STUDI RUANG TERBUKA HIJAU KOTA MANADO DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK
INGERID LIDIA MONIAGA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Studi Ruang Terbuka Hijau Kota Manado dengan Pendekatan Sistem Dinamik adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Juli 2008 Ingerid Lidia Moniaga NRP. A 352050021
ABSTRACT INGERID LIDIA MONIAGA. Study of Green Open Space at Manado City using Dinamic Modelling. Under supervising of SETIA HADI and SITI NURISJAH.
The research aims to find out the required green open space for Manado city using dynamic modelling. Analysing green open space of the city were based on topography as representation of physical factors, Gross Domestic Regional Product (PDRB) as representation of economic aspects, and population number as representation of social factors. Stella program release 8.0 was carried out to formulated and analyzed the dynamic model. Secondary data was collected along with ground check. Eventhough green open space covered 70%, the city still having environmental problems especially flooding and landslide. The research find out that topography, PDRB, and population number affect the required city green covered area. It also concluded that spatial data are very useful and workable to estimate and decide the requirement as well as the location of green covered area required by the city of Manado.
Keyword : green open space, dynamic system approach.
RINGKASAN INGERID LIDIA MONIAGA. Studi Ruang Terbuka Hijau Kota Manado dengan Pendekatan Sistem Dinamik. Dibimbing oleh SETIA HADI dan SITI NURISJAH. Kota Manado adalah kota yang dikelilingi oleh wilayah pegunungan dengan udaranya yang sejuk dan juga berada di tepi pantai Laut Sulawesi atau Teluk Manado yang indah. Karakteristik lanskap alami Kota Manado terbentuk atas trimatra yakni pantai, daratan dan perbukitan yang terbentang dengan jarak yang relatif sempit antara tiga matra tersebut. Lanskap Kota Manado yang indah dengan bentukan tiga matra ini ternyata memiliki kendala dalam pengembangan kota karena datarannya yang sempit dan rentan terhadap perubahan. Sementara lahan layak huni Kota Manado terbatas pada kelerengan dan topografi yang mudah berdampak pada resiko terjadinya banjir, longsor, dan erosi. Keterbatasan lahan daratan yang sempit telah menyebabkan pembangunan fisik Kota Manado menyebar ke arah lahan-lahan berbukit yang berfungsi lindung secara ekologis. Hal tersebut menyebabkan gangguan pada tiga matra pembentuk kota ini. Penelitian ini bertujuan hendak menjaga lanskap Kota Manado baik laut, darat maupun perbukitan guna mencapai kelestarian dan keindahan Kota Manado yang berkelanjutan. Salah satu bentuk pendekatan yang akan dilakukan yakni dengan melakukan penelitian ruang terbuka hijau (RTH). RTH diasumsikan melindungi areal yang topografikal atau berbukit sehingga gangguan terhadap kerusakan kota dan penurunan kualitasnya dapat dikendalikan. Kajian RTH pada penelitian ini terdiri atas aspek fisik dengan topografi sebagai peubah utama yang membentuk pola lanskap; aspek ekonomi dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai peubah yang berperan penting pada penggunaan lahan ; aspek sosial dengan jumlah penduduk sebagai peubah yang juga berperan pada pembentukan land use (penggunaan lahan). Ketiga parameter fisik, sosial, dan ekonomi dengan masing-masing peubah diolah dengan simulasi komputer yang menggunakan alat bantu software Stella versi 8.0 untuk mendapatkan nilai acuan besaran RTH. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan data sekunder yang kemudian diolah dalam pemodelan dinamik, dan data primer berupa ground cek lapangan dan wawancara stakeholder. Konsep model pada penelitian ini mengacu pada penataan ruang dengan mengatur lahan sesuai kelayakan topografi yang merupakan karakteristik Kota Manado dengan pokok acuannya yakni RTH. Luas RTH Kota Manado saat ini, secara total mencapai 70% dari luas wilayah kota. Walaupun telah memenuhi persyaratan persentase luas yang ditetapkan dalam UU No. 26 tahun 2007 dan Permendagri No 1. tahun 2007 tetapi Kota Manado masih mengalami masalah lingkungan terutama erosi, longsor, dan banjir. Hal ini terjadi karena konversi lahan perkotaan dari lahan bervegetasi atau RTH, menjadi lahan terbangun. Dari hasil penelitian terhadap tiga peubah perubahan lahan untuk RTH, yaitu faktor-faktor fisik topografis, PDRB, dan jumlah penduduk, didapatkan bahwa ekonomi yang berkembang telah mempengaruhi jumlah penduduk (urbanisasi) yang kemudian berdampak pada penurunan RTH berupa konversi penggunaan lahan bervegetasi (pertanian) menjadi penggunaan lahan terbangun (pemukiman). Besaran RTH pada suatu kota, tidak terpaku pada luas administratif yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah, tetapi elemen utama pembentuk lanskap kota
juga menjadi faktor penentu besaran tersebut. Dalam kasus kota Manado maka kondisi topografis, besaran PDRB, dan jumlah penduduk, diketahui mempengaruhi besaran tersebut. Dari sembilan kecamatan Kota Manado, maka kecamatan-kecamatan yang bertopografis >15% harus telah dialokasikan menjadi RTH.
© Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah ; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atas seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
STUDI RUANG TERBUKA HIJAU KOTA MANADO DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK
INGERID LIDIA MONIAGA
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Arsitektur Lanskap
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Aris Munandar, M.S.
Judul Tesis
: Studi Ruang Terbuka Hijau Kota Manado dengan Pendekatan Sistem Dinamik
Nama
: Ingerid Lidia Moniaga
NRP
: A.352050021
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Setia Hadi, M.Sc.
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA
Ketua
Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi
Dekan Sekolah Pascasarjana
Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr.
Tanggal Ujian: 11 Juli 2008
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji Syukur penulis panjatkan dan persembahkan kepada Allah Yang Kuasa, atas karuniaNya yang dianugerahkan kepada penulis dalam berpikir sehingga dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Studi Ruang Terbuka Hijau Kota Manado dengan Pendekatan Sistem Dinamik. Pelaksanaan penelitian dan penulisan hasil laporan tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena hal tersebut, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya antara lain kepada : Dr. Ir. Setia Hadi, MSc selaku Ketua Komisi Pembimbing tesis, dan Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA selaku Anggota Komisi Pembimbing atas arahan, motivasi, semangat, dan saran-saran yang telah diberikan. Teman-teman angkatan ke-7 pada program S-2 Departemen Arsitektur Lanskap: Pak Kas, Pak Budi, Mba Dwi, dan Dini, atas kebersamaan dan keterjalinan hubungan persaudaraan yang begitu erat. Teman-teman Asrama Mahasiswa Sulut Cipunagara Bogor Baru 2 atas kekeluargaan dan kebersamaan selama di asrama. Juga selama penyelesaian tulisan tesis penulis dimudahkan atas kesediaan membantu memahami operasionalisasi program software Stella 8.0
dari bapak Hatta dan keluarga. Pula kepada Ari Krisno yang telah
membantu penyelesaian analisis spasial. Pendidikan Tinggi atas bantuan Beasiswa Program Pasca Sarjana yang diberikan selama dua tahun. Pemerintah Propinsi Sulawesi Utara yang telah memberi kesempatan untuk menempati fasilitas daerah selama berada di Bogor. Gubernur Sulut: Drs, S.H. Sarundayang, Bupati Minahasa Induk: Bpk. Drs. Freeke Runtu, Bupati
Minahasa Selatan: Bpk Drs. Ramoy
Luntungan, Bupati Minut: Ibu Vonny Panambunan, Walikota Bitung: Bpk Drs. Hanny Sondakh, atas bantuan dana selama masa penelitian dan penyelesaian tesis. Kedua orang tua Papa dan Mama, yang selalu mendoakan kelancaran dan proses penyelesaian studi saya. Suami dan anakku tercinta, yang telah tulus mengijinkan saya untuk sekian lama waktunya berpisah menempuh pendidikan dan yang selalu mendoakan serta memotivasi saya setiap waktu. Dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimalah ucapan terima kasih penulis. Allah Sumber Kasih Karunia akan membalas dan melimpahkan Berkat AnugerahNya.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Manado pada tanggal 18 September 1973 dari ayah Prof. Piet Moniaga, SH dan ibu Saartje Rumimpunu. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara. Tahun 1991 penulis lulus dari SMA Frater Don Bosco Manado dan pada tahun yang sama melanjutkan studi ke Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Sipil Program Studi Arsitektur. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan Strata-1 pada tahun 2000, pada tahun 2004 penulis menjadi Staf Pengajar pada Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Sam Ratulangi Manado. Pada tahun 2005 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi Strata-2 di Sekolah Pascasarjana IPB, dengan program studi Arsitektur Lanskap dan mendapat Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS) diperoleh dari Departemen Pendidikan Nasional.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL …………....………………………………………………………. vii DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................. xii DAFTAR ISTILAH....................................................................................................... xiii
1
PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang…………………………………….............…….......... 1.2 Perumusan Permasalahan..……………………………………............ 1.3 Tujuan dan Manfaat...... ……………....…………….............…........... 1.4 Kerangka Pemikiran..……….………………………….......……........ 1.5 Lingkup dan Batasan Penelitian…………...............……………........
1 2 2 3 6
2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian RTH…………………….....……..........................….......... 7 2.2 RTH Perkotaan…………….....................…......................................... 16 2.3 Pendekatan Sistem Dinamik................................................................. 17
3
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian......……………………………….......... 3.2 Metode Pengumpulan Data........………………………………............ 3.3 Metode Analisis..........…………………………………………............ 3.4 Konstruksi Model................................................................................... 3.5 Batasan dan Asumsi Model serta Skenario Model................................
22 22 23 24 26
4
KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografi dan Administrasi..........………………… ……........ 28 4.2 Kondisi Biofisik…………………………………………………......... 29 4.3 Pemerintahan……………………………………………………......... 35 4.4 Kependudukan……….………………………………………….......... 36 4.5 Perekonomian………..………………………………………….......... 37
5
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Kegiatan Kota Manado…………………………………........ 38 5.2 Model RTH...........................……..............………..……………......... 38 5.3 Simulasi Model Dinamis RTH Kota Manado....................................... 43 5.4 Faktor – faktor yang berpengaruh pada Model Dinamis RTH Kota Manado......................................................................................... 46 5.4.1 Penduduk................................................................................... 47 5.4.2 Penggunaan Lahan…................................................................ 59 5.4.3 RTH...............………................................................................ 70 5.4.4 Produk Domestik Regional Bruto Kota Manado………........... 85 5.5 Analisis Spasial RTH Kota Manado...................................................... 92
Halaman 6
SIMPULAN DAN SARAN…........................................................................... 6.1 Simpulan……………………………………………………………… 6.2 Saran......................................................................................................
99
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 100 LAMPIRAN....................................................................................................... 103
DAFTAR TABEL Halaman 1 Standar Perencanaan RTH di Lingkungan Permukiman Kota…………..……….
14
2 Standar Luas RTH untuk Umum…………………………………………………. 15 3 Data Penelitian dan Sumber Data………………………………………………..
23
4 Luas Wilayah Kota Manado Per Kecamatan……………………………..….......
29
5 Kondisi Topografi Kota Manado...........................................................................
30
6 Nilai Inisial RTH pada setiap Kecamatan di Kota Manado……………………..
34
7 Luas dan Presentase Penggunaan Lahan di Kota Manado Tahun 2005…………
35
8 Jumlah Kecamatan dan Kelurahan di Kota Manado………………………….....
36
9 Jumlah Penduduk Kota Manado Tahun 2000 s/d 2003………………….............
36
10 Nilai Inisial Jumlah Penduduk per Wilayah Kecamatan yang digunakan............. dalam model ..........................................................................................................
48
11 Perubahan Total Penduduk Kota Manado Tahun 1996-2005……………………...........
45
12 Kepadatan Penduduk Berdasarkan Luas Lahan Layak Mukim pada....................
Setiap Kecamatan Hasil Estimasi Model...............................................................
59
13 Kebutuhan Lahan Per Unit Permukiman di Setiap Kecamatan.............................
60
14 Luas Inisial RTH pada setiap Kecamatan di Kota Manado..................................
71
15 Perubahan Rasio RTH dengan Luas Total Lahan hasil Simulasi Tiga.................. Skenario.................................................................................................................
80
16 Perubahan RTH dengan Luas Lahan Pemukiman Hasil Estimasi......................... Tiga Skenario........................................................................................................
80
17 Perubahan 4 komponen RTH : Luas Lahan Pemukiman setelah 20 tahun berdasarkan hasil estimasi pada ketiga skenario………………………....…........
82
18 Perubahan RTH Hutan Kota pada setiap Wilayah Kecamatan Hasil..................... Estimasi Tiga Skenario........................................................................................... 82 19 Perubahan RTH Taman Kota pada setiap Wilayah Kecamatan Hasil.................. Estimasi Tiga Skenario........................................................................................... 82
Halaman 20 Perubahan RTH Jalur Hijau Jalan pada setiap Wilayah Kecamatan Hasil........... Estimasi Tiga Skenario.........................................................................................
83
21 Perubahan RTH Jalur Hijau Sungai pada setiap Wilayah Kecamatan................. Hasil Estimasi 3 Skenario.....................................................................................
83
22 Rasio RTH Perkapita pada 9 Kecamatan Kota Manado.....................................
84
23 Koefisien Peningkatan Sektor Penerimaan PDRB berdasarkan Pertambahan Penduduk..............................................................................................................
86
24 Rangkuman hasil simulasi, persentase, dan peningkatan per sektor PDRB......... pada skenario satu................................................................................................
91
25 Rasio RTH : Luas Lahan Sembilan Kecamatan di Kota Manado........................ hasil simulasi model skenario tiga.........................................................................
93
26 Luas RTH Kota Manado hasil analisis GIS menggunakan peta........................... land cover dan land use tahun 2005......................................................................
94
27 Luas RTH existing hasil analisis spasial………………………………………...
95
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Bagan Alir Kerangka Pemikiran…………………………………………............
5
2 Peta Administrasi Kota Manado……………………………………………........
6
3 Simpal Kausal Model RTH Kota Manado.............................................................
6
4 Kerangka Pendekatan Operasional Penelitian RTH Kota Manado…………......
26
5 Gunung Tertinggi di Kota Manado…………………………………………........
30
6 Lanskap Kota Manado…...........…........................................................................
31
7 Rataan Curah Hujan bulanan Periode 1985 – 2004 di Wilayah Kota................... Manado..................................................................................................................
32
8 Suhu Udara Kota Manado………………………………………………….........
33
9 Rataan Kecepatan Angin Kota Manado……………………………………........
33
10 Beberapa Bentuk RTH Kota Manado……………………………………...........
34
11 Struktur Sub Model RTH……………………………………………………......
39
12 Struktur Sub Model Penduduk..............................................................................
40
13 Struktur Sub Model Ekonomi................................................................................
41
14 Struktur Pembuatan Model RTH Kota Manado....................................................
42
15 Perubahan Jumlah Penduduk, RTH, PDRB, Lahan Pemukiman dan Lahan......... Pertanian berdasarkan hasil simulasi skenario bebas, agak konservatif,............... Konservatif…………………………………………………………………….…
45
16 Prediksi jumlah populasi penduduk pada kecamatan Mapanget, Sario,…….…... Malalayang, Wanea, Tikala (a) dan kecamatan Bunaken, Tuminting,……….…. Singkil, Wenang (b) berdasarkan hasil simulasi model skenario bebas................. 49 17 Prediksi jumlah populasi penduduk pada kecamatan Mapanget, Sario,................ Malalayang, Wanea, Tikala (a) dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil,.... Wenang (b) berdasarkan hasil simulasi model skenario agak konservatif............
50
18 Prediksi jumlah populasi penduduk pada kecamatan Mapanget,………………..
Sario, Malalayang, Wanea, Tikala (a) dan kecamatan Bunaken,……………….. Tuminting, Singkil, Wenang (b) berdasarkan hasil simulasi model…………….. skenario konservatif……………………………………………………….…….
51
19 Perubahan Jumlah angkatan kerja, Pertambahan Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, Persentase Tenaga Kerja Terserap, dan Jumlah Pengangguran pada skenario agak konservatif………………………….…….…
53
Halaman 20 Perubahan Jumlah angkatan kerja, Pertambahan Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, Persentase Tenaga Kerja Terserap, dan Jumlah Pengangguran pada skenario agak konservatif……...……………….……….….
54
21 Perubahan Jumlah angkatan kerja, Pertambahan Penduduk, Jumlah…………… Rumah Tangga, Persentase Tenaga Kerja Terserap, dan Jumlah……………….. Pengangguran pada skenario konservatif..……………………………………...
54
22 Kepadatan Penduduk Luas Lahan Pemukiman di 9 kecamatan pada skenario….. bebas…………………………………………………………………………….. 54 23 Kepadatan Penduduk Luas Lahan Pemukiman di 9 kecamatan pada skenario….. Agak konservatif………………………………………………………………… 56 24 Kepadatan Penduduk Luas Lahan Pemukiman di 9 kecamatan pada skenario………… Konservatif………………………………………………………………………………
57
25 Luas Penggunaan Lahan Pertanian di 9 kecamatan Hasil simulasi selama 20......
tahun pada skenario bebas.....................................................................................
61
26 Luas Penggunaan Lahan Pertanian di 9 kecamatan Hasil simulasi selama 20...... tahun pada skenario agak konservatif…………………………………................
62
27 Luas Penggunaan Lahan Pertanian di 9 kecamatan Hasil simulasi selama 20...... tahun pada skenario konservatif…………………………………………............
63
28 Kebutuhan Penggunaan Lahan untuk pemukiman, kebutuhan land use per unit.. rumahtangga, dan pertambahan penduduk total Kota Manado berdasarkan ….... hasil simulasi skenario bebas.……………………………………………………
64
29 Kebutuhan Penggunaan Lahan untuk pemukiman, kebutuhan land use per unit.. rumah tangga, dan pertambahan penduduk total kota manado berdasarkan……. hasil simulasi skenario agak konservatif…….…….………………………….....
64
30 Kebutuhan land use untuk pemukiman, kebutuhan land use per unit rumah….… tangga, dan pertambahan penduduk total kota manado berdasarkan……….…… hasil simulasi skenario konservatif...…………………………………………… 65 31 Luas Penggunaan Lahan Pertanian di 9 kecamatan Hasil simulasi selama 20...... tahun pada skenario bebas.....................................................................................
67
32 Luas Penggunaan Lahan Pertanian di 9 kecamatan Hasil simulasi selama 20...... tahun pada skenario agak konservatif……………………………………............
68
Halaman 33 Luas Land Use Pertanian di 9 kecamatan Hasil simulasi selama 20…….....…… Tahun pada skenario bebas……………………………………………...............
69
34 Perubahan luas RTH Total Kota Manado berdasarkan hasil simulasi …………. pada tiga skenario ................................................................................................
72
35 Luas RTH Taman Kota di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea,…. Tikala (a), dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, dan Wenang………… (b). Hasil simulasi selama 20 tahun pada skenario bebas………………………
73
36 Luas RTH Taman Kota di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea,.… Tikala (a), dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, dan Wenang,……….. (b). Hasil simulasi selama 20 tahun pada Skenario agak konservatif…………...
74
37 Luas RTH Taman Kota di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea,…. Tikala (a), dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, dan Wenang………… (b). Hasil simulasi selama 20 tahun pada Skenario konservatif............................
75
38 Perubahan Rasio 4 komponen RTH terhadap luas lahan pemukiman pada.......... masing-masing kecamatan berdasarkan hasil simulasi skenario bebas.................
77
39 Perubahan Rasio 4 komponen RTH terhadap luas lahan pemukiman.................. pada masing-masing kecamatan berdasarkan hasil simulasi hasil ....................... skenario agak konservatif………………………………………………..............
78
40 Perubahan Rasio 4 komponen RTH terhadap luas lahan pemukiman.................. pada masing-masing kecamatan berdasarkan hasil simulasi hasil........................ skenario konservatif…………………………………………………...…….......
79
41 Perubahan Jumlah angkatan kerja, Pertambahan Penduduk, Jumlah…………... Rumah Tangga, Persentase Tenaga Kerja Terserap, dan Jumlah……………..... Pengangguran pada skenario bebas………………………………………..........
87
42 Perubahan Jumlah angkatan kerja, Pertambahan Penduduk, Jumlah……………. Rumah Tangga, Persentase Tenaga Kerja Terserap, dan Jumlah………………... Pengangguran pada skenario agak konservatif…………………………………... 88 43 Perubahan Jumlah angkatan kerja, Pertambahan Penduduk, Jumlah……….…… Rumah Tangga, Persentase Tenaga Kerja Terserap, dan Jumlah………………... Pengangguran pada skenario konservatif.....……………………………………... 89 44 Peta Arahan Kawasan Terbangun Kota Manado...................................……......... 96 45 Peta Arahan RTH Kota Manado............................................................................. 97
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Persamaan-persamaan Model RTH Kota Manado…….………………….........
102
2 Total RTH Kota Manado hasil Model Dinamik pada ketiga skenario……........
118
3 Empat Komponen RTH Kota Manado hasil Model Dinamik 20 tahun..............
119
4 Perubahan luas RTH pada sembilan kecamatan hasil skenario tiga....................
132
5 Rasio RTH berbanding Luas Lahan hasil Model Dinamik 20 tahun..................
134
6 Rasio RTH berbanding Luas Lahan Pemukiman hasil Model Dinamik............. 20 tahun hasil skenario 3.....................................................................................
136
7 Nilai PDRB Kota Manado Tahun 2000-2005.....................................................
138
8 Hasil Regresi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) yang................... Mengikuti Pertumbuhan Penduduk.....................................................................
139
DAFTAR ISTILAH Ruang
Wadah yang meliputi ruang daratan, lautan dan udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya (UU No. 26 tahun 2007).
Ruang mempunyai arti yang penting bagi kehidupan manusia semua kehidupan dan kegiatan manusia berkaitan dengan aspek ruang. Adanya hubungan antara manusia dengan suatu obyek, baik secara visual maupun melalui indra pendengar, indera pencium, ataupun perasa, akan selalu menimbulkan kesan ruang (Hakim.R, 1991).
Ruang Terbuka
Suatu wadah yang dapat menampung kegiatan aktivitas tertentu dari warga lingkungan tersebut baik secara individu atau secara kelompok (Hakim R, 1991).
Ruang terbuka sebagai keseluruhan lansekap, perkerasan (jalan dan trotoar), taman, dan tempat rekreasi di dalam kota (Shirvani, 1985 dalam Hakim R, 2003).
Ruang terbuka di dalam kota dapat berbentuk man made atau natural, yang terjadi akibat teknologi, koridor jalan, bangunan tunggal, bangunan majemuk, atau hutan-hutan kota dan aliran sungai serta daerah alamiah lainnya yang memang telah ada sebelumnya (Hakim, 2003).
Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka yang ditanami dengan tanaman, mulai dari yang bersifat alami (rumput, jalur hijau, taman bermain dan taman lingkungan di daerah pemukiman), (Nurisyah, 2005).
Ruang terbuka yang memiliki kekhususan sifat yang dimilikinya, yaitu pengisian ruang terbuka lebih didominasi oleh unsur hijau (tumbuhan),
sedangkan unsur lainnya yaitu struktur bangunan merupakan pengisi dalam persentase penutupan yang kecil (kurang dari 20%).
Ruang kota yang berfungsi sebagai kawasan Hijau Pertamanan Kota, Kawasan Hijau Hutan Kota, Kawasan Hijau Rekreasi Kota, Kawasan Hijau Pemakaman, kawasana Hijau Pertanian, Kawasan Hijau Jalur Hijau, dan Kawasan Hijau Pekarangan (Perda No.7 tahun 2002 Kota Surabaya).
Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK)
RTHK adalah ruang-ruang yang terdapat di dalam kota, baik berupa koridor/ jalur ataupun area / kawasan sebagai tempat pergerakan / penghubung, dan tempat perhentian / tujuan, dimana unsur hijau (vegetasi) yang alami dan sifat ruang terbuka lebih dominan (Hakim, 2003).
Lahan Layak Mukim
Batas kelayakan penggunaan lahan atau bagian dari sistem model yaitu kelayakan kemiringan yang mana kelayakan kemiringannya adalah 0 % sampai 15% merupakan penggunaan lahan yang bisa dibangun, sedangkan kemiringan > 15% merupakan penggunaan lahan yang tidak bisa dibangun.
Sistem
Himpunan atau kombinasi dari bagian-bagian yang membentuk sebuah kesatuan yang kompleks.
Suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian.
Hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen secara teratur.
Pendekatan Sistem
Proses berpikir menyeluruh dan terpadu yang mampu menyederhanakan kerumitan tanpa kehilangan esensi atau unsur utama dari obyek yang menjadi perhatian.
Metode ilmiah di dalam usaha memecahkan masalah atau menerapkan ”kebiasaan berpikir atau beranggapan bahwa ada banyak sebab terjadinya sesuatu” di dalam memandang atau menghadapi kesaling terhubungkannya sesuatu benda, masalah, atau peristiwa ; jadi pendekatan sistem berusaha
menyadari adanya kerumitan di dalam kebanyakan benda, sehingga terhindar dari memandangnya sebagai sesuatu yang amat sederhana atau bahkan keliru. Model
Suatu perwakilan atau penyederhanaan abstraksi dari sebuah obyek atau situasi aktual.
Suatu penyederhanaan dari suatu realitas yang kompleks.
Representasi sistem dalam kehidupan nyata yang menjadi fokus perhatian dan menjadi pokok permasalahan.
Model Dinamik
Kumpulan dari variabel-variabel yang saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya dalam suatu kurun waktu, setiap variabel berkorespondensi dengan suatu besaran yang nyata atau besaran yang dibuat sendiri dan semua variabel tersebut memiliki nilai numerik dan sudah merupakan bagian dari dirinya. Pada waktu mensimulasikan model, variabel-variabel akan saling dihubungkan membentuk suatu sistem yang dapat menirukan kondisi sebenarnya.
Simulasi
Tiruan dari sistem nyata yang dikerjakan secara manual atau komputer, yang kemudian diobservasi dan disimpulkan untuk
mempelajari karakterisasi
sistem.
Suatu model sistem yang mana komponennya direpresentasikan oleh prosesproses aritmatika dan logika yang dijalankan komputer untuk memperkirakan sifat-sifat dinamis sistem tersebut.
Proses perancangan model dari sistem nyata yang dilanjutkan dengan pelaksanaan eksperimen terhadap model untuk mempelajari perilaku sistem atau evaluasi strategi.
Stella
Alat bantu yang digunakan untuk melakukan simulasi dari sebuah model, yang secara tepat dapat melihat perilaku dari model yang telah dibuat.
1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Kota Manado adalah kota yang dikelilingi oleh wilayah pegunungan dengan
udaranya yang sejuk dan juga berada di tepi pantai Laut Sulawesi atau Teluk Manado yang indah. Pulau Bunaken yang terletak pada bagian barat kota merupakan bagian dari wilayah kota yang memiliki taman laut dan menjadi aset yang tinggi nilainya bagi Kota Manado. Karakteristik lanskap alami Kota Manado terbentuk atas trimatra yakni pantai, daratan dan perbukitan yang terbentang dengan jarak yang relatif sempit antara tiga matra tersebut. Wilayah Kota ini juga memiliki beberapa sungai yang mengalir dari daerah perbukitan dan bermuara ke pantai Teluk Manado. Secara morfologis Kota Manado juga terbentuk karena karakteristik alamnya dengan struktur lapisan tanah dan batuan yang mudah tererosi ketika berubah fungsinya dari kondisi bervegetasi menjadi tanpa vegetasi. Lanskap Kota Manado yang indah dengan bentukan
tiga matra ini ternyata
memiliki kendala dalam pengembangan kota karena datarannya yang sempit dan rentan terhadap perubahan. Sementara lahan layak huni Kota Manado terbatas pada kelerengan dan topografi yang mudah berdampak pada resiko terjadinya banjir, longsor, dan erosi. Keterbatasan lahan daratan yang sempit telah menyebabkan pembangunan fisik Kota Manado menyebar ke arah lahan-lahan berbukit yang berfungsi lindung secara ekologis. Hal tersebut menyebabkan gangguan pada tiga matra pembentuk kota ini. Gangguan yang terjadi pada matra darat akan berpengaruh pula pada matra laut yang mana terdapat aset Nasional yaitu Taman Laut Bunaken. Penelitian ini bertujuan hendak menjaga lanskap Kota Manado baik laut, darat maupun perbukitan guna mencapai kelestarian dan keindahan Kota Manado yang berkelanjutan. Salah satu bentuk pendekatan yang akan dilakukan yakni dengan melakukan penelitian ruang terbuka hijau (RTH). RTH diasumsikan melindungi areal yang topografikal atau berbukit sehingga gangguan terhadap kerusakan kota dan penurunan kualitasnya dapat dikendalikan. RTH merupakan salah satu bagian pengelolaan tata ruang yang harus direncanakan sejak awal dengan baik guna
2 mewujudkan tata Kota Manado yang indah, alami, berkarakteristik, dan juga berkelanjutan. Kajian RTH pada penelitian ini terdiri atas aspek fisik dengan topografi sebagai peubah utama yang membentuk pola lanskap; aspek ekonomi dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai peubah yang berperan penting pada penggunaan lahan ; aspek sosial dengan jumlah penduduk sebagai peubah yang juga
berperan pada
pembentukan land use (penggunaan lahan). Ketiga parameter (fisik, sosial, dan ekonomi) dengan masing-masing peubah diolah dengan simulasi komputer yang menggunakan alat bantu software Stella versi 8.0 untuk mendapatkan nilai acuan besaran RTH.
1.2.
Perumusan Permasalahan Peningkatan aktivitas ekonomi di Kota Manado cenderung telah meningkatkan
konversi penggunaan lahan terutama konversi penggunaan lahan bervegetasi (pertanian) menjadi penggunaan lahan non vegetasi (pemukiman, industri, dan infrastruktur). Konversi lahan ini telah menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan seperti banjir, longsor, erosi, suhu yang meningkat, serta pencemaran. Permasalahan ini sangat terkait dengan RTH. Padahal RTH harus terus dijaga dan dipertahankan sesuai fungsi ekologis. Pokok yang terkait dengan peningkatan ekonomi, kualitas fisik dan pertambahan jumlah penduduk adalah mempelajari kebutuhan ruang khususnya RTH dengan pendekatan model sistem dinamik. Dengan adanya bentuk keterkaitan tersebut serta upaya untuk memecahkan permasalahan yang ada, maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah ; a. Berapa ketersediaan RTH yang dibutuhkan dan distribusinya pada tiap wilayah kecamatan di Kota Manado saat ini? b. Bagaimana bentuk pengelolaan tata ruang terutama RTH secara spasial sesuai dengan lahan layak mukim dan hubungannya dengan distribusi penduduk dan PDRB ?
1.3.
Tujuan dan Manfaat Penelitian bertujuan mengetahui ketersediaan RTH Kota Manado dengan cara
menganalisis dan mengestimasi dinamika spasiotemporal RTH dan keterkaitannya
3 dengan faktor sosial, ekonomi, pemanfaatan lahan, jumlah serta distribusi. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk : a. Menyusun dan mensimulasi model dinamis yang mengkaitkan faktor fisik, sosial, ekonomi, dan ketersediaan RTH. b. Menyusun arahan pengelolaan RTH yang berkelanjutan berdasarkan lahan layak mukim. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain : (1) memberikan informasi yang dapat menjadi pertimbangan dalam mengatur tata ruang dengan pokok pertimbangan RTH dan pemukiman terkait dengan pertumbuhan penduduk ; (2) mendorong pemerintah dan masyarakat untuk memperhatikan kualitas lingkungan perkotaan.
1.4.
Kerangka Pemikiran Di beberapa kota dewasa ini RTH dianggap sebagai lahan tidak efisien, atau
sebagai tanah cadangan untuk membangun struktur kota. Hal ini terjadi karena tingginya nilai tanah di daerah perkotaan, sehingga setiap bidang tanah di daerah perkotaan, diupayakan seproduktif mungkin untuk mencapai optimalisasi ekonomi. Keadaan demikian mengakibatkan fungsi-fungsi lahan yang dinilai kurang produktif, kurang diperhitungkan keberadaannya sebagai suatu subsistem dalam sistem ruang perkotaan secara keseluruhan, sehingga banyak lahan perkotaan yang telah ditetapkan sebagai RTH berubah fungsinya menjadi penggunaan lain. Di sisi lain kita ketahui bahwa cukup banyak manfaat yang diperoleh dari keberadaan RTH yakni antara lain : keindahan dan kesejukan kota, suasana alami di tengah hiruk pikuknya kota, terkendalinya polusi udara, bertambahnya persediaan air tanah, tersedianya tempat rekreasi dan olahraga bagi warga kota, dan tempat bersosialisasinya masyarakat perkotaan. Dengan fungsi kota yang beranekaragam dan kepadatan yang semakin tinggi, maka kualitas lingkungan kota menjadi amat rawan. Padahal kenyamanan kota yang mendukung produktivitas dan fungsi kota tersebut amat ditentukan oleh kualitas lingkungannya seperti temperatur dan kelembaban, kandungan debu dan bahan kimia di udara dan di perairan, bentuk visual seperti warna dan keanekaragaman bentang alam.
4 Dalam hal ini RTH amat penting fungsinya untuk mengatur temperatur kota, mengatur kandungan oksigen dan mengurangi karbon-dioksida, menjadi perangkap bahan pencemar baik debu maupun gas, meningkatkan peresapan air, memberi bentuk visual yang menarik dan sehat untuk rekreasi, menjadi habitat bagi semua mahluk hidup dan meningkatkan keanekaragaman kehidupan di lingkungan kota. Khusus Kota Manado yang memiliki karakteristik lanskap alami yang indah, visualisasi yang menarik, namun juga rawan akan bahaya lingkungan (banjir, erosi, longsor dan pencemaran) hendaknya dilestarikan dengan Sistem RTH Kota (Green Open Space System) yang tetap mempertimbangkan unsur-unsur bentang alam alami dan pengembangan sistem lingkungan buatan dalam sistem RTH. Keberadaan sistem ini akan mengatur koordinasi antar instansi dan model yang ada, sehingga peran serta masyarakat dapat pula dikembangkan. Model ini membutuhkan suatu studi yang tidak sama pada setiap kota. Penelitian pemodelan ini diarahkan pada studi RTH di Kota Manado dengan pendekatan sistem dinamik yakni suatu cara berpikir menyeluruh dari kekompleksan yang terjadi dengan kajian aspek fisik, ekonomi, dan sosial. Ketiga aspek tersebut digunakan pada pembuatan model sistem dinamik dengan di dukung data kuantitatif
yang berubah menurut waktu dan yang nantinya akan menghasilkan
pendugaan ke masa depan mengenai kebutuhan RTH, dengan memperhatikan pertambahan penduduk, peningkatan tingkat kesejahteraan ekonomi dan perbaikan kualitas lingkungan.
5
Manado dan Lanskap yang indah berkarakter
Rentan terhadap perubahan Mudah berdampak banjir, erosi & longsor
Tata Ruang yang kurang baik
Perlu perbaikan Tata Ruang Pertimbangan aspek fisik, sosial, ekonomi ; Pengembangan model RTH sesuai kebutuhan kota
Memodelkan RTH Kota Manado dengan Pendekatan Sistem Dinamik
Konsep Penataan Tata Ruang RTH ; Estimasi dan Distribusi
Gambar 1 Bagan Alir Kerangka Pemikiran.
6 1.5.
Lingkup dan Batasan Penelitian
Lingkup dari penelitian ini adalah wilayah administrasi Kota Manado dengan sembilan kecamatan, diantaranya : Kecamatan Bunaken, Kecamatan Mapanget, Kecamatan Tuminting, Kecamatan Singkil, Kecamatan Wenang, Kecamatan Tikala, Kecamatan Sario, Kecamatan Wanea, Kecamatan Malalayang. Sebagai acuan referensi digunakan Rencana Umum Tata Ruang Kota Manado 20062016. 690 00 0
69500 0
70 0 0 0 0
70 5 0 0 0
710 0 0 0
7150 0 0
Gambar 3.1 3.1 PetaGambar Administrasi Peta Administrasi PetaKotaAdministrasi Manado Kota KotaManado Manado
P. MANADO TU A
U
18 0 0 0 0
18 0 0 0 0
P. SILADEN P. BU NAKEN
1:100000 1
0
1
2 Km
KEC. BUNAKEN
Legenda : 17 50 0 0
17 5 0 0 0
Garis Pantai Batas Kecam atan Batas Kota
Wilayah Kecamatan
KEC. BUNAKEN
17 0 0 0 0
17 0 0 0 0
Bunaken Malalayang Mapanget Sario Singkil Tikala Tuminting Wanea Wenang
KEC. MAPANGET
Sumber : - Peta Dasar RBI Bakosurtanal Skala 1 : 50.000. - Bappeko Manado 2004
KEC. TUMINTING
KEC. SINGKIL
16 5 0 0 0
16 5 0 0 0
Te lu k M a na do
Inset Lokasi Peta
KEC. WENANG KEC. TIKALA KEC. SARIO
Kab. Minahasa Utara
16 0 0 0 0
16 0 0 0 0
KEC. WANEA
Kota Manado Kota Bitung
Kab. Minahasa
KEC. MALALAYANG
Kota Tomohon
D ana
uTo
ndan o
Kab. Minahasa Selatan
690 00 0
69500 0
70 0 0 0 0
70 5 0 0 0
710 0 0 0
7150 0 0
Gambar 2 Peta Administrasi Kota Manado.
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Pengertian RTH Dari berbagai referensi pengertian tentang eksistensi nyata sehari-hari, maka
ruang terbuka hijau adalah : (1) suatu lapangan yang ditumbuhi berbagai tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak, perdu dan pohon (tanaman tinggi berkayu); (2) ”Sebentang lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk, dan batas geografis tertentu dengan status penguasaan apapun, yang di dalamnya terdapat tetumbuhan hijau berkayu dan tahunan (perennial woody plants), dengan pepohonan sebagai tumbuhan penciri utama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta benda-benda lain yang juga sebagai pelengkap dan penunjang fungsi RTH yang bersangkutan (Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, 2006). Menurut Nurisjah (2005), ruang terbuka hijau adalah ruang terbuka yang ditanami dengan tanaman, mulai dari yang bersifat alami (rumput, jalur hijau, taman bermain dan taman lingkungan di daerah pemukiman). Sedangkan menurut UndangUndang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengartikan Ruang Terbuka Hijau sebagai area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Pakpahan (2006), menyatakan ruang terbuka hijau merupakan elemen fisik yang menyatupadukan tata bangunan dengan lingkungannya, termasuk mengisi ruang antar bangunan, agar dapat tercipta suatu lingkungan binaan yang lebih fungsional, lebih berkualitas serta lebih layak dihuni dan berjati diri. Adapun Fungsi RTH antara lain sebagai ;
2.1.1. Fungsi Ekologi Secara ekologis fungsi RTH antara lain : (1) Ameliorasi iklim; elemen dasar iklim antara lain penyinaran matahari, suhu udara, aliran udara dan kelembaban yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Beberapa proses yang berkaitan dengan ameliorasi iklim yaitu : a. Modifikasi suhu; pada siang hari daun-daun tanaman menyerap sinar matahari dalam proses asimilasi, yang mengubah gas CO2 dan air menjadi karbohidrat dan O2.
8 Bersama vegetasi lain menguapkan uap air melalui proses evapotranspirasi, oleh karena itu suhu dibawah tegakan pohon menjadi rendah dibandingkan diluar tegakan pohon. b. Pelindung terhadap angin; kecepatan angin dapat dikurangi 75-85% oleh kelompok vegetasi (windbreak) yang efektifitasnya tergantung dari tinggi pohon dan lebarnya windbreak, perlindungan terbaik yang diberikan adalah sejauh 20 kali tinggi pohon. Jenis tanaman mengatur angin dengan menghalangi, menyalurkan, membelokkan dan menyaring, pengaruhnya tergantung dari ukuran daun, jenis daun, kepadatan daun, bentuk tajuk, ketahanan serta penempatan tanaman. c. Curah hujan dan kelembaban; vegetasi dapat menahan butir-butir air hujan dengan intersepsi dan memperlambat kecepatan jatuhnya air hujan sehingga mengurangi kekuatan hempasan butir-butir tanah, sehinggga daya infiltrasi tanah meningkat, aliran permukaan berkurang dan erosi menjadi kecil.
(2) Konservasi tanah dan air; pada umumnya lahan di perkotaan banyak yang tidak tertutup oleh vegetasi dan banyak dipergunakan sebagai lahan terbangun dan ditutup oleh perkerasan, sehingga peresapan air ke dalam tanah menjadi terganggu. Salah satu fungsi RTH di perkotaan adalah untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dengan meningkatkan peresapan air melalui vegetasi dan disimpan di dalam tanah berupa air tanah, kemudian dipergunakan kembali sehingga terjadi siklus hidrologi.
(3) Rekayasa lingkungan: a. Pengendalian erosi dan aliran permukaan (erotion and surface flow). Penanaman vegetasi dan sistem perakaran dapat mengurangi aliran permukaan dan erosi. b. Aliran bawah permukaan (sub surface flow); air yang masuk ke dalam lapisan tanah tidak dapat diserap oleh akar tanaman karena perkolasi (arus air vertikal atau mendekati vertikal di bawah lapisan tanah), akibat perkolasi nutrisi yang dibutuhkan tanaman tidak bisa dijerap oleh akar tanaman, karena porositas yang tinggi. c. Mengatasi penggenangan; kawasan yang sering tergenang dapat dikendalikan dengan penanaman vegetasi dari jenis yang mempunyai daya evapotranspirasi yang tinggi,
9 jenis tanaman yang memenuhi kriteria ini adalah yang mempunyai daun banyak, jumlah stomata banyak, serta jumlah luas permukaan daun yang tinggi. d. Mengatasi intruisi air laut; kawasan yang terletak dekat dengan sungai atau laut dapat ditanami dengan jenis tanaman yang mempunyai daya tahan salinitas tinggi dan tahan terhadap penggenangan. e. Pengendalian air limbah; konsep yang dapat dikembangkan untuk menanggulangi air limbah telah banyak dilakukan dengan cara kimiawi, biologis, maupun melalui penyaringan. f. Pengelolaan sampah; tanaman dapat diarahkan sebagai upaya dalam pengelolaan sampah, berupa penyekat bau yang ditimbulkan oleh sampah, penyerap bau, sebagai pelindung tanah hasil dari dekomposisi sampah, dan penyerap zat berbahaya yang mungkin terkandung dalam sampah seperti logam berat, pestisida, serta bahan beracun lainnya. g. Penangkal kebisingan; suara bising umumnya adalah suara yang berlebihan sehingga tidak dapat diterima dengan wajar oleh telinga manusia. h. Mengurangi pencemaran udara; polutan berupa gas atau partikel debu yang berasal dari industri antara lain karbon monoksida, dari kendaraan bermotor, atau dari rumah tangga, partikel-partikel tersebut dapat dijebak oleh daun-daun, cabang dan ranting melalui proses impaction yang berfungsi sebagai filter di udara. i. Pengendalian cahaya yang menyilaukan; vegetasi dapat memperlunak cahaya yang menyilaukan baik primer (cahaya yang langsung dari matahari) maupun sekunder (melalui pantulan dari benda-benda lain) tergantung dari ukuran dan kerapatannya.
(4) Habitat satwa; salah satu satwa yang umumnya terdapat pada kawasan RTH kota adalah burung. Burung membutuhkan tanaman sebagai tempat bersarang atau mencari makan, kawasan perkotaan merupakan potensi bagi pelestarian satwa burung, hal ini disebabkan karena ekosistem perkotaan, ketersediaan tempat hinggap merupakan suatu faktor yang mempengaruhi keanekaan habitat di lingkungan perkotaan.
10 2.1.2. Fungsi Ekonomi Salah satu peranan penting dari RTH yang mempunyai fungsi ekonomi adalah dapat memberikan nilai ekonomi kepada masyarakat baik secara langsung dan tidak langsung. Sumber daya alam sebagai aset kota dapat dijadikan paket ekowisata apabila kawasan tersebut dikelola dengan baik, hutan kota sebagai hutan hujan tropis, pemukiman masyarakat lokal tepi sungai sebagai water front city culture tourism, yang dapat memberikan pendapatan kepada daerah . 2.1.3. Fungsi Sosial Salah satu fungsi sosial RTH adalah sebagai wadah pendidikan masyarakat terhadap permasalahan lingkungan serta solusi pemecahannya melalui berbagai forum yang berkaitan dengan isu konservasi lingkungan. Bentuk-bentuk RTH seperti lahan pertanian, kehidupan tepi sungai merupakan salah satu kegiatan penting dalam rangka pembangunan nilai-nilai sosial dan sumberdaya alam suatu kota. Selanjutnya Grey and Denneke (1986) menyatakan bahwa RTH mempunyai peran dalam meningkatkan interaksi sosial diantara warga kota. 2.1.4. Fungsi Budaya Fungsi RTH dalam meningkatkan identitas lingkungan kota akan terwujud apabila RTH yang dikembangkan mampu membangkitkan kesan yang mendalam bagi warga kota akan ciri khas suatu kawasan atau unit administrasi tertentu (Nurisjah, 2006).
Manfaat RTH kota, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagian besar dihasilkan dari adanya fungsi ekologis. Penyeimbang antara lingkungan alam dengan lingkungan buatan, yaitu sebagai ’penjaja’ fungsi kelestarian lingkungan pada media air, tanah, dan udara serta konservasi sumber daya hayati flora dan fauna. Kondisi ’alami’ ini dapat dipertimbangkan sebagai pembentuk berbagai faktor. Berlangsungnya fungsi ekologis alami dalam lingkungan perkotaan secara seimbang dan lestari akan membentuk kota yang sehat dan manusiawi. Manfaat tanaman adalah sebagai komponen sekaligus sumber kehidupan (biotik) dan produsen primer dalam rantai makanan bagi lingkungan dan dapat menjadi sumber pendapatan. Proses fotosintesis, yang mana zat hijau (klorofil) yang banyak terdapat dalam daun dengan bantuan energi matahari dan air, menghasilkan makanan, berupa
11 karbohidrat, protein, lemak juga vitamin dan mineral, sangat berguna bagi kehidupan manusia dan mahluk lain. Tanaman adalah pabrik tanpa butuh bahan bakar fosil, bahkan tanaman adalah sumber karbon, tidak membutuhkan energi listrik atau api untuk memasak makanannya agar bisa terus tumbuh. Pabrik tersebut tidak mencemari media lingkungan, bahkan membantu ’membersihkan’ media udara yang kotor serta ’menyegarkan’ udara. Akar pohon berfungsi untuk menarik bahan baku dari dalam media tanah, antara lain berbagai macam mineral yang larut dalam air. Zat-zat tersebut ’dimasak’ dalam ’pabrik’ berupa daun, menghasilkan karbohidrat (tepung, gula, selulosa/serat), oksigen, yang seringkali disimpan dalam gudang berbentuk buah dan biji sebagai agen pertumbuhan selanjutnya. Manfaat bagi Kesehatan, tanaman sebagai penghasil oksigen (O2), terbesar dan penyerap karbon dioksida (CO2) dan zat pencemar udara lain, khusus di siang hari, merupakan pembersih udara yang sangat efektif melalui mekanisme penyerapan (absorpsi) dan penjerapan (adsorpsi) dalam proses fisiologis, yang terjadi terutama pada daun, dan permukaan tumbuhan (batang, bunga dan daun). Pembuktian bahwa tumbuhan dapat efektif membentuk udara bersih dapat dicermati dari hasil studi penelitian Bernatzky (Direktorat Jenderal Penataan Ruang) menyatakan bahwa setiap satu ha RTH yang ditanami pepohonan, perdu, semak, dan penutup tanah, dengan jumlah permukaan daun seluas lima ha, maka sekitar 900 Kg CO 2, akan dihisap dari udara dan melepaskan sekitar 600 Kg O2 dalam waktu 12 jam. Hasil penelitian Hennebo (Direktorat Jenderal Penataan Ruang) menyimpulkan, terjadinya pengendapan debu (aerosol) pada lahan terbuka, khusus pada hutan kota. Pengendapan debu dipengaruhi oleh jarak RTH terhadap sumber debu, jenis dan konsentrasi debu, kondisi iklim, topografi, jenis, dan kelompok tanaman, serta struktur arsitektural RTH. Ameliorasi Iklim, dengan adanya RTH sebagai ’paru-paru’ kota, akan terbentuk iklim yang sejuk dan nyaman. Kenyamanan ini ditentukan oleh adanya saling keterkaitan antara faktor-faktor suhu udara, kelembaban udara, cahaya, dan pergerakan angin. Hasil penelitian di Jakarta, membuktikan bahwa suhu di sekitar kawasan RTH (di bawah pohon teduh), dibanding dengan suhu di ’luarnya’, bisa mencapai perbedaan angka sampai dua sampai empat derajat celcius (Direktorat Jenderal Penataan Ruang,
12 2006). RTH membantu sirkulasi udara. Pada siang hari, dengan adanya RTH maka secara alami udara panas akan terdorong ke atas dan sebaliknya pada malam hari udara dingin akan turun di bawah tajuk pepohonan. Pohon adalah pelindung yang paling tepat dari terik sinar matahari di samping sebagai penahan angin kencang, peredam kebisingan dan bencana alam lain, termasuk erosi tanah. Bila terjadi tiupan angin kencang di ’atas’ kota tanpa tanaman, maka polusi udara akan menyebar lebih luas dan kadarnya pun akan semakin meningkat. RTH sebagai penjamin terjadinya keseimbangan alami, secara ekologis dapat menampung kebutuhan hidup manusia itu sendiri, termasuk sebagai habitat alami flora, fauna, dan mikroba yang diperlukan dalam siklus hidup manusia. Manfaat Terkait Fungsi Ekonomi (Produktif), tanaman sebagai salah satu komponen hidup (biotik) di dunia sangat diperlukan manusia dan mahluk hidup lain. Tanpa tanaman tidak akan ada kehidupan lain di dunia karena tanaman merupakan ’pabrik makanan’ (produsen primer) dalam siklus rantai makanan, sedang yang lain adalah konsumen. ’Pabrik makanan’ tersebut dibagi dalam tiga tingkat (trophic level), primer, sekunder, dan tersier, artinya hanya tumbuhan hijau (tanaman) yang dapat membuat makanannya sendiri melalui proses fotosintesis yang terjadi pada bagian tanaman yang mempunyai zat hijau daun (klorofil), dengan bantuan pusat energi (sinar matahari). Pada RTH , siklus-siklus kehidupan dapat dikatakan berlangsung dengan karakter alami, yang mana fungsi pokoknya adalah menjadi unsur penyeimbang dalam lingkungan binaan yang sehat, seharusnya ada tersebar merata di antara dominasi struktur fisik bangunan dalam kawasan binaan secara proporsional. Sedang bentuk RTH itu sendiri bisa memanjang, membulat, persegi empat maupun bulat atau bentuk-bentuk geografis arsitektural, bahkan bentuknya bisa dikatakan tak perlu beraturan (alami) sesuai dengan tujuan dan kondisi geografisnya. RTH merupakan bagian Sistem Tata Ruang Kota, yaitu ruang terbuka (open space), yang mana berbagai fungsi dapat berlangsung sesuai dengan tujuan perencanaan maupun perancangannya, yaitu : seperti untuk Taman Kota ( Urban Parks), konservasi lahan (tanah, air dan sumberdaya alam lain) seperti Taman Hutan-Kota, serta tujuan untuk mempertahankan estetika sesuai nilai budaya dalam sejarahnya. Dalam kelompok tersebut termasuk pula Taman Pemakaman Umum (TPU), serta Ruang Terbuka untuk
13 pengaman fasilitas yang ada, seperti sarana penampung sampah padat sementara maupun akhir (TPA/TPS), dan sebagainya. Manfaat yang terkait Arsitektur, pertimbangan dari berbagai aspek, maka hubungan antara arsitektur dan arsitektur lansekap secara alami bersifat sangat ’komplementer’ dan saling mendukung pada skala yang luas, sebab pada hakikatnya kedua disiplin tersebut mempunyai dasar tujuan sama, yaitu berpikir, berkreasi, dan berkarya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan habitat hidup yang sehat, serasi, produktif, dan indah, sesuai dengan akar budaya bahkan falsafah kehidupan serta pandangan masing-masing kelompok manusia pada era dan lokasi tertentu. Arsitektur dan Arsitektur Lanskap, tentu mempunyai kesamaan tradisional dan sejarahnya, baik dalam fungsi, bentuk maupun arti, dalam media maupun teknik-teknik pelaksanaannya. Meski sebenarnya mudah dimengerti bahwa arsitektur lanskap tak selalu harus ada struktur bangunannya. Yang jelas kedua profesi tersebut memiliki landasan berpikir yang sama (common ground), yaitu ’menggubah ruang yang mempunyai lantai dasar, atap dan ’dinding’ bagi kenyamanan hidup manusia’. Keduanya bisa saling bersintesa maupun berintegrasi. Karenanya tidak mengherankan bila profesi arsitektur sering melakukan pekerjaan arsitektur lansekap, dan sebaliknya hanya tentu saja penekanan terutama pada struktur bangunan dan alamnya berbeda-beda. Kebutuhan Luas RTH, penetapan berapa besar luasan yang harus disediakan untuk menciptakan RTH di suatu wilayah dapat ditetapkan dalam suatu standar. Menurut Eckbo (1964) untuk mengakomodasikan kebutuhan 100-300 orang diperlukan paling sedikit 40.000 m2 luasan RTH. Luasan ini didistribusikan menjadi : a.
Taman lingkungan ketetanggaan (neighbourhood parks) ≥ 4.000 m2 dengan jangkauan pelayanan 10-200 m.
b.
Taman Lingkungan komunitas ≥ 100.000 m2 dengan jangkauan pelayanan 625 900 m.
c.
Taman kota atau taman regional dengan luasan yang lebih besar dan berada di daerah strategis.
14 Standar luasan RTH kota di Indonesia menurut Permendagri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP), dihitung berdasarkan persentase luas wilayah kota yaitu 20% dari luas kawasan Perkotaan harus dihijaukan. Berdasarkan Kepmen Pekerjaan Umum (PU) No.378/Kpts/1987 tentang Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan Kota yang mengatur standar perencanaan RTH di lingkungan permukiman kota menyatakan bahwa kebutuhan kota terhadap taman kota, hutan kota, jalur hijau, dan pemakaman dihitung berdasarkan kebutuhan masing-masing penduduk (lihat Tabel 1). Tabel 1 Standar Perencanaan RTH di Lingkungan Permukiman Kota Unit Lingkungan dan Jumlah Penduduk L-I Rukun Tetangga 250 jiwa L-II Rukun Warga 3.000 jiwa L-III Kelurahan 30.000 jiwa L-IV Kecamatan 200.000 jiwa L-V Wilayah Kota 1.000.000 jiwa Penyempurnaan
Jenis RTH Dibutuhkan
Luas Per Unit
Standar Per Kapita
Lokasi
Tempat bermain anak-anak
250 m2
1,00 m2 Di tengah kelompok pemukiman
Taman dan Tempat olah raga remaja Taman dan lapangan olah raga Stadion
150 m2
Taman Kota dan Komplek Stadion Hutan Kota
150 ha
0,50 m2 Di pusat kegiatan rukun warga 2 0,35 m Dikelompok kan dengan sekolah 0,20 m2 Dikelompok kan dengan sekolah 1,50 m2 Di pusat wilayah kota
1 ha
4 ha
6,00 m2 Dalam 15,00 m2 kesatuan 0,58 m2 yang kompak atau tersebar
*Sumber : Kepmen PU No. 378/KPTS/1987 tentang Pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia disempurnakan dalam Muis, 2005.
15 Standar luasan RTH lainnya diajukan oleh Simonds (1983) yang secara hirarki mempertimbangkan kebutuhan dalam suatu wilayah (Tabel 2).
Tabel 2 Standar Luas RTH untuk Umum Hirarki Wilayah
Ketetanggaan
Komunitas
Kota
Wilayah/Region
*Sumber : Simonds, 1983.
Jumlah KK
Jumlah Jiwa
1.200
4.320
10.000
36.000
100.000
-
1.000.000
-
Ruang Penggunaan Terbuka Ruang (m2/1000 Terbuka jiwa) 12.000 Lapangan bermain, areal rekreasi, taman 20.000 Lapangan bermain, lapangan atau taman (termasuk ruang terbuka ketetanggaan) 40.000 Ruang terbuka umum, taman areal bermain ( termasuk ruang terbuka untuk komuniti) 80.000 Ruang terbuka umum, taman areal rekreasi, berkemah (termasuk ruang terbuka kota)
16 2.2.
RTH Perkotaan RTH Perkotaan, secara umum penataan ruang ditujukan untuk menghasilkan
suatu perencanaan tata ruang yang kita inginkan di masa yang akan datang. Pada dasarnya perencanaan tata ruang perkotaan seyogyanya dimulai dengan mengidentifikasi kawasan-kawasan yang secara alami harus diselamatkan (kawasan lindung) untuk menjamin kelestarian fungsi lingkungan, dan kawasan-kawasan yang secara alami rentan terhadap bencana ( prone to natural hazards) seperti gempa, longsor, banjir, maupun bencana alam lainnya. Kawasan-kawasan inilah yang harus dikembangkan sebagai ruang terbuka, baik hijau maupun non-hijau. Dengan demikian
keberadaan RTH dalam
perencanaan tata ruang menjadi sangat penting mengingat perencanaan tata ruang harus dimulai dengan pertanyaan dimana kita tidak boleh membangun? Bukan sebaliknya. Dalam konsep perencanaan pembangunan yang berkelanjutan, secara nyata ditegaskan bahwa upaya pembangunan yang kita lakukan saat ini, sebaiknya dilakukan dengan tidak mengabaikan hak-hak generasi mendatang dalam ikut menikmati sumbersumber daya yang ada, terutama sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan demikian perencanaan tata ruang di perkotaan seyogyanya harus mengakomodasi kepentingankepentingan ekonomi untuk menjamin produktivitas kota, kepentingan-kepentingan sosial untuk mewadahi aktivitas masyarakat, serta kepentingan-kepentingan lingkungan untuk menjamin keberlanjutan. Agar keberadaan RTH di perkotaan dapat berfungsi secara efektif baik secara ekologis maupun secara planologis, pengembangan RTH tersebut sebaiknya dilakukan secara hierarki dan terpadu dengan sistem struktur ruang yang ada di perkotaan. Dengan demikian keberadaan RTH bukan sekadar menjadi elemen pelengkap dalam perencanaan suatu kota semata, melainkan merupakan pembentuk struktur ruang kota, sehingga kita dapat mengidentifikasi hierarki struktur ruang kota melalui keberadaan komponen pembentuk RTH yang ada. RTH sebagai Unsur Utama Tata Ruang Kota, permasalahan degradasi lingkungan hidup perkotaan digambarkan dari semakin mewabahnya penyakit-penyakit akibat kualitas lingkungan yang semakin memburuk bahkan sulit diatasi, sebagai akibat tidak adanya ruang bagi penampung buangan kegiatan manusia berupa limbah padat maupun
17 limbah cair yang semakin menumpuk dan mengalir tidak terkendali yang menjadi wadah yang subur bagi media pertumbuhan penyakit. Berbagai kondisi lingkungan yang negatif tersebut, memacu kejadian kerusakan lingkungan kota menjadi berantai dan kait mengkait. Pada kawasan permukiman kota tepi air misalnya, masalah klasik adalah bencana banjir, pada kawasan pesisir terjadi kerusakan dan pencemaran pantai. Adanya genangan air laut ke arah darat, seperti di muara kali Semarang misalnya, tentunya membawa kerusakan akibat pengaruh air asin, atau intruisi air laut yang mengisi kantong-kantong air tanah (aquifer). Pada kota-kota di daerah lereng pegunungan terjadi tanah longsor dan juga banjir antara lain akibat kurang atau tidak adanya tanaman yang bisa mengikat atau menahan air hujan yang terakumulasi, terutama bila terjadi curah air hujan tinggi. Upaya-upaya pelestarian fungsi lingkungan dengan menyisihkan sebagian ruang kota, terutama di wilayah-wilayah yang rawan bencana, harus segera dilaksanakan. Artinya ruang-ruang yang rawan tersebut bukan diproyeksikan untuk pemukiman, seperti tepian badan air (sungai, danau/dam atau laut), atau mendirikan bangunan pada lereng yang relatif curam. Ruang untuk menampung kegiatan konservasi lingkungan kota harus dikaitkan dengan RTRWK dan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTR). RTH baik di kawasan perkotaan maupun perdesaan adalah ”sepenggal alam” yang masih tersisa atau sengaja disisakan guna mengimbangi lingkungan buatan (kota) baik yang sengaja dirancang dan direncanakan melalui kreativitas arsitektur lansekap maupun karena ’warisan’ wajah alami yang sengaja dibiarkan sedemikian agar kita semua suatu saat masih memperoleh kesempatan untuk dapat menikmatinya, langsung maupun tidak.
2.3.
Pendekatan Sistem Dinamik Sistem adalah keseluruhan inter-aksi antar unsur dari sebuah obyek dalam batas
lingkungan tertentu yang bekerja mencapai tujuan. Pengertian keseluruhan adalah lebih dari sekedar penjumlahan atau susunan (aggregate), yaitu terletak pada kekuatan (power) yang dihasilkan oleh keseluruhan itu jauh lebih besar dari suatu penjumlahan atau susunan. Pengertian inter-aksi adalah pengikat atau penghubung antar unsur, yang memberi bentuk/struktur kepada obyek, membedakan dengan obyek lain, dan mempengaruhi perilaku dari obyek. Pengertian unsur adalah benda, baik konkrit atau
18 abstrak, yang menyusun obyek sistem. Unjuk kerja dari sistem ditentukan oleh fungsi unsur. Gangguan salah satu fungsi unsur mempengaruhi unsur lain sehingga mempengaruhi unjuk kerja sistem sebagai keseluruhan. Unsur yang menyusun sistem ini disebut juga bagian sistem atau sub sistem. Konsep pengertian sistem sebagai suatu metode dikenal dalam pengertian umum sebagai pendekatan sistem (system approach). Pada dasarnya pendekatan tersebut merupakan penerapan metode ilmiah di dalam usaha memecahkan masalah. Atau menerapkan ”kebiasaaan berpikir atau beranggapan bahwa ada banyak sebab terjadinya sesuatu” di dalam memandang atau menghasilkan kesaling terhubungkannya sesuatu benda, masalah, atau peristiwa. Jadi, pendekatan sistem berusaha menyadari adanya kerumitan di dalam kebanyakan benda, sehingga terhindar dari memandangnya sebagai sesuatu yang amat sederhana atau bahkan keliru. Hal tersebut menunjukkan sifat berpikir secara sistem (system thinking) yang bersegi banyak (multidimensi) dan pelik. Mempergunakan pendekatan sistem menuntut pemahaman bahwa setiap benda atau sistem tersebut berada (menjadi bagian) dari sistem yang lebih besar atau lebih luas, sehingga semua benda dengan sesuatu cara, saling berkaitan. Semakin lama orang semakin menghendaki adanya hasil penerapan pendekatan sistem tersebut yang lebih obyektif dan tepat. Keinginan tersebut terwujud dalam bentuk berkembangnya teknik-teknik pemecahan masalah (problem solving) yang tinggi (canggih, sophisticated), seperti penelitian operasi (operations research), analisa statistika, model simulasi, dan sistem informasi yang mempergunakan komputer. Berbagai macam hasil perkembangan tersebut ditujukan pada peningkatan mekanisme kontrol
sistem
organisasi,
yang
dengan
demikian
memungkinkannya
untuk
merencanakan dan menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan secara efektif. Kebanyakan definisi tentang sistem lebih menunjuknya sebagai suatu wujud benda, jarang yang mengenai sistem sebagai metode. Jadi lebih mendekati arti kata systema dalam bahasa aslinya (Yunani) ”systema” yang mempunyai pengertian ; suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian (Amirin, 1986). Jadi, dengan kata lain istilah ”systema” itu mengandung arti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan (a whole).
19 Pendekatan Sistem, teori sistem menyatakan bahwa kesisteman adalah suatu metakonsep atau metadisiplin, formalitas dan proses dari keseluruhan disiplin ilmu dan pengetahuan sosial dapat dipadukan dan berhasil (Suwarto, 2006). Karena sistem selalu mencari keterpaduan antar bagian melalui pemahaman yang utuh, maka perlu suatu kerangka fikir yang dikenal sebagai pendekatan sistem (system approach) dalam studi Ruang Terbuka Hijau di perkotaan. Pendekatan sistem dalam studi RTH Kota Manado adalah cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan ruang sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem RTH yang dianggap efektif. Dalam pendekatan sistem umumnya ditandai oleh dua hal, yaitu (1) mencari semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah dan (2) dibuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional (Eriyatno, 2003). Pengambilan keputusan yang efektif dari permasalahan kompleks di dunia nyata menyebabkan kita harus mengkaji permasalahan secara holistik dengan menggunakan pendekatan sistem (Hartrisari, 2007).
Dalam
pendekatan sistem, kita dapat menggunakan model sebagai alat untuk memahami proses dan memprediksi perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Dalam ilmu sistem pemahaman seperti itu dikenal dengan istilah mensimulasi perilkau sistem. Sistem dinamik merupakan metoda yang dapat menggambarkan proses, perilaku dan kompleksitas dalam sistem. Model yang berbasis sistem dinamik dapat digunakan untuk menunjang pengambilan keputusan dan bahkan kebijakan. Pendekatan sistem dengan menggunakan komputer, bertujuan memudahkan penggunaan model dan teknik simulasi dalam sistem, terutama dalam menghadapi masalah yang cukup luas dan kompleks yang mana banyak sekali peubah, data dan interaksi-interaksi yang mempengaruhi, seperti halnya dalam penelitian studi RTH di Kota Manado. Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah yang penting dan tepat. Teknik kuantitatif seperti persamaan regresi dan simulasi digunakan untuk mempelajari keterkaitan antar peubah dalam sebuah model (Eriyatno, 2003). Model dinamik mampu menelusuri jalur waktu dari peubah-peubah model. Model dinamik lebih sulit dan mahal pembuatannya, namun memberikan
20 kekuatan yang lebih tinggi pada analisis dunia nyata. Pendekatan sistem dalam suatu lingkungan dinamik, adalah suatu proses berkesinambungan, mencakup penyesuaian dan adaptasi melalui lintasan waktu. Yang dimaksud adalah kondisi aktual atau sistem RTH yang ada di Kota Manado, yang terdiri atas komponen aktivitas sosial, aktivitas ekonomi, dan aktivitas fisik. Proses pembuatan model yang dibagi menjadi beberapa sub model bermaksud agar supaya lebih fokus dalam pembuatannya. Dalam melakukan pendekatan sistem bisa dengan menggunakan komputer atau tanpa menggunakan komputer. Akan tetapi adanya fasilitas komputer memudahkan penggunaan model dan teknik simulasi dalam sistem, terutama bila menghadapi masalah yang cukup luas dan kompleks yang mana banyak sekali peubah, data dan interaksiinteraksi yang saling mempengaruhi (Eriyatno,2003). Sistem Dinamik, konsep dasar sistem dinamik mengenalkan secara sederhana elemen-elemen dasar yang menyusun sebuah sistem yang bersifat dinamis, yang dilengkapi dengan langkah-langkah berpikir membangun model umum (generic model) mulai dari identifikasi gejala sampai menghasilkan struktur permasalahan untuk analisis kebijakan. Dengan konstruksi berpikir sistem akan jelas ”dimana” batas hubungan antara sistem dengan lingkungan ; ”apa” komponen, unsur, dan cirinya, serta ”bagaimana” interaksi keseluruhan di dalam dan ke luar sistem yang jadi perhatian. Selanjutnya tentang pemodelan sistim dinamik dalam bentuk diagram komputer dengan menggunakan bahasa perangkat lunak ”Stella version 8.0.” Penggunaan perangkat lunak komputer tersebut adalah sebagai ”alat” untuk memudahkan perumusan interaksi dalam sistem yang rumit kedalam alur pemikiran yang konsisten agar dapat disimulasikan. Analisis sistem dinamik yang dapat digunakan untuk menangani kerumitan, perubahan, dan ketidakpastian dari sebuah sistem nyata, sehingga perlunya pembelajaran tentang proses dinamis secara holistik dalam membawa kesadaran berpikir sistemik yang kreatif dengan pandangan antisipatif kedepan. Pemodelan dan Simulasi, model merupakan representasi sistem dalam kehidupan nyata yang menjadi fokus perhatian dan menjadi pokok permasalakan. Proses pembuatan model dimulai dengan adanya permasalahan pada sistem nyata, yang dilihat oleh pemodel dengan menggunakan sudut pandang tertentu tergantung pada nilai yang dianut,
21 pengetahuan dan pengalaman si pembuat model, sampai akhirnya tercipta suatu model. Model selanjutnya akan diuji keabsahannya dengan menggunakan data sampel sehingga dapat dihasilkan suatu model yang valid. Pengembangan suatu model dapat dilakukan dengan menggunakan aturan-aturan diantaranya, yaitu: (1) Elaborasi. Pengembangan model sebaiknya dimulai dari yang paling sederhana kemudian bertahap dielaborasi menjadi model yang representatif. Penyederhanaan permasalahan dapat dilakukan dengan menggunakan asumsi-asumsi yang diperlukan, sesuai dengan tujuan pembuatan modelnya. (2) Analogi. Pengembangan model dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip dan teori-teori yang sudah dikenal luas. (3) Dinamis. Pengembangan model bukanlah suatu proses mekanis dan linier sehingga dalam tahap pengembangannya mungkin saja terdapat proses pengulangan. Simulasi adalah tiruan dari sistem nyata yang dikerjakan secara manual atau komputer, yang kemudian diobservasi dan disimpulkan untuk mempelajari karakterisasi sistem (Suryani 2006). Simulasi didefinisikan sebagai sekumpulan metode dan aplikasi untuk menirukan atau mempresentasikan perilaku dari suatu sistem nyata, yang biasanya dilakukan pada komputer dengan menggunakan perangkat lunak tertentu (Suryani, 2006). Simulasi merupakan proses aplikasi membangun model dari sistem nyata atau usulan sistem, melakukan eksperimen dengan model tersebut untuk menjelaskan perilaku sistem, mempelajari kinerja sistem, atau untuk membangun sistem baru sesuai dengan kinerja yang diinginkan (Suryani, 2006). Manfaat dari model simulasi yakni merupakan tool yang cukup fleksibel untuk memecahkan masalah yang sulit untuk dipecahkan dengan model matematis biasa. Model simulasi sangat efektif digunakan untuk sistem yang relatif kompleks untuk pemecahan analitis dari model tersebut. Penggunaan simulasi akan memberikan wawasan yang lebih luas pada pihak manajemen dalam menyelesaikan suatu masalah. Simulasi model dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai skenario sebagai input. Berdasarkan variasi output yang dihasilkan dapat dipilih alternatif terbaik dari berbagai skenario yang merupakan input model tersebut. Dalam hal ini, model berfungsi sebagai alat bantu dalam menunjang pengambilan keputusan (Hartrisari, 2007).
3 METODOLOGI 3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Kota Manado, Sulawesi Utara yang terletak di antara
1o 30’ – 1o 40’ lintang utara ; 124o 40’ – 126o 50’ bujur timur. Waktu penelitian dilaksanakan selama empat belas bulan mulai bulan Maret 2007 sampai dengan bulan Mei 2008 yang terdiri atas dua tahap yaitu survey lapangan untuk ground cek dan wawancara stakeholder (Maret 2007 sampai Juli 2007) serta konstruksi model dinamik (Agustus 2007 sampai Mei 2008).
3.2.
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan berdasarkan data sekunder yang kemudian
diolah dalam pemodelan dinamik, dan data primer berupa ground cek lapangan dan wawancara stakeholder. Data dan informasi yang dibutuhkan terbagi dalam tiga kategori : (1) data fisik , (2) data ekonomi, dan (3) data sosial. (Tabel 3). Ketiga aspek yang terkait dengan RTH ini masing-masing memiliki peubah yang berbeda-beda untuk diteliti. Untuk mencapai hasil yang terpadu pada masingmasing peubah yang berbeda dilakukanlah pendekatan sistem dinamik. Pendekatan sistem dinamik adalah suatu metode pemodelan dengan simulasi komputer yang menggunakan alat bantu software Stella versi 8.0.
Program Stella merupakan
perangkat lunak yang berbasis flow chart. Dasar pemilihannya adalah merupakan paket yang handal, fleksibel dan mudah untuk membuat sistem permodelan dinamik baik dalam prosesnya maupun dalam melakukan simulasi. Model simulasi tersebut sangat efektif pula digunakan untuk sistem yang relatif kompleks guna pemecahan analitis dari model. Selanjutnya dengan pendekatan sistem dinamik dapat dipahami proses dan prediksi perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Konsep model pada penelitian ini mengacu pada penataan ruang dengan mengatur lahan sesuai kelayakan topografi yang merupakan karakteristik Kota Manado dengan pokok acuannya yakni RTH. Dengan memperhitungkan jumlah penduduk terkait penyediaan penggunaan lahan pemukiman serta RTH, maka hal tersebut menjadi acuan yang digunakan dalam menata penggunaan lahan di Kota Manado.
23
Tabel 3 Data Penelitian dan Sumber Data Aspek
Data biofisik
Peubah
Sumber
- Kelerengan
Badan
- Topografi
Nasional Provinsi Sulut,
- Penggunaan Lahan
Kotamadia Manado dan
- Iklim & Cuaca - Luas Taman Kota - Luas Hutan Kota
Pertanahan
Dinas Agribisnis Kota Manado
;
Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup ; Dinas Tata Kota Manado
Data
- PDRB
Badan
ekonomi
- Pendapatan per sektor
Kota Manado
Data Sosial
- Jumlah Penduduk
Badan
- Jumlah Rumah Tangga
Kota Manado
Pusat
Pusat
Statistik
Statistik
- Jumlah Angkatan Kerja
3.3.
Metode Analisis Struktur Model RTH dengan pendekatan sistem dinamik pada penelitian ini
diartikan sebagai konstruksi model yang disusun berdasarkan pada parameter ekonomi, parameter sosial, dan parameter fisik. Kegiatan fisik merupakan kegiatan utama sebagai basis mendukung tata ruang untuk menentukan luas RTH. Sehingga Tata Ruang akan merekomendasikan RTH yang berhubungan dengan kualitas fisik dan lahan layak mukim . Lahan layak mukim yang dimaksud adalah batas kelayakan lahan atau bagian dari sistem model ini yakni kelayakan kemiringan yang mana kelayakan kemiringan adalah 0-15%. Model pengaturan hasil terdiri dari tiga sub model , antara sub model satu dengan sub model lainnya saling mempengaruhi. Sub model fisik akan mempengaruhi sub model ekonomi dan sub model sosial. Keterkaitan tiga sub model ini dapat dilihat pada simpal kausal Gambar 3.
24
-
MIGRASI
+
EMIGRASI IMIGRASI HARGA PERMINTAAN
+
+
+
MORTALITAS
-
+
ANGK. KERJA
+
PENDUDUK
NATALITAS
PDRB
+
+ +
LAHAN INDUSTRI
+
+ +
+
SEKTOR PAJAK SEKTOR JASA
LAHAN PERTANIAN
+
SEKTOR WISATA LUAS RTH
+
+
+ +
+
TAMAN KOTA +
+
RTH PERTAMANAN KOTA +
J. H. JALAN
LAHAN PEMUKIMAN
+
HUTAN
HUTAN KOTA
+
J. H. SUNGAI Gambar 3 Simpal Kausal Model RTH Kota Manado.
3.4.
Konstruksi Model Konsep dasar model ini mengacu pada Penataan Ruang dengan mengatur
lahan sesuai kelayakan topografi (bergunung, berbukit, berombak, dan landai) yang merupakan karakteristik Kota Manado dan merupakan peubah lanskap utama yang
25
dimodelkan dengan pokok acuannya adalah RTH. Dengan jumlah penduduk Kota Manado yang terus meningkat dari waktu ke waktu akan berimplikasi pada semakin tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota , sehingga penataan ruang perlu mendapat perhatian yang khusus, terutama
terkait dengan penyediaan kawasan
pemukiman serta RTH. Hal tersebut merupakan acuan yang digunakan dalam mengatur penggunaan lahan. Model pengelolaan RTH wilayah Kota Manado dibangun berdasarkan konsep terpadu dalam upaya pengaturan tata ruang. Potensi tata ruang wilayah dengan karakteristik alami yang dikaji difokuskan pada faktor kebutuhan penggunaan lahan pemukiman di setiap kecamatan wilayah Kota Manado berdasarkan luas lahan layak mukim. Optimalisasi potensi penggunaan lahan pemukiman tersebut berkaitan dengan kepadatan penduduk luas lahan pemukiman setiap kecamatan dan kebutuhan lahan pemukiman dengan jumlah rumah tangga setiap kecamatan. Model RTH Kota Manado dalam penelitian ini diartikan sebagai konsep model yang disusun berdasarkan pertumbuhan penduduk yang berpengaruh pada penggunaan ruang. Penggunaan ruang dimaksud
adalah lahan yang digunakan
khususnya bagi pemukiman. Dengan pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah mengakibatkan terjadinya konversi pada lahan vegetasi (pertanian dan hutan). Dari segi kelayakan kedua fungsi lahan ini sangatlah terbatas. Kondisi topografi Kota Manado yang landai, berombak, berbukit dan bergunung. Selanjutnya model ini dikombinasikan juga dengan PDRB (produk dometik regional bruto) guna mengetahui perkembangan ekonomi yang terkait pula dengan pertumbuhan penduduk. Diharapkan terjadi peningkatan ekonomi dan lingkungan yang tetap lestari dan optimal. Hal tersebut, hendak mengetahui implikasi dari peluang-peluang masalah lingkungan seperti banjir, longsor dan erosi. Dalam pelaksanaan metode pendekatan sistem diperlukan tahapan kerja yang sistematis (Hartrisari 2001). Prosedur analisis sistem meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut : analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem, pemodelan sistem, verifikasi model dan implementasi (Eriyatno 1999).
26
Atas dasar pendekatan sistem tersebut, maka disusunlah suatu kerangka pendekatan operasional penelitian sebagaimana disajikan pada Gambar 4 (Setia Hadi,Suwarto, Rusdiana, 2005).
Perencanaan Tata Ruang Ruang Terbuka Hijau Parameter Biofisik -Kelerengan -Topografi -Land Use -Iklim & Cuaca
Parameter Sosial - Jumlah penduduk
- Jumlah Rumah Tangga - Laju Pertumbuhan Penduduk - Angkatan Kerja
Analisis Kebutuhan Parameter Ekonomi PDRB - Pendapatan per sektor ekonomi
Formulasi Permasalahan Identifikasi Sistem
Pemodelan Sistem
- Distribusi penduduk
Verifikasi
- Angkatan kerja terserap Kondisi RTH & Penggunaan Lahan
Validasi Isu Permasalahan Kelayakan RTH Estimasi
Skenario Penataan Ruang
Konsep Tata Ruang RTH
Gambar 4 Kerangka Pendekatan Operasional Penelitian Ruang Terbuka Hijau Kota Manado.
3.5.
Batasan dan Asumsi Model serta Skenario Hasil Dengan keterbatasan data yang didapatkan selama pengambilan data di
lapangan, maka model yang direncanakan didasarkan pada beberapa asumsi. Asumsi-asumsi ini dibuat agar model lebih mendekati realistik dan logis, sehingga memungkinkan untuk diterapkan pada tingkat kebijakan. Asumsi yang digunakan bukanlah suatu nilai nominal melainkan prosentase sehingga model yang dibuat tetap dan tidak berubah. Asumsi tersebut bisa dilengkapi ketika data yang diperlukan tersedia. Asumsi dasar yang dibuat pada model ini yaitu tata ruang yang cukup guna menghasilkan pengelolaan tata ruang optimal dengan
27
pengaturan RTH pada setiap kecamatan di wilayah Kota Manado dan tetap mengakomodir jumlah penduduk dan ekonomi mengalami pertumbuhan. Model yang dibuat dibatasi dalam ruang lingkup wilayah kota Manado yang terdiri dari sembilan kecamatan, enam klasifikasi lahan pada empat kategori topografi, empat klasifikasi RTH diluar pertanian dan hutan dan sembilan sektor PDRB. Model dibatasi dan difokuskan pada tujuan memprediksi perubahan lahan akibat perkembangan penduduk dan dampaknya kepada perekomian daerah. Alternatif pemilihan langkah dalam pengelolaan tata ruang dibatasi pada penataan konversi lahan pertanian dan kehutanan yang layak mukim berdasarkan topografi dan dampaknya pada kondisi lingkungan. Beberapa koefisien dan peubah yang diasumsikan dibuat pada skala nilai dari nilai minimal sampai maksimal. Asumsi skala pelaksanaan tata ruang diimplementasikan kedalam tiga model skenario penataan ruang yaitu : Skenario bebas : pembangunan berjalan tanpa memperhatikan rasio tata ruang dan RTH, konversi lahan pertanian menjadi pemukiman dan alokasi penduduk tidak diatur. Pada skenario ini semua tidak diperhatikan sehingga hasilnya adalah yang buruk. Skenario agak konservatif : pembangunan berjalan dengan memperhatikan tata ruang dan RTH, konversi lahan pertanian menjadi pemukiman hanya dilakukan pada lahan yang layak mukim menurut topografi dan alokasi penduduk tidak diatur. Pada skenario ini RTH sudah diperhatikan namun hasilnya belum optimal. Skenario konservatif : pembangunan berjalan dengan memperhatikan tata ruang dan RTH, konversi lahan pertanian menjadi pemukiman dilakukan mengikuti proporsi lahan pertanian yang belum terbangun di setiap kecamatan menurut topografi dan alokasi penduduk diatur agar proporsi kepadatan penduduk lebih merata antar kecamatan.
4 KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1.
Kondisi Geografi dan Administrasi Kota Manado sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Utara berkembang selain sebagai
kota jasa juga sebagai pusat bisnis dan perdagangan. Pentingnya fungsi kota terhadap peningkatan dan pengembangan berbagai kegiatan telah memberikan peluang pertumbuhan ekonomi dan menempatkan Kota Manado pada peran yang lebih luas sebagai Pusat Kegiatan Nasional dan khususnya sebagai pusat pembangunan dan pelayanan bagi kawasan Indonesia bagian timur. Visi Kota Manado yakni sebagai ‘Kota Pariwisata Dunia 2010’, dengan Misi ‘Menciptakan Lingkungan Perkotaan yang Menyenangkan dimana setiap orang dapat mewujudkan potensi dan impiannya’. Dalam upaya Pemerintah mewujudkan Visi dan Misi maka program ‘Penghijauan dan Penanaman Pohon Peneduh’ merupakan salah satu usaha pengisian RTH guna mewujudkan lingkungan perkotaan yang bersih, sehat, nyaman, indah dan lestari. Program ini sudah berjalan dari tahun 2007 hingga 2010 dan hal ini pula bertujuan untuk mempersiapkan momentum pelaksanaaan World Ocean Summit (WOS) di Kota Manado pada tahun 2009. Secara geografis, Kota Manado terletak di antara 1 o 30’ – 1o 40’ lintang utara ; 124o 40’ – 126o 50’ bujur timur. Kota Manado berbatasan dengan : - Sebelah Utara dengan
: Kecamatan Wori (Kabupaten Minahasa Utara) dan Teluk Manado
- Sebelah Timur dengan
: Kecamatan Dimembe (Kabupaten Minahasa Utara)
- Sebelah Selatan dengan
: Kecamatan Pineleng (Kabupaten Minahasa)
- Sebelah Barat dengan
: Teluk Manado / Laut Sulawesi
Secara administratif Kota Manado terbagi atas sembilan
kecamatan dan 87
kelurahan / desa sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1988 luas Kota Manado adalah 15726 Ha dengan luas masing-masing kecamatan berbeda. Terdapat tiga kecamatan di Kota Manado yang memiliki wilayah lebih luas yaitu, Kecamatan Mapanget, Kecamatan Bunaken dan Kecamatan Malalayang. Kecamatan Mapanget adalah
Kecamatan terluas dan Kecamatan Sario adalah Kecamatan yang terkecil.
29 Kecamatan Bunaken mempunyai dua wilayah yang berbeda yaitu wilayah daratan dan kepulauan. Luas wilayah Kota Manado per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Luas Wilayah Kota Manado Per Kecamatan
Kecamatan Malalayang
Luas (Ha)
%
1720,75
10,94
Sario
193,25
1,23
Wanea
785,25
4,99
Wenang
336,95
2,14
Tikala
1511,80
9,61
Mapanget
5820,95
37,02
Singkil
467,75
2,98
Tuminting
431,00
2,74
4458,30
28,35
15726,00
100
Bunaken Total *Sumber : RTRW Kota Manado 2006 – 2016.
4.2.
Kondisi Biofisik
4.2.1. Topografis Kota Manado memiliki topografi tanah yang bervariasi untuk tiap kecamatan. Secara keseluruhan, Kota Manado memiliki keadaan tanah yang berombak sebesar 44% dan dataran landai sebesar 38% dari luas wilayah. Sisanya 18% dalam keadaan tanah bergelombang, berbukit dan bergunung. Ketinggian dari permukaan laut pada tiap-tiap kecamatan di Kota Manado bervariasi. Secara keseluruhan, sebesar 94,53% dari luas wilayah Kota Manado terletak pada ketinggian 0 – 240 m dpl. Terdapat dua gunung di Kota Manado, keduanya terletak di Kelurahan Bunaken. Gunung tertinggi adalah Manado Tua dengan ketinggian sekitar 655 meter dan Gunung Tumpa dengan ketinggian sekitar 610 meter.
30
Gunung Tumpa
Gunung Manado Tua
Gambar 5 Dua Buah Gunung Tertinggi di Kota Manado.
Tabel 5 Kondisi Topografi Kota Manado Kecamatan Mapanget Sario Malalayang Wanea Tikala Bunaken Tuminting Singkil Wenang Total Kota Manado
Dataran Landai 3720,95 175,25 496,41 200 250 300 391 417,75 363,95
Berombak 1600 0 530,64 585,25 1261,8 1900 40 50 0
Berombak Berbukit 200 0 684,7 0 0 669,3 0 0 0
Bergunung 300 0 0 0 0 1589 0 0 0
Total 5820,95 175,25 1711,75 785,25 1511,80 4458,30 431,00 467,75 363,95
6315,31
5967,69
1554
1889
15726,00
*Sumber : Manado dalam Angka 2006.
4.2.2. Morfologis Secara umum kondisi morfologis Kota Manado terbentuk karena kondisi karakteristik alam Kota Manado itu sendiri yang unik dan berbeda dari kebanyakan Kota di Indonesia pada umumnya. Kota Manado memiliki bentang alam dengan unsur trimatra yaitu pantai, daratan dan perbukitan, yang terbentang dengan jarak yang relatif sempit diantara ketiga matra tersebut. Selain itu, di wilayah Kota Manado terdapat lima buah sungai yang pada umumnya mengalir dari daerah perbukitan dan bermuara ke pantai di Teluk Manado.
31
Gambar 6 Lanskap Kota Manado.
4.2.3. Geologis Menurut derajat kekuatan geologi teknik, maka di Kota Manado terdapat empat jenis derajat kekuatan geologi teknik berdasarkan data yang diperoleh dari ”Atlas Sumber Daya Wilayah Pesisir : Minahasa – Manado – Bitung Tahun 2002, yaitu : Pertama, zona derajat kekuatan geologi teknik sangat rendah dibentuk oleh endapan alluvium (Qal) berupa lanau pasiran dan endapan pantai. Di Kota Manado zona ini terdapat di Pantai Tumumpa dan pantai bagian utara Manado yang berhubungan dengan pantai di Kecamatan Wori (Kabupaten Minahasa Utara). Kedua, zona derajat kekuatan geologi teknik rendah dibentuk dari endapan sungai (Qs) terdapat di daerah sepanjang sungai (DAS) Tondano dari Kairagi sampai ke muara. Ketiga, zona derajat kekuatan geologi teknik menengah dibentuk oleh batuan dasar tufa (Qtv), batu pasir (Tps), dan batu
32 gamping (Ql). Terdapat di kawasan Pantai Bahu sampai Singkil. Keempat, zona derajat kekuatan geologi teknik tinggi dibentuk oleh batuan gunung api muda (Qv), lava (Qtvl), batuan gunung api Tersier (Tmv). Terdapat di sepanjang pantai Bahu sampai ke Tanawangko termasuk di dalamnya Pantai Malalayang, serta dari pantai Molas sampai ke Wori.
4.2.4. Klimatologi Sebagai daerah yang terletak di garis katulistiwa, Kota Manado hanya mengenal dua musim yaitu musim hujan dan kemarau. Iklim adalah salah satu sumber daya yang pemanfaatannya sangat luas dalam berbagai bidang kegiatan. Untuk memanfaatkan data iklim di suatu wilayah, hal yang perlu diperhatikan adalah pola iklim wilayah tersebut. a. Curah Hujan Data curah hujan yang dianalisis adalah data 20 tahun terakhir yaitu periode 1985 sampai dengan 2004. Pola curah hujan Kota Manado dari data yang diperoleh dimana rataan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yakni 446,8 mm sedangkan terendah pada bulan Agustus yakni 84,2 mm. Hasil analisis curah hujan dengan menggunakan pendekatan tipe iklim Oldeman untuk Wilayah Manado termasuk tipe
Rataan Curah Hujan Bulanan (mm)
iklim B1 (8 bulan basah berturut-turut dan 1 bulan kering). 500 400 300 200 100 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Bulan
Gambar 7 Rataan Curah Hujan bulanan Periode 1985 – 2004 di Wilayah Kota Manado.
b. Suhu Udara Pola rataan suhu udara Wilayah Manado dipaparkan dalam bentuk rataan suhu udara bulanan sepanjang tahun yang mana menunjukkan variasi yang sangat kecil. Rataan suhu udara dari bulan ke bulan sepanjang tahun relatif konstan dengan kisaran bulanan sekitar 1oC.
24.0 23.5 23.0
(o C)
Rataan Suhu Udara Bulanan
33
22.5 22.0 21.5 21.0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Bulan
Gambar 8 Suhu Udara Kota Manado Periode 1985 – 2004. c. Kecepatan dan Arah Angin Peubah angin meliputi kecepatan dan arah. Pola kecepatan dan arah angin Kota Manado sesuai data yang diperoleh menunjukkan rataan kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan Agustus yakni sekitar 5,4 km/jam sedangkan terendah pada bulan April yakni 1,6 km/jam. Arah pergerakan angin terbanyak yakni dari Barat hingga Barat Laut terjadi pada bulan November, Desember dan Januari dengan kisaran 60-70%. Untuk bulan Pebruari, Maret dan April angin berhembus terbanyak dari Utara dengan kisaran sekitar 50-60%. Bulan Mei sebagian Utara sebagian lagi dari arah Selatan masingmasing sekitar 40%. Bulan Juni sampai September arah angin terbanyak dari Selatan. Bulan Oktober arah angin berubah-ubah. Secara umum kecepatan angin tinggi terjadi
Kecepatan Angin (Km/jam)
pada pukul 10.00 – 15.00 dan pada pukul 22.00 – 24.00. 6 5 4 3 2 1 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Bulan
Gambar...Rataan Kecepatan Angin Kota Manado
Gambar 9 Rataan Kecepatan Angin Kota Manado Periode 1985 – 2004.
4.2.5. Ruang Terbuka Hijau Di Kota Manado ruang terbuka yang berfungsi sebagai taman kota belum maksimal. Seperti lapangan Sparta Tikala yang ada di Kelurahan Tikala Ares merupakan ruang terbuka kota yang multifungsi (untuk kegiatan upacara, perlombaan, dan kampanye) bukan murni sebagai taman kota yang mana masyarakat dapat bersantai. Ruang terbuka lainnya di Kota Manado berupa lapangan olahraga
34 (sepakbola) atau ruang luar sebagai bagian dari sebuah gedung. Pada kawasankawasan yang padat permukimannya belum ada ruang terbuka yang terencana tetapi merupakan lahan-lahan kosong yang belum terbangun yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat berolahraga. Beberapa bentuk RTH juga terdapat pada lokasi-lokasi Taman Pemakaman yang tersebar secara merata diseluruh wilayah Kota Manado.
Gambar 10 Beberapa Bentuk RTH Kota Manado ; a). Taman Pemakaman b). Lapangan Olahraga, c). Daerah Bantaran Sungai dan d). Jalur Hijau Jalan.
Tabel 6 Luas (Ha) Nilai Initial RTH pada setiap Kecamatan di Kota Manado Jalur Jalur Hutan Taman Hijau Hijau Total Kecamatan Kota Kota Jalan Sungai Pertanian Hutan RTH Mapanget 0,3 2,4 0,03 0,13 5024,2 87,5 5112,17 Sario 0 1,4 0,02 0,2 0 0,3 0,52 Malalayang 3,7 1,28 0,03 0,06 1126,15 14,5 1144,43 Wanea 0 0,16 0,02 0,12 225,35 6,05 231,53 Tikala 0.5 0,34 0,02 0,15 770,2 20,75 791,62 Bunaken 219,5 0,25 0,02 0 3817,7 171,75 4208,98 Tuminting 0 0 0,02 0,2 136 0,8 137,02 Singkil 0 0,08 0,02 0,03 199 4,2 203,26 Wenang 0 0,47 0,03 0,2 3 5,6 8,83 Total Kota Manado 224 6,38 0,21 1,09 11301,6 311,45 11838,36 *Sumber : Manado Dalam Angka 2006.
35 4.3.5. Penggunaan Lahan Penggunaan
lahan
di
Kota
Manado
masih
didominasi
RTH
(pertanian/perkebunan, hutan, alang-alang) yaitu seluas 11800 Ha atau 75,04%, sedangkan area terbangun seperti perumahan/pemukiman, usaha dan jasa seluas 3324,65 Ha atau 21,14% (Tabel 7).
Tabel 7 Luas dan Persentase Penggunaan Lahan di Kota Manado Tahun 2005 Penggunaan Lahan
Luas (Ha)
Persentase (%)
Pertanian/Perkebunan
11267,35
71,65
433,65
2,76
99,00
0,63
412,30
2,62
4,95
0,03
2610,50
16,60
Ruang Terbuka
160,95
1,02
Usaha dan Jasa
714,15
4,54
Tanah Kosong
23,50
0,15
15726,00
100,00
Hutan dan Hutan Bakau Alang-alang Jalan dan Sungai Industri Perumahan
Jumlah *Sumber : Manado Dalam Angka 2006.
4.3.
Pemerintahan Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan peningkatan pelayanan kepada
masyarakat, Pemerintah Kota Manado melalui Peraturan Daerah Nomor 4 dan 5 Tahun 2000 telah melakukan perubahan status Desa menjadi Kelurahan sehingga jumlah kelurahan bertambah dari 68 menjadi 87 kelurahan (Tabel 8).
36 Tabel 8 Jumlah Kecamatan dan Kelurahan di Kota Manado Kecamatan
Jumlah Kelurahan
Bunaken
8
Tuminting
10
Singkil
9
Tikala
12
Wenang
12
Wanea
9
Sario
7
Mapanget
11
Malalayang
9
*Sumber :Manado Dalam Angka 2006
4.4.
Kependudukan Data pertambahan penduduk Kota Manado memperlihatkan bahwa pertumbuhan
penduduk dari tahun ke tahun menunjukkan pertumbuhan yang fluktuatif, yang mana angka pertumbuhan penduduk Kota Manado tahun 2001 sebesar 1,57%, namun pada tahun 2002 mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 3,03% pada tahun 2003 angka pertumbuhan ini menurun menjadi 1,49%.
Tabel 9 Jumlah Penduduk Kota Manado (2001- 2003) Tahun
Jumlah Penduduk
2000
369723
2001
383882
2002
395515
2003
405582
*Sumber :Manado Dalam Angka 2006
37
4.5.
Perekonomian Prospek pertumbuhan ekonomi di Kota Manado sebagai penggerak dan pemicu
terjadinya pertumbuhan dan perkembangan di bidang ekonomi, dapat diketahui pada sektor-sektor pendorong perkembangan ekonomi dan tingkat perkembangannya, faktor ketenagakerjaan, serta PDRB sebagai gambaran terhadap tingkat pertumbuhan dan besarnya pendapatan sebagai hasil dari aktivitas perekonomian yang terjadi. Struktur perekonomian Kota Manado tahun 2004 masih didominasi oleh 3 (tiga) sektor dengan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Kota Manado adalah sektor Jasa-jasa Rp 743.768.000 atau 27,17%, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu sebesar Rp 628.989.000 atau 22,98 % , sektor Pengangkutan dan Komunikasi Rp 548.615.000 atau 20,04 %. Kemudian diikuti oleh sektor Bangunan 12,51 %, sektor Industri Pengolahan 7,39 % sektor Bank, Lembaga Keuangan dan Jasa Perusahaan 5,58 % sektor Pertanian 3,57 % dan sektor Listrik, Gas dan Air Minum 0,65 %. Sedangkan sektor yang mempunyai kontribusi terkecil adalah sektor Penggalian 0,11 %.
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.
Kondisi Kegiatan Kota Manado Pembangunan di Kota Manado terus berlangsung hingga terjadi perubahan dan
perkembangan di setiap sektor. Pesat dan dinamisnya pembangunan di Kota Manado sangat berpengaruh kepada pemanfaatan lahan atau ruang kota. Sehubungan pula dengan pelaksanaan fungsi Kota Manado sebagai kota jasa, perdagangan, dan pariwisata, kemudian juga untuk menghadapi perkembangan global, maka dibutuhkan pengaturan tata ruang yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan kota. Kota Manado yang semula terdiri dari lima kecamatan, setelah pemekaran wilayahnya tahun 2001 terdiri dari sembilan kecamatan. Dengan terjadinya perubahanperubahan beserta perkembangan di berbagai sektor maka tata ruang yang ada mengalami ketertinggalan dari kondisi yang berlangsung bersamaan dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Konsep dasar model yang dibangun pada penelitian ini adalah suatu model dinamik yang terdiri atas tiga sub sistem utama yaitu (1) fisik, (2) sosial, dan (3) ekonomi.
5.2.
Model Ruang Terbuka Hijau (RTH) Berdasarkan Konsep dasar model yang dibangun adalah suatu model dinamik
yang terdiri dari 3 sub model yaitu : 1. RTH, merupakan gambaran sub model biofisik yang merepresentasikan RTH yang merupakan lahan yang ditumbuhi oleh tanaman atau tumbuhan, termasuk didalamnya hutan dan pertanian. Sub model ini terdiri dari komponen pertambahan RTH yang berkontribusi sebagai input meliputi : hutan kota, taman kota, jalur hijau sungai, jalur hijau jalan. Input RTH dipengaruhi oleh tata guna lahan dan tata ruang. Pengurangan RTH sebagai output terjadi akibat pengurangan luasan yang diakibatkan oleh aktivitas pembangunan yang pada model ini diasumsikan proporsional dengan RTH itu sendiri seperti ditunjukkan pada Gambar 11.
39
RTH
Hutan Kota
Jalur Hijau Sungai
Taman kota Curah Hujan
Pert RTH LU
TR
Banjir & Erosi
Jalur Hijau Jalan
RTH Longsor
Peng RTH Rasio RTH : LL Rasio RTH4 Pem Kep Pend LL Pem
Rasio RTH : LL Pem
Rumah Tangga
Kualitas Lingkungan LTTLM LTLM
Pencemaran
LL KOTA MANADO Pert LU
KLPU RT KLUP
Konserv asi & Rehab
PLLLM
LU
Peng LU
TR Skenario
Gambar 11 Struktur sub model RTH.
2. Penduduk, merupakan gambaran sub model sosial sebagai salah satu sektor yang menggambarkan perkembangan populasi penduduk. Sub model ini terdiri komponen yang menyebabkan pertambahan penduduk yaitu kelahiran dan imigrasi, sedangkan komponen lainnya yang menyebabkan pengurangan penduduk yaitu mortalitas dan emigrasi penduduk. Sub model ini mempengaruhi sub model Penggunaan Lahan melalui penggunaan lahan pemukiman dan mempengaruhi sub model ekonomi melalui laju pertumbuhan penduduk seperti ditunjukkan pada Gambar 12.
40
PENDUDUK
Laju Pert Penduduk Imigrasi Pert Penduduk
PENDUDUDK
Peng Penduduk
Angkatan Kerja
Emigrasi Mortalitas
Persen TK Terserap Pengangguran Pertambahan Penduduk
Gambar 12 Struktur Sub Model Penduduk.
3.
Pendapatan wilayah, terdiri
merupakan gambaran sub model ekonomi yang
atas variabel PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sebagai
komponen yang menyebabkan pertambahan melalui penerimaan sektoralnya berkaitan dengan laju pertambahan penduduk seperti ditunjukkan pada Gambar 12.
41
EKONOMI
Pertambangan Pertanian
Konstruksi
Industri Peng
List Gas Air
Sektor Pen PDRB
Angk & Kom Perd Hotel & Rest
PDRB
Jasa Keu Sewa Perus
Gambar 13 Struktur Sub Model Ekonomi.
Model lengkap yang dibangun dengan Steela 8.0. dikategorikan dalam 3 sub model utama yaitu : RTH, Penduduk, dan Pendapatan Wilayah. Implementasi skenario model dirancang pada tata ruang. Secara lengkap diagram model yang dibuat seperti disajikan pada Gambar 14.
42
RTH
Jalur Hijau Sungai
Hutan Kota
PENDUDUK
Taman kota
Laju Pert Penduduk
Curah Hujan
Pert RTH
Imigrasi Pert Penduduk
TR
Rasio RTH : LL
Jalur Hijau Jalan
Longsor Banjir & Erosi
LU
RTH
Over Penduduk Dist Penduduk
Peng RTH
Kep Pend LL Pem
Rasio RTH4 Pem
PENDUDUDK Peng Penduduk
Angkatan Kerja
KLPU RT Rumah Tangga
Koef Pert Perush
Mortalitas
Persen TK Terserap
Rasio RTH : LL Pem
Emigrasi
Pertambahan Penduduk
Pengangguran
Koef Pert Ind koef Pert Jasa EKONOMI KLUP
LL KOTA MANADO Pert LU
Pert LU Pem Kualitas Lingkungan
Pertambangan Pertanian
Konstruksi
LTTLM Maks Konversi Lahan
Industri Peng
LTLM
Pencemaran
LL Layak Konversi
Sektor Pen PDRB
LU
Konservasi & Rehab
Peng Pert PLLS Konversi
List Gas Air
PDRB
SKLP Peng LU Peng Hutan
TR
Skenario
Angk & Kom Perd Hotel & Rest
Gambar 14 Struktur Pembuatan Model RTH Kota Manado.
Jasa Keu Sewa Perus
43 5.3.
Simulasi Model Dinamis RTH Kota Manado Setelah model ini diproses berdasarkan skenario yang telah ditetapkan maka
terlihat adanya perubahan atau dinamika pada sub-sub model yang dimodelkan. Perubahan jumlah penduduk atau dinamika yang tidak dipengaruhi oleh nilai skenario cenderung menunjukkan pertumbuhan dari waktu ke waktu. Perubahan yang diakibatkan dari pertumbuhan penduduk menyebabkan peningkatan jumlah rumah tangga yang secara otomatif menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan untuk pemukiman. Kebutuhan lahan akan pemukiman menyebabkan perubahan lahan pada pemukiman disetiap wilayah kecamatan. Karena tidak semua lahan pada pemukiman di setiap kecamatan mampu memenuhi kebutuhan lahan sesuai dengan pertumbuhan penduduk sehingga terjadi konversi lahan dari pertanian menjadi lahan pemukiman. Besarnya perubahan konversi ini selain berbeda menurut lokasi atau kecamatan juga berbeda menurut skenario tata ruang yang dibuat pada model ini. Tekanan perubahan lahan pada pemukiman berpengaruh terhadap RTH yang berbeda menurut skenario yang disusun empat komponen RTH yaitu : hutan kota, taman kota, jalur hujau jalan, dan jalur hijau sungai. Keempat komponen ini berubah ketika skenario bebas dijalankan dengan kualifikasi tata ruang jelek atau buruk. Sebaliknya meningkat pada setiap pertambahan lahan pemukiman ketika skenario konservatif dijalankan. Perubahan PDRB terjadi karena nilai PDRB mengikuti pertambahan penduduk. Dengan menggunakan laju pertumbuhan PDRB dari tahun 2000 ke tahun 2004 maka kecenderungan pertambahan PDRB mengikuti pertumbuhan penduduk terjadi pada semua sektor. Perbedaan yang dihasilkan skenario yang dijalankan terjadi pada sektor penerimaan PDRB dari sektor pertanian karena pengaruh konversi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman. Untuk mengetahui pengaruh terhadap masing-masing sektor maka ketika skenario hendak di running dengan lama estimasi waktu selama 20 tahun interval setiap tahun hasilnya menunjukkan adanya perbedaan diantara ketiga skenario yang dijalankan terutama dari perubahan ruang terbuka hijau. Pada skenario bebas terlihat bahwa ruang terbuka hijau total Kota Manado mengalami penurunan secara terus menerus karena tidak ada tambahan RTH. Berbeda
44 dengan pada skenario agak konservatif dimana luas RTH pada awalnya mengalami penurunan tetapi dalam jangka lama terjadi peningkatan akibat kebijakan tata ruang yang menyisihkan sebagian tambahan lahan pemukiman untuk ruang terbuka hijau. Pada skenario konservatif terjadi penambahan RTH dari setiap penambahan lahan pemukiman. Pada gambar 15 terlihat bahwa lahan pertanian semakin menurun dari waktu ke waktu karena konversi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman yang lajunya tidak dibarengi dengan konversi hutan menjadi lahan pertanian. Selain itu pertumbuhan penduduk dan peningkatan PDRB relatif sama pada ketiga skenario karena kedua sub model tersebut merupakan fungsi dari perubahan jumlah penduduk yang dalam model ini tidak dipengaruhi oleh perubahan lahan yang signifikan.
(a)
45
(b)
(c) Gambar 15 Perubahan Jumlah Penduduk, RTH, PDRB, Lahan Pemukiman dan Lahan Pertanian berdasarkan hasil simulasi Skenario bebas (a) ; Skenario agak konservatif (b) ; Skenario konservatif (c) selama 20 tahun.
46
Seperti Gambar 15 diatas, terlihat bahwa RTH pada skenario bebas terus mengalami penurunan karena tata ruang berjalan bebas. Pertambahan luas pemukiman akibat pertumbuhan penduduk berdampak ke konversi lahan pertanian menyebabkan perbedaan luas RTH berdasarkan skenario sebagai fungsi dari tambahan lahan pemukiman. Pada skenario bebas tidak ada penambahan sebaliknya
pada skenario
konservatif yang mana tata ruang berjalan dengan optimal akibat dukungan yang cukup menyebabkan peningkatan luas RTH terutama pada empat komponen utama yaitu ; hutan kota, taman kota, jalur hijau sungai dan jalur hijau jalan dari setiap tambahan lahan pemukiman. Gambaran umum hasil simulasi setiap skenario dapat dijelaskan lebih detail dengan melihat perubahan yang terjadi pada setiap komponen termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penurunannya. Oleh karena itu akan dibahas pada setiap komponen yang meliputi : (a) Penduduk, (b) Penggunaan Lahan (c) RTH, dan (d) PDRB.
5.4.
Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Model Dinamis RTH Kota Manado
a.
Penduduk Penduduk
kependudukan
merupakan
kompartemen
yang diakibatkan
oleh
yang
perubahan
menggambarkan pertambahan
dinamika
penduduk dan
pengurangan penduduk. Pertumbuhan penduduk merupakan input yang dipengaruhi oleh laju pertumbuhan dan imigrasi sedangkan pengurangan penduduk merupakan faktorfaktor yang mempengaruhi pengurangan penduduk seperti mortalitas, emigrasi dan faktor lain yang dibuat atau secara proporsional dengan jumlah penduduk. Penduduk mempengaruhi jumlah angkatan kerja, jumlah rumah tangga, dan perubahan produk domestik regional bruto (PDRB). Nilai awal yang digunakan dalam model ini merupakan nilai jumlah penduduk Kota Manado per kecamatan pada tahun 2005. Seperti komposisinya yang disajikan dalam Tabel 10. Nilai inisial ini dibuat dalam bentuk tersusun pada model dinamik (array) menurut wilayah kecamatan dan total Kota Manado. Faktor laju pertumbuhan penduduk dihitung berdasarkan perubahan jumlah penduduk total Kota Manado dari tahun 1996 sampai tahun 2005 seperti pada distribusi dalam Tabel 11. Hasil regresi antar jumlah penduduk (y) dengan tahun/waktu (x)
47 mengikuti persamaan y = -22360 + 11365x (R2 = 0.996). Oleh karena itu digunakan koefisien laju pertumbuhan penduduk sebesar 11365. Angka kematian atau mortalitas diasumsikan secara acak dari satu sampai dua persen sedangkan angka imigrasi dan emigrasi dibuat berimbang dalam model ini dengan perubahan acak dari satu sampai lima persen. Pengaruh jumlah penduduk ke perubahan jumlah rumah tangga dihitung berdasarkan hasil regresi antara jumlah rumah tangga dengan jumlah penduduk pada sembilan kecamatan. Sehingga diperoleh nilai perubahan jumlah rumah tangga setiap penambahan jumlah penduduk sebesar 0,2318 dengan nilai intercept sebesar 643,23. Dampak perubahan penduduk terhadap angkatan kerja dihitung berdasarkan regresi angkatan kerja dengan jumlah penduduk dengan koefisien sebesar 1,2152 x jumlah penduduk/kecamatan – 273877. Sesuai perubahan pertumbuhan dan pengurangan penduduk, selisihnya setiap tahun merupakan pertambahan jumlah penduduk. Hasil simulasi model menujukkan bahwa perbedaan tidak signifikan antar ketiga skenario. Hal tersebut disebabkan karena dalam model ini tidak difungsikan kembali dampak dari setiap skenario terhadap perubahan jumlah penduduk. Meskipun demikian diketahui bahwa dampak itu mungkin saja terjadi melalui perubahan angka mortalitas mengikuti perubahan kualitas lingkungan dan perbedaan rasio imigrasi dan emigrasi berdasarkan perubahan ekonomi. Oleh karena itu hasil simulasi model memperlihatkan variasi trend pertumbuhan penduduk antar wilayah kecamatan dibanding antar skenario dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan distribusi spasial dan pemerataan penduduk Kota Manado.
48
Tabel 10
Nilai inisial jumlah penduduk tahun 2003 per wilayah kecamatan yang digunakan dalam model Kecamatan
Jumlah Penduduk
Malalayang
53613
Sario
27210
Wanea
58945
Wenang
37955
Tikala
70884
Mapanget
45407
Singkil
47112
Tuminting
45975
Bunaken
18481
Total Kota Manado
405582
Tabel 11 Perubahan Total Penduduk Kota Manado Tahun 1996-2005 Tahun
Jumlah
1996
323386
1997
334412
1998
34837
1999
359591
2000
369723
2001
383882
2002
395515
2003
405582
2004
416771
2005
422355
*Sumber BPS Kota Manado, 2003
49
(a)
(b)
Gambar 16 Prediksi jumlah penduduk pada kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala (a) dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, Wenang (b) berdasarkan hasil simulasi model skenario bebas.
50
(a)
(b)
Gambar 17
Prediksi jumlah populasi penduduk pada kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala (a) dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, Wenang (b) berdasarkan hasil simulasi model skenario agak konservatif.
51
(a)
(b)
Gambar 18
Prediksi jumlah populasi penduduk pada kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala (a) dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, Wenang (b) berdasarkan hasil simulasi model skenario konservatif.
52
Berdasarkan pada gambar 16,17,18, diatas terlihat bahwa profil kurva perubahan penduduk relatif mirip antar kecamatan pada skenario yang sama. Fluktuasi naik turunnya jumlah penduduk menurut waktu disebabkan oleh pengaruh keacakan angka mortalitas, emigrasi, dan imigrasi serta faktor lain yang menyebabkan pengurangan jumlah penduduk. Perbedaan jumlah penduduk antar kecamatan disebabkan karena perbedaan nilai inisial atau nilai awal jumlah penduduk pada masing-masing kecamatan. Sementara berdasarkan perbedaan antar skenario lebih disebabkan karena pengaruh semua faktor keacakan yang mempengaruhi koefisien dan variabel-variabel yang berhubungan dengan pertambahan dan pengurangan jumlah penduduk. Estimasi hasil simulasi model terhadap perubahan jumlah penduduk hingga 20 tahun yang akan datang menunjukkan bahwa pertambahan penduduk dalam sembilan kecamatan bervariasi antara 5235 sampai 20079 jiwa dengan rata-rata 12766 jiwa setara dengan 28,33% dari penduduk mula-mula. Berdasarkan jumlah pertumbuhan penduduk tersebut jika dinyatakan secara linier maka pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya adalah berkisar 261-1004 jiwa dengan rata-rata 639 jiwa per kecamatan per tahun. Prediksi ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk total kota Manado setelah 20 tahun akan datang mencapai sekitar 520471 jiwa atau meningkat sebanyak 28,33% dari total penduduk awal Kota Manado. Berdasarkan hasil simulasi model ini maka prediksi terhadap jumlah angkatan kerja, jumlah pertambahan penduduk, jumlah rumah tangga, presentase tenaga kerja terserap, serta jumlah penggangguran seperti yang disajikan dalam Gambar 19, 20, 21.
53
Gambar 19 Perubahan Jumlah angkatan kerja, Pertambahan Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, Persentase Tenaga Kerja Terserap, dan Jumlah Pengangguran pada skenario bebas.
Gambar 20 Perubahan Jumlah angkatan kerja, Pertambahan Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, Persentase Tenaga Kerja Terserap, dan Jumlah Pengangguran pada skenario agak konservatif.
54
Gambar 21 Perubahan Jumlah angkatan kerja, Pertambahan Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, Persentase Tenaga Kerja Terserap, dan Jumlah Pengangguran pada skenario konservatif. Perbedaan profil kurva diatas bukan berarti disebabkan oleh hasil skenario tetapi disebabkan oleh perbedaan angka keacakan ketika masing-masing skenario dijalankan. Dengan demikian untuk melihat hubungan antara perubahan jumlah penduduk dengan kelima variabel tersebut, harus ditunjukkan pada ketiga skenario agar bersesuaian dengan jumlah penduduk pada setiap menjalankan satu skenario. Angkatan kerja, jumlah rumah tangga dan presentase tenaga kerja terserap menujukkan trend meningkat yang sebenarnya mengikuti jumlah penduduk. Pertambahan penduduk berfluktuasi secara acak disebabkan oleh selisih antara pertumbuhan penduduk dengan pengurangan yang berubah secara acak. Kecenderungan penurunan jumlah pengangguran disebabkan karena peningkatan jumlah
tenaga kerja terserap yang melebihi laju
pertumbuhan angkatan kerja. Proyeksi kepadatan penduduk berdasarkan lahan dihitung relatif terhadap luas lahan layak mukim sesuai topografi (asumsi bahwa hanya lahan yang layak mukim yang akan dikonversi menjadi lahan pemukiman) diperoleh dari simulasi model ini setelah 20 tahun yang akan datang maka kepadatan penduduk bervariasi antar kecamatan. Variabilitas ini ditentukan oleh keragaman jumlah penduduk dan luas lahan layak mukim
55 di masing-masing wilayah kecamatan. Karena luas lahan layak mukim yang dihitung berdasarkan topografi adalah tetap maka perubahan kepadatan penduduk sangat ditentukan oleh perubahan jumlah penduduk sehingga profil kurva yang ditampilkan cenderung mirip dengan kurva perubahan jumlah penduduk (Gambar 22 sampai 24).
(a)
(b) Gambar 22
Kepadatan Penduduk Luas Lahan Pemukiman di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala (a) dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, Wenang (b) pada skenario bebas.
56
(a)
(b) Gambar 23
Kepadatan Penduduk Luas Lahan Pemukiman di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala (a) dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, Wenang (b) pada skenario agak konservatif.
57
(a)
(b) Gambar 24
Kepadatan Penduduk Luas Lahan Pemukiman di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala (a) dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, Wenang (b) pada skenario konservatif.
58 Kepadatan penduduk yang dihitung dari jumlah penduduk terhadap luas lahan layak mukim menurut estimasi model pada sembilan kecamatan mengalami peningkatan yang berkisar antara 2,38 sampai 43,99 jiwa per hektar dengan rata-rata 9,35 jiwa per hektar selama 20 tahun. Nilai peningkatan kepadatan penduduk ini setara dengan 0,119 sampai 2,1995 jiwa per hektar per tahun atau rata-rata total kota Manado 0,4675 jiwa per hektar per tahun. Berdasarkan Tabel 12 terhitung kepadatan penduduk yang melebihi rata-rata kepadatan dari sembilan kecamatan diantaranya adalah kecamatan Sario, Wanea, Tuminting, Singkil, dan Wenang. Kepadatan tertinggi di kecamatan Sario disebabkan karena luas lahan di kecamatan tersebut cukup sempit sementara penduduknya cukup banyak sehingga menurut estimasi model kepadatan penduduk di kecamatan ini dapat mencapai hampir 200 (199,25) jiwa per hektar. Sebaliknya kepadatan penduduk di kecamatan Bunaken sangat rendah dan menurut estimasi model setelah 20 tahun kepadatan penduduk di wilayah kecamatan ini hanya mencapai 10,78 jiwa per hektar. Pembandingan kepadatan penduduk antar dua kondisi ekstrim antara kecamatan Sario dengan kecamatan Bunaken menunjukkan kesenjangan yang sangat tinggi karena dapat dikatakan bahwa rasio kepadatan penduduk antar kedua kecamatan tersebut mencapai 20 (18,48) kali lipat. Kesimpulan umum yang diperoleh dari hasil simulasi model ini adalah terjadi perbedaan atau distribusi kepadatan penduduk yang tidak merata kecamatan di Kota Manado berdasarkan alokasi luas lahan layak mukim.
antar wilayah
59 Tabel 12 Kepadatan penduduk berdasarkan luas lahan layak mukim pada setiap wilayah kecamatan dan hasil estimasi model Kepadatan penduduk (jiwa/ha LLM) Kecamatan Mapanget
Setelah 20 Thn
Pertambahan
90,67
97,88
7,21
Sario
202,23
252,29
50,06
Malalayang
119,19
136,93
17,74
Wanea
124,87
125,16
0,29
Tikala
108,69
102,71
-5,98
91,44
89,47
-1,97
167,36
172,71
5,35
Singkil
187,7
198,43
10,73
Wenang
164,88
199,02
34,14
Total Kota Manado
128,05
136,97
8,92
Bunaken Tuminting
b.
Awal
Penggunaan Lahan Luas penggunaan lahan atau yang menunjuk pada fungsi lahan meliputi enam
komponen : pemukiman, pertanian, hutan, perusahaan, industri, dan jasa. Dalam model ini simulasi lebih ditekankan pada perubahan komponen lahan untuk pemukiman dan pertanian. Pertambahan lahan untuk pemukiman yang diakibatkan oleh pertambahan penduduk lebih didominasi oleh konversi lahan pertanian yang diprioritaskan pada lahan yang layak mukim sesuai dengan topografinya yaitu; landai dengan kemiringan 0-8%, dan berombak dengan kemiringan
8-15%. Besarnya pertambahan lahan untuk
pemukiman hampir seimbang dengan pengurangan lahan untuk pertanian. Simulasi model ini membedakan pertambahan luas lahan pemukiman
pada masing-masing
wilayah kecamatan berdasarkan skenario yang disusun dan berdampak lanjut pada persentase alokasi lahan untuk RTH. Hasil simulasi model menunjukkan selama 20 tahun pada ketiga skenario menyebabkan peningkatan luas lahan untuk pemukiman dalam jumlah yang sedikit bervariasi. Peningkatan lahan pemukiman ini mengikuti perubahan jumlah penduduk. Variasi kebutuhan lahan per unit pemukiman terlihat antar kecamatan di Kota Manado ( Tabel 13) Besarnya jumlah unit rumah tangga dan kebutuhan lahan per unit serta laju pertumbuhan penduduk yang berbeda antar kecamatan menyebabkan
60 perbedaan peningkatan luas lahan pemukiman antar wilayah kecamatan (Gambar 24,25,26).
Tabel 13 Initial Kebutuhan Lahan per Unit Pemukiman di setiap Kecamatan
Kecamatan Mapanget Sario Malalayang Wanea Tikala Bunaken Tuminting Singkil Wenang Total Kota Manado
Luas Pemukiman (Ha) 500,8 134,55 449,8 472,05 652,15 202,1 274,7 251 230,2 3167,35
(a)
Jumlah Rumah Tangga (unit) 11169 6951 13071 14307 17074 4927 11300 11564 9441 94657
Luas Lahan per Unit RT (Ha/RT) 0,0400 0,0200 0,0300 0,0300 0,0400 0,0400 0,0200 0,0200 0,0300 0,0300
61
(b) Gambar 25
Luas Penggunaan Lahan Pemukiman di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala (a), dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, dan Wenang (b). Hasil simulasi selama 20 tahun pada skenario bebas.
62 (a)
(b) Gambar 26
Luas Penggunaan Lahan Pemukiman di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala (a), dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, dan Wenang (b). Hasil simulasi selama 20 tahun pada skenario agak konservatif.
63 (a)
(b) Gambar 27 Luas Penggunaan Lahan Pemukiman di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala (a), dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, dan Wenang (b). Hasil simulasi selama 20 tahun pada skenario konservatif. Pola peningkatan luas pemukiman mengikuti jumlah penduduk yang cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun akibatnya
adalah terjadi peningkatan
kebutuhan lahan untuk pemukiman yang besarnya tergantung pada pertambahan penduduk dan kebutuhan lahan per unit pada masing-masing wilayah kecamatan. Hasil simulasi pada tiga skenario yang dijalankan menunjukkan pola perubahan kebutuhan lahan untuk pemukiman, kebutuhan lahan per unit rumah tangga dan jumlah penduduk seperti ditunjukkan pada gambar 28,29,30 .
64
Gambar 28 Kebutuhan penggunaan lahan untuk pemukiman, kebutuhan penggunaan lahan per unit rumahtangga, dan pertambahan penduduk total kota manado berdasarkan hasil simulasi skenario bebas.
Gambar 29 Kebutuhan penggunaan lahan untuk pemukiman, kebutuhan penggunaan lahan per unit rumah tangga, dan pertambahan penduduk total kota manado berdasarkan hasil simulasi skenario agak konservatif.
65
Gambar 30 Kebutuhan lahan untuk pemukiman, kebutuhan penggunaan lahan per unit rumah tangga, dan pertambahan penduduk total kota manado berdasarkan hasil simulasi skenario konservatif. Asumsi berdasarkan hasil simulasi pada tiga gambar diatas terlihat bahwa dengan nilai kebutuhan lahan per unit rumah tangga yang tetap pada ke tiga skenario ternyata memiliki kebutuhan lahan untuk pemukiman yang berbeda. Kecenderungan kebutuhan lahan untuk pemukiman yang lebih tinggi di skenario konservatif disebabkan karena persiapan peruntukkan untuk RTH. Disamping itu alokasi persebaran tambahan luas pemukiman pada skenario tiga dibuat secara merata berdasarkan proporsi luas lahan layak mukim (PLLLM dalam diagram model) sesuai topografi dari total luas lahan pemukiman di masing-masing wilayah kecamatan. Perbedaan penting yang disebabkan dari alokasi tambahan pemukiman ini adalah persebaran penduduk yang lebih membuka peluang lebih merata antar wilayah kecamatan yang dapat direalisasikan melalui program translokasi penduduk.
66 Konsekuensi dari pertambahan luas pemukiman adalah penurunan luas lahan pertanian akibat konversi pada pemukiman. Besarnya penurunan luas lahan pertanian berbanding lurus dengan laju pertambahan luas pemukiman. Pada kecamatan-kecamatan yang luas pertaniannya sampai pada ambang batas untuk mengakomodasi kebutuhan lahan pemukiman menyebabkan penurunan luas hutan termasuk kategori lahan yang tidak layak mukim ketika skenario bebas dijalankan. Hal ini berarti bahwa ketika skala pelaksanaan tata ruang sangat rendah (skenario bebas) pertambahan luas pemukiman terus mengikuti pertumbuhan penduduk dengan mengkonversi lahan yang tidak layak mukim pada saat lahan yang layak mukim sudah habis. Berbeda dengan pada skenario agak konservatif dan konservatif terhadap lahan yang tidak layak mukim tetap dilakukan sehingga tidak terjadi konversi lahan yang tidak layak mukim dijadikan pemukiman. Hasil simulasi model padat tiga skenario memperlihatkan pola penurunan luas lahan pertanian pada masing-masing wilayah kecamatan seperti disajikan dalam Gambar 31, 32, 33.
(a)
67
(b) Gambar 31 Luas Penggunaan Lahan Pertanian di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala (a), dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, dan Wenang (b). Hasil simulasi selama 20 tahun pada skenario bebas.
68
(a)
(b) Gambar 32
Luas Penggunaan Lahan Pertanian di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala (a), dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, dan Wenang (b). Hasil simulasi selama 20 tahun pada skenario agak konservatif.
69
(a)
(b) Gambar 33 Luas Penggunaan Lahan Pertanian di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala (a), dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, dan Wenang (b). Hasil simulasi selama 20 tahun pada skenario konservatif.
70
Berdasarkan ketiga gambar diatas nampak bahwa pada wilayah kecamatan sario yang tidak memiliki lahan pertanian kurva menunjukkan datar dari awal hingga tahun terakhir hasil simulasi. Sementara di kecamatan wenang yang luas lahan pertaniannya sedemikian kecilnya pada skenario bebas terus mengalami penurunan yang drastis sampai habis dikonversi menjadi lahan pemukiman. Berbeda dengan di skenario konservatif alokasi pertambahan pemukiman diatur sesuai presentase luas lahan layak mukim yang tersisa sehingga penurunan lahan pertanian di kecamatan wenang tetap rendah karena hanya sebagian kecil dari sedikit sisa lahan pertanian yang tersisa. Pada dasarnya output utama yang diperoleh dari perbedaan skenario ini adalah pemerataan konversi lahan pertanian menjadi pemukiman antar wilayah kecamatan yang diatur pada skenario konservatif tetapi tidak diatur pada skenario bebas dan agak konservatif.
c.
RTH Luas RTH meliputi empat komponen : hutan kota, taman kota, jalur hijau jalan
dan jalur hijau sungai, termasuk pertanian dan hutan. Nilai awal masing-masing komponen tersebut yang digunakan dalam model ini diperinci per kecamatan menggunakan data seperti dalam Tabel 14. Hasil skenario bebas selama 20 tahun diperoleh perubahan luas RTH pada sembilan kecamatan untuk tiga skenario. Secara keseluruhan perubahan RTH total Kota Manado berdasarkan tiga skenario yang dijalankan didapatkan seperti ditunjukkan dengan diagram dalam Gambar 34. Berdasarkan Gambar 34 terlihat bahwa pada skenario bebas terjadi penurunan luas total RTH Total Kota Manado. Sedangkan pada skenario agak konservatif dan skenario konservatif terlihat kecenderungan peningkatan RTH. Perubahan total RTH yang signifikan antar skenario agak konservatif dan konservatif dengan skenario bebas disebabkan karena pada skenario agak konservatif dan konservatif terdapat penambahan empat komponen RTH yaitu hutan kota, taman kota, jalur hijau jalan dan jalur hijau sungai, dan tidak mengkonversi lahan hutan dan pertanian yang topografinya tidak layak mukim. Berbeda pada skenario bebas yang mengkonversi lahan hutan maupun pertanian yang tidak layak mukim dan tidak ada penambahan empat komponen RTH pada setiap
71 lahan pemukiman. Akibatnya adalah terjadi penurunan luas RTH mengikuti laju pertumbuhan penduduk yang lebih cepat pada skenario bebas dibanding skenario agak konservatif dan konservatif. Luas RTH taman kota dari hasil simulasi tiga skenario disajikan dalam gambar 35, 36, dan 37. Tabel 14 Luas (Ha) Nilai Initial Ruang Terbuka Hijau pada setiap Kecamatan di Kota Manado Jalur Jalur Hutan Taman Hijau Hijau Total Kecamatan Kota Kota Jalan Sungai Pertanian Hutan RTH Mapanget 0,3 2,4 0,03 0,13 5024,2 87,5 5112,17 Sario 0 1,4 0,02 0,2 0 0,3 0,52 Malalayang 3,7 1,28 0,03 0,06 1126,15 14,5 1144,43 Wanea 0 0,16 0,02 0,12 225,35 6,05 231,53 Tikala 0,5 0,34 0,02 0,15 770,2 20,75 791,62 Bunaken 219,5 0,25 0,02 0 3817,7 171,75 4208,98 Tuminting 0 0 0,02 0,2 136 0,8 137,02 Singkil 0 0,08 0,02 0,03 199 4,2 203,26 Wenang 0 0,47 0,03 0,2 3 5,6 8,83 Total Kota Manado 224 6,38 0,21 1,09 11301,6 311,45 11838,36 *Sumber : Manado Dalam Angka 2006.
72
Luas Total RTH (Hektar)
11950 11900 11850 11800 11750 11700 11650 11600 1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
Tahun Ke... Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
Gambar 34 Perubahan luas RTH Total Kota Manado berdasarkan hasil simulasi pada tiga skenario.
(a)
21
73
(b) Gambar 35 Luas RTH Taman Kota di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala (a), dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, dan Wenang (b). Hasil simulasi selama 20 tahun pada skenario bebas.
(a)
74
(b) Gambar 36 Luas RTH Taman Kota di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala (a), dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, dan Wenang (b). Hasil simulasi selama 20 tahun pada skenario agak konservatif.
(a)
75
(b) Gambar 37 Luas RTH Taman Kota di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala (a), dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, dan Wenang (b) Hasil simulasi selama 20 tahun pada skenario konservatif. Pola perubahan komponen RTH lainnya yaitu ; jalur hijau sungai dan jalur hijau jalan cenderung mengikuti pola perubahan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 37 . Hal ini disebabkan karena komponen tersebut mengikuti perubahan luas wilayah pemukiman yang bertambah menurut jumlah penduduk. Mekanisme pertambahan luas RTH dapat dijelaskan melalui dinamika pertumbuhan penduduk yang diikuti oleh pertambahan luas lahan pemukiman dan skala pelaksanaan tata ruang. Ketika tata ruang tidak dapat dijalankan atau kurang dapat diterapkan maka yang dijalankan pada skenario satu dalam model ini yakni tambahan luas lahan pemukiman yang tidak diikuti pertambahan luas RTH bahkan menyebabkan penurunan karena pembangunan pemukiman tidak mengindahkan tata ruang. Dalam kondisi tersebut konversi lahan pertanian dan jalur terbuka hijau lainnya yang ada selama ini dapat terjadi di semua kecamatan akibatnya kecenderungan penurunan luas RTH mengikuti peningkatan jumlah penduduk.
76 Berdasarkan hasil simulasi model ini maka rasio empat komponen RTH terhadap total luas lahan, total luas pemukiman setelah 20 tahun diperoleh hasil seperti dalam lampiran 5. Secara spesifik bahkan rasio empat komponen RTH lebih memungkinkan untuk di kelola yaitu taman kota, hutan kota, jalur hijau jalan, dan jalur hijau sungai, dengan luas pemukiman pada masing-masing kecamatan dapat diestimasi. Hasil simulasi model pada skenario bebas menunjukkan bahwa terjadi penurunan dari awal hingga 20 tahun terakhir rasio empat komponen RTH dengan lahan pemukiman. Hasil simulasi rasio 4 komponen RTH terhadap luas lahan pemukiman pada skenario agak konservatif dan konservatif seperti ditunjukkan dalam gambar 38, 39 & 40.
(a)
77
(b) Gambar 38 Perubahan Rasio 4 komponen RTH terhadap luas lahan pemukiman pada masing-masing kecamatan berdasarkan hasil simulasi hasil skenario bebas. Perbedaan hasil simulasi pada skenario agak konservatif terlihat pada perubahan rasio empat komponen RTH terhadap luas pemukiman yang telah menunjukkan tendensi meningkat yang mana
pada skenario bebas terus mengalami penurunan. Skala
peningkatan rasio RTH terhadap total
luas lahan dan rasio empat komponen RTH
mengalami peningkatan lebih tajam pada skenario konservatif penyebabnya adalah lebih meningkatnya proporsi RTH terhadap pemukiman. Secara umum pada tiga skenario terjadi penurunan rasio RTH terhadap total luas pemukiman karena laju pertambahan luas pemukiman lebih besar dari laju pertambahan RTH. Kondisi ini jelas menyebabkan semakin menurunnya rasio RTH terhadap total luas pemukiman.
78
(a)
(b)
Gambar 39
Perubahan Rasio 4 komponen RTH terhadap luas lahan pemukiman pada masing-masing kecamatan berdasarkan hasil simulasi hasil skenario agak konservatif.
79
(a)
(b) Gambar 40
Perubahan Rasio 4 komponen RTH terhadap luas lahan pemukiman pada masing-masing kecamatan berdasarkan hasil simulasi hasil skenario konservatif.
80 Jika pada tiga gambar diatas menunjukkan atau mempresentasikan rasio empat komponen RTH terhadap luas lahan pemukiman maka variasi yang terjadi antar kecamatan sangat ditentukan oleh ; pertumbuhan jumlah penduduk, luas lahan pemukiman, dan total luas lahan pada masing-masing wilayah kecamatan. Berdasarkan hasil simulasi pada ketiga skenario maka setelah 20 tahun diperoleh nilai rasio antar empat RTH terhadap luas lahan pemukiman, rasio RTH terhadap total luas lahan dan rasio RTH terhadap luas lahan pemukiman diperkirakan seluas seperti disajikan pada tabel 15,16.
Tabel 15 Perubahan Rasio RTH : Total Luas Lahan setelah 20 tahun berdasarkan hasil estimasi pada tiga skenario Awal Kecamatan Mapanget Sario Malalayang Wanea Tikala Bunaken Tuminting Singkil Wenang Total Kota Manado
0,88 0,00 0,67 0,29 0,52 0,94 0,32 0,43 0,02 0,75
S1 0,87 0,00 0,66 0,29 0,52 0,94 0,32 0,43 0,02 0,75
Akhir S2 0,88 0,00 0,68 0,34 0,56 0,94 0,36 0,47 0,02 0,76
S3 0,88 0,00 0,72 0,33 0,56 0,94 0,34 0,47 0,02 0,76
Tabel 16 Perubahan RTH : Luas Lahan Pemukiman setelah 20 tahun berdasarkan hasil estimasi pada tiga skenario Awal Kecamatan Mapanget Sario Malalayang Wanea Tikala Bunaken Tuminting Singkil Wenang Total Kota Manado
10,21 0 2,54 0,49 1,21 20,83 0,5 0,81 0,04 3,74
S1 8,76 0 2,32 0,39 0,91 16,2 0,41 0,68 0,04 318
Akhir S2 7,74 0 2,08 0,4 0,86 14,25 0,41 0,65 0,04 2,85
S3 7,74 0 1,36 0,37 0,67 14,28 0,39 0,53 0,04 2,84
81 Luasnya wilayah hutan kota di Kecamatan Bunaken jauh melampaui luas lahan pemukiman dan total luas lahan menyebabkan tingginya rasio di kecamatan Bunaken. Implikasinya adalah jika pembangunan pemukiman di Kecamatan Bunaken dalam jangka cukup lama tidak menyebabkan gangguan yang disebabkan oleh rasio RTH yang rendah. Sebaliknya di beberapa kecamatan lain jika dibiarkan pembangunan pemukiman yang tidak mengindahkan kebijakan tata ruang yang menyediakan RTH maka hasilnya memperlihatkan bahwa rasio RTH yang tidak proporsional. Dari simulasi ini tergambar bahwa yang melaksanakan tata ruang dalam skala agak konservatif atau konservatif diperoleh hasilnya dalam 20 tahun yang akan datang hampir di semua kecamatan telah mencapai rasio empat komponen RTH dengan luas pemukiman yang berkisar antar 0 sampai 85%. Mengingat nilai ini hanya merupakan empat komponen RTH (tidak termasuk pertanian dan hutan) maka kebijakan pelaksanaan tata ruang pada skenario agak konservatif dan konservatif sangat memungkinkan untuk mencapai rasio RTH yang ideal jika memasukkan luas hutan dan pertanian sebagai RTH. Hal ini dapat terlihat pada tabel diatas bahwa rasio RTH berbanding total luas lahan dan rasio RTH : luas pemukiman melampaui 20% kecuali di kecamatan sario dan wenang yang nilainya lebih kecil dari 10% baik pada skenario agak konservatif maupun skenario konservatif. Distribusi spasial rasio empat komponen RTH terhadap luas lahan pemukiman berdasarkan wilayah kecamatan menunjukkan variasi yang cukup besar antar kecamatan. Kecamatan Bunaken yang memiliki luas taman kota yang cukup besar bahkan pada awalnya melampaui luas total lahan pemukiman rasio = 1,09 (seperti pada Tabel 17) sedangkan di kecamatan lainnya hampir merata dengan proporsi yang sangat rendah. Luas empat komponen RTH yaitu hutan kota, taman kota, jalur hijau jalan (JHJ) dan jalur hijau sungai (JHS) pada awalnya sedemikian rendah nilainya seperti disajikan pada tabel 18,19,20,21. Hasil tersebut mengindikasikan sedemikian rendahnya komponen RTH dari taman kota dan hutan kota yang berada di seluruh wilayah kecamatan Kota Manado selain kecamatan Bunaken (Tabel 17).
82 Tabel 17 Perubahan 4 komponen RTH : Luas Lahan Pemukiman setelah 20 tahun berdasarkan hasil estimasi pada tiga skenario Awal Kecamatan Mapanget Sario Malalayang Wanea Tikala Bunaken Tuminting Singkil Wenang Total Kota Manado
0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 1,09 0,00 0,00 0,00 0,07
S1 0,00 0,01 0,01 0,00 0,00 0,85 0,00 0,00 0,00 0,06
Akhir S2 0,05 0,01 0,05 0,05 0,06 0,80 0,02 0,05 0,00 0,10
S3 0,05 0,01 0,12 0,04 0,06 0,80 0,01 0,04 0,00 0,10
Tabel 18 Perubahan RTH Hutan Kota pada setiap wilayah kecamatan berdasarkan hasil estimasi pada tiga skenario Awal Kecamatan Mapanget Sario Malalayang Wanea Tikala Bunaken Tuminting Singkil Wenang Total Kota Manado
S1 0,3 0,3 0 0 3,7 3,67 0 0 0,5 0,5 219,5 217,77 0 0 0 0 0 0 224 222,24
Akhir S2 S3 1,88 1,88 0 0 4,85 8,84 1,81 1,3 3,37 3,93 218,58 218,57 0,98 0,61 0,84 0,89 0,02 0,02 232,33 236,04
Tabel 19 Perubahan RTH Taman Kota pada setiap wilayah kecamatan berdasarkan hasil estimasi pada tiga skenario Awal Kecamatan Mapanget Sario Malalayang Wanea Tikala Bunaken Tuminting Singkil Wenang Total Kota Manado
2,4 1,4 1,28 0,16 0,34 0,25 0 0,08 0,47
S1 2,38 1,39 1,27 0,16 0,34 0,25 0 0,08 0,47
Akhir S2 26,1 1,39 19 27,31 43,47 12,38 0,98 12,66 0,7
S3 26,11 1,39 78,83 19,71 51,92 12,31 0,61 13,41 0,7
6,38
6,34
143,99
204,99
83
Tabel 20 Perubahan RTH Jalur Hijau Jalan pada setiap wilayah kecamatan berdasarkan hasil estimasi pada tiga skenario Awal Kecamatan Mapanget Sario Malalayang Wanea Tikala Bunaken Tuminting Singkil Wenang Total Kota Manado
0,03 0,02 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03
S1 0,03 0,02 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03
Akhir S2 4,78 0,02 3,57 5,45 8,64 2,45 2,95 2,54 0,08
S3 4,78 0,02 15,54 3,93 10,33 2,44 1,84 2,69 0,08
0,21
0,21
30,48
41,65
Tabel 21 Perubahan RTH Jalur Hijau Sungai pada setiap wilayah kecamatan berdasarkan hasil estimasi pada tiga skenario Awal Kecamatan Mapanget Sario Malalayang Wanea Tikala Bunaken Tuminting Singkil Wenang Total Kota Manado
0,13 0,2 0,06 0,12 0,15 0 0,2 0,03 0,2
S1 0,13 0,2 0,06 0,12 0,15 0 0,2 0,03 0,2
Akhir S2 1,71 0,2 1,24 1,93 3,03 0,81 1,18 0,87 0,21
1,09
1,09
11,18
S3 1,71 0,2 5,23 1,42 3,59 0,81 0,81 0,92 0,21 14,9
Dari fakta bahwa rasio RTH yang bervariasi antar kecamatan memberikan informasi penting untuk pengambilan kebijakan tata ruang pada massa yang akan datang. Secara keseluruhan bila dilihat dari total Kota Manado maka RTH masih sangat besar luasannya tetapi faktanya ternyata di kecamatan sario sudah jauh dibawah kebutuhan minimal rasio RTH yang direkomendasikan. Artinya adalah dalam perencanaan dan pengembangan kota sebaiknya memperhatikan lebih detail pada setiap kecamatan agar dapat memenuhi kebutuhan minimal di setiap kecamatan secara merata. Langkah tersebut
84 dapat ditempuh melalui perencanaan secara khusus pada wilayah-wilayah kecamatan yang bermasalah seperti di kecamatan Sario dan Wenang. Berdasarkan hasil simulasi model dinamik maka terdapat tiga kecamatan di wilayah Kota Manado yang tidak mencapai kebutuhan RTH yang mencukupi yaitu kecamatan Sario, Wanea dan Wenang. Kondisi paling parah terjadi di kecamatan Sario dan Wenang yang rasionya hanya mencapai dibawah tiga persen sedangkan pada kecamatan Wanea menghampiri 29% dari total luas lahan. Sedangkan pada skenario bebas yang tidak menyisihkan komponen RTH dalam pemukiman tidak akan mengalami perubahan rasio RTH dari awal hingga 20 tahun kemudian. Perbedaan luas RTH pada masing-masing wilayah kecamatan dan distribusi penduduk yang bervariasi menyebabkan perbedaan rasio RTH per kapita pada wilayah kecamatan Kota Manado. Pada awalnya kondisi sekarang RTH perkapita di Kota Manado berkisar antara 0,19 m2 sampai 2277,4 m2/jiwa dengan rata-rata keseluruhan Kota Manado sekitar 292 m2/jiwa. Sesuai nilai tersebut maka secara umum RTH perkapita Kota Manado masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah lain seperti Jakarta yang 1,5 m2/jiwa ataupun Malaysia yang 1,9 m2/jiwa, meskipun demikian rasio RTH total perkapita di dua kecamatan yakni Sario dan Wenang sangat rendah dengan nilai masing-masing 0,19 dan 2,33 m2/jiwa (Tabel 22). Hasil simulasi model dinamik yang diperoleh ini merupakan sebuah alat ukur terhadap nilai RTH di Kota Manado dengan karakter lanskap yang berbukit-bukit.
Tabel 22 Rasio RTH perkapita pada sembilan kecamatan Kota Manado Awal Kecamatan Mapanget Sario Malalayang Wanea Tikala Bunaken Tuminting Singkil Wenang Total Kota Manado
1125,86 0,19 213,46 39,28 111,68 2277,46 29,80 43,14 2,33
S1 895,34 0,15 169,76 31,24 88,81 1811,16 23,70 34,31 1,85
Akhir S2 900,92 0,15 173,29 36,16 95,32 1818,18 27,11 37,16 1,92
S3 911,79 0,21 187,45 35,20 97,76 1840,07 26,13 37,78 2,39
291,89
232,12
236,11
240,45
85
Setelah disimulasikan maka estimasi model ini pada 20 tahun yang akan datang dapat meningkatkan nilai rasio RTH perkapita kecuali pada dua daerah yang lahannya cukup terbatas yakni Kecamatan Sario dan Kecamatan Wenang. Sekalipun peningkatan RTH hampir seimbang antara skenario agak konservatif dan konservatif namun karena tambahan penduduk dari awal didistribusikan berdasarkan luas lahan yang layak mukim secara topografi dan selama ini dimanfaatkan sebagai lahan pertanian maka skenario konservatif dialokasikan proporsional sehingga cenderung menyebabkan pemerataan penduduk. Hal ini tentu menyebabkan distribusi RTH perkapita relatif lebih merata dibanding dengan skenario agak konservatif.
d.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Manado (PDRB) Produk domestik regional bruto merupakan sub model yang merepresentasikan
perekonomian wilayah kota Manado dan menjadi indikator perekonomian setempat. Sub model ini dimodelkan dengan konstruksi input sebagai pertambahan PDRB yang tidak dilengkapi dengan output sebagai faktor yang menurunkan atau mengurangi PDRB. Penerimaan dihitung menurut sektor penerimaan yang terdiri atas pertanian, pertambangan, industri pengolahan, listrik gas dan air minum, perdagangan hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, keuangan sewa dan perusahaan, jasa dan konstruksi/bangunan. Penerimaaan PDRB per sektoral peningkatannya di pengaruhi oleh pertambahan penduduk. Besarnya peningkatan atau pertambahan PDRB yang dihitung secara sektoral menggunakan koefisien pertumbuhan yang diperoleh dari hasil regresi antara PDRB setiap sektor dengan waktu (tahun) dari 2001-2004. Trend masing-masing sektor rentang tahun tersebut dijadikan sebagai koefisien pertambahan pendapatan sektoral mengikuti jumlah penduduk. Dengan nilai masing-masing pada setiap sektor seperti dalam Tabel 23. Perhitungan pada tabel dibawah menggunakan data dari tahun 2001-2004. data tahun 2005 tidak dimasukkan dalam analisis regresi karena menunjukkan anomali yang cukup besar dari trend tahun-tahun sebelumnya. Meskipun demikian nilai trend yang digunakan tetap mengikuti data pada tahun 2005.
86
Tabel 23 Koefisien Peningkatan Sektor Penerimaan PDRB berdasarkan Pertambahan Penduduk Sektor PDRB
Koefisien Pertambahan PDRB (106)
Pertanian
43,5627
Pertambangan dan penggalian
4,9024
Industri pengolahan
70,175
Listrik Gas dan Air
5,4897
Bangunan
0,4129
Perdagangan Hotel dan Restoran
348,0096
Angkutan dan Komunikasi
142,3028
Keuangan Sewa dan Perusahaan Jasa-jasa
50,529 126,2886
*Sumber : BPS Manado dalam Angka 2006
Berdasarkan hasil simulasi dari Gambar 41,42,43 terlihat adanya perbedaan mendasar antara skenario bebas dengan hasil simulasi skenarioagak konservatif dan konservatif. Pada skenario bebas terlihat jelas bahwa laju peningkatan dari sektor angkutan lebih rendah dibanding sektor lainnya. Sementara pada skenario agak konservatif dan konservatif PDRB dari sektor industri pengolahan memiliki laju pertumbuhan PDRB yang relatif lebih lambat dibandingkan dengan sektor PDRB lainnya. Rendahnya laju pertumbuhan PDRB pada skenariobebas disebabkan karena fungsi penerimaan PDRB dalam model ini tidak mengikuti atau tidak signifikan berkorelasi linear dengan pertumbuhan penduduk. Sementara sektor-sektor lainnya memiliki tendensi meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk. Kemiripan trend peningkatan PDRB pada skenario agak konservatif dan konservatif disebabkan karena faktor yang paling utama mempengaruhi penerimaan PDRB per sektoral adalah jumlah penduduk. Oleh karena itu seperti dijelaskan pada sub bahan sebelumnya tidak tergantung dari skenario yang disimulasikan yaitu perbedaan skala pelaksanaan tata ruang sebagai implikasi dari perbedaan jumlah anggaran yang disediakan.
87
(a)
(b) Gambar 41 Perubahan Penerimaan PDRB berdasarkan Sektor Penerimaan menurut Hasil Simulasi Model pada Skenario 1,2,3 (a) Pertanian, Pertambangan dan Galian, Industri Pengolahan, Listrik gas dan air minum, Konstruksi/Bangunan ; (b) Perdagangan hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, keuangan sewa dan jasa perusahaan, jasa, pada skenario bebas.
88
(a)
(b) Gambar 42 Perubahan Penerimaan PDRB berdasarkan Sektor Penerimaan menurut Hasil Simulasi Model pada Skenario 1,2,3 (a) Pertanian, Pertambangan dan Galian, Industri Pengolahan, Listrik gas dan air minum, Konstruksi/Bangunan ; (b) Perdagangan hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, keuangan sewa dan jasa perusahaan, jasa, pada skenario agak konservatif.
89
(a)
(b) Gambar 43 Perubahan Penerimaan PDRB berdasarkan Sektor Penerimaan menurut Hasil Simulasi Model pada Skenario 1,2,3 (a) Pertanian, Pertambangan dan Galian, Industri Pengolahan, Listrik gas dan air minum, Konstruksi/Bangunan ; (b) Perdagangan hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, keuangan sewa dan jasa perusahaan, jasa pada skenario konservatif.
90 Analisis hubungan antara penerimaan PDRB per sektoral yang dilakukan sebelum model diverifikasi menunjukkan bahwa hanya sektor pertanian dan angkutan umum yang signifikan berkorelasi positif dengan luas lahan untuk pertanian. Akibatnya adalah hanya kedua sektor tersebut yang penerimaan PDRBnya terpengaruh dari konversi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman. Di sisi lain, sektor-sektor PDRB lainnya cenderung berkorelasi linear dengan perubahan jumlah penduduk seperti pola dinamika yang ditunjukkan pada gambar diatas. Estimasi nilai PDRB total Kota Manado setelah 20 tahun mencapai sekitar 3961,67 milyar rupiah meningkat sebanyak 120,89 milyar rupiah dari 3840,78 milyar
rupiah pada tahun 2005. Dari beberapa sektor PDRB 4 sektor diantaranya yang menunjukkan lebih dari 10 milyar rupiah diantaranya ;
sektor bangunan, sektor
angkutan, sektor perdagangan hotel dan restoran serta sektor jasa. Dengan peningkatan secara berurut sebesar 41,45 milyar rupiah, 34,94 milyar rupiah 14,29 milyar rupiah dan 12,68 milyar rupiah. Karena model ini menghitung perubahan PDRB berdasarkan penduduk maka hasil simulasi yang ditunjukkan tiga skenario adalah sama. Estimasi ini tentunya sedikit bias karena tidak mengakomodasi perubahan PDRB dari sektor pertanian yang berubah akibat konversi lahan pertanian menjadi pemukiman. Hal ini disebabkan karena ketersediaan data yang dapat menghubungkan PDRB dari sektor pertanian dengan luas lahan sangat minim. Melihat dari hasil simulasi model terlihat bahwa dari tiga skenario yang dijalankan PDRB sektor bangunan semakin meningkat dengan meningkatnya skala pelaksanaan tata ruang. Peningkatan di sektor ini melebihi jumlah peningkatan di sektor lainnya. Namun kontribusinya terhadap total PDRB masih lebih rendah dari sektor perdagangan hotel restoran dan sektor jasa. Melihat realita ini prospek pengembangan ekonomi dari sektor bangunan sangat potensial dan sesuai dengan kondisi kota Manado yang orientasi pengembangan ekonomi bertumpu pada perdagangan dan jasa. Jika dikaitkan dengan masalah penggunaan lahan maka
penerimaan pada sektor
bangunan/konstruksi ketergantungannya sangat kecil. Disamping itu alternatif pemecahan masalah penggunaan lahan guna mendorong PDRB dalam sektor bangunan ini dapat ditempuh dengan pengembangan sistem pembangunan hemat lahan.
91
Tabel 24 Rangkuman hasil simulasi, persentase, dan peningkatan per sektor PDRB pada skenario bebas
Sektor PDRB Sektor Pertanian Sektor Pertambangan & Galian Sektor Industri Pengolahan Sektor Listrik Gas & Air Sektor Bangunan Sektor Perdagangan Hotel & restoran Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan Sewa & Jasa Perusahaan Sektor Jasa Total
Estimasi Hasil Simulasi setelah Persentase Peningkatan 20 Tahun Per sektor Peningkatan Per Tahun 99,71 2,48 4,37 0,22
0,88
0,01
0,5
0,03
268,07
6,80
7,05
0,35
31,69 640,77
0,81 15,60
0,55 41,45
0,03 2,07
1089,04
27,44
34,94
1,75
576,7
14,64
14,29
0,71
324,91 929,91 3961,67
8,33 23,88 100,00
5,07 12,68 120,89
0,25 0,63 6,04
Melihat proporsi konstribusi PDRB dari tiga sektor (perdagangan hotel restoran, bangunan, dan jasa) yang nilainya dapat mencapai lebih dari 1/3 (67,28 persen) dari total PDRB maka ketiga sektor ini harus diprioritaskan dalam pengembangan ekonomi kota Manado tanpa mengorbankan fungsi-fungsi tata guna lahan. Oleh karena itu agar penerimaan dari sektor ini tetap dapat meningkat, maka prinsip-prinsip penataan ruang dan pertimbangan kecukupan rasio RTH sangat dibutuhkan. Dengan RTH yang cukup mekanisme peningkatan penerimaan dari tiga sektor PDRB yang dominan melalui pelaksanaan tata ruang dan penyediaan RTH yang cukup dapat dijelaskan sebagai berikut a. PDRB dari sektor perdagangan hotel dan restoran sangat ditentukan oleh tingkat hunian yang diasosiasikan dengan jumlah wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Besarnya populasi ini sangat ditentukan oleh tingkat kenyamanan dan estetika sebagai faktor penyerta kompetensi obyek wisata yang ada di Kota Manado.
92 b. Sektor jasa sangat berkorelasi dengan kondisi umum yang berkaitan dengan sarana dan fasilitas pendukung untuk kelancaran bisnis dalam bidang jasa. Keragaman pelayanan jasa dan populasi penggunanya berhubungan kuat dengan populasi yang berdomisili tetap di wilayah kota Manado. Besarnya populasi tersebut akan menurun ketika kondisi kebutuhan minimal standar kesehatan dan kenyamanan ikut menurun dan hal itu dapat terjadi ketika skala pelaksanaan tata ruang sangat buruk dan proporsi RTH sangat rendah. c. Sektor bangunan yang berhubungan langsung dengan penggunaan lahan jelas sangat berdampak pada kondisi tata ruang secara keseluruhan. Penggunaan atau konversi lahan yang tidak mengindahkan kaidah tata ruang dan penyertaan RTH akan menurunkan nilai dan minat konsumen untuk kepemilikan unit perumahan. Oleh sebab itu korelasi kuat antara tata ruang dengan sektor bangunan atau konstruksi merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan mengingat masalah ini terkait dengan daya akomodasi suatu wilayah dalam menampung penduduknya.
5.5.
Analisis Spasial RTH Kota Manado Analisis spasial dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi pola penggunaan
lahan, kondisi RTH existing dan arahan RTH. a. Kawasan RTH Luas Kawasan RTH diperoleh dari peta penggunaan lahan dan
kemiringan
lereng, tahun 2004 dengan mencantumkan kriteria seperti; jalur hijau jalan, jalur hijau sungai, dan kelerengan >15% merupakan area konservasi. Hasil analisis spasial luas kawasan RTH sebesar 12418 Ha (74%) dari luas wilayah 16750 Ha. b. Kawasan Terbangun Kawasan terbangun dengan kriteria kelerengan <15% sebesar 5215 Ha sedangkan kawasan konservasi luasannya sebesar 11535 Ha dari luas wilayah 16750 Ha. Hasil analisis spasial ini hanya merupakan nilai evaluatif dari kondisi existing yang telah ada. Berbeda halnya dengan luasan RTH hasil model dinamik yang menggunakan data kuantitatif. Nilai RTH existing hasil model dinamik sebesar 11838 Ha (75%) dari luas wilayah 15726 Ha, sedangkan luas RTH rekomendasi model sebesar 12021 Ha (76%) pada tahun ke 20.
93
Tabel 25 Rasio RTH : Luas Lahan Sembilan Kecamatan di Kota Manado hasil simulasi model skenario konservatif
Thn
Mapanget
Sario
Malala yang
Wanea
Tikala
Bunaken
Tuminting
Singkil
Wenang
Total Mdo
0
0.88
0
0.67
0.29
0.52
0.94
0.32
0.43
0.02
0.75
1
0.88
0
0.67
0.32
0.57
0.94
0.35
0.47
0.03
0.75
2
0.88
0
0.67
0.32
0.57
0.94
0.35
0.47
0.03
0.75
3
0.88
0
0.73
0.32
0.57
0.95
0.35
0.47
0.03
0.76
4
0.88
0
0.73
0.32
0.57
0.94
0.35
0.47
0.03
0.76
5
0.88
0
0.73
0.32
0.57
0.94
0.35
0.47
0.03
0.76
6
0.88
0
0.73
0.32
0.57
0.94
0.35
0.47
0.03
0.76
7
0.88
0
0.73
0.32
0.57
0.94
0.35
0.47
0.03
0.76
8
0.88
0
0.73
0.32
0.57
0.94
0.35
0.47
0.03
0.76
9
0.88
0
0.73
0.32
0.57
0.94
0.35
0.47
0.03
0.76
10
0.88
0
0.73
0.32
0.57
0.94
0.34
0.47
0.03
0.76
11
0.88
0
0.73
0.32
0.57
0.94
0.34
0.47
0.03
0.76
12
0.88
0
0.73
0.32
0.57
0.94
0.34
0.47
0.02
0.76
13
0.88
0
0.72
0.32
0.57
0.94
0.34
0.47
0.02
0.76
14
0.88
0
0.72
0.32
0.57
0.94
0.34
0.47
0.02
0.76
15
0.88
0
0.72
0.32
0.57
0.94
0.34
0.47
0.02
0.76
16
0.88
0
0.72
0.33
0.57
0.94
0.34
0.47
0.02
0.76
17
0.88
0
0.72
0.33
0.57
0.94
0.34
0.47
0.02
0.76
18
0.88
0
0.72
0.33
0.57
0.94
0.34
0.47
0.02
0.76
19
0.88
0
0.72
0.33
0.57
0.94
0.34
0.47
0.02
0.76
20
0.88
0
0.72
0.33
0.56
0.94
0.34
0.47
0.02
0.76
* satuan dalam persen(%).
94
Tabel 27 Luas RTH existing hasil analisis spasial Kecamatan Mapanget Sario Malalayang
Luas RTH 3,083.03
0 1,028.73
Wanea
676.83
Tikala
470.93
Bunaken
4,445.39
Tuminting
451.21
Singkil
815.79
Wenang Total * satuan dalam hektar.
1,446.90 12,418.79
Gambar 44 Peta Arahan Kawasan Terbangun Kota Manado.
Gambar 45 Peta Arahan RTH Kota Manado.
Gambar 46 Peta Arahan RTH berdasarkan Kriteria Lereng Kota Manado.
6 SIMPULAN DAN SARAN 6.1
Simpulan
(a) Luas RTH Kota Manado saat ini, secara total mencapai 75% dari luas wilayah kota. Walaupun telah memenuhi persyaratan persentase luas yang ditetapkan dalam UU No. 26 tahun 2007 dan Permendagri No 1. tahun 2007 tetapi Kota Manado masih mengalami masalah lingkungan terutama erosi, longsor, dan banjir. Hal ini terjadi karena konversi lahan perkotaan dari lahan bervegetasi atau RTH, menjadi lahan terbangun. Hasil simulasi model dinamik penggunaan lahan pemukiman meningkat dari 3167 Ha menjadi 4978 Ha tahun ke 20, sedangkan penggunaan lahan pertanian menurun dari 11301 Ha menjadi 9425 Ha. (b) RTH Kota Manado telah memenuhi syarat undang-undang tetapi yang tidak memenuhi syarat adalah sebaran atau konfigurasi RTH pada masing-masing kecamatan. Hal ini dibuktikan dengan rasio RTH perkapita yang sangat rendah pada kecamatan Sario (0,19 m2/jiwa) dan kecamatan Wenang (2,33 m2/jiwa). (c) Dari hasil penelitian terhadap tiga peubah perubahan lahan untuk RTH, yaitu faktorfaktor fisik topografis, PDRB, dan jumlah penduduk, didapatkan bahwa jumlah penduduk
sangat
mempengaruhi
perkembangan
ekonomi
yang
kemudian
berpengaruh pula pada RTH. Hasil simulasi model dinamik terdapat tiga skenario yaitu ; skenario bebas yang menunjukkan bahwa RTH mengalami penurunan sedangkan pada skenario agak konservatif dan skenario konservatif terjadi peningkatan RTH. (d) Besaran RTH pada suatu kota, tidak terpaku pada luas administratif yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah, tetapi elemen utama pembentuk lanskap kota juga menjadi faktor penentu besaran tersebut. Pada kasus kota Manado kondisi topografis, besaran PDRB, dan jumlah penduduk, diketahui mempengaruhi besaran tersebut. Dari sembilan kecamatan Kota Manado, maka kecamatan-kecamatan yang bertopografis >15% harus dialokasikan menjadi RTH.
100
6.2
Saran
a. Perlu perhitungan dan pemetaan ulang terhadap besaran RTH Kota Manado yang dapat mengatasi permasalahan lingkungan dan kenyamanan kota. Topografi diketahui sebagai faktor utama penentu besaran RTH Kota Manado ini. b. Khusus untuk kecamatan Sario dan Wenang yang berlokasi di daerah dengan topografi dataran landai dianjurkan untuk dialokasikan menjadi RTH terutama untuk mengendalikan permasalahan lingkungan yang sudah dan akan terjadi di Kota Manado ini. c. Penentuan besaran atau luas RTH harus didukung oleh data spasial untuk menghasilkan areal yang sesuai dengan peletakan RTH.
DAFTAR PUSTAKA Amirin TM. 1986. Pokok-pokok Teori Sistem. CV. Rajawali Jakarta. 96 hal. [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Manado. 2006. Manado dalam Angka. 422 hal. [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Manado. 2006. Produk domestik regional bruto. 32 hal. [BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 1999. Rencana Tata Ruang Wilayah (RUTRW) Kota Manado Tahun 2000-2010. Benjamin AF. 2002. Hubungan Pertumbuhan Kota dengan Pemanfaatan Ruang di Kota Manado [tesis]. Manado : Program Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi. 153 hal. Bianpoen, Madrim DG. 1986. Standar Perencanaan Fasilitas Umum Kota. Seri Pengetahuan Teknik Arsitektur. F.T.U.I. Jakarta. Budihardjo. 1993. Kota Berwawasan Lingkungan. Alumni Bandung. 241 hal. Budihardjo. 1997. Arsitektur Pembangunan dan Konservasi. Djambatan. 179 hal. Budihardjo. 2005. Kota Berkelanjutan. PT Alumni, Bandung. 242 hal. Budihardjo. 2004. Arsitektur dan Kota di Indonesia. PT Alumni, Bandung. 210 hal. Carpernter PL, Walker TD, Lanphear FO. 1975. Plants in the Landscape. W.H. Freeman and Co. San Fransisco. 481.p. Chadwick G. 1987. Models of Urban and Regional Systems in Developing Countries : Some Theories and Their Application in Physical Planning. Pergamon Press. 322 p. Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum. 2006. Ruang Terbuka Hijau sebagai Unsur Utama Tata Ruang Kota. 320 hal. Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta. 2007. Penggalangan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Kota Jakarta. 45 hal. Dinas Pertamanan Kota Surabaya. 2002. Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 7 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau. 30 hal. Daldjoeni N. 1987. Geografi Kota dan Desa. Alumni Bandung. 206 hal. Eriyatno. 2003. Ilmu Sistem, Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. IPB Press. 146 hal.
100
Ford A. 1999. Modeling the Environment ; An Introduction to System Dynamics Models of Environment Systems. Islands Press. 402 p. Frick H, Mulyani TH. 2006. Arsitektur Ekologis. Kanisius, Yogyakarta. 208 hal. [FKKSK] Forum Kajian Kebijakan Spasial Kehutanan P-4W. 2006. Materi Pelatihan untuk Kajian Model Dinamik Penataan Ruang Kehutanan, Membangun Model Sederhana, Pengenalan Software Stella, dan Pengenalan Tool Stella. Bogor. Grey GW, Denneke FJ. 1986. Urban Forestry (second edition). John Wiley and Sons; New York. Grove AB, Cresswell RW. 1983. City Landscape. Butterworths. London. Hakim R. 1991. Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lanskap. Bumi Aksara. 176 hal. Hakim R. 2003. Arsitektur Lansekap Manusia, Alam dan lingkungan. Universitas Trisakti. 203 hal. Hakim R, Utomo H. 2008. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap PrinsipUnsur dan Aplikasi Disain. Bumi Aksara. 242 hal. Hakim R, Sugandhy A. 2007. Prinsip Dasar Kebijakan; Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Bumi Aksara. 157 hal. Hartrisari. 2007. Sistem Dinamik Konsep Sistem dan Pemodelan untuk Industri dan Lingkungan. SEAMEO BIOTROP. 125 hal. Hasan. 2003. Model Tata Ruang Kota Tani yang Berorientasi Ekonomis dan Ekologis (Studi Kasus di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan)[tesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 263 hal. Iskandar Z. 2006. Konsep Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak [tesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 113 hal. Irwan ZD. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Bumi Aksara. 178 hal. Koestoer RH. 2001. Dimensi Keruangan Kota, Teori dan Kasus. Universitas Indonesia. 252 hal. Laurie CI. 1979. Nature In Cities. John Willey & Sons Ltd : 70 pp. Manik KES. 2007. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penerbit Djambatan.
101
Marulli J, Mallarach JM. 2005. A GIS methodology for assessing ecological connectivity : application to the Barcelona Metropolitan Area. Landscape and Urban Planning. 71:243-262. Muis BA. 2005. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Kebutuhan Oksigen dan Air di Kota Depok Provinsi Jawa Barat [tesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 127 hal. Muhammadi EA. 2001. Analisis Sistem Dinamis; Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi, Manajemen. UMJ Press. 415 hal. Nurisyah I. 2005. Ruang Terbuka Hijau Wilayah Perkotaan. (Makalah pada Lokakarya Pengembangan Sistem Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan). Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum; Jakarta. Noor D. 2005. Geologi Lingkungan. Graha Ilmu. 212 hal. Oka IB. 1996. Ruang Terbuka Hijau Kota sebagai Salah Satu Sarana Penting untuk Meningkatkan PAD dari Sektor Pariwisata. (Makalah pada Lokakarya Nasional Ruang Terbuka Hijau. (Jakarta 3 Agustus 1996). Pakpahan HI. 2006. Kajian Penataan Ruang Terbuka Hijau Kota Manado (studi kasus Kawasan Pusat Kota Manado)[tesis]. Manado : Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi. 103 hal. Ruth M, Hannon B. 1994. Dynamic Modeling ; Stella II Software by High Performance Systems inc. Springer-Verlag New York. P.248. Ruth M, Hannon B. 1997. Modeling Dynamic Economic Systems. Springer. 339 p. Hadi S. 2006. Penataan Ruang untuk Pemantapan Kawasan Hutan. (Makalah pada Pelatihan Penyusunan PDRB Hijau dan Perencanaan Kehutanan Berbasis Penataan Ruang). Departemen Kehutanan; Badan Planologi Kehutanan; Pusat Rencana dan Statistik Kehutanan; (Bogor, 4-10 Juni 2006). 19 hal. Simonds J. 1983. Landscape Architecture. Mc Graw-Hill Book Company. P.331.
Suryani E. 2006. Pemodelan dan Simulasi. Graha Ilmu. 142 hal. Sushil. 1993. System Dynamics ; A Practical Approach for Managerial Problems. Wiley Eastern Limited. 380 p. Widiatmaka SH. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah Mada University Press. 352 hal.
102
Lampiran 1 Persamaan-persamaan Model RTH Kota Manado PDRB[Sektor_Pertanian](t) = PDRB[Sektor_Pertanian](t - dt) + (Sektor_Pen_PDRB[Sektor_Pertanian]) * dt INIT PDRB[Sektor_Pertanian] = 95.337 PDRB[Sektor_Pertambangan_&_Galian](t) = PDRB[Sektor_Pertambangan_&_Galian](t - dt) + (Sektor_Pen_PDRB[Sektor_Pertambangan_&_Galian]) * dt INIT PDRB[Sektor_Pertambangan_&_Galian] = 0.384 PDRB[Sektor_Industri_Pengolahan](t) = PDRB[Sektor_Industri_Pengolahan](t - dt) + (Sektor_Pen_PDRB[Sektor_Industri_Pengolahan]) * dt INIT PDRB[Sektor_Industri_Pengolahan] = 261.02 PDRB[Sektor_Listrik_Gas_&_Air](t) = PDRB[Sektor_Listrik_Gas_&_Air](t - dt) + (Sektor_Pen_PDRB[Sektor_Listrik_Gas_&_Air]) * dt INIT PDRB[Sektor_Listrik_Gas_&_Air] = 31.138 PDRB[Sektor_Bangunan](t) = PDRB[Sektor_Bangunan](t - dt) + (Sektor_Pen_PDRB[Sektor_Bangunan]) * dt INIT PDRB[Sektor_Bangunan] = 599.32 PDRB[Sektor_Perdagangan_Hotel_&_estor](t) = PDRB[Sektor_Perdagangan_Hotel_&_estor](t - dt) + (Sektor_Pen_PDRB[Sektor_Perdagangan_Hotel_&_estor]) * dt INIT PDRB[Sektor_Perdagangan_Hotel_&_estor] = 1054.1 PDRB[Sektor_Angkutan_dan_Komunikasi](t) = PDRB[Sektor_Angkutan_dan_Komunikasi](t - dt) + (Sektor_Pen_PDRB[Sektor_Angkutan_dan_Komunikasi]) * dt INIT PDRB[Sektor_Angkutan_dan_Komunikasi] = 562.41 PDRB[Sektor_Keu_Sewa_&_Jasa_Perus](t) = PDRB[Sektor_Keu_Sewa_&_Jasa_Perus](t - dt) + (Sektor_Pen_PDRB[Sektor_Keu_Sewa_&_Jasa_Perus]) * dt INIT PDRB[Sektor_Keu_Sewa_&_Jasa_Perus] = 319.84 PDRB[Sektor_Jasa](t) = PDRB[Sektor_Jasa](t - dt) + (Sektor_Pen_PDRB[Sektor_Jasa]) * dt INIT PDRB[Sektor_Jasa] = 917.23 PDRB[Total_PDRB](t) = PDRB[Total_PDRB](t - dt) + (Sektor_Pen_PDRB[Total_PDRB]) * dt INIT PDRB[Total_PDRB] = PDRB[Sektor_Pertanian]+PDRB[Sektor_Pertambangan_&_Galian]+PDRB[Sektor_Industri_Pengolaha n]+PDRB[Sektor_Listrik_Gas_&_Air]+PDRB[Sektor_Bangunan]+PDRB[Sektor_Perdagangan_Hotel_ &_estor]+PDRB[Sektor_Angkutan_dan_Komunikasi]+PDRB[Sektor_Keu_Sewa_&_Jasa_Perus]+PDR B[Sektor_Jasa] Sektor_Pen_PDRB[Sektor_Pertanian] = (Pertanian*Pertambahan_Penduduk)++((Angk_&_Kom+Industri_Peng+Jasa+Keu_Sewa_Perus+Konstr uksi+List_Gas_Air+Perd_Hotel_&_Rest+ Pertambangan+Pertanian)*0) Sektor_Pen_PDRB[Sektor_Pertambangan_&_Galian] = (Pertambangan*Pertambahan_Penduduk)+((Angk_&_Kom+Industri_Peng+Jasa+Keu_Sewa_Perus+Ko nstruksi+List_Gas_Air+Perd_Hotel_&_Rest+ Pertambangan+Pertanian)*0) Sektor_Pen_PDRB[Sektor_Industri_Pengolahan] = (Industri_Peng*Pertambahan_Penduduk)+((Angk_&_Kom+Industri_Peng+Jasa+Keu_Sewa_Perus+Ko nstruksi+List_Gas_Air+Perd_Hotel_&_Rest+ Pertambangan+Pertanian)*0) Sektor_Pen_PDRB[Sektor_Listrik_Gas_&_Air] = (List_Gas_Air*Pertambahan_Penduduk)+((Angk_&_Kom+Industri_Peng+Jasa+Keu_Sewa_Perus+Kon struksi+List_Gas_Air+Perd_Hotel_&_Rest+ Pertambangan+Pertanian)*0) Sektor_Pen_PDRB[Sektor_Bangunan] = (Konstruksi*Pertambahan_Penduduk)+((Angk_&_Kom+Industri_Peng+Jasa+Keu_Sewa_Perus+Konstr uksi+List_Gas_Air+Perd_Hotel_&_Rest+ Pertambangan+Pertanian)*0) Sektor_Pen_PDRB[Sektor_Perdagangan_Hotel_&_estor] = (Perd_Hotel_&_Rest*Pertambahan_Penduduk)+((Angk_&_Kom+Industri_Peng+Jasa+Keu_Sewa_Peru s+Konstruksi+List_Gas_Air+Perd_Hotel_&_Rest+ Pertambangan+Pertanian)*0)
103
Lampiran 1 Lanjutan Sektor_Pen_PDRB[Sektor_Angkutan_dan_Komunikasi] = (Angk_&_Kom*Pertambahan_Penduduk)+((Angk_&_Kom+Industri_Peng+Jasa+Keu_Sewa_Perus+Ko nstruksi+List_Gas_Air+Perd_Hotel_&_Rest+ Pertambangan+Pertanian)*0) Sektor_Pen_PDRB[Sektor_Keu_Sewa_&_Jasa_Perus] = (Keu_Sewa_Perus*Pertambahan_Penduduk)+((Angk_&_Kom+Industri_Peng+Jasa+Keu_Sewa_Perus+ Konstruksi+List_Gas_Air+Perd_Hotel_&_Rest+ Pertambangan+Pertanian)*0) Sektor_Pen_PDRB[Sektor_Jasa] = (Jasa*Pertambahan_Penduduk)+((Angk_&_Kom+Industri_Peng+Jasa+Keu_Sewa_Perus+Konstruksi+L ist_Gas_Air+Perd_Hotel_&_Rest+ Pertambangan+Pertanian)*0) Sektor_Pen_PDRB[Total_PDRB] = (Angk_&_Kom+Industri_Peng+Jasa+Keu_Sewa_Perus+Konstruksi+List_Gas_Air+Perd_Hotel_&_Res t+Pertambangan+Pertanian)*Pertambahan_Penduduk Angk_&_Kom = 142.3028*10^-6 Industri_Peng = 70.175*10^-6 Jasa = 126.2886*10^-6 Keu_Sewa_Perus = 50.5291*10^-6 Konstruksi = 0.4129/1000 List_Gas_Air = 5.4897*10^-6 Perd_Hotel_&_Rest = 348.0096*10^-6 Pertambangan = 4.9024*10^-6 Pertanian = 43.5627*10^-6 PENDUDUDK[Mapanget](t) = PENDUDUDK[Mapanget](t - dt) + (Pert_Penduduk[Mapanget] Peng_Penduduk[Mapanget]) * dt INIT PENDUDUDK[Mapanget] = 45407 PENDUDUDK[Sario](t) = PENDUDUDK[Sario](t - dt) + (Pert_Penduduk[Sario] Peng_Penduduk[Sario]) * dt INIT PENDUDUDK[Sario] = 27210 PENDUDUDK[Malayang](t) = PENDUDUDK[Malayang](t - dt) + (Pert_Penduduk[Malayang] Peng_Penduduk[Malayang]) * dt INIT PENDUDUDK[Malayang] = 53613 PENDUDUDK[Wanea](t) = PENDUDUDK[Wanea](t - dt) + (Pert_Penduduk[Wanea] Peng_Penduduk[Wanea]) * dt INIT PENDUDUDK[Wanea] = 58945 PENDUDUDK[Tikala](t) = PENDUDUDK[Tikala](t - dt) + (Pert_Penduduk[Tikala] Peng_Penduduk[Tikala]) * dt INIT PENDUDUDK[Tikala] = 70884 PENDUDUDK[Bunaken](t) = PENDUDUDK[Bunaken](t - dt) + (Pert_Penduduk[Bunaken] Peng_Penduduk[Bunaken]) * dt INIT PENDUDUDK[Bunaken] = 18481 PENDUDUDK[Tuminting](t) = PENDUDUDK[Tuminting](t - dt) + (Pert_Penduduk[Tuminting] Peng_Penduduk[Tuminting]) * dt INIT PENDUDUDK[Tuminting] = 45975 PENDUDUDK[Singkil](t) = PENDUDUDK[Singkil](t - dt) + (Pert_Penduduk[Singkil] Peng_Penduduk[Singkil]) * dt INIT PENDUDUDK[Singkil] = 47112 PENDUDUDK[Wenang](t) = PENDUDUDK[Wenang](t - dt) + (Pert_Penduduk[Wenang] Peng_Penduduk[Wenang]) * dt INIT PENDUDUDK[Wenang] = 37955 PENDUDUDK[Total_Kota_Manado](t) = PENDUDUDK[Total_Kota_Manado](t - dt) + (Pert_Penduduk[Total_Kota_Manado] - Peng_Penduduk[Total_Kota_Manado]) * dt INIT PENDUDUDK[Total_Kota_Manado] = 405582
104
Lampiran 1 Lanjutan Pert_Penduduk[Kec] = (Imigrasi*PENDUDUDK[Kec])+(Laju_Pert_Penduduk*(PENDUDUDK[Kec]/PENDUDUDK[Total_K ota_Manado])) Peng_Penduduk[Kec] = (Emigrasi*PENDUDUDK[Kec])+(Mortalitas*PENDUDUDK[Kec]) Angkatan_Kerja[Kec] = (1.2152*PENDUDUDK[Kec])-273877 Emigrasi = RANDOM(0.01,0.05,0.02) Imigrasi = RANDOM(0.01,0.05,0.02) Laju_Pert_Penduduk = 11365 Mortalitas = RANDOM(0.01,0.02,0.01) Pengangguran = Angkatan_Kerja[Total_Kota_Manado](Persen_TK_Terserap*Angkatan_Kerja[Total_Kota_Manado]) Persen_TK_Terserap = ((272.1*0.28*PDRB[Total_PDRB])65954)/Angkatan_Kerja[Total_Kota_Manado] Pertambahan_Penduduk = (((Pert_Penduduk[Mapanget]+Pert_Penduduk[Sario]+Pert_Penduduk[Malayang]+Pert_Penduduk[Wane a]+Pert_Penduduk[Tikala]+Pert_Penduduk[Bunaken]+Pert_Penduduk[Tuminting]+Pert_Penduduk[Sing kil]+Pert_Penduduk[Wenang])*0)+Pert_Penduduk[Total_Kota_Manado])(((Peng_Penduduk[Mapanget]+Peng_Penduduk[Sario]+Peng_Penduduk[Malayang]+Peng_Penduduk[ Wanea]+Peng_Penduduk[Tikala]+Peng_Penduduk[Bunaken]+Peng_Penduduk[Tuminting]+Peng_Pend uduk[Singkil]+Peng_Penduduk[Wenang])*0)+Peng_Penduduk[Total_Kota_Manado]) LL_KOTA_MANADO[Mapanget,Dataran_Landai](t) = LL_KOTA_MANADO[Mapanget,Dataran_Landai](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Mapanget,Dataran_Landai] = 3720.95 LL_KOTA_MANADO[Mapanget,Berombak](t) = LL_KOTA_MANADO[Mapanget,Berombak](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Mapanget,Berombak] = 1600 LL_KOTA_MANADO[Mapanget,Berombak_Berbukit](t) = LL_KOTA_MANADO[Mapanget,Berombak_Berbukit](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Mapanget,Berombak_Berbukit] = 200 LL_KOTA_MANADO[Mapanget,Bergunung](t) = LL_KOTA_MANADO[Mapanget,Bergunung](t dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Mapanget,Bergunung] = 300 LL_KOTA_MANADO[Sario,Dataran_Landai](t) = LL_KOTA_MANADO[Sario,Dataran_Landai](t dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Sario,Dataran_Landai] = 175.25 LL_KOTA_MANADO[Sario,Berombak](t) = LL_KOTA_MANADO[Sario,Berombak](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Sario,Berombak] = 0 LL_KOTA_MANADO[Sario,Berombak_Berbukit](t) = LL_KOTA_MANADO[Sario,Berombak_Berbukit](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Sario,Berombak_Berbukit] = 0 LL_KOTA_MANADO[Sario,Bergunung](t) = LL_KOTA_MANADO[Sario,Bergunung](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Sario,Bergunung] = 0 LL_KOTA_MANADO[Malayang,Dataran_Landai](t) = LL_KOTA_MANADO[Malayang,Dataran_Landai](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Malayang,Dataran_Landai] = 496.41 LL_KOTA_MANADO[Malayang,Berombak](t) = LL_KOTA_MANADO[Malayang,Berombak](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Malayang,Berombak] = 530.64 LL_KOTA_MANADO[Malayang,Berombak_Berbukit](t) = LL_KOTA_MANADO[Malayang,Berombak_Berbukit](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Malayang,Berombak_Berbukit] = 684.7 LL_KOTA_MANADO[Malayang,Bergunung](t) = LL_KOTA_MANADO[Malayang,Bergunung](t dt)
105
Lampiran 1 Lanjutan INIT LL_KOTA_MANADO[Malayang,Bergunung] = 0 LL_KOTA_MANADO[Wanea,Dataran_Landai](t) = LL_KOTA_MANADO[Wanea,Dataran_Landai](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Wanea,Dataran_Landai] = 200 LL_KOTA_MANADO[Wanea,Berombak](t) = LL_KOTA_MANADO[Wanea,Berombak](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Wanea,Berombak] = 585.25 LL_KOTA_MANADO[Wanea,Berombak_Berbukit](t) = LL_KOTA_MANADO[Wanea,Berombak_Berbukit](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Wanea,Berombak_Berbukit] = 0 LL_KOTA_MANADO[Wanea,Bergunung](t) = LL_KOTA_MANADO[Wanea,Bergunung](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Wanea,Bergunung] = 0 LL_KOTA_MANADO[Tikala,Dataran_Landai](t) = LL_KOTA_MANADO[Tikala,Dataran_Landai](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Tikala,Dataran_Landai] = 250 LL_KOTA_MANADO[Tikala,Berombak](t) = LL_KOTA_MANADO[Tikala,Berombak](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Tikala,Berombak] = 1261.8 LL_KOTA_MANADO[Tikala,Berombak_Berbukit](t) = LL_KOTA_MANADO[Tikala,Berombak_Berbukit](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Tikala,Berombak_Berbukit] = 0 LL_KOTA_MANADO[Tikala,Bergunung](t) = LL_KOTA_MANADO[Tikala,Bergunung](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Tikala,Bergunung] = 0 LL_KOTA_MANADO[Bunaken,Dataran_Landai](t) = LL_KOTA_MANADO[Bunaken,Dataran_Landai](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Bunaken,Dataran_Landai] = 300 LL_KOTA_MANADO[Bunaken,Berombak](t) = LL_KOTA_MANADO[Bunaken,Berombak](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Bunaken,Berombak] = 1900 LL_KOTA_MANADO[Bunaken,Berombak_Berbukit](t) = LL_KOTA_MANADO[Bunaken,Berombak_Berbukit](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Bunaken,Berombak_Berbukit] = 669.3 LL_KOTA_MANADO[Bunaken,Bergunung](t) = LL_KOTA_MANADO[Bunaken,Bergunung](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Bunaken,Bergunung] = 1589 LL_KOTA_MANADO[Tuminting,Dataran_Landai](t) = LL_KOTA_MANADO[Tuminting,Dataran_Landai](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Tuminting,Dataran_Landai] = 391 LL_KOTA_MANADO[Tuminting,Berombak](t) = LL_KOTA_MANADO[Tuminting,Berombak](t dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Tuminting,Berombak] = 40 LL_KOTA_MANADO[Tuminting,Berombak_Berbukit](t) = LL_KOTA_MANADO[Tuminting,Berombak_Berbukit](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Tuminting,Berombak_Berbukit] = 0 LL_KOTA_MANADO[Tuminting,Bergunung](t) = LL_KOTA_MANADO[Tuminting,Bergunung](t dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Tuminting,Bergunung] = 0 LL_KOTA_MANADO[Singkil,Dataran_Landai](t) = LL_KOTA_MANADO[Singkil,Dataran_Landai](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Singkil,Dataran_Landai] = 417.75 LL_KOTA_MANADO[Singkil,Berombak](t) = LL_KOTA_MANADO[Singkil,Berombak](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Singkil,Berombak] = 50 LL_KOTA_MANADO[Singkil,Berombak_Berbukit](t) = LL_KOTA_MANADO[Singkil,Berombak_Berbukit](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Singkil,Berombak_Berbukit] = 0
106
Lampiran 1 Lanjutan LL_KOTA_MANADO[Singkil,Bergunung](t) = LL_KOTA_MANADO[Singkil,Bergunung](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Singkil,Bergunung] = 0 LL_KOTA_MANADO[Wenang,Dataran_Landai](t) = LL_KOTA_MANADO[Wenang,Dataran_Landai](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Wenang,Dataran_Landai] = 363.95 LL_KOTA_MANADO[Wenang,Berombak](t) = LL_KOTA_MANADO[Wenang,Berombak](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Wenang,Berombak] = 0 LL_KOTA_MANADO[Wenang,Berombak_Berbukit](t) = LL_KOTA_MANADO[Wenang,Berombak_Berbukit](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Wenang,Berombak_Berbukit] = 0 LL_KOTA_MANADO[Wenang,Bergunung](t) = LL_KOTA_MANADO[Wenang,Bergunung](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Wenang,Bergunung] = 0 LL_KOTA_MANADO[Total_Kota_Manado,Dataran_Landai](t) = LL_KOTA_MANADO[Total_Kota_Manado,Dataran_Landai](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Total_Kota_Manado,Dataran_Landai] = 6315.31 LL_KOTA_MANADO[Total_Kota_Manado,Berombak](t) = LL_KOTA_MANADO[Total_Kota_Manado,Berombak](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Total_Kota_Manado,Berombak] = 5967.69 LL_KOTA_MANADO[Total_Kota_Manado,Berombak_Berbukit](t) = LL_KOTA_MANADO[Total_Kota_Manado,Berombak_Berbukit](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Total_Kota_Manado,Berombak_Berbukit] = 1554 LL_KOTA_MANADO[Total_Kota_Manado,Bergunung](t) = LL_KOTA_MANADO[Total_Kota_Manado,Bergunung](t - dt) INIT LL_KOTA_MANADO[Total_Kota_Manado,Bergunung] = 1889 LU[Mapanget,LU1_Pemukiman](t) = LU[Mapanget,LU1_Pemukiman](t - dt) + (Pert_LU[Mapanget,Pem] - Peng_LU[Mapanget,Pem]) * dt INIT LU[Mapanget,LU1_Pemukiman] = 500.8 LU[Mapanget,LU2_Pertanian](t) = LU[Mapanget,LU2_Pertanian](t - dt) + (Pert_LU[Mapanget,Pert] Peng_LU[Mapanget,Pert]) * dt INIT LU[Mapanget,LU2_Pertanian] = 5024.200 LU[Mapanget,LU3_Hutan](t) = LU[Mapanget,LU3_Hutan](t - dt) + (Pert_LU[Mapanget,Hut] Peng_LU[Mapanget,Hut]) * dt INIT LU[Mapanget,LU3_Hutan] = 87.8 LU[Mapanget,LU4_Perusahaan](t) = LU[Mapanget,LU4_Perusahaan](t - dt) + (Pert_LU[Mapanget,Perus] - Peng_LU[Mapanget,Perus]) * dt INIT LU[Mapanget,LU4_Perusahaan] = 24.4 LU[Mapanget,LU5_Industri](t) = LU[Mapanget,LU5_Industri](t - dt) + (Pert_LU[Mapanget,Industri] Peng_LU[Mapanget,Industri]) * dt INIT LU[Mapanget,LU5_Industri] = 1 LU[Mapanget,LU6_Jasa](t) = LU[Mapanget,LU6_Jasa](t - dt) + (Pert_LU[Mapanget,Jas] Peng_LU[Mapanget,Jas]) * dt INIT LU[Mapanget,LU6_Jasa] = 182.75 LU[Mapanget,Total_L_U](t) = LU[Mapanget,Total_L_U](t - dt) + (Pert_LU[Mapanget,Tot_L_Use] Peng_LU[Mapanget,Tot_L_Use]) * dt INIT LU[Mapanget,Total_L_U] = 5820.95 LU[Sario,LU1_Pemukiman](t) = LU[Sario,LU1_Pemukiman](t - dt) + (Pert_LU[Sario,Pem] Peng_LU[Sario,Pem]) * dt INIT LU[Sario,LU1_Pemukiman] = 134.55 LU[Sario,LU2_Pertanian](t) = LU[Sario,LU2_Pertanian](t - dt) + (Pert_LU[Sario,Pert] Peng_LU[Sario,Pert]) * dt INIT LU[Sario,LU2_Pertanian] = 0
107
Lampiran 1 Lanjutan
LU[Sario,LU3_Hutan](t) = LU[Sario,LU3_Hutan](t - dt) + (Pert_LU[Sario,Hut] - Peng_LU[Sario,Hut]) * dt INIT LU[Sario,LU3_Hutan] = 0.3 LU[Sario,LU4_Perusahaan](t) = LU[Sario,LU4_Perusahaan](t - dt) + (Pert_LU[Sario,Perus] Peng_LU[Sario,Perus]) * dt INIT LU[Sario,LU4_Perusahaan] = 15.85 LU[Sario,LU5_Industri](t) = LU[Sario,LU5_Industri](t - dt) + (Pert_LU[Sario,Industri] Peng_LU[Sario,Industri]) * dt INIT LU[Sario,LU5_Industri] = 0.25 LU[Sario,LU6_Jasa](t) = LU[Sario,LU6_Jasa](t - dt) + (Pert_LU[Sario,Jas] - Peng_LU[Sario,Jas]) * dt INIT LU[Sario,LU6_Jasa] = 24.3 LU[Sario,Total_L_U](t) = LU[Sario,Total_L_U](t - dt) + (Pert_LU[Sario,Tot_L_Use] Peng_LU[Sario,Tot_L_Use]) * dt INIT LU[Sario,Total_L_U] = 175.25 LU[Malayang,LU1_Pemukiman](t) = LU[Malayang,LU1_Pemukiman](t - dt) + (Pert_LU[Malayang,Pem] - Peng_LU[Malayang,Pem]) * dt INIT LU[Malayang,LU1_Pemukiman] = 449.80 LU[Malayang,LU2_Pertanian](t) = LU[Malayang,LU2_Pertanian](t - dt) + (Pert_LU[Malayang,Pert] Peng_LU[Malayang,Pert]) * dt INIT LU[Malayang,LU2_Pertanian] = 1126.15 LU[Malayang,LU3_Hutan](t) = LU[Malayang,LU3_Hutan](t - dt) + (Pert_LU[Malayang,Hut] Peng_LU[Malayang,Hut]) * dt INIT LU[Malayang,LU3_Hutan] = 18.2 LU[Malayang,LU4_Perusahaan](t) = LU[Malayang,LU4_Perusahaan](t - dt) + (Pert_LU[Malayang,Perus] - Peng_LU[Malayang,Perus]) * dt INIT LU[Malayang,LU4_Perusahaan] = 18.25 LU[Malayang,LU5_Industri](t) = LU[Malayang,LU5_Industri](t - dt) + (Pert_LU[Malayang,Industri] Peng_LU[Malayang,Industri]) * dt INIT LU[Malayang,LU5_Industri] = 0.75 LU[Malayang,LU6_Jasa](t) = LU[Malayang,LU6_Jasa](t - dt) + (Pert_LU[Malayang,Jas] Peng_LU[Malayang,Jas]) * dt INIT LU[Malayang,LU6_Jasa] = 98.6 LU[Malayang,Total_L_U](t) = LU[Malayang,Total_L_U](t - dt) + (Pert_LU[Malayang,Tot_L_Use] Peng_LU[Malayang,Tot_L_Use]) * dt INIT LU[Malayang,Total_L_U] = 1711.75 LU[Wanea,LU1_Pemukiman](t) = LU[Wanea,LU1_Pemukiman](t - dt) + (Pert_LU[Wanea,Pem] Peng_LU[Wanea,Pem]) * dt INIT LU[Wanea,LU1_Pemukiman] = 472.05 LU[Wanea,LU2_Pertanian](t) = LU[Wanea,LU2_Pertanian](t - dt) + (Pert_LU[Wanea,Pert] Peng_LU[Wanea,Pert]) * dt INIT LU[Wanea,LU2_Pertanian] = 225.35 LU[Wanea,LU3_Hutan](t) = LU[Wanea,LU3_Hutan](t - dt) + (Pert_LU[Wanea,Hut] Peng_LU[Wanea,Hut]) * dt INIT LU[Wanea,LU3_Hutan] = 6.05 LU[Wanea,LU4_Perusahaan](t) = LU[Wanea,LU4_Perusahaan](t - dt) + (Pert_LU[Wanea,Perus] Peng_LU[Wanea,Perus]) * dt INIT LU[Wanea,LU4_Perusahaan] = 25.8 LU[Wanea,LU5_Industri](t) = LU[Wanea,LU5_Industri](t - dt) + (Pert_LU[Wanea,Industri] Peng_LU[Wanea,Industri]) * dt INIT LU[Wanea,LU5_Industri] = 0.45
108
Lampiran 1 Lanjutan LU[Wanea,LU6_Jasa](t) = LU[Wanea,LU6_Jasa](t - dt) + (Pert_LU[Wanea,Jas] Peng_LU[Wanea,Jas]) * dt INIT LU[Wanea,LU6_Jasa] = 55.55 LU[Wanea,Total_L_U](t) = LU[Wanea,Total_L_U](t - dt) + (Pert_LU[Wanea,Tot_L_Use] Peng_LU[Wanea,Tot_L_Use]) * dt INIT LU[Wanea,Total_L_U] = 785.25 LU[Tikala,LU1_Pemukiman](t) = LU[Tikala,LU1_Pemukiman](t - dt) + (Pert_LU[Tikala,Pem] Peng_LU[Tikala,Pem]) * dt INIT LU[Tikala,LU1_Pemukiman] = 652.15 LU[Tikala,LU2_Pertanian](t) = LU[Tikala,LU2_Pertanian](t - dt) + (Pert_LU[Tikala,Pert] Peng_LU[Tikala,Pert]) * dt INIT LU[Tikala,LU2_Pertanian] = 770.2 LU[Tikala,LU3_Hutan](t) = LU[Tikala,LU3_Hutan](t - dt) + (Pert_LU[Tikala,Hut] Peng_LU[Tikala,Hut]) * dt INIT LU[Tikala,LU3_Hutan] = 21.25 LU[Tikala,LU4_Perusahaan](t) = LU[Tikala,LU4_Perusahaan](t - dt) + (Pert_LU[Tikala,Perus] Peng_LU[Tikala,Perus]) * dt INIT LU[Tikala,LU4_Perusahaan] = 24.05 LU[Tikala,LU5_Industri](t) = LU[Tikala,LU5_Industri](t - dt) + (Pert_LU[Tikala,Industri] Peng_LU[Tikala,Industri]) * dt INIT LU[Tikala,LU5_Industri] = 0.9 LU[Tikala,LU6_Jasa](t) = LU[Tikala,LU6_Jasa](t - dt) + (Pert_LU[Tikala,Jas] - Peng_LU[Tikala,Jas]) * dt INIT LU[Tikala,LU6_Jasa] = 43.25 LU[Tikala,Total_L_U](t) = LU[Tikala,Total_L_U](t - dt) + (Pert_LU[Tikala,Tot_L_Use] Peng_LU[Tikala,Tot_L_Use]) * dt INIT LU[Tikala,Total_L_U] = 1511.8 LU[Bunaken,LU1_Pemukiman](t) = LU[Bunaken,LU1_Pemukiman](t - dt) + (Pert_LU[Bunaken,Pem] - Peng_LU[Bunaken,Pem]) * dt INIT LU[Bunaken,LU1_Pemukiman] = 202.1 LU[Bunaken,LU2_Pertanian](t) = LU[Bunaken,LU2_Pertanian](t - dt) + (Pert_LU[Bunaken,Pert] Peng_LU[Bunaken,Pert]) * dt INIT LU[Bunaken,LU2_Pertanian] = 3817.7 LU[Bunaken,LU3_Hutan](t) = LU[Bunaken,LU3_Hutan](t - dt) + (Pert_LU[Bunaken,Hut] Peng_LU[Bunaken,Hut]) * dt INIT LU[Bunaken,LU3_Hutan] = 391.25 LU[Bunaken,LU4_Perusahaan](t) = LU[Bunaken,LU4_Perusahaan](t - dt) + (Pert_LU[Bunaken,Perus] - Peng_LU[Bunaken,Perus]) * dt INIT LU[Bunaken,LU4_Perusahaan] = 38.25 LU[Bunaken,LU5_Industri](t) = LU[Bunaken,LU5_Industri](t - dt) + (Pert_LU[Bunaken,Industri] Peng_LU[Bunaken,Industri]) * dt INIT LU[Bunaken,LU5_Industri] = 0 LU[Bunaken,LU6_Jasa](t) = LU[Bunaken,LU6_Jasa](t - dt) + (Pert_LU[Bunaken,Jas] Peng_LU[Bunaken,Jas]) * dt INIT LU[Bunaken,LU6_Jasa] = 9 LU[Bunaken,Total_L_U](t) = LU[Bunaken,Total_L_U](t - dt) + (Pert_LU[Bunaken,Tot_L_Use] Peng_LU[Bunaken,Tot_L_Use]) * dt INIT LU[Bunaken,Total_L_U] = 4458.3 LU[Tuminting,LU1_Pemukiman](t) = LU[Tuminting,LU1_Pemukiman](t - dt) + (Pert_LU[Tuminting,Pem] - Peng_LU[Tuminting,Pem]) * dt INIT LU[Tuminting,LU1_Pemukiman] = 274.7
109
Lampiran 1 Lanjutan LU[Tuminting,LU2_Pertanian](t) = LU[Tuminting,LU2_Pertanian](t - dt) + (Pert_LU[Tuminting,Pert] Peng_LU[Tuminting,Pert]) * dt INIT LU[Tuminting,LU2_Pertanian] = 136 LU[Tuminting,LU3_Hutan](t) = LU[Tuminting,LU3_Hutan](t - dt) + (Pert_LU[Tuminting,Hut] Peng_LU[Tuminting,Hut]) * dt INIT LU[Tuminting,LU3_Hutan] = 0.8 LU[Tuminting,LU4_Perusahaan](t) = LU[Tuminting,LU4_Perusahaan](t - dt) + (Pert_LU[Tuminting,Perus] - Peng_LU[Tuminting,Perus]) * dt INIT LU[Tuminting,LU4_Perusahaan] = 6.65 LU[Tuminting,LU5_Industri](t) = LU[Tuminting,LU5_Industri](t - dt) + (Pert_LU[Tuminting,Industri] - Peng_LU[Tuminting,Industri]) * dt INIT LU[Tuminting,LU5_Industri] = 0.95 LU[Tuminting,LU6_Jasa](t) = LU[Tuminting,LU6_Jasa](t - dt) + (Pert_LU[Tuminting,Jas] Peng_LU[Tuminting,Jas]) * dt INIT LU[Tuminting,LU6_Jasa] = 11.9 LU[Tuminting,Total_L_U](t) = LU[Tuminting,Total_L_U](t - dt) + (Pert_LU[Tuminting,Tot_L_Use] Peng_LU[Tuminting,Tot_L_Use]) * dt INIT LU[Tuminting,Total_L_U] = 431 LU[Singkil,LU1_Pemukiman](t) = LU[Singkil,LU1_Pemukiman](t - dt) + (Pert_LU[Singkil,Pem] Peng_LU[Singkil,Pem]) * dt INIT LU[Singkil,LU1_Pemukiman] = 251 LU[Singkil,LU2_Pertanian](t) = LU[Singkil,LU2_Pertanian](t - dt) + (Pert_LU[Singkil,Pert] Peng_LU[Singkil,Pert]) * dt INIT LU[Singkil,LU2_Pertanian] = 199 LU[Singkil,LU3_Hutan](t) = LU[Singkil,LU3_Hutan](t - dt) + (Pert_LU[Singkil,Hut] Peng_LU[Singkil,Hut]) * dt INIT LU[Singkil,LU3_Hutan] = 4.2 LU[Singkil,LU4_Perusahaan](t) = LU[Singkil,LU4_Perusahaan](t - dt) + (Pert_LU[Singkil,Perus] Peng_LU[Singkil,Perus]) * dt INIT LU[Singkil,LU4_Perusahaan] = 5.55 LU[Singkil,LU5_Industri](t) = LU[Singkil,LU5_Industri](t - dt) + (Pert_LU[Singkil,Industri] Peng_LU[Singkil,Industri]) * dt INIT LU[Singkil,LU5_Industri] = 0.4 LU[Singkil,LU6_Jasa](t) = LU[Singkil,LU6_Jasa](t - dt) + (Pert_LU[Singkil,Jas] Peng_LU[Singkil,Jas]) * dt INIT LU[Singkil,LU6_Jasa] = 7.6 LU[Singkil,Total_L_U](t) = LU[Singkil,Total_L_U](t - dt) + (Pert_LU[Singkil,Tot_L_Use] Peng_LU[Singkil,Tot_L_Use]) * dt INIT LU[Singkil,Total_L_U] = 467.75 LU[Wenang,LU1_Pemukiman](t) = LU[Wenang,LU1_Pemukiman](t - dt) + (Pert_LU[Wenang,Pem] Peng_LU[Wenang,Pem]) * dt INIT LU[Wenang,LU1_Pemukiman] = 230.2 LU[Wenang,LU2_Pertanian](t) = LU[Wenang,LU2_Pertanian](t - dt) + (Pert_LU[Wenang,Pert] Peng_LU[Wenang,Pert]) * dt INIT LU[Wenang,LU2_Pertanian] = 3 LU[Wenang,LU3_Hutan](t) = LU[Wenang,LU3_Hutan](t - dt) + (Pert_LU[Wenang,Hut] Peng_LU[Wenang,Hut]) * dt INIT LU[Wenang,LU3_Hutan] = 5.6 LU[Wenang,LU4_Perusahaan](t) = LU[Wenang,LU4_Perusahaan](t - dt) + (Pert_LU[Wenang,Perus] Peng_LU[Wenang,Perus]) * dt INIT LU[Wenang,LU4_Perusahaan] = 75.3
110
Lampiran 1 Lanjutan
LU[Wenang,LU5_Industri](t) = LU[Wenang,LU5_Industri](t - dt) + (Pert_LU[Wenang,Industri] Peng_LU[Wenang,Industri]) * dt INIT LU[Wenang,LU5_Industri] = 0.25 LU[Wenang,LU6_Jasa](t) = LU[Wenang,LU6_Jasa](t - dt) + (Pert_LU[Wenang,Jas] Peng_LU[Wenang,Jas]) * dt INIT LU[Wenang,LU6_Jasa] = 49.6 LU[Wenang,Total_L_U](t) = LU[Wenang,Total_L_U](t - dt) + (Pert_LU[Wenang,Tot_L_Use] Peng_LU[Wenang,Tot_L_Use]) * dt INIT LU[Wenang,Total_L_U] = 363.95 LU[Total_Kota_Manado,LU1_Pemukiman](t) = LU[Total_Kota_Manado,LU1_Pemukiman](t - dt) + (Pert_LU[Total_Kota_Manado,Pem] - Peng_LU[Total_Kota_Manado,Pem]) * dt INIT LU[Total_Kota_Manado,LU1_Pemukiman] = 3167.35 LU[Total_Kota_Manado,LU2_Pertanian](t) = LU[Total_Kota_Manado,LU2_Pertanian](t - dt) + (Pert_LU[Total_Kota_Manado,Pert] - Peng_LU[Total_Kota_Manado,Pert]) * dt INIT LU[Total_Kota_Manado,LU2_Pertanian] = 11301.6 LU[Total_Kota_Manado,LU3_Hutan](t) = LU[Total_Kota_Manado,LU3_Hutan](t - dt) + (Pert_LU[Total_Kota_Manado,Hut] - Peng_LU[Total_Kota_Manado,Hut]) * dt INIT LU[Total_Kota_Manado,LU3_Hutan] = 535.45 LU[Total_Kota_Manado,LU4_Perusahaan](t) = LU[Total_Kota_Manado,LU4_Perusahaan](t - dt) + (Pert_LU[Total_Kota_Manado,Perus] - Peng_LU[Total_Kota_Manado,Perus]) * dt INIT LU[Total_Kota_Manado,LU4_Perusahaan] = 234.1 LU[Total_Kota_Manado,LU5_Industri](t) = LU[Total_Kota_Manado,LU5_Industri](t - dt) + (Pert_LU[Total_Kota_Manado,Industri] - Peng_LU[Total_Kota_Manado,Industri]) * dt INIT LU[Total_Kota_Manado,LU5_Industri] = 4.95 LU[Total_Kota_Manado,LU6_Jasa](t) = LU[Total_Kota_Manado,LU6_Jasa](t - dt) + (Pert_LU[Total_Kota_Manado,Jas] - Peng_LU[Total_Kota_Manado,Jas]) * dt INIT LU[Total_Kota_Manado,LU6_Jasa] = 482.55 LU[Total_Kota_Manado,Total_L_U](t) = LU[Total_Kota_Manado,Total_L_U](t - dt) + (Pert_LU[Total_Kota_Manado,Tot_L_Use] - Peng_LU[Total_Kota_Manado,Tot_L_Use]) * dt INIT LU[Total_Kota_Manado,Total_L_U] = 15726 Pert_LU[Kec,L_Use] = IF(LU[Kec,L_Use]=LU[Kec,Pem]) THEN (Pert_LU_Pem[Kec]) ELSE IF(LU[Kec,L_Use]=LU[Kec,Perus]) THEN (Koef_Peert_Perush[Kec]*0.2*Pert_LU_Pem[Kec]) ELSE IF(LU[Kec,L_Use]=LU[Kec,Industri]) THEN (Koef_Pert_Ind[Kec]*0.2*Pert_LU_Pem[Kec]) ELSE IF (LU[Kec,L_Use]=LU[Kec,Jas]) THEN (koef_Pert_Jasa[Kec]*0.2*Pert_LU_Pem[Kec]) ELSE 0 Peng_LU[Kec,L_Use] = IF(LU[Kec,L_Use]=LU[Kec,Pert])THEN Peng_Pert[Kec] ELSE IF (LU[Kec,L_Use]=LU[Kec,Hut]) THEN Peng_Hutan[Kec] ELSE 0 RTH[Mapanget,Hukot](t) = RTH[Mapanget,Hukot](t - dt) + (Pert_RTH[Mapanget,Hukot] Peng_RTH[Mapanget,Hukot]) * dt INIT RTH[Mapanget,Hukot] = 0.3 RTH[Mapanget,Takot](t) = RTH[Mapanget,Takot](t - dt) + (Pert_RTH[Mapanget,Takot] Peng_RTH[Mapanget,Takot]) * dt INIT RTH[Mapanget,Takot] = 2.402 RTH[Mapanget,JHJ](t) = RTH[Mapanget,JHJ](t - dt) + (Pert_RTH[Mapanget,JHJ] Peng_RTH[Mapanget,JHJ]) * dt INIT RTH[Mapanget,JHJ] = 0.0342 RTH[Mapanget,JHS](t) = RTH[Mapanget,JHS](t - dt) + (Pert_RTH[Mapanget,JHS] Peng_RTH[Mapanget,JHS]) * dt INIT RTH[Mapanget,JHS] = 0.1321 RTH[Mapanget,RTH_Pert](t) = RTH[Mapanget,RTH_Pert](t - dt) + (Pert_RTH[Mapanget,RTH_Pert] Peng_RTH[Mapanget,RTH_Pert]) * dt
111
Lampiran 1 Lanjutan INIT RTH[Mapanget,RTH_Pert] = 5024.2 RTH[Mapanget,RTH_Hut](t) = RTH[Mapanget,RTH_Hut](t - dt) + (Pert_RTH[Mapanget,RTH_Hut] Peng_RTH[Mapanget,RTH_Hut]) * dt INIT RTH[Mapanget,RTH_Hut] = 87.5 RTH[Mapanget,Tot_RTH](t) = RTH[Mapanget,Tot_RTH](t - dt) + (Pert_RTH[Mapanget,Tot_RTH] Peng_RTH[Mapanget,Tot_RTH]) * dt INIT RTH[Mapanget,Tot_RTH] = 5112.17 RTH[Sario,Hukot](t) = RTH[Sario,Hukot](t - dt) + (Pert_RTH[Sario,Hukot] - Peng_RTH[Sario,Hukot]) * dt INIT RTH[Sario,Hukot] = 0 RTH[Sario,Takot](t) = RTH[Sario,Takot](t - dt) + (Pert_RTH[Sario,Takot] - Peng_RTH[Sario,Takot]) * dt INIT RTH[Sario,Takot] = 1.397 RTH[Sario,JHJ](t) = RTH[Sario,JHJ](t - dt) + (Pert_RTH[Sario,JHJ] - Peng_RTH[Sario,JHJ]) * dt INIT RTH[Sario,JHJ] = 0.0248 RTH[Sario,JHS](t) = RTH[Sario,JHS](t - dt) + (Pert_RTH[Sario,JHS] - Peng_RTH[Sario,JHS]) * dt INIT RTH[Sario,JHS] = 0.2 RTH[Sario,RTH_Pert](t) = RTH[Sario,RTH_Pert](t - dt) + (Pert_RTH[Sario,RTH_Pert] Peng_RTH[Sario,RTH_Pert]) * dt INIT RTH[Sario,RTH_Pert] = 0 RTH[Sario,RTH_Hut](t) = RTH[Sario,RTH_Hut](t - dt) + (Pert_RTH[Sario,RTH_Hut] Peng_RTH[Sario,RTH_Hut]) * dt INIT RTH[Sario,RTH_Hut] = 0.3 RTH[Sario,Tot_RTH](t) = RTH[Sario,Tot_RTH](t - dt) + (Pert_RTH[Sario,Tot_RTH] Peng_RTH[Sario,Tot_RTH]) * dt INIT RTH[Sario,Tot_RTH] = 0.52 RTH[Malayang,Hukot](t) = RTH[Malayang,Hukot](t - dt) + (Pert_RTH[Malayang,Hukot] Peng_RTH[Malayang,Hukot]) * dt INIT RTH[Malayang,Hukot] = 3.70 RTH[Malayang,Takot](t) = RTH[Malayang,Takot](t - dt) + (Pert_RTH[Malayang,Takot] Peng_RTH[Malayang,Takot]) * dt INIT RTH[Malayang,Takot] = 1.285 RTH[Malayang,JHJ](t) = RTH[Malayang,JHJ](t - dt) + (Pert_RTH[Malayang,JHJ] Peng_RTH[Malayang,JHJ]) * dt INIT RTH[Malayang,JHJ] = 0.0256 RTH[Malayang,JHS](t) = RTH[Malayang,JHS](t - dt) + (Pert_RTH[Malayang,JHS] Peng_RTH[Malayang,JHS]) * dt INIT RTH[Malayang,JHS] = 0.0555 RTH[Malayang,RTH_Pert](t) = RTH[Malayang,RTH_Pert](t - dt) + (Pert_RTH[Malayang,RTH_Pert] Peng_RTH[Malayang,RTH_Pert]) * dt INIT RTH[Malayang,RTH_Pert] = 1126.15 RTH[Malayang,RTH_Hut](t) = RTH[Malayang,RTH_Hut](t - dt) + (Pert_RTH[Malayang,RTH_Hut] Peng_RTH[Malayang,RTH_Hut]) * dt INIT RTH[Malayang,RTH_Hut] = 14.5 RTH[Malayang,Tot_RTH](t) = RTH[Malayang,Tot_RTH](t - dt) + (Pert_RTH[Malayang,Tot_RTH] Peng_RTH[Malayang,Tot_RTH]) * dt INIT RTH[Malayang,Tot_RTH] = 1144.43 RTH[Wanea,Hukot](t) = RTH[Wanea,Hukot](t - dt) + (Pert_RTH[Wanea,Hukot] Peng_RTH[Wanea,Hukot]) * dt INIT RTH[Wanea,Hukot] = 0
112
Lampiran 1 Lanjutan RTH[Wanea,Takot](t) = RTH[Wanea,Takot](t - dt) + (Pert_RTH[Wanea,Takot] Peng_RTH[Wanea,Takot]) * dt INIT RTH[Wanea,Takot] = 0.159 RTH[Wanea,JHJ](t) = RTH[Wanea,JHJ](t - dt) + (Pert_RTH[Wanea,JHJ] - Peng_RTH[Wanea,JHJ]) * dt INIT RTH[Wanea,JHJ] = 0.0167 RTH[Wanea,JHS](t) = RTH[Wanea,JHS](t - dt) + (Pert_RTH[Wanea,JHS] - Peng_RTH[Wanea,JHS]) * dt INIT RTH[Wanea,JHS] = 0.1174 RTH[Wanea,RTH_Pert](t) = RTH[Wanea,RTH_Pert](t - dt) + (Pert_RTH[Wanea,RTH_Pert] Peng_RTH[Wanea,RTH_Pert]) * dt INIT RTH[Wanea,RTH_Pert] = 225.35 RTH[Wanea,RTH_Hut](t) = RTH[Wanea,RTH_Hut](t - dt) + (Pert_RTH[Wanea,RTH_Hut] Peng_RTH[Wanea,RTH_Hut]) * dt INIT RTH[Wanea,RTH_Hut] = 6.05 RTH[Wanea,Tot_RTH](t) = RTH[Wanea,Tot_RTH](t - dt) + (Pert_RTH[Wanea,Tot_RTH] Peng_RTH[Wanea,Tot_RTH]) * dt INIT RTH[Wanea,Tot_RTH] = 231.53 RTH[Tikala,Hukot](t) = RTH[Tikala,Hukot](t - dt) + (Pert_RTH[Tikala,Hukot] Peng_RTH[Tikala,Hukot]) * dt INIT RTH[Tikala,Hukot] = 0.5 RTH[Tikala,Takot](t) = RTH[Tikala,Takot](t - dt) + (Pert_RTH[Tikala,Takot] Peng_RTH[Tikala,Takot]) * dt INIT RTH[Tikala,Takot] = 0.343 RTH[Tikala,JHJ](t) = RTH[Tikala,JHJ](t - dt) + (Pert_RTH[Tikala,JHJ] - Peng_RTH[Tikala,JHJ]) * dt INIT RTH[Tikala,JHJ] = 0.0172 RTH[Tikala,JHS](t) = RTH[Tikala,JHS](t - dt) + (Pert_RTH[Tikala,JHS] - Peng_RTH[Tikala,JHS]) * dt INIT RTH[Tikala,JHS] = 0.1529 RTH[Tikala,RTH_Pert](t) = RTH[Tikala,RTH_Pert](t - dt) + (Pert_RTH[Tikala,RTH_Pert] Peng_RTH[Tikala,RTH_Pert]) * dt INIT RTH[Tikala,RTH_Pert] = 770.20 RTH[Tikala,RTH_Hut](t) = RTH[Tikala,RTH_Hut](t - dt) + (Pert_RTH[Tikala,RTH_Hut] Peng_RTH[Tikala,RTH_Hut]) * dt INIT RTH[Tikala,RTH_Hut] = 20.75 RTH[Tikala,Tot_RTH](t) = RTH[Tikala,Tot_RTH](t - dt) + (Pert_RTH[Tikala,Tot_RTH] Peng_RTH[Tikala,Tot_RTH]) * dt INIT RTH[Tikala,Tot_RTH] = 791.62 RTH[Bunaken,Hukot](t) = RTH[Bunaken,Hukot](t - dt) + (Pert_RTH[Bunaken,Hukot] Peng_RTH[Bunaken,Hukot]) * dt INIT RTH[Bunaken,Hukot] = 219.5 RTH[Bunaken,Takot](t) = RTH[Bunaken,Takot](t - dt) + (Pert_RTH[Bunaken,Takot] Peng_RTH[Bunaken,Takot]) * dt INIT RTH[Bunaken,Takot] = 0.250 RTH[Bunaken,JHJ](t) = RTH[Bunaken,JHJ](t - dt) + (Pert_RTH[Bunaken,JHJ] Peng_RTH[Bunaken,JHJ]) * dt INIT RTH[Bunaken,JHJ] = 0.0234 RTH[Bunaken,JHS](t) = RTH[Bunaken,JHS](t - dt) + (Pert_RTH[Bunaken,JHS] Peng_RTH[Bunaken,JHS]) * dt INIT RTH[Bunaken,JHS] = 0.0026
113
Lampiran 1 Lanjutan RTH[Bunaken,RTH_Pert](t) = RTH[Bunaken,RTH_Pert](t - dt) + (Pert_RTH[Bunaken,RTH_Pert] Peng_RTH[Bunaken,RTH_Pert]) * dt INIT RTH[Bunaken,RTH_Pert] = 3817.70 RTH[Bunaken,RTH_Hut](t) = RTH[Bunaken,RTH_Hut](t - dt) + (Pert_RTH[Bunaken,RTH_Hut] Peng_RTH[Bunaken,RTH_Hut]) * dt INIT RTH[Bunaken,RTH_Hut] = 171.75 RTH[Bunaken,Tot_RTH](t) = RTH[Bunaken,Tot_RTH](t - dt) + (Pert_RTH[Bunaken,Tot_RTH] Peng_RTH[Bunaken,Tot_RTH]) * dt INIT RTH[Bunaken,Tot_RTH] = 4208.98 RTH[Tuminting,Hukot](t) = RTH[Tuminting,Hukot](t - dt) + (Pert_RTH[Tuminting,Hukot] Peng_RTH[Tuminting,Hukot]) * dt INIT RTH[Tuminting,Hukot] = 0 RTH[Tuminting,Takot](t) = RTH[Tuminting,Takot](t - dt) + (Pert_RTH[Tuminting,Takot] Peng_RTH[Tuminting,Takot]) * dt INIT RTH[Tuminting,Takot] = 0 RTH[Tuminting,JHJ](t) = RTH[Tuminting,JHJ](t - dt) + (Pert_RTH[Tuminting,JHJ] Peng_RTH[Tuminting,JHJ]) * dt INIT RTH[Tuminting,JHJ] = 0.0203 RTH[Tuminting,JHS](t) = RTH[Tuminting,JHS](t - dt) + (Pert_RTH[Tuminting,JHS] Peng_RTH[Tuminting,JHS]) * dt INIT RTH[Tuminting,JHS] = 0.2 RTH[Tuminting,RTH_Pert](t) = RTH[Tuminting,RTH_Pert](t - dt) + (Pert_RTH[Tuminting,RTH_Pert] - Peng_RTH[Tuminting,RTH_Pert]) * dt INIT RTH[Tuminting,RTH_Pert] = 136 RTH[Tuminting,RTH_Hut](t) = RTH[Tuminting,RTH_Hut](t - dt) + (Pert_RTH[Tuminting,RTH_Hut] - Peng_RTH[Tuminting,RTH_Hut]) * dt INIT RTH[Tuminting,RTH_Hut] = 0.80 RTH[Tuminting,Tot_RTH](t) = RTH[Tuminting,Tot_RTH](t - dt) + (Pert_RTH[Tuminting,Tot_RTH] Peng_RTH[Tuminting,Tot_RTH]) * dt INIT RTH[Tuminting,Tot_RTH] = 137.02 RTH[Singkil,Hukot](t) = RTH[Singkil,Hukot](t - dt) + (Pert_RTH[Singkil,Hukot] Peng_RTH[Singkil,Hukot]) * dt INIT RTH[Singkil,Hukot] = 0 RTH[Singkil,Takot](t) = RTH[Singkil,Takot](t - dt) + (Pert_RTH[Singkil,Takot] Peng_RTH[Singkil,Takot]) * dt INIT RTH[Singkil,Takot] = 0.079 RTH[Singkil,JHJ](t) = RTH[Singkil,JHJ](t - dt) + (Pert_RTH[Singkil,JHJ] - Peng_RTH[Singkil,JHJ]) * dt INIT RTH[Singkil,JHJ] = 0.0218 RTH[Singkil,JHS](t) = RTH[Singkil,JHS](t - dt) + (Pert_RTH[Singkil,JHS] - Peng_RTH[Singkil,JHS]) * dt INIT RTH[Singkil,JHS] = 0.0333 RTH[Singkil,RTH_Pert](t) = RTH[Singkil,RTH_Pert](t - dt) + (Pert_RTH[Singkil,RTH_Pert] Peng_RTH[Singkil,RTH_Pert]) * dt INIT RTH[Singkil,RTH_Pert] = 199 RTH[Singkil,RTH_Hut](t) = RTH[Singkil,RTH_Hut](t - dt) + (Pert_RTH[Singkil,RTH_Hut] Peng_RTH[Singkil,RTH_Hut]) * dt INIT RTH[Singkil,RTH_Hut] = 4.20 RTH[Singkil,Tot_RTH](t) = RTH[Singkil,Tot_RTH](t - dt) + (Pert_RTH[Singkil,Tot_RTH] Peng_RTH[Singkil,Tot_RTH]) * dt INIT RTH[Singkil,Tot_RTH] = 203.26
114
Lampiran 1 Lanjutan RTH[Wenang,Hukot](t) = RTH[Wenang,Hukot](t - dt) + (Pert_RTH[Wenang,Hukot] Peng_RTH[Wenang,Hukot]) * dt INIT RTH[Wenang,Hukot] = 0 RTH[Wenang,Takot](t) = RTH[Wenang,Takot](t - dt) + (Pert_RTH[Wenang,Takot] Peng_RTH[Wenang,Takot]) * dt INIT RTH[Wenang,Takot] = 0.475 RTH[Wenang,JHJ](t) = RTH[Wenang,JHJ](t - dt) + (Pert_RTH[Wenang,JHJ] Peng_RTH[Wenang,JHJ]) * dt INIT RTH[Wenang,JHJ] = 0.0335 RTH[Wenang,JHS](t) = RTH[Wenang,JHS](t - dt) + (Pert_RTH[Wenang,JHS] Peng_RTH[Wenang,JHS]) * dt INIT RTH[Wenang,JHS] = 0.2 RTH[Wenang,RTH_Pert](t) = RTH[Wenang,RTH_Pert](t - dt) + (Pert_RTH[Wenang,RTH_Pert] Peng_RTH[Wenang,RTH_Pert]) * dt INIT RTH[Wenang,RTH_Pert] = 3 RTH[Wenang,RTH_Hut](t) = RTH[Wenang,RTH_Hut](t - dt) + (Pert_RTH[Wenang,RTH_Hut] Peng_RTH[Wenang,RTH_Hut]) * dt INIT RTH[Wenang,RTH_Hut] = 5.60 RTH[Wenang,Tot_RTH](t) = RTH[Wenang,Tot_RTH](t - dt) + (Pert_RTH[Wenang,Tot_RTH] Peng_RTH[Wenang,Tot_RTH]) * dt INIT RTH[Wenang,Tot_RTH] = 8.83 RTH[Total_Kota_Manado,Hukot](t) = RTH[Total_Kota_Manado,Hukot](t - dt) + (Pert_RTH[Total_Kota_Manado,Hukot] - Peng_RTH[Total_Kota_Manado,Hukot]) * dt INIT RTH[Total_Kota_Manado,Hukot] = 224 RTH[Total_Kota_Manado,Takot](t) = RTH[Total_Kota_Manado,Takot](t - dt) + (Pert_RTH[Total_Kota_Manado,Takot] - Peng_RTH[Total_Kota_Manado,Takot]) * dt INIT RTH[Total_Kota_Manado,Takot] = 6.390 RTH[Total_Kota_Manado,JHJ](t) = RTH[Total_Kota_Manado,JHJ](t - dt) + (Pert_RTH[Total_Kota_Manado,JHJ] - Peng_RTH[Total_Kota_Manado,JHJ]) * dt INIT RTH[Total_Kota_Manado,JHJ] = 0.22 RTH[Total_Kota_Manado,JHS](t) = RTH[Total_Kota_Manado,JHS](t - dt) + (Pert_RTH[Total_Kota_Manado,JHS] - Peng_RTH[Total_Kota_Manado,JHS]) * dt INIT RTH[Total_Kota_Manado,JHS] = 1.09 RTH[Total_Kota_Manado,RTH_Pert](t) = RTH[Total_Kota_Manado,RTH_Pert](t - dt) + (Pert_RTH[Total_Kota_Manado,RTH_Pert] - Peng_RTH[Total_Kota_Manado,RTH_Pert]) * dt INIT RTH[Total_Kota_Manado,RTH_Pert] = 11301.60 RTH[Total_Kota_Manado,RTH_Hut](t) = RTH[Total_Kota_Manado,RTH_Hut](t - dt) + (Pert_RTH[Total_Kota_Manado,RTH_Hut] - Peng_RTH[Total_Kota_Manado,RTH_Hut]) * dt INIT RTH[Total_Kota_Manado,RTH_Hut] = 311.45 RTH[Total_Kota_Manado,Tot_RTH](t) = RTH[Total_Kota_Manado,Tot_RTH](t - dt) + (Pert_RTH[Total_Kota_Manado,Tot_RTH] - Peng_RTH[Total_Kota_Manado,Tot_RTH]) * dt INIT RTH[Total_Kota_Manado,Tot_RTH] = 11838.06 Pert_RTH[Kec,Ruang_TH] = IF(RTH[Kec,Ruang_TH]=RTH[Kec,Hukot] AND TR >0.375 ) THEN RANDOM (0.375,0.875,0.5)*(Hutan_Kota*0.3*Pert_LU[Kec,Pem]) ELSE IF(RTH[Kec,Ruang_TH]=RTH[Kec,Hukot] AND TR >0.875 ) THEN RANDOM (0.875,1,0.937)*(Hutan_Kota*0.3*Pert_LU[Kec,Pem]) ELSE IF(RTH[Kec,Ruang_TH]=RTH[Kec,Takot] AND TR >0.375 ) THEN RANDOM (0.375,0.875,0.5)*(Taman_kota*0.3*Pert_LU[Kec,Pem]) ELSE IF(RTH[Kec,Ruang_TH]=RTH[Kec,Takot] AND TR >0.875 ) THEN RANDOM (0.875,1,0.937)*(Taman_kota*0.3*Pert_LU[Kec,Pem]) ELSE IF(RTH[Kec,Ruang_TH]=RTH[Kec,JHJ] AND TR >0.375 ) THEN RANDOM
115
Lampiran 1 Lanjutan (0.375,0.875,0.5)*(Jalur_Hijau_Jalan*0.3*Pert_LU[Kec,Pem]) ELSE IF(RTH[Kec,Ruang_TH]=RTH[Kec,JHJ]AND TR >0.875 ) THEN RANDOM (0.875,1,0.937)*(Jalur_Hijau_Jalan*0.3*Pert_LU[Kec,Pem]) ELSE IF(RTH[Kec,Ruang_TH]=RTH[Kec,JHS]AND TR >0.375 ) THEN RANDOM (0.375,0.875,0.5)*(Jalur_Hijau_Sungai*0.3*Pert_LU[Kec,Pem]) ELSE IF(RTH[Kec,Ruang_TH]=RTH[Kec,JHS] AND TR >0.875 ) THEN RANDOM (0.875,1,0.937)*(Jalur_Hijau_Sungai*0.3*Pert_LU[Kec,Pem]) ELSE IF (RTH[Kec,Ruang_TH]=RTH[Kec,Tot_RTH] AND TR >0.375) THEN RANDOM (0.375,0.875,0.5)*((Hutan_Kota+Jalur_Hijau_Jalan+Jalur_Hijau_Sungai+Taman_kota)* 0.3*Pert_LU[Kec,Pem]) ELSE IF (RTH[Kec,Ruang_TH]=RTH[Kec,Tot_RTH] AND TR >0.875) THEN RANDOM (0.875,1,0.937)*((Hutan_Kota+Jalur_Hijau_Jalan+Jalur_Hijau_Sungai+Taman_kota)* 0.3*Pert_LU[Kec,Pem]) ELSE 0 Peng_RTH[Kec,Ruang_TH] = IF(RTH[Kec,Ruang_TH]>0) THEN RTH[Kec,Ruang_TH]*0.001*RANDOM (0,1,0.5) else 0 Banjir_&_Erosi[Kec] = IF(Curah_Hujan >616) AND (Rasio_RTH_:_LL[Kec]) < 0.3 THEN 1 3.3333*Rasio_RTH_:_LL[Kec] ELSE 0 Curah_Hujan = RANDOM (388,866) Dist_Penduduk[Kec] = ((LU[Kec,Pem]/KLPU_RT[Kec])-643.23)/0.2318 Hutan_Kota = 0.05 Jalur_Hijau_Jalan = 0.15 Jalur_Hijau_Sungai = 0.05 Kep_Pend_LL_Pem[Kec] = PENDUDUDK[Kec]/LU[Kec,Pem] KLPU_RT[Mapanget] = 0.0425 KLPU_RT[Sario] = 0.0213 KLPU_RT[Malayang] = 0.0306 KLPU_RT[Wanea] = 0.0336 KLPU_RT[Tikala] = 0.0412 KLPU_RT[Bunaken] = 0.0435 KLPU_RT[Tuminting] = 0.0241 KLPU_RT[Singkil] = 0.0210 KLPU_RT[Wenang] = 0.0252 KLPU_RT[Total_Kota_Manado] = 0.0317 KLUP[Kec] = IF(TR<0.375) THEN (KLPU_RT[Kec]*Rumah_Tangga[Kec]) ELSE IF (TR>0.375 or TR<0.875) THEN (KLPU_RT[Kec]*Rumah_Tangga[Kec])+(RANDOM (0.10,0.20,0.15)*(KLPU_RT[Kec]*Rumah_Tangga[Kec])) ELSE (KLPU_RT[Kec]*Rumah_Tangga[Kec])+(RANDOM(0.25,0.35,0.30) *(KLPU_RT[Kec]*Rumah_Tangga[Kec])) Koef_Peert_Perush[Mapanget] = 0.0487 Koef_Peert_Perush[Sario] = 0.1178 Koef_Peert_Perush[Malayang] = 0.0406 Koef_Peert_Perush[Wanea] = 0.0547 Koef_Peert_Perush[Tikala] = 0.0369 Koef_Peert_Perush[Bunaken] = 0.1893 Koef_Peert_Perush[Tuminting] = 0.0242 Koef_Peert_Perush[Singkil] = 0.0221 Koef_Peert_Perush[Wenang] = 0.3271 Koef_Peert_Perush[Total_Kota_Manado] = 0.0739 Koef_Pert_Ind[Mapanget] = 0.0020 Koef_Pert_Ind[Sario] = 0.0019 Koef_Pert_Ind[Malayang] = 0.0017
116
Lampiran 1 Lanjutan Koef_Pert_Ind[Wanea] = 0.0010 Koef_Pert_Ind[Tikala] = 0.0014 Koef_Pert_Ind[Bunaken] = 0 Koef_Pert_Ind[Tuminting] = 0.0035 Koef_Pert_Ind[Singkil] = 0.0016 Koef_Pert_Ind[Wenang] = 0.0011 Koef_Pert_Ind[Total_Kota_Manado] = 0.0016 koef_Pert_Jasa[Mapanget] = 0.3649 koef_Pert_Jasa[Sario] = 0.1806 koef_Pert_Jasa[Malayang] = 0.2192 koef_Pert_Jasa[Wanea] = 0.1177 koef_Pert_Jasa[Tikala] = 0.0663 koef_Pert_Jasa[Bunaken] = 0.0445 koef_Pert_Jasa[Tuminting] = 0.0433 koef_Pert_Jasa[Singkil] = 0.0303 koef_Pert_Jasa[Wenang] = 0.2155 koef_Pert_Jasa[Total_Kota_Manado] = 0.1524 Konservasi_&_Rehab = IF(Skenario=2) THEN (RANDOM(0.375,0.875)) ELSE IF (Skenario=3) THEN (RANDOM(0.8751,1)) ELSE (RANDOM(0.0,0.375)) Kualitas_Lingkungan = IF(Pencemaran>=5 AND (Konservasi_&_Rehab<0.5) )THEN (RANDOM (0,0.5)) ELSE (RANDOM (0.51,1.0)) LL_Layak_Konversi[Kec] = IF(TR< 0.375) THEN (LU[Kec,Pert]+LU[Kec,Hut]) ELSE IF (TR >=0.375) AND (LTLM[Kec]
616) AND (Rasio_RTH_:_LL[Kec]) < 0.3 THEN 1 3.3333*Rasio_RTH_:_LL[Kec] ELSE 0 LTLM[Kec] = LL_KOTA_MANADO[Kec,Dataran_Landai]+LL_KOTA_MANADO[Kec,Berombak] LTTLM[Kec] = LL_KOTA_MANADO[Kec,Berombak_Berbukit]+LL_KOTA_MANADO[Kec,Bergunung] Maks_Konversi_Lahan[Kec] = LL_Layak_Konversi[Kec] Over_Penduduk[Kec] = Dist_Penduduk[Kec]-PENDUDUDK[Kec] Pencemaran = 1-(Konservasi_&_Rehab+TR)/2 Peng_Hutan[Kec] = IF (KLUP[Kec]>LU[Kec,Pem] AND TR<0.375 AND (LU[Kec,Pert]+LU[Kec,Pem] + LU[Kec,Hut]) < KLUP[Kec]) THEN (((LU[Kec,Pert]+LU[Kec,Pem]+ LU[Kec,Hut])- LU[Kec,Pem])- (LU[Kec,Pert]+LU[Kec,Pem]))- LU[Kec,Pem]ELSE 0 Peng_Pert[Kec] = IF (KLUP[Kec]>LU[Kec,Pem] AND TR<0.375 AND (LU[Kec,Pert]+LU[Kec,Pem]) >=KLUP[Kec]) THEN (KLUP[Kec]-LU[Kec,Pem]) ELSE IF (KLUP[Kec]>LU[Kec,Pem] AND TR<0.375 AND (LU[Kec,Pert]+LU[Kec,Pem])< KLUP[Kec]) THEN (LU[Kec,Pert]+LU[Kec,Pem]- LU[Kec,Pem]) ELSE IF (KLUP[Kec]>LU[Kec,Pem] AND TR<0.375 AND (LU[Kec,Pert]+LU[Kec,Pem] + LU[Kec,Hut]) < KLUP[Kec]) THEN (((LU[Kec,Pert]+LU[Kec,Pem]+ LU[Kec,Hut])- LU[Kec,Pem])(LU[Kec,Hut]+LU[Kec,Pem]))- LU[Kec,Pem]ELSE IF (KLUP[Kec]>LU[Kec,Pem] AND TR>0.375 AND TR<0.875 AND (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem]) +(RANDOM(0.10,0.20,0.15)* (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem])) <=(Maks_Konversi_Lahan[Kec]*0.8)) THEN (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem]) +(RANDOM(0.10,0.20,0.15)* (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem])) ELSE IF (KLUP[Kec]>LU[Kec,Pem] AND TR>0.375 AND TR<0.875 AND (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem]) +(RANDOM(0.10,0.20,0.15)* (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem])) > (Maks_Konversi_Lahan[Kec]*0.8)) THEN (Maks_Konversi_Lahan[Kec]*0.8) ELSE
117
Lampiran 1 Lanjutan IF (KLUP[Kec]>LU[Kec,Pem] AND TR>0.875 AND (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem]) +(RANDOM(0.25,0.35,0.3)* (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem])) <=(Maks_Konversi_Lahan[Kec]*0.8)) THEN (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem]) +(RANDOM(0.25,0.35,0.3)* (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem])) ELSE IF (KLUP[Kec]>LU[Kec,Pem] AND TR>0.875 AND (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem]) +(RANDOM(0.25,0.35,0.3)* (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem])) > (Maks_Konversi_Lahan[Kec]*0.8)) THEN (Maks_Konversi_Lahan[Kec]*0.8) ELSE 0 Pert_LU_Pem[Kec] = IF (KLUP[Kec]>LU[Kec,Pem] AND TR<0.375 AND (LU[Kec,Pert]+LU[Kec,Pem]) >=KLUP[Kec]) THEN (KLUP[Kec]-LU[Kec,Pem]) ELSE IF (KLUP[Kec]>LU[Kec,Pem] AND TR<0.375 AND (LU[Kec,Pert]+LU[Kec,Pem]) (KLUP[Kec]) THEN (KLUP[Kec]LU[Kec,Pem]) ELSE IF (KLUP[Kec]>LU[Kec,Pem] AND TR<0.375 AND (LU[Kec,Pert]+LU[Kec,Pem]) LU[Kec,Pem] AND TR>0.375 AND TR<0.875 AND (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem]) +(RANDOM(0.10,0.20,0.15)* (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem])) <=(Maks_Konversi_Lahan[Kec]*0.8)) THEN (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem]) +(RANDOM(0.10,0.20,0.15)* (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem])) ELSE IF (KLUP[Kec]>LU[Kec,Pem] AND TR>0.375 AND TR<0.875 AND (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem]) +(RANDOM(0.10,0.20,0.15)* (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem])) > (Maks_Konversi_Lahan[Kec]*0.8)) THEN (Maks_Konversi_Lahan[Kec]*0.8) ELSE IF (KLUP[Kec]>LU[Kec,Pem] AND TR>0.875 AND (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem]) +(RANDOM(0.25,0.35,0.3)* (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem])* PLLS_Konversi[Kec]) <=(Maks_Konversi_Lahan[Kec]*0.8)* PLLS_Konversi[Kec]) THEN (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem]) +(RANDOM(0.25,0.35,0.3)* (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem])* PLLS_Konversi[Kec]) ELSE IF (KLUP[Kec]>LU[Kec,Pem] AND TR>0.875 AND (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem]) +(RANDOM(0.25,0.35,0.3)* (KLUP[Kec]- LU[Kec,Pem])* PLLS_Konversi[Kec] ) > (Maks_Konversi_Lahan[Kec]*0.8)* PLLS_Konversi[Kec] ) THEN (Maks_Konversi_Lahan[Kec]*0.8 ) ELSE 0 PLLS_Konversi[Kec] = LL_Layak_Konversi[Kec]/LL_Layak_Konversi[Total_Kota_Manado] Rasio_RTH4__Pem[Kec] = (RTH[Kec,Hukot]+RTH[Kec,Takot]+RTH[Kec,JHJ]+RTH[Kec,JHS])/LU[Kec,Pem] Rasio_RTH_:_LL[Kec] = IF (LU[Kec, Tot_L_Use] ) > 0 THEN RTH[Kec, Tot_RTH]/LU[Kec, Tot_L_Use] else 0 Rasio_RTH_:_LL_Pem[Kec] = IF (LU[Kec, Pem] >0) then RTH[Kec,Tot_RTH]/LU[Kec,Pem] else 0 Rumah_Tangga[Kec] = 643.23+(PENDUDUDK[Kec]*0.2318) Skenario = 1 SKLP[Kec] = KLUP[Kec]-LU[Kec,Pem] Taman_kota = 0.75 TR = IF(Skenario=1)THEN (RANDOM(0.0,0.375,0.187)) ELSE IF (Skenario=3) THEN (RANDOM(0.8751,1,0.937)) ELSE RANDOM(0.3751,0.875,0.5)
118
Lampiran 2 Total RTH Kota Manado Hasil Model Dinamik pada Ketiga Skenario
Awal
Kecamatan
Akhir
S1
S2
S3
5112.17
5071.84
5103.46
5103.48
0.52
0.52
0.52
0.52
Malalayang
1144.43
1135.4
1159.04
1238.81
Wanea
231.53
229.7
265.91
255.78
Tikala
791.62
785.37
842.89
854.15
Bunaken
4208.98
4175.77
4191.96
4191.86
Tuminting
137.02
135.94
155.49
148.08
Singkil
203.26
201.66
218.43
219.43
Wenang
8.83
8.76
9.07
9.07
11838.36
11744.96
11946.77
12021.18
Mapanget
Sario
Total Kota Manado
119 Lampiran 3 Empat Komponen RTH Kota Manado Hasil Dinamik selama 20 Tahun RTH RTH RTH RTH RTH [Mapanget, RTH [Mapanget [Mapanget, [Mapanget, [Mapanget, RTH [Mapanget, ,Hutan Taman Jalur Hijau Jalur Hijau Pertanian] RTH Years Kota] Kota] Jalan] Sungai] Hutan] 0
0.3
2.4
0.03
0.13
1
0.44
4.44
0.44
0.27
2
0.53
5.84
0.72
0.36
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1.02 1.02 1.02 1.02 1.02 1.32 1.33 1.6 1.6 1.6 1.69 1.69 1.69 1.72 1.88 1.88
13.22 13.21 13.2 13.2 13.2 17.73 17.91 21.88 21.87 21.86 23.34 23.34 23.34 23.77 26.13 26.13
2.2 2.2 2.2 2.19 2.19 3.1 3.14 3.93 3.93 3.93 4.22 4.22 4.22 4.31 4.78 4.78
0.85 0.85 0.85 0.85 0.85 1.15 1.17 1.43 1.43 1.43 1.53 1.53 1.53 1.56 1.71 1.71
19
1.88
26.12
4.78
1.71
Final
1.88
26.11
4.78
1.71
5,024.20 5,024.20 5,023.54 5,019.74 5,017.44 5,014.77 5,013.67 5,013.43 5,010.03 5,006.63 5,001.95 5,000.03 4,997.43 4,993.28 4,993.11 4,992.84 4,990.20 4,986.85 4,986.81 4,984.90 4,984.56
87.5 87.5 87.49 87.42 87.38 87.34 87.32 87.31 87.25 87.19 87.11 87.08 87.03 86.96 86.96 86.95 86.91 86.85 86.85 86.82 86.81
120
Lampiran 3 Lanjutan
Years
RTH [Sario, Hutan Kota]
RTH Sario, Taman Kota]
RTH [Sario, Jalur Hijau Jalan]
RTH [Sario, Jalur Hijau Sungai]
RTH [Sario, RTH Pertanian]
RTH[Sario, RTH Hutan]
0
0
1.4
0.02
0.2
0
0.3
1
0
1.4
0.02
0.2
0
0.3
2
0
1.4
0.02
0.2
0
0.3
3
0
1.4
0.02
0.2
0
0.3
4
0
1.4
0.02
0.2
0
0.3
5
0
1.39
0.02
0.2
0
0.3
6
0
1.39
0.02
0.2
0
0.3
7
0
1.39
0.02
0.2
0
0.3
8
0
1.39
0.02
0.2
0
0.3
9
0
1.39
0.02
0.2
0
0.3
10
0
1.39
0.02
0.2
0
0.3
11
0
1.39
0.02
0.2
0
0.3
12
0
1.39
0.02
0.2
0
0.3
13
0
1.39
0.02
0.2
0
0.3
14
0
1.39
0.02
0.2
0
0.3
15
0
1.39
0.02
0.2
0
0.3
16
0
1.39
0.02
0.2
0
0.3
17
0
1.39
0.02
0.2
0
0.3
18
0
1.39
0.02
0.2
0
0.3
19
0
1.39
0.02
0.2
0
0.3
Final
0
1.39
0.02
0.2
0
0.3
121 Lampiran 3 Lanjutan RTH RTH RTH RTH [Malayang, RTH [Malayang, [Malayang, [Malayang, Jalur [Malayang, RTH Hutan Taman Jalur Hijau Hijau RTH [Malayang, Years Kota] Kota] Jalan] Sungai] Pertanian] RTH Hut] 0
3.7
1.28
0.03
0.06
1,126.15
14.5
1
3.7
1.28
0.03
0.06
1,126.15
14.5
2
3.72
1.59
0.09
0.08
1,126.00
14.5
3
8.9
79.39
15.65
5.26
1,125.15
14.49
4
8.9
79.35
15.64
5.26
1,124.63
14.48
5
8.9
79.31
15.63
5.26
1,124.04
14.47
6
8.89
79.29
15.63
5.26
1,123.79
14.47
7
8.89
79.29
15.63
5.26
1,123.74
14.47
8
8.89
79.24
15.62
5.25
1,122.97
14.46
9
8.88
79.18
15.61
5.25
1,122.21
14.45
10
8.87
79.11
15.59
5.24
1,121.16
14.44
11
8.87
79.08
15.59
5.24
1,120.73
14.43
12
8.86
79.04
15.58
5.24
1,120.15
14.42
13
8.86
78.97
15.56
5.23
1,119.22
14.41
14
8.86
78.97
15.56
5.23
1,119.18
14.41
15
8.86
78.97
15.56
5.23
1,119.12
14.41
16
8.85
78.92
15.55
5.23
1,118.53
14.4
17
8.85
78.87
15.54
5.23
1,117.78
14.39
18
8.85
78.87
15.54
5.23
1,117.77
14.39
19
8.84
78.84
15.54
5.23
1,117.34
14.39
Final
8.84
78.83
15.54
5.23
1,117.27
14.39
122 Lampiran 3 Lanjutan
Years
RTH [Wanea, Hutan Kota]
RTH [Wanea, Taman Kota]
RTH [Wanea, Jalur Hijau Jalan]
RTH [Wanea, Jalur Hijau Sungai]
RTH [Wanea, RTH Pertanian]
RTH [Wanea, RTH Hutan]
0
0
0.16
0.02
0.12
225.35
6.05
1
1.01
15.37
3.06
1.13
225.35
6.05
2
1.01
15.37
3.06
1.13
225.32
6.05
3
1.01
15.36
3.06
1.13
225.15
6.04
4
1.01
15.35
3.05
1.13
225.05
6.04
5
1.01
15.34
3.05
1.13
224.93
6.04
6
1.01
15.34
3.05
1.13
224.88
6.04
7
1.01
15.34
3.05
1.13
224.87
6.04
8
1.01
15.33
3.05
1.13
224.71
6.03
9
1.01
15.32
3.05
1.13
224.56
6.03
10
1.01
15.3
3.05
1.13
224.35
6.02
11
1.01
15.3
3.04
1.13
224.27
6.02
12
1.01
15.29
3.04
1.13
224.15
6.02
13
1.01
15.28
3.04
1.12
223.96
6.01
14
1.01
15.28
3.04
1.12
223.96
6.01
15
1.01
15.27
3.04
1.12
223.94
6.01
16
1.31
19.74
3.93
1.42
223.82
6.01
17
1.31
19.72
3.93
1.42
223.67
6.01
18
1.3
19.72
3.93
1.42
223.67
6
19
1.3
19.72
3.93
1.42
223.59
6
Final
1.3
19.71
3.93
1.42
223.57
6
123 Lampiran 3 Lanjutan
RTH [Tikala, Taman Kota]
RTH [Tikala, Jalur Hijau Jalur]
RTH [Tikala, Jalur Hijau Sungai]
Years
RTH [Tikala, Hutan Kota]
RTH [Tikala, RTH Pertanian]
RTH [Tikala, RTH Hutan]
0
0.5
0.34
0.02
0.15
770.2
20.75
1
3.97
52.33
10.42
3.62
770.2
20.75
2
3.97
52.33
10.41
3.62
770.1
20.75
3
3.96
52.29
10.41
3.62
769.52
20.73
4
3.96
52.26
10.4
3.61
769.16
20.72
5
3.96
52.23
10.4
3.61
768.75
20.71
6
3.96
52.22
10.39
3.61
768.59
20.71
7
3.96
52.22
10.39
3.61
768.55
20.71
8
3.95
52.18
10.39
3.61
768.03
20.69
9
3.95
52.15
10.38
3.61
767.51
20.68
10
3.95
52.1
10.37
3.6
766.79
20.66
11
3.95
52.08
10.36
3.6
766.49
20.65
12
3.94
52.05
10.36
3.6
766.1
20.64
13
3.94
52.01
10.35
3.6
765.46
20.62
14
3.94
52.01
10.35
3.6
765.43
20.62
15
3.94
52.01
10.35
3.6
765.39
20.62
16
3.94
51.98
10.34
3.59
764.99
20.61
17
3.94
51.94
10.34
3.59
764.47
20.61
18
3.94
51.94
10.34
3.59
764.47
20.6
19
3.93
51.92
10.33
3.59
764.17
20.59
Final
3.93
51.92
10.33
3.59
764.12
20.59
124 Lampiran 3 Lanjutan
Years
RTH [Bunaken Hutan kota]
RTH [Bunaken, Taman kota]
RTH [Bunaken, Jalur Hijau Jalan]
RTH [Bunaken, Jalur Hijau Sungai]
RTH [Bunaken, RTH Pertanian]
RTH [Bunaken, RTH Hutan]
171.75
0
219.5
0.25
0.02
0
3,817.70
1
219.7
3.25
0.62
0.2
3,817.70
2
219.7
3.74
0.72
0.24
3,817.20
171.75 171.73 171.6
3
219.74
6.81
1.34
0.44
3,814.31 171.52
4
219.64
6.81
1.33
0.44
3,812.56
5
219.52
6.8
1.33
0.44
3,810.53
6
219.48
6.8
1.33
0.44
3,809.70
171.43 171.39 171.38
7
219.47
6.8
1.33
0.44
3,809.52
8
219.45
8.77
1.73
0.57
3,806.93
9
219.31
8.99
1.77
0.59
3,804.35
171.27 171.15 170.99
10
219.22
10.59
2.09
0.69
3,800.79
11
219.13
10.58
2.09
0.69
3,799.33
12
219.02
10.58
2.09
0.69
3,797.36
13
218.88
11.24
2.22
0.74
3,794.20
170.92 170.83 170.69 170.69
14
218.87
11.24
2.22
0.74
3,794.07
15
218.86
11.24
2.22
0.74
3,793.87
16
218.76
11.36
2.25
0.74
3,791.86
170.68 170.59 170.47
17
218.67
12.31
2.44
0.81
3,789.32
18
218.67
12.31
2.44
0.81
3,789.29
19
218.59
12.31
2.44
0.81
3,787.83
Final
218.57
12.31
2.44
0.81
3,787.58
170.47 170.41
170.4
125 Lampiran 3 Lanjutan
RTH RTH [Tuminting, [Tuminting, Hutan Taman Years Kota] Kota]
RTH [Tuminting, Jalur Hijau Jalan]
0
0
0
0.02
1
0.61
0.61
1.86
2
0.61
0.61
1.86
3
0.61
0.61
1.85
4
0.61
0.61
1.85
5
0.61
0.61
1.85
6
0.61
0.61
1.85
7
0.61
0.61
1.85
8
0.61
0.61
1.85
9
0.61
0.61
1.85
10
0.61
0.61
1.85
11
0.61
0.61
1.85
12
0.61
0.61
1.85
13
0.61
0.61
1.84
14
0.61
0.61
1.84
15
0.61
0.61
1.84
16
0.61
0.61
1.84
17
0.61
0.61
1.84
18
0.61
0.61
1.84
19
0.61
0.61
1.84
Final
0.61
0.61
1.84
RTH RTH [Tuminting, [Tuminting, RTH Jalur RTH [Tuminting, Hijau Pertanian] RTH Sungai] Hutan] 136 0.2 0.8 136 0.81 0.8 135.98 0.81 0.8 135.88 0.81 0.8 135.82 0.81 0.8 135.74 0.81 0.8 135.71 0.81 0.8 135.71 0.81 0.8 135.62 0.81 0.8 135.52 0.81 0.8 135.4 0.81 0.8 135.35 0.81 0.8 135.28 0.81 0.8 135.16 0.81 0.8 135.16 0.81 0.8 135.15 0.81 0.8 135.08 0.81 0.79 134.99 0.81 0.79 134.99 0.81 0.79 134.94 0.81 0.79 0.81
134.93
0.79
126 Lampiran 3 Lanjutan RTH [Singkil, Jalur Hijau Singkil]
RTH [Singkil, RTH Pertanian
RTH [Singkil RTH Hutan]
Years
RTH [Singkil, HutanKota]
RTH [Singkil, Taman Kota]
RTH [Singkil, Jalur Hijau Jalan]
0
0
0.08
0.02
0.03
199
4.2
1
0.9
13.51
2.71
0.93
199
4.2
2
0.9
13.51
2.71
0.93
198.97
4.2
3
0.9
13.5
2.71
0.93
198.82
4.2
4
0.89
13.49
2.7
0.93
198.73
4.19
5
0.89
13.49
2.7
0.93
198.63
4.19
6
0.89
13.48
2.7
0.93
198.58
4.19
7
0.89
13.48
2.7
0.93
198.57
4.19
8
0.89
13.47
2.7
0.93
198.44
4.19
9
0.89
13.46
2.7
0.93
198.3
4.19
10
0.89
13.45
2.7
0.92
198.12
4.18
11
0.89
13.45
2.7
0.92
198.04
4.18
12
0.89
13.44
2.69
0.92
197.94
4.18
13
0.89
13.43
2.69
0.92
197.78
4.17
14
0.89
13.43
2.69
0.92
197.77
4.17
15
0.89
13.43
2.69
0.92
197.76
4.17
16
0.89
13.42
2.69
0.92
197.65
4.17
17
0.89
13.41
2.69
0.92
197.52
4.17
18
0.89
13.41
2.69
0.92
197.52
4.17
19
0.89
13.41
2.69
0.92
197.44
4.17
Final
0.89
13.41
2.69
0.92
197.43
4.17
127 Lampiran 3 Lanjutan
RT[Wenang
Years Hutan Kota]
RTH [Wenang, Taman Kota]
RTH [Wenang, Jalur Hijau Jalan]
RTH [Wenang, Jalur Hijau Sungai]
RTH [Wenang, RTH Pertanian]
RTH[Wenang, RTH Hut]
0
0
0.47
0.03
0.2
3
5.6
1
0.01
0.68
0.07
0.21
3
5.6
2
0.02
0.7
0.08
0.22
3
5.6
3
0.02
0.71
0.08
0.22
3
5.6
4
0.02
0.71
0.08
0.22
3
5.59
5
0.02
0.71
0.08
0.22
2.99
5.59
6
0.02
0.71
0.08
0.22
2.99
5.59
7
0.02
0.71
0.08
0.22
2.99
5.59
8
0.02
0.71
0.08
0.22
2.99
5.58
9
0.02
0.71
0.08
0.21
2.99
5.58
10
0.02
0.71
0.08
0.21
2.99
5.58
11
0.02
0.71
0.08
0.21
2.99
5.57
12
0.02
0.71
0.08
0.21
2.98
5.57
13
0.02
0.71
0.08
0.21
2.98
5.57
14
0.02
0.71
0.08
0.21
2.98
5.57
15
0.02
0.71
0.08
0.21
2.98
5.57
16
0.02
0.71
0.08
0.21
2.98
5.56
17
0.02
0.7
0.08
0.21
2.98
5.56
18
0.02
0.7
0.08
0.21
2.98
5.56
19
0.02
0.7
0.08
0.21
2.98
5.56
Final
0.02
0.7
0.08
0.21
2.98
5.56
128 Lampiran 3 Lanjutan
Years
RTH [Mapanget, Total RTH] 1
RTH [Sario, Total RTH] 2
RTH [Malayang, Total RTH] 3
RTH [Wanea, Total RTH] 4
RTH [Tikala, Total RTH] 5
0
5,112.17
0.52
1,144.43
231.53
791.62
1
5,114.89
0.52
1,144.43
251.81
860.94
2
5,116.08
0.52
1,144.69
251.78
860.83
3
5,122.06
0.52
1,247.56
251.59
860.18
4
5,119.71
0.52
1,246.99
251.47
859.78
5
5,116.98
0.52
1,246.32
251.34
859.32
6
5,115.86
0.52
1,246.05
251.28
859.13
7
5,115.62
0.52
1,245.99
251.27
859.09
8
5,118.20
0.52
1,245.14
251.1
858.51
9
5,114.98
0.52
1,244.30
250.93
857.93
10
5,115.51
0.52
1,243.13
250.7
857.13
11
5,113.55
0.52
1,242.66
250.6
856.8
12
5,110.89
0.52
1,242.01
250.47
856.35
13
5,108.64
0.52
1,240.98
250.26
855.64
14
5,108.47
0.52
1,240.94
250.25
855.61
15
5,108.19
0.52
1,240.87
250.24
855.56
16
5,106.08
0.52
1,240.21
256.07
855.11
17
5,105.82
0.52
1,239.38
255.9
854.54
18
5,105.78
0.52
1,239.37
255.89
854.53
19
5,103.82
0.52
1,238.90
255.8
854.2
Final
5,103.48
0.52
1,238.81
255.78
854.15
129
Lampiran 3 Lanjutan
Years
RTH [Singkil, Total RTH] 6
RTH [Wenang, Total RTH] 7
RTH [Tuminting, Total RTH] 8
RTH [Bunaken, Total RTH] 9
0
203.26
8.83
137.02
4,208.98
1
221.17
9.1
149.26
4,212.97
2
221.14
9.13
149.24
4,213.08
3
220.97
9.13
149.13
4,213.99
4
220.87
9.13
149.06
4,212.06
5
220.75
9.13
148.98
4,209.82
6
220.71
9.12
148.95
4,208.90
7
220.7
9.12
148.94
4,208.70
8
220.55
9.12
148.84
4,208.47
9
220.4
9.11
148.74
4,205.91
10
220.19
9.1
148.6
4,204.12
11
220.11
9.1
148.54
4,202.51
12
219.99
9.09
148.46
4,200.33
13
219.81
9.09
148.34
4,197.73
14
219.8
9.09
148.34
4,197.59
15
219.79
9.09
148.33
4,197.36
16
219.67
9.08
148.25
4,195.31
17
219.53
9.08
148.15
4,193.78
18
219.52
9.08
148.15
4,193.74
19
219.44
9.07
148.09
4,192.14
Final
219.43
9.07
148.08
4,191.86
130
Lampiran 3 Lanjutan RTH[Total Kota Manado,Hutan Kota]
Years
RTH[Total Kota Manado,Taman Kota]
RTH[Total Kota Manado,Jalur Hijau Jalan]
RTH[Total Kota Manado,Jalur Hijau Sungai]
0
224
6.39
0.22
1.09
1
224.94
20.45
3.03
2.03
2
225.46
28.71
4.68
2.58
3
228.75
80.57
15.05
6.04
4
228.64
80.53
15.05
6.04
5
228.52
80.49
15.04
6.03
6
228.47
80.47
15.04
6.03
7
228.46
80.47
15.04
6.03
8
230.13
107.73
20.49
7.85
9
229.97
107.65
20.47
7.84
10
231.61
135.45
26.03
9.69
11
231.52
135.4
26.02
9.69
12
231.4
135.33
26.01
9.69
13
231.74
143.14
27.57
10.21
14
231.73
143.14
27.57
10.21
15
231.72
143.13
27.57
10.21
16
231.84
146.62
28.27
10.44
17
232.8
163.29
31.61
11.55
18
232.8
163.29
31.61
11.55
19
232.71
163.23
31.59
11.54
Final
232.69
163.22
31.59
11.54
131
Lampiran 3 Lanjutan
Years
RTH[Total Kota Manado,RTH Pertanian]
RTH[Total Kota Manado,RTH Hutan]
RTH[Total Kota Manado,Tot RTH]
0
11,301.60
311.45
11,844.75
1
11,301.60
311.45
11,863.50
2
11,300.11
311.41
11,872.95
3
11,291.57
311.17
11,933.16
4
11,286.40
311.03
11,927.69
5
11,280.38
310.87
11,921.33
6
11,277.91
310.8
11,918.72
7
11,277.38
310.78
11,918.16
8
11,269.73
310.57
11,946.48
9
11,262.07
310.36
11,938.37
10
11,251.54
310.07
11,964.41
11
11,247.23
309.95
11,959.82
12
11,241.39
309.79
11,953.61
13
11,232.05
309.53
11,954.25
14
11,231.66
309.52
11,953.83
15
11,231.06
309.51
11,953.19
16
11,225.11
309.34
11,951.61
17
11,217.57
309.13
11,965.95
18
11,217.49
309.13
11,965.86
19
11,213.19
309.01
11,961.27
Final
11,212.44
308.99
11,960.47
Lampiran 4 Perubahan Luas RTH pada Sembilan Kecamatan Skenario Konservatif Rasio RTH4 Pemukiman [Mapanget]
Rasio RTH4 Pemukiman [Sario]
Rasio RTH4 Pemukiman [Malayang]
Rasio RTH4 Pemukiman [Wanea] 0
Rasio RTH4 Pemukiman [Tikala]
0
0.01
0.01
0.01
1
0.01
0.01
0.01
0.03
0.06
2
0.01
0.01
0.01
0.03
0.06
3
0.03
0.01
0.12
0.03
0.06
4
0.03
0.01
0.12
0.03
0.06
5
0.03
0.01
0.12
0.03
0.06
6
0.03
0.01
0.12
0.03
0.06
7
0.03
0.01
0.12
0.03
0.06
8
0.04
0.01
0.12
0.03
0.06
9
0.04
0.01
0.12
0.03
0.06
10
0.05
0.01
0.12
0.03
0.06
11
0.05
0.01
0.12
0.06
12
0.05
0.01
0.12
0.03 0.03
13
0.05
0.01
0.12
0.03
0.06
14
0.05
0.01
0.12
0.03
0.06
15
0.05
0.01
0.12
0.03
0.06
16
0.05
0.01
0.12
0.04
0.06
17
0.05
0.01
0.12
0.04
0.06
18
0.05
0.01
0.12
0.04
0.06
19
0.05
0.01
0.12
0.04
0.06
0.05
0.01
0.12
0.04
0.06
Years
Final
0
0.06
Lampiran 4 Lanjutan
Years 0 1 2
Rasio Rasio RTH4 RTH4 Pemukiman Pemukiman [Bunaken] [Tuminting] 1.09 0.94 0.93
0 0.01 0.01
Rasio RTH4 Pemukiman [Singkil] 0 0.04 0.04
3
0.88
0.01
0.04
4
0.88
0.01
0.04
5
0.87
0.01
0.04
6
0.87
0.01
0.04
7
0.87
0.01
0.04
8
0.84
0.01
0.04
9
0.84
0.01
0.04
10
0.82
0.01
0.04
11
0.82
0.01
0.04
12
0.82
0.01
0.04
13
0.81
0.01
0.04
14
0.81
0.01
0.04
15
0.81
0.01
0.04
16 17 18
0.81 0.8 0.8
0.01 0.01 0.01
0.04 0.04 0.04
19
0.8
0.01
0.04
Final
0.8
0.01
0.04
Rasio RTH4 Pemukiman [Wenang] 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rasio RTH4 Pemukiman [Total Kota Manado] 0.07 0.08 0.08 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1
134 Lampiran 5 Rasio RTH : LL Hasil Model Dinamik selama 20 Tahun Rasio RTH :LL [Mapanget]
Rasio RTH:LL[Sario]
Rasio RTH : LL[Malayang]
Rasio RTH: LL[Wanea]
Rasio RTH : LL[Tikala]
0
0.88
0
0.67
0.29
0.52
1
0.88
0
0.67
0.32
0.57
2
0.88
0
0.67
0.32
0.57
3
0.88
0
0.73
0.32
0.57
4
0.88
0
0.73
0.32
0.57
5
0.88
0
0.73
0.32
0.57
6
0.88
0
0.73
0.32
0.57
7
0.88
0
0.73
0.32
0.57
8
0.88
0
0.73
0.32
0.57
9
0.88
0
0.73
0.32
0.57
10
0.88
0
0.73
0.32
0.57
11
0.88
0
0.73
0.32
0.57
12
0.88
0
0.73
0.32
0.57
13
0.88
0
0.72
0.32
0.57
14
0.88
0
0.72
0.32
0.57
15
0.88
0
0.72
0.32
0.57
16
0.88
0
0.72
0.33
0.57
17
0.88
0
0.72
0.33
0.57
18
0.88
0
0.72
0.33
0.57
19
0.88
0
0.72
0.33
0.57
0.88
0
0.72
0.33
0.56
Years
Final
135 Lampiran 5 Lanjutan Rasio RTH : LL[Total Kota Manado]
Years
Rasio RTH : LL[Bunaken]
Rasio RTH : LL[Tuminting]
Rasio RTH : LL[Singkil]
Rasio RTH: LL[Wenang]
0
0.94
0.32
0.43
0.02
0.75
1
0.94
0.35
0.47
0.03
0.75
2
0.94
0.35
0.47
0.03
0.75
3
0.95
0.35
0.47
0.03
0.76
4
0.94
0.35
0.47
0.03
0.76
5
0.94
0.35
0.47
0.03
0.76
6
0.94
0.35
0.47
0.03
0.76
7
0.94
0.35
0.47
0.03
0.76
8
0.94
0.35
0.47
0.03
0.76
9
0.94
0.35
0.47
0.03
0.76
10
0.94
0.34
0.47
0.03
0.76
11
0.94
0.34
0.47
0.03
0.76
12
0.94
0.34
0.47
0.02
0.76
13
0.94
0.34
0.47
0.02
0.76
14
0.94
0.34
0.47
0.02
0.76
15
0.94
0.34
0.47
0.02
0.76
16
0.94
0.34
0.47
0.02
0.76
17
0.94
0.34
0.47
0.02
0.76
18
0.94
0.34
0.47
0.02
0.76
19
0.94
0.34
0.47
0.02
0.76
Final
0.94
0.34
0.47
0.02
0.76
136 Lampiran 6 Rasio RTH : Luas Lahan Pemukiman Hasil Model Dinamik selama 20 Tahun Skenario Konservatif
Years
Rasio RTH : LL Pem[Mapanget]
Rasio RTH : LL Pem[Sario]
Rasio RTH : LL Pem[Malayang]
Rasio RTH : LL Pem[Tikala]
Rasio RTH : LL Pem[Wanea]
0
10.21
0
2.54
1.21
0.49
1
9.74
0
2.54
0.68
0.39
2
9.49
0
2.53
0.68
0.39
3
8.79
0
1.37
0.68
0.39
4
8.79
0
1.37
0.68
0.39
5
8.78
0
1.37
0.68
0.39
6
8.78
0
1.37
0.68
0.39
7
8.78
0
1.37
0.68
0.39
8
8.38
0
1.36
0.68
0.38
9
8.36
0
1.36
0.68
0.38
10
8.08
0
1.36
0.68
0.38
11
8.08
0
1.36
0.68
0.38
12
8.07
0
1.36
0.68
0.38
13
7.96
0
1.36
0.67
0.38
14
7.96
0
1.36
0.67
0.38
15
7.96
0
1.36
0.67
0.38
16
7.92
0
1.36
0.67
0.37
17
7.74
0
1.36
0.67
0.37
18
7.74
0
1.36
0.67
0.37
19
7.74
0
1.36
0.67
0.37
Final
7.74
0
1.36
0.67
0.37
137
Lampiran 6 Lanjutan Rasio RTH : LL Pemukiman [Tuminting]
Rasio RTH : LL Pemukiman [Singkil]
Rasio RTH : LL Pemukiman [Wenang]
Rasio RTH : LL Pemukiman [Total Kota Manado]
Years
Rasio RTH : LL Pemukiman [Bunaken]
0
20.83
0.5
0.81
0.04
3.74
1
17.73
0.39
0.54
0.04
3.56
2
17.37
0.39
0.54
0.04
3.47
3
16.16
0.39
0.54
0.04
3.2
4
16.15
0.39
0.54
0.04
3.2
5
16.15
0.39
0.54
0.04
3.2
6
16.14
0.39
0.54
0.04
3.2
7
16.14
0.39
0.54
0.04
3.2
8
15.42
0.39
0.54
0.04
3.07
9
15.33
0.39
0.54
0.04
3.07
10
14.86
0.39
0.54
0.04
2.96
11
14.86
0.39
0.54
0.04
2.96
12
14.85
0.39
0.54
0.04
2.96
13
14.64
0.39
0.54
0.04
2.93
14
14.64
0.39
0.54
0.04
2.93
15
14.64
0.39
0.54
0.04
2.93
16
14.59
0.39
0.54
0.04
2.91
17
14.29
0.39
0.54
0.04
2.84
18
14.29
0.39
0.54
0.04
2.84
19
14.28
0.39
0.53
0.04
2.84
Final
14.28
0.39
0.53
0.04
2.84
Lampiran 7 Nilai PDRB Kota Manado Tahun 2000 - 2005 No. Sektor PDRB
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Pertanian
33688
35549
37907
40618
43465
95337
Pertambangan dan Penggalian
1093
1206
1361
1536
1793
3844
Industri Pengolahan
73404
76984
80748
85175
90188
261023
Listrik/Gas/Air Bersih
4856
5117
5373
5716
6082
31138
Bangunan
81054
85371
89779
94827
100398
599315
Perdagangan/Hotel/Restoran
232566
247655
264276
285309
307749
1054088
Angkutan & Komunikasi Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan
225031
235487
244599
254798
267511
562411
40252
41656
43086
44931
47700
319840
Jasa-Jasa
204528
214030
223885
235153
246357
917233
Total
896472
943055
991014
1048063
1111243
3844229
1 2 3 4 5 6 7 8
9
Sumber : BPS Manado.
Lampiran 8 Hasil Regresi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) yang mengikuti Pertumbuhan Penduduk PDRB 1
PDRB 2 y = 0.2108x - 44858 R2 = 0.9799
y = 0.1611x + 5124.1 R2 = 0.9543
50000 40000
y = 0.0148x - 4425.9 R2 = 0.9587
y = 0.0112x - 914.13 R2 = 0.9263
2000
60000
1000
40000
10000
500
0
0
0
100000
Penduduk
7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0
y = 0.3579x - 59808 R2 = 0.9836
100000 80000
1500
30000 20000
PDRB 3
y = 0.2718x + 25399 R2 = 0.9464
200000
A Kerja
300000
Linear (A Kerja)
PDRB 4
y = 0.0198x + 1350.1 R2 = 0.942
400000
500000
Linear (Penduduk)
20000 0
0
100000
Penduduk
y = 0.0261x - 4873.7 R2 = 0.9803
200000
A Kerja
300000
Linear (A Kerja)
y = 0.3135x + 25814 R2 = 0.949
400000
500000
Linear (Penduduk)
0
100000
Penduduk
200000
A Kerja
PDRB 5
100000
400000
500000
Linear (Penduduk)
P DRB 6
y = 0.4129x - 72538 R2 = 0.9874
120000
300000
Linear (A Kerja)
y = 1.2253x +15532 400000
y = 1.6095x - 367088
R2 = 0.9464
R2 = 0.9791
80000 200000
60000
0
40000
0
20000
50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 450000
0
0
100000 Penduduk
200000
A Kerja
300000
Linear (A Kerja)
y = 0.6756x + 106555 R2 = 0.9392
PDRB 7
400000
500000
0
Linear (Penduduk)
y = 0.8957x - 107668 R2 = 0.9899
270000
100000
Penduduk
200000
A Kerja
y = 0.1173x + 19396 R2 = 0.9143
60000
300000
Linear (A Kerja)
400000
500000
Linear (Penduduk)
PDRB 8 y = 0.1553x - 17704 R2 = 0.9603
250000
250000
40000
200000
30000
150000
20000
100000
10000
50000
220000
0
0 Penduduk
100000 A Kerja
200000
300000
Linear (A Kerja)
400000
500000
Linear (Penduduk)
Linear (Penduduk)
PDRB 9 y = 0.8992x - 129747 R2 = 0.9898
300000
50000
230000
A Ker ja
Linear (A Ker ja)
y = 0.6839x + 84142 R2 = 0.955
260000
240000
Penduduk
0
0 Penduduk
100000 A Kerja
200000
300000
Linear (A Kerja)
400000
500000
Linear (Penduduk)
0 Penduduk
100000 A Kerja
200000
300000
Linear (A Kerja)
400000
500000
Linear (Penduduk)