STRATIFIKASI AL-MAQASID AL-KHAMSAH DAN PENERAPANNYA DALAM AL-DHARURIYAT, AL-HAJJIYAT, AL-TAHSINIYYAT Nilda Susilawati Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Bengkulu Jl. Raden Fatah Pagar Dewa Bengkulu 38613 Email:
[email protected]
Abstract: The Stratification of Al-Maqasid Al-Khamsah and its implementation in AlDharuriyat, Al-Hajjiyat, Al-Tahsiniyyat Maqasid syariah is aimed for the benefit of the people in his life and the hereafter. The stratifications of maqasid are devided in to three categories: First, the need of Ad-daruriyyah which is a basic need related to the existance of five principles there are faith, soul, mind, descent, and wealth. Second, the need of alHajiyyah which is one of the mode in order to maintain those five basic principles, but the need of al-Hajiyyah level is below the need of ad-daruriyyah. Third, the need of atTasiniyyah, if the third need is unable to be fulfilled it will not threat any of the above five basic principles, and also it will not cause an obstacle. The level of this need is only as a complement. Each levels of maqasid syariah should be performed in according to the need of human. Keywords: Maqasit Syariah, ad-daruriyat, al-hajiyyah,at-tahsiniyyah Abstrak : Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah dan Penerapannya Dalam Al-Dharuriyat, Al-Hajjiyat, Al-Tahsiniyyat. Maqasit syariat merupakan tujuan syariat yaitu untuk mencapai kemaslahatan bagi manusia baik di dunia maupun di akhirat. Stratifikasi maqasid syariah dibagi dalam tiga tingkatan yaitu, pertama kebutuhan ad-daruriyyah yaitu kebutuhan yang mendasar yang menyangkut dalam mewujudkan dan melindungi eksistensi kelima pokok yaitu agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Kedua yaitu kebutuhan al-Hajiyyah dalam rangka perwujudan dan perlindungan yang diperlukan dalam melestarikan kelima pokok tersebut di atas, tetapi kadar kebutuhannya berada di bawah kadar kebutuhan ad-daruriyyah. Ketiga kebutuhan at-Tahsiniyyah merupakan tingkat kebutuhan yang apabila tidak terpenuhi tidak mengancam eksistensi salah satu dari lima pokok di atas dan tidak pula menimbulkan kesulitan. Tingkat kebutuhan ini berupa kebutuhan pelengkap saja. Dalam pelaksanaan setiap tingkatan maqasid syariah disesuai dengan kebutuhan manusia. Kata Kunci: Maqasit Syariah, ad-daruriyat, al-hajiyyah,at-tahsiniyyah karena ada satu pihak yang diuntungkan
Pendahuluan Kebutuhan manusia terhadap hukum
sangat
besar
menata
kehidupan pribadi banyak hal yang sangat
kehidupan antara individu maupun dengan
mudah tetapi sulit dikerjakan karena
lingkungannya.
kurangnya
Interaksi
untuk
dan ada juga yang dirugikan. Dalam
antara
satu
pengetahuan.
dengan lainnya tidak jarang melahirkan
menjadikan
kesinggungan
mudah dan bermakna, dimana antara satu
yang
mengakibatkan
merusak tatanan kehidupan yang ada,
dengan
kehidupan
Hukum
lainnya
akan
manusia
lebih
memperolah
Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah
وﻣﺎ أرﺳﻠﻨﺎك إﻻ رﺣﻤﺔ ﻟﻠﻌﺎﻟﻤﯿﻦ
pembagian yang sama dan tidak ada yang dilebihkan, tidak ada pembeda antara yang
Artinya: “Dan tidaklah kami utus
kaya dengan yang miskin semua diatur
engkau melainkan sebagai
sama kecuali dalam keadaan yang dapat
rahmat untuk semesta alam”
meringankan seseorang.
(al-Anbiyaa’: 107).
Hukum dalam Islam memiliki tujuan luhur dan maksud mulia yang sangat diinginkan oleh Allah Pembuat syari’at (syari’) Yang Maha Bijaksana untuk terealisir dalam kehidupan manusia. Hal
ini
menunjukkan
bahwa
hukum
syari’at memiliki ‘illat hukum (faktor/
Al-Syatibi dalam kitabnya alMuwafaqat
mengemukakan
(kebaikan) manusia. Dan masalah ini merupakan kesepakatan dari ulama Islam kecuali kelompok kecil dari ulama Ahli Dzahir (tektual/ skripturalis) dan para pengikut mereka.1
Rasul
kesehateraan
bahwa
as-Syari’ah tujuan
pokok
kemaslahatan manusia baik di dunia dan akhirat.2 Kehidupan dunia yang dijalani manusia harus selaras dengan tujuan akhir kehidupan manusia yaitu akhirat. Karena hukum yang ditetapkan bagi manusia akan membawa
kemudahan
dan
kebaikan
manusia. Tak terhitung begitu banyaknya kemudahan yang diberikan ketika manusia
Allah menurunkan syariat Islam melalui
Ushul
disyariatkannya hukum Islam adalah untuk
konsideran penyebab hukum) yang dapat difahami dan terkait dengan maslahat
fi
untuk
dan
mewujudkan
kemudahan
bagi
manusia. Manusia dapat berbuat dan bertindak menurut kemampuannya melalui koridor yang telah ditetapkan agama, manusia tinggal memilih jalan mana yang terbaik dan mampu di jalani sehingga
dalam
kesulitan, begitu pula dengan
kebaikan yang ditimbulkan dari penetapan hukum. Dan tujuan hukum ditetapkan meski melihat kepada tingkat kebutuhan manusia, karena ada stratifikasi yang mesti diproritaskan ketika menetapkan sebuah kebutuhan agar kehidupan manusia bisa berjalan dengan baik.
kehidupan manusia lebih tertata dalam aturan.
Sebagaimana
yang
dijelaskan
dalam firman Allah surat al-Anbiyaa’
Pembahasan 1. Maqasid asy-Syariah
berikut: 1
Yusuf Al-Qardhawy, Pengantar kajian Islam; Studi Analistik Komprehensif tentang Pilarpilar Subtansi, Karakteristik, Tujuan dan Sumber Acuan Islam, (Jakarta: Pustaka al-Kausar, 1999) h. 138
2
Abu Ishak Al-Syathiby, al-Muwafaqat fi Ushul fi al-Syari’at, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1979), h.6
MIZANI VOL. IX, NO.1, Februari 2015
Pembicaraan mengenai al-
mewajibkan berbagai ibadah untuk
maqasid al-khamsah tidak terlepas
menegakkan agama Allah SWT,
dari
disyariatkan hukum zina untuk
al-maqasid
sehingga
asy-Syari’ah,
pemahaman
menjadi
memelihara
jelas. Kata al-maqasid merupakan
kehormatan
dan
keturunan,
jamak dari kata al-maqsid yang
Disyariatkan
hukuman
berarti tujuan yaitu tujuan syariat.
pencurian untuk memelihara harta
Dalam
fikih,
seseorang, disyariatkan hukuman
pembahasan masalah al-maqasid
meminum minuman keras untuk
asy-syariah
bertujuan
untuk
memelihara akal, dan disyariatkan
mengetahui
tujuan-tujuan
yang
hukuman qisas untuk memelihara
ilmu
ushul
jiwa seseorang.4
hendak dicapai oleh perumusnya dalam
mensyariatkan
hukum.
Ulama ushul fikih sepakat
Tujuan ini merupakan salah satu
menyatakan bahwa pada setiap
faktor penting dalam menetapkan
hukum
hukum
kemaslahatan bagi hamba SWT,
Islam
melalui ijtihad.
yang
dihasilkan
3
Ulama
baik
terkandung
kemaslahatan
itu
bersifat
ushul
fiqh
duniawi maupun ukhrawi. Oleh
al-maqasid
asy-
sebab itu, setiap mujtahid dalam
syariah dengan “makna dan tujuan
mengistimbatkan hukum dari suatu
yang dikehendaki syara’ dalam
kasus yang sedang dihadapi, harus
mensyariatkan suatu hukum bagi
berpatokan kepada tujuan-tujuan
kemaslahatan umat manusia. Al-
syara’
maqasid asy-syariah di kalangan
hukum, sehingga hukum yang akan
ulama ushul fikih disebut juga
ditetapkan
dengan asrar asy-syari’ah, yaitu
kemaslahatan umat manusia.5
mendefinisikan
ilmu
itu
dalam
mensyariatkan
sesuai
dengan
rahasia-rahasia yang terdapat di
Ada beberapa alasan yang
balik hukum yang ditetapkan oleh
dikemukakan ulama ushul fikih
syarak, berupa kemaslahatan bagi
dalam menetapkan bahwa setiap
umat
manusia,
baik
di
dunia 4
maupun akhirat. Misalnya syarak
3
Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 1109
Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 1109 5
Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 1109
Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah hukum Islam itu terdapat tujuan
terkandung
dari
diutuskannya
yang hendak dicapai oleh syara’,
Rasul bagi umat manusia.6 Dalam
yaitu kemaslahatan umat manusia.
surat al-Anbiya ayat 107, Allah
Diantaranya adalah firman Allah
SWT berfirman:
SWT dalam surat an-Nisa’ ayat 165 :
وﻣﺎ أرﺳﻠﻨﺎك إﻻ رﺣﻤﺔ ﻟﻠﻌﺎﻟﻤﯿﻦ Artinya:
رﺳﻼ ﻣﺒﺸﺮﯾﻦ و ﻣﻨﺬرﯾﻦ ﻟﺌﻼ ﯾﻜﻮن
“Dan
tiadalah
Kami
mengutus
kamu,
ﻟﻠﻨﺎس ﻋﻠﻰ ﷲ ﺣﺠﺔ ﺑﻌﺪ
melainkan
untuk
اﻟﺮﺳﻞ وﻛﺎن ﷲ ﻋﺰﯾﺰا
(menjadi)
“(Mereka
kami
selaku
utus)
Kata rahmat dalam ayat di
rasul-rasul
atas, menurut para ahli ushul fikih,
pembawa berita gembira dan pemberi peringatan supaya tidak ada alasan
mengandung
pengertian
pengutusan
rasul
Allah
Maha
Perkasa
lagi
Maha
Bijaksana”
Para ulama sepakat bahwa
dan
adalah
membawa
dunia dan akhirat.7
Allah sesudah diutusnya itu,
bahwa
kemaslahatan bagi umat manusia di
bagi manusia membantah
rasul-rasul
bagi
semesta alam”.
ﺣﻜﯿﻤﺎ artinya:
rahmat
memang
hukum
syara’
itu
mengandung kemaslahatan untuk umat
(an-Nisa’:
manusia.
berbeda
165)
Namun
pendapat
menempatkan
ulama dalam
kemaslahatan
itu
sebagai tujuan penetapan hukum Kandungan
ayat
ini
syara’. Apakah untuk kemaslahatan
menurut ulama ushul, menunjukkan bahwa
Allah
menentukan
SWT
itu Allah menetapkan hukum atau
dalam
dengan
hukum-hukum-Nya
bahasa
lain;
apakah
kemaslahatan itu yang mendorong
senantiasa menghendaki sesuatu yang bermanfaat bagi manusia, sehingga
bila
hal
itu
tidak
diusahakan manusia, maka ia akan merugi.
Inilah
makna
yang
6
Abdul Aziz Dahlan Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar 1996), h. 1109 7 Abdul Aziz Dahlan Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar 1996), h. 1109
(ed), Ensiklopedi Baru Van Hoeve, (ed), Ensiklopedi Baru Van Hoeve,
MIZANI VOL. IX, NO.1, Februari 2015
Allah untuk menetapkan hukum
semua hukum Allah itu tidak
dalam hal ini ada dua pendapat:
luput dari kemaslahatan umat.
a. Ulama yang berpegang pada prinsip bahwa perbuatan Allah
b. Ulama yang berpegang pada
itu tidak terikat kepada apa dan
prinsip
siapa pun yang dianut oleh
sayang Allah pada hamba-Nya
ulama
(Asy’ariyah).
(yang dianut oleh ulama kalam
Menurut mereka, Allah berbuat
mu’tazilah) berpendapat bahwa
sesuai dengan keinginan-Nya
memang untuk kemaslahatan
sebagaimana yang difirmankan
umat itulah Allah menetapkan
Allah dalam surat Hud ayat
hukum syara’.8
kalam
keadilan
dan
kasih
107:
ﺧﻠﺪﯾﻦ ﻓﯿﮭﺎ ﻣﺎداﻣﺔ اﻟﺴﻤﻮات
Memperhatikan
yang dikemukakan oleh ulama di
واﻷرض إﻻ ﻣﺎ ﺷﺎء رﺑﻚ إن
atas pada dasarnya tidak terdapat
رﺑﻚ ﻓﻌﺎل ﻟﻤﺎ ﯾﺮﯾﺪ Artinya:
Mereka
kekal
pendapat
perbedaan
di
dalam
hal
tujuan
penetapan hukum syara’, akan
dalamnya selama ada
tetapi
langit
bumi,
perbedaan secara lafzi dan tidak
kecuali jika Tuhanmu
mengakibatkan perbedaan secara
menghendaki
(yang
praktis dalam penetapan hukum itu
Sesungguhnya
sendiri karena semua pihak sepakat
lain).
dan
Tuhanmu Pelaksana
Maha
bahwa
semata-mata
semua
hukum
hanya
yang
terhadap
ditetapkan Allah ada tujuannya dan
apa saja yang Dia
tujuan itu adalah bagi kemaslahatan
kehendaki
umat. Aturan yang dibuat sebagai batasan dalam pelaksanaan sebuah
Mereka bukan
berpendapat untuk
bahwa
tindakan,
kemaslahatan
sehingga
tidak
menghilangkan tujuan utama dari
unsur itu Allah menetapkan
pelaksanaan syariat.
hukum. Jadi, tujuan penetapan hukum syara’ itu bukan untuk
2. Stratifikasi Kebutuhan Manusia
kemaslahatan umat, meskipun 8
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh II, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 220
Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah Menurut
Imam
asy-
mendasar
yang
menyangkut
Syathiby seorang ahli ushul fikih
dalam
dari mazhab Maliki menyatakan
melindungi eksistensi kelima
bahwa
mewujudkan
pokok di atas yaitu agama,
kemaslahatan di dunia dan akhirat,
jiwa, akal, keturunan dan harta.
ada
harus
Apabila kemaslahan ini hilang,
diwujudkan dan dipelihara. Dengan
maka kehidupan manusia bisa
mewujudkan
hancur, tidak selamat, baik di
untuk
lima
pokok
yang
dan
memelihara
mewujudkan
kelima pokok tersebut, seorang
dunia
mukallaf
mendapatkan
Menurut imam asy- Syathiby,
kebahagiaan dunia dan akhirat.
di kelima hal inilah agama dan
Berdasarkan hasil induksi ulama
dunia dapat berjalan seimbang
ushul fikih terhadap nash, kelima
dan apabila dipelihara akan
masalah pokok itu ialah: agama,
mendapatkan kebahagiaan bagi
jiwa, akal, keturunan dan harta.
masyarakat dan pribadi. Kelima
Lima kemaslahatan pokok ini wajib
unsur ini disyariatkan Allah
dipelihara seseorang dan untuk itu
SWT dalam firmannya surat al-
pula
Mumtahanah ayat 12 berikut:
akan
didatangkan
syariat
yang
maupun
di
dan
akhirat.
mengandung perintah, larangan dan keizinan yang harus dipenuhi oleh setiap
mukalaf.
mewujudkan
dan
ﯾﺎأﯾﮭﺎ اﻟﻨﺒﻲ إذا ﺟﺎءك اﻟﻤﺆﻣﻨﺎت
Dalam memelihara
kelima pokok di atas, ulama ushul
ﺷﯿﺌﺎ وﻻ ﯾﺴﺮﻗﻦ و ﻻ ﯾﺰﻧﯿﻦ وﻻ
fikih menstratifikasi sesuai dengan
ﯾﻘﺘﻠﻦ او ﻻ دھﻦ وﻻ ﯾﺄﺗﯿﻦ
kualitas
kebutuhannya.
kategori
tersebut
ﺑﺒﮭﺘﺎن ﯾﻔﺘﺮﯾﻨﮫ ﺑﯿﻦ اﯾﺪﯾﮭﻦ و
Ketiga
adalah
(a)
kebutuhan ad-daruriyyah (bersifat
ﻓﻲ
pokok, mendasar), (b) kebutuhan
ﻣﻌﺮوف ﻓﺒﺎﯾﻌﮭﻦ واﺳﺘﻐﻔﺮﻟﮭﻦ
al-hajiyyah
(yang
bersifat
kebutuhan) dan (c) at-tahsiniyyah (bersifat penyempurna, pelengkap), dengan penjelasan sebagai berikut: a) Kebutuhan ad-Dharuriyyah Kebutuhan adalah
ad-daruriyyah kebutuhan
yang
ﯾﻌﺼﯿﻨﻚ
وﻻ
أرﺟﻠﮭﻦ
ﷲ إن ﷲ ﻏﻔﻮر رﺣﯿﻢ Artinya: “Hai Nabi, apabila datang
kepadamu
perempuanperempuan untuk
beriman
mengadakan
MIZANI VOL. IX, NO.1, Februari 2015
janji setia , bahwa
yang
mereka
setiap manusia,
tidak
akan
perlu
mempersekutukan
syirik
sesuatu pun dengan
memelihara
Allah,
mencuri
tidak
akan
dipelihara
oleh
yaitu tidak
(dalam
rangka
agama),
tidak
(dalam
rangka
mencuri, tidak akan
memelihara harta seseorang),
berzina, tidak akan
tidak berzina (dalam rangka
membunuh
anak-
memelihara
keturunan
dan
anaknya, tidak akan
kehormatan
seseorang),
dan
berbuat dusta yang
tidak membunuh (dalam rangka
mereka
memelihara jiwa orang lain).9
ada-adakan
dengan antara tangan dan kaki mereka dan
Kelima
tidak
adalah hal yang mutlak harus
akan
dharuriyat
tersebut
mendurhakaimu
ada pada manusia. Karenanya
dalam urusan yang
Allah
baik, maka terimalah
melakukan segala upaya bagi
janji setia mereka dan
keberadaan
mohonkanlah
kesempurnaannya. Sebaliknya,
ampunan
kepada
Allah
Allah
untuk
menyuruh
untuk
dan
melarang
perbuatan
melakukan
yang
dapat
mereka.Sesungguhnya
menghilangkan
Allah
mengurangi salah satu dari lima
Maha
yang
atau
Pengampunlagi Maha
dharuriyat
lima
itu.
Penyayang.”
Segala perbuatan yang dapat mewujudkan atau mengekalkan
Para
ahli
ushul
fikih
lima unsur pokok itu adalah
menyatakan bahwa sekalipun
baik,
dan
karenanya
harus
kasus yang diungkapkan ayat di
dikerjakan. Sedangkan segala
atas
setuju kepada wanita,
perbuatan yang merusak atau
tetapi hal itu juga berlaku bagi
mengurangi nilai lima unsur
kaum laki-laki. Dalam ayat ini menurut mereka, diisyaratkan masalah-masalah
mendasar
9
Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 1109
Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah pokok
adalah
buruk,
dan
kerenanya harus dijauhi.10
dalam
pelaksanaanya.
Sedangkan dalam ajaran Islam kesempitan dan kepicikan itu
Menurut
al-Ghazaly
bahwa
perlu
disingkirkan,
yang menjadi inti pokok dari
sebagaimana
apa
SWT dalam surat al-Baqarah
yag
dimaksud
dengan
maslahat. Dengan kata lain, maslahat
itu
adalah
bentuk
perbuatan
firman
Allah
ayat 185:
segala yang
ﺷﮭﺮ رﻣﻀﺎن اﻟﺬي اﻧﺰل ﻓﯿﮫ اﻟﻘﺮأن
mengacu kepada terpeliharanya
ھﺪا ﻟﻠﻨﺎس و ﺑﯿﻨﺖ ﻣﻦ اﻟﮭﺪى
lima
واﻟﻔﺮﻗﺎن ﻓﻤﻦ ﺷﮭﺪ ﻣﻨﻜﻢ اﻟﺸﮭﺮ
kebutuhan
paling
mendasar bagi manusia yaitu agama, jiwa akal, keturunan dan harta.11
ﻓﻠﯿﺼﻤﮫ وﻣﻦ ﻛﺎن ﻣﺮﯾﻀﺎ أو ﻋﻠﻲ ﺳﻔﺮ ﻓﻌﺪة ﻣﻦ أﯾﺎم اﺧﺮ ﯾﺮﯾﺪ ﷲ ﺑﻜﻢ اﻟﯿﺴﺮ وﻻ ﯾﺮﯾﺪ ﺑﻜﻢ اﻟﻌﺴﺮ و ﻟﺘﻜﻤﻠﻮا اﻟﻌﺪة وﻟﺘﻜﺒﺮوﷲ ﻋﻠﻲ ﻣﺎ ھﺪﯨﻜﻢ
b) Kebutuhan al-Hajiyyah Kebutuhan al-Hajiyyah adalah dalam rangka perwujudan dan perlindungan yang diperlukan dalam
melestarikan
kelima
pokok tersebut di atas, tetapi kadar kebutuhannya berada di bawah kadar kebutuhan addaruriyyah.
Tidak
terpeliharanya kebutuhan alhajiyyah tidak akan membawa terancamnya pokok
eksistensi
tersebut,
lima tetapi
membawa kepasa kesempitan dan usaha
kepicikan,
baik
mewujudkan
dalam maupun
10
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh II, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 223 11
Al-Ghazaly, 1983, al-Mustashfa fi Ilm alUshul I, Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyah, h. 286
وﻟﻌﻠﻜﻢ ﺗﺸﻜﺮون Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan
itu
ialah)
bulan Ramadhan, bulan yang
di
dalamnya
diturunkan (permulaan) Al
Quran
sebagai
petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-
penjelasan petunjuk
mengenai itu
dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri
tempat
tinggalnya) di bulan itu, Maka
hendaklah
ia
MIZANI VOL. IX, NO.1, Februari 2015
berpuasa
pada
bulan
tidak
itu,
Barangsiapa
maka
dan
sakit
atau
dalam
perjalanan
(lalu
Maka
(wajiblah
baginya
berpuasa),
sebanyak
hari
pada lain.
akan
menemui
kesulitan.
Artinya,
sebagaimana
mestinya
akan
sulit bila dibandingkan bila dilakukan
tidak
dalam
perjalanan. Untuk mengatasi
itu,
hari-hari
perjalanan,
melakukan puasa dan shalat
yang
ditinggalkannya
ia
beberapa
ia
berbuka),
melakukan
kesulitan
itu,
syarak
yang
menetapkan hukum rukhsah,
Allah
sehingga dengan itu seseorang
menghendaki
boleh menangguhkan puasanya,
kemudahan
bagimu,
sebagaimana difirmankan oleh
dan tidak menghendaki
Allah dalam surat al-Baqarah
kesukaran bagimu. dan
ayat 184, dan boleh baginya
hendaklah
melakukan
kamu
mencukupkan
shalat
qasar
sebagaimana difirmankan oleh
bilangannya
dan
Allah SWT dalam surat an-
hendaklah
kamu
Nisa’ ayat 101. Keringanan-
mengagungkan
Allah
keringanan seperti ini termasuk
atas petunjuk-Nya yang
ke dalam kategori kebutuhan
diberikan
al-hajiyyah.12
kepadamu,
supaya
kamu
bersyukur.
c) At-Tahsiniyyah Kebutuhan at-tahsiniyyah ialah tingkat kebutuhan yang apabila
Misalnya
dalam
(musafir)
seorang
perjalanan
tidak
mukalaf
terpenuhi
mengancam
tidak
eksistensi
salah
sanggup untuk melaksanakan
satu dari lima pokok di atas dan
puasa
tidak
dan
melaksanakan
sanggup
pula
salat
tanpa
pula
menimbulkan
kesulitan. Tingkat kebutuhan
dijamak atau diringkas. Akan
ini
berupa
kebutuhan
tetapi, apabila ia shalat dan puasa dilakukan
sebagaimana orang-orang
yang yang
12
Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 1110
Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah pelengkap,
seperti
manusia dituntut untuk bersuci
dikemukakan al-Syatibi, hal-hal
dan menjauhi najis dan yang
yang
kepatutan
kotor-kotor. Dalam memelihara
istiadat,
diri dan jiwa manusia terikat
merupakan
menurut
adat
menghindarkan hal-hal
yang
dengan sopan santun, makan
tidak enak dipandang mata, dan
atau minum jangan berlebihan;
berhias dengan keindahan yang
dalam memelihara keturunan
sesuai dengan tuntutan norma
terikat
akhlak. 13
pergaulan rumah tangga: dalam
dengan
memelihara Kebutuhan
at-tahsiniyyah
dimaksudkan
akal
cara
dilarang
berbagai perbuatan yang dapat
untuk
mengganggu
akal;
memelihara
hal-hal
menunjang
berbagai batasan dan sopan
peningkatan kualitas ke lima
santun dalam mendapatkan dan
pokok
memanfaatkan harta.14
yang
kebutuhan di
menyangkut
mendasar atas
dan
hal-hal
yang
Contoh
harta
dalam
mewujudkan dan memelihara
manusia
lain
ditetapkan
dalam
muamalat
akhlak (akhlak mulia). Tidak
boros, kikir, menaikkan harga,
terwujud
monopoli dan lain-lain. Dalam
dan
terpeliharanya
Islam
bidang
terkait dengan makarim al-
kebutuhan at-tahsiniyyah ini
bidang
tidaklah
mengharamkan
membawa
melarang
‘uqubat
Islam membunuh
terancamnya eksistensi agama,
anak-anak dalam peperangan
jiwa, akal, keturunan dan harta,
dan kaum
serta
muslah (menyiksa mayit dalam
tidak
pula
membawa
tersebut,
melainkan
menyalahi
dapat
kepatutan
dan
Tujuan syariat seperti tersebut
menurunkan martabat pribadi dan masalah
masyarakat. agama,
wanita, melarang
peperangan).15
kesulitan kepada kelima pokok
13
tata
tadi
bisa
disimak
dalam
Dalam misalnya
Satria Effendi, 2009, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, h. 236
14
Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 1110 15
Satria Effendi, 2009, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, h. 236
MIZANI VOL. IX, NO.1, Februari 2015
beberapa ayat, misalnya ayat 6
dalam
al-dharuriyat,
surat al-Maidah:
tahsiniyyat
maka
alhajjiyat,
dapat
al-
disimpulkan
bahwa:
وﻟﻜﻦ ﯾﺮﯾﺪ ﻟﯿﻄﮭﺮﻛﻢ و ﻟﯿﺘﻢ
3. Penerapan
Kebutuhan
daruriyyah adalah kebutuhan yang
ﻧﻌﻤﺘﮫ ﻋﻠﯿﻜﻢ ﻟﻌﻠﻜﻢ ﺗﺸﻜﺮون
mendasar yang menyangkut dalam
Artinya: Tetapi Dia (Allah) hendak
mewujudkan eksistensi
membersihkan kamu dan
kelima
supaya
kamu
bersyukur
(al-
Maidah: 6)
yaitu
bisa hancur, tidak selamat, baik di dunia maupun di akhirat 4. Kebutuhan
ketiga
dan kategori
kebutuhan tersebut di atas, dengan membawa
kepada
kesempurnaan dari ibadah yang dilakukan seseorang. Karena antara satu kebutuhan dengan kebutuhan lainnya ada porsi atau ukuran yang telah ditetapkan syariat, sehingga dalam pelaksanaannya tidak ada diberatkan
maupun
diringankan, dan tujuan akhir dari segala tindakan manusia adalah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
al-Hajiyyah
rangka
perlindungan
yang
pokok
agama, jiwa, akal, keturunan dan
dalam
Mewujudkan
akan
melindungi
hilang, maka kehidupan manusia
nikmat-Nya bagimu
baik,
dan
harta. Apabila kemaslahatan ini
menyempurnakan
memelihara
ad-
adalah
perwujudan yang
dan
diperlukan
dalam melestarikan kelima pokok tersebut
di
atas,
tetapi
kadar
kebutuhannya berada di bawah kadar kebutuhan ad-daruriyyah. Tidak terpeliharanya kebutuhan alhajiyyah tidak akan membawa terancamnya eksistensi lima pokok tersebut, tetapi membawa kepada kesempitan dan kepicikan, baik dalam usaha mewujudkan maupun dalam pelaksanaannya. Sedangkan dalam ajaran Islam kesempitan dan kepicikan itu perlu disingkirkan 5. Kebutuhan
at-Tahsiniyyah
ialah
tingkat kebutuhan yang apabila tidak terpenuhi tidak mengancam
Penutup
eksistensi salah satu dari lima Dari
uraian
stratifikasi
al-
maqasid al-khamsah dan penerapannya
pokok di atas dan tidak pula
Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah menimbulkan kesulitan. Tingkat kebutuhan ini berupa kebutuhan pelengkap saja. Referensi Dahlan,
Al-Qardhawy, Yusuf, 199, Pengantar kajian Islam; Studi Analistik Komprehensif tentang Pilar-pilar Subtansi, Karakteristik, Tujuan dan Sumber Acuan Islam, Jakarta: Pustaka al-Kausar
Abdul Aziz (ed), 1996, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve
Syarifuddin, Amir, 2009, Ushul Fiqh II, Jakarta: Kencana
Effendi, Satria, 2009, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana
Al-Syathiby, Abu Ishak, 1979, alMuwafaqat fi Ushul fi al-Syari’at, Beirut: Dar al-Ma’rifah
Al-Ghazaly, 1983, al-Mustashfa fi Ilm alUshul I, Beirut: Dar al-Kitab alIlmiyah