Pusat Penelitian Informatika - LIPI
STUDI PEMASYARAKATAN DAN KOMERSIALISASI HASIL PENGEMBANGAN IPTEK MELALUI PROGRAM IPTEKDA DI WILAYAH SULSEL, SULTENG, NTB DAN NTT Sukirno dan Sriharti UPT Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna – LIPI Jl. KS. Tubun No. 5 Subang 41211 Telp. (0260) 411478, Fax (0260) 411239
ABSTRAK Kegiatan pemasyarakatan hasil litbang Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) telah diterapkan langsung oleh para peneliti dan komersialisasinya di lakukan oleh usaha kecil dan mikro melalui program penerapan dan pemanfaatan iptek di daerah (IPTEKDA). Upaya mendekatkan kelembagaan litbang dengan UKM melalui penerapan dan pemanfaatan hasil litbang menunjukkan kinerja yang bervariasi di berbagai lokasi kegiatan. Studi
dilaksanakan pada 4 propinsi yang berlokasi di Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur yang terdiri dari 9 kegiatan. Penerima IPTEKDA sebagian besar adalah perguruan tinggi yaitu Unhas dan Unram
Fakultas
Peternakan
dan
MIPA
dengan
kegiatan
penggemukan
dan
pengembangbiakan kambing,babi, sapi dan kerbau, kerang mutiara, perbengkelan dan pengolahan pangan. Hasil studi pemasyarakatan dan komersialisasi hasil pengembangan iptek dari 9 kegiatan menunjukkan bahwa 2 kegiatan (penggemukan ternak kerbau, pemberdayaan masyarakat peternak babi) skornya baik sekali, 4 kegiatan (penggemukan sapi, perkembangbiakan kambing, penggemukan kambing, pengolahan daging sapi) skornya baik, 2 kegiatan (pengolahan pangan) skornya sedang dan 1 kegiatan (budidaya kerang mutiara) skornya kurang.
PENDAHULUAN Pemanfaatan sumberdaya lokal yang efektif dan berdaya saing menjadi unsur penting dalam meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berusaha secara produktif. Salah satu kendala yang dihadapi adalah pemanfaatan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk pemanfaatan hasil riset dalam upaya proses meningkatkan nilai tambah kondisi dunia usaha yang memanfaatkan sumber daya lokal umumnya di bidang usaha-
Kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik
1
Bandung, 29 – 30 Juli 2003
usaha tradisionil atau usaha kecil (mikro) masih mempunyai akses yang rendah terhadap IPTEK dan hasil-hasil riset. Program IPTEKDA merupakan kegiatan pemanfaatan iptek di daerah. Pemanfaatan iptek diarahkan pada upaya penguatan maupun pengembangan usaha kecil melalui implementasi teknologi tepat guna, pembentukan kelembagaan lokal dan dengan sebanyak-banyaknya memanfaatkan sumber daya lokal (SDM, SDA, teknologi, modal, informasi dan pasar). LIPI melaksanakan kegiatan IPTEKDA lewat suatu kontrak pekerjaan di daerah bekerjasama dengan Universitas / Perguruan Tinggi dan Dinas / Instansi yang ada di daerah. Dilandasi dengan kontrak kerja yang meliputi pembentukan kelembagaan lokal (Yayasan / Koperasi) yang akan bertindak mengatur pembiayaan, bantuan teknologi, pengguliran dana dan wadah kegiatan dengan tujuan utama membantu usaha kecil di daerah agar dapat tumbuh dan berkembang dengan memanfaatkan teknologi yang lebih maju. Pola kegiatan IPTEKDA berusaha menjembatani ke arah terjalinnya lembaga Litbang atau perguruan tinggi dengan pelaku bisnis UKM (mikro). Kegiatan IPTEKDA yang sudah memasuki tahun ke lima telah banyak memberi solusi bagaimana pemanfaatan hasil riset terapan untuk kepentingan usaha kecil (mikro). Pemanfaatan IPTEKDA untuk UKM dengan paket bantuan teknologi, bahan, modal kerja, ketrampilan dan kelembagaan dipolakan dengan sistem kegiatan usaha berkelanjutan dengan dana investasi sebesar kurang lebih 70 % dari total dana diberikan ke kelompok sasaran yang dipolakan dengan sistem bergulir. Tujuan dilakukan studi agar pelaksanaan kegiatan IPTEKDA dapat berjalan sesuai dengan rencana atau usulan kegiatan yang telah disetujui.
METODOLOGI Metode yang digunakan dalam studi pemasyarakatan dan komersialisasi hasil pengembangan iptek melalui program IPTEKDA adalah dengan metoda survai. Teknik survei dilaksanakan dengan cara evaluasi kegiatan dan pengamatan langsung di lapangan. Dalam proses evaluasi dipelajari perencanaan yang ditetapkan dengan target dan sasaran serta mekanisme yang dilakukan. Pada saat pelaksanaan dan pasca program dipantau dan diamati secara langsung di lapangan terhadap proses pelaksanaan kegiatan, target, sasaran yang dicapai dan upaya keberlanjutan dari program dimaksud. Studi dilakukan pada 4 propinsi yaitu Sulawesi Selatan (kabupaten Sindereng Rappang dan Tana Toraja – 2 kegiatan), Sulawesi Tenggara (kabupaten Kendari – 1 kegiatan), Nusa Tenggara Barat (kabupaten Bima, Lombok Timur, Mataram dan Lombok Barat - 5
2
Pemaparan Hasil Litbang 2003
Pusat Penelitian Informatika - LIPI
kegiatan) dan Nusa Tenggara Timur (Kupang – 1 kegiatan). Jenis kegiatan yang di studi beragam, seperti terlihat dalam tabel I. Pada proses studi dilihat capaian secara teknis dan ekonomis dari kegiatan yang dilakukan. Penilaian terhadap kegiatan dilakukan dengan menggunakan sistim skoring terhadap faktor-faktor yang terkait dengan capaian di atas terhadap perencanaan. Hasil penilaian skoring nominal (1 – 5) setara dengan penilaian kurang sekali (1) sampai baik sekali (5). Dari penilaian ini maka kegiatan Iptekda dikatagorikan kurang sekali sampai baik sekali. Tabel 1. : Program Kegiatan IPTEKDA V tahun 2002 Wilayah Selawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur NO
NAMA
LOKASI
JUMLAH
LEMBAGA
PENANGGU
CAKUPAN
KEGIATAN
KEGIATAN
DANA
PELAKSANA
NG JAWAB
KEGIATAN
(Rp) 1
2
3
LAPANGAN
Budidaya dan
Ds Rijang Panua
100.000.000
Fak. Peternakan
Dr. Ir. Samsu
- Penggemukan kambing
peng
Kec Panca Kijang
(63.000.000 +
Univ. Hasanudin
din Gurancang,
- Budidaya kambing
gemukan
Kab. Sindereng
27.000.000)
kambing
Rappang.
Penggemukan
Ds Bori Kec.
100.000.000
Fak. Peternakan
ternak kerbau
Sesehan Kab
(61.500.000 +
Univ. Hasanudin
Tana Toraja
28.500.000)
Pengembanga
Ds. Lahututu kec
95.000.000
UPT BPTTG LIPI
Ir. Entis Sutis
Pelatihan / pem buatan
n UKM
wonggeduku kab.
(90.000.000 +
Subang
na BPTP
alsintani dan tambak, peng
pangan dan
kendari
5.000.000)
Kendari
olahan pangan
Penggemukan
Ds suryawangi
110.000.000
LPPM Fak.
Dr. Ir. Syamsu
Pemeliharaan ternak sapi
ternak sapi
kec. Labuhan haji
(85.640.000 +
Peternakan Unram
haidi, MS
Pembuatan UMB dan
Lombok Timur
23.360.000)
Perkembangbi
Ds Melayu Kec.
75.000.000
LPPM Fak.
Dr. Ir. Enny
Tek reprodukasi dg
akan ternak
Asoka Kab. Bima
(53.500.000 +
Peternakan Unram
Yuliani, Msi.
inseminasi buatan.
kambing
NTB
21.500.000)
M.Sc. Prof Dr. Sitoru
secara intensif Pengembangan kerbau rakyat
perbengkelan logam
4
5
kompos
Perbaikan genetik, manaje men usaha ternak kambing
6
7
Pemberdayaa
Kel. Cakra utara
80.000.000
LPPM Fak.
Ir. Ida Bagus
Pemeliharaan , pakan
n masyarakat
kec. Cakranegara
(56.000.000 +
Peternakan Unram
Dania, SU
kandang, manajemen usaha
peternak babi
Mataram NTB
24.000.000)
Pemberdayaa
Ds pemenang
120.000.000
LPPM Fak. MIPA
Dr. Syahrudin
Pemeliharaan kerang
n masyarakat
barat
pesisir
Ds loluan barat
krangkeng dlm budi daya
melalui
kec pemenang
kerang mutiara, teknik
pelatihan
dan tanjung
penyuntikan nukleus dan
Kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik
Unram
mutiara alam, penggunaan
3
Bandung, 29 – 30 Juli 2003
ketrampilan
Lombok Barat
teknik pasca penyuntikan
budidaya kerang mutiara di NTB
8
Permeberdaya
Ds peresak kec.
an UKM di
Narmada Kab
sentral
Lombok Barat
56.000.000
LPPM Fak. MIPA
Ir. Sri Kamti ,
Pembinaan kel usaha,
Unram
MS
pelatihan, bimbingan dan pemasaran
produksi nangka dengan mengem bangkan keripik nangka
9
Penerapan
Kupang
tekno logi
NTT
dalam upaya peningkatan
100.000.000
UPT BPTTG LIPI
Ir. Elok Wahyu
Pengenalan peralatan,
Subang dan
Hidayat
pembuatan dendeng rol,
Perindag Kupang
pengemasan , manajemen usaha
produksi dan kua litas olahan daging sapi
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Studi Pemasyarakatan Dan Komersialisasi Hasil engembangan Iptek di Sulawesi Selatan Pelaksanaan studi pemasyarakatan dan komersialisasi hasil pengembangan Iptek melalui program IPTEKDA V di Propinsi Sulawesi Selatan, dengan program budidaya
dan
pengembangan ternak kambing di desa Rijang Panua, Kec. Panca Kijang Kab. Sindereng Rappang telah berjalan sesuai dengan rencana. Jumlah kandang yang telah dibangun 4 unit terdiri atas 1 unit kandang budidaya, 2 unit kandang penggemukan dan 1 unit kandang penjualan ternak kambing. Bibit kambing dibeli dari Kab. Enrekang yaitu kabupaten yang berbatasan langsung dengan Sindereng Rappang. Terdapat 35 ekor kambing budidaya (30 ekor induk dan 5 ekor pejantan), sementara kambing penggemukan terdapat 98 ekor, 15 ekor diantaranya telah dijual.
4
Pemaparan Hasil Litbang 2003
Pusat Penelitian Informatika - LIPI
Kambing bakalan dibeli dari Kab. Enrekang, jumlah bakalan yang telah dibeli pada tahap I dan II sebanyak 105 ekor, pada awal penggemukan terjadi kematian sebanyak 3 ekor. Jumlah kambing pada masing – masing kandang sebagai berikut : Kandang I
: 24 ekor
Kandang II
: 35 ekor
Kandang III
: 24 ekor (siap dijual)
Jumlah
: 83 ekor
Pada tahap I telah dijual sebanyak 15 ekor dengan harga bakalan berkisar antara Rp. 325.000,- - Rp. 375.000,- tiap ekor. Sedangkan harga setelah digemukan 3 bulan harga jual berkisar Rp. 415.000,- - Rp. 455.000,-, keuntungan yang diperoleh dari 15 ekor yang dijual adalah Rp. 1.165.000,-. Total keuntungan tahap awal 30% kembali ke yayasan (Rp. 350.000) dan 70 % untuk pemeliharaan. Penanaman hijauan dan STS telah dilakukan seluas 1 hektar yang juga berfungsi sebagai pagar. Diharapkan usaha ini berhasil dan tahun ke 2 direncanakan akan membina peternakpeternak kambing di desa sekitarnya melalui pengguliran. Hasil Studi Pemasyarakatan dan Komersialisasi Hasil Pengembangan Iptek di Tana Toraja Sulawesi Selatan. Usaha penggemukan kerbau dengan
sentuhan teknologi mampu diaplikasikan oleh
peternak seperti pengandangan, pemberian rumput unggul, pemberian makanan penguat dan pengomposan limbah ternak. Model penggemukan kerbau lewat program IPTEKDA ini mendapat sambutan positif Pemda Tana Toraja dan akan dipakai sebagai percontohan, untuk itu Pemda Tana Toraja memberi tambahan dana pendamping sebanyak Rp. 15.000.000,-. Kerbau di Tana Toraja merupakan hewan piaraan, utamanya untuk keperluan pesta adat, sehingga mempunyai nilai tinggi (puluhan juta per ekor apabila memenuhi kriteria – kriteria tertentu), pada saat studi bulan Oktober 2002, selain harus menemui seluruh peternak penerima IPTEKDA kami juga diminta memaparkan kegiatan IPTEKDA didepan ketua DPRD Tana Toraja. Kerbau yang sudah dibeli dan sudah dipelihara peternak sebanyak 10 ekor. Tiap peternak selain mendapat kerbau dengan kisaran harga Rp. 4.500.000 per ekor juga mendapat paket pemeliharaan selama 4 bulan sebesar Rp. 1.000.000,- berupa dedak bekatul, kandang / bak Kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik
5
Bandung, 29 – 30 Juli 2003
kompos. Dalam jangka waktu 4 bulan kerbau dapat dijual dengan harga antara Rp. 6.500.000,- - Rp. 7.500.000,-. Namun umumnya peternak meminta untuk menunda penjualan sampai 10 bulan pemeliharaan agar diperoleh hasil yang lebih tinggi. Kendala yang dihadapi antara lain : waktu studi bulan Oktober 2002 masih belum turun hujan atau kekeringan sehingga peternak kesulitan mendapatkan rumput, untuk mengatasi peternak mencari rumput ke hutan. Tabel 2. Hasil studi pemasyarakatan dan komersialisasi hasil pengembangan Iptek melalui program IPTEKDA V di Propinsi Sulawesi Selatan. NO
1 2
PERKEMBANGAN
HASIL STUDI
JENIS KEGIATAN
AWAL
SAAT INI
Penggemukan kambing Penggemukan Kerbau
Usaha individu dan tradisionil Secara individu dan tradisionil, perkembangan per hari 0,3 - ,4 kg
Usaha bersama lebih secara intensif Usaha dalam wadah yayasan, lebih intensif, perkembangan kerbau per hari 0,5 – 0,6 kg
Baik Baik Sekali
Hasil Studi Pemasyarakatan dan Komersialisasi Hasil Pengembangan Iptek Melalui Program IPTEKDA V di Kendari Sulawesi Tenggara Hasil studi pemasyarakatan dan komersialisasi hasil pengembangan Iptek melalui program IPTEKDA V wilayah Sulawesi Tenggara kabupaten Kendari di kelola melalui kerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), pada saat studi dana termin I sudah diberikan pada unit usaha perbengkelan logam (dua buah) dan usaha aneka kue (dua buah). Kegiatan
perbengkelan logam H. Mani desa Lahututu Kecamatan Wonggeduku
Kabupaten Kendari dengan produk dan reparasi peralatan pertanian yaitu traktor, threser dan lain-lain. Perkembangan cukup maju, dana IPTEKDA sebesar Rp. 25.000.000,dibelikan mesin bubut, gunting plat besi dan travo las pada bulan Nopember 2002, angsuran I sudah jatuh tempo. Rencana untuk menjalankan mesin bubut dan membantu pembuatan peralatan alsintani dari BPTTG akan mengirim satu orang instruktur selama dua bulan. Kegiatan aneka kue kering (home industri) masih bersifat pengenalan produk, kendala utama adalah pemasaran. Bulan Oktober 2002 dana termin II sudah disalurkan pada empat usaha kecil (mikro) yaitu : 3 orang usaha pertambakan, alat yang dibutuhkan pompa air
6
Pemaparan Hasil Litbang 2003
Pusat Penelitian Informatika - LIPI
1 orang usaha tahu, alat yang dibutuhkan mesin penggiling tahu, dan 1 orang usaha kue kering. Kami menyarankan khusus untuk pengusaha tambak pemberian pompa air harus disertai agunan. Tabel 3. Hasil studi pemasyarakatan dan komersialisasi hasil pengembangan Iptek melalui program IPTEKDA V di kabupaten Kendari Sulawesi Tenggara. No
PERKEMBANGAN JENIS KEGIATAN
1
Pengembangan UKM pangan, tambak ikan dan perbengkelan logam
AWAL
Pangan : Tradisional, belum mempunyai peralatan produk satu macam. Pengusaha tahu belum mempunyai penggiling yang memadahi Tambak : Sewa alat pompa air Bengkel : Ketrampilan bubut dan finising produk belum bagus
SAAT INI
HASIL STUDI
Kualitas meningkat dengan beberapa macam produk dg kemasan yg memadahi
Sedang
Kualitas dan kwantitas tahu meningkat.
Baik
Selain dipakai sendiri juga menyewakan alat pompa air
Sedang
Bisa membuat produk pealatan pertanian dan traktor lebih baik
Baik
Hasil Studi Pemasyarakatan Dan Komersialisasi Hasil Pengembangan Iptek Melaui Program IPTEKDA V di Nusa Tenggara Barat Penggemukan sapi di desa Surya Wangi, Labuhan Haji, Lombok Timur, dana IPTEKDA termin I dan termin II telah dibelikan sapi sebanyak 16 ekor, hasil studi yang dilakukan sebagai berikut : Dari hasil penimbangan yang dilakukan pada saat peternak membawa ternaknya ke pasar hewan didapatkan bahwa pertambahan bobot badan (kakhas) yang dicapai sekitar 0,6 kg per hari selama pemeliharaan 4 bulan, tambahan berat kakhas mencapai 72 kg. Harga kakhas per kg dalam proposal Rp. 12.500, jadi pendapatan kotor per ekor sapi per petani selama 4 bulan Rp. 900.000 atau Rp. 225.000 per bulan.
Kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik
7
Bandung, 29 – 30 Juli 2003
Harga kakhas per kg pada kenyataannya Rp. 10.500 s/d Rp. 10.700. atau pendapatan kotor petani selama 4 bulan Rp. 756.000 atau Rp. 189.000 per bulan. Padahal tahun-tahun sebelumnya pada bulan yang sama harga rata-rata Rp. 12.500 s/d Rp. 13.000,-. Pada tanggal 28 Oktober 2002 dua orang peternak menjual sapinya dengan rincian sbb ; Tabel 4. Penjualan sapi oleh dua peternak penerima IPTEKDA V di Lombok NO
NAMA PETERNAK
1
A. Jinem
Bbt Awal (Kg) 285
2
A. Supandi
290
Harga pokok (Rp.) 3.500.000
Bobot jual (Kg)
Harga Jual (Rp.)
Keuntungan (Rp.)
375
4.100.000
360.000
3.390.000
365
3.900.000
330.000
Keterangan Harga Rp. 10.685 per kg Harga Rp. 10.933 per kg
Kendala utama yang dihadapi peternak sapi ini adalah harga jual kakhas yang lebih rendah sekitar 16 % dibanding dengan rencana semula dan tahun-tahun sebelumnya. Perkembangbiakan ternak kambing di dusun Ule desa Melayu Kecamatan Rasanae Kabupaten Bima. Masyarakat yang terlibat adalah peternak kecil dan orang yang tidak mempunyai penghasilan tetap, namun terampil dan mempunyai motivasi berusaha. Pada tahap I terbentuk 1 kelompok terdiri dari 7 KK, masing-masing KK menerima 5 – 6 ekor kambing, secara keseluruhan ( tahap I dan II) jumlah ternak kambing yang telah dibeli sebanyak 60 ekor. Pada tahap I jumlah induk kambing bunting alamiah sebanyak 20 ekor menghasilkan keturunan 36 ekor, yang hidup 26 ekor dan yang mati 10 ekor. Kematian diduga karena faktor pakan yang kurang baik. Tahap II ternak kambing yang di beli sebanyak 24 ekor kambing yang di IB (inseminasi buatan) dinyatakan 17 bunting. Untuk mengantisipasi kematian anak hingga minggu I pemberian kualitas pakan induk perlu diperhatikan. Kendala : •
Kelancaran pemasaran pasca panen karena IB (inseminasi buatan) menunggu musim sehingga penjualan tidak sesuai perjanjian
•
Belum memiliki tenaga administrasi yang memadahi
•
Sambil menunggu hasil penjualan kambing 4 – 5 bulan kemudian hasil sampingan para peternak kambing sangat mendesak contoh pemeliharaan itik dan ayam.
8
Pemaparan Hasil Litbang 2003
Pusat Penelitian Informatika - LIPI
Pemberdayaan Masyarakat Peternak babi Penyerahan ternak babi dan pemeliharaan ternak telah dimulai sejak 6 Mei 2002 kepada 16 orang (80 ekor) peternak (peserta KKB) dan pada tahap II September 2002 diserahkan kepada 7 orang peternak. Tahap I berjumlah 80 ekor mati 13 ekor Tahap II berjumlah 62 ekor mati 8 ekor. Teknik yang diintroduksi adalah : pemeliharaan, pakan, pemilihan bibit, bakalan dan kastrasi, perkembangbiakan dengan IB (inseminasi buatan), pembuatan kandang dan pencegahan penyakit / pengobatan penyakit / parasit. Hingga bulan September ternak babi bakalan dan induk
sudah dibelikan semua dan
sampai keluar 4 anak babi masih milik peternak. Selanjutnya 4 ekor anak babi lepas sapih / poket KKM induk merupakan angsuran. Sedangkan penggemukan diangsur setiap periode dengan bunga 10 % per tahun Kendala : •
Angka kematian anak babi cukup tinggi karena mencret, kedinginan, kurang gizi, tertindih induk dan air susu induk sedikit serta lingkungan kandang yang kurang diperhatikan.
•
Kegagalan reproduksi karena kurang gizi dan kurang tepat waktu kawin.
Budidaya kerang mutiara masih belum menunjukkan hasil, informasi yang diperoleh dari lapangan bibit kerang dari dana termin I banyak yang mati dan unsur pelatihan maupun masyarakat yang terlibat kurang memadai. Jadi pembesaran kerang mutiara masih sulit untuk dikatakan berhasil, karena jumlah kerang yang siap dijual belum jelas jumlah maupun harganya. Penanggung jawab kegiatan lapangan selalu mengatakan asumsi kalau kerang yang siap disuntik bakal mutiara (nucleus) setelah 16 bulan akan menghasilkan mutiara dengan harga Rp. 400.000,- per karat, asumsi tersebut hanya terlihat di proposal sedangkan dilapangan cukup banyak kendalanya. Keripik
Nangka.
memberdayakan
UKM
di
sentral
produksi
nangka
dengan
mengembangkan keripik nangka di kabupaten Lombok Barat. Kondisi usaha yang dilakukan : pembentukan kelompok, pelatihan, alat maupun proses dan pemasaran dengan alat utama mesin penggoreng vakum, bulan Juli dan Agustus masa pengenalan/uji coba Kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik
9
Bandung, 29 – 30 Juli 2003
sampai memasarkan produk di pasar, bulan Oktober yayasan sudah menerima pembagian hasil penjualan Rp. 300.000. Adapun pengepakan dengan plastik masing-masing ¼ kg dengan merek : Keripik buah nangka cap Burung Kakatua dengan nama kelompok TERUNA JAYA 99. Permasalahan Utama: •
Bahan baku nangka musiman untuk mendapatkan nangka matang di pohon harus pesan ke petani.
•
Persaingan yang kurang sehat dengan produk sejenis, karena setelah melihat alat penggoreng vacum ada pihak lain yang memberi 4 alat ke UKM dan menjual produk dengan harga yang lebih murah, bahkan pada awalnya mereka belajar di kelompok IPTEKDA, jadi perlu adanya kesepakatan baik kwalitas maupun harga.
Tabel 5. Hasil studi pemasyarakatan dan komersialisasi hasil pengembangan Iptek melalui program IPTEKDA V di Nusa Tenggara Barat N O
PERKEMBANGAN JENIS KEGIATAN
AWAL
1 Penggemukan sapi
Pemeliharaan individu Tidak terkontrol Buruh tani
2 Perkembang biakan ternak kambing
Pemeliharaan individu dan tradi sionil, buruh / penggangguran Pemeliharaan secara tradisionil Kematian babi anak an cukup tinggi Bibit kerang mutiara didatangkan dari luar / laut lepas, petanibelum bisa budidaya kerang mutiara Buah nangka dijual; tanpa proses pengolahan
3 Pemberdayaan masya rakat peternak babi 4 Pemberdayaan masyarakat pesisir budidaya kerang mutiara 5 Pemberdayaan UKM di sentral produksi nangka dengan mengembangkan keripik nangka
10
HASIL
SAAT INI
STUDI
Pemeliharaan kandang kelompok baik dg pakan tambahan dan sanitasi / pengomposan Peternak sapi Pemeliharaan kandang kelompok Baik secara intensif Pemeliharaan dg wadah usaha intensif, pemberdayaan ibu ibu rumah tangga, menekan angka kematian anak babi sampai 70 % Petani / nelayan dilatih pemeliharaan kerang mutiara namun masih kurang terampil
Baik sekali
Dibuat keripik nangka dg alat penggoreng vacum
Sedang
Kurang
Pemaparan Hasil Litbang 2003
Pusat Penelitian Informatika - LIPI
Hasil Studi Pemasyarakatan Dan Komersialisasi Hasil Pengembangan Iptek Melalui Program IPTEKDA V di Nusa Tenggara Timur Penerapan teknologi dalam upaya peningkatan produksi dan kualitas olahan daging sapi meliputi pembuatan dendeng rol sapi, abon daging sapi, dendeng rol ikan laut, abon ikan laut, pengenalan alat spiner yang fungsinya untuk memisahkan minyak dari abon yang dihasilkan dan teknik pengemasan. Pelatihan dan pembinaan kelompok sudah dijalankan, proses produksi abon sudah masuk pasaran. Kendala : •
Pemasaran masih terbatas, belum bisa sampai ke luar daerah
•
Ada pengusaha
dendeng yang merasa keberatan dengan aturan IPTEKDA yang
berlaku Tabel 6. Hasil studi pemasyarakatan dan komersialisasi hasil pengembangan Iptek melalui program IPTEKDA V di Nusa Tenggara Timur N
PERKEMBANGAN
O
JENIS KEGIATAN
AWAL
1
Penerapan teknologi dalam upaya peningkatan produksi dan kualitas olahan daging sapi
Kualitas produksi olahan daging sapi masih terbatas karena kekurangan alat produksi
SAAT INI
HASIL STUDI
Kualitas produksi daging olahan Baik dan pengemasan cuku baik setelah pemakaian alat rool dan spiner
KESIMPULAN Hasil studi pemasyarakatan dan komersialisasi hasil litbang Iptek melalui program IPTEKDA V adalah sebagai berikut : Skor baik sekali
: 2 kegiatan
Skor baik
: 4 kegiatan
Skor Sedang
: 2 kegiatan
Skor kurang
: 1 kegiatan
Skor baik sekali adalah penggemukan kerbau di Tana Toraja yang selanjutnya akan menjadi model pengembangan daerah dan 10 penerima ternak benar-benar mendapat piaraan yang didambakan.
Kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik
11
Bandung, 29 – 30 Juli 2003
Ternak babi mendapat skor baik sekali, dengan upaya pemeliharaan secara intensif dan melibatkan ibu-ibu secara langsung dapat menopang kehidupan keluarga. Skor baik pada kegiatan ternak sapi dan kambing adalah kegiatan sesuai dengan rencana, namun kendala pemasaran dan atau masih menunggu hasil penjualan. Skor sedang pada pengolahan pangan umumnya terjadi karena keterlambatan pemasaran setelah bisa membuat produk dan akhirnya menunda pengembalian guliran. Skor kurang pada budidaya kerang mutiara, karena masih kurang jelasnya arah dan hasil pelatihan dan hasil budidaya kerang mutiara.
DAFTAR PUSTAKA Forum Perencanaan Iptek. (2002), “Sosisalisasi Hasil Pembahasan Pokja”, Jakarta. Pattion, M.Q. (1990), “Qualitative Evaluation and Research Method”, Second Edition, Sage Publication, The International Proffesional Publishers, Newbury Park, London, New Delhi. Umar, H. (2001), “Studi Kelayakan Bisnis, Teknik Menganalis Kelayakan Rencana Bisnis secara Komprehensif”, Edisi 2, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Widyaningsih, H. S. (2000), “Strategi Komunikasi Pemasaran”, Pusat kajian Komunikasi, FISIPOL UI, Jakarta.
12
Pemaparan Hasil Litbang 2003