PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DI DALAM LAPORAN SUSTAINABILITY (Studi Empiris Pada Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
oleh: DITA ROHMAH NIM: 1111082000020
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS DIRI
1. Nama
: Dita Rohmah
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 21 Juni 1993
3. Alamat
: Jl. Pisangan Barat No.15 Rt/Rw 03/005 CirendeuCiputat Timur, Tangerang Selatan, kode pos 15419
4. Telepon
: 083897813644 (HP)
5. Email
:
[email protected]
6. Ayah
: Haulian Pasaribu
7. Ibu
: Hestiawati
8. Anak ke-, dari
: 1 dari 5 bersaudara
II. PENDIDIKAN 1. Tahun 2003 – 2005
: SD Islam Ruhama
2. Tahun 2005 – 2008
: SMP Negeri 1 Ciputat
3. Tahun 2008 – 2011
: SMA Negeri 74 Jakarta
4. Tahun 2011 – Sekarang
: Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Bendahara LF UIN Jakarta periode 2014-2015 2. Pengurus bidang Seni & olahraga
Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi
Periode 2013 - 2014
vi
ABSTRACT Influences of Corporate Governance Mechanicm, Size and Profitability to Corporate Social Responsibility In Sustainability Report (Study on Companies Listed In Indonesia Stock Exchange During The Years 2010-2013) The study aims to examine the effect of corporate governance, firm size, and profitability to corporate social responsibility disclosure in sustainability report. The mechanism of corporate governance used are independent commissioner, institutional ownership, and foreign ownership. This research is a quantitative study using scientific research in the form of positive economics. The nature and type of this research is descriptive with the method used by literature survey. Data used is secondary data obtained from www.idx.co.id and corporate websites. The analytical method used is multiple linear regression analysis with SPSS version 22. The populations in this study are all companies listed on the Indonesia Stock Exchange during the period 2010 until 2013. Samples are taken by purposive sampling method amount 21companies with 4 years observation. Based on the results of multiple regression analysis with a significant level of 5%, the results of this study concluded that: (1) Independent Commissary does not signicantly influence the effect on the disclosure of CSR in the sustainability report with the significant value 0.390 > 0.05. (2) Institutional Ownership has a significant effect on the disclosure of CSR in the sustainability report with the significant value 0.003 < 0.05. (3) Foreign Ownership does not signicantly influence the effect on the disclosure of CSR in the sustainability report with the significant value 0.221 > 0.05. (4) Firm Size has a significant effect on the disclosure of CSR in the sustainability report with the significant value 0.000 < 0.05. (5) Profitability has a significant effect on the disclosure of CSR in the sustainability report with the significant value 0.001< 0.05. Keywords:
Independent Commissioner, Institutional Ownership, Foreign Ownership, Firm Size, Profitability, Corporate Social Responsibility Disclosure, Sustainability Report
vii
ABSTRAK Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam Laporan Sustainability (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013)
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan, dan profitabilitas perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility di dalam laporan sustainability. Mekanisme corporate governance yang digunakan adalah dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan penelitian keilmuan berupa ekonomi positif. Sifat dan jenis dari penelitian ini adalah deskriptif dengan metode yang digunakan berdasarkan survei literatur. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id dan website perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan bantuan software SPSS versi 22. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010 sampai 2013. Sedangkan sampel penelitian ini ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling sehingga diperoleh 21 perusahaan sampel dengan pengamatan selama 4 tahun. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan tingkat signifikansi 5% maka hasil penelitian ini menyimpulkan: (1) Dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di dalam laporan Sustainability dengan nilai signifikansi 0.390 > 0.05. (2) Kepemillikan institusional berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di dalam laporan sustainability dengan nilai signifikansi 0.003 < 0.05. (3) Kepemilikan asing tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR dalam laporan sustainability dengan nilai signifikansi 0.221 > 0.05. (4) Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di dalam laporan sustainability dengan nilai signifikansi 0.000 > 0.05, dan (5) Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di dalam laporan sustainability dengan nilai signifikansi 0.001 > 0.05. Kata kunci: Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing, Ukuran perusahaan, Profitabilitas, Corporate Social Responsibility Disclosure, Sustainability Report.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada: 1. Kedua orang tua yang paling saya cintai yaitu Ayahanda Haulian Pasaribu dan Ibunda Hestiawati yang dengan ikhlas memberikan dukungan dengan penuh kasih sayang selalu mencurahkan perhatian, cinta, bimbingan, nasihat, serta dukungan moril maupun materil serta doa tiada henti kepada penulis. 2. Keempat adik saya Ridwan Efendi, M.Ilham Adairobi, Salwa Ramadhani Pasaribu dan Haura Khansa Pasaribu yang senantiasa selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis. 3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc. M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dosen Pembimbing Skripsi 1 yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas semua saran yang telah Bapak berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi. 5. Ibu Ismawati Haribowo, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas semua saran yang telah Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi. 6. Ibu Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. ix
7. Seluruh Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yangtelah banyak memberikan ilmu-ilmu kepada penulis. 8. Seluruh staf Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis. 9. Dini Rachmawati sahabat dari semester 3 sampai saat ini. Terimakasih atas doa, motivasi, semangat yang diberikan sehingga teciptanya skripsi ini. Semoga persahabatan kita dapat terjalin selamanya.
10. Sahabat seperjuangan dari awal semester hingga sekarang DPRU (Putri, Rika, Uum) yang saling membantu dalam menyelesaikan tugas tugas kuliah. Terimakasih sudah menjadi sahabat yang baik dimasa kuliah.
11. Teman-teman jurusan Akuntansi Angkatan 2011 khususnya Akuntansi A 12. Rekan-rekan kementrian agama (Vicky, Liliek, Opi, Amna, Mpit) yang senantiasa memberikan motivasi, doa serta masukan-masukan sehingga teciptanya skripsi ini. 13. Ladies Futsal UIN dan Untung-untungan yang selalu memberikan doa serta semangat seingga terciptanya skripsi ini 14. Pihak–pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 29 Juli 2015
Dita Rohmah
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ......................................................... iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................................. v DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................. vi ABSTRACT ............................................................................................................... vii ABSTRAK ................................................................................................................ viii KATA PENGANTAR ................................................................................................ ix DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xvi BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 9 C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 10 D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 13 A. Landasan Teori ................................................................................................. 13 1. Agency Theory ............................................................................................... 13 2. Stakeholder Theory ........................................................................................ 14 3. Legitimacy Theory ......................................................................................... 15 B. Tinjauan Literatur............................................................................................. 17 1. Corporate Social Rensponsibility .................................................................. 17 a. Pengertian Corporate Social Rensponsibility. ........................................ 17
xi
b. Konsep Corporate Social Rensponsibility.............................................. 18 c. Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan. ..................................... 22 d. Pengungkapan Corporate Social Rensponsibility. ................................. 24 e. General Reporting Initiative (GRI). ....................................................... 26 2. Good Corporate Governance ........................................................................ 31 3. Mekanisme Good Corporate Governance..................................................... 34 a. Dewan Komisaris Independen. ............................................................... 34 b. Kepemilikan Institusional. ...................................................................... 38 c. Kepemilikan Asing. ................................................................................ 39 d. Ukuran Perusahaan. ................................................................................ 40 e. Profitabilitas. ........................................................................................... 41 C. Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 44 D. Kerangka Penelitian ......................................................................................... 49 E. Hipotesis........................................................................................................... 50 1. Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Pengungkapan Corporate Social Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability ............. 50 2. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Pengungkapan Corporate Social Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability ............................... 51 3. Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Pengungkapan Corporate Social Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability .......................................... 53 4. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability .......................................... 54 5. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability .......................................... 55 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 56 A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................ 56 B. Metode Penentuan Sampel ............................................................................... 57
xii
C. Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 58 D. Metode Analisis Data ....................................................................................... 58 1. Statistik Deskriptif ......................................................................................... 59 2. Uji Asumsi Klasik ......................................................................................... 59 3. Analisis Regresi Berganda ............................................................................. 64 4. Pengujian Hipotesis ....................................................................................... 65 E. Operasional Variabel Penelitian ....................................................................... 67 1. Variabel Independen ...................................................................................... 67 2. Variabel Dependen ........................................................................................ 70 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................... 73 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 73 B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ......................................................................... 75 1. Analisis Statistik Deskriptif ........................................................................... 75 2. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 79 3. Pengujian Hipotesis ....................................................................................... 86 C. Pembahasan ...................................................................................................... 92 1. Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Pengungkapan Corporate Social Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability ........... 92 2. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Pengungkapan Corporate Social Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability .............................. 95 3. Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Pengungkapan Corporate Social Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability ......................................... 97 4. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability ......................................... 99 5. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability ....................................... 101
xiii
BAB V PENUTUP .................................................................................................. 104 A. Kesimpulan .................................................................................................... 104 B. Saran ............................................................................................................... 106 Daftar Pustaka ......................................................................................................... 107 Lampiran ................................................................................................................. 112
xiv
DAFTAR TABEL
No
Keterangan
Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 44 Tabel 3.1 Autokorelasi ............................................................................................. 62 Tabel 3.2 Operasional Variabel ............................................................................... 72 Tabel 4.1 Rincian Perolehan Sampel Penelitian .................................................... 74 Tabel 4.2 Sampel Data Penelitian ........................................................................... 74 Tabel 4.3 Statistik Deskriptif .................................................................................. 76 Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Dengan Uji Kolmogorov-Smirnov ..................... 81 Tabel 4.5 Coefficientsa .............................................................................................. 82 Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................................. 83 Tabel 4.7 Uji Heterokedastisitas dengan Spearman ............................................. 85 Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................................. 86 Tabel 4.9 Uji signifikasi Simultan ........................................................................... 88 Tabel 4.10 Hasil Uji t ............................................................................................... 89
xv
DAFTAR GAMBAR
No
Keterangan
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian ............................................................................ 49 Gambar 4.1 Hasil uji normalitas dengan histogram normal ............................... 79 Gambar 4.2 Hasil uji normalitas dengan grafik normal plot ............................... 80 Gambar 4.3 Uji heterokedastisitas menggunakan grafik scatter plot ................. 84
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perusahaan yang tumbuh dan berkembang mempunyai tujuan utama yaitu profitabilitas dengan mendapatkan pencitraan dan persepsi yang baik dari para stakeholder. Namun dewasa ini pandangan tersebut bergeser kearah yang lebih kompleks yaitu bagaimana masyarakat sebagai pengguna hasil produksi perusahaan mengakui kredibilitas perusahaan
tersebut. Sebab, perusahaan
merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan yang keberadaannya tidak lepas darinya. Mengingat hal tersebut maka penting bagi perusahaan untuk turut serta menjaga dan peduli terhadap aspek sosial baik masyarakat maupun lingkungan dimana perusahaan tersebut beroperasi. Konsep ini kemudian berkembang dengan istilah Corporate Sosial Responsibility (CSR). CSR dimaksudkan untuk mendorong dunia usaha lebih etis dalam menjalankan aktivitasnya agar tidak berdampak buruk pada masyarakat dan lingkungan hidupnya, sehingga pada akhirnya dunia usaha akan dapat bertahan secara berkelanjutan (Kusuma et al. 2014:2). CSR adalah salah satu faktor penting untuk meningkatkan nilai perusahaan, maka perusahaan perlu mempertimbangkan CSR sebagai salah satu aspek daya tarik bagi investor selain kinerja keuangan perusahaan.
1
Investor cenderung tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan keuangan, dimana pelaporan keuangan merupakan media bagi manajemen perusahaan dalam memberikan informasi kinerja keuangan entitas yang bermanfaat untuk stakeholders. Selain pelaporan keuangan sebagai media pengungkapan tanggung jawab perusahaan, perkembangan pelaksanaan CSR mendorong perusahaan untuk juga mengungkapkan sebuah laporan yang tidak hanya berpijak pada kondisi keuangan saja tetapi juga menyediakan informasi lingkungan dan sosial yang kemudian disebut laporan berkelanjutan atau sustainability report (Ratnasari, 2011:2) Secara
definisi
sustainability
report
adalah
praktek
pengukuran,
pengungkapan dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan kepada para pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal (http://www.globalreporting.org, di akses pada 12 Januari 2015). Sustainability report ini disusun berdasarkan pedoman dari Global Reporting Initiative (GRI) yang telah dikembangkan sejak tahun 1990 dan disusun tersendiri terpisah dari laporan keuangan atau laporan tahunan. Dalam penelitian ini item pengungkapan tanggung jawab sosial diukur berdasarkan 9 indikator kinerja ekonomi, 30 indikator kinerja lingkungan, dan 40 indikator kinerja sosial yang dikeluarkan oleh GRI. Pengungkapan sustainability report di Indonesia didukung oleh sejumlah peraturan pemerintah, diantaranya UU No. 23 tahun 1997 mengenai lingkungan, UU No. 40 Pasal 66 ayat (2) dan Pasal 74 tahun 2007. Pasal 66 ayat (2) bagian c 2
berisi bahwa selain menyampaikan laporan keuangan, perusahaan juga diwajibkan melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial. Sedangkan Pasal 74 berisi tentang kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan bagi perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam. Selain itu, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 tentang tanggung jawab atas laporan keuangan paragraf 9 (sembilan) secara implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah lingkungan dan sosial dalam laporan tambahan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (Putri, 2013:2). Dari deskripsi diatas menjadi sebuah pengantar mengenai perubahan paradigma CSR, bahwa perusahaan semakin menyadari CSR bukan lagi sebuah beban, melainkan daya tarik investor dan bagian dari modal sosial serta menjadi parameter perusahaan untuk mampu me-maintenance masyarakat dan lingkungan melalui program-program CSR. Saat ini isu mengenai corporate social responsibility (CSR) dan keberlanjutan (sustainability) terus berkembang, dimana perusahaan menjadi sorotan utama perannya terhadap lingkungan. Dikarenakan banyaknya kasus-kasus yang terjadi terkait dengan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan yang berdampak pada masyarakat dan lingkungan. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia khususnya di daerah-daerah yang memiliki
kekayaan
alam
yang
berlimpah
banyak
diakibatkan
karena
ketidakpedulian perusahaan terhadap kerusakan yang timbul dari pendirian 3
perusahaan itu sendiri. Seperti kasus yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia yang melakukan perusakan lingkungan di daerah Papua yang dinilai tidak memenuhi batas air limbah dan telah mencemari biota laut, lumpur Lapindo di Sidoarjo yang dinobatkan sebagai perusahaan yang tidak bertanggung jawab, dan pencemaran Teluk Buyat Oleh PT. Newmont Minahasa Raya. Ada lagi kasus yang disebabkan oleh Perusahaan Besar Swasta (PBS) sawit yang sangat bermasalah bagi masyarakat lokal yang berdiam di kawasan konsesi perusahaan perkebunan tersebut karena perusahaan perkebunan yang bergerak dibidang komoditas kelapa sawit ini tidak mengantongi izin tetapi berani melakukan operasi besar-besaran dengan membabat hutan alam serta mencemari lingkungan sekitarnya (http://readersblog.mongabay.co.id, dikutip oleh Ucuy, 2015) Kasus-kasus
tersebut
memberikan
gambaran
bahwa
perusahaan
sesungguhnya juga perlu memperhatikan sisi non keuangan terutama dari sisi lingkungan dan sosial. Untuk itu, perusahaan harus mulai menyadari untuk mendorong praktik pengungkapan tanggung jawab sosial serta memenuhi tuntutan akan penerapan good corporate governance dalam rangka pengelolaan perusahaan yang baik. Praktik dan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan konsekuensi logis dari implementasi Good Corporate Governance (GCG), yang prinsipnya antara lain menyatakan bahwa perusahaan perlu memperhatikan kepentingan stakeholder-nya, sesuai dengan aturan yang ada dan menjalin kerjasama yang aktif dengan stakeholder demi kelangsungan hidup jangka 4
panjang perusahaan. Pengaturan dan pengimplementasian GCG memerlukan komitmen dari seluruh jajaran organisasi, dimulai dengan penetapan kebijakan dasar dan tata tertib yang dianut oleh top manajemen serta penerapan kode etik yang dipatuhi oleh semua pihak yang ada di dalamnya. Apabila sistem Corporate Governance yang terdiri atas struktur Corporate Governance (pemegang saham, dewan komisaris, dewan direksi, komite audit, sekertaris perusahaan, manajer dan karyawan, auditor) dilaksanakan dengan mekanisme yang baik dan dilandasi dengan prinsip Corporate Governance, maka akan bermanfaat dalam mengatur dan mengendalikan perusahaan. Selain itu mekanisme dan struktur Governance perusahaan
dapat
dijadikan
sebagai
pendukung
terhadap
praktik
dan
pengungkapan CSR di Indonesia (Utama dalam Cahyaningsih dan Martina, 2011:173). Dari penjelasan di atas menunjukan bahwa aktivitas CSR tidak bisa terlepas dari penerapan GCG. Pada penelitian kali ini, penerapan Corporate Governance akan dilihat melalui mekanismenya yang diproksikan dengan komposisi dewan komisaris independen, kepemilikan institusional dan kepemilikan asing serta profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap tingkat pengungkapan CSR di dalam laporan Sustainability. Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan tersebut (Surya dan Yustiavandana, 2006: 135). Dengan adanya dewan komisaris 5
independen diharapkan dapat memberikan tekanan pada perusahaan untuk mengungkapkan sustainability report dalam rangka memastikan keselarasan antara keputusan dan tindakan perusahaan dengan nilai-nilai sosial dan legitimasi perusahaan (Ratnasari, 2011:9). Kepemilikan institusional umumnya merupakan pemegang saham yang cukup besar karena memiliki pendanaan yang besar. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar untuk menghalangi perilaku opportunistic manajer (Rustiarini, 2010:7). Kepemilikan asing (foreign ownership) adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak asing (luar negeri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap saham perusahaan di Indonesia. Selama ini kepemilikan oleh pihak asing merupakan pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan CSR (Sari, 2014:6). Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau profit. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial. Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala pengklasifikasian besar kecilnya suatu perusahaan atau organisasi yang didirikan oleh seseorang atau lebih untuk mencapai tujuannya. Penelitian yang terkait dengan Corporate Governance, ukuran perusahaan, profitabilitas dan pengungkapan Corporate Social Responsibility oleh perusahaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan Corporate Governance, ukuran perusahaan, profitabilitas
dan
pengungkapan Corporate Social Responsibility merupakan hal yang penting dan 6
membutuhkan perhatian besar. Secara umum, objek penelitian dalam penelitian tersebut merupakan perusahaan manufaktur dan perbankan. Penelitian tersebut antara lain telah dilakukan oleh Sari et al. 2013; Sriayu dan Mimba, 2013; Komalasari, 2014; Trisnawati, 2014. Penelitian yang dilakukan oleh Komalasari (2014) yang membahas mengenai pengaruh mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan dan profitabilitas perusahaan
terhadap
luas
pengungkpan
corporate
social
responsibility
menunjukkan hasil bahwa yang mempengaruhi mekanisme corporate governance terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility hanyalah ukuran perusahan saja, selebihnya tidak berpengaruh signifikan. Sementara itu studi yang dilaksanakan
Trisnawati
(2014)
tentang
pengaruh
ukuran
perusahaan,
profitabilitas, leverage, ukuran dewan komisaris dan kepemilikan manajerial terhadap pengungkapan corporate social responsibility (CSR) industri perbankan di Indonesia menunjukkan hasil bahwa hanya ukuran perusahaan yang mempengaruhi pengungkapan corporate social rensponsibility. Berbeda dengan penelitian Sari et al. (2013) yang menunjukkan hasil bahwa yang
mempengaruhi
terhadap
luas
pengungkapan
Corporate
Social
Responsibility adalah kepemilikan institusional, ROE dan ROA. Sedangkan komposisi dewan komisaris dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap luas pengungkapan corporate social renspobility . Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Sriayu dan Mimba (2013) yang menyatakan bahwa
7
company size, foreign ownership dan public ownership berpengaruh positif dan signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure . Penelitian yang menggunakan kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, dan kepemilikan institusional sebagai variabel dependen yang dilakukan oleh Rustiarini (2010) menunjukkan bahwa hanya kepemilikan asing
yang
mempengaruhi luas pengungkapan corporate social rensponsibility. Sedangkan penelitian yang menggunakan karakteristik perusahaan (umur perusahaan, ukuran perusahaan, kepemilikan asing, dan proporsi dewan komisaris independen) sebagai variabel dependen, seperti penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) menunjukkan
bahwa
umur
perusahaan
dan
kepemilikan
asing
yang
mempengaruhi luas pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan sustainability. Karena beragamnya hasil penelitian terdahulu mengenai meknisme corporate governance terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan sustainability inilah peneliti beralasan untuk menguji kembali variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan sustainability. Penelitian ini bertujuan menguji dan membuktikan “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Ukuran perusahaan, dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam Laporan Sustainability (Studi Empiris pada Perusahaan yang Listing di BEI pada Tahun 2010-2013)”.
8
Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut : 1. Periode penelitian ini meliputi periode pelaporan keuangan pada periode 2010 sampai 2013 sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan data periode 2008 sampai 2011. 2. Untuk penelitian ini menggunakan objek penelitian yaitu pada perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu pada perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). 3. Penelitian ini selain menggunakan laporan tahunan perusahaan juga menggunakan Sustainability Report. 4. Penelitian ini menggunakan variabel independen kepemilikan asing sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan variabel kepemilikan manajerial. B. Rumusan Masalah 1. Apakah
dewan
pengungkapan
komisaris Corporate
independen Social
berpengaruh
Responsibility
di
terhadap dalam
luas
laporan
sustainability? 2.
Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability?
3. Apakah kepemilikan asing berpengaruh terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability? 9
4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability? 5. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability? 6. Apakah dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, ukuran perusahaan, dan profitabilitas perusahaan terhadap luas pengungkapan
Corporate
Social
Responsibility
di
dalam
laporan
sustainability? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menguji secara empiris: a. Untuk mengetahui pengaruh
komposisi dewan komisaris independen
terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability. b. Untuk mengetahui kepemilikan institusional terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability. c. Untuk
mengetahui
pengungkapan
pengaruh
kepemilikan
Corporate Social
asing
Responsibilit
di
terhadap dalam
luas
laporan
sustainability. d. Untuk
mengetahui
pengaruh
ukuran
perusahaan
terhadap
luas
pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability.
10
e. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability. f. Untuk
mengetahui
dewan
komisaris
independen,
kepemilikan
institusional, kepemilikan asing, ukuran perusahaan, dan profitabilitas terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability. D. Manfaat Penelitian 1) Kontribusi Teoritis a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya pertanggungjawaban sosial perusahaan yang diungkapkan di dalam laporan yang disebut sustainability reporting dan sebagai pertimbangan dalam pembuatan kebijakan perusahaan untuk lebih meningkatkan kepeduliannya pada lingkungan sosial. Bagi perusahaan, dapat juga memberikan gambaran mengenai pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan, sehingga pemerintah dapat menindaklanjuti pengesahan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dengan mewajibkan
semua
perusahaan
di
Indonesia
untuk
melaksanakan tanggung jawab sosialnya. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat peneliti dan mahasiswa akuntansi untuk mempelajari dan menambah wawasan, informasi dan dijadikan sebagai referensi bagi 11
penelitian selanjutnya terutama berbagai hal yang berkaitan dengan praktik Corporate Social Resposibility. 2) Kontribusi Praktis a. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan investasi di sebuah perusahaan dan memberikan pandangan kepada investor, bahwa dalam mempertimbangkan aspekaspek yang perlu diperhitungkan dalam investasi yang tidak terpaku pada ukuran- ukuran moneter saja, tetapi perlu diperhatikan juga bagaimana perusahaan tersebut memberikan pertanggungjawaban
sosialnya
pada
lingkungan
sekitar
perusahaan. Sehingga investor dapat mengetahui bagaimana citra perusahaan dimata investor b. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kesempatan para pembaca untuk dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak-hak mereka yang seharusnya diperoleh, baik dari segi ekonomi, lingkungan dimana mereka tinggal, ketenagakerjaan, hak asasi manusia, sosial, dan juga informasi tentang produk yang dikeluarkan perusahaan.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Agency Theory Teori keagenan (agency theory) dibangun sebagai upaya untuk memahami dan memecahkan masalah yang muncul manakala ada ketidaklengkapan informasi pada saat melakukan kontrak (perikatan). Kontrak yang dimaksud di sini adalah hubungan antara prinsipal (pemilik dan pemegang saham) yaitu stakeholder dan agen (manajemen). Teori keagenan meramal jika agen memiliki keunggulan informasi dibandingkan prinsipal dan kepentingan agen dan prinsipal berbeda, maka akan terjadi principal-agent problem di mana agen akan melakukan tindakan yang menguntungkan dirinya namun merugikan prinsipal. Beban yang muncul karena tindakan manejemen tersebut menjadi agency cost. Teori keagenan berusaha menjelaskan tentang penentuan kontrak yang paling efisien yang bisa membatasi konflik atau masalah keagenan (Jensen and Meckling,1976). Corporate governance merupakan suatu mekanisme pengelolaan yang didasarkan pada teori agensi. Penerapan konsep corporate governance diharapkan memberikan kepercayaan terhadap agen (manajemen) dalam mengelola kekayaan pemilik (pemegang saham), dan pemilik menjadi lebih yakin bahwa agen tidak akan melakukan suatu kecurangan untuk kesejahteraan 13
agen sehingga dapat meminimumkan konflik kepentingan dan meminimumkan biaya keagenan (Ratnasari, 2011:6). Hal ini menjadi dasar perlunya manajemen melakukan pelaporan dan pengungkapan
mengenai
perusahaan
kepada
pemilik
sebagai
wujud
akuntabilitas manajemen terhadap pemilik. Melalui teori keagenan yang menyediakan informasi, akuntansi dapat memberikan umpan balik (feedback) selain nilai prediktifnya. Teori keagenan menyatakan bahwa, perusahaan yang menghadapi biaya kontrak dan biaya pengawasan yang rendah cenderung akan melaporkan laba lebih rendah atau dengan kata lain akan mengeluarkan biayabiaya untuk kepentingan manajemen (salah satunya biaya yang dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata masyarakat yaitu biaya-biaya yang terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan) (Anggraini, 2006:7). 2. Stakeholders Theory Stakeholder theory mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Stakeholder adalah pihak-pihak yang berkepentingan pada perusahaan yang dapat mempengaruhi atau dapat dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan, para stakeholder antara lain masyarakat, karyawan, pemerintah, supplier, pasar modal dan lain-lain. Menurut (Ghozali dan Chariri, 2007) stakeholder ini yang menggambarkan kepada pihak mana saja perusahaan bertanggung jawab. Perusahaan tidak hanya sekedar bertanggung jawab terhadap para pemilik (shareholder) sebagaimana terjadi selama ini, namun 14
bergeser menjadi lebih luas yaitu, pada ranah sosial kemasyarakatan (stakeholder) yang disebut tanggung jawab sosial (social responsibility). Salah satu strategi yang digunakan perusahaan untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder-nya adalah dengan pengungkapakan informasi sosial dan lingkungan. Dengan pengungkapan ini, diharapkan perusahaan mampu memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan serta dapat mengelola stakeholder agar mendapatkan dukungan oleh para stakeholder yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan. 3. Legitimacy Theory Legitimacy theory menyatakan suatu perusahaan akan bisa bertahan, jika masyarakat dimana perusahaan tersebut berada merasa bahwa perusahaan telah beroperasi berdasarkan sistem nilai yang sepadan dengan sistem nilai yang dimiliki oleh masyarakat sekitarnya. Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan. Hal itu, dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengonstruksi strategi perusahaan, terutama terkait dengan upaya memosisikan diri di tengah lingkungan masyarakat yang semakin maju (Hadi, 2011:87). Menurut Haniffa et al. (2005:395), dalam legitimacy theory perusahaan memiliki
kontrak
dengan
masyarakat
untuk
melakukan
kegiatannya
berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga 15
tergantung dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan dimana perusahaan tersebut menjalankan setiap aktivitasnya. Jika terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan akan kehilangan legitimasinya dan selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Keselarasan antara tindakan organisasi dan nilai-nilai masyarakat ini tidak selamanya berjalan seperti yang diharapkan. Tidak jarang akan terjadi perbedaan potensial antara organisasi dan nilai-nilai sosial yang dapat mengancam legitimasi perusahaan bahkan dapat membuat perusahaan tersebut ditutup (Sayekti, 2007:4). Barkemeyer (2007:7) mengungkapkan bahwa penjelasan tentang kekuatan teori legitimasi organisasi dalam konteks tanggung jawab sosial perusahaan di negara berkembang terdapat dua hal; pertama, kapabilitas untuk menempatkan motif maksimalisasi keuntungan membuat gambaran lebih jelas tentang motivasi perusahaan memperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk memasukkan faktor budaya yang membentuk tekanan institusi yang berbeda dalam konteks yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan perusahaan harus memiliki nilai-nilai sosial yang selaras dengan nilai-nilai masyarakat, yaitu dengan membuat pelaporan kegiatan sosial dan lingkungan perusahaan. Dengan mengungkapkan CSR, diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang.
16
B. Tinjauan Literatur 1. Corporate Social Responsibility a. Pengertian Corporate Social Responsibility Corporate Social Responsibility dikenal dengan banyak istilah yang memiliki pengertian yang sama, diantaranya business responsibility dan corporate citizenship. Sampai sekarang belum terdapat definisi yang seragam mengenai apa yang dimaksud dengan CSR. Dengan
demikian,
para
pemangku
kepentingan
(stakeholders)
mendefinisikan CSR dengan caranya sendiri. Menurut Business for Social Responsibility (BSR) (2002) CSR sebagai : “Business practices that strengthen accountability, respecting ethical values in the interest of all stakeholders.” Artinya, praktek bisnis yang memperkuat akuntabilitas, menghormati nilai-nilai etika dalam kepentingan semua pemangku kepentingan. Sementara itu, ada beberapa definisi lain dari Corporate Social Responsibility
menurut
World
Business
Council
for
Sustainable
Development (WBCSD) yang dikutip dari Effendi (2009:107), yaitu: “The continuing commitment by business to behave ethnically and contribute to economic development while improving the quality of live of the work force and their families as well as of the local community and society at large.” Artinya, CSR adalah keterpanggilan dunia bisnis untuk bersikap etis dan berkontribusi dalam pengembangan ekonomi berkelanjutan, bersamaan
17
dengan kualitas hidup karyawan beserta keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas hidup komunitas setempat dan masyarakat luas. Secara sederhana, tanggung jawab sosial dapat dikatakan sebagai timbal balik perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya karena perusahaan telah mengambil keuntungan atas masyarakat dan lingkungannya tersebut. Dimana dalam proses pengambilan keuntungan tersebut seringkali perusahaan menimbulkan kerusakan lingkungan ataupun dampak sosial lainnya. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu kondisi dimana perusahaan harus bertanggung jawab atas setiap tindakannya yang berpengaruh terhadap masyarakat dan lingkungannya. Bukan malah berbuat eksploitasi terhadap lingkungan sekitar. b. Konsep Corporate Social Responsibility Konsep CSR sebagai salah satu tonggak penting dalam manajemen korporat. Meskipun konsep CSR baru dikenal pada awal tahun 1970-an, namun konsep tanggung jawab sosial sudah dikemukakan oleh Howard R. Bowen pada tahun 1953 (Kartini, 2009:5). Menurut Carroll dalam Kartini (2009:14), konsep CSR memuat komponen-komponen sebagai berikut:
18
1) Economic responsibilities Tanggung jawab sosial perusahaan yang utama adalah tanggung jawab ekonomi karena lembaga bisnis terdiri dari aktivitas ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa bagi masyarakat secara menguntungkan. 2) Legal responsibilities Masyarakat berharap bisnis dijalankan dengan mentaati hukum dan peraturan yang berlaku yang pada hakikatnya dibuat oleh masyarakat melalui lembaga legislatif. 3) Ethical responsibilities Masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis secara etis yaitu menunjukan refleksi moral yang dilakukan oleh pelaku bisnis secara perorangan maupun kelembagaan untuk menilai suatu isu dimana penilaian ini merupakan pilihan terhadap nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat. 4) Discretionary responsibilities Masyarakat mengharapkan keberadaan perusahaan dapat memberikan manfaat bagi mereka. Perkembangan CSR secara konseptual menurut (Nurlela dan Islahuddin, 2008:2) mulai dibahas sejak tahun 1980-an yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: 1) Runtuhnya tembok Berlin yang merupakan simbol tumbangnya paham komunis dan bergantinya ke imperium kapitalisme secara global. 19
2) Meluasnya operasi perusahaan multinasional di negara berkembang sehingga dituntut memperhatikan keadaan sosial, lingkungan dan hakasasi manusia. 3) Globalisasi dan berkurangnya peran pemerintah telah menyebabkan munculnya
lembaga
sosial
masyarakat
(LSM)
yang
lebih
memperhatikan isu kemiskinan sampai kekhawatiran punahnya spesies tumbuhan dan hewan akibat ekosistem yang semakin labil. 4) Kesadaran perusahaan akan pentingnya citra perusahaan dalam membawa perusahaan menuju bisnis berkelanjutan. Selain itu menurut Deegan dalam Ghozali dan Chariri (2007) alasan yang mendorong praktik pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan antara lain: 1) Mematuhi persyaratan yang ada dalam Undang-undang 2) Pertimbangan rasionalitas ekonomi 3) Mematuhi pelaporan dan proses akuntabilitas 4) Mematuhi persyaratan peminjaman 5) Mematuhi harapan masyarakat 6) Konsekuensi ancaman atas legitimasi perusahaan 7) Mengelola kelompok stakeholder tertentu 8) Menarik dana investasi 9) Mematuhi persyaratan industry 10) Memenangkan penghargaan pelaporan 20
Menurut The World Business Council for Sustainable Development, Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan. Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility (CSR) merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis
untuk
berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Report. Sustainability Report atau laporan berkelanjutan adalah suatu laporan yang bersifat non financial yang dapat dipakai sebagai acuan oleh perusahaan untuk melihat pelaporan dari dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sustainability report menjadi dokumen strategi yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainability Development yang membawanya menuju kepada core business dan sektor industrinya serta mendorong para investor terutama pihak asing untuk
21
menanamkan investasinya pada perusahaan yang telah menerapkan CSR dengan baik (Effendi, 2009:109). c. Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan Laporan tahunan berisi pengungkapan informasi yang dapat membantu stakeholders dalam pengambilan keputusan. Informasi yang diungkapkan tidak hanya berupa informasi keuangan saja, tetapi juga berupa informasi non keuangan. Selain digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, pengungkapan dalam laporan tahunan juga digunakan sebagai bentuk akuntabilitas manajemen atas kinerjanya sebagai pengelola perusahaan kepada investor sebagai pemilik. Di Indonesia, BAPEPAM telah mengatur bentuk dan isi laporan tahunan yang wajib diungkapkan melalui Keputusan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan No.KEP-134/BL/2006 peraturan X.K.6 tanggal 07 Desember 2006 tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan-perusahaan publik. Dalam ketentuan umum bentuk dan isi laporan tahunan wajib memuat ikhtisar data keuangan penting, laporan, dewan komisaris, laporan direksi, profil perusahaan, analisis dan pembahasan manajemen, tata kelola perusahaan, tanggung jawab direksi atas laporan keuangan, dan laporan keuangan yang telah diaudit. Hal itu menunjukkan bahwa setiap perusahaan di Indonesia wajib membuat laporan tahunan perusahaan yang terdiri dari:
22
1. Ikhtisar data keuangan penting 2. Laporan dewan komisaris 3. Laporan dewan direksi 4. Profil perusahaan 5. Analisis dan pembahasan manajemen 6. Tata kelola perusahaan 7. Tanggung jawab direksi atas laporan keuangan 8. Laporan keuangan yang telah diaudit Pengungkapan dalam laporan keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure) dan pengungkapan sukarela (Voluntary Disclosure). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku (peraturan mengenai pengungkapan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui keputusan ketua BAPEPAM No.SE02/PM/2002. Sedangkan pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk keputusan oleh para pemakai laporan keuangan tersebut. Selain itu di Indonesia pengungkapan dalam laporan keuangan baik yang bersifat wajib maupun sukarela telah diatur dalam PSAK No.1. Setiap pelaku ekonomi selain berusaha untuk kepentingan pemegang saham dan berfokus pada pencapaian laba disamping itu juga mempunyai tanggung 23
jawab sosial terhadap masyarakat sekitar, dan hal itu perlu diungkapkan dalam laporan tahunan, sebagaimana dinyatakan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (Revisi 2009) Paragraf kedua belas: Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut di luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan. PSAK No. 1 (revisi 2009) tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang ada di Indonesia diberi suatu kebebasan dalam mengungkapkan informasi tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan keuangan tahunan perusahaan. d. Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) atau sering kali disebut sebagai tanggung jawab sosial perusahaan telah banyak disampaikan oleh para
pakar
maupun
lembaga
internasional.
Magnan
dan
Ferrel
mengartikannya sebagai perilaku bisnis, di mana pengambilan keputusannya mempertimbangkan tanggung jawab sosial dan memberikan perhatian secara lebih
seimbang
terhadap
kepentingan
stakeholders
yang
beragam
(Mursitama dan Tirta, 2011:23). Dalam implementasi praktik CSR di sebuah entitas, perusahaan harus membuat laporan untuk mempertanggungjawabkan kegiatan sosial yang telah dilakukan entitas tersebut. Laporan tanggung jawab sosial merupakan laporan aktivitas tanggung jawab sosial yang telah 24
dilakukan perusahaan baik berkaitan dengan perhatian masalah dampak sosial maupun lingkungan. Laporan tersebut dilampirkan dalam laporan tahunan (annual report) yang dipertanggungjawabkan direksi sebagai agen di depan sidang Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Association of Chartered
Certified
Accountants
(ACCA)
menyatakan
bahwa
pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan Sustainability Reporting, yang merupakan pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainability
Reporting
meliputi
pelaporan
mengenai
ekonomi,
lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi. Badan yang aktif menerbitkan pedoman bagi perusahaan terkait pengungkapan lingkungan hidup adalah Global Reporting Initiative (GRI). Dalam Standar GRI indikator kinerja dibagi menjadi 3 komponen utama yaitu: 1) Ekonomi 2) Lingkungan hidup 3) Sosial yang mencakup hak asasi manusia, praktek ketenagakerjaan dan lingkungan kerja, tanggung jawab produk, dan masyarakat. Ada berbagai motivasi yang mendorong manajer secara sukarela mengungkapkan informasi sosial dan lingkungan. Di Indonesia pada khususnya, peraturan terkait mengenai pengungkapan informasi tanggung 25
jawab sosial dan lingkungan telah diatur dalam peraturan pemerintah pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Pasal 74. Sejalan dengan UU No.40 Tahun
2007,
lampiran
Keputusan
Ketua
Bapepam
Nomor
KEP-
134/BL/2006 juga mewajibkan perusahaan untuk mengungkapan informasi terkait tata kelola perusahaan dimana di dalamnya juga menjelaskan uraian mengenai aktivitas dan biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan pada laporan tahunan perusahaan. e. General Reporting Initiative (GRI) Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah jaringan berbasis organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak menggunakan kerangka laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus menerus melakukan perbaikan dan penerapan di seluruh dunia. Terdapat 6 indikator di dalam GRI dan jumlah pengungkapannya ada 78 item (Sembiring, 2005:393). Berikut item-item yang digunakan dalam : 1) Indikator Kinerja Ekonomi (economic performance indicator) (a) Perolehan distribusi nilai ekonomi (b) Implikasi finansial akibat perubahan iklim (c) Dana pensiun karyawan (d) Bantuan financial dari pemerintah (e) Standar upah minimum (f) Rasio pemasok lokal 26
(g) Rasio karyawan lokal (h) Pengaruh pembangunan infrastruktur (i) Dampak pengaruh ekonomi tidak langsung 2) Indikator Kinerja Lingkungan (environment performance indicator) (a) Pemakaian material (b) Pemakaian material daur ulang (c) Pemakaian energi langsung (d) Pemakaian energi tidak langsung (e) Penghematan energi (f) Inisiatif penyediaan energi terbaru (g) Inisiatif mengurangi energi tidak langsung (h) Pemakaian air (i) Sumber air yang terkena dampak (j) Jumlah air daur ulang (k) Kuasa tanah di hutan lindung (l) Perlindungan keanekaragaman hayati (m) Pemulihan habitat (n) Strategi menjaga keanekaragaman hayati (o) Spesies yang dilindungi (p) Total gas rumah kaca (q) Total gas tidak langsung yang berhubungan dengan gas rumah kaca 27
(r) Inisiatif pengurangan efek gas rumah kaca (s) Pengurangan emisi ozon (t) Jenis-jenis emisi udara (u) Kualitas pembuangan air dan lokasinya (v) Klasifikasi limbah dan metode pembuangan (w) Total biaya dan jumlah yang tumpah (x) Limbah berbahaya yang ditransportasikan (y) Keanekaragaman hayati (z) Inisiatif mengurangi dampak buruk pada lingkungan (aa) Persentase produk yang terjual dan materi kemasan dikembalikan berdasarkan kategori (bb) Nilai moneter akibat pelanggaran peraturan dan hukum lingkungan hidup (cc) Dampak signifikan terhadap lingkungan akibat transportasi produk (dd) Biaya dan investasi perlindungan lingkungan 3) Indikator Kinerja Tenaga Kerja (labor practices performance indicator) (a) Jumlah karyawan (b) Tingkat perputaran karyawan (c) Kompensasi bagi karyawan tetap (d) Perjanjian kerja sama 28
(e) Pemberitahuan minimum tentang perubahan operasional (f) Majelis kesehatan dan keselamatan kerja (g) Tingkat kecelakaan kerja (h) Program pendidikan, pelatihan dan penyuluhan (i) Kesepakatan kesehatan dan keselamatan kerja (j) Rata-rata jam pelatihan (k) Program persiapan pensiun (l) Penilaian kinerja dan pengembangan karir (m) Keanekaragaman karyawan (n) Rasio gaji dasar pria terhadap wanita 4) Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia (human rights performance indicator) (a) Perjanjian dan investasi menyangkut HAM (b) Persentase pemasok dan kontraktor menyangkut HAM (c) Pelatihan karyawan tentang HAM (d) Kasus diskriminasi (e) Hak berserikat (f) Pekerja di bawah umur (g) Pekerja paksa (h) Tenaga keamanan terlatih HAM (i) Pelanggaran hak penduduk asli
29
5) Indikator Kinerja Sosial (social performance indicator) (a) Dampak program pada komunitas (b) Hubungan bisnis dan resiko korupsi (c) Pelatihan anti korupsi (d) Pencegahan tindakan korupsi (e) Partisipasi dalam pembuatan kebijakan publik (f) Sumbangan untuk partai politik (g) Hukuman akibat pelanggaran persaingan usaha (h) Hukuman atau denda pelanggaran peraturan perundangan 6) Indikator Kinerja Produk (product responsibility performance indicator) (a) Perputaran dan keamanan produk (b) Pelanggaran peraturan dampak produk (c) Informasi kandungan produk (d) Pelanggaran penyediaan info produk (e) Tingkat kepuasan pelanggan (f) Kelayakan komunikasi pemasaran (g) Pelanggaran komunikasi pemasaran (h) Pengaduan tentang pelanggaran privatisasi pelanggan (i) Denda pelanggaran pengadaan dan penggunaan produk
30
2. Good corporate governance Good corporate governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Dimana ia berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Penerapan GCG dapat mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif. Oleh karena itu diterapkannya GCG oleh perusahaan-perusahaan di
Indonesia sangat
penting untuk menunjang
pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. Penerapan GCG juga diharapkan dapat menunjang upaya pemerintah dalam menegakkan good governance pada umumnya di Indonesia. Saat ini Pemerintah sedang berupaya untuk menerapkan good governance dalam birokrasinya dalam rangka menciptakan pemerintah yang bersih dan berwibawa. Pengertian Corporate Govercance yang dikutip dalam (Effendi, 2009:1) “Corporate governance is a company’s system of internal control, wich has as its principal aim the management of risk that are significant to the fulfillment of its business objectives, with a view to safeguarding the companiy’s assets and enhancing over time the value of the shareholders investment”. Corporate governance adalah suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan asset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam jangka panjang.
31
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) mendefinisikan corporate governance sebagai berikut: “Corporate governance is the system by which business corporations are directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of right and responsibilities among different participants in the corporation, such as the board, managers, shareholders and other stakeholders, and spells out the rules and procedures for making decisions on corporate affairs. By doing this, it also provides the structure through which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance” (OECD, 1999:9). OECD
melihat corporate governance sebagai suatu sistem dimana
sebuah perusahaan atau entitas bisnis diarahkan dan diawasi. Sejalan dengan itu, maka struktur dari corporate governance menjelaskan distribusi hak-hak dan tanggung jawab dari masing-masing pihak yang terlibat dalam sebuah bisnis, yaitu antara lain dewan komisaris dan direksi, manajer, pemegang saham, serta pihak-pihak lain yang terkait sebagai stakeholders. Selanjutnya, struktur dari corporate governance juga menjelaskan bagaimana aturan dan prosedur dalam pengambilan dan pemutusan kebijakan sehingga dengan melakukan itu semua maka tujuan perusahaan dan pemantauan kinerjanya dapat dipertanggungjawabkan dan dilakukan dengan baik. Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan Good Corporate Governance (GCG) sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang
32
berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. Menurut FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia) dalam Kuncoro
(2006:186)
Corporate
Governance
didefinisikan
sebagai
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Berdasarkan
pengertian-pengertian
tersebut,
secara
umum
dapat
disimpulkan bahwa CGC pada dasarnya merupakan suatu hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari budaya perusahaan, etika, sistem nilai, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan kinerja perusahaan dan menghindari benturan kepentingan antara kepentingan ekonomi, serta untuk mengatur dan mengendalikan perusahaan (Alijoyo, 2004:31). Dengan demikian, GCG dapat dijadikan sebagai pedoman atau acuan sehingga proses pelaksanaan kinerja yang ada dalam perusahaan dapat berjalan efektif dan terjadi keseimbangan kepentingan diantara pihak-pihak yang saling terkait di dalamnya, tidak terkecuali hubungan dengan publik atau masyarakat. Dari uraian diatas menyatakan bahwa Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ 33
perusahaan (pemegang saham/pemilik modal, komisaris/dewan pengawas, dan direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memerhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika (Komalasari, 2014:4). Dengan penerapan Good Corporate Governance diyakini dapat menciptakan kondisi yang kondusif dan landasan yang kokoh untuk menjalankan operasional perusahaan dengan baik, efisien, dan menguntungkan. 3. Mekanisme Corporate Governance a. Dewan Komisaris Independen Istilah dan keberadaan Komisaris Independen baru muncul setelah terbitnya surat edaran Bapepam Nomor: SE03/PM/2000 dan Peraturan Pencatatan Efek Nomor 339/BEJ/07-2001 tgl 21 Juli 2001. Menurut ketentuan tersebut perusahaan publik yang tercatat di bursa wajib memiliki beberapa anggota dewan komisaris yang memenuhi kualifikasi sebagai komisaris independen. Keberadaan komisaris independen ini rupanya berhubungan dengan ketentuan penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik (GCG), yaitu jumlah komisaris independen adalah sekurangkurangnya 30% dari seluruh jumlah anggota komisaris.
34
Beberapa kriteria lainnya tentang komisaris independen berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep29/PM/2004 tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit Nomor IX.I5 adalah sebagai berikut: a)
Komisaris Independen tidak memiliki saham baik langsung maupun tidak langsung pada emiten atau perusahaan publik;
b)
Komisaris Independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan emiten atau perusahaan publik, komisaris, dan direksi;
c)
Komisaris Independen harus berasal dari luar emiten atau perusahaan publik;
d)
Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik.
Fungsi dewan komisaris termasuk anggota komisaris independen adalah mencakup dua peran sebagai berikut: 1) Mengawasi Direksi perusahaan dalam mencapai kinerja dalam business plan dan memberikan nasehat kepada direksi mengenai penyimpangan pengelolaan usaha yang tidak sesuai dengan arah yang ingin dituju oleh perusahaan. 2) Memantau penerapan dan efektivitas dari praktek GCG.
35
Terkait dengan bentuk dewan dalam sebuah perusahaan, terdapat dua sistem yang berbeda yang berasal dari dua sistem hukum berbeda, yaitu Anglo saxon dan continental eropa. Sistem hukum anglo saxon mempunyai sistem satu tingkat atau one tier system. Di sini perusahaan hanya mempunyai satu dewan direksi yang pada umumnya merupakan kombinasi antara manajer atau pengurus senior (direktur eksekutif) dan direktur independen yang bekerja dengan prinsip paruh waktu (non direktur eksekutif). Pada dasarnya yang disebut belakangan ini diangkat karena kebijakannya, pengalamannya dan relasinya. Negara-negara dengan one tier system misalnya Amerika serikat dan Inggris. Sistem hukum Continental Eropa mempunyai sistem dua tingkat atau two tier system. Disini perusahaan mempunyai dua badan terpisah, yaitu dewan pengawas (dewan komisaris) dan dewan manajemen (dewan direksi), dimana dewan direksi mengelola dan mewakili perusahaan di bawah pengarahan dan pengawasan dewan komisaris. Dalam sistem two tiers system, anggota dewan direksi dianggak dan setiap waktu dapat diganti oleh badan pengawas (dewan direksi). Dewan direksi juga harus memberikan informasi kepada dewan komisaris dan menjawab hal-hal yang diajukan oleh dewan komisaris, sehingga dewan komisaris terutama bertanggung jawab untuk mengawasi tugas-tugas manajemen. Dalam hal ini dewan komisaris tidak boleh melibatkan diri dalam tugas-tugas manajemen dan tidak boleh melakiti perusahaan dengan pihak ketiga (Sari et al, 2013). 36
Forum Corporate Governance Indonesia (2002) mengemukakan bahwa ada dua sistem manajemen yang berbeda yang mengakibatkan berbedanya sistem pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris. Perbedaan dari kedua system tersebut adalah pada tingkat pengawasan, yaitu satu tingkat pengawasan (one tier sistem) dan dua tingkat (two tier sistem). 1)
Sistem Satu Tingkat (One Tier Sistem) Sistem ini menggunakan satu sistem pengawasan. Biasanya perusahaan hanya memiliki satu dewan direksi yang umumnya merupakan kombinasi antara manajer atau pengurus senior (Direktur Eksekutif) dan direktur independen yang bekerja dengan prinsip paruh waktu (Non-Direktur Eksekutif). Sistem satu tingkat ini berasal dari sistem hukum Anglo Saxon dan negara yang menerapkan sistem ini antara lain adalah Amerika Serikat dan Inggris.
2)
Sistem Dua Tingkat (Two Tier Sistem) Sistem ini menggunakan dua sistem pengawasan yang terpisah. Dalam sistem ini perusahaan memiliki dua badan terpisah yaitu Dewan Pengawas (Dewan Komisaris) dan Dewan Manajemen (Dewan Direksi). Dewan Komisaris bertugas mengawasi dan mengarahkan dewan direksi, yang mana dewan direksi ini bertugas untuk mengelola dan mewakili perusahaan (FCGI, 2002). Di Indonesia two tier sistem diterapkan dengan beberapa penyesuaian. Dewan komisaris tidak secara langsung membawahi 37
dewan direksi, namun memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk mengawasi dan memberi nasehat kepada dewan direksi (KNKG, 2006). Dewan komisaris di Indonesia tidak berhak mengangkat dan memberhentikan direksi, karena posisi yang sejajar di antara keduanya, tidak seperti Continental Europe. Berdasarkan Undangundang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dewan komisaris hanya berhak memberhentikan anggota direksi secara sementara, bukan bersifat tetap. Dewan komisaris dapat terdiri dari komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi dikenal sebagai komisaris independen dan komisaris yang terafiliasi. Komisaris yang terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Mantan anggota direksi dan dewan komisaris yang terafiliasi serta karyawan perusahaan, untuk jangka waktu tertentu termasuk dalam kategori terafiliasi (KNKG, 2006). b. Kepemilikan Institusional Pemegang saham institusional biasanya berbentuk entitas seperti perbankan, asuransi, dana pensiun, reksa dana, dan institusi lain. Investor institusional umumnya merupakan pemegang saham yang cukup besar karena memiliki pendanaan yang besar. Tingkat kepemilikan institusional 38
yang tinggi menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar untuk menghalangi perilaku opportunistic manajer. Menurut Mursalim (2007), kepemilikan institusional dapat dijadikan sebagai upaya untuk mengurangi masalah keagenan dengan meningkatkan proses monitoring. Pemegang saham institusional juga memiliki opportunity, resources, dan expertise untuk menganalisis kinerja dan tindakan manajemen. Investor institusional sebagai pemilik sangat berkepentingan untuk membangun reputasi perusahaan. Kepemilikan institusional umumnya dapat bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan (Novita dan Djakman, 2008). Contoh kontrol yang dapat diberikan adalah memberikan arahan dan masukan kepada manajemen ketika manajemen tidak melakukan aktivitas positif seperti pengungkapan CSR untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat. Hal ini penting untuk dilakukan karena akan berdampak positif bagi keberlanjutan perusahaan di masa mendatang. c. Kepemilikan Asing Kepemilikan asing (foreign shareholding) adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak asing (luar negeri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap saham perusahaan di Indonesia. Selama ini kepemilikan oleh pihak asing merupakan pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan CSR (Sari, 2014:6).
39
Menurut Puspitasari dalam Sari (2014:6), perusahaan yang memiliki kepemilikan saham asing cenderung memberikan pengungkapan yang lebih luas dibandingkan yang tidak. Hal ini disebabkan beberapa alasan. Pertama, perusahaan asing terutama dari Eropa dan Amerika lebih mengenal konsep praktik dan pengungkapan CSR. Kedua, perusahaan asing mendapatkan pelatihan yang lebih baik dalam bidang akuntansi dari perusahaan induk di luar negeri. Ketiga, perusahaan tersebut mungkin mempunyai sistem informasi yang lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan internal dan kebutuhan perusahaan induk. Keempat, kemungkinan permintaan informasi yang lebih besar pada perusahaan berbasis asing dari pelanggan. Jika dilihat dari sudut pandang stakeholder, pengungkapan CSR merupakan alat yang dipilih untuk memperlihatkan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan masyarakat. Dengan kata lain, apabila perusahaan memiliki kontrak dengan foreign stakeholders baik dalam ownership dan trade,
maka
perusahaan
akan
lebih
didukung
dalam
melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial (Ririn, 2011). d. Ukuran Perusahaan Secara umum ukuran perusaahan (organization size) dapat diartikan sebagai bentuk perbandingan besar atau kecilnya suatu objek. Ukuran perusahaan
(size)
merupakan
suatu
skala
yang
berfungsi
untuk
mengklasifikasikan besar kecilnya entitas bisnis yang dinyatakan dalam
40
ukuran nominal. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset, volume penjualan, dan kapitalisasi pasar (Komalasari, 2014:7). Menurut Sobirin dalam Febryana (2013: 5) ukuran perusahaan dapat dilihat berdasarkan jumlah karyawan, jumlah penjualan dan jumlah asset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Size merupakan salah atribut yang telah sering dihubungkan dangan pelaporan keuangan. Semakin banyak jumlah karyawan, jumlah penjualan, dan jumlah aset semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin banyak jumlah karyawan maka semakin besar perusahaan tersebut, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang, dan semakin besar jumlah asset maka semakin banyak modal yang ditanam. Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aset, penjualan, dan kapitalisasi pasar. Ketiga variabel ini digunakan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aset, maka semakin banyak modal yang ditanamkan. Semakin besar penjualan, maka semakin banyak perputaran uang dan kapitalisasi pasar (Hikmah, 2011:10). e. Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba. Satu-satunya ukuran profitabilitas yang paling penting adalah laba bersih.
Para
investor
dan
kreditor
sangat
berkepentingan
dalam
mengevaluasi kemampuan perusahaan menghasilkan laba saat ini maupun di 41
masa mendatang (Astuti, 2004:29). Profitabilitas adalah faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibelitas kepada manajemen untuk melakukan dan mengungkapkan kepada pemegang saham program tanggung jawab sosial secara lebih luas (Heinze, 1976). Hubungan antara profitabilitas perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan telah menjadi postulat (anggapan dasar) untuk mencerminkan pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya manajerial. Bowman & Haire (1976) menyimpulkan, sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Anggraini, 2006:10). Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit) yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan kepada masing-masing
pemegang
saham.
Profitabilitas
menggambarkan
kemampuan badan usaha untuk menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pernyataan Shapiro dalam Hermuningsih (2013:116) “Profitability ratios measure managements objectiveness as indicated by return on sales, assets and owners equity.” Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan peurusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang
42
rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut. Menurut Brigham (1993:79) “Profitability is the net result of a large number of policies and decision. The ratio examined thus far reveal some interesting thing about the wry the firm operates, but the profitability ratio show the combined objects of liquidity, asset management, and debt management on operating mult.” Rasio profitabilitas menurut Kasmir dalam Komalasari (2014:5) merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan baik dalam bentuk laba perusahaan maupun nilai ekonomis atas penjualan, aset bersih perusahaan maupun modal sendiri (shareholders equity). Rasio ini dapat dilakukan dengan membandingkan berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama neraca dan laporan laba rugi. Tujuannya untuk melihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, profitabilitas diukur menggunakan rasio return on assets (ROA), return on equity (ROE), net interest margin (NIM), dan tingkat efisiensi Bank.
43
C. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Pengungkapan Laporan Corporate Social Responsibility di dalam Laporan Sustainability sudah dilakukan meski dengan judul yang tidak sama dan hasilnya masih beragam. Hal inilah yang memotivasi lahirnya skripsi ini. Tabel 2.1 menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam Laporan Sustainability. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1.
Peneliti (tahun) Trisnawati (2014)
Judul penelitian Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Ukuran Dewan Komisaris dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Industri Perbankan di Indonesia
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Variabel 1. Variabel dependen luas independen pengungkapan yaitu CSR. leverage, 2. Variabel kepemilikan independen manajerial, yaitu Ukuran dan dewan Perusahaan, komisaris Profitabilitas.
Hasil Penelitian 1. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. 2. Profitabilitas, leverage, ukuran dewan komisaris, dan kepemilikan manejerial tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Bersambung pada halaman berikutnya
44
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu No 2.
Peneliti (tahun) Indraswari dan Astika (2015)
3.
Hastuti (2014)
4.
Sriayu & Mimba (2013)
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan Pengaruh 1. Menggunakan 1. Menggunakan Profitabilitas, variabel variabel Ukuran dependen independen Perusahaan dan Pengungkapan kepemilikan Kepemilikan CSR saham publik. Saham Publik 2. Variabel Terhadap independen Pengungkapan Ukuran CSR. Perusahaan dan Profitabilitas Pengaruh Ukuran 1. variabel 1. Menggunakan Perusahaan, dependen variabel Pertumbuhan yaitu independen Perusahaan, dan pengungkapan adalah Tipe Industri Tanggung Pertumbuhan Terhadap Jawab Sosial Perusahaan, Pengungkapan dan variabel dan Tipe Tanggung Jawab independen Industri. Sosial Perusahaan Ukuran dalam Laporan Perusahaaan. Tahunan Judul penelitian
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Sosial Responsibility Diclosure.
1. Variabel 1. Variabel dependent luas independen pengungkapan leverage, CSR Variabel public independen ownership. yaitu size board of commissioners , foreign ownership dan profitability.
Hasil Penelitian Profitabilitas, ukuran perusahaan dan kepemilikan saham publik berpengaruh terhadap pengungkapan CSR
Ukuran perusahaan dan Tipe industri berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Leverage, size of board of commissioners dan profitability tidak berpengaruh signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure dan Company Size, foreign ownership dan public ownership berpengaruh positif dan signifikan terhadap CSRD.
Bersambung pada halaman berikutnya
45
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu No 5.
Peneliti (tahun) Komalasari & Anna (2014)
Judul penelitian Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Luas Pengungkpan Corporate Social Responsibility (Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011).
6.
Ekowati et al. (2014)
Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Growth, dan Media Exposure Terhadap Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012)
Metodologi Penelitian Persamaan
Perbedaan
1. Variabel dependen yaitu luas pengungkapan CSR dan Variabel independen yaitu Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas.
1. Sampel tahun 2008-2011 pada perusahaan perbankan 2. Metode penelitian ini adalah model regresi data panel. 3. Variabel independen yaitu kepemilikan mnajerial.
1. Menggunakan 1. Menggunakan variabel variabel independen independen yaitu likuiditas, profitabilitas growth dan dan variabel media dependen exposure pengungkapan tanggung 2. Objek jawab sosial penelitian perusahaan pada perusaahan manufaktur di BEI tahun 2010-2012
Hasil Penelitian Komposisi dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Profitabilitas dan media exposure berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sedangkan likuiditas dan growth tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan
Bersambung pada halaman berikutnya
46
Tabel 2.1 (lanjutan)
No 7.
8.
Peneliti (tahun) Sari et al . (2013)
Putri (2013)
Penelitian Terdahulu Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Variabel 1. Sampel tahun dependent luas 2000-2011. pengungkapan 2. Variabel CSR dan independen variabel yaitu kinerja independen perusahaan yaitu dan komposisi kepemilikan dewan institusional komisaris. 2. Menggunakan laporan sustainability.
Judul penelitian Pengaruh Kepemilikan Institusional, Komposisi Dewan Komisaris, Kinerja Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam Sustainability Report pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Pengaruh 1. Variabel 1. Menggunakan Corporate dependent luas tahun Governance dan pengungkapan penelitian dari Karakteristik CSR dan 2008-2011 Perusahaan variabel 2. variabel Terhadap independen independen Pengungkapan yaitu yaitu umur Tanggung corporate perusahaan Jawab Sosial di governance dan dalam dan ukuran kepemilikan sustainability perusahaan manajerial. Report 2. Menggunakan laporan sustainability.
Hasil Penelitian kepemilikan institusional, ROE dan ROI berpengaruh terhadap luas pengungkapan CSR. Sedangkan Komposisi dewan komisaris dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Komisaris Independen dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR perusahaan di dalam SR sedangkan kepemilikan asing dan umur perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap CSR perusahaan di dalam (SR)
Bersambung pada halaman beriku 47
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu No 9.
10.
Peneliti (tahun) Servaes and Tamayo (2013)
Emilsson, Classo dan Bredmar (2012)
Judul penelitian The Impact of Corporate Social Responsibility on Firm Value: The Role of Customer Awareness
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Menggunakan 1. Menggunakan variabel variabel tanggung dependen nilai jawab sosial perusahaan. perusahaan
CSR and the quest 1. Menggunakan for profitability– variabel using Economic dependent Value Added to yaitu trace profitability Corporate Social Resposibility
1. Menggunakan perhitungan Economic Value Added.
Hasil Penelitian tanggung jawab sosial perusahaan ( CSR ) dan nilai perusahaan berhubungan positif untuk perusahaan dengan kesadaran pelanggan yang tinggi. Bukti ini konsisten dengan pandangan bahwa kegiatan CSR dapat menambah nilai perusahaan CSR memiliki dampak positif pada penciptaan nilai perusahaan dan reputasi perusahaan adalah positif dimana dipengaruhi oleh Corporate Social Responsibility
48
D. Kerangka Penelitian Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas V Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tangung Jawab Sosial dalam Laporan Sustinability (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Listing di BEI tahun 2010-2013)
Basic Teori: Agency Theory, Legitimacy Theory, Stakeholders Theory
Komposisi Dewan Komisaris(X1) Ratnasari (2011), Sudana dan Arlindania (2011), Kusuma et al.(2014) Kepemilikan institusional (X2) Sari et al. (2013) Kepemilikan Asing (X3) Putri (2013) dan Kusuma et al. (2014)
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial ( Y ) di dalam sustainability report Sembiring (2005)
Ukuran perusahaan (X4) Ratnasari (2011) dan Putri (2013) Profitabilitas perusahaan (X5) Ratnasari (2011)
Metode Analisis: Uji Regresi Berganda Hasil Pengujian dan Pembahasan Kesimpulan, Saran Gambar 2.1
49
E. Hipotesis 1. Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam Laporan Sustainability Seperti yang telah dijelaskan oleh Surya dan Yustiavandana (2006:135) bahwa komisaris independen adalah komisaris yang berasal dari luar perusahaan bukan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, ataupun pejabat perusahaan dan tidak mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung terhadap internal perusahaan. Proporsi komisaris independen merupakan rasio komisaris independen terhadap seluruh anggota dewan komisaris. Keberadaan dewan komisaris independen sebagai salah satu fungsi dalam tata kelola perusahaan yang dalam mengevaluasi strategi perusahaan dan mengawasi manajemen diharapkan dapat memberikan tekanan pada perusahaan untuk mengungkapkan CSR yang lebih luas dalam rangka mewujudkan prinsip GCG yaitu responsibility.
Penelitian yang dilakukan oleh Sudana dan Arlindania (2011) menyimpulkan bahwa dewan komisaris independen di perusahaan telah melakukan pengawasan yang sangat baik terhadap pengurusan perseroan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Selain itu kedudukan dewan komisaris independen di perusahaan merupakan perwakilan dari masyarakat sehingga komisaris independen akan mendukung kegiatankegiatan perusahaan dalam melaksanakan dan pengungkapan aktivitas corporate social responsibility yang dapat meningkatkan kesejahteraan
50
masyarakat sekitar perusahaan dan mengungkapkannya di laporan tahunan perusahaan. Dari uraian di atas di harapkan semakin besar presentase komisaris independen, maka akan meningkatkan aktivitas pengawasan dan pengungkapan corporate sosial responsibility yang lebih luas.
maka
hipotesis yang diajukan adalah : H1
:
Dewan
Komisaris
Independen
berpengaruh
terhadap
pengungkapan Corporate Social Rersponsibility di dalam laporan sustainability. 2. Pengaruh
Kepemilikan
Institusional
Terhadap
Pengungkapan
Corporate Social Responsibility di dalam Laporan Sustainability. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan asset management. Struktur kepemilikan yang terkonsentrasi oleh institusi akan memudahkan pengendalian terhadap perusahaan, sehingga akan berdampak pada peningkatan kinerja perusahaan. Menurut Sari et al. (2013:485) Kepemilikan institusional merupakan mekanisme corporate governance yang dapat meningkatkan kualitas keputusan investasi dalam tanggung jawab sosial, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dalam jangka panjang.
51
Investor institusional umumnya merupakan pemegang saham yang cukup besar karena memiliki pendanaan yang besar. Investor institusional memiliki
power
dan
experience
serta
bertanggungjawab
dalam
menerapkan prinsip corporate governance untuk melindungi hak dan kepentingan seluruh pemegang saham sehingga mereka menuntut perusahaan untuk melakukan komunikasi secara transparan. Salah satu prinsip corporate governance adalah responsibillitas dan transparansi atau keterbukaan informasi. Sehingga pengungkapan CSR akan didukung oleh investor institusional karena pengungkapan CSR sendiri merupakan bentuk komunikasi perusahaan terhadap stakeholder bahwa perusahaan bertanggung jawab kepada seluruh stakeholder atas dampak operasional perusahaan terhadap lingkungan dan sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Purnama et al. (2014) menyatakan bahwa perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar mampu menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer dan lebih mampu memonitor kinerja manajer. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan yaitu: H2 : Kepemilikan saham institusional berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Resposibility di dalam laporan sustainability
52
3. Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam Laporan Sustainability Kepemilikan saham asing adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak asing (luar negeri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap saham perusahaan di Indonesia. Selama ini kepemilikan asing merupakan pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Menurut Putri (2013:7) Kepemilikan asing dapat menjadi salah satu pendukung mekanisme corporate governance, dimana perusahaan dengan kepemilikan asing ini akan meningkatkan persaingan pasar di Indonesia. Peningkatan persaingan ini memaksa perusahaan untuk selalu melakukan peningkatan teknologi dan perbaikan di dalam corporate governance sehingga terdapat keselarasan antara kepentingan seperti manajer, investor, dan stakeholders lainnya. Hasil penelitian yang dilakukan Rustiarini (2010) mendukung teori keagenan menyatakan bahwa kepemilikan asing dalam perusahaan mampu menjadikan proses monitoring menjadi lebih baik sehingga informasi yang dimiliki oleh pihak manajemen dapat diberikan secara menyeluruh kepada stakeholder dan perusahaan akan lebih mendukung dalam pengungkapan CSR yang lebih luas dengan adanya foreign ownership. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan yaitu: H3 : Kepemilikan saham asing berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability. 53
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam Laporan Sustainability Ukuran perusahaan (size) merupakan skala pengukuran atas suatu perusahaan yang baik dari segi aset maipun unsur lainya. Size sebagai suatu proksi digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan mengenai informasi lingkungan. Purnama et al. (2014) menemukan
adanya
pengaruh
antara
ukuran
perusahaan
dengan
pengungkapan tanggung jawab sosial. Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki informasi yang lebih dari pada perusahaan kecil. Dengan kata lain semakin besar perusahaan besar akan memberikan informasi laba sekarang lebih rendah dibandingkan perusahaan kecil, sehingga biaya yang dikeluarkan perusahaan besar untuk pengungkapan informasi sosial lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan kecil. Berdasarkan teori agensi, perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar sehingga untuk mengurangi biaya keagenan, maka perusahaan akan mengungkapkan informasi lebih luas. Di samping itu, perusahaan besar juga dianggap memiliki sumber daya yang cukup untuk melakukan pengungkapan CSR dalam sustainability report. Dari uraian di atas maka hopotesis yang diajukan yaitu: H4 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Reponsibility di dalam laporan sustainability.
54
5. Pengaruh Profitabilitas Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam Laporan Sustainability. Seperti yang telah dijelaskan oleh Astuti (2004:34) Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba. Satu-satunya ukuran profitabilitas yang paling penting adalah laba bersih. Para investor dan kreditor sangat berkepentingan dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan menghasilkan laba saat ini maupun di masa mendatang. Untuk itu perusahaan harus memperlihatkan kepada investor mengenai laba yang di dapat oleh perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sudana dan Arlindania (2011) menyatakan bahwa kemampuan manajemen dengan tanggung jawabnya dalam menghasilkan laba harus diiringi dengan kemampuan dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Melalui social disclosure, perusahaan mengkomunikasikan kepada publik bahwa tidak hanya mencari laba semata, namun juga peduli kepada lingkungan dan sosialnya. Dalam hal ini, semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka semakin tinggi social disclosure perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : H5 : Profitabilitas Perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Reponsibility di dalam sustainability report.
55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu membutuhkan pengujian untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang diajukan. Menurut Indrianto & Supomo (1999:12), penelitian kuantitatif menitikberatkan pada pengujian teori-teori yang diukur melalui hubungan antar variabel dan dianalisis dengan prosedur stasistik. Pendekatan kuantitatif ini berasal dari data yang diperoleh dari laporan keuangan sehingga data yang diukur dalam suatu skala numeric (angka). Sifat dan jenis dari penelitian ini adalah deskriptif dengan metode yang digunakan berdasarkan survei literatur. Penelitian keilmuan yang digunakan adalah ekonomi positif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel, atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel yang lain. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dilihat dari dimensi waktu yang digunakan, penelitian ini termasuk ke dalam kelompok data time series dengan periode penelitian selama empat tahun yaitu
tahun 2010 sampai 2013 dengan alasan bahwa pada tahun 2009 telah
berlaku Undang-undang No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas yang mewajibkan perseroan dengan bidang usaha di bidang atau terkait dengan bidang sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. 56
B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada
pada
objek/subjek
yang
dipelajari,
tetapi
meliputi
seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu (Djatmiko, 2010:50). Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 486 perusahaan yang secara konsisten dan terdaftar di BEI pada periode 2010 sampai 2013. 2. Sampel Sampel yang diambil adalah perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu salah satu teknik pengambilan sampel Non Probabilistic yang dilakukan berdasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002:120). Adapun kriteria dalam penentuan sampel yang akan digunakan diantaranya adalah: a. Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia Selama periode 2010 s.d 2013 dan tidak mengalami delisting selama periode pengamatan. b. Perusahaan mencantumkan laporan pertanggungjawaban sosial dalam annual report maupun sustainability report (SR) selama periode penelitian.
57
c. Perusahaan memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan selama periode penelitian. C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (Indriantoro dan Supomo, 2002:147). Antara lain: 1. Riset Kepustakaan (library research) Penelitian ini dilakukan dengan membaca literatur yang ada berupa buku, jurnal,artikel, surat kabar, diktat kuliah dan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik skripsi yang dibahas. 2. Teknik dokumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dengan download melalui situs www.idx.co.id dan website perusahaaan. D. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda yang terdiri dari statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis yang perhitungannya dilakukan menggunakan software SPSS 22. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, ukuran perusahaan, dan profitabilitas terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
58
1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna (Walpole, 1995:2) atau dapat diartikan sebagai proses transformasi data penelitian untuk menjelaskan gambaran suatu objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi dengan tujuan memudahkan dalam memahami variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan nilai rata–rata (mean), nilai median, nilai maksimum, nilai minimum, serta standar deviasi (Ghozali, 2013:19). Sedangkan metode analisis data dilakukan dengan bantuan softwere SPSS 22. 2. Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan analisis regresi linier berganda terhadap data yang diperoleh dalam penelitian, maka terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi apakah data dalam penelitian ini terjadi penyimpangan. Berikut ini ada beberapa uji asumsi klasik yang digunakan: a. Uji Normalitas Menurut (Ghozali, 2013:160), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. 59
1) Analisis Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2013:161) 2) Analisis Statistik Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan nilai skewness dari residual. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non parametik
Kolmogrov-Smirnov
(K-S).
Pedoman
pengambilan
keputusan tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogrov-Smirnov dapat dilihat dari: a) Nilai signifikansi atau probabilitas < 0.05, maka distribusi data adalah tidak normal.
60
b) Nilai signifikansi atau probabilitas > 0.05, maka distribusi data adalah normal (Ghozali, 2013:163). Menurut
(Ghozali,
2013:163),
pengujian
normalitas
dengan
menggunakan analisis grafik, baik menggunakan histogram maupun Normal Probability Plot dapat menyesatkan jika tidak hati-hati. Sebab terdapat kemungkinan analisis grafik yang secara visual terlihat normal belum tentu normal secara uji statistik atau sebaliknya. Artinya, antara orang
yang
satu
dengan
yang
lain
dapat
berbeda
dalam
menginterpretasikannya. Maka sangat dianjurkan melakukan uji statistik untuk melengkapi analisis grafik. Uji statistik untuk memperkuat uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov. Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. > Alpha. b. Uji Multikolinearitas Menurut (Ghozali, 2013:105), uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF) dengan ketentuan sebagai berikut: 61
1) Jika nilai tolerance < 0,1 dan VIF > 10, terjadi multikolinearitas. 2) Jika nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10, tidak terjadi multikolinearitas. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Imam Ghazali, 2013:110). Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini. Digunakan uji Durbin-Watson (DW Test) sebagai keputusan ada atau tidaknya autokorelasi.
Hipotesis nol
Tabel 3.1 Autokorelasi Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif
No Desicison
dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif
Tolak
4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif
No Desicision
4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ditolak
du < d < 4 - du
Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif Sumber: Imam Ghozali, 2013
62
d. Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedstisitas. Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat atau dependen (ZPRED) dengan residual (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual yang telah di-studentized. Dengan dasar analisis sebagai berikut: (Ghozali, 2013:139) 1) Jika grafik plot menunjukan suatu pola titik-titik, seperti titik yang bergelombang
atau
melebar
kemudian
menyempit,
maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2) Jika grafik plot tidak membentuk pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
63
Selain menggunakan analis grafik scatterplot untuk membuktikan lebih lanjut apakah terdapat gejala heterokedastisitas pada model regresi maka dapat di uji dengan menggunakan diagnosis spearman. Jika nilai signifikansi > 0,05 berarti tidak terjadi gejala heterokedastisitas. 3. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen dengan tujuan untuk mengestimasi atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Gujarati dalam Ghozali, 2013:95). Persamaan regresi berganda dirumuskan : Y = a + b1X1+b2X2+b3X3+e
Model yang digunakan untuk mengujji Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas Perusahaan Terhadap Pengungkapan
Coporate
Social
Resposibility
di
dalam
Laporan
Sustainability dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut : Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+e Keterangan : Y : Pengungkapan Corporate Social Resposibility A : Konstanta b1 : Koefisien regresi 64
b2 : Koefisien regresi X1 : Komposisi Dewan Komisaris X2 : Kepemilikan Institusional X3 : Kepemilikan Asing X4 : Ukuran Perusahaan X5 : Profitabilitas Perusahaan E : Error term, yaitu tingkat kesalan penduga dalam penelitian 4. Pengujian Hipotesis Secara statistik, ketepatan fungsi regresi dapat diukur dari nilai koefisiensi determinasi (R2), nilai statistik F dan nilai statistik t. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui : a. Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:97).
65
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Pengujian pengaruh simultan atau uji F ini bertujuan untuk menunjukan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013:98). Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0.05 (α=5%). Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel, jika F hitung > dari F tabel maka H0 di tolak atau Ha diterima. Hal ini ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih kecil dari alpha. Artinya semua variabel independen mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dan sebaliknya jika F hitung < F tabel maka H0 di terima atau Ha ditolak. Hal ini juga ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih besar dari alpha. Artinya semua variabel independen tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. c. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) Pengujian Parsial atau uji t ini bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (a=5%) (Ghozali, 2013:98). Uji t dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel, jika t hitung > dari t tabel maka H0 di tolak atau Ha diterima. Hal ini ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih kecil dari alpha. Artinya 66
variabel independen mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel dependen. Dan sebaliknya jika t hitung < t tabel maka H0 di terima atau Ha ditolak. Hal ini juga ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih besar dari alpha. Artinya variabel independen tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel dependen. E. Operasional Variabel Penelitian Definisi operasional variabel adalah bagaimana menemukan dan mengukur variabel-variabel tersebut di lapangan dengan merumuskan secara singkat dan jelas, serta tidak menimbulkan beberapa tafsiran (Sekaran, 2006:4). Variabel dalam penelitian ini terbagi atas dua jenis variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. 1. Variabel Independen Variabel
independen
adalah
variabel
yang
menjelaskan
atau
mempengaruhi variabel yang lain. Penelitian ini menggunakan variabel Komposisi Dewan Komisaris, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing, Ukuran
Perusahaan
dan
Profitabilitas
Perusahaan
sebagai
variabel
independen. a. Komposisi Dewan Komisaris Independen Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris perusahaan (Sembiring, 2005:382). Pengukuran dewan komisaris dalam penelitian ini yaitu jumlah anggota dewan komisaris dalam perusahaan, yang terdiri dari komisaris utama, komisaris independen, dan komisaris. 67
Dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan akan dipandang lebih baik karena pihak luar akan menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan perusahaan secara lebih obyektif dibanding perusahaan yang memilki susunan dewan komisaris yang hanya berasal dari dalam perusahaan. Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Coller dan Gregory dalam Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Proporsi komisaris independen ini dinyatakan dengan asumsi semakin besar proporsi komisaris independen maka semakin netral keputusan yang diambil.
b. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pension, dan asset management. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer. Kepemilikan institusional diukur dengan proksi jumlah kepemilikan saham oleh investor institusi terhadap total jumlah saham yang beredar.
68
c. Kepemilikan Asing Struktur kepemilikan asing dapat diukur sesuai dengan proporsi saham biasa yang dimiliki oleh pihak asing, yaitu dengan membagi jumlah saham yang dimiliki pihak asing dengan seluruh saham beredar perusahaan, jadi dengan itu bisa terlihat seberapa besar proporsi saham asing didalam seluruh saham yang beredar (Sari, 2014:6).
d. Ukuran Perusahaan (Total Asset) Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya kekayaan yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan total aset perusahaan (Sudarmadji dan Sularto, 2007; Ariny, 2010; Rini,2010). Total aset kemudian diubah ke dalam bentuk logaritma natural. Ukuran Perusahaan = Ln Total Asset e. Profitabilitas Profitabilitas merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan. Ada banyak alasan untuk pentingnya mempelajari hubungan antara profitabilitas dan pengungkapan secara online, salah satunya faktor ini dapat dijadikan acuan investor maupun pemilik menilai kinerja manajemen perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang profitabel akan terdorong untuk mengungkapkan informasi perusahaan, terutama informasi keuangan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan 69
para investor. Profitabilitas diukur menggunakan ROE karena ROE menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham dengan menggunakan modal sendiri.
2. Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. Dalam penelitian ini, variabel dependen yang akan digunakan dalam penelitiaan ini adalah Luas Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility yang terdapat dalam laporan Sustainability. Daftar pengungkapan sosial yang digunakan adalah daftar item yang mengacu pada peneliti sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005) yang terlampir dalam penelitian Rustiarini (2010:22) dengan empat tema yaitu kemasyarakatan, produk dan konsumen, ketenagakerjaan serta menggunakan tema lingkungan. Pengukuran kemudian dilakukan berdasarkan indeks pengungkapan masing-masing perusahaan yang dihitung melalui jumlah item yang sesungguhnya diungkapkan perusahaan dengan jumlah semua item yang mungkin
diungkapkan
(Rustiarini,
2010:8).
Berdasarkan
peraturan
BAPEPAM No.VIII.G.2 tentang laporan tahunan dan kesesuaian item untuk diaplikasikan di Indonesia, terdapat 78 item pengungkapan yang sesuai untuk diterapkan di Indonesia. Tujuh puluh delapan item tersebut kemudian disesuaikan kembali dengan masing-masing sektor industri sehingga item 70
pengungkapan yang diharapkan dari setiap sektor berbeda-beda. Secara lengkap item pengungkapan masing-masing sektor (Sembiring, 2005:383). Setiap item CSRI yang diungkapkan akan diberi nilai 1, dan apabila tidak diungkapkan akan diberi nilai 0. Setiap item-tem tersebut akan dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor perusahaan. Pengungkapan sosial menunjukkan seberapa luas butir-butir pengungkapan yang disyaratkan telah diungkapkan. Indeks luas pengungkapan CSR (CSRi) pada perusahaan t dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan : CSRDIj : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j Nj
: jumlah item untuk perusahaan j
Xij
: 1 = jika item I diungkapkan; 0 = jika item tidak diungkapkan. Dengan demikian, 0 < CSRDI j < 1
71
Tabel 3.2 Operasional Variabel Variabel Dewan komisaris Independen(X1)
Indikator
Skala
Dewan komisaris independen
Rasio
Ratnasari (2011), Sudana dan Arlindania (2011), Kusuma et al. (2014)
Kepemilikan Institusional(X2) Sari et al.(2013) Kepemilikan Asing(X3) Putri (2013) dan Kusuma et al.(2014)
Ukuran Perusahaan(X4) Ratnasari (2011) dan Putri (2013)
Profitabilitas(X5)
Kepemilikan Institusional =
Rasio
Kepemilikan Asing =
Rasio Rasio
Ukuran Perusahaan= Ln Total Asset ROE =
Rasio
Ratnasari (2011)
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Sembiring (2005)
CSRDIJ=
Rasio
Sumber: Diolah dari beberapa penelitian sebelumnya.
72
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari laporan tahunan perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 yang diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia pada alamat website www.idx.co.id. Selain itu data yang digunakan dalam penelitian ini juga bersumber dari laporan keberlanjutan (Sustaiability Report) untuk mengetahui pengungkapan corporate social responsibility setiap perusahaan. Dalam penelitian ini digunakan metode purposive sampling untuk menentukan sampel. Penelitian secara purposive sampling mengindikasikan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian merupakan representasi dari populasi yang ada serta sesuai dengan tujuan dari penelitian. Pengelolaan data pada penelitian ini menggunakan fasilitas elektronik dengan menggunakan SPSS Versi 22 untuk memudahkan pengolahan data sehingga dapat menjelaskan variabel yang diteliti. Berikut Tabel 4.1 menyajikan perolehan sampel berdasarkan kriteria yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan penelitian.
73
Tabel 4.1 Rincian Perolehan Sampel Penelitian Kriteria Perusahaan yang terdaftar selama periode penelitian 2010-2013 dan tidak delisting dalam periode tersebut. Perusahaan yang tidak mengungkapkan pertanggungjawaban sosial pada sustainability report selama 2010-2013 Perusahaan yang mengungkapkan pertanggungjawaban sosial pada sustainability report selama 2010-2013. Perusahaan tidak memiliki data lengkap terkait dengan variabel yang digunakan selama periode penelitian. Perusahaan yang memenuhi kriteria Total sampel penelitian selama 4 periode Sumber : Data sekunder yang diolah
Jumlah 406 (351) 51 (30) 21 84
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 84 perusahaan. Sampel tersebut dipilih karena telah memenuhi kriteria yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan analisis penelitian. Daftar nama perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini yang dijelaskan dalam tabel 4.2 dengan nama perusahaan sebagai berikut: Tabel 4.2 Sampel Data Penelitian NO
KODE
PERUSAHAAN
1
AMFG
Asahimas Flat Glass Tbk
2
ASII
PT Astra Internasional Tbk
3
BBNI
Bank Negara Indonesia Tbk
4
BBTN
Bank Tabungan Negara Tbk
5
BDMN
Bank Danamon Indonesia Tbk
6
BNII
Bank Internasional Indonesia Tbk
Bersambung ke halaman berikutnya
74
7
BNLI
Tabel 4.2 (Lanjutan) Bank Permata
8
ELSA
PT Elnusa Tbk
9
EXCEL
XL Tbk
10
INCO
PT Vale
11
INDY
Indika Energy Tbk
12
ISAT
Indosat Tbk
13
JSMR
Jasa Marga Tbk
14
PGAS
PT. Perusahaan Gas Negara Tbk
15
PTBA
PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
16
SGRO
Sampoerna Agro Tbk
17
SMCB
PT. Holcim Indonesia Tbk
18
SMGR
PT. Semen Indonesia Tbk
19
TINS
PT. Timah (Persero) Tbk
20
UNSP
PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk
21
WIKA
Wijaya Karya Tbk
Sumber : diolah dari berbagai sumber B. Hasil Uji Instrumen Penelitian 1. Analisis Statistik Deskriptif Analisis deskriptif merupakan metode dimana semua data yang berhubungan dengan penelitian dikumpulkan dan dikelompokkan untuk kemudian
dianalisis
dan
diinterprestasikan
secara
objektif
dengan
membandingkan nilai minimum, nilai maksimum dan rata-rata dari sampel.
75
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dewan komisaris independen, ukuran perusahaan, profitabilitas, kepemilikan institusional, kepemilikan asing sebagai variabel independen. Berikut Tabel 4.3 merupakan analisis deskriptif untuk variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.3 Statistik Deskriptif N
Minimum Maximum 0,22 0,60 0,02 0,97 0,00 0,97 28,42 33,59 -0,57 0,45 0,25 1,00
CIS 84 IOWN 84 FOR 84 SIZE 84 ROE 84 CSR 84 Valid N 84 (listwise) Sumber: Output SPSS yang diolah.
Mean 0,4340 0,5538 0,4151 30,7175 0,1547 0,7101
Std. Deviation 0,09601 0,27893 0,30782 1,47615 0,12163 0,22519
a. Variabel Independen (1) Dewan Komisaris Independen Hasil uji statistik pada tabel 4.2 menunjukan bahwa variabel komisaris independen (CIS) dengan jumlah sampel (N) 84 memiliki nilai minimum sebesar 0,22 yang diperoleh dari PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk pada tahun 2011 sedangkan nilai maksimum 0,60 yang diperoleh dari PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk pada tahun 2010 dan 2011 serta Bank Tabungan Negara Tbk pada tahun
76
2010. Nilai rata-rata (mean) komisaris independen sebesar 0,4340 dan standar deviasi sebesar 0,09601. (2) Kepemilikan Institusional Hasil uji statistik pada tabel 4.2 menunjukan bahwa variabel kepemilikan institusional (IOWN) dengan jumlah sampel (N) 84 memiliki nilai minimum sebesar 0,02 yang diperoleh dari Jasa Marga Tbk pada tahun 2011 sedangkan nilai maksimum sebesar 0,97 yang diperoleh dari Bank International Indonesia Tbk pada tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013. Nilai rata-rata (mean) kepemilikan institusional sebesar 0,5538 dan standar deviasinya sebesar 0,27893. (3) Kepemilikan Asing Hasil uji statistik pada tabel 4.2 menunjukan bahwa variabel kepemilikan asing (FOR) dengan jumlah sampel (N) 84 memiliki nilai minimum sebesar 0,00 yang diperoleh dari PT Elnusa Tbk dan Indika Energy Tbk pada tahun 2010 dan 2011 sedangkan nilai maksimum sebesar 0,97 yang diperoleh dari Bank International Indonesia Tbk pada tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013. Nilai rata-rata (mean) kepemilikan asing sebesar 0.4151 dan standar deviasi sebesar 0.30782. (4) Ukuran perusahaan Hasil uji statistik pada tabel 4.2 menunjukan bahwa variabel ukuran perusahaan (SIZE) dengan jumlah sampel (N) 84 memiliki nilai minimum sebesar 28,42 yang diperoleh dari PT. Internasional 77
Nickel Indonesia Tbk pada tahun 2010 sedangkan nilai maksimum sebesar 33,59 yang diperoleh dari Bank Negara Indonesia Tbk pada tahun 2013. Nilai rata-rata (mean) sebesar 30,7175 dan standar deviasi 1,47615 . (5) Profitabilitas Hasil uji statistik pada tabel 4.2 menunjukan bahwa variabel profitabilitas (ROE) dengan jumlah sampel (N) 84 yang dinilai dengan ROE memiliki nilai minimum sebesar –0,57 yang diperoleh dari PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk pada tahun 2013 sedangkan nilai maksimum sebesar 0,45 yang berasal dari PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk pada tahun 2010. Nilai rata-rata (mean) profitabilitas sebesar 0,1547 dan standar deviasi sebesar 0,12163. b. Variabel Dependen Variabel Dependen pada penelitian ini adalah Corporate Social Rensposibility (CSR). Hasil uji statistik pada tabel 4.2 menunjukan bahwa variabel corporate sosial responsibility memiliki nilai minimum sebesar 0,25 yang diperoleh dari Bank Danamon Indonesia Tbk pada tahun 2010 sedangkan nilai maksimum sebesar 1,00 yang diperoleh dari Indika Energy Tbk, PT. Timah (Persero) Tbk, Wijaya Karya Tbk, PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk dan PT. Semen Indonesia Tbk. Nilai rata-rata (mean) Corporate Social Responsbility sebesar 0,7101 dan standar deviasinya sebesar 0,22519. 78
2. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Normalitas Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Sebab model regresi yang baik memiliki data yang berditribusi normal. Ada 2 cara untuk mendeteksi normalitas data yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Untuk menguji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan analisis grafik histogram dan grafik normal plot serta menggunakan uji statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S). Berikut ini grafik histogram dan grafik normal plot dari hasil pengujian menggunakan SPSS. Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Dengan Histogram Normal
Sumber: Output SPSS yang diolah
79
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal Plot
Sumber: Output SPSS yang diolah Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa grafik histogram maupun grafik normal P-Plot memberikan pola distribusi data yang normal. Pada gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa residual terdistribusi secara normal dan berbentuk simetris tidak melenceng ke kanan atau ke kiri. Selanjutnya pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar dan berhimpit di sekitar garis diagonal. Uji normalitas data juga dilakukan melalui uji statistik yaitu uji Kolmogorov-Smirnov untuk melengkapi uji grafik histogram dan grafik normal P-Plot dalam mendeteksi normalitas data. Berikut Tabel 4.4 menunjukan hasil dari uji Kolmogorov-Smirnov.
80
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Dengan Uji Kolmogorov-Smirnov Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
84 0,0000000 0,15333383 0,067 0,057 -0,067 0,067 0,200c,d
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negatif
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance. Sumber : Output SPSS yang diolah
Asymp. Sig (2-tailed) pada hasil uji Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200. Nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikannya yaitu 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal atau konsisten dengan uji grafik histogram dan grafik normal P-Plot, maka model regresi dapat digunakan untuk pengujian berikutnya. b. Hasil Uji Multikolineritas Uji Multikolinieritas dilakukan untuk melihat apakah terjadi korelasi antara variabel bebas atau satu sama lainnya. Jika nilai Tolerance > 0,1 dan VIF < 10, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas antar variabel
bebas.
Berikut
Tabel
4.5
menunjukan hasil
dari uji
multikolinieritas.
81
Tabel 4.5 Coefficientsa Collinearity Statistics Model Tolerance 1 (Constant)
VIF
CIS
0,626
1,598
IOWN
0,472
2,121
FOR
0,477
2,096
SIZE
0,610
1,640
ROE
0,890
1,123
a. Dependent Variabel: CSR Sumber : Output SPSS yang diolah Berdasarkan hasil uji multikolinieritas di atas dapat dilihat bahwa variabel bebas dalam penelitian ini tidak saling berkorelasi, karena memiliki nilai Tolerance > 0,1 dan VIF < 10. Maka dapat dikatakan tidak terjadi gejala multikolineritas antar variabel. c. Hasil Uji Autokorelasi Menurut Ghozali (2013:110), uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
82
sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Nilai Durbin Watson yang berada diantara nilai du dan 4 - du menunjukkan model yang tidak terkena masalah autokorelasi. Adapun hasil pengujian autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin–Watson (DW test) yaitu sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi b
Model Summary
Model 1
R
R Square
0,732a
Adjusted R Square
0,536
Std. Error of the Estimate
0,507
DurbinWatson
0,15817
1,829
a. Predictors: (Constant), FOR, CIS, ROE, SIZE, IOWN b. Dependent Variable: CSR
Autokorelasi positif 0
Ragu-ragu
Tidak Ada Korelasi
Ragu-ragu
Autokorelasi negatif
dL
dU
4-dU
4-dL
1,4962
1,8008
2,1992
2,5038
Nilai DW : 1,829 Sumber : Output SPSS yang diolah Uji autokorelasi dengan Durbin Watson menyatakan bahwa autokorelasi tidak terjadi jika nilai du < d hitung < 4-du, dimana nilai d hitung berada diantara nilai du dan 4-du. Berdasarkan tabel 4.6 diatas
83
dapat diketahui bahwa hasil uji autokorelasi pada nilai Durbin-Watson adalah 1,829. Nilai tersebut berada di antara nilai du dan 4-du dimana nilai d hitung lebih besar dari (du) 1,8008 dan kurang dari (4-du) 2,1992 sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak mengandung gejala autokorelasi. d. Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Berikut ini adalah hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot. Gambar 4.3 Uji Heterokedastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot
D a
84
Dari gambar 4.3 uji heteroskedastisitas menggunakan grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa
pada
model
regresi
ini
tidak
terjadi
heteroskedastisitas, sehingga model regresi ini layak dipakai untuk memprediksi Corporate Social Resposibility berdasarkan variabelvariabel
yang
mempengaruhinya,
yaitu
komisaris
independen,
kepemilikan institusional, kepemilikan asing, ukuran perusahaan, dan profitabilitas. Tabel 4.7 Uji Heterokedastisitas dengan Spearman MODEL
Sig.
CIS
0,282
IOWN
0,084
FOR
0,890
SIZE
0,887
ROE
0,865
Sumber: Output SPSS yang diolah Untuk
memperkuat
hasil
heterokedastisitas
penelitian
ini
menggunakan uji spearman untuk membuktikan ada dan tidak adanya gejala heterokedastisitas. Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan hasil uji spearman bahwa dewan komisaris independen (CIS), kepemilikan institusional (IOWN) , kepemilikan asing (FOR), ukuran perusahaan
85
(SIZE) dan profitabilitas perusahaan (ROE) memiliki nilai signifikansi di atas 0.05 yang berarti bahwa tidak ada gejala heterokedastisitas. 3.
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda. Menurut Ghozali (2013:7) regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh lebih dari satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Dalam penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan dengan melakukan uji koefisien determinasi (R2), uji signifikasi simultan (uji statistik F) dan uji signifikasi parameter individual (uji statistik t). a. Uji Koefisien Determinasi (R2) Pada penelitian ini, pengujian koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur variabel independen yaitu variabel dewan komisaris independen,
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
asing,
ukuran
perusahaan, dan profitabilitas dalam menerangkan variasi variabel dependen. Adapun hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat dalam Tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi b
Model Summary
Model
R
R Square
1 0,732a 0,536 Sumber : Output SPSS yang diolah
Adjusted R Square 0,507
Std. Error of the Estimate 0,15817
86
Dari tabel 4.8 diatas diketahui bahwa nilai R Square adalah sebesar 0,507. Hal ini berarti bahwa sebesar 50,7%
variabel dependen atau
corporate social responsibility dipengaruhi oleh variabel independen yaitu dewan komisaris inpenden, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, ukuran perusahaan, dan profitabilitas sedangkan sisanya yaitu sebesar 49,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini seperti komite audit, kinerja keuangan, intesitas persediaan, leverage, serta perbandingan nilai buku dan nilai pasar perusahaan. b. Hasil Uji Signifikan simultan (Uji Statistik F) Uji signifikasi simultan (uji statistik F) dilakukan untuk menguji apakah semua variabel independen dalam model persamaan regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama atas variabel dependen. Uji signifikasi simultan (uji statistik F) dilakukan pada tingkat signifikasi 0,05. Apabila nilai probability F lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, sebaliknya jika nilai probability F lebih kecil daripada 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Berikut ini merupakan hasil uji signifikasi simultan (uji statistik F):
87
Tabel 4.9 Uji signifikasi Simultan b
ANOVA
Model
Sum of Squares
Mean Square
Df
F
Regression
2,258
5
0,452
Residual Total
1,951 4,209
78 83
0,025
Sig.
18,048
0,000b
a. Dependent Variable: CSR b. Predictors: (Constant), CIS, IOWN, FOR, SIZE, ROE
Sumber : Output SPSS yang diolah Berdasarkan tabel 4.9 mengenai tabel uji signifikasi simultan (uji statistik F) atau uji ANOVA dapat diketahui bahwa didapat nilai F hitung sebesar 18,048 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka model persamaan regresi ini dapat disimpulkan bahwa semua
variabel
independen
yaitu
dewan
komisaris
independen,
kepemilikan institusional, kepemilikan asing, ukuran perusahaan, dan profitabilitas
berpengaruh secara simultan terhadap
pengungkapan
corporate social responsibility. c.
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Pengujian parsial atau uji t digunakan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Hasil uji t ditunjukan dalam Tabel 4.10.
88
Tabel 4.10 Hasil Uji t Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant) 3,585 0,416 CIS -0,198 0,229 -0,084 IOWN -0,283 0,091 -0,350 FOR 0,101 0,082 0,138 SIZE -0,090 0,015 -0,588 ROE 0,539 0,151 0,291 a. Dependent Variabel : CSR Sumber : Output SPSS yang diolah
T
Sig.
8,611 -0,864 -3,118 1,233 -5,961 3,562
0,000 0,390 0,003 0,221 0,000 0,001
Dari tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa koefisien model regresi memiliki nilai konstanta sebesar 3,585 dengan nilai thitung positif sebesar 8,611 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Konstanta sebesar 3,585 menandakan bahwa jika variabel independen konstan maka rata-rata corporate social responsibility adalah sebesar 3,585. Variabel dewan komisaris independen (CIS) memiliki thitung negatif sebesar
-0,084
dengan
tingkat
signifikansi
0,390.
Hal
tersebut
menunjukkan bahwa tingkat siginfikansinya di atas 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Hasil uji t untuk variabel kepemilikan institusional (IOWN) memiliki thitung negatif sebesar -3,118 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,003. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat siginfikansinya di bawah 0,05.
89
Dengan
demikian
kepemilikan
institusional
berpengaruh
terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility. Penelitian ini juga menunjukan arah negatif, artinya semakin besar kepemilikan institusional maka semakin rendahnya pengungkapan corporate social responsibility. Kepemilikan asing (FOR) mempunyai thitung positif sebesar 1,233 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,221. Hal tersebut menunjukan banhwa tingkat signifikansinya di atas 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kepemilikan asing tidak berpengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility. . Ukuran perusahaan (SIZE) mempunyai thitung negatif sebesar -5.961 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat siginfikansinya di bawah 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Penelitian ini juga menunjukan arah negatif, artinya semakin besar ukuran perusahaan maka semakin rendahnya pengungkapan corporate social responsibility. Profitabilitas (ROE) mempunyai thitung positif sebesar 3.562 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat siginfikansinya di bawah 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Penelitian ini juga menunjukan arah positif, artinya semakin besar profitabilitas suatu perusahaan maka semakin besar 90
perusahaan
untuk
melakukan
pengungkapan
corporate
social
responsibility. Berdasarkan tabel 4.8 maka model persamaan regresi berganda yaitu sebagai berikut: CSR=3.585-0,198CIS-0,283IOWN+0,101FOR-0,090SIZE+0,539ROE+e Hasil di atas dapat dijelaskan bahwa nilai konstanta sebesar 3,585 dengan nilai positif, yang berarti bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility akan bernilai 3,585 jika masing-masing variabel ukuran dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, ukuran perusahaan,dan profitabilitas bernilai 0. Nilai koefisien regresi variabel dewan komisaris independen sebesar -0,198. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan 1% variabel komisaris independen, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menurunkan pengungkapan Corporate Social Responsibility sebesar 19,8%. Nilai koefisien regresi variabel kepemilikan institusional sebesar -0,2831. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan 1% variabel kepemilikan institusional, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menurunkan pengungkapan Corporate Social Responsibility sebesar 28,31%.
91
Variabel kepemilikan asing memiliki koefisien regresi sebesar 0,101. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan 1% variabel kepemilikan asing, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menaikkan pengungkapan Corporate Social Responsibility sebesar 10,1%. Variabel ukuran perusahaan memiliki koefisien regresi sebesar -0,090. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan 1% variabel ukuran perusahaan, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menurunkan pengungkapan Corporate Social Responsibility sebesar 9%. Sedangkan variabel profitabilitas memiliki koefisien regresi sebesar 0,539. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan 1% variabel profitabilitas, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menaikkan pengungkapan Corporate Social Responsibility sebesar 53,9%. C. Pembahasan 1. Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini menunjukan bahwa corporate governance dengan proksi dewan komisaris independen (CIS) memiliki nilai thitung -0,084 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,390 dan juga dapat dilihat nilai unstandardized coefficient beta sebesar -0,198. Dengan demikian hipotesis pertama (H1) ditolak, artinya dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Penelitian ini membuktikan bahwa 92
besarnya proporsi dewan komisaris independen tidak meningkatkan atau mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan CSR perusahaan di dalam sustainability report. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Komalasari (2014), Sari (2014), Putri (2013),
Ratnasari (2011),
Cahyaningsih dan Martina (2011). Hal ini mencerminkan terdapat beberapa hal yang diduga menjadi alasan mengapa besarnya proporsi Dewan Komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR seperti yang dinyatakan oleh (Ratnasari, 2011:21) bahwa proporsi komisaris independen dalam dewan komisaris pada perusahaan sampel masih rendah, sehingga kemampuan komisaris independen dalam memantau perilaku dewan direksi (manajemen) belum maksimal. Hal ini terbukti dari rata-rata jumlah komisaris independen pada perusahaan sebanyak 43,4% dari total anggota dewan komisaris. Selain itu terdapat indikasi kemungkinan pemilihan dan pengangkatan komisaris independen yang kurang efektif dimana komisaris independen tidak dapat menunjukan independensinya sehingga pengawasan tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, keberadaan dewan komisaris dalam suatu
perusahaan
belum
berpengaruh
dalam
pemantauan
kualitas
pengungkapan finansial dan tanggung jawab sosial perusahaan
93
Menurut Terzhagi (2012:44) tidak berpengaruhnya dewan komisaris independen terhadap pengungkapan corporate social responsibility karena adanya kemungkinan bahwa dewan komisaris independen memiliki kompetensi yang lemah. Menurut Restuningdiah (2010:258) kompetensi Dewan Komisaris memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan, sehingga bukan hanya komposisi Dewan Komisaris Independen yang dipertimbangkan, namun juga pengetahuan dan latar belakang pendidikan sehingga dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan pada tingkat komisaris terkait dengan CSR. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki proporsi dewan komisaris independen yang tinggi ternyata memiliki tingkat pengungkapan CSR yang rendah, seperti Bank Negara Indonesia Tbk, Bank Tabungan Negara Tbk, dan Bank Danamon Tbk. Ketiga perusahaan ini telah memiliki dewan komisaris independen diatas 30%, namun terbukti belum secara konsisten mengungkapkan tanggungjawab sosialnya di dalam laporan sustainability dengan tingkat pengungkapan dibawah 50% dari seluruh indikator yang ditetapkan GRI. Menurut Siregar dalam Terzaghi (2012:44) ketentuan minimum dewan komisaris independen sebesar 30% mungkin belum cukup tinggi untuk menyebabkan para komisaris independen tersebut dapat mendominasi kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris. Jika pihak komisaris independen merupakan pihak yang mayoritas maka mungkin dapat lebih 94
efektif dalam menjalankan perannya. Oleh karena itu fungsinya sebagai pihak yang bertindak independen dan semata-mata untuk kepentingan perusahan tidak berjalan dengan baik, yang dapat berdampak pada kurangnya dorongan terhadap manajemen untuk melakukan pengungkapan sosial. Namun,
hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Santioso dan Chandra (2012), Yesika (2013) yang menyatakan bahwa ukuran komisaris independen dianggap sebagai sebuah mekanisme yang dapat diandalkan untuk menghilangkan konflik keagenan antara manajer dan pemegang saham. Perusahaan yang memiliki Dewan Komisaris Independen cenderung lebih peka terhadap kinerja sosial dan mencegah tindakan yang menimbulkan pelanggaran lingkungan. Menurut Prasojo dalam (Putri, 2013:18) juga menyatakan bahwa semakin besar persentase anggota independen yang ada pada dewan komisaris akan meningkatkan aktivitas monitoring terhadap kualitas pengungkapan dan mengurangi kepentingan dari kegiatan yang berusaha menutupi informasi. 2. Pengaruh kepemilikan institusional Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel kepemilikan institusional (IOWN) memiliki thitung yaitu -3,118 dengan tingkat signifikansinya sebesar 0,003 dan juga dapat dilihat nilai unstandardized coefficient beta sebesar -0,283. Dengan 95
demikian hipotesis kedua (H2) diterima, artinya kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Rustiarini (2010), Komalasari (2014), Kusuma et al. (2014) dan Maulidra (2015) yang menemukan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Namun penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyaningsih dan Martina (2011), Setyarini dan Paramitha (2011), Sari et al. (2013), Azhar (2014), dan Purnama et al. (2014) yang menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kepemilikan saham institusional yang terdapat pada perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini yaitu bank, perusahaan manufaktur, perusahaaan konstruksi, perusahaan komunikasi, perusahaan agriculture dan mining yang listing di BEI, memiliki komposisi kepemilikan institusional yang besar. Hal tersebut membuat kemampuan investor institusional dalam memonitor manajemen akan jauh lebih efektif. Hasil penelitian ini juga menunjukan terdapat arah negatif pada hubungan antara kepemilikan institusional dengan pengungkapan corporate social responsibility. Artinya semakin tinggi tingkat kepemilikan saham oleh
96
institusi maka akan mengurangi tingkat pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan. Alasan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hal tersebut mungkin dapat terjadi karena semakin banyak saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak institusi, maka institusi mempunyai peluang untuk melakukan intervensi terhadap jalannya perusahaan serta mengatur proses penyusunan laporan keuangan. Akibatnya manajer terpaksa melakukan tindakan tertentu demi memenuhi keingingan pihak–pihak institusi (Budiono dalam Azhar, 2014:67). Dengan demikian apabila kepemilikan institusi semakin besar, maka pihak institusi hanya memiliki tujuan untuk memaksimalkan keuntungan pribadi saja tanpa mempedulikan tanggung jawab perusahaan pada stakeholders lain. Menurut Cahyaningsih dan Martina (2011), pihak institusi saat ini kurang peduli dengan pelaksanaan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
karena
investor
institusional
belum
mempertimbangkan
tanggung jawab sosial sebagai salah satu kriteria dalam melakukan investasi. Hal tersebut mengakibatkan menurunnya tingkat pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan. 3. Pengaruh kepemilikan Asing Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel kepemilikan asing (FOR) memiliki thitung yaitu 97
1,233 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,221 dan juga dapat dilihat nilai unstandardized coefficient beta sebesar 0,101. Dengan demikian hipotesis ketiga (H3) ditolak, artinya kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maulidra (2015), Kusuma et al. (2014) serta Sari (2014), yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara kepemilikan saham asing dengan pengungkapan CSR yang mengandung arti bahwa, semakin besar/kecil persentase kepemilikan saham oleh pemegang saham asing pada perusahaan, tidak mempengaruhi luas atau tidaknya tingkat pengungkapan CSR di dalam sustainability report. Tidak signifikannya hasil penelitian ini disebabkan karena rata-rata perusahaan sampel lebih didominasi oleh perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan saham asing yang besar tetapi pengungkapan CSR sudah cukup efektif terlaksana sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah presentase kepemilikan saham asing terhadap luas atau tidaknya pengungkapan corporate social responsibility (Maulidra, 2015:21). Lovink (2013) juga menjelaskan alasan mengapa kepemilikan asing dalam perusahaan di Indonesia tidak ada hubungannya dengan pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan, hal ini terjadi karena kemungkinan kepemilikan asing pada perusahaan di Indonesia secara umum belum mempedulikan masalah lingkungan dan sosial sebagai isu kritis yang harus 98
secara ekstensif untuk diungkapkan dalam laporan tahunan dan laporan sustainability. Dengan demikian dapat disimpulkan besar atau kecilnya presentase kepemilikan asing di suatu perusahaan tidak dapat mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Tetapi penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013), Sriayu dan Mimba (2013), Rustiarini (2010), yang menyatakan bahwa kepemilikan asing berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki kepemilikan asing yang tinggi dianggap mampu menjadikan proses monitoring menjadi jauh lebih baik, yang berdampak pada informasi yang diberikan pihak manajemen kepada stakeholders lebih menyeluruh dan transparan (Sriayu dan Mimba, 2013:339). Hal ini juga menunjukkan bahwa secara umum kepemilikan asing di Indonesia sangat peduli terhadap isu-isu sosial yang ada di Indonesia, seperti pendidikan, kesehatan dan lingkungan. 4. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki thitung yaitu -5,961 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 dan dapat dilihat juga nilai unstandardized coefficient beta sebesar -0.090. Dengan demikian hipotesis keempat (H4) diterima, artinya ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility, Hasil penelitian ini tidak 99
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian Sari et al. (2013), Putri (2013) dan Oktariani (2014) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan (size) tidak berpengaruh terhadap pengungkaan CSR. Namun hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Rahmawati (2010), Santioso dan Chandra (2012), Marina (2012), Sriayu dan Mimba (2013), Trisnawati (2014), Komalasari (2014), dan Kusuma et al. (2014) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility (CSR). Hasil penelitian ini juga menunjukan terdapat arah negatif pada hubungan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan corporate social responsibility. Artinya semakin besar tingkat ukuran perusahaan (size) maka semakin kecil tingkat pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan. Hal tersebut dapat terjadi karena perusahaan besar sudah memiliki kredibilitas yang tinggi di mata publik, sehingga secara tidak langsung juga sudah memiliki legitimasi dari publik. Kondisi ini mengindikasikan bahwa untuk mendapatkan legitimasi dari publik, perusahaan besar tidak akan selalu mengungkapkan tangung jawab sosial yang lebih banyak untuk mempunyai pengaruh dengan pihak-pihak internal maupun eksternal yang berkepentingan di perusahaan. Menurut Marfu’ah dan Cahyo (2011) dalam Arthana (2013:11) hal ini dikarenakan tanggung jawab sosial perusahaan bukan lagi menjadi sekedar kegiatan, tetapi merupakan sebuah kewajiban bagi perusahaan yang berguna untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. 100
Hal ini dapat dibuktikan dari sampel penelitian ini, yaitu Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) merupakan perusahaan yang memiliki total aset yang selalu meningkat tiap tahunnya. Dimana total asset pada tahun 2013 hingga mencapai Rp.386.654.815.000.000, paling tinggi dari seluruh sampel penelitian. Namun Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) pada tahun 2012 mengungkapkan tanggung jawab sosialnya baru mencapai 49,9% , kemudian pada tahun 2013 Bank BNI mengalami penurunan dalam mengungkapkan tanggung jawab sosialnya menjadi 39,6%. Kondisi ini mengindikasikan bahwa perusahaan besar belum terbukti memiliki tingkat pengungkapan CSR yang tinggi. 5. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini menunjukan
bahwa variabel profitabilitas (ROE) memiliki thitung yaitu
3.562 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001 dan dapat dilihat juga nilai unstandardized coefficient beta sebesar 0.539. Dengan demikian hipotesis kelima
(H5)
diterima,
artinya
profitabilitas
berpengaruh
terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility,. Alasan yang dapat digunakan adalah sampel perusahaan yang memiliki nilai profitabilitas yang diproksikan
dengan
ROE
memiliki
indeks
pengungkapan
pertanggungjawaban sosial di atas rata-rata dan mengungkapkan dengan cukup baik. 101
Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari et al. (2013), Santioso dan Chandra (2012), Sari (2014) serta Purnama et al. (2014), yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pula pengungkapan informasi sosialnya. Hal tersebut mengandung arti bahwa profitabilitas yang tinggi akan memberikan keyakinan perusahaan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosialnya dan perusahaan tetap akan mendapatkan keuntungan positif, yaitu mendapatkan legitimasi dari masyarakat yang pada akhirnya akan berdampak dengan meningkatnya keuntungan perusahaan dimasa yang akan datang (Sari, 2014:16). Menurut Santioso dan Chandra (2012), profitabilitas yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang terperinci, salah satunya yaitu pengungkapan CSR. Sebab, mereka ingin meyakinkan investor terhadap perusahaan agar para investor berinvestasi di perusahaan tersebut. Profitabilitas menunjukan efektifitas manajemen dalam menghasilkan laba. Laba perusahaan yang besar akan menuai banyak anggapan dari publik bahwa perusahaan hanya memperkaya para pemegang saham saja tanpa memperhatikan kesenjangan sosial yang ada di masyarakat. Dengan pengungkapan lebih banyak tentang aktivitas sosial maka akan menepis anggapan tersebut dan akan meningkatkan image perusahaan dimata masyarakat dan para investor .
102
Dengan demikian peneliti menyimpulkan perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi akan mengungkapkan informasi CSR yang luas. Hal ini mungkin dikarenakan anggapan aktivitas CSR merupakan langkah strategis jangka panjang yang akan memberikan efek positif bagi perusahaan. Adapun hasil penelitian yang tidak mendukung penelitian ini yang di ungkapkan oleh Trisnawati (2014), Komalasari (2014), Sriayu dan Mimba (2013) yang menyatakan bahwa profitability tidak memiliki pengaruh terhadap corporate social responsibility disclosure. Hal ini didukung dengan argumentasi bahwa pada saat profitabilitas suatu perusahaan tinggi, maka pihak manajemen akan berasumsi bahwa menginformasikan hal-hal yang dapat mengganggu kesuksesan keuangan perusahaan tersebut tidak perlu dilakukan. Namun, saat perusahaan memiliki tingkat profitability yang rendah, maka perusahaan berharap para pengguna laporan akan membaca “good news” dari kinerja sosial dan lingkungan yang telah dilakukan oleh perusahaan (Sembiring, 2005:386).
103
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengetahui pengaruh dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, ukuran perusahaan, dan profitabilitas terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial di dalam laporan sustainability. Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menyajikan laporan tahunan dan sustainability report periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Total sampel yang digunakan sebanyak 21 perusahaan dengan 84 data perusahaan selama 4 tahun. Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan analisis regresi berganda, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian hipotesis pertama ditemukan bahwa variabel dewan komisaris independen (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility di dalam laporan sustainability. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Komalasari (2014), Sari (2014), Putri (2013). Namun penelitian ini tidak komsisten dengan penelitian Santioso dan Chandra (2012).
104
Yesika (2013),
2. Hasil pengujian hipotesis kedua ditemukan bahwa variabel kepemilikan institusional (X2) berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility di dalam laporan sustainability. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Purnama et al. (2014), Azhar (2014), Sari et al. (2013). Namun penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Maulidra (2015), Kusuma et al. (2014), Rustiarini (2010). 3. Hasil pengujian hipotesis ketiga ditemukan bahwa variabel kepemilikan asing (X3) tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility di dalam laporan sustainability. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Maulidra (2015), Kusuma et al. (2014), Sari (2014) dan Lovink (2013). Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Putri (2013), Sriayu dan Mimba (2013), Rustiarini (2010). 4. Hasil pengujian hipotesis keempat ditemukan bahwa variabel ukuran perusahaan (X4) berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility di dalam laporan sustainability. Penelitian ini konsisen dengan penelitian Trisnawati (2014), Komalasari (2014), Marina (2012). Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Oktariani (2014), Putri (2013), Sari et al. (2013) 5. Hasil pengujian hipotesis kelima ditemukan bahwa variabel profitabilitas (X5) berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan
corporate
social
responsibility di dalam laporan sustainability. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Purnama et al. (2014), Sari (2014), Sari et al. (2013) dan Santioso 105
dan Chandra (2012). Namun asil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Trisnawati (2014), Komalasari (2014), Sembiring (2005). 6. Secara simultan komposisi dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, ukuran perusahaan dan profitabilitas perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility di dalam laporan sustainability. B. Saran Saran-saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya, adalah : 1. Untuk penelitian selanjutnya, interval periode penelitian agar ditambah melebihi interval tahun dalam penelitian ini sehingga akan memberikan gambaran hasil yang lebih mendekati kondisi yang sebenarnya. 2. Untuk penelitian selanjutnya, mempertimbangkan menggunakan variabel lain yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di luar variabel yang digunakan dalam penelitian ini seperti komite audit, indeks corporate governance serta komponen-komponen corporate governance lainnya.
106
DAFTAR PUSTAKA Alijoyo, Antonius dan Suharto Zaini. 2004.”Komisaris Independen Penggerak Praktik GCG di Perusahaan”. Jakarta: PT. INDEKS Kelompok Gramedia Anggraini,Fr. Retno. 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan” SNA 9 Padang Astuti, Dewi. 2004.”Manajemen Keuangan Perusahaan”. Jakarta : Ghalia Indonesia Azhar, Al. 2014.”Pengaruh Elemen Corporate Governance terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility”. Jurnal Akuntansi, Vol. 3, No. 1, Oktober 2014 : 54 – 71 Barkemeyer, Ralf. 2007. “Legitimacy as a Key Driver and Determinant of CSR in Developing Countries”, Paper for the 2007 Marie Curie Summer School on Earth System Governance, Amsterdam University of St Andrews & Sustainable Development Research Centre (SDRC) School of Management, Amsterdam, 28 May – 06 June. Cahyaningsih dan Martina Venti Yustianti. 2011. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggungjawab Sosial. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 15 No. 2, 171-186. Chariri,
Anis dan Imam Ghozali. 2007. Teori Ekonomi:Universitas Diponegoro Semarang.
Akuntansi.
Fakultas
Effendi, Muh. Arief. 2009. “The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi”. Salemba Empat, Jakarta. Emilsson, Classo dan Bredmar. 2012. “CSR and the quest for profitability–using Economic Value Added to trace profitability”. International Journal of Economics and Management Sciences Febriyana, Hana. 2013. “Pengaruh Ukuran Perusahan dan Mekanisme Corporate Goevernance Terhadap Nilai Perusahaan (Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia). Jurnal UNP Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2004. “Corporate Governance Suatu Pengantar: Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit Dalam Pelaksanaan Corporate Governance”, Jakarta.
107
Ghozali, Imam, 2013.“Aplikasi Analisis Multivarite dengan SPSS” Edisi Keempat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Global Reporting Initiative. “Sustainability Reporting” https://www.globalreporting.org/information/sustainabilityreporting/Pages/d efault.aspx diakses pada 12 Januari 2015. Hadi, Nor. 2011. “Corporate Social Responsibility”. Yogyakarta: Graha Ilmu. Haniffa, R.M., dan T.E. Cooke. 2005. “The Impact of Culture and Governance on Corporate Social Reporting”, Journal of Accounting and Public Policy 24, pp. 391-430. Hermuningsih, Sri. 2013. “Profitability, Growth Opportunity, Capital Structure and The Firm Value”. Journal University of Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta Hikmah, N dan D. Rahmayanti, 2011. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate Governance dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di BEI”. Simposium Nasional Akuntansi XIV Hoje Jo, Maretno A. Harjoto. 2011. “The Causal effect CG on CSR” Jurnal Of Business Ethic Jensen, Michael C dan Meckling, William H. 1976 .“Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure,” Journal of Financial Economics, October, V. 3, No. 4, pp. 305-360. Kartini, Dwi. 2009 “Corporate Social Responsibility, Transformasi Konsep Sustainability Management dan Implementasi di Indonesia”, PT Refika Aditama, Bandung. Khan, Md. H.U.Z., 2010. “The effect of corporate governance elements on corporate social responsibility (CSR) reporting”, International Journal of Law and Management, Vol.52 No.2, pp.82-109. Komalasari, Dessy dan Anna, Yane Devi. 2014, “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility (Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011)”. Jurnal Akuntansi Institut Manejemen Telkom
108
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. “Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia”. http://www.governance-indonesia.or.id. Diakses Tanggal 11 November 2014. Kuncoro, Mudrajad. 2006.”STRATEGI : bagaimana meraih keunggulan kompetitif”. Jakarta: Erlangga. Kusuma, Tanjung dan Darlis. 2014 ”Pengaruh corporate governance dan karakteristik perusahaan terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility (CSR) di dalam Sustainability Report”. JOM FEKON Vol. 1 No.2 Oktober. Lovink, Karina Angel Dwi,Etna NurAfri Yuyetta. 2013.”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility”. Journal of Accounting UNDIP Volume 2, Nomor 2. Santioso, Linda, dan Candra, Erline. 2012. “Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage, Umur Perusahaan dan Dewan Komisaris Indpenden dalam Pengungkapan Corporate Social Responsibility”. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara. Maulidra, Hazra. 2015 “ Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham dan Leverage Terhadap Corporate Social Responsibility: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di BEI 2010-2012”. Jurnal Akuntansi. Mursalim. 2007. “Simultanitas Aktivisme institusional, Struktur Kepemilikan, Kebijakan Dividen dan Utang dalam Mengurangi Konflik Keagenan”. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar. Mursitama, Tirta N et.al. 2011. Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia: Teori dan Implementasi Studi Kasus Community Development Riau Pulp. Jakarta: Institute for Development of Economics and Finance (INDEF). Novita dan Chaerul D. Djakman. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap LuasPengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) pada Laporan Tahunan Perusahaan;Studi Empiris pada Perusahaan Publik yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2006.Proceeding Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak, 22–25 Juli. Nurlela dan Islahudin. 2008. “Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai Variabel Moderating” Simposium Nasional Akuntansi XI
109
Oktariani, Ni Wayan dan Sri Harta Mimba Ni Putu. 2014.” Pengaruh Karakteristik Perusahaan dab Tanggung Jawab Lingkungan Pada Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.3:402418 Purnama, Atmadja dan Darmawan. 2014. Pengaruh Size, Profitabilitas, Laverage dan Kepemilikan Institusional Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR Disclosure) dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013. Volume: 2 No. 1 Tahun 2014 Putri, Chyinthia Dwi. 2013. “Pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di dalam Suatainability Report (Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di BEI) “. Jurnal UNP Ratnasari, Yunita. 2011.“Pengaruh Corporate Governance Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di dalam Sustainability Report”. Jurnal Akuntansi UNDIP. Rustiarini, Ni Wayan. 2010. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham terhadap Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility”, Simposium Nasional Akuntansi XIII.Purwokerto, Sari, Sutrisno, dan Sukuharsono., 2013.“Pengaruh Kepemilikan Institusional, Komposisi Dewan Komisaris, Kinerja Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam Sustainability Report pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 11 No. 3. Sari, Lian Permata. 2014.“Pengaruh Profitabilitas, Proporsi Dewan Komisaris Independen dan Kepemilikan Saham Asing Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility: Study Empiris pada Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.”. Jurnal Akuntansi. Sayekti, Yosefa. Wondabi, Ludovicus Sensi., 2007. “Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient”, Simposium Nasional Akuntansi (SNA), Vol. X. Sekaran, Uma. 2006.“Research Method for Business-Metodologi Penelitian untuk Bisnis”. Edisi Ke-empat. Jakarta: Salemba Empat
110
Sembiring, Eddy Rismanda. 2005.” Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris pada Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.” Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo, 15-16 September 2005. Setyarini, Yulia & Paramitha, Melvie. 2011. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Corporate Social Responsibility. Jurnal Kewirausahaan Vol. 5 No. 2 , Desember 2011. ISSN. 1978-4724. Sriayu dan Mimba. 2013. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Resposibility Disclosure”. E-Jurnal Akuntansi Udayana 5. Sudana, I Made dan Putu Ayu Arlindania. 2011.”Corporate Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Go-Public di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan, Tahun 4, No. 1. Supomo, Bambang & Nur Indriantoro. 2002.“Metodologi Penelitian Bisnis, untuk Akuntansi dan Manajemen”. Edisi 1, BPFE Yogyakarta Surya, Indra & Yustiavandana, Ivan. 2006. “Penerapan Good Corporate Governance: Mengesampingkan Hak-hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha”. Jakarta : Prenada Media Group. Terzaghi, Muhammad Titan. 2012. “Pengaruh Earning Management dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (JENIUS) Vol.2 No. 1 Januari 2012. Trisnawati, 2014 “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Ukuran Dewan Komisaris dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Industri Perbankan di Indonesia”. Seminar Nasional Dan Call For Paper FEB UMS. Ucuy, 2015.” Lagi, Perusahaan Besar Sawit Hilang Dari Peta Dinas Perkebunan”. (http://readersblog.mongabay.co.id/rb/2015/01/30/lagi-perusahaan-besarsawit-hilang-dari-peta-dinas-perkebunan. Walpole, Ronald.E. 1982, “ Pengantar Statistika: Edisi 3”. Jakarta : PT.Gramedia Puataka Utama
111
LAMPIRAN
112
LAMPIRAN 1
DAFTAR SAMPEL DAN PERHITUNGAN DATA
113
LAMPIRAN 1: Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitan NO
KODE
PERUSAHAAN
1
AMFG
Asahimas Flat Glass Tbk
2
ASII
PT Astra Internasional Tbk
3
BBNI
Bank Negara Indonesia Tbk
4
BBTN
Bank Tabungan Negara Tbk
5
BDMN
Bank Danamon Indonesia Tbk
6
BNII
Bank Internasional Indonesia Tbk
7
BNLI
Bank Permata
8
ELSA
PT Elnusa Tbk
9
EXCEL
Xl Tbk
10
INCO
PT Vale
11
INDY
Indika Energy Tbk
12
ISAT
indosat Tbk
13
JSMR
Jasa Marga Tbk
14
PGAS
PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk
15
PTBA
PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk
16
SGRO
Sampoerna Agro Tbk
17
SMCB
PT. Holcim Indonesia Tbk
18
SMGR
PT. Semen Indonesia Tbk
19
TINS
PT. Timah (Persero) Tbk
20
UNSP
PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk
21
WIKA
Wijaya Karya Tbk
Sumber : diolah dari berbagai sumber
114
DAFTAR PENGUNGKAPAN GRI No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Kode GRI EC1 EC2 EC3 EC4 EC5 EC6 EC7 EC8 EC9 EN1 EN2 EN3 EN4 EN5 EN6 EN7 EN8 EN9 EN10 EN11 EN12 EN13 EN14 EN15 EN16 EN17 EN18 EN19 EN20 EN21 EN22 EN23 EN24 EN25 EN26 EN27
Indikator Perolehan distribusi nilai ekonomi Implikasi finansial akibat perubahan iklim Dana pensiun karyawan Bantuan finansial dari pemerintah Standar upah minimum Rasio pemasok lokal Rasio karyawan lokal Pengaruh pembangunan infrastruktur Dampak pengaruh ekonomi tidak langsung Pemakaian material Pemakaian material daur ulang Pemakaian energi langsung Pemakaian energi tidak langsung Penghematan energi Inisiatif penyediaan energi terbaru Inisiatif mengurangi energi tidak langsung Pemakaian air Sumber air yang terkena dampak Jumlah air daur ulang Kuasa tanah di hutan lindung Perlindungan keanekaragaman hayati Pemulihan habitat Strategi menjaga keanekaragaman hayati Spesies yang dilindungi Total gas rumah kaca Total gas tidak langsung yang berhubungan dengan gas rumah kaca Inisiatif pengurangan efek gas rumah kaca Pengurangan emisi ozon Jenis-jenis emisi udara Kualitas pembuangan air dan lokasinya Klasifikasi limbah dan metode pembuangan Total biaya dan jumlah yang tumpah Limbah berbahaya yang ditransportasikan Keanekaragaman hayati Inisiatif mengurangi dampak buruk pada lingkungan Persentase produk yang terjual dan materi kemasan dikembalikan berdasarkan kategori Bersambung ke halaman berikutnya
115
(Lanjutan) No 37
Kode GRI EN28
Indikator Nilai moneter akibat pelanggaran peraturan dan hukum lingkungan hidup 38 EN29 Dampak signifikan terhadap lingkungan akibat transportasi produk 39 EN30 Biaya dan investasi perlindungan lingkungan 40 LA1 Jumlah karyawan 41 LA2 Tingkat perputaran karyawan 42 LA3 Kompensasi bagi karyawan tetap 43 LA4 Perjanjian kerja sama 44 LA5 Pemberitahuan minimum tentang perubahan operasional 45 LA6 Majelis kesehatan dan keselamatan kerja 46 LA7 Tingkat kecelakaan kerja 47 LA8 Program pendidikan, pelatihan dan penyuluhan 48 LA9 Kesepakatan kesehatan dan keselamatan kerja 49 LA10 Rata-rata jam pelatihan 50 LA11 Program persiapan pensiun 51 LA12 Penilaian kinerja dan pengembangan karir 52 LA13 Keanekaragaman karyawan 53 LA14 Rasio gaji dasar pria terhadap wanita 54 HR1 Perjanjian dan investasi menyangkut HAM 55 HR2 Persentase pemasok dan kontraktor menyangkut HAM 56 HR3 Pelatihan karyawan tentang HAM 57 HR4 Kasus diskriminasi 58 HR5 Hak berserikat 59 HR6 Pekerja di bawah umur 60 HR7 Pekerja paksa 61 HR8 Tenaga keamanan terlatih HAM 62 HR9 Pelanggaran hak penduduk asli 63 SO1 Dampak program pada komunitas 64 SO2 Hubungan bisnis dan resiko korupsi 65 SO3 Pelatihan anti korupsi 66 SO4 Pencegahan tindakan korupsi 67 SO5 Partisipasi dalam pembuatan kebijakan publik 68 SO6 Sumbangan untuk partai politik 69 SO7 Hukuman akibat pelanggaran persaingan usaha 70 SO8 Hukuman atau denda pelanggaran peraturan perundangan 71 PR1 Perputaran dan keamanan produk 72 PR2 Pelanggaran peraturan dampak produk Bersambung ke halaman berikutnya
116
(Lanjutan) No Kode GRI 73 PR3 74 PR4 75 PR5 76 PR6 77 PR7 78 PR8 Sumber : diolah peneliti
Indikator Informasi kandungan produk Pelanggaran penyediaan info produk Tingkat kepuasan pelanggan Kelayakan komunikasi pemasaran Pelanggaran komunikasi pemasaran Pengaduan tentang pelanggaran privatisasi pelanggan
117
LAMPIRAN 2: Data Diolah Keterangan: CIS
: Dewan Komisaris Independen
SIZE : Ukuran Perusahaan ROE : Profitabilitas IOWN : Kepemilikan Institusional FOR
: Kepemiliksn Asing
CSR
: Pengungkapan Corporate Social Responsibility
NO
TAHUN CIS 2010 0.333 2011 0.333 1 AMFG 2012 0.333 2013 0.333 2010 0.455 2011 0.455 2 ASII 2012 0.300 2013 0.300 2010 0.571 2011 0.571 3 BBNI 2012 0.571 2013 0.571 2010 0.600 2011 0.500 4 BBTN 2012 0.500 2013 0.500 2010 0.571 2011 0.500 5 BDMN 2012 0.500 2013 0.500 Bersambung ke halaman berikutnya KODE
SIZE 28.49503 28.62078 28.76739 28.89498 32.35714 32.66486 32.83653 32.99697 33.14679 33.33166 33.44007 33.58855 31.85618 32.12102 32.34727 32.50751 32.40345 32.58639 32.67954 32.84725
ROE 0.17959 0.15709 0.14106 0.12256 0.29134 0.27792 0.25321 0.20998 0.12373 0.15348 0.16194 0.18996 0.14207 0.15279 0.13270 0.13517 0.15562 0.13233 0.14329 0.13182
IOWN 0.84660 0.84670 0.84700 0.84800 0.50110 0.50110 0.50110 0.50110 0.37550 0.37550 0.37550 0.37490 0.21240 0.19890 0.06500 0.31260 0.67420 0.73570 0.73750 0.73770
FOR 0.43860 0.43860 0.43860 0.40840 0.50150 0.50150 0.50130 0.50130 0.22960 0.22960 0.22980 0.22960 0.18090 0.17210 0.06500 0.25490 0.67420 0.73570 0.73897 0.74130
CSR 0.47600 0.53400 0.61200 0.54100 0.73077 0.76923 0.79487 0.30769 0.34921 0.42857 0.49900 0.39600 0.50831 0.41123 0.39683 0.41270 0.25397 0.31746 0.45400 0.33333
118
6
BNII
7
BNLI
8
ELSA
2010 2011 2012 2013 2010 2011 2012 2013 2010 2011 2012 2013
0.571 0.571 0.571 0.500 0.556 0.556 0.556 0.500 0.400 0.400 0.400 0.400
2010 0.500 2011 0.444 9 EXCEL 2012 0.375 2013 0.286 2010 0.300 2011 0.222 10 INCO 2012 0.300 2013 0.300 2010 0.500 2011 0.500 11 INDY 2012 0.400 2013 0.333 2010 0.400 2011 0.444 12 ISAT 2012 0.455 2013 0.400 2010 0.333 2011 0.429 13 JSMR 2012 0.500 2013 0.333 Bersambung ke halaman berikutnya
31.95025 32.18405 32.38265 32.57656 31.93256 32.24934 32.51230 32.74201 28.93354 29.11034 29.08837 29.10600
0.07120 0.08437 0.12528 0.12655 0.12588 0.12663 0.10949 0.12217 0.03299 0.01581 0.06640 0.10617
0.97380 0.97290 0.97290 0.97290 0.89030 0.89030 0.89120 0.89120 0.79340 0.73710 0.71580 0.70950
0.97380 0.97290 0.97290 0.97290 0.44515 0.44515 0.44515 0.44560 0.00008 0.00008 0.05300 0.05250
0.58730 0.35600 0.48700 0.52400 0.68700 0.41270 0.30000 0.29500 0.49900 0.69231 0.65340 0.59870
30.93612 31.07050 31.19931 31.32682 28.41503 28.51535 28.47821 28.45569 30.06978 30.53540 28.48427 28.47100 31.59788 31.58557 31.64244 31.62961 30.57294 30.69591 30.83999 30.97622
0.24680 0.20669 0.17987 0.06750 0.26036 0.18866 0.03921 0.02249 0.14209 0.16176 0.08510 (0.05193) 0.03625 0.05669 0.02513 0.16143 0.15664 0.14105 0.15691 0.11391
0.80000 0.79900 0.66550 0.66480 0.79860 0.79510 0.79510 0.79510 0.63117 0.63474 0.63470 0.75540 0.70110 0.70110 0.70510 0.70500 0.13458 0.01980 0.12490 0.14710
0.80006 0.80200 0.66572 0.66480 0.79830 0.79506 0.79510 0.79510 0.00020 0.00020 0.11960 0.28590 0.70110 0.70110 0.70510 0.05500 0.13831 0.01980 0.15930 0.13290
0.73438 0.57813 0.77345 0.92188 0.96154 0.76923 0.94872 0.87179 1.00000 1.00000 0.91026 0.89700 0.75000 0.76563 0.70430 0.73240 0.69841 0.71429 0.73400 0.86100
119
2010 0.400 2011 0.400 14 PGAS 2012 0.333 2013 0.333 2010 0.400 2011 0.333 15 PTBA 2012 0.333 2013 0.333 2010 0.400 2011 0.400 16 SGRO 2012 0.500 2013 0.500 2010 0.571 2011 0.571 17 SMCB 2012 0.500 2013 0.429 2010 0.333 2011 0.333 18 SMGR 2012 0.500 2013 0.429 2010 0.333 2011 0.333 19 TINS 2012 0.333 2013 0.500 2010 0.600 2011 0.600 20 UNSP 2012 0.500 2013 0.429 2010 0.400 2011 0.400 21 WIKA 2012 0.333 2013 0.333 Sumber : diolah oleh peneliti
31.09949 31.06425 31.29667 29.10422 29.79695 30.07399 30.17490 30.08866 28.68737 28.85803 29.05116 29.13791 29.97640 30.02441 30.12987 30.33205 30.37592 30.60969 30.91115 31.05830 29.40277 29.51351 29.43947 29.69577 30.54891 30.55967 30.57458 30.52224 29.46939 29.75004 30.02392 30.16432
0.44989 0.35603 0.38868 0.32776 0.31553 0.37821 0.34208 0.24555 0.21185 0.21985 0.12610 0.04461 0.12142 0.14129 0.16046 0.10855 0.30261 0.27063 0.27122 0.24557 0.22555 0.19512 0.09468 0.10529 0.09685 0.08231 0.13489 (0.56844) 0.15815 0.17615 0.17950 0.19349
0.43040 0.37690 0.45620 0.93500 0.25136 0.21788 0.18754 0.25617 0.78900 0.68840 0.79700 0.67050 0.80650 0.80650 0.80650 0.80650 0.48380 0.48730 0.48720 0.48140 0.04720 0.23970 0.24340 0.06130 0.30160 0.24130 0.16540 0.18920 0.15706 0.17930 0.25260 0.23240
0.84080 0.35140 0.36230 0.84140 0.21770 0.18742 0.18754 0.13760 0.71500 0.67050 0.69800 0.67050 0.92580 0.10810 0.95840 0.95960 0.39470 0.40670 0.41680 0.38220 0.04840 0.09860 0.11860 0.03660 0.14700 0.17640 0.14430 0.11150 0.01780 0.11970 0.14380 0.14450
0.80769 0.80769 0.98718 0.79800 1.00000 1.00000 0.98718 0.79000 0.93151 0.68493 0.79452 0.87630 0.87000 0.78205 0.65400 0.85897 0.98718 0.98718 1.00000 0.89000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 0.69231 0.69231 0.70130 0.35897 0.97183 1.00000 1.00000 0.79500
120
121
122
123
124
Bersambung pada halaman berikutnya
125
(lanjutan)
126
Bersambung pada halaman berikutnya
127
(lanjutan)
128
bersambung pada halaman berikutnya
129
(lanjutan)
130
Bersambung pada halaman berikutnya
131
(lanjutan)
132
LAMPIRAN 2
HASIL OUTPUT SPSS 22 For Windows
133
LAMPIRAN 3 : Hasil Output SPSS 22 for windows Regresion
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CSR
84
,25
1,00
,7101
,22519
CIS
84
,22
,60
,4340
,09601
SIZE
84
28,42
33,59
30,7175
1,47615
ROE
84
-,57
,45
,1547
,12163
IOWN
84
,02
,97
,5538
,27893
FOR
84
,00
,97
,4151
,30782
Valid N (listwise)
84 Correlations CSR
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
CIS
SIZE
ROE
IOWN
FOR
CSR
1.000
-.484
-.571
.317
-.254
-.158
CIS
-.484
1.000
.553
-.185
.081
.059
SIZE
-.571
.553
1.000
.070
-.074
.127
ROE
.317
-.185
.070
1.000
-.117
.077
IOWN
-.254
.081
-.074
-.117
1.000
.681
FOR
-.158
.059
.127
.077
.681
1.000
CSR
.
.000
.000
.002
.010
.076
CIS
.000
.
.000
.046
.233
.298
SIZE
.000
.000
.
.263
.253
.124
ROE
.002
.046
.263
.
.145
.244
IOWN
.010
.233
.253
.145
.
.000
FOR
.076
.298
.124
.244
.000
.
CSR
84
84
84
84
84
84
CIS
84
84
84
84
84
84
SIZE
84
84
84
84
84
84
ROE
84
84
84
84
84
84
IOWN
84
84
84
84
84
84
FOR
84
84
84
84
84
84
134
Variables Entered/Removed Variables
Variables
Entered
Removed
Model 1
a
Method
FOR, CIS, ROE, SIZE,
. Enter
b
IOWN
a. Dependent Variable: CSR b. All requested variables entered. b
Model Summary
Model
R
1
.732
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.536
.507
Durbin-Watson
.15817
1.829
a. Predictors: (Constant), FOR, CIS, ROE, SIZE, IOWN b. Dependent Variable: CSR a
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
2.258
5
.452
Residual
1.951
78
.025
Total
4.209
83
F 18.048
Sig. .000
b
a. Dependent Variable: CSR b. Predictors: (Constant), FOR, CIS, ROE, SIZE, IOWN
135
coeficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
3.585
.416
CIS
-.198
.229
SIZE
-.090
ROE IOWN FOR
Coefficients Beta
t
Sig. 8.611
.000
-.084
-.864
.390
.015
-.588
-5.961
.000
.539
.151
.291
3.562
.001
-.283
.091
-.350
-3.118
.003
.101
.082
.138
1.233
.221
a. Dependent Variable: CSR
Collinearity statistics Tolerance
VIF
.626
1.598
.610 .890 .472
1.640 1.123 2.121
.477
2.096
136
Collinearity Diagnostics
Eigenvalue
Condition Index
a
Variance Proportions
Model
Dimension
(Constant)
CIS
SIZE
ROE
IOWN
1
1
5.214
1.000
.00
.00
.00
.01
.00
.00
2
.409
3.572
.00
.00
.00
.50
.04
.09
3
.279
4.321
.00
.02
.00
.29
.00
.22
4
.073
8.453
.00
.02
.00
.07
.84
.61
5
.025
14.497
.02
.68
.01
.12
.02
.01
6
.001
82.204
.98
.28
.99
.01
.09
.07
a. Dependent Variable: CSR
Residuals Statistics Minimum Predicted Value
Maximum
a
Mean
Std. Deviation
N
.4056
.9925
.7101
.16493
84
-1.847
1.712
.000
1.000
84
.022
.115
.041
.011
84
.4154
.9920
.7106
.16474
84
-.38652
.34751
.00000
.15333
84
Std. Residual
-2.444
2.197
.000
.969
84
Stud. Res idual
-2.519
2.288
-.001
1.005
84
-.41065
.37690
-.00052
.16498
84
-2.611
2.354
-.002
1.015
84
Mahal. Distance
.627
42.544
4.940
4.600
84
Cook's Distance
.000
.090
.013
.018
84
Centered Leverage Value
.008
.513
.060
.055
84
Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual
Deleted Residual Stud. Deleted Residual
a. Dependent Variable: CSR
137
FOR
UJI NORMALITAS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual N Normal a,b Parameters
84 Mean
Std. Deviation Most Extreme Differences
Absolute
.0000000
.15333383
.067
Positive
.057
Negative
-.067
Test Statistic Asymp. Sig. (2tailed)
.067 .200
c,d
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
138
139
Uji Heterokedastisitas dengan Spearman ABS_RES CIS
Pearson Correlation
-.119
IOWN
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
FOR
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
SIZE
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
ROE
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
.282 84 .190 .084 84 -.015 .890 84 .016 .887 84 -.019 .865 84 1
ABS_RES
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
84
140