PENINGKATAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Nutrima Lestari NIM 12110241010
PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA OKTOBER 2016
i
ii
iii
iv
MOTTO “Seorang Tuan bisa memberitahumu apa yang Ia harapkan darimu. Tapi seorang guru membangkitkan pengharapanmu sendiri “ (Patricia Neal) “Pendidikan bukan modal hidup tetapi sesuatu yang harus hidup” (Penulis)
v
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Alloh SWT atas kemudahan dan kelancaran–Nya, saya persembahkan karya tulis ini kepada : 1.Kedua orang tua ku, Bapak Juweni dan Ibu Badriyah tercinta yang selalu mendo’akan, memberikan kasih sayang, dan selalu memberikan semangat. Terimakasih atas semua yang telah diberikan kepada ananda. 2.Almamaterku Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
vi
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG Oleh Nutrima Lestari NIM 12110241010
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang dan upaya yang dilakukan serta faktor penghambat dan pendukung dalam upaya meningkatkan mutu guru. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah 12 orang yang terdiri dari Kepala Bidang Tenaga Pendidik dan Kependidikan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang, Kepala UPT DISDIKPORA Kec. Srumbung, Kepala Sekolah, dan guru. Penelitianinidilakukan di duasekolahdasarnegeriyaitu SDN Jamblangandan SDN Sikepan 1.Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan menggunakan model interaktifkonsepdari Milles danHubberman (pengumpulan data, reduksidata,penyajian data, danpenarikankesimpulan). Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumberdanteknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung dilihat dari empat standar kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Standar kompetensi pedagogik belum dapat terpenuhi. Hal ini terlihat dari guru belum dapat memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, metode pembelajaran masih menggunakan metode konvensional, dan hasil UKG yang dilakukan oleh Pihak Dinas mayoritas nilai yang diperoleh juga masih rendah. Standar kompetensi kepribadian sudah dapat terpenuhi. Terlihat dalam sikap (attitude) dan kepribadian (personality). Standar kompetensi sosial guru, mayoritas sudah baik terbukti dari interaksi yang dilakukan guru baik dari pihak dalam maupun luar. Standar kompetensi profesional guru belum terpenuhi secara maksimal. Terbukti dari mayoritas guru bekerja belum sesuai dengan latar belakang pendidikan, RPP hanya mengcopy paste; (2) upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu guru sekolah dasar di Kec. Srumbung diantaranya: melakukan pembinaan, menyelenggarakan berbagai pelatihan, melaksanakan KKG ; (3) faktor penghambat dalam peningkatan mutu guru adalah sumber dana minimal, etos kerja rendah, keterbatasan sarpras, faktor kedisilinan. Sedangkan faktor pendukungnya yaitu SDM yang memadai, pendapatan tinggi dan lingkungan yang nyaman dan aman. Kata Kunci : Kompetensi Guru, Sekolah Dasar, Kecamatan Srumbung
vii
KATA PENGANTAR Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,petunjuk serta karunia- Nya sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang” ini disusun dalam rangka memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S1 Kebijakan Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih setinggi–tinginya kepada : 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk menimba ilmu selama masa studi di Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan Tugas Akhir Skripsi. 3. Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan pengesahan hasil Tugas Akhir Skripsi. 4. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan yang telah memberikan pengarahan dalam penyelesain Tugas Akhir Skripsi.
viii
5. Bapak Dr. Dwi Siswoyo M. Hum selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi. 6. Bapak Joko Sri Sukardi, M. Si selaku Dosen Pembimbing Akdemik, yang telah membimbing dan memberi pengarahan dalam menyelesaikan studi. 7. Bapak dan Ibu dosen dan pengajar di Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, yang telah memberikan banyak ilmu dan bekal pengalaman. 8. Bapak Sugeng Riyadi selaku Kepala Tenaga Pendidik dan Kependidikan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian 9. Bapak Sujadi selaku Kepala UPT DISDIKPORA Kec. Srumbung telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian 10. Bapak Muh. Yunus dan Ibu NurKhasanatun N selaku Kepala Sekolah SDN Jamblangan dan SDN Sikepan 1 yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah. 11. Bapak Budi dan Ibu Sri, kedua kakakku dan segenap keluarga besar yang telah mendukung dan mendoakan sampai selesai studi. 12. Sahabat–sahabatku Khalimah, Ranti Eka, Nanda, Leni, Herdita, dan Fitri Ramadhani. 13. Teman–teman saya di Prodi Kebijakan Pendidikan, khususnya angkatan 2012 14. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan kemudahan dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi.
ix
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk semua pihak Yogyakarta, Penulis,
x
Oktober 2016
DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL...................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iv
MOTTO .....................................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
vi
ABSTRAK ..................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ................................................................................
viii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .....................................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................
8
C. Pembatasan Masalah ............................................................................
8
D. Rumusan Masalah ................................................................................
9
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................
9
F. Manfaat Penelitian ................................................................................
10
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori .......................................................................................
11
1. Mutu Pendidikan ............................................................................
11
a. Pengertian Mutu ..........................................................................
10
b.Hakikat Mutu Pendidikan ...........................................................
15
2. Peningkatan Mutu Guru .................................................................
19
a. Pengertian Guru .......................................................................
19
b. Landasan Kebijakan Guru ........................................................
20
c. Pengertian Kompetensi Guru ...................................................
21
xi
d. Standar Kompetensi Guru ........................................................
22
1) Standar Kompetensi Pedagogik ............................................
23
2) Standar Kompetensi Kepribadian ........................................
30
3) Standar Kompetensi Sosial ..................................................
32
4) Standar Kompetensi Profesional .........................................
33
3.Peran Guru dalam Aktifitas Pembelajaran .....................................
36
4.SekolahDasar...................................................................................
38
a. Pengertian Sekolah Dasar ...........................................................
38
b.Landasan Yuridis Sekolah Dasar ................................................
38
B. Penelitian yang Relevan ........................................................................
40
C. Kerangka Berpikir ................................................................................
44
D. Pertanyaan Penelitian .........................................................................
47
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian .........................................................................
48
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................
49
C. Subyek Penelitian .................................................................................
49
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................
50
E. Instrumen Penelitian .............................................................................
52
F. Teknik Analisis Data ............................................................................
56
G. Teknik Keabsahan Data .......................................................................
58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................................
60
1.SD Negeri Jamblangan ......................................................................
60
2.SD Negeri Sikepan 1 ..........................................................................
66
B. Hasil Penelitian ....................................................................................
75
1. Mutu Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang ...................................................................... a. Standar Kompetensi Pedagogik ...................................................
75 77
b.Standar Kompetensi Kepribadian ...............................................
80
c. Standar Kompetensi Sosial .........................................................
81
d.Standar Kompetensi Profesional .................................................
83
2.Upaya dalam Meningkatkan Mutu Guru Sekolah xii
Dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang ......................
88
3.Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Peningkatan Mutu Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang ...................................................................... C. Pembahasan ..........................................................................................
94 97
1. Mutu Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang ...................................................................... a. Standar Kompetensi Pedagogik ...............................................
102 103
b. Standar Kompetensi Kepribadian ...........................................
105
c. Standar Kompetensi Sosial .....................................................
106
d. Standar Kompetensi Profesional .............................................
107
2. Upaya dalam Meningkatkan Mutu Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang ...................
109
3. Faktor Penghambat dan pendukung dalam Peningkatan Mutu Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang ......................................................................
111
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ..........................................................................................
117
B. Saran .....................................................................................................
120
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
121
LAMPIRAN .............................................................................................
124
xiii
DAFTAR TABEL hal Tabel 1. Pedoman Observasi ......................................................................
53
Tabel 2. Pedoman Wawancara ..................................................................
55
Tabel 3. Kisi Kajian Dokumen ..................................................................
56
Tabel 4. Jumlah PesDik SDN Jamblangan ...............................................
63
Tabel 5. Hasil UN SDN Jamblangan ........................................................
63
Tabel 6. Jumlah Tenaga Pendidik dan Kependidikan SDN Jamblangan .................................................................. Tabel 7. Data Sarana dan Prasarana SDN Jamblangan .............................
64 66
Tabel 8. Jumlah PesDik SDN Sikepan 1 ...................................................
70
Tabel 9. Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan SDN Sikepan 1 .........
71
Tabel 10 Data Hasil UN SDN Sikepan 1 ...................................................
72
Tabel 11. Data Hasil Prestasi Non Akademik SDN Sikepan 1 ...................
73
Tabel 12. Data Sarana dan Prasarana Penunjang Akademik SDN Sikepan 1 ................................................................ Tabel 13. Data Sarana dan Prasarana Penunjang Non Akademik SDN Sikepan 1 .................................................................................. Tabel 14. Jumlah Tenaga Pendidik SD Kec. Srumbung Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan ............................................................
xiv
74 74 86
DAFTAR GAMBAR hal Gambar 1. Alur Kerangka Pikir ..................................................................... 46
xv
DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1. Pertanyaan Wawancara ..........................................................
124
Lampiran 2. Transkip Wawancara .............................................................
129
Lampiran 3. Catatan Lapangan .................................................................
162
Lampiran 4. Dokumentasi Foto...................................................................
175
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian dari FIP ..................................................
178
Lampiran 6.Surat Ijin Penelitian dari Kesbangpol DIY ..............................
179
Lampiran 7.Surat Ijin Penelitian dari Kesbangpol Kab.Magelang .............
180
Lampiran 8.Surat Ijin Penelitian dari BPMPPT .........................................
181
Lampiran 9.Surat Keterangan Penelitian dari SDN Jamblangan ................
182
Lampiran 10.Surat Keterangan Penelitian dari SDN Sikepan 1 ................
183
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dewasa ini pendidikan sangat diperlukan dan menjadi kebutuhan wajib bagi semua orang. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, menyebutkan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ( Wiji Suwarno, 2006 : 21)”
Undang–Undang No 20 Tahun 2003 ini merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi Sistem Pendidikan Nasional yang memuat visi, misi, fungsi dan tujuan pendidikan Nasional, serta strategi pembangunan pendidikan nasional untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu serta relevan dengan kebutuhan masyarakat dan berdaya saing dalam kehidupan global. Dalam Undang–Undang tersebut juga menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Dalam konteks pendidikan di Indonesia, sistem pendidikan nasional bertugas mempersiapkan setiap warga negara agar dapat berperan aktif di seluruh bidang kehidupan dengan cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin, bermoral tinggi, demokratis dan toleran serta
1
mengutamakan persatuan bangsa. Pendidikan jalur sekolah dan jalur luar sekolah secara bersamaan menjalankan fungsi empat pilar pendidikan dalam tujuan pendidikan nasional (Syafarudin, 2002: 3) . Mutu pendidikan merupakan satu- satuya masalah dasar dalam dunia pendidikan sekarang ini. Mutu dalam pendidikan yang sering diartikan sebagai suatu pencapain keberhasilan dalam pendidikan, sekarang ini masih jauh dari yang diharapkan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pencapaian delapan standar pendidikan inilah yang dimaksudkan sebagai tercapainya mutu pendidikan. Dalam mencapai mutu pendidikan tersebut, tidak hanya dibutuhkan satu komponen saja, melainkan berbagai komponen harus saling bekerja sama dan berkesinambungan agar kedelapan standar dapat terpenuhi.Komponen – komponen yang perlu diperhatikan dalam pencapain mutu pendidikan adalah masukan(input),proses dan hasil belajar (output). Input dalam hal ini yang dimaksud adalah peserta didik dan pendidik. Keadaan peserta didik dipengaruhi oleh latar belakang kognitif peserta didik, keadaan sosial ekonomi dll. Sedangkan keadaan pendidik dipengaruhi ketika proses rekruitmen calon guru yang dilakukan oleh pihak sekolah dan latar belakang pendidikan dari guru. Kemudian dalam hal proses, guru lah yang paling berperan dalam proses pembelajaran peserta didik di kelas. Hal ini dikarenakan guru merupakan kunci berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Apabila guru dapat mengendalikan peserta didik, maka hasil belajar atau output dalam tercapai
2
dengan maksimal sehingga mutu pendidikanpun secara otomatis dapat tercapai. Salah satu komponen agar tercapainya mutu pendidikan yang maksimal adalah mutu tenaga pendidik atau guru. Guru merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam pencapaian keberhasilan pembelajaran di sekolah. Di tangan gurulah segala perubahan peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan peserta didik diharapkan. Guru bagaikan magnet yang seharusnya mampu menyedot perhatian siswa, guru menjadi pusat yang mampu mengubah keterpendaran perhatian, mampu “menghipnosi” sehingga siswa merasa enjoy dalam setiap mengikuti pembelajarannya (Nurfuadi, 2012:5). Guru juga merupakan elemen kunci keberhasilan sistem pendidikan, tepatnya yang berlangsung di sekolah. Hal ini di sebabkan karena guru merupakan titik
sentral dalam pembaharuan dan peningkatan kualitas
pendidikan, dengan kata lain salah satu persyaratan penting bagi terwujudnya pendidikan yang berkualitas adalah apabila pelaksanaannya dilakukan oleh pendidik-pendidik yang keprofesionalannya dapat diandalkan.Peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal seperti sebagai pengajar, manajer kelas, supervisor, motivator, konsuler dan eksplanator (Nurfuadi, 2012:106-107). Untuk dapat dikatakan sebagai guru yang bermutu, maka guru harus mempunyai empat kompetensi dasar agar mencapai guru profesional yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI nomor
3
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa guru adalah pendidik professional. Menurut Suyanto (2007:7) guru yang professional harus selalu berubah dari praktek lama, dan bahkan juga harus bisa meninggalkan metode lama untuk menghadapi tantangan professional kini dan mendatang dengan cara dan metode yang sama sekali baru. Peran guru yang begitu kompleks itu menuntut seorang guru untuk dapat bekerja secara profesional. Dalam hal ini seorang guru tidak hanya bertugas mentransfer ilmu kepada peserta didik, melainkan membimbing peserta didik menjadi pribadi yang yang baik. Mutu guru juga dipengaruhi oleh program penataran dan pelatihan yang diikutinya. Untuk memiliki mutu yang baik, guru dituntut untuk memiliki kemampuan akademik yang memadai, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya kepada para siswa untuk kemajuan hasil belajar siswa. Hal ini menentukan kemampuan guru dalam menentukan cara penyampaian materi dan pengelolaan interaksi belajar mengajar. Untuk itu guru perlu mengikuti program-program penataran. Sekolah dasar merupakan suatu pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan enam tahun. Sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan dasar. Peraturan Pemerintah Repubilk Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan disebutkan bahwa jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang diselenggarakan
4
pada satuan pendidikan
berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang berbentuk Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah dasar sebagai awal dari pembentukan karakter peserta didik seharusnya mempunyai guru yang profesional. Hal ini dikarenakan guru di sekolah dasar memiliki peran ganda yaitu selain menjadi semua guru mata pelajaran juga merangkap sebagai guru wali kelas. Peran guru yang begitu kompleks itu menuntut guru untuk dapat berpikir secara logis dan tentunya hanya guru–guru yang profesional yang dapat melakukan pekerjaan tersebut. Namun kenyataannya sekarang ini, guru yang dapat melaksanakan tugas secara profesional itu masih sulit ditemui. Mayoritas guru hanya memandang pekerjaan guru sebagai profesi sehingga mereka bekerja sebatas menggugurkan kewajiban. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Salam ditemukan beberapa permasalahan terkait dengan mutu guru, menurut Bapak Sujadi selaku kepala UPT menuturkan bahwa masih ada beberapa permasalahan yang terkait dengan guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung. Apabila dilihat dari segi fisik mayoritas
sudah
tua.
Sehingga
guru
tersebut
sulit
untuk
dapat
mengembangkan kemampuannya khususnya dalam bidang teknologi. Mereka menganggap sudah tidak perlu lagi untuk belajar khususnya dalam teknologi karena tidak lama lagi akan pensiun. Kecamatan Srumbung yang merupakan salah satu kecamatan yang berada di Lereng Merapi menyebabkan banyak
5
guru SD mempunyai pekerjaan sampingan sebagai petani sehingga pikiran mereka tidak terfokus dalam satu hal. Selain itu letak geografis Kecamatan Srumbung yang berada di atas, bagi beberapa guru dirasa terlalu jauh untuk sampai ke sekolah. Selain itu permasalahan yang ditemui pada dua sekolah dasar di Kecamatan Srumbung yaitu SDN Sikepan 1 dan SDN Jamblangan.
SD
Negeri Sikepan 1 yang berlamatkan di Jalan Soka Km. 5 Bringin Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang merupakan salah satu sekolah dasar negeri terbaik di Kec. Srumbung. Namun walaupun merupakan sekolah terbaik masih ditemui beberapa permasalahan khususnya yang terkait dengan guru. Berdasarkan pada observasi awal yang dilakukan oleh peneliti yaitu guru belum dapat memanfaatkan teknologi dan komunikasi dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan perkataan Bapak Sujadi selaku Kepala UPT, guru terlihat tidak melakukan persiapan sebelum proses pembelajaran dimulai. Guru terlihat langsung masuk ke dalam kelas dan memulai proses pembelajaran. Keterbatasan alat peraga yang disediakan oleh sekolah juga menghambat guru dalam melakukan kerjanya secara profesional. Pihak sekolah juga kurang memberikan perhatian kepada guru khususnya kepada guru yang masih berstatus sebagai guru wiyata untukmengembangkan karirnya baik lewat keikutsertaan dalam pelatihan maupunpenulisan karya ilmiah/jurnal, dan inovasi-inovasi dalam pembelajaran belum banyak dilakukan.
6
Sedangkan di SDN Jamblangan yang berlamatkan di Jamblangan di Dusun Cabean, Bringin,Srumbung,Kabupaten Magelang ditemukan juga beberapa permasalahan yang secara mayoritas hampir sama dengan permasalahan di SDN Sikepan 1 diantaranya penataan infrastrukturnya seperti:ruangan kantor, rungan kelas,perpustakaan belum terlihat mendukung suasana kerja yang kreatif, efektif, dan menyenangkan bagi guru. Ditemui juga permsalahan mengenai kurangnya partisipasi wali murid yang ada di SDN Sikepan 1 Kecamatan Srumbung. Mayoritas wali murid merasa acuh tak acuh terhadap pendidikan anaknya. Kurangnya partisipasi itu menyebabkan guru tidak dapat bekerja sama lebih luas dengan wali murid sehingga semua permasalahan dalam pembelajaran ditangani sendiri oleh guru. Melihat kondisi permasalahan diatas, upaya–upaya peningkatan mutu khuususnya bagi guru dirasa sangatlah dibutuhkan. UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Srumbung sebagai Lembaga Pendidikan dibawah naungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang memiliki peran yang cukup dominan dalam meningkatkan mutu guru sekolah dasar khususnya di wilayah Kecamatan Srumbung. Dari hasil paparan diatas peneliti tertarik untuk mengkaji dan meneliti mengenai “Peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang” karena peneliti ingin mendeskripsikan dan menjelaskan upaya–upaya yang dilakukan oleh UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kec. Srumbung maupun pihak sekolah dalam meningkatkan mutu guru .
7
B. Identifikasi Masalah Dari hasil paparan dalam latar belakang diatas ditemukan beberapa masalah, diantaranya : 1. Gurudi SDN Sikepan 1 dan SDN Jamblangan belum dapat menguasai teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran. Proses belajar mengajar masih menggunakan metode konvensional. 2. Guru di SDN Sikepan 1 dan SDN Jamblangan belum melakukan persiapan sebelum proses belajar mengajar. Hal ini menyebabkan tujuan yang dicapai dalam pembelajaran tidak maksimal. 3. Kurangnya perhatian sekolah khususnya bagi guru di SDN Sikepan 1 dan SDN Jamblangan yang berstatus sebagai guru wiyata/ honorer untuk mengembangkan karier dalam pelatihan. 4. Mayoritas guru yang mengajar sekolah dasar di Kecamatan Srumbung berasal dari luar Provinsi Jawa Tengah. Kondisi ini memungkinkan kinerja guru akan terpengaruh karena jarak rumah yang jauh dapat menyebabkan konsentrasi guru dalam mengajar menjadi menurun. C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dimaksudkan untuk membantu ruang lingkup permasalahan yang dibahas supaya memperjelas permasalahan dan tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami permasalahan penelitian. Masalah dalam penelitian ini dibatasi oleh peneliti pada upaya peningkatan mutuguru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang.
8
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang dilihat dari empat standar kompetensi guru ? 2. Bagaimana upaya dalam meningkatkan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang? 3. Apa saja faktor penghambat dan faktor pendukung dalam peningkatan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang ? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini ialah antara lain : 1. Untuk mendeskripsikan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang dilihat dari empat standar kompetensi guru 2. Untuk
mendeskripsikan upaya dalam meningkatkan mutu guru
sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang 3. Untuk mendeskripsikan faktor penghambat dan faktor pendukung dalam upaya peningkatan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang.
9
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam peningkatan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang , antara lain sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan gambaran yang lebih konkrit dan dapat dijadikan sumber pijakan dalam menentukan kebijakan tentang peningkatan mutu guru Sekolah Dasar b. Untuk menambah referensi, literatur/pustaka studi tentang mutu guru 2. Manfaat Praktis a. Bagi Dinas Pendidikan dan Kepala UPT, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung, beserta berbagai dinamika dalam peningkatan mutu guru b. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun renstra strategi upaya pengembangan sekolah (renstra) dalam rangka meningkatkan mutu guru. c. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kejelasan dan pemahaman tentang mutu guru dan upaya peningkatannya serta faktor penghambat dan pendorong dalam meningkatkan mutu guru SD.
10
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Mutu Pendidikan a. Pengertian Mutu Mutu merupakan topik penting dalam diskusi tentang pendidikan sekarang ini. Kata “mutu” memiliki banyak pengertian. Definisi mutu menurut Arcaro (2006:7) yaitu sebuah derajat variasi yang terduga standar yang digunakan dan memiliki kebergantungan pada biaya yang rendah(Nur Zazin,2011: 54)menyatakan bahwa mutu mengandung arti makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja atau upaya) baik berupa barang maupun jasa baik yang tangible maupun intangible. Mutu adalah sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga diri (Peters dan Austin , 1985) Definisi mutu menurut Juran dalam Arcaro, menyebutkan mutu sebagai “tepat untuk dipakai” dan menegaskan bahwa dasar misi mutu sebuah sekolah adalah mengembangkan program dan layanan yang memenuhi kebutuhan pengguna seperti siswa dan masyarakat. Pandangan Juran tentang mutu merefleksikan pendekatan rasional yang berdasarkan fakta terhadap organisasi bisnis dan amat menekankan pentingnya proses perencanaan dan kontrol mutu. Titik fokus manajemen mutu adalah keyakinan organisasi terhadap produktivitas individual. Mutu adalah suatu terminologi subjektif dan relatif yang dapat diartikan dengan berbagai cara dimana setiap definisi bisa didukung oleh 11
argumentasi yang sama baiknya. Secara luas mutu diartikan sebagai agregat karakteristik dari produk atau jasa yang memuaskan kebutuhan konsumen/ pelanggan. Dalam pendidikan, mutu adalah keberhasilan proses dan hasil belajar yang menyenangkan dan memberikan kenikmatan ( Nurfuadi, 2012: 153) Dalam pembicaraan tentang mutu, terdapat unsur–unsur yang terkait,yaitu: produk dan jasa, penghasil produk/jasa, pelanggan, kebutuhan dan harapan, produk/jasa yang bermutu dan kepuasaan. Produk dan jasa adalah hasil yang diproduksi karena ada yang memerlukan. Dalam kerangka manajemen pengembangan mutu terpadu, usaha pendidikan tidak lain adalah merupakan usaha “jasa” yang memberikan pelayanan kepada pelanggannya yang utamanya yaitu kepada mereka yang belajar dalam lembaga pendidikan tersebut ( Nurfuadi, 2012: 157). Para pelanggan layanan pendidikan dapat terdiri dari berbagai unsur paling tidak empat kelompok (Sallis,1993) dalam Nurfuadi (2012: 157), yaitu peserta didik, orang tua, lapangan kerja, dan dosen/guru/ tutor dan tenaga administrasi lembaga pendidikan serta pimpinan lembaga pendidikan tersebut. Empat kelompok tersebut berkepentingan dengan lembaga tersebut untuk maju, karena semakin maju dan berkualitas dari suatu lembaga pendidikan mereka akan diuntungkan, baik kebanggan maupun finansial. Kepuasaan dan kebanggaan dari mereka sebagai penerima manfaat layanan pendidikan harus menjadi acuan bagi program peningkatan mutu layanan pendidikan.
12
Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen–komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia. Namun dari seluruh komponen pendidikan tersebut, gurulah yang merupakan komponen utama. Jika gurunya berkualitas baik, maka pendidikanpun akan baik pula. Dalam hubungannya dengan keberhasilan dalam mendidik, maka guru harus mampu melaksanakan inspiring teaching, yaitu guru yang melalui kegiatan mengajarnya mampu mengilhami murid–muridnya (Nurfuadi, 2012 : 158-159). Mutu dapat dijamin dengan cara memastikan bahwa setiap individu memiliki bidang yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaan yang tepat (Arcaro, 2006: 8). Pandangan Juran dalam Arcaro tentang mutu adalah : (1)Meraih mutu merupakan proses yang tidak mengenal akhir,(2) Perbaikan mutu merupakan proses berkesinambungan, bukan program sekali jalan,(3)Mutu memerlukan kepemimpinan dari anggota dewan sekolah dan administrator,(4) Pelatihan massal merupakan prasyarat mutu, dan (5) Setiap orang di sekolah mesti mendapatkan pelatihan. Inti pemikiran Deming dan Juran memandang bahwa membangun mutu sebagai prinsip dasar bagi pendidikan sekolah, strategi dan filosofinya
13
sama seperti yang terbukti sudah berhasil dijalankan dalam bidang lain (Arcaro, 2006: 9) Transformasi mutu diawali dengan mangadopsi paradigma baru pendidikan. Cara pikir dan cara kerja lama harus disingkirkan. Dalam bidang pendidikan, sulit untuk mengembangkan paradigma baru pendidikan. Ada dua pokok yang menghalangi upaya penciptaan mutu dalam sistem pendidikan. Pertama, banyak profesional pendidikan yakin bahwa mutu pendidikan bergantung pada besarnya dana yang dialokasikan untuk pendidikan, lebih banyak uang yang diinvestasikan dalam pendidikan, maka lebih tinggi juga mutu pendidikan (Arcaro,2006: 11-12). Perbaikan mutu pendidikan khusunya di sekolah, lebih banyak menjadi tanggung jawab pada guru. Secara umum para guru terfokus hanya pada aspek pendidikan seorang siswa yaitu membantu siswa belajar dan mendapatkan pengetahuan. Bila mutu dimulai sebgai proyek terisolasi di sekolah atau ruang kelas, dan hal tersebut hampir mempengaruhi keseluruhan mutu pendidikan. Mutu menciptakan lingkungan bagi pendidik, orang tua, pejabat pemerintah, wakil–wakil masyarakat dan pemuka bisnis untuk bekerja bersama guna memberikan kepada para siswa sumber–sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi tantangan masyarakat, bisnis dan akademik sekarang dan masa depan(Arcaro,2006 :76-77).
14
b. Hakikat Mutu Pendidikan Beberapa
hakikat
mutu
dalam
pendidikan
di
sekolah
melaluipenerapan prinsip–prinsip mutu Dr. W. Edward Deming adalah sebagai berikut : 1. Menciptakan konsistens tujuan untuk memperbaiki layanan dan siswa dmaksudkan untuk menjadikan sekolah sebagai sekolah yang kompetitif dan berkelas dunia. 2. Mengadopsi filosofi mutu total. Sistem sekolah harus menyambut baik tantangan untuk berkompetisi dalam sebuah perekonomian global. Setiap anggota sistem sekolah mesti belajar ketrampilan baru mendukung revolusi mutu 3. Mengurangi
kebutuhan
pengujian.
Hal
ini
dilakukan
untuk
membangun mutu dala layanan pendidikan. Memberikan lingkungan belajar yang menghasilkan kinerja siswa yang bermutu. 4. Menilai bisnis sekolah dengan cara baru. Bekerja sama dengan para orang tua siswa dan berbagai lembaga untuk memperbaiki mutu siswa menjadi bagian sistem. 5. Memperbaiki mutu dan produktivitas secara mengurangi biaya dengan cara memperbaiki, mengidentifikasi, mengimplementasi perubahan. 6. Belajar sepanjang hayat. Perbaikan mutu tidak dapat berhasil baik jika hanya dilakukan sesaat namun harus dilakukan sepanjang hayat.
15
7. Kepemimpinan dalam pendidikan. Mutu mesti terintegrasikan ke dalam pernyataan visi dan misi. 8. Mengeliminasi rasa takut 9. Mengeliminasi hambatan keberhasilan. 10. Menciptakan budaya mutu untuk setiap orang 11. Perbaikan proses 12. Membantu siswa berhasil. Tanggung jawab semua administrator pendidikan mesti diubah dari kuantitas menjadi kualitas 13. Komitmen. Manajemen mesti memiliki komitmen terhadap budaya mutu. 14. Tanggung jawab (Jerome S. Arcaro, 2006 :85-89) Dari segi sosiologis, mutu pendidikan berarti pendidikan yang bermanfaatdan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan lingkungannya dalam hubungannya dengan kelompok (seperti interaksi sesama anggota masyarakat), perkembangan budaya, serta mempersiapkan masyarakat untuk menerima perubahan dan perkembangan teknologi. Dari perspektif pendidikan dapat dilihat dari sisi prestasi siswa, proses pembelajaran, kemampuan lulusan dalam mengembangkan potensinya di masyarakat, serta dalam hal memecahkan masalah dan berpikir kritis. Dengan demikian, untuk mengetahui pendidikan yang bermutu perlu dikaji mutu dari segi proses, sebagaimana Popi (2010) dalam Nur Zazin (2011, 66) produk maupun sisi internal dan kesesuaian. Dari segi proses, mutu pendidikan berarti keefektifan dan efisiensi seluruh
16
faktor yang berperan dalam proses pendidikan. Faktor tersebut adalah sebagai berikut : 1. Mutu atau kualitas guru 2. Sarana dan prasarana 3. Suasana belajar 4. Kurikulum yang dilaksanakan 5. Pengelolaan sekolah. Mutu pendidikan secara multidimensi meliputi aspek mutu input, proses, dan output. Oleh karenanya pengembangan pencapaian mutu harus secara holistik dimulai dari input, proses, dan output. Dengan demikian, mutu pendidikan adalah kebermutuan dari berbagai layanan institusi pendidikan kepada siswa maupun staf pengajar untuk terjadinya proses pendidikan yang bermutu sehingga akan menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan, ketrampilan, dan pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan untuk terjun ke lingkumgan masyarakat. Faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan seperti pemeliharaan gedung, guru-guru profesional, nilai moral, hasil ujian, dukungan orang tua dan masyarakat, penerapan teknologi, kepemimpinan, pemeliharaan dan perhatian
terhadap
pelajar,
kurikulumatau
perpaduan
berbagai
faktor(Syafaruddin, 2002:120). Pemenuhan mutu pendidikan pada satuan pendidikan adalah standar nasional pendidikan (SNP) dan standar–standar lain yang disepakati oleh kelompok masyarakat. SNP diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
17
Pendidikan dan peraturan perundangan lain yang relevan yaitu minimal tentang sistem pendidikan di wilayah hukum NKRI. Terdapat delapan Standar Nasional Pendidikan yaitu : 1. Standar Isi ( Permendiknas No.22 Tahun 2006 ) 2. Standar Proses 3. Standar Kompetensi Lulusan ( No.23 Tahun 2006) 4. Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan(No. 16 Tahun 2007) 5. Standar Sarana dan Prasarana ( No. 24 Tahun 2007 ) 6. Standar Pengelolaan ( No. 19 Tahun 2007) 7. Standar Pembiayaan 8. Standar Penilaian / Evaluasi ( No. 20 Tahun 2007 ). Dalam kerangka sistem, pemenuhan SNP komponen input adalah Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan dan Standar Pembiayaan. Pada komponen proses adalah Standar Isi,Standar Proses, dan Standar Penilaian/Evaluasi. Pada komponen output adalah Standar Kompetensi Lulusan. Mutu pendidikan dapat dilihat dari lima macam penilaian sebagai berikut : a. Prestasi siswa yang dihubungan dengan norma nasional dan agama dengan menggunakan skala nilai b. Prestasi siswa yang berhubungan dengan kemampuan c. Kualitas belajar mengajar
18
d. Kualitas mengajar e. Kinerja sekolah ( Nur Zazin, 2011:66 ). 2. Peningkatan Mutu Guru a. Pengertian Guru Definisi guru menurut Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebut guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidian dasar, dan pendidikan menengah ( Dwi Siswoyo dkk, 2007:128) Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya Profesionalisme Guru, mengartikan bahwa guru adalah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian kepada seseorang atau sekelompok orang. Ahmad Tafsir mengemukakan pendapat bahwa guru adalah orang–orang yang bertanggung jawab
terhadap
perkembangan
anak
didik
dengan
mengupayakan
perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif,kognitif dan psikomotorik. Menurut Hadari Nawawi bahwa pengertian guru dapat dilihat dari dua sisi. Pertama secara sempit, guru adalah ia yang berkewajiban mewujudkan program kelas, yakni orang yang kerjanya mengajar dan memberikan pelajaran di kelas. Sedangkan secara luas diartikan guru adalah orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung
19
jawab dalam membantu anak-anak dalam mencapai kedewasaan masing– masing. Dari uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa guru merupakan seseorang
atau sekelompok orang yang bekerja secara profesional yang
mempunyai tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik yang dilihat dari ketiga potensi baik potensi afektif, kognitif maupun psikomotorik. Guru sebagai ujung tombak dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas memegang peranan yang sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajarannya. Guru yang efektif akan mampu mengefektifkan proses pembelajaran dengan baik. Guru yang profesional akan memiliki komitmen yang tinggi dan disertai dengan kemampuan sesuai dengan bidang keahliannya. Komitmen inilah sebagai modal dasar dalam meningkatkan mutu pembelajaran dikelas. Pembelajaran yang bermutu akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa (PrimMasrokan Mutohar,2013:153). b. Landasan Kebijakan Guru Guru sebagai pekerja profesional memiliki beberapa landasan hukum. Ada beberapa landasan kebijakan yang mendasari dan menjadi acuan bagi guru untuk menjalankan profesinya. Ada lima peraturan perundang–undangan yang dijadikan landasan kebijakan komipetensi guru yaitu, sebagai berikut: 1) Pembukaan Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1945
20
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) Bab IV, Bagian Kesatu Pasal 8-10 tentang Kualifikasi, Kompetensi dan Sertifikasi pada pasal 8 yang menyebutkan bahwa Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Hal ini juga diperkuat dalam pasal 10 yang menyebutkan bahwa seorang guru harus memiliki empat standar kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. 4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 28 tentang Standar Nasional Pendidikan 5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru c. Pengertian Kompetensi Guru Istilah kompetensi menunjuk pada suatu kemampuan sebab “competence means fitness or ability” yang berarti kemampuan atau kecakapan. Sumber dari Depdiknas (1982:51) menyatakan bahwa, kompetensi menunjuk kepada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan.Sedangkan, Mukminan mengutip pendapat Hall dan Jone yang menyatakan bahwa kompetensi adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan, keterampilan
21
dan sikap yang dapat diamati dan diukur (Hall dan Jones dalam Mukminan, 2003:2) Oleh sebab itu, seseorang yang memiliki kompetensi berarti yang bersangkutan memiliki kemampuan yang dapat diamati dan diukur. Sementara itu Barlow (1985:132) menyatakan bahwa kompetensi guru adalah “the ability of teacher to responsibility perform his or her duties appropriately. Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan guru untuk mentransfer pengetahuan
dan
keterampilannya
dalam
melaksanakan
kewajiban
pembelajaran secara professional dan bertanggungjawab. d. Standar Kompetensi Guru Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dalam pasal 10 dan Undang–Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru harus memilki kualifikasi akademik minimal S1 atau D-IV dan memilki empat standar kompetensi guru. Keempat standar kompetensi guru tersebut kemudian dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 28 dan penjelasannya yakni, meliputi; (1) kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik; (2) kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi anak didiknya; (3) kompetensi sosial yaitu kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua atau wali peserta didik, dan
22
(4) kompetensi profesionalisme yaitu kemampuan menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam diperoleh melalui pendidikan profesi. Penjabaran
lebih
lanjut
tentang
indikator–indikator
standar
kompetensiguru sebagaimana yang ditetapkan oleh Undang–Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen diatur melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Berikut ini adalah penjabarannnya mengenai empat standar kompetensi guru : 1) Standar Kompetensi Pedagogik Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, hasil evaluasi belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilkinya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasidan Kompetensi Guru telah menggarisbawahi 10 kompetensi pedagogis. Kesepuluh kompetensi inti akan dijelaskan beserta sub kompetensi sebagai berikut : 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, kultural, emosional, dan intelektual. a) Memahami karakteristik peserta didik usia sekolah dasar yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya.
23
b) Mengidentifikasi potensi peserta didik usia sekolah dasar dalam lima mata pelajaran SD/MI c) Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik usia sekolah dasar dalam lima mata pelajaran SD/MI. d) Mengidentifikasi kesulitan peserta belajar usia sekolah dasar dalam lima mata pelajaran SD/MI. 2. Menguasi teori–teori belajar dan prinsip–prinsip pembelajaran yang mendidik. Seorang guru harus menguasi teori–teori pembelajaran, yaitu teori behaviorisme, teori kognitif dan teori humanistikkonstruktivisme a) Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan lima mata pelajaran SD/MI. b) Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam lima mata pelajaran SD/MI. c) Menerapkan pendekatan pembelajaran tematis, khususnya di kelaskelas awal SD/MI. 3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu a) Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum b) Menentukan tujuan lima mata pelajaran SD/MI. c) Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan lima mata pelajaran SD/MIMenata materi pembelajaran
24
secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik usia SD/MI. d) Memilih materi lima mata pelajaran SD/MI yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran e) Menata
materi
pembelajaran
secara
benar
sesuai
dengan
pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik usia SD/MI. f) Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian. 4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik a) Memahami
prinsip-prinsip
perancangan
pembelajaran
yang
mendidik. b) Mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran c) Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan. d) Melaksanakan
pembelajaran
yang
mendidik
di
kelas,
di
laboratorium, dan di lapangan. e) Menggunakan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik dan lima mata pelajaran SD/MI untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh. f) Mengambil keputusan transaksional dalam lima mata pelajaran SD/MI sesuai dengan situasi yang berkembang. 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran
25
6. Memfasilitasi
pengembangan
potensi
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilkinya. a) Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi belajar secara optimal. b) Menyediakan
berbagai
kegiatan
pembelajaran
untuk
mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya 7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik a) Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif empatik dan santun, baik secara lisan maupun tulisan b) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi pembelajaran yang terbangun secara siklikal dari penyiapan kondisi psikologis peserta didik, memberikan pertanyaan atau tugas sebagai undangan kepada peserta didik untuk merespons, respons peserta didik, reaksi guru terhadap respons peserta didik, dan seterusnya 8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluas proses dan hasil belajar a) Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik lima mata pelajaran SD/MI. b) Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik lima mata pelajaran SD/MI
26
c) Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar d) Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. e) Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan mengunakan berbagai instrumen f) Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan. g) Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar siswa. 9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran a) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar. b) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. c) Mengkomunikasikan
hasil
penilaian
dan
evaluasi
kepada
pemangku kepentingan d) Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran 10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran a) Melakukan
refleksi
terhadap
dilaksanakan.
27
pembelajaran
yang
telah
b) Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan lima mata pelajaran SD/MI. c) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran lima mata pelajaran SD/MI (Marselus R. Payong, 2011 :29). Pengembangan dan peningkatan kualitas komptensi guru selama ini diserahkan kepada guru itu sendiri. Jika mampu ingin mengembangkan dirinya sendiri, maka guru itu akan berkualitas. Idealnya pemerintah, asosiasi pendidikan dan guru serta satuan pendidikan memfasilitasi guru untuk mengembangkan kemampuan yang bersifat kognitif berupa pengertian dan pengetahuan, afektif berupa sikap dan nilai, maupun performasi berupa perbuatan–perbuatan yang mencerminkan pemahaman ketrampilan dan sikap. Dukungan yang demikian itu penting, karena dengan cara itu akan meningkatkan kemampuan pedagogik bagi guru. Kualitas kemampuan pedagogik bagi guru dapat dilihat dari aspek intelektual yang meliputi aspek, diantaranya : 1. Logika sebagai pengembangan kognitif mencakup intelektual mengenal lingkungan yang terdiri dari enam macam yang disusun secara hierarkis dari yang sederhana sampai yang kompleks, yaitu: (a) pengetahuan atau kemampuaan mengingat kembali hal–hal yang telah dipelajari, (b) pemahaman atau kemampuan menangkap makna atau arti sesuatu hal, (c) penerapan atau kemampuan mempergunakan hal–hal yang telah dipelajari untuk menghadapi situasi yang baru dan nyata, (d) analisis
28
atau kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi sehingga struktur organisasinya dapat dipahami, (e)
bagian–bagian sintesis atau
kemampuan memadukan bagian- bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti, dan (f) penilaian atau kemampuan memberikan harga sesuatu hal berdasarkan kriteria intern, kelompok, ekstern atau yang telah ditetapkan terlebih dahulu. 2. Etika sebagai afektif mencakup kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal meliputi lima macam kemampun emosional disusun secara hirarkis yaitu: (a) kesadaran atau kemampuan untuk ingin memperhatikan sesuatu hal, (b) partisipasi atau kemampuan untuk turut serta tau terlibat dalam sesuatu hal, (c) pengahayatn nilai atau kemampuan untuk menerima nilai dan terikat kepadanya, (d) pengorganisasian nilai atau kemampuan untuk memilki sistem nilai dalam dirinya, (e) karakerisasi diri atau kemampuan untuk memilki pola hidup dimana sistem nilai yang terbentuk dalam dirinya mampu mengawasi tingkah lakunya. 3. Estetika sebagai pengembangan psikomotorik yaitu kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan yang terdiri dari yaitu: (a)gerakan refleks atau kemampuan melakukan tindakan– tindakan yang terjadi secara tak sengaja menjawab sesuatu perangsang, (b)gerakan dasar atau kemampuan melakukan pola–pola gerakan bersifat pembawaan, terbentuk dari kombinasi gerakan-gerakan refleks, (c)gerakan terlatih atau kemampuan melakukan gerakan–gerakan
29
canggih dan rumit dengan tingkat efisiensi tertentu , dan (d) komunikasi nondiskursif atau kemmapuan melakukan komunikasi dengan isyarat gerakan badan (Nurfuadi, 2012: 73-76). 2) Standar Kompetensi Kepribadian Kepribadian menurut Zakiah Daradjat (1980)dalam Nurfuadi (2012:78) disebut sebagai sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, dan ucapan ketika menghadapi suatu persoalan, atau melalui asbtraknya saja. Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memilki nilai–nilai dasar luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari–hari. Menurut Permendiknas No. 16 tahun 2007, dilihat dari aspek psikologi guru kompetensi kepribadian guru menunjukkan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian (1) mantap dan stabil yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma hukum, sosial, dan etika yang berlaku, (2) dewasa yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru, (3) arif dan bijaksana yaitu tampilannya bermanfaat bagi peserta didik, sekolah, dan masyarakat dengan menunjukkann keterbukaan dalam berpikir dan bertindak, (4) berwibawa yaitu perilaku guru yang disegani sehingga berpengaruh positif tehadap peserta didik, dan (5) memiliki akhlak mulia dan perilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik, beretindak sesuai norma (Nurfuadi, 2012: 78-79).
30
Kompetensi kepribadian guru mencakup sikap (attitude), nilai- nilai (value), kepribadian (personality) sebagai elemen perilaku (behaviour) dalam kaitannya dengan performance yang ideal sesuai dengan bidang pekerjaannya yang dilandasi oleh latar belakang pendidikan , peningkatan kemampuan
dan pelatihan serta legalitas kewenangan mengajar.
Kemampuan pribadi menurut Sanusi (1991) mencakup hal- hal sebagai berikut : 1. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur– unsurnya. 2. Pemahaman,
penghayatan,
dan
penampilan
nilai–nilai
yang
seyogyanya dianut oleh seorang guru. 3. Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para pesertanya. Kompetensi kepribadian yang perlu dimilki guru antara lain sebagai berikut : 1. Guru
sebagai
manusia
ciptaan
Tuhan
berkewajiban
untuk
meningkatkan iman dan ketakwaannya kepada Tuhan, sejalan dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya. 2. Guru memilki kelebihan dibandingkan yang lain. 3. Guru senantiasa berhadapan dengan komunitas yang berbeda dan beragam keunikan dari peserta didik dan masyarakatnya maka guru perlu mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam
31
menyikapi perbedaan
yang ditemuinya dalam berinteraksi dengan
peserta didik dan masyarakat. 3)
Standar Kompetensi Sosial Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk sosial alam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial guru berperilaku santun, mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efketif dan menarik mempunyai rasa empati terhadap orang lain. Kompetensi sosial menurut Slamet PH (2006) dalam Nurfuadi (2012:91) terdiri dari: (1)memahami dan menghargai perbedaan serta memilki kemampuan mengelola konflik dan benturan, (2) melaksanakan kerjasama secara harmonis dengan kawan sejawat, kepala sekolah, dan pihak–pihak lainnya,(3) membangun kerja tim yang kompak, cerdas, dinamis,(4) melaksanakan komunikasi (oral,tulis,tergambar) secara efektif dan menyenangkan dengan seluruh warga sekolah,(5)memilki kemampuan pemahaman dan menginternalisasikan perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap tugasnya,(6)memilki kemampuan mendudukkan dirinya dalam sistem nilai yang berlaku di masyarakat(Nurfuadi, 2012 : 91-92) Dalam Pemendiknas No. 16 tahun 2007, kemampuan sosial dalam standar kompetensi ini mencakup empat kompetensi utama yakni : 1. Bersikap inklusif dan bertindak objektif serta tidak deskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
32
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga pendidikan, orang tua dan masyarakat. 3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memilki keragaman soial budaya 4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendir dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Dari uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk memahami dirinya sendiri sebagai bagian
yang
tidak
terpisahkan
dari
masyarakat
dan
mampu
mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Lebih lagi dalam kemampuan sosial ini mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitas pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. 4) Standar Kompetensi Profesional Kata profesional menunjukkan bahwa guru adalah profesi, yang bagi guru, seharusnya menjalankan profesinya dengan baik. Dengan demikian, ia akan disebut sebagai guru yang profesional. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 7 UU RI 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut : 1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme 2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia
33
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang studi 4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas 5. Memilki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. 6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja 7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalannya secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat 8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dan memilki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan
mengatur
hal–hal
yang
berkaitan
dengan
tugas
keprofesionalan guru. Prinsip–prinsip tersebut tidak boleh berhenti sebatas prinsip, namun juga harus diimpelementasikan dalam aktifitas sehari–hari. Wujudnya berupa rasa tanggung jawab sebagai pengelola belajar, pengarah belajar, dan perencana masa depan masyarakat. Dengan tanggung jawab ini, pendidik memilki tiga fungsi, yaitu: (1) fungsi instruksional yang bertugas melakukan pengajaran, (2) fungsi edukasional yang bertugas mendidik peserta didik agar mencapai tujuan pendidikan, (3) fungsi managerial yang bertugas memimpin dan mengelola proses pendidikan. Guru yang memiliki kompetensi akan dapat melaksanakan tugasnya secara profesional. Secara lebih terperinci bentuk–bentuk kompetensi dan profesionalisme seorang guru adalah :
34
1.Menguasi
bahan bidang studi dalam kurikulum maupun bahan
pengayaan/penunjang bidang studi 2.Mengelola program belajar–mengajar yang meliputi : a. Merumuskan tujuan instruksional b. Mengenal dan dapat menggunakan prosedur instruksional yang tepat c. Melaksanakan program belajar mengajar d. Mengenal kemampuan anak didik 3. Mengelola kelas, meliputi : 4. Mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran a. Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi 5. Penggunaan media atau sumber, meliputi : a. Mengenal, memilih dan menggunakan media b. Membantu alat bantu pelajaran yang sederhana c. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar d. Menggunakan Micro-Teaching untuk unit program pengenalan lapangan 6. Menguasai landasan–landasan pendidikan 7. Mengelola interaksi–interaksi belajar mengajar 8. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran 9. Mengenal dan menyelenggarakan fungsi layanan dan program bimbingan dan penyuluhan 10.
Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
35
11.
Memahami prinsip–prinsip dan menafsirkan hasil penelitian
pendidikan guna keperluan pengajara (Nurfuadi, 2012 : 98-100). Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus memilki pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai bidang studi yang akan diajarkan kepada peserta didik dan metodologinya, memiliki pengetahuan yang fundamental tentang pendidikan, serta memilki ketrampilan yang vital bagi dirinya untuk memilih dan menggunakan berbagai strategi yang tepat dalam proses pembelajaran. 3. Peran Guru dalam Aktivitas Pembelajaran Peran guru dalam aktivitas pembelajaran sangat kompleks. Guru tidaksekedar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, akan tetapi guru juga dituntut untuk memainkan berbagai peran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didiknya secara optimal. Djamarah (2000) dalam Sugihartono,dkk, 2012 merumuskan peran guru dalam pembelajaran sebagai berikut : a. Korektor. Guru berperan menilai dan mengoreksi semua hasil belajar, sikap, tingkah laku, dan perbuatan siswa baik di sekolah maupun luar sekoah sehingga pada akhirnya siswa dapat menngetahui. b. Inspirator. Guru berperan memberikan inspirasi atau ilham kepada siswa mengenai cara belajar yang baik. c. Informator. Guru berperan memberikan informasi yang baik dan efektif mengenai materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam
36
kurikulum serta informasi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. d. Organisator. Guru berperan untuk mengelola berbagai kegiatan akademik baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi belajar anak didik. e. Motivator. Guru berperan mendorong anak didiknya agar senantiasa memilki motivasi tinggi dan aktif belajar. f. Inisiator. Guru berperan menjadi pencetus ide – ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. g. Fasilitator. Guru berperan menyediakan fasilitas yang memungkinkan anak didik dapat belajar secara optimal. h. Pembimbing. Guru berperan memberikan bimbingan kepada anaknya dalam menghadapi tantangan maupun kesulitan belajar. i. Demonstrator. Guru berperan memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis sehingga anak didik dapat memahami materi yang dijelaskan guru secara optimal. j. Pengelola Kelas. Guru berperan mengelola kelas dengan baik karena kelas adalah tempat berhimpun guru dan siswa dalam proses pembelajaran. k. Mediator. Guru berperan sebagai penyedia media dan penengah dalam proses pembelajaran anak didik. Melalui guru dapat memperoleh materi pebelajaran dan umpan balik dari hasil belajarnya.
37
l. Supervisor. Guru berperan membantu memperbaiki, dan menilai secara kritis proses pembelajaran yang dilakukan sehingga pada akhirnya proses pembelajaran dapat optimal. m. Evaluator. Guru dituntut untuk mampu menilai produk (hasil) pembelajaran
serta
proses
(jalannya)
pembelajaran
(Sugihartono,dkk2012 : 85-89). 4. Sekolah Dasar a. Pengertian Sekolah Dasar Sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan enam tahun. Sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan dasar. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan disebutkan bahwa pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal
yang
melandasi
jenjang
pendidikan
menengah
yang
diselenggarakan pada satuan pendidikan berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang berbentuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsnawaiyah, atau bentuk lain yang sederajat. b. Landasan Yuridis Sekolah Dasar Penyelenggaraan sekolah dasar di Indonesia berpijak pada beberapa peraturan perundang–undangan sebagai landasan yuridis. Ada tiga peraturan
perundang–undangan
38
yang
dijadikan
landasan
yuridis
penyelenggaraan sekolah dasar, baik sebagai satuan pendidikan maupun dalam kerangka sistem pendidikan nasional, yaitu sebagai berikut : 1. Pembukaan UUD 1945 mensyaratkan bahwa upaya mencerdaskan kehidupan bangsa (melalui pendidikan) merupakan amanat bangsa. Sedangkan pada Bab XII pasal 31 ayat 2 ditegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan sistem pendidikan nasional yang diatur dengan undang–undang 2. Undang–Undang Dasar Sistem Pendidikan Nasional yang menegaskan bahwa setiap warga negara berhak atau mempunyai kesempatan yang seluas–luasnya
dalam
mengikuti
pendidikan
agar
memperolah
pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan yang sekurang–kurangnya setara dengan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan tamatan pendidikan dasar (Bab III, Pasal 6). Pendidikan dasar diselenggarakan untuk
mengembangkan
sikap
dan
kemampuan
serta
memberi
pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan dalam masyarakat serta menyiapkan peserta didik untuk memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah ( Bab II, Pasal 13). 3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Bab 1 Pasal 1 ditegaskan bahwa pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal
yang
melandasi
jenjang
pendidikan
menengah
yang
diselenggarakan pada satuan pendidikan berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang berbentuk
39
Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsnawaiyah, atau bentuk lain yang sederajat. B. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang dilakukan oleh Dita Purnamasari (2014) dengan judul “ Peran Gugus Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah Dasar di Kecamatan Danureja Kota Yogyakarta” (Skripsi)
Universitas Negeri
Yogyakarta menyimpulkan bahwa gugus sekolah memiliki beberapa peran dalam meningkatkan mutu sekolah yang terbagi menjadi tiga pokok besar diantaranya, yaitu : 1) terkait dengan proses pembelajaran yang meliputi 3 aspek yaitu : perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Peran dalam aspek perencanaan pembelajaran yaitu membentuk organisasi KKKS dan KKG yang memiliki beberapa program untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Peran dalam pelaksanaan pembelajaran
yaitu
membekali
guru
agar
mampu
melaksanakan
pembelajaran dengan baik melalui workshop atau diklat. Peran dalam aspek evaluasi pembelajaran yaitu menyusun soal bersama dalam evaluasi formatif dan sumatif, 2) terkait dengan peningkatan mutu manajemen sekolah di Kecamatan Danurejan. Peran gugus sekolah dalam meningkatkan mutu manajemen sekolah dasar di Kecamatan ini telah memenuhi lima dari delapan komponen yang telah ditetapkan. Lima komponen itu, yaitu manajemen kurikulum, manajemen tenaga pendidik, manajemen peserta didik, manajemen sarana dan prasarana dan manajemen keuangan. Gugus sekolah tidak memiliki peran dalam meningkatkan komponen manajemen
40
hubungan
sekolah
dengan
masyarakat,
manajemen
ketatalaksanaan
pendidikan dan manajemen layanan khusus, 3) terkait dalam meningkatkan mutu kultur sekolah. Peran gugus telah memenuhi dua komponen dari tiga komponen yang telah ditetapkan yaitu nilai atau keyakinan sekolah dan norma–norma sekolah. Satu komponen yang belum terpenuhi yaitu keadaan fisik sekolah. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Jensanaris Soska Farhanti (2014) dengan judul : “ Kebijakan Mutu di Sekolah SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta”( Skripsi) Universitas Negeri Yogyakarta menyimpulkan bahwa dalam mewujudkan sekolah dasar yang unggul dan terbaik, pihak sekolah membuat kebijakan–kebijakan yang mencakup tiga segi, diantaranya: (1) kebijakan pendidikan yang terkait dengan input pendidikan yang meliputi siswa, sarana dan prasarana, profesionalisme dan kompetensi guru, dan bahan ajar, (2) kebijakan pendidikan untuk peningkatan mutu sekolah pada proses belajar mengajar seperti kebijakan yang terkait dengan gaya belajar anak, metode belajar mengajar,dan penguasaan materi guru, (3) kebijakan pendidikan untuk peningkatan mutu sekolah pada aspek output seperti hasil proses belajar mengajar baik akademik maupun non akademik, pelayanan sekolah, dan kepuasan terhadap sekolah. Dalam pelaksanaan proses pendidikan dan proses pembalajaran sebagai lembaga pendidikan terdapat faktor pendukung dan penghambat yang menunjang proses pendidikan dan proses pembelajaran. Faktor pendukung tersebut diantaranya kualitas guru dan tenaga kependidikan, kualitas dan ketersediaan sarana dan prasarana
41
proses pembelajaran, lingkungan yang kondusif, tingkat kedisiplinan yang tingi, dan faktor yang lain yang mendukung. Dalam faktor penghambat terdapat dua fokus yang dinilai menjadi kendala pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran yaitu: (1) kebijakan pendidikan Proses Belajar Mengajar yang mencakup kondisi siswa yang heterogen, guru yang kurang menguasai media pembelajaran, kondisi fisik sekolah dan (2)faktor penghambat peningkatan kebijakan mutu sekolah yaitu adanya pihak yang kontra kebijakan sekolah. Adapun beberapa solusi yang dilaksanakan oleh pihak sekolah SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta melalui sosialisasi kebijakan sekolah, optimalisasi pemenuhan Standar Nasional Pendidikan, dan penguatan komitmen guru dan sekolah. 3. Penelitian yang dilakukan oleh S. Adi Suparto (2007) yang berjudul “ Manajemen
Peningkatan
Mutu
Berbasis
Sekolah:
Konsep
dan
Implikasinya Terhadap Peningkatan Mutu Guru” ( Jurnal ) menyimpulkan bahwa mutu pendidikan meliputi tiga aspek yaitu input, proses, dan output. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Dalam input pihak yang dimaskud antara lain berupa sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsunnya proses. Tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut. Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input sedangkan sesuatu dari hasil
42
proses disebut output. Dalam pendidikan bersekala mikro (ditingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses yang dimaksud adalah proses pengembilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibanding dengan prosesproses lainnya. Output pendidikan merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah yakni prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja
sekolah
dapat
diukur
dari
kualitasnya,
efektivitasnya,
produktivitasnya, efesiendinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khusunya prestasi belajar siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi. Salah satu upaya yang sangat mendesakdilakukan adalah peningkatan
mutu
memungkinkan denganprofesinya,
gurumelalui
guru dan
profesionalisasi
mampumemberikan karena
itulah,
maka
jabatan
layanan
guru,yang
ahli
gurulayak
sesuai mendapat
penghargaan yang lebih.Sehubungan dengan upaya ini diperlukan perangkat undang-undang sebagai rujukan dasar dan tentu saja lembaga penyelenggara yang memiliki kapasitas pendukung yang memadai. Dari sisi perundangan, sudah ada PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional dan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
43
C. Kerangka Berpikir Permasalahan mutu pendidikan masih menjadi suatu hal yang harus dihadapi sampai saat ini, seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru, serta mutu profesionalisme guru. Mutu–mutu tersebut terkait dengan : mutu atau kualitas guru, sarana dan prasarana, suasana belajar, kurikulum yang dilaksanakan, pengelolaan sekolah dan dukungan dari pihak–pihak yang terkait dengan pendidikan ( Nurzazin, 2011 ). Perbaikan mutu pendidikan
khusunya di sekolah,lebih banyak
menjadi tanggung jawab pada guru. Secara umum para guru terfokus hanya pada aspek pendidikan seorang siswa: membantu siswa belajar dan mendapatkan
pengetahuan.
Guru
juga
merupakan
elemen
kunci
keberhasilan sistem pendidikan, tepatnya yang berlangsung di sekolah. Hal ini di sebabkan karena guru merupakan titik sentral dalam pembaharuan dan peningkatan kualitas pendidikan, dengan katalain salah satu persyaratan penting bagi terwujudnya pendidikan yang berkualitas adalah apabila
pelaksanaannya
dilakukan
oleh
pendidik-pendidik
yang
keprofesionalannya dapat diandalkan. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dalam pasal 10 dan Undang–Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru harus memilki kualifikasi akademik minimal S1 atau D-IV dan memilki empat standar kompetensi guru. Keempat standar kompetensi guru tersebut kemudian dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
44
Pendidikan. sebagaimana yang tertuang dalam pasal 28 dan penjelasannya yakni, meliputi; (1) kompetensi pedagogic yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik; (2) kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi anak didiknya; (3) kompetensi sosial yaitu kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua atau wali peserta didik, dan (4) kompetensi profesionalisme yaitu kemampuan menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam diperoleh melalui pendidikan profesi. Dalam peningkatan mutu guru SD ini, tentu saja ada faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapannya. Baik itu faktor internal maupun eksternal.
45
Peningakatan Mutu Guru Sekolah Dasar
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Undang – Undang No. 14 Tahun 2005 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 ‘ Mutu Guru
S Standar Kompetensi Guru Profesional
Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Kepribadian
Kompetensi Sosial
Upaya – Upaya yang Dilakukan Dalam Meningkatkan Mutu Guru
Faktor Pendukung
Faktor Penghambat
Gambar 1. Alur Kerangka Pikir.
46
Kompetensi Profesional
D. Pertanyaan Penelitian Dari pembatasan masalah, rumusan masalah, dan kajian pustaka yang telah dipaparkan diatas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana mutu guru SD di Kecamatan Srumbung jika dilihat dari keempat standar kompetensi ? 2. Bagaimana upaya Kepala Bidang Tenaga Pendidik dan Kependidikan Disdikpora Kabupaten Magelang dalam meningkatkan mutu guru sekolah dasar ? 3. Bagaimana upaya UPT Disdikpora Kecamatan Srumbung dalam meningkatkan mutu guru sekolah dasar ? 4. Bagaimana upaya sekolah dalam meningkatkan mutu guru ? 5. Apa yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat bagi Kepala Bidang Tenaga Pendidik dan Kependidikan Disdikpora Kabupaten Magelang dalam meningkatkan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung ? 6. Apa yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat bagi pihak UPT Disdikpora dalam meningkatkan mutu guru sekolah dasar
di
Kecamatan Srumbung ? 7. Apa yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat bagi Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung ? 8. Apa yang menjadi alasan dalam faktor penghambat dalam meningkatkan mutu sekolah dasar di Kecamatan Srumbung ?
47
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang dipilih untuk penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Melalui pendekatan ini, diharapkan peneliti dapat menghasilkan data yang berkenaan dengan interprestasi dan bersifat deskriptif guna mengungkap proses di lapangan. Metode penelitian kualitatif adalah metode metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukana secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data trianggulasi, analisi data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi ( Sugiyono, 2011: 15). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Peneliti menggunakan pendekatan ini dikarenakan ingin mengetahui gambaran lebih mendalam mengenai mutu guru dan upaya–upaya dilakukan untuk meningkatkan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung serta mengetahui faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung dalam upaya meningkatkan mutu guru.
48
B. Tempat dan Waktu Penelitian Menurut Sukardi (2003 : 53) tempat penelitian atau setting penelitian adalah tempat dimana proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian. Setting pada penelitian haruslah jelas sehingga dapat melakukan dengan efektif dan akurat. Penelitian ini dilakukan di dua Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Srumbung yaitu SDN Sikepan 1 dan SDN Jamblangan. Pemilihan dua SD tersebut berdasarkan indeks prestasi dan hasil ujian nasional yang telah diraih selama tiga tahun terakhir. SDN Sikepan 1 mewakili sebagai sekolah yang memiliki indeks prestasi dan hasil ujian nasional yang baik sedangkan SDN Jamblangan mewakili sebagai sekolah yang memiliki indeks prestasi dan hasil ujian nasional yang kurang baik. Persiapan penelitian ini telah dilaksanakan sejak bulan Januari 2016. Sedangkan untuk penelitian dan pengumpulan data yang berupa observasi, wawancara dan teknik dokumentasi direncanakan akan dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2016, setelah peneliti memperoleh izin. C. Subjek Penelitian Subjek penelitian merupakan sumber dimana data diperoleh. Sehubungan
dengan
hal
ini
Suharsimi
Arikunto
(2003:200)
mengemukakan subjek penelitian pada umumnya manusia atau apa saja yang menjadi urusan manusia. Subjek penelitian harus ditat sebelum peneliti siap untuk mengumpulkan data .
49
Penentuan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan puposive sampling yaitu teknik sampling yang digunakan peneliti jika mempunyai pertimbangan- pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampelnya (Suharsimi Arikunto, 2003: 128) Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah Kepala Bidang Tenaga Pendidik dan Kependidikan DISDIKPORA Kabupaten Magelang, Kepala UPT Disdikpora Kecamatan Srumbung dan Kepala Sekolah serta guru. Maksud dari pemilihan subyek penelitian ini untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber sehingga data yang diperolah dapat diakui kebenarannya. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah proses yang sistematis untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui setting dari berbagai
sumber
dan
berbagai
cara
(Djam’anSatori
dan
Aan
Komariah,2009 :103). Teknik pengumpulan data merupakan langkah penting dan strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan datayaitu
observasi
(pengamatan),
wawancara
(interview),
dan
dokumentasi. Adapun beberapa metode tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
50
1.Observasi ( Pengamatan ) Kegiatan observasi dalam penelitian ini yaitu kegiatan yang meliputi pencatatan secara sistematik, kejadian–kejadian, perilaku, objek–objek yang dilihat dan hal–hal yang diperlukan dalam mendukung penelitian sedang dilakukan untuk menemukan interaksi yang kompleks dengan latar belakang sosial yang dialami (Jonathan Sarwono, 2006: 224). Observasi pada penelitian ini yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap upayaupaya yang dilakukanUPTdansekolah dalam meningkatkan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. Peneliti juga mencatat dan mendengarkan setiap kegiatan yang terkait dengan peningkatan mutu guru dalam meningkatkan mutu guru sekolah dasar seperti program–program yang diadakan baik dari pihak sekolah, UPT Dinas Pendidikan Kec. Srumbung maupun Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang. 2.Wawancara ( Interview) Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara memberikan beberapa pertanyaan kepada subjek penelitian. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak–tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi ( Sugiyono, 2007: 231). Menurut (Sugiyono,2008:223) dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan, pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis
51
besar permasalahan yang ditanyakan. Pada penelitian ini dilakukan suatu wawancara mendalam atau tanya jawab kepada narasumber yaitu Kepala Bidang Tenaga Pendidik dan Kependidikan Disdikpora Kabupaten Magelang, Kepala UPT Disdikpora Kecamatan Srumbung dan Kepala Sekolah serta guru. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya–karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi
dan
wawancara
dalam
penelitian
kualitatif
(Sugiyono,2007: 240) Dokumen diartikan sebagai rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan, menyangkut persoalan pribadi, dan memerlukan interpretasi yang berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman peristiwa tersebut. Berkenaan dengan pandangan diatas, diupayakan untuk memahami suatu obyek atau kasus tertentu berdasarkan pada gambaran situasi sosial pada waktu kasus itu muncul dan gambaran reaksi kasus. Oleh karena itu, pijakan utamanya adalah makna–makna masa lalu dan masa kini atas reinterpretasi subyek penelitian terhadap suatu subyek atau kasus tertentu (Burhan Bungin, 2001: 142-143) E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam penelitian oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan
52
tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah didapatkannya atau dipahaminya. Dalam penelitian kualitatif, instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti terjun secara langsung ke lapangan untuk mengumpulkan sejumlah informasi yang dibutuhkan dengan terlebih dahulu sudah memilki beberapa pedoman yang akan dijadikan sebagai alat bantu mengumpulkan data. Pedoman tersebut dapat dikembangkan dan dari kategori yang dicari data lapangannya dengan menggunaan teknik yang tepat. a. Pedoman Observasi Tabel 1. Kisi – Kisi Pedoman Observasi Sumber Data Lokasi Sekolah
dan
Data yang Ingin Diperoleh
Keadaan 1) 2) 3) 4) 5)
Alamat/lokasi sekolah Akses jalan menuju sekolah Lingkungan sekitar Norma – norma sekolah Nilai dan keyakinan sekolah
Kondisi Fisik dan Fasilitas 1) Keadaan umum sekolah secara umum, Sekolah yang terdiri dari : a) Halaman depan sekolah b) Lingkungan sekolah c) Gedung sekolah d) Ruang Kelas e) Ruang Guru f) Ruang Perpustakaan g) Ruang kerja/ Unit kantor 2) Sarana dan Prasarana 3) Fasilitas Penunjang Perilaku Kepala Sekolah 1) Perilaku kepala sekolah saat berinteraksi dengan guru dan pihak luar 2) Perilaku kepala sekolah saat berinteraksi dengan peserta didik. 3) Kedisiplinan kepala sekolah Perilaku Guru 1) Persiapan guru sebelum PKBM 2) Perilaku guru saat proses pembelajaran 53
di kelas 3) Perilaku guru setelah PKBM berlangsung 4) Perilaku guru saat melakukan evaluasi hasil belajar 5) Perilaku guru saat berinteraksi dengan kepala sekolah, komite sekolah, dan pihak luar 6) Perilaku guru saat berinteraksi dengan teman sejawat 7) Perilaku guru saat berinteraksi dengan wali murid/ masyarakat 8) Perilaku guru saat berinteraksi dengan para peserta didik. 9) Penampilan guru saat proses pembelajaran berlangsung 10) Perilaku guru saat mengikuti pelatihan – pelatihan. 11) Perilaku guru setelah mengikuti pelatihan – pelatihan 12) Kedisiplinan guru Program Sekolah
1) Kegiatan ekstrakurikuler 2) Les tambahan
b. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara berisi tentang pertanyaan – pertanyaan dalam wawancara secara garis besar kemudian dalam pelaksanaannya akan dikembangkan secara mendalam untuk mendapatkan suatu gambaran subjek dan pemaparan gejala yang tampak sebagai suatu fenomena. Berikut adalah tabel pedoman wawancara yang akan dilakukan dalam penelitian
54
Tabel 2. Kisi – Kisi Pedoman Wawancara No
Aspek yang Indikator yang Dicari Dikaji
1.
Mutu Guru
1. Standar Kompetensi Profesional 2. Standar Kompetensi kepribadian 3. Standar Kompetensi Sosial 4. Standar Kompetensi Pedagogik
2.
Peningkatan Mutu Guru
1. Program Pelatihan 2. Efektifitas program
3.
Faktor Pendukung & Faktor Penghambat
1. Faktor Internal 2. Faktor Eksternal
D
Sumber Data 1. Kepala Bidang Tenaga Pendidik dan Kependidikan Disdikpora Kab Magelang 2. Kepala UPT Disdikpora Kec. Srumbung 3. Kepala Sekolah 4. Guru 1. Kepala Bidang Tenaga Pendidik dan Kependidikan Disdikpora Kab Magelang 2. Kepala UPT Disdikpora Kec. Srumbung 3. Kepala Sekolah 4. Guru 1. Kepala Bidang Tenaga Pendidik dan Kependidikan Disdikpora Kab Magelang 2. Kepala UPT Disdikpora Kec. Srumbung 3. Kepala Sekolah 4. Guru
c. Dokumen dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. pengambilan dokumen dalam penelitian ini berupa catatan peristiwa yang bersangkutan. Berikut adalah tabel yang memuat kisi – isi pedoman kajian dokumen.
55
Tabel 3. Kisi – Kisi Pedoman Kajian Dokumen No
Aspek yang Dikaji
1.
Prestasi Sekolah
2.
Keadaan guru
F
F 3.
Akreditasi Sekolah
Indikator yang Dicari
Sumber Data
a. Data prestasi (akademik maupun non akademik ) b. Kelulusan siswa dalam ujian nasional a. Data guru PNS dan Non PNS b. Data guru yang pernah mengikuti pelatihan – pelatihan c. Data guru yang telah bersertifikasi d. Absensi guru
a. Dokumen/ arsip b. Foto – foto
Surat Keputusan
a. Dokumen/ arsip b. Foto – foto
Dokumen/ arsip
F. Teknik Analisis Data Menurut Sugiyono (2007:244) mengartikan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit– unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan konsep dari Milles dan Hubberman (Sugiyono,2007: 246) yaitu model analisis deskriptif kualitatif secara interaktif dan berkelanjutan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Pengumpulan Data
56
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, serta dokumentasi.Data yang telah diperoleh dilapangan selanjutnya dicatat dalam bentuk narasi atau deskriptif.Untuk menguatkan data yang diperoleh, dilakukan pula pengambilan gambar yang sesuai dengan fokus penelitian. 2. Reduksi Data Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah atau kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Data yang telah dikumpulkan kemudian dirangkum atau direduksi dengan memilih data yang dianggap penting, relevan, dan bermakna
sesuai
dengan fokus penelitian, sedangkan data yang tidak penting akan dibuang. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang peningkatan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. 3. Penyajian Data Pada tahap ini disajikan data hasil temuan di lapangan dalam bentuk naratif, yaitu uraian tertulis tentang peningkatan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang.Data disajikan menurut kategori yang sebelumnya telah dikelompokan agar lebih mudah dipahami. 4. Penarikan Kesimpulan
57
Setelah data disajikan selanjutnya akan diperoleh kesimpulan sementara karena kesimpulan yang diperoleh masih bersifat meragukan, maka dari itu perlu dilakukan verifikasi. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara membandingkan kesesuaian pernyataan subjek penelitian dengan konsep dasar oenelitian. Sedangkan verifikasi data dimaksudkan agar kesesuaian data dengan konsep dasar penelitian lebih tepat dan obyektif.Dalam proses penarikan kesimpulan dan verifikasi dibutuhkan pemahaman yang mendalam dari peneliti. G. Teknik Keabsahan Data Sugiyono (2007:270) mengemukakan bahwa uji keabsahan data dalam penelitian
kualitatif
meliputi
ujicredibility
(validitasinternal),
transferability (validitas eksternal), dependability (reliablititas) dan confirmmability(objektivitas). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji kredibilitas untuk menguji keabsahan data. Uji keabsahan data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check ( Sugiyono, 2007:270). Uji kredibilitas yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan menggunakan uji keabsahan data triangulasi.Sugiyono (2007:273) triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik
58
pengumpulan data, dan waktu. Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data. 1. Triangulasi Sumber Triangulasi sumber untuk meguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2007:274). Hal ini dilakukan secara terus menerus sampai diperoleh kecenderungan data sehingga data dapat dipandang mengandung nilai kebenaran. Dalam penelitian ini untuk menguji kredibilitas data tentang peningkatan mutu guru di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang, maka data yang diperoleh dari salah satu informn divalidasi disilangkan terhadap informan lainnya. Misalnya kepala sekolah dengan guru. Kegiatan ini dilakukan secara terus menerus sampai didapatkan kecenderungandata sehingga data dipandang mengandung nilai kebenaran. 2. Triangulasi Teknik Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2007:274). Dalam penelitian ini untuk kredibilitas data tentang peningkatan mutu guru di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang, maka data yang diperoleh selama wawancara dengan sumber atau informan kemudian dicek kembali dengan observasi dan kajian dokumen.
59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskrpsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua Sekolah Dasar yang berada di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang yaitu SDN Jamblangan dan SDN Sikepan 1. Pemaparan masing–masing sekolah akan dijelaskan sebagai berikut: 1. SDN Jamblangan a. Profil Sekolah SD Negeri Jamblangan SD Negeri Jamblangan adalah sekolah yang berstatus sekolah Negeri dengan nomor statistik sekolah 101030805006 dan terakreditasi “B” pada tahun 2016. SD Negeri Jamblangan terletak di di Dusun Cabean, Bringin, Srumbung,
Kabupaten Magelang 56484. Sekolah yang berdiri pada
tanggal 1 September 1984 ini memiliki luas tanah 4500 m² berada di pinggiran desa, tepatnya di dekat persawahan Dusun Cabean. Lokasi sekolah yang tidak strategis dikarenakan jalan menuju ke SDN Jamblangan masih terjal dan jalan belum diaspal. Hal tersebut menyebabkan jumlah murid sedikit yang bersekolah di SDN Jamblangan. b. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah SD Negeri Jamblangan 1) Visi Sekolah Unggul dalam prestasi dan berperilaku santun berdasarkan iman dan taqwa
60
2) Misi Sekolah a) Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien guna mengembangkan potensi siswa secara optimal agar siswa mencapai perstasi yang maksimal. b) Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya. c) Menumbuhkan semangat berprestasi semua warga sekolah d) Melaksanakan bimbingan dan pembiasaan agar terbentuk pribadi siswa yang disiplin, santun, dan berbudi luhur. e) Membiasakan siswa untuk menghayati dan mengamalkan ajaran agama masing-masing agar terbentuk pribadi yang beriman dan bertaqwa. f) Mengembangkan pribadi yang cinta tanah air dan bangsa 3) Tujuan Sekolah a) Mengusahakan tersedianyafasilitas sarana pendidikan yang memadai untuk menunjang jalannya kegiatan pembelajaran agar mencapai hasil yang optimal b) Pelayanan administrasi sekolah dan pengadministrasian datadata sekolah yang baik, tertib, mudah dan aman. c) Memberikan modal untuk mempersiapakan sumber daya manusia yang siap menghadapi persaingan dimasa yang akan datang (era globalisasi) dengan tetap menjaga nilai-nilai moral dan agama.
61
d) Terciptanya lingkungan sekolah yang bersih , indah, aman, dan nyaman untuk kelancaran penyelenggaraan pembelajaran dan pengelolaan sekolah serta pelayanan yang prima dalam upaya pemberdayaan sekolah dan masyarakat. c. Sumber Daya yang Dimiliki SD Negeri Jamblangan Sumber daya sekolah merupakan salah satu komponen yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan mutu pendidikan khusunya yang ada di lingkungan sekolah. Dengan adanya sumber daya yang memadai baik dari peserta didik, tenaga pendidik serta sarana dan prasarana secara tidak langsung mutu pendidikan juga akan meningkat. Berikut adalah sumber daya dari SD Negeri Jamblangan. 1) Data siswa tiga tahun terakhir Peserta didik merupakan komponen yang akan dididik di sekolah untuk dijadikan menjadi manusia yang berakal, berbudi pekerti luhur serta berkualitas melalui proses pembelajaran. Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran, peserta didik diberi kesempatan untuk dapat mengembangkan kemampuannya baik dari segi akademik maupun non akademik. Peserta didik di SD Negeri Jamblangan mayoritas berasal dari dalam Dusun Jamblangan sendiri karena para orang tua lebih senang untuk menyekolahkan anaknya di sekoah yang tida terlalu jauh dari rumah. Berikut adalah tabel jumlah peserta didik SD Negeri Jamblangan selama tiga tahun terakhir.
62
Tabel 4. Jumlah Peserta Didik SDN Jamblangan Kelas
Tahun 2013/2014 I 11 II 15 III 14 IV 14 V 12 VI 11 77 Jumlah Sumber : Dokumen Profil Sekolah
Jumlah Siswa Tahun 2014/2015 10 11 15 14 14 12 76
Tahun 2015/2016 5 10 11 15 14 14 69
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dilihat dari jumlah peserta didik dari tahun ke tahun sampai tahun ajaran 2015/2016 mayoritas jumlah peserta didik dari kelas I sampai kelas VI selalu mengalami penurunan. Hanya terjadi peningkatan jumlah peserta didik pada kelas III tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 1 orang namun mengalami penurunan kembali pada tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 4 orang. Ada pula peningkatan jumlah murid sebanyak 2 orang di kelas V tahun ajaran 2013/2014 dan selanjutnya tidak mengalami peningkatan du tahun berikutnya. Selain itu juga ada juga ketidakstabilan jumlah murid yang terjadi di kelas VI terjadi peningkatkan jumlah murid sebanyak 1 orang pada tahun ajaran 2014/2016 namun kembali mengalami penurunan jumlah murid sebanyak 2 orang pada tahun ajaran 2015/2016. Tabel. 5 Data Hasil Ujian Nasional SD Negeri Jamblangan No. 1. 2. 3.
TahunAjaran
Rata- Rata UN
Prosentase Kelulusan
6,51 7,02 6,43
100% 100% 100%
2012/ 2013 D 2013/2014 2014/2015
Sumber: Dokumen Profil Sekolah 63
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai hasil ujian nasional SD Negeri Jamblangan selalu mengalami fluktuasi. Pada tahun ajaran 2012/2013 ke tahun ajaran 2013/2014 mengalami peningkatan sebanyak 0,51. Namun mengalami penurunan kembali nilai sebanyak 0,59. Selama 3 tahun terakhir SD Negeri Jamblangan dapat meluluskan peserta didik sebesar 100%. 2) Data Pendidik dan Kependidikan Tenaga pendidik atau guru merupakan ujung tombak dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas, memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan peserta didik. Proses pembelajaran akan berjalan secara maksimal dan berkualitas apabila di dukung dengan tenaga pendidik yang berkualitas dan profesional sesuia dengan bidangnya. Adapun keadaan tenaga pendidik di SD Negeri Jamblangan adalah sebagai berikut: Tabel 6. Jumlah Jamblangan No Status
Tenaga Pendidik
dan Kependidikan
SDN
Tingkat Pendidikan D-I D-II D-III S-1 1 6 2
SLTA S-2 S-3 Kepala Sekolah Guru Tetap GTT Penjaga Non PNS 5. Penjaga Sekolah Jumlah 9 Sumber : Dokumen Profil Sekolah SD Negeri Jamblangan Tahun 2016 1. 2. 3. 4.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa semua guru yang ada di SD Negeri Jamblangan sudah mempunyai tingkat pendidikan Sarjana / S-1.
64
Hal ini membuktikan bahwa gurusudah memenuhi standar kualifikasi akademik. 3) Data Sarana dan Prasarana Selain sumber daya manusia, sarana dan prasarana juga menjadi salah satu komponen penunjang yang berpengaruh bagi kelancaran proses belajar mengajar antara peserta didik dan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Dengan adanya sumber daya sarana dan prasarana yang memadai secara otomatis pembelajaran yang terjadi di kelas juga akan semakin meningkat. Sarana dan prsarana yang dimilki oleh SD Negeri Jamblangan adalah ruang kelas yang merupakan sarana dan prasarana utama guna menunjang proses pembelajaran di kelas. Jumlah ruang kelas yang dimiliki oleh SD Negeri Jamblangn berjumlah 6 ruang kelas. Semua ruang kelas kondisinya rapi dan bersih. Selain ruang kelas sebagai sarana penunjang pembelajaran ada pula ruang perpustakaan. SD Negeri Jamblangan mempunyai perpustakaan yang berada di tengahtengah sekolah tepatnya berada di antara ruang kelas 4 dan halaman sekolah. Ruang perpustakaan yang berfungsi sebagai tempat membaca dan penyediaan buku–buku pelajaran bagi para siswa. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, perpustakaan SD Negeri Jamblangan kurang dimanfaat dengan baik oleh warga sekolah, karena perpustakaan masih jarang digunakan sebagai tempat membaca, penyediaan buku–buku juga masih sangat sedikit. Namun dilihat secara fisik bangunan perpustakaan terlihat bagus dan bersih. Tidak hanya sarana prasarana penunjang yang
65
mendukung dalam proses kelancaran pembelajaran akademik namun ada pula sarana prasarana yang mendukung untuk kegiatan non akademik. Adapun datanya adalah sebagai berikut: Tabel 7. Data Sarana dan Prasarana SDN Jamblangan
N o. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenis Ruang
Jumlah
Baik
Ruang Kepala Sekolah Ruang Guru Ruang UKS Ruang Tamu Musholla Kamar Mandi / WC
1 1 1 1 1 3
1 1 1 1 2
Keadaan Rusak Ringan 1 1
Rusak Berat -
Sumber : Dokumen Profil Sekolah Tahun 2016 SD Negeri Jamblangan mempunyai media yang berfungsi untuk menunjang kegiatan belajar mengajar serta kegiatan lainnya, yaitu printer, laptop, tape recorder, dan alat pendukung kegiatan pramuka. Jika dilihat dari segi sarana dan prasarana yang dimilki oleh SD Negeri Jamblangan dinilai cukup baik namun masih kurang terawat. Masih ada beberapa fasilitas yang kondisinya kurang baik. 2. SD Negeri Sikepan 1 a. Profil Sekolah SD Negeri Sikepan 1
SD Negeri Sikepan 1 adalah sekolah dasar yang berstatus sekolah Negeri dengan NPSN 20307361 dan terakreditasi “A” pada tahun 2016. SD Negeri Sikepan 1 terletak di Jalan Soka Km. 5 Bringin Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang 56484. Sekolah ini berdiri pada tanggal 1 Desember 1975 diatas tanah milik Ibu Titik yang dahulunya adalah Kepala
66
Desa Bringin. Seiring dengan berjalannya waktu hak kepemilikan tanah sudah pada milik pemerintah. Dahulunya SD Negeri Sikepan 1 bernama SD Negeri Sikepan dan merupakan SD gabungan antara SDN Sikepan 1 dan SDN Sikepan 2. Namun karena pihak UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Srumbung menginginkan untuk memisah ke dua SD tersebut, maka SDN Sikepan berubah menjadi SD Negeri Sikepan 1. Sekolah Dasar Negeri ini memiliki lokasi yang sangat stategis tepat berada di pinggir jalan Srumbung sehingga peserta didik akan mudah untuk menemukan sekolah ini. b. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah SD Negeri Sikepan 1 1) Visi Sekolah “ Unggul dalam prestasi berdasarkan akhlaq mulia” 2) Misi Sekolah Untuk mewujudkan visi tersebut, SD Negeri Sikepan 1 memliki misi – misi sebagai berikut : a) Membiasakan beribadah sesuai agama yang dianut b) Membiasakan budaya belajar c) Melaksanakan
pembelajaran
aktif
inovatif
kreatif
dan
menyenangkan ( PAIKEM) d) Memupuk bakat dan minat siswa untuk menemukan bibit – bibit unggul dalam berbagai lomba e) Membentuk peserta didik yang berkarakter.
67
3. Tujuan Sekolah 1) Tujuan Umum SD Negeri Sikepan 1 yaitu meletakan dasar kecerdasan,
pengetahuan,
kepriadian,
akhlak
mulia,
serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan dapat mengikuti pendidikan lebih lanjut. 2) Tujuan Khusus SD Negeri Sikepan 1 adalah sebagai berikut: a) Meraih prestasi akademik maupun non akademik minimal tingkat kecamatan b) Dapat mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran dan kegiatan pembelajaran c) Menjadi sekolah yang diminati masyarakat yang mampu membentuk siswa berkepribadian luhur. 3) Tujuan sekolah dalam 4 tahun terakhir ( Tujuan Jangka Pendek ) adalah sebagai berikut: a) Membimbing peserta didik untuk mengamalkan ajaran agama sesuai syariat dan dapat memilki akhlakul karimah sebagai teladan masyarakat yang berbudaya b) Membentuk karakter siswa yang beriman, taqwa, menghargai orang lain, bertanggung jawab, percaya diri, dan tangguh. c) Membentuk pribadi siswa yang mampu berperilaku hidup bersih, sehat, disiplin, jujur dan tertib baik di lingkungan sekolah, tempat tinggal dan masyarakat.
68
d) Menggali dan mengembangkan potensi yang dimilki peserta didik sebagai wujud prestasi belajar untuk mencapai cita – citanya di masa depan. e) Menerapkan manajemen sekolah
yang transparan dan
partisipatif. f) Mewujudkan pembiayaan yang efisien, ekonomis, dan tepat guna. g) Menumbuhkan minat baca dan pemberdayaan perpustakaan sekolah. h) Mewujudkan prestasi siswa bidang akademik non akademik minimal tingkat kecamatan i) Mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yakni SMP/ MTS pilihan. c. Sumber Daya yang Dimiliki SD Negeri Sikepan 1 Sumber daya sekolah merupakan asset yang dimiliki oleh sekolah guna mendukung terlaksananya proses pembelajaran. Dengan memiliki sumber daya yang memadai, proses pembelajaran baik di kelas maupun di sekolah secara otomatis dapat meningkatkan mutu pendidikan. Mutu pendidikan akan semakin meningkat apabila ada kesinambungan antara ketiga sumber daya baik dari sumber daya peserta didik, tenaga pendidik, serta sarana dan prasarana. Berikut adalah sumber daya yang dimiliki dari SD Negeri Sikepan 1:
69
1) Data siswa tiga tahun terakhir Peserta didik merupakan komponen utama berlangsungnya proses pembelajaran di sekolah, tanpa adanya peserta didik pembelajaran tidak akan berlangsung. Jumlah peserta didik di SD Negeri Sikepan 1 termasuk cukup banyak
yaitu85 siswa pada tahun ajaran 2015/2016. Hal ini
dikarenakan SD ini memilki akreditasi sekolah yang baik serta memiliki lokasi sekolah yang sangat strategis.Berikut adalah tabel jumlah peserta didik SD Negeri Sikepan 1 selama tiga tahun. Tabel. 8 Jumlah Peserta Didik SD Negeri Sikepan Jumlah Siswa Tahun 2013/2014
Tahun 2014/2015
105 Sumber : Dokumen Profil Sekolah
117
Tahun 2015/2016 110
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata- rata jumlah siswa SDN Sikepan 1 sudah banyak. Walaupun pada tahun ajaran 2014/ 2015 ke tahun ajaran 2015/ 2016 mengalami penurunan jumlah murid sebanyak 3 murid. Dari data ini menunjukkan bahwa minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di SDN Sikepan 1 masih tinggi. Hal ini dikarenakan SDN Sikepan 1 merupakan sekolah yang memiliki akreditasi baik. 2) Data Pendidik dan Kependidikan SD Negeri Sikepan Tenaga pendidik atau guru memiliki peranan yang sangat penting saat proses pembelajaran berlangsung. Guru harus bertanggung jawab mengarahkan, membimbing, melatih dan mengajarkan peserta didik agar menjadi manusia yang lebih berkualitas. Agar menghasilkan peserta didik
70
yang berkualitas, diperlukan pula seorang tenaga pendidik yang profesional. Berikut adalah tabel data tenaga pendidik di SD Negeri Sikepan 1: Tabel 9. Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan SDN Sikepan 1 No Status Tingkat Pendidikan SLT A
D-I
D-II
Kepala Sekolah Guru Tetap Guru Tidak Tetap ( GTT) 4. Pegawai Tidak Tetap 5. Penjaga Sekolah Jumlah Sumber: Dokumen Profil SDN Sikepn 1 tahun 2016
D-III
1. 2. 3.
S-1
S-2
1 6 2 1 1
9
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, tingkat pendidikan guru yang berpendidikan Sarjana (S-1) lebih banyak dari guru yang masih berpendidikan Diploma (D-III). Hal ini dapat dikatakan bahwa mayoritas guru di SDN Sikepan 1 telah memenuhi satandar kualifikasi akademik yang mengharuskan bahwa pendidik minimal berpendidikan Sarjana (S-1). Selain itu mayoritas guru di SD Negeri Sikepan 1 juga telah memiliki sertifikat pendidik sebagai guru profesional.Dengan adanya guru yang profesional tersebut sekolah ini menjadi salah satu sekolah terbaik di Kecamatan Srumbung.SD Negeri Sikepan 1 tidak hanya memilki prestasi baik dari akademik maupun non akademik.Sekolah ini selalu mendapatkan rata–rata nilai ujian nsional tinggi .Selain itu pada tahun ajaran 2014/2015 SD Negeri Sikepan 1 mendapatkan peringkat perolehan tertinggi nilai
71
S-3
Ujian Nasional.Berikut adalah tabel hasil ujian nasional selama tiga tahun terakhir. Tabel 10. Data Hasil Ujian Nasional SDN Sikepan 1 No.
1. 2. 3.
TahunAjaran Rata- Rata UN 2012/ 2013 2013/2014 2014/2015
7,34 7,01 8,03
Prosentase Kelulusan 100% 100% 100%
Keterangan
Peringkat 1 seKecamatan
Sumber : Dokumen Profil Sekolah 2015/2016 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa ada fluktuasi rata – rata ujian nasional SD Negeri Sikepan 1 yaitu terjadi penurunan nilai ujian nasional sebanyak 0,33 pada tahun ajaran 2012/2013 kemudian mengalami peningkatan kembali nilai rata–rata ujian nasional sebanyak 1,02 pada tahun ajaran 2014/2015, bahkan pada tahun ajaran ini SD Negeri Sikepan 1 mendapatkan peringkat pertama pada nulai ujian nasional tingkat kecamatan Srumbung. Hal ini dikarenakan pihak sekolah khususnya kepala sekolah dan para guru selalu mengadakan program – program peningkatkan mutu khususnya bagi kelas 6 untuk menghadapi ujian nasional.Selain prestasi akademik yang diraih SD Negeri Sikepan 1 cukup baik,sekolah ini juga memiliki banyak prestasi dalam bidang non akademik. Berikut adalah tabel sebagain prestasi yang didapatkan oleh peserta didik di SD Negeri Sikepan 1 pada tahun ajaran 2015/2016.
72
Tabel 11. Data Hasil Prestasi Non Akademik SDN Sikepan 1 No Nama Kejuaraan S 1 Lomba Eksposisi 2 3 4. 5. 6. 7.
Lomba Seni Tari Jambore Pramuka Lomba Cipta Bahasa dan Puisi Lomba Eksposisi Lomba Pesta Siaga Putra Lomba Pesta Siaga Putri
Peringkat Kejuaraan Juara 1
Tingkat Kejuaraan Kecamatan
Juara 2 Juara 1 Juara 1 Juara 1 Juara Harapan 1 Juara Harapan 1
Kwaran Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Sumber: Dokumen Data Prestasi SDN Sikepan 1 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, SD Negeri Sikepan 1 lebih banyak mendapatkan kejuaraan Pramuka. Hal ini disebabkan karena kepala sekolah (Ibu NHD) adalah pembina pramuka dan telah mendapatkan berbagai ijazah sebagai pembina pramuka mahir dari hasil pelatihan yang diadakan oleh kuartir tingkat kabupaten maupun propinsi. 3)Data Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana juga menjadi salah satu unsur penunjang dalam pembelajaran oleh guru dan siswa agar proses pembelajaran dapat berlangsung optimal dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. SD Negeri Sikepan 1 merupakan sekolah yang berstatus negeri hal ini menyebabkan sekolah ini sering mendapakan bantuan dari pihak Dinas.Pada tahun 2015, semua sekolah dasar negeri di Kabupaten Magelang
mendapatkan
fasilitas
1
ruang
perpustakaan.Gedung
perpustakaan SD Negeri Sikepan 1 terlihat rapi dan bersih.Fasilitas yang ada di dalamnya cukup baik disertai dengan pustkawan yang sudah berlatar pendidikan sesuai dengan bidang kerjanya.Buku – buku terlihat
73
tertata rapi di rak buku. Selain ruang perpustakaan sebagai sarana penunjang akademik siswa ada pula ruang kelas, tempat berlangsungnya proses pembelajaran. Jumlah ruang kelas di SD Negeri Sikepan 1 ada 6 ruang kelas.Kondisi semua ruang kelas terlihat bagus, rapi dan bersih.Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 12. Data Sarana dan Prasarana Penunjang Akademik Negeri Sikepan 1
No. 1. 2.
Jenis Ruang Perpustakaan Ruang Kelas
Jumlah
Baik
1 6
1 6
Keadaan Rusak Ringan -
SD
Rusak Berat -
Sumber : Dokumen Profil Sekolah Selain ruang akademik, SD Negeri Sikepan 1 juga memiliki ruangan non akademik.Hal ini dapat diketahui dalam tabel berikut. Tabel 13. Tabel Sarana dan Prasarana Penunjang Non Akademik SD Negeri Sikepan 1. Keadaan No.
Jenis Ruang
Jumlah
Baik
Rusak
Rusak
Ringan
Berat
1.
Ruang Kepala Sekolah
1
v
-
-
2.
Ruang Guru
1
v
-
-
3.
Ruang UKS
1
v
-
-
4.
Ruang Tamu
1
v
-
-
5.
Musholla
1
v
-
-
6.
Kamar Mandi / WC
3
v
-
-
74
B. Hasil Penelitian 1. Mutu Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang Dilihat dari Empat Standar Kompetensi Mutu pendidikan merupakan standar yang digunakan sebagai acuan dalam pendidikan. Dalam Standar Nasional Pendidikan ( SNP) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan peraturan perundangan lain yang relevan, dapat dikatakan sebagai pendidikan yang bermutu apabila telah memenuhi delapan Standar Nasional Pendidikan yaitu: 1) Standar Isi ( Permendiknas No.22 Tahun 2006 ) 2) Standar Proses 3) Standar Kompetensi Lulusan ( No.23 Tahun 2006) 4) Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan(
No. 16
Tahun 2007) 5) Standar Sarana dan Prasarana ( No. 24 Tahun 2007 ) 6) Standar Pengelolaan ( No. 19 Tahun 2007) 7) Standar Pembiayaan 8) Standar Penilaian / Evaluasi ( No. 20 Tahun 2007 ). Dari kedelapan Standar Nasional Pendidikan diatas, standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan memilki peran dalam meningkatkan mutu pendidikan. Tenaga pendidik sebagai garda terdepan terlaksanannya proses pembelajaran di sekolah harus dipastikan memilki mutu yang berkualitas. Dapat dikatakan sebagai tenaga pendidik yang
75
bermutu, sesuai dengan Undang–Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen diatur melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru, tenaga pendidik harus memenuhi 4 standar kompetensi guru yaitu standar kompetensi pedagogik, standar kompetensi
kepribadian,
standar
kompetensi
sosial,
dan
standar
kompetensi profesional. Semua standar kompetensi guru tersebut akan dijabarkan peneliti berikut ini: a. Standar Kompetensi Pedagogik. Kompetensi
pedagogik
merupakan
kemampuan
mengelola
pembelajaran peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, hasil
evaluasi
belajar
dan
pengembangan
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.Dilihat dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa secara umum kompetensi pedagogik yang dimilki oleh guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung dapat dikatakan kurang baik. Hal ini disebabkan mayoritas guru yang mengajar di Kec. Srumbung sudah tua. Selain itu Kecamatan Srumbung sebagai kecamatan yang berbatasan langsung dengan Provinsi Yogyakarta mendapatkan guru yang kebanyakan justru berasal dari Kabupaten Sleman. Hal ini dikarenakan kebijakan dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang bagian Tenaga Pendidik dan Kependidikan dengan menempatkan guru yang sudah tua,mengajar lebih dekat dengan jarak rumah. Pihak UPT selalu melakukan perbaikan mutu
76
untuk guru – guru di Kecamatan Srumbung baik guru SD maupun TK/ PAUD melalui berbagai pelatihan seperti diklat, workhsop, dan Bimbingan Teknis ( Bintek). Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh Bapak SR selaku Kepala Tendik Disdikpora Kab. Megelang yaitu: “kalau dilihat dari standar kompetensi pedagogik nya rata- rata ya rendah dari hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) nya kemarin juga rendah.Termasuk kompetensi profesionalnya juga rendah. Otomatis itu hasilnya juga tidak baik. Karena memang sudah tua, para guru memiliki semangat mengembangkan dirinya kecil rendah. Mereka menganggap daripada ribet mending pensiun saja lagian juga sudah tua.. Walaupun dari pihak dinas sudah mengupayakan untuk ada PKB (Pengembangan Potensi Berkelanjutan) bagi guru itu selalu kita data. Dengan hal untuk itu kita selalu adakan pemetaan. Untuk guru yang harus mengikuti PKB dengan tatap muka berapa baru kami lakukan tahap pemetaan “ ( waw. 30 April 2016). Diperkuat dengan pernyataan Bapak SJyaitu : “maksudnya standar pedagogik itu kan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas ya mbak. Jadi sekarang ini agar proses pembelajaran di kelas semakin efektif, setiap guru harus membuat RPP. Salah satu upaya yang yang dilakukan oleh pihak UPT yaitu memfasilitasi layanan kepada pihak guru melalui KKG. Kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan daerah binaan/ gugus. Dalam pertemuan, guru ditekankan untuk dapat membuat RPP.Namun tidak semuanya dapat menjalankan hal ini. Ada juga guru yang hanya mengcopy paste RPP milik guru lain sehingga mayoritas guru RPP nya sama semua sesuai tingkat kelasnya. Sehingga ya dapat disimpulkan kalau kompetensi pedagogiknya belum maksimal” (waw.26 Maret 2016).
Hal ini juga diperkuat dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada proses pembelajaran yang terjadi di kelas 3 SD Negeri Jamblangan. Pada PKBM tersebut guru KR sebagai guru wali kelas 3, ada beberapa standar kualifikasi dan kompetensi pedagogis yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang
77
Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru yang belum terpenuhi diantaranya guru belum memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran dan melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Hal ini terbukti saat proses pembelajaran pada tanggal 7 April 2016, guru KR belum menggunakan media teknologi informasi dan hanya menggunakan buku LKS saja. Selain itu, metode yang digunakan masih dengan metode ceramah. Anak – anak diminta untuk duduk rapi di kursi mendengarkan penjelasan dari guru. Standar kompetensi pedagogis guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung dinilai belum cukup baik juga dikatakan oleh Bapak MY dan Ibu NHD selaku Kepala Sekolah SD Negeri Jamblangan dan SD Negeri Sikepan 1. Bapak MY menyimpulkan bahwa jika dilihat dari hasil UKG mayoritas guru sudah memenuhi standar kompetensi pedagogis namun jika dilihat dari praktek pembelajaran masih belum maksimal. Seperti pernyataan beliau sebagai berikut : “Ya kalau dilihat dari standar kompetensi pedagogik itu sebetulnya mayoritas guru sudah bagus. Banyak guru yang sudah memenuhi tapi dalam praktek pembelajarannya masih minimal” (waw. 14 Maret 2016). “
Peneliti juga mengamati bahwa dalam proses pembelajaran guru masih
menerapkan
berbagai
metode
seperti
ceramah,
diskusi,
demonstrasi, dan pemberian tugas. Guru masih mengalami kendala untuk menggunakan metode yang berbasis IT. Seperti yang diungkapkan Ibu SN selaku wali kelas 1 berikut ini :
78
“kalau metode yang digunakan saya campuran mbak..kadang ya ceramah kadang ya berdiskusi. Tapi saya usahakan banyak menggunakan metode berdiskusi mbak karena saya biasakan biar anak dapat berpikir kritis. Tapi kalau dengan IT saya belum menerapkan soalnya kan juga masih kelas 1 “ (waw. 22 Maret 2016). Diperkuat dengan pernyataan Ibu NK selaku wali kelas 2 yaitu : “Kalau saya menggunakan metode ceramah kemudian banyak melibatkan anak dalam pembelajaran disesuaikan ketika harus ada eksperimen ya harus menggunakan metode eksperimen. Kalau saya baru kenalkan dengan IT tapi belum saya terapkan dengan IT” (waw. 30 April 2016). Peneliti juga mengamati bahwa guru tidak menjelaskan materi kepada peserta didik melainkan guru tersebut hanya langsung memeberi tugas dan peserta didik diminta untuk langsung mengerjakan. Sama halnya dengan pernyataan Ibu NHD selaku kepala sekolah SD Negeri Sikepan 1 : “Ya kalau dilihat secara disini dapat dikatakan berkualias. Namun Kalau secara perorangan, setiap orang pasti ada kelebihan dan kekurangannya masing – masing.Ya ada yang masih kurang.Ada yang perlu bimbingan.Ada beberapa guru yang kompetensi pedagogiknya masih rendah dan perlu saya bimbing” (waw. 4 April 2016). “ Dari hasil wawancara dari berbagai narasumber dan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dari Kepala
Bidang
Tenaga
Pendidik
dan
Kependidikan,
Kepala
UPT
DISDIKPORA Kecamatan Srumbung dan Kepala Sekolah serta observasi terkait dengan standar kompetensi pedagogis masih rendah. Hal ini terlihat dari hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) yang masih dibawah rata–rata, semangat untuk mengembangkan kinerja lebih baik masih sangat minimal, RPP yang dibuat oleh guru mayoritas hanya hasil dari mengcopy paste saat 79
Kelompok Kinerja Guru (KKG) berlangsung, dan guru belum dapat memanfaatkan tekonolgi saat PKBM berlangsung serta metode yang digunakan masih menggunakan metode kuno. b. Standar Kompetensi Kepribadian Standar kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal guru yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif serta berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, standar kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh guru sekolah dasar di Kec. Srumbung baik. Hal ini terbukti pada sikap ( attitude) yang ditunjukkan oleh setiap guru ketika ada tamu. Saat peneliti datang ke SD Negeri Jamblangan dan SD Negeri Sikepan, peneliti langsung disapa dengan para guru dengan ramah. Para guru selalu menanyakan maksud kedatangan pada hari itu. Selain itu, peneliti juga mengetahui ketika ada orang tua/ wali murid yang datang ke sekolah untuk menanyakan keadaananaknya di SD Negeri Sikepan 1, para guru melayani orang tua murid dengan penuh sabar dan jelas dalam menjelaskan apa yang terjadi. Walaupun mayoritas guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung memiliki kepribadian yang baik namun masih ada saja guru yang memiliki masalah. Namun Pihak UPT selalu melakukan pembinaan sehingga masalah yang dihadapi tidak melebar. Hal ini sperti yang diungkapkan oleh Bapak SJ berikut ini : “Ya kalau bagi saya lumayan baik. Walaupun terkadang ada satu dua yang sedang ada masalah dan itu selalu kami lakukan pembinaan.Masalah itu biasanya terdeteksi oleh sekolah itu sendiri. Terkadanag juga terdeteksi oleh sekolah lain yang melapor. 80
Kemarin – kemarin itu baru saja ada masalah di SDN Sudimoro 1 tapi kami juga selalu melakukan pemantuan” (waw. 26 Maret 2016). c. Standar Kompetensi Sosial Standar kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk dapat bersosialisasi dengan peserta didik, teman sejawat dan kepala sekolah ataupun bahkan dengan pihak luar. Sebagai makhluk sosial guru dituntut untuk dapat berperilaku santun, mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efketif dan menarik serta mempunyai rasa empati terhadap orang lain. Di Kecamatan Srumbung guru memiliki rasa empati dan simpati yang sangat tinggi. Kepala UPT menginginkan bahwa setiap guru harus saling membantu. Hal ini dibuktikan jika ada guru yang sedang sakit mereka selalu mengadakan anjangsana. Seperti yang dikatakan Bapak SJ selaku kepala UPT DISDIKPORA Kec. Srumbung sebagai berikut : “kalau dilihat dari standar kompetensi sosial dapat dikatakan baik sekali di Kecamatan Srumbung. Ketika dalam sekolah ada yang sakit kita juga selalu anjangsana.Kekeluagaannya dapat dikatakan baik kalau disini” (waw. 26 Maret 2016).
Diperkuat dengan pernyataan Ibu FA selaku wali kelas 2 SD Negeri Jamblangan sebagai berikut : “kalau secara sosialnya sudah baik mbak..kami disini kalau ada teman yang sakit selalu menjenguk itu kalau dilihat sosialnya dari segi itu” (waw. 28 April 2016). Letak geografis juga menentukan tinggi rendahnya tingkat kesosialan mereka (guru) dalam berinteraksi dengan sesama manusia maupun dengan 81
lingkungannya. Kecamatan Srumbung yang berada di daerah pegunungan Merapi menyebabkan tingkat kesosialan dan interaksi yang diciptakan sudah baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak SR selaku Kepala Bidang Tenaga Pendidik dan Kependidikan sebagai berikut : “jika dilihat dari standar kompetensi sosial.Kalau kita ingin mengukur kompetensi sosial itu kan tidak bisa dengan tes ya..harus dengan pengamatan perilaku sehari – hari. Namun karena Kec. Srumbung itu termasuk daerah yang berada di pegunungan saya rasa tingkat kesosialannya sudah sangat bagus “(waw. 30 April 2016). Peneliti juga mengamati bahwa interaksi yang terjalin antar kepala sekolah dengan guru sangat harmonis. Kepala sekolah terlihat menyapa para guru yang baru sampai ke sekolah. Kepala Sekolah juga memberikan bimbingan kepada guru untuk mengerjakan tugas. Apabila ada seorang guru yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas maka guru yang lain juga ikut membantu. Selain itu, guru dengan ramah menyambut peneliti yang datang ke sekolah. Seperti yang diungkapkan Ibu SN selaku wali kelas 1 SD Negeri Sikepan 1 sebagai berikut : “interaksinya sangat bagus mbak..karena setiap istirahat guru saling bercerita kepada sesama guru tentang masalah yang ditemui di kelas. Mereka saling bertukar pikiran juga. Di sekolah ini guru – guru tidak saling gep- gepan ( tidak saling berkelompok ). Kalau di sekolah ada mbak yang seperti itu” (waw. 22 Maret 2016).
Diperkuat dengan pernyataan Ibu MK selaku wali kelas 3 SD Negri Sikepan 1 : “sangat baik mbak..memang kami terbiasa untuk bercanda namun semua itu tidak menimbulkan masalah”(waw. ) 82
Hal tersebut senada dengan perkataan Ibu SS selaku wali kelas 4 SD Negeri Sikepan 1 sebagi berikut : “kalau disini semua guru fair. Dapat dikataan baik semua. Kalaupun ada yang biacara yang ceplos – ceplos itu tidak kami ambil hati karena kita memang sudah tau sifat masing – masing guru. Namun semua guru berhati baik” (waw. 30 April 2016). Berdasarkan
hasil
wawancara
dan
pengamatan,
peneliti
menyimpulkan bahwa standar kompetensi sosial guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung sudah baik. Hal ini terbukti dengan adanya rasa empati yang tinggi baik dengan kepala sekolah, sesama guru, peserta didik maupun dengan pihak luar sekolah. Selain itu, interaksi yang terjalin dengan seluruh warga sekolah sangat harmonis. Guru sudah menganggap peserta didik sebagai anaknya sendiri. d. Standar Kompetensi Profesional Standar kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Dari hasil wawancara dengan kepala bidang tenaga pendidik dan kependidikan standar kompetensi profesional guru di Kecamatan Srumbung berada di tingkat rendah. Hal ini seperti yang dikatakan Bapak SR: “.......termasuk kompetensi profesionalnya juga rendah. Otomatis itu hasilnya juga tidak baik. Karena memang sudah tua, para guru memiliki semangat mengembangkan dirinya kecil rendah. Mereka menganggap daripada ribet mending pensiun saja lagian juga sudah 83
tua.. Walaupun daari pihak dinas sudah mengupayakan untuk ada PKB (Pengembangan Potensi Berkelanjutan) bagi guru itu selalu kita data. Dengan hal untuk itu kita selalu adakan pemetaan. Untuk guru yang harus mengikuti PKB dengan tatap muka berapa baru kami lakukan tahap pemetaan ( waw. 30 April 2016).” Begitu pula yang dikatakan Bapak SJ selaku kepala UPT DISDIKPORA Kec. Srumbung : “Ya kalau menjalankan profesinya saya mengatakan tidak baik kesali. Namun sudah diatas rata- rata . Ya karena gini tuntutan profesional itu kan setiap guru harus dapat merefleksi hasil pembelajaran. Tapi kenyataannya guruhanya sampai pada penilaian hasil belajar siswa yaitu cuma melalui analisa tidak merefleksinya. Jadi mereka tidak memperbaiki RPP tersebut. Tidak memperbaiki kembali walaupun itu tidak cocok diterapkan. Hal ini terkait dengan sarana dan prasarana.Pengadaan alat peraga juga masih sangat terbatas menggunakan alat – alat yang seadanya” (waw. 26 Maret 2016).“ Selain itu juga diketahui bahwa dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti tentang kultur budaya akademik guru di SD Negeri Jamblangan masih rendah. Seperti hal nya tingkat kedisiplinan guru masih rendah. Mayoritas guru di SD Negeri Jamblangan datang ke sekolah lebih dari jam kerja yaitu pukul 07.00 WIB. Saat peneliti melakukan observasi pada 7 April 2016, ditemukan hanya ada 2 guru yang sudah masuk ke kelas melakukan proses pembelajaran dan guru yang lain belum datang. Seperti yang dikatakan Bapak MY berikut ini : “Ya seharusnya setiap guru harus memiliki standar profesional yang baik. Kedisplinan harus baik, harus memberikan motivasi kepada para peserta didik. Namun di lapangannya ada beberapa guru yang belum menerapkan itu (waw.14 Maret 2016).” Hal lain yang membuktikan bahwa standar kompetensi profesional guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung masih rendah 84
yaitu saat proses pembelajaran masih berlangsung di kelas justru ada beberapa guru di SD Negeri Sikepan 1 yang duduk manis dan tidak mengajar. Para guru justru berbincang – bincang di ruang kantor dan meninggalkan peserta didik di kelas. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Ibu NHD selaku kepala sekolah SD Negeri Sikepan 1 yang mengatakan bahwa ada guru yang tidak mentaati aturan yang berlaku. “Secara umum mutu guru jika dilihat dari standar kompetensi profesionalnya dapat dikatakan baik. Ya walaupun masih ada sebagaian kecil guru masih perlu bimbingan namun itu masih dalam tahap wajar.Guru yang bersangkutan juga sudah menyadari namun belum mau untuk membenahi kesalahannya itu.Tapi saya sebagai kepala sekolah selalu memberikan bimbingan.(waw. 4 April 2016).” Hal lain yang juga dapat membuktikan bahwa standar kompetensi profesional guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung masih rendah adalah penguasaan materi pembelajaran yang belum maksimal. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menyebutkan bahwa proses belajar mengajar di SDN Jamblangan dan SDN Sikepan 1 sarana dan prsarana yang digunakan masih sangat minimal. Setiap guru yang mengajar hanya menggunakan satu modul pembelajaran/LKS (Lembar Kerja Siswa). Buku-buku paket pelajaranpun yang tersedia masih sedikit. Hal ini menyebabkan para guru tidak mempunyai referensi yang banyak akan materi pelajaran yang akan dijelaskan kepada peserta didik. Dari hasil pengamatan dokumen juga ditemukan bahwa standar kualifikasi akademik guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung masih banyak yang belum memenuhi kualifikasi akademik
85
S-1 dan mengajar tidak sesuai dengan latar belakang akademik. Hal ini sesuai dengan dokumen data pegawai GTY, GTT, dan PTT serta data daftar urut kepangkatan UPT DISDIKPORA Kec. Srumbung Tahun 2016 sebagai berikut. Tabel 14. Jumlah Tenaga Pendidik SD Kec. Srumbung Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Latar Belakang Pendidikan Status SPG SMA D-I D-II D-III S-1 S-1 Non S- Jumlah Pegawai PGSD PGSD 2 PNS 7 2 26 104 22 1 172 Non 16 9 2 55 2 84 PNS Jumlah 7 18 35 2 159 24 1 256 Sumber : Dokumen data pegawai UPT DISDIKPORA Kec. Srumbung Tahun 2016 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa latar belakang pendidikan guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung masih beragam, tidak hanya berlatar belakang pendidikan S-1 PGSD melainkan juga SPG yang berjumlah 7 guru, SMA yang berjumlah 18 guru, D-11 yang berjumlah 35 guru, D-III yang berjumlah 2 guru, S-1 Non PGSD yang berjumlah 24 serta
S-2 yang berjumlah 1 guru. Dari data tersebut
membuktikan bahwa masih banyak guru yang belum memenuhi standar kualifikasi minimal akademik yaitu setiap guru harus memiliki minimal akademik Sarjan/ S-1 PGSD. Selain itu kebanyakan guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung yang mengikuti kuliah di Universitas Terbuka untuk melanjutkan pendidikannya agar standar kualifikasi akademik S-1 PGSD dapat terpenuhi. Seperti yang dikatakan Bapak MY berikut ini : “Iya sudah. Guru di sekolah ini sudah memenuhi kualifikasi S1 walaupun lewat Universitas Terbuka. Ya iya jadi kemarin – kemarin 86
guru yang masuknya lewat SPG, untuk memenuhi syarat sertifikasi guru maka mereka harus memenuhi standar kualifikasi akademik S-1 jadi kebanyakan guru melanjutkan kuliah di Universitas Terbuka. Jadi untuk mengikuti persamaan dari dinas harus iku UT. Kebetulan ada kampus UT di Srumbng tepatnya di SDN Srumbung 1. Banyak guru yang mengikuti kesetaraan pendidikan di kampus UT di Srumbung, apalagi juga salah satu dosennya adalah pengawas UPT DISDIKPORA Kec. Srumbung” ( waw. 14 maret 2016). Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Bapak KY selaku wali kelas 6 SD Negeri Jamblangan berikut ini : “iya..semua guru di SDN Jamblangan ini sudah S1 PGSD. Namun mayoritas guru SD yang ada di Kec. Srumbung ini melanjutkan kuliah di S1 PGSD Universitas Terbuka. Kalau yang reguler itu sedikit ”( waw. 7 April 2016). Berdasarkan pengamatan dokumen, peneliti menemukan bahwa hanya ada beberapa guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung yang berlatar belakang pendidikan S-1 PGSD secara reguler. Mayoritas guru justru berasal dari Universitas Terbuka untuk menyelesaikan S-1 PGSD nya. Hal ini dikarenakan banyak guru yang sudah senior dan tidak mau “repot”jika harus mengikuti perkuliahan seperti biasanya. Adapun pernyataan dari beberapa guru di Kecamatan Srumbung sebagai berikut : “sudah mbak...semua guru disini sudah S1. Walaupun hanya ada beberapa guru yang berpendidikan S1 PGSD secara reguler. Kebanyakan guru disini S1 PGSD dengan jalur Universitas Terbuka “(waw. 22 Maret 2016). Diperkuat dengan pernyataan Bapak MY sebagai berikut : “Ya ada tapi jarang sekali apalagi kebanyakan guru diini sudah senior sehingga banyak yang lewat Universitas Terbuka. Guru honorer disini juga menempuh S1 melalui Universitas Terbuka”(waw. 14 Maret 2016).
87
Dari hasil wawancara, pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan dokumen yang telah disajikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa standar kompetensi profesional guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung masih rendah. Hal ini terlihat dari masih banyaknya guru yang belum memenuhi standar kualifikasi akademik S-1 PGSD, masih rendahnya kualitas pembelajaran yang diciptakan guru di kelas, dan tingkat kedisiplinan kinerja guru yang masih rendah pula. 2. Upaya Dalam Meningkatkan Mutu Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang Dalam rangka meningkatkan mutu tenaga pendidik sekolah dasar di Kecamatan Srumbung, pihak UPT DISDIKPORA menyelenggarakan berbagai upaya diantaranya pelatihan, workshop, bintekdan diklat yang bertujuan untuk membekali guru–guru agar memilki ilmu dan wawasan tentang pendidikan semakin luas. Selain itu, pihak UPT juga mengadakan pembinaan secara personal kepada guru yang mengalami kesulitan ketika dalam proses pembelajaran. Hasil dari pembinaan yang didapatkan guru dapat dipraktekkan guru ketika mengajar di kelas. Hal ini sebagaimana diketahui dari pernyataan Bapak SJ selaku kepala UPT DISDIKPORA Kec. Srumbung sebagai berikut: “ada progran yaitu dengan melakukan pembinaan kepada guru bisa secara intern maupun ekstern. Kalau pembinaan secara ekstern, kami mengundang narasumber dari luar bisa dari Dinas Pendidikan ataupun LPMP. Sedangkan pembinaan dari intern, pihak UPT juga mempunyai narasumber yang berkompeten itu bisa dari pengawas. Besok senin, selasa dan kamis itu akan diadakan workshop di UPT ini. Kalau tahun kemarin ada juga workshop ya sperti diklat itu yang mengadakan dinas kabupaten. Kami mengirimkan guru sesuai permintaan kuota saja jadi 88
tidak semua guru yang mengikuti pelatihan tersebut”(waw. 26 Maret 2016). Tidak hanya pihak UPT yang menyelenggarakan berbagai pelatihan dan diklat guna meningkatkan mutu guru. Melainkan juga pihak Dinas Kabupaten Magelang yang menyelenggarkan berbagai program seperti diklat Peningkatan kompetensi mutu guru kelas,Workshop penuulisan karya ilmiah guru dll.
Selain itu pihak Dinas Pendidikan Kabupaten
Magelang juga melakukan upaya agar guru lebih meningkat dalam etos kerjanya dengan memanfaatkan teknologi yaitu dengan membuat jurnal online yang bernama AVICIANA. Dalam jurnal ini guru di beri wadah untuk dapat menuangkan karya ilmiahnya secara online sehingga dapat diakses secara nasional melalui internet. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Bapak SR sebagai berikut : “berbagai cara dari pihak dinas untuk dapat meningkatkan mutu guru misal dengan pelatihan, workshop. Ada pula Peningkatan kompetensi mutu guru kelas,Workshop penulisan karya ilmiah guru, pelatihan Kompetensi Penelitian Tindakan Kelas untuk guru SD dan PAUD, Bintek peningkatan kompetensi guru kelas dan masih banyak lagi semuanya ada di proposal”( waw. 30 April 2016). Penyataan Bapak SR tentang jurnal AVICIANA sebagai berikut : “ ...Kalau pihak dinas selalu mengupayakan berbagai cara agar mutu guru selalu meningkat. Salah satunya dengan jurnal online yang bernama AVICIANA. Jadi jurnal online memberikan wadah kepada guru untuk menyalurkan karya ilmiahnya secara online sehingga hasil karyanya dapat dinikmati secara nasional bahkan internasional” (waw. 30 April 2016). Selain pihak Dinas dan UPT yang melakukan berbagai upaya guna meningkatkan mutu tenaga pendidik. Pihak sekolah juga melakukan upaya yaitu
dengan
memberi
kesempatan 89
kepada
para
guru
untuk
mengembangkan potensi dan keprofesionalan dirinya melalui berbagai pelatihan yang telah diselenggarakan oleh pihak Dinas dan UPT. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu NHD selaku kepala sekolah SD Negeri Sikepan 1 sebagai berikut : “memberi kesempatan bagi semua guru khususnya di SD Negeri Sikepan 1 untuk mengembangkan potensi dan keprofesionalisme guru itu sendiri yang tersalurkan melalui program diklat, workhshop dan bintek. Selain itu juga memberi kesempatan bagi semua guru untuk menjadi kepala sekolah dan memberi kesempatan pula bagi guru untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi” (waw. 4 April 2016).
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Bapak MY selaku kepala sekolah SD Negeri Jamblangan sebagai berikut : “Oiya kalau itu ada. Kalau waktu yang lalu ada istilahnya sertifikasi guru. Seritifikasi menuntut supaya guru itu mengajar secara profesional. Sehingga dari pihak pemerintah mengadakan PLPG. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas, kedisiplinan terutama dalam mengajar dan kinerja guru. Dari hal itu nantinya hasil pendidikan akan meningkat. Salah satu nya ada tunjangan profesi. Selain itu, ada lagi pengirian diklat. Ada beberapa diklat yang diselenggarakan baik oleh Dinas Pendidikan maupun oleh UPT diantaranya diklat mata pelajaran yang ditujukan oleh guru – guru yang mengampu kelas tinggi dan diklat teatik bagi guru – guru yang mengampu kelas rendah” (waw. 14 Maret 2016).
KKG atau kelompok kerja guru merupakan salah satu upaya dari beberapa upaya yang dilakukan oleh pihak UPT DISDIKPORA untuk meningkatkan mutu guru. Dalam forum KKG semua guru sekolah dasar di Kec. Srumbung dapat sharing dan bertukar pikiran tentang permasalahan yang dihadapi ketika proses pembelajaran di kelas. KKG di Kecamatan Srumbung dibagi menjadi empat kali dalam sebulan. Pada minggu pertama
90
dan kedua KKG dilaksanakan pada tingkat gugus atau daerah binaan, pada minggu ketiga KKG dilaksanakan pada tingkat UPT dan pada minggu keempat KKG dilaksanakan pada tingkat sekolah. Kelompok kerja guru dilaksanakan setiap hari Sabtu siang setelah jam belajar selesai. Hal ini
dimaksudkan
agar
KKG
tidak
mengganggu
dalam
proses
pembelajaran. Pada tingkat sekolah yang menjadi pembina adalah kepala sekolah. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Ibu NK sebagai berikut : “program itu ada mengadakan KKG ( Kelompok Kerja Guru) jadi dalam KKG apabila ada guru yang mengalami kesulitan saat proses pembelajaran bisa saling bediskusi untuk menyelesaikan permasalahan. KKG itu dilakukan beberapa tingkat ada tingkat sekolah, gugus, dan tingkat UPT” ( waw. 30 April 2016). Diperkuat dengan pernyataan Ibu MK selaku wali kelas 3 SD Negeri Sikepan 1 sebagai berikut : “ ....Rutin, kalau KKG itu dilakukan setiap hari Sabtu pada Minggu itu pada tingkat gugus, tapi kalau KKG yang yang tingkat Kecamatan sudah lama tidak dilaksanakan. Dalam forum KKG gugus itu yang menjadi pembina adalah pengawas sekolah dan masing – masing kepala sekolah” ( waw. 30 April 2016). Dari pernyataan beberapa narasumber diatas maka dapat disimpulkan bahwa berbagai cara telah dilakukan guna meningkatkan mutu guru baik dari pihak Dinas Kabupaten Magelang, UPT DISDIKPORA Kec. Srumbung maupun pihak sekolah. Berbagai lembaga pendidikan tersebut mempunyai caranya masing – masing agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Beberapa program tersebut diantaranya Pelatihan Peningkatan Kompetensi Mutu Guru Kelas,Workshop Penulisan Karya Ilmiah Guru, Pelatihan Kompetensi Penelitian Tindakan Kelas
91
untuk guru SD dan
PAUD, serta Bintek Peningkatan Kompetensi Guru Kelas dan KKG atau Kelompok Kerja Guru serta jurnal online AVICIANA. Namun kelemahan dari upaya peningkatan mutu guru sekolah dasar ini adalah tidak teraturnya pelatihan dilaksanakan yang menyebabkan kurang tercapainya tujuan yang telah ditentukan. Hal ini sesuai yang diungkapkan Ibu FA sebagai berikut : “kalau hanya dibutuhkan saja mbak..dari pihak UPT tidak memberikan jadwal secara terperinci” (waw. 28 April 2016). Hal ini diperkuat dengan pernyataan beberapa guru di SD Negeri Sikepan 1 dan SD Negeri Jamblangan sebagai berikut : “....kalau KKG itu dilakukan setiap hari Sabtu pada tingkat gugus, tapi kalau KKG yang yang tingkat Kecamatan sudah lama tidak dilaksanakan. Dalam forum KKG gugus itu yang menjadi pembina adalah pengawas sekolah dan masing – masing kepala sekolah. Namun kalau pelatihan yang lain itu saya rasa tidak rutin biasanya hanya ada pemberitahuan dari UPT seminggu sebelummnya” (waw. 30 April 2016). “kalau yang KKG itu rutin namun kalau yang lainnya tidak. Alasan mengapa program yang lainnya tidak terjadwal secara rutin mungkin karena dana yang ada masih minimal dan kegiatan – kegiatan yang ada di UPT pun sudah banyak” (waw. 9 April 2016). “ouh...tidak mbak. Pelatihan itu sifatnya tidak terjadwal” (waw. 22 Maret 2016).
Faktor tidak adanya jadwal yang pasti dalam pelaksanaan pelatihan dandiklat
serta
workshop
tersebut
menyebabkan
pelatihan
yang
dilaksanakan tidak berjalan secara optimal dan efektif. Selain faktor tersebut ada pula faktor lainnya yang menghambat diantaranya yaitu kurangnya semangat dari peserta pelatihan ketika mengikuti seminar ataupun diklat, kedisiplinan yang masih rendah, dan waktu pelatihan yang
92
terlalu singkat. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Ibu NK sebagai berikut : “namanya juga pelatihan dan itu hanya dilaksanakan cuma seminggu, materi yang diberikan juga sangat banyak. Waktunya juga sampai sore. Setiap orang kan menerima materi yang diberikan juga berbeda – beda. Ada yang baik dan ada yang kurang. Kalau dapat saya simpulkan masih belum optimal” (waw. 30 April 2016). Diperkuat dengan pernyataan Ibu MK sebagai berikut : “ya kalau menurut saya tergantung dengan orangnya masing – masing. Namun kalau saya belum optimal. Hal ini dikarenakan banyak guru di Kec. Srumbung yang sudah tua, kemudian saat pelatihan berlangsung banyak yang tidak memperhatikan. Ada pula yang telat saat datang ke pelatihan” (waw. 30 April 2016).
Walaupun upaya yang dilakukan pihak UPT DISDIKPORA Kec. Srumbung belum berjalan secara optimal. Namun sedikit banyak telah berpengaruh terhadap kinerja guru. Dari berbagai pelatihan tersebut guru menjadi lebih profesional dalam mengajar. Misalnya dalam pelatihan membaca tanpa mengeja sebelumnya guru belum mengetahui metode yang tepat, namun setelah mengikuti guru pelatihan tersebut menjadi mengerti. Selain itu setelah diadakannya program PLPG, kedisiplinan guru semakin meningkat. Hal ini sebagaimana pernyataan yang diungkapkan oleh Bapak MY sebagai berikut : “Kalau efektif nya ya belum maksimal tapi juga sudah berpengaruh. Terutama dalam kdisipilnan guru. Kalau dulu sebelum ada PLPG. Guru pulang bersamaan dengan murid sekitar jam 13.00 WIB atau bahkan 12.15 WIB. Tapi sekarang karena sudah ada PLPG guru baru boleh pulang setelah pukul 14.00 WIB khusunya bagi guru yang sudah bersertifikasi jam kantor sampai pukul 14.00 WIB. Hal itu untuk memenuhi admnistrasi” (waw. 14 Maret 2016). 93
Diperkuat dengan pernyataan Ibu SN selaku wali kelas 1 SD Negeri Sikepan 1 sebagai berikut: “menurut saya sudah cukup efektif mbak..karena dulunya sebelum guru mengikuti pelatihan. Misalnya dalam pelatihan membaca tanpa mengeja sebelumnya guru belum mengetahui metode yang tepat, tapi setelah mengikuti guru jadi tahu” ( waw. 22 Maret 2016).
3. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Dalam Strategi Peningkatan Mutu Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang a. Faktor Penghambat Dalam upaya meningkatkan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung, terdapat beberapa hambatan atau kendala di dalamnya. Berikut adalah beberapa kendala yang ditemukan dalam upaya meningkatkan mutu guru khususnya guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung. 1) Sumber Dana yang minimal Anggaran dana merupakan salah satu faktor penghambat dalam upaya meningkatkan mutu guru sekolah dasar di Kec. Srumbung. Secara umumtanpa adanya dana yang memadai, semua kegiatan yang dibuat baik dari Dinas Pendidikan maupun dari UPT DISDIKPORA Kec. Srumbung guna meningkatkan mutu guru khususnya bagi guru sekolah dasar tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien. Mengatasi anggaran yang minimal tersebut, pihak Dinas membuat skala prioritas agar semua kegiatan pelatihan guna meningkatkan mutu guru dapat tercapai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak SR sebagai berikut : 94
” ...............Anggaran kita terbatas kalau kita diminta untuk melaksanakan pelatihan tersebut semuanya secara bersama – sama tentu kami tidak bisa. Jadi kami melakukan skala prioritas” (waw. 30 April 2016). Hal ini diperkuat dengan pernyataan Ibu SN wali kelas 1 SD Negeri Sikepan 1 sebagai berikut : “..........Sumber dana juga berpengaruh mbak...karena kita juga tidak munafik kalau semua itu juga membutuhkan uang”(waw. 22 Maret 2016). Dengan adanya program Bantuan Operasional Sekolah ( BOS) dari Pemerintah, sekolah tidak dapat lagi memungut biaya operasional dari masyarakat sehingga menyebabkan dana yang dimilki oleh sekolah hanyalah sedikit dikarenakan pihak sekolah tidak diperbolehkan untuk memungut bantuan dari orang tua siswa. Seperti yang diungkapkan Ibu NHD selaku kepala sekolah SD Negeri Sikepan 1 sebagai berikut : ”.....Kemudian dukungan financial yang sangat sedikit dari masyarakat. Apalagi sekarang ini masyarakat mengetahui kalau dana sekolah itu dibiayai oleh dana BOS, jadi kita hanya bisa sangat sedikit atau minim untuk dapat menarik sumber dana dari masyarakat” (waw.4 April 2016). 2) Etos Kerja yang Rendah Peran guru dalam proses pembelajaran sangat kompleks. Guru tidak hanya dituntut untuk dapat menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik, namun seorang guru juga dituntut untuk memainkan berbagai peran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Maka dari itu, seorang guru harus mempunyai etos kerja yang tinggi. Seorang guru haruslah terlihat semangat dan ceria saat di depan peserta didik. Kegiatan mengajar seharusnya tidak dianggap sebagai beban 95
namun mengajar dijadikan sebagai wadah untuk memajukan anak bangsa. Tetapi kenyaataannya di Kecamatan Srumbung masih banyak ditemui guru yang menganggap bahwa mengajar itu sebagai kewajiban. Seperti yang diungkapkan Bapak SJ berikut ini: “...Selain itu juga kemauan mereka dalam mengajar. Ada beberapa guru yang hanya sekedar mengajar dan menjadikan itu hanya sebagai kewajiban sebagai guru yaitu berangkat jam 7 pulan jam 2. Namun kami selalu melakukan pembinaan, pembinaan tidak hanya dari kami apalagi saya karena mereka sudah jenuh. Kami biasanya melakukan pembinaan dengan mendatangkan piha dari Dinas Kabupaten” (waw. 26 Maret 2016). Hal ini diperkuat dengan pernyataan Ibu NHD sebagai berikut : “.....Guru yang dirasa masih mempunyai dedikasi rendah terhadap dunia pendidikan khususnya dalam mendidik.Hal ini dapat saya lihat ketika pembelajaran di kelas kalau tidak ada pengawas atau kepala sekolah di sekolah mereka tidak baik dalam menjalankan PKBM.Selain itu ketika mengikuti pelatihan, mereka seperti tidak konsen dan acuh tak acuh terhadap pelatihan yang diadakan.Terakhir adalah sarana dan prasarana yang disediakan dirasa masih kurang.Alat peraga yang seharusnya bisa digunakan ketika pembelajaran menjadi tidak dapat digunakan karena sudah rusak dan bahkan tidak ada.”(waw. 4 April 2016). Selain faktor guru yang menganggap bahwa mengajar adalah suatu kewajiban yang hanya sekedar terpenuhi, ada pula guru yang mudah putus asa dalam menghadapi anak. Guru tidak dapat mengkolaborasikan metode yang diterapkan di kelas. Guru cenderung statis dalam menghadapi anak yang mempunyai karakter berbeda – beda. Seperti yang diungkapkan Ibu SN sebagai berikut: ”........... ada beberapa faktor yang menjadi penghambat diantaranya guru tidak mau belajar. Ada beberapa guru yang
96
apabila meghadapi anak dengan metode ini tidak berhasil mereka tidak mau mengganti dengan metode yang lain. Nama lainnya mungkin mereka mudah putus asa untuk menghadapi anak. Padahal jika para guru mau belajar lebih giat lagi pasti mereka akan berhasil ”(waw. 22 Maret 2016). 3) Sarana dan Prasarana yang Kurang Memadai. Sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen penunjang dalam proses pembelajaran antara peserta didik dengan guru agar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Dengan adanya sarana dan prasarana yang lengkap diharapkan kualitas pembelajaran akan semakin meningkat. Tidak hanya kualitas pembelajaran yang diharapkan semakin meningkat melainkan kualitas tenaga pendidik pun diharapkan juga semakin membaik. Namun kenyataannya sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Srumbung sekarang ini masih jauh dari kata layak. Bahkan para guru tidak mendapat buku pedoman atau pegangan untuk mengajar. Para guru sekolah dasar di Kec. Srumbung hanya mengandalkan LKS ( Lembar Kerja Siswa) sebagai panduan dalam mengajar. Seperti yang diungkapkan Ibu SN sebagai berikut: “.....Pada sekolah dasar ini khusunya di kelas 1, saya sebagai wali kelas tidak ada buku pegangan . guru hanya mengandalkan LKS dan itupun harus difotocopi. Anak – anak juga tidak ada pegangan buku untuk belajar. Kami sebagai guru serba tidak enak mbak..apabila kita menyuruh anak – anak untuk memfotocopi, kami kasian kepada orang tua karena mayoritas orang tua di daerah ini masih dalam ekonomi rendah (waw. 22 Maret 2016).
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Ibu NK selaku wali kelas 2 SD Negeri Sikepan 1 yaitu :
97
“....fasilitas pendidikan yang masih sangat minim, buku masih sangat kurang. Padahal kan seharusnya agar pendidikan lebih bermutu itu di dukung dengan sarana dan prasarana yang memadai”(waw. 30 April 2016). Alat peraga juga merupakan sarana pendukung dalam proses pembelajaran. Dengan adanya alat peraga, peserta didik akan mengetahui secara konkrit materi yang jelaskan oleh pendidik. Namun kenyataannya alat peraga yang disediakan oleh sekolah memenuhi bahkan beberapa diantaranya belum ada. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu NHD berikut ini : “.....Terakhir adalah sarana dan prasarana yang disediakan dirasa masih kurang.Alat peraga yang seharusnya bisa digunakan ketika pembelajaran menjadi tidak dapat digunakan karena sudah rusak dan bahkan tidak ada (waw. 4 April 2016). 4) Faktor Kedisiplinan Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dapat diketahui bahwa tingkat kedisiplinan guru di Kecamatan Srumbung masih rendah. Hal ini terbukti ketika peneliti melakukan pengamataan pada pagi hari di SD Negeri Jamblangan dan SD Negeri Sikepan 1. Pada saat itu, di SD Negeri Jamblangan hanya ada 2 guru yang sudah datang sampai ke sekolah padahal waktu telah menunjukkan pukul 07.00 WIB. Kepala sekolah tidak menegur guru yang terlambat. Selain itu ditemukan pula, ketika kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) banyak guru yang terlambat datang untuk mengikuti pelatihan. Saat pelatihan dalam KKG berlangsung pun banyak ditemui guruyang tidak memperhatikan materi yang dijelaskan oleh narasumber. Hal tersebut membuktikan bahwa tingkat kedisiplinan guru masih rendah. 98
b. Faktor Pendukung Selain ada faktor penghambat, ada pula faktor pendukung dalam meningkatkan mutu guru sekola dasar di Kecamatan Srumbung. Tidak hanya pihak Dinas dan UPT DISDIKPORA Kec.Srumbung yang berperan dalam upaya meningkatkan mutu melainkan banyak faktor pendukung agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Berikut adalah beberapa faktor pendukung dalam upaya peningkatan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung. 1) Faktor Sumber Daya Manusia (SDM) yang Memadai Sumber
daya
manusia
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi dalam upaya meningkatkan mutu guru. Dalam hal ini yang dimaksud dengan sumber daya manusia adalah tentor atau pelatih dalam workshop dan diklat. Pihak dinas dan UPT DISDIKPORA memiliki SDM yang memadai yang berasal dari pengawas. Selain itu, apabila pihak Dinas dan UPT merasa kekurangan dengan tentor yang berkualitas, mereka bekerja sama dengan pihak LPMP untuk melakukan pelatihan guna mencapai tujuan yang diharapkan. Seperti yang dikatan Bapak SR berikut ini : “.....kalau soal SDM itu sudah cukup juga. Disini banyak pengawas yang kompeten kalaupun masih ada kekurangan kami minta bantuan dari LPMP Semarang. Sekarang ini setiap guru juga mempunyai raport jadi dari hasil penilaian raport itu kami akan mengetahui bagaimana kinerja guru “(waw. 30 April 2016).
99
Hal tersebut juga disampaikan oleh Bapak SJ selaku Kepala UPT DISDIKPORA Kec. Srumbung sebagai berikut : “......pihak UPT juga mempunyai narasumber yang berkompeten itu bisa dari pengawas” (waw.26 Maret 2016).
Dalam upaya meningkatkan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung pihak UPT bekerja sama dengan pihak Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang beserta Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Semarang dengan mengadakan berbagai pelatihan peningkatan mutu seperti BINTEK, diklat dan workshop yang diikuti oleh guru – guru di Kecamatan Srumbung. 2) Pendapatan yang Tinggi Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 34 tahun 2014 mengenai Perubahan Keenambelas atas Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil penghasilan yang didapatkan oleh guru yang sudah berstatus PNS sudah cukup tinggi. Hal ini dikarenakan selain mendapatkan gaji pokok, guru juga mendapatkan tunjangan profesi yang kisaran besarannya 1 kali gaji pokok. Dengan keadaan yang seperti ini tentunya permasalahan ekonomi yang dulunya menjadi salah satu faktor penghambat rendahnya kualitas penddidikan tidak akan ada lagi. Para tenaga pendidik diharapkan akan menjadi lebih fokus dalam mengajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak SJ berikut ini: “menurut saya dari segi pendapatan apalagi kalau guru tersebut sudah mendapatkan tunjangan profesi itu sudah sangat cukup hanya saja 100
haru didukung dengan kualitas pembelajaran yang lebih baik” (waw. 26 Maret 2016). 3) Lingkungan yang Nyaman dan Aman Lingkungan kerja yang nyaman dan aman adalah lingkungan yang warganya bebas dari rasa takut, kondusif untuk belajar dan hubungan antar warga sekolahnya positif. Suasana pembelajaran sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan di sekitar sekolah. Kecamatan Srumbung merupakan wilayah yang berada di Lereng Gunung Merapi yang menyebabkan suasananya masih sejuk dan tenang. Hal ini juga berdampak pada sekolahsekolah yang ada di Kecamatan Srumbung, mayoritas sekolah dasar di Kec. Srumbung memilki keadaaan lingkungan yang asri dan nyaman. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Ibu SN sebagai berikut :
“....Selain itu tempatnya juga sudah nyaman sehingga guru tentu akan lebih fokus dalam bekerja”( waw. 22 Maret 2016).
Peneliti juga mengamati bahwa lingkungan sekolah khususnya yang ada di SD Negeri Sikepan 1 dan SD Negeri Jamblangan terlihat sangan nyaman. Halaman sekolah terlihat bersih dan dipenuhi dengan berbagai pephonon sehingga menambah keasrian lingkungan sekolah. Selain itu, kebanyakan sekolah dasar di Kecamatan Srumbung berada di tengah desa. Hal ini justru dianggap menguntungkan dikarenakan lingkungan sekolah tidak terganggu akan kebisingan suara ramai jalan raya.
101
C. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, perlu dianalisis untuk menjawab rumusan masalah mengenai peningkatan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung. Adapun aspek yang dapat dirinci dalam pembahasan ini meliputi mutu guru sekolah dasar di Kec. Srumbung, upaya peningkatan mutu guru sekolah dasar dan faktor penghambat serta pendukung dalam peningkatan mutu guru sekolah dasar di Kec. Srumbung. 1. Mutu Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang Dilihat dari Empat Standar Kompetensi Perbaikan mutu pendidikan khususnya di sekolah, lebih banyak menjadi tanggung jawab pada guru. Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebut bahwa guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anaka usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Dwi Siswoyo, 2007). Dari pernyataan tersebut maka dapat diketahui bahwa guru tidak hanya bertugas mengajar melainkan juga membimbing peserta didik. Dengan tugas yang begitu berat, maka seorang guru harus mempunyai mutu yang baik. Dapat dikatakan sebagai pendidik yang bermutu apabila sesuai dengan Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dan Undang – Undang No. 14 Tahun 2005
102
tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru harus memilki kualifikasi akademik minimal S-1 atau D-IV dan memilki empat standar kompetensi guru yaitu standar kompetensi pedagogik, standar kompetensi kepribadian,
standar
kompetensi
sosial,
dan
standar
kompetensi
profesional. Kompetensi pedagogik erat kaitannya dengan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik di kelas, tidak hanya dalam proses pembelajaran melainkan seorang guru harus mampu merencanakan hingga mengevaluasi hasil belajar dan dituntut mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga peserta didik dapat mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Namun mayoritas guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung belum dapat memenuhi standar komptensi pedagogik sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru yang terdiri dari 10 indikator kompetensi dasar yaitu: (a) menguasai karaktersistik peserta didik dari aspek fisik, moral, kultural, emosional, dan intelektual, (b) menguasi teori–teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik, (c) mengembangkan
kurikulum
yang
terkait
dengan
mapel,
(d)
menyelenggarakan pembelelajaran yang mendidik, (e) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, (f) memfasilitasi
pengembangan
potensi
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, (g) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
103
dengan peserta didik, (h)
menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, (i) memanfaatkan
hasil
penilaian
dan
evaluasi
untuk
kepentingan
pembelajaran, dan (j) melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran (Marselus R. Payong, 2011). Dari kesepuluh kompetensi yang harus dimiliki tersebut, mayoritas guru hanya dapat memenuhi beberapa indikator yang telah ditentukan. Indikator ke–5 yaitu guru harus dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran belum dapat dipenuhi. Hal ini di sebabkan karena beberapa faktor diantaranya guru tidak mau mengembangkan potensi yang dimilikinya, guru di Kecamatan Srumbung yang mayoritas sudah tua merasa kesulitan dalam memanfaatkan teknologi, dan etos kerja yang rendah. Indikator ke-9 dan 10 juga belum terpenuhi. Guru belum dapat merefleksikan hasil belajar sehingga proses pembelajaran tidak meningkat dikarenakan masih menggunakan metode yang sama. Hasil belajar siswa tidak dievaluasi oleh peserta didik sehingga tidak mengetahui kekurangan dari proses pembelajaran. Selain itu, jika dilihat dari hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) yang dilakukan oleh Pihak Dinas, mayoritas nilai yang diperoleh juga masih rendah. Pengembangan dan peningkatan kualitas kompetensi guru selama ini diserahkan kepada guru itu sendiri. Jika guru mampu dan ingin mengembangkan dirinya sendiri, maka guru itu akan berkualitas. Kompetensi kepribadian merupakan suatu kemampuan yang sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui melalui penampilan, tindakan,
104
dan ucapan ketika menghadapi persoalan , atau melalui abstraknya saja. Kompetensi kepribadian guru mencakup sikap (attitude), nilai-nilai (values), kepribadian (personality) sebagai elemen perilaku (behaviour) dalam kaitannya dengan performance yang ideal sesuai dengan bidang kerjanya yang dilandasi oleh latar belakang pendidikan, peningkatan kemampuan dan pelatihan serta legalitas kewenangan mengajar menurut Sanusi,1991 dalam (Nurfuadi,2012). Jika dilihat dari indikator standar kompetensi kepribadian menurut Sanusi, 1991 guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung telah sesuai dengan teori yang dipakai khususnya dalam sikap (attitude). Dalam sikap (attitude) terlihat ketika proses pembelajaran guru dengan sabar mengajar dan membimbing peserta didik, guru tidak membedakan peserta didik baik yang kaya atau yang kurang mampu. Dalam kepribadian (personality) terlihat saat peneliti datang ke SD Negeri Jamblangan dan SD Negeri Sikepan, peneliti langsung disapa dengan para guru dengan ramah. Para guru selalu menanyakan maksud kedatangan pada hari itu. Selain itu, peneliti juga mengetahui ketika ada orang tua/ wali murid yang datang ke sekolah untuk menanyakan perkembangan sekolah anaknya di SD Negeri Sikepan 1, para guru melayani orang tua murid dengan penuh sabar dan jelas dalam menjelaskan apa yang terjadi. Walaupun mayoritas guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung memiliki kepribadian yang baik namun masih ada saja guru yang memiliki masalah. Namun Pihak UPT selalu melakukan pembinaan sehingga masalah yang dihadapi tidak melebar.
105
Kompetensi sosial merupakan
kemampuan guru untuk
dapat
bersosialisasi dengan peserta didik, teman sejawat dan kepala sekolah ataupun dengan pihak luar. Secara umum guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung selalu melakukan interaksi yang efektif baik sesama guru, peserta didik maupun dengan pihak luar. Beberapa hal yang membuktikan diantaranya adalah letak geografis Kecamatan Srumbng yag berada di pedesaan dan Lereng Gunung Merapi menyebabkan tingkat kesosialan guru dalam berinteraksi masih tinggi. Guru menerapkan sikap saling peduli terhadap sesama. Selain itu, guru juga melakukan kerjasama yang baik sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Kepala UPT DISDIKPORA Kec. Srumbung juga selalu mengimbau kepada para guru agar memiliki rasa empati dan simpati yang tinggi kepada siapapun. Hal tersebut dibuktikan dengan apabila ada guru yang sakit, para guru selalu melakukan anjangsana. Tidak hanya melakukan anjangsana apabila ada teman sejawat yang sakit, melainkan guru di Kecamatan Srumbung juga melakukan interaksi yang baik kepada siapapun, tidak membeda – bedakan dan tidak saling gep (bergerombol).
Hal tersebut telah sesuai
dengan kriteria standar kompetensi sosial menurut Slamet PH (2006) dalam Nurfuadi (2012: 91) yang menyebutkan yaitu (1) mamahami dan menghargai perbedaan serta memiliki kemampuan mengeelola konflik dan benturan, (2)melaksanakan kerjasama secara harmonis dengan kawan sejawat, kepala sekolah, dan pihak – pihak lainnya, (3) membangun kerja tim yang kompak, cerdas, dinamis, (4) melakukan komunikasi (oral, tulis,
106
tergambar) secara efektif dan menyenangkann dengan seluruh warga sekolah, (5) memiliki kemampuan pemahaman dan mengintegrasikan perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap tugasnya, (6) memiliki kemampuan mendudukkan dirinya dalam sistem nilai yang berlaku di masyarakat. Guru adalah suatu pekerjaan yang memiliki organisasi profesi. Sebagai suatu pekerjaan seharusnya seorang guru harus melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga dapat dikatakan sebagai guru yang profesional. Kata “profesional” mengandung arti bahwa guru harus mampu menguasai seluruh elemen materi pembelajaran secara luas dan mendalam dan dibuktikan dengan legalitas ijazah Strata satu pendidikan guru sekolah dasar (S-1/PGSD). Namun kenyataannya mayoritas guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung belum memenuhi standar kualifikasi akademik. Data yang diperoleh peneliti dari total seluruh guru sekolah dasar yaitu 256 guru di 30 SD Negeri dan Swasta di Kec. Srumbung, hanya 159 guru yang dapat memenuhi standar kualifikasi akademik S-1 PGSD. Selain itu pendidikan terakhir guru hanyalah SPG, SMA, D-II, D-III, dan S-1 namun bukan PGSD dan S-2. Selain dari kualifikasi akademik yang belum terpenuhi, mayoritas guru belum memiliki rasa tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalannya. Hal ini terbukti saatproses pembelajaran masih berlangsung di kelas justru ada beberapa guru di SD Negeri Sikepan 1 dan SD Negeri Jamblangan yang dijadikan sampel penelitian oleh peneliti justru duduk manis dan
107
tidak mengajar. Para guru justru berbincang – bincang di ruang kantor dan meninggalkan peserta didik di kelas. Tingkat kedisiplinan yang rendah juga menandakan bahwa guru belum memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaannya. Salah satu aspek dalam standar kompetensi profesional yaitu guru harus mampu menguasi pebmbelajaran baik dari perencanaan sampai evaluasi hasil belajar. Dalam perencanaan seorang guru harus dapat membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Namun kenyataannya mayoritas guru banyak yang memanfaatkan forum KKG untuk hanya sekedar mengcopy paste hasil RPP yang telah mereka buat bersama–sama. Alhasil semua RPP sekolah dasar di Kecamatan Srumbung hampir mayoritas sama tapa disesuaikan dengan kondisi masing- masing sekolah. Hal lain yang membuktikan bahwa standar kompetensi profesional guru maish rendah adalah penguasaan materi pembelajaran guru belum maksimal. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menyebutkan bahwa proses belajar mengajar di SDN Jamblangan dan SDN Sikepan 1 sarana dan prsarana yang digunakan masih sangat minimal. Setiap guru yang mengajar hanya menggunakan satu modul pembelajaran/LKS (Lembar Kerja Siswa). Buku-buku paket pelajaranpun yang tersedia masih sedikit. Hal ini menyebabkan para guru tidak mempunyai referensi yang banyak akan materi pelajaran yang akan dijelaskan kepada peserta didik. Hal tersebut belum sesuai dengan
Undang–Undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 7 tentang Guru dan Dosen, profesi
108
guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: (1) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang studi, (2) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas, dan (3) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalannya. 2. Upaya Dalam Meningkatkan Mutu Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang Dalam dunia pendidikan, mutu adalah keberhasilan proses dan hasil belajar yang menyenangkan dan memberikan kenikamatan(Nurfuadi, 2012). Upaya agar mutu semakin meningkat maka harus selalu dilakukan perbaikan. Usaha perbaikan dan peningkatan mutu dimulai dengan meningkatkan kinerja tenaga pendidik dengan mengikutsertakan dalam pelatihan dan workshopuntuk peningkatan mutu khususnya bagi guru. Tenaga pendidik menjadi fokus utama dalam peningkatan mutu dikarenakan sebagian besar kegiatan di sekolah menjadi tanggung jawab guru. Hal ini menyebabkan pihak UPT DISDIKPORA Kecamatan Srumbung selalu
melakukan upaya guna dapat meningkatkan mutu
khususnya mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung. Pihak UPT menyelenggarakan berbagai upaya diantaranya pelatihan, workshop, dan diklat yang bertujuan untuk membekali guru–guru agar memilki ilmu dan wawasan tentang pendidikan semakin luas. Pihak UPT DISDIKPORA Kec. Srumbung juga melakukan pembinaan baik secara intern maupun ekstern. Secara intern pihak UPT menyelenggarakan diklat, workshop, dan
109
pelatihan. Sedangkan secara ekstern pihak UPT mengadakan pembinaan secara personal kepada guru yang mengalami kesulitan ketika dalam proses pembelajaran. Hasil dari pembinaan yang didapatkan guru dapat dipraktekkan guru ketika mengajar di kelas. Selain Pihak UPT, Pihak sekolah juga melakukan upaya yaitu dengan memberi kesempatan kepada para guru untuk mengembangkan potensi dan keprofesionalan dirinya melalui berbagai pelatihan yang telah diselenggarakan oleh pihak Dinas dan UPT.Beberapa program tersebut diantaranya Pelatihan Peningkatan Kompetensi Mutu Guru Kelas,Workshop Penulisan Karya Ilmiah Guru, Pelatihan Kompetensi Penelitian Tindakan Kelas
untuk guru SD dan
PAUD, serta Bintek Peningkatan Kompetensi Guru Kelas Selain itu UPT, kepala sekolah beserta pihak Dinas juga memanfaatkan KKG (Kelompok Kerja Guru) sebagai salah satu wadah guna meningkatkan mutu guru. Dalam forum KKG semua guru sekolah dasar di Kec. Srumbung dapat sharing dan bertukar pikiran tentang permasalahan yang dihadapi ketika proses pembelajaran di kelas. KKG di Kecamatan Srumbung dibagi menjadi empat kali dalam sebulan. Pada minggu pertama dan kedua KKG dilaksanakan pada tingkat gugus atau daerah binaan, pada minggu ketiga KKG dilaksanakan pada tingkat UPT dan pada minggu keempat KKG dilaksanakan pada tingkat sekolah. Kelompok kerja guru dilaksanakan setiap hari Sabtu siang setelah jam belajar selesai. Hal ini dimaksudkan agar KKG tidak mengganggu dalam proses pembelajaran. Namun karena tidak adanya jadwal yang pasti dalam
110
pelaksanaan pelatihan dan diklat serta workshop tersebut menyebabkan pelatihan yang dilaksanakan tidak berjalan secara optimal dan efektif. Selain faktor tersebut ada pula faktor lainnya yang menghambat diantaranya yaitu kurangnya semangat dari peserta pelatihan ketika mengikuti seminar ataupun diklat, kedisiplinan yang masih rendah, dan waktu pelatihan yang terlalu singkat. 3. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung dalam Peningkatan Mutu Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang a. Faktor Penghambat Ada beberapa hal yang menjadi faktor penghambat dalam peningkatan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. Hal tersebut diantaranya sebagai berikut: 1) Sumber Dana yang Minimal Kecamatan Srumbung merupakan salah satu
kecamatan di
Kabupaten Magelang yang letak geografisnya berada di Lereng Gunung Merapi. Mayoritas penduduk di sekitarnya hanya bekerja sebagai petani dan penggali pasir. Hal ini menyebabkan tingkat ekonomi mayoritas penduduk di Kecamatan Srumbung masih rendah. Dampak dari tingkat ekonomi
masih
rendah
berpengaruh
juga
dalam
dunia
pendidikan.Permasalahan tersebut, pihak Dinas Pendidikan dan UPT DISDIKPORA untuk mencanangkan sekolah gratis di seluruh sekolah dasar negeri di Kecamatan Srumbung. Namun dikarenakan pihak sekolah tidak membebankan biaya pendidikan kepada orang tua peserta didik,
111
menyebabkan
pihak sekolah harus memiliki
kemandirian dalam
mengusahakan biaya untuk pendidikan. Sekolah sering mengalami kesulitan ketika harus mengeluarkan biaya untuk fotocopy kertas ujian, biaya untuk mengikuti perlombaan dan biaya untuk mengikuti pelatihan bagi guru karena semua itu ditanggung secara personal oleh guru dan sekolah. Keterbatasan biaya pendidikan di Kecamatan Srumbung berdampak pada keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan sehingga tidak dapat mencapai hasil pembelajaran secara maksimal 2) Etos Kerja yang Rendah Peran guru dalam aktivitas pembelajaran sangat kompleks. Guru tidak hanya sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, akan tetapi guru juga dituntut untuk memainkan berbagai peran yang bertujuan mengembangkan potensi anak didiknya secara optimal. Dengan begitu besarnya amanah yang diemban oleh seorang guru maka seorang guru haruslah memiliki etos kerja yang tinggi. Seorang guru tidak hanya mengajar melainkan membimbing peserta didik dengan ikhlas dan rela.
Guru
sebagai
ujung
tombak
dalam
melaksanakan
proses
pembelajaran di kelas memegang peranan yang sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Guru yang profesional akan memiliki komitmen tinggi dan disertai dengan kemampuan sesuai dengan bidang keahliannya. Hal ini sesuai dengan kriteria guru profesional menurut (Prim Masrokan Mutohar,2013). Namun kenyataannya keadaan guru di Kecamatan Srumbung masih kurang baik.
112
Banyak guru yang mengangap bahwa mengajar adalah suatu kewajiban yang hanya sekedar terpenuhi, ada pula guru yang mudah putus asa dalam menghadapi anak. Guru tidak dapat mengkolaborasikan metode yang diterapkan di kelas. Guru cenderung statis dalam menghadapi anak yang mempunyai karakter berbeda – beda. 3) Sarana dan Prsarana yang kurang memadai Dalam proses belajar mengajar kehadiran sarana dan prasarana mempunyai arti yang cukup penting. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses pendidikan, kualitas pendidikan juga didukung dengan sarana dan prasarana yang menjadi standar sekolah atau instansi pendidikan terkait. Sarana dan prasarana yang minimal menyebabkan kinerja guru menjadi rendah pula dikarenakan guru tidak dapat menyalurkan ide yang dimilikinya. Misalnya saat para guru ingin menggunakan metode eksperimen dalam proses pembelajaran. Namun karena tidak adanya sarana dan prasarana maka guru tidak dapat menggunakan alat peraganya. Hal ini menunjukkan bahwa peranan sarana dan prsarana sangat penting dalam menunjang kualitas pembelajaran peserta didik. Keadaan sarana dan prasana di seluruh sekolah di Kecamatan Srumbung memang masih sangat minim dikarenakan keterbatasan biaya. Di beberapa sekolah dasar di Kecamatan
Srumbung
bahkan
sarana
penunjang
keberhasilan
pembelajaran masih sangat jauh dari kata layak. Ada beberapa ruang kelas di SD Negeri Jamblangan yang kondisi ruang kelasnya sudah rusak. Hal ini tentunya tidak sessuai dengan kelengkapan sarana dan prasarana
113
sekolah dengan kriteria peningkatan mutu yang bersumber dari Nanang Fattah(2012), bahwa tersedianya perangkat kerja berupa sarana dan fasilitas yang memadai, baik peralatan vital yang harus ada maupun peralatan penunjang yang dapat memudahkan penyelesaian pekerjaan. 4) Faktor Kedisiplinan Kedisiplinan menjadi salah faktor penting dalam kemajuan suatu pendidikan. Disiplin bermanfaat untuk mengarahkan anggota agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, mentaati peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada sehingga dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik. Penerapan nilai kedisiplinan di seluruh sekolah dasar di Kecamatan Srumbung mencakup beberapa aspek antara lain disiplin waktu, disiplin kerja dan disiplin berpakaian. Kepala UPT DISDIKPORA dibantu kepala sekolah selalu memantau kedisiplinan guru. Nilai kedisilpinan yang diterapkan di Kecamatan Srumbung ini menjadi faktor penghambat peningkatan mutu guru. Hal ini disebabkan karena kedisiplinan waktu yang ada di Kecamatan Srumbung masih rendah. Banyak guru yang terlambat saat datang ke sekolah. Selain itu juga ditemukan kinerja guru yang tidak optimal. Masih ada beberapa guru yang tidak masuk ke kelas padahal jam belajar mengajar sudah dimulai. Dalam rangka memperbaiki mutu maka diperlukan prosedur atau mekanisme yang jelas, bahwa setiap jenis pekerjaan memilki prosedur yang sudah ditentukan, sehingga menumbuhkan sikap tanggung jawab dan jadwal waktu penyelesaian secara tepat (Nanang Fattah, 2012 ).
114
b. Faktor Pendukung Selain ada faktor penghambat, ada pula faktor pendukung dalam meningkatkan mutu guru sekola dasar di Kecamatan Srumbung. Tidak hanya pihak Dinas dan UPT DISDIKPORA Kec.Srumbung yang berperan dalam upaya meningkatkan mutu melainkan banyak faktor pendukung agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. 1) Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai Sumber daya manusia sebagai tentor atau pelatih merupakan salah satu faktor pendukung dalam upaya meningkatkan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung. Sumber daya yang baik juga merupakan salah satu unsur penting keberhasilan suatu pelatihan. Dengan adanya pelatih yang handal diharapkan tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai. Pihak dinas dan UPT DISDIKPORA memiliki SDM yang memadai yang berasal dari pengawas. Selain itu, apabila pihak Dinas dan UPT merasa kekurangan dengan tentor yang berkualitas, mereka bekerja sama dengan pihak LPMP untuk melakukan pelatihan guna mencapai tujuan yang diharapkan. 2) Pendapatan yang Tinggi Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 34 tahun 2014 mengenai Perubahan Keenambelas atas Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil penghasilan yang didapatkan oleh guru yang sudah berstatus PNS sudah cukup tinggi. Hal ini dikarenakan selain mendapatkan gaji pokok, guru juga mendapatkan
115
tunjangan profesi yang kisaran besarannya 1 kali gaji pokok. Dengan keadaan yang seperti ini tentunya permasalahan ekonomi yang dulunya menjadi salah satu faktor penghambat rendahnya kualitas penddidikan tidak akan ada lagi. Para tenaga pendidik diharapkan akan menjadi lebih fokus dalam mengajar. 3) Lingkungan yang aman dan nyaman. Lingkungan sekolah yang nyaman merupakan lingkungan yang dapat menjadikan proses pembelajaran semakin kondusif. Dengan lingkungan sekolah yang kondusif diharapkan kualitas pendidikan akan semakin meningkat. Hal ini dikarenakan guru menjadi lebih giat dan semangat dalam mengemban tugasnya untuk membimbing peserta didiknya. Begitu pula yang terjadi di seluruh sekolah dasar di Kecamatan Srumbung, mayoritas sekolah telah mempunyai lingkungan sekolah yang kondusif. Mayoritas
sekolah
dasar di Kecamatan Srumbung
berada di tengah desa. Hal ini justru dianggap menguntungkan dikarenakan lingkungan sekolah tidak terganggu akan kebisingan suara ramai jalan raya. Selain itu halaman sekolah yang luas ditambah dengan berbagai pohon yang menjadikan sekolah semakin asri. Faktor lingkungan sekolah yang nyaman dan aman menjadi salah satu faktor pendukung dalam upaya meningkatkan mutu guru.
116
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, diambil kesimpulan bahwa peningkatan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelangdilihat dari keempat standar kompetensi yaitu standar kompetensi pedagogik, standar kompetensi kepribadian, standar kompetensi sosial, dan standar kompetensi profesional yaitu sebagai berikut : a. Mayoritas guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung belum dapat memenuhi standar komptensi pedagogik. Hal ini terlihat dari guru belum dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, guru belum dapat merefleksikan hasil belajar sehingga proses pembelajaran tidak meningkat dikarenakan masih menggunakan metode yang sama, hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) yang dilakukan oleh Pihak Dinas mayoritas nilai yang diperoleh juga masih rendah b. Kompetensi kepribadian guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung
telah sesuai dengan teori yang dipakai khususnya
dalam sikap (attitude) dan kepribadian (personality). Dalam sikap (attitude) terlihat ketika proses pembelajaran guru dengan sabar mengajar dan membimbing peserta didik, guru tidak membedakan 117
peserta didik baik yang kaya atau yang kurang mampu. Dalam kepribadian (personality) terlihat saat peneliti datang ke SD Negeri Jamblangan dan SD Negeri Sikepan, peneliti langsung disapa dengan para guru dengan ramah. c. Secara umum, mayoritas guru sekolah dasar di Kec. Srumbung mempunyai standar kompetensi sosial yang cukup baik. Hal ini terbukti dari guru selalu melakukan interaksi yang efektif baik sesama guru, peserta didik maupun dengan pihak luar, guru melakukan anjangsana ketika ada teman yang sedang sakit, guru tidak membeda–bedakan dalam bergaul
atau tidak saling gep
(bergerombol). d. Mayoritas guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung belum memenuhi standar kompetensi profesional. Hal ini terbukti dari 256 guru hanya 159 yang memiliki kualifikasi akademik sesuai dengan bidang kerjanya, mayoritas guru belum memiliki rasa tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalannya, guru hanya mengcopy paste RPP saat KKG berlangsung sehingga mayoritas RPP sekolah dsar di Kec Srumbung hampir sama dan penguasaan materi pembelajaran yang belum maksimal. 2. Upaya Dalam Meningkatkan Mutu Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten
Magelang dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya sebagai berikut :
118
a. Melakukan pembinaan secara personal kepada guru yang mengalami kesulitan ketika dalam proses pembelajaran. Hasil dari pembinaan yang didapatkan guru dapat dipraktekkan guru ketika mengajar di kelas. b. Pihak UPT menyelenggarakan diklat, workshop, dan pelatihan yang bertujuan untuk membekali guru – guru agar memilki ilmu dan wawasan tentang pendidikan semakin luas. Beberapa program tersebut diantaranya Pelatihan Peningkatan Kompetensi Mutu Guru Kelas,Workshop
Penulisan
Karya
Ilmiah
Guru,
Pelatihan
Kompetensi Penelitian Tindakan Kelas untuk guru SD dan PAUD, serta Bintek Peningkatan Kompetensi Guru Kelas c. Pelaksanaan KKG (Kelompok Kerja Guru). Dalam kegiatan ini guru dapat memanfaatkan KKG untuk sharing dan bertukar pikiran tentang permasalahan yang dihadapi ketika proses pembelajaran di kelas. KKG di Kec. Srumbung dilaksanakan 4 kali dalam sebulan. 3. Faktor Penghambat dan Pendukung yang Dihadapi Oleh UPT DISDIKPORA
Kec.
Srumbung.
Faktor
penghambat
dalam
meningkatkan mutu guru yaitu sumber dana yang minimal, etos kerja yang rendah, keterbatasan sarana dan prasarana, dan faktor kedisiplinan. Sedangkan faktor pendukungnya yaitu sumber daya manusia yang memadai, pendapatan yang tinggi, dan lingkungan yang aman dan nyaman.
119
B. Saran Berdasarkan pada temuan dan kesimpulan penelitian ini, sebagai bentuk rekomendasi maka peneliti menyatakan beberapa hal kepada pihak–pihak yang terkait dengan peningkatan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung sebagai berikut : 1. Bagi pihak pemerintah hendaknya memberikan anggaran yang lebih untuk pelaksanaan program-program peningkatan mutu guru. Hal ini dikarenakan biaya yang dibutuhkan guna pelaksanaan program sangat banyak. 2. Bagi pihak sekolah hendaknya lebih memberikan kesempatan kepada guru–guru untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dikarenakan ada beberapa sekolah yang kurang memberi kesempatan kepada guru untuk mengikuti pelatihan. 3. Bagi guru hendaknya menganggap suatu pekerjaan bukan sebagai kewajiban. Hal ini dikarenakan etos kerja yang rendah dan selama ini mayoritas guru hanya sekedar mengajar bukan mendidik serta membimbing peserta didik.
120
DAFTAR PUSTAKA Arcaro, Jerome S.(2006). Pendidikan Berbasis Mutu Prinsip – PrinsipPerumusan dan Tata Langkah Penerapan. Penerjemah: Yosal Iriantara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Burhan Bungin. (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Depdiknas. (2001). Standar Kompetensi Dasar Guru. Jakarta : Ditjen Dikti. Djama’an Satori &
Komariah, Aan. ( 2011). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Cetakan Ketiga. Bandung: CV. ALFABETA.
Dwi Siswoyo, dkk. ( 2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Jonathan Sarwono. ( 2006). Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Marselus R. Payong. (2011). Sertifikasi Profesi Guru ( Konsep Dasar, Problematika, dan Implementasinya ). Jakarta: PT . Indeks Mukminan.(2003).Pengembangan Silabus Matakuliah Pengajaran Mikro dan PPL Berdasar KBK. Makalah Seminar dan Lokakarya. Diselenggarakan oleh UNY Dalam Rangka Dies Natalis UNY. Nurfuadi. (2012). Profesionalisme Guru. Purwokerto: STAIN Press.
Nur Zazin. (2011). Gerakan Menata Mutu Pendidikan (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: AR- RUZZ Media.
Prim Masrokan Mutohar.(2013). Manajemen Mutu Sekolah ( Strategi Peningkatan Mutu dan Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam). Yogyakarta : AR- RUZZ MEDIA. Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sekretariat Negara. Jakarta.
121
Republik Indonesia. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Sekretariat Negara. Jakarta. Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Sekretariat Negara. Jakarta. Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Sekretariat Negara. Jakarta. Suharsimi Arikunto (2003). Metode Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sugihartono, dkk. (2012). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sugiyono. (2011). Metode penelitian Pendidikan ( pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Syafaruddin. (2002). Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta :Bumi Aksara.
Wiji Suwarno. ( 2006). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : Ar- Ruzz Media.
122
LAMPIRAN
123
Lampiran I PERTANYAAN WAWANCARA A. Pertanyaan Wawancara untuk Kepala Sekolah 1. Bagaimana sejarah sekolah ? 2. Apa tujuan, visi, misi dan sekolah ? 3. Aspek apa sajakah yang terdapat dalam tujuan, visi, misi dan sekolah ? 4. Bagaimana cara mewujudkan tujuan, visi, misi dan sekolah tersebut? 5. Apa saja faktor yang terdapat dalam proses pendidikan ? 6. Aspek apa sajakah yang terkait dengan mutu pendidikan ? 7. Dari aspek mutu input, bagaimana peran sekolah dalam meningkatkan mutu di sekolah ini ? 8. Apa saja program sekolah dalam mewujudkan tujuan, visi, misi dan sekolah tersebut? 9. Apa saja program sekolah yang terkait dalam peningkatan mutu guru ? 10. Bagaimana
keefektifan
program
tersebut
dalam
upaya
meningkatkan mutu guru ? 11. Salah satu aspek input dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah rekruitmen calon pendidik. Bagaimana upaya pihak sekolah dalam mendapatkan calon tenaga pendidik yang profesional? 12. Apa standar yang dijadikan patokan oleh pihak sekolah agar dapat menjadi pendidik di sekolah ini ? 13. Apakah semua guru telah memenuhi standar kualifikasi akademik minimal S-1 PGSD ? 14. Berapa jauhkah jarak rumah para guru sampai ke sekolah ? apakah jika jarak rumah yang jauh sampai ke sekolah, hal tersebut menganggu keprofesionaliseme guru? 15. Bagaimana mutu guru di sekolah ini dilihat dari standar kompetensi pedagogik ? 124
16. Bagaimana mutu guru di sekolah ini dilihat dari standar kompetensi kepribadian ? 17. Bagaimana mutu guru di sekolah ini dilihat dari standar kompetensi sosial ? 18. Bagaimana mutu guru di sekolah ini dilihat dari standar kompetensi profesional ? 19. Bagaimana interaksi sesama guru di sekolah ini? 20. Apa faktor penghambat dan pendukung dalam meningkatkan mutu guru? 21. Apa yang menjadi alasan dalam faktor penghambat tersebut ?
B. Pertanyaan Wawancara untuk Guru 1. Apa yang dimaksud dengan mutu ? 2. Apa yang dimaksud dengan guru yang bermutu ? 3. Apa saja program sekolah yang terkait dalam peningkatan mutu guru ? 4. Bagaimana upaya sekolah dalam meningkatkan kualitas tenaga pendidik di sekolah ? 5. Bagaimana proses belajar mengajar yang Bapak/ Ibu terapkan di kelas ? 6. Bagaimana cara Bapak/ Ibu guru untuk mengetahui karakteristik peserta didik yang berbeda – beda dilihat dari beberapa aspek fisik, moral, kultural, dan intelektual ? 7. Bagaimana cara mengevaluasi hasil belajar siswa ? 8. Bagaimana interaksi sesama guru di sekolah ? 9. Bagaimana interaksi guru dengan kepala sekolah dan pihak luar ? 10. Bagaimana cara mengenal kemampuan anak didik ? 11. Bagaimana mengatasi anak yang aktif ? 12. Apa yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan kinerja agar lebih bermutu ?
125
13. Apakah ada kesesuaian kulaifikasi akademik dengan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang kerja ? 14. Apakah anda aktif dalam organisasi profesi ? 15. Apa pelatihan yang pernah diikuti ? 16. Bagaimana proses pelatihan tersebut ? 17. Apa faktor penghambat dan pendukung dalam meningkatkan mutu guru? 18. Apa yang menjadi alasan dalam faktor penghambat tersebut ?
C. Pertanyaan Wawancara untuk Kepala Bidang Tenaga Pendidik dan Kependidikan DISDIKPORA Kab. Magelang 1. Bagaimana mutu pendidikan khususnya sekolah dasar di Kecamatan Srumbung jika dilihat dari hasil ujian nasional dalam 3 tahun terakhir ? 2. Menurut Bapak apa yang menyebabkan hasil UN SD di Kecamatan Srumbung rendah? 3. Bagaimana mutu guru di dilihat dari standar kompetensi pedagogik ? 4. Bagaimana mutu guru di Kecamatan Srumbung sekolah dilihat dari standar kompetensi kepribadian ? 5. Bagaimana mutu guru di Kecamatan Srumbung dilihat dari standar kompetensi sosial ? 6. Bagaimana mutu guru di Kecamatan Srumbung dilihat dari standar kompetensi profesional ? 7. Apa saja program bidang tendik dalam meningkatkan mutu guru SD? 8. Bagaimana
keefektifan
program
tersebut
dalam
upaya
meningkatkan mutu guru ? 9. Apa faktor penghambat dan pendukung dalam meningkatkan mutu guru?
126
10. Apa yang menjadi alasan dalam faktor penghambat tersebut ?
D. Pertanyaan Wawancara untuk Kepala UPT DISDIKPORA Kec. Srumbung 1. Apa saja faktor yang terdapat dalam proses pendidikan ? 2. Aspek apa sajakah yang terkait dengan mutu pendidikan ? 3. Dari aspek mutu input, bagaimana peran UPT dalam meningkatkan mutu di kecamatan ini ? 4. Apa saja program UPT yang terkait dalam peningkatan mutu guru? 5. Bagaimana
keefektifan
program
tersebut
dalam
upaya
meningkatkan mutu guru ? 6. Salah satu aspek input dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah rekruitmen calon pendidik. Bagaimana upaya pihak UPT dalam mendapatkan calon tenaga pendidik yang profesional? 7. Apa standar yang dijadikan patokan oleh pihak UPT agar dapat menjadi pendidik di kecamatan ini ? 8. Apakah semua guru telah memenuhi standar kualifikasi akademik minimal S-1 PGSD ? 9. Berapa jauhkah jarak rumah para guru sampai ke sekolah ? apakah jika jarak rumah yang jauh sampai ke sekolah, hal tersebut menganggu keprofesionaliseme guru? 10. Bagaimana mutu guru di kecamatan ini dilihat dari standar kompetensi pedagogik ? 11. Bagaimana mutu guru di kecamatan ini dilihat dari standar kompetensi kepribadian ? 12. Bagaimana mutu guru di kecamatan ini dilihat dari standar kompetensi sosial ? 13. Bagaimana mutu guru di kecamatan ini dilihat dari standar kompetensi profesional ? 14. Bagaimana interaksi sesama guru di kecamatan ini?
127
15. Apa faktor penghambat dan pendukung dalam meningkatkan mutu guru? 16. Apa yang menjadi alasan dalam faktor penghambat tersebut ? 17. Apa solusi yang digunakan pihak UPT untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam meningkatkan mutu guru ?
128
Lampiran II TRANSKIP WAWANCARA
TRANSKIP WAWANCARA YANG TELAH DIREDUKSI DENGAN KEPALA BIDANG TENDIK DISDIKPORA KAB. MAGELANG
Interviewer ( P)
: Nutrima Lestari
Interviewee
: SR
Jabatan Interviewee
: Kepala Bidang Tendik SD DISDIKPORA Kab. Magelang
Tempat
: Ruang Kerja Kabid Tendik
Tanggal Interview
:30 April 2016
Waktu
: 08.15 WIB – 08.50 WIB
P
: bagaimana mutu pendidikan khususnya di Kecamatan Srumbung jika dilihat dari hasil Ujian Nasional 3 tahun terakhir ini ?
SR
: kalau hasil secara resminya saya tidak paham ya..karena saya tidak khusus menangani bagian pendidikan dasar, saya secara khusus menangani tentang bagian tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Namun kalau secara umum memang daerah kecamatan Srumbung masih relatif berada di tingkat bawah untuk hasil UN nya.
P
: mohon maaf pak..dari hasil wawancara saya kemarin dengan bagian pendidikan dasar. Salah satu yang menyebabkan hasil UN masih rendah di Kec. Srumbung adalah dari faktor guru. Bagaimana pandangan Bapak tentang guru di Kec. Srumbung ?
SR
: Karena Srumbung termasuk daerah perbatasan dengan Jogja. Sehingga di Srumbung banyak guru yang sudah tua. Karena kalau masih muda kita tempatkan di daerah pegunungan seperti daerah Windusari, Kaliangkrik , dan Ngablak. Apalagi kalau sudah mau pensiun guru yang berasal dari Sleman akan memilih untuk bekerja lebih mendekat yaitu di Kec Srumunbg. Selain itu guru – guru di Kec. Srumbung memiliki kemampuan dibidang
IT
masih
rendah.
Sehingga
mengembangkan potensinya itu masih sulit. 129
kalau
diiminta
untuk
P
: bagaimana mutu guru di Kecamatan Srumbung jika dilihat dari standar kompetensi pedagogik ?
SR
: kalau dilihat dari standar kompetensi pedagogik nya rata- rata ya rendah dari hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) nya kemarin juga rendah. Termasuk kompetensi profesionalnya juga rendah. Otomatis itu hasilnya juga tidak baik. Karena memang sudah tua, para guru memiliki semangat mengembangkan dirinya kecil rendah. Mereka menganggap daripada ribet mending pensiun saja lagian juga sudah tua.. Walaupun daari pihak dinas sudah
mengupayakan
untuk
ada
PKB
(Pengembangan
Potensi
Berkelanjutan) bagi guru itu selalu kita data. Dengan hal untuk itu kita selalu adakan pemetaan. Untuk guru yang harus mengikuti PKB dengan tatap muka berapa baru kami lakukan tahap pemetaan. P
: bagaimana mutu guru di Kec. Srumbung jika dilihat dari standar kompetensi sosialnya ?
SR
: jika dilihat dari standar kompetensi sosial.Kalau kita ingin mengukur kompetensi sosial itu kan tidak bisa dengan tes ya..harus dengan pengamatan perilaku sehari – hari. Namun karena Kec. Srumbung itu termasuk daerah yang berada di pegunungan saya rasa tingkat kesosialannya sudah sangat bagus.
P
: bagaimana upaya dari pihak dinas untuk meningkatkan mutu guru khususnya untuk guru SD ?
SR
: berbagai cara dari pihak dinas untuk dapat meningkatkan mutu guru misal dengan pelatihan, workshop. Ada pula Peningkatan kompetensi mutu guru kelas,Workshop penulisan karya ilmiah guru, pelatihan Kompetensi Penelitian Tindakan Kelas untuk guru SD dan PAUD, Bintek peningkatan kompetensi guru kelas dan masih banyak lagi semuanya ada di proposal.
P
: Apakah dari semua pelatihan itu dilakukan secara rutin ?
SR
: Iya rutin
P
: bagiamana guru menanggapi pelatihan tersebut?
130
SR
: Rata - rata serius apalagi sekarang ini ada syarat guru yang akan naik pangkat harus bisa menulis karya ilmiah. Sehingga mau tidak mau ya harus serius Karena kalu tidak bisa memenuhi baik dari faktor utama maupun penunjang para guru tidak bisa naik pangkat.
P
:dari hasil pelatihan tersebut. Apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan?
SR
: kalau sekarang ini belum ..karena sekarang ada aturan2 kenaikan pengkat seperti ini. Kalau pihak dinas selalu mengupayakan berbagai cara agar mutu guru selalu meningkat. Salah satunya dengan jurnal online yang bernama AVICIANA. Jadi jurnal online memberikan wadah kepada guru untuk menyalurkan karya ilmiahnya secara online sehingga hasil karyanya dapat dinikmati secara nasional bahkan internasional.
P
: bagiamana pihak dinas melakukan evaluasi dari pelatihan tersebut?
SR
: kami melakukan pemantuan jadi dari peserta pelathina tersebut ada berapa yang telah membuat karya ilmiah. Kemudian kami juga melakukan pemantuan melalui KKG ( Kelompok Kerja Guru), kalau KKG itu kan dilaksanakan secara rutin jadi kita lebih mudah untuk melakukan pengawasan.
P
: apa yang menjadi faktor penghambat dari pelatihan tersebut ?
SR
: Anggaran kita terbatas kalau kita diminta untuk melaksanakan pelatihan tersebut semuanya secara bersama – sama tentu kami tidak bisa. Jadi kami melakukan skala prioritas. Kalau sarana dan prasarana saya rasa sudah cukup apalagi kalau soal SDM itu sudah cukup juga. Disini banyak pengawas yang kompeten kalaupun masih ada kekurangan kami minta bantuan dari LPMP Semarang. Sekarang ini setiap guru juga mempunyai raport jadi dari hasil penilaian raport itu kami akan mengetahui bagaimana kinerja guru.
P
: apa solusi dari faktor penghambat yang dilakukan oleh pihak dinas?
SR
: Kita manfaatkan KKG dengan memanfaatkan sebagaian kecil tunjangan profesi untuk bersangkutan
131
TRANSKIP WAWANCARA YANG TELAH DIREDUKSI DENGAN KEPALA UPT DISDIKPORA KEC. SRUMBUNG
Interviewer ( P)
: Nutrima Lestari
Interviewee
: SJ
Jabatan Interviewee
: Kepala UPT Disdikpora Kec. Srumbung
Tempat
: Ruang Tamu UPT Disdikpora Kec. Srumbung
Tanggal Interview
: 26 Maret 2016
Waktu
: 08.00 WIB – 08.45 WIB
P
: ada berapa sekolah dasar negeri dan swasta di Kecamatan Srumbung ?
SJ
: jadi ada 182 guru PNS yang ada di Kecamatan Srumbung itu sesuai dengan data dalam daftar urut kepangjayan PNS Daerah Kecamatan Srumbung tahun 2015. Sedangkan guru yang masih wiyata ada
P
: Bagaimana pembagian gugus sekolah dasar di Kecamatan Srumbung ?
SJ
: Ada 3 pembagian gugus menurut daerah binaan. Dibagi menjadi 3 bagian karena kami mempunyai 3 pengawas sekolah dasar jadi disesuaikan. Pembagian tersebut juga disesuaikan dengan wilayah sekolah. Misal sekolah yang beradadi utara, mereka itu gugus di wilayah utara. Hal itu dimaksudkan agar lebih mudah dalam melakukan koordinasi.
P
: Apa saja program UPT yang terkait dalam peningkatan mutu guru khususnya mutu guru SD di Kecamatan Srumbung ini ?
J
: ada progran dengan melakukan pembinaan kepada guru bisa secara intern maupun ekstern. Kalau pembinaan secara ekstern, kami mengundang narasumber dari luar bisa dari Dinas Pendidikan ataupun LPPM. Sedangkan pembinaan dari intern, pihak UPT juga mempunyai naasumber yang berkompeten itu bisa dari pengawas. Besok senin, selasa dan kamis itu akan diadakan workshop di UPT ini. Kalau tahun kemarin ada juga workshop ya seperti diklat itu yang mengadakan kabupaten. Kami mengirimkan guru sesuai permintaan kuota saja jadi tidak semua guru yang mengikuti pelatihan tersebut. 132
P
: Apakah program – program tersebut dilaksanakan secara rutin dan terjadwal ataukah tidak ?
J
: pelatihan itu sifatnya tidak terjadwal. Namun kami metargetkan utnuk tiap tahunnya pasti mengadakan pelatihan peningkatan mutu guru. Tapi kalau pembinaan yang gugus itu dilakuakn secara rutin seminggu sekali setiap hari sabtu.
P
: Dari berbagai pelatihan mutu guru tersebut. Apakah semua guru baik PNS maupun Guru Wiyata mengikuti pelatihan tersebut ?
J
: kalau yang bulanan itu semua guru ikut. Dalam KKG itu semua guru bisa ikut karena yang membimbing dan mengarahkan dari pihak UPT yaitu pengawas melalui daerah binaan masing – masing. Mayoritas semua pelatihan yang diselenggarakan oleh UPT semua guru bisa mengikuti
P
: menurut Bapak bagaimana efektifitas program tersebut dalam meningkatakan mutu guru tersebut ?
J
: Ya ... karena sekarang ini
semua kegitan itu selalu terkait dengan
online. Apa – apa selalu dihubungkan dengan internet. Maka guru dituntut untuk mampu membuat perencanaan secara online. Jadi nanati disekitar awal januaria atau desenber tutup tahun .nanti kita melaporan pencapaian. Misal dari 10 kegiatan itu nanati kita prosentasi berapa keberhasilan. Kemudian dari dasar itu kita gynaana untuk kita nilai P
: dari beberapa program yang telah dilaksanakan. Apakah
program
tersebut telah sudah mencapai target yang diinginkan? J
: Rata – rata sudah bahkan bisa melebihi. Artinya bisa melebihi ketika guru pada rencananya pda satu tahun mengikuti pelatihan sekali. Namun dalam pelaksanaannya dapat mengikuti lebih dari sekali. Sehingga setelah diakumulasi prosentase pencapaiannya bisa lebih dari 100%. Secara umum rata – rata bisa dicapai
P
: apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan pelatihan tersebut?
J
: Dana. Karena dalam setiap pelatihan itu memerlukan dana yang tidak sedikit. Misalnya pelatihan itu dilaksanakan selama 3 hari dari pagi sampai sore hari. Kami juga memberikan konsumsi dan fasilitas yang memadai. 133
Pastilah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Tapi kalau pembinaan rutin lewat gugus itu kan bisa dilaksanakan secra terkendali P
: selain dana apa ada hal lain yang menjadi faktor penghambat ? apakah SDM juga merupakan salah faktor penghambat dalam pelaksanaan pelatihan tersebut ?
J
: Kalau SDM itu kami tidak terkendala karena kami mempunyai narasumber yang berkompten sesuia bidangya
P
: Apa faktor yang berperan dalam proses pendidikan?
J
: menurut saya tripusat pendidikan. Dalam pendidikan itu ada 3 faktor yang berpengaruh. Ketiga – tiganya sangat berpengaruh. Faktor yang pertama dimulai dari orang tua. Ketika orang tua tidak memberi motivasi belajar di rumah mengawasi pendiikan itu juga akan berpengaruh. Kedua Pemerintah dalam hal ini adalah guru. Guru sebagai garda terdepan dalam proses kegiatan belajar mengajar harus siap menghadapi anak yang berbeda – beda.
Ketiga masyarakat. Peran masyarakat di Kecamatan
Srumbung ini mulai kami libatkan melalui komite. Sehingga masyarakat dapat menuangkan ide dan gagasan demi pendidikan yang lebih baik khususnya di Kecamatan Srumbung. P
: menurut Bapak apa yang dimaksud dengan guru profesional itu?
J
: menurut saya guru yang profesional adalah guru yang mampu merencanakan, kemudian dilaksanakan setelah dilaksanakan kemudian di observasi , direflesi dan di tindak lanjuti. Setelah semua itu dapat berjalan dengan oleh para guru. Apabila guru menemukan kekurangan pda refleksi, maka dia harus melakukan penelitian. Guru juga harus dapat membuat rencana pembelajaran yang lebih baik. Sehingga secara otomatis guru akan profesional.
P
: Apakah semua guru di Kecamatan Srumbung sudah memenuhi hal diatas?
J
: Kalau di Kec. Srumbung prosentasenya sudah mencapai 80%. Karena kami dari pihak UPT membuat target agar guru – guru di Kecamatan Srumbung untuk secepatnya dapat naik pangkat. Satu tingkat lebih tinggi 134
dari sekarang. Namun untuk dapat naik pangkat itu tidak mudah, diperlukan berbagai persyaratan. Guru harus membuat PTK ( Penelitian Tindakan Kelas ) dan melakukan pengembangan diri juga. Kami dari pihak UPT menggalakkan para pengawas untuk ke sekolah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada para guru agar dapat melaksanakan pengambangan diri. Apalagi mulai bulan depan ( Mei ) kami sudah mulai membuat laporan pengembangan diri dan sekaligus membuat penyusunan PAK untuk mengusulkan kenaikan pangkat bagi guru. Kami baru dapat menyelesaikan 80%. Dalam proses kenaikan pangkat itu tidak mudah, kami membutuhkan pendamping dosen dari salah satu universitas swasta di Yogyakarta untuk membimbing para guru – guru. Jadi kami membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk dapat mengundang pembimbing. Biasanya guru – guru iuran terlebih dahulu agar bisa membayar. Dari hasil bimbingan itu kan guru harus dapat membuat penelitian dan dihasilkan jurnal. Dosen pembimbing juga mempunyai jurnal nasional, sehingga nanti hasil penelitian dari guru – guru itu dapt dipublish di jurnal nasional dosen tersebut. Itu keuntungan kami. P
: Bagaimana upaya dari UPT untuk meningkatkan kualitas guru yang bukan PNS kalau tadi an usaha yang dilakukan oleh pihak UPT untuk guru PNS ?
J
: iya kami berusaha dengan melakukan bimbingan lewat gugus menurut daerah binaan sekolah. Kalau pembinaan lewat gugus itu kan gratis jadi semua guru bisa ikut. Kemarin itu kami juga baru saja selesai melakukan Bimbingan Teknis dan workhsop bagi guru wiyata di Kecamatan Srumbung. Dana yang dikeluarkan mereka ambil dari dana BOS.
P
: Apakah dari pihak UPT ikut berperan dalam rekruitmen calon guru di masing – masing sekolah ?
J
: Ouh tidak .Kalau guru wiyata itu sepenuhnya kewenangan dari kepala sekolah. Dia bisa masuk di sekolah itu karena hasil rekruitmen gdari pihak sekolah sendiri. Kalau dulu sebelum tahun 2005, kami dari pihak UPT hanya menerima pemberitahuan dari sekolah cukup dengan surat. Kami 135
dari pihak UPT bahkan Dinas tidak mempunyai hak untuk ikut campur dalam perekruitmen guru wiyata. Namun seperti yang telah saya sampaikan tadi kami harus mendapatkan surat tembusan. Pihak UPT nantinya setelah guru masuk, hanya ikut memantau kinerja guru tersebut. Selanjutnya kami membantu apabila dari pihak pemerintah memberi peluang kepada uru wiyata untuk menjadi PNS. Kalau dulu minimal 2 tahun guru wiyata kami bantu untuk dapat mengusulkan NUPTK. Setelah itu kan mereka bisa mendapatkan intensif. Namun guru- guru wiyata setipa bulannya harus lapor bulan agar dapat kita pantau. P
: Bagaimana pihak UPT menanggapi apabila ada sekolah yang merekruit guru yang
tidak sesuai dengan kualifikasi akademik dengan bidang
kerjanya ? apakah pihak UPT memberi teguran ? J
: Masalah itu masih menjadi dilema
sekarang ini mbak. Masalahnya
begini pada awalnya pihak sekolah merekruit guru hanya untuk dijadikan operator sekolah. Tapi seiring berjalannya waktu misalnya ada guru yang sedang ada kesibukan, operator sekolah diminta untuk mengisi di kelas, ada pula yang misalnya ada guru yang akan pensiun mereka diminta untuk mengganti jabatan itu. Kemudian mereka berbondong – bondong untuk melanjutkan sekolah ke Universitas Terbuka jurusan PGSD. Jadi mereka bisa menjadi guru wiyata pada mulanya seperti itu. Waktu mereka terjun ke lapangan, tentunya mereka sudah mempunyai pengalaman karena sudah mempunyai jam terbang yang tinggi. Kalau teguran kami hanya meminta kepada kepala sekolah untuk memantau kinerja guru – guru wiyata tersebut. Memberi motivasi kepada mereka jika memang berniat untuk menjadi guru wiyata ya harus sabar. Mayoritas semua guru wiyata di Kec. Srumbung sudah kuliah dan sedang kuliah di Universitas Terbuka di Srumbung karena disini memang ada kampus UT. P : bagaimana mutu guru Sekolah Dasar di Kecamatan Srumbung jika dilihat dari standar kompetensi pedagogik? SJ
:maksudnya standar pedagogik itu kan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas ya mbak. Jadi sekarang ini agar proses pembelajaran 136
di kelas semakin efektif, setiap guru harus membuat RPP. Salah satu upaya yang yang dilakukan oleh pihak UPT yaitu memfasilitasi layanan kepada pihak guru melalui KKG. Kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan daerah binaan/ gugus. Dalam pertemuan, guru ditekankan untuk dapat membuat RPP.Namun tidak semuanya dapat menjalankan hal ini. Ada juga guru yang hanya mengcopy paste RPP milik guru lain sehingga mayoritas guru RPP nya sama semua sesuai tingkat kelasnya. Tapi setelah 2 tahun terakhit ini, karena termotifasi untuk dapat kenaikan pangkat itu dan itu dinilai tiap semesternya. Sehingga saat pada peniliaia itu harus ada setumpuk rencana RPP. P
: bagaimana mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung jika dilihat dari standar kompetensi Profesional ?
SJ
: Ya kalau menjalankan profesinya saya mengatakan tidak baik kesali. Namun sudah diatas rata- rata . Ya karena gini tuntutan profesional itu kan setiap
guru harus dapat merefleksi hasil pembelajaran. Tapi
kenyataannya guruhanya sampai pada penilaian hasil belajar siswa yaitu cuma melalui analisa tidak merefleksinya. Jadi mereka tidak memperbaiki RPP tersebut. Tidak memperbaiki kembali walaupun itu tidak cocok diterapkan. Hal ini terkait dengan sarana dan prasarana.Pengadaan alat peraga juga masih sangat terbatas menggunakan alat – alat yang seadanya. P
: bagaimana mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung jika dilihat dari standar kompetensi sosial?
SJ
: kalau dilihat dari standar kompetensi sosial dapat dikatakan baik sekali di Kecamatan Srumbung. Ketika dalam sekolah ada yang sakit kita juga selalu anjangsana.Kekeluagaannya dapat dikatakan baik kalau disini.
P
: Bagaimana mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung jika dilihat dari standar kompetensi kepribadian ?
SJ
:Ya kalau bagi saya lumayan baik. Walaupun terkadang ada satu dua yang sedang ada masalah dan itu selalu kami lakukan pembinaan.Masalah itu biasanya terdeteksi oleh sekolah itu sendiri. Terkadanag juga terdeteksi
137
oleh sekolah lain yang melapor. Kemarin – kemarin itu baru saja ada masalah di SDN Sudimoro 1 tapi kami juga selalu melakukan pemantuan. P
: apakah di UPT ada data tentang guru berprestasi ?
SJ
: Ada cuman datanya itu yang mengurusi K3S. Karena kami memberi kewenangan kepada mereka untuk mengelolanya. Data siswa dan data guru yang berprestasi itu di Kecamatan Srumbung ini sudah banyak sekali
P
: menurut bapak apa yang menyebabkan mutu guru di SDN Jamblangan dapat dikatakan masih rendah?
SJ
: kedisiplinan guru masih kurang, jumlah siswa yang sedikit di SD Negeri Jamblangan juga menyebabkan motivasi guru untuk mengajar masih rendah. Selain itu kalau di sekolah dasar, kepala sekolah masih menjadi penentu apakah sekolah itu akan baik atau tidak. Kalau saya lihat kepala sekolah di SDN Jambalangan itu masih kurang memberi motivasi kepada para guru untuk lebih giat dalam mengajar.
P
: dari beberapa data, ada beberapa kepala sekolah yang mendoble menjadi kepala sekolah lain. Menurut Bapak apakah hal itu dapat menganggu keprofesionallnya dalam bekerja ?
SJ
: Sangat menganggu ..satu kepala sekolah menjadi skepala sekolah di satu sekolah saja sudah berat apalagi ini harus di bebanu menjadi kepala sekolah ganda. Hanya kepala sekolah yang mempunyai manajerialnya baik yang hal itu menjadi tidak masalah sehingga pembelajaran tidak terganggu juga pelaporannya baik.
P
: apa yang menjadi faktor penghambat mutu guru masih rendah ?
SJ
: yang menjadi faktor penghambat diantaranya rata – rata usia guru sudah tua. Kebanyakan guru di Kec. Srumbung usiannya lebih dari 50 tahun sehingga mereka sulit untuk diajak maju. Selain itu juga kemauan mereka dalam mengajar. Ada beberapa guru yang hanya sekedar mengajar dan menjadikan itu hanya sebagai kewajiban sebagai guru yaitu berangkat jam 7 pulan jam 2. Namun kami selalu melakukan pembinaan, pembinaan tidak hanya dari kami apalagi saya karena mereka sudah jenuh. Kami
138
biasanya melakukan pembinaan dengan mendatangkan piha dari Dinas Kabupaten. P
: apa yang menjadi faktor pendukung mutu guru ?
SJ
: menurut saya dari segi pendapatan apalagi kalau guru tersebut sudah mendapatkan tunjangan profesi itu sudah sangat cukup hanya saja haru didukung dengan kualitas pembelajaran yang lebih baik.
139
TRANSKIP WAWANCARA YANG TELAH DIREDUKSI DENGAN KEPALA SEKOLAH SD NEGERI JAMBLANGAN
Interviewer ( P)
: Nutrima Lestari
Interviewee
: MY
Jabatan Interviewee
: Kepala Sekolah SD Negeri Jamblangan
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah SDN Jamblangan
Tanggal Interview
: 14 Maret 2016
Waktu
: 08.15 WIB – 09.05 WIB.
P
: Bagaimanakah sejarah sekolah ini ?
MY
: Sekolah ini beroperasi pada tahun 1985 tepatnya pada tanggal 1 Juli 1985. Kalau tanggal berdirinya yaitu pada tanggal 1 September 1984.
P MY
: Apa saja tujuan, visi, dan misi sekolah ini ? : visi sekolah ini mengangkat unggul dalam prestasi dan berperilaku santun berdasarkan iman dan taqwa.
P
: Aspek apa sajakah yang terkait dengan mutu pendidikan ?
MY
: hal yang terkait dengan mutu khususnya mutu pendidikan yaitu ada sarana dan prasarana, guru yang memadai, kedisiplinan guru, dan motivasi yang diberikan kepada para siswa. Beberapa hal tersebut tentu akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung kepada para siswa sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang bermutu.
P
: Sesuai dengan yang dikatakan Bapak tadi, salah satu aspek yang terkait dengan mutu pendidikan adalah sarana dan prasarana. Menurut Bapak bagaimana sarana dan prasarana sekolah di Kec. Srumbung? Apakah sudah memenuhi standar yang telah ditentukan?
MY
: Kalau menurut saya, sarana dan prasarana di Kec. Srumbung dikatakan memenuhi sekali ya belum..kemarin baru saja setiap SD mendapat gedung perpustakaan beserta bukunya. Namun masih ada permasalahannya yaitu Buku yang diberikan belum lengkap dan pihak pemerintah juga tidak memberikan fasilitas pustakawan. Sebenarnya pihak dinas memberikan 140
kewenangan kepada sekolah untuk merekruit pustkawan , namun karena terkendala oleh dana yang belum ada
maka sampai sekarang belum
terlaksana P MY
: Ada berapa guru PNS dan Non PNS di sekolah ini ? : Ada 4 guru PNS yang mengajar kelas 3 sampai kelas 6 ditambah 1 kepala sekolah serta 1 guru PAI jadi untuk guru PNS di sekolah ini berjumlah 6 orang dan 2 guru Non PNs mengajar kelas 1 dan 2 .
P
: Berapa jauhkah jarak rumah para guru sampai ke sekolah? Apakah jika jarak rumah yang jauh sampai ke sekolah. Hal tersebut tidak menganggu profesionalisme guru tersebut?
MY
: Mayoritas jarak rumah sampai ke sekolah cukup jauh kerena banyak guru yang berasal dari luar Jawa Tengah. Ya sebenarnya hal itu menganggu. Namun mau bagaimana lagi, guru harus pandai – pandai dalam memanaje waktu. Kepala Sekolah juga harus memberikan arahan kepada guru untuk disiplin waktu. Maksimal guru harus sampai ke sekolah sebelum jam 07.00 WIB. Peraturan yang diterapkan di sekolah ini harus displin namun displin yang tidak kaku dan sedikit fleksibel. Hal tersebut dikarenakan guru- guru yang megajar di Kec. Srumbung berasal dari DIY.
P
: Bagaimana peran sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan khsusunya dalam segi input ?
MY
: Kalau dalam segi input yang pertama berasal dari lingkungan dan masyarakat. Sekolah mengharapkan saran dan kritikannya supaya sekolah itu maju dan bermutu. Masyarakat sangat dibutuhkan terutama dukungannya, anak- anak untuk dimasukkan ke sekolah ini. Sekolah membutuhkan saran dan kritik khususnya dari masyarakat agar sekolah ini kedepannya lebih baik lagi.
P
: Bagaimana peran masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan?
MY
: Menurut saya perhatian masyarakat tentang pendidikan masih kurang. Mayoritas orang tua disini belum mengerti bahwa pendidikan itu merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Disini belum banyak
141
melanjutkan ke SMP hanya baru beberapa. Namun sudah lebih baik daripada tahun- tahun yang lalu. P
: Apa saja program sekolah yang terkait dengan peningkatan mutu guru?
MY
:Ada beberapa program yang terkait dengan guru. Salah satunya guru diminta untuk displin waktu.
P
:Apakah ada program khusus yang dibuat untuk meningaktakan mutu guru
MY
: Oiya kalau itu ada. Kalau waktu yang lalu ada istilahnya sertifikasi guru. Seritifikasi menuntut supaya guru itu mengajar secara profesional. Sehingga dari pihak pemerintah mengadakan PLPG. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas, kedisiplinan terutama dalam mengajar dan kinerja guru. Dari hal itu nantinya hasil pendidikan akan meningkat. Salah satu nya ada tunjangan profesi. Selain itu, ada lagi pengirian diklat. Ada beberapa diklat yang diselenggarakan baik oleh Dinas Pendidikan maupun oleh UPT diantaranya diklat mata pelajaran yang ditujukan oleh guru – guru yang mengampu kelas tinggi dan diklat teatik bagi guru – guru yang mengampu kelas rendah.
P
: Dari beberapa program dalam upaya untuk meningkatkan guru tadi. Bagaimana keefektifan program tersebut dalam meningkatkan mutu guru itu sejauh mana ? MY
: Kalau efektif nya ya belum masksimal tapi juga sudah berpengaruh. Terutama dalam kdisipilnan guru. Kalau dulu sebelum ada PLPG. Guru pulang bersamaan dengan murid sekitar jam 13.00 WIB atau bahkan 12.15 WIB. Tapi sekarang karena sudah ada PLPG guru baru boleh pulang setelah pukul 14.00 WIB khusunya bagi guru yang sudah bersertifikasi jam kantor sampai pukul 14.00 WIB. Hal itu untuk memenuhi admnisitrasi.
P
:Salah satu aspek input dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah rekruitmen calon pendidik/ guru. Bagaimana upaya pihak sekolah agar mendapatkan calon pendidik yang berkualitas?
MY
:Ya kriterianya harus mempunyai ijazah S1 PGSD. Kalu belum punya ijazah itu pihak sekolah belum bisa menerima. Keculai bagi calon guru 142
yang ingin mengajar muatan lokal. Misal untuk bahasa inggis ya S1 Bahasa Inggris itu bisa. Tapi kebanyaakn masih guru biasa. Sekarang udah ada beberapa SD di Kecamatan Srumbung yang menerapkan peraturan tersebut
misal untuk muatan lokal
bahasa inggris merekruit lulusan
sarjana bahasa inggris. P
:Apakah semua guru di sekolah ini telah memenuhi kualifikasi akademik minimal S1 pendidikan atau D-IV?
MY
: Iya sudah. Guru di sekolah ini sudah memenuhi kualifikasi S1 walaupun lewat Universitas Terbuka.
P
: Apakah guru disini ikut UT untuk memenuhi standar S1 ?
MY
:Ya iya jadi kemarin – kemarin guru yang masuknya lewat SPG, untuk memenuhi syarat sertifikasi guru maka mereka harus memenuhi standar kualifikasi akademik S-1 jadi kebanyakan guru melanjutkan kuliah di Universitas Terbuka. Jadi untuk mengikuti persamaan dari dinas harus iku UT. Kebetulan ada kampus UT di Srumbng tepatnya di SDN srumbung 1. Banyak guru yang mengikuti kesetaraan pendidikan di kampus UT di Srumbung, apalagi juga salah satu dosennya adalah pengawas UPT DISDIKPORA Kec. Srumbung.
P
: Apakah ada di sekolah ini guru yang murni S1 tapi bukan melalui UT?
MY
: Ya ada tapi jarang sekali apalagi kebanyakan guru diini sudah senior sehingga banyak yang lewat Universitas Terbuka. Guru honorer disini juga menempuh S1 melalui Universitas Terbuka.
P
:Bagaimana mutu guru di sekolah ini dilihat dari standar kompetensi pedagogik?
MY
: Ya kalau dilihat dari standar kompetensi pedagogik itu sebetulnya mayoritas guru sudah bagus. Banyak guru yang sudah memenuhi tapi dalam praktek pebelajaran masih minimal.
P
:Bagaimana mutu guru di sekolah ini dilihat dari standar kompetensi sosial ?
143
MY
:Secara kompetensi sosial hampir semua guru sudah baik. Semua guru telah mendapatkan tunjangan profesi bagi guru PNS sehingga dapat dikatakan bahwa sudah baik.
P
:Bagaimana dengan standar kompetensi yang dimiliki oleh para guru honorer ? Apakah mereka sudah merasa tercukupi?
MY
:Ya ada efeknya..kalau dahulu guru wiyata hanya mendapat gaji dari dana BOS Pemerintah namun sekarang selain mendapat gaji dari dana BOS mereka mendapat tambahan gaji sukarela yang diberikan dari beberapa guru PNS yang telah mendapatkan tunjanagan profesi walaupun itu cuma sedikit.
P
: Apakah guru wiyata juga ikut peratutan yang sama seperti pada guru PNS yang lain ?
MY
: Ya seharusnya sesuai dengan peraturan dinas walaupun itu guru honorer tetap harus mengikuti peraturan yang berlaku. Namun pihak sekolah memberikan sedikit longgran kepada mereka karena pihak sekolah juga menyadari gaji yang diberikan sedikit..
P
: Bagaimana mutu guru di sekolah ini dilihat dari standar profesional?
MY
: Ya seharusnya setiap guru harus memiliki standar profesional yang baik. Kedisplinan harus baik, harus memberikan motivasi kepada para peserta didik. Namun di lapangannya ada beberapa guru yang belum menerapkan itu.
P
: Apa saja upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam meningkatkan mutu guru ?
MY
: Kalau disini PLPG itu dalam rangka mneingkatkan mutu guru. Dengan adanya PLPG itu kinerja guru akan meningkat.
P
: Dalam pelaksanaan PLPG itu, apakah semua guru mengikuti?
MY
: Iya semua ikut,,tp itu kan ada dari pihak atas..ada kriteria..guru yang pantas dan belu..itu biasanya masa kerja juga pendidikan guru juga mutu guru itu sendiri kalau kmrn an syrt sertifikasi guru harus S1..jd kmrn yg diambil dlu baru yg S1...selain itu dr nilai kinerja guru itu sendiri
144
P
: menurut bapak apa yang menjadi faktor penghambat mutu guru di Kecamatan Srumbung ini masih rendah?
MY
: menurut saya ada beberapa faktor mbak. Salah satunya adalah kedisipilnan guru. Ada beberapa guru yang kedispilnanya masih kurang mbak. Datang dan pulang tidak sesuai dengan peraturan yang ada. Selain itu juga karena jarak yang ditempuh guru antara sekolah dengan rumah jauh.
P
: bagaimana solusi dari pihak sekolah untuk mengatasi permasalahan tersebut?
MY
:kalau dari pihak sekolah....khususnya saya selaku kepala sekolah mengingtakan kepada guru bahwa kita itu sudah dipercaya oleh pemerintah sudah diberi tuprof (tunjangan profesi) juga sudah danggap sebagai guru profesional. Seharusnya kita harus lebih profesional karena hak yang diberikan kepada kita juga sudah banyak. Selain itu guru juga harus meningkatkan kinerja para guru terutama dalam kedisipinan. Guru juga tidak perlu malu untuk belajar, belajar dan belajar
145
TRANSKIP WAWANCARA
YANG TELAH DIREDUKSI DENGAN
SALAH SATU INFORMAN DI SDN SIKEPAN 1
Interviewer ( P)
: Nutrima Lestari
Interviewee
: NHD
Jabatan Interviewee
: Kepala Sekolah SD Negeri Sikepan 1
Tempat
: Ruang Guru SDN Sikepan 1
Tanggal Interview
: 4 April 2016
Waktu
: 09.20 WIB – 09.55 WIB
P
: menurut Ibu apa saja aspek yang terkait dengan mutu pendidikan ?
NHD : ada beberapa hal menurut saya yang terkait dengan mutu pendidikan yang pertama tingkat kecerdasan siswa kemudian Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga pendidik dan sarana prasarana. P
: apa saja program sekolah di SD Negeri sikepan 1 ini yang terkait dengan upaya dalam peningkatan mutu guru ?
NHD : memberi kesempatan bagi semua guru khususnya di SD Negeri Sikepan 1 untuk mengembangkan potensi dan keprofesionalisme guru itu sendiri yang tersalurkan melalui program diklat, workhshop dan bintek. Selain itu juga memberi kesempatan bagi semua guru untuk menjadi kepala sekolah dan memberi kesempatan pula bagi guru untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. P
: salah satu aspek input dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah rekruitmen calon pendidik/guru. Bagaimana upaya pihak sekolah agar mendapatkan calon pendidik/ guru yang berkualitas?
NHD : ada syarat – syarat tentu agar bisa menajdi guru di sekolah ini. Yang terpenting mau bekerja keras dan latar belakang pendidikannya harus sesuai dengan bidang kerjanya. P
: apakah semua guru disini sudah memenuhi kualifikasi akademik ?
NHD : iya sudah sesuai dengan bidang kerjanya. Ya walaupun ada yang jurusan sekolahnya Akuntansi dia saya tempatkan di SDN Sikepan 1 menjadi 146
tenaga administrasi/ akuntan. Ada pula operator sekolah itu dulu kuliah di UNY kemudian kursus komputer excel dan word sehingga sudah tepat untuk dijadikan operator sekolah. Guru – guru yang lainnya sudah sesuai. P
: dari hasil observasi yang saya lakukan mayoritas guru yang mengajar di Sekolah Dasar di Kec. Srumbung berasal dari luar provinsi. Apakah jika jarak rumah yang jauh sampai ke sekolah, hal tersebut menganggu profesionalisme guru?
NHD : tergantung pribadinya masing – masing kalau masalah itu. Jauhpun kalau memang orangnya mau berkomitmen dan berdedikasi tinggi terhadap pendidikan ya menjadi tidak masalah. Ada pula guru yang rumah dekat justru palah ada yang terlambat. Kesimpulannya tergantung pada individu masing – masing. Namun sejauh ini kendala jarak rumah yang jauh itu tidak masalah yang besar. Hal itu terbukti dengan absensi yang selalu rajin datang sebelum pukul 07.00 WIB. P
: Kalau disekolah ini bagaimana apakah semua guru sudah tertib?
NHD : Ya kalau menururt saya sudah,kerenakalau adaguru yang tidak masuk harus ada keterangan ijin dengan jelas dan sayapun tidak mudah untuk memberikan ijin. karena saay termasuk kepala sekoelah yang menjunjung tinggikedisiplinan P
: menurut Ibu definisi guru yang profesional itu seperti apa?
NHD : menurut saya guru yang profesional itu adalah guru yang harus mempunyai keempat standar kompetensi guru itu sendiri yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Itu adalah syarat mutlak menjadi guru yang berkualitas.Otomatis kalau kepribadiannya baik dia tidak semaunya minta ijin untuk tidak masuk sekolah. Kemudian kalau pedagogiknya baik dia juga akan tetap melaksanakan pembelajaran di dikelas dengan baik walaupun sedang tidak ada kepala sekolah ataupun pengawas. Tapi dia selalu menggunakan prinsip – prinsp mengajar tidak asal P
: Bagaimana mutu guru di SD Negeri Sikepan 1 jika dilihat dari standar kompetensi pedagogik?
147
NHD : Ya kalau dilihat secara disini dapat dikatakan berkualias. Namun Kalau secara perorangan, setiap orang pasti ada kelebihan dan kekurangannya masing –
masing.Ya
ada
yang masih
kurang.Ada
yang perlu
bimbingan.Ada beberapa guru yang kompetensi pedagogiknya masih rendah dan perlu saya bimbing. P
: Bagaimana mutu guru du SD Negeri Sikepan 1 jika dilihat dari standar kompetensi sosial
NHD : Sosial juga baik. Disini bahkan ada yang sangat sosial.Kalau dirata2 semua baik.Tidak ada yang pelit. P
: bagaimana mutu guru jika dilihat dari standar kompetensi profesional?
NHD : Secara umum mutu guru jika dilihat dari standar kompetensi profesionalnya dapat dikatakan baik. Ya walaupun masih ada sebagaian kecil guru masih perlu bimbingan namun itu masih dalam tahap wajar.Guru yang bersangkutan juga sudah menyadari namun belum mau untuk membenahi kesalahannya itu.Tapi saya sebagai kepala sekolah selalu memberikan bimbingan. Bukti lain kalau kita juga sudah profesional adalah kita mendapatkan tunjang profesi dan telah memiliki sertifikat pendidik profesional. Hal ini menandakan bahwa kita telah profesional.
P
: menurut Anda dari beberapa program pelatihan ataupun diklat yang dibuat oleh pihak UPT, apakah sudah efektif guna meningkatkan kualitas guru itu sendiri?
NHD : Sudah efektif. Sebenarnya itu tergantung dari masing – masing individu ketika mengikuti pelatihan apakah mereka serius atau tidak saat mengikuti pelatihan tersebut.Misal diklat yang seharusnya diikuti oleh guru dari pagi sampai sore, tapi juga ada yang bolos.Padahal dari diklat itu yang sebelumnya kita belum bisa sekarang jadi bisa.Semua program dari UPT itu harus mengajukan proposal ke dinas dan pihak dinas pun kalau program tidak sesuai untuk peningkatan mutu guru itu juga tidak disetujui. P
: Dari berbagai pelatihan yang dibuat oleh pihak UPT itu apakah semua guru dari masing – masing sekolah mengikuti atau hanya perwakilan saja? 148
NHD : tergantung dari materi
kalau itu, misal kalau pelatihan itu
diselenggarakan untuk guru kelas, ya kami mengirimkan guru kelas. Misal kalau pelatihan tentang SBK yang dikirimkan ya guru wali kelas kalau guru agama kan jad i tidak relevan.
Jadi menurut materi yang
diprogramkan P
: menurut Ibu apa yang menjadi faktor penghambat mutu guru di Kecamatan Srumbung masih rendah?
SJ
: ada beberapa yang menjadi faktor penghambat menurut saya sebagai kepala sekolah diantaranya, Kepala sekolah belum bisa menjadi contoh. Hal ini disebabkan karena peran ganda khususnya saya sebagai kepala sekolah perempuan juga harus menyeimbangkan pekerjaan saya sebagai ibu rumah tangga di rumah. Kemudian dukungan financial yang sangat sedikit dari masyarakat. Apalagi sekarang ini masyarakat mengetahui kalau dana sekolah itu dibiayai oleh dana BOS, jadi kita hanya bisa sangat sedikit atau minim untuk dapat menarik sumber dana dari masyarakat. Guru yang dirasa masih mempunyai dedikasi rendah terhadap dunia pendidikan khususnya dalam mendidik.Hal ini dapat saya lihat ketika pembelajaran di kelas kalau tidak ada pengawas atau kepala sekolah di sekolah mereka tidak baik dalam menjalankan PKBM.Selain itu ketika mengikuti pelatihan, mereka seperti tidak konsen dan acuh tak acuh terhadap pelatihan yang diadakan.Terakhir adalah sarana dan prasarana yang disediakan dirasa masih kurang.Alat peraga yang seharusnya bisa digunakan ketika pembelajaran menjadi tidak dapat digunakan karena sudah rusak dan bahkan tidak ada.
P
: apa yang menjadi faktor pendukung dalam peningkatan mutu guru di Kecamatan Srumbung?
SJ
: komitmen yang tinggi dari masing – masing individu, sarana dan prasarana yang sudah sesuai dengan yang diinginkan. Dukungan dari stakeholder, dan supervisi monitor dari pengawas karena dengan adanya monitorinng yang efektif, tentu akan menambah semangat kepada para guru untuk melaksanakan tugasnya dengan semakin baik. 149
TRANSKIP WAWANCARA YANG TELAH DIREDUKSI DENGAN SALAH SATU INFORMAN DI SDN SIKEPAN 1
Interviewer ( P)
: Nutrima Lestari
Interviewee
: SN
Jabatan Interviewee
: Guru Wali Kelas I SD Negeri Sikepan 1
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah SDN Sikepan 1
Tanggal Interview
: 22 Maret 2016
Waktu
: 09.15 WIB – 10.10 WIB
P
: Bagaimana sejarah sekolah ini ?
SN
: bagaimana ya mbak..kalau soal itu saya kurang tahu jelasnya. Setau saya dulunya sekolah ini belum ada. Pada awalnya hanya ada satu sekolah di desa ini namanya SDN Sikepan dan itu bukan terletak di tempat yang sekrang ini. Tepatnya ada di Dusun Dermo dusun di bawah dusun ini. Kemudian karena semakin pentingnya akan pendidikan dibangunlah satu lagi Sekolah Dasar yang sekrang ini namanya SDN Sikepan 1. Sebetulnya SDN Sikepan 1 namanya SDN Sikepan 2. Namun karena sekolah ini berada di pinggir jalan maka oleh pihak UPT diganti menjadi SDN Sikepan 1 dan yang aslinya SDN Sikepan 1 diubah menjadi SDN Sikepan 2. Begitu mbak setau saya sejarah sekolah ini.
P
: Apa visi misi SDN Sikepan 1 ini ya bu..?
SN
: lihat di profil sekolah.
P
: Apa saja program dari sekolah yang terkait dengan peningkatan mutu guru di SDN Sikepan 1 ?
SN
: ada beberapa program di sekolah ini yang terkait dengan peningkatan mutu guru itu sendiri mbak, diantaranya : peningkatan mutu pendidikan maksutnya semua guru yang ada di SDN Sikepan 1 harus memenuhi kualifikasi akademik S1 PGSD. Selain itu diadakanya diklat – diklat peningkatan mutu,dan Bintek ( Bimbingan dan Teknis ) bagi guru. Bintek
150
itu juga banyak macamnya mbak seperti Bintek KURTILAS, bintek SKK MIGAS dll P
: Dari berbagai program untuk meningkatkan mutu guru tersebut. Apakah program itu semuanya yang mengadakan pihak sekolah atau ada pihak lain?
SN
: program – program itu ada yang dari pihak sekolah ada juga yang dari pihak luar. Kalau pihak sekolah hanya mengadakan bimbingan dengan kepala sekolah saja. Pihak lain yang dimaksut itu adalah UPT, Lembaga Penjamin Mutu ( LPM) Semarang, dan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Magelang.
P
: apa saja program dari UPT ?
SN
: ada beberapa program diantaranya Bintek membaca dan menulis untuk kelas rendah, Bintek Pelatihan K13. Pihak UPT bisanya mengundang narasumber dari luar yang berkompeten dalam bidang itu.
P
: dari berbagai program tersebut. Apakah progam itu sudah terjadwal dalam pelaksanaanya, ataukah hanya pas dibutuhkan saja pelaksanannya ?
SN
: kalau itu tidak terjadwal mbak..Cuma biasanya pasti setiap tahunnya pihak UPT melaksanakan program itu. Kami guru – guru di sekolah hanya menerima undangan dan di suruh untuk menghadiri.
P
: Apa saja upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk meningkatkan mutu guru khususnya di SDN Sikepan 1 ini ?
SN
: Ada mbak..jadi biasanya setiap satu bulan sekali kepala sekolah mengadakan pertemuan untuk semua guru. Dalam pertemuan itu, kepala sekolah menanyakan kepada setiap guru apa saja kendala yang ditemui saat PKBM berlangsung. Selain itu guru juga saling bertukar ilmu dan berbagi cerita. Kepala sekolah juga membimbing apabila ada guru yang merasa kesulitan dalam menangani anak. Selain itu ada juga untuk meningaktkan mutu pendidikan. SDN Sikepan 1 mngadakan les untuk kelas 5 dan kelas 6. Kemudian pertemuan untuk mebuat soal – soal ulangan harian dan pendalaman materi bagi kelas 6.
P
: bagaimana persiapan ibu sebelum kegiatan PKBM berlangsung ? 151
SN
: begini ya mbak..karena saya mengajar kelas dasar yaitu kelas 1 yang merupakan fondasi belajar bagi anak – anak. Maka saya mengajarkan dahulu tentang kebiasaan yang baik terlebih dahulu, seperti : cara duduk yang baik, berpakaian yang rapi dan berbicara yang sopan.
P
: bagaimana proses belajar mengajar yang ibu terapkan di kelas. Apa metode yang ibu gunakan ?
SN
: kalau metode yang digunakan saya campuran mbak..kadang ya ceramah kadang ya berdiskusi. Tapi saya usahakan banyak menggunakan metode berdiskusi mbak karena saya biasakan biar anak dapat berpikir kritis.
P
: bagaimana cara ibu untuk mengetahui karakteristik anak yang berbeda – beda ?
SN
: kalau saya cara untuk memahami peserta didik dengan memberikan angket dan ujian tulis. Dengan cara itu, kita sebagai guru akan mengetahui karaktersistik setiap anak itu. Hanya dengan jawaban anak yang mereka tulis saja guru akan tahu. Sebenarnya saya punya ide mbak..yaitu dengan memberi anak piala, dengan hal itu kan anak akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi. Namun karena terkendala dana maka ide saya itu belum dapat diwujudkan. Semoga aja segera ya mbak..
P
: menurut Ibu, apa yang dimaksud dengan guru?
SN
: kalau menurut saya guru itu, bisa menjadi orang tua, sahabat, teman, menjadi komandan. Dapat menjadi teman apabila sedang ada diluar kelas. Sehingga Menjadi komandan saat pembelajaran berlangsung.
P
: bagaimana ibu memposisikan diri anda di kelas ?
SN
: saya di kelas tidak hanya mengajar namun juga mendidik. Jadi saya tidak hanya mengajarkan anak- anak tentang pelajaran sekolah saja melainkan menuntun anak untuk menjalani hidupnya dengan baik dan benar.
P
: bagaimana interaksi sesama guru di SDN Sikepan 1 ini ?
SN
: interaksinya sangat bagus mbak..karena setiap istirahat guru saling bercerita kepada sesama guru tentang masalah yang ditemui di kelas. Mereka saling bertukar pikiran juga. Di sekolah ini guru – guru tidak 152
saling gep- gepan ( tidak saling berkelompok ). Kalau di sekolah ada mbak yang seperti itu. P
: bagaimana sistem kepemimpinan kepala sekolah di SDN Sikepan 1 ?
SN
: bagaimana ya mbak..bisa dikatakan otoriter tidak otoriter juga. Jadi setengah – setengah mbak. Ibu Kepala Sekolah sangat menjunjung tinggi kedisplinan. Semua guru di SDN Sikepan 1 harus sudah sampai sekolah sebelum pukul 06.50 WIB setelah itu dilaksanakan apel pagi. Pada apel pagi itu, Ibu Kepala Sekolah memberi arahan kepada semua guru. Ibu NH juga memeriksa kelengkapan pakaian kita, harus lengkap. Para siswa juga tidak luput dari pemerikasaan kepala sekolah. Apabila ada yang tidak lengkap, beliau akan memanggil anak – anak dan memberi arahan untuk tidak diulangi lagi kesalahan tersebut. Awalnya kita ( guru dan siswa ) merasa berat atas kedisiplinan yang ketat itu mbak. Namun karena sudah terbiasa jadi kita tidak merasa terbebani. Bahkan sekarang walaupun Ibu Kepala Sekolah sedang tidak ada di sekolah, kami tetap menjalankan tugas dengan baik.
P
: Apakah semua guru di SDN Sikepan 1 ini sudah memenuhi kualifikasi akademik S1 PGSD ?
SN
: sudah mbak...semua guru disini sudah S1. Walaupun ada hanya ada beberapa guru yang berpendidikan S1 PGSD secara reguler. Kebanyakan guru disini S1 PGSD dengan jalur Universitas Terbuka
P
: apa saja pelatihan peningkatan mutu guru yang pernah diikuti ?
SN
: banyak mbak..baru – baru kemarin itu saya mengikuti Bimbingan dan Teknik ( Bintek ) tentang Budi Pekerti yang diadakan oleh provinsi di Semarang diikuti oelah 35 kabupaten dan 105 peserta. Alhamdulilah saya mendapatkan peringkat 10 besar. Bintek itu dilaksanakan selama 5 hari.
P
: apakah pelatihan – pelatihan tersebut dilaksanakan secara rutin dan terjadwal ?
SN
: ouh...tidak mbak. Pelatihan itu sifatnya tidak terjadwal.
P
: kalau dari UPT , pelatihan apa saja yang pernah di laksanakan ?
153
SN
: banyak mbak..ada Diklat Kurtilas ( Kurikulum Tiga Belas ) yang diadakan di Semarang. Bintek SKK Migas, Bintek Membaca dan Menulis tanpa Mengeja dan Bintek Pembuatan RPP di Kecamatan Srumbung. Namun ya itu mbak,..dari beberapa pelatihan tersebut tidak dilaksanakan secara rutin dan terjadwal.
P
: bagaimana proses jalannya pelatihan tersebut ?
SN
: jadi kemarin itu dalam proses pelatihan ada narasumber kemudian mereka menjelaskan materi. Guru diberi metode – metodenya. Kemarin pas pelatihan menulis dan membaca tanpa mengeja kami diajari dengan metode – metodenya.
P
: evaluasinya seperti apa ?
SN
: kok kemarin itu tidak ada evaluasinya ya mbak...jadi setelah acara selesai ya sudah. Setelah para guru ikut pelatihan tersebut, gantian tugas guru untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan diterapkan di sekolah.
P
: menurut ibu seberapa efektifkah program – program pelatihan tersebut dalam meningkatkan mutu guru SD khususnya di Kecamatan Srumbung ?
SN
: menurut saya sudah cukup efektif mbak..karena dulunya sebelum guru mengikuti pelatihan. Misalnya dalam pelatihan membaca tanpa mengeja sebelumnya guru belum mengetahui metode yang tepat, tapi setelah mengikuti guru jadi tahu.
P
: bagaimana dengan pelaksanaan KKG ?
SN
: iya mbak..jadi di Kecamatan Srumbung dibawah naungan UPT DISDIKPORA Kec. Srumbung setiap hari sabtu selalu diadakan KKG. Jadi selama sebulan ada 4 kali pertemuan KKG. Pembagian itu dibagi menjadi 2 kali KKG tingkat Gugus, 1 kali KKG tingkat UPT dan 1 kali KKG tingakt sekolah.
P
: bagaimana hasil Ujian Nasional 3 tahun terakhir di SDN Sikepan 1 ?
SN
: alhamdulillah mbak untuk hasil ujian nasional 3 terakhir di SDN Sikepan 1 ini selalu mendapatkan peringkat atas. Nanti ada datanya mbak kalau mau minta
154
P
: menurut Ibu, apa yang menjadi faktor penghambat mutu guru di Kecamatan Srumbung ini masih rendah ?
SN
: ada beberapa faktor yang menjadi penghambat diantaranya guru tidak mau belajar. Ada beberapa guru yang apabila meghadapi anak dengan metode ini tidak berhasil mereka tidak mau mengganti dengan metode yang lain. Nama lainnya mungkin mereka mudah putus asa untuk menghadapi anak. Padahal jika para guru mau belajar lebih giat lagi pasti mereka akan berhasil Selai itu faktor sarana dan prasarana juga sangat memperngaruhi. Pada sekolah dasar ini khusunya di kelas 1, saya sebagai wali kelas tidak ada buku pegangan . guru hanya mengandalkan LKS dan itupun harus difotocopi. Anak – anak juga tidak ada pegangan buku untuk belajar. Kami sebagai guru serba tidak enak mbak..apabila kita menyuruh anak – anak untuk memfotocopi, kami kasian kepada orang tua karena mayoritas orang tua di daerah ini masih dalam ekonomi rendah. Sumber dana juga berpengaruh mbak...karena kita juga tidak munafik kalau semua itu juga membutuhkan uang.
P
: selain ada faktor penghambat juga ada faktor pendukung. Menurut Ibu apa yang menjadi faktor pendukung tersebut ?
SN
: secara kualifikasi akademik tenaga pendidik di sekolah ini sudah memenuhi. Semuanya sudah S1. Selai itu tempatnya juga sudah nyaman sehingga guru tentu akan lebih fokus dalam bekerja
P
: menurut Ibu ya dari hasil observasi yang sudah saya lakukan. Mayoritas guru berasal dari luar Jateng. Apakah itu tidak menganggu profesionalisme guru tersebut ?
SN
: itu tergantung dari masing- masing guru tersebut mbak. Tapi mayoritas guru disini justru yang berasal dari luar jateng justru datang lebih awal daripada yang berasal dari dekat – dekat sini.
P
: apa saja prestasi yang pernah diraih oleh SDN Sikepan 1 ?
SN
: kalau disini banyak prestasi yang diraih dalam bidang pramuka. Pesta siaga sudah juara tingkat provinsi. SDN Sikepan juga sudah masuk jambore. Kalau dalam PKBM masih kurang di peserta didiknya. Disini 155
anak- anak masih sulit untuk diajak menghafal. Padahal metode – metodenya juga sudah diganti. Mungkin hal itu karena orang tua yang belum mendukung sepenuhnya.
156
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN SALAH SATU INFORMAN DI SDN JAMBLANGAN
Interviewer ( P)
: Nutrima Lestari
Interviewee
: KY
Jabatan Interviewee
: Guru Wali Kelas 4 SD Negeri Jamblangan
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah SN Jamblangan
Tanggal Interview
: 9 April 2016
Waktu
: 08.00 WIB – 08.30 WIB.
P
: apa saja program – program yang ada di SDN Jamblangan ?
KY
: banyak ya mbak...ada program akademik, program peningkatan prestasi belajar siswa seperti diadakannya les, dan doa pagi bersama sebelum pelajaran dimulai. Itu dilakukan di mushola dan diikuti oleh seluruh siswa SDN Jamblangan.
P
: apa saja program ekstrakurikuler di SDN Jamblangan ?
KY
: ada menari dan pramuka
P
: apa saja program SDN Jamblangan yang terkait dengan peningkatan mutu guru ?
KY
: yang pertama itu ada KKG yang dilaksanakan setiap seminggu sekali. Tepatnya pada hari Sabtu. Kemudian ada pula pendidikan kesetaraan seperti Universitas Terbuka itu mbak dan yang ketiga ada pelatihan atau workshop yang dilaksanakan oleh pihak Dinas maupun UPT.
P
: apakah program – program pelatihan tersebut dilaksanakna secara rutin dan terjadwal ?
KY
: kalau yang KKG itu rutin namun kalau yang lainnya tidak. Alasan mengapa program yang lainnya tidak terjadwal secara rutin mungkin karena dana yang ada masih minimal dan kegiatan – kegiatan yang ada di UPT pun sudah banyak.
P
: apa manfaat dari KKG tersebut ?
157
KY
: banyak mbak manfaatnya...seperti kalau ada guru yang kesulitan dalam mengajar dapat saling bertukar pikiran di KKG tersebut. Saling bertukar pikiran tentang masalah – masalah yang dihadapi saat pembelajaran berlangsung dan dalam rancangan pembuatan RPP.
P
: setau saya KKG itu dilaksanakan setiap hari Sabtu, ini kan pas dengan hari Sabtu. KKG hari ini dilaksanakan pada tingkat apa dan dimana ya pak?
KY
: seharusnya hari ini KKG dilaksanakan pada tingkat UPT namun tidak dapat dilaksanakan karena UPT sedang ada acara.
P
: apa saja persiapan yang Bapak lakukan sebelum PKBM berlangsung?
KY
: ada beberapa yang saya persiapkan sebelum PKBM berlangsung seperti RPP dan alat peraga yang disesuaikan dengan materi pada hari itu.
P
: bagaimana proses pembelajaran yang Bapak terapkan di kelas ?
KY
:saya menggunakan metode gabungan dalam pembelajaran. Jadi terkadang menggunakan metode ceramah, terkadang menggunakan metode diskusi dan eksperimen. Biasanya saya sesuaikan dengan materi pada hari itu juga.
P
: Bagaimana cara Bapak untuk mengetahui karakteristik peserta didik yang berbeda – beda jika dihubungkan dengan proses pembelajaran ?
KY
: biasanya saya melakukan penjajakan, pengamatan terhadap tingkah laku kepada peserta didik. Selain itu dari hasil interaksi yang terjadi setiap hari di sekolah, kami sebagai guru tentunya juga sudah mengetahui karakteristik dari setiap anak didik kita. Pemgamatan tidak hanya meliputi di sekolah melainkan juga di luar sekolah seperti dengan siapa anak dirumah, bagaimana keadaannya di rumah karena hal itu walaupun secara tidak langsung akan mempengaruhi anak dalam proses pembelajarannya. Selain itu saya juga melakukan tes sumatif dan formatif dari hasil belajar siswa. Dari hasil itu kemudian saya simpulkan bagaimana karakteristik anak itu sendiri.
P
: apa saja program yang terkait dengan peningkatan mutu guru SD di UPT?
158
KY
: yang pasti itu ada program KKG kemudian workshop dan penataran atau diklat. Namun untuk workshop dan diklat itu tida dilaksanakan secara rutin dan tidak terjadwal. Ha itu terkendala dengan dana karena kami tahu kalau mengadakan program itu pasti membutuhkan dana yang besar.
P
: menurut Bapak sejauh mana keefektifan program – program tersebut dalam meningkatkan mutu guru ?
KY
: ya karena program – program UPT itu sifatnya kontemporer dan tidak berkesinambungan
menurut saya kurang efektif. Coba saja kita pikir
seseorang akan mendapatkan hasil yang maksimal jika dilaksanakan secara berkelanjutan. Namun ini kan tidak, kalau yang instan hasilnya tidak akan maksimal. Kalau KKG itu yang menurut saya cukup efektif. P
: Apakah menurut Bapak sertifikasi guru itu sudah tepat ?
KY
: secara jujur menurut saya kurang tepat. Namun yang namanya guru kan hanya sebagai pelaksana kebijakan dan semua program yang dibuat ya harus kita laksanakan dengan baik. Saya mengatakan Pemerintah tidak tepat karena acuan yang dipakai oleh Pemerintah itu masih abu – abu. Sekarang misalnya portofolio itu. Semua guru bisa lolos atau naik pangkat hanya dengan syarat asal bisa mengumpulkan persyaratan walaupun itu benar atau salah. Kemudaian dengan adanya PLPG yang hanya dilakukan selama 10 hari. Itu juga menurut saya kurang efektif karena setiap orang kan penerimaan ilmunya tidak sama seperti yang sudah saya katakan tadi juga kalau instan itu juga kurang baik. Dari semua hasil itu nantinya semua sekolah juga akan mendapatkan dana yang sama padahal dari masing – masing sekolah mutu pendidikannya kan tidak sama ada yang bagus ada pula yang kurang bagus. Namun tidak ada perbedaan sama sekali. Apalagi Pemerintah sekarang ini menggalakan kalau mulai tahun ajaran depan guru harus memenuhi perbandingan dengan jumlah murid yaitu 1: 20 anak. Hal ini tentunya akan mempersulit guru lagi.
P
: apakah semua guru di SDN Jamblangan sudah memenuhi kualifikasi akademik S1 PGSD atau sesuai dengan bidangnya?
159
KY
: iya..semua guru di SDN Jamblangan ini sudah S1 PGSD. Namun mayoritas guru SD yang ada di Kec. Srumbung ini melanjutkan kuliah di S1 PGSD Universitas Terbuka. Kalau yang reguler itu sedikit.
P
: bagaimana keefektifan UT menurut bapak ?
KY
: ya namanya saja Universitas Terbuka ya mbak..pembelajaran juga mayoritas dilaksanakan secara jarak jauh, sarana dan prasarana juga kurang memadai, buku referensi juga masih sangat sedikit. Beda kalau pas kuliah di kampus biasa. Semua perkuliahan di dukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Hal itu tentu akan menghasilkan keluaran yang baik pula. Jadi kalau dapat saya simpulkan keluaran dari UT memang kalah dengan keluaran kampus reguler. Mahasiswa UT selain terkendala dengan usia juga terkendala dengan waktu juga.
P
: apa saja pelatihan peningkatan mutu guru yang pernah Bapak ikuti?
KY
: kemarin saya mengikuti pelatihan penyusunan PKG ( Penilaian Berkesinambungan Guru), pelatihan Kurikulum 2013, pelatihan penulisan ilmiah, pelatihan KTSP dan sebenarnya masih banyak lagi mbak. Namun sudah jaman dahulu kalau saya sebutkan semuanya tentunya sudah tidak relevan dengan jaman sekarang mbak.
P
: menurut Bapak apa yang menjadi faktor penghambat kualitas guru di Kecamatan Srumbung masih rendah?
KY
: ada beberapa faktor menurut saya diantaranya faktor pendidikan guru yang masih minimal. Walaupun ada beberpa program peningkatan mutu guru yang diciptakan oleh Pemerintah namun saya rasa semua itu terlambat karena misal dalam kasus pendidikan kesetaraan. Semua guru harus S1 tapi itu baru digalakkkan mulai tahun 2013 padahal saya menjadi guru semenjak tahun 1986. Ya seharusnya kalau memang pemerintah ingin meningkatkan mutu guru ya seharusnya dari dulu. Selain itu ada juga faktor yang menghambat yaitu kultur budaya, karena antara daerah yang satu dengan yang lainnya itu kan beda dalam penerimaan pendidikannya.
P
: menurut bapak apakah jarak rumah yang jauh dengan tempat kerja itu mengganggu profesionalisme guru dalam mengajar? 160
KY
: selama ini menurut saya tidak menganggu. Apabila ada guru
yang
terlambat itu pasti karena ada alasan yang tepat dan guru yang lain pasti juga sudah mengcover untuk di kelasnya.
161
Lampiran III CATATAN LAPANGAN I
Hari/ Tanggal: Kamis, 10 Maret 2016 Waktu
: 09.00 – 10.00 WIB
Tempat
: SDN Sikepan 1 dan SDN Jamblangan
Kegiatan
:
Mengurus Administrasi Perijinan Penelitian
Membuat kesepakatan jadwal wawancara dengan kepala sekolah
Deskripsi Pukul 09.00
WIB
peneliti tiba di SDN Sikepan 1. Rencana
kedatangan peneliti pada hari ini adalah untuk bertemu dengan kepala sekolah, namun tidak dapat bertemu dikarenakan Ibu Kepala Sekolah sedang ada rapat di UPT. Peneliti hanya bertemu dengan salah satu guru yang ada di SD tersebut dan mengurus administrasi perijinan penelitian dengan menunjukkan beberapa surat dari Kesbangpol, BPMPT, dan UPT. Selama berada di SDN Sikepan 1, peneiti melakukan observasi kasar terhadap sarana dan prasarana sekolah seperti tempelan visi, misi, dan tujuan serta slogan – slogan pendidikan Peneliti melihat belum ada tempelan- tempelan gambar moivasi, visi, misi dan tujuan sekolah. Peneliti berencana untuk datang kembali di SDN Sikepan 1 esok harinya tanggal 11 Maret 2016 untuk melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah. Pukul 09.20 peneliti meninggalkan SDN Sikepan 1 dan pergi menuju SDN Jamblangan. Pada pukul 09.30 WIB peneliti tiba di SDN Jamblangan dan langsung menuju ke ruang guru. Disana peneliti bertemu dengan beberapa guru, peneliti menerangkan maksud dari kedatangan. Namun peneliti tidak dapat bertemu dengan kepala sekolah dikarenakan kepala sekolah sedang ada di SDN Bringin, dikarenakan menjadi kepala sekolah disana juga. Peneliti bermaksud untuk datang kesana lagi esok harinya .
162
CATATAN LAPANGAN II Hari/ Tanggal: Jum’at, 11 Maret 2016 Waktu
: 08.00 – 10.30 WIB
Tempat
: SDN Jamblangan
Kegiatan
:
Wawancara dengan salah satu informan
Observasi
Deskripsi Pukul 08.00 peneliti tiba di SDN Jamblangan, tiba disana peneliti langsung menuju ke ruang guru yang berada di sebelah ruang kepala sekolah. Pada awalnya, peneliti berencana untuk melakukan wawancara dengan kepala sekolah. Namun kepala sekolah sedang ada di SDN Bringin karena kepala sekolah SDN Jamblangan merangkap jabatan kepala sekolah di SDN Bringin. Peneliti bertemu dengan salah satu guru yang ada di ruangan dan meminta izin untuk melakukan wawancara. Peneliti melakukan wawancara dengan ibu KR . Proses wawancara dilakukan selama lebih kurang 40 menit dengan pokok bahasan tentang PKBM, masalah – masalah guru, dan mutu guru. Wawancara selesai sekitar pukul 09.45, setelah itu peneliti melanjutkan untuk melakukan observasi. Peneliti mengamati kondisi ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, kamar mandi, dan halaman sekolah.Terlihat gersang di halaman sekolah dikarenakan hanya ada beberapa tanaman kecil di depan ruang kelas sedangkan tidak seimbang dengan halaman sekolah yang cukup luas. Ruangruang kelas terlihat bersih namun masih ada beberapa kelas rendah yang tidak terlihat rapi, sapu berserakan dan sepatu tidak berada di rak sepatu. Setelah melakukan observasi sekitar 45 menit, peneliti memutuskan untuk mengakhiri observasi pada hari ini. Pukul 10.30 peneliti menuju ke ruang kepala sekolah dan meminta ijin untuk berpamitan serta tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih.
163
CATATAN LAPANGAN III
Hari/ Tanggal: Senin, 14 Maret 2016 Waktu
: 08.00 – 10.00 WIB
Tempat
: SDN Jamblangan
Kegiatan
:
Wawancara dengan Kepala Sekolah SDN Jamblangan
Observasi
Deskripsi Pukul 08.00 WIB peneliti tiba di SDN Jamblangan dan langsung menuju ke Ruang Kepala Sekolah. Peneliti menjelaskan maksud kedatangan yaitu akan melakukan wawancara dengan Bapak MY selaku Kepala Sekolah SDN Jamblangan. Setelah berbincang bincang sebentar kemudian Bapak MY mempersilahkan untuk memulai wawancara. Wawancara dimulai sekitar pukul 08.15 WIB dan berakhir pukul 09.05 WIB. Dari pertemuan ini, peneliti mendapatkan data – data berupa hasil wawancara terkait dengan upaya sekolah dalam meningkatkan mutu guru. Dalam pertemuan ini, peneliti mendapatkan data berkaitan dengan sejarah sekolah, tujuan, visi, misi sekolah, program – program yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam meningktkan mutu guru, faktor pengambat, dan faktor pendukung dalam meningkatkan mutu guru tersebut serta dan hal- hal yang terkait dengan keadaan guru di SDN Jamblangan. Selanjutnya, setelah wawancara selesai, peneliti melakukan observasi di lingkungan sekolah dengan melihat kondisi sarana dan prasarana meliputi ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas, ruang UKS, ruang perpustakaan, mushola, dan kamar mandi. Kondisi fasilitas sekolah yang ada terlihat kurang terawat, apalagi yang terlihat di kamar mandi. Ruangan kamar mandi hanya ada 3 yaitu 1 untuk para murid laki – laki, 1 untuk para murid perempuan dan 1 untuk guru. Petugas kebersihan juga tidak terlihat di sekolah.
164
Peneliti juga mendokumentasikan beberapa ruangan tersebut dengan kamera Handphone. Sekitar 1 jam peneliti melakukan observasi, akhirnya peneliti memutuskan untuk mengakhiri observasi pada hari ini. Pukul 10.00 WIB peneliti selesai melakukan observasi. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak MY dan meminta ijin untuk meninggalkan SDN Jamblangan.
CATATAN LAPANGAN IV Hari/ Tanggal: Kamis, 17 Maret 2016 Waktu
: 08.00 – 09.00 WIB
Tempat
: SDN Sikepan 1
Kegiatan
: Membuat kesepakatan jadwal wawancara dengan kepala sekolah
Deskripsi Pukul 08.00
WIB
peneliti tiba di SDN Sikepan 1. Rencana
kedatangan peneliti pada hari ini adalah untuk melakukan wawancara dengan Ibu Kepala Sekolah yang bernama NHD. Peneliti dapat bertemu dengan Ibu NHD namun tidak dapat langsung melakukan wawancara dengan beliau dikarenakan sedang ada beberapa kerjaan yang tidak dapat ditinggalkan. Kepala Sekolah memberikan waktu kepada peneliti untuk melakukan penelitian pada tanggal 22-24 Maret 2016. Setelah mendapatkan kesepakatan untuk melakukan wawancara, peneliti kemudian berpamitan.
165
CATATAN LAPANGAN V
Hari/ Tanggal: Selasa, 22 Maret 2016 Waktu
: 09.00 – 10.15 WIB
Tempat
: SDN Sikepan 1
Kegiatan
: Melakukan wawancara dengan salah satu informan
Deskripsi Pukul 09.00 WIB peneliti tiba di SDN Sikepan 1. Peneliti langsung menuju ke ruang kepala sekolah dan ditemui oleh salah satu guru disana. Pada awalnya, peneliti akan melakukan wawancara dengan Ibu Kepala Sekolah namun Ibu NH belum datang. Peneliti memutuskan untuk melakukan wawancara dengan salah satu guru yang bernama Ibu Ning. Setelah beberapa menit berbincang bincang dengan Ibu Ning, pukul 09.15 WIB peneliti memulai untuk melakukan wawancara. Hal – hal yang ditanyakan oleh peneliti mengenai kondisi yang dihadapi guru saat proses pembelajaran, cara menghadapi peserta didik dan masalah – masalah yang dihadapi. Wawancara selesai pada pukul 10.10 WIB. Setelah wawancara selesai, peneliti mengucapkan terima kasih telah dan berpamitan untuk pulang.
CATATAN LAPANGAN VI
Hari/ Tanggal: Senin, 4 April 2016 Waktu
: 09.00 – 11.00 WIB
Tempat
: SDN Sikepan 1
Kegiatan
:
Wawancara dengan kepala sekolah SDN Sikepan 1
Meminta kajian dokumen dari pegawai administrasi sekolah
166
Deskripsi Pukul 09.00 WIB peneliti tiba di SDN Sikepan 1. Sampai di halaman sekolah, peneliti di sambut oleh para murid yang sedang istirahat. Peneliti langsung menuju ke ruang kepala sekolah namun Ibu Kepala Sekolah yang bernama NHD sedang tidak ada diruangan, ternyata beliau ada di ruang guru. Sesampai di ruang guru, peneliti langsung menyapa beberapa guru yang sedang ada dikantor dan menjelaskan maksud kedatangan. Ibu NHD mempersilahkan peneliti untuk duduk dan diminta untuk menunggu sebentar dikarenakan sedang ada tamu. Pukul 09.20 WIB, peneliti memulai untuk melakukan wawancara dengan Ibu Kepala Sekolah. Dari wawancara ini peneliti mendapatkan data – data terkait dengan sejarah sekolah, visi misi dan tujuan, sarana dan prasarana yang dimilki sekolah, dan keadaan guru di SDN Sikepan 1 termasuk interaksi sesama guru, interaksi guru dengan murid, interkasi guru dengan kepala sekolah dll. Proses wawancara berlangsung sekitar kurang lebih 30 menit. Wawancara selesai sekitar pukul 09.55 WIB. Setelah selesai melakukan wawancara, peneliti kemudian meminjam beberapa dokumen terkait dengan peningkatan guru seperti piagam penghargaan para guru, serifikat pendidik, absensi guru, dan laporan hasil prestasi sekolah. Peneliti meminta ijin untuk membawa dokumen – dokumen tersebut dan Ibu Kepala Sekolah menginjinkan. Pukul 11.00 WIB, peneliti mengucapkan terima kasih kepada para guru dan Ibu Kepala Sekolah karena telah memberikan waktu untuk melakukan wawancara dan berpamitan.
CATATAN LAPANGAN VII
Hari/ Tanggal: Sabtu, 26 Maret 2016 Waktu
: 07.00 – 09.30 WIB
Tempat
: Kantor UPT DISDIKPORA Kec. Srumbung
Kegiatan
: Melakukan wawancara dengan Kepala UPT
Deskripsi 167
Pukul 07.00 WIB peneliti tiba di Kantor UPT DISDIKPORA Kec. Srumbung. Sebelumnya
peneliti
telah membuat kesepakatan untuk
melakukan wawancara dengan Kepala UPT pada hari ini. Peneliti langsung menuju ke ruang TU UPT, kemudian diarahkan untuk menunngu di ruang tamu dikarenakan Bapak Kepala UPT belum datang ke kantor. Setelah menunggu beberapa menit, Bapak Kepala UPT datang dan mempersilahkan untuk menunggu sebentar. Pukul 08.00 peneliti memulai untuk melakukan wawancara dan berakhir pada pukul 08.45. Dari wawancara ini, peneliti mendapatkan data – data terkait mutu guru SD dan upaya yang dilakukan oleh pihak UPT dalam meningkatkan mutu guru sekolah dasar serta faktor pendukung dan faktor penghambat dalam upaya meningkatkan mutu guru SD di Kecamatan Srumbung. Setelah selesai melakukan wawancara, peneliti kemudian datang ke Ruang Tata Usaha untuk meminta dokumen tentang Data Guru PNS dan Non PNS di Kecamatan Srumbung kepada Bapak SU selaku kepala Tata Usaha. Bapak SU memberikan data yang diminta oleh peneliti dan mempersilahkan untuk di fotocopy. Peneliti kemudian memfotocopy data – data tersebut. Setelah semuanya selesai peneliti mengembalikan data guru PNS dan Non PNS kepada Bapak SU serta meminta ijin untuk berpamitan. Pukul 09.30 WIB peneliti meninggalkan UPT DISDIKPORA Kec. Srumbung.
CATATAN LAPANGAN VIII Hari/ Tanggal: Kamis, 07 April 2016 Waktu
: 07.00- 10.00 WIB
Tempat
: SDN Jamblangan
Kegiatan
:
Observasi tentang PKBM
Deskripsi Peneliti tiba di sekolah tepat pukul 07.00 WIB. Maksud dari kedatangan peneliti
datang lebih pagi dikarenakan ingin mengetahui
kedisplinan guru ketika datang ke sekolah. Sampai di sekolah, peneliti langsung menuju ke ruang guru. Sudah ada beberapa guru yang datang ke 168
sekolah namun ada juga sebagaian guru yang belum datang. Sampai di ruang guru, peneliti disambut oleh Bapak MY selaku kepala sekolah. Beliau menanyakan kepada peneliti agenda apa yang akan dilaksanakan. Peneliti menjelaskan maksud kedatangan pada hari ini yaitu untuk melakukan observasi mengenai proses kegiatan belajar mengajar ( PKBM ) di SDN Jamblangan. Kepala Sekolah mengijinkan peneliti untuk masuk ke kelas 3. Peneliti meilihat tidak ada persiapan yang dilakukan oleh Ibu KR sebelum PKBM dimulai. Proses pembelajaran pada hari itu dimulai pukul 07.30 WIB, guru KR sebagai wali kelas 3 memulai PKBM dengan mengucapkan salam dilanjutkan dengan memeriksa pekerjaan rumah anak. PKBM yang diaksanakan oleh Ibu KR masih menggunakan metode ceramah. Anak- anak duduk di kursi mendengarkan penjelasan materi dari guru. Pada jam itu Ibu KR menjelaskan materi pelajaran Bahasa Indonesia bab “ kata penghubung ulang” dengan suara yang lantang dan jelas. Sesekali ada siswa yang bertanya tentang materi tersebut. Peneliti melihat evaluasi belajar yang diterapkan oleh Ibu KR secara individual. Jadi Ibu KR memeriksa satu persatu hasil belajar siswa. Selama proses belajar mengajar berlangsung di kelas, ada beberapa hal yang dirasa peneliti kurang profesional dalam guru mengajar. Beberapa hal itu diantaranya, Ibu KR masih dapat bermainan HP saat mengajar, sering ijin untuk keluar kelas, dan Ibu KR tidak mengetahui jadwal selanjutnya setelah pelajaran Bahasa Indonesia bahkan sebelum waktu mengajar habis beliau sudah ijin untuk meninggalkan kelas. Anak – anak dibiarkan sendiri di kelas dan hanya diberi tugas untuk segera dikerjakan. Setelah Ibu KR meninggalkan kelas, peenliti pun juga ikut meninggalkan kelas.Observasi dilajutan dengan mengamati tingkah laku beberapa guru saat PKBM berlangsung, peneliti melihat ada 2 guru yang sedang mengobrol diluar kelas padahal waktu itu masih jam pelajaran berlangsung. Selain itu peneliti juga melihat guru wali kelas 1 yang hanya menggunakan alas kaki sandal saat di kelas. Observasi selesai sekitar pukul 09.45 WIB. Peneliti kembali ke ruang Kepala Sekolah untuk mengucapka terima kasih sekaligus meminta ijin untuk meninggalkan
169
SDN Jamblangan. Tepat jam 10.00 WIB peneliti meninggalkan SDN Jamblangan.
CATATAN LAPANGAN IX
Hari/ Tanggal: Sabtu, 9 April 2016 Waktu
: 07.15 – 09.00 WIB
Tempat
: SDN Jamblangan
Kegiatan
:
Wawancara dengan salah satu informan
Observasi
Deskripsi Pukul 07.15 peneliti tiba di SDN Jamblangan. Peneliti langusng menuju ke ruang guru dan bertemu dengan Bapak MY selaku Kepala Sekolah SDN Jamblangan. Bapak Kepala Sekolah menanyakan kepada peneliti maksud kedatangan pada hari ini. Peneliti pun menjelaskan bahwa pada hari ini akan melakukan observasi PKBM kembali di kelas 4 dan akan melakukan wawancara dengan salah satu guru. Bapak MY mengijinkan kepada peneliti untuk melakukan kegiatan itu. Kegiatan pertama yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan melakukan wawancara dengan Bapak KR selaku wali kelas 6. Wawancara dimulai pada pukul 08.00 WIB dan diakhiri pada pukul 08. 30 WIB. Dari hasil wawancara ini peneliti mendapatkan data – data yang terkait dengan peningkatan mutu guru seperti , pelatihan – pelatihan yang pernah diikuti, sertifikasi guru, masalah – masalah yang dihadapi sebagai guru, dan proses kegiatan belajar mengajar yang diterapkan. Setelah wawancara selesai, peneliti berencana untuk melakukan observasi kembali pada PKBM di SDN Jamblangan. Namun hal itu tidak dapat dilaksanakan sekarang dikarenakan sedang diadakannya evaluasi hasil belajar siswa di kelas 4. Peneliti memutuskan untuk mengakhiri kegiatan pada hari ini. Pukul 08.45 WIB peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak MY dan Bapak KR yang telah berkenan memberikan waktu dan meminta ijin untuk berpamitan. 170
CATATAN LAPANGAN X
Hari/ Tanggal: Rabu, 20 April 2016 Waktu
: 08.00 – 10.15 WIB
Tempat
: SDN Sikepan 1
Kegiatan
:
Mengembalikan dokumen profil SD Negeri Sikepan 1
Observasi di SD Negeri Sikepan 1
Deskripsi Pukul 08.00
WIB peneliti tiba di SD Negeri Sikepan 1. Peneliti
langsung menuju ke ruang guru dan bertemu dengan Ibu NH selaku kepala sekolah SD Negeri Sikepan 1.Ibu NH menanyakan maksud dari kedatangan peneliti pada hari ini dan penelitipun menjelaskan bahwa pada hari ini berencana untuk melakukan observasi terhadap perilaku, interaksi serta PKBM yang dilakukan oleh guru dan mengembalikan dokumen profil sekolah yang telah dipinjam oleh peneliti beberapa hari yang lalu.Ibu kepala sekolah mengijinkan untuk melakukan observasi di kelas. Pada hari ini peneliti diberi kesempatan untuk melakukan pengamatan di kelas 1 bersama wali kelas yang bernama Ibu SR. Namun peneliti diharap untuk menunggu sebentar dikarenakan jam pelajaran sudah akan habis dan akan segera berlangsung jam istirahat. Pukul 09.15 WIB, jam istirahat selesai bagi kelas rendah ( I, II dan III) Ibu SR mengajak peneliti untuk masuk ke kelas, tapi sebelumnya peneliti diminta untuk mengisi buku tamu kelas 1. Pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam terlebih dahulu. Pada hari ini Ibu guru SR menjelaskan pelajaran Matematika materi tentang bangun – bangun datar seperti bangun segitiga, persegi, dan persegi panjang.Ibu SR menjelaskan materi dengan lugas dan jelas, terlihat semua murid mengerti tentang materi yang dijelaskan.Selain itu Ibu SR juga sabar dan telaten dalam mengajari anak yang belum mengerti. Saat proses pembelajaran, Ibu SR terlihat rapi dalam menggunakan pakaian. Terlihat pula ada persiapan sebelum PKBM berlangsung.Hal ini membuktikan bahwa guru SR telah memenuhi standar 171
kompetensi pedagogik. Setelah sekitar 1 jam peneliti melakukan observasi di kelas 1, pukul 10.00 WIB meminta ijin kepada Ibu guru SR untuk meninggalkan kelas dan mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah diberikan. CATATAN LAPANGAN XI Hari/ Tanggal: Kamis, 28 April 2016 Waktu
: 09.00 – 11.00 WIB
Tempat
: SDN Jamblangan
Kegiatan
:
Meminta dokumen data prestasi siswa tahun 2016
Melakukan wawancara dengan dua informan guru SDN Jamblangan
Deskripsi Peneliti tiba di SDN Jamblangan tepat pukul 09.00 WIB. Peneliti langsung menuju ke ruang guru dan bertemu dengan kepala sekolah serta semua guru SDN Jamblangan karena pada waktu itu tepat jam istirahat berlangsung. Pada hari ini peneliti berencana untuk melakukan wawancara dengan dua guru di SD ini yaitu guru wali kelas 1 dan 2 serta meminta dokumen hasil ujian nasional 3 tahun terakhir.Wawancara dimulai pada pukul 09.15 WIB.Peneliti pertama kali mewawancari wali kelas 1 yaitu Ibu SR. Pada wawancara kali ini, peneliti menanyakan tentang pelatihan yang pernah diikuti dan masalah – masalah yang dihadapi ketika PKBM berlangsung. Setelah selesai melakukan wawancara dengan Ibu SR, peneliti melanjutkan untuk wawancara dengan Ibu FA selaku wali kelas 2. Dari wawancara ini, peneliti mendapatkan data – data terkait dengan PKBM yang berlangsung di kelas, mutu guru di Kecamatan Srumbung, pelatihan yang pernah diikuti, dan faktor penghambat serta faktor pendukung upaya peningkatan mutu guru SD. Wawancara selesai pukul 10.15 WIB. Setelah itu, peneliti menuju ke ruang guru dan bertemu dengan Bapak KR untuk meminta hasil Ujian Nasional selama 3 tahun terakhir. Pada waktu itu pula peneliti meminta kepada Bapa Kepala Sekolah untuk membuatkan surat keterangan dari sekolah bahwa 172
peneliti benar – benar melakukan penelitian di SD Negeri Jamblangan. Pada pukul 11.00 WIB peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak MY selaku kepala sekolah karena telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SDN Jamblangan selama 2 bulan dan meminta ijin untuk berpamitan.
CATATAN LAPANGAN XII Hari/ Tanggal: Sabtu, 30 April 2016 Waktu
: 08.00 – 12.00 WIB
Tempat
: Dinas Pendidikan Pemuda da Olahraga Kab. Magelang ( Bagian Tendik Sekolah Dasar ) dan SDN Sikepan 1
Kegiatan
:
Melakukan
wawancara
dengan
Kabid
Tendik
SD
DISDIKPORA Kab. Magelang.
Melakukan wawancara dengan 3 informan guru di SD Negeri Sikepan 1
Deskripsi Peneliti tiba di DISDIKPORA Kab. Magelang pukul 08.00 WIB. Peneliti langsung menuju ke bagian Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan khususnya yang menangani guru SD. Peneliti bertemu dengan Bapak SR selaku Kabid Tendik. Beliau menanyakan maksud dari kedatangan peneliti pada hari ini, penelitipun menjelaskan maksud kedatangan yaitu ingin melakukan wawancara dengan Bapak SR dan beliau menginjinkan. Wawancara dimulai sekitar pukul 08. 15 WIB. Dalam pertemuan kali ini, peneliti mendapatkan data – data terkait dengan mutu guru SD di Kecamatan Srumbung, upaya yang dilakukan dari pihak Dinas untuk meningkatkan mutu guru SD serta faktor penghambat dan pendukung dalam upaya peningkatan mutu guru. Wawancara selesai sekitar pukul 08.50. Setelah selesai melakukan wawancara dengan Bapak SR, peneliti berencana untuk menuju ke SD Negeri Sikepan 1 dan melakukan wawancara dengan 3 informan guru yaitu Ibu MK 173
selaku wali kelas 3, Ibu NK selaku wali kelas 2,dan Ibu SS selaku wali kelas 4. Pertama kali peneliti melakukan wawancara dengan Ibu NK kemudian Ibu SS dan terkahir Ibu MK. Dalam wawancara kali ini, peneliti mendapatkan data – data terkait dengan PKBM yang berlangsung di kelas, problematika yang dihadapi guru saat proses pembelajaran berlangsung dan faktor penghambat serta pendukung peningkatan mutu guru. Wawancara dengan ketiga informan berlangsung sekitar 1 jam. Setelah proses wawancara selesai peneliti meminta ijin untuk berpamitan dan tidak lupa mengucapkan terima kasih. Peneliti meninggalkan SDN Sikepan 1 pada pukul 12.00 WIB.
174
Lampiran 4. DOKUMENTASI FOTO
Gambar 1. Pelaksanaan KKG tingkat Gugus
Gambar 2. Pelaksanaan KKG tingkat UPT
Gambar 3. Pelatihan Bintek
175
Gambar 4. Proses pembelajaran
Gambar 5. Kondisi SDN Jamblangan
176
Gambar 6.Struktur Organisasi SDN Sikepan 1
177
178
179
180
181
182
183