STUD1 BIOEKOLOGI VEKTOR MALARIA DI KECAMATAN SRUMBUNG, KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH
'
Damar Tri ~ o e w o n o~~i, s t i ~ a n t o ~ BIOECOLOGY STUDY OF MALARIA VECTORS AT SRUMBUNG SUB DISTRICT, MAGELANG REGENCY, CENTRAL JA VA
Abstract. A study of bioecology on malaria vectors had been conducted in July-November 2004 in Nganggrung sub village, Kamongan village Srumbung sub district, Magelang regency, Central Java Province.;Tbe objective of the study is to identlfi the bionomic and resistance's status of malaria vkcdors against insecticide and malaria cases distribution. Result of the studies revealed that, the water existence in the Salak plantation had become potential as the breeding places for suspected malaria vectors namely Anopheles balabacensis, An. aconitus and An. macufatus. Although the rainfall data during the study was very low but three suspected species of malaria vectors were alwaysfound biting on man with the density of
PENDAHULUAN Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah terletak di Lereng Gunung Merapi, mempunyai karakteristik lingkungan spesifik dengan perkebunan salak (Sallacca zalacca 'Pondoh') diairi sepanjang tahun. Empat tahun terakhir kejadian malaria Annual Parasite Incidence (API) di kecamatan Srumbung menunjukkan peningkatan bermakna, yaitu tahun 2001, 2002 dan 2003 (sampai Agustus) masing-masing berturut-turut adalah 15,6 %o, 56,78%0, 89,7%0. Pada tahun 2002, sepuluh dari 17 desa di Kecamatan Srumbung dilaporkan mempunyai masalah malaria, 4 desa merupakan desa HCI (High Case Incidence), 5 desa MCI (Middle Case Incidence) dan 1 desa LC1 (Low Case Incidence), sedangkan 7 desa bebas malaria.
Dari 4 desa HCI, Kamongan merupakan desa dengan status ring I API lebih dari 50% (2000- 2002) (I). Kelompok masyarakat paling berisiko terkena malaria adalah anak Balita, wanita hamil dan penduduk non imun. Sampai saat ini belum ada laporan tentang tersangka vektor malaria di Lereng Gunung Merapi. Tempat perindukkan nyamuk vektor malaria kemungkinan di kubangan dan saluran air di kebun salak yang banyak terdapat di bagian selatan Lereng Gunung Merapi. Kondisi kebun salak diduga dapat menjadi tempat perindukan dan juga istirahat nyamuk vektor malaria, karena tersedianya air, kelembaban tinggi, teduh dan kecepatan angin di kebun tersebut relatif rendah (2). Keterbatasan informasi multifaktor penentu epidemiologis, bionomik vektor
' Dibawakan dalam Simposium Nasional I Hasil Litbangkes, 20-2 1 Desember 2004
* Balai Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit, Badan Litbangkes
Studi Bioekologi Vektor..... . .(Boewono et.al)
dan faktor-faktor lingkungan daerah endemis malaria, menyebabkan belum ditemukan cara spesifik, efektif dan efisien untuk pengendalian vektor malaria di Lereng Gunung Merapi (3). Tujuan penelitian untuk mendapatkan informasi bionomik vektorltersangka vektor, sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan menentukan metode intervensi dalam program penanggulangan malaria di daerah endemis di Lereng Gunung Merapi. BAHAN DAN METODA
Penelitian dilakukan di dusun Nganggrung, desa Kamongan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pada bulan Maret-Desember 2004. Desa Kamongan (jumlah penduduk 2.494 jiwa, dengan mata pencaharian 95% sebagai petani, pedagang, guru), terletak di tepi sungai Bebeng dan terbagi menjadi 4 dusun yaitu: Tempuran Kidul, Tempuran Kulon (Nganggrung), Krajan dan Kamongan. Tahun 2002, Nganggrung merupakan dusun HCI dengan jumlah kasus paling tinggi di Kecamatan Srumbung yaitu 85 (80,95%) dari 105 jiwa dan menurun pada tahun 2004, ditemukan 2 kasus (1,65%) dari 121 jiwa. Curah hujan setiap tahun di lokasi penelitian, berkisar antara 2.000-2.800 mm, dengan musim penghujan pada bulan Oktober-April, suhu udara berkisar 19,s24,4'~dan kelembaban udara harian 85,695,8%. Intensitas cahaya matahari penuh pada tengah hari musim kemarau (Agustus 2004) berkisar 107.000-129.000 lux. Vegetasi dominan adalah salak pondoh, dengan perakaran dangkal, sehingga memerlukan pengairan sepanjang tahun. Di samping itu tanaman salak membutuhkan naungan untuk mengurangi transpirasi dan evaporasi.
Desain 'penelitian menggunakan rancangan survei longitudinal dengan jenis peneQtian survei deskriptif-eksploratif. Penqlitian 'irii mencoba menggali bagaimand,dan mengapa fenomena bioekologi ve&torltersangka vektor, dengan melakuka* analisfs dinamika populasi vektor m4laria dan faktor lingkungan (abiotik ddn biotik).
ah an
dan 4lat penangkapan jentik dan nyamdk dewasa, uji kerentanan jentik secara bidkernis terhadap insektisida, uji kerentana4 nyamuk terhadap insektisida (metode impregnfted paper), alat pengukuran curah hujan, suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan keragaman vegetasi, serta alat pemetaan (GPS) untuk memperoleh data pemetaan untuk distribusi kasus malaria dan tempat perindukan nyamuk. Kasus malaria (API) diperoleh dari Puskesmas Srumbung dan Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang (data sekunder dari kegiatan Active Case Detection dan Passive Case Detection). Survei jentik, dilakukan terhadap semua genangan air berpotensi sebagai tempat perindukan eamuk. Pencidukan dilakukan menggunakan dipper plastik (gayung = volume 350 ml.), 10 ciduk (secara acak) di setiap tempat perindukan. Jentik ditemukan, dihitung, dimasukkan ke dalam tabung plastik, diberi label dan dipelihara di laboratorium untuk identifikasi spesies. Penangkapan nyamuk dilakukan di 4 buah rumah (dipilih secara acak) untuk digunakan sebagai pos penangkapan nyamuk (setiap 2 minggu sekali), selama 3 hari berturut-turut, meliputi penangkapan malam hari (18.00-06.00). Penangkapan nyamuk hinggap dan menggigit orang di dalam dan luar rumah, dilakukan oleh masing-masing 1 orang1rumah.l Penangkapan nyamuk di sekitar kandang ter-
I
S
Bul. Penel. Kesehatan, 6 1 . 33, No.2,2005: 62-72
nak, dilakukan oleh seorang petugas, terhadap nyamuk istirahat di sekitar kandang kambing (15 menit setiap jam periode). Penangkapan nyamuk pagi hari (06.00-08.00), penangkapan nyamuk istirahat di dalam rumah dilakukan oleh 2 orang, masing-masing orang ( 8 rumah: 15 menit/orang/rumah). Penangkapab nyamuk istirahat di habitat aslinya (turnput/ vegetasi, tebing sungai, saluran irigasi, selokan) dilakukan oleh 2 orang. Penangdi dalam dan sekapan nyam~lc~istirahat kitar kandang kambing, dilakukan o l ~ h1 orang petugas (15 menitkandang). Semua nyamuk tertangkap diidentifikasi. Dilakukan pembedahan ovarium terhadap nyamuk tersangka vektor, untuk menentukan umur relatif populasinya (% porous), dada nyamuk disimpan dalam vial ependof, untuk uji Elisa (verifikasi vektor malari$)., Pemetaan kasus dan tempat perindukkan vektor malaria. Pemetaan dilakukan dengan observasi dan orientasi seluruh daerah penelitian dengan berjalan kaki, mencatat titik ordinat objek (rumah tkasus, kandang ternak, tempat perindukai) menggunakan GPS. Uji kerentanan vektor malaria terhadap insektisida; 1) metode impregnated paper(4). Digunakan Anopheles aconitus dengan impregnated paper (permethrin), 2) uji biokemis: a) uji aktivitas ezimesterase non spesifik (metode Lee, 1990); b) uji insensitivitas asetil-kholin-esterase (metode Peiris, & Hemingway, 1990) dan Small (1998). Pengujian dilakukan terhadap jentik nyamuk An. balabacencis, An. aconitus, An. barbirostris dan An. maculatus instar IV. Sampel diambil dari lokasi penelitian dan pengujian secara in-
dividual. Interpretasi data uji biokemis sebagai intensitas wama hasil reaksi "aktivitas enzim esterase non spesifik" bersifat kualitatif (skor wama) ditetapkan menurut kriteria empiris (596).
I
.
.. *r.
Verifikasi vektor malaria dilakukan terhadap spesies Anopheles spp yang ditemukan di daerah penelitian, menggunakan metode ELISA. HASIL DAN PEMBAHASAN
1
Hasil penangkapan selama penelitian di Dusun Nganggrung, ditemukan 8 jenis Anopheles, yaitu, An. balabacensis, An. aconitus, An. maculatus, An. barbirostris, An. kochi,, An. flavirostris, An. vagus dan An. bengalensis (Tabel 1). Selama penelitian, An. bal&bacensis, An. aconitus, An. barbirostris, An. flavirostris dan An. kochi pada malam hari ditemukan di semua lokasi pknelitian di dalam maupun di luar rumah, di kebun salak dan di kandang kambing. Sedangkan An. vagus dan An. bengalensis, hanya ditemukan di kandang kambing., Kesukaan hidup An. balabacensis pada lingkungan tersebut kemungkinan berhubungan dengan kelembaban yang tinggi dan ketekeduhan. Menurut Hongvivatana dkl~.(~), langsungan hidup An. balabacensis selalu berhubungan dengan hutan (tepi hutan), " suatu lokasi dengan (kelembaban dan keteduhan) sesuai dengan kehidupannya. Spesies ini tidak ditemukan di daerah persawphan, pantai dan pertamanan di sekitar 01, kota. t
Jenis tempat perindukan nyamuk ditemukan di daerah penelitian adalah: genangan air di kebun salak, sungai kecil, sawah dan sungai bebeng (Tabel 2). Genangan air di kebun salak berpotensi sebagai tempat perindukan nyamuk sepanjang ta-
.
t
Studi Bioekologi Vektor.. .....(Boewono et.at)
Tabel 1. Fauna Nyamuk Anopheles Spp Hasil Penangkapan di Dusun Nganggrung, Desa Kamongan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah Speslea 1.An. balabacensis 2.An. aconitus 3.An. vagus 4.An. barbirosfris %An. rnaculatus 6.An.bengalensis 7.An. flavirostris 8.An. kochi
Penangkapan malam hari Rumah Kandang D m L a kamblng r
+ + + +
+
+ + +
+
+ + + + +
+
Kandang kamblng
Penangbpan pagi hari Lubang uresah daun B~~~~~ salak
+
+
+
+ + + +
+
+
f:z
+
+
+
+
+
Tabel 2. Jentik Nyamuk Anopheles yang Tertangkap Diberbagai Macam Tempat di Dusun Ngaggrung, Desa Kamongan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang.
No 1
Bulan (2004)
Spesies Nyamuk
Genangan air di kebun salak
Pinggir kecil
Sawah
Pinggir sungai Bebeng
Juli 1. An. balabacensis 2. An. aconitus 3. An. barbirostris 4. An. kochi 5. An. vagus 6. An. maculatus
2
Agustus 1. An .balabacensis 2. An. barbirostris 3. An .aconitus 4. An.vagus
3
September 1 .An.balabacensis
4
Oktober 2. An. barbirostris
0,90 0,73
0,OO 0,OO
0,OO 0,OO
0,OO 0,OO
a.An. balabacensis c.An. vagus d. An. barbirostris
0,60 0,30 0,20
0,OO 0,OO 0,OO
0,OO 0,OO 0,OO
0,OO 0,OO 0,OO
1. .An.balabacensis 5
Nopember
hun dan banyak ditemukan An. balabacensis. Spesifikasi genangan air di kebun salak merupakan parit dalam 5-25 cm, lebar f 1 meter, air jernih, menggenang selama > 2 minggu, banyak sampah daun atau pelepah salak. Suhu udara berkisar 22,5OC-
23,00°C, pH 6,70-7,2, kondisi lingkungan teduh dengan intensitas cahaya berkisar 200-300 lux (sebagai pembanding: pada siang hari di tempat terbuka intensitas cahaya 107.000-129.000 lux).
Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 33, No. 2,2005: 62-72
Anopheles aconitus
kan istirahat pada tengah malam 24.000 1.OO WIB. Menurut Takken dan Knols ('), puncak aktivitas menggigit An. aconitus terjadi 2 kali, yaitu sore dan menjelang subuh.
Kepadatan. Kepadatan di daladluar rumah dan kandang kambing, kepadatan populasi An. aconitus tiap bulan (Man Hour Density) disajikan pada Tabel 4. Kepadatan populasi An. aconitus tertinggi terlihat pada bulan Juli, baik di dalam mauun di luar rumah. Hasil penelitian Barodji P8) di Pekalongan melaporkan bahwa puncak kepadatan An. aconitus terjadi pada bulan Juli dan Desember.
Tempat istirahat. Tempat istirahat An. aconitus pada pagi hari umumnya di lubang seresah yang terletak ditengah kebun salak dengan kepadatan 14,3 orang per jam. Lubang seresah di kebun salak pada umumnya lembab dan teduh sehingga disukai nyamuk tersebut untuk istirahat (Gambar 2). Menurut Barodji, tempat istirahat An. aconitus pada umumnya di tempat yang mempunyai kelembaban tinggi dan intensitas cahaya rendah, serta di lubang tanah bersemak(*).
Perilaku. Aktivitas menghisap darah An. aconitus secara visual terlihat pada Gambar 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies ini lebih aktif menggigit pada sore hari (sekitar pukul 19.00-21.00 WIB) di dalam dan luar rumah. Di kandang kambing spesies ini banyak ditemu-
Tabel 3. Kepadatan An. aconitus (tiap orangljam) di Dusun Ngaggrung, Desa Kamongan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah Penangkapan malam hari Bulan
(2004)
Juli Agustus September Oktober Nopember
Menggigit orang
Penangkapan pagi hari (restingplace)
Hinggap
dalam rumah
luar rumah
Dinding
0,19 0,OO 0,04 0,OO 0,00
0,OO 0,14 0,00 0,OO 0,00
Lubang
rmh
Kandang kambing
Kandang kambing
daun salak
0,OO 0,OO 0,OO 0,OO 0,OO
3,16 3,33 0,OO 3,OO 1,17
3,24 1,17 3,OO 0,OO 0,OO
15,OO 0,OO 0,OO 1,00 0,OO
-s-
Dalam rumah
Batu pembatas kebun salak
Pangkal
0,OO 0,OO 0,OO 0,OO 0,OO
0,04 0,OO 0,OO 0,OO 0,OO
:!P,,"
Tebing sungai
0,OO 0,04 0,OO 0,OO 0,OO
*Luar rumah
Gambar 1. Aktivitas Menggigit An. aconitus di Dusun Nganggrung, Desa Kamongan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang.
?
Studi Bioekologi Vektor.. .....(Boewono et.al)
--3
F
7
2 3
Bulan
7
Lubang seresah
Pangkal pohon salak
Gambar 2. Kepadatan An. aconitus Istirahat di Habitat Aslinya pada Pagi Hari di Dusun Nganggrung, Desa Kamongan, Kecamatan rumb bun^, Kabupaten Magelang. Umur relatif nyamuk Hasil pehangkapan nyamuk, An. aconitus hanya dijumpai pada bulan Juli, dari pembedahan ovarium diketahui bahwa 3 dari 4 ekor nyamuk adalah parous. Setelah dilakukan perhitungan matematika mengikut formula diketahui bahwa umur populasi atau umur harapan hidup An. aconitus di dukuh Nganggrung dengan rumus 11-log eP saat ini mencapai 14,5 hari (I0). Angka tersebut memprediksikan bahwa An. aconitus berpotensi sebagai vektor, karena umur populasi mencapai lebih dari sporogonic cycle parasit malaria dalam tubuh vektor (sporogonic cycle 10-12 hari untuk Plasmodium falciparum dan P. vi-vax).
Anopheles balabacensis Kepadatan. Kepadatan di dalam/luar rumah, kepadatan populasi An. balabacensis tiap bulan (Man Hour Density) disajikan pada Tabel 4. Dari hasil penangkapan nampak bahwa An. balabacensis ditemukan menggigit orang di dalam dan luar rumah. Selama penelitian, puncak kepadatan spesies tersebut terjadi pada bulan Juli (0,28 per orangljam). Tingginya populasi An. balabacensis pada bulan Juli kemungkinan berhubungan dengan tersedianya tempat perindukan dan kondisi
lingkungan pada saat itu. Menurut Kelsey dkk.(ll'puncak kepadatan An. balabacensis sangat dipengaruhi oleh ketersediaan tempat perindukan, suhu, intensitas cahaya dan kelembaban. Aktivitas menghisap darah vektor malaria An. balabacensis cenderung sepanjang malam, tetapi paling banyak menggigit manusia sekitar pukul 01.00-03.00 WIB baik di dal a d d i luar rumah (Gambar 3), maupun di kandang kambing. puncak aktivitas menghisap darah An. balabacensis antara pukul 24.00-03.00 WIB, tetapi perilaku An. balabacensis menggigit di atas pukul 24.00 WIB belum banyak diketahui penyebabnya(12). Aktivitas
menggigit.
Tempat istirahat. Tempat istirahat
An. babalacencis pada pagi hari ceriderung di lubang seresah yang terletak ditengah kebun salak dengan kepadatan 14,3 orang per jam (Gambar 4). Lubang seresah dikebun salak pada umurnnya lembab dan teduh sehingga disukai nyamuk tersebut untuk istirahat. Tempat istirahat An. babalacencis pada urnurnnya di tempat yang mempunyai kelembaban tinggi dan intensitas cahaya rendah serti di lubang tanah bersemak(12).
Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 33, No. 2,2005: 62-72
Tabel 4. Kepadatan An. balabacensis (tiap orangtjam) Hasil Penangkapan di Zlusun Ngaggrung, Desa Kamongan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Penangkapan malam hari Bulan (2004)
Menggigit orang
dalam rumah Juli Agustus September Oktober Nopember
0,28 0,27 0,08 0,04 0
Penangkapan pagi hari (restingplace)
Hinggap
luar ruma
,,
Dinding rumah
kandang kambing
kandang kambing
0,06 0,06 0,04 0,52 0,04
0,OO 0,Oo 0,00 0,OO 0,OO
3,33 2,84 1,99 1,83 1,94
3,33 2,16 4,83 1,83 1,83
Di dalam rumah
lubang seresah daun*' salak
batu pembatas kebun salak
Pangkal pohon salak
sungai
0,04 0,00 0,OO 0,OO 0,OO
0,OO 0,OO 0,OO 0,OO 0,OO
0,oo 0,OO 0,OO 0,oo 0,OO
Di luar rumah
Gambar 3. Aktivitas An. balabacensis menggigit orang di Dusun Nganggrung, Desa Kamongan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang
Umur relatif nyamuk. Hasil pembedahan ovarium diketahui bahwa 1 dari 3 ekor nyamuk An. balabacensis ditemukan parous. Dari hasil tersebut diperkirakan umur populasi atau umur harapan hidup An. balabacensis berkisar antara 9,3 hari. Angka tersebut memprediksikan bahwa walau kecil kemungkinannya, spesies ini juga ada potensi sebagai vektor, karena uhur populasi mendekati umur siklus sporogoni parasit malaria dalam tubuh vektor (10- 12 hari).
Anopheles maculatus
Kepadatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa An. maculatus hanya ditemukan menggigit orang di luar rumah dan kandang kambing, mencapai puncaknya pada bulan Juli (0,048 per orangljam, hinggaplmenggigit orang di luar rumah), sedang di kandang kambing (5,16 orang/ jam), terjadi bulan September. Peningkatan kepadatan populasi nyamuk An. maculatus pada bulan September kemungkinan berhubungan dengan tersedianya tempat perindukan An. maculatus di dusun tersebut,
Studi Bioekologi Vektor.. ... ..(Boewono et.al)
yaitu sungai dan genangan air di kebun salak yang airnya tersedia sepanjang tahun. Aktivitas menggigit. Aktivitas menghisap darah An. rnaculatus cenderung me-ningkat pada malam hari sekitar pukul 22.00-24.00 WIB baik menggigit orang di luar rumah maupun istirahat di kandang kambing. Menurut puncak aktivitas menghisap darah An. rnaculatus antara pukul 21.00-24.00 WIB"~'. Tempat istirahat. Tempat istirahat An. rnact~latusdi habitat aslinya pagi hari cenderung di lubang sampah daun salak, terletak ditengah kebun salak dengan kepa-
datan 14,0/orang/jam. Menurut Takken dkk, tempat istirahat An. maculatus pada umumnya di semak-semak dan bebatuan. Dari uji ELISA terhadap nyamuk Anopheles dari daerah penelitian, tidak ditemukan spesies nyamuk positip mengandung sporozoit. Hal tersebut sangat berhubungan dengan jumlah kasus malaria pada waktu dilakukan penelitian yang jauh menurun dibandingkan dengan tahun 2002. Akan tetapi monitoring rutin sangat diperlukan sebagai kewaspadaan dini, agar tidak terjadi peningkatan kasus malaria.
Bulan
Lubang seresah
I¶ Dinding batu pembatas
Gambar 4. Kepadatan An. balabacensis di habitat aslinya pagi hari di Dusun Nganggrung, Desa Kamongan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang.
+Di luar rumah
4Kandang kambing
Gambar 5. Aktivitas An. maculatus menggigit orang dan di kandang kambing di Dusun Nganggrung, Desa Kamongan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang.
Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 33, No. 2, 2005: 62-72
Dinding batu pembatas
Lubang seresah
Gambar 6. Kepadatan An. maculatus di tempat istirahat pagi hari di Dusun Nganggrung, Desa Kamongan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang.
Tanaman dominan di Dusun Nganggrung, adalah pohon buah seperti mangga, rambutan, salak (90%) dan area persawahan. Rumah kasus malaria yang- ditandai dengan titik merah di dusun tersebut terlihat tersebar di seluruh kelompok pertnukinian penduduk yang berada di dekat kebun miliknya (Gambar 7). Berdasarkan hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa penduduk yang bertempat tinggal di area kebun salak (dengan pengairan berkala), mempunyai potensi untuk tertular malaria.
malaria). Radius 200-300 m (zona potensial hijaulgray bzfler zone) merupakan jarak rumah kasus relatif jauh dari tempat perindukan nyamuk. Pada zona ini kasus malaria yang dijumpai di daerah penelitian Dusun Nganggrung, Desa Kamongan, Kec. Srumbung 9,67% dari 85 kasus, sedangkan di luar zona potensial terdapat 37,07% dari 85 kasus malaria (Gambar 7).
DAFTAR RUJUKAN 1.
Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang. Data Malaria 1996-2001. (Tidak dipublikasi)
2.
Stasiun Lapangan Pemberantasan Vektor. Data survei entomologi dan kasr~s malaria. Magelang. 1999 (Tidak dipublikasi)
3.
Prasetyo, P. staf Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah (Komunikasi poribadi). 1999. Semarang.
4.
WHO, Instructions for deterimining the susceptibility or resistance of adult mosquitoes to organo cholrine organophosphate and curbamate insecticides. Diagnostic Test WHO VBCl198; 806.Hal 1-5.
*
Sebaran Kasus Malaria Menurut Tempat Perindukkan Nyamuk Berdasarkan hasil pengamatan sistim infonnasi geografis dengan menggunakan pengolah data ArcVie V.3.2. memperlihatkan bahwa rumah kasus malaria berdekatan dengan tempat perindukan nyamuk vektor malaria yaitu 54,83% dari 85 kasus malaria). Radius 0-100 m (Zona potensial merahlred buffer zone) merupakan jarak rumah kasus yang paling berdekatan dengan tempat perindukan nyamuk, yaitu sebesar 25,8 1% dari 85 kasus malaria. Radius 100-200 m (zona potensial kuning lyellow buffer zone) merupakan jarak rumah kasus malaria yang agak jauh dengan tempat perindukan nyamuk vektor malaria, terdapat sebanyak 19,35% dari 85 kasus
5 . Peiris HTR, He~ningway J. Mechanisms of insecticide in a temepohos selected Culex quinquefhsciatus ( Diptera; Culicidae ) strain from Sri Lanka. Bulletin of Entoinologycal Research. 1990; 80,453-457
6. Mardihusodo SJ. Microplate Assay analysis of potential for organophosphate insecticide resistance in Aedes aegypti in the Yogyakarta
Studi Bioekologi Vektor .......(Boewono eta[)
Mincipality Indonesia. Berkala, Ilmu Kedokterm. 1995; 27.2.71-9 7. Hongvivatana, T., Leerapan, P., and Chaiteeranuwatsiri., M. Knowledge perception and Behavior of malaria. Center for Health Policy Studies Mahidol University, Bangkok. 1985; 1198.
8. Barodji, Bionomik Nyamuk Anopheles spp. Di daerah endemis malaria Di Kabupaten Pekalongan. Seri Biologi, Fak. Biologi Univ. Kristen Satya Wacana. Salatiga.. 2000; 111 (3) : 26-35. 9. Gunawan, S. Epidemiologi malaria (Malaria: Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi klinis dan Penanganan). Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. 2000; 1-16
10. White, G.B. Malaria vector ecology and genetic. Brittish Medical Bulletin, 1982; 38: 207-12. 11. Kelsey, J.L., Thompson, W.D., Evans, A.S., Methods in observational Epidemiology. Oxford University Press, New York. 1986; 1325. 12. Takken, W and B.G.J. Knols. A. taxonomic anda Bionomic review of the malaria vectors of Indonesia (Environmental measures for malaria control in Indonesia; an historical review on species sanitation). Wageningen Agricultural University Papers, 1991
Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 33, No. 2,2005: 62-72
Kab. Magelang
Kec Srumbung
Gambar 7. Peta Kasus Malaria Dusun Nganggrung, Desa Kamongan (A) dan Buffer Zone Tempat Perindukan Nyamuk Terhadap Kasus Malaria (B).