56 PERAN IBU TERHADAP PERILAKU PENDERITA DOWN SYNDROME DALAM MENCUCI TANGAN (Studi di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo) THE MOTHER’S ROLE AGAINTS BEHAVIOR OF SURFERER DOWN SYNDROME IN WASHING HAND (Studied in the village of Karangpatihan district of Balong Ponorogo regency) Putri Meliana Sugianto* Dr. H. M. Zainul Arifin, Drs, M. Kes** Drs. Suhardono, M. Kes*** *Mahasiswa S1 Keperawatan **Dosen Pembimbing 1***Dosen Pembimbing 2 Program Studi S1Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang Jl. Halmahera 33 Kaliwungu Jombang Jawa Timur Telp. 0321-854916, Fax 0321-854915 Abstrak Down syndrome adalah suatu dimana kondisi materi genetik tambahan menyebabkan keterlambatan genetik anak. Para orang tua kerap megucilkan anak mereka yang mengidap penyakit kelainan perkembangan (down syndrome) akibat kelainan kromosom atau pembawa sifat manusia. Sebab, anak yang mengidap sindroma ini dianggap menjadi penyebar aib keluarga. Ibu kerap mengabaikan perawatan diri anak penderita down syndrome terutama dalam hal mencuci tangan.untuk mengetahui ada pengaruh antara peran ibu terhadap perilaku penderita down syndrome di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. Desain dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Adapun sampel 33 dari 89 populasi.Menggunakan teknik simple random sampling.Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan observasi selanjutnya data diolah dengan uji Chie Square untuk melihat pengaruh peran ibu terhadap perilaku penderita down syndrome dalam mencuci tangan.Data disajikan dalam distribusi frekuensi dan hasil Crosstabs. Hasil penelitian ini didapatkan ibu yang berperan aktif sebanyak 17 orang (51,5%), dan yang tidak aktif 16 orang (48,5%). Sedangkan pada perilaku penderita down syndrome di dapatkan hasil penderita yang benar dalam melakukan cuci tangan yang baik sebanyak 20 orang ( 60,6%) dan yang salah sebanyak 13 orang (39,4%) dan hasil uji statistic di dapatkan hasil 0,008 artinya maka H1 diterima dan H0 ditolak artinya ada pengaruh antara peran ibu terhadap perilaku penderita down syndrome dalam mencuci tangan di Desa Karangpatihan Kecmatan Balong Kabupaten Ponorogo. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh peran ibu terhadap perilaku penderita down syndrome dalam mencuci tangan di desa Karangpatihan Kecamatan balong Kabupaten Ponorogo. Kata kunci : Peran ibu, Perilaku,Down syndrome Abstract Down syndrome is a genetic material condition which causes delay of child’s genetic.The parentsoftenisolatetheir childrenwhosuffer fromdevelopmentaldisorders (down syndrome) due tochromosomal abnormalitiesorbearerof human nature. Therefore, childrenwith the syndromeis considered tobe afamilydisgracespreader. Mothersoftenignoreself-carefor children with down syndrome especially in terms ofhand washing. The research aimed toknowthe influencebetween mother’s role againts behavior of surferer down syndrome in the village of Karangpatihan district of Balong Ponorogo regency. The design in this research was analitical with cross sectional approach. The sampel were 33 of 89 populations. Using simple random sampling technique. Data collected by using a questionnaire and observation then data processed with Chie Square test to see the effect of mother’s role againts behavior of surferer down syndrome in washing hand. Data was presented in frequency distribution and Crosstabs . This research result obtained that the mother who played active role as many as 17 people (51,5%), and inactive was 16 people (48,5%). While on the behavior of surferer down syndrome obtained results that the surferer who did good washing hand rightly as many as 20 people ( 60,6%) and who did wrong was as many as 13 people (39,4%) and the result of statistic test obtained 0,008 that means so H1 accepted and H0 rejected this means there’s effect between mother’s role againts behavior of surferer down syndrome in washing hand in he village of Karangpatihan district of Balong Ponorogo regency. The conclusion in this research was there’s an effect of mother’s role againts behavior of surferer down syndrome in washing hand in the village of Karangpatihan district of balong, Ponorogo regency. Keywords : Mother’s role, behavior, Down syndrome
Nursing Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Volume 10 No.002 September 2015
57 PENDAHULUAN Down syndrome adalah suatu dimana kondisi materi genetik tambahan menyebabkan keterlambatan genetik anak. Anak dengan down sindrom memiliki kelainan pada kromosom nomor 21 yang tidak terdiri dari 2 kromosom sebagaimana mestinya, melainkan tiga kromosom (trisomi 21) sehingga informasi genetika menjadi terganggu dan anak juga mengalami penyimpangan fisik. Dahulu orangorang dengan down sindrom ini disebut sebagai penderita mongolisme atau mongol.Istilah ini muncul karena penderita ini mirip dengan orangorang Asia (oriental).Istilah sindrom ini seperti sudah usang, sehingga saat ini kita menggunakan istilah down sindrom (Fadhli, 2010).Para orang tua kerap megucilkan anak mereka yang mengidap penyakit kelainan perkembangan (down syndrome) akibat kelainan kromosom atau pembawa sifat manusia. Sebab, anak yang mengidap sindroma ini dianggap menjadi penyebar aib keluarga. Padahal, penderita jenis penyakit ini juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan manusia normal lainnya.( Wahyuning Ramelan,2011).Peran aktif ibu tersebut yang dimaksud adalah usaha langsung terhadap penderita down syndrome seperti membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan dan menyediakan fasilitas untuk mencuci tangan( Suherman, 2000 ). Pada konsep diatas individu tersebut adalah anak dengan down syndrome yang diharapkan mampu melakukan perawatan diri secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain. Salah satu bentuk perawatan diri adalah kegiatan cuci tangan.Fenomena di Desa Karangpatihan ini dari kebanyakan Ibu tidak memperhatikan perilaku anak down syndrome dalam melakukan cuci tangan. Penyakit down syndrome terjadi di seluruh dunia. Angka kejadian down syndrome rata-rata di seluruh dunia adalah 1 pada setiap 700 kelahiran. Kejadian down syndrome ini meningkat seiring pertambahan usia ibu hamil, dimulai sejak umur 35 tahun (Fadlhi,2010).Menurut WHO jumlah anak berkebutuhan khusus Indonesia adalah sekitar 7% dari total jumlah anak usia 0-18 tahun atau sebesar 6.230.000 pada tahun 2010 (Hukormas,2012). Kejadian sindrom Down di Indonesia diperkirakan 1 per 733 kelahiran, meskipun secara statistik lebih umum dengan orang tua lebih tua (baik ibu dan ayah) akibat peningkatan eksposur mutagenik pada sel reproduksi beberapa orang tua tua (Namun, orangtua yang lebih tua banyak menghasilkan anak-anak tanpa kondisi). Faktor lain juga mungkin memainkan peran. Rata-rata IQ anakanak dengan sindrom Down adalah sekitar 50, dibandingkan dengan anak normal dengan IQ
100. Sejumlah kecil memiliki parah pada tingkat tinggi cacat intelektual (Medical, 2012).Berdasarkan hasil penelusuran, total warga yang memderita down syndrome di tiga kawasan tersebut mencapai 465 orang.Jika dirinci lebih detail, yang paling banyak terdapat di Desa sidoharjo, Kecamatan Jambon (323 orang). Selanjutnya, di Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, terdapat 89 orang dan di Desa Pandak, Kecamatan Balong, terdapat 53 orang( Eko,2012).Dan di Desa Karangpatihan Ibu yang memiliki anak dengan Down Syndrome sejumlah 130 orang. Berdasarkan hasil Studi pendahuluan dari 10 ibu yang memiliki anak penderita down syndrome dihasilkan bahwa 7 dari 10 ibu tidak berperan aktif dalam mencuci tangan terhadap anaknya, dan 3 dari 10 berperan aktif dalam mencuci tangan terhadap anaknya. Down syndrome adalah suatu kondisi kelainan genetic pada kromosom dan banyak keluarga yang malu mempunyai anak dengan kondisi down syndrome tersebut.Karena secara fisik perkembangan mereka tidak seperti anakanak normal yang lainnya.Cuci tangan merupakan kegiatan yang sering dilakukan setiap hari. Cuci tangan merupakan dasar menjaga kesehatan diri dan upaya preventif dari berbagai 6 macam penyakit yang ditimbulkan dari tangan yang kotor. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan yaitu saat setelah dari jamban, setelah membersihkan yang buang air besar (BAB), sebelum menyiapakan makanan, sebelum makan, dan setelah menyentuh hewan Setiap anak dapat melakukan cuci tangan. Kegiatan cuci tangan menggunakan kemampuan dan koordinasi jari jemari tangan. Kegiatan ini mudah dilakukan pada orang normal tetapi berbeda dengan penderita down syndrome yang mengalami hambatan pada kemampuan dan koordinasi jarijemari. Upaya untuk meningkatkan kemampuan cuci tangan penderita dengan down syndrome dapat dilakukan dengan beberapa langkah. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimanakah peran ibu terhadap perilaku penderita down syndrome di Karangpatihan Ponorogo. Rumusan masalah Apakah ada pengaruh peran ibu terhadap perilaku penderita Down Syndromedalam mencuci tangan di Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo? Tujuan Tujuan Umum. Menganalisis pengaruh peran ibu terhadap perilaku penderita down syndromedalam mencuci tangan di Kota Ponorogo Tujuan Khusus. 1. Mengidentifikasi peran ibu.
Nursing Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Volume 10 No.002 September 2015
58 2. Men ngidentifikasi perilaku pen nderita down synd dromedalam mencuci m tangan. 3. Men nganalisis penngaruh peran ibu terhadap periilaku penderita down synndromedalam menncuci tangan. Manfaaat Penelitian Manfaaat Teoritis Hasil dari d penelitiann dapat mempperkarya ilmu dan infformasi tentan ng betapa penttingnya peran ibu terhhadap perilaku u penderita dow wn syndrome dalam mencuci m tangan n di Ponorogo Manfaaat Praktis Bagi Peelayanan Keseh hatan Dapat menjadi accuan dalam menetapkan pelayannan yang kom mprehensif yaang bertujuan untuk merespon m penin ngkatan perkem mbangan anak down syndrome sy dan juga menjadi bahan kajian dalam mengembanggkan metode yang lebih efektif berupa penddidikan tentan ng peran ibu terhadaap perilaku penderita p dow wn syndrome dalam mencuci m tangan n. Bagi Keepala Desa Hasil penelitian ini i mampu memberikan informaasi mengenaai usaha pengoptimalan perkem mbangan anak down d syndrom me yang tidak hanya berfokus padda anak saja,, tetapi juga p Ibu. ditujukaan pada keluarrga khusunya pada Bagi Innstitusi Stikes ICME Hasil penelitian p dap pat menjadi bahan b diskusi berkelaanjutan dalam perkembangann anak Down Syndrom me. Bagi Peeneliti Selanjuttnya Sebagaii bahan informasi i baagi peneliti selanjuttnya dan sebagai baahan acuan perbanddingan apabilaa ada penelitii yang ingin melaku ukan penelitiann dengan juduul yang sama atau yaang ingin men ngembangkan penelitian ini lebih laanjut. N DAN METO ODE BAHAN Jenis penelittian yang diguunakan adalah analitikk dengan metoode survei yaiitu digunakan untuk menyediakan m innformasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi, daan hubungan antar variabel d dalam suatuu populasi r ini (Sulistyyaningsih, 20122).Sedangkan rancangan dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitiian yang bertujjuan untuk meengungkapkan korelasii antara variabel bebas dan teerikat, artinya veriabel bebas dan terikat t dikump pulkan secara simultan (dalam waktu w yang bersamaan) p ini (Sulistyyaningsih, 20112). Dalam penelitian penelitii menganalisaa hubungan atau a korelasi peran ibu terhadap perilaku pennderita down syndrom medalam mencuci tangan(sttudi di Desa Karangpatihan Kecaamatan Balongg Kabupaten kukan Desa Ponoroggo). Penelitian ini dilak Karangpatihan Kecaamatan Balongg Kabupaten Ponoroggo. Populasi adalah keseluuruhan obyek
penelitiaan atau obyek yang diteliti (Notoadmojo, ( 2010). Populasi dalaam penelitiann ini adalah sekelom mpokibu yangg mempunyaaianakdengan down ssyndrome di desakaraangpatihanbaloongponorogoseejumlah130 orang.Saampel merupaakan bagian populasi yang akan diteliti d atau sebagian jumlah dari karakterristik yang dim miliki oleh pop pulasi. Teknik pengam mbilan sampell dengan tekknik simple random sampling. Jaadi sampel yaang diingkan peneliti sebesar 33oraang. Variabel Independent dalam penelitian inii adalah Peraan ibu pada penderitta down synddrome.,variabeel dependent dalam penelitian p ini adalah Perilaaku penderita down syndrome s dalaam mencuci tangan Pada penelitiaan ini peneliti menggunakaan instrumen kuesioner untuk meemperoleh infformasi dari respond den.Setelah data terkkumpul,maka dilakukaan pengolahaan data melaalui tahapan Editing,Coding,Scorinng dan Tabulating.Variabel pertamaa yaitu perann dapat diuukur dengan pertanyaaan pertanyaaan tertutup yang harus dijawab b oleh respondeen peran diukur denggan pertanyaaan tertutup, untuk mengetahuii kategori Kemudiian peranUnntuk mengetahhui mean T (M MT) sebagai berikut: ̅ 50 10 ngan : Keteran x : Skor S respondenn : Nilai rata-rata kelompok S : Standart deviasi (simp pangan baku kelompok) Menentuukan standart ddeviasi (SD) S= S
: Standar deviasi : Jumlah frekuuensi : Titik tingkat innterval
: Rata-rata n : Jumlah J responden ( Riyanto, 2010) Hasil yaang telah diperroleh digolonggkan kedalam 2 kategoori yaitu peran positif dan neg gatif : 1. Peraan positif jika T skor > T meaan. 2. Peraan negatif jika T skor ≤ T meean Sedangkkan untuk kategori perrilaku anak dikategoorikan : 1. Perilaaku benar jika T skor > T meean. 2. Peran nsalah jika T skkor ≤ T mean ibu Untukm mengetahuipenggaruhperan terhadappperilaku pendderita down syndrome s di desa karrangpatihan keecamatan balonng kabupaten Ponorog go. Apakahhsignifikanatauutidakdengan dan tingkat k kesalahan are dengan mengguunakanujistatisttikchie squa program m SPSS. DimanajikaP < 0,05 makaadapengaruhperaan ibuterhhadapperilaku
59 penderita down syndromesedangkan,jikaP ≥ 0,05 makatidakadapengaruhperan ibu terhadap perilaku pendrita down syndrome HASIL No 1
Peran Ibu
Perilaku Anak Benar Salah f % f % 14 42,4 3 9,1
Aktif Tidak 2 Aktif 6 18,2 jumlah 20 60,6 ρ :0,016 Sumber: data primer 2015
10 13
30,3 39,4
Jumlah f 17
% 51,5
16 33
48,5 100,0
Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa peran ibu terhadap anak pendrita down syndrome dalam mencuci tangan hampir seluruh dari 33 responden berperan aktif sejumlah 17 orang (51,5%) dan perilaku penderita down syndrome dalam mencuci tangan dengan benar sesuai SOP adalah 14 orang (42,4%). Dari hasil uji statistik Chi Square diperoleh angka signifikan atau nilai probabilitas (0,008) yang berarti lebih kecil dari 0,05 atau nilai ײ , maka H1 diterima yang berarti ada pengaruh antara peran ibu terhadap penderita down syndrome dalam mencuci tangan dengan perilaku penderita down syndrome dalam mencuci tangan di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. PEMBAHASAN Peran ibu dalam mencuci tangan pada penderita down syndrome Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya dari 33 responden berperan aktif terhadap penderita down syndrome dalam mencuci tangan sebanyak 17 orang (51,5%). Untuk peran ibu di dukung oleh tigaindikator fungsi ibu, sifat ibu dan relasi ibu anak didapatkan hasil yang tertinggi yaitu pada indikator yang ketiga yaitu relasi ibu dan anak sebesar 35,80% yang kedua sifat ibu sebesar 33,3% dan yang terakhir yaitu pada fungsi ibu sebesar 30,80%. Untuk indikator relasi ibu dan anak responden paling banyak menjawab pernyataan nomor 12 yaitu tentang motivasi ibu terhadap anak untuk melakukan cuci tangan dengan baik dan benar rata-ratanya adalah 0,7.Menurut peneliti responden selalu memotivasi anak-anak mereka unuk mencuci tangan. Menurut (Marmi margiyanti 2013), orang tua harus selalu memperhatikan perilaku anak-anak mereka. Pada indikator relasi ibu dan anak ini ibu kurang memahami tentang kesabaran mengajari anak mereka dalam mencuci tangan
Pada indikator yang kedua yaitu sifat ibu yang membahas tentang ibu memberi perhatian penuh kepada anak tentang cara mencuci tangan dengan baik dan benar, untuk indikator sifat ibu didapatkan presentase 33,30%. Pada indikator sifat ibu ini responden paling banyak menjawab pernyataan nomor 7 yaitu tentang ibu memberi contoh cara mencuci tangan dengan baik dan benar rata-ratanya adalah 0,7. Menurut peneliti ibu sudah memahami tentang cara mencuci tangan yang baik dan benar, kebanyakan ibu-ibu juga mengatakan bahwa mereka selalu mengajari anak-anak mereka mencuci tangan dengan baik dan benar. Menurut (Marmi Margiyanti, 2014) seorang ibu harus berperilaku baik agar anak-anak mereka dapat meniru perilaku tersebut. Pada parameter ini ibu kurang memberi perhatian penuh kepada anak mereka pada saat mencuci tangan. Pada indikator yang pertama tentang fungsi ibu didapatkan hasil presentase sebesar 30,80% , untuk indikator fungsi ibu ini responden kurang memahami tentang fungsifungsi ibu dalam perilaku penderita down syndrome dalam mencuci tangan. Nilai yang paling rendah pada parameter ini adalah pada pernyataan nomor 1 yaitu ibu tidak pernah membantu anak mereka dalam menyiapkan peralatan untuk mencuci tangan. Menurut peneliti responden seharusnya membantu anak mereka untuk menyiapkan peralatan mencuci tangan. Menurut (Narwoko Suyanto,2010) peranan harus diterapkan kepada seseorang untuk membentuk suatu perilaku. Menurut peneliti hampir seluruh responden (Ibu) yang ada di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo mengetahui dari 3 parameter peran ibu yaitu fungsi ibu, sifat ibu dan korelasi ibu dan anak.Peneliti juga menyimpulkan bahwa responden tidak hanya memahami tetapi juga tau apa yang harus dilakukan dalam setiap parameter tersebut dan juga dapat memberi sosialisasi terhadap berperilaku anak (Narwoko,Suyanto,2010). Menurut peneliti hal ini dapat disimpulkan juga bahwa dari ketiga parameter yang mendukung keaktifan peranan ibu dalam memperhatikan anak mereka dalam mencuci tangan yang paling tertinggi yaitu pada parameter yang ketiga yaitu relasi ibu dan anak sebesar 35,8%.Menurut (Marmi margiyanti,2013) Jika kedekatan ibu dan anak terjalin setiap hari maka hubungan relasi ibu dan anak akan semakin dekat pula. Peranan yang benar mengenai peranan ibu disebabkan oleh faktor umur. Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa hampir setengah dari responden (48,5%) berumur 35-39 tahun sejumlah 16 orang. Menurut peneliti dengan
60 bertambahnya umur seseorang memungkinkan lebih banyak menerima informasi mengenai cara mencuci tangan yang benar dan pengalaman sehingga akan menambah peranan yang lebih baik lagi. Pada usia 35 terjadi perubahan dan aspek fisik dan psikologis (mental). Ini terjadi akibat pematangan fumgsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir semakin matang dan dewasa. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Mubarok, 2007). Berdasarkan faktor pendidikan responden sebagian besar berpendidikan dasar, responden yang berpendidikan dasar (SD) kurang mudah untuk memperoleh informasi baik dari, media massa, buku dan televisi sehingga sedikit pengetahuan yang dimilikinya tentang mencuci tangan dan pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang dikenalkan. Faktor yang mempengaruhi lainnya yaitu waktu bersama anak, semakin tidak ada waktu atau jarang bersama anak maka hubungan relasi ibu dan anak akan semakin berkurang, dan anak juga akan kurang perhatian.dan kebanyakan ibu tidak mempunyai waktu bersama anak mereka disaat anak mereka melakukan cuci tangan. Faktor yang mempengaruhi peranan yaitu jumlah anak dan jumlah anak yang menderita down syndrome, faktanya ibu yang memiliki banyak anak maka perhatian ke anakanaknya akan terbagi-bagi. Perilaku penderita down syndrome dalam mencuci tangan Berdasarkan hasil penelitian dari 33 responden dngan pemberian kuesioner sejumlah 11 pernyataan. Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa hampir seluruh dari responden melakukan cuci tangan dengan baik dan benar sesuai SOP (60,6%) sejumlah 20 orang. Pada pengukuran perilaku ini menggunakan observasi dimana observasi ini terdiri dari 11 SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Peran ibu di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo
pernyataan tentang SOP dalam mencuci tangan nilai yang tertinggi dari observasi perilaku ini pada pernyataan 3 dan 10 yaitu responden memahami tentang cara menggosok kedua telapak tangan hingga timbul busa pada seluruh permukaan tangan dan cara menggosok ibu jari pada tangan kiri dan kanan.Responden masih banyak yang belum memahami cara mncuci tangan dengan baik dan benar. Jumlah rata-rata dari perilaku anak down syndrome dalam melakukan cuci tangan ini di dapatkan hasil 0,68 yaitu perilaku anak hampir semua melakukan cuci tangan dengan baik dan benar.Menrut peneliti responden harus memahami semua SOP yang telah ditetapkan dalam mencuci tangan. Pengaruh peran ibu terhadap perilaku penderita down syndrome dalam mencuci tangan di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. Pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa ada pengaruh antara peran ibu dengan perilaku penderita down syndrome dalam melakukan cuci tangan yaitu setengah dari responden berperan aktif (51,5%). Sedangkan hampir seluruh responden berperilaku benar dalam mencuci tangan (60,6%). Pengaruh peran ibu dengan perilaku penderita down syndrome di Desa Karangpatihan Kabupaten Ponorogo tahun 2015 berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Chie Square diperoleh hasil signifikan dengan nilai p value = 0,000 < 0,05 hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima yaitu ada pengaruh peran ibu terhadap perilaku penderita down syndrome dalam melakukan cuci tangan di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. Ada hubungan antara peran ibu dengan perilaku down syndrome . Hal ini dibuktikkan pada tabel 5.9 bahwa sebagian dari responden melakukan cuci tangan dengan baik dan benar 20 orang (60,6%). Menurut peneliti peran ibu yang aktif akan mempengaruhi cara perilaku anak penderita down syndrome dalam melakukan cuci tangan. Hal ini di buktikan pada tabel 5.11 bahwa sejumlah 17 orang (51,5%) berperan aktif sehingga dapat mempengaruhi perilaku penderita down syndrome dalam melakukan cuci tangan dengan benar. Menurut peneliti pemahaman mengenai peranan- peranan ibu dalam memperhatikan anak mencuci tangan sangatlah penting karena jika pemahaman peranan tersebut baik maka akan tercipta perilaku yang baik juga terhadap anak.
terhadap penderita down syndrome dalam mencuci tangan hampir seluruhnya berperan Aktif.
61 2. Perilaku penderita down syndrome di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo dalam mencuci tangan hampir seluruhnya melakukan mencuci tangan dengan benar sesuai dengan SOP yang ada. 3. Ada pengaruh antara peran ibu terhadap perilaku penderita down syndrome dalam mencuci tangan di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong kabupaten Ponorogo. Saran 1. Bagi Pelayanan Kesehatan Dapat menjadi acuan dalam menetapkan pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk merespon peningkatan perkembangan anak down syndrome dan juga menjadi bahan kajian dalam mengembangkan metode yang lebih efektif berupa pendidikan tentang peran ibu terhadap perilaku penderita down syndrome dalam mencuci tangan 2. Kepala Desa Hasil penelitian ini mampu memberikan informasi mengenai usaha pengoptimalan perkembangan anak down syndrome yang tidak hanya berfokus pada anak saja, tetapi juga ditujukan pada keluarga khusunya pada Ibu. 3. Bagi Responden Dapat lebih berperan aktif lagi dalam peranannya terhadap anak dalam melakukan cuci tangan khususnya ditekankan pada fungsi dan sifat ibu meliputi mulai dari menyiapkan peralatan untuk mencuci tangan sampai anak selesai dalam melakukan mencuci tangan 4. Bagi Peneliti selanjutnya
Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya dan sebagai bahan acuan perbandingan apabila ada peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan judul yang sama atau yang ingin mengembangkan penelitian ini lebih lanjut. Sebaiknya juga harus menekankan pada fungsi ibu dan sifat ibu KEPUSTAKAAN Eko Mulyadi , 2012 . Profit kesehatan.Dinas kesehatan .ponorogo Diakses pada tanggal 30 Maret 2015 jam 13.20 WIB Fadhli, 2010. Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Anggrek Hukormas. 2012. Keterbatasan Bukanlah Halangan. Artikel Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. http://www.depkes.go.id, diunduh pada 01 April, pukul 09.51 WIB Marmi. Margiyati, 2013. Pengantar Psikologi Kebidanan.Yogyakarta: Pustaka pelajar Medical , 2012. http://www.Down syndome.com, diunduh 01 April, pukul 11.00 WIB Mubarok, Wahit Iqbal, dkk. 2007. Promosi Kesehatan : sebuah pengatar proses belajar mengajar dalam pendidikan. Yohyakarta : Graha ilmu Narwoko.Suyanto, 2010 . Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.Jakarta : Kencana Notoatmodjo, S, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta Ramelan Wahyuning, 2011. Penanganan anak berkebutuhan khusus. Jakarta: Pustaka