STUDI KARAKTERISTIK KIMIA AIRTANAH DAN STATUS MUTU AIR DI KAWASAN CANDI SONGGORITI KELURAHAN SONGGOKERTO KECAMATAN BATU KOTA BATU Mohammad Bisri 1, Emma Yuliani 1, Chyntia Raharsiwi2 1 Dosen Jurusan Teknik Pengairan 2 Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan email :
[email protected] ABSTRAK Di kawasan Candi Songgoriti, Kota Batu ditemukan 3 titik mata air yang memiliki sifat fisik berbeda jarak antar ke tiga mata air sangat berdekatan bahkan tidak lebih dari 5 meter. Beberapa masyarakat memanfaatkan salah satu mata air tersebut untuk dikonsumsi secara langsung karena kepercayaan mereka bahwa air dari mata air tersebut dapat menyembuhkan penyakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik kimia airtanah dalam di kawasan Candi Songgoriti dan status mutu air mata air tersebut sehingga diharapkan masyarakat sekitar dapat memanfaatkannya sesuai dengan peruntukannya. Kegiatan yang dilakukan adalah sampling dan analisis. Kegiatan sampling dilakukan dengan cara mengambil sampel airtanah dari setiap mata air. Kegiatan analisis dilakukan dengan cara uji laboratorium terhadap sampel airtanah yang telah diambil. Untuk mengetahui karakteristik kimia airtanah di lokasi penelitian, maka hasil uji laboratorium dianalisis menggunakan paket program AquaChem 2011.1. Selanjutnya untuk mengetahui statut mutu airnya metode yang digunakan adalah metode CCME WQI dan Indek Pencemaran. Sedangkan perbandingannya adalah dengan baku mutu air berdasarkan PP No. 82/2001 Kelas I dan PERMENKES No. 492/2010. Berdasarkan hasil analisis menggunakan Metode Diagram Trilinier Piper dari paket program AquaChem 2011.1. dapat diketahui bahwa tipe kation dari mata air Candi Songgoriti adalah Natrium+Kalium, tipe anionnya adalah bikarbonat. Untuk analisa status mutu air, semua mata air di kawasan Candi Songgoriti memiliki beberapa kandungan yang tidak memenuhi baku mutu air sehingga tidak dapat digunakan sebagai bahan baku air minum. Kata kunci: airtanah, karakteristik kimia, status mutu air, AquaChem 2011.1 ABSTRACK Three points of water spring were founded with different characteristics in the area of Songgoriti Temple. The distance between those three water springs is at close quarters, it is no more than five meters. Some people around the area, use one of those water springs directly for consumption because according to their beliefs, the water can cure several diseases. The aim of this research is to find out the chemical characteristic of groundwater in the area of Songgoriti Temple and its water quality status, so, the society around the area expected to use the water spring appropriate with its real function. Activities performed are sampling and analyzing. Sampling activity performed by taking samples of groundwater in each water spring. Analyzing activity performed by laboratory test upon the sample. To find out its chemical characteristic in research location, the result of laboratory test analyzed using AquaChem 2011.1. Further, to find out its quality status, the methods used in this research are CCME WQI and Pollution Index. The comparison of water quality is based on PP No. 82/2001 and PERMENKES No. 492/2010 about water quality standard. Based on the analysis result using Trilinear Piper Diagram Method from AquaChem 2011.1, it can be known that the cation type of water spring in Songgoriti Temple is Natrium + Potassium, the anion type is bicarbonate. By analyzing the water quality status, it shows that all of the water springs in Songgoriti Temple have contents that do not meet the water quality standard so it cannot use as a raw material of drinking water. Keywords: groundwater, chemical characteristic, water quality status, AquaChem 2011.1
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada beberapa dekade terakhir ini, pemanfaatan airtanah terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan keragaman keperluan dalam kegiatan kehidupan, sebagai konsekuensi dari kemajuan pembangunan. Airtanah tidak hanya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air minum dan rumah tangga, akan tetapi juga untuk keperluan pertanian, peternakan, industri, fasilitas umum, dan pariwisata. Pertambahan penduduk telah meningkatkan kebutuhan air baik jumlahnya maupun kualitasnya. Kota Batu merupakan salah satu dataran tinggi yang dimana banyak ditemukan sumber airtanah di daerah ini. Sumber airtanah tersebut sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai air baku, irigasi, industri maupun pariwisata. Namun beberapa sumber airtanah di daerah ini masih belum diketahui kandungan kimia dan komposisiya sehingga dikhawatirkan pemanfaatan airtanah oleh masyarakat masih belum sesuai dengan standar kualitasnya. Salah satu kawasan di Kota Batu yang banyak ditemukan sumber air adalah kawasan Candi Songgoriti. Di Candi Songgoriti ditemukan 3 titik mata air yang memiliki sifat fisik berbeda (mata air sepuhan (dingin), mata air kehidupan (dingin) dan mata air panas (panas/hangat), padahal jarak antar ke tiga mata air sangat berdekatan bahkan tidak lebih dari 5 meter. Hal ini mengindikasikan adanya perbedaan kandungan kation utama dan kandungan anion utama dari ke tiga sumber ini. 1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui karakteristik kimia airtanah dan status mutu air pada mata air di kawasan Candi Songgoriti dengan metode Indek Pencemaran dan metode The Canadian Council of Ministers of The Environment Water Quaity Index
(CCME WQI). Serta untuk mengetahui jumlah ketersediaan mada amata air Candi Songgoriti. Hasil ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pihak terkait dalam pemilihan kebijakan untuk pengembangan dan pendayagunaan sumber daya air di Kota Batu. 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Akuifer (Aquifer) Lapisan pembawa airtanah atau akuifer (Aquifer) berasal dari kata aqua yang berarti air dan fere yang berarti mengandung. Jadi akuifer dapat diartikan sebagai lapisan pembawa air atau lapisan permeabel (Suharyadi, 1984). Atau dapat diartikan sebagai lapisan tanah lulus air yang menyimpan dan mengalirkan airtanah dalam jumlah yang cukup. 2.2. Sifat Kimia Airtanah Sifat kimia airtanah yang digunakan dalam analisa karakteristik kimia dengan metode Trilinier Piper antara lain: - Magnesium (Mg2+) - Kalsium (Ca2+) - Kalium (K+) - Natrium (Na+) - Sulfat (SO42-) - Karbonat (CO32-) - Klorida (Cl-) - Bikarbonat (HCO3-) 2.3. Sistem Panas Bumi Menurut Hochstein dan Browne (2000), sistem panas bumi adalah istilah umum yang menggambarkan transfer panas alami pada volume tertentu pada kerak bumi dimana panas dipindahkan dari sebuah sumber panas ke pembuangan panas pada suatu permukaan. Sedangkan menurut Ellis dan Mahon (1977), sistem panas bumi adalah istilah umum yang digunakan untuk membahas keterkaitan atau interaksi antara sistem batuan-air yang memiliki temperatur air yang tinggi.
2.4. Analisis Karakteristik Kimia Airtanah dengan Paket Program AquaChem 2011.1 Salah satu paket program komputer yang mulai dikembangkan sejak tahun 1999 oleh Waterloo Hydrogeology Canada adalah AquaChem. Secara garis besar, program AquaChem dapat digunakan untuk analisis sekelompok data geokimia air maupun isotop alam dengan cara: pembuatan database hidrokimia, pengecekan data, grafik visual, perhitungan sederhana kimia dan perhitungan termodinamik. Beberapa keunggulan program AquaChem adalah dapat mengubah unit konversi secara otomatis (misalnya mg/l, mol/l, ppm, meq/l), metode input data yang fleksibel. Selain itu di dalam program Aquachem terdapat Metode Diagram Trilinier Piper yang merupakan metode terpenting untuk studi genetik airtanah, yang mana metode ini dapat mengklasifikasikan sifat alkalinitas air menjadi 9 area pembagian daerah pada jajaran genjang sehingga mempermudah interpretasi data (Walton, 1970) dalam (Suharyadi, 1984). 2.5. Parameter Kualitas Air Parameter pencemar air merupakan indikator yang memberi petunjuk terjadinya pencemaran air. Dengan adany a indikator ini pencemaran diharapkan dapat diatasi sedini mungkin. Pada kajian ini akan digunakan acuan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan PERMENKES Nomor 492 Tahun 2010 sebagai standar baku mutu air. 2.6. Penggolongan Air Sesuai Peruntukannya Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 Pasal 8 ayat 1, menetapkan klasifikasi mutu air menjadi empat kelas, yakni: 1. Kelas satu, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan/atau peruntukan lain yang
2.
3.
4.
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas dua, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/ sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, mengairi pertanaman, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas tiga, yaitu air yang diperuntukkan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, mengairi pertanaman dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegiatan tersebut. Kelas empat, yaitu air dengan peruntukan untuk mengairi pertanaman dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
2.7. Metode Pengukuran Metode CCME WQI Untuk menghitung CCME WQI, dapat dilakukan dengan cara: Apabila nilai uji tidak boleh kurang dari baku mutu: 1. Excursioni = Untuk menghitung elemen scope (F1) digunakan persamaan F1 = (2-1) 2. Frequency (F2), merupakan persentase tes yang tidak memenuhi baku mutu. F2 =
100 (2-2)
3. Amplitude (F3). Untuk menghitung F3 harus menempuh tiga tahap, yakni: a. Jumlah konsentrasi yang lebih besar (atau kurang dari, jika yang dicari yang minimum) dari baku mutu. Ini disebut “excursion”.
Apabila nilai uji tidak boleh melebihi baku mutu: Excursion i =
3.
4. (2-3) Apabila nilai uji tidak boleh kurang dari baku mutu: Excursion i =
(2-4) b. Menjumlahkan nilai excursion dan membaginya dengan total tes. nse =
(2-5)
c. F3 kemudian dihitung dengan fungsi asimtotik dengan skala jumlah dari nse dengan kisaran harga antara 0 hingga 100.
Hitung harga Ci/Lij untuk tiap parameter pada setiap lokasi pengambilan cuplikan. a. Jika nilai konsentrasi parameter yang menurun menyatakan tingkat pencemaran meningkat, misal DO (oksigen terlarut). Tentukan nilai teoritik atau nilai maksimum Cim (misal untuk DO, maka Cim merupakan nilai DO jenuh). Dalam kasus ini nilai Ci/Lij hasil pengukuran digantikan oleh nilai Ci/Lijhasil perhitungan, yaitu : (Ci / Lij) baru = (C M Ci hasilpengukuran) (Ci Lij ) (2-10) b. Jika nilai baku Lij memiliki rentang Untuk Ci< Lij rata-rata (Ci / Lij)baru = (C i L j rata rata) {(L j ) min ( L j ) rata rata }
F3 =
(2-6)
(2-11)
4. Menghitung nilai CCME WQI, dengan persamaan: CCME = 100 –
(2-7)
Metode Indek Pencemaran Jika Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam Baku Mutu suatu Peruntukan Air (j), dan Ci menyatakan konsentrasi kualitas air (i) yang diperoleh dari hasil analisis cuplikan air pada suatu lokasi pengambilan cuplikan dari suatu alur sungai, maka PIj adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari (Ci/Lij). Harga PIj dapat ditentukan dengan cara berikut. 1. Pilih parameter-parameter yang jika harga parameter rendah maka kualitas air akan membaik. 2. Pilih konsentrasi parameter baku mutu yang tidak memiliki rentang.
Untuk Ci> Lij rata-rata (Ci / Lij)baru = (C i L j rata rata)
{(L j ) maks ( L j ) rata rata } (2-12) c. Keraguan timbul jika nilai (Ci / Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1,0, misal C1/L1j = 0,9 dan C2/L2j = 1,1 atau perbedaan yang sangat besar, misal C3/L3j = 5,0 dan C4/L4j = 10,0. Dalam contoh ini tingkat kerusakan badan air sulit ditentukan. Cara untuk mengatasi kesulitan ini adalah sebagai berikut. Penggunaan nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran kalau nilai ini lebih kecil dari 1,0. Penggunaan nilai (Ci/Lij)baru jika nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran lebih besar dari 1,0. (Ci/Lij)baru = 1,0 + P.log(Ci/Lij)hasil pengukuran
P adalah konstanta dan nilainya ditentukan dengan bebas dan disesuaikan dengan hasil pengamatan lingkungan dan atau persyaratan yang dikehendaki untuk suatu peruntukan (biasanya digunakan nilai 5). 5. Tentukan nilai rata-rata dan nilai maksimum dari keseluruhan Ci/Lij((Ci/Lij)R dan (Ci/Lij)M). 6. Tentukan harga PIj PIj =
{(Ci / Lij ) 2 R , (Ci / Lij ) 2 M 2
(2-13) 2.8. Kebutuhan Air Non Domestik Untuk menghitung jumlah kebutuhan air non domestik khususnya hotel, digunakan rumus : QH = J b x KH (2-14) Dengan : QH = Jumlah kebutuhan air (liter/hari)
Jb KH
= Jumlah tempat tidur = Standar kebutuhan air hotel (liter/bed/hari)
3. Metode Penelitian 3.1. Deskripsi Daerah Studi Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Songgokerto Kecamatan Batu Kota Batu. Terletak pada ketinggian 1002 meter diatas permukaan laut. Terletak pada koordinat 112°17'10,90"122°57'11" Bujur Timur dan 7°44'55,11"8°26'35,45 Lintang Selatan. Adapun Kelurahan Songgokerto tersebut berbatasan dengan: - Sebelah Barat : Kelurahan Pesanggrahan - Sebelah Selatan : Kelurahan Pesanggrahan - Sebelah Timur : Kecamatan Pujon - Sebelah Utara : Kelurahan Sumberejo
Gambar 1. Lokasi Penelitian Berdasarkan Peta Hidrogeologi Sumber: Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan, Departemen Energi dan Sumber Daya Lingkungan
3.2. Data Penelitian dan Peralatan Data yang diperlukan dalam penelitian ini beserta sumbernya meliputi: 1. Kualitas airtanah diperoleh dengan cara mengambil sampel air di lokasi penelitian di kawasan Candi Songgoriti untuk selanjutnya sampel air tersebut diujikan di Laboratorium Tanah dan Airtanah Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. 2. Data – data yang terkait dengan kondisi lingkungan setempat diperoleh langsung saat pengamatan di lokasi penelitian. Peralatan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : 1. GPS. 2. Roll meter dengan panjang 50 m. 3. Kamera digital. 4. Stopwatch 5. Alat tulis. 6. Botol steril untuk pengambilan sampel. 7. Multi probe water quality. 8. Perangkat lunak yang digunakan adalah paket program (software) Aquachem versi 2011.1. 3.3. Tahapan Penelitian Analisis Karakteristik Kimia Airtanah di Wilayah Candi Songgoriti 1. Pemeriksaan Kandungan Kimia Airtanah Langkah–langkah yang dilakukan untuk pemeriksaan kandungan kimia air tanah sebagai berikut: a. Melakukan survey lokasi untuk menentukan lokasi-lokasi pengambilan sampel pada tiap kelompok akuifer. b. Melakukan pengambilan sampel pada sumur-sumur pada tiap kelompok akuifer yang ada di lokasi penelitian. c. Menguji sampel airtanah dalam di Laboratorium Tanah dan Airtanah Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang. Pengujian unsur kimia Na+, Ca2+, Mg2+, K+ dan SO42- menggunakan
Metode Spektrofotometri, sedangkan unsur kimia Cl-, HCO3-, dan CO32menggunakan Metode Volumetri. 2. Analisis Karakteristik Kimia Airtanah Analisis karakteristik kimia airtanah dilakukan menggunakan Metode Diagram Trilinier Piper. Untuk memudahkan tahapan-tahapan analisis dalam Metode Diagram Trilinier Piper tersebut maka penyelesaiannya dilakukan dengan bantuan paket program komputer AquaChem 2011.1. Dalam penelitian ini hanya menggunakan Metode Diagram Trilinier Piper. Analisis Status Mutu Airtanah di Wilayah Candi Songgoriti 1. Mengumpulkan data parameter kualitas air di wilayah Candi Songgoriti. 2. Menganalisa parameter kualitas airtanah pada setiap titik pengambilan sampel air sungai dengan Metode Storet dan Metode Indek Pencemaran. 3. Menentukan status mutu air sesuai baku mutu kelas air (PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan PERMENKES Nomor 492 Tahun 2010). Analisis Ketersediaan Air pada Sumber Air Candi Songgoriti 1. Menentukan Debit Ketersediaan Air Prosedur yang dilakukan untuk menentukan debit ketersediaan air pada sumber air Candi Songgoriti adalah sebagai berikut : a. menyiapkan alat tampung b. menyiapkan alat ukur waktu/stopwatch c. menyiapkan alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran d. menampung air pada terjunan dimulai pada saat stopwatch dihidupkan sampai dengan detik ke-3.
e. mengukur volume hasil tampungan pada gelas ukur f. mencatat hasil pengukuran volume tampungan g. pengukuran dilakukan 3 kali setiap titik untuk mengoreksi hasil pengukuran h. hasil pengukuran dirata-ratakan untuk mendapatkan nilai debit ratarata 2. Menghitung jumlah kebutuhan air non domestik Hotel Songgoriti dengan rumus (2-14). 4. Hasil Analisis dan Pembahasan 4.1. Analisis Karakteristik Kimia Airtanah Untuk mengetahui karakteristik kimia airtanah dalam yang ada di daerah penelitian Cekungan Airtanah Pasuruan digunakan metode analisis kimia airtanah yaitu Metode Diagram Trilinier Piper.
Secara umum tipe kation sampel mata air 1-8 berada pada tipe natrium+kalium. Sedangkan pada mata air Cangar dan Torong Belok, tipe kation berada pada tipe magnesium. Untuk tipe anion pada sampel mata air 1-8, mata air Torong Belok dan mata air Cangar memiliki hasil yang sama, yaitu termasuk tipe bikarbonat. Mata air 1-8 di kawasan Candi Songgoriti pada umumnya memiliki kandungan alkali melebihi kandungan alkali tanahnya, kandungan asam lemah melebihi asam kuatnya, karbonat alkali (alkalinitas primer) lebih dari 50%. Untuk mata air Torong Belok dan Cangar memiliki
kandungan alkali tanah melebihi kandungan alkalinya, kandungan asam lemah melebihi asam kuatnya, kekerasan karbonat (alkalinitas sekunder) lebih dari 50%, sifat airtanah didominasi oleh alkali tanah dan asam lemah. 4.2. Analisa Penentuan Status Mutu Air Data Eksisting Tabel 1. Hasil Pengukuran dan Uji Laboratorium pada Mata Air I Hasil Parameter Satuan Analisa 6,733 pH Kuning Warna 45,615 Suhu °C KONDUKTIVITAS µS/cm 3618,333 39,633 KEKERUHAN NTU 0,783 DO (Oksigen Terlarut) mg/L TDS mg/L 2318,333 1,900 SALINITAS ppt 0,000 Cu (Tembaga) mg/L 0,060 Fe (Besi) mg/L 0,000 Pb (Timbal) mg/L 0,012 Zn (Seng) mg/L 0,000 Cd (Kadmium) mg/L 0,000 Hg (Raksa) mg/L 130,921 Na (Natrium) mg/L 64,597 Mg (Magnesium) mg/L 153,800 K (Kalium) mg/L 8,244 Ca (Kalsium) mg/L 0,541 NO3 (Nitrat) mg/L 0,039 NO2 (Nitrit) mg/L 1,163 SO4 (Sulfat) mg/L 5,253 H2S (Hidrogen Sulfida) mg/L 3,841 NH3 (Amonia) mg/L 4,286 Mn (Mangan) mg/L 3,053 Cl (Klorida) mg/L 614,400 CO3 (Karbonat) mg/L 624,640 HCO3 (Bikarbonat) mg/L 0,041 Cr 6 (Kromium) mg/L Sumber: Hasil pengukuran dan uji laboratorium
Tabel 2. Hasil Pengukuran dan Uji Laboratorium pada Mata Air II Hasil Parameter Satuan Analisa 6,850 pH Jernih Warna 30,16 Suhu °C KONDUKTIVITAS µS/cm 3403,333 13,433 KEKERUHAN NTU 3,213 DO (Oksigen Terlarut) mg/L TDS mg/L 2173,333 1,800 SALINITAS ppt 0,000 Cu (Tembaga) mg/L 0,026 Fe (Besi) mg/L 0,000 Pb (Timbal) mg/L 0,006 Zn (Seng) mg/L 0,000 Cd (Kadmium) mg/L 0,000 Hg (Raksa) mg/L 128,454 Na (Natrium) mg/L 67,416 Mg (Magnesium) mg/L 153,950 K (Kalium) mg/L 7,967 Ca (Kalsium) mg/L 0,811 NO3 (Nitrat) mg/L 0,098 NO2 (Nitrit) mg/L 0,000 SO4 (Sulfat) mg/L 10,506 H2S (Hidrogen Sulfida) mg/L 0,942 NH3 (Amonia) mg/L 1,429 Mn (Mangan) mg/L 3,195 Cl (Klorida) mg/L 624,000 CO3 (Karbonat) mg/L HCO3 (Bikarbonat) mg/L 634,400 0,031 Cr6 (Kromium) mg/L Sumber: Hasil pengukuran dan uji laboratorium
Tabel 3. Hasil Pengukuran dan Uji Laboratorium pada Mata Air IV Hasil Analisa 6,650 pH Hijau Warna 27,503 Suhu °C KONDUKTIVITAS µS/cm 3340,000 94,300 KEKERUHAN NTU 3,303 DO (Oksigen Terlarut) mg/L 2140,000 TDS mg/L 1,700 SALINITAS ppt 0,000 Cu (Tembaga) mg/L 0,051 Fe (Besi) mg/L 0,000 Pb (Timbal) mg/L 0,025 Zn (Seng) mg/L 0,000 Cd (Kadmium) mg/L 0,000 Hg (Raksa) mg/L 123,520 Na (Natrium) mg/L 60,885 Mg (Magnesium) mg/L 154,026 K (Kalium) mg/L 7,877 Ca (Kalsium) mg/L 1,081 NO3 (Nitrat) mg/L 0,078 NO2 (Nitrit) mg/L 0,000 SO4 (Sulfat) mg/L 12,257 H2S (Hidrogen Sulfida) mg/L 1,232 NH3 (Amonia) mg/L 0,476 Mn (Mangan) mg/L 3,621 Cl (Klorida) mg/L 955,200 CO3 (Karbonat) mg/L 971,12 HCO3 (Bikarbonat) mg/L 0,061 Cr6 (Kromium) mg/L Sumber: Hasil pengukuran dan uji laboratorium Parameter
Satuan
Hasil Analisa Metode CCME-WQI Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Penentuan Status Mutu Air dengan Metode CCME WQI Mata Baku Mutu Keterangan Air I II IV I II IV
PP NO. 82/2001 PP NO. 82/2001 PP NO. 82/2001 Permenkes NO.492/2010 Permenkes NO.492/2010 Permenkes NO.492/2010
Buruk Buruk Buruk Cukup Baik Cukup
Sumber: Hasil perhitungan Hasil Analisa Metode Indek Pencemaran Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Indek Pencemaran Mata Air Baku Mutu Keterangan I
PP NO. 82/2001
Buruk
II
PP NO. 82/2001
Buruk
IV
PP NO. 82/2001
Buruk
I
Permenkes NO.492/2010
Cukup
II
Permenkes NO.492/2010
Baik
IV
Permenkes NO.492/2010
Cukup
Sumber: Hasil perhitungan 4.3. Analisa Ketersediaan Air pada Sumber Air Candi Songgoriti Debit Ketersediaan Air Tabel 6. Hasil perhitungan debit pada mata air 1 Candi Songgoriti Titik Debit rerata Debit rerata tiap titik mata air 1 I 2,089 II 0,075 0,866 IV 0,436 Sumber: Hasil perhitungan
Jumlah Kebutuhan Air Non Domestik Hotel di kawasan Songgoriti Tabel 7. Jumlah Kebutuhan Air Non Domestik Hotel di Kawasan Songgoriti Penggunaan
Standar Kebutuhan Air (l/hari)
Jumlah Bed
Hotel Songgoriti 150 82 Hotel PAPA 150 120 Hotel Arumdalu 150 55 Jumlah Kebutuhan Total (l/hari) Sumber: Hasil perhitungan
Jumlah Kebutuhan (l/hari)
12300 18000 8250 38550
Dari hasil perhitungan diketahui jumlah kebutuhan air total pada ketiga hotel tersebut adalah sebanyak 38.550 l/hari. Sedangkan untuk jumlah ketersediaan air bila dikonversikan pada satuan l/hari adalah sebanyak 74.864 l/hari. Fakta tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan air pada mata air 1 Candi Songgoriti dapat memenuhi kebutuhan air non domestik pada ketiga hotel di kawasan Songgoriti, yaitu Hotel PAPA (Pemandian Air Panas Alami), hotel Songgoriti dan hotel Arumdalu. 5. Kesimpulan 1. Dari Metode Diagram Trilinier Piper dapat diketahui bahwa tipe kation dari keseluruhan mata air Candi Songgoriti adalah tipe Natrium+Kalium, sedangkan pada mata air Cangar dan Torong Belok, tipe kation berada pada tipe Magnesium. Tipe anion keseluruhan mata air Candi Songgoriti dan mata air Cangar maupun Torong Belok adalah tipe Bikarbonat. 2. Hasil perhitungan status mutu air pada mata air Candi Songgoriti dapat diketahui bahwa penggunaan metode CCME WQI dengan baku mutu PP NO. 82/2001 untuk mata air I, II, dan IV memiliki hasil yang sama yaitu kualitas
buruk. Sedangkan jika menggunakan baku mutu Permenkes NO.492/2010 untuk mata air I kualitasnya adalah cukup, untuk mata air II dan IV kualitas termasuk dalam kategori baik. Untuk penggunaan metode Indek Pencemaran berdasarkan baku mutu mutu PP NO. 82/2001 pada mata air I, II, dan IV memiliki kualitas cemar berat, sedangkan berdasarkan baku mutu Permenkes NO.492/2010 mata air I dan II memiliki kualitas cemar ringan, dan untuk mata air IV termasuk dalam kualitas cemar sedang.
3. Dari hasil perhitungan diketahui jumlah kebutuhan air total pada ketiga hotel tersebut adalah sebanyak 38.550 l/hari. Sedangkan untuk jumlah ketersediaan air bila dikonversikan pada satuan l/hari adalah sebanyak 74.864 l/hari. Fakta tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan air pada sumur 1 Candi Songgoriti dapat memenuhi kebutuhan air non domestik pada ketiga hotel di kawasan Songgoriti, yaitu Hotel PAPA (Pemandian Air Panas Alami), hotel Songgoriti dan hotel Arumdalu. 6. Daftar Pustaka Akhmad. 2004. Analisis Kualitas Air Tanah Untuk Air Minum. Medan: Universitas Sumatera Utara. Anonim. 2014d. Sistem Panas Bumi dan Geokimia Air. http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/454/j bptitbpp-gdl-ciputranim-22662-52010ta-4.pdf. (diakses 25 Mei 2014). Bisri, M. 2008. AirTanah, Malang: Tirta Media. Irawati, Ami Latief. 2013. Karakteristik Kimia Airtanah Dalam di Cekungan Airtanah Pasuruan. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya. Pujiindiyati, E. R. 2006. Penggunaan Program Aquachem Untuk
Pengolahan Data Geokimia Air Sungai Citarum Dan Air Tanah Dangkal Di Daerah Karawang. http://www.jurnalsigma.com (diakses 29 Mei 2014). Suharyadi. 1984. Geohidrogeologi. Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada. Tood, D. K. 1980. Groundwater Hydrologi. New York: John Wiley and Sons.