Stres dan Manajemen Stres Pada Pegawai Puskesmas (Studi Deskriptif Pada Puskesmas Raga Jaya, Kabupaten Bogor) Saiful Kiram Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424, Indonesia Email :
[email protected] /
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, mendeskripsikan stres dan manajemen stres yang dilakukan oleh pegawai Puskesmas yang mengambil tempat pada Puskesmas Raga Jaya, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini memperlihatkan stres dan manajemen stres yang dialami oleh pegawai Puskesmas Raga Jaya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Dari penelitian ini dapat terlihat bahwa pegawai Puskesmas Raga Jaya memiliki stresor yang mempengaruhi mereka dalam bekerja. stresor yang dimiliki kemudian ditangani dengan menggunakan manajemen stres yang masing-masing pegawai memiliki caranya tersendiri dalam menangani stres yang dimiliki.
Kata Kunci : Stres, manajemen stres, pegawai
Stress and Management Stress on Local Government Clinic Employee (Descriptive study in Local Government Clinic (Puskesmas) Raga Jaya, Bogor District)
Abstract This study is a qualitative research, describe stress and management stress on Local Government Clinic Employee that take place on the Puskesmas Raga Jaya, Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Province. This research shows that stress and management stress experienced by Puskesmas Raga Jaya employee in carrying out tasks and responsibilities . From this research can be seen that current Puskesmas Raga Jaya employees having stresor that affect them in work . Stresor owned by them then they dealt it with using the management of stress that each employee has its own way in dealing with stress .
Key Word : Stress, management stress, employee
Stres dan manajemen stres pada..., Saiful Kiram, FISIP UI, 2014
Pendahuluan Kesejahteraan merupakan bagian penting pada kehidupan manusia. Semua orang ingin hidup sejahtera, walaupun setiap orang memiliki pandangan berbeda tentang kondisi kesejahteraan yang tepat untuk dirinya. Secara garis besar kondisi kesejahteraan bagi kebanyakan orang adalah terpenuhinya kebutuhan dasar mereka. Kebutuhan tersebut bisa meliputi kesehatan, psikologis, ekonomi, dan sosial. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial, mendefinisikan kesejahteraan sosial yaitu sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya (UU No 11 Tahun 2009). Upaya yang dilakukan untuk pemenuhan kesejahteraan bagi masyarakat pun tidak terlepas dari peranan kesehatan. Kesehatan merupakan kebutuhan penting bagi manusia. Kesehatan merupakan salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan suatu Negara (Adi, 2005). Undang-undang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan. Untuk memberikan pelayanan yang sudah dijanjikan oleh pemerintah, maka dibentuklah unit pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Salah satu unit tersebut adalah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas merupakan pusat pengembangan, pembinaan dan pelayanan kesehatan masyarakat yang sekaligus pos terdepan dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Berbeda dengan rumah sakit, puskesmas disebar di setiap wilayah kerja yang mencakup satu kecamatan (Departemen Kesehatan RI, 1990). Puskesmas dan pegawai yang menjalankan dan memberikan pelayanan kesehatan bertanggung jawab terhadap segala aspek kesehatan yang ada di wilayah kerjanya yaitu satu kecamatan atau bagian kecamatan. Setiap puskesmas memiliki wilayah kerja yang berbedabeda (Departemen Kesehatan RI, 1990). Pengembangan kualitas pelayanan kesehatan terus dikembangkan oleh pemerintah. Hal ini dilakukan untuk terus meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan kesejahteraan. Puskesmas menjadi salah satu bidang yang terus ditingkatkan untuk dapat memenuhi tujuan tersebut. Pengembangan yang dilakukan salah satunya adalah bidang tenaga kerja kesehatan yang ditempatkan di puskesmas-puskesmas. Pada tahun 2010 tercatat jumlah tenaga puskesmas yang ada adalah sebanyak 14.840 dokter umum, 6.125 dokter gigi, 78.675 perawat, 7.704 perawat gigi, 83.000 bidan, 6.351 apoteker, 8.601 asisten apoteker, 1.356 tenaga kesehatan masyarakat, 6.031 sanitarian, 7.547 tenaga gizi, dan 2.609 tenaga keteknisian medis (Kementrian Kesehatan, 2011).
Stres dan manajemen stres pada..., Saiful Kiram, FISIP UI, 2014
Namun, dengan memperhatikan standar ketenagaan puskesmas yang berlaku, maka pada tahun 2010 masih terdapat kekurangan tenaga kesehatan di puskesmas, sejumlah 149 dokter umum, 2.093 dokter gigi, 280 perawat gigi, 21.797 bidan, 5.045 asisten apoteker, 13.019 tenaga kesehatan masyarakat, 472 sanitarian, 303 tenaga gizi, dan 5.771 tenaga keteknisan medis (Kementrian Kesehatan, 2011). Pegawai yang bekerja dalam puskesmas tidak dapat diabaikan, karena pegawai tersebutlah yang menjadi pelaksana kesehatan dan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan. Tanpa adanya kinerja yang baik dari sumber daya manusia yang ada dalam suatu organisasi maka akan menimbulkan kurangnya hasil atau produktivitas yang dikeluarkan. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang adalah stres (Numerof, 1983). Stres merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Begitu juga dengan pegawai puskesmas yang notabene-nya merupakan pekerja di bidang pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu bidang yang bergerak untuk meningkatkan kesejahteraan. Stres dalam bekerja dapat timbul pada pekerja yang bekerja dalam pekerjaan pelayanan sosial, yaitu pekerjaan yang memberikan pelayanan terhadap kesejahteraan orang lain (Caputo, 1991). Pada dasarnya setiap pekerjaan memiliki beban terhadap pekerjaanya karena adanya kewajiban serta tanggung jawab yang menuntut fisik, mental, dan sosial si pekerja. Tuntutan yang telah melampaui atau melebihi kapasitas individu dapat menimbulkan konflik yang menyebakan timbulnya stres pada pekerjaan (Lazarus, 2006). Selain itu ketika terjadi kesenjangan antara kapasitas individu dengan tuntutan yang diterima dari lingkungan maupun diri sendiri pun dapat menimbulkan stres (Sarafino, 2006) Setiap pekerjaan pun memiliki potensi untuk terjadinya stres pada pegawai karena setiap pekerjaan memiliki beban dan tanggung jawab masing-masing serta permasalahan yang dihadapinya. Kecamatan Bojong Gede terdapat beberapa puskesmas yang ditempatkan ke beberapa desa yang ada di wilayah ini. Puskesmas Raga Jaya sendiri pun memiliki wilayah kerja yang meliputi dua desa yaitu Desa Susukan dan Desa Raga Jaya. Layanan yang diberikan oleh puskesmas Raga Jaya merupakan layanan kesehatan bagi masyarakat yang menyeluruh. Meliputi pelayanan kesehatan preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada pegawai puskesmas harus dijalankan dengan sangat baik. Pegawai puskesmas dituntut untuk mengerjakan tugasnya secara efektif dan efisien dengan hasil output yang sangat baik tanpa ada alasan apapun. Setiap kegiatan dan program yang dijalankan masing-masing sudah memiliki target yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan harus dipenuhi setiap targetnya. Setiap bulannya
Stres dan manajemen stres pada..., Saiful Kiram, FISIP UI, 2014
puskesmas membuat laporan hasil kerja yang akan dikirimkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Salah satu contoh target program yang harus dicapai adalah tidak adanya bayi atau ibu yang meninggal baik dalam masa kehamilan maupun setelah kehamilan. Jika target ini bisa tercapai maka dikatakan programnya berhasil dilaksanakan. Masalah dan beban juga terjadi pada pekerjaan harian. Dimulai dari pemeriksaan pasien, pelaksanaan program-program pokok yang harus dijalankan setiap hari, dan tugas setiap pekerja yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Beban dan tanggung jawab tersebut diperberat dengan kurangnya personel dan fasilitas yang ada di Puskesmas Raga Jaya. Menurut KepMenKes RI, standar jumlah ketenagakerjaan puskesmas rawat jalan dalam satu puskesmas adalah 21 orang. Sedangkan Puskesmas Raga Jaya hanya memiliki pekerja sebanyak 12 orang pegawai. Gejala yang dirasakan oleh pegawai puskesmas tersebut merupakan konsekuensi dari dampak stres yang dialami oleh manusia. Melihat bahwa stres bisa muncul kapan saja dan dapat muncul dari berbagai hal, serta setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk memanajemen stres agar tidak menimbulkan dampak buruk terhadap diri sendiri. Hal ini juga penting diteliti karena stres yang dimiliki pegawai dapat mempengaruhi dirinya dalam pemberian pelayanan kesehatan. Tinjauan Teoritis Dalam konteks kesejahteraan sosial, Midgley (1997) melihat bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu keadaan atau kondisi kehidupan manusia yang tercipta ketika berbagai permasalahan sosial dapat dikelola dengan baik, ketika kebutuhan manusia dapat terpenuhi dan ketika kesempatan sosial dapat dimaksimalisasikan (Adi, 2005: 16). Sedangkan di Indonesia, konteks definisi dari kesejahteraan sosial dilegalisasi melalui Undang-Undang Kesejaheteraan Sosial Nomor 11 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum pasal 1 ayat 1: “Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya” Kedua definisi di atas memberikan gambaran bahwa kesejahteraan sosial memiliki sebuah pola yang sama, hal yang diukur adalah suatu kondisi individu terkait bisa atau tidaknya memenuhi kebutuhan hidup baik material maupun spiritual. Dengan tidak menempatkan satu aspek lebih penting dari yang lainnya, tetapi lebih mencoba melihat pada upaya mendapatkan titik keseimbangan. Kesejahteraan sosial dapat dilihat sebagai sebuah institusi. The National Association of Social Workers (the primary professional organization for Social Workers) mendefinisikan
Stres dan manajemen stres pada..., Saiful Kiram, FISIP UI, 2014
kesejahteraan sosial sebagai suatu institusi adalah sebuah sistem nasional dalam bentuk program-program, keuntungan-keuntungan, dan layanan yang membantu orang banyak dalam mempertemukan kebutuhan sosial, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan yang sifatnya fundamental untuk memelihara masyarakat (Zastrow, 2004, p. 5) . Tujuan dari Social Welfare Institution adalah untuk mencegah, mengurangi, atau menyumbang sebuah solusi terhadap masalah sosial yang dirasakan masyarakat yang secara langsung meningkatkan kondisi sejahtera dari level individu, kelompok, keluarga, organisasi dan komunitas. A. Stres, Kaplan mendefinisikan stres sebagai diskrepansi antara tuntutan yang dibebankan kepada individu dan kemampuan individu untuk merespon tuntutan tersebut. Stres bisa dilihat sebagai suatu pemicu respon. Dalam hal ini stres dilihat lebih kepada suatu penyebab yang menimbulkan respon manusia terhadap penyebab tersebut. Lanjutnya, stres juga bisa dilihat sebagai dampak. Untuk hal ini stres dilihat sebagai respon yang dilakukan manusia ketika seseorang mendaptkan masalah atau sesuatu yang menekan dirinya (Kaplan, 1993: 104 B. Stresor Ada beberapa pengertian mengenai stresor, yakni sebagai berikut: 1. “A stresor is a stimulus with the potential of triggering the fight-or-flight response” (Greenberg, 1999: 7). “Stresor adalah stimulus yang memiliki kemungkinan untuk memunculkan respon fight-or-flight” (Greenberg, 1999 :7). 2. “A stresor defined as any stimulus that requires the organism to adapt or adjust” (Kaplan, 1993 : 108). “Stresor didefinisikan sebagai stimulus yang membuat suatu organisme harus beradaptasi dan menyesuaikan keadaannya karena stimulus tersebut” (Kaplan, 1993 : 108). Dari pengertian di atas, penelitian ini mengambil kesimpulan bahwa stresor adalah suatu stimulus yang dianggap oleh tubuh manusia atau individu sebagai ancaman bagi keselamatan dan keamanan individu tersebut dan mengharuskan individu tersebut untuk beradaptasi atau menyesuaikan dengan stimulus tersebut. Dengan memakai cara mengalahkan stimulus atau meninggalkan dan tidak menganggap stimulus tersebut.
Stres dan manajemen stres pada..., Saiful Kiram, FISIP UI, 2014
Berdasarkan (Sheridan, C.L. & Redmacher S.A, 1992), stresor dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Cataclysmyc Stresor Stresor ini dirasakan oleh banyak orang secara bersamaan. Kejadian atau peristiwa yang menjadi stresor terjadi secara tiba-tiba. Kejadian yang terjadi merupakan kejadian yang merubah hidup seseorang. Kebanyakan orang yang mengalami stres karena stresor ini sangat sulit menghilangkan dan berhadapan dengan stresnya karena perubahan hidup yang terjadi secara tragis. Contoh dari cataclysmic stresor adalah bencana alam. 2. Personal Stresor Stresor ini hanya dialami oleh satu orang atau perseorangan. Personal stresor juga merupakan stresor berupa kejadian yang sangat merubah kehidupan seseorang. Stresor ini juga berupa kejadian tragis yang terjadi pada kehidupan seseorang. Contoh stresor ini adalah kecelakaan, meninggalnya orang yang dicintai, dipecat dari pekerjaan dan lain-lain. 3. Background stresor Stresor ini biasa disebut daily hassles of life. Stresor ini berasal dari kejadian seharihari dari kehidupan seseorang. Stresor ini ada yang terjadi secara tiba-tiba maupun terus menerus berlangsung dalam kehidpan sehari-hari seseorang. Efek yang ditimbulkan oleh stresor ini tidak parah, tetapi jika dibiarkan akan menimbulkan dampak yang tidak baik. Coping terhadap stresor ini mudah dilakukan namun bila tidak segera dilakukan, stres yang diderita akan berbahaya. Contoh dari background stresor ini adalah terjebak kemacetan, terlambat ke tempat tujuan, hujan secara tibatiba ketika tidak membawa payung, mengantri dan menunggu dalam jangka waktu lama dan lain-lain. C. Manajemen Stres “Stres management techniques are seen as intervention. Interventions, then, are activities to block a stresor from resulting in negative consequences, such as psychological discomfort, anxiety, illness and disease” (Greenberg, 1999: 57). Greenberg mengatakan bahwa manajemen stres adalah suatu intervensi. Intervensi yang dimaksud adalah aktifitas untuk menghadang stresor agar tidak menimbulkan efek atau konsekuensi yang negatif/buruk seperti ketidaknyamanan psikologis, kecemasan, dan penyakit. Inti dari manajemen stres adalah bagaimana individu membuat keputusan yang baik ketika individu tersebut dihadapkan pada stresor. Jika
Stres dan manajemen stres pada..., Saiful Kiram, FISIP UI, 2014
individu salah mengambil keputusan ketika dihadapkan dengan stresor maka akan menimbulkan efek yang buruk, karena dalam kehidupan manusia akan selalu ada stresor yang datang kepada individu. Ketika stresor pertama salah ditanggapi atau tidak bisa menanganinya dengan baik maka ketika datang stresor berikutnya menjadi lebih sulit lagi untuk berhadapan dengan stresor tersebut. D. Puskesmas,
Pusat
Kesehatan
Masyarakat
(Puskesmas)
merupakan
pusat
pengembangan, pembinaan dan pelayanan kesehatan masyarakat yang sekaligus merupakan pos terdepan dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Puskesmas berfungsi untuk melaksanakan tugas teknis dan administratif. Puskesmas juga merupakan kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas memiliki wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografis, dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas adalah 30.000 penduduk setiap puskesmas.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. karena itu penelitian ini lebih melihat pada proses yang terjadi selama penelitian dan fakta-fakta serta hasil-hasil yang akan muncul nantinya selama penelitian. Penelitian kualitatif mengolah data deskriptif yang berbentuk tulisan atau kata-kata yang diucapkan narasumber penelitian serta perilaku-perilaku yang terlihat dari observasi yang dilakukan. Menurut Neuman (2006), pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang memandang kehidupan sosial dari berbagai sudut pandang serta menjelaskan bagaimana masyarakat membentuk kontruksi sosial. Metode yang digunakan dalam penelitan ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif mempelajari masalah dalam masyarakat, serta tata-cara atau kebiasaan yang ada dalam masyarakat dalam situasisituasi tertentu, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Dalam penelitian deskriptif data yang dikumpulkan dapat berupa kata-kata dan gambar-gambar yang dideskripsikan secara mendalam dan mendetail.
Stres dan manajemen stres pada..., Saiful Kiram, FISIP UI, 2014
Untuk melihat faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab pegawai puskesmas mengalami stres serta penanganan untuk memanajemen stres yang dimiliki maka penelitian ini memilih salah satu puskesmas di wilayah Kecamatan Bojong Gede. Kecamatan Bojong Gede memiliki tiga puskesmas yang mencakup wilayah kerja berdasarkan desa-desa yang ada di dalamnya. Diantaranya ada Puskesmas Bojong Gede, Puskesmas Kemuning, dan Puskesmas Raga Jaya. Dari ketiga puskesmas tersebut, Puskesmas Bojong Gede dan Puskesmas Kemuning memiliki kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan Puskesmas Raga Jaya. Dikatakan lebih baik dilihat dari segi fasilitas penunjang pelayanan kesehatan dan juga Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di dalamnya. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk dapat memberikan informasi yang berhubungan dengan tema penelitian. Orang tersebut harus memiliki banyak pengalaman tentang tema penelitan (Moleong, 2006). Teknik pemilihan informan yang dipilih dalam penelitan ini adalah metode purposive sampling. Menurut Neuman (2006) purposive sampling adalah metode sampling dimana orang yang akan menjadi sampel penelitian ditentukan sesuai dengan maksud serta tujuan dari penelitian itu sendiri. Lebih lanjut penelitian ini tidak mengetahui sampel yang terpilih akan mewakili populasi yang ada, sehingga setiap populasi tidak mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi informan. Teknik purposive sampling menurut Soehartono (2006) adalah pemilihan informan yang dilakukan secara sengaja karena dianggap memiliki ciri-ciri tertentu yang dianggap sangat berhubungan dengan tema penelitian serta tujuan penelitian. Teknik purposive sampling dipilih untuk digunakan dalam penelitian ini karena untuk memperoleh pemahaman yang secara lebih menyeluruh, mendalam dan detail tentang factor-faktor serta sumber stres serta manajemen stres. Teknik pengumpulan data adalah cara peneliti melakukan pengumpulan informasi dan data-data untuk penelitiannya. Terdapat empat teknik pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara, studi literatur dan dokumentasi gambar. Teknik-teknik tersebut tidak kaku hanya bisa digunakan satu saja tetapi bisa dikombinasikan beberapa teknik dalam melakukan penelitian. Dalam melakukan analisis data, penelitian ini melakukan penyusunan secara sistematis, mengintegrasikan dan menginterpretasi suatu kondisi. Penelitian ini juga mencari pola yang ada dari data yang didapatkan dan dijabarkan rinciannya secara spesifik. Penelitian juga menghubungkan data yang didapatkan dari lapangan dengan konsep. Selain itu analisis yang dilakukan juga membandingkan data yang didapatkan, baik data yang serupa antara salah satu kondisi dengan kondisi lain dan juga membandingkan hal-hal dari data yang berbeda dengan yang lainnya. Teknik yang dipakai dalam penelitian ini untuk meningkatkan kualitas data adalah triangulasi. Triangulasi adalah suatu teknik untuk memeriksa kebenaran
Stres dan manajemen stres pada..., Saiful Kiram, FISIP UI, 2014
data dari sudut pandang yang berbeda. Tujuan pemakaian teknik ini adalah untuk melihat sesuatu dari berbagai pandangan dibandingkan hanya dari satu sudut pandang saja. Triangulasi yang tersedia dan dapat dilakukan ada empat jenis. Jenis pertama adalah triangulasi pengukuran dan triangulasi yang kedua adalah triangulasi sumber. Untuk jenis triangulasi ketiga adalah triangulasi teori dan untuk jenis triangulasi terakhir adalah triangulasi teknik. Triangulasi yang dipakai oleh peneliti dalam peneltian ini adalah trangulasi sumber. Hasil Penelitian Informan merupakan para pegawai di puskesmas Raga Jaya dengan berbagai bidang pekerjaan yang ada di dalamnya serta latar belakang individu yang berbeda – beda. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa stressor yang dialami oleh para informan pada tingkat individu seperti : 1. Stresor yang berasal pada tingkat individu Stresor yang berasal pada tingkat individu merupakan stresor yang dirasakan oleh individu itu sendiri. Stres yang dimiliki disebabkan atau berasal dari ketidak mampuan seorang individu dalam mengatasi masalah yang dimiliki seperti stres beban pekerjaan yang paling banyak dirasakan sangat berat adalah saat dimana seseorang memiliki beban kerja yang sangat banyak dan berat dan merasa tidak berdaya serta bingung untuk melakukan tugas yang mana. 2. Keterbatasan Waktu Waktu yang terbatas serta beban kerja yang banyak menimbulkan stresor lain bagi pegawai. Hal ini timbul ketika pegawai melakukan tugasnya namun tugas lain sudah harus dikerjakan padahal tugas yang dikerjakan saat itu belum selesai. Waktu pengerjaan tugas yang cukup memakan waktu lama serta ketika program lain harus dilaksanakan sedangkan program yang sedang dilaksanakan sekarang masih membutuhkan waktu yang lebih dalam pelaksanaannya juga menimbulkan stres. 3. Bidang Pendidikan Stresor juga muncul pada pekerjaan yang tidak sesuai dengan bidang pendidikan pegawai.Kekurangan pegawai memaksa pegawai harus melaksanakan program yang bukan dari pendidikannya. Dengan tidak sesuainya pendidikan dengan program yang menjadi tanggung jawabnya menyebabkan tugas yang dilaksanakan menjadi kurang maksimal dan menimbulkan tekanan. 4. Konflik peran
Stres dan manajemen stres pada..., Saiful Kiram, FISIP UI, 2014
Konflik peran juga muncul di saat menghadapi permintaan yang berlawanan. Seorang pekerja dapat memiliki dua peran yang saling konflik satu sama lain. 5. Kekurangan jumlah pegawai Kurangnya jumlah pegawai yang dimiliki oleh Puskesmas Raga Jaya menimbulkan stresor baru yang memicu pada meningkatnya beban kerja sehingga menimbulkan beban berlebih dalam bekerja. Beberapa informan merasakan kurangnya tenaga kerja membuat beban pekerjaan setiap pegawai menjadi lebih berat. 6. Penggunaan teknologi Penggunaan teknologi dalam melakukan pekerjaan dirasakan dapat menghambat pegawai yang kurang memiliki kemampuan dalam menggunakan tekonologi. Penggunaan teknologi menjadi sebuah stresor bagi beberapa informan karena mereka kesulitan untuk belajar menggunakan komputer. Selain stressor pada tingkat individu, para informan juga merasakan stressor yang berada dari tingkat kelompok atau grup. Stresor dalam level grup berasal pada interaksi seseorang di dalam grup terutama grup kerja. Stresor pada tingkat ini erat hubungannya dengan orang lain di luar dari individu yang merasakan stres. Pegawai di Puskesmas Raga Jaya banyak yang mengalami stresor dari level ini. diantaranya : 1. Ketidakpaduan antar pegawai Stresor yang paling umum muncul adalah yang disebabkan karena ketidak paduan antar pegawai Puskesmas Raga Jaya.kerjasama yang kurang merupakan salah satu hal yang menyebabkan ketidak paduan muncul dan menjadi stresor bagi pegawai. Kurangnya kerja sama antar pegawai dapat menimbulkan konflik antar pegawai. Kerjasama yang kurang dikarenakan masing-masing pegawai focus pada tugasnya masing-masing. 2. Kurangnya komunikasi Stresor yang muncul pada level grup bukan hanya berasal dari kurangnya kerja sama antar pegawai saja namun ditemukan juga stresor yang berasal dari kurang dan sulitnya komunikasi yang baik antar pegawai Puskesmas Raga Jaya. Hal ini juga masuk kedalam kurangnya keterpaduan dalam grup yang timbul sebagai stresor. 3. Kurangnya pemahaman terhadap tugas pegawai lain Kurangnya pemahaman pegawai terhadap tugas dan fungsi yang dijalankan oleh pegawai lain merupakan salah satu stresor yang muncul dan dapat mengganggu
Stres dan manajemen stres pada..., Saiful Kiram, FISIP UI, 2014
pekerjaan pegawai.Hal ini masih menjadi bagian dari kurangnya keterpaduan yang ada didalam grup di Puskesmas Raga Jaya ini. 4. Konflik dalam grup Konflik didalam grup juga merupakan bagian dari stresor yang berasal pada tingkat grup. Konflik yang terjadi bukan hanya pada masalah pekerjaan namun juga menyinggung masalah pribadi dari masing-masing pegawai.Konflik pribadi antar pegawai juga terjadi didalam puskesmas Raga Jaya. Stressor selanjutnya datang dari tingkat organisasi. Hal-hal yang terjadi pada organisasi menjadi sumber-sumber stres pada tingkat ini, seperti berikut: 1. Fasilitas dan teknologi Stresor yang paling umum yang berasal dari tingkat organisasi ini adalah fasilitas dan teknologi yang dimiliki. Fasilitas dan tekonologi yang kurang dapat menimbulkan stres bagi pegawai puskesmas Raga Jaya. Fasilitas komputer dirasakan kurang oleh pegawai puskesmas. Karena kekurangan fasilitas ini kerja yang dilakukannya menjadi sering terhambat. Fasilitas komputer dirasakan kurang oleh pegawai puskesmas. Karena kekurangan fasilitas ini kerja yang dilakukannya menjadi sering terhambat. Kondisi fisik bangunan yang kurang luas juga dirasakan sebagai sesuatu yang menghambat informan. Kondisi fisik lainnya yang dirasakan mengganggu adalah kamar mandi. Saat ini kamar mandi yang dipergunakan oleh pegawai merupakan kamar mandi yang juga diperuntukan bagi pasien. Karena kamar mandi yang ada di puskesmas saat ini hanya berjumlah satu saja. 2. Manajemen organisasi Manajemen puskesmas juga salah satu hal yang berpengaruh pada stresor di tingkat orgnasisasi. Dengan manajerial yang kurang baik menimbulkan adanya ketidak puasan diantara pegawai yang menimbulkan stres karena berhubungan dengan pekerjaan yang harus mereka lakukan nantinya. Pemberian informasi kepada pegawai terlihat kurang baik. Hasil rapat seringkali tidak diberitahukan kepada pegawai. Pemberian instruksi dalam melaksanakan tugas seringkali tidak jelas sehingga terjadi miskomunikasi. 3. Penggunaan fasilitas Penggunaan fasilitas dan teknologi juga bisa menghambat kinerja seseorang dan menimbulkan stres kerja bagi pegawai. Hal ini muncul terutama dikarenakan kurangnya fasilitas dan teknologi yang dimiliki. Dalam hal ini fasilitas transportasi dan juga komputer. Kedua hal ini menjadi stresor pegawai puskesmas ketika
Stres dan manajemen stres pada..., Saiful Kiram, FISIP UI, 2014
menjalankan tugasnyatermasuk di dalamnya pemenuhan stok obat yang kurang terpenuhi, serta kurangnya kerjasama dengan organisasi sesama puskesmas. Stressor selanjutnya datang dari luar lingkungan kerja. Stresor ini adalah stresor yang sama sekali tidak berhubungan dengan pekerjaan seseorang, diantaranya: 1. Masalah keluarga Stresor yang paling umum dalam stresor yang berasal dari luar lingkungan kerja adalah
masalah keluarga. Seperti pekerjaan rumah yang belum terselesaikan
menjadi beban pikiran para informan. Selain itu konflik dan masalah dalam keluarga juga mengganggu pekerjaan mereka di puskesmas. 2. Masalah ekonomi Keadaan keuangan yang kurang mencukupi menjadi salah satu stresor yang dirasakan. Penghasilan yang sedikit tidak mencukupi kebutuhan, apalagi jika dinas ke luar Manajemen Stres Yang Dilakukan Oleh Pegawai Puskesmas Raga Jaya No 1.
Tipe Intervensi Berpusat pada diri sendiri
Bentuk Manajemen Refreshing sendiri atau jalan-jalan Memikirkan pada uang yang akan didapat Berhenti sejenak dan menenangkan pikiran dengan mendengarkan musik yang tenang
2.
Berpusat pada pihak lain
Dibahas secara bersama-sama dan dibuat santai Mengajak curhat kepada teman yang enak diajak bicara
Pembahasan Stres dalam bekerja dapat timbul pada pekerjaan apapun, tidak terkecuali pekerjaan pelayanan social. Caputo (1991) mengatakan bahwa stres dalam bekerja dapat timbul pada pekerja yang bekerja dalam pekerjaan pelayanan social, yaitu pekerjaan yang memberikan pelayanan terhadap kesejahteraan orang lain. Pegawai puskesmas merupakan salah satu pekerjaan yang memberikan pelayanan untuk kesejahteraan orang lain. Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan semua orang dapat menggunakan layanan yang diberikan puskesmas terutama bagi masyarakat miskin. Dengan adanya
Stres dan manajemen stres pada..., Saiful Kiram, FISIP UI, 2014
puskesmas ini diharapkan tingkat kesehatan pada masyarakat dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Namun demikian, di sisi lain untuk dapat mencapai hal tersebut dibutuhkan usaha ekstra keras dari para pegawai puskesmas dalam menjalankan program-program pelayanannya. Di sisi lain dari peningkatan pelayanan yang ingin ditingkatkan dibutuhkan juga usaha ekstra yang berarti usaha yang lebih besar lagi dari pegawai puskesmas untuk memberikan pelayanan yang baik. Beban kerja yang terlalu banyak dapat menimbulkan seseorang menjadi stres. Setiap pekerjaan dapat memberikan beban dan tekanan yang timbul karena adanya kewajiban dan tugas yang diberikan seseorang. Tuntutan yang telah melampaui atau melebihi kapasitas individu dapat menimbulkan konflik yang menyebabkan timbulnya stres pada pekerjaan (Lazarus, 2006). Seperti yang dikatakan Lazarus, beban kerja yang berlebihan merupakan salah satu sumber stres. Hal ini terjadi pada pegawai Puskesmas Raga Jaya. Beban pekerjaan ini dirasakan menjadi lebih berat dikarenakan kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang ada di puskesmas Raga Jaya. Seperti yang sudah disebutkan di bab 1 bahwa idealnya terdapat 21 orang yang berada dalam satu puskesmas. Namun, pada kenyataannya didalam puskesmas Raga Jaya hanya ada 12 orang personel. Hal ini menjadikan 12 orang personel yang terdapat di puskesmas Raga Jaya harus mengemban tugas yang seharusnya dilakukan oleh 21 orang. Hal ini merupakan suatu hambatan bagi pegawai puskesmas Raga Jaya. Selain menjadi hambatan hal ini juga menimbulkan stres bagi pegawai di puskesmas Raga Jaya dikarenakan meningkatnya beban pekerjaan yang harus dilakukan oleh mereka. Beberapa diantarnya mengatakan banyak program yang sulit tertangani dikarenakan mereka harus menangani program lain ketika program yang mereka jalankan saat itu masih belum selesai. Matteson dan Ivanevich (1979) juga mengatakan bahwa beban kerja yang berlebih merupakan salah satu sumber stres dalam bekerja yang berasal pada tingkat individu. Beban kerja yang berlebihan ini semakin terasa ketika waktu yang dimiliki tidak mencukupi dalam menyelesaikan tugas. Faktor lain yang juga merupakan stresor bagi pegawai Puskesmas Raga Jaya adalah pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam melaksanakan tugas dan kewajiban dalam pemberian layanan. Tanpa pendidikan yang sesuai dengan pelayanan diberikan akan menimbulkan kurangnya kualitas dari pemberian layanan. Namun di sisi lain kewajiban dan tugas yang diberikan kepada para pegawai mengharuskan mereka memenuhi ekspektasi dari pemberi tugas dan kewajiban tanpa melihat pendidikan yang mereka miliki. Masalah pendidikan sebagai stresor ini muncul pada pegawai Puskesmas Raga. Hal ini senada
Stres dan manajemen stres pada..., Saiful Kiram, FISIP UI, 2014
dengan Matteson dan Ivanovich (1979) yang mengatakan bahwa ketidaksesuaian peran merupakan salah satu stresor dalam bekerja. Ketidaksesuaian peran yang dimaksud adalah pendidikan yang dimiliki dengan peran yang dilakukan berbeda sehingga apa yang dilakukan menjadi kurang maksimal. Stresor lain yang muncul dari pegawai Puskesmas Raga Jaya selain dari tingkat individual adalah tingkat group. Jika ditelaah dari data yang didapatkan terlihat bahwa konflik antar pegawai yang berasal dari pekerjaan seringkali timbul karena kurangnya kerja sama diantara para pegawai Puskesmas Raga Jaya. Kurangnya kerja sama ini terlihat dari kurang kooperatifnya mereka ketika pembuatan laporan. Masing-masing individu memang memiliki tugas dan program masing-masing dan merka harus membuat laporan dari program yang dijalankan. Namun untuk laporan yang dibuat tersebut seringkali membutuhkan data pendukung dari program pegawai lain. Karena masing-masing seringkali mementingkan diri sendiri, seringkali laporan yang dikerjakan sering tersendat dan membuat stres ketika sudah mendekati tenggat waktu pengumpulan laporan atau ada laporan lain yang harus dikerjakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari matteson dan Ivanevich (1979) yang mengungkapkan kurangnya keterpaudan di dalam grup seringkali timbul sebagai stresor di dalam pekerjaan. Dalam hal ini stresor yang muncul diakibatkan kurangnya kerjasama diantara para pegawai Puskesmas Raga Jaya. Selain konflik yang disebabkan oleh masalah pekerjaan, hal lain yang timbul sebagai faktor stres pada pegawai Puskesmas Raga Jaya adalah konflik internal dengan permasalahan pribadi. Hal ini dapat dilihat dari kasus seorang pegawai yang iri dengan pegawai lain yang mendapatkan fasilitas transportasi berupa motor yang baru dan beberapa pegawai yang merasa iri karena gaji yang didapatkannya merasa jauh dibawah pegawai lain, namun mengganggap pekerjaan yang dilakukannya sama beratnya dan sama banyaknya dengan pegawai lain. Faktor yang menyebabkan stres bagi pegawai Puskesmas Raga Jaya lainnya adalah yang berasal dari tingkat organisasional. Stresor pada tingkat ini cakupannya lebih luas. Salah satu stresor yang muncul adalah disebabkan karena lingkungan fisik dari puskesmas Raga Jaya. Ruang kerja yang sempit membuat para pegawai menjadi kurang leluasa dalam bergerak dan fokus dalam mengerjakan tugasnya. Seringkali dalam mengerjakan tugas menjadi terganggu dengan lalu-lalang orang yang masuk dan keluar ruangan. Jika dilihat pada kenyatan terjadinya stresor ini tidak dianggap sebesar stresor lain, namun jika hal ini terus
Stres dan manajemen stres pada..., Saiful Kiram, FISIP UI, 2014
berlanjut maka stresor ini akan sampai pada tahap kelelahan seperti yang diungkapkan oleh Hans Selye. Selain lingkungan fisik, faktor stres lain yang muncul adalah dari teknologi yang dimiliki oleh Puskesmas Raga Jaya. Teknologi ini mencakup juga fasilitas yang digunakan oleh Puskesmas Raga Jaya. Stresor ini muncul karena adanya kekurangan fasilitas dan tekonologi yang dimiliki oleh Puskesmas Raga Jaya. Fasilitas dan teknologi yang kurang salah satunya adalah laboratorium. Laboratorium sangat penting dibutuhkan dalam memberikan layanan kesehatan yang maksimal. Laboratorium digunakan untuk membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit dari seorang pasien. Dengan adanya laboratorium diharapkan untuk meningkatkan kualitas layanan dan meringankan beban pekerjaan yang dimiliki ketika harus berhubungan dengan laboratorium terutama untuk diagnosa pasien. Stresor yang muncul dari hal ini yang lainnya adalah berasal dari penggunaan komputer. Namun untuk stresor yang berasal dari penggunaan computer ini terdapat dua sisi. Untuk sisi yang pertama beberapa pegawai kesulitan dalam menggunakan teknologi komputer sehingga menghambat dalam mengerjakan tugasnya karena tidak mengerti penggunaan komputer. Selanjutnya hal ini menjadi stresor bagi mereka dalam menggunakan komputer saat bekerja. Fasilitas transportasi juga menjadi stresor tersendiri bagi para pegawai. Stresor ini muncul ketika para pegawai membutuhkan mobilitas yang cukup tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Mobilitas yang tinggi dibutuhkan ketika harus melaksanakan tugas di luar kantor Puskesmas Raga Jaya. Salah satu tugas luar atau tugas dinas diluar kantor adalah pemberian penyuluhan, imunisasi, dan kontrol keadaan kesehatan masyarakat. Stresor ini terjadi salah satunya dari pegawai yang tidak dapat menggunakan kendaraan. Hal yang terjadi adalah salah satu pegawai yang dapat menggunakan kendaraan harus mengantar pegawai yang memiliki tugas dinas keluar tersebut ketempat tugasnya. Bagi pegawai yang mengatarkan tersebut akhirnya timbul konflik, konflik yang terjadi adalah baik di dalam dirinya sendiri maupun dengan pegawai yang memiliki tugas dinas keluar tersebut. Konflik pada diri sendiri terjadi karena dia memiliki dua kewajiban yaitu mengatarkan pegawai yang harus dinas keluar tersebut dan juga mengerjakan tugasnya sendiri di puskesmas. Konflik dengan pegawai yang memiliki tugas dinas keluar tersebut timbul karena iritasi dirinya harus memaksakan untuk mengantar pegawai tersebut. Selain transportasi bagi pegawai, transportasi bagi pasien pun menjadi stresor sendiri. Hal ini muncul sebagai stresor ketika ada pasien yang membutuhkan ambulance untuk dibawa kerumah sakit. Manajemen organisasi dari Puskesmas Raga Jaya pun menjadi stresor lain yang dirasakan oleh pegawai. Pemberitahuan informasi bagi para pegawai dianggap sebagai stresor
Stres dan manajemen stres pada..., Saiful Kiram, FISIP UI, 2014
yang muncul dari efek manajemen organisasi yang kurang. Seringkali informasi dari rapat yang dilakukan di puskesmas pusat di Kecamatan Bojong Gede tidak diberikan kepada para pegawai yang tidak mengikuti rapat. Padahal, informasi tersebut sangat dibutuhkan dalam melaksanakan tugas mereka masing-masing. Dampak lebih lanjut dari hal ini dan berubah menjadi stresor ketika pegawai harus mengerjakan tugas tersebut namun baru mengetahuinya pada waktu-waktu akhir tugas tersebut harus diselesaikan. Manajemen organisasi yang kurang baik muncul sebagai stresor pada pegawai Puskesmas Raga Jaya hal ini sesuai dengan pendapat Matteson dan Ivannovich yang mengatakan bahwa managemen organisasi merupakan salah satu stresor dalam bekerja pada tingkat organisasional. Faktor yang menimbulkan stres terakhir adalah berasal dari luar lingkungan kerja. Mattesson dan Ivanovich menyebutnya sebagai extra-organisasional stresor. Setiap manusia pasti memiliki berbagai macam permasalahan, begitu juga dengan pegawai Puskesmas Raga Jaya yang tidak luput dari masalah pribadi di luar pekerjaan. Masalah-masalah diluar pekerjaan yang terjadi adalah masalah yang berkisar diantara masalah keluarga dan masalah ekonomi. Masalah ekonomi muncul sebagai stresor ketika pegawai tersebut merasa penghasilannya tidak cukup untuk membiayai hidupnya. Stres yang berasal dari luar lingkungan pekerjaan dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam bekerja ketika orang tersebut tidak dapat mengatasi stres yang dimilikinya.lebih lanjut hal ini dapat membahayakan dalam pekerjaan yang memberikan pelayanan kesehatan karena pelayanan kesehatan merupakan pelayanan yang sangat erat dengan hidup dan mati seseorang. Jika dilihat lebih seksama, stresor-stresor atau faktor-faktor yang menimbulkan stres pada pegawai di Puskesmas Raga Jaya ini saling berhubungan. Hubungan tersebut awalnya berasal dari kurangnya sumber daya manusia yang dimiliki oleh Puskesmas Raga Jaya. Kekurangan sumber daya ini menimbulkan meningkatnya beban kerja yang harus ditanggung oleh setiap pegawai Puskesmas Raga Jaya, karena hal ini akhirnya timbul sebagai stressor. Lebih lanjut, dengan meningkatnya beban kerja ini otomatis setiap orang harus mengerjakan tugasnya masing-masing dan lebih mementingkan tugasnya sendiri agar seluruh tugas yang diberikan kepadanya dapat selesai. Namun hal ini berpengaruh kepada kerjasama antar pegawai di dalam Puskesmas Raga Jaya. Sehingga ketika pegawai lain saling berketergantungan agar dapat menyelesaikan laporannya dengan baik dan benar namun membutuhkan informasi data dari pegawai lain. Karena masing-masing orang sibuk mengerjakan tugasnya sehingga mereka sulit untuk mendapatkan data pendukung laporannya dari pegawai lain dengan cepat. Hal ini lebih lanjut menimbulkan kesulitan bagi semua
Stres dan manajemen stres pada..., Saiful Kiram, FISIP UI, 2014
pegawai karena masing-masing mereka membutuhkan data dari pegawai lain namun semuanya sulit diajak bekerja sama karena focus pada tugas masing-masing. Berlanjut dari kurangnya kerja sama antara pegawai ini akhirnya timbulah konflik antara pribadi-pribadi dari pegawai Puskesmas Raga Jaya. Selain itu beban kerja yang berlebihan pun memaksa mereka untuk membawa pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan ketika di puskesmas ke rumah. Hal ini akan menimbulkan masalah lagi didalam keluarga karena waktu yang seharusnya dijadikan untuk istirahat dan berinteraksi serta memenuhi kewajibannya terhadap keluarga menjadi berkurang dan bahkan terabaikan. Manajemen Stres yang dilakukan oleh pegawai Puskesmas Raga Jaya Manajemen stres yang berpusat pada intervensi terhadap diri sendiri pada para pegawai Puskesmas Raga Jaya adalah perubahan pemikiran terhadap stres tersebut. Mereka mencoba untuk menganggap hal tersebut tidak berdampak banyak terhadap kehidupan dan tugas yang dilakukan. Bahkan beberapa orang mencoba untuk mengabaikan atau tidak memikirkan stresor tersebut. Selain menggunakan perubahan pemikiran para pegawai pun mencoba dengan relaksasi. Relaksai yang dilakukan tidak dengan menggunakan pijitan atau atau dengan menggunakan aroma therapy namun hanya dengan tiduran untuk menangkan pikiran. Selain itu cara lain yang dilakukan adalah dengan mengalihkan konsentrasi yang tadinya terfokus pada stres menjadi hal lain yang menyenangkan untuk dilakukan. Dalam hal ini jalan-jalan merupakan hal yang umum dilakukan oleh pegawai Puskesmas Raga Jaya. dengan pengalihan fokos pada kegiatan lain mereka mengharapkan bahwa stres yang dimilikinya akan semakin terkikis dan tidak terlalu besar sehingga dengan pikiran dan fisik yang lebih fresh dapat melanjutkan pekerjaan kembali dengan baik. Selain manajemen stres yang berpusat pada diri sendiri, para pegawai Puskesmas Raga Jaya juga menggunakan manajemen stres yang berpusat pada pihak lain . Stres yang ditangani dengan menggunakan teknik ini adalah stres yang berhubungan dengan orang lain atau untuk penyelesaiannya membutuhkan keterlibatan orang lain dalam menangani stres tersebut. Paling umum dari manajemen stres yang dilakukan dengan metode ini adalah resolusi konflik. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, didalam puskesmas Raga Jaya seringkali terjadi konflik antar pegawai, baik itu konflik pribadi maupun yang menyangkut pekerjaan. Para pegawai menggunakan metode ini dengan menyelesaikan permasalahan diantara dua pihak dengan cara baik-baik. Komunikasi lain yang dilakukan untuk memanajemen stres adalah dengan bercerita kepada orang lain mengenai stres yang dimilikinya. Para pegawai mencari
Stres dan manajemen stres pada..., Saiful Kiram, FISIP UI, 2014
seorang teman kerja yang dianggap mampu dan mau untuk mendengarkan keluh kesahnya. Hal ini juga efektif karena walaupun teman kerja yang menjadi tempat untuk bercerita tidak memberikan jalan keluar namun beban yang dimiliki sudah terangkat karena pegawai yang memiliki stres tersebut sudah bisa melepaskan dan membagi tekanan yang dimilikinya melalui bercerita. Selain bercerita dengan berkomunkasi dengan baik ini muncul dukungan sosial dari orang sekitar yang mengetahui stres yang dimiliki. Dukungan sosial ini juga merupakan salah satu bagian dari manajemen stress. Kesimpulan Hal ini juga efektif karena walaupun teman kerja yang menjadi tempat untuk bercerita tidak memberikan jalan keluar namun beban yang dimiliki sudah terangkat karena pegawai yang memiliki stres tersebut sudah bisa melepaskan dan membagi tekanan yang dimilikinya melalui bercerita. Selain bercerita dengan berkomunkasi dengan baik ini muncul dukungan sosial dari orang sekitar yang mengetahui stres yang dimiliki. Dukungan sosial ini juga merupakan salah satu bagian dari manajemen stress. Stres yang muncul dalam pekerjaan pegawai Puskesmas Raga Jaya berasal dari kekurangan sumber daya manusia yang menimbulkan meningkatnya beban kerja bagi tiap pegawai menyebabkan stress. Stresor lain yang muncul berasal dari perbedaan pendidikan, stressor yang berhubungan dengan peran, stressor yang behubungan dengan lnterpersonal, stressor organisasional, dan stressor yang berasal dari luar lingkungan kerja. Stressor yang paling berpengaruh adalah stressor yang berasal dari beban kerja yang berlebihan. Selain itu, stressor dari luar lingkungan kerja juga membawa dampak yang besar bagi pegawai Puskesmas Raga Jaya. masalah-masalah diluar lingkungan pekerjaan para pegawai mempengaruhi dan saling konflik dengan masalah didalam lingkungan pekerjaan. Pegawai di Puskesmas Raga Jaya juga sudah melakukan dua intervensi yang ada dalam memanajemen stress yaitu intervensi terhadap diri sendiri dan juga intervensi terhadap pihak diiluar diri pribadi. Manajemen yang dilakukan efektif ketika menghadapi stress namun tidak dapat mengeliminasi stress yang dimiliki oleh para pegawai seluruhnya karena akar permasalahan yang menyebabkan stressor muncul tidak terselesaikan dengan baik
Rekomendasi
Stres dan manajemen stres pada..., Saiful Kiram, FISIP UI, 2014
Walaupun manajemen stress yang dilakukan sudah dapat mengeliminasi sebagain dari stress yang dimiliki, namun alangkah lebih baiknya untuk menyelesaikan akar permasalahan dari sumber yang menyebabkan stressor muncul.. Dengan pengeliminasian stresor tersebut secara permanen akan menimbulkan keuntungan bagi para pegawai yaitu dapat meningkatkan focus dalam bekerja dan kinerja dalam melakukan tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Disarankan para pegawai untuk mengenali stresor yang muncul pada dirinya sendiri. Setelah mengetahui stresor yang dimiliki untuk mencoba menjauhkan diri atau menghindarkan diri dari stresor. Dapat juga dilakukan dengan menangani masalah yang menjadi stresor dengan cara menghadapinya secara langsung atau meminta dukungan orang lain. Baik itu dukungan secara langsung dengan membantu menyelesaikan masalah maupun dukungan secara moril dengan memberikan semangat atau berbagi cerita. Penambahan sumber daya manusia juga dirasakan dibutuhkan di Puskesmas Raga Jaya. dengan penambahan sumber daya manusia maka beban pekerjaan kan menjadi lebih ringan sehingga tidak menimbulkan stress bagi para pegawai. Selain itu penempatan pegawai disarankan untuk menyesuaikan tugas dengan pendidikan yang dimilikinya. Dengan penyesuaian ini diharapkan akan meningkatkan kualitas pelayanan dan juga mengeliminasi stressor yang berasal dari perbedaan pendidikan dengan tugas yang dilakukan Untuk para pegawai Pukesmas Raga jaya, maka melalui penelitian ini di sarankan agar lebih baik dalam berinteraksi dan bekerjasama antar pegawai dalam melaksanakan tugas. Dengan kerjasama yang baik akan memudahkan pengerjaan tugas baik secara individu maupun kelompok. Kerjasama yang baik juga akan mengurangi konflik yang terjadi didalam Puskesmas Raga Jaya dan dapat mengeliminasi stress yang dimiliki yang berasal dari hal tersebut. Penggunaan waktu yang efisien juga dibutuhkan agar dapat mengerjakan seluruh pekerjaan dengan efisien dan tidak menimbukan penumpukan pekerjaan. Disarankan untuk duduk bersama seperti pertemuan untuk membahas masalah-masalah yang ada di lingkungan Puskesmas Raga Jaya. Pembahasan masalah ini dimaksudkan untuk mengeliminasi stresor dan juga meningkatkan kerja sama dalam Puskesmas itu sendiri. Untuk institusi yang terkait dengan Puskesmas Raga Jaya disarankan agar lebih memperhatikan kondisi lingkungan fisik dari bangunan dan fasilitas penunjang pelayanan yang lebih baik lagi. Perubahan gedung atau perluasan gedung sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan pelyanan kesehatan yang diberikan masyarakat serta pembuatan fasilitas penunjang pekerjaan dan perbaikannya seperti perluasan kantor, pembuatan laboratorium,
Stres dan manajemen stres pada..., Saiful Kiram, FISIP UI, 2014
pembuatan poli gigi dan peningkatan tekonlogi akan dapat membuat para pegawai lebih nyaman dalam melaksanakan tugasnya. diharapkan untuk mengajukan peningkatan kualitas gedung dan fasilitas kepada dinas kesehatan bogor. Dengan pengajuan permintaan peningkatan gedung dan fasilitas ini diharapkan agar kualitas fisik Puskesmas Raga Jaya menjadi semakin baik.
Daftar Referensi Adi, I. R. (2005). Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Depok: FISIP UI Press. Caputo, S. J. (1991). Stress and Burnout in Library Service. Canada: Oryx Press Departemen Kesehatan RI. (1990). Pedoman Kerja Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Greenberg, J. (1999). Comprehensive Stress Management 6th Ed. Boston: McGraw-Hill Higher Education. Kaplan, R.M, Sallis, J.F, Patterson, T.L. (1993). Health and Human Behavior. Singapore: McGraw-Hill Internasional Book Co. Kementrian Kesehatan RI. (2011). Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 20112025. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Lazarus, R. S. (2006). Stress and Emotion : A new Synthesis. New York: Springer. Midgley, J. (1997). Social Development : The Developmental Perspective in Social Welfare. SAGE Publication. Neuman, W. L. (2006). Social Research Methods : Qualitative and Quantitative Approaches. Michigan University: Pearson. Numerof, R. E. (1983). Managing Stress : A guide for Health Professionals. Maryland: Aspen Systems Corporation. Sarafino, E. P. (2006). Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. NewJersey: John Wiley & Sons. UU Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial
Stres dan manajemen stres pada..., Saiful Kiram, FISIP UI, 2014