STUDI PENGARUH PANJANG HARI TERHADAP PEMBENTUKAN DAN PRODUKSI UMBI PADA KELADI HIAS (Caladium hortulanum Birdsey)
Oleh: Ceko Mulyando A 34304057
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN
CEKO
MULYANDO.
Studi
Pengaruh
Panjang
Hari
Terhadap
Pembentukan dan Produksi Umbi pada Keladi Hias (Caladium hortulanum Birdsey). Dibimbing oleh ANI KURNIAWATI dan BENNY TJIA.
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh panjang hari terhadap proses pembentukan dan perkembangan umbi pada keladi hias (Caladium hortulanum Birdsey). Penelitian dilaksanakan di PT M.J. Flora, Bogor pada bulan Juni sampai Desember 2009 dengan menggunakan rancangan acak kelompok satu faktor. Faktor tersebut adalah panjang hari yang terdiri dari 2 taraf, yaitu hari pendek dan panjang, dan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 6 satuan percobaan. Bibit kultur jaringan digunakan dalam penelitian ini. Tanaman kemudian dibudidayakan selama 12 minggu pada kondisi hari panjang untuk memacu pertumbuhan vegetatif. Perlakuan hari panjang dan hari pendek mulai diberikan pada minggu ke-12, selama 12 minggu. Pengambilan contoh untuk melihat perkembangan umbi dilakukan pada 19, 21, dan 23 MST sebanyak 10 tanaman contoh pada masing-masing satuan percobaan. Hasil percobaan menunjukkan bobot umbi belum memperlihatkan respon nyata terhadap perlakuan panjang hari. Namun, bobot umbi bertambah seiring dengan waktu. Hari panjang menghasilkan tanaman yang lebih tinggi pada 21 dan 23 MST. Jumlah tunas dan rata-rata jumlah daun per tunas pada kondisi hari pendek lebih banyak dibandingkan pada kondisi hari panjang, masing-masing nyata pada 13 dan 17 MST, dan 13 MST.
STUDI PENGARUH PANJANG HARI TERHADAP PEMBENTUKAN DAN PRODUKSI UMBI PADA KELADI HIAS (Caladium hortulanum Birdsey)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh: Ceko Mulyando A 34304057
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
LEMBAR PENGESAHAN Judul
:
STUDI PENGARUH PANJANG HARI TERHADAP PEMBENTUKAN DAN PRODUKSI UMBI PADA KELADI HIAS (Caladium hortulanum Birdsey)
Nama
:
Ceko Mulyando
NRP
:
A 34304057
Program Studi
:
Hortikultura
Menyetujui, Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Ani Kurniawati, S.P., M.Si.
Dr. Benny Tjia
NIP. 196911131994032001
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Supandie, M.Agr. NIP. 195712221982031002
Tanggal disetujui:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan, Indonesia pada tanggal 19 September 1985 sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Paulus Poa dan Ibu Oei Fong Lie. Pengalaman pendidikan penulis diawali dari sekolah Taman Kanak-Kanak di TK Soetomo, Medan, pada tahun 1989. Pada tahun 1991 sampai 1993 penulis memasuki sekolah dasar di SD Soetomo, Medan. Kemudian pada tahun 1993, keluarga beserta penulis pindah ke Jakarta dan penulis kemudian melanjutkan studi di SD Yadika dari tahun 1993 hingga 1997. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah tingkat pertama pada tahun 2000 di SMP Vianney, Jakarta, dan kemudian melanjutkan pendidikan menengah tingkat atas di SMU Vianney dan lulus pada tahun 2003. Dalam kurun waktu 2003 sampai 2004, penulis sempat melanjutkan studi di Universitas Bina Nusantara yang kemudian mengundurkan diri. Penulis kemudian mengikuti SPMB pada tahun 2004 dan diterima di Institut Pertanian Bogor pada program studi Hortikultura. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi pengurus di UKM Keluarga Mahasiswa Buddhis Adittana pada periode 2005-2006. Pada tahun 2006, penulis bersama-sama dengan beberapa pencinta tanaman karnivora mendirikan sebuah organisasi yang bernama Komunitas Tanaman Karnivora Indonesia. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan magang (The Ohio Program) dalam bidang pertanian di Amerika Serikat pada periode 2008-2009.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Hyang Adi Buddha atas berkat dan tuntunan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Skripsi ini berjudul Studi Pembentukan
dan
Produksi
Pengaruh
Panjang
Umbi
pada
Hari Keladi
terhadap Hias
(Caladium hortulanum Birdsey) dan disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ani Kurniawati, SP, M.Si selaku pembimbing skripsi, dan Dr. Benny Tjia, selaku pembimbing kedua, yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Krisantini, PhD. yang bersedia menjadi dosen penguji. Penulis ingin mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada Dad, Mom, Isabella, Handoko, dan Niko yang selalu memberikan semangat dan doa sampai akhirnya penulis menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Leo Mualim, S.P., M.Si yang telah banyak membantu dalam proses penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga ingin disampaikan kepada Ir. Megayani Sri Rahayu, MS. selaku pembimbing akademik, Pak Guno , Mas Joko, Mas Andre, Mas Abas, Pak Sidik, Prima, Abon, Chika, segenap karyawan MJ Flora dan staf komdik serta temanteman yang banyak memberikan dukungan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan cepat, juga kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Akhir kata, penulis berharap tulisan ini dapat berguna dan menjadi masukan bagi yang memerlukan.
Bogor, Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
iii
PENDAHULUAN Latar belakang ...................................................................................... Tujuan .................................................................................................. Hipotesis...............................................................................................
1 4 4
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Taksonomi Tanaman Keladi .............................................. Syarat Tumbuh Tanaman Keladi ......................................................... Perbanyakan dengan Umbi .................................................................. Panjang Hari .........................................................................................
5 6 7 7
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ............................................................................... Bahan dan Alat ..................................................................................... Metode Penelitian................................................................................. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... Pengamatan Penelitian ......................................................................... Analisis Data.........................................................................................
10 10 10 11 12 14
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian .................................................................... Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam ...................................................... Jumlah Daun ........................................................................................ Tinggi Tanaman ................................................................................... Jumlah Tunas ....................................................................................... Jumlah Daun Tunas .............................................................................. Rata-rata Jumlah Daun per Tunas ........................................................ Panjang Daun Terpanjang dan Lebar Daun Terlebar ........................... Bobot Umbi ..........................................................................................
15 17 19 20 22 22 22 26 27
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .......................................................................................... Saran .....................................................................................................
30 30
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
31
LAMPIRAN .....................................................................................................
34
DAFTAR TABEL
No.
Halaman Teks
1. Suhu Media dan Udara serta RH selama Perlakuan Panjang Hari...............
15
2. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam ..............................................................
17
3. Pengaruh Perlakuan Panjang Hari terhadap Tinggi Tanaman .....................
20
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman Teks
1. Caladium hortulanum “Florida Sweetheart” .............................................
5
2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan ..........................................................
10
3. Fluktuasi Suhu Siang Hari selama Penelitian ............................................
16
4. Fluktuasi Suhu Malam selama Perlakuan Panjang Hari ............................
16
5. Phenacoccus spp ........................................................................................
17
6. Aphis gossypii ............................................................................................
17
7. Pertumbuhan Jumlah Daun selama Masa Penelitian .................................
20
8. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Sebelum dan Sesudah Perlakuan Panjang Hari ...............................................................................................
21
9. Tinggi Caladium pada 21 dan 23 MST ......................................................
21
10. Pertumbuhan Tinggi Tanaman secara Umum selama Penelitian ...............
22
11. Jumlah Tunas pada Kondisi Hari Pendek dan Hari Panjang......................
23
12. Jumlah Tunas mulai 7 MST hingga 23 MST .............................................
23
13. Jumlah Daun Tunas pada Kondisi Hari Pendek dan Hari Panjang ............
24
14. Jumlah Daun Tunas mulai 7 MST hingga 23 MST ...................................
24
15. Rata-rata Jumlah Daun per Tunas pada Hari Pendek dan Hari Panjang .......................................................................................................
25
16. Rata-rata Jumlah Daun per Tunas 7 MST hingga 23 MST ........................
25
17. Penampakan Caladium yang Ditumbuhkan dalam Kondisi Hari Pendek dan Hari Panjang ........................................................................................
26
18. Panjang Daun Terpanjang dan Lebar Daun Terlebar .................................
27
19. Bobot Umbi pada Umur Panen dan Perlakuan Panjang Hari ....................
28
20. Bobot Umbi pada 19, 21, dan 23 MST ......................................................
29
iv
No.
Halaman Lampiran
1. Denah Tata Letak Petak Penelitian ..............................................................
35
PENDAHULUAN Latar Belakang Kekayaan flora dunia mencapai kurang lebih 300 000 jenis tumbuhan (Tjitrosoepomo, 2000). Dari sekian banyak jenis tumbuhan, ada yang digunakan sebagai tanaman hias, obat, peneduh, dan masih banyak lagi penggunaan lainnya. Di Indonesia, perkembangan tanaman hias sangat menjanjikan. Salah satu tanaman yang banyak diminati baik oleh konsumen dalam negeri maupun mancanegara yaitu keladi hias (Caladium hortulanum Birdsey). Keladi termasuk dalam famili Araceae (Tjitrosoepomo, 2000). Famili ini mencakup berbagai macam tumbuhan monokotil. Ciri khas dari famili ini yaitu bunganya yang berbentuk tongkol (spadix) dan dilindungi oleh seludang (spathe). Beberapa genus dari famili Araceae merupakan tanaman yang banyak dikonsumsi oleh manusia. Genus tersebut meliputi Alocasia, Amorphophallus (Suweg), dan Colocasia (Talas). Bagian yang sering dikonsumsi yaitu umbinya. Selain itu, beberapa genus juga telah digunakan sebagai tanaman hias, diantaranya Dieffenbachia, Aglaonema, dan Anthurium. Salah satu anggota dari famili Araceae, Amorphophallus titanum Becc. (Bunga Bangkai Raksasa), memegang rekor sebagai bunga majemuk tunggal terbesar di dunia1. Genus Caladium meliputi 7 spesies, yang berasal dari daerah tropis di Amerika Selatan. Keladi-keladi tersebut tumbuh di area terbuka hutan. Walaupun keladi adalah tanaman tropis, bila keladi tumbuh pada musim panas yang kering, keladi akan menggugurkan daunnya dan diikuti dengan masuknya umbi menuju periode istirahat. Pada daerah sub-tropis, keladi tidak tumbuh sepanjang tahun. Akan tetapi, penanaman pada musim dingin dimungkinkan dengan cara ditanam di dalam ruangan yang hangat (Konemann, 2004). Deng and Harbaugh (2006) menyatakan bahwa keladi dibudidayakan sebagai tanaman hias karena warna dan corak pada daun yang sangat beragam serta ukuran daunnya yang cukup lebar. Warna daun bervariasi mulai dari putih, merah muda, merah, sampai hijau. Tanaman ini dapat tumbuh sampai mencapai
1
http://id.wikipedia.org/wiki/Araceae
2
ketinggian antara 30-60 cm dan telah dibudidayakan di Eropa sejak akhir tahun 1700-an2. Fancy-leaf dan lance-leaf adalah dua tipe utama keladi yang banyak dibudidayakan secara komersial3. Kultivar fancy-leaf memiliki daun besar yang berbentuk seperti hati, tumbuh dengan baik pada kondisi sedikit ternaungi, dan dapat tumbuh mencapai ketinggian 30-76 cm, tergantung pada jenis varietas dan lingkungan tumbuhnya. Sedangkan kultivar lance-leaf
memiliki bentuk daun
yang lebih memanjang seperti panah, dan sangat cocok untuk dijadikan sebagai tanaman pot dengan ukuran daun yang lebih kecil. Perbanyakan keladi dapat dilakukan melalui biji, kultur jaringan, dan umbi4. Perbanyakan melalui biji hanya dilakukan untuk kegiatan pemuliaan karena membutuhkan waktu yang lama. Sementara perbanyakan melalui kultur jaringan mahal sehingga jarang dilakukan. Hampir semua perbanyakan keladi dilakukan melalui umbi. Hartmann et al. (1990) menyatakan perbanyakan keladi melalui umbi dilakukan dengan cara memotong umbi menjadi beberapa bagian, dimana setiap bagian memiliki 1 mata tunas. Umbi selanjutnya ditanam sehingga menghasilkan tanaman baru. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Tjia (2006). Dirjen Tanaman Hias (2005) mencatat bahwa impor yang meliputi umbi batang, umbi akar, dan rhizome pada tahun 2005 adalah sebesar 8.5 ton, sedangkan jumlah ekspornya hanya 1.7 ton. Ini berarti terdapat defisit sebesar 6.8 ton. Sementara itu, sentra produksi umbi keladi untuk tujuan komersial selama ini dilakukan di daerah sub-tropis di Florida. Keladi yang di tanam di Bogota yang beriklim tropis, dimana panjang hari antara siang dan malam hampir sama, tumbuh subur namun umbi yang terbentuk berukuran kecil5. Sementara itu, keladi yang ditanam di Florida yang beriklim sub-tropis dimana terdapat perbedaan panjang hari antara siang dan malam, umbi yang terbentuk berukuran besar. Di Indonesia, penanaman dimungkinkan untuk dilakukan sepanjang tahun, namun panjang hari antara siang dan malam hampir sama. Produksi di Indonesia yang dapat dilakukan sepanjang tahun akan sangat
2
http://en.wikipedia.org/wiki/Caladium http://hgic.clemson.edu/factsheets/HGTC1160.htm 4 http://www.aces.edu/pubs/docs 5 Tjia (2009) 3
3
menguntungkan karena dapat memenuhi kebutuhan pada musim dingin di belahan bumi bagian utara dan selatan dimana harga yang jual akan menjadi lebih tinggi. Untuk itu, sangat perlu untuk dilakukan penelitian mengenai pengaruh panjang hari terhadap pembentukan umbi pada keladi hias agar produksi umbi keladi yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pasar yang defisit dapat dilakukan di Indonesia dan menjadi peluang untuk ekspor.
4
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh panjang hari terhadap pembentukan dan produksi umbi pada keladi hias (Caladium hortulanum Birdsey).
Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah (1) Terdapat pengaruh panjang hari yang bertindak sebagai rangsangan dalam proses pembentukan umbi keladi hias, (2) Diperlukan panjang hari selama periode tertentu yang berkaitan aktif dengan pembentukan umbi, (3) Terdapat waktu panen yang menghasilkan pertumbuhan umbi keladi dengan bobot terbaik.
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Taksonomi Tanaman Keladi Keladi hias (Caladium hortulanum Birdsey) dalam taksonomi tumbuhan mempunyai klasifikasi sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Filum
: Magnoliopyhta
Class
: Liliopsida
Ordo
: Alismatales
Family
: Araceae
Genus
: Caladium
Species
: Caladium hortulanum
Gambar 1. Caladium hortulanum “Florida Sweetheart” Llamas (2003) menyatakan bahwa famili Araceae meliputi sekitar 108 tanaman terestrial, epifit, dan semak merambat, termasuk beberapa tanaman air yang terdistribusi di daerah tropis dan sub-tropis. Salah satu spesies dalam genus Araceae yaitu Caladium hortulanum Birdsey.
6
Daun berbentuk hastate sampai lanceolate, berwarna hijau dengan corak merah dan putih. Bunga berumah satu, dengan tongkol berwarna hijau atau putih, seludang berwarna putih kehijauan.
Syarat Tumbuh Tanaman Keladi Keladi memerlukan kondisi lingkungan yang ideal agar dapat tumbuh dengan baik. Keladi berasal dari daerah tropis sehingga lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan keladi hias harus disesuaikan dengan daerah asal tanaman tersebut. Lingkungan tumbuh yang disukai keladi yaitu hangat dan lembab. Suhu media tumbuh pada kisaran 21 sampai 270C merupakan suhu media yang cocok bagi pertumbuhan keladi1. Suhu media tumbuh yang sejuk akan menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi lambat dan beresiko terserang patogen penyakit busuk akar2. Selama tumbuh, keladi memerlukan air yang cukup banyak. Keladi memerlukan sedikit naungan untuk dapat menghasilkan warna dan pertumbuhan yang terbaik. Keladi memerlukan cahaya yang terang, tapi tidak sinar matahari langsung (Konemann, 2004). Tjia (2006) menyatakan bahwa keladi yang ditanam di bawah sinar matahari langsung akan pudar warnanya, terutama yang berwarna merah. Sedangkan jika keladi ditanam di bawah naungan sepanjang hari akan menyebabkan daun melebar dan kurang rimbun, serta tangkai daun menjadi lemah. Keladi terutama jenis fancy-leaf, sangat rentan terhadap hujan deras karena daun dan tangkai dapat roboh ke permukaan tanah serta mudah robek. Beberapa varietas baru mungkin tahan terhadap sinar matahari langsung, tetapi sebagian besar keladi memerlukan sedikit naungan. Friday (2006) menyatakan
bahwa
pemupukan
keladi
dilakukan
secara
teratur
untuk
menghasilkan pertumbuhan daun yang vigor. Kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan misalnya karena suhu dan lama penyinaran yang tidak sesuai, juga karena kekurangan unsur hara dan air akan menyebabkan keladi memasuki masa istirahat untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Friday (2006) menyatakan bahwa keladi akan memasuki periode istirahat bila dibiarkan kering sampai titik layunya.
1 2
http://dauphin.extension.psu.edu/Horticulture/Bulletins/Caladium.html http://hgic.clemson.edu/factsheets/HGIC1160.htm
7
Dalam keadaan lingkungan yang menguntungkan, keladi akan tumbuh secara normal dan akan menimbun cadangan makanan dalam umbi. Ini artinya selain berfungsi sebagai alat perkembangbiakan, umbi juga berfungsi sebagai tempat
untuk
menimbun
cadangan
makanan
(Kusumaningrat, 1984;
Hartmann et al., 1990). Hartmann et al. (1990) menyatakan bahwa semakin banyak cadangan makanan yang ditimbun, maka waktu istirahat menjadi lebih lama. Ketika kondisi lingkungan tidak mendukung pertumbuhan tanaman, cadangan makanan yang disimpan dalam bentuk umbi akan digunakan.
Perbanyakan dengan Umbi Umbi batang merupakan perkembangan organ untuk menyimpan cadangan makanan yang berasal dari aktivitas meristem primer ataupun meristem sekunder (Tjitrosomo, 1991). Hartmann et al. (1990) menyatakan umbi adalah bagian terminal dari batang yang berada di bawah permukaan tanah yang mengalami penebalan karena akumulasi hasil-hasil fotosintat. Umbi batang berfungsi sebagai organ penyimpan cadangan makanan dan organ reproduksi secara vegetatif yang dihasilkan pada satu musim tumbuh, dimana akan menjadi tidak aktif pada musim dingin dan digunakan untuk pertumbuhan tanaman baru pada musim berikutnya (Falcon et al., 2006) Perbanyakan dengan umbi dapat dilakukan dengan menanam umbi secara keseluruhan, ataupun dengan dipotong menjadi beberapa bagian, dimana tiap bagian memiliki sedikitnya 1 mata tunas (Tjia, 2006). Bobot umbi haruslah cukup agar dapat menyediakan makanan untuk pertumbuhan tanaman baru (Hartmann, et al., 1990), dan dapat didasarkan pada bobot umbi yang dapat dipasarkan. Pendekatan bobot keladi varietas „Florida Sweetheart‟ dapat dilakukan pada varietas „Pink Gem‟ yang memiliki bobot 31.5 g (Wilfret, 1983). Pendekatan ini dilakukan berdasarkan kesamaan bentuk daun yang dimilikinya.
Panjang Hari Panjang hari adalah jumlah jam dimana terdapat cahaya, diantara terbit dan tenggelamnya matahari. Panjang hari bergantung pada waktu dalam tahun dan
8
dipengaruhi juga oleh letak lintang3. Siklus waktu dalam setahun tidak hanya penting bagi tanaman untuk proses pembungaan, tapi juga penting untuk mengetahui waktu membentuk organ penyimpanan seperti umbi dan waktu memasuki masa istirahat4. Menurut Wilkinson (2000), cahaya adalah komponen lingkungan yang mengikuti suatu pola yang umum dari tahun ke tahun pada suatu lingkungan geografi. Peranan cahaya dalam proses fotosintesis sudah banyak dipelajari. Nobel (2005) menyatakan bahwa cahaya berperan dalam aktivitas-aktivitas tertentu pada tanaman dengan bertindak sebagai rangsangan. Rangsangan ini diterima oleh daun melalui mediasi enzim fitokrom (Falcon et al., 2006). Salah satu contoh peran cahaya sebagai suatu rangsangan yaitu pada fotoperiodisme. Taiz and Zeiger (1991) menyatakan bahwa fotoperiodisme merupakan perkembangan respon tanaman terhadap perbandingan relatif antara panjang waktu siang dengan malam. Respon tanaman terhadap rangsangan fotoperiod bermacam-macam dan sangat berbeda satu sama lainnya. Respon penting terkait dengan fotoperiodisme termasuk pembungaan dan pembentukan umbi. Faktor yang ikut berperan dalam proses inisiasi bunga yaitu enzim fitokrom dan ritme cicardian pada tanaman5. Fitokrom yaitu enzim yang menangkap cahaya matahari, dibagi menjadi 5 yaitu fitokrom A, B, C, D, dan E. Dari kelima enzim ini, fitokrom A dan B yang paling banyak terlibat dalam proses fotosintesis. Peran ritme cicardian dan cahaya pada tanaman hari pendek belum terlalu dipahami, namun ritme cicardian pada tanaman Arabidopsis dirasa dapat menjelaskan bagaimana induksi bunga terjadi pada tanaman hari pendek. Pada Arabidopsis, terdapat gen bernama constans. Enzim penyusun gen ini akan terdegradasi pada pagi hari oleh cahaya matahari yang kaya akan gelombang pendek (660 nm) dengan mediasi fitokrom B. Pada sore hari yang kaya akan gelombang panjang (730 nm), enzim penyusun gen constans akan terbentuk lagi dengan mediasi fitokrom A. Pada saat gen constans terakumulasi, maka gen transkripsi akan terbentuk, yang diperlukan untuk induksi pembungaan.
3
http://www.gpais.co.uk/modb.iec/daylength.htm http://www.adonline.id.au/flowers/photoperiod.shtml 5 http://users.rcn.com/jkimball.ma.ultranet/BiologyPages?P?Photoperiodism.html 4
9
Chailakyan et al. dalam American Journal of Potato Resume (2004) menyatakan bahwa setek dari tanaman tembakau yang berbunga yang kemudian disambungkan pada tanaman kentang yang ditumbuhkan pada hari panjang ternyata dapat menginduksi pengumbian pada kentang. Oleh sebab itu, proses pembentukan umbi diyakini sama prosesnya dengan proses induksi pembungaan (Falcon et al., 2006). Bolhuis (1966) dan Lowe et al., (1976) melaporkan percobaan inisiasi umbi pada tanaman ubi jalar dipengaruhi oleh hari pendek. Pengaruh hari pendek pada pembentukan umbi pada ubi uwi (Dioscorea alata) juga dilaporkan oleh Shiwachi et al., (2002). Penelitian yang berjudul respon pembentukan tajuk, akar, dan umbi tanaman kentang terhadap fotoperiod yang dilakukan oleh Ewing and Wareing (1978) juga memperkuat bukti bahwa panjang hari memiliki peranan dalam proses pembentukan umbi. Hannapel et al., (2004) melaporkan bahwa pembentukan umbi pada tanaman kentang diinduksi oleh panjang hari dimana pada kondisi hari pendek terjadi pengaktifan sinyal-sinyal yang dapat ditransmisikan yang menginisiasi pembelahan dan perkembangan sel. Selain itu juga terjadi perubahan orientasi pertumbuhan sel di bagian sub-apikal daripada ujung stolon.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di MJ Flora, desa JambuLuwuk, Bogor dengan curah hujan 3000 mm/tahun. Lokasi penelitian berada pada ketinggian tempat kurang lebih 700 meter di atas permukaan laut. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Juni 2009 sampai dengan bulan Desember 2009.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan terdiri atas bibit tanaman keladi yang berasal dari kultur jaringan, cocopeat, arang sekam, pot 15 cm untuk pembibitan, plastik hitam untuk sungkup, pestisida, dan pupuk. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: penggaris, termometer, Haar-Synth Hygrometer, timbangan digital, lampu, selang air, ember, gelas, serta alat-alat lainnya yang menunjang pelaksanaan penelitian.
Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan
Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan
acak
kelompok (RAK) 1 faktor sebagai model lapangannya (Gomez dan Gomez, 1984). Faktor perlakuan yang diberikan yaitu panjang hari yang terdiri dari 2 taraf
11
yaitu hari pendek dan hari panjang. Masing-masing taraf diulang sebanyak 3 kali sehingga didapatkan 6 kombinasi perlakuan sebagai unit percobaan. Setiap unit percobaan terdiri dari 30 pot yang masing-masing ditanami 1 bibit keladi hias. Jumlah tanaman yang dibutuhkan seluruhnya berjumlah 180. Adapun model matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Yij
= μ + βj + (αβ)ij + εij, dimana:
Yij
= respon pengamatan ulangan ke-i dan perlakuan panjang hari ke-j,
μ
= nilai rataan umum
βj
= pengaruh perlakuan panjang hari ke-j
(αβ)ij = pengaruh interaksi antara ulangan ke-i dan perlakuan panjang hari ke-j εij
= pengaruh galat percobaan ulangan ke-i dan perlakuan panjang hari ke-j
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Media Tanam Media yang digunakan dalam penelitian ini yaitu campuran cocopeat dan sekam bakar dengan perbandingan 9:1. Media dicampur hingga rata dan kemudian dicuci
dahulu
melalui
pemberian
air
sampai
kapasitas
lapang
untuk
menghilangkan kandungan tanin yang terdapat dalam cocopeat. Media kemudian diisikan kedalam pot hingga penuh. Selanjutnya pada media dibuat lubang dengan menggunakan jari dengan kedalaman hampir menyerupai tinggi tray, yaitu sekitar 4 cm. Penanaman Bibit dikeluarkan dari tray bersama medianya lalu dimasukkan ke dalam lubang yang telah dibuat dan kemudian disiram dengan air hingga mencapai kapasitas lapang. Pertumbuhan Vegetatif Bibit keladi ditumbuhkan selama 12 minggu pada kondisi hari panjang dengan cara memberikan cahaya lampu pada malam hari mulai pukul 19.0023.00. Lampu yang digunakan yaitu lampu fluorescent merek Philips dengan daya keluaran sebesar 100 Watt yang ditempatkan pada ±40 cm diatas tanaman. Pada
12
tahapan ini, dilakukan pengacakan dalam penempatan ulangan dan penempatan keladi dalam tiap ulangan. Perlakuan Panjang Hari Setelah 12 minggu dalam masa vegetatif, bibit diberi perlakuan panjang hari, yaitu hari pendek dan hari panjang. Tanaman yang diberi perlakuan hari pendek disungkup menggunakan plastik hitam dari pukul 16.00-07.00. Tanaman yang diberi perlakuan hari panjang ditumbuhkan seperti kondisi awal seperti sebelum perlakuan panjang hari diberikan. Panen Umbi Panen dilakukan secara destruktif masing-masing sebanyak 10 tanaman dari setiap satuan percobaan pada minggu ke-8, 10, dan 12 setelah perlakuan panjang hari untuk melihat waktu panen yang terbaik yang didasarkan pada bobot umbi terberat. Penyiraman dan Pemupukan Pada fase vegetatif sebelum perlakuan panjang hari diberikan, penyiraman dilakukan bersamaan dengan pemupukan, dengan mencampur air untuk irigasi dengan pupuk. Pupuk yang digunakan yaitu GrowmoreTM dengan konsentrasi 250 ppm dengan perbandingan NPK sebesar 20-20-20. Pemupukan diselingi dengan penyiraman dilakukan setelah perlakuan panjang hari diberikan. Pengendalian Hama, Penyakit, dan Gulma Pengendalian hama, penyakit, dan gulma dilakukan bila dianggap perlu. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida dan fungisida. Sementara pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang tumbuh di dalam pot.
Pengamatan Penelitian Pengamatan pertumbuhan dilakukan terhadap sebagian atau seluruh tanaman yang ditanam dalam pot pada masing-masing unit satuan percobaan. Pengamatan yang dilakukan mulai awal penelitian sebelum perlakuan panjang hari diberikan hingga penelitian selesai meliputi suhu udara, tanah, kelembaban relatif, jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah tunas, jumlah daun tunas, rata-rata jumlah daun per tunas. Pengamatan yang dilakukan setelah perlakuan panjang hari
13
mencakup lebar daun terlebar dan panjang daun terpanjang serta bobot umbi pada saat panen. Rincian peubah yang diamati adalah: 1. Pengukuran suhu udara dan kelembaban pada satuan percobaan yang diberi perlakuan hari pendek dan hari panjang dengan menggunakan Haar-Synt Hygrometer. Pengukuran suhu juga dilakukan pada media dengan menggunakan termometer yang ditusukkan ke dalam media sedalam ± 3 cm dari permukaan tanah. Pengukuran dilakukan pada 2 periode, dimana periode pertama dilakukan pada pagi sampai sore hari (07.30, 12.00, 14.30) dan periode kedua yang dilakukan pada malam hari hingga subuh (20.00, 24.00, 04.00). Rata-rata suhu atau kelembaban = (2 x 07.30) + 12.00 + 16.30 4 2. Jumlah daun (cm). Penghitungan jumlah daun dilakukan setiap 1 bulan sekali dengan cara menghitung jumlah daun tanaman induk yang telah terbuka secara sempurna per individu tanaman. Pengamatan dimulai pada 0 MST hingga 23 MST. 3. Tinggi tanaman (cm). Pengukuran tinggi tanaman dimulai 0 MST dan dilakukan setiap 1 bulan sekali dengan cara mengukur dari permukaan tanah sampai dengan pangkal tulang daun tertinggi pada tiap individu tanaman induk. 4. Jumlah tunas. Penghitungan jumlah tunas dilakukan setiap 2 minggu dengan cara menghitung jumlah titik tumbuh yang terdapat dalam tiap pot, tanpa mengikutsertakan tanaman induk. Pengamatan ini dimulai pada 7 MST hingga 23 MST. 5. Jumlah daun tunas (helai/tanaman). Penghitungan jumlah daun tunas dilakukan dengan menghitung seluruh jumlah daun yang telah terbuka sempurna, tanpa mengikutsertakan jumlah daun tanaman induk dan dimulai pada 7 MST hingga 23 MST. 6. Rata-rata jumlah daun per tunas (helai/tanaman). Diperoleh melalui pembagian antara jumlah daun tunas dengan jumlah tunas dalam 1 pot.
14
7. Lebar daun terlebar, dilakukan dengan mengukur daun terlebar dalam satu pot sebanyak 5 tanaman contoh sesaat sebelum panen. 8. Panjang daun terpanjang, dilakukan dengan mengukur daun terpanjang dalam satu pot sebanyak 5 tanaman contoh sesaat sebelum panen. 9. Bobot umbi total (g/pot). Pengukuran bobot umbi dilakukan setelah panen dengan cara menimbang bobot umbi total (g) dalam tiap pot. Tahapannya yaitu setelah panen, tanaman dan umbi dikeringanginkan selama 6 hari agar terbentuk lapisan absisi. Penimbangan bobot umbi total dilakukan setelah tahapan ini selesai dengan tujuan mencegah terjadinya luka yang dapat timbul apabila daun dan akar dipisahkan segera sesaat panen, yang dapat mengakibatkan terinfeksinya umbi dengan berbagai macam patogen penyebab penyakit.
Analisis Data Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf nyata (α) 5% dengan menggunakan program SAS versi 9.1. Apabila hasil uji F nyata, dilanjutkan dengan uji beda nyata nilai terkecil.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Penelitian Pengamatan fluktuasi suhu selama penelitian diamati tiap minggu terhadap suhu udara dan suhu media serta kelembaban relatif. Rata-rata suhu udara harian tertinggi sebesar 30.75oC, sedangkan rata-rata suhu udara harian terendah adalah 25.75oC. Pengukuran terhadap suhu media menunjukkan bahwa rata-rata suhu media sebesar 24.90oC yang berada dalam kisaran 22.17oC sampai 26.92oC. Suhu rata-rata media dalam penelitian ini berada dalam kisaran suhu media yang sesuai untuk caladium, yaitu 21 sampai 27oC1. Suhu lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara optimal. Timlin et al. (2006) menyatakan bahwa laju fotosintesis tajuk akan meningkat bila ditumbuhkan dalam kondisi optimum karena tajuk tanaman akan lebih luas dan lebih banyak menangkap cahaya matahari. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa suhu memegang peranan
yang penting dalam proses
pertumbuhan tanaman
(McElroy et al., 2004; Marcos et al., 2009). Rata-rata kelembaban udara selama penelitian berkisar antara 63.25 % hingga 100% dengan rata-rata sebesar 80.44%. 32
Suhu (Celcius)
30 28 26 24 22 20 2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Minggu (MST) Suhu Media
Suhu Udara
Gambar 3. Fluktuasi Suhu Siang Hari selama Penelitian 1
http://www.dauphin.extension.psu.edu/Horticulture/Bulletins/Caladium.html
16
25
Udara
Suhu (Celsius)
24 23 22
Media
21 20 19 18 12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Minggu ke- (MST) Series1
Hari Pendek
Hari Panjang
Series4
Gambar 4. Fluktuasi Suhu Malam selama Perlakuan Panjang Hari Gulma yang didapati tumbuh yaitu Mimosa pudica. Pengendalian gulma ini dilakukan secara manual. Untuk pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan pestisida. Phenacoccus spp. dan Aphis gossypii adalah dua hama yang ditemukan menyerang tanaman keladi selama penelitian. Penyemprotan insektisida berbahan aktif Malathion dilakukan dengan dosis 0.5 ml/l air.
Gambar 4. Phenacoccus spp.
17
Gambar 5. Aphis gossypii
Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Hasil rekapitulasi analisis ragam dapat dilihat pada Tabel 1. Panjang hari hanya berpengaruh nyata pada peubah tinggi tanaman (20 dan 23 MST), jumlah daun tunas (13 dan 17 MST), dan rata-rata jumlah daun per tunas (13 MST).
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Peubah Pengamatan Jumlah Daun 12 MST 16 MST 20 MST 23 MST Tinggi Tanaman 12 MST 16 MST 20 MST 23 MST Jumlah Tunas 13 MST 15 MST 17 MST 19 MST 21 MST 23 MST Jumlah Daun Tunas 13 MST 15 MST 17 MST 19 MST 21 MST 23 MST
Panjang Hari (S)
KK (%)
tn tn tn tn
4.79 4.74 4.62 7.29
tn tn * *
1.45 2.68 3.47 5.90
tn tn tn tn tn tn
7.51 5.12 3.78 5.20 7.87 3.85
* tn * tn tn tn
3.21 4.06 3.13 3.21 9.21 5.97
18
Rata-rata Jumlah Daun per Tunas 13 MST 15 MST 17 MST 19 MST 21 MST 23 MST Panjang Daun Terpanjang 19 MST 21 MST 23 MST Lebar Daun Terlebar 19 MST 21 MST 23 MST Bobot Umbi 19 MST 21 MST 23 MST
* tn tn tn tn tn
1.44 2.61 2.28 2.36 6.38 4.05
tn tn tn
5.00 1.29 4.20
tn tn tn
7.99 4.18 4.97
tn tn tn
16.75 13.88 8.82
tn = tidak nyata, * = berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5%.
Jumlah Daun Perlakuan panjang hari tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun mulai dari 12 MST hingga 23 MST (Lampiran 1), baik pada taraf 1% maupun 5%. Christiansen and Jornsgard (2002) dalam penelitiannya menyatakan panjang hari memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun pada tanaman Lupin dimana jumlah daun akan semakin berkurang dengan bertambahnya panjang hari. Secara umum, kurva pertumbuhan jumlah daun mulai dari awal hingga akhir mengikuti persamaan garis y = -0.0101x2 + 0.2468x + 2.4753 (R2 = 0.3351). Hal serupa juga dikemukakan oleh Watad et al. (1999) dimana kurva akan terus meningkat hingga mencapai titik maksimum lalu kemudian menurun. Jumlah daun dalam penelitian ini mencapai puncaknya ketika tanaman berumur 12 MST dengan nilai rata-rata sebesar 4 helai per tanaman dan kemudian menurun. Pemberian perlakuan panjang hari dalam penelitian ini diharapkan sudah diberikan pada saat yang tepat dimana pertumbuhan telah mencapai titik maksimal, dalam hal ini jumlah daun, sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung optimal untuk mendukung pembentukan fotosintat yang kemudian akan disimpan sebagai cadangan makanan dalam bentuk umbi. Shiwachi et al.
19
(2002) menyatakan bahwa inisiasi pembentukan umbi pada Dioscorea spp. yang terlalu dini dengan perlakuan hari pendek akan mengurangi hasil panen karena terjadi depresi pada pertumbuhan vegetatif .
7
y = -0.0101x 2 + 0.2468x + 2.4753 R2 = 0.3351
Jumlah daun (helai)
6 5 4 3 2 1 0 0
4
8
12
16
20
24
Minggu setelah tanam (MST)
Gambar 6. Pertumbuhan Jumlah Daun selama Masa Penelitian Tinggi Tanaman Pengaruh panjang hari terhadap tinggi tanaman nyata pada 20 dan 23 MST (Tabel 2). Pertambahan tinggi tanaman, seperti yang terlihat pada Gambar 7, menunjukkan perubahan pola pertumbuhan ketika tanaman diberi perlakuan panjang hari dimana perlakuan hari pendek menghasilkan tanaman yang lebih pendek dibandingkan dengan tanaman yang diberi perlakuan hari panjang. Selisih tinggi masing-masing pada 20 dan 23 MST sebesar 4.37 dan 6.33 cm. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Watad et al. (1999), Scholte (2000), Walton et al. (2006) dan Xu et al. (2008) yang menyatakan bahwa tinggi tanaman akan lebih tinggi ketika ditumbuhkan pada kondisi hari yang lebih panjang. Hal ini diduga karena proses
fotosintesis
berlangsung lebih lama ketika hari panjang, sehingga hasil fotosintesis akan lebih banyak dan digunakan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman, diantaranya adalah tinggi tanaman. Tabel 2. Pengaruh Perlakuan Panjang Hari terhadap Tinggi Tanaman Panjang Hari Waktu Pengamatan
20
12 MST 16 MST 20 MST 23 MST Hari Pendek 16.02 18.85 20.29b 22.38b Hari Panjang 15.36 20.38 24.66a 28.72a Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama, berbeda nyata menurut uji beda nyata terkecil pada taraf 5%. Setelah Panjang Hari
Sebelum Panjang Hari 35
Tinggi tanaman (cm)
30 25 20 15 10 5 0 0
4
8
12
16
20
24
Minggu setelah tanam (MST) Hari Pendek
Hari Panjang
Gambar 7. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Sebelum dan Sesudah Perlakuan Panjang Hari Tinggi tanaman memperlihatkan peningkatan yang terus terjadi yang mengikuti persamaan garis y = 0.0196x2 + 0.4863x + 5.3794 (R2 = 0.8045). Pergerakan kurva dari kiri bawah menuju kanan atas menunjukkan bahwa pertambahan tinggi tanaman berbanding lurus dengan pertambahan waktu (Gambar 8).
21
40
y = 0.0196x 2 + 0.4863x + 5.3794 R2 = 0.8045
Tinggi tanaman (cm)
35 30 25 20 15 10 5 0 0
4
8
12
16
20
24
Minggu setelah tanam (MST)
Gambar 8. Pertumbuhan Tinggi Tanaman secara Umum selama Penelitian
Jumlah Tunas, Jumlah Daun Tunas, dan Rata-rata Jumlah Daun per Tunas Perlakuan panjang hari tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah tunas walaupun telah diberikan selama 12 minggu (Lampiran 3). Hal ini berbeda dengan yang dikemukakan oleh McElroy et al. (2004) bahwa jumlah tunas pada tanaman Florida betony dipengaruhi oleh panjang hari dimana jumlah tunas yang dihasilkan pada kondisi hari pendek lebih banyak dibandingkan pada hari panjang. Jumlah tunas pada masing-masing satuan percobaan meningkat seiring dengan pertambahan waktu dengan mengikuti persamaan garis y = -0.02x2 + 1.2512x – 6.2618 (R2 = 0.5881) seperti yang terlihat pada Gambar 9. Jumlah daun tunas juga memperlihatkan tren yang sama (Gambar 10). Peningkatan jumlah daun tunas diduga terjadi seiring dengan peningkatan jumlah tunas. Perlakuan panjang hari hanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata jumlah daun per tunas pada 13 MST. Hasil rata-rata jumlah daun per tunas diperoleh dari pembagian antara jumlah total daun tunas dengan jumlah tunas didalam pot yang sama. Grafik rata-rata jumlah daun per tunas menunjukkan kecenderungan yang sama dengan grafik jumlah tunas (Gambar 9)
22
dan jumlah daun tunas (Gambar 10) dimana terjadi peningkatan seiring dengan bertambahnya waktu (Gambar 3).
25
y = -0.02x 2 + 1.2512x - 6.2618 R2 = 0.5881
Jumlah tunas
20
15
10
5
0 7
9
11
13
15
17
19
21
23
Minggu ke- (MST)
Gambar 9. Jumlah Tunas mulai 7 MST hingga 23 MST
70 y = -0.0258x 2 + 2.9083x - 16.651 R2 = 0.6333
Jumlah Daun Tunas (helai)
60 50 40 30 20 10 0 7
9
11
13
15
17
19
Minggu ke- (MST)
Gambar 10. Jumlah Daun Tunas mulai 7 MST hingga 23 MST
21
23
23
Rata-rata jumlah daun per tunas (helai)
6
y = -0.0085x 2 + 0.35x - 0.7004 R2 = 0.3387
5 4 3 2 1 0 7
9
11
13
15
17
19
21
23
Minggu ke- (MST)
Gambar 11. Rata-rata Jumlah Daun per Tunas mulai 7 MST hingga 23 MST
Panjang Daun Terpanjang dan Lebar Daun Terlebar Walton et al. (2006) menyatakan bahwa luas area daun dipengaruhi oleh panjang hari. Hari panjang menyebabkan tanaman tidak melakukan perluasan daun karena kebutuhan cahayanya telah tercukupi. Pengamatan di lapang menunjukkan hal yang berbeda dengan penelitian Walton et al. dimana rata-rata panjang daun terpanjang dan lebar daun terlebar pada tanaman yang ditumbuhkan dalam kondisi hari panjang lebih besar dari tanaman pada kondisi hari pendek. Walaupun demikian,
hasil uji F-hitung menunjukkan bahwa perlakuan panjang hari dalam penelitian ini tidak memberikan pengaruh nyata terhadap panjang daun terpanjang maupun lebar daun terlebar (Lampiran 6 dan 7).
24
18 16
15.18
15.87
15.52 12.79
Panjang dan Lebar (cm)
14
13.29
13.04
12 10 8 6 4 2 0 1
2
Daun Terpanjang
Daun Terlebar
Hari Pendek
Hari Panjang
Rata-rata
Gambar 12. Panjang Daun Terpanjang dan Lebar Daun Terlebar
Bobot Umbi Bobot umbi tidak menunjukkan respon nyata terhadap perlakuan panjang hari (Lampiran 8). Walaupun tidak berbeda nyata, rata-rata bobot umbi antara hari pendek dan hari panjang memperlihatkan suatu pola dimana rata-rata bobot umbi pada hari pendek lebih besar dibanding bobot umbi pada hari panjang, yaitu sebesar 15% (4.38 g). Panen umbi pada 8 MSP memperlihatkan bahwa rata-rata bobot umbi pada hari pendek sedikit lebih rendah (1.42 g) dibanding hari panjang, sedangkan panen pada 10 dan 12 MSP memperlihatkan bobot umbi tanaman hari pendek lebih besar dibanding hari panjang, masing-masing berbeda sebesar 9.8 g dan 4.6 g. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Shiwachi et al. (2002) pada tanaman Dioscorea spp dan Falcon et al. (2006) pada kentang, bahwa kondisi hari pendek merangsang pembesaran umbi. Dari gambar 13, terlihat bahwa bobot umbi meningkat sejalan dengan pertambahan waktu, dan berlawanan dengan suhu (Gambar 3). Timlin et al. (2006) menyatakan bahwa alokasi proporsi karbohidrat menuju umbi menurun sejalan dengan meningkatnya suhu. Gambar 3 memperlihatkan terjadinya penurunan suhu sejak minggu ke 19 MST (8 MSP) hingga 23 MST (12 MSP)
25
sehingga diduga alokasi proporsi karbohidrat menuju umbi meningkat. Hasilnya yaitu terjadinya peningkatan rata-rata bobot umbi dari minggu ke minggu.
45
38.16
40
39.58 37.25 33.23
Bobot umbi (g)
35
28.30
30 25
34.92
24.63 23.25
23.94
20 15 10 5 0 8
10
12
Minggu ke - (MSP)
Hari Pendek
Hari Panjang
Rata-rata
Gambar 13. Bobot Umbi pada Umur Panen dan Perlakuan Panjang Hari
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Hasil penelitian ini belum dapat menyimpulkan bahwa inisiasi pembentukan dan perkembangan umbi pada Caladium hortulanum “Florida sweetheart” dipengaruhi oleh panjang hari. Walaupun demikian, bobot umbi meningkat sejalan dengan bertambahnya waktu dengan bobot umbi tertinggi pada 23 MST. Perlakuan hari panjang menghasilkan tanaman yang lebih tinggi pada 21 dan 23 MST. Perlakuan hari pendek menghasilkan jumlah daun tunas (13 dan 17 MST) dan rata-rata jumlah daun per tunas (13 MST) yang lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang ditumbuhkan pada kondisi hari panjang.
Saran Studi pengaruh panjang hari terhadap inisiasi dan pembentukan umbi pada Caladium hortulanum perlu dilakukan dengan rentang waktu yang lebih panjang melihat peningkatan bobot umbi yang terbentuk sejalan dengan pertambahan waktu. Studi mengenai pengaruh suhu juga perlu dilakukan mengingat beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa suhu memainkan peranan yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Studi lanjut mengenai rasio C dan N juga menarik untuk dipelajari mengingat rasio C dan N dalam tumbuhan memainkan peranan penting dalam pola pertumbuhan tanaman, dimana rasio C dan N bisa diatur melalui pemupukan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Araceae. http://id.wikipedia.org/wiki/Araceae . [9 Maret 2008]. Anonim. 2008. Caladium. http://en.wikipedia.org/wiki/Caladium. [9 Maret 2008]. Anonim. 2008. Caladium.http://www.botany.com/caladium.htm. [9 Januari 2008]. Anonim. 2008. Daylength. http://www.gpais.co.uk/modb.iec/daylength.htm. [15 Januari 2008]. Anonim. 2008. http://www.adonline.id.au/flowers/photoperiod.shtml. [15 Januari 2008]. Anonim. 2008. Photoperiod.
http://users.rcn.com/jkimball.ma.ultranet/Biology
Pages?P?Photoperiodism.html. [21 Januari 2008]. Black, R. J. 1979. Forcing Florida Caladiums. BPI News. [October] Chailakhyan, M. Kh., L. I. Yanina, A. G. Davedzhiyan, and G. N. Lotova. 1981. Photoperiodism and Tuber Formation in Grafting of Tobacco onto Potato. Dokl. Akad. Nauk SSSR. 257:1276-80 Christiansen, J. L. and B. Jornsgard. 2002. Influence of Daylength and Temperature on Number of Main Stem Leaves and Time to Flowering in Lupin. Ann. Appl. Biol. 140:29-35. Deng, Z. and B.K. Harbaugh. 2006. ‘Garden White’- A Large White FancyLeaved Caladium for Sunny Landscapes and Large Containers. Hort. Sci., 41:840-2. Ewing, E. E. and P. F. Wareing, (1978). Shoot, Stolon, and Tuber Formation on Potato (Solanum tuberosum L.) Cuttings in Response to Photoperiod. Plant Physiol 61: 348-353. Rodriguez - Falcon, M., J. Bou, and S. Prat. 2006. Seasonal Control of Tuberization in Potato: Conserved Elements with the Flowering Response. Ann. Rev. Plant Biol. 57:151-80 Friday, T. 2006. Take Care of Your Caladiums for Summer Long Color. http://www.santarosa.ifas.ufl.edu. [21 September 2009]. Hannapel, D. J., H. Chen, F. M. Rosin, A. K. Banerjee, and P. J. Davies. 2004. Molecular Controls of Tuberization. Amer. J. of Potato Res. 81:263-274. Harbaugh, B. K. and B. Tjia. 1984. Commercial Forcing for Caladiums. Florida Cooperative Extension, Circ. 621. Harbaugh, B. K. and B. Tjia. 1984. Size and Scoop Caladium Tubers. Greenhouse Grower. 2(8):82-83. Hartmann, H. T., D. E. Kester, and F. T. Davies. 1990. Plant Propagation: Principles and Practices. 5th edition. Prentice-Hall Inc. New Jersey. 647 p.
32
Hartmann, H. T., D. E. Kester, and F. T. Davies.. 1997. Plant Propagation: Principles and Practices. 6th edition. Prentice- Hall Inc. New Jersey.770 p. Kessler Jr, J. R. 2009. Greenhouse Production of Caladiums. http://www.aces.edu/ pubs/docs. [28 Agustus 2009]. Koneman. 2004. Botanica. Random House Australia Pty Ltd. New South Wales. 1020 p. Kusumaningrat, T. 1984. Kerangka Tumbuhan Umum. Angkasa. Bandung. 255 hal.
dan Modifikasinya. Botani
Llamas, K. A. 2003. Tropical Flowering Plants. Timber Press. Cambridge. 423 p University of Florida. IFAS Extension Service. Marcos, J., A. Lacointe, R. Tournebize, R. Bonhomme, and J. Sierra. 2009. Water Yam (Dioscorea alata L.) Development as Affected by Photoperiod and Temperature: Experiment and Modelling. Field Crops Research. 11: 262-268. Mc Elroy, J. S., F. H. Yelverton, J. C. Neal, and T. W. Rufty Jr. 2004. Influence of Photoperiod and Temperature on Vegetative Growth and Development of Florida Betony. Weed Science. 52:267-270. Nobel, P. S. 2005. Physiochemical and Environmental Plant Physiology. 3th edition. Dana Dreibelbis. USA. 567 p. Onwueme, I. C. 1978. The Tropical Tuber Crops. John Wiley & Sons Ltd. Nigeria. 234p. Russ, K., and Bob, P. 2008. Caladium. HGTC1160.htm. [21 Januari 2008].
http://hgic.clemson.edu/factsheets//
Scholte, K. 2000. Growth and Development of Plants with Potential for Use as Trap Crops for Potato Cyst Nematodes and Their Effects on The Numbers of Juveniles in Cysts. Ann. Appl. Biol. 137:031-042. Shiwachi, H., T. Ayankanmi, and R. Asiedu. 2002. Effect of Day Length on the Development of Tubers in Yam (Dioscorea spp.) Trop. Sci. 42:162-170. Taiz, L. and Zeiger, E. 1991. Plant Physiology. The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. California. 565p. Timlin, D., S. M. L. Rahman, J. Baker, V. R. Reddy, D. Fisher, and B. Quebedeaux. 2006. Whole Plant Photosynthesis, Development, and Carbon Partitioning in Potato as a Function of Temperature. Agron Journal. 98:1195-1203. Tjia, B. 2006. Menanam dan Memelihara Caladium. Bulletin Forum Florikultura Indonesia nomor 25:1, 5-6. Tjitrosoepomo, G. 2000. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 477 hal. Tjitrosomo, S. S. 1991. Botani Umum. Angkasa Bandung. Bandung. 235 hal.
33
Walton, L. J., L. V. Kurepin, D. M. Reid, and C. C. Chinnappa. 2006. Stem and Leaf Growth of Alpine Sun and Prairie Shade Ecotypes of Stellaria longipes Under Different Photoperiods: Role of Ethylene. Can. J. Bot. 84:1496-1502 Watad, A. A., G. Luria, and A. Borochov. 1999. Aconitum: Effects of Environmental Conditions and Tuber Size Growth, Flowering, and Tuber Production. Scientia Horticulture. 81:135-147. Wilfret, G. J. 1983. Tuber Production of Caladium Cultivars Grown in a Sandy Soil. IFAS, Apopka. Fla. State. Hort. Soc. Vol 96: 245-248. Xu, Z., Q. M. Wang, Y. P. Guo, D. P. Guo, G. A. Shah, H. L. Liu, and A. Mao. 2008. Stem-swelling and Photosynthate Partitioning in Stem Mustard are Regulated by Photoperiod and Plant Hormones. Environmental and Experimental Botany. 62:160-167. Yates, R. 2009. Caladium Culture. http://dauphin.extension.psu.edu/Horticulture/ Bulletins/Caladium.html [20 Desember 2009].
LAMPIRAN
35
Gambar Lampiran 1. Denah Tata Letak Petak Penelitian
S2
S1
U1
U2
U3
U1
U2
U3
U
Keterangan: S1
= hari pendek
S2
= hari panjang
U1
= Ulangan ke-1
U2
= Ulangan ke-2
U3
= Ulangan ke-3