PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGANMETODE BALANCED SCORECARD PADA PT. UNILEVER INDONESIA TBK SISKA ANDRIANI Ekonomi Manajemen Universitas Gunadarma Email:
[email protected]
ABSTRACT The Balanced Scorecard is a new framework for integrating the various measures derived from corporate strategy. In addition to financial performance measures, also introduced the Balanced Scorecard performance drivers that includes the customer perspective, internal business processes, and learning and growth, derived from the translation process implemented corporate strategy explicitly and strictly to the various objectives and concrete measures. Types of data used are secondary data and primary data. Secondary data in the form of a company's financial statements PT.Unilever Indonesia Tbk for 5 years (20042008) and the primary data customers in the form of questionnaires and questionnaires of employees. Analysis tools used in the form deskripitif analysis and analysis of financial statements in the form of ratios calculated as liquidity ratios, activity ratios, leverage ratios and profitability ratios. Finance perspective shows that the company's financial performance relative to say good for the company's financial performance from year to year increase. Customer perspective shows that the customer was satisfied with the services provided by the company. Internal business process perspective shows that the employee agrees to the development of resources committed by the company. Growth and learning indicates that employees feel satisfied with the agreement or the policies established by the company. In general the results of data analysis above, the performance of both companies said. Keywords: Balanced Scorecard method, financial, customer, internal business process, growth and learning. ABSTRAK Balanced Scorecard suatu kerangka kerja baru untuk mengintegrasikan berbagai ukuran yang diturunkan dari strategi perusahaan. Selain ukuran kinerja keuangan, balanced scorecard juga memperkenalkan pendorong kinerja yang meliputi perspektif pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran serta pertumbuhan yang diturunkan dari proses penerjemahan strategi perusahaan yang dilaksanakan secara eksplisit dan ketat ke dalam berbagai tujuan dan ukuran yang nyata. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan PT. Unilever Indonesia Tbk selama 5 tahun (2004-2008) dan data primer berupa kuesener pelanggan dan kuesener karyawan. Alat analisis yang digunakan berupa analisis
deskripitif dan analisis laporan keuangan yang berupa perhitungan rasio-rasio seperti rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage dan rasio profitabilitas. Perspektif keuangan menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dikatakan relatif baik karena kinerja keuangan perusahaan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Perspektif pelanggan menunjukkan bahwa pelanggan merasa puas atas pelayanan-pelayanan yang diberikan oleh perusahaan. Perspektif proses bisnis internal menunjukkan bahwa karyawan setuju terhadap pengembangan sumber daya yang dilakukan oleh perusahaan. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran menunjukkan bahwa karyawan merasa setuju atau puas terhadap kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahan. Secara umum dari hasil analisis data di atas, kinerja perusahaan dikatakan baik. Kata Kunci: Balanced Scorecard, keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, pertumbuhan dan pembelajaran.
PENDAHULUAN Perkembangan dunia industri yang semakin lama semakin cepat mendorong perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya supaya tetap bertahan dan berkembang. Agar dapat memenuhi persaingan perusahaan dituntut melakukan perbaikan pada tiap bagian. Perbaikan dilakukan dengan terlebih dahulu mengukur sistem yang ada, menganalisa dan untuk memutuskan apakah sistem tersebut perlu diperbaiki atau tidak. Penilaian kinerja merupakan bagian dalam sistem manajemen dengan membandingkan antara rencana yang dibuat dan hasil yang dicapai, menganalisa penyimpangan yang terjadi dan melakukan perbaikan. Balanced Scorecard untuk melengkapi pengukuran kinerja keuangan dan sebagai alat yang cukup penting bagi organisasi perusahaan untuk merefleksikan pemikiran baru dalam era competitiveness dan efektivitas organisasi. Konsep ini memperkenalkan suatu sistem pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria tersebut sebenarnya merupakan penjabaran dari apa yang menjadi misi dan strategi perusahaan dalam jangka panjang, yang digolongkan menjadi empat perspektif yang berbeda yaitu: perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan pertumbuhan pembelajaran. Balanced Scorecard mencakup berbagai aktivitas penciptaan nilai yang dihasilkan oleh para partisipan perusahaan yang memiliki kemampuan dan motivasi tinggi, sementara tetap memerhatikan kinerja jangka pendek yaitu melalui perspektif keuangan. Perspektif pelanggan mengidentifikasi bagaimana kondisi pelanggan mereka dan segmen pasar yang telah dipilih oleh perusahaan untuk bersaing dengan kompetitor mereka. Perspektif proses bisnis internal perusahaan melakukan pengukuran terhadap semua aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan baik manajer maupun karyawan untuk menciptakan suatu produk yang dapat memberikan kepuasan tertentu bagi pelanggan dan juga para pemegang saham. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran mengungkapkan betapa pentingnya suatu organisasi bisnis untuk terus memperhatikan karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan dan meningkatkan pengetahuan karyawan karena dengan meningkatnya tingkat pengetahuan karyawan akan meningkatkan pula kemampuan karyawan untuk berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga perspektif di atas dan tujuan perusahaan. Harapan yang diharapkan dengan adanya sistem penilaian dan perencanaan kinerja dengan Balanced Scorecard ini adalah sebagai berikut. 1)Membantu pihak manajemen
dalam merancang sistem penilaian kinerja perusahaan yang sejalan dengan visi dan misi perusahaan 2)Perusahaan dapat mengetahui kondisi dan prestasi keuangan dan non keuangan yang dimilikinya saat ini beserta potensinya di masa mendatang 3)Membantu manajemen dalam perencanaan kinerja perusahaan yang bersifat taktis. Mengukur kinerja perusahaan dengan analisis balanced scorecard dapat memberikan beberapa manfaat bagi perusahaan sebagai berikut. 1)Balanced Scorecard menentukan dan mengkomunikasikan strategi dan arah yang akan ditempu oleh perusahaan 2)Balanced Scorecard menekankan pada kombinasi pengukuran kinerja keuangan dan non keuangan, sehingga mengakibatkan manajemen tetap terfokus pada proses bisnis internal secara keseluruhan dan memberi jaminan bahwa kinerja operasi aktual yang sedang berjalan selaras dengan strategi jangka panjang perusahaan dan keinginan perusahaan 3)Adanya balanced scorecard memungkinkan manajer perusahaan menilai bagaimana divisi mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan dimasa yang akan datang. Jadi yang diperlakukan bukan hanya perencaanaan jangka pendek tapi harus memikirkan jangka panjang dan 4)Dengan adanya balanced scorecard memungkinkan manajer menilai apa yang telah mereka investasikan dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem prosedur demi perbaikan di masa yang akan datang. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kinerja PT. Unilever Indonesia Tbk, berdasarkan analisis balanced scorecard yang terdiri dari empat perspektif. Dari empat perspektif tersebut dapat digunakan untuk mengukur kemampuan keuangan, mengukur tinggi kepuasan dan kepercayaan pelanggan, mengukur kualitas proses operasi dan proses inovasi, dan mengukur kepuasaan pekerja, produktivitas pekerja dan motivasi pekerja. Manfaat dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kinerja PT. Unilever Indonesia Tbk selama 5 tahun berdasarkan empat perspektif seperti perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pertumbuhan pembelajaran. Dari perspektif ini dapat dilihat bagaimana keadaan keuangan perusahaan, seberapa besar kepuasan pelanggan terhadap perusahaan, seberapa besar perusahaan mengembangkan sumber daya mereka untuk lebih meningkatkan mutu produk, dan bagaimana kinerja pekerja kepada perusahaan. Kajian Penelitian Sejenis: Monika ”Balanced Scorecard Sebagai Pengukuran Kinerja Masa Depan: Suatu Pengantar” mengatakan bahwa banyak metode yang telah dikembangkan untuk melakukan pengukuran kinerja suatu perusahaan. dalam manajemen traditional, ukuran kinerja yang biasa digunakan adalah ukuran keuangan. Hal ini disebabkan karena ukuran keuangan inilah yang paling mudah dideteksi, sehingga pengukuran kinerja personel juga diukur dengan dasar keuangan. Kinerja lain seperti peningkatan komitmen personel, peningkatan kompetensi dan lain sebagainya sering diabaikan. Dalam pendekatan balanced scorecard, pengukuran kinerja didasarkan pada aspek keuangan dan non keuangan. Aspek non keuangan mendapat perhatian yang cukup serius karena pada dasarnya peningkatan kinerja keuangan bersumber dari aspek non keuangan yaitu peningkatan cost-effectveness proses bisnis, peningkatan komitmen organisasi dan peningkatan kepercayaan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan, sehingga apabila perusahaan haruslah ditujukan kepada peningkatan kinerja di bidang non-keuangan karena dari situlah kinerja keuangan berasal.
Menurut Isniar”Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja dan Alat Pengendali Sistem Manajemen Strategis” mengatakan bahwa perusahaan yang telah mempunyai sistem pengukuran kinerja yang menyertakan berbagai ukuran keuangan dan nonkeuangan, namun perusahaan tersebut menggunakan ukuran kinerja keuangan hanya untuk umpan balik taktis dan pengendalian berbagai operasi jangka pendek. Balanced scorecard menekankan bahwa semua ukuran keuangan dan non-keuangan harus menjadi bagian sistem informasi untuk para pekerja di semua tingkat perusahaan. Balanced scorecard lebih dari sekedar sistem pengukuran taktis atau operasional. Perusahaan yang inovatif menggunakan scorecard sebagai sebuah sistem manajemen strategis, untuk mengelola strategi jangka panjang. Balanced scorecard akan memberi dampak terbesar pada saat dimanfaatkan untuk mendorong terjadinya perubahan perusahaan. Balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen yang menjabarkan visi dan strategi suatu perusahaan ke dalam tujuan operasional dan tolak ukur. Tujuan dan tolak ukur dikembangkan untuk setiap perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan. Pengukuran untuk keempat perspektif ini tergantung dari strategi yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya. Oleh karena itu balanced scorecard selain dapat digunakan sebagai alat ukur kinerja, juga dapat digunakan sebagai alat untuk menilai apakah strategi yang dilakukan perusahaan sudah tepat dan juga untuk mengawasi apakah strategi perusahaan telah dijalankan. Menurut Ferry ”Sistem Penilaian dan Perencanaan Kinerja Perusahaan Menggunakan Metode Balanced Scorecard” mengatakan bahwa Harapan yang diharapkan dengan adanya sistem penilaian dan perencanaan kinerja dengan: 1)membantu pihak manajemen dalam merancang sistem penilaian kinerja perusahaan yang sejalan dengan visi dan misi perusahaan 2)perusahaan dapat mengetahui kondisi dan prestasi keuangan dan non-keuangan yang dimilikinya saat ini beserta potensinya di masa mendatang 3)membantu manajemen dalam perencanaan kinerja perusahaan yang bersifat taktis. Metode penelitian yang digunakan AHP dan OMAX. AHP digunakan untuk membobotkan tingkat kepentingan dari perspektif dan indikator-indikator kinerja. Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah model pendukung keputusan yang mampu menguraikan permasalahn yang komplek dengan kriteria yang banyak ke dalam susunan hirarki, yang mana setiap level disusun oleh elemen-elemen yang spesifik. Penggunaan AHP dalam alat bantu pengambilan keputusan dengan multi kriteria sangat mudah dimengerti dan dipahami dengan efektif. Objective Matrix (OMAX) adalah suatu metode penilaian terhadap kinerja perusahaan, dimana penilaian dilakukan terhadap kriteria yang berhubungan dengan kinerja perusahaan tersebut. Konsep dari penilaian ini adalah penggabungan beberapa kriteria kinerja kelompok kerja ke dalam sebuah matrix. Setiap kriteria kinerja memiliki sasaran berupa jalur khusus untuk perbaikan serta memiliki bobot sesuai dengan tingkat kepentingannya terhadap tujuan organisasi. Menurut Imelda ”Implementasi Balanced Scorecard Pada Organisasi Publik” mengatakan bahwa balanced scorecard dapat digunakan pada organisasi publik setelah dilakukan modifikasi dari konsep balanced scorecard yang awalnya ditujukan bagi organisasi bisnis. Modifikasi tersebut antara lain adalah dalam hal misi organisasi public, sehingga tujuan utama suatu organisasi public adalah memberi pelayanan kepada masyarakat dapat tercapai secara efektif dan efisien. Metode penelitian yang digunakan berupa dua jenis pengukuran dalam balanced scorecard, yaitu: 1)outcome kinerja-outcome (lagging) measurements dan 2)pengendali kinerja-performance driver (leading) measurement. Lag measure merupakan ukuran yang menggambarkan apa
yang dihasilkan (outcome), sedangkan lead measure adalah ukuran-ukuran yang menjadi pemicu outcome dimasa yang akan dating. Suatu balanced scorecard yang baik harus memiliki lead dan lag measures. Menurut Zagloel, Yadrifil dan Lithrone dalam jurnalnya yang berjudul “Perencanaan Strategi Dalam Upaya Menyelaraskan Tujuan Organisasi dan Tujuan Karyawan Dengan Pendekatan Total Performance Scorecard” yang mengatakan bahwa Perencanaan strategi menggunakan Total Perfomance Scorecard (TPS) menghasilkan dua belas diagram hubungan antara rencana kinerja individu, scorecard section dan scorecard departemen. Artinya secara perencanaan telah dibuat keselarahan antara rencana kinerja karyawan yang dapat mendukung tujuan section dan tujuan departemen. METODE PENELITIAN Jenis data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah berupa data sekunder dan data primer. Data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan PT. Unilever Indonesia Tbk periode 2004-2008 yang diperoleh dari website www.idx.co.id. Data primer berupa kuesener yang disebarkan kepada para pelanggan dan karyawan PT. Unilever Indonesia Tbk. Dari hasil evaluasi kuesener pelanggan yang telah disebarkan akan diperoleh apakah para pelanggan merasa sangat tidak puas, tidak puas, cukup puas, puas atau sangat puas terhadap pelayanan yang diberikan perusahaan kepada para pelanggannya. Dari hasil evaluasi kuesener karyawan yang telah disebarkan akan diperoleh apakah perusahaan mengembangkan sumberdaya mereka dengan baik atau tidak, mampu atau tidakkah karyawan dalam menjalankan tugas yang diberikan oleh atasan mereka masing-masing, apa yang menjadi motivasi mereka bekerja di perusahaan, dan apa saja kompensasi yang diberikan perusahaan kepada karyawan yang berprestasi di perusahaan. Kuesener pelanggan disebarkan berdasarkan studi kasus kelurahan ’Kota Bambu Selatan’ berdasarkan Rt.001 Jakarta Barat, sebanyak 100 responden yang terdiri 15 pernyataan. Pemberian kuesener diberikan kepada penduduk sekitar yang memakai produk-produk dari unilever. Pernyataan-pernyataan dalam kuesener pelanggan ini didapatkan dari penelitian-penelitian terdahulu dan dari http://tesis-disertai.blogspot.com. Kuesener untuk perspektif proses bisnis internal dan perspektif pertumbuhan pembelajaran disebarkan kepada karyawan PT. Unilever Indonesia Tbk, yang berkantor di Graha Unilever Jln. Jend Gatot Subroto Kav.15 Jakarta 12930 sebanyak 30 responden yang terdiri dari 8 pernyataan untuk perspektif proses bisnis internal dan 22 pernyataan untuk perspektif pembelajaran pertumbuhan. Pernyataan-pernyataan yang terdapat di kuesener ini didapat dari BSNI (kuesioner SNI Award 2009) tentang perusahaan besar jasa, kuesener novita sari dari universitas airlangga tentang motivasi kerja, kuesener setiawan wicaksono dari universitas brawijaya, dan dari http://tesisdisertai.blogspot.com. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis laporan keuangan. Analisis deskriptif digunakan untuk mengukur dan menganalisis hasil dari perspektif pelanggan, proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran dari hasil kuesener yang telah disebarkan sebelumnya kepada para responden pelanggan dan para responden karyawan PT. Unilever Indonesia Tbk. Analisis laporan keuangan ini digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan pada perspektif keuangan dengan menggunakan analisis rasio keuangan seperti rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage dan rasio profitabilitas.
Rasio Likuiditas terdiri dari current ratio dan quick ratio (Martono, Agus, 2005). Rincian masing-masing sebagai berikut. 1) Current Ratio Rasio ini menunjukkan posisi kas perusahaan dan kemampuan memenuhi kewajiban / hutang jangka pendek. Aktiva lancar 100% Current Ratio x Hutang lancar 2) Quick Ratio Rasio ini menunjukkan kemampuan dalam menyediakan kas dan aktiva lainnya yang dapat dilikuidasikan dengan segera jika diperlukan. Aktiva lancar - Persediaan Quick Ratio x 100% Hutang lancar
Rasio Aktivitas terdiri dari inventory turnover, total assets turnover dan receivable turnover (Martono, Agus, 2005). Rincian masing-masing sebagai berikut. 3) Inventory Turnover Rasio ini menunjukkan efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam mengatur investasinya dalam persediaan, yang tercermin dalam beberapa kali persediaan itu diputar selama satu periode tertentu. Harga Pokok Penjualan Inventory Turnover Rata - rata Persediaan
4) Total Assets Turnover Rasio ini mengukur efesiensi perusahaan dalam pemakaian total aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Total Assets Turnover Penjualan Bersih Total Aktiva 5) Receivable Turnover Rasio ini menyatakan seberapa cepat perusahaan dapat menagih piutang dagangnya sehingga memperoleh kas. Penjualan Bersih receivable turnover Rata - rata Piutang
Rasio Leverage terdiri dari debt ratio dan total debt to equity ratio (Martono, Agus, 2005). Rincian masing-masing sebagai berikut. 6) Debt Ratio Rasio ini mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai pembelian atau investasi atas aktiva perusahaan. Debt Ratio Total Hutang Total Aktiva
7) Total Debt to Equity Ratio Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua total kewajibannya dengan menggunakan modal sendiri.
Total Debt to Equity Ratio Total Hutang Modal Sendiri
Rasio Profitabilitas terdiri dari gross profit margin, net profit margin, return on investment dan return on equity (Martono, Agus, 2005). Rincian masing-masing sebagai berikut. 8) Gross Profit Margin Rasio ini mencerminkan mark-up terhadap harga pokok penjualan selain mencerminkan kemampuan manajemen untuk meminimilasi harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan perusahaan. Penjualan Bersih - HPP Gross profit margin Penjualan Bersih 9) Net Profit Margin Rasio ini mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi / usaha, beban lain-lain dan pajak dalam hubungannya dengan penjualan. Laba Bersih Setelah Pajak Net profit margin Penjualan Bersih
10) Return on Investment Rasio ini mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin efisien dana yang ditanamkan. Return on Investment Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva
11) Return on Equity Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri, mengukur tingkat pengembalian dari modal pemegang saham yang diinvestasikan ke dalam perusahaan. semakin tinggi nilai persentase rasio ini, semakin menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik. Usaha yang dilakukan perusahaan memberikan pengembalian hasil yang menguntungkan bagi pemilik modal yang menginvestasikan modal mereka ke dalam perusahaan. Return on Equity Laba Bersih Setelah Pajak Total Modal Sendiri HASIL DAN PEMBAHASAN Perspektif keuangan periode 2004-2008 menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk, dikatakan baik. Rasio likuditas keuangan terjadi penurunan dari tahun ke tahun, ini disebabkan hutang lancar perusahaan yang dari tahun ke tahun meningkat. Rasio aktivitas, menunjukkan dari tahun ke tahun kinerja perusahaan semakin baik karena terjadi penigkatan nilai rasio dari tahun ke tahun. Rasio leverage, kinerja perusahaan tidaklah terlalu baik karena debt ratio dan total debt to equity ratio dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan menurun untuk membayar seluruh hutang-hutangnya, baik itu hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Rasio profitabilitas, kinerja perusahaan dikatakan baik karena gross profit margin, net profit margin, ROE, ROI dari tahun ke tahun meningkat
ini berarti kinerja perusahaan belumlah stabil dikarenakan keuntungan kotor penjualan bersih kadang meningkat kadang juga menurun. Perspektif pelanggan, 49,2% responden dari 100 responden yang mengembalikan kuesenernya menyatakan puas. 31,2% responden merasa cukup puas, 16% responden merasa sangat puas, 2,1% responden merasa tidak puas dan 1,5% responden merasa sangat tidak puas. Perspektif proses bisnis internal, 50% responden dari 30 responden yang mengembalikan kuesenernya menyatakan setuju, 28,1% karyawan menyatakan cukup setuju, dan 21,9% karyawan menyatakan sangat setuju terhadap pengembangan sumber daya yang dilakukan perusahaan untuk meningkatan lingkungan kerja, menggunakan standar yang bermutu tinggi, membuat promosi yang sebagus mungkin untuk setiap lini produk unilever, membuat banyak variasi produk, pendistribusian produk yang cepat ke para distributor, memberikan pelayanan yang segera kepada konsumen, menggunakan peralatan dibawah kendali statistik, dan perusahaan menetapkan perbaikan yang berkelanjutan untuk mendapatkan mutu yang sebaik mungkin. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, 41,2% responden dari 30 responden yang mengembalikan kuesenernya menyatakan setuju, 37,6% karyawan menyatakan cukup setuju, 18,7% karyawan menyatakan sangat setuju dan 2,5% karyawan menyatakan tidak setuju terhadap kemampuan karyawan, motivasi karyawan dalam bekerja dan kompensasi perusahaan kepada karyawan. SIMPULAN DAN SARAN Berikut ini merupakan simpulan dari analisis balanced scorecard berdasarkan dari keempat perspektif, yaitu sebagai berikut. A. Perspektif Keuangan Kesimpulan dari perspektif keuangan periode 2004-2008 di atas menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk, dikatakan relatif baik karena dari tahun ke tahun rasio keuangan perusahaan mengalami kenaikan. B. Perspektif Pelanggan Dari hasil analisis kuesener responden yang mengembalikan kuesenernya didapatkan hasil bahwa 96,4% responden menyatakan puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh perusahaan dari target perusahaan sebesar 100%. Tetapi perusahaan juga harus masih meningkatkan pelayanan kepada para pelangaan mereka, terbukti masih terdapat 3,6% yang menyatakan tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan perusahaan. C. Perspektif Proses Bisnis Internal Dari hasil analisis kuesener responden yang mengembalikan kuesenernya didapatkan hasil bahwa 100% responden menyatakan setuju terhadap pengembangan sumber daya yang dilakukan perusahaan untuk meningkatan lingkungan kerja, menggunakan standar yang bermutu tinggi, membuat promosi yang sebagus mungkin untuk setiap lini produk unilever, membuat banyak variasi produk, pendistribusian produk yang cepat ke para distributor, memberikan pelayanan yang segera kepada konsumen, menggunakan peralatan dibawah kendali statistik, dan perusahaan menetapkan perbaikan yang berkelanjutan untuk mendapatkan mutu yang sebaik mungkin. D. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Dari hasil analisis kuesener responden yang mengembalikan kuesenernya didapatkan hasil bahwa 97,5% responden menyatakan setuju terhadap kemampuan
karyawan, motivasi karyawan dalam bekerja dan kompensasi perusahaan kepada karyawan dari target perusahaan sebesar 100%. Perusahaan harus mempertahankan untuk tahun-tahun yang akan datang guna kelangsungan kemajuan perusahaan. Tetapi perusahaan juga harus meningkatkan keloyalitasan perusahaan terhadap karyawan, karena masih ada 2,5% karyawan yang merasa tidak setuju terhadap kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Berdasarkan simpulan yang telah diterangkan sebelumnya, maka penulis memberikan beberapa implikasi yang mungkin dapat dimanfaatkan oleh perusahaan, antara lain sebagai berikut 1. PT. Unilever Indonesia Tbk hendaknya mempertimbangkan untuk menerapkan konsep balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja perusahaan. 2. Pada perspektif keuangan, perusahaan hendaknya lebih memperhatikan posisi likuiditas perusahaan. Karena proposisi persen rasio likuiditas perusahaan semakin menurun dari tahun ke tahun, ini disebabkan karena meningkatnya hutang lancar perusahaan. 3. Pada perspektif pelanggan perusahaan harus memperbaiki pelayanan yang diberikan perusahaan kepada para pelanggan. Perusahaan harus meningkatkan pelayanan mereka kepada para pelanggan agar para pelanggan tidak pindah ke produk-produk lain. Karena di saat ini persaingan semakin ketat dan para pelanggan setia pun sulit untuk didapatkan. Maka daripada itu perusahaan harus lebih meningkatkan pelayanan kepada para pelanggan mereka. 4. Pada perspektif proses bisnis internal perusahaan harus lebih meningkatkan dalam pengembangan sumber daya. Semua aspek yang terdapat dalam pengembangan sumber daya ini sangatlah berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan, jika perusahaan tidak dapat menjalankannya dengan baik maka para konsumen akan merasa kecewa dan bisa saja para konsumen pindah ke produk-produk yang lain yang mereka anggap lebih aman untuk digunakan. 5. Pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, perusahaan harus meningkatkan keloyalitasan perusahaan terhadap karyawan. Karyawan merupakan asset yang sangat berharga bagi sebuah perusahaan, maka dari pada itu perusahaan harus memperhatikan para karyawan agar mereka merasa senyaman mungkin. Jika perusahaan memperhatikan karyawan mereka dengan baik, para karyawan pun akan memberikan kontribusi yang besar pula untuk perusahaan. Jika karyawan bekerja dengan baik perusahaan juga akan mendapatkan keuntungannya, karena karyawan dapat menciptakan ide-ide yang kreatif, dan pemikiran-pemikiran yang jenius dengan menciptakan produk-produk baru yang bisa menguntungkan bagi perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Atkinson, A. A., R. D. Bankers and R. S. Kaplan. 1995. Management Accounting. Prentice-Hall. New Jersey. Blocher, E. J., K. H. Chen and T. W. Lin. 2000. Manajemen Biaya. Salemba Empat. Jakarta.
Ferry. 2005. “Sistem Penilaian dan Perencanaan Kinerja Perusahaan Menggunakan Metode Balanced Scorecard”. Jurnal Teknik Komputer. Gaspersz, Vincent. 2006. Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard dengan Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hansen, D. R dan M. M. Mowen. 2000. Manajemen Biaya: Akuntansi dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta. Helfert, E. A. 1997. Teknik Analisis Keuangan: Petunjuk Praktis untuk Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan. Erlangga. Jakarta. Horngren, C. T. 2006. Cost Accounting (A Managerial Emphasis). Pearson Prentice Hall. New Jersey. Husein, Umar. 1999. Metodologi Penelitian. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Ikhsan, A. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Salemba Empat. Jakarta.
Imelda. 2004. ”Implementasi Balanced Scorecard pada Organisasi Publik”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.6 No.2 November 2004:106-122. Isniar. 2005. ”Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja dan Alat Pengendali Sistem Manajemen Strategis”. Jurnal Teknik Komputer. Vol.6 hal:51-59. Kaplan, R. S. dan Norton, D. P. 1996. Menerapkan Strategi Menjadi Aksi Balanced Scorecard. Erlangga. Jakarta. Martono, S.U. dan A. Harjito. 2005. Manajemen Keuangan. PT EKONISIA. Yogyakarta.
Monika. 2006. ”Balanced Scorecard Sebagai Pengukuran Kinerja Masa Depan: Suatu Pengantar”. Jurnal Akuntansi. Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta.
_____ . 2001. Balanced Scorecard. Salemba Empat. Jakarta.
Djarwanto, PS. 1998. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan. PT BPFE. Yogyakarta.
Napa, J.Awat. 1999. Manajemen Keuangan-Pendekatan Matematis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Business. PT Salemba Empat. Jakarta. Yuri dan Lithrone. 2008. ”Perencanaan Strategi dalam Upaya Menyelaraskan Tujuan Organisasi dan Tujuan Karyawan dengan Pendekatan Total Performance Scorecard”. Jurnal Teknik Industri. Vol.10 No.2 Desember 2008:138-150. Indonesia Stock Exchange. 2009. “Laporan Keuangan Tahunan PT. Unilever Indonesia T a h u n 2 0 0 4 - 2 0 0 8 ” . http://www.idx.co.id/jsx.old/issuers.asp?cmd=detail&id=UNVR. (24 Mei 2009). Unilever Indonesia. 2009. ”Laporan Keuangan Tahunan PT. Unilever Indonesia Tbk Tahun 2004-2008”. http://202.155.2.90/corporate actions/new info jsx/jenis informasi/00 Pengum uman-Bursa/2008/03 Maret/2008-03-26/20080326 UNVR ILK 019 PSRIklan%20Laporan%20Keuangan%20Tahunan%20per%20Des%202007.pdf. (24 Mei 2009).
Djarwanto, PS. 1998. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan. PT BPFE. Yogyakarta.