STUDI TANAH LIAT SEBAGAI PEMBAWA KALIUM PERMANGANAT PADA PENYIMPANAN PISANG RAJA BULU
Oleh
Kholidi A24051772
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
STUDI TANAH LIAT SEBAGAI PEMBAWA KALIUM PERMANGANAT PADA PENYIMPANAN PISANG RAJA BULU
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
Kholidi A24051772
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN
KHOLIDI. Studi Tanah Liat sebagai Pembawa Kalium Permanganat pada Penyimpanan Pisang Raja Bulu. (Dibimbing oleh EDI SANTOSA dan WINARSO D. WIDODO). Pisang merupakan buah klimakterik yang mengalami kenaikan respirasi dan produksi etilen yang tinggi selama penyimpanan. Produksi etilen yang tinggi dapat menyebabkan daya simpan pisang menjadi singkat, sehingga berakibat cepat menurun kualitasnya. Bahan kimia yang sering digunakan untuk menyerap gas etilen yaitu kalium permanganat (KMnO4). Namun penggunaan KMnO4 secara langsung tidak dianjurkan sehingga diperlukan suatu bahan pembawa KMnO4 tersebut. Salah satu bahan pembawa yang dapat digunakan yaitu tanah liat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh campuran tanah liat dan KMnO4 untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kualitas pisang raja bulu. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Pusat Kajian Buahbuahan Tropika (PKBT) IPB, Bogor pada bulan Juli hingga Agustus 2009 yang dilaksanakan dengan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Perlakuan terdiri atas empat perlakuan yaitu P0: Kontrol , P1: 10 g bahan penyerap etilen (KMnO4+ tanah liat), P2: 30 g bahan penyerap etilen (KMnO4+ tanah liat), dan P3: 50 g bahan penyerap etilen (KMnO4+ tanah liat). Setiap perlakuan terdiri dari tiga kelompok, setiap kelompok terdiri dari tiga ulangan, sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Penyimpanan dilakukan pada suhu ruang (27-300 C) selama 18 Hari Setelah Perlakuan (HSP). Pengamatan yang diamati meliputi: pengamatan non destruktif berupa pengukuran indeks skala warna kulit buah dan susut bobot buah dilakukan pada 3, 6, 9, 12, 15, 18 dan 21 Hari Setelah Perlakuan (HSP), sedangkan pengamatan destruktif berupa pengukuran kekerasan kulit buah, rasio daging buah dan kulit buah. Padatan Terlarut Total (PTT), dan Asam Tertitrasi Total (ATT) yang dilakukan pada 6, 12, dan 18 HSP.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan campuran tanah liat dengan KMnO4 sebagai bahan penyerap etilen dapat mempertahankan warna kulit buah dan mengurangi terjadinya susut bobot buah selama penyimpanan dibandingkan dengan perlakuan tanpa bahan penyerap etilen (kontrol). Perlakuan bahan penyerap etilen 50 g mampu memberikan pengaruh yang lebih baik dalam mempertahankan warna kulit buah dan mengurangi terjadinya susut bobot dibandingkan dengan bahan peyerap etilen 10 g dan 30 g. Perlakuan bahan penyerap etilen tidak mempengaruhi kekerasan kulit buah, rasio daging buah dan kulit buah, padatan terlarut total, dan asam tertitrasi total. Penggunaan campuran tanah liat dan KMnO4 sebagai bahan penyerap etilen dapat memperpanjang umur simpan lebih lama dibandingkan dengan perlakuan tanpa bahan penyerap etilen (kontrol). Perlakuan tanpa menggunakan bahan penyerap etilen sudah tidak layak konsumsi pada 18 Hari Setelah Perlakuan (HSP) sedangkan perlakuan dengan bahan penyerap etilen masih layak konsumsi sampai 21 HSP
Judul :
STUDI
TANAH
LIAT
SEBAGAI
PEMBAWA
KALIUM
PERMANGANAT PADA PENYIMPANAN PISANG RAJA BULU Nama :
Kholidi
NRP
A24051772
:
Menyetujui, Pembimbing I
Pembimbing II
(Dr. Edi Santosa, SP, MSi)
(Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS)
NIP. 19700520 199601 1 001
NIP. 19620831 198703 1 001
Mengetahui: Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura,
(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr.) NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 13 April 1987 dan merupakan anak pertama dari pasangan Namat Daing dan Mameh. Tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Bojong Sari 01 Depok, kemudian pendidikan ke SLTPN 1 Parung, Bogor dan lulus pada tahun 2002. Pendidikan selanjutnya ditempuh penulis di SMAN 5 Bogor dan Lulus padan tahun 2005. Selanjutnya pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan program mayor-minor. Setahun kemudian penulis diterima di mayor Agronomi dan Hortikultura dengan minor Manajemen Fungsional . Selama perkuliahan, penulis aktif di berbagai kepanitiaan dan organisasi. Penulis penah menjadi anggota redaksi majalah dinding (mading) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian. Penulis juga pernah mengikuti kepanitiaan berbagai kegiatan seperti Festival Tanaman (FESTA) XXVIII tahun 2007, dan Masa Perkenalan Departemen (MPD) AGH 2008. Penulis juga menjadi asisten mata kuliah Manajemen Air dan Hara, Tanaman Buah, dan Praktik Usaha Pertanian. Selain itu, Penulis pernah melakukan kerja magang liburan di PT. Parung Farm selama bulan Juli tahun 2007.
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ‘Studi Tanah Liat sebagai Pembawa Kalium Permanganat pada Penyimpanan Pisang Raja Bulu’. Skripsi ini merupakan bagian dari tugas akhir sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini dapat diselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Rangkaian terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Umi dan Bapak tercinta serta adikku yang tersayang yang selalu memberikan kasih sayang, doa dan kekuatan yang tiada henti. 2. Dr. Ir. Edi Santosa, SP. MSi. dan Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS. yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama kegiatan penelitian hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. 3. Dr. Ir. Adiwirman, MS. sebagai dosen penguji atas saran dan masukan yang diberikan kepada penulis, 4. Dr. Ir. Eko Sulistyono sebagai dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan nasihat dan masukkan selama penulis belajar di IPB. 5. Mbak Lassih, Teh Pipit, Pak Endang Gunawan, dan staff Pusat kajian Buahbuahan Tropika atas segala fasilitas dan bantuan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian. 6. Gustin, Dini, A’obi dan Opa yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian. 7. Gustin, Dini, Angga, Weni, Hanum, Mita, Dito, Indra, Kiki, Maia, Hafith, Uli, Fajri, Ntet, Nonk dan AGHers 42 family atas persahabatannya, and all of precious moment that you gived to me. 8. Semua pihak yang telah memberikan semangat, doa, dan dukungan kepada penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu Bogor, Desember 2009 Penulis
DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN .................................................................................. Latar Belakang .............................................................................. Tujuan ........................................................................................... Hipotesis .......................................................................................
1 1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... Pisang Raja Bulu .......................................................................... Mutu dan Umur Simpan ............................................................... Fisiologi Pasca Panen ................................................................... Pengendalian pematangan ............................................................
3 3 4 6 8
BAHAN DAN METODE ....................................................................... Waktu dan Tempat........................................................................ Bahan dan Alat ............................................................................. Metode .......................................................................................... Pelaksanaan .................................................................................. Pengamatan ...................................................................................
10 10 10 10 11 12
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... Kondisi Umum ............................................................................. Indeks Skala Warna Kulit Buah ................................................... Susut Bobot................................................................................... Kekerasan Kulit Buah ................................................................... Rasio Daging Buah dan Kulit Buah dan Edible Portion .............. Padatan Terlarut Total (PTT) ....................................................... Asam Tertitrasi Total (ATT) ........................................................ Umur Simpan ................................................................................
16 16 17 20 21 22 23 24 26
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... Kesimpulan ................................................................................... Saran .............................................................................................
27 27 27
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
28
LAMPIRAN ............................................................................................
31
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Perubahan Pasca Panen yang Terjadi pada Produk Hortikultura ....
6
2.
Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Campuran Tanah Liat dan KMnO4 sebagai Penyerap Etilen terhadap Beberapa Parameter yang Diamati....................................................................................
17
3.
Perubahan Warna Buah Pisang Raja Bulu pada Setiap Pengamatan
19
4.
Perubahan Kekerasan Kulit Buah Pisang raja Bulu selama Penyimpanan ...................................................................................
22
Perubahan Rasio Daging Buah dengan Kulit Buah dan Edible Portion Pisang Raja Bulu selama Penyimpanan ..............................
23
Kandungan Padatan Terlarut Total (PTT) Buah Pisang Raja Bulu Selama Penyimpanan .......................................................................
24
Kandungan Asam terlarut Total (ATT) Buah Pisang Raja Bulu Selama Penyimpanan .......................................................................
25
Kandungan PTT/ATT Buah Pisang Raja Bulu Selama Penyimpanan .......................................................................
26
Umur Simpan Buah Pisang Raja Bulu Selama Penyimpanan .........
26
5.
6.
7.
8.
9.
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Bahan yang Digunakan dalam Penelitian ........................................
12
2.
Pengemasan dan penyimpanan Buah ..............................................
12
3.
Skema Tahapan Pelaksanaan Percobaan .........................................
13
4.
Indeks Skala Warna Kulit Buah Pisang ...........................................
14
5.
Perubahan Indeks Skala Warna Kulit Buah Pisang Raja Bulu ........
18
6.
Perubahan Susut Bobot Buah Pisang Raja Bulu .............................
20
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Buah yang Terkena Gejala Penyakit Antraknosa ............................
32
2.
Buah yang Terkena Gejala Penyakit Crown Rot .............................
32
3.
Sidik Ragam Pengaruh Bahan Pembawa KMnO4 terhadap Indeks Skala Warna Kulit Buah ......................................................
33
Sidik Ragam Pengaruh Bahan Pembawa KMnO4 terhadap Susut Bobot Buah Pisang Raja Bulu ...............................................
34
Sidik Ragam Pengaruh Bahan Pembawa KMnO4 terhadap Kekerasan Kulit Buah Pisang Raja Bulu .........................................
35
Sidik Ragam Pengaruh Bahan Pembawa KMnO4 terhadap Rasio Daging Buah dan Kulit Buah Pisang Raja Bulu ....................
36
Sidik Ragam Pengaruh Bahan Pembawa KMnO4 terhadap Edible Portion Buah Pisang Raja Bulu ...........................................
37
Sidik Ragam Pengaruh Bahan Pembawa KMnO4 terhadap Padatan Terlarut Total (PTT) Buah Pisang Raja Bulu ....................
38
Sidik Ragam Pengaruh Bahan Pembawa KMnO4 terhadap Asam Tertitrasi Total (ATT) ...........................................................
39
4.
5.
6.
7.
8.
9.
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan sektor penting penopang perekonomian negara. Produk hortikultura seperti buah-buahan memiliki prospek yang bagus, baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu produk hortikultura yang memiliki prospek yang cukup bagus adalah pisang (Musa spp. L.). Selain dimanfaatkan segar, pisang juga dapat dipasarkan dalam bentuk olahannya, seperti keripik, sale dan lainnya. Di Indonesia pisang merupakan buah rakyat dan banyak dibudidayakan. Salah satu jenisnya adalah pisang Raja Bulu. Pisang Raja Bulu (AAB) merupakan pisang yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan berpotensi untuk ekspor. Pisang Raja Bulu mempunyai keunggulan yaitu rasanya lebih manis dan legit, penampilan buahnya menarik dan memiliki kandungan karoten yang tinggi (PKBT, 2005). Aspek unik dari produk hortikultura termasuk pisang adalah sifatnya yang mudah rusak (perishable) sebagai akibat dari proses metabolisme yang tetap berlangsung setelah pemanenan sehingga kualitas buah akan menurun selama penyimpanan. Kehilangan hasil pasca panen dapat mencapai 20-30 %. Kehilangan tersebut disebabkan karena produksinya berskala kecil dan tersebar serta terbatasnya sarana pendukung penyimpanan sehingga petani menyerahkan penanganan pasca panen kepada para tengkulak (Jannah, 2008). Ketersediaan teknologi penyimpanan tersebut merupakan suatu masalah sehingga perlu upaya untuk mengatasinya. Salah satu cara untuk mengatasinya yaitu dengan cara mencari teknologi pasca panen yang murah dan efektif. Perlakuan pasca panen pisang yang baik dalam penyimpanan buah pisang bertujuan untuk menghambat proses enzimatis yang meminimalkan respirasi dan transpirasi sehingga daya simpan buah lebih lama. Sebagai buah klimakterik, pisang mengalami kenaikan respirasi dan produksi etilen yang tinggi selama
proses pematangan. Keadaan tersebut menyebabkan daya simpan pisang menjadi singkat, sehingga berakibat cepat menurun kualitasnya. Perlakuan bahan kimia dalam penyimpanan pisang umumnya menggunakan pengoksidasi gas etilen yaitu KMnO4 (Kalium Permanganat). Menurut Sholihati (2004), penggunaan KMnO4 sebagai bahan penyerap etilen mampu menghambat pematangan, yaitu dengan cara menekan produksi etilen dan mempertahankan warna hijau, tekstur serta aroma pisang Raja selama 15 hari pada suhu 28oC dan 45 hari pada suhu 13oC. Namun demikian, penggunaan KMnO4 secara langsung pada buah tidak dianjurkan karena bentuknya yang cair dan berwarna ungu pekat. Oleh karena itu, diperlukan bahan pembawa KMnO4 tersebut. Penelitian Jannah (2008) menunjukkan bahwa penggunaan zeolit sebagai bahan pembawa KMnO4 dapat memperpanjang umur pisang raja bulu tujuh hari lebih lama dibandingkan tanpa penyerap etilen. Bahan pembawa yang digunakan sebaiknya memiliki densitas yang rendah, kapasitas penyerapan rendah, namun memiliki kapasitas retensi yang tinggi terhadap KMnO4 (Pantastico, 1989). Salah satu bahan pembawa KMnO4 yang dapat digunakan yaitu tanah liat. Menurut Lukum (2009), penggunaan pelet yang terbuat dari campuran tanah liat dan sekam dengan perbandingan 1:1 yang kemudian dicelupkan ke dalam KMnO4 20% dapat memperlambat pematangan buah pisang. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui besarnya campuran tanah liat dan KMnO4 sebagai bahan penyerap etilen yang tepat untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan mutu buah pisang.
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh campuran tanah liat dan KMnO4 sebagai bahan penyerap etilen untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kualitas pisang raja bulu.
Hipotesis
Penggunaan campuran tanah liat dan KMnO4 sebagai bahan penyerap etilen dapat memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kualitas pisang raja bulu.
TINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu Pisang (Musa spp. L) merupakan tanaman asli asia tenggara. Pisang termasuk ke dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledonae, keluarga Musaceae. Tanaman pisang merupakan tanaman monokarpik, yaitu tanaman yang hanya sekali berbuah setelah itu tanaman tersebut mati. Pisang yang biasa dikonsumsi segar sebagai buah meja, berasal dari hasil persilangan alamiah antara Musa acuminata dengan Musa balbisiana (Verheij dan Coronel, 1991). Musa acuminata memiliki beberapa karakteristik seperti memiliki rasa yang manis dan digunakan sebagai pencuci mulut ketika buah telah matang, sedangkan Musa balbisiana mempunyai karakteristik yaitu memiliki kandungan zat gizi dan pati cukup tinggi (Robinson,1999). Berdasarkan cara mengkonsumsinya, pisang dapat digolongkan ke dalam dua golongan besar yaitu pisang yang biasanya dikonsumsi langsung atau banana (Musa paradisiaca var. sapientum) dan pisang yang biasanya dikonsumsi dengan diolah terlebih dahulu atau Plantain (Musa paradisiaca var. typica). Pisang yang termasuk kedalam golongan banana berasal dari tetua Musa acuminata. Contoh pisang yang masuk ke golongan ini yaitu pisang raja, pisang ambon, dan pisang mas. Pisang dari golongan plantain contohnya pisang kepok, Pisang tanduk, dan pisang nangka. Golongan pisang ini berasal dari tetua Musa balbisiana (Samson, 1986). Pisang raja bulu atau disebut pula pisang raja banyak ditanam di Jawa. Buahnya biasa dikonsumsi langsung, tetapi dapat pula dikonsumsi dalam bentuk olahan. Bentuk buahnya melengkung, berkulit tebal, kasar, dan berwarna kuning jingga pada saat matang. Daging buahnya berwarna kuning kemerahan, tanpa biji. Rasanya manis, legit, dan beraroma harum. Dalam satu tandan terdapat 6-9 sisir dengan berat 12-16 kg. Setiap sisir berisi 14-16 jari (Redaksi Trubus, 2007).
Panjang buah antara 12-18 cm dengan bobot rata-rata 110-120 g. Setiap pohon biasanya dapat menghasilkan rata-rata sekitar 90 jari. Pisang raja bulu disukai karena rasanya sangat manis, teksturnya lunak dan tidak berbiji (BPPT, 2005). Menurut PKBT (2005), pisang raja bulu memiliki keunggulan dalam hal rasa yang lebih manis dan legit, penampilan buah yang menarik dan mempunyai kandungan karoten yang tinggi. Buah pisang tersusun dalam bentuk sisir dalam satu batang yang secara umum disebut tandan. Buah pisang umumnya dipanen pada umur 18 bulan setelah tanam atau 80-110 hari setelah tanaman berbunga. Secara visual pisang siap dipanen jika bentuk buahnya tampak bulat berisi dan sudut penampangnya rata. Irisan penampang buah muda pipih dan bersudut. Setelah tua, buah pisang berubah menjadi bulat penuh. Penampang buah pisang yang agak pipih mempunyai derajat ketuaan 70%, sedangkan penampang buah pisang yang sudah bulat penuh mempunyai derajat ketuaan 100%. Derajat ketuaan pisang untuk ekspor atau pengiriman jarak jauh antara 75-85%. Cara menentukan ketuaan yang paling tepat yaitu dengan memperhitungkan umur buah. Umur buah dihitung sejak jantung mulai keluar. Oleh karena itu, biasanya disetiap perkebunan pisang pada setiap tandannya digantungkan label catatan atau pita berwarna untuk menentukan tanggal panennya. Setiap kultivar pisang masing-masing memiliki waktu panen optimal yang berbeda (Redaksi Trubus, 2007).
Mutu dan Umur Simpan Mutu (kualitas) produk hortikultura sangat penting karena dapat mencerminkan nilai komoditi tersebut. Kualitas komoditi hortikultura merupakan kombinasi dari karakteristik, atribut, dan sifat yang memberikan nilai terhadap komoditi sebagai makanan (buah dan sayuran) dan untuk kesenangan atau ornamental (Kader, 1992). Secara keseluruhan kualitas buah dipengaruhi oleh penampilan (ukuran, bentuk, warna, kilapan dan cacat), tekstur (kekerasan, kelembutan, dan serat), flavour (rasa dan aroma), nilai nutrisi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral), dan keamanannya yaitu keamanan dari kandungan senyawa toksik dan mikroba (Kader, 1992). Santoso dan Purwoko (1995) menambahkan kualitas buah
dipengaruhi oleh faktor genetik, faktor lingkungan pra panen, pemanenan, perlakuan pasca panen dan interaksi dari berbagai faktor tersebut. Kader (1992) menyatakan bahwa kualitas penampilan, tingkat kekerasan dan daya simpan yang panjang merupakan pertimbangan yang terpenting bagi distributor dan pedagang buah. Konsumen biasanya memperhatikan nilai mutu suatu buah didasarkan pada penampilan, tingkat kekerasan yang baik, nilai rasa dan zat gizi. Menurut Redaksi Trubus (2007), ketahanan simpan dan kualitas buah pisang erat hubungannya dengan ketuaan buah saat dipanen. Buah muda dipanen bermutu rendah, tetapi ketahannya relatif lama. Sebaliknya, buah yang bermutu baik justru mempunyai ketahanan simpan yang relatif singkat. Umur simpan buah merupakan lamanya masa simpan buah sampai buah masih layak untuk dikonsumsi. Umur simpan buah berhubungan langsung dengan tingkat kematangan buah. Selama proses pematangan, buah mengalami berbagai perubahan baik secara fisik maupun kimia. Perubahan secara fisik yang terjadi diantaranya adalah perubahan warna kulit buah, ukuran buah, perubahan tekstur serta kekerasan buah. Perubahan kimia yang terjadi yaitu perubahan komposisi karbohidrat, asam organik, serta aroma (Santoso dan Purwoko, 1995). Berdasarkan penelitian Nurhasanah (2006), umur simpan pisang raja bulu yang berasal dari enam pasar relatif sama yaitu 6 hari setelah berada ditangan konsumen dan disimpan dalam ruangan dengan suhu kamar (270C). Berdasarkan laju respirasinya, buah dapat dikelompokkan menjadi buah klimakterik dan buah non klimakterik. Buah klimakterik adalah buah yang memiliki tingkat respirasi yang tinggi dan produksi etilen endogen yang cukup besar untuk pematangan buah, sedangkan buah non klimakterik adalah buah yang tingkat respirasi dan produksi etilennya rendah. Pisang termasuk buah klimakterik (Kader, 1992). Pematangan buah pisang terjadi dalam tiga tahap, yaitu tahap praklimakterik, tahap klimakterik, dan tahan senescence. Tahap praklimakterik merupakan tahap awal yang dimana buah masih bebas dari etilen. Pada tahap ini buah masih berespirasi dengan normal. Berakhirnya tahap klimakterik bearti buah telah masuk kedalam tahap klimakterik. Pada tahap ini buah mengalami peningkatan dalam proses repirasi dan dalam produksi etilen. Tahap selanjutnya
adalah tahap senescence. Pada tahap ini kualitas dan metabolisme buah menurun (John dan Marchal, 1995).
Fisiologi Pasca Panen Kehidupan buah secara garis besar dibagi menjadi tiga tahapan fisiologi yaitu pertumbuhan, pematangan dan senescence (pelayuan). Pertumbuhan melibatkan pembelahan sel dan diteruskan dengan pembesaran sel. Pematangan adalah proses berubahnya organ tanaman (buah) dari matang fisiologis menjadi dapat dimakan. Senesence diartikan sebagai periode jika proses anabolisme (sintesis) memberi jalan untuk proses katabolisme (degradasi), menuju kearah penuaan dan akhirnya mengakibatkan kematian jaringan (Santoso dan Purwoko, 1995). Buah pisang sebagai produk hortikultura merupakan jaringan hidup yang tetap melakukan perubahan fisiologi setelah panen. Buah tetap meneruskan reaksi-reaksi metabolisme dengan cara menggunakan cadangan makanan. Proses fisiologi dan biokimia masih berlangsung pada produk hortikultura segar setelah dipanen, mengakibatkan perubahan-perubahan yang terjadi pada produk tersebut (Tabel 1). Tabel 1. Perubahan Pasca Panen yang Terjadi pada Produk Hortikultura. Perubahan Kehilangan air
Proses Transpirasi Evaporasi
Konversi Karbohidrat
Enzimatik
Rasa
Enzimatik
Pelunakan
Enzim Pektik Kehilangan air Sintesis atau perusakan pigmen
Warna
Contoh dan Pengaruhnya Penampilan buah tidak menarik, perubahan tekstur, kehilangan berat, pengkeriputan, kisut Merugikan bagi kentang jika pati berubah menjadi gula tetapi berguna bagi pisang Umumnya merugikan. Berguna untuk kesemek, pear, pisang Biasanya merugikan Berguna bagi pear, pisang Dapat merugikan dan menguntungkan
Menjadi liat
Pembentukan serat
Vitamin
Enzimatik
Busuk dan Rusak
Patologik fisiologik
Merugikan untuk seledri, selada dan tauge Bertambah (Vit. A) atau hilang (Vit.C) Merugikan
Sumber : Harjadi (1989) Perubahan
akibat
proses
fisiologi
dan
biokimia
tersebut
dapat
mengakibatkan menurunnya mutu dan penampakkan pada beberapa tanaman, dan perbaikan mutu yang menyelesaikan pematangan setelah panen (Harjadi, 1989). Menurut Wills (1989), kehilangan air selama proses respirasi menjadi penyebab utama deteorisasi karena layu dan pengkerutan kulit buah. Susut bobot merupakan proses kehilangan cadangan makanan selama respirasi. Susut bobot dapat menurunkan nilai buah tersebut. Perkembangan daging buah semakin meningkat seiring dengan tingkat kematangan buah, sedangkan perkembangan kulit buah semakin menurun. Perkembangan tersebut disebabkan oleh perubahan kandungan gula dalam kedua jaringan tersebut. Kandungan gula dalam jaringan buah meningkat lebih cepat yang menyebabkan tekanan osmotik meningkat, sehingga daging buah menyerap air dari kulit yang menyebabkan berat daging buah semakin meningkat (Hassan dan Pantastico, 1990). Kelunakkan tekstur buah disebabkan oleh perombakan protopektin yang tidak larut menjadi pektin yang larut. Jumlah zat-zat pektat selama perkembangan buah akan meningkat. Selama pematangan buah kandungan pektat dan pektinat yang larut akan meningkat sehingga ketegaran buah akan berkurang (Matto et al., 1989). Simmonds (1989) menyatakan selama proses pematangan warna kulit pisang akan mengalami perubahan dari hijau gelap menjadi hijau terang dan terakhir berwarna kuning. Hal tersebut terjadi karena klorofil mengalami degradasi disertai menurunnya konsentrasi klorofil dari 50-100 mg/kg pada kulit pisang hijau menjadi nol pada stadia matang penuh. Keasaman tertitrasi meningkat sampai maksimum pada atau setelah tercapai puncak perkembangan, kemudian menurun dengan semakin masaknya
buah. Kenaikan keasaman tersebut disebabkan oleh biosintesis asam oksalat yang dominan (Lodh dan Pantastico, 1989). Komponen kimia yang paling dominan yang terdapat pada daging buah pisang mentah adalah karbohidrat. Kandungannya akan bertambah banyak dengan semakin tuanya umur buah dan akan turun lagi setelah mencapai nilai tertinggi. Menurunnya karbohidrat setelah titik tertinggi menandakan proses pematangan mulai terjadi. Selama proses pematangan, karbohidrat dihidrolisis menjadi gula buah sehingga kandungan karbohidrat dalam daging buah pisang menurun (Redaksi Trubus, 2007). Simmonds (1989) menyatakan bahwa kandungan gula pada daging buah pisang mentah sangat sedikit, sekitar 1-2% dan meningkat menjadi 15-29% saat buah matang. Lodh dan Pantastico (1989) menambahkan pada awal pertumbuhan buah, kadar gula total termasuk gula pereduksi dan non pereduksi sangat rendah. Dengan meningkatnya pemasakan kandungan gula total naik cepat dengan timbulnya glukosa dan fruktosa. Kenaikan gula tersebut dapat digunakan sebagai petunjuk terjadinya kemasakan
Pengendalian Pematangan Sebagai buah klimakterik, pisang memiliki laju respirasi dan produksi etilen yang tinggi selama proses pematangan. Etilen merupakan suatu gas tidak berwarna yang memegang peranan penting dalam pematangan buah yang menguap, beraroma manis, serta mudah di deteksi (Santoso dan Purwoko, 1995). Winarno dan Wirakartakusumah (1979) menyatakan bahwa etilen merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh dan pada suhu kamar berbentuk gas. Etilen bekerja dengan cara menempel pada binding set, kemudian menstimulasi pembawa pesan kedua (second messenger) yang mengistruksikan DNA inti untuk membuat mRNA yang spesifik untuk efek etilen. Molekul mRNA ditranslasikan menjadi protein ribosoma. Protein yang terbentuk adalah enzim yang
menyebabkan
respon
sebenarnya
dari
etilen,
misalnya
enzim
poligalakturonase yang melunakkan dinding sel (Kader, 1992). Selain berperan dalam percepatan dan penyeragaman pematangan, etilen juga memberikan efek merugikan karena mempercepat laju senescence dan menghilangkan warna hijau pada buah mentah, mengurangi masa simpan
(Santoso dan Purwoko, 1995). Berbagai metode telah dikembangkan untuk meminimalkan jumlah etilen di sekitar komoditi yang peka terhadap etilen. Menurut Santoso dan Purwoko (1995), pada sebagian besar kasus, kandungan etilen yang tinggi selama penyimpanan dapat dikurangi dengan membuang atau menyerap sumber-sumber etilen. Salah satu caranya yaitu dengan penggunanaan senyawa kimia kalium permanganat (KMnO4). Kalium permnganat merupakan penyerap etilen yang paling banyak digunakan karena harganya murah dan mudah didapat. Senyawa KMnO4 dapat merusak etilen karena merupakan zat pengoksidasi yang kuat. Keunggulan KMnO4 dibandingkan dengan penyerap etilen lain yaitu tidak menguap dan dapat meminimalisasi kerusakan bahan kimia (Wills et al., 1981). Menurut Hein dalam Diennazola (2008), senyawa KMnO4 merupakan oksidator kuat yang dapat memecah ikatan rangkap etilen dan membentuk etilen glikol dan mangan oksida dengan reaksi sebagai berikut : C2H4 + KMnO4 + H2O
C2 H4 (OH)2 + MnO2 + KOH
(etilen)
(Etilen Glikol) (Mangan Oksida)
Kontak langsung antara KMnO4 dengan produk tidak dianjurkan karena bentuknya yang cair sehingga dapat mempengaruhi penampilan produk. Oleh karena itu, pengembangan terhadap bahan penyerap tersebut perlu ditingkatkan. Berdasarkan penelitian Jannah (2008), penggunaan zeolit sebagai bahan penyerap KMnO4 memberikan pengaruh yang sama dengan penggunaan Ethylene-block komersial. Penggunaan zeolit dapat memperpanjang umur simpan pisang Raja Bulu tujuh hari lebih lama dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Menurut Pantastico (1989), bahan penyerap yang digunakan sebaiknya memiliki densitas rendah, kapasitas penyerapan rendah, namun memiliki kapasitas retensi yang tinggi.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2009 di Laboratorium Pasca Panen, Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB, Bogor.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah pisang raja bulu yang dipanen pada derajat ketuaan ¾ penuh ditandai dengan warna kulit buah masih hijau dengan siku masih terlihat jelas. Buah pisang diperoleh dari kebun PKBT Ciherang, Bogor. Bahan yang digunakan untuk perlakuan antara lain larutan kalium permanganat (KMnO4) jenuh, tanah liat sebagai bahan penyerap larutan KMnO4, kain kasa sebagai bahan pengemas media, kotak kardus sebagai bahan pengemas pisang, plastik transparan sebagai pembungkus pisang, silica gel sebagai penyerap uap air, kertas koran sebagai bahan pengisi, larutan phenoftalein, NaOH 0,1 N, dan aquades. Alat-alat
yang
digunakan
terdiri
dari
timbangan
analitik, hand
penetrometer untuk pengamatan kekerasan kulit buah, refraktometer untuk pengamatan padatan terlarut total, dan alat-alat titrasi.
Metode Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Terdiri dari empat taraf perlakuan, yaitu: P0 : Kontrol (tanpa bahan penyerap etilen) P1 : 10 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat)/1032 g pisang P2 : 30 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat)/1032 g pisang P3 : 50 gbahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat)/1032 g pisang 1032 g pisang = Bobot rata-rata 2 x setengah sisir pisang Model linier percobaan ini adalah sebagai berikut :
Yij = µ + αi + βj + εij Keterangan : Yij
= Pengamatan pada perlakuan bahan penyerap ke-i dan kelompok ke-j (i=1, 2, 3, 4, 5 ; j=1, 2, 3)
µ
= Rataan umum
αi
= Pengaruh pada perlakuan bahan penyerap ke-i
βj
= Pengaruh kelompok ke-j
εij
= Pengaruh galat percobaan pada pada perlakuan bahan penyerap ke-i dan kelompok ke-j Setiap satuan percobaan berupa 2 x setengah sisir pisang. Percobaan terdiri
dari tiga kelompok dan setiap kelompok terdiri dari tiga ulangan, sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Analisis ragam menggunakan uji F, dan jika terdapat pengaruh nyata, maka dilakukan uji Beda Nyata Jujur (Tukey) pada taraf 5%.
Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan pembuatan bahan penyerap etilen dilakukan 2 hari sebelum perlakuan. Bahan penyerap etilen dibuat dengan mencampur 1 kg pasta tanah liat (Gambar 1a) dengan larutan KMnO4 (75 g/100ml). Tanah liat diperoleh dari Laboratorium Lapangan Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan, Dramaga, Bogor. Hasil campuran tersebut kemudian di keringkan selama ± 24 jam; setelah kering bahan tersebut di hancurkan sehingga berbentuk serbuk. Serbuk bahan tersebut kemudian dibungkus dengan kantong kain kasa berukuran ± 5x5 cm. Banyaknya bahan yang di bungkus masing-masing kemasan sesuai dengan perlakuan (Gambar 1c). Buah pisang yang digunakan diperoleh dari kebun PKBT Ciherang, Bogor. Buah pisang yang telah dipanen kemudian disisir. Penyisiran dilakukan terhadap tandan pisang yang memiliki tingkat ketuaan yang hampir sama. Sisir pisang tersebut kemudian disortasi untuk menentukan pisang yang layak digunakan dalam percobaan. Sisir pisang yang digunakan yaitu sisir pisang yang buahnya mempunyai kulit yang mulus tanpa luka serta dengan ukuran yang relatif seragam. Sisir pisang yang telah disortasi, kemudian dipotong menjadi setengah
sisir (6 jari). Setelah dipotong kemudian pisang dibersihkan untuk menghilangkan kotoran yang menempel dengan tanpa melakukan pencucian.
(a)
(b)
(c)
Gambar 1. Bahan yang digunakan dalam penelitian; (a) Pasta Tanah Liat; (b) Serbuk KMnO4; dan (c) Tanah Liat dan KMnO4 dalam Kain Kasa
(a)
(b)
Gambar 2. Pengemasan dan Penyimpanan Buah : (a). Pengemasa dalam Kardus dan (b) Penyimpanan Kardus diatas Rak Setelah dicuci, pisang kemudian dikemas. Kemasan yang digunakan berupa kotak kardus berukuran 45x25x10 cm dan plastik transparan. Pengemasan dilakukan dengan memasukkan pisang yang telah dibersihkan kedalam plastik transparan beserta media penyerap etilen dan silica gel 5 g. Setiap plastik pisang terdiri dari 2 x setengah sisir pisang dengan tiap bungkus plastik merupakan satu perlakuan. Pisang yang kemudian dimasukkan kedalam kardus beserta dengan kertas koran. Setiap kardus terdiri dari tiga satuan percobaan (Gambar 2a). Kardus kemudian ditutup dengan menggunakan lakban. Pada saat pengemasan juga
dilakukan pengacakan dengan asumsi bahwa buah seragam kematangannya walaupun berbeda sisir dan letak sisir dalam tandan. Penyimpanan dilakukan di atas rak dan pada suhu ruang dengan kisaran suhu 270-300C (Gambar 2b). Skema tahapan percobaan dapat dilihat pada Gambar 3.
Persiapan Bahan dan Alat
Pasta tanah liat dicampur dengan KMnO4 Jenuh (75 g/100 ml) kemudian di keringanginkan Bahan penyerap tersebut ditimbang dan dikemas menggunakan kain kasa Panen
Sortasi dan Pembersihan
Buah dimasukkan ke dalam plastik yang telah diberi bahan penyerap etilen sesuai perlakuan dan silica gel, kemudian dimasukkan ke dalam kotak kardus dan diberi bahan pengisi kertas koran
Simpan di atas rak pada suhu ruang
Pengamatan destruktif dan non destruktif Gambar 3. Tahapan Pelaksanaan Percobaan
Pengamatan Pengamatan yang dilakukan berupa pengamatan non destruktif dan pengamatan destruktif. Pengamatan destruktif berupa pengukuran indeks skala warna kulit buah dan susut bobot buah pada 3, 6, 9, 12, 15, 18 dan 21 Hari Setelah Perlakuan (HSP), sedangkan pengamatan destruktif pada 6, 12, dan 18 HSP
berupa pengukuran kekerasan kulit buah, rasio daging buah dengan kulit buah, padatan total terlarut (PTT), dan Asam Tertitasi Total (ATT). Indeks Skala Warna Kulit Buah Indeks skala warna kulit buah pisang raja bulu diasumsikan sama dengan penyebaran warna hijau dan kuning dari cavendish. Derajat kekuningan kulit buah tersebut dinilai dengan angka antara 1 sampai 8 (Gambar 4). Nilai tersebut adalah: 1 : Hijau
5 : Kuning dengan ujung hijau
2 : Hijau dengan sedikit kuning
6 : Kuning penuh
3 : Hijau kekuningan
7 : Kuning dengan sedikit bintik coklat
4 : Kuning lebih banyak dari hijau 8: Kuning dengan bercak coklat lebih luas
Gambar 4. Indeks Skala Warna Kulit Buah Pisang Sumber : www.postharvest.ucdavis.edu Susut Bobot Pengukuran susut bobot buah dilakukan dengan membandingkan bobot pisang awal dan pada saat pengamatan. Rumus yang digunakan : Susut Bobot (%) =
bobot awal - bobot pengamatan x 100% bobot awal
Rasio daging buah dengan kulit buah dan Edible Portion.
Pengukuran rasio daging buah dengan kulit buah diukur dengan menimbang bobot buah sebelum dikupas dan setelah buah dikupas. Bobot daging buah yang diperoleh dibagi dengan bobot kulit buah. Edible portion dihitung dengan rumus : Edible Portion (%):
Bobot Daging Buah x 100% Bobot Buah
Kekerasan Kulit Buah Kekerasan kulit buah diukur menggunakan penetrometer. Pengukuran dilakukan pada buah pisang yang belum dikupas kulitnya. Buah pisang diletakkan sedemikian rupa hingga stabil. Jarum penetrometer ditusukan di tiga tempat yang berbeda, masing-masing tusukan dibagian ujung, tengah, dan pangkal. Ketiga data yang diperoleh kemudian diambil rata-ratanya.
Padatan Terlarut Total (PTT) Kandungan padatan terlarut total
(PTT) diukur dengan menghancurkan
daging buah pisang, kemudian diambil sarinya dengan menggunakan kain kasa. Sari buah yang telah diperoleh diteteskan pada lensa refraktometer. Kadar PTT dapat dilihat pada alat (0Brix). Sebelum dan sesudah digunakan, lensa refraktometer dibersihkan dengan aquades.
Asam Tertitrasi Total (ATT) Pengukuran Asam Tertitrasi Total (ATT) dilakukan dengan menghancurkan bahan, kemudian bahan ancuran tersebut disaring sebanyak 50 g dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan ditambahkan air destilata sampai tera. Filtrat diambil sebanyak 25 ml diberi 3-4 tetes indikator Phenolphtalein (PP) kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N. Titrasi dilakukan sampai terbentuk warna merah muda yang stabil. Kandungan ATT dapat dihitung dengan rumus : ATT (ml NaOH 0.1 N/100 g bahan) :
ml NaOH 0.1 N x fp x 100 bobot contoh pisang (g)
Fp : faktor pengenceran (100 ml/25 ml)
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pengamatan awal (0 HSP) dilakukan untuk mengetahui kondisi buah sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Bobot buah pada awal pengamatan berkisar antara 420-670 g/setengah sisir, indeks skala warna satu atau masih hijau penuh, kekerasan kulit buah 0.80 kg/detik, padatan terlarut total 16.20 Brix, rasio daging buah dengan kulit buah 0.73, edible portion 41.85%, serta asam tertitrasi total 20.56 ml/100 g. Secara umum kondisi buah pisang selama penyimpanan cukup baik. Namun ada beberapa buah yang terserang penyakit. Gejala penyakit pasca panen mulai menyerang pada buah pisang pada 9 HSP. Berdasarkan gejala yang ditimbulkan, buah pisang tersebut terserang penyakit antraknosa. Gejala yang muncul berupa terdapatnya noda merah kecoklatan pada kulit buah yang mulai matang, dapat dilihat pada Lampiran 1. Gejala tersebut menjadi semakin parah dengan semakin lamanya penyimpanan. Selain gejala tersebut, buah pisang menunjukkan gejala pembusukkan yang merata pada pangkal sisir buah. Menurut Eckert (1975), pembusukan pada pangkal sisir merupakan gejal penyakit crown rot, yang disebabkan oleh gabungan dari cendawan Collectrotichum musae Arx. Buah yang terkena penyakit ini dapat dilihat pada Lampiran 2. Rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan KMnO4 berpengaruh sangat nyata pada parameter indeks skala warna dan susut bobot dan berpengaruh nyata pada kekerasan kulit buah pada 6 dan 18 HSP, serta padatan terlarut total pada 12 dan 18 HSP. Perlakuan KMnO4 tidak berpengaruh nyata terhadap rasio daging buah dan kulit buah serta edible portion di semua hari perngamatan. Hal ini diduga karena proses respirasi dan transpirasi yang terjadi pada buah di setiap perlakuan terjadi hampir sama sehingga perubahan besarnya kulit buah dan daging buah tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan.
Peubah Indeks Warna Susut Bobot Kekarasan Kulit Buah Padatan Terlarut Total Asam Tertitrasi Total Rasio Daging dan Kulit Edible Part
3 ** ** -
6 ** ** * tn tn tn tn
Hari Setelah Perlakuan (HSP) 9 12 15 ** ** ** ** ** ** tn * tn tn tn -
18 ** ** * * ** tn tn
21 ** ** -
Tabel 2. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh penggunaan tanah liat sebagai pembawa KMnO4 terhadap beberapa parameter yang diamati Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1% * = berpengaruh nyata pada taraf 5% tn = tidak berbeda nyata - = tidak dilakukan pengamatan
Warna Kulit Buah Perubahan warna merupakan petunjuk bagi konsumen untuk menentukan kematangan buah. Untuk kebanyakan buah, tanda kematangan pertama adalah hilangnya warna hijau. Terdapat dua jenis pigmen pada kulit buah pisang yaitu klorofil dan karatenoid. Perubahan warna hijau ke kuning dalam buah ditandai dengan hilangnya klorofil dan munculnya zat warna karotenoid (Pantastico et al, 1989). Hasil penelitian (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan penyerap etilen KMnO4 berpengaruh sangat nyata terhadap warna kulit buah pada semua pengamatan. Gambar 4 memperlihatkan bahwa perlakuan penyerap etilen KMnO4 lebih efektif dalam mempertahankan perubahan warna kulit dibandingkan dengan perlakuan kontrol hingga akhir penyimpanan. Perlakuan bahan penyerap etilen 50 g dapat mempertahankan perubahan warna lebih efektif dibandingkan dengan dengan perlakuan bahan penyerap etilen 30 g dan 10 g, walaupun dengan bahan penyerap etilen 30 g tidak terdapat perbedaan secara nyata. Hal ini diduga karena semakin banyak KMnO4 yang terdapat pada bahan penyerap etilen dapat
mengoksidasi etilen lebih banyak. Hal tersebut berakibat terhambatnya proses pematangan dan ditunjukkan dengan perubahan warna kulit buah yang terhambat. Perlakuan bahan penyerap etilen 30 g dan 50 g dapat mempertahankan warna kulit buah tetap hijau hingga hijau kekuningan (skor 1-4) selama 18 hari penyimpanan, sedangkan perlakuan bahan penyerap etilen 10 g hanya dapat mempertahankannya selama 12 hari penyimpanan. Rendahnya indeks skala warna akibat perlakuan KMnO4 sangat bermanfaat untuk memperpanjang umur simpan
Skor
pisang raja bulu saat akan dipasarkan.
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 3
6
9
12
15
18
21
Hari Setelah Perlakuan (HSP) P0
P1
P2
P3
Gambar 4. Perubahan Indeks Skala Warna Kulit Pisang Raja Keterangan: P0 (Kontrol); P1 (10 g bahan penyerap (KMnO4 + tanah liat); P2 (30 g bahan penyerap (KMnO4 + tanah liat); P3 (50 g bahan penyerap (KMnO4 + tanah liat)
Bulu; etilen etilen etilen
Selama penyimpanan buah pisang raja bulu mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau penuh, kemudian berubah menjadi hijau dengan sedikit kuning, hijau kekuningan, kuning lebih banyak dari hijau, kuning dengan ujung hijau, kuning penuh, kuning dengan sedikit bintik cokelat, dan akhirnya berwarna kuning kehitaman. Perubahan warna kulit buah pisang selama penyimpanan ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Perubahan Warna Kulit Buah Pisang Raja Bulu pada Setiap pengamatan PO 0 HSP
3 HSP
6 HSP
9 HSP
12 HSP
15 HSP
P1
P2
P3
18 HSP
21 HSP
Tidak diamati (Busuk)
Keterangan: P0 (Kontrol); P1 (10 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat); P2 (30 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat); P3 (50 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat). HSP : Hari Setelah Perlakuan
Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu indikator penurunan mutu buah. Penurunan susut bobot buah cenderung semakin meningkat seiring dengan semakin lamanya waktu penyimpanan. Peningkatan susut bobot ini disebabkan oleh adanya proses respirasi yang terjadi selama penyimpanan. Mikasari (2004), menyatakan bahwa penyusutan atau pengurangan berat bahan terus berlangsung selama penyimpanan sebagai akibat dari adanya proses respirasi dan transpirasi.
25 20
%
15 10 5 0 3
6
9
12
15
18
21
Hari Setelah Perlakuan (HSP) P0
P1
P2
P3
Gambar 5. Perubahan Susut Bobot Buah Pisang Raja Bulu; Keterangan: P0 (Kontrol); P1 (10 g bahan penyerap etilen (KMnO4 +
tanah liat); P2 (30 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat); P3 (50 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat) Gambar 5 menunjukkan terjadi peningkatan susut bobot buah selama masa penyimpanan. susut bobot yang meningkat menunjukkan bahwa buah menggunakan cadangan makanannya untuk proses metabolisme. Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 4), perlakuan bahan penyerap etilen KMnO4 berpengaruh sangat nyata terhadap menghambat peningkatan susut bobot buah pisang raja bulu dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Gambar 5 juga menunjukkan bahwa perlakuan bahan penyerap etilen 50 g dan 30 g lebih efektif menghambat peningkatan susut bobot dibandingkan dengan perlakuan bahan bahan penyerap etilen 10 g. Namun tidak terdapat perbedaan secara nyata antara perlakuan bahan penyerap etilen 50 g dan 30 g. Data perlakuan bahan penyerap etilen 10 g yang ditampilkan pada Gambar 5 memperlihatkan nilai yang berfluktuasi mulai dari 9 HSP hingga akhir pengamatan. Hal ini terjadi karena adanya pengembunan dan serangan penyakit. Pengembunan
menyebabkan
keadaan
suhu
menjadi
lembab
sehingga
memperbesar resiko terjadinya serangan penyakit.
Kekerasan Kulit Buah Kekerasan kulit buah merupakan salah satu faktor yang menentukan mutu buah dan menandakan terjadinya penurunan mutu buah. Semakin keras buah, maka semakin rendah mutu buah tersebut dan menjadi tidak disukai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kekerasan kulit buah pisang raja bulu terus berkurang seiring dengan lamanya waktu penyimpanan yang menandakan semakin masaknya buah buah tersebut sedang menuju tercapainya waktu senesen. Berkurangnya kekerasan ditunjukkan oleh angka skala penetrometer (Tabel 3). Perubahan tingkat kekerasan ini diduga dipengaruhi oleh turgor sel yang selalu berubah sejalan terjadinya pemasakan buah. Menurut Matto et al. (1989), perubahan tekanan turgor sel diakibatkan oleh perubahan komponen penyusun diding sel yang terdiri dari pektin yang merupakan penyusun utama, selulosa dan sedikit hemiselulosa.
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 5), perlakuan bahan penyerap etilen berpengaruh nyata pada 6 dan 18 HSP, sedangkan tidak berbeda nyata pada 12 HSP. Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan bahan penyerap etilen lebih dapat mempertahankan kekerasan kulit buah dibandingkan dengan perlakuan tanpa bahan penyerap etilen (kontrol). Perlakuan bahan penyerap etilen 30 g lebih dapat mempertahankan kekerasan kulit buah dibandingkan dengan bahan penyerap etilen 10 g dan 30 g walaupun tidak terdapat perbedaan secara nyata. Tabel 4. Perubahan Kekerasan Kulit Buah Pisang Raja Bulu selama Penyimpanan Perlakuan P0 P1 P2 P3
6 0.740b 0.793a 0.800a 0.763ab
Hari Setelah Perlakuan (HSP) 12 ……..kg/ detik……. 0.713 0.710 0.760 0.733
18 0.623b 0.660ab 0.760a 0.713ab
Keterangan: P0 (Kontrol); P1 (10 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat)); P2 (30 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat); P3 (50 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat) Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5%
Rasio Daging Buah dan kulit Buah dan Edible Portion Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan daging buah semakin meningkat seiring dengan kematangan buah, sedangkan perkembangan kulit buah semakin menurun, sehingga terjadi perubahan perbandingan berat daging buah dengan kulit buah (Tabel 5). Semakin lama penyimpanan rasio daging buah dan kulit buah semakin meningkat, sehingga edible portion juga semakin besar. Menurut Hassan dan Pantastico (1990), perbedaan rasio ini disebabkan oleh perubahan kandungan gula dalam kedua jaringan tersebut. Kandungan gula dalam jaringan buah semakin meningkat lebih cepat yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat, sehingga terjadi perpindahan air dari kulit ke daging buah yang menyebabkan perbandingan berat daging dan kulit buah semakin meningkat. Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran
6 dan 7), perlakuan bahan
penyerap etilen tidak berpengaruh nyata terhadap rasio daging buah dengan kulit
buah serta edible portion pada semua hari pengamatan. Hal ini diduga karena proses respirasi dan transpirasi yang terjadi pada buah di setiap perlakuan terjadi hampir sama sehingga perubahan besarnya kulit buah dan daging buah tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan. Tabel 5. Perubahan Rasio Daging Buah dengan Kulit Buah dan Edible Portion Pisang Raja Bulu selama Penyimpanan. Perlakuan P0 P1 P2 P3
Daging Buah/Kulit Buah 6 HSP 12 HSP 18 HSP 0.702 0.585 0.627 0.789
0.785 0.641 0.668 0.785
0.746 0.705 0.697 0.697
Edible Portion 6 HSP 12 HSP 18 HSP ........................%......................... 39.342 36.025 36.876 43.498
41.457 37.916 38.611 43.339
41.056 39.833 39.833 43.906
Keterangan: P0 (Kontrol); P1 (10 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat); P2 (30 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat); P3 (50 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat) Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5%
Padatan Terlarut Total (PTT) Buah yang masak akan mengalami perubahan rasa, yaitu masam menjadi manis. Hal tersebut karena selama proses pematangan terjadi pemecahan polimer karbohidrat seperti pati menjadi gula. Menurut Matto et al., (1989), rasa manis disebabkan adanya peningkatan jumlah gula-gula sederhana dan berkurangnya senyawa fenolik. Gula merupakan komponen utama bahan padat terlarut. Semakin tinggi kandungan padatan terlarut total maka buah tersebut semakin manis. Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 8) menunjukkan bahwa perlakuan bahan penyerap KMnO4 berpengaruh nyata mempertahankan padatan terlarut total buah pada 12 dan 18 HSP, sedangkan tidak berpengaruh nyata mempertahankan padatan terlarut total buah pada 6 HSP. Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan bahan penyerap etilen lebih dapat mempertahankan padatan terlarut total (PTT) dibandingkan dengan perlakuan tanpa bahan penyerap etilen. Pada 12 HSP, perlakuan bahan penyerap etilen 10 g menunjukkan nilai padatan terlarut total terendah dibandingkan dengan perlakuan bahan penyerap etilen 30 g dan 50 g walaupun tidak terdapat perbedaan secara nyata. Nilai padatan total terlarut yang rendah menunjukkan proses pematangan terhambat selama
penyimpanan sehingga daya simpan buah dapat diperpanjang dan kondisi buah dapat dipertahankan. Secara umum padatan terlarut total buah mengalami kenaikan selama penyimpanan (Tabel 6). Peningkatan padatan terlarut total diduga karena proses hidrolisis pati menjadi gula-gula sederhana (glukosa dan fruktosa) dengan bantuan enzim-enzim yaitu enzim amilase, fosforilase, dan intervase yang terdapat di dalam buah berjalan lancar. Menurut Kays (1991), bahwa kecenderungan yang umum terjadi pada buah selama penyimpanan adalah terjadi kenaikan kandungan gula yang kemudian disusul dengan penurunan. Tabel 6. Kandungan Padatan Terlarut Total (PTT) Buah Pisang Raja Bulu selama Penyimpanan. Perlakuan P0 P1 P2 P3 Keterangan :
Hari Setelah Perlakuan (HSP) 6 12 18 o ………………………… Brix ……………………………. 20.600 23.940a 27.167 19.070 20.517b 25.250 19.117 21.263b 23.333 20.500 23.057ab 23.343 P0 (Kontrol); P1 (10 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat); P2 (30 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat); P3 (50 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat) Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5%
Asam Tertitrasi Total (ATT) Asam merupakan komponen utama penyusun sel yang mengalami perubahan selama pematangan buah. Kandungan asam organik pada umumya menurun selama proses pematangan, tetapi pada buah pisang terjadi hal yang sebaliknya, kandungan asam organik yang tinggi justru dicapai pada stadia kematangan penuh dan setelah itu akan menurun (Santoso dan Purwoko, 1995). Penurunan kandungan asam disebabkan asam direspirasikan atau dirubah menjadi gula (Pantastico et al, 1989). Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 9) diketahui bahwa perlakuan bahan penyerap berpengaruh nyata mempertahankan kandungan asam tertitrasi dalam buah hanya pada 18 HSP. Hal ini diduga pada 18 HSP sedang mengalami
proses pematangan yang cepat. Tabel 7 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara perlakuan bahan penyerap etilen dan perlakuan tanpa bahan penyerap etilen. Perlakuan bahan penyerap etilen 30 g lebih dapat mempertahankan nilai asam tertitrasi total tetap rendah dibandingkan dengan perlakuan bahan penyerap etilen 10 g dan 50 g, walaupun pada 6 HSP dan 12 HSP tidak terdapat perbedaan secara nyata. Nilai asam tertitrasi total mengalami kenaikan pada semua perlakuan selama penyimpanan (Tabel 7). Nilai asam tertitrasi total yang terendah terdapat pada perlakuan bahan penyerap etilen 30 g. Semakin rendah nilai asam tertitrasi menunjukkan asam yang terkandung di dalam buah semakin sedikit. Tabel 7. Kandungan Asam Tertitrasi Total (ATT) Buah Pisang Raja Bulu selama Penyimpanan Perlakuan P0 P1 P2 P3
Hari Setelah Perlakuan (HSP) 6 12 18 …………………………. ml/100 g …………………… 22.577 25.690 30.753a 18.133 22.933 29.157a 17.600 20.620 25.243b 17.377 26.133 30.933a
Keterangan: P0 (Kontrol); P1 (10 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat); P2 (30 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat); P3 (50 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat) Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5%
Tabel 8. Kandungan PTT/ATT Buah Pisang Raja Bulu selama Penyimpanan. Perlakuan P0 P1 P2 P3 Keterangan :
6 HSP PTT/ATT 0.91 1.05 1.09 1.18
12 HSP PTT/ATT 0.93 0.89 1.03 0.88
18 HSP PTT/ATT 0.88 0.87 0.92 0.75
Keterangan: P0 (Kontrol); P1 (10 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat); P2 (30 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat); P3 (50 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat) PTT : Padatan Total Terlarut dan ATT : Asam Tertitrasi Total
Nilai
kandungan
PTT/ATT
(Tabel
8)
cenderung
turun
selama
penyimpanan, kecuali pada perlakuan kontrol yang pada pengamatan 12 HSP mengalami kenaikan kemudian turun pada pengamatan 18 HSP. Pada pengamatan 18 HSP, nilai PTT/ATT tertinggi terdapat pada pelakuan bahan penyerap etilen 30 g. Nilai PTT/ATT dapat digunakan untuk menduga waktu panen
Umur Simpan Umur simpan buah pisang pada percobaan dihitung berdasarkan perubahan fisik yang telah diamati, terutama perubahan warna. Perhitungan umur simpan buah dilakukan dari awal percobaan hingga buah layak dikonsumsi. Tabel 9 menunjukkan umur simpan buah pisang pada beberapa perlakuan. Buah pisang dengan perlakuan kontrol mulai busuk pada pengamatan 15 HSP, sedangkan perlakuan lainnya masih layak untuk dikonsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan bahan penyerap etilen dari campuran tanah liat dan KMnO4 dapat mempertahankan umur simpan lebih lama. Tabel 9. Umur Simpan Buah Pisang Raja Bulu Selama Penyimpanan Perlakuan P0 P1 P2 P3
Umur simpan (Hari) 12 18 21 21
Keterangan : P0 (Kontrol); P1 (10 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat); P2 (30 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat); P3 (50 g bahan penyerap etilen (KMnO4 + tanah liat)
Perlakuan bahan penyerap etilen 30 g dan 50 g mampu mempertahankan umur simpan hingga 21 hari, sedangkan perlakuan bahan penyerap etilen 10 g mampu mempertahankan umur simpan sampai 18 hari. Hal ini diduga karena bahan penyerap etilen 10 g tidak efektif setelah 18 hari. Menurut penelitian Jannah (2008), pisang raja bulu yang diberi perlakuan KMnO4 dengan bahan penyerap zeolit sebanyak 75 g mampu mempertahankan umur simpan hingga 17 hari.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penggunaan campuran tanah liat dengan KMnO4 sebagai bahan penyerap etilen dapat mempertahankan warna kulit buah dan mengurangi terjadinya susut bobot buah selama penyimpanan dibandingkan dengan perlakuan tanpa bahan penyerap etilen (kontrol). Perlakuan bahan penyerap etilen 50 g mampu memberikan pengaruh yang lebih baik dalam mempertahankan warna kulit buah dan mengurangi terjadinya susut bobot dibandingkan bahan peyerap etilen 10 g dan 30 g. Perlakuan bahan penyerap etilen tidak mempengaruhi kekerasan kulit buah, rasio daging buah dan kulit buah, padatan terlarut total, dan asam tertitrasi total. Penggunaan campuran tanah liat dan KMnO4 sebagai bahan penyerap etilen dapat memperpanjang umur simpan lebih lama dibandingkan dengan perlakuan tanpa bahan penyerap etilen (kontrol). Perlakuan tanpa menggunakan bahan penyerap etilen sudah tidak layak konsumsi pada 18
Hari Setelah
Perlakuan (HSP) sedangkan perlakuan dengan bahan penyerap etilen masih layak konsumsi sampai 21 HSP.
Saran Tanah liat dapat digunakan sebagai
bahan pembawa KMnO4. Perlu
penelitian lebih lanjut tentang bahan pembungkus bahan penyerap etilen dan perlu penelitian untuk mencari bentuk tanah liah yang lebih praktis seperti pellet atau granule.
DAFTAR PUSTAKA BPPT. 2005. Pisang Raja Bulu. www. iptek.net.id. [4 Mei 2009]. Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2008. Produksi Buah Nasional tahun 2000-2009. http://www.deptan .go.id/. [4 Mei 2009]. Diennazola, R. 2008. Pengaruh Sekat Dalam Kemasan terhadap Umur Simpan dan Mutu Buah Pisang Raja Bulu. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 49 hal. Harjadi, S. S. 1989. Dasar Hortikultura. Departemen Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 306 hal. Hassan, A. dan Er. B. Pantastico. 1990. Banana. Asean Food Handling Burueau. Malaysia. 147 p. Jannah, U. F. 2008. Pengaruh Bahan Penyerap Larutan Kalium Permanganat terhadap Umur Simpan Pisang Raja Bulu. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 48 hal. John, P. and Marchal. 1995. Ripening of biochemistry of the fruit. p. 435-436. In S. Gowen (Ed.). Bananas and Plantains, Chapmann and Hall. London. Kader, A. A.1992. Postharvest biology and technology. p. 15-20. In A. A. Kader (Ed.). Bananas and Plantains. Postharvest Technology of Horticulture Corps. Agriculture ang Natural Resources Publication, Univ. of California. Bakerley. Kays, S. 1991. Postharvest Physiology of Perishable Plant Product. AVI Book. New York. 532 p. Lodh, S. B. dan Er. B. Pantastico. 1989. Perubahan-perubahan fisiokimiawi selama pertumbuhan organ-organ penimbun, hal 64-87. Dalam Pantastico, Er.B (Ed.). Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Terjemahan dari Postharvest Physiology, Handling and Utilization Tropical and Sub-tropical Fruits and Vegetables. Diterjemahkan oleh Kamariyani. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Lukum, A. 2009. Produksi dan Distribusi Pellet Kalium Permanganat (KMnO4) untuk Menghambat Tingkat Kematangan Buah Pisang. www.ung.ac.id. [22 Oktober 2009].
Matto, A. K., T. Murata, Er. B. Pantastico, K. Chachin, K. Ogata dan C. T Phan. 1989. Perubahan-perubahan kimiawi selama pematangan dan penuaan, p. 160-197. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Terjemahan dari Postharvest Physiology, Handling and Utilization Tropical and Sub-tropical Fruits and Vegetables. Diterjemahkan oleh Kamariyani.Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Mikasari, W. 2004. Kajian Penyimpanan dan Pematangan Buah Pisang Raja (Musa paradisiaca var. sapientum L.) dengan metode Pentahapan Suhu. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 110 hal. Nugraheni, A. 2006. Pengaruh Wadah Kemas dan Bahan Pengisi terhadap Mutu Buah Pisang Raja Bulu (Musa “AAB” Raja Bulu). Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 34 Hal. Nurhasanah. 2006. Survei Kondisi dan Daya Simpan Pisang (Musa paradisiaca L.). Kultivar Raja Bulu di Pasar Induk Kramat Jati dan Sekitar Bogor. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 34 hal. Pantastico, Er. B., A. K. Matto, dan C. T. Phan. 1989. Peran etilena dalam pemasakan, hal 120-135. Dalam Pantastico, Er.B (Ed.). Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Terjemahan dari Postharvest Physiology, Handling and Utilization Tropical and Sub-tropical Fruits and Vegetables. Diterjemahkan oleh Kamariyani. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. PKBT. 2005. Laporan Akhir Riset Unggulan Strategis Nasional Pengembangan Buah-buahan Unggulan Indonesia: Pisang. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor. Redaksi Trubus. 2007. Berkebun Pisang Secara Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta. 44 hal. Robinson, J. C. 1999. Bananas and Plantains. CAB International. London. 238 p. Sambeganarko, A. 2008. Pengaruh Aplikasi KMnO4, Ethylene Block, Larutan CaCl2, terhadap Kualitas dan Umur Simpan Pisang (Musa paradisiaca L.) varietas Raja Bulu. Skripsi. Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 40 hal. Samson, J. A. 1986. Tropical Fruits. Second Edition. Longman Group. London. 336 p.
Santoso, B. B. dan B. S. Purwoko. 1995. Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen Tanaman Hortikultura. Indonesia Australia Eastern Project. 187 hal. Simmonds, N. W. 1966. Banana. 2nd Edition. Longman Inc, New York. 446 p. Sholihati. 2004. Kajian Penggunaan Bahan Penyerap Etilen Kalium Permanganat untuk Memperpanjang Umur Simpan Pisang Raja (Musa Paradisiaca var. sapientum L.). Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 177 hal. Verheij, E. W. 1991. Musa L., hal. 285-296. Dalam E. W. M. Verheij dan R. E. Coronel (Eds.). Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan Yang Dapat Dimakan Terjemahan dari Plant Resources of South-east Asia 2: Edible Fruit and Nuts. Diterjemahkan oleh S. Danimiharja, H. S. Utarno., N. W. Utami dan D. S. Hoesen. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wills, R. B. H., T. H. Lee, W. B. Mc Glasson and D. Graham. 1989. Postharvest, and introduction to the Physiology and Handling Fruit and Vegetables Van Nostand. New York. 150 p. Winarno, F, G. dan M. A. Wirakartakusumah. 1979. Fisologi Lepas Panen. Sastra Hudaya. Jakarta. 96 hal.
LAMPIRAN
Gejala Penyakit Antraknosa
Lampiran 1. Buah yang Terkena Gejala Penyakit Antraknosa pada 9 HSP
Gejala Penyakit Crown Rot
Lampiran 2. Buah yang Terkena Gejala Penyakit Crown Rot pada 12 HSP Lampiran 3. Sidik Ragam Pengaruh Bahan Pembawa KMnO4 terhadap Indeks Skala Warna Buah Pisang Raja Bulu HSP 3
6
9
12
15
18
21
Sumber keragaman Kelompok Perlakuan Galat Umum Kelompok Perlakuan Galat Umum Kelompok Perlakuan Galat Umum Kelompok Perlakuan Galat Umum Kelompok Perlakuan Galat Umum Kelompok Perlakuan Galat Umum Kelompok Perlakuan Galat Umum
Derajat bebas 2 3 6 11 2 3 6 11 2 3 6 11 2 3 6 11 2 3 6 11 2 3 6 11 2 3 6 11
Jumlah kuadrat 0.6837 5.354 0.7245 6.7621 1.0595 13.8604 2.4257 17.3456 0.0726 20.9593 2.1563 23.1882 0.3107 31.0691 2.2235 33.6032 0.2926 42.7126 3.0497 46.0549 1.9693 43.5091 2.1159 47.5943 2.7917 102.7500 1.8750 107.4617
Kuadrat tengah 0.3419 1.7846 0.1207
F hitung
Pr > F
%KK
2.83tn 14.78**
0.1362 0.0035
20.51
0.5297 4.6201 0.4043
1.31tn 11.43**
0.3372 0.0068
28.26
0.0363 0.9864 0.2594
0.10tn 19.44**
0.9054 0.0017
19.28
0.1553 10.3564 0.3706
0.42tn 27.95**
0.6755 0.0006
16.67
0.1463 14.2375 0.5083
0.29tn 28.01**
0.7597 0.0006
16.88
0.9846 14.5030 0.5326
2.79tn 41.13**
0.1390 0.0002
11.91
1.3958 34.2500 0.3125
4.47tn 109.60**
0.0649 0.0001
11.37
Keterangan : HSP : Hari Setelah Perlakuan KK : Koefisien Keragaman tn : tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5% ** : Berbeda nyatapada uji Tukey taraf 1% * : Berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5%
Lampiran 4. Sidik Ragam Pengaruh Bahan Pembawa KMnO4 terhadap Susut Bobot Buah Pisang Raja Bulu. HSP 3
6
9
12
15
18
21
Sumber keragaman Kelompok Perlakuan Galat Umum Kelompok Perlakuan Galat Umum Kelompok Perlakuan Galat Umum Kelompok Perlakuan Galat Umum Kelompok Perlakuan Galat Umum Kelompok Perlakuan Galat Umum Kelompok Perlakuan Galat Umum
Derajat bebas 2 3 6 11 2 3 6 11 2 3 6 11 2 3 6 11 2 3 6 11 2 3 6 11 2 3 6 11
Jumlah kuadrat 3.5028 10.5427 1.9669 16.0125 8.9199 98.8082 2.8799 110.6081 35.5889 161.7906 5.7300 203.10952 36.7716 145.5618 16.0001 198.3335 53.2047 150.19998 14.6459 218.0504 3.9904 304.4461 20.6394 329.0758 0.7538 643.8490 8.4523 653.0551
Kuadrat tengah 1.7514 3.5143 0.3278
Pr > F
%KK
5.34* 10.72**
0.0465 0.0080
44.36
4.4599 32.9361 0.4799
9.29* 68.62**
0.0145 0.0001
16.17
17.7945 53.9301 0.955
18.63** 56.47**
0.0027 0.0001
14.81
18.3858 48.5206 2.6667
6.89* 18.20**
0.0279 0.0020
22.28
26.6024 50.0666 2.4409
10.90* 20.51**
0.0101 0.0015
19.24
1.9952 101.4820 3.4399
0.58tn 29.50**
0.5885 0.0005
19.50
0.3769 214.6163 1.4087
0.27tn 152.35**
0.7739 0.0001
10.33
Keterangan : HSP : Hari Setelah Perlakuan KK : Koefisien Keragaman tn : tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5% ** : Berbeda nyatapada uji Tukey taraf 1% * : Berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5%
F hitung
Lampiran 5. Sidik Ragam Pengaruh Bahan Pembawa KMnO4 terhadap Kekerasan Kulit Buah Pisang Raja Bulu HSP 6
12
18
Sumber keragaman Kelompok Perlakuan Galat Umum Kelompok Perlakuan Galat Umum Kelompok Perlakuan Galat Umum
Derajat bebas 2 3 6 11 2 3 6 11 2 3 6 11
Jumlah kuadrat 0.0006 0.0070 0.0019 0.0095 0.0003 0.0048 0.0069 0.0119 0.0041 0.0324 0.0097 0.0461
Kuadrat tengah 0.0003 0.0023 0.0003
F hitung 0.97tn 7.26*
0.4331 0.0202
2.31
0.0001 0.0016 0.0011
0.12tn 1.39tn
0.8920 0.3348
4.64
0.0020 0.0107 0.0016
1.26tn 6.69*
0.3487 0.0242
5.82
Keterangan : HSP : Hari Setelah Perlakuan KK : Koefisien Keragaman tn : tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5% ** : Berbeda nyatapada uji Tukey taraf 1% * : Berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5%
Pr > F
%KK
Lampiran 6. Sidik Ragam Pengaruh Bahan Pembawa KMnO4 terhadap Perbandingan Kulit Buah dengan Daging Buah Pisang Raja Bulu HSP 6
12
18
Sumber keragaman Kelompok Perlakuan Galat Umum Kelompok Perlakuan Galat Umum Kelompok Perlakuan Galat Umum
Derajat bebas 2 3 6 11 2 3 6 11 2 3 6 11
Jumlah kuadrat 0.2030 0.0720 0.0585 0.3336 0.1685 0.0429 0.0432 0.2545 0.0871 0.0186 0.1094 0.2151
Kuadrat tengah 0.1015 0.0240 0.0098
F hitung 10.41* 2.46tn
0.0112 0.1602
14.62
0.0842 0.0143 0.0072
11.71** 1.99tn
0.0085 0.2175
11.91
0.0436 0.0062 0.0182
2.39tn 0.34tn
0.1725 0.7983
18.35
Keterangan : HSP : Hari Setelah Perlakuan KK : Koefisien Keragaman tn : tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5% ** : Berbeda nyatapada uji Tukey taraf 1% * : Berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5%
Pr > F
%KK
Lampiran 7. Sidik Ragam Pengaruh Bahan Pembawa KMnO4 terhadap Edible Portion Buah Pisang Raja Bulu HSP 6
12
18
Sumber keragaman Kelompok Perlakuan Galat Umum Kelompok Perlakuan Galat Umum Kelompok Perlakuan Galat Umum
Derajat bebas 2 3 6 11 2 3 6 11 2 3 6 11
Jumlah kuadrat 261.5840 101.0857 93.0265 455.6962 199.1313 57.3246 256.4559 317.3117 112.9255 35.4699 119.2461 267.6416
Kuadrat tengah 130.7920 33.6952 15.5044
F hitung 8.44* 2.17tn
99.5656 19.1082 10.1426 56.4627 11.8233 19.874
Keterangan : HSP : Hari Setelah Perlakuan KK : Koefisien Keragaman tn : tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5% ** : Berbeda nyatapada uji Tukey taraf 1% * : Berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5%
Pr > F
%KK
0.0181 0.1922
10.11
9.82* 1.88tn
0.0128 0.2333
7.89
2.84tn 0.59tn
0.1335 0.6411
10.85
Lampiran 8. Sidik Ragam Pengaruh Bahan Pembawa KMnO4 terhadap Padatan Terlarut Total (PTT) Buah Pisang Raja Bulu HSP 6
12
18
Sumber keragaman Kelompok Perlakuan Galat Umum Kelompok Perlakuan Galat Umum Kelompok Perlakuan Galat Umum
Derajat bebas 2 3 6 11 2 3 6 11 2 3 6 11
Jumlah kuadrat 6.8181 6.3839 15.1746 28.3766 7.4601 22.4169 5.2915 35.1685 7.4768 30.2213 12.0958 49.7939
Kuadrat tengah 3.4090 2.1280 2.5291
F hitung 1.35tn 0.84tn
0.3285 0.5190
8.02
3.7301 7.4723 0.8819
4.23tn 8.47*
0.0715 0.0141
4.23
3.7384 10.0738 2.0160
1.85tn 5.00*
0.2360 0.0453
5.73
Keterangan : HSP : Hari Setelah Perlakuan KK : Koefisien Keragaman tn : tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5% ** : Berbeda nyatapada uji Tukey taraf 1% * : Berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5%
Pr > F
%KK
Lampiran 9. Sidik Ragam Pengaruh Bahan Pembawa KMnO4 terhadap Asam Tertitrasi Total (ATT) Buah Pisang Raja Bulu HSP 6
12
18
Sumber keragaman Kelompok Perlakuan Galat Umum Kelompok Perlakuan Galat Umum Kelompok Perlakuan Galat Umum
Derajat bebas 2 3 6 11 2 3 6 11 2 3 6 11
Jumlah kuadrat 79.6829 54.3430 47.2375 181.2634 54.7877 59.6168 86.5682 200.9727 5.3108 62.8415 10.0457 78.1980
Kuadrat tengah 39.8414 18.1143 26.8052
F hitung 5.06tn 2.30tn
0.0516 0.1771
14.83
27.3939 19.8723 14.4280
1.90tn 1.38tn
0.2297 0.3370
15.93
2.6554 20.9472 1.6743
1.59tn 12.51**
0.2799 0.0054
4.46
Keterangan : HSP : Hari Setelah Perlakuan KK : Koefisien Keragaman tn : tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5% ** : Berbeda nyatapada uji Tukey taraf 1% * : Berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5%
Pr > F
%KK