % pelajar, 6,67 % mahasiswa, 6,67 % karyawan perkebunan, 20 % pengrajin, 36,67 % petani, dan 10 % pekerjaan lainnya. Dari hasil kuesioner didapatkan bahwa suku responden sebagian besar yaitu sebanyak 86,67 % Dayak Kenyah, 3,33 % Kutai, dan 10 % suku lainnya (Jawa, Timor). Sebanyak 6,67 % responden tinggal di kawasan ini selama 1 - 5 tahun dan 5 - 10 tahun, dan sebagian besar responden yaitu 86,67 % selama lebih dari 10 tahun. Identitas responden secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4. Keseluruhan responden merasa betah tinggal di kawasan ini karena suasananya nyaman dan budaya yang kuat. Sebanyak 86,67 % masyarakat masih melaksanakan adat dan budayanya, sedangkan 13,33 % responden sudah tidak melakukan adat dan budayanya lagi, yaitu responden pendatang yang bukan suku Dayak Kenyah. Sebagian besar responden mengetahui sejarah Desa Budaya Lekaq Kidau. Sebagian besar karena pengalaman sendiri, cerita dari keluarga dan orang tua atau dari pemuka adat. Sebagian besar responden menyatakan, desa mereka sedikit berubah yaitu menjadi sedikit lebih nyaman. Hal ini karena adanya
57 pembangunan fasilitas dan utilitas yang memudahkan kehidupan mereka. Hampir semua responden berpendapat bahwa bangunan tradisional yang ada di desa ini indah,
unik,
bernilai
arsitektur
tradisional
tinggi,
kokoh,
fungsional,
membanggakan, bernilai budaya dan bernilai penting. Semua responden berpendapat bahwa kawasan desa budaya ini harus dilestarikan. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 43,33% berpendapat bahwa cara terbaik pelestarian adalah dengan mempertahankan karakter kawasan desa budaya dan mengembangkan untuk kesejahteraan masyarakat. Kontribusi yang diberikan oleh responden terhadap upaya pelestarian sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari banyaknya responden yang memberi dukungan dan berpartisipasi aktif, baik dengan menyumbang tenaga, pikiran, tenaga dan pikiran, serta finansial. Meskipun begitu, masih ada sebanyak 26,67% responden yang hanya mendukung secara pasif. Data persepsi masyarakat secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 5.
Persepsi Pengunjung Untuk mengetahui persepsi pengunjung terhadap wisata budaya di Desa Budaya Lekaq Kidau, maka telah dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan terhadap 8 responden pengunjung Desa Budaya Lekaq Kidau. Dilihat dari asal responden 37,5 % berasal dari Kota Samarinda, 37,5 % dari Kecamatan Tenggarong, dan 25 % dari Kecamatan Kembang Janggut. Dari segi usia, sebanyak 25 % responden berusia antara 23 – 30 tahun, 50 % berusia antara 31 – 40 tahun, dan 25 % antara 41 – 50 tahun. Adapun latar belakang pendidikan responden adalah 75 % berpendidikan terakhir SMA dan 25 % sarjana. Identitas responden dapat dilihat pada Lampiran 6. Dari hasil kuesioner didapatkan bahwa pengunjung Desa Budaya Lekaq Kidau sebagian besar datang dengan tujuan rekreasi atau wisata. Umumnya kunjungan merupakan kunjungan yang pertama kali. Kebanyakan pengunjung mengetahui Desa Budaya Lekaq Kidau dari teman dan sebagian kecil mengetahui dari media cetak. Semua responden mengetahui karakteristik desa ini yaitu permukiman Dayak Kenyah. Semua responden berpendapat desa ini indah, unik, teratur, aman, membanggakan, bernilai budaya, dan bernilai penting. Namun
58 sebagian responden beranggapan desa ini tidak teduh karena kurangnya vegetasi penaung di sekitar permukiman. Mengenai citra bangunan tradisional, semua responden beranggapan bangunan tradisional yang ada indah, unik, bernilai arsitektur tradisional tinggi, kokoh, fungsional, membanggakan, bernilai budaya, dan bernilai penting. Dari hasil kuesioner, dapat dilihat pula besarnya apresiasi pengunjung terhadap pentingnya pelestarian. Semua responden berpendapat bahwa kawasan desa budaya ini harus dilestarikan. Sebanyak 37,5 % responden berpendapat bahwa cara terbaik pelestarian adalah dengan mempertahankan karakter kawasan desa budaya dan mengembangkan untuk kesejahteraan masyarakat. Sedangkan menurut 37,5 % responden yang lain yaitu dengan memadukan dengan bangunanbangunan baru, namun tetap mempertahankan identitasnya dan 25 % responden berpendapat untuk dipertahankan apa adanya. Namun hanya 25 % responden yang pernah berpartisipasi dalam bentuk saran. Data persepsi pengunjung keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 7.
Analisis Keberlanjutan Lanskap Nilai Penting Lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau merupakan salah satu permukiman masyarakat Dayak Kenyah di Kabupaten Kutai Kartanegara yang masih memegang teguh adat dan budaya mereka. Lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau dan budaya khas Dayak Kenyah yang masih hidup merupakan sumberdaya yang penting tidak hanya bagi Kabupaten Kutai Kartanegara, tetapi juga bagi Propinsi Kalimantan Timur atau bahkan Indonesia, khususnya terkait dengan keanekaragaman suku dan budaya. Nilai penting Desa Budaya Lekaq Kidau dan aset budayanya merupakan alasan penting dalam pelestarian. Keunikan arsitektur dan estetika elemen-elemen lanskap budaya membuat nilai penting kawasan bertambah. Lanskap budaya tersebut merupakan bentuk warisan budaya salah satu suku asli yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara. Dari keberadaannya tersebut, maka Desa Budaya Lekaq Kidau di masa sekarang mempunyai peran ganda yaitu sebagai kawasan permukiman masyarakat Dayak Kenyah dan sebagai objek tujuan wisata budaya di Kabupaten Kutai Kartanegara.
59 Selain itu, keunikan dan estetika lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau serta aktivitas budayanya merupakan aset penting yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Kutai Kartanegara. Pemanfaatan yang benar adalah pemanfaatan yang tetap menjaga kelestarian karakter/keunikan kesatuan lanskap dan budayanya. Dengan demikian lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau dan budayanya akan tetap lestari dan pembangunan ekonomi daerah serta kesejahteraan masyarakat juga dapat berkelanjutan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan Lanskap Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan dan keberlanjutan lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa tatanan lanskap yang masih mempunyai karakter unik dan sikap budaya masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau yang masih kuat. Sedangkan faktor eksternal menyangkut kebijakan dan dukungan pemerintah serta pengaruh budaya luar. Faktor internal dan eksternal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Faktor Internal Konsep ruang Desa Budaya Lekaq Kidau merupakan salah satu karakter yang menjadi keunikannya sebagai lanskap budaya. Konsep ruang secara makro yang terdiri dari ruang hutan, ruang pertanian, ruang permukiman, dan ruang sungai memperlihatkan bahwa masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau sangat bergantung dengan alam untuk keberlangsungan hidup mereka. Sedangkan ruang secara vertikal memperlihatkan bahwa masyarakat Dayak Kenyah lebih memilih wilayah yang relatif datar dan terletak di tepi sungai untuk tempat hidup mereka. Pada konsep ruang secara meso, terdapat ruang permukiman, budaya, keagamaan, pendidikan, dan pemerintahan. Adanya pembagian ruang-ruang tersebut menunjukkan sudah adanya keteraturan dalam kehidupan masyarakat Dayak Kenyah di Desa Budaya Lekaq Kidau. Begitu pula jika dilihat pada konsep ruang secara mikro. Secara vertikal, umak masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau memiliki keunikan dengan adanya ruang hidup dan ruang ternak. Namun tidak selalu bagian bawah/ kolong umak digunakan untuk memelihara ternak. Ada juga masyarakat yang menggunakannya untuk menyimpan kayu bakar untuk keperluan memasak sehari-hari.
60 Masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau memiliki keinginan yang kuat untuk menjaga tradisi leluhurnya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya ruang budaya berupa kawasan lamin adat yang menjadi simbol budaya desa mereka. Sementara umak sebagai tempat tinggal masyarakat dibangun menghadap jalan, baik sejajar maupun tegak lurus untuk memudahkan sirkulasi mereka. Arsitektur bangunan Desa Budaya Lekaq Kidau merupakan arsitektur bangunan yang masih tradisional, walaupun terdapat sedikit penyesuaian dengan perkembangan jaman. Bangunan yang sebagian besar berbentuk panggung dan didominasi kayu ulin sebagai dinding dan sirap sebagai atap merupakan ciri khas bangunan tradisional di pedalaman Kalimantan. Bangunan dengan model panggung merupakan bentuk adaptasi terhadap alam tempat tinggal mereka. Model ini sangat sesuai diterapkan di kawasan tepi sungai berdataran rendah sebagai bentuk antisipasi jika air sungai pasang atau meluap. Perpindahan permukiman pada masyarakat Dayak Kenyah dikenal dengan istilah bulaq. Perpindahan permukiman yang terjadi pada masyarakat Dayak Kenyah bukan karena mengikuti tuntutan budaya tradisional atau leluhur mereka, tetapi dilakukan karena alasan-alasan tertentu yang lebih rasional. Misalnya pada masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau, perpindahan permukiman dari wilayah Long Lees ke wilayah Desa Budaya Lekaq Kidau saat ini, dilakukan dengan alasan agar lebih dekat dengan wilayah perkotaan sehingga dapat meningkatkan taraf hidup mereka. Bagi masyarakat suku Dayak Kenyah, bulaq tidak mungkin dilakukan dalam jangka waktu yang relatif singkat. Mereka menyadari bahwa melakukan pindah permukiman bukan hal yang mudah. Dibutuhkan banyak pertimbangan jika ingin melaksanakannya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya petuah yang disampaikan secara turun-temurun oleh orang tua kepada keturunannya. Petuah tersebut jika di terjemahkan berarti “Jika sudah mampu memikul bumi, barulah berpindah”. Petuah ini menunjukkan beratnya persoalan pindah permukiman. Para pemuda harus sehat dan kuat karena mereka harus memikul seluruh harta benda keluarganya, seperti alat pertanian, gong, guci, ternak, bahkan orang tua yang sudah tidak kuat berjalan harus digendong. Hal ini menunjukkan bahwa
61 masyarakat Dayak Kenyah bukanlah masyarakat perusak hutan dan hidup tidak menetap. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau memiliki sikap atau budaya yang telah mereka miliki sejak jaman dahulu. Kepatuhan mereka terhadap hukum-hukum adat tidak tertulis yang sudah ada sejak jaman leluhur mereka merupakan bukti bahwa masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau tetap menjunjung tinggi adat budaya mereka. Selain itu, keinginan mereka untuk tetap menjaga adat budaya dapat dilihat dari tetap dilaksanakannya upacara-upacara adat yang sudah ada turun-temurun dalam masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau. Namun demikian, kehidupan masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau tidak tertutup dari adanya perubahan-perubahan. Hal ini dapat diihat dari sikap mereka terhadap teknologi yang masuk ke desa mereka. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara yang menetapkan Desa Lekaq Kidau sebagai desa budaya dan daerah tujuan wisata di Kabupaten Kutai Kartanegara, mendapat sambutan yang baik oleh masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau. Dari hasil kuesioner menunjukkan bahwa sikap masyarakat secara aktif mendukung dan membantu Pemerintah Kabupaten dalam mewujudkan kebijakan tersebut. Masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau hidup berdampingan dengan masyarakat sekitar dan terbuka menerima dengan baik pengunjung yang datang ke desa mereka. Status pengunjung yang datang ke Desa Budaya Lekaq Kidau terdiri dari pengunjung wisata dan pengunjung biasa. Pengunjung wisata dapat berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Pengunjung wisata biasanya datang secara berkelompok, baik dalam kelompok kecil maupun besar. Masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau akan menyambut dan memberikan pelayanan yang baik kepada tamu yang datang. 2. Faktor eksternal Pada tahun 2005, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara melalui program Gerakan Pengembangan Pemberdayaan Kutai (Gerbang Dayaku) II, menempatkan sektor kebudayaan dan pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan dalam pengembangan daerah. Potensi-potensi pariwisata dan budaya digali dan dikembangkan untuk mendukung program tersebut. Seiring dengan
62 berjalannya program tersebut, Pemerintah Kabupaten salah satunya menetapkan Desa Budaya Lekaq Kidau sebagai desa budaya dan tempat tujuan wisata di Kabupaten Kutai Kartanegara. Berdasarkan data pengunjung dari Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Kutai Kartanegara, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2004 – 2008 mengalami peningkatan yang cukup tinggi (Lampiran 8). Jumlah wisatawan yang cukup besar ini merupakan suatu potensi untuk mengembangkan Desa Budaya Lekaq Kidau sebagai salah satu obyek tujuan wisata yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara. Sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan jumlah wisatawan dan dapat menyumbang bagi perekonomian daerah. Sebagai desa budaya dan tempat tujuan wisata yang dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), peran serta pemerintah dalam pembangunan dan pengembangan desa sangat besar. Pembangunan dan rencana pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menunjang kegiatan wisatanya.
63 Kehidupan masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau yang berada dekat dan hidup berdampingan dengan desa-desa lain, menyebabkan pola hidup mereka menjadi semakin modern. Penggunaan teknologi tidak dapat dipungkiri dalam kehidupan sehari-hari mereka. Masuknya budaya luar ini dapat memberi pengaruh positif maupun negatif bagi kelangsungan desa. Pengaruh tersebut salah satunya dapat dilihat dari cara berpakaian kaum wanita yang sudah sedikit modern dan semakin berkurangnya wanita yang mempertahankan daun telinga yang panjang (Gambar 32). Hal ini karena mereka kaum muda beranggapan bahwa telinga panjang dengan banyak anting sudah tidak sesuai dengan perkembangan jaman. Walaupun demikian, kaum wanita di Desa Lekaq Kidau tidak menghilangkan kebiasaan mereka mengenakan seraung, penutup kepala khas Kalimantan, jika keluar rumah atau berladang. Selain itu adanya kegiatan wisata di desa Budaya Lekaq Kidau dikhawatirkan dapat mempengaruhi sikap masyarakat menjadi lebih komersial.
Gambar 32. Salah Satu Sesepuh Desa yang Masih Bertelinga Panjang
Dari hasil kuesioner terhadap pengunjung Desa Budaya Lekaq Kidau dapat dilihat besarnya apresiasi pengunjung terhadap pentingnya pelestarian. Hal ini terlihat dari pendapat semua responden yang menyatakan bahwa kawasan desa budaya ini harus dilestarikan sekaligus dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat. Masyarakat desa lain yang ada di sekitar Desa Budaya Lekaq Kidau sangat mendukung adanya desa budaya tersebut. Salah satu caranya yaitu dengan ikut serta berperan dalam memberikan informasi kepada pengunjung yang akan ke Desa Budaya Lekaq Kidau. Selain itu mereka juga menjalin hubungan yang baik
64 dengan masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau. Sedangkan untuk peran swasta, terutama unit perusahaan kertas MDF (Medium Density Fibreboard) yang berbatasan dengan Desa Budaya Lekaq Kidau selama ini masih belum ada.
Analisis SWOT Berdasarkan hasil analisis faktor internal akan dirumuskan variabel kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses). Sedangkan dari analisis faktor eksternal akan dirumuskan variabel peluang (opportunites) dan ancaman (threats). Rumusan variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kekuatan (strengths) a. Banyaknya elemen lanskap di Desa Budaya Lekaq Kidau yang masih tradisional. b. Adanya peraturan tidak tertulis dan keinginan kuat masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau untuk mempertahankan elemen lanskap tradisional yang ada di desa mereka. c. Tatanan permukiman dan konsep ruang yang memanfaatkan ruang alam berdasarkan fungsi baik dalam hal orientasi, letak geografis, situasi, daya manfaat, dan suasana tempat tinggal yang sesuai dengan kondisi alam setempat. d. Sikap masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau yang terbuka terhadap teknologi dari luar dan sikap hidup berdampingan dengan desa sekitar dapat meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. e. Sikap masyarakat yang mendukung kebijakan Pemerintah Daerah untuk menjadikan desa mereka lokasi tujuan wisata. 2. Kelemahan (weaknesses) a. Menguatnya sistem keluarga inti, menyebabkan konsep amin (keluarga luas yang tinggal dalam satu umak) semakin melemah, hal ini dikhawatirkan dapat meningkatkan sifat individualisme pada masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau. b. Meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan ekonomi, pengaruh dari budaya luar menyebabkan masyarakat cenderung untuk bersikap individualis dan melakukan segala sesuatunya secara lebih praktis.
65 c. Sikap masyarakat yang terbuka terhadap budaya luar yang bernilai negatif. d. Status Desa Budaya Lekaq Kidau sebagai salah satu tempat tujuan wisata di Kabupaten Kutai Kartanegara menyebabkan masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau mulai berorientasi pada keuntungan finansial yang dapat mereka peroleh. 3. Peluang (opportunites) a. Pembangunan dan rencana pembangunan dari Pemerintah Daerah yang mendukung keberlanjutan Desa Budaya Lekaq Kidau. b. Kebijakan pemerintah menjadikan Desa Budaya Lekaq Kidau sebagai desa budaya dan salah satu tempat tujuan wisata memberi peluang bagi masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau untuk mengembangkan potensi dalam mewujudkan pembangunan dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. c. Penggunaan teknologi yang dapat mendukung peningkatan taraf hidup masyarakat. d. Masuknya budaya yang memiliki nilai positif bagi pelestarian adat dan budaya masyarakat. 4. Ancaman (threats) a. Belum terintegrasinya kebijakan penetapan kawasan sebagai desa budaya dengan rencana pelestarian/perlindungan kawasan desa budaya. b. Masuknya budaya yang memiliki nilai negatif bagi pelestarian adat dan budaya masyarakat. c. Adanya pembangunan di sekitar kawasan. Dari penjabaran faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau di atas dapat dilakukan analisis matriks SWOT yang digunakan sebagai dasar untuk penyusunan usulan strategi pelestarian lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau. Dalam matriks tersebut dapat dirumuskan strategi yang diperoleh berdasarkan gabungan faktor internal dan faktor eksternal. Ada empat pertimbangan strategi yang disarankan, yaitu Strategi SO (strengthsopportunities), Strategi WO (weaknesses-opportunities), Strategi ST (strengthsthreats), Strategi WT (weaknesses- threats). Berdasarkan strategi penyelesaian masalah tersebut dapat diusulkan beberapa usulan pelestarian yang terkait dengan
66 peran masyarakat dan yang terkait dengan peran pemerintah. Analisis dengan menggunakan model matriks dapat dilihat pada tabel berikut ini (tabel 10).
USULAN PELESTARIAN LANSKAP Konsep Umum Pelestarian Desa Budaya Lekaq Kidau merupakan lanskap permukiman tradisional di Kalimantan Timur yang memiliki karakter unik dalam tatanan lanskap dan adat budaya masyarakat Dayak Kenyah. Meskipun masyarakat memiliki sikap konservatif yang diatur dalam hukum adat yang tidak tertulis, namun pengaruh budaya luar juga semakin meningkat. Hal ini dikhawatirkan akan mempengaruhi kehidupan budaya dan tatanan desa mereka. Selain itu, adanya kebijakan pemerintah yang menjadikan Desa Budaya Lekaq Kidau sebagai desa budaya dan kawasan tujuan wisata menjadi suatu kekuatan sekaligus kelemahan bagi keberlanjutan Desa Budaya Lekaq Kidau. Dalam studi ini, konsep yang diusulkan yaitu melindungi keberadaan masyarakat adat Desa Budaya Lekaq Kidau beserta budaya dan karakter lanskap permukimannya, serta mengembangkan Desa Budaya Lekaq Kidau sebagai kawasan tujuan wisata budaya sesuai dengan keberadaannya dan tidak mengancam keberlanjutan desa tersebut.
Zonasi Pelestarian Tindakan pelestarian lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau dilakukan dengan tujuan mempertahankan
dan melestarikan
desa
budaya
tersebut,
serta
memanfaatkannya untuk kegiatan wisata sesuai dengan keberadaannya. Oleh karena itu perlu dilakukan penentuan batas zona perlindungan yang jelas untuk pelestariannya (Gambar 33). Zona perlindungan merupakan zona yang harus dilindungi kesatuan (unity) lanskapnya, yaitu meliputi lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau secara keseluruhan yang terdiri dari ruang permukiman, pertanian, hutan dan sungai yang merepresentasikan secara kuat dan utuh karakter kehidupan masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau. Zona perlindungan diperuntukkan untuk upaya pelestarian lanskap, elemen lanskap budaya serta aktivitas budayanya yang khas. Tindakan pelestarian dapat berupa tindakan konservasi dan interpretasi. Tindakan konservasi bertujuan untuk melestarikan apa yang ada pada saat ini dan untuk
70 memperkuat karakter spesifik yang menjiwai lingkungan/ lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau. Sedangkan tindakan interpretasi dimaksudkan untuk mendukung kegiatan wisata yang ada dengan tetap mempertahankan keutuhan lanskapnya. Batas-batas deliniasi zona perlindungan berupa batas administratif Desa Budaya Lekaq Kidau dan batas alami berupa Sungai Mahakam.
Strategi Terkait Peran Para Pihak dalam Pelestarian Lanskap Strategi pelestarian yang terkait dengan peran masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau yaitu : 1. Mempertahankan dan melaksanakan aktivitas budaya adat dalam kehidupan sehari-hari (Gambar 34). 2. Mendokumentasikan segala sesuatu yang terkait adat budaya termasuk filosofi, sejarah, elemen-elemen terkait dan kalender pelaksanaannya sebagai pengetahuan dan bahan untuk interpretasi. 3. Masyarakat terlibat dalam setiap proses pembangunan kawasan. 4. Melakukan sistem kontrol terhadap budaya dan pengaruh luar yang tidak sesuai atau bernilai negatif bagi masyarakat. 5. Menyiapkan diri untuk pengembangan wisata seperti pengemasan atraksi, homestay, informasi, bisnis (kuliner, souvenir dan lain-lain). 6. Masyarakat harus terlibat dan berperan aktif dalam setiap kegiatan perlindungan, pemeliharaan, dan pengembangan kawasan. Strategi pelestarian yang terkait dengan peran pemerintah yaitu : 1. Membuat kebijakan pelestarian lanskap budaya yaitu penetapan zona pelestarian dan pegelolaannya. 2. Membuat kebijakan yang terintegrasi antara pelestarian budaya dan pengembangan wisata. 3. Mendorong,
mendukung,
dan
membina
masyarakat
dalam
upaya
pengembangan wisata budaya. 4. Mmbuat kebijakan pembangunan di sekitar kawasan yang mendukung keutuhan/kesatuan lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau.
71
Gambar 34. Contoh-contoh Aktivitas Budaya
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Setiap tradisi memiliki karakteristik permukiman yang khas. Desa Budaya Lekaq Kidau merupakan tipe permukiman yang terletak di tepi sungai Mahakam. Budaya mereka yang selalu berorientasi pada sungai sebagai urat nadi kehidupan, mempengaruhi bentuk permukiman dan elemen lanskap yang ada di desa mereka. Sebagai salah satu permukiman masyarakat Dayak Kenyah yang masih memegang teguh budaya mereka, desa ini ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebagai desa budaya dan salah satu objek tujuan wisata budaya di Kabupaten Kutai Kartanegara. Tatanan lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau dapat dideskripsikan menurut konsep ruang yang diterapkan baik berdasarkan hirarki ukuran/ skala aktivitas maupun orientasi ruang/ elemen yaitu meliputi ruang makro, meso, dan mikro. Ruang makro adalah ruang/ lanskap yang mendukung hampir seluruh kehidupan masyarakat, yang meliputi ruang hutan, ruang permukiman, ruang pertanian dan sungai. Ruang meso adalah bagian ruang makro yang merupakan lingkungan permukiman/ perumahan masyarakat desa, terdiri dari elemen-elemen pembentuk permukiman yaitu umak, lamin adat, sada leppo’, belawing, gereja, gerbang desa, darmaga, pilar burung enggang, lapangan, kandang ternak, kantor desa, sekolah, dan vegetasi. Sedangkan ruang mikro adalah bagian ruang permukiman meliputi rumah dan pekarangan, merupakan tempat tinggal satu keluarga atau kelompok keluarga besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi tatanan lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau didasarkan pada kondisi alam, filosofi dan budaya masyarakat. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau dapat dilihat berdasarkan faktor internal (tatanan lanskap dan budaya masyarakat) dan faktor eksternal (campur tangan pemerintah dan pihak luar). Selanjutnya dari faktor internal dan eksternal tersebut dilakukan analisis SWOT (Stregth – Weakness – Opportunity – Threat) sehingga menghasilkan strategi pelestarian Desa Budaya Lekaq Kidau baik terkait peran pemerintah maupun masyarakat. Konsep dasar pelestarian yang diusulkan adalah melindungi
72 keberadaan masyarakat adat Desa Budaya Lekaq Kidau beserta budaya dan karakter lanskap permukimannya, serta mengembangkan Desa Budaya Lekaq Kidau sebagai kawasan tujuan wisata budaya sesuai dengan keberadaannya dan tidak mengancam keberlanjutan desa tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan penentuan batas zona perlindungan yang jelas untuk pelestariannya.
Saran 1. Konsep zonasi pelestarian yang direncanakan perlu dijabarkan dan direncanakan secara detil pada kawasan yang sesungguhnya dengan tetap melibatkan masyarakat. 2. Sosialisasi zonasi pelestarian dan implementasi perlu dilakukan secara persuasif kepada seluruh pihak yang meliputi Pemerintah Kabupaten, dinasdinas terkait, dan masyarakat. 3. Perencanaan ruang/lanskap wisata dan fasilitas-fasilitas yang sesuai serta perencanaan aksesibilitas yang baik perlu dibuat untuk mendukung kegiatan wisata budaya. 4. Manajemen internal dan kemauan kuat dari masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau serta dukungan Pemerintah Kabupaten sangat diperlukan untuk memperbaiki dan meningkatkan karakter lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau. 5. Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten dan masyarakat perlu ditingkatkan untuk pengembangan dan pemanfaatan kawasan Desa Budaya Lekaq Kidau.
Vertikal Vertikal Vertikal
DAFTAR PUSTAKA Dinas Pariwisata dan Budaya Kutai Kartanegara. 2006. Panduan Wisata: Discover Kalimantan Genuineness. Disparbud. Kutai Kartanegara. Kinnear, TC dan Taylor JR. 1991. Marketing Research: an Applied Approach. New York: Mc Graw-Hill. 854 hal. Marbun, BN. 1994. Kota Indonesia Masa Depan, Masalah dan Prospek. Jakarta: Erlangga. Maunati, Y.2004. Identitas Dayak Komodifikasi dan Politik Kebudayaan. Yogyakarta: LKiS. Melnick, RZ. 1983. Protecting Rural Cultural Landscape: Finding Value in the Countryside. Landscape J.2(2). Nurisjah, S dan Q. Pramukanto. 2001. Perencanaan Kawasan Untuk Pelestarian Lanskap dan Taman Sejarah. Bogor : Program Studi Arsitektur Pertamanan, Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB (tidak dipublikasikan). Parker, LP and TF King. 1988. Guidelines for Evaluating and Documentating Traditional Cultural Properties. Washington: National Register Bulletin US Department of the Interior National Park Service. Pasaribu, LO. 2007. Kelembagaan Pengelolaan Tana’ Ulen pada Masyarakat Dayak Kenyah di Pampang, Kecamatan Samarinda Utara, Kalimantan Timur. Skripsi. Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Bogor. Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara. 2008. Sekilas Kutai Kartanegara. www.kutaikartanegarakab.go.id. [3 Maret 2009]. Sidharta, dan E. Budiharjo. 1989. Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di Surakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tishler, WH. 1982. Historical Landscape : An International Preservation Perspective Landscape Plan. Wayong. 1981. Pola Permukiman Daerah Istimewa Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi. Wijanarka. 2008. Desain Tepi Sungai: Belajar Dari Kawasan Tepi Sungai Kahayan Palangka Raya. Yogyakarta: Ombak.
73 Lampiran 1. Kuesioner Persepsi Pengunjung Terhadap Desa Budaya Lekaq Kidau LEMBAR KUESIONER Selamat pagi/siang/sore/malam. Perkenalkan nama saya Endah Wulandari. Saya mahasiswi semester 8, Departemen Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor. Saya sedang melakukan penelitian mengenai Studi Tatanan Lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Upaya Pelestariannya. Oleh karena itu saya mohon bantuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan sebenar-benarnya. Terima kasih.
Data Pribadi Responden: Jenis Kelamin : a. Laki-laki Umur
b. Perempuan
:
a. 18 – 22 thn b. 23 – 30 thn c. 31- 40 thn d. 41-50 thn e. 51-60 thn f. >60 thn Pekerjaan : a
pelajar
d. PNS
b. mahasiswa
e. wiraswasta
c. karyawan swasta
f. lainnya
Alamat (Kecamatan/Kelurahan) : ............................................................................ Suku : a
Kutai
d. Bugis
b. Dayak
e. Banjar
c. Jawa
f. Lainnya ..................................................
Pendidikan terakhir : a
tidak sekolah
e. Akademik
b. SD
f. Sarjana
c. SMP
g. Lainnya...........
d. SMA Berapa kali datang ke Desa Budaya Lekaq Kidau : a. 1 kali
c. 3 – 5 kali
b. 1 – 3 kali
d. > 5 kali
Tujuan datang ke Desa Budaya Lekaq Kidau : a. Rekreasi
74 b. Mengenal adat istiadat c. Meneliti d. Berbelanja hasil kerajinan tangan e. Menghadiri upacara adat f. Lainnya................................................ Aktivitas yang dilakukan selama kunjungan : a. Berkeliling desa b. Menyaksikan upacara adat c. Mempelajari budaya d. Berbelanja e. Menikmati pemandangan f. Lainnya................................................
Pertanyaan 1. Dari mana anda mengetahui informasi tentang desa budaya ini ? a
Teman
b. Keluarga
d. Media elektronik e. Lainnya………….........
c. Media cetak 2. Apakah anda mengetahui sejarah desa budaya ini ? a. Tahu
b. Tidak tahu
3. Apakah anda mengetahui karakteristik/citra desa budaya ini ? a. Ya
b. Tidak
4. Jika ya, apakah karakteristiknya ? a. Permukiman Dayak b. Permukiman Kutai c. Permukiman ...................... d. Lainnya ....................... 5. Menurut anda, apakah citra desa budaya ini ? (pilih salah satu jawaban dari setiap point) a. Indah / Tidak indah b. Unik / Tidak unik c. Teduh / Tidak teduh
75 d. Teratur / semrawut e. Memiliki konsep penataan yang baik / tidak baik f. Direncanakan dengan baik / tidak baik g. Memperhatikan kepentingan warga / tidak memperhatikan h. Aman / tidak aman i.
Membanggakan / tidak membanggakan
j.
Bernilai budaya / tidak bernilai budaya
k. Bernilai penting / tidak penting 6. Menurut anda, apa yang paling menarik di desa ini ? a. Penataan desa b. Bangunan adat c. Aktivitas budaya masyarakat d. Aktivitas keseharian masyarakat e. Kerajinan tangan f. Lainnya................................................ 7. Menurut anda, apakah citra bangunan tradisional di desa ini? (pilih salah satu jawaban dari setiap point) a. Indah / Tidak indah b. Unik / Tidak unik c. Bernilai arsitektur tradisional tinggi / Tidak bernilai tinggi d. Kokoh / Tidak kokoh e. Fungsional / Tidak fungsional f. Membanggakan / Tidak membanggakan g. Bernilai budaya / Tidak bernilai budaya h. Bernilai penting / tidak penting 8. Apakah desa budaya ini perlu dilestarikan ? a. Ya
b. Tidak
9. Jika ya, seperti apa bentuk pelestariannya ? a. Dipertahankan apa adanya b. Mempertahankan
karakter
kesejahteraan masyarakat
kawasan
dan
mengembangkan
untuk
76 c. Memadukan
dengan
bangunan-bangunan
baru,
namun
tetap
mempertahankan identitasnya d. Lainnya .......................................................................................................... 10. Menurut anda, siapa yang bertanggung jawab untuk melestarikan desa budaya ini? a. Masarakat desa b. Pemerintah c. Pihak swasta d. Kombinasi ketiganya (masyarakat desa, pemerintah, pihak swasta) e. Lainnya................................................ 11. Kontribusi apa yang akan anda berikan untuk pelestarian tersebut ? a. Mendukung secara pasif b. Mendukung dan berpartisipasi aktif dengan turut menyumbang pikiran c. Mendukung dan berpartisipasi aktif dengan turut menyumbang tenaga d. Mendukung dan berpartisipasi aktif dengan turut menyumbang pikiran dan tenaga e. Mendukung dan berpartisipasi aktif dengan turut menyumbang finansial f. Lainnya........................................................................................................... 12. Apakah anda sudah pernah berpartisipasi ? a. Ya
b. Tidak
13. Jika ya, melalui media aktivitas
: ……………………………………… : ………………………………………
* Terima Kasih *
77 Lampiran 2. Kuesioner Persepsi Masyarakat Terhadap Desa Budaya Lekaq Kidau LEMBAR KUESIONER Selamat pagi/siang/sore/malam. Perkenalkan nama saya Endah Wulandari. Saya mahasiswi semester 8, Departemen Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor. Saya sedang melakukan penelitian mengenai Studi Tatanan Lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau, Kabupaten Kutai Kartanegara dam Upaya Pelestariannya. Oleh karena itu saya mohon bantuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan sebenar-benarnya. Terima kasih.
Data Pribadi Responden: Jenis Kelamin : a. Laki-laki Umur
b. Perempuan
:
a. 18 – 22 thn b. 23 – 30 thn c. 31- 40 thn d. 41-50 thn e. 51-60 thn f. >60 thn Pekerjaan : a
Pelajar
d.
Pengrajin
b. Mahasiswa
e.
Petani
c. Karyawan perkebunan
f.
Lainnya.......................
a. Dayak Kenyah
c.
Kutai
b. Dayak ...............
f.
Lainnya.......................
Suku :
Pendidikan terakhir : tidak sekolah
e. Akademik
b. SD
f. Sarjana
c. SMP
g. Lainnya...........
d. SMA Berapa lama anda tinggal di desa ini : a. < 1 thn
c. 5-10 thn
b. 1-5 thn
d. > 10 thn
Apakah anda betah tinggal di desa ini : (ya / tidak ) Alasan : ............................................................................................................ Apakah anda masih melakukan adat budaya anda : (ya / tidak ) Contohnya : .....................................................................................................
78 Pertanyaan Sejarah Desa Budaya Apakah anda mengetahui sejarah desa budaya ini : a. Tahu
b. Sedikit
c. Tidak tahu
Jika jawaban anda tahu, dari mana anda mengetahui tentang sejarah desa budaya ini : a. Orang tua
d. Pengalaman sendiri
b. Keluarga
e. Lainnya………….........
c. Pemuka adat
1. Mengapa anda tinggal di desa ini ? a. Keluarga ada di sini
c. Suasananya nyaman
b. Pekerjaan
d. Tanah subur
e. Lainnya : .........................
2. Apakah desa ini telah berubah dibanding waktu pertama tinggal/ lima tahun yang lalu? a. Tidak berubah
c. Sedikit berubah
b. Banyak berubah
d. Sangat banyak berubah
3. Apakah perubahan ini : a. Menjadi sedikit lebih nyaman
c. Menjadi tidak nyaman
b. Menjadi sangat nyaman
d. Menjadi sangat tidak nyaman
4. Apakah yang paling menonjol berubah ? a. Jumlah rumah b. Jumlah orang c. Aktivitas d. Sarana transportasi e. Fasilitas f. Gaya/ arsitektur bangunan g. Pola pertanian h. Pola penggunaan lahan i.
Lainnya ……………………….............................
5. Menurut anda, apa yang menjadi identitas desa budaya ini ? a. Bangunan rumah tinggal
79 b. Bangunan adat (lamin) c. Upacara adat d. Lambang/ simbol adat e. Kerajinan tangan f. Lainnya................................................ 6. Apakah bangunan tradisional di desa ini (pilih salah satu jawaban dari setiap point) a. Indah / Tidak indah b. Unik / Tidak unik c. Bernilai arsitektur tradisional tinggi / Tidak bernilai tinggi d. Kokoh / Tidak kokoh e. Fungsional / Tidak fungsional f. Membanggakan / Tidak membanggakan g. Bernilai budaya / Tidak bernilai budaya h. Bernilai penting / tidak penting 7. Apakah desa budaya ini perlu dilestarikan ? a. Ya
b. Tidak
8. Jika ya, seperti apa bentuk pelestariannya ? a. Dipertahankan apa adanya b. Mempertahankan
karakter
kawasan
dan
mengembangkan
untuk
kesejahteraan masyarakat c. Memadukan
dengan
bangunan-bangunan
baru,
namun
tetap
mempertahankan identitasnya d. Lainnya .......................................................................................................... 9. Menurut anda, siapa yang bertanggung jawab untuk melestarikan desa budaya ini? a. Masyarakat desa b. Pemerintah c. Pihak swasta d. Kombinasi ketiganya (masyarakat desa, pemerintah, pihak swasta) e. Lainnya................................................
80 10. Upaya pelestarian apa yang telah dilakukan oleh masyarakat desa ? (Jawaban boleh lebih dari satu) a. Menjaga keaslian karakter desa budaya b. Menjaga keberadaan bangunan adat c. Tetap melaksanakan upacara adat d. Aktif memberikan masukan tentang perbaikan desa budaya e. Lainnya................................................ 11. Kontribusi apa yang akan anda berikan untuk pelestarian tersebut ? a. Mendukung secara pasif b. Mendukung dan berpartisipasi aktif dengan turut menyumbang pikiran c. Mendukung dan berpartisipasi aktif dengan turut menyumbang tenaga d. Mendukung dan berpartisipasi aktif dengan turut menyumbang pikiran dan tenaga e. Mendukung dan berpartisipasi aktif dengan turut menyumbang finansial f. Lainnya(........................................................................................................)
* Terima Kasih *
81
82
83
Lampiran 3. Vegetasi yang ada di Desa Budaya Lekaq Kidau No
Nama
Nama lokal
Fungsi
Letak Pangan
Estetik
Keterangan
Fisik/material
Ekonomi
v
v
Adat
1
Acacia auriculiformis
akasia
Pekarangan
2 3 4 5
Achras zapota Alpinia galanga Aloe vera Arachis hypogea
sawo lengkuas lidah buaya kacang tanah
Pekarangan, kebun Pekarangan Pekarangan Pekarangan, kebun
v v v v
Pohon
6 7 8 9
Areca catechu Artocarpus communis Artocarpus heterophyllus Averrhoa bilimbi
pinang sukun nangka belimbing wuluh
Kebun Pekarangan, kebun Kebun Pekarangan
v v v v
Pohon Pohon Pohon Pohon
10 11 12 13
Bombaceae sp. Capsicum anum Carica papaya Ceiba pentandra
durian cabai pepaya kapuk
Kebun Pekarangan, kebun Pekarangan Pekarangan, tepi sungai
v v v
Pohon Herba Pohon Pohon
14 15 16 17
Cocos nucifera Colocasia esculenta Cordyline terminalis Curcuma domestica
kelapa keladi hanjuang merah kunyit
Pekarangan, kebun Pekarangan, kebun Pekarangan Pekarangan
v v
18 19 20 21
Cymbopogon nardus Cyperus sp. Eichornia crassipes Eleutherine americana
serai wangi rumput air eceng gondok bawang tiwai
Pekarangan Pekarangan, ladang Pekarangan, sungai, ladang Pekarangan
22
Eusyderoxylon zwageri
ulin
Hutan
v v
v
v
v
v
Pohon Herba Herba Herba
v
Herba Tan. Air Tan. Air Herba
v v v v v v v
Pohon Herba Herba Herba
Pohon
Lampiran 3. (Lanjutan) No
Nama
Nama lokal
Fungsi
Letak Pangan
23
Gardenia jasminoides
kacapiring
Pekarangan
24 25
Ipomoea aquatic Ipomea batatas
kangkung ubi kayu
Pekarangan Pekarangan, kebun
26 27 28 29
Ixora sp. Jasminum sambac Limnocharis flava Mangifera sp.
soka melati genjer kuini
Pekarangan Pekarangan Pekarangan, ladang Pekarangan, kebun
30 31 32 33
Mimusoph elengi Morinda citrifolia Musa paradica Nephelium lappaceum
tanjung mengkudu pisang rambutan
Pekarangan Pekarangan, kebun Pekarangan, kebun Pekarangan, kebun
34 35 36 37
Neptunia plena Orthosiphon aristatus Oryza sativa Pandanus amaryllifolius
kumis kucing padi pandan
Pekarangan, sekitar pemukiman Pekarangan ladang Pekarangan
38 39 40 41
Piper betle Psidium guajava Sechium edule Shorea laevis
sirih jambu biji labu siam bangkirai
Pekarangan Pekarangan, kebun Pekarangan, kebun Hutan
42 43 44 45
Shorea leprosula Solanum melongena Swietenia mahogani Syzygium aqueum
meranti terung mahoni jambu air
Hutan Pekarangan, kebun Sekitar pemukiman Tepi sungai
Estetik
Fisik/material
Keterangan Ekonomi
Adat Herba
v v v
Herba Herba v v
Semak Semak Herba Pohon
v v v v v v
v
Pohon Pohon Pohon Pohon
v v
v v
v v v
v v v v
Merambat Pohon Merambat Pohon
v v v v
v v
Tan. Air Herba Herba Herba
v
Pohon Herba Pohon Pohon
Lampiran 3. (Lanjutan) No
Nama
Nama lokal
Fungsi
Letak Pangan
46 47 48 49
Tagetes patula Terminalia catappa Vigna sinensis Widelia biflora
bunga tahi kotok ketapang kacang panjang seruni rambat
Pekarangan Sekitar pemukiman, tepi sungai Pekarangan, kebun Pekarangan, tepi jalan
50 51 52
Zea mays Zingiber oficinale Zinnia elegans
jagung jahe bunga kertas
Pekarangan, kebun Pekarangan Pekarangan
Estetik
Fisik/material
Keterangan Ekonomi
Adat
v
Semak Pohon Merambat Merambat
v v v v v
v v
Herba Herba Semak
84 Lampiran 4. Identitas Responden Masyarakat Desa Budaya Lekaq Kidau No. 1
2
3
4
5
6
Keterangan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur 18 - 22 tahun 23 - 30 tahun 31 - 40 tahun 41 - 50 tahun 51 - 60 tahun > 60 tahun Pekerjaan Pelajar Mahasiswa Karyawan perkebunan Pengrajin Petani Lainnya Suku Dayak Kenyah Dayak lainnya Kutai Lainnya Pendidikan terakhir Tidak sekolah SD SMP SMA Akademik Sarjana Lainnya Lama tinggal di desa budaya <1 tahun 1 - 5 tahun 5 - 10 tahun > 10 tahun
Jumlah Responden Jiwa % 13 17
43.33 56.67
4 6 8 6 4 2
13.33 20 26.67 20 14.33 6.67
2 2 2 6 11 7
6.67 6.67 6.67 20 36.67 23.33
26 0 1 3
86.67 0 3.33 10
7 7 4 9 0 2 1
23.33 23.33 14.33 30 0 6.67 3.33
0 2 2 26
0 6.67 6.67 86.67
85 Lampiran 5. Hasil Kuesioner Masyarakat Desa No.
Persepsi
Jawaban
a Pengetahuan sejarah desa a) Tahu b) Sedikit tahu c) Tidak tahu b Dari mana pengetahuan a) Orang tua diperoleh b) Keluarga c) Pemuka adat d) Pengalaman sendiri e) Lainnya 1 Alasan tinggal a) Keluarga ada di sini b) Pekerjaan c) Suasananya nyaman d) Tanahnya subur e) Lainnya a) Tidak berubah 2 Perubahan pada desa b) Banyak berubah c) Sedikit berubah d) Sangat banyak berubah a) Menjadi sedikit lebih nyaman 3 Dampak perubahan b) Menjadi sangat nyaman c) Menjadi tidak nyaman d) Menjadi sangat tidak nyaman a) Jumlah rumah 4 Perubahan yang paling menonjol b) Jumlah orang c) Aktivitas d) Sarana transportasi e) Fasilitas f) Gaya/ arsitektur bangunan g) Pola pertanian h) Pola penggunaan lahan i) Lainnya a) Bangunan rumah tinggal 5 Elemen yang menjadi identitas budaya b) Bangunan adat (lamin) c) Upacara adat d) Lambang/ simbol adat e) Kerajinan tangan f) Lainnya
Hasil (%) 66.67 33.33 0 23.33 13.33 16.67 46.67 0 56.67 13.33 20 10 0 0 40 53.33 6.67 66.67 33.33 0 0 20 20 33.33 20 53.33 30 10 6.67 13.33 30 53.33 20 43.33 33.33 0
86 Lampiran 5. (Lanjutan) No.
Persepsi
6 Bangunan tradisional
7 Pelestarian kawasan 8 Bentuk pelestarian
9 Tanggung jawab pelestarian
10
Upaya pelestarian yang telah dilakukan
Jawaban a) Indah Tidak indah b) Unik Tidak unik c) Bernilai arsitektur tradisional tinggi Tidak bernilai tinggi d) Kokoh Tidak kokoh e) Fungsional Tidak fungsional f) Membanggakan Tidak membanggakan g) Bernilai budaya Tidak bernilai budaya h) Bernilai penting Tidak penting a) Perlu b) Tidak perlu a) Dipertahankan apa adanya b) Mempertahankan karakter kawasan dan mengembangkan untuk kesejahteraan masyarakat c) Memadukan dengan bangunanbangunan baru, namun tetap mempertahankan identitasnya d) Lainnya a) Masyarakat desa b) Pemerintah c) Pihak swasta d) Kombinasi ketiganya e) Lainnya a) Menjaga keaslian karakter desa b) Menjaga keberadaan bangunan adat c) Tetap melaksanakan upacara adat d) Aktif memberikan masukan tentang perbaikan desa budaya e) Lainnya
Hasil (%) 86.67 13.33 93.33 6.67 83.33 16.67 83.33 16.67 76.67 23.33 93.33 6.67 100 0 96.67 3.33 100 0 26.67 43.33
30
0 16.67 26.67 3.33 53.33 0 40 36.67 50 26.67 0
87 Lampiran 5. (Lanjutan) No. Persepsi 11 Kontribusi yg diberikan
Jawaban a) Mendukung secara pasif b) Mendukung dan berpartisipasi aktif dengan turut menumbang pikiran c) Mendukung dan berpartisipasi aktif dengan turut menyumbang tenaga d) Mendukung dan berpartisipasi aktif dengan turut menymbang pikiran dan Tenaga e) Mendukung dan berpartisipasi aktif dengan turut menyumbang finasial f) Lainnya
Hasil (%) 26.67 10 20 36.67
6.67 0
88 Lampiran 6. Identitas Responden Pengunjung Desa Budaya Lekaq Kidau No. 1
2
3
4
5
6
Keterangan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur 18 - 22 tahun 23 - 30 tahun 31 - 40 tahun 41 - 50 tahun 51 - 60 tahun > 60 tahun Pekerjaan Pelajar Mahasiswa Karyawan swasta PNS wiraswasta Lainnya Alamat Samarinda Tenggarong Kembang Jangut Lainnya Pendidikan terakhir Tidak sekolah SD SMP SMA Akademik Sarjana Lainnya Berapa kali datang 1 kali 1 – 3 kali 3 – 5 kali > 5 kali
Jumlah Responden Jiwa % 3 5
37.5 62.5
0 2 4 2 0 0
0 25 50 25 0 0
0 0 3 5 0 0
0 0 37.5 62.5 0 0
3 3 2 0
37.5 37.5 25 0
0 0 0 6 0 2 0
0 0 0 75 0 25 0
6 0 2 0
75 0 25 0
89 Lampiran 7. Hasil Kuesioner Pengunjung No.
Persepsi
a
Tujuan datang
b
Aktivitas yang dilakukan
1 Dari mana informasi diperoleh
2 Pengetahuan sejarah desa 3 Pengetahuan karakteristik desa 4 Karakteristik desa
5 Citra desa budaya
Jawaban a) Rekreasi b) Mengenal adat istiadat c) Meneliti d) Berbelanja hasil kerajinan e) Menghadiri upcara adat f) Lainnya a) Berkeliling desa b)Menyaksikan upacara adat c) Mempelajari budaya d) Berbelanja e) Menikmati pemandangan a) Teman b) Keluarga c) Media cetak d) Media elektronik e) Lainnya a) Tahu b) Tidak tahu a) Tahu b) Tidak tahu a) Pemukiman Dayak b) Pemukiman Kutai c) Lainnya a) Indah Tidak indah b) Unik Tidak unik c) Teduh Tidak teduh d) Teratur Semrawut e) Konsep penataan baik Konsep penataan tidak baik f) Direncanakan dengan baik Tidak direncanakan dengan baik
Hasil (%) 87.5 12.5 0 12.5 0 0 54.54 9.09 9.09 18.18 9.09 62.5 0 37.5 0 0 62.5 37.5 100 0 100 0 0 100 0 100 0 75 25 100 0 100 0 100 0
90 Lampiran 7. (Lanjutan) No.
Persepsi
6 Yang paling menarik
7 Citra bangunan tradisional
8 Pelestarian kawasan 9 Bentuk pelestarian
Lampiran 7. (Lanjutan)
Jawaban g) Memperhatikan kepentingan warga Tidak memperhatikan h) Aman Tidak aman i) Membanggakan Tidak membanggakan j) Bernilai budaya Tidak bernilai budaya k) Bernilai penting Tidak penting a) Penataan desa b) Bangunan adat c) Aktivitas budaya masyarakat d) Aktivitas keseharian masyarakat e) Kerajinan tangan f) Lainnya a) Indah Tidak indah b) Unik Tidak unik c) Bernilai arsitektur tradisional tinggi Tidak bernilai tinggi d) Kokoh Tidak kokoh e) Fungsional Tidak fungsional f) Membanggakan Tidak membanggakan g) Bernilai budaya Tidak bernilai budaya h) Bernilai penting Tidak penting a) Perlu b) Tidak perlu a) Dipertahankan apa adanya b) Mempertahankan karakter kawasan dan mengembangkan untuk kesejahteraan masyarakat
Hasil (%) 100 0 100 0 100 0 100 0 100 0 12.5 50 37.5 0 0 0 100 0 100 0 100 0 100 0 100 0 100 0 100 0 100 0 100 0 25 37.5
91 No.
Persepsi
10 Tanggung jawab Pelestarian
11 Kontribusi yang diberikan
12 Pernah berpartisipasi
Jawaban c) Memadukan dengan bangunanbangunan baru, namun tetap mempertahankan identitasnya d) Lainnya a) Masyarakat desa b) Pemerintah c) Pihak swasta d) Kombinasi ketiganya e) Lainnya a) Mendukung secara pasif b) Mendukung dan berpartisipasi aktif dengan turut menumbang pikiran c) Mendukung dan berpartisipasi aktif dengan turut menyumbang tenaga d) Mendukung dan berpartisipasi aktif dengan turut menymbang pikiran dan tenaga e) Mendukung dan berpartisipasi aktif dengan turut menyumbang finasial f) Lainnya a) Ya b) Tidak
Hasil (%) 37.5
0 0 0 0 100 0 62.5 12.5 0 25
0 0 25 75
94 Lampiran 8. Kunjungan Wisatawan Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2004 - 2008 No. Negara asal
2004
2005
2006
2007
2008
1 Amerika
86
89
84
91
89
2 Australia
63
98
102
121
133
3 Austria
55
60
58
64
41
4 Belanda
9
15
17
23
30
5 Belgia
24
30
26
31
21
6 Canada
7
15
12
14
16
7 Denmark
8
20
24
30
26
8 Inggris
45
58
62
79
83
9 Italia
8
12
16
19
24
10 Jerman
54
58
61
67
72
11 Jepang
30
25
31
40
51
12 Prancis
25
30
29
34
37
13 Spanyol
2
3
5
11
14
14 Swedia
2
1
3
8
7
15 Swiss
3
2
4
10
8
16 Selandia Baru
33
37
40
54
51
17 Norwegia
-
1
-
6
7
18 Malaysia
-
2
4
22
26
19 Lain-lain
201
219
208
214
226
20 Nusantara
4022
4516
3879
4616
27991
Total
4677
5291
4665
5554
28953
Sumber : Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Kutai Kartanegara