STUDI DESKRIPTIF TINGKAT INTELEGENSI MAHASISWA PG PAUD UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
STUDI DESKRIPTIF TINGKAT INTELEGENSI MAHASISWA PG PAUD UNIVERSITAS PALANGKA RAYA Oleh: Wahyuni Christiany Martono dan Elisabeth Fransisca S.S *) Dosen FKIP Universitas Palangka Raya
Abstrak : Penelitian yang berjudul Tingkat Intelegensi Mahasiswa PG PAUD Universitas Palangka Raya dimaksudkan sebagai penelitian awal yang bertujuan mengetahui penyebaran tingkat kecerdasan mahasiswa PG PAUD. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data yang berguna bagi para pengajar terkait untuk melihat tingkat pencapaian materi yang disampaikan sesuai dengan tingkat kecerdasan mahasiswa.Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dengan metode penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa aktif PG PAUD semester pertama tahun ajaran 2013/2014 di Universitas Palangka Raya Alat ukur yang digunakan untuk variabel intelegensi adalah dengan menggunakan tes intelegensi, dimana tes intelegensi yang dipakai dalam penelitian ini adalah tes CFIT (Culture Fair Intelligence Test). Dari penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa PG PAUD memiliki tingkat kecerdasan yang berada pada taraf rendah (61,54%) menurut skala CFIT. Kata Kunci: Tingkat Intelegensi, Mahasiswa PG PAUD
PENDAHULUAN Pendidikan bagi siapa saja adalah merupakan hal yang penting.Bahkan ketika merencanakan mempunyai buah hati orang tua telah mempersiapkan tabungan pendidikan bagi anak. Ketika usia anak mendekati usia pra sekolahpun para orang tua telah memikirkannya, diantaranya adalah memilih sekolah, mempersiapkan dana untuk pendidikan anak tersebut hingga ke tingkat perguruan tinggi. Hal ini dilakukan karena harapan setiap orang tua adalah anaknya kelak menjadi sukses. Dalam proses belajar mengajar, keberhasilan atau prestasi dari seseorang baik pada tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi merupakan tolak ukur dan masalah yang dianggap penting dalam dunia pendidikan. Selain itu, tantangan dalam menghadapi era globalisasi sekarang ini, diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Persaingan yang makin ketat menuntut SDM yang memiliki kualitas terbaik, adapun salah satu indikator kualifikasi seleksi tenaga kerja adalah lulus psikotes.Hal tersebut tentunya tak dapat dipungkiri peran dari tes intelegensi tanpa mengesampingkan faktor psikologis lainnya.Pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi pencapaian
24 | V o l u m e 1 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 4
STUDI DESKRIPTIF TINGKAT INTELEGENSI MAHASISWA PG PAUD UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
prestasi yang disebut dengan Indeks Prestasi (IP) adalah merupakan capaian keberhasilan, mahasiswa juga mulai dipersiapkan untuk menghadapi dunia pekerjaaan kelak dan harus memiliki kemampuan bersaing. Saat ini pemberi pekerjaan menjadikan Indeks Prestasi minimal yang tinggi sebagai syarat diterima, tentunya hal ini tidak luput dari kemampuan intelektual seseorang, oleh karena itu kemampuan intelektual memainkan peranan yang sangat besar. Prestasi akademik menurut Bloom (dalam Azwar, 2002) adalah mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar.Menurut Azwar (2004) secara umum, ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi antara lain faktor fisik dan faktor psikologis. Faktor fisik berhubungan dengan kondisi fisik umum seperti penglihatan dan pendengaran. Faktor psikologis menyangkut faktor-faktor non fisik, seperti minat, motivasi, bakat, intelegensi, sikap dan kesehatan mental. Faktor eksternal meliputi faktor fisik dan faktor sosial. Intelegensi menurut Azwar (2004) merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang.Intelegensi sendiri dalam perspektif psikologi memiliki arti yang beraneka ragam.Salah satu yang paling pokok yaitu menurut Chaplin (dalam Arini, 2008) adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi baru secara cepat dan efektif atau kemampuan menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif.Salah satu cara yang sering digunakan untuk menyatakan tinggi rendahnya tingkat intelegensi adalah menerjemahkan hasil tes intelegensi ke dalam angka yang dapat menjadipetunjuk mengenai kedudukan tingkat kecerdasan seseorang bila dibandingkan secara relatif terhadap suatu norma. Secara tradisional, angka normatif dari hasil tes intelegensi dinyatakan dalam bentuk rasio (quotient) dan dinamai intelligence quotient (IQ). (Azwar, 2004). Hasil penelitian Arini (2008), menunjukkan bahwa intelegensi berpengaruh signifikan terhadap prestasi akademik. Hal ini sesuai dengan pendapat Dalyono (dalam Arini, 2008) yang mengatakan bahwa seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya orang yang intelegensinya rendah cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir, sehingga prestasi akademiknya pun rendah. Oleh karena itu Intelegensi sebagai unsur kognitif, dianggap memegang peranan yang cukup penting. Bahkan kadangkadang timbul anggapan yang menempatkan intelegensi dalam peranan yang melebihi proporsi yang sebenarnya. Sebagian orang bahkan menganggap bahwa hasil tes intelegensi yang tinggi merupakan jaminan kesuksesan dalam belajar sehingga bila terjadi kasus kegagalan belajar pada anak yang memiliki IQ tinggi akan menimbulkan reaksi berlebihan berupa kehilangan kepercayaan pada institusi yang menggagalkan anak tersebut atau kehilangan kepercayaan pada pihak yang telah memberi diagnosa IQnya. Berdasarkan fenomena yang ada tersebut dapat di simpulkan bahwa salah satu tolak ukur seseorang dikatakan berhasil adalah ketika orang tersebut pintar secara akademik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk memfokuskan
25 | V o l u m e 1 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 4
STUDI DESKRIPTIF TINGKAT INTELEGENSI MAHASISWA PG PAUD UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
mengetahui tingkat intelegensi mahasiswa PG PAUD yang diperoleh dari IQ dengan menggunakan skala CFIT sebagai salah satu alat ukur kecerdasan. TINJAUAN TEORI Intelegensi Pengertian Intelegensi Secara Etimologis Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia”.Teori tentang Intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951.Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati.Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous”, sedangkan penggunaan kekuatannya disebut “Noeseis” (Sutisna, 2009). Sutisna (2010) mengemukakan bahwa prestasi seseorang ditentukan juga oleh tingkat kecerdasannya (Intelegensi).Walaupun mereka memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan orang tuanya memberi kesempatan seluas-luasnya untuk meningkatkan prestasinya, tetapi kecerdasan mereka yang terbatas tidak memungkinkannya untuk mencapai keunggulan.Tingkat Kecerdasan (Intelegensi) bawaan ditentukan baik oleh bakat bawaan (berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya) maupun oleh faktor lingkungan (termasuk semua pengalaman dan pendidikan yang pernah diperoleh seseorang; terutama tahun-tahun pertama dari kehidupan mempunyai dampak kuat terhadap kecerdasan seseorang). Novelis Inggris abad ke-20 Aldous Huxley (dalam Santrock, 2007), mengatakan bahwa anak-anak itu hebat dalam hal rasa ingin tahu dan intelegensinya. Apa yang dimaksud Huxley ketika dia menggunakan kata intelegensi (intelligence)? Intelegensi adalah salah satu milik kita yang paling berharga, tetapi bahkan orang yang paling cerdas sekalipun tidak sepakat tentang apaintelegensi itu. Berbeda dengan berat dan tinggi badan dan usia, intelegensi tidak bisa diukur secara langsung. Anda tidak bisa mengintip kepala murid anda untuk mengamati intelegensi yang ada di dalamnya. Kita hanya bisa mengevaluasi intelegensi murid secara tak langsung dengan cara mempelajari tindakan intelegensi murid. Kita lebih banyak mengandalkan pada tes intelegensi tertulis untuk memperkirakan intelegensi murid. Intelegensi (Santrock, 2007) merupakan keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari, pengalaman hidup sehari-hari (Santrock, 2007). Sebuah definisi intelegensi yang didasarkan pada teori seperti teori Vygotsky harus juga memasukkan faktor kemampuan seseorang untuk menggunakan alat kebudayaan dengan bantuan individu yang lebih ahli. Karena intelegensi adalah konsep yang abstrak dan luas, maka tidak mengherankan jika ada banyak definisi. Minat terhadap intelegensi sering kali difokuskan pada perbedaan individual dan penilaian individual (Kaufman dan Lictenberger, 2002; Lubinski, 2000; Molfse dan Martin, 2001 dalam Santrock, 2007). Perbedaan individual adalah cara dimana orang berbeda satu sama lain secara konsisten dan tetap. Kita bisa berbicara tentang perbedaan
26 | V o l u m e 1 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 4
STUDI DESKRIPTIF TINGKAT INTELEGENSI MAHASISWA PG PAUD UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
individual dalam hal kepribadiannya (personalitas) dan dalam bidang-bidang lain, namun intelegensilah yang paling banyak diberi perhatian dan paling banyak dipakai untuk menarik kesimpulan tentang perbedaan kemampuan murid. Beberapa Definisi Intelegensi Menurut Para Ahli a. J. P. Guilford (dalam Walgito, 2004) menjelaskan bahwa tes intelegensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Sedangkan kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Lebih jauh, Guilford menyatakan bahwa Intelegensi merupakan perpaduan dari banyak faktor khusus. b. William Stern (dalam Walgito, 2004), Intelegensi adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya. c. Lewis Hedison Terman (dalam Sattler, 2004) memberikan pengertian Intelegensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dengan baik. d. David Wechsler (dalam Sattler, 2001) mendefinisikanintelegensi sebagai Intelegensi terdiri dari kemampuan-kemampuan yang berbeda secara kualitatif. e. Edward Lee Thorndike (dalam Walgito, 2004) sebagai seorang tokoh koneksionisme mengemukakan pendapatnya bahwa orang dianggap intelegen apabila responnya merupakan respon yang baik atau sesuai terhadap stimulus yang diterimanya. f. Anita Woolfolk (2010), mengatakan bahwa intelegensi merupakan kemampuan atau sekumpulan kemampuan untuk mencapai atau menggunakan pengetahuan dalam memecahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah: 1. Kemampuan untuk berfikir secara konvergen (memusat) dan divergen (menyebar) 2. Kemampuan berfikir secara abstrak 3. Kemampuan berfikir dan bertindak secara terarah, bertujuan, dan rasional 4. Kemampuan untuk menyatukan pengalaman-pengalaman 5. Kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari 6. Kemampuan untuk belajar dengan lebih baik, 7. Kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek psikologis dan intelektual 8. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dan merespon terhadap situasi-situasi baru 9. Kemampuan untuk memahami masalah dan memecahkannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi Intelegensi Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat Intelegensi yang berbeda. Hal ini seperti yang disebutkan di atas ada pandangan yang menekankan pada bawaan (pandangan kualitatif) dan ada yang menekankan pada proses belajar (pandangan kuantitatif) sehingga dengan adanya perbedaan pandangan tersebut dapat
27 | V o l u m e 1 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 4
STUDI DESKRIPTIF TINGKAT INTELEGENSI MAHASISWA PG PAUD UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
diketahui bahwa Intelegensi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut (Sutisna, 2010) dan Bayley (dalam Arini, 2008): a. Pengaruh faktor bawaan Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi ( + 0,50 ), orang yang kembar ( + 0,90 ) yang tidak bersanak saudara ( + 0,20 ), anak yang diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya ( + 0,10 – + 0,20 ). b. Latar belakang sosial ekonomi Pendapatan keluarga, pekerjaan orang tua dan faktor-faktor sosial ekonomi lainnya, berkorelasi positif dan cukup tinggi dengan taraf kecerdasan individu mulai usia 3 tahun sampai dengan remaja. c. Faktor Lingkungan hidup Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi.Oleh karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan Intelegensi seseorang. Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting, seperti pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada masa-masa peka). d. Pengaruh faktor kematangan Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya. e. Iklim emosi Iklim emosi dimana individu dibesarkan mempengaruhi perkembangan mental individu yang bersangkutan. f. Stabilitas Intelegensi dan IQ Intelegensi bukanlah IQ.Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes Intelegensi itu (yang notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari Intelegensi).Stabilitas intelegensi tergantung perkembangan organik otak. g. Pengaruh faktor pembentukan Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan Intelegensi. h. Minat dan pembawaan yang khas Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. i. Kebebasan Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah.Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Semua faktor tersebut di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan cerdas atau tidaknya seorang anak, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu
28 | V o l u m e 1 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 4
STUDI DESKRIPTIF TINGKAT INTELEGENSI MAHASISWA PG PAUD UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
faktor tersebut, karena Intelegensi adalah faktor total.Keseluruhan pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan Intelegensi seseorang. Beberapa Pendekatan Teori Intelegensi Spearman (Two-faktor Theory) Menurut Spearman, intelegensi itu mengandung dua macam faktor, yaitu: (1) general ability atau general faktor (faktor G), dan (2) special ability atau special faktor (faktor S). Karena itu teori Spearman dikenal sebagai teori dwi-faktor atau two-faktor theory. Menurut Spearman, faktor G terdapat pada semua individu tetapi berbeda satu dengan yang lain. Sedangkan faktor S adalah merupakan faktor yang bersifat khusus, yaitu mengenai bidang-bidang tertentu. (Walgito, 2004) Thurstone (Multidimensional Theory) Dalam intelegensi adanya faktor-faktor primer (Primary Mental Abilities), yakni: verbal (bahasa), perceptual speed (kecepatan perceptual), inductive reasoning (penalaran induktif), number (angka), rote memory (ingatan), deductive reasoning (penalaran deduktif), word fluency (kelancaran berkatakata), space/visualization (kemampuan untuk melihat gambar dengan dua atau tiga dimensi dan menyangkut jarak) (Sattler, 2011). Vernon (Hierarchical Theory) Pendekatan Vernon menekankan pada faktor G (general ability) yang diikuti dengan major group faktors (verbal educational & spatial mechanical); minor group faktors (creative, verbal fluency, numerical, spatial, psychomotor, mechanical) Alfred Binet (dalam Azwar, 2004) Alfred Binet termasuk salah satuahli psikologi yang mengatakan bahwa intelegensi bersifat monogenetik, yaitu berkembang dari satu faktor satuan atau faktor umum (g). Menurut Binet, intelegensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang. Binet menggambarkan intelegensi sebagai sesuatu yang fungsional sehingga memungkinkan orang lain untuk mengamati dan menilai tingkat perkembangan individu berdasar suatu kriteria tertentu. Jadi untuk melihat apakah seseorang cukup intelegen atau tidak, dapat diamati dari cara dan kemampuannya untuk melakukan suatu tindakan dan kemampuannya untuk mengubah arah tindakannya itu apabila perlu.Inilah yang dimaksud dengan komponen arah, adaptasi dan kritik dalam definisi intelegensi. Raymond Bernard Cattell Dalam teorinya organisasi mental, mengklasifikasikanmenjadi dua macam, yaitu: 1) Intelegensi Fluid (gf), yang merupakan faktor bawaan biologis. Sangat penting artinya untuk melakukan tugas yang menuntut kemampuan adaptasi pada situasi- situasi baru. Intelegensi fluid cenderung tidak berubah setelah usia 14 atau 15 tahun.
29 | V o l u m e 1 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 4
STUDI DESKRIPTIF TINGKAT INTELEGENSI MAHASISWA PG PAUD UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2) Intelegensi Crystallized (gc), yang merefleksikan adanya pengaruh pengalaman, pendidikan dan kebudayaan dalam diri seseorang atau dengan kata lain merupakan endapan pengalaman yang terjadi sewaktu intelegensi fluid bercampur dengan pengalaman. Intelegensi crystallized ini akan meningkat kadarnya seiring dengan meningkatnya pengalaman dan masih terus dapat berkembang sampai usia 30 sampai 40 tahun. Penelitian ini menggunakan CFIT, menurut Cattell kemampuan (Culture Fair Intelligence Test) skala 3A untuk mengukur tingkat intelegensi pada siswa SMA dan mahasiswa tingkat awal karena CFIT adalah tes yang bebas pengaruh budaya (culture free) dan dapat digunakan untuk mengukur tingkat intelegensi, menentukan program pendidikan, serta tes kepegawaian. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian studi deskriptif yang bertujuan memaparkan (mendeskripsikan) sesuatu fenomena dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif persentase f sebagai berikut: p x100% (Sugiyono. 2007). Data dalam penelitian ini N dikumpulkan dengan menggunakan tes psikologi yaitu tes intelegensi, dimana tes intelegensi yang dipakai dalam penelitian ini adalah tes CFIT (Culture Fair Intelligence Test) skala 3A. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif PG PAUD semester pertama tahun ajaran 2013/2014 di Universitas Palangka Raya, yang berjumlah 78 orang.Waktu dan Lokasi Penelitian: Pelaksanaan tes dilakukan selama satu hari, subjek penelitian di bagi kedalam dua kelas bertempat di kelas PG PAUD FKIP Universitas Palangka Raya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 78 mahasiswa 48 mahasiswa memiliki tingkat kecerdasan yang berada pada taraf rendah (61,54%), 15 mahasiswa berada pada taraf normal (19,23%), 13 mahasiswa berada pada taraf dull normal (16,67%), dan masing-masing 1 mahasiswa berada pada taraf bright normal (1,29) dan superior (1,29%). Untuk lebih jelas dapat lihat tabel dibawah ini.
Tabel Hasil Penyebaran Tingkat Kecerdasan Mahasiswa PG PAUD Dull Bright Jumlah Rendah Normal Normal Normal Superior Mahasiswa 48 15 13 1 1 78 Jumlah Persentase IQ Persentase 61.54 19.23 16.67 1.29 1.29 100
30 | V o l u m e 1 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 4
STUDI DESKRIPTIF TINGKAT INTELEGENSI MAHASISWA PG PAUD UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
Melihat hasil tingkat intelegensi mahasiswa,lebih banyak yang berada pada kategori rendah, tentunya ini menjadi acuan bagi para tenaga pengajar agar dapat merencanakan strategi dan metode pengajaran yang tepat bagi mahasiswa, menyampaikan materi dengan bahasa yang lebih sederhana, memberikan stimulasi yang tepat. Tingkat kecerdasan mahasiswa rendah dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti yang diungkapkan oleh (Sutisna, 2010) dan Bayley (dalam Arini, 2008), diantaranya yaitu faktor lingkungan dari orang tua atau keluarga, dimana kurangnya gizi yang dikonsumsi anak dan adanya pengaruh antara pemberian makanan bergizi dengan Intelegensi seseorang. Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting selain dari guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting, seperti pendidikan itu sendiri, latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada masa-masa peka). Hal lain yang dapat mempengaruhi adalah dapat disebabkan karena kesulitan lokasi, karena banyak mahasiswa yang berasal dari daerah-daerah yang jauh dari kota sehingga menyebabkan kurang banyaknya informasi dan berita yang diterima oleh mahasiswa sebelumnya. Pembentukkan pada masa sebelumnya dapat memberikan pengaruh hingga masa sekarang, oleh karena itu pembentukan sepanjang hidup yang berkualitas dapat menyebabkan terciptanya seseorang yang berkualitas pula. KESIMPULAN Dari hasil penelitian mengenai tingkat kecerdasan mahasiswa PG PAUD yang menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa PG PAUD memiliki tingkat kecerdasan yang berada pada taraf rendah (61,54%) menurut skala CFIT. Hal tersebut dapat saja di pengaruhi oleh latar belakang mahasiswa yang banyak berasal dari daerah dimana masih sangat kurang stimulasi baik dari orang tua maupun pihak sekolah. SARAN 1. Bagi peneliti Penelitian ini merupakan penelitian awal yang berguna untuk mengetahui sebaran tingkat intelegensi mahasiswa PG PAUD tingkat awal, disarankan bagi peneliti lain untuk melanjutkan melihat apakah ada hubungan antara tingkat intelegensi dengan prestasi akademik atau faktor lainnya. 2. Bagi Dosen Hasil penelitian ini kiranya dapat memberikan motivasi para dosen agar lebih kreatif dan inovatif dalam meningkatkan kemampuan akademik mahasiswanya serta merencanakan strategi dan metode yang tepat dalam pengajaran. 3. Bagi Universitas Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam menyaring calon mahasiswa pada penerimaan selanjutnya, agar merata tingkat kemampuan intelegensinya.
31 | V o l u m e 1 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 4
STUDI DESKRIPTIF TINGKAT INTELEGENSI MAHASISWA PG PAUD UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
4. Bagi mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi untuk lebih tekun dan bekerja keras dalam mencapai kesusksesan. DAFTAR PUSTAKA Arini, Ni Kadek Sukiati dan Fakhrurrozi, M. 2008. Pengaruh Tingkat Intelegensi Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Akademik Siswa Kelas II SMA Negeri 99 Jakarta.Skripsi(tidak diterbitkan). Jakarta: Universitas Gunadarma Azwar, S. 2002. Tes prestasi: Fungsi pengembangan pengukuran prestasi belajar. Y ogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. 2004.PengantarPsikologi Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cattel & Cattel. 2006. Manual CFIT Skala 3A/B. Urusan Reproduksi dan Distribusi Alat Tes Psikologi (URDA T) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan (Edisi kedua). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sattler, Jerome M. 2001. Assessment of Children: Cognitive Applications (4rd ed.). San Diego: Jerome M. Sattler, Publisher, Inc. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sutisna. 2009. Pengertian Intelegensi dalam http://sutisna.com/artikel/artikel-ilmusosial/pengertian-intelegensi/,diunduh tanggal 22 Agustus 2011 Sutisna. 2010.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intelegensidalam http://sutisna.com/artikel/artikel-ilmu-sosial/faktor-faktor-yang mempengaruhiintelegensi/, diunduh tanggal 22 Agustus 2011 Walgito, Bimo. 2004. Pengantar psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Walgito, Bimo. 2010. Pengantar psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Woolfolk, Anita. 2010. Educational Psychology Eleventh edition. New Jersey:Pearson
32 | V o l u m e 1 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 4