BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sehat secara jasmani dan rohani adalah keinginan setiap manusia moderen, di era pembangunan di segala bidang yang kini sedang digalakkan pemerintah dituntut sosok manusia yang sehat secara jasmani maupun rohani. Kecacatan stroke
(disabilitas,
sampai
saat
invaliditas)
ini
masih
akibat
penyakit
merupakan
masalah
kesehatan yang utama baik di negara maju maupun di negara berkembang, karena disamping mengakibatkan angka kematian yang masih tinggi, cacat jasmani maupun rohani yang diakibatkannya tentunya merupakan suatu keadaan yang
dapat
menjadi
faktor
penghambat
pembangunan
(Ritarwan, 2003). Stroke setelah
merupakan
penyakit
penyebab
jantung
dan
kematian kanker
nomor
secara
tiga
global.
Darihasil laporan WSO (World Stroke Organization, 2009) memperlihatkan
bahwa
stroke
adalah
penyebab
utama
hilangnya hari kerja dan kualitas hidup yang buruk. Kecacatan akibat stroke tidak hanya berdampak bagi para penyandangnya,
namun
keluarganya.
Beban
stroke
sedemikian
juga
juga
ekonomi
bagi
para
anggota
yang
ditimbulkan
akibat
beratnya.
Peningkatan
stroke
dengan serangannya yang akut dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Selain itu stroke juga sebagai penyebab utama kecacatan fisik maupun mental pada usia produktif dapat
dan
usia
dipisahkan
lanjutan dari
prevalensi
meningkatnya
stroke
harapan
tidak hidup
masyarakat (Gorelick, 2003).
1
Stroke terbanyak
merupakan di
penyebab
Amerika
kematian
Serikat.
Pada
ketiga
2002,
stroke
membunuh sekitar 162.672 orang. Jumlah tersebut setara dengan 1 di antara 15 kematian di Amerika Serikat. Mengacu sekitar
pada
laporan
700.000
American
orang
di
Heart
Amerika
Association,
Serikat
terserang
stroke setiap tahunnya. Dari jumlah ini, 500.000 di antaranya merupakan serangan stroke pertama, sedangkan sisanya merupakan stroke yang berulang. Saat ini ada 4 juta
orang
keterbatasan
di
Amerika
fisik
Serikat
akibat
yang
stroke,
hidup
dan
dalam
15-30%
di
antaranya menderita cacat menetap (Centers for Disease Control and Prevention, 2009). Sebagai
perbandingan,
angka
kejadian
stroke
di
Amerika Serikat adalah 3,4 per persen per 100 ribu penduduk, di Singapura 55 per 100 ribu penduduk dan di Thailand
11
per
100
ribu
penduduk.
Angka
kejadian
stroke di Indonesia berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas)
tahun
2007
adalah
delapan
per
seribu
penduduk atau 0,8 persen. Data kematian akibat penyakit tidak menular yang tadinya 41,7 persen pada tahun 1995 meningkat menjadi 59,5 persen pada 2007. Dan diantara 59,5% penyebab kematian tertinggi di Indonesia adalah stroke sebesar 15,4 persen. Artinya, satu dari tujuh orang yang meninggal dikarenakan stroke. Dari jumlah total penderita stroke di Indonesia, sekitar 2,5 persen atau 250 ribu orang meninggal dunia dan sisanya cacat ringan maupun berat. Pada 2020 mendatang diperkirakan 7,6 juta orang akan meninggal karena stroke(Gorelick, 2003).
2
Peningkatan angka stroke di Indonesia diperkirakan berkaitan
dengan
peningkatan
angka
kejadian
faktor
risiko stroke. Faktor yang ditemukan beresiko terhadap stroke
adalah
mental, Data
diabetes
hipertensi,
Kementerian
bahwa
stroke
melitus,
merokok,
Kesehatan
merupakan
dan
RI
gangguan
kesehatan
obesitas
abnormal.
(2008)
penyebab
memperlihatkan
kematian
nomor
satu
pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit. Permasalahan yang muncul pada pelayanan stroke di Indonesia adalah (1) Rendahnya kesadaran akan faktor risiko stroke (2) Kurang dikenalinya gejala stroke (3) Belum optimalnya pelayanan stroke (4) Ketaatan terhadap program terapi untuk pencegahan stroke berulang yang rendah Keempat hal
tersebut
kejadian
berkontribusi
stroke
akibat
stroke
baru
dan
serta
terhadap
tingginya
tingginya
peningkatan
angka
kematian
kejadian
stroke
ulang(Ritarwan, 2003). Stroke adalah penyebab kematian yang utama. Pola penyebab kematian di rumah sakit yang utama dari data Dinas
Kesehatan
berikut infark
:
(1)
11,29%,
Propinsi stroke (2)
DIY
tak
cedera
(2007)
menyebut
adalah
sebagai
perdarahan
intrakranial
6,37%,
atau (3)
perdarahan intrakranial 5,58%, (4) kecalakaan angkutan darat 3,72%, dan (5) penyakit jantung lainnya 3,19%. Data
diatas
dikeluarkan Indonesia
konsisten oleh
yang
dengan
Departemen
menyebutkan
urutan
pertama
sebagai
Sakit.
Sebagai
kota
stroke
di
Yogyakarta
data
nasional
Kesehatan
bahwa
penyebab
besar
di
sudah
cukup
stroke kematian
Indonesia, memadai
yang
Republik menempati di
Rumah
pengobatan (dibanding
banyak kota lain di Indonesia). Hal ini terlihat dengan
3
cukup banyaknya RS yang memiliki dokter spesialis saraf dan fasilitas diagnosis untuk stroke(PERDOSSI, 2004). Penelitian
dan
menyebutkan
kajian
bahwa
multidisiplin
terdahulu
pasien
memiliki
secara
yang
angka
konsisten
dirawat
kematian
secara
yang
lebih
rendah, angka kecacatan yang lebih rendah, dan status fungsional lebih baik (Gorelick, 2003). Seseorang menderita stroke karena memiliki faktor risiko
stroke.
Akumulasi
berbagai
faktor
risiko
tersebut akan mengubah struktur pembuluh darah di otak. Pembuluh Suatu
darah
akan
kondisi
yang
menjadi
mengeras
dikenal
sebagai
dan
menyempit.
atherosklerotik.
Atherosklerotik tidak menimbulkan gejala yang berarti. Gejala
muncul
ketika
penyempitan
sudah
sedemikian
parahnya. Faktor risiko stroke dibagi menjadi 2, yaitu: faktor
risiko
yang
tidak
dapat
diubah,
dan
faktor
risiko yang dapat diubah. Faktor risiko stroke yang tidak dapat diubah adalah usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, dan riwayat stroke sebelumnya. Faktor risiko
stroke
yang
diabetes,
kadara
kegemukan,
merokok,
faktor
risiko
struktur titik
dan
kritis
dapat
diubah
kolesterol dsb.
tersebut
darah
Kombinasi akan
fungsi
dari
akan
muncul
adalah:
hipertensi,
yang
tinggi,
antara
berbagai
memberikan
pembuluh
darah
gangguan
perubahan otak.
peredaran
Pada otak.
Gangguan peredaran darah otak akan mengganggu fungsi sel-sel saraf, dan muncul gejala stroke (Feigin, dkk 2003). Hampir
15
tahun
terakhir
ini
telah
terjadi
peningkatan akan pemahaman patogenesis stroke sehingga mampu
menghasilkan
langkah
penting
baik
berupa
4
peningkatan
deteksi
dini
maupun
pengembangan
sistem
perawatan kasus stroke. Namun keberhasilan ini masih disertai atau
dengan
mengulang
795.000
orang
menderita
stroke
setiap
stroke
tahunnya,
dan
baru tetap
menjadi penyebab kematian ketiga tertinggi di Amerika Serikat maupun di dunia (AHA, 2010). Berdasarkan
data
WHO
(2010),
terdapat 15 juta orang di stroke.
Diantaranya
sebanyak
5
juta
dan
5
mengalami kecacatan yang telah
menjadi
masalah
tahunnya
seluruh dunia menderita
ditemukan
orang
setiap jumlah
juta
orang
kematian lainnya
permanen. Penyakit stroke kesehatan
yang
menjadi
penyebab utama kecacatan pada usia dewasa dan merupakan salah satu penyebab terbanyak di dunia (Xu, dkk, 2010). Stroke
merupakan
penyakit
serebrovaskular
yang
banyak ditemukan tidak hanya pada negara-negara maju tapi
juga
pada
negara-negara
berkembang.
Menurut
Janssen, dkk, 2010), stroke merupakan penyebab utama kecacatan di menduduki
negara-negara barat. Di Belanda, stroke
peringkat
ketiga
sebagaipenyebab
(Disability Adjusted Life Years =
DALY‟s
kehilangan bertahun-
tahun usia produktif). Berdasarkan data NCHS (National Center of Health Statistics), stroke menduduki urutan ketiga penyebab kematian di Amerika setelah penyakit kanker
(Heart
Disease
and
Stroke
jantung dan Statistics-2010
Update: A Report from American Heart Association). Dari data National Heart, Lung, and Blood Institute tahun 2008,
sekitar
795.000
orang
di
Amerika
Serikat
mengalami stroke setiap tahunnya. Dengan 610.000 orang mendapat
serangan
stroke
untuk
pertama
kalinya
dan
5
185.000 orang dengan serangan stroke Disease
and
From the
Stroke
berulang (Heart
Statistics_2010
Update:
A
Report
American Heart Association). Setiap 3 menit
didapati
seseorang
Amerika
Serikat.
yang
meninggal
Stroke
akibat
menduduki
stroke
peringkat
di
utama
penyebab kecacatan di Inggris (WHO, 2010-a). Stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab utama
kematian
setelah
penyakit
jantung
koroner
dan
kanker di negara-negara berkembang. Negara berkembang juga menyumbang 85,5% dari total kematian akibat stroke di
seluruh
dunia.
terjadi
di
Terdapat
sekitar
Dua
pertiga
negara-negara 13
juta
penderita
yang
sedang
korban
stroke
stroke
berkembang. baru
setiap
tahun, di mana sekitar 4,4 juta di antaranya meninggal dalam 12 bulan (WHO, 2006). Di Indonesia,
prevalensi stroke mencapai angka
8,3 per 1.000 penduduk. Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan yang terendah adalah Papua (3,8 per
1.000 penduduk). Menurut Riskesdas tahun 2007,
stroke,
bersama-sama
dengan
jantung
iskemik
penyakit
merupakan
dan
penyakit
tidak
kematian di Indonesia. sebagai
penyebab
Indonesia
jantung
menular
penyakit
lainnya, utama
juga
penyebab
Stroke menempati urutan pertama
kematian
(Departemen
hipertensi,
utama
Kesehatan
semua
usia
di
Republik Indonesia,
2009). Menurut Davenport dan Dennis (2000), secara garis besar stroke dapat dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke
hemoragik.
penderita
stroke
Di yang
negara terdata,
barat, 80%
dari
seluruh
merupakan
jenis
6
stroke iskemik sementara sisanya merupakan jenis stroke hemoragik.
Berdasarkan
penelitian-penelitian
sebelumnya, di Indonesia kejadian stroke iskemik lebih sering ditemukan dibandingkan stroke hemoragik. Dari studi rumah sakit yang dilakukan di Medan pada tahun 2001, yang tidak sempat dipublikasi, ternyata pada 12 rumah sakit di Medan pada tahun 2001, dirawat 1263 kasus stroke terdiri dari 821 stroke iskemik dan 442 stroke hemoragik, di mana meninggal 201 orang (15,91%) terdiri
dari
98
(11,93%)
stroke
iskemik
dan
103
(23,30%) stroke hemoragik (Nasution, 2007). Adapun faktor risiko yang memicu tingginya angka kejadian stroke iskemik adalah faktor yang tidak dapat dimodifikasi usia,
(non-modifiable
ras,
Ischemic faktor
gender,
Attack yang
genetik,
atau
dapat
stroke
risk dan
factors)
seperti
riwayat
Transient
sebelumnya.
Sedangkan
dimodifikasi
(Modifiable
risk
factors) berupa hipertensi, merokok, penyakit jantung, diabetes,
obesitas,
penggunaan
alkohol,
hiperkolesterolemia
oral
kontrasepsi,
(PERDOSSI,
2004).
Identifikasi faktor risiko stroke sangat penting untuk mengendalikan karena
itu,
kejadian stroke di suatu negara. Oleh berdasarkan
identifikasi
faktor
risiko
tersebut maka dapat dilakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan
penyakit
menurunkan angka kejadian
stroke,
terutama
untuk
stroke iskemik.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian ini yang diharapkan dapat berguna bagi perumusan program pencegahan dan tatalaksana stroke di masa yang akan datang.
7
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas makan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah
terdapat
hubungan antara merokok dengan keparahan stroke pada pasien stroke iskemik di RSUP DR Sardjito Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Mengetahui
hubungan
antara
merokok
dengan
keparahan stroke pada pasien stroke iskemik di RSUP DR Sardjito Yogyakarta D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1) RSUP. DR Sardjito dan Dokter. 1. Memberikan informasi bagi pihak RSUP. DR Sardjito dan
dokter
untuk
mengetahui
hubungan
antara
merokok dengan keparahan stroke pada pasien stroke iskemik di RSUP DR Sardjito Yogyakarta 2. Dengan mengetahui hubungan antara merokok dengan keparahan RSUP
DR
stroke Sardjito
pada
pasien
Yogyakarta
stroke dan
iskemik
dokter
di
dapat
Mencegah dan menurunkan prevalensi penyakit stroke iskemik
di
Yogyakartadan
di
RSUP.
Dr.sardjito
secara khusus. 2)Peneliti 1. Memberikan
informasi
antara
merokok
dengan
pasien
stroke
iskemik
tambahan
pada
keparahan di
RSUP
hubungan
stroke DR
pada
Sardjito
Yogyakarta.
8
2. Peneliti memperoleh pengetahuan dan pengalaman melakukan penelitian. 3. Peneliti
dapat
mengembangkan
minat
dan
kemampuan membuat karya tulis ilmiah. 3)Pembaca 1. Memberikan merokok
informasi
dengan
tentang
keparahan
hubungan
stroke
pada
antara pasien
stroke iskemik di RSUP DR Sardjito Yogyakarta dan
penyebabnya
suapaya
dapat
dijadikan
pengetahuan yang berarti. 2. Memberikan sebagai
informasi bahan
tambahan
acuan
bagi
untuk
pembaca
penelitian
selanjutnya mengenai stroke iskemik E. Keaslian Penelitian Dari hasil penelusuran penulis terdapat beberapa penelitian
serupa
tentang
“Hubungan
antara
merokok
dengan keparahan stroke pada pasien stroke iskemik di RSUP
DR
Sardjito
Yogyakarta”,
sejauh
sepengentahuan
penulis belum pernah ada. Beberapa penelitian serupa yang ada dan pernah dilakukan berkaitan dengan Gambaran Faktor Risiko Pada Pasien Stroke Iskemikantara lain : 1. Yuli
Marlina.
Berjudul
Gambaran
Faktor
stroke
Iskemik di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010., Skripsi
Pada
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Sumatra Utara. 2011. 2. Jefry Pinondang Sardi Sianipar., Berjudul Gambaran Pola Makan dan Merokok Pasien Stroke Iskemik Akut yang Dirawat Inap di SMF Neurologi Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Tahun 2012., Skripsi Pada
9
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Sumatra
Utara.
Penderita
Stroke
2012 3. Iza
Fauziah.,
Karakteristik
Iskemik dengan Infark yang Rawat Inap di RSUP H. Adam
Malik
Fakultas
Medan
Tahun
Kedokteran
2010.,
Universitas
Skripsi Sumatra
Pada Utara.
2014. 4. Zulkarnaini.,
Berjudul:
Stroke
Iskemik
Pasca
Terapi Fibrinolitik., Jurnal Kardiologi Indonesia, Vol.29 No. 1. Januari 2008, ISSN 0126/3773 5. Winny
Fidelia.,
Berjudul
Gambaran
Hiperkolesterolemia Pada Pasien Stroke Iskemik di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih Periode Januari-Juni 2013., Penelitian Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Penelitian
“Hubungan
antara
merokok
dengan
keparahan stroke pada pasien stroke iskemik di RSUP DR Sardjito
Yogyakarta”,ini
penelitian-penelitian
benar-benar
diatas
sehingga
berbeda
dengan
penelitian
ini
bisa dikatakan baru dan original.
10