STUD1 RASIO KELESTARZAN VOLUME DAN LUAS DI KPH BALAPULANG UNIT I PERUM PERHUTANI JAWA TENGAH
oleh :
FAHRII ALFANSI PUTRA PANE
JURUSAN M.4NAJEMEN HUTAN FAk'ULTAS KEHUTANAN NSTITUT PERTANIAN BOGOR 1998
(Hadradrir Shah% 'trayat Imam Alimai$ Bu&m;
Musfim dan
Tirmidzrdzr dan'sbababat NabiAnas bfn Malik r.a.1
Waktu hampir enam tahun mungkin terlalu fama bagi sebagian orang untuk menjadi sarjana kehutanan, tetapi pasti waktu itu terIaIu singkat bagi seorang Fahmi
untuk memahami keberaran AIah SWT menciptakan hutan dan ekosistemnya
Fahmi Alfansi Putra Pane (E 29.0723). Studi Rasio Kelestarian Volume i Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah (di bawah dan ~ u a s d KPH bimbingan Bapak Prof. Dr. Ir. H. Dudung Darusman, MA dan 1r.H. Ahmad Hadjib, MS). Pengelolaan hutan jati di Jawa memiliki berbagai hambatan. Seperti masalah peuggunaan lahan (Wiodannodjo dan Bratamihardja, 1984), tekanan pencurian kayu (ibid ; Arnold, 1984 ; Simon, 1993), dan penurunan kualitas lahan (Darmono, 1991; Sudiono, 1991). Susunan luas kelas umur (KU) terkonsentrasi pada tegakan muda (Poedjorahardjo, 1990). Hal ini mengancam kelestarian hasil bempa pemanenan tahunan yang sama. Prinsip kelestarian has% yang dalam aplikasi manajemen seumur disebut hutan normal, bertumpu pada adanya produk yang teratur, kontinu dan optimal (Osmaston, 1968 ; Chapman, 1950). Riap tahunan tetap (Gross, 1955) sehingga pemanenan tahunan sama (Leuschner, 1990). Distribusi kelas umur, pertumbuhan, dan riap normal (ibid ;Meyer, et al, 1961) diperoleh pada tegakan sehat (Leuschner, 1990) serta bonita dan pertumbuhan pada titik maksimal (ibid ; Meyer, et al, 1961) secara alamiah (Davis dan Johnson, 1987). Hutan normal memang dianggap hutan sempurna (Osmaston, 1968).
Praktisnya, ditentukan umur rotasi, perlakuan
silvikxltur dan metode pengendalian, baik luas maupun volume (Davis dan Johnson, 1987). Pengendalian dilahukan dengan membagi hutan secara hierarkis (Chapman, 1950 ; Meyer, et al, 1961). Konsep iui diliritik karena mengabaikan biaya penataan liutan pada masa transisi, dan asumsi bahwa ukuran dan hxalitas optimal tercapai, setelah umur rotasi ditentukan (Leuschner, 1990). Padahal, hams dipertimbangkan ketidakpastian hasil hutan di masa depan (Weiutraub dan Abramovich, 1995). Konsep rasio kelestaliall setldiri masili perlu dipublikasikan lebili luas. Balkan, di Pelu~nPerhutani, khususnya rasio kelestarian luas, memiliki forulula yang sebalila~ya. Nilai rasio ini akan menuiljukkan deviasi pengelolaan yang telah
Maka, dilahkan selama ini dengan kondisi fahtual rang s e h a ~ ~ n ydiantisipasi. a ma~lajementegakan jati di Jawa perlu merekayasa hutan dengan memasulikan faktor resiko. Dalam aplikasinya, menanam lebfi besar sesuai tingkat gangguan. Intensitas tersebut diperoleh melalui nilai rasio kelestarian, baik volume maupun luas. Parameter yang akan dihitung adalah rasio kelestarian volume (RKV), kerapatan bidang dasar (KBD) dan derajat kesempurnaan normal (DKN) dari data primer. Rasio kelestarian lnas (RKL) dihitung dari data sekunder. RKV adalah rasio volume yang a h a 1 dengan volume normal dari tabel WVW, setelah volume normal itu dikaliikan dengan falctor koreksi. KBD mempakan rasio luas bidang dasar aktual dengan luas bidang dasar normal dari tabel WVW. DKN adalah rasio jumlah pohon pada tegakan aktual dengan jumlah normal pohon pada tabel WvW. RKL mempakan rasio luas penebangan dengan luas penanaman. Faktor koreksi sendiri merupakan rasio jumlah volume kayu peltukangan yang dipanen dengan jumlah volume total pemanenan. Faktor koreksi itu dapat dihitung per bagian hutan atau per KPH. Penelitian diiakukan di KPH Balapulang pada 8 resor polisi hutan di 4 bagian kesatuan pemangkuan hutan di 3 bagian hutan. Empat bagian hntan (BH) di KPH Balapulang distratifikasi menjadi tiga strata, yakni strata aman, sedang dan rawan gangguan. Stratifikasi diiahvkan densan membandingkan nilai rata-rata kerugian tahunan akibat gangguan di tiap-tiap bagian hutan (X) dengan nilai kerugian KPH di masing-masing bagian hutan (Y). terendah, strata sedang adalah X
Strata aman adalah X
= 66,67
=
33,33 % urutan Y,
% urutan Y terendah, dan strata rawan >
batas maksimum strata sedang. Hasil stratifikasi menunjukkan bahwa strata aman adalab BH Margasaii strata sedang adalall BH Linggapada, dan strata rawan adalah BH Larangan dan BH Banjarbarjo. Penelitian dilakukan pada tiga BH, kecuali BH Larangan. BH Banjarharjo dipilih sebagai data strata rawan, karena melniliki nilai koefisieu keragaman terkecil dan nilai koefisien Pearson yang memenuhi syarat sebaran normal (-0,52>0,5). Hierarki penentuan plot di tiap-tiap strata adalah sebagai b e r i h t : BKPH
-
RPH - Auak Petak - Plot. Jumlab plot adalah 2 plot/ KU/ strata. Karena hanya ada 4 Ku. maka total plot sebauyak 24 plot. Data yang diambil adalah besar keliling pohon
pada ketinggian sekitar 1,30 meter (setinggi dada). Besar volume dan luas bidaug dasar diperoleh melalui tabel volume lokal KPH Balapulang untuk masing-masing bagian hutan. Pengujian statist& dilah~kanuutuk melihat perbedaan nilai dugaan tiap-tiap parameter pada ketiga strata. Pengujian juga dilakukan pada tiap-tiap KU. Sebauyak 66,39 % dari 29.764,70 ha hutan KPH Balapuilang merupakan kawasan produktii dengan luas terbesar pada KU III. Hutan KPH Balapulang telah mengalami gangguan yang sangat besar, mulai masa penjajahan Jepang, pemberontakan daerah, gerakaii Dl1 Tn, hiugga mencapai puncaknya pada pemberoutakan PKI tahun 1965. Dan data tahun 1992-1996, diduga pada tingkat kepercayaan 95 % angka pencurian adalah 1392-3936 pohod tahuu, dengan angka rata-rata
(A)
2.664 pohod
tahun. Akibatnya, diduga pada taraf yang sama, kerugian finansial diderita sebesar
Rp 23.098.333,51 tahun sampai Rp 73.650.066,5/ tahuu, atau h = Rp 48.374.200,-/ tahun. Selain akibat pencurian, KPH juga menanggung kerugian akibat kebakaran hutan dan penggembalaan liar, dengan total (bersama pencurian) menjadi Rp 24.066.377,15/ t&uu sampai Rp 75.156.022,85/ tahun, atau h
=
Rp 49.230.000,-/
tahuu. Adanya perbedaan angka pencurian di masing-masing bagian hutan disebabkan tingkat kesejahteraan penduduk, aksesibilitas penduduk memasuki hutan, pengawasan petugas dan konfigurasi lapangan. Tingkat kesejahteraan diduga dari angka pengau&uran di masing-masiug BH. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 % dengan memkai fahtor koreksi per ba~iauhutan RKV strata aman berkisar antara 2 , 3 2 % - 64,65 % atau h = 49,49 '36, strata sedang 31,;s % - 64,07 % atau h = 47,73 %, dau strata rawan adalah 28,82 % -65,65 % atau h = 48,24 %. Deugan memakai
faktor koreksi KPH (1,56), RKV strata aman adalah 41,59% - 78,33 % atau h = 59,96
Oh, strata sedang 40,04 % - 81,43 96 atau i. = 60,73 %, dau strata rawau adlah 34,OO %
- 79,79 ?/o atau h = 56,90 %.
Pada tarafyang sama, KBD strata aman berkisar antara 1,619 - 2,071 atau h = 1,845, strata sedang antara 1,161
- 2,286 atau h = 1,724, dan strata rawan 0,965 -
- 1,338 atau 11 = 1,021, strata sedang 0,699 - 1,426 atau h = 1,063, dan strata rawan adalah 0,417 - 0,676 atau h = 1,832 atsu h = 1;399. DKN strata aman adalah 0,704
0,546. Ketiga nilai itu pada tiugkat kepercayaan 95 %.
RKV KPH Balapulang adalah 40,24
% - 56,73 % atau h = 48,48 % dengan
memakai faktor koreksi per bagian hutan atau 49,16 % -69,23 % atau A = 59,19 %.
-
KBD KPH Balapulang adalah 1,433 1,879 atau h = 1,656. DKN KPH Balapulang adalah 0,705
- 1,048 atau h = 0,877.
Pengujian statistik menunjukkan perbedaan nyata antara ketiga strata hanya pada DKN, yaitu DKN strata rawan berbeda nyata dengan kedua strata lainnya. Tetapi, DKN strata aman dan sedang tidak berbeda nyata.
Pegujian antar KU
menunujukkan bahwa perbedaan DKN terjadi pada selain KU lV. Terutama pada
KU Ti dan Tll, yang sekaligus beraiti tekanan pencurian berada pada kedua KU tersebut. Perbedaan ini karena perbedaan taraf kerawanan petak sampel dan rasio petak rawan
-
tidak rawan di masing-masing strata.
Sampai batas tertentu, pencurian
merupakan penjarangan keras yang akan memperbesar diameter, sehingga RKV dan
163~ menjadi tidak berbeda nyata. Nilai RKL strata aman adalah 0, strata sedang 0,702 dan strata rawan adalah 0,504. Nilai iui berarti pemanenan harus ditingkatkan. Tetapi, adanya nilai RKV < 1, yaug berarti efektiitas penanaman harang, menyebabkan pencegahan pencurian
dan peningkatan keberhasilan tanaman hams meniugkat.
Studi Rasio Kelestarian Volume dan Luas di KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah
Karya Ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
oleh :
FAHMIALFANSI P u m ~ PANE
JURUSAN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANlAN BOGOR 1998
Judul Skripsi
: Studi Rasio Kelestarian Volume dan
Luas di KPH
Balapulang Perum Perhutani Unit X Jawn Tengah Nama Mnhasisw2
: Fahmi A l f ~ n s Putra i Pane
N o m a r I'olcok
:
E 29.0723
blc~r?~ct:rj ui,
1'1-of. ill.. It-. f3. Ijudunz [l:11-trsnr~11. MA N t i' : 130 516 435
R1 enget:r hui,
[I..H. ..ltl~nl;~tl 1f:ldiih. B i S NIP : !30 516 500
Pada tanggal 25 Nopember 1974 di Kisaran. Sumatra Utara dari pasangan Drs. Siddik A. Pane (ayah) dan Teti A. Siregar (ibu) la& seorang insan yang kemudian menyelesaikan slcripsi ini. Penulis mempakan putra peltama dan memiliii tiga adii. Pada tahuu 1980 memasuki jenjang pendidilian sekolah dasar di SDN No. 014610. Kisaran. Kemudian melanjutkau ke sekolah lanjutan pertama di SMPN 2 Kisaran dari tahun 1986 hingga 1989. Dan dari tahun 1989 hingga 1992, studi di SMAN (kiii SMUN) I Kisaran. Tahun 1992, melalui program Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) penulis melanjutkan studi di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB, dan rampung tahun berikutnya. Tahun 1993 diterima di Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Tahun 1995, penulis memilih sub-prosam studi politik, ekonomi dan sosial di jurusan yang sama. Tahun 1994, penulis mengikxti praktek umum kehutanan (PUK) selama sebulan di KPH Madiun, KPH Saradan dan KPH L a w Ds, Perum Perhutani Unit D[ Jawa Timur.
Pada tahun berikutnya, di desa Talagajaya, Kecamatan Pakisjaya,
Kabupaten Karawang, Jawa Barat, m e n g h t i p r o s a m kuliah k e j a nyata (KKN) selama dua bulan. Dan tahun 1996, selama dua bulan pula, mengikuti praktek k e j a lapang (PKL) di PT iiunung Meranti Raya, sebuah perusahaan hak pengusahaan hutan (Hl'H), hutan tanaman industri (HTI) dan pengolahan kayu yang memiliki areal kerja di Kalimantan Tangah dan Selatan. Tahun 1997 melakukan penelitian di KPH Balapulang, Pemm Perhutani Unit I Jawa Tengah, untuk menyelesaikan skripsi ini. Selama menjadi mahasinva: penulis ahtif sebagai pengurus teras dalam berbagai organisasi, mnlai dari Senat Mahasinva Fakultas Kehutanan (1994-1996), Forest Management Students Club: himpunan profesi di ligkungan Jurusan Manajemen Hutan (1994-1995): Majelis Ta'lim al Asyjaar di Fakultas Kehutanan IPB (1994-1995), Badan Kerohauian Islam Mahasiswa (BKIM) IPB (1993-1996) dan akl~irnyamenjadi Presidium Senat Mahasiswa (SM) IPB tahun 1996-1997, bersama dengan empat orang lainnya.
Ii4T.4 PENGANTAR
Alhamdulillah, deugan idzin-Nya tugas akhir penulisau slcripsi ini selesai. di teugah berbagai tragedi yang melanda uegeri. Ka~yailmiah mini ini disusuu dengan memaparkan situasi peugelolaan hutau jati di areal Perum Perhutani, kl~ususnyaKPH Balapulang, Jawa Tengah. Adanya tekanan peucurian yang mepu~uukanpotensi hutan diuraikan dengan pengukuran poteusi itu dan membaudingkalluya dengan kondisi yang diharapkan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Prof Dr.
Ir. H. Dud~lngDarusmau, MA dan Ir. H Ahmad Hadjib, MS
yang telah bersedia mencurahkan waktu dan tenaga menjadi dosen pembimbing, 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Rudy C. Talumingkeng, MF (Dosen Penguji THJ3) dan Dr. Ir.
H. Achmad Machmud Thohari, DEA (Dosen Penguji KSH), 3. Seluruh aparat PerumPerhutani di Jakarta, Semarang dan Balapulang,
4. Ketiga adinda tersayang : Andina, Ade dan Oki Pane, dan kedua Ompung di
Binjai dan Kisaran, 5: Segenap e b a w a n dan rekan yang telah memberi motivasi, dan segenap pihak
lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, Semoga Allah S\VT membalns amnl bnik merekn. Lebih dari semuanya, ayahanda dan ibunda, yang telah begitu sabar memberikan hampir apa saja yang dimiliki agar mempunyai putra yang lebih dari sekedar seorang sajana kehutanan. Yn AUah, curahknn rahmah bngi keduanya. Semoga karya yang sangat jauh dari sempurna ini bermanfaat bagi siapa saja dau diuilai sebagai salah satu amal di sisi Allah. Anmiin.
Bogor, 14 Mei 1998
Fahmi A.P. Pane