STUDI DESAIN DAPUR ERGONOMIS UNTUK HUNIAN KECIL MENGGUNAKAN KONSEP INTERAKSI KELUARGA Baroto Tavip I, Ellya Zulaikha, Eko Nurmianto Jurusan Desain Produk Industri – FTSP – ITS Jl. Teknik Kimia Kampus ITS Sukolilo Surabaya
ABSTRAK Fungsi dapur rumah dapat dioptimalkan, selain sebagai tempat mempersiapkan makanan keluarga, juga sarana interaksi. Dapur, selain harus ergonomis, juga harus interaktif, sehingga memungkinkan orang yang sedang memasak bisa melihat dengan mudah anggota keluarga yang lain dan memungkinkan aktivitas makan bersama. Untuk itu perlu konsep baru dapur yang meminimalkan posisi menghadap ke tembok saat beraktivitas di dapur agar bisa berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain, serta bersistem modul untuk menyesuaikan dengan kondisi rumah.
ABSTRACT The function of kitchen at home can be optimized, not only preparing foods for family, but also for making interaction among members of family. Kitchen must be ergonomics and interactive, so that everybody who is working in the kitchen still can see others easily and must accommodate the need of eating together. The new concept of kitchen furniture design is minimizing any activities which need to stand facing the wall. Besides, it has modul system that can be adjusted easily with home configuration.
KATA KUNCI Dapur, interaktif, ergonomis
PENDAHULUAN Penelitian dengan metode kuesioner terhadap responden di kawasan Surabaya menunjukkan bahwa 92% orang yang paling sering berkecimpung di dapur adalah perempuan (ibu). Sementara itu pergeseran pola hidup menyebabkan semakin banyak perempuan (ibu) bekerja. Pada kondisi keluarga seperti ini waktu ibu berkumpul bersama seluruh keluarga menjadi lebih sedikit. Keterbatasan waktu yang dimiliki ibu di rumah (terutama bagi ibu bekerja) seharusnya dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk membangun interaksi dalam keluarga. Akan tetapi kesibukan beraktivitas di dapur kadangkala menyebabkan interaksi itu tidak dapat berjalan optimal. Hal ini dikarenakan sebagian besar dapur dibuat dengan konsep lama, yang berasumsi bahwa aktivitas di dapur sebaiknya tersembunyi di belakang, di ruang terpisah dari ruang utama. Dengan konsep ini, proses interaksi antara orang yang bertugas memasak dan anggota keluarga yang lain menjadi terhambat. Penelitian ini bertujuan memberikan rekomendasi terhadap desain dapur yang interaktif sekaligus ergonomis, untuk diterapkan baik oleh industri maupun perorangan. Sebagai informasi, menurut hasil kuesioner sebesar 61% furniture dapur didesain sendiri oleh pemilik rumah, sehingga kemungkinan kaidah ergonomi terabaikan semakin besar. Dapur dapat dioptimalkan fungsinya lebih dari sekedar tempat mempersiapkan makanan bagi keluarga, tetapi juga sebagai area yang dapat mengakomodir kebutuhan keluarga untuk berinteraksi, dengan tetap memperhatikan kaidah ergonomi.
PERMASALAHAN Selain permasalahan keterbatasan proses interaksi dalam desain dapur yang sudah ada sekarang, ada beberapa aspek dalam ergonomi yang belum dipenuhi, yaitu : a. Aspek Kesehatan - Ketinggian unit dapur yang dibeli secara built in, atau yang disediakan pihak pengembang perumahan biasanya dibuat seragam, yaitu 85 cm, sehingga orang yang berpostur lebih tinggi dari itu atau lebih pendek, jadi kurang nyaman dalam bekerja. - Tempat sampah sebagian besar tidak dibuat terpisah. Sebaiknya terdapat 2 tempat sampah, di mana satu tempat sampah untuk membuang kaleng, kertas, plastik (anorganik), sementara tempat sampah yang lain untuk membuang sampah organik. - Kompor dua tungku yang diletakkan begitu saja di atas meja menyebabkan tinggi penggorengan bertambah + 20 cm, yang menyebabkan proses menggoreng tidak terjadi dalam postur tubuh ideal.
b.
c.
d.
Aspek Kenyamanan - Pencahayaan perlu didesain sedemikian rupa, sehingga bagian yang paling lama digunakan mendapat pencahayaan terbesar. - Dapur yang ada saat ini belum dapat mengakomodir dengan baik kegiatan lain selain memasak, antara lain kegiatan berdiskusi dengan anak / anggota keluarga yang lain, mendapat hiburan, menerima telpon. Padahal dapur selain dapat berfungsi menjalin sosialisasi dengan anggota keluarga yang lain juga dapat digunakan sebagai wahana untuk melatih kreativitas anak (http://www.sahabatnestle.co.id). Aspek Keamanan Yang masih perlu diperbaiki dari dapur yang ada saat ini adalah aspek keamanan dari kemungkinan terjadinya kebakaran Aspek Efisiensi Desain workstation dapur yang meliputi sistem perletakan peralatan di dapur serta desain furniturnya seringkali kurang memperhatikan alur kerja, sehingga menyebabkan pekerjaan di dapur menjadi kurang efisien.
TINJAUAN PUSTAKA Beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam mendesain dapur adalah : menentukan perletakan tempat memasak, tempat mencuci dan tempat menyimpan, yang lebih dikenal dengan ”prinsip segitiga”. Prinsip ini menekankan agar antara ketiga fungsi (memasak – mencuci – menyimpan) tidak saling menghalangi namun jaraknya tidak terlalu jauh, seperti pada gambar berikut:
Gambar 1. Dapur tipe single line
Gambar 2. Dapur tipe koridor
Gambar 3. Dapur tipe L
Gambar 4. Dapur tipe U
Gambar 5. Dapur tipe pulau Namun demikian, tipe-tipe dapur hanya dapat berfungsi optimal disesuaikan dengan ukuran ruang. Imelda Akmal (Imelda Akmal : 2005, hal. 44) memberikan rekomendasi mengenai tipe dapur berdasar ukuran ruang : Ukuran ruang
Single line 9 9 9 9 9 9 9 o o o
Koridor X X X 9 9 9 9 O O O
Tipe Dapur Bentuk L x x x 9 9 9 9 9 9 9
2m X 3m 2m X 4m 2m X 5m 3m X 3m 3m X 4m 3m X 5m 3m X 6m 4m X 4m 4m X 5m 4m X 6m Keterangan : 9 Æ Bisa ; x Æ tidak bisa ;o : Bisa, tetapi tidak dianjurkan
Bentuk U x x x o 9 9 9 o o o
Pulau x x x 9 9 9 9 9 9 9
Tabel 1. Rekomendasi Tipe Dapur berdasar Ukuran Ruang (Imelda Akmal : 2005) a. Zona Memasak Menurut Gily Love (2005), ketinggian meja racik harus sama dengan tinggi pinggul, agar lengan tetap santai ketika sedang bekerja. Namun untuk pekerjaan yang lebih berat, sebaiknya menggunakan ketingian yang sedikit lebih rendah. b. Zona Air Bersih / Mencuci Berkenaan dengan aktivitas mencuci, Gilly Love (2005) merekomendasikan sink ganda daripada sink tunggal. Dengan sink ganda, piring bisa dicuci di satu sink dan dibilas di sink yang lain. Demikian pula saat mencuci bahan makanan, satu sink bisa digunakan untuk mencuci ikan sementara sink lain untuk mencuci sayuran. Imelda Akmal (2005) memberikan rekomendasi pewujudan dapur yang aman pada area mencuci adalah sebagai berikut : Ketinggian bak cuci harus sesuai dengan pengguna sehingga tidak perlu membungkuk untuk menjangkau dasar bak. Tinggi bak cuci sebaiknya 70 – 80 cm dari lantai. Utilitas area cuci seperti pipa dan saluran pembuangan air harus sangat rapat, tidak bocor dan mengembun. c. Zona penyimpanan Zona penyimpanan di sini selain meliput penyimpanan bahan makanan, juga penyimpanan alat-alat masak maupun makan/minum. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan makanan adalah jenis lemari yang dipakai. Lemari yang kerap dipakai adalah lemari pendingin yang menyatu dengan freezer. Alat pendingin ini harus memiliki ventilasi yang cukup -baik di atas maupun belakang- agar bisa berfungsi dengan aman dan ekonomis (Love : 2005).
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan MODEL DAPUR ERGONOMIS berdasar REKOMENDASI / PEDOMAN Desain Dapur pada Hunian Kecil yang mempertimbangkan: 1. Evaluasi perilaku memasak. 2. Analisa kebutuhan interaksi dalam keluarga. 3. Kaidah Ergonomis (efisien, aman, nyaman, sehat) terhadap aspek postur kerja (antropometri), pencahayaan, ventilasi, temperatur dan kebisingan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada Ilmu Pengetahuan dan Seni, khususnya bagi pengguna dapur, pengrajin mebel (terutama mebel dapur) serta konsultan desain dapur.
METODOLOGI Pengambilan data akan dilakukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif melalui teknik questioner dibutuhkan untuk menggeneralisir kecenderungan perilaku user secara representatif.
Konsep kuesioner ini adalah untuk mengetahui : 1. karakteristik target user, 2. mengidentifikasi hal-hal teknis, antara lain : tipe rumah, perkiraan luas dapur dan desain furniture dapur 3. mengidentifikasi zona memasak, zona mencuci, serta perilaku memasak. Pada perilaku memasak ini diteliti mengenai tipikal bahan makanan yang sering dikonsumsi, tipikal penggunaan peralatan dapur, tipikal kecenderungan perilaku keluarga yang berhubungan dengan aktivitas dapur. 4. preferensi aktivitas di dapur 5. mengidentifikasi ke-ergonomis-an dapur yang sudah ada. Teknik Sampling 1. Target populasi Unit sampel : rumah tangga yang tinggal di rumah-rumah tipe 21, 36 atau 45 di kota Surabaya, dengan usia orang tua antara 20 – 39 th Elemen : Bapak, ibu dan anak Tingkatan : Sudah bermukim 6 bulan atau lebih 2. Teknik sampling Stratified Sampling, yaitu sampel dengan segmentasi keluarga muda dengan usia orang tua antara 20 – 39 tahun, anak-anak di bawah 17 tahun (usia sekolah), dengan pendapatan orang tua sekitar Rp 2 - 5 juta per bulan. Analisis yang akan dilakukan adalah analisis deskriptif, berupa tabel frekuensi. Analisis ini juga akan digunakan untuk mengetahui tingkatan atribut yang paling berperan dalam pengambilan keputusan untuk memilih furniture dapur.
PEMBAHASAN Identifikasi Responden Gender/Status responden Jenis kelamin responden sebagian besar didominasi oleh wanita/ibu sebesar 92% sedangkan pria/bapak hanya 8 % saja. Hal ini mengindikasikan bahwa peran seorang wanita/ibu dalam kaitan dengan desain dapur sangat mendukung sekali sehingga informasi yang disampaikan akan lebih akurat karena responden berinteraksi langsung dengan objek amatan. Status responden sebagian besar didominasi oleh ibu rumah tangga sebesar 56% sedangkan pegawai swasta dan pegawai negeri masing-masing 22% dan lainnya sebesar 0%. Hal ini mengindikasikan bahwa responden sebagian besar merupakan orang yang sangat sering berkecimpung langsung dengan aktivitas di dapur. Frekuensi di Dapur Frekuensi responden berada di dapur untuk melakukan aktivitas sebagian besar 4-5 kali sehari sebesar 29%, berikutnya 2-3kali sebesar 28%, berikutnya lagi 3-4kali sebesar 27% dan sisanya 0-1, dan 1-2 kali sehari sebesar 16%. Hal ini mengindikasikan bahwa responden sering melakukan aktivitas di dapur sebanyak minimal 2 kali sehari dengan @15-30 menit.
Identifikasi teknis Identifikasi teknis untuk desain dapur Ergonomis akan membahas tentang fasilitas yang ada dalam dapur beserta alat-alat yang digunakan dalam aktivitas di dapur. Bentuk identifikasi teknis akan ditampilkan ke dalam statistik deskriptif juga sehingga memudahkan analisis data. Berikut adalah hal umum dalam identifikasi teknis yaitu : Identifikasi Ruang yang menyatu dengan dapur. Ruang lain yang menyatu dengan dapur sebagian besar tidak ada atau dapur dalam ruang tertentu sebesar 48%, berikutnya dapur dengan ruang makan sebesar 29%, berikutnya lagi ruang lainnya (kamar mandi, ruang cuci, dll) sebesar 16% dan sisanya 7% dapur dengan ruang keluarga. Hal ini mengindikasikan bahwa ruang dapur responden sebagian besar tidak menyatu dengan ruang lain atau pun kalau ada ruang dapur dengan ruang makan atau ruang keluarga menyatu. Tipe dapur Sebagian besar responden, 38% menyatakan bahwa dapurnya ber-tipe L, berikutnya Tipe I sebesar 29%, berikutnya lagi tipe koridor sebesar 15% dan sisanya tipe U dan Pulau. Hal ini mengindikasikan bahwa tipe dapur responden sebagian besar menyesuaikan dengan kondisi ruang dapur yang berdiri sendiri dengan tipe dasar L dan I. Desain furniture dapur Asal furniture dapur sebagian besar didesain sendiri 61%, berikutnya beli jadi sebesar 27%, dan sisanya dari developer maupun lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa asal furniture yang sebagian di desain sendiri sangat rentan terhadap konsep ergonomic maupun interaksi keluarga. Identifikasi zona memasak Identifikasi zona memasak merupakan analisis tentang semua fasilitas yang dimiliki oleh dapur responden yang akan terbagi dalam sejumlah garis besar katersediaan alat dapur di dalamnya. Kepemilikan Kompor Elpiji Responden yang memiliki kompor elpiji 12 kg sebanyak 69% dan yang 3 kg 17% sehingga sisanya sebesar 14% tidak memiliki kompor elpiji. Berikutnya dari yang memiliki kompor elpiji maka diketahui 51% tidak mempunyai lemari penyimpan tabung elpiji. Hal ini mengindikasikan bahwa keamanan penyimpanan tabung elpiji kurang. Tempat Mengiris Hampir semua Responden memiliki tempat mengiris dimana 48% jadi satu dengan tempat lain, 44% ada tersendiri, dan sisanya tidak punya sebesar 8% Tempat Menguleg Hampir semua Responden memiliki tempat menguleg dimana 52% jadi satu dengan tempat lain, 30% ada tersendiri, dan sisanya tidak punya sebesar 18% Meja Prasaji Tidak semua Responden memiliki tempat menguleg dimana 39% jadi satu dengan tempat lain, 29% ada tersendiri, dan sisanya tidak punya sebesar 32%. Hal ini menyatakan bahwa meja prasaji jarang dimiliki oleh responden. Kepemilikan Alat Dapur Hampir sebagian besar responden memiliki sejumlah peralatan di dapur yang digunakan dalam melakukan aktivitas memasak. Semua responden memiliki enthong, pisau dan
piring makan sedangkan TV dan radio sangat jarang dimiliki oleh responden hanya 12% dan 16% yang memiliki alat tersebut. Berikut ini adalah jumlah rata-rata kepemilikan alat dapur oleh responden jika responden memiliki alat tersebut yaitu : . Jumlah Standart Jumlah Standart No Alat dapur No Alat dapur rata-rata deviasi rata-rata deviasi 2 2 1 Panci Besar 14 Bakul 1.26 1.20 3 15 2 Panci Sedang 15 Gelas 1.36 10.68 3 8 3 Panci Kecil 16 Cangkir 1.54 4.69 Jumlah Standart Jumlah Standart No Alat dapur No Alat dapur rata-rata deviasi rata-rata deviasi 2 6 4 Wajan Besar 17 Mug 0.82 7.71 2 9 5 Wajan Sedang 18 Lepek 1.46 8.13 2 2 6 Wajan Kecil 19 Cowek 0.78 1.38 3 2 7 Sutil 20 Tlenan 1.40 0.80 3 1 8 Irus 21 Slicer 1.49 1.29 3 1 9 Enthong 22 Magic Jar 1.12 0.47 Rice 2 1 10 Japit 23 0.74 0.35 Cooker 4 1 11 Pisau 24 Blender 2.08 0.41 21 1 12 Piring Makan 25 TV 19.70 1.21 7 1 13 Piring Saji 26 Radio 4.21 0.00 Tabel.2. Jumlah rata-rata alat dapur Identifikasi zona mencuci Identifikasi zona mencuci merupakan analisis tentang semua fasilitas yang dimiliki oleh dapur responden yang akan terbagi dalam sejumlah garis besar katersediaan alat cuci di dalamnya. Tipe sink Tipe sink Responden terbesar adalah 62% yaitu 1 bak dengan meja tiris, kemudian tipe 2 bak sebesar 14%, tipe 1 bak tanpa meja tiris sebesar 13% dan sisanya adalah tipe lainnya. Tempat cuci selain sink Responden yang memiliki Tempat cuci selain sink sebesar 90% dan hanya 10% saja yang tidak memiliki tempat cuci selain sink. Dari yang memiliki tempat cuci selain sink ternyata 71% berupa tempat lain (kran, dll) dan sisanya 29% adalah bak jongkok. Dengan demikian cukup banyak responden yang mempunyai tempat cuci alat dapur. Cara bilas peralatan dapur Responden yang lebih menyukai cara pencelupan langsung dalam bak sebesar 54%, langsung disiram dari kran sebesar 32%, dan cara lainnya sebesar 14%. Identifikasi zona penyimpanan
Identifikasi zona penyimpanan merupakan analisis tentang semua fasilitas yang dimiliki oleh dapur responden yang akan terbagi dalam sejumlah garis besar katersediaan alat simpan di dalamnya. Ketersediaan lemari es Kepemilikan lemari es oleh responden ternyata 46% mempunyai khusu lemari es untuk menyimpan bahan-bahan makanan, 38% memiliki lemari es yang didalamnya digunakan untuk menyimpan sejumlah bahan makanan yang berbeda-beda, dan sisanya 16 % tidak mempunyai lemari es. Ketersediaan lemari penyimpan Kepemilikan lemari penyimpan oleh responden ternyata 79% mempunyai khusus lemari penyimpan, 20% memiliki lemari penyimpan yang didalamnya digunakan untuk menyimpan sejumlah bahan makanan yang berbeda-beda, dan sisanya 1% tidak mempunyai lemari penyimpan. Ketersediaan rak piring Kepemilikan rak piring oleh responden ternyata 76% mempunyai khusus rak piring, 11% memiliki rak piring yang didalamnya digunakan untuk meletakkan sejumlah peralatan yang berbeda-beda, dan sisanya 13% tidak mempunyai rak piring. Ketersediaan penyimpan beras Kepemilikan rak piring oleh responden ternyata 43% mempunyai khusus penyimpan beras, 5% memiliki penyimpan beras yang didalamnya digunakan untuk beras danbahanbahan lain, dan sisanya 52% tidak mempunyai penyimpan beras. Identifikasi perilaku Identifikasi perilaku memasak responden untuk desain dapur Ergonomis akan membahas tentang perilaku memasak dalam aktivitas di dapur. Bentuk identifikasi perilaku memasak akan ditampilkan ke dalam statistik deskriptif sehingga memudahkan analisis data. Berikut adalah hal umum dalam identifikasi perilaku memasak responden yaitu : Identifikasi tipe bahan makanan Identifikasi tipe bahan makanan digunakan untuk mengetahui jenis bahan makanan yang sering dikonsumsi oleh responden yaitu masyarakat rumah hunian kecil. Berikut adalah sejumlah permasalahan yang akan dianalisis dalam identifikasi ini : Tipe bahan makanan Tipe bahan makanan yang sering dikonsumsi (selalu atau hampir setiap hari/2-3 hari sekali) responden yaitu sebagian besar 65% makanan olahan, 26% berupa makanan instant dan sisanya 9% makanan olahan dengan bumbu instan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat dengan rumah hunian kecil lebih menyukai makanan olahan. Cara menyediakan makanan Cara penyajian makanan yang sering dilakukan (selalu atau hampir setiap hari/2-3 hari sekali) responden yaitu 73% dengan memasak sendiri, 23% berupa beli dan sisanya 4% berupa cattering dan lainnya. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat dengan rumah hunian kecil lebih menyukai makanan olahan yang dimasak dalam dapur. Cara belanja responden Cara belanja yang sering dilakukan (selalu atau hampir setiap hari/2-3 hari sekali) responden yaitu sebagian besar 51% di tukang sayur, 33% di pasar dan sisanya 16% di supermarket serta lainnya. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat dengan rumah hunian kecil lebih menyukai belanja di tempat-tempat tradisional.
Identifikasi tipe penggunaan alat dapur Identifikasi tipe penggunaan alat dapur digunakan untuk mengetahui jenis alat dapur yang sering digunakan oleh responden yaitu masyarakat rumah hunian kecil dalam mengolah makanan. Dari data yang telah dikumpulkan, 93 responden yang “Sering dan sangat sering (selalu atau hampir setiap hari/2-3 hari sekali) menggunakan alat dapur” dapat digambarkan ke dalam diagram sbb :
Gambar.6. diagram intesitas pemakaian alat dapur
5 Peralatan yang sering atau sangat sering digunakan oleh responden dalam melakukan aktivitas di dapur yaitu pisau dan piring makan sebesar 92%, gelas 88%, sutil 86% dan enthong 81% sedangkan 5 peralatan yang jarang digunakan oleh responden dalam melakukan aktivitas di dapur yaitu wajan besar sebesar 11%, panci besar 18%, slicer 18%, japit 27% dan bakul 31%. Identifikasi kecenderungan/pola perilaku keluarga terhadap aktifitas dapur Identifikasi kecenderungan perilaku keluarga terhadap aktivitas dapur digunakan untuk mengetahui adanya aktivitas sosial responden yaitu masyarakat rumah hunian kecil dengan keluarga saat dalam megolah makanan atau beraktivitas di dapur. Selain itu, akan dianalisis mengenai harapan responden terhadap aktivitas sosial yang dapat berlangsung di dapur rumah hunian kecil. Berikut ini adalah sejumlah analisis yang dilakukan untuk pola perilaku sosial responden : “Important-Performance Diagram” pola perilaku keluarga dengan aktivitas dapur.
•
•
• •
Atribut dapur yang saat ini sangat mendukung dan sangat diingini konsumen sehingga harus dipertahankan karena konsumen tetap menginginkan kondisi seperti ini adalah kondisi dapur yang mendukung aktivitas makan bersama, mendukung anggota keluarga lain membantu dan kondisi dapur yang mendukung orang di dalamnya untuk mengerjakan pekerjaan lain. Atribut dapur yang saat ini tidak mendukung namun sangat diingini sehingga harus di-improve dan dimunculkan karena keadaan dapur yang ada sekarang masih belum memenuhi kriteria konsumen adalah atribut kondisi dapur yang Mendukung Mengawasi Anak Atribut dapur yang saat ini tidak mendukung dan tidak diingini sehingga harus dibiarkan saja karena konsumen rumah hunian kecil tidak begitu peduli adalah atribut : kondisi dapur mendukung dalam menonton TV Atribut dapur yang saat ini sangat mendukung namun tidak diingini sehingga atribut ini harus dihilangkan adalah kondisi dapur yang mendukung dalam mendengarkan radio
“Gap Analysis” pola perilaku keluarga dengan aktivitas dapur. Analisis Gap bertujuan untuk mengetahui selisih negatif (-) terbesar antara nilai Kenyataan dikurangi Harapan pada atribut-atribut dapur, di mana atribut tersebut yang harus diperhatikan, dan diperbaiki agar dapat mengurangi perbedaan antara Kenyataan dengan Harapan yaitu : kondisi dapur sebaiknya Mendukung Aktivitas Makan Bersama (- 25,6), Mendukung melakukan Pekerjaan Lain (- 20,6), Mendukung Mengawasi Anak (- 19,2) Identifikasi ergonomi Identifikasi Ergonomi digunakan untuk menganalisis setiap perlatan kerja dalam dapur rumah hunian kecil yang mendukung aktivitas bekerja di dapur saat ini. Apabila terdapat ketidak-ergonomisan dalam beraktivitas maka perlu dirancang perbaikannya sesuai kaidah ergonomi sehingga pekerjaan yang dilakukan dalam dapur akan nyaman dan aman. Identifikasi postur kerja Identifikasi postur kerja digunakan untuk mengetahui pola kerja yang sering dilakukan oleh responden yaitu masyarakat rumah hunian kecil.: a. Tinggi permukaan meja. Hampir separuh (49%) responden menjawab bahwa saat mencuci tinggi meja lebih tinggi atau rendah dari pinggang serta aktivitas lain seperti dalam tabel 4 sehingga dapat dinyatakan bahwa posisi kerja terhadap meja kerja tidak memenuhi standart Ergonomi dan dapat menyebabkan kecelakaan kerja atau keluhan sakit jika dilakukan dalam kurun waktu yang relatif lama. b. Posisi kerja saat Mencuci Hampir sebagian besar responden 66% berdiri saat melakukan aktivitas mencuci alat dapur sedangkan sisanya 34% jongkok dan duduk. Rata-rata lama waktu yang digunakan untuk tiap aktivitas ini yaitu 16.385 menit dengan standart deviasi 10.87 menit. Hal ini secara ergonomic tidak sehat dilakukan karena membutuhkan energi yang banyak dan sering terjadi kram. c. Posisi kerja saat Menggoreng
d.
e.
f.
Hampir sebagian besar responden 94% berdiri saat melakukan aktivitas menggoreng sedangkan sisanya 6% jongkok dan duduk. Rata-rata lama waktu yang digunakan untuk tiap aktivitas ini yaitu 21,7 menit dengan standart deviasi 21.23 menit. Hal ini secara ergonomi tidak sehat dilakukan karena membutuhkan energi yang banyak dan sering terjadi kram. Posisi kerja saat Menguleg Hampir sebagian besar responden 56% berdiri saat melakukan aktivitas menggoreng sedangkan sisanya 44% jongkok dan duduk. Rata-rata lama waktu yang digunakan untuk tiap aktivitas ini yaitu 10,5 menit dengan standart deviasi 7.64 menit. Hal ini secara ergonomi tidak sehat dilakukan karena membutuhkan energi yang banyak dan sering terjadi kram. Posisi kerja saat Mengiris Hampir sebagian besar responden 75% berdiri saat melakukan aktivitas menggoreng sedangkan sisanya 26% jongkok dan duduk. Rata-rata lama waktu yang digunakan untuk tiap aktivitas ini yaitu 10,67 menit dengan standart deviasi 7.67 menit. Hal ini secara ergonomi tidak sehat dilakukan karena membutuhkan energi yang banyak dan sering terjadi kram. Posisi kerja saat Menghias Makanan Hampir sebagian besar responden 86% berdiri saat melakukan aktivitas menggoreng sedangkan sisanya 14% jongkok, lainnya, dan duduk. Rata-rata lama waktu yang digunakan untuk tiap aktivitas ini yaitu 9,63 menit dengan standart deviasi 8.07 menit. Hal ini secara ergonomi tidak sehat dilakukan karena membutuhkan energi yang banyak dan sering terjadi kram.
Identifikasi kesehatan kerja Identifikasi Kesehatan kerja digunakan untuk mengetahui kesehatan kerja yang sering dilakukan oleh responden yaitu masyarakat rumah hunian kecil. Berikut adalah sejumlah permasalahan yang akan dianalisis dalam identifikasi ini : a. Kebersihan dapur Sebagian besar responden memiliki tempat sampah yang memisahkan sampah basah dan sampah kering sebesar 68%. Keseringan mencuci peralatan memasak Responden yang sangat sering mencuci alat masak adalah 53% dan yang sering sebesar 33% sisanya sedang dan jarang. Keseringan mengepel lantai dapur Sebagian besar responden sangat sering mengepel lantai dapur adalah sebesar 20% dan sering sebesar 41% sisanya 39% sedang dan jarang. Keseringan mengelap permukaan alas masak Responden yang sangat sering mengelap permukaan alas masak adalah 32% dan sering sebesar 43% sisanya 25% sedang dan jarang. Keseringan membuang sampah dengan kategori tepat Sebagian besar responden sangat sering mencuci alat masak sebesar 24% dan sering sebesar 24 % sisanya 52% sedang, jarang, dan sangat jarang. b.
Kenyamanan dapur Jumlah lampu dapur dan Letak lampu dapur
Responden yang memiliki 1 lampu sebesar 62% dan 2 lampu sebesar 31% sisanya 7% lebih dari 3 buah. Rata-rata daya lampu sebesar 18 watt dengan standar deviasi 13,67 watt. Hal ini menyatakan bahwa kondisi dapur cukup terang. Sebagian besar dapur responden meletakkan lampu di tengah dan mengumpul sebesar 70% dan di samping menyebar sebesar 23% sisanya 7% lebih lainnya. Rata-rata daya lampu sebesar 18 watt dengan standar deviasi 13,67 watt. Hal ini menyatakan bahwa kondisi dapur cukup terang. Jumlah jendela dan posisi dapur Sebagian besar dapur responden memiliki jendela 1 buah sebesar 45% dan 2 buah sebesar 21%, dan 24% lainnya (tidak punya).. Hal ini menyatakan bahwa kondisi dapur tidak cukup baik untuk sirkulasi udara. Sebagian besar dapur responden memiliki jendela di samping tempat memasak sebesar 39%, belakang sebesar 20%, di depan sebesar 17% sisanya 24% tidak memiliki jendela. Hal ini menyatakan bahwa kondisi dapur tidak cukup baik untuk sirkulasi udara. Kemampuan cahaya matahari masuk dapur Sebagian besar dapur responden memiliki kemampuan cahaya matahari masuk dapur sebesar 82%, sisanya 18% tidak dapat. Hal ini menyatakan bahwa kondisi dapur cukup terang saat siang hari. Sumber panas dapur Sebagian besar dapur responden akan menjadi panas karena menggoreng sebesar 52%, karena menyalakan kompor bersamaan sebesar 27% dan sisanya 21% tidak pernah panas. Hal ini menyatakan bahwa kondisi dapur cukup baik dalam hal mengatasi peningkatan panas dapur. Sumber kebisingan dapur Sebagian besar dapur responden akan menjadi bising sebesar 21%, dan tidak akan menjadi bising sebesar 21%. Hal ini menyatakan bahwa kondisi dapur cukup baik dalam hal meredam kebisingan. c.
Keamanan dapur Posisi tabung elpiji Sebagian besar posisi tabung elpiji responden berada di lemari dekat kompor sebesar 53%, 10% dalam rumah, dan lainnya berupa dekat dengan kompor tanpa lemari 33% hanya 4% yang mempunyai lemari penyimpan jauh dari kompor. Hal ini menyatakan bahwa kondisi dapur tidak cukup aman dalam hal peluang terjadinya ledakan tabung kompor. Tempat peletakan barang-barang panas Sebagian besar dapur responden memiliki tempat khusus peletakan benda panas sebesar 40%, ada tempat namuan menyatu denga fungsi lain sebesar 33% dan yang tidak mempunyai 27%. Hal ini menyatakan bahwa kondisi dapur cukup baik dalam hal peletakan alat-alat panas. Tempat pisau Sebagian besar dapur responden memiliki tempat penyimpanan pisau namun menyatu dengan tempat lain sebesar 57%, ada khusus sebesar 40% dan tidak ada sebesar 31%. Hal ini menyatakan bahwa kondisi dapur aman dalam hal perlindungan dari benda-benda tajam.
KESIMPULAN Setelah mempertimbangkan hasil kuesioner di atas, diperoleh kesimpulan mengenai konsep desain dapur, yaitu : interaktif dan ergonomis Interaktif: 1. Desain dapur memungkinkan orang yang sedang memasak bisa melihat dengan mudah anggota keluarga yang lain. 2. Desain dapur memungkinkan aktivitas makan bersama. 3. Desain dapur memungkinkan untuk mengerjakan pekerjaan yang lain, misalkan mengawasi anak. 4. Meminimalkan posisi menghadap ke tembok untuk aktivitas di dapur agar bisa berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain. Ergonomis : 1. Kenyamanan di dapur : a. postur tubuh ideal saat mengiris . ukuran tinggi meja kerja untuk mengiris yang sesuai dengan postur tubuh berdasarkan antrophometri adalah 90 cm. b. postur tubuh ideal saat mengulek ukuran tinggi meja untuk aktifitas menguleg yang sesuai denagn postur tubuh berdasarkan antrophometri adalah 70 cm ( min ). Tinngi meja lebih rendah karena digunakan untuk aktifitas yang lebih berat. c. postur tubuh ideal saat memasak ukuran tinngi meja kompor yang ideal dan sesuai dengan postur tubuh berdasarkan antrophometri adalah 70 cm, dengan tinggi tersebut posisi kompor tidak menumpang seperti biasa sehingga nantinya tinggi kompor kan sejajar dengan tinngi meja racik yang sesuai dengan posisi ideal postur tubuh. d. postur tubuh ideal saat mencuci (teori) ukuran tinggi meja sink yang sesuai dengan postur tubuh berdasarkan antrophometri adalah 90 cm sejajar dengan meja kompor dan meja racik. e. pengaturan konfigurasi berdasarkan prioritas peralatan prioritas penemptan peralatan dan konfigurasi dapur berdasarkan intesitas pemakaina dan pentingnya alat yang diambil dari data quisoner. 2. Zona segitiga kerja yang ergonomis di dapur berdasarkan blocking area dan konfigurasi dapur. 3. Keamanan kerja di dapur a. untuk penyimpanan benda tajam dan benda mudah pecah harus dibedakan dan di pisah. b. untuk keamanan pada area masak yaitu kemungkinan terjadinya kebakaran dan ledakan pada tabung gas LPG , maka penyimpanan tabung LPG sebaiknya jangan terlalu dekat dengan kompor dan harus ada saluran udara yang cukup. Adapun contoh implementasi konsep tersebut adalah desain dapur sebagai berikut :
Gambar 7. Model Konfigurasi Modul pada dapur dengan tipe I, U dan L Tinggi permukaan kompor sejajar dengan meja racik, ada meja khusus yang lebih rendah untuk aktivitas mengulek, meja racik dan iris-iris terletak di tengah. Meja makan dapat ditutup atau dbuka sesuai kebutuhan
Pada desain dapur tersebut, furnitur dapur dibuat dalam bentuk modul, sehingga konfigurasi modul dapat diatur sesuai dengan kondisi masing-masing hunian dan selera konsumen. Namun konfigurasi ideal adalah sebagaimana terdapat dalam gambar, di mana pengaturannya sudah disesuaikan dengan analisa aktivitas dan analisa prioritas peralatan. Adapun mengenai saran penempatan pada ruangan, sebaiknya dapur diletakkan menyatu dengan ruang keluarga, di mana area kerja yang menghadap tembok diminimalkan agar selama bekerja, orang yang memasak tetap tidak kehilangan kesempatan mengawasi kondisi sekitarnya. Jika konfigurasi ini diterapkan, keuntungan yang diperoleh adalah : - Orang yang sedang memasak bisa mengerjakan pekerjaan lain, seperti mengawasi anak, mengajari anak memasak, bahkan menonton TV yang biasanya ada di ruang keluarga - Pencahayaan bisa menyatu dengan pencahayaan di ruang keluarga - Anggota keluarga yang lain bisa tertarik untuk membantu
Gambar.8 Model Konfigurasi Modul pada dapur dengan tipe L, contoh penerapannya pada ruangan
Berdasarkan kesimpulan diatas penelitian ini masih bisa dikembangkan lagi ke arah yang lebih luas atau lebih mendalam, karena pada penelitian ini dibatasi pada hunian tipe kecil. Masih terbuka kemungkinan untuk melakukan penelitian dapur pada hunian tipe besar, dapur perkantoran, dapur restoran atau area komersil lainnya. Dapat pula dilakukan kajian lebih lanjut tentang kaitan desain dapur dengan kecenderungan perilaku dan kebiasaan masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Akmal, Imelda, 2005. “DAPUR - Seni Menata Rumah”, Gramedia - Jakarta. Akmal, Imelda, 2008. “New INDONESIAN Kitchen Design Inspiration”, Gramedia Jakarta. ASP, Sunaryo, 2006. “Ruang Dapur”, Kanisius – Yogyakarta. Nurmianto [2000] Industrial Ergonomics Modul Ajar dalam Bahasa Inggris, DUE (Development for Undergraduate Education) Like Project, LPIU – ITS Nurmianto, E. dan Mudjahidin [1997] “Prinsip ergonomi dalam Rancang Bangun Mesin Bubut” Proc Seminar Nasional dan Pameran Ergonomi II 1997, 6-7 Januari, Aula Barat, ITB, Bandung Nurmianto, E, Sugondo, S, Sanyoto, BL [1999] Rancang bangun hand traktor roda dua. Laporan Penelitian Program Matching Grant, Lemlit ITS
Nurmianto, E. [2000] “Kurang Kreatif Tangkap Desain”, Harian JawaPos, Ekonomi Bisnis, halaman 27, Kamis 24-8-2000 Nurmianto,E, Gunarta IK, Anzip A, Husodo N. [2000] Rancang Bangun Prototipe Mesin Potong “Circular” Untuk Proses Pemotongan Balok Kayu. Laporan Program VUCER, Dibiayai Melalui DIP ITS Tahun 2000, No.: 062/ XXIII/005/4/-/2000 tanggal 1 April 2000 dan Sesuai Surat Perjanjian Pelaksanaan Program Vucer No.: 437/K03.17/PM/2000/ tanggal 12 Juni 2000 Nurmianto [2004] Ergonomi: konsep dasar & aplikasinya Edisi Kedua. Penerbit Guna Widya. Jakarta Kasali, Rhenald, 2003. “Membidik Pasar Indonesia: Segmentasi, Targetting, Positioning”, Gramedia, Jakarta. Kriswanto, 2005. “Desain Kitchen Set Untuk Dapur Rumah Tipe 36 Perumahan Surabaya Sidoarjo 2 2” Studi Kasus Dapur Ukuran 2,25m - 5m , Tugas Akhir Jurusan Desain Produk Industri, FTSP – ITS Surabaya. Love, Gilly, 2005. “Membuat Dapur Idaman”, Gramedia - Jakarta. Rose, Sue, 2003. “100 Ide Kreatif untuk Dapur”, Esensi – Erlangga. http://www.astudio.id http://www.kompas.com/wanita/news/0508/09/ http://www.sahabatnestle.co.id/HOMEV2/main/