ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2 , Tahun 2016
STUDI KOMPARATIF PENERAPAN MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DAN JIGSAW TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR TIK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 SINGARAJA Gede Bayu Pratama1, Ketut Agustini2, I Ketut Resika Arthana 3 Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Bali E-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected] untuk model Jigsaw diketahui 9% respon sangat positif, 73% respon positif dan 18% respon cukup positif. Peneliti menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar yang signifikan terhadap model TAI dan Jigsaw, dimana hasil belajar model TAI lebih tinggi dari model Jigsaw. Selain itu minat belajar dengan menggunakan model TAI lebih tinggi dari model Jigsaw serta model pembelajaran TAI dan Jigsaw mendapatkan respon yang positif.
Abstrak-- Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) Pengaruh hasil belajar TIK siswa kelas VIII dengan menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dan Jigsaw, (2) Pengaruh model pembelajaran Team Assisted Individualization dan model pembelajaran Jigsaw terhadap minat siswa, (3) Respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran TAI dan Jigsaw. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan Post Test Only With Non Equivalent Control Group Design. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes pilihan ganda untuk mengukur ranah kognitif, uji keterampilan untuk ranah Psikomotor dan angket untuk mengukur minat belajar siswa dan respon siswa. Data hasil belajar dianalisis melalui uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas dengan hasil ketiga kelompok berdistribusi normal dan homogen, dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan Anova Satu jalur ( Fhitung = 27,5507) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Kemudian dilihat dari rata-rata hasil belajar model pembelajaran TAI (38,36) dan Jigsaw (34,48). Dilanjutkan dengan membandingkan kedua model pembelajaran menggunakan uji t-Scheffe, didapatkan (t=3,9422), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Untuk minat belajar dan respon siswa menggunakan metode angket. Hasil analisis angket model TAI diketahui 21% minat sangat tinggi, 79% minat tinggi. Sedangkan untuk model Jigsaw diketahui 91% minat tinggi, 9% minat sedang. Ratarata hasil analisis angket TAI (194,3) dan Jigsaw (173,7). Hasil analisis angket respon model TAI diketahui 24% respon sangat positif, 73% respon positif dan 3% respon cukup positif. Sedangkan
Kata-kata kunci : Team Assisted Individualization, Jigsaw, hasil belajar, minat belajar dan respon siswa , Abstract— The purpose of this study to determine (1) Effect of learning outcomes ICT eighth grade students by using model Team Assisted Individualization (TAI) and Jigsaw, (2) Effect of learning model Team Assisted Individualization and Jigsaw to the interest in students, (3) the response of students to the learning model application TAI and Jigsaw. The research is a quasi-experimental design with Post Test Only With Non-Equivalent Control Group Design. The data collection was conducted by multiple choice tests to measure cognitive, psychomotor skills testing for the realm and questionnaires to gauge student interest and student response. Learning outcomes data were analyzed through the prerequisite test is a test of normality and homogeneity with the results of the three groups of normal distribution and homogeneous, followed by hypothesis testing using Anova One lane (Fhitung = 27.5507) which means that
1
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2 , Juli 2016
Ho refused and Ha accepted. Then viewed from an average of learning outcomes learning model TAI (38.36) and Jigsaw (34.48). Followed by comparing two models of learning using Scheffe's t-test, it was found (t = 3.9422), then Ho is rejected and Ha accepted.For learning and student responses using questionnaires. The results of questionnaire analysis models known TAI 21% interest is very high, 79% of high interest. As for the Jigsaw model known high interest 91%, 9% interest being. The average results of questionnaire analysis TAI (194.3) and Jigsaw (173.7). The results of the analysis of questionnaire responses TAI known models 24% highly positive, 73% and 3% positive responses were quite positive response. As for the Jigsaw model known 9% highly positive, 73% positive response and 18% fairly positive response. The researchers concluded that there are significant learning outcomes significantly to the model TAI and Jigsaw, where the learning outcome model of TAI is higher than the Jigsaw model. Besides interest in learning to use models TAI higher than the Jigsaw model and learning model TAI and Jigsaw to get a positive response.
siswa juga diarahkan untuk mempraktikkan langsung pada komputer sekolah. Untuk menunjang pembelajaran TIK, SMP Negeri 3 Singaraja telah memiliki laboratorium komputer yang terdiri dari 30 perangkat komputer yang masih bisa dipakai dan dilengkapi dengan LCD proyektor. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di SMP Negeri 3 Singaraja, pelajaran TIK masih diminati oleh siswa. Selain itu siswa juga menyukai cara mengajar guru dikelas dengan alasan guru yang sangat baik mengajar dikelas. Namun, walaupun siswa sangat menyukai mata pelajaran TIK, masih terdapat beberapa siswa yang memiliki hasil belajar dibawah KKM. Hal ini dapat dilihat dari presentase ketuntasan siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Singaraja Tahun Ajaran 2014/2015 hanya sebesar 51,89%. Model pembelajaran yang sering diterapkan dikelas adalah model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dengan proses pembelajaran secara individu, sedangkan dari hasil angket yang disebar, didaptkan bahwa 82% yang menyatakan jika mereka lebih suka belajar dengan teman atau kelompok dibandingkan dengan belajar sendiri atau sevara individu. Pemilihan model pembelajaran harus disesuaikan dengan rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan dan jenis materi yang akan diajarkan [1]. Pada penelitian ini, model pembelajaran yang cocok diterapkan untuk mengatasi permasalahan yang ada adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan kerja sama antar peserta didik dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Memungkinkan siswa untuk saling berkomunikasi dengan teman dan saling bertukar pikiran dengan cara menghargai pendapat. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya [2]. Hal ini memungkinkan bagi siswa untuk menikmati pembelajaran TIK sehingga dapat mempengaruhi minat dan hasil belajar siswa. Dari beberapa model pembelajaran kooperatif yang ada, model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dan Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan solusi untuk mengatasi permasalahan – permasalahan tersebut. Model pembelajaran TAI merupakan kombinasi antara belajar secara kooperatif dengan belajar secara individual. Sedangkan model Jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kelompok yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.
Key words: Team Assisted Individualization, Jigsaw, learning outcomes, learning and student response
I. PENDAHULUAN Sistem pendidikan nasional yang diperlukan dimasa mendatang adalah menghasilkan suatu sistem pendidikan yang bermutu dan berkualitas. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan pemerintah melakukan berbagai upaya, salah satunya adalah dengan perubahan kurikulum pendidikan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang telah menggantikan kurikulum terdahulu yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Salah satu mata pelajaran yang penting bagi para peserta didik yaitu Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Mata pelajaran TIK mulai dikembangkan pada Kurikulum KTSP. Mata pelajaran TIK menjadi salah satu mata pelajaran yang termasuk dalam pengembangan keterampilan dalam teknologi informasi dan komunikasi, dimana mata pelajaran ini perlu diperkenalkan dan dikuasai dengan baik dan mampu dipraktekkan agar nantinya peserta didik memilih bekal yang mampu mengimbangi perkembangan jaman globalisasi ini. SMP Negeri 3 singaraja merupakan salah satu sekolah yang menerapkan KTSP dalam proses belajar mengajar. Penerapan kurikulum ini dapat dilihat dalam mata pelajaran TIK. Mata pelajaran TIK memiliki bobot pertemuan satu kali dalam seminggu di mana dalam kurikulum SMP Negeri 3 Singaraja ditetapkan satu jam pelajaran lamanya 40 menit. Selama satu kali pertemuan (2 x 40 menit) siswa diajarkan tentang teori mendasar, selain itu 2
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2 , Juli 2016
Berdasarkan uraian tersebut, dilihat dari karakateristik siswa yang lebih suka bertanya kepada temannya dan gaya belajar siswa yang lebih menyenangi belajar secara kelompok maka peneliti ingin mengkomparasikan model pembelajaran TAI dengan model pembelajaran Jigsaw. Hal ini dilakukan karena model pembelajaran Team Assisted Individualization dan model pembelajaran Jigsaw memiliki kesamaan yang diduga dapat memberikan kontribusi terhadap minat dan hasil belajar TIK siswa.
Pada pembelajaran Team Assisted Individualization peserta didik ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang yang heterogen (jenis kelamin, ras, agama, dan tingkat kemampuan (tinggi, sedang,rendah), tetapi setiap peserta didik belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya, untuk itu setiap kelompok anggotanya harus bekerja sama dalam memahami pelajaran. Kelompok heterogen disukai oleh para guru yang telah menerapkan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization karena beberapa alasan, yaitu (1) kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung, (2) kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnik, dan gender, serta (3) kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga sampai lima anak [6]. Salah satu alternatif pemecahan masalah di atas adalah pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization, karena pembelajaran ini merancang sebuah bentuk pembelajaran kelompok dengan cara menyuruh para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif dan bertanggung jawab dalam memecahkan masalah serta saling memotivasi untuk berprestasi. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individual) adalah sebagai berikut: (1) Guru memberikan tes secara individual kepada siswa yang nantinya akan dikelompokan secara heterogen. (2) Guru membentuk beberapa kelompok heterogen dan setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. (3) Guru memberi memberikan materi pembelajaran kepada setiap kelompok. (4) Guru memfasilitasi siswa dalam mempelajari materi pembelajaran dan menanyakan kepada guru jika materi belum bisa dipahami. (5) Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual. (6) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization adalah sebagai berikut: (1) Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah. (2) Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok. (3) Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dalam keterampilannya. (4) Adanya rasa tanggung jawab
II. KAJIAN TEORI 1. Teori Belajar Konstruktivisme Konstruktivisme adalah suatu pendekatan terhadap belajar yang berkeyakinan bahwa orang secara aktif membangun atau membuat pengetahuannya sendiri dan realitas ditentukan oleh pengalaman orang itu sendiri pula [3]. Tujuan dilaksanakannya pembelajaran konstruktivisme yaitu (1) memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi langsung kepada benda-benda konkrit ataupun model artificial, (2) memperhatikan konsepsi awal siswa guna menanamkan konsep yang benar, dan (3) sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan mungkin salah [4]. Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru kepada peserta didik. Artinya, bahwa peserta didik harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya, dengan kata lain peserta didik tidak diharapkan sebagai botolbotol kecil yang siap di isi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru. Pembelajaran yang mengacu pada teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan peserta didik dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru, dengan kata lain peserta didik lebih didorong untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui kegiatan asimilasi dan akomodasi [5]. Jadi, pembelajaran ini berlangsung teori belajar sosial, kognitif, dan kontruktif untuk memperoleh hasil belajar berupa keterampilan akademik, inquiri dan sosial. Jadi ciri model ini adalah kerja kelompok yang didasarkan pada penyelidikan dan penemuan melalui struktur tugas, ada ganjaran kelompok, dan penilaian yang otentik secara fleksibel, demonstrasi dan berpusat pada siswa. 2. Model Pembelajaran Team Assisted Individualization 3
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2 , Juli 2016
dalm kelompok dalam menyelesaikan masalah. (5) Menghemat presentasi guru sehingga waktu pembelajaran lebih efektif [7].
belajar berbeda. (2) Menerapkan bimbingan sesama teman. (3) Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi. (4) Memperbaiki kehadiran. (5) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar. (6) Sikap apatis berkurang. (7) Pemahaman materi lebih mendalam. (8) Meningkatkan motivasi belajar
3. Model Pembelajaran Jigsaw Menurut [8] “Jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kelompok yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Anggota kelompok terdiri atas beberapa siswa dengan tingkat heterogenitas yang tinggi. Siswa yang memiliki topik sama bertemu pada kelompok ahli, kelompok ahli mempelajari satu topi. Dan setelah topik tersebut tuntas dibahas, maka siswa dari kelompok ahli kembali pada kelompok asal dan berbagi pengetahuan dengan teman-teman pada kelompok asal.” Menurut [2] mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Apabila Langkah-langkah pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut: (1) Kelompok Cooperative (asal) (a) Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil 4-6 siswa. (b)Bagikan wacana atau tugas akademik yang sesuai dengan materi yang diajarkan. (c) Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan wacana atau tugas yang berbeda-beda dan memahami informasi yang ada di dalamnya. (2) Kelompok Ahli (a) Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana atau tugas yang sama dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang telah dibpersiapkan oleh guru. (b) Dalam kelompok ahli ini ditugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang menjadi tanggung jawabnya. (c) Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana atau tugas yang telah dipahami kepada kelompok cooperative (asal). (d) Apabila tugas sudah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali ke kelompok cooperative (asal). (e) Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari tugas dikelompok ahli. (f) Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya, secara keseluruhan masing-masing kelompok melaporkan hasilnya dan guru memberi klarifikasi. Kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Menurut [9] adalah sebagai berikut: (1) Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi posisif diantara siswa yang memilik kemampuan
4. Minat Belajar Minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut [10]. Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari dapat dipahami. Sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Terjadilah suatu perubahan kelakuan. Perubahan kelakuan ini meliputi seluruh pribadi siswa; baik kognitip, psikomotor maupun afektif. Minat pada seseorang akan suatu obyek atau hal tertentu tidak akan muncul dengan sendirinya secara tiba-tiba dalam diri individu. Minat dapat timbul pada diri seseorang melalui proses. Dengan adanya perhatian dan interaksi dengan lingkungan maka minat tersebut dapat berkembang. Banyak faktor yang mempengaruhi minat seseorang akan hal tertentu. Menurut Crow and Crow yang dikutip [11] yang menyebutkan bahwa ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat seseorang yaitu : (1) Faktor dorongan yang berasal dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan. (2) Faktor motif sosial. Timbulnya minat dari seseorang dapat didorong dari motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan dan lingkungan dimana mereka berada. (3) Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap sesuatu kegiatan atau obyek tertentu. 5. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. [12] mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. [13] juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
4
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2 , Juli 2016
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif TIK yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes. Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. [14], menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut: (1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. (2) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
belajar TIK siswa dengan menggunakan tes pilihan ganda (obyektif) dan tes keterampilan (psikomotor), sedangkan metode angket digunakan untuk mengetahui minat belajar dan respon siswa terkait dengan penerapan model pembelajaran TAI dan responsiswa terhadap model pembelajaran Jigsaw. Uji prasyarat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran data tersebut normal atau tidak normal terhadap hasil belajar TIK pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dan uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen atau tidak homogeny sedangkan uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis alternatif yang telah diajukan diterima atau ditolak dengan menggunakan uji Anova Satu Jalur dan uji berpasangan t-scheffe. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah mendapatkan data hasil belajar dan angket minat dan respon siswa, kemudian dilakukan analisis deskriptif data. Analisis deskriptif data dilakukan dengan mencari nilai ratarata (mean), modus, median, banyak interval, panjang interval dan kategori data. Setelah itu dilanjutkan dengan uji normalitas menggunakan uji chi square dan uji homogenitas menggunakan uji F untuk nilai hasil belajar. Kemudian dilanjutkan dengan menghitung uji hipotesis I menggunakan uji anova satu jalur dan uji hipotesis II menggunakan uji t-scheffe untuk nilai hasil belajar. Untuk mengetahui gambaran tentang hasil belajar siswa, minat belajar siswa dan respon belajar siswa, maka disajikan deskripsi data sebagai berikut.
III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian Eksperimen ini memiliki tujuan untuk mengetahui model manakah yang lebih baik diantara model pembelajaran Team Assisted Individualization, model pembelajaran Jigsaw dan model pembelajaran konvensional siswa kelas VIII pada mata pelajaran TIK di SMP Negeri 3 Singaraja. Metode yang digunakan dalam penilitian ini adalah metode eksperimen dengan membagi 3 kelompok yang terdiri dari 1 kelompok kelas control dan 2 kelompok kelas eksperimen. Kelompok kelas control merupakan kelompok kelas yang akan diterapkan model pembelajaran langsung. 2 kelompok kelas eksperimen terdiri dari kelompok pertama dan kelompok kedua. Kelompok pertama adalah kelompok yang belajar menggunakan model pembelajaran TAI. Kelompok kedua adalah kelompok yang belajar menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Jenis penelitian eksperimen yang digunakan yaitu penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Desain penelitian yang digunakan adalah post-test with non equivalent control group design. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan angket. Metode tes digunakan untuk mengetahui hasil
A. Hasil Penelitian Data penelitian dari 100 anggota sampel yang terdiri dari 33 siswa dikelas eksperimen dengan model pembelajaran TAI, 33 siswa dikelas eksperimen model pembelajaran Jigsaw dan 34 siswa dikelas kontrol, didapatkan hasil bahwa ratarata posttest hasil belajar TIK yang dicapai siswa pada kelompok eksperimen dengan model pembelajaran TAI adalah 38,68, rata-rata posttest pada kelompok eksperimen dengan model pembelajaran Jigsaw adalah 34,64 sedangkan ratarata posttest untuk kelompok kontrol adalah 31,29. Dengan demikian, rata-rata posttest hasil belajar TIK pada kelompok eksperimen dengan model pembelajaran TAI lebih besar dibandingkan dengan kelas eksperimen dengan model pembelajaran Jigsaw ataupun kelas kontrol. Hasil belajar TIK kelompok Eksperimen TAI dapat disajikan dalam histogram seperti Gambar 1 5
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2 , Juli 2016
Gambar 1 Historgam Hasil Belajar TIK Kelompok Eksperimen TAI
Gambar 3 Historgam Hasil Belajar TIK Kelompok Kontrol
Pada Gambar 1 dapat diketahui bahwa hasil belajar TIK siswa kelompok eksperimen TAI sebanyak 73% berkategori sangat tinggi karena sebanyak 24 siswa memperoleh skor hasil belajar siswa lebih dari 36 dan 27% berkategori tinggi karena sebanyak 9 siswa memperoleh skor hasil belajar siswa berada diatara 28 dan 36. Hasil belajar TIK kelompok Eksperimen Jigsaw dapat disajikan dalam histogram seperti Gambar 2
Perhitungan normalitas dan homogenitas ketiga kelas memiliki data yang normal dan homogen, berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan, diperoleh bahwa distribusi data dari ketiga kelas normal. Hasil perhititungan uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan dari uji homogenitas yang telah dilakukan diperoleh bahwa varians antara kelas eksperimen model pembelajaran TAI, model pembelajaran Jigsaw dan kelas control homogen, dimana diperoleh nilai Fhitung sebesar 1,51, dengan Ftabel sebesar 1,93, karenanilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka dapat dinyatakan bahwa varians dari ketiga kelas homogen. Tabel 1 Akumulasi Perhitungan Uji Normalitas
B. Pembahasan Setelah diketahui bahwa sebaran data pada kedua kelas normal, kemudian varians dari kedua kelas homogen, maka dilakukan pengujian hipotesis menggunakan rumus Anova Satu Jalur dengan taraf signifikan 5 %, dimana dari perhitungan tersebut memperoleh Fhitung sebesar 27,5507 dengan Ftabel sebesar 3,09, karena Fhitung lebih besar dari Ftabel maka hipotesis alternatif yang telah diajukan diterima yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran TAI dan model pembelajaran Jigsaw. Karena hasil uji hipotesis 1 dinyatakan signifikan, maka dilanjutkan dengan uji berpasangan t-scheffe untuk menguji hipotesis kedua yaitu model pembelajaran manakah yang lebih baik diantara TAI dan model pembelajaran Jigsaw. Dari hasil perhitungan F hitung yang dibandingkan dengan Ftabel yang diperoleh dari tabel F dengan db pembilang dk1=k-1=3-1=2 dan dk2=N-k=100-3=97, dimana Ftabel adalah 3,15. Sehingga hasil uji berpasangan t-sceffe untuk kelas
Gambar 2 Historgam Hasil Belajar TIK Kelompok Eksperimen Jigsaw Pada Gambar 2 dapat diketahui bahwa hasil belajar TIK siswa kelompok eksperimen Jigsaw sebanyak 36% berkategori sangat tinggi karena sebanyak 12 siswa memperoleh skor hasil belajar siswa lebih dari 36, 61% berkategori tinggi karena sebanyak 20 siswa memperoleh skor hasil belajar siswa berada diatara 28 dan 36 serta 3% berkategori sedang karena sebanyak 1 siswa memperoleh skor hasil belajar siswa kurang dari 28. Hasil belajar TIK kelompok kontrol dapat disajikan dalam histogram seperti Gambar 3.
6
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2 , Juli 2016
eksperimen model pembelajaran TAI dengan kelas eksperimen model pembelajaran Jigsaw memperoleh hasil signifikan karena Fhitung> F tabel yaitu (3,9422> 3,15). Dengan demikian hasil belajar TIK siswa yang mengikuti model pembelajaran TAI lebih tinggi daripada hasil belajar TIK siswa yang mengikuti model pembelajaran Jigsaw. Pada akhir penelitian, peneliti juga menyebarkan angket untuk mengetahui sejauh aman minat belajar siswa terhadap materi yang telah diberikan selama penelitian. Dari hasil perhitungan angket diperoleh data mengenai minat belajar siswa pada kelompok eksperimen TAI dan siswa kelompok eksperimen Jigsaw yang disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 4. Tabel 2 Rata-rata Hasil Angket Minat Hasil Belajar Siswa Kelompok Minat Belajar Ekperimen TAI 194,30 Ekperimen Jigsaw 173,70
Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw serta minat belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw, hal ini dikarenakan: (1) Dalam proses kerja kelompok model pembelajaran TAI, siswa berkumpul dengan kelompoknya untuk membahas topik yang diberikan guru. Sedangkan pada model pembelajaran Jigsaw, siswa merasa bingung dan cenderung bosan kerena harus berpindah-pindah kelompok untuk membahas materi yang mereka dapatkan.. Hal ini menyebabkan siswa cenderung malas untuk menyampaikan materi yang mereka bahas dikelompok ahli kepada teman-temannya dikelompok asal, karena mereka beranggapan sudah melakukan diskusi dikelompok ahli, (2) Pada kelompok eksperimen TAI semua siswa dituntut secara individu untuk menjawab kuis yang diberikan oleh guru. Dibandingkan dengan kelompok eksperimen Jigsaw, guru mengadakan presentasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran, (3) Diskusi kelompok eksperimen Jigsaw kurang efektif dibandingkan diskusi kelompok eksperimen TAI, (4) Model pembelajaran TAI guru memberikan topik yang sama kepada setiap kelompok untuk dibahas di kelompoknya. Sedangkan pada model pembelajaran Jigsaw setiap siswa dalam kelompok mendapatkan tugas yang berbeda sesuai dengan tugas yang dibagikan guru, sehingga siswa tidak dapat memilih tugas sesuai dengan materi yang mereka sukai. Namun kelebihan dari model pembelajaran Jigsaw siswa memiliki tanggungjawab terhadap masingmasing tugas yang harus dikerjakan. Hasil dari analisis respon siswa kelas eksperimen model pembelajaran TAI adalah sebanyak 8 siswa (24%) merespon sangat positif terhadap model pembelajaran yang diterapkan, sebanyak 24 siswa (73%) merespon positif terhadap model pembelajaran yang diterapkan dan sebanyak 1 siswa (3%) merespon cukup positif terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Dari data hasil respon siswa disimpulkan bahwa sebagian besar siswa merespon sangat positif terhadap model pembelajaran TAI. Data diatas divisualisasikan kedalam bentuk histogram akan tampak seperti Gambar 5.
Belajar dan Hasil Belajar 38,68 34,64
Pada Tabel 1, berdasarkan kategori hasil rata-rata minat belajar pada kelompok eksperimen TAI dan kelompok eksperimen Jigsaw termasuk kedalam kategori tinggi.
Gambar 4 Histogram Rata-rata Hasil Minat Belajar dan Hasil Belajar Siswa Dari Tabel 1 dan Gambar 1 menunjuukan bahwa nilai rata-rata minat belajar kelompok eksperimen TAI lebih tinggi dari pada kelompok eksperimen Jigsaw. Hal ini dibuktikan juga dengan rata-rata hasil belajar yang diperoleh ditiap kelompok. Dimana rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen TAI lebih besar dari pada kelompok eksperimen Jigsaw. Berarti ini menunjukkan bahwa minat belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran TAI lebih tinggi dari pada minat belajar siswa ddengan menerapkan model pembelajaran Jigsaw pada mata pelajaran TIK kelas VIII SMP Negeri 3 Singaraja.
7
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2 , Juli 2016
3. Minat belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran TAI (194,30 ) lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw (173,70) pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Singaraja. 4. Siswa memili respon yang positif terhadap model pembelajaran TAI dan model pembelajaran Jigsaw pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Singaraja. B. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut guna meningkatkan kualitas pembelajaran TIK : 1. Dengan melihat hasil dari penelitian ini, diharapkan kepada pemerhati yang bergerak dalam bidang pendidikan khususnya para guru dalam menerapkan model pembelajaran kepada siswa agar memperhatikan kondisi siswa di kelas. Tidak semua model pembelajaran yang ada mampu meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada penelitian ini model pembelajaran TAI lebih baik dibandingkan model pembelajaran Jigsaw. 2. Penelitian ini hanya sebatas membandingkan dua model pembelajaran kooperatif dengan membandingkan berupa minat dan hasil belajar. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk memcoba membandingkan model-model pembelajaran lainnya ataupun membandingkan model pembelajaran kooperatif dengan tipe yang berbeda dan menggunakan pembanding yang bervariasi selain minat dan hasil belajar siswa. 3. Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada pokok bahasan Microsoft Excel 2007, sehingga dapat dikatakan bahwa hasil-hasil penelitian hanya sebatas pada materi tersebut. Untuk mengetahui kemungkinan hasil yang berbeda pada pokok bahasa lainnya, peneliti menyarankan kepada peneliti lainnya untuk melakukan penelitian yang sejenis pada pokok bahasan yang lebih beragam.
Gambar 5 Histogram Respon Siswa Kelompok Eksperimen TAI Sedangkan hasil analisis respon siswa untuk model pembelajaran Jigsaw diketahui bahwa sebanyak 3 siswa (9%) merespon sangat positif terhadap model pembelajaran yang diterapkan, sebanyak 24 siswa (73%) merespon positif terhadap model pembelajaran yang diterapkan, dan sebanyak 6 siswa (18%) merespon cukup positif terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Dari data hasil respon siswa disimpulkan bahwa sebagian besar siswa merespon positif terhadap model pembelajaran Jigsaw. Data diatas divisualisasikan kedalam bentuk histogram akan tampak seperti Gambar 6
Gambar 6 Histogram Respon Siswa Kelompok Eksperimen Jigsaw V. SIMPULAN A. Simpulan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, pengajuan hipotesis dan analisis data penelitian, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran TAI dan model pembelajaran Jigsaw terhadap hasil belajar TIK kelas VIII SMP Negeri 3 Singaraja. 2. Hasil bahwa hasil belajar siswa dengan model pembelajaran TAI lebih tinggi daripada hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Jigsaw pada kelas VIII SMP Negeri 3 Singaraja.
REFERENSI [1] Ismail. (2003). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Direktoral SLTP Dirjen Dikdasman Depdiknas. [2] Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [3] Abimanyu, S. (2008). Strategi Belajar Mengajar: Tinjauan Pengantar Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.
8
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2 , Juli 2016
[4] Karfi, H. (2002). Model-Model Pembelajaran. Bandung: Bina Media Informasi. [5] Lapono, N. (2008). belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas. [6] Lie, A. (2008). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. [7] Tricahyo, G. (2012). Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran PKM Kelas XI Mesin di SMK PIRI Sleman. Yogyakarta: UNY. [8] Johnson, E. B. (2006). Contextual Teaching & Learning. Terj. Ibnu Setiawan. Bandung: MLC. [9] Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. [10] Walgito, B. (2001). Bimbingan dan Prestasi di Sekolah. Yogyakarta: FIP-IKIP [11] Mahmud, D. (2001). Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta: BPFE. [12] Sudjana, N. (2002). Metode Statistika. Bandung : Tarsito. [13] Masidjo. (2003). Penelitian Pencapaian hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. [14] Sugihartono. (2007). Psikolog Pendidikan. Yogyakarta: UNY Pres.
9