perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STRUKTUR PROVERBA BAHASA INGGRIS DAN MAKNA HUBUNGAN ANTARKONSTITUEN PEMBENTUKNYA
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Deskriptif
Oleh: Iqbal Nurul Azhar S110809008
MINAT UTAMA LINGUISTIK DESKRIPTIF PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STRUKTUR PROVERBA BAHASA INGGRIS DAN MAKNA HUBUNGAN ANTARKONSTITUEN PEMBENTUKNYA
Disusun oleh: Iqbal Nurul Azhar S110809008
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Tesis Pada tanggal : 12 Mei 2011
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Sri M. Samiati Tarjana NIP. 194402061965112001
Dr. Tri Wiratno, M.A. NIP.196109141987031001
Mengetahui Ketua Program Studi Linguistik
Prof. Dr. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. NIP. 196303281992011001
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STRUKTUR PROVERBA BAHASA INGGRIS DAN MAKNA HUBUNGAN ANTARKONSTITUEN PEMBENTUKNYA
Oleh: Iqbal Nurul Azhar S110809008
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Tesis Pada Tanggal: 20 Mei 2011
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
: Prof. Dr. M.R. Nababan, M.Ed., MA., Ph.D.
.......................
Sekretaris
: Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D.
.......................
Anggota Penguji : 1. Prof. Dr. M. Sri Samiati Tarjana
.......................
2. Dr. Tri Wiratno, M.A
.......................
Surakarta, 20 Mei 2010 Mengetahui Direktur Pascasarjana UNS
Ketua Program Studi Linguistik
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D NIP. 19570820 198503 1 004
Prof. Dr. M.R. Nababan, M.Ed., MA., Ph.D. NIP. 196303281992011001
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama
: Iqbal Nurul Azhar
NIM
: S110809008
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Struktur Proverba Bahasa Inggris dan Makna Hubungan Antarkonstituen Pembentuknya” adalah betul-betul karya saya. Hal-hal yang bukan karya saya yang terdapat dalam tesis tersebut telah diberi tanda citasi dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata di kemudian hari pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 20 Mei 2011 Yang menyatakan,
Iqbal Nurul Azhar
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Keep your dreams on the sky, because when you fall, you are still between the stars [Azhar, N.AZ, Medio Mei 2011]
If it were not for dreams, dreams, the heart would break. Everything may be retrieved except despair. [J. Lubbock]
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Kutulis karya ini sebagai persembahan pada mantan teman diskusi terbaikku, (Alm. ayah) M. Ruji, serta teman diskusiku yang baru, istriku, Diah Retna Yuniarti, yang sangat setia untuk berjuang bersamaku dalam mengarungi samudra kehidupan dengan biduk sederhana menuju tahta; pahlawan terkasihku ibunda Nurdijanah; Abi Suharso dan Umi Ummi Wahyuni; keluarga besar TP Ar-Raudhoh Demangan Bangkalan dan Lidah Wetan Surabaya; adik-adikku yang selalu memberikan support untuk maju: Roshif Nurul A’la, Bahrul Ulum, Hurrul Fikri (calon Dokter Gigi), Umar Chafidzi, mas dan mbakku, mbak Diah dan mas Imad, Nyae,’ paman, bibi, sepupu dan keponakan-keponakanku yang tidak dapat aku sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas segala cinta dan doa yang kalian berikan.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat limpahan Rahman dan Rahim-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. Penulis menyadari bahwa tulisan tentang “Struktur Proverba Bahasa Inggris dan Makna Hubungan Antarkonstituen Pembentuknya” ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak yang sangat bersimpati
dan
berempati selama
penyusunannya.
Untuk
itu,
penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak sebagai penghormatan. Ucapan terima kasih, penghormatan serta penghargaan yang setulustulusnya, penulis sampaikan kepada, Prof. Dr. M. Sri Samiati Tarjana dan Dr. Tri Wiratno, M.A yang dengan penuh kesabaran telah berkenan membimbing, memberi arahan, semangat, dan waktu yang beliau luangkan kepada penulis selama penyusunan tesis ini dari awal hingga selesai. Ucapan terima kasih, penghormatan dan penghargaan yang setulustulusnya penulis sampaikan pula kepada Direktur Program Pascasarjana, Ketua dan Sekretaris Program Studi Linguistik (S2), serta semua dosen Program Studi Linguistik,
Minat
Utama
Linguistik
Deskriptif,
Program
Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta, atas semua jasa dan motivasi yang diberikan pada penulis untuk semakin mencintai linguistik. Tak lupa pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Ariffin, M.S., selaku Rektor Universitas Negeri Trunojoyo, yang telah
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memberikan izin serta dukungan tiada tara kepada penulis untuk menempuh pendidikan pascasarjana, civitas akademika Universitas Negeri Trunojoyo, bapak Yazid Basthomi dan ibu Utami dari Sastra Inggris Universitas Negeri Malang yang telah membantu memecahkan kebuntuan pada saat pencarian data, teman-teman Linguistik Deskriptif 2009 (Salim, Tri, Nanda, Puspa, Mamung, Dona, Septi, Adi, Sunarya, Favorita, Ken, Liana, Dinar, Aan, Tarman, dan Harsono), serta program BPPS yang telah turut memberikan semangat sehingga tesis ini lancar. Penulis telah berusaha menyusun tesis ini semaksimal mungkin, namun, penulis sangat menyadari bahwa di dalamnya, banyak terdapat kekurangan dan kesalahan.
Oleh
karena
itu,
dengan
segala
kerendahan
hati
penulis
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Penutup kata, penulis berharap walau sekecil apapun, tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan perkembangan linguistik.
Surakarta, 20 Mei 2011 Penulis
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN... .................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN... .................................................................................. ii LEMBAR PERNYATAAN... ................................................................................. iii MOTTO... ................................................................................................................ iv PERSEMBAHAN..................................................................................................... v KATA PENGANTAR............................................................................................. vi DAFTAR ISI.......................................................................................................... viii DAFTAR TABEL... .............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN... ..................................................................................... xvii DAFTAR SINGKATAN..................................................................................... xviii ABSTRAK... .......................................................................................................... xix ABSTRACT... .......................................................................................................... xx BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 14 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 15 D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 15 E. Sistematika Penulisan ............................................................................... 17 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teori.......................................................................................... 19 B. Teori-teori yang Dijadikan Acuan ............................................................ 20 1. Teori tentang Proverba.......................................................................... 20 a. Fraseologi Versus Paremiologi ...................................................... 21 b. Definisi Proverba, Ujar-Ujar, dan Idiom........................................ 24 c. Karakteristik Proverba.................................................................... 27 d. Kategori Proverba .......................................................................... 29 e. Fungsi dan Penggunaan Proverba .................................................. 30
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Teori tentang Struktur ........................................................................... 31 a. Istilah-istilah Umum Seputar Struktur Sintaksis ............................ 33 b. Fungsi, Kategori dan Peran Sintaksis ............................................ 35 c. Teori Sintaksis: Frasa, Klausa dan Kalimat ................................... 36 3. Teori tentang Aspek Stilistika dalam Struktur ...................................... 41 a. Aliterasi .......................................................................................... 41 b. Asonansi......................................................................................... 42 c. Konsonansi ..................................................................................... 42 d. Rima vokal ..................................................................................... 42 e. Anastrof .......................................................................................... 42 f. Apostrophe..................................................................................... 43 g. Elipsis............................................................................................. 43 h. Paradoks ......................................................................................... 43 i. Hiperbola........................................................................................ 44 j. Pertanyan Retoris ........................................................................... 44 k. Alusi .............................................................................................. 44 4. Teori tentang Makna ............................................................................. 45 a. Pembagian Makna .......................................................................... 45 b. Relasi Makna.................................................................................. 55 c. Perubahan Makna ........................................................................... 60 C. Penelitian-penelitian yang Relevan........................................................... 64 D. Kerangka Berpikir..................................................................................... 68 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Langkah Penelitian.................................................................... 71 B. Sumber Data dan Data Penelitian ............................................................. 74 C. Metode dan Teknik Penyediaan Data ....................................................... 76 1. Teknik Simak Bebas Libat Cakap......................................................... 76 2. Teknik Catat dengan Strategi Catat Berkode ........................................ 77 3. Teknik Rekam ....................................................................................... 78 D. Klasifikasi dan Validasi Data.................................................................... 79 E. Metode dan Teknik Analisis Data............................................................. 80 F. Metode Penyajian Hasil Analisis Data...................................................... 82
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan...................................................................................................... 84 1. Struktur Proverba Bahasa Inggris ....................................................... 84 a. Proverba dengan Struktur Polimember .......................................... 85 b. Proverba dengan Struktur Monomember ..................................... 119 c. Temuan Menarik Seputar Proverba.............................................. 120 2. Keeratan Hubungan Antarkonstituen Pembentuk Proverba Bahasa Inggris ................................................................................... 122 a. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Pelesapan Konstituen Proverba ....................................................................................... 124 b. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Permutasi Konstituen Proverba ....................................................................................... 143 c. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Substitusi Konstituen Proverba ....................................................................................... 154 d. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Penyisipan Konstituen Proverba ....................................................................................... 188 3. Pola-pola Pilihan Kata dalam Struktur Proverba .............................. 215 a. Pilihan Leksikon dalam Membangun Bentuk Lahir Proverba ..... 216 b. Pilihan Leksikon dengan Memanfaatkan Aspek Fonem.............. 232 c. Pilihan Leksikon yang Mengandung Style/Gaya Bahasa ............. 239 4. Makna Hubungan Antarunsur Pembentuk Proverba......................... 246 a. Jenis-jenis Proverba Berdasarkan Entitas Pembangun Maknanya...................................................................................... 247 b. Fungsi Nomina dalam Membangun Makna Proverba .................. 253 c. Relasi Sinonim Pola-pola Simbolik .............................................. 275 B. Pembahasan............................................................................................. 279 1. Struktur Proverba Bahasa Inggris ..................................................... 279 2. Keeratan Hubungan Antarkonstituen Pembentuk Proverba Bahasa Inggris ................................................................................... 283 3. Pola-pola Pilihan Kata dalam Struktur Proverba .............................. 288 4. Makna Hubungan Antarkonstituen Pembentuk Proverba................. 291
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Komponen Bersama, Struktur, Style/Gaya Bahasa dan Makna ........ 295 6. Reformulasi Identitas Proverba......................................................... 306
BAB V SIMPULAN DAN PENUTUP A. Simpulan ................................................................................................. 313 B. Penutup.................................................................................................... 319 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 321 LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 326
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1: Beda Klausa Normal dan Klausa Inversi ................................................ 38 Tabel 2.2: Jenis-jenis Klausa Berdasarkan Predikatnya ......................................... 38 Tabel 2.3: Klausa Bebas dan Klausa Terikat ........................................................... 39 Tabel 3.1: Korpus Data Penelitian ........................................................................... 78 Tabel 4.1: Data 60: Pelesapan Nomina .................................................................. 125 Tabel 4.2: Data 61: Pelesapan Adjektiva ............................................................... 126 Tabel 4.3: Data 62: Pelesapan Verba ..................................................................... 127 Tabel 4.4: Data 63: Pelesapan Adverbia................................................................ 128 Tabel 4.5: Data 64: Pelesapan Kata Tugas............................................................. 129 Tabel 4.6: Data 65: Pelesapan Frasa Nominal ....................................................... 131 Tabel 4.7: Data 66: Pelesapan Frasa Verbal .......................................................... 131 Tabel 4.8: Data 67: Pelesapan FV yang Inti FVnya Berupa Kop/LV.................... 133 Tabel 4.9: Data 68: Pelesapan Frasa Adjektival .................................................... 134 Tabel 4.10: Data 69: Pelesapan Frasa Adverbial ................................................... 135 Tabel 4.11: Data 70: Pelesapan Frasa Preposisional.............................................. 136 Tabel 4.12: Data 71: Pelesapan Ekspletif dan to be............................................... 137 Tabel 4.13: Data 72: Pelesapan Klausa Adjektival................................................ 138 Tabel 4.14: Data 73: Pelesapan Klausa Advebial .................................................. 139 Tabel 4.15: Data 74: Pelesapan Klausa Result....................................................... 139 Tabel 4.16: Data 75: Pelesapan Klausa Nonverbal................................................ 140 Tabel 4.17: Data 76: Pelesapan Klausa Verbal...................................................... 141 Tabel 4.18: Data 77: Pelesapan Klausa Komparatif .............................................. 142 Tabel 4.19: Data 78: Pelesapan Klausa Imperatif.................................................. 143 Tabel 4.20: Data 79: Permutasi Nomina ................................................................ 144 Tabel 4.21: Data 80: Permutasi Adjektiva ............................................................. 145 Tabel 4.22: Data 81: Permutasi Adverbia.............................................................. 146 Tabel 4.23: Data 82: Permutasi Frasa Nominal ..................................................... 148 Tabel 4.24: Data 83: Permutasi Frasa Verbal ........................................................ 150
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.25: Data 84: Permutasi Frasa Preposisional.............................................. 150 Tabel 4.26: Data 85: Permutasi Klausa Adjektival................................................ 152 Tabel 4.27: Data 86: Permutasi Klausa Nonerba................................................... 153 Tabel 4.28: Data 87: Permutasi Klausa Imperatif.................................................. 153 Tabel 4.29: Data 88: Substitusi Nomina dengan Nomina...................................... 156 Tabel 4.30: Data 89: Substitusi N dengan Konstituen dari Kategori Lain dari Kelas yang Sama .................................................................. 163 Tabel 4.31: Data 90: Substitusi Nomina dengan Frasa Nominal........................... 164 Tabel 4.32: Data 91: Substitusi Verba dengan Verba ............................................ 165 Tabel 4.33: Data 92: Substitusi Verba dengan Linking Veb .................................. 169 Tabel 4.34: Data 93: Substitusi Verba dengan Frasa Verbal ................................. 169 Tabel 4.35: Data 94: Substitusi Adjektival ............................................................ 171 Tabel 4.36: Data 95: Substitusi Adverbia .............................................................. 173 Tabel 4.37: Data 96: Substitusi Auxiliari............................................................... 175 Tabel 4.38: Data 97: Substitusi Preposisi .............................................................. 176 Tabel 4.39: Data 98: Substitusi Determiner........................................................... 176 Tabel 4.40: Data 99: Substitusi Pronomina dengan Part of Speech ...................... 177 Tabel 4.41: Data 100: Substitusi Pronomina dengan Frasa ................................... 178 Tabel 4.42: Data 101: Substitusi karena Tense dan Concord ................................ 179 Tabel 4.43: Data 102: Substitusi Frasa Nominal ................................................... 180 Tabel 4.44: Data 103: Substitusi Frasa Verbal dengan Part of Speech ................. 182 Tabel 4.45: Data 104: Substitusi Frasa Verbal dengan Frasa Verbal .................... 184 Tabel 4.46: Data 105: Substitusi Frasa Adjektival ................................................ 185 Tabel 4.47: Data 106: Substitusi Frasa Preposisional............................................ 186 Tabel 4.48: Data 107: Substitusi Klausa............................................................... 187 Tabel 4.49: Data 108: Penyisipan Nomina ............................................................ 190 Tabel 4.50: Data 109: Penyisipan Verba................................................................ 191 Tabel 4.51: Data 110: Penyisipan Adjektiva.......................................................... 191 Tabel 4.52: Data 111: Penyisipan Adverbia .......................................................... 194 Tabel 4.53: Data 112: Penyisipan Pronomina........................................................ 198 Tabel 4.54: Data 113: Penyisipan Determiner ....................................................... 199 Tabel 4.55: Data 114: Penyisipan Preposisi........................................................... 200
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.56: Data 115: Penyisipan Auxiliari........................................................... 201 Tabel 4.57: Data 116: Penyisipan to Infinitif......................................................... 203 Tabel 4.58: Data 117: Penyisipan Frasa Nominal.................................................. 204 Tabel 4.59: Data 118: Penyisipan Frasa Verbal..................................................... 205 Tabel 4.60: Data 119: Penyisipan Frasa Adjektival............................................... 206 Tabel 4.61: Data 120: Penyisipan Frasa Adverbial................................................ 207 Tabel 4.62: Data 121: Penyisipan Frasa Preposisional .......................................... 208 Tabel 4.63: Data 122: Penyisipan Klausa .............................................................. 209 Tabel 4.64: Data 123: Penyisipan Pola Kompleks................................................. 210 Tabel 4.65: Data 160: Proverba Bentuk Reflektif.................................................. 251 Tabel 4.66: Data 161: Penggunaan N/FN Bird Sebagai Simbol Manusia ............. 254 Tabel 4.67: Analisis Komponensial pada Kata Bird.............................................. 255 Tabel 4.68: Data 162: Penggunaan N/FN Dog Sebagai Simbol Manusia ............. 256 Tabel 4.69: Data 163: Penggunaan N/FN Straw Sebagai Simbol Hal-hal yang Kecil/Remeh.............................................................. 258 Tabel 4.70: Data 164: Penggunaan N/FN Thief Sebagai Simbol Orang-orang Bertabiat Buruk............................................. 259 Tabel 4.71: Data 165: Penggunaan N/FN Devil Sebagai Simbol Keburukan........ 260 Tabel 4.72: Data 166: Penggunaan N/FN Egg Sebagai Simbol Keinginan........... 261 Tabel 4.73: Data 167: Penggunaan N/FN Gold/Golden Sebagai Simbol Sesuatu yang Berharga....................................................... 262 Tabel 4.73: Data 167: Penggunaan N/FN A Penny Sebagai Simbol Sesuatu yang Kurang Berharga.......................................... 262 Tabel 4.75: Data 186: Nomina yang Merujuk pada Makna Sesuatu yang Berharga....................................................... 275 Tabel 4.76: Data 187: Nomina yang Merujuk pada Makna Keinginan ................. 276 Tabel 4.77: Data 188: Nomina yang Merujuk pada Makna Kesempatan.............. 277 Tabel 4.78: Data 189: Nomina yang Merujuk pada Makna Sesuatu yang Lebih Baik.................................................... 277 Tabel 4.79: Data 190: Nomina yang Merujuk pada Makna Penampilan............... 278 Tabel 4.80: Relasi Antara Struktur Sintaksis dan Style/Gaya Bahasa ................... 299 Tabel 4.81: Relasi Antara Struktur Generik dan Style/Gaya Bahasa ..................... 300
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.82: Relasi Antara Struktur Sintaksis dan Makna ...................................... 301 Tabel 4.83: Relasi Antara Struktur Generik dan Makna........................................ 303 Tabel 4.83: Relasi Antara Style/Gaya Bahasa dan Makna..................................... 304
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Prinsip Struktur Konstituen................................................................. 48 Gambar 2.2: Pemahaman Ujaran Bahasa................................................................. 49 Gambar 2.3: Asosiasi dari Kata ............................................................................... 53 Gambar 2.4: Hiponimi ............................................................................................. 58 Gambar 2.5: Hiponimi: Contoh Lain ....................................................................... 58 Gambar 2.6: Meronimi............................................................................................. 60 Gambar 2.7: Kerangka Berpikir............................................................................... 70 Gambar 4.1: Proses Dekoding Proverba ................................................................ 250 Gambar 4.2: Taksonomi Pilihan Nomina .............................................................. 267 Gambar 4.3: Triaspek Internal Proverba Bahasa Inggris (Kerangka Dasar) ......... 296 Gambar 4.4: Triaspek Internal Proverba Bahasa Inggris (Kerangka Penuh)......... 297
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Proverba Bentuk Lugas .................................................................... 326 Lampiran 2: Proverba Bentuk Reflektif................................................................ 330 Lampiran 3: Lembar Validasi ............................................................................... 336 Lampiran 4: Identitas www.answers.com............................................................. 337 Lampiran 5: Lembar Crosscheck .......................................................................... 338 Lampiran 6: Korpora Data .................................................................................... 343
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
A.
: Adjektiva
Adv .
: Adverbia
Aux .
: Auxiliari (Kata Kerja Bantu)
FA.
: Frasa Adjektival
FAdv.
: Frasa Adverbial
FN.
: Frasa Nominal
FP.
: Frasa Preposisional
FV.
: Frasa Verbal
K.
: Kalimat
KO.
: Komplemen Objek
Kon.
: Konjungsi
Kop.
: Kopula
KS.
: Komplemen Subjek
N.
: Nomina
OL.
: Objek Langsung
OTL.
: Objek Tidak Langsung
V.
: Verba
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Iqbal Nurul Azhar. S11080900. Struktur Proverba Bahasa Inggris dan Makna Hubungan Antarkonstituen Pembentuknya. Pembimbing I: Prof. Dr. M. Sri Samiati Tarjana, Pembimbing II: Dr. Tri Wiratno, M.A. Tesis: Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Deskriptif Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011 Penelitian ini memiliki empat tujuan. Adapun keempat tujuan tersebut: (1) dapat mendeskripsikan struktur proverba bahasa Inggris; (2) menjelaskan keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa Inggris (3) menjelaskan pola-pola pilihan kata dalam struktur proverba bahasa Inggris; serta (4) menjelaskan makna hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa Inggris. Ada dua manfaat yang didapat dari penelitian ini yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah: mendukung dan merevisi teori terdahulu tentang proverba bahasa Inggris, serta menambah pemahaman tentang kajian sintaksis, semantik dan proverba bahasa Inggris. Manfaat praktis dari penelitian ini ada tiga: dapat membantu penerjemah menerjemahkan proverba bahasa Inggris berdasarkan pengetahuan terhadap struktur dan makna hubungan antarunsur pembentuknya, dapat membantu para guru bahasa Inggris menjawab pertanyaan siswa mereka tentang struktur proverba bahasa Inggris dan makna hubungan antarunsurnya, serta dapat menjadi referensi pengkajian peribahasa bahasa Inggris dan Indonesia. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan teori grounded. Desain penelitian ini adalah studi kasus tunggal tiang terpancang dengan menggunakan langkah-langkah analisis data kualitatif yang dikembangkan oleh Spradley. Metode yang dipakai dalam proses penyediaan data penelitian ini adalah metode simak dengan menggunakan tiga teknik lanjutan yaitu (1) teknik simak bebas libat cakap dengan strategi simak scaning, (2) teknik catat dengan strategi catat berkode dan (3) teknik rekam. Ada tiga metode yang digunakan dalam menganalisis data dan membaginya ke dalam taksonomitaksonomi yaitu; (1) distributional method, (metode agih), dan (2) identity method (metode padan). Kedua metode ini digunakan secara bergantian untuk menemukan pola-pola yang dapat menjawab rumusan masalah penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan: (1) bahwa struktur-struktur proverba bahasa Inggris sangat bervariatif mulai dari bentuk sederhana seperti frasa, hingga ke struktur yang kompleks yaitu kalimat majemuk kompleks. (2) bahwa sifat hubungan antarkonstituennya tidak beku yang ditandai dengan dapat dilihatnya kemunculan fenomena pelesapan, substitusi, permutasi dan ekspansi konstituenkonstituen pembentuk proverba dalam tuturan tulis, (3) pembuat proverba memiliki kecendrungan untuk menggunakan beberapa leksikon khas, yaitu: leksikon tertentu yang dapat membangun struktur lahir, leksikon yang di dalamnya terdapat pemanfaatan aspek fonem, serta leksikon yang memunculkan gaya bahasa, (4) bahwa leksikon pembentuk proverba memiliki peranan yang khas dalam membangun makna proverba. Kata-kata Kunci: struktur, style, makna, konstituen, proverba
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Iqbal Nurul Azhar. S11080900. English Proverbial Structures and The Meanings of their interconstituent relation. Thesis Advisor I: Prof. Dr. M.Sri Samiati Tarjana. Thesis Advisor II: Dr. Tri Wiratno, M.A. Thesis: Linguistics Study Program, Major interest: Descriptive Linguistics. Post Graduate Program. Sebelas Maret University. Surakarta. 2011
This research has four objectives, i.e. (1) to describe the structures of English proverbs, (2) to explain the relationship of english proverbs’ constiuents (3) to explain the patterns of lexical choice used to construct English proverbs, and (4) to explain the meanings of English proverbs’ interconstituent relation. There are two benefits that can be obtained from this research: theoretical and practical benefits. The theoretical benefits are: (1) can support and revise some former theories related to English proverbs, and (2) can deepen the understanding of English syntax, semantics and proverbs. The pactical benefits are: (1) to assist any English-Indonesian translators particularly in translating English proverbs, (2) to help English teachers to answer their students’ questions related to English proverbial structures and the meanings of their interconstituent relationships, and (3) to become a reference for further studies on English or Indonesian proverbs. This research was a qualitative research using grounded theory approach. The design of this research was embedded single case study using Spradley’s qualitative data analysis method. The method used to obtain the data was the observation method. There were three further techniques used in this method, those were: (1) nonparticipation observation using scanning reading activities, (2) taking-note technique using naming-code technique, and (3) recording technique. There were two methods used to analyze the data and divide them into taxonomies, those were; (1) distributional method, and (2) identity method. The two were used in turn to find the patterns that could answer the research questions. The results of the research show: (1) the structures of English proverbs vary in forms, from the simple to complex forms. (2) the interconstiuent relation is not rigid, it can be noted from the ability of the proverbial structures to accept elliptical, substitutional, expansional and permutational phenomena. (3) the creators of English proverbs tend to choose unique lexicons, that: can construct the proverbial structures, can utilize phonemes, and can emerge language style, (4) lexicons that construct english proverb has their own distinctive functions. Keywords: structure, style, meaning, constituent, proverb
commit to user
xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Muatan kebijaksanaan yang terkandung dalam proverba (peribahasa) telah memandu manusia dalam interaksi sosial mereka selama beribu tahun lamanya (Mieder, 2004:xi). Bermula dari berbagai pengalaman yang terakumulasi selama bertahun-tahun yang kemudian, dengan sebuah proses tertentu, membentuk sebuah formula bahasa yang unik, maka lahirlah proverba. Keunikan inilah yang membuat sebuah proverba menjadi mudah untuk diingat dan digunakan secara instan dalam banyak retorika verbal maupun tulis. Selain unik, proverba dikenal memiliki pengaruh positif. Pengaruh positif ini telah terasa dan diakui manusia sejak mereka belum mengenal aksara, dan sepertinya tidak akan pernah ada tandatanda bahwa eksistensi proverba beserta pengaruh positifnya akan berakhir di zaman modern (Mieder, 2004:xi). Beberapa orang memang pernah mengklaim bahwa proverba akan segera punah keberadaannya pada masyarakat berbudaya maju, namun klaim ini hanyalah asumsi tanpa bukti (Mieder, 2004:xi). Memang benar bahwa beberapa proverba (kita bisa menyebutnya proverba generasi lama) telah usang dan mulai ditinggalkan karena dimensi metaforanya sudah tidak cocok lagi dengan zaman sekarang, namun proverba-proverba generasi baru dengan muatan metafora yang lebih “berbau modern” segera lahir. Sebagai contoh metafora bahasa Inggris “Let the cobbler stick to his last” (biarkan tukang sepatu lengket pada lastnya) pada
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dasarnya dianggap sebagai proverba yang telah “mati” karena profesi cobbler sudah tidak ada lagi. Jika sepatu seorang Amerika dewasa ini rusak, maka ia akan membawa sepatu tersebut ke shoe repair shop (toko perbaikan sepatu) dan bukan ke cobbler, dan nampaknya ia dan orang lain dari zaman ini yang bermaksud memperbaiki sepatu, akan kesulitan untuk memaknai kata last, bahwa kata tersebut mengandung makna model kaki manusia yang terbuat dari logam atau kayu sebagai tempat meletakkan sepatu ketika sepatu tersebut sedang diperbaiki. Hal ini terjadi karena kata last adalah kata arkais dan karenanya jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Proverba di atas menunjukan pesan moral bahwa seseorang harus menekuni sebuah bidang jika ia memang memiliki cukup kompetensi di bidang tersebut. Ketika sebuah proverba dengan konteks pekerjaan (seperti yang telah disebutkan) telah hilang, proverba yang lain, baik itu dari generasi
yang
sama
maupun
dari
generasi
berbeda,
akan
muncul
menggantikannya posisinya. Proverba “Every man to his trade” (setiap laki-laki pada usaha dagangnya) yang bermakna lebih umum adalah contoh nyata kemunculan proverba lain dari generasi yang sama menggantikan posisi proverba “Let the cobbler stick to his last” untuk merujuk pada pesan moral yang sama. Contoh lain terdapat pada proverba yang berhubungan dengan dunia merkantilisme (perdagangan) seperti; “Another day, another dollar” (lain hari, maka lain dollar) atau dalam dunia komputer “Garbage in, garbage out” (sampah masuk, sampah keluar), meskipun bukan merupakan pengganti dari proverba “Let the cobbler stick to his last” tapi setidak-tidaknya menjadi penanda bahwa proverba-proverba generasi baru telah lahir dan siap mengganti peranan proverba-proverba generasi lama untuk
commit to user 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mewarnai hidup manusia. Dua proverba “Another day, another dollar” dan “Garbage in, garbage out,” ini merupakan proverba generasi baru yang lahir di era modern dan sangat kontekstual dengan kehidupan masa kini yang sangat materialistik dan serba komputerisasi (Mieder, 2004). Dalam banyak aspek, proverba jelas hidup dengan baik dan sebagai teman manusia, mereka memainkan peranan penting di zaman modern. Secara kognitif, proverba memiliki konstruksi yang sangat ekonomis karena hanya melalui sebuah kalimat pendek yang menjadi wujud proverba tersebut, kita dapat memahami banyak hal. Dari wujud kalimat sederhana tersebut kita bisa mengaktifkan sebentuk potret dalam benak dan mengaitkannya dengan fakta yang relevan yang berwujud sebuah peristiwa atau kejadian. Sebagai contoh adalah proverba Inggris “Blind blames the ditch” (orang buta, menyalahkan selokan) (Lakoff & Turner 1989:162), telah mengajak kita untuk membayangkan sebuah peristiwa bahwa ada seorang buta sedang menyalahkan selokan yang telah membuatnya jatuh tanpa menyadari bahwa kondisi kebutaannyalah yang telah membuatnya jatuh ke selokan. Proverba ini tidak hanya membawa kita pada sebuah peristiwa bahwa ada seorang buta telah jatuh di selokan, namun lebih jauh lagi, kita masih dapat membayangkan rangkaian kejadian sebelum orang buta tersebut jatuh, dimulai saat si buta sedang berjalan, belum sampai ke selokan, mendekati selokan dan akhirnya jatuh ke selokan. Makna proverba ini demikian luas, sehingga akan banyak interpretasi muncul. Namun secara umum, proverba ini dimaknai yaitu pada situasi-situasi dimana ada seseorang yang gagal dan menyalahkan sesuatu padahal keterbatasannyalah yang membuatnya gagal.
commit to user 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Proverba sangat penting peranannya dalam komunikasi manusia, dan karenanya manusia harus dapat memahami makna dari proverba tersebut beserta alasan logisnya. Manusia juga harus dapat memahami bahwa proverba tersebut merupakan derevasi dari bentuk linguistik sekaligus juga bentuk makna. Selain itu, proverba mampu merefleksikan banyak sekali pesan implisit yang ada dalam pola-pola bahasa yang khas. Keluasan jangkauan proverba inilah yang menyebabkan proverba sangat menarik untuk dikaji. Dengan mengkaji proverbaproverba tersebut kita dapat mengekstraksi banyak sekali ide tentang bagaimana kita berpikir dan memberi makna pada sebuah proverba, bagaimana kita mengkonsep dan mengkatagorikan dunia di sekeliling kita, bagaimana kita mampu menyalurkan pemahaman dan pengetahuan kearifan budaya dari generasi ke generasi, serta bagaimana kreatifnya manusia merangkai kata sehingga memiliki makna. Bibliografi-bibliografi yang ada saat ini telah mencatat setidaknya ada 20.000 volume buku yang berkaitan dengan koleksi proverba di seluruh dunia, dan tiap tahunnya koleksi volume tersebut bertambah sebanyak 200 buah (Mieder, 2004: xii). Sedangkan negara-negara penutur asli bahasa Inggris, seperti Inggris, Australia dan Amerika Serikat, memiliki pula proverba (proverbs) yang jumlahnya lebih dari seribu entri (lihat Simpson dan Speake, 2002). Dari seluruh proverba tersebut, ada sekitar 248 proverba yang menjadi proverba umum karena sering dipakai dalam komunikasi sehari-hari penutur bahasa Inggis (www.learnenglish-today.com). Sebagai sebuah bahasa Internasional dan dipandang sebagai sebuah bahasa yang memegang peranan penting dalam kancah komunikasi global, bahasa Inggris
commit to user 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
telah sering dikaji oleh masyarakat. Pengkajian itu dilakukan melalui sudut pandang baik itu bahasanya, psikologi bahasanya, sosiologi bahasanya, serta sastranya. Demikian juga dalam ranah pendidikan, pengkajian bahasa Inggris sangatlah marak dilaksanakan. Dalam dunia linguistik sendiri, bahasa Inggris seakan-akan telah mendarah daging. Hampir semua kasus bahasa yang diangkat dalam kajian berbagai cabang linguistik, di dalamnya pasti mengandung unsur kasus bahasa Inggris. Uniknya, meskipun telah banyak kajian linguistik dilaksanakan dengan objek kajian bahasa Inggris, tidak banyak objek-objek kajian tersebut yang mengangkat proverba sebagai kajian utamanya. Buku-buku yang beredarpun meskipun judulnya “berbau proverba” tapi sangat jarang sekali mengkaji proverba secara ansih dan komprehensif. Ada sekitar 15-an buku mengenai proverba bahasa Inggris yang peneliti jumpai tersimpan di berbagai perpustakaan universitas di Indonesia maupun terpajang di internet. Namun sayangnya, tidak banyak di antara buku tersebut yang mengulas proverba secara utuh melalui pendekatan linguistik. Kebanyakan di antara buku-buku tersebut hanya berupaya mendaftar bermacammacam proverba, menjadikan daftar tersebut sebagai kamus, dan menjelaskan makna proverba serta fungsinya dalam sosial budaya masyarakat. Padahal, proverba tidak hanya menarik dikaji dari aspek sosial-budaya saja. Dari aspek linguistik, ratusan proverba bahasa Inggris yang ada, sangatlah menantang untuk dikaji. Fokus penelitian ini adalah proverba bahasa Inggris yang muncul dalam teks-teks tertulis. Ada dua alasan mengapa teks tertulis dipandang perlu untuk dijadikan sebagai batasan penelitian antara lain;
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1) kemunculan proverba-proverba bahasa Inggris dalam percakapan (yang terekam) intensitasnya tidak sebanyak kemunculan proverba dalam teks-teks tertulis utamanya teks-teks karya sastra. Selain itu, kita tidak dapat memprediksi secara tepat kapan proverba digunakan dalam konteks percakapan natural sehingga proses pendokumentasiannya cukup sulit; (2) proverba bahasa Inggris yang muncul pada teks-teks tertulis cukup mudah didokumentasikan karena teks tertulis berwujud konkret (tulisan) yang dapat bertahan lama; (3) posisi proverba yang berada dalam teks-teks tulis biasanya sangatlah penting karena biasanya seorang penulis karya sastra baik itu penulis artikel, novel, cerpen, maupun puisi tidak akan serta-merta memunculkan proverba tanpa adanya alasan yang kuat. Jika proverba tersebut muncul dalam teks-teks tulis biasanya memiliki daya pragmatik (pragmatic force) maupun daya sastra yang kuat. Tanpa mengetahui dua aspek ini, kalimat-kalimat yang di dalamnya mengandung proverba, tidak akan dapat ditangkap apakah kalimat-kalimat tersebut dimaksudkan untuk mengatakan sesuatu (tindak lokusi), membuat seseorang melakukan sesuatu (ilokusi) ataukah mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu (perlokusi) sehingga dikhawatirkan, pemahaman yang muncul terhadap kalimat-kalimat yang mengandung proverba tersebut menjadi salah. Konsep daya pagmatik ini dibahas secara detail dalam pragmatik. Dari konteks inilah kita dapat mengatakan bahwa mempelajari proverba, akan sangat menantang jika dilakukan dengan menggunakan pendekatan pragmatik, yaitu pendekatan aplikatif proverba dalam percakapan (pendekatan eksternal);
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Catatan pada poin ketiga di atas, kita tidak akan dapat mengadakan penelitian secara leluasa dan seksama penggunaan proverba dengan menggunakan pendekatan pragmatik terhadap teks-teks tertulis jika tidak diimbangi oleh pengetahuan secara detail dan benar tentang esensi dari proverba itu sendiri, bagaimana bentuk-bentuk proverba, bagaimana pula karakternya, serta bagaimana proverba tersebut dapat memiliki makna yang berbeda dari bentuk dasarnya. Ibarat kita ingin mengemudikan mobil baru, meskipun kita memiliki kemampuan untuk menyetir mobil, tanpa kita tahu seluk beluk mobil baru tersebut serta fungsi-fungsi bagian-bagian dari mobil itu sendiri seperti; stir (apakah letaknya di kiri atau di kanan), porsneling (apakah manual ataukah otomatis), pedal gas, pedal rem, kaca spion, dan bagian-bagian mobil lainnya, akan sangat sukar bagi kita untuk dapat mengemudikan mobil tersebut dengan cepat dan benar. Kemampuan mengemudi dapat diibaratkan sebagai kajian eksternal proverba (kajian pragmatik), dan pengetahuan tentang seluk beluk mobil baru tersebut dapat diibaratkan sebagai kajian internal proverba (kajian struktur dan makna hubungan antarunsur). Oleh karena itulah, pengkajian proverba dengan menggunakan pendekatan internal harus dilaksanakan secara seimbang bersama dengan pengkajian aplikasi proverba dalam konteks tuturan. Api semangat untuk mengkaji proverba dengan menggunakan pendekatan eksternal telah berkobar (dibuktikan dengan adanya buku Mieder, 2004), namun sayangnya, api semangat untuk mengkaji proverba dengan menggunakan pendekatan internal sejauh ini masih belum menyala (dibuktikan sejauh ini masih belum ditemukannya buku yang membahas proverba dengan pendekatan struktur dan makna hubungan antarunsurnya), padahal dua hal tersebut sama-sama penting adanya. Karena
commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebab inilah, penelitian ini mengambil pendekaan internal proverba (bentuk dan makna hubungan antar unsur proverba) sebagai fokus utamanya untuk mengisi kekosongan tersebut dan menyeimbangkan kualitas dan kuantitas kajian dua pendekatan tersebut. Ada tiga alasan praktis mengapa kajian proverba terhadap teks-teks tertulis dengan menggunakan pendekatan internal sangat perlu untuk dilaksanakan berdampingan dengan pengkajian proverba dengan menggunakan pendekatan eksternal. Ketiga alasan tersebut seluruhnya berada dalam wilayah akademik, antara lain: (1) terkadang dalam kegiatan membaca teks-teks berbahasa Inggris, ketika penulis teks mengutip sebuah proverba misalnya “give and take” (memberi dan mengambil), pembaca (dalam hal ini orang-orang nonpenutur asli bahasa Inggris) dapat saja bertanya mengapa konstruksi proverbanya harus give and take, dan mengapa tidak take and give (mengambil dan memberi) saja? Pertanyaan seperti ini tidak akan bisa dijawab jika kita tidak memiliki pemahaman tentang internal proverba secara mendalam bahwa beberapa jenis proverba memiliki struktur beku yang tidak dapat diubah seenaknya urutan katanya; (2) terkadang juga seorang yang baru belajar menulis dengan menggunakan bahasa Inggris, salah dalam menuliskan sebuah proverba, kita ambil contoh, yang seharusnya “A cat has nine lives” (Kucing punya sembilah nyawa), menjadi A cat has nine souls. (Kucing punya sembilan jiwa). Tanpa pemahaman yang tepat tentang struktur internal proverba, kita akan kesulitan
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjelaskan kesalahan yang dibuatnya, mengapa sebuah unsur (kata) dalam proverba tidak dapat seenaknya digantikan oleh unsur (kata) lain; (3) terkadang seorang yang sedikit paham tata bahasa bahasa Inggris akan langsung menyalahkan teks-teks tulis yang dibuat seseorang, yang membuat kalimat tanpa menggunakan struktur kalimat minimal yaitu subjek dan predikat. Padahal dalam praktiknya, ada beberapa kalimat proverba yang di dalamnya hanya berstrukturkan frasa saja yang dihubungkan oleh adanya koma, seperti contoh proverba “A young idler, an old beggar” (muda malas, tua pengemis). Tanpa pengetahuan yang lebih tentang proverba bahwa memang jenis-jenis proverba dapat berbentuk seperti itu, seseorang akan cenderung menyalahkan teks-teks tulis yang strukturnya unik, padahal secara semantis benar dan berterima oleh masyarakat. Tiga hal inilah yang mendasari mengapa pemahaman internal proverba sangatlah penting untuk dimiliki. Memahami internal proverba bahasa Inggris tidak mungkin dapat dilakukan tanpa memahami struktur pembentuk proverba tersebut, apakah proverba tersebut berstrukturkan kata (tepatnya Part of Speech), frasa dan klausa dan apakah struktur tersebut menggunakan satuan-satuan lingual tertentu secara spesifik. Selain itu, pemahaman stilistik untuk menemukan keberadaan aspek stilistika dalam struktur proverba juga sangat diperlukan. Dengan memiliki pemahaman ini, kemungkinan adanya aspek-aspek seperti aliterasi, asonansi, elipsis, paradox dan aspek-aspek stilistik lainnya dalam struktur proverba dapat diketahui secara seksama. Memahami internal proverba bahasa Inggris juga tidak mungkin dapat dilakukan tanpa memahami makna dari tiap-tiap kelas kata atau leksem
commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembentuknya. Untuk hal ini maka kita butuh alat bantu yang ada dalam linguistik yaitu semantik. Melalui semantik inilah kita akan dapat memahami makna kelas kata pembentuk proverba dan memudahkan kita memahami makna proverba ketika digunakan dalam wacana tulis. Bentuk-bentuk variasi makna hubungan
antarkonstituennya
seperti
metafora,
personifikasi,
hiperbola,
metonimia, ataupun relasi makna seperti sinonimi, antonimi, polisemi, dan homonimi juga akan dapat terlihat jelas melalui pendekatan semantis. Dari poin-poin yang telah dijelaskan di atas, kita dapat menggarisbawahi bahwa arah penelitian ini adalah pengkajian sintaksis dan semantis secara terpadu karena fokus kajiannya adalah struktur-struktur proverba (sintaksis) serta makna hubungan antarkonstituen pembentuknya (semantis). Meskipun arah penelitian ini adalah pengkajian sintaksis dan semantis, namun pengkajian ini tidak menutup diri pada bidang-bidang lain seperti stilistika untuk menyertainya. Penelitian yang dilakukan dalam tesis ini merupakan salah satu upaya untuk lebih memahami proverba bahasa Inggris yang muncul dalam teks-teks tertulis melalui aspek sintaksis dan semantis. Dengan adanya pemahaman ini maka diharapkan, pembaca atau penulis teks yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa asing akan menjadi lebih mudah dan lancar dalam memahami kalimat-kalimat yang mengandung proverba yang dibuat oleh penutur asli bahasa Inggris. Mereka tidak akan bertanya-tanya lagi mengapa struktur proverba harus seperti itu, mereka
tidak akan bingung menjumpai berbagai ragam struktur
proverba, dan mereka tidak akan mudah menyalahkan kalimat-kalimat dalam teks (atau tepatnya tatabahasa) seseorang sebelum mereka mengadakan pengecekan apakah itu mengandung proverba ataukah tidak. Demikian juga bagi penutur asli
commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahasa Inggris, dengan memahami struktur internal proverba yang unik, mereka tidak akan ragu lagi untuk menentukan apakah sebuah kalimat merupakan tuturan proverbial, idiomatikal, ujar-ujar ataukah kalimat biasa saja. Mereka akan lebih hati-hati dalam menggunakan proverba dalam tulisan, karena sekali mereka salah dalam mengkonstruksi proverba baik itu struktur maupun diksinya, hal ini dapat membingungkan pembacanya, apalagi jika lawan bicaranya adalah nonpenutur asli bahasa Inggris yang hanya punya sedikit pemahaman tentang proverba. Selain itu, kesalahan dalam mengkonstruksi proverba dapat pula mengurangi nilai estetika tuturan tersebut bahkan juga muatan kebijaksanaan di dalamnya. Ketika pemahaman internal proverba yang muncul dalam teks tulis tersebut didapat, maka penelitian proverba dengan menggunakan pendekatan eksternal akan mudah dilaksanakan. Pada saat inilah fokus penelitian ini dapat bergeser dari yang semula berfokus pada aspek-aspek internal proverba menjadi pada maksud penulis teks dalam membuat kalimat-kalimat yang mengandung proverba. Dalam meneliti suatu bahasa, seorang peneliti dihadapkan pada dua pilihan. Pertama, ia dapat menganut salah satu teori dan secara deduktif menjabarkan beberapa aspek teoretis pada data yang diselidiki. Yang kedua, ia memanfaatkan berbagai wawasan dari beberapa teori dan memakainya sebagai “teropong” untuk mendekati data yang diselidiki (Kridalaksana, 1988:26). Pilihan pertama tidak diambil peneliti karena linguistik dewasa ini berkembang dengan pesat sehingga apabila peneliti menggunakan satu aliran linguistik saja, maka dikhawatirkan banyak fakta akan luput dari pengamatan peneliti. Pengambilan pilihan kedua memiliki resiko yaitu akan adanya ketidakkonsistenan peneliti dalam memandang sebuah fenomena, namun resiko
commit to user 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini haruslah diambil supaya peneliti dapat memusatkan diri pada data sebagai akibat keleluasaan pandangan untuk tidak menganut hanya pada satu aliran linguisik saja. Meskipun ada keleluasaan dalam penelitian ini, penelitian ini tetaplah ilmiah karena masalah apapun yang diangkat, diteliti dan didiskusikan dalam penelitian ini, telah melalui prosedur yang ketat, baik itu melalui proses verifikasi maupun pengetesan sehingga simpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah valid. Untuk memulai pengenalan akan keluwesan penelitian ini, tidak ada salahnya apabila pada bab ini diulas pandangan beberapa sarjana yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi penelitian ini. Para sarjana yang menjadi rujukan penelitian ini berasal dari bidang yang berbeda, dan hal inilah yang kemudian memungkinkan peneliti untuk bersikap luwes dalam menangkap fenomena proverba. Buku yang spesifik mengulas proverba secara teoretis ditulis oleh Mieder (2004). Tokoh ini melakukan eksplorasi terhadap proverba melalui perspektif linguistik (fraseologi). Meider, sebagai tokoh yang kata-katanya paling banyak dikutip dalam penelitian ini membuat buku panduan memahami proverba dengan judul “Proverbs: a handbook.” Fokus dari bukunya lebih kepada analisis wacana serta aspek-aspek pragmatis yang dapat ditangkap melalui fenomena proverba. Teori-teori yang ada dalam buku inilah, menjadi salah satu pondasi dari teori yang akan dihasilkan dari penelitian ini. Kajian tentang proverba telah beberapa kali dilakukan melalui aspek pendekatan personal, budaya, formal, dan aspek kognitif seperti yang telah dilakukan oleh Lakoff dan Turner (1989), Flavell (1997), dan Obododimma (1998).
commit to user 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mereka mengkaji proverba melalui sudut pandang yang berbeda. Lakoff dan Turner mengkaji pada aspek bahasa metafora yang ada pada proverba, Flavell melakukan pengarsipan proverba melalui pembuatan kamus beserta asal munculnya proverba, dan Obododimma mengkaitkan proverba melalui perspektif gender. Demikian juga pada Briggs (1985), Christian (1979), dan Yao-yun (2008). Briggs mengkaji proverba dari sudut pandang tampilan proverba di Spanyol, Christian mendaftar beberapa jenis proverba dan mengulasnya berdasarkan arti konteks serta rimanya, sedang Zhu yang sementara ini masih dianggap (oleh peneliti) sebagai satu-satunya yang menangkap proverba melalui kacamata pendidikan, mengulas proverba melalui pendekatan aspek pendidikan formal. Penulis Indonesia yang menulis karya tulis tentang proverba turut pula menjadi inspirator bagi penelitian ini. Seperti Yunus (1984) yang mengangkat ungkapan tradisional di Jawa Tengah, Tarigan (1979) yang di dalam bukunya mendaftar dan menjelaskan makna dari peribahasa lokal, Djaya Sudarma (1997) yang mengkaji proverba Sunda melalui perspektif budaya, dan Sande (1994) yang mengangkat peribahasa Tanah Toraja sebagai fokus kajian utama dalam bukunya, semua tokoh di atas mengulas proverba berdasarkan kacamata budaya Nusantara. Sarjana Nusantara yang mengulas proverba melalui pendekaan linguistik adalah Macaryus (2009:93-101) serta Hasan dan Azma (2009:179-182). Macaryus mengklasifikasikan fungsi “air” dalam proverba yang menjadi salah satu unsur pembentuk proverba, dan
Hasan dan Azma, memfokuskan kajiannya pada
pemilihan kata berunsur fauna yang ada dalam proverba. Dua tulisan yang ditulis oleh tiga orang di atas memfokuskan kajian mereka pada aspek semantis dan diksi.
commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Meskipun linguis maupun ahli bidang lain baik itu dari luar negeri maupun tanah air telah melakukan ekplorasi dan kajian dengan proverba sebagai subjeknya, namun masih saja tersisa beberapa masalah, antara lain: (1) kajian mereka belumlah cukup untuk dapat memahami secara detail apa dan bagaimana proverba itu sebenarnya dan hal ini tentu saja selaras dengan apa yang dikatakan Mieder (2004); (2) sebagian besar kajian proverba yang dijumpai peneliti menggunakan pendekatan paremiologi, dan sedikit di antaranya menggunakan pendekatan fraseologi; (3) di antara beberapa linguis yang mengkaji proverba sebagai kajian utama, hanya satu atau dua di antara mereka yang benar-benar memfokuskan kajian pada struktur dan makna hubungan antarunsur. Adapun linguis yang secara eksplisit (meskipun tidak komprehensif karena hanya berbentuk artikel) mengkaji proverba melalui pendekatan struktur dan makna hubungan antarunsur-unsur proverba adalah Sumarlam (2006). Minimnya karya tulis tentang proverba melalui pendekatan struktur dan makna hubungan antarunsur-unsur pembentuknya menyebabkan peneliti memiliki pandangan bahwa penelitian, yang berhubungan dengan hal ini wajib ada, dan karena itulah, penelitian ini dilaksanakan.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dan agar pembahasan kajian ini menjadi fokus, maka penelitian ini dipandu oleh 3 rumusan masalah yaitu: (a) bagaimanakah struktur proverba bahasa Inggris?
commit to user 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(b) bagaimanakah keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa Inggris? (c) bagaimanakah pola-pola pilihan kata dalam struktur proverba bahasa Inggris? (d) bagaimanakah makna hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa Inggris?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah sebagai berikut: (a) menjelaskan struktur proverba bahasa Inggris; (b) menjelaskan
keeratan
hubungan
antarkonstituen
pembentuk
proverba
bahasa Inggris; (c) menjelaskan
pola-pola
pilihan
kata
dalam struktur proverba
bahasa
Inggris; (d) menjelaskan makna hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa Inggris.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat yaitu sumbangan teoretis dan sumbangan praktis bagi peneliti, pembaca maupun bagi kajian linguistik. Dua manfaat tersebut antara lain: (a) Sumbangan teoretis: (1) memberikan dukungan maupun revisi (baik itu penambahan maupun pengurangan) terhadap beberapa teori terdahulu yang berhubungan dengan proverba. Teori-teori yang dimaksud adalah: definisi proverba
commit to user 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
oleh Mieder (1993), Simpson & Spake (1998), dan Padmosoekotjo (dalam Sumarlam, 2006), taksonomi struktur generik (bentuk lahir) proverba oleh Peukes (dalam Mieder, 2004), taksonomi struktur proverba oleh Sumarlam (2004), ciri-ciri proverba oleh Mieder (dalam Jamal, 2009), serta keeratan hubungan antarkonstituen proverba oleh Sumarlam (2004). (2) memberikan dukungan maupun revisi terhadap teori terdahulu yang berhubungan dengan pembagian proverba bahasa Inggris berdasarkan adanya style/gaya bahasa dalam proverba bahasa Inggris. Teori-teori yang dimaksud adalah teori pilihan fonem oleh Aurora (dalam Mieder, 2004); (3) memberikan dukungan maupun revisi terhadap teori sebelumnya yang berhubungan dengan makna hubungan antarunsur pembentuk proverba bahasa Inggris. Teori yang dimaksud adalah teori dua entitas pembentuk proverba oleh Dundes (dalam Mieder, 2004); (4) memberikan batasan baru tentang definisi proverba bahasa Inggris maupun karakteristiknya dengan menggunakan hasil-hasil yang didapat selama penelitian ini dan mengkonkretkannya dalam sebuah definisi baru tentang proverba bahasa Inggris beserta delapan ciri-ciri baru proverba bahasa Inggris; (5) menjadi referensi pengkajian proverba bahasa Inggris dan Indonesia, karena saat ini, kajian proverba yang dilakukan dengan serius yang ditinjau dari sudut pandang fraseologi internal masih sangat sedikit. (b) Sumbangan praktis (1) membantu penerjemah dalam menerjemahkan karya tulis dengan cara memberikan panduan akan definisi dan karakteristik proverba bahasa
commit to user 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Inggris. Dengan adanya panduan ini, penerjemah akan dapat menentukan apakah sebuah satuan lingual adalah sebuah proverba ataukah tidak. Dengan demikian, penerjemah akan menjadi lebih bijak dan lebih berhatihati dalam menerjemahkan sebuah satuan lingual, apakah satuan lingual tersebut dapat diterjemahkan secara biasa (karena satuan tersebut bukan proverba) ataukah perlu melalui proses-proses tertentu (karena satuan lingual tersebut adalah proverba). (2) membantu para guru/dosen pengajar bahasa Inggris untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa-siswi/mahasiswa-mahasiswi mereka tentang struktur-struktur proverba, pilihan kata dalam membangun struktur tersebut, keeratan hubungan antarkonstituen, serta makna hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa Inggris;
E. Sistematika Penulisan Struktur penulisan tesis ini dibagi ke dalam lima bagian. Tiap bagian memiliki fungsi masing-masing dalam menunjang keilmiahan dan keterbacaan tesis ini. Bab I yaitu pendahuluan. Di dalamnya berisi pokok bahasan, latar belakang teoritis, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan tesis. Bab ini ditulis dimaksudkan untuk menjadi penjelas kepada pembaca latar belakang ditulisnya tesis ini, serta manfaat keberadaan tesis ini bagi pembaca maupun masyarakat Bab II yaitu kajian teori. Di dalamnya berisi berbagai macam teori yang dibutuhkan dalam penelitian ini seperti teori tentang proverba, (2) teori struktur
commit to user 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(3) teori semantis (4) penelitian yang relevan, dan (5) kerangka pikir penelitian. Bab ini ditulis dengan maksud untuk menjelaskan kepada pembaca landasanlandasan ilmiah apa yang digunakan peneliti untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Adanya landasan ini menjadi penguat bahwa tesis ini adalah tulisan ilmiah dengan dasar dan argumen yang ilmiah dan bukan sebuah karya tulis biasa. Bab III berjudul “Metodologi Penelitian.” Bab ini berisi paparan tentang metode apa yang digunakan oleh peneliti selama proses penelitian dari mulai proses penyediaan data hingga penyajian hasil penelitian. Bab ini ditulis dengan maksud untuk menjelaskan kepada pembaca bahwa hasil penelitian dan simpulan yang ada dalam tesis ini telah memalui prosedur ilmiah dan benar sehingga hasil penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Bab IV adalah temuan dan pembahasan. Bab ini merupakan inti dari tesis ini. Di dalamnya berisi temuan-temuan tentang proverba bahasa Inggris secara detail, mulai dari bentuk strukturnya, keeratan hubungan antarkonstituennya, polapola pilihan kata dalam struktur dan makna hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa Inggris, serta diskusi-diskusi tentang temuan-temuan tersebut dan kaitannya dengan teori-teori terdahulu yang ada pada bab II. Bab V adalah simpulan, yang berfungsi sebagai penyimpul dari hasil temuan penelitian. Seluruh hasil dari penelitian disimpulkan dan dipaparkan secara ringkas pada bagian ini. Selain dari simpulan, beberapa saran peneliti yang berhubungan dengan kajian proverba bahasa Inggris juga dicantumkan pada bagian ini.
commit to user 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kerangka Teori Penelitian yang dijabarkan dalam tesis ini berada dalam ranah linguistik struktural. Sesuai dengan namanya, linguistik struktural adalah linguistik yang bertujuan untuk menggambarkan struktur suatu bahasa (dalam konteks ini adalah proverba) (Subroto, 2007: 28). Hal-hal yang tercakup dalam penggambaran struktur ini yaitu struktur antarkata dalam kalimat (sintaksis), serta struktur yang berhubungan dengan masalah makna (semantis) (Verhaar, 2008: 9). Dua struktur yang tercakup dalam linguistik struktural di atas beserta beberapa teori lainnya yang menjadi dasar, landasan, dan sumber inspirasi tesis ini diterangkan dalam bab ini. Adapun teori-teori tersebut secara garis besar meliputi: (1) teori-teori yang berhubungan dengan proverba, termasuk di dalamnya hakikat proverba, definisi proverba, pembagian proverba oleh sarjana baik itu melalui sudut pandang paremiologi dan fraseologi, serta fungsi penggunaan proverba; (2) teori struktur yang meliputi pembagian tiga satuan lingual yaitu, frasa, klausa dan kalimat, serta kemungkinan akan munculnya aspek-aspek stilistika seperti elipsis, aliterasi, asonansi, paralelisme, paradox, dan sejenisnya; (3) teori sematis yang berkaitan dengan makna hubungan antarunsur pembentuk satuan lingual seperti bentuk-bentuk variasi makna hubungan antarunsur satuan lingual kalimat seperti: metafora, personifikasi, hiperbola, metonimia, ataupun relasi makna seperti: sinonimi, antonimi, polisemi, dan homonimi.
commit to user 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain teori, dalam bab ini juga dipaparkan beberapa hasil kajian atau penelitian yang relevan yang berhubungan dengan proverba yang dilakukan oleh linguis terdahulu baik itu linguis yang berasal dari Indonesia maupun linguis mancanegara. Diletakkannya hasil kajian atau penelitian linguis terdahulu dalam bab ini selain untuk menunjukkan kajian atau penelitian linguis yang mana saja yang menjadi inspirator penelitian ini, juga untuk menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan dan dilaporkan dalam tesis ini adalah penelitian yang orsinil, serta masih belum pernah dilakukan sebelumnya. Selain landasan teori dan kajian serta penelitian yang relevan, dalam bab ini juga dipaparkan kerangka pikir penelitian yang digunakan peneliti selama proses penelitian. Kerangka pikir ini dimaksudkan sebagai pemandu jalannya penelitian agar tetap fokus dan jelas
B. Teori-Teori yang Dijadikan Acuan Teori-teori yang dijadikan acuan selama proses penelitian meliputi teori tentang proverba, teori tentang struktur dan teori tentang makna. Beberapa diantaranya berbentuk definisi-definisi terhadap poin-poin yang dibahas pada bab empat dan lima, beberapa tentang tentang klasifikasi, dan beberapa juga tentang ciri-ciri ilmiah yang berkaitan dengan tiga entitas yang dibahas pada bab ini.
1. Teori Tentang Proverba Bagian pertama pada bab ini mengulas tentang teori-teori yang berhubungan dengan proverba. Secara garis besar, teori-teori yang berhubungan dengan
proverba
mencakup
perbedaan
ranah
commit to user 20
keilmuan fraseologi
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
paremiologi, perbedaan definisi proverba, ujar-ujar, dan idiom, karakteristik proverba, kategori proverba, serta fungsi proverba
a. Fraseologi Versus Paremiologi Untuk menemukan definisi yang tepat tentang proverba dan mengulasnya secara sistematis fenomena pengunaan proverba yang ada di masyarakat, sangatlah penting bagi kita untuk memahami terlebih dahulu dua terminologi dasar yaitu fraseologi dan fraseologisme. Fraseologi adalah cabang dari linguistik yang mempelajari tentang frasa, berhubungan dengan segala jenis formula bahasa dan frasa kolokasi (kombinasi kata yang tak terpisahkan). MSN Encarta 2006 mendefinisikan fraseologi sebagai “the way words and phrases are chosen or used”
(cara kata-kata dan frasa dipilih dan digunakan). Fraseologisme adalah
kata benda dari fraseologi yang diterjemahkan sebagai “hal-hal yang terkait dengan frasa baik itu bentukan maupun maknanya.” Fraseologi ini berperan penting sebagai wadah dari konsep-konsep seperti ujar-ujar, proverba, idiom, dan beberapa jenis metafora lainnya (Mieder, 2004). Untuk memudahkan kita dalam memahami proverba, dalam penelitian ini akan kita sebut proverba sebagai sebuah bagian atau unit khusus dari fraseologi. Dalam konteks ini, sangat penting bagi kita untuk mengetahui bahwa beberapa studi tentang proverba tidak hanya dilakukan fraseologi yang berada dalam naungan linguistik. Beberapa cabang ilmu yang lain, paremiologi misalnya, juga mengkaji tentang proverba. Bedanya, jika fraseologi meletakan proverba sebagai salah satu fenomena bahasa yang unik, maka para ahli paremiologi memandang peribahasa sebagai bagian dari kebudayaan manusia.
commit to user 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bila dibandingkan dengan paremiologi, fraseologi lebih menitik beratkan pada pemilihan bahasa atau lebih tepatnya kata atau frasa sehingga kata atau frasa tersebut dapat memiliki makna yang sesuai dengan yang diinginkan pemakainya. Pemilihan kata ini kadang dapat menimbulkan efek bias bagi pendengarnya karena tidak semua orang paham dengan apa yang dimaksudkan oleh kata atau frasa tersebut. Seperti contoh Theodore Roosevelt yang mengujarkan sebuah frasa dalam pidatonya “Speak softly and carry a big stick” (Katakan dengan lembut dan bawa tongkat besar) pada 2 September 1901 di Minnesota State Fair (Mieder, 2004), bagi sebagian orang, frasa ini dianggap sebagai sebuah slogan politik belaka, namun bagi sebagian lainnya, dianggap sebagai sebuah peribahasa. Paremiologi di lain pihak memandang proverba dari sudut pandang yang lebih inklusif seperti sudut pandang antropologi, seni, komunikasi, budaya, cerita rakyat, sejarah, sastra, filologi, psikologi, agama, and sosiologi. Paremiologi juga menitik-beratkan pada pengklasifikasian peribahasa, pelacakan dari asal peribahasa tersebut dan menginvestigasi peran sosio-historis dari peribahasa tersebut. Secara spesifik, Paremiologi mengkaji peribahasa melalui aspek bentuk, gaya, fungsi, arti, dan nilai dari peribahasa tersebut bagi masyarakat dan bagi kebudayaan pada umumnya. Dari diskripsi inilah kita dapat menyimpulkan bahwa fraseologi memiliki hubungan yang dekat dengan sastra maupun linguistik, sedangkan paremiologi lebih dekat pada bidang kajian budaya, sosiologi maupun antropologi. Untuk membedakan konsep “peribahasa” yang ditinjau dari sudut pandang fraseologi dan “peribahasa” yang ditinjau dari sudut pandang paremiologi, maka pada tesis ini, digunakan istilah “proverba” untuk mengacu pada konsep peribahasa dalam
commit to user 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perspektif fraseologi, dan istilah “peribahasa” untuk mengacu pada istilah yang ada pada dunia paremiologi. Dunia sastra, dunia fraseologi dalam linguistik dan juga paremiologi telah melakukan banyak upaya meneliti dan mendefinisikan proverba. Namun, karakter proverba yang komprehensif dan ketidak-cocokan antara bentuk lahir proverba dan fenomena yang diacunya menyebabkan proverba tidak dapat didefinisikan dalam sebuah definisi tunggal. Mieder (1993), yang telah menulis beberapa buku tentang proverba, memberikan penjelasannya tentang mengapa proverba sangat sulit didefinisikan secara tepat: The reason for not being able to formulate a universal proverb definition lies primarily in the central ingredient that must be part of any proverb definition – traditionality. The term ‘traditionality’ includes both aspects of age and currency that a statement must have to be considered a proverb. But while we can describe the structure, style, form, and so on, of proverbs in great detail, we cannot determine whether a statement has a certain age or currency among the population by the text itself. It will always take external research work to establish the traditionality of a text, and this means that even the most precise definition attempt will always be incomplete (Mieder 1993: 6). Kata-kata Mieder di atas menggarisbawahi alasan mengapa kita tidak dapat memberikan definisi terhadap proverba yang dapat diterima secara universal adalah terletak pada komponen yang pastinya melekat pada seluruh definisi proverba yaitu ketradisionalannya. Terminologi tradisional dalam hal ini mencakup aspek kelanggengan dan penerimaan yang dengan adanya dua hal ini sebuah statement akan dapat dianggap sebagai proverba. Meskipun kita dapat menggambarkan struktur, style, bentuk, dan banyak hal lainnya dengan detail, namun kita tidak dapat menentukan apakah sebuah statement memiliki kelanggengan atau diterima dalam sebuah populasi masyarakat dengan teks itu
commit to user 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sendiri. Kita sangat membutuhkan karya penelitian ekternal untuk menentukan tradisionalitas dari sebuah teks, dan ini berarti bahwa definisi yang paling tepatpun akan selalu menjadi kurang lengkap. Berdasarkan kesulitan dalam memberikan definisi di atas inilah maka pada bagian selanjutnya akan disajikan beberapa definisi tentang proverba, serta beda antara proverba, ujar-ujar (sayings), dan ekspresi idiom (idiomatic expressions)
b. Definisi Proverba, Ujar-Ujar, dan Idiom Mieder (1993) sebagai spesialis dalam fraseologi mendefinisikan proverba sebagai : “a short, generally known sentence of the folk which contains wisdom, truth, morals, and traditional views in a metaphorical, fixed and memorizable form and which is handed down from generation to generation”(kalimat pendek yang ada dalam masyarakat yang mengandung unsur kebijaksanaan, kebenaran, moral, dan pandangan-pandangan tradisional dalam bentuk metafora, berbentuk baku, dan selalu diingat serta diturunkan dari satu generasi kegenerasi yang lain). (Mieder 1993: 5 & 24f.). Definisi Mieder inilah yang menjadi kuntributor terbesar dalam membangun definisi proverba peneliti yang ada pada bab ini ini. Norrik’s (1985) juga memberikan definisi proverba sebagai:“a traditional, conversational, didactic genre with general meaning, a potential free conversational turn, preferably with figurative meaning” (sebuah genre didaktik, percakapan, tradisional dengan makna luas, memiliki potensi untuk bergantian secara bebas dalam percakapan, dan biasanya mengandung makna kiasan). (Norrick, 1985). Gallacher (dalam Mieder 2004: 4) mendefinisikan proverba sebagai “A proverb is a concise statement of an apparent truth which has [had, or
commit to user 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
will have] currency among the people” (Proverba adalah pernyataan ringkas yang mengandung kebenaran yang nyata dan (sedang, telah, dan akan) beredar dalam masyarakat). Dalam Oxford Concise Dictionary of Proverbs (1998) dirumuskan pengertian proverba sebagai ujar-ujar tradisional yang menawarkan nasehat atau menyajikan moral dalam bentuk pendek dan dengan cara yang lembut (Simpson/Speake 1998). Sedang Paribasan (mengacu pada objek yang sama dengan proverba yaitu peribahasa), didefinisikan oleh Padmosoekotjo (dalam Sumarlam, 2006) sebagai:“Unen-unen kang ajeg panganggone, mawa teges entar, ora ngemu surasa pepindhan.” Artinya, ‘Ungkapan (berupa satuan lingual) yang tetap pemakaiannya, dengan arti kias, tidak mengandung makna perumpamaan’. Dengan mempertimbangkan segi-segi perbedaan dan persamaan yang terdapat pada berbagai batasan definisi proverba di atas, maka secara ringkas dan padat pengertian proverba dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: ”Proverba adalah ungkapan yang tetap pemakaiannya dengan struktur kaku dan berbentuk ringkas, memiliki arti kias, tidak mengandung makna perumpamaan mengandung unsur kebijaksanaan, kebenaran, dan moral, dan beredar dalam masyarakat secara luas karena proses transfer budaya dari generasi ke generasi.” Ujar-ujar (sayings) sebenarnya memiliki arti yang hampir mirip dengan proverba. Dalam Cambridge Advanced Learner’s Dictionary disebutkan bahwa saying adalah: “a well-known and wise statement, which often has a meaning that is different from the simple meanings of the words it contains” (pernyataan bijak dan terkenal yang kadang memiliki makna yang berbeda dari makna dasar dari
commit to user 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kata-kata yang terkandung di dalamnya). Dari definisi ini kita dapat menarik simpulan bahwa ujar-ujar adalah pernyataan yang terkenal (karena bisa jadi diujarkan oleh orang yang terkenal juga), yang mengandung kebijaksanaan serta memiliki makna yang berbeda dari makna dasar kata-kata pembentuknya. Dari sini kita melihat perbedaan proverba dari ujar-ujar yaitu: proverba muncul disebabkan oleh pengalaman yang melatarbelakanginya, serta pengarangnya tidak diketahui, sedangkan ujar-ujar muncul karena dinyatakan oleh seseorang yang terkenal serta dapat ditelusuri siapa pengujarnya. Adapun definisi yang terakhir adalah definisi idiom. Dalam hal ini, Kridalaksana (2008: 90) memberikan batasan yang jelas terhadap idiom yaitu: (a) konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing anggotanya mempunyai makna yang ada hanya karena bersama yang lain; (b) konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna-makna yang dimiliki oleh anggotanya. Kridalaksana juga memaparkan contoh bahwa idiom itu biasanya berbentuk frasa yang anggotanya satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan pada definisi yang telah dipaparkan di atas yaitu tentang definisi proverba, ujar-ujar dan idiom, kita dapat melihat adanya perbedaan yang secara jelas dirumuskan sebagai berikut: (1) proverba dapat berupa gabungan frasa yang tidak memiliki konektor atau berbentuk kalimat ringkas, ujar-ujar dapat berbentuk kalimat ringkas atau kompleks, sedang idiom berbentuk frasa;
commit to user 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) proverba muncul dilatarbelakangi oleh pengalaman manusia, ujar-ujar muncul dilatarbelakangi oleh ujaran dari orang-orang yang terkenal, idiom muncul dilatarbelakangi oleh faktor kebiasaan masyarakat; (3) proverba mengalami perubahan makna frasa dan kalimat ringkas, ujar-ujar mengalami perubahan makna kalimat ringkas dan kompleks, sedangkan idiom mengalami perubahan makna frasa.
c. Karakteristik Proverba Proverba merupakan salah satu jenis tuturan atau ungkapan tradisional. Proverba disebut sebagai teks tradisional karena memperlihatkan ciri-ciri teks tradisional sebagai berikut. (a) strukturnya bersifat tetap; artinya urutan antarunsurnya tidak dapat dipermutasikan, dan di antara unsur-unsurnya tidak dapat disisipkan kata atau unsur lain; (b) kata-kata pengisi teks tersebut tidak dapat digantikan oleh kata lain; jika kata itu digantikan oleh kata lain maka akan memiliki maksud yang berbeda; (c) teks itu harus dianggap sebagai suatu kesatuan. Artinya, salah satu unsurnya tidak dapat diberi penjelas tersendiri. Misalnya proverba ”Advice is cheap” (saran itu murah harganya), Bila diberi penjelas ”very” (sangat) menjadi ”Advice is very cheap” (saran itu sangat murah harganya), maka identitas tuturan tersebut menjadi berubah sama sekali, dan; (d) pada umumnya tuturan tetap yang bersifat tradisional bermakna non-literal, idiomatik, kias atau bukan makna yang sebenarnya (Sumarlam, 2006).
commit to user 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Folkloris Alan Dundes (dalam Meider, 2004) menyebut bahwa proverba setidak-tidaknya mengandung ”topik” dan ”komen,” dan karena itulah sebuah proverba haruslah terdiri dari minimal dua kata. Untuk proverba yang lebih panjang, Dundes mensyaratkan bahwa di dalamnya harus mengandung oppositional dan non-oppositional structures (struktur oposisi dan struktur non oposisi) Mieder (dalam Jamal 2009) menyebutkan bahwa untuk dapat dinyatakan sebagai sebuah proverba, maka sebuah kalimat haruslah memiliki beberapa unsur yang dapat memenuhi beberapa kriteria seperti: (a) sebuah proverba haruslah berbentuk lengkap dan memiliki tingkat akurasi tata bahasa yang tinggi; (b) sebuah proverba bukanlah ujaran yang keluar begitu saja, tapi haruslah dipraformulasikan, dan disusun sebagai sebuah statement yang bersifat luas, dan karenanya bentuk sebuah proverba tidak dapat diubah-ubah sesuka hati; (c) fitur-fitur proverba dikenal luas, meskipun pencipta proverba itu tidak jelas; (d) karena strukturnya yang simple dan di dalamnya tersusun bahasa metafora, dengan memuat bentuk-bentuk retorika seperti aliterasi, ritme, rima, dan sebagainya, maka proverba sangat mudah diingat dan disimpan dalam benak; (e) karena proverba bersumberkan dari kumpulan pengalaman atau kebijaksanaan manusia, maka proverba tersebut mengandung unsur preskriptif (menyatakan benar dan salah) dan memuat ajaran moralitas; dan (f) proverba mengandung ketidakpastian makna semantik karena bermuatan luas, memiliki fungsi yang luas, dan memiliki makna sematik yang luas pula.
commit to user 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Kategori Proverba Berdasarkan proposisinya, Simpson & Speake (1998) membagi proverba ke dalam 3 jenis yaitu: (a) proverba yang di dalamnya berisi pernyataan abstrak yang menunjukkan kebenaran umum seperti proverba: “Absence makes the heart grow fonder […].” (b) proverba yang mengandung contoh-contoh berwarna dengan menggunakan observasi spesifik yang dilakukan melalui pengalaman setiap hari untuk memberikan generalisasi seperti contoh “You can take a horse to water, but you can’t make him drink” dan “Don’t put all your eggs in one basket. “ (c) proverba yang memasukkan unsur budaya tertentu atau yang diambil dari cerita rakyat tertentu seperti proverba kesehatan “After dinner rest a while, after supper walk a mile […].” Sebagai tambahan, ada proverba tradisional daerah yang menjelaskan tentang budaya hemat, cuaca dan musim seperti “Red sky at night, shepherd’s delight; red sky in the morning, shepherd’s warning” dan “When the wind is in the east, ‘tis neither good for man nor beast.” Berdasarkan bentuknya, Sumarlam (2006) membagi proverba menjadi yaitu 5 jenis yaitu: (a) proverba yang berstruktur kata; (b) proverba berstruktur frasa; (c) proverba berstruktur klausa (konstruksi predikatif); (d) proverba berstruktur kalimat, baik itu yang berstruktur kalimat tunggal maupun kalimat majemuk, dan
commit to user 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(e) proverba yang berkonstruksi kalimat imperatif, baik imperatif positif maupun imperatif negatif. Berdasarkan subgenrenya, Mieder (2004) membagi proverba menjadi lima jenis, yaitu: (1) proverba ekspresi seperti contoh: “to bite the dust” (menggigit debu); (2) proverba perbandingan seperti contoh: “as busy as a bee” (sesibuk lebah); (3) proverba interogatif “Does a chicken have lips?” (apakah ayam memiliki bibir?); (4) proverba formula kembar “give and take” (memberi dan mengambil) dan, (5) wellerisme “‘Each to his own” (tiap-tiap pada dirinya sendiri) yang muncul ketika seorang peternak mencium sapinya. Berdasarkan strukturnya, Peukes (dalam Mieder, 2004) membagi proverba berdasarkan kemungkinan pola umum bentuk-bentuk proverba yaitu: (1) Better X dan X (lebih baik X daripada Y); (2) Like X, Like Y (seperti X, seperti Y); (3) No X, without Y (tidak ada X, tanpa ada Y); (4) One X does not make a Y, (Satu X tidak akan membuat Y) dan, (5) If X, then Y. (Jika X, maka Y).
e. Fungsi dan Penggunaan Proverba Proverba digunakan dalam berbagai konteks komunikasi, baik itu sosial, pendidikan dan lainnya dalam bentuk verbal maupun tulisan. Namun dalam konteks tertentu, proverba tidak hanya digunakan untuk menjadi penyampai kebijaksanaan, dan pengungkapan kebenaran yang diturunkan dari generasi ke
commit to user 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
generasi, namun proverba kadang pula dijadikan sebagai sarana yang jauh lebih serius lagi, seperti ketika proverba disalahgunakan untuk propaganda dari pandangan atau kepercayaan tertentu. Proverba memberikan kontribusi terhadap disebarkannya stereotipe dan prejudice dari beberapa pihak. Dalam banyak kasus, proverba seringkali digunakan dalam pidato politik dan penyebaran propaganda (Röhrich, dalam jamal, 2009). Melihat pada penggunaan proverba berdasarkan perspektif yang menggunakannya,
maka
kebanyakan
proverba
digunakan
untuk
mengklasifikasikan, menggambarkan, atau untuk menilai sebuah situasi (Jamal, 2009). Selain itu, proverba juga digunakan untuk mengklaim norma dan prinsip tertentu dengan menekankan pada aspek moral dan rekomendasi etika. Kajian tentang proverba dan pemakaiannya menunjukkan bahwa penggunaan proverba akhir-akhir ini telah mulai berubah dari yang biasanya muncul dalam percakapan sekarang muncul dalam teks tertulis seperti pidato, horoskop, headline surat kabar dan majalah (Jamal, 2009). Sepertinya nampak bahwa penggunaan proverba secara tradisi yaitu lewat media wicara mulai ditinggalkan dan beranjak pada bentuk-bentuk yang lebih unik dan inovatif (Burger dalam Jamal, 2009).
2. Teori tentang Struktur Bagian kedua dari bab ini mengulas tentang teori-teori yang berhubungan dengan struktur dalam bidang sintaksis. Struktur yang dimaksud di sini adalah hubungan yang terbentuk antarkonstituen seperti hubungan antarPart of Speech,
commit to user 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hubungan antarfrasa, dan hubungan antarklausa. Ada banyak teori sintaksis yang berkaitan dengan penyebutan satuan lingual yang menjadi komponen pembentuk dari sebuah klausa atau kalimat seperti teori Generative Grammar (Tata Bahasa Generatif), teori tatabahasa umum Betty S. Azar yang biasa dipakai sebagai referensi perkuliahan tata bahasa bahasa Inggris di banyak perguruan tinggi di Indonesia, teori Tagmemik, dan masih banyak lainnya. Sebagai teori yang memiliki dasar kuat dan telah lama berdiri, teori-teori tersebut memiliki kaidah penamaan yang sudah baku, seperti contoh, pada buku Syntax: A Generative Introduction karya Carnie (2002), pembagian komponen pembentuk kalimat hanya di bagi ke dalam dua bagian (cabang biner) yaitu frasa Nominal (FN) dan frasa Verbal (FV). Demikian juga pada buku Undersanding and Using English Grammar (Azhar, 2002) komponen pembentuk kalimat dibagi menjadi beberapa bagian seperti Subject, Verb, Object, Complement. Pada Buku Aliran Tagmemik, (Soeparno, 2008) unsur-unsur kalimat dapat berupa Subjek, Predikat, Komplemen dan Adjung. Adanya perbedaan penyebutan nama komponen pembentuk kalimat di atas bila tidak disikapi dengan bijak akan menyebabkan kerancuan dalam memahami tesis ini. Untuk menghindari kerancuan dan kebingungan inilah maka pada penelitian ini, digunakan istilah-istilah dan konsep-konsep yang ada pada tata bahasa deskriptif. Dalam tatabahasa deskriptif, disebutkan beberapa istilah khas yang mengacu pada konstituen pembentuk kalimat seperti Subjek, Predikat, Kopula, Komplemen, Objek (baik langsung maupun tak langsung), Keterangan, dan lainnya. Seluruh istilah tersebut digunakan dalam tesis ini.
commit to user 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ada beberapa alasan mengapa istilah-istilah dan konsep dalam konsep tatabahasa deskriptif tersebut digunakan dalam penelitian ini antara lain: (a) penggunaan istilah-istilah dan konsep seperti Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel), Keterangan (K), dan lain-lainnya yang ada dalam tatabahasa deskriptif telah dikenal luas masyarakat Indonesia; (b) istilah-istilah dan konsep tatabahasa generatif meskipun sangat terkenal di dunia linguistik, namun di Indonesia, konsep-konsep tersebut masih belum familiar. Konsep konstituen biner NP.VP selain kurang dikenal, variasi komponen pembentuk kalimat juga tidak akan terlihat secara langsung dengan jelas; (c) penggunaan istilah Verb yang merujuk pada konsep predikat dalam tatabahasa bahasa Inggris tradisional masih kurang familiar di telinga masyarakat Indonesia. Analisis struktur dengan menggunakan pendekatan tatabahasa generatif diharapkan memadai untuk menampung segala kemungkinan variasi yang muncul yang berkaitan dengan struktur proverba. Namun apabila dibutuhkan, konsepkonsep di luar tatabahasa deskriptif semisal Immediate Constituent, Ultimate Constituent dan sejenisnya, dapat pula digunakan untuk menutupi kekurangan analisis dengan menggunakan pendekatan tatabahasa deskriptif.
a. Istilah-Istilah Umum Seputar Struktur Sintaksis Alangkah baiknya jika kita memulai terlebih dahulu mengenal beberapa istilah yang banyak digunakan seputar struktur dalam sintaksis sebelum membahas tentang teori-teori sintaksis. Dengan adanya penjelasan tentang istilah-
commit to user 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
istilah tersebut, diharapkan pembaca tesis ini dapat memiliki bekal cukup untuk memahami apa saja yang ada pada bab selanjutnya dari tesis ini utamanya bab IV dan bab V. (a) Part of Speech adalah pembagian jenis-jenis kata berdasarkan fungsinya dalam sebuah kalimat (House & Harman, 1950: 16). Kebanyakan ahli tatabahasa tradisional membagi Part of Speech ke dalam delapan jenis yaitu: (1) nomina/kata benda (selanjutnya dapat digunakan istilah N), (2) pronomina/kata ganti (selanjutnya dapat digunakan istilah Pron), (3) verba/kata kerja (selanjutnya dapat digunakan istilah V), (4) adjektiva/kata sifat (selanjutnya dapat digunakan istilah A), (5) adverbia/kata keterangan (selanjutnya dapat digunakan istilah Adv), (6) preposisi/kata depan (selanjutnya dapat digunakan istilah P), (7) Konjungsi/kata penghubung (selanjutnya dapat digunakan istilah Kon), dan (8) Interjeksi/kata seru (selanjutnya dapat digunakan istilah I). Delapan jenis Part of Speech di atas dalam tesis ini disederhanakan menjadi lima Part of Speech saja yaitu (1) nomina, (2) verba, (3) adjektiva, (4) adverbia, dan (5) kata-kata tugas. (b) frasa adalah kelompok dari kata-kata yang berhubungan tanpa adanya unsur subjek atau predikat yang berfungsi sebagai sebuah unsur pembangun klausa atau kalimat (House & Harman, 1950: 12). Frasa dapat diklasifikasikan ke dalam lima jenis yaitu frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, frasa adverbial dan frasa preposisional. (c) klausa adalah subdivisi dari kalimat yang mengandung unsur subjek dan predikat (House & Harman, 1950: 12). Secara tradisional, klausa dibagi menjadi dua yaitu klausa dependen dan klausa independen
commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(d) kalimat adalah kelompok dari kata yang berhubungan yang mengandung unsur subjek dan predikat dan menunjukkan satu kesatuan pikiran yang lengkap dan utuh (House & Harman, 1950: 12) (e) konstituen adalah unsur pembangun sebuah satuan lingual. Konstituen juga dapat didefinisikan sebagai satu kata atau grup kata yang berfungsi sebagai sebuah unit. Konstituen dibagi menjadi dua yaitu konstituen langsung (Immediate Constituent) dan konstituen akhir (Ultimate Constituent). Konstituen langsung adalah unsur yang menjadi pembentuk langsung dari satu satuan lingual. Jika satuan lingual tersebut berupa kalimat majemuk kompleks, maka konstituen langsungnya adalah klausa, jika satuan lingual tersebut berupa klausa, maka konstituen langsungnya adalah frasa, jika satuan lingual tersebut adalah frasa, maka konstituen langsungnya adalah Part of Spech. Konstituen akhir adalah unsur terkecil pembangun sebuah satuan lingual dan tidak dapat dibagi lagi dalam struktur sintaksis. Konstituen akhir ini berbentuk Part of Speech.
b. Fungsi, Kategori dan Peran Sintaksis Tiap kata atau frasa dalam kalimat mempunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frasa lain yang ada dalam frasa tersebut. Fungsi di sini diberi pengertian hubungan saling bergantung antara unsur-unsur dari suatu perangkat sedemikian rupa sehingga perangkat itu merupakan keutuhan dan membentuk sebuah struktur (Kridalaksana, dalam Putrayasa, 2008: 64). Istilah fungsi meliputi subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Ada satu istilah lain yang juga akan banyak dibicarakan pada bagian selanjutnya yaitu
commit to user 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“kopula” (untuk selanjutnya dapat ditulis Kop). Kopula adalah sebuah fungsi sintaksis yang menghubungkan subjek dan predikat dan berbentuk bukan verba. Kopula ini muncul pada klausa atau kalimat nonverbal (Verhaar, 2008:179). Kategori sintaktis adalah setiap kelas dari bagian-bagian yang dikenal dalam sintaksis sebuah bahasa. Secara spesifik, kategori sintaktis adalah kategori yang memberi tanda pada diagram struktur frasa: kalimat (K), frasa nominal (FN), frasa verbal (FV), dan lain-lain (Matthews, 1997: 368). Menurut Trask (1999: 303), kategori sintaktis adalah segala sesuatu dari beberapa kategori bagian gramatikal yang membentuk kalimat dalam sebuah bahasa. Kategori terkecil dari kategori sintaktis adalah kategori leksikal, yang dikenal dengan kelas kata, seperti nomina, verba, preposisi. Analisis kalimat berdasarkan peran mengacu pada makna pengisi unsurunsur fungsional kalimat. Verhaar (dalam Putrayasa: 2008: 91) mengatakan bahwa ‘peran’ adalah segi semantis dari peserta-peserta verba. Unsur peran ini berkaitan dengan makna gramatikal/sintaksis. Dengan pengisian unsur ini, dapatlah diketahui makna yang ada pada masing-masing unsur fungsional tersebut (Putrayasa: 2008: 91).
c. Teori Sintaksis: Frasa, Klausa, dan Kalimat Frasa didefinisikan sebagai sebuah kesatuan yang terdiri atas dua kata atau lebih, yang masing-masing mempertahankan makna dasar katanya, sementara gabungan itu menghasilkan suatu relasi tertentu, dan tiap kata pembentuknya tidak bisa berfungsi sebagai subjek dan predikat dalam konstruksi itu (Keraf, 1991:
commit to user 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
175). Secara garis besar frasa dapat digolongkan menjadi dua macam yakni frasa endosentris dan frasa eksosentris. Frasa endosentris merupakan gabungan dua kata atau lebih yang menunjukkan bahwa kelas kata dari perpaduan tersebut sama dengan kelas kata salah satu atau semua unsur pembentuknya, seperti contoh: (a) rubber toy KB
(b) angry man
KB
(c) angry Persian cat
KS KB
KS
KB
KB
Frasa eksosentris merupakan gabungan dua kata atau lebih yang menunjukkan bahwa kelas kata dari perpaduan tersebut tidak sama dengan kelas kata unsur pembentuknya. Contoh: (a) from the office
(b) because of sick
(c) on the table
Klausa adalah suatu konstruksi yang sekurang-kurangnya terdiri atas dua kata, yang mengandung hubungan fungsional subjek-predikat, dan secara fakultatif, dapat diperluas dengan beberapa fungsi lain seperti objek dan keterangan-keterangan lain. (Keraf, 1991: 181). Secara ringkas dapat ditulis klausa adalah S, P, (O), (Pel), (Ket). Unsur inti adalah S dan P, sedang (O), (Pel), (Ket) merupakan unsur tambahan (Ramlan, 1987:89). Morley (2000: 91) juga sependapat dengan apa yang disampaikan Ramlan. Ia berkata: “Most systemic description of clause structure have traditionally made us four primary elements subject (S), predicator (P),complement (C), and adjunct (A) and one more secondary element, the Z element.” “Sebagian besar deskripsi sistematik tetap struktur klausa secara tradisional telah memberi kita empat elemen dasar yaitu: subjek, predikat, komplemen dan keterangan, dan satu elemen sekunder, yaitu elemen Z.”
commit to user 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Klausa dapat dibedakan atas beberapa macam berdasarkan beberapa sudut tinjauan. Berdasarkan urutan kata, klausa dibagi menjadi dua jenis yaitu klausa normal yaitu klausa yang subjeknya mendahului predikat dan klausa inversif yaitu klausa yang fungsi keterangannya mendahului posisi subjek, seperti contoh: Tabel 2.1. Beda Klausa Normal dan Klausa Inversi KLAUSA NORMAL
KLAUSA INVERSI
She came to my house Her sister is a dancer That man is so handsome
To the silent land they go Yesterday, there came the letter Because of sick, she was absent
Berdasarkan variasi subjek-predikatnya, klausa dibagi menjadi lima macam yaitu: (1) klausa berpredikat kata kerja intrasitif, (2) klausa berpredikat kata kerja transitif, (3) klausa berpredikat kata benda, (4) klausa berpredikat kata sifat, (5) klausa berpredikat adverbial/frasa preposisional). Adapun contoh kalimat berdasarkan variasi subjek dan predikatnya dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 2.2. Jenis Klausa Berdasarkan Predikatnya NO.
JENIS KLAUSA
1.
Klausa berpredikat kata kerja intrasitif
2.
Klausa berpredikat kata kerja transitif
3.
Klausa berpredikat kata benda
4.
Klausa berpredikat kata sifat
5.
Klausa berpredikat adverbial (frasa preposisional)
CONTOH
(1) (2) (3) (1) (2) (3) (1) (2) (3) (1) (2) (3) (1) (2) (3)
That lady is dancing The cat is meowing Michael cried loudly Mr. Clinton teaches 25 students The mailman is delivering the mails Steve loves Stephanie My mother is a secretary He is a police man They are students She is so beautiful Working in a bank is tiring She is angry She is on the ground My mother is in the garden The cat is under the tree
commit to user 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan keterikatannya pada klausa-klausa Lain, klausa dibagi menjadi dua macam yaitu klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas adalah klausa yang dapat berdiri sendiri dan tidak bergantung pada klausa lain, sedangkan klausa terikat adalah klausa yang kehadirannya bergantung pada klausa lain dan biasanya ditandai oleh adanya konjungsi (kata penghubung). Klausa terikat merupakan bagian dari sebuah kalimat, dan dapat hadir bersama-sama atau dikaitkan dengan klausa bebas, seperti contoh pada tabel 2.3 berikut Tabel 2.3. Klausa Bebas dan Klausa Terikat KLAUSA BEBAS
KLAUSA TERIKAT
Ani is carrying a book The teacher is showing a picture That man is so handsome
when they swept the floor because the children will die where he comes from
Mattews (1990: 26) berpendapat bahwa: “a sentence is a series of words in connected speech or writing, forming the grammatically complete expression of a single thought.” “Kalimat adalah suatu rangkaian kata yang dihubungkan dalam dalam tuturan atau tulisan yang membentuk ekspresi gramatikal yang lengkap dari suatu gagasan.” Kridalaksana (2001: 92), menyatakan kalimat merupakan: (1) satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensional terdiri dari klausa; (2) konstruksi gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai satu satuan. Sementara itu, Chaer (2003: 240) berpendapat bahwa kalimat adalah konstituen dasar dan intonasi final, sebab konjungsi hanya ada apabila diperlukan. Konstituen dasar itu bisa berupa kata, frasa, atau klausa. Jadi apabila pada sebuah
commit to user 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kata, frasa, atau klausa diberi intonasi final, maka akan terbentuklah sebuah kalimat. Kalimat dapat dibedakan berdasarkan bermacam-macam hal sebagai berikut: (1) berdasarkan nilai informasinya (sasaran atau tujuan yang akan dicapai) kalimat dibedakan atas: (a) kalimat berita, (b) kalimat tanya, (c) kalimat perintah: terdiri dari suruhan, ajakan, permintaan, dan larangan, (d) kalimat harapan, (e) kalimat pengandaian; (2) berdasarkan diatesis, kalimat dibedakan atas: (a) kalimat aktif (subjek melakukan perbuatan), dan (b) kalimat pasif (subjek dikenai perbuatan); (3) berdasarkan jumlah inti yang membentuknya, kalimat dibedakan atas: (a) kalimat minor (hanya mengandung satu inti), (b) kalimat mayor (mengandung lebih dari satu inti); (4) berdasarkan pola-pola dasar yang dimilikinya, kalimat dibedakan atas: (a) kalimat inti, (b) kalimat luas (perluasan dari kalimat inti), (c) kalimat transformasi (perubahan dari kalimat inti); (5) berdasarkan klausa pembentuknya kalimat dibagi menjadi: (a) kalimat tunggal (kalimat yang hanya mengandung satu klausa/satu pola S-P), dan (b) kalimat majemuk (kalimat yang mengandung lebih dari satu klausa/lebih dari satu pola S-P). Kalimat majemuk, berdasarkan hubungan antarklausanya dibedakan lagi atas: kalimat majemuk setara, kalimat majemuk betingkat, kalimat majemuk campuran, kalimat majemuk rapatan.
commit to user 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Teori tentang Aspek Stilistik dalam Struktur Tidak dapat dipungkiri bahwa aspek stilistika dapat melebur ke dalam struktur bahasa baik itu frasa, klausa maupun kalimat. Munculnya aspek-aspek stilistika ini ditentukan oleh banyak faktor seperti; bentuk dan tujuan dibuatnya struktur serta latar belakang pembuat struktur. Seseorang yang hendak membuat struktur dengan maksud untuk menyampaikan informasi formal, akan berbeda bentuk strukturnya dengan seseorang yang membuat struktur dengan maksud untuk bercerita atau berpuisi. Demikian juga seseorang yang memiliki kecerdasan bahasa dan gemar terhadap sastra tentunya akan berbeda struktur yang dibuatnya bila dibandingkan dengan struktur hasil karya orang yang tidak memiliki kecerdasan dan kegemaran terhadap sastra. Proverba, sebagai hasil dari cerdasnya manusia memanfaatkan bahasa, tentunya memiliki struktur yang berbeda dari frasa, klausa atau kalimat kebanyakan. Pada proverba, banyak ditemui muatan stilistika seperti aliterasi, asonansi, elipsis, paradoks, dan gaya bahasa yang lain. Bagian berikut ini akan menjelaskan beberapa istilah yang berhubungan dengan gaya bahasa tersebut.
a. Aliterasi Aliterasi dijelaskan sebagai “the repetition of the same sound at the beginning of several words which are near one another.” (perulangan suara yang sama yang terletak pada awal beberapa kata yang berdekatan). Contoh yang paling banyak dikutip untuk menerangkan aliterasi adalah kalimat; “Piter Piper picking a peck of pickled paper” (Reaske, 1966: 26)
commit to user 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Asonansi Asonansi adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi (vokal) yang sama untuk memperoleh efek penekanan atau sekedar untuk membangun keindahan (Keraf, 1990). “Ini luka penuh luka siapa yang punya.”
“The frog is mocking the rotten log”
c. Konsonansi Adalah pengulangan bunyi konsonan pada akhir kata dalam satuan larik yang sama. Pengulangan konsonan /n/ pada kata “hujan” dan “badan” pada kalimat “hujan mengucur badan” misalnya merupakan salah satu contoh
konsonansi (Aminuddin, 1995: 303)
d. Rima Vokal Rima vokal didefinisikan sebagai paduan bunyi vokal pada larik yang berbeda tapi berurutan baik diawali konsonan yang sama maupun yang berbeda (Aminuddin, 1995:308). Aminuddin memberi contoh puisi “Expatriate” karya Goenawan Muhammad: “Akulah adam dengan mulut yang sepi
Putera surgawi”
e. Anastrof Anastrof atau inversi adalah gaya bahasa yang berupa pembalikan susunan kata yang biasa dalam sebuah kalimat (Keraf, 1990). Keraff menberi contoh gaya bahasa ini dalam beberapa tiga buah kalimat seperti;
commit to user 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“pergilah ia meninggalkan kami,” “keheranan kami melihat perangainya,” “bersorak-sorak orang di tepi jalan.”
f. Apostrophe Apostrophe adalah semacam gaya yang berbentuk pengalihan amanat dari para pembaca/hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir (Keraf, 1990). Keraff memberi contoh gaya bahasa yaitu: “hai kamu dewa-dewa yang berada di surga. Datanglah dan bebaskanlah kami dari belenggu penindasan ini.”
g. Elipsis Elispsis adalah suatu gaya bahasa yang berwujud penghilangan satu unsur kalimat yang dengan mudah diisi dan ditafsirkan sendiri oleh pembaca, atau pendengar, sehingga struktur gramatikal, atau kalimatnya menenuhi pula tatabahasa yang berlaku (Keraf, 1990). Contoh gaya bahasa elipsis adalah: “Dengan penuh kesedihan ditatapnya boneka beruang itu, diletakkannya di dadanya [...], didekapnya [...] dengan erat dan dibisikkannya [...] kata-kata perpisahan.” “Amy’s skill in playing piano is better than Mark’s [...]”
h. Paradoks Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik karena kebenaranya (Keraf, 1990). Seperti contoh:
commit to user 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“An enemy is sometimes our best company”
“The best defense is the well-planned offense”
i. Hiperbola Hiperbola
adalah
semacam
gaya
bahasa
yang berlebihan
yang
mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar-besaran sesuatu (Keraf, 1990). Seperti contoh: “That man is so genious that Einstein bows to him.” “Dr. Johnson drank his tea in oceans.”
j. Eritosis atau Pertanyaan Retoris Eritosis adalah semacam pertanyaan yang digunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar serta sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban (Keraf, 1990). Seperti contoh: “Did you help me when I needed help? Did you once offer to intercede in my behalf? Did you do anything to lessen my load?”
k. Alusi Alusi (allusion) adalah gaya bahasa berupa proses perujukan kata pada figur/tokoh atau kejadian yang telah dikenal dengan baik oleh masyarakat (Reaske, 1966). Seperti contoh: “Judul pidato ini adalah judul pidato kedua yang mengesankanku setelah judul pidato Jasmerah”
commit to user 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Teori Tentang Makna Telah disebutkan di bagian pendahuluan bahwa penelitian ini merupakan penelitian tentang struktur (sintakis) dan makna (semantis). Ulasan yang berhubungan dengan teori-teori struktur (teori sintaksis) yang dipandang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini telah dipaparkan pada bagian 3 bab ini. Untuk melengkapi ulasan tentang teori-teori yang menjadi dasar penelitian ini, maka pada bagian ini akan dipaparkan teori-teori yang berhubungan dengan makna (teori semantis). Adapun teori-teori yang diulas pada bagian ini adalah berkaitan dengan tiga teori dasar yaitu: (1) teori pembagian makna; (2) teori relasi makna; dan (3) teori tentang perubahan makna.
a. Pembagian Makna Makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria, yang antara lain berdasarkan jenis semantiknya, nilai rasa, referensi dan ketepatan makna (Suwandi,
2008).
Terdapat banyak
pendapat
mengenai
ragam
makna.
Kridalaksana (dalam Suwandi, 2008) mengemukaan adanya berbagai ragam makna seperti: makna denotatif, makna konotatif, hakikat, intensi, ekstensi, kognitif, leksikal, gramatikal, luas, sempit, pusat (tidak berciri), referensial, kontekstual, konstruksi dan sebagainya. Pateda (2001) menggunakan istilah ’jenis’ untuk mengklasifikasikan makna yang telah didaftar secara alfabetis menjadi 25 macam jenis makna. Ke-25 jenis makna tersebut adalah: (1) afektif, (2) denotatif, (3) deskriptif, (4) ekstensi,
commit to user 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(5) emotif, (6) gereflekter, (7) ideasional, (8) intensi, (9) gramatikal, (10) kiasan, (11) kognitif, (12) kolokasi, (13) konotatif, (14) konseptual, (15) konstruksi, (16) leksikal, (17) luas, (18) piktorial, (19) proposisional, (20) pusat, (21) referensial, (22) sempit, (24) stiliska, dan (25) tematis. Senada dengan Pateda, Palmer (dalam Pateda, 2001) mengklasifikasikan jenis makna menjadi empat, yaitu: (1) cognitive meaning (makna kognitif); (2) idetional meaning (makna idesional); (3) denotational meaning (makna denotasi); (4) propositional meaning (makna proposional). Sedangkan Leech (2003) menitik-beratkan penggolongan makna pada ’tipe’, yang kemudian dibedakan menjadi tujuh tipe makna yaitu: (1) makna konseptual, (2) makna konotatif, (3) makna stilistika, (4) makna afektif, (5) makna refleksi, (6) makna kolokatif, (7) dan makna tematik. Di antara pembagian makna yang diajukan oleh para pakar di atas, peneliti memilih menggunakan teori Leech (2003), tentang tujuh tipe makna sebagai dasar dalam memberikan definisi apa itu sebenarnya makna, dan karena itulah pada bagian ini akan dijelaskan secara garis besar teori Leech tentang tujuh tipe makna tersebut. Ada dua alasan mendasar mengapa teori tujuh tipe makna Leech yang digunakan dalam pendefinisian makna dalam penelitian ini, yaitu: (1) teori Leech sudah cukup komprehensif dalam merangkum seluruh teori tentang pembagian makna, yang itu ditandai oleh pembagian maknanya yang tidak terlalu sedikit dan juga tidak terlalu banyak jenisnya, (2) teori Leech banyak dijadikan rujukan oleh banyak pakar semantis dalam rangka menemukan atau mengembangkan tipe atau jenis makna yang baru yang belum ditemukan sebelumnya.
commit to user 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan rumusan Leech (2003) terdapat tujuh macam tipe makna yaitu (1) makna konseptual, (2) makna konotatif, (3) makna stilistik, (4) makna afetif, (5) makna reflektif, (6) makna kolokatif, dan (7) makna tematik
(1) Makna Konseptual (Logis) Makna konseptual dapat disebut juga sebagai makna denotatif (apa adanya) dan kognitif (sesuai dengan kesadaran dan pengetahuan). Makna konseptual menjadi prioritas karena mempunyai susunan yang amat kompleks dan rumit, sehingga dapat diperbandingkan dan dapat dihubung-hubungkan dengan susunan yang serupa pada tingkatan bahasa fonologis maupun sintaksis. Sehingga terdapat dua prinsip struktural yang mendasari semua pola linguistik yaitu “Prinsip Kontrastif” dan “Prinsip Struktur Konstituen”. (a) Prinsip Kontrastif Prinsip ini awalnya digunakan dalam ranah ilmu fonologi. Prinsip kontrastif (pembanding) ini mempunyai ciri untuk mendasari klasifikasi bunyi dalam fonologi, misalnya pada setiap penamaan kata menerapkan satu bunyi yang membatasi ‘secara positif’ dengan bentuk yang dimilikinya, serta dengan implikasi ‘secara negatif’ dengan bentuk yang tidak dimilikinya. Sebagai contoh: Simbol fonetik /b/ dapat terdeskripsikan sebagai: + bilabial, + voice, + stop, -nasal. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa bunyi yang khusus atau fonem suatu bahasa dapat diidentifikasikan dengan syarat biner (bahwa sebuah fitur hanya memiliki dua nilai yaitu [+] dan [–]). Dalam perkembangannya, prinsip ini dapat digunakan dalam ranah sematik untuk mencari makna sebuah kata, atau bahkan untuk mengkontraskannya dengan
commit to user 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kata seperti; ‘woman’ (perempuan) versus “man (laki-laki).” Woman terdefinisikan sebagai +Human, -Male, = Adult. Sedangkan man terdefiniskan sebagai +Human, +Male, = Adult. Adapun contoh lain adalah Matahari versus Bintang. Matahari dapat dideskripsikan dengan +Bersinar, +Panas, -Terbit Malam, = Benda Langit. Sedang ’bintang’ yaitu +Bersinar, -Panas, +Terbit Malam, = Benda Langit. (b) Prinsip Struktur Konstituen Stuktur konstituen (pembentuk), adalah prinsip dimana unit-unit yang lebih kecil; atau (ditinjau secara terbalik) dapat menguraikan sebuah kalimat secara sintaksis ke dalam bagian konstituennya, mulai dari konstituen langsungnya (immediate constituent) melalui hierarki sub-bagian ke unsur konstituen akhirnya (ultimate constituent) atau unsur sintaksis yang terkecil. Aspek susunan bahasa tersebut dapat di deskripsikan dalam diagram pohon sebagai berikut: Kalimat
Subjek
penentu (determiner)
Some
Predikat
kata benda
kata kerja
men
work
keterangan
hard
Atau dapat dideskripsikan dengan memberikan tanda kurung: {(Some) (men)}{(work) (hard)} Gambar 2.1. Prinsip Struktur Konstituen (Leech, 2003)
commit to user 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dua prinsip kontrastif dan struktur konstituen menggambarkan bagaimana bahasa itu disusun berdasarkan strukturnya tersendiri yang kemudian diberi istilah
poros
struktur
linguistik
”paradigmatik”
(seleksional)
dan
”sintakmatik” (kombinasi). Menurut Leech (2003) setiap bagian bahasa secara serentak tersusun menjadi lebih dari satu tingkat (level). Berikut ini adalah cara pengilustrasian kemampuan bahasa
yang dapat dipakai untuk
menimbulkan dan memahami ujaran bahasa: PENDENGAR
Fonologi (A)
Sintaksis (B)
Semantik (C) PENUTUR Gambar 2.2. Pemahaman Ujaran Bahasa (Leech, 2003)
Dengan demikian untuk menganalisis setiap kalimat, kita perlu menyusun penggambaran fonologis, penggambaran sintaksis, serta penggambaran semantik dan juga menyusun tahapan; dimana tiap tahap penggambaran dapat diperoleh dari tahap penggambaran yang lain. Sasaran semantik konseptual adalah ‘untuk memberikan tafsiran setiap kalimat, suatu konfigurasi atau simbol abstrak yang merupakan representasi semantiknya dan menunjukkan secara pasti apa yang harus diketahui ketika membedakan makna dari semua kemungkinan makna kalimat lain dalam satu bahasa, serta untuk mencocokkan makna tersebut berdasarkan ekspresi sintaksis dan fonologisnya yang benar. Dengan demikian, terdapat dua tingkat dalam penafsiran makna, yaitu:
commit to user 49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(a) melakukan decoding (tanggapan atas apa yang diucapkan penutur, yaitu A→B→C), hal ini bisa digunakan misalnya ketika mendengarkan kalimat dan menafsirkannya. (b) melakukan encoding (penyampaian tanggapan tersebut, yaitu C→B→A), hal ini bisa digunakan ketika menyusun dan melafalkan kalimat. Dari penjelasan tersebut terdapat batasan yang jelas bahwa makna konseptual merupakan pasangan esensial dan tidak dapat dipisahkan dari bahasa, karena sesuatu sulit untuk didefinisikan tanpa mengacu kedalam makna konseptual.
(2) Makna Konotatif Makna konotatif merupakan nilai komunikatif dari suatu ungkapan menurut apa yang diacu, melebihi di atas isinya yang murni dan konseptual. Misalnya: ‘woman’, secara konseptual dapat terdefinisikan melalui tiga sifat: manusia, perempuan dan dewasa (+Human, -Male, +Adult). Akan tetapi makna kata ‘woman’ jika diperluas maknanya maka dapat diasumsikan bahwa ‘woman’ mempunyai sifat tambahan yang tidak masuk dalam kriteria dari makna konseptual tetapi dapat menjadi acuan dalam mendeskripsikan lebih luas lagi. Misalnya menggunakan parameter
sifat fisik (berkaki dua, memiliki rahim),
berdasarkan sifat psikis dan sosial (suka berteman, memiliki naluri keibuan), diperluas dengan sifat tipikal yang belum tentu mutlak (pandai bicara, pandai memasak, memakai rok atau gaun), dapat diasumsikan juga dengan sifat ‘putatif’, yang acuannya disebabkan oleh pandangan yang diterima oleh individu atau sekelompok ataupun seluruh anggota masyarakat (lemah, gampang menangis,
commit to user 50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penakut, emosional, tidak rasional, tidak konstan, lembut, mudah menaruh simpati, suka kerja keras). Sehingga makna konotatif bersumber dari pandangan individu, masyarakat, yang biasanya melekat pada suatu hal pada dunia nyata. Akan tetapi makna konotatif bukan merupakan hal yang spesifik dan mutlak. Makna konotatif bersifat relatif tidak stabil karena dapat berubah-ubah menurut budaya, masa, dan pengalaman individu, tidak pasti dan terbuka. Sehingga dapat terdefinikan bahwa makna konotatif terbentuk karena adanya tanggapan terbuka dari masyarakat luas, terdapat unsur subjektif dan objektif sehingga terdapat ungkapan untuk menandainya. Sekaligus ini yang dapat membedakan dan mempertegas makna konseptual yang tidak arbitrer (ditentukan semaunya), tetapi dipolakan atas asumsi para pakar linguis ketika menganalisis aspek struktur bahasa sebagai sistem yang koheren.
(3) Makna Stilistik Makna stilistik adalah makna sebuah kata yang menunjukkan lingkungan sosial penggunanya. ’Mengkoding’ makna stilistik dari suatu teks dapat dilakukan melalui pengenalan terhadap berbagai dimensi dan tingkat penggunaannya di dalam lingkup satu bahasa. Dialek menunjukkan tentang asal-usul penutur menurut lingkungan atau lingkungan sosialnya. Dari situ pula diketahui bahwa bahasa
menunjukkan hubungan
antara
penutur dan
pendengarnya
dan
mendapatkan skala status pemakaiannya. Misalnya dimulai dari bahasa formal, sastra, kolokial (bahasa sehari-hari), kekeluargaan, kemudian slang.
commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(4) Makna Afektif Makna afektif adalah makna yang muncul sebagai akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan bahasa. Makna afektif timbul sebagai akibat reaksi pendengar yang dipengaruhi unsur perasaan atau emosional yang terlibatkan, karena berhubungan erat dengan reaksi pendengar atau pembaca dalam melibatkan dimensi emotif atau rasa, maka makna afektif juga berhubungan dengan gaya bahasa atau majas. Berikut ini contoh penggunaan makna afektif: Seorang penumpang bus menyuruh diam penumpang lain karena suaranya terlalu gaduh dan mengganggu. Misal: I’m terribly sorry to interrupt, but I wonder if you would be so kind as to lower your voice little. (maaf saya mengganggu, mohon untuk dipelankan suaranya) atau ia juga bisa mengatakan: Will you belt up! (Diam!) Dari contoh tersebut di atas, dapat diasumsikan bahwa faktor-faktor seperti intonasi dan gema suara (tone of voice) merupakan hal penting dalam mendukung penyampaian.
(5) Makna Reflektif Leech (2003) mendefinisikan makna reflektif sebagai tipe makna yang menimbulkan kasus penggandaan arti konsep atau makna yang yang mampu menimbulkan makna konsep yang lain, sebab leksem tersebut mengasosiasikan leksem yang lain. Misalnya kata 'bank’ yang umumnya diartikan ‘kantor tempat menyimpan uang’, namun kata ini mampu direfleksikan menjadi konsep lain, seperti: ‘By the time we reached the opposite bank, the boat was sinking fast. Kata ‘bank’ di sini maksudnya adalah tebing sungai. Seperti halnya ketika kita mendengar kata ‘orang tua’, tidak akan langsung mengerti mana yang dirujuk; apakah itu ibu, bapak atau bahkan keduanya.
commit to user 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(6) Makna Kolokatif Makna kolokatif terdiri atas asosiasi-asosiasi yang diperoleh suatu kata, yang disebabkan oleh makna kata-kata yang cenderung muncul di dalam lingkungannya. Kata-kata lain yang berada di sekitarnya masih berada dalam satu konteks. Misalnya kata ‘pretty’ dan ‘handsome’, memiliki arti yang sama yaitu ‘sedap dipandang’. Akan tetapi kedua kata tersebut bisa dibedakan menurut beberapa kata benda lain yang mungkin menyertainya (co-occurrence) atau menjadi kata sandingannya (sesuai tataran konteks kebahasaan). Berikut penjelasannya:
pretty
girl
boy
boy
woman
woman
car
flower
handsome
vessel
garden
overcoat
colour
airline
village
typewriter Gambar 2.3. Asosiasi dari Kata (Leech, 2003)
Bisa saja susunan kata-kata tersebut saling bertukar posisi, seperti misalnya: handsome woman dan pretty man. Kedua pemilihan kata tersebut mungkin saja bisa diterima meskipun mengisyaratkan daya tarik yang berbeda karena disebabkan oleh asosiasi kolokatif kedua sifat di atas.
(7) Makna Tematik Makna tematik adalah makna yang dikomunikasikan menurut penutur atau penulis melalui penataan pesannya. Dengan kata lain, makna yang didapat berhubungan dengan urutan, fokus serta penekanan ide yang disampaikan.
commit to user 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebagai contoh pada kalimat aktif memiliki makna yang berbeda dari kalimat pasif yang setara, meskipun secara konseptual kedua kalimat tersebut tampak sama: (a) Mrs. Coraline Jones donated the first prize. (b) The first prize was donated by Mrs. Coraline Jones. Kedua kalimat di atas memiliki nilai komunikasi yang berbeda, dimana keduanya menyuguhkan konteks yang berlainan. Kalimat pertama (aktif), memberikan jawaban atas pertanyaan tersamar: ‘Apakah yang disumbangkan nyonya Coraline Jones? Sedangkan kalimat kedua (pasif) secara implisit memberikan pertanyaan ‘oleh siapakah hadiah pertama itu disumbangkan?’ Makna tematik juga bisa merupakan pilihan antara beberapa konstruksi gramatikal alternatif, seperti contoh di bawah ini: (c) James uses an electric razor. (d) The kind of razor that James uses is an electric one. Kalimat (c) ketika diperbandingkan dengan kalimat (d) menunjukkan penekanan yang berbeda. Pada kalimat (c), penekanan terletak pada alat pencukur, sedangkan pada kalimat (d), penekanan terletak pada kata listrik, daripada alat pencukurnya. Keempat contoh kalimat di atas membuktikan bahwa antara kalimat yang terlihat serupa, ternyata
dapat membentuk makna yang berlainan,
tergantung pada penekanan dan fokus pembicaraan yang disampaikan.
commit to user 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Relasi Makna Kita sering menemukan adanya hubungan atau relasi kemaknaan antara satuan bahasa yang satu dengan yang lain. Hal ini terdapat dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Inggris. Relasi antara satuan bahasa yang satu dengan yang lain tersebut dapat berupa sinonimi, antonimi, polisemi, hiponimi, ambiguitas, dan sebagainya (Suwandi, 2008).
(1) Sinonimi Sinonimi adalah relasi antara kata yang mempunyai makna sama. Bila suatu kata dalam kalimat digantikan dengan sinonimnya (kata yang maknanya sama) maka makna dari kalimat tersebut tidak berubah (Griffiths 2006: 26). Sinonim mempunyai denotasi yang sama tetapi konotasinya berbeda pada penggunaannya. Sinonimi yang terjadi dapat disebabkan oleh perbedaan konotasi dan perbedaan pemakaian dialek. Contohnya orang Amerika biasa menggunakan istilah elevator, sedangkan orang Inggris menggunakan istilah lift, orang Amerika biasa mengunakan istilah postman untuk merujuk pada tukang pos, sedangkan orang Inggris menggunakan kata mailman untuk merujuk pada objek yang sama Bagaimanapun, tidak ada sinonim yang sempurna karena tidak ada bahasa yang maknanya persis sama. Biasanya terdapat perbedaan pada wilayah penggunaannya dan penilaian citarasa (konotasi) serta asosiasi tertentu kepadanya. Misalnya, kata karcis bersinonim dengan tiket, tetapi wilayah penggunaan karcis ada pada kendaraan bus sedangkan tiket digunakan pada pesawat.
commit to user 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) Antonimi Antonimi adalah relasi antara kata yang memiliki makna berlawanan atau bertentangan. Seed (2003: 66) membagi hubungan pertentangan menjadi empat jenis, yaitu: (a) pertentangan biner (binary/complementary) Dalam pertentangan ini salah satu bagian tidak dapat masuk ke bagian yang lain dan keduanya kecuali-mengecualikan. Hal ini bersifat mutlak. Contohnya: hidup >< mati lulus >< tidak lulus ‘kalau saya hidup, saya tidak mati’ ‘kalau saya mati, saya tidak hidup’ (b) pertentangan bergradasi (gradable antonym) Contoh dari pertentangan bergradasi adalah: kaya >< miskin panas >< dingin ‘saya kaya, saya tidak miskin’ ‘saya miskin, saya tidak kaya’ Tetapi jika dinegasi: ‘saya tidak kaya, saya belum tentu miskin’. Dalam pertentangan bergradasi, seakan-akan ada rangkaian seperti: panas – hangat - suam – sejuk - dingin ‘kamar ini tidak panas, belum tentu dingin, bisa saja hangat’. (c) pertentangan yang berbalik (converseness) Dalam hubungan pertentangan ini terjadi hubungan timbal balik. Contoh dari pertentangan berbalik adalah:
commit to user 56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
guru >< murid suami >< istri ‘jika saya guru Ali, Ali murid saya’ ‘jika saya suami Ira, Ira istri saya’. (d) pertentangan yang berlawanan arah (reverse) Ciri hubungan pertentangan ini adalah menggambarkan perpindahan arah. Kata yang satu berpindah ke suatu arah dan kata yang lain berpindah ke arah sebaliknya, contohnya: naik >< turun maju >< mundur
(3) Polisemi Dalam polisemi, berbagai makna yang terkandung dalam kata disangka bertalian. Menurut Matthews (1997: 285), polisem adalah sebuah kata yang mempunyai dua relasi makna atau lebih. Contohnya kata screen yang digunakan secara bervariasi seperti dalam fire screen, cinema screen, dan television screen. Perbedaan polisem dan homonim dalam dunia perkamusan adalah jika kata tersebut polisem, maknanya diikutkan secara berturut-turut. Sedangkan jika tergolong homonim, kata tersebut diberi tempat yang masing-masing terpisah, misalnya well (1), well (2). Anggota tubuh manusia sering menjadi titik tolak polisemi dalam bahasa Indonesia, contohnnya: badan
: badan usaha, badan hukum, badan pemeriksa, badan pengawas
kepala
: kepala surat, kepala daerah, kepala desa, kepala sekolah
mata
: mata pelajaran, mata air, mata uang, mata angin.
commit to user 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(4) Hiponimi Hiponimi adalah hubungan kata dengan kata lain yang dicakupi di bawahnya. Fromkin et al. (2003: 184) mengatakan bahwa hiponimi adalah hubungan antara kata yang umum dengan kata yang lebih khusus. Contohnya: buah
apel
anggur
mangga
pisang
kedongdong
Gambar 2.4. Hiponimi (Fromkin, 2003:184)
Buah termasuk dalam golongan umum yang dikenal dengan istilah superordinat atau hiperonim. Tipe khusus hiponimi adalah ‘taksonimi,’ yakni hiponimi yang berjenjang membangun hierarki. tableware
cutlery
fork
teaspoon
spoon
crockery
knife cup
plate
table linen
bowl
tablecloth
napkin
tablespoon soup spoon Gambar 2.5. Hiponimi: Contoh Lain, Sumber: Cruse (2004: 181)
Dari bagan di atas, kita dapat mengetahui bahwa tableware ada di tingkat pertama, cutlery, crokery, dan table linen ada di tingkat kedua, fork, cup, napkin, dan lain-lain ada di tingkat ketiga dan seterusnya. Jadi, cutlery, crokery, dan table linen hiponim tableware. Fork, spoon, dan knife hiponim cutlery. Tableware superordinat cutlery, crokery, dan table linen. Spoon superordinat teaspoon, tablespoon, dan soup spoon. Hubungan antara cutlery, crokery, dan table linen disebut kohiponim.
commit to user 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(5) Homonimi Homonimi adalah relasi makna antara kata-kata yang memiliki kesamaan bentuk fonologis maupun bentuk ejaan. Suwandi (2008) memerinci homonimi menjadi tiga yaitu; (1) homonimi yang ‘homograf’; (2) homonimi yang ‘homofon; serta (3) homonimi yang ‘homograf’ dan ‘homofon.’ Homonimi homograf adalah kata yang tulisannya sama, diucapkan berbeda dan maknanya berbeda, contohnya dalam bahasa Inggris: sow (menanam benih) dan sow (babi betina dewasa). Homonimi homofon adalah kata yang penulisannya berbeda, diucapkan sama, serta maknanya berbeda, contohnya dalam bahasa Inggris: mail (surat) dan male (laki-laki). Homonimi yang ‘homofon’ dan ‘homograf’ adalah kata yang tulisannya sama, diucapkan sama namun memiliki makna berbeda, contoh kata: ‘bank’ (tempat menyimpan uang) dan ‘bank’ (tebing sungai). Ciri dari homonimi adalah kemiripan ejaan atau lafal. Kehomoniman dapat menyebabkan ketaksaan karena dapat ditafsirkan lebih dari satu makna.
(6) Meronimi Menurut Crystal (1997: 239), meronimi adalah hubungan ‘bagian’ dan ‘keseluruhan’. Dalam meronimi, suatu benda diuraikan menurut unsur-unsur yang membangunnya. Jadi unsur-unsurnya harus lengkap untuk membentuk yang di atas. Contoh meronimi dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut.
commit to user 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tubuh
leher
kaki
punggung
dada
Gambar 2.6. Meronimi, Sumber: Crystal (1997: 239)
Tubuh merupakan holonim dan kaki, punggung, dada, dan leher merupakan meronimnya. Dalam hal ini meronim berbeda dari hiponim, dalam hiponim berlaku pernyataan ‘apel sejenis buah’ tetapi dalam meronim ‘leher adalah bagian tubuh’.
(7) Ambiguitas Ambiguitas mengacu pada konstruksi yang dapat diberi lebih dari satu penafsiran. Ambiguitas sering diartikan ”bermakna ganda” yang sering dirancukan dengan polisemi. Ambiguitas dan Polisemi memang bermakna ganda, namun terdapat perbedaan antara keduanya. Kebermaknaan ganda dalam polisemi berasal dari kata, sedangkan Ambiguitas berasal dari frasa atau kalimat yang terjadi sebagai akibat penafsiran struktur grammatikal yang berbeda (Suwandi, 2008). Seperti contoh kalimat dalam bahasa Inggris “flaying planes can be dangerous.” Kalimat ini bermakna ganda karena memiliki dua pengertian yaitu pesawat yang sedang terbang itu berbahaya dan menerbangkan pesawat itu sangat berbahaya.
c. Perubahan Makna Makna sebuah kata secara diakronis dapat mengalami perubahan. Perubahan ini sesuai dengan perkembangan zaman dan budaya masyarakat pemakai bahasa tersebut. Perubahan makna atau perubahan semantik tersebut
commit to user 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat kita lihat dari berbagai segi. Dalam bahasa Inggris kita melihat berbagai macam perubahan makna yaitu: (a) perluasan (generalisasi), (b) penyempitan (spesialisasi), (c) peninggian (ameliorasi) (d) asosiasi, dan (e) metafora.
(1) Generalisasi Generalisasi atau perluasan makna adalah proses perubahan makna kata dari yang lebih khusus ke yang lebih umum (Suwardi, 2008), seperti pada contoh kata punggawa di bawah ini yang mengalami perluasan makna dari yang semula adalah jabatan keprajuritan kerajaan menjadi orang yang memilik peran besar dalam sebuah tim sepak bola. “Punggawa Barcelona sangat gusar kepada Olegario Benquerenca” (Judul
berita: Keputusan Janggal Reduksi Peluang (Jawa Pos, 22 April 2010)).
(2) Spesialisasi Spesialisasi adalah proses perubahan makna dari yang lebih umum ke yang khusus (Suwardi, 2008), seperti kata sarjana di bawah ini yang dulunya mengandung arti orang yang pandai, sekarang berubah menjadi orang yang lulus dari perguruan tinggi. “Tujuan visitasi tersebut menurut Humas Unisri Ikka Litnaniyah adalah sebagai peningkat akreditasi dalam proram studi untuk program sarjana”
(Judul: FISIP Visitasi Program Studi (Suara Merdeka, 22 April 2010)).
(3) Ameliorasi Ameliorasi adalah proses perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih tinggi, lebih hormat, atau lebih baik nilainya daripada makna
commit to user 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lama atau semula (Suwandi, 2008), seperti contoh kata perempuan di bawah ini telah berubah dari dulunya memiliki konotasi negatif, sekarang menjadi positif. “Menjabat sebagai Kepala Unit Pelayanan Perempuan dan Anak
Satreskrim Polres Klaten, Iptu Sri Wedari, SH tentu dituntut tampil prima setiap saat.”
(4) Asosiasi Kata asosiasi antara lain berarti tautan dalam ingatan pada orang atau barang lain: pembentukan hubungan atau pertalian gagasan, ingatan, atau kegiatan pancaindera (Suwandi, 2008). “Pasalnya, ormas Islam itu jangan sampai dijadikan boneka kepentingan
politik kekuasaan” (Judul berita: Din Syamsudin Siap Jadi Sasaran Tembak (Suara Merdeka, 22 April 2010)).
(5) Metafora Metafora disebutkan oleh Pradopo (1994: 66) merupakan bentuk perbandingan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Ullman dalam Sumarsono (2007) mendefinisikan metafora sebagai perbandingan ringkas (luluh, lebur, menyatu) yang menggunakan intuisi dan tanda konkret. Gaya metafora itu melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain. Metafora sebagai pembanding langsung tidak menggunakan kata-kata seperti dan lain-lain, sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua. Salah satu unsur yang dibandingkan, yaitu citra, memiliki sejumlah komponen makna dan biasanya hanya satu dari komponen makna tersebut yang relevan dan juga dimiliki oleh unsur kedua, yaitu topik.
commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ulmann (dalam Sumarsono, 2007) membedakan metafora ke dalam empat jenis, yakni: (1) metafora bercitra antropomorfik, (2) metafora bercitra hewan, (3) metafora bercitra abstrak ke konkret, (4) metafora bercitra sinestesia atau pertukaran tanggapan/persepsi indra. (a) Metafora Bercitra Antropomorfik Metafora bercitra antropomorfik merupakan satu gejala semesta. Para pemakai bahasa ingin membandingkan kemiripan pengalaman dengan apa yang terdapat pada dirinya atau tubuh mereka sendiri. Metafora antropomorfik dalam banyak bahasa dapat dicontohkan dengan “mulut botol,” “jantung kota,” “bahu jalan,” dan lain-lain. (b) Metafora Bercitra Hewan Metafora bercitra hewan, biasanya digunakan oleh pemakai bahasa untuk menggambarkan satu kondisi atau kenyataan di alam sesuai pengalaman pemakai bahasa. Metafora dengan unsur binatang cenderung dikenakan pada tanaman, misalnya “kumis kucing,” “lidah buaya,” “kuping gajah.” Dalam metafora bercitra hewan, manusia disamakan dengan binatang misalnya dengan “anjing, kucing, babi, buaya,” sehingga dalam bahasa Indonesia kita mengenal peribahasa “seperti kucing dan anjing”, ungkapan “buaya tengik”, dan ungkapan makian ”babi, lu”, dan seterusnya.. (c) Metafora Bercitra Konkret ke Abstrak Metafora bercitra konkret ke abstrak, adalah mengalihkan ungkapan-ungkapan yang abstrak ke ungkapan yang lebih konkret. Seringkali pengalihan ungkapan itu masih bersifat transparan tetapi dalam beberapa kasus penelusuran etimologi perlu dipertimbangkan untuk memenuhi metafora tertentu, seperti
commit to user 63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
contoh dalam kalimat “Ia berlari secepat kilat” atau “ia hanyalah ilustrasi dalam masalah korupsi ini”. (d) Metafora Bercitra Sinestesia Metafora bercitra sinestesia, merupakan salah satu tipe metafora berdasarkan pengalihan indra, pengalihan dari satu indra ke indra yang lain. Dalam ungkapan sehari-hari orang sering mendengar ungkapan “enak didengar” untuk musik walaupun makna enak selalu dikaitkan dengan indra rasa; “sedap dipandang mata” merupakan pengalihan dari indra rasa ke indra lihat, seperti contoh dalam kalimat: “Nama Bung Karno begitu harum di tanah air”.
(6) Personifikasi Personifikasi adalah perubahan makna yang disebabkan oleh pemakai bahasa menyamakan benda (inanimate) dan hewan/tumbuhan (animate) dengan manusia. Contoh personifikasi adalah: “Beberapa ranting pohon patah ditebas
angin”. (Judul: Dari Tambling untuk Iklim Dunia (Republika, 22 April 2010)).
C. Penelitian-Penelitian yang Relevan Karena terbatasnya referensi yang berhubungan dengan penelitianpenelitian yang berkaitan dengan proverba yang ditinjau dalam perspektif linguistik utamanya aspek sintaksis dan semantis, maka hanya ada empat penelitian, atau tepatnya artikel penelitian yang dijumpai peneliti yang dapat digunakan sebagai pondasi teori yang akan dihasilkan dari penelitian ini. Adapun keempat artikel tersebut ditulis oleh linguis yang telah penulis gambarkan sekilas
commit to user 64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
di bab pendahuluan yaitu: Barley (dalam Mieder 2004), Macaryus (2009:93-101), Hasan dan Azma (2009:179-182), serta Sumarlam (2006). Barley (dalam Mieder 2004) mengklasifikasikan proverba berdasarkan struktur dan aspek semantisnya ke dalam empat kategori antara lain: (1) proverbial of expressions (proverba ekspresi); (2) proverbial comparisons (proverba perbandingan); (3) proverbial of exaggerations (proverba membesar-besarkan); (4) twin binary formulas (formula kembar); (5) dan wellerism. Proverba ekspresi biasanya berbentuk frasa yang harus diintegrasikan ke dalam kalimat. Contoh dari proverba ini adalah to throw the book a someone, to cry over splled milk, dan to blow one’s horn. Proverba perbandingan secara struktural dapat dibagi ke dalam dua kelompuk. Kelompok pertama mengikuti pola as X as Y, yang ditunjukan dalam contoh as black as night, dan as busy as bee. Kelompok yang kedua didasarkan pada ekspresi verbalnya yang biasa menggunakan kata like seperti contoh: to look like a million dollars, dan to watch like a hawk. Proverba membesar-besarkan menggunakan fungsi stilistika utamanya ketika seseorang menggunakan proverba tersebut untuk memperolok sebuah situasi dengan cara melebih-lebihkan karakter yang dimiliki sesuatu atau seseorang. Pola strukturnya berbentuk “so...(that)...” seperti dalam kalimat “She is so stupid that she is unable to boil water without burning it,” dan kalimat “It rained so hard that the water stood 10 feet out of the well.” Proverba formula kembar adalah kata-kata tradisional yang dihubungkan oleh aliterasi dan/atau rima seperti contoh “short and sweet,” “men and mice,” “spick and span”. Tidak ada
commit to user 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
satupun proverba jenis ini yang mengandung muatan makna atau kebijaksanaan yang lengkap. Namun, proverba jenis ini lebih sering digunakan di kehidupan sehari-hari daripada proverba yang benar-benar proverba. Proverba jenis terakhir yang disebutkan Barley adalah Wellerisme, yaitu proverba yang di dalamnya mengandung beberapa unsur emotif sekaligus seperti humor, satire, dan ironi. Proverba jenis ini biasanya muncul pada cerita-cerita naratif. Wellerisme ini berstrukturkan triadik yaitu: (1) sebuah pernyataan (proverba itu sendiri), (2) identifikasi dari penutur (seseorang atau seekor hewan), dan (3) sebuah frasa yang meletakkan statemen pada situasi yang tidak terduga, seperti dalam contoh: ““All flesh is grass.” Said the horse when he bit a piece out of a man’s arm,” dan “Everyone to his own taste.” As the farmer said wen he kissed the cow.” Berbeda dengan Barley, Macaryus dalam penelitiannya berusaha mengklasifikasikan fungsi benda dan kata “air” yang menjadi salah satu unsur pembentuk proverba yang ada di Nusantara. Dalam penelitiannya ia menjumpai benda dan kata “air” memiliki peran dalam membangun proverba seperti: (1) mengungkapkan sebuah fungsi yang penting, yaitu tempat hidup, pada contoh proverba “ada air ada ikan,” kebutuhan hidup manusia dalam proverba “air diminum sembiluan” (2) sifat-sifat air pada contoh “air beriak tanda tak dalam,” “bagai air di daun talas,” dan “air pasang pun ada surutnya,” (3) kebalikan dari sifat-sifat air seperti dalam contoh “air digenggam tiada tiris” dan “bakar air ambil abunya”
commit to user 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(4) teknologi mendapatkan air seperti “hendak air pancuran terbit, hendak ulum pucuk menjulai,” dan “sumur digali air datang” Hampir sama seperti Macaryus, Hasan dan Azma juga memfokuskan kajiannya pada aspek semantis serta pada pemilihan kata yaitu kata benda (diksi nomina) sebagai salah satu komponen pembentuk proverba. Mereka memilih kata yang memiliki unsur fauna. Dengan menggunakan pendekatan semantis, mereka berusaha mengupas makna kata bernuansa metaforis yang berunsur fauna. Dari penelitian mereka, mereka mendapat kesimpulan bahwa beberapa fauna yang muncul dalam proverba dapat diasosiasikan ke dalam sifat-sifat dan kondisi-kondisi manusia yang berbeda beda. Pada contoh proverba “hati gajah sama dilapah, hati kuman sama dicecah” kata gajah dan kuman dimaknai oleh mereka sebagai sebuah perbedaan status sosial antara yang kaya dan yang miskin, serta yang kuat dan yang lemah. Demikian juga dalam proverba “biar mati ditangkap harimau, jangan mati digigit anjing” menunjukkan sebuah asosiasi sifat manusia. Dalam ulasannya mereka menyebut kata harimau memiliki asosiasi kekuatan dan keberanian, sedangkan kata anjing adalah kelemahan dan ketidakberhargaan. Penelitian yang terakhir adalah penelitian yang dilakukan Sumarlam (2006) dengan menggunakan pendekatan sintaksis. Sumarlam membahas proverba (Sumarlam menggunakan kata paribasan untuk merujuk pada proverba bahasa jawa) dengan menitikberatkan pada struktur dan makna paribasan dari segi konstruksinya, struktur klausanya, fungsi sintaksisnya, kategori pengisi fungsi tersebut, serta hubungan makna antarklausanya.
commit to user 67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil pengamatannya ia menyimpulkan bahwa paribasan adalah termasuk salah satu jenis tuturan tradisional Jawa yang berstruktur beku, urutan konstituennya tidak dapat dipermutasikan, konstituen pengisinya tidak dapat disubstitusikan, dan hubungan antarkonstitusinya sangat erat sehingga antara konstituen yang satu dengan yang lain tidak dapat disisipi oleh unsur lainnya. Paribasan yang berstruktur kata jumlahnya sangat terbatas; selebihnya ada yang berstruktur frasa, klausa (konstruksi predikatif), dan kalimat. Paribasan yang berstruktur kalimat ada yang berbentuk kalimat tunggal dan kalimat majemuk (baik kalimat majemuk koordinatif maupun kalimat majemuk subordinatif). Terdapat pula paribasan berkonstruksi kalimat imperatif, baik imperatif positif dengan N-D-ana (Ngelingana tembe mburine) dan dengan sing (Sing eling lawan waspada) maupaun imperatif negatif dengan aja (Aja lali marang asale).
D. Kerangka Berpikir Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian ini, dibutuhkan sebuah kerangka berpikir yang berfungsi sebagai pemandu jalannya proses penelitian. Kerangka berpikir ini menjadi dasar dari segenap aktifitas yang dilakukan dalam penelitian ini. Adapun kerangka penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Penulis bahasa Inggris melakukan kegiatan menulis dalam rangka untuk mengingatkan, menasehati, mengkritik, menyampaikan pendapat, yang kadang melibatkan proverba dalam tulisan mereka. Hal ini tidaklah aneh mengingat
commit to user 68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
proverba telah menjadi pedoman sosial mereka serta difungsikan sebagai alat penyampai kebijasanaan. Ketika seseorang bermaksud menyisipkan proverba dalam tulisannya, ia harus melakukan itu dengan cara yang tepat. Ia tidak akan dapat melakukan itu semua dengan benar jika ia tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang ragam bentuk dan ragam makna proverba. Pengetahuannya tentang bentuk-bentuk proverba yang bagaimana yang harus ia gunakan agar dapar berintegrasi dengan pesan dalam kalimat-kalimatnya yang lain, serta proverba yang memiliki makna apa sajakah yang cocok dengan apa yang diinginkannya, menjadi hal yang sangat penting dalam komunikasinya. Oleh karena itulah ia harus dapat mengenali bentuk-bentuk proverba sekaligus juga maknanya. Ia juga mungkin harus pula mengenali bahwa proverba terkadang mengandung aspek-aspek stilistika yang apabila tidak dimanfaatkan dengan baik, maka pesan yang dikirimkannya mungkin akan kurang mengena. Karena itulah, setidak-tidaknya ia harus dapat mengenali keunikan style dari sebuah proverba. Setelah semua hal ini terpenuhi, ia akan mengirimkannya dalam bentuk pesan tertulis yang harus diterima dan dipecahkan oleh pembaca. Ketika pesan itu sampai kepada pembaca, pembaca harus dapat memecahkan pesan-pesan penulis untuk memahami maksud penulis dan tentu saja agar dapat memberikan respon yang benar sesuai yang diharapkan penulis. Ketika ia menjumpai bahwa di dalam pesan penulis terkandung proverba, ia harus pula menggunakan pengetahuannya mengenai proverba, baik itu bentuk-bentuk, maupun makna-makna yang terkandung di dalamnya.
commit to user 69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peneliti sebagai bagian luar dari proses penyampaian pesan tersebut, tidak akan mengkaji proses komunikasi antar penulis dan pembaca karena pengkajian yang seperti ini menjadi pengkajian proverba dengan mengunakan pendekatan eksternal (pragmatik). Dalam hal ini, peneliti hanya mengulasnya berdasarkan aspek-aspek internalnya saja seperti bentuk-bentuk dan makna hubungan antarunsur dalam proverba yang ada dalam tulisan. Proverba dianalsis dengan mengunakan metode analisis khas linguitik untuk menemukan segala hal yang berhubungan dengan aspek internal proverba. Untuk memudahkan pemahaman tentang kerangka berpikir penelitian ini, kerangka berpikir yang berbentuk narasi ini diringas dalam bentuk bagan seperti yang terlihat sebagai berikut: Ide: mengingatkan, menasehati, mengkritik, menyampaikan pendapat, dll,
Fokus Penelitian: KARYA TULIS YANG MENGANDUNG PROVERBA
Ragam Struktur
Keeratan Hubungan Antarkonstituen
Batasan Penelitian: ASPEK INTERNAL PROVERBA
Struktur proverba
Ragam Makna
Makna hubungan antarunsur proverba
Ragam Style/Gaya Bahasa dalam Struktur
Perubahan Makna
Pemahaman proverba dan karya tulis yang mengandung proverba di dalamnya
commit to user 70
Gambar 2.7. Kerangka Berpikir
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
Pembicaraan pada bab ini meliputi enam hal yaitu: (1) jenis penelitian (2) data dan sumber (3) teknik penyediaan data (4) validasi data (5) analisis data dan (6) penyajian hasil analis data
A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini berusaha mengungkapkan berbagai informasi kualitatif disertai dengan deskripsi yang teliti, akurat serta penuh rasa dan nuansa (Sutopo, 1996:136). Penelitian ini menggunakan desain studi kasus tunggal terpancang. Dipilihnya studi kasus tunggal terpancang sebagai desain penelitian ini disebabkan peneliti menjumpai bahwa proverba bahasa Inggris sangatlah banyak jumlahnya sehingga harus dibatasi. Pembatasan ini meliputi pembatasan terhadap sumber data, data dan fokus penelitian. Sumber data dan data ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu (purposive sampling) yang penjelasannya dapat dilihat pada bagian “sumber data dan data penelitian” pada bab ini. Setelah proses penentuan sumber data serta data tersebut dilaksanakan, maka di dapat data yang benar-benar valid yang berbentuk korpora (bentuk jamak dari data korpus) data. Korpora data inilah yang akan dianalisis selama proses penelitian ini dan hasilnyapun berupa penjelasan-penjelasan (teori-teori) yang berhubungan dengan data-data yang ada dalam korpora data dan tidak pada hal-hal yang berada di luar
commit to user 71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
korpora data tersebut. Adapun fokus analisis data adalah empat rumusan masalah yang ada pada bagian awal tesis ini. Dengan adanya pemfokusan ini diharapkan peneliti ini dapat menggali sedalam-dalamnya data yang ada dalam korpora data dan menghasilkan hasil yang maksimal. Hasil penelitian inipun tidak dimaksudkan untuk memberikan generalisasi terhadap fakta-fakta proverba bahasa Inggris secara umum yang jumlahnya ribuan, tapi dimaksudkan untuk memberikan penjelasan terhadap fakta-fakta proverba bahasa Inggris yang ada dalam korpus data penelitian yang jumlahnya 259 buah. Adapun fakta-fakta yang dimaksud adalah struktur proverba, keeratan hubungan antarkonstituennya, pemanfaatan kata untuk membentuk proverba, serta makna hubungan antarunsur yang terdapat dalam proverba bahasa Inggris. Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan serta memperoleh deskripsi yang objektif dan akurat mengenai hal-hal tersebut di atas. Penelitian ini menekankan pada analisis induktif dan bukan deduktif. Teori teori yang dikembangkan dimulai dari data yang berbentuk daftar proverba yang ada pada korpus data (bottom-up grounded theory), untuk kemudian dianalisis berdasarkan domain maupun taksonominya, serta keterkaitan antara domain maupun taksonomi tersebut. Hasil penelitian ini secara umum berbentuk taksonomi,
hubungan
antartaksonmi,
serta
inventarisasi
informasi
yang
berhubungan dengan apa-apa yang dirumuskan pada bagian rumusan masalah penelitian ini. Meskipun di dalam penelitian ini dicantumkan beberapa temuan penelitian sebelumnya, temuan penelitian ini tidak dimaksudkan untuk membuktikan bahwa temuan-temuan tersebut salah atau benar, tapi lebih kepada cocok-tidaknya
commit to user 72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
temuan tersebut pada kasus yang diteliti dalam penelitian ini. Meskipun tidak untuk menyalahkan dan juga membenarkan temuan-temuan terdahulu, fakta-fakta yang di dapat selama proses penelitian ini dimungkinkan dapat memberikan dukungan maupun revisi terhadap teori-teori sebelumnya tersebut. Selain menunjukkan cocok atau tidaknya hasil penelitian terdahulu dengan penelitian ini, penelitian terdahulu tersebut dapat dijadikan sebagai jembatan atau tepatnya panduan untuk lebih memahami data yang diteliti dalam penelitian ini. Alur penelitian ini secara garis besar mengikuti alur penelitian etnografi Spradley (2007). Langkah pertama adalah penentuan data, kemudian dilanjutkan dengan langkah yang kedua yaitu membuat analisis domain yaitu analisis akan informasi-informasi apa saja yang perlu digali secara dalam dari data (korpora data)
penelitian
ini
(seperti
struktur
proverba,
keeratan
hubungan
antarkonstituennya, pemanfaatan kata, serta makna hubungan antarunsur pembentuk poveba). Langkah kedua ini kemudian dilanjutkan dengan langkah yang ketiga yaitu membuat analisis taksonomi yaitu membagi proverba-proverba yang ada pada korpora data berdasarkan kelompok-kelompok yang memiliki ciriciri sama. Selanjutnya dilakukan langkah yang keempat yaitu analisis komponensial. Analisis ini dimaksudkan untuk melihat kembali domain beserta taksonomi-taksonomi
yang
telah
di
dapat
dari
hasil
penelitian
dan
menghubungkan domain tersebut dengan domain beserta taksonomi-taksonomi lain yang juga di dapat dari penelitian, untuk menemukan komponen bersama (shared components) yang dimiliki domain-domain tersebut. Alur penelitian ini ditutup oleh langkah yang kelima yaitu analisis tema. Analisis ini dimaksudkan
commit to user 73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk menemukan pola-pola umum (postulates) yang dimiliki struktur internal proverba bahasa Inggris.
B. Sumber Data dan Data Penelitian Sumber data adalah buku-buku dan website yang berisi daftar proverba bahasa Inggris. Mengingat buku-buku dan website yang berisi daftar proverba bahasa Inggris yang lengkap cukup sukar untuk ditemukan baik itu di perpustakaan-perpustakaan universitas maupun di internet, maka sumber dari data utama penelitian ini ditentukan tiga yaitu: (1) buku berjudul English Proverbs Explained (1982) karangan Ronald Ridout dan Clifford Witting; (2) kamus Oxford Concise Dictionary of Proverbs (2002) dengan penulis John Simpson dan Jennifer Speake; serta (3) korpus data yang ada dalam www.answers.com Pemilihan kedua buku dan satu website tersebut sebagai sumber data utama penelitian berdasarkan pada tiga pertimbangan yaitu: (1) dua buku tersebut ditulis dan diterbitkan di Inggris, sehingga peneliti meyakini bahwa proverba yang ada di dua buku tersebut menggunakan dialek yang sama yaitu dialek British (British English); (2) dua buku tersebut berisi proverba yang cukup lengkap (berisi lebih dari 500 daftar proverba) yang disertai oleh penjelasan-penjelasan yang berhubungan dengan proverba tersebut; (3) dua buku tersebut diterbitkan di waktu yang berbeda (English Proverbs Explained terbit tahun 1982 dan kamus
commit to user 74
Oxford Concise Dictionary of
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Proverbs terbit tahun 2002), sehingga satu buku dapat dijadikan sebagai patokan awal dikenalnya proverba tersebut oleh masyarakat sedang buku yang lain sebagai bukti diakronis bahwa proverba-proverba tersebut masih ada dan tetap bertahan dalam masyarakat; (4) website www.answers.com adalah website pendidikan resmi yang didalamnya berisi jutaan informasi yang cukup lengkap. Website ini dikelola oleh Answers Corporation yang berkantor di New York dan Jerussalem (Informasi selengkapnya lihat lampiran); (5) website ini juga memiliki ikatan kerjasama resmi dengan Oxford Institute (dapat dilihat linknya) sehingga website dapat dikategorikan terpercaya; (6) wesite ini menyediakan korpus data penggunaan proverba dalam konteks tertulis dengan gratis. Data penelitian berwujud kumpulan korpus data yang di dalamnya berisi daftar proverba yang telah lolos validasi serta penggunaannya dalam karya tulis. Proverba yang lolos validasi berjumlah 259 buah proverba. Ke-259 buah proverba tersebut adalah proverba yang muncul pada dua sumber data yaitu
English
Proverbs Explained dan kamus Oxford Concise Dictionary of Proverbs. Daftar 259 proverba tersebut didukung oleh informasi yang ada pada www.answers.com yang berwujud dua hal yaitu (1) informasi tentang di buku, maupun media massa mana saja proverba tersebut dapat dijumpai keberadaannya; (2) bagaimana perwujudan proverba tersebut ketika berada dalam sebuah karya tulis.
commit to user 75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Data penelitian ini secara seksama dikumpulkan dalam sebuah korpora data yang bentuknya dapat dilihat pada bagian lampiran. Kridalaksana (2008: 137) mendefinisikan korpus sebagai kumpulan ujaran tertulis atau lisan yang dipergunakan untuk menyokong atau menguji hipotesis tentang struktur bahasa.
C. Metode dan Teknik Penyediaan Data Metode yang dipakai dalam proses penyediaan data penelitian ini adalah metode simak (Sudaryanto, 2001: 31). Sebelum analisis data dilakukan, data yang ada dalam kedua buku yang berisi daftar proverba tersebut disediakan dengan menggunakan tiga teknik lanjutan yaitu (1) teknik simak bebas libat cakap dengan strategi simak scaning, (2) teknik catat dengan strategi catat berkode dan (3) teknik rekam.
1. Teknik Simak Bebas Libat Cakap dengan Strategi Simak Scanning Data pada dasarnya adalah sebuah bahan jadi dan bukan bahan mentah penelitian, karena pada bahan jadi penelitian inilah metode dan teknik analisis data dapat diterapkan (Subroto, 1992: 41-42). Karena berupa bahan jadi yang siap diolah, maka data harus didapatkan dengan cara yang betul dan sah. Dalam hubungannya dengan teknik penyediaan data penelitian ini, dilakukan teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC). Dipilihnya SBLC sebagai teknik lanjutan yang pertama karena data yang ingin diambil hanya berupa kalimat-kalimat proverba serta penggunaan proverba dalam karya tulis dan bukan data yang berupa ujaran atau tuturan lisan seseorang. Dengan demikian, peneliti
commit to user 76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dianggap tidak perlu untuk berpartisipasi dan terlibat langsung dalam percakapan dengan sesorang. Sebagai langkah konkret teknik SBLC ini, peneliti mengadakan kegiatan membaca dua buku sumber data telah disebutkan di bagian depan yaitu English Proverbs Explained serta Oxford Concise Dictionary of Proverb. Dengan menggunakan teknik SLBC, data yang berupa proverba dari dua sumber di atas, diambil untuk kemudian diklasifikasikan dan dianalisis. Strategi simak scanning adalah strategi membaca cepat yang dilakukan untuk menemukan informasi secara cepat dan tepat dalam buku. Strategi ini dilakukan dalam rangka mempercepat proses pendataan proverba seperti untuk mencari mana proverba yang memang berasal dari penutur asli bahasa Inggris, serta yang masih hidup dan digunakan dalam masyarakat penutur bahasa Inggris.
2. Teknik Catat dengan Strategi Catat Berkode Teknik lanjutan yang kedua adalah Teknik Catat dengan Strategi Catat Berkode. Pelaksanaan dari
teknik catat dengan strategi catat berkode dapat
digambarkan sebagai berikut: Setelah mengadakan penyimakan (pembacaan dua buku), data yang berbentuk kalimat-kalimat proverba tersebut kemudian dicatat atau didaftar di sebuah kertas. Selanjutnya daftar proverba tersebut diberi kode tertentu (seperti 1.12) yang menunjukkan nomor urutan data dalam daftar proverba yang akan dianalisis dan dari buku sumber mana proverba tersebut berasal (1= English Proverbs Explained, 2= Oxford Concise Dictionary of Proverb). Pengkodean proverba dilakukan untuk memudahkan proses “searching” apabila kelak ada keragu-raguan akan kesahihan data.
commit to user 77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Teknik Rekam Teknik lanjutan yang terakhir adalah teknik rekam. Teknik ini berusaha untuk merekam pengunaan proverba dalam karya tulis. Sama seperti dua teknik lanjutan sebelumnya, teknik rekam ini tidak dimaksudkan untuk memperolah data berupa tuturan seseorang, tetapi berupa data bentuk kalimat-kalimat proverba yang muncul dalam karya tulis. Teknik ini diaplikasikan pada sumber data yang ketiga yaitu website www.answers.com. Setelah didapat daftar proverba melalui teknik simak dan catat, maka langkah selanjutnya adalah menemukan penggunaan dari proverba yang telah didaftar dalam kehidupan nyata yang berbentuk karya tulis. Website www.answers.com sangat membantu dalam hal ini. Kita tinggal masuk ke dalam koneksi internet, ketik alamat website tersebut dan tunggu berapa saat. Setelah itu akan muncul halaman muka. Di halaman muka tersebut dapat kita temukan dengan mudah kotak searching tool. Kita entry (masukkan) daftar proverba yang kita miliki satu persatu, dan dengan mudah kita dapatkan penggunaan proverba dalam karya tulis. Yang dibutuhkan hanyalah kesabaran karena memasukkan 259 buah proverba tersebut memakan waktu yang cukup lama. Setelah penggunaan proverba diketahui, langkah selanjunya adalah merekam penggunaan tersebut dalam sebuah tabel korpus yang telah dipersiapkan sebelumnya, sehingga datapun telah didapat. Contoh dari data penelitian yang berbentuk korpus dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 3.1. Korpus Data Penelitian NOMOR KORPUS
1
Absence makes heart grow fonder
KONTEKS
MAKNA PROVERBA
BUNYI BAKU PROVERBA
the
When you are away from someone you love, you love them even more.
commit to user 78
a.
b.
Absence makes the heart grow fonder. [c 1850 in T. H. Bayly Isle of Beauty (rev. ed.) iii.] These saws are constantly cutting one
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c.
d.
another's throats. How can you reconcile the statement that ‘Absence makes the heart grow fonder’ with ‘Out of sight, out of mind’? [1923 Observer 11 Feb. 9] Absence may have made his heart grow fonder, but it hasn't done wonders for mine.[1992 A. Lambert Rather English Marriage (1993) xi. 178] In this way you can keep her at bay indefinitely, or at least until such time as her absence has made your heart grow fonder. [2002 Spectator 9 Feb. 63] (dalam www.answers.com)
D. Klasifikasi dan Validasi Data Untuk mendapatkan data yang baik, dalam proses penyediaan data juga dilakukan proses seleksi yang disebut klasifikasi dan validasi data. Adapun proses penyeleksian dan pengklasifikasian data proverba mencakup dua hal yaitu: (1) apakah proverba tersebut memang benar-benar proverba yang berasal dari penutur asli bahasa Inggris dan berdialek British; (2) apakah proverba tersebut masih hidup dan masih digunakan hingga kini. Untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut, peneliti menggunakan strategi membandingkan kedua buku sumber data yang di dalamnya terdapat proverba. Sebuah proverba yang muncul di dua buku tersebut, maka proverba tersebut adalah proverba yang benar-benar berasal dari penutur asli bahasa Inggris, berdialek British, serta masih tetap digunakan hingga kini. Proverbapoverba yang memenuhi kriteria di atas, diberi label “S”
(sahih), dan
dikelompokkan bersama proverba sejenis dan diberi nomor urut. Proverbaproverba yang hanya muncul dalam satu buku dipisahkan dan diberi label “KS,” (kurang sahih), dan diletakkan terpisah dari proverba yang berlabel “S.” Hanya proverba-proverba yang berlabel “S”lah yang akan dianalisis. Proverba yang berlabel “KS,” disimpan, untuk kemudian digunakan bila dibutuhkan
commit to user 79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peneliti di dalam menjamin validitas data, menggunakan teknik trianggulasi yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif. Teknik trianggulasi ini menggunakan pendekatan validitas dari tiga sudut yaitu: (1) data, yaitu data akan akurat apabila digali dari beberapa sumber yang berbeda; (2) peneliti, yaitu data diperoleh dengan menggunakan metode yang berbeda; (3) metode, yaitu data dilihat dari pandangan beberapa peneliti (Sutopo 1996). Dari ketiga macam sudut yang disebutkan di atas, penelitian ini menggunakan ketiga pendekatan validitas data tersebut. Validasi dengan pendekatan data dilakukan dengan cara menyediakan data dari sumber yang berbeda yaitu dari dua buku yang berbeda serta satu website. Validasi dengan pendekatan peneliti dilakukan dengan cara menggunakan beberapa teknik yang berbeda pula, yaitu dengan menggunakan teknik simak, catat dan rekam. Validasi menggunakan pendekatan metode dilakukan dengan dengan cara tidak hanya menggunakan sudut pandang dari peneliti saja ketika berhadapan dengan sumber data yang menghasilkan data, tapi juga melibatkan orang lain (data crosscheck) untuk meyakinkan peneliti bahwa data yang diambil adalah valid. Orang lain yang dimaksud dalam hal ini yaitu rekan kerja peneliti yang memiliki latar belakang pendidikan yang memadai dalam memandang data serta kemungkinan taksonomi yang dihasilkannya (lembar validasi dan lembar crosscheck terlampir).
E. Metode dan Teknik Analisis Data Langkah ketiga dari alur penelitian Spradley (2007) adalah analisis taksonomi. Pada saat penelitian, ketika peneliti masuk pada tahapan ini, peneliti menggunakan dua metode analisis data untuk membagi data menjadi beberapa
commit to user 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
taksonomi. Dua metode yang digunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah; (1) Distributional Method, (Metode Distribusional/Agih), dan (2) Identity Method (Metode Identitas/Padan). Untuk analisis data yang berhubungan dengan struktur proverba, metode yang digunakan adalah Distributional Method (Sudaryanto (2001: 31) menggunakan istilah metode Agih). Teknik dasar yang digunakan adalah teknik Segmenting Immediate Constituents Technique (Bagi Unsur Langsung). Teknik ini dilakukan dengan cara memilah atau mengurai unsur suatu konstruksi tertentu atas unsur-unsur langsungnya. Jika data yang akan dianalisis adalah sebuah klausa, maka unsur langsungnya adalah frasa. Unsur frasa inipun dapat diurai lagi ke dalam unsur yang lebih kecil yaitu kata, demikian seterusnya. Untuk analisis data dalam rangka menemukan keeratan hubungan antarunsur pembentuk proverba, metode yang digunakan adalah Identity Method (Sudaryanto (2001) menggunakan isilah Metode Padan). Pelaksanaan dari metode analisis ini adalah dengan membandingkan (memadankan) kalimat baku proverba dengan kalimat poverba yang ada dalam konteks tulis. Teknik lanjutan yang digunakan adalah Teknik Hubung Banding Memperbedakan (HBB), yaitu dengan melihat adakah perubahan konstituen pembentuk proverba ketika proverba tersebut
digunakan
antarkonstituen
dalam
pembentuk
tuturan.
Untuk
proverba
ini,
melihat beberapa
keeratan metode
hubungan pengetesan
(Sudaryanto (2001) menggunakan istilah teknik analisis) dipakai antara lain: (1) pengamatan terhadap fenomena deletion atau ellipsis (pelesapan) yaitu berupa pengamatan terhadap fenomena menghilangnya atau melesapnya unsur satuan lingual sebuah data;
commit to user 81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) pengamatan terhadap adanya fenomena permutation (pembolakbalikan) yaitu pembalikan unsur satuan lingual data; (3) pengamatan terhadap kemunculan fenomena subsitution (penggantian) yaitu fenomena penggantian unsur satuan lingual sebuah data; (4) pengamatan terhadap fenomena expansion (perluasan) yaitu dengan melihat adanya kemunculan penyisipan konstituen-konstituen tambahan yang bukan merupakan konstituen orsinil. Untuk analisis data dalam rangka menemukan makna hubungan antarunsur proverba, metode yang digunakan adalah Identity Method (Subroto (2007) menggunakan istilah Metode Identitas, sedang Sudaryanto (2001) mengguakan isilah Metode Padan). Metode ini dipakai untuk mengkaji atau menentukan identitas satuan lingual tertentu dengan memakai alat penentu di luar bahasa. Teknik dasar yang digunakan adalah Dividing-key-factors Technique. (Teknik Pilah Unsur Penentu). Adapun alat penentunya adalah referen (Sudaryanto, 2001). Cara kerjanya adalah dengan memadankan satu satuan lingual dengan sebuah referen yang dirujuknya. Jika referen tersebut cocok, maka makna yang muncul adalah makna denotatif, dan jika tidak, maka makna tersebut dapat disimpulkan mengalami refleksi atau perubahan makna.
F. Metode Penyajian Hasil Analisis Data Hasil penelitian ini berupa berbagai struktur proverba serta makna hubungan antarunsur pembentuknya. Hasil penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode penyajian informal yaitu penyajian hasil analisis dengan menggunakan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya
commit to user 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Sudaryanto, 2001: 145). Di samping menggunakan metode informal, penyajian hasil analisis data pada penelitian ini juga menggunakan metode formal, yaitu metode penyajian hasil analisis data dengan dibantu pemakaian tabel dan bagan (Sudaryanto, 2001: 146).
commit to user 83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Bagian pertama dari bab IV ini berisi paparan temuan yang didapat peneliti selama proses penelitian dilakukan. Secara umum, temuan yang didapat dalam penelitian ini mencakup empat hal yaitu: (1) struktur proverba bahasa Inggris, (2) keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa Inggris, (3) pola-pola pilihan kata dalam struktur proverba bahasa Inggris, dan (4) makna hubungan antarunsur pembentuk proverba. Pembahasan terhadap empat temuan tersebut dilakukan secara berurutan.
1. Struktur Proverba Proverba yang menjadi data penelitian ini dan dibahas strukturnya berjumlah 259. Proverba tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan strukturnya. Struktur proverba bahasa Inggris berdasarkan keanggotaannya dibagi menjadi dua yaitu (1) struktur polimember (banyak anggota) dan (2) struktur monomember (satu anggota). Struktur polimember dalam konteks ini dimaknai sebagai struktur yang pola-pola strukturnya dimiliki oleh lebih dari satu proverba (dimiliki oleh kelompok proverba). Ada dua ciri yang membedakan struktur polimember dengan struktur monomember, yaitu: (1) dua atau lebih proverba memiliki pola struktur yang sama, dan
commit to user 84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) dua atau lebih proverba tersebut dapat diterangkan dengan menggunakan sebuah rumus yang sederhana pula. Adapun stuktur monomember adalah kebalikan dari struktur polimember yaitu struktur yang polanya hanya dimiliki oleh sebuah proverba saja. Sama seperti proverba struktur polimember, proverba struktur monomember ini juga memiliki dua ciri yaitu: (1) 1 pola struktur hanya dimiliki oleh 1 proverba saja. Dengan demikian, tidak dijumpai adanya proverba lain yang berstruktur sama dengan struktur proverba tersebut. (2) sebuah rumus yang sederhana hanya dapat menerangkan 1 proverba saja dan tidak pada proverba yang lain
a. Proverba dengan Struktur Polimember Proverba
dengan
stuktur
polimember
berdasarkan
konstituen
pembentuknya dapat dibagi menjadi dua yaitu proverba yang berupa satuan frasa, dan proverba yang berupa satuan kalimat. Tidak ditemukan proverba yang berupa satuan kata.
(1) Proverba Berbentuk Frasa Berdasarkan korpora data, ditemukan beberapa variasi struktur proverba. Struktur proverba tersebut berbentuk kalimat dari yang sederhana hingga ke yang kompleks. Meskipun kebanyakan berstruktur kalimat, jenis proverba yang berstruktur frasa dapat juga ditemukan. Sebanyak dua jenis frasa diketahui
commit to user 85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membentuk proverba yang ada dalam korpora data. Adapun kedua frasa tersebut adalah: (1) frasa verbal (FV), dan (2) frasa adjektival (FA).
(1.a) Proverba Berbentuk Frasa Verbal Koordinatif Frasa verbal ini juga dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis yakni: (a) frasa verbal yang dibangun oleh konstituen langsung (Immediate Constituent) verba dan verba (V), serta (b) frasa verbal yang dibangun oleh konstituen langsung frasa verbal dan frasa verbal. Adapun kelompok proverba yang memiliki struktur seperti bagan di atas dapat dilihat pada data 1 di bawah ini. 44 102 140
Bear and forbear Give and take live and learn
Data 1: Proverba Berstruktur Frasa Verbal Koordinatif dengan IC=Verba dan Verba
Data 1 di atas adalah kelompok proverba yang beranggotakan proverba pada korpus nomor 44, 102 dan 140. Proverba-proverba tersebut terbentuk dari konstituen verba dan verba yang dihubungkan oleh koordinator berbentuk konjungsi (Kon). Konjungsi tersebut adalah and yang berperan menjadi penghubung dua konstituen yang memiliki kategori yang sama, yaitu verba. Frasa verbal yang terbentuk dari konstituen frasa verbal dan frasa verbal dapat dilihat pada data 2 di bawah ini. Pada data 2 tersebut terdapat dua proverba yang terbentuk dari konstituen frasa verbal, yaitu proverba yang terdapat pada korpus 14 dan 196. 14 196
Ask no questions and hear no lies Spare the rod and spoil the child Data 2: Proverba Berstruktur Frasa Verbal Koordinatif dengan IC=FV dan FV
commit to user 86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada korpus nomor 14, frasa verbal ask no question serta frasa verbal hear no lies dihubungkan oleh konjungsi and. Demikian juga pada korpus 196, frasa verbal spare the rod dan spoil the child dihubungkan oleh konjungsi and. Konstituen-konstituen yang dihubungkan oleh konjungsi and tersebut berasal dari kategori yang sama yaitu frasa verbal. Konstruksinya adalah konstruksi koordinatif, yakni konstruksi yang kedudukan antarkonstituennya sederajat.
(1.b) Proverba Berbentuk Frasa Adjektival Koordinatif Selain proverba berbentuk frasa verbal, proverba yang berbentuk frasa adjektival juga ditemukan seperti yang terdapat pada korpus 195. Frasa adjektival tersebut terbentuk dari konstituen adjektiva dan adjektiva (A) yang dihubungkan oleh sebuah koordinator berbentuk konjungsi. Konstruksinya juga konstruksi koordinatif, yakni konstruksi yang kedudukan antarkonstituennya sederajat seperti yang terlihat pada korpus 195 berikut. 195
Slow but sure Data 3: Proverba Berstruktur Frasa Adjektival Koordinatif
Pada data 3 di atas, terdapat adjektiva slow dan sure yang dihubungkan oleh konjungsi but. Konstituen slow dan sure merupakan konstituen dari kategori yang sama yaitu adjektiva. Konstruksinya adalah konstruksi koordinatif, yakni konstruksi yang kedudukan antarkonstituennya sederajat. Frasa adjektival yang disebutkan di atas termasuk dalam jenis monomember karena ciri yang dimilikinya hanya dimiliki oleh satu proverba saja yaitu proverba dengan nomor korpus 195. Namun karena dalam proses pengembangannya proverba lain juga dapat diklasifikasikan dalam pola ini, maka proverba jenis ini diikutsertakan dalam struktur jenis polimember. Pengembangan
commit to user 87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari konstruksi ini dapat dilihat pada korpus 130 seperti yang terlihat pada data 4 di bawah ini. 130
Jam tomorrow and jam yesterday, but never jam today Data 4: Proverba Berstruktur Frasa Adjektival Koordinatif
Proverba pada data 4 ini berstruktur frasa adjektival yang memiliki konstituen langsung tiga frasa adjektival yang dihubungkan oleh dua konektor yang berbeda yaitu konjungsi and, dan yang kedua adalah konjungsi but. Dua konjungsi ini beperan untuk menghubungkan konstituen-kontituen dari kategori yang sama yaitu frasa adjektival.
(2) Proverba Berbentuk Kalimat Proverba-proverba yang ada dalam daftar pada korpora data dan berupa satuan kalimat dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu: (1) kalimat nonverbal; (2) kalimat verbal; (3) kalimat campuran verbal-nonverbal; (4) kalimat dengan pola struktur yang kurang jelas. Tiga jenis kalimat tersebut menurunkan beberapa struktur kalimat lain yang variatif.
(2.a) Kalimat Nonverbal Struktur kalimat proverba yang pertama berbentuk kalimat nonverbal. Sesuai dengan namanya maka kalimat ini tidak menggunakan verba murni sebagai predikatnya, tetapi konstituen lain yang berbentuk linking verb (verba penghubung/kopula) seperti to be dan sejenisnya. Proverba kalimat nonverbal ini
commit to user 88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terbagi menjadi 11 jenis yaitu: (1) kalimat nonverbal berstuktur K=S.Kop.P _ P=FN/N, (2) kalimat nonverbal berstruktur K=S.Kop.P _P=A/FA, (3) kalimat nonverbal berstruktur K=S.Kop.P_P=FAdv, (4) kalimat nonverbal berstruktur K=S.Kop.P_P=FP, (5) kalimat nonverbal yang kopulanya mengalami pelesapan, (6) kalimat nonverbal yang Snya berbentuk klausa, (7) kalimat nonverbal yang Pnya berbentuk klausa, (8) kalimat nonverbal yang S dan Pnya berbentuk klausa, (9) kalimat nonverbal majemuk koordinatif, (10) kalimat dengan Ekspletif There.Kop.S, (11) kalimat berstruktur introgatif (Content Question) WhQ.Kop.S
(2.a.1) Kalimat Nonverbal Berstuktur K=S.Kop.P _ P=FN/N Struktur kalimat (K) tunggal nominal pertama adalah kalimat nonverbal yang memiliki konstituen dengan fungsi subjek (S), kopula (Kop) dan predikat (P). S diisi oleh konstituen dengan kategori nomina/frasa nominal (N/FN), Kop diisi oleh linking verb to be dan P di sini diisi oleh kategori N/FN. Beberapa proverba yang memiliki struktur seperti ini dapat dilihat pada data di bawah ini. 17 20 55 80 85 86 118 121 126 132 152 156 162 168 173 177 179
An Englishman’s house is his castle A bully is always a coward Boys will be boys Everybody's business is nobody's business Exchange is no robbery Experience is the father of wisdom Honesty is the best policy Hunger is the best sauce Imitation is the sincerest form of flattery Knowledge is power Marriage is a lottery Money is the root of all evil Necessity is the mother of invention no news is good news One man's meat is another man's poison Patience is a virtue Possession is nine points of the law
commit to user 89
perpustakaan.uns.ac.id
183 189 190 204 228 229 240 241 244 247
digilib.uns.ac.id
Procrastination is the thief of time Seeing is believing Self-praise is no recommendation The child is father of the man Time is money Time is a great healer The voice of the people is the voice of God The longest way round is the shortest way home Variety is the spice of life Wedlock is a padlock Data 5: Proverba Kalimat Nominal dengan Konstituen K=S.Kop.P _ P=FN/N
Pada data 5 di atas, terdapat sejumlah proverba yang berstuktur S.Kop.P. S tersebut memiliki konstituen pembentuk yang bervariasi. S yang terdiri dari N saja dapat dilihat pada korpus 55, 85, 86, 118, 121, 126, 156, 162, 177, 179, 183, 189, 228, 229, 244, dan 247. Proverba selain yang telah disebutkan seperti 17, 20, 80, 132, 152, 168, 173, 190, 204, 240, dan 241 merupakan proverba dengan S berupa FN. Proverba yang Pnya terbentuk dari konstituen berkategori N dapat dilihat pada korpus 55, 132, 189 dan 228. Proverba yang Pnya terbentuk dari konstituen berupa determiner (selanjutnya disebut sebagai Det) dan N, dapat dilihat pada data dengan nomor korpus 17, 20, 85, 152, 177, 190, dan 247. Selain yang disebutkan di atas, adalah proverba yang Pnya merupakan N hasil dari modifikasi, yaitu masuknya adjektiva untuk memodifikasi bentuk nomina menjadi FN seperti terlihat pada korpus 80, 86, 118, 121, 126, 156, 162, 168, 173, 204, 229, 240, 241, dan 244. Variasi dari data 5 juga dapat dilihat pada korpus 41 seperti yang terlihat pada data 6 berikut. 41
Attack is the best form of defense Data 6: Derajat Superlatif (Paling)
Pada data 6 di atas, terdapat proverba yang Pnya berupa frasa nominal dalam bentuk derajat superlatif dengan menggunakan pola the best+N+of+N.
commit to user 90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2.a.2) Kalimat Nonverbal Berstruktur K=S.Kop.P _P=A/FA Struktur kalimat tunggal nonverbal kedua adalah kalimat nonverbal yang memiliki konstituen langsung yang berfungsi sebagai subjek, kopula dan predikat. Yang membedakan dari konstruksi sebelumnya, P terbentuk dari adjektiva/frasa adjektival. Beberapa proverba yang memiliki struktur seperti ini dapat dilihat pada data di bawah ini. 59 145 154 187 194 216
Comparisons are odious Love is blind Might is right Revenge is sweet Silence is golden The labourer is worthy of his hire
Data 7: Proverba Kalimat Tunggal Nonverbal dengan Konstituen S.Kop.P _P=A/FA
Proverba yang terdapat pada data 7 di atas adalah kumpulan proverba yang memiliki S berupa FN dan N. Proverba yang memiliki S berupa N saja terdapat pada korpus 59, 145, 187 dan 194. Proverba yang memiliki S berupa FN terdapat pada korpus 216. Sedangkan untuk P yaitu konstituen yang diletakkan setelah Kop, seluruh proverba pada data 6, kecuali pada korpus 216, berkategori A. Pada korpus 216, P tersebut berkategori FA. Selain pada data 7, struktur kalimat tunggal nonverbal yang memiliki konstituen dengan fungsi S.Kop.P_P=A/FA juga ditemukan pada 3 rangkaian data di bawah ini yaitu data 8, 9, dan 10. Yang membedakan 3 data tersebut dengan data 7 di atas terletak pada FAnya yang berbentuk: (1) Comparative Degeree dengan A+er (data 8), (2) Comparative Degree dengan as+A+as (data 9) dan (3) Superlative Degree (data 10). 23 53 66
A chain is no stronger than its weakest link Blood is thicker than water Discretion is the better part of valour
commit to user 91
perpustakaan.uns.ac.id
84 182 219 233 237
digilib.uns.ac.id
Example is better than precept Prevention is better than cure The pen is mightier than the sword Truth is stranger than fiction Two heads are better than one Data 8: Derajat Perbandingan dengan A+-er than
Pada data 8 di atas, terdapat sejumlah proverba yang Pnya berupa derajat perbandingan dengan menggunakan pola A+er dan diikuti oleh konjungsi than. Proverba yang menjadi anggota pola ini adalah proverba dengan korpus 23, 53, 66, 84, 182, 219, 233, dan 237. Pola komparatif dengan jenis berbeda dapat dilihat pada data 9 berikut. 31 77
A miss is as good as a mile Enough is as good as a feast Data 9: Derajat Perbandingan dengan as+A+as
Pada data 9 di atas, terdapat 2 proverba yang Pnya berupa derajat perbandingan dengan menggunakan pola as+A+as. Proverba yang menjadi anggota pola ini adalah proverba dengan korpus 31 dan 77. Variasi terakhir P dengan konstituen dari kategori A/FA dengan pola perbandingan adalah perbandingan superlatif seperti pada data 10 di bawah ini. 95
First impressions are the most lasting Data 10: Derajat Superlatif (Paling)
Pada data 10 di atas, terdapat proverba yang Pnya berupa derajat perbandingan superlatif dengan menggunakan pola the most+A. Proverba yang berpola ini adalah proverba dengan nomor korpus 95. Selama penelitian, dijumpai pula 2 proverba variatif dengan struktur S.Kop.P dengan P berupa A/FA. Dikatakan variatif karena S kalimat proverba yang seharusnya N/FN ternyata berupa A/FA. Dengan demikian, S serta P
commit to user 92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terbentuk dari konstituen dari kategori yang sama yaitu A/FA. Contoh verba variatif ini dapat dilihat pada data berikut. 99 248
Forewarned is forearmed Well begun is half done Data 11: Proverba Berstruktur K=S.Kop.P dengan S danP=A/FA
Dua proverba pada data 11 telah mengalami modifikasi yaitu pada bagian S yang seharusnya berupa N/FN. Pada korpus 99 dan 248, S terlihat berupa adjektiva (korpus 99) dan frasa adjektival (korpus 248). A dan FA ini statusnya menempati fungsi yang biasanya ditempati kategori N/FN yaitu fungsi S.
(2.a.3) Kalimat Nonverbal Berstruktur K=S.Kop.P_P=FAdv Struktur kalimat tunggal nonverbal ketiga adalah kalimat nonverbal yang memiliki konstituen dengan tiga fungsi, yaitu subjek, kopula dan predikat. Yang membedakan struktur ini dengan struktur sebelumnya adalah P berkategori adverbial/frasa adverbial. Beberapa proverba yang memiliki struktur seperti ini dapat dilihat pada data di bawah ini. 58 185 206
Cleanliness is next to godliness Providence is always on the side of the big battalions The darkest hour is just before the dawn Data 12: Proverba Kalimat Nonverbal Berstruktur K=S.Kop.P_P=FAdv
Proverba yang terdapat pada data 12 di atas adalah kumpulan proverba yang memiliki S berupa N dan FN. Proverba yang memiliki S berbentuk N saja terdapat pada korpus 58, dan 185. Proverba yang bentuk Snya berupa FN terdapat pada korpus data 206. Sedangkan untuk predikat yaitu konstituen yang muncul setelah Kop, seluruh proverba pada data 11 berkategori frasa adverbial (FA).
commit to user 93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2.a.4) Kalimat Nonverbal Berstruktur K=S.Kop.P_P=FP Struktur kalimat tunggal nonverbal keempat adalah kalimat nonverbal yang memiliki konstituen dengan fungsi subjek, kopula dan predikat. Ciri khas struktur ini adalah Pnya berkategori frasa preposisional (FP). Beberapa proverba yang memiliki struktur seperti ini dapat dilihat pada data di bawah ini. 45 220
Beauty is in the eye of the beholder The proof of the pudding is in the eating Data 13: Proverba Kalimat Nonverbal Berstruktur K=S.Kop.P_P=FP
Proverba yang terdapat pada data 13 di atas adalah 2 proverba yang memiliki S berupa N dan FN. Proverba yang memiliki S berbentuk N saja terdapat pada korpus 45. Proverba yang bentuk Snya berupa FN terdapat pada korpus 220. Predikat yaitu konstituen yang muncul setelah kopula, dua-duanya berkategori FP.
(2.a.5) Kalimat Nonverbal yang Kopulanya Mengalami Pelesapan. Struktur kalimat nonverbal kelima adalah kalimat nonverbal yang memiliki konstituen dengan kopula dilesapkan. Kopula yang berbentuk LV to be ini mengalami pelesapan dan membentuk proverba berikut: 18 82 169
An eye for an eye Everyone to his taste Nothing for nothing Data 14: LV Mengalami Pelesapan
Pada korpus 18, 82 dan 169, terdapat LV be yang dilesapkan. Kedua proverba tersebut seharusnya berbunyi “An eye (is) for an eye” (korpus 18), “Everyone (is) to his taste” (korpus 82), dan “Nothing (is) for nothing” (korpus 169). Namun karena LV mengalami pelesapan, maka bentuknya menjadi lebih singkat seperti yang terlihat pada data di atas. FN nomina yang befungsi sebagai S
commit to user 94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari dua proverba di atas adalah an eye (korpus 18), everyone (korpus 82) dan nothing (korpus 169). Sedangkan yang berfungsi sebagai P adalah FP for an eye (korpus 18), to his taste (korpus 82) dan for nothing (korpus 169) Variasi kalimat nonverbal yang LVnya mengalami pelesapan terdapat pada data 15. Pada data tersebut, terdapat 3 proverba yang memiliki konstituen dengan fungsi S, Kop dan P. Linking verb yang menjadi salah satu konstituen pembentuk FV mengalami pelesapan. 172 175 176
Once a priest, always a priest Other times, other manners Out of debt, out of danger Data 15: Kalimat Tunggal Nonverbal LV Dilesapkan
Pada korpus 172, 175 dan 176, terdapat to be “is” yang dilesapkan. Ketiga proverba tersebut seharusnya berbunyi “Once a priest (is) always a priest” (172), “Other times (is/will be) other manners” (175), dan “Out of debt (is/means) out of danger” (176). Bentuk pelesapan LV dapat juga dilihat pada empat proverba yang berada pada data 16 berikut. Keempat proverba tersebut mengalami pelesapan LVnya, dan keempatnya memiliki konstituen yang berbeda. 75 94 133 172
Easy come, easy go First-come, first-served Least said, soonest mended Once bitten, twice shy Data 16: Proverba yang LVnya Dilesapkan
Keempat proverba pada data 16 memiliki S dengan kategori FN yang dimodifikasi oleh klausa adjektival. Modifikator ini kemudian dilesapkan. Keempat bentuk sejati S tersebut adalah (those who) easy come (korpus 75), (those who) first-come (94), (something which is) least said (133), dan (those who
commit to user 95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
are) once bitten (172). Ketiga S tersebut juga memiliki P berbentuk FN yang telah dimodifikasi yaitu; (those who) are easy go (75), (those who) are first-served (99), somehing which is coonest mended (133), dan those who are bitten twice, shy (172). Jika seluruh konstituen yang dilesapkan dimunculkan kembali, bentuk sejati proverba tersebut menjadi: (those who) first-come (will be those who are) first-served (94), (something which is) least said (will be something which is) soonest mended (133), dan (those who are) once bitten (when they are bitten) twice (will be) shy (172).
(2.a.6) Kalimat Nonverbal yang Snya Berbentuk Klausa Struktur kalimat tunggal nonverbal keenam adalah kalimat nonverbal yang Snya berupa klausa. Beberapa proverba yang memiliki struktur seperti ini dapat dilihat pada data di bawah ini. 8 112
All that glitters is not gold He who hesitates is lost Data 17: Proverba Kalimat Nonverbal yang Snya Berupa Klausa
Berbeda dengan korpus sebelumnya yang Snya berbentuk part of speech atau frasa, korpus 8 dan 112 mengalami modifikasi yang cukup signikan, yaitu posisi Snya bertransformasi menjadi klausa. S yang dimaksud adalah all that glitthers (korpus 8) dan he who hesitates (korpus 112). Proverba korpus 8 menunjukkan bahwa Snya tidak lagi berupa part of speech, atau frasa, tetapi sudah berbentuk klausa (tepatnya subklausa), demikian juga proverba korpus 112. Proverba yang memiliki struktur sangat mirip dengan yang ada pada data 17 adalah proverba yang ada pada data 18. Bedanya, pada proverba yang ada pada data 18, klausa mengalami permutasi dan diletakkan setelah P.
commit to user 96
perpustakaan.uns.ac.id
6 7 9
digilib.uns.ac.id
All is fair in love and war All is fish that comes to the net All is well that ends well Data 18: FN Berupa klausa
Jika posisi klausa diletakkan setelah S, maka bentuk proverba yang ada pada data 16 tersebut akan serupa dengan proverba yang ada pada data 15, seperti All that (exists) in love and war is fair (korpus 6), All that comes to the net is fish (korpus 7), All that ends well is well (korpus 7).
(2.a.7) Kalimat Nonverbal yang Pnya Berbentuk Klausa Struktur kalimat tunggal nonverbal ketujuh adalah kalimat nonverbal yang Pnya berupa klausa. Beberapa proverba yang memiliki struktur seperti ini dapat dilihat pada data di bawah ini. 255 117
You are what you eat Home is where the heart is Data 19: Kalimat Nonverbal yang Pnya Berbentuk Klausa
Proverba yang terdapat pada data di atas adalah kumpulan proverba yang Pnya telah dimodifikasi. P yang mengalami modifikasi adalah P yang berkategori FN. Modifikator yang terlibat dalam proses modifikasi ini adalah klausa adverbial yang penanda klausanya berupa what dan where.
(2.a.8) Kalimat Nonverbal yang S dan Pnya Berbentuk Klausa Struktur kalimat tunggal nonverbal kedelapan adalah kalimat nonverbal yang S dan Pnya berupa klausa. Beberapa proverba yang memiliki struktur seperti ini dapat dilihat pada data di bawah ini. 26 28 131
A fault confessed is half redressed A friend in need is a friend indeed Justice delayed is justice denied
commit to user 97
perpustakaan.uns.ac.id
202
digilib.uns.ac.id
Sufficient unto the day is the evil thereof
Data 20: Kalimat Nonverbal yang S dan Pnya Klausa dengan Penanda Klausanya Dilesapkan
Proverba yang terdapat pada data 20 di atas adalah kumpulan proverba yang FNnya juga telah dimodifikasi. Ada dua FN yang mengalami modifikasi. Yang pertama adalah FN yang menempati fungsi S, dan yang kedua adalah FN yang menempati fungsi P. Modifikator yang terlibat dalam proses modifikasi ini adalah klausa adjektival yang penanda klausanya ini telah mengalami pelesapan. Apabila klausa modifikator dimunculkan maka secara lengkap proverba tersebut berbunyi; “A fault (which is) confessed is (a fault which is) half redressed” (korpus 26), :A friend (which is) in need is a friend (which is) indeed” (korpus 28), “Justice (which is) delayed is justice (which is) denied” (korpus 131), dan “Sufficient (which is) unto the day is the evil (which is) thereof” (korpus 202).
(2.a.9) Kalimat Nonverbal Majemuk Koordinatif Proverba yang berupa kalimat nonverbal majemuk koordinatif jumlahnya tidak banyak. Yang dimaksud dengan kalimat majemuk koordinatif ialah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih dan hubungan antarklausanya bersifat paralel. Masing-masing klausanya berstruktur S.P. Sama seperti kalimat nonverbal lainnya, antara S dan P disela oleh kopula to be. Proverba yang berupa kalimat majemuk nominal koordinatif dan masing-masing klausanya berstruktur S.P tampak pada data 21 dan 22 berikut. 198 230 239
Speech is silver, but silence is golden To err is human, to forgive divine Two is company, but three is none Data. 21: Kalimat Nonverbal Majemuk Koordinatif K.Kop.K
commit to user 98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Proverba dengan korpus nomor 198, 230, dan 239 terdiri atas dua kalimat. Masing-masing K terdiri atas S.P yang disela oleh kopula. Pnya berupa N (korpus 230 dan 239), dan Pnya berupa A (korpus 198) Proverba dengan korpus nomor 13, dan 33, juga terdiri atas dua kalimat. Masing-masing K terdiri atas S.P yang disela oleh kopula. Pnya berupa A (korpus 13) dan Pnya berupa Adv (korpus 33). 13 33
A man is as old as he feels, and a woman as old as she loops A place for everything, and everything in its place Data. 22: Kalimat Nonverbal Majemuk Koordinatif K.Kop.K
Hubungan
antarklausa
pada
data
22
di
atas
bersifat
paralel.
Keparalelannya itu dapat dilihat dengan ditambahkan konjungsi but (198, 239) dan konjungsi and (13, 33, 230) di antara klausa pertama dan klausa kedua untuk mengeksplisitkan hubungan koordinatif.
(2.a.10) Kalimat dengan Ekspletif There.Kop.S Struktur kalimat tunggal nonverbal yang kesepuluh adalah kalimat nonverbal yang diawali oleh ekspletif there. Contoh proverba yang berstruktur kalimat tunggal yang diawali ekspletif there dapat dilihat pada data 23 berikut. 224 225
There are two sides to every question There is honour among thieves Data 23: Kalimat dengan Ekspletif There
Struktur There.Kop.S dimasukkan ke dalam struktur kalimat noverbal karena struktur ini secara jelas menunjukkan ciri-ciri kalimat nonverbal yaitu: (1) tidak adanya verba murni yang menyertai; (2) digunakannya kopula dalam kalimat tersebut. Dari dua korpus di atas, fungsi konstituen yang terlibat adalah fungsi ekspletif, kopula dan subjek. Posisi subjek berada di belakang kopula. Ini adalah
commit to user 99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
posisi yang unik mengingat biasanya subjek dalam kalimat positif selalu mengawali kopula.
(2.a.11) Kalimat Berstruktur Introgatif (Content Question) WhQ.Kop.S Struktur kalimat tunggal nonverbal yang kesebelas adalah kalimat nonverbal yang memiliki konstruksi introgatif. Proverba berstruktur introgatif adalah proverba berjenis unik karena konstruksi seperti ini tidak dijumpai pada konstruksi proverba bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa. Contoh proverba yang berstruktur kalimat tunggal introgatif dapat dilihat pada data 24 berikut. 249 250
What is the good of a sundial in the shade? When Adam delved and Eve span who was then the gentleman? Data 24: Kalimat Berstruktur Introgatif
Struktur WhQ.Kop.S juga dimasukkan ke dalam struktur kalimat noverbal karena struktur ini juga secara jelas menunjukkan ciri-ciri kalimat nonverbal. Dari dua korpus di atas, fungsi konstituen yang terlibat adalah fungsi wh questions, kopula dan subjek. Posisi subjek berada di belakang kopula. Posisi kopula berada dibelakang WhQ. Pada korpus 250, klausa adverbial when Adam delved and Eve span menempati posisi awal kalimat. Posisi ini disebut klausa adverbial fronting.
(2.b) Kalimat Verbal Proverba yang berstruktur kalimat verbal lebih banyak jenisnya daripada konstruksi proverba berstruktur kalimat nominal. Setidaknya terdapat 21 struktur kalimat verbal yang berbeda yang dijumpai dalam korpora data.
commit to user 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2.b.1) Kalimat Verbal Berstrukturkan K=S.P_P=V/FV Struktur kalimat verbal yang pertama adalah kalimat verbal tunggal yang memiliki konstituen dengan fungsi S dan P. P dalam hal ini berupa V saja. Contoh proverba yang berstruktur K=S.P_P=V/FV dapat dilihat pada data berikut. 12 42 87 203 231 239 242
A bad penny always turns up A watched pot never boils Extremes meet Tastes differ Tomorrow never comes Two of a trade never agree Time Flies Data 25: Kalimat Tunggal Verbal Berstrukturkan K=S.P_P=V/FV
Proverba korpus 87, 203, 231, dan 242 adalah proverba yang Snya berkategori N, yaitu
extremes (korpus 87),
tastes (korpus 203), tomorrow
(korpus 231), dan time (korpus 242). Proverba korpus 12, 42, dan 239 adalah proverba yang Snya berkategori FN dengan konstituen Det.A.N (korpus 12, 42) dan Det.FN (korpus 239). Proverba korpus 12, 87, 203, dan 242 adalah proverba yang Pnya berkategori V saja. Sedang sisanya yang belum disebutkan seperti proverba korpus 42, 231, dan 234 adalah proverba yang Pnya berupa FV.
(2.b.2) Kalimat Tunggal Verbal Berstruktur K=S.P.O Struktur kalimat tunggal verbal yang kedua adalah kalimat verbal yang memiliki konstituen dengan fungsi subjek, predikat dan objek. Status objek muncul karena Pnya adalah V transitif. Contoh proverba yang berstruktur kalimat verbal dapat dilihat pada data 26 berikut. 15 19 21 35
A soft answer turneth away wrath A bad workman blames his tools A burnt child dreads the fire A rolling stone gathers no moss
commit to user 101
perpustakaan.uns.ac.id
37 57 60 63 65 76 88 89 91 92 107 108 111 116 143 150 151 160 163 174 181 193 208 209 210 211 216 222 232
digilib.uns.ac.id
A still tongue makes a wise head Charity covers a multitude of sins Constant dropping wears away a stone Dead men tell no tales Diamond cuts diamond Empty vessels make the most noise. Faint heart never won fair lady Familiarity breeds contempt Fine feathers make fine birds Fine words butter no parsnips Good fences make good neighbours Good wine needs no bush Haste makes waste History repeats itself Lookers-on see most of the game Manners maketh man Many hands make light work Nature abhors a vacuum Necessity knows no law A postern door makes the thief Practice makes perfect Silence means consent Devil take the hindmost The early bird catches the worm The end justifies the means The exception proves the rule The last straw that breaks the camel's back The rotten apple injures its neighbour Too many cooks spoil the broth Data 26: Kalimat Berstruktu K=S.P.O
Proverba yang terdapat pada data 26 di atas adalah kumpulan proverba yang memiliki struktur S.P.O dengan V adalah transitif. Dengan demikian, seluruh kalimat yang ada pada data di atas dapat ditransformasikan menjadi kalimat pasif. Variasi struktur S.P.O dapat dilihat pada data 27. Pada data 27 tersebut, terdapat struktur S.P.O dengan P berkategori V khusus yaitu V have/has 78 79 81 83 122 245
Every cloud has a silver lining Every jack has his Jill Every man has his price Every bullet has its billet Idle people have the least leisure Walls have ears Data 27: Kalimat Berstruktur S.P.O dengan V Khusus Yaitu have/has
commit to user 102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Data di atas terdiri dari kelompok proverba yang memiliki V yang berupa V has/have. Kecuali korpus 122 dan 245, proverba dalam data 27 tersebut memiliki S yang terbentuk dari konstituen FN dengan kategori Det.N, seperti every cloud (korpus 78), every Jack (korpus 79), every man (korpus 81), dan every bullet (korpus 83). Pada korpus 122, S terbentuk dari konstituen dengan kategori A dan N. Sedangkan pada korpus 245, S hanya terbentuk dari N saja. Seluruh O yang menjadi konstituen pembentuk proverba tersebut berbentuk FN dengan konstituen berkategori Det.N, seperti, his Jill (korpus 79), his price (korpus 81) dan its billet (korpus 83). Pada korpus 78 dan korpus 122, FN terbentuk dari Det.A.N yaitu a silver lining dan the least leisure. Sedangkan pada 245, Onya hanya berkategori N saja yaitu ears. Ditemukan juga pengembangan dari konstruksi S.P.O melalui fenomena pelesapan, yaitu kalimat proverba yang terdapat pada korpus 100 seperti yang terlihat di bawah ini. 100
Full cup, steady hand Data. 28: S.P.O dengan P Dilesapkan
Proverba korpus 100 adalah proverba yang fungsi Snya berkategori FN, yaitu full cup. P dari kalimat ini seharusnya berupa V makes. Karena mengalami pelesapan, V makes tersebut hilang dan sebagai konsekuensinya, tanda koma muncul dan diikuti oleh bergesernya FN steady hand yang seharusnya menempati fungsi O ke posisi P. Apabila V makes yang melesap tersebut dimunculkan, maka kalimat lengkapnya akan menjadi “Full cup makes steady hand” dan bentuk struktur kalimat S.P.O menjadi terpenuhi. Contoh yang mirip dengan data 28 dapat dilihat pada data 29 berikut.
commit to user 103
perpustakaan.uns.ac.id
164 165 166 167
digilib.uns.ac.id
No cross, (means) no crown No cure, (means) no pay No pain, (means) no gain No names, (means) no pack-drill Data 29: Kalimat Berstruktur Kombinasi FN.FV (V.FN) yang Vnya Dilesapkan.
Hal yang mendasar yang membedakan data 28 dengan 29 terletak pada Pnya yang mengalami pelesapan. P atau tepatnya V yang dilesakan pada data 28 adalah V makes sedangkan pada data 29, V yang dilesapkan adalah means. V means adalah V transitif dan karenanya membutuhkan objek. Jika seluruh V yang dilesapkan tersebut dimunculkan, maka bunyi proverba pada data 29 akan menjadi: “No cross means no crown” (korpus 164), “No cure means no pay” (korpus 165), “No pain means no gain” (korpus 166), dan “No names means no pack-dril” (korpus 167). Pengembangan selanjutnya adalah kalimat verbal yang memiliki konstituen dengan fungsi S.P.O yang mengalami penambahan kata kerja bantu (Aux) sebelum P. Contoh proverba yang berstruktur kalimat tunggal verbal S.Aux.P.O dapat dilihat pada data berikut. 29 64 136 158
A golden key can open any door Desperate diseases must have desperate remedies Liars ought to have a good memory Much would have more Data 30: Kalimat Verbal Transitif S.Aux.P.O
Data 30 di atas merupakan sejumlah kalimat proverba yang Pnya merupakan V transitif dan karenanya membutuhkan objek. Objek tersebut dapat dilihat di belakang V seperti FN a king (korpus 22), FN a straw (korpus 25), FN any door (korpus 29), FN deperate remedies (korpus 64), FN a good memory (korpus 136), dan a more (korpus 158).
commit to user 104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2.b.3) Kalimat Tunggal Verbal Berstruktur K=S.P.Ket Struktur kalimat verbal yang ketiga adalah kalimat verbal yang memiliki konstituen dengan fungsi subjek, predikat dan keterangan. Terdapat dua variasi struktur ini yaitu (1) kalimat berstruktur S.P.Ket_Ket=Adv, dan (2) kalimat berstruktur S.P.Ket_Ket=FP/P.
(2.b.3.a) Kalimat Tunggal Verbal Berstruktur K=S.P.Ket_Ket=Fadv/Adv Struktur kalimat verbal S.P.Ket yang pertama adalah kalimat verbal yang memiliki konstituen dengan fungsi subjek, predikat dan keterangan. Keterangan dibangun oleh konstituen dengan kategori Adv. Contoh proverba yang berstruktur seperti ini dapat dilihat pada data 31 berikut. 32 43 51 120 125 155 200
A new broom sweeps clean Bad news travels fast Birds of a feather flock together Hope springs eternal Ill weeds grow apace Misfortunes never come singly Still waters run deep Data 31: Kalimat Berstruktur K=S.P.Ket_Ket=Fadv/Adv
Data 31 di atas terdiri dari sekelompok proverba yang memiliki keterangan berkategori adverbia seperti clean (korpus 32), fast (korpus 43), together (korpus 51), eternal (korpus 120), apace (korpus 125) dan singly (korpus 155), dan deep (korpus 200). Variasi struktur S.P.Ket berupa penambahan Aux sebelum FV dapat dilihat pada data 32 di bawah ini. 16 159
An empty sack will never stand upright Murder will (get) out
Data 32: Kalimat Berstruktur S.P.Ket_Ket=Fadv/Adv, Berupa Penambahan Aux Sebelum P
commit to user 105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2.b.3.b) Kalimat Tunggal Verbal Berstruktur K=S.P.Ket_Ket=FP Struktur kalimat tunggal verbal S.P.KS yang kedua adalah kalimat yang memiliki konstituen dengan fungsi subjek, predikat, keterangan, dengan keterangan diisi oleh konstituen dengan kategori frasa preposisional (FP). Contoh proverba yang berstruktur seperti ini dapat dilihat pada data 33 berikut. 11 39 56 61 146 170 223 227
all roads lead to Rome A tale never loses in the telling Charity begins at home Cowards die many times before their death Love laughs at locksmiths Nothing succeeds like success The weakest go to the wall Time and tide wait for no man Data 33: Kalimat Berstruktur K=S.P.Ket_Ket=FP
Data 33 di atas terdiri dari kelompok proverba yang memiliki S dengan konstituen pembentuk Det.N atau Det.A.N, kecuali korpus 227. Pada korpus 227, S berbentuk FN koordinatif dengan konstituen pembentuk N dan N yang dihubungkan oleh konjungsi and. P yang berupa FV seperti terlihat pada korpus 39. P berbentuk V seperti terlihat pada korpus 11, 39, 56, 146, 170, 223, dan 227. Pada seluruh kalimat proverba di atas, FP setelah FV/V. Variasi struktur S.P.Ket berupa penambahan Aux sebelum P dapat dilihat pada data 34 di bawah ini. 2 22 25
Accidents will happen in the best-regulated families A cat may look at a king A drowning man will clutch at a straw Data. 34: Kalimat Berstruktur K=S.P.Ket_Ket=FP, dengan Penambahan Aux
Data 34 di atas berisi tiga buah kalimat proverba yang Vnya merupakan V intransitif dan karenanya tidak membutuhkan objek. Konstituen yang muncul setelah V merupakan keterangan, yaitu FP in the best-regulated families (korpus 2), at a king (korpus 22), dan at a straw (korpus 25).
commit to user 106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2.b.4) Kalimat Berstruktur K=S.P.O.KO Struktur kalimat tunggal verbal yang keempat adalah kalimat verbal yang memiliki konstituen dengan fungsi subjek, predikat, objek dan komplemen objek (KO). Contoh proverba yang berstruktur kalimat tunggal verbal S.P.O.KO dapat dilihat pada data 35 berikut. 1 10 217
Absence makes the heart grow fonder All work & no play make Jack a dull boy The last drop makes the cup run over Data 35: Kalimat dengan Struktur S.P.O.KO
Tiga kalimat proverba di atas mengandung unsur S.P.O.KO. Pada korpus 1, S berkategori N yaitu absence, fungsi P terbentuk dari kategori V yaitu makes dan O berupa FN yaitu the heart sedang KO berbentuk FV yaitu grow fonder. Pada korpus 10, S terbentuk dari FN koordinatif yaitu all work & no play, P terbentuk dari V makes, O adalah N Jack, serta KO berupa FN a dull boy. Pada korpus 217, S berupa FN the last drop, P berkategori V yaitu makes, O berkategori FN yaitu the cup dan KO berkategori FV yaitu run over.
(2.b.5) Kalimat Tunggal Verbal Transitif Negatif S.P.O_P=Aux.not.V Struktur kalimat tunggal verbal yang kelima adalah kalimat verbal yang memiliki konstituen dengan fungsi subjek, predikat dan objek. Yang membedakan sruktur ini dengan struktur S.P.O yang ada pada struktur 2.b.2 terletak pada bentuk Pnya yang telah bertransformasi dari P afirmatif menjadi P negatif. Sebagai konsekuensi dari proses transformasi ini, Aux dan kode negatif (not) pun muncul. Contoh proverba yang berstruktur kalimat verbal negatif dapat dilihat pada data 36 berikut.
commit to user 107
perpustakaan.uns.ac.id
38 69 205 234 235
digilib.uns.ac.id
A swallow does not make a summer Dog does not eat dog The cowl does not make the monk Two wrongs don't make a right Two blacP don't make a white Data 36: Kalimat Verbal Negatif
Variasi dari konstruksi ini dapat dilihat pada data 37. Pada data tersebut, terdapat tiga kalimat verbal yang memiliki konstituen dengan fungsi S.P.O. P mengalami penambahan Aux dan kode negatif karena berbentuk kalimat negatif. Bedanya dengan data 38, pada data 39 Aux yang muncul adalah adalah modal yang juga berkode negatif. Contoh proverba yang berstruktur seperti ini dapat dilihat pada data berikut. 256 257 258
You cannot make an omelet without breaking eggs You cannot make bricks without straw You can't teach an old dog new tricP Data 37: Kalimat Verbal Negatif dengan P=Modal.Aux.not
(2.b.6) Kalimat Tunggal Verbal Berstruktur Imperatif Struktur kalimat verbal yang keenam adalah kalimat verbal yang memiliki konstruksi imperatif. Karena berstruktur imperatif, P bergeser ke posisi S, dan sebagai konsekuensnya, O/Pelpun (jika ada) bergeser ke belakang P. Terdapat 3 variasi struktur ini yaitu: (1) kalimat imperatif P.O, (2) kalimat imperatif P.O.Ket, dan (3) kalimat imperatif P.Ket. Variasi kalimat imperatif yang pertama yaitu kalimat yang hanya berkonstituen dengan fungsi predikat dan objek saja dapat ditemukan pada data 38 di bawah ini. 182
Practise what you preach Data 38: Kalimat Imperatif P.O
commit to user 108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada data 38 di atas, terlihat bahwa P adalah V preach. V preach merupakan V transitif yang berada di awal kalimat. Karena berbentuk V transitif, V tersebut diikuti oleh O. O yang dimaksud adalah what you preach yang berbentuk subklausa. Variasi kalimat imperatif yang kedua yaitu kalimat yang memiliki konsituen dengan struktur P.O.Ket. Variasi kalimat imperatif ini dapat ditemukan pada data 39 di bawah ini. 62 103 148 189 192
Cut your coat according to your cloth give credits where credit is due Make hay while the sun shines Save us from our friends Set a thief to catch a thief Data 39: Kalimat Berstruktur Imperative P.O.Ket
Pada data 39 di atas, terlihat bahwa seluruh P adalah V transitif dan karenanya membutuhkan O. P yang dimaksud adalah cut (korpus 62), give (korpus 103), make (korpus 148), save (korpus 189), dan set (korpus 192). O yang muncul setelah P adalah your coat (korpus 62), credits (korpus 103), hay (korpus 148), us (korpus 189), dan a thief (korpus 192). Konstituen yang muncul setelah O yang disebutkan di atas adalah konstituen dengan fungsi komplemen objek. Variasi kalimat imperatif P.O.Ket selanjutnya yaitu kalimat memiliki konstituen dengan fungsi predikat, objek langsung (OL), dan objek tak langsung (OTL). Variasi kalimat imperatif ini dapat ditemukan pada data 40 di bawah ini. 104
Give the devil his due Data 40: Kalimat Berstruktur Imperative P.OL.OTL.OTL Berfungsi Sebagai Ket.
Pada data 40 di atas dapat kita lihat bahwa P yang berupa V give memiliki dua O, yaitu the devil dan his due. Karena FN the devil berada langsung di belakang V give, maka status FN ini berfungsi sebagai OL, sedangkan FN his due
commit to user 109
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang muncul belakangan berfungsi sebagai OTL. OTL di sini dalam struktur berfungsi sebagai keterangan. Demikian juga struktur imperatif yang menggunakan V khas let, juga memiliki pola struktur P.O.Ket. Contoh variasi pola struktur P.O.Ket dapat dilihat pada data 41 berikut. 134 135
Let sleeping dogs lie Let the cobbler stick to his last Data 41: Kalimat Imperatif P.O.Ket. P=let
Variasi kalimat imperatif ketiga yaitu kalimat memiliki konstituen dengan fungsi kalimat P dan Ket. Variasi kalimat imperatif ini dapat ditemukan pada data 42 di bawah ini. 68 142 197 201 253
Do as you would be done by Look before you leap Speak well of the dead Strike while the iron is hot (when in Rome) do as the Romans do (FA fronting) Data 42: Kalimat Berstruktur Imperative P.Ket
Data 42 di atas berisikan kumpulan proverba yang memiliki konstituen dengan fungsi predikat dan keterangan. Munculnya Keterangan disebabkan seluruh P yang ada pada data 42 adalah V intransitif. Kasus unik terlihat pada korpus 253. Pada korpus tersebut, frasa adverbial muncul mendahului P. Kasus seperti ini disebut FA fronting
(2.b.7) Kalimat Tunggal Berstrukturkan Imperatif Negatif Aux.neg.P.O.Ket Struktur kalimat verbal yang ketujuh adalah kalimat verbal yang memiliki konstruksi imperatif negatif. Karena berstruktur imperatif negatif, maka sedikit ada modifikasi dari struktur 2.b.6 yaitu munculnya Aux untuk mengawali kalimat yang kita sebut sebagai aux fronting serta sebuah kode negatif. Contoh proverba
commit to user 110
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang berstruktur kalimat tunggal verbal Aux.neg.P.O.Ket dapat dilihat pada data 43 berikut. 70 71 72 73
Don't change horses in mid-stream Don't cross the bridge till you come to it Don't judge a book by its cover. Don't put all your eggs in one basket Data 43: Kalimat Berstrukturkan Imperative Negatif
(2.b.8) Kalimat Tunggal Verbal Struktur Pasif Struktur kalimat tunggal verbal yang kedelapan adalah kalimat verbal yang memiliki konstruksi pasif. Contoh proverba yang berstruktur kalimat tunggal pasif dapat dilihat pada data 44 berikut. 24 27 30 40 93 153 184 221
A door must either be shut or open A fool and his money are soon parted A man is known by the company he keeps A tree is known by its fruit Fingers were made before fork Marriages are made in heaven Promises, like pie-crust, are made to be broken The road to hell is paved with good intentions Data 44: Kalimat Struktur Pasif
(2.b.9) Kalimat Tunggal Verbal Berstruktur S.P.Ket dengan Ket. Permutasi Kalimat tunggal dengan struktur kesembilan adalah kalimat yang Ketnya mengalami permutasi. Permutasi yang pertama adalah peletakan Ket (yang berkategori FA) di awal kalimat. Fenomena ini disebut sebagai FA fronting. Beberapa proverba yang memiliki struktur seperti ini dapat dilihat pada data 45 di bawah ini. 4 54
After a storm comes a calm Between two stools one falls to the ground Data 45: Ket. Fronting
commit to user 111
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Permutasi yang kedua adalah peletakan FA di tengah kalimat yang disebut sebagai FA insertion. Beberapa proverba yang memiliki struktur seperti ini dapat dilihat pada data 46 di bawah ini. 50 109
Birds in their little nests agree Great oak from little acorns grow Data 46: Ket. Insertion
(2.b.10) Kalimat Majemuk Koordinatif Yang dimaksud dengan kalimat verbal majemuk koordinatif ialah kalimat yang terdiri atas dua klausa verbal atau lebih yang hubungan antarkalimatnya bersifat paralel. Masing-masing klausanya berstruktur S.P.O. Proverba yang berupa kalimat verbal majemuk koordinatif dan masing-masing klausanya berstruktur S.P.O tampak pada data 47 berikut. 199
Sticks and stones may break my bones, but words will never hurt me Data 47: Kalimat Verbal Majemuk Koordinatif
Proverba korpus 199 terdiri atas dua kalimat sederhana. Masing-masing klausa terdiri atas S.P.O untuk kalimat pertama dan kedua. S kalimat pertama berupa FN koordinatif yaitu N Sticks dan stones yang dihubungkan oleh konjungsi and. P kalimat pertama berupa berupa FV yaitu may break. O berupa FN yaitu my bones. S kalimat kedua berupa N words. P kalimat kedua berupa berupa FV yang terdiri dari konstituen berkategori Aux, Adv dan V yaitu will never hurt. O berupa pronomina me. Hubungan antarklausa pada data di atas bersifat paralel. Keparalelannya itu ditunjukkan dengan adanya konjungsi but di antara klausa pertama dan klausa kedua untuk mengeksplisitkan hubungan koordinatif.
commit to user 112
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bentuk lain kalimat verbal majemuk koordinatif dapat juga dilihat pada empat proverba yang berada pada data 48. Bedanya dengan data 47 sebelumnya, koordinator yang menjadi penghubung antarkalimat mengalami pelesapan. 149 236 243 259
Man proposes, God disposes Two dogs are fighting for a bone, a third runs away with it United we stand, divided we fall You buy land, you buy stones; you buy meat, you buy bones Data 48: Kalimat Verbal Majemuk Koordinatif
Pada korpus 149, terdapat dua kalimat yang bergabung menjadi kalimat majemuk, yaitu Man proposes, dan God disposes. Dua kalimat ini berstrukturkan sederhana yaitu S.P yang Snya berupa N dan Pnya berupa V. Dua kalimat tersebut dihubungkan oleh konjungsi and/but yang mengalami pelesapan. Apabila dimunculkan, kalimat lengkapnya berbunyi “Man proposes (and/but) God disposes.” Pada 243 dan 259 terdapat dua kalimat kondisional yang dihubungkan oleh konjungsi but. Penanda kalimat kondisional yaitu klausa if mengalami pelesapan. Jika konstituen yang dilesapkan dimunculkan semua, maka struktur kalimatnya akan menjadi (If we are) united, we stand (but) (if we are) divided, we fall (243) dan (if) you buy land, you buy stones (but if) you buy meat, you buy bones (259). Pada 236, terdapat dua kalimat yang dihubungkan oleh konjungsi and. Konjungsi ini juga mengalami pelesapan. Kalimat pertama dan kedua bertense berbeda. Kalimat pertama menggunakan present progressive, sedangkan yang kedua present simple. Jika konjungsi and dimunculkan, kalimat majemuk koordinatif ini akan menjadi “Two dogs are fighting for a bone (and) a third runs away with it.”
commit to user 113
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2.b.11) Kalimat Majemuk Koordinatif Imperatif Selain struktur majemuk 2.b.10 di atas, kalimat imperatif dapat juga dikembangkan dengan menggunakan pola pengembangan majemuk koordinatif, yaitu
penggabungan
dua
kalimat
imperatif
dengan
satu
koordinator.
Pengembangan dari konstruksi imperatif ini terdapat pada data 49 yang terlihat di bawah ini. 67 101 119 141 147 192
Do as I say, not as I do Give a dog a bad name and hang him Hope for the best and prepare for the worst Live not to eat, but eat to live Love me little, love me long Set a beggar on horseback, and he'll ride to the devil Data 49: Kalimat Imperatif Koordinatif
Data 49 di atas berisi kumpulan proverba yang memiliki konstruksi imperatif koordinatif (kecuali korpus 192). Penggunaan kata koordinatif merujuk pada konstituen proverba tersebut yang terdiri dari dua kalimat imperatif yang dihubungkan oleh koordinator seperti konjungsi but dan and. Dua konjungsi ini berperan untuk menghubungkan konstituen-kontituen dari kategori yang sama yaitu kalimat imperatif. Pada korpus 192, kalimat pertama adalah kalimat imperatif, namun kalimat kedua berbentuk deklaratif. Kalimat imperatif dan deklaratif ini dihubungkan oleh konjunsi and. Terkadang juga konstruksi majemuk imperatif koordinatif dapat muncul tanpa menampilkan konjungsi apapun, karena konjungsi yang seharusnya muncul dapat hilang karena proses pelesapan seperti yang terlihat pada data 50 di bawah ini. 49
Beware of an oak, it draws the stroke; avoid an ash, it counts the flash; creep under the thorn, it can save you from harm Data 50: Kalimat Imperatif Koordinatif yang Konjungsinya Mengalami Pelesapan
commit to user 114
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kalimat imperatif koordinatif di atas merupakan kalimat imperatif yang terdiri dari enam kalimat dependen imperatif kecil antara lain (1) Beware of an oak (2) it draws the stroke (3) avoid an ash (4) it counts the flash (5) creep under the thorn (6) it can save you from harm. Keenam kalimat dependen imperatif tersebut kemudian membentuk tiga kalimat dependen imperatif yang lebih besar melalui proses koordinasi dengan cara memasukkan konjungsi because yang kemudian konjungsi itu dilesapkan dan diganti oleh tanda koma, sehingga muncullah tiga kalimat baru yaitu (1) Beware of an oak (because) it draws the stroke, (2) avoid an ash (because) it counts the flash, (3) creep under the thorn (because) it can save you from harm Tiga kalimat yang lebih besar ini juga mengalami proses koordinasi dengan dimunculkannnya konjungsi and yang kemudian juga dilesapkan dan diganti semikoma sehingga membentuk sebuah kalimat paralel: “Beware of an oak, it draws the stroke (and) avoid an ash, it counts the flash (and) creep under the thorn, it can save you from harm.”
(2.b.12) Kalimat Majemuk Modifikatif: Klausa Adjektival Pada S Proverba yang terdapat pada data di bawah adalah kumpulan proverba yang Snya telah dimodifikasi. Modifikator yang terlibat dalam proses modifikasi ini adalah klausa adjektival yang penanda klausanya ini terlihat jelas seperti that (114), who (115) dan that (korpus 226) 114 115
He that cannot obey cannot command He who fights and runs away, may live to fight another day Data 51: Kalimat yang Subjeknya Berbentuk Klausa
Pengembangan dari konstruksi 2.b.12 ini dapat dilihat pada korpus 178, 214 dan 226. Pada tiga kalimat proverba tersebut, terdapat variasi yang sedikit
commit to user 115
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membedakan struktur ketiga proverba tersebut dengan struktur proverba pada data 51 di atas. 178 214 226
People who live in glass houses shouldn't throw stones The hand that rocks the cradle rules the world They that sow the wind shall reap the whirlwind
Data 52: Kalimat yang Subjek dan Objeknya berbentuk Klausa, Vnya Berupa V transitif
Variasi tersebut terletak pada Pnya. P pada data 52 berupa V intransitif, sedangkan V pada data 56 berupa V transitif sehingga membutuhkan objek.
(2.c) Kalimat Campuran Verbal-Nonverbal Struktur kalimat proverba yang ketiga berbentuk kalimat campuran yaitu kalimat verba-noverbal. Sesuai dengan namanya maka kalimat ini merupakan perpaduan antara kalimat verbal dan kalimat nonverbal. Struktur seperti ini adalah struktur unik, memiliki bentuk khas, tidak banyak ditemukan dalam korpus data, serta melibatkan dua struktur besar yang berbeda. Contoh kalimat campuran verbal-nonverbal dapat dilihat pada data 53 berikut. 213 110
The bigger they are, the harder they fall Handsome is as handsome does Data 53: Kalimat Campuran Verbal-Nonverbal
Setidaknya ditemukan dua struktur kalimat campuran yang lain. Adapun struktur kalimat campuran yang lain tersebut adalah: (1) kalimat dengan struktur it is dan that clause, dan (2) kalimat kondisional
(2.c.1) Kalimat dengan Struktur It is dan that Clause Kalimat dengan struktur campuran yang pertama adalah kalimat yang memiliki konstituen it is dan that clause. Beberapa proverba yang memiliki struktur seperti ini dapat dilihat pada data di bawah ini.
commit to user 116
perpustakaan.uns.ac.id
128 129
digilib.uns.ac.id
It is a long lane that has no turning It is a poor heart that never rejoices Data 54: Kalimat dengan Struktur It is dan That Clause
Perpaduan kalimat verbal dengan nonverbal terlihat jelas dari perwujudan proverba pada data 54 di atas. Dua kalimat proverba yaitu kalimat dengan nomor korpus 128 dan 129 menggunakan konstruksi nonverbal (it is….) yang dipadukan dengan konstruksi verbal (that V…).
(2.c.2) Kalimat Kondisional Struktur kalimat campuran verbal-nonverbal yang kedua adalah kalimat yang memiliki konstruksi kondisional. Contoh proverba yang berstruktur kalimat tunggal nominal kondisional dapat dilihat pada data berikut. 123 124
If ifs and ands were pots and pans, there'd be no work for tinkers' hands If it were not for hope, the heart would break Data 55: Kalimat Nominal Kondisional
Perpaduan kalimat verbal dengan nonverbal juga terlihat jelas pada perwujudan proverba pada data 55 di atas. Dua kalimat proverba yaitu kalimat dengan nomor korpus 123 dan 124 menggunakan konstruksi nonverbal (If.S.to be.P) yang dipadukan dengan konstruksi verbal (S.would V…).
(2.d) Kalimat dengan Pola Struktur Kurang Jelas Struktur-struktur kalimat yang ada pada bagian sebelumnya adalah struktur kalimat yang jelas kejatiannya. Kejatian yang jelas dalam hal ini dimaknai sebagai keberadaan konstituen pembentuk proverba yang menempati
commit to user 117
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fungsi yang jelas dalam struktur kalimat baik itu dalam posisi sebagai S, P, O, Ket, Pel dan seterusnya. Pada dua kasus yang ada pada bagian ini, kita akan dapat melihat beberapa konstituen yang menempati posisi yang kurang jelas dalam struktur. Ketidakjelasan ini terjadi karena memang bentuk kalimat-kalimat proverba yang ada dalam tiga data tersebut terlihat unik dan bahkan dapat dikatakan melanggar tatabahasa. Contoh proverba yang memiliki struktur kurang jelas seperti ini terlihat pada data 56 di bawah ini yaitu dua buah kalimat proverba yang menggunakan adjektiva like dengan posisi yang kurang wajar dalam tatabahasa. 137 138
Like father, like son Like master, like man Data 56: Kalimat dengan Konstituen Like
Pada data 56 di atas, terlihat bahwa konstituen like berkategori adjektiva. Dengan demikian jika satuan lingual like bergabung dengan satuan lingual yang lain seperti father, sone, master dan man, maka satuan lingual tersebut membentuk satuan lingual yang lebih besar, yaitu satual lingual berkategori frasa adjektival. Pada korpus 137, terdapat 2 FA yang membentuk proverba yaitu frasa like father dan like son. Demikian juga pada 138, terdapat 2 FA yang membentuk proverba yaitu frasa like master dan like man. 2 FA yang membentuk proverba tersebut tidak dihubungkan oleh konstituen satupun baik itu verba, kopula, maupun konjungsi sehingga fungsi 2 FA tersebut menjadi tidak jelas, apakah berstatus S, P, ataukah O. Ketidak jelasan penghubung dua FA inilah yang menyebabkan dua proverba di atas dikatakan sebagai proverba dengan identitas tidak jelas.
commit to user 118
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Struktur kalimat yang kurang jelas identitasnya ini dapat juga dijumpai pada data 57. Pada data tersebut, dijumpai 3 kalimat proverba yang mengandung komparatif fronting. 46 47 48
Better be an old man's darling, than a young man's slave Better (be) late than never Better be safe than sorry Data 57: Kalimat Verbal dengan Struktur Komparatif Fronting
Pada data 57 di atas, terlihat Frasa Adjektival yaitu ”better be...” menempati posisi awal kalimat. Posisi ini disebut sebagai posisi adjektival komparatif fronting. Yang menyebabkan struktur ini juga terlihat tidak jelas adalah terletak pada fungsi FAnya dalam kalimat. Seharusnya, FA ini berfungsi sebagai P dalam kalimat nonverbal deklaratif. Namun karena S dan Kop dilesapkan, maka yang tersisa adalah FA saja. Adalah tidak lumrah apabila sebuah kalimat deklaratif hanya memiliki konstituen P saja. Untuk menjadi lumrah, S dan Kop harus kembali dimunculkan sehingga menjadi I am better be an old man's darling, than a young man's slave, I am better late than never, dan I am better be safe than sorry
b. Proverba dengan Struktur Monomember Struktur besar yang kedua adalah kalimat proverba dengan struktur monomember. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, struktur monomember adalah proverba yang pola-pola strukturnya hanya dimiliki oleh sebuah proverba saja. Adapun daftar kalimat proverba yang termasuk dalam kelompok ini dapat dilihat pada data 59 berikut 3 34 36
Actions speak louder than words A prophet is not without honour save in his own country A Straw tells which way the wind blows
commit to user 119
perpustakaan.uns.ac.id
52 74 90 96 97 98 105 106 113 127 139 144 157 161 186 207 213 219 246 251 252 254
digilib.uns.ac.id
Blessed is he who expects nothing, for he shall never be disappointed East or west, home's best Findings keepings First Things First Fool me once, shame on you; Fool me twice, shame on me. Fools rush in where angels fear to tread God tempers the wind to the shorn lamb Good Americans when they die go to Paris He laughs best who laughs the last In for a penny, in for a pound Like will to like Losers weepers, finders keepers More people know Tom Fool than Tom Fool knows Nothing so bad but it might have been worse Rain before seven, fine before eleven The devil finds work for idle hands to do The gods send nuts to those who have no teeth The nearer the church, the farther from God Waste not, want not What the eye doesn't see, the heart doesn't grieve over What must be, must be Where there's a will, there's a way Data 58: Proverba dengan Struktur Monomember
c. Temuan Menarik Seputar Struktur Proverba Selain berhasil menemukan pola-pola proverba dan mengelompokkan proverba berdasarkan pola-pola tersebut, peneliti juga menemukan satu hal lainnya yang mungkin akan bermanfaat apabila diikutsertakan pada bab ini. Temuan ini berhubungan dengan adanya kemungkinan pelanggaran tatabahasa dalam kalimat-kalimat proverba. Beberapa poverba yang kalimatnya tercatat melanggar tatabahasa umum dapat dilihat sebagai berikut. 90 96 139 144 246
Findings keepings First things first Like will to like Losers weepers, finders keepers Waste not, want not Data 59: Proverba dengan Struktur yang Melanggar Tatabahasa
commit to user 120
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lima proverba di atas adalah contoh dari proverba yang bunyinya terlihat sangat jelas melanggar kaidah tatabahasa Inggris. Kalimat proverba korpus 90 terbentuk dari dua V-ing yang mendapat akhiran -s. Tidak jelas fungsi dari imbuhan -s tersebut apakah menunjukkan pluralitas ataukah sebagai penanda concord mengingat kalimat proverba tersebut tidak memiliki subjek. Kalimat proverba 96, juga terlihat melanggar kaidah tatabahasa karena tidak menampakkan ciri-ciri kalimat sama sekali. Sebuah kalimat yang baik minimal terdiri dari S dan P atau S Kop dan P. Namun pada 96, S first things tidak diikuti oleh P atau Kop sama sekali dan langsung diikuti oleh A. Pada korpus 139, A like berfungsi sebagai S. S ini diikuti oleh aux will. Biasanya, modal muncul sebelum V (atau juga to be), atau dengan kata lain V (atau to be) muncul setelah modal. Namun, pada korpus 139, modal konstituen yang muncul setelah modal adalah to infinitive. Kemunculan to inilah yang menyebabkan kalimat korpus 139 terlihat melanggar tatabahasa. Pada korpus 144, terdapat dua buah klausa yang membangun kalimat proverba. Dua klausa tersebut adalah losers weepers, dan finders keepers Dua klausa tersebut melanggar kaidah concord yaitu memunculkan –s setelah V, padahal Snya adalah plural. Seharusnya, dua klausa tersebut berbunyi losers weep dan finders keep. Pada kalimat proverba yang ada pada korpus 246, kaidah tata bahasa yang dilanggar adalah kaidah transformasi. Dalam kaidah transformasi, jika sebuah V positif dirubah bentuknya menjadi V negatif, maka perubahan tersebut membutuhkan unsur pembantu yang disebut auxiliari. Pada korpus 246 terdapat 2 V yang ditransformasikan menjadi V negatif yaitu waste dan want. Seharusnya, V
commit to user 121
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut berbunyi don’t/doesn’t waste dan don’t/doesn’t want dan bukan waste not serta want not karena dengan merubah dengan bentuk ini jelas melanggar tatabahasa.
2. Keeratan Hubungan Antarkonstituen Pembentuk Proverba Bahasa Inggris
Penelitian yang dilakukan Sumarlam (2006) terhadap proverba bahasa Jawa (paribasan) yang menitikberatkan pada struktur dan makna paribasan menyimpulkan empat hal antara lain: (1) paribasan adalah termasuk satu jenis tuturan tradisional Jawa yang berstruktur beku (bukan secara tata bahasa tetapi secara bentuk dan urutan kata); (2) urutan konstituennya tidak dapat dipermutasikan; (3) konstituen pengisinya tidak dapat disubstitusikan, dan (4) hubungan antarkonstituennya sangat erat sehingga antara konstituen yang satu dengan yang lain tidak dapat disisipi oleh unsur lainnya. Bagian ini berupaya untuk menemukan keeratan hubungan antarkonsituen pembentuk proverba dengan menggunakan pijakan temuan Sumarlam di atas. Bagian ini diadakan tidak dimaksudkan untuk membuktikan bahwa temuan Sumarlam tersebut benar atau salah, namun semata-mata untuk melihat apakah temuan Sumarlam yang berhubungan dengan keeratan struktur proverba bahasa Jawa tersebut cocok diterapkan pada hubungan antarkonstituen proverba bahasa Inggris. Hubungan antarkonsituen yang erat mengacu pada empat hal yaitu: (1) kemampuan konstituen-konstituen pembentuk proverba untuk selalu hadir bersama serta tidak menerima proses elipsis atau pelesapan;
commit to user 122
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) kemampuan konstituen-konstituen pembentuk proverba untuk menempati posisi mereka secara berurutan serta tidak mengalami permutasi atau pembolak-balikan konstituen pembentuknya; (3) kemampuan konstituen-konstituen pembentuk proverba untuk tidak dapat disubstitusi dengan leksikon lain yang memiliki kategori sejenis maupun tidak sejenis dalam sintaksis; (4) kemampuan konstituen-konstituen pembentuk proverba untuk menolak adanya ekspansi, yaitu proses penyisipan konstituen-konstituen tambahan yang bukan merupakan konstituen orsinil. Untuk melihat keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba ini, beberapa metode pengetesan (Sudaryanto (2001) menggunakan istilah teknik analisis) dipakai antara lain; (1) pengamatan terhadap fenomena deletion atau ellipsis (pelesapan) yaitu berupa pengamatan terhadap fenomena menghilangnya atau melesapnya unsur satuan lingual sebuah data, (2) pengamatan terhadap keberadaan fenomena permutation (pembolakbalikan) yaitu pembalikan unsur satuan lingual data, (3) pengamatan terhadap kemunculan fenomena subsitution (penggantian) yaitu fenomena penggantian unsur satuan lingual sebuah data, (4) pengamatan terhadap fenomena expansion (perluasan) yaitu dengan melihat adanya kemunculan penyisipan konstituen-konstituen tambahan yang bukan merupakan konstituen orsinil.
commit to user 123
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan menggunakan empat pengamatan di atas, keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba, serta kemiripan sifat antara proverba bahasa Inggris dengan bahasa Jawa dapat diketahui.
a. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Pelesapan Konstituen Proverba Untuk mengetahui hubungan antarunsur pembentuk proverba erat ataukah tidak dapat dilakukan dengan melihat fenomena pelesapan yang muncul dalam pemakaian proverba. Eratnya hubungan antarunsur pembentuk proverba dapat dilihat dari tidak adanya unsur-unsur proverba yang dapat dilesapkan. Demikian juga sebaliknya, tidak eratnya hubungan antarunsur pembentuk proverba dapat dilihat dari adanya unsur-unsur proverba yang dilesapkan. Korpus proverba diamati secara seksama untuk melihat adakah unsurunsur yang dilesapkan. Unsur-unsur yang dilesapkan di sini dapat berperan sebagai: Immediate Constituent (Konstituen Langsung) dan Ultimate Constituent (Konstituen Akhir). Konstituen langsung dapat berupa klausa dependen maupun independen, serta frasa seperti; frasa nominal, frasa verbal, frasa preposisional, dan frasa adverbial. Sedangkan konstituen akhir berbentuk part of speech. Dari hasil pengamatan terhadap kalimat-kalimat proverba dalam korpora data, ditemukan beberapa part of speech, beberapa jenis frasa serta beberapa klausa mengalami fenomena pelesapan. Adapun fenomena pelesapan tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
(1) Pelesapan Part of Speech Pola pelesapan pertama yang dibahas pada bagian ini adalah pelesapan part of speech. Di beberapa data yang tersebar pada beberapa korpus, pola jenis
commit to user 124
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini ditemukan. Seluruh part of speech dari kelas terbuka yaitu nomina, verba, adjektiva dan adverbia ditemukan mengalami pelesapan. Beberapa part of speech dari kelas tertutup (kata tugas) juga mengalami pelesapan seperti artikel, modal, dan konjungsi
(1.a) Pelesapan Nomina Nomina memegang peranan penting dalam proverba karena sebagian besar proverba yang ada dalam daftar korpus menggunakan nomina sebagai konstituen untuk membentuk makna. Meskipun nomina memiliki kedudukan penting, dalam praktiknya kita masih dapat menemukan proverba yang unsur nominanya mengalami fenomena pelesapan. Pelesapan nomina dapat dilihat pada korpus nomor 178. Tabel 4.1. Data 60: Pelesapan Nomina
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 178a People who live in glass houses shouldn't throw stones
Variasi Bunyi Proverba (________) Whose house is of glasse, must not throw stones at another.
Sumber
1640. G. Herbert Outlandish Proverbs no. 196
Keterangan: tanda (________) menunjukkan terdapat konstituen yang dilesapkan
Pada korpus data 60 di atas, terdapat fenomena pelesapan yaitu pelesapan nominal people yang berfungsi sebagai subjek. Fenomena ini ada pada buku berjudul “Outlandish Proverbs.”
(1.b) Pelesapan Adjektiva Proverba pada korpus dengan nomor 125 dan 221 mengalami fenomena pelesapan. Pelesapan yang muncul pada tiga nomor korpus tersebut memiliki bentuk yang sama yaitu pelesapan adjektiva.
commit to user 125
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.2. Data 61: Pelesapan Adjektiva
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 125e Ill weeds grow apace
221b
The road to hell is paved with good intentions
Variasi Bunyi Proverba It's always the (_________) weeds that grow the best.
I shall have nothing to hand in, except (_________) intentions,—what they say the road to the wrong place is paved with .
Sumber
1986. M. Slung More Momilies. 67
1847. J. A. Froude Shadows of Clouds. ix.
Pada korpus nomor 125, terdapat pula proverba yang mengalami pelesapan unsur adjektivanya yaitu pada proverba “Ill weeds grow apace” yang muncul pada 5 buku. Pada buku “More Momilies” yaitu pada 125e, adjektiva ill mengalami pelesapan, sedangkan keempat wujud proverba lainnya tidak. Selain pada korpus nomor 125, pada korpus nomor 221, terdapat pula proverba yang mengalami pelesapan unsur adjektivanya yaitu pada proverba yang berbunyi “The road to hell is paved with good intention” yang muncul pada 4 buku. Pada buku “Shadows of Clouds” yaitu pada 221b, adjektiva good mengalami pelesapan, sedangkan pada ketiga perwujudan proverba lainnya tidak.
(1.c) Pelesapan Verba Fenomena pelesapan verba dapat dilihat pada korpus nomor 223, dan 135 yang terdapat pada data 62 berikut. Pada korpus 223e, Proverba yang berbunyi “The weakest go to the wall” muncul secara tidak lengkap. Kemunculan bentuk tidak lengkap ini dapat dilihat ada buku berjudul “My Lady of Moor” karya J. Oxenham.
commit to user 126
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.3. Data 62: Pelesapan Verba
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 223e The weakest go to the wall
Variasi Bunyi Proverba He saw to it that I had a good education, knowing the necessity and value of it in these strenuous days of the ‘weak (__________) to the wall’.
Sumber
1916. ‘J. Oxenham’ My Lady of Moor. i.
135b
Let the cobbler stick to his last
(__________) Cobler keepe your last.
1616. J. Withals Dict. (rev. ed.) 567
135c
Let the cobbler stick to his last
(__________) Cobler keepe to your last.
1639. J. Clarke Parœmiologia AngloLatina. 21
135f
Let the cobbler stick to his last
Yet even then, Mapell had been mixed up with a gang of blackmailers. (__________) The shoemaker sticks to his last!
1930. C. F. Gregg Murder on Bus. xxx.
Pelesapan terakhir verba ditemukan pada korpus nomor 135. Proverba dengan nomor korpus 135 merupakan proverba dengan struktur kalimat imperatif yang menggunakan kata let sebagai verba utamanya. Pelesapan verba let tersebar pada tiga korpus yaitu 135b, 135c, dan 135f.
(1.d) Pelesapan Adverbial Fenomena pelesapan adverbial dapat dilihat pada korpus nomor 16, dan 20. Pada korpus nomor 16, tepatnya pada korpus nomor 16c, 16d, Proverba yang berbunyi “Empty sacks will never stand upright” muncul secara tidak lengkap karena adverbia upright tidak diikutsertakan. Kemunculan bentuk tidak lengkap ini dapat dilihat ada buku berjudul “Borstal Boy III” dan “Getting Through.” Pada
commit to user 127
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
korpus 16a dan 16b, pribahasa tersebut muncul secara lengkap yaitu pada buku “Select Italian Proverbs,” dan “Mill on Floss” seperti terlihat pada berikut ini. Tabel 4.4. Data 63: Pelesapan Adverbia
Variasi Bunyi Bunyi Baku Nomor Proverba Proverba Korpus 16c An empty sacks We've a long night will never stand before us and an empty sack won't upright stand (_________).
16d
An empty sacks ‘Give this man will never stand something.’ ‘A cup of tea will do fine,’ he upright had protested. ‘Nonsense. Empty bags can't stand (__________).’
135c
A bully is always a coward
The old adage holds good: all bullies are (__________) cowards, and most cowards are bullies.
Sumber
1958 B. Behan Borstal Boy III. 310
1978 J. Mcgahern Getting Through 99
1981 Times 9 May 2
Selain pada korpus nomor 16, korpus nomor 20 juga mengalami pelesapan. Proverba yang berbunyi “A Bully is always a coward” muncul secara tidak lengkap. Adverbia always mengalami pelesapan pada korpus nomor 20d, yaitu pada karya tulis berjudul “Wise Saws.”
(1.e) Pelesapan Kata Tugas Pelesapan kata tugas adalah pelesapan jenis kelima dari pelesapan part of speech. Fenomena pelesapan konstituen jenis ini dapat juga dijumpai dengan bentuk-bentuk yang bervariatif. Tidak semua pelesapan kata tugas diangkat untuk dibahas dalam tesis ini karena jenis kata tugas cukup banyak. Hanya 3 jenis pelesapan kata tugas yang akan disampaikan pada bagian ini yaitu pelesapan
commit to user 128
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
konjungsi, pelesapan modal, dan pelesapan artikel. Fenomena pelesapan kata tugas dapat dilihat pada korpus nomor 74, 136, 158, dan 223. Tabel 4.5. Data 64: Pelesapan Kata Tugas
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 74c East or west, home's best
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
None the less I don't envy the traveller. ‘East (_________) west, home's best.’
1920. E. V. Lucas Verena in Midst. cxiii.
74d
East or west, home's best
I thought what a bully time I'd had in Scotland but all the same I was glad to be going home because east (__________) west home's best.
1949. ‘C. Mackenzie’ Hunting Fairies. xviii.
72d
Don't judge a book by its cover.
You can't judge (__________) Book by its Cover (song). I can't let you know you're getting to me .. 'cause you can't judge a book by its cover. My pappa used to say, look, child, look beyond a tender smile.
1969 et al. dalam Oxford
158d
Much would have more
Why should ten millions 1928. J. S. Fletcher satisfy these people? There Ransom for London is an old adage to the effect V. iv. that much (__________) wants more.
Selain part of speech dari kelas terbuka, terdapat pula part of speech dari kelas tertutup yaitu kata tugas berupa konjungsi yang dilesapkan. Pelesapan konjungsi ini dapat dilihat pada korpus 74c dan 74d. Pada korpus 74c dan 74d, konjungsi or mengalami pelesapan, dan digantikan oleh tanda koma. Pelesapan konjungsi ini muncul pada dua karya tulis yang berbeda yaitu pada karya tulis berjudul “Verena in Midst” dan “Hunting Fairies.”
commit to user 129
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kata tugas lainnya yang mengalami pelesapan adalah artikel. Artikel banyak ditemukan berubah dalam banyak perwujudan proverba. Perubahan ini menyesuaikan dengan jumlah nomina yang diawalinya serta adanya quantifier yang muncul. Meskipun mudah berubah, namun jarang sekali artikel tersebut mengalami pelesapan. Artikel yang ditemukan mengalami pelesapan adalah artikel the yang ditemukan pada korpus 72d. Kata tugas terakhir yang mengalami pelesapan adalah modal. Pada korpus 158d dan 158f, modal yang digunakan adalah modal will (dengan variasi perubahan tensenya). Penggunaan modal will dapat dilihat pada korpus 158a, 158b, 158c, dan 157e. Pada korpus 158d, modal will dilesapkan.
(2) Pelesapan Frasal Pola pelesapan konstituen proverba tidak hanya ditemukan dalam bentuk part of speech saja. Di beberapa data yang ada pada beberapa korpus juga ditemukan pola pelesapan frasal. Ada lima jenis frasa yang ditemukan menjadi mengalami pelesapan antara lain: (1) frasa nominal, (2) frasa verbal, (3) frasa adjektival, frasa adverbial, dan (5) frasa preposisional.
(2.a) Pelesapan Frasa Nominal. Pelesapan frasal jenis pertama adalah pelesapan frasa nominal. Di bawah ini terdapat korpus yang di dalamnya berisi pemakaian proverba yang frasa nominalnya mengalami pelesapan.
commit to user 130
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.6. Data 65: Pelesapan Frasa Nominal
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 221a The road to hell is paved with good intentions
Variasi Bunyi Proverba It is a true saying, (__________) ‘hell is paved with good intentions’.
Sumber
1736. Wesley Journal 10 July (1910) I. I. 246
Kalimat proverba mengalami pelesapan frasa nomialnya yaitu pada korpus 221a. Pada korpus ini, frasa nominal the road to mengalami pelesapan. Pelesapan ini muncul pada karya tulis berjudul “Journal.”
(2.b) Pelesapan Frasa Verbal Frasa Verbal dalam proverba adalah konstituen pembentuk proverba yang paling banyak ditemukan mengalami pelesapan. Dari daftar yang ada pada korpora data, ditemukan tujuh buah korpus yang frasa verbalnya mengalami pelesapan yaitu korpus nomor 15, 32, 95, 98, 136, 184, dan 202. Tujuh korpus yang mengalami pelesapan frasa verbal tersebut, dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu; (1) pelesapan frasa verbal yang head/inti FVnya berupa verba, dan; (2) pelesapan frasa verbal yang inti FVnya berupa kopula/LV. Korpus nomor 15, 32, 98, 136, dan 184, berisi pelesapan frasa veral yang head/inti FVnya berupa verba. Tabel 4.7. Data 66: Pelesapan Frasa Verbal
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 15d A soft answer turneth away wrath
32d
Variasi Bunyi Proverba ‘Yes, sir!’Soft answer (________), no wrath.
A new broom I am glad he is gone— Glad!—To be sure. sweeps clean New Brooms (_________), you know.
commit to user 131
Sumber
1979. J. Scott Clutch of Vipers vi.
1776. G. Colman New Brooms! 15]
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1922. Joyce Ulysses 649
98c
Fools rush in Prying into his private where angels fear affairs on the fools step in where angels to tread (________) principle.
136e
Liars ought to Just as the necessary 1999. C. Hitchens No have a good qualification for a One Left To Lie To memory good liar (_________) (2000) i.19 a good memory, so the essential equipment of a would-be lie detector is a good timeline, and a decent archive.
184b
Promises, like ‘Promises like that are pie-crust, are mere pie-crust made to be broken (___________),’ said Ralph.
1871. Trollope Ralph the Heir II. iv.
184d
Promises, like Unhappily for most of pie-crust, are those zillionaire made to be broken twenty-somethings— and for those who invested in the New Economy they thought they had invented— their promises turned out to be piecrust (__________).
2002. Oldie Aug. 26
Pada korpus 15, tiga kemunculan frasa verbal yaitu di buku “Wonders of Invisible World,” “Letter” dan “Ulysses,” memiliki bentuk lengkap. Hanya pada korpus 15d yaitu pada buku “Clutch of Vipers” 15d, frasa verbal Turn away mengalami pelesapan. Korpus nomor 31, menunjukkan fenomena pelesapan. Pada korpus 32d, yaitu proverba yang ditemukan di buku “New Broom!,” frasa verbal sweep clean mengalami pelesapan. Sedangkan pada lainnya yaitu 32a, 32b, 32c, 32d, dan 32e, konstituen pembentuk proverba muncul secara lengkap. Frasa verbal pada korpus 98c juga mengalami pelesapan. Frasa verbal yang dimaksud dalam hal ini adalah frasa verbal fear to tread yang merupakan
commit to user 132
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
konstituen dari proverba yaitu “Fools rush in where angels fear to tread.” Pelesapan frasa verbal ini ditemukan pada karya tulis berjudul Ulysses. Pada korpus 136a, 136b, 136c, proverba yang berbunyi “Liars ought to have a good memory” muncul secara lengkap. Kemunculan bentuk lengkap ini dapat dilihat ada buku berjudul “Twelve Sermons,” “Scottish Proverbs,” dan “Lark Rise.” Hanya pada korpus 136dlah proverba tersebut mengalami pelesapan unsur frasa verbalnya yaitu pada buku “No One Left To Lie To.” Pada buku tersebut, frasa verbal ought to have mengalami pelesapan Selain frasa verbal bentuk aktif, terdapat pula frasa verbal bentuk pasif yang mengalami pelesapan. Ini terlihat pada kemunculan proverba yang berbunyi “Promises like pie-crust, are made to be broken” yang ada pada korpus nomor 184b dan 184d. Frasa are made tobe broken mengalami pelesapan. Adapun korpus 95 dan 202 adalah korpus yang di dalamnya dijumpai pelesapan frasa verbal yang inti FVnya berupa kopula/LV dan konstituen dengan fungsi predikat. Tabel 4.8. Data 67: Pelesapan Frasa Verbal yang Inti FVnya Berupa Kopula/LV
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 95a First impressions are the most lasting
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
How shall I receive him? There is a great deal in the first Impression (_________).
1700. Congreve Way of World IV. i.
95e
First impressions are the most lasting
He ought to look neat and tidy. It's half the battle making a good first impression (_________).
1946. J. B. Priestley Bright Day ii.
202d
Sufficient unto the day is the evil thereof
‘I'll deal with these [bills] later.’ ‘Sufficient unto the day (__________),’ Kay agreed.
1979. M. Babson So soon done For. vii.
commit to user 133
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada korpus 95a, ditemukan pelesapan frasa verbal yang inti FVnya berupa kopula/LV. Proverba yang berbunyi “First impressions are the most lasting” mengalami pelesapan frasa verbalnya. Pelesapan are the most lasting ini dapat dijumpai pada karya tulis yang berjudul “Way of World” dan “Bright Day.” Pelesapan frasa verbal lainnya yang inti FVnya berupa kopula/LV dapat ditemukan pada korpus 202d yaitu pada karya tulis berjudul “So soon done for.” Pada korpus 202d, is the evil thereof mengalami pelesapan. Fenomena pelesapan frasa verbal di atas menunjukkan pada kita bahwa apapun jenis kalimat proverba (baik verbal maupun nonverbal), frasa verbal kedua jenis kalimat tersebut dimungkinkan untuk dilesapkan. Banyaknya frasa verbal yang mengalami pelesapan memberikan gambaran pada kita bahwa frasa verbal adalah konstituen pembentuk proverba yang mudah untuk bervariasi bentuk.
(2.c) Pelesapan Frasa Adjektival Pelesapan frasal jenis ketiga adalah pelesapan frasa adjektival. Pelesapan frasal jenis ini tidak sebanyak pelesapan frasa verbal dan dapat dilihat pada dua korpus yaitu korpus 57 dan korpus 186. Tabel 4.9. Data 68: Pelesapan Frasa Adjektival
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 57b Charity covers a multitude of sins
186c
Rain before seven, fine before eleven
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
1633. G. Herbert Many and wonderfull things are spoken of thee. Priest to Temple (1652). xii. To Charity is given the covering of (__________) sins.
Rain before seven.(__________)
commit to user 134
1940. B. De voto (title).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada korpus 57, terdapat proverba “Charity covers a multitude of sins” yang muncul di 6 buku. Seluruh buku kecuali pada buku “Priest to Temple” karya G. Helbert (korpus 57b) mencantumkan proverba dengan lengkap. Pada buku “Priest to Temple” tersebut, terdapat A yang dilesapkan yaitu A a multitude of. Pada korpus 186, ditemukan juga fenomena pelesapan frasa, tepatnya pada korpus 186c. Pada korpus tersebut, proverba yang berbunyi “Rain before seven, fine before eleven” muncul secara tidak lengkap yaitu menghilangnya frasa adjektival fine before eleven, pada sebuah karya tulis berjudul “De Voto.”
(2.d) Pelesapan Frasa Adverbial Ketika proverba digunakan dalam konteks tulisan, frasa adverbial dapat dilesapkan. Ini dapat dilihat pada korpus nomor 95 yaitu sebuah proverba yang berbunyi “First impressions are the most lasting.” Tabel 4.10. Data 69: Pelesapan Frasa Adverbial
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 95c First impressions are the most lasting
Variasi Bunyi Proverba Primacy is popularly expressed by the statement that ‘first impressions are (__________) lasting.
Sumber
1926. R. M. Ogden Psychology & Education. xii.
Pada data di atas, frasa adverbial the most yang terlihat pada korpus 95c ini mengalami pelesapan. Pelesapan frasal ini muncul pada karya tulis berjudul “Psychology & Education.”
(2.e) Pelesapan Frasa Preposisional Pelesapan frasal jenis ketiga adalah pelesapan frasa preposisional. Pelesapan frasal jenis ini dapat dilihat pada korpus nomor 2, 54 dan 70.
commit to user 135
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.11. Data 70: Pelesapan Frasa Preposisional
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 2a Accidents will happen in the best-regulated families
Variasi Bunyi Proverba Accidents, accidents will happen (__________) —No less than seven brought into our infirmary yesterday.
Sumber
1763. G. Colman Deuce is in Him 1. 22
54c
Between two stools one falls to the ground
Politically, Nancy had fallen (___________) between stools.
1979. A. Chisholm Nancy Cunard. xxi.
70d
Don't change horses in midstream
Changing horses, (____________) love? I should look before you leap.
1979. D. May Revenger's Comedy. ix.
Fenomena pelesapan frasa preposisional dapat dilihat pada korpus nomor 2a yaitu pada sebuah karya tulis yang berjudul “Colman Deuce is in Him.” Pada karya tulis ini, frasa preposisional in the best regulated families dilesapkan. Pada korpus 2b, 2c, dan 2d, frasa preposisional in the best regulated families dicantumkan secara jelas. Fenomena pelesapan frasa preposisional lainnya dapat dilihat pada korpus nomor 54, yaitu pada korpus 54e. Frasa preposisional to the ground dilesapkan yaitu pada karya tulis yang berjudul “Nancy Cunard.” Pada korpus 54a dan 54b, Frasa preposisional to the ground dicantumkan secara lengkap. Pada korpus ini, selain ditemukan fenomena pelesapan juga ditemukan fenomena substitusi dan ekspansi. Frasa preposisional juga dilesapkan pada pemakaian proverba yang ada pada korpus 70d. Proverba “Don't change horses in mid-stream” muncul dengan sempurna pada 70c dan mengalami pelesapan frasa preposisionalnya pada
commit to user 136
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
proverba korpus 70d yaitu pada karya tulis yang berjudul “Revenger's Comedy.” Frasa preposisional yang dimaksud adalah frasa preposisional in mid-stream. Pelesapan frasa preposisional di atas menunjukkan pada kita bahwa pada kalimat-kalimat proverba, fungsi frasa preposisi kadang dianggap tidak terlalu penting dalam membangun makna proverba sehingga dimungkinkan untuk dilesapkan.
(2.f) Pelesapan Frasa Lainnya: Pelesapan Expletif + to be (There is) Ekspletif there juga dapat mengalami pelesapan. Pelesapan ini seperti terlihat pada korpus 225 yaitu pada proverba yang berbunyi “There is honour among thieves,” yaitu pada 225c dan 225d. Selain there, to be yang biasa mengikuti ekspletif there juga mengalami pelesapan, seperti to be is yang mengikuti there pada dua data tersebut. Tabel 4.12. Data 71: Pelesapan Ekspletif dan to be
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 225c There is honour among thieves
225d
There is honour among thieves
Variasi Bunyi Proverba (_________) Honour among thieves was an empty phrase to all three of them: every professional criminal they'd known would sell his sidekick unhesitatingly if the price were right.
And a moral scoundrel may occasionally do what duty requires ((_________) honor among thieves).
commit to user 137
Sumber 1984. J. Reeves Murder before Matins. vi.
2002. R. J. Bernstein Radical Evil. 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(3) Pelesapan Klausa Pola pelesapan ketiga adalah pelesapan klausa. Di beberapa data yang tersebar pada beberapa korpus, pola jenis ini juga ditemukan. Pelesapan klausa secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu pelesapan klausa independen dan pelesapan klausa dependen. Pelesapan klausa independen terbagi menjadi tiga jenis yaitu pelesapan klausa adjektival, pelesapan klausa adverbial dan pelesapan klausa if. Pelesapan klausa dependen terbagi menjadi tiga jenis yaitu pelesapan klausa nonverbal, pelesapan klausa verbal dan pelesapan klausa imperatif.
(3.a) Pelesapan Klausa Dependen: Klausa Adjektival Klausa adjektival dalam pemakaian proverba dapat mengalami pelesapan. Ini dapat dilihat pada korpus 30b yaitu pada proverba yang berbunyi “A man is known by the company he keeps.” Tabel 4.13. Data 72: Pelesapan Klausa Adjektival
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 30b A man is known by the company he keeps
Variasi Bunyi Proverba There is a Proverb, Mrs. Joyner, You may know him by (his) Company (____________).
Sumber 1672. W. Wycherley Love in Wood. I. i.
Pada korpus 30, terdapat 5 contoh pemakaian proverba tersebut yang tersebar dalam 5 buku yang berbeda. Dari 5 pemakaian tersebut, proverba yang ada dalam buku “Love in Wood” mengalami pelesapan klausa adjektivanya yaitu klausa dependen (which) he keeps.
commit to user 138
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(3.b) Pelesapan Klausa Dependen: Klausa Adverbial Selain klausa adjektival yang dapat mengalami pelesapan, klausa adverbial juga dimungkinkan mengalami pelesapan. Seperti pada pemakaian poverba pada korpus data di bawah ini. Tabel 4.14. Data 73: Pelesapan Klausa Adverbial
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 253b When in Rome do as the Romans do
Variasi Bunyi Proverba ‘(____________) Do at Rome as the Romans do,’ is the essence of all politeness.
Sumber 1836. E. Howard Rattlin the Reefer. I. xxii.
Pada korpus data 253b yaitu pada buku “Rattlin the Reefer,” ditemukan bahwa klausa adverbial when in Rome mengalami pelesapan.
(3.c) Pelesapan Klausa “result” Klausa dependen jenis lainnya yang mengalami pelesapan adalah klausa kondisional result. Pelesapan klausa kondisional result dapat dilihat pada data di bawah ini. Tabel 4.15. Data 74: Pelesapan Klausa Result
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 123a If ifs and ands were pots and pans, there'd be no work for tinkers' hands
Variasi Bunyi Proverba
‘If a poor man's prayer can bring God's curse down.’ ‘If ifs and ans were pots and pans.’ (____________)
Sumber 1850. C. Kingsley Alton Locke. I. x.
Pada korpus 123 di atas, terdapat proverba yang berbunyi “If ifs and ands were pots and pans, there'd be no work for tinkers' hands.” Proverba ini terdiri dari dua klausa yaitu yaitu klausa “if” yaitu If ifs and ands were pots and pans dan klausa result yang berbunyi there'd be no work for tinkers' hands. Pada 123a,
commit to user 139
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
klausa result mengalami pelesapan yaitu pada karya tulis yang berjudul “Alton Locke.”
(3.d) Pelesapan Klausa Independen: Klausa Nonverbal. Di bagian sebelumnya telah dijelaskan tentang definisi klausa nonverbal. Klausa nonverbal adalah klausa yang tidak menggunakan verba sebagai predikatnya, tetapi menggunakan kopula/linking verb seperti to be dan sejenisnya untuk menghubungkan subjek dengan predikat. Pelesapan jenis ini dapat dilihat pada korpus 13 dan 230 di bawah. Tabel 4.16. Data 75: Pelesapan Klausa Nonverbal
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 13b A man is as old as he feels, and a woman as old as she looks
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
‘How old am I, do you think?’ ‘Well,’ quoth I, ‘I have always been told that (___________) (and) a woman is as old as she looks.’
1891. W. Morris News from Nowhere iii.
13d
A man is as old as he feels, and a woman as old as she looks
‘He might still marry.’ Sloan was bracing. ‘A man is only as old as he feels (and) (____________).’
1990. ‘C. Aird’ Body Politic (1991) xi. 123
230c
To err is human to forgive divine
The modern moralist pardons everything, because he is not certain of anything, except that to err is human (___________).
1908. Times Literary Supplement. 27 Mar. 1
Proverba dengan nomor korpus 13 merupakan proverba berstruktur koordinatif dengan anggota dua klausa nonverbal yang dihubungkan oleh konjungsi and. Pada korpus 13a dan 13c, klausa pertama dan klausa kedua yaitu a man is only as old as he feels dan a woman is only as old as she looks muncul
commit to user 140
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan jelas. Pada korpus 13b, klausa pertama a man is only as old as he feels mengalami pelesapan. Pelesapan klausa pertama ini dapat dilihat pada karya tulis berjudul “News from Nowhere.” Sedangkan pada korpus 13d, klausa kedua yang muncul setelah koordinator and yaitu klausa a woman is only as old as she looks justru mengalami pelesapan. Pelesapan klausa kedua ini dapat dijumpai pada karya tulis yang berjudul “Body Politic.” Pada korpus 230c juga ditemukan klausa nonverbal yang mengalami pelesapan. Sama seperti proverba korpus 13, proverba korpus 230 juga berstruktur koordinatif dengan anggota dua klausa nonverbal. Uniknya, S dari masing-masing klausa merupakan FV yang telah bertransformasi jadi N. Pada “Times Literary Supplement,” klausa nominal to forgive is devine mengalami pelesapan.
(3.e) Pelesapan Klausa Independen: Klausa Verbal. Klausa Verbal adalah klausa yang menggunakan verba sebagai inti dari predikatnya. Klausa jenis ini dapat menggunakan verba transitif atau intransitif. Pelesapan jenis ini dapat dijumpai pada data berikut. Tabel 4.17 Data 76: Pelesapan Klausa Verbal
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 144c Losers weepers finders, keepers
Variasi Bunyi Proverba
If I could find the right owner of this money, I'd give it to him; but I take it he's buried. ‘Finders, keepers (___________),’ you know.
Sumber 1874. E. Eggleston Circuit Rider. XV.
Pada korpus 144c, terdapat pelesapan klausa verbal simpleks. Klausa simpleks di sini mengacu pada klausa yang hanya terdiri dari Subjek dan Verba saja. Pada data 144c, Klausa losers weepers yang ada pada buku “Circuit Rider”
commit to user 141
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengalami pelesapan, sedangkan pada buku lainnya yang disebutkan oleh korpus nomor ini muncul dengan bentuk lengkap.
(3.f) Pelesapan Klausa Independen Kompatif Bentukan klausa verbal lainnya terdapat korpus 157d. Pada proverba yang berbunyi “More knows Tom Fool, than Tom Fool knows” terdapat dua klausa verbal yang dihubungkan oleh konektor komparatif than. Dua klausa tersebut adalah more knows Tom Fool dan Tom Fool knows. Pada korpus 157d, klausa Tom Fool know mengalami pelesapan. Pelesapan ini dapat dilihat pada karya tulis yang berjudul “Little Knell.” Tabel 4.18. Data 77: Pelesapan Klausa Komparatif
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 157d More people know Tom Fool than Tom Fool knows
Sumber Variasi Bunyi Proverba ‘I reckon that just at 2000 ‘C. Aird’ Little this minute, sir, there's Knell (2001) xv. 170 more that we don't know about this girl's murder than what we do’ ‘More people always know Tom Fool (_____), Crosby.’
(3.g) Pelesapan Klausa Independen Imperatif Pada korpus 101, terdapat dua konstituen yang dihilangkan, yaitu konjungsi and dan klausa imperatif hang him. Proverba ini ditemukan di salah satu artikel yang ada pada majalah “Times” edisi weekend 20 Juli 2002. Sedangkan pada kemunculan proverba yang lain yaitu pada korpus 101a 101b, 101c, dan 101d, konjungsi maupun frasa verbal and dan hang him dapat dilihat
commit to user 142
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keberadaannya meskipun ada beberapa di antaranya telah mengalami proses ekspansi dan substitusi. Pelesapan tersebut dapat dilihat di bawah ini. Tabel 4.19. Data 78: Pelesapan Klausa Imperatif
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 101e Give a dog a bad name and hang him
Sumber Variasi Bunyi Proverba Give a dog a bad name 2002. Times: Weekend. 20 July 4 ( and ) (_____________) seems to have become a workaday motto for the wine trade. And the sillier the name on the bottle, the less chance there is of anything drinkable inside.
b. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Permutasi Konstituen Proverba Keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba juga dapat dinilai dengan melihat fenomena permutasi yang muncul saat proverba tersebut digunakan dalam karya tulis. Eratnya hubungan antarunsur pembentuk proverba dapat dilihat dari tidak adanya unsur-unsur proverba yang dapat dipermutasikan. Demikian juga sebaliknya. Tidak eratnya hubungan antarunsur pembentuk proverba dapat dilihat dari adanya (banyaknya) unsur-unsur proverba yang dapat dipermutasikan. Dari hasil pengamatan, ditemukan beberapa proverba yang konstituennya mengalami proses permutasi ketika proverba tersebut berada dalam sebuah situasi pemakaian tulis. Permutasi ini mencakup beberapa konstituen yaitu; beberapa part of speech, beberapa jenis frasa serta beberapa klausa. Adapun fenomena permutasi tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
commit to user 143
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1) Permutasi Part of Speech Pola permutasi pertama yang dibahas pada bagian ini adalah permutasi part of speech. Di beberapa data yang tersebar pada beberapa korpus, pola jenis ini ditemukan. Tidak semua part of speech dari kelas terbuka ditemukan mengalami pelesapan. Permutasi kelas terbuka ini mencakup permutasi nominal, permutasi adjektival dan permutasi adverbial. Permutasi verbal tidak dijumpai keberadaannya. Demikian juga permutasi part of speech dari kelas tertutup (kata tugas). Permutasi dari kelas ini hanya dijumpai satu selama analisis data yaitu permutasi pronomina.
(1.a) Permutasi Nomina Permutasi part of speech yang pertama dapat dilihat pada korpus 137. Pada korpus data tersebut, proverba yang berbunyi “Like father, like son,” adalah proverba yang terdiri dari dua frasa adjektival yang nominanya mengalami permutasi. Selain itu, dua frasa adjektival tersebut tidak memiliki penghubung karena penghubung yang seharusnya muncul seperti linking verb atau konjungsi telah dilesapkan dan diganti oleh tanda koma. Proverba ini adalah salah satu proverba berstruktur unik yang dimiliki bahasa Inggris. Tabel 4.20. Data 79: Permutasi Nomina
Sumber Variasi Bunyi Proverba Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 137 Like father like And like son, like father, 1983. ‘M. Innes’ if one may so vary the Appleby & Son old expression. Neither Honeybath. xii. of them reading men.
Pada 137c, frasa adjektival like father yang seharusnya muncul di awal proverba mengalami pemindahan posisi ke belakang, sebaliknya, frasa adjektival
commit to user 144
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
like son yang seharusnya berada di belakang like father dapat berpindah posisi ke depan. Dengan demikian, frasa verbal like father dan like son dapat saling menggantikan posisi. Permutasi ini muncul pada karya tulis yang berjudul “Appleby & Honeybath.”
(1.b) Permutasi Adjektiva Korpus nomor 99, terdiri dari dua adjektiva, yaitu adjektiva forwarned dan forarmed yang dihubungkan oleh konjungsi and. Forwarned berada di bagian depan dan forarmed muncul setelah linking verb is. Dua part of speech yang terdapat pada karya tulis yang berjudul “Worthies” tersebut dapat bertukar posisi seperti yang terlihat pada 99b. Tabel 4.21. Data 80: Permutasi Adjektiva
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 99b Forewarned is forearmed
Variasi Bunyi Proverba
Let all ships passing thereby be fore-armed because forewarned thereof.
Sumber
1661. T. Fuller Worthies (Devon). 272
Pada 99b, forarmed menempati posisi yang seharusnya ditempati oleh forwarned. Untuk menuju posisi yang baru tersebut, fenomena substitusi muncul pada perwujudan proverba. Linking verb is disubstitusi oleh konjungsi because sehingga makna yang terkandung tetap sama.
(1.c) Permutasi Adverbia (dan pronomina) Korpus 106, terdiri dari dua klausa. Klausa pertama adalah klausa verbal independen yaitu “Good Americans go to Paris.” Klausa kedua adalah klausa adverbial yaitu when they die. Proverba ini terbilang unik karena biasanya, klausa
commit to user 145
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adverbial menempati posisi di belakang klausa utama atau malah mendahuluinya. Namun pada konteks ini, klausa adverbial menyela klausa utama sehingga jadilah sebuah konstruksi kalimat proverba unik yaitu “Good Americans, when they die, go to Paris.” Tabel 4.22. Data 81: Permutasi Adverbia
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 106b Good Americans when they die go to Paris
106c
143b
143c
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
They say that when good 1894. O. Wilde Americans die they go to Woman of no Importance. I. l. 16 Paris.
Good Americans when they die go to Paris Lookers-on see most of the game
We are those good Americans who come to Paris when they die. They say that the onlooker sees most of the game. It's not a very happy game that's being played here at the moment. Seraphim vi.]
1932. T. Smith Topper takes Trip. xxi. 1983. M. Gilbert Black
Lookers-on see most of the game
So it fell out that Mrs Maisie Carruthers, still too frail to attend the funeral, but not too immobile to get to the window of her room at the Manor, became the onlooker who saw most of the game.
1998. ‘C. Aird’ Stiff News (2000). iii. 29
Pada korpus 106b, terdapat permutasi ganda yaitu dua konstituen pindah secara bersamaan. Konstituen yang pertama adalah frasa nominal good American yang berpindah posisi menjadi dibelakang when. Selanjutnya frasa verbal go to Paris juga bergeser ke belakang dan digantikan oleh verba die. Pergeseran yang terakhir adalah pronomina they juga mengalami pindah posisi menggantikan pronomina good American untuk berfungsi sebagai frasa nominal bagi frasa
commit to user 146
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
verbal go to Paris. Fenomena ini dapat dijumpai pada karya tulis yang berjudul “Woman of no Importance.” Pada korpus 106c, fenomena ini juga terjadi. Pada 196c, klausa adverbial when they die bergerak ke belakang dan digantikan oleh klausa adjektival who come to Paris. Fenomena ini dapat dijumpai pada karya tulis yang berjudul “Topper takes Trip.” Korpus nomor 143 yang berbunyi “Lookers-on see most of the game” juga mengalami pemutasi salah satu konstituennya. Konstituen yang dimaksud di sini adalah adverbia on yang menyertai nomina lookers. Pada 143a dan 143d, posisi adverbia on berada tepat di belakang nomina lookers. Pada 143b, dan 143c, posisi ini berubah. Adverbia on pindah posisi berada tepat di belakang nomina lookers. Permutasi adverbial on ini dapat dilihat pada karya tulis yang berjudul Black dan Stiff News
(1.d) Permutasi Kata Tugas Permutasi kata tugas adalah permutasi terakhir dari jenis part of speech. Kata tugas yang ditemukan terlibat dalam permutasi hanya ditemukan satu yaitu yang terdapat pada korpus 106. Penjelasan tentang ini telah dijelaskan pada bagian sebelumnya yaitu pada bagian permutasi adverbial. Pada data 106b, pronomina they mengalami pindah posisi menggantikan pronomina good American untuk berfungsi sebagai frasa nominal bagi frasa verbal go to Paris. Fenomena ini dapat dijumpai pada karya tulis yang berjudul “Woman of no Importance.”
commit to user 147
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) Permutasi Frasa Pola permutasi kedua yang dibahas pada bagian ini adalah permutasi jenis frasal. Di beberapa data yang tersebar pada beberapa korpus, pola jenis ini ditemukan. Sama seperti permutasi part of speech, tidak semua frasa mengalami permutasi ketika sebuah proverba digunakan dalam karya tulis. Permutasi frasa ini muncul pada tiga jenis frasa yaitu FN, FV dan FP.
(2.a) Permutasi Frasa Nominal Permutasi frasal jenis pertama adalah permutasi frasa nominal. Di bawah ini terdapat sejumlah korpus yang di dalamnya berisi pemakaian proverba yang frasa nominalnya mengalami pelesapan. Tabel 4.23. Data 82: Permutasi Frasa Nominal
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 66a Discretion is the better part of valour
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
The better part of valour 1597-8. Shakespeare is discretion; in the Henry IV, Pt. 1 v. iv. which better part, I have 121 saved my life.
78a
Every cloud has a silver lining
Ther is a silver linin to evry cloud.
1863. Struggles of P.V. Nasby (1872). xxiii.
78c
Every cloud has a silver lining
She always discovered silver linings to the blackest of clouds, but now, scrutinize them as she might, she could detect in them none but the most sombre hues.
1939. Trouble for Lucia. xi.
Kalimat proverba pada korpus nomor 66, merupakan kalimat nonverbal yang predikatnya merupakan frasa nominal yang telah dimodifikasi. yaitu frasa nominal The better part of valour. Pada korpus 66a, frasa nominal tersebut berada
commit to user 148
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
di depan linking verb is dan berfungsi sebagai subjek. Padahal pada korpus 66b dan 66c, posisi frasa nominal ini berada di belakang linking verb is dan berfungsi sebagai predikat. Permutasi frasa nominal ini dapat ditemukan pada buku “Henry” IV karangan Shakespeare. Selain proverba pada korpus nomor 66, proverba pada korpus nomor 78 juga mengalami permutasi. Kalimat proverba korpus nomor 78 yang berbunyi “Every cloud has a silver lining” berbentuk kalimat verbal.
Posisi subjek
ditempati oleh frasa every claud, sedangkan predikatnya adalah has dan silver lining sebagai objek. Posisi frasa nominal berada di depan, dan predikat serta objek muncul berurutan setelah subjek. Pada korpus 78a dan 78c posisi frasa nominal a silver lining bergeser ke depan. Sebaliknya, posisi frasa nominal every cloud bergeser ke belakang. Pada dua korpus tersebut, selain fenomena permutasi, terdapat pula fenomena substitusi pada korpus 78c yaitu pergantian verb has dengan proposisi to, serta fenomena ekspansi yaitu penambahan ekspletif there pada korpus 78a. Permutasi frasa nominal ini dapat dilihat pada karya tulis yang berjudul “Struggles of P.V. Nasby” dan “Trouble for Lucia.”
(2.b) Permutasi Frasa Verbal Frasa verbal juga dapat mengalami permutasi seperti yang terlihat pada korpus nomor 144 yang berbunyi “He that cannot obey cannot command.” Frasa Verbal cannot obey berada di depan frasa verbal cannot command. Struktur proverba ini sebelum berbentuk seperti lebih berbentuk lebih kompleks. Karena proses elipsis, maka lahirlah proverba dengan bunyi demikian.
commit to user 149
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.24. Data 83: Permutasi Frasa Verbal
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 114a He that cannot obey cannot command
114c
He that cannot obey cannot command
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
Those onely knowe well how to commaund, which know well howe to obaye.
1581. G. Pettie tr. S. Guazzo's Civil Conversation. III. 48V
As the only way to learn 1850. H. Melville to command, is to learn White Jacket. vi. to obey, the usage of a ship of war is such that midshipmen are constantly being ordered about by the Lieutenants.
Pada 114a dan 114c, FV cannot obey mengalami pergeseran posisi yang semula berada di awal proverba menjadi di akhir. Demikian pula FV cannot command yang berada di akhir berganti posisi menjadi di awal proverba dan mendahului cannot obey. Dengan demikian, posisi cannot obey dan cannot command dapat saling menggantikan asalkan konektor yang menghubungkan dua FV tersebut tetap. Seperti adverbia before yang digunakan untuk merubah posisi cannot obey menjadi di belakang, atau pronomina who agar keduanya seimbang untuk bergeser. Permutasi FV yang seperti ini dapat dilihat ada karya tulis yang berjudul “Guazzo's Civil Conversation” dan “White Jacket.”
(2.c) Permutasi Frasa Preposisional Permutasi frasa preposisional terlihat pada dua korpus data yaitu korpus 5 dan korpus 109. Tabel 4.25. Data 84: Permutasi Frasa Preposisional
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 5b All cats are grey in the dark
Variasi Bunyi Proverba
And as in the dark all cats are grey, the Pleasure of corporal
commit to user 150
Sumber
1745. B. Franklin Letter 25 June in Papers (1961) III. 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Enjoyment with an old Woman is at least equal, and frequently superior.
5c
All cats are grey in the dark
‘If she isn't, what becomes of your explanation?’‘Oh, it doesn't matter; at night all cats are grey.’
1886. H. James Princess Casamassima I. xiv.
109
Great oaks from little acorns grow
One shouldn't sneer. From little acorns do mighty oak trees grow.
2002. Times 28 Mar. 27
Proverba korpus 5 berbunyi “All cats are grey in the dark.” Keberadaan seluruh konstituen terlihat jelas pada 5a, 5b, 5c, dan 5d. Yang membedakan antara keempat kalimat proverba tersebut, terletak pada adanya frasa preposisional yang mengalami permutasi yaitu pada 5b dan 5c. Pada dua kalimat proverba tersebut, frasa preposisional yang menjadi penjelas klausa nominal all cats are grey mengalami permutasi. Frasa in the dark dan at night bergeser posisinya mendahului subjek dan predikatnya. Khusus pada data 5c, selain mengalami permutasi, frasa ini juga mengalami substitusi yaitu disubstitusikannya frasa preposisional in the dark dengan frase jenis yang sama yaitu at night. Permutasi seperti ini dapat dilihat pada karya tulis berjudul “Letter 25 June in Papers” dan “Princess Casamassima.” Pada korpus 109d, fenomena permutasi juga muncul. Frasa preposisional from little acorns yang terletak di tengah kalimat proverba pindah posisi dan berada di depan subjek yaitu mighty oak trees. Dengan demikian, frasa preposisional ini kemudian menjadi awal dari proverba tersebut. Fenomena permutasi ini terdapat pada majalah “Times” edisi 27 Maret 2002.
commit to user 151
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(3) Permutasi Klausa Pola permutasi ketiga yang dibahas pada bagian ini adalah permutasi jenis klausal. Ada tiga jenis klausa dalam kalimat proverba yang mengalami permutasi. Adapun ketiga jenis klausa tersebut adalah klausa dependen adjektival, klausa independen nominal, dan klausa independen imperatif.
(3.a) Permutasi Klausa Adjektival Pada korpus nomor 8, terdapat proverba yang berbunyi “All that glitters is not gold.” Pada proverba tersebut, terdapat klausa adjektival yaitu klausa adjektival that glitthers yang menjelaskan subjek yang berupa nomina indefinit (tak tentu) all. Tabel 4.26. Data 85: Permutasi Frasa Preposisional
Sumber Variasi Bunyi Proverba Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 1628. W. Drummond 8b All that glitters is All is not Gold which Works (1711). 222 glittereth. not gold
8c
All that glitters is All is not gold that glitters. Pleasure seems not gold sweet, but proves a glass of bitters [bitter-tasting medicine].
1773. D. Garrick in Goldsmith She stoops to Conquer (Prologue)
Pada 8a, 8d, 8e, 8f, 8g, dan 8h, klausa adjektival menempati posisi tepat di belakang subjek all. Ini berbeda dengan data 8b dan 8c, yang menempatkan posisi klausa adjektival that glitthers berada di belakang klausa nominal, tepatnya di belakang kata gold. Permutasi klausa adjektival ini dapat dilihat pada karya tulis berjudul “Works” dan novel “She stoops to Conquer.”
commit to user 152
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(3.b) Permutasi Klausa Nonverbal Korpus 33, terdiri dari dua klausa nonverbal, yaitu klausa there is a place for everything dan everything is in its place yang dihubungkan oleh konjungsi and. Dua klausa tersebut mengalami sehingga berbentuk lebih pendek dan menjadi “A place for everything and everything is in its place.” Tabel 4.27. Data 86: Permutasi Klausa Nonverbal
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 33a A place for everything, and everything in its place
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
In a well-conducted man-of-war every thing in its place, and there is a place for every thing.
1842 Marryat Masterman Ready II. i.
Pada 33a, dan 33b, dua klausa nominal elipsis A place for everything and everything in its place mengalami permutasi. Klausa nominal everything in its place berpindah posisi ke depan sedangkan klausa nominal A place for everything berpindah posisi ke belakang. Permutasi klausa nonverbal ini muncul pada karya tulis berjudul “Masterman Ready.”
(3.c) Permutasi Klausa Imperatif Korpus 119, terdiri dari dua klausa. Klausa pertama adalah klausa imperatif independen yaitu hope for the best. Klausa kedua adalah juga klausa imperatif independen prepare for the worst. Dua klausa tersebut dihubungkan oleh konjungsi and. Tabel 4.28. Data 87: Permutasi Klausa Imperatif
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 119b Hope for the best and prepare for the worst
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
This Maxim ought to be carest, Provide against the worst, and hope the best.
1706. E. Ward Third Volume. 337
commit to user 153
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada 119b, posisi klausa imperatif independen yang seharusnya ditempati klausa hope for the best, ditempati oleh klausa hope for the worst. Dengan demikian, terjadi perpindahan klausa yaitu klausa pertama bergeser ke belakang, dan sebagai konsekuensinya, karena hanya ada dua klausa, maka klausa yang berada di belakang bergeser ke depan. Karena konjungsi tersebut adalah and, dan dua klausa yang menjadi konstituen pembangun proverba ini setara, maka permutasi dapat terjadi. Permutasi klausal ini dapat dilihat pada karya tulis berjudul “Third Volume.”
c. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Substitusi Konstituen Proverba Pada penyelidikan terhadap kemungkinan substitusi konstituen proverba dengan cara pertama (melalui pengamatan fenomena pelesapan) dan kedua (melalui pengamatan fenomena permutasi) ditemukan fakta bahwa hubungan antarkonstituen proverba ternyata tidak terlalu erat. Hal ini dibuktikan dengan munculnya fenomena pelesapan dan permutasi pada beberapa kalimat proverba yang muncul dalam karya tulis. Dengan menggunakan fakta ini, maka prediksi yang muncul terkait dengan cara ketiga yaitu dengan melihat fenomena substitusi konstituen, menunjukkan bahwa konstituen konstituen pembangun proverba dapat disubstitusikan. Untuk membuktikan prediksi di atas, maka pengamatan terhadap kemunculan fenomena substitusipun dilakukan, dan hasilnya menunjukkan bahwa fenomena substitusi juga banyak ditemukan, bahkan lebih banyak daripada fenomena perubahan lainnya seperti pelesapan maupun permutasi. Substitusi ini
commit to user 154
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terjadi pada lebih dari separuh jumlah proverba yang ada dalam korpus data. Selain itu, fenomena yang munculpun juga bervariatif. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap fenomena substitusi, dijumpai bahwa substitusi yang muncul dalam pemakaian proverba berbentuk tiga hal yaitu; (1) substitusi part of speech dengan part of speech dari kategori yang sama; (2) substitusi part of speech dan part of speech dari kategori yang berbeda; (3) substitusi part of speech dengan konstituen dari kelas yang lebih besar seperti frasa dan klausa; serta (4) substitusi konstituen yang lebih besar seperti frasa ataupun klausa dengan part of speech;
(1) Substitusi Part of Speech Pola
modifikasi bunyi proverba yang pertama adalah dengan
menggunakan substitusi part of speech. Di beberapa data yang ada pada beberapa korpus ditemukan pola substitusi dengan menggunakan pola ini. Ada 5 jenis part of speech yang
ditemukan menjadi substitutor kalimat proverba antara lain;
nomina, verba, adjektiva, adverbia dan kata tugas seperti determiner, pronomina, preposisi dan auxiliari.
(1.a) Substitusi Nominal Substitusi nomina adalah substitusi terbanyak dari part of speech dengan kategori terbuka. Beberapa data yang tersebar pada 25 nomor korpus ditemukan mengalami substitusi salah satu konstituen nominanya. Perwujudan dari substitusi nomina ini meliputi 3 jenis yaitu:
commit to user 155
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1) substitusi nomina dengan konstituen lain yang berkategori sama yaitu nomina; (2) substitusi nomina dengan konstituen lain yang berkatagori beda namun berada pada kelas yang sama yaitu part of speech; dan (3) substitusi nomina dengan konstituen yang lebih besar yaitu frasa.
(1.a.1) Substitusi Nomina dengan Nomina Substitusi nomina dengan nomina dapat dilihat pada 21 korpus. Adapun ke-21 korpus tersebut adalah korpus 3, 10, 14, 16, 17, 39, 46, 55, 64, 72, 86, 137, 138, 144, 159, 172, 173, 175, 178, 227, dan korpus 239. Tabel 4.29. Data 88: Substitusi Nomina dengan Nomina
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 3d Actions speak louder than words
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
Deeds speak louder than words. First she tells you the most damning things she can, and then she begs you to believe he's innocent in spite of them?
1939. M. Stuart Dead Men sing no Songs. xii.
10d
All work & no play makes Jack a dull boy
1898. C. G. ‘Is that why you give garden parties yourself, eh? Robertson Voces all work and no play makes Academicae I. i. Jill a very—’‘plain girl. She is that already.’
10f
All work & no play makes Jack a dull boy
‘What about your homework?’ ‘Later. All work and no Playstation makes Jack a dull boy.’
2001. Washington Post 4 Oct. C13 (Jeff MacNelly's Shoe comic strip)
14a
Ask no questions and hear no lies
ask me no questions and I'll tell you no fibs.
1773. Goldsmith She stoops to Conquer III. 51
16b
An empty sacks will never stand upright
Poverty often deprives a Man of all Spirit and Virtue; 'Tis hard for an empty Bag to stand upright.
1758. B. Franklin Poor Richard's Almanack (Introduction)
commit to user 156
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17f
An englishman's house is his castle
An Englishman's home is no longer his castle. Thanks to gun control zealots, England has become the land of choice for criminals.
2002. Washington Times 1 Aug. A14
39b
A tale never loses in the telling
A story never loses in the telling in the mouth of an Egyptian.
1907. Spectator 16 Nov. 773
46b
Better be an old man's darling, than a young man's slave
Better an old Man's Darling, than a young Man's Wonderling, say the Scots, Warling, say the English.
1721. J. Kelly Scottish Proverbs 74
55a
Boys will be boys Girls will be girls. They like admiration.
1826. T. H. Lister Granby II. vii.
64b
Desperate diseases must have desperate remedies
Desperate cuts must have desperate cures.
1639. J. Clarke Parœmiologia Anglo-Latina 200
64f
Desperate diseases must have desperate remedies
She'd have sold the roof over her head sooner than have you know. Desperate situations require desperate remedies.
1961. ‘A. Gilbert’ She shall Die xi.
64g
Desperate diseases must have desperate remedies
Desperate times call for desperate measures, which are often sensible when you consider the bleak alternative.
2001. W. Northcutt Darwin Awards. II 2
72a
Don't judge a book by its cover.
You can't judge a book by its binding.
1929. American Speech IV. 465
86d
Experience is the If it be true, that experience father of wisdom is the mother of wisdom, history must be an improving teacher.
137c
Like father like Son
Perhaps Lydia might do it once too often. Like father, like daughter.
commit to user 157
1788. American Museum III. 183
1936. W. Holtby South Riding v. i.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
138e
Like master, like man
‘I'm sorry,’ said Miss Finch, ‘but she just doesn't like men.’ Like mistress, like maid, was what Sloan's grandmother would have said to that, but Sloan himself, wise in his own generation, kept silent.
1990. ‘C. Aird’ Body Politic (1991) xii. 131
144b
Losers weepers finders, keepers
We have a proverb— ‘Losers seekers finders keepers.’
1856. C. Reade Never too Late III. xiii.
159
Murder will out
2001. Spectator 17 It has just been announced Nov. 35 that the EU is to hold its own public inquiry into the [foot-and-mouth] epidemic, in Strasbourg next year. At last, perhaps, truth will out.
172b
Once a priest, always a priest
As in this country we stick to the maxim, ‘once a parson, always a parson,’ I could not go in for law.
1865. L. Stephen Life & Letters (1906) ix.
173c
One man's meat is another man's poison
It is more true of novels than perhaps of anything else, that one man's food is another man's poison.
1883. Trollope Autobiography x.
175c
Other times, other manners
Other days, other ways. The old country midwives did at least succeed in bringing into the world many generations of our forefathers.
1945. F. Thompson Lark Rise viii.
175d
Other times, other manners
‘We used to have better funerals in Africa.’ ‘Oh well—other countries, other manners.’
1978. G. Greene Human Factor IV. ii.
192a
Set a thief to catch a thief
As they say, set a fool to catch a fool; a Proverb not of that gravity (as the Spaniards are), but very usefull and proper.
1654. E. Gayton Pleasant Notes upon Don Quixote IV. ii.
commit to user 158
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1767. ‘A. Barton’ Disappointment II. i.
227b
Time and tide wait for no man
Let's step into the stateroom, and turn in: Time and tide waits for no one.
239f
Two of a trade never agree
There is an old adage, ‘Two 1981. E. Longford Queen Mother vii. of a kind never agree.’
Pada korpus 3 di atas, terutama pada 3d, kita dapat melihat adanya subsitusi nomina. Nomina yang dimaksud di sini adalah nomina actions yang disubstitusi oleh nomina deeds. Kata deeds adalah kata lain dari action. Substitusi ini ditemukan pada karya tulis berjudul “Dead Men sing no Songs.” Pada korpus 10d, kita dapat melihat adanya subsitusi nomina (proper noun). Nomina proper yang dimaksud di sini adalah nama orang Jack disubstitusi oleh nomina Jill. Jack dan Jill meskipun sama-sama nama orang, namun tidak memiliki hubungan sinonim. Substitusi ini ditemukan pada karya tulis berjudul “Voces Academicae.” Pada korpus 14a, kita juga dapat melihat adanya subsitusi nomina yang lain. Nomina yang dimaksud di sini adalah nomina lies disubstitusi oleh nomina fibs. Fibs adalah sinonim dari lies. Substitusi ini ditemukan pada novel berjudul “She stoops to conquer.” Selanjutnya pada korpus 16, yaitu pada 16b, kita melihat bahwa nomina sacks disubstitusi oleh nomina bag. Dua nomina yang mensubstitusi dan disubstitusi muncul setelah adjektiva empty. Dua-duanya jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna yang sama yaitu ‘kantong.’ Substitusi ini ditemukan pada karya tulis berjudul “Poor Richard's Almanack.” Pada data 17f, kita melihat bahwa nomina house yang muncul sebagai head dari FN An englishman's house disubstitusi oleh nomina home. Kata home dipilih
commit to user 159
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk menggantikan kata house karena kata tersebut memiliki makna sinonim Substitusi ini ditemukan pada majalah “Times” edisi Agustus 2002 Pada korpus 39, yaitu pada data 39b, kita dapat melihat adanya subsitusi nomina tale. Nomina ini disubstitusi oleh nomina story. Tale dan story memiliki hubungan sinonim. Dua-duanya dapat saling menggantikan. Demikian juga pada korpus 46, yaitu pada data 46b. Kita dapat melihat adanya subsitusi sebuah nomina yaitu kata darling disubstitusi oleh nomina wonderling. Dua-duanya tidak memiliki hubungan sinonim. Pada korpus 55, yaitu pada data 55a, dapat terlihat adanya subsitusi nomina boys dengan kata girls. Boys dan girls memiliki hubungan antonim. Dua-duanya dapat saling menggantikan dalam konteks merujuk pada manusia yang masih muda dan belum dewasa. Pada korpus 64, terdapat nomina deseases dan remedies yang mengalami substitusi. Kata deseases disubstitusi oleh kata cuts (data 64b), situations (64f), dan times (64g). Kata remedies disubstitusi oleh kata cures (64b) dan measures (64g). Nomina-nomina yang menggantikan kata deseases dan remedies (kecuali kata cures pada 64b) tidak memiliki hubungan sinonim maupun antonim. Meskipun demikian, kata-kata yang telah disebutkan tadi memiliki hubungan karena berada dalam satu konteks. Pada korpus 72, yaitu pada data 72a, terlihat adanya subsitusi nomina cover dengan kata binding. Kata cover dan binding memiliki hubungan sinonim, meskipun tidak sempurna. Dua-duanya merujuk pada makna sampul buku meskipun berbeda bentuk.
commit to user 160
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada korpus 86, yaitu pada data 86d, nomina father dalam proverba “Experience is the father of wisdom” disubstitusikan oleh nomina mother (86d). Kata father dan dua kata yang mensubstitusinya memiliki hubungan makna antonim. Pada korpus 137, yaitu pada 137c, dapat terlihat adanya subsitusi nomina son dengan kata daughter. Kata son dan daughter memiliki hubungan antonim. Dua-duanya dapat saling menggantikan dalam konteks merujuk pada manusia yang masih muda dan belum dewasa. Substitusi ini ditemukan pada “South Riding.” Demikian juga pada korpus 138, yaitu pada data 138e. Kita dapat melihat adanya subsitusi 2 nomina yaitu kata master dan kata man yang disubstitusi oleh kata mistress (untuk master) dan maid (untuk man). Keduanya memiliki hubungan antonim dengan penanda antonim yaitu beda jenis kelamin. Hampir sama dengan substitusi nomina sebelumnya, pada korpus 144b. kita dapat melihat adanya subsitusi nomina yaitu kata weepers dan kata disubstitusi oleh kata seekers. Keduanya memiliki hubungan sinonim. Demikian juga pada korpus 159d, ditemukan juga adanya subsitusi nomina yaitu nomina murder yang digantikan oleh nomina truth. Keduanya tidak memiliki hubungan sinonim maupun antonim, tetapi sama-sama merujuk pada sesuatu yang tersembunyi. Substitusi ini ditemukan pada majalah “Spectator.” Pada korpus 172, yaitu pada 172b, dapat terlihat adanya subsitusi 2 nomina yaitu 2 nomina priest
dengan 2 nomina parson. Kata priest
tidak
memiliki hubungan antonim maupun sinonim. Substitusi ini ditemukan pada karya tulis berjudul “Life & Letters.”
commit to user 161
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada korpus 173, nomina meat yang terdapat pada proverba “One man's meat is another man's poison” disubstitusikan oleh nomina food. Nomina food bukan merupakan sinonim dari meat. Kata food adalah hipernim dari nomina food. Substitusi ini ditemukan pada karya tulis berjudul “Autobiography.” Pada korpus 175, 2 nomina yang terdapat pada proverba “Other times, other manners” yaitu nomina times dan manners disubstitusikan oleh nomina days (untuk times) dan ways (untuk manners). 2 nomina substitutor tersebut memiliki hubungan sinonimi, hipernimi atau hiponimi. Kata times merupakan hipernim dari kata days dan kata ways merupakan sinonim parsial dari kata manners. Substitusi ini ditemukan pada karya tulis berjudul “Human Factor.” Substitusi nomina dengan nomina selanjutnya dapat dilihat pada data 192a. Pada data tersebut, proverba yang berbunyi “Set a thief to catch a thief” terlihat salah satu konstituennya yaitu nomina thief disubstitusi oleh nomina yang lain yaitu fool sehingga bunyi proverb tersebut menjadi “Set a fool to catch a fool.” Substitusi ini ditemukan pada karya tulis berjudul “Pleasant Notes upon Don Quixote.” Substitusi nomina selanjutnya dapat dilihat pada data 227b. Pada data tersebut, terlihat nomina man disubstitusi oleh nomina one. Man dan one secara harfiah tidak memiliki hubungan sinonim, namun secara konteks 2 nomina tersebut memiliki hubungan karena merujuk pada manusia. Substitusi ini ditemukan pada karya tulis berjudul “Disappointment” Pada data 239f, nomina trade yang terdapat pada proverba “Two of a trade never agree” disubstitusikan oleh nomina kind. 2 nomina tersebut tidak memiliki hubungan makna. Meski demikian, 2 nomina tersebut diketahui muncul untuk
commit to user 162
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
saling menggantikan. Substitusi ini ditemukan pada karya tulis berjudul “Queen Mother”
(1.a.2) Substitusi Nomina dengan Pronomina Contoh dari substitusi nomina dengan pronomina dapat dilihat pada korpus nomor 178. Pada korpus tersebut, terdapat sebuah nomina yang digantikan oleh tiga buah pronomina yang berbeda. Adapun substitusi ini dapat dilihat pada data berikut. Tabel 4.30. Data 89: Substitusi N dengan Konstituen dari Kategori Lain pada Kelas yang Sama
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 178b People who live in glass houses shouldn't throw stones
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
Thee shouldst not throw Stones, who hast a Head of Glass thyself. Thee canst have no Title to Honesty who lendest the writings to deceive Neighbour Barter.
1754. J. Shebbeare Marriage Act II. lv.
178c
People who live in glass houses shouldn't throw stones
He who lives in a glass house, says a Spanish proverb, should never begin throwing stones.
1778. T. Paine in Pennsylvania Packet 22 Oct. i.
178d
People who live in glass houses shouldn't throw stones
Those who live in glass houses shouldn't throw stones. Mr. Robarts's sermon will be too near akin to your lecture to allow of his laughing.
1861. Trollope Framley Parsonage I. vi.
Pada korpus 178, yaitu pada 178b, 178c dan 178d, kita melihat bahwa nomina people disubstitusi oleh pronomina thee (178b), he (178c), dan those (178d). Substitusi dengan jenis seperti ini cukup banyak ditemukan di korpora data.
commit to user 163
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1.a.3) Substitusi Nomina dengan Frasa Nominal Substitusi nomina dengan nomina dapat dilihat pada 21 korpus. Adapun ke-21 korpus tersebut adalah korpus 86, korpus 206, dan korpus 238. Tabel 4.31. Data 90: Substitusi Nomina dengan Frasa Nominal
Nomor Korpus 86b
Bunyi Baku Proverba Experience is the father of wisdom
206a
206b
Sumber
Variasi Bunyi Proverba
He by the longe and often alternate proof had gotten by greate experience the very mother and mastres of wisedome.
1547. E. Hall Chronicle (1548) Rich. III 31
The darkest hour is just before the dawn
It is always darkest just before the Day dawneth.
1650. T. Fuller Pisgah Sight II. xi.
The darkest hour is just before the dawn
It is usually darkest before day break. You shall shortly find pardon.
1760. in J. Wesley Journal (1913) IV. 498
Pada korpus 86, yaitu pada 86b, nomina father dalam proverba “Experience is the father of wisdom” disubstitusikan oleh frasa nominal yaitu very mother and mastres. Substitusi ini ditemukan pada buku berjudul “Chronicle” Substitusi nomina dengan frasa nominal juga dapat ditemui pada korpus 206, yaitu pada 206a dan 206b. Nomina dawn dalam proverba “The darkest hour is just before the dawn” disubstitusikan oleh frasa nominal yaitu day dawneth (206a) dan day break (206b). Kata dawn dan dua fasa yang mensubstitusinya memiliki hubungan makna sinonim.
(1.b) Substitusi Verba Substitusi Verba adalah substitusi terbanyak kedua dari part of speech. Beberapa fenomena substitusi verba yang tersebar pada 14 nomor korpus ditemukan. Perwujudan dari substitusi verba ini meliputi 3 jenis yaitu:
commit to user 164
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1) substitusi verba dengan verba; (2) substitusi verba dengan frasa verbal; dan (3) substitusi verba dengan konstituen yang lainnya baik itu yang berkategori part of speech maupun frasa.
(1.b.1) Substitusi Verba dengan Verba Substitusi verba dengan verba dapat dilihat pada 12 korpus. Adapun ke-12 korpus tersebut adalah korpus 2, 11, 21, 37, 62, 73, 83, 112, 163, 171, 214, dan 230. Penjelasan tentang substitusi jenis ini dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 4.32. Data 91: Substitusi Verba dengan Verba
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 2c Accidents will happen in the best-regulated families
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
‘Copperfield,’ said Mr. Micawber, ‘accidents will occur in the bestregulated families; and in families not regulated by the influence of Woman, in the lofty character of Wife, they must be expected with confidence, and must be borne with philosophy.’
1850. Dickens David Copperfield. xxviii.
11a
All roads lead to Rome
All roads alike conduct to Rome.
1806. R. Thomson tr. La Fontaine's Fables IV. XII. xxiv.
21f
A burnt child dreads the fire
The burnt child fears the fire, and bitter experience had taught Pongo Twistleton to view with concern the presence in his midst of Ickenham's fifth earl.
1948. Wodehouse Uncle Dynamite II. vii.
21g
A burnt child dreads the fire
1984. Newsweek 5 The burned child fears the fire and when dawn Nov. 98 breaks next Tuesday voters may pull the covers over
commit to user 165
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
their ringing heads and refuse to get out of bed.
37e
A still tongue makes a wise head
‘I believe in the old saying “A still tongue keeps a wise head”.’ ‘I guess you're right. It's no business of mine.’
1937. J. Worby Other Half iv.
62b
Cut your coat according to your cloth
General McIntoch must yield to necessity; that is, to use a vulgar phraze, ‘shape his Coat according to his Cloth’.
1778. G. Washington Writings (1936) XIII. 79
73b
Don't put all your Don't venture all your eggs in one basket Eggs in One Basket.
83d
Every bullet has its billet
It is said that every bullet finds its billet. I am afraid this is yet another instance of a shaft at random sent finding a mark the archer never meant.
1932. R. C. Woodthorpe Public School Murder XI. iv. 237
112b
He who hesitates is lost
It has often been said of woman that she who doubts is lost never thinking whether or no there be any truth in the proverb.
1865. Trollope Can You forgive Her? II. x.
163a
Necessity knows no law
Necessity has no law; I must be patient.
1680. Dryden Kind Keeper III. ii.
163c
Necessity knows no law
Necessity has no law, and he was obliged to rise.
1864. Mrs H. Wood Trevlyn Hold II. xiv.
171c
Once bitten, twice shy
She was especially on her guard because she'd been victimized in a stupid swindle herself, recently. Once burned, twice shy, you know.
1949. ‘S. Sterling’ Dead Sure XV.
171d
Once bitten, twice shy
I can't imagine why this man would be harassing my wife again, Mr. Cooperman. You'd think ‘Once burned, twice shy’,
1981. H. Engel Ransom Game xvi.
commit to user 166
1710. S. Palmer Proverbs 344
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
wouldn't you.
193b
Silence means consent
‘I will nothing say.’ ‘Then silence gives consent.’
1616-30. Partial Law (1908) v. iv.
214b
The hand that rocks the cradle rules the world
You can't prevent it; it's the nature of the sex. The hand that rocks the cradle rocks the world, in a volcanic sense.
1916. ‘Saki’ Toys of Peace (1919) 158
230a
To err is human to forgive divine
To erre is humane, to repent is divine, to persevere is Diabolicall.
1659. J. Howell Proverbs (French) 12
Pada korpus 2c di atas, kita dapat melihat adanya subsitusi verba. Verba yang dimaksud di sini adalah verba happen yang disubstitusi oleh verba occur. Kata occur adalah kata lain dari happen. Substitusi verba dengan verba juga dapat ditemui pada korpus 11a. Verba lead dalam proverba “All roads lead to Rome” disubstitusikan oleh verba conduct. Verba lead dan conduct memiliki hubungan senonimi. Substitusi verba selanjutnya dapat ditemui pada 21f dan 21g. Verba dreads dalam proverba “A burnt child dreads the fire” disubstitusikan oleh verba fears. Verba dreads dan fears memiliki hubungan makna sinonimi meskipun agak sedikit berbeda. Hal ini disebabkan kata dreads lebih menunjukkan penekanan pada makna takut. Substitusi ini dapat dilihat pada majalah “Newsweek” edisi 5 Nov 1984. Pada korpus 37 yaitu pada 37e, dijumpai substitusi verba dengan verba yang lain. Verba makes dalam proverba “A still tongue makes a wise head” disubstitusikan oleh verba keeps. Makes dan keeps memiliki nuansa mana yang sama yaitu membuat dan mempertahankan sesuatu untuk terus terjadi.
commit to user 167
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada korpus 62 yaitu pada 62b, dijumpai substitusi verba dengan verba yang lain. Verba cut dalam proverba “Cut your coat according to your cloth” disubstitusikan oleh verba shapes. Cuts dan makes memiliki nuansa mana yang sama yaitu membuat sesuatu menjadi berbentuk. Substitusi ini dapat dilihat pada buku berjudul “Writings.” Selanjutnya, pada korpus 73 yaitu pada 73b, dijumpai substitusi verba dengan verba yang lain. Verba put dalam proverba “Don't put all your eggs in one basket” disubstitusikan oleh verba venture. Demikian juga pada korpus 83 yaitu pada 83d, dijumpai substitusi verba dengan verba yang lain yaitu verba has dalam proverba “Every bullet has its billet” disubstitusikan oleh verba find. Pada korpus 163 yaitu pada proverba “Necessity knows no law,” dijumpai substitusi salah satu konstituennya yaitu verba. Verba knows dalam proverba tersebut disubstitusikan oleh verba has, yaitu pada 163a, dan 163c. Berbeda dengan substitusi verba sebelumnya yang berbentuk verba aktif, pada korpus 171 terdapat substitusi verba berbentuk pasif. Verba bitten pada proverba Once bitten, twice shy disubstitusi oleh verba burned yang muncul pada 171c dan 171d. Substitusi verba dengan verba selanjutnya dapat dilihat pada 193b. Pada 193b, verba means disubstitusi dengan verba gives. Substitusi ini dapat dijumpai pada karya tulis berjudul “Partial Law.” Substitusi verba dengan verba juga dapat dijumpai pada 214b. Verba rules pada “The hand that rocks the cradle rules the world” disubstitusi oleh verba rocks Dua verba tersebut tidak memiliki makna sinonimi maupun makna antonimi
commit to user 168
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
namun ternyata dapat saling menggantikan. Penggunaan kata rocks menunjukkan adanya repetisi yang dimaksudkan untuk memunculkan efek keindahan. Substitusi verba dengan verba yang terakhir adalah substitusi yang terjadi pada 230a. Verba err pada korpus tersebut disubstitusi oleh verba repent. Dua verba tersebut tidak memiliki makna sinonimi maupun makna antonimi namun ternyata dapat saling menggantikan. Hal ini dapat disebabkan keduanya berada dalam konteks yang sama yaitu melakukan sesuatu yang baik.
(1.b.2) Substitusi Verba dengan Lingking Verb Contoh substitusi verba dengan linking verb dapat dilihat pada korpus 193e. Pada korpus tersebut, terdapat verba means yang digantikan oleh to be is. Adapun substitusi ini dapat dilihat pada data berikut. Tabel 4.33. Data 92: Substitusi Verba dengan Linking Verb
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 193e Silence means consent
Sumber
Variasi Bunyi Proverba
‘Silence is consent,’ said the superintendent. His knowledge of law had a magpie quality about it and he had picked up the phrase from somewhere.
1986. ‘C. Aird’ Dead Liberty. ii.
(1.b.3) Substitusi Verba dengan Frasa Verbal Substitusi verba dengan frasa verbal dapat dilihat pada korpus 19, 35, dan 193. Penjelasan tentang substitusi tersebut dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 4.34. Data 93: Substitusi Verba dengan Frasa Verbal
Nomor Korpus 19b
Bunyi Baku Proverba A bad workman blames his tools
Variasi Bunyi Proverba
I've read somewhere that a poor workman quarrels with his tools
commit to user 169
Sumber
1940. J. G. Cozzens Ask Me Tomorrow vii.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35b
A rolling stone gathers no moss
A Rolling Stone is ever bare of Moss.
1710. A. Philips Pastorals II. 8
193c
Silence means consent
‘I have known a man bear patiently a serious charge which a few lines would have entirely answered.’ ‘Silence does not give consent in these cases.’
1847. A. Helps Friends in Council ix.
Substitusi verba dengan frasa verbal yang pertama dapat dilihat pada data 19a. Pada data tersebut, terlihat verba blames disubstitusi oleh frasa verbal quarrel with. Kata blames dan frasa quarel with tidak sinonim namun memiliki kedekatan makna karena sama-sama merujuk pada tindakan akibat memiliki masalah dengan sesuatu. Substitusi verba dengan frasa verbal yang kedua dapat dilihat pada data 35b. Pada data tersebut, terlihat verba gathers disubstitusi oleh frasa verbal is ever bare. Verba gathers blames dan frasa verbal is ever bare tidak sinonim namun memiliki kedekatan makna karena sama-sama merujuk sebuah kondisi bermasalah. Substitusi verba dengan frasa verbal yang ketiga dapat dilihat pada 193c. Pada data tersebut, terlihat verba means disubstitusi oleh frasa verbal does not give. Selain itu, pada 193b dan 193e juga ditemui substitusi verba. Pada 198b, verba means disubstitusi dengan verba gives. Pada 198e verba means disubstitusi oleh to be is. Dua jenis substitusi ini telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
(1.c) Substitusi Adjektiva Substitusi adjektiva adalah substitusi ketiga dari substitusi part of speech yang ditemukan selama penelitian. Substitusi ini tidak sebanyak substitusi nomina
commit to user 170
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
maupun verba, namun bentuknya cukup jelas terlihat. Beberapa data yang tersebar pada beberapa nomor korpus ditemukan mengalami substitusi. Adapun perincian substitusi adjektiva ini dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 4.35. Data 94: Substitusi Adjektival
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 43e Bad news travels fast
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
Media processes are not forensic but sensational. Their light shines uncertainly. It often distorts and can be unfair. ‘Ill news hath wings.’
2002. Times 1 Feb. 22
101b
Give a dog a bad name and hang him
Give a Dog an ill Name, and he'll soon be hanged. Spoken of those who raise an ill Name on a Man on purpose to prevent his Advancement.
1721. J. Kelly Scottish Proverbs 124
48a
Better be safe than sorry
‘Jist countin' them,—is there any harm in that?’ said the tinker: ‘it's betther be sure than sorry’.
1837. S. Lover Rory O'More II. xxi.
107d
Good fences make ‘Hadn't you better go and good neighbours investigate?’ Lockhart shook his head. ‘Strong fences make good neighbours.’
200b
Still waters run deep
185b
Providence is Providence was always on always on the side the side of dense of the big battalions. battalions
1842. A. Allison Hist. Europe X. lxxviii.
248d
Well begun is half done
1703. P. A. Motteux Don Quixote IV. xli.
Smooth Waters run deep.
Let me get ready for our Journey. 'Twill be soon done, and A Business once begun, you know, is half ended.
commit to user 171
1978. T. Sharpe Throwback x.
1721. J. Kelly Scottish Proverbs 287
perpustakaan.uns.ac.id
248f
Well begun is half done
digilib.uns.ac.id
Satan spoils many a wellbegun work. Well begun is half—but only half— ended.
1907. A. Maclaren Acts I. 176
Substitusi adjektiva dengan adjektiva terdapat pada korpus 43 dan 101, yaitu pada 43e dan 101b. Pada 2 korpus tersebut, adjektiva yang mengalami penggantian adalah adjektiva bad yaitu pada proverba “Bad news travels fast” dan adjektiva bad yaitu pada proverba “Give a dog a bad name and hang him.” Adjektiva penggantinya adalah sama yaitu adjektiva ill yang muncul menggantikan kata bad. Bad dan ill memiliki nuansa makna yang serupa meskipun bukan sebuah sinonimi. Substitusi adjektiva dengan adjektiva selanjutnya terdapat pada korpus 48 yaitu pada data 48a. Pada korpus ini, adjektiva yang mengalami penggantian adalah adjektiva safe yang digantikan oleh adjektiva sure. Safe dan sure memiliki nuansa makna yang serupa meskipun bukan sebuah sinonimi. Pada korpus 107 (data 107d) yang berbunyi “Good fences make good neighbours” ditemukan juga substitusi adjektiva dengan adjektiva yang lain. Adjektiva yang dimaksud dalam hal ini adalah adjektiva good yang digantikan oleh adjektiva strong. Good dan strong memiliki nuansa makna yang serupa meskipun bukan sebuah sinonimi karena merujuk pada kualitas suatu yaitu pagar. Pada korpus 200b yang berbunyi “Still waters run deep” ditemukan substitusi adjektiva dengan adjektiva yang lain. Adjektiva yang digantikan adalah adjektiva still dan adjektiva yang menggantikan adalah adjektiva smooth. Still dan smooth merupakan sebuah sinonimi.
commit to user 172
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Substitusi adjektiva selanjutnya dapat dilihat pada data 185b. Pada data tersebut, terlihat adjektiva big yang menjadi modifier batallions disubstitusi oleh adjektiva dense. Big dan dense tidak sinonim namun memiliki nuansa yang sama karena menunjukkan sifat atau kuantitas dari sesuatu. Substitusi adjektiva terakhir terdapat pada proverba dengan nomor data 248 yang berbunyi “Well begun is half done.” Pada dua data tersebut, adverbia done disubstitusi oleh adjektiva ended yaitu yang ada pada 248d dan 248f.
(1.d) Substitusi Adverbia Substitusi adjektiva adalah substitusi keempat dari substitusi part of speech yang ditemukan selama penelitian. Substitusi ini juga tidak sebanyak substitusi nomina, verba, bahkan adjektiva. Meskipun demikian, sama seperti substitusi adjektiva, bentuk substitusi ini cukup jelas terlihat. Beberapa data yang tersebar pada beberapa nomor korpus ditemukan mengalami substitusi. Adapun perincian substitusi adjektiva ini dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 4.36. Data 95: Substitusi Adverbia
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 155a Misfortunes never come singly
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
Misfortunes seldome come alone.
1622. J. Mabbe tr. Aleman's Guzman d'Alfarache I. iii.
1711. J. Addison Spectator 8 Mar.
155b
Misfortunes never come singly
The Lady said to her Husband with a Sigh, My Dear, Misfortunes never come single.
172a
Once a priest, always a priest
1859. G. A. Sala The great case of Horne Tooke versus the House of Twice round Clock Commons—‘Once a priest 290 forever a priest’.
commit to user 173
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Substitusi adverbia dengan adverbia yang pertama terdapat pada korpus 155 yaitu pada 155a dan 155b. Pada 2 korpus tersebut, adverbia yang mengalami penggantian adalah adverbia singly dan digantikan dengan adverbia yang memiliki hubungan makna sinonim yaitu alone dan single. Pada 155a, adverbia singly digantikan oleh adverbia alone. Pada 155b, adverbia singly digantikan oleh adverbia single. Dua pengganti tersebut memiliki ikatan makna sinonimi. Substitusi adverbia dengan adverbia yang kedua terdapat pada korpus 172 yaitu pada 172a. Pada korpus tersebut, adverbia yang mengalami penggantian adalah adverbia always dan digantikan dengan adverbia yang memiliki hubungan makna sinonim yaitu forever. Hubungan kata always dan forever adalah sinonimi.
(1.e) Substitusi Kata tugas Substitusi kata tugas adalah substitusi kelima dari substitusi part of speech. Sama seperti nomina, substitusi ini banyak ditemukan pada sebaran data yang ada dalam korpora data. Bedanya, jika substitusi yang terjadi pada nomina adalah substitusi yang berasal dari kelas terbuka dan sifatnya homogen, maka substitusi kata tugas adalah substitusi kelas tertutup dan bersifat heterogen. Tidak semua substitusi kata tuga yang akan diangkat dalam tesis ini karena jumlahnya banyak. Hanya 5 jenis contoh substitusi kata tugas yang akan disampaikan pada bagian ini yaitu (1) substitusi auxiliari, (2) substitusi preposisi, (3) substitusi determiner, (4) substitusi tenses, (5) substitusi pronomina
(1.e.1) Substitusi Auxiliari Substitusi kata tugas yang pertama adalah substitusi auxiliari. Contoh dari substitusi kata tugas ini dapat dilihat pada korpus 139 dan 252.
commit to user 174
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.37. Data 96: Substitusi Auxiliari
Nomor Korpus 139e
252c
Bunyi Baku Proverba Like will to like
What must be, must be
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
Mrs. Hodsden's connection 1981. R. Barnard with his house will be quite Mother's Boys xiv. plain to you when you meet my husband. Like clings to like, they say. And those two certainly cling.
‘My love,’ observed Mr. Micawber, ‘I am always willing to defer to your good sense. What will be—will be.’
1850. Dickens David Copperfield lvii.
Pada data 139e di atas, kita dapat melihat adanya subsitusi kata tugas yaitu auxiliari will disubstitusi oleh verba clings. Keduanya tidak berada dalam kategori yang sama. Makna yang munculpun juga sedikit berbeda. Hampir sama dengan substitusi kata tugas sebelumnya, pada data 252c, kita dapat melihat adanya substitusi kata tugas yaitu auxiliari modal must yang disubstitusi oleh auxiliari yang lain yaitu will. Keduanya tidak berada dalam sinonim. Makna yang munculpun juga sedikit berbeda. Jika must menekankan kejadian yang pasti terjadi, maka pada will lebih menekankan kejadian yang akan muncul di masa yang akan datang.
(1.e.2) Substitusi Preposisi Substitusi kata tugas yang kedua adalah substitusi preposisi. Contoh dari substitusi kata tugas ini dapat dilihat pada korpus 22 dan 202.
commit to user 175
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.38. Data 97: Substitusi Preposisi
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 22c A cat may look at a king
Sumber
Variasi Bunyi Proverba
s.v. Cat, A Cat may look upon a King. This is a saucy Proverb, generally made use of by pragmatical Persons
1721 N. Bailey English Dictionary
202a
Sufficient unto the day is the evil thereof
Sufficient to the Day is the Evil thereof.
1766 in L. H. Butterfield et al. Adams Family Correspondence (1963) I. 56
202b
Sufficient unto the day is the evil thereof
In the meanwhile there were no sense in worrying over schemes for a future, which we may not live to see. ‘Sufficient for the day is the evil thereof.’
1836 J. Carlyle Letter 1 Apr. in Letters & Memorials (1893) I. 57
Pada 22c, kita dapat melihat adanya subsitusi kata tugas yaitu preposisi at disubstitusi oleh preposisi upon. Keduanya dapat saling menggantikan. Pada data 202a dan 202c di atas, kita juga dapat melihat adanya subsitusi kata tugas yang lain yaitu preposisi unto disubstitusi oleh preposisi to (202a) dan for (202b).
(1.e.3) Substitusi Determiner Substitusi kata tugas yang ketiga adalah substitusi determiner. Determiner yang dijadikan contoh pada bagian ini adalah artikel dan quantifier. Contoh dari substitusi kata tugas jenis ini dapat dilihat pada korpus 38 dan 78. Tabel 4.39. Data 98: Substitusi Determiner
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 38b A swallow does not make a summer
Variasi Bunyi Proverba
One swalow maketh not sommer.
commit to user 176
Sumber
1546. J. Heywood Dialogue of Proverbs II. v. H3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38d
A swallow does not make a summer
One or two alfresco afternoons in the garden under the supervision of Ord and Demmy did not spell liberation any more than one swallow made a summer
2000. ‘G. Williams’ Dr. Mortimer and Aldgate Mystery (2001) xiv. 78
78d
Every cloud has a silver lining
This misfortune of hers had done wonders for our up and down relationship—all clouds have a silver lining, don't they say
1991. Redundancy of Courage xxii. 283
Pada data 38b dan 38d di atas, kita dapat melihat adanya subsitusi artikel a disubstitusi oleh quatifier one (38b dan 38d). Artikel a dan quantifier one dapat saling menggantikan karena memilki sifat sinonimi Pada data 78d di atas, kita dapat melihat adanya subsitusi determiner every disubstitusi oleh determiner all (38b dan 38d). Determiner every dan all tidak memiliki hubungan sinonim maupun antonim, namun dapat saling menggantikan karena sama-sama merujuk pada quantitas dari suatu meskipun berbeda penekanan.
(1.e.4) Substitusi Pronomina Substitusi kata tugas yang keempat adalah substitusi pronomina. Substitusi pronomina dibagi menjadi dua jenis yaitu substitusi pronomina dengan part of speech dan substitusi pronomina dengan frasa. Contoh dari substitusi pronomina dengan part of speech ini dapat dilihat pada korpus 19 dan 255. Tabel 4.40. Data 99: Substitusi Pronomina dengan Part of Speech
Nomor Korpus 10c
Bunyi Baku Proverba A bad workman blames his tools
Variasi Bunyi Proverba
Damn! Dropped the screwdriver. Bad
commit to user 177
Sumber
1979. A. Fox Threat Signal Red
perpustakaan.uns.ac.id
255a
digilib.uns.ac.id
You are what you eat
workmen blame their tools.
XV.
There flashed through her mind the German saying, ‘One is what one eats.’
1930. J. Gollomb Subtle Trail ii. 55
Pada korpus 19c di atas, kita dapat melihat adanya pronomina his disubstitusi oleh pronomina their. Substitusi ini muncul karena menyesuaikan dengan kondisi subjek kalimat Pada korpus 255a di atas, kita dapat melihat adanya pronomina you disubstitusi oleh pronomina one. Kata you dan one berada dalam konteks yang sama karena merujuk pada manusia. Adapun contoh substitusi pronomna dengan frasa dapat dilihat pada variasi dua kalimat proverba yang muncul pada korpus 238. Adapun contoh dari substitusi pronomina dengan frasa dapat dilihat pada data berikut. Tabel 4.41. Data 100: Substitusi Pronomina dengan Frasa
Nomor Korpus 238e
Bunyi Baku Proverba Two is company, but three is none
238g
Two is company, but three is none
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
Two's company, three's a crowd.
1944. Modern Language Notes LIX. 517
Two's company, three's a crowd. ‘'Specially on a tandem bike.’
2002. Washington Post 10 Mar. SC11 (Family Circus comic strip)
Substitusi pronomina yang terakhir terdapat pada korpus 238, yaitu pada 238e dan 238g. Pronomina none dalam proverba “Two is company, but three is none” disubstitusikan oleh frasa nominal yaitu frasa nominal a crowd. Kata none dan frasa nominal yang mensubstitusinya berkait secara konteks. Frasa a crowd merupakan penjelas dari kata none.
commit to user 178
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1.e.5) Substitusi karena Tense dan Concord Substitusi kata tugas yang kelima adalah substitusi tense. Substitusi jenis ini mudah dijumpai pada korpus data dan sangat lumrah terjadi karena bahasa Inggris adalah bahasa yang memiliki tatabahasa yang berorientasi pada tenses. Mengingat jumlahnya yang sangat banyak, hanya substitusi dari dua korpus saja yang dipaparkan pada bagian ini. Adapun contoh dari substitusi kata tugas ini dapat dilihat pada korpus 8 dan 20. Tabel 4.42. Data 101: Substitusi karena Tense dan Concord
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 8g All that glitters is not gold
Sumber
Variasi Bunyi Proverba
A young woman, perhaps grasping the unseemly spectacle of it all, suggested that all that glitters was not gold.
1980. Times 19 Jan. 18
20a
A bully is always a coward
Mrs. M'Crule, who like all 1817. M. Edgeworth other bullies was a coward, lowered her voice. Ormond in Harrington & Ormond III. xxiv.
20d
A bully is always a coward
The old adage holds good: all bullies are cowards, and most cowards are bullies.
1981. Times 9 May 2
Pada korpus 8g di atas, kita dapat melihat adanya subsitusi to be present is disubstitusi oleh to be (past) was. Substitusi ini muncul karena menyesuaikan dengan tense/waktu rujukan kalimat tersebut. Pada korpus 20a, kita dapat melihat adanya subsitusi is oleh was. Substitusi ini muncul karena menyesuaikan dengan tense/ waktu rujukan kalimat tersebut. Pada 20d juga terdapat substitusi to be is menjadi are. Substitusi ini muncul karena menyesuaikan dengan kondisi subjek kalimat (concord).
commit to user 179
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) Substitusi Frasa Pola modifikasi bunyi proverba tidak hanya ditemukan dengan menggunakan part of speech saja. Di beberapa data yang ada pada beberapa korpus juga ditemukan pola substitusi frasa. Ada 4 jenis frasa yang ditemukan mengalami memodifikasi dengan substitusi antara lain: frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, dan frasa preposisional.
(2.a) Substitusi Frasa Nominal Substitusi frasa nominal adalah substitusi pertama dalam kategori frasa. Beberapa data yang tersebar pada 4 nomor korpus ditemukan mengalami substitusi salah satu konstituen nominanya. Korpus tersebut adalah korpus 45, korpus 122, korpus 229, dan korpus 241. Tabel 4.43. Data 102: Substitusi Frasa Nominal
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 25c A drowning man will clutch at a straw
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
The drowning man snatches at every twig. The messengers of Benhadad catch hastily at that stile of grace, and hold it fast.
[1623 J. Hall Contemplations VII. XIX. 252]
45a
Beauty is in the eye of the beholder
You should remember, my dear, that beauty is in the lover's eye.
1769 F. Brooke Hist. Emily Montague IV. 205
122a
Idle people (folk) have the least leisure
Idle folks have the most labour.
1678 J. Ray English Proverbs (ed. 2) 161
229b
Time is a great healer
Time, the Phisition of all.
1622 H. Peacham Complete Gentleman iv.
229c
Time is a great healer
Time is the great physician.
1837 Disraeli Henrietta Temple III. VI. ix.
commit to user 180
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
229f
Time is a great healer
Time is the greatest of healers, and during the next few weeks, sports again will provide us with a much-needed respite from our everyday worries.
2001 Washington Times 23 Sept. C17
241a
The longest way round is the shortest way home
The road to resolution lies by doubt: The next way home's the farthest way about
1635 F. Quarles Emblems IV. ii.
241e
The longest way round is the shortest way home
‘when I was training my old boss used to say: “If in doubt take the long road round. It'll prove to be the shortest in the end.”’
1990 F. Lyall Croaking of Raven vi. 2. 64
Substitusi frasa nominal yang pertama dapat dilihat pada korpus 25c. Pada korpus tersebut, proverba yang berbunyi “A drowning man will clutch at a straw” disubstitusi frasa nominalnya yaitu frasa nominal a straw menjadi frasa nominal every twig. Substitusi frasa nominal yang kedua dapat dilihat pada korpus 45a. Pada korpus tersebut, proverba yang berbunyi “Beauty is in the eye of the beholder” disubstitusi frasa nominalnya yaitu frasa nominal the beholder menjadi frasa nominal lover's eye. Substitusi verba dengan frasa verbal yang kedua dapat dilihat pada korpus 122a. Pada korpus tersebut, terlihat frasa nominal the least leisure disubstitusi oleh frasa nominal the most labour. 2 frasa tersebut memiliki hubungan makna sinonim. Substitusi FN yang ketiga dapat dilihat pada korpus 229b dan 229c. Pada 2 korpus tersebut, terlihat proverba “Time is a great healer” disubstitusi salah satu konstituennya yaitu FN a great healer dengan FN yang lain. Pada 229c, FN
commit to user 181
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengganti adalah FN the great physician. Pada 229f, FN tersebut diganti oleh FN the greatest of healers. Substitusi FN yang terakhir dapat dilihat pada korpus 241a dan 241e. Pada 2 korpus tersebut, terlihat proverba “The longest way round is the shortest way home” disubstitusi FN pembentuknya oleh FN yang lain. Pada 241a, FN The longest way round disubstitusi oleh FN the next way home. Masih pada korpus 214a, FN the shortest way home disubstitusi oleh FN the farthest way about. Pada korpus 241, FN the long road long disubstitusi oleh FN the long road round.
(2.b) Substitusi Frasa Verbal Substitusi FV adalah substitusi terbanyak kategori frasa. Beberapa data yang tersebar pada 7 nomor korpus ditemukan mengalami substitusi salah satu konstituen nominanya. Perwujudan dari substitusi FV ini meliputi dua jenis yaitu: (1) substitusi FV dengan part of speech, dan (2) substitusi FV dengan FV.
(2.b.1) Substitusi Frasa Verbal dengan Part of Speech Substitusi frasa verbal dengan part of speech dapat dilihat pada 3 korpus berikut. Adapun ke-4 korpus tersebut adalah; korpus 25, 64, dan 158. Penjelasan tentang substitusi jenis ini dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 4.44. Data 103: Substitusi Frasa Verbal dengan Part of Speech
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 25c A drowning man will clutch at a straw
Variasi Bunyi Proverba
The drowning man snatches at every twig. The messengers of Benhadad catch hastily at that stile of grace, and hold it fast.
commit to user 182
Sumber
1623. J. Hall Contemplations VII. XIX. 252
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25d
A drowning man will clutch at a straw
His gratitude caught at those words, as the drowning man is said to catch at the proverbial straw.
1877. W. Collins My Lady's Money xv.
64e
Desperate diseases must have desperate remedies
These circumstances are wholly exceptional. Desperate diseases, they say, call for desperate remedies.
1935. ‘A. Wynne’ Toll House Murder ix.
64g
Desperate diseases must have desperate remedies
2001. W. Northcutt Desperate times call for desperate measures, which Darwin Awards II are often sensible when 2 you consider the bleak alternative.
158d
Much would have more
1928. J. S. Fletcher Why should ten millions satisfy these people? There Ransom for London V. iv. is an old adage to the effect that much wants more.
Pada korpus 25 di atas, proverba “A drowning man will clutch at a straw” mengalami substitusi frasa verbalnya yaitu frasa will clutch. Frasa ini disubstitusi oleh verba snatches (25c) dan verba catch (25 d dan 25d). Selain pada korpus 25, pada korpus 64 yang berbunyi “Desperate diseases must have desperate remedies” juga mengalami substitusi frasa verbalnya yaitu frasa must have. Frasa ini disubstitusi oleh verba call (64e dan (64g). Korpus selanjutnya yang frasa verbalnya disubstitusi dengan verba terdapat pada kalimat proverba dengan nomor 158d. Pada 158d, kita dapat melihat proverba yang berbunyi “Much would have more” mengalami substitusi frasa verbalnya yaitu frasa would have dan diganti oleh verba wants.
commit to user 183
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2.b.2) Substitusi Frasa Verbal dengan Frasa Verbal Substitusi frasa verbal dengan frasa verbal dapat dilihat pada empat korpus data, yaitu pada korpus 40, 43, 69 dan 115. Penjelasan tentang substitusi jenis ini dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 4.45. Data 104: Substitusi Frasa Verbal dengan Frasa Verbal
Variasi Bunyi Proverba Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 40d A tree is known by ‘I never judge a man by its fruit his mask.’ ‘A tree should be judged by its fruits,’ Myna responded.
Sumber
1955. S. N. Ghose Flame of Forest I. 15
43a
Bad news travels fast
Bad News always fly faster than good.
1694. Terence's Comedies made English 46
69a
Dog does not eat dog
The prouerb on dog will not eat of an other dogges fleshe.
1543. W. Turner Hunting of Romish Fox A2V
69b
Dog does not eat dog
Dog should not prey on dog, the proverb says: Allow then brothertrav'lers crumbs of praise.
1790. ‘P. Pindar’ Epistle to Bruce 31
115b
He who fights and runs away, may live to fight another day
The Dragoons thought proper a sudden Retreat; as knowing that, He that fights and runs away, May turn and fight another Day; But he that is in Battle slain, Will never rise to fight again.
1747. J. Ray Complete Hist. Rebellion 61
Substitusi frasa verbal dengan frasa verbal yang pertama dapat dilihat pada data 40d. Pada data tersebut, terlihat frasa verbal is known dalam “A tree is known by its fruit” disubstitusi oleh frasa verbal should be judged. Substitusi frasa verbal dengan frasa verbal yang kedua dapat dilihat pada data 43a. Pada data tersebut, terlihat frasa verbal travels fast disubstitusi oleh frasa
commit to user 184
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
verbal fly faster. Kata travels fast dan fly faster tidak sinonim namun memiliki kedekatan makna karena sama-sama merujuk pada tindakan “bepergian” Substitusi frasa verbal dengan frasa verbal yang ketiga dapat dilihat pada korpus 69a dan 69b. Pada korpus tersebut, terlihat frasa verbal does not eat dalam “Dog does not eat dog travels fast” disubstitusi oleh frasa verbal will not eat (69a) dan should not prey (69b). Pada 69a, terlihat yang disubstitusi adalah auxiliari does not dengan auxiliari will. Pada 69b, auxiliari does not disubstitusi dengan modal should not. Selain itu, pada 69b, kata eat juga disubstitusi oleh kata prey. Substitusi frasa verbal dengan frasa verbal yang terakhir dapat dilihat pada data 115b. Pada data tersebut, terlihat frasa verbal live to fight disubstitusi oleh frasa verbal turn and fight.
(2.b.3) Substitusi Frasa Adjektival Substitusi ketiga dari kategori frasa adalah substitusi frasa adjektival. Ada 2 nomor korpus ditemukan mengalami substitusi salah satu konstituen nominanya yaitu pada korpus 26, dan 121. Tabel 4.46. Data 105: Substitusi Frasa Adjektival
Nomor Korpus 26a
Bunyi Baku Proverba A fault confessed is half redressed
121b
Hunger is the best sauce
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
A fault confessed is more 1592 Arden of than half amends, but men Feversham H1V of such ill spirite as your selfe Worke crosses [arguments] and debates twixt man and wife.
If hunger is, as they say, a 1850 C. Kingsley better sauce than any Ude Alton Locke I. ix. invents, you should spend months shut out from every glimpse of Nature, if you would taste her beauties.
commit to user 185
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Substitusi frasa adjektival dengan frasa adjektival yang pertama dapat dilihat pada data 26a. Pada data tersebut, terlihat proverba “A fault confessed is half redressed” mengalami substitusi frasa adjektivalnya. Frasa adjektival half redressed disubstitusi oleh frase adjektival more than half amends. Substitusi frasa adjektival dengan frasa adjektival yang terakhir dapat dilihat pada data 121b. Pada data tersebut, terlihat frasa adjektival the best disubstitusi oleh frasa adjektival a better.
(2.b.4) Substitusi Frasa Preposisional Substitusi keempat dari kategori frasa adalah substitusi frasa preposisional. Substitusi jenis ini hanya ditemukan 1 yaitu pada korpus 221. Tabel 4.47. Data 106: Substitusi Frasa Preposisonall
Variasi Bunyi Proverba Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 221b The road to hell is I shall have nothing to paved with good hand in, except intentions intentions,—what they say the road to the wrong place is paved with.
Sumber
1847. J. A. Froude Shadows of Clouds ix.
Pada korpus 221b di atas, proverba “The road to hell is paved with good intentions” mengalami substitusi frasa preposisionalnya. Frasa yang dimaksud adalah frasa to hell. Frasa ini disubstitusi oleh frasa preposisional to the wrong place
(3) Substitusi Klausa Pola substitusi kalimat proverba yang terakhir adalah berupa substitusi klausa. Dalam korpora data, terdapat 6 korpus yang di dalamnya terlihat jelas
commit to user 186
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ditemukan substitusi klausa. Adapun korpus tersebut antara lain, korpus 134, 135, 188, 212, 226. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada paparan berikut. Tabel 4.48. Data 107: Substitusi Klausa
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 134c Let sleeping dogs lie
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
It's best To let a sleeping mastiff rest.
1681 S. Colvil Whigs' Supplication II. 27
135a
Let the cobbler stick to his last
Let not the shoemaker go beyond hys shoe.
1539 R. Taverner tr. Erasmus' Adages 17
188a
Save us from our friends
Now, God deliver me from my friends for from mine enemies I'll deliver myself.
1604 J. Marston Malcontent IV. ii.
188d
Save us from our friends
‘Defend me from my friends; I can defend myself from my enemies.’ So cried a famous French general to Louis XIV long before bridge was invented.
2002 Washington Times 26 Mar. B5
212c
The bigger they are, the harder they fall
The bigger they come the harder they fall.
1971 J. Cliff (song-title)
226c
They that sow the wind shall reap the whirlwind
Well—what's passed is passed. Folks that plant the wind reap the whirlwind!
1923 O. Davis Icebound III. 98
Pada korpus 134, proverba “Let sleeping dogs lie” mengalami substitusi hampir seluruh konstituennya. Substitusi tersebut menyebabkan proverba tersebut pada data 134c mengalami metamorfosis sehingga menjadi “Let a sleeping mastiff rest.” Pada korpus 135, proverba “Let the cobbler stick to his last” mengalami substitusi konstituen dan mengalami metamorfosis sehingga menjadi “Let not the
commit to user 187
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
shoemaker go beyond hys shoe” ( data 135a) serta “The shoemaker sticks to his last” (data 135f). Pada korpus 188, proverba “Save us from our friends” mengalami substitusi konstituen yaitu pada klausa imperatif save us dengan pengganti yang juga klausa imperatif yaitu deliver me (188a) dan defend me (188d). Pada korpus 212 di atas, proverba “The bigger they are, the harder they fall” mengalami substitusi konstituen yaitu pada klausa they are dengan pengganti yang juga klausa yaitu they come (212c) dan klausa the harder they fall dengan klausa penganti the heavier the fall. Pada korpus 188,
proverba “They that sow the wind shall reap the
whirlwind” mengalami substitusi konstituen yaitu pada subklausa they that sow dengan pengganti yang juga subklausa yaitu folks that plant. Substitusi ini terjadi pada data (188c).
4. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Penyisipan Konstituen Proverba Bagian terakhir dari penyelidikan keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba terletak pada penyelidikan kemungkinan ekspansi kalimat proverba. Ekspansi didefinisikan sebagai munculnya/ditambahkanya sebuah konstituen baru yang sebenarnya tidak ada pada bunyi baku proverba dan berfungsi sebagai pengembang bentuk orisinal proverba. Dengan adanya fenomena ini, kalimat proverba yang baru dapat menjadi lebih panjang dari kalimat bakunya. Ekspansi ini dapat berupa empat jenis penambahan yaitu: (1) penambahan konstituen di awal kalimat proverba yang disebut preaddition; (2) penambahan konstituen di akhir kalimat proverba yang disebut postaddition;
commit to user 188
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(3) penambahan konstituen di tengah kalimat proverba yang disebut insertion; (4) penambahan konstituen di dua tempat atau lebih yang disebut multiinsertion. Untuk lebih memudahkan kita dalam menyebut jenis-jenis fenomena ekspansi di atas, maka pada bagian ini kita akan menyebut keempat jenis fenomena ekspansi tersebut dengan satu sebutan yaitu “penyisipan konstituen”. Dari hasil analisis data, ditemukan beberapa proverba yang konstituennya mengalami proses ekspansi ketika proverba tersebut berada dalam sebuah situasi pemakaian tulis. Konstituen yang digunakan melakukan ekspansi tersebut ada tiga macam yaitu (1) part of speech, (2) frasa, dan (3) klausa.
(1) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Part of Speech Pola pengembangan kalimat proverba yang pertama adalah dengan menggunakan part of speech. Di beberapa data yang ada pada beberapa korpus ditemukan pola pengembangan dengan menggunakan pola ini. Ada 5 jenis part of speech yang nomina,
ditemukan menjadi pengembang kalimat proverba antara lain;
verba,
adjektiva, adverbia, dan kata tugas seperti determiner,
pronomina, preposisi dan auxiliari.
(1.a) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Nominal Pola pengembangan kalimat proverba yang pertama adalah berupa penyisipan nominal ke dalam kalimat proverba. Terdapat beberapa nomina yang disisipkan pada kalimat proverba yang terdapat pada 4 korpus yaitu korpus 60, korpus 174, korpus 239 dan korpus 244.
commit to user 189
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.49. Data 108: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Nomina
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 60e Constant dropping wears away a stone
Variasi Bunyi Proverba
The constant dripping water can wear away the toughest stone.
Sumber
1963. E. S. Gardner Case of Mischievous Doll vii.
174b
A postern door makes the thief
The Posterne doore makes 1611. J. Davies Scourge of Folly theefe and whore. But, 146 were that dam'd with Stone, or Clay, Whoores and Theeues would find a way.
174c
A postern door makes the thief
The Postern Door Makes Thief and Whore.
1732. T. Fuller Gnomologia no. 6176
Pada korpus 60e di atas, kita dapat melihat adanya penyisipan N. N yang dimaksud di sini adalah N water yang muncul dan memodifikasi proverba “Constant dropping wears away a stone.” Demikian juga pada korpus 174, juga ditemukan nomina yang memiliki peran untuk mengekspansi kalimat proverba yang berbunyi “A postern door makes the thief.” Nomina tersebut adalah kata whore muncul pada dua data yaitu pada data 174b dan 174c. Pada dua data tersebut, nomina whore diawali oleh kata tugas and yang memiliki fungsi menghubungkan nomina whore dengan kalimat sebelumnya.
(1.b) Ekspansi Proverba Pola Penyisipan Verba Pola pengembangan kalimat proverba yang kedua adalah berupa penyisipan verbal ke dalam kalimat proverba. Selama proses pengamatan proverba, tidak banyak terlihat proverba yang bunyinya mengalami penyisipan
commit to user 190
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
verba. Diantara 259 proverba yang ada dalam korpora data, hanya terdapat 1 proverba yang mengalami penyisipan verbal, yaitu proverba korpus 236. Tabel 4.50. Data 109: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Verba
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 236d Two dogs are fighting for a bone, a third runs away with it
Sumber
Variasi Bunyi Proverba
Verifying the coarse proverb, while two dogs are fighting for a bone, a third comes and runs away with it.
1784. Gazette of State of S. Carolina 17 July 2
Pada korpus 236d, ditemukan verba yang memiliki peran untuk mengekspansi kalimat proverba yang berbunyi “Two dogs are fighting for a bone, a third runs away with it.” Verba yang mengekspansi proverba tersebut adalah verba comes. Dengan munculnya verba comes ini, maka kalimat proverba menjadi “Two dogs are fighting for a bone, a third comes and runs away with it.”
(1.c) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Adjektiva Pola pengembangan kalimat proverba yang kedua adalah berupa penyisipan adjektiva ke dalam kalimat proverba. Terdapat beberapa nomina yang disisipkan pada kalimat proverba yang terdapat pada lima korpus yaitu korpus 11, korpus korpus 60, korpus 85, korpus 216 dan korpus 245. Tabel 4.51. Data 110: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Adjektiva
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 11a All roads lead to Rome
60e
Constant dropping wears away a stone
Variasi Bunyi Proverba All roads alike conduct to Rome.
The constant dripping water can wear away the toughest stone.
commit to user 191
Sumber
1806. R. Thomson tr. La Fontaine's Fables IV. XII. xxiv.
1963. E. S. Gardner Case of Mischievous Doll vii.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85a
Exchange is no robbery
1721. J. Kelly Fair Exchange is no Rob'ry. Spoken when we Scottish Proverbs 105 take up one Thing, and lay down another.
85b
Exchange is no robbery
Casting an eye at my hat and wig he took them off, and clapping his own on my head, declared, that a fair exchange was no robbery.
1748. Smollett Roderick Random II. xli.
85c
Exchange is no robbery
‘So it was you who took away the Harar frescoes?’ ‘Took away? We exchanged them. A good exchange is no robbery, I believe?’
1960. N. Mitford Don't tell Alfred xx.
85d
Exchange is no robbery
‘Superintendent Groom, 1999. J. Cutler Dying sir, I have to report that to Score i. 5 I was just considering my spring-cleaning,’ I said. ‘And, since fair exchange is no robbery, what about your thoughts?’
216c
The last straw that breaks the camel's back
As the last straw breaks the laden camel's back, this piece of underground information crushed the sinking spirits of Mr. Dombey.
1848. Dickens Dombey & Son ii.
245e
Walls have ears
It is not good to speak of such things. Stone walls have ears.
1822. Scott Nigel I. vi.
Pada korpus 11a di atas, kita dapat melihat adanya penyisipan adjektival. Adjektiva yang dimaksud di sini adalah adjektiva alike yang muncul dan memodifikasi proverba “All roads lead to Rome.”
commit to user 192
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada korpus 60 kita melihat adanya adjektiva toughest muncul untuk memodifikasi frasa nomina/nomina stone.
Proverba
yang
semula
berbunyi
“Constant dropping wears away a stone” berubah menjadi “The constant dripping water can wear away the toughest stone.” Selain adjektiva, pengembang kalimat yang dapat kita lihat pada 60e adalah modal dan determiner (artikel the). Terdapat
dua
A
yang
muncul
untuk
memodifikasi
FN/N
an
exchange/exchange pada korpus 85 yaitu adjektiva fair dan good. Proverba yang semula berbunyi “Exchange is no robbery” berubah menjadi “Fair exchange is no rob'ry” (5a, 5b dan 5d) serta “A good exchange is no robbery.” Pada korpus 216 kita melihat adanya adjektiva laden yang muncul untuk memodifikasi frasa nominal the camel's back. Dengan adanya adjektiva ini, Proverba yang semula berbunyi “The last straw that breaks the camel's back” berubah menjadi “The last straw breaks the laden camel's back.” Selain adjektiva, pengembang kalimat yang dapat kita lihat pada 216c, ditemukan pula fenomena pelesapan penunjuk subklausa yaitu that. Adjektiva terakhir yang ditemukan dalam korpora data yang memiliki fungsi sebagai pengembang proverba terdapat pada 245e. Adjektiva tersebut sebenarnya berbentuk nomina yaaitu nomina stone yang muncul sebagai modifier dari wall. Namun, karena berfungsi sebagai modifier, nomina tersebut dimasukkan ke dalam kategori adjektiva. Dengan masuknya kata stone, proverba yang semula berbunyi “Walls have ears,” berkembang menjadi” Stone walls have ears”
(1.d) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Adverbia Pola pengembangan kalimat proverba yang paling banyak ditemukan selama proses analisis data adalah berupa penyisipan adverbia. Dalam korpora
commit to user 193
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
data, terdapat beberapa adverbia yang disisipkan pada kalimat proverba seperti yang terdapat pada 15 korpus yaitu korpus 17, 35, 43, 45, 46, 57, 72, 116, 118, 147, 177, 182, 198, 223, 233. Tabel 4.52. Data 111: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Adverbia
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 17c An englishman's house is his castle
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
1791. Boswell Life In London a man's own house is truly his castle, in of Johnson II. 284 which he can be in perfect safety from intrusion.
35b
A rolling stone gathers no moss
A Rolling Stone is ever bare of Moss.
1710. A. Philips Pastorals II. 8
43a
Bad news travels fast
Bad News always fly faster than good.
1694. Terence's Comedies made English 46
43d
Bad news travels fast
‘I've already had a dozen phony sympathy calls— including one from a cousin in Sarasota. Bad news certainly travels fast.’
1991. L. Sanders McNally's Secret (1992) iv. 38
46d
Better be an old man's darling, than a young man's slave
Find yourself an older man. Much better to be an old man's darling, than a young man's slave.
1980. J. Marcus Marsh Blood ix.
57e
Charity covers a multitude of sins
Charity, after all, can cover up a multitude of sins.
1982. G. Hammond Game xvi.
72e
Don't judge a book by its cover.
Appreciate your allowing me to participate, but you should be less trusting, Ellie—can't always judge a book by its cover.
1984. Thin Woman xii.
116c
History repeats itself
1957. V. Brittain History tends to defy the Testament of familiar aphorism; Experience 11 whether national or personal, it seldom repeats itself.
commit to user 194
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
118e
Honesty is the best policy
It is not a phrase I'm particularly fond of, for it endorses a virtue not for itself but for practical reasons, yet it bears repeating: Honesty is still the best policy.
2001. Washington Times 17 July A18
177c
Patience is a virtue
That was only three days ago. Why don't you ferret her out? Patience is and always was a virtue.
1858. Trollope Dr. Thorne I. xiv.
182b
Prevention is better than cure
Prevention is much preferable to Cure.
1732. T. Fuller Gnomologia no. 3962
198b
Speech is silver, silence is golden
She will give a pound note to the collection if I would cut my eloquence short, so in this case, though speech is silver, silence is certainly golden.
1936. W. Holtby South Riding I. iv.
223c
The weakest go to the wall
You will be thrashed all day long. The weakest always goes to the wall there.
1834. Marryat Peter Simple I. v.
233d
Truth is stranger than fiction
There are times when truth is indeed stranger than fiction, when the teller of true tales can report things that we would dismiss as preposterous inventions should a novelist try to put them over on us.
2001. Washington Post 25 June C2
Penyisipan adverbia yang pertama terdapat pada korpus 17c, Pada korpus tersebut, kita melihat adanya adverbia yang muncul untuk memodifikasi proverba yaitu adverbia truly yang memodifikasi proverba “An englishman's house is his castle” sehingga berbentuk “A man's own house is truly his castle.” Adverbia truly ini muncul di tengah kalimat proverba.
commit to user 195
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada korpus 35 kita melihat adanya adverbia ever yang muncul untuk memodifikasi proverba “A rolling stone gathers no moss” yaitu pada data 35b. Selain kemunculan penyisipan ever, terjadi juga fenomena yang lain yaitu adanya substitusi verba gathers dengan frasa is bare of. Munculnya dua fenomena ini menyebabkan bentuk proverba terlihat cukup berbeda dari bentuk bakunya. Pada korpus 43 di atas, kita melihat adanya dua adverbia yang muncul untuk memodifikasi proverba “Bad news travels fast.” Pada korpus 43a, adverbia always ditemukan melakukan pengembangan proverba. Pada korpus ini pula ditemukan adverbia lain yang juga melakukan pengembangan yaitu adverbia certainly yaitu 43d. Pada 46d kita melihat adanya adverbia much yang muncul untuk memodifikasi proverba “Better be an old man's darling, than a young man's slave.” Dengan adanya adverbia much ini maka kalimat proverba berubah menjadi; “Much better to be an old man's darling, than a young man's slave.” Posisi kemunculan much berada di awal kalimat proverba. Pada korpus 57e di atas, terdapat dua frasa adverbial yang masuk untuk mengembangkan kalimat proverba yang berbunyi “Charity covers a multitude of sins.” Adverbia yang dimaksud di sini adalah adverbia after dan up. Dengan masuknya adverbia ini, kalimat proverba 57e berbentuk lebih panjang yaitu “Charity, after all, can cover up a multitude of sins.” Pada korpus 72, adverbia always juga ditemukan yaitu pada 72e. Adverbia ini muncul untuk memodifikasi verba judge yang ada pada proverba 72e. Selain penyisipan adverbia always, kita juga menjumpai adanya fenomena substitusi yaitu substitusi auxiliari don’t dengan modal can’t. Munculnya dua fenomena ini
commit to user 196
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyebabkan proverba yang berbunyi “Don't judge a book by its cover” berubah menjadi “Can't always judge a book by its cover.” Dengan hadirnya adverbia ini, kalimat proverba 72e menjadi sedikit lebih panjang dan berbeda. Pada data 116c kita melihat adanya adverbia yang lain yaitu adverbia seldom yang muncul untuk memodifikasi proverba “History repeats itself” sehingga menjadi “It seldom repeats itself.” Penyisipan adverbia ini dapat dilihat pada buku berjudul “Testament of Experience” Pada 118a, terdapat adverbia still yang memodifikasi kalimat proverba “Honesty is the best policy” sehingga menjadi “Honesty is still the best policy.” Penyisipan adverbia ini dapat dilihat pada surat kabar “Washington Times” edisi 17 July 2001. Adverbia always juga ditemukan pada 177c. Pada korpus tersebut, proverba yang berbunyi “Patience is a virtue” mendapat sisipan adverbia always sehingga menjadi “Patience is and always was a virtue.” Pada proverba ini, to be bentuk past yaitu was juga disisipkan ke dalam kalimat proverba sehingga proverba tersebut memiliki dua kopula yaitu is dan was. Selain pada 46d, penyisipan adverbia much juga dapat dilihat pada korpus nomor 182b. Pada korpus 182b ini, adverbia much terlihat mengekspansi kalimat proverba “Prevention is better than cure” sehingga menjadi “Prevention is much preferable to cure.” Pada 182b, selain proverba tersebut mengalami penyisipan, proverba tersebut juga mengalami fenomena substitusi yaitu adjektiva better yang disubstitusi oleh adjektiva preferable. Adverbia certainly juga ditemukan pada korpus 198. Adverbia ini masuk dan menyisip pada kalimat proverba “Speech is silver, silence is golden” yang ada
commit to user 197
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada 198b. Dengan munculnya adverbia certainly ini, maka kalimat proverba berkspansi menjadi “Speech is silver, silence is certainly golden.” Adverbia always yang terakhir muncul pada 223c. Pada 223c juga ditemukan adverbia there yang memodifikasi proverba “The weakest go to the wall.” Munculnya dua adverbia ini menyebabkan kalimat proverba 223c menjadi makin panjang dan berbunyi “The weakest always goes to the wall there.” Demikian juga pada data 233d, terdapat adverbia indeed yang memodifikasi proverba “Truth is stranger than fiction” sehingga menjadi “Truth is indeed stranger than fiction.” Fenomena penyisipan ini dapat dilihat pada surat kabar “Washington Post” edisi 25 Juni 2001.
(1.e) Ekspansi Proverba Pola Penyisipan Kata Tugas Pola pengembangan kalimat proverba selanjutnya adalah berupa penyisipan kata tugas. Dalam korpora proverba, ditemukan banyak jenis penyisipan kata tugas. Namun, apabila fenomena ini dibahas seluruhnya akan memakan banyak tempat, maka hanya hanya beberapa kata tugas yang disebutkan yaitu beberapa kata tugas yang termasuk dalam jenis pronomina, determiner, preposisi, dan auxiliari.
(1.e.1) Penyisipan Pronomina Terdapat beberapa
pronomina yang disisipkan pada kalimat proverba
yang terdapat pada 4 korpus yaitu korpus 14, korpus 24, dan korpus 35. Tabel 4.53. Data 112: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Pronomina
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 14a Ask no questions and hear no lies
Variasi Bunyi Proverba
ask me no questions and I'll tell you no fibs.
commit to user 198
Sumber
1773. Goldsmith She stoops to
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Conquer III. 51
1906. R. Kipling Puck of Pook's Hill 252
14d
Ask no questions and hear no lies
Them that asks no questions isn't told a lie— Watch the wall, my darling, while the Gentlemen go by!
14e
Ask no questions and hear no lies
1997. R. Bowen Charlie put his finger to his nose. ‘Them that asks Evans Above vi. 65 no questions, don't get told no lies, that's what my old mother used to say,’ he said.
Pada korpus 14 kita melihat adanya tiga jenis pronomina yang muncul untuk memodifikasi proverba “Ask no questions and hear no lies.” Tiga pronomina tersebut adalah pronomina me dan you dan pronomina them. Pronomina me dan you muncul pada 14a, sedang pronomina them muncul pada data 14d dan 14e.
(1.e.2) Penyisipan Determiner Penyisipan kata tugas jenis kedua adalah penyisipan determiner. Dalam konteks ini yang disebut determinar adalah berupa artikel (a, an, dan the), serta quantifier (some, any, dan sejenisnya). Penyisipan kata tugas ini banyak ditemukan. Namun karena terlalu banyak, maka hanya beberapa yang diambil sebagai contoh penyisipan jenis ini. Adapun contoh penyisipan jenis ini dapat dilihat pada korpus 24, korpus 35, dan korpus 60. Tabel 4.54. Data 113: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Determiner
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 24b A door must either be shut or open
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
Fiction pleads in vain for detailed treatment. For all doors must be shut or open; and this door must now be shut.
1896. G. Saintsbury Hist. NineteenthCentury Literature vii.
commit to user 199
perpustakaan.uns.ac.id
60e
Constant dropping wears away a stone
digilib.uns.ac.id
The constant dripping water can wear away the toughest stone.
1963. E. S. Gardner Case of Mischievous Doll vii.
Pada korpus 24 kita melihat adanya determiner all yang muncul untuk memodifikasi proverba “A door must either be shut or open.” Kata all termasuk dalam kategori determiner tak tentu. Dengan adanya pronomina ini, Proverba tersebut berbunyi “All doors must be shut or open.” Pada data ini juga ditemukan fenomena substitusi yaitu adanya pergantian kata either dengan kata must. Kata tugas kedua yang ditemukan dalam korpora data yang memiliki fungsi sebagai pengembang proverba terdapat pada 60e. Kata tugas tersebut berbentuk determiner (tepatnya artikel) the yang muncul mengawali frasa nominal constant dripping dan toughest stone. Dengan masuknya kata stone, proverba yang semula berbunyi “Constant dropping wears away a stone” berkembang menjadi “The constant dripping water can wear away the toughest stone.” Kata tugas the muncul bersama nomina water dan adjektiva toughest untuk mengembangkan bentuk dasar proverba ini.
(1.e.3) Penyisipan Preposisi Penyisipan kata tugas jenis ketiga adalah penyisipan preposisi. Penyisipan kata tugas ini tidak sebanyak penyisipan kata tugas lainnya, dan hanya ditemukan 1 dalam korpora. Adapun contoh penyisipan jenis ini dapat dilihat pada korpus 74. Tabel 4.55. Data 114: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Preposisi
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 74a East or west, home's best
Variasi Bunyi Proverba
‘East and west, at home the best’ (German). Ost und West, daheim das Best.
commit to user 200
Sumber
1859 W. K. Kelly Proverbs of all Nations 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada 74a kita melihat adanya preposisi at yang muncul untuk memodifikasi proverba “East or west, home's best.” Dengan masuknya preposisi ini, proverba tersebut kemudian berbunyi “East and west, at home the best.” Dalam kalimat proverba yang terakhir ini juga kita bisa melihat adanya fenomena substitusi yaitu konjungsi or disubstitusi oleh konjungsi and.
(1.e.4) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Auxiliari Penyisipan kata tugas jenis keempat adalah penyisipan auxiliari. Penyisipan kata tugas jenis ini adalah yang paling banyak ditemukan. Setidaknya ada 2 alasan mengapa penyisipan auxiliari banyak ditemukan yaitu: (1) auxiliari memegang peranan penting dalam proses transformasi kalimat karena selalu dipakai dalam proses transformasi tersebut; (2) auxiliari adalah kata tugas yang memiliki jenis banyak dan hampir seluruh kalimat yang melibatkan tenses di dalamnya menggunakan auxiliari. Contoh penyisipan auxiliari ini dapat dilihat pada korpus 51, 63, 89, dan 90. Tabel 4.56. Data 115: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Auxiliari
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 51a Birds of a feather flock together
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
Birdes of a feather will flocke together.
1599. J. Minsheu Spanish Grammar 83
51b
Birds of a feather flock together
Our English Proverb That birds of a feather will flock together. To be too intimate with sinners, is to intimate that you are sinners.
1660. W. Secker Nonsuch Professor 81
63a
Dead men tell no tale
Twere best To knock um i th head. The dead can tell no tales.
1664. J. Wilson Andronicus Comnenius I. iv.
commit to user 201
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89c
Familiarity breeds contempt
Perhaps, if I heard Tennyson talking every day, I shouldn't read Tennyson. Familiarity does breed contempt.
1869. Trollope He knew He was Right II. lvi.
90a
Findings keepings
The scoundrels said, ‘Findings are keepings, by the laws of our country; and as we found your cows, so we will keep them.’
1863. J. H. Speke Discovery of Source of Nile V.
Pada 4 korpus di atas yaitu pada korpus 51, korpus 63, korpus 89, dan korpus 90, kita melihat adanya beberapa auxiliari yang muncul untuk memodifikasi proverba. Jenis auxiliari yang muncul pada 4 korpus tersebut ada 3, yaitu auxiliari modal, auxiliari murni dan to be. Auxiliari modal dapat dilihat pada 51 dan 63 yaitu berupa modal will dan can. Will memodifikasi proverba “Birds of a feather flock together” menjadi “Birdes of a feather will flocke together” (51a dan 51b). Can memodifikasi “Dead men tell no tale” menjadi “The dead can tell no tales” (63a). Pada korpus ini juga ditemukan ekspansi dengan menggunakan penambahan determiner the. Auxiliari murni dapat dilihat korpus 89 di atas yaitu berupa auxiliari does. Pada data 89c, auxiliari does memiliki fungsi untuk penekanan pada satu hal. Modal ini memodifikasi kalimat proverba yang semula “Familiarity breeds contempt” menjadi “Familiarity does breed contempt.” Auxiliari jenis terakhir yang ditemukan dapat dilihat korpus 90 di atas yaitu berupa to be are. Pada data 90a, to be is memiliki fungsi untuk membantu kata kerja keep merubah tensenya menjadi present progressive. Modal ini memodifikasi kalimat proverba yang semula “Findings keepings” menjadi “Findings are keepings”
commit to user 202
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1.e.5) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan to Infinitif Penyisipan kata tugas jenis terakhir adalah penyisipan to infinitif (to yang mengikuti V bentuk 1). Penyisipan kata tugas jenis ini hanya ditemukan 1 dalam korpora dan dapat dilihat pada korpus 48. Tabel 4.57. Data 116: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan to Infnitif
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 48c Better be safe than sorry
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
1972. J. Wilson It's not that I want to shut you in but—well, it's better Hide & Seek vii. to be safe than sorry.
Pada data 48c kita melihat adanya to infinitif yang muncul mengawali V be. Kemunculan to ini memodifikasi proverba yang semula berbunyi “Better be safe than sorry” menjadi “It's better to be safe than sorry.” Dalam kalimat proverba yang terakhir ini juga kita bisa melihat adanya fenomena ekspansi yang lain yaitu frasa it is. Fenomena ekspansi proverba dengan pola penyisipan frasa dapat dilihat pada bagian selanjutnya.
(2) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Frasa Pola pengembangan kalimat proverba tidak hanya ditemukan dengan menggunakan part of speech saja. Di beberapa data yang ada pada beberapa korpus juga ditemukan pola pengembangan dengan menggunakan frasa.
(2.a) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Frasa Nominal Ekspansi kalimat proverba dengan menyisipkan frasa yang pertama adalah penyisipan frasa nominal. Penyisipan jenis ini terdapat pada 2 korpus yaitu korpus 6, dan 183. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada data berikut.
commit to user 203
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.58. Data 117: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Frasa Nominal
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 6a All's fair in love and war
183c
Procrastination is the thief of time
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
In love and war, every stratagem is fair, they say.
1845. G. P. R. James Smuggler II. iv.
Far from being the thief of Time, procrastination is the king of it.
1935. O. Nash Primrose Path 100
Pada korpus 6 di atas, terutama kata bergaris bawah yang ada pada data 6a, kita dapat melihat adanya penyisipan frasa nomina. Frasa nominal yang dimaksud di sini adalah frasa nominal every stratagem yang muncul dan memodifikasi determiner all sehingga kalimat proverba tersebut kemudian menjadi “In love and war, every stratagem is fair.” Contoh kedua yang berhubungan dengan penyisipan nomina ada pada korpus 183 berikut ini. Pada korpus 183, ditemukan FN the king yang memiliki peran untuk mengekspansi kalimat proverba yang berbunyi “Procrastination is the thief of time.” Dengan munculnya FN ini, maka proverba tersebut berbunyi lebih panjang menjadi “From being the thief of time, procrastination is the king of it.” Selain adanya penambahan FN, terdapat juga penambahan konstituen yang lain yaitu adverbia from yang posisinya fronting. Susunan proverba pada data 183 inipun pada akhirnya mengalami permutasi yaitu pindahnya bagian pelengkap subjek the thief of time yang berada pada akhir kalimat menuju ke awal kalimat.
(2.b) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Frasa Verbal Ekspansi kalimat proverba dengan menyisipkan frasa yang kedua adalah berupa penyisipan frasa verbal. Penyisipan jenis ini hanya terdapat pada 3 korpus yaitu korpus 95, 151 dan 220. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada data berikut.
commit to user 204
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.59. Data 118: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Frasa Verbal
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 95b First impressions are the most lasting
Sumber
Variasi Bunyi Proverba
I didn't like to run the chance of being found drinking it for first impressions, you know, often go a long way, and last a long time.
1844 Dickens Martin Chuzzlewit v.
1678 S. Butler Hudibras III. ii.
151b
Many hands make light work
Most hands dispatch apace, and make light work, (the proverb says).
220d
The proof of the pudding is in the eating
1842 R. H. Barham With respect to the Ingoldsby Legends scheme. I've known 2nd Ser. 25 soldiers adopt a worse stratagem. There's a proverb however, I've always thought clever. The proof of the pudding is found in the eating.
FV
yang
mengekspansi
proverba
dapat
dilihat
pada
95b.
FV
mengembangkan proverba yang berbunyi “First impressions are the most lasting” menjadi “First impressions often go a long way, and last a long time.” Pada data tersebut, dapat dilihat fenomena modifikasi proverba melalui substitusi yaitu FV are the most lasting dengan FV bentuk lain go a long way, and last a long time Pada korpus 151, ditemukan FV dispatch apace yang mengekspansi kalimat proverba “Many hands make light work.” Adanya penyisipan FV ini menyebabkan proverba tersebut berkembang menjadi menjadi “Most Hands dispatch apace, and make light work.” Selain FV, Kon and ikut pula menambah panjang bunyi proverba ini. Pada korpus 220, ditemukan FV yang memiliki peran untuk mengekspansi kalimat proverba. Proverba yang berbunyi “The proof of the pudding is in the
commit to user 205
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
eating” dikembangkan oleh FV is found pada 220d sehingga menjadi “The proof of the pudding is found in the eating.”
(2.c) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Frasa Adjektival Penyisipan frasa ketiga adalah penyisipan frasa adjektival. Penyisipan jenis ini hanya terdapat pada dua korpus yaitu korpus 26 dan 211. Untuk lebih jelanya dapat dilihat pada data berikut. Tabel 4.60. Data 119: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Frasa Adjektival
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 26a A fault confessed is half redressed
211c
The exception proves the rule
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
A fault confessed is more 1592. Arden of than half amends, but men Feversham H1V of such ill spirite as your selfe Worke crosses [arguments] and debates twixt man and wife.
As for the dictum about Temple Bar, why, the case of Poddle and Shaddery might be one of those very exceptions whose existence is necessary to the proof of every general rule.
1863. W. S. Gilbert in Cornhill Mag. Dec. VIII. 727
Pada korpus 26d, terdapat frasa adjektival yang memodifikasi bunyi proverba yaitu “A fault confessed is half redressed.” Frasa Adjektival tersebut adalah frasa adjektiva more than. Demikan juga pada korpus 221, juga terdapat frasa adjektival yang memodifikasi bunyi proverba yaitu “The exception proves the rule.” Frasa adjektival tersebut adalah frasa adjektiva every general
commit to user 206
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2.d) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Frasa Adverbial Pola pengembangan kalimat proverba dengan pola penyisipan frasa adverbial tidak sebanyak pengembangan kalimat proverba dengan pola penyisipan adverbia. Dalam korpora data, hanya terdapat tiga korpus yang di dalamnya terdapat penyisipan frasa adverbial yaitu korpus 17e dan 17f, 45d dan 243c. Tabel 4.61. Data 120: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Frasa Adverbial
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 17e An englishman's house is his castle
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
An Englishman's house may be his castle, but does it follow that his garden is his forest?
1998. Garden (Royal Horticultural Society) May 313
17f
An englishman's house is his castle
An Englishman's home is no longer his castle. Thanks to gun control zealots, England has become the land of choice for criminals.
2002. Washington Times 1 Aug. A14
45d
Beauty is in the eye of the beholder
This at once confirmed the conclusion that I had just reached after studying the photographs of the child Wladyslaw: beauty is not merely in the eye but also in the imagination of the beholder.
2001. Spectator 8 Dec. 58
243c
United we stand, divided we fall
Threatened, mocked, hounded, the churches—or at least, their more enlightened leaders—are belatedly moving towards the view that ‘united we might just stand, but divided we most certainly fall’.
2002. Times 2 13 June 7
Penyisipan adverbia yang pertama terdapat pada korpus 17 utamanya pada data 17e, dan 17f. Pada tiga data tersebut, kita melihat adanya 2 jenis frasa adverbial yang muncul untuk memodifikasi 2 proverba yaitu frasa adverbial may
commit to user 207
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
be dan frasa adverbial no longer yang memodifikasi proverba “An englishman's house is his castle” sehingga berbentuk “ An Englishman's house may be his castle,” (17e), dan “An Englishman's home is no longer his castle” (17f). Pada data 45 ditemukan penyisipan dua frasa adverbial, yaitu frasa not merely dan but also seperti yang terlihat pada korpus “Beauty is in the eye of the beholder.” Dengan adanya penyisipan ini, maka kalimat proverba diekspansi menjadi “United we might just stand, but divided we most certainly fall.” Demikian juga pada korpus 243. Pada korpus tersebut terdapat frasa adverbial might just yang memodifikasi kalimat
United we stand dan frasa
adverbial most certainly yang memodifikasi kalimat divided we fall seperti yang terlihat pada korpus berikut.
(2.e) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Frasa Preposisional Pola pengembangan kalimat proverba yang kelima yang berupa penyisipan frasa adalah penyisipan frasa preposisional. Dalam korpora data, hanya terdapat 1 frasa yang ditemukan disisipkan pada kalimat proverba seperti yang terdapat pada korpus yaitu pada data 119d. Tabel 4.62. Data 121: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Frasa Preposisional
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 68e Do as you would be done by
Variasi Bunyi Proverba
Do unto others as you would be done by’ was a more positive social prescription of societies like Toronto.
Sumber
1991. T. Mo Redundancy of Courage xxix. 394
Korpus 68d menunjukkan bahwa terdapat frasa preposisional yaitu frasa unto others yang mengembangkan proverba “Do as you would be done by.”
commit to user 208
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan disisipkannya frasa preposisional ini, kalimat proverba tersebut kemudian berkembang menjadi “Do unto others as you would be done by.”
(3) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Klausa Pola pengembangan kalimat proverba yang terakhir adalah berupa penyisipan klausa. Dalam korpora data, hanya terdapat 1 klausa yang ditemukan disisipkan pada kalimat proverba seperti yang terdapat pada korpus yaitu korpus 119, data 119d. Tabel 4.63. Data 122: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Klausa
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 119d Hope for the best and prepare for the worst
Variasi Bunyi Proverba
‘We must all hope for the best,’ Mrs. Seeton chided him gently. ‘As my nanny used to say: “Hope for the best, expect the worst— and take what comes.”
Sumber
1999. ‘H. Crane’ Miss Seeton's Finest Hour i. 7
Pada korpus 119 di atas, terdapat kalimat proverba yang mengalami pengembangan yaitu pada 119d. Pada korpus tersebut, terdapat kalimat and take what comes yang ditambahkan pada proverba “Hope for the best and prepare for the worse.” Selain dimodifikasi dengan penambahan kalimat, proverba ini juga dimodifikasi dengan sbstitusi yaitu penggantian verba prepare dengan verba expect.
(4) Pola Kompleks: Sebuah Catatan Kecil Dalam beberapa kasus, pola-pola modifikasi bunyi proverba teryata tidak dilakukan hanya dengan menggunakan satu pola saja seperti pola ekspansi atau pola-pola lainnya, tapi dapat menggunakan dua, tiga atau empat pola sekaligus,
commit to user 209
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sehingga tidaklah mengherankan jika ternyata suatu ketika kita menemukan sebuah proverba ketika dipakai dalam konteks tulis, berbentuk sangat berbeda dengan bentuk bakunya. Beberapa proverba yang berbunyi jauh berbeda dengan bentuk bakunya karena dimodifikasi oleh beberapa pola sekaligus dapat dilihat pada beberapa korpus berikut. Tabel 4.64. Data 123: Ekspansi Proverba dengan Pola Kompleks
Bunyi Baku Nomor Proverba Korpus 34a A prophet is not without honour save in his own country
Variasi Bunyi Proverba
‘The captain, like the prophets of old, is but little honoured in his own country.
Sumber 1771. Smollett Humphry Clinker III. 92
70a
Don't change horses in midstream
I am reminded of a story of 1864. A. Lincoln an old Dutch farmer, who Collected Works (1953) VII. 384 remarked to a companion once that ‘it was best not to swap horses when crossing streams’.
70b
Don't change horses in midstream
‘If ours is the true religion why do you not become a Catholic?’ ‘Reverend father, we have a proverb in England never to swap horses while crossing a stream’.
1929. R. Graves Good-bye to All That xxiii.
72a
Don’t judge a book by its cover
You can't judge a book by its binding.
1929. American Speech IV. 465
72c
Don’t judge a book by its cover
This is a nice respectable street, wouldn't you say, sir?.. Unfortunately, sir, you can't tell a book by its cover.
1954. Journal of Edwin Carp 131
72e
Don’t judge a book by its cover
Appreciate your allowing me to participate, but you should be less trusting, Ellie—can't always judge a book by its cover.
1984. Thin Woman xii.
commit to user 210
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1995. Washington Times 2 Dec. C3
72f
Don’t judge a book by its cover
The old saying goes that you can't judge a book by its cover. Now that's even true of the ones labeled ‘Holy Bible.’
84c
Example is better than precept
1708. M. Prior Example draws where Literary Works Precept fails, And Sermons are less read than (1971) I. 535 Tales.
103a
give credits where May Honor be given to credit is due whom Honor may be due.
1777. S. Adams Letter 29 Oct. in Collections of Massachusetts Hist. Society (1917) LXXII. 375
103c
give credits where The justice and credit is due magnanimity which would show ‘honour to whom honour is due’ is not always found equal to the occasion when it involves the granting of a degree.
1894. Girl's Own Paper 6 Jan. 228
161d
Nothing so bad but it might have been worse
Farmers will regard the meteorological changes as illustrating the ancient axiom to the effect that circumstances are never so bad that they cannot be worse.
1908. Times 5 Oct. 3
207b
The devil finds work for idle hands to do
If the Devil find a Man idle, he'll set him on Work.
1721. J. Kelly Scottish Proverbs 221
207f
The devil finds work for idle hands to do
‘I've slaved in your salt mines for twenty years without a day off.’ ‘You can have thirty minutes off.’ ‘Why didn't you give the poor soul more time off?’ ‘Idle hands work for the devil, Poulet.’
2002. Washington Times 14 Mar. D6 (Crock comic strip)
236e
Two dogs are fighting for a bone, a third runs
While the major companies continue to argue among themselves
1983. Practical Computing June 5
commit to user 211
perpustakaan.uns.ac.id
away with it
digilib.uns.ac.id
they are in a poor position to police the rest of the industry. When two alsatians are fighting over a large bone, a passing poodle can easily walk off with it.
Pada korpus 34a kita melihat sebuah proverba yang berbunyi “A prophet is not without honour save in his own country” mengalami variasi bentuk ketika berada dalam konteks karya tulis
“Humphry Clinker.” Pada karya tersebut,
kalimat baku proverba bervariasi menjadi “The prophets of old, is but little honoured in his own country.” Variasi ini muncul melibatkan beberapa pola perubahan seperti ekspansi yaitu penambahan frasa of old, substitusi yaitu substitusi a menjadi the, serta substitusi not without honour dengan but little honoured. Pada korpus 70a terdapat kalimat proverba yang berbunyi “Don't change horses in mid-stream” bervariasi bentuk menjadi not to swap horses when crossing streams. Variasi bentuk ini melibatkan ekspansi, substitusi, serta pelesapan. Auxiliari don’t disubstitusi oleh frasa not to, verba change disubstitusi oleh verba swap, preposisi in disubstitusi oleh frasa adverbial when crossing, serta adverbia mid mengalami pelesapan. Variasi bentuk yang terjadi pada 72b juga melibatkan ekspansi, substitusi dan pelesapan. Pada 72b, kalimat proverba “Don't change horses in mid-stream” bervariasi menjadi “Never to swap horses while crossing a stream.” Auxiliari don’t disubstitusi oleh frasa never to. Verba change disubstitusi oleh verba swap, preposisi in disubstitusi oleh frasa adverbial when crossing, serta adverbia mid mengalami juga pelesapan
commit to user 212
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada korpus 72a kita melihat kalimat proverba “Don’t judge a book by its cover” bervariasi bentuk menjadi “You can't judge a book by its binding.” Perubahan ini melibatkan ekspansi yaitu penambahan pronomina you, substitusi yaitu pergantian auxilari don’t menjadi modal can’t, serta substitusi nomina cover dengan nomina binding. Pada 72c proverba “Don’t judge a book by its cover” bervariasi menjadi “You can't tell a book by its cover.” Sama seperti 72a, variasi ini melibatkan ekspansi dan substitusi. Pada 72e proverba “Don’t judge a book by its cover” bervariasi menjadi “Can't always judge a book by its cover.” Variasi ini melibatkan ekspansi dan substitusi. Demikian juga pada 72f. Variasi yang terjadi pada korpus ini melibatkan fenomena ekspansi dan substitusi. Pada 84c, kalimat proverba “Example is better than precept” bervariasi bentuk menjadi “Example draws where precept fails.” Perubahan ini melibatkan pola substitusi yaitu pergantian to be is dengan verba draw, serta ekspansi yaitu penambahan adverbia where dan verba fail. Pada 103a, kalimat proverba yang berbunyi “Give credits where credit is due” bervariasi bentuk menjadi “May honor be given to whom honor may be due.” Variasi ini terjadi karena adanya dua fenomena yaitu ekspansi dan substitusi. Ekspansi mencakup penambahan klausa may honor be given to whom, sedangkan substitusi mencakup pergantian nomina credits dengan nomina honor. Pada 103c, kalimat proverba
“Give credits where credit is due” bervariasi
menjadi “Show ‘honour to whom honour is due.” Variasi ini melibatkan substitusi hampir seluruh konstituen pembentuk kalimat proverba tersebut. Verba give disubstitusi oleh verba show. Nomina credits disubstitusi oleh nomina honor. Adverbia where disubstitusi oleh frasa preposisional yaitu to whom.
commit to user 213
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada 161d kalimat proverba “Nothing so bad but it might have been worse” bervariasi bentuk menjadi “Circumstances are never so bad that they cannot be worse.” Pada 161d, pronomina nothing disubstitusi oleh nomina circumstances. To be are dan adverbia never masuk dan mengekspansi kalimat proverba. Konjungsi but disubstitusi oleh konjungsi that. Pronomina it disubstitusi oleh pronomina the. Frasa have been juga disubstitusi oleh frasa cannot be. Kalimat proverba yang berbunyi “The devil finds work for idle hands to do” mengalami variasi bentuk yaitu pada 207b dan 207f. Pada 207b, kalimat proverba tersebut berubah menjadi “If the Devil find a Man idle, he'll set him on work,” sedangkan pada 207f, kalimat proverba tersebut menjadi “Idle hands work for the devil.” Pada 207b fenomena variasi bentuk yang terlihat adalah ekspansi, substitusi dan pelesapan, sedangkan pada 207f, fenomena perubahan yang terjadi adalah pelesapan dan permutasi. Kalimat proverba lainnya yang mengandung fenomena variasi bentuk dengan pola kompleks terdapat pada korpus 236e. Kalimat proverba pada korpus tersebut berbunyi “Two dogs are fighting for a bone, a third runs away with it.” Setelah mengalami beberapa proses modifikasi seperti ekspansi dan substitusi, kalimat proverba tersebut menjadi “When two alsatians are fighting over a large bone, a passing poodle can easily walk off with it.” Pada bentuk baru tersebut kita dapat melihat adanya ekspansi dengan penambahan adverbia when, serta frasa adverbial can easily, substitusi nomina dogs dengan alsatians, substitusi proposisi for dengan preposisi over, serta substitusi frasa verbal runs away dengan frasa verbal walk off.
commit to user 214
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Pola-pola Pilihan Kata dalam Struktur Proverba Proverba, secara internal memiliki bagian yang dapat dipisahkan. Secara kasat mata, kita dapat melihat bahwa proverba memiliki dua bentuk yaitu bentuk lahir dan bentuk batin. Bentuk lahir (kita dapat menyebutnya juga sebagai struktur generik) adalah kalimat-kalimat proverba yang telah kita bahas pada bagian A dan B, yaitu kalimat-kalimat dengan struktur bervariasi dan masih belum mendapat pemaknaan. Pada penelitian ini, yang dimaksud bentuk lahir proverba adalah kalimat-kalimat proverba yang berjumlah 259 buah yang terdapat dalam daftar proverba. Daftar ini dapat dilihat pada bagian lampiran tesis ini. Bentuk batin adalah makna-makna yang didapat dari bentuk lahir. Bentuk batin ini dapat saja sangat mirip atau berbeda jauh dengan bentuk lahirnya, tergantung pada pilihan kata (selanjutnya disebut leksikon), apakah ada simbolisasi atau ikonisasi pada bentuk lahir proverba tersebut ataukah tidak. Kajian proverba pada bagian ini terletak masih seputar bentuk lahir, yaitu kajian terhadap pemanfaatan leksikon atau pola-pola pemilihan leksikon untuk membangun proverba. Sangat sulit bagi kita untuk menemukan mengapa sebuah leksikon dipilih untuk membangun proverba dari leksikon yang lain karena proverba tidak diketahui siapa yang menciptakan dan bagaimana proses penciptaannya sehingga tidak mungkin bagi kita menemukan informan yang dapat menjawab ini. Karenanya kita tidak akan mengkaji proverba dengan pendekatan ini. Meskipun kita tidak dapat menjelaskan alasan pemilihan leksikon untuk membentuk proverba, namun setidaknya kita masih dapat melihat kecendrungan dari masyarakat pembuat proverba masa lampau dalam memilih leksikon sebagai
commit to user 215
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembentuk proverba. Kecendrungan ini dapat dilihat dari pola-pola pilihan leksikon yang dapat dianalisis dengan mengamati bentuk lahir proverba. Leksikon-leksikon yang menjadi unsur pembentuk proverba ini dapat didiskusikan menggunakan 3 pendekatan yaitu: (1) pendekatan pilihan lesikon dalam membangun bentuk lahir proverba, (2) pendekatan
pilihan
leksikon
yang
di
dalamnya
terdapat
fenomena
pemanfaatan aspek bunyi, dan (3) pendekatan pilihan leksikon yang di dalamnya terdapat style (gaya bahasa).
a. Pilihan Leksikon dalam Membangun Bentuk Lahir Proverba Kecendrungan menggunakan leksikon-leksikon tertentu dapat dilihat dari pola-pola pilihan leksikon yang ada dalam kalimat-kalimat proverba bahasa Inggris. Dengan mengelompokkan proverba berdasarkan penggunaan leksikon yang sama untuk membangun kalimat dengan bentuk lahir (dan bentuk batin), kita dapat melihat kecendrungan pembuat poverba bahasa Inggris dalam memilih leksikon. Dari hasil pengelompokan yang dilakukan selama kegiatan penelitian, didapat beberapa pola pilihan leksikon. Kegiatan pengelompokan ini ternyata juga menghasilkan sebuah simpulan bahwa pola-pola pilihan leksikon ini dapat dibagi menjadi tiga yaitu: (1) pola pilihan leksikon polimember, (2) pola pilihan leksikon bimember, dan (3) pola pilihan leksikon monomember (sporadis). Pola pilihan leksikon polimember adalah pola pilihan yang mana sebuah, sepasang atau sekelompok leksikon digunakan pada tiga atau lebih proverba bahasa Inggris (tiga atau lebih proverba bahasa Inggris memiliki korespondensi
commit to user 216
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bentuk pilihan leksikon). Ciri-ciri pilihan leksikon proverba tersebut didasarkan pada beberapa hal yaitu: (1) sebuah, sepasang atau sekelompok leksikon digunakan pada tiga atau lebih proverba bahasa Inggris; (2) sebuah, sepasang atau sekelompok leksikon digunakan untuk membangun bentuk lahir (dan batin) dari tiga atau lebih proverba bahasa Inggris; (3) pilihan leksikon tersebut dapat diterangkan dengan menggunakan sebuah formula sederhana. Pola pilihan leksikon bimember adalah pola pilihan yang mana sebuah, sepasang atau sekelompok leksikon digunakan oleh dua proverba (dua proverba memiliki korespondensi bentuk pilihan leksikon). Pembagian tiga pola pilihan leksikon proverba tersebut didasarkan pada beberapa hal yaitu: (1) sebuah, sepasang atau sekelompok leksikon digunakan pada sepasang (dua) proverba bahasa Inggris; (2) sebuah, sepasang atau sekelompok leksikon digunakan untuk membangun bentuk lahir (dan batin) dari sepasang (dua) proverba bahasa Inggris; (3) pilihan leksikon tersebut dapat diterangkan dengan menggunakan sebuah formula sederhana. Sedangkan
pola pilihan leksikon monomember
adalah pola pilihan
leksikon yang hanya dimiliki oleh 1 proverba saja. Pembagian tiga pola pilihan leksikon proverba tersebut didasarkan pada 2 hal yaitu: (1) sebuah, sepasang atau sekelompok leksikon digunakan pada satu proverba bahasa Inggris;
commit to user 217
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) sebuah, sepasang atau sekelompok leksikon digunakan untuk membangun bentuk lahir (dan batin) satu proverba bahasa Inggris; Adapun sebaran pola pilihan leksikon pembentuk proverba tersebut dapat dilihat pada penjelasan berikut.
(1) Pilihan Leksikon Pola Polimember Selama proses analisis data, ditemukan setidaknya ada 10 pola pilihan leksikon polimember. Pola pilihan leksikon tersebut dapat dilihat pada beberapa korpus. Proverba yang terkumpul dalam kumpulan korpus tersebut menunjukkan korespondensi ciri sehingga dapat digeneralisasikan dalam sebuah rumus. Adapun pola-pola pilihan leksikon dengan kategori pilihan polimember tersebut secara berurutan dijelaskan dalam poin-poin berikut.
(1.a) Penggunaan Leksikon “Is” Proverba yang paling jamak ditemui dalam korpus data adalah proverba yang menggunakan leksikon is untuk membangun kalimat nonverbal. Bentuknya yang sederhana memudahkan proverba jenis ini untuk diingat. Ciri-ciri umum yang membedakan pola ini dengan pola lainnya adalah: (1) penggunaan to be is yang diikuti oleh sebuah N/FN atau A/FA; (2) memiliki makna umum sesuatu adalah sesuatu; (3) rumus dalam bahasa Indonesia adalah ”A Adalah B.” Meskipun subjudul di atas menerangkan tentang penggunaan leksikon is, tidak menutup pula kemungkinan penggunaan leksikon are juga dimasukkan ke dalam kelompok ini asalkan memenuhi syarat ketiga di atas yaitu memenuhi rumus ”A adalah B.” Penggunaan are yang dimaksud adalah penggunaan are
commit to user 218
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada proverba dengan nomor korpus 59. Is dan are dianggap tidak memiliki perbedaan makna (sinonim). Kedua leksikon tersebut tersebut menjadi berbeda karena mendapat pengaruh dari concord. Di Indonesia, proverba jenis ini juga banyak ditemukan dan banyak pula yang memiliki kemiripan baik bentuk lahir maupun bentuk batinnya. Seperti beberapa contoh di bawah ini: 132 194 228
Knowledge is power Silence is golden Time is money
Pengetahuan adalah kekuatan Diam adalah emas Waktu adalah uang Data 124: Proverba Berpola “A Adalah B”
Proverba korpus 132, 194, dan 228 merupakan proverba yang memiliki pola jenis ini. Contoh lain proverba jenis ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 17 20 26 28 59 80 85 86 99 117 118 121 126 145 152 156 162 168 173 177 179 183 187 189 190 202 204
An Englishman’s house is his castle A bully is always a coward A fault confessed is half redressed A friend in need is a friend indeed Comparisons are odious Everybody's business is nobody's business Exchange is no robbery Experience is the father of wisdom Forewarned is forearmed Home is where the heart is Honesty is the best policy Hunger is the best sauce Imitation is the sincerest form of flattery Love is blind Marriage is a lottery Money is the root of all evil Necessity is the mother of invention No news is good news One man's meat is another man's poison Patience is a virtue Possession is nine points of the law Procrastination is the thief of time Revenge is sweet Seeing is believing Self-praise is no recommendation Sufficient unto the day is the evil thereof The child is father of the man
commit to user 219
perpustakaan.uns.ac.id
229 240 241 244 247 248 255
digilib.uns.ac.id
Time is a great healer The voice of the people is the voice of God The longest way round is the shortest way home Variety is the spice of life Wedlock is a padlock Well begun is half done You are what you eat Data 125: Contoh Lain Proverba berpola “A Adalah B”
(1.b) Penggunaan Leksikon “Make” Penggunaan leksikon make cukup banyak dijumpai dalam daftar proverba. Pilihan leksikon ini menempati posisi kedua setelah leksikon is. Ciri-ciri umum yang membedakan pola ini dengan pola lainnya adalah: (1) digunakannya verba make; (2) rumus dalam bahasa Indonesia adalah ”A Membuat B”; (3) entitas yang terlibat dalam proverba ini adalah sesuatu, pekerjaan (make), dan hasil dari pekerjaan yang dilakukan sesuatu itu. Contoh proverba jenis ini dapat dilihat pada data 126 berikut. 1 37 76 91 107 111 150 151 180
Absence makes the heart grow fonder A still tongue makes a wise head Empty vessels make the most noise. Fine feathers make fine birds Good fences make good neighbours Haste makes waste Manners maketh man Many hands make light work Practice makes perfect Data 126: Proverba berpola “A Membuat B”
(1.c) Penggunaan Leksikon”No” Proverba jenis ini ditujukkan lewat sebuah konteks bahwa entitas B tidak akan pernah ada tanpa adanya A atau tanpa melalui proses A. Proverba dengan pola ini dikenali dengan ciri-ciri yaitu:
commit to user 220
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1) rumus dalam bahasa Indonesia “Tidak Ada A Maka Tidak Ada B”; (2) adanya penggunaan dua kata no yang mengikuti dua N yang berbeda; (3) adanya pelesapan verba. No pertama terletak di awal kalimat pertama, sedangkan no kedua terletak di awal kalimat kedua. No kedua ini muncul setelah tanda koma. Munculnya tanda koma ini merupakan pengganti dari verba yang telah dilesapkan. Proverba korpus 165, 166, 167, dan 168 merupakan proverba yang memiliki pola dengan jenis ini. 164 165 166 167
No cross, no crown No cure, no pay No pain, no gain No names, no pack-drill Data 127: Proverba Berpola”Tidak Ada A Maka Tidak Ada B”
(1.d) Penggunaan Leksikon “And” Pilihan leksikon selanjutnya adalah leksikon and (Mieder, (2004:14) menyebutnya sebagai ”twin binary formula”). Leksikon ini bergabung dengan leksikon lainnya untuk membentuk frasa verbal. Pola pilihan leksikon ini memiliki ciri-ciri: (1) penggunaan and untuk menggabungkan dua buah verba (2) rumus dalam bahasa Indonesia ” A Dan B” Proverba dengan no korpus 44, 102, dan 140 merupakan proverba yang memiliki pola dengan jenis ini. 44 102 140
Bear and forbear Give and take live and learn Data 128: Proverba Berpola “A dan B”
Proverba 44 terdiri dari verba bear dan forbear yang disatukan oleh kata penghubung and. Proverba 102 terdiri dari kata give serta take yang hubungkan
commit to user 221
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
oleh kata and. Pada proverba 140, kata pembentuknya adalah kata live serta learn yang juga dihubungkan dengan koordinator and. Pilihan leksikon and untuk menghubungkan dua verba ini sangat unik dan khas. Selain pemakaian leksikon and untuk menggabungkan dua verba, leksikon and juga digunakan untuk menggabungkan dua buah klausa. Pola ini merupakan variasi dari pola sebelumnya. Adapun ciri utama pola pilihan leksikon ini adalah: (1) penggunaan and untuk menggabungkan dua buah klausa; (2) rumus dalam bahasa Indonesia ”Lakukan A Dan Lakukan B.” Pola ini ini dapat dilihat pada contoh berikut ini. 14 196
Ask no questions and hear no lies Spare the rod and spoil the child Data 129: ”Lakukan A Maka Kamu Akan B”
Proverba 196 merupakan gabungan 2 klausa imperatif spare the rod, dan spoil the child
yang dihubungkan oleh konjungsi and. Demikian juga pada
proverba 14, merupakan gabungan dua klausa imperatif ask no question serta hear no lies yang dihubungkan oleh konektor and.
(1.e) Penggunaan Pasangan Leksikon ”Do Not” Pola pilihan pasangan leksikon jenis keempat adalah proverba dengan pola pilihan pasangan leksikon imperatif “don’t.” Pilihan leksikon ini menempati jumlah terbanyak keempat dari pilihan leksikon dalam kalimat-kalimat proverba dalam korpora data. Ciri-ciri umum pola pilihan leksikon ini adalah: (1) pengunaan auxiliari negatif don’t terletak di awal kalimat. Auxiliari negatif tersebut mengawali kata kerja yang menjadi predikat kalimat sehingga membentuk sebuah kalimat imperatif negatif;
commit to user 222
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) bermakna sebuah larangan (jangan) melakukan sesuatu; (3) rumus dalam bahasa Indonesia adalah “Jangan Lakukan A.” Proverba dengan no korpus 70, 71, 72, dan 73 merupakan proverba yang memiliki pola jenis ini. Adapun proverba ini dapat dilihat pada data berikut. 70 71 72 73
Don't change horses in mid-stream Don't cross the bridge till you come to it Don't judge a book by its cover. Don't put all your eggs in one basket Data 130: Proverba Berpola “Jangan A”
(1.f) Penggunaan Kelompok Leksikon ”Do Not Make” Pola penggunaan leksikon jenis ketiga adalah pola penggunaan FV don’t. Kelompok leksikon doesn’t make juga dapat dimasukkan dalam pola ini karena bersifat sinonim dengan don’t make. Pilihan leksikon ini menempati jumlah terbanyak ketiga pilihan leksikon dalam kalimat-kalimat proverba dalam korpora data. Ciri-ciri umum pola pilihan leksikon ini adalah: (1) digunakannya auxiliari negatif seperti don’t atau doesn’t sebelum V make; (2) rumus dalam bahasa Indonesia adalah “A Tidak Membuat B.” Di Indonesia proverba jenis ini juga lazim ditemukan seperti ”Harimau tidak akan memakan anaknya sendiri, buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”, dan sebagainya. Proverba pada data 127 dengan nomor korpus 38, 205, dan 234, dan 235 merupakan proverba yang memiliki pola pilihan leksikon dengan jenis ini. 38 205 234 235
A swallow does not make a summer The cowl does not make the monk Two wrongs don't make a right Two blacks don't make a white Data 131: Proverba berpola ”A Tidak Akan Melakukan B”
commit to user 223
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1.g) Penggunaan Pasangan Leksikon “Every-Has” Pola pilihan leksikon jenis kelima adalah proverba yang menggunakan pola leksikon every. Pilihan leksikon ini menempati jumlah terbanyak kelima dari pilihan leksikon dalam kalimat-kalimat proverba dalam korpora data. Ciri-ciri umum pola pilihan leksikon ini adalah: (1) penggunaan determiner every sebelum N dan V has; (2) melibatkan dua entitas (A dan B) dengan makna setiap A (entitas), memiliki B (entitas); (3) rumus dalam bahasa Indonesia adalah “Setiap A Pasti Memiliki B.” Proverba jenis ini juga dikatakan unik karena menggunakan sandaran absolutisme yaitu bawa setiap ada sesuatu pasti ada yang lain; setiap ada awan, maka ada garis peraknya, setiap ada jack, pasti ada jill dan seterusnya. Bentuk proverba seperti ini juga jarang dijumpai di Indonesia. 78 79 81 83
Every cloud has a silver lining Every jack has his Jill Every man has his price Every bullet has its billet Data 132: Proverba Bepola “Setiap A Pasti Memiliki B”
Proverba “A pasti memiliki B” menggunakan determiner every serta kata has sebagai verbnya untuk menunjukkan kata “pasti.” Proverba dengan nomor korpus 78, 79, 81, dan 83 merupakan proverba yang memiliki pola dengan jenis ini.
(1.h) Penggunaan Pasangan Leksikon “ He Who” Pola pilihan leksikon jenis ketujuh adalah proverba yang menggunakan pola pasangan leksikon he who. Pilihan leksikon ini menempati jumlah terbanyak
commit to user 224
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ketujuh dari pilihan leksikon dalam kalimat-kalimat proverba dalam korpora data. Penunjuk klausa adjektival that juga dimasukkan dalam pola ini karena memiliki sifat sinonim dengan who. Ciri-ciri umum pola pilihan leksikon ini adalah: (1) rumus dalam bahasa Indonesia “A Yang (Tidak) X Maka B”; (2) bermakna sebab-akibat, ia yang melakukan sesuatu maka ia akan mendapat konsekuensi dari apa yang dilakukannya; (3) penggunaan klausa adjektiva yang memodifikasi nomina Proverba dengan nomor korpus 112, 114, 115, dan 227 merupakan proverba yang memiliki pola dengan jenis ini. 112 114 115 226
He who hesitates is lost He that cannot obey cannot command He who fights and runs away, may live to fight another day They that sow the wind shall reap the whirlwind Data 133: Proverba Berpola ”A yang (tidak) X maka B”.
(1.i) Penggunaan Pasangan Leksikon “Better Than” Pola pilihan leksikon selanjutnya adalah pola pemakaian leksikon better than (Mieder, (2004:13) menyebutnya sebagai ”proverbial comparisons”). Ciri utama pola pilihan leksikon ini adalah: (1) penggunaan leksikon better than dalam struktur derajat komparatif; (2) posisi better than dapat berada di awal kalimat atau di tengah; (3) memiliki rumus bahasa Indonesia ”A Lebih Baik Dari B” dan ”Lebih Baik A Dari B” Bentuk pola yang pertama adalah ”A lebih baik dari B.” Pola ini memperbandingkan satu entitas dengan entitas lainnya dengan menggunakan adjektiva perbandingan seperti Adjektiva+er+than. Proverba dengan no korpus
commit to user 225
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23, 53, 66, 84, 183, 220, 234, 238 merupakan proverba yang memiliki pola dengan jenis ini. 84 182
Example is better than precept Prevention is better than cure Data 134: Proverba Berpola Perbandingan “A Lebih Baik Dari B”
Bentuk pola perbandingan yang kedua adalah “lebih A baik dari B.” Pola ini juga memperbandingkan satu entitas dengan entitas lainnya dengan menggunakan adjektiva perbandingan. Ciri khas dari pola ini adalah digunakannya adjektiva komparatif
better yang posisinya diletakkan di awal
kalimat. Proverba dengan nomor korpus 46, 47 dan 48 merupakan proverba yang memiliki pola dengan jenis ini. 46 47 48
Better be an old man's darling, than a young man's slave Better late than never Better be safe than sorry Data 135: Proverba Berpola Perbandingan “Lebih Baik A Dari B”
(2) Pilihan Leksikon Pola Bimember Pola pilihan leksikon bimember lebih banyak jumlahnya dari pada pola polimember. Pilihan leksikon ini memiliki ciri yang lebih kuat dari pola polimember karena selain memainkan kata sebagai ruhnya, style ini juga memperhatikan keindahan dan keunikan bentuk bahasa sehingga mampu membedakan kalimat proverba yang berpola ini dengan kalimat biasa
(2.a) Penggunaan Leksikon “Let” Pola bimember yang ketiga adalah proverba yang menggunakan verba khas yaitu verba let. Di Indonesia, jarang dijumpai proverba yang menggunakan
commit to user 226
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kata “biarkan” sebagai komponen pembentuknya. Adapun ciri-ciri pola pilihan leksikon ini adalah: (1) penggunaan verba let (2) bermakna pembiaran terhadap sesuatu, atau saran untuk tidak melakukan perubahan terhadap sesuatu (3) memiliki rumus bahasa Indonesia ”Biarkan A Untuk Melakukan B” Proverba dengan nomor korpus 134 dan 135 merupakan proverba yang memiliki pola dengan jenis ini. 134 135
Let sleeping dogs lie Let the cobbler stick to his last Data 136: Proverba Berpola “Biarkan A Untuk Melakukan B”
(2.b) Penggunaan Leksikon ”Like” Pola bimember yang keempat adalah proverba yang menggunakan adjektiva like. Adapun ciri-ciri pola pilihan leksikon ini adalah: (1) penggunaan adjektiva like (2) memiliki dua unsur yang disamakan sifatnya, satu sebagai subordinat, satunya lagi sebagai superordinat. (3) memiliki rumus bahasa Indonesia ”B Seperti A” 137 138
Like father like son Like master, like man Data 137: Kalimat Berpola ”B Seperti A”
Penggunaan kata like dimaksudkan untuk membentuk arti bahwa sifat atau sikap B akan sama seperti A yang menjadi superordinatnya. Seperti proverba bernomor 137, anak akan seperti bapaknya, dan pada proverba bernomor 138 budak akan seperti tuannya.
commit to user 227
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2.c) Penggunaan Leksikon”For” Pola pilihan leksikon bimember yang kelima adalah proverba yang menggunakan leksikon for. Proverba pola ini adalah proverba berbentuk kalimat pendek yang juga unik. Pola khas seperti ini juga hanya sedikit yang dijumpai keberadaannya dalam kumpulan proverba bahasa Indonesia. Proverba bahasa Indonesia yang serupa dengan proverba ini adalah proverba “tangan dibalas dengan tangan” dan “mata dibalas dengan mata.” Adapun ciri-ciri pola pilihan leksikon ini adalah: (1) penggunaan preposisi for (2) menghubungkan dua konstituen yang sama, seperti an eye dengan an eye, nothing dengan nothing dan seterusnya. (3) memiliki rumus bahasa Indonesia ”A Untuk A” 18 169
An eye for an eye Nothing for nothing Data 138: Proverba Berpola ”A Untuk A”
(2.d) Penggunaan Pasangan Leksikon ”All-That” Pola pilihan leksikon kategori bimember yang kedua adalah pola pilihan pasangan leksikon all-that. Bentuk pola bimember ini melibatkan sepasang konstituen khas yaitu pronomina all dan konjungsi that. Adapun ciri-ciri pola pilihan leksikon ini adalah: (1) penggunaan pronomina all dan konjungsi that; (2) memiliki rumus bahasa Indonesia ”Semua Adalah A Yang Melakukan B.” Pola ini dimiliki oleh 2 proverba yaitu proverba korpus 7 dan proverba korpus 9.
commit to user 228
perpustakaan.uns.ac.id
7 9
digilib.uns.ac.id
All is fish that comes to the net All is well that ends well Data 139: Proverba Berpola ”Semua Adalah A yang Dapat Melakukan B”
(2.e) Penggunaan Kelompok Leksikon “As Good As” Penggunaan leksikon yang termasuk dalam pola bimember jenis pertama adalah penggunaan kelompok leksikon as good as. Pola ini memperbandingkan dua entitas yang memiliki kesamaan kualitas dan kuantitas sifat dengan menggunakan adjektiva perbandingan as good as. Adapun ciri-ciri pola pilihan leksikon ini adalah: (1) posisi better than dapat berada di awal kalimat atau di tengah; (2) memiliki rumus bahasa Indonesia ”A Sebaik B” Proverba dengan no korpus 31 dan 77 merupakan proverba yang memiliki pola dengan jenis ini. 31 77
A miss is as good as a mile Enough is as good as a feast Data 140: Proverba Berpola Perbandingan “A Seperti B”
(2.f) Penggunaan Kelompok Leksikon “ Is Known By” Pola pemakaian leksikon berjenis bimember yang keenam adalah pemakaian kelompok leksikon is known by. Adapun ciri-ciri pola pilihan leksikon ini adalah: (1) penggunaan frasa is known by dalam kalimat pasif; (2) agen disebutkan secara eksplisit (dalam data disebutkan company, dan its fruit) (3) memiliki rumus bahasa Indonesia ”A Dikenali Karena B”
commit to user 229
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Proverba dengan nomor korpus 30 dan 40 menggunakan kata kerja bentuk pasif yaitu kata kerja is known sebagai penanda polanya. 30 40
A man is known by the company he keeps A tree is known by its fruit Data 141: Proverba Berpola “A Dikenali Karena B”
(2.g) Penggunaan Kelompok Leksikon ”It Is-That” Pola bimember yang ketujuh adalah pola pemakaian frasa it is yang bergabung dengan pronomina that. Dalam korpora data, ditemukan dua kalimat proverba yang memiliki pola pemakaian kelompok leksikon ini, yaitu proverba dengan nomor korpus 128 dan proverba dengan nomor korpus 129. Adapun ciriciri pola pilihan kelompok leksikon ini adalah: (1) penggunaan frasa it is yang diikuti nomina/frasa nominal dan kemudian diikuti oleh pronomina that; (2) muncul dalam kalimat campuran nonverbal-verbal (3) memiliki rumus bahasa Indonesia ” A Terlalu X Hingga Menjadi B” 128 129
It is a long lane that has no turning It is a poor heart that never rejoices Data 142: Proverba Berpola “Hanya A yang Bisa B”
(2.h) Penggunaan Kelompok Leksikon ”You Cannot Make-Without” Pola bimember yang kedelapan adalah penggunaan kelompok leksikon (atau kita bisa menyebutnya klausa) “you cannot make-without.” Proverba dengan nomor korpus 256 dan 257 menggunakan kelompok leksikon ini dalam membangun bentuk lahir (dan batin) dari proverba. Adapun ciri-ciri pola pilihan leksikon ini adalah:
commit to user 230
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1) memiliki kemiripan dengan struktur kalimat kondisional karena melibatkan sebuah syarat untuk terjadinya sesuatu muncul dalam kalimat campuran nonverbal-verbal; (2) memiliki rumus bahasa Indonesia ”Kamu Tidak Akan Bisa A Tanpa Melakukan B.” 256 257
You cannot make an omelette without breaking eggs You cannot make bricks without straw Data 143: Proverba Berpola ”Kamu Tidak Akan Bisa A Tanpa Melakukan B
(3) Pilihan Leksikon Pola Monomember (Sporadis) Sejumlah proverba tidak dapat dimasukkan ke dalam dua pola di atas (pola polimember dan bimember) karena tidak memiliki ciri-ciri atau fitur-fitur yang mirip dengan proverba kelompok-kelompok di atas. Selain itu, proverba-proverba tersebut juga tidak memiliki kemiripan dengan proverba lain yang belum memiliki kelompok sehingga tidak dapat dimasukkan ke dalam sebuah kelompok/pola proverba baru. Proverba yang seperti ini yang disebut proverba dengan pola monomember (sporadis). Karena jumlah proverba kelompok ini cukup banyak, serta karena adanya keterbatasan halaman tesis ini, maka proverba yang tergabung dalam pemakaian leksikon dengan pola sporadis tidak didiskusikan pada bagian ini. Membedakan pilihan leksikon pola sporadis cukup mudah. Selain proverba yang disebutkan pada pola polimember dan bimember di atas, proverba yang tidak termasuk dalam dua kelompok tersebut berarti masuk dalam kategori pola pemanfaaan leksikon yang sporadis.
commit to user 231
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Pilihan Leksikon dengan Pemanfaatan Aspek Fonem Fonem
didefinisikan
sebagai
satuan
bunyi
terkecil
yang
mampu
menunjukkan kontras makna (Kridalaksana, 2008:62). Pemanfaatan fonem cukup banyak dijumpai dalam proverba. Adanya pemanfaatan aspek fonem setidaknya memiliki 2 pengaruh positif yaitu (1) untuk memperindah bentuk proverba, dan (2) memudahkan seseorang untuk mengingat proverba tersebut. Fenomena pemanfaatan fonem dalam membangun bentuk lahir proverba merupakan bagian dari gaya berbahasa yang diciptakan oleh masyarakat jaman dahulu ketika pertama kali menciptakan proverba. Gaya-gaya bahasa tersebut dapat dilihat dan diamati dengan baik melalui susunan fonem yang membentuk proverba-proverba. Sebagai salah satu karya sastra tradisional, kalimat-kalimat proverba identik dengan nilai-nilai estetika. Estetika ini sangat terlihat dari adanya pemanfaatan bunyi untuk membuat proverba menjadi nampak indah. Shirley Aurora (dalam Mieder, 2004: 7) menyebutkan tiga wujud permainan fonem dalam bentuk lahir proverba yaitu (1) alliteration (aliterasi), (2) parallelism (paralelisme), dan (3) rhyme (rima).
Sedangkan peneliti, dalam
penelitiannya berhasil menemukan lima wujud permainan fonem yaitu: (1) aliterasi, (2) asonansi, (3) konsonansi, (4) rima konsonan, dan (5) paralelisme.
(1) Aliterasi Dalam daftar proverba yang ada dalam korpora data, ditemukan beberapa proverba yang mengandung aliterasi. Aliterasi seperti yang disebutkan pada bab 2
commit to user 232
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tesis ini didefinisikan sebagai perulangan suara yang sama yang terletak pada awal beberapa kata yang berdekatan. Adapun fenomena aliterasi dalam proverba dapat dilihat pada daftar di bawah ini 31 39 62 63 79 83 91 96 99 142 165 171 235 247 255
A miss is as good as a mile A tale never loses in the telling Cut your coat according to your cloth Dead men tell no tales Every Jack has his Jill Every bullet has its billet Fine feathers make fine birds First things first Forewarned is forearmed Look before you leap No cross, no crown Nothing succeeds like success Two wrongs don't make a right Waste not, want not Where there's a will, there's a way Data 144: Aliterasi
Pada korpus 31, terdapat fonem /m/ pada kata mile yang diulang kemunculannya pada kata mile. Pada korpus 39, fonem /t/ yang muncul pada kata tale diulang keberadaannya pada kata telling. Pada korpus 62, terdapat empat perulangan fonem /k/ yaitu pada kata cut, coat, dan cloth. Pada korpus 63 dijumpai fonem /t/ yang muncul secara berurutan pada dua kata yaitu tell dan tales. Pada korpus 79, terdapat fonem /dΩ/ yang muncul sebanyak dua kali yaitu pada nama orang jack dan jill. Pada korpus 83 terdapat fonem /b/ yang mengalami perulangan yaitu pada kata bullet dan billet. Pada korpus 91, fonem /f/ mengalami perulangan yaitu pada frasa fine feathers dan fine birds. Pada korpus 96 dan 99, juga dijumpai perulangan fonem /f/ yaitu pada kata first dan first (96) serta forwarned dan forarmed. Pada korpus 142 dijumpai perulangan fonem /l/ pada kata look dan leap. Pada korpus 165 dijumpai perulangan fonem /k/ yaitu pada kata cross dan crown. Pada korpus 171 dijumpai perulangan fonem /s/ yaitu pada
commit to user 233
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kata succeed dan success. Pada korpus 235 dijumpai perulangan fonem /r/ pada kata wrong dan right. Pada korpus 247 dan 255, dijumpai perulangan fonem /w/ yaitu pada kata waste dan want (247) dan kata where, will, dan way (255).
(2) Asonansi Selain aliterasi, dalam daftar proverba juga dijumpai fenomena asonansi, yaitu gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi (vokal) yang sama untuk memperoleh efek penekanan atau sekedar untuk membangun keindahan. Adapun fenomena aliterasi dalam proverba dapat dilihat pada daftar di bawah ini. 26 28 51 58 74 111 118 144 149 154 167 187 190 213 219 242 244 248 249 260
A fault confessed is half redressed A friend in need is a friend indeed Birds of a feather flock together Cleanliness is next to godliness East or west, home's best Haste makes waste Honesty is the best policy Losers weepers, finders keepers Man proposes, God disposes Might is right No pain, no gain Rain before seven, fine before eleven Seeing is believing The bigger they are, the harder they fall The nearer the church, the farther from God The longest way round is the shortest way home United we stand, divided we fall Wedlock is a padlock Well begun is half done You buy land, you buy stones; you buy meat, you buy bones Data 145: Asonansi
Pada korpus 26, terdapat vokal /e/ pada kata confessed yang diulang kemunculannya pada kata redressed. Pada korpus 28, vokal /i:/ yang muncul pada kata need diulang keberadaannya pada kata indeed. Pada korpus 51 dijumpai fonem /ə/ yang muncul secara berurutan pada dua kata yaitu feather dan together.
commit to user 234
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada korpus 58, juga terdapat vokal /ə/ yang muncul sebanyak dua kali yaitu pada kata cleanliness dan godliness. Pada korpus 74 terdapat fonem /e/ yang mengalami perulangan yaitu ada kata west dan best. Pada korpus 111, diftong /ei/ mengalami perulangan yaitu pada kata haste dan kata waste. Pada korpus 118, dijumpai perulangan vokal /i/ yaitu pada kata honesty dan policy. Pada korpus 144 dijumpai perulangan dua vokal yaitu vokal /ə/ pada kata loosers, weepers dan keepers, dan konsonan /i:/ pada kata weepers dan keepers. Pada korpus 149 dijumpai dua perulangan vokal yaitu diftong /ə¨/ dan vokal /ə/
pada kata
proposes dan disposes. cross dan crown. Pada korpus 154 dijumpai perulangan diftong /ai/ pada kata might dan right. Pada korpus 167 dijumpai perulangan diftong /ei/ pada kata pain dan gain. Pada korpus 190 dijumpai perulangan vokal /i/ yaitu pada kata seeing dan believing. Pada korpus 213, 219, dan 242 dijumpai perulangan vokal /ə/ pada kata bigger dan harder (213), nearer dan farther (219), serta longest dan shortest. Pada korpus 244 dijumpai perulangan vokal /I/ pada kata united dan divided. Pada korpus 248 dijumpai perulangan vokal /ø/ yaitu pada kata wedlock dan padlock. Pada korpus 249 dijumpai perulangan vokal /√/ yaitu pada kata begun dan done. Pada korpus 260 dijumpai perulangan vokal /ou/ yaitu pada kata stone dan bone
(3) Konsonansi Pemanfaatan aspek bunyi selanjutnya adalah konsonansi. Konsonansi didefinisikan sebagai pengulangan bunyi konsonan pada akhir kata dalam satu larik (kalimat) yang sama. Fenomena ini terkadang dapat muncul bersamaan dengan fenomena pemanfaatan bunyi lainnya seperi aliterasi dan asonansi.
commit to user 235
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan demikian, dapat dimungkinkan sebuah proverba dimasukkan ke dalam lebih dari satu kelompok pemanfaatan bunyi. Adapun fenomena konsonansi dalam proverba dapat dilihat pada daftar di bawah ini. 9 26 28 51 58 62 65 69 74 80 83 96 99 131 144 149 154 167 169 170 173 187 190 193 231 248 249
All is well that ends well A fault confessed is half redressed A friend in need is a friend indeed Birds of a feather flock together Cleanliness is next to godliness Cut your coat according to your cloth Diamond cuts diamond Dog does not eat dog East or west, home's best Everybody's business is nobody's business Every bullet has its billet First things first Forewarned is forearmed Justice delayed is justice denied Losers weepers, finders keepers Man proposes, God disposes Might is right No pain, no gain no news is good news Nothing for nothing Once a priest, always a priest Rain before seven, fine before eleven Seeing is believing Set a thief to catch a thief To err is human, to forgive divine Wedlock is a padlock Well begun is half done Data 146: Konsonansi
Pada korpus 9, terdapat konsonan /l/ pada akhir kata well yang diulang pada akhir kata well. Pada korpus 26, terdapat konsonan /t/ pada akhir kata confessed yang diulang pada akhir kata redressed. Pada korpus 28, terdapat konsonan /d/ pada akhir kata need yang diulang pada akhir kata indeed. Pada korpus 51, terdapat konsonan /r/ pada akhir kata feather yang diulang pada akhir kata together. Pada korpus 62 dan 74, terdapat konsonan /t/ pada akhir kata cut yang diulang pada akhir kata coat (62) serta pada akhir kata west yang
commit to user 236
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diulang pada akhir kata best (74). Pada korpus 65, terdapat konsonan /n/ pada akhir kata diamond yang diulang pada akhir kata diamond. Pada korpus 69, terdapat konsonan /g/ pada akhir kata dog yang diulang pada akhir kata dog. Pada korpus 80, terdapat konsonan /s/ pada akhir kata business yang diulang pada akhir kata business. Pada korpus 83, 96, 99, dan 131 terdapat konsonan /t/ pada akhir kata bullet yang diulang pada akhir kata billet (83), pada akhir kata first yang diulang pada akhir kata first (96), pada akhir kata forewarned pada akhir kata forearmed (99), dan pada akhir kata delayed yang diulang pada akhir kata denied. Pada korpus 144 dan 149, terdapat konsonan /s/ pada akhir kata weepers yang diulang pada akhir kata keepers dan pada akhir kata proposes yang diulang pada akhir kata disposes. Pada korpus 154, terdapat konsonan /t/ pada akhir kata might yang diulang pada akhir kata right. Pada korpus 167, terdapat konsonan /n/ pada akhir kata pain yang diulang pada akhir kata gain. Pada korpus 169, terdapat konsonan /s/ pada akhir kata news yang diulang pada akhir kata news. Pada korpus 170, terdapat konsonan /˜/ pada akhir kata nothing yang diulang pada akhir kata nothing. Pada korpus 173, terdapat konsonan /t/ pada akhir kata priest yang diulang pada akhir kata priest. Pada korpus 187, terdapat konsonan /n/ pada akhir kata seven yang diulang pada akhir kata eleven. Pada korpus 190, terdapat konsonan /˜/ pada akhir kata seeing yang diulang pada akhir kata believing. Pada korpus 193, terdapat konsonan /f/ pada akhir kata thief yang diulang pada akhir kata thief. Pada korpus 231, terdapat konsonan /n/ pada akhir kata human yang diulang pada akhir kata devine. Pada korpus 248, terdapat konsonan /k/ pada akhir kata wedlock yang diulang pada akhir kata pedlock. Pada korpus 249, terdapat konsonan /n/ pada akhir kata begun yang diulang pada akhir kata done.
commit to user 237
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(4) Rima (Konsonan) Pemanfaatan aspek bunyi yang keempat berwujud rima konsonan. Rima konsonan didefinisikan sebagai paduan bunyi konsonan pada akhir larik yang berbeda tapi berurutan dan diawali oleh bunyi vokal yang sama. Dalam penelitian, ditemukan dua nomor korpus yang mengandung rima konsonan. Adapun kedua korpus tersebut adalah korpus nomor 49 dan korpus nomor 123 49 123
Beware of an oak, it draws the stroke; avoid an ash, it counts the flash; creep under the thorn, it can save you from harm If ifs and ands were pots and pans, there'd be no work for tinkers' hands Data 147: Rima Vokal
Korpus 49 mengandung 6 klausa. Kata terakhir pada klausa pertama berakhiran diftong /\¨/ dan konsonan /k/ yaitu pada kata oak. Dua fonem ini mengalami perulangan pada kata terakhir klausa kedua yaitu kata stroke. Pada klausa ketiga terdapat kata ultima yang berakhiran diftong /æ/ dan konsonan /ß/ yaitu pada kata ash. Dua fonem ini juga mengalami perulangan pada kata ultima klausa keempat yaitu kata flash. Kata ultima pada klausa kelima dan keenam yaitu kata thorn, dan harm meskipun tidak sama persis fonemnya, sekilas juga terdengar menyerupai rima. Korpus 123 mengandung 2 klausa. Klausa pertama adalah klausa if, dan klausa kedua adalah klausa result. Pada klausa pertama, terdapat dua kata yang memiliki rima yaitu kata ands dan pans yaitu vokal /e/ dan konsonan /ns/. Fonem ini juga muncul pada klausa result yaitu pada kata hands.
commit to user 238
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(5) Paralelisme Pemanfaatan
aspek
bunyi
yang
keempat
berwujud
paralelisme.
Paralelisme didefinisikan sebagai perulangan secara sempurna sebuah paduan fonem. Perulangan ini terjadi pada larik yang sama. Dalam konteks gaya bahasa, paralelisme ini dikenal sebagai repetisi. Pembahasan tentang repetisi terdapat pada bagian selanjutnya dari tesis ini, dan karenanya, contoh kalimat proverba yang terdapat unsur paralelisme hanya diambil beberapa saja. Beberapa contoh yang lain dapat dilihat pada bagian repetisi. 9 13 18 33
All is well that ends well A man is as old as he feels, and a woman as old as she looks An Eye for an eye A place for everything, and everything in its place Data 148: Paralelisme
c. Pilihan Leksikon yang Mengandung Style (Gaya) Bahasa Pemanfaatan leksikon (diksi) untuk membangun gaya bahasa pembuat proverba dapat dijumpai keberadaannya dalam kalimat-kalimat proverba yang ada dalam korpora data. Sama seperti pemanfaatan aspek bunyi, pemanfaatan diksi setidaknya memiliki 3 pengaruh positif, yaitu: (1) untuk memperindah bentuk proverba; (2) membentuk susunan yang multitafsir (utamanya bila ada proses elipsis); (3) meningkatkan cita rasa leksikon. Pembuat atau penggagas proverba tidak hanya mementingkan makna saja dalam merangkai kata untuk membuat proverba. Mereka juga dengan jeli memanfaatkan aspek diksi untuk menjadikan kalimat-kalimat proverba tersebut menjadi menarik, indah dan mudah diingat. Pemanfaatan diksi ini jelas terlihat
commit to user 239
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari ditemukannya pola-pola gaya bahasa pada kalimat-kalimat proverba yang ada pada korpora data. Dari korpora data tersebut, ditemukan sembilan gaya bahasa yang terdapat dalam proverba yang pembagiannya ada pada penjelasan berikut.
(1) Elipsis Elipsis adalah suatu gaya bahasa yang berwujud penghilangan satu unsur kalimat yang dengan mudah diisi dan ditafsirkan sendiri oleh pembaca, atau pendengar, sehingga struktur gramatikal, atau kalimatnya menenuhi pula tata bahasa yang berlaku (Keraf, 1990). Elipsis dapat dimasukkan ke dalam payung subjudul “pilihan leksikon yang mengandung gaya bahasa” meskipun sebenarnya terkesan bertentangan dengan subjudul tersebut. Subjudul tersebut menekankan pada “keberadaan” leksikon yang menunjukkan gaya bahasa. Padahal, dalam konsep elipsis, justru “ketiadaan” leksikon yang lebih ditonjolkan daripada keberadaannya. Elipsis tidak bertentangan dengan subjudul ini yaitu “pilihan leksikon”, karena pada hakikatnya kata “pilihan” sendiri memiliki dua pengertian, (1) yaitu memilih salah satu di antara kata-kata yang telah ada untuk menjadi sebuah gaya bahasa, atau (2) memilih menggunakan kata-kata atau tidak menggunakan katakata untuk menunjukkan gaya bahasa. Pilihan yang kedualah yang berlaku untuk elipsis sehingga dapat dikategorikan dalam naungan subjudul “pilihan gaya bahasa,” yaitu tidak memilih menggunakan leksikon (melesapkannya). Adapun contoh gaya bahasa elipsis dapat dilihat pada daftar di bawah ini: 74 97 100 127
East or west, home's best Fool me once, shame on you; Fool me twice, shame on me. Full cup, steady hand In for a penny, in for a pound
commit to user 240
perpustakaan.uns.ac.id
133 144 149 165 166 167 168 172 176 177 185 231 237 244 247 250 251
digilib.uns.ac.id
Least said, soonest mended Losers weepers, finders keepers Man proposes, God disposes No cross, no crown No cure, no pay No pain, no gain No names, no pack-drill Once bitten, twice shy Other times, other manners Out of debt, out of danger Promises, like pie-crust, are made to be broken To err is human, to forgive divine Two dogs are fighting for a bone, a third runs away with it United we stand, divided we fall Waste not, want not What the eye doesn't see, the heart doesn't grieve over What must be, must be Data 149: Proverba yang Konstituennya Mengalami Elipsis
(2) Paradoks Fenomena gaya bahasa paradoks juga ditemukan dalam daftar peribahasa. Pilihan leksikon yang digunakan dalam gaya bahasa ini adalah leksikon-leksikon yang bertentangan maknanya dalam paradigma masyarakat umum, seperti silence (diam) dan golden (emas) yang ada pada korpus 195. Kata diam, dalam paradigma masyarakat umum identik dengan hal negatif seperti pasif, malas, kurang berharga dan seterusnya. Padahal, dalam korpus 195, jelas disebutkan bahwa diam adalah emas (sesuatu yang berharga). Sebuah pilihan kata yang paradoks dan karenanya, gaya bahasa ini disebut sebagai gaya bahasa paradoks. Adapun contoh lain dapat dilihat pada daftar berikut. 1 80 107 174 219 242
Absence makes the heart grow fonder Everybody's business is nobody's business Good fences make good neighbours One man's meat is another man's poison The nearer the church, the farther from God The longest way round is the shortest way home Data 150: Proverba yang Mengandung Gaya Bahasa Paradoks
commit to user 241
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(3) Repetisi Repetisi atau perulangan kata, jamak dijumpai dalam proverba. Perulangan ini selain untuk memciptakan keindahan dapat pula untuk menegaskan sesuatu. Dalam konsep repetisi, kata-kata yang dipilih untuk diulang adalah kata-kata yang memiliki kekuatan makna dan memiliki kemampuan untuk membangkitkan perasaan indah bagi pembacanya ketika kata-kata tersebut diulang. Adapun proverba yang mengandung repetisi dapat dilihat sebagai pada daftar berikut. 9 13 18 33 55 65 69 75 80 94 97 103 107 110 113 114 130 137 138 139 147 169 170 173 193 251
All is well that ends well A man is as old as he feels, and a woman as old as she looks An eye for an eye A place for everything, and everything in its place Boys will be Boys Diamond cuts diamond Dog does not eat dog Easy Come, Easy Go Everybody's business is nobody's business First-come, first-served Fool me once, shame on you; Fool me twice, shame on me. give credits where credit is due Good fences make good neighbours Handsome is as handsome does He laughs best who laughs the last He that cannot obey cannot command Jam tomorrow and jam yesterday, but never jam today Like father like Son Like master, like man Like will to like Love me little, love me long no news is good news Nothing for nothing Once a priest, always a priest Set a thief to catch a thief What must be, must be Data 151: Proverba yang Mengandung Gaya Bahasa Repetisi
commit to user 242
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(4) Metatesis Ditemukan pula fenomena metatesis yaitu perubahan posisi kata dalam kalimat untuk menambah keindahan. Pilihan kalimat yang akan dirubah urutan konstituennya harus dilakukan secara seksama karena tidak semua kalimat dapat dimetatesiskan, dan tidak semua kalimat yang dapat dimetatesiskan akan berbentuk indah. Fenomena ini ditunjukkan oleh data 5 yang berisi provrba dengan nomor korpus 141 dan 157. 141 157
Live not to eat, but eat to live More people know Tom Fool than Tom Fool knows Data 152: Proverba yang Mengandung Gaya Bahasa Metatisis
Proverba pada data 5 di atas menunjukkan fenomena Metatesis. Kalimat yang ada pada bagian muka diulang kembali pada kalimat kedua dengan sedikit merubah susunannya sehingga terkesan terbalik. Gaya ini unik dan jarang dijumpai dalam kalimat bahasa Inggris sehari-hari.
(5) Anastrof Anastrof atau inversi adalah gaya bahasa yang berupa pembalikan susunan kata yang biasa dalam sebuah kalimat. Anastrof yang pertama adalah peletakan frasa adverbial di awal kalimat. 2 proverba yang memiliki struktur seperti ini dapat dilihat pada data di bawah ini. 4 54
After a storm comes a calm Between two stools one falls to the ground Data 153: Anastrof Depan
Anastrof yang kedua adalah peletakan frasa adjektival di tengah kalimat. 2 proverba yang memiliki struktur seperti ini dapat dilihat pada data di bawah ini.
commit to user 243
perpustakaan.uns.ac.id
50 109
digilib.uns.ac.id
Birds in their little nests agree Great oaks from little acorns grow Data 154: Anastrof Tengah
(6) Kalimat Pertanyaan Retorik Proverba berikutnya adalah proverba yang menggunakan kalimat pertanyaan retorik sebagai dasar pembentukannya. Proverba jenis ini sangat unik karena tidak dijumpai keberadaannya pada proverba di Indonesia. 249 250
What is the good of a sundial in the shade? When Adam delved and Eve span who was then the gentleman? Data 155: Proverba Berpola “Kalimat Retorik”
Proverba dengan nomor korpus 249 dan 250 merupakan proverba yang memiliki pola dengan jenis ini. Proverba 249 dan 250 berbentuk kalimat tanya untuk menanyakan apa manfaat dari jam matahari jika berada di tempat yang gelap dan untuk menanyakan sesuatu yaitu tentang siapakah gentlemennya. Dua kalimat tanya tersebut sebenarnya tidak perlu dijawab karena jawabannya telah diketahui, bersifat retorik, serta memunculkan efek penekanan terhadap sesuatu.
(1) Proverba Berpola Hiperbola Proverba berikutnya adalah proverba yang menggunakan pilihan kata-kata untuk menyatakan sesuatu yang berlebihan. Fenomena ini dapat ditemukan pada korpus 128 di bawah ini. 128
It is a long lane that has no turning Data 156: Proverba Berpola “Hiperbola”
commit to user 244
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) Proverba Berpola Apostrophe Apostrophe (Keraf menyebutnya Apastrof) adalah penyebutan seseorang atau sejumlah persona yang tidak hadir untuk menghadirkan gambaran persona atau entitas lain yang diberi ciri insani. Pola ini dapat ditemukan pada korpus 112, 114, 115, 226 di bawah ini. 112 114 115 226
He who hesitates is lost He that cannot obey cannot command He who fights and runs away, may live to fight another day They that sow the wind shall reap the whirlwind Data 157: Proverba Berpola Apostrof
(3) Proverba Berpola Alusi Allusion atau alusi seperti yang telah disebutkan pada bab 2 tesis ini didefinisikan sebagai gaya bahasa yang berupa perujukan pada figur/tokoh yang telah dikenal baik oleh masyarakat (Reaske, 1966). Gaya bahasa ini ditemukan hanya satu yaitu pada korpus data nomor 250. 250
When Adam delved and Eve span who was then the gentleman? Data 158: Proverba Berpola Alusi
Pada korpus di atas, disebutkan dua nama yang sangat familiar bagi umat manusia yaitu nama Adam dan Eve (Hawa). Sepertinya tidak ada satupun manusia di dunia ini yang tidak mengenal dua nama tersebut karena dua nama tersebut merupakan cikal bakal manusia. Tidak hanya nama dua orang ini yang menusia kenal, kejadian, masalah serta penderitaan dua manusia ini ketika dikirim ke dunia juga sangat jelas diketahui. Pada korpus 250, nama Adam dan Eve digunakan dalam kalimat proverba sebagai perujukan terhadap kejadian memiliki kemiripan dengan kejadian yang terjadi pada Adam dan Eve. Gaya bahasa inilah yang disebut Alusi.
commit to user 245
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Makna Hubungan Antarunsur Pembentuk Proverba Sesuai dengan judul bagian ini yaitu ”bentuk makna hubungan antar unsur pembentuk proverba,” bagian ini mengulas proverba melalui perspektif maknamakna hubungan antarunsur pembentuknya. Yang perlu digarisbawahi di sini adalah ulasan yang disampaikan pada bagian ini tidak terfokus pada apa saja makna-makna proverba dan manfaatnya dalam mempengaruhi prilaku masyarakat karena hal ini merupakan kajian dari parameologi, namun lebih pada makna hubungan antarunsur pembentuknya, dengan kata lain bagian ini membicarakan apa yang bisa dilakukan konstituen pembentuk proverba untuk menghasilkan makna proverba seperti yang kita lihat dalam korpora data. Proverba adalah untaian dari kata-kata yang memiliki makna. Proverba berbeda dari kalimat-kalimat manusia lainya karena dalam untaian kata-kata tersebut terdapat nilai yang lebih tinggi dari kata-kata biasa. Kata-kata dalam proverba memiliki nilai filosofi, kearifan serta kekuatan pragmatik untuk dapat mendorong siapa yang bersinggungan dengan proverba tersebut untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan makna yang dikandung proverba tersebut. Selain itu, kata-kata dalam proverba juga dapat mendorong manusia untuk berfikir kreatif dalam memecahkan makna kata perkata yang menjadi komponen pembangunnya. Namun, tidak semua kata-kata pembentuk proverba memiliki kekuatan yan sama dalam membangun makna. Beberapa kata memiliki peranan lebih menojol dari beberapa kata yang lain. Sedang beberapa lainnya hanya berperan sebagai penghubung antarkata-kata yang berperan menonjol tersebut agar terlihat hidup dan manusiawi.
commit to user 246
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peranan kata-kata dalam memainkan makna inilah yang akan dibahas pada bagian ini. Dengan memegang pijakan pada hal ini, maka beberapa sub bahasan diangkat dan diulas untuk memberikan gambaan mengenai peranan kata-kata tersebut. Sub bahasan tersebut antara lain: (1) jenis-jenis proverba berdasarkan entitas pembangun makna; (2) fungsi nomina dalam membangun makna proverba;dan (3) relasi sinonim pola-pola simbolik.
a. Jenis-jenis Proverba Berdasarkan Entitas Pembangun Maknanya Proverba merupakan derivasi dari bentuk linguistik sekaligus juga bentuk makna, yang mampu merefleksikan banyak sekali pesan implisit yang ada dalam pola-pola bahasa yang khas. Pesan-pesan moral yang terkandung dalam beberapa proverba terkadang perlu melewati proses dekoding terlebih dahulu sebelum dipahami artinya. Hal ini terjadi karena beberapa proverba memiliki bentuk unik dan perlu dibangkitkan makna yang terselubung di dalamnya dengan cara melakukan proses refleksi dari bentuk aslinya. Berdasarkan hal inilah, dalam konteks memaknai proverba, proverba di bagi menjadi dua jenis, yaitu; (1) proverba bentuk lugas; dan (2) proverba bentuk reflektif.
(1) Proverba Bentuk Lugas Proverba lugas adalah proverba yang bentuk lahirnya memiliki tingkat kemiripan yang tinggi dengan bentuk batin/makna turunan yang dihasilkan dari bentuk lahir tersebut. Proverba jenis ini tidak memerlukan penafsiran melalui
commit to user 247
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
refleksi terhadap entitas-entitas yang menjadi komponen pembuatnya, seperti contoh: Boys will be boys akan dapat dimengerti dengan mudah karena bentuk bunyinya sama dengan makna yang ditimbulkannya yaitu “sampai kapanpun, anak-anak akan selalu jadi anak-anak.” Bandingkan dengan proverba: diamond cuts diamond yang membutuhkan pemikiran ekstra untuk menemukan rujukan makna dari dua kata diamond tersebut, bahwa dua kata diamond itu merujuk pada “dua orang yang memiliki kualitas sama, dua-duanya unggul dalam kecerdikan serta retorika dan dua-duanya kini sedang berhadap-hadapan dalam posisi yang saling bertentangan.” Lebih dari separuh proverba yang ada dalam korpora data adalah proverba berbentuk lugas. Karena kemudahan memahami proverba bentuk lugas inilah, serta tidak munculnya bias-bias dalam proses memahami maknanya menyebabkan bagian ini tidak banyak mendiskusikan proverba jenis ini. Proverba jenis lugas ini dapat dilihat pada data 159 di bawah ini. 1 2 3 9
Absence makes the heart grow fonder Accidents will happen (in the best-regulated families) Actions speak louder than words All's well that ends well Data 159: Contoh Proverba Bentuk Lugas
Mengingat banyaknya jumlah proverba bentuk lugas ini, maka pada data 159 hanya dicantumkan contoh proverba bentuk lugas ini, yaitu proverba yang terdapat pada korpus 1, 2, 3 dan 9. Dari empat proverba tersebut kita dapat melihat bahwa proverba bentuk ini mudah dipahami karena konstituen-konstituen pembentuknya tidak memiliki makna bias, dan hubungan antarkonstituenpun juga tidak memunculkan makna bias pula.
commit to user 248
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) Proverba Bentuk Reflektif Proverba reflektif adalah proverba yang makna turunannya berbeda jauh dengan bentuk lahirnya. Proverba jenis ini memerlukan penafsiran melalui refleksi terhadap entitas-entitas yang menjadi komponen pembuatnya. Dengan demikian, diksi sangat berperan dalam mewujudkan makna apa yang ingin dihidangkan pada pembaca kalimat-kalimat proverba. Pada
setiap
proverba
reflektif
terkandung
entitas
yang
harus
direflesikan/dibiaskan karakternya sebelum akhirnya kita bisa menangkap makna yang sebenarnya terkandung dalam proverba tersebut. Proses pembiasan ini oleh aminuddin (1995:310) didefinisikan sebagai transmutasi. Transmutasi mengacu pada pengalihan bentuk relasi dan kombinasi lambang kebahasaan yang lazimnya juga menyebabkan perubahan gambaran makna maupun objek yang diacu. Secara umum, tiap proverba reflektif mengandung dua entitas yang memegang peranan penting dalam memunculkan makna. Dua entitas tersebut pada penelitian ini disebut sebagai: (1) pointer; (2) atribut (Dundes (dalam Meider, 2004) menggunakan istilah ”topik” dan ”komen). Pointer adalah entitas yang mengacu pada sebuah referen tertentu, sedang atribut adalah penjelas dari pointer tersebut. Dua entitas ini untuk sampai pada arti dasar proverba harus melewati refleksi makna atau bias. Untuk jelasnya, proses dekoding ini dapat dilihat pada bagan yang menjelaskan proverba a new broom sweeps clean di bawah ini:
commit to user 249
perpustakaan.uns.ac.id
A new broom
digilib.uns.ac.id
sweeps clean Makna Proverba
Entitas 1
Entitas 2
pointer
attribut
A newly-appointed person makes changes energetically (seorang pejabat baru membuat perubahan dengan penuh semangat)
No Korpus: 32
Gambar 4.1: Proses Dekoding Proverba
Untuk sampai pada makna “seorang pejabat baru membuat perubahan” terlebih dahulu harus melewati proses refleksi dari 2 entitas tersebut dengan cara membandingkannya dengan referensi yang ada pada alam/dunia nyata. “A new broom” (sapu yang baru) merujuk pada referen sebuah alat pembersih kotoran yang ada di sekitar kita. Sapu ini memiliki fungsi untuk menyapu kotoran. Karena kebaruannya inilah, hasil kerja sapu tersebut pasti memuaskan. Kualitasnya yang baru menyebabkan tingkat kebersihan sapu itu melaksanakan tugasnya untuk bersih-bersih menjadi makin besar. Entitas sapu baru dan kegiatan menyapu hingga bersih, ketika berada dalam konteks proverba, mengalami pembiasan makna/reflektif. Frasa “sapu baru” direfleksikan dan digunakan untuk merujuk referen “seorang staf yang baru menduduki jabatan tertentu.” Demikian pula “sapu bersih, direfleksikan pada kegiatan membuat hasil pekerjaan kantor tempat staf itu bekerja menjadi lebih baik Pada data 169, terdapat daftar proverba yang memiliki bentuk reflektif dan memiliki dua entitas yaitu pointer dan atribut. Namun mengingat banyaknya jumlah proverba bentuk lugas ini, maka pada data 160 hanya dicantumkan contoh proverba bentuk lugas ini, yaitu proverba yang terdapat pada korpus 4, 5, 16 dan 29. Sebagian besar proverba bentuk reflektif yang tidak masuk dalam data 160
commit to user 250
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat dilihat pada bagian lampiran tesis ini. Dari empat proverba tersebut kita dapat melihat bahwa proverba bentuk ini mudah dipahami karena konstituenkonstituen Tabel 4.65. Data 160: Proverba Bentuk Reflektif
Bunyi Proverba
Arti Proverba
After a storm comes a calm
There must be something better after every piece of unpleasantness
5
All cats are grey in the dark
People are undistinguished until they have made a name.
16
An empty sacks will never stand upright
Just as the sack is kept upright by the flour, so is a man supported and kept alive by bread
29
A golden key can open any door
The golden key is money, which overcomes for its possessors all that the obstacles barring the way to poorer folk
Nomor Korpus 4
Data 160 di atas adalah kumpulan proverba yang memiliki dua entitas yaitu pointer maupun atribut. Sekilas, kita juga dapat melihat bahwa pointer dari proverba yang menjadi anggota dari data 160 di atas serta memiliki kemampuan untuk memberikan makna bias, ternyata seluruhnya berbentuk nomina atau frasa nominal. Dengan demikian dalam kalimat proverba, nomina atau frasa nominal memegang peranan penting dalam membiaskan makna proverba reflektif bila dibandingkan dengan konstituen pembangun proverba lainnya. Pentingnya (atau bahkan mungkin sentralnya) peran nomina ini sedikit bertentangan
dengan
apa
yang
disampaikan
Subroto
(2002).
Subroto
menyampaikan bahwa di antara dua wilayah yaitu nomina dan verba, dunia verba dinyatakan bersifat sentral, sedangkan wilayah nomina bersifat periferal. Kesentralan V/FV itu antara lain didasarkan pada alasan sebagai berikut:
commit to user 251
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(a) secara semantik, V selalu hadir dalam tuturan (dalam konteks ini adalah kalimat-kalima priverba) (b) berdasarkan fitur semantiknya, V bersifat menentukan jumlah dan jenis N yang harus hadir menemani V (c) verba juga bersifat menentukan peran semantik N dan fitur-fitur semantik N yang harus hadir menemani V. Untuk poin (a), apa yang disampaikan Subroto dapat dikatakan cukup sulit diterapkan dalam kalimat-kalimat proverba, mengingat ada beberapa proverba yang tidak memiliki V sama sekali dan hanya tersusun oleh kumpulan adjektiva yaitu pada proverba korpus 195 ”slow but sure” dan proverba 130 ”jam tomorrow and jam yesterday but never jam today.” Pada poin (b) dan (c) pun, ternyata apa yang disampaikan Subroto agak sulit diaplikasikan di sini. Beberapa kasus dalam kalimat-kalimat proverba membuktikan bahwa keberadaan V tidak mutlak menentukan jumlah, jenis dan peran semantik dari N/FV. Seperti contoh V agree pada kalimat proverba korpus 50 ”Birds in their little nests agree,” ternyata tidak menentukan bahwa yang melakukan kegiatan agree itu adalah manusia karena dalam kalimat tersebut, burungpun dapat juga ”agree.” Contoh yang lain terdapat pada verba “gathers” (mengumpulkan) yang ada pada kalimat proverba “A rolling stone gathers no moss.” Kata gathers seharusnya menuntut hadirnya nomina manusia atau hewan karena kegiatan gathers pada dasarnya adalah kegiatan yang melibatkan gerak tubuh yaitu gerak tubuh tangan dan kaki. Namun uniknya, gathers dalam konteks ini justru menuntut nomina (bukan dari jenis animate (makhluk hidup), tetapi inanimate (makhluk tak hidup)) yang tidak memiliki tangan dan kaki.
commit to user 252
perpustakaan.uns.ac.id
Ketidakcocokan
digilib.uns.ac.id
verba
dengan
nomina/frasa
nomina
yang
biasa
”dituntutnya” hadir, terjadi karena nomina yang ada ada pada bentuk lahir proverba adalah nomina yang masih ”mentah” dan masih perlu didekoding terlebih dahulu untuk mencapai bentuk batin atau mendapatkan makna yang dikandungnya. Faktor inilah yang melatarbelakangi mengapa nomina dalam tesis ini ditempatkan pada posisi yang istimewa.
b. Fungsi Nomina dalam Membangun Makna Proverba Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa nomina memegang peranan penting dalam memberikan makna bias, maka kajian pada bagian ini menekankan pembahasan pada apa yang bisa dilakukan nomina dalam memberikan makna bias, atau dengan kata lain, makna-makna yang bagaimanakah yang bisa dihasilkan dari nomina ketika dua entitas ini melaksanakan fungsinya sebagai pointer yang kemudian dijelaskan oleh atribut.
(1) Nomina Sebagai Pembentuk Pola-Pola Simbolik Peranan pertama nomina adalah sebagai pembentuk pola-pola simbolik. Yang dimaksud dengan simbolisasi dalam hal ini yaitu pemakaian satu kata atau beberapa kata yang digunakan untuk merepresentasikan sesuatu yang tidak mengacu pada referen sebenarnya, seperti kata “gold,” (emas) mengacu pada simbol “kekayaan” atau “keuntungan” dan bukan logam mulia, serta kata “birds” (burung) mengacu pada “komunitas manusia” dan sebagainya. Pada korpora data yang berisikan proverba reflektif yang ada pada data 160 di atas serta pada lampiran, kita dapat melihat adanya pola-pola simbolisasi tersebut.
commit to user 253
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1.a) Penggunaan N/FN Bird Sebagai Simbol Manusia Pola simbolik pertama adalah penggunaan N/FN bird. Kata bird dapat ditemukan pada 4 korpus proverba reflektif yaitu korpus 50, 51, 91 dan 209. Nomina bird tersebut digunakan untuk merepresentasikan sesuatu yang tidak berhubungan dengan unggas bird. Tabel 4.66. Data 161: Penggunaan N/FN Bird Sebagai Simbol Manusia
Nomor Korpus 50
Bunyi dalam Konteks Bunyi Proverba Birds in their Birds in their little nests little nests agree agree; And 'tis a shameful sight, when children of one family fall out, and chide, and fight. [1715 I. Watts Divine Songs 25]
Arti Proverba It applies to human families and communities; if people whish to be happy they must live in harmony
51
Birds of a feather flock together
Birds of a feather flock together, so the second thing you should do is find another friend who's less troubled than the first. [2001 Washington Times 15 July D7]
People of the same sort are usually found together.
91
Fine feathers make fine birds
Mrs. Joe essayed to pick her to pieces, intimating that she was much indebted to her dress— that fine feathers made fine birds. [1858 Surtees Ask Mamma X.]
Smart clothing make a person look more impressive than he really is
209
The early bird catches the worm
Grodman was not an early bird, now that he had no worms to catch. He could afford to despise proverbs now. [1892 I. Zangwill Big Bow Mystery i.]
If you want to do something successfully, you should do it as soon as you can.
commit to user 254
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan menggunakan pendekatan analisis komponensial, kita dapat melihat apakah benar bahwa nomina birds yang ada kolom “bunyi proverba” telah mengalami proses reflektif yaitu ketika nomina birds ditempatkan pada kolom “bunyi
dalam
konteks”.
Proses
reflektif
ini
dapat
diketahui
dengan
membandingkan komponen makna yang dikandung birds pada kolom “bunyi proverba” dengan birds yang ada pada kolom “bunyi dalam konteks.” Perbandingan ini dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.67: Analisis Koponensial pada Kata “Birds”
Komponen Makna
Makhluk hidup Sejenis unggas Memiliki bulu Memakan cacing Tinggal di sarang (nest)
Birds Pada Kolom Bunyi Proverba + + + + +
Birds Pada Konteks
+ -
Berdasarkan pada analisis komponensial di atas kita dapat melihat bahwa kata bird yang ada pada kolom bunyi proverba dengan birds pada konteks ternyata hanya memiliki satu kesamaan komponen makna yaitu sama-sama makhluk hidup. Sedangkan komponen makna yang lain seperti sejenis unggas, bersayap, memakan cacing, berbulu dan tinggal di sarang, ternyata tidak sama. Dengan demikian, jelaslah bagi kita bahwa dalam hal ini, telah terjadi refleksi makna dari kata bird sesungguhnya menuju makna dari kata birds yang ada dalam konteks. Refleksi ini muncul dalam bentuk penyimbolan-penyimbolan. Analisis komponen ini berlaku juga pada seluruh penyimbolan nomina yang ada pada bagian ini. Birds pada korpus 50 menempatkan nomina ini sebagai simbol dari kumpulan manusia yang tinggal dalam sebuah komunitas. Birds pada korpus 51
commit to user 255
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyimbolkan manusia yang memiliki karakter yang sama. Birds pada 91 menyimbolkan manusia (dengan karakter yang baik). Birds pada 109 juga menyimbolkan manusia yang pada konteks ini melakukan sesuatu yang lebih awal dari manusia yang lain.
(1.b) Penggunaan N/FN Dog Sebagai Simbol Manusia Pola simbolik kedua adalah penggunaan N/FN dog. N/FN dog dapat ditemukan pada 5 korpus proverba reflektif yaitu korpus 69, 101, 134, 236 dan 258. Nomina dog ini juga digunakan untuk merepresentasikan sesuatu yang tidak berhubungan dengan hewan dog. Tabel 4.68. Data 162: Penggunaan N/FN Dog Sebagai Simbol Manusia
Bunyi Nomor Proverba Korpus 69 Dog does not eat dog
Bunyi dalam Konteks
Arti Proverba
Dog doesn't eat dog, my dear fellow. To put it more politely, the physician attends his brother practitioner without charge. [1933 F. D. Grierson Empty House viii.]
There is honor among thieves (members of a group)
101
Give a dog a bad name and hang him
Give a Dog an ill Name, and he'll soon be hanged. Spoken of those who raise an ill Name on a Man on purpose to prevent his Advancement. [1721 J. Kelly Scottish Proverbs 124]
Tell enough lies about a person and some of them will be believed. This may ruin the man’s reputation
134
Let sleeping dogs lie
Take my advice, and speer [ask] as little about him as he does about you. Best to let sleeping dogs lie. [1824 Scott Redgauntlet I. xi.]
Don’t do anything that will stir up unnecessary trouble(given by someone)
commit to user 256
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
236
Two dogs are fighting for a bone, a third runs away with it
While the major companies continue to argue among themselves they are in a poor position to police the rest of the industry. When two alsatians are fighting over a large bone, a passing poodle can easily walk off with it. [1983 Practical Computing June 5]
While two persons are disputing over something, somebody else takes advantage of the fact that their attention is distracted
258
You can't teach an old dog new tricks
If ever there was a teacher who gave the lie to the proverb about old dogs and new tricks it is 89year-old Donald Turner, whose classes on subjects as wide-ranging as line dancing and geography have left pupils asking for more. [2002 Times 18 May 5]
A person who is used to doing things a certain way cannot change.
Kata dog pada Korpus 69-258 menyimbolkan manusia dengan berbagai karakternya. Kata dog pada korpus 69 menyimbolkan manusia yang berada dalam sebuah kelompok. Kata dog pada korpus 101 merujuk pada seseorang yang mungkin tidak disukai. Kata dog pada korpus 134 merujuk pada sesorang yang mungkin membahayakan jika diganggu. Kata dog pada korpus 236 merujuk pada dua orang yang bersengketa dan seorang lainnya yang mengambil keuntungan dari sengketa tersebut. Kata dog pada 258 merujuk pada seseorang yang telah terbiasa melakukan sesuatu.
(1.c) Penggunaan N/FN Straw Sebagai Simbol Hal-Hal Yang Kecil/Remeh Pola simbolik ketiga adalah penggunaan N/FN straw. N/FN straw dapat ditemukan pada 4 korpus proverba reflektif yaitu korpus 25, 36, 216, dan 257.
commit to user 257
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sama seperti nomina sebelumnya, nomina straw ini juga digunakan untuk merepresentasikan sesuatu yang tidak berhubungan dengan straw. Tabel 4.69. Data 163: Penggunaan N/FN Straw Sebagai Simbol Hal-Hal Yang Kecil/Remeh
Bunyi dalam Konteks Bunyi Nomor Proverba Korpus 25 A drowning man We drift down time, will clutch at a clutching at straws. But what good's a brick to a straw drowning man? [1967 T. Stoppard Rosencrantz & Guildenstern are Dead III. 80]
Arti Proverba A person in any desperate position will snatch at any chance, however slender, to save himself from disaster or ruin
36
A straw tells which way the wind blows
You must remember that I was present at the contretemps which occurred at your house two days ago. Straws show which way the wind blows, Mrs. Pride! [1968 R. H. R. Smithies Shoplifter vii.]
Small event can be a guide to momentous happening
216
The last straw that breaks the camel's back
‘This is the picture, as far as we have it,’ he said, a sigh in his voice that suggested that the visit of the Prime Minister was the final straw that might break the camel's back of his professional equilibrium. [1983 R. Barnard Case of Missing Bronte iii.]
If you increase a camel’s burden straw by straw, you will load him one straw too many and his back will be broken. This phrase refers to something that although small itself, comes after many other trouble some things and produces at last the feeling of being intolerable
257
You cannot make bricks without straw
You can only acquire really useful general ideas by first acquiring particular ideas. You cannot make bricks without straw. [1909 A. Bennett Literary Taste iv.]
Nothing can be made without the necessary materials eventough the materials are small
commit to user 258
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kata straw pada data 5 menyimbolkan sesuatu yang kecil namun memiliki efek yang kuat pada sesuatu yang lebih besar darinya. Straw pada korpus 25 menyimbolkan sesuatu yang paling kecil yang mampu dijadikan pijakan manusia. Kata straw pada korpus 36 merujuk pada seseorang yang kecil namun bermanfaat bagi manusia. Kata straw pada korpus 216 merujuk pada sesuatu yang kecil namun memiliki kekuatan besar. Kata straw pada korpus 257 sesuatu yang kecil yang menjadi syarat terjadinya sesuatu yang besar.
(1.d) Penggunaan N/FN Thief Sebagai Simbol Orang Berprilaku Buruk Pola simbolik keempat adalah penggunaan N/FN thief. N/FN thief dapat ditemukan pada 2 korpus proverba reflektif yaitu korpus 192, dan 225. Nomina thief digunakan sebagai simbol orang-orang licik. Tabel 4.70. Data 164: Penggunaan N/FN Thief Sebagai Simbol Orang-Orang Jahat
Bunyi Nomor Proverba Korpus 192 Set a thief to catch a thief
225
Bunyi dalam Konteks
Arti Proverba
A pickpocket specialist with the Washington Metro Transit Police Department says it may take a thief to catch a thief, but cops who are trained to think like crooks can do just as well. [2002 Washington Times 13 Jan. A9]
It is best fitted to catch a bad guy using others engaged with him
There is honour ‘There is honour among among thieves thieves, but none among gamblers,’ is very well antithetically spoken, but not true in fact. [1823 J. Bee Dict. Turf 98]
commit to user 259
A bad guy will not hesitate to do a bad thing to a good guy, but is reluctant to do a bad from another bad guy.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada korpus 192, thief menjadi simbol dari seseorang yang sedang diburu. Pada korpus 225, thief menjadi simbol dari orang-orang jahat.
(1.e) Penggunaan N/FN Devil Sebagai Simbol Keburukan Pola simbolik lima adalah penggunaan N/FN devil. N/FN devil dapat ditemukan pada 2 korpus proverba reflektif yaitu korpus 104, 191, 207 dan 208. Tabel 4.71. Data 165: Penggunaan N/FN Thief Devil Sebagai Simbol Keburukan
Bunyi Nomor Proverba Korpus 104 Give the devil his due
Bunyi dalam Konteks
Arti Proverba
To give the devil his due I don't think that Irvin planned to incriminate anyone else. [1936 H. Austin Murder of Matriarch xxiii.]
Even the very bad sometimes do a good deed, so we should recognize the good points of others, even though they are not friends of ours
191
Set a beggar on horseback, and he'll ride to the devil
You know the proverb ‘Set a beggar on horseback, and he'll ride to the devil,’—well, some of these early manufacturers did ride to the devil in a magnificent style. [1855 Gaskell North & South I. X.]
When a man without money grows suddenly rich, he is liable to become the most arrogant of mortals
207
The devil finds work for idle hands to do
Better keep busy, and the devil won't find so much for your idle hands to do. [1941 A. Updegraff Hills look Down iv.]
People who have no work, or are idle, often get into or make trouble.
208
Devil take the hindmost
And Devil take the hindmost. In a better world than the infernal Circle Line, women and children first is still a noble sentiment. [2002 Times 22 Feb. 24]
Those who have nothing useful to do and seek some way of passing the time are liable to drift into wrongdoing
commit to user 260
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada korpus 104, devil menjadi simbol dari orang jahat. Pada korpus 291 devil menjadi simbol dari orang berwatak jahat. Pada korpus 207, devil menjad simbol dari masalah. Pada korpus 208, devil menjadi simbol dari pekerjaan sesat.
(1.f) Penggunaan N/FN Egg Sebagai Simbol Keinginan Pola simbolik keenam adalah penggunaan N/FN egg. N/FN egg dapat ditemukan pada 2 korpus proverba reflektif yaitu korpus 73, dan 256. Tabel 4.72. Data 166: Penggunaan N/FN Egg Sebagai Simbol Kehidupan dan Keinginan
Bunyi dalam Konteks Bunyi Nomor Proverba Korpus 73 Don't put all What part of ‘don't put your eggs in one all your eggs in one basket basket’ isn't clear? Putting all or most of your money into one stock is gambling, not investing. [2002 Washington Post 23 May E3]
256
You cannot make an omelette without breaking eggs
Nor should anyone be satisfied with the argument that eggs must be broken to make an omelet—the idea, in other words, that effective law enforcement requires the occasional slaying of an innocent citizen. [2000 National Review 20 Mar. 22]
Arti Proverba Don’t risk everything by relying on one plan (by putting all one's money in one business).
You cannot expect something for nothing
Pada korpus 73, egg menjadi simbol dari kehidupan/masa depan seseorang. Pada korpus 256 eggs menjadi simbol dari keinginan
commit to user 261
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1.g) Penggunaan N/A Gold/Golden Sebagai Simbol Sesuatu yang Berharga Pola simbolik kesembilan adalah penggunaan N/A gold/golden. N/A gol/golden dapat ditemukan pada 2 korpus proverba reflektif yaitu korpus 8, dan 29. Tabel 4.73. Data 167: N/A Gold/Golden Sebagai Simbol Sesuatu Yang Berharga
Bunyi Nomor Proverba Korpus 8 All that glitters is not gold
29
A golden key can open any door
Bunyi dalam Konteks All is not gold that glitters. Pleasure seems sweet, but proves a glass of bitters [bittertasting medicine]. [1773 D. Garrick in Goldsmith She stoops to conquer (Prologue)]
Their better-educated neighbours did not call on the newly rich family. That was before the days when a golden key could open any door. [1945 F. Thompson Lark Rise xix.]
Arti Proverba Appearances can be deceptive. What look good on the outside may not be so in reality.
The golden key is money, which overcomes for its possessors all that the obstacles barring the way to poorer folk
Pada korpus 8, gold/golden menjadi simbol dari sesuatu yang berharga, demikian juga pada gold/golden yang ada pada korpus 29.
(1.h) Penggunaan FN A Penny Sesuatu Yang Kurang Berharga Pola simbolik kesepuluh adalah penggunaan FN A Penny. FN A Penny dapat ditemukan pada 2 korpus proverba reflektif yaitu korpus 12, dan 127. Tabel 4.74. Data 168: Penggunaan FN A Penny Susuatu Yang Kurang Berharga
Bunyi dalam Konteks Bunyi Nomor Proverba Korpus 12 ‘Stop worrying. The bad A bad penny always turns up pennies always turn up.’ ‘Oh, Adrian, I don't think
commit to user 262
Arti Proverba We use the proverb in reference to a young man who leaves home
perpustakaan.uns.ac.id
127
In for a penny, in for a pound
digilib.uns.ac.id
she's a bad penny, not really.’ [1979 G. Mitchell Mudflats of Dead iii.]
in disgrace and returns there after a long absence in the hope that all is forgiven
Have you ever suggested that you take the children away for a few days or even a week—in for a penny, in for a pound—after Christmas or near their birthdays? [2001 Oldie Nov. 66]
If you start something, it's better to spend the time or money necessary to complete it
Pada korpus 12, a bad penny menjadi simbol dari seseorang yang kurang berharga. A bad penny pada korpus 127 menjadi simbol dari sesuatu yang remeh
(2) Nomina Sebagai Perubah Makna Selain sebagai pembentuk pola-pola simbolik, nomina dalam proverba dapat pula berfungsi sebagai perubah makna. Dalam konteks perubahan makna ini, nomina tidak bekerja sendirian dan harus dibantu oleh verba yang akan mengarahkan nomina tersebut untuk membentuk pola-pola perubahan makna atau yang lebih kita kenal sebagai majas. Pada korpora data yang berisikan proverba berikut, kita dapat melihat adanya pola-pola gaya bahasa tersebut.
(2.a) Simile atau Persamaan Sesuai dengan namanya, simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit yang ditunjukkan dengan adanya kata penunjuk persamaan seperti kata: seperti, sama, bagaikan dan seterusnya. Proverba yang menggunakan nomina untuk membangun gaya bahasa simile ini dapat dilihat pada tabel berikut:
commit to user 263
perpustakaan.uns.ac.id
13 31 77 137 138 184
digilib.uns.ac.id
A man is as old as he feels, and a woman as old as she looks A miss is as good as a mile Enough is as good as a feast Like father like Son Like master, like man Promises, like pie-crust, are made to be broken Data 169: Simile atau Persamaan
(2.b) Metafora Metafora merupakan bentuk perbandingan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Gaya metafora itu melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain. Metafora sebagai pembanding langsung tidak menggunakan kata-kata “seperti, bagaikan,” dan sejenisnya, sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua. Salah satu unsur yang dibandingkan, yaitu citra, memiliki sejumlah komponen makna dan biasanya hanya satu dari komponen makna tersebut yang relevan dan juga dimiliki oleh unsur kedua, yaitu topik. Proverba yang menggunakan nomina untuk membangun gaya bahasa simile ini dapat dilihat pada tabel berikut: 85 86 121 126 132 145 152 154 156 162 177 179 183 187 194 198 204 228
Exchange is no robbery Experience is the father of wisdom Hunger is the best sauce Imitation is the sincerest form of flattery Knowledge is power Love is blind Marriage is a lottery Might is right Money is the root of all evil Necessity is the mother of invention Patience is a virtue Possession is nine points of the law Procrastination is the thief of time Revenge is sweet Silence is golden Speech is silver, silence is golden The child is father of the man Time is money
commit to user 264
perpustakaan.uns.ac.id
229 255
digilib.uns.ac.id
Time is a great healer You are what you eat Data 170: Metafora
(2.c) Personifikasi atau Prosopopoeia Personifikasi adalah perubahan makna yang disebabkan oleh pemakai bahasa menyamakan benda (inanimate) dan hewan/tumbuhan (animate) dengan manusia. Adapun proverba yang di dalamnya yang mengandung nomina bermuatan personifikasi adalah: 3 12 16 35 36 43 49 65 92 146 200 216 222 227 242 245 107
Actions speak louder than words A bad penny always turns up An empty sacks will never (cannot) stand upright A rolling stone gathers no moss A straw tells which way the wind blows Bad news travels fast Beware of an oak, it draws the stroke; avoid an ash, it counts the flash; creep under the thorn, it can save you from harm Diamond cuts diamond Fine words butter no parsnips Love laughs at locksmiths Still waters run deep The last straw that breaks the camel's back The rotten apple injures its neighbour Time and tide wait for no man Time flies Walls have ears Good fences make good neighbours Data 171: Personifikasi atau Prosopopoeia
(2.d) Metonimi Kata metonimia diturunkan dari kata Yunani meta yang berarti menunjukkan perubahan dan onoma yang berarti nama. Dengan demikian, metonimia adalah gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat.
commit to user 265
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hubungan itu dapat berupa penemu untuk hasil penemuan, pemilik untuk barang yang dimiliki, isi untuk menyatakan kulitnya, dan sebagainya.
(2.d.a) Metonimia Pars Pro Toto Pars Pro Toto adalah pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek. Adapun proverba yang didalamnya yang mengandung nomina bermuatan metonimi Pars Pro Toto adalah: 10 79 157 253
All work & no play makes Jack a dull boy. Every jack has his Jill More people know Tom Fool than Tom Fool knows When in Rome do as the Romans do Data 172: Metonimia Pars Pro Toto
Nama Jack, Tom dan Jill secara denotatif dimaknai sebagai nama seorang laki-laki dan perempuan. Namun ketika Nama Jack, Tom dan Jill digunakan dalam kalimat Proverba, maknanya berubah. Pada konteks ini, Jack, Tom dan Jill mengacu pada laki-laki dan perempuan secara umum. Demikian pula pada nama kota Rome. Rome di sini mengacu pada seluruh tempat yang menurut kita memerlukan adaptasi utamanya budayanya.
(2.d.b) Metonimia Totum Pro Parte: Totum Pro Parte adalah pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian. Adapun proverba yang di dalamnya yang mengandung nomina bermuatan metonimi Totum Pro Parte adalah: 219
The pen is mightier than the sword Data 173: Totum Pro Parte
Kata pen secara denotatif dimaknai sebagai alat untuk menulis. Dalam proverba tersebut, pen yang terlihat adalah pen yang umum. Semua pen
commit to user 266
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berdasarkan proverba ini dianggap lebih kuat dari pedang. Namun dalam konteks ini pen yang dimaksud adalah pen yang digunakan untuk menulis tulisan yang berbobot dan bukan pen yang digunakan untuk menulis tulisan biasa atau pen yang hanya dipajang saja.
(3) Pilihan Nomina Menunjukkan Realita Pemilik Proverba Pemanfaatan aneka nomina sebagai pembentuk peribahasa menunjukkan persepsi masyarakat mengenai nomina-nomina tersebut. Karena secara logis, penutur bahasa Inggris tidak akan menggunakan nomina dalam membangun proverba jika mereka tidak pernah mengenal nomina-nomina tersebut. Mereka akan memilih nomina yang dekat atau ada di sekitar mereka. Terkadang, watak, pandangan hidup serta kondisi reliji mereka juga mempengaruhi pemilihan nomina ini. Berikut ini terdapat bagan yang menunjukkan nomina apa saja yang oleh penutur bahasa Inggris diambil dari lingkungannya untuk dijadikan proverba.
1. Individu
(a) nama diri (b) bagian tubuh (c) panca indera 2. Keluarga bagian keluarga
3. Masyarakat (1) profesi (2) kota yang berkesan (3) metafisika relijius (4) harta
4. Alam Sekitar (1) unsur alam (inanimate) (2) flora (animate) (3) fauna (animate)
Gambar 4.2: Taksonomi Pilihan Nomina
commit to user 267
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada bagan 4.2 di atas, terdapat empat lingkaran yang menunjukkan daerah pemanfaatan nomina. Nomina yang tercakup dalam empat daerah tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh pemakai proverba. Lingkaran 1 menunjukkan daerah pribadi/individu-individu pembuat proverba.
Mereka
memanfaatkan
pengetahuan
kosakata
(nomina)
yang
berhubungan dengan diri mereka secara pribadi dan memanfaatkannya dalam membuat proverba. Adapun kosakata tersebut berhubungan dengan (1) bagian tubuh mereka, (2) panca indera mereka, serta (3) nama-nama yang biasa disematkan pada mereka. Lingkaran 2 berhubungan dengan kosakata (nomina) yang berkaitan dengan keluarga yang mereka miliki. Adapun nomina yang mereka manfaatkan adalah nama status anggota keluarga seperti bapak, anak, ibu dan sejenisnya. Lingkaran 3 berhubungan dengan kosakata (nomina) yang ada dalam masyarakat. Nomina-nomina yang mereka pergunakan mencakup profesi, kotakota (namanya) yang mereka anggap berkesan, metafisika relijius dan harta. Lingkaran 4 berhubungan dengan nomina yang ada pada alam sekitar mereka. Nomina-nomina tentang alam mencakup dua bagian besar, yaitu bendabenda takhidup dan benda-benda hidup. Benda-benda takhidup mencakup unsur alam seperti api, air, angin dan sejenisnya. Sedangkan benda-benda hidup mencakup flora maupun fauna. Pola-pola pilihan nomina yang ditemukan dalam korpus proverba yang mungkin dapat dijadikan sebagai sedikit pijakan dalam melihat siapa sebenarnya penutur proverba bahasa Inggris ini, secara berurutan dapat dilihat sebagai berikut.
commit to user 268
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(3.a) Proverba Berunsur Nomina Nama Diri Pilihan nomina yang ada pada lingkar pertama
jenis pertama adalah
nomina berunsur nama orang. Nomina berunsur nama orang ini dimanfaatkan sebagai salah satu komponen pembuat proverba yang dapat memiliki makna bias. Nama orang yang diangkat sebagai komponen proverba adalah Jack, Jill, dan Tom. 79 157 250 10
Every Jack has his Jill More people know Tom Fool than Tom Fool knows When Adam delved and Eve span who was then the gentleman? All work & no play makes Jack a dull boy. Data 174: Proverba Berunsur Nama Orang
Adanya dua nama dalam proverba menunjukkan pada kita pola penamaan bangsa pembuat proverba maupun penutur asli bahasa Inggris. Di tempat tersebut, nama-nama yang umum adalah Jack dan Tom untuk laki-laki, dan Jill untuk perempuan. Nama-nama seperti Adam dan Eve juga dikenal di tempat tersebut.
(3.b) Proverba Berunsur Nomina Bagian Tubuh Pilihan nomina yang ada pada lingkar pertama jenis kedua adalah nomina berunsur bagian tubuh. Dengan melihat posisi nomina bagian tubuh ini sebagai nomina yang digunakan terbanyak kedua dalam membangun proverba, dapat menunjukkan pada kita bahwa penutur bahasa Inggris demikian menghargai bagian tubuh mereka. 1 53 93 123 124 199
Absence makes the heart grow fonder Blood is thicker than water Fingers were made before forks If ifs and ands were pots and pans, there'd be no work for tinkers' hands If it were not for hope, the heart would break Sticks and stones may break my bones, but words will never hurt me
commit to user 269
perpustakaan.uns.ac.id
213 214 237 259
digilib.uns.ac.id
The gods send nuts to those who have no teeth The hand that rocks the cradle rules the world Two heads are better than one You buy land, you buy stones; you buy meat, you buy bones Data 175: Proverba Berunsur Nomina Bagian Tubuh
Bagian tubuh yang muncul alam daftar adalah tangan, hati, jari, gigi, kepala, tulang, dan darah. Bagian-bagian tubuh tersebut dapat dikatakan memiliki tempat khusus di hati pembuat proverba bahasa Inggris.
(3.c) Proverba Berunsur Nomina Indra Pilihan nomina yang ada pada lingkar pertama jenis ketiga adalah nomina berunsur indra. Adapun indra yang dijadikan komponen pembangun proverba adalah mata, lidah, dan telinga. 18 37 45 251 245
An eye for an eye A still tongue makes a wise head Beauty is in the eye of the beholder What the eye doesn't see, the heart doesn't grieve over Walls have ears Data 176: Proverba Berunsur Nomina Indra
Munculnya alat indra dalam proverba menandakan bahwa pembuat proverba maupun penutur proverba sangat mengenal arti penting dari indra-indra tersebut.
(3.d) Proverba Berunsur Nomina Anggota Keluarga Pilihan nomina yang terdapat pada lingkar ke-2 hanya berjenis satu yaitu nomina berunsur anggota keluarga. Anggota keluarga yang dijadikan komponen pembuat proverba adalah anak laki-laki, bapak, dan anak. 55 137
Boys will be boys Like father like son
commit to user 270
perpustakaan.uns.ac.id
204 196
digilib.uns.ac.id
The child is father of the man Spare the rod and spoil the child Data 177: Proverba Berunsur Anggota Keluarga
Munculnya nomina yang berunsur nama-nama anggota keluarga, menunjukkan pada kita bahwa pembuat proverba atau penutur bahasa Inggris mengenal baik sistem kekeluargaan dan hal-hal baik yang berhubungan dengan keluarga.
(3.e) Proverba Berunsur Nomina Profesi Pilihan nomina yang ada pada lingkar 3 jenis ke-1 adalah adalah nomina berunsur profesi. Dengan munculnya profesi pada kalimat proverba menunjukkan bahwa penutur bahasa Inggris adalah orang-orang yang memiliki strata dalam kehidupan sosial mereka. Nomina yang berhubungan dengan profesi ini dapat dilihat seperti thief, cobler, dan beggar. 191 192 172 225 135 146 174 183
Set a beggar on horseback, and he'll ride to the devil Set a thief to catch a thief Once a priest, always a priest There is honour among thieves Let the cobbler stick to his last Love laughs at locksmiths A postern door makes the thief Procrastination is the thief of time Data 178: Proverba Berunsur Profesi
(3.f) Proverba Berunsur Nomina Nama Kota Pilihan nomina yang ada pada lingkar 3 jenis ke-2 adalah nomina berunsur nama kota. Roma dan Paris mungkin menjadi kota yang paling dikenal oleh pembuat proverba maupun penutur asli bahasa Inggris, dan mungkin saja mereka banyak berimajinasi pada dua kota tersebut.
commit to user 271
perpustakaan.uns.ac.id
11 106 253
digilib.uns.ac.id
All roads lead to Rome Good Americans when they die go to Paris When in Rome do as the Romans do Data 179: Proverba Berunsur Nama Kota
(3.g) Proverba Berunsur Nomina Metafisika Relijius Pilihan nomina yang ada pada lingkar 3 jenis ke-3 adalah nomina metafisika relijius. Dengan melihat nomina yang berhubungan dengan reliji ini, kita dapat melihat bahwa pembuat proverba bahasa Inggris adalah orang-orang yang mengenal reliji dan percaya pada hal-hal yang berbau metafisika. Nomina yang berhubungan dengan reliji ini dapat dilihat seperti God, devil, hell, dan angel 98 149 104 213 207 208 240 221 218
Fools rush in where angels fear to tread Man proposes, God disposes Give the devil his due The gods send nuts to those who have no teeth The devil finds work for idle hands to do Devil take the hindmost The voice of the people is the voice of God The road to hell is paved with good intentions The nearer the church, the farther from God Data 180: Proverba Berunsur Metafisika Relijius
(3.h) Proverba Berunsur Nomina Harta Pilihan nomina yang ada pada lingkar 3 jenis ke-4 adalah nomina berunsur harta. Adapun nomina yang berunsur harta ini adalah nomina nilai uang dan logam mulia. 12 127 228 156
A bad penny always turns up In for a penny, in for a pound Time is money Money is the root of all evil Data 181: Proverba Harta: Uang
commit to user 272
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Uang dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya, dianggap penting bagi pembuat proverba dan penutur bahasa Inggris, demikian juga batu mulia seperti emas, perak dan intan. 8 65 198
All that glitters is not gold Diamond cuts diamond Speech is silver, silence is golden Data 182: Proverba Harta: Batu Mulia
Munculnya nomina uang, emas, intan dan perak menunjukkan pada kita bahwa pembuat proverba atau penutur bahasa Inggris mengenal baik sistem keuangan serta dunia pertambangan.
(3.i) Proverba Berunsur Nomina Unsur Alam (Inanimate) Pilihan nomina yang ada pada lingkar 4 jenis ke-1 adalah adalah nomina berunsur alam (inanimate). Dengan munculnya proverba ini, penutur bahasa Inggris terlihat sangat erat dengan alam. Nomina yang berhubungan dengan alam yang muncul pada data di atas adalah api, angin, air dan batu, 21 35 36 60 105 178 200 226 259
A burnt child dreads the fire A rolling stone gathers no moss A straw tells which way the wind blows Constant dropping wears away a stone God tempers the wind to the shorn lamb People who live in glass houses shouldn't throw stones Still waters run deep They that sow the wind shall reap the whirlwind You buy land, you buy stones; you buy meat, you buy bones Data 183: Proverba Berunsur Elemen Alam
(3.j) Proverba Berunsur Nomina Flora Pilihan nomina yang ada pada lingkar 4 jenis ke-2 adalah nomina berunsur flora. Banyaknya penggunaan nomina flora ini, menunjukkan pada kita bahwa penutur bahasa Inggris sering bersinggungan dengan flora.
commit to user 273
perpustakaan.uns.ac.id
35 40 49 109 125 108 148 222
digilib.uns.ac.id
A rolling stone gathers no moss A tree is known by its fruit Beware of an oak, it draws the stroke; avoid an ash, it counts the flash; creep under the thorn, it can save you from harm Great oaks from little acorns grow Ill weeds grow apace Good wine needs no bush Make hay while the sun shines The rotten apple injures its neighbour Data 184: Proverba Berunsur Flora
Flora yang muncul alam daftar adalah pohon oak, gandum, anggur, lumut, buah apel, pohon secara umum, buah secara umum, bibit tanaman, semak belukar, dan jeramit. Flora tersebut dapat dikatakan ada di sekitar pembuat proverba dan penutur asli bahasa Inggris.
(3.k) Proverba Berunsur Fauna Pilihan nomina yang ada pada lingkar 4 jenis ke-3 adalah adalah nomina berunsur fauna. Dengan melihat posisi nomina fauna ini sebagai nomina yang cukup banyak digunakan dalam membangun proverba, dapat menunjukkan pada kita bahwa penutur bahasa Inggris memiliki kedekatan dengan fauna 5 7 22 50 51 69 70 91 101 134 209 258 256 73 236 216
All cats are grey in the dark All is fish that comes to the net A cat may look at a king Birds in their little nests agree Birds of a feather flock together Dog does not eat dog Don't change horses in mid-stream Fine feathers make fine birds Give a dog a bad name and hang him Let sleeping dogs lie The early bird catches the worm You can't teach an old dog new tricks You cannot make an omelette without breaking eggs Don't put all your eggs in one basket Two dogs are fighting for a bone, a third runs away with it The last straw that breaks the camel's back
commit to user 274
Data 185: Proverba Berunsur Fauna
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Fauna yang dipilih terbanyak adalah anjing yang diikuti oleh fauna burung, fauna kucing, fauna ikan, fauna unta dan fauna cacing. Pemilihan kata anjing memang beralasan, mengingat di negara-negara penutur asli bahasa Inggris, anjing adalah hewan yang menjadi peliharaan nomor satu. Dari daftar di atas, terdapat satu keunikan yaitu munculnya fauna onta yang masuk dalam daftar. Padahal, onta tidak banyak dijumpai di negara penutur bahasa Ingris.
c. Relasi Sinonim Pola-Pola Simbolik Yang disebut dengan relasi sinonim pola-pola simbolik adalah hubungan sinonim antara pola-pola penyimbolan yang menggunakan nomina sebagai bagian intinya. Relasi sinonim ini menunjukkan bahwa dalam beberapa proverba, terdapat nomina-nomina yang sebenarnya tidak memiliki hubungan sinonim, atau bahkan tidak berada dalam medan makna dan nuansa makna yang sama, namun pada saat proses pemaknaan dilakukan, ternyata nomina-nomina tersebut merujuk pada pesan yang sama. Beberapa relasi sinonim pola-pola simbolik ditemukan secara jelas dan dapat dilihat pada penjelasan berikut.
(1) Sinonim Nomina Yang Merujuk Pada Makna “Sesuatu Yang Berharga” Sinonimi simbolik pertama adalah simbol sesuatu yang berharga. Terdapat 5 korpus yang berisi nomina yang merujuk pada sesuatu yang berharga. Korpus tersebut adalah korpus 8, 164, 194, 198, dan 228. Tabel 4.75. Data 186: Nomina Yang Merujuk Pada Sesuatu Yang Berharga
8
All that glitters is not gold
Appearances can be deceptive. What look good on the outside may not be so in reality.
commit to user 275
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
164
No cross, no crown
No one can expect to achieve anything worth while without pain
194
Silence is golden
There are times when it is better to be silent than to speak
198
Speech is silver, silence is golden
There are times when it is better to be silent than to speak
228
Time is money
Time is valuable and should not be wasted.
Nomina yang dicetak tebal di atas merupakan sinonim secara simbol karena merujuk pada satu hal yang sama yaitu sesuatu yang berharga. Adapun nomina yang memiliki nilai sinonim secara simbolik dan merujuk pada susuatu yang berharga adalah nomina gold, crown, dan silver dan money.
(2) Sinonim Nomina Yang Merujuk Pada Makna ”Keinginan” Sinonimi simbolik kedua adalah simbol cita-cita. Terdapat 5 korpus yang berisi nomina yang merujuk pada simbol tersebut. Korpus tersebut adalah korpus 11, 209, 210, 254, 256, dan 257. Tabel 4.76. Data 187: Nomina Yang Merujuk Pada Keinginan
11
All roads lead to Rome
A number of persons can arrive at once common objective by different means
209
The early bird catches the worm
If you want to do something successfully, you should do it as soon as you can.
210
The end justifies the means
Wrong or unfair methods may be used if the result of the action is good.
254
Where there's a will, there's a way
A person with determination will find a way of doing something.
256
You cannot make an omelete without breaking eggs
You cannot expect something for nothing
257
You cannot make bricks without straw
Nothing can be made without the necessary materials
commit to user 276
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nomina yang dicetak tebal di atas merupakan sinonim secara simbol karena merujuk pada simbol cita-cita. Adapun nomina yang memiliki nilai sinonim secara simbolik dan merujuk pada susuatu yang berharga adalah nomina Rome, the worm, the end, a will, an omelette, dan bricks.
(3) Sinonim Nomina Yang Merujuk Pada Makna ”Kesempatan” Sinonimi simbolik ketiga adalah simbol kesempatan. Terdapat 3 korpus yang berisi nomina yang merujuk pada simbol tersebut. Korpus tersebut adalah korpus 7, 227, dan 236. Tabel 4.77. Data 188: Nomina Yang Merujuk Pada Kesempatan
7
All is fish that comes to the net
We can take advantage of everything that comes our way
227
Time and tide wait for no man
Do not delay taking action. If an opportunity presents itself, decide quickly and act promptly
236
Two dogs are fighting for a bone, a third runs away with it
While two persons are disputing over something, somebody else takes advantage of the fact that their attention is distracted
Nomina yang merujuk pada simbol kesempatan adalah nomina fish, time and tide, serta a bone.
(4) Sinonim Nomina yang Merujuk Pada Makna “Sesuatu Yang Lebih Baik” Sinonimi simbolik keempat adalah simbol sesuatu yang lebih baik. Terdapat 3 korpus yang berisi nomina yang merujuk pada simbol tersebut. Korpus tersebut adalah korpus 4, 78, dan 206.
commit to user 277
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.78. Data 189: Nomina yang Merujuk Pada Sesuatu yang Lebih Baik
4
After a storm comes a calm
There must be something better after every piece of unpleasantness
78
Every cloud has a silver lining
There is a positive or hopeful side to every unpleasant situation.
206
The darkest hour is just before the dawn
Even when things seem at their very worst, they may shortly improve
Nomina yang merujuk pada sesuatu yang lebih baik adalah nomina a calm, a silver lining, dan the dawn.
(5) Sinonim Nomina yang Merujuk Pada Makna “Penampilan” Sinonimi simbolik keempat adalah simbol penampilan. Terdapat 3 korpus berisi nomina yang merujuk pada simbol tersebut. Korpus tersebut adalah korpus 72, 91, dan 205. Tabel 4.79. Data 190: Nomina yang Merujuk Pada Penampilan
72
Don't judge a book by its cover.
Don't judge by appearances.
91
Fine feathers make fine birds
Smart clothing make a person look more impressive than he really is
205
The cowl does not make the monk
The wearing of such a garment does not turn a man into a holy man
Nomina yang merujuk pada simbol penampilan adalah cover, fine feather, dan the cowl. Ketiga nomina tersebut merujuk pada pakaian yang menutupi tubuh manusia. Pakaian ini oleh masyarakat terkadang dijadikan standar baik atau buruknya prilaku orang yang memakainya. Pakaian yang baik menunjukkan pemakainya adalah orang baik, sedangkan pakaian yang buruk menunjukkan pemakainya juga buruk.
commit to user 278
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Pembahasan Bagian kedua dari bab IV ini adalah pembahasan terhadap temuan-temuan yang telah dipaparkan pada bagian pertama dari bab IV ini. Temuan-temuan yang dimaksud adalah temuan-temuan yang berkaitan dengan: (1) struktur proverba bahasa Inggris, (2) keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa Inggris, (3) pola-pola pilihan kata dalam struktur proverba bahasa Inggris, dan (4) makna hubungan antarunsur pembentuk proverba. Keempat temuan tersebut seluruhnya dibahas secara lugas pada bagian ini. Untuk menyempurnakan bagian 1-4, dua bagian yaitu bagian ke-5 dan ke-6 ditambahkan. Bagian ke-5 ini dimaksudkan untuk menemukan hubungan antarhasil temuan yang ada pada bagian 1-4. Hasil-hasil temuan yang berwujud domain-domain beserta taksonomi-taksonominya akan diteliti kembali untuk menemukan hubungan-hubungan antardomain tersebut. Hubungan-hubungan ini dalam penelitian ini disebut sebagai komponen bersama (shared components). Bagian ke-6 diadakan dengan maksud untuk mengulas kembali apa-apa yang telah ditemukan pada bagian 1-5 dan menjadikannya sebagai sebuah postformula untuk menjelaskan definisi proverba dan karakteristiknya. Keberadaan postformula ini diharapkan semakin memperdalam pengetahuan kita tentang esensi maupun identitas proverba berdasarkan definisi maupun ciri-cirinya yang telah direformulasi.
1. Struktur Proverba Bahasa Inggris Dari hasil temuan yang telah dipaparkan pada bagian pertama, diketahui bahwa struktur-struktur proverba sangat bervariatif. Struktur tersebut berbentuk
commit to user 279
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mulai dari bentuk sederhana seperti frasa, hingga ke struktur yang kompleks yaitu dalam bentuk kalimat majemuk kompleks. Struktur yang bervariatif ini ketika dikelompokkan berdasarkan ciri-cinya ternyata terbagi menjadi dua kelompok, yaitu proverba dengan struktur polimember dan proverba dengan struktur monomember. Struktur polimember dalam konteks ini dimaknai sebagai struktur yang pola-pola strukturnya dimiliki oleh lebih dari satu proverba (dimiliki oleh kelompok proverba), sedangkan stuktur monomember adalah kebalikan dari struktur polimember yaitu struktur yang pola-pola strukturnya hanya dimiliki oleh sebuah proverba saja. Dari hasil temuan yang didapat peneliti, tidak dijumpai adanya proverba yang hanya terdiri dari satu kata/leksikon saja. Selain itu, dari hasil penelitian juga dijumpai adanya fakta bahwa sebagian besar proverba terdiri dari kalimat. Hanya tujuh proverba yang memiliki struktur frasa dan sisanya 252 proverba berstruktur kalimat. Tidak dijumpainya struktur proverba bahasa Inggris yang hanya berbentuk kata/leksikon saja, sedikit bertentangan dengan apa yang dilihat oleh Sumarlam (2006) pada struktur proverba bahasa Jawa. Ini adalah hal pertama yang peneliti jumpai berbeda antara struktur proverba bahasa Inggris dan proverba bahasa Jawa. Perbedaan kedua yang peneliti tangkap adalah berkaitan dengan adanya struktur kalimat interogatif yang ada pada data 24, struktur it is that yang ada pada data 54, serta struktur kalimat kondisional yang ada pada data 55. Tiga struktur unik proverba bahasa Inggris ini tidak dijumpai keberadaannya dalam temuan Sumarlam.
commit to user 280
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain menjumpai adanya perbedaan, peneliti juga menjumpai adanya persamaan struktur antara proverba bahasa Inggris dan bahasa Jawa dalam temuan Sumarlam (2008), yaitu banyak dijumpainya proverba dengan struktur kalimat tunggal dan kalimat majemuk (baik kalimat majemuk koordinatif maupun kalimat majemuk subordinatif), serta dijumpainya proverba dengan konstruksi kalimat imperatif, baik imperatif positif maupaun imperatif negatif. Adanya persamaan dan perbedaan di atas menyiratkan pada kita bahwa fenomena language universal dan language peculiar dapat dijumpai keberadaannya dalam struktur proverba. Dari 252 proverba yang berstruktur kalimat seperti yang disebutkan di atas, dapat pula dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu kalimat tunggal seperti yang terdapat pada data 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, kalimat majemuk (di dalamnya mengandung modifier yang berupa klausa adjektival atau klausa adverbial) seperti yang terdapat pada data data 17, 18, 19, 20, 51 dan 52, kalimat majemuk koordinatif seperti yang terdapat pada data 21, 22, 47, 48, 49, 50. Meskipun proverba dengan struktur kalimat tunggal mendominasi struktur proverba yang ada dalam korpus data, proverba dengan struktur kalimat majemuk cukup banyak juga ditemukan. Dijumpainya beberapa proverba yang memiliki struktur kompleks ini dapat kita jadikan bantahan terhadap definisi proverba yang ditawarkan oleh (Mieder 1993: 5 dan 24f) serta Simpson/Speake (1998). Mielder menyatakan bahwa sebuah proverba adalah “a short, generally known sentence of the folk which contains wisdom, truth, morals, and traditional views in a metaphorical, fixed and memorizable form and which is handed down from generation to
commit to user 281
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
generation”(kalimat pendek yang ada dalam masyarakat yang mengandung unsur kebijaksanaan, kebenaran, moral, dan pandangan-pandangan tradisional dalam bentuk metafora, berbentuk baku, dan selalu diingat serta diturunkan dari satu generasi kegenerasi yang lain), sedangkan Simpson/Speake menyebutkan bahwa proverba adalah ujar-ujar tradisional yang menawarkan nasehat atau menyajikan moral dalam bentuk pendek dan dengan cara yang lembut. Frasa “a short sentence” yang disampaikan ketiga orang ini (Mielder, Simpson dan Speake) ternyata kurang memadai untuk mendeskripsikan struktur proverba, utamanya untuk mendeskripsikan proverba yang ada pada data 50. Proverba pada data tersebut berbentuk “a very long sentence” dan tidak berbentuk “a short sentence.” Selain menjumpai bentuk-bentuk struktur proverba, penelitian ini juga menjumpai sebuah temuan yang berhubungan dengan adanya kemungkinan pelanggaran kaidah tatabahasa dalam kalimat-kalimat proverba. Beberapa kalimat poverba tercatat melanggar kaidah tatabahasa umum seperti yang dapat kita lihat pada data 59. Pelanggaran kaidah tatabahasa ini mengimplikasikan tiga hal, yaitu: (1) memperkokoh persepsi kita akan keunikan proverba; (2) menunjukkan pada kita tentang selera berbahasa dari pembuatnya; (3) menunjukkan bahwa karakteristik proverba yang disampaikan oleh Mielder (dalam Jamal 2009) ternyata kurang akurat. Mielder pada poin pertamanya menyatakan bahwa: “sebuah proverba haruslah berbentuk lengkap dan memiliki tingkat akurasi tatabahasa yang tinggi.” Padahal, data 59 menunjukkan pada kita bahwa struktur proverba dapat saja memiliki tingkat
commit to user 282
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akurasi tatabahasa yang redah dan konstituen pembentuknya dapat saja tidak lengkap karena menerima fenomena elipsis. Temuan ini selain secara tidak sengaja memberikan revisi terhadap bentuk-bentuk, definisi, serta karakteristik proverba bahasa Inggris, dapat pula dijadikan sebagai tambahan informasi untuk kembali membuka wawasan kita akan ciri-ciri proverba. Adapun informasi tambahan tersebut adalah: (a) kemungkinan besar proverba berbentuk klausa; meskipun tidak menutup kemungkinan berbentuk frasa; (b) di dalamnya dapat saja terjadi pelanggaran kaidah tatabahasa; (c) dapat saja berbentuk kalimat panjang, tapi kebanyakan berbentuk kalimat pendek.
2. Keeratan Hubungan Antarkonstituen Pembentuk Proverba Bahasa Inggris Kemungkinan adanya fenomena pelesapan bunyi pada sebuah proverba ketika proverba tersebut digunakan dalam karya tulis telah dipaparkan pada bagian temuan penelitian. Berdasarkan hasil temuan yang telah dipaparkan pada bagian tersebut, kita dapat menyimpulkan beberapa hal, antara lain: (1) konstituen-konstituen proverba dimungkinkan untuk dilesapkan ketika digunakan dalam karya tulis; (2) konstituen-konstituen yang dimaksud adalah (a) part of speech seperti nomina, verba, adjektiva, adverbia dan kata tugas, (b) Frasa seperti frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, dan frasa preposisional, serta (c) klausa seperti klausa dependen adjektival, klausa dependen adverbial, klausa dependen result,
commit to user 283
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
klausa independen nonverbal, klausa independen verbal, klausa independen komparatif, dan klausa independen imperatif; (3) adanya pelesapan ini menunjukkan pada kita bahwa hubungan konstituen proverba tidaklah erat; (4) pelesapan frasa adverbial tidak dijumpai selama proses analisis data; (5) kata tugas adalah konstituen yang paling mudah mengalami modifikasi baik itu melalui pola pelesapan maupun pola-pola lainnya. Demikian juga kemungkinan adanya fenomena permutasi pada sebuah proverba ketika proverba tersebut digunakan dalam karya tulis juga telah dipaparkan pada bagian sebelumnya. Berdasarkan hasil temuan tersebut, kita dapat menyimpulkan beberapa hal, antara lain: (1) konstituen-konstituen proverba dimungkinkan untuk bermutasi (pindah posisi); (2) konstituen-konstituen yang dimaksud adalah (a) part of speech seperti nomina, adjektiva, adverbia dan kata tugas, (b) frasa seperti frasa nominal, frasa verbal, dan frasa preposisional, serta (c) klausa seperti klausa dependen adjektival, klausa nonverbal, dan klausa independen imperatif; (3) adanya permutasi ini menunjukkan pada kita bahwa hubungan konstituen proverba tidaklah erat; Keeratan hubungan konstituen pembentuk proverba dapat diteliti dengan menggunakan pengamatan terhadap fenomena substitusi konstituen proverba. Berdasarkan paparan tentang munculnya fenomena substitusi konstituen proverba ketika proverba-proverba tersebut digunakan dalam karya tulis, kita dapat menyimpulkan beberapa hal antara lain:
commit to user 284
perpustakaan.uns.ac.id
(1) konstituen-konstituen
digilib.uns.ac.id
proverba
dimungkinkan
untuk
disubstitusi oleh
konstituen lain ketika digunakan dalam karya tulis; (2) konstituen-konstituen yang dimaksud adalah (a) part of speech seperti nomina, adjektiva, adverbia dan kata tugas, (b) frasa seperti frasa nominal, frasa verbal, dan frasa preposisional, serta (c) klausa seperti klausa dependen adjektival, klausa independen nonverbal, dan klausa independen imperatif; (3) substitusi part of speech terbagi menjadi empat jenis yaitu; (a) substitusi part of speech dengan part of speech dari kategori yang sama; (b) substitusi part of speech dan part of speech dari kategori yang berbeda; (c) substitusi part of speech dengan konstituen dari kelas yang lebih besar seperti frasa dan klausa; serta (d) substitusi konstituen yang lebih besar seperti frasa ataupun klausa dengan part of speech; (4) ada 4 jenis frasa yang ditemukan memodifikasi proverba dengan cara substitusi antara lain: frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, dan frasa preposisional; (5) substitusi frasal juga muncul namun tidak sebanyak substitusi part of speech maupun frasal; (6) substitutor (pengganti) yang muncul dapat saja merupakan sinonim konstituen yang tersubstitusi (yang terganti), dapat saja merupakan antonim konstituen yang tersubstitusi, dan dapat saja konstituen yang tidak memiliki relasi makna sama sekali dengan konstituen yang tersubstitusi; (7) fenomena substitusi adalah fenomena modifikasi terbanyak muncul pada pada saat proverba-proverba digunakan dalam karya tulis bila dibandingkan dengan tiga fenomena modifikasi proverba yaitu pelesapan, permutasi dan ekspansi;
commit to user 285
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(8) adanya substitusi ini menunjukkan pada kita bahwa hubungan konstituen proverba tidak erat. Keeratan hubungan konstituen pembentuk proverba juga dapat diteliti dengan menggunakan pengamatan terhadap fenomena penyisipan konstituen proverba. Munculnya fenomena penyisipan konstituen proverba ketika proverbaproverba tersebut digunakan dalam karya tulis, mengarahkan kita pada beberapa simpulan yang tergambar dalam beberapa poin berikut: (1) kalimat baku proverba dimungkinkan untuk disisipi konstituen baru sehingga dengan adanya fenomena penyisipan ini, kalimat proverba menjadi makin panjang; (2) dengan dimungkinkannya penyisipan konstituen baru dalam kalimat proverba, menunjukkan pada kita bahwa hubungan antarkonstituen proverba tidaklah erat atau dengan kata lain struktur proverba tidaklah erat; (3) ekspansi ini dapat berupa empat jenis penambahan yaitu: (a) penambahan konstituen di awal kalimat proverba yang disebut preaddition, (b) penambahan konstituen di akhir kalimat proverba yang disebut postaddition; (c) penambahan konstituen di tengah kalimat proverba yang disebut insertion; (d) penambahan konstituen di dua tempat atau lebih (depan-tengah, tengahbelakang, atau depan-tengah-belakang) yang disebut multiinsertion; (4) konstituen yang digunakan melakukan ekspansi tersebut ada tiga macam yaitu: (1) part of speech, (2) frasa, dan (3) klausa; (5) penyisipan yang paling banyak ditemukan adalah penyisipan auxiliari. Setidaknya ada 2 alasan mengapa penyisipan auxiliari banyak ditemukan yaitu: (a) auxiliari memegang peranan penting dalam proses transformasi
commit to user 286
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kalimat karena selalu dipakai dalam proses transformasi tersebut; (b) auxiliari adalah kata tugas yang memiliki jenis banyak dan hampir seluruh kalimat yang melibatkan tenses di dalamnya menggunakan auxiliari; (6) dalam beberapa kasus, pola-pola modifikasi bunyi proverba teryata tidak dilakukan hanya dengan menggunakan satu pola saja seperti pola ekspansi atau satu pola lainnya, tapi dapat menggunakan dua, tiga atau empat pola sekaligus. Pola ini dikenal sebagai pola kompleks; Berdasarkan pada empat simpulan perpoin di atas, kita menemukan beberapa hal menarik yang dapat kita jadikan patokan untuk menjawab hipotesis yang disampaikan pada awal diskusi yaitu apakah proverba bahasa Inggris memiliki kemiripan sifat sesuai dengan temuan Sumarlam; berstruktur beku, urutan konstituennya tidak dapat dipermutasikan, konstituen pengisinya tidak dapat dilesapkan, dan konstituennya tidak dapat disubstitusi oleh konstituen lain, serta hubungan antarkonstitusinya sangat erat sehingga antara konstituen yang satu dengan yang lain tidak dapat disisipi oleh unsur lainnya. Dengan menggunakan empat simpulan perpoin di atas, secara umum dapat kita simpulkan bahwa struktur proverba bahasa Inggris yang berkaitan dengan hubungan
konstituen-konstituennya
tidak
cocok
dengan
struktur
yang
disampaikan oleh Sumarlam. Ketidaksamaan tersebut tercakup dalam beberapa poin-poin berikut: (1) sifat proverba bahasa Inggris tidak beku (beku bukan dalam artian tata bahasa, melainkan bentuk dan urutan kata), yang ditandai dengan dapat dilihatnya kemunculan fenomena pelesapan konstituen-konstituen pembentuk proverba;
commit to user 287
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) hubungan antarkonstituen pembentuk proverba kurang erat yang dibuktikan dengan dapatnya urutan konstituen-konstituen pembentuk proverba tersebut dipermutasikan; (3) ketidakeratan hubungan antarkonstituen ini juga dapat dibuktikan dengan banyaknya kategori konstituen pembentuk proverba yang disubstitusi oleh kategori yang lain baik itu yang sekategori maupun yang berkategori beda; (4) selain
pelesapan,
permutasi
dan
substitusi,
ketidakeratan
hubungan
antarkonstituen pembentuk proverba juga dapat dibuktikan dengan melihat banyaknya fenomena ekspansi yang terlibat dalam pemakaian proverba pada karya tulis. Temuan ini juga secara tidak langsung memberikan informasi tambahan pada kita akan ciri-ciri proverba. Adapun informasi tambahan tersebut adalah: “hubungan antarkonstituennya kurang erat, memiliki struktur yang kurang beku karena dalam praktiknya, konstituen-konstituen pembentuk proverba bahasa Inggris dapat menerima masuknya fenomena pelesapan, permutasi, substitusi dan ekspansi.”
3. Pola-pola Pilihan Kata dalam Struktur Proverba Setelah menemukan struktur dan keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba, penelitian ini juga menemukan pola-pola pilihan kata dalam membangun struktur lahir proverba dengan menggunakan tiga pendekatan yaitu: (1) pendekatan pilihan lesikon dalam membentuk bentuk lahir proverba; (2) pendekatan pilihan leksikon yang di dalamnya terdapat fenomena pemanfaatan aspek bunyi; dan
commit to user 288
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(3) pendekatan pilihan leksikon yang di dalamnya terdapat style (gaya bahasa). Dengan menggunakan pendekatan pilihan leksikon dalam membangun struktur lahir, ditemukan kecendrungan pembuat proverba untuk menggunakan beberapa leksikon. Adapun leksikon-leksikon yang cenderung digunakan dapat berupa satu leksikon, pasangan leksikon, atau kelompok leksikon seperti is, make, don’t make, don’t di awal kalimat, every-has, no, he-who, and, better-than, let, like, for, as good as, all-that, is known by, it is-that, dan you cannot make-without. Leksikon-leksikon tersebut dapat diibaratkan sebagai pola rangka yang digunakan untuk membangun struktur lahir proverba bahasa Inggris. Keempatbelas pilihan leksikon di atas menjadi pelengkap dari pilihan leksikon yang disebutkan oleh Peukes (dalam Mieder, 2004). Peukes menemukan lima pola umum bentuk-bentuk pilihan leksikon pembangun proverba yaitu: (1) Better X dan X; (2) Like X, Like Y; (3) No X, without Y; (4) One X does not make a Y, (5) If X, then Y. Sayangnya, selama penelitian, peneliti tidak dapat memasukkan pola ke-5 dari Peukes karena peneliti tidak memiliki data yang memadai untuk memasukkan pola tersebut sebagai sebuah pola pilihan leksikon. Pada korpus data memang dijumpai kalimat proverba yang strukturnya mirip dengan pola ke-5 Peukes, namun karena jumlahnya hanya satu, maka peneliti tidak menganggapnya sebagai sebuah pola dan memasukkannya ke dalam kategori pilihan leksikon dengan pola sporadis. Dengan menggunakan pendekatan pilihan leksikon yang di dalamnya terdapat pemanfaatan aspek fonem, ditemukan pula enam gaya pilihan fonem. Adapun gaya pilihan fonem tersebut adalah: (1) aliterasi, (2) asonansi, (3)
commit to user 289
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
konsonansi, (4) rima vokal, dan (5) paralelisme. Pilihan leksikon dengan memanfaatkan aspek fonem inilah yang menguatkan jati diri sebuah proverba dan membedakannya dari kalimat-kalimat biasa lainnya. Ditemukannya enam pola pilihan fenem ini menjadi pelengkap dari pilihan fonem yang disebutkan oleh Aurora (dalam Mieder, 2004: 7). Aurora menyebutkan tiga wujud permainan fonem dalam bentuk lahir proverba yaitu (1) alliteration (aliterasi), (2) parallelism (paralelisme), dan (3) rhyme (rima), sedangkan peneliti, dalam penelitiannya berhasil menyebutkan lima wujud permainan fonem yaitu: (1) aliterasi, (2) asonansi, (3) konsonansi, (4) rima konsonan, dan (5) paralelisme. Dengan menggunakan pendekatan pilihan leksikon yang memunculkan style/gaya bahasa, ditemukan setidaknya sembilan gaya bahasa. Kesembilan gaya bahasa tersebut adalah: elipsis, paradoks, repetisi, metatesis, anastrof, pertanyaan retorik, hiperbola, apostrophe, dan alusi. Munculnya gaya bahasa ini menunjukkan pada kita meskipun secara implisit bahwa pembuat proverba pada jaman dahulu tidak sembarangan untuk memilih kata ketika mereka menciptakan proverba. Temuan terhadap kecendrungan pilihan leksikon dalam membangun struktur proverba di atas tidak hanya berfungsi sebagai jawaban dari rumusan masalah yang ketiga, tapi juga secara tidak langsung mengisi celengan ciri-ciri proverba yang telah kita miliki. Adapun informasi tambahan tersebut adalah: (1) kemungkinan besar kalimat proverba memiliki leksikon-leksikon pembentuk yang mampu memanfaatkan aspek fonem sehingga menyebabkan struktur lahir proverba tersebut terlihat indah;
commit to user 290
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) ada kecendrungan kalimat-kalimat proverba mengandung gaya bahasa seperti yang terlihat pada temuan tesis ini.
4. Makna Hubungan Antarkonstituen Pembentuk Proverba Peranan kata-kata dalam memainkan makna itulah yang dibahas pada bagian terakhir tesis ini. Dengan memegang pijakan pada hal ini, maka beberapa subbahasan diangkat dan diulas untuk memberikan gambaran mengenai peranan kata-kata tersebut. Subbahasan tersebut antara lain: (1) jenis-jenis proverba berdasarkan entitas pembangun makna; (2) fungsi nomina dalam membangun makna proverba; dan (3) relasi sinonim pola-pola simbolik. Proverba merupakan derivasi dari bentuk linguistik sekaligus juga bentuk makna, yang mampu merefleksikan banyak sekali pesan implisit yang ada dalam pola-pola bahasa yang khas. Pesan-pesan moral yang terkandung dalam beberapa proverba terkadang perlu melewati roses dekoding terlebih dahulu sebelum dipahami artinya. Hal ini terjadi karena beberapa proverba memiliki bentuk unik dan perlu dibangkitkan makna yang terselubung di dalamnya dengan cara melakukan proses refleksi dari bentuk aslinya. Berdasarkan hal inilah, dalam konteks memaknai proverba, proverba di bagi menjadi dua jenis, yaitu; (1) proverba yang lugas; dan (2) proverba yang reflektif. Proverba lugas adalah proverba yang bentuk lahirnya memiliki tingkat kemiripan yang tinggi dengan bentuk batin/makna turunan yang dihasilkan dari bentuk lahir tersebut. Proverba jenis ini tidak memerlukan penafsiran melalui refleksi terhadap entitas-entitas yang menjadi komponen pembuatnya. Proverba
commit to user 291
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
reflektif adalah proverba yang makna turunannya berbeda jauh dengan bentuk lahirnya. Proverba jenis ini memerlukan penafsiran melalui refleksi terhadap entitas-entitas yang menjadi komponen pembuatnya. Dengan demikian, diksi sangat berperan dalam mewujudkan makna apa yang ingin dihidangkan pada pembaca kalimat-kalimat proverba. Dua jenis proverba di atas memiliki jumlah anggota yang kurang berimbang pada korpus data. Proverba bentuk lugas memiliki anggota 168 proverba dan proverba bentuk reflektif memiliki anggota 91 anggota. Meskipun lebih sedikit jumlah angotanya namun proverba jenis reflektif lebih menarik untuk dikaji karena di dalamnya banyak sekali dijumpai fenomena-fenomena perubahan makna Secara umum, tiap proverba reflektif mengandung dua entitas yang memegang peranan penting dalam memunculkan makna. Dua entitas tersebut pada penelitian ini disebut sebagai (1) pointer (2) atribut. Pointer adalah entitas yang mengacu pada sebuah referen tertentu, sedang atribut adalah penjelas dari pointer tersebut. Dua entitas ini untuk sampai pada arti dasar proverba harus melewati refleksi makna atau bias. Penggunaan kata pointer dan atribut ini sebenarnya memiliki fungsi yang hampir mirip dengan kata ”topik” dan ”komen yang dikemukakan oleh Dundes (dalam Meider, 2004). Bedanya, jika Dundes menggunakan kata “topik” dan “komen” untuk merujuk pada seluruh jenis proverba, kata pointer dan atribut yang disampaikan oleh peneliti hanya merujuk pada proverba yang berjenis reflektif saja.
commit to user 292
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Temuan terhadap dua jenis proverba dan dua entitas pembangun proverba jenis reflektif telah memberikan informasi tambahan terhadap inventarisasi ciriciri proverba yang telah kita miliki. Adapun informasi tambahan tersebut adalah: (1) proverba terdiri dari dua jenis yaitu jenis lugas dan reflektif (2) proverba jenis reflektif memiliki dua entitas pembentuk yaitu pointer dan atribut. Pembagian proverba dengan landasan ada tidaknya proses dekoding ini kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai peran nomina. Dari paparan temuan-temuan penelitian, didapatkan fakta bahwa pada kalimat proverba yang berbentuk reflektif, nomina atau frasa nominal ternyata memegang peranan penting dalam membiaskan makna proverba bila dibandingkan dengan konstituen pembangun proverba lainnya. Tidak hanya pada proverba jenis reflektif, pada proverba jenis lugaspun peranan nomina juga terlihat dengan jelas dalam memainkan makna. Melalui penelusuran terhadap peran nomina ini dalam membangun makna proverba ini, pada akhirnya didapatkan tiga peran besar nomina dalam membangun makna yaitu: (1) sebagai pembentuk pola-pola simbolik, (2) sebagai perubah makna, dan (3) sebagai penunjuk realita pemilik proverba. Yang dimaksud dengan simbolisasi dalam hal ini yaitu pemakaian satu kata atau beberapa kata yang digunakan untuk merepresentasikan sesuatu yang tidak mengacu pada referen sebenarnya, seperti kata “gold,” (emas) mengacu pada simbol “kekayaan” atau “keuntungan” dan bukan logam mulia, serta kata “birds” (burung) mengacu pada “komunitas manusia” dan sebagainya.
commit to user 293
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain sebagai pembentuk pola-pola simbolik, nomina dalam proverba dapat pula berfungsi sebagai perubah makna. Dalam konteks perubahan makna ini, nomina tidak bekerja sendirian dan harus dibantu oleh verba yang akan mengarahkan nomina tersebut untuk membentuk pola-pola perubahan makna atau yang lebih kita kenal sebagai majas. Adapun majas yang dapat dikenali dari kalimat-kalimat proverba adalah: (1) simile atau persamaan, (2) metafora, (3) personifikasi atau prosopopoeia, dan (4) metonimi. Dikenalinya kalimat proverba yang berbentuk simile atau persamaan pada data 169 menyebabkan definisi Padmosoekotjo (dalam Sumarlam, 2006) menjadi termentahkan. Padmosoekotjo mendefinisikan proverba sebagai:“Unen-unen kang ajeg panganggone, mawa teges entar, ora ngemu surasa pepindhan”. (Ungkapan (berupa satuan lingual) yang tetap pemakaiannya, dengan arti kias, tidak mengandung makna perumpamaan), padahal dalam kenyataannya, pada data 169 ditemukan setidaknya 6 proverba mengandung majas simile. Adanya fakta bahwa beberapa kalimat proverba mengandung majas simile menyebabkan inventarisasi akan ciri-ciri proverba yang telah kita miliki semakin bertambah. Adapun ciri yang kita inventarisasi adalah: “sebuah proverba dapat mengandung makna perumpamaan.” Pemanfaatan aneka nomina sebagai pembentuk peribahasa menunjukkan persepsi masyarakat mengenai nomina-nomina tersebut, karena secara logis, penutur bahasa Inggris tidak akan menggunakan nomina dalam membangun proverba jika mereka tidak pernah mengenal nomina-nomina tersebut. Mereka akan memilih nomina ada di sekitar mereka. Terkadang, watak, pandangan hidup serta kondisi reliji mereka juga mempengaruhi pemilihan nomina ini.
commit to user 294
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pembahasan proverba inipun ditutup melalui sebuah paparan mengenai relasi sinonim pola-pola simbolik. Yang disebut dengan relasi sinonim pola-pola simbolik adalah hubungan sinonim antara pola-pola penyimbolan yang menggunakan nomina sebagai bagian intinya. Relasi sinonim ini menunjukkan bahwa dalam beberapa proverba, terdapat nomina-nomina yang sebenarnya tidak memiliki hubungan sinonim, atau bahkan tidak berada dalam medan makna dan nuansa makna yang sama, namun pada saat proses pemaknaan dilakukan, ternyata nomina-nomina tersebut merujuk pada pesan yang sama.
5. Komponen Bersama Struktur, Style/Gaya Bahasa, dan Makna Temuan dan pembahasan yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya dimaksudkan untuk menjawab rumusan masalah yang ada pada bagian pendahuluan. Atas dasar inilah maka penjelasan pada bagian temuan maupun pembahasan (1-4) dilakukan dengan mengikuti alur rumusan masalah tersebut. Meskipun alur pembahasan tesis ini adalah mengikuti alur empat rumusan masalah, namun kita dapat melihat bahwa seluruh pembahasan yang ada pada bagian temuan dan pembahasan pada akhirnya bermuara pada tiga ranah besar. Adapun tiga ranah besar yang dimaksud
adalah: (1) struktur proverba, (2)
style/gaya bahasa proverba, dan (3) makna proverba. Ketiga ranah tersebut dalam tesis ini akan kita sebut sebagai “Triaspek Internal” proverba bahasa Inggris. Jika menggunakan istilah Spradley (2007), triaspek internal proverba bahasa Inggris ini dapat dikatakan sebagai domain penelitian ini karena triaspek tersebut menggambarkan tiga hal yaitu:
commit to user 295
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1) bahwasanya esensi dari keberadaan korpora data adalah untuk menjawab segala hal yang berhubungan dengan triaspek internal yang besar ini, (2) keempat rumusan masalah yang ada dalam bab I tesis ini seluruhnya dapat terkover dalam triaspek ini, dan (3) taksonomi-taksonomi yang ada pada bagian temuan maupun pembahasan (14) seluruhnya bermuara pada triaspek ini. Sebagai tiga buah domain (yang tentu saja berada dalam ruang lingkup topik penelitian ini yaitu internal proverba), tiga aspek ini memiliki kemampuan untuk menentukan taksonomi-taksonomi yang berada di bawahnya. Apabila dijabarkan dalam sebuah diagram, triaspek tersebut diibaratkan sebagai sebuah pondasi yang terdiri dari meterial-material (taksonomi-taksonomi). Pondasi ini menunjang sebuah bangunan besar yaitu bangunan “internal proverba.” Di bawah pondasi ini terdapat taksonomi-taksonomi yang membangun ketiga domain tersebut. Bangunan yang dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut.
Internal Proverba
Struktur
Taksonomi U
Taksonomi V
Style/Gaya Bahasa
Taksonomi W
Taksonomi X
Makna
Taksonomi Y
Taksonomi Z
Gambar 4.3: Triaspek Internal Proverba Bahasa Inggris (Kerangka Dasar)
Jika seluruh taksonomi dan anggota-anggotanya yang ada pada temuan dimasukkan dalam diagram di atas, akan menghasilkan diagram yang utuh seperti yang terlihat pada gambar 4.4 berikut.
commit to user 296
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DIAGRAM TAKSONOMI
Gambar 4.4: Triaspek Internal Proverba Bahasa Inggris (Kerangka Penuh)
commit to user 297
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penggambaran seluruh temuan penelitian ini dalam sebuah tabel besar akan memudahkan kita untuk melakukan kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan mencari komponen bersama (shared components) yang dimiliki oleh ketiga domain tersebut. Proses pencarian komponen bersama ini melibatkan taksonomitaksonomi yang dimiliki ketiga domain dan menjadikan taksonomi-taksonomi tersebut sebagai instrumen untuk menemukan komponen bersama ketiga domain. Penentuan komponen bersama ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis relasi (relational analysis) antardomain dalam bentuk tabel. Karena domain yang kita miliki berjumlah ganjil yaitu tiga buah, maka analisis relasi antardomain tidak dapat dilakukan sekaligus dalam satu tabel utuh. Butuh tiga tahapan agar ketiga domain tersebut dapat direlasikan. Adapun tahapan relasi tersebut dilihat pada tiga langkah berikut: (1) relasi antara struktur dan gaya (2) relasi antara struktur dan makna (3) relasi antara gaya dan makna Cara kerja analisis ini cukup mudah. Pada tabel yang menjadi media analisis, terdapat dua buah domain yang akan direlasikan. Posisi dua domain ini berbeda. Satu domain berada di lajur atas tabel, dan satu domain lagi berada di lajur kanan tabel. Relasi akan terjadi jika seluruh anggota dari domain (anggotaanggota taksonomi yang ada dalam domain lajur kiri) tercakup pada domain yang ada pada lajur atas. Jika ada satu atau beberapa dari anggota taksonomi tidak dapat tercakup pada domain yang ada pada lajur atas, maka relasi dianggap tidak ada. Desain analisis relasi yang seperti ini dapat kita katakan sebagai desain analisis relasi penuh. Hasil dari analisis ini berupa proposisi-proposisi yang
commit to user 298
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bersifat partikular/kasuistik, dan bentuk umumnya akan berbunyi: “seluruh proverba yang menjadi anggota sebuah atau beberapa taksonomi pada domain di lajur kiri adalah anggota pada domain di lajur atas.” Perlu diingat, karena penelitian ini menggunakan desain studi kasus tiang terpancang, maka proposisi yang muncul di atas hanya berlaku pada data yang ada pada korpora data saja dan tidak untuk digeneralisasikan pada seluruh proverba bahasa Inggris. Karena terbatasnya tempat, analisis relasi antara struktur dan style/gaya bahasa dibagi menjadi dua bagian yaitu relasi antara struktur sintaksis dengan style/gaya bahasa dan relasi antara struktur generik dengan style/gaya bahasa. Relasi antara struktur sintaksis dan style/gaya bahasa beserta hasil-hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.80 berikut. Tabel 4.80: Relasi Antara Struktur Sintaksis dan Style/Gaya Bahasa Struktur Sintaksis
Struktur Frasa
Struktur Klausa
Frasa Vebal Koordinatif
Frasa Verbal Modifikatif
Klausa Nonverbal
Klausa Verbal
Klausa VerbalNonverbal
Klausa dengan Identitas Tidak Jelas
Aliterasi
-
-
-
-
-
-
Asonansi
-
-
-
-
-
-
Konsonansi
-
-
-
-
-
-
Rima Konsonan
-
-
-
-
-
-
Paralelisme Pemanfaatan Style/Gaya Bahasa
-
-
√
-
-
-
Elipsis
-
-
-
-
-
-
Paradoks
-
-
-
-
-
-
Repetisi
-
-
-
-
-
-
Metatesis
-
-
-
-
-
-
Anastrof
-
-
-
√
-
-
Pertanyaan Retorik
-
-
√
-
-
-
Hiperbola
-
-
-
-
√
-
Apostrophe
-
-
-
-
-
-
Alusi
-
-
√
-
-
-
Rangkaian Relasi
Pemanfaatan Fonem
commit to user 299
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada tabel 4.80 di atas, tanda [√] menunjukkan adanya relasi antara struktur sintaksis dan style/gaya bahasa. Dari tabel tersebut kita dapat melihat adanya lima buah tanda relasi yang kelimanya menunjukkan proposisi sebagai berikut: (1) seluruh proverba yang mengandung pemanfaatan fonem berupa paralelisme adalah proverba berstruktur klausa nonverbal. (2) seluruh proverba yang mengandung style/gaya bahasa anastrof adalah proverba berstruktur klausa verbal. (3) seluruh proverba yang mengandung style/gaya bahasa pertanyaan retorik adalah proverba berstruktur klausa nonverbal. (4) seluruh proverba yang mengandung style/gaya bahasa hiperbola adalah proverba berstruktur campuran verbal-nonverbal. (5) seluruh proverba yang mengandung style/gaya bahasa alusi adalah proverba berstruktur klausa nonverbal. Adapun relasi antara struktur generik dan style/gaya bahasa beserta hasilhasilnya dapat dilihat pada tabel 4.80 berikut. Tabel 4.81: Relasi Antara Struktur Generik dan Style/Gaya Bahasa Struktur Generik
Rangkaian Relasi
EveryHas
HeWho
Better than
Let
Like
For
AllThat
Ass Good As
Is Known By
It is that
You cannot makewithout
Is
Make
No
And
Do not
Aliterasi
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Asonansi
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Konsonansi
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Rima Konsonan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Paralelisme
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Elipsis
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Paradoks
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Repetisi
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Metatesis
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pemanfaatan Fonem
Pemanfaatan Style/Gaya Bahasa
commit to user 300
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Anastrof Pertanyaan Retorik
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Hiperbola
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Apostrophe
-
-
-
-
-
-
√
-
-
-
-
Alusi
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
√
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Dari tabel 4.81 kita dapat melihat adanya dua buah tanda relasi yang kelimanya menunjukkan proposisi sebagai berikut: (1) seluruh
proverba
yang
mengandung
style/gaya
bahasa
apostrophe
menggunakan struktur generik He-Who (2) seluruh proverba yang mengandung style/gaya bahasa hiperbola menggunakan struktur generic It-Is-That. Analisis relasi kedua adalah analisis relasi antara struktur dan makna. Sama seperti bagian sebelumnya, analisis ini dibagi menjadi dua bagian yaitu relasi antara struktur sintaksis dengan makna dan relasi antara struktur generik dengan makna. Relasi antara struktur sintaksis dan makna beserta hasil-hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.82 berikut. Tabel 4.82: Relasi Antara Struktur Sintaksis dan Makna Struktur Sintaksis
Struktur Frasa
Struktur Klausa
Klausa Verbal
Klausa VerbalNonverbal
Klausa dengan Identitas tidak Jelas
-
-
-
-
-
-
-
-
√ √
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
= keinginan
-
-
-
√ √
-
-
Gold = berharga Peny = kurang berharga
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
√
-
-
-
-
√
-
-
Rangkaian Relasi Frasa Vebal Koordinatif
Frasa Verbal Modifikatif
Klausa Nonverbal
Simbolisasi
-
-
Bird = Manusia
-
-
Dog = Manusia
-
-
Straw = Hal remeh Thief = Orang bertabiat Buruk
-
Devil = Keburukan
Egg
Perubah Makna
Simile
Metafora
Personifikasi
-
-
commit to user 301
perpustakaan.uns.ac.id
Metonimi
digilib.uns.ac.id
-
-
-
-
Penunjuk Realita
-
-
-
-
Nama Diri
-
-
-
-
-
-
Bagian Tubuh
-
-
-
-
-
-
Indra
-
-
-
-
-
-
Anggota Keluarga
-
-
-
-
-
-
Profesi
-
-
-
-
-
-
Nama kota
-
-
-
√
-
-
Metafisika Relijius
-
-
-
-
-
-
Harta
-
-
-
-
-
-
Alam
-
-
-
-
-
-
Flora
-
-
-
√
-
-
Fauna
-
-
-
-
-
-
Dari tabel 4.82, kita dapat melihat adanya delapan buah tanda relasi yang menunjukkan proposisi sebagai berikut: (1) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”bird” untuk merujuk pada manusia, berstruktur klausa verbal. (2) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”dog” untuk merujuk pada manusia, berstruktur klausa verbal. (3) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”devil” untuk merujuk pada keburukan, berstruktur klausa verbal. (4) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”egg” untuk merujuk pada keinginan, berstruktur klausa verbal. (5) seluruh proverba yang di dalamnya terdapat metafora, berstruktur klausa noverbal. (6) seluruh proverba yang di dalamnya terdapat personifikasi berstruktur klausa verbal. (7) seluruh proverba yang terlingkup dalam pola penggunaan nomina nama kota, berstruktur klausa verbal. (8) seluruh proverba yang terlingkup dalam pola penggunaan nomina flora, berstruktur klausa verbal.
commit to user 302
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adapun hasil analisis relasi antara struktur generik dan makna dapat dilihat pada tabel 4.83 berikut. Tabel 4.83: Relasi Antara Struktur Generik dan Makna Struktur Generik
Is
Make
No
And
Do not
EveryHas
HeWho
Better than
Let
Like
For
AllThat
Ass Good As
Is Known By
It is that
You cannot makewithout
Simbolisasi Bird = Manusia Dog = Manusia Straw = Hal remeh Thief = Orang bertabiat Buruk Devil = Keburukan Egg = keinginan Gold = berharga Peny = kurang berharga Perubah Makna
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Simile
√
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Metafora
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Personifikasi
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Metonimi Penunjuk Realita
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Nama Diri
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Bagian Tubuh
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Indra Anggota Keluarga
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Profesi
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Nama kota Metafisika Relijius
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Harta
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Rangkaian Relasi
Tidak banyak relasi yang ditemukan pada tabel 4.82 di atas. Pada tabel tersebut, kita hanya dapat melihat adanya satu tanda relasi yang menunjukkan proposisi: (1) seluruh proverba yang di dalamnya terdapat simile menggunakan struktur generik Is.
commit to user 303
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Analisis relasi ketiga adalah analisis relasi antara style/gaya bahasa dan makna. Relasi antara struktur sintaksis dan makna beserta hasil-hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.84 berikut Tabel 4.84: Relasi Antara Style/Gaya Bahasa dan Makna Rangkaian Relasi
Pemanfaatan Fonem
Pemanfaatan Style/Gaya Bahasa
Aliterasi
Asonansi
Konsonansi
Rima Konsonan
Paralelisme
Elipsis
Paradoks
Repetisi
Metatesis
Anastrof
Pertanyaan Retorik
Hiperbola
Apostrophe
Alusi
Bird = Manusia
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Dog = Manusia Straw = Hal remeh Thief = Orang bertabiat Buruk Devil = Keburukan Egg = keinginan Gold = berharga Peny = kurang berharga Perubah Makna
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Simile
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Metafora
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Personifikasi
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Metonimi Penunjuk Realita
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Nama Diri
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Bagian Tubuh
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Indra Anggota Keluarga
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Profesi
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Nama kota Metafisika Relijius
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Harta
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Simbolisasi
Tabel 4.84 di atas menunjukkan tidak adanya relasi antara gaya dan makna, sehingga tidak ada satu proposisipun yang muncul akibat relasi ini. Proposisi yang telah terlihat melalui poses analisis relasi antara triaspek internal proverba yaitu struktur, style/gaya bahasa serta makna dapat kita gunakan sebagai penambah inventarisasi ciri-ciri proverba yang telah kita lakukan pada bagian 1-4 dari bab ini. Karena sifatnya yang terbatas, maka ciri-ciri tambahan ini akan kita sebut sebagai ciri-ciri partikular dari proverba. Adapun ciri-ciri tersebut secara keseluruhan adalah:
commit to user 304
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung pemanfaatan fonem berupa paralelisme adalah proverba berstruktur klausa nonverbal. (2) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa anastrof adalah proverba berstruktur klausa verbal. (3) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa pertanyaan retorik adalah proverba berstruktur klausa nonverbal. (4) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa hiperbola adalah proverba berstruktur campuran verbal-nonverbal. (5) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa alusi adalah proverba berstruktur klausa nonverbal. (6) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa apostrophe menggunakan struktur generik He-Who. (7) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa hiperbola menggunakan struktur generic It-Is-That. (8) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”bird” untuk merujuk pada manusia, berstruktur klausa verbal. (9) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”dog” untuk merujuk pada manusia, berstruktur klausa verbal. (10) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”devil” untuk merujuk pada keburukan, berstruktur klausa verbal. (11) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”egg” untuk merujuk pada keinginan, berstruktur klausa verbal. (12) seluruh proverba yang di dalamnya terdapat metafora, berstruktur klausa noverbal.
commit to user 305
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(13) seluruh proverba yang di dalamnya terdapat personifikasi berstruktur klausa verbal. (14) seluruh proverba yang terlingkup dalam pola penggunaan nomina nama kota, berstruktur klausa verbal. (15) seluruh proverba yang terlingkup dalam pola penggunaan nomina flora, berstruktur klausa verbal. (16) seluruh proverba yang di dalamnya terdapat personifikasi menggunakan struktur generik Is. Untuk proposisi nomor 4 dan 7, karena merujuk pada gaya bahasa yang sama yaitu hiperbola, maka proposisi tersebut disatukan sehingga menjadi: ”seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa hiperbola berstruktur campuran verbal-nonverbal dan memiliki struktur generik It-Is-That.” Dengan penyatuan ini, maka ciri tambahan (ciri partikular) yang dilekatkan pada internal proverba berjumlah 15 buah.
6. Reformulasi Identitas Proverba Tujuan utama tesis ini adalah untuk menjawab empat rumusan masalah yang telah disampaikan pada bab I yaitu: (a) bagaimanakah struktur proverba bahasa Inggris? (b) bagaimanakah keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa Inggris? (c) bagaimanakah pola-pola pilihan kata dalam struktur proverba bahasa Inggris? (d) bagaimanakah makna hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa Inggris?
commit to user 306
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keempat rumusan masalah tersebut di atas telah dijawab seluruhnya oleh bagian temuan-temuan maupun bagian pembahasan bab IV ini. Jawaban-jawaban rumusan masalah tersebut telah disusun secara runtut untuk memudahkan pembaca tesis ini memahami hasil penelitian dan menjawab rumusan masalah tersebut. Sebagai bahan refleksi, pada bagian ini dimunculkan kembali inventarisari ciri yang telah di dapat pada bagian pembahasan. Pemunculan inventarisasi ini adalah dalam rangka untuk melakukan reformulasi identitas proverba yang formula dasarnya telah dibuat oleh peneliti-peneliti terdahulu. Tujuan reformulasi ini adalah untuk mendapatkan postformula (formula terakhir) dari peneliti dalam mendefinisikan proverba, serta mengkonkreatkan ciri-ciri proverba dengan menggunakan landasan dari hasil-hasil yang didapatkan penelitian ini. Meskipun bukan merupakan tujuan dari penelitian serta penulisan tesis ini, namun peneliti merasa, penelitian beserta memberikan deskripsi dan
tesis ini belum menjadi sempurnya jika hanya penjelasan tentang rumusan
masalah tanpa
memberikan sumbangsih teori yang berhubungan dengan identitas proverba. Reformulasi identitas proverba ini dimulai dengan menampilkan kembali definisi peneliti yang peneliti munculkan pada bab II tesis ini dengan cara merangkum definisi-definisi yang telah ada sebelumnya. Adapun definisi tersebut adalah: “ungkapan yang tetap pemakaiannya dengan struktur kaku dan berbentuk ringkas, memiliki arti kias, tidak mengandung makna perumpamaan mengandung unsur kebijaksanaan, kebenaran, dan moral, dan beredar dalam masyarakat secara luas karena proses transfer budaya dari generasi ke generasi”
commit to user 307
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Temuan-temuan penelitian
yang berkaitan dengan struktur proverba
bahasa Inggris, keeratan hubungan konstituen pembentuk proverba bahasa Ingris, pemanfaatan kata, serta makna hubungan antarunsur pembentuknya, memberikan implikasi pada adanya revisi terhadap definisi proverba tersebut. Revisi yang pertama yang dibuat, terdapat pada frasa “berstruktur kaku” karena dalam banyak kasus, proverba ternyata memiliki struktur yang dinamis. Dengan diketahui keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba dalam bab IV, sudah layak kiranya andaikata frasa “berstruktur kaku” tersebut direvisi dengan menambahkan keterangan yaitu “pada beberapa proverba tertentu.” Revisi kedua terletak pada frasa “berbentuk ringkas.” Revisi ini terjadi karena dalam beberapa kasus, diketahui bahwa kalimat-kalimat proverba ternyata dapat berstruktur kompleks dan terdiri dari beberapa klausa. Dengan diketahui struktur proverba ini, adalah layak jika frasa “berbentuk ringkas” tersebut juga direvisi dengan menambahkan keterangan “biasanya” sebelum frasa tersebut. Demikian juga frasa “memiliki arti kias” juga perlu dipertimbangkan pula untuk ditambahi keterangan mengingat proverba itu sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu proverba bentuk lugas dan proverba bentuk reflektif. Hanya proverba yang termasuk dalam kelompok reflektiflah yang dapat “memiliki arti kias.” Revisi
terakhir
terletak
pada
frasa
“tidak
mengandung
makna
perumpamaan.” Frasa ini perlu direvisi mengingat pada bagian pembahasan telah dijelaskan bahwa beberapa kalimat-kalimat proverba bahasa Inggris memiliki makna perumpamaan. Dengan demikian, frasa “tidak mengandung makna perumpamaan” direvisi menjadi “dapat mengandung makna perumpamaan” atau frasa ini jika dikehendaki, dapat dihilangkan.
commit to user 308
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan demikian, maka definisi di atas setelah mendapatkan revisi akan berbunyi: ungkapan yang tetap pemakaiannya, biasanya berstruktur kaku, biasanya berbentuk ringkas, dan biasanya memiliki arti kias, mengandung unsur kebijaksanaan, kebenaran, serta moral, dan beredar dalam masyarakat secara luas karena proses transfer budaya dari generasi ke generasi. Definisi inipun sangat terbuka pada revisi karena kajian tentang proverba akan selalu ada dan dilakukan. Kemungkinan revisi definisi proverba ini sejalan dengan kata-kata Mieder (1993: 6) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan dikutip kembali dari bab II tesis ini yaitu: Alasan mengapa kita tidak dapat memberikan definisi terhadap proverba yang dapat diterima secara universal adalah terletak pada komponen yang pastinya melekat pada seluruh definisi proverba yaitu ketradisionalanya. Terminologi tradisional dalam hal ini mencakup aspek kelanggengan dan penerimaan yang dengan adanya dua hal ini sebuah statemen akan dapat dianggap sebagai proverba. Meskipun kita dapat menggambarkan struktur, style, bentuk, dan banyak hal lainnya dengan detail, namun kita tidak dapat menentukan apakah sebuah statemen memiliki kelanggengan atau diterima dalam sebuah populasi masyarakat dengan teks itu sendiri. Kita sangat sangat membutuhkan karya penelitian ekternal untuk menentukan tradisionalitas dari sebuah teks, dan ini berarti bahwa definisi yang paling tepatpun akan selalu menjadi kurang lengkap (terjemahan definisi Mieder, 1993: 6). Reformulasi identitas proverba bagian kedua adalah dengan menampilkan kembali inventarisasi ciri-ciri proverba yang telah dilakukan pada bagian pembahasan dan menjadikannya sebagai ciri-ciri baru atau tambahan terhadap ciri-ciri yang telah ada. Adapun ciri-ciri yang telah diinventarisir tersebut antara lain: (1) kemungkinan besar proverba berbentuk klausa; meskipun tidak menutup kemungkinan berbentuk frasa; (2) di dalamnya dapat saja terjadi pelanggaran tatabahasa;
commit to user 309
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(3) dapat saja berbentuk kalimat panjang, tapi kebanyakan berbentuk kalimat pendek. (4) hubungan antarkonstituennya kurang erat, memiliki struktur yang kurang beku karena dalam praktiknya, konstituen-konstituen pembentuk proverba bahasa Inggris dapat menerima masuknya fenomena pelesapan, permutasi, substitusi dan ekspansi. (5) kemungkinan besar kalimat proverba memiliki leksikon-leksikon pembentuk yang mampu memanfaatkan aspek fonem sehingga menyebabkan struktur lahir proverba tersebut terlihat indah; (6) ada kecendrungan kalimat-kalimat proverba mengandung gaya bahasa seperti yang terlihat pada temuan tesis ini. (7) proverba terdiri dari dua jenis yaitu jenis lugas dan reflektif; proverba jenis reflektif memiliki dua entitas pembentuk yaitu pointer dan atribut. (8) sebuah proverba dapat mengandung makna perumpamaan. Sembilan ciri di atas ditambah dengan ciri-ciri yang termaktub dalam definisi proverba yang telah direvisi peneliti diyakini (sebelum ada hasil penelitian selanjutnya) cukup dapat memberikan batasan tentang identitas proverba. Ciri-ciri tersebut kemudian dilengkapi oleh ciri-ciri khusus (partikular) yang berjumlah lima belas yang menyebabkan identitas proverba bahasa Inggris menjadi semakin jelas. Adapun ke-15 ciri-ciri partikular tersebut adalah: (1) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung pemanfaatan fonem berupa paralelisme adalah proverba berstruktur klausa nonverbal. (2) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa anastrof adalah proverba berstruktur klausa verbal.
commit to user 310
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(3) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa pertanyaan retorik adalah proverba berstruktur klausa nonverbal. (4) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa hiperbola adalah proverba berstruktur campuran verbal-nonverbal dan menggunakan struktur generic It-Is-That. (5) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa alusi adalah proverba berstruktur klausa nonverbal. (6) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa apostrophe menggunakan struktur generik He-Who. (7) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”bird” untuk merujuk pada manusia, berstruktur klausa verbal. (8) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”dog” untuk merujuk pada manusia, berstruktur klausa verbal. (9) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”devil” untuk merujuk pada keburukan, berstruktur klausa verbal. (10) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”egg” untuk merujuk pada keinginan, berstruktur klausa verbal. (11) seluruh proverba yang di dalamnya terdapat metafora, berstruktur klausa noverbal. (12) seluruh proverba yang di dalamnya terdapat personifikasi berstruktur klausa verbal. (13) seluruh proverba yang terlingkup dalam pola penggunaan nomina nama kota, berstruktur klausa verbal.
commit to user 311
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(14) seluruh proverba yang terlingkup dalam pola penggunaan nomina flora, berstruktur klausa verbal. (15) seluruh proverba yang di dalamnya terdapat personifikasi menggunakan struktur generik Is.
commit to user 312
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN DAN PENUTUP
A. Simpulan Bab IV tesis ini telah secara detail mengupas tentang struktur proverba dan makna hubungan antarkonstituen pembentuknya. Kupasan tersebut berpijak pada empat rumusan masalah yang dipaparkan pada bab I yaitu: (a) bagaimanakah struktur proverba bahasa Inggris? (b) bagaimanakah keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa Inggris? (c) bagaimanakah pola-pola pilihan kata dalam struktur proverba? dan (d) bagaimanakah makna hubungan antarkonstituen pembentuk proverba? Dari hasil analisis terhadap struktur-struktur kalimat proverba yang terdapat pada korpora data, diketahui bahwa struktur proverba bahasa Inggris bervariatif. Struktur tersebut ada yang berbentuk frasa, klausa tunggal dan kalimat kompleks. Tidak dijumpai adanya struktur proverba yang hanya berbentuk kata saja. Meskipun tidak memiliki proverba berbentuk kata, proverba bahasa Inggris juga memiliki struktur yang tidak dimiliki oleh proverba bahasa Jawa maupun bahasa Indonesia yaitu proverba yang berstruktur kalimat interogatif dan kondisional. Struktur yang bervariaif ini ketika dikelompokkan berdasarkan ciri-cinya dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu proverba dengan struktur polimember dan proverba dengan struktur monomember. Di antara dua struktur tersebut,
commit to user 313
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penelitian ini lebih menekankan pada pengkajian struktur polimember karena struktur jenis ini sangat menarik serta memiliki pola-pola yang jelas. Selain itu, terbatasnya waktu dan tenaga yang dimiliki peneliti juga turut pula membatasi kemampuan peneliti dalam menganalisis struktur-struktur proverba ini. Dari hasil kajian terhadap struktur polimember, dijumpai bahwa proverba struktur ini dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu proverba yang berbentuk frasa dan proverba yang berbentuk klausa. Proverba bentuk frasa dibagi menjadi dua jenis yaitu proverba berstruktur frasa verbal dan proverba yang berstruktur frasa adjektival, sedang proverba bentuk kalimat dibagi menjadi empat jenis yang dari keempatnya, melahirkan beraneka struktur. Adapun empat struktur kalimat tersebut adalah: (1) proverba berbentuk kalimat nonverbal, (2) proverba berbentuk kalimat verbal, (3) proverba berbentuk kalimat campuran verbal-nonverbal, serta (4) proverba dengan jati diri struktur yang kurang jelas. Temuan akan variasi struktur ini memberikan jawaban terhadap rumusan masalah penelitian yang pertama. Selain menjumpai bentuk-bentuk struktur proverba, penelitian ini juga menjumpai sebuah temuan yang berhubungan dengan adanya kemungkinan pelanggaran kaidah tatabahasa dalam kalimat-kalimat proverba. Beberapa kalimat poverba tercatat melanggar kaidah tatabahasa umum. Penelitian ini tidak hanya berhasil mengetahui struktur-struktur proverba, hubungan antarkonstituen pembentuknyapun juga dapat diketahui dengan jelas. Dari hasil temuan dan pembahasan yang ada pada bab IV, diketahui bahwa hubungan
antarkonstituen-konstituennya
tidak
sama
dengan
hubungan
antarkonsituen yang disampakan oleh Sumarlam (2006). Ketidaksamaan tersebut
commit to user 314
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terletak pada sifat proverba bahasa Inggris yang tidak beku, yang ditunjukkan melalui hubungan antarkonstituennya yang kurang erat. Dengan
adanya
temuan
berkaitan
dengan
keeratan
hubungan
antarkonstituen pembentuk proverba, jawaban terhadap rumusan masalah penelitian yang kedua telah ditemukan. Selain itu, temuan yang berkaitan dengan keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba beserta temuan-temuan lainnya yang didapatkan dari penelitian ini, memberikan implikasi pada adanya revisi terhadap definisi proverba yang disampaikan peneliti pada bab II tesis ini. Definisi yang semula: “ungkapan yang tetap pemakaiannya dengan struktur kaku dan berbentuk ringkas, memiliki arti kias, tidak mengandung makna perumpamaan mengandung unsur kebijaksanaan, kebenaran, dan moral, dan beredar dalam masyarakat secara luas karena proses transfer budaya dari generasi ke generasi” Dengan adanya hasil penelitian ini kemudian berubah menjadi: “ungkapan yang tetap pemakaiannya, biasanya berstruktur kaku, biasanya berbentuk ringkas, dan biasanya memiliki arti kias, mengandung unsur kebijaksanaan, kebenaran, dan moral, dan beredar dalam masyarakat secara luas karena proses transfer budaya dari generasi ke generasi.” Setelah menemukan struktur dan keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba, penelitian ini juga menemukan pola-pola pilihan kata dalam membangun struktur lahir proverba dengan menggunakan tiga pendekatan yaitu: (1) pendekatan pilihan lesikon dalam membentuk bentuk lahir proverba, (2) pendekatan pilihan leksikon yang di dalamnya terdapat fenomena pemanfaatan aspek bunyi, dan (3) pendekatan pilihan leksikon yang didalamnya terdapat style (gaya bahasa). Dengan menggunakan pendekatan pilihan leksikon dalam membangun struktur lahir, ditemukan kecendrungan pembuat proverba untuk menggunakan
commit to user 315
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
beberapa leksikon. Adapun leksikon-leksikon yang cenderung digunakan dapat berupa satu leksikon, pasangan leksikon, atau kelompok leksikon seperti is, make, don’t make, don’t di awal kalimat, every-has, no, he-who, and, better-than, let, like, for, as good as, all-that, is known by, it is-that, dan you cannot make-without. Dengan menggunakan pendekatan pilihan leksikon yang di dalamnya terdapat pemanfaatan aspek fonem, ditemukan pula beberapa gaya pilihan fonem. Adapun gaya pilihan fonem tersebut adalah: (1) aliterasi, (2) asonansi, (3) konsonansi, (4) rima vokal, dan (5) paralelisme. Dengan menggunakan pendekatan pilihan leksikon yang memunculkan style/gaya bahasa, ditemukan setidaknya sembilan style/gaya bahasa. Kesembilan gaya bahasa tersebut adalah: elipsis, paradoks, repetisi, metatesis, anastrof, pertanyaan retorik, hiperbola, apostrophe, dan alusi. Temuan terhadap kecendrungan pilihan leksikon dalam membangun struktur proverba di atas merupakan jawaban dari rumusan masalah yang ketiga. Dengan terjawabnya rumusan masalah yang ketiga, pembahasan akan empat rumusan masalah yang dimiliki tesis ini, selangkah lagi akan khatam. Peranan kata-kata dalam memainkan makna, itulah yang dibahas pada bagian keempat pembahasan tesis ini. Dengan memegang pijakan pada hal ini, maka beberapa subbahasan diangkat dan diulas untuk memberikan gambaran mengenai peranan kata-kata tersebut. Subbahasan tersebut antara lain: (1) jenis-jenis proverba berdasarkan entitas pembangun makna; (2) fungsi nomina dalam membangun makna proverba; dan (3) relasi sinonim pola-pola simbolik.
commit to user 316
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Proverba merupakan derivasi dari bentuk linguistik sekaligus juga bentuk makna, yang mampu merefleksikan banyak sekali pesan implisit yang ada dalam pola-pola bahasa yang khas. Pesan-pesan moral yang terkandung dalam beberapa proverba terkadang perlu melewati roses dekoding terlebih dahulu sebelum dipahami artinya. Hal ini terjadi karena beberapa proverba memiliki bentuk unik dan perlu dibangkitkan makna yang terselubung di dalamnya dengan cara melakukan proses refleksi dari bentuk aslinya. Berdasarkan hal inilah, dalam konteks memaknai proverba, proverba di bagi menjadi dua jenis, yaitu;
(1)
proverba yang lugas; dan (2) proverba yang reflektif. Pembagian proverba dengan landasan ada tidaknya proses dekoding ini kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai peran nomina. Dari hasil penelitian, dijumpai adanya tiga peran nomina dalam membangun makna yaitu: (1) sebagai pembentuk pola-pola simbolik, (2) sebagai perubah makna, dan (3) sebagai penunjukkan realita pemilik proverba. Pembahasan empat rumusan masalah tesis inipun ditutup melalui sebuah paparan mengenai relasi sinonim pola-pola simbolik. Yang disebut dengan relasi sinonim pola-pola simbolik adalah hubungan sinonim antara pola-pola penyimbolan yang menggunakan nomina sebagai bagian intinya. Relasi sinonim ini menunjukkan bahwa dalam beberapa proverba, terdapat nomina-nomina yang sebenarnya tidak memiliki hubungan sinonim, atau bahkan tidak berada dalam medan makna dan nuansa makna yang sama, namun pada saat proses pemaknaan dilakukan, ternyata nomina-nomina tersebut merujuk pada pesan yang sama. Berdasarkan temuan-temuan di atas, peneliti pada akhirnya dapat menemukan sebuah simpulan umum tentang proverba, yaitu: “ketika kita sedang
commit to user 317
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membicarakan sebuah proverba, maka kita sebenarnya sedang membicarakan tiga aspek besar yang ada pada proverba. Ketiga hal tersebut dalam penelitian ini disebut sebagai “Triaspek Internal” proverba bahasa Inggris. Ketiga aspek internal tersebut adalah: (1) struktur yang ada dalam proverba bahasa Inggris, (2) style/gaya bahasa yang ada dalam proverba bahasa Inggris, dan (3) makna-makna yang ada dalam proverba bahasa Inggris. Temuan akan triaspek ini menjadi tanda peringatan bagi peneliti bahwa penelitian ini masih belum sempurna. Meskipun pembahasan terhadap rumusan masalah tesis ini telah selesai, peneliti menjumpai bahwa hasil penelitian ini masih berbentuk domain-domain yang di dalamnya terdapat taksonomi-taksonomi yang berdiri sendiri dan belum bersinergi. Oleh karena itulah pada bagian pembahasan, ditambahkan lagi bagian penyempurna pembahasan tesis ini yaitu bagian kelima. Pada bagian kelima tersebut peneliti masukkan hubungan antara triaspek di atas dan menjumpai beberapa temuan tambahan yang menarik berupa limabelas ciri tambahan proverba bahasa Inggris. Penelitian serta tesis inipun kemudian ditutup oleh peneliti dengan cara melakukan refleksi hasil penelitian. Sebagai bahan refleksi, pada bagian penutup ini dimunculkan kembali inventarisari ciri yang telah di dapat pada bagian pembahasan. Pemunculan inventarisasi ini adalah dalam rangka untuk melakukan reformulasi identitas proverba yang formula dasarnya telah dibuat oleh penelitipeneliti terdahulu. Tujuan reformulasi ini adalah untuk mendapatkan postformula (formula
terakhir)
dari
peneliti
dalam
mendefinisikan
proverba,
serta
mengkonkreatkan ciri-ciri proverba dengan menggunakan landasan dari hasilhasil yang didapatkan penelitian ini.
commit to user 318
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tesis ini menjadi terlihat cukup sempurna dengan adanya penjelasan tentang empat rumusan masalah dan sumbangsih teori baru yang berhubungan dengan identitas proverba bahasa Inggris.
B. Penutup Dengan berakhirnya bab V ini, maka berakhir pula penelitian maupun tesis ini. Peneliti telah berupaya sekuat tenaga menggali sedalam-dalamnya segala hal yang berhubungan dengan seluk-beluk internal proverba. Meskipun demikian, peneliti meyakini (sekaligus juga merasa) bahwa masih ada banyak hal yang berhubungan dengan aspek internal proverba yang luput dari pengamatan peneliti sehingga tidak tercover dalam tesis ini. Oleh sebab itulah, peneliti mengajak para linguis, utamanya fraseologis, untuk berbondong-bondong mengadakan penelitian atau kajian yang berhubungan dengan proverba utamanya yang berhubungan dengan aspek internalnya. Dengan adanya penelitian-penelitian dan kajian-kajian tersebut, diharapkan, lobang informasi yang dibuat oleh tesis ini terkait dengan aspek internal proverba dapat ditambal. Sekedar mengulang kembali pernyataan peneliti pada bagian awal tesis ini bahwa api semangat untuk mengkaji proverba dengan menggunakan pendekatan eksternal telah berkobar (dibuktikan dengan adanya buku Mielder, 2004), namun sayangnya, api semangat untuk mengkaji proverba dengan menggunakan pendekatan internal
sejauh ini masih belum
menyala (dibuktikan sejauh ini masih belum ditemukannya buku yang membahas proverba dengan pendekatan struktur dan makna hubungan antarunsurnya), padahal dua hal tersebut sama-sama penting adanya. Karenanya, peneliti
commit to user 319
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menghimbau untuk tidak melupakan pengkajian melaui pendekatan internal ketika mengkaji proverba. Komentar yang berisi saran, kritik maupun hujatan yang berhubungan dengan hasil penelitian serta tesis ini akan peneliti gunakan untuk melakukan perbaikan terhadap tesis ini di masa yang akan datang. Perbaikan ini begitu penting karena dapat menjadi pegangan bagi peneliti di masa yang akan datang, mengingat peneliti memiliki impian bahwa di masa yang akan datang peneliti dapat mengadakan penelitian kembali tentang proverba meskipun dengan pendekatan yang berbeda yaitu dengan pendekatan eksternal proverba. Salam linguistik bagi pembaca tesis ini. Akhir kata, majulah linguistik Nusantara!
commit to user 320
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H (2003), Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Aminuddin (1995), Silistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang: Ikip Semarang Press. Briggs, C. L (1985), “The Pragmatics of Proverb Performances in New Mexican Spanish.” American Anthropologist, New Series, Vol. 87, No. 4 (Dec., 1985), pp. 793-810. Blackwell Publishing on behalf of the American Anthropological Association. Cambridge Advanced Learner’s Dictionary versi 1.0 (versi elektronik) (2003), Arti Sayings (Ujar-ujar). Cambridge University Press. Carnie, A (2002), Syntax: A Generative Introduction. Arizona: Blackwell Publisher. Christian, C (1979), Proverbs and Rhymes: Grade 3. London: Evans Brothers Limited. Cruse, D.A. (2004), Meaning in Language An Introduction to Semantics and Pragmatics (edisi kedua). Oxford: Oxford University Press. Dari Tambling untuk Iklim Dunia. Republika edisi Kamis, 22 April 2010. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Kedua). Jakarta: Balai Pustaka. Din Syamsudin Siap Jadi Sasaran Tembak. Suara Merdeka, edisi Kamis, 22 April 2010. Djajasudarma (1997), Nilai Budaya dan Ungkapan Peribahasa Sunda. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Fajri, E. Z & Senja, R. A. –. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. –: Difa Publiser. FISIP Visitasi Program Studi. Suara Merdeka, edisi Kamis, 22 April 2010 Flavell, L (1997), Dictionary of proverbs and their origins . London: Kyle Cathie.
commit to user 321
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Fromkin, V., Rodman, R, & Hyams, N (2003), An Introduction to Language (edisi ketujuh). Boston: Thomson Heinle. Griffiths, P (2006), An Introduction to English Semantics and Pragmatics. Edinburgh: Edinburgh University Press. Hasan, A.F.M & Zaitul, A (2009), “Pemilihan Kata Berunsur Fauna dalam Pantun dan Peribahasa Melayu” dalam Prosiding Konferensi Linguistik Tahunan Atmajaya (Kolita ke-7). Jakarta. Universitas Atmajaya. House, C. H & Harman, E. S (1950), Descriptive English Grammar. Englewood Cliff: Pantice Hall, Inc/ Jamal, M (2009), What is a Proverb? Theoretical http://www.linguajip.de/pdf/What%20is%20a%20Proverb%20 (Translation).pdf. Diakses 7 November 2009.
Remarks.
Keputusan Janggal Reduksi Peluang. Jawa Pos, edisi Kamis, 22 April 2010. Keraf, G (1990), Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Jakarta. Kridalaksana, H. M (1992), Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, H. M (1988), Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Kridalaksana, H. M (2008), Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Lakoff, G & Turner, M (1989), More than Cool Reason: A Field Guide to Poetic Metaphor. Chicago: University of Chicago Press. Leech, G, (2003), Semantik. Penerjemah: Paina Partana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Macaryus, S (2009), “Air Sebagai Unsur Peribahasa” dalam Prosiding Bahasa, Sastra dan Budaya dalam Konteks Kearifan Lokal. Madura: Kerjasama Program Studi Sastra Inggris Universitas Trunojoyo dan Kanzun Book. Matthews, P. H (1997), The Concise Oxford Dictionary of Linguistics. New York: Oxford University Press. Matthews, P. H (1990), Syntax. New York: Cambridge University. Mieder, W (1993), Proverbs are Never out of Season. Popular Wisdom in the Modern Age. New York: Oxford University Press.
commit to user 322
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mieder, W (2004): Proverbs: a Handbook. Westport: Greenwood Press. Moeliono, M. A & Dardjowidjoyo, S (1988) Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Moleong, J. L (2007), Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Rosda. Morley, G. D (2000), Syntax in Functional Grammar. London dan New York: Continuum. Norrick, N. R. (1985),: How Proverbs Mean. Semantic Studies in English Proverbs. Amsterdam: Mouton.
Obododimma O.H.A (1998), The Semantics of Female Devaluation in Igbo Proverbs. African Study Monographs, 19(2): 87-102, October 1998. Microsof Encarta Premium 2006. Arti Phraseology. Pateda, M (2001), Semantik Leksikal. Jakarta. Rineka Cipta. Putrayasa, B. I (2008), Analisis Kalimat: Fungsi, Kategori dan Peran. Bandung: Refika Aditama Ramlan, M (1985), Tata Bahasa Indonesia: Penggolongan Kata. Yogyakarta: Andi Offset. Ramlan, M (1987), Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.
Reaske, C. R (1966), How to Analyze Poetry. New York: Monarch Press. Ridout, R & Witting, C (1982), English Proverbs Explained. London: Pan Books Ltd. Simpson, J and Speake, J (2002), Oxford Concise Dictionary of Proverbs. Oxford: Oxford University Press. Saeed, J. I (2003), Semantics (edisi kedua). Oxford: Blackwell.
Sande, J. S (1994), Ungkapan dan Peribahasa dalam Sastra Toraja. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
commit to user 323
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Spradley, J.P (2007), Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Subroto, E. D (1991), Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Jawa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Subroto, Edi (2007), Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Subroto, Edi (2002), Semantik Verba Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Daerah. Makalah Dalam Seminar Semantik 19 Januari 2002 Sudaryanto (2001), Metode dan Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta. Duta Wacana University Press. Sumarlam (2006), ”Struktur dan Makna Hubungan Antarunsur dalam Paribasan” dalam jurnal Linguistika Jawa Tahun ke-2, No. 1, Februari 2006. Sumarsono (2007), Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sutopo, H.B (1996), Metode Penelitian Sosial. Surakarta: UNS Press. Sutopo, H.B (2002), Metode Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press Suwandi, S (2008), Semantik: Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media Perkasa. Tarigan, H. G (1979), Umpama Ni Simalungun. Jakarta: Departemen Penidikan dan Kebudayaan. Trask, R.L (1999), Key Concepts in Language and Linguistics. London: Routledge. Verhaar (2008), Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. www.learn-english-today.com.-- .--. English November 2009.
Proverbs & Sayings. Diakses 5
www.answers.com. Korpus data. Diakses bualan Mei 2010-Oktober 2010
commit to user 324
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Yao-yun, Zhu (2008), “The Potential Motivational Values of English Proverbs and Quotations in Chinese EFL Teaching.” Sino-US English Teaching Journal Volume 5, No.8 (Serial No.56), ISSN1539-8072, USA. Yunus, A (1984), Ungkapan Tradisional Sebagai Sumber Informasi Kebudayaan Daerah Jawa Tengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
commit to user 325
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 1 PROVERBA BENTUK LUGAS
NOMOR KORPUS 1 2 3 9 13 14 15 19 20 22 26 27 28 30 31 33 39 41 43 44 45 46 47 48 49
52
55 56 57 58 59 61 63 64 67 68 74 75 80
BUNYI PROVERBA Absence makes the heart grow fonder Accidents will happen (in the best-regulated families) Actions speak louder than words All's well that ends well A man is as old as he feels, and a woman as old as she looks Ask no questions and hear no lies A soft answer turneth away wrath A bad workman blames his tools A bully is always a coward A cat may look at a king A fault confessed is half redressed A fool and his money are soon parted A friend in need is a friend indeed A man is known by the company he keeps A miss is as good as a mile A place for everything, and everything in its place A tale never loses in the telling Attack is the best form of defense Bad news travels fast Bear and forbear Beauty is in the eye of the beholder Better be an old man's darling, than a young man's slave Better late than never Better be safe than sorry Beware of an oak, it draws the stroke; avoid an ash, it counts the flash; creep under the thorn, it can save you from harm Blessed is he who expects nothing, for he shall never be disappointed Boys will be boys Charity begins at home Charity covers a multitude of sins Cleanliness is next to godliness Comparisons are odious Cowards die many times before their death Dead men tell no tales Desperate diseases must have desperate remedies Do as I say, not as I do Do as you would be done by East or west, home's best Easy come, easy go Everybody's business is nobody's business
commit to user 326
perpustakaan.uns.ac.id
81 82 84 85 86 87 89 90 93 94 95 96 97 98 99 102 106 107 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123
124 126 129 130 131 132 133 136 137 138 139 140 141
digilib.uns.ac.id
Every man has his price Everyone to his taste Example is better than precept Exchange is no robbery Experience is the father of wisdom Extremes meet Familiarity breeds contempt Findings keepings Fingers were made before forks First-come, first-served First impressions are the most lasting First Things First Fool me once, shame on you; fool me twice, shame on me. Fools rush in where angels fear to tread Forewarned is forearmed Give and take Good Americans when they die go to Paris Good fences make good neighbours Handsome is as handsome does Haste makes waste He who hesitates is lost He laughs best who laughs the last He that cannot obey cannot command He who fights and runs away, may live to fight another day History repeats itself Home is where the heart is Honesty is the best policy Hope for the best and prepare for the worst Hope springs eternal Hunger is the best sauce Idle people (folk) have the least leisure If ifs and ands were pots and pans, there'd be no work for tinkers' hands If it were not for hope, the heart would break Imitation is the sincerest form of flattery It is a poor heart that never rejoices Jam tomorrow and jam yesterday, but never jam today Justice delayed is justice denied Knowledge is power Least said, soonest mended Liars ought to have a good memory Like father like Son Like master, like man Like will to like Live and learn Live not to eat, but eat to live
commit to user 327
perpustakaan.uns.ac.id
142 143 144 145 146 147 149 150 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 165 166 168 169 170 171 172 174 175 176 177 179 180 181 182 183 184 187 188 189 190 193 194 195 197 198
digilib.uns.ac.id
Look before you leap Lookers-on see most of the game Losers weepers finders, keepers Love is blind Love laughs at locksmiths Love me little, love me long Man proposes, God disposes Manners maketh man Marriage is a lottery Marriages are made in heaven Might is right Misfortunes never come singly Money is the root of all evil More people know Tom Fool than Tom Fool knows Much would have more Murder will out Nature abhors a vacuum Nothing so bad but it might have been worse Necessity is the mother of invention Necessity knows no law No cure, no pay No pain, no gain No news is good news Nothing for nothing Nothing succeeds like success Once bitten, twice shy Once a priest, always a priest Opportunity makes the thief Other times, other manners Out of debt, out of danger Patience is a virtue Possession is nine points of the law Practice makes perfect Practise what you preach Prevention is better than cure Procrastination is the thief of time Promises, like pie-crust, are made to be broken Revenge is sweet Save us from our friends Seeing is believing Self-praise is no recommendation Silence means consent Silence is golden Slow but sure speak well of the dead Speech is silver, silence is golden
commit to user 328
perpustakaan.uns.ac.id
199
201 202 203 204 210 211 212 215 218 223 224 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 238 240 241 242 243 244 246 247 248 250 251 252 253 254 255 259
digilib.uns.ac.id
Sticks and stones may break my bones, but words will never hurt me Strike while the iron is hot Sufficient unto the day is the evil thereof Tastes differ The child is father of the man The end justifies the means The exception proves the rule The bigger they are, the harder they fall The labourer is worthy of his hire The nearer the church, the farther from God The weakest go to the wall There are two sides to every question Time and tide wait for no man Time is money Time is a great healer To err is human (to forgive divine) Tomorrow never comes Too many cooks spoil the broth Truth is stranger than fiction Two wrongs don't make a right Two blacks don't make a white Two dogs are fighting for a bone, a third runs away with it Two is company, but three is none The voice of the people is the voice of God The longest way round is the shortest way home Time flies United we stand, divided we fall Variety is the spice of life Waste not, want not Wedlock is a padlock Well begun is half done When Adam delved and Eve span who was then the gentleman? What the eye doesn't see, the heart doesn't grieve over What must be, must be When in Rome do as the Romans do Where there's a will, there's a way You are what you eat You buy land, you buy stones; you buy meat, you buy bones
commit to user 329
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 2 PROVERBA BENTUK REFLEKTIF No. Korpus 4
5
6
7
8
10
11
12
16
17
18 21
23
24
25
29
32
Bunyi Proverba
Arti Proverba
After a storm comes a calm All cats are grey in the dark All's fair in love and war
There must be something better after every piece of unpleasantness People are undistinguished until they have made a name. In courtship, just as on the battlefield, it is permissible to use every stratagem and take advantage of every opportunity All is fish that comes We can take advantage of everything to the net that comes our way All that glitters is not Appearances can be deceptive. What gold look good on the outside may not be so in reality. All work & no play Everybody needs a certain amount of makes Jack a dull boy. relaxation. It is not good to work all the time. All roads lead to A number of persons can arrive at once Rome common objective by different means A bad penny always We use the proverb in reference to a turns up young man who leaves home in disgrace and returns there after a long absence in the hope that all is forgiven An empty sacks will Just as the sack is kept upright by the never stand upright flour, so is a man supported and kept alive by bread An englishman's house A person is legally entitled to his is his castle privacy. No other person may enter his house without his permission An eye for an eye This is the doctrine of revenge A burnt child dreads A bad experience will make people stay the fire away from certain things. A chain is no stronger The strength of a group depends on than its weakest link each individual member. A door must either be You must have one thing or the other, so shut or open make up your mind which you want A drowning man will A person in any desperate position will clutch at a straw snatch at any chance, however slender, to save himself from disaster or ruin A golden key can open The golden key is money, which any door overcomes for its possessors all that the obstacles barring the way to poorer folk A new broom sweeps A newly-appointed person makes clean changes energetically.
commit to user 330
perpustakaan.uns.ac.id
34
35
36
37
38
40
42
50
51
53
54
60
62
65
66
69
70
71
72
digilib.uns.ac.id
A prophet is not A man’s ability are seldom recognize by without honour save in his family and others who know him his own country well A rolling stone gathers If a person keeps moving from place to no moss place, they gain neither friends nor possessions. Another interpretation is that, by moving often, one avoids being tied down! A straw tells which Small event can be a guide to way the wind blows momentous happening A still tongue makes a You will learn more by listening to wise head other people than by talking yourself A swallow does not One good event does not mean that make a summer everything is alright. A tree is known by its A man is judged by his actions. fruit A watched pot never If you wait anxiously for something, it boils seems to take a long time. Birds in their little It applies to human families and nests agree communities; if people whish to be happy they must live in harmony Birds of a feather People of the same sort are usually flock together found together. Blood is thicker than Family relationships are stronger than water relationships with other people. Between two stools If you cannot make up your mind which one falls to the ground of two thins to do, you are liable to get yourself into difficulties by doing neither Constant dropping If you keep trying, you will be successful wears away a stone Cut your coat Adjust your expenditure according to according to your your resources cloth Diamond cuts Refers to two people equally matched in diamond wit or cunning. Discretion is the better It is useless to take unnecessary risks. part of valour Dog does not eat dog There is honor among thieves (members of a group) Don't change horses If we think it necessary to make changes, in mid-stream we must choose the right moment to make them Don't cross the bridge Don’t worry about something before it till you come to it has happened. Your fears may be groundless, for it may never happen Don't judge a book by Don't judge by appearances.
commit to user 331
perpustakaan.uns.ac.id
73
76
77
78
79 83
digilib.uns.ac.id
its cover. Don't put all your eggs Don’t risk everything by relying on one in one basket plan (by putting all one's money in one business). Empty vessels make The least intelligent people are often the the most noise. most talkative or noisy. Enough is as good as Moderation in all things. Do not go to a feast extremes Every cloud has a There is a positive or hopeful side to silver lining every unpleasant situation. Every jack has his Jill Everyone gets a mate in the end Every bullet has its Fate determines who shall be killed; billet quot. 1922 implies more generally that fate plays a part in all human affairs.
88
Faint heart never won fair lady
91
Fine feathers make fine birds Fine words butter no parsnips Full cup, steady hand
92
100
101
Give a dog a bad name and hang him
103
give credits where credit is due Give the devil his due
104
105
God tempers the wind to the shorn lamb
108
Good wine needs no bush
109
Great oaks from little acorns grow Ill weeds grow apace
125
These are words of encouragement to shy suitors. They recommend boldness, for none but the brave deserves the fair Smart clothing make a person look more impressive than he really is No amount of talking can replace action.
Used especially to caution against spoiling a comfortable or otherwise enviable situation by careless action Tell enough lies about a person and some of them will be believed. This may ruin the man’s reputation We should acknowledge the good points of even those we dislike or disapprove of Even the very bad sometimes do a good deed, so we should recognize the good points of others, even though they are not friends of ours God treats the weak with greater kindness than he shows to those better able to look after themselves High-quality goods need no advertising because people soon get to know about them Large successful operations can begin in a small way. Though the plants we value wall not grow I our gardens without endless care and attention, worthless weeds always thrive, and worthless people see to thrive also
commit to user 332
perpustakaan.uns.ac.id
127
128
134
135
148
151
164
167
173
178
185
186
191
192
196
200
205
206
207
208
digilib.uns.ac.id
In for a penny, in for a pound
If you start something, it's better to spend the time or money necessary to complete it It is a long lane that Bad times don’t go on for ever. Sooner has no turning or later things will improve Let sleeping dogs lie Don’t do anything that will stir up unnecessary trouble Let the cobbler stick to The proverb applies to anyone who tries his last to teach someone else his business Make hay while the Do not wait until tomorrow, for rain sun shines may ruin the harvest. We should always take advantage of favourable circumstances. Many hands make Sharing work makes work easier. light work No cross, no crown No one can expect to achieve anything worth while without pain No names, no packDon’t mention names in case anyone drill suffers One man's meat is People don't always like the same another man's poison things. People who live in One should not criticize others for glass houses shouldn't faults similar to one's own. throw stones Providence is always God is always in the side of the big on the side of the big battalion battalions Rain before seven, fine Things will improve after a bad start before eleven Set a beggar on When a man without money grows horseback, and he'll suddenly rich, he is liable to become the ride to the devil most arrogant of mortals Set a thief to catch a A thief knows all the tricks of the game, thief so it is best fitted to catch others engaged in it Spare the rod and If you don't punish a child when he does spoil the child wrong, you will spoil his character. Still waters run deep A quiet person can have much knowledge or wisdom. The cowl does not The wearing of such a garment does not make the monk turn a man into a holy man The darkest hour is Even when things seem at their very just before the dawn worst, they may shortly improve The devil finds work People who have no work, or are idle, for idle hands to do often get into or make trouble. Devil take the Those who have nothing useful to do and hindmost seek some way of passing the time are
commit to user 333
perpustakaan.uns.ac.id
209
213
214
216
217
219
220
221
222
225
226
227
232
235
236
237
digilib.uns.ac.id
The early bird catches the worm The gods send nuts to those who have no teeth The hand that rocks the cradle rules the world The last straw that breaks the camel's back
liable to drift into wrongdoing If you want to do something successfully, you should do it as soon as you can. In this life, we either have too little of what we do wan, or too much of what we do not want or cannot use Mother who look after their children are bringing up a new generation
If you increase a camel’s burden straw by straw, you will load him one straw too many and his back will be broken. This phrase refers to something that although small itself, comes after many other trouble some things and produces at last the feeling of being intolerable The last drop makes If a small trouble comes after many the cup run over other troubles it will produce the feeling of intolerable The pen is mightier Words and communication have greater than the sword effect than war and fighting. The proof of the The real value of something can be pudding is in he eating judged only after it has been tried or tested. The road to hell is It's not enough to intend to do paved with good something, you must actually do it. intentions The rotten apple One person can have a very bad injures its neighbour influence on others There is honour A thief will not hesitate to steal from an among thieves honest man, but is reluctant to steal from another thief They that sow the One evil leads to a worse wind shall reap the whirlwind Time and tide wait for Do not delay taking action. If an no man opportunity presents itself, decide quickly and act promptly Too many cooks spoil If too many people are involved in the broth something, it will not be done properly. Two blacks don't make Your faults are not excused by the faults a white of somebody else Two dogs are fighting While two persons are disputing over for a bone, a third something, somebody else takes runs away with it advantage of the fact that their attention is distracted Two heads are better It is an advantage to confer with than one somebody else before reaching an
commit to user 334
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
239
Two of a trade never agree
245 249
Walls have ears What is the good of a sundial in the shade? You cannot make an omelette without breaking eggs You cannot make bricks without straw You can't teach an old dog new tricks
256
257
258
important decision They are both too envious, each imagining that the other is cleverer or better off than he Be careful. People could be listening. Talents should not be hidden
You cannot expect something for nothing
Nothing can be made without the necessary materials A person who is used to doing things a certain way cannot change.
commit to user 335
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 3
commit to user 336
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 4
commit to user 337
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 5
commit to user 338
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user 339
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user 340
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 6
commit to user 341