STUDI PERKEMBANGAN POSYANDU PASCA REVITALISASI POSYANDU DI WILAYAH PUSKESMAS KENJERAN SURABAYA Oleh Pipit Festy
PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan hak azasi sekaligus sebagai investasi, yang perlu
diupayakan, diperjuangkan, dan ditingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh komponen bangsa, agar masyarakat dapat menikmati hidup sehat, dan pada akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Kesehatan bukanlah tanggung jawab pemerintah saja, namun merupakan tanggung jawab bersama pemerintah, masyarakat, termasuk swasta. Sumberdaya manusia yang sehat dan berkualitas, merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Kesehatan bersama-sama dengan pendidikan dan ekonomi merupakan tiga pilar yang sangat mempengaruhi kualitas hidup sumberdaya manusia (DepKes RI, 2006). Upaya
pengembangan
kualitas
sumber
daya
manusia
dengan
mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara merata, apabila system pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan layanan tumbuh kembang anak, ibu haml, ibu menyusui dan ibu nifas. Sejak Posyandu dibentuk, berbagai hasil telah banyak dicapai. Angka kematian ibu dan kematian bayi telah berhasil diturunkan dan umur harapan hidup rata-rata bangsa Indonesia telah meningkat secara bermakna. Propinsi Jawa Timur Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2004 sebesar 39,60 per 1000 kelahiran hidup dan turun menjadi 36,65 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2005, sedangkan pada tahun 2006 turun lagi menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup (BPS). Secara Nasional pada tahun 2010 akan diproyeksikan menjadi 25,7 per 1000 kelahiran hidup (Sumber : Rencana Pembangunan Kesehatan Tahun 2005-2009). AKI dilaporkan
1
2
telah menurun dari 408 pada tahun 1990, menjadi 304 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2000 dan menurun lagi menjadi 262 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005. Berdasarkan hasil Sensus tahun 2000, Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) di Jawa Timur sebesar 168 per 100.000 kelahiran hidup, masih cukup tinggi dibandingkan dengan AKI secara nasional maupun dengan target yang akan dicapai pada tahun 2010. Di Propinsi Jawa Timur
pada tahun 2006
terdapat 690.282
jumlah ibu hamil, dari sejumlah kelahiran, tercatat 354 kasus kematian ibu maternal, yang terjadi pada saat kehamilan 65 orang, kematian pada saat persalinan 221 orang dan kematian ibu nifas 68 orang (Profil%20Kesehatan%20Indonesia%202002.pdf). Namun bila ditinjau dari aspek kualitas, masih ditemukan banyak masalah, antara lain kelengkapan sarana dan keterampilan kader yang belum memadai. Hasil analisis Profil Kesehatan Propinsi Jatim dimana pada tahun 2006, jumlah posyandu 44.355. Jumlah posyandu pada tahun 2005 menunjukkan peningkatan sebesar 2,04 %, yaitu dari 42.799 pada tahun 2004 menjadi 43.672 pada tahun 2005 (sumber : Laporan Tahunan). Hal ini disebabkan adanya peran serta Pimpinan daerah mulai tingkat Propinsi hingga Kelurahan dalam pelaksanaan Revitalisasi Posyandu. Hasil analisis Profil Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) menunjukkan pergeseran tingkat perkembangan Posyandu. Jika pada tahun 2001, tercatat 44,2% Posyandu strata Pratama, 34,7% Posyandu strata Madya, serta 18,0% Posyandu tergolong strata Purnama. Maka pada tahun 2004 tercatat 33,61% Posyandu tergolong dalam strata Pratama, 39,86% Posyandu tergolong strata Madya, serta 23,62% Posyandu tergolong strata Purnama. Sementara jumlah Posyandu yang tergolong mandiri turun dari 3,1% pada tahun 2001 menjadi 2,91% (DepKes, 2006). Sedangkan jumlah Posyandu di Jawa Timur menurut hasil kompilasi dari Profil Kesehatan tahun 2006, bahwa jumlah seluruh Posyandu yang ada sebesar 44.355 buah, dengan rincian Posyandu Pratama 33,19%, Posyandu Madya
38,51%,
Posyandu Purnama 25,86%, dan Posyandu Mandiri 2,44%. (Sumber : UKBM). Prosentase Posyandu Pratama 33,19%, Posyandu Madya 38,51%, Posyandu Purnama 25,86% dan Posyandu Mandiri 2,44% (Data Subdin PSD) (Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2006). Adapun hasil penelitian yang dilakukan Puskesmas Kenjeran dari
3
hasil survei pengambilan data awal didapatkan 51 Posyandu pada tahun 2005 seluruh Posyandu 51% tergolong strata Purnama, pada tahun 2006 dan 2007 jumlah Posyandu menurun menjadi 24 Posyandu dengan rincian 17 (70,83%) Posyandu tergolong Posyandu Pratama, 5 (20,83%) Posyandu tergolong Posyandu Madya, 2 (8,33%) Posyandu tergolong Posyandu Purnama (Data DinKes Kota Surabaya, 2007), dengan hasil wawancara bahwa pada hakekatnya terdapat 110 kader dan jumlah kader yang aktif hanya 75 orang, serta dalam pelaksanaannya didapatkan kurangnya kader yang dapat memahami secara betul tentang posyandu. Kegiatan pemberdayaan masyarakat merupakan segala upaya fasilitasi yang bersifat noninstruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan mencari pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektoral maupun LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan tokoh masyarakat (UNICEF, 1999). Semua upaya pengembangan Posyandu harus melibatkan lintas sektoral karena pembangunan kesehatan masyarakat terutama kesehatan masyarakat desa merupakan tanggung jawab semua pihak. Perawat yang dalam paradigmanya menempatkan masyarakat sebagai salah satu unsurnya, merupakan profesi yang kompetensinya dibutuhkan dalam upaya pengembangan Posyandu. Hal ini disebabkan karena Posyandu membutuhkan pelayanan professional dan non professional. Perpaduan keduanya akan meningkatkan efektifitas Posyandu dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang menjadi tujuannya (Studi tentang Pelaksanaan Posyandu, 2006).
1.2
TUJUAN PENELITIAN
1.3.1
Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kenjeran Surabaya.
1.3.2
Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi karakteristik kader Posyandu
4
2. Mengidentifikasi Pelembagaan Posyandu 3. Mengidentifikasi Pengelolaan Posyandu (Input, Proses, Output) 4. Menganalisa Tingkat Perkembangan Posyandu 1.3 1.4.1
MANFAAT PENELITIAN Bagi Institusi Dapat digunakan sebagai bahan acuan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kesehatan masyarakat tentang kajian tingkat perkembangan posyandu, sehingga dapat dijadikan suatu kajian materi dalam perkuliahan dan wacana.
1.4.2
Bagi Puskesmas Dapat dijadikan suatu pegangan sehingga adanya usaha dalam pengembangan posyandu dapat dilaksanakan melalui pembinaan peran serta masyarakat.
1.4.3
Bagi Peneliti Mengetahui tingkat perkembangan posyandu melalui variable – variable format pengukuran tingkat perkembangan posyandu sehingga dapat diterapkan di masyarakat dalam kegiatan PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat dan Desa).
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan
masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini (Nasrul Effendy, 2004).
2.2
Tujuan Penyelenggaraan Posyandu Menurut Nasrul Effendy (2004) tujuan pokok dari pelaksanaan posyandu
adalah : untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR, mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS), meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang
5
menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat, pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geografi, meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat. 2.3
Sasaran Posyandu Yang menjadi sasaran dalam pelayanan kesehatan di posyandu adalah :
bayi berusia kurang dari 1 tahun, anak balita usia 1 sampai 5 tahun, ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas, wanita usia subur. 2.4
Fungsi Posyandu
2.4.1 Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB. 2.4.2 Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
2.5
Manfaat Posyandu
2.5.1 Bagi Masyarakat a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB. b. Memperoleh bantuan secara professional dalam pemecahan masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak. c. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sector lain terkait. 2.5.2 Bagi Kader, Pengurus Posyandu, dan Tokoh Masyarakat a. Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI dan AKB. b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI dan AKB. 2.5.3 Bagi puskesmas
6
a. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama. b. Dapat lebih spesifik membentuk masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai dengan kondisi setempat. c. Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian pelayanan secara terpadu. 2.5.4 Bagi Sektor Lain a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah sector terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai kondisi setempat. b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan tupoksi masing-masing sector.
2.6
Pengorganisasian Posyandu
Struktur Posyandu Struktur organisasi Posyandu ditetapkan oleh musyawarah masyarakat pada saat pembentukan Posyandu. Struktur organisasi tersebut bersifat fleksibel, sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi, permasalahan dan kemampuan sumberdaya. Strutur organisasi minimal terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara dan kader posyandu yang merangkap sebagai anggota. Kemudian dari beberapa Posyandu yang ada di suatu wilayah (Kelurahan / Desa atau dengan sebutan lain), selayaknya dikelola oleh suatu unit/kelompok Pengelola Posyandu yang keanggotaannya dipilih dari kalangan masyarakat setempat. Unit pengelola Posyandu tersebut dipimpin oleh seorang ketua, yang dipilih dari para anggotanya. Bentuk organisasi Unit Pengelola Posyandu, tugas dan tanggung jawab masing-masing unsur pengelola Posyandu, disepakati dalam unit/kelompok Pengelola Posyandu bersama masyarakat setempat. 2.7.1 Pengelola Posyandu
7
Pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat musyawarah pembentukan Posyandu. Pengurus Posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari seorang ketua, seorang sekretaris dan seorang bendahara. Kriteria pengelola Posyandu antara lain sebagai berikut : a. Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat setempat. b. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi masyarakat. c. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat. Kader Poyandu Kader Posyandu dipilih oleh pengurus Posyandu dari anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu. Kader Posyandu menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela. Kriteria Kader Posyandu antara lain sebagai berikut : a. Diutamakan berasal dari anggota masyarakat setempat. b. Dapat membaca dan menulis huruf latin. c. Mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan penggerak masyarakat. d. Bersedia bekerja secara sukarela, memiliki kemampuan dan waktu luang. Dalam keadaan tertentu, terutama di daerah perkotaan, karena kesibukan yang dimiliki, tidak mudah mencari anggota masyarakat yang bersedia aktif secara sukarela sebagai kader Posyandu. Untuk mengatasinya kedudukan dan peranan kader Posyandu dapat digantikan oleh tenaga professional terlatih yang bekerja secara purna/paruh waktu sebagai kader Posyandu dengan mendapat imbalan khusus dari dana yang dikumpulkan oleh dan dari masyarakat. Kriteria tenaga professional antara lain sebagai berikut : a. Diutamakan berasal dari anggota masyarakat setempat. b. Berpendidikan sekurang-kurangnya SMP. c. Bersedia dan mau bekerja secara purna/paruh waktu untuk mengelola Posyandu.
2.7
Kegiatan Posyandu
8
Kegiatan
Posyandu
terdiri
dari
kegiatan
utama
dan
kegiatan
pengembangan/pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut :
Kegiatan Utama 1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 2. Keluarga Berencana 3. Imunisasi 4. Gizi 5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare 2.8
Sistem Lima Meja dalam Posyandu Dalam pelaksanaan posyandu dikenal adanya sistem lima meja yang
terdiri dari : 1) Meja Satu, merupakan meja pendaftaran. Disini balita di daftar dalam formulir pancatatan balita. Bila sudah mempunyai KMS, maka KMS tersebut diminta dan kemudian diselipkan secarik kertas yang sudah diberi nama balita yang bersangkutan. Apabila balita tidak memiliki KMS, maka dibuatkan KMS baru yang juga diselipkan kertas dengan nama balita di dalamnya. Untuk ibu hamil dan menyusui juga dilakukan pendaftaran di meja ini. 2) Meja Dua, adalah meja penimbangan. Hasil penimbangan dicatat ke secarik kertas dan kemudian balita diminta ke meja selanjutnya. 3) Meja Tiga, disini adalah meja pencatatan dimana keder bertugas mencatat hasil penimbangan KMS sesuai dengan apa yang tercatat di secarik kertas. 4) Meja Empat, adalah meja penyuluhan. Disini diberikan penyuluhan kesehatan mulai dari tentang pentingnya gizi, kesehatan balita, keluarga berencana dan lain sebagainya. 5) Meja Lima, adalah meja pelayanan kesehatan dimana petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dan juga pelayanan KB
2.9
Tingkat Perkembangan Posyandu
9
Perkembangan masing-masing posyandu tidak sama. Dengan demikian, pembinaan yang dilakukan untuk masing-masing Posyandu juga berbeda. Untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, telah dikembangkan metode dan alat Tingkat Perkembangan Posyandu, yang dikenal dengan nama Telaah Kemandirinan Posyandu. Tujuan telaah adalah untuk mengetahui identifikasi tingkat perkembangan Posyandu yang secara umum dibedakan atas 4 tingkat sebagai berikut (DepKes RI, 2006) : a. Posyandu Pratama Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu, di samping karena jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader. b. Posyandu Madya Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan cakupan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu. Posyandu Purnama Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat antara lain :
10
a) Sosialisasi program dana sehat yang bertujuan untuk memantapkan pemahaman masyarakat tentang dana sehat. b) Pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat yang kuat, dengan cakupan anggota lebih dari 50% KK. Peserta pelatihan adalah para tokoh masyarakat, terutama pengurus dana sehat desa/kelurahan, serta untuk kepentingan Posyandu mengikutsertakan pengurus Posyandu. c. Posyandu Mandiri Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu. Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan program dana sehat, sehingga terjamin kesinambungannya. Selain itu dapat dilakukan intervensi memperbanyak macam program tambahan sesuai dengan masalah dan kemampuan masing-masing yang dirumuskan melalui pendekatan PKMD. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang terjadi. Atau dengan kata lain, rancangan ini mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi populasi saat itu. Deskriptif tersebut dapat terjadi pada lingkup individu di suatu daerah tertentu, atau lingkup kelompok pada masyarakat di daerah tertentu. Penelitian ini bersifat kuantitatif dan dapat juga kualitatif (A. Aziz Alimul Hidayat, 2007 : 47). 3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 3.3.1
Populasi
11
Pada penelitian ini populasinya adalah Seluruh Posyandu yang ada dalam wilayah kerja Puskesmas Kenjeran Surabaya dengan jumlah Posyandu adalah 25 Posyandu. 3.3.2 Sampel Sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagian posyandu yang ada dalam wilayah kerja Puskesmas Kenjeran dengan jumlah Posyandu adalah 25 Posyandu. 3.3.3
Teknik Sampling Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sampling Jenuh.
Sampling Jenuh adalah suatu cara pengambilan sample dimana semua anggota populasi menjadi sample (A.A.A Hidayat, 2007). 3.4 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Identifikasi variabel Pada penelitian ini variabelnya adalah Tingkat Perkembangan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kenjeran. PEMBAHASAN Penyajian data yang akan ditampilkan meliputi data umum dan data khusus. Data umum menampilkan karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan (tingkatan kelas), agama, dan pekerjaan. Sedangkan data khusus menampilkan tingkat perkembangan Posyandu berdasarkan karakteristik pelembagaan dan pengelolaan Posyandu dimana dalam pengelolaan meliputi input, proses dan output, kemudian pada hasil penelitian ini dapat dibuktikan tingkat perkembangan posyandu dari seluruh populasi Posyandu yang menjadi sample penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kenjeran Kecamatan Bulak.
4.1 Hasil Penelitian Penelitian dilakukan dengan cara observasi dan wawancara kepada responden setelah pelaksanaan Posyandu. Hasil dari penelitian ditabulasi dan didapatkan data umum dan data khusus. 4.1.1 Data Umum
12
Data umum mengenai umur, pendidikan, agama dan pekerjaan disajikan dalam bentuk diagram pie. 4.1.1.1 Umur Responden Distribusi karakteristik responden berdasarkan kelompok umur dari pengumpulan data didapatkan hasil sebagai berikut :
Gambar 4.1 Karakteristik responden berdasarkan Umur di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kenjeran tanggal 10 – 21 Juli 2008. Jumlah responden dengan nilai terbesar yaitu usia 43-49 tahun (32%), sedangkan terendah pada usia 50-56 dan 64-70 yaitu 8%. 4.1.1.2 Pendidikan (Tingkatan Kelas) Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan (tingkatan kelas) dari pengumpulan data didapatkan hasil sebagai berikut :
Gambar 4.2 Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kenjeran tanggal 10 – 21 Juli 2008.
13
Jumlah responden dengan nilai terbesar yaitu berpendidikan SMP 44%, sedangkan terendah pada tingkat pendidikan PT 12%. 4.1.2 Data Khusus Data khusus mengenai identifikasi tingkat perkembangan Posyandu berdasarkan pelembagaan, tingkat perkembangan Posyandu berdasarkan pengelolaan Posyandu meliputi input, proses, output, serta analisa tingkat perkembangan Posyandu berdasarkan pelembangaan dan pengelolaan Posyandu. Semua dapat disajikan dalam bentuk tabel ataupun diagram.
Tabel 4.1 Identifikasi Posyandu berdasarkan Pelembagaan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kenjeran tanggal 10 – 21 Juli 2008. Pelembagaan Posyandu Rencana No.
Standart
SK
Pengukuran
Organisasi
Struktur %
Pengembangan
Organisasi
Posyandu
%
Posyandu menjadi
Posyandu
%
Agenda Pertemuan Desa
1.
Ada
13
52
21
84
8
32
2.
Tidak Ada
12
48
4
16
17
68
25
100
25
100
25
100
Total
Dari tabel diatas dapat disimpulkan dari 25 Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kenjeran 52% mempunyai SK organisasi Posyandu, 84% mempunyai
struktur
organisasi
Posyandu
dan
32%
mempunyai
rencana
pengembangan Posyandu menjadi agenda pertemuan desa.
Tabel 4.2 Identifikasi Posyandu berdasarkan Pengelolaan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kenjeran tanggal 10 – 21 Juli 2008. No.
Kriteria Penilaian
Pengelolaan Posyandu Input
%
Proses
%
Output
%
14
1.
Rendah
2
8
13
52
18
72
2.
Sedang
14
56
9
36
7
28
3.
Tinggi
9
36
3
12
-
-
25
100
25
100
25
100
Total
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari 25 Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kenjeran hasil input yang didapat tertinggi 56% sedang, proses tertinggi 52% rendah, dan output tertinggi 72% rendah.
Tabel 4.3 Karakteristik Tingkat Perkembangan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kenjeran Kecamatan Bulak tanggal 10 – 21 Juli 2008. No.
Tingkat Perkembangan
Jumlah
%
1.
Mandiri
0
0
2.
Purnama
4
16
3.
Madya
20
80
4.
Pratama
1
4
25
100
Total
Dari tabel di atas sebagian besar Posyandu di seluruh wilayah kerja Puskesmas Kenjeran adalah tergolong Posyandu Madya 80 %, dan sebagian kecil masih ada yang tergolong Posyandu Pratama yaitu 4%.
15
Gambar 4.5 Karakteristik Tingkat Perkembangan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kenjeran Kecamatan Bulak tanggal 10 – 21 Juli 2008.
Dari diagram batang diatas dapat dilihat secara jelas bahwa tingkat perkembangan Posyandu Madya mempunyai prosentase terbesar yaitu 80% dibandingkan dengan Purnama yang hanya 16% dan Pratama 4%.
4.2 Pembahasan Setelah memperoleh hasil penelitian yang telah ditabulasi maka kami membahas hasil penelitian sebagai berikut : 4.2.1 1)
Karakteristik Responden
Karakteristik responden berdasarkan umur Dari gambar 4.1 karakteristik responden (Kader Posyandu) di wilayah kerja
Puskesmas Kenjeran didapatkan data dari 25 responden, 4 responden berumur 29-35 dan 57-63 tahun (16%), 5 responden berumur 36-42 tahun (20%), 8 responden berumur 43-49 tahun (32%), 2 responden berumur 50-56 dan 64-70 tahun (8%). Umur dapat mempengaruhi pelaksanaan Posyandu, pada usia muda akan lebih relatif semangat dibandingkan dengan usia yang sudah tua. Menurut Erikson (1963) dan Levinson (1978) dimana dewasa madya (40-65 tahun) merupakan bagian terpenting dalam hidup seseorang. Dalam fase ini orang bertanggung jawab akan pembinaan generasi berikutnya. Sebaliknya generasi tua dalam hubungan timbal balik dengan generasi muda memperoleh pengalamannya yang berguna bagi dirinya sendiri. Pada penelitian ini didapatkan bahwa pada usia 43-49 lebih banyak terlibat dalam kegiatan Posyandu
dan pada hasil observasi dan wawancara dengan kader bahwa pada
kenyataannya dalam pencarian dan pembinaan kader Posyandu yang lebih muda sulit sekali sehingga para kader dengan usia yang lebih tua masih terlibat dengan harapan kegiatan Posyandu tidak mengalami stagnansi, kenyataannya masyarakat masih banyak yang berpartisipasi untuk kegiatan Posyandu.
16
2)
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Dari gambar 4.2 yaitu karakteristik responden yang ada di wilayah Kecamatan
Bulak dari 25 responden mempunyai latar belakang pendidikan sebanyak 5 responden adalah lulusan SD (20%), 11 responden lulusan SMP (44%), 6 responden lulusan SMA (24%), 3 responden lulusan PT (12%). Tingkat pendidikan seseorang dapat juga berpengaruh keberadaan suatu kegiatan, yang mana bila sesorang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi maka pelaksanaan suatu kegiatan akan lebih baik dibandingkan dengan orang yang mempunyai pendidikan rendah. Dalam penelitian ini
membuktikan
bahwa
tingkat
pendidikan
seseorang
berpengaruh
pada
kelangsungan suatu kegiatan.
4.2.2
Tingkat Perkembangan Posyandu Dari tabel 4.3 dan gambar 4.5 didapatkan data dari 25 Posyandu yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Kenjeran 4 Posyandu tergolong tingkat Purnama (16%), 20 Posyandu tergolong tingkat Madya (80%), 1 Posyandu tergolong tingkat Pratama (4%). Hal ini dibuktikan dengan hasil tabulasi pada variabel pelembagaan Posyandu didapatkan 52% mempunyai SK organisasi Posyandu, 84% mempunyai struktur organisasi Posyandu, 32% mempunyai rencana pengembangan Posyandu menjadi agenda pertemuan desa 56%. Sedangkan pada variabel pengelolaan Posyandu didapatkan 56% input Posyandu memiliki kriteria sedang, 52% proses Posyandu memiliki kriteria rendah, dan 72% output Posyandu memiliki kriteria rendah. Perkembangan masing-masing Posyandu tidak sama. Dengan demikian, pembinaan yang dilakukan untuk masing-masing Posyandu juga berbeda. Untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, telah dikembangkan metode dan alat telaahan perkembangan Posyandu, yang dikenal dengan nama Telaah Kemandirian Posyandu.
Tujuan
telaahan
adalah
untuk
mengetahui
identifikasi
tingkat
perkembangan Posyandu yang secara umum yaitu (1) Tingkat Pratama, (2) Tingkat Madya, (3) Tingkat Purnama, dan (4) Tingkat Mandiri (DepKes RI, 2006). Dalam pelaksanaan Posyandu menunjukkan bahwa Posyandu belum berjalan dengan baik secara keseluruhan. Rendahnya sumber daya manusia (masyarakat) dan
17
kurangnya dukungan lintas sektoral merupakan penyebab terbesar dari masalah – masalah yang ada di Posyandu, sehingga masalah-masalah tersebut mempengaruhi pada tingkat perkembangan Posyandu. Peranan lintas sektoral dan lintas program berpengaruh dalam keberhasilan Posyandu (Nasrul Effendy, 2004 : 272). Tanpa adanya dukungan dari lintas sektoral, pelaksanaan Posyandu akan mengalami hambatan dan kurang efektif, sehingga hal ini akan berpengaruh juga pada perkembangan Posyandu. Suatu output yang nantinya merupakan indikator dalam tingkat perkembangan Posyandu yaitu frekuensi penimbangan, rerata kader tugas, rerata cakupan D/S, cakupan kumulatif KIA-KB, cakupan kumulatif imunisasi, program tambahan, cakupan dana sehat. Semua itu harus dapat dicapai oleh Posyandu sebagai kegiatan dalam kesehatan dasar. Hal tersebut dapat tercapai dengan didukung oleh sumber daya manusia yang potensial dalam bidangnya, sehingga perlu diadakannya pelatihan sebagai informasi dan meningkatkan pengetahuan terhadap sumber daya manusianya.
5.1 Kesimpulan Dengan memperhatikan hasil penelitian, yaitu berdasarkan data-data yang telah disajikan dalam bab sebelumnya beserta analisa interpretasi dan pembahasan, maka studi tingkat perkembangan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kenjeran Kec. Bulak sebagian besar masih tergolong tingkat Posyandu Madya. Ditemukan bahwa tingkat perkembangan Posyandu yaitu tingkat Purnama 16%, tingkat Madya 80%, tingkat Pratama 4%. Kesimpulan hasil penelitian per sub variabel dalam alat ukur adalah sebagai berikut : 5.1.1 Karakteristik responden menurut umur didapatkan sebanyak 8 responden umur 43-49 tahun 32%, sehingga mempermudah dalam penyelenggaraan Posyandu. 5.1.2 Karakteristik responden menurut pendidikan terbanyak berpendidikan SMP 44% sehingga mempengaruhi dalam kegiatan Posyandu.
18
5.1.3 Karakteristik responden menurut pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah tangga 84% sehingga kesempatan datang dalam penyelenggaraan Posyandu lebih besar daripada kader yang mempunyai pekerjaan seperti wanita karier. 5.1.4 Karakteristik
tingkat
perkembangan
Posyandu
berdasarkan
variabel
pelembagaan dan pengelolaan Posyandu didapatkan dari 25 Posyandu 80% Posyandu tergolong tingkat Madya, 16% Posyandu tergolong tingkat Purnama, 4% Posyandu tergolong tingkat Pratama. Hal ini juga didukung dengan hasil pengelolaan Posyandu yaitu input Posyandu 68% memiliki kriteria tinggi, 60% proses Posyandu memiliki kriteria rendah, dan 80% output Posyandu memiliki kriteria rendah.
5.2 Saran Dari hasil penelitian tersebut diatas yang perlu diperhatikan sebagai berikut : 5.2.1 Untuk Perawat/Kader Posyandu/Bidan Desa Melakukan pendekatan pada masyarakat khususnya warga Kecamatan Bulak dan memberikan informasi/penyuluhan tentang Posyandu melalui pertemuan desa atau pengajian. 5.2.2 Untuk Instansi Adanya kerja sama lintas program dan lintas sektoral dalam penyebaran informasi dan pelaksanaan Posyandu sehingga cakupan sasaran Posyandu dapat terpenuhi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi IV, Jakarta, Rineka Cipta. DepKes RI (2006). Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Jakarta, Departemen Kesehatan RI. __________ (1990). Pedoman Kegiatan Kader di Posyandu, Jakarta. __________ (2004). Profil Kesehatan Indonesia 2002, Jakarta, Departemen Kesehatan RI. ___________(2004). Profil%20Kesehatan%20Indonesia%202002.pdf.
19
Effendi, Nasrul (2004). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta, EGC. Hidayat, A.A.A (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta, Salemba Medika. ___________ (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Jakarta, Salemba Medika. LAMPIRAN-KEPMENKES-DESA-SIAGA.doc Monks & Knoers (2004). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press. Nursalam (2001). Metodologi Riset Keperawatn, Jakarta, Sagung Seto. Nursalam dan Siti Pariani (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta, Sagung Seto. Rahayu, Budi, dkk (2005). Buku Pegangan Kader Posyandu, Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. Rencana Strategik Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Kesehatan 2005 – 2009. Dinas Kesehatan Prop. Jawa Tengah_pdf Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Pemalang [E-Goverment] - Bupati Terima Tim Penilai Posyandu Tingkat Provinsi.htm Sudaryono (1995). Pelayanan Kesehatan dan Gizi Anak Balita di Posyandu, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia. Sugiarni, Ani (2006). Studi Tentang Pelaksanaan Posyandu Balita Di Desa Lalangon Kecamatan Manding Sumenep. 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.doc