STUDI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS DI PUSKESMAS BATUA KOTA MAKASSAR GERICE NOVITA MALINO Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
ABSTRAK Pada tahun 2007, Pusat Data dan Informasi telah melakukan evaluasi SIK Hasil yang diperoleh adalah “ada tapi tidak adekuat” untuk sumber daya (47%), indikator (61%), sumber data (51%), kualitas data (55%), penggunaan dan diseminasi data (57%) serta “tidak adekuat sama sekali untuk managemen data (35%). Secara umum, hasil ini menunjukkan bahwa keseluruhan SIK masih dalam status “Ada tapi tidak adequat” dan masih perlu ditingkatkan (KEMENKES 2012). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran masukan, proses, dan keluaran pada Sistem Informasi Manajemen Puskesmas. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif untuk memperoleh gambaran dan informasi yang mendalam. Informan dalam penelitian ini sebanyak 5 orang yang ditentukan dengan menggunakan teknik purposive Sampling. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pada komponen masukan ditemukan bahwa sumber tenaga dinilai sudah memadai, pada sumber modal dinilai masih kurang untuk sarana komputer karena hanya terdapat satu komputer pada setiap unit. Sedangkan dalam kesanggupan petugas merasa sanggup melaksanakan tugas yang diberikan. Pada komponen proses, petugas dapat mengelola SIMPUS ini sesuai sistem. Sedangkan dalam penyusunan laporan menggunakan software. Pada komponen keluaran, pemanfaatan laporan adalah sebagai gambaran untuk pengambilan keputusan. Kesimpulan pada unsur masukan dalam sistem informasi manajemen puskesmas cukup memadai. Tidak terdapat kendala yang berarti dalam unsur proses. Pemanfaatan laporan untuk perencanaan kesehatan selanjutnya. Sarannya yaitu diharapkan adanya tenaga ahli dalam pengelolaan SIMPUS, hendaknya pihak Dinas Kesehatan memberikan sarana berupa komputer agar kerja Sistem Informasi Manajemen Puskesmas lebih maksimal. Kata Kunci : SIMPUS, Masukan, Proses, Keluaran
Page | 1
PENDAHULUAN Sebagai pelayanan kesehatan paling dasar dan sebagai ujung tombak pelayanan dan pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia, Puskesmas perlu mendapat perhatian yang lebih serius, terutama mutu pelayanannya yang seharusnya sesuai dengan hakikat reformasi kesehatan di Indonesia. Dengan menggunakan landasan pengembangan kesehatan, pimpinan Puskesmas harus lebih memahami penerapan sistem informasi puskesmas (SIMPUS) sebagai dasar penyusunan perencanaan tahunan Puskesmas (Muninjaya, 2004). Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh tingkatan organisasi pemerintah yang ditentukan secara sistematis dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang sistem informasi kesehatan adalah Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) nomor: 004/Menkes/SK/I/2003 tentang Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan dan Kepmenkes No. 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Laporan Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota (Departemen Kesehatan RI, 2003). Departemen kesehatan sudah sejak lama mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS), yaitu semenjak diciptakannya Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2PT) pada awal tahun 1970-an. Pengembangan SIKNAS ini semakin ditingkatkan dengan dibentuknya Pusat Data Kesehatan pada tahun 1984. Namun demikian, walau sudah terjadi banyak kemajuan, pengembanan SIKNAS ini masih menghadapi hambatan-hambatan yang bersifat klasik, yang akhirnya menimbulkan masalah-masalah klasik pula, yaitu kurang akurat, kurang sesuai kebutuhan, dan kurang cepatnya data dan
informasi yang disajikan (Departemen Kesehatan RI, 2007) Untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Kesehatan no.36 Tahun 2009. Struktur pencatatan dan pelaporan merupakan aspek yang menonjol dalam system informasi kesehatan karena perwujudannya sangat nampak dalam kegiatan sehari-hari. Sejumlah form dengan berbagai tingkat ketelitian atau kerumitannya dihadapi dalam pekerjaan sehari-hari para petugas. Jumlah form, item-item yang ada di dalamnya, aliran penyampaiannya, rekepitulasi dan analisisnya mengisi kesibukan petugas. Para petugas disemua tingkat mempunyai persepsi dan melakukan penilaian atas dokumen-dokumen system informasi (kushadiwijaya, 2000). Dengan dikembangkannya Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas yang dapat menyajikan informasi secara cepat, tepat dan dapat dipercaya sehingga informasi yang disajikan puskesmas dapat dipakai untuk pengambilan keputusan di berbagai tingkat sistem kesehatan dan berbagai jenis manajemen kesehatan baik untuk manajemen pasien, unit dan sistem kesehatan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan demikian maka pelayanan kesehatan yang diberikan dapat lebih fokus dan spesifik untuk suatu daerah. Hal ini akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari kerja puskesmas. Untuk itu perlu ditingkatkan kevalidan data yang terdapat pada masukan input dimana hasil yang diinginkan nantinya dapat terjamin kevalidannya sehingga keputusan yang diambil oleh para pengambil keputusan dapat tepat pada sasaran (Dewi, 2012). Budiharto et.al. (2005), yang meneliti penyempurnaan sistem informasi kesehatan kabupaten/kota mendapatkan beberapa temuan yaitu: data yang dikumpulkan secara rutin terlalu banyak, sehingga menimbulkan beban bagi petugas kesehatan pada tingkat Page | 2
operasional. Data kurang memadai untuk digunakan dalam pengambilan keputusan, karena masalah kualitas dan kelengkapannya. Kecuali itu masih terjadi duplikasi dalam pencatatan data di Puskesmas, dan analisis periodik SIK jarang dilakukan. Di beberapa tempat sudah menggunakan komputer, sebaliknya di beberapa tempat sumber daya SIK masih terbatas. Terungkap pula kurangnya umpan balik bagi unit operasional. Hasil penelitian Kurniawati (2004), mendapati bahwa sistem pencatatan dan pelaporan data pasien rawat jalan Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Semarang sebelum SIMPUS berjalan didasarkan format pelaporan SP3, menggunakan sistem manual dan sederhana, hambatannya sering terjadi kesalahan dan perbedaan laporan antar pemegang program, terlalu banyak tangan, mengandalkan tulisan tangan, laporan tidak tepat waktu, laporan sering salah, kegiatan yang tumpang tindih. Pada SIMPUS seluruhnya menggunakan komputer, kinerja SIMPUS belum dapat menunjukan kecepatan dan kemampuannya menangani beban kerja pengelolaan data, hal ini terjadi karena petugas pengelola data sedang mengalami transisi dan perubahan dari sistem manual ke sistem komputer karena sistem baru berjalan selama dua bulan. Pada tahun 2007, Pusat Data dan Informasi telah melakukan evaluasi SIK dengan menggunakan perangkat Health Metricts Network-World Health Organization (HMN-WHO). Evaluasi ini meliputi 6 komponen utama SIK yaitu sumber daya (meliputi pengelolaan dan sumber daya), indikator, sumber data, manajemen data (pengumpulan, pengolahan dan analisis data), kualitas data, diseminasi dan penggunaan data. Hasil yang diperoleh adalah “ada tapi tidak adekuat” untuk sumber daya (47%), indikator (61%), sumber data (51%), kualitas data (55%), penggunaan dan diseminasi data (57%) serta “tidak adekuat sama sekali untuk managemen data (35%). Secara umum, hasil
ini menunjukkan bahwa keseluruhan SIK masih dalam status “Ada tapi tidak adequat” dan masih perlu ditingkatkan (KEMENKES 2012). Menurut penelitian Febrianto Widodo (2013), Hambatan penerapan SIMPUS di Kabupaten Bantul adalah keterbatasan faktor sumber daya manusia, namun faktor organisasi mampu memberikan dukungan sepenuhnya yang memungkinkan SIMPUS sebagai faktor teknologi tetap digunakan menjadi sistem informasi pengelola data. Puskesmas Batua adalah salah satu Puskesmas pemerintah di Kota Makassar. Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Batua sebanyak 71 Orang masingmasing yang akan dirincikan sebagai berikut. Tenga dokter umum sebanyak 5 orang, dokter gigi 3 orang, dokter ahli gizi 1 orang, dokter ahli penyakit dalam 1 orang, tenaga perawat sebanyak 16 orang, perawat gigi 1 orang, bidan sebanyak 7 orang, tenaga gizi 4 orang, apoteker 2 orang, asisten apoteker 1 orang, analis 2 orang, kesling 2 orang, promkes 2 orang, S.Sos 1 orang, dan yang trbanyak dari itu adlah tenaga magang yaitu sebanyak 23 orang. Puskesmas yang memiliki enam pilar Misi dalam menjalankan fungsinya salah satunya yaitu “Meningkatkan Sistem informasi dan Manajemen Puskesmas”. Di Puskesmas Batua sebagiamana daerah-daerah lainnya juga telah menerapkan SIMPUS sesuai keputusan Dirjen Binkesmas No.590/Binkesmas/DJ/INFO/1996. Karena SIMPUS dipuskesmas Batua masih akan terus dikembangkan maka perlu dilakukan suatu survei untuk mengetahui gambaran tingkat penerapan SIMPUS di Puskesmas Batua. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan eksploratif yang dimaksudkan untuk menggali informasi tentang Studi Sistem Informasi Manajemen Puskesmas di Puskesmas Batua Page | 3
Raya. Tehnik yang digunakan adalah dengan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Batua Raya dengan alasan: Di Puskesmas Batua Raya sebagaimana daerahdaerah lainnya telah menerapkan SIMPUS sesuai keputusan Dirjen Binkesmas No.590/Binkesmas/DJ/INFO/1996. Penelitian ini dilakukan pada bulan agustus sampai dengan September 2014. Informan dalam penelitian ini adalah orang yang dianggap layak dan menguasai sistem informasi manajemen puskesmas. Penentuan informan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive Sampling. Teknik purposive samplimg adalah teknik pengambilan sampel yang berdasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Informan dalam penelitian ini berjumlah lima orang yaitu petugas yang mengelola Sistem Informasi Manajemen Puskesmas. Sumber tenaga dan sumber modal pada Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS). Dari hasil penelitian tidak terdapat tenaga ahli yang khusus mengelola Sistem Informasi Manajemen Puskesmas begitu pun dengan modal dalam menjalankan SIMPUS yang dirasa masih kurang. Hal ini sesuai dengan informasi yang diberikan oleh informan, yaitu sebagai berikut: “…SDM disini sangat rumit karna kenapa, banyak pegawai yang tidak mengerti tentang computer, terus kita’ ambil tenaga-tenaga baru, itupun tenaga magang toh yang diambil dari luar itu yang dilatih untuk kerja ini SIMPUS. Sumber modal agak terbatas, kenapa? Kita’ tidak boleh melakukan pengadaan contohnya kita tidak boleh beli computer, puskesmas itu tidak boleh beli computer yang boleh dinas. Trus kita’ dikasi Cuma dua dari dinas, computer. yang lain itu pengadaan sendiri itupun dari hasil uang yang dikumpul-kumpul nda masuk dalam rencana
anggaran. Memang tidak memerlukan gedung, karena kenapa? Mereka konek masing-masing dari kartu dia konek ke umpamanya pasien datang ke kartu dulu baru dari kartu diinput dia konek ke poli umum, begitupun dengan yang lain, dari poli umum kembali ke obat atau lab tapi datanya terkumpul jadi satu, karna dia pake sistem .” (AFR, 38 Tahun) Tata cara atau alat yang digunakan pada Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS). Dari hasil wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara kepada informan mengenai tata cara atau alat dalam mengelola sistem informasi manajemen di Puskesmas Batua sangat berpengaruh terhadap kinerja petugas karena dapat mempermudah dalam pengimputan dan pengelolaan data. Hal ini sesuai dengan kutipan berikut: “…sudah pake komputer”. (FTR, 30 Tahun) “…alatnya dari puskesmas juga sediakan toh kayak computer, tapi kalo laptop biasanya kita’ bawa sendiri untuk mempercepat toh kalo misalnya banyak computer lebih cepat pengimputannya tapi pribadi, dibawa pribadi kalo itu laptop. (MRW, 30 Tahun) “…komputernya kurang, kemudian jaringannya kadang tidak mendukung seperti itu.” (EVT, 29 Tahun) “…Uhh kurang, masih kurang iya, karna ini seperti ini, bawa sendiri laptop masing-masing.” (UMR, 32 Tahun) Kesangggupan atau kinerja kerja pengelola Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS). Dari hasil wawancara ditemukan bahwa pengelola SIMPUS dalam Page | 4
mengelola SIMPUS ini melaksanakan tugasnya atas rekomendasi dari atasannya, meskipun tidak menerima insentif tetapi mereka merasa bertanggung jawab atas tugas yang diberikan. Hal ini kurang lebih sama dengan informasi yang diberikan oleh informan, yaitu sebagai berikut: “…sebenarnya bisa cuma terkadang jaringannya yang lambat, nda ada kesulitan ji Cuma itu tadi jaringan yang kadang maksudnya putus-putus nda tau dari mana mungkin wifinya atau apakah toh? Yang jelasnya jaringannya kalo mau maksudnya pengimputannya cepat jie yang penting bagus jaringannya” (MRW, 30 Tahun) “…ya kalo mau dibilang sanggup, sanggup di sanggup-sanggupi mau mi diapa sudah tugas utama.” (EVT, 29 Tahun) “…kalo sanggup sih, sanggup tidak sanggup ya harus disanggupi karna memang seperti itu biasa kalo atasan toh kau yang kerja ini jadinya harus, paling kalau umpanya ada orang yang dari pelatihan kita’ belajar dari sesama teman saja”. (UMR, 32 Tahun) Informan diatas menjelaskan bahwa dalam mengelola sistem informasi manajemen puskesmas ini mereka merasa bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, meskipun dalam mengerjakaan sistem informasi manajemen puskesmas ini pengelola atau petugas tidak menerima insentif. Jadi beban kerja bertambah tetapi tidak dengan penghasilan. Informasi ini sesuai dengan informasi yang disampaikan oleh informan kunci, yaitu: “…kalo masalah sanggup tidak harus sanggup karna itu pekerjaannya walaupun mereka kadang ngotot karna tidak ada insentif untuk itu mereka tambah pekerjaan sedangkan
honor tidak bertambah. Disini semua yang ada tenaga kesehatan tidak ada khusus tenaga IT.” (AFR, 38 Tahun) Perencanaan dalam melaksanakan SIMPUS. Dari hasil wawancara dan observasi terdapat petugas yang mengelola SIMPUS, akan tetapi tidak ada perencanaan yang dilakukan dalam menjalankan sistem informasi manajemen puskesmas karena sistem ini berfungsi secara online dan langsung dikerjakan begitu pasien itu datang. Hal ini sesuai dengan informasi yang diberikan oleh informan, yaitu sebagai berikut: “…kita ini bekerja sistem informasinya itu programnya sudah dari ee yang pertama itu piker dari BPJS kemudian yang kedua itu epuskesmas itu memang dari balai kota program barunya pak wali kota jadi kalo untuk sistem perencanaan kita’ pun sebenarnya kaget dengan sistem ini kenapa karna tiba-tiba muncul nah seperti itu.” (EVT, 29 Tahun) “…kalo umpanya data toh misalkan setelah selesai pasien diperiksa sama dokter biasanya kita catat dulu dibuku ada buku register harian namanya nanti kalo umpanya setelah sudah dicatat dibuku register harian baru dipindahkan kan ada dua itu, ada yang diminta dari BPJS kemudian ada yang diminta dari sijarimas (menuju Makassar smart city) jadi semua kegiatan semua pelayanan itu nanti bisa diakses melalui internet kegiatan dipuskesmas itu diseluruh wilayah kota Makassar bisa di akses melalui internet seperti itu programnya. Nah kalo umpanya selesai itu baru tiap bulannya nanti direkap berapa jumlah kunjungan, berapa jumlah penyakit.” (UMR, 32 Tahun) Informan diatas mengungkapkan bahwa tidak diperlukan perencanaan dalam pelaksanaan SIMPUS karena sistem yang dipakai adalah sistem online jadi dapat terhubung dengan unit lainnya. Informasi ini Page | 5
sesuai dengan informasi yang disampaikan oleh informan kunci, yaitu: “…tidak melalui perencanaan, karna dia melalui sistem begitu pasien datang akan terkumpul sendiri.” (AFR, 38 Tahun) Pengorganisasian dalam melaksanakan SIMPUS. Dari hasil penelitian, konsep hasil hasil penelitian terkait pengorganisasian adalah sistem informasi ini tidak melalui suatu pengorganisasian. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada Sistem Informasi Manajemen Puskesmas di Puskesmas Batua, pengelola yang ada yaitu pengelola ditiap unit kerja puskesmas. Ini sesuai dengan informasi yang diberikan oleh informan, yaitu sebagai berikut: “… masing-masing, poli umum sendiri, loket sendiri, obat sendiri, KIA sendiri. (FTR, 30 Tahun) “…nah ini pengorganisasiannya sistem informasi puskesmas itu sebenaryna kalo untuk sistem informasi e untuk perruangan ade’ liat mi sendiri kami rangkap-rangkap jabatan toh jadi struktur organisasinya untuk diruangan tidak ada mungkin secara formalitas adalah kan seperti itu.” (EVT, 29 Tahun) “…nda ada sebenarnya, kan kalo umpamanya pengorganisasian itu harus ada istilahnya siapa yang penanggung jawab toh, palingan kita’ ini untuk laporan bulanan itu memang ada satu-satu orang LB1,LB2 dan seterusnya cuma yang dikatakan untuk yang control disitu belum ada yang control jadi biasa juga laporannya terlambat,trus sebagaisebagainya.” (UMR, 32 Tahun) Informan diatas menjelaskan bahwa tidak adanya pengorganisasian dalam pengelolaan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas sehingga petugas pada setiap unit bertambah tugasnya yang kadang
memperlambat laporan yang dibutuhkan. Informasi ini sesuai dengan informasi yang disampaikan oleh informan kunci, yaitu: “…saya kira tidak perlu karna eh lebih bagus itu dikerja tiap-tiap ruangan saja karna mereka lebih tau toh diruangannya.” (AFR, 38 Tahun) Pelaksanaan dalam melaksanakan SIMPUS. Dari hasil penelitian, konsep hasil penelitian terkait dengan pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas adalah pelaksanaan masih mengalami kendala, yaitu petugas yang belum mahir dan keterbatasan petugas yang mengelola Informasi Manajemen Puskesmas ini sehingga menambah beban kerja bagi petugas lainnya. Hal ini sesuai dengan informasi yang diberikan oleh informan, yaitu sebagai berikut: “…kendalanya banyak, banyak pegawai yang tidak mengerti kalau petugasnya tidak ada sudah tidak dikerja, tidak jalan kalo yang petugas yang dilatih yang anak-anak baru itu sudah dilatih kalo tidak hadir yang tua-tua tinggal nda ngerti computer sudah selesai.” (AFN, 38 Tahun) Penilaian dalam melaksanakan SIMPUS. Dari hasil penelitian, konsep hasil penelitian terkait dengan penilaian atau penyusunan laporan adalah dengan sistem yang ada di Puskesmas telah memudahkan dalam menyusun laporan untuk kemudian dikirim ke Dinas Kesehatan. Hal ini sesuai dengan informasi yang diberikan oleh informan, yaitu sebagai berikut: “…iya dikumpulkan kan dikerjakan trus disetor kembali kegudang pelaporan obat. Berarti pelaporan obat kembali kegudang nanti dari gudang disampaikan ke dinas kesehatan.” (FTR, 30 Tahun)
Page | 6
“…ada, didalam sistem itu sudah ada laporan bulanan data kesakitan terus sepuluh penyakit kalo disini toh nda tau kalo diloket sama diobat kalo khusus di kamar periksa itu laporan bulanan data kesakitan sama sepuluh besar penyakit.” (MRW, 30 Tahun)
“…Itukan dilaporkan semua ke dinas kesehatan toh laporannya nah misalnya kalo ada yang kejadian luar biasa atau kenapa banyak sekali misalnya diare e itu ditindak lanjuti mie sama petugas diare seperti itu kalo dari hasil rekapannya toh seperti itu ji”. (MRW, 30 Tahun)
“…kalo untuk pelaporan kan selama ini kita manual toh, nanti ada program epuskesmas ini, sistem informasi ini, baru pelaporannya mungkin e sedikit terbantukan karna dengan adanya e program epuskesmas ini kan e misalnya laporan bulanan seperti LB1 pemakaian obat terbanyak diagnose terbanyak itu semua bisa dihitung, selama ini pelaporan tetap jalan tapi kan semua dikerjakan secara manual seperti itu.” (EVT, 29 Tahun)
“…iya pemanfaatannya maksudnya kita manfaatkan laporannya karna kan. Satu, untuk kedinas macam kalo misalnya e kalo ada yang penelitian kan biasanya ada yang meneliti penyakit terbanyak dalam bulan ini, dalam tahun ini , itu kan semua diambil dari laporanlaporan seperti itu.” (EVT, 29 Tahun)
“…biasa kalo umpamanya laporannya itu kan tiap bulan kita kirim kedinas kesehatan nah nanti dari dinas kesehatan dia buatkan profil, nah untuk kita juga puskesmas sendiri kan itu profil di dinas kesehatan itu profil untuk menyeluruh seluruh puskesmas.” (UMR, 32 Tahun) Informan diatas menjelaskan bahwa laporan dari semua unit Puskesmas akan dilaporkan ke Dinas Kesehatan. Informasi ini sesuai dengan informasi yang disampaikan oleh informan kunci, yaitu: “…penilaian pelaporan lancar karna kita lakukan rekap disistem terus kita’ manual juga ada juga manualnya dibuku.” (AFR, 38 Tahun) Pemanfaatan laporan SIMPUS. Dari hasil penelitian, konsep hasil penelitian terkait dengan pemanfaatan laporan adalah sebagai gambaran pencapaian program dan laporan ke Dinas Kesehatan untuk pengambilan keputusan. Hal ini sesuai dengan informasi yang diberikan oleh informan, yaitu sebagai berikut:
Informan diatas menjelaskan bahwa laporan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas dimanfaatkan sebagai masukan bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan untuk perencanaan kesehatan selanjutnya. Masukan dalam Sistem Informasi Manajemen Puskesmas. Masukan (input) dalam unsur pokok administrasi kesehatan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan administrasi. Masukan ini dikenal pula dengan nama perangkat administrasi (tools of administration). Hasil penelitian melalui wawancara terhadap informan menunjukkan bahwa unsur masukan dalam sistem informasi manajemen puskesmas di puskesmas Batua cukup memadai, meskipun tidak ada tenaga yang ahli karena petugas yang mengelola SIMPUS adalah perawat dan tenaga magang yang dapat mengoperasikan computer, tetapi tenaga atau petugas yang mengerjakan SIMPUS telah diikutkan dalam pelatihan-pelatihan sistem informasi. Sedangkan sarana yang digunakan masih sangat kurang, sarana seperti gedung, alat-alat ATK, bahkan teknologi yang digunakan seperti computer masih sangat kurang. Page | 7
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap informan, sarana komputer untuk pengelola Sistem Informasi Manajemen Puskesmas hanya ada satu unit komputer pada setiap program yang digunakan untuk pengelolaan data Sistem Informasi Manajemen Puskesmas. Dalam UndangUndang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 36 dijelaskan perlunya pengembangan Sistem Informasi Kesehatan yang mantap agar dapat menunjang sepenuhnya pelaksanaan manajemen dan upaya kesehatan dengan menggunakan teknologi dari yang sederhana hingga yang mutakhir disemua tingkat administrasi kesehatan. Dengan demikian pada ketersediaan sarana komputer untuk pengelola Sistem Informasi Manajemen Puskesmas karena masih terdapat kekurangan alat yaitu komputer. Dari segi kesanggupan, petugas yang mengelola sistem informasi manajemen puskesmas di puskesmas Batua rata-rata memiliki latar belakang pendidikan sebagai perawat. Hal ini didasari bahwa sampai saat ini puskesmas belum memiliki tenaga yang khusus untuk menangani sistem informasi manajemen puskesmas. Petugas yang mengelola sistem informasi manajemen puskesmas adalah mereka yang bisa mengoperasikan komputer kemudian diberikan pelatihan sistem informasi manajemen puskesmas. Proses dalam Sistem Informasi Manajemen Puskesmas. Dari hasil wawancara pada sistem informasi manajemen puskesmas diketahui bahwa tidak ada perencanaan yang dilakukan. Hal ini berdasarkan sistem yang digunakan bahwa petugas hanya melaksanakan sedangkan sistemnya berasal dari atasan. Sistem yang diberikan seperti epuskesmas dan sistem dari BPJS. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara didapatkan informasi bahwa tidak ada pengorganisasian dalam proses SIMPUS ini, hal ini tejadi karena SIMPUS ini memang dilakukan oleh setiap unit kerja atau dilakukan
pada setiap tahap pelayanaan. Berbeda dengan definisi pengorganisasian sebenarnya menurut Azwar (2010), pengorganisasian adalah proses pengelompkan orang, alat-alat, tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang seimbang dan sesuai dengan rencana operasional sehingga organisasi dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan untuk mencapai tujuan. Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap pelaksanaan pada Sistem Informasi Manajemen Puskesmas diketahui bahwa pelaksanaan sudah berjalan sesuai yang diharapkan, tetapi masih mengalami beberapa kendala misalnya jika petugas yang seharusnya diberikan tugas tidak hadir maka pekerjaan ini tidak bisa dikerjakan oleh petugas lainnya karena hanya petugas yang pernah mendapatkan pelatihan yang bisa mengerjakan tugas ini. Berdasarkan konsep peneliti tentang pelaksanaan, yaitu pelaksanaan (implementing) sebagai salah satu fungsi dari administrasi yang didalamnya termasuk pengarahan, pengkoordinasian, bimbingan, penggerakkan, dan pengawasan yang seharusnya menjadi tugas seorang pemimpin sudah jelas tidak terealisasikan. Hal ini dapat dilihat dari petugas yang memiliki pekerjaan yang tumpang tindih dan petugas yang kurang mengerti dengan software atau sistem yang ada. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas Sistem Informasi Manajemen Puskesmas diketahui bahwa dari tiap unit atau program di Puskesmas yang mengelola sistem informasi manajemen puskesmasnya masingmasing akan merekap data yang diterima kemudian membuat laporan untuk kemudian diteruskan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ kota lalu ke Dinas Kesehatan Provinsi. Keluaran dalam Sistem Informasi Manajemen Puskesmas. Untuk administrasi kesehatan, keluaran tersebut dikenal dengan nama pelayanan kesehatan (health services). Pada saat ini pelayanan kesehatan tersebut banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, Page | 8
pelayanana kedokteran (medical services). Kedua, pelayanan kesehatan masyarakat (public health services). Yang dimaksud dengan keluaran adalah hasil dari suatu pekerjaan administrasi. (Azwar, 2010) Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan adalah laporan SIMPUS dimanfaatkan sebagai gambaran cakupan program dan masukan bagi pengambil keputusan dibidang kesehatan untuk perencanaan kesehatan selanjutnya. KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran Sistem Informasi Manajemen Puskesmas di Puskesmas Batua kota Makassar, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Pada komponen masukan ditemukan bahwa sumber tenaga dinilai sudah memadai, pada sumber modal dinilai masih kurang untuk sarana komputer karena hanya terdapat satu komputer pada setiap unit. Sedangkan dalam kesanggupan petugas merasa sanggup melaksanakan tugas yang diberikan. Pada komponen proses, petugas dapat mengelola SIMPUS ini sesuai sistem karena petugas bekerja pada unitnya masing-masing dan telah mendapatkan pelatihan sehingga petugas tidak mendapat banyak kesulitan. Sedangkan dalam penyusunan laporan telah sangat berkembang yaitu dengan menggunakan software. Pada komponen keluaran, pemanfaatan laporan adalah sebagai gambaran untuk pengambilan keputusan oleh Dinas Kesehatan dan untuk perencanaan kesehatan selanjutnya. Saran. Diharapkan adanya tenaga ahli dalam pengelolaan SIMPUS dan adanya tunjangan atau insentif bagi pengelola SIMPUS. Hendaknya pihak Dinas Kesehatan memberikan sarana berupa komputer agar kerja Sistem Informasi Manajemen Puskesmas lebih maksimal. Kepada petugas SIMPUS agar lebih
mengorganisasikan tugas sehingga tidak terjadi keterlambatan pelaporan.
DAFTAR PUSTAKA 1. Azwar, A., 2010, Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Binarupa Aksara, Jakarta. 2. Aplikasisimkes, 2011, Aplikasi Sistem Informasi Puskesmas (SIMPUS), (online), (http://aplikasisimkes.wordpress.com) diakses 15 februari 2014 3. Budiharto, M., dkk, 2005, Penyempurnaan Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota, Abstrak Hasil Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Litbangkes, Depertemen Kesehatan RI, Jakarta. 4. Depkes RI. 1996. Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Penyederhanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas 1996. 5. Departemen Kesehatan R.I., 2007, Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS), (online), (http://www.depkes.go.id) diakses 15 februari 2014. 6. _____, 2003, Sistem Kesehatan Nasional , (online), (http://www.depkes.go.id) diakses 15 februari 2014. 7. Dewi Mohudi, 2013, Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas, (online), (informasikesehatanfkmunsri.blogspot.com),
diakses 15 februari 2014 8. Emzir, 2012, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Penerbit RajaGrafindo Persada, Jakarta. Page | 9
9. Hamzah, Asiah., 2013, Sosiologis Pengasuhan Anak, Penerbit Masagena Press, Makassar. 10. Irwandi, dkk. 2013. Analisis Disparitas Kualitas Pelayanan Puskesmas di Kabupaten Kutai Kertanegara. (online). (http://journal.unhas.ac.id) diakses 18 februari 2014 11. Kushadiwijaya, 2000, Sistem Informasi Kesehatan, Cetakan Pertama, Raja Grafindo Persada, Jakarta 12. Kurniawati, 2004, Analisis Sistem Pencatatan dan Pelaporan Data Pasien Rawat Jalan Puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2004, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 13. Muninjaya, A.A.G., 2004. Manajemen Kesehatan. Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
18. Suryani, N.D., 2013, Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2PT) Di Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu Provinsi NTB, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 7, (http://journal.uad.ac.id) diakses 11 Maret 2014 19. Scott, G.M., 1996. Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen. PT, RajaGrafinndo Persada. Jakarta 20. Susanto, Azhar. (2007). Sistem Informasi Manajemen Konsep dan Pengembangannya, Edisi 3. Lingga Jaya, Bandung. 21. Taufiq, Rohmat., 2013, Sistem Informasi Manajemen, penerbit Graha Ilmu,Yogyakarta
14. Mahmoed A. 2012, Revitalisasi Puskesmas Perbaikan Bermakna Kesehatan Rakyat, Berbakti Kepada Negeri. Jakarta. Rayyana Komunikasindo
22. UU nomor 36 Tahun 2009. Tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan . 23. UUD pasal 28 H tahun 1945. Tentang Hak Asasi Manusia. Jakarta: Negara Republik Indonesia
15. Nasir, M., 2008, Pengembangan Sistem Informasi Pelayanan Di Puskesmas, (online), (http://undip.ac.id) diakses 11 maret 2014
24. Wahyuni, S., 2013, Pencatatan Dan Pelaporan Kesehatan Masyarakat, (online), (http://siiaiyu11.blogspot.com) diakses 11 Maret 2014
16. Puji Esse. dkk, 2013, Pedoman Penulisan Skripsi edisi 10, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar 17. Prajitno Subur. 2008. Dasar-Dasar Administrasi Kesehatan Masyarakat edisi II. Surabaya. Airlangga University Press
25. Sulistiono. 2009. Yahoo! Answers - Apa yang disebut konsekuensi?. (online) id.answers.yahoo.com diakses tanggal 22 januari 2012.
Page | 10