PROSES PENERIMAAN AYAH TERHADAP ANAK PENDERITA DOWN SYNDROME Margaretha Novita Dewi C dan Christine Wibhowo S.Psi., M.Si Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang ABSTRAKSI Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui proses penerimaan ayah terhadap anak down syndrome. Populasi dalam penelitian ini adalah para ayah yang bekerja serta memiliki anak down syndrome dan tinggal di semarang. Dari populasi tersebut, terdapat tiga orang ayah sebagai subyek dalam penelitian ini. Dalam pengupulan data, peneliti menggunakan wawancara dan observasi. Melalui proses pengumpulan data tersebut didapatkan hasil bahwa proses penerimaan ayah melalui tiga tahap, yaitu : shock, kecewa, kemudian penerimaan. Penerimaan ini terlihat melalui lima aspek yaitu : tidak menolak kondisi anak, memahami kondisi dan kebutuhan anak, terdapat komunikasi yang hangat, tidak membedakan perlakuan pada anak, mengusahakan penanganan khusus. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan tersebut adalah : Terdapat dukungan keluarga besar, kondisi keuangan keluarga mencukupi, latar belakang agama yang kuat, tingkat pendidikan yang memadai, hubungan keluarga yang komunikatif sebagai indikasi keluarga yang harmonis, kesiapan dalam menghadapi kondisi anak, termasuk faktor usia serta kedewasaan dalam menghaapi kondisi anak, terdapat sarana penunjang untuk memungkinkan diberikannya penanganan khusus bagi anak, adanya informasi tentang kondisi calon anak dan pemahaman terhadap gangguan pada anak, adanya persepsi yang positif terhadap anak. Kata Kunci : Penerimaan, down syndrome, ayah LATAR BELAKANG MASALAH
memiliki
Setiap
mendambakan
dengan harapan orangtuanya. Saat
memiliki anak yang sesuai dengan
semua hal tersebut terwujud para
yang
idam-idamkan,
orangtua akan merasakan betapa
memiliki tubuh yang lengkap,
indahnya dunia. Harapan itu dapat
semua
dapat
hancur seketika saat orangtua
serta
mengetahui bahwa anaknya tidak
orangtua
mereka
berfungsi
organ dengan
tubuh baik,
tingkah
laku
sesuai
sesempurna
yang
mereka
perkembangan fisik dan mental
bayangkan.
pada anak tersebut (Anggrani,
Salah satu ketidak sempurnaan
2010). Menurut seorang dokter
anak,
lulusan
yang
mampu
Fakultas
Kedokteran
menghancurkan harapan orangtua
Universitas Indonesia, anak down
adalah down syndrome. Down
syndrome
Syndrome
sendiri
seperti
kelainan
kromosom,
terbentuknya (trisomy
yakni
kromosom
21).
terbentuk
merupakan
Kromosom
akibat
mampu
anak
berkembang
normal
hanya
saja
lainnya, masa
21
perkembangannya lebih lambat.
ini
Misalnya bila anak normal pada
kegagalan
usia
4
bulan
sudah
dapat
sepasang kromosom untuk saling
merangkak, anak down syndrome
memisahkan
baru dapat merangkak di usia 8
diri
pembelahan.
saat
Kelainan
terjadi ini
bulan (Farrasbiyan, 2009).
berdampak pada keterbelakangan
Oleh karena itu dibutuhkan
pertumbuhan fisik dan mental
beberapa terapi untuk mendukung
anak (Arimurti, 2006). Prevalensi
perkembangan
down syndrome sendiri kira-kira 1
syndrome, yaitu: terapi perilaku
berbanding 700 kelahiran (AN,
untuk membentuk tingkah laku
2010). Di dunia, kurang lebih
sosial
terdapat
down
memperbaiki gerak tubuh anak
di
yang belum stabil dan koordinasi
survei
gerak tubuh, okupasi terapi untuk
terbaru, sudah mencapai lebih dari
memperbaiki motorik halus anak,
300.000 orang (Arimurti, 2006).
terapi wicara untuk melatih anak
Tentunya bukan merupakan hal
agar bisa berkomunikasi dengan
yang mudah mengasuh anak down
baik dan benar, terapi sensory
syndrome, karena penyakit ini
untuk
mengakibatkan
mengolah
8
juta
syndrome, Indonesia,
anak
sedangkan dari
hasil
keterbelakangan
anak,
anak
fisioterapi
down
untuk
melatih
kemampuan
dan
mengartikan
rangsang
perlakuan negatif masih banyak
sensoris yang diterima dari tubuh
diberikan oleh masyarakat yang
maupun lingkungan dan kemudian
belum bisa menerima perbedaan.
menghasilkan
Bukan hanya dengan tatapan sinis
integrasi
seluruh
respons
yang
terarah (Anggraini, 2010).
dan komentar negatif, namun juga
Kesulitan merawat anak down
seringkali
syndrome
hanya
syndrome sering menjadi bahan
disebabkan oleh keterbelakangan
ejekan dan lelucon. Perlakuan
fisik dan mental yang dialami
negatif ini juga seringkali diikuti
sang anak saja, sehingga menuntut
dengan kepercayaan masyarakat
orangtua
memberikan
bahwa ketidak normalan pada
perlakuan khusus, melainkan juga
anak down syndrome merupakan
penerimaan
dari
suatu kutukan (Hadi, 2011).
Salah
contoh
bukan
untuk
satu
lingkungan. perlakuan
Hal
anak-anak
semacam
down
inilah
yang
negatif pada anak down syndrome
seringkali membuat orangtua anak
terjadi
Sekelompok
downsyndrome merasa sedih dan
orang sengaja membuat akun
hampir menyerah. Bila hal ini
jejaring sosial yang berisi hinaan
sudah mulai dirasakan oleh para
terhadap
penderita
orangtua, maka sikap mereka pada
down syndrome. Dalam jejaring
sang anak juga akan terpengaruh,
sosial tersebut, terdapat gambar
baik dari cara merawat anaknya
seorang balita yang terkena down
dan cara orangtua mencukupi
syndrome yang disebelah gambar
kebutuhan
tersebut ditulis “anak dungu”.
kebutuhan fisik maupun psikis).
Tindakan ini oleh pemerintah
Bisa jadi karena rasa frutrasi yang
setempat telah ditindak lanjuti dan
dialami,
orang yang bersangkutan telah
memperlakukan
diberi sanksi (An, 2012). Akan
sebagaimana
tetapi
bahkan justru meninggalkan sang
di
di
Italia.
anak-anak
Indonesia
berbagai
sang
anak
(baik
orangtua
tidak anaknya
mestinya,
dan
anak. Hal ini menjadi berbahaya
pada anak, adanya komunikasi
karena
anak
tidak
dan kehangatan antara orangtua
dukungan
dari
dan anak. Sedangkan menurut
sang
mendapatkan
orangtuanya. Padahal anak-anak
Coopersmith
sangat membutuhkan dukungan
2011)
dan
terungkap melalui perhatian pada
penerimaan
dari
(dalam
penerimaan
Laurent, orang
terlebih
anak,
mampu
kepentingan anak, ungkapan kasih
mengelola emosinya secara positif
sayang dan hubungan yang penuh
(Santrock, 2007).
kebahagiaan dengan anak.
lingkungannya, orangtuanya
agar
kepekaan
tua
terhadap
(dalam
Penerimaan dari orangtua
Laurent, 2011) orang tua yang
sendiri tidak hanya dilakukan oleh
menerima
akan
seorang
pada
selama ini tugas untuk merawat
posisi penting dalam keluarga dan
anak identik dengan tugas seorang
mengembangkan
wanita atau ibu. Hal ini seperti
Menurut
Ningrum
anaknya
menempatkan
anaknya
hubungan
ibu
saja.
emosional yang hangat dengan
yang
anak. Aspek-aspek penerimaan
dalam Wardani, yang menyatakan
orang
bahwa
tua
menurutnya
adalah
dikatakan
Walaupun
tugas
oleh
Madsen
wanita
menghargai anak sebagai individu
mengurus
dengan
segenap
mengurus suami, dan mengurus
mengakui
hak-hak
memenuhi
anak
domestik,
dan
anak-anaknya (Wardani, 2009).
untuk
Sedangkan secara ekonomi dan
perasaaan,
sosial wanita harus tergantung
anak
kebutuhan
mengekspresikan mencintai
perasaan,
wilayah
adalah
tanpa
syarat,
pada
laki-laki
atau
suami.
memperlihatkan kecemasan yang
Sehingga tidak heran jika laki-laki
minimal dalam kehadiran anak,
atau suami disibukkan dengan
menerima keterbatasan anak, tidak
pekerjaannya (Wardani, 2009).
ada penolakan yang ditampakkan
Kepercayaan
tersebut
dalam
perkembangan
anak
membuat proses pengasuhan anak
(Dagun, 1992). Selain itu, di
seringkali
dalam suatu penelitian dikatakan
dipercayakan
begitu
saja pada sang isteri. Padahal
pula
kehadiran seorang ayah bagi anak
bantuan ayah terhadap kesedihan
sangatlah penting. Harus diakui
dan amarah anak berusia 5 tahun
bahwa
kepala
berhubungan dengan kompetensi
keluarga berperan sebagai sumber
sosial anak dalam berhubungan
penghasilan
dengan teman sebayanya di usia 8
ayah
sebagai
dan
pembentuk
bahwa
penerimaan
dan
karakter keluarga. Selain itu ayah
tahun (Santrock, 2007).
juga
Penelitian lain yang dilakukan
merupakan
anggota
keluarganya
pelindung sehingga
oleh
US
Departement
Of
terciptalah suasana nyaman dan
Education yang di acu Wood
aman bagi isteri maupun anak-
Elementary Dad’s Club (2002)
anaknya.
perhatian
juga menyatakan bahwa kehadiran
seorang ayah dapat menjadi model
ayah turut berpengaruh pada nilai
bagi anak dalam hal ketekunan
anak. Dalam penelitian tersebut
serta motivasi untuk berprestasi.
dinyatakan
Hal ini dikarenakan seorang ayah
yang mendapat nilai A (Setara 9-
dianggap
contoh
10) ternyata 51% ayah dan ibu
keberhasilan bagi seorang anak,
yang berperan pada aras tinggi,
terutama
menyelesaikan
atau 48% hanya ayah saja yang
permasalahan dan tantangan yang
berperan tinggi, atau 44% hanya
dialami sang anak. Nilai-nilai
ibu saja yang berperan tinggi, dan
yang
ayah,
atau 27% baik ayah maupun ibu
seperti tanggung jawab, gigih,
yang berperan pada aras yang
kritis,
dapat
rendah. Sedangkan di kalangan
terinternalisasi dalam diri anak
siswa yang tinggal kelas, 6% saja
ketika sang ayah turut berperan
yang baik ayah maupun ibu
Tingginya
sebagai
dalam
dimiliki
serta
seorang
logis
bahwa
siswa-siswa
berperan tinggi, atau 9% hanya
kehidupan seorang anak adalah
ibu saja yang berperan tinggi, dan
anak akan memiliki kekaburan
atau 21% baik ayahmaupun ibu
figure sosok ayah (pria yang dapat
yang berperan rendah (Utama,
dijadikan
2009).
diidolakan),
Setelah
melihat
berbagai
penelitian
yang
pengaruh
keterlibatan
menunjukkan ayah
contoh
dan
bahkan
anak
akan
menciptakan sendiri figure sosok ayah
tersebut
melalui
teman
atau
ibunya,
anak
sebaya
terhadap berbagai macam kondisi
kemungkinan memiliki masalah
anak, maka dapat dibayangkan
psikologis (seperti gelisah, sedih,
ketika seorang ayah tidak terlibat
pobia, depresi) (Bukhari, 2010).
dalam perkembangan anak. Suatu penelitian
menyatakan
bahwa
Keterlibatan seorang ayah tersebut,
baik
itu
dalam
anak
untuk
seorang anak yang diasuh oleh
memotivasi
sang
seorang
berprestasi,
mengajarkan
ibu
saja,
dapat
pada
menimbulkan kecemasan dan rasa
anak tentang keahlian sang ayah,
tidak tentram pada seorang anak.
mengajarkan
Penyebabnya adalah si ibu sering
bagaimana bertanggung jawab,
menangisi nasib dan kesulitan
menanamkan
yang ia hadapi. Berbeda ketika
kegigihan, kekritisan, dan berpikir
seorang anak dibesarkan oleh
logis dalam diri anak merupakan
seorang ayah, karena seorang
bentuk-bentuk penerimaan ayah
ayah cenderung tidak menyerah
pada anak. Hal ini dapat dikatakan
pada
demikian
nasib
dan
tetap
anak
mengenai
nilai-nilai
karena
dengan
membesarkan anaknya, bahkan
mengajarkan anak berbagai hal
mengajarkan keterampilan yang ia
tersebut,
miliki pada anaknya
menunjukkan
(Dagun,
maka
ayah
telah
bahwa
ia
1992). Dampak lain dari ketidak
memperhatikan
anaknya,
hadiran sosok seorang ayah dalam
memenuhi
anaknya
kebutuhan
akan perlindungan dan rasa aman,
syndrome. Maka dari itu penulis
serta mengkomunikasikan pada
tertarik untuk meneliti mengenai
anak mengenai hal yang dapat
proses penerimaan ayah terhadap
digunakan sebagai bekal bagi sang
anak down syndrome. Peneliti
anak.
ingin meneliti hal-hal apa saja Maka
dapat
dikatakan
yang
muncul
selama
proses
tersebut
dan
bahwa penerimaan seorang ayah
penerimaan
diperlukan
bagaimana para ayah tersebut
bagi
kehidupan
seorang anak. Apabila anak yang
mampu
normal
anaknya, bahkan mengusahakan
saja
membutuhkan
penerimaan dari seorang ayah, apalagi anak yang terkena down
yang
menerima
terbaik
untuk
kondisi
anaknya.
Berikut merupakan kerangka piker proses penerimaan ayah terhadap anak penderita downsyndrome. Ayah dengan anak Downsyndrome
Melalui proses penerimaan Denial, Anger, Bargaining, Depression.
PENERIMAAN
Aspek penerimaan : a Tidak menolak kondisi anak b Memahami kondisi dan kebutuhan anak c Ada komunikasi yang hangat antara ayah dan anak d Ayah memperlakukan sang anak tanpa membedakan. e Mengupayakan penanganan khusus
penelitian kualitatif dimaksudkan
TUJUAN PENELITIAN Mampu mengetahui proses
sebagai penelitian apapun yang
penerimaan seorang ayah terhadap
menghasilkan
penemuan-
anak Down Syndrome.
penemuan bukan sebagai hasil dari prosedur-prosedur statistik
MANFAAT PENELITIAN
atau
1. Manfaat Teoritis
(Santroks,
bentuk
kuantifikasi
dalam
lain.
Poerwandari,
Penelitian ini dapat bermanfaat
1998). Metode kualitatif lebih
bagi Psikologi perkemangan,
berdasarkan
khususnya untuk memahami
fenomenologis
bagaimana seharusnya merawat
mengutamakan
serta
Maksud
membantu
perkemangan
proses
anak
yang
mengalami down syndrome. 2. Manfaat Praktis
pada
prinsip
yang
lebih
penghayatan.
penghayatan
di
sini
adalah peristiwa yang sedang diteliti dipahami dan ditafsirkan maknanya
menurut
perspektif
Secara praktis, melalui hasil
peneliti. Maka dari itu instrument
penelitian ini para orangtua
utama dalam penelitian kualitatif
yang
adalah
memiliki
syndrome
anak
dapat
down
mengetahui
si
peniliti
itu
sendiri
(Usman & Purnomo, 2008).
apa yang seharusnya dilakukan
Subjek dalam penelitian ini
serta bagaimana harus bersikap
adalah ayah yang bekerja dan
pada anak tersebut.
memiliki anak down syndrome. Pengambilan sample ini akan
METODE PENELITIAN
dikhususkan
bagi
akan
tinggal
daerah
digunakan dalam penelitian ini
Teknik
adalah
penelitian ini menggunakan teknik
Pendekatan
Menurut
yang
pendekatan
kualitatif.
Strauss
(1990),
di
ayah
pengambilan
yang
Semarang. sampel
sample
bertujuan
(purposive
Pencatatan Observasi
ini
sample). Pengumpulan menggunakan observasi.
wawancara Wawancara
berupa
ini
akan
dilakukan
data
bersamaan
dan
wawancara berlangsung.
dengan
Setelah
yang
narasi.
data
proses
penelitian
digunakan bersifat terbuka dan
didapatkan kemudian dilakukan
berrencana, karena berdasar pada
analisis
panduan pertanyaan yang sudah
reduksi data, penyajian data, serta
ditentukan. Alasan digunakannya
verifikasi
metode wawancara, secara umum
keputusan.
metode ini mampu mengungkan
validitas
data-data yang dibutuhkan dari
menggunakan teknik triangulasi,
subyek penelitian secara lebih
diskusi
lengkap, sesuai dengan data yang
menggunakan
dibutuhkan
proses pengumpulan data.
peneliti.
Hal
ini
data,
yang
dan
meliputi
pengambilan
Untuk
pengujian
data,
peneliti
rekan
sejawat, alat
dan
bantu
saat
dikarenakan pengamatan terhadap perilaku sehari-hari subyek tidak
HASIL PENELITIAN DAN
dapat dilakukan secara intens
PEMBAHASAN
selama
24
proses
wawancara
dilakukan
jam.
Dari
Pelaksanaan
secara
ini
akan
mendalam.
penelitian, dialami
ketiga hal
adalah
subyek
pertama tahap
yang denial.
(Bungin, 2003). Sedangkan sistem
Tahap ini bukan berarti subyek
observasi yang digunakan oleh
menolak
peneliti
observasi
melainkan subyek shock dengan
yang berupa catatan pengamatan.
kondisi sang anak. Mereka sempat
Cara pencatatan observasi ini
sulit mempercayai bahwa salah
disebut juga non partisipan, yaitu
satu
pencatatan
downsyndrome. Hanya saja pada
merupakan
sesegera
setelah
dilakukan pengamatan lapangan.
anak
keberadaan
mereka
anak,
terkena
subyek kedua tahap denial
ini
tidak berlangsung dalam waktu
subyek ke dua, namun tidak
yang
berlangsung lama.
lama.
Sedangkan
pada
subyek pertama dan ke tiga, tahap
Setelah megalami kedua proses
ini tidak begitu saja menghilang.
tersebut, ketiga subyek langsung
Subyek ke tiga membutuhkan
mencapai tahap penerimaan atau
waktu
untuk
acceptance. Hal ini dikarenakan
ini.
prinsip bahwa anak merupakan
Sedangkan pada subyek pertama
titipan Tuhan dan tugas orangtua
tahap denial ini cenderung timbul
adalah menjaga titipan tersebut,
dan tenggelam, sehingga tidak
serta prinsip bahwa Tuhan pasti
benar-benar selesai.
memiliki rencana melalui kondisi
tersendiri
menyelesaikan
Tahap
tahap
berkutnya
adalah
anak
tersebut,
mempermudah
tahap
penerimaan ayah terhadap kondisi
anger. Dalam tahap ini ketiga
anak dan tidak terus-menerus
subyek tidak marah pada sang
meratapi
anak atau minder dengan sang
Disamping itu, proses penerimaan
anak. Namun rasa kecewa itu
yang dikemukakan oleh Kubler
muncul ketika orang lain tidak
Ross merupakan penerimaan yang
mampu memahami kondisi sang
erat
anak
kematian.
tahap
kekecewaan
dan
justru
atau
berkomentar
kondisi
sang
hubungannya
anak.
dengan
negatif terhadap kondisi sang
Bentuk penerimaan yang
anak. Hal ini terjadi pada subyek
dilakukan ketiga subyek adalah
pertama dan kedua. Sedangkan
dengan cara menyadari bahwa
pada subyek ke tiga, rasa kecewa
anak tersebut merupakan titipan
itu muncul ketika ia melihat
dari Tuhan dan Tuhan pasti
bahwa sang anak berbeda dengan
memiliki rencana yang lebih baik
kedua anak subyek lainnya. Hal
dibalik kondisi tersebut. Wujud
serupa juga pernah dirasakan oleh
penerimaan berbeda-beda.
ketiga Subyek
subyek kedua
mewujudkan
penerimaannya
hanya
berasal
dari
penjualan
dengan melakukan upaya yang
barang dagangan sang isteri di
lebih
kantin sekolah tempat ia bekerja.
untuk
mendidik
merawat
sang
anak.
dan Upaya
Lain
halnya
dengan
subyek
tersebut meliputi menyekolahkan
ketiga. Usaha yang ia lakukan
sang anak di sekolah khusus,
adalah menyekolahkan sang anak
memberikan terapi baik terapi
di sebuah sekolah luar biasa dan
bicara
untuk
memberikan latihan pada sang
merangsang motoriknya (bahkan
anak supaya bisa hidup mandiri.
rela membuka tempat terapi demi
Latihan
bisa memberikan terapi sendiri
tanpa
pada
mencari
psikolog. Subyek ke tiga merasa
cara
bahwa ia dan keluarganya mampu
maupun
sang
informasi
terapi
anak), mengenai
mendidik anak dan perkembangan sang anak, serta mengusahakan
ini
dilakukan
bantuan
terapis
sendiri atau
melakukan ini sendiri. Penerimaan
sendiri
untuk
memiliki beberapa aspek. Aspek-
kebutuhan sang anak. Sedangkan
aspek tersebut meliputi: tidak
pada subyek pertama usaha yang
menolak kondisi anak, memahami
ia lakukan hanya menyekolahkan
kondisi
sang anak pada sekolah khusus
terdapat komunikasi yang hangat
dan
dengan anak, tidak membedakan
penghasilan
tambahan
mempercayakan
semua
dan
kebutuhan
pendidikan anak pada sekolah
perlakuan
tersebut. Subyek pertama juga
mengupayakan
tidak melakukan usaha lain untuk
khusus. Terdapat kesamaan dan
meningkatkan pendapatannya. Ia
juga perbedaan pada tiap subyek
hanya mengandalkan pekerjaan
dalam pemenuhan aspek tersebut.
utamanya
Hal ini dapat dilihat dari tabel
sekolah.
sebagai
penjaga
Pendapatan
ekstranya
berikut
pada
anak,
anak,
serta
penanganan
:
Tabel 1 Aspek Penerimaan yang Muncul pada Seluruh Subjek NO
ASPEK
SUBYEK 1
SUBYEK 2
SUBYEK 3
1
Tidak menolak kondisi anak Memahami kondisi dan kebutuhan anak Terdapat komunikasi yang hangat Tidak membedakan perlakuan pada anak Mengupayakan penanganan khusus
√
√
√
√
√
√
√
√
-
√
-
√
√
√
√
2 3 4 5
Sedangkan beberapa faktor yang
membantu
proses
usia serta kedewasaan dalam menghaapi kondisi anak.
penerimaan yang terdapat dalam
7. Terdapat
penerimaan tiga subyek penelitian
untuk
adalah :
diberikannya
1. Terdapat dukungan keluarga
khusus bagi anak. 8. Adanya
besar. 2. Kondisi
keuangan
keluarga
3. Latar belakang agama yang
memungkinkan penanganan
informasi calon
tentang
anak
dan
pada anak. 9. Adanya persepsi yang positif
kuat. pendidikan
yang
keluarga
yang
memadai. 5. Hubungan
penunjang
pemahaman terhadap gangguan
mencukupi.
4. Tingkat
kondisi
sarana
komunikatif sebagai indikasi keluarga yang harmonis. 6. Kesiapan dalam menghadapi kondisi anak, termasuk faktor
terhadap anak.
Berikut merupakan skema penerimaan ketiga subyek : Ayah dengan anak FAKTOR-FAKTOR Downsyndrome PENERIMAAN 1. Terdapat dukungan keluarga besar. 2. Kondisi keuangan keluarga mencukupi. 3. Latar belakang agama yang kuat. 4. Tingkat pendidikan yang memadai. 5. Hubungan keluarga yang komunikatif sebagai indikasi keluarga yang harmonis. 6. Kesiapan dalam menghadapi kondisi anak, termasuk faktor usia serta kedewasaan dalam menghaapi kondisi anak. 7. Terdapat sarana penunjang untuk memungkinkan diberikannya penanganan khusus bagi anak. 8. Adanya informasi tentang kondisi calon anak dan pemahaman terhadap gangguan pada anak. 9. Adanya persepsi yang
Melalui proses penerimaan : Shock (ketika mengetahui kondisi anak), kemudian berusaha bangkit dengan mensyukuri kehadiran anak dengan mengusahakan beberapa perlakuan khusus pada anak, kemudian merasa kecewa pada komentar orang sekitar atau pada ketidak samaan kondisi anak down syndrome dengan saudaranya yang normal, kembali bangkit dengan mempercayai Tuhan memiliki rencana mempengaruhi
PENERIMAAN Aspek penerimaan : a b c
d
e
Tidak menolak kondisi anak Memahami kondisi dan kebutuhan anak Ada komunikasi yang hangat antara ayah dan anak Ayah memperlakukan sang anak tanpa membedakan. Mengupayakan penanganan khusus
KESIMPULAN 1. Ketiga
subjek
mengalami
memahami
kondisi
dan
kebutuhan
anak,
ada
dengan
komunikasi yang hangat, tidak
tahap denial yang berupa rasa
membedakan perlakuan antara
shock, tahap anger yang berupa
anak
kekecewaan
terhadap
downsyndrome dengan anaknya
sekitar
yang normal, mengupayakan
proses
penerimaan
pandangan
orang
mengenai kondisi anak serta
yang
terkena
penanganan khusus. Pada
subyek
2
aspek
kecewa
dengan
perbedaan
kondisi
anak
dengan
penerimaannya meliputi : tidak
normal,
menolak
dengan
memahami
kondisi
dan
atau
kebutuhan
anak,
ada
saudaranya
yang
kemdian dilanjutkan tahap
penerimaan
konisi
komunikasi
acceptance. 2. Proses penerimaan yang terjadi
anak,
yang
mengupayakan
hangat,
penanganan
tidak selalu berjalan lurus. Pada
khusus. Aspek keempat, yaitu
subyek tertentu masing-masing
tidak membedakan perlakuan
tahapnya
tidak ditemukan pada subyek
tidak
sepenuhnya
selesai dan masih bisa terulang
dua
ketika sudah mencapa tahap
merawat satu anak.
yang
lainnya.
Pada
ketiga
karena
Pada
subyek
subyek
3
hanya
aspek
subyek juga tidak mengalami
penerimaannya meliputi : tidak
seluruh tahap penerimaan.
menolak
konisi
anak,
yang
memahami
kondisi
terdapat dalam ketiga subyek
kebutuhan
anak,
berbeda-beda.
membedakan perlakuan antara
3. Aspek
Pada
penerimaan
subjek
1
aspek
penerimaannya meliputi : tidak menolak
konisi
anak,
anak
yang
dan tidak
terkena
downsyndrome dengan anaknya
yang normal, mengupayakan
intens. Dengan memperhatikan
penanganan khusus.
secara
4. Faktor-faktor seperti dukungan keluarga,
informasi
pengetahuan downsyndrome,
intens
perkembangan
anak dan ikut terlibat dalam
dan
proses penanganan anak, akan
tentang
membuat sang anak merasakan
faktor
peran
seorang
ayah,
ekonomi, faktor pendidikan,
sebagai
serta landasan agama subjek
kedisiplinan anak. Selain itu
juga
pemahaman
mempengaruhi
proses
pembentuk
yaitu
akan
karakter
perasaan
penerimaan subyek terhadap
anak juga perlu dilakukan.
kondisi anak.
Bagaimanapun juga anak-anak yang terkena downsyndrome
SARAN
bukan obyek yang hanya cukup
1. Bagi subjek penelitian
dibentuk
Ketiga subjek memiliki
dengan
pembelajaran
proses
modeling
dan
faktor utama yang membantu
reward, namun juga anak yang
proses
perlu
penerimaan,
yaitu
diasah
untuk
landasan agama yang kuat.
mencurahkan dan menyadari
Dengan
mengenai perasaannya.
mempertahankan
faktor tersebut, maka kesulitan
2. Bagi para ayah atau calon ayah Sebelum
apapun yang dihadapi akan
memutuskan
terasa mudah, karena ketiga
untuk memiliki anak, maka
subyek mampu berserah pada
perlu
Tuhan Yang Maha Esa. Selain
ekonomi yang cukup, kesiapan
itu
secara
dalam
dengan
mendidik
anak
downsyndrome
dipersiapkan
mendidik
psikologis dan
kondisi
dalam menyikapi
tetap
kondisi anak, hendaknya para
memperhatikan perkembangan
ayah menerima kondisi sang
kemampuan sang anak dengan
anak dan tidak memaksakan
sebaiknya
para
ayah
keinginannya pada sang anak.
http://kesehatan.kompas.com
Bagaimanapun juga setiap anak
/read/2010/03/29/11191896/
memiliki ide masing-masing
Teori.Baru.Penyebab.Down.
yang seharusnya diarahkan dan
Syndrome (29 Maret 2010)
dibantu untuk mewujudkan ide tersebut
dengan
cara
yang
Anggraini, Dyah. 2010. Down
benar. Oleh karena itu ada
Syndrome.
baiknya
(12 Maret 2010)
pula
setiap
ayah
Wordpress.com
ataupun orangtua untuk tetap menggali informasi mengenai
Anonim.
2011.
tumbuh kembang anak, karena
Wikipedia.org
tidak
2011)
selamanya
cara
Acceptance. (24
Maret
konvensional itu tepat. 3. Bagi penelitian berikutnya
Anonim.
Bagi peneliti selanjutnya yang
tertarik
membahas
2012.
Care
to
Downsyndrome The World Will
Live
as
One.
mengenai topik ini disarankan
http://care2downsyndrome.b
untuk melakukan obsevasi dan
logdetik.com/category/share
wawancara
(12 Mei 2012)
yang
lebih
mendalam. Aspek kepribadian sebaiknya
diungkap
lebih
Aria, Rahmawati. 2010. Kisah
dalam, karena setiap pribadi
Zeina
yang
Wordperss.com
berbeda
paling
tidak
memiliki proses yang berbeda,
Nabila. (12
Mei
2010)
sekecil apapun itu. Arimurti, Ida. 2006. Mengenal DAFTAR PUSTAKA
Down
AN. 2010. Teori Baru Penyebab
http://groups.yahoo.com/gro
Down
Syndrome.
Syndrome.
(11
up/idakrisnashow/
Psikoterapi. Bandung : PT ERESCO.
Februari 2006).
Dagun, Save M. 1992. Maskulin Bukhari,
Ihsan
Baihaqi
Ibnu.
dan Feminim : Perbedaan
2010. Dampak Negatif dari
Pria-Wanita
dalam
Ketidakhadiran Ayah dalam
Fisiologi, Psikologi, Seksual,
Keluarga.
Karier, dan Masa Depan.
[email protected]
Jakarta : Rieka Cipta.
(28 Agustus 2010) Eifert, Georg H dan John P Bungin,
Burhan.
Metodologi Kualitatif
2003. Penelitian
:
Aktualisasi
Forsyth. 2005. Acceptance & Commitment Anxiety
Therapy
Disorders
for :
A
Metodologi ke Arah Ragam
Practitioner’s
Varian Kontemporer. Jakarta
Guide to Using Mindfulness,
: PT RajaGrafindo Persada.
Acceptance, Based
Christianawati,
Natalia
Yessi.
2008. Peran Ayah Pada Perkembangan
Sosio-
Emosional
Autis.
Anak
Farrasbiyan.
Semarang
Seperti
Psikologi
Universitas
Corey, Gerald. 1988. Teori dan Konseling
Behavior
Change
USA
:
New
2009.
Perlakukan
Down
Syndrome
Anak
Wordpress.com
Normal. (9
April
2009)
Katolik Soegijapranata.
Praktek
Values-
Harbinger publications, Inc.
Anak
Fakultas
and
Strategies.
Skripsi (Tidak diterbitkan). :
Treatment
dan
Hadi,
Asmara.
Downsyndrome
2011. dan
kita.
www.kompasiana.com
(20
McCurry,
Christopher.
Parenting
Januari 2011)
2009.
Your
Anxious
Child with Mindfulness and Hendriani,
Wiwin.
Penerimaan Terhadap
2011. Keluarga
Individu
yang
Acceptance : A Powerful New
Approach
Overcoming
to
Fear,
Panic,
Mengalami Keterbelakangan
and
Mental.
Acceptance and Commitment
www.Republika.co.id
(10
Nancy&Katheleen
USA
:
New
Moleong, L. J 2002. Metode
Marshall, 1994. Exceptional
Penelitian
Children and Youth. USA:
Bandung.
Houghton Mifflin Company.
Rosdakarya.
Laurent,
Using
Harbinger publications, Inc.
Agustus 2011)
Hunt,
Therapy.
Worry
Jessica.
2011.
Poerwandari,
Kualitatif. PT.
E.
Remaja
K.
1998.
Tua
Pendekatan Kualitatif dalam
Penderita
Penelitian Psikologi. Jakarta
Psoriasis. Jurnal. Depok :
: LP SP 3 Fakultas Psikologi
Fakutas
Universitas Indonesia.
Penerimaan Terhadap
Orang Anak
Psikologi
Universitas Gunadarma. Rachmayanti,
Sri
dan
Anita
Zainuddin.
Zulkaida. 2007. Penerimaan
2008. Metodologi Penelitian
Diri Orang Tua Terhadap
: Pendekatan Praktis dan
Anak
Aplikatif. Bandung
Peranannya Dalam Terapi
Masyhuri
dan
M.
Refika Aditama.
: PT
Autisme
dan
Autisme. Jurnal Psikologi. Depok : Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma. Vol.
Praktik. Jakarta : Rineka
1. No. 1 (7-17).
Cipta. Soetjiningsih.
Rachmayanti,
Tumbuh
2008.
Kembang Anak. Jakarta :
Penerimaan
Penerbit Buku Kedokteran
Sri.
Gambaran
1995.
EGC.
Orangtua Terhadap Anak Serta
Strauss & Corbin. 2003. Dasar-
Penanganannya
dalam
Dasar Penelitian Kualitatif.
Terapi
Jurnal
Yogyakarta
Autisme
Autisme.
Pustaka
2008.
Kamus
Pelajar.
Psikologi. Depok : Fakultas Psikologi
:
Universitas Tim
Gunadarma.
Reality.
Terbaru Bahasa Indonesia. Surabaya : Reality Publisher.
Ross, Elisabeth Kubler. 2008. On Death and Dying : What The Dying
Have
to
Teach
UG
Student
Journalist.
2010.
Doctors, nurses, Clergy and
Psikologi Anak Khusus /
Their Own Families. London
Pengertian Down Syndrome.
and New York : Taylor &
http://wartawarga.gunadarm
France Group.
a.ac.id/2010/03/psikologianak-khususpengertian-
Santcrock,
John
W.
2007.
Perkembangan Anak Edisi
down-sindrom/ (22 Maret 2010).
Ketujuh Jilid Dua. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Usman, Husain dan Purnomo Setiady
Akbar.
2008.
Subagyo, P. J. 1991. Metode
Metodologi Penelitian Sosial
Kualitatif Dalam Teori &
: Edisi Kedua. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Wardani, Eka Harisma. 2009. Utama, Dharma. 2009. Peran
Belenggu-Belenggu
Ayah dalam Keluarga : Ayah
Patriarki: Sebuah Pemikiran
adalah
Feminisme
Seorang
Pejuang
Psikoanalisis
yang Patut Dikasihi dan
Toni Morrison dalam The
Dicintai
Bluest Eye. Skripsi (Tidak
Juga.
http://exc09dharmautomo.w
diterbitkan).
ordpress.com/
Fakultas
2009).
(25
juni
Universitas
Semarang Ilmu
:
Budaya
Diponegoro.