STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN KECAMATAN SUKOLILO, SURABAYA STUDY ON HOUSEHOLD HAZARDOUS WASTE MANAGEMENT IN SUKOLILO DISTRICT, SURABAYA ALIA RIANDANI dan Prof.DR. YULINAH TRIHADININGRUM, MAppSc Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah menghitung jumlah timbulan dan komposisi sampah B3 serta menentukan pola pengelolaan sampah B3 pemukiman dengan mengambil daerah studi Kecamatan Sukolilo. Pengambilan dan pengukuran contoh timbulan, densitas dan komposisi sampah dilakukan sebanyak 8 kali sesuai dengan SNI 19-3964 1995. Sampel sampah dikumpulkan dari 100 rumah. Sampling sampah B3 dilakukan dengan metode acak terstratifikasi sesuai dengan tingkat sosial-ekonomi masyarakat, yaitu masyarakat kelas atas, menengah dan bawah. Timbulan sampah B3 Kecamatan Sukolilo adalah sebesar 0,15 ton/hari. Rata-rata prosentase komposisi sampah B3 yang ada di Kecamatan Sukolilo didominasi oleh jenis sampah beracun yaitu sebesar 44,90%. Selanjutnya, rata-rata prosentase sampah B3 yang bersifat mudah terbakar adalah 40,73%, dan korosif 14,38%. Pola pengelolaan sampah B3 permukiman yang disarankan dalam studi ini adalah i) sampah B3 permukiman yang ada di sumber seharusnya dipisahkan dari komponen sampah lainnya, ii) setiap rumah tangga seharusnya memiliki wadah khusus sampah B3 berkapasitas 25 L yang mememuhi persyaratan untuk wadah sampah B3, iii) pengumpulan sampah B3 dapat menggunakan motor boks dengan volume kontainer sebesar 1 m3, iv) TPS sampah B3 seharusnya memiliki kontainer khusus berkapasitas 5 m3
Kata kunci : Kecamatan Sukolilo, sampah B3 permukiman, pengelolaan sampah B3 Abstract The aims of this study are to measure the generation and the composition of household hazardous waste (HHW) and to determine the HHW management, using Sukolilo District as a study area.
1
Sample collection, measurements of density and composition of household solid waste were done 8 times, following SNI 19 -3964-1995 method. Sampling program was performed by involving 100 households, which were selected using stratified random approach. Selection of the household samples was based on socioeconomic levels, namely upper, middle, and lower classes. The Sukolilo District generated 151.80 kg/day of HHW. The composition of HHW was dominated by toxic waste (44.90%). The remaining was flammable (40.73%) and corrosive (14.386%) waste components. This study recommended a HHW management system for Sukolilo District as the following: i) HHW should be separated from other solid waste components at source, ii) a specific bin of 25 L volume, which met the criteria for hazardous waste container should be provided in every household, iii) motor cycle which was equipped with a box container of 1 m3 should be used as collection vehicle, iv) the transfer depot should be facilitated with a container of 5 m3 volume.
Keywords : Sukolilo District, household hazardous waste, household hazardous waste management
1.
Pendahuluan Meningkatnya
penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3) pada
berbagai
kegiatan antara lain kegiatan perindustrian, kesehatan, maupun kegiatan rumah tangga dapat dipastikan akan menghasilkan limbah B3. Limbah tersebut akan dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan maupun kesehatan manusia bila tidak dikelola dengan benar. Keberadaan limbah B3 sebagian besar memang berasal dari sektor industri, namun limbah B3 dari sektor domestik atau yang disebut dengan sampah B3 permukiman juga perlu mendapat perhatian. Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahayadan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain (Peraturan Pemerintah No. 18 Pasal 1 Tahun 1999). Sedangkan yang dimaksud dengan sampah B3 permukiman atau sampah B3 rumah tangga adalah sampah yang berasal 2
dari kegiatan rumah tangga dan mengandung bahan dan/atau bekas kemasan suatu jenis bahan berbahaya dan/atau beracun (Bagusirawan, 2008). Sampah B3 akan menjadi bahasan dalam studi ini, dengan menggunakan permukiman Kecamatan Sukolilo sebagai wilayah studi. Lokasi tersebut dipilih sebagai daerah studi karena masyarakat di kecamatan tersebut sangat heterogen sehingga penelitian dapat dilakukan pada tingkat sosial masyarakat yang berbeda. Selain itu, belum adanya upaya pengelolaan sampah yang baik di Kecamatan Sukolilo ini, sehingga penelitian ini akan dapat memberikan data mengenai sampah B3 yang diharapkan dapat menjadi masukan dalam upaya pengelolaan sampah permukiman secara keseluruhan. Kecamatan Sukolilo merupakan salah satu kecamatan yang cukup padat di Kota Surabaya. Luas wilayah Kecamatan Sukolilo sebesar 23,66 km2 dan jumlah penduduk pada tahun 2009 mencapai 94.871 jiwa. Kebanyakan warga tidak mengetahui bahwa aktivitas rumah tangga dapat menghasilkan sampah yang tergolong cukup berbahaya dan rawan terhadap kesehatan tubuh dan lingkungan sekitar. Banyak produk dalam rumah tangga mengandung bahan kimia yang sama
dengan
limbah
industri
dan
dapat
menyebabkan
(Lakshmikantha, 2007). Sampah B3 permukiman
pencemaran
lingkungan
umumnya dibuang bersama dengan
sampah rumah tangga lainnya. Upaya penanganan limbah B3 juga masih terfokus pada penanganan limbah B3 untuk industri. Limbah B3 yang berasal dari sektor domestik atau sampah B3 permukiman masih kurang menjadi perhatian. Dalam Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun, disebutkan bahwa ketentuan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga dan kegiatan skala kecil ditetapkan kemudian oleh instansi yang bertanggung jawab. Hal tersebut menunjukkan belum adanya upaya lebih lanjut yang dilakukan untuk mengelola sampah B3 rumah tangga pada saat ini.
3
Jenis sampah B3 rumah tangga dapat dikelompokkan berdasarkan jenis aktivitas rumah tangga, yaitu bahan atau bekas kemasan produk yang berasal dari (1) aktivitas dapur seperti pembersih lantai, pembersih oven, pengkilat logam, dll. (2) aktivitas kamar mandi seperti pembersih kamar mandi, pembersih toilet, pemutih pakaian, dll. (3) aktivitas garasi dan pembengkelan seperti pembersih badan mobil, berbagai cat untuk mobil, aki, dll. (4) aktivitas ruangan di dalam rumah seperti baterai, cairan untuk pengkilap mebel, cat, pengencer cat, cairan penghilang karat, pembasmi serangga, lampu neon, parfum, obat-obatan kadaluarsa, dll. (5) aktivitas pertamanan seperti pestisida, cairan pembunuh jamur, racun tikus, dll (Bagusirawan, 2008). Jenis-jenis sampah B3 tersebut memiliki karakteristik berbeda. Karakteristik B3 antara lain mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksius, dan korosif ( PP No. 85 tahun 1999). Dari berbagai macam sampah B3 permukiman, sampah baterai merupakan sampah B3 yang sering ditemukan dalam rumah. Baterai merupakan sampah B3 karena mengandung berbagai logam berat seperti merkuri, mangan, timbal, cadmium, nikel dan lithium yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Sampah baterai seharusnya tidak dibuang ke tempat sampah bersama sampah lainnya. Jumlah sampah B3 yang dihasilkan tiap rumah tangga mungkin tidak terlalu banyak, namun karena tingginya jumlah penduduk maka jumlah sampah yang dihasilkan juga akan semakin banyak, demikian juga dengan jumlah sampah B3 yang dihasilkan. Selain itu, dengan pola pembuangan akhir sampah kota yang masih menganut sistem Open Dumping seperti saat ini, sampah di TPA tidak dipilah, sampah hanya akan ditimbun begitu saja. Tidak adanya upaya dalam pengelolaan sampah lebih lanjut tentu akan berpotensi menimbulkan akumulasi dari bahan berbahaya dan beracun yang ada di TPA. Akumulasi tersebut pada suatu saat akan dapat menyebabkan dampak negatif seperti pencemaran tanah dan air tanah yang berada di sekitar lahan pembuangan akhir. Jika pencemaran tersebut sampai di
4
pemukiman terdekat maka akan timbul masalah yang cukup serius. Bahaya yang ditimbulkan adalah masuknya bahan-bahan yang berkategori B3 tersebut ke dalam aliran bawah tanah atau kontak langsung dengan manusia atau makhluk hidup lainnya. Selain itu, bila sampah B3 tidak dipisahkan dari sampah lainnya dan tidak ditangani tersendiri, maka bila dilakukan proses kompaksi dengan alat berat, wadah atau kemasan yang mengandung B3 dapat rusak sehingga dapat mengkontaminasi sampah lainnya, selain itu dapat timbul pula bermacam reaksi, gas beracun atau api. Tingkat bahaya terbesar tentu akan diterima oleh para pemulung dan petugas sampah yang biasa bekerja tanpa peralatan pelindung yang memadai sehingga berisiko membahayakan kesehatan. Mengingat potensi dampak yang dapat ditimbulkan oleh sampah B3 permukiman, maka upaya pengelolaan sampah B3 permukiman sudah seharusnya mulai dilakukan dengan baik. Sosialisasi terhadap keberadaan produk B3 dalam rumah tangga perlu dilakukan kepada masyarakat sehingga masyarakat mengerti tentang produk B3 dalam rumah agar lebih waspada. Selain itu peran serta masyarakat sangat diperlukan agar dapat mendukung sistem pengelolaan sampah B3, karena masyarakat merupakan sumber penghasil sampah B3 itu sendiri. Sampah B3 dalam rumah seharusnya sudah dipisahkan mulai dari sumbernya. Sampah B3 tersebut dibuang terpisah dalam suatu wadah khusus yang memenuhi spesifikasi untuk pembuangan sampah B3 sehingga tidak bercampur dengan sampah rumah tangga lainnya. Pengelolaan sampah B3 secara umum hampir sama dengan pengelolaan sampah biasa. Namun pembuangan akhir dari sampah B3 bukan di TPA sampah biasa, melainkan dapat diserahkan kepada pihak penyedia jasa pengelolaan sampah B3 untuk ditangani lebih lanjut sehingga tidak membahayakan kesehatan manusia dan mencemari lingkungan.
5
2.
Metodologi Studi ini dimulai dengan mengumpulkan data-data yang akan digunakan sebagai dasar
untuk menganalisa pola pengelolaan sampah B3 permukiman. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data yang diperlukan sebagai penunjang dalam melakukan proses studi. Jenis data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari penelitian langsung di lapangan dengan mengambil contoh sampah selama 8 hari dan dilakukan perhitungan, sedangkan untuk data sekunder didapat dari data perkembangan Kecamatan Sukolilo. Data Primer
Data Sampling Pengumpulan data primer hasil sampling berupa timbulan sampah B3 dan komposisi
sampah B3. Dilakukan dengan mengambil contoh sampah B3 dari permukiman di Kelurahan Keputih, Medokan Semampir, dan Nginden Jangkungan. Metode pengambilan dan pengukuran contoh sesuai dengan SNI 19-3964-1995 adalah sebagai berikut : a.
Data Timbulan Sampah B3 dan non B3 • Menentukan lokasi pengambilan contoh sampah B3 dan non B3 Sampling dilakukan dengan metode stratifikasi (Stratified Random Sampling) dimana pengambilan sampel dibagi berdasarkan tingkat ekonomi masyarakat dilihat dari tipe rumah. Klasifikasi bangunan yang digunakan untuk menentukan tingkat ekonomi berdasarkan pada SNI 3242-2008, yaitu : (a) Mewah yang setara dengan Tipe > 70 (b) Sedang yang setara dengan Tipe 45 - 54 (c) Sederhana yang setara dengan Tipe 21
6
Berdasarkan pertimbangan tipe rumah tersebut, maka sampling dilakukan di beberapa kelurahan, antara lain Kelurahan Keputih untuk mewakili masyarakat ekonomi bawah, Kelurahan Medokan Semampir untuk mewakili masyarakat ekonomi menengah dan Kelurahan Nginden Jangkungan untuk mewakili masyarakat ekonomi atas. • Frekuensi pengambilan sampel dilakukan selama 8 kali • Penentuan jumlah sampel Penentuan jumlah sampel yang akan diambil menggunakan persamaan sebagai berikut: 1.
Bila jumlah penduduk ≤ 106 jiwa. P = Cd .√Ps Dimana : Ps = jumlah penduduk bila ≤ 106 jiwa Cd = koefisien ( Cd=1, jika kepadatan penduduk normal ; Cd<1, jika kepadatan penduduk jarang ; Cd >1 jika kepadatan penduduk padat)
2.
Bila jumlah penduduk ≥ 106 jiwa P = Cd . Cj . √Ps Cj =
jumlah penduduk 10 6
Dimana : Ps = jumlah penduduk bila ≥ 106 jiwa Cd = koefisien ( Cd=1, jika kepadatan penduduk normal ; Cd<1, jika kepadatan penduduk jarang ; Cd>1jika kepadatan penduduk padat. Karena jumlah penduduk Kecamatan Sukolilo adalah 94871 jiwa (≤ 106 jiwa) maka untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus P = Cd .√Ps. 7
Dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sukolilo merupakan kelurahan yang jumlah penduduknya sangat padat maka digunakan Cd = 1 (> 1). Diperoleh jumlah sampel sebanyak 308,011 sampel, karena rata-rata jumlah penghuni di setiap rumah di Kecamatan Sukolilo ini diasumsikan adalah 5 orang, maka akan dilakukan pengambilan sampel sebanyak 62 rumah, tetapi untuk memenuhi ketentuan standar minimum SNI, maka jumlah sampel dibulatkan menjadi 100 rumah yang terbagi menjadi tiga lokasi pengambilan sampling yaitu 33 rumah di Kelurahan Keputih, 33 rumah di Kelurahan Medokan Semampir dan 34 rumah di Kelurahan Nginden Jangkungan. • Menyiapkan peralatan yang digunakan Peralatan yang digunakan : a. Alat pengambil contoh berupa kantong plastik b. Alat pengukur volume contoh berupa kotak berukuran 20 cm x 20 cm x 100 cm c. Alat pengukur volume contoh berupa kotak berukuran 1 m x 0,5 m x 1 m. Skala pengukur tinggi digunakan penggaris panjang 50 cm d. Timbangan dacin e. Alat pemindah sekop dan sarung tangan f. Masker penutup wajah • Laksanakan pengambilan dan pengukuran contoh timbulan sampah sebagai berikut : a. Membagikan kantong plastik yang sudah diberi tanda kepada sumber sampah 1 hari sebelum dikumpulkan b. Catat jumlah unit masing – masing penghasil sampah c. Kumpulkan kantong plastik yang sudah terisi sampah
8
d. Angkut seluruh kantong plastik ke lokasi pengukuran sampah e. Timbang kotak pengukur ukuran 40 L f. Tuang secara bergilir contoh sampah tersebut dalam kotak pengukur 40 L g. Hentak 3 kali kotak contoh tersebut setinggi 20 cm lalu dijatuhkan ke tanah h. Ukur dan catat volume sampah (Vs) i. Timbang dan catat berat sampah (Bs) b.
Data Komposisi Sampah B3 Diperoleh dari hasil pemilahan sampah B3 rumah tangga sesuai dengan jenis produk B3 yang tercantum dalam lampiran SNI 19-2454-2002. Secara umum, identifikasi sampah B3 dilakukan berdasarkan PP No. 18 tahun 1999. Namun dengan dikeluarkannya SNI 19-2454-2002 yang mencantumkan tentang beberapa jenis produk B3 rumah tangga, maka pemilahan sampah B3 berdasarkan pada daftar produk B3 sebagaimana tercantum dalam SNI. Proses pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut : Memilah sampah B3 dari sampah campuran yang dihasilkan dalam rumah tangga. Pemilahan jenis sampah B3 sesuai dengan daftar produk B3 yang tercantum dalam lampiran SNI 19-2454-2002 Menimbang sampah B3 total. Sampah B3 yang sudah dipilah dari sampah campur, ditimbang berat keseluruhan. Mengukur densitas sampah B3 Densitas sampah B3 dikur dengan menggunakan kotak berkapasitas 16 L dengan ukuran 0,2 m x 0,2 m x 0,4 m. Sampah B3 dimasukkan ke dalam kotak
9
tersebut kemudian dicatat tinggi awalnya, lalu kotak dihentakkan tiga kali. Setelah dihentakkan maka tinggi sampah dicatat. Memilah sampah B3 berdasarkan karakteristik sampah B3 sesuai dengan SNI 19-2454-2002. Menimbang masing-masing sampah B3 Masing-masing sampah B3 yang sudah dipilah berdasarkan karakteristiknya, ditimbang dengan menggunakan timbangan digital. Menghitung komposisi sampah B3 Setelah diketahui berat masing-masing jenis sampah B3, maka dihitung komposisi sampah B3 berdasarkan pemilahannya.
Data Observasi Lapangan a.
Kuesioner Kuesioner dibagikan kepada warga khususnya tokoh masyarakat yaitu Ketua RW, Ketua RT. Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan mengambil responden adalah tokoh masyarakat. Kelompok responden tersebut dipilih karena responden dianggap mampu untuk mewakili kondisi pengetahuan masyarakat mengenai sampah B3 . Jumlah responden yang diambil adalah sebanyak 20 responden
b.
Pengamatan visual kondisi pengelolaan sampah di Kecamatan Sukolilo.
Data Sekunder Data sekunder yang diperlukan antara lain : -
Peta Kota Surabaya untuk mendapatkan gambaran mengenai wilayah studi dari sistem pengelolaan
-
Jumlah penduduk Kecamatan Sukolilo
10
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN Wilayah penelitian tugas akhir ini berada di Kecamatan Sukolilo. Kecamatan Sukolilo
secara geografis berada di wilayah Surabaya Timur, dengan ketinggian + 4-12 meter diatas permukaan laut. •
Sebelah Utara
: berbatasan dengan Kecamatan Mulyorejo.
•
Sebelah Timur
: berbatasan dengan Selat Madura.
•
Sebelah selatan
: berbatasan dengan Kecamatan Rungkut dan Kecamatan Tenggilis Mejoyo.
• 3.1
Sebelah Barat
: berbatasan dengan Kecamatan Gubeng.
Analisis Sampah Permukiman Untuk menentukan pola pengelolaan sampah B3 di Kecamatan Sukolilo maka
terlebih dahulu dilakukan sampling untuk mengetahui timbulan sampah B3 yang dihasilkan. Sampling dilakukan di tiga kawasan permukiman di Kecamatan Sukolilo. Tiga kawasan permukiman yang dijadikan titik sampling terdiri dari 3 strata ekonomi yaitu bawah, menengah, dan atas. Dari pengukuran timbulan sampah B3 di wilayah permukiman dengan strata ekonomi bawah, menengah, dan atas maka dapat diketahui rata-rata timbulan sampah B3 Kecamatan Sukolilo. Timbulan sampah B3 didapatkan dari hasil sampling 33 rumah tangga di Kelurahan Keputih,33 rumah tangga di Kelurahan Medokan Semampir dan 34 rumah tangga di KelurahanNginden Jangkungan. Dari hasil sampling didapatkan timbulan sampah rumah tanggacampuran, kemudian sampah tersebut dipilah sehingga dapat diukur timbulan sampah B3. Hasil pengukuran timbulan sampah B3 dan perhitungan timbulan sampah B3 per orang dapat dilihat pada tabel berikut :
11
Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Timbulan Sampah B3 (Berat) di Permukiman Penduduk Kelurahan Keputih Berat Timbulan Jumlah Sampling Sampah Sampah B3 Penghuni B3 Ke(orang) (kg/orang.hari) (kg/hr) 1 0,12 0,0009 2 0,08 0,0006 3 0,13 0,0009 4 0,16 0,0012 138 5 0,10 0,0007 6 0,05 0,0004 7 0,10 0,0007 8 0,12 0,0009 Rata-rata 0,0007
Tabel 3.1 menunjukkan hasil perhitungan timbulan sampah B3 selama delapan kali sampling. Berat sampah yang dimaksud adalah berat sampah yang didapat dari hasil sampling di 33 rumah tangga Kelurahan Keputih. Jumlah penghuni adalah jumlah total orang yang tinggal pada 33 rumah yang disampling. Sehingga dari data berat sampah dan jumlah penghuni, maka akan didapat perhitungan timbulan sampah per orang dalam satu hari dengan menggunakan persamaan : ௧ ௌ (
ೖ ) ೌೝ
Timbulan Sampah = ௨ ௨ () Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Timbulan Sampah B3 (Berat) di Permukiman Penduduk Medokan Semampir Sampling Ke-
Berat Sampah B3 (kg/hr)
1 2 3 4 5 6 7 8
0.40 1.00 0.25 0.15 0.10 0.38 0.13 0.20 Rata-rata
Jumlah Timbulan Penduduk Sampah B3 (orang) (kg/orang.hari)
129
0.0031 0.0078 0.0019 0.0012 0.0008 0.0029 0.0010 0.0016 0.0025 12
Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Timbulan Sampah B3 di Permukiman Penduduk Nginden Jangkungan
Sampling Ke-
Berat Sampah B3 (kg/hr)
1 2 3 4 5 6 7 8
0.65 1.10 0.10 0.25 0.55 0.12 0.35 0.18 Rata-rata
Jumlah Timbulan Penghuni Sampah B3 (orang) (kg/orang.hari)
127
0.0051 0.0087 0.0008 0.0020 0.0043 0.0009 0.0028 0.0014 0.0032
Komposisi karakteristik sampah di Kecamatan Sukolilo dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.4 Prosentase Komposisi Sampah B3 Kecamatan Sukolilo Kelurahan
3.2
no
Karakteristik B3
1 2 3
Mudah terbakar Beracun Korosif
Medokan Nginden Semampir Jangkungan 25.7 42.37 39.08 52.67 39.61 50.19 19.42 18.02 10.73
Keputih
Rata-rata % 40.73 44.90 14.38
Konsep Pengelolaan Sampah B3 Permukiman Pengelolaan limbah B3 menurut PP No. 18 tahun 1999 terdiri dari rangkaian yang
mencakup
reduksi,
penyimpanan,
pengumpulan,
pemanfaatan,
pengolahan,
dan
penimbunan limbah B3. Dalam studi ini, pengelolaan mencakup reduksi, penyimpanan dan pengumpulan sampah B3 permukiman. Sedangkan pelaku pengelolaan yang terlibat adalah penghasil dan pengumpul.
13
Pelaku yang bertindak sebagai penghasil sampah B3 permukiman adalah masyarakat. Penghasil ini sendiri mempunyai tanggung jawab terhadap sampah B3 yang dihasilkannya, beberapa hal yang menjadi tanggung jawab penghasil antara lain : -
Mereduksi sampah B3. Apabila masih menghasilkan sampah B3 maka residunya harus diolah dengan memanfaatkan sendiri atau memberikannya kepada pihak pengelola atau pemanfaat
-
Menyimpan sementara sampah B3 dalam wadah khusus sampah B3. Sampah B3 dapat disimpan oleh penghasil paling lama 90 hari sebelum diserahkan kepada pengumpul
-
Membuat dan menyimpan catatan mengenai jenis, dan jumlah sampah B3 yang dihasilkan Sedangkan pihak pengumpul adalah yang melakukan kegiatan pengumpulan dengan
tujuan untuk mengumpulkan sampah B3 ke TPS sebelum dikirim ke tempat pengolahan atau pemanfaat. Pengumpulan dan pengelolaan TPS ditangani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dalam hal ini harus mendapatkan izin dari instansi yang bertanggung jawab terhadap masalah limbah B3 yaitu BLH Kota Surabaya. Beberapa hal yang menjadi tanggung jawab pengumpul antara lain : -
Mengumpulkan sampah B3 permukiman dari tiap rumah
-
Membuat dan menyimpan catatan mengenai jenis, dan jumlah sampah B3 yang dikumpulkan
-
Menyimpan paling lama 90 hari sebelum diserahkan kepada pihak pengolah atau pemanfaat
-
Menyampaikan catatan di atas sekurang-kurangnya 6 bulan sekali kepada instansi yang terkait dan Pemerintah Daerah selaku pihak pengawas
3.3
Pewadahan Sampah B3 di Sumber Sampah
14
Pada studi ini, pola pengelolaan sampah B3 dimulai dari pemilahan di sumber. Pewadahan yang akan dibuat dalam studi ini merupakan pewadahan sampah B3 rumah tangga atau individual. Sampah B3 sudah terpilah dan ditempatkan di wadah sampah khusus B3. Sampah B3 permukiman yang dimasukkan dalam wadah ini adalah sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun atau bekas kemasan jenis bahan berbahaya dan beracun misalnya baterai, obat pembasmi serangga, obat-obatan kadaluwarsa, pemutih pakaian dan lainnya. Karakteristik sampah B3 yang ditampung dalam wadah ini adalah sampah B3 yang bersifat beracun, mudah terbakar, reaktif dan korosif. Pewadahan sampah B3 disesuaikan dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.01 Tahun 1995. Persyaratan bahan wadah sampah adalah tidak mudah rusak dan kedap air, ekonomis, tertutup, serta mudah dikosongkan. Sedangkan untuk wadah B3 secara umum mempunyai persyaratan yaitu kemasan yang digunakan dalam keadaan baik, tidak mudah rusak, bebas dari pengkaratan dan kebocoran, sesuai dengan karakteristik limbah B3. Bahan kemasan yang akan digunakan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC) atau bahan logam (teflon, baja karbon, SS304, SS316 atau SS440) dengan syarat bahan kemasan yang dipergunakan tersebut tidak bereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya 3.4
Penentuan Ukuran Wadah Sampah B3 Ukuran wadah sampah disesuaikan dengan jumlah penghuni tiap rumah, timbulan
sampah dan frekuensi pengambilan sampah. Ukuran wadah sampah B3 adalah : • Rata-rata volume sampah B3 tiap orang = 0,008 L/orang.hari • Volume wadah sampah B3 adalah : = volume sampah B3 per orang x jumlah orang x frekuensi x faktor aman
15
= 0,08 L/orang.hari x 5 orang x 90 hari x 2 = 7,2 L
3.5
Pengumpulan Sampah B3 Pengumpulan sampah B3 dilakukan dengan sistem pengumpulan tiap rumah.
Beberapa hal yang terkait dengan pengumpulan sampah B3 adalah sebagai berikut : a) Desain Alat Pengumpul (Bentuk dan Warna) Alat pengumpulan sampah B3 berupa boks tertutup dilengkapi dengan simbol B3. b) Bahan Bahan yang digunakan untuk kotak pengumpul adalah aluminium. Pertimbangan menggunakan aluminium adalah bahan tersebut sangat kuat, tahan terhadap goresan, ringan. c) Teknis Pengumpulan Sampah B3 Pengumpulan dilakukan oleh petugas khusus. Petugas pengumpul bertanggung jawab untuk mengumpulkan sampah B3 dari setiap rumah. Setiap petugas akan mengumpulkan sampah B3 dari tiga RW atau sekitar 570 rumah. Pengumpulan tersebut terbagi dalam beberapa hari. Dalam satu hari petugas akan megumpulkan sampah B3 dari 63 rumah atau dua RT. Maka waktu pengumpulan untuk mengumpulkan sampah B3 dari tiga RW adalah selama 9 hari. Frekuensi pengumpulan sampah B3 dilakukan terjadwal setiap kurang lebih 90 hari. Sampah B3 tersebut kemudian akan dibawa ke TPS khusus B3 oleh kendaraan pengumpul. Kendaraan pengumpul merupakan alat yang digunakan untuk melakukan pengumpulan sampah B3 dari sumber ke TPS. Kendaraan pengumpul tersebut dapat berupa kendaraan bermotor maupun tidak bermotor, seperti yang disebutkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : Sk.725/Aj.302/Drjd/2004 Tentang Pengangkutan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Di Jalan. Dalam SK Dirjen
16
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak di jalan, terdiri dari kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor. Dalam studi ini, kendaraan yang dapat digunakan sebagai kendaraan pengumpul sampah B3 dapat berupa motor boks atau mobil boks. Masing-masing dari jenis kendaraan pengumpul mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Apabila memilih motor boks sebagai kendaraan pengumpul, maka beberapa faktor pertimbangannya antara lain : a. Keuntungan - Lebih praktis - Memiliki kemudahan untuk mengakses rumah yang berada di jalan sempit, sehingga memudahkan melakukan pengumpulan - Biaya operasional lebih murah b. Kerugian - Kapasitas boks pengumpul yang tidak terlalu besar Sedangkan apabila menggunakan mobil boks sebagai kendaraan pengumpul, faktor pertimbangannya antara lain : a. Keuntungan - Kapasitas boks pengumpul relatif besar, sehingga mampu membawa sampah B3 lebih banyak - Petugas pengumpul terlindung dari hujan b. Kerugian - Sulit menjangkau kawasan di jalan sempit - Biaya operasional lebih mahal Dari beberapa faktor pertimbangan tersebut serta menyesuaikan
dengan kondisi
lapangan, maka kendaraan pengumpul yang disarankan dalam studi ini adalah motor boks. Faktor yang menjadi pertimbangan utama pemilihan motor boks adalah karena kendaraan
17
tersebut dapat menjangkau rumah-rumah di jalan sempit,
sehingga pengumpulan dapat
dengan mudah dilakukan di semua daerah. Kapasitas motor boks tersebut diperkirakan mampu menampung sampah B3 yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Ukuran kotak pengumpul : = jumlah timbulan sampah per rumah x jumlah rumah x faktor aman = 7,2 L x 65 rumah x 2 = 936 L ≈ 1 m3 3.6
Pewadahan Sampah B3 di TPS Sampah B3 yang telah dikumpulkan dari tiap rumah akan diletakkan di TPS khusus
sampah B3 sebelum disalurkan kepada pihak pengelola sampah B3. Wadah sampah B3 berupa kotak tertutup atau kontainer dilengkapi dengan simbol karakteristik sampah B3 yang terdapat di dalamnya. Sampah B3 disimpan dalam tempat penyimpanan sementara selama 90 hari sebelum diserahkan kepada pihak pengelola. Lokasi untuk TPS disarankan bebas banjir sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995. Beberapa persyaratan untuk penyimpanan sampah B3 adalah sebagai berikut : a. Area penyimpanan secara geologis merupakan daerah bebas banjir tahunan; b. Dibuat atap penutup atau shelter sehingga wadah terlindung dari kontak sinar matahari secara langsung; c. Terlindung dari masuknya air hujan baik langsung maupun tidak; d. Dibuat flafon dan ventilasi udara yang memadai; Perhitungan volume wadah sampah B3 di TPS adalah sebagai berikut : Perhitungan : • Perhitungan diasumsikan dengan menggunakan jumlah rumah terbanyak dalam satu kelurahan. Jumlah RW dalam satu kelurahan paling banyak adalah 12 RW
18
yang terdiri dari 5 RT. Tiap RT terdiri dari 38 rumah. Jadi 1 kelurahan terdiri dari 2280 rumah. Sampah B3 disimpan dalam wadah terpisah berdasarkan karakteristiknya, yaitu mudah terbakar, beracun, dan reaktif sesuai dengan komposisi karakteristik sampah B3 yang ditemukan pada waktu sampling. • Rata-rata volume timbulan sampah B3 tiap orang = 0,008 L/orang.hari • Timbulan sampah B3 tiap rumah = 0,008 L/orang.hari x 5 orang/rumah = 0,04 L/rumah.hari • Jumlah rumah dalam 1 kelurahan = 2280 rumah • Timbulan sampah dalam 1 kelurahan = 0,04 L/rumah.hari x 2280 rumah = 91,2 L/hari • Volume wadah sampah B3 tiap TPS adalah : = volume timbulan sampah B3 kelurahan x frekuensi = 91,2 L/hari x 60 hari = 5272 L = 5 m3 4.
Kesimpulan Dari hasil analisa dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Jumlah timbulan sampah Kecamatan Sukolilo adalah 30,36 ton/hari. Sedangkan timbulan sampah B3 Kecamatan Sukolilo adalah 0,5% dari timbulan sampah total yaitu sebesar 0,15 ton/hari. 2. Rata-rata prosentase komposisi sampah B3 yang ada di Kecamatan Sukolilo didominasi oleh jenis sampah beracun yaitu sebesar 44,90%. Selanjutnya, rata-rata prosentase sampah B3 yang bersifat mudah terbakar adalah 40,73 %, dan korosif 14.38%.
19
3.
Hasil survei melalui kuesioner yang dilakukan kepada 20 responden menunjukkan
bahwa delapan puluh lima (85%) reponden tidak mengetahui tentang sapah B3. Lima belas persen (15%) responden sekedar pernah membaca atau mendengar informasi mengenai sampah B3. 4.
Pengelolaan sampah B3 untuk Kecamatan Sukolilo meliputi pemilahan dari sumber,
pewadahan khusus untuk sampah B3, pengumpulan sampah B3, penyimpanan sementara sampah B3 di TPS. Setelah di TPS, sampah tersebut akan disalurkan kepada pihak jasa pengelola sampah B3 permukiman.
Daftar Pustaka Agamutu, P., Fauziah, S., 2007. Household Hazardous Waste Components In Malaysian Msw the Current Scenario. Proceedings of The 7th Symposium on AANESWM, Japan. pp. 285-288. Anonim. 2009. Kecamatan Sukolilo Dalam Angka Anonim. 2004. KeputusanDirektur Jenderal Perhubungan Darat No. SK.725/AJ.302/DRJD/2004 Tentang Penyelenggaraan Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Di Jalan Anonim. 1995. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang tata-cara dan persyaratan teknis penyimpanan dan pengumpulan limbah B3. Anonim. 1995. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-05/Bapedal/09/1995 tentang Simbol Dan Label Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. Anonim.
1994.
Local
Hazardous
Waste
Management
In
King
County.
http://www.lhwmp.org/home/. 15 Oktober 2010 jam 21.00 Anonim. 1995. Metode Pengambilan dan Pengukuran
Contoh Timbulan dan Komposisi
Sampah Perkotaan. SNI 19-3964.
20
Anonim. 1999. Peraturan Pemerintah RI No.18/1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Anonim. 1999. Peraturan Pemerintah RI No. 85/1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. Anonim. 2002. Study On Hazardous Household Waste (Hhw) With A Main Emphasis On Hazardous Household Chemicals (Hhc). http://www.ec.europa.eu/environment/waste/studies/pdf/household_report. 23 Oktober jam 22.10 Anonim. 2002. Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan. SNI 19-2454 Anonim. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Bagusirawan. 2008. Waspada Sampah B3 Rumah Tangga, URL:http://bagusirawan.blogspot.com/2008/03/waspada-sampah-b3-rumahtangga.html. 29 Juli 2010 jam 20.15 EPA. 1997. Household Hazardous Waste Reduction, http://www.epa.gov/osw/hazard/. 15 November 2010 jam 17.00 Francelia, P., Liliana, M., Otoniel, B., 2008. ”Consumption Patterns and Household Hazardous Solid Waste Generation in an Urban Settlement in México” Waste Management 28, S2–S6. Lakshmikantha, H., Lakshminarasimaiah, N., 2007. “Household Hazardous Waste Generation-Management”.
Proceedings
of
the
International
Conference
on
Sustainable Solid Waste Management. pp.163-168. Hanson,
Steve.
2009.
How
to
Reduce
Household
Hazardous
Waste.
http://www.solar4myhome.com/. 25 November 2010 jam 20.00
21
Tchobanoglous, G., Theisen, H. dan Vigil, S., 1993. “Integrated Solid Waste Management: Engineering Principles and Management Issues”. McGraw-Hill, Inc. Singapore
22