STUDI KORELASI ANTARA PENDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH KOTA SALATIGA TAHUN AJARAN 2009-2010 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh ACHMAD ROFIKI NIM. 11105062
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAN NEGERI SALATIGA 2010
PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara: Nama
: Achmad Rofiki
NIM
: 11105062
Jurusan / Progdi
: Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
Judul
: STUDI KORELASI ANTARA PENDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH KOTA SALATIGA TAHUN AJARAN 2009-2010
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 11 Agustus 2010 Pembimbing
Muna Erawati, M. Si NIP: 197512181999032002
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Achmad Rofiki
NIM
: 11105062
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan hasil jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiyah.
Salatiga, 11 Juli 2010 Yang menyatakan,
Achmad Rofiki
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sebaik-baik manusia adalah yang banyak manfaatnya (al-Hadist) Ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh (Albert Einstein) Seseorang tidak akan bisa mencintai sesuatu dengan benar kalau tidak mengenal objeknya (soe Hok Gie)
PERSEMBAHAN Karya ini kudedikasikan kepada: 1. Ayah dan ibuku tercinta 2. "Lippong" dan kekasih halalnya, adiku Alfi dan sanak saudaraku 3. Sahabat kampus: "Gus Dur", Ali, "Tejo", Taufik, Nining, A'yun dan cs-nya 4. Sahabat lintas kampus: "Bengbeng", Fany, Rony, Ulee dan rina 5. Sahabat IM2 Community dan NA Militan Funs Club 6. Teman-teman STAIN 05 7. Almamaterku tercinta
v
PRAKATA
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul: Studi Korelasi Antara Pendisiplinan Belajar Di Rumah Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah Kota Salatiga Tahun Ajaran 2009-2010” guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Tarbiyah. Penulis menyadari memperoleh banyak bimbingan, dukungan dan arahan dari banyak pihak dalam menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih yang tak terhingga kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Kepala STAIN Salatiga. 2. Muna Erawati, M. Si. selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis. 3. Yudi Haryono, S. Pd. selaku Kepala SMP Muhammadiyah Kota Salatiga ang telah memberikan ijin penelitian 4. Bambang Sismoyo, S.Ag. selaku Waka Kurikulum SMP Muhammadiyah dan Mursyidatunni’mah, S.Ag selaku Wali Kelas VIII yang telah memberikan informasi, data sekaligus pengarahan dalam penyususnan skripsi. 5. Ayah dan ibu tercinta yang telah berikhtiyar dan berdo’a untuk menunjang kelancaran kegiatan belajar penulis. 6. Para Dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu selama masa kuliah.
vi
7. Seluruh teman-teman angkatan 2005. Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca pada umumnya. Amiin.
Salatiga, 20 Agustus 2010 Penulis
Achmad Rofiki
vii
ABSTRAK Rofiki, Achmad. 2010. Studi Korelasi Antar Pendisiplinan Belajar di Rumah Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah Kota Salatiga Tahun Ajaran 2009-2010. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Muna Erawati, S. Psi., M. Si. Kata kunci: Pendisiplinan belajar, Prestasi belajar, Orang tua. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui korelasi antara peran orang tua dalam mendisiplinkan belajar anaknya di rumah dengan prestasi belajar yang diraihnya di sekolah. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana tingkat pendisiplinan belajar anak yang diterapkan orang tua di rumah (2) Bagaimana prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Kota Salatiga tahun ajaran 2009-2010 dan (3) Adakah korelasi pendisiplinan belajar di rumah dengan prestasi belajar siswa? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial uji korelasional. Tujuan penelitian ini untuk (1) mendeskripsikan pendisiplinan belajar anak yang diterapkan orang tuanya di rumah, (2) mendeskripsikan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Kota Salatiga tahun ajaran 2009-1010, dan (3) mengetahui korelasi pendisiplinan belajar anak di rumah dengan prestasi belajarnya. Dari penelitian ini diketahui seberapa tinggi frekuensi pendisiplinan waktu belajar, pengawasan belajar dan manajemen belajar yang diterapkan orang tua terhadap kegiatan belajar anaknya di rumah. Hasil penelitian menginformasikan bahwa pendisiplinan belajar yang diterapkan orang tua di rumah termasuk dalam kategori sedang dengan interval 35-40 dan rata-rata 35,65. Sedangkan prestasi belajar siswa telah mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan pihak sekolah dengan jumlah rerata masing-masing 73,34 dan 65,78. Hasil uji korelasional kedua variabel di atas menyatakan bahwa pengaruh pendisiplinan belajar di ruamh terhadap prestasi belajar siswa sebesar 15%. Di samping hasil korelasional di atas, penulis menginformasikan empat gaya pendisiplinan belajar yang diterapkan orang tua di rumah, antara lain authoritative (26,44%), democratic (34,48%), permissive-indulgent (26,44%) dan permissive-indifferent (12,64%).
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN ..............................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...........................................................
v
KATA PENGANTAR .............................................................................
vi
ABSTRAK ...............................................................................................
viii
DAFTAR ISI ............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
xiii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ...........................................................
1
B. Rumusan masalah ....................................................................
5
C. Tujuan penelitian ..................................................................... 5 D. Manfaat penelitian ...................................................................
6
E. Sistematika penulisan ..............................................................
7
BAB II : KERANGKA TEORI A. Landasan teoretis...................................................................... 9 1. Peran orang tua dalam pendidikan anak ............................ 9 2. Pengertian disiplin belajar .................................................
ix
11
3. Faktor-faktor penentu gaya pendidiplinan ......................... 13 4. Efektivitas pendisiplinan ...................................................
18
5. Pengertian prestasi belajar ................................................. 20 6. Hal-hal yang mempengaruhi prestasi belajar ..................... 24 B. Hubungan pendisiplinan belajar dengan prestasi belajar ......... 32 BAB III : METODE PENELITIAN A. Operasionalisasi variabel .......................................................... 35 B. Populasi dan sampel penelitian ................................................ 36 C. Lokasi dan waktu penelitian ..................................................... 36 D. Teknik pengumpulan data ........................................................ 37 E. Instrumen pengukuran .............................................................. 37 F. Teknik analisis data .................................................................. 40 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum karakteristik subjek penelitian ..................... 42 B. Validitas dan Reliabilitas......................................................... 45 C. Deskripsi hasil penelitian ......................................................... 51 D. Analisis data ............................................................................. 58 E. Uji korelasional ........................................................................ 60 F. Pembahasan dan temuan lain ................................................... 61 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 66 B. Saran ......................................................................................... 68
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Populasi penelitian .............................................................. 36
Tabel 2
Karakteristik demografis ayah .............................................42
Tebel 3
Karakteristik demografis ibu ................................................42
Tebel 4
Keadaan orang tua ................................................................43
Tebel 5
Tempat tinggal objek penelitian ...........................................44
Tebel 6
Persentase informan .............................................................44
Tebel 7
Total jawaban per item kuesioner ........................................46
Tebel 8
Olah data item kuesioner .....................................................46
Tebel 9
Skor item kuesioner dan kuadratnya ....................................49
Tebel 10
Klasifikasi kategori model lama ...........................................51
Tebel 11
Jumlah skor kuesioner dan reratanya ................................... 51
Tebel 12
Distribusi frekuensi pendisiplinan belajar ........................... 52
Tebel 13
Interval dan klasifikasi .........................................................54
Tabel 14
Jumlah nilai pretasi belajar dan reratanya ............................ 55
Tebel 15
Distribusi frekuensi prestasi belajar .................................... 56
Tebel 16
Nilai KKM tiap kelas .......................................................... 57
Tebel 17
Koefisien korelasi antar variabel ..........................................58
xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Angket kuesioner model Likert
Lampiran 2
Raw data variabel pendidiplinan belajar di rumah
Lampiran 3
Raw data variabel prestasi belajar siswa
Lampiran 4
Perhitungan validitas dan reliabilitas
Lampiran 5
Nilai korelasional product moment
Lampiran 6
Koefisien variabel X dan Y
Lampiran 7
Lembar konsultasi
Lampiran 8
Daftar SKK
Lampiran 9
Surat penelitian
Lampiran 10 Daftar riwayat hidup
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Kerangka berfikir .................................................................32
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah adalah lingkungan pertama dimana lingkungan-lingkungan terkecil tumbuh: inilah lingkungan yang di situ kecenderungan, sikap dan kepribadian anak-anak dibentuk (Muhammad Ali al-Hasyimi, 2003:130). Seluruh gerakgerik, tutur kata, sikap kebiasaan orag tua dan seluruh proses interaksi antar anggota keluarga adalah lahan subur pembinaan kepribadian anak agar menjadi pribadi yang utuh, apakah sebagai „si fulan‟ ataukah sebagai „si Achmad‟. Tujuan esensial pendidikan umum adalah mengupayakan subjek didik menjadi pribadi yang utuh dan terintegrasi (Moh. Shocib, 1998:1). Untuk mencapai tujuan itu, maka tugas dan tanggung jawab keluarga (orang tua) adalah menciptakan situasi dan kondisi yang dapat dimengerti, dipahami dan bisa diterapkan oleh anak-anak. Adapun Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang (1991:313) memaparkan bahwa tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan anak berikutnya, agar anak dapat berkembang secara baik. Anak adalah peniru yang ulung, dimana sering terlihat di antara mereka berlaga sebagai Naruto, Power Rangers atau apa pun yang diidolakannya. Hal itu merupakan potensi yang bisa dimaksimalkan orang tua dengan melakukan proses modelling „percontohan‟ dan pembiasaan yang didasarkan pada nilai
2
dan norma. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pendekatan, metode, model atau cara yang tepat dalam penerapannya. Agar menjadi orang tua yang efektif, Laurence Steinberg (2005:102) mengatakan: Anda harus memahami pemikiran seseorang yang seusia dengan anak Anda. Anda harus memahami cara dia berpikir, apa yang dia rasakan, dan apa yang dia alami pada masa perkembangannya ini karena kemungkinan besar pikirannya, perasaannya, dan kecemasannya telah berubah- bahkan mungkin dalam enam bulan terakhir. Berdasarkan pernyataan Steinberg di atas, penulis bermaksud untuk mengakaji disiplin belajar di rumah yang diterapkan orang tua siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Salatiga. Disiplin belajar di rumah yang diterapkan orang tua perlu diteliti pengaruh dan efektivitasnya bagi perkembangan anak. Hal ini terkait dengan keselarasan penerapan disiplin belajar dengan cara berpikir anak, perasaan anak dan hal-hal yang dihadapi anak. Menurut hemat penulis, siswa SMP adalah remaja yang memasuki masa pubertas, salah satu ciri yang menonjol dari remaja yang mempengaruhi relasinya dengan orang tua adalah perjuangan untuk memperoleh otonomi, baik secara fisik dan psikologis (Desmita, 2007:217). Seiring dengan terjadinya perubahan kognitif pada masa remaja, perbedaan ide-ide yang dihadapi sering mendorongnya untuk melakukan pemeriksaan terhadap nilainilai dan pelajaran-pelajaran yang didapatkan dari orang tua. Anak adalah pelajar yang dididik oleh guru di sekolah sekaligus berkedudukan sebagai subjek didik orang tua di rumah. Masa anak menuju remaja membuat orang tua prihatian terhadap penyalahgunaan kebebasan yang
3
ada. Rokok, game, obat-obat terlarang, pergaulan bebas, bahaya teman sebaya dilihat sebagai ancaman bagi perkembangan pendidikan anak, sehingga orang tua mulai menerapkan batasan. Ketika kebebasan diambil dan mulai banyak dikendalikan orang tua, perasaan dikekang dan dibatasi muncul hingga mendorong mereka untuk melawan dan menentang. Adapun orang tua yang cemas dengan ancamanancaman luar mungkin banyak menghukum dan makin mempersempit batas, sehingga pada batas tertentu bisa mengakibatkan pemberontakan yang lebih besar. Praktek yang sama juga nampak dalam pendidikan formal di sekolah. Terhitung sejak diberlakukannya Ujian Nasional (UN) sebagai syarat kelulusan sekolah, spontan orang tua merubah kebiasaan-kebiasaan yang selama ini berlangsung. Rutinitas belajar yang dijalani di sekolah dan belajar kelompok ditambah dengan belajar tambahan di lembaga-lembaga pendidikan seperti PRIMAGAMA, NEUTRON dan les atau privat. Ada juga orang tua yang merespon positif adanya UN. Bagi mereka UN adalah alat yang bisa memacu motivasi anak untuk belajar lebih giat lagi, jadi bukan “momok” yang harus ditakuti. Orang tua semacam ini cenderung mendukung dari belakang dengan memberi fasilitas belajar yang bisa mendukung kesuksesan anaknya. Jadi, faktor intern seperti membangun motivasi lebih dimaksimalkan untuk menciptakan kesadaran diri anak akan kebutuhan dan tunggung jawabnya.
4
Tidak menampik kemungkinan pula di antara orang tua siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah yang tidak responsif terhadap perihal pendidikan anaknya. Mungkin karena kesibukan kerja, karena minimnya pendidikan dan pemahamannya, atau juga karena kesempatan dan kemampuan yang terbatas. Deskripsi-deskripsi di atas adalah gambaran umum kepribadian orang tua. Pendisiplinan belajar anak terkait dengan pola asuh dan pola kepemimpinan orang tua, karena disiplin adalah bagian kecil metode yang mendukung kesuksesan berumah tangga. Disiplin belajar anak yang diterapkan orang tua di rumah adalah usaha yang baik. Akan tetapi usaha itu perlu mendapat perhatian, karena suatu metode tidak akan efektif bila tidak tepat penerapannya. Seperti haranpan orang tua ‟‟anakku harus menjadi juara kelas tahun ini” adalah harapan yang sangat mulia, akan tetapi bila harapan itu dipaksakan dengan menerapkan disiplin ketat, tanpa memperhatikan dampak psikologis “anak dan remaja”, maka bisa menimbulkan problematika di kelak hari. Steinberg (2005:103) mengatakan, “Anda tidak tengah berperang yang tujuannya adalah bertahan sambil memaksa anak untuk menyesuaikan diri dengan harapan Anda. Percayalah, jika Anda mengasuh dengan cara ini maka Anda akan membuat diri Anda dan anak sengsara”. Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan bahwa anak adalah subjek didik yang dididik agar menjadi insan kamil (Achmadi, 1992:20) „manusia seutuhnya‟. Sedangkan orang tua sebagai fasilitator yang menyediakan alat seperti penerapan disiplin belajar, disiplin beribadah dan
5
disiplin
diri
yang
tujuannya
adalah
memudahkan
anak
mencapai
kesempurnaan diri. Prestasi belajar merupakan harapan orang tua yang selaras dengan proses penyempurnaan, secara teoretis metode pendisiplinan belajar yang diterapkan orang tua akan berdampak pada prestasi belajar anaknya. Oleh karena itu penulis menjadikan pendisiplian belajar yang diterapkan orang tua sebagai tolok ukur keberhasilannya terhadap pencapaian pretasi belajar siswa di sekolah. Pendisiplinan belajar dalam penulisan ini berarti disiplin belajar yang diterapkan orang tua dalam rangka menciptakan suasana belajar anak yang lebih efektif dan efisien. Dengan membiasakan cara hidup berdisiplin dalam belajar, seorang anak akan memahami disiplin sebagai norma yang wajib dilaksanakan. Adapun aspek-aspek pendisiplinan belajar di rumah adalah pengawasan orang tua, pendisiplinan waktu belajar dan manajemen waktu. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat pendisiplinan belajar anak di rumah. 2. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Kota Salatiga tahun ajaran 2009-2010. 3. Adakah korelasi antara pendisiplinan belajar anak di rumah dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Kota Salatiga 2009-2010. C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan pendisiplinan belajar anak yang diterapkan orang tuanya di rumah.
6
2. Untuk
mendeskripsikan prestasi
belajar
siswa kelas VIII
SMP
Muhammadiyah Kota Salatiga 2009-2010. 3. Untuk mengetahui korelasi antara pendisiplinan belajar anak di rumah dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Kota Salatiga 2009-2010. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, semoga dengan penelitian ini dapat menambah wawasan tentang pendisiplinan belajar dan efektivitasnya bagi perkembangan anak pada umumnya. 2. Bagi akademik, semoga dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi kemajuan pendidikan dan pembendaharaan pustaka, sekaligus menjadi bahan acuan dalam pembekalan mahasiswa di kampus terkait teori dan prakteknya. 3. Bagi pihak sekolah, memberikan deskripsi tentang kepribadian siswa secara komprehensif. Dengan mengetahui psikologis siswa, guru bisa lebih mudah dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Terlebih bagi guru Bimbingan Konseling (BK) dan bagian kesiswaan bisa melakukan pendekatan pribadi terkait dengan siswa yang mengalami kesulitan belajar karena pengaruh lingkungan rumah tangganya. Secara lebih luas bisa dijadikan upaya kerja sama antara pihak sekolah dan orang tua dalam menyempurnakan pendidikan anak.
7
4. Bagi peneliti lanjutan, sebagai bahan acuan dan tolok ukur sebuah penelitian agar tepat sasaran dan menjadi nilai lebih yang bisa memberi manfaat (kerja sama) antar civitas akademika. 5. Bagi orang tua, semoga penelitian ini bisa diambil hikmahnya serta dijadikan tolok ukur terhadap peran yang telah diberikan orang tua dalam menciptakan pendidikan anak yang lebih baik, khususnya pendisiplinan belajar dan prestasi belajarnya. 6. Bagi siswa, diharapkan dari penelitian ini siswa bisa mengungkapkan halhal yang mereka harapkan serta hal-hal yang menghambat mereka untuk belajar. Dengan demikian, hambatan dan harapan anak bisa tersampaikan kepada pihak-pihak terkait agar bisa melakukan perbaikan untuk kemaslahatan bersama. E. Sistematika penulisan A. BAB I. PENDAHULUAN Berisi tentang : Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Sistematika penulisan B. BAB II. KERANGKA TEORI Berisi tentang : Landasan teoretis, Kerangka berpikir, Hipotesis C. BAB III. METODE PENELITIAN Berisi : Operasionalisasi variabel, Populasi dan sampel penelitian, Lokasi dan waktu penelitian, Teknik pengumpulan data, Instrumen pengukuran, Teknik analisis data.
8
D. BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN Berisi tentang : Gambaran umum karakteristik subjek penelitian, Validitas dan reliabilitas, Deskripsi hasil penelitian, Pengujian hipotesis, Pembahasan hasil uji hipotesis dan temuan-temuan lain dari penelitian. E. BAB V. PENUTUP Berisikan : Kesimpulan dan saran.
9
BAB II KERANGKA TEORI A. Landasan Teoretis 1. Peran orang tua dalam pendidikan anak Jalur pendidikan bisa diklasifikasi menjadi tiga, yaitu pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan formal dan nonformal adalah lembaga pendidikan berstruktur yang disengaja, sedangkan pendidikan keluarga adalah pendidikan informal yang yang tidak terikat dan sifatnya mandiri. Rumah adalah lingkungan pertama dimana lingkunganlingkungan
terkecil
tumbuh:
inilah
lingkungan
yang
di
situ
kecenderungan, sikap dan kepribadian anak-anak dibentuk (Muhammad Ali al-Hasyimi, 2003:130). Disebutkan dalam sabda Nabi Muhammad saw:
.(Muhammad Fuad Abd Al-Baqi, 1995:1211) 'Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah adab/tingkah laku mereka'. Hadist di atas mengisyaratkan urgensi pendidikan anak yang sejatinya merupakan tanggung jawab orang tua sebagai pendidik. Undang-undang SISDIKNAS (2007:21) pasal 7 Bab. IV tentang hak dan kewajiban orang tua menyatakan, “orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya”. Di tangan orang tua, masa depan
10
seorang anak ditentukan. Berbagai hal awalnya dibentuk dari keluarga, mulai dari kepribadian, sosialisasi, pengendalian diri, penyesuaian terhadap lingkungan sekitar, kemampuan berfikir, dan hal lain yang turut menunjang keberhasilan dan kemandirian seorang anak. Bila orang tua mampu menjalankan fungsi-fungsinya, pendidikan dan perkembangan anak akan terjamin. Hal ini dikarenakan anak adalah pelajar yang dididik guru di sekolah sedangkan di luar sekolah, orang tualah yang lebih berhak untuk memberi pengawasan, pengarahan dan percontohan yang baik. Pada hakikatnya, aktivitas sebuah keluarga didasarkan pada pembagian tugas, keseimbangan hidup bersama, pembentukan keturunan dan pendidikannya, serta upaya mewujudkan ketenangan dan ketenteraman (Ali Qaimi:1996:2). Hal ini juga dipertegas oleh Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang (1991:312) dengan pernyataan,
“tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar
bagi
perkembangan anak berikutnya, agar anak dapat berkembang secara baik”. Deskripsi orang tua yang baik menurut Bryan Lask (1989:164) adalah mereka yang dalam tugasnya mampu : a. memenuhi kebutuhan fisik yang paling pokok b. memberikan ikatan dan hubungan emosional c. memberikan suatu landasan yang kokoh d. membimbing dan mengendalikan perilaku e. memberikan berbagai pengalaman hidup yang normal f. mengajarkan cara berkomunikasi
11
g. membantu anak Anda menjadi bagian dari keluarga. Adapun hambatan-hambatan yang umumnya menjadi kendala dalam pendidikan keluarga adalah : a. anak kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua b. figur orang tua yang tidak mampu memberikan keteladanan pada anak c. sosial ekonomi keluarga yang kurang atau berlebihan yang tidak bisa menunjang belajar d. kasih sayang orang tua yang berlebihan sehingga cenderung untuk memanjakan anak e. orang tua tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak, tuntutan orang tua yang terlalu tinggi f. orang tua yang tidak bisa memberikan kepercayaan kepada anak g. orang tua yang tidak bisa membangkitkan inisiatif dan kreativitas kepada anak (Tim Pengembang MKDK IKIP Semarang, 1991:314315). 2. Pengertian disiplin belajar Untuk memperjelas pengertian disiplin, berikut ini beberapa definisi yang dikutip dari beberapa sumber : a. Secara etimologi, disiplin dalam bahasa Yunanai adalah diciplus yang artinya murid pengikut guru (Ahmadi dan Supriyono, 2004:174). Sedangkan disiplin dari bahasa Latin yaitu discere yang berarti belajar. Dari kata ini timbul kata disciplina yang berarti pengajaran atau
12
pelatihan (http://starawaji.wordpress.com). b. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:286) disiplin diartikan dengan: 1 tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dsb); 2 ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dsb); 3 bidang studi yang memiliki objek, sistem, dan metode tertentu. c. Pengertian disiplin menurut Kamus Oxford : 1 training, esp of the mind and character, to produce self-control, habits of obidience, etc. 2 the result of such training; order kept 3 set rules of conduct; be given method by which traing 4 punishment 5 branch of knowledge; subject of instruction (AS Hornby, 1987:244) d. Dalam Kamus Al-munjid, disiplin berarti :
(Al-maktabah As-syarqiyyah, 1986: 818) Kata nidzom adalah bentuk mashdar dari kata nadzoma yang berarti at-thoriq wa al-‘adah „metode dan kebiasaan‟. Adapun kata nudzumun adalah bentuk plural dari nidzom yang berarti ikatan yang mendisiplinkan/mengatur
sesuatu.Ada
beberapa
ungkapan
yang
memberikan arti luas terhadap pengertian disiplian, di antaranya: a. Imam Musbikin (2007:76) berkata ”disiplin berarti mendidik”. Mendidik adalah proses mendewasakan seseorang, baik aspek kognitif, psikomotorik maupun afektif. Ruang lingkup pendidikan meliputi pendidikan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan
13
merupakan upaya normatif dan adaptif dalam rangka mengantarkan subjek didik menjadi insan kamil ‟manusia sempurna‟ yang dikatakan Achmadi sebagai tujuan akhir pendidikan Islam. b. Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel (1984:7) menyatakan, disiplin adalah ”bibit yang menghasilkan kebebasan”. Orang yang berdisiplin pada hakikatnya tidak hidup dalam kekangan. Prinsip disiplin adalah perihal normatif yang logis. Mengingkari nilai, folk way, hukum dan norma berarti melawan suatu keharusan yang diapandang kebenaran, oleh sebab itu pelanggar disiplin selalu dikenakan sanksi sebagai bentuk konsekuensinya c. Istilah disiplin berarti penertiban dan pengawasan diri, penyesuaian diri terhadap aturan, kepatuhan terhadap perintah pemimpin, penyesuaian diri terhadap norma-norma kemasyarakatan (Ali Qaimi, 1996:234). d. Seorang penyair Arab mengatakan, "
"تنـظيمُ العـمل يوفـّـرُ نصفَ الوقت
„pendisiplinan aktivitas/pekerjaan berarti menghemat setengah waktu‟. Dengan pengertian ini, disiplin bisa diartikan dengan metode yang membuat segala urusan menjadi lebih efektif dan efisien Dari beberapa pengertian dan interpretasi disiplin di atas, penulis merumuskan hakikat pendisiplinan sebagai suatau metode yang diterapkan orang tua dengan cara pembiasaan yang diikat dengan konsekuensinya agar menumbuhkan pribadi yang sempurna. 3. Faktor-Faktor Penentu Gaya Pendisiplinan
14
Gaya pendisiplinan belajar yang diterapkan orang tua di rumah harus memperhatikan berbagai aspek kepribadian anak, sebagaimana Sylvia Rimm (2000: 49) menyatakan : Jika Anda terlalu dini dengan sikap kaku, anak kelas bisa menjadi penakut dan tak berani berekspresi. Kalau Anda bersikap negatif dan banyak menghukum, itu akan membuat anak menjadi pemarah dan agresif. Jika Anda terlalu banyak memberi kebebasan, akan mengarahkan anak menjadi implusif dan terlibat pergaulan bebas pada saat remaja. Kalau anak dibiarkan mengambil keputusan seperti orang dewasa terlalu dini, ia tak akan melakukannya dengan bijak dan kelak akan menyesali hal tersebut. Jika pada awalnya Anda terlalu memberikan kebebasan dan kemudian berusaha memegang kendali karena Anda merasa bahwa ia terlalu bebas, maka ini akan membuat anak menjadi remaja pemberontak. Banyak dasar perilaku tertanam sejak dalam keluarga, juga sikap dan kebiasaan. Faktor luar dari orang tuanya seperti ekonomi, adat istiadat, keadaan orang tunya, kesempatan dan cara memuaskan dirinya (Crow dan Crow, 1990:94). Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan
metode pendisiplinan yang diterapkan orang tua terhadap
belajar anaknya : a. Status Sosial Ekonomi Sataus sosial adalah posisi atau kedudukan seseorang ditempatkan. Status sosial sering diartikan dengan kekuasaan dan kedudukan serta kekuatan ekonomi. Weber merujuk pada status atau status sosial yang merupakan
prestige
yang
diberikan
berdasarkan
hal-hal
kemasyarakatan kepada orang yang menduduki posisi tertentu. Weber juga menunjuk pada kekuasaan, yakni kesanggupan memaksakan
15
kehendak seseorang kepada orang-orang lain (Mifflen dan Mifflen, 1986:227) Menurut
Barger
(http://organisasi.org)
kelas
sosial
adalah
stratifikasi sosial menurut ekonomi. Ekonomi dalam hal ini meliputi sisi pendidikan dan pekerjaan, karena pada zaman sekarang pendidikan dan
pekerjaan
sangat
mempengaruhi
kekayaan/perekonomian
seseorang. Status sosial orang tua tentunya beragam, ada yang menjadi pejabat, buruh dan juga pekerja. Maka dengan sendirinya, gaya pendisiplinan yang mereka terapkan kepada anak-anaknya akan berbeda-beda pula. Ekonomi adalah modal materi dalam kehidupan. Segala kebutuhan primer maupun sekunder tergantung pada kekuatan ekonomi seseorang. Jerome S. Arcaro (2007:72) mengatakan ”kondisi ekonomi sering menjadi penentu tingkat dukungan orang tua. Para orang tua sering menjadi korban kondisi ekonomi yang menghalanginya lebih berperan aktif dalam pendidikan”. Tingkat ekonomi kelompok atas, kelompok menengah dan kelompok bawah akan memberikan corak pendisiplinan orang tua terhadap belajar anaknya. Kecukupan hidup bukanlah jaminan seseorang mampu menerapkan pendisiplinan belajar anak dengan tepat, begitu juga orang tua yang melewati masa sulit dalam hidupnya
16
mungkin tidak konsisten dalam mendisiplinkan dan menangani anaknya (Rimm, 2000:486). Status sosial ekonomi orang tua menurut hemat penulis adalah suatu stratifikasi yang muncul spontanitas di masyarakat yang pada umumnya didasarkan pada kedudukan sosial dan kemampuan ekonomi seseorang. b. Status Pendidikan Pendidikan adalah sumber pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu, orang tua yang berpendidikan tinggi mempunyai peluang besar untuk bisa menerapkan gaya pendisiplinan yang tepat bagi anakanaknya. Ary Ginanjar (2007: 386) mengatakan "kegagalan proses diakibatkan oleh pengetahuan yang terbatas, sehingga terjadi kesalahan-kesalahan teknis”. Sesungguhnya berhasilnya pendidikan orang tua terhadap anaknya ialah bila ia sendiri juga terdidik, berarti bahwa mendidik itu juga mendidik diri sendiri (Crow dan Crow, 1990:97). Dengan memahami tingkat emosional dan kepribadian anak, berarti telah bertambah pengetahuan orang tua dalam mengayomi anak-anaknya. c. Status Pekerjaan Pekerjaan oarng tua memang terkait dengan status ekonominya. Akan tetapi, pengertian pekerjaan disini mengarah pada penggunaan waktu, bukan esensi materil. Orang tua yang menghabiskan waktunya
17
untuk bekerja, berarti juga menghabiskan waktunya untuk keluarga, terlebih untuk pendidikan anaknya. Dalam kondisi yang demikian, orang tua bisa menerapkan beberapa langkah pendisiplinan agar anak tidak lepas dari kontrol orang tuanya. Oleh karena itu, pekerjaan orang tua sangat mempengaruhi gaya pendisiplian yang diterapkan oleh orang tua. d. Lingkungan tempat tinggal Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa beradaptasi dengan lingkungannya. Lingkungan adalah pembentuk watak, karakter dan sikap manusia. Tempat tinggal orang tua semasa kecil, lingkungan pergaulan orang tua dan tempat kerja orang tua akan menjadi tolok ukur model pendisiplinan yang diterapkan kepada anaknya. e. Kondisi subjek disiplin (anak) Masa remaja adalah masa antara datangnya pubertas (11 sampai 14 tahun) sampai usia sekitar 18-masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa ini merupakan masa tersulit bagi remaja dan juga orang tua. Bryan Lask (1989:119) mengemukakan bahwa adolesen adalah masamasa sulit antara orang tua dengan anaknya : 1) Remaja mulai menyampaikan kebebasan dan haknya untuk mengemukakan pendapat sendiri. Tidak terhindarkan, ini bisa menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan bisa menjauhkan ia dari keluarganya.
18
2) Ia lebih mudah dipengaruhi teman-temannya daripada ketika masih kecil. Ini berarti pengaruh orang tua sendiri pun melemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda dan bahkan
kadang-kadang
bertentangan
dengan
perilaku
dan
kesenangan keluarga. 3) Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul bisa menakutkan, membingungkan, dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi. 4) Remaja sering menjadi terlalu yakin diri, dan ini bersama-sama dengan emosinya meningkat, mengakibatkan ia sukar menerima nasihat orang tua. 4. Efektivitas pendisiplinan Disiplin digunakan oleh lembaga, instansi dan seluruh aktivitas manusia yang menuntut efektivitas dan efisiensi. Penerapan disiplin harus memperhatikan beberapa hal agar tidak memicu timbulnya permasalahan. Terkait dengan hal itu, Imam Musbikin (2007:75-79) menyebutkan beberapa saran dalam pendisiplinan anak : a. Konsisten menerapkan aturan Terkadang orang tua tidak memahami makna disiplin secara utuh, adakalanya ia memarahi anak pertama karena berbuat kesalahan, tapi di lain waktu tidak diterapkan pada anak kedua. Sikap orang tua yang
19
tidak konsisten akan membuat anak menjadi oportunitis (mencari kesempatan untuk memperoleh keuntungan semata). b. Batasi mengkritik Orang tua yang sering menilai anaknya dengan kritikan ”jelek itu”, ”masa begitu saja tidak bisa” dan sebagainya, akan mempengaruhi perasaan anak dan harga dirinya, sehingga pada tahap tertentu dia merasa dirinya buruk. Oleh karena itu, semestinya orang tua memberi pujian kepada anak atas perihal positif yang ia lakukan, meskipun belum sempurna. Dengan membuat perasaan anak senang, berarti membuatnya lebih terampil untuk melakukan sesuatu lebih baik lagi. c. Beri pujian Orang tua adalah pendidik pertama, memotivasi anak untuk melakukan berbaikan diri adalah kewajibannya. Salah satu motivasi adalah memberikan pujian kepada anak, hal ini akan memberikan dampak positif berupa sugesti dan kepercayaan diri untuk melakukan hal yang terbaik. d. Kontrol diri Anda Sering kali orang tua tidak mampu menahan emosinya ketika dalam keadaan jengkel atau marah. Memaki anak, membanting sesuatu, berteriak dan sebagainya harus bisa dihindari agar tidak ditiru oleh anak. Terlebih posisi orang tua adalah pendidik, model bagi anak dan juga orang terdekat yang selalu menjadi pelarian anak. Oleh
20
karena itu, yang harus ditampakkan di hadapan anak adalah perilaku dan sifat yang mulia. e. Sampaikan pengertian positif dan negatif Disiplin merupakan bagian dari pendidikan yang esensinya adalah norma. Pembiasaan disiplin terhadap anak berarti membiasakan anak berbuat baik sesuai dengan norma-norma yang ada. Adapun disiplin selalu bersifat normatif dan adaptif sehingga bentuk hukuman pun juga bersifat mendidik. Dengan memahamkan disiplin dan konsekuensinya, berarti telah mengajarkan anak bertanggung jawab. f. Tanamkan nilai baik sesering mungkin. Anak adalah peniru yang ulung. Setiap hal yang menarik baginya akan menjadi objek pendidikannya. Dengan selalu memberikan pemahaman tentang nilai, anak akan memahami norma dengan baik. Seperti ungkapan ”mengambil milik orang lain itu tidak baik, karena membuat pemiliknya menjadi sedih”. 5. Pengertian prestasi belajar a. Pengertian Prestasi Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pretasi diartikan dengan hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan atau dikerjakan) (DEPDIKNAS, 2002:895).
Sedangkan pengertian prestasi menurut para ahli, sebagaimana dituturkan oleh Syaiful Bahri Djamarah sebagai berikut : 1) Menurut Mas‟ud Khasan Abdul Qahar, memberi batasan prestasi
21
dengan apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja (Djamarah, 1994:20). 2) Pendapat lain mengenai prestai belajar dikemukakan oleh Nasrun Harahab, bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan
dan
kemajuan
siswa
yang
berkenaan
dengan
penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilainilai yang terapat dalam kurikulum (Djamarah, 1994:20). Dari pemaparan pengertian prestasi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian prestasi adalah hasil menyenangkan dari sebuah proses kegiatan yang telah dikerjakan dan diciptakan dengan jalan keuletan kerja keras. b. Pengertian belajar Setelah diketahui pengertian prestasi, selanjutnya akan dikemukakan pengertian belajar menurut para ahli, antara lain : 1) Morgan berpendapat, belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Purwanto, 2000: 84). 2) Chalidjah Hasan (1994:84) mendefinisikan belajar sebagai “suatu aktifitas mental/praktis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan, keterampilan, dan nilai sikap. 3) Menurut Muhibbin Syah (2007:63), belajar adalah kegiatan yang
22
beproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenjang pendidikan. Hal ini berarti keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai tujuan pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami soleh siswa. Belajar bukan hanya kegiatan mempelajari suatu mata pelajaran di sekolah secara formal, akan tetapi kecakapan, kebiasaan dan sikap manusia juga terbentuk karena belajar. 4) Para ahli modern merumuskan belajar sebagai bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Oemar Hamalik, 1983:21). Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka ciri-ciri belajar dapat diformulasikan sebagai berikut : a) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. b) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan yang tidak diaaanggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi. c) Untuk dapat disebut sebagai belajar, maka perubahan itu harus relative mantap, harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup
23
panjang (Hamalik, 1983:21). Jadi secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang terbentuk dari hasil interaksi seseorang dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahanperubahan itu akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Salah satu indikator wujud perubahan dari hasil belajar di sekolah adalah prestasi belajar yang diformulasikan menjadi angka-angka di dalam rapor atau daftar nilai siswa. Djamarah (1994:24} mengungkapkan pengertian karakteristik prestasi belajar sebagai berikut : a) Prestasi belajar merupakan tingkah laku yang dapat diukur. Untuk mengukur tingkah laku tersebut dapat digunakan tes prestasi belajar. b) Prestasi menunjuk kepada individu sebagai sebab, artinya individu sebagai pelaku. c) Prestasi belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya, baik berdasarkan atas kriteria yang ditetapkan terlebih dahulu atau ditetapkan menurut standar yang dicapai oleh kelompok. d) Prestasi belajar menunjuk kepada hasil dari kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Dari uraian prestasi dan belajar di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil maksimal yang diperoleh siswa setelah mengalami
proses
belajar
di
sekolah
berupa
perubahan
atau
pengembangan aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan penerapan (psikomotorik) yang dinyatakan dengan angka.
24
6. Hal-hal yang mempengaruhi prestasi belajar Menurut Muhibbin Syah (2007:144) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara global dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu; faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Dan faktor pendekatan belajar (approach to learning) yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi startegi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. a. Faktor internal Faktor internal adalah segala hal yang berhubungan langsung dengan kondisi fisik individu yang bisa mempengaruhi prestasi belajarnya. Faktor internal meliputi aspek fisiologis dan psikologis. 1) Aspek fisiologis Aspek fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan langsung dengan
kondisi fisik individu. Pertama, keadaan tonus jasmani.
Keadaan tonus jasmani pada umunya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya prestasi belajar yang maksimal (Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2007:19).
25
Dengan demikian, untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi (Syah, 2007:145). Kedua, keadaan fungsi jasmani atau fisiologi. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar, karena dalam proses belajar, panca indera merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap manusia, dengan demikian mereka dapat mengenal dunia luar. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga pancaindra dengan baik, baik secara preventif maupun yang bersifat kuratif (Baharuddin dan Wahyuni, 2007:20). 2) Aspek psikologis Faktor psikologis berarti keadaan jiwa atau keadaan individu yang dapat mempengaruhi suatu prestasi belajarnya. Beberapa faktor psikologis yang besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa adalah kecerdasan, motivasi, minat, sikap dan bakat. a) Kecerdasan atau intelegensi Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang sangat penting dalam proses belajar siswa, karena memiliki andil besar menentukan kualitas belajarnya. Semakin tinggi tingkat intelegensi seseorang, maka semakin besar peluangnya meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi seseorang,
26
maka semakin sulit pula ia mencapai kesuksesan belajar. Oleh sebab itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua dan lain sebagainya (Baharuddin dan Wahyuni, 2007:2021). b) Motivasi Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif mendorong, memberikan arah dan menjaga perilaku setiap saat. Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Morivasi instrinsik adalah semua faktoryang berasal dari dalam diri individu dan memeberikan dorangan untk melakukan sesauatu. Dalam proses belajar, motivasi instrinsik memiliki pengaruh yang lebih efektif karena motivasi intrinsik lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luardiri individu tetapi memberi pengaru terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua, dan lain sebagainya (Baharuddin dan Wahyuni, 2007:22). c) Minat Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Syah, 2007:151). Minat sama halnya kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Jika seseorang tidak
27
memiliki minat untuk belajar, maka tidak mungkin mendapat hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya (Baharuddin dan Wahyuni, 2007:24). d) Sikap Yang dimaksud sikap disini adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2007:149). Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan tidak nyaman, seperti tidak senang dengan performan guru, pelajaran atau lingkungan sekitarnya. Maka untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan tanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya (Baharuddin dan Wahyuni, 2007:24-25). e) Bakat Secara
umum,
bakat
diartikan dengan kemampuan
potensial seseorang yang bisa digunakan untuk mencapai keberhasilan di masa mendatang. Begitu juga dalam belajar, seseorang yang bakat dalam belajar akan mengetahu perihal yang akan dilakukan untuk meraih prestasi yang diharapkan. Bilamana
28
tidak bebakat dalam belajar, maka kegiatan belajar yang ia lakukan tidak akan pernah teratur dan terarah untuk mencapai sebuah prestasi, sehingga belajarnya terkesan malas. Berkenaan dengan bakat, Muhibbin Syah mengatakan apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil (Baharuddin dan Wahyuni, 2007:150). b. Faktor eksternal Muhibbin Syah (2007:150) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi proses belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor sosial dan lingkungan nasional. 1) Lingkungan sosial a) Lingkungan sekolah. Guru, pegawai administrasi dan teman-teman sekelas secara tidak langsung turut mempengaruhi prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan sekolah hendaknya dikondisikan untuk menciptakan suasana yang nyaman agar muncul perasaan yang menyenangkan, di samping itu hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi siswa untak belajar lebih baik di sekolah (Muhibbin Syah, 2007:150) b) Lingkungan sosial masyarakat. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa beradaptasi, maka tempat tinggal siswa akan memberi pengaruh terhadap prestasi
29
belajarnya. Faktor dari masyarakat ini antara lain tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya mempengaruhi prestasi belajar siswa (Slameto, 1987:69-70). Lingkungan sosial yang memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan seseorang adalah situasi dan kondisi keluarga. Ali Qaimi (1996:3) menyatakan “Keluarga merupakan instansi sosial terpenting dan merupakan sumber utama bagi pembentukan dan pemeliharaan generasi”. Dengan demikian, seluruh aspek dalam kehidupan rumah tangga akan menjadi bagian dari pendidikan anak-anak di rumah. Seperti
halnya
pendisiplinan
belajar
terhadap
anak
akan
menghadirkan prestasi belajar bagi anaknya. Aktivitas sebuah rumah tangga didasarkan pada pembagian tugas, keseimbangan perlindungannya,
hidup serta
bersama, upaya
pembentukan mewujudkan
keturunan
dan
ketenangan
dan
ketentraman (Qaimi, 1996:2) Para psikolog menyebut rumah tangga sebagai sebuah benteng kokoh dan dasar dalam pembentukan sebuah masyarakat (Qaimi, 1996:3) Menurut para psikolog, apa yang diperoleh seseorang dalam rumah tangga, khususnya semasa kanak-kanaknya, akan melekat dalam dirinya. Bahkan para psikolog berkeyakinan bahwa lebih dari 70
30
persen dasar-dasar kepribadian dan perilaku manusia terkait erat dengan masa kanak-kanaknya (Qaimi, 1996:3) 2) Lingkungan nasional a) Lingkungan ilmiah, seperti kondisi udara, suhu dan letak geografis merupakan faktor-faktor yang juga turut mempengaruhi aktivitas belajar. Bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar
siswa akan terhambat
(Baharuddin dan Wahyuni,
20007:27), seperti halnya kegiatan belajar mengajar yang diadakan di tengah keramaian pasar atau di samping tempat pembuangan sampah. b) Faktor
instrumental
yaitu
perangkat
belajar
yang
dapat
digolongkan menjadi dua macam. Pertama, hardware seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebaginya (Baharuddin dan Wahyuni, 20007:28) c) Faktor materi pelajaran yakni materi-amteri yang dipilih dan diberikan kepada siswa. Dalam hal ini, mestinya materi pelajaran disesuaikan dengan usia perkembngan siswa dan metode yang digunakan guru dalam rangka menciptakan happy learning. Oleh karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengjar yang dapat diterapkan
31
sesuai dengan kondisi siswa (Baharuddin dan Wahyuni, 20007:2728) c. Faktor pendekatan belajar Pada hakikatnya segala sesuatu adalah sumber inspirasi seseorang. Seluruh aktivitas di sekolah adalah sumber belajar bagi siswa, termasuk juga benda-benda yang ada. Sedangkan sumber belajar secara internal adalah emosi siswa yang memotivasinya untuk belajar dan meraih prestasi. 7. Kerangka berpikir Untuk lebih mudah memahami siklus korelasi kedua variabel di atas, penulis sajikan kerangka berfikir sebagai berikut: GAMBAR. 1 Kerangka berfikir
Orang tua
Pendisiplinan belajar di rumah (X) dengan dimensi-dimensinya : Prestasi belajar (Y) Dilihat dari nilai awal semester yang terdapat pada rapor siswa
Pengawasan orang tua Pendisiplinan waktu belajar Manajemen waktu (untuk belajar, bermain
8. dan istirahat).
Siswa
32
B. Hubungan pendisiplinan belajar di rumah dengan prestasi belajar siswa. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah:
(Muhammad fuad Abd Al-Baqi,1995:1208) Kata ”huma jannatuka wa naruka” ‟mereka (orang tua) adalah (yang menyebabkan) surgamu dan nerakamu‟ merupakan konklusi dimana orang tua memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam pengembangan dan pembentukan pribadi anak. Orang tua adalah ayah dan ibu yang membesarkan dan mendidik anakanaknya berkembang menjadi manusia seutuhnya. Terkait dengan pendidikan, maka peran ayah dan ibu laiknya guru, dosen dan ustadz di sekolahan. Tanpa ada dukungan pendidikan keluarga, mustahil pendidikan sekolah akan berjalan lancar. Laurence Steinberg (2005:92) dalam bukunya ”10 Prinsip Dasar Pengasuhan yang Prima” menyatakan ”penelitian menunjukkan bahwa pelajar yang berprestasi lebih baik di sekolah adalah mereka yang orang tuanya terlibat secara aktif”. Aktif di sini mengindikasikan bahwa mereka adalah orang tua yang memiliki harapan-harapan atau misi dan visi yang mereka wujudkan dengan menerapkan beberapa pendekatan atau cara. Salah satu pendekatan itu adalah dengan menerapkan disiplin diri. Menurut Shochib (1998:9) posisi strategis yang dimiliki orang tua dalam
33
membantu agar anak memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri berarti ”orang tua meletakkan dasar-dasar” disiplin diri bagi anaknya. Moh. Shochib (1998:9) memaparkan bahwa intensitas kebutuhan anak untuk mendapatkan bantuan dari orang tua bagi kepemilikan dan pengembangan dasar-dasar disiplin diri, menunjukkan adanya kebutuhan internal, yaitu: (1) tingkat rendah (2) tingkat menengah (3) tingkat tinggi. Berdasarkan tingkatan kebutuhan anak, orang tua yang baik tertuntut untuk memahami tingkat perkembangan anaknya. Sebagaimana diutarakan oleh Steinberg (2005:102) : untuk menjadi orang tua yang efektif, Anda harus memahami pemikiran seseorang yang seusia dengan anak Anda. Anda harus memahami cara dia berpikir, apa yang dia rasakan, dan apa yang dia alami pada masa perkembangannya ini karena kemungkinan besar pikirannya, perasaaannya, dan kecemasannya telah berubah. Dengan memahami tingkat perkembangan dan psikologis anak berarti seseorang telah menjadi orang tua yang bijak. Dari kebijakan itulah muncul penerapan metode pendisiplinan yang sesuai dengan kepribadian anak, sehingga pada tahap tertentu, disiplin belajar yang diterapkan orang tua akan menjadi the way of life. Steinberg (2005:128) mengatakan ”kendali atas perilaku anak Anda secara bertahap berubah dari eksternal (pemberian Anda dan orang dewasa lain) menjadi internal (dibuat oleh anak Anda sendiri). Dengan memahami tingkat perkembangan anak dan psikologisnya, orang tua bisa menerapkan pendisiplinan belajar yang sesuai pribadinya. Pendisiplinan yang di dalamnya terdapat batasan dan paksaan akan berubah menjadi
suatu
kebutuhan
yang
pada
tahap
tertentu
membentuk
34
kepribadiannya. Dengan sendirinya, jiwa berdisiplin diri akan diterapkannya dalam aktivitas belajar di sekolah. Jadi, pendidikan rumah seperti metode pendisiplinan belajar anak di rumah adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Terkait dengan penelitian ini, maka hipotesis yang dirumuskan penulis adalah ”Ada hubungan antara pendisiplinan belajar di rumah dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Salatiga tahun ajaran 20092010”.
35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Operasionalisasi Variabel 1. Variabel bebas (independent variable) : pendisiplinan belajar di rumah Pendisiplinan belajar berarti disiplin belajar yang diterapkan orang tua dalam rangka menciptakan suasana belajar anak yang efektif dan efisien sehingga penerapan disiplin bisa dipahami anak sebagai norma yang wajib dilaksanakan. Adapun aspek-aspek pendisiplinan belajar di rumah adalah : a. Pengawasan orang tua b. Pendisiplinan waktu belajar c. Manajemen waktu (untuk belajar, bermain dan istirahat). 2. Variable terikat (dependent variable) : prestasi belajar siswa Prestasi belajar mengandung arti “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru” (DEPDIKNAS, 2002:895). Prestasi belajar merupakan hasil maksimal yang diperolah siswa setelah mengalami proses belajar mengajar di sekolah. Nilai yang dijadikan varaiabel terikat adalah nilai hasil semester pertama siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Kota Salatiga tahun ajaran 2009-2010.
36
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Menurut Suharsimi Arikunto (2002:108), “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”. Adapun populasi penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VIII SMP Muhammadiyah tahun 2009-2010 yang berjumlah 102 siswa. Tabel 1. Populasi penelitian Kelas
Jumlah
VIII A 36 VIII B 33 VIII C 33 Jumlah 102 Sumber : SMP Muhammadiyah Kota Salatiga 2. Sampel “Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti, atau
sebagian
yang
diambil
dari
keseluruhan
[subjek]
dengan
menggunakan tekhnik tertentu dianggap mewakili populasi” (Suharsimi Arikunto, 202:109). Sedangkan pada penelitian ini, penulis mengambil seluruh populasi untuk dijadikan subjek penelitian atau disebut sampel populasi. C. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Muhammadiyah Salatiga. Jl. Cempaka 5-7 Rt. 04 Rw.3. Jetis Timur. Kel. Sidorejo. Kec. Sidorejo Kota Salatiga mulai tangal 13 Maret – 11 Agustus 2010. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Dokumentasi
37
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip nilai, buku, surat kabar, legger agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998:36). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh : a. Daftar jumlah siswa b. Data nilai prestasi siswa di dalam buku rapor/legger c. Nilai KKM siswa kelas VIII 2. Angket Adakalanya angket disebut interview tidak langsung, karena tidak mengharuskan bagi seorang peneliti untuk berhadapan langsung dengan informan. Metode ini berupa item-item pernyataan yang ditujukan kepada informan tentang tanggapan mereka terhadap pendisiplinan belajar yang diterapkan orang tuanya di rumah. E. Instrumen Pengukuran Indikator-indikator harus bisa dinilai dan diolah menjadi skor atau angka agar bisa disajikan dalam bentuk data statistik. Berikut ini adalah instrumeninstrumen pengukuran variabel pendisiplinan belajar : 1. Membuat blue print skala/angket Dari pendisiplinan belajar di rumah, penulis membuat dimensi-dimensi agar lebih mudah menentukan indikatornya. Dimensi dan indikatornya adalah: a. Pendisiplinan waktu belajar
38
1) Peran orang tua dalam memeriksa atau mengontrol pelajaran dan tugas-tugas belajar anak 2) Peran orang tua dalam mengontrol kedisiplinan belajar anak 3) Peran orang tua dalam mengontrol kewajiban belajar anak 4) Peran orang tua dalam memberikan bimbingan dan perhatiannya terhadap belajar anak b. Pengawasan orang tua 5) Peran orang tua dalam membiasakan kesiapan belajar anak 6) Pengawasan orang tua terhadap teman sejawat anak atau temanteman dekatnya. 7) Pengawasan orang tua terhadap aktivitas belajar anak 8) Perhatian orang tua terhadap semangat belajar anak c. Manajemen waktu (untuk belajar, bermain dan istirahat). 9) Perhatian orang tua dalam efetktivitas dan efisiensi waktu bagi anak 10) Peran orang tua terhadap terciptanya tata tertib keluarga 11) Peran orang tua dalam menentukan dan membiasakan aktivitas belajar anak 12) Peran orang tua dalam memberikan batasan waktu bagi anak 2. Menentukan skala model yang digunakan Pada penelitian ini, penulis menggunakan skala deskriptif (descriptive rating scale) yang berpijak pada model skala Likert, berupa pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala persetujuan atau
39
penolakan terhadap pertanyaan atau pernyataan (Nana Syaodah, 2008:225). Adapun Model skala deskriptif Likert pada penelitian ini terdiri dari pernyataan-pernyataan yang favorabel (mendukung atau memihak pada objek sikap) dan tidak favorabel (tidak mendukung atau memihak pada objek sikap), kemudian dijawab sesuai dengan pengalaman empiris informan dengan kriteria : STS
= Sangat tidak setuju
TS
= Tidak setuju
N
= Netral/ragu
S
= Setuju
SS
= Sangat setuju
Berikut ini pengelompokan item kuesioner berdasarkan jenis soal favorabel dan tidak favorabel. Pernyataan favorabel 1 dan 8 5 dan 10 4 dan 12
Aspek Pendisiplinan belajar Pengawasan orang tua Manajemen waktu
Pernyataan tidak favorabel 2 dan 11 6 dan 7 3 dan 9
3. Membuat skor tiap item kuesioner Setiap jawaban dari kuesioner memiliki bobot skor yang berbeda sesuai dengan jenis item favorabel atau tidak favorabel. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan cara penskoran yang sederhana sebagai berikut : Pernyataan favorabel SS S N/R TS
Skor 4 3 2 1
Pernyataan tidak favorabel STS TS N/R S
Skor 4 3 2 1
40
STS
0
SS
0
F. Teknik Analisis Data Data penelitian diklasifikasi menjadi dua macam, yakni bersifat kuantitif dan kualitatif. Adapun data penelitian ini bersifat kuantitaif, yakni berwujud angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
analisis
statistik
deskriptif
yang
berfungsi
untuk
mengelompokkan data, menggarap, menyimpulkan, memaparkan, serta menyajikan hasil olahan (Arikunto, 1990:388). Angka-angka statistik itu menjadi deskripsi-deskripsi penelitian yang kemudian diolah dengan analisis statistik inferensial yang berfungsi untuk menggeneralisasikan hasil penelitian yang dilakukan pada sampel, bagi populasi (Arikunto, 1990:388). Berikut ini tahap-tahap analisis data : 1. Analisis deskriptif : Untuk mengetahui gambaran (tingkat persentase) pendisiplinan belajar di rumah dan prestasi belajar siswa digunakan statistik perhitungan persentase dari masing-masing pengukuran variabel penelitian. Berikut langkah analisisnya : a. Membuat interval atau kualifikasi variabel X dan Y dengan rumus : i=
Jarak pengukuran (R) Jumlah interval (I)
(Sutrisno Hadi:, 1989:12) Diamana R diketahui = H-L+1 Keterangan :
R = range H = Nilai tertinggi L = Nilai terendah
41
b. Mencari nilai mean masing-masing variabel : Rumus M = ∑ x N (Sutrisno Hadi, 1989:39) 2. Analisis Uji Hipotesis Untuk menjawab pertanyaan ketiga (korelasi pendisiplinan belajar di rumah dengan prestasi belajar), penulis menggunakan rumus korelasional Pearson atau product moment: Σxy rxy = (Σx2) (Σy)
Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara X dan Y Y = skor butir X = Skor total N = jumlah responden (Arikunto, 2002:241)
42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum dan Karakteristik Subjek Penelitian 1. Pekerjaan dan tingkat pendidikan orang tua Berdasarkan hasil kuesioner, didapatkan data yang bersumber dari informan sebagai berikut : Tabel 2. Karakteristik demografis ayah
Pekerjaan Karyawan Swasta Wirausaha Polisi/TNI PNS/guru Kosong Jumlah
Karakteristik demografis ayah Persen Pendidikan Frekuensi Frekuensi (%) akhir 41 47,13 SMP 28 17 19,54 SD 21 15 17,24 SMA 20 4 4,60 SMK/STM 6 2 2,30 S1 2 8 10,19 D3 1 Kosong 9 87 100 % Jumlah 87
Persen (%) 32,18 24,14 22,99 6,90 2,30 1,15 10,34 100 %
Tabel 3. Karakteristik demografis ibu Karakteristik demografis ibu Persen Pendidikan Pekerjaan Frekuensi (%) akhir IRT 43 49,42 SD Karyawan 20 22,99 SMP Wira usaha 14 16,09 SMA Swasta 6 6,90 SMK/STM Kosong 4 4,60 S1 Kosong Jumlah 87 100 % Jumlah Keterangan : Ibu Rumah Tangga (IRT).
Frekuensi
33 23 17 3 1 10 87
Persen (%) 37,93 26,44 19,54 3,45 1,15 11,49 100 %
43
Diketahui dari tabel di atas bahwa 31,03% dari orang tua siswa berpendidikan tingkat
Sekolah Dasar
dan 29,31%
dari mereka
berpendidikan tingkat SLTP, artinya 60,34% dari orang tua siswa hanya sampai pada pendidikan tingkat dasar atau dikenal dengan wajar DIKDAS. Adapaun yang berpendidikan tingkat SLTA dan Perguruan Tinggi masingmasing sebesar 26,44% dan 2,3%, hal ini mengindikasikan bahwa hanya 28,74% dari orang tua siswa yang berpendidikan tingkat menengah dan tinggi. 2. Kondisi keluarga (ayah/ibu) Tabel 4. Keadaan orang tua Keadaan ayah dan ibu (orang tua) Jenis Usia <45 Usia 46-56 Usia >57 Kosong Meninggal Merantau Cerai Jumlah
Ayah Frekuensi Persen (%) 23 26,44 52 59,77 1 1,15 11 12,64 87 2 3 4 9
100 % 2,30 3,45 4,60 10,35 %
Ibu Frekuensi Persen (%) 27 30,03 52 59,77 8 9,20 87 5 4 9
100 % 5,75 4,60 10,35 %
Disebutkan dalam hitungan persentase di atas bahwa usia orang tua siswa yang di bawah 45 tahun mencapai 28,23% dan 59,77% dari mereka berusia antara 46-56 tahun. Adapun usia orang tua siswa yang lebih dari 56 tahun hanya sebesar 1,15% saja.
44
Ditampilkan juga di dalam tabel di atas mengenai keadaan orang tua siswa, dimana 2,30% dari ayah siswa telah meninggal dunia, 4,60% dari orang tua siswa merantau dan 4,60% dari orang tua siswa bercerai. 3. Lingkungan tempat tinggal Tabel 5. Tempat tinggal objek penelitian No 1 2 3 4 5
Tempat tinggal Sidomukti Sidorejo Argomulyo Tingkir Kab. Semarang
Frekuensi 8 35 6 38
Persen (%) 9,19 40,23 6,90 43,68
Sebanyak 40,23% dari subjek penelitian berdomisili di pusat Kota Salatiga yakni sekitar Sidorejo. Adapun 43,68% dari subjek penelitian berasal dari luar Kota Salatiga seperti Tuntang, Getasan, Kalibeji, Banyu Biru dan lain-lain yang semua itu merupakan daerah luar Kota Salatiga yang bisa dikatakan daerah pedesaan. Sedangkan 16,09% subjek penelitian berasal dari daerah pinggir kota. 4. Jumlah siswa dan informan Tabel 6. Persentase informan penelitian Jumlah siswa Jumlah informan Kelas VIII
Frekuensi
Persen (%)
Informan
Frekuensi
Persen (%)
A B C Jumlah
36 33 33 102
35,30 32,35 32,35 100%
A B C Jumlah
33 30 24 87
32,35 29,41 23,53 85,29%
Dari 102 siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Salatiga yang diberikan hak untuk mengisi kuesioner, hanya ada 87 atau 85% siswa yang layak dijadikan informan penelitian. Sedangkan 15% lainnya tidak
45
termasuk dalam kategori pengambilan data penelitian berdasarkan kriteriakriteria yang ditetapkan. 5. Ketentuan pengambilan skor kuesioner a. Siswa atau siswi kelas VIII SMP Muhammadiyah Salatiga b. Siswa atau siswi yang tinggal bersama ayah atau ibu c. Siswa yang telah mengikuti ujian semester pertama d. Siswa yang bersedia untuk mengisi dan mengumpulkan kuesioner Berikut ini data-data yang tidak bisa digunakan sebagai pelengkap data penelitian : a. Tiga siswa dari kelas A bertempat tinggal di panti asuhan (3) b. Tiga siswa dari kelas B bertempat tinggal di panti asuhan dan satu siswa tidak bersedia mengumpulkan kuesioner (4) c. Empat siswa kelas C tinggal di panti asuhan. Satu siswi baru yang tidak sempat mengikuti ujian semester awal. Tiga siswa tidak bersedia menjawab dan mengumpulkan kuesioner (8) Total keseluruhan kuesioner yang tidak layak menjadi data penelitian sebanyak 15 informan dari jumlah keseluruhan 102. B. Validitas dan reliabilitas 1. Validitas Untuk mengukur suatu benda dibutuhkan alat yang namanya timbangan. Begitu juga untuk mengukur panjang pendek suatu benda dibutuhkan alat yang tepat, yaitu penggaris atau meteran. Arikunto
46
(2002:144) menyatakan ”validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Adapun alat pengukur instrumen penelitian adalah penghitungan dengan
rumus
product
moment
Pearson
untuk
membuktikan
kevalidannya/kesahihan item-item kuesioner. Berikut
ini langkah-
langkahnya : a. Membuat tabulasi jawaban informan Tabel 7. Jumlah jawaban kuesioner
Nomor Kuesioner
Jumlah Informan
87
Skor Total
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2 3 3
2 9 0
2 6 1
2 7 9
2 7 7
2 7 8
2 5 9
2 7 1
2 9 9
2 1 5
2 1 5
2 2 5
3102
Sumber : Data diolah b. Membuat tabel perhitungan korelasi hasil kuesioner Tabel 8. Hasil olah data tiap aitem kuesioner X 1 233 2 290 3 261 4 279 5 277 6 278 7 259 8 271 9 299 10 215 11 215 12 225 Sumber : Data diolah
Kuesioner
Y 3102 3102 3102 3102 3102 3102 3102 3102 3102 3102 3102 3102
X2 681 1046 903 953 919 948 839 945 1089 611 589 689
Y2 112994 112994 112994 112994 112994 112994 112994 112994 112994 112994 112994 112994
XY 8478 10595 9601 10124 10032 10111 9470 9880 10871 7849 7783 8200
47
Catatan : X adalah skor pernyataan tiap item kuesioner : Y adalah skor total : XY adalah skor pernyataan tiap nomor kuesioner dikalikan skor totalnya c. Menghitung dengan Rumus product moment angka kasar yang dikenalkan Karl Pearson : NΣXY – (ΣX) (ΣY) rxy = { NΣX2 – (ΣX)2 } {NΣY2 – (ΣY)2 } Keterangan : rxy = indeks korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan Y = skor butir X = Skor total N = Jumlah responden (Arikunto, 2002:146) Berikut ini hasil penghitungan kuesioner tiap item dengan model Pearson dengan angka kasar : 1) 14820 : 32119,011 = 0,461 2) 22185 : 37896,263 = 0,585 3) 25665 : 46607,859 = 0,551 4) 15330 : 32479,766 = 0,472 5) 13530 : 25900,397 = 0,522 6) 17301 : 32868,225 = 0,526 7) 20472 : 35073,259 = 0,584 8) 18918 : 42727,524 = 0,443 9) 18279 : 33339,636 = 0,548 10) 15933 : 37978,533 = 0,419 11) 10191 : 32312,773 = 0,315
48
12) 15450 : 44032,187 = 0,351 Langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan hasil tiap item kuesioner dengan harga kritik dari r product moment. Diketahui, jumlah informan (N) adalah 87. Karena nominal ini tidak tercantum di dalam harga krtitik r tabel, maka penulis mengambil angka (N) 85 yang lebih mendekati angka 87. Melihat harga r pada tabel yang menunjukkan (N) 85 berada pada taraf signifikansi 5% dengan angka kritik 0,213, sedangkan taraf signifikansi 1% berada pada harga 0,278. Berdasarkan hasil konsultasi antara r hitung dengan r tabel yang menyatakan bahwa r hitung dari nomor 1 sampai 12 lebih besar dari r tabel pada taraf 5% (0,213) atau 1% (0,78). Dengan hasil uji konsultasi ini, maka seluruh item kuesioner dikatakan valid. 2. Reliabilitas Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih (Singarimbun dan Effendi, 1989:123). Untuk mencari reliabilitas tiap butir kuesioner menggunakan teknik Alpha Cronbach yaitu :
R =( k )( 1 Σ σb2 ) σ2 (k - 1) t Keterangan: R K
= Reliabilitas instrumen = Banyaknya butir pertanyaan
49
Σ
σ2
σ
b2
= Jumlah varians butir = Varians total (Arikunto, 2002:171).
t
Berikut ini langkah-langkah mencari nilai reliabilitas kuesioner a. Membuat tabel analisis Tabel 9. Skor aitem kuesioner beserta skor kuadratnya
Nomor Kuesioner
Jumlah Informan
87
Nilai kuadrat tiap skor item kuesioner
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2 3 3
2 9 0
2 6 1
2 7 9
2 7 7
2 7 8
2 5 9
2 7 1
2 9 9
2 1 5
2 1 5
2 2 5
6 8 1
1 0 4 6
9 0 3
9 5 3
9 1 9
9 4 8
8 3 9
9 4 5
1 0 8 9
6 1 1
5 8 9
6 8 9
Skor Total
Kuadrat Skor Total
31 02
11 29 94
Sumber : Data diolah b. Mencari
jumlah varians aitem dengan menjumlahkan varians setiap
aitem. 1)
2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
σ2
σ2 σ2 σ2 σ2 σ2 σ2 σ2
(1)
= 681– 2332 = (681-624,011) : 87 = 56,989 : 87= 0,655 87 87
(2)
= 79,333 : 87 = 0,912
(3)
= 120 : 87 = 1,379
(4)
= 58,726 : 87 =0,670
(5)
= 37,058 : 87 = 0,426
(6)
= 59,678 : 87 = 0,686
(7)
= 67,954 : 87 = 0,781
(8)
= 100,85 : 87 = 1,160
50
9)
σ2
(9)
= 61,4 : 87 = 0,706
10) σ2(10) = 79,678 : 87 = 0,916 11) σ2(11) = 57,678 : 87 = 0,663 12) σ2(12) = 107,1 : 87 = 1,231 Dengan menjumlahkan seluruh varians butir di atas, maka didapati nilai jumlah varians butir (Σ
σ
2 b
) sebesar 10,185.
c. Mencari varians total σ2
t
= 112994 – 31022 = 112994 – 110602,345 87 = 2391,655 : 88 = 27,490.
d. Memasukkan nilai varians ke dalam rumus Alpha R
= ( 12 ) ( 1- 10,185) 12 – 1 27,490 = ( 12/11 ) (1 – 0,370) = 1 X 0,63 = 0,63
Angka 0,63 dalam perhitungan reliabilitas menunjukkan bahwa instrumen penelitian dinyatakan reliabel dengan tingkat cukup atau sedang. Reliabilitas ini didasarkan pada uji hitung dengan sistem lama yang dikutip Arikunto (2002:245) dari Sutrisno Hadi, yakni : Tabel 10. Tabel interpretasi sistem lama Besarnya nilai r Antara 0,800 sampai dengan 1,00
Interpretasi tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800
cukup
Antara 0,400 sampai dengan 0,600
agak rendah
Antara 0,200 sampai dengan 0,400
rendah
51
Antara 0,000 sampai dengan 0,200
sangat rendah (tidak berkorelasi)
: Dari pengujian hitung validitas dan reliabilitias diatas, maka nomor kuesioner 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan 12 dinyatakan valid dan reliabel sehingga seluruh hasil kuesioner bisa digunakan sebagai data penelitian. C. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Data pendisiplinan belajar siswa Tabel 11. Jumlah skor kuesioner dan rata-ratanya Kelas Skor kuesioner VIII A 1259 VIII B 1017 VIII C 826 Jumlah 3102 Sumber : Data diolah
Rata - rata 38 34 34 35
Dari data di atas, penulis mencari nilai mean kemudian menentukan kualitas
variabel
pendisiplinan
belajar
siswa
kelas
VIII
SMP
Muhammadiyah a. Menentukan mean pendisiplinan belajar siswa Berdasarkan rumus yang diterapkan oleh Sutrisno Hadi (1989:39) disebutkan bahwa untuk mengetahui rata-rata adalah dengan rumus
X = ∑ Xi N X = 3102 : 87 = 35,65
Keterangan : ∑ Xi = Jumlah skor kuesioner N = Jumlah informan
52
Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pendisiplinan belajar siswa adalah 35,65. b. Menetapkan kualitas pendisiplinan belajar siswa Untuk mengetahui kualitas pendisiplinan belajar siswa dibutuhkan langkah-langkah berikut ini : 1) Menentukan range Untuk mencari dan menentukan range, harus diketahui nilai tertinggi dan nilai terendah pendisiplinan belajar siswa terlebih dahulu. Berikut ini adalah tabel distribusi prestasi belajar siswa. Tabel 12. Distribusi frekuensi pendisiplinan belajar siswa No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Jumlah
X 45 44 43 42 41 40 39 38 37 26 35 34 33 32 31 30 29 28 27 26 25 23 748
F 1 4 2 5 5 7 3 5 11 4 7 8 2 5 4 2 2 1 2 4 1 2 87
FX 45 176 86 210 205 280 117 190 407 144 245 272 66 160 124 60 58 28 54 104 25 46 3102
53
Sumber : Data diolah Dari data di atas, diketahui bahwa nilai tertinggi (H) adalah 45 sedangkan nilai terendah (L) adalah 23. langkah selanjutnya adalah memasukkan angka-angka itu ke dalam rumus I=H–L+1
Keterangan : I = Interval H = Highest L = Lower
I = 45 – 23 + 1 = 23 2) Menentukan interval
Berdasarkan rumus penentuan interval yang diterapkan oleh Sutrisno Hadi (1989:12) yaitu :
i = Jarak pengukuran (R) Jumlah interval (I)
Keterangan : i = Interval yang dicari R = Range I = Interval yang dikehendaki
Diketahui bahwa R adalah 23 sedangkan I adalah 5 maka, I = 23 : 5 = 4,6 dibulatkan menjadi 5. Tabel 13. Interval dan kualifikasi No
Interval
Kategori
1
47–52
Sangat Tinggi
2
41–46
Tinggi
3
35–40
Cukup
4
29–34
Rendah
5
23-28
Sangat Rendah
Kualifikasi
Cukup
Dari hasil di atas, pendisiplinan belajar siswa dapat dikonsultasikan ke dalam kualitas variabel pendisiplinan belajar siswa. Berdasarkan
54
hasil penghitungan mean yang menyebutkan angka 35,65 maka diketahui bahwa kualitas pendisiplinan belajar siswa di rumah berada pada kategori cukup atau sedang dengan interval interval 35–40. 2. Data prestasi belajar siswa Tabel 14. Jumlah nilai prestasi belajar dan rata-ratanya Jumlah Nilai prestasi VIII A 2527 VIII B 2140 VIII C 1714 Jumlah 6381 Sumber : Data diolah Kelas
Rata - rata 77 71 71 219
Dari data di atas, nilai mean dan kualitas variabel prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah bisa didapatkan. Berikut ini langkahnya : a. Menentukan mean prestasi belajar siswa Berdasarkan rumus yang diterapkan oleh Sutrisno Hadi (1989:39) disebutkan bahwa untuk mengetahui rata-rata adalah dengan rumus:
X = ∑ Yi N
Keterangan : ∑ Yi = Jumlah nilai yang diperoleh N =Populasi/subjek penelitian
Diketahui bahwa X = 6381 : 87 = 73,34 Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 73, 34. b. Menetapkan kualitas prestasi belajar siswa
55
Untuk mengetahui kualitas prestasi belajar siswa, penulis mengacu pada standar penilaian SMP Muhammadiyah yang berbasis KTSP yakni dengan melihat KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) secara
umum. Tabel 15. Distribusi frekuensi prestasi belajar No. X F 1 89 1 2 88 1 3 85 2 4 82 3 5 81 1 6 80 2 7 79 2 8 78 1 9 77 4 10 76 5 11 75 5 12 74 4 13 73 9 14 72 7 15 71 17 16 70 12 17 69 3 18 68 7 19 67 1 Jumlah 1454 87 Sumber : Data diolah
FX 89 88 170 246 81 160 158 78 308 380 375 296 657 504 1207 840 207 476 67 16381
Sebagaimana disebutkan pada bahasan di atas yang menyebutkan nilai rata-rata siswa sebesar 73,34, maka langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan dengan nilai KKM yang berlaku di SMP Muhammadiyah Salatiga.
Tabel 16. Nilai KKM tiap kelas
56
Kelas Jumlah nilai KKM Rata-rata KKM A 1195 66,39 B 1188 66 C 1169 64,94 Jumlah 3552 65,78 Sumber : Waka kurikulum SMP Muhammadiyah Salatiga
Dari hasil di atas, prestasi belajar siswa dapat dibagi menjadi tiga kategori, yakni 10 siswa melampaui KKM, 77 siswa mencapai KKM, dan 0 siswa tidak mencapai KKM. Disebutkan di dalam buku panduan DEPDIKNAS (2007:20) bahwa nilai ideal KKM adalah 75% atau nilai 75 untuk setiap mata pelajaran sedangkan nilai 65,78 adalah nilai KKM rata-tara siswa. Dari dua hasil di atas, penulis menkonsultasikan antara nilai rata-rata siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah sebesar 73,34 dengan nilai rata-rata KKM sekolah sebesar 65,78, maka didapati bahwa prestasi belajar siswa mencapai nilai rata-rata KKM. D. Analisis Hipotesis Untuk mengetahui pengaruh pendisiplinan belajar anak di rumah terhadap prestasi belajar siswa, maka kedua variabel (X dan Y) tersebut harus diuji korelasionalnya dengan rumus product moment yang dikenalkan oleh Pearson rxy =
Σ xy {Σx2 – (Σy2)
Keterangan : x2 = (X – X) 2 y2 = (Y – Y) 2 rxy = jumlah hasil dari x dan y. (Suharsimi Arikunto, 2002:243).
57
Untuk mencari nilai korelasi kedua variabel tersebut, penulis sajikan terlebih dahulu tabel koefisien korelasi antara pendisiplinan belajar di rumah dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Salatiga tahun ajaran 2009-2010. Koefisien Korelasi Antara Pendisiplinan Belajar di Rumah (X) dengan Prestasi Belajar Siswa (Y). Diketahui : Tabel 17. Koefisien korelasi antara variabel x dan y. Informan X Y X2 Y2 XY 6381 87 3102 112994 469921 228339 Sumber : Data diolah Dari tabel di atas, penulis mencari nilai Σxy, Σx 2 dan Σy 2 sebagai berikut: I. Σxy = Σxy – (Σx)(Σy) N = 228339 – (3102) (6381) 87 = 228339 – 19793862 87 = 228339 – 227515,65 = 823,35 II. Σx 2 = Σx2 – (Σx) 2 N = 112994 – (3102) 2 87 = 112994 - 9622404 87 = 112994 – 110602,34 = 2391,66 III. Σy2 = Σy2 – (Σy) 2 N = 469921 – (6381) 2 87 = 469921 – (40717161) 2 87
58
= 469921 – 41705764 87 = 469921 – 468013,34 = 1907,66 Dari hitungan di atas diketahui bahwa nilai Σxy = 823,35, Σx dan Σy
2
2 =
2391,66
= 1907,66. Langkah selanjutnya adalah memasukkan nilai-nilai di
atas ke dalam rumus Pearson : =
823,35 (2391,66)(1907,66)
=
823,35 4562474,116
= 823,35 : 2135,99 = 0,385465287. Dari hasil di atas, diketahui bahwa nilai koefisien kedua variabel penelitian sebesar 0,385465287. Setelah diketahui nilai rxy (nilai koefisien korelasi), maka dapat diketahui pula nilai indeks koefisien korelasi determinasi r 2ry = 0,148583488 = 0,15. Angka 0,15 menunjukkan bahwa 15% keberhasilan prestasi belajar siswa ditentukan oleh pendisiplinan belajar yang diterapkan orang tua di rumah, adapun 85% lainnya ditentukan oleh faktor lain. E. Pengujian signifikan dan tidaknya korelasi. Untuk menguji apakah harga rxy signifikan atau tidak, maka penulis mengkonsultasikan harga rxy tersebut dengan harga t tabel (rt) baik pada taraf 1% atau pada taraf 5% dengan asumsi sebagai berikut :
59
1. Apabila harga rxy>rt dalam taraf 1% atau 5%, maka korelasi dikatakan signifikan 2. Apabila harga rxy