Evaluasi Pertumbuhan dan Hasil Plasma Nutfah Sorgum (Sorghum vulgare (L.) Moench.) dari Tanaman Induk dan Ratoon Mamik Setyowati, Hadiatmi, dan Sutoro Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Sorghum had been cultivated by farmers in certain area for a long time. It is used for food or feed and its production was relatively low. Germplasm collection have to be evaluated to obtain certain character which were important to plant breeding. The purpose of this study was to evaluate ratooning ability of sorghum. Research was conducted in Cikeumeuh Experiment Station, Bogor from April-December 1999 using randomized complete block design. There were three type of maturity were studied (21 accessions, 44 accessions and 35 accessions for short, medium and long maturity, respectively). Result showed that main crop was better than ratoon crops. Grain yield of accession No. 15/226 classified as short maturity in ratoon crop, was better than main crop, but total grain yield (main and ratoon crop) was not significantly different compare to Keris M3 and ICSV 93003.
Tanaman sorgum telah lama dibudidayakan di Indonesia, namun dalam areal yang masih terbatas. Pertanaman sorgum banyak dijumpai di daerahdaerah yang memiliki curah hujan sedikit seperti di Demak dan Pati Jawa Tengah dan Bojonegoro Jawa Timur (Roesmarkam 1981). Pada umumnya tanaman ini ditumpangsari dengan padi gogo, kedelai atau tanaman palawija lainnya. Sorgum merupakan salah satu tanaman penting sebagai bahan baku pakan ternak. Produksi sorgum perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan atau pakan (Singgih dan Hamdani 1998). Biji sorgum memiliki kualitas nutrisi yang sebanding dengan biji-bijian lainnya. Sebagai perbandingan, biji sorgum mempunyai kandungan nutrisi yang hampir sama dengan biji jagung, sehingga dapat menggantikan jagung yang sewaktu-waktu sulit dicari di pasaran. Pembudidayaan tanaman sorgum relatif lebih mudah, tidak memerlukan tanah yang subur, dan relatif toleran kekeringan. Biji sorgum mengandung 9,8% protein dan 2,3% lemak sedangkan biji jagung mengandung 9,4% protein dan 4,2% lemak (Ismail dan Kodir 1977). Oleh karena itu, sorgum layak dipertimbangkan sebagai sumber pangan dan pakan. Tepung sorgum relatif baik sebagai bahan baku (Aluko dan Ohegbemi 1989) atau campuran dengan tepung terigu untuk roti tawar, roti biasa, atau biskuit. Sorgum dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan baku gula sirup (Mudjisihono 1991). Dibandingkan dengan tanaman serealia lainnya, tanaman sorgum lebih toleran kekeringan (Doggett 1988). Hal ini disebabkan oleh adanya lapisan lilin pada batang dan daun sorgum yang dapat mengurangi kehilangan air melalui penguapan (transpirasi tanaman). Kelebihan lain dari sorgum adalah dapat diratoon (tanaman tumbuh kembali setelah tanaman dipangkas saat panen). Kemampu-
Key words: Sorghum, ratoon, germplasm.
ABSTRAK Tanaman sorgum telah lama dibudidayakan petani di daerah tertentu. Sorgum dapat digunakan sebagai pangan atau pakan dan umumnya memiliki produksi relatif rendah. Koleksi plasma nutfah perlu dievaluasi untuk mendapatkan karakter tertentu yang penting untuk pemuliaan tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kemampuan ratoon dari plasma nutfah sorgum. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Percobaan Cikeumeuh Bogor yang berlangsung pada AprilDesember 1999 dengan menggunakan rancangan acak kelompok. Umur masak tanaman sorgum yang dipelajari terdiri dari 3 kelompok umur panen (21 aksesi umur pendek, 44 aksesi umur sedang, dan 35 aksesi umur panjang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman utama lebih baik daripada tanaman ratoon. Bobot biji aksesi No. 15/226 lebih baik daripada tanaman utama, tetapi total bobot biji tanaman utama dan ratoon tidak berbeda nyata apabila dibandingkan dengan aksesi Keris-M3 dan ICSV 93003. Kata kunci: Sorgum, ratoon, plasma nutfah.
Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.2 Th.2005
41
an tanaman untuk dapat diratoon berbeda antarvarietas. Hingga saat ini belum banyak varietas sorgum yang dievaluasi kemampuan daya ratoonnya. Hasil penelitian terhadap 10 varietas introduksi yang diratoon diperoleh perbedaan hasil biji antarvarietas (Dahlan et al. 1986). Di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian terdapat koleksi plasma nutfah sorgum, namun evaluasi terhadap kemampuan ratoonnya belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pertumbuhan dan hasil plasma nutfah sorgum pada tanaman ratoon.
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikeumeuh, BB-Biogen Bogor, pada April-Desember 1999. Benih yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari koleksi plasma nutfah, baik varietas lokal maupun introduksi. Aksesi Cantel Abrit dan Kempul Putih merupakan varietas lokal, sedangkan yang lain merupakan galur introduksi dari berbagai negara, antara lain Thailand, Hungaria, India, Philipina, USA, Afrika Selatan. Pertanaman induk dipupuk dengan 100 kg urea, 100 kg TSP, dan 50 kg KCl yang diberikan pada saat tanam. Selanjutnya, pada umur kurang lebih 1 bulan diberikan pupuk urea sebanyak 200 kg/ha. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak kelompok dengan dua ulangan. Setelah tanaman induk dipanen, pertanaman diratoon dengan cara memangkas tanaman saat panen, 5 cm di atas permukaan tanah lalu dibiarkan tanaman tumbuh kembali. Kemudian dipilih satu tunas tanaman yang tumbuh untuk dipelihara sampai menghasilkan biji. Tunas yang dipilih adalah yang tumbuh di bawah permukaan tanah. Tanaman yang tumbuh di atas permukaan tanah atau tumbuh dari batang yang dipotong pertumbuhannya lemah sehingga mudah rebah (Phillipine Council for Agricultural Research 1975). Penanaman tanaman induk dilakukan dengan cara ditugal, dengan kedalaman 2-3 cm, jarak tanam 75 x 15 cm. Pemupukan tanaman ratoon sama dengan tanaman induk.
42
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Induk Dalam deskripsi varietas tanaman, seringkali suatu varietas dikelompokkan berdasarkan umur panen, yaitu genjah, sedang, dan dalam. Suatu varietas dikatakan genjah bila tanaman dan varietas tersebut memiliki umur panen kurang dari 85 hari, varietas berumur sedang dipanen pada umur 85-95 hari, dan varietas berumur dalam dipanen setelah berumur lebih dari 95 hari (Subandi 1988). Oleh karena itu, data pengamatan dikelompokkan menurut umur panen dari varietas sorgum tanaman induk. Umur panen tanaman merupakan salah satu pertimbangan bagi petani dalam memilih varietas. Petani umumnya memilih varietas yang berumur pendek atau genjah. Umur panen ini dapat dijadikan pertimbangan dalam budi daya pertanaman atau pergiliran tanaman sepanjang tahun. Berdasarkan pengamatan terhadap 100 aksesi tanaman induk yang diuji diperoleh 21 aksesi berumur genjah, 44 aksesi berumur sedang, dan 34 aksesi berumur dalam. Umur panen terpendek pada tanaman induk, yaitu 77 hari dan terpanjang 108 hari. Sedangkan pada tanaman ratoon, umur terpendek 83 hari dan terpanjang 121 hari (Tabel 1). Tinggi tanaman varietas sorgum yang berumur dalam umumnya lebih tinggi daripada tanaman berumur lebih cepat. Di samping itu, rata-rata tinggi tanaman ratoon cenderung lebih pendek daripada tanaman induk. Variasi tinggi tanaman induk plasma nutfah sorgum antara 93-220 cm (Tabel 2). Ukuran butir sorgum diukur berdasarkan bobot 100 butir. Berdasarkan ukuran butir dapat ditentukan jumlah benih yang diperlukan untuk ditanam. Di samping itu, ukuran butir juga dapat dijadikan pertimbangan dalam pemanfaatan biji sorgum. Secara umum, rata-rata bobot 100 butir tanaman induk lebih tinggi daripada tanaman ratoon. Umur panen tanaman tidak selalu terkait dengan tinggi tanaman dan ukuran butir. Bobot 100 butir tertinggi (2,9 g) terdapat pada varietas berumur genjah dan bobot terendah (1,4 g) pada varietas berumur sedang (Tabel 3). Persentase tumbuh tanaman ratoon bervariasi. Untuk mendapatkan hasil yang baik maka tanaman ratoon harus memiliki populasi yang tinggi (LivingBuletin Plasma Nutfah Vol.11 No.2 Th.2005
Tabel 1. Umur panen tanaman induk dan tanaman ratoon sorgum. Tanaman induk
Umur panen (hari)
Tanaman ratoon
Jumlah varietas
Minimal
Maksimal
Rerata
Minimal
Maksimal
Rerata
77,0 87,0 96,5
85 95 108
81,3 92,1 102,8
83 84 94
106 106 121
91,7 85,9 87,5
<85 85-95 >95
21 44 35
Tabel 2. Tinggi tanaman induk dan ratoon sorgum. Tanaman induk (cm)
Umur panen (hari) <85 85-95 >95
Tanaman ratoon (cm)
Minimal
Maksimal
Rerata
Minimal
Maksimal
Rerata
93 113 116
214 212 220
157 162 168
74 81 74
246 207 226
129 139 152
Tabel 3. Bobot 100 butir (g) tanaman induk dan tanaman ratoon sorgum. Tanaman induk
Umur panen (hari) <85 85-95 >95
Tanaman ratoon
Minimal
Maksimal
Rerata
Minimal
Maksimal
Rerata
1,5 1,4 1,6
3,0 3,6 2,9
2,5 2,5 1,9
1,9 0,8 0,8
3,4 3,5 2,9
2,2 2,1 1,9
Tabel 4. Persentase tumbuh tanaman ratoon sorgum. Tanaman ratoon
Umur panen (hari) <85 85-95 >95
Minimal
Maksimal
Rerata
27,5 0,5 0,5
70 70 65
39,6 28,2 24,5
ston dan Coffman 2003). Terdapat kecenderungan bahwa tanaman yang berumur dalam relatif kurang mampu menghasilkan tanaman ratoon atau populasi ratoonnya rendah (Tabel 4). Pada semua kelompok umur panen sorgum, terdapat varietas yang memiliki potensi ratoon yang sama, berkisar antara 6570%. Pada varietas yang berumur sedang dan dalam terdapat varietas yang tidak mampu menghasilkan tanaman ratoon (persentase tumbuh kurang dari 0,5%). Hasil biji dari tanaman induk pada kelompok varietas berumur genjah, sedang, dan dalam bervariasi antara 847-7133 kg/ha. Hasil biji dari tanaman ratoon berkisar antara 76-3855 kg/ha (Tabel 5). Rendahnya hasil tanaman ratoon disebabkan oleh tanaman yang tumbuh sedikit dan atau hanya sediBuletin Plasma Nutfah Vol.11 No.2 Th.2005
kit tanaman yang menghasilkan malai. Hasil gabungan tanaman induk dan ratoon dari varietas berumur genjah, sedang, dan dalam hampir sama dengan hasil minimum sekitar 1521 kg/ha dan maksimum 8451 kg/ha (Tabel 6). Tanaman sorgum yang berumur genjah dan memiliki hasil tanaman induk yang tinggi diberikan oleh varietas Keris M3 (5987 kg/ha) dan ICSV 93003 (6082 kg/ha). Sedangkan tanaman sorgum berumur sedang diberikan oleh ICSR 91006 (5736 kg/ha) dan IS23509 (5314 kg/ha). Varietas ICSR 50 dan ICSVLM 9051 yang berumur dalam menghasilkan biji tanaman induk masing-masing sebanyak 5136 kg/ha dan 5314 kg/ha.
43
Wonogiri, ICSV 93003, Sil.75, dan No. 15/226 (Tabel 7). Tanaman ratoon yang berumur genjah sebagian besar lebih rendah dari tanaman induknya. Varietas/galur yang tinggi tanaman ratoonnya melebihi tanaman induknya yaitu varietas/galur ICSV 93003 dan No. 15/226. Aksesi yang memiliki bobot 100 butir nyata lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Keris,
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Ratoon Varietas Berumur Genjah Hasil analisis data tinggi tanaman ratoon menunjukkan adanya perbedaan nyata di antara varietas yang diuji. Varietas ICSR 296B memiliki tanaman terpendek, yaitu 71,5 cm. Dalam kelompok umur genjah, varietas/galur yang memiliki tanaman lebih tinggi daripada varietas Keris adalah CA
Tabel 5. Hasil tanaman induk dan tanaman ratoon sorgum. Umur panen (hari)
Tanaman induk (kg/ha)
Tanaman ratoon (kg/ha)
Minimal
Maksimal
Rerata
Minimal
Maksimal
Rerata
847 1400 704
6082 5136 7133
3464,5 3268,0 3918,5
673 138 76
3114 3855 2560
1893,5 1996,5 1318,0
<85 85-95 >95
Tabel 6. Hasil gabungan tanaman induk dan tanaman ratoon sorgum. Umur panen (hari)
Tanaman gabungan (kg/ha) Minimal
Maksimal
Rerata
1521 1538 1453
7172 8045 8451
4054 4351 3709
<85 85-95 >95
Tabel 7. Tinggi tanaman induk, umur masak, bobot 100 butir, dan hasil biji tanaman ratoon plasma nutfah sorgum umur genjah (<85 hari). No. Varietas 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Keris TUBJ Keris M3 IRAT 204 Hegari Genjah Badik 867-086 ICSR 50 ICSR 14 Sangkur UPCASI ICSV 93004 CK 2 CA Wonogiri ICSV 93003 Sil.75 MK Progo No. 15/226 Mandau 867032 ICSR.296B BNT 5%
44
Tinggi tanaman (cm)
Bobot 100 butir (g)
Umur panen (hari)
Persentase tumbuh tanaman ratoon
Hasil biji tanaman ratoon (kg/ha)
Total hasil biji tanaman induk dan ratoon (kg/ha)
98 120 74 142,5 94 145,5 85 136,5 90 95 90 103 148 214,5 192,5 212 91 246 141,5 120 71,5
2,0 2,5 2,25 3,2 1,9 2,1 2,05 3,4 2,4 2,4 3,1 2 2,05 2,6 2,4 2,1 0,8 2,1 2,55 2,3 0
83 89 85 95 94 83 85 95 90 95 90 103 84 85 99,5 93 93 95,5 96,5 86,5 106
40 50 47,5 27,5 37,5 55 32,5 37,5 52,5 60 70 27,5 45 52,5 30 45 5 62,5 45 5 5
673 1363 1185 1075 1334 1304 1303 717 2532 1240 2097 788 2135 1508 1198 796 62 3114 1530 103 279
1521 3161 7172 3319 2934 3122 4340 3818 5959 4499 4503 2672 4993 4941 7280 5037 2656 5695 4452 1689 1381
78,1
1,31
49,3
24,79
1355
2857
Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.2 Th.2005
yaitu ICSR 50. Bobot 100 butir dari tanaman ratoon yang jauh lebih rendah dari tanaman induknya terdapat pada aksesi Sil.75 dan MK Progo. Tanaman ratoon varietas UPCASI memiliki persentase tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Keris (Tabel 7). Tanaman ratoon yang menghasilkan biji yang berbeda nyata dengan varietas Keris, yaitu ICSR 14 (2532 kg/ha), UPCASI (2097 kg/ha), CK2 (2135 kg/ha), No. 15/226 (3114 kg/ha). Hasil biji tanaman ratoon umumnya lebih rendah daripada tanaman induk. Hal ini disebabkan oleh umur panen tanaman ratoon umumnya lebih cepat. Hanya varietas No. 15/226 yang memberikan hasil tanaman ratoon yang lebih baik dari tanaman induknya. Namun demikian, total hasil kedua pertanaman (induk dan ratoon) tidak lebih tinggi daripada varietas Keris, M3, dan ICSV 93003 (Gambar 1). Varietas Berumur Sedang Tanaman ratoon terpendek pada varietas berumur sedang terdapat pada galur ICSB 31. Varietas yang memiliki tanaman lebih tinggi dari K-905 adalah ICSV 93002, IS23509, Entry 64DTN, ICSR 31 (Tabel 8). Tanaman ratoon yang tingginya melebihi tanaman induk ditunjukkan oleh varietas/galur ICSV 93025 dan ICSV 93002. Tanaman ratoon yang memiliki bobot 100 butir terendah terdapat pada varietas CK-5 (0,8 g). Tanaman ratoon yang memiliki bobot 100 butir relatif besar (lebih dari 3 g) adalah M-2, ICSR 8000
= tanaman induk
91006, M-4, ICSV 89102, Entry(X)ISSDAC, ICSV 93050, dan Entry 64DTN. Tanaman ratoon varietas Entry 64DTN, No. 867226, dan ICSV 93051 memiliki persentase tumbuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas K-905. Hasil biji terendah dihasilkan oleh varietas CK-5 (89 kg/ha), sedangkan hasil tertinggi (lebih dari 3,5 t/ha) dicapai oleh varietas Entry 64DTN. Hasil tanaman ratoon umumnya lebih rendah dari tanaman induknya (Gambar 2). Varietas/ galur K-905, CK-5, ICSB 31, ICSV 92024 memberikan hasil yang sangat rendah. Sedangkan ICSB 67, ICSR 89013, dan ICSV 93052 tidak mampu menghasilkan tanaman ratoon. Varietas Berumur Dalam Tinggi tanaman ratoon yang paling pendek dari varietas berumur dalam ditunjukkan oleh ICSR 9102B (80,5 cm). Varietas SPV 669, ICSR 91011, ICSV 92015 memiliki tanaman yang lebih tinggi dari ICSV 705. Tinggi tanaman ratoon yang berumur dalam sebagian besar hampir sama dengan tanaman induknya, sedangkan varietas/galur yang tinggi tanamannya melebihi induknya adalah ICSR 91011. Ukuran butir terbesar pada kelompok tanaman ratoon berumur dalam dimiliki oleh ICSR 97 (2,9 g). Rata-rata bobot 100 butir varietas ICSR 20, SPV 669, ICSR 60, ICSV 92015, dan ICSV 93026 lebih dari 2,5 g (Tabel 9). = tanaman ratoon
Hasil biji kering (kg/ha)
7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Nomor varietas
Gambar 1. Hasil biji kering tanaman induk dan ratoon plasma nutfah sorgum berumur genjah.
Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.2 Th.2005
45
Tabel 8.
Tinggi tanaman, umur masak, bobot 100 butir dan hasil biji tanaman ratoon plasma nutfah sorgum umur sedang (86-95 hari).
No. Varietas 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44.
K-905 M-2 1416-B CK-5 MO-432 ICSR 91006 ICSR 88020 No. 867161 M3 M1 M4 No. 8909/199026 TX62313 ICSV 88032 ICSV 93033 ICSV 93025 ICSV 89102 ICSV 745 ICSV 93005 ICSV 93005 ICSV 93002 ENTRY(X)ISSDAC No. 867171 N0 3568/199040 ICSV 93050 No. 867226 IS23509 ENTRY 64DTN ISIAP DORADO ICSV 93051 ICSB 67 ICSR 89013 K. Putih 64R6 ICSB 31 ICSR III ICSV 92024 ICSV LM 86513 ICSV 93052 ICSV 84 ICSV 89037 GJ 35-15-15 ICSV 93009 ICSV 93010 ICSR 31 BNT 5%
Tinggi tanaman (cm) 124,5 143,5 108,5 118 143 134,5 145 129 143 134,5 145 129 143 133 143,5 196 142 170,5 172,5 0 204,5 165,5 153,5 152,5 159 199 207,5 209 134 147,5 0 0 149,5 81,5 158 163 148 0 156,5 192 187 130 144 205,5 78,1
Bobot 100 butir (g)
Umur masak (hari)
Persentase tumbuh tanaman ratoon
Hasil biji tanaman ratoon (kg/ha)
Total hasil biji tanaman induk dan ratoon (kg/ha)
1,05 3,2 2,4 0,8 2,5 3,2 2,55 1,8 1,95 2,65 3,1 2,55 2,4 1,7 2,35 2,2 3,05 2,45 2,7 1,9 2,3 3,1 2,35 2 3,15 2,35 2,95 3,5 2,4 2,65 0 0 2 0,95 2,4 2,95 1,05 0 2,4 2 2 1,25 1,8 2,15 1,31
113 93 99 106 96 100 109 96 96 84 90 91 106 92 106 90 91 91 0 96 94 93 88 104 90,5 96 92 86,5 102 102 0 0 87,5 93 106 95 91 0 106 102,5 104,5 94 99,5 98,5 49,3
35 30 25 2,5 27,5 35 17,5 10 10 45 40 52,5 17,5 52,5 20 40 35 40 47,5 30 35 22,5 45 50 37,5 80 42,5 62,5 37,5 70 0 0 50 0,5 27,5 0,5 0,5 0 15 35 10 30 27,5 30 24,79
138 997 1222 89 955 699 1167 414 2443 1349 836 2719 2495 566 890 131 2679 1924 2081 1103 941 1951 1473 1202 2877 825 2415 3855 612 1139 0 0 2354 261 1298 168 120 0 765 2111 728 2022 2067 704 1355
1538 4930 3079 1909 4192 5834 2950 3525 6423 5705 3137 4624 5573 4758 5336 2628 7611 5532 5853 4684 3801 6694 4655 3441 5636 3056 7728 8045 3833 4419 1581 2345 5821 2439 4903 3962 3378 2336 2794 5256 3902 2273 5326 4026 2857
Ukuran butir dari tanaman ratoon varietas/ galur ICSWLM 90502, No. 88005B, No. 296B jauh lebih rendah daripada tanaman induknya. Tanaman ratoon yang memiliki persentase tumbuh yang lebih tinggi dari varietas ICSR 97 ditunjukkan oleh ICSR 20, ICSV 93026, ICSV 247, ICSV 427, LB 5, ICSV 93055, ICSR 70, ICSR 91011, MR 836, ICSV 112, dan ICSV 92015. Hasil biji tertinggi diperoleh pada varietas ICSV 93026 (2560 kg/ha). Tabel 9 menunjukkan varietas ICSR
46
20, ICSV 247, ICSV 93055, ICSR 91011, ICSV 92010, ICSV 112, ICSV 92015, ICSV 93026 memberikan hasil biji ratoon lebih dari 2 t/ha dan tidak berbeda nyata dengan ICSV 93026, sedangkan hasil varietas lainnya lebih rendah. Hasil biji tanaman ratoon berumur dalam jauh lebih rendah dari tanaman induknya (Gambar 3).
Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.2 Th.2005
Tabel 9.
Tinggi tanaman, umur masak, bobot 100 butir, dan hasil biji tanaman ratoon plasma nutfah sorgum umur dalam (>95 hari). Tinggi tanaman (cm)
No. Varietas
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
ICSR 97 ICSW.LM 90502 ICSV II ICSVLM 9051 ICSVLM.89522 ICSR 20 ICSV 93024 ICSR 119 ICSV247 ICSV 427 LB 5 SPV 669 ICSV 93055 ICSB 88005 ICSV 705 ICSR 70 ICSR 103 No. 88005B ICSR 91011 MR 836 ICSR 101 ICSR 102 ICSR 103 ICSR 60 No. 296B ICSR 9102B ICSV III ICSV 92010 ICSV 93002 ICSV 112 ICSV 92015 ICSV 89106 1CSV 93026 ICSV 93036 ICSR 31
Bobot 100 butir (g)
Umur masak (hari)
Persentase tumbuh tanaman ratoon
Hasil biji tanaman ratoon (kg/ha)
Total hasil biji tanaman induk dan ratoon (kg/ha)
145 148 0 170 144,5 141 200,5 173 193 186 209 216 189 133,5 123 173,5 146 141 220,5 152 144 136 169,5 163,5 0 80,5 210 197 148 175 226,5 143 191 180 135
2,9 0,8 0 2,25 2,3 2,5 2,25 2,25 2,4 1,95 2,1 2,5 2,2 1,5 1,35 2,25 2,3 0,7 1,95 2,15 1,2 2,05 2,15 2,7 0 1,35 2,1 2,05 1,2 2,25 2,55 1,05 2,55 2,1 0,95
93 98 0 105 107 102 121 96 93 92 95 98,5 96,5 106 99 97 98,5 106 106 94,5 100 116 107,5 94 0 92 107,5 112 95 102,5 106 96 102,5 111 95
12,5 12,5 0 20 20 40 32,5 35 52,5 42,5 65 32,5 65 17,5 0,5 40 15 0,5 37,5 40 0,5 0,5 35 30 0 5 25 20 0 45 40 25 40 0,5 15
840 444 0 1318 1240 2473 1336 878 2230 1091 1741 1279 2409 355 109 1933 657 76 2019 839 429 112 472 1046 0 116 1426 2022 0 2005 2147 772 2560 350 153
3212 3296 2478 8451 5210 7575 4140 4256 5755 3940 4379 5591 5090 1716 3090 3641 4247 1453 5662 3815 3274 3621 2260 2726 837 2064 3700 2726 1665 4631 2747 2977 5642 1571 2405
78,1
1,31
49,3
24,79
1355
2857
BNT 5% 8000 = tanaman induk
= tanaman ratoon
Hasil biji kering (kg/ha)
7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
25
27
29
31
33
35
37
39
41
43
Nomor varietas
Gambar 2. Hasil biji kering tanaman induk dan ratoon plasma nutfah sorgum berumur sedang.
Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.2 Th.2005
47
8000 = tanaman induk
= tanaman ratoon
Hasil biji kering (kg/ha)
7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Nomor varietas
Gambar 3. Hasil biji kering tanaman induk dan ratoon plasma nutfah sorgum berumur dalam
KESIMPULAN DAN SARAN
PUSTAKA
Plasma nutfah sorgum yang telah dievaluasi memiliki tinggi tanaman induk bervariasi antara 93220 cm, umur panen 77-108 hari, bobot 100 butir 1,4-3,6 g. Tanaman sorgum yang pendek dan berumur genjah ditunjukkan varietas Keris M3 dan ICSV 93003, berturut-turut menghasilkan biji tanaman induk 5987 kg/ha dan 6082 kg/ha. Hasil tertinggi dari tanaman pendek berumur sedang diberikan oleh ICSR 91006 (5136 kg/ha), IS23509 (5314 kg/ha), sedangkan pada tanaman berumur dalam diberikan oleh ICSR 20 (5102 kg/ha) dan ICSVLM 9051 (7133 kg/ha). Hasil tanaman ratoon sorgum cenderung lebih rendah daripada tanaman induk. Potensi hasil tanaman ratoon dari varietas berumur genjah ICSR 14, UPCASI, CK 2, No. 15/226 dapat mencapai 2000-3000 kg/ha. Plasma nutfah sorgum yang memiliki pertumbuhan ratoon yang baik dapat dipertimbangkan sebagai bahan pemuliaan tanaman. Perlu penelitian untuk mendapatkan karakter morfologi atau penanda lain pada tanaman induk yang berhubungan dengan kemampuan ratoon.
Aluko, R.E. and L.B. Ohegbemi. 1989. Sorghum as a raw material in baking industries. ICRISAT and IAR. Phillipine Council for Agricultural Research. 1975. The Phillipines Recommends for Sorghum. Dahlan, M., Haryono, dan Soepangat. 1986. Produktivitas pertanaman ratoon galur-galur introduksi. Pen. Palawija I(1):43-50. Doggett, H. 1988. Sorghum. Longman Scientific & Technical. Singapore. Ismail, I.G. dan A. Kodir. 1977. Cara Bercocok Tanam Sorgum. LP3. Livingston, S. and D. Coffman. 2003. Ratooning grain sorghum on the Texas Gulf Coast. http://soilcrop. tamu.edu/publications/pubs/l1568.pdf Mudjisihono, R. 1991. Prospek biji sorgum dan cara penyosohannya. Jurnal Litbang Pertanian X(2):21-28. Roesmarkam, S. 1981. Prospek sorgum sebagai bahan makanan dan industri. Majalah Pertanian Departemen Pertanian. Singgih, S. dan M. Hamdani. 1998. Evaluasi daya hasil galur sorgum. Risalah Penelitian Jagung dan Serealia Lain 1:31-34. Subandi. 1988. Perbaikan varietas. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. hlm. 81-98.
48
Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.2 Th.2005