STUDI PENETAPAN DAERAH BAHAYA (DANGEROUS AREA) DI PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA BERDASARKAN AIS DATA Abstrak (Sangkya Yuda Yudistira/4205100077) Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya merupakan salah satu pelabuhan terbesar dan tersibuk di Indonesia. Di pelabuhan ini terdapat sepuluh dermaga, pangkalan angkatan laut, dan beberapa pelabuhan yang dimiliki secara khusus oleh personal perusahan seperti pelabuhan yang dimiliki PT. Semen Gresik, PT. Bogasari, dan PT. Petro Kimia. Lebih dari seratus kapal berlayar di sekitar Pelabuhan Tanjung Perak dengan mempunyai berbagai tujuan, yang dapat menyebabkan tingginya kepadatan dari lalu-lintas pelayaran dan seringnya terjadi persilangan antar kapal. Disamping situasi lalu-lintas tersebut, kondisi pelabuhan seperti kedalaman laut, arus laut, dan alur pelayaran yang sempit juga menjadi penyebab terjadinya kecelakaan. Tujuan utama dari studi ini adalah untuk meningkatkan keamanan kapal yang berlayar dengan penetapan daerah bahaya. Variabel untuk menetapkan daerah bahaya adalah kondisi dari pelabuhan, rute-rute persilangan kapal, dan juga kepadatan dari lalu-lintas pelayaran. Dengan menggunakan AIS data yang memberikan gambaran tentang kepadatan lalu-lintas pelayaran serta pola dari gerakan kapal yang berlayar selama selang waktu tertentu dan juga kondisi dari pelabuhan, maka daerah-daerah yang dianggap bahaya dapat ditetapkan. Dengan adanya penetapan daerah-daerah bahaya diharapkan kecelakaan antar kapal dapat dikurangi serta kapal lebih berhati-hati bila melewati daerah-daerah bahaya yang telah ditetapkan. kata kunci : kepadatan, AIS, daerah bahaya
Latar Belakang Penerapan teknologi dalam kaitannya peningkatan keselamatan dalam pelayaran sangat dibutuhkan. Salah satunya dengan menggunakan AIS, dimana sesuai dengan peraturan IMO yang mengharuskan kapal diatas 300 GT memasang alat tersebut. Pada perkembangannya, penerapan aturan tersebut juga belaku untuk kapal kapal yang berlayar di perairan lokal Indonesia, tidak hanya untuk kapal dengan rute Internasional. Di Pelabuhan Tanjung Perak yang merupakan salah satu terpadat di Indonesia, dibutuhkan adanya penetapan daerah-daerah yang rawan bahaya khususnya kecelakaan akibat dari tubrukan kapal. Penetapan daerah rawan bahaya tersebut didasarkan atas kepadatan lalu
lintas kapal yang biasanya terjadi pada salah satu lokasi tertentu dalam areal pelabuhan. Kepadatan akibat lalu lintas kapal ini rentan sekali mengakibatkan kecelakaan kapal khususnya tubrukan antar kapal. Kerugian akibat kecelakaan kapal tidak hanya bagi muatan dan kru kapal saja, namun juga pada lingkungan. Selain karena kapal yang tidak mampu beoperasi dan hilangnya nilai barang muatan, juga kerugian yang meliputi biaya penanggulangan pencemaran terhadap lingkungan. Dengan penerapan teknologi navigasi, dalam hal ini AIS diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya tubrukan antar kapal, khususnya di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Dengan berkurangnya resiko kecelakaan, kerugian bagi muatan, kru dan lingkunganpun dapat dikurangi.
Tujuan Dan Manfaat Penulisan
Pelabuhan Tanjung Perak
Tugas akhir ini ditulis dengan tujuantujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui kepadatan lalu-lintas kapal yang ada di Pelabuahan Tanjung Perak Surabaya. Kepadatan lalu lintas ini berdasarkan dari data yang didapatkan dari AIS 2. Mentransfer data-data dari AIS menjadi rute kapal. Data data dari AIS yang diantaranya kecepatan dan posisi kapal memungkinkan untuk kita membuat rute dari kapal tersebut. 3. Menentukan variabel varibel daerah bahaya (dangerous area). Daerah bahaya ini berdasarkan kepadatan kapal. Kepadatan tersebut diperoleh dengan metode statistik berdasarkan data data yang diperoleh dari AIS 4. Evaluasi data data dari AIS untuk menentukan daerah yang beresiko terjadinya kecelakaan kapal berdasarkan variabel tersebut diatas 5. Analisa jalan keluar dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan. Jalan keluar untuk mencegah terjadinya kecelakaan tersebut tentunya berdasarkan peraturan internasional dan peraturan pemerintah yang ada. Manfaat yang diperoleh dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui kepadatan lalu lintas di Pelabuahan Tanjung Perak Surabaya 2. Mengetahui daerah mana saja yang rawan terjadi tubrukan antar kapal. Daerah rawan disini berdasarkan atas kepadatan dari rute pelayaran kapal. Semakin padat rute pelayaran kapal, maka dianggap semakin bahaya daerah tersebut. 3. Diharapkan dapat mengurangi kecelakaan akibat tubrukan antar kapal 4. Memberikan informasi kepada kapal yang belayar daerah daerah yang berbahaya sehingga nahkoda bisa lebih behati hati dalam melewati daerah tersebut.
Transportasi laut saat ini merupakan salah satu pemberi andil yang cukup besar dalam perkembangan industri dan perdagangan. Hal tersebut mengakibatkan meningkatnya jumlah permintaan akan armada kapal baik secara kualitas maupun kuantitas. Sehubungan hal tersebut diatas, tentunya pelabuhan yang merupakan tempat untuk bersandar, bongkar muat baik barang dan penumpang menjadi salah satu unsur terpentingnya. Berdasarkan itu semua, maka pelabuhan harus mampu menyediakan segala kebutuhan kepelabuhanan dengan baik. Salah satu contohnya adalah Pelabuhan Tanjung Perak. Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya tergolong pelabuhan kelas satu di Indonesia, pada gambar 1. Tanjung Perak dilihat dari atas. Tanjung Perak merupakan salah satu pelabuhan pintu gerbang di Indonesia. Sebagai pelabuhan pintu gerbang, maka Tanjung Perak telah menjadi pusat kolektor dan distributor barang ke Kawasan Timur Indonesia, khususnya untuk Propinsi Jawa Timur, dan dapat terlihat pada tabel 1 . Karena letaknya yang strategis dan didukung oleh daerah hinterland Jawa Timur yang potensial maka pelabuhan Tanjung Perak juga merupakan pusat pelayaran intersulair Kawasan Timur Indonesia. Navigasi Navigasi adalah seni dan pengetahuan tentang menetukan dimana posisi kita dan menentukan rute yang aman untuk mencapai lokasi yang kita tuju dengan aman.(BROGDON, 2001). Kita biasanya mengetahui dimana posisi awal dan menuju ke posisi lain yang jaraknya beberapa mil dari posisi awal. Beberapa pertanyaan dasar yang sering mengemuka saat berlayar diantaranya adalah, kemana arah tujuan kita dalam berlayar, kapan kita tiba di tujuan, seberapa banyak masalah dan daerah berbahaya yang harus dilewati. Semua hal tersebut diatas tentunya dapat dijawab dengan menggunakan peralatan navigasi yang memadai.
Gambar 1. Foto tampak atas pelabuahan Tanjung Perak
Tabel 1. Data Operasional Pelabuhan Tanjung Perak
Dan setiap enam menitnya megirimkan data data sebagai berikut:
AIS Automatic Identification System (AIS) merupakan teknologi global yang mencakup dalam bidang navigasi yang menunjukkan posisi, sensor yang bekerja di kapal, dan komunikasi radio VHF digital yang memungkinkan pertukaran informasi antara satu kapal dengan kapal lain ataupun antara kapal dengan darat (stasiun yang ada di pelabuhan, ataupun tempat yang lain dimana juga tersedia peralatan AIS). Informasi informasi tersebut akan terus terbarui (update) setiap saat baik untuk kapal ataupun stasiun yang ada di darat dimana semuanya menggunakan AIS. Cara Kerja AIS
Gambar 2. Cara Kerja AIS Macam dan Type dari AIS AIS dibedakan menjadi dua, yaitu class A dan class B. perbedaan dari keduanya hanya terletak informasi yang dapat dikirim ataupun diterima. AIS class A setiap tiga menit akan mengirimkan data data sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g.
MMSI number Navigation status Rate of turn Speed over ground Position accuracy Longitude Time stamp
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.
akan
MMSI number IMO number Radio call sign Name - Name of ship Type of ship/cargo Dimensions of ship Location on ship where reference point for position reports is located Type of position fixing device Draught of ship Destination Estimated time of Arrival at destination
Sedangkan untuk AIS class B sama seperti class A diatas kecuali untuk beberapa hal, yaitu: a. Informasi yang dikirim lebih jarang dari kelas A b. Tidak mentransmisikan the vessel’s IMO number or call sign c. Tidak mentransmisikan ETA atau destination d. Tidak mentransmisikan navigational status e. Hanya digunakan untuk menerima, tidak mentransmisikan, text safety messages f. Hanya digunakan untuk menerima, tidak mentransmisikan, application identifiers (binary messages) g. Tidak mentransmisikan rate of turn information h. Tidak mentransmisikan maximum present static draught
Metodologi Penulisan Metode dari pengerjaan tugas akhir ini dapat di lihat dari gambar 3 dibawah ini.
2. Proses pengambilan data Pengambilan data dalam pengerjaan tugas akhir ini dilakukan dengan menggunakan AIS 3. Analisa Data Pada tugas akhir ini akan dilakukan beberapa analisa data yang berhubungan dengan penetapan daerah bahaya (dangerous area) di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. 4. Kesimpulan dan Saran Penyusunan Algoritma Base
Untuk Knowledge
Knowledge base merupakan bagian dari sistem yang berisi dasar pengetahuan yang berisi aturan dan fakta dalam menetapkan daerah bahaya di Pelabuahan Tanjung Perak Surabaya. Fakta merupakan informasi tentang obyek dalam area permasalahan terentu, sedangkan aturan merupakan informasi tentang cara memperoleh fakta baru, dari fakta yang telah diketahui. Simulasi Sistem
Gambar 3. Flowchart kerangka kerja Sedangkan untuk algoritma programnya dapat di lihat dari gambar flowchart 4 di bawah ini.
1. Aturan aturan dasar Adalah aturan-aturan yang berada di dareah alur pelayaran yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa pemrograman komputer. 2. Menentukan desain system aturan aturan dasar. Penentuan desain yang akan digunakan dalam software ini berdasarkan area pelabuahan dan data dari AIS tentang posisi kapal. Pada desain ini nantinya tiap kapal akan mengetahui apakah lintasan yang akan dilalui termasuk daerah bahaya atau tidak. Selain itu terdapat juga aturan bagaimana untuk melewati daerah bahaya tersebut. Untuk membuat rute kapal menggunakan Google Earth yang nantinya juga akan diplotkan kedalam peta digital. Hasil dari semua hal tersebut nantinya akan di interface dengan bahasa visual basic sehingga akan didapatkan sebuah software untuk menentukan daerah bahaya. Algoritma Program
Metode Yang Digunakan Dalam Pengerjaan Tugas Akhir Ini 1. Studi Literatur
Pemikiran dasar dari desain progam ini adalah memberikan peringatan kepada kapal tentang posisi dan kedudukan kapal apakah sedang dalam daerah bahaya atau tidak. Seperti
diketahui sebelumnya bahwa ada tiga variabel untuk menentukan sebuah daerah dikatakan bahaya ataukah tidak. Desain program ini menggunakan bahasa pemrograman komputer yang mudah dalam pembuatannya dan penggunannya.
Tampilan Program
Program tersebut mempunyai rules-rules yang merupakan variabel dan mempengaruhi dalam penentuan daerah bahaya (“Dangerous Area”) yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh setiap kapal di areal Tanjung Perak dan sekitarnya. Area Pelabuhan Area pelabuhan yang perlu diperhatikan disini adalah kedalaman dari tiap dermaga yang ada di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Kedalaman tersebut nantinya akan berpengaruh pada kapal yang bersandar. Bila kedalaman dari dermaga lebih dangkal dari sarat kapal, maka otomatis kapal akan karam. Kapal Kapal merupakan salah satu paremeter dalam pembuatan program ini. Ukuran utama kapal sangat berpengaruh, apakah kapal tersebut berada dalam daerah berbahaya atau “Dangerous Area” ataukah tidak. Salah satu faktor dari hal tersebut tentunya berhubungan dengan sarat kapal. Bila sarat kapal lebih besar dari kedalamn laut, tentunya hal ini berbahaya bagi kapal dan dapat menyebabkan kapal kandas. Seperti diketahui bahwa kedalaman laut dari masingmasing terminal bebeda-beda. Bila kedalaman laut dari terminal tersebut lebih kecil dari sarat kapal tentunya kapal tidak dapat memasuki area tersebut, selain bahwa sudah ada aturan tentang kapal apa saja yang dilayani dalam terminal tersebut. Rute kapal Rute kapal merupakan data terpenting, karena sebagian besar alasan kenapa nantinya daerah ditetapkan sebagai “Dangerous Area” adalah menggunakannya. Rute kapal nantinya berdasarkan data-data dari AIS, yang kemudian diolah lagi. Rute kapal yang dianggap berbahaya adalah dimana terjadi banyak manuver kapal, diantaranya berbelok, simpangan, dan beberapa manuver yang lain.
Gambar diatas merupakan tampilan utama dari program Studi Penetapan Daerah Bahaya (dangerous Area) Di Pelabuhan Tanjung Perak. Diamana pada gambar tersebut terdapat peta Pelabuhan Tanjung Perak, dan menu utama. Pada menu edit terdapat tiga buah pilihan yaitu apakah kita akan menentukan daerah bahaya (dangerous area) hanya berdasarkan ukuran utama kapal yang meliputi panjang kapal (Lpp), lebar kapal(B), Tinggi (H), sarat (T), kecepatan (Vs), ataukah hanya berdasarkan posisi kapal (derjat lintang dan derajat bujur), dan yang terakhir menggabungkan dua cara sebelumnya. Cara Kerja Program Program ini beroperasi dengan mengambil beberapa inputan data untuk dianalisa yang nantinya akan memberikan peringatan tentang adanya daerah bahaya atau kapal berada dalam daerah bahaya pada suatu daerah tertentu. Tingkat bahaya suatu daerah didasarkan atas seberapa padat rute kapal, manuver-manuver yang dilakukan oleh kapal, kedalaman dan kecepatan arus laut, serta kapal itu sendiri (posisi, dan ukuran utama kapal, serta kecepatan kapal). Yang pertama adalah rute kapal. Rute kapal disini diperoleh dari hasil pengeplotan olahan dari data AIS kedalam peta digital dengan memanfaatkan google earth. Setelah hasil pengeplotan didapatkan, kemudian ditentukan daerah mana saja yang dianggap mempunyai kepadatan lalu lintas yang cukup
tinggi. Apabila kapal beradadalam salah satu daerah tersebut maka dapat dikategorikan kapal telah memasuki daerah bahaya (dangerous area). Setelah rute kapal, manuver menjadi hal berikutnya yang harus diperhatikan dan dianalisa dalam menentukan daerah bahaya. Semakin banyak kapal dalam melakukan manuver, maka dengan demikian keadaan ini dapat menimbulkan bahaya bagi kapal lainnya bila komunikasi antar kedua kapal tidak berjalan dengan baik. Oleh sebab itu diperlukan adanya pengeplotan kedalam peta digital kebiasaankebiasaan dari kapal dalam melakukan manuvermanuver tersebut. Dalam menentukan daerah bahaya (dangerous area) kedalaman laut tetaplah harus diperhatikan. Hal ini dilakukan karena adanya hubungan erat antara draft (sarat) suatu kapal dengan kedalaman tersebut. Bila sarat kapal lebih besar nilainya dari bada kedalaman laut, maka hal ini dapat mengakibatkan kapal akan kandas, ataupun karam. Dan kejadian ini sudah sering terjadi di area pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Alur pelayaran pada Tanjung Perak sendiri mempunyai kedalaman antara sembilan hingga sepuluh meter, yang berarti bahwa kapalkapal dengan sarat lebih dari sembilan meter harus berhati hati bila memasuki daerah Tanjung Perak. Arus laut di tanjung Perak Surabaya juga menjadi salah satu faktor dalam penentuan daerah bahaya (dangerous area). Meskipun kecepatan arus laut relatif kecil, namun arus laut yang dapat berubah setiap enam jam tersebut dapat membahayakan bagi lalu-lintas pelayaran karena dapat menyeret kapal yang sedang lego jangkar ke alur pelayaran yang hanya mempunyai lebar seratus meter. Ukuran utama kapal erat sekali kaitannya dengan kedalaman dari arus laut dan kecepatan arus laut ( sarat kapal dan juga kecepatan kapal). Sedangkan posisi kapal juga perlu diperhatikan apakah berada dalam daerah bahaya atukah tidak. Yang menjadikan suatu daerah menjadi daerah bahaya ataukah tidak adalah ketiga parameter tersebut harus dipenuhi, yakni kapal berada dalam alur pelayaran yang ramai, dan sarat kapal lebih besar dari kedalaman laut, serta kecepatan kapal berada dibawah kecepatan arus laut. Namun bila ssalah satu hal terdebut terjadi, maka sudah cukup menjadikan sebuah kapal
berada dalam daerah bahaya (dangerous area), yang hal ini harus diperhatikan oleh baik kapten kapal maupun anak buah kapal untuk lebih berhati-hati. Kesimpulan Setelah melalui serangkaian proses pengerjaan maka didapatkan beberapa poin tentang Studi Penetapan Daerah Bahaya (Dangerous Area) Di Pelabuhan Tanjung Perak Berdasarkan AIS Data, antara lain: 1. Daerah bahaya didasarkan atas beberapa hal yang meliputi, olah gerak (manuver) kapal, kepadatan lalu lintas kapal, kedalaman laut, kecepatan arus laut. 2. Dari hasil pengeplotan data AIS dengan bantuan Google Earth maka didapatkan koordinat yang mempunyai olah gerak (manuver) dan kepadatan kapal yang tinggi serta dianggap berbahaya bagi kapal. 3. Untuk kedalaman dan kecepatan arus laut digunakan interface dari bahasa pemrograman komputer dalam menentukan daerah bahaya atau tidak. 4. Suatu daerah dikatakan bahaya berdasarkan ukuran dan kecepatan masing-masing kapal. Jadi dimungkinkan pada suatu daerah menjadi berbahaya bagi kapal satu, namun tidak berbahaya bagi kapal lain. Yang tetap menjadi catatan bahwa yang menjadi inti dari penentuan daerah bahaya adalah olah gerak (manuver) kapal dan juga kepadatan dari rute kapal. 5. Berdasarkan data kecelakaan kapal yang didapatkan antara tahun 2002 hingga 2008 maka derah yang sering terjadi kecelakaan kapal ada di sekitar 5 lokasi. 6. Seiring bertambahnya waktu, maka jumlah kapal akan semakin meningkat pula. Peningkatan ini juga akan meningkatkan kepadatan yang terjadi di alur pelayaran dan juga di Pelabuhan Tanjung Perak Sendiri. Saran Beberapa saran yang dapat digunakan sebagai referensi agar pada studi penetapan daerah bahaya selanjutnya diperoleh hasil yang lebih baik antara lain: 1. Data kecelakaan sebaiknya tidak
kapal hanya
yang riil digunakan
sebagai perbandingan saja, namun juga digunakan sebagai salah satu faktor penentu daerah bahaya. 2. Simulasi dengan menggunakan bahasa pemrograman komputer hendaknya bisa benar benar mendekati kenyataan, dimana posisi kapal bisa diletakkan dimana saja, dan begitu juga dengan tujuannya. 3. Penentuan daerah bahaya hendaknya di lakukan setiap bulan, dalam artian antara bulan yang satu dengan bulan yang lain dimungkinkan adanya perbedaan lokasi, sehingga data yang dihasilkan lebih baik.