STRUKTUR SOSIAL Oleh : Dedi Sambas A. Pengertian Struktur Sosial Budaya 1. Peter M Blau struktur sosial adalah penyebaran secara kuantatif warga komunitas di dalam berbagai posisi sosial yang berbeda yang mempengaruhi hubungan diantara mereka. Karakteristik dari struktur sosial adalah adanya ketidak kesamaan atau keragaman antar bagian atau konsulidasi yang timbul dalam kehidupan bersama sehingga mempengaruhi derajad hubungan antar bagian tersebut yang berupa dominasi, ekslpoitasi,konflik,persaingan dan kerjasama. Basis parameter struktur sosial ada dua yaitu : a. Nominal dimana pembagian komunitas dalam sub-sub bagian yang cukup jelas seperti agama, ras, jenis kelamin, marga,
tempat
tinggal, afiliasi politik, bahasa, nasionalitas dan sebagainya. Kalau dicermati pembagian ini bersifat horisontal dalam berbagai golongan. b. Gradual , parameter ini mempunyai kecenderungan membagi komunitas atas dasar peringkat status yang menciptakan perbedaan kelas seperti pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kekayaan, prestise, kekuasaan, intelegensia, kewibawaan dan sebagainya. Sehingga pembagianya secara vertikal, yang akan melahirkan
berbagai lapisan.
Interaksi antar bagian dalam
kehidupan bersama dapat erjadi antar kelompok , baik atas dasar parameter nominal maupun gradual, bahkan tidak hanya internal tetapi eksternal . 2. Bronislow Malinowski menerapkan teori fungsional yang salah satu hasilnya adalah manusia pada hakekatnya untuk memenuhi kebutuhan itu secara individual, tetapi melalui kehidupan bersam (sosial) yang terorganisir atau tertata dalam hukum-hukum atau nilai-nilai tertentu.sehingga tujuan akhir dari kehidupan bersama adalah kesepakatan . Kesepakatan bersama tercapai atas dasar 1
nilai-nilai umum yang berlaku yang disebut charter yang diartikan sebagai suatu sistem yang terorganisir tentang aktivitas sosial yang penuh tujuan.(didasarkan nilai umum dan tujuan bersama). Sistem nilai dan tujuan bersama ini dapat diartikulasikan sebagai norma Prinsip-prinsip integrasi akan tercermin dalam institusi bersama dan inilah basic needs
manusia. Prinsip-prinsip integrasi
merupakan bagian dari basic needs itu sendiri. Sementara itu responnya adalah kebudayaan yang diwujudkan dalam institusi sosial. Kebudayaan sebagai respon dari basic needs dapat diindikasikan sebagai instrumen untuk mencapai tujuan, sehingga memuaskan basic needs tersebut. 3. Radcliffe Brown dengan pendekatan komparasi untuk memperoleh pemahaman
tentang
keseluruhan
komunitas.Dan
yang
dikompromikan adalah struktur keseluruhan komunitas dan bukan bagian-bagian.Brown mengadopsi apa yang telah dikerjakan Emil Durkheim
sebelum berubah ke pendekatan analisis struktural
Fungsionalisme bagi Brown untuk membentuk suatu struktur sosial dalam konteks masa kini (tanpa menggunakan fakta historis karena dianggap tidak terlalu berguna). Hal yang ditekankan adalah proses adaptasi yang terjadi dalam masyarakat yang diteliti itu sendiri.Hal ini berarti berbeda dengan Malinowski. 4. Menurut Sofa, Struktur sosial budaya dalam ruang lingkup sebagai berikut : a.
Struktur sosial: pola perilaku dari setiap individu masyarakat
yang tersusun sebagai suatu sistem b. Masyarakat merupakan suatu sistem sosial budaya terdiri dari sejumlah orang yang berhubungan secara timbal balik melalui budaya tertentu. c.Setiap
individu
mempunyai
ciri
dan
kemampuan
sendiri,
perbedaan ini yang menyebabkan timbulnya perbedaan sosial.
2
d. Perbedaan sosial bersifat universal, ini berarti perbedaan sosial dimiliki setiap masyarakat dimanapun. e. Perbedaan dalam masyarakat seringkali menunjukkan lapisanlapisan yang bertingkat. f. Lapisan yang bertingkat dalam masyarakat disebut Stratifikasi sosial g. Ukuran yang digunakan untuk menggolongkan penduduk dalam lapisan-lapisan tertentu yaitu: 1) Ukuran kekayaan (kaya miskin, tuan tanah penyewa, ) 2) Ukuran kekuasaan (penguasa/ dikuasai) penguasa punya wewenang lebih tinggi 3) Ukuran kehormatan (berpengarug / terpengaruh) ukuran ini ada di masyarakat tradisional(pemimpin informal) 4). Prinsip-prinsip integrasi ukuran ilmu pengetahuan (golongan cendekiawan/ rakyat awam). (Google , file:///e:/perub%20sos%20struktur%20sos%20pranata%20down% 20load%2008/skruktur%20sosial%20down%20load%2020-1008.htm down load tggl 29-10-08) 5.
Anthony Gidden dalam Bagong Suyanto membahas strukturasi adalah proses dialektika dimana apa yang dilakukan individu adalah juga yang mereka bangun . Sehingga struktur adalah sumber daya yang bisa memberdayakan sekaligus membatasi masyarakat.
C. Perubahan Sosial Mengawali pembahasan perubahan sosial, maka perlu diawali dengan makna proses sosial sebagai berikut : Menurut J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (2004): proses sosial adalah sikap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu jangka waktu , sedemikian rupa, sehingga menunjukkan pola-pola pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan. Dengan perkataan lain proses sosial
3
diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Bertolak dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa proses sosial dalam masyarakat selalu terjadi proses saling mempengaruhi(interaksi sosial), dan dalam interaksi tersebut terjadi proses saling menyesuaikan (adaptasi). Proses sosial terjadi apabila interaksi sosial berlangsung sedemikian rupa, secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama sehingga telah mempola dalam bentu perilaku tertentu, tindakan yang dilakukan terstruktur dan berpola. Dalam setiap proses sosial akan selalu mengakibatkan terjadinya dua bentuk interaksi sosial yaitu dapat berbentuk kerjasama (asosiatif) atau persaingan dan bahkan konflik (dissosiatif). Akibat dari proses sosial yang dinamis, maka terjadi perubahan sosial. Perubahan sosial budaya menurut Wikipedia adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan. Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor antara lain : 1. komunikasi; 2. cara dan pola pikir masyarakat; 3. faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, 4. penemuan baru 5. terjadinya konflik atau revolusi; 6. faktor eksternal seperti bencana alam 7. perubahan iklim, 8. peperangan, 9. pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Terjadi juga beberapa kasus faktor penyebab perubahan sosial terjadi oleh beberapa unsur di atas seperti karena perbahan iklim terjadi hujan yang terus
4
menerus, kondisi tanggil sungai yang tidak mampu menahan air , terjadilah bencana alam berupa banjir, yang mengakibatkan berbagai perubahan sosial pula seperti alat transportasi yang biasanya jalan darat. Harus ditempuh memakai perahu karet (seperti yang marak terjadi di berbagai daerah saat ini). Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misal : kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; 1. Perkembangan IPTEK yang lambat 2. Sifat masyarakat yang sangat tradisional 3. ada
kepentingan-kepentingan
yang
tertanam
dengan
kuat
dalam
masyarakat; 4. prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru; 5. rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan; 6. hambatan ideologis; 7. pengaruh adat atau kebiasaan. Perubahan sosial di era masyarakat informasi Ledakan informasi dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang terjadi membawa perubahan dalam masyarakat saat ini. Perubahan itu meliputi perubahan te perubahan sikap masyarakat dalam interaksi sosial sehari-hari atau perubahan yang terjadi pada pranata sosial yang ada dimasyarakat saat ini. Perubahan sosial yang terjadi dalam konteks sikap masyarakat dapat dilihat dari pola interaksi masyarakat dan bagaimana masyarakat bersikap dengan informasi yang ada. Saat ini masyarakat semakin kritis, cerdas dan berani. Kritis yang dimaksudkan disini adalah sikap kritis untuk mengkritisi berbagai persoalan yang ada disekitarnya mulai itu dalam bidang pendidikan bahkan sampai politik. Masyarakat mulai berani menggungkapkan pendapat apabila sesuatu persoalan tidak sepaham dengan pendapat yang dimilikinya. Kondisi ini terjadi karena informasi saat ini dapat diperoleh dengan mudah dan saat ini kita berada dalam era keterbukaan. Semua dapat berkomentar di era semacam ini tentunya dengan etika argumentasi tersebut harus didasari oleh teori atau informasi yang
5
dapat dipertanggung jawabkan. Ini tentu tidak mungkin dilakukan jika berada pada masa berberapa tahun lalu terutama sebelum era reformasi. Dinamika informasi yang terjadi memotivasi masyarakat dan mencerdaskan masyarakat. Saat ini setiap orang dapat memanfaatkan informasi dengan tujuan menambah wawasan, belajar atau hanya sekedar untuk hiburan, mereka dapat mengakses informasi tanpa membedakan status sosial yang disandang seiring dengan demokratisasi informasi. Fenomena ini tentu sangat menggembirakan bangsa ini karena dapat berperan dalam mencerdaskan bangsa Indonesia. Untuk perubahan yang terjadi dalam konteks pranata sosial dapat dilihat dengan berubahnya format pranata sosial serta munculnya lembaga-lembaga baru dibidang pengelolaan informasi. Sekarang lembaga-lembaga pelayanan publik atau banyak lembaga sosial lainnya mulai berubah dengan menerapkan egovernment dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang informative dan akuntable. Lembaga-lembaga tersebut mulai menerapakan automasi dalam layanannya. Hal ini dilakukan sejalan dengan tuntutan masyarakat akan pemerintahan yang cepat, informative dan transparan. Selain itu melihat urgensi dari informasi bagi masyarakat pemerintah juga membentuk Departemen baru dengan nama Departemen Komunikasi dan Informasi yang bertanggung jawab terhadap manajemen komunikasi dan informasi di Tanah Air. Lembaga ini merupakan salah satu pranata sosial yang ada dimasyarakat kita. Sedangkan perubahan pranata sosial dibidang pengelolaan informasi adalah dengan semakin meningkatnya kualitas layanan lembaga-lembaga pengelola informasi. Lembaga-lembaga tersebut antar lain perpustakaan, kantor arsip atau lembaga pengelola informasi-informasi baru. Perpustakaan dan kantor arsip mulai berbenah dengan mengaplikasikan teknologi informasi dalam layanannya. Saat ini kualitas layanan perpustakaan semakit cepat dan depat. Dalam dunia perpustakaan muncul istilah digital library, koleksi digital atau dalam bidang arsip muncul istilah arsip digital. Selain itu perpustakaan atau kantor arsip yang dulunya merupakan lembaga non profit mulai bergeser kearah lembaga semi profit ini tentu merupakan bagian dari perubahan sosial.Muncul lembaga-
6
lembaga informasi baru yang memfokuskan layanannya dalam bidang tertentu. Misalnya munculnya pusat informasi pariwisata, pusat informasi bisnis atau pusat informasi rumah kontrakan. Lembaga-lembaga tersebut merupakan pranata sosial yang muncul karena informasi sangat dibutuhkan oleh masyarakat bahkan dapat menjadi komoditi bisnis.Informasi memang membawa perubahan dalam masyarakat mulai dari gaya hidup sampai pola berpikir. Perubahan ini akan terus terjadi sejalan dengan dinamika informasi dan teknologi yang terjadi. D. Stratifikasi Sosial Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas menjelaskan bahwa pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau
pengelompokan
para
anggota
masyarakat
secara
vertikal
(bertingkat).Definisi sistematik antara lain dikemukakan oleh Pitirim A. Sorokin bahwa pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisanlapisan di bawahnya. Setiap lapisan tersebut disebut strata sosial. P.J. Bouman menggunakan istilah tingkatan atau dalam bahasa belanda disebut stand, yaitu golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu dan menurut gengsi kemasyarakatan. Istilah stand juga dipakai oleh Max Weber. Pengertian Stratifikasi Sosial menurut Sofa adalah sebagai berikut :Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat bagaimana anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya. Status yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat ada yang didapat dengan suatu usaha (achievement status) dan ada yang didapat tanpa suatu usaha (ascribed status). Stratifikasi berasal dari kata stratum yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak.Stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari proses pertumbuhan masyarakat, juga dapat dibentuk untuk tercapainya tujuan bersama. Faktor yang menyebabkan stratifikasi sosial dapat
7
tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian, usia, sistem kekerabatan, dan harta dalam batas-batas tertentu. Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial adalah sebagai berikut: 1. Ukuran kekuasaan dan wewenang Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain
yang tidak
kaya,
atau
sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan. 2. Ukuran kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, barang siapa tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja. 3. kehormatan Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya.Ukuran
kehormatan
ini
sangat
terasa
pada
masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur. 4. Ukuran ilmu pengetahuan.Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh
anggota-anggota
masyarakat
yang
menghargai
ilmu
8
pengetahuan.
Seseorang
yang
paling
menguasai
ilmu
pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi,
menyuap,
ijazah
palsu
seterusnya.(http://id.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial2
dan Maret
2009) Berkaitan dengan stratifikasi sosial adalah adanya mobilitas sosial merupakan perubahan status individu atau kelompok dalam stratifikasi sosial. Mobilitas dapat terbagi atas mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal. Mobilitas vertikal juga dapat terbagi dua, mobilitas vertikal intragenerasi, dan mobilitas antargenerasi.Berkaitan dengan mobilitas ini maka stratifikasi sosial memiliki dua sifat, yaitu stratifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup. Pada stratifikasi terbuka kemungkinan terjadinya mobilitas sosial cukup besar, sedangkan pada stratifikasi tertutup kemungkinan terjadinya mobilitas sosial sangat kecil. Dimensi Stratifikasi Sosial Untuk menjelaskan stratifikasi sosial ada tiga dimensi yang dapat dipergunakan yaitu : privilege, prestise, dan power. Ketiga dimensi ini dapat dipergunakan sendiri-sendiri, namun juga dapat didigunakan secara bersama.Karl Marx menggunakan satu dimensi, yaitu privilege atau ekonomi untuk membagi masyarakat industri menjadi dua kelas, yaitu kelas Borjuis dan Proletar. Sedangkan Max Weber, Peter Berger, Jeffries dan Ransford mempergunakan
9
ketiga dimensi tersebut. Dari penggunaan ketiga dimensi tersebut Max Weber memperkenalkan konsep : kelas, kelompok status, dan partai.Menurut Horton and Hunt keberadaan kelas sosial dalam masyarakat berpengaruh terhadap beberapa hal, diantaranya adalah identifikasi diri dan kesadaran kelas sosial, pola-pola keluarga, dan munculnya simbol status dalam masyarakat. Bentuk stratifikasi dapat dibedakan menjadi bentuk lapisan bersusun yang diantaranya dapat berbentuk piramida, piramida terbalik, dan intan. Selain lapisan bersusun bentuk stratifikasi dapat juga diperlihatkan dalam bentuk melingkar. Bentuk stratifikasi melingkar ini terutama berkaitan dengan dimensi kekuasaan.Ada tiga cara yang dapat kita lakukan untuk bisa mengetahui bentuk dari stratifikasi sosial. Ketiga cara tersebut adalah dengan pendekatan objektif, pendekatan subyektif, dan pendekatan reputasional. http://massofa.wordpress.com/2008/01/25/sosialisasi-dan-stratifikasi-sosial/ Jenis-Jenis/Macam-Macam Status Sosial & Stratifikasi Sosial Dalam Masyarakat 1. Ascribed Status Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya. 2. Achieved Status Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll. 3. Assigned Status Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.
10
Macam-Macam / Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial 1. Stratifikasi Sosial Tertutup Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah. Contoh stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India dan Bali serta di Jawa ada golongan darah biru dan golongan rakyat biasa. Tidak mungkin anak keturunan orang biasa seperti petani miskin bisa menjadi keturunan ningrat / bangsawan darah biru. 2. Stratifikasi Sosial Terbuka Stratifikasi sosial terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata / tingkatan yang satu ke tingkatan yang lain. Misalnya seperti tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan, kekuasaan dan sebagainya. Seseorang yang tadinya miskin dan bodoh bisa merubah penampilan serta strata sosialnya menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat tenaga untuk mengubah diri menjadi lebih baik dengan sekolah, kuliah,
kursus
dan
menguasai
banyak
keterampilan
sehingga
dia
mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi dengan bayaran / penghasilan yang tinggi.(http://organisasi.org/jenis-jenis-macam-macam-status-sosialstratifikasi-sosial-dalam-masyarakat-sosiologi) E. Diferensiasi Sosial 1. Pengertian Diferensiasi Sosial : adalah pengkelasan / penggolongan / pembagian masyarakat secara horisontal atau sejajar. Contohnya seperti pembedaan agama di mana orang yang beragama islam tingkatannya sama
11
dengan pemeluk agama lain seperti agama konghucu, budha, hindu, katolik dan kristen protestan. (http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-status-sosial-kelas-sosial-stratifikasidiferensiasi-dalam-masyarakat) Diferensiasi sosial merupakan perbedaan seseorang dilihat dari suku bangsa, ras, agama, klan, dsb.Pada intinya hal-hal yang terdapat dalam diferensiasi itu tidak terdapat tingkatan-tingkatan, namun yang membedakan satu individu dengan individu yang lainnya adalah sesuatu yang biasanya telah ia bawa sejak lahir. contohnya saja, suku sunda dan suku batak memiliki kelebihan masingmasing. jadi seseorang tidak bisa menganggap suku bangsanya lebih baik, karena itu akan menimbulkan etnosentrisme dalam masyarakat. diferensiasi merupakan perbedaan yang dapat kita lihat dan kita rasakan dalam masyarakat, bukan untuk menjadikan kita berbeda tingkat sosialnya seperti yang terjadi di Afrika Selatan. http://id.wikipedia.org/wiki/Diferensiasi_Sosial 2.Bentuk-Bentuk Diferensiasi Sosial Adzanwahiddien menjelaskan pengelompokan masyarakat membentuk delapan criteria diferensiasi sosial, antara lain: 1.
Diferensiasi Ras
Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki cirri-ciri fisik bawaan yang sama. Diperensiasi ras adalah pengelompokan masyarakat berdasarkan ciri-ciri fisiknya. Secara garis besar manusia terbagi kedalam ras-ras sebagai berikut: a.
Menurut A..L. Krober
1)
Austroloid, mencakup penduduk asli Australia (Aborigin).
2)
Mongoloid
-
Asiatik Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah dan Asia Timur).
-
Malayan Mongoloid (Asia Tenggara dan Penduduk Asli Taiwan).
12
3)
American Mongoloid (Penduduk asli Amerika). Kaukasoid
-
Nordic (Erofa Utara, sekitar Laut Baltik).
-
Alpine (Erofa Tengah dan Erofa Timur).
-
Mediterania (sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, Iran).
-
Indic (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Langka).
4)
Negroid
-
African Negroid (Benua Afrika).
-
Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang dikenal dengan
nama orang Semang, Filipina). 5)
b.
Malanesian (Irian, Melanesia). Ras-ras Khusus (tidak dapat diklasifikasikan kedalam empat ras pokok)
-
Bushman (gurun Kalahari, Afrika Selatan).
-
Veddoid (pedalaman Sri Langka, Sulawesi Selatan).
-
Polynesian (kepulauan Micronesia, dan Polinesia).
-
Ainu ( di pulau Hokkaido dan Karafuto Jepang).
Menurut Ralph Linton 1)
Mongoloid
Ciri-ciri: -
kulit kuning sampai sawo mateng
-
rambut lurus
-
bulu badan sedikit
-
mata sipit (Asia Mongoloid)
·
Mongoloid Asia : Sub Ras Tionghoa (Jepang, Vietnam, Taiwan)
Sub Ras Melayu (Malaysia, Filipina, Indonesia) · 2)
Mongoloid Andian (orang Indian di Amerika) Kaukasoid
Ciri-ciri: -
hidung mancung
-
kulit putih
13
-
rambut pirang sampai coklat kepirang kehitaman
-
kelopak mata lurus
·
Ras Nordic
·
Alpin Mediteran
·
Armenoid
·
India
3)
Negroid
Ciri-ciri: -
rambut keriting
-
kulit hitam
-
bibir tebal
-
kelopak mata lurus
·
Sub Ras Negroid
·
Nilitz
·
Negro Rimba
·
Negro Oseanis
·
Hetentot Boysesman
Indonesia didiami oleh bermacam-macam Sub Ras, antara lain: ·
Negrito, suku Semang di Semenanjung Malaya dan sekitarnya.
·
Veddoid, suku Sakai di Riau, Kubu di Sumatra Selatan, Toala dan
Tomuna di Sulawesi.
2.
·
Neo Melanosoid, kepulauan Kei dan Aru.
·
Melayu:
-
Melayu Tua (Proto Melayu), orang Batak, Toraja dan Dayak.
-
Melayu Muda (Deutro Melayu), orang Aceh, Minang, Bugis/Makasar. Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis)
Menurut Hassan Shadily MA, suku bangsa atau etnis adalah segolongan rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis. Diferensiasi suku bangsa merupakan penggolongan manusia berdasarkan ciri-ciri biologis yang sama, seperti ras, namun suku bangsa memiliki
14
kesamaan budaya sebagai berikut: -
Ciri fisik
-
Bahasa daerah
-
Kesenian
-
Adat-istiadat
Suku bangsa yang ada di Indonesia yaitu sebagai berikut: ·
Pulau Sumatra : Aceh, Batak, Minangkabau, Bengkuku, Jambi,
Palembang, Melayu dan sebagainya. ·
Pulau Jawa : Sunda, Jawa, Tengger dan sebagainya.
·
Pulau Kalimantan : Dayak, Banjar dan sebagainya.
·
Pulau Sulawesi : Bugis, Toraja, Minahasa, Toil-Toli, Makassar, Bolaang-
mangondow, Gorontalo dan sebagainya. ·
Kepulauan Nusa Tenggara : Bali, Bima Lombok, Flores, Timoer, Rote.
·
Kepulauan Maluku dan Irian : Ternate, Tidore, Dani Asmat.
3.
Diferensiasi Klen (Clan) Klen / kerabat luas / keluarga besar. Klen merupakan kesatuan keturunan (genealogis), kesatuan kepercayaan (religiomagis) dan kesatuan adapt (tradisi). Klen adalah system social berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang sama umumnya terjadi di masyarakat unilateral baik melalui garis ayah (patrilineal) atau ibu (matrilineal). ·
Klen atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal) terdapat pada:
-
Masyarakat Batak (sebutan Marga)
-
Marga Batak Karo : Ginting, Sembiring, Singarimbun, Barus, Tambun,
Paranginangin. -
Marga Batak Toba : Nababan, Simatupang, Siregar.
-
Marga Batak Mandailing : Harahap, Rangkuti, Nasution, Batubara, Daulay.
-
Masyarakat Minahasa (klennya disebut Fam) antara lain : Mandagi, Lasut,
Tombokan, Pangkarego, Paat, Supit. -
Masyrakat Ambon (klennya disebut Fam) antara lain : Pattinasarani,
Latuconsina, Lotul, Manuhutu, Goeslaw.
15
-
Masyarakat Flores (klennya disebut Fam) antara lain : Fernandes,
Wangge, Da Costa, Leimena, Kleden, De-Rosari, Paeira. ·
Klen atas dasar garis keturunan ibu (matrilineal) antara lain terdapat pada
masyarakat : -
Minangkabau, klennya disebut suku yang merupakan gabungan dari
kampung-kampung, nama klennya antara lain : Koto, Piliang, Chaniago, Sikumbang, Melayu, Solo, Dalimo, Kampai dan sebagainya. -
Masyarakat Flores, yaitu suku Ngadu juga menggunakan system
matrilineal. 4.
Diferensiasi Agama Diferensiasi agama adalah pengelompokan masyarakat berdasarkan agama/kepercayaannya. a.
Komponen-komponen Agama
·
Emosi keagamaan
·
System keyakinan
·
Upacara keagamaan
·
Tempat ibadah
·
Umat
b.
Agama dan Masyarakat
Dalam perkembangan agama mempengaruhi masyarakat begitu juga masyarakat mempengaruhi agama. 5.
Diferensiasi Profesi (pekerjaan) Diferensiasi profesi adalah pengelompokan masyarakat atas dasar jenis pekerjaan atau profesinya. Profesi biasanya berkaitan dengan keterampilan khusus. Misal profesi guru memerlukan keterampilan khusus, seperti: pandai berbicara, bisa membimbing, sabar dan sebagainya. Berdasarkan perbedaan profesi orang dimasyarakat berprofesi: guru, dokter, pedagang, buruh, pegawai negri, tentara dan sebagainya.
16
6.
Diferensiasi Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan kategori dalam masyarakat yang didasarkan pada perbedaan seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis). Perbedaan biologis ini dapat kita lihat dari struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar itu maka ada kelompok laki-laki/pria dan kelompok wanita/perempuan.
7.
Diferensiasi Asal Daerah Diferensiasi ini merupakan pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah atau tempat tinggalnya, desa atau kota. Terbagi menjadi: -
masyarakat desa : kelompok orang yang tinggal di pedesaan atau berasal
dari desa. -
Masyarakat kota : kelompok orang yang tinggal di perkotaan atau berasal
dari kota. Perbedaan orang desa dengan orang kota dapat ditemukan dalam hal-hal berikut:
8.
-
perilaku
-
tutur kata
-
cara berpakaian
-
cara menghias rumah dan sebagainya. Diferensiasi Partai
Diferensiasi partai adalah perbedaan masyarakat dalam kegiatannya mengatur kekuasaan negara, yang berupa kesatuan-kesatuan social, seazas, seideologi dan sealiran. http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/29/bentuk-bentukdiferensiasi-sosial/ F. Aplikasi Analisis Struktur Sosial . Berikut ini akan disajikan beberapa pendapat yang menunjukan aplikasi struktur sosial menurut beberapa pengamat sosial sebagai berikut :
17
1. Dya dalam Kompas dalam Google yang menelaah fenomena kaum lakilaki sebagai superioritas. Dya
berpendapat
dalam
Akseptor
laki-laki,
Superioritas
Tetap
Mendominasi Struktur Sosial, dengan penjelasan sebagai berikut : Partisipasi laki-laki menjadi akseptor program keluarga berencana belum sepenuhnya mampu mengubah struktur sosial yang banyak merugikan perempuan. Dominasi laki-laki dalam rumah tangga masih menonjol meskipun mereka memberikan diri untuk menjalani vasektomi. Superioritas suami ini masih terlihat ketika motivasi mereka menjadi akseptor KB adalah rasa kasihan terhadap istri. Manajer Media, Research, and Training Center Rifka Annisa Women's Crisis Center Nur Hasyim menuturkan, nyaris semua laki-laki yang menjadi akseptor KB mengikuti program tersebut karena kasihan terhadap istri. "Motivasi ini masih menjadi manivestasi dalam konsep mainstream yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang tanggung jawab, pihak yang bisa mengasihani perempuan. Konsep mengasihani dan dikasihani ini menunjukkan bahwa laki-laki masih superior," kata Hasyim dalam Diskusi Film Priyo Utomo di Lembaga Penelitian dan Penerbitan Yogyakarta (LP3Y), Jumat (31/8) sore. Ia memaparkan, situasi masyarakat saat ini masih menempatkan persoalan di seputar pengaturan kelahiran anak, termasuk di dalamnya kapan mengandung, jarak kelahiran, dan berapa anak yang akan dimiliki, menjadi tanggung jawab perempuan atau istri. Laki-laki belum banyak terlibat untuk memikirkan bersama. "Hal ini bisa dilihat dari jauhnya perbedaan tingkat partisipasi KB nasional antara laki-laki dan perempuan. Sekitar 95 persen akseptor KB adalah perempuan, laki-laki hanya sekitar 4-5 persen saja," ujarnya. Kalaupun menjadi akseptor, sebagian besar mendasarkan pada rasa kasihan. Kontribusi Adanya akseptor KB laki-laki ini memang berkontribusi pada peningkatan keterlibatan laki-laki pada persoalan yang selama ini hanya dibebankan
18
pada perempuan. Meskipun demikian, hal ini tidak serta-merta dapat mengubah struktur sosial perempuan dalam rumah tangga. Idealnya, menurut Hasyim, partisipasi laki-laki mampu mengubah struktur. Hal yang berkaitan dengan pengaturan kelahiran pun seharusnya diputuskan bersama, suami dan istri. Untuk mencapainya, peningkatan partisipasi laki-laki ini perlu dibarengi dengan perluasan pengetahuan masyarakat tentang konsep maskulinitas. Hal ini bisa dikampanyekan bahwa laki-laki masa kini adalah mereka yang peduli terhadap persoalan yang dihadapi istri, egaliter, dan antikekerasan. (DYA) (Google dalam http://www2.kompas.com/kompascetak/0709/01/jogja/1041833.htm down load tanggal 29 - 10 -200 Menarik pernyataan Dya yang memandang laki-laki masih sebagai superioritas dalam keluarga, lepas dari semua pendapatnya, yang perlu digaris bawahi adalah anjuranya terhadap kaum laki-laki untuk lebih berpartisipasi dalam rumah tangga dan merubah struktur social yang ada yang masih didomunasi oleh kaum laki-laki. Harapan Dya agar kaum laki-laki lebih peduli terhadap persoalan kaum isteri, egaliter dan anti kekerasan memanglah menjadi prioritas . 2. Berikut ini tidak kalah menarik yang mengkaji oleh Rudi Hartono (dalam Google) tentang korupsi dengan ulasan sebagai berikut : Korupsi Produk Struktur Sosial Feodalisme Di Indonesia. praktek korupsi semakin marak dan vulgar di mata publik. Korupsi yang terjadi meluas dan menjangkiti hampir seluruh lembaga negara, sehingga sangat susah menemukan lembaga negara yang benar-benar bersih. Kasus suap yang menimpa jaksa Urip Trigunawan merupakan aib bagi lembaga penegakan hukum di Indonesia. belum lepas ingatan masyarakat pada kasus tersebut, anggota DPR, Amin Nasution, tertangkap tangan menerima suap dari sekda bintan, Azirwan, terkait kasus pengalihan hutan lindung menjadi pusat kota. Rentetan kejadian diatas sudah cukup untuk menjadi bukti untuk
19
membenarkan temuan lembaga Transfarancy International yang menyebutkan bahwa DPR merupakan lembaga terkorup di Indonesia. Karena kasus ini pula, seharusnya DPR harus membatalkan niatnya untuk menggugat grup band Slank, karena lirik lagu “gossip jalanan” yang dianggap melecehkan lembaga DPR. Apa yang selalu disangkal dan mau ditutup-tutupi oleh DPR lama kelamaan semakin terbongkar dihadapan publik. Kejadian ini berkecenderungan membawa reputasi DPR sebagai sebuah lembaga perwakilan rakyat semakin menurun dimata rakyat. Akar Politik Korupsi Korupsi dapat diartikan secara sederhana sebagai penyelewengan kekuasaan, untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Dari segi psikologis, korupsi terutama di motivasi oleh watak keserakahan dan niat untuk memperoleh atau memperkuat kekuasaan. Korupsi menurut Patrick Glynn, Stephen J. Korbin dan Moises Naim muncul akibat perubahan politik yang sistematik, sehingga memperlemah atau menghancurkan tidak saja lembaga sosial politik, tetapi juga sistem hukum. Pemikir Jack Bologne mengatakan, akar penyebab korupsi ada empat: Greed (keserakahan), Opportunity( celah dari sistem yang memberikan peluang korupsi), Need (kebutuhan hidup yang konsumeristis), dan Exposes( bentuk penghukuman yang tidak membuat ampun). Seorang pemikir ternama umat islam, Rahman Ibn Khaldun mengatakan bahwa akar penyebab korupsi adalah nafsu untuk hidup bermewah-mewah di kalangan kelompok yang berkuasa. Terlepas dari semua pemikiran tersebut, korupsi dalam struktur budaya Indonesia terlahir dari bentuk masyarakat feudal. Kelahirannya di bidani oleh sebuah struktur sosial hirarkhis, dimana kekuasaan yang berada diatas mengumpulkan kekayaan dengan menghisap struktur sosial dibawahnya. Dari sini muncul kebiasaan menyetorkan “upeti” kepada raja, biasanya sebagai symbol ketataatan/kesetiaan. Bagi raja, upeti bukan hanya bermakna nilai kekayaan yang terkumpul, akan tetapi, juga bermakna pengakuan mayoritas terhadap kekuasaannya. Ketika kolonialisme masuk ke Indonesia, tradisi ini
20
sepenuhnya tidak pernah diputus. Malahan administrator belanda memanfaatkan budaya ini untuk memperkuat dan memaksimalkan profit keuntungannya. Istilah “pangreh praja” merujuk kepada administrator hindia-belanda yang direkrut dari para bupati, patih, wedana dan lain-lain. Setelah Indonesia merdeka, bentuk budaya lama (korupsi) tidak terhapus oleh kelahiran budaya baru yang progressif. Penyebabnya adalah lapisan sosial yang banyak mengisi jabatan pemerintahan setelah Indonesia merdeka masih didominasi kaum priayi. Sebuah kelompok elit Jawa yang banyak menikmati status sosialnya dari kerja dan pengabdian masyarakat bawah. Menurut Pramoedya Ananta Toer, salah satu persoalan yang melatarbelakangi korupsi
adalah
lemahnya
produktifitas
dan
sebaliknya,
nafsu
untuk
mengkonsumsi sangat kuat. Sehingga korupsi bukan hanya melingkupi lembaga negara tetapi masuk kedalam hampir seluruh struktur sosial masyarakat Indonesia. Memberantas Korupsi Memberantas korupsi yang sudah berurat dan berakar dalam struktur sosial masyarakat Indonesia memang bukan pekerjaan yang mudah. Kerugian besar yang diderita negara belum cukup untuk mengundang protes luas dan massal dari rakyat. Persoalannya, kritisisme dari rakyat sangat susah muncul mengingat ada kecenderungan sikap “diam” atas permasalahan ini. Karakter masyarakat yang seperti ini, juga dimotivasi dan dilahirkan oleh struktur sosial masyarakat yang masih kuat dipengaruhi budaya feodalistik. Akan tetapi, yang terpenting untuk dilakukan dalam situasi sekarang adalah penyelamatan uang negara dari nafsu serakah koruptor. Ujung tombak dari gerakan ini terletak pada; pertama lembaga pemberantasan korupsi negara, yakni KPK, Kepolisian, Kejaksaan, BPK, dan institusi negara lainnya. Kedua gerakan protes yang terdiri dari gerakan mahasiswa, LSM, Serikat pekerja, organisasi tani, partai politik, pekerja seni dan lain-lain. Untuk memperkuat capaian KPK memburu koruptor, maka sudah seharusnya KPK dibentuk hingga kabupaten/kota diseluruh Indonesia. perluasan struktur
21
KPK ke kabupaten akan mempersempit ruang dan kesempatan apparatus birokrasi untuk melakukan tindakan korupsi. Kritisisme rakyat akan muncul oleh kenyataan-kenyataan berikut; besarnya kerugian negara dalam bentuk anggaran publik yang diselewengkan, semakin menipisnya anggaran yang jatuh untuk proyek pembangunan dan proyek sosial karena disunat oleh aparat birokrasi, dan kemiskinan yang semakin meluas berhadapan (kontras) dengan kekayaan segelintir elit yang memperoleh kekayaan dengan jalan korupsi. Perkembangan maju dari kritisme rakyat mulai memperlihatkan diri dari survey-survey yang dilakukan oleh beberapa lembaga independent. Tidak salah kalau tuntutan hukuman mati bagi koruptor menjadi pilihan banyak anggota masyarakat. Rudi Hartono memang patut membuat label apabila korupsi itu produr struktur sosial feodalisme memang kenyataan yang ditulisnya demikian adanya. Harapanya warisan tersebut dapat diputus mata rantainya sehingga generasi ke depan tidk mau melakukan korupsi. 3. Untuk Aplikasi selanjutnya mengenai analisis peran ganda wanita Indonesia dalam struktur sosial yang ada dengan ulasan sebagai berikut : Wanita dan Struktural ( Suatu Analisa Tentang Peran Ganda Wanita Indonesia) oleh Lina Sudarwati, yang menulis dengan tahapan pendahuluan, permasalahan, pembahasan dan penutup, sebagai berikut a. Pendahuluan Masyarakat dunia pada umumnya masih dibayangi oleh sistem Patriarkal, demikian juga di Indonesia. Struktur masyarakat umumnya masih bersifat patriarkal dan lembaga utama dari sistem ini adalah keluarga. sistem Patriarkal merupakan struktur yang mengabsahkan bentuk struktur kekuasaan dimana lelaki mendominasi wanita. Dominasi ini terjadi karena posisi ekonomis wanita lebih lemah dari lelaki (Arief Budiman: 1985,60) sehingga wanita dalam pemenuhan kebutuhan materialnya sangat tergantung pada lelaki. Kondisi ini merupakan implikasi dari sistem patriarkal yang memisahkan peran utama antara lelaki dan wanita dalam keluarga, lelaki berperan sebagai kepala
22
keluarga, terutama bertugas di sektor publik sebagai pencari nafkah, memberi peluang bagi lelaki untuk memperoleh uang dari pekerjaannya, sedang wanita sebagai "Ratu rumah tangga", terutama bertugas disektor domestik sebagai pendidik anak dan pengatur rumah tangga yang tidak memperoleh bayaran. Untuk pemenuhan kebutuhan materialnya wanita tergantung kepada lelaki sebagai pencari nafkah. Pembagian peran di sektor publik untuk lelaki dan di sektor domestik untuk wanita ini terutama terlihat jelas di lingkungan keluarga ekonomi menengah ke atas, sedangkan pada keluarga ekonomi rendah/bawah dikotomi pembagian peran kerja berdasarkan sistem patriarkal mengalami perubahan. Kesulitan ekonomi memaksa mereka kaum wanita dari kelas ekonomi rendah untuk ikut berperan dalam meningkatkan pendapatan keluarganya dengan bekerja di luar sektor domestik. Keterlibatan wanita sekaligus dalam sektor domestik (yang memang dianggap sebagai peran kodrati mereka) dan di sektor publik selanjutnya akan disebut peran ganda. b. Permasalahan Jika dominasi lelaki terhadap wanita karena ditentukan oleh kelemahan posisi ekonomis wanita daripada lelaki, apakah dengan turut sertanya wanita dari golongan ekonomi lemah ini bekerja untuk meningkatkan pendapatan keluarga akan berhasil melepaskannya dari dominasi lelaki, sehingga menempatkannya sejajar bagi lelaki atau sebaliknya peran ganda wanita justru menempatkannya pada posisi yang semakin tertekan/tereksploitasi, karena beban tugas yang ditanggungnya semakin berat, sementara lelaki masih tetap pada peran tunggalnya sebagai pencari nafkah, bukanlah hal ini lebih menguntungkan kaum lelaki. Akhirnya
berdasarkan
beberapa
studi
yang
telah
dilakukan
terlihat
kecenderungan bahwa dengan peran gandanya wanita dari golongan ekonomi lemah
ini
justru
semakin
tertekan/tereksploitasi.
Mengapa
demikian?
permasalahan inilah yang menarik untuk dikaji dalam tulisan ini. Berdasarkan beberapa faktor, maka dalam tulisan ini unit analisanya ialah
23
bentuk keluarga batih dari golongan ekonomi lemah sedang fokus analisanya ialah kondisi sosial ekonomi wanita bekerja dari golongan ini. Sesuai dengan fokus analisanya maka penulis mempergunakan perspektif Karl Marx untuk membantu menyoroti masalah ini.© 2003 Digitized by USU digital library 2
c. Pembahasan 1). Keberadaan Pekerja Wanita di Pasar Tenaga Kerja Keterlibatan wanita dalam pasar tenaga kerja ditinjau dari perspektif Karl Marx erat kaitannya dengan perkembangan sistem kapitalis. Pada dasarnya perkembangan kapitalis sangat tergantung pada akumulasi modal dengan demikian kedudukan buruh dalam sistem ini hanya merupakan komoditi yang dinilai dengan nilai tukar di pasar bebas. Untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dari proses produksinya maka sistem ini berupaya untuk menekan biaya proses produksi seminimal mungkin, sehingga pada prakteknya upah buruh dibayar murah, tapi buruh harus mencurahkan waktu yang panjang untuk bekerja bagi kepentingan kapitalis. Perspektif Marx menggambarkan dengan cara ini kapitalis memperoleh keuntungan yang besar sehingga bisa menjadi modal untuk mengembangkan usaha. Perkembangan usaha ini selanjutnya memerlukan penambahan jumlah tenaga kerja, karena tenaga kerja yang tersedia sudah tidak memadai lagi, maka kekurangan tenaga kerja diambil dari keluarga buruh, yakni dengan melibatkan anggota keluarga mereka. Marx dan Engels dalam hal ini mengemukakan keluarga kelas proletar. Khususnya ekonomi individu dalam kelas buruh sedemikian memprihatinkan sehingga istri dan anak-anak mereka terpaksa bekerja berjam-jam lamanya dalam pabrik untuk mencukupi pendapatan demi kelangsungan keluarga mereka (Doyle; 1986, 137). Memperhatikan faktor di atas terlihat bahwa keterlibatan wanita dalam pasar tenaga kerja merupakan pengaruh dari: a). Faktor ekstern yang merupakan faktor penarik untuk bekerja yakni adanya kesempatan kerja yang ditawarkan oleh kapitalis. b). Faktor intern, yang merupakan faktor pendorong untuk bekerja yakni
24
desakan/kesulitan ekonomi keluarga. Faktor kesempatan kerja dan faktor untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi inilah yang pada hakekatnya menghantarkan kaum wanita untuk bekerja di sektor publik. 2). Kedudukan Pekerja Wanita di Dalam Struktur Ketenagakerjaan Dalam persepsi Marx untuk melihat kedudukan pekerja wanita maka tidak terlepas dari fokus analisanya terhadap masyarakat kapitalis. Dalam struktur kapitalis kedudukan seseorang ditentukan oleh penguasaan alat produksi, dalam kasus pekerja kelas bawah ini maka kedudukan seseorang ditentukan oleh kemampuannya untuk menghasilkan produksi berdasarkan pekerjaannya. Dalam kapitalisme pembagian kerja dalam perusahaan ditentukan oleh dorongan efisiensi produksi dalam hubungannya untuk memaksimalkan keuntungan (Marx: Anthony Giddens: 1987: 122). Artinya bahwa penempatan posisi seseorang dalam struktur ketenagakerjaan ditentukan oleh tingkat produktifitasnya dan ketrampilannya, selanjutnya akan memperlihatkan variasi upah yang berbeda berdasarkan tingkat produktifitasnya. Akibatnya siapa yang mampu bekerja lebih keras dalam jangka waktu yang panjang akan menghasilkan produksi yang lebih banyak berarti akan memperoleh upah yang lebih besar. Pada gilirannya akan menempatkan posisinya pada kedudukan yang lebih baik dalam struktur ketenagakerjaannya. Konsekuensinya terhadap pekerja wanita kriteria ini jelas tidak menguntungkan. Wanita dari golongan ekonomi lemah yang secara umum identik dengan kemiskinan dan tingkat pendidikan maupun ketrampilan rendah, maka ketika wanita memutuskan untuk terlibat bekerja di sektor publik maka ia harus mau menerima jenis pekerjaan apa saja yang ditawarkan kapitalis, yang umumnya menempatkan mereka pada pekerjaan yang tidak memerlukan ketrampilan khusus dan umumnya berupah rendah. Sedang kesulitan ekonomi memaksa
mereka
untuk
tetap
melaksanakan
sendiri
tugas-tugas
kerumahtanggaannya, untuk menggaji orang lain merupakan hal yang tidak mungkin.
Keterikatannya
terhadap
pekerjaan
domestik/rumahtangga
menyebabkan waktu yang tercurah untuk bekerja di sektorpublik sangat terbatas. © 2003 Digitized by USU digital library 3
25
Kesempatan kerja bagi kaum wanita yang umumnya hanya terbatas pada pekerjaan berupah rendah serta keterbatasan waktu yang bias dicurahkan untuk bekerja diluar sektor domestik menempatkan mereka pada posisi yang rendah dalam struktur ketenagakerjaan. Sementara lelaki memperoleh posisi yang lebih baik, karena bisa mencurahkan waktunya secara penuh untuk bekerja di sektor publik, sebab mereka tidak terbebani oleh tugas-tugas di sektor domestik. Dengan demikian mereka dapat berproduksi dan memperoleh upah lebih besar dari wanita. Akhirnya baik di sektor domestik maupun di sektor publik wanita tetap
didominasi
oleh
kaum
lelaki,
karena
pada
kenyataan
struktur
ketenagakerjaan juga menempatkan lelaki pada posisi ekonomis yang lebih kuat dari kaum wanita, sehingga dalam pemenuhan kebutuhan materialnya wanita masih tergantung pada kaum lelaki. Marx mengemukakan bahwa situasi yang terjadi dalam hubungan ekonomi akan
merembet/mempengaruhi
bentuk
hubungan
pada
struktur
sosial
nonekonomis. Dengan kata lain sistem struktur hubungan kerja yang diciptakan oleh sistem kapitalis akan mempengaruhi terciptanya struktur masyarakat patriarkal. Kedua sistem ini, kapitalis dan patriarkal menempatkan wanita pada posisi yang terdominasi dan semakin tereksploitasi dalam sistem kapitalis. 3). Wanita Bekerja di Indonesia Fenomena wanita bekerja di Indonesia cenderung terlihat di kalangan ekonomi rendah terutama di pedesaan. Adapun yang mendorong mereka bekerja terutama disebabkan oleh kondisi ekonomi keluarga. Indonesia merupakan negara agraris, pada dekade 1960-an sektor pertanian pernah menempati posisi teratas dalam penyerapan tenaga kerja wanita, bahkan sebagian besar pekerjaan di sektor pertanian ini dikuasai oleh pekerja wanita. Pekerjaan lelaki di sektor ini umumnya terbatas pada masa pengolahan lahan, sedangkan pada tahap merawat sampai memetik basil pertanian sebagian besar dikerjakan kaum wanita. Pada era ini kedudukan wanita pekerja tidak terlalu di persoalkan, karena pekerjaan di sektor pertanian kurang menuntut pencurahan
26
waktu yang terus menerus serta dapat dilakukan dilingkungan domestik, sehingga tidak mengganggu tugas kerumahtanggaan, tidak menuntut adanya pendidikan dan ketrampilan khusus, berarti diferensiasi pekerjaan kurang mempengaruhi upah yang diterima. Pada dekade 1970-an, ketika mekanisasi melanda di sektor ini, banyak jenis pekerjaan yang semula merupakan lapangan pekerjaan bagi wanita beralih menjadi pekerjaan lelaki, karena pemakaian mekanisasi dan teknik modern di sektor pertanian memerlukan cara pengerjaan yang dianggap lebih pantas untuk dikerjakan oleh kaum lelaki. Sehingga terjadi penurunan drastis dalam penyerapan tenaga kerja wanita di sektor ini. Turunnya daya serap sektor pertanian terhadap tenaga kerja wanita mendorong wanita untuk terpaksa bekerja di sektor publik terutama di sektor industri. Hal ini dimungkinkan
karena
pengembangan
industrialisasi
di Indonesia
masih
diorientasi pada usaha padat karya, agar sektor indus tri dapat menyerap tenagakerja lebih banyak. Berbeda dengan sektor pertanian maka di sektor industri ada hirarki jenis pekerjaan dan upah berdasarkan skill. Pada struktur kerja primer, seseorang memperoleh ganjaran yang lebih baik, adanya promosi jabatan, hanya untuk dapat memasuki sektor primer ini seseorang harus memiliki pendidikan, skill/ketrampilan khusus serta terikat pada peraturan dan disiplin kerja yang ditetapkan, terutama masalah waktu bekerja. Sedang sektor sekunder, biasanya ditandai dengan pekerjaan yang tidak memerlukan ketrampilan khusus dan berupah rendah, kadang kala bersifat musiman. © 2003 Digitized by USU digital library 4
Pekerja wanita kelas rendah karena umumnya tidak memiliki pendidikan dan ketrampilan khusus mereka cenderung bekerja di sektor sekunder tersebut. Peran didalam keluarga juga masih membelenggu mereka sehingga waktu yang tercurah untuk bekerja di sektor publik ini tidak sepenuhnya. Akibatnya upah yang rendah akan semakin rendah karena produktifitasnya rendah. Biasanya pekerjaan di sektor ini diupah berdasarkan jam kerja atau jumlah produksi barang yang dihasilkan, sehingga ketika wanita harus cuti untuk tidak bekerja karena tugas kerumahtanggaan maka ia tidak memperoleh upah.
27
Sektor industrialisasi ini khususnya dalam sistem kapitalis sangat peka terhadap fluktuasi pasar, sehingga jenis, jumlah barang yang diproduksinya sangat tergantung kepada permintaan pasar, sebagai pekerja musiman dan disektor
sekunder
posisi
pekerja
wanita
sangat
tergantung
kepada
perkembangan dan fluktuasi pasar ini. Jika krisis/resesi ekonomi melanda dimana pabrik harus mengurangi barangnya serta mengurangi pekerjanya maka pertama kali yang menjadi korban adalah pekerja musiman dan pekerja di sektor sekunder yang sebagian besar terdiri dari kaum wanita. 4). Wanita dan Struktur Sosial di Indonesia Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, mengakui sepenuhnya kesamaan derajat manusia dan tidak mentolerir adanya eksploitasi/dominasi suatu golongan terhadap golongan manusia lainnya, memang dominasi suatu golongan terhadap golongan lainnya merupakan tindakan yang tidak manusiawi. Karena manusia pada dasarnya adalah sama, namun struktur sosiallah yang menyebabkan mereka ter-stratifikasi di dalam hubungan sosialnya. Marx mengemukakan bahwa struktur ekonomi yang menyebabkan munculnya kelas sosial. Namun dalam melihat kasus di Indonesia ini penulis cenderung menyimpulkan bahwa struktur sosial masyarakat yang bersifat patriarkal sebenarnya yang membentuk kelas sosial dan mewarnai pola hubungan sosial di dalam masyarakat terutama antara wanita dan leleki. Secara implisit di Indonesia posisi lelaki lebih menguntungkan dari wanita, wujud konkritnya terlihat pada pembagian peran/tugas antara lelaki dan wanita dalam keluarga. Peran lelaki sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah serta wanita sebagai ibu rumahtangga, ternyata menempatkan wanita pada posisi yang kurang menguntungkan, karena ketika orang tua akan memutuskan untuk membiayai pendidikan anaknya umumnya kaum lelaki yang mendapat prioritas utama untuk memperoleh pendidikan yang tinggi untuk bekal menjadi kepala keluarga dan pencari nafkah yang baik. Sedang wanita kurang perlu mendapat pendidikan tinggi karena nantinya juga harus bertugas di rumah, kembali ke rumah
28
mengurus keluarga, persepsi ini yang merugikan kaum wanita karena dianggap kurang penting memperoleh pendidikan yang tinggi. Posisi wanita akan kurang menguntungkan dan semakin tidak menguntungkan jika ia berperan ganda, dimana ia harus bersaing dengan kaum pria yang dari segi pendidikan dan pencurahan waktu ke sektor publik sudah unggul dari kaum wanita. Ketimpangan kelas berdasarkan jenis kelamin ini sepertinya kurang dipersoalkan di Indonesia karena sistem masyarakatnya yang bersifat patriarkal membenarkan hal ini berlangsung. Bahkan hal ini dianggap wajar karena pembagian peran kedua jenis kelamin ini memang dipersiapkan sesuai dengan nilai-nilai kodratnya masing-masing. Selama struktur masyarakat patriarkal ini masih bertahan, maka selama itu pula wanita akan tetap menjadi warga "kelas dua" di dalam kehidupan sosial ekonominya, lantas upaya apa yang harus dilakukan agar dapat mengangkat derajat wanita, untuk mampu menjadi mitra sejajar kaum lelaki ? © 2003 Digitized by USU digital library 5
Melihat persoalan ini ternyata bukan hanya sekedar persoalan sektoral dalam arti wanita di sektor domestik dan lelaki disektor publik. Tetapi ternyata lebih tertuju pada persoalan struktural, yakni persepsi struktur sosial yang bersifat patriarkal yang telah mengakar di dalam masyarakat Indonesia yang perlu diubah. d. Penutup Peran ganda wanita tidak akan menempatkan wanita pada posisi yang semakin terdominasi jika diimbangi oleh adanya peran ganda pria. Berarti harus ada perubahan struktural, dimana sistem patriarkal yang cenderung "menganak emaskan" lelaki harus ditinjau kembali. Peran wanita dan lelaki tidak lagi dipisahkan secara dikotomis, tetapi perlu adanya pembagian peran yang saling menguntungkan, karena pada hakekatnya terselenggaranya kehidupan keluarga dengan
segala
faktor
sosial
ekonomi
yang
mendukungnya
menjadi
tanggungjawab bersama. Akhirnya penulis berpendapat jika ada peran ganda
29
wanita maka ada juga peran ganda pria, sehingga wanita dan pria dapat saling mengembangkan diri dan potensi yang dimilikinya, tidak terikat oleh struktur sosial yang tidak menguntungkan, dengan demikian wanita dan pria akan menjadi
sumber
daya
manusia
yang
potensial
dan
bermanfaat
bagi
terselenggaranya keberlangsungan hidup keluarga, bangsa dan negara.
30
DAFTAR PUSTAKA Azawahidin dalam Google http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/29/bentuk-bentukdiferensiasi-sosial/ Budiman, Arief, Pembagian Kerja Secara Seksual, Gramedia, 1985, Jakarta. Dya dalam Kompas 1 September 2007, Akseptor Laki-laki Superioritas Tetap Mendominasi Struktur Sosial , dalam Google http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0709/01/jogja/1041833.htm
down
load tanggal 3 Nop 2008 Giddens, Anthony, Kelompok, Kekuasaan dan Konflik, Rajawali, 1987, Jakarta. Gornick, Vivian, Wanita Dalam Sains, Pustaka Sinar Harapan, 1988, Jakarta. Hartono Rudi,Posted in debat-debat, politik , Korupsi Produk Struktur Sosial Feodalisme , dalam Google http://arahkiri2009.blogspot.com/2008/04/korupsi-produk-struktursosial.html, down load 19-10-2008 http://www.heri abi.staf.ugm.ac.id//index.php?option=com_content&d google http://bonita 165.blog spot.com/2008/01/institusi-sosial-html http//www.e-dukasi.net/mol/mo full.php? moid =498 f name = sos 201_04htm http://id.wikipedia.org//wiki/sosiologi file:///e:/perub%20sos%20struktur%20sos%20pranata%20down%20load%2008/ skruktur%20sosial%20down%20load%2020-10-08.htm down load tggl 2910-08) http://id.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial2 Maret 2009 http://id.wikipedia.org/wiki/Diferensiasi_Sosial http://massofa.wordpress.com/2008/01/25/sosialisasi-dan-stratifikasi-sosial/ .(http://organisasi.org/jenis-jenis-macam-macam-status-sosial-stratifikasi-sosialdalam-masyarakat-sosiologi http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-status-sosial-kelas-sosial-stratifikasidiferensiasi-dalam-masyarakat Jhonson, Doyle Paul, Teori Sosioloai Klasik dan Modern, Jilid I, Gramedia, 1986,
31
Jakarta. Narwoko Dwi.I, Suryanto Bagong. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Prenada Media Pakde Sofa, 2007, Struktur Sosial Budaya Pranata Sosial Budaya dan Proses Sosial
Budaya
dalam
Google
file:///e:/perub%20sos%20struktur%20sos%20pranata%20down%20load%2 008/skruktur%20sosial%20down%20load%2020-10-08.htm down load tggl 29-10-08 Sajogyo, pudjiwati, Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat Desa, Rajawali, 1983, Jakarta. Suyanto
Bagong,
2008.
Struktur
Sosial.
Pusat
Pengembangan
dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan PKn dan IPS SOEKANTO, Soerjono. 1975. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta ; Yayasan Penerbitan Universitas Indonesia SUNARTO, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Jakarta; Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Wahyudi Kumorotomo dan Subandono Agus Margono. 1998. Sistem Informasi Manajemen
dalam
Organisasi
Publik.
Yogyakarta;
Gadjah
Mada
University Press Yusup, Pawit. M. 2001. Pengantar Aplikasi Teori Ilmu Sosial Komunikasi untuk Perpustakaan dan Informasi. Bandung; Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran
32