Studi Atribut Hijau Sebuah Akomodasi Bagi Kebutuhan wisatawan Nanny Roedjinandari Bambang Supriadi Program Kepariwisatan Unmer Malang email:
[email protected]
Abstrak:
Dalam rangka memahami preferensi wisatawan tentang ramah
lingkungan di industri akomodasi dibutuhkan kajian, dengan demikian kajian ini bertujuan untuk mengetahui pemetaan kebutuhan wisatawan yang akan tinggal di sebuah akomodasi. Metode penelitian ini berjenis deskriptive kualitatif, dengan pendekatan menggunakan metode survey. Data yang dikumpulkan menggunakan pendekatan persepsional-institusi. Data diolah dengan skala penilaian kinerja lingkungan bagi Akomodasi dari nilai 1 sampai dengan 5 poin terhadap praktek Green Akomodasi . Hasil investigasi dapat di simpulkan sebagai berikut ; Sikap wisatawan pada kepedulian lingkungan menawarkan untuk pelaku bisnis perhotelan, karena ukuran psikografis benar-benar menggambarkan kebutuhan wisatawan akan atribut hujau. Bagi wisatawan yang bertujuan untuk rekreasi maka atribut hijau yang paling diinginkan. Dengan demikian pengelola hotel dapat memahami tamu mereka lebih baik dan manajer hotel dapat menjual properti dengan paket bundling antara harga, lokasi, dan atribut hijau ke dalam satu bentuk kemasan paket menarik. Kata Kunci: Atribut hujau, Akomodasi, Wisatawan
PENDAHULUAN Problematik lingkungan menjadi populer pada dekade terakhir ini. Hal tersebut diawali dengan makin kompleksnya pembangunan industri dan sektor lainnya sehingga menimbulkan dampak yang lebih luas dan bervariasi. Disisi lain kesadaran masyarakat semakin tinggi akan pentingnya perlindungan terhadap lingkungan yang diimbangi dengan pengenalan berbagai perangkat pengendalian lingkungan dan peraturan
mengenai
lingkungan oleh pemerintah. Dengan dialaminya krisis lingkungan dan energi, serta didorong oleh meningkatnya tuntutan peraturan dunia terhadap pertanggungjawaban yang lebih besar. Kebutuhan dunia akan ketertiban dan keakuratan dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang bijaksana menimbulkan keinginan dalam membangun standar pengelolaan lingkungan sehingga keberlanjutan kehidupan di bumi ini akan tetap dapat berjalan dengan baik. 1
Keberlanjutan kehidupan akan tetap dapat berjalan dengan baik apabila segala aspek kebutuhan manusia diatur sesuai dengan proporsional tanpa harus merusak alam dan mepedulikan masa depan generasi yang akan datang salah satu sapek usaha masusia yang menjadi tumpuhan penyeimbangan alam dan lingkungan ini adalah pengelolaan akomodasi secara benar dan bertanggungjawab, akomodasi yang komitmen terhadap ramah lingkungan terutama di Indonesia tidak begitu banyak. Persoalan ini karena sedikitnya pemahaman pengelolaan ramah lingkungan terhadap Green
Akomodasi
yaitu Akomodasi
yang
memiliki konsep untuk mempraktikkan kesadaran terhadap kualitas lingkungan, hal ini jika dibiarkan akan akan berakibat buruk terhadap lingkungan atau jalannya sustainable development (pembangunan keberkelanjutan). Masalah tersebut disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenpar,2013 ) Kementtrian Pariwisata dalam acara National Green Akomodasi Award 2011 dan menyatakan bahwa di Indonesia masih banyak Akomodasi yang tidak paham terhadap konsep Green Akomodasi . Banyak Akomodasi berbintang 4 dan 5 yang berdiri di Indonesia dan belum memahami konsep Green Akomodasi . Hal ini penting mengingat Green Akomodasi yang merupakan bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan (Ni Luh, 2013). Bukti lain menunjukkan bahwa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yaitu Mari Elka Pangestu mencoba memberikan penghargaan Green Akomodasi
Award di
Indonesia yang berwawasan lingkungan dan kepariwisataan yang berkelanjutan. Akan tetapi, penghargaan yang pertama kalinya diberikan itu ternyata kurang mendapat respon yang positif oleh 290 Akomodasi . Dari jumlah tersebut, hanya 76 Akomodasi yang menyatakan kesediaan atau keikutsertaan. Dari 76 Akomodasi itupun hanya 32 yang lolos verifikasi awal. Artinya, Akomodasi yang betul-betul menjalankan Green Akomodasi
hanya 31
Akomodasi yang bersedia didatangi oleh tim penilai sebagai tahap penilaian Akomodasi sebagai perusahaan ramah lingkungan dan berkelanjutan (Ni Luh, 2013). Akomodasi -Akomodasi
di Indonesia meskipun tidak sepenuhnya mendapatkan
sertifikasi sebagai green Akomodasi setidaknya mulai berpikir tentang konsep-konsep ramah lingkungan. Jika Akomodasi peduli pada lingkungan, otomatis juga peduli pada tamunya. Beberapa Akomodasi memang telah memiliki reputasi sebagai green Akomodasi . Biasanya Akomodasi -Akomodasi ini telah mendapatkan penghargaan atau sertifikasi. Berdasarkan jumlah kamar yang tersedia untuk seluruh Akomodasi bintang yang ada di Provinsi Jawa Timur, jumlahnya mencapai 12.330 kamar yang bertaraf standar dengan ketersediaan tempat tidurnya sebanyak 19.980 buah, sementara suite ada sebanyak 103 dengan jumlah tempat tidur 103 buah. Pada Akomodasi non bintang tersedia kamar 2
sebanyak 28.568 dengan jumlah tempat tidur 42.028 buah yang bertaraf standar, untuk kamar suite ada 205 dengan tempat tidur yang tersedia sebanyak 205 buah.
TINJAUAN PUSTAKA Studi tentang atribut Akomodasi
terkemuka terdapat pada
literature (Dolnicar, 2002;
Wilkins, 2010), tetapi relatif sedikit penelitian yang benar-benar membandingkan pebisnis maupun wisatawan bertujuan murni rekreasi dan memperhatikan penempatan pada atribut Akomodasi tertentu (Dolnicar & Otter, 2003). Lewis (1984) menemukan perbedaan yang signifikan antara rekreasi dan pebisnis maupun atribut yang berhubungan dengan persepsi mereka dari sebuah Akomodasi . Definisi wisatawan telah dikemukakan dalam Instruksi Presiden No. 9/1969 dinyatakan:
"Wisatawan adalah setiap orang yang bepergian dari tempal tinggalnya untuk ber kunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dari kunjungan itu." Ada lagi yang membedakan antara tourist dengan excursionist. Tourist adalah mereka yang melakukan perjalanan lebih dari 24 jam, sedangkan excursionist kurang dari 24. Konferensi PBB tentang Perjalanan dan Pariwisata Iniernasional di Roma pada tahun 1963 menganut pandangan yang sangat luas. Menurut konferensi tersebut, turis adalah mereka yang melakukan perjalanan lebih dari 24 jam dengan tujuan: a) leisure "(recreation, holiday, health, study, religion and sport); b)" business, family, mission, meeting. Sebaliknya, International Union of Official Travel Organizations (IUOTO) menetapkan suatu batasan tentang wisatawan internasional sebagai berikut: "... setiap orang yang datang ke suatu negara selain tempat tinggalnya dengan maksud apa pun, kecuali untuk mencari upah atau pekerjaan" (IUOTO, 1963). Masih banyak definisi lain tentang wisatawan yang dikemukakan oleh para ahli. Kebanyakan mencerminkan sudut pandangan atau kepentingan masing-masing. Harus diakui, bahwa tujuan orang bepergian adalah bermacam-macam: untuk berlibur, untuk bisnis, untuk mengunjungi teman atau keluarga, untuk beribadah, untuk keperluan kesehatan, untuk meng hadiri konvensi, untuk keperluan olah raga, dan sebagainya. Wisatawan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dunia pariwisata. Wisatawan sangat beragam , tua-muda, miskin-kaya, asing-nusantara, semuanya mempunyai keinginan dan juga harapan yang berbeda. Jika ditinjau dari arti kata “wisatawan” yang berasal dari kata “wisata” maka sebenarnya tidaklah tepat sebagai pengganti kata “tourist” dalam bahasa Inggris. Kata itu berasal dari bahasa Sansekerta “wisata” yang berarti “perjalanan” yang sama atau dapat disamakan dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris. Jadi orang 3
melakukan perjalanan dalam pengertian ini, maka wisatawan sama artinya dengan kata “traveler” karena dalam bahasa Indonesia sudah merupakan kelaziman memakai akhiran “wan” untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya, keadaannya jabatannya dan kedudukan seseorang (Irawan, 2010:12). Adapun pengertian wisatawan antara lain: 1)
Menurut Smith (dalam Kusumaningrum,
2009:16), menjelaskan bahwa wisatawan adalah orang yang sedang tidak bekerja, atau sedang berlibur dan secara sukarela mengunjungi daerah lain untuk mendapatkan sesuatu yang lain. 2)
Menurut WTO (dalam Kusumaningrum, 2009:17) membagi wisatawan
kedalam tiga bagian yaitu: a)
Pengunjung adalah setiap orang yang berhubungan ke suatu
Negara lain dimana ia mempunyai tempat kediaman, dengan alasan melakukan pekerjaan yang diberikan oleh Negara yang dikunjunginya. b)
Wisatawan adalah setiap orang yang
bertempat tinggal di suatu Negara tanpa tanpa memandang kewarganegaraannya, berkunjung kesuatu tempat pada Negara yang sama untuk waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya dapat diklasifikasikan sebagai pemanfaatan waktu luang untuk rekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan dan olahraga dan bisnis atau mengunjungi kaum keluarga. c)
Darmawisata atau excursionist adalah pengunjung sementara yang menetap
kurang dari 24 jam di Negara yang dikunjungi, termasuk orang yang berkeliling dengan kapal pesiar. d)
Menurut Komisi Liga Bangsa–bangsa 1937, “…wisatawan adalah orang yang
selama 24 jam atau lebih mengadakan perjalanan di negara yang bukan tempat kediamannya yang biasa.” e)
U.N Confrence on Interest Travel and Tourism di Roma 1963 menggunakan
istilah pengunjung (visitor) untuk setiap orang yang datang ke suatu negara yang bukan tempat tinggalnya yang biasa untuk keperluan apa saja, selain melakukan perjalanan yang digaji. Pengunjung yang dimaksudkan meliputi 2 kategori :
1). Wisatawan yaitu :
pengunjung yang datang ke suatu negara yang dikunjunginya tinggal selama 24 jam dan dengan tujuan untuk bersenang–senang, berlibur, kesehatan, belajar, keperluan agama dan olahraga, bisnis, keluarga, utusan dan pertemuan. 2). Excurtionist, yaitu : pengunjung yang hanya tinggal sehari di negara yang dikunjunginya tanpa bermalam. f)
Defenisi UN.
Convention Concerning Costums Fasilities for Touring (dalam Irawan, 2010:12), “…setiap orang yang datang ke suatu negara karena alasan yang sah, selain untuk berimigrasi dan yang tinggal setidaknya selama 24 jam dan selama– lamanya 6 bulan dalam tahun yang sama”. g)
Di dalam Instruksi Presiden RI No. 9, 1969, bab 1 pasal 1 dijelaskan bahwa
“…wisatawan ialah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggal untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu”. 4
Wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah biasanya benar-benar ingin menghabiskan waktunya untuk bersantai, menyegarkan fikiran dan benar-benar ingin melepaskan diri dari rutinitas kehidupan sehari-hari. Jadi bisa juga dikatakan wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat lain yang yang jauh dari rumahnya bukan dengan alasan rumah atau kantor (Kusumaningrum, 2009: 17). Wisatawan menurut sifatnya (Kusumaningrum, 2009:18): 1). Wisatawan modern Idealis, wisatawan yang sangat menaruh minat pada budaya multinasional serta eksplorasi alam secara individual. 2). Wisatawan modern Materialis, wisatawan dengan golongan Hedonisme (mencari keuntungan) secara berkelompok. 3). Wisatawan tradisional Idealis, wisatawan yang menaruh minat pada kehidupan sosial budaya yang bersifat tradisional dan sangat menghargai sentuhan alam yang tidak terlalu tercampur oleh arus modernisasi. 4). Wisatawan tradisional Materialis, wistawan yang berpandangan konvensional, mempertimbangkan keterjangkauan, murah dan keamanan. Pengertian pebisnis adalah orang yang secara komersial berusaha dalam dunia perdagangan (KBBI, 2003).
Lewis (1984) dalam studinya atribut Akomodasi hijau jauh lebih penting dipilih oleh pebinis daripada wisatawan. Knutson (1988) membandingkan pebisnis maupun wisatawan ia menemukan bahwa pebisnis kurang peduli tentang aspek harga dari pada wisatawan, dan para wisatawan lebih peduli tentang isu-isu keselamatan dan keamanan. wisatawan menilai beberapa atribut : bersih / nyaman kamar, lokasi yang nyaman, layanan yang cepat dan sopan, aman dan environment aman, dan ramah dan sopan karyawan. Dalam penelitian yang lebih baru, Robinot dan Giannelloni (2010) menemukan bahwa atribut hijau sebagai bagian dari produk Akomodasi secara keseluruhan, tapi tamu dalam studi mereka tidak melihat sebagai pembentuk atribut yang membentuk kepuasan mereka secara keseluruhan
akomodasi .
Akibatnya
mereka menyimpulkan bahwa atribut hijau tidak
berperan di Akomodasi . Secara keseluruhan, penelitian tentang atribut Akomodasi yang meneliti pentingnya atribut hijau relatif terbatas (Watkins, 1994; Kasim, 2004). Watkins (1994) menemukan bahwa sering wisatawan akan tinggal di akomodasi dengan strategi lingkungan, tetapi mereka tidak akan bersedia membayar harga premium untuk kamar mereka. Studinya juga menunjukkan bahwa atribut akomodasi ramah lingkungan wisatawan memilih akomodasi hijau termasuk sampah daur ulang, lampu hemat energi, kertas daur ulang untuk bahan promosi, lembar bill hanya jika diminta, dan mematikan lampu di kamar kosong (Watkins, 1994). Selanjutnya, meskipun fakta bahwa wisatawan di ruang kerjanya mengatakan mereka kemungkinan besar akan tinggal di Akomodasi yang disediakan atribut tersebut, dan meskipun sebagian besar dari wisatawan menganggap diri mereka konsumen sadar lingkungan, mereka tidak selalu menganggap dirinya wisatawan sadar lingkungan. Dengan kata lain, keyakinan mereka tidak selalu konsisten dengan tindakan mereka ketika bepergian. Kasim (2004) mempelajari wisatawan yang berkunjung menemukan bahwa
5
wisatawan peduli lingkungan, mereka tidak menganggap strategi environmental akomodasi ini untuk pilihan mereka dari Akomodasi . Namun para wisatawan dalam penelitian yang bersedia menerima kamar dengan fitur penghematan air, daur ulang sampah, fitur keselamatan, fitur hemat energi, dan informasi tentang atraksi ekowisata lokal (Kasim, 2004). Sebuah komponen afektif merupakan perasaan seseorang tentang sesuatu, sedangkan komponen kognitif merupakan pengetahuan seseorang tentang objek. Komponen perilaku adalah tindakan yang dimaksudkan atau harapan tentang tindakan, sebagai akibat dari perasaan dan keyakinan. Menurut Churchill dan Iacobucci (2005), sikap menandakan ide-ide seseorang, keyakinan, atau berkaitan dengan objek atau ide tertentu. Pada dasarnya, sikap merupakan evaluasi umum seseorang, suka atau tidak suka pada sesuatu. Untuk contoh, jika orang-orang lebih memilih kamar Akomodasi yang ramah lingkungan, mereka akan lebih cenderung untuk tinggal di sebuah ruangan hijau. Sikap yang menonjol dalam penelitian perilaku konsumen karena dianggap untuk memprediksi perilaku konsumen di masa depan. Sikap dan Lingkungan Memahami sikap tertentu masyarakat umum terhadap environment menjadi terkemuka di tahun 1970-an (Dunlap, Van Liere, Mertig, & Jones, 2000). Salah satu studi pertama menilai attitude lingkungan dalam konteks pariwisata adalah Uysal, Jurowski, Noe, dan McDonald (1994), sedangkan salah satu yang pertama berhubungan dengan kegiatan rekreasi adalah studi oleh Noe dan Snow (1990 ). Uysal et al. (1994) menunjukkan bahwa kepedulian terhadap lingkungan dipengaruhi oleh perilaku perjalanan tetapi tidak oleh karakteristik demografi wisatawan. Dalam hal ini keterlibatan akomodasi tamu dengan produk (kamar Akomodasi yang ramah lingkungan) akan tergantung pada betapa pentingnya tamu merasakan ruang untuk menjadi secara pribadi. Pada dasarnya, para tamu menilai apakah produk yang akan menguntungkan mereka dalam beberapa cara, atau membantu mereka untuk mencapai tujuan pribadi mereka dalam kehidupan (Celsi & Olson, 1988). Celsi dan Olson juga menyatakan bahwa sejauh karakteristik produk yang associated dengan tujuan pribadi dan nilai-nilai, konsumen akan mengalami perasaan yang kuat dari relevansi pribadi keterlibatan dengan produk. Dengan demikian, untuk studi saat ini, jika kamar Akomodasi yang ramah lingkungan dan atribut hijau incorporated yang penting bagi tamu karena tamu merasa ruangan ini mirip dengan tujuan atau keyakinan pribadinya, maka keterlibatan tamu dengan ruang akan tinggi. Ada beberapa jenis keterlibatan konsumen, diskusi yang berada di luar ruang lingkup penelitian ini. Namun, salah satu jenis yang sering dibahas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah keterlibatan, yang terjadi ketika konsumen memiliki tingkat keahlian yang tinggi tentang kategori product (Amendah & Park, 2008; Lee & Lou, 1995). Jika sebuah Akomodasi melakukan kegiatan yang langsung berhubungan dengan melindungi lingkungan (yaitu, daur ulang, penggunaan peralatan hemat energi), tingkat keterlibatan dengan Akomodasi
6
yang ramah lingkungan akan
menjadi tinggi karena mereka memiliki pengetahuan tentang atribut Akomodasi
. Secara teori
involvement diukur dengan keterlibatan tamu dengan melindungi lingkungan akan menyebabkan kepentingan yang lebih besar ditempatkan pada atribut hijau dimasukkan ke dalam kamar Akomodasi.
Beberapa penulis telah mencoba untuk mendefinisikan green hotel yaitu hotel yang menjalankan praktek praktek hijau atau dapat disebut hotel yang menjalankan Green Product, Green Produc menurut Peattie (1995, p. 181) mendefinisikan produk hijau yaitu "ketika kinerja lingkungan dan sosial, proses produksi, penggunaan dan pembuangan, secara signifikan meningkat dan dibandingkan dengan produk konvensional ". Definisi ini menyoroti fase siklus hidup yang berbeda di mana suatu produk dapat menunjukkan fitur ramah lingkungan. dapat dimaknahi sebagai green Akomodasi , Reinhardt ( 1998, p 46) mendefinisikan bahwa produk hijau terjadi ketika: "bisnis menciptakan produk yang memberikan manfaat lingkungan yang lebih besar, atau menekan biaya lingkungan lebih kecil dibandingkan produk sejenis". Definisi ini
menunjukkan
bahwa produk hijau tidak hanya produk-produk dengan dampak lingkungan yang lebih rendah, tetapi juga mereka yang menyediakan manfaat environ-mental yang lebih besar jika dibandingkan dengan produk konvensional. Konsep operasional lingkungan hidup menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Bab I Pasal I adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Perlindungan serta pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Lingkungan hidup meliputi: a). Pembangunan berkelanjutan yaitu upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. b). Pelestarian fungsi lingkungan hidup yaitu rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. c). Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. d). 7
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. METODE PENELITIAN Penelitian ini berjenis deskriptive kualitatif, dengan pendekatan menggunakan metode survey dan lokasi penelitian di Jawa Timur. Data yang dikumpulkan menggunakan pendekatan persepsional untuk memudahkan pengukuran. Data diolah dengan skala penilaian kinerja lingkungan bagi Akomodasi dari nilai 1 sampai dengan 5 poin digunakan terhadap Green Akomodasi .
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Efisiensi energi kamar hotel (EEK) memiliki nilai rata rata tinggi bagi peminat wisatawan hijau untuk menentukan atribut akomodasi hijau sebesar 4.39, rata-rata sebesar 4.21 Refillable shampoo dispenser (KSD) akomodasi hijau memberikan kontribusi pada cerminan harapan bagi wisatawan, Tersediah tempat daur ulang sampah di lobi hotel (TTD) memiliki rata-rata sebear 4.17, rata-rata sebesar 4.32 Program reuse handuk (ex. Place towel on hook if you wish to reuse it) (PRH) pada peringkat ke 3 dalam harapan wisatawan untuk memilih akomaodasi hijau, Sheets akan diganti atas permintaan tamu yang stays up to 2 nights (SAD) pada posisi ke dua setelah efisiensi energi dalam preferensi wisatawan akan akomodasi hijau dan Tersedia Key Cards untuk on dan off daya listrik di kamar tamu (TKC) sebesar rata rata 4.11.
Wisatawan (n = 100)
Atribut Ramah Lingkungan Efisiensi energi kamar hotel (EEK) Refillable shampoo dispenser (KSD) Tersediah tempat daur ulang sampah di lobi hotel (TTD) Program reuse handuk (ex. Place towel on hook if you wish to reuse it) (PRH) Sheets akan diganti atas permintaan tamu yang stays up to 2 nights (SAD) 8
M 4.39 4.21 4.17
SD .50292 .51825 .55149
4.32
.52953
4.36
.52982
Tersedia Key Cards untuk on dan off daya listrik di kamar tamu (TKC)
4.11
.52982
Note. Scale ranged from 1 = not at all important to 5 = extremely important; M= Mean; SD = standard diviation.
Efisiensi energi kamar hotel (EEK) Scale ranged
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3.00
1
1.0
1.0
1.0
4.00
62
62.0
62.0
63.0
5.00
37
37.0
37.0
100.0
Total
100
100.0
100.0
Refillable shampoo dispenser (KSD) Scale ranged
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3.00
5
5.0
5.0
5.0
4.00
69
69.0
69.0
74.0
5.00
26
26.0
26.0
100.0
Total
100
100.0
100.0
Tersediah tempat daur ulang sampah di lobi hotel (TTD) Scale ranged
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3.00
8
8.0
8.0
8.0
4.00
67
67.0
67.0
75.0
5.00
25
25.0
25.0
100.0
Total
100
100.0
100.0
Program reuse handuk (PRH) Scale ranged
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3.00
3
3.0
3.0
3.0
4.00
62
62.0
62.0
65.0
5.00
35
35.0
35.0
100.0
Total
100
100.0
100.0
Sheets akan diganti yang stays up to 2 nights (SAD) 9
Scale ranged
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3.00
2
2.0
2.0
2.0
4.00
57
57.0
57.0
59.0
5.00
41
41.0
41.0
100.0
Total
100
100.0
100.0
Tersedia Key Cards (TKC) Scale ranged
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3.00
9
9.0
9.0
9.0
4.00
71
71.0
71.0
80.0
5.00
20
20.0
20.0
100.0
Total
100
100.0
100.0
PEMBAHASAN Hasil temuan sebelumnya telah menunjukkan bahwa wisatawan memiliki lebih kepedulian terhadap lingkungan. Yang muncul menjadi kasus dalam penelitian ini, didasarkan pada sikap dan keterlibatan perilaku wisatawan lingkungan, dan ini mungkin kabar baik bagi pelaku bisnis perhotelan. Hasil ini, setidaknya untuk para pelaku bisnis perhotelan yang menawarkan produk ramah lingkungan, menunjukkan bahwa para pelaku bisnis perhotelan bagi jenis wisatawan ketika akan melaksanakan pemasaran produk hijau mereka. Hasil ini juga menunjukkan bahwa semua jenis hotel, baik liburan terfokus atau berorientasi bisnis, dapat menggabungkan kebijakan hijau (atau setidaknya atribut-atribut hijau yang diidentifikasi dalam studi ini) dan memenuhi khususnya jenis tamu yang berorientasi pada wisatawan yang berekreasi. Jenis wisatawan merasa penting pada atribut hijau dari penghematan sumber daya listrik, penghematan air memalui program reuse sheet dan pentingnya isi ulang dispenser sampoo, sehingga semua atribut hijau sangat diharapkan. Berdasarkan nilai rata-rata, wisatawan lebih suka pada penghematan energi
listrik
yaitu sensor hunian untuk kartu kunci yang
membantu kontrol
pencahayaan dalam ruang penghematan kemudian reuse sheet sehingga tidak membuat boros pada air untuk selalu mencuci sheet kemudian dan memiliki sampah daur ulang di lobi hotel. Penggabungan atribut ke sebuah ruangan membantu menciptakan keseluruhan "pengalaman hijau" bagi wisatawan. Ini adalah experience yang mungkin cocok dengan gaya hidup pribadi mereka, terutama jika mereka memiliki sikap terhadap lingkungan yang kuat dan menunjukkan perilaku ramah lingkungan di rumah. Beberapa implikasi praktis lainnya juga disarankan. Pertama tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi atribut hotel hijau bagi wisatawan yang paling penting dalam sebuah hotel.
10
Memahami tamu (siapa mereka dan apa yang mereka inginkan) adalah penting untuk keberberhasilan dalam memasarkan properti hotel. Berdasarkan hasil penelitian ini, pengelola hotel dapat lebih memahami apa yang diinginkan wisatawan di kamar hotel hijau. Informasi ini dapat membantu manajer hotel dan operator menyiapkan kamar hotel hijau sebagai
accordingly, dan mulai
mengumpulkan informasi tentang biaya menciptakan sebuah ruangan yang terdiri dari atribut-atribut yang disukai wisatawan, dalam rangka menciptakan pengalaman hijau "di kamar hotel". Hasil ini juga memberikan gambaran yang lebih jelas tentang profil wisatawan yang mungkin lebih memilih kamar hotel hijau. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa wisatawan menjadi lebih sadar lingkungan. Semakin banyak kegiatan responden yang dipilih, semakin berkomitmen untuk atau terlibat dengan wisatawan
dalam melindungi lingkungan. Keterlibatan
tingkat tinggi bagi keinginan wisatawan dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan tamu untuk kedua produk dan jasa (Celsi & Olson, 1988). Dalam penelitian ini mungkin terjadi responden yang lebih akrab dengan Atribut kamar hotel hijau karena mereka dimasukkan beberapa atributatribut yang sama ke dalam kehidupan sehari-hari mereka. Tingkat tinggi keterlibatan mereka diterjemahkan ke dalam tingkat kepentingan yang lebih tinggi untuk atribut hijau. Menilai tingkat keterlibatan wisatawan dapat memberikan wawasan lebih lanjut terutama bagi wisatawan hijau telah lama menjadi topik yang menarik di industri hotel. Tingkat keterlibatan bisa menjadi dasar bagi segmentasi wisatawan oleh manajer hotel, bukan berfokus pada faktor-faktor tradisional, seperti jenis kelamin atau usia, manajer memiliki kesempatan untuk memasuki beberapa kualitas dan karakteristik tamu lain bagi hotel. Karena sebagian besar pasar hotel sangat kompetitif, manajemen tidak hanya harus mencoba untuk membedakan produknya, tetapi juga mencoba untuk menarik segmen baru dan berbeda. Menawarkan properti Hotel hijau, atau menggabungkan praktekpraktek yang lebih hijau ke dalam operasi yang ada, adalah cara sebuah hotel dapat membedakan dirinya dari competitors. Memahami keterlibatan tamu dapat memungkinkan para pelaku bisnis perhotelan untuk mengidentifikasi segmen yang berbeda yang mungkin tertarik pada produk hotel hijau. Mengidentifikasi segmen yang berbeda, pada gilirannya, memungkinkan para pelaku bisnis perhotelan untuk menerapkan strategi pemasaran yang lebih ditargetkan untuk tamu atau wisatawan. Menilai sikap tamu pada kepedulian lingkungan sama juga menawarkan untuk pelaku bisnis perhotelan, karena itu ukuran psikografis benar-benar jantung yang menggambarkan siapa wisatawan dan apa yang wisatawan yakini. Menurut Um dan Crompton (1990) sikap adalah prediktor yang lebih baik dari preferensi dalam memilih tujuan, dengan demikian sikap adalah prediktor yang lebih baik daripada variabel sosiodemografi. Meskipun studi ini tidak mencoba untuk memprediksi preferensi tamu berdasarkan sikap, dan tidak memberikan gambaran yang lebih jelas tentang wisatawan tetapi dapat menempatkan pentingnya atribut hotel hijau.
11
Kesimpulannya,
ketika mencoba untuk memahami wisatawan yang bertujuan untuk
rekreasi, maka atribut hijau yang paling diinginkan di kamar hotel, harga dan lokasi hotel tentu dua atribut yang menjadi truf dalam memilih hotel (Dolnicar & Otter, 2003). Dengan demikian pengelola hotel dapat memahami tamu mereka lebih baik dan manajer hotel dapat menjual properti dengan paket bundling antara harga, lokasi, dan atribut hijau ke dalam satu bentuk kemasan paket menarik.
12