PENGARUH KOMITE AUDIT SEBAGAI STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DALAM SUSTAINABILITY REPORT
(Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014) HALAMAN JUDUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Ody Faisal NIM: 1111082000023
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436H / 2015M
PENGARUH KOMITE AUDIT SEBAGAI STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DALAM SUSTAINABILITY REPORT
(Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014) LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Ody Faisal NIM. 1111082000023
Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Yahya Hamja NIP. 19490602 197803 1 001
Yusro Rahma, SE, M.Si NIP. 19800506 200801 2 016
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436H / 2015M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, 9 Februari 2016 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa: 1. Nama
: Ody Faisal
2. NIM
: 1111082000023
3. Jurusan
: Akuntansi
4. Judul Skripsi
: Pengaruh Komite Audit Sebagai Struktur Corporate Governance dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dalam Sustainability Report. (Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014)
Setelah mencermati dan memperlihatkan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ketahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Maret 2015 1.
2.
Dr. Rini., M.Si, Ak NIP. (
)
(
)
Atiqah, SE., M.Si NIP.
iii
iv
v
201 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS DIRI 1. Nama
: Ody Faisal
2. Tempat, Tanggal Lahir
: DKI Jakarta, 28 November 1993
3. Alamat
: Jl.Puskesmas No.73 Rt.004 Rw.03 Kelurahan : Setu Kecamatan: Cipayung Kotamadya: Jakarta Timur Kode pos :13880
4. Telepon 5. Email
: 081281183689 :
[email protected] [email protected]
II. PENDIDIKAN 1. SD Negeri 06 Pagi Jakarta
(1999 – 2005)
2. SMP Negeri 217 Jakarta
(2005 – 2008)
3. SMA Bina Dharma Jakarta
(2008 – 2011)
4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
(2011 – 2016)
– S1 Akuntansi
III. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Anggota Resumen Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vi
ABSTRACT This research aims to find empirical evidences regarding the impact of the independence of Audit Committee, the expertise of Audit Committee, frequency of meetings Audit Committee, the number of Audit Committee, and profitability on disclosure of Corporate Social Responsibility in Sustainability Report. This research use sample of all companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2010-2014 period. The number of companies that had became in this research were consist of 11 companies with 5 years observation. This research based on purposive sampling methode. The total of research sample is 55 financial statements and sustainability report. Hypothesis in this research are tested by multiple regression analysis. The results of this research indicate that independence of Audit Committee, the expertise of Audit Committee, frequency of meetings Audit Committee, and the number of Audit Committee do not impact on disclosure of Corporate Social Responsibility in Sustainability Report. Profitability give impact on the disclosure of Corporate Social Responsibility significantly. Keywords: The independence of Audit Committee, the expertise of Audit Committee, frequency of meetings Audit Committee, the number of Audit Committee, profitability, disclosure of Corporate Social Responsibility, Corporate Governance. This research aims to find empirical evidences regarding the impact of workload, auditor industry specialization and audit tenure on audit quality. This research also examine whether the audit committee can strengthen or weaken the impact of workload, auditor industry specialization and audit tenure on audit quality. This research use sample of manufacturing industry which is listed in Indonesia Stock Exchange during 2011-2013 period. The number of manufacturing industry that had became in this study were consist of 70 companies with 3 years observation. This research based on purposive sampling methode. The total of research sample is 210 financial statements. Hypothesis in this research are tested by multiple regression analysis and MRA (Moderated Regression Analysis). The results of this research indicate that workload and audit committee give impact on audit quality significantly. Auditor industry specialization and audit tenure do not impact on audit quality significantly. This research find evidence that interaction between workload and audit committee give impact on audit quality significantly. The interaction between the audit tenure and audit committee also give impact on audit quality significantly. Keywords: Audit Quality, Workload, Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Audit Committee, Earnings Management. vii
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh Komite Audit sebagai struktur Corporate Governance. Komite Audit pada penelitin ini menggunakan karakteristik Komite Audit seperti independensi Komite Audit, keahlian Komite Audit, frekuensi Rapat Komite Audit, jumlah Komite Audit, dan profitabilitas terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam Sustainability Report. Penelitian ini menggunakan sample semua perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2014 yang berada di Indonesia.. Jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 11 perusahaan dengan pengamatan selama 5 tahun. Penelitian ini berdasarkan metode purposive sampling. Total sampel penelitian ini adalah 55 laporan keuangan dan Sustainability Report. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komite Audit sebagai struktur Corporate Governance yang memiliki karakteristik seperti independensi Komite Audit, keahlian Komite Audit, frekuensi Rapat Komite Audit, jumlah Komite Audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam Sustainability Report. Sedangkan disisi lain, profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam Sustainability Report.
Kata kunci: independensi Komite Audit, keahlian Komite Audit, frekuensi Rapat Komite Audit, jumlah Komite Audit, profitabilitas, pengungkapan Corporate Social Responsibility, Corporate Governance
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh workload, auditor spesialisasi industri, dan audit tenure terhadap kualitas audit. Penelitian ini juga akan menguji apakah komite audit dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh workload, auditor spesialisasi industri, dan audit tenure terhadap kualitas audit. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2013. Jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 70 perusahaan dengan pengamatan selama 3 tahun. Penelitian ini berdasarkan metode purposive sampling. Total sampel penelitian ini adalah 210 laporan keuangan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda dan MRA (Moderated Regression Analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa workload dan komite audit berpengaruh terhadap kualitas audit secara signifikan, sedangkan auditor
viii
spesialisasi industri dan audit tenure tidakpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian ini menemukan bukti bahwa interaksi antara workload dengan komite KATA PENGANTAR Assalamu‟alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillaahirabbil‟aalamiin. Tiada kata yang patut saya sampaikan kecuali rasa syukur yang sedalamdalamnya ke hadirat Allah SWT Sang Pencipta Alam Raya, Yang Maha Agung, Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Komite Audit Sebagai Struktur Corporate Governance dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam Sustainability Report”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, rahmatan lil „alamiin yang telah mengubah kegelapan menjadi terang benderang bagi kehidupan ummat manusia di dunia maupun akhirat. Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Kesuksesan dan keberhasilan saya dalam menyusun skripsi ini tak luput dari bantuan berbagai pihak, baik dari dosen, keluarga maupun rekan-rekan seperjuangan. Dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati yang paling dalam, saya menyampaikan untaian beribu ucapan terima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-setingginya kepada : 1. Abah dan Mama tercinta, Syamsul Bahri dan Maryam. Terima kasih atas untaian doa, cinta, kasih sayang, pengorbanan dan dukungannya baik moril maupun material yang telah diberikan selama ini, sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 2. Ketiga kakak tercinta, Dian Agustian Hadi, Nurul el Badriyati dan Muhammad Iqbal Pahlefi, yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan untuk kesuksesan saya. 3. Amna Suresti yang merupakan seorang kekasih, motivator pribadi, sang calon pendamping wisuda yang tanpa henti selalu memberikan dukungan dan semangat untuk kesuksesan saya. 4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu Yesi Fitria selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. ix
7.
Bapak Dr. Yahya Hamja, selaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi nasihat, semangat, motivasi dan bimbingan terbaiknya selama penulisan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu yang telah Bapak berikan. Semoga Bapak lekas sembuh. 8. Ibu Yusro Rahma, SE., M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi kritik dan saran, serta bimbingan terbaiknya selama penulisan skripsi ini. Terima kasih atas saran yang Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi. 9. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan kepada saya selama menempuh masa studi. 10. Rekan-rekan seperjuangan Akuntansi 2011. Terima kasih telah menjadi teman terbaik dalam menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sukses untuk kita semua. 11. Kepada pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Terima kasih telah banyak membantu, mendukung dan mendoakan saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan keterbatasan wawasan dan pengetahuan yang dimiliki, saya benar-benar menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak. Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Jakarta, November 2015
Ody Faisal
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .............Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAHError! Bookmark not defined. DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................... vi ABSTRACT ................................................................................................................ vii ABSTRAK ................................................................................................................ viii KATA PENGANTAR ................................................................................................. ix DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xvi BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................ 1 B. Perumusan Masalah ............................................................................... 12 C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 13 D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 15 A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil ........................... 15 1. Teori Keagenan (Agency Theory)..................................................... 15 2. Teori Stakeholders ............................................................................ 17
xi
3. Signaling Theory .............................................................................. 18 4. Teori Legitimasi ................................................................................ 19 5. Komite Audit .................................................................................... 20 6. Profitabilitas ..................................................................................... 32 7. Corporate Social Responsibility (CSR) ........................................... 35 8. Sustainability Report ........................................................................ 36 B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ........................... 42 1. Pengaruh Independensi Komite Audit Terhadap Pengungkapan CSR dalam Sustainability Report..................................................... 42 2. Pengaruh Keahlian Komite Audit Terhadap Pengungkapan CSR dalam Sustainability Report. ............................................................ 44 3. Pengaruh Frekuensi Rapat Komite Audit Terhadap Pengungkapan CSR dalam Sustainability Report..................................................... 45 4. Pengaruh Jumlah Anggota Komite Audit Terhadap Pengungkapan CSR dalam Sustainability Report..................................................... 46 5. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan CSR dalam Sustainability Report. ....................................................................... 47 C. Penelitian Sebelumnya ........................................................................... 50 D. Kerangka Berpikir .................................................................................. 53 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 54 A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 54 B. Metode Penentuan Sampel ..................................................................... 54 C. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 55 D. Metode Analisis Data ............................................................................. 56 1. Statistik Deskriptif............................................................................ 56 2. Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 56 3. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 60 E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................. 63
xii
BAB IV ANLISIS DAN PEMBAHASAN ............................................................... 68 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 68 B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ............................................................... 69 1. Analisis Statistik Deskriptif ............................................................. 69 2. Analisis Uji Asumsi Klasik .............................................................. 73 3. Hasil Uji Hipotesis ........................................................................... 80 C. Pembahasan ............................................................................................ 86 1. Pengaruh Independensi Komite Audit Terhadap Pengungkapan CSR dalam Sustainability Report..................................................... 86 2. Pengaruh Keahlian Komite Audit Terhadap Pengungkapan CSR dalam Sustainability Report ............................................................. 89 3. Pengaruh Frekuensi Rapat Komite Audit Terhadap Pengungkapan CSR dalam Sustainability Report..................................................... 91 4. Pengaruh Jumlah Anggota Komite Audit Terhadap Pengungkapan CSR dalam Sustainability Report..................................................... 93 5. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan CSR dalam Sustainability Report. ....................................................................... 95 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 97 A. Kesimpulan ............................................................................................ 97 B. Saran....................................................................................................... 98 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 99 LAMPIRAN ............................................................................................................. 103
xiii
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Halaman
Tabel 2.1
Rumus Rasio Profitabilitas ............................................................ 34
Tabel 2.2
Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya ............................................... 50
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel .............................................................. 67
Tabel 4.1
Rincian Perolehan Sampel Penelitian ............................................ 69
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif ......................................................................... 70
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Dengan Uji Kolmogorov-Smirnov .............. 74
Tabel 4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Glejser ............................... 76
Tabel 4.5
Hasil Uji Run Test ......................................................................... 79
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolinieritas Dengan Uji VIF .................................. 80
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi ................................................... 81
Tabel 4.8
Hasil Uji F ..................................................................................... 82
Tabel 4.9
Hasil Uji t ...................................................................................... 83
xiv
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berpikir ............................................................ 53
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Histogram .......................... 75
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal Plot ....................... 75
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Scatterplot .................. 77
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Halaman
Lampiran 1
Item Pengungkapan CSR ............................................................. 104
Lampiran 2
Daftar Kode GRI ......................................................................... 107
Lampiran 3
Sampel Data Penelitian................................................................ 109
Lampiran 4
Perhitungan CSR ..........................................................................112
Lampiran 5
Perhitungan Variabel.....................................................................113
Lampiran 6
Hasil Output SPSS ........................................................................114
xvi
1BAB I
PENDAHULUAN BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Sejak abad ke-18, alat produksi didominasi oleh mesin. Dominasi mesin ini menimbulkan perubahan teknologi, sosial, ekonomi dan budaya. Revolusi ini melahirkan industri dan kapitalisme modern dimana uang memegang peranan yang sangat penting. Hal ini memberikan dampak yang besar bagi masyarakat, sosial dan lingkungan. Dampak positif dari revolusi ini telah meningkatkan mutu dan kualitas hidup masyarakat. Namun, disisi lain industri juga melahirkan kaum buruh dan kerusakan-kerusakan lingkungan seperti polusi udara, limbah pabrik, eksploitasi alam yang berlebihan dan lain sebagainya (Purnasiwi, 2010). Dampak negatif yang ditimbulkan tersebut akibat dari tujuan perusahaan yang semata-mata untuk mendapatkan laba yang setinggitingginya tanpa memperhatikan dampak yang muncul dari kegiatan usahanya. Akuntansi konvensional yang memusatkan perhatiannya hanya terhadap kepentingan stakeholders dan bondholders menuai kritik dari masyarakat, sebab dinilai belum mampu mengakomodir kepentingan masyarakat secara luas, sehingga perusahaan dituntut untuk meningkatkan perhatiannya kepada lingkungan dan sosial.
1
Pada akhirnya hal tersebut melahirkan konsep akuntansi yang dikenal sebagai
Akuntansi
Pertanggungjawaban
Sosial.
Akuntansi
Pertanggungjawaban Sosial adalah ilmu Socio Economic Accounting (SEA) yang merupakan bidang ilmu akuntansi yang berfungsi mengidentifikasi, mengukur, menilai, melaporkan aspek-aspek social benefit dan social cost yang ditimbulkan oleh lembaga (Harahap, 2002). Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal (investor dan kreditor) saja, akan tetapi juga mementingkan tanggung jawabnya terhadap masyarakat dan lingkungan sosial. Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat ini lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR). Definisi CSR menurut World Bisnis Council for Sustainable Development (WBCD) merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarga. Dalam konteks global, istilah Corporate Social Responsibility (CSR) mulai digunakan sejak tahun 1970an. (Elkingston, 1998) mengemas CSR dalam tiga fokus (3P) yaitu profit, planet dan people. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi (profit), tetapi juga memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).
2
Kasus Lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur pada tahun 2006 menjadi salah satu contoh perusahaan yang memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Hal ini dikarenakan PT Lapindo Brantas tidak memenuhi standar operasional pengeboran yang dilakukan oleh perusahaan. Dalam program tertulis, dinding harus dipasang hingga kedalaman 8.500 kaki, namun pada kenyataannya hal tersebut tidak dikerjakan oleh perusahaan, bahkan pengeboran terus dilakukan hingga kedalaman 9,297 kaki. Akibat dari dinding yang tidak dipasang hingga kedalaman tersebut maka tekanan air dari dalam terus naik ke atas dan mencari celah yang akhirnya
menyembur
tidak
jauh
dari
sumur
pengeboran
(Suara Pembaruan, 2012) Kasus Lumpur Lapindo mengakibatkan kerugian yang dialami oleh berbagai pihak. Protes warga datang terhadap pengeboran minyak dan gas di sejumlah daerah di Jawa timur karena warga mengalami ketakutan bencana Lumpur Lapindo akan terulang lagi. Akibatnya, banyak investor minyak dan gas
yang mengalami kerugian karena terpaksa menghentikan kegiatan
eksplorasinya. Hal ini kemudian dapat berdampak terhadap terganggunya iklim
investasi di Jawa timur karena investor menjadi enggan untuk
berinvestasi. Permasalahan yang sama juga terjadi pada PT Caltex Pacific Indonesia (CPI) yang berlokasi di wilayah Provinsi Riau.
Kegiatan
operasional dari PT Caltex Pacific Indonesia menimbulkan masalah pencemaran lingkungan yang menyebabkan terjadinya konflik dengan
3
masyarakat sekitar. Masyarakat menuntut kompensasi atas kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan eksploitasi lingkungan yang berlebihan. Tuntutan masyarakat tersebut sudah sampai ketingkat DPR pusat yang terkait dampak negatif operasional perusahaan tersebut terhadap kondisi ekonomi, kesehatan dan lingkungan yang semakin memburuk (Mulyadi, 2003). Menurut Anggraini (2006), saat ini kesadaran masyarakat akan peran perusahaan terhadap lingkungan sosial semakin meningkat. Skandal bisnis seperti kasus Enron dan WoldCom pada tahun 2001 serta beberapa kerusakan lingkungan yang terjadi seperti polusi, deplesi sumber daya, pencemaran lingkungan, hak dan status karawan membuat pertanggungjawaban sosial perusahaan akan semakin disoroti. Perusahaan diharapkan menciptakan hubungan timbal balik yang saling sinergis antara perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Harte dan Owen (1991) dalam Kolk (2003) bahwa pelaporan non financial issues (aspek sosial dan lingkungan) mengalami peningkatan selama tahun 1998-2002. Masyarakat membutuhkan
informasi
mengenai
sejauh
mana
perusahaan
telah
melaksanakan aktivitas CSR dalam memenuhi hak-hak masyarakat luas. Menurut Clarie (1991), alasan dari keputusan untuk menyediakan informasi yang berkaitan dengan aspek sosial dan lingkungan yaitu pertimbangan stock market, menentramkan masyarakat dan pemerintah, mengubah persepsi, maupun mengurangi berbagai political costs.
4
Pelaporan non financial issues (aspek sosial dan lingkungan) juga telah diatur dalam PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 1 tahun 2004 tentang Penyajian Laporan Keuangan, bagian Tanggung Jawab atas Laporan Keuangan paragraf 09, menyatakan bahwa perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Dalam hal ini, PSAK No.1 2004 menginstruksikan kepada perusahaan khususnya perusahaan yang bergerak di industri yang berkaitan dengan sumber daya alam, untuk menyajikan laporan tambahan mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) yang telah dilakukan oleh perusahaan. Peraturan CSR yang sebelumnya bersifat sukarela menjadi wajib dengan terbitnya beberapa undang-undang dan peraturan pemerintah yaitu Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam Pasal 74 mengatur perseroan yang kegiatan usahanya dibidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut, kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan harus dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang dilaksanakan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
5
Peraturan lain yang menyinggung CSR adalah UU no. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam UU no. 25 tahun 2007 dinyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan adanya peraturan perundang-undangan tersebut, CSR menjadi sebuah konsep penting untuk dilaksanakan serta dilaporkan oleh perusahaan. Dilling (2010) berpendapat bahwa setiap catatan atas kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) yang dilakukan, dibuat, dan dipublikasikan oleh perusahaan dalam bentuk laporan keberlanjutan (sustainability reporting). Laporan ini telah dikembangkan untuk mencapai keseragaman dalam penggungkapannya yang dikembangkan berdasarkan panduan yang diterbitkan oleh Global Reporting Initiative (GRI). Negara-negara di Eropa telah mewajibkan publikasi laporan ini berdasarkan standar. Laporan ini berisi semua kegiatan yang menyangkut pertanggungjawaban sosial kepada para
stakeholder.
Sustainability
Report
merupakan
bentuk
pertanggungjawaban yang didasarkan pada tiga aspek yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial yang dikenal dengan triple bottom line (Boyd, 2009). Carol dan Carlos (2007) berpendapat bahwa sustainability report merupakan bagian dari komunikasi antara stakeholder dengan perusahaan sebagai penyedia informasi setiap aktivitas perusahaan yang digunakan sebagai acuan dari persepsi dan harapan stakeholder terhadap perusahaan. Kegiatan CSR dalam sustainability report dipandang dapat membantu perusahaan memperbaiki kinerja keuangan dan akses pada modal,
6
meningkatkan brand image dan penjualan, memelihara kualitas kekuatan kerja, memperbaiki pembuatan keputusan pada isu-isu kritis, menangani resiko secara lebih efisien dan mengurangi cost jangka panjang. Namun menurut Runhaar dan Lafferty (2009) dalam hal penerapannya, seringkali motif perusahaan hanya sebatas karena adanya tuntutan peraturan dan menghindarkan pandangan yang buruk dari masyarakat. Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen sejak tahun 2005 mengadakan Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA) dalam upaya meningkatkan daya saing melalui peningkatan transparansi dan akuntabilitas perusahaan. ISRA adalah penghargaan yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang telah membuat pelaporan atas kegiatan yang menyangkut aspek lingkungan dan sosial disamping aspek ekonomi untuk memelihara keberlanjutan (sustainability) perusahaan itu sendiri, baik yang diterbitkan secara terpisah maupun terintegrasi dalam laporan tahunan (annual report). Menurut Wibisono (2007) implementasi CSR pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor terkait dengan komitmen pemimpin, penerapan Good Corporate Governance (GCG), ukuran perusahaan, kematangan umur perusahaan, regulasi dan system perpajakan. Disini peneliti hanya memfokuskan untuk meneliti penggaruh corporate governance dan profitabilitas perusahaan terhadap penggungkapan CSR dan sustainability report.
7
Penerapan mekanisme GCG menuntut perusahaan tidak hanya memperhatikan nilai ekonomi dari perusahaannya tetapi juga nilai tambah lain, seperti keseimbangan kepentingan stakeholder, dan kepatuhan terhadap peraturan serta norma yang berlaku atas kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan (Putri, 2013). Sehingga semakin baik penerapan GCG maka semakin baik pengungkapan CSR perusahaan (Handayani, 2007). Awal bulan September 2015 ini, publik di gegerkan oleh kasus yang baru-baru ini dialami oleh PT. Pertamina Foundation atas dugaan korupsi dana CSR senilai Rp.160 Milyar. Dalam kasus ini, Direktur Ekskutif Pertamina Foundation, Nina Nurlina Pramono, telah ditetapkan sebagai tersangka korupsi. Kasus ini masih dalam proses penyelidikan oleh Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dana CSR yang di korupsi tersebut sebenarnya digunakan kegiatan CSR PT. Pertamina Foundation dalam program gerakan menabung pohon, sekolah sobat bumi, serta sekolah sepak bola Pertamina. Dana CSR yang digunakan untuk program-program tersebut diragukan kebenarannya dan dindikasi sebagai lahan pencucian uang. Kasus PT. Pertamina Foundation yang mencerminkan bahwa kurangnya pengawasan atas pengelolaan dana CSR dan pengungkapannya. Pada pasal 1 dalam Peraturan Pemerintah No.47 tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, menyebutkan bahwa Dewan Komisaris bertugas melakukan pengawasan secara umum dan khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi sebagai
8
penanggungjawab. Komite Audit sebagai bagian dari Dewan Komisaris ikut andil bertugas membantu Komisaris dalam mengkaji kebijakan GCG secara menyeluruh yang disusun oleh Direksi perusahaan serta menilai konsistensi penerapannya, termasuk yang berkaitan dengan etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility). Kasus PT. Pertamina Foundation yang kini sedang menjadi sorotan publik ini menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut. Berdasarkan kasus tersebut peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmana peran Komite Audit sebagai struktur corporate governance, yang diukur dari independensi, keahlian, frekuensi rapat, dan jumlah anggota Komite Audit dapat mempengaruhi pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam sustainability report. Peran Komite Audit sebagai penggawas di harap dapat membantu
Dewan
Komisaris
dalam
mengawasi
pengganggaran,
penggelolaan, serta pendistribusian dana CSR guna meminimalisir terjadinya penyelewengan dana CSR. Menurut Baxter dan Cotter (2009) dalam Risty dan Sanny (2015), independensi Komite Audit sering dianggap sebagai karakteristik yang penting dalam mempengaruhi efektivitas Komite Audit dalam mengawasi proses pelaporan keuangan. Hasil penelitian yang dilakukan Said et. al. (2009) menemukan bahwa independensi Komite Audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility. Hal tersebut diindikasikan bahwa keberadaan Komite Audit yang independen dapat mendorong Dewan Komisaris untuk menggambil keputusan secara
9
objektif yang dapat melindungi seluruh pemangku kepentingan dari tindakan agen yang menyimpang. Jika pengawasan Komite Audit telah dilakukan dengan efektif, maka pengelolaan perusahaan akan dilakukan dengan baik pula, dan manajemen akan menggungkapkan semua informasi yang ada termasuk tanggungjawab sosial. Risty dan Sany (2015) menemukan bahwa keahlian Komite Audit tidak memberikan berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report. Hal ini diindikasi bahwa organisasi yang melakukan pengungkapan sustainability report tidak sepenuhnya dilatarbelakangi karena adanya Komite Audit yang memiliki keahlian di bidang akuntansi dan keuangan, sebaliknya perusahaan yang melakukan penerbitan sustainability report memiliki keahlian di luar di bidang akuntansi dan keuangan. Yunita Prastiwi (2011) menemukan bahwa bahwa frekuensi rapat Dewan Komisaris dan frekuensi rapat Komite Audit tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap luas pengungkapan sustainability report. Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Waryanto (2010), menemukan hasil yang menunjukkan temuan bahwa tidak terdapat hubungan antara frekuensi pertemuan dewan komisaris dengan pengungkapan informasi sosial perusahaan. Namun, Risty dan Sany (2015) dalam penelitiannya menunjukkan hasil yang berbeda bahwa frekuensi rapat Komite Audit berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report. Sembiring (2005) menghasilkan temuan bahwa profitabilitas tidak terbukti berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR. Sembiring (2005)
10
menunjukkan hasil bahwa variabel profitabilitas dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Anggraini (2006) dalam penelitiannya menunjukkan hasil yang berbeda. Profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial. Dari fenomena-fenomena yang terjadi dan dari hasil penelitian terdahulu
terdapat
beberapa
variabel
yang
berpengaruh
terhadap
pengungkapan CSR masih menunjukan hasil yang berbeda, bahkan bertentangan
dengan
antara
hasil
penelitian
yang
satu
dengan
yang lainnnya. Hal inilah yang akan menjadi research gap dalam penelitian ini, sehingga sangat menarik dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan research gap tersebut. Penelitian ini mengadopsi GRI (Global Reporting Initiative) versi 3.0 yang telah disesuaikan dengan kondisi pelaksanaan CSR di Indonesia sebagai item pengukur variabel dependen pada sustainability report perusahaan. Penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Komite Audit Sebagai Struktur Corporate
Governance
Terhadap
Pengungkapan
Corporate
Social
Responsibility Dalam Sustainability Report. Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014”. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Risty dan Sanny (2015). Namun ada yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu sebagai berikut: 1. Terdapat penambahan variabel independen yaitu profitabilitas perusahaan yang merupakan rekomendasi dari penelitian sebelumnya.
11
2. Penggungkapan sustainability report pada penelitian ini memfokuskan kepada aktifitas CSR yang penggukurannya mengadopsi GRI (Global Reporting Initiative) versi 3.0. Sedangkan penelitian sebelumnya hanya menggunakan variabel dummy jika menerbitkan sustainability report. 3. Sempel yang digunakan dalam penelitian ini lebih luas yaitu mencakup seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4. Periode pada penelitian ini dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Apakah independensi Komite Audit berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam sustainability report?
2.
Apakah keahlian Komite Audit berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam sustainability report?
3.
Apakah
frekuensi
rapat
Komite
Audit
berpengaruh
terhadap
berpengaruh
terhadap
pengungkapan CSR dalam sustainability report? 4.
Apakah
jumlah
anggota
Komite
Audit
pengungkapan CSR dalam sustainability report? 5.
Apakah profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam sustainability report
12
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut: 1. Menganalisis
pengaruh
independensi
Komite
Audit
terhadap
pengungkapan CSR dalam sustainability report. 2. Menganalisis pengaruh keahlian Komite Audit terhadap pengungkapan CSR dalam sustainability report. 3. Menganalisis frekuensi rapat Komite Audit terhadap pengungkapan CSR dalam sustainability report. 4. Menganalisis jumlah anggota Komite Audit terhadap pengungkapan CSR dalam sustainability report. 5. Menganalisis profitabilitas perusahaan terhadap pengungkapan CSR dalam sustainability report.
D. Manfaat Penelitian 1. Kontribusi Teoritis a. Bagi Mahasiswa. Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah studi literatur terkait dengan pengaruh Komite Audit sebagai struktur corporate governance terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam sustainability report. b. Bagi peneliti berikutnya. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melaksanakan penelitian
13
lebih lanjut mengenai topik penggungkapan Corporate Social Responsibility dalam sustainability report ini. 2. Manfaat Bagi Praktisi a. Dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana peran Komite Audit yang terdapat pada perusahaan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam sustainability report. b. Dapat digunakan oleh perusahaan untuk digunakan sebagai referensi untuk pengambilan kebijakan oleh manajemen perusahaan mengenai pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan dalam laporan keuangan yang disajikan. Selain itu juga untuk memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya penggungkapan Corporate Social Responsibility serta sebagai pertimbangan dalam penerapan Good Corporate Governance. c. Dapat digunakan oleh investor dan calon investor untuk memberikan gambaran tentang laporan keuangan tahunan sehingga dijadikan sebagai acuan untuk pembuatan keputusan investasi. Penelitian ini diharapkan akan memberikan wacana baru dalam mempertimbangkan aspek-aspek yang perlu diperhitungkan dalam investasi yang tidak terpaku pada ukuran-ukuran moneter. d. Dapat digunakan oleh badan pembuat standar pemerintah selaku regulator,
seperti
Bapepam, IAI,
Komite
Nasional
Kebijakan
Governance (KNKG) dan sebagainya, sebagai masukan dalam meningkatkan kualitas standar dan peraturan yang ada.
14
2BAB II
TINJAUAN PUSTAKA BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan memberikan penjelasan mengenai hubungan agensi yaitu hubungan antara pemilik (principal) dengan manajemen (agent). Berikut beberapa pandangan mengenai teori keagenan menurut beberapa ahli ekonomi: Jansen dan Meckling (1976) dalam Adityasih (2010) menyatakan teori keagenan merupakan hubungan kontrak antara pemilik (principal) dengan manajemen (agent) untuk melakukan beberapa jasa bagi pemilik berdasarkan pendelegasian wewenang dari pemilik kepada agen untuk mengambil keputusan bisnis bagi kepentingan pemilik. Hal tersebut memunculkan konflik sebab terdapat kecenderungan masing-masing pihak mementingkan kepentingannya. Menurut Belkaoui (2007) hubungan agensi dikatakan telah terjadi apabila suatu kontrak antara prinsipal dengan agen untuk memberikan jasa demi kepentingan principal termasuk pemberian kekuasaan kepada agen untuk pengambilan keputusan. Masing-masing pihak baik principal maupun agen termotivasi hanya untuk memaksimalkan kepentingan dirinya sendiri.
15
Ujiyantho
dan
Bambang (2007)
dalam
Waryanto
(2010)
menyatakan bahwa terdapat tiga asumsi sifat manusia dalam teori keagenan yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Jansen dan Meckling (1976) dalam Adityasih (2010) menjelaskan bahwa didalam hubungan antara pemilik dan manajemen memunculkan konflik kepentingan yang terjadi karena adanya pemisahan fungsi antara kepemilikan perusahaan dan pengendalian. Pemilik dan manajemen memiliki
tujuan
yang
berbeda,
dimana
pemilik
menginginkan
pengembalian yang sebesar-besarnya dan secepat-cepatnya atas penyertaan modal kedalam perusahaan dengan melihat kenaikan proporsi dividen dari tiap tahun. Disisi lain manajemen memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan diri sendiri. Menurut
Putri
(2013),
konflik
keagenan
atau
perbedaan
kepentingan antara agen dan prinsipal dapat diatasi dengan menerapkan corporate
governance
sebagai
mekanisme
yang
mengatur
dan
mengendalikan perusahaan. Corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubunga dan pengungkapan informasi yang lengkap antara Manajemen Perusahaan, Dewan Komisaris, para pemegang saham dan para stakeholder lainnya.
16
2. Teori Stakeholders Menurut Ghozali dan Chariri (2007), keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan. Stakeholders menurut Wibisono (2009) merupakan pemangku kepentingan yaitu pihak atau kelompok yang berkepentingan, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap eksistensi atau aktivitas perusahaan, dan karenanya kelompok tersebut mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh perusahaan. Pihak-pihak yang termasuk stakehoders yaitu pemasok, pelanggan, pemerintah, masyarakat lokal, investor, karyawan, Keberadaan
kelompok
politik,
Stakeholders
ini
asosiasi berperan
perdagangan menentukan
dan
lainnya.
keberhasilan
perusahaan. Teori stakeholders adalah teori yang menjelaskan mengenai tanggung jawab dan bagaimana perusahaan menciptakan nilai bagi organisasi dan lingkungannya. Tujuan dari teori ini adalah untuk menjelaskan sifat hubungan antara organisasi dan orang-orang yang memiliki kepentingan dalam operasi dalam hal kegiatan usaha organisasi (Benn dan Bolton, 2013). Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan
manfaat
bagi
stakeholder-nya.
Stakeholder
dapat
mengendalikan atau mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan dalam operasional perusahaan. Oleh karena itu, kekuatan
17
stakeholder ditentukan oleh besar kecilnya kekuatan yang dimiliki stakeholder atas sumber tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007). Kekuatan tersebut dapat berupa kemampuan
untuk membatasi
pemakaian sumber ekonomi yang terbatas (modal dan tenaga kerja), akses terhadap media
yang berpengaruh,
kemampuan
untuk
mengatur
perusahaan, atau kemampuan untuk mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan (Deegan, 2000 dalam Ghozali dan Chariri, 2007). Oleh karena itu, ketika sumber ekonomi perusahaan dikuasai oleh stakeholder, maka perusahaan akan bereaksi dengan cara yang memuaskan keinginan stakeholder (Ullman, 1982 dalam Ghozali dan Chariri, 2007).
Perusahaan akan mempertimbangkan kepentingan dari
para stakeholder, salah satunya dalam hal pertanggungjawaban aktifitas sosial perusahaan. 3. Signaling Theory Teori sinyal merupakan teori yang menjelaskan tentang bagaimana perusahaan memberikan sinyal-sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Perusahaan yang memiliki kualitas baik dapat membedakan dirinya dengan perusahaan yang berkualitas buruk melalui sinyal yang ditunjukkan kepasar modal tentang kualitas kinerjanya. Sinyal yang diberikan oleh seorang manajer menggambarkan kondisi perusahaan yang dapat berbentuk negatif maupun positif (Spance, 1973). Menurut Spance (1973), asymmetric information yang timbul dari dampak negatif dapat diminimalisir dengan penggunaan teori singnaling
18
yang dilakukan oleh manajer terhadap investor. Pemberian sinyal yang dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asymmetric information, yang merupakan kondisi dimana manajer lebih mengetahui informasi lebih banyak dibanding dengan investor. Manajer sebenarnya mengetahui distribusi yang sebenarnya dari tingkat pengembalian laba perusahaan, tetapi investor tidak mengetahuinya (Ross, 1977). Hal ini yang menyebabkan terjadinya asymmetric information, dimana terdapat perbedaan informasi yang diterima oleh manajer dan investor, maka pemberian sinyal kepada pihak eksternal sangat penting sebagai upaya mengurangi terjadinya asymmetric information. Penggungkapan CSR yang tepat dan sesuai harapan stakeholder digunakan sebagai sinyal goodnews yang diberikan kepada pihak manajemen kepada publik bahwa perusahaan memiliki prospek bagus di masa depan dan memastikan terciptanya sustainability development (Putri, 2013) 4. Teori Legitimasi Teori
Legitimasi
didasarkan
atas
gagasan
bahwa
bisnis
perusahaan yang beroperasi di masyarakat memiliki kontrak sosial dimana organisasi diharapkan melakukan tindakan yang diingkan oleh masyarakat sebagai balasan atas diterimanya tujuan perusahaan, kelangsungan hidup perusahaan, dan penghargaan lainnya (Guthrie dan Parker, 1989 dalam Risty dan Sany, 2015).
19
Menurut Wartick dan Mahon (1994) dalam Risty dan Sany (2015), kesenjangan legitimasi diakibatkan karena kinerja perusahaan yang berubah sementara harapan masyarakat terhadap kinerja perusahaan tetap sama, harapan masyarakat terhadap kierja perusahaan berubah, sementara kinerja perusahaan sendiri tetap sama dan baik kinerja perusahaan dan harapan masyarakat sama-sama berubah, tetapi bergerak kearah yang berbeda atau bergerak kearah yang sama tetapi waktunya berbeda. Pengurangan dari gap legitimasi menurut O’Donovan (2002) dalam Djuataningsih dan Marsyah (2012) dapat dilakukan dengan memperluas wilayah kesesuaian antara operasi perusahaan dengan pengharapan masyarakat dengan cara melakukan strategi legitimasi dan melakukan pendekatan social disclosure. Social disclosure ini dilakukan dalam hal menanggapi ekspektasi masyarakat dan perubahan persepsi masyarakat terhadap organisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengkomunikasikan dalam bentuk laporan sustainability report yang berisi tanggung jawab perusahaan terhadap sosial dan lingkungan. 5.
Komite Audit Pengertian Komite Audit menurut Komite Nasional Kebijakan Governance dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia 2006 yaitu sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas khusus atau sejumlah anggota Dewan Komisaris perusahaan
20
klien
yang
bertanggungjawab
untuk
membantu
auditor
dalam
mempertahankan independensinya dari manajemen. Berikut ketentuan dan peraturan mengenai Komite Audit sebagai berikut: a.
Surat Edaran BAPEPAM No.SE-03/PM/2000 tentang pelaksanaan pembentukan Komite Audit bagi perusahaan go-public.
b.
Keputusan Direksi BEJ No.Kep-339/BEJ/07-2001 tentang aturan jumlah dan kualifikasi keanggotaan Komite Audit.
c.
Surat Keputusan Ketua BAPEPAM No.Kep-412/PM/2003 mengenai pedoman pembentukan Komite Audit.
d.
Kep-117/M-MBU/2002 mewajibkan BUMN memiliki Komite Audit.
e.
Peraturan
No.IX.1.5
mengenai
pembentukan
dan
pedoman
Pelaksanaan Kerja Komite Audit dalam Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM No.29/PM/2004. Dewan Komisaris umumnya membentuk komite-komite di bawahnya
sesuai
dengan
kebutuhan
perusahaan
dan
peraturan
perundangan yang berlaku untuk membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan tanggung jawab dan wewenangnya secara efektif. Komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris tersebut adalah Komite Audit, Komite Kebijakan Risiko, Komite Remunerasi dan Nominasi, dan Komite Kebijakan Corporate Governance. Namun, menurut peraturan BEJ Nomor KEP-339/BEJ/07-2001, yang sifatnya wajib dimiliki oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek hanya Komite Audit.
21
Peran dan tanggungjawab Komite Audit menurut Komite Nasional Good Corporate Governance (KNGCG, 2002) yaitu: a. Pelaporan Keuangan Peran dan tanggung jawab Komite Audit dalam pelaporan keuangan: 1) Pengawasan atas proses pelaporan keuangan dengan menekankan agar standar dan kebijaksanaan keuangan yang berlaku terpenuhi. 2) Memeriksa ulang laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan standar dan kebijaksanaan tersebut dan apakah sudah konsisten dengan informasi lain yang diketahui oleh anggota Komite Audit. 3) Mengawasi audit laporan keuangan eksternal dan menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya yang diajukan auditor eksternal. b. Manajemen Risiko dan Kontrol Dalam hal manajemen risiko dan kontrol, peran dan tanggung jawab Komite Audit adalah: 1) Mengawasi proses manajemen risiko dan kontrol, termasuk identifikasi risiko dan evaluasi kontrol untuk mengecilkan risiko. 2) Mengawasi laporan auditor internal dan auditor eksternal untuk memastikan bahwa semua bidang kunci risiko dan kontrol diperhatikan. 3) Menjamin
bahwa
pihak
manajemen
melaksanakan
semua
rekomendasi yang terkait dengan risiko dan kontrol, yang dibuat oleh auditor internal dan auditor eksternal.
22
c. Corporate Governance Tanggungjawab Komite Audit di bidang corporate governance adalah memberikan kepastian bahwa perusahaan tunduk pada undang-undang dan peraturan yang berlaku, dan mempertahankan kontrol yang efektif terhadap benturan kepentingan pegawai. Peran dan tanggung jawab Komite Audit harus termasuk juga: 1) Mengawasi proses corporate governance 2) Memastikan bahwa manajemen senior membudayakan GCG 3) Mengerti
semua
pokok
persoalan
yang
mungkin
dapat
mempengaruhi kinerja finansial atau non-finansial perusahaan 4) Memonitor bahwa perusahaan tunduk pada tiap undang-undang dan peraturan yang berlaku 5) Mengharuskan auditor internal melaporkan secara tertulis hasil pemeriksaan corporate governance dan temuan lainnya Struktur Komite Audit di Indonesia diatur dalam Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep-41/PM/2003 tentang Peraturan Nomor IX.I.5: Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit adalah sebagai berikut: a. Anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris dan dilaporkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham. b. Anggota Komite Audit yang merupakan komisaris independen bertindak sebagai ketua Komite Audit. Dalam hal ini komisaris
23
independen yang menjadi anggota Komite Audit lebih dari satu orang maka salah satunya bertindak sebagai ketua Komite Audit. Rekomendasi yang dibentuk oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia 2002 adalah penting bahwa perusahaan harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki oleh setiap anggota Komite Auditnya. Hal ini disebabkan karakteristik komite akan berpengaruh pada peran Komite Audit dalam pemberian bantuan kepada Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugasnya tentang pengendalian internal dan pelaporan keuangan dan manajemen. Persyaratan
keanggotaan
Komite
Audit
sesuai
dengan
Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep-29/PM/2004 sebagai berikut: a. Memiliki intregitas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman
yang
memadai
sesuai
dengan
latar
belakang
pendidikannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik. b. Salah seorang dari anggota Komite Audit memiliki latar belakang pendidikan akuntansi atau keuangan. c. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang peraturan perundangundangan di bidang pasar modal dan di bidang lainnya. d. Bukan merupakan orang dari KAP, kantor konsultan hukum, atau pihak lain yang memberikan jasa audit, jasa non-audit, atau jasa konsultasi lain kepada perusahaan dalam enam bulan terakhir.
24
e. Bukan orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam merencanakan, memimpin, atau mengendalikan kegiatan perusahaan dalam waktu enam bulan terakhir. f. Tidak memiliki saham di perusahaan. g. Tidak memiliki hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan dengan komisaris, direksi atau pemegang saham utama perusahaan. h. Tidak memiliki hubungan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, yang berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan. a.
Independensi Komite Audit Menurut Sukrisno (2012), Independensi artinya tidak mudah dipengaruhi,
karena
auditor
melaksanakan
pekerjaannya
untuk
kepentingan umum. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa auditor tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa pun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang dimiliki, auditor akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatanya. Pengertian independensi juga terdiri dari tiga jenis yaitu: 1) Independensi dalam penampilan (Independent In Appearance) merupakan independensi yang selama bertugas selalu menghindari keadaan
yang
dapat
menyebabkan
pihak
lain
meragukan
independensinya.
25
2) Independensi
dalam
kenyataan/fakta
(Independent
In
Fact)
merupakan sikap auditor dalam menjalankan tugasnya selalu mematuhi kode etik internal auditor dan professional framework of internal auditor. 3) Independensi dalam pikiran (Independent In Mind) merupakan sudut pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan professional auditor. Dari
ketiga
pengertian
diatas
dapat
dijelaskan
bahwa
independensi yaitu sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, serta tidak bergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujurean dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan objektif. Independensi anggota Komite Audit dapat dilihat dari persyaratan keanggotaan Komite Audit, seperti tertuang dalam Peraturan No. IX.1.5 tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja Komite Audit, lampiran ketua Bapepam No. 29/PM/2000. Menurut Islahuzzaman (2012), Independensi adalah: “Auditor yang independen adalah auditor yang tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam audit. Independensi lebih banyak ditentukan faktor luar diri auditor.” Pernyataan
tersebut
menjelaskan
bahwa
auditor
dalam
penugasannya harus menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang
26
menimbulkan konflik kepentingan atau menimbulkan prasangka yang meragukan untuk dapat melaksanakan tugas dan profesinya secara objektif. b. Keahlian Komite Audit Keahlian
Komite
Audit
merupakan
professional
yang
mempunyai latar belakang pendidikan dan berpengalaman dalam bidang akuntansi dan auditing. Menurut Hiro Tugiman (2006) Peningkatan keahlian internal auditor secara signifikan dilakukan memalui program sertifikasi profesi, baik sertifikasi tingkat nasional maupun internasional. Berdasarkan pendapat di atas untuk pengembangan keahlian Komite
Audit
dibutuhkan
pelatihan,
namun
tetap
mengikuti
perkembangan zaman dan terus menjaga tingkat kemampuannya salama karier profesinya. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Nomor: PER-211/K/JF/2010 tentang standar keahlian auditor bahwa keahlian auditor adalah ukuran kemampuan minimal yang harus dimiliki auditor yang mencakup aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan/keahlian (skill), dan sikap perilaku (attitude) untuk dapat melakukan tugas-tugas dalam jabatan fungsional auditor dengan hasil baik. Berdasarkan keputusan diatas seorang auditor diakatakan kompeten jika memiliki pengetahuan, keterampilan/keahlian, dan sikap perilaku yang sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan agar dapat
27
melakukan tugas-tugasnya dengan baik. Keahlian seseorang juga memiliki pengaruh positif terhadap pekerjaan yang dilakukannya yaitu sejauh mana peran orang itu dapat dinilai sebagai individu dalam pengambilan keputusan dan efektif dalam penyelesaian pekerjaannya. c.
Frekuensi Rapat Komite Audit Dalam setiap audit committee charter yang dimiliki oleh masing-masing anggota, Komite Audit akan mengadakan pertemuan untuk rapat secara periodik dan dapat mengadakan rapat tambahan atau rapat-rapat khusus bila diperlukan. Pertemuan secara periodik ini sebagaimana ditetapkan oleh Komite Audit sendiri dan dilakukan sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan rapat Dewan Komisaris yang ditentukan dalam anggaran dasar perusahaan. Komite Audit biasanya perlu untuk mengadakan pertemuan tiga sampai empat kali dalam
satu
tahun
untuk
melaksanakan
kewajiban
dan
tanggungjawabnya (FCGI, 2002). Komite Audit juga dapat mengadakan pertemuan eksekutif dengan pihak-pihak luar keanggotaan Komite Audit yang diundang sesuai dengan keperluan atau secara periodik. Pihak-pihak luar tersebut antara lain komisaris, manajemen senior, kepala auditor internal dan kepala auditor eksternal. Hasil rapat Komite Audit dituangkan dalam risalah rapat yang ditandatangani oleh semua anggota Komite Audit. Ketua komite audit bertanggung jawab atas agenda dan bahanbahan pendukung yang diperlukan serta wajib melaporkan aktivitas
28
pertemuan Komite Audit kepada Dewan Komisaris. Apabila Komite Audit menemukan hal-hal yang diperkirakan dapat mengganggu kegiatan perusahaan, Komite Audit wajib menyampaikannya kepada Dewan Komisaris selambat-lambatnya sepuluh hari kerja. Laporan yang dibuat dan disampaikan Komite Audit kepada komisaris utama adalah: 1) Laporan triwulanan mengenai tugas yang dilaksanakan dan realisasi program kerja dalam triwulan bersangkutan. 2) Laporan tahunan pelaksanaan kegiatan Komite Audit. 3) Laporan atas setiap penugasan khusus yang diberikan oleh Dewan Komisaris. Dalam laporan Komite Audit kepada Dewan Komisaris, Komite Audit memberikan kesimpulan dari diskusi dengan auditor eksternal tentang temuan mereka yang berhubungan dengan peninjuan tengah tahun dan laporan keuangan tahunan, rekomendasi atas pengangkatan auditor eksternal dan setiap masalah pengunduran diri, penggantian dan pemberhentian perikatannya, kesimpulan tentang nilai fungsi audit internal dan tanggapan atas penemuan audit internal, serta kesimpulan atas kinerja sistem kontrol internal. Pertemuan Komite Audit berfungsi sebagai media komunikasi formal anggota Komite Audit dalam mengawasi proses corporate governance, untuk memastikan bahwa manajemen senior membudayakan corporate governance, memonitor bahwa perusahaan patuh pada code of conduct, mengerti semua pokok
29
persoalan yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja keuangan atau non-keuangan perusahaan, memonitor bahwa perusahaan patuh pada tiap undang-undang dan peraturan yang berlaku, dan mengharuskan auditor internal melaporkan secara tertulis hasil pemeriksaan corporate governance dan temuan lainnya. d. Ukuran Komite Audit Ukuran Komite Audit merupakan salah satu karakteristik yang mendukung efektifitas kinerja Komite Audit dalam suatu perusahaan. Destika (2011) menyatakan bahwa karakteristik Komite Audit yang mendukung fungsi pengawasan terhadap manajemen (agen) agar tidak merugikan pemilik perusahaan (prinsipal) adalah ukuran Komite Audit. Karena dengan semakin besarnya ukuran Komite Audit akan meningkatkan fungsi monitoring pada Komite Audit terhadap pihak manajemen. Siswanto Sutojo (2005) dalam Ristifani (2009) menyatakan bahwa Komite Audit harus beranggotakan lima orang, diangkat untuk masa jabatan lima tahun. Dua diantara lima orang anggota tersebut pernah menjadi akuntan publik. Tiga orang anggota yang lain bukan akuntan publik. Ketua komite audit dipegang oleh salah seorang anggota Komite akuntan publik, dengan syarat selama lima tahun terakhir mereka tidak berprofesi sebagai akuntan publik. Ketua dan anggota Komite Audit tidak diperkenankan menerima penghasilan dari perusahaan akuntan publik kecuali uang pensiun.
30
Sedangkan Task Force Komite Audit yang dibentuk oleh Komite Nasional Good Corporate Governance dan diwakili tim kerja dari FCGI untuk menyusun Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif tanggal 30 Mei 2002 sebagai berikut : 1) Dewan Komisaris harus membentuk suatu Komite Audit. 2) Harus ada ketentuan-ketentuan tertulis yang mengatur dengan jelas kewenangan dan tugas Komite Audit. 3) Tugas utama Komite Audit termasuk pemeriksaan dan pengawasan tentang proses pelaporan keuangan dan kontrol internal. 4) Anggota Komite Audit harus diangkat dari anggota Dewan Komisaris yang tidak melaksanakan tugas-tugas eksekutif dan paling sedikit terdiri dari tiga anggota. Keanggotaan Komite Audit diatur dalam Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor Kep-339/BEJ/07/2001 bagian C, yaitu sekurang-kurangnya terdiri dari 3 orang anggota. Dalam rekomendasi yang dibentuk oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2002) adalah penting bahwa perusahaan harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki oleh setiap anggota Komite Auditnya. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan di Indonesia khususnya yang terdaftar di BEI harus memiliki Komite Audit dengan anggota minimal 3 orang yang dibentuk oleh Dewan Komisaris perusahaan. Komite Audit berfungsi juga untuk membantu Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan internal,
31
untuk itu Komite Audit bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam melaksanakan wewenang dan tugasnya. 6.
Profitabilitas Profitabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Mahdiyah (2008) dalam Honimah (2011) profitabilitas merupakan faktor yang
membuat
manajemen
menjadi
bebas
dan
fleksibel
untuk
mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial. Profitabilitas adalah hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan (Brigham dan Houston, 2006) dalam Dewa Sancahya (2010), dimana rasio ini digunakan sebagai alat pengukur atas kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Dengan demikian pengukuran profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan tingkat efektifitas manajemen secara menyeluruh dan secara tidak langsung para investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis ini. Selain itu keuntungan (profitabilitas) sangat penting bagi perusahaan bukan saja untuk terus mempertahankan pertumbuhan bisnisnya namun juga memperkuat kondisi keuangan perusahaan. Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan pengaruh dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil operasi (Brigham & Houston, 2006). Rasio yang biasa digunakan
32
untuk mengukur dan membandingkan kinerja profitabilitas adalah gross profit margin, operating profit margin, net profit margin, Return on Equity dan Return on assets. Gross
profit
margin
merupakan
rasio
profitabilitas
yang
menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Gross profit margin merupakan presentase dari laba kotor dibandingkan dengan sales. Operating profit margin adalah rasio yang menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum adanya pajak dan bunga dari penjualan yang dilakukan. Rasio ini menggambarkan apa yang biasanya disebut "pure profit" yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan. Operating profit disebut murni (pure) dalam pengertian bahwa jumlah tersebut yang benar-benar diperoleh dari hasil operasional perusahaan dengan mengabaikan kewajiban-kewajiban finansial berupa bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa pembayaran pajak. Net profit margin adalah rasio profitabilitas yang menghitung sejauh mana perusahaan dalam menghasilkan laba setelah dipotong pajak dan bunga dari penjualan yang dilakukan. Semakin tinggi net profit margin, maka makin baik profitabilitas suatu perusahaan. Return on equity (ROE) menunjukkan kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net income yang tersedia bagi pemegang saham. Semakin tinggi return adalah
33
semakin baik karena berarti dividen yang dibagikan atau ditanamkan kembali sebagai retained earning juga akan makin besar. Return on assets (ROA) menunjukkan kemampuan manajemen perusahaan dalam menghasilkan income dari pengelolaan aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Rasio ini menunjukkan seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menggunakan asetnya. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin efektif penggunaan aktiva tersebut. Kelima rumus rasio untuk menhitung profitabilitas ini dicantumkan pada Tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 Rumus Rasio Profitabilitas Rasio Gross Profit Margin
GPM =
Operating Profit Margin
OPM =
Net profit Margin
NPM =
Return on Equity
ROE =
Return on assets
ROA =
Rumus Sales - Cost Of GoodSales Sales Operating Profit Sales Net profit After Tax Sales NetProfitAfterTax StockholderEquity Netlncome TotalAssets
Sumber: Dewa Sancahya (2010)
Pada penelitian ini profitabilitas perusahaan diukur dengan rasio return on assets yang diambil dari data keuangan perusahaan perbankan yang menjadi objek penelitian, yang listing pada Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting untuk mengetahui profitabilitas suatu perusahaan. Return on asset merupakan ukuran efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. 34
7.
Corporate Social Responsibility (CSR) Pada dasarnya, CSR merupakan sebuah konsep tentang perlunya sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat dan stakeholder lainnya. Secara teoretik, CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para stakeholder-nya, terutama komunitas atau masyarakat disekitar wilayah kerja dan operasinya. CSR berusaha memberikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya. Sebagaimana dijelaskan oleh Darwin (2004) dalam Anggraini (2006) Pertanggungjawaban sosial adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan demikian, operasi bisnis yang dilakukan oleh perusahaan tidak hanya berkomitmen dengan ukuran keuntungan secara finansial saja,tetapi juga harus berkomitmen pada pembangunan sosial ekonomi secara menyeluruh dan berkelanjutan. Definisi CSR dalam ISO 26000 (www.csrindonesia.com) adalah sebagai berikut: Responsibility of an organization for the impact of its decisional and activities on society and the environment through transparent and ethical behaviour that is consistent with sustainable development and welfare of society; takes into account the expectation of stakeholders; is in compliance with applicable law and consistent international norms of behavior; and is integrated throughout the organization.
35
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa CSR merupakan tanggung jawab perusahaan atau organisasi atas dampak yang ditimbulkan dari keputusan dan aktivitas yang telah diambil dan dilakukan oleh organisasi tersebut, melalui perilaku yang transparan dan etis. Berdasarkan konsep ISO 26000, penerapan tanggung jawab sosial perusahaan hendaknya terintegrasi pada seluruh aktivitas organisasi yang mecakup isu-isu pokok berikut ini: a. Pengembangan Masyarakat b. Konsumen c. Praktek Kegiatan Institusi yang sehat. d. Lingkungan e. Ketenagakerjaan f. Hak Asasi Manusia g. Organizational Governance Dengan demikian, jika suatu perusahaan hanya berfokus pada isuisu tertentu saja, misalnya perusahaan hanya peduli terhadap isu lingkungan dan mengabaikan isu mengenai ketenagakerjaan atau isu-isu lainnya, maka perusahaan tersebut sesungguhnya belum melaksanakan tanggung jawab sosialnya secara utuh dan menyeluruh. 8. Sustainability Report Pengungkapan tanggung jawab sosial adalah proses pengkomunikasin efek-efek sosial dan lingkungan atas tindakan-tindakan ekonomi perusahaan pada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat
36
secara
keseluruhan (Gray et.al., 1987 dalam Waryanto, 2010). Dengan
mengungkapakan
informasi-informasi
mengenai
operasi
perusahaan
sehubungan dengan lingkungan diharapkan perusahaan bisa mendapatkan kepercayaan dari masyarakat bahwa dalam
melaksanakan aktivitasnya,
perusahaan tidak hanya berfokus pada keuntungan semata melainkan perusahaan juga memperhatikan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Selain itu, Darwin (2007) dalam Waryanto (2010) menyatakan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial bertujuan untuk menjalin hubungan komunikasi yang baik dan efektif antara perusahaan dengan publik dan Stakeholder lainnya tentang bagaimana perusahaan telah mengintegrasikan CSR dalam setiap aspek
kegiatan operasinya. Pengungkapan kinerja
lingkungan, sosial, dan ekonomi di dalam laporan tahunan atau laporan terpisah adalah untuk mencerminkan tingkat akuntabilitas, responsibilitas, dan transparasi perusahaan kepada investor dan stakeholder lainnya. Kewajiban pengungkapan CSR di Indonesia telah diakomodasi dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 tentang penyajian laporan keuangan yang menyatakan bahwa perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan, khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting. Berdasarkan hal tersebut, sudah selayaknya perusahaan melaporkan semua aspek yang mempengaruhi kelangsungan operasi perusahaan kepada masyarakat.
37
Pengungkapan kinerja lingkungan, sosial, dan ekonomi perusahaaan dapat
dilakukan dengan mengungkapkan hal tersebut ke dalam laporan
tahunan perusahaan atau mengungkapkannya ke dalam laporan yang terpisah. Mengungkapkan laporan CSR ke dalam Laporan tahunan lebih lazim dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Laporan tahunan merupakan alat yang digunakan oleh manajemen utnuk melakukan pengungkapan dan pertanggungjawaban kinerja perusahaan kepada pihakpihak yang berkepentingan termasuk masyarakat. Para pengguna laporan tahunan seperti analis, investor, masyarakat dan lainnya membutuhkan informasi yang lengkap mengenai laporan tentang suatu perusahaan. Namun, menurut Darwin, saat ini berkembang pelaporan perusahaan mengenai kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berdiri sendiri dan terpisah dari laporan tahunan perusahaan, yang dikenal dengan sustainability report (SR). Sustainability report merupakan sebuah laporan yang tidak hanya berpijak pada single bottom line, yaitu kondisi keuangan perusahaan saja tetapi berpijak pada triple bottom line, yaitu selain informasi keuangan juga menyediakan informasi sosial dan lingkungan. Pengungkapan Laporan Keberlanjutan (sustainability report) semakin mendapat perhatian dalam praktik bisnis global dan menjadi salah satu kriteria dalam menilai tanggung jawab sosial suatu perusahaan. Para pemimpin
perusahaan-perusahaan
dunia
semakin
menyadari
bahwa
pengungkapan laporan yang lebih komprehensif (tidak hanya sekedar laporan keuangan) akan mendukung strategi perusahaan.
38
Laporan keberlanjutan (sustainability report) harus benar-benar menunjukkan bahwa perusahaan yang melaporkannya diyakini telah berada pada kondisi keberlanjutan atau minimal telah berada di jalan yang tepat menuju ke kondisi tersebut. Tentu saja, untuk mengetahui apakah perusahaan telah sampai atau berada di jalan menuju keberlanjutan, diperlukan pemahaman atas apa itu perusahaan yang berkelanjutan. Jalal (2007) dalam Yunita Prastiwi (2011) ada empat konsep yang membangun keberlanjutan suatu perusahaan, yaitu pembangunan berkelanjutan, CSR, teori pemangku kepentingan, dan teori akuntabilitas perusahaan. Hanya perusahaan yang telah memenuhi berbagai kondisi yang dijelaskan oleh masing-masing konsep itulah yang bisa dikatakan telah menjadi perusahaan yang berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutaan menjelaskan bahwa perusahaan adalah alat bagi manusia untuk mencapai tujuan bersama, yaitu keadilan intra dan antargenerasi dalam aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Berikut manfaat yang diperoleh perusahaan yang menerbitkan sustainability report: a. Meningkatkan Citra Perusahaan Pembangunan citra merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membangun kepedulian perusahaan
kepada
lingkungan
dan
sosial
masyarakat.
Dengan
menerbitkan sustainability report, masyarakat dapat mengetahui bahwa perusahaan telah melaksanakan komitmennya kepada lingkungan dan masyarakat.
39
b. Disukai Konsumen Hasil survei di Inggris menyatakan bahwa 60% konsumen akan membeli produk yang dipersepsikan sedikit merusak lingkungan (ramah lingkungan). Begitu pula sebaliknya, konsumen tidak akan membeli produk yang dipersepsikan dapat merusak lingkungan. c. Diminati oleh Investor Investor tidak hanya berfokus untuk mencarai return yang besar tetapi juga mencari perusahaan yang ramah lingkungan dan menjalankan tanggung jawab sosial. d. Dipahami oleh Stakeholder Dalam pembuatan sustainability report, perusahaan harus memahami para stakeholder-nya. Perusahaan harus membangun komunikasi dengan para stakeholder-nya. Dalam melakukan komunikasi, perusahaan perlu mengidentifikasi sifat dan kebutuhan stakeholder-nya. Dialog antara perusahaan dan para stakeholder-nya akan membantu perusahaan mengantisipasi berbagai isu yang mungkin terjadi, memenuhi kebutuhan stakeholder, dan membangun bisnis yang lebih baik. Pengungkapan
sustainability
report
dalam
standar
yang
dikembangkan oleh GRI (Global Reporting Initiatives). Dalam standar GRI (GRI, 2006) indikator kinerja dibagi menjadi 3 komponen utama, yaitu: a. Indikator kinerja ekonomi meliputi: 1) Aspek kinerja ekonomi. 2) Keberadaan pasar.
40
3) Dampak ekonomi tidak langsung. b. Indikator kinerja sosial meliputi: 1) Praktik Kerja: karyawan, hubungan manajemen dengan karyawan, keselamatan dan kesehatan kerja, kesempatan kerja. 2) Hak
Asasi
Manusia:
praktik
dan
investasi
pengadaan,
non
diskriminasi, kebebasan berserikat dan berkumpul, buruh anak, kerja paksa, keamanan praktik, masyarakat asli. 3) Masyarakat: komunitas, anti korupsi, kebijakan publik, kompetisi, kepatuhan 4) Tanggung jawab produk: kesehatan dan keamanan pelanggan, labeling produk dan jasa, komunikasi pemasaran, privasi konsumen. c. Kinerja lingkungan 1) Bahan baku, Energi, Air. 2) Keanekaragaman hayati. 3) Emisi, sungai, dan limbah. 4) Produk dan jasa. 5) Ijin pelaksanaan. 6) Transportasi. 7) Pakaian kerja. Dengan menerbitkan sustainability report, banyak manfaat yang diperoleh perusahaan. Namun ternyata di Indonesia sendiri, belum banyak perusahaan yang menerbitkan sustainability report. Hal tersebut disebabkan
41
karena kendala-kendala seperti berikut (Witoelar, 2005) dalam Taufiq Sanjaya (2013): a. Rendahnya Political Will Pengungkapan sustainability report di Indonesia masih bersifat sukarela (voluntary) bukan mandatory untuk itu dalam pelaporannya diperlukan political will yang kuat dari top management sebab mereka yang menentukan kebijakan perusahaan. b. Tidak Ada Pengukuran Kinerja Kinerja keuangan dapat diukur dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio-rasio keuangan ini dapat secara langsung dihitung dari laporan keuangan, misalnya rasio likuiditas dan rasio solvabilitas. Kinerja sustainability report tidak dapat diukur secara langsung dari kegiatan perusahaan. Tidak ada kepastian apakah kenaikan penjualan perusahaan merupakan pengaruh langsung dari adanya kegiatan sosial perusahaan. Namun, kendala ini dapat diatasi yaitu dengan membuat indikatorindikator atas dampak kegiatan perusahaan. Indikator ini biasanya bersifat nonkeuangan.
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis 1. Pengaruh Independensi Komite Audit Terhadap Pengungkapan CSR dalam Sustainability Report. Untuk mendukung implementasi Good Corporate Governance maka dibuatlah struktur tambahan dalam perseroan yaitu Komite Audit.
42
Komite Audit dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris dalam melakukan mekanisme pengawasan terhadap manajemen (Surat Keputusan Ketua Bapepam KEP-29/PM/2004). Putri (2013) berpendapat bahwa perusahaan yang memiliki Komite Audit yang independen cenderung lebih peka terhadap kinerja sosial dan mencegah tindakan yang menimbulkan pelanggaran lingkungan. Dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007 Pasal 121 menjelaskan bahwa Komite Audit beranggotakan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang berasal dari Dewan Komisaris Independen dan 2 (dua) orang anggota lainnya berasal dari luar emiten atau perusahaan publik. Komite Audit independen merupakan Komite Audit yang tidak berasal dari pihak terafiliasi. Yang dimaksusd dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Komite Audit harus terdiri dari individu-individu yang mandiri dan tidak terlibat dengan tugas sehari-hari dari manajemen yang mengelola perusahaan, serta memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif. Anggota Komite Audit independen dapat bersikap netral terhadap manajemen dengan cara bertindak secara objektif dalam membantu dewan komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap manajemen. Pada akhirnya, dapat mendorong manajemen untuk mengungkapkan seluruh
43
informasi
perusahaan
termasuk
penggungkapan
dalam
laporan
sustainability report. Penelitian Said et, al. (2009) menemukan independensi Komite Audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility. Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut: Ha1: Independensi Komite Audit berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam Sustainability Report. 2. Pengaruh Keahlian Komite Audit Terhadap Pengungkapan CSR dalam Sustainability Report. Dalam menjalankan perannya untuk membantu Dewan Komisaris melakukan
mekanisme pengawasan laporan keuangan, pengendalian
internal, pelaksanaan GCG, anggota Komite Audit harus mempunyai kompetensi di bidang keuangan dan atau akuntansi (financial literacy). Komite Audit berperan sebagai alat untuk me-rivew perusahaan dalam proses pengungkapan data keuangan dan proeses pengendalian internal. Dengan demikian, keberadaan Komite Audit dengan kompetensi yang dimilikinya akan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan. Menurut Forker (1992) dalam Said et. al. (2009), keberadaan Komite Audit dapat mengurangi biaya agensi dan meningkatkan pengendalian internal sehingga dapat meningkatkan kualitas pelaporan. Rahman dan Ali (2006) dalam Waryanto (2010) menemukan bahwa persentase anggota Komite Audit yang memiliki kompetensi dan
44
keahlian di bidang akuntansi atau keuangan berhubungan positif dengan kualitas pelaporan keuangan. Komite audit yang memiliki pengetahuan dan keahlian terkait proses penyusunan laporan keuangan dan audit internal sangat mungkin membatasi tindakan oportunistik yang dilakukan pihak manajemen. Hal ini berarti Komite Audit dapat
mempengaruhi
kualitas pelaporan perusahaan, termasuk laporan pengungkapan CSR. Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut: Ha2: Keahlian Komite Audit berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam Sustainability Report. 3. Pengaruh Frekuensi Rapat Komite Audit Terhadap Pengungkapan CSR dalam Sustainability Report. Berdasarkan keputusan ketua Bapepam Nomor Kep-24/PM/2004 dalam peraturan Nomor IX I.5 disebutkan bahwa Komite Audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan minimal rapat Dewan Komisaris yang ditetapkan dalam anggaran dasar perusahaan. Rapat Komite Audit merupakan koordinasi antara anggotaanggotanya agar dapat menjalankan tugas secara efektif dalam hal pengawasan laporan keuangan, pengendalian internal, dan pelaksanaan GCG perusahaan. Dengan demikian, semakin tinggi frekuensi rapat, maka koordinasi Komite Audit akan semakin baik. Hal ini bertujuan untuk melaksanakan pengawasan terhadap manajemen dengan lebih efektif,
45
sehingga diharapkan dapat mendukung peningkatan pengungkapan informasi sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Risty dan Sanny (2015) yang menemukan bahwa frekuensi rapat Komite Audit berpengaruh terhadap penggungkapan CSR dalam sustainability report. Hasil penelitian Risty dan Sanny (2015) membantah penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yunita Prastiwi (2011), Nair, A., Ilham, E., & Utara (2014) yang menemukan bahwa frekuensi rapat Komite Audit tidak berpengaruh terhadap penggungkapan CSR dalam sustainability report. Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut: Ha3: Frekuensi rapat Komite Audit berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam Sustainability Report. 4. Pengaruh Jumlah Anggota Komite Audit Terhadap Pengungkapan CSR dalam Sustainability Report Komite Audit merupakan komite yang bertugas membantu Dewan Komisaris
dalam
melakukan
pengawasan
terhadap
manajemen.
Berdasarkan keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-29/PM/2004 dalam peraturan Nomor IX.I.5 disebutkan bahwa Komite Audit yang dimiliki oleh perusahaan minimal terdiri dari tiga orang di mana sekurangkurangnya satu orang berasal dari anggota komisaris independen dan dua orang lainnya berasal dari luar emiten atau perusahaan publik.
46
Komite Audit merupakan alat yang efektif untuk melakukan mekanisme pengawasan, sehingga dapat mengurangi biaya agensi dan meningkatkan kualitas pengungkapan perusahaan (Foker, 1992 dalam Said et.al, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Li, Pike, & Haniffa, 2008) dalam Risty dan Sanny (2015) menemukan bahwa jumlah anggota Komite Audit berpengaruh terhadap penggungkapan CSR dalam sustainability report. Dengan demikian, dengan ukuran Komite Audit yang semakin besar diharapkan pengawasan yang dilakukan akan semakin baik dan dapat meningkatkan pengungkapan informasi sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Disisi lain, hasil penelitian yang dilakukan oleh Utari (2014), (Risty & Sany, 2015) dan (Djuitaningsih & Marsyah, 2012) menemukan bahwa jumlah anggota Komite Audit tidak berpengaruh terhadap penggungkapan CSR dalam sustainability report. Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut: Ha4: Jumlah anggota Komite Audit berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam Sustainability Report. 5. Pengaruh Profitabilitas
Terhadap Pengungkapan
CSR
dalam
Sustainability Report. Pertumbuhan aktivitas pelaporan sustainability terus meningkat, begitu pula dengan pengungkapan CSR pada perusahaan-perusahaan global. Menurut Holder-Webb dalam Dilling (2009), hal ini disebabkan
47
semakin meningkatnya ketertarikan para investor dan stakeholder pada isu CSR.
Pengungkapan
sustainability
report
merupakan
bentuk
pengungkapan aktivitas sosial lingkungan yang disajikan secara terpisah dari annual report. Jumlah perusahaan yang membuat sustainability report di Indonesia masih sedikit, hal ini disebabkan oleh kecenderungan perusahaan-perusahaan di Indonesia yang melakukan pengungkapan aktivitas sosial lingkungannya melalui program CSR dalam annual report. Isi yang terdapat dalam Sustainability Report sebagian besar cenderung identik dengan isi program CSR yang dimuat dalam annual report, yakni seputar praktik sosial dan lingkungan perusahaan. Namun, kelengkapan pengungkapan informasi yang disampaikan melalui sustainability report akan lebih terperinci dan lebih banyak menyediakan informasi pendukung. Hal ini disebabkan oleh bentuk sustainability report sebagai suatu laporan yang berdiri sendiri. Pengungkapan sustainability report dilakukan, sebagai salah satu bentuk usaha mewujudkan akuntabilitas perusahaan kepada para stakeholder. Perusahaan yang memiliki kemampuan kinerja keuangan yang baik, umumnya akan berupaya untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas. Luasnya pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan adalah upaya untuk memperoleh dukungan dan mencari simpati para stakeholder. Perusahaan dengan kinerja yang tinggi akan meningkatkan nilai
48
perusahaan dalam proses pembentukan image yang sangat berpengaruh untuk mendapat kepercayaan dari para stakeholder. Kinerja perusahaan yang baik, dapat dicerminkan melalui tingkat profitabilitas yang akan diperoleh dari waktu ke waktu. Laraswita (2010) menemukan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2001) dalam Laraswita (2010) juga menyatakan bahwa variabel net profit margin berhubungan positif dengan kelengkapan pengungkapan. Robert (1992) dalam Rismanda (2003) menemukan hubungan positif antara laba dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pada penelitian Nelling dan Webb (2006) dalam Dewa Sancahya (2010) yang mengukur CSR menggunakan CSR Performance (Measure by KLD Index) menemukan bahwa hubungan antara CSR dengan kinerja keuangan adalah lebih lemah dari yang diperkirakan. Ada hubungan yang negatif dan signifikan antara CSR Score dan ROA. Hasil penelitian Tsoutsoura (2004) dalam Dewa Sancahya (2010) mengindikasikan bahwa hubungan CSR dengan kinerja keuangan (yang dilihat dari rasio profitabilitas ROA, ROE, dan ROS) adalah positif dan signifikan secara statistik. Artinya bahwa ada asosiasi positif antara CSR dan profitabilitas. Ada hubungan positif antara CSR dengan ketiga ukutan–ukuran kinerja keuangan tersebut (ROA< ROE< ROS).
49
Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut: Ha5: Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam Sustainability Report. C. Penelitian Sebelumnya Berikut Tabel 2.2 menunjukkan hasil penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini. Tabel 2.2 Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya Peneliti Terdahulu No. (Judul & Tahun) 1. Said et. al. (2009) The Relationship between Corporate Social Responsibility and Corporate Governance Characteristics in Malaysian Public Listed Companies 2.
Variabel dan Metodologi Penelitian Persamaan Variabel dependen: Pengungkapan CSR
Hasil Penelitian
Perbedaan Sampel: Perusahaan Publik di Malaysia
Variabel independen: Komite Audit, Profitabilitas
(Marga Variabel Sampel: Anugrah, 2011) dependen: Perusahaan di Pengaruh Pengungkapan IDX Elemen-Elemen CSR Corporate Governance Variabel Terhadap Luas independen: Pengungkapan ElemenCSR elemen GCG Bersambung pada halaman berikutnya
Penelitian ini menunjukkan Komite Audit dan kepemilikan saham oleh pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan CSR
Penelitian ini menunjukkan bahwa independensi Komite Audit Tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan CSR
50
Peneliti Terdahulu No. (Judul & Tahun) 3. Dilling (2010)
Tabel 2.1 (Lanjutan) Variabel dan Metodologi Penelitian Persamaan
Perbedaan
Variabel Sampel: dependen: perusahaan di Pengungkapan eropa CSR
“Sustainability Reporting in Global Variabel Context.” independen: Corporate governance
Djuitaningsih & Variabel Marsyah (2012) dependen: Pengaruh Pengungkapan Manajemen CSR Laba dan Mekanisme Variabel Corporate independen: Governance mekanisme Terhadap Corporate Corporate Governance Social Responsibility Disclosure Putri (2013) Variabel 5. Pengaruh dependen: Corporate luas Governance dan pengungkapan Karakteristik CSR Perusahaan Terhadap Variabel Pengungkapan independen: Tanggung corporate Jawab Sosial di governance dalam dan ukuran sustainability perusahaan Report Bersambung pada halaman berikutnya 4.
Hasil Penelitian Penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara variabel corporate governance dengan variabel sustainability disclosure
Sampel: pada penelitian dari 2008-2011
Penelitian ini menemukan bahwa Jumlah Komite Audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR
Sampel: Menggunakan tahun penelitian dari 2008-2011
Komisaris Independen dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR, sedangkan kepemilikan asing dan umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap CSR
51
Peneliti Terdahulu No. (Judul & Tahun) Risty dan Sany 6. (2015) Pengaruh Independensi, Keahlian, Frekuensi Rapat dan Jumlah Anggota Komite Audit
Tabel 2.1 (Lanjutan) Variabel dan Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Variabel dependen: Pengungkapan CSR
Sampel: perusahaan yang terdaftar di ISRA
Frekuensi rapat Komite Audit berpengaruh terhadap penerbitan Sustainability Report
Sampel: tahun 2008-2011 pada perusahaan perbankan
Komposisi dewan komisaris independen, dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR
Variabel independen: independensi , keahlian , frekuensi rapat dan jumlah Komite Audit Komalasari & Variabel 7. Anna dependen (2014) yaitu luas Pengaruh pengungkapan Mekanisme CSR dan Corporate Variabel Governance, independen Ukuran yaitu Perusahaan dan Corporate Profitabilitas Governance, Perusahaan dan Terhadap Luas Profitabilitas. Pengungkpan Corporate Social Responsibility Sumber: Diolah dari berbagai referensi
52
D. Kerangka Berpikir Kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan dalam Gambar 2.1. Pengaruh Komite Audit Sebagai Struktur Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam Sustainability Report.
Basis Teori : Teori Agensi, Stakeholders, Signaling Theory, Legitimasi
VARIABEL INDEPENDEN
VARIABEL DEPENDEN H1
Independensi KA (X1)
ya Karakteristik komite Audit
H2
Penggungkapan CSR dalam Sustainability Report
Keahlian KA (X2)
H3 Frekuensi Rapat KA (X3)
(Y)
H4 Jumlah Anggota KA (X4)
H5 Profitabilitas (X5)
Metode Analisis: Analisis Regesi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
53
3BAB III
METODOLOGI PENELITIAN BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kausal komparatif yaitu penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penekanan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dan mengolah data tersebut dengan menggunakan prosedur statistik. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan softwere SPSS 22. Penelitian ini meneliti kualitas audit pada semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh Komite Audit sebagai struktur Corporate Governance terhadap penggungkapan Corporate Social Responsibility dalam Sustainability Report.
B. Metode Penentuan Sampel Populasi merupakan kumpulan data pengamatan yang dilakukan terhadap orang, benda atau tempat, sedangkan sampel yaitu sebagian dari populasi atau dalam istilah matematik dapat disebut sebagai himpunan bagian
54
dari populasi. Metode penelitian sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan mempertimbangkan persyaratan atau kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Kriteria yang diperlukan dalam penentuan sampel adalah: 1. Perusahaan yang terdaftar secara konsisten di Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan 5 tahun berturut-turut, yakni dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. 2. Perusahaan yang menerbitkan secara konsisten menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit dan menerbitkan laporan sustainability selama periode pengamatan tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. 3. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang rupiah agar perbandingan antar perusahaan sama dan tidak terjadi selisih kurs. 4. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama periode pengamatan tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.
C. Metode Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data berupa: 1. Laporan keuangan tahunan (annual report) dan laporan keuangan yang telah diaudit perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. 2. Laporan sustainability perusahaan tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.
55
D. Metode Analisis Data Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis yang perhitungannya dilakukan menggunakan software SPSS 21. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel independensi Komite Audit (X1), keahlian Komite Audit (X2), frekuensi Rapat Komite Audit (X3), anggota Komite Audit (X4), profitabilitas (X5) terhadap penggungkapan Corporate Social Responsibility dalam sustainability report (Y). 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian untuk menjelaskan gambaran suatu objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi dengan tujuan memudahkan dalam memahami variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian. Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan nilai rata–rata (mean), nilai median, nilai maksimum, nilai minimum, serta standar deviasi. Sedangkan metode analisis data dilakukan dengan bantuan softwere SPSS 22. 2. Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan analisis regresi linier berganda terhadap data yang diperoleh dalam penelitian, maka terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi apakah data dalam penelitian ini terjadi penyimpangan. Berikut ini ada beberapa uji asumsi klasik yang digunakan:
56
a. Uji Normalitas Menurut (Ghozali, 2013), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Menurut (Ghozali, 2013), pengujian normalitas dengan menggunakan analisis grafik, baik menggunakan histogram maupun Normal Probability Plot dapat menyesatkan jika tidak hati-hati. Sebab terdapat kemungkinan analisis grafik yang secara visual terlihat normal belum tentu normal secara uji statistik atau sebaliknya. Artinya, antara orang
yang
satu
dengan
yang
lain
dapat
berbeda
dalam
menginterpretasikannya. Maka sangat dianjurkan melakukan uji statistik untuk melengkapi analisis grafik. Uji statistik untuk memperkuat uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik non-parametrik KolmogorovSmirnov. Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. > Alpha. b. Uji Heterokedastisitas Menurut (Ghozali, 2013), uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians
57
dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedasitas. Pengujian
heteroskedastisitas
dalam
penelitian
ini
menggunakan uji glejser untuk mendeteksi terjadi atau tidaknya heterokedasitas. Uji glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heterokedasitas (Ghozali, 2013). c. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi,
maka
dinamakan
ada
problem
autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2013). Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dengan menggunakan run test. Run test sebagai bagian dari statistik non-parametrik digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat
58
hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis). Pengambilan keputusan pada uji run test adalah sebagi berikut: H0: residual (res_1) random (acak) Hα : residual (res_1) tidak random Jika hasil uji run test menunjukkan nilai probabilitas signifikan pada 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa residual tidak random atau terjadi autokorelasi antar nilai residual. Jika hasil uji run test menunjukkan nilai probabilitas tidak signifikan pada 0,05 maka hipotesis nol diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual. d.
Uji Multikolinearitas Menurut (Ghozali, 2013), uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF) dengan ketentuan sebagai berikut:
59
1) Jika nilai tolerance ≤ 0,1 dan VIF ≥ 10, terjadi multikolinearitas. 2) Jika nilai tolerance≥0,1 dan VIF≤10, tidak terjadi multikolinearitas.
3. Pengujian Hipotesis Analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen dengan tujuan untuk mengestimasi atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2013). Analisis regresi yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan model regresi berganda untuk mengetahui pengaruh antara variabel independensi Komite Audit (X1), keahlian Komite Audit (X2), frekuensi rapat Komite Audit (X3), anggota Komite Audit (X4), Profitabilitas (X5) terhadap
penggungkapan
Corporate
Social
Responsibility
dalam
sustainability report (Y). Menurut Ghozali (2013) regresi berganda (multiple regression) digunakan untuk menguji pengaruh lebih dari satu variabel bebas (metrik) terhadap satu variabel terikat (metrik). CSD =
α0 + β1AUINDP1 + β2AUEXCT2 + β3AUMEET3 + β4AUSIZE4 β5PROFIT5+ ε
60
Keterangan : = CSD
Corporate proksi
Sustainability
berdasarkan
Disclosure
indikator
GRI
dengan (Global
Reporting Initiative) α
=
Konstanta
AUINDP1
=
Proporsi anggota Komite Independensi
AUEXCT2
=
Proporsi keahlian anggota Komite Audit
AUMEET3
=
Jumlah rapat Komite Audit dalam satu tahun
AUSIZE4
=
Jumlah anggota Komite Audit
PROFIT5
=
Profitabilitas
ε
=
Error
Dalam uji hipotesis dapat dilakukan melalui Pengujian Goodness of Fit: a.
Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Nilai
yang mendekati
satu
berarti
variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). b.
Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Pengujian pengaruh simultan atau uji F ini bertujuan untuk menunjukan apakah semua variabel independen yang dimasukkan
61
dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen
(Ghozali, 2013). Pengujian dilakukan dengan
menggunakan significance level 0.05 (α=5%). Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F Tabel, jika F hitung > dari F Tabel maka H0 di tolak atau Ha diterima. Hal ini ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih kecil dari alpha. Artinya semua variabel independen mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dan sebaliknya jika F hitung < F Tabel maka H0 di terima atau Ha ditolak. Hal ini juga ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih besar dari alpha. Artinya semua variabel independen tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. c. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) Pengujian Parsial atau uji t ini bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%) (Ghozali, 2013:98). Uji t dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t Tabel, jika t hitung > dari t Tabel maka H0 di tolak atau Ha diterima. Hal ini ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih kecil dari alpha. Artinya variabel independen mempunyai pengaruh secara parsial
62
terhadap variabel dependen. Dan sebaliknya jika t hitung < t Tabel maka H0 di terima atau Ha ditolak. Hal ini juga ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih besar dari alpha. Artinya variabel independen tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel dependen.
E. Operasional Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. 1. Variabel Dependen: Penggungkapan Corporate Social Responsibility Dalam Sustainability Report. Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pokok perhatian utama peneliti. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggungkapan CSR dalam sustainability Report yang diproksikan dengan berdasarkan indikator GRI (Global Reporting Initiative). Daftar pengungkapan sosial GRI yang digunakan adalah daftar item yang mengacu pada peneliti sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sembiring
(2005)
yang
terlampir
dalam
Rustiarini
(2010).
Terdapat empat indikator GRI yang meliputi kemasyarakatan, produk dan konsumen, ketenagakerjaan, dan lingkungan. Item-item pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dilampirkan dalam Lampiran 1. Berdasarkan peraturan BAPEPAM No.VIII.G.2 mengenai Laporan Tahunan dan Kesesuaian Item Untuk
63
Diaplikasikan di Indonesia menyebutkan bahwa terdapat 78 item pengungkapan yang sesuai untuk diterapkan di Indonesia. Tujuh puluh delapan item tersebut kemudian disesuaikan kembali dengan masingmasing sektor industri sehingga item pengungkapan yang diharapkan dari setiap sektor berbeda-beda (Sembiring, 2005). Pengkuran CSRD menggunakan content analysis, yaitu sebuah metode pengkodefikasian sebuah text dari sebagian tulisan kedalam berbagai kategori berdasarkan kriteria tertentu. Setiap item CSRI yang diungkapkan akan diberi nilai 1, dan apabila tidak diungkapkan akan diberi nilai 0. Setiap item-tem tersebut akan dijumlahkan untuk memperoleh
keseluruhan
skor
perusahaan.
Pengungkapan
sosial
menunjukkan seberapa luas butir-butir pengungkapan yang disyaratkan telah diungkapkan. Rumus perhitungan CSRD adalah sebagai berikut: CSRDIj =
∑Xi,j nj
Keterangan : CSRDIj : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j Nj
: jumlah item untuk perusahaan j
Xij
: 1 = jika item I diungkapkan; 0 = jika item tidak diungkapkan. Dengan demikian, 0 < CSRDI j < 1
64
2. Variabel Independen Terdapat lima variabel independen dalam penelitian ini yang akan diuji sebagai faktor yang mempengaruhi kualitas audit: a. Independensi Komite Audit Komite Audit independen adalah anggota yang ada di luar emiten atau perusahaan publik. Variabel independen ini diproksikan melalui proporsi Komite Audit independen. Proporsi Komite Audit independen diukur dari prosentase jumlah anggota Komite Audit independen dengan jumlah anggota Komite Audit, seperti dalam penelitian Said et,al. (2009). Jumlah Komite Audit Independen Total Komite Audit
AUINDP = b. Keahlian Komite Audit
Keahlian Komite Audit diproksikan dengan latar belakang pendidikan Komite Audit yang dapat dilihat dari pendidikan bisnis yang ditempuh oleh masing-masing anggota Komite Audit. Anggota Komite Audit yang berlatar belakang bisnis dan ekonomi kemudian ditotal. Total latar belakang pendidikan Komite Audit dapat dilihat di annual report perusahaan pada bagian profil direksi, seperti dalam penelitian (Risty dan Sany, 2015). AUEXCT =
Jumlah Komite Audit Berpengalaman Bidang Akuntansi atau Keuangan Total Komite Audit
65
c. Frekuensi Rapat Komite Audit Komite Audit diproksikan dengan jumlah rapat antara anggota Komite Audit pada suatu perusahaan dalam periode 1 tahun. Jumlah rapat antara anggota Komite Audit akan mencerminkan keefektifan dalam komunikasi dan koordinasi antara anggota Komite Audit untuk mewujudkan Good Corporate Governance, seperti dalam penelitian (Yunita Prastiwi, 2011) AUMEET =
Jumlah Rapat Komite Audit dalam Satu Tahun
d. Jumlah Anggota Komite Audit Jumlah Komite Audit diproksikan dengan jumlah anggota Komite Audit pada suatu perusahaan dalam periode 1 tahun, seperti dalam penelitian (Yunita Prastiwi, 2011) AUSIZE =
Jumlah Seluruh Komite Audit
e. Profitabilitas Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Return On Asset (ROA) (Dewa Sancahya , 2010). ROA =
Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva
66
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel No. 1
Variabel Independensi Komite Audit (X1) (Said et. al., 2009)
Indikator
AUINDP =
Jumlah Komite Audit Independen Total Komite Audit
Jumlah Komite Audit Berpengalaman Keahlian Bidang Akuntansi atau Keuangan Komite Audit AUEXCT = Total Komite Audit X2 (Risty dan Sany, 2015) 3 Frekuensi Rapat Komite Jumlah Rapat Komite Audit dalam Audit X3 AUMEET = Satu Tahun (Yunita Prastiwi, 2011) 4 Jumlah anggota Komite Audit Jumlah Seluruh Komite Audit AUSIZE = X4 (Yunita Prastiwi, 2011) 5 Profitabilitas X5 (Dewa Laba Bersih Setelah Pajak ROA = Sancahya , Total Aktiva 2010:). Sumber: Diolah dari beberapa penelitian sebelumnya.
2
Skala
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
67
4BAB IV ANLISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari laporan keuangan auditan emiten yang menerbitkan sustainability report. Penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 yang diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia pada alamat website www.idx.co.id. Selain itu data yang digunakan dalam penelitian ini juga bersumber dari sustainability report yang diperoleh dari situs resmi perusahaan. Perusahaan yang menerbitkan sustainability report masih terbilang sangat sedikit sekali. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menerbitkan sustainability report hanya terdapat 11 perusahaan saja. Sampel yang digunakan di penelitian ini dipilih secara purposive sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Berikut Tabel 4.1 menyajikan perolehan sampel berdasarkan kriteria yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan penelitian.
68
Tabel 4.1 Rincian Perolehan Sampel Penelitian No.
Kriteria
Perusahaan yang terdaftar secara konsisten di Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan 5 tahun berturut-turut, yakni dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 2. Perusahaan yang secara tidak konsisten menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit dan sustainability report selama periode pengamatan 5 tahun berturut-turut, yakni dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 3. Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangan bukan dalam mata uang rupiah (mata uang asing) 4. Perusahaan yang mengalami kerugian selama periode pengamatan 5 tahun berturut-turut, yakni dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Perusahaan yang menjadi sampel Jumlah perusahaan yang menjadi sampel 2010-2014
Jumlah Perusahaan
1.
445
(430)
(2)
(2) 11 55
Berdasarkan Tabel di atas maka dapat dilihat bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 11 perusahaan dengan total 55 sampel selama lima tahun pengamatan. Sampel tersebut dipilih karena telah memenuhi kriteria yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan analisis penelitian.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian 1. Analisis Statistik Deskriptif Analisis deskriptif merupakan metode dimana semua data yang berhubungan dengan penelitian dikumpulkan dan dikelompokkan untuk kemudian dianalisis dan diinterprestasikan secara objektif dengan 69
membandingkan nilai minimum, nilai maksimum dan rata-rata dari sampel. Berikut Tabel 4.2 merupakan analisis deskriptif untuk variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.2 Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation 55 0,120 1,080 0,587 0,286 55 0,250 1,000 0,552 0,166 55 0,250 1,000 0,550 0,220 55 4,000 59,000 17,309 13,700 55 3,000 7,000 4,145 1,192 55 0,004 0,480 0,106 0,106
CSRD AUINDP AUEXCT AUMEET AUSIZE ROA Valid N 55 (listwise) Sumber: Output SPSS yang diolah a. Variabel Independen 1) Independen Komite Audit
Hasil uji statistik pada Tabel 4.2 menunjukan bahwa variabel Independen Komite Audit (AUINDP) dengan jumlah sampel (N) 55 memiliki nilai minimum sebesar 0,250 atau 25% yang diperoleh dari PT. Adira Dinamika Multi Finance pada tahun 2014. Nilai maksimum dalam hasil penelitian ini sebesar 1,000 atau 100% yang diperoleh dari PT. Semen Indonesia Tbk pada tahun 2011 dan PT. Holcim Indonesia Tbk pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa perusahaan yang memiliki Komite Audit yang beranggotakan Komite Audit independen 70
seluruhnya. Nilai rata-rata (mean) variabel independen Komite Audit sebesar 0,552 dan standar deviasi sebesar 0,166. 2) Keahlian Komite Audit Hasil uji statistik pada Tabel 4.2 menunjukan bahwa variabel keahlian Komite Audit (AUEXCT) dengan jumlah sampel (N) 55 memiliki nilai minimum sebesar 0,250 yang diperoleh dari PT. Bukit Asam Tbk pada tahun 2014 sedangkan nilai maksimum 1,000 yang diperoleh dari PT. Astra Agro Lestari Tbk pada tahun 2010, PT. Astra International Tbk, Bank Negara Indonesia Tbk, Bank Internasional Indonesia Tbk pada tahun 2012, PT. Bank Negara Indonesia Tbk, Bank Internasional Indonesia Tbk pada tahun 2013 dan Bank Internasional Indonesia Tbk pada tahun 2014 Nilai rata-rata (mean) Independen Komite Audit sebesar 0,550 dan standar deviasi sebesar 0,220. 3) Frekuensi rapat Komite Audit Hasil uji statistik pada Tabel 4.2 menunjukan bahwa variabel frekuensi rapat Komite Audit (AUMEET) dengan jumlah sampel (N) 55 memiliki nilai minimum sebesar 4,000 yang diperoleh dari PT. Adira Dinamika Multi Finance sedangkan nilai maksimum 59,000 yang diperoleh dari PT. Bukit Asam Tbk pada tahun 2014. Nilai rata-rata (mean) Frekuensi rapat Komite Audit sebesar 17,309 dan standar deviasi sebesar 13,700.
71
4) Jumlah Komite Audit Hasil uji statistik pada Tabel 4.2 menunjukan bahwa variabel Jumlah Komite Audit (AUSIZE) dengan jumlah sampel (N) 55 memiliki nilai minimum sebesar 3,000 yang diperoleh dari PT. Astra Agro Lestari Tbk, Jasa Marga Tbk, Bukit Asam Tbk, Holcim Indonesia Tbk, Semen Indonesia Tbk, Wijaya Karya Tbk pada tahun 2010. PT. Astra Agro Lestari Tbk, Jasa Marga Tbk, Holcim Indonesia Tbk, Semen Indonesia Tbk, Wijaya Karya Tbk pada tahun 2011. PT. Astra Agro Lestari Tbk, Jasa Marga Tbk, Bukit Asam Tbk, Holcim Indonesia Tbk, pada tahun 2012. PT. Astra Agro Lestari Tbk, Jasa Marga Tbk, Holcim Indonesia Tbk, pada tahun 2013 dan pada tahun 2014, sedangkan nilai maksimum 7,000 yang diperoleh dari PT. Adira Dinamika Multi Finance Tbk pada tahun 2011 dan tahun 2012. Serta PT. Wijaya Karya pada tahun 2014. Nilai rata-rata (mean) Independen Komite Audit sebesar 4,145 dan standar deviasi sebesar 1,192. 5) Profitabilitas Hasil uji statistik pada Tabel 4.2 menunjukan bahwa variabel Profitabilitas (ROA) dengan jumlah sampel (N) 55 memiliki nilai minimum sebesar 0,004 yang diperoleh dari PT. Bank Negara Indonesia Tbk pada tahun 2014 sedangkan nilai maksimum 0,480 yang diperoleh dari PT. Semen Indonesia Tbk
72
pada tahun 2010. Nilai rata-rata (mean) Independen Komite Audit sebesar 0,106 dan standar deviasi sebesar 0,106. b. Variabel Dependen Variabel Dependen pada penelitian ini adalah Corporate Social Rensposibility (CSR). Hasil uji statistik pada Tabel 4.2 menunjukan bahwa variabel corporate sosial responsibility memiliki nilai minimum sebesar 0,120 yang diperoleh dari PT. Astra Internasional Tbk pada tahun 2014 sedangkan nilai maksimum sebesar 1,080 yang diperoleh dari PT. Wijaya Karya Tbk pada tahun 2012 Nilai rata-rata (mean) Corporate Social Responsbility sebesar 0,587 dan standar deviasinya sebesar 0,286. 2. Analisis Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Normalitas Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Sebab model regresi yang baik memiliki data yang berditribusi normal. Ada 2 cara untuk mendeteksi normalitas data yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Untuk menguji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S). Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. > 0.05.
73
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Dengan Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 55 Mean 0,000 a,b Normal Parameters Std. 0,224 Deviation Absolute 0,087 Most Extreme Positive 0,087 Differences Negative -0,052 Test Statistic 0,087 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200c,d a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance. Sumber: Output SPSS yang diolah Tabel 4.3 menunjukan hasil dari pengujian uji KolmogorovSmirnov
menunjukan
Asymp.
Sig
(2-tailed)
pada
hasil
uji
Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200. Nilai tersebut di atas nilai signifikan yaitu 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal, maka model regresi dapat digunakan untuk pengujian berikutnya.
74
Hasil uji normalitas data yang ditunjukan KolmogorovSmirnov tersebut konsisten dengan hasil analisis grafik histogram dan grafik normal P-Plot berikut ii:
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Histogram
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal Plot
75
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa grafik histogram maupun grafik normal P-Plot memberikan pola distribusi data yang normal. Dapat dilihat pada grafik histogram yang menggambarkan lonceng serta pada grafik normal P-Plot titik-titik yang mewakili jumlah sampel dalam penelitian ini mendekati garis diagonal. b. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah ada ketidaksamaan varians dalam fungsi regresi. Data yang baik adalah data yang homoskedastisitas. Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini
menggunakan
uji
glejser
yang
dilakukan
dengan
cara
meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heterokedasitas. Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Glejser Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta T 1 (Constant) 0,388 0,159 2,445 AUINDP -0,105 0,147 -0,128 -0,716 AUEXCT -0,139 0,090 -0,224 -1,538 AUMEET 0,000 0,001 0,021 0,142 AUSIZE -0,019 0,020 -0,162 -0,943 ROA -0,038 0,196 -0,029 -0,193 a. Dependent Variable: GLEJSER Sumber: Output SPSS yang diolah
Sig. 0,018 0,478 0,131 0,888 0,350 0,847
76
Pada Tabel 4.4 terlihat bahwa nilai signifikansi antara semua variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini mempunyai kesamaan varians dalam fungsi regresi atau homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Hasil uji glejser ini konsisten dengan hasil uji grafik scatterplot berikut ini:
Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Scatterplot Grafik scatterplot menunjukan bahwa data tersebar di atas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa penyebaran titik-titik yang mewakili sampel pada Scatterplot di atas mengemukakan bahwa data dalam penelitian ini mempunyai kesamaan varians dalam fungsi regresi atau homoskedastisitas. 77
c. Hasil Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi,
maka
dinamakan
ada
problem
autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2013). Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dengan menggunakan run test. Run test sebagai bagian dari statistik non-parametrik digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis). Pengambilan keputusan pada uji run test adalah sebagi berikut: H0: residual (res_1) random (acak) Hα : residual (res_1) tidak random
78
Tabel 4.5 Hasil Uji Run Test Runs Test Unstandardized Residual a Test Value -0,0267 Cases < Test Value 27 Cases >= Test Value 28 Total Cases 55 Number of Runs 27 Z -0,406 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,685 a. Median Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa hasil uji Autokorelasi pada nilai Run test adalah 0,685. Nilai tersebut signifikan (>0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak mengandung gejala autokorelasi. d. Hasil Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas dilakukan untuk melihat apakah terjadi korelasi antara variabel bebas atau satu sama lainnya. Jika nilai Tolerance ≥ 0,1 dan VIF ≤ 10, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas. Berikut Tabel 4.6 menunjukan hasil dari uji Multikolinieritas.
79
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinieritas Dengan Uji VIF Collinearity Statistics Tolerance VIF
Model 1 (Constant) AUINDP AUEXCT AUMEET AUSIZE ROA Sumber: Output SPSS yang diolah
0,599 0,903 0,866 0,651 0,829
1,669 1,108 1,154 1,536 1,206
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas di atas dapat dilihat bahwa variabel bebas dalam penelitian ini tidak saling berkorelasi, karena memiliki nilai Tolerance ≥ 0,1 dan VIF ≤ 10. Maka dapat dikatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas antar variabel.
3. Hasil Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda melalui pengujian Goodness of Fit yaitu uji koefisien determinasi, uji F dan uji t. 1) Hasil Uji Koefisien Determinasi Uji koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen. Berikut hasil uji koefisien determinasi dalam Tabel 4.7:
80
Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi Adjusted Std. Error of Model R R Square R Square the Estimate a 0,624 0,390 0,327 0,235 1 a. Predictors: (Constant), ROA, AUMEET, AUEXCT, AUSIZE, AUINDP b. Dependent Variable: CSRD Sumber: Output SPSS yang diolah Tabel 4.7 menunjukan nilai adjusted R2 sebesar 0,327. Hal ini menandakan bahwa variasi variabel independensi Komite Audit, keahlian Komite Audit, jumlah pertemuan rapat Komite Audit, jumlah anggota Komite Audit dan profitabilitas perusahaan hanya bisa menjelaskan 32,7% variasi variabel pengungkapan CSR dalam sustainability report. Sedangkan sisanya, sebesar 67,3% dijelaskan oleh sebab lain di luar model. Seperti Komisaris Independen (Yunita Prastiwi, 2011), (Putri Cynthia, 2013), Jumlah Komisaris Independen (Rismanda, 2005), (Yunita Prastiwi, 2011), kepemilikan
manajerial
(Nur
Fitria,
2014),
kepemilikan
institusional (Nur Fitria, 2014) dan kepemilikan asing (Putri Cynthia, 2013). 2) Hasil Uji F Pengujian pengaruh simultan atau uji F tujuannya adalah untuk menunjukan apakah semua variabel independen yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama81
sama terhadap variabel dependen atau tidak (Ghozali, 2013). Tabel 4.8 Hasil Uji F a
ANOVA Model
Sum of Squares
df
Mean Square
1Regression
1.731
5
.346
Residual
2.712
49
.055
Total
4.443
54
F 6.254
Sig. b
.000
a. Dependent Variable: CSRD b. Predictors: (Constant), ROA, AUEXCT, AUSIZE, AUMEET, AUINDP
Tabel 4.8 menunjukan hasil uji F dengan nilai F hitung sebesar 6,254 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Tingkat signifikan tersebut lebih kecil dari 0,05 yang dapat disimpulkan bahwa semua variabel independensi Komite Audit, keahlian Komite Audit, jumlah pertemuan rapat Komite Audit, jumlah anggota Komite Audit dan profitabilitas perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen yaitu pengungkapan CSR dalam sustainability report. 3) Hasil Uji t Pengujian parsial atau uji t digunakan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Hasil uji t ditunjukan dalam Tabel 4.9.
82
Tabel 4.9 Hasil Uji t Coefficients
Model
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
Std. Error
1 (Constant)
.480
.268
AUINDP
.312
.249
AUEXCT
.039
AUMEET
a.
a
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
1.791
.079
.181
1.254
.216
.599
1.669
.152
.030
.253
.801
.903
1.108
-.001
.003
-.038
-.318
.752
.866
1.154
AUSIZE
-.047
.033
-.196
-1.414
.164
.651
1.536
ROA
1.154
.332
.427
3.482
.001
.829
1.206
Dependent Variable: CSRD
Tabel 4.9 di atas menunjukan hasil uji t antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel independensi Komite Audit (AUINDP) memiliki thitung positif sebesar 1.254 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,216 (>0,05). Dengan demikian H1 ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa independensi Komite Audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam sustainability report. Hasil uji t untuk variabel keahlian Komite Audit (AUEXCT) memiliki thitung negatif sebesar 0,253 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,801 (>0,05). Artinya H2 ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa keahlian Komite Audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam sustainability report.
83
Hasil uji t untuk variabel jumlah pertemuan rapat Komite Audit (AUMEET) memiliki thitung negatif sebesar -0,318 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,752 (>0,05). Artinya H3 ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah pertemuan rapat Komite Audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam sustainability report. Hasil uji t untuk variabel jumlah anggota Komite Audit (AUSIZE) memiliki thitung negatif sebesar -1,414 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,164 (>0,05). Artinya H4 ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah anggota Komite Audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam sustainability report. Hasil uji t untuk variabel profitabilitas perusahaan (ROA) memiliki thitung positif sebesar 3,482 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001 (<0,05). Artinya H5 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam sustainability report. Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, maka dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: CSD =
0,480+ 0,312 AUINDP1 + 0,001 AUMEET3 + 1,154 PROFIT5+ ε
0,039 0,047
AUEXCT2 AUSIZE4
84
Hasil di atas dapat dijelaskan bahwa nilai konstanta sebesar positif 0,480 yang berarti bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam sustainability report akan bernilai 0,480 jika masing-masing variabel independensi Komite Audit, keahlian Komite Audit, jumlah pertemuan rapat Komite Audit, jumlah anggota Komite Audit dan profitabilitas bernilai 0. Variabel independensi Komite Audit memiliki koefisien regresi sebesar positif 0,312. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan 1% variabel independensi Komite Audit, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menaikkan pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam sustainability report sebesar 31,2%. Variabel keahlian Komite Audit memiliki koefisien regresi sebesar 0,039. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan 1% variabel keahlian Komite Audit, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menaikkan pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam sustainability report sebesar 3,9%. Variabel jumlah pertemuan rapat Komite Audit memiliki koefisien regresi sebesar negative 0,001. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan 1% variabel jumlah pertemuan rapat Komite Audit, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan
85
menurunkan pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam sustainability report sebesar 0,1%. Variabel jumlah anggota Komite Audit memiliki koefisien regresi sebesar negative 0,047. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan 1% variabel jumlah anggota Komite Audit, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menurunkan pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam sustainability report sebesar 4,7%. Variabel profitabilitas memiliki koefisien regresi sebesar 1,154. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan 1% variabel profitabilitas, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menaikkan pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam sustainability report sebesar 1,1%.
C. Pembahasan 1. Pengaruh Independensi Komite Audit Terhadap Pengungkapan CSR dalam Sustainability Report. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini menunjukan bahwa independensi Komite Audit memiliki thitung sebesar 1,254 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,216 (>0,05). Dengan demikian hipotesis pertama (H1) ditolak, variabel independensi Komite Audit
86
terbukti tidak berpengaruh terhadap penggungkapan CSR dalam sustainability report. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Said et, al. (2009) menemukan independensi Komite Audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan CSR. Namun konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh (Putri Cynthia, 2013), (Waryanto, 2010), (Aziz, 2014) dan (Anugrah, 2011) yang menemukan bahwa independensi Komite Audit tidak berpengaruh terhadap penggungkapan CSR. Hasil
penelitian
yang
dilakukan
Marga
Anugrah
(2011)
menunjukan bahwa independensi Komite Audit tidak berpengaruh terhadap peggungkapan CSR. Hal ini disebabkan karna kurangnya kompetensi anggota komite audit independen yang menyebabkan Komite Audit tidak dapat melaksanakan fungsinya secara optimal. Penelitian yang dilakukan oleh Marga Anugrah (2011) didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Putri Cynthia (2013) yang berpendapat bahwa tidak semua anggota Komite Audit independen dapat menunjukkan independensinya sehingga fungsi pengawasan tidak berjalan dengan baik dan berdampak pada kurangnya dorongan terhadap manajemen
untuk
melakukan
pengungkapan
sosial.
Kurangnya
kemampuan Komite Audit independen dalam rangka memantau proses keterbukaan akan mengakibatkan penyediaan informasi akan terbatas
87
apabila pihak-pihak terafiliasi yang ada di perusahaan lebih mendominasi dan dapat mengendalikan anggota Komite Audit. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa terdapat perusahaan yang memiliki jumlah Komite Audit independen yang banyak namun memiliki tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial yang rendah yaitu seperti PT. Holcim Indonesia, PT. Adira Dinamika Multi Finance, PT. Wijaya karya, PT. Bank Negara Indonesia dan PT. Jasa Marga. Perusahaan-perusahaan
tersebut
memiliki
proporsi
Komite
Audit
independen diatas 50%, namun belum secara konsisten mengungkapan tanggung jawab sosialnya dalam sustainability report dengan tingkat pengungkapan dibawah 50% dari seluruh indikator yang ditetapkan GRI. Hasil penelitian diatas membuktikan bahwa besarnya independensi Komite Audit belum tentu meningkatkan atau mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Peneliti menduga ketidaksignifikannya independensi Komite Audit karena pemilihan dan pengangkatan Komisaris Independen yang kurang efektif. Hal ini merupakan isu atau hal yang penting, bahwa banyak anggota Dewan Komisaris tidak memiliki kemampuan, dan tidak dapat menunjukkan independensinya, sehingga fungsi pengawasan tidak dapat berjalan dengan baik dan tidak dapat mempengaruhi pengambilan keputusan mengenai pengungkapan CSR.
88
2. Pengaruh Keahlian Komite Audit Terhadap Pengungkapan CSR dalam Sustainability Report Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini menunjukan bahwa keahlian Komite Audit memiliki thitung sebesar 0,253 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,801 (>0,05). Dengan demikian hipotesis kedua (H2) ditolak, variabel keahlian Komite Audit tidak berpengaruh terhadap penggungkapan CSR dalam sustainability report. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan Felo et. al. (2003) dalam Rahman dan Ali (2006) menemukan bahwa persentase anggota Komite Audit yang memiliki kompetensi dan keahlian di bidang akuntansi atau keuangan berhubungan positif dengan kualitas pelaporan. Komite audit yang memiliki pengetahuan dan keahlian terkait proses penyusunan laporan keuangan dan audit internal sangat mungkin membatasi tindakan oportunistik yang dilakukan pihak manajemen. Hal ini berarti Komite Audit dapat mempengaruhi kualitas pelaporan perusahaan, termasuk laporan pengungkapan CSR. Namun, hasil penelitian yang dilakukan oleh Waryanto (2010) menjelaskan bahwa fungsi komite audit tidak hanya bertanggung jawab dalam pengawasan pelaporan keuangan saja, namun juga termasuk pengawasan pelaksanaan GCG dan pengendalian internal perusahaan. Dengan demikian, keahlian dan kompetensi komite audit dibidang keuangan dan akuntansi (Financial literacy) saja tidak cukup.
89
Hal ini sejalan dengan Risty dan Sany (2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa organisasi yang melakukan laporan sustainability report tidak sepenuhnya dilatarbelakangi karena adanya komite audit dibidang akuntansi dan keuangan, namun perusahaan yang melakukan penerbitan sustainability report harus memiliki keahlian diluar bidang akuntansi dan keuangan. Hasil penelitian ini mendukung pendapat para peneliti sebelumnya. Terbukti bahwa beberapa perusahaan yang memiliki Komite Audit dengan keahlian yang dilatarbelakangi pendidikan akuntansi yang banyak namun tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan tersebut relatif rendah salah satunya seperti PT. Bank Negara Indonesia. Perusahaan ini telah memiliki proporsi keahlian Komite Audit diatas 50%, namun belum secara konsisten mengungkapan tanggung jawab sosialnya dalam sustainability report dimana tingkat pengungkapan dibawah 50% dari seluruh indikator yang ditetapkan GRI. Hasil penelitian diatas membuktikan bahwa besarnya keahlian Komite Audit belum tentu meningkatkan atau mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, dikarnakan Komite Audit tidak hanya harus kompeten dalam bidang akuntansi atau keuangan saja, namun harus kompeten juga pada keahlian dan pemahaman lain dibidang hukum, peraturan pasar modal, serta proses bisnis terkait.
90
3. Pengaruh Frekuensi Rapat Komite Audit Terhadap Pengungkapan CSR dalam Sustainability Report Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel frekuensi rapat Komite Audit memiliki thitung negatif sebesar -0,318 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,752 (>0,05). Dengan demikian hipotesis ketiga (H3) ditolak, variabel frekuensi rapat Komite Audit tidak berpengaruh terhadap penggungkapan CSR dalam sustainability report. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Risty dan Sanny (2015), namun konsisten dengan Yunita Prastiwi (2011), Nair, A., Ilham, E., dan Utara (2014). Risty dan Sanny (2015) berpendapat bahwa semakin sering Komite Audit mengadakan rapat, maka semakin banyak hal yang dievaluasi, salah satunya adalah melaksanakan pengawasan terhadap manajemen dengan lebih efektif dan diharapkan dapat mendukung peningkatan pengungkapan informasi sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan. Namun, hasil penelitian ini konsisten dengan Yunita Prastiwi (2011), Nair, A., Ilham, E., dan Utara (2014) yang menemukan bahwa frekuensi rapat Komite Audit tidak berpengaruh terhadap penggungkapan CSR dalam sustainability report. Pertemuan
Komite
Audit
merupakan
wadah
untuk
mempertanggungjawabkan fungsi dari Komite Audit kepada perusahaan melalui Dewan Komisaris. Frekuensi pertemuan yang tinggi menjadi
91
tuntutan bagi Komite Audit dalam rangka mempertanggungjawabkan tugasnya sekaligus memberikan informasi terbaru kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Oleh sebab itu, semakin tingginya frekuensi pertemuan yang dilakukan oleh Komite Audit, maka semakin banyak hal-hal yang akan dievaluasi, salah satunya adalah mengenai penggungkapan laporan berkelanjutan (Risty dan Sany, 2010). Peneliti menduga ketidakefektifan rapat yang dilakukan oleh Komite Audit dikarenakan adanya dominasi suara dari anggota Komite Audit yang mementingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya sehingga mengesampingkan kepentingan perusahaan dalam melakukan penggungkapan laporan berkelanjutan. Selain itu, hal ini juga mungkin terjadi karena kurangnya kompetensi yang memadai dari anggota Komite Audit sehingga tidak mampu menjalankan tugasnya secara efektif (Waryanto, 2010). Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa terdapat perusahaan yang dengan frekuensi rapat Komite Audit yang tinggi namun, memiliki tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial yang rendah yaitu seperti PT. Bukit Asam, PT. Bank Negara Indonesia. Kedua perusahaan ini memiliki frekuensi rapat Komite Audit diatas 30 kali, namun belum secara konsisten mengungkapan tanggung jawab sosialnya dalam sustainability report dengan tingkat pengungkapan dibawah 50% dari seluruh indikator yang ditetapkan GRI. Artinya, besarnya frekuensi rapat Komite Audit belum
92
tentu meningkatkan atau mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
4. Pengaruh
Jumlah
Anggota
Komite
Audit
Terhadap
Pengungkapan CSR dalam Sustainability Report Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel jumlah anggota Komite Audit memiliki thitung negatif sebesar -1,414 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,164 (>0,05). Dengan demikian hipotesis keempat (H4) ditolak, variabel jumlah anggota Komite Audit tidak berpengaruh terhadap penggungkapan CSR dalam sustainability report. Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Li, Pike, & Haniffa (2008), namun konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Utari (2014), Risty & Sany (2015) dan Djuitaningsih & Marsyah (2012) yang menemukan bahwa jumlah anggota Komite Audit tidak berpengaruh terhadap penggungkapan CSR dalam sustainability report. Komite Audit merupakan komite yang bertugas membantu Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap manajemen. Menurut Sarbanes-Oxley act jumlah anggota Komite Audit perusahaan yang dikutip Siswanto dan E. john Aldridge (2005) mangharuskan bahwa :
93
“Komite Audit harus beranggotakan lima orang, diangkat untuk masa jabatan lima tahun. Mereka harus memiliki pengetahuan dasar tentang manajemen keuangan. Dua diantara lima orang anggota tersebut pernah menjadi akuntan publik. Tiga orang anggota lain bukan Akuntan Publik. Ketua dan anggota Komite Audit tidak diperkenankan menerima penghasilan dari perusahaan akuntan publik kecuali uang pensiun” Dan berdasarkan keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep29/PM/2004 dalam peraturan Nomor IX.I.5 disebutkan bahwa Komite Audit yang dimiliki oleh perusahaan minimal terdiri dari tiga orang di mana sekurang-kurangnya satu orang berasal dari anggota Komisaris independen dan dua orang lainnya berasal dari luar emiten atau perusahaan publik. Hasil penelitian diatas membuktikan bahwa besarnya jumlah Komite Audit belum tentu meningkatkan atau mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sehingga variabel jumlah Komite Audit tidak berpengaruh terhadap penggungkapan CSR dalam sustainability report. Dapat disimpulkan jumlah Komite Audit hanyalah formalitas untuk memenuhi aturan saja, tanpa mempertimbangkan efektifitas dalam perusahaan. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang membuktikan bahwa terdapat beberapa perusahaan yang memiliki jumlah anggota
94
Komite Audit yang banyak belum mampu mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan dalam laporan sustainability report, seperti PT. Bank Danamon, PT. Adira Dinamika Multi Finance, PT Wijaya Karya. Ketiga perusahaan ini telah memiliki proporsi jumlah anggota Komite Audit diatas 5 orang, namun belum secara konsisten mengungkapan tanggung jawab sosialnya dalam sustainability report dengan tingkat pengungkapan dibawah 50% dari seluruh indikator yang ditetapkan GRI.
5. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan CSR dalam Sustainability Report. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini menunjukan bahwa profitabilitas memiliki thitung sebesar 3,482 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001 (<0,005). Dengan demikian hipotesis kelima (H5) diterima, profitabilitas berpengaruh terhadap penggungkapan CSR dalam sustainability report. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014), Anastasian et. al. (2014), Ahmad (2014), Santoso Budi (2011), Laraswati (2010), Rismanda (2003), Tsoutsoura (2004) dan Maria (2014) yang menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap penggungkapan CSR dalam sustainability report.
95
Perusahaan yang memiliki kemampuan kinerja keuangan yang baik, umumnya berupaya untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas. Luasnya pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan adalah upaya untuk memperoleh dukungan dan mencari simpati para stakeholder.
Perusahaan
dengan
kinerja
yang
tinggi
akan
meningkatkan nilai perusahaan dalam proses pembentukan image yang sangat
berpengaruh
untuk
mendapat
kepercayaan
dari
para
stakeholder. Kinerja perusahaan yang baik, dapat dicerminkan melalui tingkat profitabilitas yang akan diperoleh dari waktu ke waktu. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa rata-rata perusahaan yang menjadi sampel yang memiliki profitabilitas yang tinggi tiap tahunnya seperti PT. Semen Indonesia dan PT Adira Dinamika Multi Finance telah mengungkapkan sustainability report secara konsisten tiap tahunnya dan dengan nilai pengungkapan yang tinggi. Maka dengan hasil penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa semakin besar profitabilitas perusahaan maka akan semakin besar pula penggungkapan laporan bekerlanjutan pada perusahaan.
96
5BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan dengan model regresi, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Independensi Komite Audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam sustainability report. Hasil penelitian ini konsisten dengan Marga Anugrah (2011). 2. Keahlian Komite Audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam sustainability report. Hasil penelitian ini konsisten dengan Risty dan Sany (2015). 3. Jumlah frekuensi rapat Komite Audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam sustainability report. Hasil penelitian ini konsisten dengan Yunita Prastiwi(2011) dan Waryanto (2010). 4. Jumlah anggota Komite Audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam sustainability report. Hasil penelitian ini konsisten dengan yang dilakukan oleh Nur Fitria (2014). 5. Profitabilitas
berpengaruh
terhadap
pengungkapan
CSR
dalam
sustainability report. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014) dan Anastasian et. al. (2014).
97
B. Saran Berikut saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya, adalah sebagai berikut: 1. Penelitian selanjutnya disarankan agar menambah variabel yang akan digunakan seperti pengaruh manajemen laba, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional dan kepemilikan asing sehingga hasilnya dapat memperkaya
pembahasan
mengenai
pengungkapan
CSR
dalam
sustainability report. 2. Penelitian selanjutnya disarankan memperpanjang periode pengamatan. 3. Penelitian selanjutnya disarankan menambah kategori penggungkapan item CSR. 4. Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas kriteria sampel dengan mengambil sampel perusahaan yang menggunakan satuan mata uang selain rupiah seperti dollar.
98
DAFTAR PUSTAKA
Adityasih, Tia. “Analisa Pengaruh Pendidikan Profesi, Pengalaman Auditor, Jumlah Klien (Audit Capacity) dan Ukuran Kantor Akuntan Publik Terhadap Kualitas Audit”. Tesis Universitas Indonesia. 2010. Anggraini, Fr. R. R. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”, Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, 23-26 Agustus 2006. Anugerah, Marga. ”Pengaruh Elemen-Elemen Corporate Governance Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility” Universitas Dipenogoro. 2011. Aziz, Abdul “Analisis Pengaruh Good Corporate Governance” Jurnal Audit dan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura Vol. 3, No.2, Hal. 65-84. 2014. Belkaoui, Ahmed Riahi. “Teori Akuntansi” Buku Dua Edisi Lima. Salemba Empat. Jakarta. 2007. Benn, S., dan Bolton, D. “Key Concepts in Corporate Social Responsibility”. Sage Publication. 2013. Boyd, C. “Sustainability is Good Business”. 2014. Carol, A. A., and Carlos, L. G. “Engaging with Organisations in Pursuit of Improved Sustainbility Accounting and Performance”. Accounting Auditing and Accountability Journal. 2007 Chariri, A., dan Ghozali, I. “Teori Akuntansi”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2007. Claire. B Roberts. “Environmental Disclosures: A Note on Reporting Practices in Mainland Europ”. Accounting Auditing and Accountability Journal. Vol.4. No.3. pp.62-71. 1991. Dilling, P.F. “Sustainability Reporting in Global Context.” International Business and Economics Research Journal, 9 (1), pp.19-30. 2010.
99
Djuitaningsih, Tita dan Marsyah, Wahdatul A. “Pengaruh Manajemen Laba dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure”. Media Riset Akuntansi, Vol.2, No.2, 2012. Elkingston, John. “Caninibals with Forks, The Line of Twentieth Century Business”, Capston, Oxpord. 1998. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). “Seri Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)”. Jakarta. 2006. www.fcgi.or.id Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Salemba Empat. Jakarta. 2013. Global Reporting Initiatives (GRI). “Sustainability reporting Guidelines. Amsterdam”. 2006. Handayani, Mutia. “Penggaruh Ukuran Perusahaan dan Penerapan Good Corporate GovernanceTerhadap Tingkat Pengungkapan CSR”. Universitas Negeri Padang 2007. Harahap, Sofyan Syafri. “Teori Akuntansi”. Edisi Revisi. Jakarta. PT. Raja Grofindo Persada. 2002. Honimah. “Analisis Profil Perusahaan, Profitabilitas, Tingkat Leverage, dan Kelengkapan Laporan Keuangan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility” Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Islahuzzaman. “Istilah-istilah Akuntansi & Auditing”. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2012. Kolk, Ans. “Trends in Sustainability Reporting by the Fortune Global 250. Business Strategy and the Environment”. pp. 279. 2003. Laraswita, N dan Indrayani, E.. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Sektor Properti dan Real Estate yang Terdaftardi Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Akuntansi. 2010. Li, J., Pike, R., dan Hannifa, R. “Intellectual Capital Dislosure and Corporate Governance Structure in UK firms. Accounting and Business Research” 38(2), 137-159. 2008. Maria, Anandita. ”Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Dan Tipe Industri Terhadap Pengungkapan Sukarela Pelaporan Bekerlanjutan”. 2014.
100
Mulyadi. “Ekonomi Sumber daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan”. Jakarta : RajaGrafindo Persada. 2003 Nur,
Fitria Galuh “pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Penggungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2014.
Prastiwi,
Yunita “Penggaruh Corporate Governance Terhadap Luas Pengungkapan Tanngung Jawab Sosial Perusahaan di dalam Sustainability Report” 2011.
Purnasiwi, Jayanti dan Drs.Sudarno. “Analisis Pengaruh Size, Profitabilitas, dan Leverage terhadap Pengungkapan CSR Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Universitas Diponegoro. 2010 Putri, Cynthia Dwi. “Penggaruh Corperate Governance dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Penggungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Sustainability Report”. Universitas Negeri Padang. 2013. Putri, Maharani Destika. “Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Manajemen Laba” Fakultas Dipenogoro Semarang. 2011. Rahman, Rashidah Abdul dan Ali, Fairuzana Haneem Mohamed. “Board, Audit Committee, Culture and Earning Management: Malaysian evidence” Managerial Auditing Journal. Vol. 21, No. 7, hal. 783-804. 2006. Rismanda, Edy Sembiring “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial”. Tesis Universitas Dipenogoro. 2005. Ristifani. “Analisis Implementsi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Dan Hubungannya Terhadap Kinerja PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk”. Universitas Gunadharma, 2009. Risty, Ilyona dan Sanny. ”Pengaruh Independensi, Keahlian, Frekuensi Rapat. Dan Jumlah Komite Audit terhadap Penerbitan Sustainability Report”. Universitas Kristen Petra. 2015. Ross A Stephen. “The Determination of Financial Structur: The IncentiveSignaling Approach. The Bell Journal of Economics, Vol. 8, No. 1 (Spring, 1977), pp. 23-40 Runhaar, H., and Lafferty, H. “Governing Corporate Social Responsibility: an Assessment of the UN Global Compact to CSR Strategies in the Telocommunications Industry”. Business Ethics. 84, pp.479-495. 2009. 101
Rustiarini, Ni Wayan. “Penggaruh Struktur Kepemilikan Saham Pada Penggungkapan Corporate Social Responsibility” Universitas Mahasaraswati Denpasar. 2010 Said, Roshima., Yuserrie Hj Zainudin., dan Hasnah Haron. “The Relationship between Corporate Social Responsibility and Corporate Governance Characteristics in Malaysian Public Listed Companies”. Social Responsibility Journal. Vol.5, No. 2, hal. 212-216. 2009. Sancahya,
Dewa “Pengarus Corporate Social Responsibilty Terhadap Profitabilitas perusahaan” Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010.
Sanjaya, Puspita Taufik “Analisis Pengaruh Corporate Governance terhadap Corporate Environmental Disclosure” Fakultas Dipenogoro Semarang 2013. Sukrisno, Agoes. “Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan Publik”, Jilid 1, Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta. 2012. Tsoutsoura, Margarita. “Corporate Social Responsibility and Financial Performance”. Haas School of Business University of Calofornia at Berkeley. 2004. Waryanto. “Pengaruh Karakteristik Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility (CSR) diIndonesia”. Universitas Diponegoro Semarang. 2010. Wibisono, Yusuf. “Membedah Konsep dan Aplikasi CSR”. Surabaya: Media Grapka. 2011.
102
LAMPIRAN
103
Lampiran 1 Item Pengungkapan CSR KATEGORI
Sektor Industri 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Lingkungan 1 Pengendalian polusi kegiatan operasi; pengeluaran riset dan pengembangan untuk pengurangan polusi Y 2 Pernyataan yang menunjukkan bahwa operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi; Y 3 Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan dikurangi; Y 4 Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan sumber alam, misalnya reklamasi daratan atau reboisasi; Y 5 Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air dan kertas; T 6 Penggunaan material daur ulang; T 7 Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan; Y 8 Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan; Y 9 Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan Y 10 Kontribusi dalam pemugaran bangunan sejarah Y 11 Pengolahan limbah Y 12 Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan; Y 13 Perlindungan lingkungan hidup. Y Energi 1 Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi; Y 2 Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi; T 3 Mengungkapkan penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang; T 4 Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi; Y 5 Pengungkapan peningkatan efisiensi energi dari produk T 6 Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk; Y 7 Mengungkapkan kebijakan energi perusahaan. Y Kesehatan Dan Keselamatan Tenaga kerja 1 Mengurangi polusi, iritasi, atau resiko dalam lingkungan kerja; Y 2 Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental; Y 3 Mengungkapkan statistik kecelakaan kerja; Y 4 Mentaati peraturan standard kesehatan dan keselamatan kerja Y 5 Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja; Y 6 Menetapkan suatu komite keselamatan kerja Y 7 Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja; Y 8 Mengungkapkan pelayanan kesehatan tenaga kerja Y Lain-lain tentang Tenaga kerja 1 Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita/orang cacat Y
Y Y Y Y Y T T T T Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y T T T T Y Y T Y T Y T T T T T Y Y T Y T Y T T T T T Y Y T Y Y Y Y T T T T Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y
Y Y Y Y T
Y Y Y Y Y
Y Y Y Y T
Y Y Y Y T
Y Y Y Y T
Y Y Y Y T
Y Y Y Y T
Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y T Y T T Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y T T Y
Y Y Y Y Y Y Y
Y T T Y T T Y
Y Y Y T Y T Y Y Y Y Y Y Y Y
Y T T Y T T Y
Y T T Y T T Y
Y T T Y T T Y
Y Y Y T Y Y T Y Y Y Y Y T Y Y T Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
104
2 Mengungkapkan persentase/jumlah tenaga kerja wanita/orang cacat dalam tingkat managerial; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
3 Mengungkapkan tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam pekerjaan Y 4 Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat Y 5 Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja Y 6 Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan Y 7 Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja. Y 8 Mengungkapkan bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan Y 9 Mengungkapkan perencanaan kepemilikan rumah karyawan; Y 10 Mengungkapkan fasilitas untuk aktivitas rekreasi Y 11 Pengungkapkan persentase gaji untuk pensiun; Y 12 Mengungkapkan kebijakan penggajian dalam perusahaan Y 13 Mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan Y 14 Mengungkapkan tingkatan managerial yang ada Y 15 Mengungkapkan disposisi staff - di mana staff ditempatkan Y 16 Mengungkapkan jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka; Y 17 Mengungkapkan statistik tenaga kerja, mis. penjualan per tenaga kerja; Y 18 Mengungkapkan kualifikasi tenaga kerja yang direkrut. Y 19 Mengungkapkan rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja; Y 20 Mengungkapkan rencana pembagian keuntungan lain. Y 21 Mengungkapkan informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja; Y 22 Mengungkapkan informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan perusahaan; Y 23 Membuat laporan tenaga kerja yang terpisah; Y 24 Melaporkan hubungan perusahaan dengan serikat buruh Y 25 Melaporkan gangguan dan aksi tenaga kerja Y 26 Mengungkapkan informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan. Y 27 Peningkatan kondisi kerja secara umum; Y 28 Informasi re-organisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja; Y 29 Informasi dan statistik perputaran tenaga kerja Y Produk 1 Pengungkapan informasi pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasannya, Y 2 Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk; Y 3 Pengungkapan informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk Y 4 Pengungkapan bahwa produk memenuhi standard keselamatan; Y 5 Membuat produk lebih aman untuk konsumen; Y 6 Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan Y 7 Pengungkapan peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk; Y 8 Pengungkapan informasi atas keselamatan produk perusahaan Y
Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Y Y Y Y
Y Y Y Y
Y Y Y Y
Y Y Y Y
Y T Y T
Y T Y Y
Y T Y T
Y Y Y Y
Y Y Y Y
Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y T Y Y Y Y Y Y Y Y T Y T Y Y Y
105
Pengungkapan informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y 10 Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (Misalnya ISO 9000). Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Keterlibatan Masyarakat 1 Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y masyarakat, pendidikan dan seni 2 Tenaga kerja paruh waktu (part-time employment) dari mahasiswa/pelajar Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y 3 Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y 4 Membantu riset medis; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y 5 Sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y 6 Membiayai program beasiswa Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y 7 Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y 8 Mensponsori kampanye nasional; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y 9 Mendukung pengembangan industri local Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Umum 1 Pengungkapan tujuan/kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y 2 Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebutkan di atas Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Total item yang diharapkan diungkapkan 73 73 78 71 78 73 64 67 63 67 78 78 Sumber : Dimodifikasi dari Hackston dan Milne (1999) * untuk sektor Others dilakukan penyesuaian untuk masing-masing perusahaan Keterangan: Y = item yang diharapkan diungkapkan sektor bersangkutan T = item yang tidak relevan untuk sektor bersangkutan Sektor Industri 1 = Agriculture Forestry and Fishing 2 = Animal Feed and Husbandry 3 = Mining and Mining service 4 = Construction 5 = Manufacturing 6 = Transportation Service 7 = Communication 8 = Whole Sale and Retail Trade 9 = Banking, Credit Agencies Other than Bank, securities, Insurance and Real estate 10 = Hotel And Travel Service 11 = Holding and Other Investment 12 = Other
106
Lampiran 2 Daftar Kode GRI No Kode GRI Indikator 1 EC1 Perolehan distribusi nilai ekonomi 2 EC2 Implikasi finansial akibat perubahan iklim 3 EC3 Dana pensiun karyawan 4 EC4 Bantuan finansial dari pemerintah 5 EC5 Standar upah minimum 6 EC6 Rasio pemasok local 7 EC7 Rasio karyawan local 8 EC8 Pengaruh pembangunan infrastruktur 9 EC9 Dampak pengaruh ekonomi tidak langsung 10 EN1 Pemakaian material 11 EN2 Pemakaian material daur ulang 12 EN3 Pemakaian energi langsung 13 EN4 Pemakaian energi tidak langsung 14 EN5 Penghematan energy 15 EN6 Inisiatif penyediaan energi terbaru 16 EN7 Inisiatif mengurangi energi tidak langsung 17 EN8 Pemakaian air 18 EN9 Sumber air yang terkena dampak 19 EN10 Jumlah air daur ulang 20 EN11 Kuasa tanah di hutan lindung 21 EN12 Perlindungan keanekaragaman hayati 22 EN13 Pemulihan habitat 23 EN14 Strategi menjaga keanekaragaman hayati 24 EN15 Spesies yang dilindungi 25 EN16 Total gas rumah kaca 26 EN17 Total gas tidak langsung yang berhubungan dengan gas rumah kaca 27 EN18 Inisiatif pengurangan efek gas rumah kaca 28 EN19 Pengurangan emisi ozon 29 EN20 Jenis-jenis emisi udara 30 EN21 Kualitas pembuangan air dan lokasinya 31 EN22 Klasifikasi limbah dan metode pembuangan 32 EN23 Total biaya dan jumlah yang tumpah 33 EN24 Limbah berbahaya yang ditransportasikan 34 EN25 Keanekaragaman hayati 35 EN26 Inisiatif mengurangi dampak buruk pada lingkungan 36 EN27 Persentase produk yang terjual dan materi kemasan dikembalikan berdasarkan kategori 37 EN28 Nilai moneter akibat pelanggaran peraturan dan hukum lingkungan hidup Bersambung pada halaman selanjutnya
107
No 38
Kode GRI EN29
Indikator Dampak signifikan terhadap lingkungan akibat transportasi produk 39 EN30 Biaya dan investasi perlindungan lingkungan 40 LA1 Jumlah karyawan 41 LA2 Tingkat perputaran karyawan 42 LA3 Kompensasi bagi karyawan tetap 43 LA4 Perjanjian kerja sama 44 LA5 Pemberitahuan minimum tentang perubahan operasional 45 LA6 Majelis kesehatan dan keselamatan kerja 46 LA7 Tingkat kecelakaan kerja 47 LA8 Program pendidikan, pelatihan dan penyuluhan 48 LA9 Kesepakatan kesehatan dan keselamatan kerja 49 LA10 Rata-rata jam pelatihan 50 LA11 Program persiapan pension 51 LA12 Penilaian kinerja dan pengembangan karir 52 LA13 Keanekaragaman karyawan 53 LA14 Rasio gaji dasar pria terhadap wanita 54 HR1 Perjanjian dan investasi menyangkut HAM 55 HR2 Persentase pemasok dan kontraktor menyangkut HAM 56 HR3 Pelatihan karyawan tentang HAM 57 HR4 Kasus diskriminasi 58 HR5 Hak berserikat 59 HR6 Pekerja di bawah umur 60 HR7 Pekerja paksa 61 HR8 Tenaga keamanan terlatih HAM 62 HR9 Pelanggaran hak penduduk asli 63 SO1 Dampak program pada komunitas 64 SO2 Hubungan bisnis dan resiko korupsi 65 SO3 Pelatihan anti korupsi 66 SO4 Pencegahan tindakan korupsi 67 SO5 Partisipasi dalam pembuatan kebijakan public 68 SO6 Sumbangan untuk partai politik 69 SO7 Hukuman akibat pelanggaran persaingan usaha 70 SO8 Hukuman atau denda pelanggaran peraturan prundangaN 71 PR1 Perputaran dan keamanan produk 72 PR2 Pelanggaran peraturan dampak produk 73 PR3 Informasi kandungan produk 74 PR4 Pelanggaran penyediaan info produk 75 PR5 Tingkat kepuasan pelanggan 76 PR6 Kelayakan komunikasi pemasaran 77 PR7 Pelanggaran komunikasi pemasaran 78 PR8 Pengaduan tentang pelanggaran privatisasi pelanggan Sumber: Sembiring (2005) 108
Lampiran 3 Sampel Data Penelitian KODE EMITEN NAMA PERUSAHAAN PT. Astra Agro Lestari Tbk AALI PT. Adira Dinamika Multi Finance Tbk ADMF PT. Astra Internasional Tbk ASII Bank Negara Indonesia Tbk BBNI Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN Bank Internasional Indonesia Tbk BNII PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP PT. Jasa Marga Tbk JSMR PT. Holcim Indonesia Tbk SMCB PT. Semen Indonesia Tbk SMGR Wijaya Karya Tbk WIKA Sumber: Data sekunder yang diolah Lampiran 4 Data Diolah Keterangan: CSR
: Pengungkapan Corporate Social Responsibility
AUINDP
: Independensi Komite Audit
AUEXCT
: Keahlian Komite Audit
AUMEET
: Jumlah Frekuensi Rapat Komite Audit
AUSIZE
: Jumlah Anggota Komite Audit
ROA
: Profitabilitas
SAMPEL AALI 2010
CSRD AUINDP 0,918 0,667
AALI 2011
1,000
AALI 2012
AUEXCT 1,000
AUMEET 18
AUSIZE 3
ROA 0,239
0,667
0,667
14
3
0,245
0,932
0,667
0,667
15
3
0,203
AALI 2013
0,781
0,667
0,667
18
3
0,127
AALI 2014
0,712
0,667
0,667
16
3
0,141
ADMF 2010
0,352
0,500
0,500
4
4
0,193
ADMF 2011
0,507
0,286
0,571
4
7
0,094
Bersambung pada halaman selanjutnya 109
SAMPEL ADMF 2012
CSRD AUINDP 0,155 0,286
AUEXCT 0,571
AUMEET 4
AUSIZE 7
ROA 0,056
ADMF 2013
0,324
0,600
0,600
4
5
0,055
ADMF 2014
0,141
0,250
0,500
4
4
0,026
ASII 2010
0,731
0,750
0,500
9
4
0,338
ASII 2011
0,769
0,500
0,500
9
4
0,371
ASII 2012
0,795
0,500
1,000
6
4
0,125
ASII 2013
0,346
0,500
0,500
5
4
0,104
ASII 2014
0,115
0,500
0,500
7
4
0,094
BBNI 2010
0,349
0,500
0,750
37
4
0,017
BBNI 2011
0,429
0,500
0,750
37
4
0,019
BBNI 2012
0,730
0,500
1,000
38
4
0,021
BBNI 2013
0,317
0,500
1,000
35
4
0,023
BBNI 2014
0,349
0,750
0,750
37
4
0,026
BDMN 2010
0,254
0,333
0,500
10
6
0,024
BDMN 2011
0,317
0,333
0,333
10
6
0,024
BDMN 2012
0,794
0,333
0,500
10
6
0,026
BDMN 2013
0,317
0,333
0,333
9
6
0,023
BDMN 2014
0,349
0,400
0,600
9
5
0,014
BNII 2010
0,587
0,500
0,500
20
4
0,006
BNII 2011
0,349
0,400
0,600
18
5
0,007
BNII 2012
0,381
0,400
1,000
15
5
0,010
BNII 2013
0,286
0,500
1,000
16
4
0,011
BNII 2014
0,349
0,400
1,000
17
5
0,005
JSMR 2010
0,644
0,667
0,333
14
3
0,063
JSMR 2011
0,616
0,667
0,333
15
3
0,062
Bersambung pada halaman selanjutnya 110
SAMPEL JSMR 2012
CSRD AUINDP 1,041 0,333
AUEXCT 0,333
AUMEET 13
AUSIZE 3
ROA 0,062
JSMR 2013
0,329
0,333
0,333
23
3
0,033
JSMR 2014
0,301
0,667
0,333
17
3
0,038
PTBA 2010
1,000
0,667
0,667
37
3
0,229
PTBA 2011
1,000
0,400
0,600
36
5
0,268
PTBA 2012
1,000
0,667
0,667
48
3
0,178
PTBA 2013
0,551
0,500
0,500
57
4
0,155
PTBA 2014
0,179
0,500
0,250
59
4
0,129
SMCB 2010
0,769
0,667
0,333
5
3
0,079
SMCB 2011
0,782
0,667
0,333
5
3
0,097
SMCB 2012
0,487
1,000
0,333
5
3
0,111
SMCB 2013
0,718
0,667
0,333
5
3
0,064
SMCB 2014
0,40
0,67
0,33
5
3
0,04
SMGR 2010
0,99
0,67
0,67
33
3
0,48
SMGR 2011
0,99
1,00
0,33
13
3
0,34
SMGR 2012
1,00
0,80
0,40
8
5
0,19
SMGR 2013
0,59
0,50
0,67
12
6
0,17
SMGR 2014
0,45
0,40
0,40
26
5
0,16
WIKA 2010
0,97
0,67
0,33
17
3
0,05
WIKA 2011
0,89
0,67
0,33
13
3
0,05
WIKA 2012
1,08
0,60
0,40
9
5
0,05
WIKA 2013
0,30
0,60
0,40
16
5
0,05
WIKA 2014
0,48
0,71
0,29
6
7
0,05
Sumber: Data Sekunder yang diolah
111
Lampiran 4 Perhitungan CSR
112
Lampiran 5 Perhitungan Variabel
113
Lampiran 6 Hasil Output SPSS Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CSRD
55
,12
1,08
,5870
,28685
AUINDP
55
,25
1,00
,5522
,16636
AUEXCT
55
,25
1,00
,5502
,22095
AUMEET
55
4,00
59,00
17,3091
13,70033
AUSIZE
55
3,00
7,00
4,1455
1,19285
ROA
55
,00
,48
,1065
,10603
Valid N (listwise)
55
Correlations CSRD Pearson Correlation
CSRD
N
AUEXCT
AUMEET
AUSIZE
ROA
1.000
.450
-.017
.062
-.401
.545
AUINDP
.450
1.000
-.174
-.006
-.550
.390
AUEXCT
-.017
-.174
1.000
.256
.039
.004
AUMEET
.062
-.006
.256
1.000
-.210
.123
AUSIZE
-.401
-.550
.039
-.210
1.000
-.270
.545
.390
.004
.123
-.270
1.000
.
.000
.450
.326
.001
.000
AUINDP
.000
.
.102
.483
.000
.002
AUEXCT
.450
.102
.
.030
.390
.489
AUMEET
.326
.483
.030
.
.062
.185
AUSIZE
.001
.000
.390
.062
.
.023
ROA
.000
.002
.489
.185
.023
.
CSRD
55
55
55
55
55
55
AUINDP
55
55
55
55
55
55
AUEXCT
55
55
55
55
55
55
AUMEET
55
55
55
55
55
55
AUSIZE
55
55
55
55
55
55
ROA
55
55
55
55
55
55
ROA Sig. (1-tailed)
AUINDP
CSRD
114
a
Variables Entered/Removed Variables
Variables
Entered
Removed
Model 1
Method
ROA, AUEXCT, AUSIZE,
. Enter
AUMEET, b
AUINDP
a. Dependent Variable: CSRD b. All requested variables entered.
Model Summary
Model
R
R Square a
1
.624
b
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.390
.327
Durbin-Watson
,23528
1.768
a. Predictors: (Constant), ROA, AUEXCT, AUSIZE, AUMEET, AUINDP b. Dependent Variable: CSRD Runs Test Unstandardized Residual Test Value
a
-.02678
Cases < Test Value
27
Cases >= Test Value
28
Total Cases
55
Number of Runs
27
Z
-.406
Asymp. Sig. (2-tailed)
.685
a. Median a
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
1.731
5
.346
Residual
2.712
49
.055
Total
4.443
54
F 6.254
Sig. b
.000
a. Dependent Variable: CSRD b. Predictors: (Constant), ROA, AUEXCT, AUSIZE, AUMEET, AUINDP
115
Coefficients Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model 1
b.
a
B
Std. Error
Collinearity Statistics
Beta
(Constant)
.480
.268
AUINDP
.312
.249
AUEXCT
.039
AUMEET
t
Sig.
Tolerance
VIF
1.791
.079
.181
1.254
.216
.599
1.669
.152
.030
.253
.801
.903
1.108
-.001
.003
-.038
-.318
.752
.866
1.154
AUSIZE
-.047
.033
-.196
-1.414
.164
.651
1.536
ROA
1.154
.332
.427
3.482
.001
.829
1.206
Dependent Variable: CSRD
Collinearity Diagnostics
Model Dimension Eigenvalue 1
a
Condition
Variance Proportions
Index
(Constant) AUINDP AUEXCT AUMEET AUSIZE ROA
1
5.001
1.000
.00
.00
.00
.01
.00
.01
2
.452
3.325
.00
.00
.01
.01
.01
.73
3
.332
3.881
.00
.01
.00
.79
.02
.00
4
.115
6.581
.00
.17
.53
.04
.00
.14
5
.089
7.476
.00
.12
.37
.08
.26
.11
6
.010
22.399
.99
.70
.09
.06
.71
.01
a. Dependent Variable: CSRD Residuals Statistics Minimum Predicted Value
Maximum
a
Mean
Std. Deviation
N
,3225
1,0965
,5870
,17904
55
-1.477
2.846
.000
1.000
55
.045
.127
.075
.020
55
,3078
1,1361
,5899
,18485
55
-,45378
,59212
,00000
,22412
55
Std. Residual
-1.929
2.517
.000
.953
55
Stud. Residual
-1.965
2.587
-.006
1.011
55
-,53546
,62913
-,00292
,25346
55
-2.027
2.756
.000
1.035
55
Mahal. Distance
1.003
14.826
4.909
3.311
55
Cook's Distance
.000
.253
.023
.044
55
Centered Leverage Value
.019
.275
.091
.061
55
Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual
Deleted Residual Stud. Deleted Residual
116
a. Dependent Variable: CSRD
117
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
55
Normal Parameters
a,b
Mean
.0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
.22411863
Absolute
.087
Positive
.087
Negative
-.052
Test Statistic
.087 c,d
Asymp. Sig. (2-tailed)
.200
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance. Coefficients
Model 1
Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant)
.388
.159
AUINDP -.105 AUEXCT -.139 AUMEET .000 AUSIZE -.019 ROA -.038 a. Dependent Variable: GLEJSER
.147 .090 .001 .020 .196
a
Standardized Coefficients Beta -.128 -.224 .021 -.162 -.029
t
Sig.
2.445
.018
-.716 -1.538 .142 -.943 -.193
.478 .131 .888 .350 .847
118
46