1
STRUKTUR URUTAN KATA BAHASA ARAB DALAM KORAN AL-AHRAM AHMAD FIKRI NOOR WIWIN TRIWINARTI Program Studi Arab Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Juli 2013 Abstrak Penelitian ini membahas urutan kata bahasa Arab dalam media koran Al-Ahram, Mesir periode Nopember 2012. Urutan kata adalah bagian dari kajian sintaksis dan berperan sebagai ciri khas suatu bahasa. Penelitian ini menggunakan teori Shinny yang mengklasifikasikan urutan kata menjadi jumla ismiyya dan jumla fi’liyya dan Holes dengan klasifikasi VSKOMP, SVKOMP, KOMPVS, dan VKOMPS. Teori-teori ini digunakan agar analisis pada korpus data menjadi lebih rinci. Penelitian ini juga memberikan analisis singkat mengenai kesesuaian subjek-predikat berkaitan dengan urutan kata. Penelitian ini memberikan gambaran pemakaian urutan kata yang produktif dengan pembuktian pada korpus data. Berdasarkan penghitungan pada korpus data yang berupa 100 kalimat, jumla fi’liyya muncul pada 80 kalimat sedangkan jumla ?ismiyya muncul pada 20 kalimat. Kata kunci: jumla ismiyya; jumla fi;liyya; VSKOMP; SVKOMP; KOMPVS; VKOMPS Abstract This research analyses Arabic word order in the Al-Ahram Newspaper, Egypt in November 2012. Word order is a part of syntactic research and also characteristic of a language. This research uses Shinny’s theory and Holes’ theory about classification of Arabic word order. Shinny’s theory divide the sentence into jumla ?ismiyya and jumla fi’liyya while Holes’ theory divide the sentence into VSKOMP, SVKOMP, VKOMPS, and KOMPVS sentence. This research also gives a brief analysis about subject-predicate agreement related to the word order. The research gives a description about the productivity of the word order with evidences in the corpus. Based on statistic count from the 100 sentences of corpus, 80 sentences is jumla fi’liyya and 20 sentences is jumla ?ismiyya. Keywords: jumla ?ismiyya; jumla fi’liyya; VSKOMP; SVKOMP; KOMPVS; VKOMPS 1.
Latar Belakang Berkaitan dengan gramatika, bahasa-bahasa di dunia memiliki suatu struktur antarkata
dalam membangun suatu frasa atau kalimat. Dalam ilmu linguistik, studi gramatikal struktur antarkata ini disebut dengan sintaksis (Kridalaksana 2008: 251). Kajian sintaksis akan menentukan gramatikal atau tidak gramatikalnya suatu kalimat, tafsir ganda, hubungan Universitas Indonesia
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
2
gramatikal, struktur kalimat, serta struktur frasa. Salah satu kajian yang cukup menarik dalam sintaksis adalah kajian tentang urutan kata. Menurut Kridalaksana, urutan kata adalah penempatan kata dalam deretan tertentu menurut norma suatu bahasa, baik dalam tingkat kalimat dan klausa, maupun dalam tingkat frasa (2008: 251). Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa urutan kata merupakan ciri khas dari suatu bahasa. Jadi, jika seseorang mempelajari suatu bahasa maka pasti akan mempelajari urutan kata bahasa tersebut. Kridalaksana menambahkan bahwa terdapat dua jenis urutan kata yang dibagi menurut sifatnya, yaitu urutan kata bebas dan urutan kata tetap. Urutan kata bebas berarti urutan kata yang tidak dipakai untuk menandai hubungan gramatikal dan yang dapat diubah tanpa mengubah atau merusak makna kalimat, terutama terdapat dalam bahasa inflektif yang strukturnya ditandai oleh morfem terikat. Contohnya Petrus salutat Paulum ‘Petrus menyalami Paulus’ yang dapat diubah menjadi Paulum salutat Petrus tanpa mengubah maknanya. Sedangkan urutan kata tetap berarti urutan kata yang dipakai untuk menyatakan hubungan gramatikal dan yang tidak dapat diubah tanpa mengubah atau merusak makna kalimat. Contohnya pada struktur SVO bahasa Indonesia dalam kalimat Amin memukul Aman yang bertentangan dengan Aman memukul Amin (2008: 251). Penulis mencoba menggambarkan fenomena ini dengan bantuan media cetak koran sebagai korpus data. Koran yang akan digunakan adalah koran Al-Ahram, Mesir. Koran AlAhram digunakan karena dianggap mampu memberikan sampel-sampel penggunaan bahasa Arab modern yang produktif. Al-Ahram adalah koran tertua yang ada di Timur Tengah dengan memulai publikasinya sejak tahun 1875 (Ahram: 2012). Koran Al-Ahram sendiri merupakan koran yang cukup terdepan karena tidak hanya didistribusikan di Mesir, tetapi juga di negara-negara Arab lain serta dunia internasional (Encyclopedia: 2012). Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk memaparkan urutan kata bahasa Arab sebagai bagian dari kajian sintaksis. Penulis juga ingin menunjukkan bentuk-bentuk urutan kata yang produktif dalam bahasa Arab dengan menggunakan korpus data sebagai sampel penelitian sekaligus menjadi bukti kebenaran metode yang digunakan. Sesuai dengan latar belakang di atas, penulis akan merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa saja bentuk urutan kata bahasa Arab yang muncul dalam korpus? 2. Bagaimana produktivitas penggunaan urutan kata bahasa Arab dalam korpus? Penelitian tentang urutan kata bahasa Arab sangatlah luas sehingga harus dibatasi agar fokus pada tujuan dapat tercapai. Pertama, bahasa Arab yang dimaksud dalam penelitian ini Universitas Indonesia
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
3
adalah Bahasa Arab modern baku. Dalam penelitian ini, penulis hanya akan meneliti kalimatkalimat tunggal atau klausa-klausa tunggal yang muncul dalam korpus data. Penulis tidak meneliti bentuk kalimat majemuk maupun bertingkat kecuali untuk analisis jumla ?ismiyya dengan ḵabar berupa kalimat. Penulis juga hanya meneliti isi artikel tidak termasuk judul karena dianggap perlu dilakukan penelitian lain untuk membahas struktur judul. Penelitian ini hanya akan meneliti penggunaan bahasa Arab tertulis. Oleh karena itu, korpus data yang akan digunakan merupakan media cetak. Korpus data yang digunakan untuk penelitian ini adalah 100 kalimat dan klausa yang berasal dari artikel berita di koran AlAhram, Mesir, versi cetak dan online, tanggal 1-7 November 2012. Dalam satu hari, dipilih tujuh artikel berita secara acak untuk merepresentasikan penggunaan pola urutan kata bahasa Arab yang produktif. 2.
Tinjauan Pustaka Kajian urutan kata telah banyak dilakukan oleh para peneliti bahasa di seluruh dunia.
Sebagai bagian dari kajian sintaksis tentunya kajian ini akan meneliti studi gramatikal struktur antarkata dalam kalimat seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Kajian ini melahirkan banyak penelitian terhadap berbagai bahasa yang tersebar di seluruh dunia. Penelitian yang dilakukan cukup beragam, tidak hanya digunakan dalam kajian linguistik non terapan tetapi juga digunakan untuk kajian bidang terapan. Aoun, Benmamoun, dan Sportiche pernah melakukan penelitian tentang urutan kata. Mereka meneliti bentuk kesesuaian antara verba dan subjek, urutan kata, dan konjungsi dalam beberapa ragam bahasa Arab, yaitu bahasa Arab Libanon, bahasa Arab Maroko, dan bahasa Arab baku. Dalam penelitian ini mereka menjelaskan kaitan urutan kata dengan kesesuaian antara verba dan subjek yang terjadi dalam kalimat. Penelitian ini menghasilkan analisis tiga sistem kesesuaian dari ketiga bahasa tersebut (Aoun 1994: 196). Secara lebih detail, penelitian ini akan dibahas pada landasan teori. Penelitian lain tentang urutan kata dilakukan oleh Ma’ruf dalam disertasinya untuk meraih gelar doktor di Universitas Gadjah Mada. Penelitian ini merupakan studi kontrastif antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Ia memaparkan beberapa perbandingan tentang perbedaan dan pengaruh urutan kata dari kedua bahasa tersebut (Ma’ruf 2004). Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa bahasa Arab memiliki urutan kata yang lebih bebas daripada bahasa Indonesia (Ma’ruf 2004: 570). Ia juga menyimpulkan bahwa bahasa Arab dan bahasa Indonesia memiliki frasa dengan ketegaran yang sama. Artinya apabila urutannya diubah akan Universitas Indonesia
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
4
mengakibatkan ketidakgramatikalan atau perubahan fungsi yang berakibat pada perubahan makna (Ma’ruf 2004: 578). Dryer menjelaskan terdapat enam kemungkinan urutan yang logis dari tiga elemen dalam kalimat (subjek, verba, dan objek). Ia memberikan contoh dengan bentuk urutan kata yang dominan dari suatu bahasa. Contohnya yaitu bahasa Jepang berpola SOV, bahasa Mandarin berpola SVO, bahasa Gaelig berpola VSO, bahasa Nias berpola VOS, bahasa Hixkaryana berpola OVS, dan bahasa Nadëb berpola OSV (Dryer 2005: 330). Seluruh bentuk urutan ini telah terbukti kebenarannya, tetapi dua bentuk yang terakhir, OVS dan OSV, adalah bentuk yang langka. Dalam bidang penerjemahan, Al-Jarf meneliti kesalahan terjemahan urutan kata Inggris-Arab. Ia melakukan penelitian terhadap 46 mahasiswi jurusan penerjemahan di College of Languages and Translation (COLT), Universitas King Saud, Riyadh, Arab Saudi. Kemudian, ia memberikan sebuah tes penerjemahan lalu menganalisa kesalahan yang terjadi. Penelitian ini menunjukkan ketidakmampuan para mahasiswi untuk mengenali perbedaan urutan kata antara bahasa Inggris dan bahasa Arab baik dalam konteks sintaktis, pragmatik, dan semantik (Al-Jarf 2007: 307). Al-Khresheh melakukan penelitian tentang urutan kata untuk menemukan kesalahan penggunaan urutan kata bahasa Inggris oleh pelajar Yordania. Perlu diketahui, bahwa bahasa Inggris di Yordania diajarkan sebagai bahasa asing di tingkat sekolah sampai perguruan tinggi. Ia menjelaskan bahwa sering kali terjadi kesalahan penggunaan urutan kata terkait dengan perbedaan dominasi penggunaan urutan kata antara bahasa Arab dengan bahasa Inggris. Ia melakukan penelitian pada kesalahan-kesalahan ini untuk menemukan masalah pada proses pembelajaran dan mencari strategi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Penelitian ini telah memberikan penjelasan yang logis dalam terjadinya kesalahan penggunaan urutan kata yang merupakan salah satu kategori sintaksis paling penting dalam proses akuisisi bahasa kedua. Penelitian ini juga memberikan informasi baru mengenai pentingnya perbedaan yang sering menimbulkan kebingungan bagi para pembelajar (AlKhresheh 2010: 108). Kajian-kajian terdahulu tentang urutan kata yang penulis sebutkan merupakan bahan tinjauan yang membantu penulis dalam merumuskan masalah penelitian ini. Penelitian yang telah disampaikan memiliki banyak ragam dan berbeda baik itu analisis, metode, teori, atau korpus data yang digunakan. Dari penelitian terdahulu penulis mendapatkan wawasan yang lebih luas mengenai urutan kata. Penelitian-penelitian tersebut membantu penulis dalam Universitas Indonesia
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
5
menyusun kerangka penelitian lalu menyerap teknis penulisan maupun kerangka pemikiran sehingga penulisan karya ilmiah ini tidak melebar dan terstruktur. 3.
Landasan Teori Sebelum membahas definisi kalimat, penulis merasa perlu untuk mengetahui definisi
dua unsur penting dalam kalimat, yaitu subjek dan predikat. Menurut Kridalaksana, subjek adalah bagian klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara. Dalam klausa /jalan licin berbahaya/ pembicara membicarakan /jalan licin/. Bagian inilah yang disebut subjek (Kridalaksana 2008: 229). Kridalaksana juga menjelaskan bahwa predikat adalah bagian klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara tentang subjek. Dengan contoh yang sama, klausa /jalan licin berbahaya/, pembicara membicarakan /jalan licin/ yang disebut subjek; tentang /jalan licin/ ia mengatakan /berbahaya/. Bagian inilah yang disebut predikat. Dalam beberapa bahasa, antara lain dalam bahasa Indo-Eropa, predikat harus mengandung unsur verbal (Kridalaksana 2008: 198). Dari definisi ini kita dapat menentukan posisi sebuah kata dalam kalimat. Kridalaksana memberikan tiga definisi kalimat. Yang pertama, kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa. Kedua, kalimat adalah klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan atau satuan proposisi yang merupakan satu klausa atau merupakan gabungan klausa, yang membentuk satuan yang bebas seperti jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya. Ketiga, yaitu konstruksi gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai satu satuan (Kridalaksana 2008: 103). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa kalimat merupakan sebuah satuan makna yang telah lengkap dan terdiri dari satuan-satuan kecil dari bahasa tersebut. Oleh karena itu, Alduais menyebutkan bahwa kalimat merupakan satuan terbesar dari suatu bahasa (Alduais 2012: 507). 3.1
Definisi Kalimat Bahasa Arab menurut Shinny, dkk. (1982) Menurut Shinny, kalimat bahasa Arab atau dikenal juga dengan istilah al-jumla al-
mufi:da (kalimat sempurna) merupakan kalimat yang bermakna dan bermaksud. Definisi ini menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat sempurna dibutuhkan keterkaitan antarkata yang saling melengkapi sehingga memunculkan sebuah pesan dari kalimat tersebut. Kemudian, ia Universitas Indonesia
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
6
mengklasifikasikannya menjadi dua, yaitu jumla ?ismiyya dan jumla fi’liyya (Shinny 1982: 2). Penulis memilih untuk menggunakan istilah dengan bahasa Arab daripada menggunakan istilah kalimat nomina atau kalimat verba. Hal ini dikarenakan perbedaan pendapat tentang definisi dari istilah tersebut. Jumla ?ismiyya merupakan kalimat sempurna yang diawali oleh nomina (Shinny 1982: 60). Istilah jumla ?ismiyya ini penulis pertahankan dan tidak menggunakan istilah kalimat nominal untuk menghindari kesalahan tafsir. Jumla ?ismiyya memiliki ciri khas yaitu mubtada` dan ḵabar. Mubtada` adalah nomina takrif yang terletak di awal kalimat. Ḵabar adalah nomina taktakrif yang muncul setelah mubtada` dan berfungsi untuk menyempurnakan maksudnya (Shinny 1982: 60). Untuk lebih memahami mubtada’ tentu harus dipahami definisi nomina takrif dalam bahasa Arab. Menurut Shinny, nomina takrif adalah nomina-nomina yang menunjuk pada sesuatu yang tertentu dan diketahui. Suatu nomina disebut nomina takrif apabila mengandung salah satu dari enam unsur ketakrifan. Unsur-unsur tersebut adalah nomina mengandung artikel takrif, frasa iḍafa, ?ism ‘alam, pronomina persona, pronomina demonstrativa, dan pronomina relatif (Shinny 1982: 76). Mubtada’ dan ḵabar, keduanya selalu mengandung penanda kasus nominatif. Ḵabar juga akan menyesuaikan mubtada’ dalam jenis dan jumlah jika mubtada’ adalah nomina berakal. Apabila mubtada’ merupakan nomina jamak tidak berakal maka ḵabarnya berbentuk feminin tunggal. Ḵabar sendiri dijelaskan oleh Shinny, memiliki beberapa bentuk. Terdapat tiga macam bentuk ḵabar, yaitu nomina, klausa, dan šibh jumla (Shinny 1982: 76). Dalam kasus-kasus tertentu, ḵabar dapat menempati posisi di depan mubtada’. Untuk menjadi seperti itu terdapat beberapa syarat yaitu (Shinny 1982: 89): (1) Ḵabar berupa salah satu bentuk frasa šibh jumla dan mubtada’ taktakrif. (2) Ḵabar berupa kata tanya. (3) Ḵabar dapat juga terletak di depan apabila dalam mubtada’ terdapat kata ganti yang merujuk ke ḵabar. Jumla fi’liyya adalah kalimat yang diawali oleh verba. Pada kategori jumla fi’liyya terdapat unsur yang selalu muncul yaitu fi’l (verba) dan fa:’il (subjek) (Shinny 1982: 82). Verba yang dimaksud adalah verba yang mewakili tindakan yang dilakukan dalam kalimat tersebut. Sedangkan subjeknya merupakan nomina yang menjadi pelaku dari tindakan dalam kalimat tersebut. Universitas Indonesia
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
7
Satu unsur lagi yang juga menjadi komponen dalam jumla fi’liyya jika verbanya transitif (membutuhkan objek) yaitu maf’ul bih (objek). Maf’ul bih adalah nomina yang dikenai tindakan oleh pelaku dalam suatu kalimat dan memiliki penanda kasus akusatif (Shinny 1982: 92). 3.2.
Definisi Kalimat Bahasa Arab menurut Holes (1995) Holes adalah salah satu peneliti bahasa yang membahas urutan kata dalam bahasa
Arab. Menurut Holes, bahasa Arab memiliki empat bentuk urutan kata yang memungkinkan terjadi dalam sebuah kalimat. Empat urutan tersebut adalah VSKOMP, SVKOMP, VKOMPS, dan KOMPVS (Holes 1995: 205). Bentuk VSKOMP (Verba-Subjek-Komplemen) juga banyak dikenal oleh pembelajar bahasa Arab dengan istilah jumla fi’liya. Istilah ini muncul disebabkan posisi verba yang berada di awal kalimat. VSKOMP memiliki kecenderungan mengandung maksud yang berorientasi pada kejadian (Holes 1995: 205). Fokusnya adalah pada ‘apa yang terjadi’ dan ‘bagaimana itu terjadi’. Posisi V dapat diisi dengan verba perfektif dan verba imperfektif. Secara semantis, penggunaan verba statif maupun dinamis bebas digunakan. Yang kedua adalah bentuk SVKOMP (Subjek-Verba-Komplemen). Sering disebut juga dengan istilah jumla ismiya karena letak nomina di awal kalimat. Sebagai alternatif urutan selain VSKOMP, bentuk ini sering muncul dalam kalimat yang menjelaskan agen dan pasien dalam suatu karangan (Holes 1995: 205). Entitas yang secara tekstual baru tidak dapat muncul sebagai S dalam bentuk SVKOMP. Biasanya entitas baru ini secara gramatikal ditandai dengan bentuk taktakrif. Fungsi tekstual dari urutan ini adalah untuk membawa informasi baru dalam predikat tentang entitas yang telah diketahui tersebut. Holes juga menambahkan bahwa karangan eksposisi yang sering menyertakan istilah-istilah pokok atau menjelaskan struktur dari entitas tersebut dengan komponen-komponennya banyak menggunakan kalimat dengan bentuk SVKOMP (Holes 1995: 205). Perlu diketahui, meskipun bentuk VSKOMP cenderung mengandung maksud sebagai kalimat yang berorientasi pada kejadian, pemilihan urutan ini kembali pada kecenderungan pribadi penulis. Beberapa jurnalis seringkali menggunakan bentuk SVKOMP untuk menjelaskan sebuah peristiwa. Hal ini menurut Holes, bisa terjadi karena pengaruh dialek perkotaan seperti dialek Kairo dan Damaskus yang menggunakan bentuk SVKOMP untuk seluruh tipe maksud dalam kalimat (Holes 1995: 205). Kemungkinan lain adalah pengaruh bahasa-bahasa Eropa terutama Inggris yang cenderung menggunakan bentuk SVKOMP dalam Universitas Indonesia
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
8
kalimat (Holes 1995: 205). Pengaruh ini dapat terjadi karena banyak pertukaran berita dan budaya serta teknologi antara Eropa dan Arab. Bentuk selanjutnya adalah VKOMPS. Bentuk ini tidak terlalu sering muncul, tetapi menarik untuk dipelajari. Pola ini sejalan dengan pendapat Holes yang menyatakan bahwa entitas yang taktakrif tidak bisa menjadi subjek di awal kalimat. Holes menjelaskan bahwa sebuah subjek taktakrif yang membawa elemen ‘baru’ dalam narasi digeser ke sebelah kanan komplemen. Sehingga elemen tersebut secara tekstual menempati posisi sebagai elemen ‘yang diketahui’ (Holes 1995: 206). Elemen ini kemudian dapat menjadi fokus atau tema, dan akan banyak menempati posisi subjek yang normal dalam pengembangan naskah. Pergeseran subjek taktakrif dari tempat asalnya ini memberikan efek yang lebih tegas untuk elemen tersebut. Kemungkinan urutan selanjutnya adalah KOMPVS. Urutan ini terbentuk dari bentuk VSKOMP dengan KOMP dimajukan ke posisi sebelum verba. Jika dalam kalimat nominal urutan yang normal adalah SKOMP maka dapat juga dibalik dan mirip dengan bentuk KOMPVS (Holes 1995: 207). 3.3
Sifat Urutan Kata Bahasa Arab Seperti yang dijelaskan oleh Kridalaksana dalam bab pendahuluan tentang jenis-jenis
urutan kata bahwa terdapat dua jenis urutan kata yang dibedakan menurut sifatnya, yaitu urutan kata bebas dan urutan kata tetap. Urutan kata bebas berarti urutan kata yang tidak dipakai untuk menandai hubungan gramatikal dan yang dapat diubah tanpa mengubah atau merusak makna kalimat, terutama terdapat dalam bahasa inflektif yang strukturnya ditandai oleh morfem terikat. Alduais mengatakan bahwa urutan kata dalam struktur kalimat tunggal bahasa Arab bersifat bebas (Alduais 2012: 509). Ia menyatakan bahwa bahasa Arab menerima struktur baik S+V+(Komp) atau V+S+(Komp). Akan tetapi, ia menambahkan bahwa perubahan urutan kata tersebut harus mematuhi kaidah kesesuaian subjek-predikat dalam bahasa Arab (Alduais 2012: 511). Oleh karena itu, setelah ini akan dibahas kesesuaian subjekpredikat dalam urutan kata bahasa Arab. 3.4
Kesesuaian Subjek-Predikat dalam Urutan Kata Bahasa Arab Dalam bahasa Arab modern baku, terdapat ciri khas yaitu kesesuaian yang berkaitan
dengan urutan kata. Kesesuaian jumlah akan bergantung pada posisi S yang berdiri sendiri dan V dalam satu kalimat. Jika V mendahului S, maka V akan menyesuaikan jenis S tapi tidak Universitas Indonesia
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
9
menyesuaikan jumlahnya. Jadi, jika V muncul sebelum S, maka V akan berbentuk tunggal apa pun jumlah S. Akan tetapi, jika S muncul di awal maka V akan menyesuaikan baik jumlah maupun jenisnya (Aoun 1994: 197). 4.
Analisis Struktur Urutan Kata Analisis urutan kata bahasa Arab berikut ini merupakan hasil analisis dari 100 korpus
yang berupa kalimat atau klausa tunggal. Analisis ini akan diklasifikasikan menjadi beberapa bagian sesuai dengan landasan teori yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini digunakan untuk memberikan analisis yang mendalam pada setiap klasifikasi dan memudahkan proses pembacaan analisis ini. 4.1
Analisis Struktur Urutan Kata Jumla ?ismiyya Seperti yang telah dijelaskan pada bab landasan teori, jumla ?ismiyya merupakan
kalimat yang diawali dengan nomina (Shinny 1982: 60). Oleh karena itu, rumus pola urutan kata dalam kalimat ini adalah: Subjek (Nomina) – Predikat Subjek, yang menjadi kata awal pada jumla ?ismiyya, harus diisi oleh nomina sedangkan predikat tidak harus berupa nomina. Mengacu pada pendapat Shinny, maka subjek pada jumla ?ismiyya disebut sebagai mubtada’ dan predikat disebut sebagai ḵabar. Nomina yang berada di awal kalimat dan mengandung artikel takrif merupakan salah satu jenis mubtada’. Berikut adalah contoh kalimat yang ditemukan pada korpus:
ﺍاﻟﺤﻜﻮﻣﺔ ﻗﺎﻣﺖ ﺑﺘﻄﺒﻴﯿﻖ ﺑﻌﺾ ﺍاﻟﺘﺠﺎﺭرﺏب ﺍاﻟﺮﺍاﺋﺪﺓة
(1)
S:nomina+artikel takrif (Mubtada’)
P:Ḵabar
al-ḥuku:ma
qa:ma-t
bi
taṭbi:q
pemerintah
melakukan konj. pelaksanaan ba’ḍa
al-taja:rib
al-ra:?ida
sebagian
percobaan
permulaan
‘Pemerintah melaksanakan sebagian percobaan permulaan.’
Kata /al-ḥuku:ma/ adalah nomina yang mengandung artikel takrif /al-/ dengan bentuk dasarnya yaitu /ḥuku:ma/. Nomina ini menjadi mubtada’ pada kalimat (1). Nomina ini juga memenuhi unsur sebagai mubtada’ yaitu harus berupa nomina takrif. Sedangkan klausa /qa:mat bi taṭbi:q ba’ḍa al-taja:rib al-ra:?ida/ adalah ḵabar yang berupa jumla fi’liyya. Universitas Indonesia
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
10
Pada jumla ?ismiyya, ḵabar merupakan unsur yang selalu melengkapi mubtada’. Ḵabar dalam jumla ?ismiyya dapat berupa nomina, kalimat, atau šibhu jumla. Salah satu bentuk ḵabar adalah berupa nomina. Berikut adalah kalimat dalam korpus yang mengandung ḵabar berupa nomina:
ﺍاﻟﻨﺘﻴﯿﺠﺔ ﺇإﻳﯾﺠﺎﺑﻴﯿﺔ ﻟﻠﺘﺮﺟﻰ ﺍاﻟﺘﻮﻧﺴﻲ
(2) S:N
P:Ḵabar berupa nomina
(Komp)
al-nati:ja
?i:ja:biyya
li
al-taraji:
hasil-itu
positif
untuk
Esperance
al-tu:nusiy Tunisia
‘Hasil itu positif untuk Esperance Tunisia.’
Kalimat (2) menunjukkan kata /?i:ja:biyya/ yang berupa nomina taktakrif dan terletak setelah kata /al-nati:ja/. Kata /?i:ja:biyya/ menjadi predikat dalam kalimat ini. Frasa /li altaraji: al-tu:nusiy/ adalah komplemen. Sesuai dengan teori Shinny, ḵabar yang berupa nomina harus bersifat taktakrif. Ḵabar berupa jumla ?ismiyya adalah ḵabar yang mengandung mubtada’ dan ḵabar di dalamnya. Berikut adalah contoh kalimat yang ditemukan dalam korpus:
ﻛﻞ ﻣﺎ ﻳﯾﻨﺸﺮ ﺑﺎﻟﺼﺤﻒ ﻋﻦ ﻫﮬﮪھﺬﺍا ﺍاﻟﻤﻮﺿﻮﻉع ﻫﮬﮪھﻮ ﻛﺬﺏب
(3)
S kullu
ma:
ya-nšuru
P: Ḵabar J. ?ismiyya
bi al-ṣuhuf-i ‘an
Setiap sesuatu terbit-3mtg di koran
haḏa
tentang ini
al-mawḍu:’ masalah
huwa
kaḍb
dia-3mtg kebohongan
‘Segala sesuatu yang terbit di koran tentang masalah ini adalah kebohongan.’
Dalam kalimat tersebut terdapat ḵabar berupa klausa /huwa kaḍb/. Secara terpisah klausa ini dapat diterjemahkan menjadi ‘ini/itu adalah sebuah kebohongan’. Dari klausa tersebut dapat ditemukan bahwa kata huwa adalah mubtada’ dan /kaḍb/ adalah ḵabar. Apabila dirinci lagi, kata /huwa/ adalah pronomina orang ketiga tunggal (pronomina pasti takrif) dan kaḍb adalah nomina taktakrif. Ḵabar berupa jumla ?ismiyya tersebut melengkapi mubtada’ yang berupa frasa /kullu ma: ya-nšuru bi al-ṣuhufi ‘an haḏa al-mawḍu:’/. 4.2 Analisis Urutan Kata Jumla Fi’liyya Sesuai dengan teori Shinny, Jumla Fi’liyya adalah kalimat yang diawali oleh verba (Shinny 1982: 82). Dari teori tersebut maka jumla fi’liyya dapat dirumuskan sebagai berikut: Predikat (Verba) – Subjek (Nomina) Dalam struktur jumla fi’liyya, terdapat kalimat yang mengandung objek dan tidak. Shinny menyebut objek dalam jumla fi’liyya dengan istilah maf’ul bih (Shinny 1982: 92). Universitas Indonesia
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
11
Sehingga dalam analisis ini, penulis akan membedakan jumla fi’liyya tanpa objek dan jumla fi’liyya yang memiliki objek. Karena pada korpus ditemukan kalimat dengan pola yang serupa dengan tipe VKOMPS milik Holes maka kalimat tersebut akan dibahas juga dalam klasifikasi yang berbeda. Berikut adalah hasil analisis jumla fi’liyya dalam korpus. Berikut adalah jumla fi’liyya intransitif:
ﺗﻌﺎﺩدﻝل ﻓﺮﻳﯾﻘﺎ ﺍاﻷﻫﮬﮪھﻠﻲ ﻭو ﺍاﻟﺘﺮﺟﻰ ﺍاﻟﺘﻮﻧﺴﻲ
(4) V:VP
S:N
ta-’a:dal-a
fari:qa:
al-ahliy wa
al-turja:
al-tu:nusiy
imbang
klub-dual
Al-Ahli dan
Esperance Tunisia
‘Klub Al-Ahli dan Esperance, Tunisia, saling imbang.’
Kalimat di atas, diawali oleh verba /ta’a:dala/ dan diikuti oleh subjek berupa frasa /fari:qa: al-ahliy wa al-turja: al-tu:nusiy/. Verba tersebut menjelaskan pekerjaan yang dilakukan oleh subjek pada kalimat di atas. Kalimat ini dapat dinyatakan sebagai jumla fi’liyya karena diawali oleh verba. Jumla Fi’liyya memiliki ciri khas lain yaitu keberadaan objek untuk verba transitif. Objek atau yang disebut juga dengan maf’ul bih adalah nomina yang dikenai tindakan oleh pelaku dalam suatu kalimat dan memiliki penanda kasus akusatif (Shinny 1982: 82). Berikut adalah kalimat yang memiliki objek:
ﻳﯾﺮﻓﺾ ﺍاﻟﻤﺘﻈﺎﻫﮬﮪھﺮﻭوﻥن ﺍاﻟﻤﺎﺩدﺓة ﺍاﻟﺜﺎﻧﻴﯿﺔ
(5) V:VI
S:N
O:N
ya-rfuḍ-u
al-mutaẓa:hir-u:na
al-ma:da-ta
al-ṯa:niya-ta
menolak-3mtg
demonstran—itu-jamak
pasal-itu-aku. kedua-itu-aku.
‘Para demonstran menolak pasal kedua itu.’
Pada kalimat (5), terdapat verba /yarfuḍu/ yang menerangkan pekerjaan dari subjek /al-mutaẓa:hiru:na/. Kemudian, frasa /al-ma:da-ta al-ṯaniya-ta/ adalah objek dalam kalimat tersebut. Frasa ini memiliki penanda kasus akusatif sehingga menjelaskan posisinya sebagai objek dalam kalimat. Sesuai dengan analisis yang telah dipaparkan, teori Shinny tentang jumla fi’liyya dapat dinyatakan sebagai kalimat dengan urutan kata VSO. Hal ini terlihat dari letak verba pada jumla fi’liyya yang selalu berada di awal kalimat. Hanya terdapat satu kalimat dalam korpus yang diawali oleh verba kemudian diikuti oleh komplemen yang berupa objek. Berikut adalah kalimat tersebut: Universitas Indonesia
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
12
ﺃأﺩدﺍاﺭر ﺍاﻟﻠﻘﺎء ﺍاﻟﺤﻜﻢ ﺍاﻟﺠﺰﺍاﺋﺮﻱي ﺟﻤﺎﻝل ﺣﻴﯿﻤﻮﺩدﻱي
(6) V:VP
O:N
S:frasa
ada:ra
al-liqa:?
al-hakam
al-jaza:?iriy
jama:l hi:mu:di:
memimpin-3mtg
pertemuan-itu
wasit
Aljazair
Jamal
Hemoudi
‘Wasit Aljazair, Jamal Hemoudi, memimpin pertemuan itu.’
Pada kalimat (6) terdapat verba /ada:ra/ yang menjadi pekerjaan kemudian diikuti nomina /al-liqa:?/ yang berfungsi sebagai objek. Setelah itu, terdapat frasa /al-hakam aljaza:?iriy jama:l hi:mu:di:/ yang menjadi subjek. Berbeda dengan contoh-contoh jumla fi’liyya yang telah dibahas sebelumnya, kalimat ini justru meletakkan objek setelah verba. Karena teori Shinny hanya menekankan definisi jumla fi’liyya dengan acuan verba terletak di awal kalimat, maka penulis mengklasifikasikan kalimat ini sesuai dengan teori Holes yaitu kalimat VKOMPS. 4.3
Analisis Sifat Urutan Kata Bahasa Arab Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebelumnya pada jumla ?ismiyya dan jumla
fi’liyya dinyatakan bahwa bahasa Arab memiliki dua pola urutan kata yang produktif, yaitu VSO dan SVO. Berikut contoh kalimat bertipe VSO atau jumla fi’liyya:
ﺗﺰﺍاﻳﯾﺪﺕت ﺍاﻋﺪﺍاﺩد ﺍاﻟﻤﺘﻈﺎﻫﮬﮪھﺮﻳﯾﻦ
(7) V:VP
S:N
taza:yada-t
a’da:d al-mutaẓa:hir-i:na
bertambah-3ftg
jumlah demonstran—itu-jamak
‘Jumlah demonstran itu bertambah.’
Pada kalimat (7) terbukti bahwa bahasa Arab menerima struktur verba-subjek-(komplemen). Kemudian, berikut adalah contoh jumla ?ismiyya:
ﺍاﻷﻫﮬﮪھﻠﻲ ﺃأﻫﮬﮪھﺪﺭر ﻓﺮﺻﺎ ﻋﺪﻳﯾﺪﺓة ﻟﻠﺘﺴﺠﻴﯿﻞ
(8) S
V
(Komp)
al-?ahliy
?ahdara
furaṣ-an
‘adi:da li
Al-Ahli
membuang-3mtg
kesempatan-jam. banyak
al-tasji:l
untuk mencetak gol
‘Al-Ahli membuang banyak kesempatan untuk mencetak gol.’
Pada kalimat (8) terlihat strukturnya adalah subjek-verba-(komplemen). Jadi, dari kalimat (7) dan (8) dapat disimpulkan bahwa bahasa Arab menerima struktur V+S+(KOMP) dan S+V+(KOMP). Keduanya dapat memiliki atau tidak memiliki komplemen. Akan tetapi, harus diingat bahwa perubahan urutan kata pada subjek-predikat Universitas Indonesia
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
13
harus mengikuti kaidah kesesuian. Oleh karena itu, setelah ini akan diberikan analisis mengenai kesesuaian subjek-predikat. 4.4 Analisis Kesesuaian Subjek-Predikat pada Jumla ?ismiyya dan Jumla Fi’liyya Kesesuaian subjek-predikat dalam urutan kata merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan. Hal ini terjadi karena kesesuaian subjek-predikat bahasa Arab memiliki aturan yang berbeda pada setiap urutan kata. Berikut adalah analisis terkait dengan kesesuaian subjek-predikat dengan menggunakan kalimat bersubjek nomina dengan jumlah jamak dan jenis maskulin.
ﻳﯾﺮﻓﺾ ﺍاﻟﻤﺘﻈﺎﻫﮬﮪھﺮﻭوﻥن
(9) V
S
ya-rfuḍ-u
al-mutaẓa:hir-u:na
menolak-3mtg
demonstran—itu-jamak
‘Para demonstran menolak.’
ﺍاﻟﻤﺘﻈﺎﻫﮬﮪھﺮﻭوﻥن ﻳﯾﺮﻓﻀﻮﻥن
(10) S
V
al-mutaẓa:hir-u:na
ya-rfuḍ-u:na
demonstran—itu-jamak
menolak-3mj
‘Para demonstran menolak.’
ﻳﯾﺮﻓﻀﻮﻥن ﺍاﻟﻤﺘﻈﺎﻫﮬﮪھﺮﻭوﻥن
(11) V
S
*ya-rfuḍ-u:na
al-mutaẓa:hir-u:na
menolak-3mtg
demonstran—itu-jamak
ﺍاﻟﻤﺘﻈﺎﻫﮬﮪھﺮﻭوﻥن ﻳﯾﺮﻓﺾ
(12) S
V
*al-mutaẓa:hir-u:na
ya-rfuḍ-u
demonstran—itu-jamak
menolak-3mtg
Kalimat (9) menunjukkan kesesuaian subjek-predikat dalam kalimat berpola V-S. Kalimat ini mengikuti aturan kesesuaian pada kalimat V-S. Hal ini dibuktikan oleh verba dalam kalimat tersebut yang mengikuti jenis subjeknya. Kemudian pada kalimat (10) terdapat kalimat berpola S-V. Verba dalam kalimat ini menyesuaikan jumlah dan jenis subjeknya. Hal ini sesuai dengan teori Aoun. Universitas Indonesia
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
14
Kalimat (11) dan kalimat (12) dianggap tidak gramatikal karena tidak mematuhi aturan kesesuaian subjek-predikat sesuai dengan pernyataan Aoun. Oleh karena itu kalimat ini ditandai dengan tanda bintang. 4.5 Produktivitas Urutan Kata pada Korpus Data Sebelum dilakukan analisis pada urutan kata, penulis akan memaparkan hasil analisis produktivitas urutan kata pada korpus. Analisis ini dilakukan dengan menghitung jumlah kalimat yang muncul dengan klasifikasi sesuai dengan teori. Berikut ini adalah grafik yang menjelaskan produktivitas urutan kata pada korpus:
Gambar 1
Pada gambar 1 terlihat produktivitas pola urutan kata yang muncul dalam korpus. Dari 100 kalimat dan klausa, terdapat 80 kalimat dan klausa yang merupakan jumla fi’liyya dan 20 kalimat dan klausa yang merupakan jumla ?ismiyya. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas jumla fi’liyya pada korpus lebih tinggi dari jumla ?ismiyya. Secara lebih rinci, berikut ini adalah produktivitas jumla fi’liyya dibagi sesuai dengan klasifikasi pada teori.
Gambar 2
Gambar 2 menjelaskan produktivitas jumla fi’liyya. Dari 80 kalimat dapat diklasifikasikan, yaitu 43 kalimat merupakan jumla fi’liyya dengan objek, 36 kalimat merupakan jumla fi’liyya tanpa objek, dan satu kalimat yang oleh Holes disebut kalimat berpola VKOMPS. Universitas Indonesia
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
15
Berdasarkan gambar 1 jumla ?ismiyya muncul sebanyak 20 kalimat pada korpus. Berikut adalah produktivitas pada jumla ?ismiyya yang diklasifikasikan sesuai dengan teori.
Gambar 3
Gambar 3 menjelaskan bahwa dari 20 jumla ismiyya terdapat lima klasifikasi berdasarkan jenis mubtada’. Jenis mubtada’ yang paling banyak muncul pada korpus adalah mubtada’ berupa nomina dengan artikel takrif dengan sembilan kalimat. Mubtada’ berupa pronomina demonstrativa dengan enam kalimat. Kemudian, mubtada’ berupa frasa iḍafa dengan tiga kalimat. Paling sedikit adalah mubtada’ berupa pronomina persona dan ism ‘alam dengan masing-masing satu kalimat.
Gambar 4
Pada gambar 4 dijelaskan produktivitas untuk kategori jumla ?ismiyya. Dari 20 kalimat, tujuh kalimat merupakan kalimat dengan ḵabar berupa nomina, dua kalimat dengan ḵabar berupa jumla ?ismiyya, sembilan kalimat dengan ḵabar berupa jumla fi’liyya, dan dua kalimat dengan ḵabar berupa šibh jumla. 5.
Kesimpulan Analisis urutan kata bahasa Arab dengan korpus data berupa 100 kalimat atau klausa
ini memberikan beberapa kesimpulan. Kesimpulan-kesimpulan ini muncul dari analisis pada korpus yang berlandaskan pada teori-teori.
Universitas Indonesia
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
16
Kesimpulan pertama menyatakan bahwa jumla ?ismiyya versi Shinny serupa dengan SVKomp versi Holes. Jumla ?ismiyya juga merupakan bentuk kalimat dengan urutan kata SVO atau Subjek – Predikat. Hasil ini didapat berdasarkan analisis pada bentuk-bentuk jumla ?ismiyya dan unsur-unsurnya. Kedua, jumla fi’liyya serupa dengan VSKomp versi Holes. Jumla fi’liyya kemudian dapat dinyatakan sebagai bentuk kalimat dengan urutan kata VSO atau Predikat – Subjek. Hasil ini didapat berdasarkan analisis pada bentuk-bentuk jumla fi’liyya dan unsur-unsurnya. Selain kesamaan teori, Shinny dan Holes memiliki beberapa perbedaan pendapat. Shinny mengklasifikasikan kalimat berdasarkan pada kata yang menjadi awal dari kalimat tersebut. Jadi, apabila kalimat tersebut diawali nomina maka termasuk dalam jumla ?ismiyya sedangkan jika diawali verba maka disebut dengan jumla fi’liyya. Shinny juga tidak menjelaskan perbedaan klasifikasi pada elemen pengisi objek. Hal ini berbeda dengan teori Holes yang mengklasifikasi kalimat sesuai dengan jabatan unsur tersebut. Selain itu, bahasa Arab termasuk dalam bahasa yang berurutan kata bebas. Kesimpulan ini berdasarkan analisis pertukaran posisi verba dan subjek dalam kalimat. Apabila dengan struktur yang sama, maka posisi subjek dan verba dapat saling bertukar. Akan tetapi, perlu diperhatikan sistem kesesuaian yang berpengaruh pada posisi subjek-predikat dalam kalimat. Terakhir, kesesuaian subjek-predikat bahasa Arab ternyata berkaitan erat dengan urutan kata. Terbukti dengan hasil analisis ditemukan bahwa terdapat beberapa aturan kesesuaian yang harus dipatuhi pada setiap pola urutan kata. Kesimpulan tersebut ditemukan berdasarkan analisis pada korpus data. Teori KompVS belum bisa dibuktikan dalam analisis karena tidak ditemukan dalam korpus. Penelitian ini hanya bagian kecil dari kajian urutan kata khususnya urutan kata bahasa Arab. Keterbatasan korpus data dan waktu membuat penelitian ini sebatas pada tulisan yang telah disajikan. Penulis berharap dari penelitian ini dapat dilanjutkan dengan penelusuran lebih mendalam urutan kata bahasa Arab dengan menambah penelitian pada bentuk frasa atau penelitian mengenai konsep pragmatik ‘penekanan akhir’ milik Holes yang sempat disinggung pada teori.
Universitas Indonesia
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
17
DAFTAR PUSTAKA Ahram Online. http://english.ahram.org.eg/UI/Front/Aboutus.aspx diakses pada 04 Desember 2012. Al-Jarf, Reima Sado. 2007. SVO Word Order Errors in English-Arabic Translation. Meta: Translators Journal, 52:2, 299-308. Al-Khresheh, Mohammad Hamad. 2010. Interlingual Interference in The English Language Word Order Structure of Jordanian EFL Learners. European Journal of Social Sciences, 16:1, 105-116. Alduais, Ahmed Mohammed Saleh. 2012. Simple Sentence Structure of Standard Arabic Language and Standard English Language: A Contrastive Study. International Journal of Linguistics, 4:4, 500-524. Aoun, Joseph, Elabbas Benmamoun, dan Dominique Sportiche. 1994. Agreement, Word Order, and Conjunction in Some Varieties of Arabic. Linguistic Inquiry, 25:2, 195220. Baalbaki, Rohi. 2004. Al-Mawrid: A Modern Arabic-English Dictionary. Beirut: Dar el-Ilm Lilmalayin. Dryer, Matthew S. 2005. Order of Subject, Object, and Verb. The World Atlas of Language Structure, 330-331. Echols, John M. dan Hasan Syadily. 2000. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Encyclopedia
Britannica.
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/10277/Al-Ahram
diakses pada 04 Desember 2012. Holes, Clive. 1995. Modern Arabic. London: Longman. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Ma’ruf, Amir. 2004. Pola Urutan Kata Bahasa Arab: Studi Gramatika Kontrastif dengan Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Shinny, Mahmud Ismail (ed). 1982. Al-Qawa’id al-Arabiyah al-Muyassarah: Al-Kitab alAwwal. Riyadh: Imadah Syuun al-Maktabat Jam’iyah al-Mulk Su’ud. _____________. 1982. Al-Qawa’id al-Arabiyah al-Muyassarah: Al-Kitab al-Tani. Riyadh: Imadah Syuun al-Maktabat Jam’iyah al-Mulk Su’ud.
Universitas Indonesia
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
18
Wastono, Afdol Tharik. “Kongruensi dan Reksi dalam Bahasa Arab: sebuah Kajian Sintaktis” (Tesis Magister, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, Depok, 1997). Wehr, Hans. 2000. A Dictionary of Modern Written Arabic. Edisi Keempat. Beirut: Librairie du Liban.
Universitas Indonesia
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013