JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
B-102
Studi Eksperimen dan Numerik Pengaruh Penambahan Vortex Generator pada Airfoil NASA LS-0417 Ulul Azmi dan Herman Sasongko Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arif Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail :
[email protected]
Abstrak—Separasi boundary layer merupakan fenomena penting yang mempengaruhi performansi airfoil. Salah satu upaya untuk menunda atau menghilangkan separasi aliran adalah meningkatkan momentum fluida untuk melawan adverse pressure dan tegangan geser permukaan. Hal ini mengakibatkan separasi aliran akan tertunda lebih ke belakang. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan penambahan turbulent generator pada upper surface airfoil. Vortex generator (VG) merupakan salah satu jenis turbulent generator yang dapat mempercepat transisi dari laminar boundary layer menjadi turbulent boundary layer. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak penempatan dan ketinggian VG terhadap perkembangan turbulent boundary layer sehingga dapat meningkatkan performansi airfoil. Penelitian ini dilakukan dengan eksperimen dan numerik pada Re = 1.41x105 dengan angle of attack 16°. Benda uji yang digunakan adalah airfoil NASA LS-0417 dengan dan tanpa VG. Variasi jarak penempatan dan ketinggian VG yaitu x/c = 0.1; 0.2; 0.3; 0.4 (h) = 1 mm; 3 mm; 5 mm. Hasil yang didapatkan adalah variasi vortex generator paling optimal adalah vortex generator dengan x/c = 0.3 dan h = 1 mm dimana Nilai CL/CD mengalami kenaikan sebesar 14.337%. Kata kunci—airfoil, angle of attack, vortex generator
I. PENDAHULUAN
P
ERKEMBANGAN ilmu pengetahuan dan teknologi tumbuh semakin pesat. Perkembangan tersebut mendorong manusia untuk menciptakan teknologi yang lebih efisien. Pada bidang mekanika fluida, penerapan teknologi tersebut juga ditemukan pada bidang transportasi. Pesawat terbang merupakan kendaraan yang sangat memperhatikan aspek aerodinamika. Salah satu upaya untuk meningkatkan performansi pada pesawat terbang adalah modifikasi komponen aerodinamika. Salah satu komponen aerodinamika yang menentukan performansi pesawat terbang adalah sayap. Desain sayap pesawat menentukan besarnya gaya lift dan gaya drag pada pesawat terbang. Modifikasi airfoil bertujuan untuk mengurangi koefisien drag dan mendapatkan koefisien lift yang direncanakan. Separasi boundary layer merupakan fenomena penting yang mempengaruhi performansi airfoil. Salah satu upaya untuk menunda atau menghilangkan separasi aliran adalah meningkatkan momentum fluida untuk melawan adverse
pressure dan tegangan geser permukaan. Pada turbulent boundary layer, kecepatan fluida yang dekat dengan permukan nilainya akan lebih besar dibandingkan dengan pada laminar boundary layer. Jika kecepatan fluida lebih besar, maka energi kinetik fluida juga akan semakin besar sehingga fluida dapat melawan adverse pressure dan tegangan geser. Hal ini mengakibatkan separasi aliran akan tertunda lebih ke belakang. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan penambahan turbulent generator pada upper surface airfoil. Vortex generator (VG) merupakan salah satu jenis turbulent generator yang dapat mempercepat transisi dari laminar boundary layer menjadi turbulent boundary layer. Beberapa penelitian terkait VG untuk menunda terjadinya separasi aliran telah banyak dilakukan. Anand et al [1] melakukan penelitian terkait passive flow control pada airfoil NACA 0012 menggunakan VG. Penelitian dilakukan secara numerik pada Re = 5,5x105 dengan variasi angle of attack. Penambahan VG dapat meningkatkan koefisien lift dan mengurangi koefisien drag pada beberapa variasi angle of attack. Tebbiche et al [2] melakukan penelitian menggunakan counter rotating VG yang dimodifikasi. Penelitian dilakukan dengan menempatkan VG pada 10% leading edge dari airfoil NACA 0015 untuk meningkatkan koefisien lift dan menurunkan koefisien drag. Penelitian dilakukan dengan variasi Reynolds numbers. Hasil yang didapat adalah VG pasif dapat meningkatkan 14% koefisien lift dan mengurangi 16% koefisien drag. Karena VG memberikan keuntungan yang cukup baik, penelitian lebih lanjut terkait VG terus dilakukan. Shan et al [3] melakukan penelitian numerik terkait passive and active flow control pada airfoil NACA 0012. Penelitian dilakukan pada 𝛼 = 6° dengan menggunakan VG. Simulasi numerik dilakukan dengan membandingkan kondisi tanpa VG, dengan VG pasif, dan dengan VG aktif. Hasil yang didapatkan adalah VG pasif mampu menunda separasi di buritan sayap melalui terbentuknya bubble separation di belakang VG pasif. VG Pasif tersebut dapat mengurangi separation zone sebesar 80%. Lengani [4] melakukan penelitian terkait low profile counter rotating VG. Penelitian ini dilakukan pada 𝛼 = 23° dengan ketinggan dan panjang VG adalah h = c = 16 mm. Hasil yang didapat adalah dengan melakukan penambahan VG didapatkan nilai total pressure losses coefficient 50% lebih kecil dibandingkan tanpa VG. Lin [5] melakukan penelitian terkait VG untuk mengontrol boundary layer separation. Lin melakukan pengujian dengan berbagai macam jenis VG
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) terhadap airfoil. Hasil yang didapatkan adalah VG jenis counter rotating mempunyai efisiensi yang lebih baik dari jenis VG lainnya. Dengan menggunakan VG jenis ini dapat mengurangi koefisien drag hingga mencapai 38%. Selain itu, penelitian tersebut juga membuktikan bahwa micro VG dengan h < δ mempunyai hasil yang lebih baik dibandingkan dengan VG konvensional dengan h > δ. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut, dapat diperkirakan bahwa dengan adanya penambahan VG akan meningkatkan gaya lift dan mengurangi gaya drag pada airfoil. Parameter yang mempengaruhi performa VG antara lain jarak penempatan VG terhadap leading edge (x/c), bentuk geometri (rectangular atau triangular), ketinggian VG (h) dan sudut orientasi terhadap free-stream velocity (ẞ). Sehingga muncul pemikiran untuk melakukan penelitian terkait pengaruh penambahan VG terhadap performa airfoil dengan variasi ketinggian VG (h) dan jarak penempatan VG terhadap leading edge (x/c). Selanjutnya akan dilihat bagaimana pengaruh penambahan VG terhadap performa airfoil.
B-103
b)
a)
detail VG
Gambar 2. Konfigurasi uji a) variasi jarak penempatan VG terhadap leading edge terhadap chord b) variasi ketinggian VG Tabel 2. Parameter dimensi airfoil dan vortex generator Airfoil Vortex generator Dimensi Parameter Dimensi Parameter 150 mm Jarak spasi 5 mm (C) sirip VG (d) 660 mm Panjang VG 7.5 mm (S) (𝑙) 25.5 mm Tebal VG (t) 1 mm (T) 10° (𝛽) Angle of 16°
II. METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini, dapat terlihat skema model dan konfigurasi uji yang akan dilakukan pengukuran seperti pada gambar 1. Variasi konfigurasi uji ditunjukkan pada tabel 1, sedangkan parameter dimensi airfoil ditunjukkan pada tabel 2. Konfigurasi uji dijelaskan secara detail pada gambar 2.
attack (h)
S
𝑥
( ) 𝑐
1 mm, 3 mm, 5 mm 0,1; 0,2; 0,3;0.4
Spesifikasi Wind Tunnel Jenis wind tunnel yang digunakan adalah subsonic dan open circuit wind tunnel seperti pada gambar 3. Bentuk saluran uji: penampang segi 4 Panjang : 1780 mm Tinggi : 660 mm Lebar : 660 mm Gambar 1. Sketsa airfoil a) tampak isometris b) tampak atas c) tampak samping
Konfigurasi h (mm) x/c
Tabel 1. Keterangan konfigurasi uji A B C D 1 1 1 1 0.1 0.2 0.3 0.4
E 3 0.3
F 5 0.3
Gambar 3. Skema penelitian pada model uji
Alat Ukur a. b. c. d.
Pitot static tube Manometer Data logger dan pressure transducer Termometer
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) Metode Pengambilan Data Eksperimen Penelitian eksperimen dilakukan dengan melakukan pengukuran tekanan stagnasi, statis kontur, dan statis freestream. Sehingga didapatkan plot grafik koefisien tekanan (Cp) eksperimen. Metode Numerik Penelitian secara numerik dilakukan untuk mempertegas hasil yang didapat dari eksperimen. Pre-processing A. Model Uji B. Meshing C. Menentukan Kondisi Batas Kondisi batas simulasi dijelaskan pada gambar 4 di bawah ini.
B-104
dibuat memiliki trendline nilai koefisien tekanan yang sama dengan hasil eksperimen dan kalkulasi XFOIL. Namun hasil simulasi numerik memiliki perbedaan yang signifikan dengan eksperimen McGhee [6] dikarenakan perbedaan nilai Re dan Mach number model.
upper wall (wall) inlet (velocity inlet)
wall
2C 2C
airfoil (wall)
wall
outlet (outflow)
Gambar 5. Validasi model numerik dengan data eksperimen serta hasil kalkulasi XFOIL
B. Analisis Karakteristik Aliran Karakteristik Aliran Airfoil dengan Vortex Generator pada Variasi x/c
lower wall (wall)
Gambar 4. Kondisi batas simulasi NASA LS-0417
Processing A. Models Turbulence model yang digunakan pada penelitian ini adalah k – ε standard B. Materials Pemodelan ini menggunakan udara sebagai fluida kerja dengan densitas (ρ) = 1,17 kg/m3, viskositas (μ) = 1,86 x 105 N.s/m2 C. Operating Condition daerah operasi digunakan standard dan pressure yaitu 1 atm atau 101325 Pascal D. Boundary Condition bilangan Reynolds pada inlet wind tunnel Re = 1.41 x 105 dan kecepatan free stream sebesar 15m/s. E. Solution Penelitian ini akan menggunakan deskritisasi second order untuk pressure, second order upwind untuk momentum, turbulence kinetic energy dan turbulence dissipation rate. F. Initialize Initialize dihitung dari inlet G. Monitor Residual Kriteria konvergensi yang digunakan dalam penelitain ini sebesar 10-5 H. Iterate III. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Validasi Gambar 5 memperlihatkan Validasi yang dilakukan adalah membandingkan koefisien tekanan plain airfoil pada berbagai model. Gambar 5 memperlihatkan bahwa model numerik yang
Gambar 6. Grafik Cp terhadap x/c numerik airfoil tanpa dan dengan vortex generator variasi x/c pada h = 1mm
Gambar 6 memperlihatkan hasil numerik distribusi koefisien tekanan (Cp) fungsi x/c pada airfoil NASA LS-0417 dengan vortex generator dan tanpa vortex generator. Pada grafik terlihat bahwa aliran mengalami percepatan tinggi pada sisi upperside airfoil yang ditandai dengan nilai Cp turun secara tajam pada Cp = -3.7. Titik separasi airfoil tanpa vortex generator terjadi pada x/c = 0.71. Pada airfoil dengan vortex generator, trendline grafik mengalami discontinuity pada masing-masing posisi vortex generator. Setelah melewati vortex generator, aliran mengalami kenaikan momentum dan kecepatan akibat adanya turbulensi oleh vortex generator. Hal ini ditandai dengan nilai Cp airfoil dengan vortex generator nilainya lebih negatif dibandingkan dengan airfoil tanpa vortex generator. Momentum aliran tersebut digunakan untuk melawan tegangan geser dan adverse pressure sehingga separasi tertunda ke belakang. Titik separasi airfoil dengan vortex generator x/c = 0.1;0.2;0.3;0.4 berturut-turut adalah 0.75;0.78;0.86;0.82. Pada grafik tersebut menunjukkan airfoil
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) dengan vortex generator x/c = 0.3 merupakan yang paling baik dalam menunda separasi.
B-105
Karakteristik Aliran Airfoil dengan Vortex Generator pada Variasi h
Airfoil VG x/c = 0.1
Plain Airfoil
Gambar 8. Grafik Cp terhadap x/c numerik airfoil tanpa dan dengan vortex generator variasi h pada x/c = 0.3
Airfoil VG x/c = 0.2
Airfoil VG x/c = 0.3
Gambar 8 memperlihatkan hasil numerik distribusi koefisien tekanan (Cp) fungsi x/c pada airfoil NASA LS-0417 dengan vortex generator dan tanpa vortex generator. Titik separasi airfoil tanpa vortex generator terjadi pada x/c = 0.71. Pada airfoil dengan vortex generator, trendline grafik mengalami discontinuity pada x/c = 0.3. Pada airfoil dengan vortex generator h = 1 mm dan h = 3 mm, titik separasi lebih mundur ke trailing edge. Titik separasi airfoil dengan vortex generator h = 1 mm dan h = 3 mm berturut-turut adalah pada x/c = 0.86 dan 0.84. Namun pada airfoil dengan vortex generator h = 5 mm titik separasi semakin maju menjauhi trailing edge pada x/c = 0.68. Pada grafik tersebut menunjukkan airfoil dengan vortex generator h = 1 mm merupakan yang paling baik dalam menunda separasi.
Airfoil VG x/c = 0.4 y x
Gambar 7. Visualisasi streamline pada kontur kecepatan hasil pemodelan airfoil NASA LS-0417 pada α = 16° dengan variasi x/c pada h = 1 mm
Gambar 7 memperlihatkan visualisasi aliran pada airfoil NASA LS-0417 dengan dan tanpa vortex generator pada angle of attack 16°. Pada visualisasi aliran, terlihat bahwa titik stagnasi bergeser ke arah lowerside akibat adanya angle of attack. Hal ini menyebabkan aliran dipercepat pada leading edge menuju upperside membentuk S curve. Kemudian momentum aliran akan bertambah besar akibat melewati convergence streamtube. Setelah itu aliran akan melewati divergence streamtube dimana kecepatan aliran akan tereduksi yang ditandai dengan kontur warna biru muda. Aliran yang memiliki kecepatan rendah tersebut tidak mampu melawan adverse pressure dan tegangan geser sehingga aliran akan terseparasi. Gambar 7 menunjukkan pada plain airfoil memiliki daerah wake yang paling besar. Wake tersebut dimulai dari separation point x/c = 0.7. Pada Gambar 7 secara keseluruhan, penambahan vortex generator pada penempatan x/c = 0.1;0.2;0.3;0.4 dapat mereduksi wake yang terjadi. Reduksi wake yang paling besar terjadi pada airfoil dengan penempatan vortex generator pada x/c = 0.3 dimana memiliki ukuran wake paling kecil.
Plain Airfoil
Airfoil VG h = 1 mm
Airfoil VG h = 3 mm
Airfoil VG h = 5 mm
y x
Gambar 9. Visualisasi streamline pada kontur kecepatan hasil pemodelan airfoil NASA LS-0417 pada α = 16° dengan variasi h pada x/c = 0.3
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
B-106
Gambar 9 memperlihatkan visualisasi aliran pada airfoil NASA LS-0417 dengan dan tanpa vortex generator. pada angle of attack 16°. Gambar 9 menunjukkan pada plain airfoil memiliki daerah wake yang paling besar. Wake tersebut dimulai dari separation point x/c = 0.7. Pada Gambar 9 secara keseluruhan, penambahan vortex generator pada variasi ketinggian h = 1;3;5 mm dapat mereduksi wake yang terjadi. Reduksi wake yang paling besar terjadi pada airfoil dengan ketinggian vortex generator h = 1 mm dimana memiliki wake paling kecil. Selain itu, pada gambar juga terlihat adanya bubble separation setelah outlet vortex generator. Luasan bubble separation yang terbesar terjadi pada vortex generator dengan ketinggian h = 5 mm. Dimana hal ini akan menambah koefisien drag airfoil. C. Analisis Profil Kecepatan dan Turbulent Kinetic Energy Profil Kecepatan dan Turbulent Kinetic Energy Airfoil dengan Vortex Generator pada Variasi x/c Profil kecepatan airfoil dengan dan tanpa vortex generator dengan variasi x/c pada titik x/c = 0.67 ditunjukkan pada gambar 10. Pada gambar 10 terlihat airfoil dengan variasi x/c = 0.3 memiliki besar kecepatan dekat permukaan lebih besar dibandingkan dengan lainnya. Kemudian berturut-turut disusul oleh vortex generator variasi x/c = 0.4, 0.2, dan 0.1. Pada gambar 10 terlihat bahwa penambahan vortex generator dapat meningkatkan kecepatan aliran dekat permukaan. Sehingga momentum aliran airfoil dengan vortex generator lebih tinggi dibandingkan dengan plain airfoil.
Gambar 11. Plot turbulent kinetic energy airfoil dengan dan tanpa vortex generator variasi x/c pada x/c = 0.67
D. Hasil koefisien Lift dan koefisien Drag numerik Tabel 3. Nilai CL/CD numerik Cd Cl/Cd
Konfigurasi
Cl
plain airfoil
1.129
0.083
13.602
Kenaikan Cl/Cd (%) -
A
1.154
0.081
14.247
4.738
B
1.178
0.081
14.543
6.916
C
1.182
0.076
15.553
14.337
D
1.181
0.078
15.141
11.311
E
1.169
0.08
14.613
7.426
F
1.136
0.082
13.854
1.847
Tabel 3 memperlihatkan perbandingan CL/CD airfoil NASA LS-0417 dengan dan tanpa vortex generator pada angle of attack 160 dengan Re = 1.41 x 105. Dari tabel 4.2 diketahui konfigurasi terbaik dengan meninjau perbandingan koefisien lift (CL) dan koefisien drag (CD) adalah konfigurasi h = 1 mm dan x/c = 0.3 dengan besar nilai perbandingan CL/ CD = 15.553 dengan kenaikan CL/ CD sebesar 14.337%. Sedangkan konfigurasi dengan rasio koefisien lift (CL) dan koefisien drag (CD) terendah adalah konfigurasi h = 5 mm dan x/c = 0.3 dengan besar nilai perbandingan CL/ CD = 13.854 dimana mengalami kenaikan CL/ CD sebesar 1.847%. Gambar 10. Profil kecepatan airfoil dengan dan tanpa vortex generator variasi x/c pada x/c = 0.67
Plot turbulent kinetic energy airfoil dengan dan tanpa vortex generator pada titik x/c = 0.67 ditunjukkan pada gambar 11 Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa pada plain airfoil, besarnya turbulent kinetic energy dekat permukaan airfoil nilainya lebih kecil daripada airfoil dengan vortex generator. Penambahan vortex generator mampu meningkatkan besarnya turbulent kinetic energy dekat permukaan airfoil. Turbulent kinetic energy ini disebabkan oleh fluktuasi yang terjadi akibat adanya vortex generator. Energi ini akan ditransfer dalam bentuk energi kinetik aliran sebagai energi tambahan untuk melawan adverse pressure. Pada gambar 11 terlihat airfoil dengan variasi x/c = 0.3 memiliki besar turbulent kinetic energy dekat permukaan lebih besar dibandingkan dengan lainnya
IV. DISKUSI Jarak penempatan vortex generator mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap performa airfoil. Gambar 12a menunjukkan profil kecepatan pada midspan plain airfoil pada x/c = 0.1, 0.2, 0.3, dan 0.4. Pada Gambar 4.16 terlihat pada x/c = 0.1, nilai kecepatan dekat permukaan lebih rendah dibandingkan dengan x/c = 0.2, 0.3, dan 0.4. Besar nilai kecepatan dekat permukaan berturut-turut adalah x/c = 0.4, 0.3, dan 0.2. Profil kecepetan plain airfoil pada x/c = 0.4 lebih penuh dibandingkan dengan lainnya dikarenakan titik x/c = 0.4 merupakan titik puncak airfoil. Aliran freestream akan mengalami percepatan ketika melewati convergence streamtube. Sehingga nilai kecepatan dekat permukaan pada x/c = 0.4 lebih besar. Akibatnya momentum aliran yang terjadi pada x/c = 0.4 juga semakin besar. Oleh karena itu, jarak
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) penempatan vortex generator yang paling optimal pada airfoil NASA LS-0417 adalah yang mendekati titik puncak upperside airfoil yaitu pada x/c = 0.4 dan 0.3.
a)
b)
Gambar 12. a) Profil kecepatan plain airfoil pada masing-masing x/c pada midspan b) Plot turbulent kinetic energy airfoil dengan dan tanpa vortex generator variasi x/c dengan h = 1 mm pada titik x/c = 0.67
Pada pembahasan di atas, profil kecepatan aliran yang semakin dekat dengan titik puncak upperside airfoil memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan yang lebih jauh dari titik puncak upperside airfoil. Namun, hal tersebut tidak menjadikan jarak penempatan vortex generator yang lebih optimal adalah pada x/c = 0.4. Gambar 12b menunjukkan plot turbulent kinetic energy airfoil dengan vortex generator. Pada gambar 12b terlihat bahwa pada x/c = 0.67, nilai turbulent kinetic energy yang terbesar adalah pada airfoil dengan vortex generator x/c = 0.3. Hal ini disebabkan oleh turbulent kinetic energy memerlukan waktu untuk relaksasi agar energi fluktuasinya dapat luruh menjadi energi kinetik dari aliran. Sehingga penempatan vortex generator yang terlalu dekat ke daerah trailing edge menyebabkan turbulent kinetic energy belum sepenuhnya luruh menjadi energi kinetik aliran. Sehingga energi yang diberikan untuk melawan adverse pressure dan tegangan geser permukaan pada airfoil dengan vortex generator x/c = 0.4 tidak sebesar airfoil dengan vortex generator x/c = 0.3. Maka jarak penempatan vortex generator optimal pada airfoil NASA LS-0417 adalah pada x/c = 0.3. V. PENUTUP A. Kesimpulan Setelah menganalisis karakteristik aliran Airfoil NASA LS0417 dengan dan tanpa VG didapatkan kesimpulan sebagai berkut: 1. Pada variasi jarak penempatan vortex generator terhadap leading edge (x/c) dengan h = 1 mm, jarak penempatan yang optimal dalam penundaan separasi adalah berturutturut x/c = 0.3;0.4;0.2; dan 0.1. Separation point airfoil dengan vortex generator x/c = 0.3 adalah pada x/c = 0.86. Peningkatan CL/CD optimal adalah berturut-turut pada VG dengan x/c = 0.3;0.4;0.2; dan 0.1. Nilai C L/CD airfoil dengan VG x/c = 0.3 adalah 15.553 dengan kenaikan CL/CD sebesar 14.337%. 2. Pada variasi ketinggian vortex generator (h) dengan x/c = 0.3, ketinggian vortex generator (h) yang optimal dalam penundaan separasi adalah berturut-turut h = 1 mm, 3 mm, dan 5 mm. Separation point airfoil dengan vortex generator h = 1 mm adalah pada x/c = 0.86. Peningkatan CL/CD optimal adalah berturut-turut pada VG dengan h = 1 mm, 3 mm, dan 5 mm. Nilai CL/CD airfoil dengan VG
3.
B-107
h = 1 mm adalah adalah 15.553 dengan kenaikan CL/CD sebesar 14.337%. Secara keseluruhan, variasi VG paling optimal adalah VG dengan x/c = 0.3 dan h = 1 mm dimana nilai CL/CD mengalami kenaikan sebesar 14.337%.
B. Saran Berikut merupakan beberapa saran yang dapat diberikan setelah penelitian dilakukan untuk penelitian berikutnya adalah : 1. Kendala dari penelitian eksperimen adalah data koefisien lift dan drag eksperimen tidak dapat diambil karena tidak adanya peralatan weight balance pada windtunnel lantai 3 Teknik Mesin FTI-ITS. Sedangkan kendala penelitian numerik adalah pembuatan model geometri menggunakan software Gambit 2.4.6 dibuat secara manual sehingga membutuhkan waktu yang lama. 2. Jumlah vortex generator yang dipasang pada upperside airfoil ditambah agar dampak yang ditimbulkan oleh vortex generator lebih terlihat. 3. Perlu meninjau model turbulensi terbaik dari simulasi numerik. Disarankan melakukan simulasi unsteady flow. DAFTAR PUSTAKA [1] Anand, U., Sudhakar, Y., Thileepanragu, R., Gopinathan, V.T., dan Rajasekar, R.. Passive Flow Control Over NACA0012 Aerofoil Using Vortex Generator. Proceedings of the 37th International Conference on Fluid Mechanics and fluid Power. FMFP10 – FP – 12 (Des, 2010). [2] Tebbiche, H., Boutoudj M.S. 2014. Optimized Vortex Generators in The Flow Separation Control around a NACA 0015 Profile. Proceedings of the 9th International Conference on Structural Dynamics (2014). Université Mouloud Mammeri, Portugal. [3] Shan, H., Jiang, L., Liu C., Love M., Maines B., 2008. Numerical Study of Passive and Active Flow Separation Control over a NACA0012 Airfoil. Department of Mathematics, University of Texas at Arlington, Arlington, TX 76019, United States. Computers & Fluids 37 (2008) 975–992. [4] Lengani, D., Simoni D., Ubaldi M., Zunino P., Bertini F., 2011. Turbulent Boundary Layer Separation Control and Loss Evaluation of Low Profile Vortex Generators. Università di Genova, Via Montallegro, Italy. Experimental Thermal and Fluid Science 35 (2011) 1505–1513. [5] Lin J.C. 2002. Review of Research on Low-Profile Vortex Generators to Control Boundary-Layer Separation. Progress in Aerospace Sciences 38 (2002) 389–420. Flow Physics and Control Branch, NASA Langley Research Center, USA. [6] McGhee, J. Robert et all. 1973. Low Speed Aerodynamic Characteristics of a 17-Percent-Thick Airfoil Section Designed for General Aviation Applications. Langley Research Center. Virginia.