M u t i ’ a h B i n t i M o s S a h i d | 205
Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 03, No. 02, 2013 ------------------------------------------------------------------------------Hlm. 205 – 216
STUDI PERKEMBANGAN PAKET BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM BAGI GURU MELALUI TEKNIK STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI Muti’ah Binti Mos Sahid Jurusan Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya Abstract: This study aims to improve the social skills of early childhood through Storytelling techniques. The end result of this packet calculations on the emotions of children before and after the change of the counseling process, ie before the happy emotions rising 12 points to 19 points, at emotions meingkat smile before the 14 to 19 points, at emotions into neutral before 15 menurn 14 points, the emotional cries before 15 dropped to 10, the sad emotions before 14 dropped to 5, and emotional upset before 15 dropped to 2 and categorized as very effective. Researchers have conducted by practice of Islamic Guidance and Counseling through the storytelling technique has been tested by teachers and the results 80%, then the package that is designed to comply with the standard test is very precise categories. Keywords: Islamic Guidance and Counseling, Social Skill, Storytelling
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial anak usia dini melalui teknik Cerita. Hasil akhir dari perhitungan paket ini pada emosi anak-anak terdapat perubahan sebelum dan sesudah proses konseling, yaitu pada emosi senang sebelum yaitu 12 poin meningkat menjadi 19 poin, pada emosi senyum sebelum yaitu 14 meingkat menjadi 19 poin, pada emosi netral sebelum 15 menurn menjadi 14 poin, pada emosi menangis sebelum 15 menurun menjadi 10, pada emosi sedih sebelum 14 menurun menjadi 5, dan emosi marah sebelum 15 menurun menjadi 2 dan dikategorikan sangat efektif. Peneliti telah mengadakan praktek Bimbingan dan Konseling Islam melalui teknik storytelling pada siswa serta telah diuji oleh tim guru dan hasilnya 80%, maka paket yang di rancang memnuhi standart uji dengan kategori sangat tepat. Kata Kunci: Bimbingan dan Konseling Islam, Keterampilan Sosial, Bercerita
Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras
M u t i ’ a h B i n t i M o s S a h i d | 206
Pendahuluan Bahasa memgang peranan penting dalam kehidupan manusia karena karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam keidupan sehari-hari. Denga ahasa seorang daat menyampaikan ide, pikiran, perasaan kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan. Salah satu tugas perkembangan anak usia dini adalah menuntaskan tugas-tugas perkembangan salah satunya yaitu tugas perkembangan sosial.1 Perkembangan sosial seorang anak yaitu memiliki keterampilan dalam sosialnya. Bahasa sebagai alat komunikasi yang dipergunakan pada sebagian besar aktivitas manusia, tanpa bahasa menusia tidak dapat mengungkapkan perasaannya, menyampaikan keinginan, memberi saran dan pendapat, bahkan sampai tingkat pemikiran seseorang yang berkaitan dengan bahasa. Semakin tinggi tingkat penguasaan bahasa seseorang, semakin baik pula penggunaan bahasa dalam berkomunikasi. Manusia dalam mengungkapkan bahasanya pun berbeda-beda, ada yang lbih suka langsung membicarakannya dan ada juga lebih suka melalui tulisan. Berbicara termasuk pengembangan bahasa yang merupakan salah satu bidang yang perlu dikuasai anak usia dini. Pada masa ini anak usia dini memerlukan berbagai rangsangan yang tepat maka bahasa anak dapat tercapai secara optimal. Salah satu masalah yang berkaitan dengan bahasa pada anak usia dini adalah berbicara karena kurang mendapat perhatian dari para pengajar, karena lebih menfokuskan pada keterampilan membaca dan menulis. Akibat perbendaharaan kata yang dimiliki anak usia dini masih terbatas, sehingga anak usia dini kurang mampu mengungkapkan gagasan atau ide ketika menjawab ertanyaan-pertanyaan dari guru dan anak kadang mrasa belum paham ddengan apa yang dibicarakannya. Brian mengklaim bahwa “adanya simulasi berkelanjutan, proses interaksi dan rumusan bahwa secara verbal dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak”. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Brian, maka sewajarnya anak-anak dari usia dini difasilitasi proses interaksinya, atau dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan gagasannya dalam bentuk lisan. Sehingga dengan anak terampil dalam berbicara memungkinkan untuk dapa menjalin komunikasi lisan yang baik dengan orang dewasa atau bahkan dengan teman sebayanya.2 Maka dari itu melihat dari pentingnya sebuah keterampilan sosial menggunakan teknik storytelling untuk menarik perhatian anak usia dini sehingga mereka mampu berketerampilan sosial dengan lebih baik. Anak usia dini sangat mudah dalam Sanau Yusuf, Psikoogi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal.65 Brian Boscolo, Fluency of School-Aged Children With a History of Specifik Expressive Language Impairment, American Journal of Speech-Language Pathology, (http://ajslp asha org/cgi/content /abstract/11/14?ck=nck, diakses Februari 2002). Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras 1 2
M u t i ’ a h B i n t i M o s S a h i d | 207
menirukan apa yang dibicarakan dn dilakukan orang lain. Teknik storytelling mampu mmberikan kesan yang lebih baik kepada anak-anak usia dini dengan menggunakan kisah-kisah yang lebih islami dan penuh pengajaran seperti kisah nabi, kisah para sahabat dan juga kisah surga dan neraka, tidak hanya kisah dongeng saja. Bimbingan dan Konseling Islam Bimbingan dan konseling secara etimologi berasal dari kata guidence “guide” yang diartikan sebagai berikut: menuunjukkan jalan (showing the way). memimpin (leading), memberikan petunjuk (giving instruction), mengatur (regulating), mengarahkan (governing) dan member nasihat (giving advice).3 Dari segi terminology, bimbingan adalah bantuan yang di berikan kepada individu dalam menentukan pilihan dan mengadakan penyesuaian secara logis dan nalar. Arti bimbingan mempunyai beragam makna menurut beberapa ahli, di antaranya adalah: Menurut Frank Parson, 1951, dalam Anas Salahudin, bimbingan adalah : bantuan diberikan kepada individu untuk memilih mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan, serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya. 4 Menurut Arthur J. Jones dalam Dewa Ketut Sukardi, bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lainnya dalam menetapkan pilihan dan penyesuaian diri, serta di dalam memecahkan masalah-masalah.5 Menurut Ainur Rahim Faqih, Konseling Islam adalah “proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam kehidupan keagamaannya sentiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah. Sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.6 Dari pengertian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengertian Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis terhadap individu agar bisa hidup selaras sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, serta bisa memahami dirinya dan bisa memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Storytelling Bercerita (Storytelling) adalah menyampaikan peristiwa dalam kata-kata, obyek dan bunyi, sering dengan perbaikan atau perhiasan. Cerita atau kisah-kisah yang telah dikongsi dalam setiap budaya sebagai satu cara hiburan, pendidikan,
Tohirin, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah dan Madrasah, Berbasis Integrasi, (Jakarta: Raja Persada, 2005), hal. 16 4 Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hal. 13 5 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konselin, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. 8 6 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), hal. 62 Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras 3
M u t i ’ a h B i n t i M o s S a h i d | 208
pemeliharaan budaya dan memupuk nilai-nilai moral. Elemen penting cerita dan bercerita termasuk plot, watak-watak, dan titik naratif pandangan.7 Storytelling juga memberi pengalaman belajar, dengan menggunakan teknik storytelling memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotorik masing-masing siswa. Bila anak terlatih untuk mendengarkan dengan baik, maka ia akan terlatih untuk menjadi pendengar yang kreatif dan kritis. Pendengar yang kreatif mampu melakukan pemikiran-pemikiran baru berdasarkan apa yang didengarkannya. Pendengar yang kritis mampu menemukan ketidak sesuaian antara apa yang didengar, apa yang dipahami. Bila menurut anggapannya yang didengar salah, maka dia berani menyatakan adanya kesalahan dan sebagainya.8 Storytelling dalam Kelas Storytelling di dalam kelas adalah penting untuk kanak-kanak membuat ceritacerita, hal itu penting bagi mereka untuk mendengar dan merespon pada kisah-kisah yang diceritakan oleh orang lain. Apabila anak-anak membuat dan memberitahu cerita dalam bahasa mereka sendiri, bahasa menjadi milik mereka. Bahasa tubuh adalah alat yang penting untuk pertumbuhan kognitif kanak-kanak. Dengan peningkatan penggunaan bahasa pendekatan keseluruhan untuk membaca dan menulis, storytelling telah mengambil peranan yang penting. Siswa yang mempunyai pengalaman dalam mendengar dan bercerita seperti mitos, legenda, dan cerita rakyat pasti tidak sabar-sabar untuk memulakan mewujudkan atau menulis cerita mereka sendiri. Kemahiran kritikal pemikiran, perbendaharaan kata, dan corak bahasa yang ditingkatkan melalui penggunaan cerita. Penyelidikan jelas menunjukkan bahawa guru-guru perlu menggalakkan dan memperkayakan pembangunan oral pada kanak-kanak: Mulut dan mata tidak bertentangan, sebaliknya, perkembangan orality adalah asas yang perlu untuk perkembangan pembelajaran. Malah, ‘Program Sensitif Arahan’ akan menggunakan kapasiti lisan kanak-kanak untuk membuat budaya membaca dan menulis yang menarik dan bermakna. Keterampilan Sosial Keterampilan sosial berasal dari kata trampil dan sosial. Kata ketrampilan berasal dari ‘trampil’ digunakan di sini karena di dalamnya terkandung suatu proses belajar, dari tidak trampil menjadi trampil. Kata sosial digunakan karena pelatihan ini bertujuan untuk mengajarkan satu kemampuan berinteraksi dengan orang lain.9 Dalam kamus besar bahasa Indonesia keterampilan berarti, kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Terampil berarti cakap dalam menyelesaikan tugas-tugas dan catatan.10 Tugas-tugas yang di maksudkan di sini adalah, ketika peneliti memberi Stan koki, Storytelling: The Heart and Soul Education, (Hawai’i: Press Pacific Resources for Education and Learning, 1998) hal. 2 8 Moeslochatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, opcit, hal. :168 9 Othman bin Sarbini (
[email protected]) 29 April 2013, Artikel untuk keterampilan sosial. E-mail kepada Muti’ah binti Mos sahid (
[email protected]) 10 Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Terbaru (Jakarta: PT Media Pustaka Phoenix, 2007), hal. 868 Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras 7
M u t i ’ a h B i n t i M o s S a h i d | 209
tugas kepada siswa setelah melakukan storytelling, siswa langsung melakukannya dengan patuh, contohnya, bersikap baik sesama teman, mendengarkan yang sedang bicara dan bersikap saling membantu sesama teman. Sosial berarti segala sesuatu yang mengenal masyarakat, suka memperhatikan kepentingan umum, suka menolong, menderma dan sebagainya.11 Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial merupakan kemampuan seseorang untuk berani berbicara, mengungkapkan setiap perasaan atau permasalahan yang dihadapi sekaligus menemukan penyelesaian yang adaptif, memiliki tanggung jawab yang cukup tinggi dalam segala hal, penuh pertimbangan sebelum melakukan sesuatu, mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial Faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial dalam kehidupan individu, yaitu: a. Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan. Hal yang paling penting diperhatikan oleh orang tua adalah menciptakan suasana yang demokratis di dalam keluarga sehingga anak dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua maupun saudara- saudaranya. Dengan adanya komunikasi timbal balik antara anak dan orangtua, maka segala konflik yang timbul akan mudah diatasi. Sebaliknya komunikasi yang kaku, dingin, terbatas, menekan, penuh otoritas hanya akan memunculkan berbagai konflik yang berpanjangan sehingga suasana menjadi tegang, panas, emosional, sehingga dapat menyebabkan hubungan sosial antara satu sama lain menjadi rusak. b. Lingkungan Sejak dini anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan. Lingkungan dalam batasan ini meliputi lingkungan fisik (rumah, pekarangan) dan lingkungan sosial (tetangga). Lingkungan juga meliputi lingkungan keluarga (keluarga primer dan sekunder), lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat luas. Dengan pengenalan lingkungan maka sejak dini anak sudah mengetahui bahwa dia memiliki lingkungan sosial yang luas, tidak hanya terdiri dari orang tua, saudara, atau keluarga besar saja. c. Kemampuan penyesuaian diri Untuk membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri, maka sejak awal anak diajarkan untuk lebih memahami dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya) agar ia mampu mengendalikan dirinya sehingga dapat bereaksi secara wajar dan normatif. Agar anak dan remaja mudah menyesuaikan diri dengan kelompok, maka tugas orangtua atau pendidik adalah membekali diri anak dengan membiasakannya untuk menerima dirinya, menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya, dan sebagainya.
11
Ibid, hal. 807 Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras
M u t i ’ a h B i n t i M o s S a h i d | 210
Dengan cara ini, remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau umpan balik dari orang lain atau kelompok, mudah membaur dalam kelompok dan memiliki solidaritas yang tinggi sehingga mudah diterima oleh orang lain atau kelompok. Berdasarkan ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial dipengaruhi berbagai faktor, antara lain faktor keluarga, lingkungan serta kemampuan dalam penyesuaian diri.12 Aspek-Aspek dalam Keterampilan Sosial Gresham & Reschly mengidentifikasikan keterampilan sosial dengan beberapa ciri, yaitu: a. b. c. d. e.
Perilaku Interpersonal Perilaku yang Berhubung dengan Diri Sendiri Perilaku yang Berhubungan dengan Kesuksesan Akademis Penerimaan Teman Sebaya Keterampilan Berkomunikasi
Karakteristik Keterampilan Sosial Anak Prasekolah Hubungan pertemanan yang seimbang dapat diperoleh jika anak memiliki rasa percaya diri dan bisa menghadapi berbagai masalah serta mencari solusinya. Keterampilan sosial juga membuatnya mudah diterima oleh anak lain karena mampu berperilaku sesuai harapan lingkungannya secara tepat. Begitu pula anak-anak yang diberi banyak kesempatan untuk bermain dan bergaul cenderung akan memiliki keterampilan sosial yang tinggi ketimbang anak yang sehari-harinya di rumah saja. Perkembangan sosial anak ditandai oleh pola perilaku anak. Yusuf menjelaskan perkembangan keterampilan sosial ditandai oleh anak mampu mengetahui aturan-aturan, baik dilingkungan keluarga maupun lingkungan bermain, sedikit demi sedikit anak akan tunduk pada peraturan, anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain, anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain atau teman sebaya.13 Manfaat Keterampilan Sosial Buat Perkembangan Anak Snowman mengemukakan beberapa karakteristik perilaku sosial anak usia prasekolah diantaranya; (1) pada umumnya anak pada usia ini memiliki satu sahabat atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti; (2) kelompok bermain cenderung kelompok kecil, tidak terlalu teroraganisir secara baku sehingga kelompok tersebut cepat berganti-ganti; (3) anak yang lebih kecil seringkali mengamati anak yang lebih besar; (4) pola permainan anak prasekolah lebih bervariasi fungsinya sesuai dengan kelas sosial dan gender. Anak dari kelas menengah lebih banyak bermain asosiatif, kooperatif, dan konstruktif, sedangkan anak perempuan lebih banyak bermain soliter, konstruktif, parallel, dan dramatik. Anak laki-laki lebih banyak bermain Othman bin Sarbini (
[email protected]) 29 April 2013, Artikel untuk keterampilan sosial. E-mail kepada Muti’ah binti Mos sahid (
[email protected]) 13 Yusuf L.N., S, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005) Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras 12
M u t i ’ a h B i n t i M o s S a h i d | 211
fungsional soliter dan asosiatif dramatic; (5) perselisihan sering terjadi, tetapi sebentar kemudian akan mereka berbaik kembali. Anak laki-laki banyak melakukan tindakan agresif dan menantang; dan (6) setelah masuk TK, umumnya kesadaran mereka terhadap jenis kelamin telah berkembang.14 Berdasarkan paparan tokoh di atas bahwa karakteristik keterampilan sosial anak prasekolah merupakan perilaku sosial yang dimiliki olah anak secara unik dan berkarakter sesuai dengan diri anak yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial anak. Karekteristik tersebut sangat penting bagi perkembangan anak karena dengan berinteraksi secara intens anak akan bisa belajar berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan serta mengikuti aturan yang ada, sehingga hal tersebut bisa digunakan anak untuk bekal dikehidupan yang akan datang. Metode Penelitian Dalam penulisan ini metode yang digunakan adalah metode penulisan dan pengembangan (Reseach and Development / R&D), Reseach and Development adalah metode penulisan yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut, untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan yang bersifat analisis kebutuhan dan uji keefektifan produk tersebut agar dapat berfungsi di tengah masyarakat.15 Dalam penulisan ini, peneliti akan menggunakan jenis penulisan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari wawancara, sedangkan data kuantitatif diperoleh dengan menggunakan skala penilaian yang berupa angket. Dalam melakukan penelitian ini terdapat tiga subyek yang menjadi sasaran oleh peneliti, antara lain: 1. Siswa adalah anak-anak berusia empat hingga lima tahun di KBTKIT (Kelompok Bermain Taman Kanak-kanak Islam Terpadu) Al Uswah 2 Surabaya. 2. Konselor adalah seorang mahasiswa IAIN Sunan Ampel Fakultas Dakwah Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam. Pengalaman konselora kuliah yaitu pengalaman dalam PPL di Yayasan Al Madinah Surabaya. Dari pengalaman akademis, konselor memiliki wawasan baik secara pengetahuan maupun praktiknya yang terkait dengan Bimbingan dan Konseling. 3. Informan dalam penelitian ini adalah anak-anak usia dini dan guru-guru di KBTKIT (Kelompok Bermain Taman Kanak-kanak Islam Terpadu) Al Uswah 2 Surabaya. Jenis data adalah hasil pencatatan penelitian baik yang berupa fakta ataupun angka, dengan kata lain segala fakta dan angka yang dijadikan bahan untuk menyusun informasi. Penelitian akan kurang valid jika tidak ditemukan jenis data dan sumber datanya. Untuk mendapat keterangan dan informasi penulis mendapatkan informasi dari sumber data, yang dimaksud dengan sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.16 Patmonodewo, S, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000), hal. 33 Sugianto, Metode Penulisan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2009), hal. 297 16 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hal. 129. Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras 14 15
M u t i ’ a h B i n t i M o s S a h i d | 212
Adapun yang dijadikan sumber data adalah: Sumber Data Primer yaitu data yang lansung diambil dari sumber pertama di lapangan. Dalam data primer ini dapat diperoleh keterangan kegiatan keseharian, tingkah laku, latar belakang yang diambil dari hasil observasi di lapangan, serta respon dari obyek penelitian yaitu siswa-siswa yang telah dilakukan proses konseling melalui teknik storytelling. Sumber Data Sekunder yaitu data yang diambil dari sumber kedua atau berbagai sumber guna melengkapi data primer.12 Diperoleh dari gambaran lokasi penelitian, keadaan lingkungan siswa dan prilaku keseharian siswa. Metode observasi partisipasi adalah peneliti mengamati apa yang dikerjakan sumber data primer, mendengarkan apa yang diucapkan dan berpartisipasi dalam aktifitas yang dilakukan untuk mendapat data tentang latar belakang masalah dan kondisi siswa. Wawancara terbuka dan mendalam adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data. Dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, ceritera, kebijakan, peraturan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian paket pelatihan storytelling dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data berupa komentar, saran, dan kritik di analisa secara kualitatif. Sedangkan data kuantitatif yang diperoleh dan diuji analisis dan penskoran. Penyajian dan Analisis Data Dalam penyajian data isi peneliti menggunakan metode penelitian pengembangan yakni research and development akan tetapi secara keseluruhan sistematis peneliti menggunakan metode Kualitatif sedangkan rumus penghitungan angket serta responden hasil dari paket menggunakan Kuantitatif, maka untuk mendiskripsikan data tentang hasil pengembangan paket Bimbingan dan Konseling Islam melalui teknik storytelling untuk meningkatkan keterampilan sosial anak usia dini menggunakan Kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Dan dalam penyajian data ini peneliti akan mendeskripsikan data yang diperoleh di lapangan yang terkait dengan fokus penelitian, yaitu Bimbingan dan Konseling Islam melalui teknik storytelling untuk meningkatkan keterampilan sosial anak usia dini (studi perngembangan paket bagi guru di KBTKIT Al Uswah 2 Surabaya). Melihat bahwa anak-anak di KBTKIT Al Uswah 2 sangat aktif, dan mereka mempunyai kepekaan sosial yang sedia ada melalui pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Selain itu, lagu peraturan sekolah yang dilagukan setiap hari juga mengandung pengertian bahwa mereka harus berlaku baik terhadap lingkungan sosial mereka di sekolah. Namun masih ada beberapa anak yang masih pasif, dan tidak terlihat menonjol, lebih banyak mendiam dan melakukan hal mereka sendiri. Peneliti mencoba menggunakan teknik storytelling, walaupun teknik ini juga biasanya digunakan oleh guru ketika melakukan proses pembelajaran, namun tidak Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras
M u t i ’ a h B i n t i M o s S a h i d | 213
semua itu bisa mengeksplorasi diri seseorang kepada kepekaan sosial anak-anak tersebut. Peneliti menggunakan teknik storytelling dengan beberapa buah skrip cerita yang sesuai untuk diceritakan kepada anak seusia mereka. Contohnya seperti cerita Kisah Tentara Bergajah Abrahah, Kisah Nabi Sulaiman dan Burung Hud-hud, Kisah Sang Kancil dan Kura-kura, Kisah Si Tudung Merah, Kisah Danasaor dan Puteri Raja dan beberapa lagi cerita nabi dan juga dongeng hewan yang memberi pelajaran tertentu untuk meningkatkan keterampilan sosial sehingga mereka mampu melakukan sikap prososial terhadap lingkungan. Proses Bimbingan dan Konseling Islam Secara keseluruhan pelaksanaan kegiatan Bimbingan dan Konseling Islam melalui teknik storytelling untuk meningkatkan keterampilan sosial anak usia dini dapat disimpulkan dalam dua pokok, yaitu 1) Tingkat ketepatan, kelayakan dan kegunaan paket, Dari hasil penilaian angket yang ditujukan pada guru kelas TK B, terdapat hasil dengan keterangan berikut: Tabel 4.1 : Analisis Hasil Penilaian
Guru 1 2 3 4 Skor
Pola Pertanyaan Nomor 1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 0 0 1 2
1 1 1 1 4
0 1 1 1 3
1 1 1 1 4
0 1 1 1 3
1 1 1 1 4
1 1 1 1 4
1 1 1 1 4
1 1 1 1 4
Poin Akumulasi 10 Presentase 0 P = 32_ 0 x100% 0 40 0 = 80 % 0
Keterangan: 0 = Tidak Nampak 1 = Nampak Skor : Poin 1: berarti sangat tidak tepat/ sangat tidak layak/ sangat tidak bermanfaat. Poin 2: berarti tidak tepat/ tidak layak/ tidak bermanfaat. Poin 3: berarti tepat/ layak/ bermanfaat. Poin 4: berarti sangat tepat/ sangat layak/ sangat bermanfaat. Rumus : P = ƒ_x100% n Keterangan : P = prosentase dari besarnya pengaruh paket ƒ = besar point n =jumlah maksimal point. P = 32_ x100% 40 = 80 % Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras
M u t i ’ a h B i n t i M o s S a h i d | 214
Kemudian dari hasil ini di konversikan ke dalam bentuk prosentase berikut : 76% -100% : sangat tepat, tidak direvisi 60% - 70% : tepat, tidak direvisi < 60 % : kurang tepat, direvis
Dengan hasil akhir, 80%, maka paket yang di rancang memenuhi standart uji dengan kategori sangat tepat. Tingkat Respon Positif Anak-Anak Setelah diadakan penelitian atau bimbingan pengembangan paket Bimbingan dan Konseling Islam melalui teknik storytelling untuk meningkatkan keterampilan sosial anak usia dini di KBTKIT Al Uswah 2 Surabaya, di dapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 4.2 : Analisis Hasil Penilaian Siswa Sesudah RESPONDEN /SKOR 1 2 3 4 5 6 7 SENANG 1 1 1 1 1 1 1 SENYUM 1 1 1 1 1 1 0 NETRAL 1 1 1 1 1 1 0 MANANGIS 1 0 0 0 0 0 0 SEDIH 0 0 0 0 0 1 0 MARAH 0 1 0 0 0 0 0 TOTAL 4 4 3 3 3 4 1 SKOR
8 0 1 0 0 0 0 1
9 1 1 1 1 1 0 5
10 0 1 0 0 1 0 2
11 1 0 0 1 0 1 3
12 1 1 1 1 0 0 4
13 1 1 1 0 1 0 4
14 1 1 1 1 0 0 4
15 1 1 1 1 0 0 4
16 1 1 0 0 0 0 2
17 1 1 1 1 0 0 4
Keterangan: 0 = Tidak Nampak 1= Nampak Total Skor 1-3 : Tidak Nampak 4-6 : Nampak Tabel 4.3 : Analisis Hasil Penilaian Siswa Sebelum dan Sesudah. Emosi Sosial SENANG SENYUM NETRAL MANANGIS SEDIH MARAH
Sebelum 12 14 15 15 14 15
Sesudah 19 18 14 10 5 2
Posisi + + _ _ _ _
Skor 7 4 -1 -5 -9 -13
Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras
18 1 1 0 1 1 0 4
19 1 1 1 1 0 0 4
20 1 1 1 1 0 0 4
M u t i ’ a h B i n t i M o s S a h i d | 215
GRAFIK 4.1 : Grafik Hasil Penilaian Siswa Sebelum dan Sesudah
Jadi hasil akhir dalam penghitungan paket ini pada emosi anak-anak terdapat perubahan sebelum dan sesudah proses kaunseling, yaitu pada emosi senang sebelum yaitu 12 poin meningkat menjadi 19 poin, pada emosi senyum sebelum yaitu 14 meningkat menjadi 19 poin, pada emosi netral sebelum 15 menurun menjadi 14 poin, pada emosi menangis sebelum 15 menurun menjadi 10, pada emosi sedih sebelum 14 menurun menjadi 5, dan emosi marah sebelum 15 menurun menjadi 2. Maka pengembangan paket Bimbingan dan Konseling Islam melalui teknik storytelling pada guru dapat dikatakan sangat efektif. Kesimpulan Keterampilan sosial anak di KBTKIT Al Uswah 2 sebelum melakukan proses konseling melalui teknik storytelling belum optimal. Hal ini terlihat masih ada anak yang tidak menghargai teman, tidak mau menolong, sulit berbagi, tidak mau membantu, tidak mau mengalah, susah bekerjasama, tidak mau bersabar dalam menunggu giliran. Pembelajaran yang diberikan kepada anak untuk mengembangkan keterampilan kurang bervariasi dan masih berpusat pada guru. Metode pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan keterampilan sosial anak sebatas ceramah, bercakap-cakap dan pemberian tugas, sehingga belum memberikan kesempatan kepada anak untuk berin teraksi dengan teman-teman dan lingkungan sekitar. Penerapan teknik storytelling dalam meningkatkan keterampilan sosial anak dilaksanakan melalui cerita-cerita dan kegiatan yang berhubung langsung dengan kehidupan anak sehari-hari sehingga pembelajarannya lebih bermakna dan menarik perhatian anak. Setelah menggunakan teknik storytelling, keterampilan sosial anak di KBTKIT Al Uswah 2 mengalami peningkatan. Peningkatan yang dapat dilihat berkenaan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras
M u t i ’ a h B i n t i M o s S a h i d | 216
dengan keterampilan sosial anak melalui hikmah dari teknik storytelling adalah anak mulai dapat bekerja sama, sabar menunggu giliran, dan sering berbagi. Selain itu, anak-anak terlihat antusias dalam merespon cerita-cerita yang disampaikan oleh peneliti.
Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi , Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006. Brian Boscolo, Fluency of School-Aged Children With a History of Specifik Expressive Language Impairment, American Journal of Speech-Language Pathology, (http://ajslp asha org/cgi/content/abstract/11/14?ck=nck, diakses Februari 2002 Faqih, Ainur Rahim, Bimbingan Konseling Islam, Yogyakarta: UII Press, 2001. Koki, Stan, Storytelling: The Heart and Soul Education, Hawai’i: Press Pacific Resources for Education and Learning, 1998. Moeslochatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, Othman bin Sarbini (
[email protected]) 29 April 2013, Artikel untuk keterampilan sosial. E-mail kepada Muti’ah binti Mos sahid (
[email protected]) Patmonodewo, S, Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000 Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Terbaru Jakarta: PT Media Pustaka Phoenix, 2007. Sugianto, Metode Penulisan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta, 2009. Salahudin, Anas, Bimbingan dan Konseling, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010. Sukardi, Dewa Ketut, Bimbingan dan Konselin, Jakarta: Bina Aksara, 1988. Tohirin, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah dan Madrasah, Berbasis Integrasi, Jakarta: Raja Persada, 2005 Yusuf L.N., S, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005 Yusuf, Sjamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras