PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH KULIT PISANG TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN HIAS KELADI Caladium bicolor Devi Resianti, 036108001 Program studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Uniersitas Pakuan 2012 ABSTRACT Ornamental taro (Caladium bicolor), including ornamental plants called angel wings. Alternative fertilizer that can be used as nutrients for the plant organic matter in the form of a banana skin. Waste banana skin contains nutrients ie Nitrogen, phosfor, and potassium, which can optimize the growth of taro plants Caladium bicolor. The purpose of this study was to determine the effect of waste banana peel on the growth of taro plants Caladium bicolor. The research was conducted in the village of Cibeureum, Cisarua district, Bogor regency, in April to June 2012. The method used was completely randomized design (CRD) with six-level factors: 0% as control, 5%, 10%, 15%, 20%, and 25%. Each treatment was repeated four times. The variables measured were the number of leaves and plant height of research conducted over the past three months. The data were tested for normality and homogeneity, following criteria homogeneous and normal, and then analyzed the variance (ANOVA) and Duncans test. Based on the calculation of variance analysis on the growth of taro plants Caladium bicolor indicates that the F count> F table. Thus Ha Ho accepted and rejected. This means that there are differences in the growth of taro plants Caladium bicolor at various different concentrations at high taro plants. Based on the results of the study showed that administration of waste banana peels provide significant effect on plant height ornamental taro (Caladium bicolor) but had no significant effect on the number of leaves of ornamental plants taro (Caladium bicolor). Concentration of waste banana peels are most optimal for the growth of plants taro (Caladium bicolor) is the concentration of 10%. Keywords: Utilization of banana waste, growing ornamental taro (Caladium bicolor)
ABSTRAK Keladi hias (Caladium bicolor) termasuk tanaman hias yang diberi nama sayap bidadari. Alternatif pupuk yang dapat dimanfaatkan sebagai unsur hara bagi tanaman tersebut bahan organik berupa kulit pisang. Limbah kulit pisang memiliki kandungan unsur hara yaitu Nitrogen, Phosfor, dan Kalium, yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan tanaman hias keladi Caladium bicolor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian limbah kulit pisang terhadap pertumbuhan tanaman hias keladi Caladium bicolor. Penelitian ini dilakukan di Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, pada bulan April sampai dengan Juni 2012. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam taraf faktor yaitu: 0% sebagai kontrol, 5%, 10%, 15%, 20%, dan Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Pakuan Bogor November 2012
1
25%. Setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali. Peubah yang diamati adalah jumlah daun dan tinggi tanaman penelitian dilakukan selama tiga bulan. Data hasil penelitian di uji homogenitas dan normalitas, setelah memenuhi kriteria homogen dan normal, kemudian dianalisis variansi (ANAVA) dan uji Duncans. Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi terhadap pertumbuhan tanaman hias keladi Caladium bicolor menunjukan bahwa F hitung > F tabel. Dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan pertumbuhan tanaman hias keladi Caladium bicolor pada berbagai konsentrasi yang berbeda pada tinggi tanaman hias keladi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian limbah kulit pisang memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi batang tanaman hias keladi (Caladium bicolor) tetapi tidak berpengaruh nyata pada jumlah daun tanaman hias keladi (Caladium bicolor). Konsentrasi limbah kulit pisang yang paling optimal untuk pertumbuhan tanaman hias keladi (Caladium bicolor) yaitu konsentrasi 10 %. Kata kunci : Pemanfaatan limbah pisang , pertumbuhan keladi hias (Caladium bicolor) A. Pendahuluan Keladi hias (Caladium bicolor) termasuk tanaman hias yang diberi nama sayap bidadari. Tanaman hias ini berasal dari kawasan hutan tropis di wilayah Amerika Selatan dan hidup dengan kondisi lembab, rindang, dan, subur. Keindahan bentuk, corak, serta warna daunnya menjadikan Caladium banyak diminati pecinta tanaman hias. Masyarakat banyak membudidayakan tanaman hias keladi ini dengan ditanam didalam pot, akan tetapi unsur hara yang diperoleh sedikit, unsur hara dapat diperoleh dengan cara pemupukan. Anggota family Araceae itu mempunyai batang sangat kokoh. Ukurannya sebesar jari telunjuk orang dewasa. Warnanya hijau kecoklatan, jika dipegang terasa sangat kaku. Koleksi lain juga berwarna merah hijau dengan ukuran daun lebih kecil, tapi rimbun. Daun terlihat kontras dengan garis-garis putih mengelilingi warna merah dan hijau dan mengkilap seperti daun plastic, batangnya juga kokoh berwarna hitam pekat Pemupukan untuk pertumbuhan tanaman hias keladi agar tumbuh baik
dapat diberikan pupuk organik dan pupuk anorganik. Tanaman hias keladi yang ditanam di dalam pot terkandung unsur hara yang rendah, maka tanaman hias keladi membutuhkan unsur hara seperti Kalium dan Phospor di dalam media tanam untuk menunjang proses pertumbuhannya. Unsur tersebut diduga dapat terkandung dalam kulit buah pisang. Pupuk kulit buah pisang adalah sumber potensial pupuk potasium dengan kadar K2O 46-57% basis kering. Selain mengandung Phosfor dan Potasium, kulit pisang juga mengandung unsur Magnesium, Sulfur, dan Sodium. Peran phospor yang terdapat pada pertumbuhan tanaman keladi hias berfungsi memacu pertumbuhan akar serta mempercepat batang agar tidak roboh. Potasium adalah unsur hara mikro yang membantu pembentukan protein, karbohidrat dan gula, serta membantu pengangkutan gula dari daun ke buah, memperkuat jaringan tanaman serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Magnesium adalah unsur yang keberadaannya karena selain diperlukan di dalam pembentukkan klorofil juga berperan sebagai katalisator di dalam penyerapan unsur P dan K oleh
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Pakuan Bogor November 2012
2
tanaman. Magnesium berperan dalam menyusun klorofildan system enzim. Pospat/ Phosphorus oxide / phosphate sebagai unsur kimia dalam bentuk ikatan P2O5 tidak dapat diserap langsung oleh tanaman, melainkan akan diserap dalam bentuk ion PO4- di sinilah peran mikroorganisme pelarut pospat diperlukan. Demikian pula dengan unsur Kalium yang biasanya terdapat di dalam pupuk dalam bentuk ikatan K2O yang perlu diubah menjadi ion K+ oleh mikroorganisme. Sodium atau Natrium (Na) adalah unsur yang dapat ditemukan pada garam dapur (NaCl), karena kemiripan Kalium dengan Natrium dalam hal mengatur air dalam tubuh tanaman sehingga proses fotosinthesis dapat terus berlangsung. Kulit pisang yang selama ini dianggap sebagai sampah dan berbau, mendatangkan lalat dan akan membuat terpeleset jika membuangnya sembarangan, ternyata banyak mengandung unsur kimia atau senyawa yang bermanfaat. Senyawa yang terkandung di dalam kulit pisang diantaranya adalah lignoselulosa, karbohidrat, fosfor, sodium, magnesium, sulfur dan lain-lain. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian limbah kulit pisang terhadap
pertumbuhan tanaman hias keladi (Caladium bicolor ). Perumusan masalah yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: “Apakah terdapat pengaruh pemberian limbah kulit pisang terhadap pertumbuhan tanaman hias keladi (Caladium bicolor ) ?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian limbah kulit pisang terhadap pertumbuhan tanaman hias keladi (Caladium bicolor ) Penelitian ini agar lebih mengarah, maka pembatasan masalah peneliti adalah Jenis pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah kulit pisang ambon dan Peubah yang diamati dari penelitian tersebut, yaitu tinggi batang dan jumlah daun. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain bagi masyarakat umum dapat membantu mengurangi pencemaran lingkungan sekitar dan mengetahui pemanfaatan limbah kulit pisang ambon yang dijadikan aternatif unsur hara yang di butuhkan tanaman ( pupuk organik). B agi praktisi pertanian dapat membantu mengurangi biaya produksi dengan tidak menggunakan pupuk kimia, dan bagi tanaman, penggunaan pupuk organik dapat memberikan dampak aman untuk pertumbuhantanaman.
Kabupaten Bogor . Kecamatan Cisarua memiliki suhu antara 17,580C – 23,910C dan terletak pada ketinggian 650 M – 1400 M dpl. Penelitian ini dilaksakan pada bulan April – Juni 2012. Penelitian ini menggunakan bahan seperti Tunas anakan Caladium bicolor 24 buah, tanah latosol 1 kg, kompos secukupnya, kulit pisang 3 kg,air secukupnya, larutan gula danEm 4 3ml, dan dedak 100 gr. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor
B. Bahan Metode Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui pengaruh pemberian limbah kulit pisang terhadap pertumbuhan tanaman hias keladi (Caladium bicolor )dan menentukan konsentrasi berapa % pemberian limbah kulit pisang yang optimal terhadap pertumbuhan tanaman hias keladi (Caladium bicolor ). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua,
3
perlakuan dalam penelitian adalah penambahan konsentrasi limbah kulit pisang yang terdiri atas 6 taraf yaitu 5%, 10%, 15% 20%, 25 %, dan 0% sebagai satu faktor pembanding (kontrol).
pada konsentrasi 25% rata-rata 4,75 helai daun, dan pada konsentrasi 0% rata-rata jumlah daun 6,75 helai daun. Rata-Rata Jumlah Daun 8 Jumlah daun
C. Temuan Penelitian Pengamatan dilakukan setiap 15 hari sekali, yang dimulai pada hari ke 15. Total pengamatan adalah 5 kali. Rata-rata jumlah daun pada hari ke 15 dan 30 pada masing-masing perlakuan masih sama, tetapi pada pengamatan hari ke 45 rata-rata jumlah daun tanaman hias keladi (Caladium bicolor) meningkat. Selama pengamatan berlangsung jumlah daun tanaman hias Caladium bicolor terus bertambah, pada hari ke45 rata-rata jumlah daun yang paling tinggi dihasilkan pada penggunaan kompos dengan limbah kulit pisang dengan konsentrasi 10% ,rata-rata 5,75 helai daun, lalu pada konsentrasi 15% rata-rata 5,5 helai daun, pada konsentrasi 5% rata-rata 5 helai daun, pada konsentrasi 20% rata-rata 4,5 helai daun, rata-rata jumlah daun terendah yaitu pada konsentrasi 25% jumlah daun yang dihasilkan hanya rata-rata 4,25, dan pada konsentrasi 0% rata-rata jumlah daun 4,25 helai daun, pada pengamatan hari ke-60 konsentrasi 10% rata-rata 5 ,75 helai daun pada konsentrasi 15% rata-rata 5,75 helai daun pada konsentrasi 5% rata-rata 5,5 helai daun yang ditujukan dengan warna merah, pada konsentrasi 20% rata-rata 5,5 helai daun, rata-rata jumlah daun terendah pada konsentrasi 25% dengan rata-rata 5,25 helai daun dan pada konsentrasi 0% rata-rata jumlah daun adalah 5,5 helai daun, pada pengamatan hari ke-75 konsentrasi 10% rata-rata 6 ,75 helai daun, pada konsentrasi 15% rata-rata 6,5 helai daun, pada konsentrasi 5% rata-rata 6,5 helai daun, pada konsentrasi 20% rata-rata 6,25 helai daun, rata-rata jumlah daun terendah
6
0%
4
5% 10%
2 0
15% III hari IV hari V hariI hariII hari ke-15 ke -30 ke 45 ke -60 ke 75
20% 25%
Pengamatan
Gambar 4 Rata– rata Jumlah Daun Tanaman Hias Keladi ( Caladium bicolor) Pengujian homogenitas pada pengamatan hari ke-15 sampai pengamatan hari ke-75 diperoleh ragam data yang homogen ( lampiran 2), karena masing –masing nilai χ2 hitung lebih kecil dari χ2 pada taraf 5% dengan db = 3. Data yang telah dinyatakan homogen, kemudian dilanjutkan uji normalitas. Pada uji normalitas diperoleh hasil bahwa persentase data – 1 SD dan + 1 SD lebih besar 68,26% sehingga data penelitian dinyatakan normal. (lampiran 3). Data memenuhi kriteria homogen dan normal, sehingga data dapat dianalisis menggunakan ANAVA (Lampiran 4). Hasil analisis uji F jumlah daun tanaman hias keladi ( Caladium bicolor ) pada hari ke- 45 sampai hari ke – 75 terlihat nilai F hitung < F tabel, maka perbedaan diantara perlakuan tidak nyata. Hasil uji F pada hari ke – 45 terlihat F hitung < F tabel, dengan demikian hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis analisis ( Ha) ditolak, berati tidak terdapat perbedaan pertumbuhan tanaman hias keladi (Caladium bicolor) dengan penambahan limbah kulit pisang pada konsentrasi yang berbeda.
4
Data tinggi tanaman hias Caldium bicolor yang diperoleh dari hasil pengamatan terdapat pada lampiran 5. Selama pengamatan berlangsung tinggi tanaman hias Caldium bicolor terus bertambah, pada hari ke-15 rata-rata tinggi tanaman yang paling tinggi dihasilkan pada penggunaan kompos dengan limbah kulit pisang dengan konsentrasi 10% rata-rata 8 cm, lalu pada konsentrasi 15% rata-rata 8 cm, pada konsentrasi 5% rata-rata7,16 cm, pada konsentrasi 20% rata-rata 6,18 cm , rata-rata tinggi tanaman terendah yaitu pada konsentrasi 25% rata-rata 6cm, dan pada konsentrasi 0% rata-rata 6,85 cm, pada pengamatan hari ke-30 konsentrasi 10% rata-rata 8,83 cm, pada konsentrasi 15% dengan rata-rata 8,38 cm, pada konsentrasi 5% rata-rata 8,2 cm , pada konsentrasi 20% ratarata 7,38 cm, rata-rata tinggi tanaman terendah pada konsentrasi 25% ratarata 6,6 cm, dan pada konsentrasi 0% rata-rata 8,2cm, pada pengamatan hari ke-45 konsentrasi 10% rata-rata 13,03 cm, pada konsentrasi 15% rata-rata 12,33 cm, pada konsentrasi 5% ratarata 12,13cm, pada konsentrasi 20% rata-rata 9,63cm, rata-rata tinggi tanaman terendah pada konsentrasi 25% rata-rata 8,88 cm, dan pada konsentrasi 0% rata-rata 10,96 cm. Pada pengamatan hari ke-60 konsentrasi 10%, dengan rata-rata 18,5 cm, pada konsentrasi 15% dengan rata-rata 17,89 cm yang ditujukan dengan warna ungu, pada konsentrasi 5% rata-rata 17,9cm, pada konsentrasi 20% rata-rata 15,63cm, rata-rata jumlah daun terendah pada konsentrasi 25% rata-rata 15,25cm , dan pada konsentrasi 0% rata-rata 17,38cm. Pada pengamatan hari ke-75 konsentrasi 10%, dengan rata-rata 30,7 cm, pada konsentrasi 15% dengan rata-rata 28,75cm , pada konsentrasi 5% rata-rata 28,43cm, pada konsentrasi 20% rata-rata 24,5cm , , rata-rata jumlah daun terendah pada konsentrasi 25% rata-rata 24cm, dan
pada konsentrasi 27,05cm. m
0%
rata-rata
Rata-Rata Tinggi Tanaman 35
Tinggi Tanaman
30
0%
25 20
5%
15
10%
10
15%
5
20%
0
hari ke- hari ke- hari ke- hari ke- hari ke- 25% I II III IV V 15 30 45 60 75
Pengamatan
Gambar 5 Rata – rata Tinggi Tanaman Hias Keladi (Caladium bicolor) Hasil pengujian homogenitas ragam tinggi pada tanaman hias Keladi (Caladium bicolor) menunjukan bahwa penelitian dari pengamatan hari ke-15 sampai pengamatan hari ke-75 diperoleh ragam data yang homogen (lampiran 2) , karena masing –masing nilai χ2 hitung lebih kecil dari χ2 pada taraf 5% dengan db = 3. Data yang telah dinyatakan homogen, kemudian dilanjutkan uji normalitas. Pada uji normalitas diperoleh hasil bahwa persentase data – 1 SD dan + 1 SD lebih besar 68,26% sehingga data penelitian dinyatakan normal. Data memenuhi kriteria homogen dan normal, sehingga data dapat dianalisis menggunakan ANAVA. Hasil analisis uji F jumlah tinggi tanaman hias keladi (Caladium bicolor) pada hari ke- 45 sampai hari ke – 75 terlihat nilai F hitung > F tabel, maka perbedaan diantara perlakuan sangat nyata. Hasil uji F pada hari ke – 45 terlihat F hitung > F tabel, dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis analisis (Ha) diterima, berati terdapat perbedaan pertumbuhan
5
tanaman hias keladi (Caladium bicolor) dengan penambahan limbah kulit pisang pada konsentrasi yang berbeda.
Tanaman hias Caladium bicolor pertumbuhannya akan baik, apabila media tanamnya diberi limbah kulit pisang sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut. Pada penggunaan konsentrasi 10%, 5%, 15%, 20% tanaman hias Caladium bicolor tumbuh dengan baik dan cepat dibandingkan dengan konsentrasi yang lain (0%, dan 25%). Hal ini ditandai dengan jumlah daun yang terus meningkat dan tinggi tanaman yang terus bertambah pada pengamatan hari ke-15 sampai pengamatan hari ke-75. Pada pengamatan jumlah daun hari ke75 konsentrasi 10% menghasilkan rata-rata jumlah daun dan tinggi tanaman paling optimal, sedangkan rata-rata rata-rata jumlah daun terendah pada konsentrasi 25% ratarata hanya menghasilkan 4,75 helai daun, dan pada konsentrasi 0% ratarata 6,75 helai daun. Pada pengamatan tinggi tanaman hari ke-75 konsentrasi 10%, dengan rata-rata tinggi tanaman 30,7 cm, rata-rata terendah pada konsentrasi 25% rata-rata 24 cm, dan pada konsentrasi 0% rata-rata tinggi tanaman 27,0%. Berdasarkan hasil uji Laboratorium, limbah kulit pisang mengandung unsur hara yang cukup esensial bagi pertumbuhan tanaman unsur hara tersebut diantaranya adalah Nitrogen, Fosfor, Kalium, dan magnesium. Nitrogen diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, akar, dan berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna dalam proses fotosintesis, membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik, serta meningkatan mutu tanaman penghasil daun, meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme dalam tanah (Lakitan, 2004) Limbah kulit pisang dengan konsentrasi 10% menghasilkan jumlah daun dan tinggi tanaman hias Caladium bicolor yang paling optimal. Hal ini diduga pada konsentrasi tersebut telah tercapai penyerapan
D. Pembahasan Berdasarkan hasil perhitungan menunjukan bahwa tertdapat perbedaan jumlah daun dan tinggi tanaman hias keladi (Caladium bicolor) pada berbagai konsentrasi limbah kulit pisang. Meskipun pada hari ke-15 dan hari ke-30 limbah kulit pisang belum memberikan pengaruh jumlah daun sehingga jumlah daun yang dihasilkan pada masing-masing perlakuan sama, namun pada hari ke45 sampai hari ke-75 terdapat perbedaan jumlah daun masing-masing perlakuan. Pemberian limbah kulit pisang pada konsentrasi 10% menghasilkan rata-rata jumlah daun tertinggi yaitu 8 helai daun dan tinggi tanaman 29,8 cm. Hal ini diduga karena kompos dengan limbah kulit pisang pada konsentrasi 10% mempunyai keseimbangan unsur hara yang dapat memenuhi kebutuhan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman hias Caladium bicolor, sedangkan pada konsentrasi 25% menghasilkan rata-rata terendah yaitu 5 helai daun dan tinggi tanaman 23cm, sedangkan pada konsentrasi 0% hanya menghasilkan rata-rata 6 helai daun, karena dalam media tanam tidak menggunakan limbah kulit pisang sehingga unsur hara yang terdapat dalam tanah tidak mencukupi unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan metabolisme tanaman. Penambahan kulit pisang pada media tanama dengan konsentrasi 10% menghasilkan tinggi tanaman yang paling optimal. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi 10% telah tercapai penyerapan unsur nitrogen yang sesuai, sehingga pertumbuhan tanaman hias keladi berpengaruh pad tinggi tanaman dengan baik..
6
unsur nitrogen yang sesuai, sehingga jumlah daun dan tinggi tanaman menjadi lebih optimal. Apabila unsur nitrogen yang diserap sesuai dengan kebutuhan maka pertumbuhan vegetatif tanaman bertambah besar. Hal ini yang menyebabkan tanaman lebih cepat pertumbuhannya. Limbah kulit pisang dengan konsentrasi 0%, 25% menghasilkan jumlah daun terendah hal ini menyebabkan tanaman pertumbuhannya lambat dan pada konsentrasi 25% daunnya menguning, karena kekurangan nitrogen dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak normal atau kerdil, daunnya akan menguning (pucat). Menurut (Hasibuan, 2004), nitrogen diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan vegetatif tanaman, seperti daun, batang, akar, dan berperan penting dalam pembentukan hijau daun. Tanaman hias keladi (Caladium bicolor) pertumbuhannya akan baik , apabila media tanamnya ditambahkan kompos dan limbah kulit pisang sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut. Pada penambahan konsentrasi limbah kulit pisang 10% dan 15% tanaman hias keladi (Caladium bicolor) tumbuh dengan baik dan cepat dibandingkan dengan konsentrasi yang lain 20% dan 25%. Hal ini diduga karena kompos dengan limbah kulit pisang pada konsentrasi 10% mempunyai keseimbangan unsur hara yang dapat memenuhi kebutuhan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman hias keladi Caladium bicolor, sedangkan pada konsentrasi 25% menghasilkan rata-rata terendah. Tanaman akan tumbuh dengan baik apabila unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan metabolisme tercukupi (Hasibuan, 2004). Berdasarkan pengujian para ahli pupuk kulit pisang mengandung unsur hara yang cukup esensial bagi pertumbuhan tanaman. Unsur hara tersebut diantaranya adalah Nitrogen, Phosfor, Kalium, dan Magnesium. Nitrogen diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan
bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, akar, dan berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna dalam proses fotosintesis, membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik, serta meningkatan mutu tanaman penghasil daun, meningkatkan perkembangbiakan mikro organisme dalam tanah (Lakitan, 2004). Limbah kulit pisang dengan konsentrasi 10% menghasilkan jumlah daun dan tinggi tanaman hias keladi Caladium bicolor yang paling optimal. Hal ini diduga pada konsentrasi tersebut telah tercapai penyerapan unsur nitrogen yang sesuai, sehingga jumlah daun dan tinggi tanaman menjadi lebih optimal. Apabila unsur nitrogen yang diserap sesuai dengan kebutuhan maka pertumbuhan vegetatif tanaman bertambah besar. Hal ini yang menyebabkan tanaman lebih cepat pertumbuhannya. Limbah kulit pisang pada konsentrasi 20% dan 25% menghasilkan jumlah daun terendah hal ini menyebabkan tanaman pertumbuhannya lambat dan daunnya menguning, karena kekurangan nitrogen dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak normal atau kerdil, daunnya akan menguning (pucat). Menurut (Hasibuan, 2004). Nitrogen diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan vegetatif tanaman, seperti daun, batang, akar, dan berperan penting dalam pembentukan hijau daun. Limbah kulit pisang dengan konsentrasi 10% dan 15% menghasilkan jumlah daun dan tinggi tanaman hias keladi (Caladium bicolor) yang paling optimal. Hal ini diduga pada konsentrasi tersebut telah tercapai penyerapan unsur nitrogen yang sesuai, sehingga jumlah daun, tinggi tanaman, tanaman hias keladi (Caladium bicolor) menjadi lebih optimal. Nitrogen adalah unsur hara makro utama yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak.
7
Sumber N tidak diperoleh dari batuan dan mineral tapi berasal dari hasil pelapukan bahan organik. Nitrogen diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetativ tanaman seperti daun, batang, akar, dan berperan penting dalam hal proses fotosintesis (Hasibuan, 2004). Berdasarkan hasil penelitian, pada penggunaan konsentrasi limbah kulit pisang 20% dan 25% pertumbuhan untuk jumlah daun dan tinggi tanaman hias keladi (Caladium bicolor) kurang baik. Hal ini dikarenakan konsentrasi limbah kulit pisang yang diberikan melampaui ambang batas toleransi sebagian tanaman akan menunjukan gejala penyimpangan pertumbuhan. Penyimpangan pertumbuhan pertumbuhan ini umumnya berupa keracunan, yang tiap gejalanya berbeda antara tanaman satu dengan tanaman lainnya. Menurut Rosmarkam (2002). Apabila kadar unsur hara melampaui ambang batas toleransi dan tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman akan menunjukan gejala penyimpangan pertumbuhan. Penyimpangan pertumbuhan ini umumnya berupa keracunan, yang gejalanya berbeda antara tanaman yang satu dengan tanaman yang lain. Pemberian nitrogen yang berlebihan juga menyebabkan tanaman mudah rebah, serta perakaran akan menjadi lebih sempit. Berdasarkan hal tersebut, maka unsur hara yang diberikan harus sesuai kebutuhan. Pemberian unsur hara yang terlalu banyak akan mengakibatkan keracunan pada tumbuhan. Dengan demikian besar kecilnya konsentrasi limbah kulit pisang yang diberikan dapat mempengaruhi pertumbuhan. Limbah kulit pisang terdapat unsur kalium yaitu unsur hara esensial yang sangat dibutuhkan oleh tanaman, cadangan unsur kalium dalam tanah cukup banyak. Kalium dapat membantu dalam sistem perakaraan pada pertumbuhan tanaman bila konsentrasinya sesuai dengan yang
dibutuhkan tanaman. Apabila kekurangan kalium maka dapat mempengaruhi sistem perakaran dan pertunasan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada konsentrasi limbah kulit pisang 10% menghasilkan jumlah daun dan tinggi tanaman hias keladi Caladium bicolor yang paling optimal. Hal ini karena unsur Kalium pada konsentrasi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman (Hasibuan, 2004). Pada konsentrasi 10% dan 15% menghasilkan jumlah daun dan tanaman tertinggi karena unsur kalium yang di berikan cukup sehingga pertumbuhan menjadi stabil sedangakan pada konsentrasi 20% konsentrasi dan 25% menghasilkan jumlah daun dan tinggi tanaman terendah karena unsur kalium yang diberikan melebihi sehingga pertumbuhan menjadi lambat. Magnesium yang terdapat dalam limbah kulit pisang dapat membantu mempercepat pertumbuhan bila konsentrasinya sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Menurut Rosmarkam, dkk, 2002. Magnesium mempunyai peranan penting terhadap metabolisme nitrogen, semakin banyak tanaman menyerap magnesium maka semakin tinggi juga kadar protein dalam akar ataupun pada bagian atas tanaman. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada konsentrasi limbah kulit pisang 10% menghasilkan jumlah daun tanaman hias keladi Caladium bicolor yang paling optimal, karena unsur magnesium pada konsentrasi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman, sedangkan pada konsentrasi 25% mennghasilkan jumlah daun dan tinggi tanaman terendah karena unsure kalium yang diberikan melebihi ambang toleransi sehingga pertumbuhan menjadi lambat. Phosfor pada limbah kulit pisang dapat membantu mempercepat pertumbuhan bila konsentrasinya sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman, karena jika tanaman kekurangan phosfor dapat
8
menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat akibat terganggunya perkembangan sel dan akar tanaman, mekanisme karbohidrat, dan transfer energi (Hasibuan, 2004). Hasil penelitian menunjukan bahwa pada konsentrasi limbah kulit pisang 10% menghasilkan jumlah daun tanaman hias keladi Caladium bicolor yang paling optimal, karena unsur phosfor pada konsentrasi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pada konsentrasi 25% menghasilkan jumlah daun dan tinggi tanaman terendah terendah, karena unsur phosfor yang diberikan berlebihan, sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman lambat dan warna daun pun menguning. Menurut Hasibuan, (2004). Apabila tanaman kelebihan phosfor, maka berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, seperti tumbuhan kerdil terjadi karena pembelahan sel terganggu, warna daun berubah menjadi coklat. Berdasarkan uraian tersebut, disimpulkan bahwa unsur hara yang diberikan harus sesuai kebutuhan. Pemberian unsur hara yang terlalu banyak akan mengakibatkan keracunan pada tumbuhan, begitupun unsur hara pertumbuhan tanaman akan terhambat.
kesimpulan bahwa penambahan limbah kulit pisang dalam media tanam dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman hias keladi (Caladium bicolor), tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman hias keladi (Caladium bicolor). Konsentrasi limbah kulit pisang yang paling optimal untuk tinggi tanaman yaitu pada konsentrasi 10%.
Daftar Pustaka Hanafiah, K.A. 2011. Rancangan Percobaan dan Aplikasi Edisi Revisi. Rajawali press, Jakarta. Hasibuan, BE. 2004. Pupuk dan Pemupukan . Universitas Sumatera Utara, Medan. Lakitan, Benyamin. 2004. Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja Grafindo Utama, Jakarta. Rosmarkam, dkk. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah . Kanisius. Yogyakarta. Biodata Penulis Devi Resianti. Lahir di Bogor pada tanggal 27 Desember 1985. Lulusan Program S1 Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Pakuan Bogor tahun 2012.
E. Kesimpulan Hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka diperoleh
9