BAB I PENDAHULUAN Salah satu tugas pokok sekolah adalah menyiapkan peserta didik agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal, jasmani dan ruhaninya, fisik dan psikisnya. Seorang anak dapat dikatakan telah mencapai perkembangan yang optimal jika ia dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana kemampuan anak pada umumnya, atau apabila ia memperoleh pendidikan dan prestasi belajar yang sesuai dengan bakat, kemampuan dan minat yang dimilikinya. Pembelajaran di sekolah merupakan pendidikan ke dua setelah keluarga yang memberi fondasi bagi perkembangan nya pada masa yang akan datang. Bertemunya peserta didik dengan teman-temannya merupakan pembelajaran sosial yang efektif yang diperoleh anak, karena mereka berasal dari berbagai unsur dan latar belakang ekonomi, sosial dan budayanya, sehingga diusia Balita anak sudah perlu dikenalkan dengan dunia sekeliling, baik yang formal dengan pembelajaran yang bersifat akademik (ada punismant dan reward) dan juga non formal sebagai stimulasi adanya berbagai perubahan baik dibidang sosial, politik, ilmu pengetahuan, teknologi dan lainnya. Perubahan zaman yang komplek, membawa dampak penting bagi pola pikir, hidup maupun sikap orang-orang dewasa terhadap anak. Bentuk komunikasi dalam keluarga yang telah dipolakan oleh orangtua membawa dampak yang signifikan bagi perkembangan anak. Ketika seseorang telah mengenal lingkungannya, maka ia akan bijaksana menerapkan hal-hal yang baik untuk keluarganya miskipun belum tentu itu sebuah harapan yang akan diwujudkan. Begitu juga anak, tidak selamanya kondisi baik yang selama ini dilihatnya, menjadi sebuah impian yang dengan serta merta terwujudkan. Jika demikian, kewajiban orang tua dan pendidiklah yang akan menyiapkan peserta didik agar mereka terselamatkan ke dalam Islam yang Kaffah. Islam sebagai ajaran yang sempurna dan merupakan rahmat bagi seluruh alam solusi yang tepat dalam setiap permasalahan, sebagai landasan dalam bersikap, berpikir maupun bertingkah laku. Taman kanak-kanak Islam (RA/TK Islam, Paud Islam) merupakan tempat pendidikan pra sekolah yang menstimulasi berbagai perkembangan anak,
sesuai dengan ajaran Alqur’an dan Hadis. Dan sebaik-baik teladan adalah Rasulullah SAW. Seperti firman Allah dalam surat Al-Ahzab: 21)
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. Permasalahan anak merupakan ujian dari Allah SWT. Bagi pendidik di sekolah maupun orangtua adalah merupakan ujian untuk mengembangkan khazanah pengetahuan mereka, diyakini bahwa Allah memberikan ujian karena umat-Nya mampu menyelesaikannya dan mengetahui bagaimana penyikapan penyikapan yang bijaksana sehingga anak tetap dapat berkembang sesuai dengan fitrahnya.
A.
Urgensi Bimbingan Konseling Islami untuk Anak Usia Dini Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan ruhaninya agar ia me.miliki kesiapan untuk memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, non formal dan informal. Arah
Pendidikan
Anak
Usia
Dini
merupakan
salah
satu
bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada beberapak peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan dan sosioemosional, yang dengan segala keterbatasannya maka mereka membutuhkan stimulasi dari orang-orang terdekat dan sekelilingnmya agar dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Dalam pelaksanaannya, kemampuan intelektual, emosional dan kondisi fisik anak yang akan didukung dan dikembangkan melalui pendidikan formal, informal dan nonformal tidak dapat disamakan antara satu dengan yang lain karena mereka
berasal dari keluarga dengan
perbedaan pola asuh orangtua, lingkungan, sosial
ekonomi maupun fitrah Allah yang diberikan kepada peserta didik, oleh karenanya Bimbingan konseling pada PAUD berupaya untuk mengantisipasi atau mengambil tindakan preventif terhadap munculnya permasalahan baik yang disebabkan dari dalam dirinya maupun pengaruh dari luar dirinya.
B.
Pengertian Dalam kehidupan sehari-hari, seiring dengan penyelenggaraan pendidikan pada
umumnya dan dalam hubungan saling pengaruh antara orang satu dengan yang lainnya, peristiwa bimbingan setiap kali dapat terjadi. Orang tua membimbing anakanaknya, guru membimbing murid-muridnya, baik melalui kegiatan pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Para pemimpin (orang yang ahli satu bidang tertentu) membimbing warganya melalui beberapa kegiatan, misalnya pelaksanaan bimbingan ibadah haji, bimbingan kepengelolaan LSM, bimbingan pidato, bimbingan keluarga sakinah dll., baik melalui forum tertetu, media cetak maupun media elektronika, merupakan bimbingan informal yang bentuk, isi dan tujuan serta aspek-aspek penyelenggaraannya tidak dirumuskan secara nyata. Penjelasannya lebih mengedepankan dari permasalahan yang ditanyakan oleh audient, yang biasanya bekisar pada beberapa kasus atau pengalaman. Sejalan dengan semakin berkembangan kajian keilmuan, maka definisi bimbingan pads saat sekarangpun ikut berubah walaupun dengan tidak meninggalkan esensinya sebagai proses kegiatan pemberian bantuan. Bimbingan dan konseling merupakan satu pengertian yang diadopsi dari bahasa ingris “guidance and couseling”. Secara harfiyah istilah “guidance” dari akan kata “guide”, berarti 1. Mengarahkan (to direct), 2. Memandu (to pilot), 3. Mengelola (to manage) dan 4. Menyetir (to steer) Beberapa definini tentang bimbingan diantaranya sebagai berikut: 1. Bimbingan adalah bantuan yang dibearikan oleh seseorang laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantnya mengatur kegiatan kehidupannya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri. (crow&crow, 1960)
2. Bimbingan dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan pendidikan yang membantu menyediaakan kesempatan-kesempatanpribadi dan layanan staf ahli dengan caramana setiap individu dapat mengembangkan kemampuankemampuan dan kesanggupannya sepenuh-penuhnyasesuai dengan ide-ide demokrasi (Mortensen&Schmuller, 1974). dalam (Prayitno& Erman Emti, 2004:94) 3. Donald G. Montersen dan Alan M. Schmuller (1976) dalam Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, mengemukakan: “ Guide may be defined as that part of the total educational program that halps provide the personal opportuneties and specialized staff services by which each individual can develop to the fullest of his ailities and capacities in terms of the democratic idea.” Sedangkan definisi konseling (dalam Prayitno dan Erman Emti, 2004:99), secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami.” menurut Pietrofe dan kawan-kawan (1980) menunjukkan sejumlah ciri konseling profesional sebagai berikut: 1. Konseling merupakan suatu hubungan profesional yang diadkan oleh seorang konselor yang sudah dilatih untuk pekerjaan itu 2. Dalam hubungan yang bersifat profesional itu, klien mempelajari keterampilan pengambilan keputusan, pemecahanmasalah serta tingkah laku atau sikap-sikap baru 3. Hubungan profesional itu dibentuk bedasarkan kesukarelaan antara klien dan konselor ASCA (American School Counselor Associations) mengemukakan bahwa: Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor memergunakan pengeahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya. Selanjutnya disampaikan juga bahwa konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu, yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapnya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya dan keefektifan konseling sebagian besar ditentukan oleh kualitas hubungan antara konselor
dengan kliennya. Dilihat dari segi konselor, kualitas
hubungan itu bergantung pada kemampuannya dalam menerapkan teknik-teknik konseling dan kualitas pribadinya. Miller (dalam Prayitno dan Erman Emti) menjelaskan bahwa perkembangan bimbingan dan konseling terbagi ke dalam lima periode, yang didasarkan pada perkembangan bimbingan konseling pada negara-negara yang sudah maju, terutama di Amerika Serikat. Pada awal perkembangan gerakan bimbingan yang diprakarsai oleh Frank Parson, pengertian bimbingan baru mencakup bimbingan jabatan. Tahap ini disebut juga sebagai periode personian karena bimbingan dilihat sebagai usaha mengumpulkan berbagai keterangan tentang individu dan tentang jabatan. Kedua jenis keterangan itu kemudian dipasang-dicocokkan yang pada akhirnya menentukan jabatan apa yang paling cocok bagi individu tersebut. Periode ke dua, gerakan bimbingan lebih menekankan pada bimbingan pendidikan. Dalam tahapan ini bimbingan dirumuskan sebagai suatu totalitas pelayanan yang secara keseluruhan dapat diintegrasikan ke dalam upaya pendidikan. Pada periode satu dan dua ini rumusan tentang konseling belum dimunculkan. Pada periode ketiga, pelayanan untuk penyelesaian diri mendapat perhatian utama dan disadari benar bahwa pelayanan bimbingan tidak hanya disangkutpautkan dengan usaha-usaha pendidikan saja, tidak pula hanya mencocokkan individu untuk jabatanjabatan terentu, malainkan juga untuk peningkatan kehidupan mental. Penekanannya pada upaya untuk membantu penyesuaian diri individu terhadap dirinya sendiri, lingkugan dan masyarakat. Pada periode ini rumusan tentang konseling dimunculkan, karena para ahli menyadar bahwa apa yang mereka lakukan bukan hanya sekedar menyediakan bimbingan atau latihan, tetapi mereka membantu memecahkan masalah dalam kahidupan individu yang terkadang amat pelik dan mendasar. Rumusan konseling memperlihatkan bahwa konseling merupakan salah satu palayanan bimbingan di santara sejumlah pelayana lainnya, seperti bimbingan jabatan dan bimbingan pendidikan. Periode ke empat, gerakan bimbingan menekanakan pada pentingnya proses perkembangan individu. Pelayanan bimbingan dihubungkan dengan usaha individu untuk memenuhi tugas-tugas perkembangannya. Periode ke lima, tampak adanya dua arah yang berbeda, yaitu kecenderungan yang ingin kembali ke periole pertama dan kecenderungan yang lebih menekankan pada rekonstruksi sosial (dan personal)
dalam rangka membantu memecahkan masalah yang dihadapi individu. Pada dua tahap yang terakhir ini, tampak tumpang tindihnya pengertian bimbingan dan konseling, yang satu dapat dibedakan dari yang lain, tapi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Untuk menggambarkan perkembangan gerakan bimbingan dan konseling dari waktu ke waktu, dengan memperhatikan gambar berikut:
Gambar: Perkembangan Konsepsi Bim 3 bingan dan Konseling Keterangan: Gambar 1 : pelayanan bimbingan yang belum mencakup pelayanan konseling (periode pertama dan kedua) Gembar 2
: pelayanan bimbingan yang sudah meliputi pelayanan konseling
sebagai salah satu bentuk pelayanan bimbingan (periode ketiga) Gambar 3
: pelayanan bimbingan dan konseling yang berhimpitan (periode
ke empat dan kelima Gambar 4
: pelayanan konseling yaang meliputi seluruh pelayaan yang
dahulu disebut “bimbingan dan konseling” Berdasarkan pada konsep dari beberapa ahli di atas tentang bimbingan dan konseling, maka bimbingan dan konseling untuk Anak Usia Dini dapat diartikan sebagai upaya bantuan yang dilakukan guru/pendamping terhadap Anak Usia Dini agar anak dapatda tumbuh dan berkembang secara optimal serta mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling pada Anak
Usia Dini, memiliki cara
tersendiri dimana dibutuhkan seorang guru yang multifungsi, ia sebagai seorang pendidik/guru yang memerlukan kemampuan memberi materi pembelajaran, dan disisi lain ia adalah seorang “psikolog” untuk peserta didiknya, oleh karenanya tidak berlebihan kiranya jika pendidik PAUD dituntut untuk mampu (secara akademik maupun riil yang terjadi di lapangan), dalam menangani dan membimbing peserta didiknya dengan permasalahan yang komplek, baik yang dipengaruhi oleh kondisi keluarga, lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah. Pendidikan anak perlu dipersiapkan sejak dini agar kelak menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, beragama dan berguna bagi agama dan masyarakat. Oleh karenanya perlu memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya: 1. Faktor bawaan, merupakan warisan dari ibu/bapak atau pengaruh ketika berada dalam kandungan, misalnya: sifat
pemarah, pendiam, banyak bicara, atau
keadaan fisik, misalnya warna kulit, jenis rambut, bentuk hidung dll, dan juga pengaruh saat masih dalam kandungan, dan faktor bawaan dapat mempercepat, menghambat atau melemahkan pengaruh lingkungan. Anak tidak dapat dibandingkan tanpa memperhitungkan faktor ini. 2.
Faktor lingkungan, yakni faktor dari luar anak yang mempengaruhi proses perkembanga anak. Faktor ini meliputi suasana dan cara pendidikan lingkungan tertentu, lingkungan rumah dan keluarganya serta sarana dan prasarananya. Faktor lingkungan ini dapat merangsang perkembangannya, fungsi tertentu dari anak
dan
juga
dapat
menghambat
atau
mengganggu
kelangsungan
perkembangan anak. 3.
Pola pengasuhan, para developmentalis telah lama mencari ramuan-ramuan pengasuhan yang dapat meningkatkan perkembangan kompetensi social pada anak. Pendapat yang terkenal adalah pandangan dari Diana Baumrind (1971) yang yakin bahwa para orangtua tidak bolah menghukum atau mengucilkan, tetapi sebagai gantinya orangtuaharus mengembangkan aturan-aturan dan bagi anak-anak dan mencurhkan kasih sayang kepada mereka. Tiga tipe pengasuhan yang dikaitkan dengan aspek-aspek yang berbeda dalam perilaku social anak : otoriter, otoritatif, dan permisif. Setidaknya tiga hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru/pendidik dalam membantu perkembangan peserta didik, miskipun pada kenyataannya
pendidik musti meluangkan waktu untuk mendampinginya. Oleh karena itu, pelaksanaan Bimbingan Konseling di TK/PAUD membutuhkan kerjasama yang baik antara pendidik dengan orangtua, perlu saling memahami kondisi anak yang memerluka bimbingan khusus . Jika dilihat dari buku pedoman bimbingan untuk Taman Kanak-kanak pengertian bimbingan di Taman Kanak-kanak adalah: “merupakan proses bantuan khusus yang diberikan oleh guru atau petugas lainnya kepada
peserta
didik
dalam
rangka
memperhatikan
kemungkinan
adanya
hambatan/kesulitan yang dihadapi anak dalam rangka mencapai perkembangan optimal. Bimbingan di TK ditekankan pada pencegahan disamping penyelesian kasus peserta didik yang bermasalah dan mengetahui kelaianan anak sejak usia dini. “
C.
Tujuan Secara umum tujuan bimbingan adalah membantu peserta didik agar dapat mengenal dirinya dan lingkungan terdekatnya sehingga dapat menyesuaikan diri melalui tahap peralihan dari kehidupan di rumah ke kehidupan di TK dan masyarakat sekitar anak. Bagi kebanyakan anak, masuk kelas satu SD menandai suatu perubahan dari seorang “anak rumahan” (Homechild) menjadi “anak sekolah”, (schoolchild), dimana peran-peran dan kewajiban-kewajiban baru dialami. Anak-anak menerima suatu peran baru menjadi murid, berinteraksi dan mengembangkan hubungan dengan orang-orang baru yang penting lainnya. Pembelajaran di SD juga sudah berbeda dengan di TK, anak-anak sudah dituntut untu mendapatkan prestasi yang baik dengan hitungan angka-angka (kuantitatif), ada unsur naik dan tidak naik kelas. Belajar sambil bermain sudah tidak lagi banyak diterapkan di SD, anak juga dididik untuk lebih bertanggungjawab kepada dirinya sendiri, terutama yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang diterima oleh peserta didik. Sedangkan layanan khusus bimbingan dan konseling bagi AUD sebagai berikut: 1. Membantu anak lebih mengenal dirinya, kemampuannya, sifatnya, kebiasaan dan kesenangannya Setiap anak memiliki lingkungan yang berbeda, baik dari keluarga, kebiasaankebiasaan serta bagaimana mensikapi terhadap setiap perubahan yang dimiliki
anak akibat dari perkembangan dan pergaulannya, termasuk bagaimana orangtua membantu menyalurkan bakat dan kesenangan anak. 2. Membantu anak agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya Potensi adalah kemampuan yang mungkin belum terlihat secara visual. Terkadang stimulasi yang diberikan di rumah belum mencukupi untuk mengetahui potensi peserta didik. Oleh karenanya pihak sekolah adalah salah satu harapan bagi orangtua untuk memberikan stimulasi dan dorongan agar peserta didik dapat merefleksikan
aktifitasnya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki hingga
menjadi sebuah kebiasaan yang perlu dikembangkan. 3. Membantu anak untuk mengatasi kesulitan-kesulitannya Untuk membantu kemampuan kemandirian anak, memerlukan latihan-latihan baik di rumah maupun di sekolah. Oleh karenanya, kerjasama yang baik antara orangtua dan guru sangat diperlukan, apalagi masih terdapat peserta didik yang mempunyai keterbatasan kemampuan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya sehingga orangtua dan guru perlu memberi bantuan untuk memilih hal yang terbaik untuk dirinya sesuai dengan kemampuan-kemampuannya. 4. Membantu menyiapkan perkembangan mental dan social anak untuk masuk ke lembaga yang lebih tinggi. Hal ini diperlukan karena pembelajaran pada jenjang berikutnya (Sekolah Dasar) sudah mulai dituntut untuk bertanggungjawab terhadap diri dan juga mendapatkan reward dari semua yang dilakukan. Hal itu tidak sama dengan pembelajaran di Taman Kanak-kanank/PAUD, yang lebih banyak kegiatan bermain, dan semua dihargai dengan reward yang positif dan menyenangkan anak. Selain itu, ditinjau dari sudut orangtua, kegiatan bimbingan dan konseling AUD dilakukan untuk: 1. Membantu orang tua agar mengerti, memahami dan menerima anak sebagai individu. Dalam Alqur’an dan hadist dikatakan bahwa manusia itu memiliki empat fungsi/kedudukan, yaitu: a. Sebagai makhluk Allah yang diciptakan dan wajib mengabdi kepadaNya b. Sebagai makhluk individu, yang berhak untuk memenuhi kebutuhannya sendiri c. Sebagai anggota mayarakat manusia (makhluk social) d. Sebagai khalifah Allah dimuka bumi yang wajib mengelola dan memakmurkan
bumi (makhluk berbudaya e. Manusia memiliki sifat-sifat utama sekaligus juga memiliki kelemahankelemahan Disamping itu, menurut UU PA, anak mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang, bermain, beristirahat, berekreasi dan belajar dalam suatu pendidikan. Jadi untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang baik sehingg dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangannya, adalah merupakan hak anak dan kewajiban orangtuanya. 2. Membantu orang tua dalam mengatasi gangguan emosi anak yang ada hubungannya dengan situasi keluarga di rumah. Keluarga adalah sekolah pertama dan utama bagi anak. Dalam keluarga anak akan melihat, mengamati dan kemudian menirukan (mengidentifikasi) setiap perilaku orangtuanya. 3.Membantu orang tua mengambil keputusan memilih sekolah bagi anaknya yang sesuai dengan taraf kemampuan kecerdasan fisik dan inderanya. Oleh karenanya pihak sekolah seharusnya memahami lembaga pendidikan yang lebih tinggi di sekitarnya sehingga dapat memberi gambaran kepada orangtua tentang kondisi lembaga pendidikan disekitarnya dan akan disesuaikan dengan kondisi peserta didik yang bersangkutan. 4.Memberikan informasi pada orangtua untuk memecahkan masalah kesehatan Dalam hal ini pihak sekolah dapat bekerjasama dengan dinas kesehatan atau ahlinya yang merupakan kelengkapan pelayanan bagi keberhasialan pendidikan anak.
D.
Fungsi Berdasarkan pada pengertian dan tujuan yang ingin dicapai, maka layanan bimbingan untuk anak usia dini dapat berfungsi sebagai berikut: 1.
Fungsi Pemahaman, yaitu usaha bimbingan yang dilakukan guru/pendamping untuk menghasilkan pemahaman yang menyeluruh tentang aspek-aspek berikut: a. Pemahaman diri anak didik terutama oleh orangtua dan guru b. Hambatan atau masalah-masalah yang dihadapi anak c. Lingkungan anak yang mencakup keluarga dan tempat belajar d. Lingkungan yang lebih luas di luar rumah dan di luar tempat belajar e. Cara-cara penyesuaian dan pengembangan diri
Orangtua dan guru adalah sosok pendidik yang berkewajiban memberikan rasa aman kepada anak, mengembangkan intelaktualitasnya dan memenuhi kebutuhan fisiknya sehingga perkembangan kualitas manusianya akan berkesinambungan. 2.
Fungsi Pencegahan (preventif), yaitu usaha bimbingan yang menghasilkan tercegahnya anak dari berbagai permasalahan yang dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan dalam proses perkembangannya.
3.
Fungsi Perbaikan (korektif), adalah bimbingan yang menghasilkan terpecahnya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik
4.
Fingsi
Pemeliharaan, merupakan usaha bimbingan
yang menghasilkan
terpeliharanya dan berkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
E.
Ruang Lingkup Layanan bimbingan merupakan bagian dan penunjang yang tidak terpisahkan dari keseluruhan kegiatan pendidikan termasuk pada kegiatan PAUD dan mencakup seluruh tujuan dan fungsi bimbingan yang mengutamakan pada jenis kegiatan sebagai berikut: 1. Bimbingan pribadi-sosial, kegiatan ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi social anak dalam mewujudkan pribadi yang mampu menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan lingkungan secara baik. Bimbingan ini diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan system pemahaman diri dan sikap-sikap yang positif, serta keterampilan-keterampilan social pribadi yang tepat. Karena perkembangan social sendiri adalah merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan social atau sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi; meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerjasama. Pada kegiatan pendidikan Anak Usia Dini, anak-anak yang memiliki kemampuan social-pribadi yang baik biasanya terefleksi dalam kemampuan anak untuk melakukan kegiatan-kegiatan berikut: a. Kemampuan berempati pada teman-temannya b. Mengorganisasi teman-temannya untuk melakukan tugas c. Mampu mengenali dan membaca pikiran orang lain
d. Memiliki banyak teman dan mampu menjalin hubungan dengan temantemannya e. Cenderung mudah memahami perasaan orang lain f. Sering menjadi pemimpin diantara teman-temannya g. Memiliki perhatian yang besar kepada teman-temannya sehingga acap kali mengetahi berita-berita diantara mereka. 2. Bimbingan belajar, yang dimaksud adalah bimbingan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan melalui kegiatan bermain sambil belajar yang mencakup pengembangan kemampuan dasar dan pembentukan perilaku. Kegiatan bermain (play) ialah suatu kegiatan yang menyenangkan yang digunakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri. Sedangkan Piaget melihat permainan sebagai suatu media yang meningkatkan perkembangan kognitif anakanak dan perkembangan kognitif anak membatasi cara mereka bermain, dan dengan permainan memungkinkan anak-anak mempraktekkan kompetensikompetensi dan keterampilan-keterampilan mereka yang diperlukan dengan cara santai dan menyenangkan. Oleh karenanya, bimbingan belajar dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar. Guru/pendamping perlu kreatif untuk mengembangkan cara belajar yang efektif agar peserta didik dapat sukses dalam belajar dan mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan belajar. 3. Bimbingan karier, yaitu bimbingan untuk membantu anak dalam merencanakan, mengembangkan dan memecahkan masalah karier, seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahanan kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karier, penyesuaian pekerjaan
dan pemecahan masalah karier yang dihadapi secara
sederhana. Pada kegiatan bimbingan untuk Anak Usia Dini, bimbingan karier dapat dilakukan dengan cara menerapkan prinsip-prinsip kecerdasan jamak (multiple intelligences) dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Amstrong, teori kecerdasan jamak menekankan pada cara orang melaksanakan pekerjaan dalam hidup, khususnya dimasa yang akan datang sehingga teori kecerdasan jamak sebetulnya dapat membantu anak-anak dalam merancang karier pekerjaan di masa yang akan datang. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam bentuk kunjungan, karyawisata atau melihat tayangan dengan media visualisasi anak-anak dapat mulai mengambil
keputusan sendiri , sehingga mereka dapat mulai mengambil keputusan sendiri tentang apa yang dirasa benar dan apa yang dirasa tidak cocok dengan panggilan hidup mereka. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, anak-anak dapat juga mengambil menfaat dari diskusi periodic tentang “ingin jadi apa jika mereka besar nanti.” Sedangkan prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling untuk Anak Usia Dini adalah sebagaimana yang ditulis oleh Syaudih E (2003:79) dalam Bimbingan dan Konseling AUD, UT, disebutkan sebagai berikut: 1.
Bimbingan merupakan bagian dari proses pendidikan. Proses pendidikan bukanlah pengembangan segi intelektual semata, melainkan proses seluruh segi kepribadian anak, karena kepribadiannya tidak dapat dipilahpilah, dan juga merupakan pengembangan kemampuan masing-masing anak yang tidak dapat disamakan antara yang satu dengan yang lainnya, dengan potensi dan kepribadiannya sebagai makhluk pribadi, sosial dan makhluk Tuhan.
2.
Bimbingan diberikan kepada semua anak Semua anak didik memerlukan bimbingan, bukan hanya anak yang bermasalah saja karena pada prinsipnya anak yang tidak memiliki masalahpun membutuhkan dukungan dan bimbingan untuk dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Bimbingan pada anak yang tidak memiliki masalah bersifat pencegahan (preventif dan development) sedangkan pada anak yang bermasalah adalah bersifat perbaikan.
3. Bimbingan merupakan proses yang menyatu dalam semua kegiatan pendidikan Pelaksanaan bimbingan tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan pembelajaran, karena pada saat pembelajaran tersebut, guru dapat memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan dengan teknik dan metode sebagaimana yang biasanya diberikan kepada peserta didik. 4.
Bimbingan harus berpusat pada anak yang dibimbing Kejelasan arah kepada siapa proses bimbingan itu dilakukan akan nmewujudkan hasil yang baik dari suatu proses yang dilakukan, hendaknya guru dapat. kodisi dan permasalahan setiap anak yang dibimbingnya.
5. Kegiatan bimbingan mencakup seluruh kemampuan perkembangan anak Bimbingan tidak dapat dilakukan dalam satu aspek saja, mengingat setiap aspek perkembangan akan berhubungan dengan aspek yang lain. Misalnya; anak yang mempunyai hambatan dalam hal fisik, maka ia akan terkait dengan kemampuan
motorik halus dan kasar dan terkait pula dengan perkembangan kemampuan intelektual, sosial dan emosionalnya. 6. Bimbingan haru dimulai dengan mengenal (mengidentifikasi ) kebutuhankebutuhan yang dirasakan anak. 7. Bimbingan harus fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak Pemahaman guru terhadap kebutuhan dan perkembangan anak yang berbedabeda, membuat guru tidak dapat memberikan bimbingan dengan pendekatan yang sama pada setiap anak. 8. Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan hendaknya orangtua diikutsertakan agar mereka dapat mengikuti perkembangan dan memberi bantuan kepada anaknya di rumah 9. Bimbingan dilakukan seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki guru/pendamping sebagai pelaksanan bimbingan. Bilamana masalah yang
terjadi
perlu
ditindaklanjuti,
maka
guru
mengkonsultasikan kepada kepala sekolah dan tenaga ahli 10. Bimbingan harus diberikan secara berkelanjutan.
pembimbing
harus
BAB II DASAR-DASAR BIMBINGAN KONSELING ISLAMI Setiap orang pasti menginginkan anak-anak mereka sukses dalam semua hal, akan tetapi orang tua dan pendidik
harus ingat bahwa ia mempunyai peran yang besar dalam
menanamkan nilai-nilai moral pada anak, menginspirasi dan menanamkan nilai-nilai agama, dapat menjadi teman yang bijak dan pemandu, pembimbing bagi anak-anak/peserta didik mereka, sebagai upaya untuk meminimalisir kemungkinan-kemungkinan yang tidak menjadi harapan. Beberapa metode influintif (penting) yang dapat diberikan kepada anak menurut Abdullah Nashih Ulwan disebutkan: 1. Pendidikan dengan Keteladanan, adalah metode influintif yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak dalam moral, spiritual dan sosialnya. Pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan anak yang akan ditiruya, disadari maupun tidak, bahkan tercetak dalam jiwa figur pendidiknya, baik dalam ucapan perbuatannya. 2.
Pendidikan dengan adat kebiasaan. Dalam Islam disyariatkan bahwa anak diciptakan tauhid yang murni, agama yang lurus dan iman kepada Allah, sebagaimana tercantum dalam Aqur’an 30:30)
3.
Pendidikan dengan nasehat. Pemberian nasehat atau disebut juga mauidzah hasanah bukan metode yang sulit untuk dilakukan seseorang. Kata-kata yang bijaksana dapat memengaruhi siapapun yang kita harapkan asalkan kita mengetahui bagaimana dan dengan siapa kita berkomunikasi, disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri.
4.
Pendidikan dengan perhatian, yakni mencurahkan, memperhatikan dan senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam pembinaan aqidah dan moral, sosial dan spiritualnya serta selalu mananyakan tentang situasi pendidikan jasmaninya.
Dalam proses perkembangannya, setiap anak mempunyai karakteristik berbedabeda yang perlu dipahami oleh setiap orangtua dan pendidik, baik yang dipengaruhi oleh genetika maupun lingkungan dimana anak tumbuh dan berkembang. Oleh karenanya sebagai pendidik dan sekaligus pembimbing di Taman Kanak-kanak/ PAUD perlu memiliki pengetahuan tentang tumbuh kembang anak beserta permasalahan yang biasanya terjadi maupun hanya insidental dimiliki oleh anak-anak tertentu. Dua hal ini yang menurut penyusun merupakan dasar bimbingan konseling yang perlu mendapatkan perhatian dari pendidik.
A. Perkembangan Anak Usia Dini Menilik pendapat Howard Gardner, maka Multiple Intelligensi merupakan kemampuan yang dimiliki anak dalam beberapa aspek, kemudian berkembang didalamnya aspek agama, yang akan mewarnai setiap Bimbingan
dan Konseling
Islami. Maria Montessori (dalam Hurlock,1978) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu periode dimana suatu fungsi
tertentu
perlu
distimulasi,
diarahkan
sehingga
tidak
terlambat
perkembangannya. Misalnya masa peka untuk berbicara, jika periode ini tidak terpenuhi, maka ia akan mengalami kesulitan berbahasa pada masa yang akan datang. Pandangan Erik H.Erikson, berpendapat bahwa anak pada periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, maka anak akan mampu mengembangkan prakarsa dan daya kreatifnya serta hal-hal yang produktif dibidang yang disenanginya. Erikson juga mengatakan bahwa apabila guru selalu menolong, memberi nasehat dan membantu mengerjakan sesuatu padahal anak dapat melakukannya sendiri, maka hal itu dapat membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan itu. Pandangan lain tentang anak diajukan oleh kelompok konstruktivis yang dimotori oleh Jean Piaget dan Lev Vygotsky, yang mengatakan bahwa anak bersifat aktif dan memiliki kemampuan untuk membangun pengetahuannya. Secara mental anak
mengkonstruksi pengetahuannya melalui refleksi terhadap pengalamannya. Anak memperoleh pengatahuan bukan dengan cara menerima secara pasif dari orang lain, melainkan dengan cara membangun pengetahuannya sendiri secara aktif melalui interaksi dengan lingkungannya. Anak adalah makhluk belajar aktif yang dapat mengkreasi dan membangun pengetahuannya.
Dalam upaya untuk mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat mengembangkan potensinya secara maksimal, maka para pendidik dan orantua perlu memahami perkembangan anak. Hal itu penting mengingat: 1. Masa anak merupakan periode perkembangan dan perubahan dalam banyak aspek terjadi sangat cepat 2. Pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan berikutnya 3. Pengetahuan tentang perkembangan anak dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya 4. Dengan mengetahui perkembangan anak, orangtua dan pendidik
dapat
mengantisipasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Sedangkan jika dirinci, maka perkembangan dan pertumbuhan anak dapat diklasifikasi sebagai berikut: 1. Perkembangan dan Pertumbuhan fisik a. Tinggi dan berat badan. Ketika anak usia pra sekolah bertumbuh semakin besar, persentase pertumbuhan dalam tinggi dan berat berkurang setiap tahun. Anak perempuan hanya sedikit lebih kecil dan lebih ringan dari pada anak laki-laki selama tahun itu dan berlanjut hingga usia remaja. b. Otak, sebagai salah satu perkembangan fisik yang paling penting selama masa awal anak-anak, ialah perkembangan otak dan sistem syaraf yang berkelanjutan. Misikipun otak terus bertumbuh pada masa kanak-kanak awal, namun otak tidak bertumbuh sepesat pada masa bayi. Ketika anak mencapai usia 3 tahun, ukuran otaknya adalah 3/4otak orang dewasa dan pada usia 5 tahun otaknya mencapai sekitar 9/10 otak orang dewasa. 2. Perkembagan motorik. Juga merupakan hal yang penting dalam perkembangan di masa kanak –kanak. Pengaruhnya terhadap konstalasi perkembangan individu diantaranya:
a. Melalui ketetampilan motorik anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang b. Melalui keterampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya ke kondisi yang independent c.
Melalui perkembangan motorik anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah
d. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya e. Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self concept atau kepribadian anak. 3. Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Nutrisi didapatkan dari makanan dan cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh. Dalam tumbuh kembang anak, nutrisi memiliki dua peranan penting: bertanggungjawa untuk pertumbuhan fisik dan kematangan seksual dan untuk memenuhi kebutuhan energy yang dibutuhkan anak. Apa yang dimakan oleh anak berpengaruh terhadap pertumbuhan rangka, bentuk tubuh, dan kerentanan mereka terhadap penyakit. 4. Perkembangan sosial-emosional a.
Perkembangan diri (self). Selama masa awal anak-anak, terjadi beberapa perkembangan penting dalam diri mereka, diantaranya: 1) Prakarsa versus rasa bersalah. Menurut Erikson (1968) tahap psikososial yang manandai masa awal anakanak ialah
prakarsa versus rasa bersalah (initiative versus guilt), yaitu,
anak –anak yakin bahwa mereka adalah diri mereka sendiri yang selama masa awal anak-anak mereka harus menemukan menjadi apa mereka kelak. Mereka mengidentifikasi diri mereka dengan orang tua. Pengatur utama prakarsa ini adalah katahati (conscience)
yang akan mengawasi,
membimbing, memberi hadiah dan menghukum dirinya sendiri. 2) Pemahaman diri (self understanding), ialah representasi kognitif diri anak, bahan dan isi konsep diri anak. Memahami dirinya adalah anak berusia 5 tahun, perempuan, berambut hitam dll. b. Pekembangan emosional. Diantara perubahan yang paling utama di dalam pengembangan emosional di awal masa kanak-kanak adalah ditingkatkan penggunaan bahasa emosi dan pemahaman emosi. Pada usia 4 sampai 5 tahun,
anak-anak menunjukkan peningkatan kemampuan untuk reflek emosional, mereka sudah mulai mengerti bahwa kejadian yang sama dapat menimbulkan perasaan yang berbeda pada orang yang berbeda pula. Kebanggaan, malu, kebingunagn dan bersalah adalah emosi kesadaran diri. Hal ini tidak nampak untuk berkembang hingga tahun awal lingkungan anakanak, yang dipengaruhi oleh reaksi orangtua atas perilaku anak-anaknya. c. Perkembangan moral (moral development) adalah berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang apa
yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam
interaksinya dengan orang lain, tentang bagaimana anak-anak berfikir, bertindak dan merasakan tentang peraturan yang diterapkan oleh masyarakat sekitar. Para pakar perkembangan anak menguji tentang tiga bidang yang berbeda: 1) Bagaimana anak bernalar dan berfikir tentang aturan-aturan untuk perilaku etis. Misalnya bagaimana anak memandang perilaku nyontek saat ujian. 2) Bagaimana anak berperilaku sesungguhnya berperilaku dalam keadaan moral 3) Bagaimana anak merasakan hal-hal moral 5. Perkembangan kognitif. Yang menurut teori Piaget, tahapan utama kedua perkembangan (pra-operasional) yaitu kira-kira usia 2-7 tahun, anak-anak lebih ahli dalam menggunakan pemikiran simbolik, tetapi belum mampu menggunakan logika. Pada usia ini anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata, gambar-gambar dan yang meliputi hubungan-hubungan informasi sensori dan tindakan fisik. Pada tahap masa awal anak-anak, disebut sebagai masa kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Dalam seni mereka, matahari kadang-kadang berwarna hijau dan langiit berwarna kuning. Imajinasi mereka terus bekerja, dan daya serap mental mereka tentang dua dunia semakin meningkat. 6. Perembanga bahasa. Dengan meluasnya interaksi social anak-anak, mereka mulai mengetahui bahwa berbicara merupakan sarana penting untuk memperoleh tempat dalam kelompok, sehingga mendorong untuk berbicara lebih baik, dan iapun akan berusaha untuk dapat memahami ungkapan dari orang lain. Bantuan untuk memperbaiki pembicaraan pada anak-anak berasal dari empat sumber:
a. Orangtua. Memperbaiki setiap ucapan yang salah, memperbaiki kesalahan tata baahasa dan mendorong untuk berperan serta dalam setiap pembicaraan keluarg yang bersifat umum. b. Radio dan televisi. Kedua
alat komunikasi tersebut juga mendorong anak
untuk mendengarkan/melihat secara seksama sehingga dapat meningkatkan pemahaman terhadap apa yang dikatakan oleh oranglain c. Belajar membaca, karena ia menambah kosa kata dan terbiasa dengan bentuk kalimat yang benar d. Setelah anak mulai sekolah, kata-kata yang salah ucap dan arti-arti yang salah biasanya cepat diperbaiki oleh guru B. Permasalahan Anak Usia Dini Anak bermasalah (pada usia TK)adalah yang memiliki perilaku non normatif jika dilihat dari tingkat perkembangannya atau mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri baik pada waktu anak belajar (konsentrasi) maupun dalam aktivitas bermain di sekolah maupun di rumah (sosial). Setiap peserta didik memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda dan untuk mengetahuinya seorang pendidik perlu memahami permasalahanpermasalahan apa yang biasanya dialami peserta didik. Permasalahn yang dihadapi anak dapat dilihat melalui tingkah laku yang ditunjukkan anak maupun keluhankeluhan yang disampaikan oleh orang-orang sekitar anak. Sedangkan batasan anak bermasalah dapat dilihat dari beberapa hal: 1. Frekwensi (berapa banyak) perilaku menyimpang yang tampak 2. Intensitas (tingkat kedalaman perilaku), anak, misalnya kondentrasi yang sangat pendek dan mudah beralih perhatian 3. Usia anak>< tingkah laku anak Untuk mempermudah para pendidik mengenali masalah-masalah anak TK yang dihadapi, maka masalah dapat digolongkan menjadi 3: 1. Fisik. Pertumbuhan fisik pada masa ini berlangsung lambat dibandingkan pada pertumbuhan masa bayi. Pada masa ini pertumbuhan relatif seimbang antara berat dan tinggi badan. Otot-otot badan cenderung lebih baik dan nafsu makan pun sudah tidak sebesar masa bayi karena tingkat pertumbuhan tidak sebesar masa bayi lagi. Namun beberapa masalah yang mungkin dapat dialami adalah sebagai beikut: a. Gangguan fungsi panca indra
Gangguan fungsi panca indra biasanya akan menimbukan banyak masalah, baik dalam proses pembelajaran maupun dalam
kegiatan bermain sebagai
bentuk pembelajaran social bagi peserta didik. Gangguan penglihatan dan pendengaran
menjadi masalah yang biasa terdapat di Taman kanak-kanak.
Permasalahan penglihatan mudah diketahui bila derajat penyimpangannya sudah sangat besar dari yang normal, apalagi jika guru sering mendapat keluhan sakit kepala, pusing-pusing, atau memperhatikan ketika peserta didik membaca yang harus dengan jarak yang dekat, maka guru perlu mewaspadai akan kondisi penglihatan pesarta didik dan bila diperlukan segera dikonsultasikan dengan dokter ahli. Permasalahan pendengaran juga terkadang menjadi satu kendala bagi peserta didik untuk menerima materi pembelajaran. Bila pelajaran kurang terdengar oleh peserta didik, maka dikhawatirkan perkembangan potensi yang semula akan dimediatori oleh pembelajaran, tidak akan tersampaikan dengan jelas dan peserta didik menjadi tidak dapat mengembangkan dirinya. Kondisi peserta didik seperti ini mudah dikenali oleh guru, oleh karenanya guru perlu mewaspadai jika ada peserta didik yang selalu memperhatikan gerak-gerik bibirnya disaat pembelajaran berlangsung atau sebaliknya berbicara dengan berbisik-bisik. Gangguan pada indra pendengaran ini dapat disebabkan oleh infeksi pada telinga, karena kurang diperhatikan oleh orang tua atau bisa juga karena bawaan sejak lahir. b. Cacat tubuh; cacat pada tangan, kaki dan wajah. Cacat pada tangan: baik yang disebabkan karena kecelakaan maupun bawaan lahir, akan mengganggu aktivitasnya. Misalnya dalam mewujudkan kemampuan dirinya untuk memakai baju sendiri, makan, menulis dsb., begitu pula peserta didik yang kidal yang tidak terbiasa melakukan aktivitasnya dengan tangan (kanan), bukan karena ia tidak mampu tapi lebih karena tidak dibiasakan menggunakan tangan kanannya.. Cacat pada kaki: biasanya peserta didik yang cacat kaki, baik disebabkan karena sakit, kecelakaan maupun bawaan sejak lahir, biasanya ketika berjalan menggunakan bantuan alat (kreg) sehingga pembelajaran keterampilan motorik seperti berlari, melompat, berjalan di atas papan titian, bermain lompat tali akan terganggu, bahkan peserta didik tersebut tidak dapat menjalankannya.
Cacat pada wajah: wajah yang berbeda dari peserta didik pada umumnya, misalnya pertumbuhan gusi yang tidak baik, jarak kedua mata yang berjauhan, bibir sumbing sehingga tidak dapat berkomunikasi dengan jelas. Kekurangan ini juga dapat disebabkan oleh bentuk rahang,dan letak gigi. Oleh karenanya ada baiknya jika kondisi tersebut segera ditangani oleh dokter ahli sebelum usia 5 tahun. c. Kegemukan ( obesitas) Anak dianggap kegemukan, jika memiliki berat lebih 20% dibanding anak-anak normal yang sebaya. Kegemukan dapat berbahaya bagi kesehatan dalam segala tingkat usia. Misalnya penyakit jantung, kencing manis, darah tinggi dls. Selain itu juga menyebabkan penampilan anak menjadi kurang manarik,
mendapat
cemoohan dari teman yang lain sehingga mengurangi rasa percaya dirinya. d. Gangguan gerak peniruan (stereotipik) Gejala yang terlihat ialah gerakan motorik kasar yang tidak wajar, istilah gerakan stereotipik disini merupakan istilah diagnostik, yang ditujukan untuk gerakan yang dilakukan karena kebiasaan (habitual) atau gerakan-gerakangerakan yang merupakan kebiasaan tetapi mempunyai akibat yang tidak baik. (manarism) yang dilaksanakan dengan cepat atau berkepanjangan, dan gerakan itu sering dirasakan sebagai sesuatu yang menyenangkan. Gangguan ini disebut “tic”, yang menurut Diagnosis Gangguan Jiwa Indonesia (PDGJI) terbagi menjadi 3: 1. Gangguan tic sepintas, biasanya timbul pada masa kanak-kanak, berupa gerakan motorik berulang, tidak disengaja, cepat tanpa tujuan. Anak biasanya mampu menahan gerakan itu dalam jangka waktu beberapa menit sampai beberapa jam. Lama gangguan paling sedikit satu bulan dan tidak lebih dari satu tahun 2. Gangguan tic motorik kronik: berupa gerakan tidak sengaja, berulang, cepat, tanpa tujuan yang penambahan gangguannya tidak bervariasi. Lama gangguan paling sedikit satu tahun 3. Gangguan “teurette”: gangguan yang biasanya timbul sejak anak uia 2 tahun. Terdapat gerakan-gerakan tidak disengaja (kaku), berulang, cepat, tanpa tujuan, ticnya berupa vocal berulang-ulang (misalnya dengusan, batuk, menggeram, menyalak atau kata-kata kotor.) Gangguan ini biasanya berlangsung lebih dari satu tahun.(Rusda koto Sutadi&Sri Maryati Deliana)
e. Kidal, sering dimasukkan dalam kategori cacat tubuh terutama pada tangan. Hal ini dilakukan belum tentu karena merupakan ketidakmampuan menggunakan tangan kanannya tetapi kidal dapat juga merupakan kebiasaan anak menggunakan tangan kirinya dalam mengerjakan berbagai macam pekerjaan.
Gambar anak kidal; kebiasaan tidak baik/sengaja?
f. Gangguan kesehatan: astma, batuk dll g. Hiperaktif/ Attention Deficit Disorder (ADD): gangguan ini diperuntukkan bagi gangguan yang mempunyai cirri keaktifan berlebih. Anak hiperaktif biasanya mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian pada jangka waktu tertentu, mudah terganggu perhatian dan pikirannya dan tidak mampu bersikap tenang. Lama gangguan paling sedikit 6 bulan, yang terjadi karena kerusakan otak minimal atau otak tidak berfungsi penuh, melainkan hanya sebagian saja, disebabkan karena lingku ngan yang tercemar racun, bahan tambahan pada makanan bahkan karena keturunan dll.
Ekspresi anak-anak hiperaktif h. Neuropati: gejala yang tampak adalah adanya ketidak tenangan, terutama terlihat pada gerakan motoriknya. Penyebabnya dapat karena kelainan konstitusional pembawaan, sehingga ada kepekaan terhadap rangsangan dari luar/gangguan
otak.
Ia
sering
melakukan
perbuatan-perbuatan
yang
bertentangan dengan norma lingkungan. i. Ngompol (enuresis); dianggap sebagai gangguan apabila anak sudah berusia lebih dari 3 tahun. Gangguan ini paling sering terjadi pada malam hari. Bila
muncul pada waktu tidur malam disebut “nocturnal” dan jika terjadi waktu terjaga disebut “ diurnal” j. B a b
di sembarang tempat (Encopresis), adalah buang air besar dengan
konsistensi normal atau hampir normal, disengaja atau tidak, dan berulangulang di tempat-tempat yang tidak sepantasnya. k. Gagap; gejalanya adalah sering mengulang dan memperpanjang suara, suku kata atau kata-katanya dan sering terjadi keraguan dan penghentian bicara, sehingga mengganggu arus irama bicara. l. Gangguan perkembangan bahasa: 1) Dalam memahami bahasa yang diterima, seperti yang dialami oleh anak-anak yang lemah mental 2) Gangguan pada bahasa yang telah dikuasai, sebagai akibat trauma. 3) Keterlambatan dalam berbahasa, baik kesulitan untuk menerima bahasa yang dibicarakan maupun kesulitan mengutarakan pikiran secara verbal) 2. Psikis, adalah gangguan yang berkaitan dengan keadaan psikis, antar lain daya konsentrasi, intelegensi, berbohong, emosi (perasaan takut, cemas, marah, irihati,mudah tersinggung dan sedih)
yang berada dalam kondisi yang tidak
normal, iri hati dan cemburu, mudah tersinggung dan perasaan yang sedih. a. Konsentrasi: adalah pemusatan perhatian terhadap suatu objek. b. Intelegensi adalah kecakapan individu yang global dan tersusun untuk dapat bertindak terarah, berfikir yang bermakna dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. c. Berbohong, adalah perbuatan pemalsuan yang sengaja dilakukan dengan tujuan mempedayakan
Ekspresi anak yang berbohong
d. Emosi, adalah perasaan yang dialami oleh semua orang dan pada setiap tahap perkembangan, karena emosi merupakan ungkapan isi hati seseorang.misalnya: perasaan takut, cemas,kemarahan, irihati dan cemburu, mudah tersinggung dan perasaan sedih.
Ekspresi anak yang marah
3. Permasalahan sosial. Perkembangan sosialnya ditandai dengan meluasnya lingkungan pergaulan. Anak sudah mulai melepaskan diri dari lingkungan kaluaga, karena mereka sudah mengenal banyak oranglain. Permasalahan yang dihadapi antara lain: tingkahlaku agresif, daya suai kurang, pemalu, anak manja, negativisme dan kesulitan belajar.
(wikepedia bimbingan konseling PAUD, diakses 18-6-2011)
C. Prinsip-prinsip Pendekatan Perkembangan Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling pada Anak Usia Dini/TK, yang dimaksudkan
adalah
prinsip
umum
dari
kacamata
pendidikan
dan
pembelajaran pada AUD. Jika dikaitkan dengan nilai-nilai Islam, hal itu sangat tergantung pada bagaimana seorang pendidik memberikan nuansa agama dalam setiap bantuan yang diberikan. Adapun prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling untuk Anak Usia Dini, menurut Muro dan Kottman (dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar agustin, 2008: 3.1) adalah sebagai berikut: 1. Bimbingan dan konseling dibutuhkan oleh semua anak Prinsip ini menekankan tentang pentingnya palayanan bimbingan bagi semua anak. Mereka perlu mengembangkan pemahman diri yang baik. disamping itu, kualitas intelektual serta keberadaannya sebagai makhluk pribadi- social dan sesama ciptaan Allah berhak atas pendidikan Agama dan perlindungan dari orangtua dan guru. Kehadiran Bimbingan dalam
pelaksanaan pendidikan tidak cukup hanya dikaitkan dengan proses pembelajaran, malainkan juga diperlukan dukungan penuh dalam rangka optimalisasi berbagai kegiatan lain yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. 2. Bimbingan
dan
konseling
perkembangan
berfokus
dalam
mengembangkan kegiatan belajar anak. Konselor/pendidik secara aktif membantu pertumbuhan dan perkembangan anak serta secara aktif memahami dunia mereka. Upaya ini dilakukan sebagai strategi untuk membantu tercapainya proses pengembangan anak. Proses bimbingan tidk terlepas dri proses pembelajaran secara keseluruhan, dengan kata lain bimbingan dan pembelajaran merupakan suatu proses terpadu yang diarahkan dalam membantu proses belajar efektif bagi anak 3. Guru/pendamping merupakan fungsionaris bersama program bimbingan perkembangan. Upaya bimbingan dilakukan dengan flekibel dan dapat dilakukan dengan berbagai variasi ataupun stategi dalam membantu menyelesaikan
masalah.
Guru
memiliki
peran
stratategis
dalam
membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi anak dan menciptakan iklim yang sehat dalam menunjang proses belajar dan perkembangan yang terjadi 4. Kurikulum yang terencana dan terorganisasi merupakan komponen penting dalam bimbingan perkembangan anak. Bimbingan dilaksanakan untuk mendukung kurikulum yang telah disusun untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak. 5. Bimbingan
perkembangan
memprehatikan
aspek
perkembangan,
penerimaan diri, pemahaman diri, dan pengayaan diri anak. Semua peserta didik membutuhkan bimbingan untuk mengoptimalkan potensi yang diberikan Allah kepada mereka. Penting bagi guru memberikan kesempatan untuk menyampaikan ide, gagasan dan pendapatnya dengan cara yang alami. Miskipun
anak masih
memiliki pengetahuan dan
pengalaman
mengenal lingkungan (manusia dan alam) dengan beberapa keterbatasan maka diperlukan bimbingan dari pendidik dan orangtua, hal ini sangat dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan (multiple intelegnsinya) dan juga mencegah agar potensi yang dimilikinya tidak menyimpang dari
fitrahnya yang suci, baik yang berkaitan dengan pergaulan antara sesamanya maupun dengan sang Pencipta. 6. Bimbingan merupakan Proses yang menyatu dalam semua kegiatan pendidikan. Bimbingan merupakan salah satu kegiatan pendidikan disamping pengajaran dan latihan. Pelaksanaan bimbingan pada Anak Usia Dini tidak dapat dipisahkan dalam seluruh proses pembelajaran. Ketika pendidik melaksanakan pembelajaran dan latihan, ketika itu juga pendidik melaksanakan proses bimbingan dengan metoda dan media yang telah direncanakan. 7. Bimbingan dan konseling perkembangan membantu mendorong proses tumbuh kembang anak, agar mereka: a. Mampu menempatkan nilai pada diri anak sebagaimana dirinya sendiri b. Percaya pada diri sendiri c. Percaya akan kemampuan diri sendiri dan membangun penghargaan akan dirinya d. Mampu bekerja dan berusaha bersungguh-sungguh e. Mampu berinteraksi dengan kelompok untuk mengembangkan diri f. Dapat menempatkan diri dalam kelompok g. Membantu mengembangkan keterampilan diri secara berurutan secara psikologis, sehingga dapat sukses h. Mengakui dan menfokuskan pada kekuatan dan aset yang dimiliki i. Memanfaatkan minat anak sebagai energi dalam pengajaran 8. Bimbingan harus dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan yang dirasakan
peserta
didik.
Bimbingan
untuk
anak
diawali
dengan
mengindentifikasi berbagai kebutuhan anak, karena masing-masing mereka memiliki kebutuhan yang berbeda-beda 9. Dalam menyampaikan permasalahan anak kepada orangtua hendaknya menciptakan situasi aman dan menyenangan sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi yang wajar dan terhindar dari kesalah pahaman. 10.
Bimbingan perkembangan peduli dengan penerapan aspek-aspek
psikologi. Pendekatan ini menekankan tentang pentingnya upaya guru dalam memperhatikan aspek-aspek psikologis anak,
11.
Bimbingan perkembangan memiliki kerangka dasar yang berlandaskan
pada kajian tentang psikologi anak, psikologi perkembangan dan teori belajar 12.
Bimbingan perkembangan mempunyai sifat berurutan dan fleksibel.
Prinsip ini menegaskan bahwa bimbingan perkembangan sangat cocok diterapkan dalam membantu memfasilitasi perbedaan dan keragaman yang dimiliki anak.
D. Asas-asas bimbingan dan konseling islami Bimbingan islami dapat dikatakan sebagai suatu proses pemberian bantuan terhadap individu agar ia mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehinggga dapat mencapai kebagahiaan hidup di dunia dan akherat. Sedangkan konseling islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan-ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akherat. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islami di atas adalah pengertian secara umum, jika kita mencoba menilik pada pengertaiannya dalam Pendidikan Anak Usia Dini, maka sebenarnya setiap pendidik dan orangtua mengharapkan agar setiap peserta didiknya dapat hidup dan berkembang sesuai dengan fitrahnya, senang bermain, bernyanyi dan selalu bergembira. Sebagai anak yang diajarkan
kepada mereka budi pekerti yang baik,
pembiasaan beribadah dan memiliki etika sopan santun kepada sesama dan lingkungannya sehingga ia akan hidup berbahagia sehingga dewasa (mukallaf), mereka menjadi generasi Islam yang siap menjalankan amanah sebagai seorang yang ber amar ma’ruf dan nahi munkar. Menurut Tohari Musnamar dkk, asas bimbingan konseling islami adalah sbb: 1. Asas kebahagiaan dunia akherat. Bimbingan Konseling islami berpijak pada tujuan akhir kehidupan ini yakni pencapaian kebahagiaan hidup di dunia dan akherat. Seperti yang tercantum dalam Alqur’an surat At-tahrim ayat 6:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada
mereka
dan
selalu
mengerjakan
apa
yang
diperintahkan. Pelaksanaan bimbingan konseling, mengacu kepada prinsip bahwa setiap individu memiliki kareateristik yang berbeda-beda, merekapun mempunyai kekurangan da kelebihan sendiri-sendiri, yang kesemuanya adalah merupakan ujian dari-Nya. Ketika anak memiliki kekurangan, maka sesungguhnya itu adalah ujian dan harus dihadapi, diantisipasi dan dibimbing dengan sebaikbaiknya.
2.
Asas fitrah. Dalam Islam, manusia diahirkan dalam keadaan fitrah, berbagai kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai muslim atau beragama Islam. Bimbingan dan konseling membantu klien untuk memahami kembali eksistensinya
3.
Asas lillahi Ta’ala, bimbingan diselenggarakan semata-mata hanya karena Allah. Guru/ pembimbing melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan tanpa mengharap sesuatu dan orang tua anak juga dengan sabar, ihlas dan rela menerima segala masukan dan saran daari pendidik terutama berkaitan dengan optimalisasi perkembangan anak. Allah berfirmah:
162. Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
4. Asas bimbingan seumur hidup. Manusia hidup betatapun bahagianya, kecukupannya tidak akan ada yang sempurna, mungkin saja ia akan
menjumpai kesulitan dan kesusahan. Oleh karenanya, bimbingan diperlukan setiap orang selaga hayat masih dikandung badan 5. Asas kesatuan jasmaniah dan ruhaniah. Bimbingan dan konseling Islami membantu setiap individu agar dapat hidup bahagia, seimbang antara kebutuhan jasmani dan ruhaninya. Pepatah mengatakan,” bekerjalah untuk duniamu seakan kamu akan hidup selamnya, dan bekerjalah untuk akheratmu seakan engkau akan mati besuk pagi.” 6. Asas
kemaujudan
individu.
Islam
memandang
seorang
individu
merupakan suatu eksistensi tersendiri dengan perbedaan-perbedaan, kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari haknya dan kemampuan fundamental dengan potensi ruhaniah yang ia miliki. 7.
Asas sosialitas manusia, yang diakui dengan memperhatikan hak individu yang juga mempunyai kewajiban /tanggungjawab sosial
8. Asas
kekhalifahan.
Setiap
muslim
mempunyai
kewajiban
untuk
memberikan layanan, bantuan bahkan contoh terbaik bagi orang-orang sekitarnya 9. Asas akhlakul karimah.
21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
10. Asas kasih sayang. Setiap orang memerlukan cinta kasih dan rasa sayang dari orang lain. Rasa ini dapat menundukkan dan mengalahkan banyak hal. “sayangilah siapa saja yang ada di bumi ini, maka penghuni langit akan menyayangimu.” (HR.Thabrani dan Hakim, hadist shoheh) 11. Asas
saling
menghormati
dan
menghargai.
Kedudukan
pembimbing/konselor dengan yang dibimbing pada dasarnya sama atau
sederajat, oleh karenanya hubungan yang terjalin merupakan hubungan yang saling menghormati, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk Allah. 12. Asas musyawarah. Dalam proses bimbingan terjadi dialog yang terbuka, tidak ada rasa tertekan atau memiliki keinginan untuk menang maupun kalah. 13. Asas keahlian. Dalam hadist disebutkan:” jika suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggu sajalah saatnya kehancuran. E. Etika seorang Konselor Islami Etika dapat diartikan sebagai sopan santun atau akhlak, yakni akhlak konselor terhadap kliennya (Pendidik terhadap peserta didik). Etika yang dimaksud adalah usaha konselor untk selalu menjaga reputasi dan harga diri klien sehingga pelaksanaan bimbingan dapat berhasil sesuai target yang ditemtukan. Konselor/pendidik
di TK/PAUD, dalam konteks ajaran Islam harus
selalu berprinsip pada Alqur’an dan Hadist yang diikuti dengan perhatian terhadap tumbuh kembang peserta didik yang membutuhkan bantuan. Adapun etika yang harus dimiliki konselor adalah: 1. Berniat tulus dan ihlas, seperti sabda Rasulullah saw: yang artntainya:” sesungguhnya setiap pekerjaan itu tergantung pada niatnya...’ 2.
Mempunyai pengetahuan tentang psikologi anak. Guru/pendidik dituntut untuk lebih kreatif dalam memberi stimulasi pembelajaran. Kondisi anak saat ini belum tentu mencerminkan kondisi anak pada masa yang akan datang.misalnya anak yang dikatakan “nakal”, maka sebenarnya itu tidak selalu menunjukkan bahwa dia akan menjadi manusia yang tidak baik pada masa yang akan datang, karena sebenarnya sikap dan perilaku anak saat ini dapat diperbaiki,terutama disaat masih usia dini
3.
Menjaga rahasia. Permasalahan anak yang bersifat fisik mungkin tidak menjadi masalah jika diketahui oleh orang lain, guru dan pembimbing hanya bertugas untuk memotivasi dan memberi nasehat agar orangtua dan anak tetap optimis dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. pembimbing yang islami juga harus mengkaitkan nasehatnya dengan berpedoman kepada Alqur’an dan sunnah rasul.
Guru/pembimbing perlu menguasai kata-kata (nasehat) yang dapat menjawab setiap ungkapan negatif yang sesekali mungkin terlontar dari orangtua maupun peserta didik, kata-kata yang mengundang cinta dan kasih sayang. Allah berfirman:
33. siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
Kata-kata yang tersebut diharapkan mempu memalingkan persepsi negatif dari seseorang kepada orang lain, terutama anak yang bermasalah. 4. Menjadi teladan. Guru/pendidik di sekolah adalah figur bagi peserta didik dalam setiap tingkah lakunya. 5. Mendoakan.
BAB III PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING ISLAMI PAUD A.
CIRI BIMBINGAN DAN KOSELING ANAK USIA DINI
Perkembangan yang terjadi pada anak berkenaan dengan aspek fisikmotorik, kognitif, bahasa, nurtisi dan social emosional yang telah menjadi landasan pelaksanaan bimbingan konseling, setiap aspek tidak bisa berkembang sendiri-sendiri, tetapi satu sama lain saling mempengaruhi, misalnya aspek bahasa. Bahasa merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain yang sekaligus berfungsi untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain. Melalui bahasa anak dapat memperoleh pengetahuan, dan dengan bahasa pula anak dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa perkembangan bahasa pada anak terkait dengan perkembangan kognitif dan social. Apabila perkembangan bahasa anak terhambat, maka perkembangan kognitif dan sosialnyapun akan mengalami hambatan. Berdasarkan pada hal di atas, maka seorang guru perlu mengetahui karakteristik peserta didiknya yang berbeda-beda, begitu pula dengan tumbuh kembang setiap aspek yang dimiliki. Beberapa ciri bimbingan dan konseling bagi anak usia dini yang dapat dijadikan rujukan bagi guru atau pendamping adalah sebagai berikut: 1. Proses bimbingan dan konseling harus disesuaikan dengan pola pikir dan Pemahaman. Pola pikir peserta didik merupakan satu kunci seorang pendidik untuk bisa memahami apa yang disampaikan saat diketahui ia sedang membutuhkan bantuan, karena kemampuan anak untuk mengungkapkan suatu masalah tidak bisa langsung dipahami, baik bahasa maupun sikapnya ketika memberikan informasi yang sebenarnya kepada pembimbing.
2. Pelaksanaan bimbingan terintegrasi dengan pembelajaran Pelaksanaan bimbingan dan konseling dilakukan bersama-sama dalam proses pembelajaran, dalam arti bahwa seorang guru/pembimbing ketika merencanakan
pembelajaran,
maka
direncanakan
pula
program
bimbingannya.hal ini berangkat dari pandangan bahwa pengembangan anan usia dini
dilakukan secara bersama
dalam
seuaa aspek
perkembangan termasuk membantu mengatasi sebuah permasalahan yang dialami anak. 3. Waktu pelaksanaan bimbignan sangat terbatas Pemanfaatan waktu yang efisien oleh guru atau pendamping akan mempengaruhi hasil yang ditunjukkan anak berupa perubahan tingkah laku yang diharapkan. Pengembangan seluruh aspek perkembangan secara umum tidak dapat dipisahkan. 4. Pelaksanaan bimbingan dilakukan dalam nuansa bermain. Bermain merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dengan dunia anak, merupakan kegiatan yang menyenangkan yang tidak bisa dirasakan atau dibayangkan oleh orang dewasa. 5. Ada keterlibatan dengan teman sebaya Kebutuhan anak akan teman sebaya menjadikan pelaksanaan bimbingan konseling dapat berjalan lebih baik dan perlu dipertimbangkan terutama untuk mengatasi hal-hal yang berkaitan dengan masalah social emosional. 6. Adanya keterlibatan orangtua Orang tua merupakan pihak yang tidak dapat dipisahkan dari proses bimbingan dan konseling, karena orangtua merupakan orang yang paling dekat dengan anak. Guru atau pendamping adalah pengganti orangtua, maka dengan waktu yang relative terbatas guru harus mampu menggunakan dengan efektif dan juga mampu mengkomunikasikan dengan orang tua peserta didik
B. PENYUSUNAN PROGRAM L ayanan Bimbingan Konseling pada PAUD dan TK, sebagai bagian integral dalam keseluruhan program pendidikan AUD tidak akan tercapai secara optimal tanpa
adanya perencanaan yang sistematis, terarah, dan terpadu, sebagai acuan dasar untuk membuat program pelaksanaan kegiatan bimbingan. 1. 2. 3. 4.
Dalam tahap perencanaan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: Pengumpulan data diperlukan sebagai bahan dasar bagi penyusunan program Penyusunan program dilakukan secara bersama dengan seluruh tenaga kependidikan di TK termasuk orangtua di bawah koordinasi kepala TK pelaksanaan dengan memberi kesempatan kepada semua pihak yang terkait untuk memahami program serta peranan masing-masing dalam pelaksanaannya Penyediaan fasilitas yang diperlukan ( PKBTK:1995,Pedoman bimbingan)
Menurut Miller ( dalam Ernawulan Syaodeh, 2008), mengatakan bahwa program bimbingan yang baik, yaitu program yang apabila dilaksanakan akan efisien dan efektif. Program tersebut memiliki ciri-ciri: 1. Program itu disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata dari para siswa di sekolah yang bersangkutan 2. Kegiatan bimbingan diatur menurut skala prioritas yang juga ditentukan berdasarkan kebutuhan siswa dan kemampuan petugas 3. Program dikembangkan berangsur-angsur, dengan melibatkan semua tenaga pendukung di sekolah ketika merencanakannya 4. Program itu memiliki tujuan yang ideal, tetapi realistis dalam pelaksanaannya 5. Prgoram itu mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan diantara semua anggota staf pelaksanaannya 6. Menyediakan fasilitas yang diperlukan 7. Penyusunannya disesuaikan dengan program pendidikan di lingkungan sekolah yang bersangkutan 8. Memberikan kemungkinan pelayanan kepada semua sisiwa 9. Memperlihatkan peranan yang penting dalam menghubungkan dan memadukan sekolah dengan masyarakat. 10.
Berlangsung sejalan dengan proses penilaian diri baik mengenai program itu
sendiri maupun kemajuan dari siswa yang dibimbing serta mengenai kemajuan pengetahuan, keterampilan dan sikap para petugas pelaksananya.
Kualitas layanan bimbingan dan konseling ditunjukkan dengan mempu mengembangan individu seoptimal mungkin sesuai dengan harapan siswa orangtua dan masyarakat . Layanan bimbingan dan konseling yang bermutu adalah yang mampu membantu peseta didik tidak hanya sebatas mengatasi masalah-masalah
pendidik dan perkembangannya, tapi juga membantu mengatasi masalah-masalah pribadi siswa. Dalam perencanaan, program terdapat beberapa aspek kegiatan (menurut juntika N., 2003) : 1.
Adanya kebutuhan
2.
Analisis situasi
3.
Menentukan alternative kemungkingan
4.
Memilih aktivitas yang akan dilakukan.
Sedangkan menurut Syaodeh dalam program bimbingan dan konseling AUD perlu mencakup: 1. Rencana program yang berisi tujuan, lingkup, kegiatan, alat bantu dan evaluasi program bimbingan 2. Pelaksanaan program dan 3. Evaluasi program
Sedangkan manfaat dari dilakukannya perencanaan adalah: 1.
Adanya kejelasan arah pelaksanaan program bimbingan
2. Adanya kemudahan mengontrol dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan bimbingan yang dilakukan, dan 3.
Terlaksananya program kegiatan bimbingan secara lancar, efisien dan efektif
C. PENGELOLAAN Kegiatan layanan ,bimbingan akan berlangsung secara efektif apabila dikelola secara tepat dan baik. Untuk itu diperlukan adanya kejelasan mengenai organisasi, uraian tugas personil, pengawasan bimbingan sarpras dan kerjasama dengan pihak lain yang terkait. 1. Organisasi: kerena pelaksanaan bimbingan di TK adalah terpadu dengan seluruh aktivitas pendidikan, maka setiap guru kelas, selain bertugas untuk menyampaikan materi pelajaran, ia sekaligus malaksanakan layanan bimbingan yang terpadu dalam kegiatan proses belajar mengajar. Namun apabila kondisi memungkinkan, dapat disediakan tenaga pembimbing khusus untuk membantu jika terjadi hal-hal diluar kemampuan pendidik. 2. Uraian tugas personil
Agar para pembimbing atau personel sekolah lainnya mampu memberikan layanan bimbingan secara bermutu, maka memungkinkan sekali jika peningkatan pengetahuan tentang bimbingan konseling lebih diperdalam dan diperluas, baik yang dilaksanakan melalui seminar, penataran, lokakarya maupun kegiatan lain yang mendukung. Melalui kegiatan pengembangan ini diharapkan para personel sekolah memiliki kompetensi atau kemampuan sesuai dengan deskripsi kerja masingmasing, dengan penjelasan sebagai berikut: a. Kepala Taman Kanak-kanak Kepala sekolah sebagai penanggungjawab kegiatan pendidikan termasuk layanan bimbingan, mempunyai tugas sebagai berikut: 1) Mengkoordinasikan perencanaan program dan pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan bersama guru dan orangtua 2) Menyediakan tenaga, sarana dan fasilitas yang diperlukan 3) Melakukan supervisi terhadap perencanaan , pelaksanaan dan penilaian kegiatan layanan bimbingan. Dan (dalam syamsu yusuf&Juntika N, 2006.) ditambah dengan 4) Menerapkan kebijakan yang menunjang terciptanya iklim pendidikan di sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa secara optimal 5) Memahami kedudukan program bimbingan konseling sebagai salah satu komponen penting pendidikan yang harus dilaksanakan di sekolah 6) Memahami konsep dasar dan karakteristik siswa 7) Melakukan pengawasan untuk menjamin terlaksananya layanan bimbingan secara tepat, baik secara teknis maupun administrative yang dilakukan secara terus menerus. Fungsi kepengawasan layanan bimbingan adalah memantau, menilai, memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kegiatan layanan bimbingan di TK.. b.
Guru Kelas/pendamping 1) Menentukan tujuan program bimbingan dan konseling yang akan dilakukan, sesuai dengan kebutuhan anak dan lingkup atau hal yang akan dibimbing misalnya bimbingan tentang menjaga kesehatan, maka guru dapat memilih kegiatan bercakap-cakap membuang sampah dll.
tentang pembiasaan mandi, menggosok gigi,
2) Melakukan koordinasi dengan kepala TK dan orangtua, terutama dalam pelaksanaan konseling karena permasalahan yang dimiliki anak dapat berasal dari anak sendiri, lingkungan maupun orangtua 3) Menentukan alat bantu yang akan digunakan. Alat bantu ini adalah semua fasilitas dan sumber belajar yang ada yang dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan bimbingan dan konseling bagi anak usia dini. Misalnya media gambar, buku cerita untuk memberikan bimbingan tentang etika bergaul atau bagaimana berteman yang baik dengan sesamanya. 4) Melaksanakan kegiatan layanan bimbingan dengan mengintegrasikan pada kegiatan pembelajaran masing-masing, dan tidak ada waktu khusus , oleh karenanya dalam menentukan kegiatan program, guru/pendamping perlu memilih atau menentukan kegiatan yang biasa dilakuakan pada anak usia dini, misalnya dengan bermain peran, berceritera, bercakap-cakap dll. 5) Mengevaluasi pelaksanaan program. Adalah penilaian terhadap proses dan hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling. Apakah mereka menyusun rancangan program dan melaksanakan program sesuai dengan yang sudah direncanakan? Sedangkan evaluasi yang terkait dengan hasil yang dicapai diarahkan pada anak usia dini apakan mereka menunjukkan adanya peningkatan kemampuan sesuai dengan sesuai dengan yang ditetapkan? 6) Menganalisis hasil layanan bimbingan 7) Melaksanakan tidak lanjut dengan mengirim anak ke ahli yang tepat berdasarkan hasil penilaian.
D. LINGKUP LAYANAN BIMBINGAN 1. Layanan pengumpulan data, bertujuan untuk menjaring informasi yang diperlukan guru tentang peserta didik tentang karakter, kemampuan dan permasalahannya yang mungkin dialami anak. Data ini penting karena untuk memberikan bantuan kepada anak, guru pendamping yang berperan sebagai pembimbing perlu mengetahui siapa
peserta didik yang dibimbing, bagaimana dengan keluarga,
lingkungan
serta
kehidupannya
mengetahui
permasalah
dan
sehingga
penyebabnya
lebih
mudah
dan
akhirnya
menentukan bentuk bimbingan yang akan dilakukan.
untuk bisa
Layanan dimaksudkan mengumpulkan berbagai data yang berkaitan dengan segala aspek kepribadian dan kehidupan Anak Usia Dini serta keluarga dan lingkungannya. Yang termasuk dalam data pribadi anak diantaranya: a. Data tentang pengenalan diri siswa, yang terdiri dari nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir serta tempat tinggal b. Data tentang latar belakang keluarga dan lingkungan sosial, yaitu keadaan orangtua dan anggota keluarga lainnya serta lingkungan sekitar yang berupa antara lain umur ayah, ibu, status ayan dan ibu, jumlah anggota keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan dll., serta pengaruh-pengaruh kehidupan masyarakat sekitar. c. Data tentang keadaan kesehatan dan perkembangan peserta didik. Seperti keadaan waktu kelahiran, penyakit yang pernah diderita, imunisasi yang diperoleh, dll d. Data
tentang
kemampuan
dasar
yakni
tentang
kemampuan
kecerdasan (hasil test psikolgis) bagi yang memiliki e. Data tentang kepribadian, yaitu penyesuaian diri, sikap, kebiasaankebiasaan, kematangan emosional, minat dll f. Kegiatan-kegiatan di luar sekolah, misalnya ikut les (privat), memiliki pekerjaan sambilan dll.
Beberapa teknik alat pengumpul data yang dapat digunakan yaitu: a. Pengamatan (observasi): adalah suatu teknik yang dengan sengaja dilakukan oleh guru/pendamping untuk perkembangan
dan
mendapatkan informasi atau data tentang
permasalahan
anak.
Melalui
pengamatan
guru/pendamping dapat mengetahui bagaimana perubahan yang terjadi pada anak dalam satu waktu tertentu. Anak sering menunjukkan tingkah laku yang berubah secara tiba-tiba, anak yang awalnya masuk kelas dengan tenang, tiba-tiba menjadi pemarah/menangis atau lari-rari dengan merusak tugas teman yang lainnya. Hal itu dilakukan karena sifat anak yang tidak dapat mampu menutupi berbagai permasalahan yang dihadapinya. Jika hal itu sering
terjadi, maka kemungkinan anak sedang mengalami permasalahan baik dalam keluarga maupun lingkungannya. Untuk
mengetahui
permasalah
anak
berdasarkan
tingkah
laku,
seorang
guru/pendamping dapat melakukan pengamatan dan untuk lebih terarahnya perlu digunakan pedoma observasi yaitu suatu format pernyataan yang dijadikan pegangan oleh guru/pendamping selama proses pengamatan berlangsung, sehingga pelaksanaan observasi dapat terfokus dan tidak berpindah pada aspek lain. Pedoman observasi yang digunakan guru/pendampkng dapat berbentuk daftar cek (checklist) yang bersifat terstuktur dan tidak terstruktur, dengan contoh format sebagai berikut:
Pedoman observasi terstruktur Kelas/kelompok :……………………………………………… Hari/tanggal observasi ………………………………………… Tujuan observsai : aktivitas pembelajaran
K E GIATAN
Anak didik
1.
S
:
Memperhatikan apa yang diterangkan guru
Menjawab ketika guru bertanya
Bertanya ketika guru menerangkah
√
√
√
Bermainmain dengan temannya
ani 2.
Ni
√
√
no 3.
I
√
√
ma 4.
√
aleh *Jawaban diberi tanda cek (√) ** pernyataan dan jumlah anak dapat diperbanyak
Kesimpulan
: penyebab kegaduhan dalam kelas adalah saleh Guru/pendamping
( lita Lidiana
)
PEDOMAN OBSERVASI TIDAK TERSTRUKTUR
Kelas/kelompok Hari/tanggal observasi Nama
1.
2. 3.
4.
Aspek yang diobservasi Sikap anak ketika guru/pendamping membearikan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan hari ini Sikap anak ketika guru/pendamping bertanya Sikap anak ketika melihat temanya bermain saat pembelajaran berlangsung. Sikap anak ketika guru/pendampng
: ………… : ……………… Hasil observasi
Kesimpulan :………………………………………………… : ………………………………………………… Guru/pendamping ( Kegiatan
Observasi
) dapat
digolongkan
menjadi
4,
1) Observasi partipasitoris, yakni guru/pendamping sebagai pengamat, ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan anak, bukan hanya sebagai penonton tetapi sebagai peserta. Dengan pengamatan ini diharapkan peserta didik tidak merasa diselidiki atau dinilai sehingga dia akan bertingkah laku dengan wajar.
yaitu:
2)
Observasi non partisipatoris, yakni guru/pendamping sebagai pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh anak yang diobservasi. Si pengamat hanya sebagai penonton. Kelemahan dari observasi ini adalah apabila peserta didik yang diobservasi mengetahui bahwa ia sedang diobservasi, maka dimungkinkan ia akan bertingkah laku tidak wajar atau dibuat-buat agar ia terlihat baik.
3)
Catatan anekdot, yaitu alat pencatat data tentang perilaku anak yang luar biasa atau perilaku khusus, misalnya menendang, membolos, berkelahi, dll., yang terjadi pada waktu-waktu tertentu yang harus dicatat dengan segera. Beberapa hal yang perlu dicatat sebelum melakukan observasi ini adalah:
a)
Menyiapkan catatan, tidak perlu rumit, yang penting bentuk catatan harus asli
b)
Tanggal, tempat dan waktu pencatatan harus ada
c)
Peristiwa harus dicatat secara obyektif dan asli seperti kejadian yang sebenarnya
d)
Peristiwa yang dipilih harus peristiwa yang bermanfaat dan punya arti dalam penyelidikan e) Dalam melaporkan hasil observasi dengan catatan anekdot harus dipisahkan antara peristiwa dengan interpretasi Catatan anekdot sendiri ada dua macam, yakni insidental atau sewaktu-waktu dan periodik atau mencatat peristiwa yang berturut-turut. Contoh catatan anekdot incidental Nama : Wati Program kegiatan belajar : menggunting Kelas/sekolah : A2/TK. Harapan kita Hari/tanggal : senin, 25 november 2011 Peristiwa : dalam ruangan belajar, ketika guru/pendamping sedang menjelaskan cara menggunting, tiba-tiba ada keributan yang ternyata wati telah menggunting karya teman nya akhirnya diapun teriak-teriak dan marah Interpretasi : kemungkinan si wati ingin menarik perhatian orang lain dengan cara mengganggu temannya. Wati melakukan hal tersebut karena dia merasa tidak diperhatikan oleh orangtuanya di rumah.
Observer, (Yuniar damayant)
Nama
Contoh Catatan Anekdot periodic : susi
Program kegiatan belajar Kelas/sekolah
Hari ke
: Menggunting : A1/TK Bangsa bersatu
Peristiwa
Intepretasi
1 Edo mengangis karena Kemungkinan ingin 14-8-20011 Diganggung Susi menarik perhatian --------------------------------------------------------------------------------------------------2
Susi mengacung-acungkan
15-8-2011
gunting kepada temannya
perhatian temannya
Susi menangis menjerit-
Kemungkinan baru di marahi
3 16-8-2011
jerit di ruang kelas
Kemungkinan ingin menarik
orang tuanya
Dst. Observer, (Yuniar fathonah)
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan adalah: Menyiapkan catatan miskipun sederhana, yang penting catatan asli Tanggal waktu dan tempat pencatatan harus ada
Peristiwa harus dicatat apa adanya Peristiwa yang dipilih harus bermanfaat dan punya arti dalam penyelidikan Dalam pelaporan hasil observasi harus dipisahkan antara peristiwa dengan interpretasi
4)
Daftar cek, yakni kegiatan observer dalam menyiapkan daftar kegiatan dan menyediakan kolom kosong untuk mencatat gejala yang mungkin muncul tibe-tiba dan mungkin belum ditetapkan lebih dulu..dalam menggunakan daftar cek observer tinggal memberi cek (tanda √) bila gejala yang ingin diketahui muncul, dan jika tidak muncul gejalanya, maka daftar cek tersebut kosong. Daftar cek ini bisa berbentuk kelompok dan juga bisa berbentuk individu.
Contoh daftar cek dapat dilihat sebagai berikut: Jika observer ingin melihat gejala tentang
mengganggu temannya , maka observer harus
menjadikan gejala tersebut dalam beberapa butir perilaku yang mungkin akan muncul., misalnya: a)
Mengganggu teman di luar kelas
b)
Mengganggu teman di ruang bermain
c)
Mengganggu teman di dalam kelas
Daftar cek bentuk individual (diantaranya) Nama Kelas/sekolah Aspek yang diobservasi
: adin : A2/TK RA. Kerakbumi : ada tidaknya perilaku mengganggu Teman
Hari Situasi Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jum’at
Sabtu
√ i dalam kelas √ i luar kelas Dirua Bermain
√ √
√
Interpretasi : Andi mempunyai kecenderungan mengganggu teman
Daftar cek bentuk kelompok Kelas/sekolah Hari/tanggal Tempat Observer Aspek yang diobservasi
: A1/TK RA. Pelangi : Senin, 5 Desember 2012 : Ruann kelas A : Siti : Kegiatan bermain kelompok (kasti)
Aspek yang diobservasi
Nama peserta didik yang ikut bermain A
1.
Bermain
b
dengan
c x
d x
e
f x
g x
h x
teman 2. 3.
Diam saja
4.
Menentang guru
X
5.
Mendominasi
x
X
x
teman Interpretasi : c. cenderung aktif miskipun terkadang menentang guru
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan bila guru/pendamping menggunakan teknik observasi: 1. Kelebihan Observasi:
- Waktu yang digunakan tidak terlalu lama karena guru/pendamping cukup memberikan tanda cek atau gambaran perilaku yang ditampakkan anak - Observasi memungkinkan pencatatan yang serempak untuk beberapa anak khususnya bila menggunakan pedoman observasi terstruktur - Tidak membutuhkan biaya besar - Hanya dilakukan dengan cara mengamati saja tidak perlu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi 2. kekurangan observasi; - Guru hanya mengamati yang Nampak pada anak, kurang mendapatkan informasi yang mendalam tentang permasalahan atau perkembangan yang terjadi pada anak - Perilaku yang Nampak belum tentu menggambarkan masalah atau perkembangan yang sebenarnya pada anak - Timbulnya suatu kejadian yang hendak diobservasi tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya oleh guru/pendamping sehingga sukar untuk menentukan waktu yang tepat untuk melakukan observasi - Observasi banyak tergantung
kepada faktor-faktor yang tidak dapat
dikontrol, seperti cuaca, berbagai kegiatan yang berlangsung tiba-tiba. b.
Wawancara (percakapan); dapat dilakukan
adalah suatu teknik pengumpulan data yang
guru/pendamping untuk mendapatkan informasi tentang
perkembangan dan permasalahan anak dengan cara melakukan percakapan langsung baik dengan anak maupun dengan orangtua., atau dapat juga dikatakan sebagai suatu proses tanya jawab langsung, antara dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan sendiri suaranya. Dalam wawancara ada pewawancara (pencari informasi) yang disebut interviwer dan yang diwawancarai (pemberi informasi) yang disebut informan yang biasanya dilakukan secara langsung ditujukan kepada sumber data, yaitu anak atau yang berhubungan erat dengan anak. Wawancara harus dilakukan dengan hangat dan akrab dan penuh rasa kekeluargaan, sehingga anak akan senang dan penuh kepercayaan menjawab
semua pertanyaan yang diajukan, oleh karenanya diperlukan pendekatan secara individual dengan peserta didik yang akan diwawancarai. Wawancara dapat dibedakan menjadi dua: 1. Wawancara terstruktur, yakni wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan tertulis (kuesioner) dan jawabannya sudah disediakan dalam bentuk skala. Guru/pendamping membacakan pertanyaan yang ada dalam pedoman tersebut dan menanyakan kepada anak/orang yang diwawancarai. Jawabanan tinggal menyesuaikan dengan pernyataan yang sudah disediakan.
Contoh pedoman wawancara terstruktur Nama anak yang diwawancarai Usia Jenis kelamin Tanggal wawancara Tempat wawancara Wawancara ke No 1
:………………….. : …………………. :………………….. : …………………. :…………………… :…………………… Aspek Sosial Anak
Pertanyaan Senang Senang apa tidak bermain dengan teman di sekolah ini 2 Senang tidak jika ada teman yang berkelahi 3 Jika ada yang membagi bekal, senang tidak 3 Jika ada yang membagi bekal, senang tidak *jawaban diberi tanda cek (√)
Ragu-ragu
Tidak senang
**pertanyaan dapat diperbanyak Kesimpulan wawancara :……………………………………………………. Guru/pendamping
(
)
2. Wawancara tidak terstruktur. Wawancara ini menggunakan pedoman wawancara yang memuat pokol-pokok pertanyaan. Guru/pendamping dapat mengembangkan sendiri pertanyaannya sesuai dengan pokok pertanyaan yang telah disusun, sehingga dapat diperoleh jawaban yang lebih luas dan mendalam.
Contoh pedoman wawancara tidak terstruktur Nama anak yang diwawancarai :………………….. Usia : …………………. Jenis kelamin :………………….. Tanggal wawancara : …………………. Tempat wawancara :…………………… Wawancara ke :…………………
Aspek sosial No
Pertanyaan
1
Teman yang disenangi ketika bermain
2
Bekarja sama dalam malaksanakan tugas kelompok Berbagi bekal dengan teman lain
3
Hasil wawancara
*pertanyaan dapat diperbanyak Kesimpulan wawancara :…………………………………………………………..
Guru/pendamping
(
)
Syarat utama dalam melaksanakan teknik wawancara, guru/pendamping harus menciptakan rapport (hubungan yang akrab/menyenangkan) dengan langkahlangkah sebagai berikut: a) Guru/pendamping perlu menjelaskan maksud dan tujuan diadakan wawancara serta mengapa anak dipilih untuk diwawancarai b) Guru/pendamping perlu mempersiapkan penampilan diri sebaik mungkin, baik sikap, cara bertanya dan cara mencatat jawaban. Jika guru/pendamping belum mendapatkan jawaban yang jelas, maka dapat melakukan cara-cara sbb: a) Mengulangi pertanyaan yang sama b) Mengulangi atau menyebutkan kembali jawaban anak c) Tidak memberikan komentar atau tanggapan terhadap jawaban anak beberapa saat d) Memberikan
perhatian
khusus
terhadap
jawaban
anak
dengan
cara
membenarkan atau menyela jawaban e) Memberi komentar netral
c.
Metode Sosiometri,
adalah suatu teknik untuk mengungkapkan hubungan sosial
antar anggota dalam suatu kelompok. Dapat dipakai untuk mengetahui popularitas seseorang dalam kelompoknya. Hubungan-hubungan itu dapat digambarkan dalam sebuah bagan yang disebut sosiogram. Daftar pertanyaan yang digunakan untuk
mendapatkan data tersebut
dinamakan angket sosiometri. Jawaban yang diberikan oleh peserta didik berkenaan dengan siapa yang disenangi dan siapa yang tidak disenangi dapat terisi dari satu orang atau lebih. Salah satu bentuk angketnya dapat dicontohkan sebagai berikut: Namasiswa:……. …
Kelas/sekolah
:
……
Petunjuk: dalam beberapa hari berikut ini kita akan melaksanakan study tour ke pantai parangtritis. Kamu dapat membantu ibu guru untuk memilihkan siapa teman yang akan kamu ajak berjalan bareng ketika sudah sampai di lokasi. Catatan: Yang kamu pilih adalah teman sekolahmu, miskipun tidak hadir Siapa dua orang yang kamu sukai Sebutkan namanya Teman yang paling disukai adalah: …………….dan………… Teman yang paling tidak disukai : …………….dan ………… Yogyakarta, ……… tahun…… Yang memilih: (
)
Untuk lebih memperjelas uraian dari hasil di atas dapat disusun laporan sebagai berikut: A memilih
B dan C
E memilih D dan F
B memilih
C dan D
F memilih D dan A
C memilih
D dan E
G memilih A dan D
D mimilih
E dan F
H memilih F dan G
Untuk mengetahui dengan jelas hasil angket sosiometri di atas, maka dapat disajikan dalam bentuk sosiometri sebagai berikut:
Peta Sosiometri Pst didik
A
A B
B
C
X
x x
C
D
E
X X
D
X X
E
F
X
F
x
X
G
x
X
x x
G
H
Jumlah
H Jumlah
2
1
2
5
2
x
x
3
3
-
Dengan peta sosiometri di atas mudah diketahui siapa anak yan paling disukai dan yang paling tidak disukai untuk berjalan bersama dalam satu sekolah. (paling disukai adalah D dan yang paling tidak disukai adalah B) d.
Metode Angket (kuesioner)
: merupakan alat pengumpul data berupa daftar
pertanyaan yang disampaikan kepada orangtua untuk mendapatkan data yang kemungkinan tidak dapat diungkapkan dengan metode yang lain, karena berhubungan dengan perasaan, masa lalu maupun masalah-masalah pribadi. Angket ini dibagi menjadi 2 golongan. Langsung dan tidak langsung. 1. Angket langsung: daftar pertanyaan dikirimkan langsung kepada orang tua yang dimintai pendapat, keyakinannya atau diminta menceritakan tentang keadaan dirinya. 2. Angkat tidak lansung: daftar pertanyaan yang dikirimkan tentang keadaan orang lain. Angket jenis ini dapat diberikan kepada orang tua anak unntuk menceritakan tentang keadaan anak seperti yang di minta dalam angket.
Sedangkan menurut jenis penyusunan butir dalam angket, dapat dibagi menjadi 2 golongan: tipe isian dan tipe pilihan:
1. Tipe isian: semua item (butir persoalan yang diajukan) dalam bentuk pertanyaan atau permintaan komentar terhadap suatu keadaan yang dialami anak. Responden (orangtua) yang dapat memberi jawaban secara bebas dan leluasa. Item yang diberikan disebut dengan open form questionnaire. Disamping itu juga ada angket tertutup, yakni yang hanya menyediakan ruang terbatas untuk pengisian jawaban yang diperlukan. Contoh angket terbuka: a) Penyakit apa saja yan pernah diderita anak bapak/ibu?........................ b) Berapa anggota keluarga yang ada di rumah?,………………………….. c) Bagaimana pola asuh pendidikan anak yang bapak ibu terapkan?...... Contoh angket tertutup
a) Apakah anak bapak/ibu pernah menderita penyakit ketika masih bayi?... b) Apakah kelahiran anak bapak/ibu normal?............................................ c) Apakah
ketika
masih
masih
suka
rewel
di
tengah
malam?..............................
2.
Angket tipe pilihan; tipe pilihan ini hanya meminta kepada responden untuk memilih salah satu atau lebih, dari sekian jawaban yang disediakan. Sebagian jawaban ada yang hanya terdiri dari dua pilihan, ya/ tidak, setuju/tidak setuju, boleh/tidak boleh.dan sebagian lagi diberikan dalam bentuk pilihan ganda: tiga, empat atau lebih alternative jawaban yang disediakan.
Item tipe 2 pilihan maupun item pilihan ganda, keduanya dapat digunakan untuk menyelidiki faktor-faktor obyektif maupun menyelidiki fakta subyektif (pendapat, keyakinan dsb.)
Contoh item 2 pilihan untuk fakta-fakta obyektif (sebenarnya) a)
Status bapak/itu :
( ) orangtua kandung
( ) wali
b)
Jenis kelamin ana: ( ) laki-laki
c)
Pernahkah bapak/ibu sakit parah ( ) pernah ( ) tidak pernah
( ) perempuan
Contoh angket item 2 pilihan untuk fakta subyektif: a) Apakah bapak/ibu merasa kesulitan dalam menanamkan disiplin pada anak? ( ) ya b)
( ) tidak
Apakah bapak/ibu merasa berat memiliki anak cacat? ( ) ya
( ) tidak
Untuk mengantisipasi kelemahan angket item 2 pilihan, maka diadakanlah angket pilihan ganda. Contoh sebagai berikut:
Untuk fakta sebenarnya (obyektif) a) Berapa kali anak bapak/ibu makan setiap hari ( ) satu kali
( ) dua kali
( ) tiga kali
b) Sudah berapa hari anak bapak/ibu tidak mau makan: (
) satu minggu ( ) dua minggu
( ) tiga minggu
Untuk menyelidiki pendapat: a) Apakah bapak/ibu sangat berat mempunyai anak yang nakat? ( ) ya berat sekali. ( ) cukup berat ( ) sedang saja ( ) ringan ( ) ringan sekali
b) Bagaiman pendapat bapak/ibu mengenai anak yang nakal? ( ) karena terlalu dimanja ( ) tidak diperhatikan ( ) karena penyakit ( ) karena diganggu ( ) karena bodoh
Menyusun Petunjuk: Dalam membuat angket, hrus diperhatikan cara menyusun petunjuk untuk menjawab pertanyaan, antara lain: 1.
Petunjuk harus dibuat sesingkat mungkin, tetapi lengkap agar tidak membingungkan responden 2. Petunjuk harus jelas 3. Jika ada hal-hal yang harus ditonjolkan, tonjolkan dengan huruf miing, besar, tebal atau dapat juga dengan menggunakan garis bawah 4. Jika perlu berilah contoh.
e.
Pemeriksaan Medis.
Pemeriksaan medis merpakan salah sat upaya yang
dapa dilakukan gur/pendampng AUD untuk mengetahui beberapa kelemahan dan penyakit yang diderita anak, khususnya yang berkaitan dengan aspek fisik. Kegiatan ini dapat kerja sama oleh guru/pendamping dengan pihak medis untuk memberikan pelayanan atau pemeriksaan terhadap kondisi kesehatan anak. Contoh format Pemeriksaan Kesehatan 1. Nama anak : 2. Jenis kelamin
3. 4.
Kelas/kelompok Tanggal pemeriksaan
Aspek/Segi
Keadaan
Gejala/gangguan perlu diperhatikan
yang
Tinggi badan Berat badan Penlihatnn Pendengaran Pciuman Perabaan Pengecapan dll
Pemeriksa ( Kunjungan Rumah:
f.
)
adalah merupakan satu taknik yang dapat digunakan
guru/pendampng untuk lebih memahami bagaimana perkembangan dan permasalahan yang dihadapi anak, karena mereka berasal dari berbagai lingkungan keluarga yang berbeda-beda dan proses perkembangan yang ditunjukkan anak tidak lepas dari pengaruh dari perlakuan dan pendidikan yang didapatkan dalam lingkungan keluarga. Kegiatan kunjungan rumah dapat direncanakan guru/pendamping secara terpadu atau disesuaikan kebutuhan. Dengan kunjungan rumah, guru/pendamping dapat lebih mengenal lingkungan anak dan mendapatkan berbagai informasi dan pemahaman berkaitan dengan permasalahan dan perkembangan anak. secara lebih khusus guru/pendamping dapat memperoleh informasi tentang: 1.
Kondisi rumahtangga dan orangtua
2.
Fasilitas belajar dan bermain yang ada dirumah
3.
Hubungan antar anggota keluarga
4.
Sikap dan kebiasaan anak dirumah
5.
Berbagai pendapat orang tua dan anggota keluarga lain tentang anak
6.
Komitmen anggota keluarga lain dalam membantu permasalahan anak
Sebelum mengadakan kunjungan rumah, maka guru/pendamping harus mempersiapkan hal-hal sebagai berikut: 1.
Membuat janji
2.
Menyampaikan maksud dan tujuan
3.
Menyiapkan diri baik kemampuan komunikasi maupun penampilan
4.
Tidak membuka komunikasi yang menyinggung perasaan orang lain (termasuk angota keluarga/famili)
5.
Memperhatikan waktu berkunjung.
Format Kunjungan Rumah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nama anak Kelas/kelompok : Nama ortu/wali : Pekerjaan Alamat : Tujuan kunjungan Tanggal kunjungan Kegiatan wawancara
No.
Pernyataan
1
Kegiatan sehari-hari
2
Komunikasi anak dengan ortu
3
Kebiasaan anak di rumah
4
Hal-hal yang banyak disenangi Dll
Kesimpulan
:
: : : : Uraian/jawaban
: ........................................................................................................
........................................................................................................
Guru/pendamping
(..................................................)
g.Pelayanan Informasi; adalah layanan yang memungkinkan bagi anak dan orangtua untuk menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat menjadi pertimbangan untuk kelanjutan anak, berupa informasi pendidikan, sosial maupun kesehatan.. layanan informasi bertujuan untuk memberikan wawasan terhadap anan dan orang tua tentang hal-hal yang berhubungan kepentingan perkembangan anak. Kegiatan ini dapat dilakukan secara berka la dan dapat dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran (sesuai tema). Informasi yang dapat diberikan diantaranya: - Kelanjutan studi - Kesulitan belajar dan alternative penanganannya - Cara-cara belajar yang baik - Cara berteman yang baik - Tentang perkembangan kesehatan - Makanan dan minuman - Obat-obatan terlarang dll., yang membahayangan bagi anak
3. Pelayanan penempatan Adalah layanan bimbingan
yang memungkinkan peserta didik memperoleh
penempatan yang tepat sesuai dengan harapan dan kemampuan orangtua serta kondisi dan potensi anak. Layanan penempatan dapat diberikan pada anak yang memiliki kemampuan berbeda, hal ini dimaksudkan agar anak mendapatkan layanan dan kesempatan untuk lebih mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.
Selain diberikan kepada anak berkemamuan lebih, layanan penempatan juga Gperlu diberikan pada anak berkemampuan kurang. Hal ini dilakukan karena anak perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai kapasitas kemampuannya. Misalnya ditemukan seorang anak yang daya pendengarannya terganggu, selain anak perlu dibawa ke dokter, guru/pendamping perlu menempatkan anak dengan guru/pendamping sehingga ucapannya mudah didengar.
4. Layanan Konseling, yakni pemberian bantuan kepada anak yang bermasalah yang dilakukan secara intensif dan mendalam. Sasarannya adalah peserta didik yang mengalami kesulitan yang disebabkan oleh berbagai hall termasuk permasalahan dari diri sendiri,
pengalaman yang diterima dalam
keluarga.maupun lingkungannya. oleh karenanya sasaran konseling di Taman kanak-kanak adalah : orang tua atau anggota keluarga dan anak yang mengalami kesulitan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan konseling adalah: a. Adanya kesediaan/ketidak sediaan orangtua dan peserta didik untuk dilaksanakan bimbingan konseling b. Menciptakan situasi yang aman dan menyenangkan sehingga dapat tercipta komunikasi yang wajar c. Adanya tolerasi terhadap anak dan orangtua, pendidik tidak terkesan memaksakan keinginan d. Terciptanya hubungan yang baik selama proses konseling berlangsung
Langkah-langkah yang harus ditempuh adalah: a. Identifikasi masalah, Yaitu menemukan gejala-gejala yang tampak pada penampilan dan perilaku anak dalam memperkirakan penyebab masalah sampai pertolongan apa yang akan diberikan. Disini pendidik harus mengetahui adanya perubahan perilaku peserta didik dan perubahannya kearah yang “negative/kurang baik”, yang dapat diketahui dari catatan harian, pengamatan dan metode lainnya, maupun informasi dari guru pendamping serta orangtuanya
b. Analisis data; dilakukan untuk mengetahui atau mengecek seberapa jauh anak mengalami masalah, apakah masalah ini terus menerus timbul pada anak atau hanya incidental dan apakah permasalahannya juga mempengaruhi aspek perkembangan yang lain atau tidak. c. Diagnosis,
dilakukan
untuk
mengetahui
latar
belakang
munculnya
permasalahan pada peserta didik, apakah permasalahan itu muncul dari dalam diri peserta didik atau dari lingkungnannya. d. Prognosis, hal ini dilakukan untuk menetapkan bantuan yang akan diambil pendidik/guru pendamping. Setelah guru menetapkan masalah yang dihadapi dan faktor-faktor penyebabnya, maka guru mencoba untuk menetapkan langkah-langkah bantuan yang perlu dilakukan pada anak, apakah langkah itu langsung berhubungan dengan anak atau perlu keterlibatan teman yang lain atau orang tua dan keluarganya e. Pelaksanaan bantuan, sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan. Pelaksanaan bantuan ini dapat dilakukan terintegrasi dengan proses pembelajaran secara keseluruhan, artinya, pelaksanaan proses pembelajaran pada anak. f. Penilaian tindak lanjut, yakni menilai seberapa jauh keberhasilan yang dilakukan guru/pendamping dalam melaksanakan proses konseling. Penilaian dapat dilakukan dengan melihat perubahan perilaku yang terjadi pada anak. Bila tidak ditemukan perubahan perilaku (sesuai yang diharapkan), maka perlu menentukan langkah-langkah lanjut, diantaranya diberi rujukan untuk datang kepada yang lebih ahli.
CARA MENGKOMUNIKASIKAN PERMASALAHAN ANAK DI TAMAN KANAKKANAK
Permasalahan anak di Taman Kanak-kanak sangat
beragam, baik yang
disebabkan karena diri pribadinya, pengaruh keluarga ataupun lingkungannya. Permasalahan peserta didik yang ditemukan pendidik melalui pengamatan sehari-hari, yang kemudian dikuatkan dengan berbagai teknik pengumpulan
data, perlu dilakukan pencatatan yang nantinya akan menjadi pertimbangan dalam pemberian bantuan untuk tindak lanjut. Untuk memperoleh data peserta didik yang masalah, tentu saja melibatkan banyak unsur, tidak hanya orangtuanya tetapi juga kepada pihak-pihak lain yang terkait. Untuk itulah, guru perlu mengetahui cara menyampaikan permasalahan anak dengan tepat sesuai dengan sasarannya. Penyampaian permasalah kepada anak tentu tidak sama dengan penyampaian kepada orangtua. Demikian pula penyampaian permasalahan kepada pihak-pihak lain, akan lain pula,
sesuai
dengan kebutuhan. Dalam
kehidupan
sehari-hari,
manusia
tidak
lepas
dari
kegiatan
berkomunikasi, di rumah, di kantor, di sekolah atau dimana saja kegiatan manusia berlangsung. A. Pengertian Komunikasi dapat dijelasan melalui tiga sudut; sudut etimologi, sudut makna dan sudut definisi: 1. Berdasarkan etimologi Komunikasi berasal dari perkataan “ Communicare”yang dalam bahasa latin mempunyai arti berpartisipasi atau memberitahukan.. Dengan demikian istilah komunikasi dapat diartikan sebagai kegiatan atau usaha bersama atau diketahui bersama. Dengan pengertian di atas, maka mengkomunikasikan permasalahan anak di TK dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru, berupa penyampaian permasalahan anak kepada pihak-pihak lain, agar mereka juga mengetahui permasalahan itu. 2. Berdasarkan makna Dalam pembicaraan sehari-hari, orang sering menggunakan kata komunikasi untuk maksud yang tidak sama. Misalnya, bila seorang mahasiswa mengatakan besuk ada ujian komunikasi, maka dapat dipastikan itu adalah suatu disiplin ilmu atau nama mata kuliah. Ada
juga yang mengatakan, “ ya...tulisannya tidak komunikatif”, artinya tulisan seseorang yang dibaca sulit/sukar dipahami, atau hal lain, anak itu dulunya cerdas dan baik sekali, tapi gara-gara tidak ada komunikasi antara orangtua dan pendidik, maka sekarang prestasinya menurun dengan drastis. Disini komunikasi diartikan sebagai hubungan. Selanjutnya,
jika
ada
yang
mengatakan,
“apakah
ibu
sudah
mengkomunikasikan permasalahan Fulan dengan dokter? “, disini komunikasi mempunyai makna disampaikan atau diberitahukan. Jadi seorang
pendidik
Taman
Kanak-kanak
mengkomunikasikan
permasalahan anak kepada orangtua, itu berarti menyampaikan atau memberitahukan. 3. Berdasarkan definisi Komunikasi adalah "suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain". Definisi klasik dari Harold Laswell mengatakan bahwa komunikasi adalah “ Who say what in which channel to whom with effect”, siapa mengatakan apa, melalui saluran apa, kepada siapa dengan akibat apa. Beberapa hal di atas merupakan komponen komunikasi yang kemudian dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Siapa:
yaitu
orang
yang
menyannpaikan.
Disebut
degan
komunikkator. Ia mengubah suatu yang akan disempaikan menjadi simbol-simbol atau keode yang dapat diterima oleh orang lain. Oleh karena itu komunikator dapa juga disebut sebagai “encoder”. b. Apa; yaitu yang dapat disampaikan oleh komunikator, disebut pesan. Pesan yang ada dalam pikiran seseorang , tidak dapat ditangkap oleh orang lain. Pesan itu harus diwujudkan dalam bentuk verbal (kata-kata) atau non verbal (isyarat/gerakan2 tubuh)
c. Saluran; yaitu yang dilalui oleh pesan agar sampai kepada penerima, atau disebut juga dengan media/medium. Saluran ini seyogiyanya bebas hambatan, agar pesan-pesan yang disampaikan tertangkap oleh penerima pesan denggan lancar sesuai dengan aslinya. d. Kepada siapa; yaitu sasaran pesan atau komunikan, yang diharapkan mamu menerima dan mengolah pesan menjadi simbolsimbol ang dapat mereka pahami. e. Akibat apa; yaitu kemungkinan apa yang terjadi pada komunikan setelah ia menerima pean. Apakan ia mengerti atau tidak. Kalau ia mengerti apakah ia mau melak sanakan pesan atau tidak. Selain itu, ada beberapa hal yang mempengaruhi kelancaran komunikasi, diantaranya komunikator kurang mengauasai isi pesan
B. Jenis-jenis Komunikasi Jenis-jenis Komunikasi yang dapat dijadikan pertimbangan pada setiap pendidik dalam melaksanakan bimbingan: a. Berdasarkan sifat: 1. Komunikasi lansung, yakni komunikasi yang penyampaian pesannya tidak melalui media,
melalui kata-kata (verbal)
dan
atau isyarat (non verbal). Pat Keuntungan dari komunikasi ini adalah bahwa pesannya dapat disampaikan seara bebas dan berulang-ulang, sehingga komunikator yakin benar bahwa komunikan telah dapat menerima dan mamahaminya, dan juga waktu yang dibutuhkan efisen. Kelemahannya, komunikan dapat menyasikan isyarat-isyarat yang menyertai pesan yg disampaikan dengan kata-kata. Hal ini
terkadang membantu terjadinya pengaruh pesan terhadap pikiran, sikap dan perbuatan komunikan. 2. Komunikasi tidak langsung, yakni komunikasi yang dilaksanakan melalui perantara atau media, yang dibuat dengan sengaja melalui perencanaan, misal: surat, blangko, tlephon dll. b. Berdasarkan Bentuk 1. Komunikasi pribadi Interpersonal
communication
(antar
pribadi),
yakni
yang
menyangkut komunikasi dengan orang lain melalui persepsi kita tentang orang itu dan intrapersonal communication (intra pribadi) yakni yang berkaitan dengan proses pengelolaan informasi yang diperoleh dari objek di luar diri kita, mulai dari kegiatan sensasi, persepsi, memori dan berpikir 2. Komunikasi kelompok (group communication), adalah komunikasi antar anggota kelompok, sehingga dimungkinkan terjadi saling berbagi informasi dan saling mempengaruhi, baik kelompok kecil maupun kelompok besar 3. Komunikasi massa ( Mass communication), komunikasi ini mempunyai sasaran yang luas, yakni masyarakat. c. Berdasarkan Tujuan: 1. Perubahan sosial (Social change), yakni komunikasi yang dilakukan dengan berbagai cara, langsung maupun tidak langsung dengan media dengan maksud menajak masyarakat untuk berpartisipasi daam suatu kegiatan yang bertujuan merubah kondisi masyarakat menjadi lebih baik. 2. Perubahan sikap (attitude change), yakni komunikasi yang bertujuan untuk mengganti sikap orang atau kelompok orang agar mereka mempunyai sikap yang diinginkan oleh komunikator.
3. Perubahan pendapat (opinion change), bertujuan untuk merubah pendapat seseorang atau masyarakat yang dianggap kurang baik atau kurang menguntungkan. 4. Perubahan tingkah laku (behavior change) C. Ciri Komunikasi Interpersonal Sedangkan
ciri komunikasi guru yang
mempunyai
kemampuan interpersonal yang baik adalah sebagai berikut: 1. Keterbukaan (openess), adalah suatu sikap terbuka, baik guru sebagai koomunikator maupun pihak lain sebagai komunikan. Komunikasi bersifat dialogis dan humanistik. 2. Empati (empaty), yaitu sikap yang mampu merasakan dan menghayati perasaan orang lain. Jadi komunikator tidak terlalu bersifat formal dan instruktif, tanpa mempertimbangkan kondisi komunikasi 3. Dukungan (supportiveness) yaitu sikap yang membuat situasi berjalan lancar 4. Rasa positip (positivism), yaitu sikap yang memandang suatu gejala atau kejadian dari sudut yang baik. Sikap seperti ini akan menciptakan suasana akrab, tidak kaku dan tegang, Hal itu akan menunjang keberhasilan komunikasi yang diinginkan. 5. Kesamaan (equality), yaitu sikap yang melihat pihak-pihak yang
berkomunikasi
itu
sama,
dalam
arti
sama-sama
membutuhkan atau saling membutuhan.
Demikian, diktat
ini kami susun untuk menjadi rujukan mahasiswa dalam
mengembangkan kemampuannya sebagai pendidik dan juga seorang konselor yang akan membantu mengembangkan potensi anak. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah..kesadaran dari pendidik untuk selalu memasukkan dan menerapkan nilai –nilai syariat Islam dalam
melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik dan seorang konselor. Berikut ..kami lampirkan beberapa contoh permasalahan anak dan solusinya..mudahmudahan dapat menjadi rujukan dan pertimbangan dalam melaksanakan tugas di sekolah.