PROSIDING 20 12© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
STUDI KARAKTERISTIK DAN FUNGSI CLAY LINER PADA INFRASTURKTUR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH Lawalenna Samang Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unhas Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea, Makassar (90245) Telp./Fax : (0411) 587636 email :
[email protected]
Abstract The aim of the study is to analyze the physical characteristic of PCC cement variation used as final clay cover at sanitary landfill through column model testing of final clay cover infiltration. The result showed clay plasticity (CL) stabilization is low with cement variation of 0%, 5%, 10%, 15%, and 20% at column infiltration model. The highest infiltration (460 cm³/minute) is detected at clay without any cement stabilization while the lowest is for the 10% concentration with result of 23 cm³/minute. Its permeability decreases with the increase of cement concentration to as high as 10%. Permeability coefficient value (k) for 0% cement is 7,71 x 10-5 cm/second and 7,46 x 10-6 cm/second and 1,51 x 10-7 cm/second for cement concentration of 5% and 10%, respectively. However for concentration above 10%, the permeability coefficient value increases as high as 1,67 x 10-6 cm/second and 2,04 x 10-5 cm/second for cement concentration of 15% and 20%, respectively. Thus, from this study it can be concluded final clay cover for sanitary landfill can be used with various cement concentration up to 10%. Keywords: Clay, Cement Stabilization, Final Clay Cover, Sanitary Landfill, Infiltration
PENDAHULUAN Hingga saat ini hampir seluruh kota di Indonesia menggunakan cara open-dumping pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampahnya. Open-dumping dikenal dan terbukti banyak mendatangkan masalah lingkungan yang berakibat pada timbulnya permasalahan sosial terutama penolakan masyarakat atas keberadaan sarana tersebut. UU 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan bahwa seluruh Pemerintah Kota/Kabupaten yang masih menggunakan TPA cara open-dumping tersebut harus merencanakan penutupannya paling lama setahun sejak diberlakukannya UU tersebut, dan harus menutup TPA jenis tersebut serta menggantinya dengan landfill yang lebih baik, yaitu yang dikenal sebagai Sanitary Landfill, paling lama 5 (lima) tahun sejak berlakunya UU tersebut diundangkan. Indonesia belum mempunyai pengalaman menerapkan model landfill yang sesuai dengan persyaratan lingkungan. Sehingga yang menjadi pertanyaan mendasar adalah bagaimana aplikasi dan konsekuensinya UU terhadap teknis, ekonomi dan finansial apabila Sanitary Landfill diterapkan di Indonesia. Menurut Damanhuri (2008) dibutuhkan kesiapan Pemerintah Indonesia untuk mengantisipasi hal tersebut. Sanitary Landfill merupakan penimbunan sampah dengan cara mengurug sampah secara berlapis-lapis pada lahan yang telah disiapkan, diratakan dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah penutup setiap akhir operasi. Ketika air hujan berinfiltrasi kepermukaan landfill dan air ini mengalir keluar dari landfill akan membawa berbagai mineral dan zat organik dalam bentuk suspensi yang tak dapat dipisahkan.
TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Sampah Perkotaan Jumlah sampah di perkotaan semakin meningkat dari waktu ke waktu yang disebabkan karena perubahan sikap dan perilaku serta konsumtif masyarakat. Banyaknya sampah menimbulkan permasalahan yang semakin berat bagi pengelola kota untuk mengatasinya. Sampai dengan tahun 2006, tingkat pelayanan pengumpulan sampah rata-rata mencapai 55%. Masih cukup banyak sampah yang masih dikelola secara tradisional dengan cara-cara
Volume 6 : Desember 2012
Group Teknik Sipil TS7 - 1
ISBN : 978-979-127255-0-6
Dynamic and Steady State … Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
Perkapalan
Lawalenna Samang Sipil
yang tidak aman seperti : ditimbun di lahan-lahan kosong, dibuang ke sungai, dibakar, dan lain-lain. Komposisi dan karakteristik sampah juga mengalami perubahan seiring dengan pertumbuhan tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat. Di berbagai kota di Indonesia saat ini secara umum masih didominasi oleh sampah organik mudah membusuk (biodegradable). Pada masa yang akan datang diperkirakan jenis sampah non organik yang akan semakin meningkat seiring dengan perubahan konsumsi dan kemasan produk.
Fungsi Insfrastruktur Tempat Pembuangan Akhir Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. Infrastruktur TPA metode Sanitary Landfill setidaknya memiliki sarana dan prasarana yang terdiri dari : • • • • • • • • •
Sistem liner dasar dan dinding yang kedap untuk mencegah lindi berinfiltrasi ke air tanah. Sitem lapisan penutup yang mampu meminimalisir infiltrasi air hujan. Drainase sekeliling TPA dan dalam area penimbunan sampah berfungsi untuk mengurangi volume air hujan yang jatuh pada area timbunan sampah. Sarana penangkap, pengumpul dan pengelola lindi diperlukan untuk mengurangi beban pencemaran terhadap badan air penerima. Sumur pemantau berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya pencemaran lindi terhadap air tanah disekitar TPA. Ventilasi gas bio berfungsi untuk mengalirkan dan mengurangi akumulasi tekanan gas. Sarana Analisa Air untuk mengetahui kualitas air tanah dari pencemaran sampah yang telah diurug. Jalur hijau penyangga berfungsi untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan pembuangan akhir sampah terhadap lingkungan sekitarnya. Pengendali vektor untuk mencegah masuknya penyakit pada ekosistem..
TPA Metode Sanitary Landfill Sanitary Landfill adalah sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup. Hal ini dilakukan terus-menerus berlapislapis sesuai rencana yang telah ditetapkan. Pada sistem Sanitary Landfill pekerjaan pelapisan sampah dengan tanah penutup dilakukan setiap hari pada akhir operasi dan diperlukan persediaan tanah yang cukup untuk menutup timbunan sampah tersebut. Keuntungan dari sistem ini adalah pengaruh timbunan sampah terhadap lingkungan sekitarnya relatif lebih kecil dibanding sistem Controlled Landfill.
Gambar 1. Skema Sistem Sanitary Landfill (Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah. 2008)
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Sipil TS7 - 2
Volume 6 : Desember 2012
PROSIDING 20 12© Arsitektur
Elektro
Geologi
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Mesin
Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara internasional. Untuk meminimalkan potensi gangguan timbul, maka penutupan sampah dilakukan setiap hari. Namun, untuk menerapkannya diperlukan penyediaan prasarana dan sarana yang cukup mahal. Penghapusan interpretasi yang mungkin keliru dari hasil uji akibat gesekan antara batang bagian dalam dan luar tabung. Terdapat tiga metode pengoperasian sistem Sanitary Landfill, yaitu: a. Metode Area, dimana sampah disebarkan dan dipadatkan di atas tanah yang akan ditimbun, disini tidak diperlukan penggalian tanah, sedang tanah penutup diambil dari tempat lain. Cara ini terutama digunakan untuk daerah yang nantinya diharapkan tanahnya menjadi lebih tinggi dari semula. b. Metode Trench, dimana sampah disebar dan dipadatkan dalam galian/lubang yang sudah disiapkan. Tanah penutup yang berasal dari galian tanah tersebut disebarkan dan dipadatkan di atas susunan sampah untuk membentuk susunan sel. c. Metode Depresi, pada prinsipnya hampir sama dengan metode area, sampah ditempatkan dalam jurangjurang/cekungan-cekungan yang ada kemudian dipadatkan.
METODE PENELITIAN Untuk melihat infiltrasi atau resapan yang terjadi pada lapisan Final Clay Cover Sanitary Landfill dilakukan penelitian eksperimental dengan menggunakan pemodelan resapan berbentuk kolom. Penelitian eksperimental dengan model ini dapat digunakan untuk mengamati resapan yang terjadi pada pemodelan berbentuk kolom untuk lempung padat dan lempung stabilisasi semen, dan mengkaji hubungan antara permeabilitas dan waktu. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Maret hingga Juli 2011, bertempat di Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Hasanuddin Makassar. Penyusunan Model Konstruksi Infiltrasi Final Clay Cover Model infiltrasi Final Clay Cover Sanitary Landfill dalam penelitian ini dibuat dengan menggunakan bahan acrilyc yang berbentuk persegi empat/kolom panjang dengan dinding transparan di keempat sisinya dengan ukuran wadah 40 x 40 x 75 cm, lalu diberi pelat siku dan besi sebagai penguat pada keempat sisi luar dan bagian bawahnya agar alat uji kolom pemodelan infiltrasi ini mampu menerima beban sampel uji, dan pada saat proses pemadatan. Dasarnya dibuatkan lubang untuk menampung air resapan yang masuk ke dalam lapisan tanah dan dihubungkan dengan sebuah selang pengeluaran dan wadah penyimpanan (gelas ukur). Pemeriksaan Sifat Indeks dan Fisis Model Lapisan Infiltrasi Final Clay Cover Sanitary Landfill Pengujian karakteristik dasar dari tanah yang digunakan seperti kadar air, berat jenis spesifik, distribusi ukuran tanah, permeabilitas, kompaksi dan batas-batas Atterberg (batas cair dan batas plastis) didasarkan pada standar tes ASTM, AASTHO dan SNI (Tabel 3) Tabel 1. Standar yang Digunakan dalam Pengujian No.
Jenis Metode Pengujian
1 2
Analisa Saringan Batas-batas Atterberg Batas Plastis (PL) Batas Cair (LL) Berat Jenis Tanah Kadar Air Hidrometer Kuat Tekan Bebas (UCS)
3 4 5 6
No. Standart AASTHO T-88
ASTM D-422
T-90-74 T-89-74 T-265 T-265-79
D-424-74 D-423-66 D-162 D-2216
T-208-70
D-633-1994
SNI SNI 03 - 1968 - 1990 SNI SNI SNI SNI SNI SNI
03 - 1966 - 1990 03 - 1967 - 1990 03 - 1964 - 1990 03 - 1965 - 1990 03 - 3423 - 1994 03 - 6887 - 2002
Sumber : Hasil olahan 2011
Untuk penyiapan tanah, selanjutnya material tanah dikeringkan sampai mencapai kondisi kering permukaan lalu kemudian butiran-butirannya dihancurkan sampai lolos saringan no. 4.
Volume 6 : Desember 2012
Group Teknik Sipil TS7 - 3
ISBN : 978-979-127255-0-6
Dynamic and Steady State … Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
Perkapalan
Lawalenna Samang Sipil
Penyiapan Model Lapisan Infiltrasi Tanah yang telah lolos saringan no.4 kemudian di peram sesuai dengan kadar air optimum dan berat isi kering dari hasil pengujian kompaksi. Kemudian dimasukkan ke dalam kolom pengujian sampel sesuai dengan volume tanah gembur yang dibutuhkan lalu diratakan dan kemudian dipadatkan dengan sistem kompaksi standar, dengan tinggi jatuh, jumlah tumbukan dan energi pemadatan pada tiap lapisan hingga mencapai ketebalan 40 cm contoh tanah, agar mendapatkan kepadatan yang diasumsikan sebagai kepadatan lapangan. Usaha pemadatan yang dilakukan pada kolom model resapan/infiltrasi clay cover sesuai dengan energi pemadatan pada kompaksi proctor standard dimana energi per volume satuan (E) dinyatakan oleh persamaan :
E dimana : E W H V Nb Ni
NNbWH v
(1)
= energi pemadatan (12375 ft-lb/ft3 = 582,5 kJ/m³) = berat penumbuk (2,5 kg) = tinggi jatuh penumbuk (30,5cm) = volume model (0,064m³ = 2,26 ft3) = Jumlah tumbukan perlapis = Jumlah lapisan
Sehingga dari persamaan (1) diperoleh jumlah tumbukan perlapis pada kolom model resapan/infiltrasi Final Clay Cover Sanitary Landfill. Pengujian Pemodelan Infiltrasi Final Clay Cover Sanitary Landfill Tahapan ini meliputi kegiatan sebagai berikut: a. Meletakkan kain di dasar kolom alat uji pemodelan resapan dan masukkan kerikil/pasir sebagai filter. b. Meletakkan lagi filter berupa kain sebagai pemisah antara kerikil/pasir dan sampel tanah. c. Memasukkan sampel tanah yang telah diperam ke dalam kolom pemodelan resapan dan dipadatkan dengan alat penumbuk standar dengan kepadatan yang ditentukan sesuai hasil uji pemadatan standar (kompaksi) sampai di dapatkan ketebalan 40 cm. d. Menutup sampel tanah dengan plastik penutup lalu mengisi air pada kolom pemodelan resapan Final Clay Cover Sanitary Landfill melalui pompa pada wadah penampungan air sesuai dengan ketinggian air yang telah ditetapkan. e. Setelah diperoleh ketinggian air 20 cm, selanjutnya membuka plastik penutup sampel tanah dan pada saat yang sama meng-on-kan stopwatch. Ketinggian air tetap dijaga konstan pada 20 cm dengan mengatur debit pada inlet dan over flow tetap sama. f. Mencatat kadar air melalui alat pencatat kadar air (Soil Moisture Meter) dan menampung air dengan gelas ukur pada setiap perubahan waktu (interval 1 menit), kemudian menghitung volume air pada gelas ukur. g. Pengujian dihentikan ketika kadar air pada alat Soil Moisture Meter dan volume resapan menjadi konstan. h. Mengulangi tahapan percobaan a sampai g dengan menggunakan sampel tanah dengan variasi kadar semen yang berbeda.
ANALISIS DATA Selama proses pengujian air resapan diamati dan ditampung pada gelas ukur untuk tiap menitnya hingga volumenya menjadi tetap (constant) selanjutnya kadar air juga dicatat untuk tiap menitnya hingga menjadi tetap (constant). Setelah mendapatkan data-data dari running kolom pemodelan resapan final clay cover sanitary landfll di laboratorium, maka data-data yang diperoleh kemudian diolah selanjutnya memplotkan ke dalam grafik hubungan antara waktu dengan resapan pada variasi kadar semen, waktu dengan kadar pada variasi kadar semen, dan membuat hubungan permeabilitas terhadap variasi kadar semen. Untuk mengetahui pengaruh beberapa parameter terhadap resapan/infiltrasi yang terjadi.
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Sipil TS7 - 4
Volume 6 : Desember 2012
PROSIDING 20 12© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Karakteristik Fisik Tanah a. Kadar Air Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air sampel tanah, yaitu perbandingan berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah tersebut. Adapun hasil pengujian kadar air rata-rata adalah sebagai berikut Tabel 2. Hasil Pengujian Kadar Air No 1 2 3 4 5 6 7
No. Cawan Weight of Countainer Weight of Countainer + Weight of Wet Soil Weight of Countainer + Weight of Dry Soil Weight of Water(2-3) Weight of Dry Soil (3-1) Water Content (4/5)x100 Average of Water Content
Satuan gr gr gr gr gr % %
1 6.72 55.81 46.25 9.56 39.53 24.18
Test Number 2 6.6 53.73 44.1 9.63 37.5 25.68 25.25
3 6.7 51.53 42.31 9.22 35.61 25.89
Sumber : Hasil olahan 2011
b. Berat Jenis Spesifik (Gs) Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis tanah yang lolos saringan No. 40 dengan menggunakan labu ukur. Tujuan pengujian ini untuk menentukan berat jenis suatu sampel tanah, berat jenis tanah adalah nilai perbandingan berat butiran tanah dengan berat air destilasi di udara dengan volume yang sama pada temperatur tertentu. Dari hasil pengujian berat spesifik diperoleh Gs = 2,545 terdapat pada tabel 3 berikut. Tabel 3. Hasil Pengujian Berat Jenis Spesifik (GS) Test Number Weight of Vol. Flask, W1(gram) Weight of Vol. Fask + Water, W2(gram) Weight of Vol. Fask + Water + Soil, W3(gram) Weight of Soil, Ws(gram) Temperature, 0C Temp. Corr. Coefficient, α Specific Gravity of Soil, Gs Average of GS
I II 12.31 25.12 60.35 73.47 75.49 88.75 25 25 27 27 0.9966 0.9966 2.527 2.563 2.545
c. Pengujian Batas-batas Konsistensi Pengujian Batas Cair Pengujian batas-batas konsistensi dilaksanakan dalam tiga pengujian, yaitu : Pengujian batas cair (LL), batas plastis (PL), dan batas susut (SL). Pengujian batas cair tanah bertujuan untuk menentukan batas cair tanah dan untuk menentukan jenis serta sifat-sifat tanah dari bagian tanah yang mempunyai ukuran butir lolos saringan no. 40. Hasil pengujian dari batas cair (Lampiran A-4) dapat dilihat pada gambar 2. Batas Plastis Pengujian batas plastis bertujuan untuk menentukan kadar air tanah pada kondisi plastis. Dari hasil pengujian batas plastis (PL). Untuk mendapatkan nilai indeks plastis (PI) maka hasil dari batas cair (LL) dikurangi dengan nilai batas plastis (PL) dengan hasil sebagai berikut : - Batas Cair (LL) = 44,38%, Batas Plastis (PL) = 25,36%, - Indeks Plastisitas (IP) = 44,38% - 25,36% = 19,02% Dari hasil pengujian batas-batas konsistensi tanah maka hasil yang didapatkan diplotkan kedalam grafik Unified Soil Classification System (USCS) untuk mengklasifikasikan jenis tanah. Stratifikasi tanah dapat terlihat untuk
Volume 6 : Desember 2012
Group Teknik Sipil TS7 - 5
ISBN : 978-979-127255-0-6
Dynamic and Steady State … Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
Perkapalan
Lawalenna Samang Sipil
setiap titik pengujian CPTu-01, CPTu-02 dan CPTu-03 (gambar 9-12). Sedangkan untuk stratifikasi nilai konduktivitas hidrolik/permeabilitas yang diperoleh pada masing – masing lokasi pengujian adalah sebagai berikut: CPTu-01 = 5 x 10-6 s/d 8,5 x 10-8 cm/detik; CPTu-02 = 1,5 x 10-4 s/d 5 x 10-8 cm/detik dan CPTu-03 = 9,9 x 10-6 s/d 2,7 x 10-7 cm/detik.
Gambar 2. Grafik Hubungan antara Jumlah Ketukan dan Kadar Air
Dengan melihat grafik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sampel tanah yang digunakan termasuk golongan CL, yaitu tanah lempung berpasir dengan tingkat plastisitas rendah. Dari tabel klasifikasi Unified bahwa lempung dengan batas cair 50% atau kurang dan tanah yang berbutir halus yang lolos saringan no. 200 (0,075mm) 50% atau lebih, memiliki tingkat plastisitas yang rendah (CL). Dengan plastisitas rendah, tanah tersebut tidak terlalu memberikan perubahan volume pada saat dalam kondisi basah ke kering. Secara fisik tanah tersebut mempunyai partikel yang halus, sehingga ruang yang ditempati akan semakin kecil dan jarak antara partikel semakin kecil, sehingga dalam satuan volume akan ditempati partikel lebih banyak, hal ini terlihat pada saat kering tanah tersebut menjadi keras dan padat. Untuk klasifikasi tanah yang diuji kedalam klasifikasi AASHTO adalah dengan berdasarkan uji analisa butiran serta hasil uji batas-batas atterberg, yaitu. Tanah lolos saringan No. 200 = 51,31% Batas Cair (LL) = 44,38% Batas Plastis = 25,36% Indeks Plastisitas = 19,02% Dari hasil pengujian tersebut kemudian akan diplotkan kedalam grafik plastisitas yang merupakan grafik yang menunjukkan batas-batas antara batas cair (LL) dan indeks plastisitas (IP). Dari hasil pengujian pada grafik klasifikasi AASHTO terlihat bahwa tanah dengan indeks plastisitas (PI) 19,02% dan batas cair (LL) 44,38% menunjukkan bahwa tanah tersebut berada di atas garis A adalah sebagai tanah lempung dengan klasifikasi kelompok A-7-6. Manual untuk identifikasi secara visual ASTM Designation D 2488
60
Indeks Plastisitas
50
Bagan Plastisitas Untuk mengklsifikasikan kadarbutiran halus yang terkandung dalam tanah berbutir halus dan tanah berbutir kasar. Batas Atterberg yang termasuk dalam daerah yang diambil berarti batasan klasifikasinya menggunakan dua simbol
40 30
garis A
CH
PI = 0.73(LL - 20) PI = 11.827
20
CL 10 19. 02%
MH&OH 0 0
CL&ML 10
20
30
ML&OL 50 60
40
70
80
90
100
Batas Cair
44,38%
Gambar 3. Plastisitas Klasifikasi Unified
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Sipil TS7 - 6
Volume 6 : Desember 2012
PROSIDING 20 12© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Karakteristik Infiltrasi Final Clay Cover Sanitary Landfill Pengujian infiltrasi atau resapan bertujuan untuk mengetahui fungsi final clay cover pada tanah lempung asli dan tanah lempung stabilisasi semen, sebagai lapisan kedap melalui pengamatan terhadap pola resapan yang terjadi dan koefisien permeabilitasnya.
Gambar 4. Grafik Hubungan Resapan dan Waktu pada Variasi Kadar Semen Pada gambar 4 di atas menunjukkan hubungan antara resapan yang terjadi dengan variasi kadar semen pada model Final Clay Cover Sanitary Landfill terhadap waktu, dimana resapan yang terjadi cenderung menurun seiring dengan penambahan kadar semen hingga 10%, dengan penuruan terhadap variasi kadar semen untuk tanah lempung stabilisasi semen 0% (460 cm³/menit), 5% (129 cm³/menit), 10% (23 cm³/menit). Namun pada variasi kadar semen 15% hingga 20%, resapan justru mengalami kenaikan dengan masing-masing resapan yang terjadi yaitu 27 cm³/menit dan 170 cm³/menit. Kemampuan Final Clay Cover Sanitary Landfill yang kedap dalam meminimalisir infiltrasi air hujan dapat diketahui melalui nilai koefisien permeabilitasnya.
Gambar 5. Grafik Hubungan Nilai Koefisien Permeabilitas (k) dan Variasi Kadar Semen Hasil gambar 5 di atas menunjukkan perbandingan nilai koefisien permeabilitas dengan variasi kadar semen, dimana koefisien permeabilitas cenderung mengecil seiring penambahan kadar semen hingga 10%, dengan ratarata nilai koefisien permeabilitas kadar semen 0% (k = 7,71 x 10-5 cm/detik), kadar semen 5% (k = 7,64 x 10-6 cm/detik), dan kadar semen 10% (k = 1,51 x 10-7 cm/detik). Namun pada penambahan variasi kadar semen hingga 20% cenderung memperbesar nilai koefisien permeabilitas, dimana kadar semen 15% (k = 1,67 x 10-6 cm/detik) dan kadar semen 20% (k = 2,04 x 10-5 cm/detik). Hal ini disebabkan karena penambahan kadar semen mempengaruhi nilai berat isi kering tanah lempung dari hasil pengujian kompaksi proctor standard, sehingga mempengaruhi tingkat kepadatan pada pemodelan resapan/infiltrasi Final Clay Cover Sanitary Landfill.Penetrometer konus elektrik.
Volume 6 : Desember 2012
Group Teknik Sipil TS7 - 7
ISBN : 978-979-127255-0-6
Dynamic and Steady State … Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
Perkapalan
Lawalenna Samang Sipil
Gambar 6. Grafik Hubungan Kadar Air dan Waktu pada Variasi Stabilisasi Semen Dari gambar 6 di atas terlihat bahwa perubahan kadar air yang terjadi semakin meningkat seiring bertambahnya waktu untuk setiap variasi stabilisasi semen hingga mencapai kondisi konstan, hal ini terjadi karena tanah yang terdiri dari butiran-butiran padat dan pori-pori yang saling berhubungan satu sama lain dilalui oleh air yang berinfiltrasi dan sebagian lagi mengisi rongga pori-pori tanah.
Karakteristik Mekanis Final Clay Cover Sanitary Landfill
Gambar 7. Grafik Hubungan qu dan Kadar Semen
Gambar 8. Grafik Hubungan qu dan Waktu Pemeramam
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Sipil TS7 - 8
Volume 6 : Desember 2012
PROSIDING 20 12© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Dari gambar 7 dan 8 menunjukkan bahwa penambahan kadar persentase semen dan lamannya waktu pemeraman (curing time). Memberi nilai kekuatan (qu) yang cenderung meningkat. Pengaruhnya kekuatan maksimum pada kadar 20% antara waktu 3, 7, 14, dan 28 hari yang signifikan, disebabkan proses hidrasi semen yang karenanya partikel-partikel semen mengembang mata rantai kuat, untuk mengikat butiran mineral dan agregat tanah di dekatnya sehingga partikel-partikel tanah secara meluas terikat oleh semen pada titik-titik kontaknya saja . Karena itu, bila butiran semakin saling bersinggungan maka semakin besar pula aksi sementasinya, sehingga membentuk suatu pasta yang secara berangsur-angsur menjadi agak plastis dan pada akhirnya menjadi massa yang keras/kaku
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengujian karakteristik fisis dan teknis material tanah dalam penelitian sebagai Final Clay Cover Sanitary Landfill berdasarkan klasifikasi USCS di kategorikan sebagai tanah Lempung berpasir dengan tingkat plastisitas rendah (CL) sehingga memenuhi kriteria sebagai lapisan kedap. 2. Pengujian kolom pemodelan resapan/infiltrasi Final Clay Cover Sanitary Landfill, menunjukkan bahwa resapan dan koefisien permeabilitas minimum berada pada stabilisasi tanah lempung (CL) dengan kadar semen 10%, dengan nilai resapan sebesar 23 cm³/menit dan nilai k = 9,82 x 10-7 cm/detik. Hasil ini dapat dimanfaatkan sebagai lapisan final clay cover pada TPA metode Sanitary Landfill 3. Kinerja tanah lempung (CL) yang distabilisasi dengan semen sebagai lapisan kedap untuk Final Clay Cover Sanitary Landfil mampu meminimalisir resapan/infiltrasi yang terjadi, dari hasil pengujian kuat tekan bebas (UCS) menunujukkan terjadinya perbaikan fisis pada tanah lempung yang distabilisasi dengan semen, sehingga pada proses pelaksanaan di lapangan dapat memudahkan alat-alat berat yang bekerja..
DAFTAR PUSTAKA Burhanuddin, Syarif. 2008. Diktat Kuliah Teknik Operasional Penanggulangan Sampah : Perencanaan dan Pengolahan Sistem Persampahan. Makassar Burhanududdin, Syarif. 2008. Diktat Kuliah Teknik Operasional Penanggulangan Sampah : Pengolahan Sampah Metode Sanitary Landfill. Makassar Damanhuri, Enri. 2008. Diktat Lanfilling Limbah. FSLT-ITB, Bandung Das, Braja M,.Endah, Noor. Dan Mochtar, Indrasurya B. 1988. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Goeteknik)-Jilid I,. Erlangga, Jakarta Das, Braja M,.Endah, Noor. Dan Mochtar, Indrasurya B. 1988. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Goeteknik)-Jilid II. Erlangga, Jakarta Hardyatmo, Hary Crhistiady. 2000. Mekanika Tanah Edisi Kelima. UGM Press, Yogyakarta Hardyatmo, Hary Crhistiady. 2002. Mekanika Tanah 2 Edisi Kedua. UGM Press, Yogyakarta Hardyatmo, Hary Crhistiady. 2010. Stabilisasi Tanah Untuk Perkerasan Jalan. UGM Press, Yogyakarta Inazumi, Shinya. 2003. Waste Sludge Barrier for Landfill Cover System, Doctor Engineering Dissertation, Kyoto University Ingles, O.G. dan Metcalf,J.B. 1992. Soil Stabilization Principles and Practice Butterworths Pty, Limited, Melbourne Kementrian Pekerjaan Umum. 2009. Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Prasarana Persampahan, Jakarta Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 21/PRT/M/2006. Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta Penuntun Praktikum Mekanika Tanah, Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Sipil Fakultas Teknik Unhas 2011 Qian, Xuede. Koerner, 2002. Robert M and Gray, Donald H. Geotechinical aspect Of Landfill Design and Construction.Prentice-Hall, Inc, USA
Volume 6 : Desember 2012
Group Teknik Sipil TS7 - 9
ISBN : 978-979-127255-0-6
Dynamic and Steady State … Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
Perkapalan
Lawalenna Samang Sipil
Rowe, R. Kerry. 2001. Geotechnical and Geoenvironmental Engineering Handbook. Kluwer Academic Publisher, USA Sudarmo, M. 2004. Study Permeabilitas Terhadap Tanah Lempung Yang Dicampur Dengan Material Lain, Master Tesis, Istitut Teknologi Bandung SK SNI 03- 3241 - 94. 1994. Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir, DPU Trihadiningrum, Yuliana dan Endah, Noor. 2003. Study Kemampuan Lempung Karang pilang Sebagai Cover Liner TPA Sampah Pasca Operasi, Master Tesis, Institut Teknologi Sepuluh November Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. 2008. Tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta, Direktorat Jendral Peraturan Perundang-undangan
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Sipil TS7 - 10
Volume 6 : Desember 2012