PENGARUH PEMBERIAN MOL BUAH-BUAHAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SORGUM (Sorghum Bicolor L.)
NOPRI YANTO NPM. 0111 048301 141
ABSTRAK Penyebab utama produktivitas hasil sorgum hingga sekarang adalah penggunaan benih kurang berkualitas dan pemeliharaan tanaman yang kurang optimal. Salah satu alternatif adalah penggunaan Mikro Organisme Lokal yang disingkat MOL biasa digunakan sebagai starter dalam pembuatan kompos dan pupuk cair. MOL adalah cairan hasil fermentasi yang mengandung mikro organisme hasil produksi sendiri dari bahan-bahan alami yang tersedia disekeliling kita Selain itu MOL dapat juga berperan sebagai pestisida hayati karena kemampuanya dalam mengendalikan beberapa macam organisme pengganggu tanaman. Penelitian dilakukan di kebun percobaan sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Graha Karya Muara Bulian Di Kelurahan Teratai Muara Bulian. Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari. dengan ketinggian tempat 12 M, dpl, penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai juli 2016. Bahan yang digunakan benih sorgum Varietas Kawali, kapur Dolomit, Decis 25-EC, Dithane M-45, Pupuk kandang, Urea, TSP, KCl, gula merah, air kelapa, air dan buah yang digunakan mangga, pisang, jeruk, tomat, semangka. Penelitin ini menggunakan Racanagan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor yaitu pemberian MOL buahbuahan. Ulangan dilakukan sebanyak 4 kali, dengan 6 perlakuan MOL buah-buahan, sehingga terdapat 24 plot perlakuan dan di ambil 3 tanaman sampel secara acak dalam petak. Variabel yang diamati tinggi tanaman, luas daun, panjang malai, jumlah biji pertanaman, bobot biji pertanaman, bobot 1000 biji dan hasil per hektar. Analisis data menggunakan analisis statistik sidik ragam dan dilanjutkan Uji Duncan (DNMRT) taraf 5%. Hasil penelitian menunjukan pemberian MOL berpengaruh terhadap tinggi tanaman, luas daun, panjang malai, jumlah biji pertanaman, bobot 1000 biji, bobot biji pertanaman, dan hasil perhektar. Pemberian MOL buah-buahan menunjukan bahwa dengan konsentrasi 60 ltr/ha menunjukan hasil dan pengaruh terbaik pada sorgum yaitu 2,84 ton/ ha. Key words : MOL buah-buahan, sorgum, Sorgum bicolor L.
PENDAHULUAN Tanaman sorgum di Indonesia sebenarnya sudah sejak lama dikenal tetapi pengembangannya tidak sebaik padi dan jagung. Hal ini dikarenakan masih sedikitnya daerah yang memanfaatkan tanaman sorgum sebagai bahan pangan. Tanaman ini mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan secara komersial di Indonesia, karena didukung oleh kondisi agroekologis dan ketersediaan lahan yang cukup luas. (Mutiara, 2007). Rata-rata produktivitas dan produksi mulai tahun 2005 hingga 2011 menunjukkan peningkatan setiap tahun sebesar 6,5 dan 6,2
%. Peningkatan produktivitas dan produksi sorgum tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebagai akibat dari musim kemarau yang relatif panjang. Badan Litbang Pertanian telah melepas 11 varietas sorgum dengan potensi hasil mencapai 6 ton/ha dan dapat beradaptasi pada lahan marjinal (lahan kering) Peluang untuk meningkatkan produksi melalui peningkatan produktivitas masih sangat besar karena hingga sekarang produktivitas yang telah dicapai baru sebesar 60 % dari potensi hasil masing-masing varietas baru. Penyebab utama produktivitas hasil sorgum hingga sekarang adalah penggunaan benih kurang berkualitas dan pemeliharaan tanaman yang kurang optimal. ( Anonim, 2012 ).
Pengurangan penggunaan pestisida kimiawi dan mengalihkannya pada jenis pestisida yang aman bagi lingkungan. Salah satu alternatif adalah penggunaan Mikro Organisme Lokal yang disingkat MOL biasa digunakan sebagai starter dalam pembuatan kompos dan pupuk cair. MOL adalah cairan hasil fermentasi yang mengandung mikro organisme hasil produksi sendiri dari bahanbahan alami yang tersedia disekeliling kita Selain itu MOL dapat juga berperan sebagai pestisida hayati karena kemampuanya dalam mengendalikan beberapa macam organisme pengganggu tanaman ( OPT ). MOL juga diindikasikan mengandung zat perangsang tumbuh/fitohormon yang berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman seperti hormon Auksin, Giberelin dan Sitokinin. Berbagai macam bahan-bahan decomposer banyak di jual seperti EM4. Akan tetapi biaya yang dikeluarkan mahal, pada dasarnya kompos yang berbahan dasar mikroorganisme mudah di produksi sendiri karena mikroorganisme yang berguna banyak yang terdapat di alam sekitar kita. ( Budi, 2010 ). Mikroorganisme merupakan mahluk hidup yang sangat kecil dengan kemampuan sangat penting dalam kelangsungan hudup biota dalam biosfer . mikroorganisme mampu melaksankan kegiatan atau reaksi biokimia untuk melangsungkan perkembangbiakan sel. Mikroorganisme di golongkan kedalam golongan protista yang terdiri dari bakteri, fungi, protozoa, dan angel, ( Hadinata, 2008 ). vegetatif pembentukan tunas dan anakan, dan merangsang pertumbuhan generatif pembentukan bunga dan buah. Manfaat lain penggunaan MOL buah adalah meningkatkan kualitas buah bunga, yakni meningkatkan daya tahan dan menambah rasa manis. MOL buah juga bermanfaat sebagai dekomposer atau zat pengurai pada proses pembuatan pupuk kompos ( Anonim, 2012 ). Ada beberapa jenis MOL yang di golongkan berdasarkan bahan pembuatannya sala satunya MOL buah. Hampir semua buah bisa kita jadikan MOL misalnya semangka, nanas, pisang, mangga, jeruk, pepaya, dan sebagainya MOL berfungsi sebagai perangsang pembentukan buah. Pengaruhnya adalah menghambat perkembangan vegetatif pembentukan tunas dan anakan. Manfaat lain
dari mol adalah meningkatkan kualitas buah, meningkatkan daya tahan. BAHAN DAN METODA Penelitian dilakukan di kebun percobaan sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Graha Karya Muara Bulian Di Kelurahan Teratai Muara Bulian. Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari. dengan ketinggian tempat 12 M, dpl, penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai juli 2016. Alat-alat yang digunakan adalah: cangkul, gunting, hend spayer, timbangan analitk, papan merek, gembor, ember plastik, tali rapiah, meteran, corong, botol aqua, selang, blender, saringan, pagar, alat tulis, lem, tugal. Bahan yang digunakan benih sorgum Varietas Kawali, kapur Dolomit, Decis 25-EC, Dithane M-45, Pupuk kandang, Urea, TSP, KCl, gula merah, air kelapa, air dan buah yang digunakan mangga, pisang, jeruk, tomat, semangka. Penelitin ini menggunakan Racanagan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor yaitu pemberian MOL buahbuahan dengan perlakuan : M0 : tanpa pemberian MOL M1 : konsentrasi MOL 4 ml/ltr air setara dengan 20 ltr MOL/ha M2 : konsentrasi MOL 8 ml/ltr air setara dengan 40 ltr MOL/ha M3 : konsentrasi MOL 12 ml/ltr air setara dengan 60 ltr MOL/ha M4 : konsentersi MOL 16 ml/ ltr air setara dengan 80 ltr MOL/ha M5 : konsentrasi MOL 20 ml/ltr air setara dengan 100 ltr MOL/ha
Ulangan dilakukan sebanyak 4 kali, dengan 6 perlakuan MOL buah-buahan, sehingga terdapat 24 plot perlakuan. dan penempatan perlakuan dalam plot di lakukan secara acak. ukuran plot percobaan 100 x 100 cm, jarak tanam 50 x 20 cm, jarak antar petakan 100 x 100 cm, setiap plot berisi 20 tanaman sehingga jumlah seluruh tanaman 480 batang, dari populasi yang terdapat pada plot maka akan di ambil 3 tanaman sampel secara acak dalam petak panen bisa dilihat pada lapira 3 dan 4. Kemudian pengolahan tanah, sebanyak 2 kali dengan kedalaman 30 cm.
Pengolahan tanah pertama di cangkul hingga jadi bongkahan-bongkahan tanah. Untuk pengolahan tanah kedua di lakukan penggemburan tanah. Dan langsung pembuatan petak percobaan dengan ukuran yang sudah di tentukan. Pemberian kapur Dolomit di lakukan pada saat pengolahan tanah pertama dengan dosis 1,5 ton/ha dengan cara ditabur merata di atas petak percobaan, dan di berakan selama 3 hari sebelum tanam. Pemupukan dasar berupa pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha, diberikan 4 hari sebelum tanam atau pada pengolahan tanah ke dua. sedangkan Urea 100 kg/ha, TSP/SP-36 100 kg/ha KCL 50 kg/ha. pupuk TSP/SP-36 dan KCL diberikan pada saat tanam. Penanaman di lakukan dengan cara tugal, dengan kedalaman 3 cm, jarak tanam 50 x 20 cm. benih yang ditanami. Sebanyak 3 biji perlobanag tanam dan ditutup dangan tanah. Penyulaman dilakukan pada umur 15 hst, dengan cara memindahkan tanaman yang sudah di persiapkan yang umurnya sama dengan di tanam di petakan. Penyiraman dilakukan 1 kali sehari, pada sore hari sampai tanaman berumur 70 hari, dan apabila hujan tidak dilakukan penyiraman. Penjarangan dilakukan pada umur 21. dengan memotong tanaman yang kurang baik dengan menggunakan gunting. Sehingga pada tiap lubang tersisa satu tanaman yang terbaik untuk dipelihara hingga panen. Penyiangan tumbuhan penganggu (gulma) dilakukan dengan cangkul dilakukan 2 kali, pada tanaman berumur 15 hst pada dan pada umur 34 hst. Pembumbunan dilakukan dengan cara mengemburkan tanah di sekitar tanaman sorgum pada umur 21 hst. kemudian menimbun tanah teresebut pada pangkal batang sorgum menggunaka cangkul sehingga membentuk guluda-guludan kecil yang bertujuan untuk mengokohkan batang tanaman sorgum agar tidak mudah rebah dan merangsang terbentuknya akar baru pada pangkal batang. Pengendalian hama dilakukan dengan pemberian insektisida Decis 25-ES konsentrasi 2 cc/ltr air. Pada umur 40 dan 55 hst. Sedangkan pengendalian penyakait pada batang dan daun dapat dilakukan dengan fungisida Dithan M-45 dengan dosis 2 g/ltr air.
Pemberian MOL buah-buahan di lakukan satu kali pada umur 60 hst pemberian dilakukan dengan cara di semprotkan merata ketanaman dengan menggunakan hand spayer sesuai dengan perlakuan yaitu : M0 = tanpa pemberian mol buah-buahan M1 = luas 1ha = 500000 cm2 x 4 ml = 20,0000 ml 200 cm2 M2 = luas 1ha = 500000 cm2 x 6 ml = 40,0000 ml 200 cm2 M3 = luas 1ha = 500000 cm2 x 12 ml = 60,0000 ml 200 cm2 M4 = luas 1ha = 500000 cm2 x 16 ml = 80,0000 ml 200 cm2 M5 = luas 1ha = 500000 cm2 x 20 ml = 100,0000 ml 200 cm2
Panen dilakukan pada umur tanaman 85 hst dengan kriteria biji sudah mengeras, warna biji mereah kehitaman, semua daun mulai menguning. kadar air saat panen kisaran 20-23%. Panen sorgum dilakukan dangan memotong malai menggunakan gunting dan panjang Malai dipotong sekitar 20 cm dari pangkal malai. Tinggi Tanaman Pengukuran dilakukan dari leher akar.di bantu dengan ajir Hingga ujung daun tertinggi. pengamatan dilakukan pada umur 84 hst. Alat yang di gunakan untuk mengukur yaitu meteran dan dihitung dalam satuan cm. Luas Daun Luas daun dihitung dari hasil pengukuran panjang dan lebar daun daun yang di ukur pada daun ke 7 pada umur 84. hst dengan menggunakan luas meteran dihitung dalam satuan cm2 ( P x L x 0,75 ) Keterangan : LD = Luas Daun P = Panjang Daun L = Lebar Daun Panjang Malai Pengukuran panjang malai perbatang di mulai dari pangkal malai sampai ujung malai. pengukuran dilakukan pada umur 84 dan pengukuran dengan penghitungan satuan cm.
Jumlah Biji Pertanaman Penghitunga jumlah pertanaman dilakukan dengan cara menghitung jumlah biji setiap tangkai yang dipanen pada tanaman sampel. Dihitung komulatifnya dan dirataratakan dalam satuan biji . Bobot Biji Pertanaman Pengukuran bobot biji pertanaman dilakukan dengan cara menimban setiap tangkai yang di panen pada tanaman sampel. Kemudian dihitung komulatifnya dan rataratakan dalam satuan gram. Bobot 1000 Biji Pengukuran bobot 1000 biji dilakukan pada tanaman sampel setelah panen lalu jemur sampai benar-benar kering kemudian dihitung sebanyak 1000 biji, Timbang bobot 1000 biji kering dan penghitunga dengan satuan gram.
Hasil Perhektar Untuk penghitungan hasil perhektar dilakukan dengan cara memanen pada petak panen, kemudian ditimbang bobot perpetak panen dan dikonvirmasikan kehitungan hektar dalam satuan ton dengan rumus : Hasil perhektar =
x Luas petak panen
Analisis Data Untuk menghitung pengaruh perlakuan terhadap pariabel tanaman yang diamati. Maka hasil pengamatan dianalisis secatra setatistik dengan menggunakan analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji DNMRT ( Duncan New Multiple Ragen Test ) pada taraf α = 5 %.
HASIL DAN PEMBAHSAN Tinggi Tanaman ( Cm ) Setelah di analisis ragam pemberian mol buah-buahan di antara beberapa konsentrasi berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan dilanjutkan dengan uji DMNRT taraf 5% terlihat pada tabel 1: Tabel 1 : tinggi tanaman menurut pemberian Mol buah-buahan Konsentrasi Mol Buah-Buahan Ltr/ha Tinggi Tanaman ( Cm ) 60 173,69 a 80 165,40 a 40 164,66 a 100 164,35 a 20 144,85 b 0 139,60 b Keterangan : angka-angka yang di ikuti huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada DMNRT taraf 5%. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa pemberian MOL buah-buahan 60 Ltr/ha, tidak berbeda nyata dengan pemberian 80 Ltr/ha, 40 Ltr/ha, 100 Ltr/ha, tetapi berbedanyata dengan pemberian 20 Ltr/ha. Selanjutnya pada pemberian 20 Ltr/ha tidak berbeda nyata dengan tanpa pemberian MOL buah-buahan. Luas Daun ( Cm ) Setelah di analisis ragam pemberian mol buah-buahan di antara beberapa konsentrasi berpengaruh terhadap luas daun dan dilanjutkan dengan uji DMNRT taraf 5% terlihat pada tabel 2:
Tabel 2 : luas daun menurut pemberian Mol buah-buahan Konsentrasi Mol Buah-Buahan Ltr/ha Luas Daun ( Cm ) 60 691,99 a 80 688,78 a 100 679,70 a 40 666,11 a 20 662,81 a 0 582,24 b Keterangan : angka-angka yang di ikuti huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada DMNRT taraf 5%. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemberian MOL buah-buahan 60 Ltr/ha, tidak berbeda nyata dengan pemberian MOL buah-buahan 80 Ltr/ha, 100 Ltr/ha, 40 Ltr/ha, dan 20 Ltr/ha. Dan berbeda nayata dengan tanpa pemberian MOL buah-buahan. Panjang Malai ( Cm ) Setelah di analisis ragam pemberian mol buah-buahan di antara beberapa konsentrasi berpengaruh terhadap panjang malai dan dilanjutkan dengan uji DMNRT taraf 5% terlihat pada tabel 3: Tabel 3 : panjang malai menurut pemberian Mol buah-buahan Konsentrasi Mol Buah-Buahan Ltr/ha Panjang Malai ( Cm ) 60 22,58 a 80 22,39 a 40 22,33 a 100 21,82 b 20 21,76 b 0 21,26 c Keterangan : angka-angka yang di ikuti huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada DMNRT taraf 5%. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian MOL buah-buahan 60 Ltr/ha tidak berbeda nyata dengan pemberian 80 Ltr/ha, 40 Ltr/ha, tetapi berbeda nyata dengan pemberian 100 Ltr/ha, 20 Ltr/ha, dan tanpa pemberian MOL buah-buahan. Jumlah Biji Pertanaman Setelah di analisis ragam pemberian mol buah-buahan di antara beberapa konsentrasi berpengaruh terhadap jumlah biji pertanaman dan dilanjutkan dengan uji DMNRT taraf 5% terlihat pada tabel 4: Tabel 4 : jumlah biji pertanaman menurut pemberian Mol buah-buahan Konsentrasi Mol Buah-Buahan Ltr/ha jumlah biji pertanaman 60 15633,84 a 100 14977,33 a 80 14762,44 a 40 14744,98 a 20 13014,16 b 0 12461,95 c Keterangan : angka-angka yang di ikuti huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada DMNRT taraf 5%. Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa pemberian MOL buah-buahan 60 Ltr/ha tidak berbeda nyata dengan 100 Ltr/ha, 80 Ltr/ha, 40 Ltr/ha , tetapi berbeda nyata dengan pemberian 20 Ltr/ha dan tanpa pemberian MOL.
Bobot 1000 Biji Setelah di analisis ragam pemberian mol buah-buahan di antara beberapa konsentrasi berpengaruh terhadap bobot 1000 biji dan dilanjutkan dengan uji DMNRT taraf 5% terlihat pada tabel 5: Tabel 5 : bobot 1000 biji menurut pemberian Mol buah-buahan Konsentrasi Mol Buah-Buahan Liter/ha bobot 1000 biji pertanaman 60 30,02 a 100 29,84 a 80 29,37 a 40 28,79 b 20 27,96 c 0 26,95 d Keterangan : angka-angka yang di ikuti huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada DMNRT taraf 5%. Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa pemberian MOL buah-buahan 60 Ltr/ha berbeda nyata dengan 100 Ltr/ha, 80 Ltr/ha, 40 Ltr/ha, tetapi berbeda nyata dengan 20 Ltr/ha, dan tanpa pemberian MOL buah-buahan. Bobot Biji Pertanaman Setelah di analisis ragam pemberian mol buah-buahan di antara beberapa konsentrasi berpengaruh terhadap bobot biji pertanaman dan dilanjutkan dengan uji DMNRT taraf 5% terlihat pada tabel 6 tanaman Tabel 6 : bobot biji pertanaman menurut pemberian Mol buah-buahan Konsentrasi Mol Buah-Buahan Ltr/ha bobot biji pertanaman 60 94,67 a 80 93,17 a 100 92,54 a 40 85,79 b 20 85,28 b 0 84,02 b Keterangan : angka-angka yang di ikuti huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada DMNRT taraf 5%. Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa pemberian MOL buah-buahan 60 Ltr/ha tidak berbeda nyata dengan pemberian MOL 80 Ltr/ha, 40 Ltr/ha. Tetapi berbeda nyata dengan 100 Ltr/ha, 20 Ltr/ha dan tanpa pemberian MOL Buah-Buahan. Hasil Perhektar Setelah di analisis ragam pemberian mol buah-buahan di antara beberapa konsentrasi berpengaruh terhadap hasil perhektar dan dilanjutkan dengan uji DMNRT taraf 5% terlihat pada tabel 7: Tabel 7 : hasil perhektar menurut pemberian Mol buah-buahan Konsentrasi Mol Buah-Buahan Ltr/ha hasil perhektar 60 2,84 a 80 2,79 a 100 2,78 a 40 2,57 b 20 2,56 b 0 2,52 b
Keterangan : angka-angka yang di ikuti huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada DMNRT taraf 5%. Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa pemberian MOL buah-buahan 60 Ltr/ha tidak berbeda nyata dengan pemberian MOL 80 Ltr/ha, 40 Ltr/ha. Tetapi berbeda nyata dengan 100 Ltr/ha, 20 Ltr/ha dan tanpa pemberian MOL Buah-Buahan. Pembahasan Pertumbuhan Tanaman Dari hasil penelitian menunjukan MOL buah-buahan dengan konsentrasi 60 Ltr/ha Hal ini diduga Penggunaan MOL tidak mengakibatkan perbedaan pertumbuhan tinggi, luas daun, panjanag malai, jumlah biji pertanaman, bobot pertanaman, bobot 1000 biji dan Ltr/ha. Hal ini dapat dijelaskan dengan beberapa pendekatan antara lain: a. difusipupuk cair ke jaringan daun rendah atau terjadi hambatan, b. kandungan unsur hara MOL tidak mencukupi sebagai penunjang peningkatan pertumbuhan, dan c. Frekuensi pemberian kurang. Penggunaan bahan cair melalui penyemprotan lewat daun tergantung sifat genetik tanaman, saat perlakuan, kondisi lingkungan, serta sifat, dan konsentrasi pupuk (Lingga dan Marsono, 2002). Tabel 1, menunjukan bahwa tinggi tanaman ternyata perlakuan pemberian larutan MOL tidak memberikan pengaruh beda nyata terhadap rata-rata tinggi tanaman. pada konsentrasi 60 Ltr/ha memiliki hasil yang tinggi dari perlakuan lainnya tetapi tidak berpengaruh nyat dengan perlakauan lainnya. Tetapi berbedanyata dengan konsentrasi 20 Ltr/ha dan tanpa pemberian MOL. Berdasarkan kenyataan tersebut maka diduga bahwa larutan MOL tidak berpengaruh pada tinggi tanaman, tinggi tanaman lebih dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman. (Lingga dan Marsono, 2002). menyatakan bahwa batang tersusun dari ruas yang merentang di antara buku-buku batang tempat melekatnya daun, jumlah buku dan ruas sama dengan jumlah daun. Pada fase vegetatif tanaman memerlukan nutrisi untuk mendukung pertumbuhannya. Pada fase ini tanaman membutuhkan protein untuk membangun tubuhnya yang diambil dari nitrogen. Oleh karena itu, pada fase vegetatif tanaman banyak membutuhkan unsur hara terutama N.
Menurut Hadisuwito, S. 2007menjelaskan bahwa penggunaan pupuk N anorganik yang berlebihan dan tidak terkendali dapat mencemari lingkungan dan merugikan petani. Pemberian pupuk N juga dapat menyebabkan rebahnya tanaman, pematangannya terlambat, dan tanaman menjadi peka terhadap serangan hama dan penyakit. Selain itu, pupuk N dapat pula meningkatkan Tabel 2, menunjukan bahwa pemberian MOL buah-buahan pada konsentrasi 60 Ltr/ha memiliki hasil yang tinggi dari perlakuan lainnya tetapi tidak berpengaruh nyat dengan perlakauan lainnya tetapi berpengaruh nyata terhadap pemberian MOL lainya. buah-buahan dengan konsentrasi yang tidak sesuai anjuran berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karena penyerapan unsur mikro dan mikro akan berjalan baik apabila kandungan bahan organik tersedia cukup untuk membantu pertumbuhan mikroorganisme pada MOL dan dapat memberikan hasil terbaik. menurut Harizena, 2013 bahan utama pembuatan MOL yang berpengaruh pada hasil yang menunjukkan berpengaruh tidak nyata. Analisis kandungan awal dan hasil penelitian pada kandungan bahan organik menunjukkan hasil yang tidak berbeda jauh. Proses fermentasi pada kualitas larutan MOL tidak berjalan dengan baik Pada tabel 3 menunjukan bahwa pemberian MOL buah-buahan pada panjang malai dengan konsentrasi 60 Ltr/ha memiliki hasil yang tinggi dari perlakuan lainnya tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasai 80 Ltr/ha dan 40 Ltr/ha dan berbeda nyata pada konsentrasi 100 Ltr/ha, 20 Ltr/ha dan tanpa pemberian MOL. Disebabkan kandungan auksin yanag terdapat padah buah-buahan akan meningkatkan kandungan zat organik dan anorganik didalam sel. Selanjutnya zatzat tersebut akan diubah menjadi protein, asam nukleat, polisakarida, dan molekul komlek lainnya.
Jenis-jenis larutan MOL yang dapat dibuat dan kegunaannya tergantung pada jenis bahan yang digunakan, seperti sisa-sisa sayuran, buah-buahan, kian laut, bonggol pisang, tulang, daging hewan, dan lain-lain. Untuk larutan MOL bonggol pisang, memiliki peranan dalam masa pertumbuhan vegetatif tanaman, seperti proses pylocron, toleran terhadap penyakit yang disebakan oleh Rhyzoctonia oryzae dan Cercospora oryzae. Disamping itu, kadar asam fenolatnya yang tinggi membantu pengikatan ion-ion Al, Fe dan Ca sehingga 10 membantu ketersediaan P tanah yang berguna pada proses pembungaan dan pembentukan buah. Larutan MOL rebung berguna untuk membantu perkecambahan dan kekokohan batang tanaman padi (Setianingsih, 2009). Pada tabel 4 menunjukan bahwa pemberian MOL buah-buahan pada jumlah biji pertanaman dengan konsentrasi 60 Ltr/ha memiliki hasil yang tinggi dari perlakuan lainnya tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakauan 100 Ltr/ha 80 Ltr/ha dan 40 Ltr/ha. Dan berbeda nyata Hal ini dapat terjadi karena kompetisi antar anakan yang berjumlah lebih banyak, mesti ditinjau dengan komponen pertumbuhan produktif lain seperti panjang malai, jumlah bulir setiap malai, dan produksi biji. Perbedaan jumlah anakan produktif berpengaruh terhadap produksi tanaman (Karyawati dan Prayogo, 2003). Tabel 5 menunjukan bahwa pemberian MOL buah-buahan pada bobot 1000 biji dengan konsentrasi 60 Ltr/ha memiliki hasil yang tinggi dari perlakuan lainnya tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakauan 100 Ltr/ha, dan 80 Ltr/ha, hal ini disebabkan oleh konsentrasi yang diberikan. Dan serapan oleh tanaman belum mencukupi dalam jumlah pertumbuhan generativ. Biji dan 1000 biji kering sehingga pemberian diatas kelihatan belum secara nyata pengaruh variabel yang diamati. Fosfor yang terkandung dalam MOL berperan dalam pembentukan sel dan pembelah sel serta perkembanagan jaringan meristem apabila unsur pospor tidak cukup oleh tanaman, maka akan menganggu pembentukan bunga buah dari tanaman Sutedjo (2010) Upaya yang dapat ditempuh agar pemupukan lebih efektif dan efsien adalah
dengan menyemprotkan larutan pupuk melalui daun tanaman dengan pupuk cair. Hal ini bertujuan agar unsur hara yang diberikan akan diserap langsung oleh tanaman melalui stomata. Pupuk organik cair merupakan larutan dari hasil pembusukan bahan–bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur (Hadisuwito, 2007). Pada tabel 6 dan 7 menunjukan bahwa pemberian MOL buah-buahan pada bobot 1000 biji dengan konsentrasi 60 Ltr/ha memiliki hasil yang tinggi dari perlakuan lainnya tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakauan 80 Ltr/ha dan 100 Ltr/ha hal ini disebabkan kerena Manfaat Mol berperan dalam proses dekomposisi bahan organik, pupuk organik cair bagi tanaman, dan penyedia nutrisi serta melacarkan penyerapan unsur hara dan nutrisi oleh akar tanaman karena kandungan elektrolitnya (Purwasasmita, 2009). Tanah akan mendapat suplai berupa unsur-unsur hara yang terkandung dalam MOL terutama N, K, Ca dan Mg serta unsur mikro yang dapat menunjang pertumbuhan dan produksi yang lebih baik (Ibrahim, 2002) Menurut Parnata, dan Ayub.S. (2004), Dalam kultur mikroorganisme komersial itu terdapat bakteri yang dapat mempercepat fermentasi bahan organik, bakteri pelarut P, dan bakteri pemfiksasi N. Dengan demikian, mikroba yang terdapat dalam kultur mikroorganisme itu mampu memfermentasi bahan organik dalam waktu cepat dan menghasilkan senyawa organik seperti protein, gula, asam laktat, asam amino, alkohol, dan vitamin dimana dalam waktu yang sangat cepat berubah menjadi senyawa anorganik yang mudah tersedia bagi tanaman. KESIMPULAN Pemberian MOL berpengaruh terhadap tinggi tanaman, luas daun, panjang malai, jumlah biji pertanaman, bobot 1000 biji, bobot biji pertanaman, dan hasil perhektar. Pemberian MOL buah-buahan menunjukan bahwa dengan konsentrasi 60 Ltr/ha menunjukan hasil dan pengaruh terbaik pada sorgum yaitu : 2,84 ton/ ha.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1997. Pepnggunaan Mikroorganisme Lokal ( MOL). Penebar swadaya . jakarta Diakses pada tanggal 23 Oktober 2015. Jambi Anonim, 2012. Sorgum. http://www._batan.go.id Diakses pada tanggal 23 Oktober 2015. Anonim, 2013. Budidaya Tanaman Sorgum http://www.scribd.com Diakses pada tanggal 23 Oktober 2015. Anonim ,2012. Produksi sorgum tahun 2005 sampai 2011 http//balitsereal.litbang. deptan.go.id, tanggal 23 Oktober 2015. Budi S,S. 2010. Membuat Pupuk Kandang Secara Cepat. penebar suwadaya. jakarta. Hadinata, I. 2008. Membuat Mikroorganisme Lokal. Http://Ivanhadinata.blogspot. com/.Tanggal akses 5 September 2015 Hadisuwito, S. 2007.Membuat Pupuk Kompos Cair. Agromedia Pustaka. Jakarta. Hermawan, R. 2013, Usaha Budidaya Sorgum si Jago lahan kering. Penebar suadaya. Yogyakarta Hidayat, 2006. Pupuk Mikro Organisme Lokal. Penebar Swadaya. Jakarta Harizena, 2013. Penggunaan Mikroorganisme Bonggol Pisang (MusaParadisiaca) Sebagai Dekomposer Sampah Organik. Jurnal. Agronomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta Kusuma, dkk. 2008. Tugas Terstruktur Mata Kuliah Pemulihan Tanaman Sorgum. Departemen Pendidikan Nasional, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Lingga dan Marsono. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Mutiara, 2007. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta Purwanasasmita dan Kurnia, 2009. Mikroorganisme Lokal Sebagai Pemicu Siklus Kehidupan Dalam Bioreaktor Tanaman. pustaka Grapika, Bandung.
Parnata, dan Ayub.S. 2004. Pupuk Organik Cair dan Mikro Organisme Lokal. Agromedia Pustaka.jakarta Rismunandar, 2006. Sorgum tanaman serbaguna. Sinar baru. Bandung. Santosa, E. 2008. Peranan Mikro Organisme Lokal Dalam Budidaya Tanaman Padi Metode Sysytem of Rice Intensification. Gramedia. Jakarta. Setianingsih, Retno. 2009. Kajian Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Mikro Organisme Lokal (MOL) dalam Priming, Umur Bibit dan Peningkatan Daya Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.): jurnal agronomi pakultas pertanian Universitas gajah mada Yogyakarta. Sirappa M.P. 2003. Prospek pengembangan Tanaman Sorgum di Indonesia sebagai Komoditas Alternatif Bahan Pangan dan Industri. Balai Pengkajian Teknologi .Jurnal Litbang Pertanian Sulawesi Selatan. Sutedjo, M. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineke Cipta. jakarta Karyawati. A. S. dan C. Prayogo. 2003. Respon Tanaman Padi Gogo yang Ditanam pada Penetrasi Pencahayaan Rendah Terhadap Penyerapan Hara Nitrogen. Jurnal Ilmu Hayati. 15 (2) : 204-209. Susila, B. A. 2010. Keunggulan Mutu Gizi dan Sifat Fungsional Sorgum (Sorghum vulgare). Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian. Jurnal Pascapanen Pertanian Bogor.