STUDI EVALUASI PENERAPAN HUJAN BUATAN TERHADAP VOLUME ALIRAN PADA DAS BRANTAS HULU Rana Karinta Hapsari1, Prof. Dr. Ir. Lily Montarcih L., MSc.2, Dr. Eng. Donny Harisuseno, ST., MT.2 1) Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2) Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia Jalan MT.Haryono 167 Malang 65145 Indonesia e-mail:
[email protected] ABSTRAK Unit Pelaksana Teknis (UPT) hujan buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang bekerjasama dengan instansi Perum Jasa Tirta I dan TNI AU Lanud Abdulrachman Saleh melakukan kegiatan modifikasi cuaca berupa hujan buatan pada tanggal tahun 2013. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatan tinggi muka air waduk yang terdapat pada DAS Brantas hulu, salah satunya Waduk Sutami. Meskipun belum memasuki musim kemarau, namun inflow Waduk Sutami mengalami penurunan. Lokasi pelaksanaan kegiatan hujan buatan berada di DAS Brantas hulu. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 9 Mei – 4 Juni 2013. Dalam mengevaluasi tingkat keberhasilan hujan buatan, metode yang digunakan adalah metode Rasio Ganda dan Debit Aliran. Metode Rasio Ganda bertujuan untuk mengetahui tingkat penambahan curah hujan dengan menghilangkan atau mengurangi variasi curah hujan alam yang ada pada saat pelaksanaan hujan buatan. Daerah target yaitu DAS Brantas hulu yang diwakili 12 stasiun hujan dan daerah kontrol yang berjarak ± 30 km dari batas DAS Brantas hulu diwakili 5 stasiun hujan. Kedua daerah ini memiliki keterkaitan yang cukup erat (r = 0,91). Metode Debit Aliran merupakan metode yang menggunakan perbandingan nilai debit aliran saat kegiatan hujan buatan dengan nilai debit aliran saat tidak ada kegiatan hujan buatan. Data yang digunakan merupakan debit inflow Waduk Sutami. Peningkatan volume aliran langsung didapatkan dengan mengurangi nilai volume aliran langsung historis dengan nilai volume aliran langsung aktual. Dari hasil analisa dan pembahasan, peningkatan curah hujan akibat hujan buatan yang analisa menggunakan metode Rasio Ganda mendeteksi adanya peningkatan sebesar 152,05%. Dengan adanya peningkatan curah hujan pada DAS Brantas hulu maka terjadi peningkatan juga pada debit aliran Waduk Sutami. Hasil analisa peningkatan volume aliran pada Waduk Sutami sebesar 74,19%. Kata kunci: hujan buatan, daerah target, daerah kontrol, rasio ganda, debit aliran. ABSTRACT Technical Managing Unit (UPT) for Artificial Rain from the Agency of Technological Review and Application (BPPT) had made a collaborative work with Perum Jasa Tirta I and TNI AU Lanud Abdulrachman Saleh to produce weather modification, in this case, to produce artificial rain, on 2013. This activity was aimed to increase the face height of the water in the reservoirs at DAS Brantas Hulu. One of reservoir was Waduk Sutami. Although dry season was not coming yet, but the inflow already declined. The location of artificial rain producing activity was focused on DAS Brantas Hulu. This activity was conducted from 9 May to 4 June 2013. By evaluating the success rate of artificial rain, the used methods were Double Ratio and Stream Discharge. First method, Double Ratio , was employed to understand the increment rate of rainfall by eliminating or reducing the variance of natural rainfall during the production of artificial rain. Target area involved DAS Brantas Hulu that was represented by 12 rain stations, and also Control Area that was distanced for ± 30 km from the border of DAS Brantas Hulu and was represented by 5 rain stations. Both areas had very close linkage (r = 0.91). Stream Discharge was a method to compare stream discharge rate during and without artificial rain production. The used data were inflow debit of Waduk Sutami. The increase of direct stream volume was obtained by subtracting the historical rate of stream volume with the actual rate of stream volume. As indicated by the result of analysis and discussion, the rainfall volume due to artificial rain was increased based on the result of analysis with Multiple Ratio method. The detected increment was 152.05%. The increase of rainfall at DAS Brantas Hulu would also improve stream discharge of Waduk Sutami. Result of the analysis on stream volume increment at Waduk Sutami has found that the volume had increased to 74.19%. Keywords: artificial rain, target area, control area, multiple ratio, stream debit.
1. PENDAHULUAN Musim kemarau yang berkepanjangan, menyebabkan bencana kekeringan di Indonesia. Kekeringan yang terjadi berdampak pada menurunnya elevasi muka air di beberapa waduk yang dikelola Perum Jasa Tirta I. Salah satu waduk yang mengalami penurunan muka air yaitu Waduk Sutami pada tahun 2013. Meskipun belum memasuki musim kemarau, namun tingkat inflow di Waduk Sutami berada pada angka 75,5 m3/detik, sementara angka ideal yang ditetapkan Pemerintah Provinsi Jawa Timur 3 (Pemprov Jatim) yaitu 96,5 m /detik. Meski tingkat elevasi muka air di Waduk Sutami belum menurun tajam, tetapi Perum Jasa Tirta I tetap menargetkan kenaikan tingkat elevasi muka air meningkat sebelum puncak musim kemarau. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam mengantisipasi hal tersebut, salah satunya dengan menerapkan teknologi hujan buatan. Hujan buatan ini dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) hujan buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang bekerjasama dengan instansi Perum Jasa Tirta I dan TNI AU Lanud Abdulrachman Saleh pada tahun 2013. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui tingkat penambahan curah hujan pada DAS Brantas hulu dengan menggunakan metode Rasio Ganda dan penambahan volume aliran lagsung pada Waduk Sutami menggunakan metode Debit Aliran akibat hujan buatan yang dilakukan pada tanggal 9 Mei 2013 sampai dengan 4 Juni 2013. 2. METODE Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas di Provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang memiliki nilai strategis. Air sungai di DAS Brantas dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain untuk irigasi, air baku untuk Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) dan industri, pembangkit tenaga listrik (PLTA) perikanan, penggelontoran dan pariwisata. Wilayah DAS Brantas mempunyai luas 12.000 km2, mencakup kurang lebih 25% luas Provinsi Jawa Timur, dengan potensi sumber daya air per tahun ± 12 milyar m3. DAS Brantas Hulu merupakan daerah target hujan buatan adalah bagian dari DAS Brantas yang luasnya sekitar 2.100 km2 dengan keberadaan 3 waduk di dalamnya, yaitu Waduk Sengguruh, Sutami dan Lahor.
Gambar 1 Daerah Sasaran Penerbangan Operasi Hujan Buatan Sumber: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (2013) Dalam studi ini diperlukan data – data yang mendukung dengan rincian sebagai berikut: 1. Data curah hujan harian daerah target bulan Mei-Juni tahun 2013. Daerah target meliputi yaitu DAS Brantas Hulu yang diwakili oleh 12 stasiun hujan, yaitu: a. Stasiun Dau b. Stasiun Pujon c. Stasiun Karangploso d. Stasiun Ciliwung e. Stasiun Sukun f. Stasiun Kedungrejo g. Stasiun Singosari h. Stasiun Jabung i. Stasiun Dampit j. Stasiun Wagir k. Stasiun Poncokusumo l. Stasiun Sumberpucung
2. Data debit historis inflow waduk Sutami tahun 1991-2010. 3. Data curah hujan daerah kontrol bulan Mei - Juni tahun 1991-2011. Daerah kontrol merupakan daerah yang terletak pada jarak ± 30 km yang diwakili oleh 5 stasiun hujan, yaitu: a. Stasiun Wlingi b. Stasiun Doko c. Stasiun Sumberagung d. Stasiun Birowo e. Stasiun Semen 4. Referensi yang berkaitan dengan studi ini Pada studi ini pengolahan data dilakukan dengan bebapa tahapan. Tahapan yang pertama adalah analisa hidrologi kemudian tahapan selanjutnya adalah tahapan evaluasi tingkat keberhasilan hujan buatan. Tahapan analisa hidrologi adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan data-data curah hujan harian selama proses kegiatan hujan buatan yaitu bulan Mei – Juni tahun 2013. 2. Menghitung curah hujan rata-rata daerah maksimum dengan menggunakan Metode Aritmatik. 3. Mengevaluasi tingkat keberhasilan hujan buatan dengan metode Rasio Ganda dan Debit aliran. Tahapan evaluasi tingkat keberhasilan hujan buatan dengan metode Rasio Ganda adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan data-data curah hujan harian selama proses kegiatan hujan buatan yaitu bulan Mei – Juni tahun 2013 daerah target dan kontrol. 2. Mengumpulkan data-data curah hujan harian historis bulan Mei – Juni tahun daerah target dan kontrol. 3. Menghitung curah hujan rata-rata daerah aktual daerah target dan kontrol dengan menggunakan Metode Aritmatik. 4. Melakukan pendugaan curah hujan daerah target dengan regresi. 5. Menghitung curah hujan rata-rata daerah daerah historis daerah target
dan kontrol dengan menggunakan metode Aritmatik. 6. Menghitung selisih curah hujan aktual daerah target dengan curah hujan dugaan daerah target dan selisih curah hujan aktual daerah target dengan daerah kontrol. Tahapan evaluasi tingkat keberhasilan hujan buatan dengan metode Debit aliran adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan data-data debit inflow Waduk Sutami selama proses kegiatan hujan buatan yaitu bulan Mei – Juni tahun 2013. 2. Mengumpulkan data-data debit inflow historis Waduk Sutami selama proses kegiatan hujan buatan yaitu bulan Mei – Juni tahun 1991-2011. 3. Perhitungan baseflow untuk debit inflow historis yang diperoleh dari data debit inflow historis Waduk Sutami pada tahun 1991-2011 dan inflow aktual. 4. Perhitungan volume aliran langsung historis dan volume aliran langsung aktual. 5. Menghitung selisih dan simpangan volume aliran langsung historis dan aktual saat terjadinya kegiatan hujan buatan. Hujan buatan merupakan inovasi yang diciptakan agar dapat mempercepat dan memperbanyak turunnya hujan. Agar hujan buatan bisa terbentuk maka diperlukan awan yang memiliki kadar air yang banyak dan kecepatan angin yang lambat. Hujan buatan dibuat dengan cara menyemaikan bahan-bahan yang bersifat higroskopis (menyerap air). Partikelpartikel ini dapat meningkatkan jumlah butiran-butiran air di awan dan mempercepat hujan. Proses kondensasi terjadi pada paertikel-partikel yang memiliki RH yang rendah. Pemilihan garam yang baik juga berperan penting dalam meningkatkan proses kondensasi di awan. Garam yang biasanya digunakan adalah garam dapur (NaCl) dan kalsium
klodrida (CaCl2). Garam ini memiliki nilai higroskopis yang cukup baik dan mudah didapatkan. Jenis awan Cumulus adalah awan yang baik sebagai media pembuatan hujan buatan. Ciri –ciri awan Cumulus adalah penampilan berbentuk bunga kol, dengan dasar tidak lebih tinggi dari 5000 kaki, dan puncaknya lebih tinggi dari 11 000 kaki. Tabel 1 Proses Pembuatan Hujan Buatan No. Kegiatan Tujuan 1. Menyebarkan Menghasilkan atau menyemai atau menambah CaCl2 awan. 2. Menyebarkan Memadatkan atau menyemai awan. NaCl 3. CO2 Menurunkan temperatur awan dan garamgaraman sehingga dapat dicapai titik embun. 4. Menyebarkan Menurunkan atau menyemai temperatur awan urea dan mempercepat proses kondensasi di awan. Sumber: Laporan Kegiatan Pekerjaan Teknlogi Modifikasi Cuaca (2013) Pada kegiatan hujan buatan yang sering dilakukan oleh UPT Hujan buatan, bahan semai dilepaskan di dalam awan. Dari pengalaman kegiatan di lapangan, untuk target seluas 3500 km2 umumnya dijumpai 5 – 6 awan berukuran sedang dengan kriteria potensi yang ditentukan oleh Mission Scientist onboard dengan organiasi tunggal atau 2 – 3 awan besar dengan organisasi embedded atau kompleks. Sebanyak 800 – 1000 kg bahan semai yang dibawa pada setiap penerbangan di taburkan dalam awan. Bahan semai ini akan habis biasanya dalam waktu 15 – 20 menit atau rata-rata 50 kg per menit. Analisa rasio ganda merupakan perbandingan rasio curah hujan daerah
target terhadap daerah kontrol pada selang waktu penyemaian awan dengan rasio curah hujan daerah target terhadap daerah kontrol pada selang waktu tidak ada penyemaian pada waktu yang sama. Metode ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penambahan curah hujan dengan menghilangkan atau mengurangi variasi curah hujan alam yang ada pada saat pelaksanaan hujan buatan. Efek penyemaian dianggap positif apabiba nilai DR > 1. Pendugaan curah hujan pada daerah kontrol ini menggunakan persamaan regresi. Daerah kontrol merupakan daerah yang memiliki jarak sekitar 30 km dari batas DAS daerah target (Brier, 1974). Adanya keterkaitan daerah target dan daerah kontrol dalam statistik curah hujan sebagai penduga curah hujan daerah target memiliki syarat kedua daerah tersebut memiliki korelasi erat (r > 0,7). Perhitungan metode ini sebagai berikut: DR = (T/C)a / (T/C)us DR (%) = (DR – 1) x 100% dimana: DR = nilai Rasio Ganda DR (%) = Penambahan curah hujan (%) (T/C)a = perbandingan rasio curah hujan daerah target terhadap daerah kontrol pada selang waktu penyemaian awan (T/C)us = rasio curah hujan daerah target terhadap daerah kontrol pada selang waktu tidak ada penyemaian awan Metode Debit aliran menggunakan perbandingan nilai debit aliran saat kegiatan hujan buatan dengan nilai debit aliran saat tidak ada kegiatan hujan buatan. Pendugaan nilai debit aliran saat tidak ada kegiatan hujan buatan menggunakan data historis dan model hidrologi. Tingkat penambahan debit aliran sebagai berikut: R = QHB – QA dimana: R = tingkat penambahan aliran (m3) QHB =debit saat kegiatan hujan 3 buatan(m )
QA
= debit saat tidak ada kegiatan hujan buatan (m3)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan hujan buatan dilaksanakan pada tanggal 9 Mei – 4 Juni 2013 pada daerah target yaitu DAS Brantas bagian hulu. Penerbangan disesuaikan dengan tingkat kematangan awan yang ada di daerah target. Penerbangan eksekusi penyemaian awan dipandu oleh Flight Scientist, yang mempunyai kemampuan dalam melihat, memutuskan apa yang harus dilakukan selama penerbangan dan bertindak (eksekutor). Selama pelaksanaan hujan buatan dari tanggal 9 Mei – 4 Juni 2013, telah dilakukan sebanyak 29 kali penerbangan penyemaian. Total jam terbang seluruhnya sebanyak 32 jam 36 menit dan menghabiskan bahan semai sebanyak 34.000 kg. Data yang digunakan dalam studi ini berasal dari 12 stasiun hujan pada daerah target dan 5 stasiun hujan pada daerah kontrol yang berjarak ± 30 km dari batas barat DAS Brantas hulu. Adanya keterkaitan yang erat antara keduanya, memungkingkan adanya prediksi hujan yang terjadi pada daerah kontrol merupakan hujan yang terjadi pada daerah target apabila tidak adanya kegiatan hujan buatan. Tabel 2 Analisa Korelasi Hujan Historis Daerah Target dan Daerah Kontrol (19912011) No.
Tahun
1
Mei (mm)
Juni (mm)
Target
Kontrol
Target
Kontrol
1991
3.42
0.00
0.00
0.00
2
1992
79.75
108.80
9.17
16.20
3
1993
16.33
28.40
0.00
0.00
4
1994
24.83
36.00
0.00
0.00
5
1995
9.67
2.60
0.00
0.00
6
1996
4.25
0.40
3.33
0.00
7
1997
10.58
12.80
0.00
0.00
8
1998
22.92
31.60
8.17
8.00
9
1999
37.92
43.80
0.00
0.00
10
2000
106.58
114.80
5.08
6.40
11
2001
22.42
16.00
52.67
36.00
No.
Tahun
12
Mei (mm)
Juni (mm)
Target
Kontrol
Target
Kontrol
2002
70.42
86.20
0.00
8.60
13
2003
54.67
50.00
0.00
1.00
14
2004
88.71
78.80
0.00
0.60
15
2005
7.17
8.80
6.17
3.20
16
2006
128.50
140.60
11.67
3.00
17
2007
44.92
57.60
25.17
79.40
18
2008
14.00
37.00
4.25
2.20
19
2009
179.92
217.20
6.00
20.80
20
2010
243.25
266.20
13.83
7.60
21
2011
113.58
106.00
5.58
0.00
61.13
68.74
7.19
9.19
rerata
Sumber: Perhitungan Analisa korelasi dicari menggunakan regresi linier yaitu dengan membandingkan data hujan historis selama 21 tahun sebelum adanya kegiatan hujan buatan pada daerah target dan kontrol. Hasil analisa korelasi daerah target dan kontrol menunjukkan hubungan yang cukup erat antara kedua daerah tersebut dengan nilai R rata-rata sebesar 0,91. Data hujan yang digunakan untuk mencari curah hujan rata-rata daerah target yaitu pada tanggal 9 Mei – 4 Juni 2013 saat terjadinya proses hujan buatan. Berikut curah hujan rata-rata daerah target pada saat kegiatan hujan buatan: Tabel 3 Hujan Rata-Rata Daerah Target Metode Aritmatik tanggal 9 Mei - 4 Juni 2013 Stasiun Hujan No. Tahun Hujan (mm) 1 2013 Dau 228 2 2013 Pujon 237 3 2013 Karangploso 94 4 2013 Ciliwung 206 Sukun 5 2013 225 6 2013 Singosari 114 7 2013 Kedungrejo 128 8 2013 Wagir 216 Sumberpucung 9 2013 281 10 2013 Jabung 112 11 2013 Poncokusumo 158
Stasiun Hujan 12 2013 Dampit Jumlah Rata-rata Sumber: Perhitungan No. Tahun
Hujan (mm) 202 2201 183.42
Data hujan yang digunakan untuk mencari curah hujan rata-rata daerah kontrol yaitu tanggal 9 Mei – 4 Juni 2013 saat terjadinya proses hujan buatan. Berikut curah hujan rata-rata daerah kontrol pada saat kegiatan hujan buatan: Tabel 4 Hujan Rata-Rata Daerah Kontrol Metode Aritmatik 9 Mei – 4 Juni 2013 Stasiun Hujan No. Tahun Hujan (mm) 1 2013 Birowo 217 2 2013 Sumberagung 31 3 2013 Semen 110 4 2013 Wlingi 42 5 2013 Doko 15 415 Jumlah 83 Rata-Rata Sumber: Perhitungan Hasil perhitungan ini digunakan sebagai nilai hujan daerah kontrol saat terjadinya penyemaian awan pada metode Rasio Ganda. Analisa curah hujan historis bertujuan untuk mendapatkan nilai rata-rata historis curah hujan yang terjadi pada tanggal 9 Mei – 4 Juni pada daerah target dan daerah kontrol. Data yang digunakan merupakan data curah hujan rata-rata historis pada tahun 1991 – 2011. Hasil analisa ini digunakan untuk menghitung peningkatan curah hujan dengan metode Rasio Ganda. Rata – rata daerah target pada tanggal 9 Mei – 4 Juni sebesar 68,32 mm, sedangkan rata – rata daerah kontrol sebesar 77,93 mm. . Hasil perhitungan ini digunakan untuk menghitung peningkatan dengan metode Rasio Ganda sebagai pembanding saat tidak adanya penyemaian awan.
Model pendugaan hujan yang terjadi pada bulan Mei dan Juni tahun 2013 dibangun menggunakan regresi linier dengan data hujan historis daerah kontrol dan daerah target pada bulan Mei – Juni pada tahun 1991-2011. Hasil analisa memperoleh total hujan pada saat hujan buatan (9 Mei – 4 Juni 2013) sebesar 112,95 mm. Kegiatan hujan buatan yang dilakukan pada tanggal 9 Mei – 4 Juni 2013 dapat diketahui tingkat penambahannya dengan metode Rasio Ganda. Metode ini membandingkan nilai hujan aktual selama kegiatan hujan buatan dengan curah hujan historis. Data yang digunakan dalam perhitungan ini merupakan data hasil pengukuran selama kegiatan hujan buatan berlangsung dan data perhitungan hujan historis. Tabel 5 Rekapitulasi Hujan Daerah Target dan Daerah Kontrol KETERANGAN
TARGET (mm)
KONTROL (mm)
183.42 68.32
83 77.93
AKTUAL HISTORIS
Sumber: Perhitungan Dari hasil analisa didapatkan peningkatan hujan akibat hujan buatan sebesar 152,05%. Perhitungan evaluasi hujan buatan metode Debit Aliran menggunakan data debit inflow historis Waduk Sutami selama 21 tahun yaitu tahun 1991-2011. Hal ini dikarenakan selama 21 tahun tersebut tidak ada pelaksanaan kegiatan hujan buatan, sehingga dapat disimpulkan hujan yang terjadi merupakan hujan alam. Data debit inflow historis yang digunakan adalah data debit inflow bulan Mei dan Juni sesuai dengan berlangsungnya kegiatan hujan buatan. Debit inflow historis digunakan untuk mencari nilai rata-rata volume aliran langsung. Nilai tersebut nantinya akan dibandinkan dengan nilai rata-rata volume aliran pada saat adanya kegiatan hujan buatan pada tahun 2013. Selisih dari kedua
nilai tersebut merupakan tingkat keberhasilan hujan buatan yang telah dilaksanakan. Tabel 6 Debit Historis inflow Minimum Waduk Sutami tahun 1991-2011 No.
Tahun
Debit Mei (m3/dtk)
Debit Juni (m3/dtk)
1
1991
32.58
30.11
2
1992
52.21
36.42
3
1993
48.28
44.47
4
1994
50.06
38.05
5
1995
40.16
44.06
6
1996
45.17
37.79
7
1997
23.40
27.51
8
1998
40.61
42.89
9
1999
57.85
37.08
10
2000
72.60
52.32
11
2001
40.82
46.12
12
2002
53.67
40.24
13
2003
39.37
35.09
14
2004
46.54
31.40
15
2005
36.80
35.74
16
2006
68.03
50.96
17
2007
49.91
42.64
18
2008
54.88
43.01
19
2009
49.19
43.45
20
2010
116.01
74.29
21
2011
72.56
51.94
Sumber: Perhitungan Dari data di atas, didapatkan nilai debit terendah yaitu 23,40 m3/dtk pada bulan Mei dan 27,51 m3/dtk pada bulan Juni. Debit tersebut akan digunakan sebagai debit baseflow historis pada bulan Mei dan Juni di Waduk Sutami. Hasil perhitungan rata-rata volume aliran langsung historis untuk bulan Mei sebesar 98,82 Juta m3 dan 12,10 Juta m3 untuk bulan Juni. Sehingga total volume aliran langsung historis tanggal 9 Mei – 4 Juni sebesar 104,92 Juta m3. Sedangkan perhitungan volume aliran langsung aktual didapatkan volume aliran langsung aktual sebesar 159,67 Juta m3 pada bulan Mei dan 23,09 Juta m3 pada bulan Juni. Sehinggal total volume aliran aktual
sebesar 182,75 Juta m3. Selisih dari kedua nilai tersebut merupakan tingkat keberhasilan hujan buatan yang telah dilaksanakan. Peningkatan volume aliran langsung dapat dilihat pada periode harian tanggal 9 Mei hingga 4 Juni. Peningkatan tersebut dilihat dari perbandingan nilai volume aliran langsung historis dan volume aliran langsung aktual.
Gambar 2 Grafik Perbandingan Volume Aliran Langsung Historis dan Aktual Waduk Sutami 9 Mei – 4 Juni Hasil perhitungan peningkatan curah hujan akibat hujan buatan pada DAS Brantas hulu menunjukkan hasil yang signifikan. Tingkat penambahan curah hujan yang terjadi melampaui nilai curah hujan historisnya. Perhitungan peningkatan volume aliran lansung Waduk Sutami akibat kegiatan hujan buatan yang dilakukan pada tanggal 9 Mei – 4 Juni 2013 dapat dihitung dengan melihat selisih nilai rerata volume aliran langsung historis dan rerata volume aliran langsung aktual. Perhitungan rerata volume aliran langsung historis dihitung dengan menggunakan data historis debit inflow Waduk Sutami pada tanggal yang sama tahun 1991-2011. Hasil dari perhitungan rerata volume aliran langsung historis sebesar 104,92 Juta m3. Rerata volume aliran langsung aktual dihitung dengan menggunakan data debit inflow aktual Waduk Sutami tahun 2013. Rerata volume aliran langsung aktual sebesar 182,75 Juta m3. Sehingga peningkatannya sebesar 74,19%.
4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hujan rata-rata daerah target saat kegiatan hujan buatan periode 9 Mei – 4 Juni tahun 2013 sebesar 183,42 mm, sedangkan hujan rata-rata daerah kontrol sebesar 83 mm. Pendugaan curah hujan daerah target yang didapatkan dengan metode Regresi Linier sebesar 112,94 mm, maka peningkatan curah hujan yang terjadi sebesar 62,40%. Curah hujan historis daerah target sebesar 68,32 mm dan daerah kontrol sebesar 77,93 mm. Perhitungan peningkatan curah hujan dengan metode Rasio ganda mendeteksi adanya peningkatan hujan dengan nilai DR sebesar 2,52 sehingga peningkatan hujan sebesar 152,05%. 2. Peningkatan curah hujan pada DAS Brantas hulu juga mengakibatkan peningkatan pada volume aliran yang berada pada Waduk Sutami. Hasil perhitungan rata-rata volume aliran historis menunjukkan nilai sebesar 104,29 juta m3, sedangkan rata-rata volume aliran aktual sebesar 182,75 juta m3. Peningkatan volume aliran yang terjadi sebesar 74,19%.
DAFTAR PUSTAKA Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta: Gramedia Haryanto, U. Husni, M. Tikno, S. Widodo, F, H. Goenawan, R, D. Mulyana, E. Asril, & Nuryanto, S. 2002. Hasil penelitian Perlakuan Awan yang Disemai Rnadom Terhadap Curah Hujan di Daerah Bandung dan Sekitarnya. Prosiding Seminar Teknologi Untuk Negeri. http://wxmod.bbpt.go.id/index.php/evaluas i-hasil-kegiatan-teknologi-modifikasicuaca. (diakses 1 Maret 2016) Perum Jasa Tirta I, 2013 Susanto, N. A. 2010. Aplikasi Hidrologi. Malang: Jogja Mediautama Soemarto, Cd. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional Sosrodarsono, S. 1983. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita Triatmodjo, B. 2010. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Betta Offset Yoyakarta