STRUKTUR DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT BUJANG SAMBILAN Yessi Gusni Ayu¹, Yetty Morelent², Dainur Putri² ¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ²Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Email :
[email protected]
ABSTRACK
This research was to describe structure and values of character education in Bujang Sambilan folktale. The theory that used in this research are Danandjaya (1991) about the folktale, Rokhmansyah (2014) about the structure of drama, and Mustari (2014) about the values of character education. The type of this research was qualitative by using descriptive methods. The object of this research was Bujang Sambilan folktale with the arrange of Yus Dt. Parpatiah script. Instrument of this research was researcher themselves by using computer to download the folktale and observation sheet to write the folktale. The technique of collecting the data has been used listening and writing technique. Based on analysis of data proposed as follow. (1) First, the theme in the folktale was “kasih tak sampai akibat dendam yang tak sudah”. Second, the plot in the folktale was chronological plot because telling the event star from pratagonis figure :Sani and Giran, antagonis figure: Malintang, and tritagonis figure: Palimo Bayua, Rambun Bamaniak, Dt. Limbatang, Pandeka Rayo, Kurambi, Galapuang, Balok, Barasok, Pandan and Gasan. Fourth, the background in the folktale consist of: background of the scene, time, and social. Fifth, the message in the folktale had eleven message that can be guide in a life. (2) The values of character education in Bujang Sambilan were responsible of value, self-conscious, honest, democratic, religious, disciplined, curious, polite, helpful, logical thinking, critical, creative, and innovative, and resilient. Therefore, it can be concluded that Bujang Sambilan folktale contain with the structure and requirement of values character education. Keywords: structure, the values of character education, folktale. untuk membentuk dan mengembangkan
Pendahuluan Pendidikan merupakan bagian dari
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
kehidupan manusia yang terus berkembang
dimiliki oleh anak supaya menjadi manusia
mengikuti
yang bermanfaat bagi dirinya sendiri,
perkembangan
zaman.
Pendidikan itu sendiri tidak mengenal
keluarga, masyarakat, bahkan bangsa.
batas, baik masyarakat dari golongan atas, golongan
menengah,
hingga
Dunia
golongan
melahirkan
bawah. Karena pendidikan menjadi dasar
pendidikan orang-orang
tidak
hanya
cerdas
yang
memiliki intelektual tinggi, namun dituntut 1
untuk mampu melahirkan anak-anak bangsa
khalayan atau imajinasi. Widjojoko dan
yang berkarakter. Berkarakter maksudnya
Hidayat (2006:2) berpendapat bahwa sastra
adalah memiliki sifat-sifat dan perilaku
sebagai cabang seni merupakan bagian
yang baik, baik dari segi perkataan maupun
integral dari kebudayaan. Sastra telah
perbuatan
hubungan
menjadi bagian dari pengalaman hidup
sesama
manusia, baik dari aspek manusia yang
sekitar.
memanfaatkannya
dengan
dalam Sang
manusia,
menjalin
Pencipta,
dan
antar
lingkungan
Kurniawan (2013:29) mengutip pendapat
hidupnya,
Zubaedi karakter meliputi sikap seperti
penciptaaannya,
keinginan untuk melakukan hal
pengalaman
yang
terbaik, kapasitas intelektual seperti krisis
jawab,
maupun
pengalaman dari
aspek
yang
mengekspresikan
batinnya
ke dalam karya
sastra.
dan alasan moral, perilaku seperti jujur dan bertanggung
bagi
Sejalan
mempertahankan
dengan
Koentjaraningrat
itu,
(2003:72)
menurut
kebudayaan
prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh
adalah seluruh sistem gagasan dan rasa,
ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan
tindakan, serta karya yang dihasilkan
emosional yang memungkinkan seseorang
manusia dalam kehidupan bermasyarakat,
berinteraksi secara efektif dalam berbagai
yang dijadikan miliknya dengan belajar.
keadaan, komitmen untuk berkontribusi
Kebudayaan yang ada di Indonesia sangat
dengan komunitas dan masyarakatnya.
beranekaragam
Tidak
dapat
kekhawatiran
dan
dipungkiri
bahwa
keprihatinan
memiliki
kita
Salah
dan
setiap
keunikan-keunikan
satu
bagian
dari
kebudayaan tersendiri. kebudayaan
terhadap kondisi bangsa yang semakin
Indonesia yang disampaikan secara turun-
mengalami kemerosotan moral dan bisa
temurun adalah folklor. Folklor merupakan
dikatakan
bentuk kebudayaan daerah, yang hadir
tidak
Permasalahan merupakan
ini
memiliki tidak
kegagalan
dari
karakter. sepenuhnya
ditengah-tengah
lembaga
Danandjaya
masyarakat.
(1991:2)
folklor
Menurut adalah
pendidikan dalam menumbuhkan anak
sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang
bangsa yang berkarakter dan berakhlak
tersebar dan diwariskan turun-menurun, di
mulia. Permasalahan pendidikan banyak
antaranya kolektif macam apa saja, secara
diungkapkan dalam karya sastra. Karya
tradisional dalam versi yang berbeda, baik
sastra merupakan hal yang tidak bisa
dalam bentuk lisan maupun contoh yang
dilepaskan dari kehidupan manusia karena
disertai dengan gerak isyarat atau alat
berisi tentang gambaran kehidupan manusia
pembantu pengingat (mnemonic device).
berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan 2
Salah satu jenis folklor adalah
untuk mengikuti kemajuan teknologi dan
folklor lisan. Folklor lisan adalah folklor
pengetahuan
yang bentuknya memang murni lisan.
daripada mempelajari cerita rakyat yang
Bentuk-bentuk
yang
ada di lingkungan tempat tinggalnya.
termasuk ke dalam kelompok besar ini
Seperti televisi, komik, novel dan berbagai
antara lain (a) bahasa rakyat (folk speech)
media yang jauh lebih menarik perhatian
seperti logat, julukan, pangkat tradisional,
generasi muda. Padahal, generasi muda
dan titel kebangsawanan; (b) ungkapan
merupakan
tradisional, seperti periba-hasa, pepatah,
penerus bangsa.
dan pemeo; (c) pertanyaan tradisional,
Pesatnya
(genre)
folklor
yang
semakin
tombak
canggih
harapan
sebagai
perkembangan
ilmu
seperti teka-teki; (d) puisi rakyat, seperti
pengetahuan dan teknologi ini sangat
pantun, gurindam, dan syair; (e) cerita
mengkhawatirkan akan maksuknya budaya
prosa rakyat, seperti mite, legenda, dan
asing
dongeng; (f) nyanyian rakyat (Danandjaya,
budaya asli yang dimiliki daerah-daerah,
1991:21-22).
terutama di Kec. Tanjung Raya Kabupaten
Cerita
rakyat
dapat
merubah
eksistensi
Sambilan
Agam. Seharusnya generasi muda lebih
merupakan salah satu folklor lisan yang
peka, peduli, menjaga serta menghargai
terdapat di Kecamatan Tanjung Raya
kebudayaan yang ada di lingkungan tempat
Kabupaten Agam. Cerita rakyat ini telah
tinggalnya,
diangkat oleh Televisi Republik Indonesia
melambangkan
Stasiun Pusat Jakarta pada hari Kamis, 30
menjadi pembeda atau ciri khas antar
Mei 1985 dengan penyusun naskah Yus Dt.
daerah.
Parpatiah. Cerita tersebut berbentuk drama
kebudayaan
karena berisi dialog-dialog antar tokoh
Tanjung Raya Kabupaten Agam yaitu
untuk
dengan memahami struktur dan nilai-nilai
menggambarkan
Bujang
yang
kehidupan
dan
watak orang pada zaman dahulu. Drama
karena
Salah
kebudayaan
identitas
satu
yang
daerah
cara
ada
di
daerah yang
menghargai Kecamatan
yang terkandung di dalam cerita tersebut.
merupakan genre sastra yang ditulis dalam
Struktur yang membangun cerita
bentuk dialog-dialog dengan tujuan untuk
rakyat Bujang Sambilan adalah struktur
dipentaskan sebagai suatu seni pertunjukan
fisik
(Tamsin dan Amir, 2003:16).
(semantik,
Pada saat ini, cerita rakyat Bujang
(kebahasaan)
Rokhmansyah
makna).
dan
struktur Sesuai
(2014:40)
batin dengan
mengutip
Sambilan kurang mendapat perhatian dari
pendapat Waluyo drama naskah disebut
masyarakat terutama dari generasi muda.
juga sastra lakon. Sebagai salah satu genre
Generasi muda lebih cenderung memilih
sastra, drama naskah dibangun oleh struktur 3
fisik
(kebahasaan)
dan
struktur
batin
cerita adalah nilai disiplin. Dapat dilihat
(semantik, makna). Wujud fisik sebuah
dalam kutipan cerita “... Tapi kini adiak
drama adalah dialog atau ragam tutur.
kanduang jarek samato tapaso kito buang,
Ragam tutur itu adalah ragam sastra.
kito lanyokkan. Bukan kandak kito nan
Rokhmansyah
berpendapat
sambilan tapi tuntutan hukum nan balaku.
bahwa unsur-unsur drama terdiri dari tokoh,
Kito relakan untuak arwah niniak moyang
amanat, bahasa, dialog, alur, latar, tema,
untuak kamuliaan nagari ko dan untuak
dan petunjuk teknis.
panguaso di ateh Gunuang Tinjau. Pulau
(2014:40)
Struktur dan nilai-nilai pendidikan
nyaru rak bak pagai, hilang dilamun-lamun
karakter sangat erat kaitannya. Nilai-nilai
ombak, hilang sibungsu dek parangai,
pendidikan karakter akan muncul apabila
hilang
ada tokoh. Setiap tokoh dalam sebuah cerita
Berdasarkan kutipan tersebut, jelas bahwa
digambarkan memiliki watak yang berbeda-
masyarakat sangat memegang teguh aturan-
beda yang menimbulkan lahirnya karakter
aturan dan norma-norma yang berlaku
tokoh.
latar,
dimasyarakat. Mereka tidak memandang
pengambaran suatu latar dapat melahirkan
bulu dalam menjatuhkan hukuman bahkan
nilai-nilai pendidikan karakter.
harus
Begitu
juga
dengan
Menurut Mustari (2014:1-207) nilai-
di
mato
urang
menghukum
nan
mati
banyak.”
saudara
kandungnya.
nilai pendidikan terdiri dari: (a) religius, (b)
Maka dari itu, peneliti tertarik untuk
jujur, (c) bertanggung jawab, (d) bergaya
meneliti struktur dan nilai-nilai pendidikan
hidup sehat, (e) disiplin, (f) kerja keras, (g)
karakter yang terdapat dalam cerita rakyat
percaya diri, (h) berjiwa wirausaha, (i)
Bujang Sambilan. Karena dalam cerita
berfikir logis, kritis, dan inovatif, (j)
rakyat
mandiri, (k) ingin tahu, (l) cinta ilmu, (m)
pendidikan karakter yang dapat dijadikan
sadar diri, (n) patuh pada aturan sosial, (o)
sebagai
respek, (p) santun, (q) demokratis, (r)
karakter. Khususnya, pembentukan karakter
ekologis, (s) nasionalis, (t) pluralis, (u)
untuk anak bangsa yang akan menjadi
cerdas, (v) suka menolong, (w) tangguh, (x)
penerus bangsa Indonesia selanjutnya.
berani
Metodologi Penelitian
mengambil
risiko,
dan
(y)
berorientasi tindakan. Cerita
rakyat
tersebut
pedoman
banyak
untuk
nilai-nilai
membentuk
Penelitian ini menggunakan jenis Bujang
Sambilan
penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang
dapat digunakan sebagai media pembentuk
mendeskripsikan data berupa kata-kata
moral dan karakter. Salah satu nilai
tanpa mengulas data berupa angka-angka.
pendidikan karakter yang terdapat dalam
Moleong 4
(2010:4)
mengutip
pendapat
Bogdan
dan
Taylor
metodologi
kualitatif
penelitian
yang
mendeskripsikan sebagai
menyimak video tentang cerita rakyat
prosedur data
yang digunakan untuk mencatat cerita
berupa kata-kata tertulis atau
rakyat Bujang Sambilan dan mencatat data-
lisan dari orang-orang dan perilaku yang
data yang berhubungan dengan objek
dapat diamati.
penelitian.
deskriptif
Metode
menghasilkan
Bujang Sambilan, (2) teknik catat, teknik
yang
digunakan
dalam
Untuk menganalisis dan mengolah
penelitian ini adalah metode deskriptif.
data
Menurut
analisis
Usman
dan
Akbar
(2011:4)
yang
telah
yang
dikumpulkan,
digunakan
teknik
adalah:
(1)
penelitian deskriptif bermaksud membuat
mentraskripkan video cerita rakyat Bujang
pemeriaan (penyandaraan) secara sistema-
Sambilan ke dalam bahasa tulis, (2)
tis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta
menerjemahkan hasil bahasa tulis ke dalam
dan sifat-sifat populasi tertentu.
bahasa Indonesia, (3) mendeskripsikan
Objek yang menjadi penelitian ini
struktur dan nilai-nilai pendidikan karakter
diambil dari sebuah video cerita rakyat
yang terdapat dalam cerita rakyat Bujang
Bujang Sambilan dengan penyusun naskah
Sambilan, dan (4) menarik kesimpulan dari
Angku Yus Dt. Parpatiah. Cerita rakyat
hasil penelitian.
Bujang
Hasil Penelitian
Sambilan
Kecamatan
ini
Tanjung
berasal
Kabupaten
Berdasarkan hasil penelitian tentang
Agam. Sementara itu, yang menjadi data
cerita rakyat Bujang Sambilan dikemukan 5
penelitian adalah struktur dan nilai-nilai
struktur mencakup: tema, alur, penokohan,
pendidikan.
latar dan amanat, dan ditemukan11 nilai-
Instrumen
Raya
dari
ini
nilai pendidikan karakter dalam cerita
adalah peneliti sendiri dibantu dengan
rakyat Bujang Sambilan, yaitu bertanggung
perangkat
jawab,
alat
dalam
lainnya,
penelitian
seperti:
(1)
sadar
diri,
jujur,
demokratis,
komputer, digunakan untuk mendownload
religius, disiplin, ingin tahu, santun, suka
video cerita rakyat Bujang Sambilan, (2)
menolong,berfikir logis, kritis, kreatif, dan
lembaran
inovatif, dan tangguh.
pencatatan,
digunakan
untuk
mencatat cerita rakyat Bujang Sambilan ke
Tema yang terkandung dalam cerita
dalam bahasa tulis dan menerjemahkan ke
rakyat Bujang Sambilan ini adalah kasih tak
dalam bahasa Indonesia.
sampai akibat dendam yang tak sudah.
Teknik yang digunakan peneliti
Malintang mempunyai adik bungsu yang
untuk memperoleh data, yaitu: (1) teknik
bernama Sani. Sani dan Giran merupakan
simak,
pasangan yang saling mencintai, namun
data
yang
diperoleh
dengan 5
cinta
mereka
sangat
ditentang
oleh
yaitu di rumah Giran dan Sani, pinang
Malintang. Malintang tidak rela jika Sani
balirik, air tumbuh, tempat sepi ini, dalam
harus menikah dengan Giran, sehingga dia
semak, ladang rumah pangeran, bawah
menyebarkan fitnah yang membuat bujang
batang tembakau, balik rumput bambu, dan
sembilan murka. Akhirnya Sani harus
di Gunung Tinjau. Latar yang menunjukkan
menerima hukuman buang ke kawah
waktu, yaitu terjadinya pada zaman dahulu,
Gunung Tinjau. Saat waktunya tiba, Giran
kemarin, pagi ini, nanti malam, dua hari,
tidak membiarkan Sani mati sendirian.
waktu
Dengan hati suci Giran memegang tangan
sekarang,
Sani dan mengakhiri cinta mereka di dalam
membersihkan selokan, besok, pekan ini,
api Gunung Tinjau.
hari sudah mulai sore, hari ini, selama ini,
ayah
dan
bunda
malam
meninggal,
kemarin,
waktu
Alur yang terdapat dalam cerita
sepuluh tahun yang lalu, dan hari sudah
rakyat Bujang Sambilan ini adalah alur
siang. Latar yang yang menunjukkan sosial,
maju. Cerita ini menceritakan kisah cinta
yaitu terjadi pada masyarakat Minang-
sepasang kekasih yang tidak sampai akibat
kabau,
dendam yang tak kunjung selesai dari pihak
menengah, suasana sedih, dan marah.
perempuan. Sehingga kisah cinta mereka
Amanat
harus berakhir di dalam api Gunung Tinjau. Penokohan
dalam
pada
yang
masyarakat
terkadung
kelas
dalam
cerita rakyat Bujang Sambilan ini terdapat
rakyat
sebelas pesan yang disampaikan, yaitu (1)
Bujang Sambilan ini terdapat tiga belas
berbicaralah lemah lembut kepada yang
orang tokoh yaitu Puti Rasani, Palimo
lebih tua maupun muda, (2) berfikirlah
Bayua,
terlebih
Malintang,
cerita
terjadi
Giran,
Rambun
dahulu
keputusan
Kurambi,
Barasok,
menyesal kemudian, (3) jadilah pribadi
Pandan dan Gasan. Tokoh protagonis
yang bertanggung jawab baik untuk diri
adalah Sani dan Giran, tokoh antagonis
sendiri maupun orang lain, (4) tetaplah
adalah Malintang, dan tokoh tritagonis
berfikir positif terhadap sesuatu yang belum
adalah Palimo Bayua, Rambun Bamaniak,
pasti kebenarannya, (5) jangan jadikan
Dt. Limbatang, Pandeka Rayo, Kurambi,
jabatan sebagai
Galapuang, Balok, Barasok, Pandan dan
jadikanlah sebagai abdi kepada rakyat/
Gasan.
masyarakat, (6) dengarkanlah nasehat orang
Balok,
bertindak
mengambil
Bamaniak, Dt. Limbatang, Pandeka Rayo, Galapuang,
atau
sebelum
tanda
agar
tidak
kekuasaan tapi
Latar dalam cerita rakyat Bujang
tua karena mereka selalu ingin memberikan
Sambilan ini terdapat latar tempat, waktu,
yang terbaik untuk anaknya, (7) syukurilah
dan sosial. Latar yang menunjukkan tempat,
apa yang kita punya dan jangan suka 6
mengeluh, dengan
(8)
kepala
selesaikanlah dingin
bukan
masalah
Kesimpulan
dengan
Berdasarkan
hasil
analisis
data
kekerasan, (9) patuhilah peraturan yang
dapat disimpulkan beberapa penemuan
sudah ditetapkan, (10) bersikap adillah
sebagai
berikut.
dalam mengambil keputusan, dan (11)
struktur
dalam
jadilah pribadi yang bisa mengeakkan
Sambilan, yaitu (1) tema yang terdapat
kebenaran.
dalam cerita adalah kasih tak sampai akibat
Pertama, cerita
gambaran
rakyat
Bujang
Pada tabel data 4.1, nilai-nilai
dendam yang tak sudah, (2) alur yang
pendidikan karakter dalam cerita rakyat
terdapat dalam cerita tersebut adalah alur
Bujang Sambilan terdapat 11 aspek nilai
maju karena di dalam cerita menceritakan
karakter dengan jumlah 41 data, yaitu (1)
peristiwa mulai dari awal hingga akhir
bertanggung jawab sebanyak 8 data, (2)
cerita, (3) penokohan berdasarkan tugasnya
sadar diri sebanyak 7 data, (3) jujur
digolongkan menjadi tiga, yaitu tokoh
sebanyak 4 data, (4) demokratis sebanyak 4
protagonis:
data,
(5) religius sebanyak 3 data, (6)
antagonis: Malintang, dan tokoh tritagonis:
disiplin sebanyak 3 data, (7) ingin tahu
Palimo Bayua, Rambun Bamaniak, Dt.
sebanyak 3 data, (8) santun sebanyak 3
Limbatang,
data, (9) suka menolong sebanyak 3 data,
Galapuang, Balok, Barasok, Pandan dan
(10) berfikir logis, kritis, kreatif, dan
Gasan, (4) latar yang terdapat dalam cerita
inovatif sebanyak 2 data, dan (11) tangguh
mencakup latar tempat, waktu, dan sosial,
sebanyak 1 data.
(5) amanat yang terdapat dalam cerita
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Nilai Pendidikan Karakter Bertanggung jawab Sadar diri Jujur Demokratis Religius Disiplin Ingin tahu Santun Suka menolong Berfikir logis, kreatif, dan inovatif Tangguh Jumlah
kritis,
dan
Pandeka
Giran,
Rayo,
tokoh
Kurambi,
tersebut memiliki sebelas pesan yang dapat
Tabel 4.1 Tabulasi Data No
Sani
dijadikan pedoman dalam kehidupan.
Jumlah
Kedua,
8 data 7 data 4 data 4 data 3 data 3 data 3 data 3 data 3 data
karakter
dalam
nilai-nilai cerita
pendidikan
rakyat
Bujang
Sambilan, yaitu bertanggung jawab, sadar diri, jujur, demokratis, religius, disiplin, ingin tahu, santun, suka menolong, berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, dan tangguh. Ketiga, keterkaitan antara nilainilai pendidikan karakter dengan latar
2 data
dalam cerita rakyat Bujang Sambilan
1 data 41 data
terdapat delapan nilai, yaitu bertanggung jawab, 7
sadar
diri,
jujur,
demokratis,
religius,
disiplin,
santun,
dan
suka
Daftar Pustaka
menolong.
Danandjaya, James. 1991. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.
Saran Berdasarkan struktur dan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam
Koentjaraningrat. Antropologi. Cipta.
cerita rakyat Bujang Sambilan, peneliti menyarankan berikut ini: Pertama, Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan
dan
khususnya cerita rakyat. Kedua, secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bagi:
(1)
Siswa,
dapat
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
digunakan untuk menarik dan memotivasi siswa
untuk
Bujang
memahami
Sambilan,
(2)
cerita Guru
Pengantar PT Rineka
Kurniawan, Syamsul. 2013. Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Implementasinya Secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
memperkaya
pengetahuan tentang folklor sebagian lisan,
bermanfaat
2003. Jakarta:
rakyat Mustari, Mohamad. 2014. Nilai Karakter: Refleksi untuk Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Bahasa
Indonesia, dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam memahami struktur sastra cerita
Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra: Perkenalan Awal terhadap Ilmu Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.
rakyat, (3) Sekolah, dapat digunakan untuk melengkapi koleksi cerita rakyat yang ada perpustakaan sekolah, (4) Peneliti lain,
Tamsin, Andria Catri, dan Amir, Amril. 2003. Telaah Drama Indonesia. Padang: UNP Press.
dapat digunakan sebagai bahan untuk perbandingan dalam meneliti aspek yang sama
dengan
objek
penelitian
yang
Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. 2011. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Akasara.
berbeda.
Widjojoko dan Hidayat, Endang. 2006. Teori dan sejarah Sastra Indonesia. Bandung: UPI Press.
8