STUDI KOMPETISI TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli DENGAN PENDEKATAN PARSIAL ADITIF
OLEH DWI ARI NOVIANTI A24051349
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
STUDI KOMPETISI TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli DENGAN PENDEKATAN PARSIAL ADITIF
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
Dwi Ari Novianti A24051349
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN
DWI ARI NOVIANTI. Studi Kompetisi Tanaman Padi (Oryza sativa L.) pada Beberapa Kepadatan Populasi Gulma Echinochloa crus-galli dengan Pendekatan Parsial Aditif. (Dibimbing oleh DWI GUNTORO). Peningkatan jumlah penduduk Indonesia harus diimbangi dengan peningkatan produksi beras. Salah satu kendala dalam usaha peningkatan produksi beras adalah gulma. E. crus-galli merupakan salah satu jenis gulma utama pada lahan sawah. Gulma ini dapat menurunkan produksi tanaman padi. Penelitian bertujuan untuk mempelajari studi kompetisi tanaman padi pada beberapa kepadatan populasi gulma E. crus-galli dengan pendekatan parsial aditif. Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga Bogor, pada bulan April sampai Agustus 2009. Percobaan disusun dalam rancangan kelompok lengkap teracak yang terdiri atas satu faktor, yaitu populasi E. crus-galli per pot yang terdiri atas sembilan taraf yaitu populasi 2 E. crus-galli per pot, 4 E. crus-galli per pot, 6 E. crus-galli per pot, 8 E. crus-galli per pot, 1 padi tanpa gulma E. crus-galli (kontrol), 1 padi dengan 2 E. crus-galli per pot, 1 padi dengan 4 E. crus-galli per pot, 1 padi dengan 6 E. crus-galli per pot, dan 1 padi dengan 8 gulma E. crus-galli per pot. Parameter yang diamati pada tanaman padi dan gulma E. crus-galli meliputi tinggi, jumlah anakan, waktu keluarnya stage daun E. crus-galli, jumlah daun, panjang dan lebar daun, ukuran daun bendera, panjang akar, bobot kering biomassa, panjang malai, jumlah gabah dan biji E. crus-galli per malai, jumlah gabah dan biji E. crus-galli per pot, kepadatan malai, jumlah malai padi, bobot 100 butir gabah dan bobot 1000 butir biji E. crus-galli, produksi gabah, total hasil relatif, dan koefisien pendesakan. Semakin tinggi populasi E. crus-galli, semakin menekan pertumbuhan tinggi, jumlah anakan, jumlah dan ukuran daun, serta panjang akar padi. Persaingan antara tanaman padi dengan gulma E. crus-galli mempengaruhi hampir seluruh peubah hasil padi baik bobot kering biomassa, jumlah gabah per pot, bobot gabah isi, dan persentase bobot gabah hampa. Perlakuan 1 padi dengan 8 gulma E. crus-galli per pot mampu menurunkan bobot gabah kering sebesar 77.8% dibandingkan terhadap kontrol. Semakin tinggi populasi E. crus-galli, waktu keluarnya stage daun E. crus-galli semakin lambat, panjang malai, jumlah gabah per malai, dan kepadatan malai E. crus-galli semakin menurun. Perlakuan populasi 2 E. crus-galli yang ditanam bersama padi menurunkan panjang akar E. crus-galli 29.6% dibandingkan terhadap perlakuan monokultur 2 E. crus-galli. Nilai perhitungan total hasil relatif pada penelitian ini tidak cukup kuat menunjukkan kompetisi antara tanaman padi dan E. crus-galli. Namun, perhitungan dengan menggunakan koefisien pendesakan menunjukkan bahwa gulma E.crus-galli lebih kompetitif dibandingkan tanaman padi.
Judul
: STUDI KOMPETISI TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli DENGAN PENDEKATAN PARSIAL ADITIF
Nama
: Dwi Ari Novianti
NRP
: A24051349
Menyetujui Dosen Pembimbing,
(Dwi Guntoro, SP, MSi) NIP: 19700829 199703 1 001
Mengetahui: Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr) NIP: 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 3 Mei 1987. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Kasiman dan Ibu Tuti Susilawati. Pengalaman pendidikan penulis diawali dari Sekolah Taman Kanak-Kanak di TK Dharma Putera, Bogor pada tahun 1992 dan mengenyam pendidikan sekolah dasar di SDN Pengadilan 1 Bogor hingga tahun 1999. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTPN 4 Bogor pada tahun 2002 dan pada tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikan menengah tingkat atas di SMAN 1 Bogor. Pada tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Mahasiswa IPB). Selama menjadi mahasiswa, penulis menjadi asisten dosen mata kuliah Pengendalian Gulma pada tahun 2008 dan 2009.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Studi Kompetisi Tanaman Padi (Oryza sativa L.) pada Beberapa Kepadatan Populasi Gulma Echinochloa crus-galli dengan Pendekatan Parsial Aditif ini disusun sebagai tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikannya dan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari penyelesaian tulisan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1.
Dwi Guntoro, SP, MSi selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, dan kesabarannya selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
2.
Ir. A. Pieter Lontoh, MS dan Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan tulisan ini.
3.
DIKTI atas dana Hibah Bersaing Tahap II (2009) yang diperoleh oleh Tim Bapak Dwi Guntoro, SP, Msi.
4.
Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun materil. Kakak serta adik-adik atas doa dan dukungannya.
5.
Bony Bahtera Adiguna Mulyono atas perhatian, kasih sayang, kesabaran, serta dukungannya selama lima tahun ini.
6.
Saudara seperjuangan, Arie dan Verdha yang selalu menemani, membantu, dan menyemangati. Diah, Ajeng, Meri, Yuyun, Isti, Eny, dan Winda atas kebersamaan dan persahabatan selama ini, serta teman-teman AGH 42.
Bogor, Januari 2010
Penulis
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ..................................................................................
vi
DAFTAR ISI .................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xi
PENDAHULUAN ......................................................................................... Latar Belakang ................................................................................ Tujuan.............................................................................................. Hipotesis ..........................................................................................
1 1 3 3
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... Echinochloa crus-galli ................................................................... Morfologi Echinochloa crus-galli ................................................. Syarat Tumbuh Echinochloa crus-galli ........................................ Kompetisi Padi dengan Echinochloa crus-galli ........................... Penetapan Kompetisi ......................................................................
4 4 4 5 6 7
BAHAN DAN METODE ............................................................................. Tempat dan Waktu.......................................................................... Bahan dan Alat................................................................................ Metode Penelitian ........................................................................... Pelaksanaan Penelitian ................................................................... Pengamatan .....................................................................................
11 11 11 11 12 13
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... Kondisi Umum ................................................................................ Pertumbuhan Vegetatif dan Produksi Tanaman Padi .................. Pertumbuhan Vegetatif dan Produksi Echinochloa crus-galli .... Penetapan Kompetisi ...................................................................... Pembahasan.....................................................................................
16 16 16 25 35 37
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................
42
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
43
LAMPIRAN ..................................................................................................
48
DAFTAR TABEL No.
Halaman Teks
1.
Tinggi Tanaman Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ........
17
2.
Jumlah Anakan Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli..........
17
3.
Jumlah Daun Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli..............
18
4.
Panjang Daun Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ............
18
5.
Lebar Daun Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ................
19
6.
Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera Tanaman Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ......................................................
19
Panjang Akar Tanaman Padi pada Perlakuan Populasi E.crusgalli ....................................................................................................
20
8.
Bobot Kering Tajuk Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ..
21
9.
Bobot Kering Akar Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ...
21
10.
Bobot Kering Malai Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ..
22
11.
Bobot Kering Total Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ...
22
12.
Panjang Malai, Jumlah Gabah/Malai, Jumlah Gabah/Pot, Kepadatan Malai, dan Jumlah Malai Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli .......................................................................
23
13.
Produksi Gabah pada Perlakuan Populasi E. crus-galli .................
24
14.
Tinggi E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ...........
25
15.
Jumlah Anakan E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crusgalli ....................................................................................................
26
Waktu Keluarnya Stage Daun E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli .......................................................................
26
17.
Jumlah Daun E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E.crus-galli .
27
18.
Panjang Daun E.crus-galli pada Perlakuan Populasi E.crus-galli .
27
19.
Lebar Daun E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ..
28
20.
Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ......................................................
28
21.
Panjang Akar E.crus-galli pada Perlakuan Populasi E.crus-galli .
29
22.
Bobot Kering Tajuk E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli............................................................................................
30
7.
16.
No.
Halaman Teks
23. 24. 25. 26.
27.
28.
Bobot Kering Akar E.crus-galli pada Perlakuan Populasi E.crusgalli ....................................................................................................
30
Bobot Kering Malai E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ...........................................................................................
33
Bobot Kering Total E.crus-galli pada Perlakuan Populasi E.crusgalli ....................................................................................................
34
Panjang Malai, Jumlah Biji/Malai, Jumlah Biji/Pot, dan Kepadatan Malai E.crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crusgalli ....................................................................................................
34
Hasil Relatif Padi (HRP), Hasil Relatif E. crus-galli (HRE), dan Total Hasil Relatif (THR) pada Perlakuan Populasi E. crusgalli ....................................................................................................
35
Koefisien Pendesakan Padi dan E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli .......................................................................
36
Lampiran 1.
Hasil Analisis Media Tanam ............................................................
49
2.
Analisis Ragam Tinggi Tanaman Padi ............................................
50
3.
Analisis Ragam Jumlah Anakan Tanaman Padi .............................
51
4.
Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Padi .................................
53
5.
Analisis Ragam Panjang Daun Tanaman Padi ................................
54
6.
Analisis Ragam Lebar Daun Tanaman Padi ....................................
55
7.
Analisis Ragam Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera Tanaman Padi ....................................................................................
56
8.
Analisis Ragam Panjang Akar Tanaman Padi.................................
56
9.
Analisis Ragam Bobot Kering Tajuk Tanaman Padi ......................
57
10.
Analisis Ragam Bobot Kering Akar Tanaman Padi .......................
57
11.
Analisis Ragam Bobot Kering Malai Tanaman Padi ......................
57
12.
Analisis Ragam Bobot Kering Total Tanaman Padi .......................
58
13.
Analisis Ragam Panjang Malai Tanaman Padi ...............................
59
14.
Analisis Ragam Jumlah Gabah Per Malai Tanaman Padi ..............
59
15.
Analisis Ragam Jumlah Gabah Per Per Pot Tanaman Padi ............
59
No.
Halaman Teks
16.
Analisis Ragam Kepadatan Malai Tanaman Padi ...........................
59
17.
Analisis Ragam Jumlah Malai Tanaman Padi.................................
60
18.
Analisis Ragam 100 Butir Gabah .....................................................
60
19.
Analisis Ragam Produksi Gabah ......................................................
60
20.
Analisis Ragam Tinggi Gulma E. crus-galli ...................................
61
21.
Analisis Ragam Jumlah Anakan E. crus-galli ................................
62
22.
Analisis Ragam Waktu Keluarnya Stage Daun E. crus-galli.........
64
23.
Analisis Ragam Jumlah Daun E. crus-galli ....................................
65
24.
Analisis Ragam Panjang Daun E. crus-galli ...................................
66
25.
Analisis Ragam Lebar Daun E. crus-galli .......................................
67
26.
Analisis Ragam Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera E. crusgalli ....................................................................................................
68
27.
Analisis Ragam Panjang Akar E. crus-galli ....................................
68
28.
Analisis Ragam Bobot Kering Tajuk E. crus-galli .........................
69
29.
Analisis Ragam Bobot Kering Akar E. crus-galli ..........................
69
30.
Analisis Ragam Bobot Kering Malai E. crus-galli .........................
70
31.
Analisis Ragam Bobot Kering Total E. crus-galli ..........................
70
32.
Analisis Ragam Panjang Malai E. crus-galli ..................................
71
33.
Analisis Ragam Jumlah Biji Per Malai E. crus-galli ......................
71
34.
Analisis Ragam Jumlah Biji Per Per Pot E. crus-galli ...................
71
35.
Analisis Ragam Kepadatan Malai E. crus-galli ..............................
71
36.
Analisis Ragam Bobot 1000 Butir Biji E. crus-galli ......................
72
37.
Analisis Ragam Hasil Relatif Padi ...................................................
72
38.
Analisis Ragam Hasil Relatif E. crus-galli .....................................
72
39.
Analisis Ragam Total Hasil Relatif .................................................
73
40.
Analisis Ragam Koefisien Pendesakan Padi terhadap E. crusgalli (KPPE) ........................................................................................
74
Analisis Ragam Koefisien Pendesakan E. crus-galli terhadap Padi (KPEP) ........................................................................................
74
Deskripsi Padi Varietas IR-64 ..........................................................
75
41. 42.
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman Teks
1.
Diagram Seri Penggantian ................................................................
9
2.
Tajuk dan Akar Tanaman Padi pada Saat Panen ............................
21
3.
Bobot 100 Butir Gabah pada Perlakuan Populasi E. crus-galli .....
24
4.
Tajuk dan Akar Gulma E. crus-galli pada Saat Panen ...................
31
5.
Bobot Biomassa saat Panen: (a) Bobot Biomassa per Pot Padi dan E.crus-galli, (b) Bobot Biomassa per Individu E.crus-galli ...
31
Tajuk Padi dan E. crus-galli pada Pertanaman Campuran Saat Panen..................................................................................................
32
Akar Padi dan E. crus-galli pada Pertanaman Campuran Saat Panen..................................................................................................
32
Bobot 1000 Butir Biji E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ...........................................................................................
35
Kurva Total Hasil Relatif (THR): (a) THR pada 4 MST, (b) THR pada 8 MST, (c) THR pada 18 MST ...............................................
36
Koefisien Pendesakan Tanaman Padi dan E.crus-galli ..................
37
6. 7. 8. 9. 10.
Lampiran 1. 2.
Penempatan Tanaman Padi dan Gulma E. crus-galli pada Pot ......................................................................................................
76
Gambar Denah Letak Penelitian ......................................................
77
PENDAHULUAN
Latar Belakang Tanaman padi merupakan tanaman pangan utama di Indonesia, karena lebih dari setengah penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya berdampak pada peningkatan kebutuhan pangan terutama beras. Oleh karena itu, masalah pangan dan ketahanan pangan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari komoditi beras. Beras memenuhi sekitar 45% dari total "food intake" atau sekitar 80 persen sumber karbohidrat utama dalam pola konsumsi masyarakat (Nurmalina, 2007). Kedudukan beras sebagai makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat masih sulit digantikan oleh komoditi lain. Hal ini tergambar dari tingkat konsumsi beras per kapita Indonesia masih tinggi. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan beras dalam periode 2005-2025 diproyeksikan terus meningkat dengan laju peningkatan rata-rata 5.7% per tahun. Kebutuhan beras pada tahun 2005 sebesar 52.8 juta ton gabah kering giling (GKG), maka kebutuhan beras pada tahun 2025 diproyeksikan menjadi 65.9 juta ton GKG (Deptan, 2007). Untuk mencukupi kebutuhan pangan, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan produksi beras agar Indonesia tidak selalu tergantung pada impor beras. Sementara itu, usaha untuk meningkatkan produksi beras dihadapkan pada berbagai kendala, diantaranya adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Salah satu organisme pengganggu tanaman yang dapat menurunkan produksi beras adalah gulma. Percobaan-percobaan di Lembaga Pusat Penelitian Pertanian menunjukkan bahwa gulma dapat menurunkan produksi padi sawah sebesar 17% dan padi gogo sebesar 40%. Hal ini disebabkan karena untuk memperoleh unsur-unsur hara, sinar matahari, air dan ruang tumbuh, tanaman padi mendapat persaingan dari gulma tersebut (Deptan, 1983). Gulma juga dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit tanaman padi. Selain itu, gulma juga dapat mengurangi kualitas gabah, menutup saluran pemasukan dan pembuangan air irigasi, dan tentunya menambah biaya pemeliharaan tanaman padi. Gulma yang umum terdapat pada pertanaman padi sawah adalah Monochoria vaginalis,
Marsilea crenata, Cyperus difformis, Paspalum distichum, Echinochloa crus-galli dan Leptochloa chinensis (Tjitrosemito, 1994). Echinochloa crus-galli merupakan salah satu jenis gulma utama pada lahan sawah. Gulma ini dapat menurunkan produksi tanaman padi sampai 72% (Lubigan dan Vega dalam Suardi dan Pane, 1983). Hasil penelitian di Indramayu, E. crusgalli dapat mengakibatkan kehilangan hasil padi gogo hingga mencapai 90% (Pane et al., 2004). Ambang ekonomi dalam pengendalian E. crus-galli rendah, karena pada ratio 1 rumpun dari E. crus-galli tiap 4 rumpun padi, penurunan hasil pada padi sekitar 20.5% (Tjitrosemito, 1994). E. crus-galli yang berasal dari daerah yang berbeda memiliki daya kompetisi yang berbeda pula. Hal ini disebabkan E. crus-galli mempunyai daya adaptasi yang luas pada lingkungan yang bervariasi (Galinato et al., 1999). Padi merupakan tanaman C3, sedangkan E. crus-galli
ini termasuk
tanaman C4. Tanaman berjalur C4 lebih efisien dalam menggunakan cahaya matahari, air dan unsur hara (Setyowati et al., 2007). Sehingga tanaman atau gulma dengan siklus C4 memiliki kapasitas tinggi dalam berproduksi dan berkompetisi. Kompetisi ialah salah satu bentuk hubungan antar dua individu atau lebih yang mempunyai pengaruh negatif bagi kedua pihak (Mulyaningsih et al., 2008). Kompetisi terjadi karena kedua belah pihak membutuhkan sarana tumbuh atau sumberdaya yang sama dan tidak tersedia dalam jumlah yang cukup di dalam lingkungan (Balandier et al., 2005). Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya persaingan dalam pertanaman padi sawah adalah kepadatan gulma yang ada di sekitar pertanaman. Semakin tinggi kepadatan gulma, semakin menurunkan hasil tanaman padi. Kompetisi dapat diduga secara kuantitatif dan tingkat determinasi antara gulma dan tanaman dapat diduga dengan menggunakan pendekatan aditif dan dinamik yang dikembangkan oleh Spitters dan Van Den Berg (1982). Pendekatan parsial aditif merupakan tipe desain yang paling sederhana dari percobaan kompetisi, dimana tanaman pertama dijaga pada kepadatan yang konstan dan ditumbuhkan dalam kompetisi dengan beberapa tingkat kepadatan tanaman kedua. Desain ini digunakan untuk melihat pengaruh peningkatan kepadatan tanaman
dalam beberapa komponen pertumbuhan tanaman. Pendekatan parsial aditif biasa digunakan dalam percobaan pertanian untuk melihat pengaruh kepadatan gulma terhadap hasil tanaman budidaya (Buchanan et al. dalam Booth et al., 2003).
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kompetisi padi pada beberapa kepadatan populasi gulma E. crus-galli dengan pendekatan parsial aditif.
Hipotesis 1. Semakin tinggi populasi gulma E. crus-galli, pertumbuhan dan produksi tanaman padi semakin menurun. 2. Semakin tinggi populasi gulma E. crus-galli, pertumbuhan dan produksi gulma E. crus-galli tersebut menurun. 3. Gulma E. crus-galli memiliki daya kompetisi yang lebih tinggi dari daya kompetisi tanaman padi.
TINJAUAN PUSTAKA
Echinochloa crus-galli (L.) P. Beauv. E. crus-galli merupakan suatu jenis rumput liar yang termasuk gulma tahunan. E. crus-galli termasuk dalam kelas Poales, famili Poaceae (Galinato et al., 1999). E. crus-galli berasal dari Eropa, juga ditemukan di Kanada selatan dari Columbia timur, Britania ke Novia Scotia (Hitchchok, 1951). Galinato et al. (1999) menyatakan bahwa rumput E. crus-galli tersebar pada daerah tropis dan sub tropis di seluruh negara Asia Tenggara, Asia Selatan dan Australia. Rumput E. crus-galli memperbanyak diri secara generatif melalui biji. Tipe penyerbukan adalah penyerbukan silang. Biji E. crus-galli seringkali tercampur dengan benih padi serta bisa disebarkan oleh air irigasi, hewan, dan alat-alat pertanian (Itoh, 1991). Sung et al. (1987) menyatakan bahwa E. crus-galli meliputi 2 varietas yaitu E. crus-galli var. crus-galli dan E. crus-galli var. oryzicola. Namun Kim (1994), mengemukakan bahwa spesies E. crus-galli terdiri atas tiga subspesies, yaitu E. crus-galli var. crus-galli, E. crus-galli var. praticola dan E. crus-galli var. formosensis. Gulma rumput ini tergolong tumbuhan C4, sedangkan padi C3, meskipun keduanya termasuk famili Poaceae/Gramineae. Tumbuhan C4 lebih efisien dalam menggunakan air maupun berfotosintesis sehingga daya saing tumbuhan C4 lebih tinggi dari tumbuhan C3. E. crus-galli merupakan anggota paling penting dari genus Echinochloa dan
memiliki
kemampuan
berkembang
yang
pesat.
Hal
ini
karena
pertumbuhannya yang sangat cepat, kemampuan memproduksi benih yang tinggi, dormansi benih dan daya adaptasi yang tinggi pada kondisi lahan pertanian yang berbeda (Bahrendt dan Hanf, 1979).
Morfologi Echinochloa crus-galli E. crus-galli merupakan tumbuhan tahunan yang tumbuh tegak dengan batang kuat lurus dan berbentuk silindris dengan pith seperti spons putih di bagian dalamnya (Galinato et al., 1999). Tinggi gulma ini dapat mencapai 80-150 cm
atau 80 inci (Sung et al., 1987). Batang bercabang pada bagian dasarnya. Akarnya tebal dan berserat (Galinato et al., 1999). Daun gulma ini memiliki ukuran panjang sampai 40 cm dan lebar 5-15 mm, flat (kempes). Setiap daun memiliki pelepah daun memiliki panjang 9-13 cm dan helaian daun dengan ukuran 5-65 cm x 6-22 mm, bersatu dengan pelepah, bentuk linear dengan dasar yang lebar dan melingkar, bagian ujungnya meruncing, berambut halus pada bagian dasarnya, dan permukaannya berwarna hijau (Fishel, 2000). Perbungaan E. crus-galli terletak di ujung dan merunduk. Malainya memiliki panjang 5-21 cm dan terdiri dari 5-40 tandan. Perbungaan berbentuk piramid, berwarna hijau atau ungu tua. Stamen berjumlah 3 dengan anther yang berwarna kuning. Terdapat 2 putik dengan stigma berbulu, berwarna ungu, menonjol keluar di bawah ujung spikelet. Panjang spikelet 3-4 mm (Galinato et al., 1999). Buah pada gulma ini disebut caryopsis dengan bentuk lonjong dengan panjang 1.5-2 mm (Galinato et al., 1999). Bijinya berwarna coklat hingga kehitaman. Satu tanaman dapat menghasilkan biji sebanyak 40000 (AmpongNyarko dan De Datta, 1991).
Syarat Tumbuh Echinochloa crus-galli Distribusi geografi E. crus-galli yaitu pada 50oLU - 40oLS (Azmi dan Baki, 1995). Gulma ini beradaptasi pada daerah yang berair dengan kelembaban tanah yang cukup tinggi 80% dari kapasitas tanah menahan air (Ampong-Nyarko dan De Datta, 1991). Pada tanah yang lebih kering pun E. crus-galli masih dapat tumbuh, namun pertumbuhannya lebih kecil dengan jumlah anakan yang lebih sedikit. Pertumbuhan E. crus-galli sangat baik pada tanah berpasir dan berlempung, terutama tanah memiliki kandungan nitrogen yang tinggi. Pertumbuhannya tidak dibatasi oleh pH tanah (Galinato et al., 1999). Gulma E. crus-galli dapat tumbuh baik dengan temperatur tahunannya 14o
16 C (Sung et al., 1987). Temperatur optimum untuk perkecambahan biji E.
crus-galli adalah 32-37oC dan akan menurun tajam di bawah suhu 10 oC dan di atas 40oC (Galinato et al., 1999). Untuk melengkapi siklus hidupnya, E. crus-galli membutuhkan waktu 4264 hari. Fotoperiodisme mempengaruhi jumlah benih yang dorman dan intensitas dormansi tersebut. Benih akan langsung tumbuh setelah ditanam, akan tetapi sebagian lagi mengalami dormansi selama 4-48 bulan. Fotoperiodisme juga mengontrol pembungaan E. crus-galli. Pembungaan yang lebih cepat terjadi pada hari pendek dengan jumlah malai dan anakan yang juga lebih besar (Galinato et al., 1999). Tingkat kompetisi padi dengan E. crus-galli tergantung pada curah hujan, varietas padi, faktor tanah, populasi gulma E. crus-galli, lamanya pertumbuhan padi dan E.crus-galli, serta umur tanaman ketika mulai bersaing dengan E. crusgalli (Ampong-Nyarko dan De Datta, 1991). Menurut Fishel (2000), E. crus-galli merupakan jenis gulma pada pertanaman padi yang paling ganas di dunia. Lubigan dan Vega dalam Suardi dan Pane (1983) menyatakan bahwa penurunan produksi padi akibat E .crus-galli dapat mencapai 72%.
Kompetisi Padi dengan Echinochloa crus-galli Menurut Tjitrosoedirdjo et al. (1984), kompetisi adalah salah satu corak hubungan antara spesies tumbuhan yang terjadi pada dua atau lebih individu tanaman. Kedua belah pihak tumbuhan akan dipengaruhi secara negatif karena hubungan tersebut. Sedangkan menurut Jolliffe dan Weigelt (2003), kompetisi didefinisikan sebagai permintaan sumberdaya yang sama oleh dua organisme atau lebih untuk memenuhi kebutuhannya, sementara lingkungannya tidak dapat menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang mencukupi dan berpengaruh terhadap kemampuan bertahan hidup, tumbuh dan berkembang biak. Kompetisi dapat dibagi menjadi dua yaitu kompetisi interspesifik dan kompetisi intraspesifik. Kompetisi interspesifik adalah kompetisi antara tanaman dari spesies yang berbeda, sedangkan kompetisi intraspesifik adalah kompetisi antara tanaman dari spesies yang sama (Sastroutomo, 1990). Kompetisi yang berlangsung pada
awal pertumbuhan dapat menurunkan kuantitas hasil,
sedangkan kompetisi yang terjadi saat menjelang panen akan menyebabkan penurunan kualitas hasil (Rice, 1974). E.crus-galli melakukan kompetisi dengan tanaman padi dengan berbagai macam cara. Yamamoto et al. (1999) menyatakan bahwa selama perkecambahan dan awal pertumbuhan, E.crus-galli menekan pertumbuhan beberapa tanaman pertanian termasuk padi dan E.crus-galli itu sendiri. Persaingan antara dua tumbuhan terjadi apabila salah satu dari tumbuhan tersebut telah mempengaruhi keadaan lingkungan sedemikian rupa sehingga menyebabkan salah satu faktor penting bagi kehidupan (unsur hara, air, cahaya, ruang tumbuh) salah satu atau kedua tumbuhan itu berada dalam keadaan kurang. Sebagai tumbuhan, E.crus-galli juga memerlukan persyaratan tumbuh seperti halnya pada tanaman padi. E.crus-galli membutuhkan cahaya, nutrisi dan hara, ruang tumbuh, air, serta karbondioksida. Kompetisi akan unsur hara lebih hebat jika dibandingkan kompetisi untuk air, tetapi pada pertanaman padi jika kekurangan air akan mempengaruhi pertumbuhan padi secara keseluruhan. Kompetisi akan air antara tanaman padi dan gulma jika terjadi pada fase vegetatif akan mengakibatkan pembentukan anakan terhambat, sedangkan jika terjadi pada fase generatif maka akan mengakibatkan tingginya persentase biji hampa (Zimdahl, 1980 dan Sastroutomo, 1990). E.crus-galli akan lebih kompetitif jika dibandingkan dengan tanaman padi apabila dilihat dari segi penggunaan cahaya, karena berdasarkan jalur fotosintesisnya E.crus-galli termasuk tanaman C4 yang mempunyai aktivitas tinggi pada temperatur dan intensitas cahaya yang tinggi. Noda (1973) menyatakan bahwa karena E.crus-galli produksi bijinya yang sangat banyak dan pertumbuhannya yang menyerupai padi menyebabkan gulma ini menjadi masalah yang serius karena sulit dalam mengendalikannya.
Penetapan Kompetisi Lawson (1982) menyatakan bahwa studi kompetisi antara tumbuhan dengan tumbuhan lain merupakan salah satu cara untuk melihat interaksi antara
keduanya. Peubah-peubah kompetisi dapat menunjukkan kejadian kompetisi dan tumbuhan yang lebih kompetitif dalam kompetisi.
Total Hasil Relatif (THR) Nilai total hasil relatif diperoleh dari gabungan hasil relatif kedua tanaman (De Wit, 1960; Spitters dan Van Den Bergh, 1982; Dekker, 1983). Rumus perhitungan total hasil relatif adalah sebagai berikut:
THR
Yc1 Yc2 Yt1 Yt2
Yc1
= bobot kering tanaman 1 pada pertanaman campuran
Yt1
= bobot kering tanaman 1 pada pertanaman tunggal
Yc2
= bobot kering tanaman 2 pada pertanaman campuran
Yt2
= bobot kering tanaman 2 pada pertanaman tunggal Kelebihan dari pendekatan ini adalah dapat diketahui apakah terjadi
kompetisi atau tidak, yang diketahui dari nilai THR yang diperoleh. Secara teoritis kemungkinan-kemungkinan interaksi dapat dikemukakan dalam diagram seri penggantian yang disajikan pada Gambar 1. Nilai THR lebih dari satu menunjukkan tambahan sumberdaya yang tidak terukur, kebutuhan sarana tumbuh yang berbeda, kejadian simbiosis atau interaksi positif di antara kedua tanaman. Artinya tidak terjadi kompetisi antar tanaman. Hal ini ditunjukkan oleh Gambar 1(a) dan 1(b). Nilai THR kurang dari satu menunjukkan pengaruh negatif atau saling merugikan antara kedua tanaman karena sarana tumbuh atau sumberdaya yang terbatas. Hal ini disajikan pada Gambar 1(c). Nilai THR sama dengan 1 menunjukkan salah satu tanaman lebih dominan menguasai sarana tumbuh atau sumberdaya yang ada sehingga kompetisi terjadi. Hal ini ditunjukkan oleh Gambar 1(d) dan 1(e). Sedangkan pada Gambar 1(f) menunjukkan tidak terjadi kompetisi antar tanaman, dimana masing-masing tanaman masih tumbuh sendiri tanpa saling mengganggu atau mendominasi (De Wit, 1960; Spitters dan Van Den Bergh, 1982).
THR
THR
1
1
1
THR
T H R 0 1 (a) THR > 1
tanaman I tanaman II
1 0
(b)THR > 1
THR
(c) THR < 1
THR
1
THR
1
(d) THR = 1
1
(e) THR = 1
(f) THR = 1
Keterangan: Sumbu absis menunjukkan tingkat populasi tanaman I atau II dari populasi 0 sampai dengan populasi tertinggi. Sumbu ordinat menunjukkan kurva hasil relatif tanaman I atau II dan kurva THR (De Wit, 1960; Spitters dan Van Den Bergh, 1982).
Gambar 1. Diagram Seri Penggantian
Koefisien Pendesakan Koefisien pendesakan merupakan perbandingan rasio bobot kering pada pertanaman campuran dengan monokultur dari suatu spesies terhadap spesies lain. Koefisien pendesakan dapat menunjukkan kemampuan kompetisi suatu tanaman terhadap tanaman lain (De Wit, 1960). Koefisien pendesakan ditulis dalam persamaan sebagai berikut:
KPI .II
BK I C BK II C
BK I T BK II T
KPI.II = koefisien pendesakan tanaman 1 terhadap tanaman 2 BKIC = bobot kering tanaman 1 dari pertanaman campuran BKIIC = bobot kering tanaman 2 dari pertanaman campuran BKIT = bobot kering tanaman 1 dari pertanaman tunggal BKIIT = bobot kering tanaman 2 dari pertanaman tunggal
Persamaan di atas berlaku pula sebaliknya, yaitu koefisien pendesakan tanaman 2 terhadap tanaman 1. Perbandingan koefisien pendesakan antara kedua tanaman dapat menunjukkan koefisien pendesakan tanaman yang lebih tinggi menunjukkan tanaman yang lebih kompetitif. Nilai koefisien pendesakan lebih tinggi menunjukkan derajat kompetisi lebih besar.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April 2009 sampai dengan Agustus 2009.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain benih gulma E. crusgalli ekotipe Karawang, benih padi varietas IR64, GA3 , alkohol, aquadest, pupuk Urea, SP-18, KCl dan media tanam berupa tanah sawah jenis Latosol. Peralatan yang digunakan adalah alat budidaya, pot hitam, bak semai, meteran, timbangan, gelas ukur, oven, dan alat tulis.
Metode Penelitian Percobaan dilakukan dengan menggunakan pendekatan parsial aditif. Pendekatan aditif menggunakan perlakuan kepadatan gulma yang berbeda pada kepadatan padi yang sama. Pendekatan dinamik yang dilakukan hanya menggunakan gulma E. crus-galli yang ditanam secara monokultur dengan tingkat kepadatan yang berbeda. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor yaitu populasi gulma E. crus-galli yang terdiri atas sembilan taraf, yaitu : E2
= populasi 2 gulma E. crus-galli
E4
= populasi 4 gulma E. crus-galli
E6
= populasi 6 gulma E. crus-galli
E8
= populasi 8 gulma E. crus-galli
E0P1 = populasi 0 gulma E. crus-galli dengan 1 padi E2P1 = populasi 2 gulma E. crus-galli dengan 1 padi E4P1 = populasi 4 gulma E. crus-galli dengan 1 padi E6P1 = populasi 6 gulma E. crus-galli dengan 1 padi E8P1 = populasi 8 gulma E. crus-galli dengan 1 padi
Satuan percobaan berupa pot dengan diameter 30 cm. Setiap taraf perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas 3 pot, 1 pot untuk pengamatan dan 2 pot untuk panen destruktif pada 4 dan 8 minggu setelah tanam (MST), sehingga keseluruhan unit percobaan terdiri atas 81 pot. Model aditif linear untuk rancangan yang diajukan adalah : Yij = µ + ai + bj + ε ij Keterangan : Yij
= Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, kelompok ke-j
µ
= Nilai tengah umum
ai
= Pengaruh perlakuan ke-i (i=1,2,3,4,5,6,7,8,9)
bj
= Pengaruh kelompok ke-j (j=1,2,3)
εij
= Pengaruh galat percobaan Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam
(uji F) pada taraf nyata 5%. Apabila hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh nyata, dilakukan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%.
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Tanam Media tanam yang digunakan adalah jenis tanah sawah Latosol yang berasal
dari
Kebun
Percobaan
Sawah
Baru,
Dramaga
Bogor.
Tanah
dikeringanginkan terlebih dahulu, kemudian dihaluskan, dan diaduk secara merata. Tanah kering udara tersebut dimasukkan ke dalam pot ember sebanyak 9 kg/ember dan dilumpurkan.
Penanaman Benih padi varietas IR64 direndam terlebih dahulu di dalam air selama semalam sebelum disemai. Benih gulma E. crus-galli yang akan disemai, terlebih dahulu direndam selama 48 jam dengan menggunakan larutan GA3 500 ppm. Padi
dan gulma E. crus-galli yang berumur 14 hari setelah semai dipindah tanam ke dalam pot. Penanaman dilakukan secara bersamaan.
Pemeliharaan Kegiatan
pemeliharan meliputi pemupukan,
penyiraman tanaman,
penyulaman, pengendalian hama dan penyakit, serta penyiangan gulma selain E. crus-galli. Pemupukan dilakukan dengan dosis pupuk Urea 300 kg/ha, SP-18 200 kg/ha, dan KCl 200 kg/ha. Dosis pupuk tersebut dikonversikan berdasarkan bobot tanah per pot, sehingga dosis total pupuk Urea 1.35 g/pot, SP-18 0.90 g/pot, dan KCl 0.90 g/pot. Pemupukan dilakukan tiga kali, yaitu 1/3 dosis pada saat tanam, 1/3 dosis pada 4 MST, dan 1/3 dosis pada 8 MST. Penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanah tergenang dengan ketinggian genangan 3 cm. Penyulaman dilakukan pada 1 MST. Pengendalian hama burung dilakukan dengan pemasangan paranet dan pemasangan sungkup penutup malai pada saat malai gulma E. crusgalli dan padi telah keluar. Pengendalian penyakit dilakukan dengan menyemprot pestisida dan membuang bagian tanaman yang terserang. Pengendalian gulma selain E. crus-galli dilakukan dengan mencabut gulma selain E. crus-galli secara manual.
Panen Pada 4 dan 8 MST dilakukan panen destruktif dengan memanen tanaman yang sudah disiapkan untuk destruksi. Panen dilakukan pada saat 95% malai padi sudah menguning dan apabila diremas 30% gabahnya sudah rontok. Sedangkan khusus untuk malai gulma E. crus-galli, pemanenan dilakukan berdasarkan waktu masaknya biji yaitu ketika biji E. crus-galli sudah mulai rontok.
Pengamatan Parameter yang diamati pada tanaman padi dan E. crus-galli meliputi: 1.
Tinggi tanaman (cm), diukur dari permukaan media pot sampai ujung daun yang terpanjang. Pengamatan dilakukan setiap minggu sejak 1 MST sampai tanaman memasuki fase generatif.
2.
Jumlah anakan, diukur dengan menghitung jumlah batang yang terpisah. Pengamatan dilakukan setiap minggu sejak 3 MST sampai panen.
3.
Jumlah daun, diamati dengan menghitung jumlah daun yang masih hijau dan telah membuka. Pengamatan dilakukan setiap minggu sejak 3 MST sampai memasuki fase generatif.
4.
Waktu keluarnya stage daun E. crus-galli (MST), mengamati waktu yang dibutuhkan gulma E. crus-galli untuk mengeluarkan daun baru. Pengamatan dilakukan setiap minggu sejak stage daun pertama sampai stage daun ke tujuh.
5.
Panjang dan lebar daun (cm), yang diamati adalah daun ketiga dari atas. Panjang daun diamati dengan mengukur dari bagian dasar sampai ujung daun. Sedangkan lebar daun diukur pada bagian tengah daun. Pengamatan dilakukan setiap minggu sejak 3 MST sampai memasuki fase generatif.
6.
Panjang dan lebar daun bendera (cm), daun yang diamati adalah daun bendera yang terletak paling dekat dan tegak lurus dengan malai. Panjang daun diamati dengan mengukur dari bagian dasar sampai ujung daun. Sedangkan lebar daun diukur pada bagian tengah daun. Pengamatan dilakukan pada saat panen.
7.
Luas daun bendera (cm2), diukur dengan menggunakan metode gravimetri. Pengamatan dilakukan saat panen.
8.
Biomassa padi (gram), diukur dengan menimbang bobot kering bagian tajuk, akar, malai, dan bobot kering total. Pengamatan dilakukan pada 4 MST, 8 MST, dan saat panen.
9.
Panjang akar (cm), diamati dengan cara mengukur panjang akar yang paling panjang. Pengamatan dilakukan pada 4 MST, 8 MST, dan saat panen.
10. Panjang malai (cm), diukur dari dasar malai sampai ujung malai. Pengamatan dilakukan saat panen 11. Jumlah biji E.crus-galli dan gabah/malai, dihitung jumlah biji E.crus-galli dan gabah yang terdapat pada malai. Pengamatan dilakukan pada saat panen. 12. Jumlah biji E.crus-galli dan gabah/pot, dihitung jumlah biji E.crus-galli dan gabah yang terdapat dalam satu pot. Pengamatan dilakukan pada saat panen.
13. Kepadatan malai (biji/cm), diamati dengan cara membandingkan antara jumlah biji/malai dengan panjang malai. Pengamatan dilakukan saat panen. 14. Jumlah malai, diamati dengan cara menghitung jumlah malai yang dihasilkan tanaman padi. Pengamatan dilakukan saat panen. 15. Produksi gabah, diamati dengan cara menimbang bobot gabah isi, bobot gabah hampa, bobot gabah total dan persentase bobot gabah hampa padi. Pengamatan dilakukan saat panen. 16. Bobot 100 butir gabah padi, dengan menimbang bobot 100 butir gabah pada saat panen. 17. Bobot 1000 butir biji gulma E.crus-galli, dengan menimbang bobot 1000 biji gulma pada saat panen. 18. Total hasil relatif (THR), dihitung dengan menggabungkan antara hasil relatif tanaman 1 dengan hasil relatif tanaman 2. Rumus perhitungan total hasil relatif adalah sebagai berikut:
THR
Yc1 Yc2 Yt1 Yt2
Yc1
= bobot kering per pot tanaman 1 pada pertanaman campuran
Yt1
= bobot kering per pot tanaman 1 pada pertanaman tunggal
Yc2
= bobot kering per pot tanaman 2 pada pertanaman campuran
Yt2
= bobot kering per pot tanaman 2 pada pertanaman tunggal
19. Koefisien pendesakan (KP), dihitung dengan membandingkan bobot kering tanaman pada pertanaman campuran dengan pertanaman tunggal. Rumus perhitungan koefisien pendesakan adalah sebagai berikut:
KPI .II
BK I C BK II C
BK I T BK II T
KPI.II
= koefisien pendesakan tanaman 1 terhadap tanaman 2
BKIC
= bobot kering per pot tanaman 1 dari pertanaman campuran
BKIIC
= bobot kering per pot tanaman 2 dari pertanaman campuran
BKIT
= bobot kering per pot tanaman 1 dari pertanaman tunggal
BKIIT
= bobot kering per pot tanaman 2 dari pertanaman tunggal
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Suhu rata-rata siang hari antara pukul 11.00-13.00 WIB di rumah kaca selama penelitian adalah 41.67oC, dengan kelembaban udara rata-rata (RH) 66.58%. Berdasarkan hasil analisis tanah awal diketahui bahwa tanah bereaksi masam dengan pH 4.9. Kandungan C-organik (3.52%) tergolong tinggi dan kandungan N (0.24%) tergolong sedang. Tekstur tanah dengan perbandingan fraksi pasir : debu : liat adalah 15.2 : 31.5 : 53.3 (Tabel Lampiran 1). Tanah yang masam ini dapat ditolerir oleh tanaman padi karena padi merupakan tanaman yang dapat beradaptasi dengan tanah masam. Gulma E. crus-galli dan tanaman padi selama percobaan mengalami serangan beberapa hama dan penyakit. Hama yang mulai menyerang ketika E. crus-galli dan padi dalam persemaian adalah burung. Burung juga menyerang E. crus-galli dan padi pada fase generatif dengan memakan biji-biji E. crus-galli dan padi yang terdapat pada malai. Pengendaliannya dilakukan dengan memasang sungkup kain kasa menutupi malai gulma dan padi. Hama lain menyerang E. crusgalli dan padi adalah ulat dan wereng. Gulma lain selain E. crus-galli yang tumbuh di pot adalah Fimbristylis litolaris.
Pertumbuhan Vegetatif dan Produksi Tanaman Padi Tinggi Tanaman Populasi E. crus-galli berpengaruh terhadap tinggi tanaman padi pada 3 MST (Tabel Lampiran 2). Pada umur tanaman 3 MST, perlakuan E4P1 dan E6P1 menurunkan tinggi tanaman padi sebesar 14.60% terhadap perlakuan tanpa E. crus-galli. Sedangkan pada akhir pengamatan, perlakuan E0P1 menghasilkan tinggi tanaman tertinggi mencapai 91.00 cm dan yang terendah adalah perlakuan E8P1 mencapai 84.80 cm (Tabel 1). Hal ini menunjukkan semakin tinggi populasi gulma E. crus-galli, semakin menekan pertumbuhan tinggi tanaman padi.
Tabel 1. Tinggi Tanaman Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Perlakuan Populasi E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1
Tinggi Tanaman 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST ----------------------------------------------- (cm) ------------------------------------------------23.20 36.24 53.29a 64.14 72.12 77.80 83.07 86.17 91.00 23.69 36.91 50.88ab 60.53 70.67 74.73 81.73 84.60 86.10 21.71 33.10 45.51b 57.14 63.92 71.40 74.62 81.82 86.00 21.42 35.34 45.51b 57.52 64.37 70.13 77.58 83.47 87.30 22.96 34.73 46.79b 56.28 62.57 70.40 76.88 81.42 84.80
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Jumlah Anakan Populasi E. crus-galli berpengaruh terhadap jumlah anakan tanaman padi pada 4, 5, 7 dan 8 MST (Tabel Lampiran 3). Perlakuan E2P1 menunjukkan jumlah anakan tertinggi, sedangkan perlakuan E6P1 dan E8P1 menghasilkan jumlah anakan terendah pada 4 MST. Perlakuan E8P1 menekan jumlah anakan padi sebesar 52% terhadap kontrol pada 8 MST (Tabel 2).
Tabel 2. Jumlah Anakan Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Perlakuan Populasi E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1
4MST 0.6b 1.0a 0.2c 0.1c 0.1c
6MST 2.5 2.5 2.0 2.3 1.5
8MST 4.2a 3.7ab 3.2a-c 2.7bc 2.0c
Jumlah Anakan 10MST 12MST 3.7 3.7 3.0 3.0 3.0 3.0 2.3 2.3 2.0 2.0
14MST 3.7 3.0 3.7 2.3 2.0
16MST 4.0 3.7 3.0 3.3 2.5
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Jumlah Daun Populasi E. crus-galli berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman padi pada 8 MST (Tabel Lampiran 4). Perlakuan padi tanpa E. crus-galli menghasilkan jumlah daun tertinggi. Peningkatan populasi E. crus-galli menyebabkan jumlah daun tanaman padi semakin menurun. Tabel 3 menunjukkan bahwa populasi 2 gulma E. crus-galli menurunkan jumlah daun tanaman padi sebesar 4.86% pada awal pengamatan dan 33.80% pada akhir pengamatan dibandingkan terhadap kontrol. Alfandi dan Dukat (2007) menyatakan bahwa fotosintat pada fase vegetatif dialokasikan untuk membentuk organ-organ vegetatif termasuk daun, selanjutnya
ketika memasuki fase generatif fotosintat dialokasikan ke organ reproduktif. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah daun padi pada 9 MST. Tabel 3. Jumlah Daun Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Perlakuan Populasi E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1
3 MST 7.0 6.7 6.0 6.0 5.7
4 MST 8.3 8.2 6.6 6.0 6.1
5 MST 10.2 9.5 8.7 8.7 7.5
Jumlah Daun 6 MST 7 MST 15.7 19.0 14.3 18.8 13.0 17.3 12.3 15.5 11.0 13.2
8 MST 25.0a 22.7ab 20.5a-c 18.3bc 15.7c
9 MST 22.0 19.3 19.3 17.7 14.7
10MST 23.7 19.3 19.3 18.3 15.7
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Panjang Daun Populasi E. crus-galli tidak berpengaruh terhadap panjang daun tanaman padi (Tabel Lampiran 5). Tabel 4 menunjukkan pada 10 MST, perlakuan kontrol menghasilkan panjang daun terpanjang dan perlakuan populasi 8 E. crus-galli menghasilkan panjang daun terpendek. Penurunan panjang daun pada tiap perlakuan terjadi pada 10 MST. Hal ini diduga tanaman padi sudah memasuki fase generatif sehingga unsur nitrogen lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan malai.
Tabel 4. Panjang Daun Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Perlakuan Populasi E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1
Panjang Daun Padi 3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST 10MST -------------------------------------------- (cm) -------------------------------------28.71 37.84 45.50 48.92 52.73 56.70 58.87 57.37 27.69 35.74 43.85 49.43 51.35 51.85 56.47 55.00 24.43 33.08 41.70 46.20 48.33 51.73 56.30 55.63 25.03 32.69 41.37 45.50 46.83 51.48 54.13 53.23 26.76 32.76 39.67 44.05 45.85 51.13 54.60 50.50
Lebar Daun Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap lebar daun tanaman padi pada 4 dan 8 MST (Tabel Lampiran 6). Perlakuan kontrol menghasilkan lebar daun tertinggi mencapai 0.69 cm, sedangkan perlakuan E8P1 menghasilkan lebar daun terendah mencapai 0.51 cm pada 4 MST. Perlakuan kontrol
menunjukkan lebar daun tertinggi yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, kecuali dengan perlakuan E6P1 pada 8 MST (Tabel 5).
Tabel 5. Lebar Daun Padi pada Perlakuan Populasi Gulma E. crus-galli Perlakuan Populasi E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1
Lebar Daun 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10MST ---------------------------------------------- (cm) ----------------------------------------0.52 0.69a 0.87 0.93 1.00 1.08a 1.03 1.03 0.53 0.67ab 0.81 0.94 1.03 0.96b 1.07 1.03 0.45 0.56bc 0.76 0.86 0.93 0.92b 1.03 1.07 0.43 0.56bc 0.73 0.85 0.90 0.98ab 1.07 1.03 0.47 0.51c 0.67 0.77 0.88 0.92b 0.98 0.95
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera Populasi gulma E. crus-galli tidak berpengaruh terhadap panjang, lebar, dan luas daun bendera tanaman padi (Tabel Lampiran 7). Nilai rata-rata panjang daun bendera tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan kontrol. Perlakuan E2P1 menekan panjang daun bendera sebesar 18.15% terhadap kontrol. Luas daun bendera pada perlakuan kontrol dan E2P1 menghasilkan luas daun bendera tertinggi yakni mencapai 35.60 cm2, sedangkan perlakuan E4P1 menghasilkan luas daun bendera terendah mencapai 20.75 cm2 (Tabel 6).
Tabel 6. Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera Tanaman Padi pada Perlakuan Populasi E.crus-galli Perlakuan E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1
Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera Panjang (cm) Lebar (cm) Luas (cm2) 32.90 1.00 35.60 26.93 0.97 35.60 27.53 1.10 20.75 29.97 1.08 23.64 28.33 0.90 28.38
Panjang Akar Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap panjang akar tanaman padi pada 8 MST dan saat panen (Tabel Lampiran 8). Tabel 7 menunjukkan bahwa semakin tinggi populasi gulma, semakin pendek akar yang dihasilkan. Perlakuan E4P1 menghasilkan panjang akar terpanjang mencapai 44.00 cm,
sedangkan perlakuan E8P1 menghasilkan panjang akar terpendek mencapai 27.60 cm pada 8 MST. Perlakuan E8P1 menurunkan panjang akar padi sebesar 36.9% terhadap kontrol saat panen.
Tabel 7. Panjang Akar Tanaman Padi pada Perlakuan Populasi E. crusgalli Perlakuan Populasi E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1
Panjang Akar 8 MST 18 MST ------------------------------------ (cm) -----------------------------------17.93 33.17b 43.40a 20.83 34.77ab 43.30a 21.93 44.00a 41.97a 17.53 29.67b 28.73b 17.20 27.60b 27.40b 4 MST
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Bobot Kering Tajuk Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap bobot kering tajuk padi pada 4 dan 8 MST (Tabel Lampiran 9). Perlakuan E0P1 menghasilkan bobot kering tajuk tertinggi, sedangkan perlakuan E8P1 menghasilkan bobot kering tajuk terendah pada 4 dan 8 MST (Tabel 8). Perlakuan populasi 8 E. crus-galli menurunkan bobot kering tajuk padi sebesar 70.8% pada 4 MST, 49.7% pada 8 MST, dan 28.7% pada saat panen terhadap kontrol. Keragaan tajuk padi saat panen disajikan pada Gambar 2.
Tabel 8. Bobot Kering Tajuk Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Perlakuan Populasi E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1
Bobot Kering Tajuk 4 MST 8 MST Panen -------------------------------- (gram/pot) ------------------------------0.89a 7.78a 8.54 0.56b 5.49ab 9.27 0.31bc 4.64b 7.54 0.27c 4.55b 5.27 0.26c 3.91b 6.09
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Bobot Kering Akar Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap bobot kering akar tanaman padi pada 4 MST (Tabel Lampiran 10). Perlakuan E0P1 menghasilkan bobot kering akar tertinggi, sedangkan perlakuan E6P1 menghasilkan bobot kering akar terendah (Tabel 9). Keragaan akar padi saat panen disajikan pada Gambar 2.
Tabel 9. Bobot Kering Akar Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Perlakuan Populasi
Bobot Kering Akar 8 MST Panen -------------------------------- (gram/pot) -------------------------------0.50a 9.51 9.51 0.40ab 10.22 9.08 0.41ab 8.28 6.85 0.25bc 6.22 6.46 0.15c 8.40 8.39 4 MST
E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Tajuk Padi
Akar Padi
Gambar 2. Tajuk dan Akar Tanaman Padi pada Saat Panen
Bobot Kering Malai Populasi E. crus-galli berpengaruh erhadap bobot kering malai tanaman padi (Tabel Lampiran 11). Bobot kering malai tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan tanpa gulma yakni mencapai 4.36 g/pot dan yang terendah perlakuan E8P1 mencapai 1.73 g/pot.
Tabel 10. Bobot Kering Malai Padi pada Perlakuan Populasi E.crus-galli Perlakuan Populasi E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1
Bobot Kering Malai saat Panen -----------(gram/pot) --------4.36a 2.68b 2.48bc 2.06bc 1.73c
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Bobot Kering Total Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap bobot kering total padi pada 4 MST (Tabel Lampiran 12). Bobot kering total tertinggi pada 4 MST ditunjukkan oleh perlakuan kontrol dan terendah ditunjukkan oleh perlakuan 8 gulma E. crus-galli (Tabel 11). Perlakuan populasi E. crus-galli berpengaruh negatif terhadap bobot kering total tanaman padi. Semakin tinggi populasi E. crus-galli, bobot kering total tanaman padi yang dihasilkan semakin menurun. Penurunan bobot kering terbesar saat panen dihasilkan oleh perlakuan populasi 6 gulma E. crus-galli yang menurunkan bobot kering total padi sebesar 34.6% dibandingkan terhadap kontrol. Tabel 11. Bobot Kering Total Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Perlakuan Populasi E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1
Bobot Kering Total 4 MST
8 MST Panen ---------------------------------- (gram) -------------------------------1.39a 17.29 21.07 0.96b 15.71 21.03 0.72bc 12.93 16.87 0.52c 10.77 13.78 0.41c 12.31 16.22
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Panjang Malai, Jumlah Gabah/Malai, Jumlah Gabah/Pot, Kepadatan Malai, dan Jumlah Malai Populasi gulma E. crus-galli tidak berpengaruh terhadap panjang malai tanaman padi (Tabel Lampiran 13). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Frauke (2007) yang menyatakan bahwa perlakuan ekotipe E. crus-galli dan populasinya tidak berpengaruh terhadap panjang malai padi. Hasil penelitian Tobing dan Chozin (1980) juga menunjukkan bahwa rata-rata panjang malai pada perlakuan penyiangan gulma dan kontrol tidak berpengaruh nyata. Hal ini menunjukkan bahwa kompetisi E. crus-galli terhadap tanaman padi tidak menekan pertumbuhan panjang malai. Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap jumlah gabah per pot dan jumlah malai, namun tidak berpengaruh terhadap jumlah gabah per malai dan kepadatan malai tanaman padi (Tabel Lampiran 14 sampai 17). Perlakuan kontrol menghasilkan bobot gabah per pot tertinggi yakni mencapai 468 butir/pot (Tabel 12).
Tabel 12. Panjang Malai, Jumlah Gabah/Malai, Jumlah Gabah/Pot, dan Kepadatan Malai, dan Jumlah Malai Tanaman Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Perlakuan
E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1
Panjang Malai (cm) 21.17 20.54 19.10 18.24 18.30
Jumlah Gabah Per Malai Per Pot ------------butir---------73.2 468a 68.4 370ab 61.4 237c 57.8 325bc 52.4 237c
Kepadatan Malai (butir/cm) 3.4 3.3 3.1 3.1 2.8
Jumlah Malai 6.3a 4.7b 4.0b 3.7b 4.7b
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Bobot 100 Butir Gabah Populasi gulma E. crus-galli tidak berpengaruh terhadap bobot 100 butir gabah (Tabel Lampiran 18). Gambar 3 menunjukkan bahwa bobot gabah tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan E2P1, sedangkan bobot gabah terendah ditunjukkan oleh perlakuan E8P1. Menurut Tobing dan Chozin (1980), rata-rata bobot 100
butir gabah isi dengan perlakuan penyiangan gulma dan tanpa penyiangan gulma tidak berbeda nyata.
Gambar 3. Bobot 100 Butir Gabah pada Perlakuan Populasi E. crus-galli
Produksi Gabah Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap terhadap bobot gabah isi, bobot gabah total, dan persentase bobot gabah hampa, namun tidak berpengaruh terhadap bobot gabah hampa (Tabel Lampiran 19). Perlakuan E0P1 menghasilkan bobot gabah isi dan bobot gabah total tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan E8P1 menurunkan bobot gabah total sebesar 77.8% dibandingkan terhadap kontrol. Bobot gabah hampa tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan E4P1, namun persentase gabah hampa tertinggi terdapat pada perlakuan E8P1 mencapai 72.78% (Tabel 13). Tabel 13. Produksi Gabah pada Perlakuan Populasi Gulma E. crus-galli Perlakuan
Persentase Gabah Hampa
Bobot Gabah Isi
Hampa
Total
--------------------- (gram/pot) ---------------------
E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1
3.43a 1.22b 0.48cd 0.76bc 0.24d
0.62 0.83 0.90 0.74 0.67
4.06a 2.04b 1.38b 1.50b 0.90b
% (w/w) 14.85d 39.81c 63.97ab 51.23bc 72.78a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Pertumbuhan Vegetatif dan Produksi Gulma E. crus-galli Tinggi Tanaman Populasi E. crus-galli berpengaruh terhadap tinggi E. crus-galli pada 4 dan 9 MST (Tabel Lampiran 20). Secara umum, tinggi gulma pada perlakuan populasi monokultur tidak berbeda nyata dengan tinggi gulma pada perlakuan populasi campuran dengan padi. Tabel 14 menunjukkan perlakuan E2 menghasilkan tinggi E. crus-galli tertinggi yakni mencapai 137.63 cm, sedangkan perlakuan E8P1 menghasilkan tinggi E. crus-galli terendah yaitu 89.30 cm. Perlakuan campuran dengan padi menurunkan tinggi E. crus-galli sebesar 12% pada E2P1, 8% pada E4P1, 17% pada E8P1 terhadap perlakuan monokulturnya. Perlakuan E6P1 menghasilkan tinggi E. crus-galli 3.16% lebih tinggi dibandingkan terhadap perlakuan monokulturnya. Tabel 14. Tinggi E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Perlakuan Populasi
Tinggi Tanaman 5MST 6MST 7MST 8 MST 9MST ------------------------------------------ (cm) -------------------------------------------E2 12.42 22.51 39.88 52.95a 68.88 81.03 99.05 115.80 137.63a E4 12.93 21.05 33.90 44.88cd 55.19 68.73 86.40 100.02 128.20ab E6 12.90 23.80 38.05 48.37a-c 56.26 66.37 79.51 97.00 117.17ab E8 14.84 22.93 36.14 44.61cd 53.09 63.95 76.78 86.88 107.28bc E2P1 13.29 24.58 41.04 52.33ab 61.63 74.18 90.85 106.40 120.88ab E4P1 13.71 22.09 36.75 45.71b-d 53.82 68.50 80.76 98.28 118.24ab E6P1 14.03 25.15 39.70 49.71a-c 59.82 75.86 88.56 103.68 120.87ab E8P1 13.64 19.89 32.21 40.39d 48.61 59.87 71.22 82.13 89.30c Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5% 1MST
2MST
3MST
4 MST
Jumlah Anakan Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap jumlah anakan E. crusgalli
pada 6, 7, 9 hingga 17 MST (Tabel Lampiran 21). Perlakuan E2P1
menghasilkan jumlah anakan E. crus-galli tertinggi yakni mencapai 11.3 dan rata-rata jumlah anakan E. crus-galli terendah dihasilkan oleh perlakuan E8P1 mencapai 4.3 anakan pada 16 MST (Tabel 15).
Tabel 15. Jumlah Anakan E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crusgalli Jumlah Anakan Perlakuan Populasi 4MST 6MST 8MST 10MST 12MST 14MST 16MST E2 0.0 0.8a 0.9 2.5a 4.0a 7.5a 10.0ab E4 0.1 0.3b 0.6 1.3a-c 2.2bc 4.5bc 6.1bc E6 0.0 0.1b 0.3 1.0bc 2.3bc 4.7bc 7.6ac E8 0.0 0.0b 0.3 0.9bc 1.9c 4.0bc 6.2bc E2P1 0.1 0.3b 0.8 2.3a 4.5a 7.8a 11.3a E4P1 0.0 0.1b 0.6 1.8a-c 4.0a 7.0a 11.2a E6P1 0.0 0.0b 0.7 1.9ab 3.5ab 6.1ab 9.8ab E8P1 0.0 0.0b 0.3 0.5c 1.3c 2.8c 4.3c Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Waktu Keluarnya Stage Daun Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap waktu keluarnya stage daun E. crus-galli pada stage daun ke-3, 5, 6, dan 7 (Tabel Lampiran 22). Stage daun ke-3 E. crus-galli pada perlakuan populasi sebanyak 8 per pot secara monokultur membutuhkan waktu yang paling lama untuk keluarnya stage daun. Secara umum, waktu keluarnya stage daun E. crus-galli yang ditanam bersama padi tidak berbeda nyata dengan perlakuan monokulturnya, kecuali perlakuan E2P1 yang berbeda nyata dengan perlakuan E2 pada stage daun ke-3 (Tabel 16). Tabel 16. Waktu Keluarnya Stage Daun E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Perlakuan Populasi E2 E4 E6 E8 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1
Stage Daun 1 2 3 4 5 6 7 -------------------------------------------- (MST) ----------------------------------1.0 1.3 2.0b 3.2 4.3c 5.5c 6.7c 1.3 1.3 2.7ab 4.7 5.7a-c 6.5a-c 7.2bc 1.3 1.3 3.0a 4.5 6.0ab 7.3ab 8.5ab 1.0 1.3 3.5a 5.3 6.5a 8.0a 9.5a 1.3 1.0 2.8a 3.8 5.0bc 6.2bc 7.5bc 1.3 1.3 3.3a 4.7 5.7a-c 6.8a-c 7.5bc 1.3 1.3 3.0a 3.8 5.5a-c 6.8a-c 7.8bc 1.0 1.0 3.2a 5.7 6.8a 8.0a 8.7ab
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Jumlah Daun Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap jumlah daun E. crusgalli pada 4, 8 hingga 10 MST (Tabel Lampiran 23). Jumlah daun E. crus-galli yang ditanam secara monokultur tidak berbeda nyata dengan E. crus-galli yang
ditanam bersama padi pada 8 dan 10 MST. Namun pada 9 MST, perlakuan E6 menghasilkan jumlah daun E. crus-galli yang berbeda nyata dengan E6P1 (Tabel 17). Tabel 17. Jumlah Daun E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Jumlah Daun Perlakuan Populasi 3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST 10MST E2 5.3 5.8a 6.8 8.0 9.8 11.3a 13.7a 13.8a E4 4.9 4.6b 6.2 6.3 8.5 9.8ab 11.2bc 10.7bc E6 4.8 4.6b 5.6 5.4 6.9 7.6b-d 9.0cd 9.1cd E8 4.6 4.1b 4.9 5.2 6.4 7.3d 9.0cd 7.8de E2P1 5.3 5.0ab 6.2 6.8 7.8 9.7a-c 13.5ab 12.3ab E4P1 4.8 4.6b 5.5 6.4 7.6 9.1a-d 12.2ab 12.3ab E6P1 5.0 4.7b 5.6 6.3 7.9 9.4a-d 11.6ab 11.1bc E8P1 4.4 4.1b 4.9 5.3 6.6 7.5cd 7.5d 6.2e Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Panjang Daun Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap panjang daun E. crusgalli pada 4 hingga 6 MST (Tabel Lampiran 24). Perlakuan E2 menghasilkan panjang daun terpanjang dan perlakuan E8P1 menghasilkan panjang daun terpendek pada 4 hingga 7 MST dan 9 MST (Tabel 18). Tabel 18. Panjang Daun E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crusgalli Panjang Daun 3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST 10MST --------------------------------------------------- (cm) ------------------------------------------------E2 19.22 30.93a 40.29a 46.14a 43.59 38.07 43.83 35.40 E4 16.64 24.76bc 31.33c 36.68b 39.40 38.51 40.88 39.78 E6 17.46 26.47a-c 34.55a-c 40.09ab 40.56 36.30 37.42 34.41 E8 16.61 22.95c 31.99c 37.38b 39.39 37.61 38.71 36.75 E2P1 19.67 29.37ab 38.77ab 39.29ab 43.47 41.58 40.22 37.88 E4P1 16.84 26.97a-c 33.07bc 35.86b 38.41 38.45 38.40 35.43 E6P1 18.88 27.69a-c 35.08a-c 41.02ab 42.24 39.43 43.02 40.58 E8P1 13.55 22.07c 28.68c 33.55b 38.30 37.35 34.88 30.54 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5% Perlakuan Populasi
Lebar Daun Populasi E. crus-galli berpengaruh terhadap lebar daun E. crus-galli pada 4 hingga 10 MST (Tabel Lampiran 25). Perlakuan E2P1 pada 3 MST menghasilkan lebar daun tertinggi. Perlakuan E2 menghasilkan lebar daun
tertinggi pada 4 hingga 10 MST (Tabel 19). Secara umum, perlakuan populasi E. crus-galli yang ditanam secara monokultur menghasilkan lebar daun E. crus-galli yang tidak berbeda nyata dengan lebar daun E. crus-galli pada perlakuan gulma yang ditanam bersama padi, kecuali pada 6 dan 10 MST. Tabel 19. Lebar Daun E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Perlakuan Populasi E2 E4 E6 E8 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1
Lebar Daun 3 MST 4 MST 5MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST ------------------------------------------ (cm) --------------------------------------------0.37 0.68a 0.93a 1.23a 1.28a 1.39a 1.50a 1.57a 0.29 0.48bc 0.68cd 0.86bc 1.05bc 1.14bc 1.48a 1.45ab 0.30 0.51bc 0.75bc 0.92bc 1.00bc 1.09bc 1.24ab 1.18c 0.30 0.43c 0.62cd 0.78bc 0.95bc 1.03bc 1.16b 1.16c 0.38 0.58ab 0.58ab 1.01b 1.13ab 1.18a-c 1.29ab 1.24bc 0.32 0.52bc 0.70cd 0.85bc 0.99bc 1.09bc 1.23ab 1.18c 0.32 0.53bc 0.76bc 0.99bc 1.11ab 1.21ab 1.29ab 1.26bc 0.27 0.41c 0.57d 0.75c 0.88c 0.98c 1.04b 1.02c
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera Populasi gulma E. crus-galli tidak berpengaruh terhadap panjang, lebar, dan luas daun bendera E. crus-galli (Tabel Lampiran 26). Perlakuan populasi 8 E. crus-galli yang ditanam bersama padi menurunkan panjang daun bendera E. crusgalli sebesar 19.66% dibandingkan terhadap perlakuan monokulturnya (Tabel 20). Tabel 20. Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Perlakuan E2 E4 E6 E8 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1
Ukuran Daun Bendera Panjang (cm) 17.97 18.89 18.41 19.58 17.85 19.52 19.69 15.73
Lebar (cm) 0.85 0.88 0.86 0.81 0.65 0.83 0.87 0.71
Luas (cm2) 11.37 11.95 11.73 11.10 9.01 11.77 12.67 8.14
Panjang Akar Populasi E. crus-galli berpengaruh terhadap panjang akar E. crus-galli pada saat panen (Tabel Lampiran 27), dimana perlakuan E2 menghasilkan panjang akar terpanjang mencapai 46.62 cm dan perlakuan E8P1 menghasilkan panjang akar terpendek mencapai 25.42 cm (Tabel 21). Secara umum, panjang akar dari E. crus-galli yang ditanam bersama padi tidak berbeda nyata dengan perlakuan monokulturnya, kecuali pada perlakuan E2P1 yang berbeda nyata dengan perlakuan monokulturnya. Tabel 21. Panjang Akar E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crusgalli Perlakuan Populasi E2 E4 E6 E8 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1
Panjang Akar Terpanjang 4 MST 8 MST 18 MST ------------------------------- (gram/pot) -----------------------------16.90 38.25 46.62a 19.33 28.42 29.86b 16.50 30.33 32.67b 16.07 25.47 29.67b 16.65 30.22 32.38b 15.13 24.55 27.06b 17.02 24.87 28.23b 16.01 25.75 25.42b
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Bobot Kering Tajuk Perlakuan populasi E. crus-galli berpengaruh terhadap bobot kering tajuk E. crus-galli pada 4 MST hingga panen (Tabel Lampiran 28). Saat panen, bobot kering tajuk E. crus-galli tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan E8 sebesar 15.51 g/pot dan yang terendah ditunjukkan oleh perlakuan E2P1 sebesar 6.46 g/pot (Tabel 22). Bobot kering tajuk E. crus-galli yang ditanam secara monokultur tidak berbeda nyata dengan bobot kering tajuk E. crus-galli yang ditanam bersama padi. Perlakuan populasi 8 E. crus-galli yang ditanam bersama padi dapat menurunkan bobot kering tajuk E. crus-galli sebesar 37% dibandingkan monokulturnya. Keragaan tajuk E. crus-galli disajikan pada Gambar 4.
Tabel 22. Bobot Kering Tajuk E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Perlakuan Populasi E2 E4 E6 E8 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1
Bobot Kering Tajuk 4 MST 8 MST Panen --------------------------- (gram/pot) ------------------------------0.47c 5.87b-d 8.82bc 0.57bc 3.22d 12.69a-c 1.02a 7.94a-c 14.68ab 0.97ab 7.38a-d 15.51ab 0.56bc 3.70d 6.46c 0.82a-c 5.30cd 13.37a-c 1.08a 9.70ab 17.38a 0.76a-c 10.34a 9.77bc
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Bobot Kering Akar Perlakuan populasi E. crus-galli berpengaruh terhadap bobot kering akar E. crus-galli pada 4 MST hingga panen (Tabel Lampiran 29). Perlakuan E6 menghasilkan bobot kering akar E. crus-galli tertinggi dan yang terendah dihasilkan oleh perlakuan E2P1 pada saat panen (Tabel 23). Populasi 2 E. crusgalli yang ditanam bersama padi menurunkan bobot kering akar sebesar 71.8% dibandingkan terhadap perlakuan monokulturnya saat 8 MST. Keragaan akar E. crus-galli disajikan pada Gambar 4. Tabel 23. Bobot Kering Akar E. crus-galli pada Perlakuan Populasi crus-galli Perlakuan Populasi E2 E4 E6 E8 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1
E.
Bobot Kering Akar 4 MST 8 MST Panen ------------------------------- (gram/pot) -----------------------------0.21d 11.47a 6.02bc 0.27cd 3.64c 4.98c 0.47b-d 10.87ab 12.31a 0.59a-c 11.99a 11.83ab 0.32b-d 3.24c 4.08c 0.63ab 4.69c 5.95bc 0.88a 5.58bc 6.03bc 0.55b-d 7.37a-c 7.61a-c
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Tajuk E. crus-galli
Akar E. crus-galli
Gambar 4. Tajuk dan Akar Gulma E. crus-galli pada Saat Panen
(a)
(b)
Gambar 5. Bobot Biomassa saat Panen: (a) Bobot Biomassa per Pot Padi dan E. crus-galli, (b) Bobot Biomassa per Individu E.crus-galli Bobot biomassa mencerminkan status nutrisi tanaman. Kepadatan tanam yang tinggi membuat semakin kecilnya hasil fotosintesis sebagai akibat berkurangnya penerimaan cahaya matahari, unsur hara dan air, sehingga semakin kecil pula hasil fotosintesis yang ditranslokasikan dan disimpan (Mursito dan Kawiji, 2001). Semakin tinggi populasi E. crus-galli, bobot biomassa padi semakin menurun dan bobot biomassa E. crus-galli semakin meningkat. Sebaliknya, pada populasi 8 E. crus-galli, bobot biomassa padi meningkat dan bobot biomassa E. crus-galli menurun (Gambar 5a). Semakin tinggi populasi E. crus-galli, bobot biomassa E. crus-galli semakin menurun dalam pertanaman monokultur (Gambar 5b). Keragaan tajuk serta akar padi dan E. crus-galli pada pertanaman campuran disajikan pada Gambar 6 dan 7.
Gambar 6. Tajuk Padi dan E. crus-galli pada Pertanaman Campuran Saat Panen
Gambar 7. Akar Padi dan E. crus-galli pada Pertanaman Campuran Saat Panen
Bobot Kering Malai Perlakuan populasi E. crus-galli berpengaruh terhadap bobot kering malai E. crus-galli pada saat panen (Tabel Lampiran 30). Tabel 24 menunjukkan bahwa bobot kering malai E. crus-galli tertinggi dihasilkan oleh perlakuan E8 yakni sebesar 9.11 g/pot dan yang terendah dihasilkan oleh perlakuan E8P1 sebesar 2.40 g/pot.
Tabel 24. Bobot Kering Malai E. crus-galli pada Perlakuan Populasi crus-galli Perlakuan Populasi
E.
Bobot Kering Malai 8 MST
Panen
------------------------------- (gram/pot) ---------------------------
E2 E4 E6 E8 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1
0.82 0.46 1.09 0.90 0.68 0.51 1.82 0.66
3.21bc 2.95bc 3.70bc 9.11a 2.57c 5.07b 3.93bc 2.40c
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Bobot Kering Total Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap bobot kering total E. crus-galli pada 4 MST hingga panen (Tabel Lampiran 31). Tabel 25 menunjukkan bahwa bobot kering total E. crus-galli tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan E8 dan bobot kering total E. crus-galli terendah ditunjukkan oleh perlakuan E2P1. Perlakuan populasi 2 E. crus-galli yang ditanam secara monokultur menunjukkan hasil bobot kering total E. crus-galli yang berbeda nyata dengan bobot kering total E. crus-galli pada perlakuan campurannya saat 8 MST. Perlakuan E8 menunjukkan bobot kering total E. crus-galli yang berbeda sangat nyata dengan bobot kering total E. crus-galli pada perlakuan campurannya dengan padi (Tabel 25).
Tabel 25. Bobot Kering Total E. crus-galli pada Perlakuan Populasi crus-galli Perlakuan Populasi E2 E4 E6 E8 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1
E.
Bobot Kering Total 4 MST
8 MST 18 MST ------------------------------- (gram/pot) -----------------------------0.67d 18.16a 18.05de 0.84cd 7.32c 20.62c-e 1.49a-c 19.90a 30.69ab 1.55ab 20.28a 36.45a 0.88b-d 7.62c 13.11e 1.45a-c 10.50bc 24.39b-d 1.96a 17.09ab 27.35bc 1.31a-d 18.37a 19.78c-e
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Panjang Malai, Jumlah Biji/Malai, Jumlah Biji/Pot, dan Kepadatan Malai Populasi E. crus-galli berpengaruh terhadap panjang malai dan jumlah biji per malai E. crus-galli, namun tidak berpengaruh terhadap jumlah biji per pot dan kepadatan malai E. crus-galli (Tabel Lampiran 32 sampai 35). Panjang malai E. crus-galli tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan populasi 2 E. crus-galli monokultur yakni sebesar 11.64 cm dan yang terendah ditunjukkan oleh perlakuan E4P1 sebesar 8.13 cm. Perlakuan E2 menghasilkan jumlah biji per malai E. crus-galli tertinggi sebesar 330.2 biji per malai. Sedangkan jumlah biji per malai E. crus-galli terendah ditunjukkan oleh perlakuan E8P1 sebesar 151.3 biji per malai (Tabel 26). Tabel 26. Panjang Malai, Jumlah Biji/Malai, Jumlah Biji/Pot, dan Kepadatan Malai E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Perlakuan
Panjang Malai
E2 E4 E6 E8 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1
(cm) 11.64a 10.09ab 9.75bc 8.96bc 10.08ab 8.13c 8.27bc 8.15c
Jumlah Biji Per Malai Per Pot ------------ butir -----------330.2a 6226 235.3bc 7078 225.9bc 9083 184.3bc 9541 255.3ab 6311 192.9bc 8443 207.2bc 8809 151.3c 8597
Kepadatan Malai (butir/cm) 23.8 21.9 19.5 18.4 22.2 18.8 20.7 14.6
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Bobot 1000 Biji Populasi gulma E. crus-galli tidak berpengaruh pada bobot 1000 biji E. crus-galli (Tabel Lampiran 36). Gambar 8 menunjukkan bahwa rata-rata bobot 1000 biji tertinggi dihasilkan oleh E. crus-galli pada perlakuan E8 sebesar 1.40 g dan yang terendah dihasilkan oleh perlakuan E2P1 sebesar 1.09 g. E. crus-galli yang ditanam bersama padi dengan populasi 8 menekan bobot 1000 biji sebesar 20% jika dibandingkan dengan monokulturnya.
Gambar 8. Bobot 1000 Butir Biji E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli
Penetapan Kompetisi Total Hasil Relatif (THR) Populasi E.crus-galli berpengaruh terhadap hasil relatif padi dan total hasil relatif pada 4 MST, dan tidak berpengaruh terhadap hasil relatif gulma E.crusgalli (Tabel Lampiran 37-39). Tabel 27 dan Gambar 9 menunjukkan bahwa hasil relatif E. crus-galli lebih besar dibandingkan terhadap hasil relatif padi. Nilai total hasil relatif lebih dari 1 (THR>1). Hal ini menunjukkan tidak terjadi kompetisi antara E.crus-galli dan padi. Tabel 27. Hasil Relatif Padi (HRP), Hasil Relatif E. crus-galli (HRE), dan THR pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Hasil Relatif THR Padi (HRP) E. crus-galli (HRE) 4MST 8MST Panen 4MST 8MST Panen 4MST 8MST Panen 0.72a 0.95 1.04 1.40 0.41 0.73 2.11a 1.37 1.77 0.51b 0.79 0.79 1.65 1.79 1.24 2.16a 2.59 2.03 0.38bc 0.69 0.66 1.33 0.86 0.93 1.71ab 1.55 1.59 0.31c 0.77 0.76 0.85 1.17 0.55 1.15b 1.94 1.30 : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Perlakuan Populasi E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 Keterangan
(a)
(b)
(c)
Gambar 9. Kurva Total Hasil Relatif (THR): (a) THR pada 4 MST, (b) THR pada 8 MST, (c) THR pada 18 MST
Koefisien Pendesakan (KP) Perlakuan populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap koefisien pendesakan padi terhadap E. crus-galli (KPPE) pada 8 MST dan panen, dan tidak berpengaruh terhadap koefisien pendesakan E. crus-galli terhadap padi (KPEP) (Tabel Lampiran 40 dan 41). Pada Tabel 28 menunjukkan bahwa peningkatan populasi E. crus-galli menurunkan nilai KPPE dan meningkatkan nilai KP EP. Pada Gambar 10 terlihat bahwa koefisien pendesakan E. crus-galli lebih besar dibandingkan koefisien pendesakan padi. Tabel 28. Koefisien Pendesakan Padi dan E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Perlakuan Populasi E2P1 E4P1 E6P1 E8P1
4 MST 0.54 0.33 0.28 0.37
KPPE 8 MST 2.98a 0.72b 0.84b 0.78b
Panen 1.43a 0.71b 0.72b 1.38a
4 MST 2.11 3.60 3.75 3.00
KPEP 8 MST 0.62 2.72 1.52 1.78
Panen 0.76 1.67 1.39 0.74
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
KPEP = KP E. crus-galli terhadap Padi KPPE = KP Padi terhadap E. crus-galli
Gambar 10. Koefisien Pendesakan Tanaman Padi dan Gulma E. crus-galli
Pembahasan Pertumbuhan Vegetatif dan Produksi Tanaman Padi Semakin tinggi populasi E. crus-galli, pertumbuhan tinggi, jumlah anakan, jumlah daun, ukuran daun, dan panjang akar tanaman padi semakin menurun. Hasil ini sejalan dengan laporan Islam dan Karim (2003) yang menyatakan bahwa keberadaan gulma E. crus-galli mulai populasi 2 per pot menurunkan tinggi tanaman padi. Purba (2007) juga melaporkan bahwa kerapatan E. crus-galli 10 tegakan per meter bujursangkar mampu menurunkan tinggi tanaman padi sebesar 11%. Lamid et al., (2005) menyatakan semakin banyak populasi bayam berduri bersaing dengan kacang hijau cenderung menurunkan perolehan tinggi tanaman. Hal ini disebabkan oleh kedua jenis tanaman tersebut saling bersaing dalam memperoleh cahaya matahari. Penurunan panjang akar menyebabkan penurunan hasil gabah. Menurut Suardi (2002), peran akar padi dalam menyerap air selama pertumbuhan menentukan kelancaran proses fotosintesis dalam menghasilkan gabah. Gumilar (2007) menyatakan bahwa lamanya persaingan dan kerapatan populasi teki memberikan pengaruh yang nyata terhadap bertambahnya daun kacang tanah. Unsur nitrogen berperan dalam merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman (Rauf et al., 2007). Unsur nitrogen berperan dalam pembentukan daun tanaman padi (Deptan, 1983). Unsur nitrogen bagi tanaman merupakan bahan penyusun klorofil. Klorofil berperan dalam proses fotosintesis yang menghasilkan
karbohidrat merupakan sumber energi pembelahan sel. Tanaman bila aktif melakukan pembelahan sel, maka secara tidak langsung tanaman tersebut menjadi cepat pertumbuhannya (Harjadi dalam Soejono et al., 2005). Jumlah dan ukuran daun tanaman padi yang menurun akibat adanya gulma E. crus-galli berkorelasi dengan jumlah anakan yang terbentuk. Semakin tinggi populasi E. crus-galli, jumlah anakan yang terbentuk semakin rendah dan akhirnya menurunkan jumlah daun. Penurunan jumlah daun seiring dengan meningkatnya populasi E. crus-galli pada penelitian ini diduga berhubungan dengan daya kompetisi E. crus-galli yang lebih baik dalam mendapatkan unsur nitrogen. Persaingan antara tanaman padi dengan gulma E. crus-galli mempengaruhi hampir seluruh peubah hasil padi baik itu bobot kering tajuk, bobot kering akar, bobot kering total, jumlah gabah per pot, bobot gabah isi, dan persentase bobot gabah hampa. Eussen dan Zulfadli (1981) menyatakan bahwa tanaman padi yang ditanam bersama dengan gulma pada seluruh siklus hidupnya akan menurunkan bobot kering tanaman padi. Penurunan bobot kering tersebut diduga terjadi akibat adanya kompetisi antara tanaman padi dengan gulma E. crus-galli dalam memperebutkan unsur hara. Semakin tinggi populasi E. crus-galli yang ditanam bersama padi, bobot kering akar padi yang dihasilkan semakin menurun. Hal ini diduga tanaman padi kalah bersaing dengan gulma E. crus-galli dalam memperebutkan ruang tumbuh. Campbell (2002) menyatakan bahwa pengaruh kepadatan tanaman terhadap pertumbuhan akar dan tajuk yaitu semakin besar kepadatan tanaman, pertumbuhan akar dan tajuk tanaman akan semakin kecil karena faktor nutrisi dan air akan diperebutkan oleh banyak tanaman yang sejenis ataupun yang berbeda jenis. Populasi gulma E. crus-galli yang semakin tinggi mengakibatkan jumlah gabah per malai tanaman padi semakin menurun. Hal ini berdampak juga pada jumlah gabah per pot. Kepadatan malai menurun dengan seiring dengan meningkatnya populasi gulma E. crus-galli. Pada perlakuan E4P1 menghasilkan penurunan kepadatan malai padi sebesar 7.5%. Frauke (2007) menyatakan bahwa
penurunan kepadatan malai pada populasi 4 gulma E. crus-galli per pot mencapai 50.1% dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan populasi 8 gulma E. crus-galli menurunkan bobot gabah kering sebesar 77.8% dibanding kontrol. Hasil penelitian Frauke (2007) menunjukkan bahwa populasi gulma E. crus-galli sebanyak 4 per pot menurunkan produksi tanaman padi dalam bentuk bobot gabah kering sebesar 48% dan menurunkan bobot gabah isi sebesar 46.2%. Hal ini menunjukkan semakin tinggi populasi E. crus-galli yang ditanam bersama padi, berakibat pada penurunan produksi gabah padi.
Pertumbuhan Vegetatif dan Produksi Echinochloa crus-galli Perlakuan populasi E. crus-galli yang semakin meningkat, menyebabkan tinggi E. crus-galli yang semakin menurun. Campbell (2002) menyatakan bahwa kepadatan tanaman yang tinggi berarti jumlah tanaman sejenis banyak tumbuh di ruang sempit, saling berkompetisi untuk mendapatkan air, dan nutrisi yang jumlahnya terbatas. Begitupun sebaliknya, jika kepadatan rendah maka air dan nutrisi yang tersedia akan semakin besar dan kesempatan tanaman untuk menyerap air dan nutrisi semakin besar, sehingga tinggi tanaman bisa tumbuh secara maksimal. Semakin tinggi populasi E.crus-galli, semakin menurunkan panjang malai, jumlah gabah per malai, serta memperlambat waktu keluarnya stage daun E. crusgalli. Halvorson dan Guertin (2003) menyatakan bahwa pengendalian E.crus-galli efektif dengan menggunakan herbisida yang kontak langsung dengan biji yang sedang berkecambah atau pada pertumbuhan awal bibit. Hal tersebut terkait dengan waktu munculnya stage daun, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk munculnya setiap stage daun, maka aplikasi herbisida semakin efektif. Menurut Kadir (2007), untuk mengendalikan E.crus-galli, aplikasi herbisida harus dilakukan maksimal 14 hari setelah tanam. Perlakuan populasi 2 gulma E. crus-galli yang hidup bersama satu padi per pot menurunkan panjang akar gulma 29.6% dibanding perlakuan monokulturnya saat panen. Karakter bobot 1000 biji merupakan karakter tidak langsung untuk melihat ukuran biji E. crus-galli, semakin besar bobot 1000 biji maka ukuran biji
E. crus-galli juga semakin besar. Ukuran biji dipengaruhi oleh kadar karbohidrat yang ditranslokasikan ke biji pada fase generatif (Suud, 2008). Kompetisi antara gulma E. crus-galli dan tanaman padi mempengaruhi komponen produksi E. crus-galli. Hal ini terlihat dari populasi 8 gulma yang ditanam bersama padi dapat menurunkan bobot kering tajuk sebesar 37% dibandingkan dengan monokulturnya. Populasi gulma yang semakin tinggi menyebabkan panjang malai, jumlah gabah per malai, dan kepadatan malai semakin menurun. Semakin tinggi populasi E. crus-galli, bobot biomassa padi semakin menurun dan bobot biomassa E. crus-galli semakin meningkat. Namun sebaliknya pada populasi 8 gulma, bobot biomassa padi meningkat dan bobot biomassa E. crus-galli menurun. Effendi (2006) menyatakan bahwa biomassa tanaman per satuan luas tanah akan tinggi sampai tingkat kepadatan tanaman tertentu, kemudian menurun kembali karena terjadi kompetisi dalam kebutuhan faktor tumbuh.
Penetapan Kompetisi Hasil relatif E. crus-galli pada penelitian ini lebih besar daripada hasil relatif padi. Pengaruh populasi E. crus-galli terhadap hasil relatif padi dan E. crus-galli dapat dijelaskan pada Gambar 9. Pada 4 MST (Gambar 9a) grafik hasil relatif padi memperlihatkan bentuk cekung, sementara grafik hasil relatif E. crusgalli memperlihatkan bentuk cembung. Keadaan seperti ini menunjukkan bahwa E. crus-galli lebih kompetitif dibandingkan dengan tanaman padi. Sedangkan pada 8 dan 18 MST (Gambr 9b dan 9c), pada populasi 2 E. crus-galli per pot, hasil relatif E. crus-galli berada di bawah grafik hasil relatif tanaman padi. Hal ini menunjukkan bahwa padi lebih kompetitif terhadap E. crus-galli pada perlakuan populasi 2 E. crus-galli. Nilai total hasil relatif lebih dari satu (THR>1) menunjukkan tambahan sumberdaya yang tidak terukur, kebutuhan sarana tumbuh yang berbeda, kejadian simbiosis atau interaksi positif di antara kedua tanaman. Artinya tidak terjadi kompetisi antar tanaman. Total hasil relatif kurang dari satu (THR<1) menunjukkan pengaruh negatif atau saling merugikan antara kedua tanaman
karena sarana tumbuh atau sumberdaya yang terbatas. Nilai total hasil relatif sama dengan satu (THR=1) menunjukkan tidak terjadi kompetisi antar tanaman, dimana masing-masing tanaman masih tumbuh sendiri tanpa saling mengganggu atau mendominasi (De Wit, 1960; Spitters dan Van Den Bergh, 1982). Perera et al. (2006) melaporkan bahwa dalam pertanaman campuran, total hasil relatif antara E. crus-galli dan padi mendekati satu (THR<1), dengan hasil relatif E. crus-galli lebih besar dari 0.5 dan hasil relatif padi kurang dari 0.5. Total hasil relatif antara E. crus-galli dan padi pada penelitian ini lebih besar dari satu (THR>1). Hal tersebut tidak cukup kuat menunjukkan kompetisi yang terjadi antara padi dan E. crus-galli pada penelitian ini. Namun, pengujian dengan menggunakan koefisien pendesakan didapatkan hasil bahwa E. crus-galli lebih kompetitif dibandingkan tanaman padi. Koefisien pendesakan padi terhadap E. crus-galli semakin menurun dengan bertambahnya populasi gulma E. crus-galli. Sebaliknya pada koefisien pendesakan E. crus-galli terhadap tanaman padi didapatkan hasil bahwa kemampuan kompetisi E. crusgalli terus meningkat dengan meningkatnya populasi E. crus-galli. Gulma E. crus-galli pada perlakuan populasi 6 E. crus-galli yang ditanam bersama padi memiliki nilai koefisien pendesakan tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa E. crus-galli pada populasi 6 gulma E. crus-galli memiliki daya kompetisi yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada penelitian ini secara umum terlihat, bahwa kehadiran gulma E. crusgalli pada pertanaman padi memberikan pengaruh yang jelas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi. Dari grafik-grafik tersebut terlihat bahwa kehadiran gulma E. crus-galli pada proporsi yang kecil sekalipun untuk keempat perlakuan populasi gulma per pot telah cukup menimbulkan kerugian pada tanaman padi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Perlakuan populasi gulma E.crus-galli menunjukkan pengaruh kompetisi E.crus-galli terhadap pertumbuhan dan produksi padi. Populasi 2 gulma per pot telah mampu menurunkan pertumbuhan dan produksi padi. Semakin tinggi populasi gulma E. crus-galli yang ditanam bersama padi maupun secara monokultur, pertumbuhan dan produksi tanaman padi dan E.crus-galli semakin menurun. Populasi E. crus-galli sebanyak 8 per pot menurunkan produksi tanaman padi dalam bentuk bobot gabah kering sebesar 77.8% dan menurunkan bobot gabah isi hingga 93.0%. Perlakuan populasi 8 gulma E.crus-galli yang ditanam bersama padi menekan bobot kering total E.crus-galli sebesar 45.7% dibandingkan terhadap perlakuan 8 E. crus-galli monokultur. Nilai perhitungan total hasil relatif pada penelitian ini tidak menunjukkan kompetisi antara tanaman padi dan E. crus-galli. Namun, perhitungan dengan menggunakan koefisien pendesakan menunjukkan bahwa gulma E.crus-galli lebih kompetitif dibandingkan tanaman padi.
Saran Pengendalian gulma E. crus-galli perlu dilakukan untuk mencegah penurunan pertumbuhan dan produksi tanaman padi mulai dari populasi 2 E. crusgalli per pot yang setara dengan populasi 28 E. crus-galli per meter persegi di lapang. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan varietas padi yang berbeda sehingga dapat diketahui pengaruh dari varietas yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Alfandi dan Dukat. 2007. Respon pertumbuhan dan produksi tiga kultivar kacang hijau (Vigna radiata L.) terhadap kompetisi dengan gulma pada dua jenis tanah. Jurnal Agrijati 6(1): 20-29. Ampong-Nyarko, K. dan S.K. De Datta. 1991. A Handbook for Weed Control in Rice. IRRI. Phillipines. 191 p. Azmi, M. dan B.B. Baki. 1995. The succession of noxious weeds in tropical asian rice fields with emphasis on Malaysia rice ecosystems, p. 140-148. The 15th Asian-Pacific Weed Science Society Conference. Tsukuba, Japan, July, 24-30. Bahrendt, S. dan M. Hanf. 1979. Grass Weeds in World Agriculture. Limburgerhof. BASF. 137 p. Balandier, P., C. Collet, J.H. Miller. P.E. Reynolds, dan S.M. Zedaker. 2005. Designing forest vegetation management strategies based on mechanisms and dynamics of crop tree competition by neighbouring vegetation. Forestry 79(1): 3-27. Booth, B.D., S.D. Murphy, dan C.J. Swanton. 2003. Weed Ecology in Natural and Agricultural Systems. CABI Publishing. 303 p. Campbell, N.A. 2002. Biologi Jilid II. Jakata: Erlangga. 97 hal. De Wit, C.T. 1960. On Competition. Versl. ladbouwk. Onderz. 82p. Dekker, J.H., W.F. Meggit dan A.R. Putnam. 1983. Experimental methodologies to evaluate allelopathic plant interactions: the abutilon theoprasti-Glycine max model. Journal of Chemical Ecology 9(8): 945-981. Departemen Pertanian. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Padi. Edisi Kedua. Departemen Pertanian. Jakarta. 69 hal. Departemen Pertanian. 1983. Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija, Sayuran. Deptan Satuan Pengendali Bimas. Jakarta. 282 hal. Effendi, F.B. 2006. Uji Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Hibrida pada Tingkat Populasi Tanaman yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 41 hal.
Eussen, J.H.H dan M. Zulfadli. 1981. Upland rice-weed competition as affected by nitrogen application and the time and duration of the competition, p. 97-107. Dalam S. Mangoensoekardjo (Ed.). Prosiding Konferensi VI Himpunan Ilmu Gulma Indonesia (HIGI). Sumatera Utara, 12-14 Februari. Fishel, F. 2000. Barnyardgrass-Billion Dollar Grass. Integrated Pest and Crop Management Newsletter. 109 p. Frauke, R. 2007. Studi Kompetisi Beberapa Ekotipe Gulma Echinochloa crusgalli terhadap Tanaman Padi (Oryza sativa L.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 48 hal. Galinato, M.I., K. Moody dan C. M. Piggin. 1999. Upland Rice Weeds of South and Southeast Asia. International Rice Research Institute. Los Banos. 155 p. Gumilar, W. 2007. Studi Kompetisi Teki (Cyperus rotundus L.) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 63 hal. Halvorson, W.L. dan P. Guertin. 2003. Status of introduced plants in southern arizona parks factsheets for: Echinochloa Beauv. Spp. http://arizona.edu [5 Oktober 2009]. Harper, J.L. 1977. Population Biology of Plant. Academic Press. New york. 890p. Hitchcock, A.S. 1951. Manual of the grasses of the United States. Misc. Publ. No. 200. Washington, DC: U.S. Department of Agriculture, Agricultural Research Administration. 1051 p. [2nd edition revised by Agnes Chase in two volumes. New York: Dover Publications, Inc.]. Islam, M.F. dan S.M.R.Karim. 2003. Effect of population density of Echinochloa crus-galli dan Echinochloa colona on rice, p.275-281. Proceedings I The 19th Asian-Pacific Weed Science Society Conference. Manila-Philippines, March, 17-21. Itoh, K. 1991. Life Cycles of Rice Field Weeds and Their Management in Malaysia. Tropical Agriculture Research Center. Japan. 92 p. Jolliffe, P. dan A. Weigelt. 2003. Indicase of plant competition. http://www.blackwell-synergy.com/doi/full.html. [3 Desember 2009]. Kadir, M. 2007. Efektifitas berbagai dosis dan waktu aplikasi herbisida 2,4 dimetilamina terhadap gulma Echinochloa colonum, Echinochloa crusgalli, dan Cyperus iria pada padi sawah. Jurnal Agrisistem 3: 44-49.
Kim, Kil-Ung. 1994. Ecophysiology of Echinochloa species and their management, p. 18-25. Dalam S.S. Sastroutomo and B.A. Auld (Eds.). Proceeding of an FAO-CABI International Workshop on Appropriate Weed Control in Southeast Asia. Kuala Lumpur, March, 12-17. Lamid, Z., S. Soelin, dan S. Angriani. 2005. Tanggapan pertumbuhan dan hasil kacang hijau bersaing dengan bayam berduri (Amaranthus spinosus L.). Prosoding Konferensi Nasional XVII Himpunan Ilmu Gulma Indonesia (HIGI). Yogyakarta, Juli, 20-21. Lawson, H.M. 1982. Competition between annual weesds and vining peas grown at a range of popluation densities: effect on the crop. Weed Research 23(1):27-28. Mulyaningsih, S., F.T. Kadarwati, dan I. Sadikin. 2008. Periode kritis kompetisi gulma pada kapas yang ditumpangsari dengan jagung. Agrivita 30: 35-44. Mursito, D. dan Kawiji. 2001. Pengaruh kerapatan tanam dan kedalaman olah tanah terhadap hasil umbi lobak (Raphanus sativus L.). http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/agrosains/peng_kerpt_tan_kawiji.pdf. [1 November 2009]. Noda, K. 1973. Competitive effects of barnyard grass (Echinochloa crus-galli) on rice, p. 145-150. Proceedings the 14 th Asian-Pacific Weed Science Society Confrence. New Zealand, March, 12-16. Nurmalina, Rita. 2007. Model Ketersediaan Beras yang Berkelanjutan untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Disertasi. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pane, H., Prayitno, dan A. Soleh. 2004. Daya saing beberapa varietas padi gogorancah terhadap gulma di lahan sawah tadah hujan. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 23: 1-11. Pane, H. 2003. Kendala dan peluang pengembangan teknologi padi tanam benih langsung. Jurnal Litbang Pertanian 22: 4. Perera, K.K., P.G.Ayres, dan H.P.M. Gunasena. 2006. Root growth and the relative importance of root and shoot competition in interactions between rice (Oryza sativa) and Echinochloa crus-galli. Weed Research 32: 67-76. Purba, Edison. 2007. Respons padi terhadap kerapatan jajagoan (Echinochloa crus-galli). Edisi Khusus Dies Natalis ke-26 UNIB. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 1: 62-68. Rauf, A.W., T. Syamsuddin, dan S.R. Sihombing. 2007. Peranan pupuk NPK pada tanaman padi. Departemen Pertanian. Irian Jaya. 90p.
Rice, E.L. 1974. Allelopathy. Academic Press. New York. 35p. Sastroutomo, S. 1990. Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 216 hal. Schmid, B., A. Hector, P. Saha, dan M. Loreau. 2008. Biodiversity effects and transgressive overyielding. Journal of Plant Ecology 2(1): 95-102. Setyowati, N., U. Nurjanah, dan L.S. Sipayung. 2007. Pergeseran gulma pada tanaman cabai besar akibat perbedaan waktu pengendalian gulma. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia 1: 21-27. Soejono, A.T., D. Kastono, dan D. Sasongko. 2005. Pengaruh populasi tiga jenis gulma terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. Prosoding Konferensi Nasional XVII Himpunan Ilmu Gulma Indonesia (HIGI). Yogyakarta, Juli, 20-21. Spitters, C.J.T. dan J.P. Van Den Bergh. 1982. Competition between crop and weeds: a system approach, p. 137-147. In W. Holzner and M. Numata (Eds.) Biology an Ecology of Weeds. Junk Publ. The Hague. Suardi, D. 2002. Perakaran padi dalam hubungannya dengan toleransi tanaman terhadap kekeringan dan hasil. Jurnal Litbang Pertanian 21(3): 100-108. Suardi, D. dan H. Pane. 1983. Daya saing beberapa varietas padi terhadap gulma. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3: 1-11. Sung, S.J.S., G.R. Leather., dan M.G. Hale. 1987. Development and germination of barnyardgrass (Echinochloa crus-galli) seeds. Weed Science 35: 211-215. Suud, M. I. 2008. Studi Karakteristik Morfologi Gulma Echinochloa crus-galli dari Beberapa Tipe Ekologi. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 50 hal. Tjitrosemito, S. 1994. Integrated management of paddy and aquatic weeds in Indonesia, p. 20-31. Proceedings of the International Seminar Biological Control and Integrated Management of Paddy and Aquatic Weeds in Asia. Japan, Oktober, 19-25. Tjitrosoedirdjo, S., I.H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. P.T. Gramedia. Jakarta. 209 hal. Tobing, I.E. dan M.A. Chozin. 1980. Masa kritis padi sawah berumur genjah terhadap persaingan gulma. Buletin Agronomi 11: 1-6.
Yamamoto, T.K. Yokotani, S. Kosemura, S. Yamamura, K. Yamada, dan K. Hasegawa. 1999. Allelopathic substance exuded from a serious weed, germinating barnyardgrass (Echinochloa crus-galli L.) roots. Journal Plant Growth Regulation 18: 65-67. Zimdahl, R.L. 1980. Weed Crop Competition. International Plant Protection Centre. Oregon State. Univ. USA. 196p.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Hasil Analisis Media Tanam Sifat Tanah pH H2O pH KCl Bahan Organik (%) C N C/N Bray I P2O5 (ppm) Nilai Tukar Kation (me/100g) Ca Mg K Na KTK KB (%) KCl 1N (me/100g) Al3+ H3+ HCl 0.05N (ppm) Fe Cu Zn Mn Tekstur (%) Pasir Debu Liat
Nilai 4.90 3.90
Kriteria*) Masam Masam
3.52 0.24 15 1.7
Tinggi Sedang Sedang Sangat Rendah
0.65 0.18 0.27 0.41 15.37 9.82
Rendah Rendah Rendah Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah
1.78 0.37
Masam Masam
3.68 4.20 8.92 69.24
Rendah Rendah Rendah Tinggi
15.19 31.54 53.27
-
Sumber: Hasil Analisis Tanah Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB , 2009 *) Kriteria menurut Pusat Penelitian Tanah (1980)
Tabel Lampiran 2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Padi Sumber DB JK Keragaman 1 Ulangan 2 0.62 Perlakuan 4 11.53 Galat 8 21.39 Umum 14 33.55 2 Ulangan 2 2.76 Perlakuan 4 25.87 Galat 8 31.96 Umum 14 60.60 3 Ulangan 2 3.45 Perlakuan 4 148.05 Galat 8 64.66 Umum 14 216.16 4 Ulangan 2 1.04 Perlakuan 4 125.35 Galat 8 94.51 Umum 14 220.89 5 Ulangan 2 17.96 Perlakuan 4 226.04 Galat 8 392.33 Umum 14 636.33 6 Ulangan 2 54.82 Perlakuan 4 130.58 Galat 8 263.31 Umum 14 448.71 7 Ulangan 2 115.97 Perlakuan 4 148.38 Galat 8 105.36 Umum 14 369.71 8 Ulangan 2 46.56 Perlakuan 4 46.49 Galat 8 67.91 Umum 14 160.96 9 Ulangan 2 108.70 Perlakuan 4 68.20 Galat 8 245.44 Umum 14 422.34 Keterangan: *) berpengaruh nyata pada uji F 5% MST) minggu setelah tanam MST
KT 0.31 2.88 2.67
F hitung 0.12 1.08
Pr>F 0.8915 0.4279
KK (%) 7.23
1.38 6.47 4.00
0.35 1.62
0.7179 0.2602
5.67
1.72 37.01 8.08
0.21 4.58
0.8123 0.0323*
5.87
0.52 31.34 11.81
0.04 2.65
0.9573 0.1120
5.81
8.98 56.51 49.04
0.18 1.15
0.8360 0.3990
10.49
27.41 32.64 32.91
0.83 0.99
0.4693 0.4645
7.87
57.99 37.10 13.17
4.40 2.82
0.0513 0.0993
4.61
23.28 11.62 8.49
2.74 1.37
0.1239 0.3261
3.49
54.35 17.05 30.68
1.77 0.56
0.2307 0.7012
6.36
Tabel Lampiran 3. Analisis Ragam Jumlah Anakan Tanaman Padi MST 3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Sumber DB Keragaman Ulangan 2 Perlakuan 4 Galat 8 Umum 14 Ulangan 2 Perlakuan 4 Galat 8 Umum 14 Ulangan 2 Perlakuan 4 Galat 3 Umum 9 Ulangan 2 Perlakuan 4 Galat 7 Umum 13 Ulangan 2 Perlakuan 4 Galat 7 Umum 13 Ulangan 2 Perlakuan 4 Galat 8 Umum 14 Ulangan 2 Perlakuan 4 Galat 8 Umum 14 Ulangan 2 Perlakuan 4 Galat 8 Umum 14 Ulangan 2 Perlakuan 4 Galat 8 Umum 14 Ulangan 2 Perlakuan 4 Galat 8 Umum 14
JK
KT
0.016 0.037 0.091 0.144 0.133 1.823 0.153 2.109 0.16 1.16 0.09 1.40 0.60 2.06 2.53 5.21 1.00 4.53 1.63 7.23 5.833 8.567 3.333 17.733 4.933 3.333 13.067 21.333 3.600 5.067 11.733 20.400 6.400 5.067 8.933 20.400 3.600 5.067 11.733 20.400
0.008 0.009 0.011 0.067 0.456 0.019
F hitung
Pr>F
KK (%)
0.5220 0.5454
13.48t
3.48 0.0819 23.77 0.0002**
35.20
0.71 0.82
0.08 0.29 0.03
2.50 9.25
0.2296 0.0490*
19.64
0.30 0.52 0.36
0.83 1.43
0.4742 0.3184
28.03
0.50 1.13 0.23
2.15 4.87
0.1867 0.0339*
19.00
2.917 2.142 0.417
7.00 5.14
0.0175 0.0239*
20.60
2.467 0.833 1.633
1.51 0.51
0.2777 0.7306
47.93
1.800 1.267 1.467
1.23 0.86
0.3429 0.5250
43.25
3.200 1.267 1.117
2.87 1.13
0.1152 0.4058
37.74
1.800 1.267 1.467
1.23 0.86
0.3429 0.5250
43.25
Tabel Lampiran 3. (Lanjutan) Sumber DB JK Keragaman 13 Ulangan 2 3.600 Perlakuan 4 5.067 Galat 8 11.733 Umum 14 20.400 14 Ulangan 2 0.259 Perlakuan 4 0.468 Galat 6 1.147 Umum 12 1.874 15 Ulangan 2 1.64 Perlakuan 4 4.76 Galat 6 2.19 Umum 12 8.77 16 Ulangan 2 0.12 Perlakuan 4 2.90 Galat 5 3.71 Umum 11 0.74 17 Ulangan 2 4.17 Perlakuan 4 10.17 Galat 3 6.33 Umum 9 20.10 Keterangan: *) berpengaruh nyata pada uji F 5% **) berpengaruh nyata pada uji F 1% MST) minggu setelah tanam t) hasil transformasi (X) 0.5 MST
KT
F hitung
Pr>F
KK (%)
1.800 1.267 1.467
1.23 0.86
0.3429 0.5250
43.25
0.130 0.117 0.143
0.90 0.82
0.4428 0.5492
20.83t
0.82 1.19 0.37
2.25 3.26
0.1866 0.0956
22.44
0.06 0.73 6.67
0.08 0.98
0.9238 0.4949
25.85
2.08 2.54 2.11
0.99 1.20
0.4685 0.4576
33.79
Tabel Lampiran 4. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Padi Sumber DB JK Keragaman 3 Ulangan 2 1.19 Perlakuan 4 3.58 Galat 8 2.81 Umum 14 7.58 4 Ulangan 2 1.88 Perlakuan 4 15.77 Galat 8 12.80 Umum 14 30.45 5 Ulangan 2 14.40 Perlakuan 4 12.10 Galat 8 19.10 Umum 14 45.60 6 Ulangan 2 16.53 Perlakuan 4 38.93 Galat 8 22.97 Umum 14 78.43 7 Ulangan 2 42.63 Perlakuan 4 72.43 Galat 8 45.87 Umum 14 160.93 8 Ulangan 2 82.63 Perlakuan 4 158.93 Galat 8 53.87 Umum 14 295.43 9 Ulangan 2 44.40 Perlakuan 4 86.93 Galat 8 252.27 Umum 14 383.60 10 Ulangan 2 59.73 Perlakuan 4 110.40 Galat 8 311.60 Umum 14 481.73 Keterangan: *) berpengaruh nyata pada uji F 5% MST) minggu setelah tanam MST
KT
F hitung
Pr>F
KK (%)
0.60 0.90 0.35
1.70 2.55
0.2429 0.1210
9.45
0.94 3.94 1.60
0.59 2.46
0.5782 0.1293
17.96
7.20 3.03 2.39
3.02 1.27
0.1057 0.3583
17.36
8.27 9.73 2.87
2.88 3.39
0.1143 0.0666
12.77
21.32 18.11 5.73
3.72 3.16
0.0721 0.0779
14.28
41.32 39.73 6.73
6.14 5.90
0.0243 0.0164*
12.70
22.20 21.73 31.53
0.70 0.69
0.5228 0.6195
30.19
29.87 27.60 38.95
0.77 0.71
0.4958 0.6083
31.41
Tabel Lampiran 5. Analisis Ragam Panjang Daun Tanaman Padi Sumber DB Keragaman 3 Ulangan 2 Perlakuan 4 Galat 8 Umum 14 4 Ulangan 2 Perlakuan 4 Galat 8 Umum 14 5 Ulangan 2 Perlakuan 4 Galat 8 Umum 14 6 Ulangan 2 Perlakuan 4 Galat 8 Umum 14 7 Ulangan 2 Perlakuan 4 Galat 8 Umum 14 8 Ulangan 2 Perlakuan 4 Galat 8 Umum 14 9 Ulangan 2 Perlakuan 4 Galat 8 Umum 14 10 Ulangan 2 Perlakuan 4 Galat 8 Umum 14 Keterangan: MST) minggu setelah tanam MST
JK 0.99 38.36 29.09 68.44 7.77 63.05 48.44 119.26 5.40 62.22 162.05 229.68 19.42 63.08 154.16 236.65 64.91 103.56 171.98 340.45 75.24 64.56 85.49 225.29 1.32 41.83 50.92 94.07 52.54 81.72 59.52 193.78
KT
F hitung
Pr>F
KK (%)
0.50 9.59 3.64
0.14 2.64
0.8743 0.1133
7.19
3.88 15.76 6.05
0.64 2.60
0.5516 0.1162
7.15
2.70 15.56 20.26
0.13 0.77
0.8770 0.5751
10.61
9.71 15.77 19.27
0.50 0.82
0.6222 0.5482
9.38
32.46 25.89 21.50
1.51 1.20
0.2778 0.3799
9.46
37.62 16.14 10.69
3.52 1.51
0.0800 0.2867
6.22
0.66 10.46 6.36
0.10 1.64
0.9026 0.2547
4.50
26.27 20.43 7.44
3.53 2.75
0.0796 0.1045
5.02
Tabel Lampiran 6. Analisis Ragam Lebar Daun Tanaman Padi Sumber DB JK KT F hitung Keragaman 3 Ulangan 2 0.008 0.004 1.57 Perlakuan 4 0.022 0.005 2.18 Galat 8 0.020 0.002 Umum 14 0.049 4 Ulangan 2 0.010 0.005 1.36 Perlakuan 4 0.072 0.018 4.80 Galat 8 0.030 0.004 Umum 14 0.113 5 Ulangan 2 0.0001 0.0003 0.03 Perlakuan 4 0.0706 0.0177 1.44 Galat 8 0.0980 0.0122 Umum 14 0.1693 6 Ulangan 2 0.014 0.007 0.70 Perlakuan 4 0.060 0.015 1.50 Galat 8 0.079 0.010 Umum 14 0.153 7 Ulangan 2 0.003 0.002 0.16 Perlakuan 4 0.050 0.013 1.30 Galat 8 0.077 0.010 Umum 14 0.130 8 Ulangan 2 0.034 0.017 6.44 Perlakuan 4 0.052 0.013 4.95 Galat 8 0.021 0.003 Umum 14 0.107 9 Ulangan 2 0.036 0.018 1.58 Perlakuan 4 0.014 0.004 0.30 Galat 8 0.092 0.012 Umum 14 0.142 10 Ulangan 2 0.086 0.043 3.62 Perlakuan 4 0.023 0.006 0.48 Galat 8 0.095 0.012 Umum 14 0.204 Keterangan: *) berpengaruh nyata pada uji F 5% MST) minggu setelah tanam MST
Pr>F
KK (%)
0.2650 0.1624
10.42
0.3094 0.0286*
10.28
0.9738 0.3052
14.42
0.5251 0.2882
11.42
0.8582 0.3479
10.33
0.0215 0.0264*
5.28
0.2641 0.8672
10.34
0.0758 0.7534
10.67
Tabel Lampiran 7. Analisis Ragam Panjang, Lebar dan Luas Daun Bendera Tanaman Padi Peubah Panjang
Lebar
Luas
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum
KK (%) 22.21
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F
2 4 8 14 2 4 8 14 2 4 8 14
495.85 68.77 335.04 899.65 0.16 0.08 0.17 0.41 1595.52 552.62 898.83 3046.97
247.92 17.19 41.88
5.92 0.41
0.0264 0.7967
0.08 0.02 0.02
3.73 0.99
0.0717 0.4662
14.32
797.76 138.16 112.35
7.10 1.23
0.0169 0.3710
36.81
Tabel Lampiran 8. Analisis Ragam Panjang Akar Terpanjang Tanaman Padi Sumber DB JK KT Keragaman 4 Ulangan 2 21.23 10.61 Perlakuan 4 55.37 13.84 Galat 8 84.88 10.61 Umum 14 161.48 8 Ulangan 2 59.76 29.88 Perlakuan 4 482.68 120.67 Galat 8 241.50 30.19 Umum 14 783.94 18 Ulangan 2 86.21 43.11 Perlakuan 4 797.42 199.36 Galat 8 259.54 32.44 Umum 14 1143.18 Keterangan: *) berpengaruh nyata pada uji F 5% MST) minggu setelah tanam MST
F hitung
Pr>F
KK (%)
1.00 1.30
0.4095 0.3460
17.07
0.99 4.00
0.4129 0.0453*
16.24
1.33 6.14
0.3175 0.0146*
15.41
Tabel Lampiran 9. Analisis Ragam Bobot Kering Tajuk Tanaman Padi MST 4
8
18
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum
DB
JK
KT
2 4 8 14 2 4 8 14 2 4 8 14
0.10 0.89 0.15 1.14 15.98 27.34 13.14 56.46 10.39 33.17 34.97 78.54
0.05 0.22 0.02
F hitung
Pr>F
2.52 0.1420 11.60 0.0021**
KK (%) 30.29
7.99 6.83 1.64
4.86 4.16
0.0415 0.0411*
24.29
5.20 8.29 4.37
1.19 1.90
0.3532 0.2045
28.47
Tabel Lampiran 10. Analisis Ragam Bobot Kering Akar Tanaman Padi MST 4
8
18
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum
DB 2 4 8 14 2 4 8 14 2 4 8 14
JK
KT
0.31 0.24 0.083 0.63 181.90 27.73 120.54 330.17 298.54 21.80 81.61 401.94
0.16 0.06 0.01
F hitung
Pr>F
15.00 0.0020 5.65 0.0185*
KK (%) 29.93
90.95 6.93 15.07
6.04 0.46
0.0252 0.7636
45.52
149.27 5.45 10.20
14.63 0.53
0.0021 0.7151
39.64
Tabel Lampiran 11. Analisis Ragam Bobot Kering Malai Tanaman Padi Sumber DB JK Keragaman 18 Ulangan 2 0.65 Perlakuan 4 12.44 Galat 8 1.69 Umum 14 14.78 Keterangan: *) berpengaruh nyata pada uji F 5% **) berpengaruh nyata pada uji F 1% MST) minggu setelah tanam MST
KT 0.32 3.11 0.21
F hitung
Pr>F
1.53 0.2742 14.68 0.0009**
KK (%) 17.30
Tabel Lampiran 12. Analisis Ragam Bobot Kering Total Tanaman Padi Sumber DB JK KT Keragaman 4 Ulangan 2 0.65 0.32 Perlakuan 4 1.83 0.46 Galat 8 0.34 0.04 Umum 14 2.82 8 Ulangan 2 300.02 150.01 Perlakuan 4 84.04 21.01 Galat 8 137.72 17.22 Umum 14 521.78 18 Ulangan 2 315.45 157.73 Perlakuan 4 121.92 30.48 Galat 8 72.60 9.07 Umum 14 509.97 Keterangan: **) berpengaruh nyata pada uji F 1% MST) minggu setelah tanam MST
F hitung
Pr>F
7.63 0.0140 10.81 0.0026**
KK (%) 25.79
8.71 1.22
0.0098 0.3742
30.06
17.38 3.36
0.0012 0.0680
16.93
Tabel Lampiran 13. Analisis Ragam Panjang Malai Tanaman Padi Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Umum
DB 2 4 8 14
JK
KT
F hitung
Pr>F
KK (%)
2.05 21.13 24.22 47.39
1.02 5.28 3.03
0.34 1.74
0.7228 0.2330
8.94
Tabel Lampiran 14. Analisis Ragam Jumlah Gabah Per Malai Tanaman Padi Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Umum
DB
JK
KT
2 4 8 14
202.40 827.13 1685.11 2714.63
101.20 206.78 210.64
F hitung 0.48 0.98
Pr>F 0.6353 0.4690
KK (%) 23.18
Tabel Lampiran 15. Analisis Ragam Jumlah Gabah Per Pot Tanaman Padi Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Umum
DB
JK
KT
F hitung
2 9937.56 4968.78 4 59889.45 14972.36 4 5416.10 1354.03 10 72138.73
Pr>F
3.67 0.1244 11.06 0.0195*
KK (%) 10.71
Tabel Lampiran 16. Analisis Ragam Kepadatan Malai Tanaman Padi Sumber DB JK KT Keragaman Ulangan 2 0.16 0.08 Perlakuan 4 0.60 0.15 Galat 8 2.15 0.27 Umum 14 2.91 Keterangan: *) berpengaruh nyata pada taraf 5% MST) minggu setelah tanam
F hitung
Pr>F
KK (%)
0.29 0.56
0.7569 0.6986
16.69
Tabel Lampiran 17. Analisis Ragam Jumlah Malai Tanaman Padi Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Umum
DB 2 4 8 14
JK
KT
F hitung
Pr>F
KK (%)
3.73 12.67 2.93 19.33
1.87 3.17 0.37
5.09 8.64
0.0375 0.0053**
12.98
Tabel Lampiran 18. Analisis Ragam Bobot 100 Butir Gabah Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Umum
DB 2 4 8 14
JK
KT
F hitung
Pr>F
KK (%)
1.11 0.55 1.16 2.82
0.55 0.14 0.14
3.83 0.96
0.0680 0.4802
39.55
Tabel Lampiran 19. Analisis Ragam Produksi Gabah Peubah Bobot Gabah Isi
Bobot Gabah Hampa Bobot Gabah Hampa
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum
DB
JK
F Pr>F hitung 0.41 5.81 0.0277 4.96 71.04 0.0001** 0.07
KT
2 0.81 4 19.86 8 0.56 14 21.23 2 0.10 0.050 4 0.02 0.006 8 0.24 0.030 14 0.37 2 2.10 1.05 4 18.19 4.55 8 2.99 0.37 14 23.28 2 139.51 69.76 4 6131.83 1532.96 8 416.63 52.08 14 6687.97
Persentase Bobot Gabah Hampa Keterangan: **) berpengaruh nyata pada uji F 1% MST) minggu setelah tanam t) hasil transformasi (X) 0.5
1.63 0.20
KK (%) 21.56
0.2549 15.76t 0.9304
2.81 0.1188 12.16 0.0018**
30.94
1.34 0.3150 29.44 0.0001**
14.87
Tabel Lampiran 20. Analisis Ragam Tinggi Gulma E. crus-galli Sumber DB JK KT Keragaman 1 Ulangan 2 8.91 4.46 Perlakuan 7 12.01 1.72 Galat 14 17.11 38.04 Umum 23 1.22 2 Ulangan 2 54.78 27.39 Perlakuan 7 65.45 9.345 Galat 14 117.36 8.38 Umum 23 237.59 3 Ulangan 2 124.30 62.15 Perlakuan 7 198.14 28.31 Galat 14 220.32 15.74 Umum 23 542.76 4 Ulangan 2 179.40 89.70 Perlakuan 7 382.61 54.66 Galat 14 188.76 13.48 Umum 23 750.77 5 Ulangan 2 963.44 481.72 Perlakuan 7 809.52 115.65 Galat 14 671.27 47.95 Umum 23 2444.23 6 Ulangan 2 1142.59 571.29 Perlakuan 7 987.96 141.14 Galat 14 913.54 65.25 Umum 23 3044.08 7 Ulangan 2 867.22 433.61 Perlakuan 7 1638.24 234.03 Galat 14 1279.69 91.41 Umum 23 3785.14 8 Ulangan 2 577.20 288.60 Perlakuan 7 2386.88 340.98 Galat 14 2004.46 143.18 Umum 23 4968.54 9 Ulangan 2 424.51 212.26 Perlakuan 7 4329.24 618.46 Galat 14 2301.22 164.37 Umum 23 7054.97 Keterangan: *) berpengaruh nyata pada uji F 5% MST) minggu setelah tanam MST
F hitung
Pr>F
KK (%)
3.65 1.40
0.0531 0.2786
8.21
3.27 1.12
0.0685 0.4062
12.73
3.95 1.80
0.0437 0.1657
10.66
6.65 4.05
0.0093 0.0124*
7.75
10.05 2.41
0.0020 0.0762
12.11
8.76 2.16
0.0034 0.1039
11.57
4.74 2.56
0.0267 0.0637
11.36
2.02 2.38
0.1701 0.0791
12.11
1.29 3.76
0.3057 0.0167*
10.92
Tabel Lampiran 21. Analisis Ragam Jumlah Anakan E. crus-galli MST 3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum
DB 2 7 14 23 2 7 14 23 2 7 14 23 2 7 14 23 2 7 14 23 2 7 9 18 2 7 14 23 2 7 14 23 2 7 14 23 2 7 14 23
JK 0.004 0.005 0.008 0.016 0.004 0.005 0.008 0.016 0.0001 0.0071 0.0161 0.0233 0.03 0.18 0.03 0.24 0.012 0.193 0.094 0.298 0.09 1.67 0.50 2.30 0.483 3.775 1.482 5.740 4.548 11.118 7.0227 22.688 1.893 14.229 4.0154 20.138 5.200 28.984 7.9172 42.101
KT
F hitung
Pr>F
KK (%)
0.0018 0.0007 0.0006
3.31 1.27
0.0666 0.3301
3.26
0.0018 0.0007 0.0006
3.31 1.27
0.0666 0.3301
3.26
0.00004 0.00102 0.00115
0.03 0.89
0.9679 0.5417
4.66
0.017 0.026 0.004
4.77 0.0433 7.10 0.0065**
6.98t
0.006 0.028 0.007
0.87 4.10
0.4390 0.0119*
9.19
0.04 0.24 0.06
0.76 4.26
0.4948 0.0239*
37.65
0.242 0.539 0.106
2.28 0.1387 5.10 0.0047**
32.01
2.274 1.589 0.502
4.53 3.17
0.0303 0.0316*
46.70
0.946 2.033 0.287
3.30 0.0670 7.09 0.0010**
25.48
2.600 4.141 0.566
4.60 0.0292 7.32 0.0008**
25.37
Tabel Lampiran 21. (Lanjutan) Sumber DB JK KT F hitung Keragaman 13 Ulangan 2 3.713 1.857 2.21 Perlakuan 7 53.563 7.652 9.12 Galat 14 11.744 0.839 Umum 23 69.020 14 Ulangan 2 9.380 4.690 3.05 Perlakuan 7 70.393 10.056 6.54 Galat 14 21.518 1.537 Umum 23 101.291 15 Ulangan 2 16.107 8.054 2.11 Perlakuan 7 122.829 17.547 4.61 Galat 14 53.313 3.808 Umum 23 192.249 16 Ulangan 2 2.791 1.395 0.24 Perlakuan 7 147.158 21.023 3.61 Galat 14 81.594 5.828 Umum 23 231.543 17 Ulangan 2 2.11 1.06 0.74 Perlakuan 7 192.70 27.53 19.42 Galat 6 8.51 1.42 Umum 15 236.73 Keterangan: *) berpengaruh nyata pada uji F 5% **) berpengaruh nyata pada uji F 1% MST) minggu setelah tanam t) hasil transformasi (X) 0.5 MST
Pr>F
KK (%)
0.1461 0.0003**
19.49
0.0794 0.0015**
22.33
0.1576 0.0073**
27.25
0.7902 0.0196*
29.09
0.5141 0.0010**
11.14
Tabel Lampiran 22. Analisis Ragam Waktu Keluarnya Stage Daun E. crus-galli Daun ke1
Sumber DB JK Keragaman Ulangan 2 1.08 Perlakuan 7 0.63 Galat 14 2.25 Umum 23 3.96 2 Ulangan 2 0.25 Perlakuan 7 0.50 Galat 14 3.75 Umum 23 4.50 3 Ulangan 2 5.15 Perlakuan 7 4.50 Galat 14 2.69 Umum 23 12.33 4 Ulangan 2 8.33 Perlakuan 7 14.29 Galat 14 10.83 Umum 23 33.46 5 Ulangan 2 6.44 Perlakuan 7 13.24 Galat 14 8.23 Umum 23 27.91 6 Ulangan 2 2.02 Perlakuan 7 15.82 Galat 14 9.15 Umum 23 26.99 7 Ulangan 2 1.27 Perlakuan 7 17.67 Galat 14 9.40 Umum 23 28.33 Keterangan: *) berpengaruh nyata pada uji F 5% MST) minggu setelah tanam
KT
F hitung
Pr>F
KK (%) 33.18
0.54 0.09 0.16
3.37 0.56
0.0638 0.7793
0.123 0.07 0.27
0.47 0.27
0.6365 0.9572
41.40
2.57 0.64 0.19
13.40 3.35
0.0006 0.0259*
15.02
4.17 2.04 0.77
5.38 2.64
0.0184 0.0580
19.73
3.22 1.89 0.59
5.48 3.22
0.0175 0.0298*
13.48
1.01 2.26 0.65
1.55 3.46
0.2472 0.0229*
11.72
0.64 2.52 0.67
0.95 3.76
0.4115 0.0167*
10.35
Tabel Lampiran 23. Analisis Ragam Jumlah Daun E. crus-galli Sumber JK Keragaman DB 3 Ulangan 2 1.23 Perlakuan 7 2.09 Galat 14 1.62 Umum 23 4.95 4 Ulangan 2 4.78 Perlakuan 7 6.10 Galat 14 3.40 Umum 23 14.29 5 Ulangan 2 4.91 Perlakuan 7 8.61 Galat 14 6.47 Umum 23 20.00 6 Ulangan 2 7.43 Perlakuan 7 18.50 Galat 14 16.00 Umum 23 41.92 7 Ulangan 2 4.02 Perlakuan 7 26.76 Galat 14 23.08 Umum 23 53.86 8 Ulangan 2 1.31 Perlakuan 7 40.18 Galat 14 19.77 Umum 23 61.26 9 Ulangan 2 2.38 Perlakuan 7 106.82 Galat 14 23.04 Umum 23 132.24 10 Ulangan 2 10.30 Perlakuan 7 137.06 Galat 14 20.89 Umum 23 168.26 Keterangan: *) berpengaruh nyata pada uji F 5% **) berpengaruh nyata pada uji F 1% MST) minggu setelah tanam MST
F hitung 5.32 2.58
0.0191 0.0619
2.39 0.87 0.24
9.84 3.59
0.0021 0.0200*
10.54
2.46 1.23 0.46
5.31 2.66
0.0192 0.0564
11.91
3.71 2.64 1.14
3.25 2.31
0.0693 0.0862
17.17
2.01 3.82 1.65
1.22 2.32
0.3247 0.0855
16.72
0.66 5.74 1.41
0.46 4.07
0.6381 0.0123*
13.28
1.19 15.26 1.65
0.72 0.5026 9.27 0.0002**
11.73
5.15 19.58 1.49
3.45 0.0605 13.12 0.0001**
11.74
KT 0.62 0.30 0.12
Pr>F
KK (%) 6.96
Tabel Lampiran 24. Analisis Ragam Panjang Daun E. crus-galli Sumber DB JK KT Keragaman 3 Ulangan 2 16.04 32.08 Perlakuan 7 81.07 11.58 Galat 14 149.97 10.71 Umum 23 263.12 4 Ulangan 2 35.92 17.96 Perlakuan 7 194.14 27.73 Galat 14 125.39 8.96 Umum 23 355.45 5 Ulangan 2 451.21 225.61 Perlakuan 7 311.06 44.44 Galat 14 157.59 11.26 Umum 23 919.86 6 Ulangan 2 197.71 98.86 Perlakuan 7 310.40 44.34 Galat 14 223.36 15.95 Umum 23 731.48 7 Ulangan 2 155.81 77.91 Perlakuan 7 98.57 14.08 Galat 14 207.60 14.83 Umum 23 461.98 8 Ulangan 2 150.11 75.06 Perlakuan 7 52.25 7.46 Galat 14 132.26 9.45 Umum 23 334.62 9 Ulangan 2 23.96 11.98 Perlakuan 7 182.58 26.08 Galat 14 252.09 18.01 Umum 23 458.64 10 Ulangan 2 195.04 97.52 Perlakuan 7 214.42 30.63 Galat 14 429.70 30.69 Umum 23 839.15 Keterangan: *) berpengaruh nyata pada uji F 5% MST) minggu setelah tanam MST
F hitung
Pr>F
KK (%) 18.85
1.50 1.08
0.2574 0.4245
2.01 3.10
0.1715 0.0342*
11.34
20.04 3.95
0.0001 0.0138*
9.80
6.20 2.78
0.0118 0.0491*
10.31
5.25 0.95
0.0199 0.5012
9.47
7.94 0.79
0.0049 0.6073
8.00
0.67 1.45
0.5296 0.2625
10.70
3.18 1.00
0.0728 0.4718
15.24
Tabel Lampiran 25. Analisis Ragam Lebar Daun E. crus-galli Sumber DB JK Keragaman 3 Ulangan 2 0.01 Perlakuan 7 0.03 Galat 14 0.04 Umum 23 0.08 4 Ulangan 2 0.01 Perlakuan 7 0.16 Galat 14 0.07 Umum 23 0.23 5 Ulangan 2 0.12 Perlakuan 7 0.34 Galat 14 0.10 Umum 23 0.56 6 Ulangan 2 0.10 Perlakuan 7 0.50 Galat 14 0.20 Umum 23 0.80 7 Ulangan 2 0.07 Perlakuan 7 0.33 Galat 14 0.20 Umum 23 0.60 8 Ulangan 2 0.04 Perlakuan 7 0.34 Galat 14 0.18 Umum 23 0.56 9 Ulangan 2 0.18 Perlakuan 7 0.50 Galat 14 0.35 Umum 23 0.03 10 Ulangan 2 0.18 Perlakuan 7 0.64 Galat 14 0.28 Umum 23 1.10 Keterangan: *) berpengaruh nyata pada uji F 5% **) berpengaruh nyata pada uji F 1% MST) minggu setelah tanam MST
Pr>F
KK (%) 17.44
KT
F hitung
0.003 0.004 0.003
1.17 1.41
0.3381 0.2778
0.006 0.022 0.004
1.18 4.78
0.3350 0.0063**
13.22
0.060 0.048 0.007
8.06 6.51
0.0047 0.0015**
11.65
0.051 0.071 0.014
3.52 4.87
0.0576 0.0057**
13.05
0.036 0.047 0.014
2.58 3.37
0.1110 0.0252*
11.31
0.018 0.048 0.013
1.36 3.64
0.2886 0.0190*
10.09
0.089 0.072 1.032
3.55 2.86
0.0568 0.0446*
12.38
0.092 0.091 0.020
4.56 4.53
0.0299 0.0079**
11.29
Tabel Lampiran 26. Analisis Ragam Panjang, Lebar dan Luas Daun Bendera E. crus-galli Ukuran Sumber Daun Keragaman Bendera Panjang Ulangan Perlakuan Galat Umum Lebar Ulangan Perlakuan Galat Umum Luas Ulangan Perlakuan Galat Umum
DB 2 7 14 23 2 7 14 23 2 7 14 23
JK
KT
F hitung
Pr>F
KK (%)
70.83 36.39 122.58 229.81 0.02 0.15 0.12 0.29 49.64 51.41 103.17 204.23
35.42 5.20 8.76
4.04 0.59
0.0411 0.7511
16.03
0.01 0.02 0.01
0.94 2.40
0.4151 0.0776
11.58
24.82 7.34 7.37
3.37 1.00
0.0639 0.4726
24.75
F hitung 33.57 2.02 4.48 0.27 16.58
Pr>F
KK (%) 24.38
46.51 62.96 45.99
1.01 1.37
0.3888 0.2915
23.81
32.87 130.34 45.70
0.72 2.85
0.5043 0.0451*
21.47
Tabel Lampiran 27. Analisis Ragam Panjang Akar E. crus-galli MST
Sumber DB JK Keragaman 4 Ulangan 2 67.15 Perlakuan 7 31.33 Galat 14 232.14 Umum 23 330.61 8 Ulangan 2 93.02 Perlakuan 7 440.74 Galat 14 643.86 Umum 23 1177.63 18 Ulangan 2 65.73 Perlakuan 7 912.35 Galat 14 639.81 Umum 23 1617.90 Keterangan: *) berpengaruh nyata pada uji F 5% MST) minggu setelah tanam
KT
0.1689 0.9558
Tabel Lampiran 28. Analisis Ragam Bobot Kering Tajuk E. crus-galli MST 4
8
18
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum
DB 2 7 14 23 2 7 14 23 2 7 14 23
JK
KT
0.21 0.11 1.12 0.16 0.71 0.05 2.04 47.59 23.79 143.82 20.55 66.19 4.73 257.60 17.60 8.80 287.37 41.05 192.86 13.78 497.84
F hitung
Pr>F
KK (%)
2.09 3.17
0.1612 0.0314*
28.76
5.03 4.35
0.0226 0.0094**
32.54
0.64 2.98
0.5426 0.0390*
30.09
Tabel Lampiran 29. Analisis Ragam Bobot Kering Akar E. crus-galli Sumber DB JK Keragaman 4 Ulangan 2 0.03 Perlakuan 7 1.04 Galat 14 0.44 Umum 23 1.51 8 Ulangan 2 91.81 Perlakuan 7 275.51 Galat 14 117.66 Umum 23 484.98 18 Ulangan 2 58.58 Perlakuan 7 199.55 Galat 14 142.88 Umum 23 401.02 Keterangan: *) berpengaruh nyata pada uji F 5% **) berpengaruh nyata pada uji F 1% MST) minggu setelah tanam MST
KT
F hitung
Pr>F
KK (%)
0.01 0.15 0.03
0.41 4.73
0.6727 0.0065**
36.31
45.91 39.36 8.40
5.46 4.68
0.0176 0.0068**
39.41
29.29 28.51 10.21
2.87 2.79
0.0902 0.0483*
43.45
Tabel Lampiran 30.Analisis Ragam Bobot Kering Malai E. crus-galli MST 8
18
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum
DB 2 7 14 23 2 7 14 23
JK 0.11 0.58 0.62 1.31 1.59 100.60 18.93 121.13
KT 0.06 0.08 0.04 0.79 14.37 1.35
F hitung 1.30 1.86
Pr>F 0.3039 0.1521
0.59 0.5691 10.63 0.0001**
KK (%) 18.37t
28.26
Tabel Lampiran 31. Analisis Ragam Bobot Kering Total E. crus-galli Sumber DB JK Keragaman 4 Ulangan 2 0.38 Perlakuan 4 4.00 Galat 8 1.82 Umum 14 6.20 8 Ulangan 2 259.37 Perlakuan 4 633.55 Galat 8 235.92 Umum 14 1128.84 18 Ulangan 2 24.70 Perlakuan 4 1182.24 Galat 8 291.16 Umum 14 1498.11 Keterangan: **) berpengaruh nyata pada uji F 1% MST) minggu setelah tanam t) hasil transformasi (X) 0.5 MST
KT
KK (%) 28.44
F hitung
Pr>F
0.19 0.57 0.13
1.45 4.39
0.2680 0.0090**
129.69 90.51 16.85
7.70 5.37
0.0056 0.0037**
27.54
12.35 168.89 20.80
0.59 8.12
0.5655 0.0005**
19.16
Tabel Lampiran 32. Analisis Ragam Panjang Malai E. crus-galli Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Umum
DB 2 7 14 23
JK
KT
F hitung
8.80 32.16 13.09 54.06
4.40 4.59 0.94
4.71 4.91
Pr>F 0.0273 0.0055**
KK (%) 10.31
Tabel Lampiran 33. Analisis Ragam Jumlah Biji Per Malai E. crus-galli Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Umum
DB
JK
KT
2 53043.45 26521.73 7 61517.30 8788.19 14 29538.60 2109.90 23 144099.35
F hitung 12.57 4.17
Pr>F 0.0007 0.0112*
KK (%) 20.62
Tabel Lampiran 34. Analisis Ragam Jumlah Biji Per Pot E. crus-galli Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Umum
DB
JK
KT
2 2088305.33 1044152.67 7 46612405.83 6658915.12 14 133746250.67 9553303.62 23 182446961.83
F hitung 0.11 0.70
Pr>F
KK (%)
0.8972 0.6745
38.00
Tabel Lampiran 35. Analisis Ragam Kepadatan Malai E. crus-galli Sumber DB JK KT Keragaman Ulangan 2 308.28 154.14 Perlakuan 7 171.07 24.44 Galat 14 242.13 17.30 Umum 23 721.48 Keterangan: *) berpengaruh nyata pada uji F 5% **) berpengaruh nyata pada uji F 1% MST) minggu setelah tanam
F hitung
Pr>F
KK (%)
8.91 1.41
0.0032 0.2751
20.81
Tabel Lampiran 36. Analisis Ragam Bobot 1000 Butir Biji E. crus-galli Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Umum
DB 2 7 14 23
JK
KT
F hitung
0.41 0.24 0.73 1.38
0.21 0.03 0.05
3.93 0.66
Pr>F 0.0442 0.7054
KK (%) 18.32
Tabel Lampiran 37. Analisis Ragam Hasil Relatif Padi MST 4
8
18
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum
DB 2 3 6 11 2 3 6 11 2 3 6 11
JK
KT
0.02 0.19 0.01 0.22 0.06 0.28 0.05 0.38 0.03 0.35 0.03 0.41
0.009 0.064 0.002
F Pr>F hitung 3.79 0.0863 26.18 0.0008**
KK (%) 33.66
0.030 0.093 0.008
3.97 0.0797 12.39 0.0056**
39.20
0.014 0.117 0.005
2.99 0.1258 25.19 0.0008**
29.55
Tabel Lampiran 38. Analisis Ragam Hasil Relatif E. crus-galli Sumber DB JK Keragaman 4 Ulangan 2 0.17 Perlakuan 3 1.01 Galat 6 0.67 Umum 11 1.85 8 Ulangan 2 0.15 Perlakuan 3 0.41 Galat 6 0.47 Umum 11 1.03 18 Ulangan 2 0.01 Perlakuan 3 0.79 Galat 6 0.53 Umum 11 1.32 Keterangan: **) berpengaruh nyata pada uji F 1% MST) minggu setelah tanam t) hasil transformasi (X) 0.5 MST
F hitung 0.76 2.99
Pr>F
KK (%)
0.5062 0.1178
25.69
0.08 0.14 0.08
0.97 1.77
0.4317 0.2533
22.98t
0.002 0.263 0.088
0.03 3.00
0.9674 0.1169
34.43
KT 0.09 0.34 0.11
Tabel Lampiran 39. Analisis Ragam Total Hasil Relatif Sumber DB JK Keragaman 4 Ulangan 2 0.25 Perlakuan 3 1.56 Galat 6 0.61 Umum 11 2.42 8 Ulangan 2 0.07 Perlakuan 3 0.23 Galat 6 0.46 Umum 11 0.77 18 Ulangan 2 0.06 Perlakuan 3 1.05 Galat 6 0.53 Umum 11 1.64 Keterangan: *) berpengaruh nyata pada uji F 5% MST) minggu setelah tanam t) hasil transformasi (X) 0.5 MST
F hitung 1.23 5.14
Pr>F
KK (%)
0.3558 0.0427*
21.91
0.04 0.08 0.08
0.48 1.02
0.6423 0.4487
21.15t
0.03 0.35 0.09
0.33 3.95
0.7309 0.0717
27.27
KT 0.12 0.52 0.10
Tabel Lampiran 40. Analisis Ragam Koefisien Pendesakan Padi terhadap E.crusgalli (KPPE) MST 4
8
18
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum Ulangan Perlakuan Galat Umum
DB 2 3 6 11 2 3 6 11 2 3 6 11
JK
KT
0.004 0.038 0.007 0.050 0.143 0.750 0.183 1.076 0.034 0.705 0.087 0.826
0.002 0.013 0.001
F Pr>F hitung 1.84 0.2378 10.45 0.0085**
KK (%) 4.48t
0.071 0.250 0.031
2.34 0.1776 8.18 0.0153**
18.55t
0.017 0.235 0.015
1.17 0.3727 16.18 0.0028**
40.69
Tabel Lampiran 41. Analisis Ragam Koefisien Pendesakan E.crus-galli terhadap Padi (KPEP) Sumber DB JK Keragaman 4 Ulangan 2 4.84 Perlakuan 3 4.97 Galat 6 9.68 Umum 11 19.49 8 Ulangan 2 1.33 Perlakuan 3 0.67 Galat 6 0.50 Umum 11 2.50 18 Ulangan 2 0.48 Perlakuan 3 1.97 Galat 6 0.89 Umum 11 3.33 Keterangan: **) berpengaruh nyata pada uji F 1% MST) minggu setelah tanam t) hasil transformasi (X) 0.5 MST
F hitung 1.50 1.03
0.2961 0.4447
40.79
0.67 0.22 0.08
8.01 2.69
0.0202 0.1397
20.64t
0.24 0.66 0.15
1.62 4.44
0.2745 0.0574
33.69
KT 2.42 1.66 1.61
Pr>F
KK (%)
Tabel Lampiran 42. Deskripsi Padi Varietas IR-64 Deskripsi : IR 5657 / IR 2061 : Cere : 115 hari : Tegak : 85 cm : Banyak : Hijau : Hijau : Tidak Berwarna : Tidak Berwarna : Hijau : Kasar : Tegak : Ramping panjang : Kuning bersih : Tahan : 27 gram : 24.1% : 5 ton/ha : Tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan wereng hijau Ketahanan terhadap Penyakit : Agak tahan bakteri hawar daun, tahan virus kerdil rumput Keterangan : Baik ditanam di sawah irigasi Tahun dilepas : 1986 Sumber : Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor, 1999 Asal Persilangan Golongan Umur Tanaman Bentuk Tanaman Tinggi Tanaman Anakan Produktif Warna Kaki Warna Batang Warna Daun Telinga Warna Lidah Daun Warna Daun Muka Daun Posisi Daun Daun Bendera Warna Gabah Kerontokan dan Kerebahan Bobot 1000 Butir Kadar Amilosa Hasil Ketahanan terhadap Hama
(a)
(e)
(b)
(c)
(f)
(d)
(g)
(h)
(i)
Gambar Lampiran 1. Penempatan Tanaman Padi dan Gulma E. crus-galli pada Pot
Keterangan: a
= 2 E. crus-galli yang ditanam secara monokultur
b
= 4 E. crus-galli yang ditanam secara monokultur
c
= 6 E. crus-galli yang ditanam secara monokultur
d
= 8 E. crus-galli yang ditanam secara monokultur
e
= 1 padi yang ditanam tanpa E. crus-galli (sebagai kontrol)
f
= 2 E. crus-galli yang ditanam dengan 1 padi
g
= 4 E. crus-galli yang ditanam dengan 1 padi
h
= 6 E. crus-galli yang ditanam dengan 1 padi
i
= 8 E. crus-galli yang ditanam dengan 1 padi = Gulma E.crus-galli = Tanaman Padi
E4
E2
E6
E8
E2P1
E0P1 E8P1 E6P1
E4P1
Ulangan 1
E6
E4
E8
E6P1
E8P1 E2P1 E0P1
B
E2 E4P1
Ulangan 2
E2
E8
E4
E4P1
E6P1 E8P1 E2P1
S
U
E6 E0P1
Ulangan 3
Gambar Lampiran 2. Denah Letak Penelitian
Keterangan : E2
= 2 gulma E. crus-galli
E4
= 4 gulma E. crus-galli
E6
= 6 gulma E. crus-galli
E8
= 8 gulma E. crus-galli
E0P1 = 0 gulma E. crus-galli dan 1 tanaman padi E2P1 = 2 gulma E. crus-galli dan 1 tanaman padi E4P1 = 4 gulma E. crus-galli dan 1 tanaman padi E6P1 = 6 gulma E. crus-galli dan 1 tanaman padi E8P1 = 8 gulma E. crus-galli dan 1 tanaman padi
T