1
STUDI KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. BOC GASES GRESIK JAWA TIMUR Albertus Rangga P. – 2206100149 Jurusan Teknik Elektro ITS Surabaya Abstrak - Suatu industri membutuhkan sistem kelistrikan yang memiliki keandalan dan kontinuitas yang baik untuk menjaga terlaksananya proses produksi. Hal ini dimaksudkan supaya konsumsi energi listrik oleh beban-beban industri dapat berlangsung terus menerus. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu sistem kelistrikan yang tetap dapat menyuplai beban ketika sedang terjadi gangguan. Untuk mewujudkan hal tersebut di PT. BOC Gases Gresik Jawa Timur, maka perlu adanya evaluasi ulang dari peralatan rele proteksi dengan menganalisa sistem kelistrikan di PT. BOC Gases Gresik Jawa Timur termasuk koordinasi proteksi dan setting rele pengaman dengan menggambarkan kurva karakteristik rele pengaman beserta hasil perhitungan dalam menentukan setting pengaman. Dari analisis dapat diketahui bahwa perlu dilakukan pengaturan ulang untuk rele arus lebih terutama pelindung motor dengan penambahan time delay (t>>) sebesar 0,1 detik. Hal ini bertujuan agar agar pengamanan dapat berjalan dengan lebih tepat dalam mengatasi gangguan yang terjadi. Pada rele arus lebih yang terletak pada feeder dan generator juga dilakukan pengaturan ulang untuk I>, t>, I>>, dan t>> sehingga keandalan sistem dapat terjaga dan bekerja lebih optimal.
1. PENDAHULUAN Dewasa ini, suatu industri akan selalu berkembang mengikuti pertumbuhan jaman. Semakin berkembangnya suatu industri akan diikuti oleh bertambahnya proses produksi pada industri tersebut. Hal tersebut akan mengakibatkan bertambahnya jumlah bebanbeban produksi yang baru. Pertumbuhan jumlah beban tersebut harus selalu dapat diatasi atau dijaga kelangsungan suplai dayanya oleh peralatan pengaman. Hal ini bertujuan agar apabila terjadi gangguan pada suatu bagian dalam indsutri maka peralatan-peralatan pengaman tersebut dapat mengamankan daerah-daerah yang tidak terkena gangguan sehingga proses produksi dapat tetap berjalan. Pengaturan setting pengaman rele dan koordinasinya ini mempunyai banyak syaratsyarat tertentu. Ada banyak parameter-parameter yang harus dipenuhi agar sistem pengaman dapat berjalan seperti yang diinginkan. Jika persyaratanpersyaratan tersebut tidak dipenuhi maka dapat
menyebabkan sistem pengaman tidak berjalan sebagaimana yang diinginkan. Akan tetapi kondisi yang ideal, yaitu dapat mengamankan peralatanperalatan dari gangguan secara sempurna, sangat jarang bisa dicapai, akan tetapi dalam tugas akhir ini akan dicari setting pengaman beserta perhitungannya sehingga sistem pengaman dapat berjalan mendekati kondisi yang ideal. Dalam penulisan tugas akhir ini, diasumsikan semua peralatan (Sistem pembangkitan, sistem distribusi, motor-motor) berada dalam kondisi optimal dan dapat bekerja dengan baik sebagaimana mestinya. Pembangkitan maksimum menggunakan 8 buah generator dan pembangkitan minimum menggunakan 7 buah generator. Rele yang dianalisis hanya rele arus lebih dan sistem kelistrikan yang dianalisis hanya pada bagian tegangan tinggi (20 kV ; 11 kV ; 3,3 kV), tidak termasuk rele tegangan rendah serta tidak termasuk sistem kelistrikan pada PT. SMELTING. Sistem kelistrikan pada PT.SMELTING diasumsikan tidak memberikan kontribusi arus gangguan pada PT. BOC Gases Gresik Jawa Timur karena tidak adanya generator pada sistem PT. SMELTING
2. TEORI PENUNJANG 2.1 Rele Proteksi Rele proteksi atau yang juga disebut sebagai rele pengaman adalah salah satu komponen penting yang digunakan dalam sistem proteksi atau sistem pengaman jaringan, dan digunakan untuk mengirimkan sinyal kepada pemutus (circuit breaker) supaya dapat mebuat keputusan untuk membuka atau menutup jaringan. Fungsi utama dari rele ini adalah ketika terjadi gangguan pada sistem maka peralatan sensing pada rele ini bertugas untuk mendeteksi adanya ketidaknormalan pada sistem tenaga listrik dan selanjutnya mengirimkan sinyal ke pemutus (circuit breaker) untuk memutuskan jaringan yang sedang mengalami gangguan. Rele mempunyai kemampuan untuk mengubah data masukkan input menjadi sebuah keluaran yang berbentuk gerakkan kontak. Ada dua gerakkan yang dimiliki output rele ini yaitu menutup (close) atau menahan (block). Jika output rele berada pada posisi menutup maka rele akan memberikan sinyal untuk melakukan proses pembukaan circuit breaker ( trip ) yang nantinya akan mengisolasi sistem yang terkena gangguan dari sistem-sistem lain yang tidak terkena
2
gangguan. Berikut ini adalah blok diagram dari cara kerja rele pengaman. Gangguan
Rele
Pemutus Gambar 1. Blok Diagram Rele Oleh karena rele merupakan salah satu peralatan proteksi sistem yang sangat penting, maka dalam pengaturannya harus dilakukan dengan secermat dan seteliti mungkin untuk memperkecil terjadinya kesalahn operasi pada saat terjadi gangguan. 2.2 Rele Arus Lebih Rele arus lebih adalah sebuah jenis rele proteksi yang bekerja berdasarkan prinsip besarnya arus input yang masuk ke dalam peralatan sensing rele. Apabila besaran arus yang masuk melebihi harga arus yang telah disetting (IP) sebagai standart kerja rele tersebut, maka rele arus ini akan bekerja dan memberikan perintah pada CB untuk memutuskan sistem. Pada umumnya karena kebanyakan rele arus lebih memakai trafo arus ( CT ) sebagai alat bantu, maka besaran IP juga dinyatakan sebagai arus keluaran gulungan sekunder dari CT. Begitu pula apabila terjadi arus gangguan (IF) yang terjadi di dalam daerah pengamanan rele juga dinyatakan terhadap gulungan sekunder CT. Secara singkat prinsip kerja rele arus lebih dapat ditulis sebagai berikut : Jika IF > IP maka rele bekerja ( trip ) Sebaliknya IF < IP maka rele tidak bekerja ( block ) Jadi apabila peralatan sensing daripada rele mendeteksi adanya besaran arus gangguan yang lebih besar nilainya dari arus kerja yang telah disetting maka rele akan memberikan perintah untuk trip. Sedangkan apabila rele mendeteksi adanya arus gangguan namun besaran arus tersebut tidak melebihi besar nilai arus kerja maka rele akan memberikan perintah untuk block. 2.3 Prinsip Kerja Rele Arus Lebih Rele arus lebih adalah rele yang bekerja berdasarkan arus lebih akibat adanya gangguan yang terjadi pada sistem akibat adanya gangguan hubung singkat atau adanya beban lebih (overload). Setelah mendeteksi adanya gangguan maka rele ini akan memberikan sinyal pada pemutus untuk memutuskan saluran sesuai dengan karakteristik waktu yang telah ditentukan. Skema kerja dari rele ini dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
Gambar 2. Rangkaian Rele Arus Lebih Pada kondisi normal dimana arus yang terdeteksi oleh kumparan sekunder dari CT tidak melebihi suatu besaran yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai besaran standart maka kondisi CB akan tetap menutup dan arus pada sistem tetap mengalir ke bawah. Dalam kondisi ini tripping coil akan juga dalam kondisi menutup karena arus yang terdeteksi masih berada di bawah besaran standart yang telah ditentukan. Apabila suatu ketika terjadi sebuah gangguan pada sistem, maka harga arus yang mengalir pada sistem akan naik melampaui besaran standart yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini akan menyebabkan rele bekerja dengan pertama menutup kontak rele sesuai dengan harga arus dan karakteristik yang dimiliki oleh rele tersebut. Ini akan menyebabkan arus mengalir pada ke tripping coil sehingga kontak utama CB akan membuka. Karena terbukanya kontak utama CB, maka arus dari sistem tidak dapat lewat kembali atau terputus. Hal ini dimaksudkan untuk segera mengisolir daerah yang mengalami gangguan agar tidak sampai mempengaruhi daerah-daerah lain yang tidak terkena gangguan. 2.4 Penyetelan Rele Arus Lebih Untuk Gangguan Fasa Penyetelan rele arus lebih ini memperhitungkan dua faktor utama, yaitu arus beban penuh dan arus hubung singkat minimum.keduanya ini sangat berperan dalam menentukkan batas bawah dan batas atas dalam penentuan arus kerja rele. Untuk batas bawah pada umumnya, sebuah rele diharuskan untuk tidak bekerja pada saat beban maksimum sedang terjadi di dalam sistem atau saat semua motor yang berada di daerah operasinya sedang bekerja, hal ini bisa dituliskan dalam persamaan :
………………… (1) Keterangan : IPP = Setting arus Ksf = Faktor keamanan ( 1,05 – 1,3 )
3
Kd = Faktor arus kembali dan arus kerja (0,7–0,95) IFL = Arus beban penuh Pada umumnya dalam praktek di lapangan dipakai faktor sebesar 1,25 ( besaran ini bergantung pada permintaan seberapa sensitif peralatan rele arus lebih tersebut diinginkan untuk bekerja) sehingga persamaan batas bawah di atas menjadi :
IPP = 1,25 * IFL Sedangkan untuk batas atasnya, diharapkan sebuah rele akan bekerja apabila mendeteksi adanya sebuah arus gangguan terutama gangguan hubung singkat. Arus gangguan hubung singkat yang terbesar dihasilkan oleh gangguan hubung singkat tiga fasa ke tanah sedangkan gangguan hubung singkat terkecil dihasilkan oleh hubung singkat antar fasa. Untuk penyetelan batas atas dipakai arus gangguan yang terkecil yaitu arus gangguan hubung singkat antar fasa. Hal ini bisa dituliskan dalam persamaan :
………………… (2) Keterangan : IPP = Setting arus Ks = Faktor sensitivitas ( 1,3 – 1,5 ) Isc min = Arus gangguan hubung singkat minimum (gangguan antar fasa) Pada umumnya dalam praktek di lapangan dipakai faktor sensitivitas 1,3 sehingga persamaan batas atas di atas dapat ditulis menjadi :
IPP =
0,8 * Isc min……. (3)
Sehingga persamaan untuk penyetelan rele arus lebih untuk gangguan fasa dapat ditulis sebagai berikut : 1,25 * IFL < IPP < 0,8 * Isc min….... (4) Sedangkan untuk setting waktu diatur sedemikian rupa sehingga rele yang berada paling jauh dari generator / sumber mempunyai setting waktu yang sekecil mungkin dan rele yang berada paling dekat dengan generator / sumber mempunyai setting waktu yang sebesar mungkin. Hal ini dimaksudkan supaya suplai daya listrik yang berasal dari generator tidak mudah putus atau lepas dari sistem apabila terjadi gangguan. Faktor-faktor yang diperlukan untuk penyetelan setting waktu ini adalah besarnya arus hubung singkat maksimum, setting arus, dan kurva karakteristik rele. Setelah mengetahui multi-tap current setting dan dengan melihat kurva karakteristik maka dapat diketahui berapa setting waktu yang tepat untuk rele tersebut.
3. SISTEM KELISTRIKAN DI PT. BOC GASES GRESIK JAWA TIMUR 3.1 Sistem Jaringan di PT. BOC Gases Gresik Jawa Timur Sistem jaringan yang dipakai di PT. BOC Gases Gresik Jawa Timur adalah sistem radial. Sistem tegangan yang dipakai adalah 20 kV; 11 kV; 6 kV; 3,3 kV dan 0,4 kV. 3.2 Sistem Pembangkit di PT. BOC Gases Gresik Jawa Timur Sistem pembangkitan yang dipakai di PT. BOC Gases Gresik Jawa Timur menggunakan 7 buah generator ( dalam kondisi baik ) dengan total daya 49,6 MW. Terdapat dua pembangkit cadangan lain yang saat ini sedang tidak dioperasikan dengan total daya 12,2 MW. Akan tetapi pada pembangkitan maksimun salah satu generator cadangan yang berdaya 3,2 MW juga ikut dinyalakan, hanya pada saat pembangkitan maksimum saja. Sedangkan saat pembangkitan minimum hanya tujuh generator saja yang dinyalakan. Ketujuh pembangkit yang dioperasikan tersebut merupakan sumber daya yang utama dalam melayani kebutuhan daya setiap motor atau beban yang ada di PT. BOC Gases Gresik Jawa Timur. Sumber dari PLN hanyalah sebagai cadangan apabila nantinya terdapat defisit suplai daya. Namun saat ini sedang direncanakan untuk menyalakan salah satu pembangkit cadangan dan menjual sisa daya yang tidak terpakai tersebut ke PLN. 3.3 Sistem Distribusi di PT. BOC Gases Gresik Jawa Timur Sebuah sistem distribusi adalah suatu saluran yang bekerja secara terpadu untuk menyalurkan energi listrik dari sumber ke beban atau dari produsen listrik ke konsumen listrik. Sistem distribusi yang digunakan di PT. BOC Gases Gresik Jawa Timur ini adalah sistem radial. Suplai listrik yang berasal dari tujuh generator dengan total daya 49,6 MW tersebut dialirkan ke beban-beban atau motor yang ada melalui sebuah bus dengan sistem tegangan 11 kV. Oleh karena beberapa dari beban yang ada memakai sistem tegangan yang berbeda maka dubutuhkan beberapa transformator daya yang digunakan untuk menyuplai beban dengan rating tegangan yang sesuai. Sedangkan beban-beban yang terdapat di sistem kelistrikan PT. BOC Gases Gresik Jawa Timur ini terbagi dalam dua bagian yaitu : - Substation 1APD-MCC-1 Pada substation ini terdapat tujuh motor induksi yang membutuhkan suplai daya dari sistem, ketujuh motor induksi tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :
4
Tabel 1. Beban Terpasang pada Bus 1APD-MCC-1 No. 1 2 3 4 5 6 7
ID Beban 1FWA-P-3C 1FWA-P-3B 1HRC-FAN-1A 1HRC-FAN-1B 1HRC-FAN-1C 1HRC-P-1A 1HRC-P-1B
Rating Tegangan (kV) 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3
Rating Daya (kW) 223,8 223,8 150 150 150 447,6 447,6
FLA (Ampere) 49,48 49,48 30,35 30,35 30,35 108,76 108,76
-
Bus 1APD-MCC-2 Pada bus ini hanya ada terdapat satu buah beban dengan spesifikasi sebagai berikut :. Tabel 2. Beban Terpasang pada Bus 1APD-MCC-2 No.
ID Beban
1
1HRC-P-1C
Rating Tegangan (kV) 3,3
Rating Daya (kW) 447,6
FLA (Ampere) 108,76
Tabel 3. Tabulasi Setting Eksisting Rele Motor ID Rele 52BFP3C 52BFP3B 52CTF1A 52CTF1B 52CTF1C 52CWP1A 52CWP1B 52CWP1C
CT Ratio 75/5 75/5 75/5 75/5 75/5 200/5 200/5 200/5
FLA (kA) 49,48 49,48 30.29 30.29 30.29 98,96 98,96 98,96
Eksisting Time Tap Dial 0,8 17 0,8 17 0,55 19 0,55 19 0,55 19 0,87 8 0,87 8 0,87 8
Inst. 8 8 5,9 5,9 5,9 7,1 7,1 7,1
Tabel 4. Tabulasi Setting Eksisting Rele Arus Lebih ID Rele 52-2 52-6 52-1 52-5 52-3 52-7 CB-2 52-8 52-16 52-18 52-20 CB-14 52-10 52-12 52-13 52-11
CT Ratio
Tap
800/5 800/5 300/5 3000/5 800/5 800/5 250/5 300/5 250/5 250/5 250/5 3000/5 3000/5 300/5 300/5 2000/5
6,2 5.2 0.5In 0,22In 6,2 6,2 5.46 0.5In 5,46 5,46 5,46 0,22In 0,22In 0.5In 0.5In -
Eksisting Time Inst. Dial 1 None 1 None 4 10 - 1 None 1 None 0,7 None 4 10 0,7 None 0,7 None 0,7 None 4 10 4 10 -
Delay 1 1 1 1
3.4 Koordinasi Rele di di PT. BOC Gases Gresik Jawa Timur Koordinasi rele ditujukan untuk menjaga kontinuitas pelayanan pada daerah yang tidak terganggu, dengan cara memisahkan secara cepat daerah yang mengalami gangguan sehingga keandalan sistem tetap terjaga. Sistem proteksi di PT. BOC Gases Gresik Jawa Timur, dalam menentukan setting proteksinya harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : - Kemampuan mengamankan sistem dari gangguan berupa hubung singkat dan beban lebih.
- Mempunyai selektifitas dalam melakukan pengamanan. - Sensitif terhadap gangguan yang dapat mengganggu sistem operasi. Untuk tabel koordinasi rele pada PT. BOC Gases Gresik Jawa Timur bisa dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
4. ANALISIS HUBUNG SINGKAT DAN KOORDINASI RELE DI PT BOC GASES GRESIK JAWA TIMUR 4.1 Perhitungan Setting Rele di PT. BOC Gases Gresik Jawa Timur Pada tugas akhir ini rele arus lebih (Over Current Relay – OCR) yang dianalisis adalah relerele yang bekerja pada sistem tegangan menengah yaitu pada sistem 20 kV, 11 kV dan 3,3 kV. Relerele ini mempunyai tugas untuk mengamankan peralatan-peralatan utama seperti generator, busbar, transformator dan motor yang ada pada sistem. Karena sebuah sistem adalah mungkin untuk terkena suatu gangguan, maka perhitungan dengan memperhatikan kemampuan serta setting peralatan menjadi penting untuk menghindarkan terjadinya hal-hal yang dapat berakibat fatal pada sistem secara keseluruhan. Dalam tugas akhir ini perhitunganperhitungan akan dilakukan dengan memakai simulasi ETAP Power Station. Perhitungan yang dilakukan menyangkut arus hubung singkat maksimum (hubung singkat 3Ø pada saat pembangkitan maksimum) dan arus hubung singkat minimum (hubung singkat 2Ø pada saat pembangkitan minimum) atau dengan cara mengalikan arus hubung singkat maksimum dengan koefisien 0,866 pada kondisi pembangkitan minimum. 4.2 Analisis Setting Rele Setelah mengetahui besar arus hubung singkat yang dapat terjadi pada setiap bus dan dapat merusak peralatan-peralatan yang ada pada bus tersebut, maka perlu dilakukan perhitungan setting rele yang digunakan untuk mengamankan sistem tersebut dengan membatasi besaran nominal arus untuk menjaga kestabilan sistem. Data-data yang diperlukan dalam perhitungan analisis setting rele ini adalah rating trafo arus yang dipakai, karakteristik rele, kemampuan peralatan, dan rating tegangan kerja. Berikut ini contoh perhitungan analisis setting rele untuk rele arus lebih (50/51) : - Setting Rele untuk Bus 1APD-MCC-1 SLD untuk bus 1APD-MCC-1 adalah sebagai berikut seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.
5
=
= 0,31
Tdset ≥ 0,31 Maka dipilih setting Td : 1 - Setting Arus ( I>> ) Gambar 4. SLD untuk Bus 1APD-MCC-1
Iset < 0,8 x Iset < 12,4 Maka dipilih setting I>> : 4,5 Setting Waktu ( t>> ) t>> : 0,11 + 0,3 = 0,41 s Dipilih Setting Waktu ( t>> ) : 0,41 s
a. CB 52BFP3C Jenis Rele : GE Multilin 239 CT : 75/5 A Tap : 0,15 - 20 FLA
:
= LRA (arus starting) : = 6 x FLA = 6 x 49,58 = 297,48 A Tap : -
( Tap dipilih 4,2 ) Setting Waktu
Td
Iset < 0,8 x
c. CB 52-1 Jenis Rele : GE Multilin 735/737 CT : 300/5 A Tap : 1,1 – 2,2 FLA
:
: (FLA trafo sisi tegangan rendah dirubah ke dalam tegangan tinggi)
LRA ( arus starting ) : (LRA trafo sisi tegangan rendah dirubah ke dalam tegangan tinggi)
( t diinginkan 0,1 s ) Tdset ≥ 1,39 Maka dipilih setting Td : 1,5 - Setting Arus ( I>> )
Tap -
: ( Tap dipilih 1,3 In ) Setting Waktu
x In = 1,07 x In
Iset < 0,8 x Isc max motor 1FWA-P-3C = 0,259 kA ( didapat dengan program ETAP )
Td
: ( t diinginkan 0,6 s )
Iset < 0,8 x Iset < 11,96 Maka dipilih setting I>> : 8 - Setting Waktu ( t>> ) Dipilih Setting Waktu ( t>> ) : 0,11 s
Tdset ≥ 4,4 Maka dipilih setting Td : 4,5 Setting Arus (I>>) < Iset < 0,8 x
b. CB 1APD-52-1 Jenis Rele : GE Multilin 735/737 CT : 1000/5 A Tap : 1,1 – 2,2 FLA
: ( asumsi motor terbesar start terakhir )
LRA (arus starting) : = Inrush Transformator = 8 x FLA =8 Tap Td
: ( Tap dipilih 1,1 In) Setting Waktu : ( t diinginkan 0,4 s )
= 2068 A
Dipilih I = 5000 A I / ( nCT ) = 5000 / ( 300 ) = 16,67 Dipilih setting I>> : 16 Setting Waktu (t>>) Dipilih Setting Waktu (t>>) : 0,12 s 4.3 Hasil Koordinasi Rele Arus Lebih pada PT. BOC Gases Gresik Jawa Timur Hasil koordinasi rele arus lebih setelah dilakukan analisa perhitungan sesuai rumus dapat dilihat pada Tabel 5.
x In = 1,07 x In
5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil simulasi dan analisis, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : - Dengan pengintegrasian yang dilakukan PT. BOC Gases Gresik Jawa Timur ke PLN
6
menyebabkan short circuit level di PT. BOC Gases Gresik Jawa Timur meningkat, contoh pada bus 11 kV BUS-1 kondisi sebelum pengintegrasian arus hubung singkat maksimum sebesar 29.804 kA menjadi 39.285 kA, hal tersebut mengharuskan adanya koordinasi ulang (resetting) dari rele arus lebih agar dapat lebih sensitif. -
Hasil Koordinasi Setting Rele
- Setelah dilakukan perhitungan ulang analisis koordinasi rele arus lebih, terdapat beberapa koordinasi yang kurang sempurna pada sistem eksisting, terutama pada rele motor, dimana sebelumnya tidak dilakukan pegaturan time delay (t>>), pada rele yang berada di saluran feeder, pengaturan I>, t>, I>>, t>> pun tidak sesuai dengan perhitungan secara manual dengan mengacu pada teori dan rumus. - Setelah dilakukan resetting, maka pada rele motor dilakukan penambahan t>> sebesar 0,11 s. dengan harapan agar pengamanan dapat berjalan dengan lebih tepat dalam mengatasi gangguan yang terjadi. Untuk rele-rele arus lebih yang berada pada saluran feeder, juga dilakukan pengaturan ulang baik I>, t>, I>>, t>> sesuai dengan rumus perhitungan dan teori yang ada untuk mencapai sistem proteksi yang ideal. Untuk rele pelindung generator, hanya dilakukan perubahan pengaturan setting untuk I> dan t> berdasarkan perhitungan rumus.
DAFTAR REFERENSI
Gambar 5 Gambar Hasil Resetting untuk Bus 1APD-MCC-1 dengan motor 1FWA-P-3C Tabel 5. Hasil Koordinasi Rele Arus Lebih Resetting IDMT
Rele I> 52BFP3C 52BFP3B 52CTF1A 52CTF1B 52CTF1C 52CWP1A 52CWP1B 52CWP1C 1APD-52-1 1APD-52-2 52-1 52-8 52-12 52-13 52-5 52-10 CB 14 52-2 52-6 52-3 52-7 CB 2 52-16 52-18 52-20 52-11 MHI-4
Keterangan :
t>
4,2 4,2 2,7 2,7 2,7 3,4 3,4 3,4 1,1In 1,1In 1,3In In 1,3In In 0,8In 0,8In In 5,2 4,4 5,2 5,2 5,3 5,3 5,3 5,3 0,9In 0,9In
High Setting I>> t>> 1,5 8 0,11 1,5 8 0,11 2,5 5 0,11 2,5 5 0,11 2,5 5 0,11 0,65 5,2 0,11 0,65 5,2 0,11 0,65 5,2 0,11 1 4,5 0,41 1 4,5 0,41 4,5 16 0,12 4 15 0,12 4,5 16 0,12 4 15 0,12 2,5 5 0,5 2,5 5 0,5 2 5 0,5 0,3 None 0,3 None 0,3 None 0,3 None 0,4 None 0,4 None 0,4 None 0,4 None 2 4 0,72 1 5 1
= Resetting
[1] Wahyudi,Ir. “Diktat Sistem Pengaman Tenaga Listrik”, JTE-ITS, Surabaya, 2007. [2] Ontoseno P, ”Diktat Mata Kuliah Analisis Sistem Tenaga I”, JTE-ITS, Surabaya, 2008. [3] Ontoseno P, ”Diktat Mata Kuliah Analisis Sistem Tenaga II”, JTE-ITS, Surabaya, 2008. [4] Datasheet, ”Motor Protection Relay, 239”, GE Multilin. [5] Datasheet, ”SR Feeder Relay, 735/737”, GE Multilin. [6] Datasheet, ”Generator Protection, M-3420”, Beckwith Electric Company, 2001. [7] Irwin Lazar, “Electrical System Analysis and Design for Industrial Plants”, McGraw-Hill, Inc, 1980 [8] Titarenko M.Ivonovsky,”Protective Relaying in Electrical Power System”. [9] P.M. Andersson, ”Power System Protection”, McGraw-Hill, 1998. [10] Sanil S. Rao,”Switchgear and Protection”, Khanna Publishes, 1980.
BIODATA PENULIS Albertus Rangga Permana lahir pada tanggal 5 Maret 1988 di Surabaya. Menempuh pendidikan sekolah menegah di SMPK St. Clara Surabaya angkatan 2000 dan SMAK St. Louis I Surabaya angkatan 2003. Pada saat ini sedang menyelesaikan kuliah di jurusan teknik elektro di ITS angkatan 2006. Pada semester 5 mengambil bidang studi atau spesialisasi teknik sistem tenaga.