STUDI KEBERADAAN JENTIK DAN PERILAKU PENDERITA CHIKUNGUNYA DI DESA TALUMELITO KECAMATAN TELAGA BIRU Firi Mokoagow1), Lintje Boekoesoe 2), Sri Manovita Pateda 3). Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo
[email protected] 2 Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo
[email protected] 3 Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo
[email protected] 1
Abstrak Chikungunya adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, ditandai dengan demam tinggi dan manifestasi nyeri sendi. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah keberadaan jentik dan perilaku penderita Chikungunya di Desa Talumelito Kecamatan Telaga Biru. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui keberadaan jentik dan perilaku penderita Chikungunya di desa Talumelito kecamatan Telaga Biru Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita Chikungunya yaitu sebanyak 54 orang dan 47 rumah penderita chikungunya. Sampel adalah seluruh jumlah populasi atau total sampling. Teknik analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan jentik pada House Index sebesar 36,1%, Container Index sebesar 15,5%, dan Breteau Index sebesar 76,6% serta ABJ sebesar 63,8%. Untuk hasil penelitian perilaku menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang Chikungunya berada dalam kategori cukup yaitu sebesar 46,3%, sikap responden terhadap Chikungunya berada dalam kategori baik yaitu sebesar 83,8%, tindakan responden terhadap chikungunya berada dalam kategori cukup yaitu sebesar 67,6. Jadi dapat disimpulkan bahwa ABJ tinggi karena berada di bawah standar nasional 95% sedangkan untuk pengetahuan dan tindakan berada pada kategori cukup dan untuk sikap berada pada kategori baik. Untuk masyarakat agar Melakukan kegiatan PSN secara rutin dan berkala dengan tujuan untuk memutus mata rantai penularan Chikungunya, dengan Melakukan kebiasaan menguras TPA minimal seminggu sekali, menutup TPA secara rutin dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan.
Kata Kunci : Keberadaan Jentik, Perilaku, Chikungunya.
Abstract Chikungunya is a contagious disease caused by Chikungunya virus and shown by hight fever and joint pain. The problem statement of this research is on the existence of larvae and the behavior of Chikungunya patient in Talumelito Village, Telaga Biru subdistrict. The aim of this research is to onvestigate the existence of larvae and the behavior of Chikungunya patients in Talumelito Village, Telaga Biru sub-district, 2014. This is a descriptive quantitative research using survey as the method of data collections. The populations and sample of this research is all the Chikungunya patients consist of 54 people from 47 houses. The data i analyzed by univariat analysis. The result shows that te existence of larvae in : 1) House Index was 36.1%, 2) Container Index was 15.5%, 3) Breteau Index was 76.6%, and 4) ABJ as 63.8%. the behavior analysis shows that: 1) the respondents’ knowledge on Chikungunya disease was in moderate level or 46.3%, 2) the respondent’ attitude was in good level or 83.8%, and 3) respondents’ behavior was in moderate level or 67.6%. therefore, it can be concluded that the ABJ was high because it was under the national standard of 95%, the knowledge and behavior ere in moderate level, and the attitude was in good level. It is suggested to the transmissions by draining water reservoirs at least onc a week, covering every water barrel, and burry the junk that can collect rain water. Keywords: The Existence Of Larvae, Behavior, Chikungunya. 1. PENDAHULUAN Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit yang keberadaannya sudah ada sejak lama, tetapi kemudian merebak kembali. Chikungunya berasal dari bahasa Swahili (suku bangsa di Afrika) berdasarkan gejala pada penderita, yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (Saraswati, 2011). Di Indonesia sendiri KLB Chikungunya dilaporkan pertama kali pada tahun 1979 di Bengkulu, dan sejak itu menyebar ke seluruh daerah baik di Sumatera (Jambi, 1982) maupun di luar Sumatera yaitu pada tahun 1983 di Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan. Pada tahun 1984 terjadi KLB di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Timor Timur, sedangkan pada tahun 1985 di Maluku, Sulawesi Utara, dan Irian Jaya (Balitbangkes Depkes RI, 2005 dalam Santoso, 2011). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten
Gorontalo tahun 2013-2014, ada 2 Kecamatan yang terserang penyakit chikungunya yaitu Kecamatan Limboto terdapat di Desa Kayu Bulan dengan jumlah 23 penderita, Desa Hunggaluwa dengan jumlah 24 penderita dan Kecamatan Telaga Biru terdapat di Desa Tuladenggi dengan jumlah 2 penderita, dan yang paling tinggi di Desa Talumelito dengan jumlah 102 penderita. Selama dua tahun terakhir kasus Chikungunya mengalami peningkatan. Pada bulan desember tahun 2013 jumlah kasus sebanyak 48 orang sedangkan pada bulan januari tahun 2014 jumlah kasus sebanyak 54 orang. Yang paling banyak menderita Chikungunya adalah perempuan dengan jumlah penderita 40 orang dan sisanya adalah laki-laki dengan jumlah penderita 14 orang. Kejadian paling banyak pada kelompok umur 25 tahun ke atas ( Puskesmas Telaga Biru, 2014). Kejadian penyakit dipengaruhi oleh perilaku seseorang yang terbagi dalam 3 aspek yakni : pengetahuan, sikap, dan tindakan. Observasi awal yang di lakukan peneliti, Perilaku
masyarakat Talumelito sangat berpengaruh negative terhadap kesehatan masyarakat, seperti pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, terutama mengenai penyakit Chikungunya masih sangat kurang. Sebagian masyarakat Talumelito belum mengetahui penyebab chikungunya, dan beberapa kebiasaan yang sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat Talumelito seperti kebiasaan menampung air untuk keperluan seharihari selama 2 sampai 3 hari karena sulitnya mendapatkan air. Air yang di gunakan keperluan sehari-hari sebagian masyarakat Talumelito adalah air Sumur Bor dan Mata Air kemudian di alirkan ke hidran-hidran umum. Air ini adalah sistem prabayar tiap bulannya. Dari kebiasaan masyarakat ini memungkinkan adanya keberadaan jentik dalam tempat penampungan air (TPA), karena nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus lebih menyukai genangan air yang tidak beralaskan tanah langsung. Disamping itu juga di lingkungan sekitar perumahan warga masih banyak yang mendukung perindukan nyamuk yaitu adanya barang-barang bekas yang dapat menampung air. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif kuantitatif, melalui wawancara dalam bentuk kuesioner/angket dan lembar observasi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi atau total sampling. Teknik analisis data menggunakan analisis univariat. 3.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tabel 1. Frekuensi Penderita Chikungunya Menurut Umur Di Desa Talumelito Kecamatan Telaga Biru Tahun 2014
Umur (tahun)
Jumlah
%
<25 25-50 >50
4 44 6
7.4 81.5 11.1
Total
54
100
Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 1 yang lebih banyak distribusi penderita menurut kelompok umur yang terbanyak adalah kelompok umur 25 – 50 tahun sebanyak 44 penderita (81,5%), dan yang paling sedikit adalah kelompok umur kurang dari 25 tahun sebanyak 4 penderita (7,4 %). Tabel 2. Ditribusi Frekuensi Penderita Chikungunya Menurut Jenis Kelamin Di Desa Talumelito Kecamatan Telaga Biru Tahun 2014 Jenis Kelamin
Jumlah
%
Perempuan
40
74.1
Laki-laki Total
14 54
25.9 100
Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa presentase penderita yang banyak terdistribusi pada jenis kelamin perempuan yakni 40 penderita (74,1%), dan yang paling sedikit terdistribusi pada jenis kelamin laki-laki yakni 14 penderita (25,9%). Tabel 3. Ditribusi Frekuensi Penderita Chikungunya Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Talumelito Kecamatan Telaga Biru Tahun 2014 Tingkat Pendidikan Perguruan Tinggi
Jumlah
%
1
1.9
SMA
14
25.9
SMP
9
16.7
SD
30
55.6
Total
54
100
Berdasarkan tabel tersebut 3 menunjukkan bahwa presentase penderita untuk pendidikan terakhir lebih banyak terdistribusi pada SD yakni 30 penderita (55,6%), dan yang paling sedikit terdistribusi pada Perguruan Tinggi yakni hanya 1 penderita (1,9%).
Tabel 4. Ditribusi Frekuensi Penderita Chikungunya Menurut Pekerjaan Di Desa Talumelito Kecamatan Telaga Biru Tahun 2014 Pekerjaan
Jumlah
% 1.9
PNS
1
Petani
5
9.3
URT
34
63.0
Wiraswasta
10
18.5
Belum Bekerja
4
7.4
Total
54
100
Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa presentase penderita untuk pekerjaan lebih banyak terdistribusi pada pekerjaan URT yakni 34 penderita (63,0%), dan yang paling sedikit terdistribusi pada yang belum bekerja yakni 4 penderita (7,4%). Tabel 5. Distribusi Frekuensi JenisJenis Tempat Penampungan Air Positif Jentik Tahun 2014 Jenis- Jenis TPA
n
Bak Mandi
10
Ember Drum
Positif Jentik
%
n
%
4.5
4
16
137
62
15
60
3
1.4
3
12
Tempayan
51
23
0
0
Gentong
20
9
3
12
Total
221
100
25
100
Sumber : Data Primer 2014 Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah TPA (Tempat Penampungan Air) yang ada di Desa Talumelito berdasarkan hasil survey pada 47 rumah yaitu sebanyak 221 buah. Tabel 6. Distribusi Frekuensi JenisJenis bukan TPA untuk Keperluan Sehari-Hari Yang Positif Jentik Tahun 2014 Jenis-Jenis Bukan TPA Positif Jentik
n
%
Ban Bekas
5
45.5
Dispenser
3
27.3
Buangan Kulkas
2
18.2
Vas Bunga
1
9
Botol Bekas
0
0
Total
11
100
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa jentik nyamuk juga ditemukan di beberapa container bukan Tempat Penampungan Air unutk keperluan sehari-hari seperti ban bekas sebanyak 5 buah (45,5%) dan dispenser 3 buah (27,3%). Dua container ini yang memiliki jumlah yang paling tinggi dibandingkan dengan container yang lainnya. Tabel 7. Rumah Dan Kontainer Yang Positif Jentik Rumah
Jumlah yang diperiksa 47
Jumlah yang positif 17
Container
232
36
Indikator
Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah rumah yang positif jentik sebanyak 17 rumah dan kontainer yang ditemukan positif jentik sebanyak 36. Tabel 8. Angka Indikator Index Jentik HI
Standar Nasional -
36,1%
CI
-
15,5%
BI
-
76,6%
ABJ
95 %
63,8%
Indikator
Hasil
Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa hasil angka indikator jentik HI adalah 36,1%, CI adalah 15,5%, dan BI adalah 76,6 % serta ABJnya adalah 63,8%. Berdasarkan hasil perhitungan HI (House Index) yang didapat adalah 36,1% . Menurut teori apabila angka DF kurang dari skala 1 menunjukkan resiko penularan rendah, skala 1-5 resiko penularan sedang, dan diatas skala 5 resiko penularan tinggi. Jika dilihat dari tabel larva index yang digunakan untuk mengukur kepadatan jentik (Density Figure/DF) hasil menunjukkan berada pada skala 5 ( CI = 29-37) karena resiko penularan termasuk sedang. Berdasarkan hasil perhitungan CI (Container Index) yang didapat adalah 15,5%. Menurut teori jika angka
DF kurang dari skala 1 menunjukkan resiko penularan rendah, skala 1-5 resiko penularan sedang, dan diatas skala 5 resiko penularan tinggi. Apabila dilihat dari tabel larva index yang digunakan untuk mengukur kepadatan jentik (Density Figure/DF) hasil menunjukkan berada pada skala 5 ( CI = 15-20) karena resiko penularan termasuk sedang. Berdasarkan hasil perhitungan BI yang didapat adalah 76,6%. Menurut teori jika angka DF kurang dari 1 menunjukkan resiko penularan rendah, sakala 1-5 penularan sedang, dan diatas skala 5 resiko penularan tinggi. Apabila dilihat pada tabel larva index yang digunakan untuk mengukur kepadatan jentik (Density Figure/DF) hasil menunjukkan berada pada skala 7 (BI = 75-99) karena resiko penularan termasuk tinggi. Hasil perhitungan ABJ (Angka Bebas Jentik) yang didapat adalah 63,8%. Jika dibandingkan dengan standar nasional tersebut masih sangat jauh berada di bawah standar yaitu 95%, yang berarti kepadatan jentik nyamuk di Desa Talumelito masih cukup tinggi. Tabel 9. Distribusi Frekuensi Penderita Chikungunya Menurut Tingkat Pengetahuan Di Desa Talumelito Kecamatan Telaga Biru Tahun 2014 Tingkat Pengetahuan
n
%
Baik
18
35.2
Cukup
25
46.3
Kurang
11
18.5
Jumlah
54
100.0
Sumber : Data Primer 2014 Tabel 9 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan penderita Chikungunya paling banyak adalah cukup yakni sebanyak 25 orang (46,3%) dan yang paling sedikit adalah yang memiliki tingkat pengetahuan kurang yakni sebanyak 11 orang (18,5%).
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Penderita Chikungunya Menurut Sikap Di Desa Talumelito Kecamatan Telaga Biru Tahun 2014 Sikap
n
%
Baik
49
90,7
Cukup
5
9,3
Kurang
-
-
Jumlah
54
100.0
Sumber : Data Primer 2014 Tabel 10 Menunjukkan bahwa sikap penderita Chikungunya tentang penyakit Chikungunya yang terbanyak adalah sikap baik sebanyak 49 orang (90,7%) dan yang paling sedikit adalah sikap kurang yakni 0 orang (0%). Tabel 11. Distribusi Frekuensi Penderita Chikungunya Menurut Tindakan Di DesaTalumelito Kecamatan Telaga Biru Tahun 2014 Tindakan
n
%
Baik
2
3.7
Cukup
42
77.8
Kurang
10
18.5
Jumlah
54
100.0
Sumber : Data Primer 2014 Tabel 11 menunjukkan bahwa Tindakan penderita Chikungunya tentang penyakit Chikungunya yang terbanyak adalah tindakan cukup yakni sebanyak 42 orang (77,8%) dan yang paling sedikit adalah tindakan baik sebanyak 2 orang (3,7%). Pembahasan Sebagian besar bahan kontainer yang ditemukan jentik adalah yang terbuat dari plastik, semen, logam dan karet. Diantara ke empat jenis jenis kontainer ini yang paling banyak ditemukan jentik adalah bahan yang terbuat dari plastik. Hal ini karena TPA yang berbahan dasar plastik banyak beredar di pasaran dan lebih mudah didapatkan apalagi harganya yang relatif murah. Berdasarkan hasil survey jenis TPA yang ditemukan jentik di ember sebanyak 15(60%), kemungkinan pada saat mengambil air untuk keperluan memasak tidak di tutup rapat kembali
sehingga mempermudah nyamuk untuk masuk dan berkembangbiak di dalamnya sedangkan pada tempayan tidak di temukannya jentik karena air yang di tampung dalam tempayan hanya di pakai sehari saja untuk mencuci baju maupun mencuci peralatan dapur lainya sehingga abis di gunakan langsung dibuang. Hal ini sesuai dengan penelitian Yunus Hasni, 2013 menyatakan bahwa penggunaan Tempat Penampungan Air di daerah pemukiman yang digunakan untuk keperluan sehari-hari, sering menimbulkan masalah bagi perindukan vektor, hal ini disebabkan penduduk banyak menampung air di Tempat Penampungan Air karena kesulitan mendapatkan air bersih. Dengan alasan ini maka tempat perindukan nyamuk Aedes cenderung menjadi banyak sehingga memperluas terjadinya transmisi virus Chikungunya. Tingkat pengetahuan responden tentang penyakit Chikungunya Menunjukkan hanya kategori cukup yaitu sebesar 25(46,3%). Hal ini dikarenakan sebagian responden hanya sekedar tahu tapi belum memahami dan belum didasari oleh tindakan yang tepat dalam melakukaan pemberantasan sarang nyamuk. Sikap responden dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk Menunjukkan bahwa sikapnya sudah baik yaitu sebesar 49(90,7%) tapi tindakanya hanya cukup. Hal ini dikarenakan karena responden dalam memilih pernyataan selalu memilih halhal yang baik saja, Sikap responden untuk menguras maupun menutup tempat penampungan air tidak disertai kesadaran sebagai tindakan menghilangkan jentik nyamuk Aedes aegypti tapi lebih mengarah kepada kondisi fisik air yang kurang baik dan disamping itu kurangnya fasilitas yang
mendukung seperti kurangnya ketersediaan air untuk menguras tempat penampungan air. Tindakan responden dalam penanganan penyakit Chikungunya hanya kategori cukup yaitu sebesar 42 (77,8%). Hal ini dikarenakan tindakan responden tidak didasari dengan pengetahuan mengenai pemberantasan sarang nyamuk dan faktor yang mempengaruhi keberadaan jentik maka tidak dapat dilakukan suatu tindakan yang tepat, sehingga di rumah responden masih ditemukan adanya jentik Aedes aegypti serta kurangnya fasilitas yang mendukung seperti kurangnya ketersediaan air untuk melakukan tindakan dalam pencegahan penyakit Chikungunya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ridhwan, (2010) yang menunjukkan bahwa di Sumatera Utara memiliki tindakan yang cukup (83,8%).
DAFTAR PUSTAKA Santoso, F. 2010. Analisis Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian
Chikungunya Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungpati Kota Semarang Tahun 2010. Skripsi,
4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Talumelito, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : Keberadaan jentik dalam rumah (House Index) diperoleh 36,1% menunjukkan resiko penularan sedang. Keberadaan jentik dalam Container (Container Index) diperoleh 15,5% menunjukkan resiko penularan sedang. Keberadaan jentik pada tempat perindukan jentik (Breteau Index) diperoleh 76,6% menunjukkan resiko penularan tinggi. Tingkat pengetahuan penderita Chikungunya berada dalam kategori cukup berjumlah 25 orang (46,3%). Sikap penderita Chikungunya berada dalam kategori baik berjumlah 49 orang (90,7%). Tindakan penderita Chikungunya berada dalam kategori cukup berjumlah 42 orang (77,8%).
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Saraswati, D. 2011. Bahan Ajar Agen Panyakit. Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan
Puskesmas Telaga Biru. 2014. Data Penderita Chikungunya Di Desa Talumelito Kecamatan Telaga Biru Kabuapten Gorontalo
.