STUDI PER8ANDINGAN
TENTAt~G PERWAllAN I'IARTA ANAK BElUM DEllSA MENURUT HUKUM ADAl DAN HUKUM ISLAM
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas .. Tunas dan
Memenuhi Syara1 .. Syerat Guna Mencapli
Gelsr Sarjena IImu Syeri'ah
........-
'._ , ¥
)
-
-
~
••
~.. >.
. •• ~ . ;
•• ,.
,w;••,..' .,'",,'.,', ..... ",. ""'". ._
Ole h : ""~-~-'-
SYAFRUDDiN RASYID N.M.P.: 86lO.ti28
NIMKO : 104JU/S/A/198S
-
-""~~"""'_ .•• ~._
;~,,'
~l
'-
~v
~.'
".
1
."
_
;:
" ••• , •••••_
••
' •.•••• '_A'_~ _' __.'
95 0996 ~
_ •.
.,,~)
.
~-.:.-:':t~-l': :J -ro; ;.~.,;,.'." ,,;""'::'1 :~~" ~}--- -, - ,\,;~ '!~'";\'':; ';,e""" -"0'-'.f~:
FAKULTAS SYARI'AH
ISLAM BANDUNG
UNI~ERSITAS
1 990
,"'._'>. "
T S :j "~f, .:f(~:
;~
1
_•• '
,. __'- ._
~j
.
STUDI PERBANDINGAN
TENTANG PERWALIAtj HARTA ANAK BElUM DEWASA
MENURUT HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM
Ole h : SYAFRUDDIN RASVID
N.M.P.: 8810.928
NIMKO : 104/U/5/AI1988
Menyetujui
Pambimbing I
Pembimbing II
t Drs. H. ABOURRAHMAN )
( TARSIAH MUeHlAR, SHoeN)
==-
Mengetahui
PEN G E S A HAN S~ripsi
Qni telsh diml.maqosahl,an oleh Team Penguji Ujian Ne~8ra Knpertais Wilayan U Jawa ~arat pad~ hc:ri Kamls tangg,al 21 Pebruari tatum 1991 den 'utah sebagai syarat untuk memperoleh oelar Sarjans dalam ilmu Syari'ahQ 21 Pebruari 1991
B~md !Ang,-.-.-----------..-----...,._...
06 Sya'ban 1411
Pa~itia
Lljian Munaqosal,
Sek reteris,
Ketua~
{Or~.
!!dANAT FAT~\H NAl'SIR" MS)
Anggota Teem Penguj~ :
t Prof. OR. H. RACHMAT
,OfS. H. ENOANG SOEl ARI
I~O)
OJAT~JH{A ~
'Dn~e
H. BUSYROL KARIM J
KATA PENGANTAR
Sagala pUji dan sanjungan hanyalah untuk Allah Sub hanahu Wataala, yang.
te~ah
menganugrahkan petunjuk kebena
ran berupa Iman dan Islam kepada hambanya yang dikehendaki untuk menuju kesejahteraan, ketentraman, kebahagian dan
~e
aaLamat an lahir dan bathin yang hakiki :fid-dunya wal-akhi
r-ah,
Meski dengan berbagai kesulitan, berkat rahmat dan inayahnya alhamdulillah skripsi yang berjudul : "STUDI PER BANDINGAN TENTANG PERNALIAN HARTA ANAK BELUM DEWASA MENU
RUT HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM' ini d?pat Penulis selesai k an pad a wak t uny a,
Mudah-mudahan penulis &'"1
Yfu~g
s ede rhena Lnt , berman
paat membuahkan hasil yang sebaik-baiknya serta merupakan amal, sh al en. yang diterima Allah Subhanahu Wataala sebagai
hasil karya yang ikhlas. Penulisan skripsi ini, telah banyak uluran tangan dan. b Lmb Lngan dari berbagai pihak yang di terima Penulis se Lema penulisan hingga selesainya karya tulis ini. Oleh karena itu sepatutnyalah Penulis mengungkapken rasa teri ma kas Lh serta penghargaan yang tulus ikhlas. Pertamfr-tama rasa hormat dan penghargaan serta te rima kasih Penulis tujukan kepada Bapak Drs.H.Abdurrahman selaku pembimbing skripsi yang dengan segala kedermawanan menekuni dan membimbing proses terselesainya skripsi ini. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang tulus iii
ikhlas ditujukan kepada Ibu Tarsiah Muchtar,SH.CN, seba gai pembimbing yang dengan segenap kemurahannya telah ba nyak memberikan perhatian dan bimbingan dalam proses ter selesaikannya skripsi inl. Dan rasa terima kasih penulis aturkan kepada
is~
teri dan anak-anak penulis yang dengan segenap kesabaran telah mengikuti terselesaikannya skripsi ini. Akhirnya kepada Allah jualah penulis mohon, semo ga
r~at
serta pahala yang berlipat ganda dilimpahkan
ke p ada ki ta S'ekalian~ Amien.
Pen u l i s
,DAFTAR ISI Halaman
. . . . . . . . .......... ..
PERSETUJUANP~IMBING
·
PENGEtS AHAN
• e.•••••••••••••••••••••
DAFTAR ISI
BAB.
I.
II.
ii
iii
iv
••••••••••••••••••
1
Masalah ••••••••••••••••
8
C. Tujuan Penelitian ••••••••••••••••
9
D. Kerangka Pemikiran ••••••.••••••••
10
E. Langkah-langkah Penelitian •••••••
~)
A~
Latar B@lakang
B.
Per~~usan
PERWALIAN DAN
PERMASALAHAN1~A
DALAM
ADAT
A. Pengertian Perwalian •••••••••••••
15
B. Sebab Adanya Pernalian •••••••••••
16
c.
Macam-macam PerNalian ••••••••••••
20
Perwa lian ••••••••••••
24
E. BerakhirnYa Perwalian ••••••••.•••
26
D. Tugas
III.
i
PENDAHULUAN
HUKm~
BAB.
~
·.......... . .......... . ·...... ... .............
-KATA.PENGANTAR
BAB.
;
d~l QJr~
PERWALIAN DAN
PEm~ASALAHA1~A
ME~u~UT
IIDK:ID1 I SLAM
A. Pengertian Perwalian ••••••••••••• B. Sebab Ad.anya Perwalian •••••••••••
32
C. Macam-macam Perwalian ••••••••••••
~9
D. Tugss dalam Perwalian E. Berakhirnys Perwalian iv
............ .. ......... ~
66
68
/
v
Halaman BAB.
IV
ANALISIS PERBANDINGAN TENTANG PERWALIAN HARTA ANAK BELUM DEWASA MENURUT HUKUM ADAT DAN HUKill~ ISLAM
A. Persamaan B. Perbedaan C. Analisis BAB.
V
·.. .. ................... ·. ...................... ·............. ..........
71 73
KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
A. Kesimpu1an
·.......................
B. Saran - saran ••••••••••••••••••••••
DAFTAR PUSTAKAAN LAMPIRAN
70
·...... ....... . ..... .... ·....... .. ... . . . ... .....
81 82
85
89
B
.~.
B I
PRNDA.HULUAN
A. Later' Belakang,
Maaal~
\/Manusia diciptakan ole hAllah SWT. dalam keadaan dan wujud serta hentuk yang paling sempurna, yang dileng
kapi pula d engan pane a indera dan dikurnia insting
dan
yang mana manusia i tu berbeda dengan makhluk-makhluk ~a.
Oleh karena kelebihan yang. d.Lber Lkan ke.pada
la manu
ai,a, itul.ah. maka A.llah. mengangkat dan memheri predikat ke pad'any a derajat da."l s.ebagai khalifah di muka bumi
ini
sed&'1gkan makhluk Lai.nny a diciptakan oleh ALl ah untuk ke
pentingan manusia dalam kehidupannya. B~lwa
manusia mempunyai
kelebih~~
- kelebihan dari
makhluk lairmya, manus Ia dilengkapi dengan nafsu yang bi sa memhawa efek buruk dan ffienusia itu sendiri
aka~ mem~'1gkinkan
b&~ka~
juga
ora~g
kerugian pada
lain dilingkungan
nya, jika nafsu itu tidak dapat dikekang oleh hati yang baik dan sesuai dengan ni1ai
~~ral
yang ada padanya. Dan
apabila nafsu manusia itu sendiri depat dikek&'1g dan di tunjuki oleh hati yang lurus serta nilai moral yang ada pad~~a,
maka nafsu itu dapat dikendalikan aehiU66a mem
bawa akibat bsik
da~
akan membawa keselamatan bagi
diri
ny a , Dal.am aejarah perkembangan manusia tak seorangpun
yang dapat hidup menyendiri,
1
terpisah dari kelompok manu
2
sia Latnnya- Seorang shli pikir
Y~ani
yaitu ·Aris.toteles
menyat,akan dalam ajaranya bahwa manusis adalah
.. Zoon
Poli.tie-on ", makhluk yang bergaul ( E.Utrecht,1983:2 ). Bahwa manusia sebagai makhluk pada dasarnJa selalu ingin berg.aul dang an. sesama makhLuk Lai.nny a , Oleh ksrena sifat nya yang suka bergaul satu sama lain, maka manusia
itu
disebut makhluk sosial. iBahwa manusia aebagaf individu mempunyai kehidupan jiwa
ya~g
menyendiri, namun manusia aebagai makhIuk sosi
a1 tidak dapat dipisahkau dari
mas~arakatnya,
manusia la
hir, hidup, b.erkembang dan meninggal didalam masyarakat. Sehagai indi.vidu manusia tidak dapat mencapai s e ga.l a se s.uatu yBJ,.'"1g diinginkanya dengan mudah, lebih-lebih
dalam
zaman moderen seperti sekarang ini, tidaklah IDungkin bagi aes eo r ang untuk hidup secara layak dan sempurna tanpa ban tuan dari pihak lain. Ad.apun manus i a sej ak dd Lah i.r-kanny a telah mempuny ai naluri untuk hidup berkelompok, akan tetapi ia tetap mem punyai kepentingan yang berbeda-beda dengan kepentingan s.es amany a, k al.au keadaan semacam ini berlansung terus J ma ka sulit dibayangkan akan adanya pergaulan hidup yang ter atur dan damai. Oleh karena . sejak manusia itu diciptakan oleh Allah dan diciptakan pula aturan d.an tuntunan hidup, se bagsi suatu pegangan
~y ang
harus di taati oleh setiap ma
nuaia demi terwujudnya 8uatu kehidupan yang menjadi cita
-3 cita dan tujuan setlap-. manusi a. Dalam f"irman Allah
S'''T
aur-at, Al Maaidah ayat 48 sebagai berikut :
~~--'~.~~~~ '-'
" •••••• untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami herikan at.uran dan jalan yang, terang.(Dep.Agama, 1979:165} v/Dalam hal ini manusia yang dilahirkan i tu, tidak terlepas dari bimbingan dan aturan dalam membentuk keluar
ga dan masyarakat untuk memenuhi buat kelansungan hidupnya . -
Bilamana manusia i t.u belu.m dewasa sedangkan
ibu bapanya
maaih ada den belum bercerai, maka untuk membimbing, mend~dik
dan mengurusnya adalah kewajiban ibu b.apanya, Bila
mana manusia i tu belum dewas a yang tidak mempunyai orang
tua, make untuk membina, mengurus dan memeliharanya sedang ken dia but uh bimbingan dan pemeliharaan buat kelansungan h.Ldupny a- Oleh ae o ab. itu dipandang perlu diadakan pelim p~~fu~
kekuasaan atau wali untuk memelihara kelansungan hi
d.up manusia tersabut.
\/nalam hukum positif tertulis : Yaitu Undang-cund ang No: I t ahun 1974 menyatakan bahwa : " Seorang anak yang be lum mencapai usia 18 tahun atau be1um per-nan menikah, yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, berada dibawah kekuasan wali yang menyangkut pribadi anak terse but
maup~~
harta bendanya \. Soerjono Soekanto, 1983: 282 ).
Dengan demikian, perwalian secara sempit
adal&~
nyangkut anak tidak oer-ada d1bawah kekuasaan orang t.ua ,
me
.1.
4
tidak berada d1bawah kekuasaan orang meninggaln~a
karena
tua
dapat
terjadi
kedua orang tua anak yang belum
de
wasa. Adapun keny atannya kehidupan sehari-sehari dimasya rakat, bahwa untuk memenuhi haj at manusia guna kelansung an hidupnya antara satu dengan yang lainnya suka mengada kan perikatan-perikatan dan persetujuan-persetujuan. Un tuk sahnya suatu perikatan dan persetujuan harus dipenuhi
b~berapa hal sebagai berikut ; ng~katk~ diri.
(1) Sepakat mereka yang me
(2) Kecakapan untuk membuat suatu perika
t.an-, ~ 3) Suat u hal tertentu, \4) Suatu sebab yang halal, ~
Sube kt.L dan Tj.itro Sudibio, 1-961; 511 i, \·'Dalam hukum Islam disebutkan bahwa untuk sahnya
suatu aqad lperikatan) harus dipenuhi sebagai berikutj ll) Orang yang mengadakan aqad harus dengan kehendaknya s.endiri, l2) Orang yang mengadakan aqad harus baligh dan eakap ( Abdurahman Al-Jaziri lII), t,t, ;169 ). ,/Dari ketentuan tentang s ahny a suat u perikatan ter sebut baik menurut Hukum Adat
maup~~
bahwa orang yang hendak melakukan
menurut Hukum Islam,
trfu~saksi
mempunyai per
syaratan-persyaratan tertentu, salah satu diantaranya ia lah kecakapan. (_,B ahwa manus i a s e j ak d i1 ahi r kan ad a1 an. .:- S e bag ai pe m
bawa
\~~k
dan amanah dari Allah SWT. dan berakhir jika ia
'...'
meninggal dunf a, Dalam istilah hukum" orang (person) berarti pembawa hak atau subyek hukum "(Subekti,+984:11).
5 Bahkan apabd La ada kepentingan untuk orang tersebut, mu lai ber1akunya ia sebagai pembawa hak bisa dihitung surut
yai tu mulai berada dalam kandungan ibunya hd r-k.an. dalam keadaan hidup. Hal
ini, un t uk
esal
ia dila
kepentingan
yang be rhubungan dengan masalah waris, dimana orang
ter
hut masilV' waktu dilahirkan masih hidup (menangis). Da1am hukum Islam sebagaimana tersebut dalam ha di ts N abi Saw. yang berbunyi :
'~I~\ 'J\J (----> 0~1J-P~\V~~'t..?'J/~V .
~~ ~\ <\y~.)~ '.>y' b~'...)
·0--, .)"yYI
Artinya : Dari Jabir R.A., bahwa Nabi bersabda : " Apabi~a
anak
ya~g dil&~irkan
menangis J maka
mendapat
i&
war-Ls an " H .R. Abu Daud dan dd s ahkan oleh Ibnu
Hibban.
( Al-Asyqolani, 1976 :146 ).
Dari ketentuan hadits diatas dapat diambil kesirn j
pUlan'vb8J.~wa setiap orang ad al.ah pembawa hak sesuai dengan
fi.trah kemanusiaannya. Akan tet.api tidak semua orang yang
dilahirkan itu sebagai pembawa hak, dapat bertindak
dan
diperbolehkan bertindak sendiri-sendiri J ada beberapa go longan yang Undang-undang dinyatakan tidak cakap Lakuk an perbuatan hukum (
~~tuk m~
bertransaksi ), yai tu : " Orang
orang yang belum dewasa atau masih kurang umur dan orangorang yang di taruh dibawah penguwasaan "(Subekti, 19~4: 19) Orang -orang tersebut itu untuk melaksanakan per buatan hukum harus diwakili oleh orang tuanys, kalau
ti
6
dak ada orang, tuanya harus diwakili oleh orang ketiga ya itu walinya. Mengapa undang-undang dewas a tidak c akap ?
belum
mengangg~p an~k
Karena orang-orang
Y8rl8
me Lakukan
perbuatan hukum sebagai pembawa hak harus benar-benar me nyadari perbuatannya kecuali dengan fikiran
y~,
-sehat
dan sempurn a ,
Juga ia oleh undang-undang dianggap belum mempunyai fisik yang kuat untuk melaksanakan
perbuatan-perbuata~nya
itu, sebagaimana dinyatakan dalam hukum adat sebagai
be~:
kut : B~~wa seseorang baru dianggap dewasa, apabila dia telah cukup kuat untuk mencari nafkah sendiri. Kuat gawe \ mampu bekerja sendiri), da1am hal ini c akap un tuk mela kukan sega1a pergaulandalam. kehidupan kemasyarakatan ser ta cakap mengurus harta bendanya sendiri serta keperluan nya \ Pipin Syarifin l 1984: 3 ).
Oleh sebab itu ankk tersebut mernerlukan pertolong':'"' an untuk melaksanakan
perbuata~-perbuatannyabaik
oleh
0
rang tuanya atupun oleh orang'lain sebagai walinya. Syaritat agama Islam datang membawa pokok
~~tuk
qaida~-qaidah
kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat
kelak. Semua yang terkandung dalam syaritat
I~lam
adalah
untuk memelihara lima hal yang lazim disebut dengan isti 100 Maqashidul Khamsah atau Maqasyidu-syar t L, yai tu
(1)
memelihara agama, \ 2) memelihara jiwa, \ 3) memelihara a kal, (4) meme1ihara keturunan, (5) memelihara hart a keka yaan
tt
(Mukhtar Yahya, Fatchurrahman, 1983: 334). Apabila ke1ima hal tersebut di etas telah terpeli
7 h ar-a mak a manusia akan menc apa.l klimak
kebah§gian
dan akhirat. Mesalah yang penulis hadapi
adala'1
peme Li.har-aan jiwa,. ak aL dan harta anak yang belum
dunia
masslah dewasa
masalah ini tidak lepas dengan kaitamlya dengan tata hu kum Indonesia.
Bangsa Indonesia telah memperlakukan berbagai
ma
cam hukum sesuai dengan agama dan kepercayaannya serta a dat - istiadatnya, karena pada waktu dahulu di tegeri ini telah hidup berbagai
keraja~~
kecil dan besar dengan tata
h.ukumny a sendiri-sendiri. Di Indonesia inf telah ada sua tu tata hukum ( rechtorde ) J yai tu
Kemudian
sete1fu~
It
t2::.-ta hukum as l.i,";
penjajah Balanda mengambil
alih
k ekuas aan pol.itik di bumi Indonesia Ln i , me r-eka mempe.rla
kukan sebagai macaro hukum. Yaitu dengan cara membagi rak yet Ind.onesia kedalam tiga go Lorigan hukum , sebagaiman tel'
c ant.um dalam pasal 163 1.5., ketiga golongan i tu : (1) go longan hukum ad at , (2) go Long an hukum Eropah (Belanda) J (3) golongan hukum 'LLmur- Asing" (E.Utrech t , 1983: ~67).
Berdasarkan perbedaan golongan hukum tersebut di etas untuk tiap-tiap go Long an rakyatpun berbeda pula. Un tuk go1ongan Eropah pada dasarnya berlaku hukum perdata barat, yang diatur dalam berbagai
or~enansi.
terhadap golongan Bumi Putra dan go1ongan
~imur
Sed?ugkan Asing pa
da dasarnya her1aku hukum adat masing-masing, selama ter hadap mereka hukum adat terse but tidak bertentangan dengan
-t
8
azas-azas umum dan keadilan. Bertitik tolak dengan ketentuan diatas, kita dapat melihat dan menilai bahwa pemerintah Belanda tidak
mem.
bagi-bagi rakyat Indonesia berdasarkan agama yang dianut oleh rakyat Indonesia. Hukum agama yang diterapkan
oleh
rakyat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari mereka
ang~
gap sebagai hukum adat. Khususnya hukum Islam yang
tela~'berlaku sebagi~n
masyarakat Indonesia, pemerintah hindia belanda
menganut
teori reseptie yang pada dasarnya menyatakan bahwa Islam
tidakla~
merupakan hukum, ia baru
diangg~p
hukum, ape-bile hukum Islam terse.but talah menjadi
hukum sebagai hukum
adat. Negara kita sekarang sedang menggalakkan
tente~g
kesadaran hukum 1 hukum harus sesuai dengan perasaan hukum masyarakatr~a
dan tentang hukum lslam Yfu!g harus menjadi
dasar dalarn pembinaan hukum Nasional, karena hal i tu sa lah satu
masal&~
yang
ha~us
mendapat perhatian dalam rang
ka pengamalan agamanya. I -,iD ar-i° ural° an dO1 a t as, penulia merasa
mamb ah ae
terguga~
untuk
masalah tersebut, dengan judul •• Studi Per-ban
d.ingan 'l'entang Perwalian Harta Anak Belum Dewasa lVJ.enurut Hukum Adat dan Hukum Islam".
B. Perumusan Masalah Yang dimaksud dengan perwalian menurut hukum Islam adalah Al-hidhonah dan Al...harju. Al-hidlanah adalah peme
9 lihara~
diri anak yang belum dewasa, sedangkan al-harju
adalah pemeliharaan harta anak yang belum dewasa juga tel' masuk pemeliharaan harta orang dewas a yang gila dan boros S adangkan yang dimaksud dengan perwalian adat
ada~ah
menurut
hukum
pemeliharaan anak yang belum dewasa, baik pe
meliharaan pribadi anak tersebut maupun harta bendanya , apabila kedua orang tua anak tersebut sudah meninggal du nf,a,
Dari perumusan tadi dapat diajukan pertanyaan
se
begai berikut : 1. Saja'..lll mam perw.alian tentang harta anak yang be Ium de
wasa menur-u t hukum Adat dan hukum Islam?
2. Bagaimana seg~ persamaan-persamaan dan perbedaan-per i
bedaannya perwalian tentang harte anak yang belum ~asa
de
menurut hukum Adat dan hukum Islam?
C .. Tujuan Peneli tian Tuju~~ adala~ merupakan arah titik akhir dari se-
gala usaha manusia. Tak ffiungkin seseorang itu bekerja dan
berbuat tanpa tujuan. Penulisan Skripsi ini juga tidak a kan lepas dari hal yang demikian,
maka
dalam
skripsi in! penulis bertujuan untuk mendapatkan
penulisan gambaran
ten tang I.. Untuk mengetahui. /
pempelajari sejauh mana
peranan
perwalian harta anak yang belum dewasa dalam hukum adat dan hukum Islam.
10
2 0 Untuk mengetahui / mempelajari persamaan-persamaan perwalian harts anak yang belum dewasa yang sanakan oleh hukum Adat dan
huk~~
dilak~
Islam.
Do Kerangka Pemikiran
Krangka pemikiran yang dibahas dalam skripsi
ini
bertitik tolak dari ayat-ayat AI-Quran dan hadits-hadits Nabi SAH serta dari hukum adat sebagai berikut :
10 Pemeliharaan harta anak Yatim bila mereka Q~ur
belQ~ cw~up
dan apabila menurut pendapatmu mereka telah cakap
cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkan kepada mereka harta-harta itu o Ketentuan ini dalam firman AlIah
S~~
dalam surat An-Nisa' ayat 6 berbunyi,:
ArtinYa : Dan ujileh anak itu sampai mereka CW{UP untuk kawin, Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka herte-hartanY8o Janganlah kamu rnakan harte anak yatim lebih deri batas kepatutan dan janganlah kamu tergesa-gesa membelanjakannYa sebellli~ mereka dewasac Ba rangsiapa (diantara pemelihara itu) marnpu, maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anek yatim itu) dan rangsiapa Yang rniskin maka bolehlah ia rnakan harta itu me nurut yang patut o (Departemen Agama, 1979 ; 115). ~~ur
·~
11
2. Firman Allah SWT dalam surat An-Nise' ayat 5
sebagai
berikut :
~~m~~,py\~~'yy~
. L,~V(Y~j(?~l0(j-'JJ0 ArtinYa : Dan janganlah kamu serahkan kepada or yang belum sempurna akalnYa, harta (mereka Yang bera da dalsm kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kate yang baik (Departemen Agama, 1979 ; 115). ~~g
30 Wali diizinkan dan disYari'atkan dalam ajaran Islam. Dalam hal ini
ditent~{an
Allah
svn
dalam surat Al-Bs
qarah ayat 282 sebagai berikut :
Artinya : Jika yang berhutang itu orang yang 1e mah akalnya stau lemah ( keadaannYa ) atau dia sendiri ti dak rnarnpu mengimlakkan, maka hendaklah walinYa mengimlak kan dengan jujur ( Departemen Agama, 1979 ; 70 ).
40 Sabda Nabi SAW sebagai berikut :
12
, L-J\j. yu' ~ ~\~J~6-?~\~lf
'l\.~~J ;0 u ~ G~ ~~ \u~ ~y../l:
J-o~ ).>~~~ ~\ UJ ~Y'"UfJ'r---'''·\.;w II
.~ll~~\ ~'J'--j~tl\}pQjo~jw . (\..; \ ~j :~/.> J '3
.
.J.-.-'7 \ 0
~/
ArtinYa : Dari Abdullah bin Amr r.a., bahwa se ~ungguhnYa seorang. perempuan berkata : Wahai Rasulullah sesQ~gg~~Ya anak saYa ini, saya Yang mengandungnYa, sa
ya yang menyusukannya dan saYa memeliharanYa, sedangkan bapaknya menceraikan saya dan maU mengambil anak ini da ri tangan saya. Maka Rasulullah menjawab kepadanY8 : Engkau lebih berhak terhadap anak ini, selama engkau be lum menikah. Riwayat Ahmad dan Abu Daud dan di sahkan 0 leh Hakim ( Ar~ad bin Hajar, 1976 ; 176 ).
50 Menurut
h~~~~
edat bahwa perwalian anak belum dewasa
ialah : ttpemeliharaan anak yang belum dewasa, ,?aik peme liharaan pribadi anak tersebut pabila kedua orang
~ua
maup~~
harta bendanYa, a
anak tersebut sudah meninggal du
nia. ( Soerjono Soekarto, 1983 ; 283 )0
60 Perkawinan delam bel~~
huku~
adat meliputi pemeliharaan anak
dewasa saja dan harta kekaYaan anak
belu~
dewasa se
dangkan perwalian menurut hukun Islam meliputi pemelihara an terhadap diri si anak belum dewasa, pemeliharaan harta kekayaan dan perwalian dalam perkawinano Perwalian rnenurut hukum adat bersifat
t~~ggal,
perwalian menurut hukum Islam bersifat gandso
sedangkan
13 Perwalisn menurut hukum adat hanYa menYangkut anak yang
belum dewasa saja, sedangkan perwalian menurut hukum Is
lam menYangkut anak yang belum dewasa dan orang dewasa
yang tidak dapat memelihara diri dan harts kekayaannya
karens sakit ingatan atau pemboroso
Eo Langkah-langkah Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menempuh langkah °Iangkah sebagai berikut :
10 Menggunakan metode deskriftip, yaitu : ttpenelitian
yang berusaha untuk memecahkan masalah yang terjadi
pada masa sekarang dan bersifat sktual" ( M.SurYa,t.
t. : 14 )0 Dalam mengklafikasikan data tersebut penulis menggu nakan terillik penelitian studi kepustakaan yaitu nulis mengadaKan penelitian membaca
bQku-bQ~u,
dengan
pe cera
buku-buku karya para ahli hukum Adat maupun
hasil karya para ahli hukum Islam yang ads nYa dengan mesalah yang penulis
bahas~
hublli~gan
sebagaimana
Winarno Surahman menYatskan bahwa : "Perlengkapall se orang penyelidik dalam setiap lapangan ilmu pengetahu an tidak akan sempurna apabila tidak dilengkapi deng an fasilitas kepustakaan" (Winarno Surahman, 1978;283). 20 Studi perpustakaan, yaitu membaca buku-buku hukum adat
Indonesia dan Hukum Islam yang ada
kaitar~Ya
dengan
14
mesalah yang penulis bahaso
30 Studi Comparative, yaitu mengadakan penelitian dengan cara membandingkan segi persamaan "dan
perbedaannY8
yang terdapat dalam masalah Yang sedang dibahaso
BAB PERi/ALlAN DAN
II
P~RMb.SAM.HANNYA
DALAliJ HUKUM ADAT
A. Pengertian perwalian Pe.rwalian menurut Hukum Adat adalah: aPfib11s.--kedua:
orang tua dari anak meninggal dunia dan anak yang di ting -
g~kan i
tu belum dewasa. Dengan meninggalnya kedua
.
-
orang
tua, anak-anak menjadi yatim piatu dan mereka semuanya ti oak b-erada dibawah kekuas a.an orang tua. ( Soerjono Soekanto
1983: 283 ). Soerojo
Wig~jodipoero
mengemukakan
Pemeliharaan
anak y ang be-lull d ewaaa bila kedua-dua orang tua sudah ti dak ada 1agi, maka yamg memelihara anak-anak yang diting
galkan adalah salah satu dari keluarga pihak bapak atau pihak ibu yang terdekat serta biasanya juga
keada~~ya
yang
palir~ memungkinkan untuk keperluan itu ( Soerjono Wignjo dipoero, 1968 : 116 ). Menuru.t Undang-undang No i L tahun 1974
bahwa: Seorang anak yang belum mencapai usia 18 t ahun atau belum par-nan meru'ksh , yarlg tidak berada di bawah kekuaaaan orang tua, berada di bawah
kekuas~an
wali
ya~
menyangkut
pribadi anak ters_ebut maupun harta bendanya ( Soejono Soa
kanto, 19a) : 282 ). Dari pengertian tersebut diatas dapatlah disimpul ken bahwa perwalian W'8sa
ada~ah
pemeliharaan anak yang belum
d~
yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua beserta
15
16 pengurusan harta kekayaannya. B. Sebab Adanya Perwalian Da~am
hukum adat sebagaimana telah dije1askan, bah
wa perwali an adalah pemeliharaan anak
:-:t~arlg-
be1um
dewBea
yang tidak berada dalam kekuasaan orang tua, sedangkan ke kuas aan. orang dup.
Ol~h
tUB
berlaku s aLama parkawd nan .da.'1:-masih
hi~~
sebab itu dapat disimpu1kan, bahwa timbulnya pe£
walian adalah karena anak belum dewas a, kedua orang tuanya sudah mant.nggaL dunia, kekuas aan orang tuanya i tu berpin
dah kepada wali yang. akan membimbing, memelihara untuk ke lansungan anak terse but. Menurut hukuID adat alasan-alasan terjadinya perce raian itu ada beberapa sebagai berikut: 1. Karena zina yang
dil&ksan&k~~
oleh pihak istri
2 .. Kar-e.na t Lde k memperoleh keturunan dan auami meninggal ..
3. Kerukunan
rum~~
tangga tidak dapat
der~an Slli~ggWl-su~~-
,... r-t"" OJ.han kan 1 az gu.h d 1.· j-Je .un. ~ 0 i..... r
4. Karena campur tangan pihak mer-t ua terlalu
jaUL~
d aLam
80a1 rum~~-tangga mereka (Soerjono Scekanto,1983:261).
Dalam Undang-undang KO:l tahun 1974 winan disebutkan
b&~wa
~entang
perka
perkawinan itu dapat putus karena:
1 .., Kematian 2. Perceraian dan
~. Ataa keputusan Pengadilan ( Muchtar Nasir,t.t:l~ ).
Bertitik tolak dari rumusan diatas, maka dapat di
17 simpulkan bahwa, timbulnya perwa1ian itu
adalfu~
: Anak be
1um.. dawaaa dengan salah satu sebab : a. Kematian ibu atau bapak b. Perceraian antara ibu bapak c. Putusnya perkawinan karena putusan hakim, perpisahan
mej a dan ranj ang Berbicara tantang anak be1um dewasa, ada
baikpya
penulis. ungkapkan kriteria dewasa menurut hukum adat, me nurut hukum adat yang
dinamak~~
orang-orang dewasa itu ,
menurut Soepomo ad al.ah : Seorang eud ah dianggap dewasa a
pabila ia
suda~
mempunyai ciri-ciri :
a .. Kuat gawe ( aud ah mampu bekerja s end Lr-I )
b. Cakap mengurus harta benda dan lain-lain keper1uan sen
diri. c. CaJtap untuk melakukan segala pergaulan dalam kehidupan
kemasyarakatan serta memperts.nggung jawabkan segala-ga lfu~a itu
l R.Soerojo Wignjodipoero, 1983: 96 ).
Menurut Ter Haar mengemukakon pula pendapatnya, ya itu bahwa menurut hukurrl adat dewasa ini baru mulai setelah tidak menjadi t anggung an orang tua dan tidak se rumah 1agi . dengan orang t.uenya ; jadi buka- asal sudah kawin sa,ja ( R •
Soerojo Wignj,odipoero. 1983; 97 ). Dfu~ menurut Profesor Djojodigoeno bahwa dewasa i tu : .. Sudal1 hidup mandiri dan bekeJ.uarga sendiri" ( R.Soerojo Wignjodipoero, 1983: 98 ). Memperhatikan pengertian kriteria dewasa tersebut
18 diatas dapat diambil makna yang tersirat didalamnya anak yang belum dewasa menurut hukum adat adalah
bahwa
>
sebagai
berikut : a. Belu~ kuat gawe ( belum mampu bckerja sendiri )
b. Be:lum bisa mengurus harta benda dan lain untuk keperlu an sendiri; c. Belurfl cakap untuk melakukan segala pergaulan dalarn
ke
hidupan,kemasyarakatan serta mempertanggungjawabkan se gala-galanya itu; d.
~asih
dalam tangungan orang tua / wali;
e. Belum rnandiri dalam segala segi kegiatannya; Meskipun demikian, perkembangan zaman penetapan kri teria dewasa dan belum secara pasti dapat dikatakan beru b ah , me n i.ngge Lkan pe make I an
ran
ciri-ciri t.e r t en t u dan rnerig a
kepenggunaan umur-, Unsur umur seb&.gCti kr-L teria
un t uk
me.net ankan seseorang e ud ah d ewas a atau be Lum, - ini ,- daLarn
perkembangan hukum adat menjadi lebih menonjol lagi
sete
lah d i, Undangkan Ordonansi januari 19)1 termuat d.aLam s t a
atsblad 1931-54 yang s e c ara harfiah s eb aga i beriku.t : a .. Apabila peraturan-peraturan Undang-undang memaka i
isti Lah belum dewasa maka sekedar mengenai bangsa Indo nesia, ini berarti orang yang belum mencepai umur genap 21 tahun dan be Lum kawi n , b. Apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum mulai umur 21 tahun, maka tidaklah mereka kembali lagi dalam istilah " belum dewasa '", c. Dalam paham perkawinan tidaklah termasuk perkawinan a nak-anak.( R.Subekti dan R.Tjitrosudibio, 1984 : 99). It
ft
,
Dalam ordonansi tersebut dapat disimpulkan, meski
19 pun delam yurisprudensi ternyata bahwa ketentuan
belum
It
dew8sa .. ( belum cukup 2l tahun umurnya ) itu tidak sela Iu di taf'sirkan identik dengan .. belum. c akap hukum" mun pengaruh unaur umur ini dalam kriteria dewasa hukum adat ternyata sangat beser sekali.
na
dalam l~uJ
Sementara.
kriterie tradisional untuk menetapkan kedewasaan seseorang yaitu kenyataan ciri-ciri tertentu yang dlkemukakan Soepomo
tt
oleh
sudah kuat gawe '" dan lain sebagainya ternyata
dalam perkembangan zaman terpengaruh pula _oleh
kriteria
yang dipergukan oleh Raad Van Justitie Batavia dahulu un tuk menetapkan It
c akap hukum
un t
seseor~~g II
wanita Indonesia sudah dianggap
atau bel urn, yakni kri teri a
uk hidup sebagai istri"
It
sudah
mas ak
atau sudah mas ak untuk menj adi
suami / istri" ( R.Soerojc 9iiignjodipoero, 1982; 98 ). Delam hal ini sesungurillya merupakan suatu an tertentu daripada perkembangan fisik
manusia~
tingkat~
Pada ti
ngkatan tersebut pria atau w8J.'"1i ta yang bersangkutan sudah memiliki kemamQuan untuk mendapatkan keturunan. Memperhatiakfu~
pengertian dewasa tersebut baik di
tinjau dengan memiliki kri teria sifat-sifat /ciri-ciri ke tiga-tiganya sebagaimana yang telah dikemukakan
diatas,
maupun ditinjau dari segi umur yang dijelaskan dalam or donansi tersebut, maka anak yang belum dewasa menurut hu hum. adat dapaj; disimpulkan sebagai berikut :
1. Belum bisa gawe ( belum bisa bekerja sendiri
20
2. Belum bisa mengurus harta sendiri dan lain-lain untuk keperluannya sendiri. ,. Belum cakap untuk melakukan segala pergaulan dalam ke hidupan kemasyarakatan serta belum bisa mempertanggung jawabakan sendiri segala-galanya i t u,
4. Belum bisa hidup mandiri.
5. Belum mencapai usia 21 tahun bagi laki-laki
d&~
15 ta
hun bag! perempuan dan belum kawin.
c. Maca~macam Perwalian Dalam hukum adat pade umumnya perwalian anak yang belum dewass, ditinggal salah satu orang tau ibunya, atau kedua orang karena meninggal
d~~ia,
ini
tu~qya
berland~skan
turunan ibu, garis
bers~~gkutan.
persekutu~~
tiga macam garis ketur~~an
yang
keturlli~an,
bapak,
bapak a-
sudah tidak ada lagi
s~~gat terg&~tung
an sosial dalam masyarakat yang sia terdapat persekutuan -
tu~qya,
dfu~
dari keada Di Indone
suslli~annya
yaitu garis ke
garis keturunan
ibu bapa~' ( Soerojo Wignjodipoero, 1987 ; 115 ) Berdasarkan ku t i p an diatas bahwa macam-macam per walien anak yang belum dewasa, yang di tinggal / mening gal salah satu orang tuanya, atau kedua orang dah meningga1, dapat disimpu1kan
~ebagai
a. Perwalian bapak b. Perwalian ibu ; c. Perwalian dari pihak keluarga bapak
tu~~ya
berikut ;
su
21
d. Perwalian dari pihak ibu
j
Perwalian bapak, adalah perwalian yang dilaksana kan oleh bapak, bila 5i ibu sudah meninggal dunia, maka bapaknya meneru5kan pemeliharaan anak-anak yang belum de wesa dalam lingkungan keluarga bapak. Tetapi seandainya bapak yang meninggal dunia, ibunya yang meneruskan peme liharaan anak-anak yang belum dewasa dalam lingkungan ke luarga bapak. Jika janda itu ingin pulang ke
lingkunga~
keluarganya sendiri, atau ingin kawin lagi, maka ia dapat meninggalkan lingkungan keluarga almarhum (suaminya) , tetapi anak-anaknya
ya~g
belum dewasa tersebut tetap ti
nggal delam kekuasaan keluarga almarhum (suaminya) ini terj adi di Tap anuLi , Perwalian ibu, adalah perwelian yang dilakukan leh ibu, bila bapaknya sudah meninggal dunia, maka
0
ibuIa~
yang meneruskan pemeliharaan anak-anak yang belum dewasa dalam lingkungan ibunya. Tetapi seandainya ibu yang me ninggal dunia yang lebih duluan, maka anak-anak yang be Ium dewasa tersebut, tetap berada dalam kerabat ibunya serta dipelihara untuk seterusnya oleh keluarga
ib~ya
yang bersangkutan, sedangkan hubungan antara bapak dengm anak-anaknya dapat terus dipelihara. Kewajiban bapak mem beri nafkah untuk anak-anaknya selama masih belum
dewas~
Perwalian dari pihek bapak stau dari pihak ibu, i ni bile kedua orang tuanya sudsh meninggal dunia, bila &
22 nak tersebut berasal dari keturunan matrilineal ( ibu
)
maka anak tersebut diasuh / perwalian dibawah tanggungan keluarga ibu, dan dipihak bapak, bila anak terse but ber asal dari dari keturunan patrilineal l bapak ) maka ke kuasaan orang tua terhadap anak-anak yang di tin&galkan, selanjutnya berada pada keluarga pihak bapak. Menurut hukum adat anak yang ditinggal kedua orang tUfu~ya
disebabkan meninggal dunia, anak terse but menjadi
yatim piatu, wajib untuk mengasuh anak tersebut, senak s audar-a terdekat \. saudara lelaki,
saudara perempuan, ka
kek, nenek, p aman , bibi ;.0 Bahwa anak yatim piatu setelah orang-tua~ya
meninggal dunia diasuh oleh kakek-neneknya,
dari pihak bapak atau dar! pinak ibu. Dalaro kenyataan salah seorang s8nak saudara mempunyai kesempatan
sebaik-baiY~ya
ya~g
mengurus anak yatim
piatu. Kenyataan yang nyata dan hubungan yang nyata di antara
sfu~ak
sBudara menentukan siape yang akan diserahi
asuhan an ak yatim-piatu untuk mengurus / wal.Lny a , Dalam hal
L~i
harus diperhatikan sebagai berikut :
Dalam praktek soal-soal tersebut dengan mudah di atur, bilamana anak yatim piatu tidak mempunyai harta ber da, dan jika harta peninggalan tidak ada sama sekali atau hanya kecil jumlahnya. Asuhau anak yang belum dewasa yang demikian itu tidak membawa keuntungan dan sebab itu tidak ada persaingan entara sanak saudara untuk
dit~~juk
seba
23 gai peng_asuh anak, Tetapi keadaan berlainan sekali bilamana ada har ta peninggalan yang besar jumlahnya. Orang yang mengasuh anak yang belum dewasa ikut memelihara harta peninggalan. Maka dal.am hal ini, bahwa penguasa ad at harus menentukan siapa diantara sanak saudaranya yang akan diangkat men jadi wali anak tersebut, supaya sanak saudaranya tidak bersaing untuk memelihara anak yatim piatu itu. Delam hu kum adat sanak saudara terdekat, wajib untuk mengasuh a nak yatim piatu, tidak ada urutan tertentu diantara sanak
saudara untuk menjadi wali ( Prof.DR.Mr.RD.Soepomo, 1982,
13 ). Bilamana hukum adat tidak atau tidak Iagi mengenal pengawasan pemerintah desa atau salah seorang pejabat la in terhadap asuhan
fu~ak
yang belum dewasa, maka hal
itu
tidak berarti, bahwa keadaan tersebut harus kita biarkan begi tu saja. Karena hakim tidak hanya waji b memperlakukan adat, akan tetapi juga membantu memperkembangkan hukum a d at> 'kepu tus an- kepu tus an, hakim harus memberi bimbingan dfu~
bentuk kepad a segala apa yang tumbuh dan berubah
de
lam kesadaran hukum penduduk. Terutama dalam bidang asuh ~n
dan perlindungan anak, ia mendapat tugas untuk memben
tuk hukum dalam lingkungan hukum adat ( Pro£.DR.Mr.P~. Soepomo, 1982, 19 ). ~
Dalam uraian tersebut diatas, dapat ditarik kesim
24 pulan, bilamana senak saudara anak yang belum dewasa itu, tidak ada yang sanggup untuk mengasuh dan sebagai wali, maka hakim menunjuk dan
mer~angkat
wali untuk mengurus a
nak yang belum dewasa, menurut aturan-aturan yang ditetap k.an dalam staatsblad 1931 no. 53 yang antara lain menga tiz
campur tangan Landraad dalam soal perwalian bagi penduduk Indonesia. Demiki&~lah
hadap
a~ak
perwalian menurut hukum adat, baik ter
yang belum dewasa, maupun terhadap harta ben
d anya ,
D. Tugas delam Perwalian Pada waktu seorang wali memulai pekerjaannya seba gai wali, tugas-tugas atau
tindak~~
yang harus dilakukan
nya i a1 ah
1.
Uemberitahuk~~
kepada penguasa adat, bahwa kesediannya
untuk mengasuh anak yatim piatu sebagai wali; 2. 1'lengadakan inventaris asi terhadap b ar-ang- barang ke kay a an si
fu~ak
yang be1um dewasa, dan untuk diperlihatkan
kepada penguasa adat atau kepada sanak saudara yang
l~
innya;
3. Pemberian jaminan dari si wali bagi barang-barang ke nyaan s L an ak , " berupa pemberian hipotek atas tanah atau rumah miliknya 8i anak, atau berupa pemberian hak gadai atas barang-barang bergerak dari si anak, atau stau berupa penunjukan seorang ketiga selaku
penang~
-~
25 gung jawab " • Setelah wali melakukan tindakan-tindakan tersebut maka timbullah tugas-tugas perwalian
sel~~jutnya
yang me
liputi : 1. Pemeliharaan dan pendidikan terhadap anak yang diper
walikan sesuai dengan harta kekayaannya. 2. Mewakili
~~ak
tersebut dalam segala tindakan
hukum
perdata, tidak terbatas dalam bidang hukum kekayaan tetapi juga dalam bidang
ku~~m
pribadi anak itu.
3.. Mengurus harta kekayaan anak yang diperwalikan dengan sebaik-baiknya dan sejujurnya, juga menjaga jangan sam pai harta dari anak yang diperwaliaknn i tu dLr-ugl kan baik dengan sengaja maupun yang tidak sengaja. 4.
Menaruhk~'1
atau menempatkan a'1ak yang
dipe~~alikan
itu
dilembaga l-:egara bila anak terse but nakal.
5. Bila perwalian berakhir wali harus mengadakan glli~g
jawaban penutup kepada
~'1ak
pert~!g-
bila ia telah dewasa,
atau kepada ahli warisnya bila anak itu meninggal du rri a,
6. S1 wali t1dak boleh menjual barang-barang tak bergerak dan efek-efek kepunyaan si anak, kecuali dengan
izin
keluarga s L anak at au pe nguas a adat. Berdasarkan tugas-tugas perwa11an tersebut di etas maka pertanggungan jawab mengenai urU5an harta anak yang
26 be1um dewasa dapat dituntut berdasarkan hukum acara tidak tertulis yang me1engkapi Reglemen Bumiputera ( Prof.Dr.Mr Rd.Soepomo, 1982,20 ). E. Be_rakhirnya Perwalian Wa1i yang diangkat harus benar-benar menye1enggara ken pemeliharaan dan pendidikan terhadap pribadi si anak
belum dewasa, juga harus memi1iki tindak perdata adat. Untuk tujuan tersebut Penguasa Adat da1am pengangkatan se or~~g
wali, harus me1ihat pribadi ca10n wa1i apakah ia bi
sa menja1ankan tugas.-tugasnya demi kepentingan anak be1um dewasa ataukah tidak ? Yang harus di1ihat adalah da1sm se gi pemikiran, kekuatan badan, dan ah1ak,
kerens
jangan
s.amp at kepentingan anak: be1um. dewasa dirugikan k ar-eny a, Adapun orang-orang yang tidak boleh diangkat menj adi wali ad a'l ah :
1. Mereka yang sakit ingat~~ ; 2. lliereka ya~g be1um dewasa ; 3. ~~ereka y ang ada dibawah pe ng ampun ; 4. ~ereka ya~g te1ah dipecat, baik dari kekuasaan orang tua maupun dari perwa1ian ; 5. Mereka yang ber1ainan agama dengan si anak;( Subekti , 1962 : 112 ).
Disamping wa1i harus mene1iti dan me1ihat pribadi siwa1i da1sm pengangkatannya, meskipun pada dasarnya wali ~ang
diangkat itu wajib menerimanya, tetapi bo1eh mengaju
kan penglepasan kepada kepala adat yang mengangkatnya. Ji
ka tidak ada pengangkatan sebe1umnya maka boleh minta lepasan aebagai wali kepada kepala adat tempat
pe~
tinggal~a.
27 Namun sebe1um kepala adat mengambi1 keputusan terakhir atas dasar a1asan-alasan dari wa1i an itu, perwa1ian
~tu
y~~g
minta peng1epas
harus tetap dipegang oleh wali itu.
Berdasarkan kenyataan tersebut, bi1amana seorang wa1i karena keadaan yang dapat dibenarkan, tidak
dapat
terus menjalankan asuhan anak yang be1um dewasa
seperti
te1ah disanggupinya dengan sukare1a, sedangkan tidak se orangpun dari 1ingkungan senak saudara bersedia untuk me ngambi1 a1ih asuhan tersebut (hal mana sangat mungkin se suai perkembangan zaman), maka menurut hukum adat
tidak
merupakan suatu perombakan yang 1uar biasa, bi1amana r8r~
0
tersebut pada suatu ketika minta kepada hakim supaya
ia dibebaskan dari perwaliannya dan diangkat orang
lain
yang mengantikannya sebagai wali anak-anak yang be1um de wasa. Hakim menunjuk wali sementara
seor~~g
pengurus se
bagai pengganti wali untuk mengurus kepentingan-kepenting an si anak belum dewasa. Se~~~jutnya
Undang-undang te1ah menetapkan
suatu
peraturan yang mengakibatkan berakhirnya perwa1ian, baik perwalian yang dipegang olah orang tua maupun oleh
orang
lain menga1ami penghabisannya. Adapun sebab-sebab berakhirnya perwa1ian ada1ah : 1. Bila anak yang be1um dewasa itu, sudah mampu mengurus diri sendiri dan me1indlli~gi kepentingannya sendiri. 2. Jika mereka yang berada di bawah suatu perwa1ian men jadi dewasa, balk mencapai umur 21 tahun atau menga ken ikatan perwa1ian.
28
3.
J~ka
mereka.yang berada di bawah suatu perwalian dun1a;
n~ngga.i
me
4. Bila wali ada pemecatan atau pembebasan dari kepa1a a dat;
5. Manurut pasa1 31 St 1931 no. 53, seorang wali yang di angkat oleh Landraad dapat dibebaskan dari perwalian nya atas permintaan sendiri, bi1amana ia tidak mampu 1agi untuk memperhatikan kepentingan anak yang belum dewasa dengan sebaik-baiknya, atau jika selayaknya ti dak dapat diharapkan lagi, bahwa ia tetap memperhati kan kepentingan anak itu. Ia dapat dipecat dari perwa 1iannya atas permintaan orang-orang yang berkepenting an atau oleh Landraad karena jabatannya, bi1amana ia sangat merugikan atau melalaikan kepentingan anak yang belum dewasa ( Prof.Dr.kr.Rd.Soepomo, 1982 : 22 ). Sekalipun perwa1ian itu telah
beraL~ir,
wali-wali
tidak terlepas begitu saja dari pertanggung jawabannya , s.asuai dengan tugas-tugasnya yang telah di tentukan oleh huh~m
adat. Hanya kalau perwalian berakhir wali harus me
ngadakan perhitungan pertanggung jawaban selama dia meme gang kekuasaan
perwalia~
baik terhadap pemeliharaan orang
nya ataupun terhadap pemeliharaan harta kekayaannya. Sebaiknya dalam perhi tungan pertanggung jawaban ter akhir itu, bila wali telah ternyata merugikan kepentingan ~~ak
tersebut terutama harta kekayaannya, baik wali itu
menggunakan harta anak tersebut melebihi yang telah diten tukan oleh hakim /
penguasa adat atau menggunakan dengan
cara melawan hukum, maka ia dikenakan hukuman sebagaimana dinyatakan : 'N ali yang t.e Lah menyebabkan kerugian kepada harta benda anak yang dibawah perwaliannya, atas tuntutan anak atau keluarga anak tersebut dengan keputusan Pengadilan, yang bersangkutan dapat diwajibkan untuk mengganti keru
29 gian terse but lMuhtar Nasir, t , t , : 236). Lebih jauh lagi apabila si wali tersebut bermak sud menggelapkan harta anak yang di bawah perwaliannya, maka ia wajib membayar denda dan atau ganti kerugian ke p ad a anak / sanak saudara anak yang belum dewaaa
yang
dirugikan. Deugan demikian ketentuan di atas dapat diambil pedomfu~,
apabila wali menyebabkan kerugian, mengelapkan
h.ar t a benda anak yang di bawah perwaliannya akan dikena
sanksi
pida~a
sesuai dengan ketentuan hukum pidana adat.