STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA DI ZONA INTERTIDAL DESA WATUKARUNG, KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR
NANDIKE AYUDAH POETERI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Struktur Komunitas Gastropoda di Zona Intertidal Desa Watukarung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya menyatakan bahwa hak cipta di tangan penulis, namun baik departemen maupun instansi memiliki hak untuk memanfaatkan laporan maupun hasil dari penelitian. Bogor, November 2014 Nandike Ayudiah Poeteri NIM C54100036
_____________________________ * Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada kerja sama yang terkait
ABSTRAK NANDIKE AYUDIAH POETERI. Struktur Komunitas Gastropoda di Zona Intertidal Desa Watukarung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Dibimbing oleh DIETRIECH GEOFFREY BENGEN dan DWI ENY DJOKO SETYONO. Gastropoda merupakan kelas dengan jumlah jenis terbesar dari filum moluska, karena dapat beradaptasi dengan berbagai tipe habitat. Desa Watukarung dengan ciri khas pantai berbatu dan pasir merupakan salah satu habitat bagi hewan kelas gastropoda di zona intertidal. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian untuk mengetahui struktur komunitas gastropoda di wilayah tersebut. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2014 di Pantai Ngalorombo, Pantai Pasir Putih, dan Pantai Kasap. Metode yang digunakan adalah transek kuadrat ukuran 1 x 1 m2 dengan analisis berupa kepadatan, indeks Shannon-Wiener, indeks Eveness, indeks Simpson, dan korespondensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gastropoda yang ditemukan di tiga pantai tersebut terdiri dari 8 famili, 9 genera, dan 13 jenis. Kepadatan dan keanekaragaman jenis tertinggi dengan kategori sedang berada di Pantai Kasap. Keseragaman dan dominasi jenis di ketiga pantai tersebut termasuk kategori rendah. Hasil analisa korespondensi menunjukkan adanya kecenderungan gastropoda menyukai habitat pasir kasar dan batu serta kondisi kualitas air yang baik untuk kehidupan gastropoda. Kata kunci: Desa watukarung, gastropoda, struktur komunitas, zona intertidal
ABSTRACT NANDIKE AYUDIAH POETERI. Community Structure of Gastropod in The Watukarung Village Intertidal Zone, District of Pacitan, Java East Province. Under direction of DIETRIECH GEOFFREY BENGEN and DWI ENY DJOKO SETYONO. Gastropod is a class with the biggest number of species from the mollusk phylum, since it is able to adapt with any type of habitat. Watukarung Village, which has unique characteristic of its rocky beaches and sand dunes, is one of many habitats of gastropods in the intertidal zone. Thus, a basic information on the structure of the gastropods community in the area is required. Research was conducted in August 2014 in Ngalorombo Beach, Pasir Putih Beach, and Kasap Beach. Systematic sampling was applied using the quadratic plot of 1 x 1 m2, while data analyses comprised of density, Shannon-Wiener index, Eveness index, Simpson index, and correspondence analysis. The result showed that the gastropods were found consist of 8 families, 9 genera, and 13 species. The highest density and the most diverse of the category were ini Kasap Beach. Eveness index and Simpson index of the species in the three beaches were in the low category. There was a tendency of the gastropods to live in the coarse sand and stones with good water quality as their habitat, which was good for the gastropods live, as shown in the result of the correspondence’s analysis. Keyword: Community structure, gastropod, intertidal zone, Watukarung Village
STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA DI ZONA INTERTIDAL DESA WATUKARUNG, KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR
NANDIKE AYUDIAH POETERI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi Nama NIM
: Struktur Komunitas Gastropoda di Zona Intertidal Desa Watukarung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. : Nandike Ayudiah Poeteri : C54100036
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Dietriech G. Bengen, DEA Pembimbing I
Prof Dr Ir D. E. Djoko Setyono, MSc Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir I Wayan Nurjaya, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Struktur Komunitas Gastropoda di Zona Intertidal Desa Watukarung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur” ini dapat diselesaikan. Skripsi disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Dietriech Geoffrey Bengen, DEA dan Prof. Dr. Ir. Dwi Eny Djoko Setyono, M.Sc selaku dosen pembimbing. 2. Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA selaku dosen penguji. 3. Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik. 4. Bapak Ktut Aryono Pratikto, Ibu Dina Permanasari, Andika Dewanto Poetera, dan Nandike Azharia Rizky Poeteri selaku keluarga yang memberikan bantuan berupa doa, semangat, dan materi. 5. Bapak Slamet dan Ibu Harmini selaku warga Desa Watukarung yang banyak membantu selama penelitian di lapang. 6. Ardiyanto, Mega Margaretha Rachmadianti, Hollanda Arief Kusuma, YuliYana Mubarokah, Era Sari, Novi Dwi Indriyani, dan ITK 47 yang telah memberikan bantuan, semangat serta dukungan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa depan. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat. Bogor, November 2014 Nandike Ayudiah Poeteri
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Tempat Penelitian
2
Bahan
3
Alat
3
Prosedur Tahapan Penelitian
3
Penentuan Stasiun
3
Pengamatan Gastropoda
3
Pengambilan Contoh Substrat
3
Parameter Lingkungan
4
Analisis Data
5
Kepadatan
5
Indeks Keanekaragaman (H')
5
Indeks Keseragaman (E)
6
Indeks Dominasi (D)
6
Hubungan Jenis Gastropoda dengan Karakteristik Habitat
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Kondisi Umum Wilayah Penelitian
7
Karakteristik Fisika – Kimia Perairan
8
Karakteristik Fisika – Kimia Substrat Dasar
9
Aliran Energi di Zona Intertidal Desa Watukarung
10
Struktur Komunitas Gastropoda di Zona Intertidal Desa Watukarung
11
Kepadatan Gastropoda
11
Keanekaragaman Gastropoda
12
Keseragaman Gastropoda
13
Dominasi Gastropoda
13
Hubungan Jenis Gastropoda dengan Karakteristik Habitat
14
SIMPULAN DAN SARAN
15
Simpulan
15
Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
18
RIWAYAT HIDUP
22
DAFTAR TABEL 1 2 3 4
Parameter kualitas air yang diukur serta alat yang digunakan Parameter fisika – kimia perairan di Pantai Desa Watukarung Parameter fisika – kimia substrat di Pantai Desa Watukarung Kepadatan jenis gastropoda (ind/m2) di tiga lokasi penelitian
5 8 9 11
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lokasi penelitian di Pantai Desa Watukarung, Jawa Timur Skema transek plot pengambilan contoh substrat Skema penentuan dan penempatan transek Kondisi wilayah pantai di Desa Watukarung Jaring-jaring makanan di zona intertidal Desa Watukarung Grafik indeks keanekaragaman (H’) gastropoda di Pantai Desa Watukarung Grafik indeks keseragaman (E) gastropoda di Pantai Desa Watukarung Grafik indeks dominasi (D) gastropoda di Pantai Desa Watukarung Hasil Analisis Koresponden jenis gastropoda dengan habitat
2 4 4 7 10 12 13 14 14
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3
Dokumentasi jenis gastropoda dan biota asosiasi Matriks data Analisis Koresponden Tabel kontingensi Analisis Koresponden
18 20 20
PENDAHULUAN Latar Belakang Secara umum kekerangan merupakan kelompok hewan tidak bertulang belakang. Sebagian besar memiliki cangkang yang digunakan untuk melindungi tubuhnya. Bentuk cangkang terbagi dua, yaitu cangkang ganda yang disebut sebagai kerang (bivalvia) dan cangkang tunggal yang disebut sebagai siput (gastropoda) (Setyono 2007). Gastropoda merupakan kelas dengan jumlah jenis terbesar, karena merupakan kelas dari filum moluska yang paling berhasil beradaptasi dengan berbagai tipe habitat perairan laut dan tawar hingga lingkungan daratan. Saat ini gastropoda diperkirakan terdiri dari 140.000 jenis (Setyobudiandi et al. 2010). Kabupaten Pacitan terletak di ujung barat daya Provinsi Jawa Timur. Wilayah Kabupaten Pacitan memiliki garis pantai yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Desa Watukarung terletak di sebelah barat ibukota Kecamatan Pringkuku yang sebagian besar wilayahnya berupa kawasan pantai. Desa ini memiliki sembilan kawasan pantai yang menjadi salah satu sumber penghasilan masyarakat dibidang perikanan dan pariwisata, selain bercocok tanam. Pantai ini mempunyai jarak tempuh dari pusat Kota Pacitan kurang lebih 40 km. Pantai yang langsung berhadapan dengan samudera hindia ini memiliki ombak yang besar, sehingga pantai di Desa Watukarung menjadi tujuan wisata olah raga khususnya surfing (berselancar). Wisatawan yang datang bukan dari negara Indonesia saja, tetapi dari berbagai negara di dunia. Selain aktivitas surfing, disana juga terdapat aktivitas yang dilakukan oleh warga sekitar yaitu memancing. Selain itu, desa ini memiliki sebuah dermaga yang dipenuhi oleh kapal-kapal nelayan dan terdapat tempat pelelangan ikan yang menawarkan hasil tangkapan para nelayan. Tiga dari sembilan kawasan pantai di Desa Watukarung yang menjadi sektor perikanan khususnya kekerangan atau siput adalah Pantai Ngalorombo, Pantai Pasir Putih, dan Pantai Kasap. Tekstur pantai yang didominasi oleh batu dan pasir merupakan habitat yang cocok bagi hewan kelas gastropoda yang hidup di zona intertidal. Zona intertidal merupakan daerah pasang surut yang dipengaruhi oleh kegiatan pantai dan laut serta berhubungan langsung dengan aktivitas manusia, sehingga kawasan ini mudah dijangkau oleh manusia untuk mengambil organisme pada saat air laut surut (Yulianda et al. 2013). Penelitian tentang struktur komunitas gastropoda di zona intertidal Desa Watukarung diperlukan sebagai suatu kajian untuk mengetahui struktur komunitas yang dapat digunakan sebagai salah satu indikator status populasi untuk pengelolaan sumberdaya perikanan.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengkaji struktur komunitas gastropoda, tipe substrat, dan melihat hubungan antar lokasi terhadap keberadaan gastropoda di zona intertidal Desa Watukarung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, khususnya di Pantai Ngalorombo, Pantai Pasir Putih, dan Pantai Kasap.
2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang komunitas gastropoda di zona intertidal Desa Watukarung kepada masyarakat sehingga dapat dikelola dan dimanfaatkan tanpa merusak kelestariannya.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 di zona intertidal Desa Watukarung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Lokasi penelitian meliputi Pantai Ngalorombo, Pantai Pasir Putih, dan Pantai Kasap yang berada di wilayah Desa Watukarung. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Lokasi penelitian di Pantai Desa Watukarung, Jawa Timur Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode transek kuadrat yang ditarik tegak lurus garis pantai hingga 40 meter menuju tubir di zona intertidal sebelum daerah pecah ombak, disesuaikan dengan kondisi lapangan. Analisis sampel substrat dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
3 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel gastropoda yang ditemukan, lembar data untuk pengamatan gastropoda, sampel substrat atau sedimen dari lokasi penelitian yang telah ditentukan, dan tabel pasang–surut. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah transek kuadrat (1 x 1 m2), alat tulis (newtop, pensil), roll meter, plastik sampel, kertas label, GPS Garmin eTrex, water quality checker untuk mengukur kandungan oksigen terlarut, suhu perairan, serta pH, refraktometer untuk mengukur kadar salinitas, dan kamera digital untuk mengambil dokumentasi gambar.
Prosedur Tahapan Penelitian Penentuan Stasiun Penentuan stasiun penelitian dilakukan pada saat survei pendahuluan, yaitu menentukan/memilih lokasi yang sesuai dengan habitat gastropoda. Penentuan stasiun dilakukan dengan mengamati kondisi lingkungan secara visual pada saat air surut. Pengamatan Gastropoda Pengamatan komunitas gastropoda dilakukan dengan menggunakan metode transek kuadrat. Plot transek yang digunakan berukuran 1 x 1 m2 dan di dalamnya terdapat 16 kuadran berukuran 0,25 x 0,25 m2 (Gambar 2). Pengamatan gastropoda dilakukan secara langsung dalam plot transek ukuran 1 x 1 m2 yang meliputi jumlah dari setiap jenis yang didapat. Gastropoda yang diamati hanyalah individu-individu yang berada di permukaan substrat atau yang menempel pada batu. Identifikasi jenis gastropoda berpedoman pada buku Abbot (1969) dengan judul Indo-Pacific Mollusca dan website ilmiah yaitu www.gastropods.com Pengambilan Contoh Substrat Pengambilan contoh substrat pada habitat gastropoda dilakukan pada beberapa plot transek dengan cara mengambil langsung substrat yang mewakili wilayah pengamatan dan disimpan dalam plastik sampel untuk dianalisis lebih lanjut.
4
Gambar 2 Skema transek plot pengambilan contoh substrat Setiap substasiun yang telah ditentukan pada masing-masing stasiun dibentangkan garis/tali transek sepanjang 40 meter tegak lurus terhadap garis pantai. Setiap titik transek ditempatkan plot transek secara bersilang pada kiri dan kanan garis transek dengan jarak antar titik transek 10 meter. Ilustrasi penempatan plot transek pada salah satu stasiun dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Skema penempatan dan penentuan plot transek Parameter Lingkungan Pengukuran parameter lingkungan seperti kualitas air dan substrat dilakukan untuk mengetahui kondisi habitat gastropoda. Variabel yang diukur serta alat yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.
5 Tabel 1 Parameter kualitas air yang diukur serta alat yang digunakan. Parameter Unit Alat Keterangan Kualitas air: - Suhu °C Water quality checker In situ (Lutron DO-5510) - Salinitas ‰ Hand Refractometer In situ - Oksigen terlarut mg/L Water quality checker In situ (Lutron DO-5510) - pH Water quality checker In situ (HI 8915 ATC) Substrat: - Fraksi substrat % Saringan bertingkat Laboratorium - TOM % Gravimetrik Laboratorium Analisis Data Kepadatan Kepadatan gastropoda didefinisikan dengan jumlah biota persatuan luas (Fachrul 2007). Kepadatan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
K dimana: K = Kepadatan gastropoda (ind/m2); ni = Jumlah gastropoda (individu); A = Luas area pengambilan contoh (m2). Indeks Keanekaragaman (H’) Keanekaragaman jenis gastropoda dianalisis dengan menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (Bakus 2007): s
H
∑ i 1
dimana: H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener; Pi =Jumlah individu spesies ke-i per jumlah individu total (ni/N). Hubungan antara indeks keanekaragaman (H’) dengan stabilitas komunitas gastropoda dinyatakan dalam tiga kisaran stabilitas menurut Krebs (1985) dalam Silulu et al. (2013) yaitu: 0 < H’ 1 = Keanekaragaman jenis rendah (tidak stabil) 1 < H’ 3 = Keanekaragaman jenis sedang H’ > 3 = Keanekaragaman jenis tinggi (stabil)
6 Indeks Keseragaman (E) Keseragaman dapat dikatakan sebagai keseimbangan di dalam suatu komunitas yaitu komposisi jumlah individu tiap jenis dalam suatu komunitas. Analisis keseragaman jenis dapat dihitung menggunakan indeks keseragaman Eveness (Bakus 2007): E
H H ma
H ma log2 S dimana: E= Indeks keseragaman; H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener; H max = Keanekaragaman jenis maksimum (log2 S); S = Jumlah jenis. Menurut Brower dan Zar (1990) nilai indeks keseragaman berkisar antara 0 sampai 1. Indeks keseragaman mendekati nilai 0, maka di dalam ekosistem tersebut terdapat kecenderungan memiliki salah satu jenis yang mendominasi. Sedangkan nilai indeks keseragaman mendekati 1, maka di dalam ekosistem tersebut terdapat kecenderungan kondisi yang relatif baik, yaitu jumlah individu tiap jenis relatif sama. Indeks Dominasi (D) Ada tidaknya dominasi jenis pada suatu komunitas dapat dilihat dari indeks dominasi (D). Indeks dominasi dihitung dengan indeks dominasi Simpson (Fachrul 2007): ∑( ) dimana: D = Indeks dominasi; Pi =Jumlah individu spesies ke-i per jumlah individu total (ni/N). Menurut Odum (1998) Nilai indeks dominansi (D) berkisar antara 0 sampai 1, yaitu: 0 < D < 0,5 = Tidak ada jenis yang mendominasi 0,5 < D < 1 = Ada jenis yang mendominasi Jika nilai D mendekati 0 memiliki kecenderungan tidak ada jenis yang mendominasi dan sebaliknya apabila nilai D mendekati 1, maka ada satu jenis yang mendominasi. Hubungan Jenis Gastropoda dengan Karakteristik Habitat Adanya interaksi suatu organisme dengan karakteristik habitat tertentu dapat dipakai sebagai indikasi hadir tidaknya organisme pada suatu tempat dengan kepadatan tertentu. Hubungan antara jenis gastropoda dengan karakteristik habitat di substasiun pengamatan ditentukan dengan Analisis Koresponden (Bengen 2000), yang didasarkan pada matriks data i baris (jumlah dan jenis gastropoda)
7 dan j kolom (substasiun), dimana jumlah dan jenis gastropoda ke-i untuk substasiun ke-j terdapat pada baris ke-i dan kolom ke-j. Matriks datanya merupakan tabel jumlah dan jenis gastropoda dengan substasiun (Lampiran 2). Analisis koresponden menghasilkan suatu grafik dari baris dan kolom yang tergabung pada satu grafik yang sama. Pengerjaan analisis koresponden menggunakan software Minitab15.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Wilayah Penelitian Desa Watukarung terletak di Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Desa ini merupakan salah satu sumber penghasil ikan bagi masyarakat Pacitan. Desa ini memiliki sembilan kawasan pantai yang tiga diantaranya sering didatangi warga desa untuk mengambil biota laut pada saat air laut surut. Pantai tersebut adalah Pantai Ngalorombo, Pantai Pasir Putih, dan Pantai Kasap. Kondisi fisik ketiga pantai tersebut hampir mirip yaitu pantai dengan struktur berbatu dan pasir (Gambar 4).
(A)
(B)
(C) Gambar 4 Kondisi wilayah Pantai Ngalorombo (A), Pantai Pasir Putih (B), dan Pantai Kasap (C) di Desa Watukarung
8 Ciri khas Pantai Ngalorombo adalah adanya pulau-pulau yang menjadi penghalang bagi masuknya ombak ke daerah pantai, sehingga air yang masuk tidak menghancurkan struktur pantai berbatu yang ditumbuhi dengan terumbu karang. Pantai Ngalorombo terletak di dekat pemukiman warga Dusun Ketro, dan pada saat surut warga datang ke pantai untuk mengambil siput atau rumput laut untuk dijadikan bahan pangan tambahan. Tumbuhnya terumbu karang di pantai menyebabkan menurunnya jumlah siput yang dapat diambil oleh warga di pantai tersebut, karena tertutupnya habitat siput oleh terumbu karang (Gambar 4A), sehingga lumut atau makroalga sebagai pakan gastropoda/siput laut berkurang. Terumbu karang di Pantai Ngalorombo merupakan terumbu karang yang masih dapat hidup di daerah intertidal yang terpapar udara dan sinar matahari pada saat surut. Pantai Pasir Putih memiliki struktur pantai berbatu dan pasir yang mirip seperti Pantai Kasap (Gambar 4B dan 4C). Pada saat air surut, di kedua pantai tersebut terdapat genangan air. Salah satu ciri khas dari pantai berbatu adalah genangan-pasang dengan berbagai ukuran, kedalaman, dan lokasi. Pantai Pasir Putih merupakan pantai kedua yang sering dikunjungi warga desa untuk mencari siput dan rumput laut. Hampir semua jenis siput yang dijumpai di pantai tersebut dijadikan bahan pangan tambahan bagi warga Desa Watukarung. Pantai Pasir Putih dan Kasap memiliki wilayah pantai yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Terbukanya wilayah pantai ini mengakibatkan masuknya ombak yang kuat ke daerah pantai pada saat pasang. Karakteristik Fisika – Kimia Perairan Hasil pengukuran nilai parameter fisika dan kimia perairan di tiga lokasi pengamatan yaitu Pantai Ngalorombo, Pantai Pasir Putih, dan Pantai Kasap menunjukkan nilai yang berbeda. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Parameter Fisika – Kimia Perairan di Pantai Desa Watukarung Parameter Fisika - Kimia Suhu (˚C) Salinitas (‰) DO (mg/L) pH
Ngalorombo 24,8 ± 0,00 31 ± 0,33 8,4 ± 0,17 8,5 ± 0,06
Stasiun Pasir Putih 25,5 ± 0,15 31 ± 0,88 8,1 ± 0,13 8 ± 0,05
Kasap 25,2 ± 0,57 34 ± 0,00 8,2 ± 0,03 9,1 ± 0,05
Pengambilan data parameter fisika – kimia perairan dilakukan secara in situ pada waktu surut sore hari. Kisaran suhu perairan di ketiga lokasi yaitu 24,8±0,00 – 25,5±0,15 ˚C (Tabel 2). Suhu tertinggi dijumpai di Pantai Pasir Putih (25,5±0,57 ˚C) dan terendah di Pantai Ngalorombo (24,8±0,00 ˚C). Menurut Nybakken (1988) dalam Tarigan dan Edward (2003), suhu di perairan tropis pada umumnya berkisar 20–30 ˚C. Oleh karena itu suhu hasil pengamatan di tiga pantai tersebut masih dalam kategori normal untuk kehidupan biota laut. Birowo (1982) dalam Tarigan dan Edward (2003) menyatakan salinitas di perairan Indonesia pada umumnya berkisar 30 – 35 ‰. Salinitas di ketiga pantai tersebut berkisar antara 31±0,33 ‰ dan 34±0,00 ‰ (Tabel 2). Salinitas tertinggi
9 berada di Pantai Kasap yaitu 34±0,00 ‰. Nilai salinitas yang tinggi tersebut diduga disebabkan oleh tidak adanya masukan air tawar dari daratan dan pola pertukaran massa air di lokasi tersebut serta adanya faktor penguapan air dari pemanasan oleh cahaya matahari pada waktu surut. Dissolved Oxygen (DO) merupakan oksigen yang terlarut dalam suatu perairan yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup. Hasil pengukuran DO di tiga pantai tersebut menunjukkan kisaran 8,1±0,13 – 8,4±0,17 mg/L (Tabel 2). Nilai DO tertinggi berada di Pantai Ngalorombo (8,4±0,17 mg/L) dan terendah di Pantai Pasir Putih (8,1±0,13 mg/L). Menurut Kepmen LH No. 51 Tahun 2004, DO untuk perairan yang masih alami menunjukkan nilai >5 mg/L. Pergerakan ombak juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap kandungan oksigen melalui proses pencampuran, sehingga gas-gas atmosfer dapat masuk ke dalam air dan meningkatkan kandungan oksigen (Nybakken dan Bertness 2005). Rata-rata nilai pH di tiga pantai pengamatan menunjukkan kisaran 8,0 – 9,1 (Tabel 2). Nilai pH tertinggi berada di Pantai Kasap (9,1) dan terendah di Pantai Pasir Putih (8,0). Nilai pH yang tinggi diduga disebabkan oleh tidak adanya masukan air tawar dari daratan dan pola pertukaran massa air yang kurang sempurna serta adanya faktor penguapan air dari pemanasan oleh cahaya matahari pada waktu surut. Karakteristik Fisika – Kimia Substrat Dasar Substrat dasar suatu perairan akan menentukan keberadaan organisme bentos khususnya gastropoda. Hasil pengukuran parameter fisika – kimia substrat dasar Pantai Ngalorombo, Pantai Pasir Putih, dan Pantai Kasap disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3 Parameter Fisika – Kimia Substrat di Pantai Desa Watukarung Stasiun Ngalorombo Pasir Putih Kasap
Pasir Sangat Kasar 42,1 28,7 5,0
Fraksi (%) Pasir Pasir Kasar Sedang 45,8 11,8 56,9 14,3 72,5 20,8
Pasir Halus 0,3 0,1 0,7
TOM (%) 1,9 2,63 1,93
Zona intertidal di Ngalorombo, Pasir Putih, dan Kasap memiliki struktur berbatu dan terdapat pasir. Menurut Blott dan Pye (2001), persentase fraksi substrat pasir dikelompokan menjadi 4 macam yaitu pasir sangat kasar, pasir kasar, pasir sedang, dan pasir halus. Hasil analisa substrat di ketiga zona intertidal tersebut menunjukkan bahwa persentase fraksi substrat pasir didominasi oleh pasir kasar (Tabel 3). Total Organic Matter (TOM) atau bahan organik total merupakan gambaran dari kandungan bahan organik total suatu perairan, yaitu bahan organik terlarut, tersuspensi, dan koloid. Nilai TOM yang didapatkan diketiga zona intertidal yang diamati berkisar antara 1,9 – 2,63 % (Tabel 3). Nilai TOM tertinggi berada di Pantai Pasir Putih (2,63 %) dan terendah di Pantai Ngalorombo (1,9 %). Menurut
10 Baslim (2001), kandungan TOM di dalam sedimen memiliki nilai lebih dari 15 %, maka perairan tersebut tergolong subur. Karena nilai TOM di ketiga zona intertidal yang diteliti tidak mencapai 15 %, maka zona intertidal di Ngalorombo, Pasir Putih, dan Kasap digolongkan sebagai perairan yang tidak subur. Menurut Nybakken dan Bertness (2005), pantai yang didominasi dengan struktur pasir kasar akan cepat mengalirkan air ketika surut, sehingga TOM yang didapatkan memiliki nilai yang kecil karena pasir kasar tidak dapat menampung bahan organik lebih lama. Selain itu faktor lain yang menyebabkan rendahnya persentase TOM adalah tidak adanya masukan bahan organik dari daratan ke perairan. Aliran Energi di Zona Intertidal Desa Watukarung Ekosistem adalah suatu sistem yang saling terkait antara organisme hidup dan organisme tak hidup atau lingkungan fisiknya. Suatu interaksi dalam ekosistem yang menyediakan nutrisi untuk setiap makhluk hidup sangat diperlukan untuk pemeliharaan diri, pertumbuhan, dan perkembangbiakan. Jaringjaring makanan merupakan rantai makanan yang saling berhubungan yaitu proses makan dan dimakan yang mengakibatkan terjadinya perpindahan energi dari satu organisme ke organisme lainnya (Odum 1998). Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Jaring-jaring makanan di Zona Intertidal Desa Watukarung Gambar 5 merupakan contoh jaring-jaring makanan yang terdapat di zona intertidal Desa Watukarung. Rumput laut atau mikroalga berperan sebagai produsen yang memiliki kemampuan untuk memproduksi makanannya sendiri. Gastropoda, bulu babi, dan bivalvia berperan sebagai konsumen pertama yang bergantung pada produsen sebagai sumber energinya. Kelabang laut dan kepiting berperan sebagai konsumen kedua atau predator bagi konsumen tingkat pertama. Selanjutnya makhluk hidup yang mati akan menjadi detritus. Detritus adalah hasil dari penguraian makhluk hidup yang telah mati.
11 Struktur Komunitas Gastropoda di Zona Intertidal Pantai Desa Watukarung Hasil identifikasi Kelas Gastropoda yang ditemukan di zona intertidal Desa Watukarung terdiri dari 8 famili, 9 genera, dan 13 jenis. Hasil tersebut merupakan total dari tiga lokasi penelitian yaitu Pantai Ngalorombo, Pantai Pasir Putih, dan Pantai Kasap. Delapan famili dari Kelas Gastropoda yang ditemukan yaitu Famili Muricidae terdiri dari 2 jenis, Famili Cypraeidae terdiri dari 5 jenis, serta Famili Fasciolariidae, Bursidae, Turbinidae, Conidae, Strombidae, dan Cymatiidae, masing-masing terdiri dari 1 jenis. Kepadatan Gastropoda Kepadatan gastropoda didefinisikan dengan jumlah biota persatuan luas (m2) yang merupakan perbandingan antara jumlah total individu setiap jenis yang berada pada suatu komunitas (Brower dan Zar 1990). Kepadatan total dari 13 jenis gastropoda yang ditemukan di ketiga pantai sebesar 51 ind/m2, dengan sebaran kepadatan masing-masing jenis disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 Kepadatan jenis gastropoda (ind/m2) di tiga lokasi penelitian Spesies MURICIDAE Morula granulata Drupa morum morum CYPRAEIDAE Cypraea chinensis Cypraea caputserpentis Cypraea annulus Cypraea moneta Cypraea arabica FASCIOLARIIDAE Filifusus filamentosus BURSIDAE Bursa cruentata TURBINIDAE Turbo argyrostomus CONIDAE Conus miles STROMBIDAE Lambis chiragra CYMATIIDAE Cymatium rubeculum
Nama Lokasi Ngalorombo Pasir Putih
Kasap
1 -
3 -
1 2
1 1 -
2 1 1 -
2 7 8 1
-
-
1
2
1
-
1
1
1
3
5
3
-
1
-
1
-
-
12 Kepadatan jenis dari kelas gastropoda yang berada di ketiga pantai Desa Watukarung memiliki kepadatan jenis yang bervariasi (Tabel 4), yaitu kepadatan jenis tertinggi berada di Pantai Kasap sebanyak 26 ind/m2, kemudian Pantai Pasir Putih sebanyak 15 ind/m2, dan terendah di Pantai Ngalorombo sebanyak 10 ind/m2. Jumlah jenis yang ditemukan di Pantai Kasap sebanyak 9 jenis. Hal ini diduga bahwa jenis-jenis gastropoda yang ditemukan tersebut cocok dengan habitat yang didominasi dengan batu dan pasir kasar. Jumlah individu yang didapatkan dari masing-masing lokasi berjumlah sedikit diduga karena adanya faktor pembatas dari siklus hidup gastropoda. Salah satunya adalah pergerakan ombak yang kuat. Pergerakan ombak yang kuat pada zona intertidal dapat menurunkan jumlah atau ukuran dari masing-masing jenis gastropoda (Boulding et al. 1999). Selain itu pergerakan ombak yang kuat akan memindahkan partikel halus sebagai suspensi dan menyisakan pasir (Nybakken dan Bertness 2005). Adanya biota asosiasi yaitu kelabang laut (Nereis virens) yang terdapat di Pantai Ngalorombo, Pantai Pasir Putih, dan Pantai Kasap diduga mengurangi jumlah individu gastropoda dari ketiga pantai tersebut karena kelabang laut (Nereis virens) dapat menjadi predator bagi biota laut yang hidup berasosiasi dengannya (Nielsen et al. 1995) (Lampiran 1). Keanekaragaman Gastropoda Hasil analisis menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman jenis ShannonWiener bervariasi menurut lokasi yang berbeda yaitu, Pantai Ngalorombo, Pantai Pasir Putih, dan Pantai Kasap (Gambar 6). 1.8642
2.0
Nilai H'
1.6 1.2
1.3083 0.9798
0.8 0.4 0.0 NGALOROMBO
PASIR PUTIH
KASAP
Gambar 6 Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) gastropoda di Pantai Desa Watukarung Indeks keanekaragaman (H’) di Pantai Kasap menunjukkan nilai tertinggi dibandingkan dengan dua pantai lainnya yaitu H’ 1,8642, kemudian diikuti oleh Pantai Pasir Putih, H’ 1,3083, dan nilai terendah dijumpai di Pantai Ngalorombo, H’ 0,9798 (Gambar 6). Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman menurut Krebs (1985) dalam Silulu et al. (2013), Pantai Kasap dan Pantai Pasir Putih memiliki keanekaragaman jenis yang sedang yaitu diantara 1 < H’ ≤ 3, sedangkan Pantai Ngalorombo memiliki keanekaragaman jenis yang rendah yaitu 0 < H’ ≤ 1. Suatu komunitas dapat dikatakan memiliki keanekaragaman yang tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak jenis dan sebaliknya suatu komunitas
13 dikatakan memiliki keanekaragaman yang rendah atau tidak stabil jika komunitas tersebut disusun oleh sedikit jenis (Odum 1998). Keseragaman Gastropoda Hasil analisis indeks keseragaman Eveness yang didapatkan di ketiga lokasi penelitian bervariasi menurut pantai yang berbeda. Nilai indeks keseragaman Eveness pada Pantai Ngalorombo, Pantai Pasir Putih, dan Pantai Kasap disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 7. 1.0
Nilai E
0.8 0.6 0.4
0.5038 0.2648
0.3535
0.2 0.0 NGALOROMBO
PASIR PUTIH
KASAP
Gambar 7 Indeks keseragaman Eveness (E) gastropoda di Pantai Desa Watukarung Gambar 7 menunjukkan bahwa Pantai Kasap memiliki nilai indeks keseragaman tertinggi dibandingkan dengan dua pantai lainnya, yaitu E=0,5038, kemudian diikuti oleh Pantai Pasir Putih, E=0,3535, dan terendah di Pantai Ngalorombo, E=0,2648. Menurut Brower dan Zar (1990) nilai indeks keseragaman berkisar antara 0 sampai 1. Indeks keseragaman mendekati nilai 0, dapat dikatakan kecenderungan memiliki salah satu jenis yang mendominasi, sedangkan nilai indeks keseragaman mendekati 1 dapat dikatakan bahwa di dalam ekosistem tersebut terdapat kecenderungan kondisi yang relatif baik, yaitu jumlah individu tiap jenis yang relatif sama. Pantai Ngalorombo, Pasir Putih, dan Kasap memiliki kecenderungan nilai indeks keseragaman (E) mendekati 0 yang dapat dikatakan bahwa di masing-masing pantai tersebut memiliki dominasi jenis yang berbeda. Hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 4, yaitu tidak meratanya jumlah individu dari masing-masing spesies dalam famili yang berbeda. Pantai Kasap didominasi oleh Famili Cypraeidae dengan total kepadatan individu masingmasing sebesar 18 ind/m2, sedangkan Pantai Pasir Putih dan Pantai Ngalorombo didominasi oleh Famili Conidae dengan total kepadatan individu masing-masing sebesar 5 ind/m2 dan 3 ind/m2. Dominasi Gastropoda Hasil analisis indeks dominasi di ketiga pantai yang diamati, yaitu Pantai Ngalorombo, Pantai Pasir Putih, dan Pantai Kasap, menunjukkan bahwa masingmasing lokasi memiliki nilai indeks dominasi Simpson yang berbeda (Gambar 8).
14
Nilai D
0.3
0.2 0.1
0.0515 0.0069
0.0165
NGALOROMBO
PASIR PUTIH
0.0 KASAP
Gambar 8 Indeks dominasi Simpson (D) gastropoda di Pantai Desa Watukarung Gambar 8 menunjukkan bahwa Pantai Kasap memiliki nilai indeks dominasi tertinggi dibandingkan dengan dua pantai lainnya, yaitu D=0,0515, kemudian dikuti oleh Pantai Pasir Putih, D=0,0165, dan terendah Pantai Ngalorombo, D=0,0069. Menurut Odum (1998), nilai indeks dominasi Simpson (D) berkisar antara 0 sampai 1. Masing-masing pantai yang diamati memiliki nilai indeks dominasi (D) berada diantara kisaran nilai 0 < D < 0,5. Hal ini membuktikan bahwa di ketiga lokasi yang diamati menunjukan adanya kecenderungan tidak terdapat jenis gastropoda yang mendominasi secara nyata. Hubungan Jenis Gastropoda dengan Karakteristik Habitat Hasil analisis hubungan antara jumlah jenis gastropoda dengan karakteristik habitat di masing-masing substasiun pengamatan menggunakan Analisis Koresponden disajikan pada Gambar 9.
Substasiun
Jenis Gastropoda
Gambar 9 Hasil Analisis Koresponden antara jenis gastropoda dengan habitatnya
15 Keterangan: Mog=Morula granulata, Dmm=Drupa morum morum, Cca=Cypraea caputserpentis, Cch=Cypraea chinensis, Can=Cypraea annulus, Cmo=Cypraea moneta, Car=Cypraea Arabica, Bct=Bursa cruentata, Ffs=Filifusus filamentosus, Tar=Turbo argyrostomus, Csm=Conus miles, Lbc=Lambis chiragra, Crb=Cymatium rubeculum; SK=Substasiun Kasap, SN=Substasiun Ngalorombo, SP=Substasiun Pasir Putih.
Hasil Analisis Koresponden menunjukkan bahwa nilai akar ciri pada sumbu 1 sebesar 0,6137 dan sumbu 2 sebesar 0,2520. Sumbu 1 dapat menjelaskan informasi yang ada sebesar 43,21% dari keragaman total, sedangkan sumbu 2 sebesar 17,74%, sehingga total dari hubungan yang dapat dijelaskan dalam analisis ini sebesar 60,95% (Lampiran 3). Pada Gambar 9 terlihat bahwa habitat di Substasiun Kasap 1, Substasiun Kasap 2, dan Substasiun Kasap 3 dengan karakteristik fisika-kimia perairan yaitu suhu sebesar 25,2±0,57 ˚C, salinitas sebesar 34±0,00 ‰, DO sebesar 8,2±0,03 mg/L, dan pH sebesar 9,1±0,05 serta karakteristik fisika-kimia substrat dasar yang didominasi oleh pasir kasar (72,5 %) dan TOM (1,93 %) ditemukan gastropoda jenis Cypraea arabica, Cypraea annulus, Cypraea moneta, Drupa morum morum, dan Filifusus filamentosus. Substasiun Pasir Putih 1 dan Substasiun Pasir Putih 2 memiliki karakteristik fisika-kimia perairan yaitu suhu sebesar 25,5±0,15 ˚C, salinitas sebesar 31±0,88 ‰, DO sebesar 8,1±0,13 mg/L, pH sebesar 8±0,05 serta karakteristik fisika-kimia substrat dasar yang didominasi oleh pasir kasar (56,9 %) dan TOM (2,63 %) ditemukan gastropoda jenis Morula granulata dan Cypraea chinensis. Substasiun Ngalorombo 1, Substasiun Ngalorombo 2, Substasiun Ngalorombo 3 dan Substasiun Pasir Putih 3 memiliki karakteristik jenis gastropoda yang sama yaitu Cymatium rubeculum, Lambis chiragra, Conus miles, Cypraea caputserpentis, dan Bursa cruentata. Hal ini diduga bahwa jenis gastropoda yang terdapat disana menyukai karakteristik fisika-kimia perairan dengan suhu sebesar 24,8±0,00 ˚C, salinitas sebesar 31±0,33 ‰, DO sebesar 8,4±0,17 mg/L, dan pH sebesar 8,5±0,06 serta karakteristik fisika-kimia substrat dasar yang didominasi oleh pasir kasar (45,8 %) dan TOM (1,90 %). Gatropoda jenis lainnya yaitu Turbo argyrostomus tidak memiliki kedekatan pada substasiun manapun, hal ini diduga bahwa Turbo argyrostomus tersebar merata dan menyukai habitat pada masingmasing substasiun dengan jumlah yang tidak banyak.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Gastropoda yang ditemukan di zona intertidal Desa Watukarung terdiri dari 8 famili, 9 genera, dan 13 jenis. Kepadatan gastropoda tertinggi berada di Pantai Kasap, diikuti oleh Pantai Pasir Putih dan Pantai Ngalorombo. Keanekaragaman jenis gastropoda tertinggi berada di Pantai Kasap dengan kategori sedang, sedangkan pada Pantai Ngalorombo dan Pantai Pasir Putih berkategori rendah. Keseragaman jenis gastropoda pada Pantai Ngalorombo, Pantai Pasir Putih, dan Pantai Kasap cenderung memiliki jenis yang tidak tersebar merata di tiga lokasi tersebut. Tidak ada jenis gastropoda yang mendominasi di Pantai Ngalorombo, Pantai Pasir Putih, dan Pantai Kasap.
16 Jenis-jenis gastropoda yang terdapat di tiga lokasi penelitian menyukai habitat berbatu yang didominasi oleh pasir kasar. Kondisi kualitas air yang terdapat di Pantai Ngalorombo, Pantai Pasir Putih, dan Pantai Kasap masih tergolong baik untuk kehidupan gastropoda. Hubungan antara jenis gastropoda dengan stasiun penelitian cenderung menyukai tempat yang disesuaikan dengan adanya kemiripan atau kesamaan karakteristik habitat yang disukai oleh jenisjenis gastropoda yang didapatkan. Saran Perlu penelitian mengenai kelas ukuran gastropoda secara spasial dan temporal, serta hubungannya dengan karakteristik habiatat atau ekosistem pesisir.
DAFTAR PUSTAKA Abbot RT. 1969. Indo – Pacific Mollusca.Academy of Natural Sciences of Philadelphia. Philadelphia, Pennsylvania, USA. 1: 147 - 174 pp. Bakus GJ. 2007. Quantitative Analysis of Marine Biological Communities: Field biology and environment. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey. 435 hal. Baslim. 2001. Hubungan Beberapa Parameter Oseanografi dengan Kelimpahan Makrozoobentos di Perairan Muara Sungai Tallo Kecamatan Ujung Tanah. [Skripsi]. Makassar (ID): Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan. Universitas Hasanuddin.10 hal. Bengen DG. 2000. Sinopsis Tehnik Pengambilan Contoh dan Analisis Data Biofisik Sumberdaya Pesisir. Bogor (ID): Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.56 - 70 hal. Boulding EG, Holst M, PilonV. 1999. Changes in Selection on Gastropod Shell Size and Thickness with Wave-Exposure on Northeastern Pacific Shores. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology, 232 (2): 217-239. Blott SJ, Pye K. 2001. Gradistat: A Grain Size Distribution and Statistic Package For The Analysis of Unconsolidated Sediments. Eart Surface Process and Landforms, 26: 1237 – 1248. Brower JE, Zar JH. 1990. Field and Laboratory Methods for General Ecology. WMC Brown Company Publisher. Dubuque,Iowa. 237hal. Fachrul MF. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta (ID): Bumi Aksara. 198 hal. [Kepmen LH] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2004. Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut. No 51 Lampiran 3. 4 hal. Nybakken JW, Bertness MD. 2005. Marine Biology: An Ecological Approach.6th edition. San Francisco: Benjamin Cummings. 579 hal . Nielsen AM, Eriksen NT, Iversen JJL, Riisgard HU. 1995. Feeding, growth and respiration in the polychaetes Nereis diversicolor (facultative filterfeeder) and Nereis virens (omnivorous) – a comparative study. MarEcolProgSer., 125: 149-158.
17 Odum EP. 1998. Dasar-dasar Ekologi 4rd. Diterjemahkan dari Fundamental of Ecology oleh T. Samingan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. 696 hal. Setyobudiandi I, Yulianda F, Juariah U, Abukena SL, Amiluddin NM, Bahtiar. 2010. Gastropoda dan Bivalvia: Biota Laut – Moluska Indonesia. Buku Seri Biota Laut.STP – HATTA Banda Neira. 68 hal. Setyono DED. 2007. Prospek Usaha Budidaya Kekerangan di Indonesia. Oseana, 32 (1): 33-38. Silulu PF, Farnis BB, Gustaf FM. 2013. Biodiversitas Kerang Oyster (Mollusca, Bivalvia) di Daerah Intertidal Halmahera Barat, Maluku Utara. Jurnal Ilmiah Platax,1-2: 68 – 69 Tarigan MS, Edward. 2003. Kondisi Hidrologi Perairan Teluk Kao, Pulau Halmahera Maluku Utara. Pesisir dan Pantai Indonesia. 8: 19-23. Yulianda F, Yusuf MS, Prayogo W. 2013. Zonasi dan Kepadatan Komunitas Intertidal di Daerah Pasang Surut, Pesisir Batu Hijau, Sumbawa. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 5 (2): 409-416.
18
LAMPIRAN Lampiran 1 Dokumentasi jenis-jenis gastropoda dan biota asosiasi
Turbo argyrostomus
Cypraea arabica
Cypraea caputserpentis
Drupa morum morum
Bursa cruentata
Filifusus filamentosus
19
Cymatium rubeculum
Conus miles
Cypraea annulus
Cypraea moneta
Nereis virens
20 Lampiran 2 Matriks data Analisis Koresponden Jenis Mog Dmm Cch Cca Can Cmo Car Ffs Bct Tar Csm Lbc Crb
SN1 0 0 0 1 0 1 0 0 3 1 6 0 0
SN2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0
SN3 1 0 0 1 0 3 0 0 2 0 4 0 1
SP1 6 0 2 0 0 2 0 0 1 1 1 0 0
SP2 1 0 7 1 0 0 0 0 1 2 8 0 0
SP3 3 0 0 3 0 1 0 0 2 1 11 1 0
SK1 1 2 0 3 11 8 0 0 0 1 6 0 0
SK2 0 5 0 2 8 7 3 0 0 0 5 0 0
SK3 0 1 0 0 10 17 0 1 0 0 0 0 0
Keterangan: Mog=Morula granulata, Dmm=Drupa morum morum, Cca=Cypraea caputserpentis, Cch=Cypraea chinensis, Can=Cypraea annulus, Cmo=Cypraea moneta, Car=Cypraea Arabica, Bct=Bursa cruentata, Ffs=Filifusus filamentosus, Tar=Turbo argyrostomus, Csm=Conus miles, Lbc=Lambis chiragra, Crb=Cymatium rubeculum; SK=Substasiun Kasap, SN=Substasiun Ngalorombo, SP=Substasiun Pasir Putih.
Lampiran 3 Tabel kontingensi Analisis Koresponden a.
Nilai, Ragam, dan Kumulatif Akar Ciri
Nilai Ragam (%) Kumulatif Ragam (%)
Sumbu Sumbu 1
Sumbu 2
0,6137 43,21 43,21
0,2520 17,74 60,95
21 Lampiran 3 Lanjutan b.
Kontribusi Baris ID
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Mog Dmm Cch Cca Can Cmo Car Ffs Bct Tar Csm Lbc Crb
c.
Koordinat 0,907 -0,846 1,379 0,243 -0,908 -0,703 -0,857 -1,302 0,878 0,873 0,543 0,907 0,466
Sumbu 1 Sumbu 2 Korelasi Kontribusi Koordinat Korelasi Kontribusi 0,273 0,093 -0,728 0,176 0,146 0,425 0,054 0,116 0,008 0,002 0,389 0,161 -1,392 0,396 0,400 0,091 0,007 0,561 0,484 0,087 0,891 0,225 -0,133 0,019 0,012 0,724 0,181 -0,190 0,053 0,032 0,154 0,021 0,297 0,019 0,006 0,341 0,016 -0,704 0,100 0,011 0,391 0,065 0,646 0,212 0,086 0,443 0,050 -0,074 0,003 0,001 0,577 0,116 0,409 0,328 0,161 0,120 0,008 1,107 0,178 0,028 0,016 0,002 1,084 0,088 0,027
Kontribusi Kolom ID
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9
SN1 SN2 SN3 SP1 SP2 SP3 SK1 SK2 SK3
Koordinat 0,670 0,706 0,365 0,892 1,134 0,711 -0,460 -0,672 -1,020
Sumbu 1 Sumbu 2 Korelasi Kontribusi Koordinat Korelasi Kontribusi 0,293 0,051 0,779 0,390 0,167 0,131 0,014 0,595 0,093 0,024 0,080 0,015 0,544 0,177 0,081 0,273 0,097 -1,004 0,346 0,301 0,540 0,242 -0,611 0,157 0,171 0,442 0,105 0,556 0,270 0,156 0,563 0,064 0,036 0,004 0,001 0,442 0,127 0,149 0,022 0,015 0,710 0,284 -0,353 0,085 0,083
22
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, 28 Mei 1992 dari pasangan Bapak Ktut Aryono Pratikto dan Ibu Dina Permanasari. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2009 – 2010, penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Depok. Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA) sebagai Sekretaris II (2011 – 2012) dan Sekretaris umum (2012 – 2013). Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum Oseanografi Umum (2012 – 2013), Pemetaan Sumberdaya Hayati Laut (2013 – 2014), dan Biologi Hewan Laut (2014 – 2015). Penulis mempunyai pengalaman PKL (Praktek Kerja Lapang) di UPT LPBIL Mataram – LIPI selama 1 bulan. Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Struktur Komunitas Gastropoda di Zona Intertidal Desa Watukarung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir Dietriech Geoffrey Bengen, DEA dan Prof. Dr. Ir Dwi Eny Djoko Setyono, M.Sc.