Studi Mengenai Ukuran Mesiodistal dan Bukolingual Mahkota Gigi Molar Satu Rahang Atas untuk Menentukan Jenis Kelamin Nuri Lathifah, Mindya Yuniastuti, Widurini Djohan Fakultas Kedokteran Gigi, Pendidikan Dokter Gigi Jakarta, 2013 Abstrak Latar Belakang: Penentuan jenis kelamin penting untuk identifikasi forensik. Salah satu metodenya yaitu berdasarkan ukuran gigi geligi. Tujuan: Mengetahui perbedaan ukuran gigi laki-laki dan perempuan serta menentukan nilai referensi gigi molar satu rahang atas untuk penentuan jenis kelamin. Metode: 30 gigi molar satu rahang atas laki-laki dan 30 perempuan usia 14-24 tahun diukur lebar mesiodistal dan bukolingual dengan kaliper digital. Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0,05) ukuran mahkota gigi molar satu rahang atas laki-laki dan perempuan. Nilai referensi ukuran bukolingual 11.34 mm (kanan) dan 11.22 mm (kiri); ukuran mesiodistal 10.61 mm (kanan) dan 10.51 mm (kiri). Kesimpulan: Ukuran mahkota gigi molar satu rahang atas dapat digunakan untuk penentuan jenis kelamin. Kata Kunci : Molar satu rahang atas; Penentuan jenis kelamin; Ukuran mesiodistal; Ukuran bukolingual. Latar Belakang Forensik odontologi memiliki peran yang sangat penting dalam identifikasi individu terutama pada kejadian-kejadian seperti kasus kejahatan, kecelakaan, dan bencana massal yang menimbulkan banyak korban jiwa tak dikenal. Beberapa tahun terakhir, di Indonesia telah terjadi bencana massal yang menimbulkan korban jiwa yang sulit diidentifikasi seperti pada kasus Bom Bali I (2002), bencana Tsunami Aceh (2005), Bom Bali II (2005), kecelakaan pesawat Garuda Indonesia di Yogyakarta (2007), dan kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 (2012).1,2 Identifikasi korban-korban kecelakaan dan bencana merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena menyangkut alasan kemanusiaan dan hukum, seperti hak dikembalikan kepada keluarga, wasiat, warisan, asuransi, hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan, dan hukum yang perlu diselesaikan. Identifikasi korban-korban kecelakaan dan bencana tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya identifikasi melalui gigi geligi. Gigi merupakan salah satu sumber terbaik dan memiliki keakuratan yang tinggi dalam identifikasi karena email gigi merupakan jaringan terkeras dari seluruh tubuh yang tahan terhadap benturan, asam, dan paparan panas yang mungkin terjadi pada saat kejadian kecelakaan atau
Studi mengenai..., Nuri Lathifah, FKG UI, 2013
bencana.3 Gigi juga merupakan bagian tubuh yang paling resisten dari dekomposisi bakteri. Melalui data gigi, dapat diperoleh berbagai infomasi, antara lain usia, ras, dan jenis kelamin. Identifikasi jenis kelamin merupakan tahap identifikasi pertama untuk menentukan identitas korban. Hal ini penting terutama pada kejadian bencana massal yang menyebabkan kerusakan yang parah atau terpisah-pisahnya bagian tubuh manusia sehingga sulit untuk diidentifikasi.4 Selain itu, pada keadaan dimana hanya ditemukan fragmen rahang dengan gigi, maka identifikasi jenis kelamin yang paling cepat dan mudah hanya bisa dilakukan melalui gigi.5 Salah satu cara identifikasi jenis kelamin menggunakan gigi geligi yaitu berdasarkan perbedaan ukuran mahkota gigi antara laki-laki dan perempuan. Walaupun struktur gigi antara laki-laki dan perempuan itu sama, tetapi gigi-gigi tersebut tidak memiliki ukuran yang sama karena ukuran gigi sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, dan ras.6 Perbedaan ukuran antara gigi laki-laki dan perempuan ini merupakan salah satu bentuk dari seksual dimorfisme, yaitu perubahan dimensi pada sebagian jaringan yang disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin dimana perubahan dimensi tersebut merujuk pada perbedaan ukuran dan bentuk antara laki-laki dan perempuan.5,7 Banyak penelitian yang sudah membuktikan bahwa dari semua gigi manusia, gigi kaninus mandibula merupakan gigi yang menunjukan dimorfisme seksual tertinggi, kemudian diikuti oleh gigi molar satu rahang atas sebagai tertinggi kedua (Acharya & Mainali, 2007; Kondo et al, 2005)8. Kedua gigi ini dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin melalui ukuran mahkotanya. Gigi molar satu rahang atas adalah gigi permanen yang pertama kali erupsi ke rongga mulut. Gigi ini erupsi lebih dulu daripada gigi kaninus, yaitu di usia 6-7 tahun. sehingga dapat digunakan untuk identifikasi pada korban anak-anak.5 Selain itu, gigi molar satu rahang atas tidak banyak ditemukan impaksi dibandingkan dengan gigi kaninus.5 Namun, dimorfisme seksual ini relatif pada setiap populasi. 9 Di Indonesia, sampai saat ini, belum ada penelitan spesifik mengenai penentuan jenis kelamin berdasarkan ukuran mahkota gigi molar satu rahang atas. Oleh karena itu, peneliti akan meneliti mengenai ukuran mahkota gigi molar satu rahang atas dan kemudian melihat ketepatan gigi tersebut sebagai pedoman untuk menentukan jenis kelamin di Indonesia, dengan rumusan masalah: Apakah ukuran mesiodistal dan bukolingual
Studi mengenai..., Nuri Lathifah, FKG UI, 2013
mahkota gigi molar satu rahang atas dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan ukuran mesiodistal dan bukolingual mahkota gigi molar satu rahang atas antara laki-laki dan perempuan. Selain itu juga untuk menentukan nilai referensi untuk menentukan jenis kelamin berdasarkan ukuran mesiodistal dan bukolingual gigi molar satu rahang atas.
Tinjauan Pustaka Odontologi forensik adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara evaluasi dan presentasi temuan gigi untuk kepentingan peradilan. 10 Menurut Arthur D. Golman, ilmu kedokteran gigi forensik adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan hukum alam penyelidikan melalui gigi geligi. Kemudian menurut
Dr.Robert Bj.
Dorion, ilmu kedokteran gigi forensik adalah suatu aplikasi semua ilmu pengantar tentang gigi yang terkait dalam memecahkan hukum pidana dan perdata. Odontologi forensik mencakup identifikasi benda bukti manusia, penentuan umur, jenis kelamin, ras, dan etnik dari gigi, analisis jejas gigit (bite mark), dan pemeriksaan DNA dari gigi. Identifikasi individu melalui gigi geligi merupakan salah satu bentuk identifikasi primer dalam bidang forensik. Identifikasi primer dilakukan melalui pemeriksaan sidik jari, DNA, dan gigi geligi, sedangkan identifikasi sekunder dilakukan melalui pemeriksaan visual, antropometri, dan pemeriksaan medis.27 Gigi geligi digunakan sebagai salah satu sarana identifikasi karena gigi memiliki beberapa keunggulan, yaitu: 1.
Gigi merupakan jaringan keras yang resisten terhadap pembusukan dan pengaruh lingkungan yang ekstrim Gigi memiliki struktur yang kuat dan daya tahan tinggi terhadap kerusakan. Lapisan terluar dari gigi, yaitu jaringan email, merupakan jaringan yang paling keras di tubuh manusia. Jaringan email tersusun dari bahan anorganik sehingga tahan terhadap benturan, resisten terhadap dekomposisi bakteri dan pengaruh lingkungan seperti suhu dan keasaman. Kondisi ini
Studi mengenai..., Nuri Lathifah, FKG UI, 2013
membuat gigi dapat tetap digunakan dalam identifikasi individu terutama apabila dalam suatu kejadian, ditemukan jenazah korban yang sudah hancur, membusuk, atau terbakar. 2.
Derajat individualitas yang tinggi17 Keadaan gigi geligi sangat khas pada setiap individu karena dipengaruhi oleh pola erupsi dari 20 gigi susu dan 32 gigi permanen, perubahan karena kerusakan gigi, tindakan perawatan seperti restorasi dan pencabutan, serta keadaan-keadaan lain seperti gigi yang malposisi, ukuran lengkung rahang, dan lain-lain. Hal ini membuat kemungkinan untuk menemukan keadaan gigi geligi yang sama pada dua individu menjadi sangat kecil.
3.
Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk catatan medis gigi (dental record) dan data radiologis
4.
Gigi dilindungi oleh otot-otot bibir dan pipi sehingga apabila terjadi trauma akan mengenai otot-otot tersebut terlebih dahulu
Identifikasi melalui gigi geligi dapat dilakukan melalui dua cara. Pertama, pemeriksaan komparatif dengan membandingkan data antemortem dengan data postmortem korban. Data antemortem yaitu semua data yang menyangkut jenazah korban sebelum kematian. Adapun data postmortem yaitu semua data yang ditemukan atau dilihat pada jenazah korban setelah kematian. Cara kedua, pada kasus dimana data antemortem tidak ada dan tidak ada petunjuk adanya identitas, pemeriksaan postmortem, terutama pada gigi geligi, dapat dilakukan untuk menyempitkan identifikasi, hal ini disebut dengan dental profiling.18 Melalui identifikasi gigi geligi dapat diperoleh beberapa informasi mengenai umur, jenis kelamin, ras, golongan darah, bentuk wajah, dan DNA.6 Penentuan jenis kelamin adalah hal yang utama dalam mengenali korban yang kondisi tubuhnya sudah hancur dan tidak utuh. 5 Penentuan jenis kelamin pada korban kecelakaan dan bencana dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, bergantung pada ketersediaan tulang dan kondisi dari korban tersebut. Beberapa metode untuk menentukan jenis kelamin berdasarkan gigi geligi antara lain, metode visual yaitu melalui ukuran gigi, panjang akar dan diameter mahkota, dan indeks gigi geligi. Metode mikroskopik, yaitu dengan melihat kromosom X dan Y. Metode
Studi mengenai..., Nuri Lathifah, FKG UI, 2013
lanjutan, yaitu dengan menggunakan polymerase chain reaction (PCR), dan melihat protein email gigi.26 Menurut Krongman, identifikasi jenis kelamin yang paling akurat yaitu berdasarkan tulang pelvis dengan tingkat keakuratan 95%, tulang pelvis dan tengkorak 98%, tengkorak saja 90%, dan tulang panjang 80%. Namun, pada kondisi dimana hanya terdapat fragmen tulang rahang bergigi atau hanya giginya saja yang ditemukan, maka penentuan jenis kelamin dapat dilakukan melalui giginya.5 Identifikasi jenis kelamin melalui gigi-geligi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara histologis atau morfologis. Secara histologis, jenis kelamin dapat ditentukan dari jaringan nekrotik pulpa melalui proses pewarnaan menggunakan quinacrine mustard untuk fluorosensi kromosom Y. Fluorosensi kromosom Y dapat dilihat pada gigi laki-laki. Selain itu, terdapat amelogenin yang merupakan gen jenis kelamin manusia dan merupakan protein utama pada pembentukan email manusia. Pada perempuan, gen amelogenin menunjukkan dua alel yang homozigot (XX), sedangkan laki-laki menunjukkan dua alel yang heterozigot (XY).19 Identifikasi jenis kelamin dengan cara morfologis dapat dilakukan dengan melihat dan mengukur bentuk serta ukuran dari gigi geligi. Berdasarkan penelitianpenelitian yang pernah dilakukan, ukuran mahkota gigi laki-laki cenderung lebih besar daripada gigi perempuan. Hal ini disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan.6 Dilihat dari faktor genetik, kromosom X dan kromosom Y pada manusia mempengaruhi ketebalan enamel gigi, dimana kromosom X meningkatkan ketebalan enamel tetapi mengurangi ketebalan dentin. Hal ini yang menyebabkan dentin pada gigi laki-laki cenderung lebih tebal daripada perempuan, sehingga ukuran gigi lakilaki juga cenderung lebih besar dibandingkan ukuran gigi perempuan (Alvesalo, et al., 1991). Faktor genetik mempengaruhi kadar hormon yang mengarah pada bentuk dan ukuran tulang mandibula yang secara tidak langsung menyebabkan adanya perbedaan ukuran gigi diantara laki-laki dan perempuan (Garn, 1967).11 Selain faktor genetik, faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi ukuran gigi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut antara lain, nutrisi/diet, penyakit, iklim, dan gaya hidup (Susilowati dan Dekaria, 2007).11
Studi mengenai..., Nuri Lathifah, FKG UI, 2013
Banyak penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin dapat ditentukan melalui ukuran mesiodistal dan bukolingual mahkota gigi.12 Perbedaan ukuran mahkota gigi antara laki-laki dan perempuan disebabkan oleh perbedaan ketebalan dentin dimana dentin pada gigi laki-laki cenderung lebih tebal daripada gigi perempuan. Ketebalan dentin ini dipengaruhi oleh adanya kromosom Y yang meningkatkan potensi mitosis pada benih gigi dan menginduksi dentinogenesis, sedangkan kromosom X menginduksi amelogenesis.5 Ukuran mesiodistal mahkota gigi didapat dari mengukur jarak terbesar antara mesial dan distal mahkota klinis, yaitu pada daerah titik kontak. Ukuran bukolingual mahkota gigi didapat dari mengukur jarak terbesar antara bukal dan lingual mahkota klinis dan sejajar dengan sumbu panjang gigi. Hasil pengukuran lebar mesiodistal dan bukolingual ini diolah untuk mendapatkan angka referensi yang membedakan laki-laki dan perempuan. Rai Balwant, dkk. dalam penelitiannya menyatakan bahwa dari seluruh gigi pada rahang atas, gigi molar satu memiliki perbedaan ukuran mesiodistal dan bukolingual yang paling besar antara laki-laki dan perempuan dibandingkan dengan gigi lainnya. Gigi molar satu memiliki tingkat dimorfisme seksual yang tinggi setelah gigi kaninus rahang bawah. Dimorfisme seksual adalah suatu karakteristik yang dimiliki manusia serta makhluk hidup lain, dimana adanya perubahan dimensi dalam hal bentuk dan ukuran pada sebagian jaringan yang disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin.28 Gigi permanen molar satu rahang atas adalah gigi ke-6 dari midline rahang dan merupakan gigi terbesar pada lengkung rahang atas. Gigi ini berkontak dengan premolar dua di sisi mesial, dan dengan molar dua di sisi distal setelah usia 12 tahun. Ciri khas dari gigi molar satu rahang atas yaitu, terdapat cusp of carabelli di dekat mesiolingual cusp. Cusp of carabelli ini bisa berbentuk tuberkel (tonjolan), groove, atau pit. Kemudian gigi ini memiliki 3 akar dengan 2 akar di bagian bukal, yaitu akar mesiobukal dan akar distobukal, serta 1 akar di bagian palatal.
Studi mengenai..., Nuri Lathifah, FKG UI, 2013
Gambar 1. Gigi molar satu rahang atas Sumber gambar: http://medical.tpub.com/14274/img/14274_74_3.jpg
Berdasarkan tabel tumbuh kembang gigi Schour & Massler, gigi permanen molar satu rahang atas sudah mulai mengalami kalsifikasi dari sejak kelahiran. Pembentukan mahkota akan selesai pada usia 3 tahun. Gigi ini akan erupsi pada usia 6-7 tahun dan akar terbentuk sempurna pada usia 8-9 tahun. Keadaan ini membuat gigi molar satu rahang atas dapat digunakan untuk identifikasi forensik pada anak-anak dibandingkan dengan gigi kaninus rahang bawah yang baru erupsi di usia 10-11 tahun.5 Metode Penelitian Penelitian dilakukan di Kampus Universitas Indonesia, antara bulan September sampai dengan November 2012 dengan jenis penelitian potong lintang atau cross-sectional yang bersifat analitik. Sampel penelitian berjumlah 60 model studi gigi molar satu rahang atas pasien RSGM-P FKG UI dalam rentang usia 14 – 24 tahun, yang terdiri dari 30 laki-laki dan 30 perempuan. Sampel dipilih yang memenuhi kritera inklusi, yaitu: -
Gigi telah erupsi sempurna
-
Hubungan molar kelas satu
Studi mengenai..., Nuri Lathifah, FKG UI, 2013
-
Gigi tanpa kelainan patologis, seperti karies dalam, periodontitis, atrisi, fraktur, gigi dengan perawatan saluran akar, gigi dengan restorasi yang luas
-
Gigi tidak malposisi
-
Gigi tidak mengalami kelainan kongenital
-
Gigi tidak pernah atau sedang dalam perawatan orthodonti Variabel dependen dan variabel independen pada penelitian ini dapat dilihat
pada tabel berikut: Tabel 1. Tabel variabel dependen VARIABEL Jenis kelamin
DEFINISI OPERASIONAL
SKALA PENGUKURAN
Perbedaan antara perempuan
Numerik
dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir
Tabel 2. Tabel variabel independen VARIABEL
DEFINISI OPERASIONAL
Lebar
Lebar mesiodistal mahkota gigi
mesiodistal
dengan mengukur kontur terbesar
mahkota gigi
gigi (dalam millimeter), yaitu
molar satu
diantara titik kontak dengan gigi
rahang atas
premolar dua dan gigi molar dua.
Lebar
Lebar bukolingual mahkota gigi
bukolingual
dengan mengukur kontur terbesar
mahkota gigi
gigi (dalam millimeter), yaitu
molar satu
diantara permukaan bukal dan
rahang atas
lingual mahkota gigi yang paralel
SKALA PENGUKURAN
terhadap axis panjang gigi.
Studi mengenai..., Nuri Lathifah, FKG UI, 2013
Numerik
Numerik
Pengukuran dilakukan pada model cetak gigi rahang atas menggunakan kaliper digital dengan ketelitian 0.01 mm dan dilakukan oleh dua pengamat, masingmasing dua kali pengukuran. Pengukuran lebar mesiodistal mahkota gigi molar satu rahang atas Pengukuran ini dilakukan di kontur terbesar dari mahkota gigi, yaitu diantara titik kontak dengan gigi premolar dua dan molar dua.
Gambar 2. Lebar mesiodistal gigi molar satu rahang atas Pengukuran lebar bukolingual mahkota gigi molar satu rahang atas. Pengukuran ini dilakukan di kontur terbesar antara permukaan bukal dan lingual gigi.
Gambar 3. Lebar bukolingual gigi molar satu rahang atas Pengolahan data hasil pengukuran: 1. Dilakukan uji reliabilitas antar pengukuran dan antar pengamat menggunakan formula Dahlberg untuk mendapatkan data pengukuran yang paling akurat untuk digunakan dalam perhitungan selanjutnya. Dari formula Dahlberg akan didapatkan nilai Technical error of measurement (TEM). Semakin kecil nilai TEM yang didapatkan, semakin baik keakuratan pengamat dalam melakukan pengukuran. TEM = √∑ Keterangan: di = selisih antara dua hasil pengukuran n = jumlah sampel
Studi mengenai..., Nuri Lathifah, FKG UI, 2013
2. Penghitungan rata-rata lebar mesiodistal dan bukolingual mahkota gigi molar satu rahang atas laki-laki dan perempuan 3. Penentuan nilai referensi untuk membedakan ukuran gigi molar satu rahang atas pada laki-laki dan perempuan sesuai formula yang ditetapkan, yaitu: [(̅̅̅̅
) (̅̅̅̅
)]
Keterangan: ̅ = Rata-rata ukuran lebar mesiodistal atau bukolingual mahkota gigi laki-laki ̅̅̅= Rata-rata ukuran lebar mesiodistal atau bukolingual mahkota gigi perempuan SD = Standar deviasi 4. Mencocokan ukuran mesiodistal dan bukolingual pada setiap sampel dengan nilai referensi 5. Menghitung persentase ketepatan penentuan jenis kelamin berdasarkan perbandingan ukuran mesiodistal dan bukolingual pada setiap sampel dengan nilai referensi
Hasil Penelitian Penelitian telah dilakukan dengan sampel sejumlah 60 buah model studi rahang atas pasien RSGM-P FKG UI, terdiri dari 30 sampel laki-laki dan 30 sampel perempuan yang telah diseleksi sesuai kriteria inklusi. Pengukuran pada gigi molar satu rahang atas dilakukan oleh dua orang pengamat pada dua kali waktu pengukuran agar didapatkan data yang lebih akurat. Setelah seluruh data didapatkan, dilakukan uji reliabilitas penghitungan intradan interobserver dengan menggunakan formula Dahlberg. Formula ini digunakan untuk menghitung besar kesalahan atau error pada suatu prosedur pengukuran. Besar kesalahan atau yang disebut juga dengan Technical Error of Measurement (TEM) dihitung dengan rumus sebagai berikut: TEM = √∑ Keterangan: di = selisih antara dua hasil pengukuran n = Jumlah sampel
Studi mengenai..., Nuri Lathifah, FKG UI, 2013
Menurut formula Dahlberg, nilai toleransi pengukuran yang dapat diterima, measurement tolerance (MT), untuk pengukuran tulang dan gigi adalah sebesar 1 mm, sehingga pada penelitian ini dilakukan pengukuran gigi dengan nilai MT 1 mm. Tabel 5.1 dibawah ini menunjukkan nilai TEM terkecil untuk pengukuran mesiodistal dan bukolingual mahkota gigi molar satu rahang atas pada laki-laki dan perempuan. Data dengan nilai TEM terkecil ini yang akan digunakan untuk penelitian selanjutnya. Tabel 5.1. Hasil Uji Dahlberg dengan Nilai TEM terkecil Ukuran
Jenis Kelamin Laki-Laki
Perempuan
BL Kanan
0.038
0.037
BL Kiri
0.030
0.035
MD Kanan
0.027
0.033
MD Kiri
0.034
0.031
Nilai TEM terkecil untuk pengukuran pada gigi molar satu rahang atas laki-laki yaitu, lebar bukolingual kanan dengan nilai TEM 0.038, lebar bukolingual kiri dengan nilai TEM 0.030, lebar mesiodistal kanan dengan nilai TEM 0.027, dan lebar mesiodistal kiri dengan nilai TEM 0.034. Nilai TEM terkecil untuk pengukuran pada gigi molar satu rahang atas perempuan yaitu, lebar bukolingual kanan dengan nilai TEM 0.037, lebar bukolingual kiri dengan nilai TEM 0.035 dan lebar mesiodistal kanan dengan nilai TEM 0.033, serta lebar mesiodistal kiri dengan nilai TEM 0.031. Setelah nilai reliabilitas dihitung, langkah selanjutnya adalah menghitung ratarata pengukuran mesiodistal dan bukolingual mahkota gigi molar satu rahang atas pada laki-laki dan perempuan. Kemudian, menguji signifikansi perbedaan antara ukuran bukolingual dan mesiodistal mahkota gigi molar satu rahang atas laki-laki dan perempuan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji statistik independent sample t-test.
Studi mengenai..., Nuri Lathifah, FKG UI, 2013
Tabel 5.2. Hasil Rata-Rata Ukuran Mesiodistal dan Bukolingual Mahkota Gigi Molar Satu Rahang Atas pada Laki-Laki dan Perempuan
Jenis Kelamin Ukuran
̅ laki-laki + SD (mm)
̅ perempuan + SD
p value
(mm)
BL Kanan
11.707 + 0.634
11.027 + 0.577
< 0.001
BL Kiri
11.598 + 0.667
10.916 + 0.586
<0.001
MD Kanan
10.755 + 0.588
10.497 + 0.562
0.0437
MD Kiri
10.725 + 0.551
10.328 + 0.525
<0.001
Keterangan: ̅ SD
= Rata-rata = Standar deviasi Tabel 5.2 memperlihatkan hasil statistik deskriptif pada pengukuran lebar
bukolingual dan mesiodistal mahkota gigi molar satu rahang atas. Rata-rata lebar bukolingual yaitu 11.027 mm (kanan) dan 10.916 mm (kiri) pada perempuan, sedangkan pada laki-laki yaitu, 11.707 mm (kanan) dan 11.598 mm (kiri). Rata-rata lebar mesiodistal yaitu 10.497 mm (kanan) dan 10.328 mm (kiri) pada perempuan, sedangkan pada laki-laki yaitu, 10.755 mm (kanan) dan 10.725 mm (kiri). Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata ukuran gigi laki-laki lebih besar daripada ukuran gigi perempuan. Hasil T-tes pada tabel 5.2. menunjukkan bahwa seluruh ukuran mahkota gigi molar satu rahang atas, baik bukolingual kanan dan kiri maupus mesiodistal kanan dan kiri, antara laki-laki dan perempuan adalah berbeda secara signifikan (p < 0.05). Selanjutnya, untuk menentukan nilai referensi yang akan membedakan lakilaki dan perempuan, dalam penelitian ini digunakan metode yang digunakan oleh Rao, et al. (1989), dengan rumus sebagai berikut: Nilai referensi =
[(̅̅̅̅
) (̅̅̅̅
)
Keterangan: xl
= rata-rata ukuran gigi laki-laki
xp
= rata-rata ukuran gigi perempuan
SD
= standar deviasi
Studi mengenai..., Nuri Lathifah, FKG UI, 2013
Setelah didapatkan nilai referensi, dilakukan uji ketepatan antara pengukuran lebar mesiodistal dan bukolingual pada masing-masing sampel dengan nilai referensinya. Hasil penghitungan dan uji ketepatan ukuran mesiodistal dan bukolingual gigi molar satu rahang atas tertera pada tabel dibawah ini. Tabel 5.3 Nilai Referensi Ukuran Mesiodistal dan Bukolingual Gigi Molar Satu Rahang Atas dan Ketepatan Penentuan Jenis Kelamin Berdasarkan Nilai Referensi yang didapat Ukuran
Nilai Referensi (mm)
BL Kanan
11.34
BL Kiri
11.22
MD Kanan
10.61
MD Kiri
10.51
Keterangan:
Jenis Kelamin
Ketepatan (%)
P L P L P L P L
76.67 70 73.33 60 56.67 50 60 73.33
L = Laki – laki P = Perempuan Berdasarkan hasil pada tabel 5.3, nilai referensi ukuran bukolingual kanan yaitu 11.34 mm, bukolingual kiri yaitu 11.22 mm. Sedangkan nilai referensi ukuran mesiodistal kanan yaitu 10.61 mm, dan mesiodistal kiri yaitu10.51 mm. Persentase keakuratan penentuan jenis kelamin berdasarkan pengukuran lebar bukolingual mahkota gigi molar satu rahang atas pada perempuan yaitu 76.67% (gigi kanan) dan 73.33% (gigi kiri), sedangkan pada laki-laki yaitu 70% (gigi kanan) dan 60% (gigi kiri). Persentase keakuratan penentuan jenis kelamin berdasarkan pengukuran lebar mesiodistal mahkota gigi molar satu rahang atas pada perempuan yaitu, 56.67% (gigi kanan) dan 60% (gigi kiri), sedangkan pada laki-laki yaitu, 50% (gigi kanan) dan 73.33% (gigi kiri). Pembahasan Penelitian
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
penentuan
jenis
kelamin
berdasarkan ukuran mesiodistal dan bukolingual mahkota gigi molar satu rahang
Studi mengenai..., Nuri Lathifah, FKG UI, 2013
atas, serta untuk menetapkan nilai referensi untuk menentukan jenis kelamin berdasarkan ukuran gigi molar satu rahang atas. Sampel penelitian dipilih dalam rentang usia 14-24 tahun. Pada usia 14 tahun, gigi sudah erupsi sempurna seluruhnya kecuali gigi molar tiga. Penentuan rentang usia ini dilakukan untuk kemudahan dalam mencari sampel. Pada penelitian ini, diukur lebar terbesar dari bukolingual dan mesiodistal mahkota gigi molar satu rahang atas pada 60 model studi rahang atas pasien RSGM-P FKG UI. Pengukuran dilakukan oleh dua pengamat sebanyak dua kali pengukuran dalam waktu yang berbeda. Uji reliabilitas keakuratan seluruh hasil pengukuran dilakukan dengan menggunakan formula Dahlberg. Menurut formula Dahlberg, nilai toleransi pengukuran yang dapat diterima, measurement tolerance (MT), untuk pengukuran tulang dan gigi adalah sebesar 1 mm. Hasil uji realibilitas pada penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh nilai TEM (Technical Error of Measurement) adalah < 1 mm yang artinya seluruh data pada penelitian ini dapat diterima. Data yang dipakai untuk perhitungan selanjutnya adalah rata-rata dari data yang memiliki nilai TEM terkecil yang dimuat pada tabel 5.1. Berdasarkan tabel 5.1, nilai TEM terkecil untuk pengukuran pada gigi molar satu rahang atas laki-laki yaitu, lebar bukolingual kanan dengan nilai TEM 0.038, lebar bukolingual kiri dengan nilai TEM 0.030, lebar mesiodistal kanan dengan nilai TEM 0.027, dan lebar mesiodistal kiri dengan nilai TEM 0.034. Nilai TEM terkecil untuk pengukuran pada gigi molar satu rahang atas perempuan yaitu, lebar bukolingual kanan dengan nilai TEM 0.037, lebar bukolingual kiri dengan nilai TEM 0.035 dan lebar mesiodistal kanan dengan nilai TEM 0.033, serta lebar mesiodistal kiri dengan nilai TEM 0.031. Setelah penghitungan realibilitas data, dilakukan penghitungan rata-rata lebar mesiodistal dan bukolingual gigi molar satu rahang atas. Hasil penghitungan pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa rata-rata ukuran mahkota gigi laki-laki baik dari lebar bukolingual maupun lebar mesiodistal lebih besar daripada gigi perempuan. Selain itu, dapat dilihat juga bahwa rata-rata lebar bukolingual lebih besar dari lebar mesiodistal. Rata-rata lebar bukolingual pada gigi perempuan yaitu 11.027 mm (gigi kanan) dan 10.916 mm (gigi kiri), sedangkan pada gigi laki-laki yaitu, 11.707 mm (gigi kanan) dan 11.598 mm (gigi kiri). Rata-rata lebar mesiodistal pada gigi
Studi mengenai..., Nuri Lathifah, FKG UI, 2013
perempuan yaitu 10.497 mm (gigi kanan) dan 10.328 mm (gigi kiri), sedangkan pada gigi laki-laki yaitu, 10.755 mm (gigi kanan) dan 10.725 mm (gigi kiri). Pada penghitungan rata-rata ini, dilakukan uji statistik menggunakan independent t-test untuk mengetahui signifikansi perbedaan rata-rata ukuran gigi molar satu rahang atas laki-laki dan perempuan. Hasil uji statistik (tabel 5.2) menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada seluruh ukuran dimensi mahkota gigi molar satu rahang atas antara laki-laki dan perempuan dengan p < 0,05. Perbedaan rata-rata dan signifikansi ukuran mahkota gigi molar satu rahang atas antara laki-laki dan perempuan ini sesuai dengan beberapa penelitian yang dilakukan oleh V. Sonika et al.5; Rai B et al.; Suazo GI et al, yang menyatakan bahwa ukuran gigi laki-laki lebih besar dari gigi perempuan dalam semua dimensi. Perbedaan ukuran ini bisa disebabkan karena perbedaan ketebalan dentin dimana dentin pada gigi laki-laki cenderung lebih tebal daripada gigi perempuan. Ketebalan dentin ini dipengaruhi oleh adanya kromosom Y yang meningkatkan potensi mitosis pada benih gigi dan menginduksi dentinogenesis, sedangkan kromosom X menginduksi amelogenesis.5 Pada penelitian ini didapatkan nilai referensi yang digunakan sebagai nilai acuan untuk menentukan jenis kelamin berdasarkan ukuran mahkota gigi molar satu rahang atas. Hasil penghitungan nilai referensi terlihat pada tabel 5.3. Jika hasil pengukuran mesiodistal atau bukolingual gigi molar satu rahang atas lebih besar dari nilai referensinya, maka jenis kelamin individu tersebut adalah laki-laki. Sebaliknya, jika hasil pengukurannya lebih kecil dari nilai referensi, maka jenis kelamin individu tersebut adalah perempuan. Nilai referensi bukolingual kanan yaitu 11.34 mm, bukolingual kiri yaitu 11.22 mm, mesiodistal kanan yaitu 10.61 mm, dan mesiodistal kiri yaitu 10.51 mm (tabel 5.3). Pada tabel 5.3 juga dapat dilihat persentase ketepatan penentuan jenis kelamin menggunakan nilai referensi yang didapat. Ketepatan menggunakan ukuran bukolingual kanan yaitu sebesar 76.67% untuk perempuan, dan 70% untuk laki-laki. Ketepatan menggunakan ukuran bukolingual kiri yaitu sebesar 73.33% untuk perempuan, dan 60% untuk laki-laki. Pada dimensi mesiodistal, ketepatan ukuran mesiodistal kanan yaitu 56.67% untuk perempuan, dan 50% untuk laki-laki, sedangkan ketepatan ukuran mesiodistal kiri yaitu 60% untuk perempuan, dan 73.33% untuk laki-laki.
Studi mengenai..., Nuri Lathifah, FKG UI, 2013
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa persentase ketepatan penentuan jenis kelamin berdasarkan ukuran bukolingual gigi molar satu rahang atas lebih besar dibandingkan ukuran mesiodistal. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Macaluso Jr. (2010); Suazo GI (2008), yang menyatakan bahwa ketepatan prediksi jenis kelamin melalui lebar bukolingual yaitu sebesar 70.5% pada perempuan, dan 76.2% pada laki-laki. Ketepatan penentuan jenis kelamin tertinggi yaitu dari ukuran bukolingual kanan mahkota gigi molar satu rahang atas. Penelitian lain yang dilakukan pada populasi India juga menyatakan bahwa lebar bukolingual kanan mahkota gigi molar satu rahang atas memiliki tingkat ketepatan yang tinggi, dengan nilai referensi 10.7 mm. Pada penelitian tersebut tingkat ketepatan penentuan jenis kelamin laki-laki yaitu 100%, sedangkan perempuan 82%.14 Kesimpulan 1. Ukuran mesiodistal dan bukolingual gigi molar satu rahang atas pada laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan. 2. Didapatkan nilai referensi ukuran bukolingual gigi molar satu rahang atas kanan 11.34 mm, bukolingual kiri 11.22 mm, mesiodistal kanan 10.61 mm, dan mesiodistal kiri 10.51 mm. 3. Dengan menggunakan nilai referensi tersebut, dapat ditentukan jenis kelamin. Jika hasil pengukuran lebih besar dari nilai referensinya, maka jenis kelaminnya adalah laki-laki. Jika hasil pengukuran lebih kecil dari nilai referensinya, maka jenis kelaminnya adalah perempuan. Saran Diperlukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan dari berbagai suku agar hasilnya dapat digunakan untuk penentuan jenis kelamin pada masyarakat Indonesia. Kepustakaan 1. Airlangga UA. Peran Dokter Gigi dalam Identifikasi Korban Bencana. 2008. http://www.unair.ac.id/berita.unair.php?id=963 (diunduh: 21 September 2012) 2.
Anwar Khumaini. Pentingnya Foto Gigi untuk Identifikasi Korban Sukhoi. 2012. http://www.merdeka.com/peristiwa/pentingnya-foto-gigi-untuk-identifikasi-korbansukhoi.html (diunduh: 21 September 2012)
Studi mengenai..., Nuri Lathifah, FKG UI, 2013
3.
Kaushal S, Patnaik VVG, Agnihotri G. Mandibular Canines in Sex Determination. J. Anat. Soc. India, 2003. 119-124.
4.
Boaz K, Gupta C. Dimorphism in Human Maxillary and Mandibular Canines in Establishment of Gender. Journal of Forensic Dental Sciences, 2009. 42-44.
5.
V. Sonika, et al. Sexual Dimorphism in the Permanent Maxillary First Molar: A Study of the Haryana Population (India). Journal of Forensic Odontostomatology, 2011. 37-43
6.
Dempsey PJ, Townsend GC. Genetic and Enviromental Contributions to Variation in Human Tooth Size. Heredity, 2001; 86(6). 685-693
7.
Kieser JA. Human Adult Odontometric. In: The Study of Variation in Adult Tooth Size. Cambridge University Press, 1990
8.
Acharya AB, Mainali S. Univariate Sex Dimorphism in Napalese Dentition and the Use of DIscriminant Functions in Gender Assesment. Forensic Science International, 2007; 173(1). 47-56
9.
Eboh, DEO. A Dimorphic Study of Maxillary First Molar Crown Dimensions of Urhobos in Abraka, South-Southern Nigeria. J. Morphol. Sci., 2012; 29(2). 96100
10. Atmadja
DS.
Peranan
Odontologi
Forensik
dalam
Penyidikan.
2004.
http://odontologiforensikinvestigasi.blogspot.com/ (diunduh: 28 September 2012) 11. Ferizka, GN. Identifikasi Perbedaan Laki-Laki dan Perempuan Melakui Indeks Kaninus Rahang Bawah pada Mahasiswa Suku Sunda FKG UNPAD Angkatan 2007-2009. 2012. 12. Suazo GI, et al. Sexual Dimorphism in Mesiodistal and Bucolingual Tooth Dimensions in Chilean People. Int. J. Morphol., 2008; 26(3). 609-614 13. Macaluso Jr, PJ. Sex Discrimination Potential of Permanent Maxillary Molar Cusp Diameters. Journal of Forensic Odonto-Stomatology, 2010. Vol.28(1). 22-31. 14. Rai, B., Jain, RK., et al. Importance of Maxillary First Molar for Sex Determination. The Internent Journal of Dental Science. 2007. Vol. 4, no.2 15. Rai, B., Annand, SC., Dhattarwal SK. Sex Determination from Tooth. 2008. Vol. 8, no.1 16. Djohansyah L. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi Forensik. 3 ed. Jakarta: CV Sagung Seto; 2006.
Studi mengenai..., Nuri Lathifah, FKG UI, 2013
17. Gadro SA. Peran Odontologi Forensik Sebagai Salah Satu Sarana Pemeriksaan Identifikasi
Jenasah
Tak
Dikenal.
Berkala
Ilmu
Kedokteran.
1999
September;31(3):195-9. 18. Pretty, AI., Sweet D. The Role of Teeth in the Determination of Human Identity. British Dental Journal. 2001. Vol. 190. No. 7 19. Slavkin HC. Sex, Enamel, and Forensic Dentistry: A Search for Identity. J Am Dent Assoc. 1997. 128:1021-5 20. Astete, JC., San Pedro, VJ., Suazo, GI. Sexual Dimorphism in the Tooth Dimensions of Spanish and Chilean Peoples. Int. J. Odontostomat., 3(1): 47-50. 2009 21. Patil, K., Mahima, VG., Pratibha, RRM. Bucco-lingual Dimension of Teeth - An Aid in Sex Determination. Journal of Forensic Dental Science. Vol.1, Issue 2. 2009 22. Acharya AB, Mainali S. Sex Discrimination Potential of Buccolingual and Mesiodistal Tooth Dimensions. J. Forensic Sci. 2008 Jul;53(4):790-2 23. Prabhu S, Acharya AB. Odontometric sex assessment in Indians. Forensic Sci Int. 2009 Nov 20;192(1-3):129.e1-5 24. Acharya AB, Mainali S. Limitations of The Mandibular Canine Index in Sex Assesment. Journal of Forensic and Legal Medicine. 2008; 16(2): 67-9 25. Garn, Sm., Lewis, AB. Buccolingual Size Asymmetry and its Developmental Meaning. Angle Orthod. 1967. Vol. 37, no.1. p:186-193 26. Hemanth M, Vidya M, Nandaprasad, Bhavana VK. Sex Determination Using Dental Tissue. Yenepoya Dental College. 2008. Vol. 8, No.2 27. Bassendale, M. Disaster Victim Identification After Mass Fatality Events. Royal Roads University. 2009 28. Frayer, DW., Wolpoff, MH. Sexual Dimorphism. Ann. Rev. Anthropol. 1985. 14:429-73 29. Hattab, NF., Al-Momani, AS., Yassin, OM. Odontometric Study of Decidious and Permanent Teeth in Jordanians. Dental News. 1997. Vol. IV, No. 4
Studi mengenai..., Nuri Lathifah, FKG UI, 2013