PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEWTAN SISTEM DINAMIK
AND1 C H A W L ACHSAN
SEKOLAH PASCASARJANA INSTlTUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI TESXS DAN SUMBER IUVIFORMASI Dengan ini saya rnenyatakan bahwa tesis Perencanaan b a n g Terbuka Hijau Kota Bogor Dengan Menggunakan Pendekatan Sistern Dinamik adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber infonnasi yang berasal atau dikutip baik dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumlcan d a l m D a k Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Juni 2009 Andi Chairul Achsan A251060081
ABSTRACT
AND1 CHAIRUL ACHSAN. Green Open Space Planning In Bogor City With Using System Dynamics Approach. Supervised By SETXA HADI, ARIS MUNANDAR, ALINDA F.M. ZAIN.
One of the important points of the structure of a city is green open space. Development in several cities in Indonesia has shown a significant decrease of green open space area. The growing number of population and rising demand of land have marked the changes in the scope of green open space, indicating that this is a dynamic and multi sectoral problem. One of applicable approaches that can be used to see the dynamics of a city and shows and interdependence relationship between one element of city planning and the others is dynamic system approach method. The purpose of these research are: 1) To build green open space model structure in Bogor based on biophysical, social and economicd aspects using the dynamic system approach, 2) To design a scenario of green open space policy in Bogor using the dynamic system approach, 3) To analyze the optimizing of the green open space distribution spatially. The built up model structure produces a prediction on each monitored variable ; the green open space variable shows a decrease on its scope, from 5.918 ha in the year 2000, and drops down to 2.977 ha in 2029. While the population variable and PDRB shows an increase, from 714.713 inhabitants to 1.988.600 in 2029 and the PDRB variable shows an increase from Rp. 1.878.754 million in 2000 and will be Rp. 9.689.482 million in 2029. Bogor green open space planning policy analysis formulates three scenarios which are progressive, continuous and conservative scenario. The simulation on progressive scenario shows that by the end of the year the scope of green open space in Bogor is 2.548 ha (21,50%), and the scenario shows that the result of 3.504 ha (29,57%) ha while the continuous scenario shows the number of 5.994 ha (50,58%). Among the thee the one that can be used as an alternative of an effective policy in relation with green open space planning in Bogor is the continuous one. The spatial analysis produces a result which shows spatial information of increasing allocation on green open space to support the comfort of living in Bogor. The allocation of green open space in Bogor is spread out several districts including Kelurahan Kayu Manis, Kedung Halang, Mulyaharja, Parnoyanan, Kertamaya, Genteng, Balumbang Jaya, Situ Oede, Semplak. Keywords : Green open space, dynamic system, policy, space, planning
AND1 CEL4IRUL ACHSAN. Perencanaan Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor Dengan Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik. Dibimbing oleh SETXA HADI, ARIS MUNANDAR dan ALINDA F.M. ZAXN. Salah satu bagian penting dari struktur atau komponen penyusun kota adalah ruang terbuka hijau kota. Ruang terbuka hijau sebagai salah satu komponen lanskap mempunyai peran yang cukup penting dalam mendukung tenvujudnya lanskap kota yang berkelanjutan. Perkembangan pembangunan dibeberapa kota di Indonesia setiap tahunnya menunjukkan terjadinya p e n m a n luasan ruang terbuka hijau kota. Perubahan ruang terbuka hijau dari waktu ke waktu ditandai dengan semakin meningkatnyaj&lah penduduk kota dan sernakin tingginya permintaan terhadap lahan kota menunjukkan bahwa permasalahan ruang terbuka hijau rnerupakan permasaiahan yang dinamis dan multi sektar. Perlu adanya suatu pendekatan yang mampu menjawab kebutuhan perencanaan tata ruang rnelalui penggunaan metoda atau teknik analisis yang dapat menggambarkan hubungan saling keterkaitan diantara komponen-komponen struktur penyusun xuang kota. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk melihat dinamika perkotaan dan inarnpu mernperlihatkan hubungan saling keterkaitan antar unsur-unsur penataan ruang kota adalah metode pendekatan sistem dinamik. Tujum Penelitian ini adafah : 1) .Menyusun strukhrr model penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor berdasarkan aspek biofisik, sosial dan ekonomi dengan menggunakan pendekatan sistem dinamik, 2) Merancang skenario kebijakan penatam ruang terbuka hijau Kota Bogor dengan menggunakan pendekatan sistem dinamik, 3) Menganalisis optimalisasi distribusi mang terbuka hijau Kota Bogor secara spasial. Penyusunan strulctur model dinamik sistem penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor dibagi ke dalam tiga subrnodel yaitu submodel penduduk, submodel ekonomi dan submodel ruang terbuka hijau. Secara keseluruhan ketiga sub model rnenunjukkan adanya hubungan saling keterkaitan dan secara matematik dirumuskan rnelalui penggunaan simulasi komputer. Berdasarkan struktur model yang dibangun, diperoleh hasil prediksi yang menunjukkan perilah dari rnasingmasing variabel yang diamati sefama periode waktu simulasi yaitu dari tahun 2000-2029, dimana untuk variabel ruang terbuka hijau terjadi penurunan luas mang terbuka hijau selama periode t a b simulasi y a k dari 5.938 ha pada t a b 2000 menurun menjadi 2.977 ha pada tahun 2029. Pada variabel penduduk dan PDRB kedua-duanya mengalami peningkatan, dimana untuk variabel penduduk meningkat dari 714.713 jiwa pada tahun 2000 menjadi 1.988.600 jiwa pada tahun 2029 sedangkan untuk variabel PDRB meningkat dari Rp. 1.878.754 juta pada tahm 2000 menjadi Rp. 9.689.482 juta pada tahun 2029. Analisis kebijakan penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor rnerurnuskan tiga skenario kebijakan yaitu skenario progresif, skenario berkelanjutan dan skenario konservatif Pada skenario progresif diasumsikan jumlah penduciuk mengalami peningkatan secara tjdak terkendali, diikuti dengan berkurangnya ruang terbuka hijau dan menurunnya tingkat kenyamanan, pada skenario konservatif diasumsikan jumlah penduduk meningkat narnun relatif terkendali,
'
ruang terbuka hijau berkurang narnun relatif terkendali, kenyamanan berkurang namun relatif terkendali, pada skenario berkelanjutan diasumsikan jurnlah penduduk inengalami peningkatan namun relatif terkendali, ruang terbuka hijau mengalami penambahan disesuaikan dengan peningkatan jumlah penduduk dan tingkat kenyamanan mengalami peningkatan. Hasil simulasi pada skenario progresif rnenunjuMcax1 pada akhir tahun simulasi h a s ruang terbulca hijau di Kota Bogor sebesar 2.548 ha (21,50%), pada skenario konservatif sebesar 3.504 ha (29,57%) sedangkan pada skenario berkelanjutan sebesar 5.994 ha (50,58%). Dari hasil yang diperoleh pada ketiga skenario, skenario yang dapat digunakan sebagai alternatif kebijakan yang efektif terkait dengan penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor adalah skenario berkelanjutan. Berdasarkan hasil simulasi pada model maka penentuan alokasi distribusi sebaxan mang terbuka hijau secara spasial dapat dilakukm namun penentuan distribusi spasial ruang terbuka hijau Kota Bogor tidak secara langsung terhubung dengan hasil sirnulasi pada model akan tetapi dilakukan secara terpisah, Penentuan distribusi mang terbuka hijau Kota Bogor secara spasial didasarkan pada hasil simulasi skenario kebijakan yang optimal. Berdasarkan analisis spasial yang dilakukan diperoleh hasil yang menunjukkan informasi spasial alokasi penambahan ruang terbuka hijau untuk rnendukung terciptanya kenyarnanan di Kota Bogor. Alokasi penambahan ruang terbuka hijau di Kota Bogor tersebar di beberapa lokasi yang dibagi kedafam beberapa wilayah kelurahan meliputi Kelurahan Kayumanis, Redung Halang Mulyaharja, Pamoyanan, Kertamaya, Genteng, Balmbang Jaya, Situ Gede, Semplak. Kata Kunci : Ruang terbuka hijau, sistem dinamik, kebijakan, mang, perencanaan mmg
I. Dilarang mengutip sebagian amu seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau meyebutkan sumber. a. Pengutipannya hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitiun, penulisan karya ilmiah, penyusunan lapaoran, penulisan kritik atau tinjauan suatu rnasalah. b. Pengutipan tidak merugikan hpentingan yang wajar IPB 2. Dilarang menggunakun dun inemperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun ranpa izin IPB.
PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BOGOR DENGAN MEMGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DINANIIK
ANDX CZXAIRUL ACHSAN
Tesis sebagai salah satu syarat untuk untuk rnemperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Arsitektur Lanskap
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANLAN BOGOR BOGOR 2009
Judul Tesis
: Perencanam Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor
Narna
: Andi Chairul Achsan : A251060081 : Arsitektur Lanskap
Dengan Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik
NRP Program Studi
Disetujui Ko~nisiPembimbing
Dr. Ir.Setia Wadi, M.S. Ketua
-1
Dr. Ir.Almda F.M. Zain. M.Si, Anggota
Dr. Ir. Aris ~unandar,M.S. hggota
. ..
.
iril Anwar Notodiputro, M.S.
Tanggal Zulus :
2 4 JU N 2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya hingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul "Perencanaan Ruang Terbuka Z j a u Kota Bogor Dengan Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik". Tesis ini disusun sebagai salah safu syarat untuk menyelesaikan jenjang peddikan S2 dan rnemperoleh gelar Magister Sains dari Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Arsitektur Lanskap, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada bapak Dr. Ir. Setia Hadi, M.S selaku ketua komisi pembimbing, bapak Dr. Ir. Aris Munandar, M.S dan Dr. Ir. Alinda P.M. Zain, M.Si seliku anggota koinisi pembimbing yang senantiasa rnemberikan bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis selama melakukan kegiatan penelitian dan dalam inelakukan penyusunan tesis serta kepada bapak Ir. Qodarian Pramukanto, M.Si selaku dosen penguji atas masukan, kxitik daa saran untuk kesempurnaan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sarnpaikan kepada selunrh staf pengajar
di lingkungan Program Sbdi Arsitektur Lanskap, Departemen Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor, atas ilmu yang telah diberikan selama menjalani pendidikan. Kepada segenap jajaran Pernerintah Daerah Kota Bogor, Dinas Tata Kota d m Pertamman Kota Bogor, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bogor (Bappeda), Biro Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor, Dinas Pemukiman serta beberapa instansi lainnya yang telah rnemberikan data dan informasi yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan penelitian. Terima kasih yang setulus-tulusnya juga penulis haturkan kepada Orang tua tercinta ayahanda Baso Opu Andi Syafmddin dan ibunda Andi Nurhany Harnid serta adik-adikku Andi Chairil Ichsan dan Andi Harun Alamsyah yang selalu memberikan doa dan dukungan baik secara moil maupun materil selama rnenjalani pendidikan. Kepada rekan-rekan mahasiswa pascasarjana Program Studi Arsitektur Lanskap angkatan 2006, Nurfaida, Penny Pujowati, Euis Puspita Dewi, Siti ZuIfa Yuzni, WuIan Sarilestari, Noril Milantara, Dudun Abdurrahim dan Nursalam atas persahabatan dan kebersamaannya selama kuliah hingga
penyelesaian tugas akhir serta kepada Yayasan Dana Mandiri Sejahtera yang telah memberikan bantuan dana penelitian selama melakukan kepiatan penyusunan tesis. Akhirnya, penulis mengharapkan kritik dan saan yang konstruktif untuk
perbaikan dm penyempurnaan tesis ini agar dapat bermanfaat bagi sernua pihak.
Bogor, Juni 2009 Andi Chaiml Achsan
Penulis dilahirkan di Makassar pada tanggal 23 Agustus 1982, merupakan anak pertama dm 3 bersaudara pasangan Baso Opu Andi Syafruddin dan Andi Nwhany Hamid. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar
Negeri (SDN) 3 Palu pada tahun 1994, Sekolah Menengah Pertama Negeri
(SMPN) 1 Palu pada tahun 1997, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Palu pada tahun 2000. Pendidikan S l ditempuh di Institut Pertanian Bogor pada Progr?~nStudi Arsitektw Lanskap dan menyelesaikan studi pada tahun 2005. Pada tahun 2006 penuIis melanjutkan pendidikan S2 pada program studi Arsitektur Lanskap Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Selama menempub. pendidikan SI penulis pernah menjadi asisten dosen pada beberapa mata kuliah di lingkungan Program Skdi Arsiteklxr Lanskap dan pernah terlibat pada beberapa proyek yang berkaitan dengan bidang Arsitektur Lanskap. Selain itu penulis juga pernah mengikuti organisasi kemahasiswaan yang ada di lingkungan Fakultas Pertanian IPB dan diluar lin-gan
IPB,
beberapa orgmisasi yang diikuti diantaranya BEM Fakultas Pertanian IPB dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kornisariat Fakultas Pertanian IPB. Pada tahun 2006 Penulis pernah bekerja di salah satu perusahan swasta yang bergerak dibidang Arsitektur Lanskap yaitu pada perusahaan Envirospace Indonesia.
DAFTAR IS1
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
. .
xv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xvii
. . . xviii
DAFTAR LAMPIRQN............................
.
I
PENDAHULUAN .....................................................................................
1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................... 1-3 Kegunaan Penelitian ....................................................................... 1.4 Kerangka Pernikiran ...........................................................................
1 5 5
.
II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 2.1 Perencmaan Tata R u g Kota ............................................................ 2.2 Konsep Ruang Terbuka Hijau............................................................ Definisi Ruang Terbuka Hijau ................................................. Fungsi Ruang Terbuka Hijau .................................... :.............. Bentuk Ruang Terbuka Hijau .................................................. Jenis dan Luas Cakupan Ruang Terbuka Hijau ....................... 2.2.4.1 Jenis Ruang Terbuka Hijau ......................................... 2.2.4.2 Luas Ruang Terbuka fijau Perkotaan......................... 2.3 Penge~tianSistem dan Model ............................................................ 2.3.1 Pendekatan Sistem D a l m Penyusunan Tata Ruang................ 2.3.2 Pernodefan Dengan Pendekatan Sistem Dinamik .................... 2.3.2.1 Langkah-langkah Pemodelan Dengan Pendekatan Sistem Dinamik .......................................................... 2.4 Sistem Infomasi geografis ................................................................ 2.2.1 2.2.2 2.2.3 2.2.4
3.1 Tempat dan Waktu .............................................................................. 3-2 Alat dan Bahan.................................................................................... 3.3 Metode Penelitian .............................................................................. 3.3.1 Teknik Pengurnpulan Data Dan Jenis Data ............................... .. 3.3.2 Analisis Data ............................................................................. 3.3.2.1 Pemodelan Sistern Dinarnik Penataan Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor ................................ 3.3.2.1.1 Analisis Kebutuhan ........................................ 3.3.2.1.2 fdentifikasi Masalah ....................................... 3 .3.2.1.3 Konseptualisasi Sistern .................................. 3.3.2.1.4 Perurnusan Model ..........................................
G 7
3.3.2.1.5 Analisis Perilaku Model ................................. 3.3.2.1.6PengujianModef ............................................ 3.4 Analisis Kebijakan Penataan Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor ....... 3.5 Analsis Spasial Optimalisasi Distribusi Ruang Terbuka Hijau KotaBogor.......................................................................................
35 35 35
35
4.1 FisikDasar .......................................................................................... 37 4.1.1 Letak Geografis Dan WifayahAdministrasi........ . .................. 37 4.1.2 Klimatologi ........................ .............................................. 37 4.1.3Topografi ........................... . . .................................................. 37 38 4.1.4 Geologi ................................,.....................+............................ 4.4.5 Edrologi .................................................................................... 38 4.1.6 P e n g p a a n Lahan ................................. . . . . . 39 41 4.1.7 Rumg TerbuJca Hijau Kota Bogor ............................................ 4.1.7.1 Jenis Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor........................ 4.1.7.2 Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Fungsinya.............. 48 4.1.7.3 Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Kepemilikannya.... 50 51 4.2 Kependudukan Kota Bogor .............................................................. 4.2.1 Jumlah Dan Penyebaran Penduduk ........................................... 51 4.2.2 Kepadatan Penduduk ................................................................ 52 4.2.3 Pertumbuhan Penduduk ............................................................. 52 4.2.4 Komposisi Penduduk ................................................................ 54 4.2.4.1 Komposisi Penduduk Menurut Matn Pencaharian ................. 54 4.2.4.2 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ............ 54 4.3 Perekonomian Kota Bogor.................................................................. 55 4.3.1 Struktur Perekonomian Kota Bogor ......................................... 55 4.3.2 Pertumbuhan Ekonorni .............................................................. 56 4.3.3 Daya Beli Masyarakat Dan Pendapatan Per Kapita .................. 57 4.3.4 Sektor Informal .......................................................................... 58 4.3.5 Pola Investasi ............................................................................. 59 60 4.3.6 Identifikasi Sektor-sektor Unggulan Kota Bogor ...................... 4.3.7SektorEkonomiLainnya.......................................................... 61
.
V KASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 5.1 Pernodelan Sistem Dinamik Penataan Ruang Terbuka Hijau KotaBogor ................................ :.......................................................... 5.1.1 Analisis Kebutuhan ................................................................... 5.1.2 Identifikasi Masalah.................................................................... 5.1.3 KonseptuaIisasi Sistem ............................................................... 5.f .4 Perurnusan Model ..................................... .............................. 5.1.5 Analisis Psrilaku Model.............................................................. .. 5.1.6 Pengujian Model .........................................................................
62 62 62 63 64
67 74
SO
5.2 Analisis Kebijakan Penataan Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor ........ 5.3 Analisis SpasiaI Optimalisasi Distribusi Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor ...........................................................................................
82
91
VI. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................
95
6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 6.2 Saran ...................................................................................................
95 96
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
97
LAMPXRAN..................................................................................................
102
DAFTAR TABEL
1. Jenis. unit. sumber data dan pendebtan penelitian...............................
27
2. Kriteria penilaian .. kondisi biofisik kawasan untuk pengembangan ruang terbuka hljau .................................................................................. 3 . Kemiringan lereng berdasarkan luas lahan Kota Bogor tahun 2004 ........
4. Penggunaan lahan Kota Bogor tahun 2000. 2005 .................................... 5 . Jumlah dan persentase penduduk Kota Bogor menurut kecamatan
dan kelurahan tahun 2006 ........................... . ,............................................
6 . Kepadatan penduduk Kota Bogor m e n m t kelurahan tahun 2006.......... 7. Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk Kota Bogor menurut kecamatan tahun 1995-2006.....................................................................
8. Jumlah penduduk lahir dan mati di Kota Bogor menurut kecamatan tahun 5996-2005 ....................................................................................... 9. . Jumlah penduduk datang dan pindah di Kota Bogor menurut kecamatan tahun 1996-2004..................................................................... 10. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Kota Bogor tahun 2005 ................................................................................................ 11. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidkan di Kota Bogor
menurut kecamatan tahun 2005 ............................................................. 12. Produk domestik regional bruto Kota Bogor Menurut Iapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2000-2006 ..................... 13. PDRB Kota Bogor berdasarkan harga konstan tahun 2000.2004 ........... 14. PDRB Kata Bogor berdasarkan harga konstan dan laju pertumbuhan ekonomi 2002-2006 (juta rupiah) ......................................
57
15. Purchasing Power Pariy (PPP) per kecamatan di Kota Bogor tahun 2000-2006 (dalam ribu rupiah) ......................................................
58
16. Perkembangan industri. tenaga kerja. dan investasi di Kota Bogor tahun 1997-2005 ...................................................................................
59
17. Rekapitulasi perkembangan perdagangan. tenaga kerja. investasi dan nilai ekspor di Kota Bogor tahun 1999-2005.....................................
59
18. Kebutuhan stakeholder dalam perencanam ruang terbuka hijau Kota Bogor ............................................................
62
19. Jumlah penduduk Kota Bogor selama periode tahun simulasi .................
74
20. PDRB Kota Bogor selama periode tahun simulasi ...................................
76
2 1. Luas ruang terbuka hijau Kota Bogor selama periode tahun simulasi .....
77
22. Nilai THIKota Bogor selama periode tahun simulasi .............................
79
23. Intervensi parameter model pada masing-masing skenario........... . . ......
83
24. Hasil simulasi dengan rnenggunakan skenario progresif ..........................
84
25. Hasil simulasi dengm rnenggunaknn skenario berkelanjutan ................... . .
86
26. Hasil simulasi dengan rnenggunakan skenario konservatif .....................
88
DAFTAR GAMBAR
Halaman Kerangka pemikiran .................................................................................. 6
Peta lokasi penelitian .................................................................................
26
Tahapan penyusunan optimasi penataan ruang dengan rnenggunakan . .......................................... pendekatan sistem dinamik...................... .
28
Diagram Xingkar sebab akibat sistem perencanaan .. ruang terbuka hijau Kota Bogor ................................................................
30
Diagram alir model dinamik dengan menggunakan bahasa powersim .....
33
Peta penggunaan lahan Kota Bogor tahun 2005 ........................................
40
Diagram lingkar sebab akibat sistem perencanaan ruang terbuka hjjau Kota Bogor ................................................................
65
Diagram input-output perencanam ruang terbuka hijau Kota Bogor .......
67
How diagram sub model penduduk ........................................................ Flow diagram sub model ekonomi ..............?................ . ,..........................
68
Flow diagram sub model ruang terbuka hijau ...........................................
72
' Flow diagram sub model penduduk. ekonomi dan . . ruangterbukahtjau ....................................................................................
73
. .
69
Grafik jumlah penduduk Kota Bogor sdarna periode tahun simulasi....... 75 Gxafik nilai PDRB Kota Bogor selama periode tahun simulasi ................
75
G-rafik luas ruang terbuka hijau Kota Bogor selama periode t h simulasi..........................................................................................
78
Grafik nilai TI3 selama periode tahun simulasi....................................
80
Grafik perbandingan Penduduk Aktual Dan Penduduk Hasil Simulasi ....
81
Grafik perbandingan PDRB aktuaI dan PDRB hasil simulasi...................
81
Grafik perbandingan ruang terbuka hijau a h a 1 dan mang terbuka hijau hasil sirnulasi ............................................................
81
Grafik hasil simulasi dengan menggunakan skenario progresif................
84
Grafik hasil simulasi dengan menggunakan skenario berkelanjutan ........
86
Grafik hasil sirnulasi dengan menggunakan skenario konservatif ............
88
Grafik perbandingan ketiga skenario.........................................................
90
Peta eksisting ruang terbuka hijau Kota Bogor ..............................
......
93
Peta kebutuhan optimal distribusi ruang terbuka hijau Kota Bogor .........
94
. . ,
DAFTAR LAMPIRAN
1. Equation model sistem penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor ............... 103
..
2. Penguj~anmodel.. ........................................................................................ 108 3. Nilai awal dan parameter ........................... . . . ........................................... 109
4. Peta penutupan lahan Kota Bogor ........................................................
111
5. Peta kemiringan lereng Kota Bogor ............................................................ 112 . . 6. Peta jenls tanah Kota Bogor........................................................................ 113 7. Peta tingkat kebutuhan ruang terbuka hijau Kota Bogor .............................. 114
. .
Salah satu bagian penting dari struktur atau komponen penyusun kota yang
ikut berkontribusi ddam rnenjaga d m menentukan stabilitas dan keberlanjutan dari suatu wilayah kota adalah ruang terbuka hijau kota. Ruang terbuka hijau kota
merupakan mg-ruang terbuka (open space) di berbagai tempat di suatu wilayah kota yang secara optimal digunakan sebagai daerah penghijam dan berfungsi baik secara langsung maupun tidak langsung mtuk kehidupan rnanusia dm kesejahteram rnanusia atau warga kotanya selain untuk kelestarian dan keindahan lingkungan (Nwisyah, 1996).
Ruang terbuka hijau sebagai salah satu komponen lanskap mempunyai peran yang cukup penting dalam mendukung terwujudnya lanskap kota yang berkelanjutan. Keberadaan ruang terbuka hijau disamping memberikan manfat secara ekologi juga bermanfaat secara sosial, ekonomi dan estetis. Adanya bexbagai macam jenis vegetasi sebagai elemen pembentuk ruang terbuka hijau kota berperan penting dan efektif dalam meningkatkan kualitas lingkungan
perkotaan antara lain pereduksi polusi, meminimalkan erosi dm longsor, ameliorasi iklim, penyerap air tanah dan keindahan alami kota (Nmisyah, 2007). Perkembangan pembangunan di beberapa kota di Indonesia setiap tahunnya menunjukkan terjadinya p e n m a n luas ruang terbuka hijau. Kecenderungan terjadil=ya penurunan kualitas ruang terbuka publik terutama mang terbuka hijau pada 30 tahun terakhir sangat signifikan. Di kota-kota besar di Indonesia luas ruang terbuka hijau telah berkurang dari dari 35% pada awal tahun 1970-an menjadi kurang dari 10% pada saat ini. Ruang terbuka hijau yang ada sebagian besar telah di konversi menjadi idxastruktur perkotaan seperti jaringan jalan, gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan kawasan pemukiman
(DPU, 2006). Jumlah penduduk perkotaan yang terns ~neningkatdari waktu ke w k t u
rnemberikan implikasi pada tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota, ha1 ini ditunjukkan oIeh semakin tingginya tingkat konversi lahan, terutama &ri lahan terbuka rnenjadi Iahan ferbangun. Tingginya ams urbanisasi setiap tahunnya
di wilayah kota merupakan penyebab dari meningkatnya jumlah penduduk perkotaan. Tingginya aktivitas pembangunan perkotmn melalui peningkatan penyediaan sarana dan prasarana fisik dan infrastruktur perkotaan dapat menjadi daya tarik terjadinya urbanisasi, ha1 ini dikarenakan ketersediaan fasilitas perkotaan yang ada dianggap mampu memberikan penyediaan lapangan kerja clan pada akhirnya skan mengakibatkan meningkatnyajumIah penduduk kota. Data kependudukan yang ada menunjukkan jumlah penduduk perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pada t a b 1980 jumlah penduduk perkotaan bam rnencapai 32,s juta jiwa atau 22,3% dari total penduduk nasional. Pada tahun 1990 angka tersebut meningkat menjadi 55,4 juta jiwa atau 30,9%, dan menjadi 90 juta jiwa atau 44 persen pada tahun 2002. Berdasarkan
perhitungan BPS dan Bappenas persentasi penduduk perkotaan pada 2005 telah mencapai 48,3%. Angka tersebut diperkirakan akan mencapai 150 juta atau 60%
dari penduduk Indonesia pada tahun 2015 (DPU, 2006). Kota Bogor merupakan salafi satu kota di Indonesia yang mengalami perkembangan pembangunan kota yang cukup pesat. Jumlah penduduk yang terns bertarnbah setiap tahunnya mengakibatkan aktivitas pembangunan di Kota Bogor semakin meningkat. Data BPS Kota Bogor (2007) menunjukkanjumlah penduduk
di Kzts Bogcr rnezgsl~zipeningkatan selama periode tahxm 1995-2006, yzitu dari 647.912 jiwa pada tahun 1995 rneningkat rnenjadi 879.138 jiwa pada tahun 2006 atau mengalami peningkatan sebesar 35,7%. Tingginya pertumbuhan penduduk di Kota Bogor mengakibatkan kebutuhan a k a lahan terbangun menjadi semakin tinggi, terutama l a h a n - l a b yang dipemtukkan untuk aktivitas sosial dan ekonomi berupa Iahan-lahan untuk sarana pemukiman, fasilitas-fasilitas sosial dan fasifitas urnurn, fasilitas perdagangan dan jasa, industri dan sebagainya. Penjngkatan lahan terbangun di Kota Bogor akan mengakibatkan lahan-lahan terbuka yang ada Wlususnya mang terbuka hijau beralih fungsi sehingga mengakibatkan ketersediaan mang terbuka hijau di Kota Bogor menjadi semahn berkurang.
Data penggunaan lahan yang ada menunjukkan adanya penurunan luas ruang terbuka hijau di Kota Bogor sebesar 1,06% selama periode tahun 20002005 yaitu dari 5.917 ha (4993%) pada tahun 2000 menjadi 5.791 ha (48,87%)
pada tahun 2005 (Bappeda, 2007). Hasil penelitian Yadi Suryadi (2008) juga rnemjukkan tejadi penurunan luas ruang terbuka hijau di Kota Bogor sebesar 15,64% seXama periode tahun 1972-2005.
Ketersediaan ruang terbuka hijau yang semakin berkurang di wilayah perkotaan dapat mengakibatkan timbulnya degradasi lingkungan dan pada akhirnya akan mengakibatkan menurunnya kenyamanan kota. Salah satu bentuk degradasi lingkungan yang cukup dirasakan saat ini khusunya di wilayah Kota Bogor adalah sernakin meningkatnya suhu kota. Data BMG Kota Bogor menunjukkan bahwa terjadi peningkatan suhu di wilayah Kota Bogor selama periode tahun 2001-2005 dirnana pa& tahun 2001 suhu yang ada sebesar 26,73"C meningkat menjadi 27,04"C pada tahun 2005. Safah satu upaya pemerintah dalam mengatasi pennasalahan yang terkait dengan ketersediaan mang terbuka hijau adalah dengan mengeluarkan undangundang, dimana salah satu undang-undang yang saat iai diterapkan pada bidang penatam ruang yaitu undang-undang penataan ruang No. 26 tahun 2007, undangundang tersebut rnernuat ketentuan yang menjelaskan bahwa luas minimal ruang
terbuka hijau yang hams ada dalam suatu wilayah kota adalah 30% dari luas kota. Pada kenyatmya di beberapa kota besw di Indonesia Xuas ruang terbuka hijm y::r,g ads masih j5~1'1dibsv~iihstandar yang ditetapkan oleh undang--mdang.
Sebagai contoh, Kota Jakarta sebagai ibu kota negara hanya menyediakan ruang terbuka hijau sebesar 9,6% dari total has wilayah kotanya (Cipta Karya, 2008). Hal ini memjukkan bahwa pemerintah belm optimal daIam menata dan mengelola ruang terbuka hijau kota. Kurangnya kesadaran dari seluruh stakeholder terhadap pentingnya menjaga kelestarian liagkungan kota
mengakibatkan keberadaan ruang terbuka hijau belum dianggap sebagai bagian penting dari suatu kawasan perkotaan, sehingga keberadaamya tidak terlalu dijadikan prioritas bagi pemerintah dalam rnefakukan kegiatan penataan ruang kota.
Perkembangan pembangunan kota yang selalu berubah yang ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk kota, yang berakibat pada semakin meningkatnya kebutuhan lahan untuk aktivitas sosial dan ekonomi dan terkonversinya lahan-lahan terbuka yar,g ada khususnya mang terbuka hijau,
inenunjukkan bahwa pennasalahan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan merupakan pernasalahan yang bersifat dinamis dan multi sektor atau rnulti aspek. Selama ini pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam kzgiatan penataan mang berjafan secara linier d m parsiaI dalam arti bahwa kornponenkomponen yang terlibat ddi dalamnya tidak dikaitkan secara jelas dan terstruktur sehingga pengamh yang ditimbulkan akibat perubahan suatu komponen terhadap komponen lainnya tidak terlihat secara jelas. Pemahaman terhadap adanya keterkaitan antara komponen penataan ruang kota serta dinamika yang terjadi di dalarnnya seringkali hanya dinyatakan secara kualitatif saja dengan menggunakan asumsi-asumsi tertentu. Persoalan mang terbuka hijau sebagai suatu fenomena yang bersifat dinamis yang diakibatkan oleh adanya dinamika aktivitas sosial ekonomi di suatu wilayah kota hendaknya dapat diatasi melalui penggunaan metoda atau teknik analisis yang dapat menggarnbarkan hubungan saling keterkaitan diantara kornponen-komponen struktur penywsun ruang kota dan rnampu melihat dinarnika yang terjadi sebagai dampak dari adanya hubungan saling keterkaitan diantara masing-masing komponen yang ada. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk melihat dinamika perkstsin khususnyz x z ~ gterbuka hijau kota n&lah dengan mengpzkan metode pendekatan sistem dinamik. Dengan pendekatan sistern dinamik dapat di identifikasi berbagai macam komponen-komponen yang ada di &lam sistem penataan ruang kota yang dianggap berpengaruh terhadap perubahan mang terbuka hijau kota. Dalam menyusun model dinamik penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor ketersediaan ruang terbuka hijau di wilayah kota dapat dinyatakan sebagai suatu stock yang nilainya dapat berubah dengan berjalannya waktu. Pemanfaatan ruang kota rnelalui penyediaan fasilitas fisik dapat dianggap sebagai
aliran atau rate yang dapat merubah nilai stack. Melalui pendekatan sistem dinamik proses perencanaan diharapkan dapat dilakukan melalui serangkaian kegiatan sirnulasi sebagai sarana untuk menentukan
pengarnbilan
keputusan
yang
tepat
mengenai
kebijakan
pengembangan kota, melalui pendekatan ini juga diharapkan prediksi darnpak dari penerapan berbagai skenario kebijakan pengembangan perkotaan baik yang
bersifat spasial maupun non spasial dapat dilakukan. Dengan kata lain pendekatan ini dapat berfungsi sebagai "Early Warning System" dari penerapan suatu kebijakan pengembangan kota sehingga dapat dipilih skenario kebijakan yang paling optimal dan apabila terdapat konsekuensi-konsekuensi tertentu akibat penerapan kebijakan tersebut dapat dipersiapkan langkah-langkah untuk mengantisipasinya sedini mungkin. Skenario kebijakan yang diperoleh berkaitan dengan optimalisasi
penyediaan ruang terbuka hijau Q Kota Bogor hendaknya tidak hanya menghasilkan nilai prediksi optimal ruang terbuka hijau yang dibutuhkan dimasa
yang akm datang, tetapi juga informasi yang diperoleh diharapkan dapat disajikan: secara spasial. Informasi spasial yang diperoleh diperlukan untuk melihat distribusi atau lokasi sebaran m g terbuka hijau di Kota Bogor. Informasi spasid distribusi mang terbuka hijau di Kota Bogor dapat ditunjukkan dengan menggunakan pendekatan sistem informasi geografis.
f .2 Tujuan Penelitian
.
Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah :
1. Menyusun s t d c h r model penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor berdasarkan aspek biofisik, sosial dm ekonomi dengan rnenggunakan pendekatan sistem dic~%i!<.-. 2. Menyusun skenario kebijakan penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor
dengan rnenggunakan pendekatan sistem dinamik.
3. MenganaIisis optimalisasi distribusi spasial ruang terbuka hjau Kota Bogor. 1.3. Manfaat Penditian
Manfaat dari kegiatan penelitian ini adalah :
I. Secara keseluruhan kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu disain sistem penataan ruang terbuka hijau dalarn rangka rnewujudkan
Kota Bogor sebagai kota yang berkelanjutan. 2. Melalui penyusunan model dinarnik penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sarana bagi pemerintah daerah untuk rnenentukan pengambilan keputusan yang tepat dalam inermuskan kebijakan pengelolaan dan penataan ruang terbuka hijau di Kota Bogor.
1.4 Kerangka Pemikiran
Kecendemgan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan semakin berkurang
Dinamika aktivitas sosial
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . r r . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Kebijakan penataan ruang kota cenderung bersifat parsial
+
~...................r............................,."
Perencanam yang berbasis pada pemenuhan kebutuhan penataan ruang kota .t Pendekatan sistem dinamik merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menjawab .. kebutuhan penataan mang kota
pengambilan keputusan
kemampuan
saling keterkaitan (interdependen)
f Skenario Kebijakan penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor L
J. Analisis Spasid optimalisasi distribusi ruang terbuka hijau KO&Bogor
. Optimalisasi penataan mang terbuka hjjau Kota Bogor
Garnbm 1. Kerangka pemikiran
-
IT: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Tata Ruang Kota
Lahan merupakan aspek utama dalm perencanaan pengembangan wilayah kota sedangkan perencanaan adalah suatu aktivitas yang terkoordinasi untuk mencapai tujuan tertentu dalam jangka waktu tertentu. Menurut Jayadinata (1999) perencanaan adalah suatu proses yang mengubah proses Iain atau rnengubah suatu keadaan untuk mencapai maksud yang dituju oleh perencana atau oleh orang atau badan yang diwakili oleh perencana tertentu. Percncagaan adalah rnengontrol penggunaan lahan dengan peraturan zoning, yaitu dengan batas area yang jelas misalnya, perdagangan, industri, perrnukiman dan pertanian. Penerapan untuk bangunan misalnya syarat ukuran, tinggi dan sebagainya. Peninjauan dan perkembangan memerlukan pengembang
untuk menghadirkan konsep pada bagian tata ruang. Dalam usaha perencanaan terhadap suatu kawasan tertentu diperlukan adanya pendekatan yang difakukan terhadap kebutuhan atau keinginan khusus dari suatu keIompok sosial atau lahan. Pendekatan yang diambil tersebut haruslah efektif untuk dapat mernberikan penyediaan segala bentuk pelaystnan dan ruang bagi masyarakat yang menggunakan dan berkepentingan terhadap kawasan tersebut. Proses perencanaan lanskap yang baik hmslah merupakan proses yang dinamis, saling terkait serta saling menunjang. Proses ini rneqakan suatu alat yang sistematis yang digunakan untuk menentukan keadam awal suatu lahan atau kawasan (Nurisyah, 1996). Perencanaan
adalah
suatu
kemampuan
untuk
rnemaharni
dan
rnenganjurkan adanya suatu perubahan dari yang mungkin atau tidak mungkin pada saat menjadi kenyataan pada masa yang akan datang. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa suatu proses perencanaan merupakan alat yang sistematis untuk dapat menentukan suatu keadaan awal, keadaan yang diharapkan dan cara yang
terbaik untuk lnencapai keadaan yang diharapkan tersebut. Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu tindakan rnengatur dan menyatukan berbagai tata
guna lahan dalam suatu proses berdasarkan pengefahuan teknis lahan dan kualitas estetiknya (Nurisyah dan Pramukanto, 1995).
Menurut dayadinata (1999) mang atau space adaIah seluruh permukaan bumi yang rnerupakan lapisan biosfera tempat hidup tetumbuhan, hewan dm manusia. Ruang dapat mexupakan suatu wilayah yang mernpunyai batas geografi, yaitu batas menurut keadaan fisik, sosiaI atau pernerintahan yang meliputi
sebagian pemukaan bumi, lapisan tanah dibawahnya dan lapisan udara diatasnya. . .
Penggunaan tanah merupakan suatu bagan dari tata ruang, maka untuk tetap menjaga keseimbangan, keserasian, kelestarian dan rnempsroleh manfat tata mang kota hams dilakukan untuk meningkatkan kualitas manusia dm kualitas lingkungan hidup.
Perencanaan tata mang merupakan wahana untuk rnewujudkan suatu kota yang nyaman, asri, dan sehat. Derencanaan kota dituntut untuk rnampu lnenjaga keserasian antara kebutuhan akiivitas rnasyarakdt dengan kelestarian bentuk lanskap aIami kota. Ha1 ini sangat penting mengingat kecenderungan pembangunan kota pada rnasa kini yang berkonotasi meminirnalkan mang terbuka hijau dm menghilangkan wajah alam (Aji, 2000). Perencanaan ruang terbuka hijau kota merupakan salah satu sektor dmi perencanaan tata ruang kota karena ruang terbuka hijau adafah bagian dari ruang kota. Dengan kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan keadaan kota maka akan berfungsi dengan baik dan mempsrindah kota. 2.2 Kolasep Ruang Terbuka Hijau
2.2.1 Definisi Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas
pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau diklasifikasi berdasarkan status kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan s t n k l m
vegetasinya (Fandeli, 2004). Berdasarkan Xnstnrksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan, ruang terbuka hijau adaIah ruang-ruang daIarn kota atau wilayah yang Iebih luas, baik dalam bentuk area atau kawasan maupun daIam bentuk area rnernanjang atau jalur diinana didala~n pengpnanya Iebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan.
Menurut Nurisyafi (1996) mang terbuka hijau kota merupakan ruangruang terbuka (open space) di berbagai tempat di suatu wilayah kota yang secara optimal digunakan sebagai daerah penghijauan dm berfungsi baik secara langsung maupun tidak langsung untuk kehidupan manusia dan kesejahteraan manusia atau warga kotanya selain untuk kelestarian dan keindahan lingkungan. 2.2.2 Fungsi Ruang Terbuka Hijau Manusia yang tinggal dilingkungan perkotaan membutuhkan suatu lingkungan yang sehat dan bebas polusi untuk hidup yang nyaman. Dalarn keterkaitannya dengan alam, rnanusia juga mernbutuhkan kehadiran lingkungan hijau, sehingga fungsi ruang terbuka hijau sangat dibutuhkan untuk membantu manusia mengatasi tekanan-tekanan seperti kebisingan, udara panas dan polusi udara. Serain itu juga dapat dimanfaatkam sebagai pelembut kesan keras dari struktw fisik kota dan sebagai pembentuk kesatuan ruang dalam kob (Carpenter st ah,
1975).
Ruang terbuka hijau dapat b e r h g s i sebagai ventilasi, dimana ruang terbuka hijau sebagai pemasok udara yang segar dan bersih dapat difetakkan diantara dan mengelilingi struktur yang masif, rnembentuk ruang-ruang ventilasi yang menetralkan polusi udara (Bematzky, 1978). Menurut Nurisyah (1997) mang terbuka hijau di kawasan perkotaan mempunyai manfaat yang tinggi daIam memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan. Fungsi ruang terbuka hijau di perkotaan menurut Simonds (1983), yaitu : sebagai penjaga kualitas lingkungan, sebagai penyumbang ruang bemapas yang segar dan keindahan visual, sebagai paru-pam kota, sebagai penyangga sumber air dalam tanah, untuk mencegah erosi, sebagai unsur dan sarana pendidikan. Menurut Hakirn (2002) fungsi ruang terbuka hijau terdiri dari : 1. Fungsi estetis
Fungsi estetis dapat diperoleh melalui tanaman-tanaman yang sengaja ditata sehingga tampak menonjol keindahannya. Warna hijau dan aneka susunan tajuk berpadu menjadi pemandangan estetis. Halaman gedung dan perurnahan atau Iainnya yang tampak kaku dan gersang akan terasa indah
di pandang biia ditumbuhi dengan pepohonan maupun tanaman hias.
2. Fungsi orologs Perpaduan antara tanah dan tanaman merupakan kesatuan yang safing rnemberi manfaat. Vegetasi yang tumbuh diatas tanah akan-mengurangi erosi, fimgsi orologis ini penting untuk rnengwangi tingkat ksrusakan tanah, terutama longsor dan menyangga kestabilan tanah. 3. Fungsi hidrofogis
Struktur akar tanarnan marnpu menyerap kelebihan air apabila tuntn hujan sehingga tidak mengalir dengan sia-sia melainkan dapat tersexap oleh
tanah. Ha1 ini sangat mendukung daw alami air tanah sehingga dapat mengmtungkan manusia. Dengan demikian daerah hijau sangat penting menjadi sebagai daerah persediaan air tanah. 4. Fungsi ktimatotogis
Iklim yang sehat dan normal penting untuk keselarasan hidup manusia. Faktor-faktor iklim seperti kelernbaban, curah hujan, ketinggian tempat dan sinar rnatahari akan rnembentuk suhu harian rnaupun bulanan yang sangat besar pengaruhnya terhadap rnanusia. Keberadaan vegetasi dapat menunjang faktor-fa&or iklim tersebut. Efek rumah kaca akan dikurangi oleh banyaknya vegetasi d a l m suatu daerah bahkan adanya vegetasi akan menambah kesejukan dan kenyamanan lingkungan. 5. Fungsi edaphis
Fungsi ini berhubungan erat dengan lingkungan hidup satwa diperkotaan yang semakin terdesak lingkungannya dan semakin berkurang tempat huniannya. Padahal keberadaan satwa diperkotaan akan memberi warna pada kehidupan perkotaan. Lingkungan hijau akan memberi tempat yang nyaman bagi satwa tanpa terusik. 6. Fungsi ekologis
Keserasian lingkungan bukan hanya baik untuk satwa, tanaman atau manusia. Keseluruhan mahluk ini dapat hidup nyaman apabiIa ada kesatuan, Alam yang rusak berdampak negatif pada hidup manusia. Kehidupan mahluk hidup di alam rnemiliki ketergantungan satu dengan lainnya.
7. Fungsi protektif
Pohon dapat rnenjadi pelindung dari terilmya sinar matahari di siang hari sehingga manusia memperoleh keteduhan dari terik sinar matahari. Pohon juga dapat rnenjadi pelindung dari ferpaan angin kencang dan peredam kebisingan.
8. Fungsi hygienis Lambat lam udara perkotaan sernakin tercemar baik oleh asap kendaraan, industri maupun debu kota. Adanya poiusi dapat berakibat negatif pada kehidupan manusia. Hadirnya tanaman, maka bahaya polusi ini mampu dikurangi karena dedaunan tanaman mampu menyaring debu dan
mengisap kotoran di udara. Tanaman juga mengahsilkan oksigen yang sangat dibutuhkan oleh manusia. 9. Fungsi edukatif
Sernakin langkanya pepohonan yang hidup diperkotaan membuat sebagian warganya tidak mengenalnya, meskipun pepohonan hidup disekitarnya. Penanaman kembali pepohonan diperkotaan dapat bermanfaat sebagai laboratorium alam. 2.2.3 Bentuk Rusng Terbuka Hijau
Penyebaran ruang terbuka hijau ditenhkan vizh wilayah pengembangaii d a I m koia tersebut, kebutuhan mang terbuka hijau dan fungsi mang terbuka hijau di areal perkotaan. Lokasi ruang terbuka hijau di areal perkotaan tidak hanya terpusat pada satu tempat tetapi juga dapat menyebar atau terpisah seperti taman kota yang kemudian dihubungkan dengan areal penghijauan penghubung seperti
j aIur hijau. Tujuh bentuk ruang terbuka hijau berdasarkan lujuan penggunaannya yaitu : ruang terbuka hijau yang berlokasi hkarenakan adanya tujuan konservasi, ruang
terbuka hijau untuk tujuan keindahan kota, ruang terbuka hijau karena adanya tuntutan fungsi kegiatan tertentu misalnya ruang terbuka hijau rekreasi dan ruang terbuka hijau pusat kegiatan olahraga, ruang terbuka hijau dengan tujuan pengaturan lalu lintas kota, ruang terbuka hijau sebagai sarana olahraga bagi kepentingan suatu lingkungan perurnahan, ruang terbuka hijau untuk kepentingan
flora dan fauna seperti kebun binatang dan ruang terbuka hijau untuk halarnan maupun bangunan nunah (Depdagri, 1988).
2.2.4 Jerxis dan Luas Cakupan Ruang Terbuka Hijau 2.2.4.1 Jenis Ruang Terbuka Hijau Ketentuan mengenai jenis-jenis mang terbuka hijau kawasan perkotaan dijelaskan pada Permendagri No. 1 Tahun 2007, pasal6 meliputi 23 jenis yakni :
I. Taman kota 2. Taman wisata alam 3.
Taman rekreasi
4. 'faman Iingkungan perurnahan dart pemukiman
5. Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial 6. Taman hutan raya
7. Hutan kota 8. Hutan lindung 9. Bentang alam seperti pnung, bukit, lereng dan Iembah
10. Caga~alam 11. Kebun raya
12. Kebun binatang 13. Pemakaman umum
14. Lapangan olahraga
15. Lapangan upacara
16. Parkir terbuka 17. Lahan pel-tanian perkotaan 18. Jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET)
19. Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa 20. Jalur pengarnan jalan, median jaIan, re1 kereta api, pipa gas dan pedestrian
2 1. Kawasan dan jalur hijau 22. Daerah penyangga (bufir zone) lapangan udara dan
23. Taman atap (roofgarden) 2.2.4.2 Luas Ruang Terbuka Hijau Perkotaan
Berdasarkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Jeneiro, Brazil (1992) dan dipertegas lagi pada KTT Johannesburg, Afrika Selatan 10
tahun kemudian disepakati bersama bahwa sebuah kota idealnya memiliki luas RTH minimal 30% dari total Iuas kota. Dalarn penyediaan ruang terbuka hijau proporsi yang diarnanatkan dalam Permendagri No. 3 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan disebutkan bahwa luas ideal RTWKP adalah sebesar 20%. Luas * .
RTHKP tersebut lnencakup luas Ruang terbuka Hijau publik d m mang terbuka hijau privat. Luas RTHKF' pubXik penyediaamya menjadi tanggung jawab pemerintah kabupatedkota yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kemampuan-masing-rnasing daerah. RTHKP privat penyediaamya menjadi tanggung jawab pihaulembaga swasta, perseorangan dan masyarakat yang dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh pemerintah kabupatenkota, kecuali Provinsi DKI Jakarta oleh Pernerintah Provinsi. Sedangkan dalam W No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang ditctapkan setelah Permendagri No. 3 Tahun 2007 menyebutkan bahwa : 1. Ruang terbuka hijau terdiri dari ruang terbuka hijau publik d m ruang
terbuka hijau privtit. 2. Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30% dari luas wilayah kota. 3. Proporsi ruang terbuka hiljau publik pada wilayah kota paling sedikit 20%
dari luas wilayah kota. Distribusi rumg texbuka hijau publik sebagairnana dimaksud disesuaikan . dengan sebaran penduduk daxl hierarki pelayanan dengan rnemperhatikan rencana struktur dan pola ruang. Khususnya untuk pemanfaatan ruang terbuka hjau terdiri atas ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka privat. Ruang terbuka hijau publik merupakan m n g terbuka hjau y m g dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan unfxk kepentingan masyarakat secara urnum. Yang termasuk ruang terbuka hijau pubtik antara lain adalah taman kota, tarnan pemakarnan umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai dan pantai. Yang termasuk ruang terbuka hijau privat antara lain adaIah kebun atau halaman rumah atau gedung rniIik masyarakat atau swasta yang ditanami tumbuhan. Proporsi 30% merupakan ukuran minirnaI untuk menjamin kesei~nbangan ekosistem kota, baik keseirnbangan sistem hidrologi dan sistein mikroklimat,
maupun sistem ekologis lain yang selanjutnya akan rneningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat serta sekaligus meningkatkan nilai estetika. Untuk lebih meningkatkan fimgsi dan proporsi ruang terbuka hijau di kota, pemerintah, masyardcat, dan swasta didorong untuk menanam tumbuhan diatas bangunan gedung miliknya. Proporsi ruang terbuka hijau publik seluas
minimal. 20% ymg disediakan ofeh pemerintah d m & kota dimaksudkan agar proporsi ruang terbuka hijau minimal dapat lebih dijarnin pencapaiannya sehingga rnernungkinkan pemanfaatannya secara luas oIeh masyarakat. Pada kenyataannya, formula m u s a n penentuan luas ruang terbuka hijau kota yang memenuhi syarat lingkungan kota yang berkelanjutan ini masih bersifat kuantitatif d m tergantung dari banyak faktor penentu antara lain geografis, iklim, jumlah clan kepadatan penduduk, luas kota, kebutuhan akan oksigen, rekreasi dan banyak faktor lain. Dapat disimpulkan bahwa sehubungan dengan tuntutan waktu dan meningkatnya jumlah penduduk dengan segala aktivitas dan keperluan,
seperti cukup tersedianya ruang rekreasi gratis maka sebuah kota dimanapun dan bagaimanapun ukuran &n kondisinya pasti semakin memerlukan ruang terbuka hijau yang memenuhi persyaratan terutama kualitas keseimbangan penddcung keberlangsungan fungsi kehidupan, adanya pengelolaan dan pengaturan sebaik mungkin serta konsistensi penegakan hukumnya. Pennintaan akan pernanfaatan lahan kota yang terns tumbuh dan bersifat akseleratif untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, temasuk kemajuan teknalogi, industri dan transportasi, sefain sering mengubah-ubah konfigurasi alarni atau bentang alam perkotaan juga rnenyita lahan-lahan tersebut dan berbagai bentukan ruang terbuka lainnya. Kedua ha1 ini wnumnya merugikan
keberadaan ruang terbuka hijau yang sering dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak ekonornis. Dilain pihak kernajuan alat dan pertambahan jalur transportasi dan sistem ~ltilitas,sebagai bagian dari peningkatan kesejahteraan warga kota juga telah menarnbah jumlah bahan pencemar dan telah menimbulkan berbagai ketidaknyamanan di lingkungan perkotaan. Untuk rnengatasi kondisi lingkungan kota seperti ini sangat diperlukan ruang terbuka hijau sebagai suatu teknik bioengineering dan bentukan biofdler yang relatif lebih rnurah, arnan, sehat, dan nyaman.
2.3 Pengertian Sistem dan Model
Suatu sistem didefinisikan sebagai himpunan atau kombinasi dari bagianbagian yang membeniuk sebuah kesatuan yang kornpleks. Namun tidak semua kumpulan clan gugus bagian dapat: disebut suatu sistem kalau tidak memenuhi syarat adanya kesatuan (unity), hubungan fungsional, dan tujuan yang berguna. Suatu kawasan dengan berbagai sumber daya dan aktivitas & dalamnya
merupakan suatu sistem yang kompleks. Dalam penataan ruang suatu kawasan jelas ketiga syarat tersebut dapat dipenuhi, tata ruang yang berbasis lahan merupakan suatu kesatuan yang didalamnya terdapat hubungan fungsional antar
sekor atau bagian dalam mencapai tujuan optimalisasi pemanfaatan tata ruang suatu kawasan. Hubungan fungsional tersebut tercermin pada hGbungan antara kondisi sosial, ekonomi, dan biofisik kawasan. Ketiga kondisi akan sa1ing
mempengaruhi dengan fimgsi-hgsi yang dapat dijelaskan. Kondisi sosial, sebagai contoh adalah perubahan kondisi kependudukan akan rnernpengaruhi
akivitas ekonomi yang sdanjutnya berpengarufi pada pengpaan ruang y m g akan mengubah kondisi biofisik kawasan. Model didefinisikan sebagai suatu' "prwakilan atau abstraksi dari sebuah obyek atau situasi aktual. Model memperlihatkan hubungan-hubungan langsung maupun tidak langsmg serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab alubat. Ofeh karena suatu model adalah abstraksi dari realitas, pada wujudnya h a n g kompleks daripada realitas itu sendiri. Jadi, model adalah suatu penyederhanaan
dari suatu realitas yang kornpleks. Model dikatakan lengkap apabila dapat mewakili berbagai aspek dari realitas yang sedang dikaji. Sebagai contoh, boneka adaIah model dari bent& manusia; baneka yang dapat tertawa, menangis, dan berjalan adalah model manusia yang lebih lengkap, tidak hanya mewakili bentuk tetapi juga beberapa perilaku manusia. 2.3.1 Pendekatan Sistem Dalam Penyusunan Tata Ruang
Kenyataan yang mendasar dari persoaIan aktual
tats
nlang adalah
kompleksitas, dimana unitnya adalab kesngaman. Oleh karena itu, keragaman yang begitu besar tidak mungkin dikaji atau dikendalikan oleh satu atau dua metode spesifik saja. Dalam ha1 ini, teori sistem menyatakan bahwa kesisteman adalah suatu meta-konsep atau rneta-disipIin, formaIitas dan proses dari
keseluruhan disiplin ilmu dan pengetahuan sosial dapat dipadukan dan berhasil. Karena sistem selalu mencari keterpaduan antar bagan melalui pernahaman yang utuh, m&a perlu suatu kerangka fikir yang dikenal sebagai pendekatan sistem
(system approach) dalam penataan ruang suatu kawasan. Pendckatan sistem
datam penataan ruang suatu kawasan adalah cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukamya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhankebutuhan mang sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem tata ruang yang dianggap efektif. Dalam pendekatan sistem umumnya ditandai oleh dua hal, yaitu (1) mencari semua faktor yang penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik untuk rnenyeiesaikan rnasalah dan (2) dibuat ssuatu model hantitatjf untuk membantu keputusan secara rasional. Untuk dapat bekerja sempurna suatu pendekatan sistem mempunyai delapan unsur yang meliputi (1) metodologi untuk perencanaan dan pengelofaan, (2) suatu tim yang multidisipiiner, (3) pengorganisasian, (4) disiplin untuk bidang yang non-kuantitatif, (5) teknik model matcmatik, (6)teknik simulasi, (7) teknik optimasi, dan (8) aplikasi komputer.
Salah satu unsur yang penting adalah aplikasi manajerial pada metodologi perencanaan, pengendalian, d m pengelofaan sistem. Proses tersebut melalui beberapa
tahap
yang
dimulai
dengan
mendefinisikan
kebutuhan,
memformulasikan masalah, sintesa dari alternatif pemecahan masalah, kelayakan dari alternatif, metode untuk memperoleh altematif yang ada, rancangan yang optimal, dan operasionalisasi sistem. 2.3.2 Pernodelan Dengan Pendekatan Sistem Dinamik
Model merupakan representasi dari sistem nyata, suatu mode1 dikatakan baik bifa perilaku model tersebut dapat menyerupai sistem sebenamya dengan syarat tidak melanggar prinsip-prinsip berpikir sistem. Dalam membangun suatu model sangat d i p e n g a d oXeh subjektivitas seseorang atau organisasi, oleh karena itu perlu adanya penyempurnaan yang dilakukan secara terus-menerus dengan menggali inforn~asidan potensi yang relevan. Salah satu pendekatan pernodelan yang telah rnempertimbangkan systen2
thinking dan prinsip pembuatan model dinarnik adalah rnetodologi systein dynamics (Forrester, 1961). Sesuai dengan namaqa, metode ini erzt berhubungan
dengan pertanyaan-pertanyaan tentang tendensi-tendensi dinamika sistem yang kompleks, yaitu pola-pola tingkah ldm yang dibangkitkan oleh sistem itu dengan bertambahnya waktu. Penggunaan metodologi ini Iebih ditekankan kepada tujuantujuan peningkatan pengertian kita tentang bagaimana tingkah laku sistem itu
muncul dari struktumya. Pengertian ini sangat penting dalam perancangan . kebijalran yang efektif. Persoalan yang dapat dengan tepat dimodelkm rnenggunakan metodologi
system dynamics menurut Roberts (dalam Sitornpul, 1498) adalah rnasalah yang mernpunyai sifat: dinamis (berubah terhadap waktu) dm stmktar fenomenapya mengmdung paling sedikit satu simktur w a n - b a l i k fleedback structure). Metodologi system dynamics yang dimodelkan adalah struktur infomasi sistem yang di dalamnya terdapat aktor-aktor, sumber-sumber informasi, dm jaringan aliran informasi yang menghubungkan keduanya. Analogi fisik dan matematik untuk stmkhr infomasi itu dapat dibuat dengan mudah. Sebagai suafx analogi fisik, sumber informasi merupakan suatu tempat pennyimpanan (storage), sedangkan keputusan merupakan aliran yang m a s k ke atau keluar dari tempat pnyirnpanan itu. Dalam analagi matematik, sumber informasi dinyatakan sebagai variabel keadaan (state variable), sedangkan keputusan rnerupakan turunan (derivative) variabel keadaan tersebut. Struktur umpan balik hams dibenhxk karena adanya hubungan kausal
(sebab-akibat). Dengan perkatam lain, suatu stnzktur wnpan-balik adalah suatu causal loop (lingkar sebab-akibat) (Tasrif, 2005). Perilaku sistem umpan balk
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu urmpan balik pasitif dan umpan balk negatif. Umpan baIik positif membangkitkan proses pertumbuhan dimana suatu kejadian hasifnya rnasih akan memperbesar kejadian berikutnya. Umpan balik ini mempunyai ciri adanya ketidakstabilan, ketidakseimbangan, pertumbuhan atau rnemperkuat. Sedangkan umpan balik negatif selalu berusaha mencapai tujuan atau keseimbangan, dan berusaha memberikan koreksi sebagai tindakan mtuk mengatasi kegagalan dalam mencapai tujuan (Tasrif, 2005). Sistem urnpan balik disebut juga lingkaran w p m balik, lingkaran urnpan balik merupakan suatu lingkaran tertQtup yang menghubungkan deretan keputusan yang kemudian
rnenentukan tindakan, keadaan sistem, serta informasi tentang keadaan sistem. Wormasi tersebut kemudian kembali pada keputusan. Untuk merepresentasikan aktivitas dalam suatu lingkar urnpan-balik, digunakan dua jenis variabel yang disebut sebagai level dan rate. Level
rnenyatakan kondisi. sistem pada setiap saat yang merupakan hasil akumulasi *
dalam sistem. Dalam kerekayasaan (engineeringl level sistem lebih dikenal sebagai state variable system. Sedangkan rate menyatakan aktivitas sistem yang dapat rnempengaruhi level (Sitompul, 1998). Persamaan suatu variabel rate merupakan suatu s W u r kebijaksanm yang menjelaskan mengapa dan bagaimana suatu keputusan dibuat berdasarkan kepada informasi yang tersedia di dalam sistem. Rate inilah satu-satunya variabel &lam model yang dapat mempengaruhi level. Satu variabel tambahan adalah auxiliary variable yang fmgsinya menyederhanakan hubungan infonnasi antara level dan rate. Semua jenis variabel ini dinyatakan dalam persamaan matematik yang akan disimulasikan (Sitompul, 1998).
,
Umumnya, perilaku-perilah fenomena yang rnirip secara kualitatif, walaupun berasal dari sistem-sistem yang berbeda, mempunyai struktur yang serupa, seperti kurva S, yang rnenggarnbarkan pertumbuhan sigmoid. Sifat dari kurva S ini merupakan gabungan pertumbuhan eksponensial positif pada tahap awal dengan pertumbuhan asirntotik pada tahap akhir. Pertumbuhan S mempunyai
arti bahwa pada awalnya level berubah perlaban-lahan, makin lama makin cepat,
tetapi pada akhir pertumbuhm level berubah lagi secara perlahan-lahan mencapai suatu kejenuban asimtotik. Waktu perubahan pada saat eksponensial positif
disebabkan oleh umpan baXik positif
Sedangkan pertumbuhan asimtotik
disebabkan oleh adanya umpan balik negatif (Sitompul, 1998). Manusia secara naluriah menggunakan suatu model untuk mengambil suatu keputusan. lnformasi yang telah dipunyai rnenjadi dasar pemilihan konsepkonsep serta hubungan-hubungan dari sistem yang dibayangkan oleh pikirannya. Gambaran tentang sistem yang ada di dalam pikiran seseorang tersebut dinarnakan model mental. Model mental mempunyai beberapa kelemahan, yaitu bersifat tidak lengkap dan kabur (filzzy). Selain itu model mental juga tidak rnerniliki konsep sistem yang lengkap, Hubunsan-hubungan dari sistem tidak akan dapat
diinterpretasikan secara Iengkap. Model mental seringkali tidak adaptif terhadap konsekuensi-konsekuensi dinamis yang muncul. Forrester (1973) menyatakm : the human mind is not adapted to interpreting how social systems behave. Our social systems belong to the class called multiple-loop nonlinear feedback systems.
Forrester dalam Sitompul (1998), menyatakan terdapat tiga karaktefistlk sistem sosial yang dapat mernbuat seseorang melakukan kesalahan dalam proses pengambilan keputusan d m kesirnpulan. 1. Karakteristik pertama adalah sistem sosial tidak sensitif terhadap perubahan-
perubahan ddam kebijakan yang dilakukan dalam suatu upaya uxltuk mengubah atau rnemperbaiki perilaku sistem. 2. Karakteristik kedua adalah bahwa sistem sosial boleh jadi terlihat memiliki
beberapa faktor atau petunjuk yang berpengaruh serta sensitif dalam lnernperbaiki clan mengubah perilaku sistem. Faktor dan petunjuk tersebut bisa jadi merupakan sesuatu yang tidak diharapkan mtuk diubah. Apabila dalam model sistem sosial faktor sensitif tersebut diidentifikasi, maka kemungkinan k e k e l i m seseorang yang dibimbing oleh intuisi dalam memutuskan rnengubah sistern dan mengambil kesimpdan addah. sangat besar. 3. Karakteristik ketiga adalah biasanya terdapat konflik yang sangat mendasar
antara konsekuensi suatu kebijakan &lam jangka pendek dan jangka panjang. Suatu kebijakan yang bertujuan untuk rnemperbaiki sistem dalam jangka pendek, misalnya satu hingga Iima tahun, boleh jadi dapat memperburuk sistem
dalam j angka panjang. Model komputer untuk sistem sosiaI adalah simplifikasi dari sistem sosiaf yang sebenarnya tejadi. Perbedaan mendasar antara model komputer dengan model mental adalah kemampuan model komputer untuk menetapkan konsekuensi dinamik setiap komponen-kornponen model yang saling berinteraksi. Model mental boleh jadi akurat dalam struktur dan asumsi, namun demikian pikiran manusia dapat menghasilkan kesimpulan yang belum tentu benar (Forrester daIam SJtornpul, 1998).
Kelernahan model mental dapztt diatasi bila asumsi-asurnsi yang terpaut didalamnya diinterrelasikan secara eksplisit ke dalam suatu model komputer
dengan menggunakan system dynamics, dalam simulasi komputer digunakan untuk mempelajari konsekuensi yang dihasilkan oleh perilaku dinamis dari suatu sistem. Dalam model komputer setiap konsep ataupun asumsi tentang sistem nyata dapat dinyatakan secara lebih jelas. Notasi-aotasi dan persamaan maternatika dapat digunakan dalam menggarnbarkan model. Konsekuensikonsekuensi dinamik yang muncul karena adanya interaksi antar asumsi-asurnsi dapat disimulasikan. Hasil sirnufasi model komputer ini mernungkinkan kita untuk rnemperdebatkan kembali asumsi-asumsi kita tentang masalah-masalah sosial
yang sedang diteliti. Model komputer ini rnerupakan suatu laboratorium tempat eksperimen-eksperim kebijakan dianalisis. Perkernbangan yang amat pesat dalam dunia sirnulasi kornputer membuat simulasi dari konsekuensi yang dihasilkan oleh perilaku dmamis ini dapat diiakukan dengan biaya rendah. Sirnulasi komputer memberikan sumbangan besar dalaln perancangan kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan dalam suatu sistem dengan kernampuan untuk memberikan konsekuensi yang akan ditimbulkan atas setiap kebijakan tersebut. 2.3.2.1 Langkah-Langkah Pernodelan dengan Pendekatan System Dyrtamics
Saeed (dalam Tasrif, 2005) menyatakan bahwa dalam pembuahn suatu model dengan menggunakan metodologi system dynamics haruslah rnelalui tahaptahap befikut : 1. Identifikasi periIaku persoalan (problem behavior)
a. Pola referensi Pada langkah ini diidentifikasi poIa historis atau pola hipotesis yang menggambarkan perilaku persoalan (problem behavior). Pola historis atau pola hipotesis ini rnerupakan pola referensi yang di wakili oleh pola perilaku suatu kumpulan variabel-variabel yang mencakup beberapa aspek yang berhubungan dengan perilaku persoalan. Pola-poIa tersebut di intregasikan ke dalam suatu susunan (fabrikasi) sedemikian rupa sehingga dapat rnerepresentasikan tedensi-tendensi internal yang ada di dalam sistem. Penggambaran pola referensi tersebut sebagai tendensi internal sistern adalah sangat penting, karena tendensi itu di tirnbulkan oleh suatu kurnpulan
struktur umpan-balik yang terbentuk di dalam sistem dan rnempunyai irnplikasi-implikasi terpenting untuk analisis kebijakan. b. Hipotesis dinamik Setelah pola referensi dapat di definisikan, suatu hipotesis awal tentang interaksi-interaksi perilaku yang rnendasari pola referensi perlu diajukan. Pada lmgkah ini, hipotesis dinamik yang diajukan mungkin belum tepat sekali. Beberapa iterasi dari fomdasi, perbandingan dengan buktibukti ernpiris, dan reformulasi akan ditempuh untuk sampai kepada suatu hipotesis yang logis dan sahih secara ernpiris.
c. Batas model Langkah ini batas model akan di definisikan terlebih dahulu dengan jelas sebelum suatu model di bentuk. Batas model ini rnernisahkan prosesproses yang menyebabkan adanya tendesi internal yang di ungkapkan dalam pola referensi dari proses-proses yang rnereprentasikan pengaruh-penganrh eksogenus. Batas model ini &an menggambarkan cakxpan analisis dan akan berdasarkan kepada isu-isu yang di tunjuklan ofeh analisis tersebut dan akan meliputi semua interaksi sebab-akibat yang berhubungan dengan isu itu. 2. Membentuk suatu model komputer
a. Struktur umpan balik model Batas model dapat di definisikan, suatu struktur lingkar-lingkar umpan balik feedback loops) yang berinteraksi akan di bentuk. Stntktur umpanbalik ini merupakan blok pernbentuk model yang di ungkapkan melafui lingkar tertutup. Lingkar urnpan-balik tersebut menyatakan hubungan sebab akibat variabef-variabel yang melingkar, bukan menyatakan hubungan karena adanya korelasi-korelasi statistik. Hubungan sebab-akibat antar sepasang variabel harus dipandang bila hubungan variabel tersebut dengan variabel lainnya di dalam sistem dianggap tidak ada. Sedangkan suahi korelasi statistik antara sepasang variabel di huunkan dari data yang ada dalam keadmn variabel tersebut berhubungan dengan variabel Iainnya di dalam sistem dan kesemuanya bembah secara sirnultan. Ada dua macarn lingkar umpan-balik yang mungkin terdapat daiam suatu model, yaitu lingkar umpan-balik negatif. Lingkar umpan-balik
positif akan menghasilkan pola pertumbuhan eksponensial atau peluruhan (decay), sedangkan lingkar umpan-balik negatif &an menghasilkan polapola pencapaim tujuan (goal seekingl. Gabungan lingkar yang sejenis ataupun kombinasinya akan meghasilkan bemacam pola perilaku. b. Level dan rate Merepresentasikan aktivitas dalam suatu Iingkar umpan-bdik, digtmakan dua jenis variabel yang disebut sebagai level dan rate. Level menyatakan kondisi sjstern pada setiap saat. Dalam kerekayasaan (engineering) level system lebih dikenal sebagai state variable system.
Level merupakan akumulasi didalam sistem. Persamaan suatu variabel rate mempakan suatu struktur kebijakan yang menjelaskan mengapa dan bagaimana suatu keputusan dibuat berdasarkan kepada infomasi yang tersedia di dafam sistem. Rate inilah satu-satunya variabel dalam model yang dapat mernpengaruhi level. 3 . Pengujian model dan analisis kebijakan
Model eksplisit suatu persoalan telah dapat diformulasikan, pada langkah ini suatu kumpuIan pengujian dilakukan terhadap model untuk mendapatkan keyakinan terhadap kesahihan model dan sekaligus pula mendapatkan pernahaman terhadap tendensi-tendensi internal sistem. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk membandingkannya dengan pola referensi dan secaxa terus menerus memodifikasi dan mernperbaiki struktur model. Sensitivitas model terhadap perubahan nilai pararneter-parameter perlu dilakukan pula dalam langkah ini. Bila suatu korespondensi antara model mental sistem, model ekspfisitnya,
dan pengetahuan empirik tentang sistem telah diperoleh, model yang dibuat dapat diterima sebagai suatu representasi persoalan yang sahih dan dapat digunakan untuk analisis kebijakan. 2.4 Sistem Inforrnasi Geografis
Sistem informasi geografis adalah suatu sistem berbasis komputer yang mernberikan empat kemampuan untuk menangani data bereferensi geografis, yaitu pemasukan, pengelolaan atau manajemen data (menyimpan atau pengaktifan kembali), manipulasi dan anafisis serta keluaran. Pemasuken data kedalam sistem informasi geografis dilakukan dengan cara digitasi dan tabulasi. Manajemen data
meliputi sernua operasi penyimpanan, penga&ifan, penyimpanan kembali dan pencetakan semua data yang diperoleh dari masukan data. Proses manipulasi d m andisa data dilakukan dengan interpofasi spasiaI dari data non spasial rnenjadi data spasiaI, rnengkaitkan data tabular ke data raster, turnpang susm peta yang meliputi map crossing, twnpang susun dengan bantuan matriks atau tabel dua . .
dimensi, clan kalkulasi peta. Keluaran utama dari sistem informasi geografis adalah informasi spasial b a n yang disajikan dalam dua bentuk yaitu tersirnpan dalam format raster d m tercetak ke hardcopy, sehingga dapat dimanfaatkan secara operasional. Stmktw data spasial dalam sistem infarmasi geografis dapat dibedakan menjadi ciua macam, yaih strulrtur data vector dm raster. Struktur data vektor
kenampakan keruangan akan dihasilkan dalam bent& titik dan garis yang member~tukkenampakan tertentu, sedangkan stndcb data raster kenampakan keruangan akan disajikan dalam 'bentuk kollfigurasi sel-sel yang membentuk garnbar. Sistem informasi geografis menurut Star (1990) adalah suatu sistem infomasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang mereferensi pa& koordinat geografi atau spasial dm juga non spasial. Sistem idorrnasi geogratis
rnerupakan sistem basis data dengan kemampuan spesifik untuk data spasial d m non spasial dan juga dapat melakukan operasi data. Sistem informasi geogafis dapat dilakukan secara manual rnaupun dengan cara otomatik yang- rnenggunakan komputer digital. Lima efemen penting dalam sistem informasi geografis adalah cara perolehan data, pra-proses, pengolahan data, pengolahan dan analisis d m penghasilan produk.
Aronoff (199 1) mengutarakan bahwa definisi sistem informasi geografis adalah sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk rnemasukkan dan memanipulasi informasi geografis. Empat komponen dasar sistem informasi
geografifis : I) rnasukan data (data input), kornponen pengubah data yang ada (existing) menjadi data yang dapat digunakan oIeh sistem informasi geogxafis,
kegiatan ini biasanya inembutuhkan waktu dm ketepatan; 2) manajemen data
(data nzagement);3 ) manipuIasi dan analisis (rna~zipulutionand anulysis) dan 4) keluaran (ozrtput), bentuk hasil dari sistem informasi geografis sangat beragam
kualitas, kecepatan, dan kemudahannya, baik dafam bentuk hardcopy maupun so@copy. Sistem informasi geografis adalah alat yang lnampu menangani data spasial, pada SIG data berformat digtal dalam jumlah besar data dapat dikelola dm diubah dengan cepat.
National Center
of Geography Information Analysis
fNCGIA)
mengutarakan SIG adafah penggunaan data geografi d m data non geografi serta adanya operasi yang mendukung analisis spasial. Tujuamya adalah untuk inembuat keputusan, pengelolaan sumberdaya, dan pemodelan sumberdaya. Lebih lanjut dimgkapkan sistem informasi geografis dilihat sebagai suatu sistem perangkat keras d m lunak komputer, .dan prosedur-prosedur yang dirancang untuk
rnendukung pengumpulan, pengelolaan, perubahan, anaIisis, pemodelan dan penampilan data spasial unhrk: memecahkan perencanaan yang rumit dan pernasalahan pengefolaan. Menurut Davis (1996) sistem idomasi geografis terdiri dari tiga bagian yang terintegrasi yaitu : (a) Geografi ; dunia nyata, atau realita spasial atau ilmu bumi (geografi), fb) Informasi ; data dan infomasi, meliputi iu-tidan kegunannya, clan
(c) Sistem ;teknologi komputer dm fasilitas pendukung. Dengan kata lain sistem idormasi geograEis merupakan kumpulan dari tiga aspek dalam kehidupan dunia modern kita, dan menawarkan metode baru untuk memahaminya. Selanjutnya Barus d m Wiradisastra (2000) menyatakan bahwa sistem idormasi geografis adalah suatu sistem infomasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau atau berkoordinat geografi.
Bunough dan McDonnel
(1986) memberikan definisi sistem informasi geografis dalam konteks alat (toolbox based), sebagai seperangkat alat yang digunakan untuk: mengoreksi, menyimpan, memanggil kembali, mentransformasi dan menyajikan data spasial dari dunia nyata untuk tujuan tertentu. Dalam konteks basis data (database based), suatu sistem berbasis komputer yang mempunyai kemarnpuan untuk menangani data yang bereferensi geografi yaitu pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), lnanipulasi d m analisis serta keluaran (output). Sedangkan dalam konteks organisasi (organized based), Ozemoy et ul. dalam Burrough dan McDonnel (1986) mendefinisikan sistem infomasi geogrds sebagai seperangkat fbngsi-fimgsi otomatis yang professional dengan kemampuan
lebih baik dalam ha1 penyirnpanan, pemanggilan kembali, manipulasi, dan tampilan lokasi data secara geografis. hformasi penutupan fahan dapat diekstrak langsung melalui proses interpretasi citra atau foto udara yang kualitasnya baik. Namun demikian infomasi tentang pengpnaan lahannya tidak dapat diketahui secara langsung, oleh karena itu diperlukan pengecekan lapang untuk mengetahui penggunaan lahan disuatu daerah. Menurut Murai (1996) pengecekan lapang atau disebut juga gound "kuth" didefinisikan sebagai observasi, pengukuran dart pengumpulan informasi tentang kondisi aktual dilapangan dalam rangka menetukan hubungan antara data penginderaan jauh d m obyek yang diobservasi. Dengan demikian apabila ditemukan perbedaan pola atau kecenderungan yang tidak dimengerti pada data penginderaan jauh bias dilakukan verifikasi dengan kondisi sebenarnya dilapangan. Aplikasi sistem informasi geografis telah banyak digunakan untuk perencanaan pertanian, industri dart penggunaan lahan. Anafisis terpadu terhadap penggunaan lahan, debit air, data kependudukan dan pengaruh dari masingrnasing data dapat dilakukan. Dengan menggunakan sistem informasi geografis maka keterkaitan antara fakor yang mernpengaruhi sistern dapat dianalisis (Aronoff, 1989).
jUI. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Wsktu
Lokasi studi dilakukan di wilayah Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar 2) dengan luas wilayah 11.850 ha. Studi diiakukan selama 10 bulan dimulai dari bulan Februari 2008 sampai dengan bulan November 2008.
Gambar 2. Peta lokasi penelitian
3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer, alat tulis dan perangkat lunak (software) mtuk penyusunan naskah, pengolahan d m analisis data. Perangkat lunak yang digunakan terdiri dari
f owersim Constructor 2.5, Arc View 3.3, Microsoft Ofice dan ExcelE 2007. Bahan yang diperlukan untuk kegiatan penelitian ini berupa, peta-peta yang terkait dengan aspek biofisik Kota Bogor, aspek sosial dan ekonomi berupa data-data sosial kependudukan Kota Bogor (jumlah penduduk, migrasi masuk,
migrasi keluar, kelahiran dan kematian) dan data-data perekonomian Kota Bogor (PDFtB). 3.3 Metode Penditian
Metode dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data-data clan idonnasi yang diperlukan serta mengmalisis data-data sesuai dengan kebuaan clan tujuan studi.
3.3.1 Teknik Pengumpufan Data Dan Jenis Data Jenis data yang diperlukan addah data primer dan data sekunder (Tabel 1). Data primer diperoleh dengan cara observasi ke lokasi atau obyek peneiitian serta rnelakukan diskusi dm wawancara Imgsung dengan stakeholder. Data sekunder dipexoleh dengan cara menelusuri berbagai sumber seperti hasil penelitian d m dokumen ilmiah dari instansi terkait. Tabel 1. Jenis, unit, sumber data dm pendekatan penelitian No. J a b data 1.
2. 3. 4.
5. 6. 7. 8. 9. 10. 8. 9. 10. I I. 12.
13. 14.
15. 16.
17.
Datn biofisik Luas wilayah
Unit,
Sumber
Satuan
data
ha
LahanRTH Lahnpemukiman Lahanindustri Lahnn jasa d m perdapgan
ha ha
Suhuudara Kelwbah Jenis tanah Kemiringan lmeng Penggunom lnhan Data sosial JumlaR penduduk Fraksi migrnsi msuk Fraksi migrasi keIwr Umur hanpan hidup Fertilitss Data ekonomi PDRB PDRB sektorjasa dan perdagangan PDIU3 sektor industri PDRB seMor pertanian Tenaga kcrja
"C %
ba b
jiwa Ydtahun Ydtahun tahun /tahun rupiah rupiah rupiah rupiah jirva
Bappeda Bappeda Bappeda Bappeda Bappeda BMG BMG Ba~~eh sappeda
Kegmaan Analisis diirmik (submodel biofisik)
Analisis dmamik (submodel biofisik) Analisis d i i (submodel biofisik) Analisis dinamik [submddel biofisik) Analisis diamik (submodel biofisik) Analisis dinornik (submodel biofisik) Analisis dinarnik (submodel biofisik) Analisis spasial distribusi RTH
Bappeda
Analisis spasial distribusi RTH Analisis spasial distribusi RTH
Bappeda, BPS Bappeda, BPS Bappda, BPS Bappeh, BPS Bappeda, BPS
Analisis diiamik (submode1 penduduk) Analisis dinarnik (submodel penduduk) Anaiisis dinnmik (submodel penduduk) Analisis dimmik (submodel penduduk) Analisis d h m i k (submodel pendnduk)
Bappeda, BPS Brtppeda, BPS Bappeda, BPS Bappeda, BPS Bappeda, BPS
h a i i s i s dinarnil; (submodel ckonomi) Analisis dinarnik (submodel ekonomi) Analisis dinamik (submodel ekonomi) Analisis dinarnik (submodel ekonomi) halisis dinnmik (submodcl ckonomi)
3.3.2 Analisis Data 3.3.2.1 Pemodelan Sistem Dinamik Penataan Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor Dalam pelaksanaamya, pendekatan sistem perlu memperhatikan tahapan kerja yang sistematis (Gambar 3). Prosedur pendekatan sistem rneliputi tahapantahapan berik-ut : analisis kebutuhan, identifikasi masaIah, konseptualisasi sistem,
penunusan model, analisis perilah model, validasi dan implementasi, (Setia Ha&, Omo Rusdiana, Suwarto, 2004).
Kondiai Ruang K a w m Snat rRi
I
Skmario Pcnataan Ruang Kawawul
Isu Pcmanf~Lan Ka\vasm
P e n a h Rumg Optiml
I
Gambar 3. Tahapan penyusunan optimasi penataan m a g dengan menggunakan pendekatan sistem dinamik (Setia Hadi, Omo Rusdiana, Suwarta, 2004)
3.3.2.1.1 Analisis Kebutuhan Analisa kebutuhan merupakan tahap awal dari rangkaian proses pengembangan model dinamik sistem penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor. Anafisis ini diperlukan untuk mengetahui kebutuhan dari setiap aktor (stakeholder) yang terkait dengan penataan dan pengelolaan ruang terbuka hijau
Kota Bogor. Untuk mengetahui kebutuhan dari masing-masing stakeholder dilakukan dengan berdiskusi atau wawancara langsung kepada masing-masing stakeholder, yang dalam ha1 ini diwakili oleh pihak pcrnerintah daerah dan
masyarakat seternpat. Penentuan responden dilakukan dengan cara purposive sampling.
3.3.2.1.2 Identifikasi Masalah Pada tahap ini terdapat bebe~apaaktivitas diantaranya mengetahui dan mendefinisikan permasalahan yang akan dikaji, sehingga akan diperoleh. inti
masalah yang akan menjadi bahan rujukan ketib menguji kebijakan dalam menyelesaikan masalah. Untuk mendapatkan inti pernasalahan tersebut ada beberapa ha1 yang perIu diungkapkan, yaitu : 2 . Pola referensi
Dalam langkah ini diidentifikasi pola historis atau pola hipotesis yang menggambarkan perilaku persoalan (problem behavior). Pola referensi ini rnenrpakan gambaran perubahan variabel-variabel penting dan variabel lain yang terkait dari waktu ke waktu. Dengan pola historis variabel-variabel ini akan dihasilkan inti masalah untuk suatu kajian sistern dinamik. 2. Hipotesis dinamik Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan hipotesis awd tentang interaksi-interaksi perifaku yang mendasari pola refexensi. Beberapa iterasi dari fomulasi, perbandingan dengan bukti empiris dan reforrnulasi &an diperlukan untuk nampi pada satu hipotesa yang logis dan sahih secEra empiris. 3. Batas model
Dalarn langkah ini batas model akan ditentukan terlebih dahulu dengan jelas sebelum suatu model dibentuk. Batas model illi memisahkan prosesproses yang menyebabkan adanya kecenderungan internal yang diungkapkan dalam pola referensi dari proses-proses yang merepresentasikan pengaruhpenganrh eksogen yaitu pengaruh yang berasaf dari luar sistern. Batas model
ini akan menggambarkan cakupan analisis dan akan berdasarkan pada isu-isu yang ditunjukkan oleh analisis tersebut dan akan meliputi semua interaksi sebab akibat yang berhubungan dengan isu tersebut. 3.3.2.1.3 Konseptualisasi Sistem
Pada tahap ini tercakup langkah-langkah untuk mengenali sistem (system identlficution). Identifikasi sistem bertujuan untuk rnernberikan gambaran
terhadap sistem yang dikaji dalam bentuk diagram. Diagram yang digunakan adalah diagram lingkar sebab akibat (causal loop diagram) yang kemudian di interpretsrsikan ke dalam diagram diagram input output sistem. I. Diagram Eingirar Sebab Akibaf: Sistem bisa digambarkan dengan inenggunakan diagram lingkar sebab akibat (Gambar 4). Dalarn melakukan identifikasi dan deskripsi tentang apa yang ada di dalam boundary sistem, difakdcan dengan bantuan sign diagraplz
berupa penghubung datam causal loop dan melambangkan arahfeedback. Sign diagraph ini menyatakan bagaimana suatu elemen meinpengaruhi dan berinteraksi dengan elemen laimya. Struktur urnpan balik ditentukan dengan melacak hubungan sebabakibat dari setiap pasangan variabel, hngga akhirnya mereka dihubungkan
kembali dengan dirinya sendiri, membenhrk lingkar sebab-akibat. Lingkar inilah yang rnenimbulkan tingkah laku dinamis dalam sistem. CAUSAL LOOP DIAGIWA
1
din PCIIll-n
A*
\ KeUuhmLahan P
~
f*
j ~ K M a nn L i k n Jru
\
F.IM
,!hpM,
Gambar 4 . Diagram lingkar sebab akibat sistem perencanaan ruang terbuka hijau Kota Bogor Hubungan ditandai dengan tanda dan arah. Arah panah (+) menunjukkan variabel sebab, sedangkan tanda (+) atau (-) menunjukkan pengaruh pada variabel akibat, Berdasarkan tanda dan arah panah, maka
dihasilkan dua macam lingkar umpan balik, yaitu lingkaran urnpan balik positif untuk sistem urnpan balik positif dan lingkaran umpan baIik negatif unt& sistem urnpan balik negatif. Pada sistern ini akan terlihat adanya suatu proses pertumbuhan yang berkesinarnbungan yang akan menghasilkan pertumbuhan eksponensial. Sistem pada lingkaran urnpan balik negatif berusaha mencapai suatu tujuan. Keluaran (output) akan mempengaruhi kembali rnasukan (input) jika tujuan belum tercapai. Unjuk kerja pada sistem umpan balik negatif meliputi penyesuaian dan keseimbangan. 2. Diagram Input-Output
Diagram input output menggarnbarkan hubungan antara output yang akan dihasilkan dengan input berdasarkan tahapan analisis kebutuhan dan fonnulasi pennasalahan. Output merupakan tujuan kajian sistem. Output dapat dikategorikan sebagai output yang diinginkan dan output yang tidak diinginkan. Output yang tidak diinginkan merupakan ha1 yang tidak dapat dihindari dan kadang-kadang diidentifikasi sebagai pengaruh negatif bagi kinerja sistem. Output yang tidak diinginkan perlu ditindak lanjuti melalui umpan balik. Dalam hubungan ini input hams dimodifikasi agar menghasilkan output yang dinginkan. Input merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja sistem yang dapat digolongkan pada input langsung dan tidak langsung. Input langsung adalah semua faktor yang mempengaruhi kinerja sistem secara langsung. Input langsung terdiri dari input terkendali seita input tidak terkendali. Input terkendali adalah input yang secara langsung mempengaruhi kinerja sistem dan bersifat dapat dikendalikan sedangkan input tidak terkendali rnerupakan input yang diperlukan agar sistem dapat berfmgsi dengan baik namun tidak dapat
dikendalikan. Input tidak langsung merupakan elemen-elemen yang mempengaruhi sistem secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan.
3.3.2.1.4 Perumusan Model Perumusan model merupakan proses untuk mengubah konsep sistem atau stmktur model yang telah disusun kedalam bentuk persamaan-persamaan atau bahasa komputer. Perumusan model rnerupakan transformasi dari suatu pandangan konseptual informal ke pandangan konseptual formal atau representasi
memugkinkan model tersebut disimulasikan untuk rnenentukan perilaku dinamis
yang diakibatkan oleh asumsi-asumsi dari model. Perurnusan model sistem penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor dibagi
ke dalam tiga subrnodel yaitu I) subrnodel penduduk, 2) submodel ekonomi dan 3) submodel ruang terbuka hijau. Secara umum persamaan yang digunakan pada *
,
ketiga submodel untuk masing-masing variabel yang diarnati dapat dijabarkan sebagai berikut :
= Jumlah penduduk pada saat T =:
Jumlab penduduk pada saat mula-mula (t = 0)
XI masuk.dt
= Pertambahm jumlah penduduk
XI keluar.dt
= Penguranganjumlah penduduk
2. Submodel Ekonomi Y2
....~.....~.~...~..~~.~.~~~.~......~~.................................................................-.. (2)
X28
Y2
= Total PDRB
XZA
= PDRB sektor non RTH
X2B
= PDRB Sektor RTH
3. Submodel Ruang Terbuka Hijau t
Y3(t =T) =Y3 (t= 0) + J x 3rnasuk.dt-X3keluar.dt ..................................................(3) 0 = Luas RTH pada saat T y3 (t = T) = Luas RTH pada saat mula-muIa (t = 0)
(t = 0) X3 masuk.dt
= Pertmbahan luas RTH
X3 keluar.dt
= Pengurangan luas RTH
Y3
= Indeks Kenyamanan = Suhu
= Kelembaban
Dalam melakukan pemmusan model beberapa submodel yang telah ditentukan, diintegrasikan ke dalam suatu diagram alir
m w diagram) model
penataan mang terbuka hijau Kota Bogor. Setelah ketiga submadel tersebut diintegrasikan, langkah selanjutnya yaitu menyusun dan membuat kode-kode yang dapat dimasukkan kedalam perangkat lunak komputer. Secara umum diagram alir model dinamik dengan menggunakan bahasa powersim dapat digambarkan sebagai berikut : Sink
"b
Rate-Keluar
Konstanta-2
Auxiliary
Gambar 5 . Diagram alir model dinamik dengan menggunakan bahasa powersim Keterangan simbol pada diagram alir dalam bahasa powersim dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Level
Level mempakan hasil akumufasi dari aliran-aIiran dalam diagram alir dan menyatakan kondisi sistem setiap saat. Dalam konsep sistem, level dikenal
sebagai state variabel. Level dapat dibayangkan sebagai suatu tangki air yang mengakumulasikan perbedaan air masuk dengan air keluar. DaIam diagram alir system dynamics,level dilukiskan dengan sirnboX persegi panjang.
Persamaan powersim untuk aliran level adalah : Init LEV
= Kondisi
Flow LEV
= -dt*(RK) + dt*(RM)
awal
Keterangan :
LEV
= level
RM
= rate
(Iaju) masukan
RK
= rate
(laju) keluaran
dt
= interval waktu
(unit)
simulasi (suatu waktu)
Init
= initial = nilai awal
Flow
= Flow
(aliran) untuk variabel level
2. Rate
Rate mempakan suatu aIiran yang menyebabkan bertambah atau berkurangnya suatu level. Oleh sebab itu rate terdiri dari dua jenis, yaitu rate masuk dan rate keluar. Rate masuk akan menambah akumulasi di &lam suatu level dan dilambangkan dengan simbol katup dan panah yang menuju level.
Sedangkan rate keluar ditunjukkan dengan katup yang dihubungkan dengan panah yang menunjuk pada sink. 3. Source dan Sink
Simbol awan menunjukkan source dan sink suatu material yang mengalir ke dalam atau keluar suatu level. 4. Information Link
Aliran informasi dalam powersim dilambangkan dengan tanda panah yang tegas. Aliran ini mempakan penghubung antar sejumlah variabel di daiam suatu sistem. Jika suatu aliran informasi keluar dari level, aliran tersebut tidak akan mengurangi akumuIasi yang terdapat di dalarn level. 5. Variabel Auxilimy
Variabel auxiliary adalah suatu penambahan informasi yang dibutuhkan dalam rnerurnuskan persamaan atau variabel rate. Atau dapat pula dikatakan bahwa variabel au~iliary adalah suatu variabel yang membantu untuk mernformulasikan variabel rate. Variabel amiliaty digambarkan dengan suatu lingkaran penuh.
6. Parameter (Konstanta) Konstanta adalah suatu besaran yang nilainya tetap selama proses simulasi. Konstanta dalarn powersim digambarkan dengan simbol belah ketupat. 7. Delay
Dalarn menggambarkan delay dibutuhkan penghubung panah bergaris yang menunjukkan delay dan panah sebagai aliran inforrnasi, jika nilai awal delay sama dengan variabel input. Jika nilai awalnya ditetapkan terlepas dari
variabel input maka hanya dibutuhkan satu panah delay sebagai penghubung.
3.3.2.1.5 Analisis Perilaku Model Analisis perilaku model merupakan usaha untuk memahami perilaku sistem yang diakibatkan ofeh asumsi-asumsi dalam model, sehingga dapat menjadi dasar untuk menyernpumakan model. Usaha pemahaman model ini . . dibantu dengan simulasi komputer, yang akan memberikan gambaran bagairnana
perilaku seluruh variabel dalam model terhadap waktu. 3.3.2.1.6 Pengujian Model Setelah model eksplisit suatu persoalan tetah &pat diformulasikan, pada langkah ini suatu kumpulm pengujian dilakukan terhadap model untuk menegakkan keyakinan terhadap kesahihan model dan sekaligus pula mendapatkan pemahaman terhadap tendensi-tendensi internal sistem. Hal ini diperlukan dalam upaya untuk mernbandingkannya dengan pola xeferensi dm secara terus-rnenerus memodifikasi dan memperbaiki s W u r model. Suatu model secara stnrktur dapat dikatakan valid, jika mode1 tidak hanya dapat membuat reproduksi perilaku sistem, akan tetapi juga dapat mengungkapkan bagaimana sistem bekerja menghasilkan perifaku tersebut. Oleh karena itu modef dapat
dikatakan baik jika model dapat rnenambah pemahman terhadap perilaku sistem yang dimaksud, mudah dikomunikasikan d m dapat menolong perbaikan pa& sistem tersebut. Dan kadang-kadans sua0-I =ode1 dqat jjuga dikatakzn baik j&?~ masih terbuka untuk perbaikan-perbaikan. 3.3.3 Analisis Kebijakan Penataan Ruang Terbuka Hijau Kota Bagor
Pada fase ketujuh proses pernodelan, model yang dibuat digunakan untuk menguji berbagai dtematif kebijakan yang mungkin bisa diterapkan dalarn sistem
yang tengah dikaji. Lebih jaub fagi, analis mungkin bisa menyelidiki kemungkinan dampak dari berbagai kebijakan yang dipilih. 3.3.4 Analisis Spasial Optimalisasi Distribusi Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor
Analisis distribusi spasial dilakukan untuk menentukan alokasi lahan pang dapat dikembangkan sebagai nrang terbuka hijau di Kota Bogor. Penentuan alokasi lahan untuk ruang terbuka hijau di Kota Bogox, secara spasial dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem informasi geografis. Sistem informasi
geografis merupakan sistem informasi yang digunakan untuk mernasukkan, menyimpan, merniiz~ggilkembali, mengolah, rnenganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospasial untuk rnendukung pengambilan keputusan. Tahapan analisis spasial optimalisasi distribusi ruang terbuka lzijau Kota Bogor dapat digambarkan sebagai berikqt : 1. Tahap pertama : melakukan analisis untuk rnenentukan tingkat kebutuhan
ruang terbuka hijau di Kota Bogor. Dari data yang diperoleh dilakukan analisis untuk mengidentifikasi tingkat kebutuhan mang terbuka hijau di Kota Bogor.
Analisis tingkat kebutuhan ruang terbuka hijau di Kota Bogor dilalmkan
berdsrsarkan penilaian kondisi biofisik kawasan. 2. Tahap kedua : melakukan skoring dan pembobotan pada masing-masing parameter yang te1a.h ditentukan (Tabel 2), kemudian nilai skoring tersebut
dimasman kedalam format dijital dan rnerubahnya ke dalam bentufc vector. Tabel 2. Kriteria penilaian kondisi biofisik kawasan untuk pengernbangan ruang terbuka hijau Peubah Kemiringan Iereng
Sub Peubah 04% (landai) 15 8-15% (agak curam) 15-45% (curam) > 45% (sangat curam) Kepekaan tanah Tidak peka 10 Agak peka Peka Sangat - Peh Penutupan lahan Bervegetasi rapat 15 Bervegetasi tidak rapat Lahan pertanian Lahan pemukiman Sumber :Deptan (1980) dalam Yuzni 2009, modifikasi 2009
Bobot
Ndai I 2
3 4 1
2 3 4
I 2 3 4
3. Tahap ketiga : melakukan overlay pada setiap peta tematik digital kemudian melakukan analisis spasial untuk menentukan zona pengembangan ruang terbuka hijau Kota Bogor. 4. Tahap keempat : zona pengembangan yang telah drsusun disesuaikan dengan
kondisi eksisting yang ada untvk menentukan alokasi distribusi optimal ruang terbuka hijau Kota Bogor.
IV,KONDISX UMUM LOKASI Informasi mengenai keadaan m u m lokasi penelitian diperlukan untuk mengetahui sejauh mana perkambangan maupun keadaan yang terjadi saat ini di wilayah Kota . . Bagor, terutama berkaitan dengan ketersediaan ruang terbuka hijau kota dm juga kondisi sosiaf ekonomi masyarakat Kota Bogor yang diperlukan
untuk melakukan kegiatan pengolahan dan analisis data. 4.1 Fisik Dasar 4.1.1 Letak Geografis dan Wilayah Administrasi
Kota Bogor secara geografis terletak pada 106'48'
Bujw Timur dm 6'36'
Lintang Sefatan dengan jarak f 56 km dari Ibu Kota Jakarta. Wilayah Administrasi Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamajan, 68 Kelurahan dengan luas keseluxuhan wilayah meliputi k 11.850 ha berbatasan dengan : Sebelah Utara
Berbatasan dengan Kecamatan Kernang, Kecamatan
: '
Sebelah Barat
:
Bojong Gede, Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor. Berbatasan
dengan
Kecamatan
Dramaga
. dan
Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Sebelah Selatan :
Berbatasan dengan Kecarnatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin Zabupaten Bogor.
Sebelah Tirnur :
Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Sukaraja dm Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor.
4.1.2 KlimatoXogi Curah hujan rata-rata di wilayah Kota Bogor berkisar antara 3.000 sampai 4.000 d t a h u n . Curah hujan bulanan berkisar antara 250-335 mm dengan wakh
curah hujan minimum terjadi pada bulan September sekitar 128 mm, sedangkan
curah hujan rnaksirnum 'ierjadi di bulan Oktober sekita. 346 mm. Ternperam ratarata wilayah Kota Bogor berada pada suhu 26"C, temperatur tertinggi sekitar 34,4"C dengan kelembaban udara rata-rata Iebih dari 70%.
4.1.3 Topografi
Secara geografis Kota Bogor terletak pada 106,48" Bujur Timur dan 6,36" Lintang selatan dengan jarak
*
56 km dari Kota Jakartz, serta rnempunyai
perbubtan bergelombang dengan perbedaan ketinggian yang cukup besar.
bervariasi antara 190 s/d 350 m diatas permukaan laut dengan kerniringan lereng berkisar 0-2% (datar) seluas 1.763,94 ha, 2-15% (Iandai) seluas 891,27 ha, 15-25 % (agak currun) seluas 1.109,89 ha, 25-40% (curam) seluas 764,96 ha, dan > 40%
(sangat curam) seluas 119,94 ha (Tabel 3). Tabel 3. Kemiringan lereng berdasarkan luas lahan Kota Bogor tahun 2004 Kemiringan Lereng @a)
No.
Keeamatan
kt% Datar
trurdai
2-15%
1525% Curam A@
> 40% Sangat
2540%
Curam
Jumlah (ha1
-
3,
Bogor Selatan
169,lO
1.418,40
4.
Bogor Tengah
125,44
5.
Boaor Barat
6,
Tanah Sareal
350,37
89,24
3.081
560,47
I17,54
935
813
618.40
2.502,14
153,81
10.65
3.285
530,SS
1.321.91
1.053,89
Jadah 1.763,94 8.091,27 1.109,89 Sumber : Data Pokok PembnngunanKota Bogor tahun 2004
3 124 764,96
1.884
1 19,94
11.830
4.1.4 Geologi
Secara umurn Kota Bogor ditutupi oleh batuan vulkanik yang berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi, yaitu Gunung Pangrango (berupa batuan breksi tupaan) dan Gunung Salak (berupa alluvium/kaI dan kipas alluvium). Lapisan batuan ini berada agak dalarn dari pemukaan tanah dan jauh dari aliran sungai. Endapan pemukaan umumnya bempa alluvial yang tersusun oleh tanah, pasir dan kerikil hasil pelapukan endapan, ha1 ini baik untuk vegetasi. Dari struktur geologi tersebut, maka Kota Bogor merniliki jenis aliran Andesit seluas 2.719,61 ha, Kipas Aluvial seluas 3.249,98 ha, Endapan 1.372,68 ha. Tupaan 3.395,75 ha dan Lanau Breksi Tupaan dan capili seluas 1.112,56 ha. 4.1.5 Hidrologi
Sumber air bagi Kota Bogor menurut asalnya terdiri dari sungai, air tanah dan mata air. Sungai utarna yang mengalir di Kota Bogor terdiri dari Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane, dan beberapa anak sungai. Pada umumnya afixan sungai tersebut dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat Kota Bogor sebagai sarana MCK dan usaha perikanan karamba serta sumber air baku bagi PDAM dan keberadaan air tanah di Kota Bogor kualitasnya terbilang cukup baik. Namun demikian tingkat pelapukan batuan yang cukup tinggi selain tingginya laju
pembahan penutupan lahan oIeh bangunan menyebabkan kapasitas infiltrasi air
hujan menjadi sangat rendah yang pada akhhnya mempertinggi run ofi ha1 ini merupakan saIah satu penyebab menurunnya muka air tanah di musim kemarau. Selain beberapa aliran sungai yang rnengalir di wilayah Kota Bogor, terdapat juga beberapa mata air yang umumnya d i m a n f a a w oleh masyarakat untuk kebutuhan air bersih sehari-hari. Kemunculan mata air tersebut umurnnya terjadi karena pernotongan bentuk lahan atau topografi, sehingga secara otomatis
aliran air tanah tersebut terpotong.
4.1.6 Penggunaan Lahan Berdaserkan hasif identifikasi penggunaan Iahan di Kota Bogor untuk penggunaan fahan tahun 2000 dan 2005, diperoleh data luas penggunaan lahan untuk Permukiman tahun 2000 adalah 3.508,87 ha, tahun 2005 adaIah 3.558,87
ha, Perurnahan tahun 2000 adalah 877,58 ha, tafiun 2005 adalah 1.020,08 ha, Sawah tahun 2000 adalah 2.205,82 ha, tahun 2005 adalah 2.112,72 ha, dan ruang terbuka hijau tahun 2000 adalah 1.770,21 ha, tahun 2005 adalah 1.763,91 ha Tabel 4. Penggunaan lahan Kota Bogar t a b 2000,2005 Tahun 2 0 5 No.
Penggunaan Lahan
Luas ma)
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. IS. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Gxdu Listrik HutanKoh Industri lstnna Negarn Kcbun Kolml Komplek Militer Inttnng LapangenOMmga Perdagangandan J m Pemukiman Penunahan Runng Ttxbuka Hijau
Sawah Semak Situ Sungai TPU Taman Tanah Kosong Terminal Lain-bin Jdah
Sumber : Master Plan RTN Kota Bogor, 2007
1,84 129,74 92,59 1.17 5605 81,84 73.96 421,ll 15!,7! 81,02 3.135,79 1.020,08 1.763,91 2.1 12,72 400-72 14,40 124,59 t 34,a 112,14 1.281,33 5,41 144,36 1 1 350
Tahun 2000 Luas (0/9)
("/I
Perubnhan
@a)
0,02 1,09 0,78 0,Ol 4.77 0,69 0,62 335 IJ8
0,68 26,46 8,61 I4,89 17,83 3,38 0.12 1,05 1,14 0,95 10,81 0,05 1,22
100
1,84 129,74 92,W 1,17 570,30 94.59 73,% 43525 154,31 7539 3.134,21 877,48 I .770,21 2.205,82 406,84 13,78 124,59 134,64 1 10,87 1.293,61 4,99 144,36 11.850
0,OZ 1,09 0,78 0,01 4,81 0,80 0,62 3,67 1,30 0,64 26,4 7,40 14,94 18,61 3,43 0,12 I ,05 1,140 0,94 10.92
0,OO 0.00 0,55 0,OO -5,35 -12,75 0,OO -14,14
1,22 100
0.00
-2,61
5,63 1,58 142,60 -6,30 -93.1 1 412 0.63 0,OO 0.00 1,27 -1228 0,41
KETERANGAN :
----emtar EIII
KO:* heanslsn
Gambar 6. Peta penggunaan lahan Kota Bogor tahun 2005 (BAPPEDA Kota Bogor)
4.1.7 Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor
4.1.7.1 Jenis Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor h a n g Terbuka Hijau di Kota Bogor terdiri dari beberapa jenis pengelompokan yang berbeda-beda. Jenis ruang terbuka hijau yang ada mempunyai manfaat atau h g s i y m g berbeda-beda. Berdasarkan hasil kajian dm
pendataan, jenis ruang terbuka hijau yang terdapat di Kota Bogor dengan mengacu pada Permendagri No.1 Tahun 2007, pasal 6, tentang klasifikasi dm jenis ruang terbuka hijau mencakup 23 jenis, maka ruang terbuka hjau untuk wiIayah Kota Bogor hanya rnasuk pada 13 jenis, diantaranya : 1. Taman kota
2. Taman lingkungan perumahan dan permukiman 3. Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial
4. Hutan kota 5. Kebun raya
6. Pemakaman umurn 7. Lapangan olah raga
8. Lahm pertanian perkotaan 9. Jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET)
Taman kota
RTH perkotaan kususnya taman kota (garden city) merupakan motto yang tertanam dalarn benak masyarakat Kota Bogor dari generasi ke generasi dalam rangka rnenciptakan Kota Bogor yang aman, nyaman dan bersih. Dalam ha1 ini taman rnerupakan fasilitas kota yang dibuat sebagai sarana rekreasi, berolahraga, bersosialisasi dan penambahan keindahan visual kota (elemen estetik kota). Tarnan kota adalah mang di dalam kota yang struktumya bersifat alami dengan sedikit bagian yang terbangun dan pada dasarnya terdiri dari elemenelemen pohon rindang, semak atau perdu dan tanarnan hias yang ditata rapi, bangku tarnan, jalan setapak, kolam, air mancur, serta tempat berrnain anak. Kota Bogor rnerupakan kota yang memiliki banyak taman yang tersebar di beberapa kecamatan dengan fungsi ekologis, rekreatif, estetis, olahraga
terbatas, serta mempunyai tujuan sebagai keindahan, mengurangi pencemaran, meredam kebisingan, memperbaiki iklim mikro, sebagai daerah resapan, penyangga sistem kehidupan, kenyamanan. Taman kota mutlak dibutuhkan bagi kota untuk keserasian, rekreasi aktif dan pasif, nuansa rekreatif, terjadinya keseimbangan mental (psikologis) dan fisik rnanusia, habitat, keseimbangan
ekosistem. Luas keseluruhan taman kota baik berfungsi estetika maupun rekreasi di Kota Bogor adalah sebesar 44,02 ha. Tarnan kota umumnya dikelola oleh Pemerintih Kota Bogor rnelalui Dinas Tata Kota dan Pertamanan, luasnya pada tahun 2005 adalah sebasar 1.032 ha. Mencakup Taman Malabar di Kelurahan Tegalega Kecamatan Bogor Tengah dengan luas 551,8 ha dan Taman Kencana di Kelurahan Babakan Kecamatan Bogor Tengah dengan luasan 479,6 ha. Taman lingkungan pemmahan dan permukiman Taman lingkungan perumahan dan permukiman merupakan taman dengan klasifikasi yang lebih kecil dan diperuntukkan mtuk kebutuhan rekreasi terbatas yang rneliputi populasi terbatas pula. Berbeda dengan tarnan
kota yang peruntukannya untuk kebutuhan interaksi kota ,taman Iingkungan diperuntukkan untuk interaksi masyarakat setempat. Taman Iingkungan biasanya terletak disekitar daerah permukirnan ataupun perumahan yang bersifat akurnulatif untuk rnenampung kegiatan dengan Iuas rekreasi bagi warga kota dalam bentuk suatu "~ornmuni@~' minimal
* 2 ha. Vegetasi yang ada pada taman lingkungan biasanya memiliki
karakteristik tanaman ;tidak bergetah, tidak beracun, dafian yang tidak mudah patah, perakaran yang tidak mengganggu pondasi, struktur daun setengah rapat sampai rapat, berfungsi sebagai penyerap air.
Tarnan lingkungan dapat meningkatkan kesejukan dan kenyamanan lingkungan, meningkatkan kesehatan individu di sekitarnya. Luas taman lingkungan perumahan dan permukiman di Kota Bogor adalah 86,02 ha yang menjadi prasyarat fasilitas sosial dan fasilitas umum datam membangun suatu kawasan perurnahan. Tetapi adapula
tarnan-tarnan yang dikelola secara
swadaya masyarakat pada lingkungan pemukiman sebagai taman privat.
3. Taman lingkmgan perkantaran dm gedung komersial
Taman lingkungan perkantoran dm gedung komersial merupakan taman dengan klasifikasi yang lebih kecil dm diperuntukkan untuk kebutuhan privat, yang meliputi populasi terbatas pula. Berbeda dengan taman kota yang
pemtukkannya untuk kebutuhan interaksi kota, tarnan lingkungan perkantoran dan gedung komersial dipemtukkan untuk interaksi pengunjung setempat. Luas taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial di wilayah Kota Bogor adalah 124,77 ha yang tersebar disemua wilayah Kota Bogor, diantara kantor-kantor dan gedung yang memiiiki taman cukup luas adalah : Kantorfinstitut Pertanian Bogor di J1. Pajajaran, Kantor Balai Penelitian Ternak
Hewan di Jl. Pajajaran, Rumah Sakit PMI di Jl. Pajajaran dan Kantor Biotrop di Jl. Raya Tajur. 4. Kebun raya Bogor Kebun Raya Bogor terrnasuk dalam wilayah administrasi Kota Bogor berada di Kecamatan Bogor Tengah dengan luas areal sekitar 71,12 ha. Kebun Raya Bogor merniliki fungsi secara ekologis yaitu sebagai suatu sistem penyangga kehidupan secara ekonornis sebagai sumber yang rnenghasilkan barang dan jasa dan secara sosial sebagai sumber penghidupan dan lapangan kerja terutama bagi masyarakat sekitar Kebun Raya Bogor untuk kegiatan
5 . Ruang terbuka hijau sempadan sungai, kawasan waduk, situ, danau dan rnata
air Ruang terbuka hijau sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai terrnasuk sungai buatan atau saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai dan rnengarnankan aliran sungai dan dikembangkan sebgai area penghijauan. Lanskap sempadan sungai mempakan kawasan perbatasan yang tidak saja penting secara ekologi karena kekayaan jenisnya atau fungsinya sebagai
koridor alami tetapi juga potensial dikembangkan sebagai kawasan rekreasi karena memberikan kenyarnanan. Ruang terbuka hijau kawasan sempadan sungai juga mempunyai fungsi sebagai kawasan lindung. Ruang terbuka hijau sempadan sungai diantaranya ditemui didaerah aliran Sungai Ciliwung dan
Cisadane yang merupakan aliran sungai besar yang rnelewati Kota Bogor. Jenis-jenis tanaman pada kawasan sempadan sungai adalah untuk jenis kayukayuan seperti mahoni (Swietenia macrophyila), matoa (Pomefia pirtnata), angsana (Pterocarpusindicus), dan untuk jenis multipurpose tree species yaitu kerniri
(Aleurites moluccana), bamboo (Bambusa bamboos), s u b
(Artocarpuselasticus),dan durian (Durio zibethinus) Ruang terbuka hijau kawasan waduk, situ, danau dan mata air dalah kawasan hijau dan penghijauan yang berada pada area sempadan yang mengelilingi wadah air tersebut. Situ sebagai salah satu jenis fahan basah (umumnya berair tawar) dengan sistem perairannya yang tergenang. Situ dapat terbentuk secara alami karena kondisi topografi yang memungkinkan terperangkapnya sejumlah air
yang berasaf dari dibendungnya cekungan (basin). Menurut Inmendagri No. 14 tahun 1998 situ merupakan siklus hidrologi yang potensial dan salah satu bentuk kawasan lindung. Waduk adalah wadah air buatan, yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan dan berbentuk pelebaran alur sungai atau daratan yang diperdalam sedangkan daerah sekibr mata air adalah daerah sempadan kawasan tertentu di sekeliling. Disepanjang kiri dan kztnan diatas dan dibawah sumber mata air yang berfungsi untuk rnelindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat rnengganggu kelestarian fungsi mata air tersebut. Ruang terbuka hijau ini di Kota Bogor terdapat dibeberapa tempat diantaranya Situ Gede, Danau Bogor Raya, Situ di datam Perumaban Rancamaya. Secara keseluruhan luas Ruang Terbuka Hijau Sempadan Sungai, Kawasan Waduk, Situ, Danau dan Mata Air adalah 181,79 ha.
6. Kawasan hijau bentang alam Ruang terbuka hijau kawasan hijau dan bentang alam adalah ruangfalam terbuka (outdoor recreation) tanpa dibatasi oleh suatu bangunan
yang berhubungan dengan lingkungan dan berorientasi pada fungsi; pengamanan keberadaan kawasan findung perkotaan; pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara; tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragarnan hayati; pengendali t a b air; dan sarana estetika kota.
Di Kota Bogor ruang terbuka hijau bentang alam terdiri dari bentang
alam lereng dm lembah yang tersebar diseluruh wilayah Kota Bogor terutama untuk wilayah Kecamatan Bogor Selatan. Luas ruang terbuka hijau bentang alam di Kota Bogor adalah seluas 1.974,79 ha. Tingkat sebaran kawasan hijau di K o b Bogor terdapat di wilayah
Kecamatan Bogor Selatan dengan jenis kawasan hijau yang teridentifikasi di Kota Bogor, diantaranya adalah : tegalan dilembah sungai Cisadane, tegalan dibukit-bukit yang berkontur diatas 30% serta kebun-kebun campuran masyarakat. 7. Jalur hijau Cjalur pengaman jalan, median jalan, re1 KA dan pedestrian)
Jalur hijau pengaman jalan adalah bagian dari jalan yang disediakan untuk penanaman pohon dan tanaman lainnya yang di ternpatkan terns menems disepanjang trotoar jalan sepeda atau bahu jalan dan median jalan (anonymous, 1986). Jalur pengaman jalan ini merupakan jalur penempatan tanaman beserta
Ianskap lainnya yang terletak di daerah milik jalan (damija) rnaupun di daerah pengawasan jalan (dawasja). Ruang terbuka hijau jalur jalan mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai pengendali polusi udara seperti untuk peredam debu, COz, SOz, Pb, dan partikel padat. Fungsi Iainnya adalah untuk peneduh bagi pejalan kaki, pengendali visual dan estetika. Ruang terbuka hijau jalur jalan di Kota Bogor berada pada jalan utama di Pusat Kota seperti jafan Pajajaran, Jalan R-1, Jalan Pakuan, sebagian sudah tertaB sesuai dengan fungsinya. Tanaman pada jalur jalan di Kota Bogor adalah dengan jenis kayu, perdu, semak, dan ground cover. Ruang terbuka hijau jafur pengaman jalan dapat dibagi lagi menjadi : a. Ruang terbuka hjau Jalur pejalan kaki, jalur ini merupakan jalur yang
digunakan oleh pejalan kaki mulai dari titik awal perjalanan hingga tiitk tujuan perjalanan yang cukup untuk diakomodasikan bagi beban Ialu lintas pejalan kaki terutama pada periode puncak penggunaan.
b. Taman pulo jalan (trufic island) taman dalam kota yang terdpaat ditengahpersimpangan jalan. c.
Taman sudut jalan (pucker park) taman kantong yang terdapat disisi persimpangan jalan.
Luas mang terbuka hijau jdur pengaman jalan, median jalan, Re1 KA dan pedestrian diwilayah Kota Bogor adalah 138,29 ha yang tersebar sesuai dengan pola jaringan jalan yang terdapat di Kota Bogor.
8. Hutankota Hutan kota adalah suatu lahan yang bertumbuhan pohon-pohon didalam wilayah perkotaan didalam tanah negara maupun tanah milik yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam ha1 pengaturan tata air, udara, habitat flora dan fauna yang merniliki nilai estetika dan dengan luasan yang solid yang merupakan ruang t'erbuka hijau pohon-pohonan serta areal tersebut ditetapkan oleh pejabat yang benvenang sebagai hutan kota. Hutan di Kota Bogor berada di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat dengan luas 1,25 ha dengan nama Hutan Kota CIFOR. Pengelolaannya dilakukan Departemen Kehutanan yang mempunyai wewenang untuk pengelolaan dan pemeliharaan. Hutan kota yang ada mernpunyai fungsi sebagai konservasi dan sarana penelitian serta pendidikan. Fungsi lainnya adalah memberikan rnanfaat untuk menghasilkan iklim yang sejuk secara mikro. Hutan kota ini juga dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi. Luas ruang terbuka hijau Hutan kota di Kota Bogor adalah sebesar 57,62 ha yang diantaranya adalah hutan Kota Cifor seluas 1,25 ha.
9. Ruang terbuka hijau pemakaman
Teinpat pemakaman m u m adalah mang terbuka yang ditujukan untuk penyediaan lahan bagi pekuburan masyarakat. Sebagai lahan pekuburan , biasanya memiliki ruang terbangun yang tidak terlalu has dan lahan sisanya ditanami berbagai jenis tanaman atau pepohonan baik itu untuk alasan sejarah, pendidikan maupun keindahan. Terdapat tiga jenis pemakaman yaitu ; 1) Tarnan pemakarnan umum (TPU), 2) Taman pemakaman bukan umum (Taman makam pahlawan), 3) Taman pemakaman khusus (pernakaman keluarga, tokoh dll), berfungsi sebagai fasilitas urnurn unhtk tempat pemakaman warga. Lokasi pemakaman tersebar dibeberapa kecamatan dengan jenis tanaman yang beragam. Fungsi Iainnya adalah sebagai peneduh dan mempunyai fungsi sebagai ruang terbuka hijau secara umum. Jumlah luasan pemakaman m u m secara keseluruhan di Kota Bogor adalah 126,71 ha baik yang dikelola
pemerintah maupun mkaam-makam keluarga atau bagian dari hibah masyarakat.
10. Kawasan lahan pertanian perkotaan
Kawasan pertanian perkotaan termasuk didalamnya kawasan sawah, kebun, semak belukar dan tegalan rnerupakan kawasan yang dikelola sebagian besar oleh penduduk dm sebagian lagi masih belum dikelola. Ben& ruang terbuka hijau ini menyebar hampir disernua kecamatan Kota Bogor sefain kecamatan yang berada di pusat kota. Luas keselunrhan lahan pertanian perkotaan di Kota Bogor adalah 3.134,23 ha dengan luasan terbesar berada di Kecarnatan Bogor Selatan seluas 1.053,83 ha, dan Kecamatan Tanah Sareal seluas 623.65 ha. Kawasan khan peftanian perkotaan tersebut meliputi : a. Kebun sebesar 564,47 ha d. Ladang sebesx 421,lO ha
e. Ruang terbuka hijau (kebun percobaan Ciomas) sebesar 18,97 ha
f. Sawah sebesar 2.112,7 1 ha 11. Kawasan lapangan olah raga
Ruang terbuka olahraga merupakan ruang terbuka yang dimanfaatkan
untuk melakukan aktifitas olahraga. Dalam ha1 ini termasuk didalamnya lapangan olahraga kota yang bersifat terbuka (tanpa tutupan bangunan atau perkerasan), seperti : a. Lapangan sepakbola
b. Lapangan sofibafl/baseball c. Lapangan atletik
d. Pacuan kuda
Kawasan Iapangan olahraga mempunyai fungsi wnuinnya sebagai fasilitas urnurn bagi aktifitas warga kota khususnya dalam kegiatan fisik bidang olahraga untuk kesehatan dan memberikan niIai rekreatif. Selain itu kawasan
ini dapat digunakan sebagai sarana untuk berinteraksi dan sosialisasi untuk menjaga keseimbangan mental dan fisik Kawasan Iapangan olahraga yang ada di Kota Bogor diantaranya komplek lapangan ofahraga GOR Pajajaran, lapangan olahraga Sempur,
lapangan olahraga Indraprhasta, Ernpmg, Pulo, lapangan bola Heulang, fapangan golf Bogor. Jurnlah Iuasan kawasan olahraga di Kota Bogor adalah seluas 151,79 ha. 12. Jalw hijau SUTET Ruang terbuka hijau jalur hijau SUTET adalah ruang terbuka yang dirnadhatkan untuk melakukan pengarnanan dan pengendalian jaringan listrik tegangan tinggi. Luas ruang terbuka hijau jalur hijau SUTET di Kota Bogor adalah 14,36 ha yang melintas di beberapa wilayah kecamatan yaitu kecamatan Bogor Tirnur dan Kecamatan Bogor Utara serta Kecamatan Bogor Selatan. 4.1.7.2 Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Fungsinya
Fungsi penting mang terbuka hijau ini sangat 1eba.r spektrumnya yaitu dari aspek hngsi ekologis, sosial/budaya, estetikdarsitektural dan ekonomi. Secara ekologis ruang terbuka hijau dapat meningkatksln lcualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara dan menunmkan suhu kota tropis yang panas terik. Bentuk-bentuk ruang terbuka hijau perkotaan yang berfungsi ekologis antara lain seperti sabuk hijau kota, taman hutan kota, taman botani, jalur sempadan sungai dan lain-lain. Secara sosial budaya keberadaan ruang terbuka hijau dapat memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi dan sebagai landmark kota yang berbudaya. Bentuk mang terbuka hijau yang berfungsi sosial budaya antara lain taman-taman kota, lapangan olah raga, kebun raya, TPU dan sebagainya. Secara estetika/arsitektural ruang terbuka hijau dapat meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan kota melalui keberadaan taman-taman kota, kebunkebun bunga dan jalur-jafur hijau di jalan-jaIan kota. Sementara itu m g terbuka hijau juga dapat memifiki fungsi ekonomi, baik secara langsung seperti pengusahaan lahan-lahan kosong menjadi lahan pertanian (urban agriculture) dan pengembangan sarana wisata hijau perkotaan yang dapat mendatangkan wisatawan. Identifikasi tahun 2007 menunjukkan bahwa di Kota Bogor sebagian ruang terbuka hijau sebagai fungsi ekonomi yaitu sebesar 3.059,76 ha atau 25,82% yang umwnnya adalah lahan pertanian perkotaan dan fungsi ekologi sebesar 2.655,48
a. Fungsi orologis, rnemberikan manfaat orologis yang penting mtuk rnengurangi tingkat kerusakan tanah, terutama longsor dan menjaga kestabilan tanah.
b. Fungsi klimatologis, menekankan bahwa fungsi mang terbuka hjau dapat mempengaruhi faktor-f&or iklim.
c. Fungsi hygienis, ruang terbuka hijau mampu memberikan lingkungan yang lebih sehat bagi xnanusia. d. Fungsi kesehatan individu, fungsi kesehatan masih berhubungan erat dengan manfaat hygienis dimana manfaat ini merupakan manfaat kelanjutan yang ditirnbulkannya.
Di wilayali Kota Bogor, ruang terbuka hijau yang memilih fungsi elcologis terbagi kedalam 1 jenis ruang terbuka hijau dengan luasan total sebesar 2.577,77
ha, diantaranya Hutan Kota CIFOR. 2. Fungsi sosial, merupakan ruang terbuka hijau sebagai sarana interaksi susid masyarakat dengan lingkungan sosial sekitarnya yang terdiri dari : a. Fungsi edukatif, komponen ruang terbuka hijau dapat rnemberikan pendidikan clan pengenalan terhadap mahluk hidup disekitarnya. b. Fungsi interaksi masyarakat, komponen mang terbuka hijau dapat rnenjadi tempat berinteraksi antara masyarakat sehingga menambah jalinan sosial diantaranya. c. Fungsi protektif, komponen mang terbuka hijau dapat memberikan
perlindungan kepada manusia d. Fungsi spiritual, fungsi spiritual yang dimaksud febih ditekankan kepada
fungsi
suatu kawasan ruang terbuka hijau yang dimanfaatkan m k
kegiatan-kegiatan spiritual atau keagamaan atau dapat juga berupa tempat yang dikeramatkan. Di wilayah Kata Bogor, ruang terbuka hijau yang rnernililu fungsi sosial terbagi kedalam 4 jenis ruang terbuka hijau dengan luasan total sebesar 269,66 ha,
diantaranya pernakaman m u m (TPU). 3. Fungsi Estetis, merupakan fungsi ruang terbuka hijau sebagai koimponen
keindahan kota atau lingkungan hidup manusia. Fungsi ini terdiri dari :
a.
Fungsi visual atau vista, fungsi visual lebih menekankan kepada visualitas, estetis ruang terbuka.
b. Fungsi tabir atau screening, fmgsi ini terkait dengan kemampuan rumg terbuka fiijau mtuk menyaring partikel-partike1 yang dapat menggangu kehidupan .manusia, seperti partikel debu, bau, angm yang terlafu kencang . dan laimya.
c. Fungsi identitas kota, suatu taman kota atau ruang terbuka hijau mampu menjadi identitas (landmark) suatu kota.
Di wilayah Kota Bogor, mang terbuka hijau yang memiliki fungsi estetika terbagi kedalam 5 jenis ruang terbuka hiljau dengan luasan total sebesar 55,77 ha, diantaranya Taman Kencana. 4. Fungsi ekonomi, keberadaan ruang terbuka hijau tidak selalu memiliki nilai
ekonomi yang selalu rendah, namun keberadaan ruang terbuka hijau juga mampu meningkatkan nllai lahan karena suasana lingkungan ymg tercipta akibat keberadaannya yaitu 1) rneningkatkan harga lahan, 2) mengurangi biaya penanganan bencana, 3) mampu menjadi m n g untuk mata pencaharian kota. Di wilayah Kota Bogor, ruang terbuka hijau yang rnemiliki h g s i ekonomi terbagi keddam 3 jenis ruang terbuka hijau dengan luasan total sebesar
61,13 ha, diantaranya kawasan hijau untuk pengembangan penunahan yang tersebar disduruh wilayah kecamatan Kota Bogor. 4.1.7.3 Luas Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Kepemilikannya
Daxi segi kepernilikan mang terbuka hijau dapat berupa ruang terbuka. hijau publik yang dimiliki ofeh umum dan terbuka bagi rnasyarakat has, atau ruang terbuka hijau privat (pribadi) yang berupa taman-taman yang berada pada lahan-lahan pribadi. a. Ruang terbuka hijau milik pribadi atau masyarakat misal : halaman rumah tinggaf, tempat ibadah, tanaman atau pohen non pertanian yang etrdapat disekitar pennukiman. b. Ruang terbuka hijau badan hukum atau lernbaga uinumnya dimiliki oleh
departernen misal sekolah atau karnpus, lelnbaga penelitian, bandara, pelabuhan, stasiun.
a. Ruang terbuka hijau milik pribadi atau rnasyarakat misal : halaman rumah tinggal, tempat ibadah, tanaman atau pohon non pertanian yang etrdapat disekitar permukirnan.
b. Ruang terbuka hijau badan hukum atau lembaga umumnya dimiliki oleh departemen misal sekolafi atau kampus, lembaga penelitian, bandara, pelabuhan, stasiun.
c. Ruang terbzlka hjau badan hukum swasta; perkantoran, hotel, rumah sakit, kawasan perdagangan (pertokoan, rumah rnakan) kawasan industri d m
lahan pertanian kob. d. Ruang terbuka hijau rnilik m u m atau pernerintah yaitu lahan dengan tujuan penggunaan utamanya adalah ditanami berbagai jenis tumbuhan
untuk memelihara fungsi lingkungan, yang dikelola pemerintah daerah &an dapat dipergunakan masyarakat urnurn, seperti taman rekreasi, taman olahraga, tarnan kota, taman pemakaman urnurn, jalur hijau jalan, bantaran re1 kereta api, saluran urnum tegangan ekstra tinggi (SUTET), bantaran kali, hutan Eempai koleksi dan penangkaran flora dan fauna. 4.2 Kependudukan Kota Bogor
4.2.1 Jumlah dan Penyebaran Penduduk Jumlah penduduk Kota Bogor Tahun 2006 adaIah 879.138 jiwa, dengan persebaran di Kecamatan Bogor Selatan 170.909 jiwa (19,44%), Kecamatan Bogor Timur 89.237 jiwa (10,15%), Kecamatan Bogor Utara 153.843 jiwa (17,50%), Kecamatan Bogor Tengah 106.075 j iwa (12,07a/o), Kecamatan Bogor
Barat 195.808 jiwa (22,27%), dan Kecamatan Tanah Sareal 163.266 jiwa (18,57%).
Persebaran penduduk terbesar di Kota Bogor pada tahun 2006 berada di Kecamatan Bogor Barat mencapai 22,27% dari jurnlah penduduk total Kota
Bogor. Sementara persebaran terendah terdapat di Kecamatan Bogor Tirnur sebesar 89.237 jiwa atau 10,15% (Tabel 5).
Tabel 5. Jumlah clan persebaran penduduk Kota Bogor menurut kecamatan dan kelurahan tahun 2006 No.
Kecarnrttan/ICelurahan
001. 002. 003. 004. 005.
Kota Bogor Selatan Kotn Bogor Timur Kota Bogor Utara Kota Bogor Tengah Kota Bogor Barat
Jumlah Rumah Tangga
Ow
39.050 18.594 35.187 24.256 41.753 35.5 17 006. Tanah Sareal Kots Bogor 194.357 Sumber : Kotn Bogor dalam angka dan hasil perhitungan tahun 2007
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Sebaran
170.909 89.237 153.843 106.075 195.808 163.266 879.138
19,44 10,15 17,50 12,07 22,27 18,57 100,OO
1
4.2.2 Kepadatan Penduduk
Dengan luas wilayah 118,50 & kepadatan penduduk Kota Bogor Tahun 2006 adalah 7.419 jiwaflan', dengan kategori kepadatan Rendah. Kecamatan
Bogor Tengah merupakan Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi, yaitu 13.047 jiwa/km2. Sedangkan, kepadatan penduduk Kecamatan Bogor Utara, Bogor Barat, Bogor Timur, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal merniliki kategori kepadatan rendah sampai sedang (Tabel 6). Tabel 6. Kepadatan penduduk Kota Bogor menurut kelurahan tahun 2006 Luas Wilayah (Kin2)
fumlah Penduduk (iiwa)
Kec. Bogor Selatan
30,81
170.909
480
Rendah
Kec. Bogor Timur
10,15
89.237
8.792
Sedang
Kec. Bogor Utara
17,72
153.843
8.682
Sedang
8,13
106.075
13.047
Tinggi
Kec. Bogor Barat
32,85
195.808
5.961
Rend&
Kec. Tanah Sareal
18,84
163.266
8.666
Sedang
Kota Bogor
118,50
879,138
7.419
Rendah
Kelurahan
Kec. Bogor Tengah
Kepadatan Penduduk 2006 (Jiwa/LCm3
Kategori Kepadatan
Sumber :Kotl Bogor dalarn angka 2006 &n hasil perhituogan 2007 Keterangan : Tinggi : > 12.000 jiwa/km2
Sedang
Rcndah
: 8.000-12.000jiwa/km2 : < 8.000 jiwa/km2
4.2.3 Pertumbuhan Penduduk Laju pertumbuhan penduduk Kota Bogor selama 11 tahun (1 995-2006) adalah sebesar 2,82%, dengan laju pertumbuhan tertinggi terdapat di Kecamatan Bogor Utara yang mencapai 4,30%. Sementara, di Kecarnatan Bogor Tengah, terjadi pertumbuhan terendah sebesar 0,39% (Tabel 7, Tabel 8, dan Tabel 9).
Tabel 7. Jumlah dan laju pertumbuhan peduduk Kota Bogor menurut kecamatan tahun 1995-2006
.
-
Lrtju Pert. 1995-2006
Jumlah Penduduk [Jiwa),
No.
Keenmatan
5.
BogorTengah
6.
TmahSxcal
Kota Bogor
1995
19%
1997
1998
102.521 103.650 103.973 103.545 113.902 120.143 119.651 122.326 647.912 671.419 673.882 680.517
19-99
'
2000
104.:190
103.414
122.308 697.511
123.098 714.730
2001
2002
92.436 137.421 760.353
95.690 144.652 789.441
2003
2001
99.790 f01.162 150.401 150.686 820.727 836.317
2005
2006
103.176 155.187 855.096
106.075 163.266
0,39 3,38
879.138
2,82
(%)
Sumber : Kota Bogor &lam angka lohun 1995-2006dan bsiI perhifungm tahun 2007
Tabel 8. Jumlah pendudulc lahir dan mati di Kota Bogor menurut kecamatan tahun 1996-2005 No. Kecamrtan
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
Lahir Mati Lahir Mati Lahir Mati Lahir Mati Labir Mati Lahir Mati Lahir Mati Lahir Mati Lahir 419 963 911 370 142 152 399 206 400 823 1. Bogor Utam 209 823 375 823 375 375 1.330 397 349 2. Bogor Barat 469 256 371 204 593 248 680 341 1.999 867 1.999 867 1.999 867 1.839 119 253 138 2.364 2.290 267 3, BogorTitnur 271 181 150 208 536 255 536 255 536 255 973 4. Bogor Sclalw 1,551 226 5.196 4.865 548 227 470 274 2.089 341 1.196 485 1.196 485 1.196 485 1.147 389 208 412 212 249 6,954 7.374 403 5. BogorTengah 456 263 522 320 522 320 522 320 771 801 861 335 6. Tanah SarenI 854 616 157 256 168 436 145 885 320 885 320 885 320 1.034 Jumlah 3,953 1,627 16.649 16.698 2.272 1.067 2.383 1.289 4.269 1.449 5.961 2.622 5.961 2.622 5.961 2.622 7.094
Samkr : Koln Bogot &lnm mgka tahun 1996-2005
2005
Mati 453 646 271 465 501 382 2.718
Lahir
Mati
1.330 1.839 973 1.147
453 646 271 465
771
501 382 2.718
1.034 7.094
Tabel 9.
Jumlah penduduk datang d m pindah di Kota Bogor menurut kecamatan tahun 1996-2004 1996
No
Kecamatan
Datang
1 Bogor Utara
518
2 Bogor Barat
1.166
3 Bogor Timur
2000
2001
Pindah Datang Pindah
2004
Datang
Pindab
Datang
Pindah
671
581
499
581
499
1.596
1.456
899 .
710
917
710
917
2.006
1.608
389
467
192
257
192
257
519
952
4 Bogor Selatan
1.486
909
410
819
410
819
459
1.097
5 Bogor Tengah
558
909
275
305
275
305
728
1,444
2.508
847
440
431
440
431
1.262
1.029
6.625
4.702
2.608
3.228
2.608 .
3.228
6.570
7.586
6 Tanah Sareal Jwnlah
.
Sum& :Kota Bogor dalam an&
tahun 1996-2004
4.2.4 Komposisi Penduduk
4.2.4.1 Kamposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Sektor jasa rnempakan mata pencaharian penduduk Kota Bogor terbesar pada tahun 2005 sebesar 97.782 jiwa atau 29,55%. Diikuti oleh sektor
perdagangan dm industri sebesar 26,4% dan 2 1,1%. Persentase perempuan
bekerja 24,14% atau 80.348 orang yang tersebar pada 10 sektor mata pencaharian. Terbesar perempuan bekerja di sektor jasa, perdagangan, dan industri (Tabel 10). Tabel 10. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Kota Bogor tahun 2005 No.
Laki-Laki uiwa) 6.064 1.516 52.681 1.137 22.740 61.019 26.530 10.233 68.978 379 251.277
Lapangan Usaha
Pertmian Pertambangan & Penggnlian Industxi Listrik, Gas, & Aii Konstruksi Perdagangan Transportasi & Kornunikasi Keuangan Jasa Lainnya Jumfah Sumber : Kota Bogor &lam angka tahun 2005 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Perempuan (Jiwa) 0 0 17.434 758 0 26.530 2.274 4.169 28.804 379 80.348
Jumlah (Jiwa) 6.064 1.516 70.115 1.895 22.740 87.549 28.804 14.402 97.782 758 331.625
4.2.4.2 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditarnatkan
furnlah penduduk Kota Bogor yang berpendidikan SD ke bawah berdasarkan data pada Tahun 2005 adalah 35,25%, SLTP dan SLTA sebesar 53,93%,
DDII
dan
DITI
sebesar
4,64%
dan
yang
berpendidikan
sajanalpascasarjana sebesar 6,15%. Tabel 11 juga rnenggambarkan bahwa penduduk yang berpendidikan SLTP ke bawah rnerupakan mayoritas, yaitu sebesar 56,29%, sementara yang berpendidikan sajana/pascasarjana (6,15%) hanya rnerupakan lapisan tipis dalam strata pendidikan penduduk Kota Bogor Tabel 11. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Kota Bogor menurut kecamatan tahun 2005 P
SMU
DUD11
DIII
$1
S2
S3
Jumlah
-
34.135
26.524
43.388
1.406
4.436
6.730
650
113
120.949
2.584
18.169
10.723
17.537
650
2.196
3.389
319
150
55.717
28.874
160.439
112.757
176,645
6.341
18.565
29.383
2.917
681
536.602
5,38
2990
21.01
32,92
1.18
3,46
5,48
454
D,I3
100,OO
2.
Bogor Barst
3.567
3.
Bogor Timur
Jumlah
Persentme
'
Sum& : Kota Bogot Dalm Angka tnhun 2005
4.3 Perekonornian Kota Bogor
4.3.1 Struktur Perekonomian Kota Bogor Dalam k u m waktu 1993-2006, kontribusi sektor-sektor ekonorni dalam Produk Domestik hgirjna! I3nll.c. (PDPB) Kota Bogor atas dzsx hags berlah yang memperlihatkan kecenderungan term meningkat adalah sektor perdagangan, hotel, d m restoran dan industri. Sektor pengangkutan dm komunikasi inemperlihatkan kontribusi yang stabil, sedangkan sektor lainnya cenderung menurun. Dalam kumn waktu tersebut, kontribusi sektor industri meningkat dari 20,74% pada tahun 1993 menjadi 24,13% pada tahun 2006. Sedangkan kontribusi
sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah sebesar 28,75% pada tahun 1993 kernudian menjadi 4 1,08%. Data PDRB dari tahun 1993-2006 memperlihatkan bahwa komponen penyumbang PDRB Kota Bogor terbesar adalah sektor perdagangan, hotel, dm restoran dengan persentase per tahunnya mencapai kisaran 28,75-4f,08% terhadap
PDRB. Sektor industri pengolahan menempati posisi kedua kontribusinya terhadap P D m Kota Bogor dengan rata-rata kontribusi per tahun 20,74-24,13% (Tabel 12).
Tabel 12. Produk domestik regional bruto Kota Bogor menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2000-2006 PDRB Berdrrrrhn Hargr Berlaku (juta rupiah) Sektor Penmian, P e t e d q ehUw
dylPclilranm
3000
2001
20DZ
2003
ZOO4
2005*
2006..
10.?30,37
11.618.91
12825.02
14.407,94
16.08L63
17.822.53
19.349.26
Om
900
0.00
0,00
Om
Pcrlambsngm dall 400
Prnaaa1;m
Olw
.*.,...---.
Kclungts. P w w u n , dan
JaaaPdm JaaaJasa
299.338.60
341.241.47
393.579,17
450.065.63
514.521,W
618.496,92
729.621,54
213.17236
230.821,17
250.210.79
268.823,99
290.147,18
318.759,54
350.67290
Sumber :Kota Bogor dnliun mgka tnhm 2000-2005
4.3.2 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Kota diamati dari tiga periode yang berbeda, yaitu :
1993- 1998, 2000-2004, 2002-2006. Hal ini mengingat adanya perbedaan harga konstan dari data PDRB yang diperoleh. Pada periode 1993-1998, ekonomi Kota Bogor mengalami pertumbuhan sebesar 6,42% yang didukung oleh sektor-sektor
yang twnbuh tinggi seperti industri pengolahan (18,38%) serta listrik, gas dan,air bersih (9,19%). Dalam periode 2000-2004, pertumbuhan ekonomi Kota Bogor mencapai 5,9 1%. Pertumbuhan ini didukung sektor-sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan tinggi seperti industri pengolahan (6,53%); listrik, gas dan air bersih (6,94%), pengangkutan d m komunikasi (7,18%); keuangail, persewaan, dan jasa perusahaan (9,5896). Selanjutnya, pada periode 2002-2006, perekonomian Kota Bogor tumbuh sebesar 6,08 %. Pertumbuhan ekonomi pada periode ini ditopang oleh sektor-sektor ekonomi yang tumbuh tinggi seperti industri pengolahan (6,38%); fistrik, gas dan air bersih (6,94%); pengangkutan dan komunikasi (6,99%); keuangan, persewam, dan jasa perusahaan (9,91%). Tabel 13. PDRB Kota Bogor berdasarkan harga konstan tahun 2000-2004 Cjuta rupiah) Nilai RDRB (Dalam Juta Rupiah) Sekor
Pcnumbuhan 2001
2002
2003
2004
("&I
10.230.25
10.755.13
11.094.84
11.63298
12.21203
4-33
0.K'
0.00
0,OO
0.00
0,OO
0.00
732.433,95
779.856.18
872318,66
881.718.49
941.005.62
653
80.503,W
85.758,27
91.743.04
95,188.08
IOS.293,W
694
719.288,08
227.279.58
234.466.55
214.414.67
255.20111
3.87
2000 Pcrtania~Pctnrukaq u5chutMq h n
Pcrjkmm Pcrtzn~bangandan Pcnwlim lndushi Pcngolhan Lirtrik. GY, dao Air Bcnh
Tabel 14. Bogor berdasarkan harga konstan dan faju pertumbuhan ekonomi 20022006 Cjuta rupiah) Uraian ptrtanian
2002
2003
11.094.84
pertambangandan pcngguliun lndustri Pengolahan* Lfstrik Gas, dan Air Rersih
0,m 827.318.66 g1.7r13,05
2004
11.642,98
12.193.68
4'30
2005'
12.716,02
0.w
Laju Pert
2006**
(%I
11.723,85
1.54
0.00
0,m
0 , ~
1.002.371.58
1.059.336.89
6.38
881.718.49
940.052,95 105.087,61 255.205,11
1 I2.491,07
119.970.03
694
266.037,24
276.736,82
4 3
234.466.55
98.132-83 244.414,67
Perdagmsan,Hotel. dm Restoran p~ngangkutandon Komunikosi
949.697.09
988.571.26
1.029.072.27
1.071266.44
1.140.875,92
4,70
281.187,90
301.110,33
322.575,82
344.684,12
368420,39
6,99
Jssa-jnsn
232.72465
243.925,99
, 255.67120
268.13921
282.230,09
6.94
Bnngunan -
Sumbei : Kotn Bogor Dalarn An& *) Angka perhiknn
tahun 2002i2006 dan hasil Perhitmgan2007
4.3.3 Daya BeIi Masyarakat dan Pendapatan Per Kapita Salah satu kornponen sosiaf kependudukan adalah Purchasing Power
Par@ (PPP) atau kemampuan daya beli rnasyarakat yang diukur berdasarkan konsumsi per kapita riil. PPP adalah suatu aIat ukur yang menggambarkan tingkat keberdayaan masyarakat didalam memenuhi kebutuhan hidup sesuai dengan konsumsi riilnya, tanpa memperhatikan asal a h a sumber penerimaannya, apakah itu berupa pernberian atau hasil pendapatannya. Oleh karena itu, PPP merupakan aIat ukur yang dianggap lebih mewakili tingkat kesejahteraan penduduk sesuai dengan pola, kebiasaan dan kemampuan untuk dapat mengakses setiap tingkatan kebutuhan berdasarkan kemmpuannya. Usaha untuk meningkatan kemampuan daya beli penduduk ini bukan suatu pekerjaan yang mudah, karena kemampuan daya beXi seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian wilayah seperii inflasi. Namun, tetap
hams
diupayakan
peningkatannya
dengan
memperhatikan
faktor-faktor
pendukungnya seperti meningkatkan produktivitas dengan meningkatkan PDRB
per kapita, pendidikan yang meliputi persentase penduduk tamat SLTA atau Iebih finggi, penyediaan lapangan pekerjaan yang dapat menampung angkatan kerja. Tabef 15. Purchasing Power Pariiy (PPP) per kecamatan di Kota Bogor tahun 2000-2006 (dalam ribu rupiah) 2003
2004
2005
2006
530,32
529,79
533,26
534,43
529,72
535,39
S56,37
555,63
551,60
552,81
563,139
527,78
535,50
531,76
554,94
567,77
569,Ol
571.37
538,75
543,76
553,19
554,IO
553,70
554,91
556,40
540,84
544,80
549,42
534,66
548,13
549,33
550,97
Tanah Sareal
539,86
567,s1
557,69
553,63
565,58
566,82
561$9
Kota Bogor
535,40
541,80
549,50
552,61
552,82
554,03
554,42
Kecnmatan
2000
2001
2002
Bogor Selahn
525,77
S25,43
Bogor T i u r
535,26
Bogor ZStara Bogor Tengah Bogor Barat
. .
Sumber :BPS Kota Bogor tahm 2000-2006
Nilai PPP per kecamatan finggi rendahnya sangat bervariasi setiap tahunnya, nilai PPP yang terendah dibandingkan dengan kecamatan lain di Kota Bogor dafam kurw wakh 2000-2006 adalah Kecamatan Bogor Selatan, demikian juga pada tahun 2006, Kecamatan Bogor Selatan yang paling rendah nilai PPPnya. Sedangkan, nilai PPP tertinggi pada tahun 2000 adalah Kecamatan Bogor Barat d m pada tahun 2001 dan 2002 adalah Kecamatan Tanah Sareal, pada tahun 2003 Kecamatan Bogor Timur dan tahun 2004 sampai 2006 nilai PPP textinggi adalah Kecamatan Bogor Uh-a (Tabzl3.5).
.-
Daya beli rnasyarakat dapat juga dikorelasikan dengan pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita berdasarkan harga kanstan Tahun 2002 adalah sebesar Rp 3.783.570,24 (Rp 315.297,52/buIan) pada Tahun 2002 dm kemudian meningkat menjadi Rp 4.302.254,60 (Rp 358.521,22/bulan) pada Tahun 2006. Angka-angka ini rnenunjukkan bahwa produktivitas penduduk masih rendah yang selanjutnyajrrga akan berimplikasi pada rendahnya daya beli masyarakat.
4.3.4 Sektor Informal Sektor informal berupa pedagang kaki fima tersebar di sekitar tempattempat ramai pejalan kaki atau jalur angkutan kota seperti pada sejumlah jalan utama , sekitar pasar-pasar tradisional, terminal, dan stasiun. Jaian utama yang banyak terdapaf pedagang kaki lima adalah Jalan Raya Pajajaran, Jalan Raya
Tajur, Jalan Suryakencma, Jalan Merdeka, dan JaIan MA ~ a l m u n .Pasar-pasar traclisicnal yang di sekitarnya banyak pedagang kaki limz adalah Pasar Anyar,
Pasar Bogox, Pasar Kemang, Pasar Gunung Batu, Pasar Pamoyanan, Pasar Mekarwangi, Pasar Bubulak. Pedagang kaki lima pada setiap lokasi tersebut di atas umumnya adalah penjual makanan, kios rokok, penjual pakaian dm aksesori, penjual barang-barang kerajinan, penjual sayuran dan lain-lain. Pedagang kaki lima sebagian ada yang
.
,
menetap dan sebagian lagi bergerak atau berpindah-pindah tempat mengikuti titiktitik keramaian. 4.3.5 Pola Investasi
Menurut data perkembangan indust., tenaga kerja, dan investasi di Kota Bogor tahun 1997-2005, penyerapan jumlah tenaga kerja terns meningkat seiring dengm meningkatnya jumlah industrinya. Berbeda dengan nifai investasi yang meskipun terjadi peningkatan yang stabil dalam jumlah industri, p e n m a n justru terjadi pada tahun 1999 dm 200 l(Tabe1 16, Tabel 17). Tabel 16. Perkembangan industri, tenaga kerja, dan investasi di Kota Bogor tahun 1997-2005 Jumlnh Unit Usal~a
Junlah Investafi (Juta rupiah)
JumIah Tenaga Kerja
1997
2.002
233.368
32.695
1998
2.064
236.134
34.312 31.849
-
1999
2.131
228.688
2000
2.425
255.416
37.910
200 1
2.568
338.045
42.205
2002
2.654
346.153
43.131
2003 2.713 357.195 Sumber : Dinns PerindagkopKota Bnndung, Kota Bogor dalam an& tahun 1997-2005
43.608
Tabef 17. Rekapitulasi perkembangan perdagangan, tenaga kerja, investasi, d m nilai ekspor di Kota Bogor tahun 1999-2005 Jumlah Tahun
~nit~snha
Jumlah Tennp Kerja
Jumlah Investasi (Juta rupinh)
Jumlah Ekspor
65.272.546
Ws)
1999
10.817
17.450
38,987
2000
13.268
22.024
40.799
8 1.779.697
200 1
16.176
24.337
71.382
90.088.61 3
2002
18,216
27.135
81.324
105.348.959
27.971 2003 18.589 87.55 1 Sumbcr : Dims Perindagkop Hota Bandung, Kota Bogor &lam sngka tahun 1999 -2005
110.982.391
4.3.6 Identifikasi Sektor-Sektor Unggulan Kota Bogor Sektor-sektor unggulan yang ada di Kota Bogor diaritaranya adalah sektor industri, sektor pertanian, sektor peternakan, d m sektor perikanan. 1. Industri Cabang industri terbagi dua, yaifx Industri kimia, ago, d m hasil hutan serta industri logam, mesin, elektronika, d m aneka. Pada tahun 2004, kegiatan industri melibatkan 2.767 unit usaha dengan 45.736 orang tenaga kerja untuk semua cabang industri. Kegiatan bidang industri di Kota Bogor terus mengalami peninglsatan sejak tahun 1999-2004. Unit usaha tebesar setiap tahunnya adalah industri kecil non formal untuk cabang industri ,&imia, agro, dan hasit hutan.
2. Perdagangan Berdasarkan data jmXah realisasi volume ekspor non migas menurut jenis komoditas di Kota Bogor tahun 1996-2005, dari 23 item jenis komoditas ekspor non-migas Kota Bogor, jenis komoditas meubel akar, batu taman, relief table, tanarnan hiss merupakan komoditas non-rnigas yang volume ekspornya relatif stabil selama 10 tahun terakhir. Mekipun sempat mengalami p e n m a n yang tajam pada tahun 1997-2002, volume ekspoi sangat signifikan peningkatannya dalam tiga tahm berikutnya. Disusul oleh komoditas pakaian jadi (garment) yang dalam 9 tahun, volumenya terns meningkat dalam periode tahun 1997-2005. Jenis komoditas yang masih rnenjadi andalan ekspor Kota Bogor dalam tahun 2001-2005 adalah minuman diet, ikan hias, furniture, tekstil, bodiran, garmen, ban, dan boneka. Dalam k m waktu 1996-2005, nilai ekspor Kota Bogor terus meningkat hingga t a b 200 1. Pada tahun 2002 terjadi p e n m a n hingga 76% dibandingkan t a l m sebelumnya. Kemudian meningkat lagi secara signifikan pada tahun berikutnya (2003) hingga 90,5%. Dua tahun berikutnya, pada 2005, terjadi penurunan yang tajam dari tahun sebelumnya sebesar US$ 110.982.391 menjadi US$ 18.230.000 atau 83,6% nya. Dari data Jumlah realisasi nilai ekspor nonmigas menurut jenis komoditas di Kota Bogor taburr 1996-2005, dalam 10 tahun, nilai
ekspor tei-tinggi adalah komoditas garmen sebesar US $ 445.419.562. Kemudian komoditas ban dengan niIai sebesar US $ 127.390.685 Iantas disusul oleh kornoditas tekstil senilai US$ i i 1.750.879.
4.3.7 Sektor Ekonomi Lainnya
1.
Pertmian Jenis tanarnan pertanian yang ada di Kota Bogor di antaranya tanarnan sayuran, bwah-buahan, tanarnan obat, d m tanaman hias. Total luas tanam, luas panen, dan produksi tanaman sayuran tahun 1996 sarnpai tahun 2005
cenderung mengalami peningkatan. Total luas tanarn sayuran tahun 2005 adalah 839,75 ha, dengan luas panen 1.009 ha, serta produksi 9.958,33 ton. Produksi terbesar tahun 2005 adalah kacang panjang, dengan produksi rnencapai 2.13 1,42 ton. Sedangkan produksi terkeciInya adalah tanaman Wortel, Bawang Dam, Katuk, Caysin, karena sejak tahun 2004, tanamantanarnan sayuran tersebut sudah tidak ditmam lagi. Total produksi buah-buahan di Kota Bogor tahun 2005 mencapai 487,80 ton, dengan produksi terbesamya adalah buah pisang sebesar 146,OO ton. Produksi tanarnan obat-obatan di Kota Bogor tahun 2005 texbesar adalah tanaman jahe, dengan jumlah produksi mencapai 10,80 ton. Total produksi tanarnan obat-obatax~pada tahm 2005 adalah 76,65 ton. 2.
Petemakan Temak besar dm temak kecil yang ada di Kota Bogor di antaranya adalah sapi perah, sapi potong, kerbay kuda, kmblr,,n, dornba, syarzc~kampung, ayam ras petelur, ayam ras potong, d m itik. h l a h ternak terbanyak pada
tahun 2005 adalah ayam karnpung, yaitu sebanyak 720.727 ekor, dengan penghasil terbesamya adaIah Kecamatan Bogor Barat (197.304 ekor ayam kampung). Kulit d m daging temak besar dan kecil di Kota Bogor Tahun 1996 -2005 tidak selalu produksi. Pada tahun 1996, 1997, 2000, 2001, 2002, dan 2003 hanya beberapa ternak yang berproduksi. 3. Perikanan
Jurnlah m a h tangga petani ikan kolam air tenang di Kota Bogor adalah 690, dengan produksi pernbenihan 11.701.500 ekor dan produksi pernbesaran 1.423.555 kg. Produksi pernbenihan terbesar terdapat di Kecamatan Bogor Utara, dengan produksi pembenihan 5.500.000 ekor. Sementara produksi pembesaran terbesar terdapat di Kecamatan Tanah SareaX, dengan produksi 732.700 kg.
V. HASlL DAN PEWAHASAN 5.1 Pernodelan Sistem Dinsmik Penataan Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor
5.1.1 Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan tahap awal dari rangkaian proses pengembangan model dinamik sistem penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor, analisis ini diperlukan untuk mengetahui kebutuhan dari setiap stakeholder yang terkait dalarn penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor. Stakeholder yang terlibat terdiri dad 6 orang, diantaranya :
1. Pemerintah, yaitu lernbaga otoritas Iokal clan nasional yang memegang kebijakan berkaitan dengan penataan dan pembangutian mmg terbulca hjau Kota Bogor. 2, Masyarakat, yaitu selunrh komponen masyarakat yang ada di dalam wilayah
Kota Bogor yang memdaatkan ruang terbuka hijau untuk berbagai macan aktifitas, baik yang berkaitan dengan aktifitas sosial maupun aktifitas ekonorni, khususnya yang berbasis kebutuhan lahan atau ruang. Berikut pada Tabel 18 disajikan kebutuhan stakeholder dalam melakukan perencanaan clan pemanfaatan ruang terbuka bijau di wilayah Kota Bagor.
Tabel 18. Kebutuhan stakeholder dalam perencanaan ruang terbuka hijau Kota Bogor Sfakeholder 1. Pemerintah
1) 2) 3) 4) 2. Masyarakat 1) 2) 3)
Kebutuhan Pemanfatm ruang terbuka hijau secara lestari dan berkelanjutan Peaingkatan halitas lingkungan kota dm kenyamanan warga kota Penurunan biaya pengendafian bencana Peningkatan pendapafa daerah Sumber mata pencaharian bagi warga Terciptanya sarana interaksi sosial masyarakat dengan lingkwgan sosial sekitamya Peningkatan pendapatan masyarakat
Sumber :hasil wawancara 2008
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa penvakilan dari pernerintah daerah Kota Bogor diperoleh informasi yang menunjukkan bahwa dengan adanya ruang terbuka hijau di Kota Bogor diharapkan dapat membantu
menjaga dart meningkatkan kelestarian linghngan kota dan juga rnembantu
dalam rneningkatkan nilai estetika kota. Hal ini sejalan dengan kebijakan
pengembangan ruang terbuka hijau Kota Bogor yang tertuang dalam RTRW Kota Bogor 1999-2009, dimana disebutkan bahwa kebijaksanaan pengembangan ruang terbuka hijau Kota Bogor ditujukan untuk rnendukung Kota Bogor "Kota DaIam
Taman" dm meningkatkan . . kualitas lingkungan perkotaan serta rnenciptakan keserasian lingkungan alami dan binaan dengan mengembangkan seluruh aspek tata hijau kota mulai dari lingkungan pemukiman hingga wilayah perkotaan. Selain manfaat ekologis, keberadaan ruang terbuka hljau di Kota Bogor juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perekonornian daerah Kota Bogor, diinana melahi pengembangan ruang terbuka hijau Kota sebagai. kawasan wisata diharapkan dapat rnernberikan sumbangan pendapatan rnelalui penggunaan
tarif masuk bagi yang berhzjung ke dalam kawasan tersebut. Hasil wawancara yang dilakukan kepada masyarakat setempat juga rnempunyai keinginan yang sama dengan pemerintah daerah, dimana dengan adanya ruang terbuka hijau di Kota Bogor.diharapkan kualitas lingkungan di Kota Bogor dapat tetap terjaga sehingga masyarakat dalam melakukan aktivitas sehariharinya tetap merasa nyamm. Disamping itu dengan adanya rumg terbuka hijau
di wilayah Kota Bogor khususnya untuk pengembangan kawasan pertanian diharapkm mampu memberi peluang bekerja bagi rnasyarakat khususnya di sektor pertanian sehingga pada ak-hirnya dapat membantu rnemberiknn tambattan
penghasilanbagi masyarakat. Selain itu keberadaan ruang ferbuka hijau di Kota Bogor juga diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana rekreasi bagi warga terutarna pada daerah-daerah pemukiman sehingga pada waktu-waktu tertentu dapat memanfaatkan ruang terbuka hijau yang ada untuk berekreasi sarnbil bersosiafisasi dengan warga lainnya.
5.1.2 Identifikasi Masalah Perkembangan pembangunan yang cukup pesat dibeberapn kota di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk akibat urbanisasi. Sejak tahun 1970-an sarnpai pada tahun 1980-an, 35% dari total pertulnbuhan pada s e l d sektor pembangunan lingkungan perkotaan disebabkan oleh tingginya ams urbanisasi yang dipacu oleh pembangunan sarana dan prasarana
fisik kota yang memberikan daya tarik sekaligus daya darong bagi para warga untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik, perkernbangan pembangunan kota yang tidak terkontrol diikuti oleh tingginya arus urbanisasi kedalam kota mengakibatkan perkembangan kota seolah tanpa arah. Data penggunaan lahan yang ada menunjukkan adanya penurunan luas ruang terbuka hijau di Kota Bogor sebesar 1,06% selama periode tahun 20002005 yaitu dari 5.917 ha (49,93%) pada tahun 2000 menjadi 5.791 ha (48,87%) pada tahun 2005 (Bappeda Kota Bogor 2007). Penurunan luas ruang terbuka hijau
di Kota Bogor disebabkan oleh jumIah penduduk yang semakin tinggi yang berdampak pada semakin tingginya kebutuhan lahan. Data BPS Kota Bogor menunjukkan terjadi peningkatan jurnlah penduduk di Kota Bogor seIarna periode
tahun 1995-2006 yaitu dari 647.912 jiwa pada tahm 1995 meningkat menjadi 879.138 pada tahun 2006. Sernakin berkurangnya mang terbuka hijau di wilayah kota dapat mengakibatkan timbulnya degradasi lingkungan kota. Salah satu dampak yang ditimbulkan dan cukup dirasakan saat ini adalah semakin meningkatnya suhu kota. Wilayah perkotaan yang Xebih di dominasi oleh lahan terbangun disertai dengan tingkat penggunaan kendaraan yang semakin tinggi merupakan bentukbentuk penyebab meningkatnya suhu kota. Data BMG Kota Bogor menunjukkan bahwa terjadi peningkatan suhu di wilayah Kota Bogor selama periode tahun 2001-2005, dimana pada tahun 2001 suhu yang ada yaitu sebesar 26,73OC meningkat inenjadi 27,04OC pada tahun 2005. 5.1.3 Konseptualisasi Sistern
Konseptualisasi sistem bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap sistem yang dikaji dalam bentuk diagram. Diagram yang digunakan terdiri dari 2 yaitu 1) diagram lingkar sebab akibat (causal loop diagram)dan 2) diagram inputoutput sistem. 1. Diagram Lingkar Sebab Akibat
Pada dasarnya kota dibentuk oleh beberapa komponen atau unsur. Kornponen penyusun perkotaan dibagi keda1am dua komponen utama yaitu komponen fisik dan non fisik. Komponen-komponen penyusun perkotaan tersebut
pada dasarnya merniliki hubungan saling keterkaitan, oleh karena itu dalam proses
penataan d m pengelolaan ruang kota hendalulya perlu memperhatikan seluruh komponen yang ada dan menganggap bahwa masing-masing komponen tersebut saling terkait dan berada dalam satu kesatuan sistem. Ruang terbuka hijau kota merupakan salah satu komponen penyusun kota yang keberadaannya sangat dipengaruhi oleh komponen-komponen penyusun kota yang lainnya, oleh karena itu untuk mengoptimalkan penataan ruang terbuka hijau kota juga perlu memperhatikan seluruh komponen perkotaan yang ada. Sistem penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor dibagi ke dalam tiga subsistem yaitu subsistem biofisik, subsistem sosial dan subsistem ekonomi (Setia Hadi, Orno Rusdiana, Suwarto, 2004). Berikut pada Gambar 7 disajikan diagram lingkar sebab akibat (causal loop diagram) sistem penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor. CAUSAL LOOP DIAGRAM
PDRB Jaradan Pwdspangon
-
-
Gambar 7. Diagram lingkar sebab akibat sistem perencanam ruang terbuka hijau Kota Bogor Jumlah penduduk yang semakin bertambah, akan menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan lahan dimana dalam ha1 ini yang secara langsung berkaitan dengan jumlah penduduk dibagi ke dalam tiga kelompok penggunaan lahan yaitu lahan pemukxman, lahan jasa dan perdagangan, lahan fasilitas sosial
dan fasilitas m u m . Tingkat kebutuhan lahan yang semakin meningkat akan rnengakibatkan meningkatnya pertambahan lahan pada setiap penggmaan lahan yang ada dan pada akhirnya dengan semakin bertambahnya p e n g p a a n lahan akan berdampak pada semakin berkurangnya ruang terbuka hijau kota. Aktivitas lain yang berpengaruh terhadap ketersediaan ruang terbuka hijau adaIah aktivitas ekonomi. Dengan semakin meningkatnya aktivitas ekonomi maka akan rnengakibatkan kebutuhan akan tenaga kerja menjadi semalun tingg, kebutuhan tenaga kerja yang semakin tingg dapat menyebabkan kebutuhan lahan untuk pengembangan aktivitas ekonorni juga semakin tinggi dan pada akhirnya dengan semakin berhmbahnya kebutuhan lahm untuk pengembangan aktivitas ekonomi akan mengakibatkan ketersediaan mang terbuka hijau yang ada menjadi semakin berlnuang. Ruang terbuka hijau yang semakin berkurang dapat rnenyebabkan suhu yang ada menjadi meningkat dan kelembaban mengalami penunman, ha1 ini &an mengakibatkan tingkat kenyamman yang ada menjadi b e r h m g . Dampak lain yang diakibatkan dengan sernakin berkurangnya ruang terbuka hijau adalah menurunnya M v i t a s ekonomi, hal ini diakibatkan oleh terbatasnya lahan yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan usaha dan pada akhirnya akan mengurangi pendapatan. 2. Diagram Input-Output Diagram input output sistem penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor disajikan pada Gambar 8, input sistem terdiri dari input eksternal dan internal. Input eksternal ruang terbuka hijau bersifat mempengaruhi sistem tetapi tidak dipengaruhi oleh sistem. Pada sistem penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor, input eksternal ruang terbuka hijau terdiri dari berbagai pe~aturanperundangundangan yang terkait diantaranya UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, Permendagri No. 1 Tahun 2007 tentang h a n g Terbuka E j a u Kawasan Perkotaan, Inmendagri No. 14 Tahun 1988 tentang Standar Kebutuhan Luas Ruang Terbuka Hijau Kota.
Pada sistem penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor, input terkendali berupa aktivitas ekonomi, jumlah penduduk dan alokasi lahan. Input tak terkenddi berupa laju migrasi penduduk ke dalam dan kelum kota, Cingkat
permintmn lahan dan bencana dam. Output yang dikehendaki berupa pengendalian degradasi lingkungan, optirnalisasi penyediaan ruang terbuka hijau kota, perhasan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat. Output yang
tak dikehendaki berupa deplesi sumberdaya alam, tingkat penurunan kualitas dan menurunnya pendapatan. lingkungan, penggunaan lahan yang tak terkendali . . INPUT LINGKUNEAN
- Peraturan perundmgan - RUTR Kota Bogor
7
OUTPUT RIKIEI!lENDAT(I
INPUTTAK TERKENDALI
- Optimalismi penyediaan RTH
- Laju migrasipenduduk kedalam dan k e I w kota - Tingkat p d t a a n lahan - Bencana alam
- Peningkatan kuditas l i n w g a n kota
- Peningkatan pendapatan
- Perluasan lapangan k q a A
v
> +
SXSTEM PENATAAN RUANG TERBUKA. m3AU KOTA
v
A
~NPUTT E ~ N D A L I - Alokasi lahan - Jtunlah penduduk - Aktivitas ekonomi
PCRGELOLAAN RU.4NG TERBUKA HIJAU
OUTPUT TAK DIKEHENDM - Alih fungsi lahan RTN menjadi lahan terbangun - Kerusakan lingkungan - Men-sumysp e c h p a * ~ ~
Gambar 8. Diagram input-output perencanaan ruang terbuka hijau Kota Bogor 5.1.4 Perumusuan Model
Struktur model yang dibangun dibagi menjadi tiga submodel yaitu 1) submodel penduduk, 2) submodel ekonomi dan 3) submodel ruang terbuka hijau. Pada st&ur
model yang dibangun terdapat hubungan yang menunjukkan adanya
saling keterkaitan diantara komponen-kornponen yang ada didalam masingmasing submodel dan diantara submodel yang satu dengan sub model Iainnya. 1. Submodel Sosial Kependudukan
Penduduk merupakan salah satu komponen yang cukup penting untuk diper-timbangkan dalam kegjatan perencanaan. Pertirnbangan memasukkati nspek
penduduk disebabkan oleh adanya kecenderungan jumlah penduduk yang selalu bertambah dengan berbagai macam aktivitas yang dilakukan, sernentara lahan perkotaan yang tersedia relatif tetap. Dalam model, penduduk dianggap sebagai suatu level (akumulasi) yang bisa bertambah dan berkurang karena adanya proses-proses tertentu. Secara teknis aliran yang menyebabkan bertambah atau berkurangnya suatu level disebut $ow atau rate. Pada model ini proses yang menyebabkan terjadinya pertarnbahan
penduduk disebabkan oleh faktor kelahiran dan rnigrasi masuk (inmigration), sementara rate yang mengurangi jumlah penduduk di suatu kota disebabkan oleh faktor kematian dan migrasi keluar (outmigration).
Gambar 9. Flow diagram sub model penduduk 2. Submodel Ekonomi
Subsistem kegiatan ekonomi mempakan subsistem yang berkaitan dengan aktivitas ekonoini yang diusahakan ofeh penduduk di wilayah penelitian (Gambar 10). Gambaran sektor ekonorni kota pada model ini dibangun oleh sektor-sektor
PDRB Kota. Pada model ini sektor-sektor PDRB Kota dikelompokkan kedalam dua kelompok sektor yaitu sektor PDRB yang bersumber dari ruang terbuka hijau dan sektor PDRB yang bersumber dari sektor non mang terbuka hijau. Sektor
P D M yang bersumber dari sektor mang terbuka hijau terdiri dari sektor pertanian
sedangkan sektor PDRB yang bersumber dari sektor non ruang terbuka hijau terdiri dari sektor jasa dan perdagangan dan sektor industri. Perhitungan PDRB Kota diperoleh dari penjumlahan PDRB SeIctor pertanian, PDRB sekor perdagangan dan jasa, dan PDRB sektor industri. PDRB per kapita diperoleh dengan rnembagi PDRJ3 dengan jumlah penduduk.
Gambar 10. Flow diagram sub model ekonomi 3. SubmodeI Ruang Terbuka Hijau
Pada dasarnya mang terbuka hijau yang ada dalam suatu kawasan perkotaan terbatas jumlahnya, oleh sebab itu yang mungkin terjadi dan berubah terhadap ketersediaan mang terbuka hijau adalah adanya alih fungsi ruang terbuka hijau kota menjadi kawasan terbangun. Perubahan terhadap keberadaan mang terbuka hijau kota disebabkan oleh adanya aktivitas pembangunan kota yang lebih berorientasi pada pembangunan infiastnrktur inaupun sarana dan prasarana fisik seperti pe~nbangunan kawasan pemukiman, fasilitas umum, fasilitas sosial kawasan perdagangan dan jasa dan juga pernbangunan kawasan industri. Lahan pemulciman merupakan lahan yang luasnya terus bertambah.
Jumlah penduduk kota yang terus bertambah mengakibatkan kebutuhan akan sarana tempat tinggal menjadi semakin tinggi dan pada akhirnya akan
rnengakibatkan tingkat pemanfaatan lahan untuk pengembangan kawasan pemukiman juga menjadi semakin tinggi.
Jurnlah penduduk kota yang t e n s bertambah juga dapat mengakibatkan kebutuhan akan sarana perdagangan dan jasa serta industri menjadi semakin tinggi. Kecendemgm di setiap kota, sektor jasa dan perdagangan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian kota dan mendominasi sebagian aktivitas penduduk, oleh sebab itu peningkatan kegiatan diselctor jasa sangat terkait dengan pertambahan penduduk dan peningkatan jenis-jenis kegiatannya, sehingga kebutuhan lahannya akan menyesuaikan dengan dinamika peningkatan aktivitas sektor jasa dan perdagangan. Disamping itu peningkatan jumlah penduduk perkotaan juga dapat ~nengakibatkankebutuhan akan fasilitas sosial dan fasilitas mum juga menjadi sernakin tinggi. Pernbangunan fasilitas sosial dan fasilitas umum di kawasan perkotaan diberikan untuk rnemenuhi kebutuhan penduduk &an penyediaan fasilitas-fasilitas publik yang dapat memberikan jasa pelayanan bagi masyarakat, namun yang menjadi pernasalahan adalah jumlah penduduk yang ada didalam suatu wilayah kota tidak selarnanya tetap tetapi terus bertambah dengan berjalamya w&u, oleh karena itu keberadaan fasilitas publik yang ada tentunya tidak akan rnampu rnenampung jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya, sehingga untuk mengatasi ha1 tersebut maka pembangunan fasilitas publik yang ada juga perlu ditingkatkan. Aktivitas pembangunan kawasan pemukiman, perdagangan dm jasa, fasos-fasurn dan industri yang semakrn tinggi dapat mengakibatkan lahan-laIan terbuka yang ada khususnya mang terbuka hijau beralih fungsi sehingga rnengakibatkan luas mang terbuka hijau menjadi berkurang. Berkurangnya ruang terbuka hijau kota yang diakibatkan oleh semakin tingginya aktivitas pembangunan di suatu wilayah kota pada dasarnya disebabkan oleh luas wilayah kota yang sifatnya tetap. Jumlah penduduk yang sernakin lama semakin meningkat disertai dengan peningkatan jumlah kendaraan dan kawasan terbangun serta penurunan ruang terbuka hijau kota dapat rnengakibatkan lingkungan kota menjadi tidak nyaman,
ha1 ini ditandai dengan semakjn rneningkatnya suhu udara perkotaan. Salah satu
fungsi ruang terbuka hijau kota yang terkait dengan aspek ekologi adalah kemarnpuannya dalam mengcildalikan iklm perkotazn, dimana semakin banyak
ruang terbuka hijau di daZarn suatu wilayah kota maka iklim kota rnenjadi relatif lebih nyaman, tetapi sebaliknya apabila ruang terbuka hijau kota berkurang maka akan terjadi peningkatan suhu udara di dalam kota dan pada akhirnya akan menyebabkan kota menjadi tidak nyaman. Pesatnya perkembangan daerah kota mernberikan dampak terhadap kenyamanan kota itu sendiri, oleh karena itu daIam perencanam kota masalah kenyamanan hams diperhitungkan sehingga diharapkan produktivitas dan kesejahteraan dapat rneningkat. Peranan unsur-unsur iklim perkotaan sangat rnenentukan kenyamanan kota itu sendiri karena unsur-unsur iklim tersebut secara langsung rnempengamhi kegiatan atau aktivitas manusia yang berada didalamnya. Kenyamanan sendiri merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan pengaruh keadaan lingkungan fisik atmosfer atau iklim terhadap manusia. Kondisi yang nyaman apabila sebagian energi manusia dibebaskan untuk kerja produktif dan usaha pengaturan suhu tubuh berada pada tingkat minimum (Wardhani, 2006). Kenyamanan kota secara kuantitatif dinyatakan dengan Tempertaure
Humidity Index (THI) ymg dipengaruhi suhu udara dm kelembaban relatif. Jika suhu udara dan kelembaban relatif diketahui maka nilai THI untuk kenyarnanan suatu kota dapat dtentukan. Penyusunan model yang menyatakan tingkat kenyamanan tidak secara keseluruhan meniasukkan fakor yang berpengaruh seperti falrtor angin, radiasi matahari, curah hujan, ketersediaan kawasan terbangun seperti jenis dan struktur bangunan, kondisi perkerasan clan lain sebagainya akan tetapi lebih didasarkan pada keterkaitan antara ruang terbuka hijau dengan suhu udara dan kelembaban. Estirnasi nilai THl yang didasarkan pada faktor suhu dan kelembaban dilakukan dengan menggunakan data kelembaban dan suhu rata-rata tahunan Kota Bogor. Penyusunan model yang menyatakan keterkaitan antara ruang terbuka hijau dan tingkat kenyamanan yang dalam ha1 ini ditentukan oleh faktor suhu udarz da11kelembaban tidak secara spesifik menjelaskan detail jenis dan strsktur
ruang terbuka hijau yang dipnakan akan tetapi diasurnsikan 1nenca1iup keselunrhan
jenis
dan
struktur
ruang
terbuka
hijau
yang
ada.
Gambar 11. Flow diagram sub model mang terbuka hijau
5.1.5 Analisis PerHaku Model
Analisis perilaltu model merupakan usaha untuk rnernahami perilaku sistem yang diakibatkan oleh asumsi-asumsi dalam model. Usaha pemahaman model ini dibantu dengan sirnulasi komputer yang akan memberikan memberikan garnbaran bagaimana perilaku seluruh variabel dalam model terhadap wakcu.
I. Submodel Penduduk Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan pada sub model penduduk terlihat terjadi peningkatan jumlah penduduk di Kota Bogor yaitu dari 714.713 jiwa pada tahun awal simulasi meningkat menjadi 1.988.600 jiwa pada tahun a i r simulasi. Berikuf pada Tabel 19 disajikan nilai perubahan jumlah penduduk Kota Bogor selama periode tahun simulasi. Tabel 19. Jumlah penduduk Kota Bogor selarna periode tahun simulasi Tahun 2000
Jumlah Penduduk (jiwa) 714.730
Tahun 2015
Jumlah penduduk (jiwa) 1.213.408
Surnber : hasil analisis
Perkembangan pembangunan kota yang cukup pesat menimbulkan daya tarik bagi penduduk untuk datang ke kota sehingga mengakibatkan jumlah penduduk kota inenjadi semakin bertmbah. Perkernbangan pembangunan kota
yang ditandai dengan semakin meningkatnya sarana dan prasarana perkotaan djanggap dapat membantu memberikan keselnpatan kerja bagi penduduk. Adanya anggapan bahwa kota dapat mmembexikan kese~npatankerja rnerupakan salah satu
daya tarik bagi penduduk untuk datang dan menetap di wilayah kota. Berikut pada Gambar 13 disajikan grafik jurnlah penduduk Kota Bogor selama periode tahun simulasi.
2.000
2.005
2.010
2.015
2.020
2.025
Tahun
Gambar 13. Grafik jumlah pendudu~kKota Bogor selama periode tahun simulasi 2. Submodel Ekonomi
Pada sub model ekonomi, PDRB Kota Bogor dinyatakan sebagai variabel level yang nilainya ditentukan oleh PDRB beberapa sektor, dlmana dalam ha1 ini sektor-sektor yang berkontribusi terhadap PDRB Kota dibagi kedalam tiga sekor yaitu sektor jasa dan perdagangan, sektor industri dan sektor pertanian. Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan pada sub model ekonomi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 14, terlihat terjadi kecenderungan peningkatan nilai PDRB, dirnana niXai PDRB yang dihasilkan meningkat dari Rp. 1.878.754 juta pada tahun awal simulasi menjadi Rp. 9.689.482 juta pada tahun
a b i r simulasi.
Gambar 14. Grafik nilai PDRB Kota Bogor selama periode tahun simulasi
Perkembangan pembangman kota yang ditandai dengan semakin rneningkatnya jumlah penduduk berdampak pada semakin tingginya aktivitas ekonomi yang ada. Peningkatan aktivitas ekonomi di wilayah kota rnelafui penyediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan perekonornian seperti pusatpusat perdagangan dan jasa dapat memberikan dampak positif terhadap . . perekonomian daerah, ha1 ini ditunjukkan dengan semakin tingginya nilai PDRB yang dihasilkan. Berikut pada Tabel 20 disajikan nilai perubahan PDRB Kota
Bogor selama periode tahun simulasi. Tabel 20. PDRB Kota Bogor selama periode tahun simulasi Tahun
PDRB
Tahun
Guts rupiah)
2000
2013 2014 Sumber : hasil analisis
PDRB (Juts rupiah)
1.878.754
2015
4.321.219
3.859.049
2028 2029
9.138.849 9.689.482
4.083.285
Dari hasil yang diperoleh pada submodel ekonomi terlihat tedadi peningkatan PDRB Kota Bogor selama periode tahun simulasi, ha1 ini disebabkan
oleh tingginya sumbangan pendapatan yang diterima daxi sektor perdagangan dan jasa dan sektar industri rnengakibatkan kecenderungan PDRB Kota Bogor terns mengalami peningkatan setiap tahunnya. Adanya kecenderungan penurunan ruang texbuka hijau yang berimplikasi pada berkurangnya lahan pelranian sebagai salah satu sektor yang lnemberikan sumbangan pendapatan bagi daerah cukup berpengaruh terhadap total pendapatan yang dihasjjkan aleh daerah namun rnasih dapat textutupi oleh penerirnaan pendapatan dari sekor lain khususnya sektor
perdagangan, jasa dan industri sehingga berdasslrkan hasil simulasi terlihat kecenderungan pendapatan yang dihasilkan tetap mengalami peningkatan. 3. Submodel Ruang Terbuka Hijau . .
Pada sub model mang terbuka hijau, variabel yang ditentukan sebagai
variabel level terdiri dari Jahan ruang terbuka hijau, lahan pemukiman, lahan industri, lahan jasa dan perdagangan serta lahan fasilitas sosial dan fasilitas umum. Perkembangan pembangunan kota yang ditandai dengan semakin bertambhya jumlah penduduk dan semakin tingginya kebutuhan lahan khususnya lahan terbangun dapat berdampak pada terkonversinya .lahan-lahan terbuka yang ada ter-utama ruang terbuka hjau kota. Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan pada sub model ruang terbuka hijau, hasil ymg diperoleh menunjukkan adanya kecendemgan penurunan luasan mang terbuka hijau di Kota Bogor, dirnana pada tahun awal simulasi yaitu pada tahun 2000 luas ruang terbuka hijau Kota Bogor rnemiliki luas sebesar 5.918 ha d m pada aklur tahun simulasi yaitu pada tahun 2029 berkurang menjadi 2.977 ha. Berikut pada Tabel 21 disajikan nilai perubahan ruang terbuka hijau Kota Bogor selama periode trthun simulasi. Tabel 21. Luas mang terbuka hijau Kota Bogor selama periode thm sirnulasi Tahun 2000
2001
Su~nber: hasil analisis.
Luas RTH (ha)
Tahun
5.918 5.916
2015 2016
Luas RTH (ha) 4.924 4.814
Gambar 15. Grafik luas ruang terbuka hijau Kota Bogor selama periode tahun simulasi Perubahan terhadap r u n g terbuka hijau baik yang alami maupun binaan di dalam suak wilayah kota mengakibatkan perubahan pada suatu tatanan lanskap perkotaan, dimana pemanfaatan ruang yang lebih di daminasi oleh fasilitas fisik dapat berdampak pada hilangnya keaneka ragaman lanskap yang ada. Aktivitas pembangunan kota yang lebih berorientasi pada pembangunan fasilitas fisik yang berimplikasi pada berubahnya konfigurasi lanskap yang ada dapat mengakibatkan terganggunya keseirnbangan pada suatu ekasistem dan hilangnya keaneka ragaman hayati yang hidup di dalam ekosistem tersebut, karena pada dasarnya suatu lanskap dapat merijadi habitat atau tempat hidup dari berbagai macam keaneka ragaman hayati yang ada. Kegiatan penataan ruang kota yang tidak sesuai dengan peruntukannya secara biofisik dapat berdampak pada terganggunya kelestarian lingkungan kota. Ruang terbuka hijau sebagai salah satu elemen lanskap penyusun ruang kota rnerupakan komponen fanskap yang dapat berperan dalam mengendalikan terjadinya degradasi lingkungan kota, akan tetapi jika mang kota lebih didominasi aleh ruang terbangun dan tidak diimbangi oleh ketersediaan ruang terbuka hijau maka kecenderungan untuk terjadmya degradasi lingkungan akan sernakicin besar. Salah satu bentuk degradasi lingkungan yang dapat ditimbulkan dengan semakin berkurangnya ruang terbuka hijau di wilayah kota adalah meningkatnya
suhu kota. Pada dasarnya ruang terbuka hijau mempunyai banyak fhngsi khususnya yang berkaitan dengan aspek lingkungan, salah satu fungsi ntang terbuka hijau adalah kemampuannya dalam r n e n u d a n suhu.
Kecendemgan luas ruang terbuka hijau yang terns menurun dari tahun ke tahun berimplikasi pada kondisi iMim kota yaitu mengalubatkan terjadinya
peningkatan suhu udara kota sehingga kenyamanan kota menjadi berkurang, Penurunan fingkat kenyamanan dapat ditunjukkan dengan mengamati nilai TTHl
(Temperature Humidirg, Index) yang dihasilkan dimana dalam ha1 ini ditentukan oleh faktor shu dan kelembaban. Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan, terlihat terjadi peningkatan suhu udara dan penurunan kelembaban, dimana pada tahun awal simulasi suhu udara di Kota Bogor sebesar 28,50°C meningkat menjadi 28,84"C pada tahun akhir simulasi sedangkan tingkat kelernbaban mengalami penwunan ystitu dari 75,31% pada tahun awai simulasi menjadi 74,79% pada tahun akhir simulasi.
Peningkatan suhu udara dan berkurangnya kelembaban berimplikasi pada tingkat kenyamanan yang ditunjukkan dengan bertambahnya nilai TE31, dimana dari hasil simulasi yang dilakukan pada tahun awal simulasi yaitu pada tahun 2000 diperoleh nilai THI sebesar 27,09 meningkat menjadi 27,38 pada tahun 2029 (Tabel 22 dan Gambar 16).
Tabel 22. Nilai THi Kota Bogor selama periode tahun siinulasi Tahun
THI
Tahun
THC
2000 2001
27;09 27,09 27,09
2015 2016
27,12 27,12 27,13 27,14 27,15 27,115 27,18 27,19 27,2 1 27,23 27,25 27,28 27,3 1 27,34
2002
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
27,08 27,08 27,08 27,08
27,08 27,09 27,09 27,09
2012
27, I0 27,lO
20 13 2014
27,10 27,ll
2011
Sumber ; hasil analisis
20 17 2018
2019 2020 202 1
2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029
27,35
Hasil simulasi yang menunjukkan terjadinya peningkatan nilai THI selama periode tahun simulasi yaitu dari 27,09 pada tahun awal simulasi menjadi 27,38 pada akhir tahun simulasi menunjukkan bahwa tingkat kenyamanan yang dihasilkan masih berada dibawah nilai ideal yang dinginkan dimana berdasarkan fiteratur yang diperoleh dalam Wardhani (20061, tingkat kenyamanan yang ideal yang dalam ha1 ini dinyatakan dengan THI pada daerah tropis berada pada nilai
TX--IX.= 19-23 (nyamm), THI= 23-26 (sedang) sedangkan nilai THI > 26 berada dalam kondisi tidak nyainan.
Gambar 16. Grafik nilai THI (Temperature Humidity Index) selama periode tahun simulasi 5.1.6 Pengujian Model
Terpenuhinya syarat kecukupan struktur dari suatu model chperoleh dengan rnelakukan validasi atas pefilaku yang dihasilkan oleh suatu struktur model. Validasi perilaku dilakukan dengan membandingkan antara perilaku yang dihasilkan oleh model dan perilaku sistem nyata. Apabila perilaku yang dihasilkan oleh model telah sesuai atau mempunyai pola yang sama dengan perifaku sistem nyata maka model dapat dikatakan telah dapat dgunakan. Variabel yang akan diamati terdiri dari variabel penduduk, RTH dan
PDRB. Berikut pada Gambar 17,18,19 disajikan grafik perbandingan perilaku berdasarkan hasil simulasi dan kondisi aktual pada masing-masing variabel.
2.000 2.M)I 2.002 2.003 2.W4 2.005
Tahun
Gambar 17. Grafik perbandingan penduduk aktual dan penduduk hasil simulasi
Gambar 18. Grafik perbandingan PDRB aktual dm PDRB hasil simulasi
Gambar 19. Grafik perbandmgan ruang terbuka hijau aktual dan mmg terbuka hijau hasil simulasi
Dari hasil perbandingan yang dilakukan terhadap perilaku variabel berdasarkan kondisi aktual dengan perilaku variabel berdasarkan hasil simulasi diperoleh hasil yang rnenunjukkan pola yang sama antara perilaku variabel berdasarkan kondisi aktual dengan perilaku variabel berdasarkan hasil simulasi. Dengan demikian model dapat dikatakan telah dapat memenuhi syarat kecukupan struktur dari suatu model. 5.2 Analisis Kebijakan Penntaan Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor
Analisis kebijakan dilakukan dengan cara melakukan perubahanperubahan terhadap parameter sistem dalarn model kemudian diamati perilakunya. Hal tersebut dimaksudkan untuk memahami perilaku sistem apabila terjadi
perubahan-perubahan parameter sistem. Analisa kebijakan juga dimaksudkan untuk memahami pola kebijakan ataupun perubahan faktor eksternal yang menjadi masukan sistem. Dalam analisis kebijakan ini akan dilihat bagaimana pengaruh perubahan-perubahan parameter atau kebijakan terhadap perkembangan variabelvariabel yang dikaji. Dalam kaitannya dengan ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota
Bogor, perlu dilakukan analisa untuk mengetahui perubahan ruang terbuka hijau di Kota Bogor selarna beberapa periode waktu yang akan datang sebagai dampak ciari adanya berbagai macam aictivitas penataan ruang kota khususnya yang berkaitan dengan aktivitas sosial ekonomi yang berakibat pada semakin meningkatnya kebutuhan lahan. Untuk itu diperlukan beberapa skenario yang dapat diterapkan pada inodel sebagai dampak dari adanya intervensi terhadap parameter model untuk melihat perkembangan ruang terbuka hijau di Kota Bogor. Dari beberapa skenario yang diterapkan dapat dipilih salah satu skenario yang dianggap optimal berkaitan dengan penyediaan ruang terbuka hijau di Kota Bogor untuk dapat menjamin terciptanya kenyamanan dan terpeliharanya kelestarian lingkungan di Kota Bogor. Penerapan skenario kebijakan penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor dibagi ke dalmn tiga skenario yaitu 1) skenario progresif, 2) skenario konservatif
dan 3) skenario berkelanjutan. Berikut pada Tabel 22 disajikan nilai intervensi parameter model pada masing-masing skenario.
Tabel 23. Intervensi parameter model pada masing-masing skenario Skenario . . . . .
Penduduk PDRB RTH
Konservatif
Progresif
.
Laju pertumbuhan -penduduk meningkat sebesar 1% Laju peningkatatl PDRB meningkat sebesar 1% Tidak ada penambahan
sebesm 0,2% Laju peningkatan PDRB meningkat sebesar 0,5% Pertambahan RTH
Tidak ada
RTH
sebesar 0,2%
penarnbahan RTH
Laju pertumbuhan -penduduk meningkat -
Laju pertumbuhan penduduk menurun sebesar 1o/b Laju peningkatan sebesar 2%
1. Skenario Progresif Pada skenario progresif, dari beberapa variabel yang diamati diasumsikan terjadi peningkatan jumlah penduduk yang tidak terkendali yang diikuti oleh rneningkatnya pendapatan, semakin berkurangnya mang terbuka hijau kota yang diakibatkan oleh tingkat pemanfaatan lahan yang tidak terkontrol serta semakin menurunnya tingkat kenyamanan. Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan dengm menggunakan skenario progresif diperoleh hasil yang rnenunjukkan terjadi peningkatan jumIah penduduk selama periode tahun sirnulasi yaitu dari 714.730 jiwa pada tahun 2000 meningkat menjadi 2.627.504 jiwa pada tahun 2029, nrang terbuka hiljau yang ada mengalami penurunan sebesar 43,05% yaitu dari 5.918 ha pada tahun 2000
m e n u m menjadi 2.548 ha pada tahun 2029, nilai TXJI yang dihasilkan mengalami peningkatan dari 27,09 pada tahun 2000 meningkat menjadi 27,44 pada tahun 2029, sedangkan pendapatan yang dihasilkan mengalami peningkatan dari Rp. 1.878.754 juta pada tahun 2000 meningkat menjadi Rp. 12.704.663 juta pada tahun 2029. Hasil simulasi pada skenario progresif rnenunjukkan pada akhir tahun simulasi, persentase luas ruang terbuka hijau di Kota Bogor tersisa sebesar 16,21% dari total Iuas kota, ha1 ini menunjukkan bahwa penggunaan lahan di
lyilayah Kota Bogor sebagian besar didolninasi oleh kawasan terbangun. Tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dapat mengakibatkan kebutuhan terhadap lahan terbangun juga semakin tinggi sehingga pada akhirnya mengakibatkan ketersediaan ruang terbuka hijau yang ada menjadi semakin berkurang.
Berikut pada Gambar 20 dan Tabel 23 disajikan hasil simulasi dengan menggunafcan skenario progresif.
Gambar 20. Grafik hasil simulasi dengan rnenggunakan skenario progresif (a. Penduduk, b. FDRB, c. RTH, d. THI) Irnpfikasi dari semakin berkurangnya mang terbdca hijau di Kota Bogor adalah sernakin menurunnya kenyamanan kota. Hasil simulasi yang dilakukan rnenunjukkan bahwa dengan xnenyisakan luas ruang terbuka hjau sebesar 21,50 % berdampak pada rnenurunnya tingkat kenyamanan yang ada, dimana dalam
sirnulasi ditunjukkan dengan semakin meningkatnya nilai THI. Hasil simulasi yang dilakukan inenunjukkan nilai T H yang dihasilkan rneningkat dari 27-09 pada tahun awal simulasi menjadi 27,44 pada tahun akhir simulasi (Tabel 24). Tabel 24. Hasil siinulasi dengan menggunakan skenario progresif Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Jumlah Penduduk Gjiwa) 714.730 747.547 781.871 817.771 855.319 894.592 935.668 978.629 1.023.563 1.070.561
FDRB Gjuta rupiah) 1.878.754 2.002.125 2.134.072 2.274.999 2.425.553 2.586.470 2.758.545 2.942.614 3.139.561 3.350.325
RTH (ha) 5.918 5.916 5.914 5394 5.855 5.800 5.735 5.661 5.579 5.493
THI 27,09 27,09 27,08 27,08 27-07 27,07 27,07 27,07 27,07 27,07
Tabel 24. Lanjutan
Sumber : hasil analisis
2. Skenario Berkelanjutan
Pada skenario berkelanjutan dari beberapa variabel yang dianati diasumsikan terjadi peningkatan jum1a.h penduduk namun relatif terkendali, tiagkat penanfatan lahan untuk pengernbziigiiii &iivitas stisial ekonomi mengalami peningkatan namun diupayakan untuk dapat dimbangi dengan penyediaan ruang terbuka hijau kota yang optimal agar halitas dan kenyarnanan lingkungan di Kata Bogor dapat tetap terjaga. Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan dengan menggunakan slcenario berkelanjutan diperoleh hasil yang menunjukkan terjadi peningkatan jumlah penduduk selama periode tahun simulasi yaitu dari 714.730 jiwa pada tahun 2000 meningkat menjadi 1.680.305jiwa pada tahun 2029, ruang terbuka hijau yang ada mengafami peningkatan yaitu dari 5.918 ha pada tahun 2000 meningkat menjadi
5.994 ha pada tahun 2029, nilai THX yang dihasilkan mengalami penurunan yaitu dari 27,09 pada tahun 2000 inenurun menjadi 27,05 pada tahun 2029, sedangkan pendapatan yang dihasilkan mengalami peningkatan dari Rp. 1.575.754 juta pada tahun 2000 rneningkat menjadi Rp. 10.379.916 juta pada tahtin 2029. Berik~t
pada Gambar 21 dan Tabel 25 disajikan hasil simulasi dengan inenggunakan skenario berkelanjutan.
Gambar 2 1. Grafik hasil simulasi dengan menggunakan skenario berkelanjutan (a. Penduduk, b. PDRB, c. RTH, d. THI) Dari hasil simulasi yang dilakukan diperoleh hasit yang menunjukkan
tingkat penggunaan lahan di Kota Bogor sampai pada akhir tahun simulasi ~nengalokasikanmang terbuka hijau sebesar 50,58% dari total luas kota. Tingkat persentase penggunaan lahan yang diperoleh memperlihatkan alokasi pemanfaatan lahan utltuk area terbangun refatif tidak jauh berbeda dengan ketersediaan ruang terbuka hijau ymg ada, ha1 ini dikarenakan peningkatan lahan terbangun oleh meningkatnya jumlah penduduk juga diimbangi dengan penambahan alokasi lahan untuk ruang terbuka hijau. Tabel 25. Hasil simulasi dengan menggunakan skenario berkelanjutan Tahun 2000 2001 2002 2003
Jumlah Penduduk (jiwa) 714.730 736.1 12 758.133 780.813
PDRB (juta rupiah) 1.878.754 1.989.555 2.107.21 1 2.232.134
RTH (ha) 5.918 5.929 5.941 5 -951
TF'CYT l nl
27,09 27,09 27,09 27,09
Tabel 25. Lanjutan
2024 2025 2026 2027 2028 2029
1.450.040 1.493.419 1.538.096 1.584.109 1.631.498 1.680.305
7.686.202 8.160.954 8.665.714 9.202.407 9.773.081 10.379.916
6.004 6.003 6.002 5.999 5.997 5.994
27,06 27,06 27,05 27,05 27,05 27,05
Sumber : hasil analisis,
3. Skenario Konservatif
Pada skenario konservatif dari beberapa variabel yang diarnati diasumsikan jurnlah penduduk yang ada mengalami peningkatan namun relatif +-. bb,kcndali, tingkitt pemafifzatan lahan mengalaini peningkata~nilil~undiupayakan untuk tidak terlalu banyak rnengkonversi lahan-lahan terbuka hijau yang ada, tingkat kenyamanan mengalami p e n m a n namun tidak terlalu besar dikarenakan penurunan ruang terbuka hijau yang ada juga tidak terlalu besax, tingkat pendapatan mengalami peningkatan namun relatif terkendali. Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan dengan menggunakan skenario konservatif diperoleh hasil yang menunjukkan terjadi peningkatan j d a h penduduk selama periode tahun simulasi yaitu dari 714.730 jiwa pada tahun 2000 ineningkat menjadi 1.302.705jiwa pada tahun 2029, ruang terbuka hijau yang ada mengalami penurunan yaitu dari 5.918 ha pada tahun 2000 menurun menjadi 3.504 ha pada tahun 2029, nilai TI31 yang dihasilkan mengalami peningkatan
yaitu dari 27,09 pada tahun 2000 rnenjngkat menjadi 27,37 pada tahun 2029, sedangkan pendapatan yang dihasilkan mengalami peningkatan dari Rp. 1.878.754 juta pada tahun 2000 meningkat menjadi Rp. 7.499.459 jut8 rupiah
pada tahun 2029. Berikut pada Gambar 22 dsn Tabel 26 disajikan hasil simulasi dengan menggunakan skenario konservatif.
Gambar 22. Grafik hasil simulasi dengan menggunakan skenario konservatif (a. Penduduk, b. PDRB, C. RTH , d. THI) Hasil simulasi yang diperoleh menunjukkan tingkat pernanfaatan lahan yang ada mengalokasikan mang terbuka hijau sebesar 29,57% dari total luas kota, ha1 ini menunjukkan bahwa aktivitas pembangunan yang ada mengalami peningkatan namun diupayakan untuk tidak terlalu banyak mengkonvexsi ruang terbuka hijau kota. P e n m a n mang terbuka hijau yang tidak terlalu besar mengakibatkan tingkat kenyamanan yang ada relatif terkendali dimana dari hasil simulasi yang dilakukan diperoleh nilai THI yang dihasilkan mengalami peningkatan namun relatif tidak terlafu besar. Tabel 26. Hasil simulasi dengan inenggunalcan skenario konservatif Tahun
Jumlah Penduduk
..
bwa)
2000 200 1
714.730 729.679
PDFU3 Gjuta rupiah) 1.878.754 1.969.352
RTH (ha) 5.918
5.916
THI 27,09 27.09
Tabel 26. Lanjutan
2026 2027 2028
1.224.268 1.249.875 1.276.016 1.302.705
2029 Sumber : hasiI anaiisis
6.487.675 6.808.584 7.145.577
3.862 3.745
7.499.459
3.504
3.625
27130 27,32 27,34 27,37
Berdasarkan hasif simulasi yang diperoleh pada ketiga skenario, salah satu skenario yang dapai digunakan sebagai arahan untuk mendukung terpenuhinya kebutuban optimal ruang derbuka hijau di Kota Bogor adalah skenario berkelanjutan. Skenario berkelanjutan mempakan skenario yang dianggap rnampu rnengakomodasi kebutuhan penataan m n g kota yeng & h ~ r e ?id&. ~ t ~h=17a ~ Jmemaksimalkan peinbangulan kota melalui penyediaan sarana clan prasarana fisik
untuk kepentingan sosial d m ekonomi tetapi juga mampu menjaga dan meningkatkan kelestarian lingkungan kota melalui penyediaan ruang terbuka hijau
yang optimal. Keberadaan ruang terbuka hrjau di wilayah perkotaan mempunyai peran yang sangat penting dalam mendukung terciptanya pembangunan kota yang berkelanjutan. Perkembangan pembangunan kota hendaknya tidak hanya berorientasi pada kepentingan ekonomi semata tetapi juga dapat menjamin terpeliharanya kelestarian lingkungan kota. Pembangunan berkelanjutan pada dasarnya rnensyaratkan adanya keserasian antara laju kegiatan pembangunan dengan daya dukung (carrying capacity) Iingkungan alaln (LEAD Avianto, 2000).
dalam
Berikut pada Gambar 23 disajikan grafik perbandingan hasil simulasi pada ketiga skenario.
Gambar 23. Grafik perbandingan hasil siinulasi pada ketiga skenario (a. Penduduk, b. PDRB, c. RTH, d. THI) Ket : 1. Skenario progresif 2. Skenario berkelanjutan 3. Skenario konservatif Ruang terbuka kjau adalah salah satu koinponen pembentuk mang kota atau wilayah perkotaan yang memiliki peranan penting dalam menyangga (biofdtering), mengendalikan (biocontrolling) dan memperbaiki (bioengineering) kualitas lingkungan kehidupan suatu wilayah perkotaan (Nurisyah, 2007). Karena itu maka ruang terbuka hijau juga dinyatakan sebagai bagian dari ruang fungsional suatu wilayah perkotaan yang dapat meningkatkan kualitas fisik, non fisik dan estetika alami.
Terpenuhinya kebutuhan luas ruang terbuka hijau untuk menjamin terjaga dan terpeliharanya keberlanjutstn kualitas lingkungan di Kota Bogor diharapkan dapat: menciptakan maupun menghasilkan suatu tatanan lanskap kota yang berkelanjutan. Lanskap berkelanjutan (sustainable landscape) lnerupakan suatu lanskap yang fidak hanya produktif, fungsional dan dapat dimanfaatkan oleh penggunanya disaat ini tetapi juga tetap dijaga produktifitas dan fmgsinya sehingga terus dapat ctirndaatkan aleh penggunanya dimasa yang akan datang (Nurisyah, Pramukanto, 200 8).
5.3 Analisis Spzsiai Optimalisasi Distribusi Ruang Terbuka Eijau
Kota Bogor Berdasarkan hasil analisis kebijakan maka dengan menggunakan analisis sistem informasi geografis, informasi hasil prediksi mang terbuka hijau berdasarkan skenario kebijakan yang dihasilkan dapat ditunjukkan secara spasial. Informasi spasial yang disajikan didasarkan pada hasil skenario kebijakan yang paling optimal yaitu skenario berkelanjutan dimana dari hasil prediksi yang diperoleh diketahui untuk mendukung terpeliharanya kelestarian lingkungan d m terciptanya kenyamanan di Kota Bogor maka luas optimal ruang terbuka hijau yang hams tersedia di Kota Bogor adalah sebesar 5.994 ha. Hasil sirnulasi pada model yang menghasilkan skenario kebijakan yang optimal berkaitan dengan penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor tidak secara langsung dihubungkan dengan model spasial tetapi dilakukan secara terpisah, model spasial yang dimaksud mempakan gambaran distribusi spasial ruang terbuka hijau yang dibutuhkan di Kota Bogor. Dari hasil prediksi yang diperoleh terdapat perbedaan antara luas mang terbuka hijau hasil skenario dengan luas ruang terbuka hijau berdasarkan kondisi eksisting, dimana ruang terbuka hijau berdasarkan kondisi eksisting lebih sedikit dari luas mmg terbuka hijau yang diperoleh berdasarkan hasi! simul~si,~ehir_nOWunhrk memenuhi target sesuai dengan hasil prediksi maka perlu ada penambahan
luas ruang terbuka hijau. Alokasi penambahan ruang terbuka hijau di beberapa lokasi yang potensial diarahkan pada ruang-ruang kota yang bergma untuk rnenunjang perbaikan kelestarian linglcungan biofisik dan kenyamanan warga kota. Untuk rnendukung kelestarian lingkungan biofisik dan kenyamanan warga kota pengembangan ruang terbuka hijau hendaknya dapat disesuaikan dengan karakter atau kondisi biofisik kota dan juga pada kawasan yang diperuntukkan sebagai pusat-pusat aktivitas sosial ekonomi inasyarakat. Untuk ineminimalisisr terjadinya degaradasi lingkungan biofisik kota maka ruang terbuka hijau kota
dapat diIakukan pada area atau kawasan yang bentang alamnya beragam menurut keadaan lereng seperti pada daerah bantaran sungai, sedangkan untuk mendukung terciptanya kenyamanan bagi warga kota rnaka pengerilbangan ruang terbuka
hijau dapat dilakukan pada area pernukiman, perkantoran, perdagangan dan lain sebagainya. Berdasarkan analisis spasial yang dilakukan diperoleh hasil yang rnenunjukkan informasi spasial alokasi penambahan ruang terbuka hijau di Kota Bogor. Alokasi penambahan ruang terbuka hijau di Kota Bogor tersebar di beberapa lokasi kelurahan, rneliputi Kelurahan Kayumanis, Kedung Halang, Mulyaharja, Pamoyanan, Kertamaya, Genteng, Balumbang Jaya, Situ Gede, dan Semplak. Disamping aspek lokasi atau area yang potensial mtuk dikernbangkan sebagai mang terbuka hijau juga perh diperhatikan aspek bentuk dan pemilihan
jenis vegetasi yang dapat digunakan pada masing-rnasing lokasi (Tim IPB 1993). Bentuk dan jenis vegetasi yang direkomendasikan tentunya disesuaikan dengan lokasi atau peruntukan lahan yang dialokasikan untuk ruang terbuka hijau. Pengembangan mang terbuka hijau di wilayah kota dapat berbentuk zonal (kawasan) maupun linear atau j alur.
PETA ORIENTASI
2
0
2
4 Kdrndes
Hasil anatisis spasirrl
Gambar 24. Peta eksisting ruang terbuka hijau Kota Bogor
PETA ORIENTAS1
1-la51l Slrnulesl (PenambahanRTH)
Gambar 25. Peta kebutufian optimal distribusi ruang terbuka hijau Kota Bogor
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 1. Dari hasil penyusunan model diperoIeh hasil prediksi pada masing-masing variabel yang diamati, dimana untuk variabel ruang terbuka hijau terjadi penurunan luas mang terbuka hijau selalna periode tahun simulasi yaitu dari 5.918 ha pada tahun 2000 menurun menjadi 2.977 ha pada tahun
2029. Pada variabel penduduk dan PDRB kedua-duanya mengalami peningkatan dimana mtuk variabel penduduk ineningkat dari 7 14.713jiwa pada tahun 2000 menjadi 1.988.600 jiwa pada tahun 2029 sedangkan
wtuk variabel PDFB meningkat d a ~Rp. i 1.878.754 juta pada tahun 2000
menjadi Rp. 9.689.482 juta pada tahun 2029. 2. Analisis kebijakan penatam ruang terbuka hijau Kota Bogor memuskan tiga skenario kebijakan yaitu skenario progresif, skenario berkelanjutan dan skenario konservatif Hasil simulasi pada skenario progresif menunjukkan pada akhir tahun simulasi luas mang terbuka hijau di Kota Bogor sebesar 2.548 ha (21,50%) dari total luas kota, pada skenatio konservatif sebesar 3.504 ha (29,57%) sedangkan pada ckeaarin berkelanjutan sebesar 5.994 ha (50,58%). 3. Dari hasil yang diperoleh pada ketiga skenario, skenario yang dapat
digunakan sebagai alternatif kebijakan yang efektif terkait dengan penatmn mang terbuka hijau Kota Bogor adalah skenario berkelanjutan.
4. Berdasarkan analisis spasial yang dilakukan diperoleh hasil yang
menunjukkan informasi spasial alokasi penambahan r u n g terbuka hijau Kota Bogor. Alokasi penambahan mang terbuka hjau diarahkan untuk menunjang kelestarian lingkungan dan kenyamanan warga kota. 5. Alokasi penambahan ruang terbuka hijau di Kota Bogor tersebar di beberapa lokasi yang dibagi kedalarn beberapa wilayah kelurahan ~neliputi Kelurahan Kayurnanis, Kedung
Halang, Mulyaharja, Pamoyanan,
Kertamaya, Genteng, Balumbang Jaya, Situ Gede, Sernplak.
6.2 Saran
1. Untuk mengantisipasi semakin berkurangnya ketersediaan ruang terbuka
hijau di Kota Bogor, diperlukan peran dari selwuh stakelzolder terkait terutama pemerintah daerah selaku otoritas lokal untuk melakukan upayaupaya antisipatif terhadap dampak perkembangan kota yang cukup pesat melalui optirnalisasi penataan ruang terbuka hijau di Kota Bogor.
2. Perlu ada kajian lebih lanjut berkaitan dengan penyusunan struktur model dinamik penataan ruang terbuka hijau dimana pemahaman adanya hubungan safing keterkaitan antara ketersediaan ruang terbuka hijau yang ada yang ditinjau dari aspek sosial, ekonomi d m 'lingkungan hendaknya dapat secara lengkap menggambarkan seluruh faktor atau komponenkomponen yang berpengaruh sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih detail mendeskripsikan kondisi nyata secara utuh.
3, Penyusunan struktur model penataan ruang terbuka hijau hendaknya dapat menggambarkan secara spesifik jenis ruang terbuka hijau yang digunakan sehingga penentuan kebutuhan berdasarkan fokus pernasalahan yang dikaji seperti yang berkaitan dengan tingkat kenyamanan dan sebagainya
dapat disesuaikan dengan jenis ataupun spesifikasi ruang terbuka hijau
yang ada.
4. Penentuan keterkaitan antara ruang terbuka hijau dan tingkat kenyamanan hendaknya dapat disesuaikan dengan penggunaan jenis tanaman yang spesjfik dalam rnengendalikan kondisi iklim perkotaan sehingga alokasi ruang terbuka hijau yang direkomendasikan dapat secara signifikan rnempengaruhi tingkat kenyamanan yang ada.
5. Perlu ada kajian lebih lanjut yang dapat menghubungkan antara hasil simulasi pada model dinamik penataan ruang terbuka hijau yang dibangun dengan model spasial sehingga deksripsi spasial distribusi sebaran ruang terbuka hijau berdasarkan skenario optimal yang diharapkan dapat tergarnbarkan secara jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Asyiawati Y. 2002. Pendekatan Sistem Dinamik Dalam Penataan Ruang Wilayah Pesisir [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. la?mRBg"g'Teibi;iK""Nij,a*,".S5.ar&...B7Si~d-i--""""'"'.' .. .. . Aji.. 2(-,0*."."P engelo - .. -
..*, ,
"
Kasus Kotamadya Bandar Larnpung). [Disertasi]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Aca S. 1999. Penataan Ruang Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, Gramedia, Jakarta. Aronoff S. 1989. Geographic Information System :A Management Perspective. Ottawa, Canada : WDL Publications. Aronoff S. 1991. Geographic Information System :A Management Perspective. Ottawa :WDL Publications. 294p. Avianto T. 2000. Kajian Pembangunan Berbasis Sumberdaya Air dan Daya Dukung Lingkungan Dengan Pendekatan System Dynamics. Program Studi Pernbangunan. Program Pascasarjana, Instilut Tehologi Band-mg.
[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bogor. 2007. Master Plan Ruing Terbuka Hijau Kota Bogor. Data Dasar. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bogor.
PPS] Biro Pusat Statistik Kota Bogor. 2007. Kota Bogor Dalarn Angka. Biro Puszt Statistik Kota Bogor. Barus B, Wiradisastra U.S. 2000. Sistern Informasi Geografi Sarana Manajemen Sumberdaya. Laboratorium Pengrnderaan Jauh dan Kartografi, Jurusan Tanah, FakuItas Pertanian, hstitut f ertanian Bogor. B U I T O UPA, ~ ~ McDonnel RA. 1986. Principles of GXS for Land Resources Assesment. Clarendon Press. London. Bendavid-Val. 1991. Regional and Local Economic AnaIysis for Pracfifioners, Fourth Edition, Praeger, New York. Bernatzsky, A. 1978. Tree Ecology and Preser~ation.Elsevier Scientific Pubf. Co, New York. 472 p. Budiharjo E. 1995. Pendekatan Sisteln dalam Tata Ruang Pembangunan Daerah Untuk Meningkatkan Ketahanan Nasional, Universitas Gajah Mada Press. Cipta Karya. 2005. DKI Upayakan Capai Target Ruang Terbuka Hijau 13,9%. http://ciptakarya.pu.go.id.[lo-02-20091.
Chadwick G. 1971. A Systems View oJ'Planning : Towards A Tlzeo~yof The Urban und 12egionul Planning Process, Pergalnon Press, New York.
Carpenter PL, Walker TD, Lanphear FO. 1975. Plant In The Lundscupe. Freman and Co. San fransisco. 48 1 p.
[DPU] Direktorat Jenderal Penataan Rumg Departemen Pekerjaan Urnum. 2005. Makalah Lokakarya Pengembangan Sistem RTH di Perkotaan. : Ruang Terbuka Hijau (RTH) Wilayah Perkotaan. Lab. Perencanaan Lanskap Departernen Arsitektur Lanskap, FakuItas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
[DPU] Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum. 2006. Tekankan Pentingnya Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan. h~p:www.kimpraswil,go.idf [lo-02-20091. Dahlan EN. 2007. Analisis Kebutuhan Luasan Hutan Kota Yang Berfungsi Sebagai Rosot Gas COz Antropogenik Dari Bahan Bakar Minyak Dan Gas Di Kota Bogor Dengan Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik. pisertasi]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Forrester JW. 1961. The Industrial Dynamics,The MIT Press-John Wiley & Sons, Inc., New York. Farrester JW. 1973. Countertuitive Behavior of Social Systems, in Toward Global Equilibrium, Wright-AllenPress, Inc., Cambridge, Massachusetts. Fandeli C.2004. Perhutanail Kota. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Jogjakada.
Hadi S , Rusdiana 0,Suwarto. 2004. Materi Kuliah Pengelolaan Lanskap Berkefanjutan : Model Spasial Dinamik Dalam Penataan Ruang Wilayah dm Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan, Departemen.Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian-lnstitut Pertanian Bogor. Hakim R, Utomo H. 2002. Komponen Perancangan Dalam Arsitektur Lanskap. Jakarta :B m i Aksara.
Hesti RS. 2005. Perencanaan Ruang Terbuka Hijau @TH) Untuk Mendukung Terciptanya Kenyamanan dan Identitas Lanskap Kotamadya Metro, Propinsi Lampung, [Tesisf. Program Pascasarjana, Institut PeI-tanian Bogor. Haris VT. 2006. Analisis Distribusi dan Kecukupan Ruang Terbuka Flijau Dengan Aplikasi Sistem Infomasi Geografis dan Pengindraan Jauh (Studi Kasus di Kota Bogor). [Skripsi]. Departemen Konservasi Surnberdaya Hutan dart Ekowisa~n.Fakultas Kehutanan, Xinstitut Pertanian Bogor. Herdiansah. 2006. Penentuan Luasan Optimal Hutan Kota Sebazai Rosot Gas Karbondioksida (Studi Kasus di Kota Bogor). [Sltripsi]. Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Hartrisari. 2007. Sistem Dinarnik : Konsep Sistem dan Pemodelan Untuk Industri dan Lingkungan, Southeast Asian Regional Centrefor. Tropical Biology. Hadi S. 1991. Konsepsi Planologi : Pendekatan Sistem dan Survai Terpadu, PT. . . Bardana, Y ogyakarta. Iverson LR, Brown A, Grainger A, Prasad, Liu D. 1993. Carbon sequesrration in tropical Asia: an assessment of technically suitable foresi lands using geographic information systems analysis. Climate Research 3:23-38, Jaya INS. 2002. Pengindraan Jauh Satelit Untuk Kehutgan. Laboratorium Inventarisasi Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Jayadinata JT. 1999. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan Dan Wilayah. Bandung : Penerbit Institut Teknologi Bandxng. Kaswanto. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Kawasan Agrowisata Yang Berwawasan Lingkungan Di DAS Ciliwung (Studi Kasus ch Kawasan Bogor d m Puncak). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Kernentrian Dalam Negeri. 1988. lnshulcsi Menteri D a l m Negeri No. 14 Tahun 1988 Tentang: Penataan Ruang Terbuka Kijau (RTH) di Wilayah Perkotaan. Law AM, Kelton. 1991. Simulation Modelling and Analysis, 2ndEd., Mc GrawHill, US. McLoughlin BJ. 1970. Urban and Regional Planning :A System Approach, Faber and Faber, London. Muhanrnadi, Amiriuflah E, Soesilo 13. 2001. Analisis Sistem Dinamis, Lingkmgan Hidup, Sosinl, Ekonomi, Manajemen. Universitas Muhammadiyah Jakarta Press. Jakarta. Muis A. 2004. Studi Perencanaan Tata Ruang Wilayah Pesisir Dan Laut Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa Besar (Pendekatan Sistem Dinamik). [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Marjan VDB. 2003. Mediated Modeling, A System Dynamics Approach to Environmental Consensus Building. Island Press. Washington. Covelo. London. Murai S. 1996. Remote Sensing Note. Japan : Japan Association on Remote Sensing. Nurisyah S. 2007. Penataan Ruang Terbuka I-Iijau (RTH) Pada Kota-kota Yang Rentan Bahaya Lingkungan, Makalah Seminar Penggalangan dan Pengembangan Ruang terbuka HIjau Kota. Dinas Pertarnanan DKI.
Nurisyah S, Pramukanto Q. 2008. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap, Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pe13anian. Institut Pertanian Bogor. Nurisyah S. 1996. Strategi Untuk Meningkatkan dan Melestarikan Keanekaragaman Flora dan Fauna di Kawasan Perkotaan. (Makalah kelas PSL 702) Sekolah Pascasajana. Pengelolaan Sumberdaya Alarn dan Lingkungan Hidup. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 116. '
Nurisjah S, Pramukanto Q. 1995. Penuntun Praktikum Perencanaan Lansekap. Program Studi Arsitektur Pertamanan, Jurusan Budidaya Pertanian IPB Bogor 57 hal. Nurisjah S. 1997. Manfaat 'Dan Perencanaan Ruang Terbuka Hijau kawasan Perkotaan. Makalah Dalam Seminar Nasional Upaya Pengembangan Dan Pembinaan Ruang terbuka Hijau Perkotaan Di Masa Datang. Jakarta. Oppenheim N. 1980. Applied Models in Urban and Regional Analysis, Prentice Hall, New Jersey. Pemerintah Kota Bogor. 2007. Master Plan Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor. Data Dasar. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bogor. Sjaifiddin. 2007. Pengelofam Lingkungan Wilayah Pesisir dan Laut Teluk Banten Berkelanjutan. Pisertasi]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Star J, Estes J. 1990. Geographic information System an introduction. New Jersey :Prentice Hall. 303p. Simonds JO. 1983. Landscape Architecture. McGraw Hill Book Co. New York. 331 p. Sushil. 1992. System Llynamics :A Practical Approach for Managerial Problems, Wiley Eastern Limited, New Delhi. Steman JD.2000. Business Dynamics. System Thinking And Modelling For A Conple+xWorld. Massachusets Institut Of Technology Sioan School Of Management. Saeed K, Forester. 1991. Proceedings of The Intemutional Systern Dynamics, Massachuset Institut Of Technology, United States. Sitompul, Rislima F. 1998. Perancangan Model Pengembangan Masyarakat Pedesaan dengan Pendekatan Lintas Sektoral, Pusat Penelitjan dan Pengembangan Fisika Terapan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bandung. Tinambunan RS. 2006. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Wijau Di Kota Pekanbaru [TesisJ. Program Pascasar-jana, Institut Pertanian Bogor.
Tasrif M. 2005. Anzlisis kebijakan Menggunakan Model System Dynamics. Program Magister Studi Pembangunan. Institut Teknologi Bandung. Tim fnstitut Pertanian Bogor. 1993. Studi Penentuan Kawasan Lindung Dikaitkan Dengan Pembangunan Regional yang Berkelanjutan. Kerjasama Departemen Kehutanan dan Institut Pertanian Bogor, Bogor. 152 p. Vemix AM. 1996. Group Model Building, Facilitating Teanz Learning Using System Dynamics.University Of Nijmegen, The Netherlands.
Wardhani DE. 2006. Pengkajian Suhu Udara dan Indeks Kenyarnanan Dalan Hubungannya Dengan Ruang Terbuka Ehjau (Studi Kasus Kota Semarang). Departemen Geofisika dan Meteorologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Yuzni SZ. 2008. Rencana Penataan Kawasam Wisata Berkelanjutan Di Danau Toba Sumatera Utara (Kasus : Sub DAS Naborsahon). SekoIah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Lampiran I . Equation model sistem penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor Sub Model Penduduk init Penduduk-714730 flow Penduduk = -dt*Pngngmgn_pnduduk+dt*Pemnbh_~~iduduk aux Perhnbhn~lnduduk= Lmigrasi-tKelahiran aux Pngngrngngnduduk = Kematian-t-emigrasi aux ernigrasi = Penduduk*Fr&si-emigrasi am Imigrasi = Penduduk*Fraksi-irnigrasi am Kelahiran = Penduduk*Fe~-tifitas aux Kematian = PenduduklRata2-umw-hxapan-kidup aux Netgertmbhn-alami = Kelahirm-Kematian awr Pembhn_pnddk = (Imigrasi+Kelahiran)-(emigrasi-Kematian) aux Tenaga-kerja = TK-indstri+TKgertanianf T K j r d g n-d n j s a const Fraksi-innligrasi = 0.30 const Fraksi-outmigrasi = 0.27 const Fertilitas = 0.02 const Rat&-umw-harapan-hidup = 7 1 Sub Model Ekonomi init PDRB-Indstri = 732433.95 flow PDR3-Indstri = +dt*Pnmbhn-PDRB-industri init PDRB_Jasa=213172.35 flow PDRUasa = +dt*Pnmbh-PDRB j a s a jnit PDRB-Perdagangan = 8668 19.47 flow PDR.B_Perdagangm = +dt*P.n-tllbbJl-PDWjerdagrngan aux Pnmbhn-PDDRB-industri = PDRB-Inds~*Ljgmbh-PDW-indstri aux Pnmbhn-PDRBjasa = PDm-Jasa*Ljqnmbhn-PDRB j a s a aux Pnmbhn-PDRBqerdagangan = PDRB-Perdagangan*Lj_pnmbhn-PDRBjerdagangan aux PDBjasa-dqerdagngn = P D R B - J e s a t P D ~ e r d a g m g a n aux PDRB-non-RTH = PD-dstri-t-PDRBjasa-dngerdagngn aux PDRB-Perkapita = Total-PDRB/Penduduk PDRUrtaian = RTH_~ertania~*Prodktv_Ihnqertnian_awal aux aux Prodktv Ihnjertnian_awal= PDRB-Pertanian-awVL.hn_pe~a~i-awl aux ~rodk-tvI~~=-~minian =P D R B g ~ m K j e ~ t a n i a n - a w a l aux frodktv-TK-Prdgn-dn j s a = PDRBjasa_dnqerda@gn/TK_prdgn-dn jsa-awal aux Prodk~s-TK_indstrj = PDRB-indstri-awal/TK-indstri-awaI aux TK-indstri = PDRB-Indstri/Prodktv t s-TK-indsbi TKgertai j an = PDRBq~-t;limPradkhrTI<-Permian aux aux TKqrdgn-dnjsa = PDRBjaskdn-y erda@~@Prodktv_TK-Prdgn-dn sa anx Total-PDRB = PDRB-non-RTH+PDRBglmian const Lh~ijerbuan -awl = 5000000 corist Ljqnmb!u~-PDRB-iT1dsb-i = 0.07
const const const canst const const const
Lj_pnmbhr?-PDRBj a s a = 0.05 Lj~j_pmbhn-PDRQerdagmgan= 0.05 PDRB-indstri-awal = 732432.95 PDRBPertanim-awl= 10230.37 TK-indstri-awal = 70.115 TKjertanian-awal = 6064 TKqrdgfi-dnjsa-awd-185.331
Sub Model RTH Lahan-fasosfasurn-trpkai = 3 1342100 init flow Lahan-fasos-fasum -trpkai = +dt*Pnmbhn-lhn-fss-fsm init Lahan_industri_terpakai = 920400 flow Lahan-industri-terpakai = +dt*P~mbh~1.~Ihn~indstri hit Lahanjasa-dnjerdgn-Qkai = 753900 flow Lahanjasa-dn~erdgn-trpkai = +dt*Pnmbhnhnjs-dqerdgn init Lahanjmkmr-trpkai = 8774800 flow Lahangmkmn-trpkai = +dt*P~~rnbhn_lahmg~nkmn init RH=77 flow RH -dt*Pngrngn-RH+dt*Pertmbh-RH init RTH = 59180000 flow RTH = -dt*Pngnz_RTH+dt*Pnmbhn_RTH init Suhu=28 flow Suhu = -dt*Pnrnnnrnnsuhu+dt*Prtmbhnhnsuhu aux Pertmbhn-RH = RH*Ljgrtmbh-RH aux Pngm_RTH =
(Prtrnbhn-aUcasiithn~fss-fsm_yg~dkhdki+Pertmbhnhndkasi-lhn_indstri y g dk hndki+~rtmbhn-&asi~lhnjs_prdgngnJggdkbnd~+~rtmbhn-atk:asiithn9& aux aux aux
nyg-dkhndki) *ljqengmgnRTH Pngmgn-RH = RH*Ljgm-RI-I Pnmbhn-lahangmkmn = (Kebutuhan-iahanqemukimanLahan_pmkmnmkmntrpkai>/wktgmbngnan~mlam P m b h - 1 h . f ~ ~ - f s m= (Kbthn-Ihn-fss-fm-
Lahan_fasos~fasumumtrpkai~/Wkt~rnbn&n~fssSfsm aux
Pnmbhn-lhn-indsbi = (Kbthn-lhn-indstri-
Lahan-industi-terpakai)Nkt_pmbngn-indsh aux
aux aux aux aux aux
Pnmblm-llmjs-dngerdgn
= (Kebuthan-llm
jasa_dnqerdgn-
Lahan_jasa-dn_perdgn-trpkai)rWktg~nbngnjs-dn_pergngn Pmn blm-RTH = RTH*Fraksignmbhn-RTH Pmm-suhu = Suhu*Ljj_pnmn-sullu P~hnbhn-suhu= Suhu *Ljqrtmbhn-suhu Alkasi-lhn-fss-fs~njg-dkl~nciki = R a t ~ + r a s i o g m n f a a t n _ f s s _ f s ~ ~ ~ ~ t r h d p _ a l k a s-kfsm asfss AIkasi-llu1-jndstri4rg -dihndlij = Rat&+rasioqmnfatn -indstri-thd-alkasi*Alkasi-lhnninds~~-I
Lampiran 1. Lanjutan aux
Alkasi-hl jsprdgngnyng-dikhndki
aux
Rata2-rasiogmmfatnjsprdgngnthd-alkasi*Alkasi~hgrdgngn_dnjsa dokasi-lhnjmkmn-tg-dkhndki = Rat& -1-asiogmnfatn_pmkmn-thd-a1kasi"AIkasi-h_pemkh
aux
Kbthn-1h-fss-fsm
=
=
Kebutuahn~luas~fas_pendidikm+Kebutuhan~fas~ibadah+Keb~tu~~an~fas~keseha tan-tKebudlm-fasqemerintahm aux aux
Kbthn-Ihn-indstri = TK-hdstri * Stdr-Ihn-indstrijer-TK Kebuthm-lhn jasa-dngerdgn = (Penduduk/1000000*Star1dr-lhn j a s a- d n j e r d g n - k o t a ) t l~ertkoan)+(Penduduk/250*Stndr_lhnhnmg) Kebutuahn_lu.as-fas9en&dikan = (Pddk_usia-SD*Stdr_kebthn-mang-fas-SD)+(Pddk-~sia~SMA*Stdr kebthn-m a n g - f a s - ~ ~ ~ ) + ( ~ d d k _ u s i a a ~ ~ ~ * ~ -tusia d rTd r k e b ~
K*Stdr_kebthn-mang-fa-TK) aux aux
aux
aux aux am aux aux aux aux aux aux
aux
aux
Kebutuhan_fas-ibadah = Penduduk*/Stdr-kbh-manggfasasImggar+Stndrdrkbthnthnmmg-fasasmesjid) Kebutuhan-fas-kesehatm =
Penduduk*(Stndr_kbthn~mang_ap~tik+Stndr~kbthn~~tlang~BKIA~~-rsbrsh+S tndr_kbh-mang~usk~dn-BP) Kebutuhan_fas_pernerintahan = Penduduk*Stndr_kebthnthnmangTUfasjmmthn Kebutuhan_lahan_pemukiman= Penduduk*Stdr-hjmkmnjer~ddk hdraan = Penduduk*Rata2_kndraanqergddk N e w = Pertmbh-M+Pngrngn-FW Net-slrhu = Prhnbhn-suhu-Pnmn-SI~I~ Pddk-usia-SD = Penduduk*Prsn_pddk_usia_SD Pddk-usia-SMA = Penduduk*Prsn~ddk_usia-SMA Pddk usia-SMP = Pendud~*Prsn_pddk_usiaLZSMP ~ddkIusia-TK = Penduduk*Prsngddk-usia-TK
Pextmbhn-dkasi-h-indstrijgdkhaki = Alkasihn_inds~_yg-dihndki/Wkt~eny4h-inds~i~g -dkhndki PrtmbkaUcasi-lhn_fss-fsm~g~~dIci = Alkasi-1.h-fss-fsm y g - d k h n d k i m j e n y _ l h Prtmbhn-alkasi-lhnjs~rdgngnyg-dkhndki = AIkasi-lhn jsprdpgn~g-dikhndkinVTctjeny-lfin js-dn_perdgnyng -dkhndki Pmnbhn-alkasi-lhnj-yg-dkhndki =
Alokasi-h~mkmn~tg~dkhdki~geny_~ert-Ihm_p~ aux aux
R a s i o g m m f a a t n t n h _ p ~ ~ ~ ~ g g d k h n d=a k i
aus
Lahanqrnkmn-trpkai/Al kasi-Ihn_pad&nn Rasioylnnftn-lhn_fss-fs~n yg-dkhndki =
aux
Lahan~fasos~fa~m~trpkailAlkasi~1h~fss~fsm Rasio_pmnfm-lh-indstriylg-dikh~~dki=
Rasio-kndraan-thd-dkasi
= kndraan/Alkasi-hdraan
Lahan-indus~-terp&aJAlkasi_lIm-indstri
Lampiran 1. Lanjutan aux aux aux aux
aux
Rasio_pmnftnfcnlhn js-dnjerdgnyng-dkhdki = L a h w asa-&~qerdm-QkailAIkasi-Ihngrdgngn-hjsa Rasio-RTH-thd-alokasi = RTH/alokasi-RTH Rasio-TK-trhdpqenddu = Tenaga-kerja,Penduduk Rata2-rasioqmfaatn-fss-fsin-trhdp-dkas = . . DELAY INF(Rasio_pmnftn-1h-fss-fslnyg-dkhndk, Wkt_merata2kn_fss_fsm,1 ,Ra~iogmnftn~Ihn-fss-fsmyg-dkhndki) Rata2-rasiojmnfatn-indstri-thd-alkasi = DELAYINF(Rasiogmnftn~hIhninds~~gg~dki,WktWktrata2~mfaatntninds tri, l,Rasiog~-IhnIhnindstri_yngg&&) Ratd-rasioqmfatnjsp~dgn~thd~alkasi = D E L A Y I N F ( R a s i o s - h _ p e r d & n _ y n g - d k h n d k i , wkt-rt2jmnfatn-l hnjsprdgngn, 1,Rasio_pmnfh-U.3 j s-dn_perdgnyng-dkhndki)
Rata2-rasioqfnnfatn_~mkmn~thd~&asi = DELAYINF(Rasio_prnafaatn-Ihnj*yng-dkhndald, Wk-rata2qmnfaatntn]hn_pmkmn, 1,Rasiopdaab-hpmkn~g-dkhndaki) RH-Thd-RTH = Rf-I-awl-
aux
(Rasio-hdraanaanthd_alkasi+Rasio-RTHHthdddokasi)*NettRF.I RTH_pertanian = (Prsn-RTH-Lhg+Prsn-RTH-Swh)*RTH
aux
Suhu-thd-RTH
aux const const const const const const const const const const const const const const const const CORSt
const const const const
=
Suhu_awl+(((lRasio~RTHHthd~alokasi)+~1/RasioOhdraan -thd-alkasi))*Net -su hul THI = (Suhu-thd-RTHW. 8)+(M-Thd-RTW*SufiuUthddRTH)15 00 Alokasi-Ihn-hdstri = 1679600 A10kasi_lhn2emkh = 874 18900 Alokasi-hsrdgngn-dn j s a = 4374 100 Alokasi-kndraan = 120635 Alokasi-lhn-fss-fsm = 2000000 Alokasi-RTH = 60000000 Fraksigmbhn-RTH = 0 Lj9nrnn-suhu = 0 Ljjnmm-RH= 0.01 Ljgxtmbhn-RH = 0 Ljgrbnbhn-suhu = 0.01 Prsnjddk-usia-SD = 0.188 Prsnjddk-usia-SMA = 0.21 Prsqddk-usia-SMP = 0.132 Prsngddk-usia-TIC = 0.034 Prsn-RTH-Ldng = 0.174303434 Prsn-RTH-Swh = 0.37347042 1 Rata2-kndraanger~ddk = 115 RH-awl = 77 Stan&-lhnjasa-dn_perdgn-kota = 15 0000 Stdr-kbthn-mmg-fas-Ianggm = 3000000/10000
const const const const const const const const const const const const const const const const const const const const const: const const const const const
Std~kebthn-ruang-fas-SD = 15 0000110000 Stdr-kebtfm-ruang-fas_SMA = 277000110000 St&-kebthn-ruang-fas-SMP = 277000110000 Stdr-kebthn-mang-fas-TK = 150000110000 Stdr-lhn-indstriqer -TK = $0 Stdrdrlhn~mnkmn~er_pddk =9 Stndr-kbthn-mang-apotik = 350110000 Stndr_kbth-mang-BKIA-dn-rsbrsh = 1600/10000 Stndr_kbthnthnmmg-fasasmesjid = 17500000110000 Stndr-kbthnthnmangguskNdn-BP= 400110000 Sindr_kebthn-ruang-fas~rnrnthn = 1300110000 Stndr-hqertkoan = 1200 Stndr-Ihn-wmg = 100 Suhu_awl= 28 Wk_rata2qmnfaatntnh~mkmn =2 WktWktmerata2kn_fss-fsm =2 Wjeny-lhn-fss-fsmyg-dkhndki =2 wkt.geny41hnIhninds~_yng-dkhndki =2 Wlaqeny-lhn js-dn_perd&n_yng-dklmdki = 2 W k t ~ e n y _ p e r t - h ~ m k m=n2 Wktjmbngn-fss-fsm = 2 mjrnbngn-indstri = 5 Wjmbngnjs-mergngn =2 wktgmbngnanpmkmn = 5 TMa_ratt.a29mslfkak-indstri = 2 wktkt~_pmfatn-Ihn jsprdgngn = 2
Lampiran 2. Pengujian model
Sub Model Penduduk
Sub Model Ekonorni
Sub Model RTN
i
S.COP<
Js.4as-
r I--
5.zuai
Pnb:
s.Mo;--2 POP
-
2.i~~
" "" x k
51-
.Wl
Y*r
vn
:pwm
PETA EMIRINGAN LERENG KOTA BOGOR LEGENNDA
>43%
01545% 8-15% 00-8%
PETA ORIENTASI
..
-
?
0
2
L l
Program Studi A~~~tcLaut Lanstap Institut Pertoninan Bogot
Lampiran 5. Peta kelniringan lereng Kota Bogor
-
Lampiran 7. Peta tingkat kebutuhan ruang terbuka hijau Kota Bogor